Jurnal Teknik Elektro ISSN 2502

advertisement
Jurnal Teknik Elektro
ISSN 2502-0986
STUDI ANALISIS PERBANDINGAN RUGI DAYA PADA TITIK SAMBUNG
PIERCHING CONNECTOR DENGAN LINE TAP CONNECTOR
PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH 220 V
DI PT. PLN (PERSERO) RAYON LAMONGAN
Ulul Ilmi *), Arief Budi Laksono*) Ahmad Syaifuddin F
1)
2)
Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan
email : [email protected]
ABSTRAK
Pada sistem distribusi dibedakan atas jaringan distribusi primer dan sekunder. Jaringan distribusi
primer adalah jaringan dari trafo gardu induk (GI) ke gardu distribusi, sedangkan distribusi sekunder
adalah jaringan saluran dari trafo gardu ditribusi hingga konsumen atau beban. Jaringan distribusi
primer lebih dikenal dengan jaringan tegangan menengah (JTM 20kV) sedangkan distribusi sekunder
adalah jaringan tegangan rendah (JTR 220/380V). Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem
tenaga listrik yang terdekat dengan pelanggan atau beban dibanding dengan jaringan transmisi.
Pada saat ini PT. PLN (Persero) mengalami rugi daya yang terjadi pada titik sambung jaringan
tegangan rendah (JTR) pada penggunaan pierching connector. Penelitian ini adalah menganalisa
perhitungan rugi daya pada jaringan tegangan rendah (JTR) dengan melakukan perbandingan
pengukuran antara input dengan output pada titik sambung pierching connector dengan line tap
connector. Dengan adanya kondisi tersebut diperlukan evaluasi dan analisa untuk perencanaan
kembali yang memperhatikan kriteria-kriteria perencanaan seperti jatuh tegangan dan
memperhitungkan rugi daya demi kelangsungan pelayanan listrik sehingga muncul optimasi pada
jaringan yang dipakai.
Kata Kunci : sistem distribusi, JTR, connector, pengukuran, dan rugi daya
Rugi daya menyeluruh tetapi hanya
bisa diminimalkan (di reduksi). Loss situation
PENDAHULUAN
di dalam jaringan distribusi tenaga listrik
Latar Belakang
Tenaga
listrik
disalurkan
ke
adalah suatu kondisi atau keadaan dimana
masyarakat melalui jaringan distribusi. Oleh
suatu
sistem
distribusi
di
dalam
sebab itu jaringan distribusi merupakan bagian
pendistribusian tenaga listriknya mengalami
jaringan listrik yang paling dekat dengan
rugi daya yang tinggi.
masyarakat. Jaringan distribusi dikelompokkan
menjadi dua, yaitu jaringan distribusi primer
1.1 Rumusan Masalah
dan jaringan distribusi sekunder. Tegangan
Dengan bertitikan tolak pada latar
distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20
belakang permasalahan tersebut diatas, maka
kV. Tegangan pada jaringan distribusi primer,
penulis dapat merumuskan masalah sebagai
diturunkan oleh gardu distribusi menjadi
berikut:
jaringan distribusi sekunder atau tegangan
a) Berapa hasil perbandingan pengukuran
rendah yang besarnya adalah 380/220 V, dan
nilai input dan output pierching connector
disalurkan kembali melalui jaringan tegangan
dengan line tap connector?
rendah kepada konsumen.
b) Berapa hasil perhitungan rugi energi daya
Rugi daya adalah suatu kondisi atau
listrik dalam satuan rupiah pada pierching
keadaan dimana jumlah daya yang disalurkan
connector?
tidak sama dengan daya yang diterima pada
c) Mengapa pemasangan pierching connector
sisi penerimaan. Terjadinya rugi-rugi daya ini
pada jaringan tegangan rendah nilai input
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
dan output nya menghasilkan nilai
jauhnya daerah penyaluran tenaga listrik dari
tegangan yang tidak sama?
sumber/suplai, voltage drop, Ketidakseimbangan beban, umur peralatan, diameter
1.2 Tujuan Penelitian
penghantar dan lain-lain.
25
Jurnal Teknik Elektro
Berdasarkan perumusan masalah
tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
a) Untuk mengetahui hasil perbandingan
pengukuran nilai input dan output pada
pierching connector dengan line tap
connector.
b) Untuk mengetahui hasil perhitungan rugi
energi daya listrik dalam satuan rupiah
pada titik sambung pierching connector.
c) Untuk mengetahui mengapa pemasangan
pierching connector nilai tegangan yang
dihasilkan input dan output nya tidak sama.
1.3 Batasan Masalah
Untuk dapat mencapai kesempurnaan
dalam penulisan ini haruslah melewati
berbagai macam penelitian dan pengujianpengujian. Tetapi pada proses penelitian itu
tentulah banyak sekali parameter-parameter
yang akan didapat sehingga masalah tersebut
akan sangat luas bahasannya jika tidak
dibatasi. Oleh karena itulah maka pada
penulisan ini batasan masalahnya sekitar
melakukan analisis perbandingan pierching
connector dengan line tap connector terhadap
mutu tegangan pelayanan.
I. Landasan Teori
2.1 Distribusi Tenaga Listrik
Sistem penyaluran tenaga listrik dari
pembangkit tenaga listrik ke konsumen
(beban). Mengingat penyaluran tenaga listrik
ini, prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu
dari pembangkit tenaga listrik penghasil energi
listrik, disalurkan ke jaringan transmisi
(SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu
induk tenaga listrik disalurkan ke jaringan
distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu
distribusi langsung ke jaringan distribusi
sekunder (SUTR), tenaga listrik dialirkan ke
konsumen.
2.2 Bagian-Bagian
Sistem
Distribusi
Tenaga Listrik
Sistem distribusi tenaga listrik terdiri
atas tiga bagian utama yaitu sistem
pembangkitan, sistem transmisi dan sistem
distribusi. Dari ketiga sistem tersebut, sistem
distribusi merupakan bagian yang letaknya
paling dekat dengan konsumen, fungsinya
ISSN 2502-0986
adalah menyalurkan energi listrik dari suatu
Gardu Induk distribusi ke konsumen.
Gambar 1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Adapun bagian-bagian dari sistem distribusi
tenaga listrik adalah:
1. Gardu induk atau pusat pembangkit tenaga
listrik
2. Jaringan distribusi Primer (JTM)
3. Transformator distribusi atau gardu
pembagi
4. Jaringan distribusi Sekunder (JTR)
2.3 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah
Jaringan distribusi tegangan rendah
adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga
listrik yang terletak pada sisi sekunder trafo
distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan
titik cabang menuju beban. Distribusi jaringan
tegangan rendah dapat dibedakan berdasarkan
atas material dan cara pemasangannya, berikut
penjelasannya:
1. Saluran udara tegangan rendah (SUTR)
berupa jaringan yang dipasang di udara,
menggunakan penghantar / kawat yang
direntangkan di tiang dan diikat pada
isolator.
2. Saluran kabel udara tegangan rendah
(SKUTR) berupa jaringan yang dipasang di
udara menggunakan kabel berisolasi
dipilin, direntang dan digantung pada tiang.
3. Saluran kabel tegangan rendah (SKTR)
berupa jaringan yang dipasang di dalam
tanah.
2.4 Operasi Sistem Distribusi
Pengertian
dari
Operasi
Sistem
Distribusi adalah segala kegiatan yang
mencakup
pengaturan,
pembagian,
pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari
pusat pembangkit kepada konsumen dengan
efektif
serta
menjamin
kelangsungan
penyaluran/pelayanannya. Sebagai tolak ukur
pada kegiatan operasi terdapat beberapa
parameter, yaitu:
26
Jurnal Teknik Elektro
1.
2.
3.
4.
ISSN 2502-0986
Mutu listrik
Keamanan dan keselamatan
Biaya pengoperasian
Kepuasan pelanggan
aktif, jika terdapat jumlah nilai input dan
output yang tidak sama maka terjadilah jatuh
tegangan dan dari jatuh tegangan tersebut
maka akan nampak keluaran nilai rugi daya,
yakni:
2.5 Jatuh Tegangan Distribusi
Jatuh tegangan merupakan besarnya
tegangan yang hilang pada suatu penghantar.
Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik
secara umum berbanding lurus dengan panjang
saluran dan beban serta berbanding terbalik
dengan luas penampang penghantar. Besarnya
jatuh tegangan dinyatakan baik dalam persen
atau dalam besaran Volt. Besarnya batas atas
dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan
perusahaan kelistrikan.
Prugi = Pin – Pout
(2)
2.8 Perhitungan Rugi Energi Daya Listrik
Dalam Satuan Rupiah
Menurut Sarimun (2011, h. 26), dari
perhitungan rugi daya dapat kita ketahui juga
jumlah rugi energi daya listrik dalam satuan
rupiah, dari sini lah PT. PLN (Persero) bisa
mengetahui berapa rupiah kerugian yang
terjadi akibat jatuh tegangan maupun lossis
dalam penjualan energi listriknya, yakni:
(3)
Dimana :
W
: Energi (Watt - hours)
P
: Daya aktif (Watt)
t
: Waktu (Hours)
Gambar 2. Toleransi Tegangan Pelayanan
Yang di Izinkan
2.6 Penyebab Jatuh Tegangan
Besar
kecilnya
jatuh
tegangan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu :
1. Tahanan saluran
2. Arus saluran
3. Faktor daya (Cos φ)
4. Panjang saluran
5. Titik sambung (Connector)
2.7 Perhitungan Daya Aktif Dalam Satuan
Watt
Setelah melakukan pengukuran titik
sambung connector input dan output pada
jaringan tegangan rendah (JTR), maka kita
bisa memperhitungkan daya aktif dalam satuan
watt, yakni:
(1)
Dimana:
P
: Daya Aktif (Watt)
V
: Tegangan (Volt)
I
: Arus Beban (Ampere)
cos φ : Faktor Daya
Setelah mendapatkan hasil perhitungan
nilai input dan output dari perhitungan daya
Hasil perhitungan energi di atas, kita
rubah hasil perhitungan yang sebelumnya
dengan satuan Watt – hours (Wh) dengan kWh
dengan cara membagi 1000 dengan hasil nilai
energi tersebut. Setelah merubah nilai menjadi
satuan kWh, dapat kita kalikan nilai tersebut
dengan harga rupiah per 1 kWh nya, yang di
jual berdasarkan standart harga tarif daya
listrik (TDL) dari PT. PLN (Persero).
2.9 Connector
Connector adalah peralatan yang
digunakan untuk menghubungkan (mengconnect) penghantar dengan pudengan SR
(Sambungan Rumah) dengan jenis ukuran
connector yakni 50/50 mm2, 70/70 mm2, dan
70/50 mm2.
1. Pierching Connector
Connector ini menggunakan sistem
mur-baut, terbuat dari bahan sejenis isolator,
dapat di pasang dalam kondisi jaringan yang
bertegangan dan tanpa mengupas isolasinya.
Konduktansi terjadi karena pada connector ini
terdapat gigi penerus arus. Sehingga gigi
penerus arus ini harus tajam dan tegak untuk
dapat menembus bagian isolasi kabel.
27
Jurnal Teknik Elektro
Gambar 3. Pierching Connector
2. Line Tap Connector/Joint Connector
Connector ini terbuat dari aluminium.
Pemasangan connector jenis ini, biasanya
harus tanpa tegangan, karena diperlukan
pengupasan isolasi kabel untuk membentuk
konduktifitas. Konduktifitas yang dihasilkan
connector jenis ini lebih baik, karena luas
permukaan kontak lebih besar. Cara
pemasangan untuk penekanan badan connector
dengan menggunakan alat perkakas tekan
(Desk Line Tap).
Gambar 4. Line Tap Connector
II. Isi Makalah
3.1 Metode Penelitian
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian dimulai pada bulan
Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.
Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN
(Persero) Rayon Lamongan. Untuk lokasi
penelitian di Ds. Balun Kec. Turi Lamongan.
3.2 Jenis Penelitian
Metode kuantitatif adalah penelitian
yang menggunakan metode ilmiah/scientifik
karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah
yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur,
rasional, dan sistematis, disebut metode
kuantitatif karena penelitian berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi (pengamatan)
2) Wawancara
3) Dokumentasi
ISSN 2502-0986
3.5 Metode Analisa Data
Untuk menganalsis data perhitungan
rugi daya, maka penulis melakukan
pengukuran pada titik sambung jaringan
tegangan rendah (JTR) input dan output
connector, setelah itu data diolah oleh penulis
untuk mencapai tujuan penelitian penulis
dengan cara menggunakan metode:
1) Perhitungan daya aktif dalam satuan watt,
untuk mengetahui arus total input dan
output.
2) Perhitungan rugi daya, dengan cara
mengurangi hasil input dengan output.
3) Perhitungan rugi energi daya listrik dalam
satuan rupiah, untuk mengetahui nilai
rupiah kerugian daya.
3.6 Flowchart Perencanaan
Gambar 5. Flowchart
3.2 Analisis Perencanaan Pengukuran
Pierching Connector dengan Line Tap
Connector
Dalam melaksanakan program tugas
akhir ini penulis menitik beratkan pada
permasalahan
perbandingan
pengukuran
pierching connector dengan line tap connector
pada jaringan tegangan rendah (JTR). Penulis
mengambil analisa ini di daerah Ds. Balun
Kec. Turi Lamongan. Tanggal pelaksanaan 14
April 2014. Waktu 16.30 – 18.00 WIB.
3.4 Metode Pengumpulan Data
1) Data Primer
2) Data Sekunder
28
Jurnal Teknik Elektro
ISSN 2502-0986
Analisa hasil pengukuran pierching
connector pada T. 49 D1:
Tabel 1
Pengukuran input dan output pada
pierching connector
Gambar 6. Single Line JTR T. 049 Ds.
Balun Kec. Turi Lamongan
Dari hasil survei lapangan di daerah
tersebut, penulis menemukan titik sambung
kabel line JTR yang menggunakan pierching
connector dengan line tap connector, maka
penulis
melakukan
pengukuran
dan
mengambil hasil analisis tersebut.
Pengukuran titik sambung jaringan
tegangan rendah (JTR) dilakukan dengan cara
mengukur nilai R-N, S-N dan T-N pada input
dan output connector yang terpasang pada
jaringan tegangan rendah (JTR).
Gambar 8. Hasil Pengukuran Pierching
Connector Input
Gambar 7. Jaringan Tegangan Rendah
(JTR)
3.3 Hasil Pengukuran GTT PT. PLN
(Persero) Rayon Lamongan Pada T. 49
Hasil pengukuran GTT T. 49 pada box panel :
1. Tegangan dan nilai Cos φ
R-N : 239,6 V
Cos φ R : 0,9,3
S-N : 241,4 V
Cos φ S : 0,9,0
T-N : 239,5 V
Cos φ T : 0,9,3
2. Beban Line Dalam Satuan Ampere dan
nilai Cos φ
R : 38,7 A
Cos φ : 0,9
S : 27,1 A
Cos φ : 0,9
T : 49,7 A
Cos φ : 0,9
N : 18,4 A
Cos φ : 0,9
3. Fasa-fasa
R-S : 417 V
R-T : 414 V
S-T : 420 V
Gambar 9. Hasil Pengukuran Pierching
Connector Output
3.4.2 Pengukuran Line Tap Connector
Analisa hasil pengukuran line tap connector
pada T. 49 D3 A1 :
Tabel 2
Pengukuran input dan output pada line tap
connector
3.4 Hasil Pengukuran Pierching Connector
dan Line Tap Connector
3.4.1 Pengukuran Pierching Connector
29
Jurnal Teknik Elektro
ISSN 2502-0986
Prugi = Pin – Pout = 24699,6 – 24565,3
= 134,3 W
Selisih Rugi Daya adalah 134,3 W
Gambar 10. Hasil Pengukuran Line Tap
Connector Input
2. T. 49 D3 A1 (Line Tap Connector)
IN
R-N : 236,6 x 38,7 x 0,9 = 8240,8
S-N : 240,7 x 27,1 x 0,9 = 5870,7 W
T-N : 233,1 x 49,7 x 0,9 = 10426,6
24538,1 W
OUT
R-N : 236,6 x 38,7 x 0,9 = 8240,8
S-N : 240,7 x 27,1 x 0,9 = 5870,7 W
T-N : 233,1 x 49,7 x 0,9 = 10426,6
24538,1 W
W
W+
W
W+
Prugi = Pin – Pout = 24538,1 – 24538,1
=0W
Selisih Rugi Daya adalah 0 W
Dari hasil analisa perhitungan rugi daya,
terdapat hasil perhitungan antara input dan
output pada tititk sambung pierching
connector dan line tap connector:
T. 49 D1
(Pierching Connector) :
134,3 W
T. 49 D3 A1 (Line Tap Connector)
:0W
Gambar 11. Hasil Pengukuran Line Tap
Connector Output
3.4.3 Hasil perhitungan Rugi Daya
1. Perhitungan daya aktif dalam satuan watt.
(4)
2. Perhitungan rugi daya dalam satuan watt.
Prugi = Pin – Pout
3.5 Hasil Perhitungan Rugi Energi Daya
Listrik Dalam Satuan Rupiah
Dari hasil perhitungan rugi daya dari
sub bab 4.2.3.1, penulis mendapatkan hasil
analisa rugi daya yang terjadi pada titik
sambung pierching connector, maka dapat
diketahui juga nilai nominal rugi energi daya
listrik dalam hitungan satuan rupiah,
berdasarkan tarif daya listrik (TDL) 2014 per
kWh nya adalah Rp. 650,-:
(6)
(5)
1. T. 49 D1 (Pierching Connector)
IN
R-N : 235,8 x 38,7 x 0,9 = 8212,9
S-N : 243,7 x 27,1 x 0,9 = 5943,8
T-N : 235,7 x 49,7 x 0,9 = 10542,9
24699,6 W
OUT
R-N : 233,8 x 38,7 x 0,9 = 8143,3
S-N : 241,6 x 27,1 x 0,9 = 5892,6
T-N : 235,4 x 49,7 x 0,9 = 10529,4
24565,3 W
T. 49 D1 (Pierching Connector)
Selisih Rugi Daya
: 134,3 W
Waktu
: 24 Jam
W
W
W+
W
W
W+
W
= P x t x 30 Hari
= 134,3 x 24 x 30
= 96696 Wh
E
=
= 96,696 kWh
Rp = 96,696 x 650 = 62.852,-
30
Jurnal Teknik Elektro
Jadi Rugi Energi Daya Listrik dalam
satu bulan adalah Rp. 62.852,- Jika terjadi
dalam satu tahun dalam hitungan waktu 24
jam adalah: 62.852 x 12 Bulan = 754.224,3.6 Penyebab Rugi Daya Pada Penggunaan
Pierching Connector
Penyebab dari rugi daya pada pierching
connector tersebut yaitu:
1. Dari segi pemasangan pierching connector
yang tidak benar.
2. Pengencangan pada baut connector yang
kurang kencang.
3. Peralatan pierching connector yang tidak
standar PUIL PLN.
4. Kondisi pierching connector yang telah
usang sehingga terjadi lost kontak di
sambungan.
3.7 Upaya PT. PLN (Persero) Untuk
Menekan Terjadinya Rugi Daya
Dari permasalahan diatas dan hasil
wawancara penulis, bahwa untuk menekan
terjadinya rugi daya pada pemasangan titik
sambung pierching connector, PT. PLN
(Persero) berupaya melakukan rekonektorisasi
yaitu pergantian connector, dari connector
sistem pierching connector diganti dengan line
tap connector atau connector dengan sistem
press. Manfaat dari rekonektorisasi adalah:
1. Menurunkan lossis atau penyusutan arus
listrik untuk beberapa waktu.
2. Balanced beban listrik atau penyeimbang
beban listrik yang terpakai.
3. Penyetabil arus listrik untuk beberapa
waktu (non permanent).
4. Merapikan titik sambung antara JTR dan
SR (non permanent).
5. Menghindari pencurian arus listrik.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil analisa data dan implementasi
selama pelaksanaan Tugas Akhir maka penulis
dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Perhitungan Rugi Daya
Dari hasil perhitungan analisa rugi daya,
terdapat hasil perhitungan antara input dan
output pada tititk sambung pierching
connector dan line tap connector:
T. 49 D1 (Pierching Connector) :134,3 W
T. 49 D3 A1 (Line tap Connector)
: 0
W
ISSN 2502-0986
2. Hasil Perhitungan Rugi Daya Dalam
Satuan Rupiah
Dari hasil perhitungan analisa rugi daya,
dapat diketahui kerugian daya pada titik
sambung pierching connector dengan selisih
nilai rugi daya 134,3 W dan jika dihitung
dalam satuan rupiah, maka rugi energi daya
listrik dalam satu bulan adalah Rp. 62.852,-.
Jika terjadi dalam satu tahun dalam hitungan
waktu 24 jam adalah 62.852 x 12 Bulan =
754.224,3. Penyebab Dari Rugi Daya Pada Pierching
Connector
Penyebab rugi daya pada titik sambung
pierching connector yang terjadi pada T. 49
D1 adalah:
1) Dari segi pemasangan pierching
connector yang tidak benar.
2) Pengencangan pada baut connector yang
kurang kencang.
3) Peralatan pierching connector yang
tidak standar PUIL PLN.
4) Kondisi pierching connector yang telah
usang.
Saran
Saran yang akan disampaikan penulis
diantaranya yaitu :
1. Sebaiknya untuk pemasangan titik sambung
pada jaringan tegangan rendah (JTR)
maupun titik sambung pada saluran
jaringan tegangan rendah ke kWh, lebih
baik menggunakan line tap connector.
2. Untuk pemasangan connector, harus sesuai
dengan standar pemilaharaan SOP dan
setiap pekerja diwajibkan memakai
perlengkapan lengkap untuk menghindari
terjadinya kecelakaan kerja.
3. Untuk mengungaringi terjadinya lossis dan
rugi daya dapat dilakukan dengan cara
rekonektorisasi yaitu pergantian connector,
dari connector sistem pierching connector
di ganti dengan line tap connectror atau
connector dengan sistem press. Manfaat
dari rekonektorisasi adalah:
1) Menurunkan lossis atau penyusutan arus
listrik untuk beberapa waktu.
2) Balanced beban listrik atau penyeimbang
beban listrik yang terpakai.
3) Penyetabil arus listrik untuk beberapa
waktu (non permanent).
4) Merapikan titik sambung antara JTR dan
SR (non permanent).
31
Jurnal Teknik Elektro
ISSN 2502-0986
5) Menghindari pencurian arus listrik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Daman Suswanto, 2009. Sistem Distribusi
Tenaga Listrik, Edisi Pertama. Padang:
Lembaga Universitas Negeri Padang.
[2] Sugiyono. Prof. Dr, 2011. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
R&D, Edisi ke 13. Bandung: CV. Alfa
Beta.
[3] Suhadi & Tri Wrahatnolo, 2008. Teknik
Distribusi Tenaga Listrik, Jilid I. Jakarta:
PT. Macanan Jaya Cemerlang
[4] PT. PLN (PERSERO), 2010. Kontruksi
Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, Jilid I.
Jakarta:
PT.
PLN
(PERSERO)
DISTRIBUSI.
[5] PT. PLN (PERSERO) Rayon Lamongan.
Arsip dan Dokumentasi.
[6] Wahyudi Sarimun N. Ir. MT, 2011. Buku
Saku Pelayanan Teknik (YANTEK),
Edisi Kedua. Bekasi: Garamond.
[7] http://elektroumi.blogspot.com/2012/06/te
gangan-sistem-distribusi, diakses tanggal
15 Maret 2014.
[8] http://indonetwork.co.id/cv_aps/1182553/
hioki-3283-leak-clamp-tester.html,
diakses tanggal 20 Maret 2014.
[9] http://repository.upi.edu/33/2/s-e52310811639-chapter1.pdf, diakses tanggal 15
Maret 2014.
32
Download