ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA PRODUKSI ES

advertisement
Volume XVI Tahun 8, Desember 2015 hal 27-33
Jurnal Ekonomi
Pembangunan FE-Unhalu
ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA PRODUKSI ES BALOK
PADA PT. YANAGHI HISTALARAYA 1)
Sabrin2)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat break even point
penjualan es balok dan mengetahui faktor –faktor pencapaian break even point.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan
bantuan perhitungan break even point dan margin of safety. Penelitian
menggunakan data sekunder hasil catatan produkssi, penjualan dan biaya
perusahaan periode 2012-2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
besarnya volume penjualan agar perusahaan berada pada posisi break even
point pada tahun 2012 adalah sebanyak 36.806 balok atau senilai Rp
515.283.621, dengan margin of safety sebesar 60,72 persen. Pada tahun 2013
sebanyak 35.104 balok atau sebesar Rp 526.561.971 dengan margin of safety
sebesar 59,01 persen dan pada tahun 2014 BEP terjadi pada penjualan sebanyak
32.524 balok atau sebesar Rp 520.392.107 dengan margin of safety sebesar
57,52 persen. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian break even point
pada PT. Yanaghi Histalaraya adalah faktor internal diantaranya pemasaran
dan keuangan; dan faktor eksternal seperti persaingan.
Kata Kunci : biaya, penjualan, break even point
I. PENDAHULUAN
Perkembangan perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan
manajemen untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya dan kejeliannya
memanfaatkan setiap peluang yang ada, disamping selalu waspada terhadap
kemungkinan adanya ancaman dari para pesaing yang akan merebut pangsa
pasarnya yang dengan sendirinya akan menurunkan tingkat penjualan yang akan
berakibat berkurangnya laba yang diharapkan serta berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup perusahaan atau pertumbuhan perusahaan Salah satu bagian
perencanaan laba Perencanaan laba yang digunakan dalam perusahaan adalah
Break Even Point (BEP) di mana menjelaskan tentang hubungan antara biaya,
volume produksi, harga jual dalam rangka memperoleh gambaran pulang pokok
perusahaan.
___________________________________________
1) Hasil Penelitian
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume
2) Dosen Universitas Halu Oleo Kendari
XVI Tahun 8, Desember 2015
27
PT. Yanaghi Histalaraya merupakan salah satu perusahaan yang
memfokuskan usaha dalam bidang produksi dan penjualan sebagai supplier
produk es balok bagi nelayan dan para pedagang ikan basahnya baik mereka
yang dari Kota Kendari maupun dari luar wilayah Kendari. Dalam menjalankan
kegiatan usahanya, pihak perusahaan menuntut agar kinerja penjualan dapat
ditingkatkan demi pencapaian laba yang maksimal.
Tabel 1 Data Produksi ES Balok PT. Yanaghi Histalaraya Tahun 2012-2014
Nilai penjualan
Harga
Produksi Es
Tahun
(Rp)
( Rp)
(Balok)
2012
2013
2014
14.000
15.000
16.000
93.700
85.640
76.560
1.311.800.000
1.284.600.000
1.224.960.000
Sumber: PT. Yanaghi Histalaraya
Penyebab penurunan produksi dari tahun ke tahun sesuai hasil
wawancara dengan pimpinan perusahaan yaitu karena mesin produksi yang
sudah usang sehingga mesin produksi es beroperasi tidak normal dalam proses
produksi. Pada sisi lain, pada beberapa waktu para nelayan tidak beroperasi yang
sebabkan musim terang bulan, dan sebagian besar nelayan lebih tertarik membeli
es balok ke pabrik-pabrik yang baru, untuk itu berpengaruh terhadap volume
penjualan es balok perusahaan PT. Yanaghi Histalaraya. Untuk itu perlu suatu
tehnik analisis yang baik serta informasi yang lengkap dalam pengelolaan
perusahaan agar tidak mengalami kerugian, salah satunya yaitu Analisis Break
Even Point pada produksi Es Balok PT Yanaghi Histalaraya Kendari.
II. KAJIAN PUSTAKA
Prawirosentono (2010) menyatakan bahwa Break Even Point (BEP)
dilihat dari aspek pemasaran merupakan volume penjualan dimana total
penghasilan (total revenue) sama dengan total biaya, sehingga perusahaan dalam
posisi tidak untung maupun tidak rugi. Sedangkan dilihat dari segi penjualan
Break Even Point adalah titik yang menunjukkan tingkat penjualan barang atau
jasa yang dijual tetapi tidak memberikan keuntungan maupun kerugian. Menurut
Yamin Zulian (2013) BEP adalah salah satu titik dimana total biaya atau total
cost sama dengan total penghasilan atau total revenue. Sejalan dengan itu
menurut Horngren Dkk (2013) menyatakan bahwa BEP adalah penjualan output
yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total yaitu jumlah
penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi, sehingga suatu usaha
tidak memberikan keuntungan maupun kerugian. Sedangkan menurut Bambang
Riyanto (2011) BEP
adalah keadaan suatu perusahaan yang volume
penjualannya menunjukkan kondisi penghasilannya (revenue) tepat sama
besarnyadengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan atau menderita kerugian.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
28
Penentuan titik impas untuk satu produk digunakan dua pendekatan
yaitu: (1) Pendekatan tehnik persamaan, baik dalam unit maupun rupiah; dan (2)
Pendekatan Grafik (Mulyadi, 2001). Untuk dapat menentukan tingkat Break
Event Point, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap tidak
berubah dalam range output tertentu, tetapi untuk setiap satuan produksi akan
berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Semakin besar hasil produksi,
maka biaya tetap per satuan akan semakin kecil, sebaliknya semakin rendah hasil
produksi maka biaya tetap per satuan akan semakin besar. Biaya variabel adalah
biaya yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau
volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap. Pemisahan biaya
variabel dan biaya tetap dalam praktek biasa bukan merupakan masalah yang
mudah. Jenis biaya semi variabel atau semi tetap dalam analisa Break Even Point
perlu pemisahan lebih dulu menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan
menggunakan metode tertentu. (Munawir, 2004).
Analisis BEP sering disandingkan dengan margin of safety (MOS).
Manajemen sangat berkepentingan dengan margin of safety, karena dengan
diketahui margin of safety berarti manajemen mengetahui kemanan dari kondisi
penjualannya. margin of safety bagi perusahaan merupakan syarat bagi
manajemen yaitu tindakan apa yang harus dilakukan apabila penjualan mendekati
titik impas (laba makin turun). Margin of safety merupakan angka yang
menunjukkan jarak antara penjualan yang direncanakan atau ditargetkan dengan
penjualan pada break event.dengan demikian margin of safety adalah juga
menggambarkan batas jarak tersebut, perusahaan akan menderita kerugian.
Menurut Manullang (2013) perencanaan laba merupakan salah satu faktor yang
sangat penting karena dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kelancaran
maupun keberhasilan dalam menghasilkan laba. Oleh karena itu perencanaan
laba memungkinkan suatu perusahaan memilih bebrapa alternatif yang mungkin
untuk dilaksanakan dimasa depan dengan mempertimbangkan secara kuantitatif
dan kualitatif dalam bentuk keuangan. Dimana keuangana suatu perusahaan
menjadi lebih fleksibel dari perusahaan laba operasi perusahaan. Sedangkan
menurut supriyono (2000) menyatakan bahwa : “perencanaan laba adalah
memilih beberapa alternatif yang memungkinkan untuk dilaksanakan dimasa
depan dengan mempertimbangkan tujuan perusahaan serta sumber-sumber
ekonomi yang dimiliki serta kendala-kendala yang dihadapainya dimasa akan
datang”.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada perusahaan PT. Yanaghi
Histalaraya Kendari yang terletak diJalanSamudra Kelurahan Puday Kecamatan
Abeli Kendari, penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari sampai dengan
bulan Mei 2015. Penelitian menggunakan data sekunder hasil catatan produkssi,
penjualan dan biaya perusahaan periode 2012-2014. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan mengunakan
Break Even Point dan Margin of Safety dengan formula:
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
29
BEP( unit) =
Biaya tetap
Harga jual per unit − variabel per Unit
BEP (Rp) =
(Sumber:Martono dan Harjitno, 2010)
MOS =
PR − penjualan BEP
x 100%
PR
Keterangan: PR, penjualan yang direncanakan
(Sumber: Simamora, 1999 )
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penjualan dan Biaya Perusahaan
Selama periode tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 sebagaimana
Tabel 2 realisasi penjualan PT. Yanagi Histalaraya mengalami penurunan. Pada
tahun 2012 volume penjualan berjumlah 93.700 balok atau senilai
Rp1.302.980.000 turun menjadi 85.640 balok senilai Rp1.275.960.000 ditahun
2013 atau terjadi penurunan sebesar 2,07%. Pada tahun 2014 juga mengalami
penurunan, volume penjualan sebanyak
76.560 balok atau senilai
Rp1.224.960.000 atau terjadi penurunan sebesar 4,00%. Penurunan penjualan
tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya karena kondisi mesin yang
sudah usang sehingga mesin beroperasi tidak normal dan sebagian besar nelayan
lebih tertarik membeli es balok ke pabrik-pabrik yang baru.
Adapun biaya variabel perusahaan periode tahun 2012 sampai dengan
tahun 2014 mengalami penurunan. Pada tahun 2012 biaya variabel berjumlah Rp
601.944.100. Jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi Rp
585.694.950. Dan pada tahun 2014 juga mengalami penurunan menjadi Rp
546.039.300. Hal ini sesuia dengan penurunan volume produksi yang dihasilkan
oleh perusahaan. Sementara biaya tetap PT. Yanaghi Histalaraya adalah biaya
yang besarnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya tetap pada tahun
2012 sebesar Rp 278.836.041, pada tahun 2013 sebesar Rp 286.483.591. dan
pada tahun 2014 sebesar Rp 288.421.641. Jumlah ini mengalami peningkatan
karena naiknya biaya pemeliharaan mesin yang sekaligus termasuk biaya
perbaikan mesin yang diakibatkan oleh mesin yang mengalami kerusakan.
Berdasarkan informasi pendapatan dan biaya perusahaan maka dapat
diketahui besarnya jumlah laba. Laba yang diperoleh dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini
disebabkan jumlah produksi yang menurun dan meningkatnya biaya tetap.
Jumlah produksi tahun 2012 sebanyak 93.700 balok atau senilai Rp
1.311.800.000 dan pada tahun 2013 sebanyak 850.650 balok atau senilai Rp
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
30
1.284.600.000, dan pada tahun 2014 sebanyak 76.560 balok atau senilai Rp
1.224.960.000 sedangkan biaya tetap yang dikeluarkan juga mengalami
peningkatan yang disebakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
pemeliharaan mesin pabrik sebab pada kondisi tersebut mesin pabrik sering
mengalami gangguan (kerusakan).
Tabel 2 Penjualan dan Biaya Produksi ES Balok PT. Yanaghi Histalaraya
Tahun 2012-2014
Produk Es Balok
Penjualan
Biaya Variabel
Margin Kontribusi
Biaya Tetap
Laba
2012
(Rp)
1.311.800.000
2013
(Rp)
1.284.600.000
2014
(Rp)
1.224.960.000
601.944.100
709.855.900
278.836.041
431.019.859
585.694.950
698.905.050
286.483.591
412.421.459
546039300
678920700
288421641
390499059
Sumber: PT. Yanaghi Histalaraya, diolah
B. Analisis Break Even Point
BEP perusahaan periode 2012-2014 disajikan sebagaimana Tabel 3 yang
menunjukkan bahwa kondisi BEP perusahaan dalam unit pada tahun 2013 berada
pada 36.806 balok. Titik BEP semakin menurun untuk setiap tahunnya yang
pada tahun 2014 mencapai 42.524 balok. Penurunan BEP dalam unit, tampak
memiliki pola yang berbeda dalam rupiah khususnya tahun 2013 yang justru
mengalami peningkatan.
Tabel 3 BEP dan Margin of Safety Produksi ES Balok
PT. Yanaghi Histalaraya Tahun 2012-2014
Margin of
Produk Es Balok
Safety
Tahun
(%)
Unit
Rupiah
2012
36.806
Rp 515.283.621
60,72
2013
35.104
Rp 526.561.971
59,01
2014
32.524
Rp 520.392.107
57,52
Sumber: Hasil Penelitian
Pada sisi lain, agar analisa BEP yang telah diketahui tersebut lebih
bermanfaat dalam memberikan informasi bagi pimpinan perusahaan dalam
mengambil dan menentukan kebijakan produksi dan pemasaran yang akan datag,
maka analisis break even point dilengkapi dengan analisis margin of safety atau
batas keselamatan. Margin of safety dapat menunjukkan sampai seberapa banyak
volume penjualan yang dianggarkan dapat mengalami penurunan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian. Margin of safety untuk tahun 2012
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
31
sebesar 60,72 persen, dan semakin menurun untuk tahun 2013 dan 2014. Pada
tahun 2014 margin of safety menjadi 57,52 persen.
C. Faktor-faktor Pendorong Pencapaian Break Even Point
Dalam istilah sehari-hari, break even point sering diartikan sebagai balik
modal. Pengertian tersebut tidak sepenuhnya benar karena BEP adalah titik
impas, dimana suatu perusahaan tidak mendapat laba dan tidak pula menderita
rugi dalam aktifitas operasionalnya. BEP disini merupakan titik impas antara
pendapatan dengan biaya yang terjadi dalam satu peripde tertentu., atau BEP
dalam artian titik impas antara pendapatan dari awal beroperasi dengan
akumulasi biaya dari awal beroperasi. Sehubungan dengan hal tersebut terdapat
factor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian Break even point. Faktorfaktor tersebut berasal dari dalam dan luar perusahaan. Faktor yang berasal dari
dalam adalah kondisi yang ada diinternal perusahaan. Seperti yang diketahui
bahwa tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 PT. Yanaghi Histalaraya telah
mencapai break even. Kondisi ini dipengaruhi oleh pemasaran dan keuangan.
Sejak awal berdirinya perusahaan pemasaran Es balok dapat berkembang dengan
baik yang ditinjau dari sisi keuangan perusahaan mampu mengefesienkan biaya
sehingga laba yang diperoleh cukup besar. Sementara faktor yang berasal dari
luar adalah persaingan. Tahun 2012 sampai tahun 2014 PT. Yanaghi Histalaraya
mengalami penurunan penjualan salah satu faktornya adalah nelayan memilih
membeli kepabrik-pabrik baru.
V. SIMPULAN
1.
2.
Besarnya volume penjualan agar perusahaan berada pada posisi break even
point pada tahun 2012 adalah dengan menjualan produk es balok sebanyak
36.806 balok atau senilai Rp 515.283.621, dengan MOS sebesar 60,72%.
Pada tahun 2013 sebanyak 35.104 balok atau sebesar Rp526.561.971 dengan
MOS sebesar 59,01% dan pada tahun 2014 BEP terjadi pada penjualan
sebanyak 32.524 balok atau sebesar Rp 520.392.107 dengan MOS sebesar
57,52%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian break even point pada PT.
Yanaghi Histalaraya adalah faktor internal diantaranya pemasaran dan
keuangan dan faktor eksternal seperti persaingan.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. 2001. Manajemen Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Baroto, Teguh. (2002). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Hansen dan Mowen, 2010. AkuntansiManajemen. Edisi ke Enam. Jakarta:
Salemba Enam
Horngren. 2013. Sistem Pengedalian Manajemen.Jakarta
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
32
Indriyo Gitosudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:BPFE
Keown. 2010. Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: BPFE
Koeswara. 1995. Motivasi Teori dan Penelitiannya. Bandung : Angkasa.
Kusnadi. 2001. Akuntansi Biaya. Bandung : Fakultas Ekonomi Universitas
Jendral Achmad Yani.
Manullang. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan. Medan : Penerbit Andi.
Martono dan Harjito. 2010. AkuntansiBiaya dan Pengendalian Biaya
Monroe, K.B. 1992. Kebijakan Harga. (Edisi 2). ( Edisi Bahasa Indonesia).
Jakarta : Gramedia.
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa.
Jakarta: Salemba Empat
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edis Yogyakarta: UPP-AMP YKPN
Munawir,S. 2012. Manajemen Keuangan. Edisi delapan Yogyakarta:
Munawir S.2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.
Nasution, Arman Hakim. (2003). Perencanaan dan Pengendalian Produksi.
Guna Widya. Jakarta.
Prastowo Dwi, dan Rifka Julianty, 2005. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta : UPP AMPYKPN.
Prawirosentono. 2010 Manajemen Operasi. Edisi Ke 5
Prawironegoro, Darsono. 2005. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Diadit Media
Riyanto,Bambang.2001.
Dasar-dasar
Pembelanjaan
Perusahaan.Yogyakarta:BPFE
Sigit, Soehardi. 2002. Analisa Break Even Ancangan Linear Secara
Ringkas
dan Pasti. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE
Sugiri, Slamet. 2009. Akuntansi Pengantar 2. Yogyakarta : UPP STIM YKPN
Sunarto. 2004. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta : UPP AMPYKPN.
Sunarto. 2012. Pengantar Bisnis Perusahaan. Yogyakarta: BPFE
Supriyono, R.A. 2000. Akuntansi Biaya Perencanaan Pengendalian Biaya Serta
Pembuatan Keputusan.Edisi 2. Yogyakarta : BPFE
Syahfaruddin, Alwi. 1994. Alat-alat Analisis Dalam Pembelajaran. Yogyakarta :
Andi Offset.
Syamsuddin, Lukman. 2004.
Manajemen Keuangan Perusahaan( Konsep
Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan
Keputusan).Jakarta: Rajawali Pers
Syamsuddin, Lukman. 2010.
Manajemen Keuangan Perusahaan( Konsep
Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan,
dan Pengambilan
Keputusan). Jakarta: Rajawali Pers.
Swatha dan Sukotjo. 1997. Asas-asas Pemasaran. Edisi Ke Tiga. Yogyakarta:
BPFE
Uswatun Tati, 2007 Analisis Break Even Untuk Merencanakan Laba Pada
PT.Tambi Wonosobo
Zulian, Yamin. 2013. Manajemen Produksi Dan Operasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume XVI Tahun 8, Desember 2015
33
Download
Study collections