KEMENTERIAN AGAMA RI Jln. Lapangan Banteng Barat No. 3 - 4 Telp. (021) 3812344, 3811642, 3811654 Pes.331 Fax: 34833981 JAKARTA Website: diktis.kemenag.go.id QUR’AN HADITS MODUL BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU (PLPG) KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 KATA PENGANTAR (POKJA) KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kita sampaikan ke hadirat Allah SWT. Karena dengan hidayah dan taufik‐Nya modul Qur’an Hadis untuk materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Guru mata pelajaran Qur’an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah dapat diselesaikan. Modul ini disusun sebagai bahan ajar untuk mendukung proses pembelajaran pada kegiatan PLPG Guru Quran Hadis yang dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara PLPG di daerah. Diharapkan dengan modul ini proses pembelajaran akan berjalan lebih baik dengan hasil yang lebih baik pula. Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Dengan demikian profesionalisme guru dituntut terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, menyatakan bahwa pendidik harus memenuhi kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut harus dikembangkan secara utuh, sehingga terintegrasi dalam kinerja guru. Dalam rangka penyelenggaran Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) agar memenuhi kompetensi yang diharapkan maka dipandang perlu adanya bahan ajar atau modul. Bahan ajar atau modul yang dipersiapkan didasarkan atas hasil analisi kebutuhan para peserta uji kompetensi awal. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyiapkan bahan ajar ini. Bogor, Juni 2015 Tim Penyusun Modul DAFTAR ISI Kata Pengantar (Dari POKJA) Kata Pengantar Daftar Isi A. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL B. ISI MODUL: 1. MODUL 1 : KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU a. Peta Konsep Kebijakan Umum Peningkatan Kompetensi Guru Penilaian Kinerja Guru Pengembangan Karir Guru Perlindungan dan Penghargaan Guru Etika Profesi Guru b. Tujuan Pembelajaran c. Strategi dan Media Pembelajaran d. Uraian Materi e. Rangkuman f. Latihan g. Daftar Pustaka 2. MODUL 2 : KURIKULUM 2013 UNTUK MATA PELAJARAN QUR’AN HADIS DAN IMPLEMENTASINYA a. Peta Konsep Rasional dan Elemen Perubahan SKL, KI dan KD Struktur Kurikulum Prinsip-prinsip Pembelajaran b. Tujuan Pembelajaran c. Strategi dan Media Pembelajaran d. Uraian Materi e. Rangkuman f. Latihan g. Daftar Pustaka 3. MODUL 3 : PTK UNTUK MATA PELAJARAN QUR’AN HADIS a. Peta Konsep Konsep Dasar PTK Prinsip-prinsip PTK Model-model PTK Metodologi Sistematika b. c. d. e. f. g. Tujuan Pembelajaran Strategi dan Media Pembelajaran Uraian Materi Rangkuman Latihan Daftar Pustaka 4. MODUL 4 : MATERI QUR’AN HADIS (MI/MTS/MA) a. Peta Konsep Pengertian Qur’an Hadis Tujuan diturunkannya al-Qur’an Isi dan Esensi Al-Qur’an dan Hadis Kedudukan dan Fungsi Hadis Pembagian Hadis Metode Pembelajaran Qur’an Hadis b. Tujuan Pembelajaran c. Strategi dan Media Pembelajaran d. Skenario Pembelajaran e. Uraian Materi f. Rangkuman g. Latihan h. Daftar Pustaka 5. MODUL 5 : STRATEGI PEMBELAJARAN QUR’AN HADIS a. Peta Konsep Pendekatan Saintifik Problem Based Learning Project Based Learning Contextual Learning Discovery Inquiry b. Tujuan Pembelajaran c. Strategi dan Media Pembelajaran d. Uraian Materi e. Rangkuman f. Latihan g. Daftar Pustaka 6. MODUL 6 : PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR QUR’AN HADIS a. Peta Konsep Penilaian Autentik Penilaian Portofolio Penilaian Kinerja Penilaian Project Penilaian Tertulis b. c. d. e. f. g. Penilaian Diri Pedoman Penilaian Raport Tujuan Pembelajaran Strategi dan Media Pembelajaran Uraian Materi Rangkuman Latihan Daftar Pustaka 7. MODUL 7 : PERANGKAT PEMBELAJARAN QUR’AN HADIS a. Peta Konsep Analisis Buku Guru dan Siswa Silabus RPP Media Bahan Ajar b. Tujuan Pembelajaran c. Strategi dan Media Pembelajaran d. Uraian Materi e. Rangkuman f. Latihan g. Daftar Pustaka C. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT D. GLOSARIUM E. LAMPIRAN Petunjuk Penggunaan Modul Untuk mengoptimalkan penggunaan modul ini, peserta diharapkan memperhatikan tahapan-tahapan berikut: 1. Bacalah bagian peta konsep, tujuan pembelajaran dan strategi dan media pembelajaran untuk memahami konsep utuh materi modul ini 2. Modul ini memuat beberapa materi yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan para peserta PLPG bagi guru Qur`an Hadis dari berbagai aspek, yaitu tentang kebijakan pengembangan profesi guru, kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Qur`an Hadis, Penelitian Tindakan Kelas untuk mata pelajaran Qur`an Hadis, materi Qur`an Hadis (MI/MTs/MA), strategi pembelajaran Qur`an Hadis, penilaian proses dan hasil belajar Qur`an Hadis, dan perangkat pembelajaran Qur`an Hadis. 3. Setiap materi atau modul memuat peta konsep, tujuan pembelajaran, strategi dan media pembelajaran, uraian materi, rangkuman, latihan, dan daftar pustaka. Oleh karenanya, diharapkan kepada peserta PLPG dapat belajar mandiri disamping belajar bersama instruktur di dalam kelas dalam rangkaian kegiatan sertifikasi guru. 4. Strategi dan media pembelajaran yang mendampingi peserta dan instruktur dalam setiap modul hanya sebagai alternatif dalam menunjang berjalannya proses pembelajaran. Maka, dalam mempelajari modul ini tidak harus menggunakan strategi dan media pembelajaran yang ditawarkan. Namun, dianjurkan pula untuk menggunakan strategi dan media pembelajaran lain yang sesuai dengan materi modul tersebut. 5. Setiap modul juga diberikan latihan berupa soal pilihan ganda dan essai sebagai latihan dan mengukur sejauhmana pemahaman dan penguasaan peserta menyerap materi yang diberikan. Maka dianjurkan kepada peserta untuk berlatih sebagaimana latihan yang ditawarkan. 1 Modul 1 Kebijakan Pengembangan Profesi Guru A. Peta Konsep Etika profesi guru berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara professional. Perlindungan dan penghargaan guru t e r m a s u k kesejahteraannya. Kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru, upaya peningkatan kompetensi, penilaian kinerja, pengembangan karir, perlindungan dan penghargaan Kebijakan Pengembangan Profesi Guru Pengembangan karir guru terkait dengan r anah pemb inaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir. Peningkatan kompetensi guru terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya. Penilaian kinerja guru terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru. Materi Kebijakan Pengembangan Profesi Guru mencakup kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru; peningkatan kompetensi guru; penilaian kinerja guru; pengembangan karir guru; perlindungan dan penghargaan guru; dan etika profesi guru. B. Tujuan Pembelajaran Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini dan mengikuti pembelajaran dalam PLPG, peserta dapat menunjukkan sikap positif, menguasai wawasan dan keterampilan yang terkait dengan : 1. Kebijakan umum pembinaan peningkatan kompetensi, dan pengembangan penilaian kinerja, profesi guru, upaya pengembangan karir, perlindungan dan penghargaan di lingkungan Kementerian Agama, serta etika profesi guru dalam pelaksanaan tugasya 2. Peningkatan kompetensi guru terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya. 3. Penilaian kinerja guru terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru. 4. Pengembangan karir guru terutama berkaitan dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian 2 dan karir. 5. Perlindungan dan penghargaan guru terutama berkaitan dengan konsep, prinsip atau asas, dan jenisjenis penghargaan dan perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya. 6. Etika profesi guru terutama berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat. C. Strategi dan Media Pembelajaran Strategi yang diterapkan dalam pendalaman materi kebijakan pengembangan profesi guru dalam kegiatan PLPG program sertifikasi guru adalah melalui pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus, membaca regulasi yang terkait, mengerjakan latihan, tugas terstruktur, membuat ringkasan dan penjelasan dari narasumber atau instruktur dan melakukan refleksi. Media yang digunakan untuk menyampaikan materi kebijakan pengembangan profesi guru adalah bahan presentasi power point, gambar dan lembar kerja. Rincian strategi dan langah-langkah pelatihan dapat dijelaskan sebagai berikut: Tahapan Kegiatan Persiapan Kegiatan Pendahuluan Deskripsi kegiatan Waktu Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaran lain. Pengkondisian peserta dan analisis terhadap entry level behavior dan knowledge. Fasilitator menjelaskan kompetensi dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Kebijakan pengembangan 15 profesi guru Kegiatan Inti Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung. Konsep Profesi Guru Brain storming tentang guru professional Focus group discussion (FGD) untuk mengkaji tentang kebijakan pengembangan profesi guru, dilanjutkan dengan paparan materi oleh fasilitator tentang kebijakan pengembangan profesi guru terutama tentang tujuan, prinsip dan orientasi serta regulasi yang mendasarinya yang disisipkan dalam kegiatan diskusi. Diskusi kelompok tentang karakteristik ideal guru profesional mata pelajaran Al-Qur’an Hadis. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru Mendiskusikan pesan UU No 20 Tahun 2003 tentang 25 25 3 Sisdiknas terkait guru, Undang-Undang tentang Guru dan Dosen, PP tentang Guru, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru. Menerapkan Focus Group Discussion untuk mengidentifikasi kompetensi dan kualifikasi guru al-Qur’an al-Hadis merujuk pada Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru. ICE BREAKER Kegiatan Penutup Kerja kelompok mendiskusikan tentang langkah-langkah stretagis dan penyusunan program untuk mengembangkan profesi guru secara mandiri dan berkelanjutan. Membuat rangkuman materi Kebijakan Pengembangan Profesi Guru Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran. Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan. Fasilitator menutup pembelajaran 10 15 10 D. Uraian Materi 1. Kebijakan Umum Pembinaan dan Pengembangan Guru a) Latar Belakang Pemikiran Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi model-model dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan, kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi pecundang. Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan paling konsisten. Manusia modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi diterpa oleh arus perubahan. Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan eksistensi diri dalam alur peradaban. Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya 4 mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undangundang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinyaMetamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti dengan beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan, seperti tersaji pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan pengembangan profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Pada tahun 2012 dan seterusnya pembinaan dan pengembangan profesi 5 guru harus dilakukan secara simultan, yaitu mensinergikan dimensi analisis kebutuhan, penyediaan, rekruitmen, seleksi, penempatan, redistribusi, evaluasi kinerja, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, dan sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk hukum baru yang mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan keselarasan dimensi-dimensi dan institusi yang terkait. b) Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang profesional sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan sejarah peradaban pendidikan. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi sifat dan substansinya, alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional, yaitu: (1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis Sekolah/Madrasah, (3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan (4) profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani. Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru telah menggariskan bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang dalam buku ini disebut sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan. Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/DIV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah memiliki keduanya, statusnya diakui oleh negara sebagai guru profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun PP No. 74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan yang memenuhi syarat sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan profesi. Dua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi ditetapkan oleh menteri, yang sangat mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi. Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting yang dapat disadap dari dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D 6 IV. Kedua, sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi. Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan. Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008 mengisyaratkan bahwa ke depan hanya seseorang yang berkualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau D-IV dan memiliki sertifikat pendidiklah yang “legal” direkruit sebagai guru. Jika regulasi ini dipatuhi secara taat asas, harapannya tidak ada alasan calon guru yang direkruit untuk bertugas pada Sekolah/Madrasah-Sekolah/Madrasah di Indonesia berkualitas di bawah standar. Namun demikian, ternyata setelah mereka direkruit untuk menjadi guru, yang dalam skema kepegawaian negara untuk pertama kali berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) guru, mereka belum bisa langsung bertugas penuh ketika menginjakkan kaki pertama kali di kampus Sekolah/Madrasah. Melainkan, mereka masih harus memasuki fase prakondisi yang disebut dengan induksi. Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan dibimbing dan dipandu oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar benar-benar siap menjalani tugas-tugas profesional. Ini pun tentu tidak mudah, karena di daerah pinggiran atau pada Sekolah/Madrasah-Sekolah/Madrasah yang nun jauh di sana, sangat mungkin akan menjadi tidak jelas guru seperti apa yang tersedia dan bersedia menjadi mentor sebagai tandem itu. Jadi, sunggupun guru yang direkruit telah memiliki kualifikasi minimum dan sertifikat pendidik, yang dalam produk hukum dilegitimasi 7 sebagai telah memiliki kewenangan penuh, masih diperluan program induksi untuk memposisikan mereka menjadi guru yang benar-benar profesional. Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan fase yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru. Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher) terhitung mulai dia petama kali menginjakkan kaki di Sekolah/Madrasah atau satuan pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri. Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan empiris lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman teoritis calon guru di kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasananya akan lain. Persoalan mengajar bukan hanya berkaitan dengan materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya, melainkan semua subsistem yang ada di Sekolah/Madrasah dan di masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Di sinilah esensi progam induksi yang tidak dibahas secara detail di dalam buku ini. Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru pemula masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya. c) Alur Pengembangan Profesi dan Karir Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin nyata. Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi mengangkat martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis pada prinsip-prinsip: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan 8 bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik guru kelas, guru bidang studi/mata pelajaran, maupun guru bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti tertuang pada Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam pengembangan profesi dan karir profesi guru di masa depan. Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan, kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka terjamin. Selama menjalankan tugas-tugas profesional, guru dituntut melakukan profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan 9 tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan non kependidikan yang terakreditasi. Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olah raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional. Pembinaan dan pengembangan keprofesian guru meliputi pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Pola pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru tersebut, sebagaimana disajikan pada Gambar 1.3., diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait dalam melaksanakan pembinaan profesi dan karir guru. Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru. Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru mengamanatkan bahwa terdapat pengembangan profesi guru, yaitu: dua pembinaan alur dan pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional. Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas. Namun demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi beragam sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang teori-teori terkini. Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau 10 satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala Sekolah/Madrasah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program sejenis. Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang luar biasa. d) Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan demikian, kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus dilakukan secara kontinyu, dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekruitmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir (lihat Gambar 1.4), hingga menjadi guru profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus. Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual tinggi. Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru dilakukan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta kinerja dan kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Penilaian kinerja guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu langkah untuk merumuskan program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan amanat yang tertuang pada Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga akan diketahui tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing, 11 baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya Disamping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu diketahui tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Dengan demikian, kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat. Penilaian kinerja dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan segala cabang aktifitasnya perlu disertai dengan upaya memberi penghargaan, perlindungan, kesejateraan, dan pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu yang relevan dengan masa depan manajemen guru, memerlukan formulasi yang sistemik dan sistematik terutama sistem penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus. e) Kebijakan Pemerataan Guru Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Hal tersebut menunjukkan betapa rumitnya persoalan yang berkaitan dengan penataan dan pemerataan guru di negeri tercinta ini. Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut dengan menetapkan Peraturan Bersama Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Peraturan ini ditandatangani tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012. Dalam peraturan bersama ini antara lain dinyatakan, bahwa untuk menjamin pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi dalam upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional 12 dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, guru pegawai negeri sipil dapat dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota, dan provinsi lain. f) Kebijakan dan Pemerataan Guru Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012 secara eksplisit menyatakan bahwa: a. Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan secara nasional ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Demikian juga Menteri Pendidikan Nasional mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan untuk penataan dan pemerataan guru PNS pada provinsi yang berbeda berdasarkan data pembanding dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dalam memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota, Menteri Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Agama. b. Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. c. Menteri Dalam Negeri berkewajiban untuk mendukung pemerintah daerah dalam hal penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional serta memasukkan unsur penataan dan pemerataan guru PNS ini sebagai bagian penilaian kinerja pemerintah daerah. d. Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan PNS secara nasional melalui aspek pendanaan di bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan negara. e. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan melalui penetapan formasi guru PNS. f. Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masing-masing. 13 g) Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota 1) Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru, gubernur bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau kekurangan guru PNS. 2) Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru PNS. 3) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya. 4) Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya. 5) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kewenangannya untuk penataan dan pemerataan antarkabupaten/kota dalam satu wilayah provinsi. 6) Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan didasarkan pada analisis kebutuhan dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan standardisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. 7) Analisis kebutuhan disusun dalam suatu format laporan yang dikirimkan kepada Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masingmasing dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan. Dalam kerangka pemerataan guru, diperlukan pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dalam kegiatan penataan dan pemerataan guru, khususnya guru PNS. Oleh karena itu secara bersama-sama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, Menneg PAN dan RB, dan Menteri Keuangan wajib memantau dan mengevaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan guru sesuai dengan kewenangan masingmasing.Sedangkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan 14 guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarpendidikan di kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur sesuai dengan masing-masing wilayahnya. Termasuk dalam kerangka ini, diperlukan juga pembinaan dan pengawasan. Norma-norma umum pembinaan dan pengawasan disajikan berikut ini. Secara Umum, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri. 1. Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Menteri Pendidikan Nasional. 2. Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah di lingkungan Kementerian Agama. 3. Gubernur melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di pemerintah kabupaten/kota. Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dibebankan pada APBN, dan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dibebankan pada APBD provinsi. Sedangkan pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota, atau antarprovinsi pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota dibebankan pada APBD kabupaten/kota. Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan berikut ini. 1. Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan Februari tahun berjalan. Kemudian Gubernur mengusulkan perencanaan seperti tersebut di atas, dan perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan 15 Nasional melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Maret tahun berjalan. 2. Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan April tahun berjalan. Kemudian Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masingmasing paling lambat bulan Mei tahun berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan. 3. Menteri Agama menyampaikan informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya dan menyampaikannya kepada Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi paling lambat bulan Mei tahun berjalan. 4. Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS dan informasi dari Kementerian Agama tersebut di atas, Menteri Pendidikan Nasional melakukan evaluasi dan menetapkan capaian penataan dan pemerataan guru PNS secara nasional paling lambat bulan Juli tahun berjalan. 5. Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan. Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai berikut: 1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian atau seluruh bantuan finansial fungsi pendidikan dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian terkait sesuai dengan kewenangannya untuk menjatuhkan sanksi kepada Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau antarjenis pendidikan di daerahnya. 2. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menunda pemberian formasi guru PNS kepada Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan 16 ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan dapat melakukan penundaan penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri memberikan penilaian kinerja kurang baik dalam penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru PNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Peningkatan Kompetensi Guru a) Esensi Peningkatan Kompetensi Guru Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan dan kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru akan menjadi salah satu faktor penghambat ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran. Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan yang meragukan kompetensi guru baik dalam bidang studi yang diajarkan maupun bidang lain yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini cukup beralasan karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih banyak guru yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi ini juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di beberapa lokasi sampel melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup mengejutkan dari studi tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini mencerminkan betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan memutakhirkan profesionalismenya. Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru 17 dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial. Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK membawa dampak pada peserta didik paling tidak dalam dua hal. Pertama, peserta didik hanya terbekali dengan kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem pendidikan dan pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus berubah. Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak didukung oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya. Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated learning), kecenderungan materi yang harus dipelajari anak didik yang semakin hari semakin bertambah jumlah, jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan strategi dan teknologi pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula agar pembelajaran dapat dituntaskan dalam interval waktu yang sama. Sejatinya, guru adalah bagian integral dari subsistem organisasi pendidikan secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi pendidikan mampu menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri kehidupan modern, perlu mengembangkan Sekolah/Madrasah sebagai sebuah organisasi pembelajar. Di antara karakter utama organisasi pembelajar adalah mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya. b) Prinsip-Prinsip dalam Peningkatan Kompetensi dan Karir Guru 1) Prinsip-prinsip Umum Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. b. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. c. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung sepanjang hayat. d. Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas 18 guru dalam proses pembelajaran. e. Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. 2) Prinsip-pinsip Khusus Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini. a) Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. b) Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi tenaga pendidik profesional yakni memiliki guru kompetensi sebagai pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. c) Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. d) Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan indikator. e) Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat mengikuti perkembangan Ipteks. f) Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jaman. g) Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui proses pembinaan dan pengembangan profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional. h) Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikatorindikator terukur dari kompetensi profesinya. i) Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain. j) Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya. k) Profesional, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru 19 dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas. l) Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi yang dimiliki oleh guru. m) Berjenjang, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi. n) Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan seni, serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru; o) Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik; p) Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan kinerja guru. q) Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal. 3) Jenis Program Peningkatan Kompetensi Guru Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini. a) Pendidikan dan Pelatihan a. Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, Sekolah/Madrasah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya. b. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di institusi/industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru. Program magang ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan 20 selama priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya. Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan tertentu khususnya bagi guru-guru Sekolah/Madrasah kejuruan memerlukan pengalaman nyata. c. Kemitraan Sekolah/Madrasah. Pelatihan melalui kemitraan Sekolah/Madrasah dapat dilaksanakan bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian tertentu. Pelaksanaannya dapat dilakukan di Sekolah/Madrasah atau di tempat mitra Sekolah/Madrasah. Pembinaan melalui mitra Sekolah/Madrasah diperlukan dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya. d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui belajar jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau di propinsi. e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di Balai Pendidikan dan Pelatihan dan atau Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Agama, P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi wewenang, di mana program pelatihan disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu. f. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kompetensi guru dalam beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain sebagainya. g. Pembinaan internal oleh Sekolah/Madrasah. Pembinaan internal ini dilaksanakan oleh kepala Sekolah/Madrasah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya. h. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar, 21 baik di dalam maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi. b) Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan a. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik sesuai dengan masalah yang di alami di Sekolah/Madrasah. Melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan proses pembelajaran di Sekolah/Madrasah ataupun masalah peningkatan kompetensi dan pengembangan karirnya. b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. c. Workshop. bermanfaat bagi Workshop dilakukan untuk menghasilkan produk yang pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya. d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran. e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan. f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik (animasi pembelajaran). g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan atau pendidikan dan karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat. c) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa guru memiliki peran strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Perubahan mendasar yang terkandung dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 22 dibandingkan dengan regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja guru yang sebelumnya lebih bersifat administratif menjadi lebih berorientasi praktis, kuantitatif, dan kualitatif, sehingga diharapkan para guru akan lebih bersemangat untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitasnya. Dalam Permenneg PAN dan RB ini, jabatan fungsional terdiri dari empat jenjang, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama. Setiap tahun, guru harus dinilai kinerjanya secara teratur melalui Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) dan wajib mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). PKB tersebut harus dilaksanakan sejak guru memiliki golongan kepangkatan III/a dengan melakukan pengembangan diri, dan sejak golongan kepangkatan III/b guru wajib melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Untuk naik dari golongan kepangkatan IV/c ke IV/d guru wajib melakukan presentasi ilmiah. Gambar 2.1. menunjukkan keterkaitan antara PKB, PK Guru, dan pengembangan karir guru. PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK Guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru masih berada di bawah standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk mencapai kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara itu, guru yang hasil penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, maka kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan Sekolah/Madrasah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui sebagai salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru dan kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru, selain kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah/mad rasa h. Kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan guru yang profesional, yang bukan hanya sekadar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan kepribadian yang prima dan penguasaan IPTEK yang kuat, guru diharapkan terampil dalam menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan bidangnya. Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di Sekolah/Madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut ini. 23 1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. 2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam memfasilitasi proses belajar peserta didik dalam memenuhi tuntutan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di masa mendatang. 3. Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. 4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru. 5. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat. Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian mendapatkan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri secara optimal, sehingga mereka memiliki kepribadian kuat dan berbudi pekerti luhur untuk berperan aktif dalam pengembangan iImu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan perkembangan masyarakat. Bagi guru hal ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki kepribadian yang kuat sesuai dengan profesinya; sehingga selama karirnya mampu menghadapi perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik menghadapi kehidupan di masa datang. Dengan PKB untuk guru, bagi Sekolah/Madrasah diharapkan mampu menjadi sebuah organisasi pembelajaran yang efektif; sehingga Sekolah/Madrasah dapat menjadi wadah untuk peningkatan kompetensi, dedikasi, dan komitmen guru dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik. Bagi orang tua/masyarakat, PKB untuk guru bermakna memiliki jaminan bahwa anak mereka di Sekolah/Madrasah akan memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Bagi pemerintah,PKB untuk guru dimungkinkan dapat memetakan kualitas layanan pendidikan sebagai dasar untuk menyusun dan menetapkan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam menunjang pembangunan pendidikan; sehingga pemerintah dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berkepribadian luhur. PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidang-bidang yang berkaitan dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara profesional dapat memelihara, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya untuk melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta 24 didik. PKB mencakup kegiatan-kegiatan yang didesain untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB membentuk suatu siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Gambar 2.2 menunjukkan siklus kegiatan PKB bagi guru. Melalui siklus kegiatan pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu mempercepat pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan karirnya. Kegiatan PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di Sekolah/Madrasah, baik oleh guru secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu Sekolah/Madrasah. Kegiatan PKB melalui jaringan Sekolah/Madrasah dapat dilakukan dalam satu rayon (gugus), antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi, bahkan dimungkinkan melalui jaringan kerjasama Sekolah/Madrasah antarnegara serta kerjasama Sekolah/Madrasah dan industri, baik secara langsung maupun melalui teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan antara lain dapat berupa: kegiatan KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke Sekolah/Madrasah lain, dunia usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari Sekolah/Madrasah lain, komite Sekolah/Madrasah, dinas pendidikan, seksi bidang pendidikan kemennterian agama, pengawas, asosiasi profesi, atau dari instansi lain yang relevan. Jika kegiatan PKB di Sekolah/Madrasah dan jaringan Sekolah/Madrasah belum memenuhi kebutuhan pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan sumber kepakaran luar lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP, P4TK, Perguruan Tinggi Balai DIklat, Pusdiklat atau institusi layanan lain yang diakui oleh pemerintah, atau institusi layanan luar negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak jauh dengan memanfaatkan jejaring virtual atau TIK. Dalam kaitannya dengan PKB ini, beberapa jenis pengembangan kompetensi dapat dilakukan oleh guru dan di Sekolah/Madrasah mereka sendiri. Beberapa program dimaksud disajikan berikut ini. 1.. Dilakukan oleh guru sendiri: a. menganalisis umpan balik yang diperoleh dari peserta didik terhadap pelajarannya; b. menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan peserta didik, dll); c. mengamati dan menganalisis tanggapan peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran; d. membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan e. mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh. 25 2. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain: a. mengobservasi guru lain; b. mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang mengajar; c. mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching); e. bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan investigasi terhadap permasalahan yang dihadapi di Sekolah/Madrasah; f. membahas artikel atau buku dengan guru lain; dan g. merancang persiapan mengajar bersama guru lain. 3. Dilakukan oleh Sekolah/Madrasah : a. training day untuk semua sumber daya manusia di Sekolah/Madrasah (bukan hanya guru); b. kunjungan ke Sekolah/Madrasah lain; dan c. mengundang nara sumber dari Sekolah/Madrasah lain atau dari instansi lain. Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti berikut ini. 1. Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri. Hak tersebut perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan berkelanjutan. 2. Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari Sekolah/Madrasah. Sekolah/Madrasah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program PKB minimal selama tujuh hari atau 40 jam per tahun. Alokasi tujuh hari tersebut adalah alokasi minimal. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan/ atau Sekolah/Madrasah berhak menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu, termasuk penyediaan anggaran untuk kegiatan PKB. 3. Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksimal mungkin dan secara berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari per tahun sebenarnya tidak cukup, sehingga guru harus tetap berusaha pada kesempatan lain di luar waktu tujuh hari tersebut. Keseriusan guru untuk mengembangkan dirinya merupakan salah satu hal yang diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses pembelajaran yang akan dievaluasi kinerja tahunannya. 4. Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri. Sebenarnya guru tidak bisa ‘dikembangkan’ oleh orang lain jika dia belum siap untuk berkembang. Pihakpihak yang mendapat tugas untuk membina guru perlu menggali sebanyak 26 banyaknya dari guru tersebut (tentang keinginannya, kekhawatirannya, masalah yang dihadapinya, pemahamannya tentang proses belajar-mengajar, dsb) sebelum memberikan masukan/saran. 5. Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus melibatkan guru secara aktif sehingga betul-betul terjadi perubahan pada dirinya, baik dalam penguasaan materi, pemahaman konteks, keterampilan, dan lain-lain. Jenis pelatihan tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam jumlah besar tetapi tidak melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari. Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta praktikpraktik pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Analisis kebutuhan dan ketentuan tersebut mencakup antara lain: 1. Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang guru yang berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan (guru pendamping). 2. Guru pendamping tersebut berasal dari Sekolah/Madrasah yang sama dengan guru binaannya atau dipilih dari Sekolah/Madrasah lain yang berdekatan, apabila di Sekolah/Madrasahnya tidak ada guru pendamping yang memenuhi kompetensi. 3. Setiap Sekolah/Madrasah mempunyai seorang koordinator PKB tingkat Sekolah/Madrasah, yaitu seorang guru yang berpengalaman. Sekolah/Madrasah yang mempunyai banyak guru boleh membentuk sebuah tim PKB untuk membantu Koordinator PKB, sedangkan Sekolah/Madrasah kecil dengan jumlah guru yang terbatas, terutama Sekolah/Madrasah, sangat dianjurkan untuk bekerja sama dengan Sekolah/Madrasah lain di sekitarnya. Dengan demikian, seorang Koordinator PKB bisa mengkoordinasikan kegiatan PKB di beberapa Sekolah/Madrasah. 4. Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/ Bidang Pendidikan Kementerian Agama menunjuk dan menetapkan seorang Koordinator PKB tingkat kabupaten/kota (misalnya pengawas yang bertanggung jawab untuk gugus Sekolah/Madrasah tertentu). 5. Sekolah/Madrasah, KKG/MGMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota harus merencanakan kegiatan PKB dan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan tersebut. Kegiatan PKB harus sejalan dengan visi dan misi Sekolah/Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan. 27 6. Sekolah/Madrasah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas tambahannya sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB tingkat Sekolah/Madrasah maupun dalam mengikuti kegiatan PKB tidak mengurangi kualitas pembelajaran peserta didik. PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai standar kompetensi dan/atau meningkatkan kompetensinya agar guru mampu memberikan layanan pendidikan secara profesional. Pencapaian dan peningkatan kompetensi tersebut akan berdampak pada peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada perolehan angka kredit bagi pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang dapat dinilai angka kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. d) Pengembangan Diri Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas tambahan adalah tugas lain guru yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah, seperti tugas sebagai kepala Sekolah/Madrasah, wakil kepala Sekolah/Madrasah, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan. Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional masing-masing. Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010 dinyatakan bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah, dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1) lokakarya atau kegiatan bersama untuk menyusun dan/atau mengembangkan perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/atau media pembelajaran; (2) 28 keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, koloqium, workshop, bimbingan teknis, dan diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru. Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1) penyusunan RPP, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran; (7) peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8) penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah. Pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan diri ini harus berkualitas, dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator PKB di Sekolah/Madrasah secara sistematik dan terarah sesuai kebutuhan. Kegiatan pengembangan diri yang berupa diklat fungsional harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi hasil pelatihan yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah. Sementara itu, kegiatan pengembangan diri yang berupa kegiatan kolektif guru harus dibuktikan dengan surat keterangan dan laporan per kegiatan yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah. Jika guru mendapat tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah, laporan dan bukti fisik pendukung tersebut harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan dan atau bidang pendidikan kementerian agama Kabupaten/Kota/Provinsi. Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu didesiminasikan kepada guru-guru yang lain, minimal di Sekolah/Madrasah masing-masing, sebagai bentuk kepedulian dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini diharapkan dapat mempercepat proses peningkatan dan pengembangan Sekolah/Madrasah secara menyeluruh. Guru bisa memperoleh penghargaan berupa angka kredit tambahan sesuai perannya sebagai pemrasaran/nara sumber. e) Publikasi Ilmiah Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di Sekolah/Madrasah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum. 29 Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu: a. Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran dan/atau nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah, baik yang diselenggarakan pada tingkat Sekolah/Madrasah, KKG/MGMP, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. b. Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah dalam bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu atau minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di Sekolah/Madrasah masing-masing. Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah dan disimpan di perpustakaan Sekolah/Madrasah. Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah, karya ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan atau bidang pendidikan kementerian agama setempat. c. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru. Buku yang dimaksud dapat berupa buku pelajaran, baik sebagai buku utama maupun buku pelengkap, modul/diktat pembelajaran per semester, buku dalam bidang pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru. Buku termaksud harus tersedia di perpustakaan Sekolah/Madrasah tempat guru bertugas. Keaslian buku harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari kepala Sekolah/Madrasah atau dinas pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah. f) Karya Inovatif Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di Sekolah/Madrasah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni. Karya inovatif ini dapat berupa penemuan teknologi tepat guna, penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada tingkat nasional maupun provinsi. Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar guru dapat selalu menjaga dan meningkatkan profesionalismenya, tidak sekadar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu, meskipun angka kredit seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib melakukan 30 kegiatan PKB. 4) Uji Kompetensi Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat, sehingga bias dipertanggungjawabkan baik secara akademik, moral, maupun keprofesian. Dengan demikian, disamping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional. a) Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masingmasing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu: a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual. b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait pengembangan yang diampu. d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. dengan bidang 31 e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. b) Kompetensi Kepribadian Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas generasi masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas, guru harus tetap te gar dalam melaksakan tugas sebagai seorang pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah: a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri 32 e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. c) Kompetensi Sosial Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan Sekolah/Madrasah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini. a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. d) Kompetensi Profesional Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh peserta didik sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus. Keaktifan pesertadidik 33 harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong pesertadidik untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya. Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, dan prinsipprinsip lainnya. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir soal secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi pesertadidik belajar. Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi profesional atau akademik dapat diamati dari aspekaspek berikut ini. a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu. c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. Seperti dijelaskan di atas, untuk mengetahui kompetensi guru dilakukan uji kompetensi. Melalui uji kompetensi guru dapat dirumuskan profil kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil uji kompetensi menjadi basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang penguasaan materi pembelajaran setiap guru. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan dari uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan dengan menggunakan prinsipprinsip seperti berikut ini. a. Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan bukti-bukti yang 34 dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli. b. Reliabel, yaitu uji komptensi bersifat konsisten, dapat menghasilkan kesimpulan yang relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan asesor yang berbeda. c. Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang disesuikan dengan kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji kompetensi. d. Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru, dimana mereka harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang ada dengan tidak melihat dari kelompok mana dia berasal. e. Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber daya dan waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan unjuk kerja yang ditetapkan. Uji kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di tempat kerja atau dengan mengorbankan waktu dan biaya yang sedikit. Uji kompetensi dilakukan dengan strategi tertentu. Strategi uji kompetensi dilakukan seperti berikut ini. 1. Dilakukan secara kontinyu bagi semua guru, baik terkait dengan mekanisme sertifikasi maupun bersamaan dengan penilaian kinerja. 3. Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya. 4. Melalui tes kinerja atau performance test. 5. Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas dan reliabilitas tertentu, khusus untuk ranah pengetahuan. 6. Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi. E. Rangkuman 1) Tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undangundang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinyaMetamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 35 Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti dengan beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan. 2) Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial. 3) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual yang meliputi: a) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual. b) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu. d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. i) 4) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kompetensi Kepribadian terkait dengan kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah: a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 36 d) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri e) 5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini. a) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 6) Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi profesional atau akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut ini. a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu. c) Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. d) Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. F. Latihan dan Renungan 1. Apa esensi peningkatan kompetensi guru? 2. Sebutkan jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh guru? 3. Buatlah penjelasan ringkas mengenai keterkaitan masing-masing jenis kompetensi guru! 4. Sebutkan beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru. 5. Apa yang dimaksud dengan pengembangan berkelanjutan? keprofesian guru secara 37 6. Sebutkan jenis-jenis program peningkatan kompetensi guru! 7. Apa esensi uji kompetensi guru? 8. Apa dampak ikutan hasil uji kompetensi bagi guru? G. Rujukan Dian Mahsunah, dkk. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional. Peraturan Bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 Produk hukum yang berkaitan dengan Penilaian Kinerja, Pengembangan Keprofesian Guru Berkelanjutan, Sertifikasi Guru, dan Uji Kompetensi Guru Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, Bandung, Alfabeta, Bandung, 2010 -------, Pengembangan Profesi Guru: Dari Induksi ke Profesional Madani, Media Perhalindo, Jakarta, 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Vollmer dan Mills, Professionalization, Jossey Bass, New York, 1982 38 Modul 2 Kurikulum 2013 Untuk Mata Pelajaran Quran Hadis A. Peta Konsep Kurikulum 2013 Rasional dan Elemen Perubahan SKL, KI, dan KD 1. Pengertian Kurikulum 2013 2. Cakupan Kurikulum 2013 3. Faktor‐faktor dikembangkannya kurikulum 2013 1. Standar Kompetensi Lulusan 2. Kompetensi Inti 3. Kompetensi Dasar Struktur Kurikulum 1. Struktur Kurikulum MI 2. Struktur Kurikulum MTS 3. Struktrur Kurikulim MA 4. Struktur Kurikulum MAK Prinsip‐prinsip Pembelajaran 1. Pedoman Implementasi Kurikulum 2. Prinsip‐prinsip dalam Kegiatan Pembelajaran B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami rasionalitas dan perubahan kurikulum 2. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD) 3. Struktur kurikulum 2013 4. Prinsip-prinsip Pembelajaran C. Strategi dan Media Pembelajaran Untuk mempelajari modul ini, instruktur dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Dengan tipe NHT ini, instruktur dapat menggunakan empat langkah sebagai berikut: 1. Penomoran Instruktur membagi peserta ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 4 peserta. Setiap peserta diberi nomor dari 1 sampai 4. Kemudian Instruktur menginformasikan materi yang akan dibahas, 39 mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara rinci, menjelaskan model pembelajaran NHT yang akan diterapkan, dan memotivasi peserta agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep materi yang akan dipelajari. 2. Mengajuan pertanyaan Instruktur mengajukan pertanyaan kepada masing-masing kelompok. Pertanyaan yang dijukan dapat berupa essay ataupun berupa data atau kasus untuk dikomentari sesuai dengan tujuan pembelajaran. 3. Berpikir bersama Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang tepat dan sesuai 4. Menjawab pertanyaan. Instruktur memilih nomor dalam masing-masing kelompok secara acak untuk menjawab pertanyaan. Jika jawaban dari masing-masing perwakilan kelompok diskusi adalah benar, maka dilanjutkan kepada pertanyaan berikutnya, dan jika ada jawaban dari mereka tidak tepat dan tidak sesuai, maka instruktur memberikan penjelasan tentang jawaban yang tepat dan sesuai. Karena tipe yang digunakan dalam pembelajaran adalah NHT, maka media dan sumber utama yang digunakan adalah modul dan nomor untuk para peserta, kemudian Lembar Kerja Kelompok dan alat tulis. Untuk lebih memotivasi peserta, media tambahan yang dapat digunakan adalah slide yang berisi film dan gambar yang diangkat dari realitas sebagai fenomena-fenomena yang mana kurikulum 2013 hadir dan dikembangkan untuk merespon fenomena-fenomena itu. D. Uraian Materi 1. Memahami rasionalitas dan perubahan kurikulum Kurikulum berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian di atas, berarti kurikulum mencakup dua dimensi sebagai berikut: a. Rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran b. Cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan lima faktor sebagai berikut: a. Tantangan internal 40 b. Tantangan eksternal c. Penyempurnaan pola pikir d. Penguatan tata kelola kurikulum e. Penguatan materi Kurikulum 2013 dikembangkan untuk merespon dua tantangan di atas. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan lain terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif yang berlimpah sebagai upaya untuk menjadikan mereka sebagai sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan. Sedangkan tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan sembilan pola pikir sebagai berikut: a. Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; b. Pola pembelajaran satu arah pembelajaran interaktif (interaktif (interaksi guru-peserta didik) menjadi guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya); c. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); d. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains); e. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); f. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; g. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; 41 h. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan i. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Penguatan tata kelola kurikulum dikuatkan dengan tiga penguatan tata kelola sebagai berikut: a. Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; b. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan c. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. Penguatan materi pada kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memperdalam dan memperluas tingkat penguasaan sesuai kompetensi dasar. Secara operasional penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. 2. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD) a. Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud di atas, kemudian ditetapkan berdasarkan Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013. Setelah menjalani proses pembelajaran secara integral, lulusan Madrasah diharapkan memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut: 1) Lulusan Madrasah Ibtidaiyah DIMENSI Sikap KUALIFIKASI KEMAMPUAN Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung 42 Pengetahuan Keterampilan 2) jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya. Lulusan Madrasah Tsanawiyah DIMENSI Sikap Pengetahuan Keterampilan KUALIFIKASI KEMAMPUAN Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata. Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis. 3) Lulusan Madrasah Aliyah DIMENSI Sikap Pengetahuan Keterampilan KUALIFIKASI KEMAMPUAN Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian. Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan 43 kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri. b. Kompetensi Inti Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program. Kompetensi Inti ibaratnya adalah anak tangga yang harus ditapaki peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang Madrasah Ibtidaiyah sampai pada jenjang Madrasah Aliyah. Sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan multidimensi, Kompetensi Inti juga memiliki multidimensi. Pada ranah sikap, Kompetensi Inti dipecah menjadi dua sikap: pertama, sikap spiritual yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa; kedua, sikap sosial yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Kompetensi Inti bukan untuk diajarkan melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah Mata pelajaran yang relevan. Tiap Mata pelajaran harus mengacu pada Kompetensi Inti yang telah dirumuskan. Semua Mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari pada kelas harus berkontribusi terhadap pembentukan Kompetensi Inti. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: 1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; 2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; 3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; 4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. c. Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi dasar dirinci untuk memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap. Kompetensi dasar dalam kelompok Kompetensi Inti sikap (KI-1 dan KI-2) bukanlah untuk peserta didik karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak dihafalkan, dan tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi pendidik bahwa dalam mengajarkan Mata pelajaran tersebut ada pesan-pesan sosial dan spiritual sangat penting yang terkandung dalam materinya. Kompetensi dasar yang 44 berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI-1) dan individual-sosial (mendukung KI2) dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4). Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: 1) Kelompok 1 : Kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1 2) Kelompok 2 : Kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2 3) Kelompok 3 : Kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3 4) Kelompok 4 : Kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4 3. Struktur kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Quran Hadis Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran pada setiap tingkat satuan pendidikan. Untuk struktur kurikulum tingkat Madrasah Ibtidaiyah ditetapkan berdasarkan Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013. Untuk struktur kurikulum tingkat Madrasah Tsanawiyah ditetapkan berdasarkan Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013. Untuk struktur kurikulum tingkat Madrasah Aliyah ditetapkan berdasarkan Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013. Untuk struktur kurikulum tingkat Madrasah Aliyah Kejuruan ditetapkan berdasarkan Permendikbud Nomor 70 Tahun 2013. Di dalam kurikulum 2013, untuk masing-masing kelas I, II, III, IV, V dan VI beban belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dalam jam pembelajaran perminggu adalah 30, 32, 34 dan 36 jam perminggu. Sementara itu, Jumlah beban belajar satu minggu di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah untuk Kelas VII, VIII, dan IX di dalam kurikulum 2013 adalah 38 jam pembelajaran, durasi setiap satu jam pembelajaran 40 menit. Mata pelajaran Quran hadis merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang termasuk dari antara mata pelajaran wajib untuk madrasah. Mata pelajaran Quran Hadis merupakan kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran ini disajikan pada setiap satuan pendidikan dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran dalam satu minggu. 45 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Quran Hadis telah ditentukan sesuai dengan Permendikbud. Berikut ini dapat dilihat Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam rincian setiap tingkat satuan pendidikan: 46 a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah KELAS I SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaash (112), dan dianutnya surat al-Lahab (111) sebagai firman Allah Swt 1.2 Terbiasa membaca surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaash (112), dan surat al-Lahab (111) sehari-hari 1.3 Meyakini bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah ibadah 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 2.1 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan 2.2 Terbiasa hidup tertib dan menghargai orang lain 3.1 Mengetahui urutan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaash (112), dan surat al-Lahab (111) 3.2 Mengetahui huruf-huruf hijaiyah dan tanda bacanya 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang 4.1 Melafalkan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaash (112), dan jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam surat al-Lahab (111) secara benar dan fasih gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam 4.2 Menghafalkan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaash (112), tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan surat al-Lahab (111) secara benar dan berakhlak mulia 4.3 Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya 47 KELAS I SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima surat al-Nashr (110) dan al-Quraisy (106) sebagai firman Allah Swt dianutnya 1.2 Terbiasa membaca surat al-Nashr (110) dan al-Quraisy (106) sehari-hari 1.3 Meyakini bahwa Allah mencintai orang-orang yang menjaga kebersihan 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 2.1 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dan hadis 2.2 Terbiasa berperilaku bersih dalam kehidupan sehari-hari 3.1 Mengetahui huruf-huruf hijaiyah dan tanda bacanya 3.2 Menerjemahkan hadis tentang kebersihan secara sederhana riwayat Muslim dari Abu Malik al-Asy’ari, ْ ش …ن ِ ما َ اإلي َ ور ِ ط ُر ُ الط ﱡ ُھ 3.3 Memahami isi kandungan hadis tentang kebersihan secara sederhana riwayat Muslim dari Abu Malik al-Asy’ari, ْ ش …ن ِ ما َ اإلي َ ور ِ ط ُر ُ الط ﱡ ُھ 4.1 4.2 4.3 4.4 Melafalkan surat al-Nashr (110) dan al-Quraisy (106) secara benar dan fasih Menghafalkan surat al-Nashr (110) dan al-Quraisy (106) secara benar Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya Menghafalkan hadis tentang kebersihan riwayat Muslim dari Abu Malik al-Asy’ari, ْ ش …ن ِ ما َ اإلي َ ور ِ ط ُر ُ الط ﱡ ُھ 48 KELAS II SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima surat al-Kautsar (108) dan al-Kaafiruun (109) sebagai firman Allah Swt dianutnya 1.2 Terbiasa membaca surat al-Kautsar (108) dan al-Kaafiruun (109) sehari-hari 1.3 Meyakini bahwa mempelajari Al-Qur’an dan hadis adalah ibadah 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, 2.1 Memiliki perilaku senang mempelajari Al-Qur’an dan hadis santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 3.1 Mengetahui penulisan huruf-huruf hijaiyah secara terpisah dan bersambung 3.2 Memahami hukum bacaan ghunnah 3.3 Menerjemahkan hadis tentang keutamaan belajar Al-Qur’an riwayat Bukhari dari Utsman ibn ‘Affan, …مه َ َ م ا ْل ُق ْرآنَ َو َعلﱠ َ ن تَ َعلﱠ ْ ُم َم ْ خ ْي ُرك 3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang keutamaan belajar Al-Qur’an riwayat Bukhari dari Utsman ibn ‘Affan, …مه َ َ م ا ْل ُق ْرآنَ َو َعلﱠ َ ن تَ َعلﱠ ْ ُم َم ْ خ ْي ُرك 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 Menuliskan huruf-huruf hijaiyah secara terpisah dan bersambung Melafalkan surat al-Kautsar (108) dan al-Kaafiruun (109) secara benar dan fasih Menghafalkan surat al-Kautsar (108) dan al-Kaafiruun (109) secara benar Menerapkan hukum bacaan ghunnah Menghafalkan hadis tentang keutamaan belajar Al-Qur’an riwayat Bukhari dari Utsman ibn ‘Affan, …مه َ َ م ا ْل ُق ْرآنَ َو َعلﱠ َ ن تَ َعلﱠ ْ ُم َم ْ خ ْي ُرك 49 KELAS II SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima surat al-Maa’uun (107) dan al-Fiil (105), al-‘Ashr (103), dan al-Qadr (97) dianutnya sebagai firman Allah Swt 1.2 Terbiasa membaca surat al-Maa’uun (107) dan al-Fiil (105), al-‘Ashr (103), dan al-Qadr (97) sehari-hari 1.3 Meyakini bahwa keridlaan Allah tergantung pada keridlaan kedua orang tua 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, 2.1 Terbiasa berperilaku hormat kepada orang tua sebagai implementasi dari pemahaman santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi hadis tentang hormat kepada orang tua riwayat Tirmidzi dari Abdullah ibn ‘Umar, dengan keluarga, teman, dan guru ...رضاء ﷲ في رضاء الوالدين 2.2 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dan hadis 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan hadis tentang hormat kepada orang tua riwayat Tirmidzi dari Abdullah mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan ibn ‘Umar, menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang ...رضاء ﷲ في رضاء الوالدين dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, 3.2 Memahami isi kandungan hadis tentang hormat kepada orang tua riwayat Tirmidzi dari dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di Abdullah ibn ‘Umar, sekolah ...رضاء ﷲ في رضاء الوالدين 3.3 Memahami hukum bacaan alif-lam qamariyah dan alif-lam syamsiyah 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang 4.1 Melafalkan surat al-Maa’uun (107) dan al-Fiil (105), al-‘Ashr (103), dan al-Qadr (97) jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam secara benar dan fasih gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam 4.2 Menghafalkan surat al-Maa’uun (107) dan al-Fiil (105), al-‘Ashr (103), dan al-Qadr (97) tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman secara benar dan berakhlak mulia 4.3 Menghafalkan hadis tentang hormat kepada orang tua riwayat Tirmidzi dari Abdullah ibn ‘Umar, ...رضاء ﷲ في رضاء الوالدين 4.4 Menerapkan hukum bacaan alif-lam qamariyah dan alif-lam syamsiyah 50 KELAS III SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima surat al-Humazah (104), al-Takaatsur (102), dan al-Zalzalah (99) sebagai dianutnya firman Allah Swt 1.2 Terbiasa membaca surat al-Humazah (104), al-Takaatsur (102), dan al-Zalzalah (99) sehari-hari 1.3 Meyakini bahwa shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, 2.1 Terbiasa shalat berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang shalat santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi berjamaah riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibn Majah, dan Ahmad dari Ibnu dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya ‘Umar, ...ة أَ ْفضَل ِ اع َ م َ ج َ صال َ ُة ا ْل َ 2.2 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dan hadis 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan hadis tentang shalat berjamaah riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan Nasa’i, Ibn Majah, dan Ahmad dari Ibnu ‘Umar, menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang ...ة أَ ْفضَل ِ اع َ م َ ج َ صال َ ُة ا ْل َ dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, 3.2 Memahami isi kandungan hadis tentang shalat berjamaah riwayat Bukhari, Muslim, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di Tirmidzi, Nasa’i, Ibn Majah, dan Ahmad dari Ibnu ‘Umar, sekolah ...ة أَ ْفضَل ِ اع َ م َ ج َ صال َ ُة ا ْل َ 3.3 Memahami hukum bacaan qalqalah 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang 4.1 Melafalkan surat al-Humazah (104), al-Takaatsur (102), dan al-Zalzalah (99) secara jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam benar dan fasih gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam 4.2 Menghafalkan surat al-Humazah (104), al-Takaatsur (102), dan al-Zalzalah (99) secara tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman benar dan berakhlak mulia 4.3 Menghafalkan hadis tentang shalat berjamaah riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibn Majah, dan Ahmad dari Ibnu ‘Umar, 4.4 Menerapkan hukum bacaan qalqalah 51 KELAS III SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Terbiasa membaca surat al-Qaari’ah (101) dan at-Tiin (95) sehari-hari dianutnya 1.2 Meyakini adanya Allah beserta sifat-sifat Allah sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Faatihah (1) dan al-Ikhlaash (112) 1.3 Menghayati isi kandungan surat al-Faatihah (1) dan al-Ikhlaash (112) 1.4 Menerima ajaran bahwa sesama mukmin adalah bersaudara 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, 2.1 Mengamalkan isi kandungan surat al-Faatihah (1) dan al-Ikhlaash (112) dalam kehidupan santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi sehari-hari dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya 2.2 Terbiasa berperilaku saling menyayangi sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang persaudaraan riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Musa, ...ن َكا ْل ُب ْنيَان ُ ن لِ ْل ُ م ْؤ ِم ُ ا ْل ِ م ْؤ ِم 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 3.1 Menerjemahkan surat al-Faatihah (1) dan al-Ikhlaash (112) 3.2 Memahami isi kandungan surat al-Faatihah (1) dan al-Ikhlaash (112) 3.3 Menerjemahkan hadis tentang persaudaraan riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Musa, ...ن َكا ْل ُب ْنيَان ُ ن لِ ْل ُ م ْؤ ِم ُ ا ْل ِ م ْؤ ِم 3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang persaudaraan riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Musa, ...ن َكا ْل ُب ْنيَان ُ ن لِ ْل ُ م ْؤ ِم ُ ا ْل ِ م ْؤ ِم 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Melafalkan surat al-Qaari’ah (101) dan at-Tiin (95) secara benar dan fasih yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, 4.2 Menghafalkan surat al-Qaari’ah (101) dan at-Tiin (95) secara benar dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, 4.3 Menghafalkan hadis tentang persaudaraan riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Musa, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku ...ن َكا ْل ُب ْنيَان ُ ن لِ ْل ُ م ْؤ ِم ُ ا ْل ِ م ْؤ ِم anak beriman dan berakhlak mulia 52 KELAS IV SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 agama Islam 1.2 1.3 1.4 Terbiasa membaca surat al-Nashr (110), al-Kautsar (108), dan al-‘Aadiyat (100) sehari-hari Meyakini bahwa semua rezeki dan pertolongan pada hakikatnya berasal dari Allah Swt Meyakini bahwa niat merupakan syarat sahnya suatu ibadah Terbiasa melakukan niat pada saat mengerjakan sesuatu sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang niat riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar ibn Khattab, ...إنما األعمال بالنيات 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Memiliki sikap bersyukur sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Nashr (110) dan jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam al-Kautsar (108) berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan 2.2 Memiliki perilaku takwa sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang takwa tetangganya riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar, …اتق ﷲ حيثما كنت 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 Menerjemahkan surat al-Nashr (110) dan al-Kautsar (108) Memahami isi kandungan surat al-Nashr (110) dan al-Kautsar (108) Memahami hukum bacaan izhhar dan ikhfa Menerjemahkan hadis tentang niat riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar ibn Khattab, Memahami isi kandungan hadis tentang niat riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar ibn Khattab 3.6 Menerjemahkan hadis tentang takwa riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar, 3.7 Memahami isi kandungan hadis tentang takwa riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar, 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 Melafalkan surat al-‘Aadiyat (100) secara benar dan fasih Menghafalkan secara benar dan fasih Menerapkan hukum bacaan izhhar dan ikhfa Menghafalkan hadis tentang niat riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar ibn Khattab, Menghafalkan hadis tentang takwa riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar, 53 KELAS IV SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 Terbiasa membaca surat al-Lahab (111) dan al-Insyiraah (94) sehari-hari agama Islam 1.2 Meyakini bahwa Allah akan melapangkan rezeki dan memanjangkan umur orang yang gemar bersilaturrahim 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Terbiasa menghindari akhlak tercela sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Lahab (111) jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan 2.2 Terbiasa berperilaku gemar bersilaturrahim sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang silaturrahim riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas, tetangganya …ه ِ ِسطَ لَ ُه فِى ِر ْزق َ ب أَنْ ُي ْب َ َن أ ْ َم ح ﱠ 2.3 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dan hadis 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain 3.1 Menerjemahkan surat al-Lahab (111) 3.2 Memahami isi kandungan surat al-Lahab (111) 3.3 Menerjemahkan hadis tentang silaturrahim riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas, …ه ِ ِسطَ لَ ُه فِى ِر ْزق َ ب أَنْ ُي ْب َ َن أ ْ َم ح ﱠ 3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang silaturrahim riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas, …ه ِ ِسطَ لَ ُه فِى ِر ْزق َ ب أَنْ ُي ْب َ َن أ ْ َم ح ﱠ 3.5 Memahami hukum bacaan idgham bi ghunnah, idgham bila ghunnah, dan iqlab 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4.1 Melafalkan surat al-Insyiraah (94) secara benar dan fasih 4.2 Menghafalkan surat al-Insyiraah (94) secara benar dan fasih 4.3 Menghafalkan hadis tentang silaturrahim riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas, …ه ِ ِسطَ لَ ُه فِى ِر ْزق َ ب أَنْ ُي ْب َ َن أ ْ َم ح ﱠ 4.4 Menerapkan hukum bacaan idgham bi ghunnah, idgham bila ghunnah, dan iqlab 54 KELAS V SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 Terbiasa membaca surat al-Kaafiruun (109), al-Maa’uun (107), dan al-Takaatsur (102) agama Islam sehari-hari 1.2 Memiliki keteguhan iman sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Kaafiruun (109), al-Maa’uun (107), dan al-Takaatsur (102) 1.3 Meyakini bahwa orang yang menyayangi anak yatim akan masuk surga dekat dengan Nabi Muhammad Saw 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Memiliki sikap toleransi terhadap sesama sebagai implementasi dari surat al-Kaafiruun jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam (109) berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan 2.2 Menghindari perilaku suka bermegah-megahan sebagai implementasi dari surat altetangganya Takaatsur (102) 2.3 Terbiasa menyayangi anak yatim sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang menyayangi anak yatim riwayat Bukhari dan Muslim dari Sahl ibn Sa’ad, …ة ِ ج ﱠن ِ ل ا ْليَ ِت َ يم فِى ا ْل ُ ِأَنَا و َكاف 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan surat al-Kaafiruun (109), al-Maa’uun (107), dan al-Takaatsur (102) mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin 3.2 Memahami isi kandungan surat al-Kaafiruun (109), al-Maa’uun (107), dan al-Takaatsur tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan (102) kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di 3.3 Menerjemahkan hadis tentang menyayangi anak yatim riwayat Bukhari dan Muslim dari rumah, di sekolah dan tempat bermain Sahl ibn Sa’ad, 3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang menyayangi anak yatim riwayat Bukhari dan Muslim dari Sahl ibn Sa’ad, 3.5 Memahami hukum bacaan mim mati (izhhar syafawi, ikhfa syafawi, dan idgham mimi) 55 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Melafalkan surat surat al-Kaafiruun (109), al-Maa’uun (107), dan al-Takaatsur (102) yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang secara benar dan fasih estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak 4.2 Menghafalkan hadis tentang menyayangi anak yatim riwayat Bukhari dan Muslim dari Sahl sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan ibn Sa’ad, perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4.3 Menerapkan hukum bacaan mim mati (izhhar syafawi, ikhfa syafawi, dan idgham mimi) 56 KELAS V SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 Terbiasa membaca surat al-‘Alaq (96) dan al-Qadr (97) sehari-hari agama Islam 1.2 Meyakini kebenaran adanya malam Lailatul Qadar 1.3 Meyakini bahwa mempelajari Al-Qur’an dan hadis adalah ibadah 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Menjauhi sifat munafik sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang ciri-ciri orang jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam munafik riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan …َث ٌ ق ثَال ُ آيَ ُة ا ْل ِ ِم َناف tetangganya 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan surat al-Qadr (97) mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin 3.2 Memahami isi kandungan surat al-Qadr (97) tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan 3.3 Menerjemahkan hadis tentang ciri-ciri orang munafik riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di Hurairah, rumah, di sekolah dan tempat bermain …َث ٌ ق ثَال ُ آيَ ُة ا ْل ِ ِم َناف 3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang ciri-ciri orang munafik riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, …َث ٌ م َنافِقِ ثَال ُ آيَ ُة ا ْل 3.5 Memahami hukum bacaan waqaf dan washal 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Melafalkan surat al-‘Alaq (96) secara benar dan fasih yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang 4.2 Menghafalkan surat al-‘Alaq (96) secara benar dan fasih estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak 4.3 Menghafalkan hadis tentang ciri-ciri orang munafik riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan Hurairah, perilaku anak beriman dan berakhlak mulia …َث ٌ م َنافِقِ ثَال ُ آيَ ُة ا ْل 4.4 Menerapkan hukum bacaan waqaf dan washal 57 KELAS VI SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 Terbiasa membaca surat al-Dluhaa (93) sehari-hari agama Islam 1.2 Menghayati nilai yang terkandung dalam surat al-Dluhaa (93) 1.3 Meyakini bahwa memberi lebih utama daripada meminta-minta 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Memiliki perilaku peduli terhadap kaum dlu’afa sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Dluha (93) jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan 2.2 Terbiasa berperilaku suka memberi sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang keutamaan memberi riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Umar, tetangganya …الس ْفلَى ن ا ْليَ ِد ﱡ َ ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْليَا َ خ ْي ٌر ِم 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan surat al-Dluhaa (93) mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin 3.2 Memahami isi kandungan surat al-Dluhaa (93) tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan 3.3 Menerjemahkan hadis tentang keutamaan memberi riwayat Bukhari dan Muslim dari kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di Abdullah ibn ‘Umar, rumah, di sekolah dan tempat bermain …الس ْفلَى ن ا ْليَ ِد ﱡ َ ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْليَا َ خ ْي ٌر ِم 3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang keutamaan memberi riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Umar, 3.5 Memahami hukum bacaan mad thabi’i dan mad far’i (mad wajib muttashil dan mad jaiz munfashil) 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4.1 Melafalkan surat al-Dluhaa (93) secara benar dan fasih 4.2 Menghafalkan surat al-Dluhaa (93) secara benar dan fasih 4.3 Menghafalkan hadis tentang keutamaan memberi riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Umar, 4.4 Menerapkan hukum bacaan mad thabi’i dan mad far’i (mad wajib muttashil dan mad jaiz munfashil) 58 KELAS VI SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 Terbiasa membaca surat al-Bayyinah (98) sehari-hari agama Islam 1.2 Meyakini bahwa setiap manusia pasti mati dan menerima balasan amal perbuatannya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Memiliki perilaku suka beramal shalih sebagai implementasi dari pemahaman hadis jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam tentang amal shalih riwayat Muslim dari Abu Hurairah, berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan …ة ٍ َن ثَالَث ُ س َ َان ا ْن َقط َ إِذَا َم َ ع َع ْن ُه َع َ اإل ْن ْ مل ُُه إِال ﱠ ِم ِ ات tetangganya 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan hadis tentang amal shalih riwayat Muslim dari Abu Hurairah, mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin …ة ٍ َن ثَالَث ُ س َ َان ا ْن َقط َ إِذَا َم َ ع َع ْن ُه َع َ اإل ْن ْ مل ُُه إِال ﱠ ِم ِ ات tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan 3.2 Memahami isi kandungan hadis tentang amal shalih riwayat Muslim dari Abu Hurairah, kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di …ة ٍ َن ثَالَث ُ س َ َان ا ْن َقط َ إِذَا َم َ ع َع ْن ُه َع َ اإل ْن ْ مل ُُه إِال ﱠ ِم ِ ات rumah, di sekolah dan tempat bermain 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Melafalkan surat surat al-Bayyinah (98) secara benar dan fasih yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang 4.2 Menghafalkan surat al-Bayyinah (98) secara benar dan fasih estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak 4.3 Menghafalkan hadis tentang amal shalih riwayat Muslim dari Abu Hurairah, sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan …ة ٍ َن ثَالَث ُ س َ َان ا ْن َقط َ إِذَا َم َ ع َع ْن ُه َع َ اإل ْن ْ مل ُُه إِال ﱠ ِم ِ ات perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 59 a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah KELAS VII SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam KOMPETENSI DASAR 1.1 Meyakini Al-Qur’an sebagai pedoman hidup 1.2 Meyakini isi kandungan hadis tentang ciri iman yang diterima oleh Allah Swt 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, 2.1 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), 2.2 Terbiasa beribadah dan berdo’a sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Faatihah santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), dan al-Ikhlaash (112) dalam kehidupan sehari-hari efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam 2.3 Terbiasa beribadah sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang ibadah yang jangkauan pergaulan dan keberadaannya diterima oleh Allah Swt 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 3.1 3.2 3.3 3.4 Memahami pengertian dan fungsi Al-Qur’an dan hadis Memahami cara-cara memfungsikan Al-Qur’an dan hadis Memahami perilaku orang yang mencintai Al-Qur’an dan hadis Memahami isi kandungan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), dan alIkhlaash (112) tentang tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah 3.5 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang iman yang diterima oleh Allah Swt dan hadis tentang ibadah yang diterima oleh Allah Swt dalam fenomena kehidupan dan akibatnya 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori 4.1 Melafalkan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), dan al-Ikhlaash (112) secara fasih dan tartil 4.2 Menghafalkan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), dan al-Ikhlaash (112) secara fasih dan tartil 4.3 Menulis hadis tentang iman yang diterima oleh Allah Swt dan menulis hadis tentang ibadah yang diterima oleh Allah Swt 4.4 Menerjemahkan hadis tentang iman yang diterima oleh Allah Swt dan menulis hadis tentang 60 ibadah yang diterima oleh Allah Swt 4.5 Menghafalkan hadis tentang iman yang diterima oleh Allah Swt dan menulis hadis tentang ibadah yang diterima oleh Allah Swt 61 KELAS VII SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam 1.1 Meyakini pentingnya sikap tasamuh 1.2 Meyakini bahwa Allah Maha Suci dan Maha Pengampun 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 2.1 Memiliki sikap tasamuh sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Kaafiruun (109), al-Bayyinah (98) dan hadis tentang toleransi dalam kehidupan sehari-hari 2.2 Memiliki sikap optimis dan istiqamah dalam berdakwah sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Lahab (111) dan al-Nashr (110) dalam kehidupan sehari-hari 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori 3.1 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-Kaafiruun (109) dan al-Bayyinah (98) tentang membangun kehidupan umat beragama dalam fenomena kehidupan 3.2 Memahami isi kandungan surat al-Kaafiruun (109) dan al-Bayyinah (98) tentang toleransi 3.3 Memahami isi kandungan surat al-Lahab (111) dan al-Nashr (110) tentang problematika dakwah 3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang tasamuh 3.5 Mengetahui contoh perilaku yang mencerminkan toleransi sesuai surat al-Kaafiruun (109), al-Bayyinah (98), dan hadis tentang tasamuh 4.1 Menerapkan hukum bacaan qalqalah dalam surat al-Kaafiruun (109) dan al-Bayyinah (98), dan surat-surat pendek pilihan 4.2 Menulis hadis tentang sikap tasamuh 4.3 Menerjemahkan hadis tentang sikap tasamuh 4.4 Menghafal hadis tentang sikap tasamuh 62 KELAS VIII SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam 1.1 Meyakini bahwa setiap rezeki telah ditentukan oleh Allah Swt 1.2 Menghayati keutamaan tolong menolong dan menyantuni anak yatim 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, 2.1 Memiliki sikap peduli sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Kautsar (108) dan alMaa’uun (107) tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara 2.2 Memiliki sikap tolong menolong dan mencintai anak yatim sesuai isi kandungan Al-Qur’an dan hadis efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, 3.1 Memahami isi kandungan surat al-Quraisy (106) dan al-Insyirah (94) tentang ketentuan konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin rezeki dari Allah Swt tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, 3.2 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-Quraisy (106) dan al-Insyirah (94) tentang budaya terkait fenomena dan kejadian tampak ketentuan rezeki dari Allah Swt mata 3.3 Memahami isi kandungan surat al-Kautsar (108) dan al-Maa’uun (107) tentang kepedulian sosial dalam fenomena kehidupan 3.4 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-Kautsar (108) dan al-Maa’uun (107) tentang kepedulian sosial dalam fenomena kehidupan 3.5 Memahami isi kandungan surat al-Kaafiruun (109) dan al-Bayyinah (98) tentang toleransi 3.6 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang perilaku tolong menolong dan mencintai anak yatim dalam fenomena kehidupan dan akibatnya 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori 4.1 Menerapkan hukum bacaan mad ‘iwadl, mad layyin, dan mad ‘aridl lissukun dalam suratsurat pendek 4.2 Menulis hadis tentang tolong menolong dan mencintai anak yatim 4.3 Menerjemahkan hadis tentang tolong menolong dan mencintai anak yatim 4.4 Menghafal hadis tentang tolong menolong dan mencintai anak yatim 63 KELAS VIII SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam KOMPETENSI DASAR 1.1 Meyakini pentingnya menerapkan pola hidup seimbang antara dunia dan akhirat 1.2 Meyakini akibat sikap buruk sebagaimana kandungan surat al-Humazah (104) dan alTakatsur (102) 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, 2.1 Terbiasa menghindari sikap buruk sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Humazah tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), (104) dan al-Takatsur (102) santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara 2.2 Memiliki perilaku keseimbangan hidup dunia dan akhirat efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, 3.1 Memahami isi kandungan surat al-Humazah (104) dan al-Takatsur (102) konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin 3.2 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-Humazah (104) dan al-Takatsur (102) tentang tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sifat cinta dunia dan melupakan kebahagiaan hakiki dalam fenomena kehidupan budaya terkait fenomena dan kejadian tampak 3.3 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang perilaku keseimbangan hidup di dunia mata dan akhirat dengan fenomena kehidupan dan akibatnya 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori 4.1 4.2 4.3 4.4 Menerapkan hukum bacaan lam dan ra surat al-Humazah (104) dan al-Takatsur (102) Menulis hadis tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat Menerjemahkan hadis tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat Menghafal hadis tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat 64 KELAS IX SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam 1.1 Meyakini pentingnya menjaga kelestarian alam 1.2 Meyakini kekuasaan Allah pada fenomena alam yang terjadi 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata 2.1 Terbiasa menyikapi dengan baik fenomena alam sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Qari’ah (101) dan al-Zalzalah (99) 2.2 Memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang tentang kelestarian alam 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori 3.1 Memahami isi kandungan surat al-Qari’ah (101) dan al-Zalzalah (99) tentang fenomena alam 3.2 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-Qari’ah (101) dan al-Zalzalah (99) tentang fenomena alam dalam kehidupan 3.3 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang perilaku menjaga dan melestarikan lingkungan alam dengan fenomena kehidupan dan akibatnya 4.1 Menerapkan hukum bacaan mad shilah, mad badal, mad tamkin, dan mad farqi dalam surat al-Qari’ah (101) dan al-Zalzalah (99) dan surat-surat pendek pilihan 4.2 Menulis hadis tentang menjaga dan melestarikan lingkungan alam 4.3 Menerjemahkan hadis tentang menjaga dan melestarikan lingkungan alam 4.4 Menghafal hadis tentang menjaga dan melestarikan lingkungan alam 65 KELAS IX SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam KOMPETENSI DASAR 1.1 Meyakini pentingnya memanfaatkan waktu dan mencari ilmu 1.2 Menghayati fenomena alam sebagai sumber ilmu pengetahuan 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, 2.1 Memiliki semangat menghargai waktu dan menuntut ilmu sebagai implementasi dari tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), pemahaman surat al-‘Ashr (103), al-‘Alaq (96), dan hadis tentang menghargai waktu dan santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara menuntut ilmu efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, 3.1 Memahami isi kandungan surat al-‘Ashr (103) dan al-‘Alaq (96) tentang menghargai waktu konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin dan menuntut ilmu tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, 3.2 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-‘Ashr (103) dan al-‘Alaq (96) tentang budaya terkait fenomena dan kejadian tampak menghargai waktu dan menuntut ilmu mata 3.3 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 Menerapkan hukum bacaan mad lazim mukhaffaf kilmi dan mutsaqqal kilmi dalam Al-Qur’an Menerapkan hukum bacaan mad lazim mukhaffaf harfi dan mutsaqqal harfi dalam Al-Qur’an Menulis hadis tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu Menerjemahkan hadis tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu Menghafal hadis tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu 66 b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tingkat Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah KELAS X SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1 dianutnya 1.2 1.3 1.4 1.5 Menghayati keautentikan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah Swt Berpegang teguh kepada Al-Qur’an sebagai pedoman hidup Memfungsikan Al-Qur’an secara tepat dan benar dalam kehidupan sehari-hari Menghayati nilai-nilai yang terdapat pada pokok-pokok isi Al-Qur’an Mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan, baik sebagai hamba Allah maupun khalifah-Nya di bumi sebagaimana yang terkandung dalam surat al-Mu’minuun/23: 12-14; an-Nahl/16: 78; al-Baqarah/2: 30-32; dan adz-Dzaariyah/51: 56 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsifdan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 2.1 Menunjukkan sikap teguh memegang amanah sebagai implementasi atas keteguhan Nabi Muhammad dalam menerima dan menjaga keaslian Al-Qur’an 2.2 Memiliki sikap cermat dalam bertindak sebagai implementasi dari program indek yang disusun dengan teliti 2.3 Menunjukkan sikap keluhuran budi sebagai implementasi dari pemahaman fungsi Al-Qur’an 2.4 Memiliki sikap-sikap yang mencerminkan fungsi manusia, baik sebagai hamba Allah maupun khalifah-Nya di bumi sebagaimana yang terkandung dalam surat al-Mu’minuun/23: 12-14; an-Nahl/16: 78; al-Baqarah/2: 30-32; dan adz-Dzaariyah/51: 56 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 Memahami pengertian Al-Qur’an menurut para ulama Menjelaskan bukti keautentikan Al-Qur’an Memahami tujuan dan fungsi Al-Qur’an Memahami pokok-pokok isi Al-Qur’an Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi pada surat al-Mu’minuun/23: 12-14; an-Nahl/16: 78; al-Baqarah/2: 30-32; dan adz-Dzaariyah/51: 56 67 kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 4.1 4.2 4.3 4.4 Mendeskripsikan substansi pengertian Al-Qur’an yang disampaikan para ulama Menyajikan bukti-bukti keautentikan Al-Qur’an Mensimulasikan tujuan dan fungsi Al-Qur’an Menggunakan indek pencarian ayat-ayat Al-Qur’an dalam kitab-kitab klasik dan elektrik (kontemporer) 4.5 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi pada surat al-Mu’minuun/23: 12-14; anNahl/16: 78; al-Baqarah/2: 30-32; dan adz-Dzaariyah/51: 56 68 KELAS X SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1 Meyakini hadis shahih dan hadis hasan sebagai dasar Islam dianutnya 1.2 Berpegang teguh pada hadis shahih dan hasan sebagai pedoman dalam berislam 1.3 Menghayati nilai keikhlasan dalam beribadah 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, 2.1 Menunjukkan sikap kritis dalam mengamalkan hadis sebagai dasar beribadah dalam Islam disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, 2.2 Menunjukkan perilaku ibadah dan amaliah sehari-hari yang berdasarkan fungsi hadis terhadap Al-Qur’an kerjasama, toleran, damai), santun, responsifdan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian 2.3 Memiliki sikap ikhlas dalam beribadah sebagai implementasi tentang keikhlasan dalam beribadah pada surat al-An’aam/6: 162-163; al-Bayyinah/98: 5; dan hadis riwayat Bukhari dari solusi atas berbagai permasalahan dalam dari Aisyah, berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial …ح ﱠتى تَ َت َفطﱠ َر َق َد َما ُه dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai َ ل َ وم ِم ُ َكانَ َي ُق ِ ن اللﱠ ْي cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 3.1 Memahami pengertian hadis, sunnah, khabar, dan atsar 3.2 Menjelaskan unsur-unsur hadis (sanad, matan, rawi, dan rijalul hadis) 3.3 Memahami macam-macam sunnah (qauliyah, fi’liyah, taqririyah, dan hammiyah) dan fungsinya terhadap Al-Qur’an 3.4 Memahami pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya 3.5 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah pada surat alAn’aam/6: 162-163; al-Bayyinah/98: 5; dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah, …ح ﱠتى تَ َت َفطﱠ َر َق َد َما ُه َ ل َ وم ِم ُ َكانَ يَ ُق ِ ن اللﱠ ْي 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah 4.1 Mendeskripsikan substansi perbedaan dan persamaan pengertian hadis, sunnah, khabar, konkret dan ranah abstrak terkait dengan dan atsar pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah 4.2 Mempresentasikan unsur-unsur penyusun hadis (sanad, matan, rawi, dan rijalul hadis) 69 secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda 4.3 Mempresentasikan macam-macam sunnah (qauliyah, fi’liyah, taqriiriyah, dan haammiyah) dan fungsinya terhadap Al-Qur’an sesuai kaidah keilmuan. 4.4 Mempresentasikan pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya 4.5 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah pada surat al-An’aam/6: 162-163; al-Bayyinah/98: 5; dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah, …ح ﱠتى تَ َت َفطﱠ َر َق َد َما ُه َ ل َ وم ِم ُ َكانَ يَ ُق ِ ن اللﱠ ْي 70 KELAS XI SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1 Menghayati nilai-nilai yang terkait dengan taat kepada orang tua dan guru sebagaimana dianutnya tuntunan Al-Qur’an dan hadis 1.2 Menghayati nilai-nilai yang terkait dengan mujahadah al-nafs, husnu al-zhan, dan ukhuwah 1.3 Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji 1.4 Menghayati nilai-nilai toleransi intern umat beragama dan antar umat beragama 1.5 Menghayati nilai-nilai keilmuan 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, 2.1 Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai implementasi disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, dari pemahaman surat al-Israa/17: 23-24; Luqmaan/31: 13-17; dan hadis riwayat Muslim kerjasama, toleran, damai), santun, responsifdan dari Abu Hurairah, pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian …م أَ ْن ُفه ِ م َر ِ َر ِ م َر َ غ َ غ َ غ م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ dari solusi atas berbagai permasalahan dalam Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Amru, … اس َت ْأ َذنَ ُه فِي ا ْلجِ َھا ِد berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial َ ْ ي َف ٌ ج ُ جا َء َر ِ ّ ل إِلَى ال ﱠن ِب dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai 2.2 Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujaahadah al-nafs), prasangka baik (husnu al-zhan), cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. dan persaudaraan (ukhuwah) sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Anfaal/8: 72; Ali Imraan/3: 133-136; dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, ...ح ِديث َ َب ا ْل ْ إِيﱠاك ن َف ِإنﱠ الظﱠ ﱠ ُم َوالظﱠ ﱠ ُ ن أَ ْكذ 2.3 Menunjukkan perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan keji sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Israa/17: 32; al-Nuur/24: 2; dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, ...ن ِ ال َ يَ ْزنِي ال ﱠزانِي ْ ين يَ ْزنِي َو َ ح ٌ ھ َو ُم ْؤ ِم 2.4 Memiliki sikap toleransi dan menjunjung tinggi etika dan pergaulan sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Kaafiruun/109: 1-6; Yuunus/10: 40-41; al-Kahfi/18: 29; alHujurat/49: 10-13; dan hadis riwayat Ahmad dari Ibn ‘Abbas, ...ليس منا من لم يوقر كبيرنا و يرحم صغيرنا 2.5 Menunjukkan sikap semangat menuntut ilmu dan menyampaikan kepada sesama sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Taubah/9: 122; al-Mujaadalah/58: 11; hadis riwayat 71 Ibn Majah dari Anas ibn Malik, Dan hadis riwayat Bukhari dari Abdullah ibn ‘Amr, ...سلِم َ م َف ِري ٌ ض ِ ب ا ْل ِع ْل ْ ل ُم ّ ِ ة َعلَى ُك ُ َطَل ...ل َ بَ ِل ّ ُغوا َع ِنّي َولَ ْو آيَ ًة َو َ س َرائِي ْ ِن بَ ِني إ ْ دثُوا َع ِّ ح 3. Memahami, menerapkan, menganalisis 3.1 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural guru pada surat al-Israa/17: 23-24; Luqmaan/31: 13-17; dan hadis riwayat Muslim dari Abu berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu Hurairah, pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan …م أَ ْن ُفه ِ م َر ِ م َر ِ َر َ غ َ غ َ غ م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ humaniora dengan wawasan kemanusiaan, Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Amru, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait … اس َت ْأ َذنَ ُه فِي ا ْلجِ َھا ِد َ ْ ي َف ٌ ج ُ جا َء َر ِ ّ ل إِلَى ال ﱠن ِب penyebab fenomena dan kejadian, serta 3.2 Memahami manfaat dan hikmah kontrol diri (mujaahadah al-nafs), prasangka baik (husnu menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang al-zhan), dan persaudaraan (ukhuwah) yang terdapat pada surat al-Anfaal/8: 72; Ali kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan Imraan/3: 133-136; dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, minatnya untuk memecahkan masalah. ...ح ِديث َ َب ا ْل ْ إِيﱠاك ن َف ِإنﱠ الظﱠ ﱠ ُم َوالظﱠ ﱠ ُ ن أَ ْكذ 3.3 Menganalisis larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji yang terdapat pada surat alIsraa/17: 32; al-Nuur/24: 2; dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, ...ن ِ ال َ َي ْزنِي ال ﱠزانِي ْ ين يَ ْزنِي َو َ ح ٌ ھ َو ُم ْؤ ِم 3.4 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang sikap toleransi dan menjunjung tinggi etika dan pergaulan pada surat al-Kaafiruun/109: 1-6; Yuunus/10: 40-41; al-Kahfi/18: 29; alHujurat/49: 10-13; dan hadis riwayat Ahmad dari Ibn ‘Abbas, ...ليس منا من لم يوقر كبيرنا و يرحم صغيرنا 3.5 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kewajiban menuntut ilmu dan menyampaikan kepada sesama pada surat al-Taubah/9: 122; al-Mujaadalah/58: 11; dan hadis riwayat Ibn Majah dari Anas ibn Malik, ...سلِم َ م َف ِري ٌ ض ِ ب ا ْل ِع ْل ْ ل ُم ّ ِ ة َعلَى ُك ُ َطَل Dan hadis riwayat Bukhari dari Abdullah ibn ‘Amr, ...ل َ س َرائِي َ بَ ِل ّ ُغوا َع ِنّي َولَ ْو آيَ ًة َو ْ ِن بَ ِني إ ْ دثُوا َع ِّ ح 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah 4.1 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat konkret dan ranah abstrak terkait dengan dan patuh kepada orang tua dan guru pada surat al-Israa/17: 23-24; Luqmaan/31: 13-17; 72 pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, 4.2 4.3 4.4 4.5 …م أَ ْن ُفه ِ م َر ِ َر ِ م َر َ غ َ غ َ غ م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Amru, … اس َت ْأ َذنَ ُه فِي ا ْلجِ َھا ِد َ ْ ي َف ٌ ج ُ جا َء َر ِ ّ ل إِلَى ال ﱠن ِب Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang kontrol diri (mujaahadah al-nafs), prasangka baik (husnu al-dhan), dan persaudaraan (ukhuwah) pada surat al-Anfaal/8: 72; Ali Imraan/3: 133-136; dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, ...ح ِديث َ َب ا ْل ْ إِيﱠاك ن َف ِإنﱠ الظﱠ ﱠ ُم َوالظﱠ ﱠ ُ ن أَ ْكذ Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji pada surat al-Israa/17: 32; al-Nuur/24: 2; dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, ...ن ِ ال َ َي ْزنِي ال ﱠزانِي ْ ين يَ ْزنِي َو َ ح ٌ ھ َو ُم ْؤ ِم Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang toleransi dan menjunjung tinggi etika dan pergaulan pada surat al-Kaafiruun/109: 1-6; Yuunus/10: 40-41; al-Kahfi/18: 29; al-Hujurat/49: 10-13; dan hadis riwayat Ahmad dari Ibn ‘Abbas, ...ليس منا من لم يوقر كبيرنا و يرحم صغيرنا Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang semangat menuntut ilmu dan menyampaikan kepada sesama pada surat al-Taubah/9: 122; alMujaadalah/58: 11; dan hadis riwayat Ibn Majah dari Anas ibn Malik, ...سلِم َ م َف ِري ٌ ض ِ ب ا ْل ِع ْل ْ ل ُم ّ ِ ة َعلَى ُك ُ َطَل Dan hadis riwayat Bukhari dari Abdullah ibn ‘Amr, ...ل َ س َرائِي َ بَ ِل ّ ُغوا َع ِنّي َولَ ْو آيَ ًة َو ْ ِن بَ ِني إ ْ دثُوا َع ِّ ح 73 KELAS XI SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1 dianutnya 1.2 1.3 1.4 KOMPETENSI DASAR Menghayati Menghayati Menghayati Menghayati nilai-nilai tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat nilai-nilai kompetitif dan kerjasama dalam kebaikan nilai-nilai etos kerja dalam kehidupan sehari-hari rasa syukur atas nikmat Allah Swt 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, 2.1 Menunjukkan perilaku tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Tahriim/66: 6; Thaahaa/20: 132; altoleran, damai), santun, responsifdan pro-aktif dan An’aam/6: 70; an-nisaa/4: 36; Huud/11: 117-119; hadis riwayat Bukhari dari Abdullah menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas ibn ‘Umar, berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara ...عيﱠتِه ِ ن َر ْ ل َع ْ م َم ْ ُم َراعٍ َو ُكلﱡ ُك ْ ُكلﱡك ٌ س ُؤو efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam Hadis riwayat Abu Daud dari al-Rabi’ ibn Sabrah, menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam ...ين َ َصال َ ِة إِذَا بَل ِ ع َ س ْب َ ِسن َ غ ى بِال ﱠ ص ِب ﱠ ُم ُروا ال ﱠ pergaulan dunia. Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, ...السال َم س َر ﱡد َ م ِ ِسل ِ ِسل َ ْ خ ْ م ْ م ﱠ ٌ م ُ م َعلَى ا ْل ُ حقﱡ ا ْل 2.2 Menunjukkan sikap kompetitif dalam kebaikan sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Baqarah/2: 148; Faathir/35: 32; an-Nahl/16: 97; dan hadis riwayat Ibn Majah dari Jabir ibn Abdullah, ...مو ُتوا َ وبوا إِلَى ﷲِ َق ْب ُ َل أَنْ ت ُ ُت،اس ُ يَاأَيﱡ َھا ال ﱠن 2.3 Memiliki etos kerja yang tinggi sebagai implementasi dari pemahaman surat alJumu’ah/62: 9-11; al-Qashaash/28: 77; hadis riwayat Ibn Majah dari Miqdam, ْ َسبًا أ ...ل يَ ِد ِه َ ن َع َ َطي َ س َ َما َك ْ ب ِم ْ ل َك ُ ج ُ الر ب ﱠ ِ م Dan hadis riwayat Ibn Majah dari Urwah dari ayahnya dari kakeknya, ...ل َ َجب َ ي ا ْل َ ِح ُبلَ ُه َفيَ ْأت َ َخ َذ أ ْ َُم أ ْ ح ُدك ُ َألَنْ يَ ْأ 2.4 Memiliki sikap selektif terhadap makanan dengan memilih makanan yang halal dan baik sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Baqarah/2: 128-169; al-Baqarah/2: 172173; hadis riwayat Abu Daud, ...ل ِ ُم بِ َھذَا ا ْل ُق ْرآ ِ م فِي ٍ ح َال َ ن َ ما َو َ ن َف ْ ج ْد ُت ْ َعلَ ْيك ْ ه ِم 74 Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah, ...ل إِ ﱠالطَ ِي ّبًا ٌ ّ اس إِنﱠ اللﱠ َه طَ ِي ُ يَاأَيﱡ َھاال ﱠن ُ َب َاليَ ْقب 2.5 Menunjukkan perilaku mensyukuri nikmat Allah dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Zukhruf/43: 9-13; al-‘Ankabuut/29: 17; hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab, ش َك َر ال ﱠن ...م لِل ﱠناس ِ اس لِلﱠ َ ه َع ﱠز َو ْ َإِنﱠ أ ْ ھ ُ ش َك ُر ْ َل أ ج ﱠ ِ Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, ...اس َ شك ُُر ال ﱠن ْ َن َال ي ْ شك ُُر اللﱠ َه َم ْ ََالي Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, ...ُم َ س َف ْ ا ْنظ ُُروا إِلَى َم ْ ل ِم ْنك ْ َن أ 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan 3.1 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa masyarakat yang terdapat pada surat al-Tahriim/66: 6; Thaahaa/20: 132; al-An’aam/6: ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, 70; an-nisaa/4: 36; Huud/11: 117-119; hadis riwayat Bukhari dari Abdullah ibn ‘Umar, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan ...عيﱠتِه ِ ن َر ْ ل َع ْ ُم َم ْ ُم َراعٍ َو ُكلﱡك ْ ُكلﱡك ٌ س ُؤو kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan Hadis riwayat Abu Daud dari al-Rabi’ ibn Sabrah, peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, ...ين َ َصال َ ِة إِذَا بَل ِ ع َ س ْب َ ِسن َ غ ى بِال ﱠ ص ِب ﱠ ُم ُروا ال ﱠ serta menerapkan pengetahuan prosedural pada Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan ...السال َم س َر ﱡد َ م ِ ِسل ِ ِسل َ ْ خ ْ م ْ م ﱠ ٌ م ُ م َعلَى ا ْل ُ حقﱡ ا ْل minatnya untuk memecahkan masalah. 3.2 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan yang terdapat pada surat al-Baqarah/2: 148; Faathir/35: 32; an-Nahl/16: 97; dan hadis riwayat Ibn Majah dari Jabir ibn Abdullah, ...مو ُتوا َ وبوا إِلَى ﷲِ َق ْب ُ َل أَنْ ت ُ ُت،اس ُ يَا أَيﱡ َھا ال ﱠن 3.3 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang etos kerja yang tinggi yang terdapat pada surat al-Jumu’ah/62: 9-11; al-Qashaash/28: 77; hadis riwayat Ibn Majah dari Miqdam, ْ َسبًا أ ...ل يَ ِد ِه َ ن َع َ َطي َ س َ َما َك ْ ب ِم ْ ل َك ُ ج ُ الر ب ﱠ ِ م Dan hadis riwayat Ibn Majah dari Urwah dari ayahnya dari kakeknya, ...ل َ َجب َ ي ا ْل َ ِح ُبلَ ُه َفيَ ْأت َ َخ َذ أ ْ َُم أ ْ ح ُدك ُ َألَنْ يَ ْأ 3.4 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang makanan yang halal dan baik yang terdapat pada surat al-Baqarah/2: 128-169; al-Baqarah/2: 172-173; hadis riwayat Abu Daud, 75 Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah, ...ل ِ ُم بِ َھذَا ا ْل ُق ْرآ ِ م فِي ٍ ح َال َ ن َ ما َو َ ن َف ْ ج ْد ُت ْ َعلَ ْيك ْ ه ِم ... ل إِ ﱠالطَ ِي ّبًا ٌ ّ اس إِنﱠ اللﱠ َه طَ ِي ُ َب َاليَ ْقب ُ َ◌اأَيﱡ َھاال ﱠن 3.5 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang mensyukuri nikmat Allah dalam kehidupan sehari-hari yang terdapat pada surat al-Zukhruf/43: 9-13; al-‘Ankabuut/29: 17; hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab, ...م لِل ﱠناس ش َك َر ال ﱠن ِ اس لِلﱠ َ ه َع ﱠز َو ْ ھ ُ ش َك ُر ْ َل أ ْ َإِنﱠ أ ج ﱠ ِ Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, ...اس َ شك ُُر ال ﱠن ْ َن َال ي ْ شك ُُر اللﱠ َه َم ْ ََالي Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, ...ُم َ س َف ْ ل ِم ْنك ْ َن أ ْ ا ْنظ ُُروا إِلَى َم 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang tanggung dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat pada surat al-Tahriim/66: 6; yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan Thaahaa/20: 132; al-An’aam/6: 70; an-nisaa/4: 36; Huud/11: 117-119; hadis riwayat mampu menggunakan metoda sesuai kaidah Bukhari dari Abdullah ibn ‘Umar, keilmuan. ...عيﱠتِه ِ ن َر ْ ل َع ْ ُم َم ْ ُم َراعٍ َو ُكلﱡك ْ ُكلﱡك ٌ س ُؤو Hadis riwayat Abu Daud dari al-Rabi’ ibn Sabrah, ...ين َ َصال َ ِة إِذَا بَل ِ ع َ س ْب َ ِسن َ غ ى بِال ﱠ ص ِب ﱠ ُم ُروا ال ﱠ Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, ...السال َم س َر ﱡد َ م ِ ِسل ِ ِسل َ ْ خ ْ م ْ م ﱠ ٌ م ُ م َعلَى ا ْل ُ حقﱡ ا ْل 4.2 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan pada surat al-Baqarah/2: 148; Faathir/35: 32; an-Nahl/16: 97; dan hadis riwayat Ibn Majah dari Jabir ibn Abdullah, ...مو ُتوا َ وبوا إِلَى ﷲِ َق ْب ُ ُت،اس ُ يَا أَيﱡ َھا ال ﱠن ُ َل أَنْ ت 4.3 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang etos kerja yang tinggi pada surat al-Jumu’ah/62: 9-11; al-Qashaash/28: 77; hadis riwayat Ibn Majah dari Miqdam, ْ َس ًبا أ ...ل يَ ِد ِه َ ن َع َ ط َي َ س َ َما َك ْ ب ِم ْ ل َك ُ ج ُ الر ب ﱠ ِ م Dan hadis riwayat Ibn Majah dari Urwah dari ayahnya dari kakeknya, ...ل َ َجب َ ي ا ْل َ ِح ُبلَ ُه َفيَ ْأت َ َخ َذ أ ْ ح ُدك ُ َألَنْ يَ ْأ ْ َُم أ 76 4.4 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang makanan yang halal dan baik pada surat al-Baqarah/2: 128-169; al-Baqarah/2: 172-173; hadis riwayat Abu Daud, ...ل ِ م فِي ِ ُم بِ َھذَا ا ْل ُق ْرآ ٍ ح َال َ ن َ ما َو َ ن َف ْ ه ِم ْ ج ْد ُت ْ َعلَ ْيك Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah, ...ل إِ ﱠالطَ ِي ّ ًبا ٌ ّ اس إِنﱠ اللﱠ َه طَ ِي ُ َ◌اأَيﱡ َھاال ﱠن ُ َب َاليَ ْقب 4.5 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang mensyukuri nikmat Allah dalam kehidupan sehari-hari pada surat al-Zukhruf/43: 9-13; al‘Ankabuut/29: 17; hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab, ش َك َر ال ﱠن ...م لِل ﱠناس ِ اس لِلﱠ َ ه َع ﱠز َو ْ ھ ُ ش َك ُر ْ َل أ ْ َإِنﱠ أ ج ﱠ ِ Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, ...اس َ شك ُُر ال ﱠن ْ َن َال ي ْ شك ُُر اللﱠ َه َم ْ ََالي Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, ...ُم َ س َف ْ ل ِم ْنك ْ َن أ ْ ا ْنظ ُُروا إِلَى َم 77 KELAS XII SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1 dianutnya 1.2 1.3 1.4 KOMPETENSI DASAR Mengamalkan pola hidup sederhana dan gemar menyantuni dlu’afa Menghayati nilai sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan Mengamalkan nilai-nilai yang terkait dengan kelestarian lingkungan hidup Bertindak dan berfikir secara ilmiah dalam beragama 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, 2.1 Menunjukkan perilaku hidup sederhana dan gemar menyantuni dlu’afa sebagai tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, implementasi dari pemahaman surat al-Furqaan/25: 67; al-Israa/17: 26-27 dan 29-30; toleran, damai), santun, responsifdan pro-aktif dan al-Qashaash/28: 79-82; al-Baqarah/2: 177; al-Maa’uun (107); hadis riwayat Ibn Majah menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas dan Ahmad dari Abdullah ibn ‘Amru, ھذَا berbagai permasalahan bangsa serta memosisikan diri ... ُالس َرف ِ صلﱠى اللﱠ ُه َعلَ ْي ِ ل اللﱠ َ ل َما ھ َو يَ َت َو ﱠ َ ض ُأ َفقَا َ ِم َم ﱠرب َ سلﱠ َ ه َو َ ه َ سو ُ س ْع ٍد َو ﱠ ُ أَنﱠ َر sebagai agen transformasi masyarakat dalam Dan hadis riwayat Bukhari dari Hakim ibn Hiram, membangun peradaban bangsa dan dunia. ...الس ْفلَى ن ا ْليَ ِد ﱡ َ ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْل َيا ْ خ ْي ٌر ِم 2.2 Menunjukkan perilaku sabar dalam menghadapi ujian dan memiliki sikap optimis sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Baqarah/2: 155-157; Ali Imraan/3: 186; hadis riwayat Muslim dari Shuhaib, ...ح ٍد َ ن إِنﱠ أَ ْم َر ُه ُكلﱠ ُه َ َع َ َ ك ِأل َ س ذَا َ خ ْي ٌر َولَ ْي ُ جبًا ِأل َ ْم ِر ا ْل ِ م ْؤ ِم Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Mus’ab ibn Sa’ad dari ayahnya, ... قلت يارسول ﷲ أي الناس أشد بالء قال األنبياء 2.3 Menunjukkan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Ruum/30: 41-42; al-A’raaf/7: 56-58; Shaad/38: 27; al-Furqaan/25: 45-50; al-Baqarah/2: 204-206; dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas ibn Malik, ...ُل ِم ْن ُه ً س غَ ْر ٍ س ِل ْ ن ُم ْ َما ِم ُ سا أَ ْو يَ ْز َر ُع َز ْرعً ا َف َي ْأك ُ ْر ِ م يَغ 2.4 Memiliki perilaku dan cara berfikir ilmiah sebagai implementasi dari pemahaman surat al‘Alaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; al-Baqarah/2: 164; dan hadis riwayat Abu Daud dari Abu Darda, ْ َك طَ ِري ًقا ي ...ة ِ ج ﱠن ِ ِك اللﱠ ُه ب ِ ه ِ ُب فِي ً ع ْل ِ ن ط ُُر َ ق ا ْل َ َسل َ ما َ َسل َ ن ْ ه طَ ِري ًقا ِم ْ َم ُ طل 78 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan 3.1 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang pola hidup sederhana dan gemar menyantuni faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa dlu’afa yang terdapat pada surat al-Furqaan/25: 67; al-Israa/17: 26-27 dan 29-30; alingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, Qashaash/28: 79-82; al-Baqarah/2: 177; al-Maa’uun (107); hadis riwayat Ibn Majah dan seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan Ahmad dari Abdullah ibn ‘Amru, kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan ... ُالس َرف ھذَا ِ صلﱠى اللﱠ ُه َعلَ ْي ِ ل اللﱠ َ ل َما ھ َو يَ َت َو ﱠ َ ض ُأ َفقَا َ ِم َم ﱠرب َ سلﱠ َ ه َو َ ه َ سو ُ س ْع ٍد َو ﱠ ُ أَنﱠ َر peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, Dan hadis riwayat Bukhari dari Hakim ibn Hiram, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada ...الس ْفلَى ن ا ْليَ ِد ﱡ َ ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْليَا ْ خ ْي ٌر ِم bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan 3.2 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang sabar dalam menghadapi ujian dan memiliki minatnya untuk memecahkan masalah. sikap optimis yang terdapat pada surat al-Baqarah/2: 155-157; Ali Imraan/3: 186; hadis riwayat Muslim dari Shuhaib, ...ح ٍد َ ن إِنﱠ أَ ْم َر ُه ُكلﱠ ُه َ َ ك ِأل َ س ذَا َ خ ْي ٌر َولَ ْي َ َع ُ ج ًبا ِأل َ ْم ِر ا ْل ِ م ْؤ ِم Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Mus’ab ibn Sa’ad dari ayahnya, ... قلت يارسول ﷲ أي الناس أشد بالء قال األنبياء 3.3 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang menjaga kelestarian lingkungan hidup yang terdapat pada surat al-Ruum/30: 41-42; al-A’raaf/7: 56-58; Shaad/38: 27; alFurqaan/25: 45-50; al-Baqarah/2: 204-206; dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas ibn Malik, ...ُل ِم ْن ُه ً س غَ ْر ٍ ِسل ْ ن ُم ْ َما ِم ُ سا أَ ْو يَ ْز َر ُع َز ْرعً ا َفيَ ْأك ُ ْر ِ م يَغ 3.4 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku dan cara berfikir ilmiah yang terdapat pada surat al-‘Alaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; al-Baqarah/2: 164; dan hadis riwayat Abu Daud dari Abu Darda, ْ َك طَ ِري ًقا ي ...ة ِ ج ﱠن ِ ِك اللﱠ ُه ب ِ ه ِ ُب فِي ً ع ْل ِ ن ط ُُر َ ق ا ْل َ َسل َ ما َ َسل َ ن ْ ه طَ ِري ًقا ِم ْ َم ُ طل 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang pola hidup dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari sederhana dan gemar menyantuni dlu’afa pada surat al-Furqaan/25: 67; al-Israa/17: 26yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan 27 dan 29-30; al-Qashaash/28: 79-82; al-Baqarah/2: 177; al-Maa’uun (107); hadis mampu menggunakan metoda sesuai kaidah riwayat Ibn Majah dan Ahmad dari Abdullah ibn ‘Amru, keilmuan. ... ُالس َرف ھذَا ِ صلﱠى اللﱠ ُه َعلَ ْي ِ ل اللﱠ َ ل َما ھ َو يَ َت َو ﱠ َ ِم َم ﱠرب َ سلﱠ َ ه َو َ ه َ سو َ ض ُأ َفقَا ُ س ْع ٍد َو ﱠ ُ أَنﱠ َر Dan hadis riwayat Bukhari dari Hakim ibn Hiram, ...الس ْفلَى ن ا ْليَ ِد ﱡ َ ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْل َيا ْ خ ْي ٌر ِم 4.2 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang sabar dalam 79 menghadapi ujian dan memiliki sikap optimis pada surat al-Baqarah/2: 155-157; Ali Imraan/3: 186; hadis riwayat Muslim dari Shuhaib, ...ح ٍد َ ن إِنﱠ أَ ْم َر ُه ُكلﱠ ُه َ َ ك ِأل َ س ذَا َ خ ْي ٌر َولَ ْي َ َع ُ جبًا ِأل َ ْم ِر ا ْل ِ م ْؤ ِم Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Mus’ab ibn Sa’ad dari ayahnya, ... قلت يارسول ﷲ أي الناس أشد بالء قال األنبياء 4.3 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang menjaga kelestarian lingkungan hidup pada surat al-Ruum/30: 41-42; al-A’raaf/7: 56-58; Shaad/38: 27; al-Furqaan/25: 45-50; al-Baqarah/2: 204-206; dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas ibn Malik, ...ُل ِم ْن ُه ً س غَ ْر ٍ ِسل ْ ن ُم ْ َما ِم ُ سا أَ ْو يَ ْز َر ُع َز ْرعً ا َفيَ ْأك ُ ْر ِ م يَغ 4.4 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku dan cara berfikir ilmiah pada surat al-‘Alaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; al-Baqarah/2: 164; dan hadis riwayat Abu Daud dari Abu Darda, ْ َك طَ ِري ًقا ي ...ة ِ ِك اللﱠ ُه ب ِ ه ِ ُب فِي ِ ج ﱠن ً ع ْل ِ ن ط ُُر َ َسل َ ما َ َسل َ ن َ ق ا ْل ْ ه طَ ِري ًقا ِم ْ َم ُ طل 80 KELAS XII SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1 dianutnya 1.2 1.3 1.4 KOMPETENSI DASAR Melakukan dakwah dengan hikmah, mau’idhah hasanah, dan perdebatan yang baik Melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara tepat dengan tangan, lisan, dan hati Menghayati nilai-nilai demokratis dalam kehidupan sehari-hari Menghayati nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, 2.1 Menunjukkan perilaku dalam dakwah yang baik sebagai implementasi dari pemahaman surat an-Nahl/16: 125; al-Syu’araa/26: 214-216; al-Hijr/15: 94-96; dan hadis riwayat tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, Muslim dari Abu Hurairah, toleran, damai), santun, responsifdan pro-aktif dan ْ ن ...ج ِر menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas ْ َ األ ْ ھ ًدى َكانَ لَ ُه ِم ُ ن َد َعا إِلَى ْ َم berbagai permasalahan bangsa serta memosisikan diri 2.2 Menunjukkan perilaku yang mencerminkan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman surat Ali Imraan/3: 104; sebagai agen transformasi masyarakat dalam hadis riwayat Ibn Majah dari Qais ibn Hazim, membangun peradaban bangsa dan dunia. ...إن الناس إذا رأوا المنكر Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Said, َ ُم ُم ْن ...ك ًرا َف ْل ُي َغ ِي ّ ْر ُه بِيَ ِد ِه ْ ن َرأَى ِم ْنك ْ َم 2.3 Memiliki sikap demokratis dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman surat Ali Imraan/3: 159; al-Syuuraa/42: 38; hadis riwayat Muslim dari Malik al-Asyaja’i, ...خيارأئمتكم الذين تحبونھم Dan hadis riwayat Bukhari, ْ ت َم َتى ...اع َة ظ ْر ِ األ َ َمانَ ُة َفا ْن َت َ الس َ الس ْ ضيِ ّ َع َ اع ُة َقا ُ ل َفإِذَا ﱠ ﱠ 2.4 Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Maaidah/5: 8-10; al-Taubah/9: 119; an-Nahl/16: 90-92; an-nisaa/4: 105; dan hadis riwayat Muslim dari Abdullah, َ صّ ْد ة ِ ق َف ِإنﱠ ال ِ ُم بِال ِ ج ﱠن ِ صّ ْد َ ق يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل ِب ِرّ َوإِنﱠ ا ْل ِب ﱠر يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل ْ َعلَ ْيك 81 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan 3.1 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kewajiban berdakwah yang baik yang terdapat faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa pada surat an-Nahl/16: 125; al-Syu’araa/26: 214-216; al-Hijr/15: 94-96; dan hadis ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, riwayat Muslim dari Abu Hurairah, ْ ن seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan ...ج ِر ْ َ األ ْ ھ ًدى َكانَ لَ ُه ِم ُ ن َد َعا إِلَى ْ َم kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan 3.2 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, sehari-hari yang terdapat pada surat Ali Imraan/3: 104; hadis riwayat Ibn Majah dari serta menerapkan pengetahuan prosedural pada Qais ibn Hazim, bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan ...إن الناس إذا رأوا المنكر minatnya untuk memecahkan masalah. Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Said, َ ُم ُم ْن ...ك ًرا َف ْل ُي َغ ِي ّ ْر ُه بِيَ ِد ِه ْ ن َرأَى ِم ْنك ْ َم 3.3 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang demokrasi dalam kehidupan sehari-hari yang terdapat pada surat Ali Imraan/3: 159; al-Syuuraa/42: 38; hadis riwayat Muslim dari Malik al-Asyaja’i, ...خيارأئمتكم الذين تحبونھم Dan hadis riwayat Bukhari, ْ ت ...اع َة ظ ْر َم َتى ِ األ َ َمانَ ُة َفا ْن َت َ الس َ الس ْ ض ِي ّ َع َ اع ُة َقا ُ ل َف ِإذَا ﱠ ﱠ 3.4 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang jujur dalam kehidupan sehari-hari yang terdapat pada surat al-Maaidah/5: 8-10; al-Taubah/9: 119; an-Nahl/16: 90-92; an-nisaa/4: 105; dan hadis riwayat Muslim dari Abdullah, َ صّ ْد ة ِ ج ﱠن ِ ق َفإِنﱠ ال ِ م بِال ِ صّ ْد َ ق يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل ِب ِرّ َوإِنﱠ ا ْل ِب ﱠر يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل ْ َعلَ ْي ُك 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang kewajiban dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari berdakwah yang baik pada surat an-Nahl/16: 125; al-Syu’araa/26: 214-216; al-Hijr/15: yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan 94-96; dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, ْ ن mampu menggunakan metoda sesuai kaidah ...ج ِر ْ َ األ ْ ھ ًدى َكانَ لَ ُه ِم ُ ن َد َعا إِلَى ْ َم keilmuan. 4.2 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari pada surat Ali Imraan/3: 104; hadis riwayat Ibn Majah dari Qais ibn Hazim, ...إن الناس إذا رأوا المنكر Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Said, َ ُم ُم ْن ...ك ًرا َف ْل ُي َغ ِي ّ ْر ُه بِيَ ِد ِه ْ ن َرأَى ِم ْنك ْ َم 82 4.3 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang demokrasi dalam kehidupan sehari-hari pada surat Ali Imraan/3: 159; al-Syuuraa/42: 38; hadis riwayat Muslim dari Malik al-Asyaja’i, ...خيارأئمتكم الذين تحبونھم Dan hadis riwayat Bukhari, ْ ت ...اع َة ظ ْر َم َتى ِ األ َ َمانَ ُة َفا ْن َت َ الس َ الس ْ ض ِي ّ َع َ اع ُة َقا ُ ل َف ِإذَا ﱠ ﱠ 4.4 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang jujur dalam kehidupan sehari-hari pada surat al-Maaidah/5: 8-10; al-Taubah/9: 119; an-Nahl/16: 9092; an-nisaa/4: 105; dan hadis riwayat Muslim dari Abdullah, َ صّ ْد ة ِ ج ﱠن ِ ق َفإِنﱠ ال ِ ُم بِال ِ صّ ْد َ ق يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل ِب ِرّ َوإِنﱠ ا ْل ِب ﱠر يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل ْ َعلَ ْيك 83 c. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Program Peminatan Ilmu Tafsir KELAS X SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam KOMPETENSI DASAR 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. Meyakini kebenaran Al-Qur’an yang harus diterima dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari Menghayati sejarah penafsiran Al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad Saw sahabat, tabi’in, dan periode pembukuan tafsir (tadwin) Menghayati usaha tokoh mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an pada periode sahabat, tabi’in, dan periode pembukuan tafsir (tadwin) Menerima prosedur menafsirkan Alquran sesuai kaidah penafsiran yang shahih 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung 2.1 Memiliki sikap sebagaimana seorang mufassir pada masa Nabi Muhammad Saw sahabat, jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong tabi’in, dan periode pembukuan tafsir (tadwin) royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro- 2.2 Memiliki sikap tokoh mufassir yang dalam usahanya menafsirkan Alquran aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk 3.1. Memahami pengertian Al-Qur’an 3.2. Memahami pengertian ilmu tafsir, tafsir, ta’wil dan terjemah Al-Qur’an 3.3. Memahami metode menafsirkan Alquran sesuai kaidah penafsiran yang shahih 3.4. Mengetahui sejarah tafsir pada periode Nabi Muhammad Saw sahabat, tabi’in, dan periode pembukuan tafsir (tadwin) 84 memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan 4.1 4.2 4.3 4.4 Mendeskripsikan pengertian Al-Qur’an Mencontohkan ilmu tafsir, ta’wil dan terjemah Al-Qur’an Mendeskripsikan perbedaan antara ilmu tafsir, ta’wil, dan terjemah Alquran Menceritakan sejarah penafsiran Al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad SAW sahabat, Tabi’in, dan periode pembukuan tafsir (tadwin) 85 KELAS X SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam KOMPETENSI DASAR 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. Menghayati qira’at Alquran Meyakini asbab nuzul Alquran Meyakini munasabah dalam menafsirkan Alquran Meyakini naskh Alquran Meyakini kegunaan kaidah tafsir dalam menafsirkan Alquran Menghayati metode tafsir Al-Qur’an bil ma’tsur dan tafsir Al-Qur’an bil ra’yi Memahami ragam model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik) 2.1. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan qira’at Al-Qur’an 2.2. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan asbab nuzul Al-Qur’an 2.3. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan munasabah Al-Qur’an 2.4. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan naskh Al-Qur’an 2.5. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan kaidah-kaidah penafsiran dalam memahami Al-Qur’an 2.6. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan metode penafsiran Al-Qur’an bil ma’tsur dan bil ra’yi 2.7. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik) 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis 3.1. Memahami qira’at Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam 3.2. Memahami asbab nuzul Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan 3.3. Memahami munasabah Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 86 humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan 3.4. Memahami naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an 3.5. Memahami kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an; jama’, mufrad, mudzakkar, mu’annats, dlamir, nakirah, ma’rifah, sual wal jawab 3.6. Memahami metode tafsir Al-Qur’an bil ma’tsur dan bir ra’yi serta mengenal contohcontohnya 3.7. Memahami model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik) 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 Mencontohkan qira’at Al-Qur’an yang sahih Mencontohkan beberapa asbab nuzul Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an Mencontohkan munasabah dalam menafsirkan Al-Qur’an Mencontohkan naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an Mencontohkan kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an Mencontohkan kitab tafsir yang menggunakan metode bil ma’tsur dan bil ra’yi Mencontohkan model kitab tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik) 87 KELAS XI SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Membaca Alquran dengan tartil dalam kehidupan sehari-hari Meyakini kebenaran kandungan Al-Qur’an tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang kebesaran dan kekuasaan Allah Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang syukur atas nikmat Allah Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang perilaku amar ma’ruf nahi munkar 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 2.1 Memiliki sikap taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya sesuai kandungan Qs. an-Nuur/24: 54 dan an-Nisaa/4: 80 2.2 Memiliki sikap kebesaran dan kekuasaan Allah sesuai kandungan Al-Qur’an dalam anNahl/16: 65-70; al-Baqarah/2: 164; Qs. an-Nahl/16: 72; al-Israa/17: 12; dan alAnbiyaa/21: 30 2.3 Memiliki sikap bersyukur atas nikmat Allah sesuai kandungan Qs. az-Zukhruf/43: 9-13 dan al-’Ankabuut/29: 17 2.4 Memiliki sikap amar ma’ruf nahi munkar sesuai kandungan Qs. Ali ʻImraan/3: 104; alMaa’idah/5: 78-80; dan ash-Shaaf/61: 3 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab phenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 3.1 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya dalam Qs. an-Nuur/24: 54 dan an-Nisaa/4: 80 3.2 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang kebesaran dan kekuasaan Allah dalam Qs. an-Nahl/16: 65-70, al-Baqarah/2: 164; an-Nahl/16: 72; al-Israa/17: 12; dan alAnbiyaa/21: 30 3.3 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang syukur atas nikmat Allah dalam Qs. azZukhruf/43: 9-13 dan Qs. al-’Ankabuut/29: 17 3.4 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang amar ma’ruf nahi munkar dalam Qs. Ali ‘Imraan/3: 104; al- Maa’idah/5: 78-80; dan ash-Shaaf/61: 3 88 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Mencontohkan perilaku orang-orang yang taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya sesuai dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari kandungan Qs. an-Nuur/24: 54 dan an-Nisaa/4: 80 yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan 4.2 Mencontohkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah sesuai dengan kandungan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan Qs. an-Nahl/16: 65-70; al-Baqarah/2: 164; an-Nahl/16: 72; al-Israa/17: 12; dan alAnbiyaa/21: 30 4.3 Melaksanakan cara-cara syukur atas nikmat Allah sesuai kandungan Qs. az-Zukhruf/43: 9-13 dan al-’Ankabuut/29: 17 4.4 Melaksanakan amar maʻruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari sesuai Qs. Ali ‘Imraan/3: 104; al-Maa’idah/5: 78-80; dan ash-Shaaf/61: 3 89 KELAS XI SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam 1.1. Membaca Al-Qur’an dengan tartil dalam kehidupan sehari-hari 1.2. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang makanan yang halal dan yang haram 1.3. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dlu’afa 1.4. Meyakini kandungan Al-Qur’an tentang pemanfaatan kekayaan alam 1.5. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang ujian dan cobaan 1.6. Meyakini kandungan Al-Qur’an tentang toleransi dan etika pergaulan 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 2.1 Memiliki sikap yang sesuai kandungan Al-Qur’an tentang makanan yang halal dan yang haram dalam Qs. al-Baqarah/2: 172-173; al-Maa’idah/5: 87-88; an-Nahl/16: 66, 68-69; al-Baqarah/2: 219; dan al- Maa’idah/5: 90-91 2.2 Memiliki sikap sederhana sesuai kandungan Qs. al-Qashaash/28: 79-82; al-Israa/17: 26-27, 29-30; dan al-Baqarah/2: 177 2.3 Memiliki sikap melestarikan alam sesuai kandungan Qs. al-Baqarah/2: 267-268 dan alMa’aarij/70: 19-25 2.4 Memiliki sikap sabar dalam menghadapi bermacam-macam kondisi dan situasi sesuai kandungan Qs. al-Baqarah/2: 155 2.5 Memiliki sikap toleransi dan etika pergaulan sesuai kandungan Qs. al-Kaafiruun/109: 16; Yuunus/10: 40-41; al-Kahf/18: 29; al-Hujurat/49: 10-13; Ali ‘Imraan/3: 103; dan alMujaadilah/58: 11 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis 3.1. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang makanan yang halal dan yang haram dalam pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan Qs. al-Baqarah/2: 172-173; al-Maa’idah/5: 87-88; an-Nahl/16: 66, 68-69; al-Baqarah/2: metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang 219; dan al- Maa’idah/5: 90-91 ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan 3.2. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang pola hidup sederhana dan perintah humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, menyantuni para dlu’afa dalam Qs. al-Qashaash/28: 79-82; al-Israa/17: 26-27, 29-30; kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab dan al-Baqarah/2: 177 90 phenomena dan kejadian, serta menerapkan 3.3. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang pemanfaatan kekayaan alam dalam Qs. alpengetahuan prosedural pada bidang kajian yang Baqarah/2: 267-268 dan al-Ma’aarij/70: 19-25 spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk 3.4. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang ujian dan cobaan dalam Qs. al-Baqarah/2: memecahkan masalah 155 3.5. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang toleransi dan etika pergaulan dalam Qs. alKaafiruun/109: 1-6; Yuunus/10: 40-41; al-Kahf/18: 29; al-Hujurat/49: 10-13; Ali ‘Imraan/3: 103; dan al-Mujaadilah/58: 11 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Mencontohkan makanan dan minuman yang halal dan yang haram sesuai kandungan Qs. al-Baqarah/2: 172-173; al-Maa’idah/5: 87-88; an-Nahl/16: 66, 68-69; al-Baqarah/2: dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan 219; dan al- Maa’idah/5: 90-91 4.2 Menerapkan pola hidup sederhana dan menyantuni dlu’afa sesuai kandungan Qs. almampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan Qashaash/28: 79-82; al-Israa/17: 26-27, 29-30; dan al-Baqarah/2: 177 4.3 Mencontohkan perilaku orang yang memanfaatkan kekayaan alam sesuai kandungan Qs. al-Baqarah/2: 267-268 dan al-Ma’aarij/70: 19-25 4.4 Menerapkan perilaku sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan sesuai kandungan Qs. al-Baqarah/2: 155 4.5 Menerapkan perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulan sesuai kandungan Qs. al-Kaafiruun/109: 1-6; Yuunus/10: 40-41; al-Kahf/18: 29; al-Hujurat/49: 10-13; Ali ‘Imraan/3: 103; dan al-Mujaadilah/58: 11 KELAS XII SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam KOMPETENSI DASAR 1.1. Membaca Al-Qur’an dengan tartil dalam kehidupan sehari-hari 1.2. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang berlaku adil dan jujur 1.3. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang pembinaan pribadi dan keluarga, serta pembinaan masyarakat secara umum 1.4. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang kewajiban berdakwah 91 1.5. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin, 2.1 Memiliki sikap jujur dan adil sesuai kandungan Qs. al-Maa’idah/5: 8-10; an-Nahl/16: 90tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerjasama, 92; dan an-Nisaa/4: 105 toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif) dan 2.2 Memiliki sikap pembinaan terhadap diri dan keluarga serta masyarakat sesuai menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas kandungan Qs. an-Nisaa/4: 9; al-Baqarah/2: 44-45; an-Nahl/16: 125; dan alberbagai permasalahan dalam berinteraksi secara Baqarah/2: 177 efektif, sosial dan alam serta dalam menempatkan diri 2.3 Memiliki sikap sebagai seorang dai sesuai kandungan Al-Qur’an tentang kewajiban sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. berdakwah dalam Qs. an-Nahl/16: 125; asy-Syu‘araa/26: 214-216; dan al-Hijr/15: 9496 2.4 Memiliki sikap bertanggung jawab sesuai kandungan Qs. at-Tahriim/66: 6; Thaahaa/20: 132; al-An‘aam/6: 70; an-Nisaa/4: 36; dan Huud/11: 117-119 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural , dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 3.1. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang berlaku adil dan jujur dalam Qs. alMaa’idah/5: 8-10; an-Nahl/16: 90-92; dan an-Nisaa/4: 105 3.2. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang pembinaan pribadi dan keluarga, serta pembinaan masyarakat secara umum dalam Qs. an-Nisaa/4: 9; al-Baqarah/2: 44-45; an-Nahl/16: 125; dan al-Baqarah/2: 177 3.3. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang kewajiban berdakwah dalm Qs. an-Nahl/16: 125; asy-Syu‘araa/26: 214-216; dan al-Hijr/15: 94-96 3.4. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat dalam Qs. at-Tahriim/66: 6; Thaahaa/20: 132; al-An‘aam/6: 70; anNisaa/4: 36; dan Huud/11: 117-119 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam 4.1 Menerapkan perilaku adil dan jujur dalam perkataan dan perbuatan sesuai kandungan ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan Qs. al-Maa’idah/5: 8-10; an-Nahl/16: 90-92; dan an-Nisaa/4: 105 pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah 4.2 Menerapkan pembinaan pribadi dan keluarga, serta masyarakat sesuai kandungan Qs. secara mandiri, serta bertindak secara efektif dan an- Nisaa/4: 9; al-Baqarah/2: 44-45; an-Nahl/16: 125; dan al-Baqarah/2: 177 kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai 4.3 Menerapkan strategi berdakwah sesuai kandungan Qs. an-Nahl/16: 125; asykaidah keilmuan Syu‘araa/26: 214-216; dan al-Hijr/15: 94-96 92 4.4 Mencontohkan perilaku bertanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat sesuai kandungan Qs. at-Tahriim/66: 6; Thaahaa/20: 132; al-An‘aam/6: 70; an-Nisaa/4: 36; dan Huud/11: 117-119 93 KELAS XII SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1 dianutnya 1.2 1.3 1.4 Membaca Al-Qur’an dengan tartil dalam kehidupan sehari-hari Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang kepemimpinan Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang etos kerja seorang muslim Meyakini kandungan Al-Qur’an tentang penyelesaikan perselisihan, musyawarah, dan taaruf dalam kehidupan 1.5 Menghayati kandunganAl-Qur’an tentang potensi akal, ilmu pengetahuan, dan teknologi 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif, sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 2.1 Memiliki sikap seorang pemimpin sesuai kandungan Qs. an-Nisaa/4: 58-59; an-Nisaa/4: 144; al-Maa’idah/5: 56-57; dan at-Taubah/9: 71 2.2 Memiliki etos kerja pribadi muslim sesuai kandungan Qs. al-Jumu’ah/62: 9-11 dan alQashaash/28: 77 2.3 Memiliki sikap menyelesaikan perselisihan, musyawarah, dan ta‘aruf sesuai kandungan Qs. Ali ‘Imraan/3: 159; al-Hujurat/49: 9; an-Nisaa/4: 59; al-A‘raaf/7: 199; an-Nahl/16: 126; dan al-Hujurat/49: 13 2.4 Memiliki potensi akal dan ilmu pengetahuan sesuai kandungan Qs. al-Baqarah/2: 164; Ali ‘Imraan/3: 190-191; al-Aʻraaf/7: 179; al-Israa/17: 36; ar-Rahmaan/55: 1-4, alʻAlaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; dan al-Baqarah/2: 164 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural , dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4.1 Mengidentifikasi kandungan Al-Qur’an tentang kepemimpinan dalam Qs. an-Nisaa/4: 58-59; an-Nisaa/4: 144; al-Maa’idah/5: 56-57; dan at-Taubah/9: 71 4.2 Memahami tafsir Al-Qur’an tentang etos kerja pribadi muslim sesuai kandungan Qs. alJumu’ah/62: 9-11 dan al-Qashaash/28: 77 4.3 Menjelaskan kandungan Al-Qur’an tentang menyelesaikan perselisihan, musyawarah, dan ta’aruf dalam Qs. Ali ‘Imraan/3: 159; al-Hujurat/49: 9; an-Nisaa/4: 59; al-A‘raaf/7: 199; an-Nahl/16: 126; dan al-Hujurat/49: 13 4.4 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang potensi akal, ilmu pengetahuan, dan teknologi dalam Qs. al-Baqarah/2: 164; Ali ‘Imraan/3: 190-191; al-Aʻraaf/7: 179; alIsraa/17: 36; ar-Rahmaan/55: 1-4, al-ʻAlaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; dan al- 94 Baqarah/2: 164 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam 4.1 Mencontohkan perilaku pemimpin yang sesuai dengan kandungan Qs. an-Nisaa/4: 5859; an-Nisaa/4: 144; al-Maa’idah/5: 56-57; dan at-Taubah/9: 71 ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah 4.2 Menerapkan etos kerja pribadi muslim sesuai kandungan Qs. al-Jumu’ah/62: 9-11 dan al-Qashaash/28: 77 secara mandiri, serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai 4.3 Menerapkan cara menyelesaikan perselisihan sesuai kandungan Qs. Ali ‘Imraan/3: 159; kaidah keilmuan al-Hujurat/49: 9; an-Nisaa/4: 59; al-A‘raaf/7: 199; an-Nahl/16: 126; dan al-Hujurat/49: 13 4.4 Menerapkan akal untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai kandungan Qs. al-Baqarah/2: 164; Ali ‘Imraan/3: 190-191; al-Aʻraaf/7: 179; al-Israa/17: 36; arRahmaan/55: 1-4, al-ʻAlaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; dan al-Baqarah/2: 164 d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Program Peminatan Ilmu Hadis KELAS X SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam 1.1 Menghayati kondisi hadis berdasarkan teori ulama dahulu 1.2 Meyakini keaslian hadis yang telah dibenarkan oleh para ulama hadis dahulu dan menjadikannya sebagai hujjah dalam menentukan hukum syar‘i sehari-hari. 1.3 Menerima pendapat-pendapat ulama terpercaya dalam meneliti hadis yang dijadikan hujjah sehari-hari 1.4 Berkomitmen untuk menggunakan hadis sebagai sumber ajaran agama Islam yang kedua 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerja sama, 2.1 Membiasakan diri berpikir kritis sebagai implikasi dari materi ilmu hadis 2.2 Merefleksikan perilaku semangat dan objektif dalam meneladani kejujuran para 95 toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, tehnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan muhadditsin 2.3 Membiasakan berkarya tentang hadis sebagai perwujudan dari spirit para muhadditsin 2.4 Membiasakan perilaku adil dan jujur dalam menyampaikan berita setelah meneladani perilaku para muhadditsin 2.5 Menunjukkan sikap kritis terhadap orang yang membawa berita atau informasi 3.1 Memahami pengertian dan macam-macam ilmu hadis 3.2 Mengetahui sejarah pemeliharaan dan pembukuan hadis 3.3 Mengetahui sejarah singkat para sahabat yang banyak meriwayatkan hadis (Abu Hurairah, Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amru bin Ash, Abdullah bin Abbas, dan Aisyah) 3.4 Mengetahui sejarah singkat para pen-takhrij hadis yang dikenal sebagai penulis alkutub at-tis‘ah al-Mu‘tabarah. (al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, Malik bin Anas, Ahmad bin Hanbal, dan ad-Darimi) 4.1 Menunjukkan contoh kitab hadis dirayah dan riwayah 4.2 Menceritakan kondisi hadis dari waktu ke waktu 4.3 Menghafalkan nama, masa hidup, dan peran ulama hadis dalam pemeliharaan hadis dari waktu ke waktu serta meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari 4.4 Menceritakan kisah ulama hadis dan meneladaninya 96 KELAS X SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 1.1. Menghayati fungsi dan nilai-nilai ajaran hadis 1.2. Meyakini kedudukan hadis sebagai sumber ajaran agama Islam 1.3. Mengamalkan prinsip-prinsip muhadditsin dalam hal sikap jujur dan adil 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerja sama, toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, tehnologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 2.1 Menjaga diri untuk menggunakan hadis sebagai dasar hukum dalam kehidupan seharihari 2.2 Membiasakan sikap selektif dalam memanfaatkan kitab hadis yang akan dijadikan rujukan 2.3 Membiasakan sikap kritis terhadap kualitas hadis yang digunakan sebagai dasar hukum 2.4 Memperbaiki perilaku sehari-hari dengan berpijak pada hadis yang shahih 2.5 Memiliki kepedulian terhadap keshahihan hadis 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 Memahami kedudukan hadis dan fungsinya dalam menentukan hukum syar‘i Mengenal macam-macam kitab hadis al-mu‘tabarah Menganalisis pengelompokkan jenis kitab hadis Memahami cara-cara sederhana mentakhrij hadis Memahami tahammul wa ada’ al-hadis 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 Menceritakan fungsi dan kedudukan hadis dalam kehidupan sehari-hari Menunjukkan karakteristik jenis-jenis kitab hadis yang mu‘tabarah Mendemonstrasikan kegunaan kitab hadis dalam kehidupan sehari-hari Mensimulasikan sanad berdasarkan teori tahammul wa ada’ al-hadis Mempraktikkan cara mencari hadis dari kitab induk hadis (takhrij) 97 98 KELAS XI SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam 1.1 1.2 1.3 1.4 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, 2.1 disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerja 2.2 sama, toleran, damai, santun, responsif dan pro- 2.3 aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi 2.4 secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam 2.5 serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan 3.1 faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa 3.2 ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, tehnologi, 3.3 seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan 3.4 kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah Menghayati nilai-nilai mempelajari pembagian hadis berdasarkan kuantitas sanad. Berkomitmen meneladani muhadditsin dalam menggunakan prinsip jarh dan ta‘dil Meyakini kebenaran informasi yang bersumber dari orang yang adil dan dlabith Menerima hadis maqbul sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari Membiasakan sikap selektif dalam memanfaatkan kitab hadis Membiasakan sikap kritis terhadap kualitas hadis yang digunakan sebagai hujjah Memiliki perilaku demokratis sebagai implementasi pembagian hadis dari segi kuantitas sanad Meneladani perilaku jujur dan adil sebagaimana perilaku muhadditsin Memperbaiki perilaku sehari-hari dengan berpijak pada hadis yang benar 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan Menceritakan sifat rijal al-hadis yang dapat diterima periwayatan hadis Memperagakan contoh jarh dan ta‘dil Menghafalkan macam-macam hadis dari segi kuantitas sanad Memperagakan sanad hadis mutawatir dan ahad 4.1 4.2 4.3 4.4 Menganalisis syarat-syarat rijal al-hadis Memahami jarh dan ta‘dil Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis mutawatir Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis ahad 99 100 KELAS XI SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam 1.1 1.2 1.3 1.4 Menghayati nilai kejujuran setelah mempelajari pembagian hadis dari segi kualitas sanad Berkomitmen meneladani sifat muhadditsin dalam menjaga ajaran agama Islam Meyakini kebenaran informasi yang bersumber dari orang yang adil dan dlabith Menerima kandungan hadis shahih dan hasan dalam kehidupan sehari-hari 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab phenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Membiasakan sikap selektif dalam memanfaatkan hadis Membiasakan sikap kritis terhadap kualitas hadis yang digunakan sebagai dasar hukum Membiasakan memilih informasi dari sumber yang paling benar Merefleksikan kualitas rijal al-hadis dalam kehidupan sehari-hari Memperbaiki perilaku sehari-hari dengan berpijak pada hadis yang benar 3.1 Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis shahih 3.2 Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis hasan 3.3 Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis dla‘if 3.4 Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis dari segi sifat sanad 3.5 Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis dari segi penyandarannya 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Memperagakan sanad hadis dla’if dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari 4.2 Menceritakan kualitas hadis yang dapat dijadikan hujjah yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan 4.3 Mendemonstrasikan perbedaan hadis hasan dan hadis shahih lidzatihi dan lighairihi 101 mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan 4.4 Mendemonstrasikan sanad hadis yang tersambung dan terputus 4.5 Memperagakan sifat-sifat sanad 102 KELAS XII SEMESTER GANJIL KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif, sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural , dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 Meyakini kekuasaan dan keagungan Allah Menyukuri nikmat Allah Mengamalkan perintah dan meninggalkan larangan Berkomitmen mencari rezeki yang halal dan memakan makanan yang halal dan baik Menghayati nilai-nilai kebaikan yang diperintahkan oleh Allah Melakukan amar ma’ruf nahi munkar kepada sesama Berkomitmen menjalankan perintah Allah Membiasakan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah Membiasakan berbuat baik dan memakan makanan yang menjadi hak pribadi secara syar’i Menunjukkan perilaku taat kepada Allah bukan karena orang lain aturan wadl’i yang berlaku Membiasakan menyukuri nikmat Allah dengan meningkatkan sedekah Memperbaiki keadaan keluarga dan menyelamatkannya dari sisksa api neraka 3.1 Mengetahui kedudukan dan kandungan hadis tentang keagungan dan kekuasaan Allah riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah, ...الكبرياء ردائي Dan hadis riwayat Muslim dari Ibnu Umar, يطوي ﷲ عزوجل السماوات 3.2 Menganalisis kedudukan dan kandungan hadis tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibn Basyir, ... من لم يشكر القليل لم يشكر الكثير Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, ... انظروا إلى من أسفل منكم 3.3 Memahami kedudukan dan kandungan hadis tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya riwayat 103 Muslim dari Abu Hurairah, ...من أطاعني فقد أطاع ﷲ hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah, ... مانھيتكم عنه فاجتنبوه Dan hadis riwayat al-Bukhari dari Abdullah ibnu Umar, 3.4 3.5 3.6 3.7 ... السمع والطاعة على المرء المسلم Mengidentifikasi makanan yang halal dan baik yang terkandung dalam hadis riwayat Abu Dawud, ...عليكم بھذاالقرآن فما وجدتم من حالل فأحلوا hadis riwayat Ibnu Majah dari Abdullah ibnu Umar, ... كل مسكرخمر dan hadis riwayat at-Tirmidzi dari Abu Hurairah, ... ياأيھا الناس إن ﷲ طيب اليقبل إال طيبا Memahami perintah tentang kompetisi dalam kebaikan yang terkandung dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah, ...خطبنارسول ﷲ فقال ياأيھا الناس توبوا إلى ﷲ قبل أن تموتوا Mendeskripsikan hadis tentang amar ma’ruf nahi mungkar yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Said, ...من رأى منكم منكرا dan riwayat Ibnu Majah dari Abu Hazim, ...إن الناس إذا رأو المنكر Memahami konsep dan fakta tanggung jawab terhadap diri, keluarga dan masyarakat sebagaimana yang terkandung dalam hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, ...حق المسلم على المسلم خمس dan riwayat Abu Dawud dari Sabrah, ...مروا الصبي بالصالة 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta 4.1 Menghafalkan hadis tentang keagungan Allah, nikmat Allah, taat kepada Allah, makanan yang halal, berkompetisi dalam kebaikan, dan amar ma’ruf nahi mungkar, dan tanggung jawab dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di terhadap diri, keluarga dan masyarakat sekolah secara mandiri, serta bertindak secara 4.2 Mendemonstrasikan sikap taat kepada Allah, syukur nikmat, dan sikap tanggung jawab 104 kepada diri, keluarga dan masyarakat efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan 4.3 Menceritakan cara memakan makanan yang halal dan baik sesuai teladan Rasulullah Saw. 4.4 Mencontohkan kebaikan sebagai pola dasar amar ma’ruf nahi mungkar 105 KELAS XII SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6 1.7 Menerima kaidah memimpin berdasarkan nilai-nilai keadilan Meyakini keutamaan jujur dan adil dalam beribadah dan berdakwah Merasakan hidup sederhana dalam kebersamaan, kesetaraan hak dan derajat Berkomitmen meningkatkan produktifitas bekerja untuk menjalankan perintah Allah Mentaati perintah Allah dalam mengembangkan bidang keilmuan Meyakini pentingnya sikap melestarikan alam untuk kemakmuran Meyakini pentingnya kesabaran dalam menerima ujian dan cobaan dari Allah 1. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif, sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 2.1 Memperbaiki keluarga dan menyelamatkan dari azab neraka sebagaimana ditunjukkan hadishadis 2.2 Menjaga diri untuk berlaku jujur dan adil 2.3 Membiasakan sikap sederhana, semangat dalam bekerja dan menyantuni orang lemah 2.4 Merefleksikan sikap toleran sebagaimana isi hadis 2.5 Meningkatkan penjagaan terhadap kelestarian alam dilingkungannya 2.6 Memotivasi diri untuk meningkatkan keilmuan 2.7 Membiasakan sikap sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan 2.8 Menunjukkan sikap sabar kepada orang lain dalam menghadapi ujian dan cobaan 2.9 Meningkatkan semangat bekerja sebagai isi hadis 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan 3.1 Mengetahui prosedur yang benar dalam menyelesaikan perselisihan sesuai makna yang mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, terkandung dalam hadis riwayat al-Bukhari dari Abdullah ibnu Umar, prosedural , dan metakognitif berdasarkan rasa ... كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, Hadis riwayat Muslim dari Auf bin Malik, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan ...خيار أئمتكم الذين تحبونھم wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, Dan riwayat Muslim dari Ma’qil, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan ... ما من عبد يسترعيه kejadian, serta menerapkan pengetahuan 3.2 Memahami konsep adil dan jujur sesuai dengan ajaran hadis riwayat Abu Dawud dari 106 prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah Buraidah, .... القضاة ثالثة واحد في الجنة Dan hadis riwayat at-Tirmizi dari Hasan bin Ali, ... دع مايريبك إلى ماال يريبك 3.3 Memahami kandungan hadis tentang kesederhanaan yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash, .... قدأفلح من أسلم ورزق 3.4 Menganalisis hadis tentang menyantuni sebagaimana yang terkandung dalam hadis riwayat al-Bukhari dari Hakim bin Hisyam, ...اليد العليا خيرمن اليد السفلى 3.5 Memahami spirit etos kerja pribadi muslim dari hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Miqdam, ...ماكسب الرجل كسبا أطيب Dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Urwah dari ayah dari kakeknya, ...ل َ َجب َ ي ا ْل َ ِح ُبلَ ُه َفيَ ْأت َ َخ َذ أ ْ َُم أ ْ ح ُدك ُ َألَنْ يَ ْأ 3.6 Mengetahui sikap toleransi dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibnu Abbas, ...ليس منا من لم يوقركبيرنا Dan hadis riwayat Ahmad dari Ubay, ...إني بعثت إلى أمة أميين 3.7 Menganalisis spirit pengetahuan dan tekhnologi dari hadis Nabi riwayat ibnu Majah dari Anas bin Malik, ...طلب العلم فريضة على كل مسلم وواضع العلم dan riwayat Abu Dawud dari Abu Darda’ ...إن العالم ليستغفرله من في السموات 3.8 Memahami hadis yang memerintahkan untuk melestarikan alam yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari salah seorang muhajirin, ....ثالثا أسمعه يقول المسلمون شركاء Dan riwayat Muslim dari syadad bin Aus, ... إن ﷲ كتب اإلحسان على كل شيئ 3.9 Memahami kandungan hadis tentang ujian dan cobaan yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik, 107 عظم الجزاء مع عظم البالء Dan hadis riwayat Muslim dari Shuhaib, ...عجبا ألمر المؤمن إن أمره كله خير 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta 4.1 Menghafalkan hadis tentang kepemimpinan, adil dan jujur, sederhana dan menyantuni, etos kerja pribadi muslim, toleransi dan etika pergaulan, demokrasi, ilmu pengetahuan dan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di teknologi, menjaga kelestarian, ujian dan cobaan sekolah secara mandiri, serta bertindak secara 4.2 Menunjukkan contoh sikap pemimpin yang adil dan jujur dan ber-etos kerja pribadi muslim efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan tinggi sebagai implementasi dari kandungan hadis metode sesuai kaidah keilmuan 4.3 Menunjukkan contoh sikap sederhana, menyantuni, toleran dalam sosial, memiliki etika pergaulan yang baik, sebagai perwujudan dari kandungan hadis Nabi 4.4 Menceritakan perilaku orang yang mengembangkan ilmu pengetahuan dengan tetap melestarikan lingkungan 4.5 Mendemonstrasikan contoh perilaku orang yang sabar dalam menerima ujian dan cobaan 108 4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum, implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK menggunakan pedoman implementasi kurikulum yang mencakup: a. Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; b. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal; c. Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler; d. Pedoman Umum Pembelajaran; dan e. Pedoman Evaluasi Kurikulum Pada pedoman umum pembelajaran sebagaimana dalam Permendikbud di atas, kegiatan pembelajaran untuk kurikulum 2013 menggunakan 5 prinsip sebagai berikut: a. Berpusat pada peserta didik; b. Mengembangkan kreativitas peserta didik; c. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika; dan e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. E. Rangkuman 1. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan lima faktor sebagai berikut: a. Tantangan internal b. Tantangan eksternal c. Penyempurnaan pola pikir d. Penguatan tata kelola kurikulum e. Penguatan materi 2. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 3. Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program. Kompetensi inti merupakan anak tangga yang ditapaki untuk sampai pada kompetensi lulusan. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual; b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; 109 d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. 4. Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh Peserta Didik melalui pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai berikut: a. Kelompok 1 dalam rangka menjabarkan KI-1 b. Kelompok 2 dalam rangka menjabarkan KI-2 c. Kelompok 3 dalam rangka menjabarkan KI-3 d. Kelompok 4 dalam rangka menjabarkan KI-4 5. Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian dari lima unsur sebagai berikut: a. Kompetensi inti b. Mata pelajaran c. Beban belajar d. Kompetensi dasar e. Muatan pembelajaran pada setiap tingkat satuan pendidikan 6. Kegiatan pembelajaran untuk kurikulum 2013 menggunakan lima prinsip sebagai berikut: a. Berpusat pada peserta didik; b. Mengembangkan kreativitas peserta didik; c. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika; dan e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. F. Latihan Tugas Masing-masing peserta menulis sesuai urutan surat dalam Alquran, surat dan ayat yang digunakan untuk setiap tingkat satuan pendidikan. Jawablah pertanyan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar! 1. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan berdasarkan… a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 Dasar dan Menengah ditetapkan 110 c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 2. Notasi yang digunakan dalam Kompetensi Inti adalah… a. KI-1 untuk sikap spiritual; KI-2 untuk sikap sosial; KI-3 untuk pengetahuan; KI-4 untuk keterampilan b. KI-1 untuk sikap spiritual; KI-2 untuk sikap sosial; KI-3 untuk keterampilan; KI-4 untuk pengetahuan c. KI-1 untuk sikap sosial; KI-2 untuk sikap spiritual; KI-3 untuk pengetahuan; KI-4 untuk keterampilan d. KI-1 untuk sikap sosial; KI-2 untuk sikap spiritual; KI-3 untuk keterampilan; KI-4 untuk pengetahuan 3. Di antara notasi yang digunakan dalam Kompetensi Dasar adalah… a. Kelompok 1 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Sikap Sosial b. Kelompok 2 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Sikap Sosial c. Kelompok 3 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Pengetahuan d. Kelompok 4 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Keterampilan 4. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah ditetapkan Tsanawiyah ditetapkan berdasarkan… a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 5. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Madrasah berdasarkan… a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 6. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah ditetapkan berdasarkan… a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 7. Meyakini bahwa mempelajari Al-Qur’an merupakan ibadah adalah Kompetensi Dasar yang merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti.. a. Sikap Spiritual 111 b. Sikap Sosial c. Pengetahuan d. Keterampilan 8. Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan adalah Kompetensi Dasar yang merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti… a. Sikap Spiritual b. Sikap Sosial c. Pengetahuan d. Keterampilan 9. Implementasi Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah ditetapkan berdasarkan… a. Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 b. Permendikbud Nomor 82A Tahun 2013 c. Permendikbud Nomor 83A Tahun 2013 d. Permendikbud Nomor 84A Tahun 2013 10. Di antara prinsip yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk kurikulum 2013 adalah… a. Berpusat pada pendidik b. Berpusat pada peserta didik c. Berpusat pada kepala sekolah d. Berpusat pada orang tua siswa Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! 1. Apa pengertian kurikulum 2013? 2. Sebutkan lima faktor sebab dikembangkannya kurikulum 2013! 3. Sebutkan lima dari sembilan pola fikir yang dikembangkan dalam kurikulum 2013! 4. Sebutkan lima unsur terbentuknya struktur kurikulum 2013! 5. Sebutkan lima prinsip kegiatan pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013! G. Daftar Pustaka Peraturan menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah 112 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan 113 Modul 3 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Untuk Mata Pelajaran Quran Hadis A. Peta Konsep PENELITIAN TINDAKAN KELAS Konsep Dasar PTK Prinsip‐prinsip PTK Model‐model PTK Metodologi Sistematika Proposal KEMAMPUAN GURU DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Memahami Konsep Dasar PTK 2. Memahami Prinsip-prinsip PTK 3. Memahami Model-model PTK 4. Memahami Metodologi 5. Memahami Sistematika Proposal C. Strategi dan Media Pembelajaran Untuk mempelajari modul ini, instruktur dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Dengan tipe NHT ini, instruktur dapat menggunakan empat langkah sebagai berikut: 1. Penomoran Instruktur membagi peserta ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 4 peserta. Setiap peserta diberi nomor dari 1 sampai 4. Kemudian Instruktur menginformasikan materi yang akan dibahas, mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara rinci, menjelaskan model pembelajaran NHT yang akan diterapkan, dan memotivasi peserta agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep materi yang akan dipelajari. 114 2. Mengajuan pertanyaan Instruktur mengajukan pertanyaan kepada masing-masing kelompok. Pertanyaan yang dijukan dapat berupa essay ataupun berupa data atau kasus untuk dikomentari sesuai dengan tujuan pembelajaran. 3. Berpikir bersama Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menemukan dan diketahui bersama jawaban yang tepat dan sesuai 4. Menjawab pertanyaan. Instruktur memilih nomor dalam masing-masing kelompok secara acak untuk menjawab pertanyaan. Jika jawaban dari masing-masing perwakilan kelompok diskusi adalah benar, maka dilanjutkan kepada pertanyaan berikutnya, dan jika ada jawaban dari mereka tidak tepat dan tidak sesuai, maka instruktur memberikan penjelasan tentang jawaban yang tepat dan sesuai. Karena tipe yang digunakan dalam pembelajaran adalah NHT, maka media dan sumber utama yang digunakan adalah modul dan nomor untuk para peserta, kemudian Lembar Kerja Kelompok dan alat tulis. Untuk lebih memotivasi peserta, media tambahan yang dapat digunakan adalah slide yang berisi film dan gambar yang diangkat dari realitas sebagai fenomena-fenomena yang mana kurikulum 2013 hadir dan dikembangkan untuk merespon fenomena-fenomena itu. D. Uraian Materi 1. Konsep Dasar PTK Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan. Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. PTK berarti salah satu strategi pemecahan masalah yang ada di kelas. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dapat dikemukakan beberapa pengertian tentang Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang diungkap oleh para ahli: a. PTK merupakan penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik dalam rangka memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. (Kemmis, 1983) b. PTK merupakan bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik 115 pendidikan dan sosial serta pemahaman mengenai praktik dan situasi tempat dilakukannya. (Taggart, 1988) c. PTK merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan. (Proyek PGSM Diknas, 1999) d. PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan (Wibawa, 2004:3). e. PTK sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih proporsional (Sukidin dkk 2002:16). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering disebut juga sebagai classroom action research. Penelitian ini berkembang dengan pesat di beberapa negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Kanada. Kecenderungan ini mengemuka karena jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses pembelajaran mengajar di kelas (Arikunto dkk, 2010:102). Menurut Kunandar (2008) tujuan PTK, antara lain: a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru. Mutu pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa, baik yang bersifat akademis yang tertuang dalam nilai ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester (sub-sumatif) dan ulangan akhir semester (sumatif) maupun yang bersifat nonakademis, seperti motifasi, perhatian, aktivitas, minat, dan lain sebagainya. b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat. c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran. d. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya. 116 e. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi belajar siswa. f. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. g. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan. h. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya. Adapun manfaat PTK adalah Tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya inovasi pendidikan, karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa professional secara mandiri. Sikap mandiri tersebut akan memicu lahirnya “percaya diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem pembelajaran. 2. Prinsip-prinsip PTK Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi agar proses PTK mencapai hasil yang maksimum. Menurut Suyadi (2013:29-40), prinsip-prinsip itu meliputi: a. PTK dilakukan dalam lingkungan pembelajaran yang alamiah b. Adanya inisiatif dari guru untuk memperbaiki proses pembelajaran c. Menggunakan analisis SWOT sebagai dasar tindakan d. Adanya upaya secara konkrit e. Merencanakan dengan SMART Menurut Hopkins yang dikutip oleh Tukiran dkk (2012:17) ada prinsip dasar yang melandasi PTK antara lain: a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. c. Kegiatan penelitian yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. 117 d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya. e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kuaitas pembelajaran sangat diperlukan. f. Cakupan permasalah penelitian tindakan kelas seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas. Sedangkan menurut Sukidin dkk (2002) dalam Tukiran dkk (2012:17-18) bahwa agar PTK berjalan dengan baik harus memperhatikan enam prinsip sebagai berikut: a. Tugas pertama dan utama guru di madrasah adalah mengajar siswa sehingga apapun metode PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmennya sebagai pengajar. b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. c. Metodologi yang digunakan harus mencakup reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, dan dapat memperoleh data yang dapat digunakan untuk ‘menjawab’ hipotesis yang dikemukakannya. d. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah yang cukup merisaukannya. Bertolak dari tanggung jawab profesional guru sendiri memiliki komitmen terhadap pengatasannya. e. Guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berikaitan dengan pekerjaannya. f. Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seseorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin digunakan classroom exceeding perspective, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif sekolah secara keseluruhan. Selain prinsip-prinsip di atas, ada tiga prinsip yang menjadi ciri pokok PTK yaitu inkuiri reflektif, kolaboratif, dan reflektif. Masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut: a. Inquiri reflektif. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual. Tujuan penelitiannya pun bukan untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat 118 diberlakukan secara luas tetapi untuk memperbaiki praktis secara langsung, disini dan sekarang. b. Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. c. Reflektif. PTK memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan formal, yang sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian (Arikunto dkk, 2010:110-111). 3. Model PTK Berikut ini beberapa model PTK yang sering digunakan, yaitu: (1) model Kurt Lewin; (2) Model Kemmis & McTaggart; (3) model Dave Ebbutt; (4) model John Elliot; dan (5) model Hopkins (Depdiknas, 1999:18). Ditambah dengan model gabungan Sanford dan Kemmis, dalam bukunya Tukiran dkk (2012:23-29), masing-masing model diuraikan secara ringkas berikut ini: a. Model Kurt Lewin Model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam PTK yang diperkenalkan pada tahun 1946. Model ini merupakan acuan pokok atau dasar dari berbagai model PTK yang lain. Menurut konsep Lewin bahwa siklus PTK terdiri dari empat langkah, yaitu (1) perencanaan (planning); (2) aksi atau tindakan (acting); (3) observasi (observing); dan (4) refleksi (reflecting). Model Lewin dapat digambarkan sebagai berikut: Acting Planning observing reflecting Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:23) Gambar 1 PTK Model Lewin b. Model Kemmis & McTaggart 119 Model ini dikenal dengan penemunya yaitu Stephen Kemmis dan Robbin McTaggart. Model Kemmis dan McTaggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Kemmis dan McTaggart menjadikan satu kesatuan komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan). Model Kemmis dan McTaggart terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang keempatnya merupakan satu siklus (Depdiknas, 1999:21). Model Kemmis dan McTaggart dapat digambarkan sebagai berikut: PLAN Reflect Act & Observe Revised Plan Reflect Act & Observe Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:24) Gambar 2 PTK Model Kemmis & McTaggart 120 c. Model Dave Ebbutt Model Ebbut mengembangkan pada ide-ide umum yang menjadi alasan pengambilan tindakan. Model ini bila digambarkan sebagai berikut: AMEND GENERAL IDEA GENERAL IDEA AMENDED GENERAL IDEA RECONNAISSANCE RECONNAISSANCE REVISED OVERALL PLAN OVERALL PLAN ACTION 2 etc ACTION 1 OR MONITORING & RENNAISSANCE NEW OVERALL PLAN REVISED OVER‐ ALL PLAN ACTION 2 etc OR Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:27) Gambar 3 PTK Model Dave Ebbutt 121 d. Model John Elliot Model John Elliot dikembangkan dari model Kurt Lewin. Perbedaannya, model ini nampak lebih detail dan rinci. Pada model John Elliot dalam satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2 dan langkah tindakan 3 (Depdiknas, 1999:22). Model ini jika digambarkan sebagai berikut: Ide Awal Temuan dan Analisis Perencanaan Umum Langkah Tindakan 1,2,3 Implementasi Langkah Tindakan Monitoring Implementasi dan Efeknya Penjelasan Kegagalan Tentang Implementasi Revisi Perencanaan Umum Perbaikan Perencanaan Langkah Tindakan 1,2,3 Implementasi dan Langkah Berikutnya Monitoring Implementasi dan Efeknya Penjelasan Revisi Ide Umum Perbaikan Perencanaan Langkah Implementasi dan Langkah Berikutnya Monitoring Implementasi dan Efeknya Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:25) Gambar 4 PTK Model John Elliot 122 e. Model Hopkins Model Hopkins dikembangkan dari model-model sebelumnya yang sudah ada. Model hopkins jika digambarkan adalah sebagai berikut: Perencanaan Tindakan, Target, Tugas, Kriteria Keberhasilan Implementasi Evaluasi Menopang Komitmen Cek Kemajuan Mengatasi Problem Cek Hasil Perencanaan Konstruk Pengambilan Stok Pelaporan Audit Ambil Start Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:26) Gambar 4 PTK Model Hopkins 123 f. Model gabungan Sanford dan Kemmis Model gabungan Sanford dan Kemmis ini dikembangkan oleh Direktorat Ketenagaan Ditjen Dikti Depdiknas. Dalam model gabungan ini diperoleh batasan penelitian tindakan adalah sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang siklis dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi. Proses siklus kegiatan PTK ini dapat digambarkan sebagai berikut: Rencana REFLEKSI Siklus 1 Observasi dan Rencana Tindakan Pelaksanaan REFLEKSI Siklus 2 Observasi dan Pelaksanaan Rencana Tindakan REFLEKSI Siklus 3 Observasi dan Pelaksanaan Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:28) Gambar 5 PTK Model Gabungan Sanford dan Kemmis 124 Berdasarkan model-model PTK di atas, secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Ditambah dengan penjelas tentang siklus-siklus PTK, masing-masing tahap dapat dirinci dalam penjelasan sebagai berikut: Tahap 1 : Perencanaan Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan itu dilakukan. PTK yang ideal dilakukan secara berpasangan oleh dua pihak, yaitu antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. PTK yang dilakukan secara berpasangan disebut dengan penelitian kolaborasi. Penelitian kolaborasi ini bertujuan untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti terlebih dahulu menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati. Setelah itu, peneliti membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu: (1) identifikasi masalah; (2) merumuskan masalah; dan (3) pemecahan masalah. Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan. Masing-masing tiga kegiatan dasar di atas akan dijelaskan sebagai berikut: Kegiatan Dasar 1: Identifikasi Masalah Kegiatan dasar pertama adalah identifikasi masalah. Identifikasi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hasil penelitian. Identifikasi yang tepat akan mengarahkan hasil penelitian sehingga dapat bermanfaat peningkatan hasil belajar siswa. Sebaliknya, identifikasi masalah yang keliru hanya akan membuat penelitian menjadi sia-sia di samping memboroskan waktu dan biaya. Identifikasi masalah menjadi titik tolak bagi perencanaan PTK yang lebih matang. Karena tidak semua masalah belajar siswa dapat diselesaikan dengan PTK, sebagaimana tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan resep dokter. Untuk memenuhi sasaran, penting bagi peneliti untuk memperhatikan empat langkah sebagai berikut: a. Masalah harus riil. Masalah dalam PTK haruslah masalah yang dapat dilihat, dirasakan, dan didengar secara langsung oleh guru. Misalnya sebagian besar nilai Quran Hadis siswa kelas X Madrasah Aliyah di bawah standar kelulusan. Masalah 125 ini jelas nyata (riil) karena didukung oleh data empiris berupa dokumen-dokumen ulangan harian maupun ulangan umum. b. Masalah harus problematik. Masalah dalam PTK haruslah masalah yang dapat dipecahkan oleh guru, mendapat dukungan literatur yang memadai, dan ada kewenangan untuk mengatasinya secara penuh. Misalnya, sebagian besar siswa tidak mampu memahami masalah waris. Masalah ini riil dan problematik, tetapi hanya khusus bagi guru fikih. Sebaliknya masalah tersebut menjadi tidak problematik bagi guru Quran Hadis. Jadi, masalah yang problematik adalah masalah yang dapat diatasi guru dalam kewenangannya, dan mendapat dukungan literatur sesuai mata pelajaran yang diampu. c. Manfaatnya jelas. Hasil PTK harus dapat dirasakan, bagaikan obat yang menyembuhkan. d. Masalah harus fleksibel. Masalah dalam PTK harus bisa diatasi dengan mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana prasarana, dan lain sebagainya. Kegiatan 2: Merumuskan Masalah Setelah mengidentifikasi masalah, langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Dalam merumuskan masalah, peneliti mencari akar penyebab masalah. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menemukan penyebab masalah, di antaranya adalah dengan menyebar angket ke siswa, mewawancarai siswa, observasi langsung dan lain sebagainya. Seperti, terdapat masalah bahwa sebagian besar siswa kelas X Madrasah Aliyah belum mampu memahami munasabah dan peranan munasabah dalam memahami Al-Qur’an. Kemudian, peneliti menyebar angket berisi sejumlah pertanyaan yang mengidentifikasi ketidakmampuan siswa dalam menjawab soal munasabah Al-Qur’an. Di samping itu, peneliti juga bisa melakukan wawancara dengan siswa dan observasi langsung. Kemudian, semua data dari segala sumber tersebut dikumpulkan dan dianalisis secara kolaboratif sehingga penyebab utama munculnya masalah dapat ditemukan. Misalnya dari data angket dan wawancara, ditemukan bahwa siswa menganggap akar masalah dari ketidakmampuannya menjawab soal munasabah Al-Qur’an adalah karena hal-hal sebagai berikut: a. Minat siswa untuk mempelajari munasabah rendah sehingga terlihat diabaikan karena dianggap tidak terlalu penting 126 b. Sebagian besar siswa belum memahami dengan baik pengertian munasabah AlQur’an c. Sebagian besar siswa belum memahami dengan baik peran munasabah dalam memahami Al-Qur’an d. Guru lebih banyak menjelaskan dan tidak memberikan latihan-latihan munasabah dalam Al-Qur’an. Akar masalah tersebut harus terus digali sedalam-dalamnya sehingga ditemukan akar masalah yang benar-benar menjadi penyebab utama terjadinya masalah. Karena akar masalah inilah yang nantinya akan menjadi tolok ukur tindakan. Sebab dengan menemukan akar masalah, maka sama halnya si peneliti telah menemukan separuh dari solusi masalah. Kegiatan Dasar 3: Pemecahan Masalah Setelah merumuskan masalah, langkah berikutnya adalah pemecahan masalah. Dalam perencanaan penelitian, pemecahan masalah masih dalam ide peneliti yang berupa alternatif-alternatif pemecahan masalah. Semakin banyak pengembangan alternatif tindakan, maka akan semakin baik. Setelah identifikasi masalah, menemukan akar masalah, merumuskan masalah dan menemukan alternatif tindakan sebagai solusi masalah, maka peneliti dapat membuat judul penelitian tindakan kelas. Contoh bahwa hasil identifikasi masalah menunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas X Madrasah Aliyah lemah dalam mengerjakan soal-soal munasabah Al-Qur’an. Akar masalahnya adalah pembelajaran munasabah Al-Qur’an hanya berjalan satu arah, guru lebih mendominasi pembelajaran di kelas dan tidak banyak memberikan soal-soal latihan. Kemudian peneliti memiliki ide untuk menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah), yakni setiap siswa diberikan satu surat pendek dalam Alquran untuk ditelusuri munasabah yang ada di dalamnya. Tentunya didukung dengan teori-teori yang membuat pembelajaran munasabah Al-Qur’an lebih menyenangkan. Atas dasar di atas, maka PTK dapat diberi judul “Penerapan Pembelajaran melalui metode problem solving untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa materi munasabah Al-Qur’an” (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Bina Rabbani Medan). 127 Tahap 2 : Pelaksanaan Pada tahap ini, pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Pelaksanaan harus sesuai dengan apa yang telah direncanakan, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud semula. Pelaksanaan Tindakan dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Langkah-langkah praktis tindakan diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan? Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang perlu menjadi kolaborator saya? Siapa yang mengambil data? Pada saat pelaksanaan ini, guru benar-benar harus terlebih dahulu memahami masing-masing siswa jangan sampai ada yang menjadi obyek tindakan. Membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan treatment harus dihindarkan. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas diawali dengan kesadaran adanya masalah yang dirasakan menganggu proses pembelajaran. Bertolak dari kesadaran adanya permasalahan, guru baik sendiri maupun dalam kolaborasi dengan teman sejawat yang menjadi mitranya kemudian menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam dengan data lapangan ataupun kajian pustaka yang relevan. Langkah-langkah persiapan dilakukan dengan memperhatikan hal berikut: (1) membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan bentuk-bentuk kegiatan siswa; (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan; (3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan; dan (4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan tindakan. Skenario tindakan yang akan dilakukan, hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan: (a) langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan, (b) kegiatan yang seharusnya dilakukan guru, (c) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara menggunakannya, (e) jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya. Rincian rancangan mengenai rencana tindakan dan bagaimana pelaksanaannya harus dituliskan pada laporan PTK. Tahap 3 : Pengamatan Pengamatan adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara 128 mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data (angket/wawancara/ observasi, dan lain-lain). Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan PTK. Walaupun demikian, antara tindakan (yang dilakukan oleh peneliti) dan pengamatan (dilakukan oleh kolaborator), keduanya harus berlangsung dalam satu waktu dan satu tempat atau kelas. Observing adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efektivitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran. Efektivitas kepemimpinan atasan dari suatu intervensi terus dimonitor secara reflektif. Selain itu peneliti menguraikan jenisjenis data yang dikumpulkan, cara pengumpulan data dan alat koleksi data (angket/wawancara/observasi dan lain-lain). Observasi kelas akan memberi manfaat apabila pelaksanaannya diikuti balikan (review discussion). Diskusi bahkan akan bermanfaat jika: a. Diberikan tidak lebih dari 24 jam setelah observasi b. Dilakukan dalam suasana yang mutually supportive dan non-threatening c. Bertolak dari rekaman data d. Diinterpretasikan secara bersama-sama Pembahasannya mengacu pada penetapan sasaran serta pengembangan strategi perbaikan untuk menentukan rencana berikutnya. Tahap 4 : Refleksi Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi juga sering disebut dengan istilah ‘memantul’. Dalam hal ini peneliti seolah memantulkan pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan kekurangannya. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator. Tetapi jika PTK dilakukan secara sendirian, maka refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus diperbaiki. Reflecting adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi yaitu siswa, suasana kelas dan guru. Refleksi dimaksudkan sebagai pantulan dari hasil analisis terhadap peneliti berdasarkan kepada kriteria yang telah ditetapkan. Apabila hasil analisis menunjukkan belum tercapainya kriteria yang ditetapkan maka disusun rencana 129 tindakan siklus berikutnya. Guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how) dan sejauhmana (to what extenct) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan-rekan akan memainkan peran sentral peneliti untuk mengetahui sejauhmana action membawa perubahan, kekurangan dan kelebihan langkah-langkah. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Sistem berdaur ini dilakukan secara berulang-ulang (siklus) sampai masalah teratasi. Siklus-siklus pada PTK Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Dengan demikian siklus pada PTK adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK, sebagaimana disebutkan di atas. Jadi satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Jika dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya merupakan putaran ulang dari tahapan sebelumnya. Hanya saja, antara siklus pertama, kedua dan seterusnya, selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi, antara siklus yang satu dengan yang lain tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap yang sama. Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus yang pertama, apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti) menentukan rancangan untuk siklus yang kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya, tetapi pada umumnya mempunyai berbagai hambatan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus yang pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus. 4. Metodologi Penelitian tindakan kelas menggunakan metodologi yang agak longgar, namun demikian, PTK tetap menerapkan metodologi yang taat asas (diciplined inquiri) dalam hal pengumpulan data yang menekankan pada objektivitas sehingga memungkinkan 130 terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat (peer review). Secara singkat, metode penelitian dalam PTK berisi hal-hal sebagai berikut: a. Setting Penelitian Setting penelitian menggambarkan lokasi dan kelompok siswa atau subjek yang dikenai tindakan. Tidak ada sampel populasi dalam PTK dan yang menjadi subjek penelitian adalah satu isi kelas secara keseluruhan. b. Sasaran penelitian Sasaran penelitian memaparkan adanya suatu target yang hendak dicapai, yaitu akan adanya perubahan melalui tindakan yang dilakukan oleh guru. Target di sini tidak dibatasi semata-mata hasil, tetapi bagian dari proses pembelajaran. c. Rencana Tindakan Rencana tindakan adalah gambaran riil secara detail mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan peneliti. Rencana tindakan dalam hal ini bukan tahapan atau siklus-siklus dalam PTK sebagaimana dikemukakan di depan, tetapi benar-benar rencana tindakan secara riil tentang hal-hal yang akan dilakukan peneliti dari awal hingga akhir. d. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dalam penelitian tindakan kelas. Penggunaan setiap teknik tentu saja ditentukan oleh sifat dasar data yang akan dikumpulkannya. Teknik-teknik yang dimaksud disajikan berikut ini: 1) Analisis Dokumen. Gambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat dikonstruksi dengan menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua atau karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, tes formal dan informal, publikasi siswa atau karyawan, kebijaksanaan, dan/atau peraturan. Dokumen-dokumen ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk berbagai persoalan. 2) Catatan Harian. Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari riwayat tentang pekerjaan siswa atau karyawan individual sampai pemantauan diri tentang 131 perubahan dalam metode mengajar atau metode pengawasan. Siswa atau karyawan dapat didorong untuk membuat catatan harian tentang topik yang sama untuk memperoleh perspektif alternatif. 3) Logs. Teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya ditingkatkan jika mencakup komentar seperti yang terdapat dalam catatan harian tentang organisasi dan peristiwa lain. 4) Kartu Cuplikan Butir. Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah topik, satu untuk satu kartu. Misalnya: satu set kartu boleh mencakup topik-topik seperti pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian, kontak individual dengan siswa, dan perilaku seorang siswa. Kartunya dikocok dan catatan harian dibuat untuk satu topik setiap harinya, dan dengan demikian membangun gambaran tentang semua persoalan sebagai dasar refleksi tanpa resiko memberikan tekanan terlalu berat atau menimbulkan kebosanan dengan aspek tertentu. 5) Portfolio. Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun dengan tujuan tertentu. Portfolio mungkin memuat hal-hal seperti tambatan rapat staf yang gayut dengan sejarah suatu persoalan yang diteliti, korespondensi yang berkaitan dengan kemajuan dan perilaku subyek penelitian, kliping korespodensi dan surat kabar yang berkaitan dengan persoalan di mana lembaga tempat penelitian menjadi pusat perhatian khalayak ramai, dan/atau tambatan rapat staf yang relevan; singkatnya dokumen apa pun yang relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat. 6) Angket. Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Pertanyaan ada dua macam, yaitu: (1) Pertanyaan terbuka: meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri. Pertanyaan macam ini berguna bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi dapat menghasilkan jawaban jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah angket yang dikembalikan mungkin juga sangat rendah; (2) Pertanyaan tertutup atau pilihan ganda: meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka. Pertanyaan pernyataan harus secara cermat diungkapkan dan tujuannya harus jelas dan tidak taksa (bermakna ganda). Mengujicobakan pertanyaan dengan 132 teman atau cuplikan (sample) kecil responden akan meningkatkan kualitasnya. Membatasi lingkup topik yang dicakup merupakan cara yang bermanfaat untuk meningkatkan jumlah angket yang kembali dan kualitas informasi yang diperoleh. 7) Wawancara. Teknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari pada angket, dan oleh sebab itu berguna untuk persoalan-persoalan yang sedang dijajagi daripada yang secara jelas dibatasi dari awal. Wawancara ada beberapa macam/cara yaitu: (1) Tak terencana: misalnya, omong-omong informal di antara para pelaku penelitian atau antara pelaku penelitian dan subyek penelitian; (2) Terencana tetapi tak terstruktur: Satu atau dua pertanyaan pembukaan dari pewancara, tetapi setelah itu pewancara memberikan kesempatan bagi responden untuk memilih apa yang akan dibicarakan. Pewancara boleh mengajukan pertanyaan untuk menggali atau memperjelas; (3) Terstruktur: Pewancara telah menyusun serentetan pertanyaan yang akan diajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaanpertanyaan. 8) Metode Sosiometrik. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam suatu kegiatan bersama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan siapa subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan. Hasilnya biasanya diungkapkan dengan diagram pada sosiogram, seperti pada Gambar di bawah, yang mencatat hubungan seluruh kelompok. A memilih B B menolak E A orang terpencil B C Bintang E D Pasangan H F orang G Gambar 1: Sosiogram Kelompok Delapan Orang 133 9) Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksi. Kedua teknik ini dapat digunakan oleh peneliti atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh berdasarkan waktu, atau berdasarkan peristiwa, yang pencatatannya dilakukan kapan saja peristiwa tertentu terjadi. Berbagai perilaku dicatat dalam kategori waktu perilaku itu terjadi untuk membangun gambaran tentang urutan perilaku yang diteliti. Misalnya dalam situasi sekolah, kategori jadual dan daftar tilik (checklist) dapat menunjuk pada: (1) Perilaku verbal guru: misalnya bertanya, menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau kelompok), memberi contoh melafalkan kata/frasa/kalimat; (2) Perilaku verbal siswa: misalnya, menjawab, bertanya, menyela, berkelakar, mengungkapkan diri, menyanggah, menyetujui; (3) Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan kening, memberi isyarat, menulis, berdiri dekat siswa pandai, duduk dengan siswa lamban. Perilaku nonverbal siswa: misalnya menoleh, mondar-mandir, menulis, menggambar, menulis cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi, mengatupkan bibir. 10) Rekaman pita. Merekam berbagai peristiwa seperti pelajaran, rapat diskusi, seminar, lokakarya, dapat menghasilkan banyak informasi yang bermanfaat yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini khususnya berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di mana perekam jinjing dapat digunakan atau analisis satu perilaku dapat dilakukan. Jika transkripsi ekstensif diperlukan, prosesnya mungkin menjadi sangat panjang dari segi waktu. 11) Rekaman video. Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk dianalisis kemudian, misalnya kegiatan pembelajaran di kelas. Akan lebih baik jika satuan rekamannya pendek karena pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada asisten yang membantu, lebih banyak perhatian dapat diberikan pada reaksi dan perilaku subyek secara perorangan (guru dan siswa), yang aspek-aspeknya disepakati sebelum perekaman. Peneliti sendiri dapat merekam aspek tertentu dari pelaksanaan pekerjaannya sendiri. Subyek-subyek terpilih mungkin juga dapat merekam beberapa aspek pelaksanaan pekerjaan mereka untuk dianalisis kemudian. 12) Foto dan slide. Foto dan slide mungkin berguna untuk merekam peristiwa penting, misalnya aspek kegiatan kelas, atau untuk mendukung bentuk rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman fotografik. 134 Karena daya tariknya bagi subyek penelitian, foto dapat diacu dalam wawancara berikutnya dan diskusi tentang data. 13) Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaian. Teknik ini digunakan untuk menilai prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan dan sebagainya. Alat penilaian tersebut dapat dibuat oleh peneliti atau para ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data ini tentu saja disesuaikan dengan jenis data yang akan dikumpulkan. Pemilihan teknik pengumpulan data hendaknya dipilih sesuai dengan cirri khas data yang perlu dikumpulkan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi, data yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda. e. Analisis Data Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa. 5. Sistematika Proposal Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (2005:12) bahwa sistematika proposal PTK meliputi: (1) halaman sampul usulan penelitian; (2) halaman pengesahan; (3) judul penelitian; (4) bidang kajian; (5) pendahuluan; (6) perumusan dan pemecahan masalah; (7) tujuan penelitian; (8) manfaat hasil penelitian; (9) kajian pustaka; (10) rencana dan prosedur penelitian; (11) jadwal penelitian; (12) biaya penelitian; (13) personalia penelitian; (14) daftar pustaka; (15) lampiran-lampiran, yang meliputi, (a) instrumen penelitian; (b) curriculum vitae semua peneliti; (c) surat keterangan dari kepala sekolah/instansi. Berdasarkan urutan tersebut, sistematika proposal PTK adalah sebagai berikut: HALAMAN JUDUL/HALAMAN SAMPUL PROPOSAL PENELITIAN HALAMAN PENGESAHAN A. JUDUL PENELITIAN B. BIDANG KAJIAN C. PENDAHULUAN D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH 135 E. TUJUAN PENELITIAN F. MANFAAT HASIL PENELITIAN G. KAJIAN PUSTAKA H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN I. JADWAL PENELITIAN J. BIAYA PENELITIAN K. PERSONALIA PENELITIAN L. DAFTAR PUSTAKA M. LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian 2. Curriculum Vitae semua peneliti 3. Surat keterangan dari kepala sekolah Adapun penjelasan masing-masing komponen pokok sebagai berikut: a. Judul Penelitian Judul penelitian hendaknya singkat maksimal 20 kata, spesifik, dan cukup jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah, hasil yang diharapkan dan tempat penelitian. Judul PTK merupakan ide yang diangkat dari identifikasi masalah yang ada. Untuk membuat judul PTK dapat dilihat pada bagan berikut ini: Apa akar masalahnya? Identifikasi Masalah Analisis (SWOT) apa solusi dan tindakannya? Judul PTK Sebagai contoh judul PTK adalah “Penerapan Pembelajaran melalui metode problem solving untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa materi munasabah Al-Qur’an” (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Bina Rabbani Medan). 136 b. Bidang Kajian Bidang kajian penelitian tindakan kelas meliputi; (1) masalah belajar siswa di kelas; (2) desain dan strategi pembelajaran; (3) alat bantu; (4) media dan sumber belajar; (5) sistem asesmen dan evaluasi; (6) pengembangan pribadi peserta didik; (7) pendidik dan tenaga kependidikan lainnya; (8) masalah kurikulum. c. Pendahuluan Dalam pendahuluan, dikemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan sebuah masalah yang nyata di sekolah, dan diagnosis dilakukan oleh guru di sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab munculnya masalah tersebut. Prosedur yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan sistematis. d. Perumusan dan Pemecahan Masalah 1) Perumusan Masalah Secara bahasa, rumus adalah ringkasan atau pernyataan. Rumusan masalah berarti ringkasan atau pernyataan mengenai masalah. Dalam konteks ini, yang dimaksud rumusan masalah adalah ringkasan dari sekian banyak masalah yang tertuang pada sub-bab latar belakang masalah, sehingga menjadi pernyataan yang tepat. Tetapi, pernyataan tersebut akan selalu berupa pertanyaan sehingga kompleksitas permasalahan dapat disederhanakan. Rumusan masalah dalam PTK harus mengandung ide peneliti yang akan digunakan untuk mengatasi masalah itu sendiri. Jadi, rumusan masalah tidak sekadar kalimat tanya yang sifatnya umum, tetapi telah dirumuskan secara spesifik. Berikut ini adalah beberapa contoh rumusan masalah dalam PTK. a) Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan minat siswa dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an? b) Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an? 2) Pemecahan Masalah 137 Alternatif tindakan yang dapat dilakukan diidentifikasi untuk memecahkan masalah. Berikan argumentasi yang logis mengenai pilihan tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah (misalnya: karena kesesuaiannya dengan masalah, kemutakhiran, keberhasilannya dalam penelitian sejenisnya, dll). Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan ketepatannya dalam mengatasi akar penyebab permasalahan, cara pemecahan masalah dirumuskan dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah. Kemukakan hipotesis tindakan bila diperlukan. Rumuskan indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan. Kemukakan cara pengukuran indikator serta cara mengevaluasinya sehingga dapat diukur tingkat pencapaian keberhasilannya. e. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dikemukakan secara singkat dan jelas dengan mendasarkan pada permasalahan yang ditemukan dalam rumusan masalah. Jika masalah penelitian dirumuskan dalam tiga rumusan penelitian, maka tujuan penelitian hanya untuk menjawab tiga masalah yang dirumuskan di atas. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian harus sejalan dengan jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah. Dengan mengacu rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui peningkatan minat siswa melalui metode problem solving dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an. 2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui metode problem solving dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an. f. Manfaat hasil Penelitian Manfaat hasil penelitian diuraikan terutamanya untuk perbaikan kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, komponen pendidikan terkait di sekolah, dan guru. Kemukakan hal-hal baru sebagai hasil kreativitas pembelajaran yang akan dihasilkan dari penelitian ini. Karena hakikat PTK adalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, hendaknya dalam mencantumkan manfaat penelitian lebih menitikberatkan pada apa yang akan diperoleh siswa setelah menggunakan hasil penelitian ini. Sekadar contoh, manfaat temuan penelitian ini adalah seperti berikut: Terkumpulnya persepsi dan kesan siswa dalam pembelajaran munasabah Al-Qur’an melalui metode problem solving. 138 g. Kajian Pustaka/Kajian Teori Banyak ahli yang menyebut bab ini secara berbeda, sebagian menyebut kajian pustaka, sebagian lain, landasan teori dan sebagian lain menyebut kajian teori dan tinjauan pustaka. Namun tujuannya adalah sama yakni menguraikan dengan jelas kajian teoritis dan empiris yang menumbuhkan gagasan usulan PTK yang sejalan dengan rumusan dan hipotesis tindakan (bila ada). Kemukakan juga teori dan hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan sebagai dasar penyusunan kerangka berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Setelah melakukan kajian pustaka secara mendalam, peneliti harus menunjukkan bahwa penelitian yang diangkat adalah benar-benar asli dan bukan plagiat. h. Rencana dan Prosedur Penelitian Rencana dan prosedur penelitian meliputi subjek penelitian, waktu dan lamanya tindakan, serta tempat penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari pelaksanaan, penelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi refleksi, yang bersifat siklis. i. Jadwal Penelitian Jadwal kegiatan penelitian meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaaan monitoring, seminar dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gantt Chart. Jadwal kegiatan penelitian disusun sesuai dengan aturan institusi pemberi dana, misalnya selama tiga, enam atau sembilan bulan. Contoh jadwal penelitian tindakan kelas (selama 3 bulan) No Kegiatan Bulan ke I II III 1 Persiapan, penyusunan proposal X 2 Pelaksanaan siklus I X 3 Pelaksanaan siklus II X 4 Pelaksanaan siklus III X 5 Analisis Data X 6 Seminar lokal hasil PTK X 7 Penyusunan Hasil Penelitian X 8 Revisi Laporan Hasil Penelitian X 139 j. Biaya Penelitian Biaya–biaya penelitian secara rinci mengacu pada kegiatan penelitian. Biaya penelitian meliputi: 1) Honorarium ketua dan anggota peneliti, maksimal 30 % dari total yang diusulkan. 2) Biaya operasional kegiatan penelitian, pembelian bahan habis pakai yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian, sesuai kebutuhan. 3) Biaya perjalanan disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan termasuk biaya perjalanan anggota peneliti ke tempat penelitian, kecuali guru tidak dibenarkan mendapat biaya perjalanan ke sekolahnya sendiri, maksimal 15%. 4) Biaya seleksi internal, seminar lokal, publikasi, dan diseminasi hasil penelitian, maksimal 10%. k. Personalia Penelitian Penelitian dilakukan minimal oleh tiga peneliti dan maksimal oleh lima peneliti. Dalam personalia penelitian, rincian nama personalia dan peran masing-masing personalia dikemukakan. l. Daftar Pustaka Daftar pustaka dituliskan secara konsisten sesuai ketentuan penulisan daftar pustaka m. Lampiran-lampiran Apa yang dilampirkan di antaranya dapat berupa instrumen penelitian, curriculum vitae setiap peneliti, dan surat keterangan yang diperlukan. Penetapan Fokus Masalah Untuk memulai penelitian tindakan kelas, peneliti perlu menentukan suatu topik. Topik tersebut dapat berasal dari keadaan setiap unsur yang mempengaruhi proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas. Misalnya: a. Para siswa di kelas X Madrasah Aliyah mengalami kesulitan untuk memahami dan menganalisis munasabah dalam Al-Qur’an b. Ketika di depan kelas dikemukakan satu surat yang terdiri dari beberapa ayat, tidak banyak siswa yang mampu untuk mengidentifikasi adanya keterkaitan antara satu ayat dengan ayat lainnya c. Ketika siswa diminta untuk memberikan di antara contoh munasabah dalam AlQuran, tidak banyak siswa yang mampu memberikan contoh selain dari apa yang 140 sudah dicontohkan. Ini terjadi karena siswa kurang memiliki keinginan untuk membaca banyak buku tentang munasabah dan melakukan banyak latihan-latihan Agar masalah yang umum bisa menjadi fokus, peneliti perlu menyusun kembali agar lebih kongkrit, lebih mudah diperbaiki. Secara khusus masalah tersebut dapat dibuat sebagai berikut: a. Perubahan apakah yang dapat dilakukan terhadap pokok bahasan agar para siswa memiliki kemampuan untuk memahami dan menganalisis munasabah dalam AlQur’an? b. Apakah ada cara mengajar lain yang lebih dapat mendorong para siswa untuk mampu mengidentifikasi adanya keterkaitan antara satu ayat dengan ayat lainnya dalam Al-Qur’an? c. Apakah ada cara mengajak lain yang lebih dapat mendorong siswa untuk mau membanya banyak buku tentang munasabah dan melakukan banyak latihan-latihan Berdasarkan rumusan masalah yang masih umum tersebut, kemudian peneliti tentukan dan rumuskan, sehingga memunculkan masalah yang lebih fokus. Perencanaan (Planning) Tindakan: Pada tahap perencanaan peneliti menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Secara rinci pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut: a. Identifikasi Masalah, merupakan tahap pertama dalam serangkaian penelitian. Dimulai dari diagnosis situasi, apa yang sedang terjadi sekarang, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Masalah tersebut harus benar-benar faktual terjadi di kelas, penting dan bermanfaat untuk peningkatan mutu hasil belajar, dan masalah tersebut masih dalam jangkauan kemampuan peneliti. Oleh sebab itu identifikasi masalah merupakan tahap penting dalam pelaksanaan riset. Identifikasi penyebab masalah, kemungkinan-kemungkinan penyebab munculnya masalah dapat dijabarkan melalui brainstorming, analisis penyebab munculnya masalah dapat dijelaskan dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah tersebut, misalnya: (a) mengembangkan instrumen angket (b) mewawancarai siswa dan (c) melakukan observasi langsung di kelas. Berikut contoh ringkasan permasalahan PTK yang mempunyai rumusan masalah: Apakah metode problem solving mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran X? 141 PTK ini dilakukan antara seorang peneliti yang berkolaborasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan melakukan diskusi berdasarkan pada keadaan yang senyatanya di kelas, peneliti dan guru dapat merancang PTK dengan kegiatan utama sebagai berikut: 1) Merancang bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya yang disesuaikan dengan konsep konstruktivistik, dalam hal ini isi mata pelajaran disusun dengan berbasis konstekstual yang mengacu pada: (a) belajar berbasis masalah, (b) pangajaran autentik, (c) belajar berbasis inkuiri, (d) belajar berbasis kerja, (e) belajar berbasis proyek atau penugasan, dan (f) belajar kooperatif. 2) Merancang strategi dan skenario penerapan pembelajaran yang menggunakan prinsip pembelajaran konstruktivistik, seperti mengaktifkan proses bertanya, penemuan, pemodelan, dan lain-lain yang dibuat dengan rinci. 3) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data. b. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, yang berupa rumusan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan penelitian tindakan kelas. Untuk menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, guru dapat melakukan: (1) kajian teoritik di bidang pembelajaran; (2) kajian hasil penelitian yang relevan; (3) diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya; (4) kajian pendapat dan saran pakar khususnya yang dituangkan dalam bentuk program; dan (5) merefleksikan pengalaman sendiri sebagai guru. Dari hasil kajian tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan adalah: (1) rumuskan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian; (2) setiap alternatif tindakan perbaikan perlu dikaji ulang dan dievaluasi dari segi relevansinya dengan tujuan, kelaikan teknis secara keterlaksanaannya; (3) pilih alternatif tindakan serta prosedur implementasi yang paling memberi peluang untuk mewujudkan hasil yang optimal. Menyusun Rencana dan Laporan PTK Penyusunan proposal merupakan lengkah awal dalam kegiatan penelitian. Proposal mempunyai kedudukan yang sangat penting karena proposal tersebut merupakan gambaran umum tentang tahapan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh seorang peneliti. Dengan adanya proposal, seorang peneliti tidak akan ragu-ragu 142 melakukan tindakanya karena sudah memiliki pedoman. Proposal Penelitian Tindakan Kelas tidak jauh berbeda dengan rancangan proposal penelitian secara umum. Suatu proposal penelitian tindakan kelas, memberikan rancangan yang cukup jelas dan akurat tentang judul, masalah, kajian teori, hipotesis. Pengembangan instrumen, analisis data, teknik peloporan. Substansi secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas terdiri dari komponen-komponen berikut: (1) judul, (2) latar belakang masalah, (3) identifikasi masalah, (4) pembatasan dan perumusan masalah, (5) cara pemecahan masalah, (6) tujuan tindakan, (7) manfaat tindakan, (8) krangka konseptual dan hipotesis tindakan, (9) metode penelitian. Metode penelitian mencakup unsur-unsur: (a) subjek dan objek penelitian, (b) rancangan penelitian, yang mencakup: perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, perencanaan ulang, dst, (c) instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data, (d) analisis data dan kriteria keberhasilan. Secara garis besar, rincian dari setiap Laporan Penelitian Tindakan Kelas adalah sebagai berikut: a. Abstrak. Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas hal-hal pokok tentang (1) permasalahan khususnya rumusan masalah, (2) tujuan, (3) prosedur pelaksanaan PTK, dan (4) hasil penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu spasi, maksimal tiga alinea atau hal ini tergantung pada sumber data atau ketentuan dari lembaga pemesan. b. Pendahuluan. Memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah, bila dianggap perlu. c. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan. Menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi arah kepelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Dalam uraian bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan hipotesis tindakan. d. Pelaksanaan Penelitian. Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subyek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan, pelaksanakaan, cara pemantauan, beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis dengan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative. Berikan gambaran kondisi lapangan saat tindakan 143 dilakukan, secara kuantitatif maupun kualitatif tentang semua aspek yang dapat direkam pada waktu penelitian. e. Hasil penelitian dan Pembahasan. Menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan, dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan. Baik data pra PTK , data setelah siklus I maupun data-data siklus berikutnya. Sajian data dalam bab ini mendeskripsikan secara jelas perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan observasi, yang dapat dibuat dalam bentuk grafik/tabel dengan berikan berbagai penjelasan dan analisis data. f. Simpulan dan Saran. Kemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada bab sebelumnya, dengan memperhatikan perumusan masalah dan tujuan penelitiannya. Utarakan keterbatasan penelitiannya, kemudian sampaikan saran. Ada dua macam saran: (1) saran untuk penelitian lanjut, dan (2) saran untuk penerapan hasil penelitian. 144 LAMPIRAN CONTOH USULAN/PROPOSAL PTK JUDUL PENELITIAN: PENERAPAN PEMBELAJARAN MELALUI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI MUNASABAH AL-QUR’AN (PTK pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Bina Rabbani Medan) A. LATAR BELAKANG Nilai rata-rata mata pelajaran Quran Hadis pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Bina Rabbani Medan masih belum memuaskan. Sementara materi-materi pada mata pelajaran Quran Hadis untuk kelas X terdiri dari materi-materi yang bukan hanya membutuhkan hafalan dan pemahaman semata, tetapi pemahaman dan analisis mendalam karena materimateri yang ada pada kelas X adalah domain materi-materi terapan. Jika pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah, materi-materi terapan berkisar pada kemampuan siswa untuk mengetahui dan memahami ragam ketentuan bacaan Al-Qur’an, maka pada tingkat Madrasah Aliyah, materi-materi terapan berkisar pada kemampuan siswa untuk mengetahui dan memahami ragam penerapan ilmu-ilmu Al-Qur’an dalam memahami Al-Qur’an. Salah satu kelemahan yang cukup mendasar adalah minat dan kemampuan siswa untuk memahami cara kerja ilmu-ilmu Al-Qur’an dimaksud ketika memahami Al-Qur’an. Salah satu indikasinya adalah rendahnya hasil Ujian Semester Ganjil. Sebagian besar (60%) siswa tidak mencapai nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal) Quran Hadis yang ditetapkan, yaitu 75. Indikasinya lainnya adalah rendahnya skor nilai ketika mereka diberikan contoh soal atau contoh latihan yang berbeda dengan apa yang ada di buku. Termasuk di antaranya ketika mereka diberi soal atau latihan tentang munasabah Al-Qur’an. Sebagian besar (65%) siswa tidak bisa menyelesaikan soal atau latihan sesuai waktu. Metode problem solving merupakan di antara metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi-materi munasabah Al-Qur’an. Metode ini dianggap mampu karena metode problem solving ini, sebagaimana yang pernah diteliti penerapan metode ini untuk IPS oleh Tin Rustini (2008) memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: a. Model Problem Solving mampu melatih siswa mengembangkan kemampuan berfikir reflektif, kritis, dan kreatif b. Model Problem Solving berhasil dengan baik bila menggunakan strategi yang bervariatif 145 c. Model problem solving dapat memberikan kemudahan kepada guru dalam melaksanakan pembelajaran d. Model pembelajaran dengan menerapkan problem solving dapat meningkatkan kualitas proses maupun hasil belajar siswa. Dengan kelebihan yang dimiliki dan telah dibuktikan bahwa metode ini mampu meningkatkan partisipasi dan kemampuan berfikir siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas proses maupun hasil belajar siswa, diharapkan metode ini juga terbukti mampu untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi-materi munasabah Al-Qur’an. Karena alasan ini, penting adanya penelitian tindakan kelas untuk mengetahui bagaimana Penerapan Pembelajaran Melalui Metode Problem Solving untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Materi Munasabah Al-Qur’an pada siswa Kelas X Madrasah Aliyah Bina Rabbani Medan. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan minat siswa dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an? 2. Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui peningkatan minat siswa melalui metode problem solving dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui metode problem solving dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an. D. MANFAAT HASIL PENELITIAN Hasil penelitian di atas diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi sekolah, guru, dan terutama siswa. Manfaat tersebut masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagi sekolah, hasil penelitian di atas diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Quran Hadis 2. Bagi guru, penelitian di atas memberikan pengalaman secara langsung dan memberikan gambaran sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Quran Hadis 146 3. Bagi siswa, penelitian di atas memberikan pengalaman bagi mereka dengan terkumpulnya persepsi dan kesan siswa dalam pembelajaran Quran Hadis E. KAJIAN PUSTAKA 1. Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran Minat memiliki peran yang sangat besar terhadap belajar dan hasil belajar. Karena minat adalah kecenderungan terhadap sesuatu. Ada minat terhadap belajar berarti adanya kecenderungan siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki kecenderungan kuat untuk belajar akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya Lebih rincinya, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian tentang minat dan minat belajar: a. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu atau gairah atau keinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007). b. Minat merupakan aspek kognitif dari motivasi, atau merupakan gambaran kognitif yang memberikan arah pada suatu tindakan (Franken dalam Nurhayani, 2012:61) c. Minat dapat diartikan sebagai suatu keinginan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan atau kehendak. Di mana anak dengan minatnya itu bisa melihat bahwa sesuatu yang dilihatnya itu akan mendatangkan keuntungan atau faidah sehingga dapat menimbulkan kepuasan jika melakukan atau mendapatkannya (Surya, 2010:27). d. Minat dapat diartikan juga sebagai kecenderungan hati terhadap sesuatu. Semakin besar minat seseorang terhadap sesuatu, semakin perhatiannya tercurah pada sesuatu itu. Sehingga dikatakan seseorang memiliki minat di antaranya dapat dilihat seberapa perhatiannya tercurah untuk apa yang diminatinya (Fitriani, 2010). e. Minat berarti kecenderungan seseorang terhadap objek atau sesuatu kegiatan yang diminati yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan tersebut (Fitriani, 2010). f. Minat belajar dipahami sebagai ketaatan pada kegiatan belajar, baik menyangkut perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif melakukan usaha tersebut dengan sungguh-sungguh (Olivia, 2011:37). g. Minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Berarti minat belajar adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan dalam belajar (Fitriani, 2010). 147 Dalam bukunya Hendra Surya (2010:26-27), ada tiga faktor utama yang menggerakkan anak untuk melakukan aktifitas belajar, yaitu: minat, motivasi, dan perhatian merupakan faktor utama yang menggerakkan anak untuk melakukan suatu aktifitas belajar. Menurutnya, untuk memperoleh suatu aktifitas belajar yang optimal, ketiga komponen ini harus memiliki kekuatan yang sinergis. Jika kemauan belajar anak lemah, berarti ketiga komponen penggerak belajar anak inipun memang sangat lemah. Dan untuk meningkatkan minat belajar, beberapa faktor alasan dapat ditelusuri, seperti rasa ingin tahu, rasa ingin menyenangkan orang tua, menjadi juara kelas, dikenal sebagai pelajar teladan atau sebagai pakar mata pelajaran tertentu, dan lainnya (Olivia, 2011:37). Selain dari faktor-faktor di atas, ada beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar. Dalam tulisannya Idli Fitriani (2010), minat dipengaruhi oleh: 1) Motivasi 2) Keterampilan menggunakan variasi mengajar 3) Faktor intern, seperti faktor kesehatan, bakat, dan perhatian 4) Faktor ekstern, seperti faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat 5) Usia 6) Jenis kelamin Sedangkan menurut Keke T Aritongan (2008:17-21), ada empat faktor yang dapat meningkatkan minat belajar: 1) Faktor cara mengajar guru; 2) Faktor karakter guru; 3) Faktor suasana kelas tenang dan nyaman; dan 4) Faktor fasilitas belajar. 2. Metode Problem Solving dan Penerapannya dalam Pembelajaran Munasabah AlQur’an Metode pemecahan masalah merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dalam memecahkan masalah. Pembelajaran dengan menggunakan metode pemecahan masalah merupakan suatu cara yang lahir dari perubahan mendasar tentang cara belajar siswa. Belajar tidak lagi dipandang sebagai proses menerima informasi untuk disimpan dimemori siswa, namun siswa belajar mendekati setiap persoalan dengan pengetahuan yang telah mereka miliki, mengasimilasi informasi baru dan membangun pengertian sendiri (Fitriyanti, 2009:40). Dalam metode pemecahan masalah, ada beberapa tahapan yang harus terlebih dahulu dipahami. Menurut Dewey dalam Fitriyanti (2009:40), terdapat beberapa pendapat mengenai tahap-tahap pelaksanaan dalam penerapan metode pemecahan masalah, yaitu: 148 a. Merumuskan masalah; b. Menganalisis masalah; c. Merumuskan hipotesis; d. Mengumpulkan data; e. Pengujian hipotesis; f. Penarikan kesimpulan. Adapun dalam bukunya Syaiful Sagala (2006:23-24), kegiatan belajar memecahkan masalah biasanya meliputi lima langkah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi masalah b. Merumuskan dan membatasi masalah c. Menyusun pertanyaan-pertanyaan d. Mengumpulkan data-data e. Analisis dari sejumlah permasalahan belajar sehingga dapat merumuskan atas pertanyaan-pertanyaan penting mengenai belajar serta penarikan kesimpulan. Menurut Haris (1998) dalam Ikhwanudin dkk (2010:217), secara ringkas proses problem solving (pemecahan masalah) meliputi langkah-langkah: a. Mengumpulkan informasi dan sumber daya untuk dievaluasi serta memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi dan memastikan pemahaman yang benar atasnya; b. Brainstorming dan merencanakan proses solusi. Brainstorming adalah melihat situasi beserta perubahannya, serta memperkirakan konsekuensi dari perubahan tersebut; c. Mengimplementasikan solusi. Setelah serangkaian langkah diidentifikasi, perlu dilihat hasil dari tiap langkah untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil sejauh ini menghasilkan hasil yang diinginkan; d. Memeriksa hasil. Setelah solusi dicapai, perlu diperiksa kembali untuk memastikan bahwa hasil yang dicapai sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Maloy dkk (2010) dalam Ikhwanuddin dkk (2010:217-218), ada lima langkah penting dalam pembelajaran problem solving, yaitu: a. Apakah jenis pertanyaannya? Hal ini bertujuan untuk menghubungkan pertanyaan dengan pendekatan yang telah diketahui; b. Apa tujuan pertanyaan? atau apa yang dicari dari pertanyaan?; c. Apa yang sudah diketahui?; d. Apa rencana saya untuk memecahkan masalah?; e. Bagaimana saya tahu bahwa saya telah memecahkan masalah tersebut? Kemudian menurut Singh dan Haileselassie (2010) dalam Ikhwanuddin dkk (2010:218), problem solving yang efektif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 149 a. Analisis Konseptual Masalah b. Perencanaan Solusi Masalah c. Penerapan dan Evaluasi Rencana Solusi Masalah d. Refleksi Proses Problem Solving Berdasarkan rincian-rincian di atas, penerapan metode problem solving dalam memahami munasabah Al-Qur’an dapat dilakukan di antaranya melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Memahami pengertian dengan ruang lingkup bahasan secara baik untuk memahami situasi masalah b. Memahami penerapan pengertian dengan ruang lingkup di atas dengan contoh yang diberikan c. Menganalisis masalah secara konseptual dengan contoh yang diberikan d. Merencanakan proses solusi masalah dengan contoh yang berbeda e. Penerapan solusi masalah dengan contoh yang berbeda f. Memeriksa hasil 3. Materi Munasabah Al-Qur’an a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas X MA Mata Pelajaran Quran Hadis Peminatan Ilmu Tafsir KELAS X SEMESTER GENAP KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan KOMPETENSI DASAR mengamalkan 1.1 Menghayati qira’at Alquran ajaran agama Islam 1.2 Meyakini asbab nuzul Alquran 1.3 Meyakini munasabah dalam menafsirkan Alquran 1.4 Meyakini naskh Alquran 1.5 Meyakini kegunaan kaidah tafsir dalam menafsirkan Alquran 1.6 Menghayati metode tafsir Al-Qur’an bil ma’tsur dan tafsir Al-Qur’an bil ra’yi 1.7 Memahami ragam model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik) 2. Mengembangkan perilaku (jujur, 2.1 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam disiplin, tanggung jawab, peduli, menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan 150 santun, ramah lingkungan, gotong qira’at Al-Qur’an royong, kerjasama, cinta damai, 2.2 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam responsif dan pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas permasalahan menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan asbab nuzul Al-Qur’an berbagai 2.3 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan munasabah Al-Qur’an lingkungan sosial dan alam serta 2.4 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam dalam menempatkan diri sebagai menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan cerminan bangsa dalam pergaulan naskh Al-Qur’an dunia 2.5 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan kaidah-kaidah penafsiran dalam memahami AlQur’an 2.6 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan metode penafsiran Al-Qur’an bil ma’tsur dan bil ra’yi 2.7 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik) 3. Memahami, menerapkan menganalisis faktual, pengetahuan konseptual, dalam ilmu teknologi, menafsirkan Al-Qur’an dan 3.3 Memahami munasabah Al-Qur’an dalam wawasan menafsirkan Al-Qur’an kebangsaan, 3.4 Memahami naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al- kemanusiaan, kenegaraan, budaya, dengan Al-Qur’an prosedural 3.2 Memahami asbab nuzul Al-Qur’an dalam pengetahuan, seni, humaniora dan 3.1 Memahami qira’at Al-Qur’an dalam menafsirkan dan peradaban Qur’an terkait fenomena dan kejadian, 3.5 Memahami kaidah-kaidah dalam menafsirkan Alserta menerapkan pengetahuan Qur’an; jama’, mufrad, mudzakkar, mu’annats, prosedural pada bidang kajian dlamir, nakirah, ma’rifah, sual wal jawab yang spesifik sesuai dengan bakat 3.6 Memahami metode tafsir Al-Qur’an bil ma’tsur dan 151 dan minatnya untuk memecahkan bir ra’yi serta mengenal contoh-contohnya 3.7 Memahami model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), masalah ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik) 4. Mengolah, menalar, dan menyaji 4.1 Mencontohkan qira’at Al-Qur’an yang sahih dalam ranah konkret dan ranah 4.2 Mencontohkan beberapa asbab nuzul Al-Qur’an abstrak terkait pengembangan dengan dari yang 4.3 Mencontohkan munasabah dalam menafsirkan Al- dipelajarinya di sekolah secara mandiri, Qur’an mampu 4.4 Mencontohkan naskh Al-Qur’an dalam dan menggunakan dalam menafsirkan Al-Qur’an metode sesuai kaidah keilmuan menafsirkan Al-Qur’an 4.5 Mencontohkan kaidah dalam menafsirkan AlQur’an 4.6 Mencontohkan kitab tafsir yang menggunakan metode bil ma’tsur dan bil ra’yi 4.7 Mencontohkan model kitab tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan maudlu’i (tematik) b. Kompetensi Dasar Materi Munasabah Dari KI dan KD di atas, dapat dipilah Kompetensi Dasar materi Munasabah Al-Qur’an sebagai berikut: 1) Meyakini munasabah dalam menafsirkan Al-quran (Penjabaran dari KI-1 Sikap Spiritual) 2) Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan munasabah Al-Qur’an (Penjabaran dari KI-2 Sikap Sosial) 3) Memahami munasabah Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an (Penjabaran dari KI-3 Pengetahuan 4) Mencontohkan Keterampilan) munasabah dalam menafsirkan Al-Qur’an (Penjabaran KI-4 152 c. Pengertian Munasabah Munasabah dapat diartikan sebagai keterkaitan. Ilmu munasabah Al-Qur’an berarti ilmu yang berbicara tentang keterkaitan yang ada dalam Al-Qur’an. Keterkaitan yang ada dalam Al-Qur’an tidak dibatasi. Dan karena tidak dibatasi, termasuk dari antara munasabah adalah semisal nama surat dan kandungannya (Khoiruddin, 2014:71). d. Macam-macam Munasabah Munasabah dalam Al-Qur’an terdiri dari beberapa macam. Jika dibagi berdasarkan tempat adanya munasabah, munasabah dapat dibagi ke dalam tiga macam: 1) Munasabah dalam satu ayat. Munasabah ini meliputi: (1) Munasabah antara satu kata dengan kata lain dalam satu ayat; (2) Munasabah antara kandungan ayat dengan fashilah ayat; (3) Munasabah antara kandungan ayat dengan dengan asma al-husna sebagai penutup ayat. 2) Munasabah dalam satu surat. Munasabah ini meliputi: (1) Munasabah antara nama surat dengan kandungan surat atau tujuan surat; (2) Munasabah antara awal surat dengan kandungan surat; (3) Munasabah antara satu ayat dengan ayat lain dalam satu surat. 3) Munasabah antara surat. Munasabah ini meliputi: (1) Munasabah antara satu kata dengan kata lain dalam surat yang berbeda; (2) Munasabah antara satu ayat dengan ayat lain dalam surat yang berbeda; (3) Munasabah antara satu surat dengan surat sesudahnya (Khoiruddin, 2014:75). e. Fungsi Munasabah Munasabah memiliki beberapa fungsi. Dalam tulisannya Bisri Mustofa (2009:7-8), di antara fungsi munasabah adalah: 1) Mengetahui hubungan antar ayat dan antar surat yang ada 2) Dapat mengetahui mutu dan tingkat kebalaghahan Al-Qur’an 3) Membantu dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an setelah diketahui hubungan antar ayat dan antar surat. Terlebih jika kurang memahami ilmu asbab al-nuzul 4) Ketepatan pemahaman dan penafsiran Al-Qur’an 5) Memperkaya penafsiran Al-Qur’an f. Peranan Munasabah dalam Memahami Al-Qur’an Munasabah memiliki peran yang sangat besar dalam memahami Al-Qur’an. Peran yang diberikan, karena munasabah berupaya untuk menjelaskan kata atau ayat dengan kata atau 153 ayat yang lain dalam Al-Qur’an. Munasabah Al-Qur’an berarti menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an (Khoiruddin, 2014:76-77). Untuk mengetahui lebih rinci tentang peran munasabah ini, berikut dua contoh munasabah: 1) Surat al-Faatihah, 1:6 dengan ayat-7. Ayat-6 berisi do’a untuk ditunjukkan ke jalan yang lurus. Ayat-7 menjelaskan bahwa jalan yang lurus adalah jalan yang Allah beri nikmat kepada mereka, bukan jalan yang dimurkai, dan bukan pula yang orangorang yang sesat. 2) Surat al-Qari’ah, 101:8 dengan surat al-Takatsur, 102:1. Ayat-8 berisi berita tentang orang yang ringan timbangannya, bahwa mereka akan masuk ke dalam neraka. Ayat1 menjelaskan tentang kecelakaan bagi orang-orang yang bermegah-megahan. 4. Hasil Belajar Siswa Dalam pandangan Benjamin Bloom, keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hierarki atau taksonomi menjadi tiga domain, yaitu: a. Domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian; b. Domain afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional, yaitu: kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; c. Domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif (Syaiful Sagala, 2006:33-34). Apa yang didapat setelah seseorang belajar? Hasil yang diperlihatkan dan dicapai setelah orang belajar adalah hasil atau prestasi belajar. Dikatakan dalam bukunya Abin Syamsudin (1981:86) hasil atau prestasi belajar adalah kecakapan yang dapat didemonstrasikan dan dapat diuji saat itu, karena merupakan hasil belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan dan dalam hal tertentu yang telah dipelajarinya dan manifestasinya dapat dideteksi dalam term-term pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap dengan menggunakan alat ukur. Dalam bukunya Syaiful Sagala (2006:17) ditambahkan, bahwa setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dalam Kompetensi Inti kurikulum 2013, kompetensi yang diharapkan setelah seseorang belajar adalah memiliki empat kompetensi 154 Inti, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Sikap yang dikatakan dalam bukunya Sagala di atas, dijabarkan dalam kurikulum 2013 sebagai sikap spiritual dan sikap sosial. Adapun domain dari ketiga term-term pengetahuan, keterampilan, dan sikap dapat dilihat rinciannya sebagaimana belajar dalam pandang Benjamin Bloom di atas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang didapat, yang tercermin pada sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Dan khusus aspek pengetahuan dan keterampilan, hasil belajar adalah hasil tes yang mencerminkan kemampuan siswa dalam memahami dan menguasi materi munasabah Al-Qur’an. F. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah di kelas X MA Bina Rabbani Medan 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MA Bina Rabbani Medan sebanyak 40 anak yang menurut hasil diagnosis memiliki minat dan hasil belajar mata pelajaran Quran Hadis yang rendah. 3. Pemecahan Masalah Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu penerapan pembelajaran melalui metode problem solving. Dengan menggunakan metode ini, diharapkan minat dan hasil belajar siswa meningkat. Indikator keberhasilan tindakan, metode pengukuran, dan evaluasi diuraikan sebagai berikut: NO Indikator Keberhasilan Metode Pengukuran dan Evaluasi Tindakan 1 Indikator Proses Pembelajaran - a. Indikator diukur dari awal keadaan awal, Minat Siswa dalam Proses yaitu rendahnya Pembelajaran pembelajaran Quran Hadis b. Indikator minat keberhasilan siswa diukur dalam dengan menggunakan angket tentang minat siswa dan catatan lapangan setelah mengikuti pembelajaran metode problem solving pada setiap siklus 2 Indikator Hasil Pembelajaran - Indikator diukur melalui langkah-langkah: Hasil Belajar Quran Hadis a. Setiap akhir pertemuan diberikan latihan- 155 Materi Munasabah Qur’an Al- latihan b. Hasil latihan-latihan untuk menentukan skor peningkatan individu yang kemudian digunakan untuk meningkatkan rata-rata nilai untuk satu kelas 4. Tahap Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus. Kegiatan setiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Adapun kegiatan rincian dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahapan perencanaan adalah: 1) Mengadakan pertemuan, guru pelaksana tindakan dengan guru pengamat berdiskusi tentang persiapan penelitian 2) Menyiapkan lembar observasi aktifitas guru, lembar observasi aktifitas siswa, angket minat, soal tes, pedoman wawancara, dan catatan lapangan 3) Menyiapkan rencana pelajaran yang telah disusun pada persiapan penelitian 4) Menyiapkan alat tulis dan alat perekam untuk observasi dan wawancara b. Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan, guru Quran Hadis sebagai pelaksana tindakan melakukan aktifitas pembelajaran sesuai dengan rencana pelajaran yang telah disusun c. Observasi Pada tahap observasi, dilakukan observasi aktifitas guru, observasi aktifitas siswa, dan wawancara dengan siswa. Untuk observasi dilakukan oleh guru pengamat kemudian dicatat dalam lembar observasi guru. Sedangkan wawancara direkam dalam alat perekam dan dicatat dalam catatan lapangan. d. Evaluasi Pada tahap evaluasi, aktifitas guru dievaluasi berdasarkan lembar observasi, alat perekam, dan catatan lapangan. Sedangkan minat dan hasil belajar siswa dievaluasi berdasarkan lembar observasi aktifitas siswa, angket minat, alat perekam, soal tes, dan catatan lapangan. e. Refleksi Pada tahap refleksi, data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian dianalisis. Hasil analisis digunakan untuk merefleksi pelaksanaan tindakan pada siklus tersebut, hasil refleksi kemudian digunakan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya. 156 Adapun prosedur, alat, pelaku, sumber informasi, dan cara analisis dapat dilihat dalam tabel berikut: NO Prosedur Alat Pelaku Sumber Cara Analisis Informasi 1 Menganalisis Lembar observasi Guru Guru Analisis aktifitas guru aktifitas guru; alat pengamat pelaksana kualitatif perekam; catatan tindakan lapangan 2 Menganalisis Lembar observasi Guru Siswa aktifitas aktifitas siswa; alat pengamat siswa perekam; catatan Analisis kualitatif lapangan 3 Menganalisis Angket minat dan Guru Siswa minat siswa catatan lapangan pelaksana Analisis kualitatif tindakan 4 Menganalisis Tes Guru Siswa Analisis hasil belajar pelaksanan kuantitatif siswa tindakan dan kualitatif G. JADWAL PENELITIAN Jadwal penelitian akan dilaksanakan selama 3 bulan yang setara dengan 12 minggu. Dilaksanakan mulai bulan Oktober 2015 hingga bulan Desember 2015. Jadwal penelitian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Minggu keNo Kegiatan 1 2 3 Persiapan X a. Penyusunan Pedoman Kerja b. Penyusun Instrumen 1 X Penelitian Pelaksanaan siklus I X a. Perencanaan b. Tindakan c. Observasi dan Evaluasi X 2 X 4 5 6 7 8 9 10 11 12 157 d. Analisis dan Refleksi X Pelaksanaan Siklus II 3 a. Perencanaan X b. Tindakan X c. Observasi dan Evaluasi X d. Analisis dan Refleksi X Pelaksanaan Siklus III 4 a. Perencanaan X b. Tindakan X c. Observasi dan Evaluasi X d. Analisis dan Refleksi 5 Analisis Data 6 Seminar lokal hasil PTK 7 Penyusunan Hasil Penelitian 8 Revisi Laporan Hasil Penelitian X X X X X H. BIAYA PENELITIAN RAB PENELITIAN Judul Penelitian :………………………………….. Peneliti :………………………………….. Sumber Dana :………………………………….. Jumlah :………………………………….. Rincian Biaya Kegaiatan : 01. Jumlah Biaya Penelitian Rp… 02. Pajak (5%) RP… 03. Jumlah Biaya Penelitian Bersih Rp… 04. Pengeluaran: a. Persiapan Penelitian Rp… b. Tindakan Rp… c. Penyusunan Laporan Penelitian Rp… d. Penggandaan Laporan Penelitan Rp… e. Honorarium Peneliti (30 %) Rp… f. Rp… Biaya lain-lain 05. Jumlah Biaya yang Dikeluarkan 06. Saldo Akhir Rp… Rp… 158 I. DAFTAR PUSTAKA Aritonang, Keke T. “Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. Jurnal Pendidikan Penabur No. 10/Tahun ke-7/Juni 2008, 11-21. Fitriani, Idil. “Hubungan Antara Motivasi Dan Keterampilan Menggunakan Variasi Mengajar Dengan Minat Belajar Mahasiswa”. Ilmiah, Vol 11, Nomor 2, 2010. Fitriyanti. “Pengaruh Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Rasional Siswa”. Jurnal Pendidikan, Volume 10, Nomor 1, Maret 2009, Hal. 38-47. Ikhwanuddin, Amat Jaedun, dan Didik Purwantoro. “Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Berpikir Analitis”. Jurnal Kependidikan, Vol 40, No. 2, November 2010, Hal. 215-230. Khoiruddin, Heri. Ilmu Alquran dan Peranannya dalam Memahami Alquran. Bandung: Fajar Media, 2014. Mustofa, Bisri. “Munasabat Al-Qur’an”. Lentera, No 14, Volume 8, Agustus 2009, Hal. 20-27 Olivia, Femi. Teknik Ujian Efektif. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011. Rustini, Tin. “Penerapan Model Problem Solving untuk Meningkatkan Pengembangan Potensi Berpikir Siswa Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar, No. 10, Oktober 2008. Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2006. Surya, Hendra. Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010. Taniredja, Tukiran., Irma Pujiati dan Nyata. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta, 2012 J. LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Instrumen Penelitian 2. Curriculum Vitae 3. Surat Keterangan dari kepala sekolah 159 E. Rangkuman 1. Konsep Dasar PTK PTK adalah Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Sering disebut classroom action research, di antara tujuan PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru. 2. Prinsip PTK Tiga prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah: a. Inquiri reflektif b. Kolaboratif c. Reflektif 3. Model PTK Beberapa model PTK yang sering digunakan: a. Model Kurt Lewin b. Model Kemmis & McTaggart c. Model Dave Ebbutt d. Model John Elliot e. Model Hopkins f. Model Gabungan Sanford dan Kemmis 4. Metodologi Secara singkat, metode penelitian dalam PTK berisi hal-hal sebagai berikut: a. Setting Penelitian b. Sasaran penelitian c. Rencana Tindakan d. Teknik Pengumpulan Data e. Analisis Data 5. Sistematika proposal PTK meliputi: a. Halaman sampul usulan penelitian; b. Halaman pengesahan; c. Judul penelitian; d. Bidang kajian; e. Pendahuluan; f. Perumusan dan pemecahan masalah; g. Tujuan penelitian; 160 h. Manfaat hasil penelitian; i. Kajian pustaka; j. Rencana dan prosedur penelitian; k. Jadwal penelitian; l. Biaya penelitian; m. Personalia penelitian; n. Daftar pustaka; dan o. Lampiran-lampiran. F. Latihan Tugas Masing-masing peserta menulis satu buah usulan PTK sesuai dengan masing-masing tingkat satuan pendidikan. Jawablah pertanyan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar! 1. Berikut ini di antara pengertian PTK, kecuali … a. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalahmasalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan b. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif c. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. d. Penelitian tindakan kelas sebagai pengganti tugas utama guru sebagai pengajar 2. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah inquiri reflektif. Inquiri reflektif adalah… a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian 3. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah Kolaboratif. Kolaboratif adalah… 161 a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian 4. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah Reflektif. Reflektif adalah… a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian 5. Di antara model-model gabungan dalam model-model PTK adalah… a. Model gabungan Kurt Lewin dan Kemmis b. Model gabungan McTaggart dan Dave Ebbutt c. Model gabungan John Elliot dan Hopkins d. Model gabungan Sanford dan Kemmis 6. Tahapan yang lazim dilalui dalam PTK adalah... a. Perencanaan-pelaksanaan-pengamatan-refleksi b. Perencanaan-pengamatan-pelaksanaan-refleksi c. Pengamatan-pelaksanaan-perencanaan-refleksi d. Pengamatan-perencanaan-pelaksanaan-refleksi 7. Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan dilakukan oleh… a. Kolaborator b. Kontributor c. Distributor d. Inspirator 8. Jika PTK terdiri dari tiga siklus, maka siklus ketiga dimulai dari… a. Perencaanaan b. Pelaksanaan 162 c. Pengamatan d. Refleksi 9. Berikut ini unsur yang harus ada dalam pendahuluan, kecuali… a. Latar belakang masalah b. Rumusan masalah c. Tujuan dan manfaat penelitian d. Hasil penelitian 10. Dalam sistematika proposal PTK, kajian pustaka ditempatkan setelah… a. Latar belakang masalah b. Rumusan masalah c. Tujuan dan manfaat penelitian d. Daftas pustaka Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! 1. Sebutkan dua alasan mengapa PTK penting untuk dilakukan? 2. Apa perbedaan antara PTK model Kurt Lewin dengan Kemmis dan McTaggart? 3. Apa perbedaan antara PTK model Dave Ebbutt dan John Elliot? 4. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dalam penelitian tindakan kelas. Sebutkan empat di antaranya, kemudian jelaskan? 5. Apa saja rincian yang harus ada dalam setiap laporan PTK? 163 G. Daftar Pustaka Arends, Richard. Classroom Instruction and Management. Toronto:McGrew-Hill, 1997. Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi aksara, 2006. Arikunto, suharsimi., Suhardjono dan Supardi. Penelitian Tindakan Kelas. cet X. Jakarta:Bumi Aksara, 2010. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research). IBRD OAN No 3979 – IND. Depdikbud. Penelitian Tindakan Kelas, (Clasroom Action research), Jakarta: Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, 1999. Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung:Remaja Rosdakarya, 2007. Elliot, John. The Action Research. Geelong Victoria:Deakin University, 1992. Hopkins, David. A Teacher’s Guide to Classroom Research. 1992. Kalidjernih, Freddy K. Penulisan Akademik; Esai, Makalah, Artikel Jurnal Ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi, Bandung:Widya Aksara Press, 2010. Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru. Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2008. Suyadi. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:Diva Press, 2013. Taniredja, Tukiran., Irma Pujiati dan Nyata. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Alfabeta, 2012. 164 Modul 4 Materi Pembelajaran Qur’an-Hadis A. Peta Konsep Pengertian Tujuan al‐ Qur'an dan Hadis Isi dan Esensi Al‐Qur'an Qur'an Hadis Kedudukan dan Fungsi Hadis Pembagian Hadis Metode Pembelajaran Qur'an Hadis B. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat: 1. Menjelaskan pengertian al-Qur’an dan Hadis secara etimologi maupun terminologi 2. Menjelaskan tujuan diturunkannya al-Qur’an dan disampaikannya Hadis 3. Menjelaskan pokok-pokok isi kandungan al-Qur’an 4. Mengidentifikasi keududukan dan fungsi-fungsi Hadis terhadap al-Qur’an 5. Membedakan macam-macam Hadis 6. Menerapkan berbagai metode pembelajaran Hadis C. Strategi Dan Media Pembelajaran Untuk mempelajari modul ini, instruktur dapat menggunakan strategi pembelajaran kooperatif dengan berbagai metode seperti berikut: 1. Diskusi Kelompok, Presentasi dan Tanya Jawab Instruktur membagi peserta ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 4 peserta. Setiap peserta diberi nomor dari 1 sampai 4. Kemudian Instruktur membagi materi yang akan dibahas dan dibuat point-point 165 penting dan dituangkan dalam lembaran kertas plano atau power point. Kemudian secara bergiliran tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Setelah presentasi, kelompok lain memberikan feedback baik berupa sanggahan ataupun pertanyaan dan dijawab oleh kelompok penyaji. Instruktur memberikan penguatan terhadap jawaban-jawaban yang diberikan kelompok penyaji. 2. Menggunakan Metode Index Card Mach Instruktur menyiapkan kartu-kartu misalnya sebanyak 20 lembar. Pada 10 kartu ditulis pertanyaan-pertanyaan sesuai materi yang ada pada modul dan 10 kartu yang lain ditulis jawaban-jawaban sesuai pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kemudian 20 kartu itu dibagikan kepada peserta PLPG. Peserta yang mendapat kartu diminta mencari pasangannya yaitu peserta lain yang mendapat kartu pertanyaan atau jawaban yang tepat. Setelah itu instruktur bersama seluruh peserta memeriksa kecocokan setiap pasangan. 3. Menggunakan Metode Card Sort Instruktur menyiapkan sejumlah kartu; misalnya 30 lembar. Pada tiap kartu ditulis konsep-konsep yang ada pada modul misalnya kata-kata “shahih”, “hasan”, “dlaif”, “bayan ta’kid”, “bayan tafsir”, dan “bayan tasyri”. Kemudian instruktur menuliskan katagori di papan tulis; Macam-Macam Hadis dan Fungsi Hadis, lalu peserta yang mendapatkan kartu menempel kartu di bawah katagori yang tepat. Lalu instruktur mengevaluasi pengelompokan kartu-kartu tersebut. 4. Debat Aktif atau Pro-Kontra Instruktur memilih sub materi dari modul yang memungkinkan peserta PLPG berbeda pendapat. (menghapus) Misalnya ketentuan apakah hukum dari Hadis ayat dapat al-Qur’an. berfungsi menasakh Kemudian peserta dikelompokan menjadi dua kelompok; yang pertama adalah mereka yang setuju (pro) dengan teori bahwa Hadis dapat menasakh ketentuan hokum dari ayat alQur’an dan yang kedua adalah mereka yang tidak setuju. Tiap kelompok diberi waktu untuk menyiapkan argument dan dalil-dalil untuk membela pendirian masing-masing. Kemudian instruktur memulai debat dengan memberikan kesempatan kepada kelompok yang setuju (pro) untuk menyampaikan argument mereka lalu dilanjutkan dengan kelompok kontra. Kemudian masing-masing kelompok diberi kesempatan juga untuk membantah argument kelompok lain. D. Skenario Kegiatan Pembelajaran TAHAPAN DESKRIPSI KEGIATAN WAKTU 166 KEGIATAN PERSIAPAN KEGIATAN PENDAHULUAN Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaran lain. Pengkondisian Peserta Fasilitator menjelaskan tujuan dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Pembelajaran Qur’an Hadis KEGIATAN INTI Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung. 1.Pembelajaran dengan metode Diskusi Kelompok, Presentasi dan Tanya Jawab. Diawali overview instruktur terhadap isi modul, kemudian peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok menyiapkan bahan presentasi yang disajikan secara bergiliran dilanjutkan dengan feedback dari kelompok lain. 2.Pembelajaran dengan menggunakan Metode Index Card Mach. Instruktur menyiapkan kartu-kartu berisi pertanyaan dan jawaban dalam jumlah yang sama. Kemudian kartukartu itu dibagikan kepada peserta PLPG. Peserta yang mendapat kartu diminta mencari pasangannya agar ketemu antara kartu pertanyaan dengan kartu jawaban yang tepat. 3.Pembelajaran dengan Metode Card Sort. Instruktur menyiapkan sejumlah kartu yang ditulis konsep-konsep yang ada pada modul misalnya kata-kata “shahih”, “hasan”, “dlaif”, “bayan ta’kid”, “bayan tafsir”, dan “bayan tasyri”. Kemudian instruktur menuliskan katagori di papan tulis, lalu peserta menempel kartu-kartu di bawah katagori yang tepat. 4.Pembelajaran dengan metode Debat Aktif atau Pro-Kontra. Instruktur memilih sub materi dari modul yang memungkinkan peserta PLPG berbeda pendapat. Kemudian peserta dikelompokan menjadi dua kelompok; yang pertama adalah mereka yang setuju (pro) dan yang kedua adalah mereka yang tidak setuju (kontra). Tiap kelompok diberi waktu untuk menyiapkan argument dan dalil-dalil untuk membela pendirian masing-masing. Kemudian instruktur memulai debat dengan memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk 167 menyampaikan argumentasinya ditanggapi oleh kelompok lain. KEGIATAN PENUTUP E. dan Membuat rangkuman materi Pembelajaran Qur’an Hadis Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran. Instruktur mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan. Instruktur menutup pembelajaran. Uraian Materi 1. Pengertian al-Quran, Hadis, Sunah, Khabar, dan Atsar a. Pengertian al-Quran Menurut para ulama tafsir, kata al-Qur’an ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) merupakan bentuk mashdar dari kata qara’a – yaqra’uu – qira’atan – wa qar’an – wa qur’aanan. Kata qara’a, yang secara literal berarti menghimpun, diartikan juga membaca, karena membaca adalah kegiatan merangkai dan menghimpun huruf dengan huruf yang lain kemudian mengucapkannya. Menurut AlLihyani lafadz al-Qur'an berasal dari lafadz Qur'an, karena termasuk dalam kategori "tasmiyah al-maf'ul bi al-mashdar" (penamaan isim maf'uldengan isim mashdar). Hal ini digambarkan dalam al-Quran surat Al-Qiyamah/ : 17-18: ﴾١٨﴿ ُ﴾ ﻓَِﺈ َذا ﻗَـَﺮأْﻧَﺎﻩُ ﻓَﺎﺗﱠﺒِ ْﻊ ﻗُـ ْﺮآﻧَﻪ١٧﴿ ُإِ ﱠن َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ َﲨْ َﻌﻪُ َوﻗُـ ْﺮآﻧَﻪ Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kata qara’a juga diartikan dengan menelaah, meneliti dan mengetahui ciri-ciri sesuatu. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kata qara’a tidak selalu membutuhkan tulisan sebagai objek bacaan, tetapi juga mencakup objek yang tidak tertulis. Perhatikan misalnya, perintah membaca dalam wahyu pertama turun kepada Rasulullah saw. (Qs. al-Alaq/ ayat 1-5), yang tidak hanya mencakup perintah membaca yang tertulis tetapi juga mencakup perintah membaca yang tidak tertulis, berupa tanda-tanda kebesaran Allah, baik makrocosmos maupun mikrocosmos Sebagian ulama juga berpendapat bahwa al-Quran berasal dari kata qarana yang artinya menyertakan, karena menyertakan surat, ayat dan huruf-huruf. Sebagian lagi ada yang berpendapat bahwa al-Quran berasal dari kata qara'in (penguat) karena alQuran terdiri atas ayat-ayat yang saling menguatkan dan terdapat kemiripan antara satu dengan ayat-ayat lainnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Orientalis, Schwally dan Weelhausen dalam Da'irah al-Ma'arif bahwa al-Quran berasal dari bahasa 168 Hebrew, yakni dari kata "keryani: berarti "yang dibaca". Al-Quran menurut istilah ada beberapa pendapat antara lain: 1) Menurut manna' al-Qathan, al-Quran adalah : .ﺑﺘﻼوﺗﻪ اﳌﺘﻌﺒﺪ. م. ﻛﻼم اﷲ اﳌﻨﺰل ﻋﻠﻰ ﳏﻤﺪ ص Artinya : Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan orang yang membacanya akan memperoleh pahala. 2) Menurut istilah Ushul Fiqih, Al-Quran adalah : اﳌﻌﺠـﺰ اﳌﺘﻌﺒـﺪ ﺑﺘﻼوﺗـﻪ اﳌﻨﻘـﻮل ﺑـﺎﻟﺘﻮاﺗﺮ اﳌﻜﺘـﻮب ﰱ اﳌﺼـﺎﺣﻒ ﻣـﻦ.م.ﻛـﻼم اﷲ اﳌﻨـﺰل ﻋﻠـﻰ اﻟﻨـﱯ ص اول ﺳﻮرة اﻟﻔﺎﲢﺔ إﱃ ﺳﻮرة اﻟﻨﺎس Artinya : Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW, lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya ibadah, disampaikan kepada kita secara muawatir, dan ditulis pada mushaf mulai dari surat al-Fatihah sampai surat al-Nas. 3) Menurut Al-Jurjani, al-Quran adalah : ﻫﻮ اﳌﻨﺰل ﻋﻠﻰ اﻟﺮﺳﻮل اﳌﻜﺘﻮب ﰱ اﳌﺼﺎﺣﻒ اﳌﻨﻘﻮل ﻋﻨﻪ ﻧﻘﻼ ﻣﺘﻮاﺗﺮا ﺑﻼ ﺷﺒﻬﺔ Artinya: yang diturunkan kepada Rasulullah SAW ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan. Menurut jumhur ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah, termasuk empat imam madzhab berpendapat bahwa al-Quran adalah kalam Allah yang azali, bukan makhluk dan dengan sendirinya qadim. Jumhur ulama berpendapat bahwa al-Quran adalah kalam Allah yang eksis bersama zat-Nya, berada di luar alam nyata, bukan makhluk dan yang qadim. Bentuk lafadz dalam mushaf adalah simbol akan keberadaan sifat kalam Allah, dan sifat kalam itu adalah qadim sebagaimana qadimnya Allah, jika dikatakan al-Quran adalah baru, maka yang dimaksud adalah lafadz-lafadz yang dicetak dalam mushaf, diucapkan dan didengar. Yang demikian ini adalah kebudayaan dan tidak qadim. Sedangkan kalangan mu'tazilah berpendapat bahwa al-Quran adalah makhluk. Alasannya kalau kalam itu qadim berarti ada sesuatu yang qadim selain Allah (ta'addud al-qudama). Bagi mu'tazilah yang dianggap sebagai sifat-sifat Tuhan yang qadim oleh ulama Sunni, seperti al-kalam, al-basyir, dan lain sebagainya, tidak lain adalah nama-nama Tuhan. Al-Asy'ari membantah pendapat mu'tazilah di atas dengan mengatakan bahwa jika al-Quran diciptakan (makhluk), maka tidaklah sesuai dengan Q.S. al-Nahl/17: 40 ﴾٤٠﴿ ﻮل ﻟَﻪُ ُﻛﻦ ﻓَـﻴَ ُﻜﻮ ُن َ إِﱠﳕَﺎ ﻗَـ ْﻮﻟُﻨَﺎ ﻟِ َﺸ ْﻲ ٍء إِ َذا أ ََرْدﻧَﺎﻩُ أَن ﻧـﱠ ُﻘ Artinya : Sesungguhnya perkataan kami terhadap sesuatu apabila kami menghendakinya, kami Hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia. 169 Al-Quran sebagai wahyu tidak sama dengan hadis, yang juga dianggap sebagai wahyu dari Tuhan oleh para ulama. Bedanya adalah hadis tidak dinyatakan dengan baku sebagaimana al-Quran, hadis tidak melalui perantaraan Jibril, dan tidak ada jaminan dari Tuhan akan selalu terpelihara. b. Pengertian Hadis Secara etimologis, “hadis” memiliki beberapa makna di antaranya : 1) Jadid, lawan qadim: yang baru (jamaknya hidats, hudatsa, dan huduts). 2) Qarib: yang dekat, yang belum lama terjadi 3) Khabar: warta, yakni: sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada seseorang yang lain. Adapun pengertian Hadis secara terminologis menurut Ahli Hadis: ِ ﻣﺎ أ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ِﻣ ْﻦ ﻗَـ ْﻮٍل أ َْو ﻓِ ْﻌ ٍـﻞ أ َْو ﺗَـ ْﻘ ِﺮﻳْـ ٍﺮ أ َْو ِﳘﱠ ٍـﺔ أ َْو ِﺻـ َﻔ ٍﺔ ْ َ َ ُﺳﻨ َﺪ إِ َﱃ اﻟﻨِﱠﱯ َﺧ ْﻠ ِﻘﻴﱠ ٍﺔ أ َْو ُﺧﻠُ ِﻘﻴﱠ ٍﺔ “Apa yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan, atau ketetapan (sikap), atau keinginan, atau sifat fisik dan akhlak”. Masuk ke dalam keadaannya, segala yang diriwayatkan dalam kitab sejarah seperti kelahirannya, tempat dan yang bersangkut paut dengan itu, baik sebelum dibangkit, maupun sesudahnya. Sebagian ulama seperti al-Thiby berpendapat bahwa “Hadis itu meliputi sabda Nabi, perbuatan dan taqrir beliau. Meliputi pula perkataan, perbuatan, dan taqrir Sahabat. Sebagaimana meliputi pula perkataan, perbuatan, dan taqrir Tabi’in. Maka sesuatu Hadis yang sampai kepada Nabi dinamai marfu’, yang sampai kepada Sahabat dinamai mauquf dan yang sampai kepada Tabi’in dinamai maqthu. c. Pengertian Sunnah, Khabar, dan Atsar Di samping itu ada beberapa kata yang bersinonim dengan kata Hadis seperti Sunnah, Khabar dan Atsar, kebanyakan ulama mengartikan sama kepada tiga istilah ini. Namun sebagian yang lain membedakannya. Berikut penjelasannya. 1) Sunnah Menurut bahasa atau secara etimologi, sunnah bermakna jalan yang dijalani, baik terpuji atau tidak. Sesuatu yang sudah tradisi atau menjadi kebiasaan dinamai sunnah, walaupun tidak baik. ًﺖ أ َْم َﺳﻴﱢﺌَﺔ ْ َاﳌﻌﺘَ َﺎدةُ َﺣ َﺴﻨَﺔً َﻛﺎﻧ ْ ُاﻟَﻄﱠ ِﺮﻳْـ َﻘﺔ 170 Adapun secara terminologi, sunnah menurut Muhadisin ialah: segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup, baik yang demikian itu sebelum Nabi Saw, maupun sesudahnya. a) Contoh sunnah (hadis) ucapan: ِ ﺎل ﺑِﺎﻟﻨـﱢﻴ (ﺎت )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ ْ إِﱠﳕَﺎ اْﻷ َ ُ َﻋ َﻤ “Segala amalan itu mengikuti niat” (H.R. Al Bukhary dan Muslim) b) Contoh sunnah (hadis) perbuatan adalah: ِ ـﻮل اﻟﻠﱠ ِـﻪ ﺻـﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠـﻪ ﻋﻠَﻴ ِـﻪ وﺳـﻠﱠﻢ ﻳﺼـﻠﱢﻲ ﻋﻠَـﻰ ر ـﺖ ُ َﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻗَ َﺎل َﻛـﺎ َن َر ُﺳ ُ اﺣﻠَﺘِ ِـﻪ َﺣْﻴ ْ ـﺚ ﺗَـ َﻮ ﱠﺟ َﻬ َ َ َ َُ َ ََ َْ ُ (ﺎﺳﺘَـ ْﻘﺒَ َﻞ اﻟْ ِﻘْﺒـﻠَﺔَ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى َ ﻓَِﺈ َذا أ ََر َاد اﻟْ َﻔ ِﺮ ْ َﻳﻀﺔَ ﻧَـَﺰَل ﻓ Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata Rasulullah saw shalat di atas ontanya kemanapun onta itu menghadap. (Tetapi) kalau dia hendak shalat fardlu dia turun dari ontanya dan menghadap kiblat. (HR. al-Bukhary) c) Contoh sunnah (hadis) taqrir adalah: Suatu saat di tengah perjalanan Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya: ِ ﲔ اَﺣ ُﺪ ُﻛﻢ اﻟﻌ َﺼَﺮ اﻻّ ِﰱ ﺑَِﲎ ﻗُـَﺮﻳْﻈَﺔ ْ َ ْ َ ﺼﻠﱢ َ ﱠ َ ُﻻَ ﻳ “Jangan seseorang diantara kamu shalat ashar, melainkan di Bani Quraidhah” Sebagian Sahabat memahami sabda beliau secara harfiyah. Karena itu, mereka tidak mengerjakan shalat Ashar sebelum mereka sampai di Bani Quraidhah. Akan tetapi ada juga yang shalat ashar meskipun belum sampai ke Bani Quraidhah karena khawatir waktu ashar sudah habis ketika sampai di Bani Quraidhah. Terhadap mereka Nabi membiarkan. Contoh lain dari hadis taqriry adalah sikap beliau ketika ditawari daging biawak oleh seorang sahabat yaitu Khalid bin Walid. Beliau tidak mau tetapi membiarkan sahabatnya memakan daging biawak tersebut. Kemudian beliau bersabda: ِ ﻻَ َوﻟَ ِﻜﻨﱠﻪُ ﻟَْﻴﺲ ِﰲ أ َْر ض ﻗَـ ْﻮِﻣ ْﻲ ُﻛﻠُﻮا ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ َﺣﻼَ ٌل َ “Tidak, hanya binatang ini tidak ada di negeri saya karena itu saya tidak suka memakannya, makanlah sesungguhnya dia itu halal” (H.R. Al Bukhary dan Muslim). Persamaan dan Perbedaan Sunnah dengan Hadits Dalam kaitannya dengan istilah hadis, baik dari sudut etimologi maupun terminologi, antara sunnah dan hadis memiliki perbedaan sebagaimana yang diungkapkan oleh Subhi Shalih dan Endang Soetari Ad. Menurutnya, antara hadis 171 dan sunnah dapat dibedakan, bahwa hadis konotasi adalah segala peristiwa yang dinisbahkan kepada Nabi Saw walaupun hanya 1 x beliau mengucapkan dan mengerjakannya sedangkan sunnah sesuatu yang diucapkan atau dilaksanakan secara terus menerus dan dinukilkan dari masa ke masa dengan jalan mutawatir. Pada dasarnya antara hadis dan sunnah memiliki pengertian yang sangat berdekatan juga karena Rasulullah Saw memperkuat sunnahnya dengan sabda Nabi itu sendiri. Meminjam ungkapan Hasby Ash Shiddieqy, bahwa sunnah dan hadis adalah 2 buah kata untuk satu wujud. 2) Khabar Khabar menurut etimologis adalah berita yang disampaikan dari seseorang. Jamaknya adalah akhbar orang yang banyak menyampaikan khabar dinamai khabir. Khabar digunakan buat segala sesuatu yang diterima dari yang selain Nabi Saw. Mengingat hal inilah orang yang meriwayatkan hadis dinamai muhaddits, dan orang yang meriwayatkan sejarah dinamai akhbary. Oleh karenanya, menurut mereka khabar berbeda dengan hadis. 3) Atsar Atsar menurut etimologis, ialah bekas sesuatu atau sisa dari sesuatu atau nukilan (yang dinukilkan). Suatu do’a yang dinukilkan dari nabi dinamai do’a ma’tsur. Secara terminologis menurut jumhur ulama, atsar sama artinya dengan khabar dan hadis. Sebagian ulama mengatakan atsar lebih umum daripada khabar, yaitu atsar berlaku bagi segala sesuatu dari Nabi Saw. Maupun dari selain Nabi Saw. Sedangkan khabar khusus bagi segala sesuatu dari nabi saja. Dengan menganalisa definisi tersebut,memang terdapat perbedaan, namun kita dapat mengemukakan bahwa hadis, khabar, sunnah maupun atsar pada prinsipnya sama-sama bersumber dari Rasulullah saw. 3. Tujuan Kehadiran al-Qur’an & Hadis Al-Quran merupakan sumber utama ajaran agama yang akan selalu relevan kapanpun dan dimanapun adanya (shahihun likulli zaman wamakan). Walaupun persoalan-persoalan baru muncul silih berganti, peradaban, dan kebudayaan manusia terus berkembang, namun al-Quran akan selalu mampu menjawabnya, karenanya alQuran itu menempati posisi penting dan sentral dalam kehidupan umat islam sebagai sumber hukum. Dilihat dari sudut sejarah masa turun al-Quran pada saat masyarakat Arab sedang bergelimang dalam maksiat dan kemusyrikan. 172 Secara garis besar tujuan kehadiran al-Quran terdapat dua bagian yaitu: a. Memelihara Sifat Kemanusiaan Menurut penelitian ahli biologi, binatang keledai muncul nafsunya setiap 24 jam sekali, pada saat muncul nafsunya, keledai tidak pernah bertanya suami atau isteri siapa, tidak peduli ada orang atau tidak, tidak peduli tempat terbuka atau tertutup. Sedangkan nafsu manusia lebih cepat dibandingkan dengan keledai, jika manusia bertindak seperti keledai, maka kedudukan manusia akan seperti binatang. Dalam alQuran disebut dengan kalimat: "mereka seperti binatang, bahkan lebih rendah dari pada binatang". Karena itu tujuan al-Quran ada kaitannya dengan "maqasid al- syari'ah" yaitu: hifdz al-din (memelihara agama), hifdz an-nas (memelihara jiwa), hifdz an-nasl (memelihara keturunan), hifdz al-aql (memelihara akal) dan hifdz al-mal (memelihara harta). b. Mengembangkan potensi manusia Dalam al-Quran surat al-Nahl/16 : 78, Allah Swt berfirman: ِ ِ ﺼـ َـﺎر َو ْاﻷَﻓْﺌِـ َـﺪةَ ۙ◌ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜـ ْـﻢ ْ َواﻟﻠﱠ ــﻪُ أ َ َْﺧـ َـﺮ َﺟ ُﻜﻢ ﱢﻣــﻦ ﺑُﻄُــﻮن أُﱠﻣ َﻬــﺎﺗ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻤــﻮ َن َﺷـ ْـﻴﺌًﺎ َو َﺟ َﻌـ َـﻞ ﻟَ ُﻜـ ُـﻢ اﻟ ﱠﺴـ ْـﻤ َﻊ َو ْاﻷَﺑ ﴾٧٨﴿ ﺗَ ْﺸ ُﻜ ُﺮو َن Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Ayat tersebut memberikan isyarat bahwa Allah mengeluarkan manusia dari perut ibumu dengan kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun yang ada di sekeliling kamu. Dan Allah memberikan kepada manusia sejumlah potensi yaitu: pendengaran, penglihatan, dan akal, sebagai bekal dan alatalat untuk mendapatkan pengetahuan agar kamu memberdayakannya. Dalam banyak ayat lain terdapat sejumlah kalimat yang mendorong manusia untuk memberdayakan potensi-potensi yang dimilikinya untuk berfikir, melakukan riset, penelitian, dan pengamatan terhadap alam semesta beserta unsur-unsur yang ada di dalamnya, sehingga ditemukan rumusan-rumusan pengetahuan empirik yang berguna bagi pengembangan peradaban umat manusia. Allah swt telah memperlihatkan perlunya riset ruang angkasa, geologi, kehidupan binatang, pemanfaatan permukaan bumi dan lain-lain. Secara lebih rinci M. Quraish Shihab menyebutkan tujuan kehadiran al-Quran antara lain: 173 1) Untuk membersihkan dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta memantapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan semesta alam. 2) Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama dalam pengabdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan. 3) Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar suku atau bangsa, tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat, natural dan supranatural, kesatuan ilmu, iman, dan rasio. kesatuan kebenaran, kesatuan kepribadian manusia, kesatuan kemerdekaan dan determinisme , kesatuan sosial, politik, dan ekonomi, dan kesemuanya berada di bawah satu keesaan, yaitu keesaan Allah Swt. 4) Untuk mengajak manusia berpikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan musyawarah dan mufakat dan dipimpin hikmah kebijaksanaan. 5) Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan, penyakit dan penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan juga agama. 6) Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang, dengan menjadikan keadilan sosial, sebagai landasan pokok kehidupan masyarakat manusia. 7) Untuk memberikan jalan tengah antara falsafah kolektif komunisme, menciptakan ummatan wasathan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran . 8) Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan suatu peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan panduan Nur Ilahi. Sedangkan menurut Muhammad Rasyid Ridha terdapat sepuluh poin tujuan kehadiran al-Quran antara lain: 1) Menjelaskan rukun agama; 2) Memberi informasi kepada manusia apa yang mereka tidak ketahui dari persoalan kenabian, kerasulan, dan tugas-tugas mereka; 3) Menyempurnakan jiwa manusia, masyarakat dan komunitas manusia; 4) Memperbaiki kehidupan sosial politik manusia; 5) Menetapkan keutamaan Agama Islam; 6) Menerangkan ajaran Islam tentang kehidupan politik; 7) Memberi petunjuk tentang perbaikan ekonomi; 8) Memperbaiki system peperangan dan perdamaian; 174 9) Mengangkat derajat wanita dan memberikan kepada mereka hak-hak penuh dalam kehidupan manusia, dalam beragama dan dalam peradaban; 10) Memerdekakan budak. Menurut M. Rasyid Ridha kesepuluh tujuan al-Quran ini merupakan penjabaran dari tiga ajaran pokok al-Quran yang menganjurkan umat manusia untuk mengembangkan: (1) pendidikan; (2) ilmu pengetahuan; (3) filsafat, seperti terkandung dalam al-Quran surat al-Jumu'ah/62: 2, Allah swt berfirman: ِ ِْ ﺚ ِﰲ ْاﻷُﱢﻣﻴﱢﲔ رﺳ ًﻮﻻ ﱢﻣْﻨـﻬﻢ ﻳـْﺘـﻠُﻮ ﻋﻠَﻴ ِﻬﻢ آﻳﺎﺗِِﻪ وﻳـَﺰﱢﻛﻴ ِﻬﻢ وﻳـﻌﻠﱢﻤﻬﻢ اﻟْ ِﻜﺘَﺎب و ْﻤﺔَ َوإِن َﻛﺎﻧُﻮا ِﻣﻦ َ ُﻫ َﻮ اﻟﱠﺬي ﺑَـ َﻌ َُ َ َ اﳊﻜ َ َ ُ ُ ُ ََُ ْ َُ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ِ ٍ ِﺿ َﻼ ٍل ﱡﻣﺒ ﴾٢﴿ ﲔ َ ﻗَـْﺒ ُﻞ ﻟَﻔﻲ Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Dalam menafsirkan ayat tersebut di atas M. Rasyid Ridha menyatakan bahwa, kata‘yuzakkihim’ mengandung pengertian pendidikan dengan perbuatan dan keteladanan; “al-kitab” mengandung pengertian tulisan, bacaan, yang memuat ilmu pengetahuan; dan “al-hikmah” mengandung pengertian ilmu yang bermanfaat yang dapat membangkitkan perbuatan-perbuatan yang salah. Sebenarnya semua ulama sepakat menyatakan bahwa tujuan diturunkannya al-Quran untuk manusia dan perbaikannya. 4. Isi dan Esensi al-Quran & Hadis Isi kandungan al-Quran dan Hadis memiliki dua dimensi, yaitu : dimensi vertikal dan horizontal. Pada dimensi vertikal, terkandung aturan khusus yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah (bersifat ubudiyah). Sedangkan pada dimensi horizontal, al-Quran dengan tegas menekankan hubungan kemasyarakatan (social relation) antara sesama manusia. Pada tatanan dimensi vertikal ini, sifat hukum yang berkaitan dengannya tidak dapat diinterpretasikan di luar konteks praktik Rasulullah saw, karena pola ibadah mahdah dalam tatanan teoritisnya telah ditentukan oleh Allah, sedangkan tatanan praktisnya telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dalam hal ibadah ini banyak informasi yang diperoleh dari sunnah yang menerangkan tentang hal itu. Pada dimensi horizontal yang mempunyai corak hubungan kemasyarakatan, penerapan hukum yang terkandung dalam al-Quran bersifat fleksibel. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan budaya dan peradaban manusia senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Muamalah merupakan 175 aktivitas yang bersifat horizontal yang dilakukan manusia dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Islam mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang disiapkan untuk mampu mengemban amanah-Nya, memakmurkan kehidupan di bumi dan diberi kedudukan terhormat sebagai khalifah-Nya di bumi. Kedudukan istimewa manusia di atas bumi berkaitan erat dengan kekuatan pikiran yang diberikan kepadanya untuk menalar dan menganalisa. Terlebih lagi ia menerima pedoman dari Allah melalui misi-misi kerasulan yang menunjukkan jalan yang benar. Manusia selain menjadi khalifah di bumi, pada saat yang sama ia juga sebagai hamba Allah, ia berkuasa di bumi bukan lantaran haknya sendiri, melainkan sebagai wakil Allah yang mengungguli semua makhluk lain, karenanya ia memikul tanggungjawab dihadapan-Nya. Oleh karena itu kegiatan hidup manusia senantiasa diarahkan supaya mempunyai makna dan bernilai pengabdian (ibadah) kepada-Nya. Untuk bernilai ibadah, manusia dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan hidupnya hendaknya selalu menjunjung tinggi pedoman-pedoman yang diberikan oleh Allah dalam al-Quran dan petunjuk-petunjuk pelaksanaannya yang diberikan oleh Rasulullah Saw dalam sunnahnya. Akan tetapi dalil-dalil muamalat (hubungan manusia dengan sesamanya) yang terdapat dalam alQuran dan al-Sunnah pada umumnya bersifat global (mujmal) dan sedikit sekali yang terperinci dan qat'i, sehingga memiliki banyak peluang untuk melakukan ijtihad hukum yang sesuai dengan kemaslahatan manusia. Sebagian ulama berpendapat bahwa isi al-Quran secara garis besar terdapat dua macam yaitu insya'i artinya yang menjelaskan tentang nilai baik dalam bentuk perintah maupun larangan atau halal dan haram; dan khobari artinya yang menjelaskan sesuatu yang terjadi atau memberikan informasi tentang kisah masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Menurut Syaih Mahmud Syaltut isi al-Quran memuat enam kandungan yaitu : (1) Aqidah yang wajib diimani, seperti iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab suci, Rasul-rasul-Nya dan iman kepada hari Akhirat. (2) Akhlak yang mulia, yang dapat membentuk pribadi dan masyarakat yang baik dan mendorong jiwa untuk menghindari hawa nafsu. (3) Petunjuk dan bimbingan yang mendorong manusia untuk selalu merenung terhadap ciptaan Allah, dengan demikian jiwa akan penuh dengan keimanan dan mengakui keagungan pencipta-Nya. (4) Mengisahkan riwayat ummat-ummat masa lalu agar manusia dapat mengambil i'tibarnya. (5) Janji dan ancaman, janji kebahagiaan di akhirat bagi yang berbuat kebaikan dan ancaman adzab bagi mereka yang berbuat kejahatan. (6) Hukum-hukum yang berkaitan 176 dengan kehidupan manusia baik hubungan manusia dengan Allah maupun dengan sesamanya. Isi al-Quran juga terangkum dalam surat al-Fatihah, sehingga al-Fatihah dinamakan ummul Quran antara lain : (1) Tauhid; (2) Akhlak; (3) Ibadah; (4) Janji dan ancaman; (5) Kisah orang-orang terdahulu. Kelima isi al-Quran tersebut tercermin dalam ketujuh surah al-fatihah. Tauhid pada ayat pertama sampai ketujuh, akhlak pada ayat kedua dan ketiga, ibadah pada ayat kelima dan ketujuh, janji dan ancaman pada ayat pertama, ketiga dan ketujuh, sedang kisah digambarkan pada ayat ketujuh. Kelima isi al-Quran itu secara rinci atau jelas dijabarkan dalam ayat ayat yang termaktub dalam surah-surah al-Quran. 1. Kedudukan, Fungsi, dan Pembagian Hadis. a. Kedudukan Hadis Kedudukan hadis dari segi statusnya sebagai dalil dan sumber ajaran Islam, menurut jumhur ulama adalah menempati posisi kedua setelah al-Quran (Ajjaj al Khathib, Ushul a Hadis. h. 45). Hal tersebut terutama ditinjau dari segi wurud atau tsubutnya الق رانadalah bersifat qath’i, sedangkan hadis kecuali yang berstatus mutawatir sifatnya adalah zhanni al-wurud. Oleh karenanya yang bersifat qath’i (pasti) didahulukan daripada yang zhanni (relatif). Hadis Nabi Saw merupakan penafsiran القـرانdalam praktik-praktik penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal, dan umat Islam diwajibkan mengikuti hadis sebagaimana diwajibkan mengikuti al-Quran. Untuk mengetahui sejauhmana kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam dapat dilihat dari dalil naqli maupun dalil aqli. 1) Dalil al-Quran Banyak ayat al-Quran yang menerangkan tentang kewajiban mempercayai dan menerima segala yang disampaikan oleh Rasul kepada ummatnya untuk dijadikan pedoman hidup, di antara ayat-ayat dimaksud adalah Firman Allah dalam Q.S. al-Hasyr: 7. ِ ِ ﻳﺪ اﻟْﻌِ َﻘ ﺎب ُ َوَﻣﺎ آﺗَﺎ ُﻛ ُﻢ اﻟﱠﺮ ُﺳ ُ ﻮل ﻓَ ُﺨ ُﺬوﻩُ َوَﻣﺎ ﻧَـ َﻬﺎ ُﻛ ْﻢ َﻋْﻨﻪُ ﻓَﺎﻧْـﺘَـ ُﻬﻮا َواﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠﻪَ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﺷﺪ “Apa yang diperintahkan Rasul maka laksanakanlah dan apa yang dilarang Rasul maka hentikanlah dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya” Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran: 31. 177 ِ ﻗُﻞ إِ ْن ُﻛْﻨﺘُﻢ ُِﲢﺒﱡﻮ َن اﻟﻠﱠﻪ ﻓَﺎﺗﱠﺒِﻌ ِﻮﱐ ُﳛﺒِﺒ ُﻜﻢ اﻟﻠﱠﻪ وﻳـ ْﻐ ِﻔﺮ ﻟَ ُﻜﻢ ذُﻧُﻮﺑ ُﻜﻢ واﻟﻠﱠﻪ َﻏ ُﻔ ﻴﻢ ٌ ُ َ ْ َ ْ ْ ََ ُ ُ ْ ْ ُ َ ْ ٌ ﻮر َرﺣ ْ “Katakanlah hai Muhammad, jika kamu sekalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Rasul) niscaya Allah akan mencintai kamu serta mengampuni dosa-dosamu” Bentuk-bentuk ayat di atas menunjukan betapa pentingnya kedudukan penetapan kewajiban taat terhadap semua yang disampaikan oleh Rasul Saw. 2) Dalil al-Hadis Dalam salah satu pesan Rasulullah Saw berkenaan dengan keharusan menjadikan hadis sebagai pedoman hidup, di samping al-Quran sebagai pedoman utamanya beliau, bersabda: ِ ﺗَـﺮْﻛ ِ ﺼﻠﱡﻮا أَﺑ ًﺪا ﻣﺎ إِ ْن َﲤَ ﱠﺴ ْﻜﺘُﻢ ﻛِﺘَﺎب ِ .اﷲ َو ُﺳﻨﱠﺔَ َر ُﺳ ْﻮﻟِِﻪ ُ َ َ ْ َ َ ْ َﺖ ﻓْﻴ ُﻜ ْﻢ أ َْﻣَﺮﻳْ ِﻦ ﻟَ ْﻦ ﺗ Artinya "Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya yaitu berupa kitab Allah dan sunnah rasulnya". Dalam hadis lain Rasulullah saw bersabda: ِ ِِ ِ ِ ﻳﲔ َﲤَ ﱠﺴ ْﻜﺘُ ْﻢ َِﺎ َ ْ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ﺑِ ُﺴﻨﱠﱵ َو ُﺳﻨَﺔ اﳋُﻠَ َﻔﺎء اﻟﱠﺮاﺷﺪﻳْ َﻦ اﳌَْﻬﺪ Artinya: “Wajib bagi sekalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa Ar Rasyidin yang mendapat petunjuk berpegang teguhlah kamu sekalian dengannya.” Hadis-hadis di atas menunjukan kepada kita bahwa berpegang teguh kepada hadis menjadikan hadis sebagai pegangan dan pedoman hidup itu adalah wajib, sebagaimana wajibnya berpegang teguh kepada al-Quran. 3) Kesepakatan Ulama (Ijma) Kesepakatan umat Muslimin dalam mempercayai, menerima dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak Rasulullah masih hidup sampai meninggal. Banyak di antara mereka yang tidak hanya memahami dan mengamalkan isi kandungannya akan tetapi bahkan mereka menghafal, memelihara dan menyebarluaskan kepada generasi-generasi berikutnya. 4) Sesuai dengan Petunjuk Akal Kerasulan Muhammad Saw telah diakui dan dibenarkan maka sudah selayaknya segala peraturan dan perundangan ditempatkan sebagai sumber hukum dan pedoman hidup. Di samping itu secara logika kepercayaan kepada Muhammad sebagai Rasul mengharuskan umatnya mentaati dan mengamalkan segala ketentuan yang beliau sampaikan. 178 b. Fungsi Hadis Jumhur ulama menetapkan 4 macam fungsi Hadis terhadap al-Quran yaitu: 1) Bayan at-Taqrir Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayan at-Ta’kid dan bayan at-Isbat. Maksudnya ialah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam al-Quran. Hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: ِ ِ َﺿﺄ ث َﺣ ﱠﱴ ﻳَـﺘَـ َﻮ ﱠ َ َﻗ َ َﺣ َﺪ ْ ﺻﻼَةُ َﻣ ْﻦ أ َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻻَ ﺗـُ ْﻘﺒَ ُﻞ َ ﺎل َر ُﺳ ْﻮَل اﷲ Artinya: "Tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudhu." Hadis ini men-taqrir ayat al-Quran Surat al-Maidah ayat 6 mengenai keharusan berwudhu ketika seseorang akan mendirikan shalat, yang dimaksud berbunyi: “Hai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah muka dan tanganmu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu, kakimu, kedua mata kaki.” 2) Bayan At-Tafsir Bayan at-Tafsir adalah memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat alQuran yang masih mujmal, memberikan persyaratan ayat-ayat al-Quran yang masih mutlak dan memberikan pengkhususan ayat-ayat al-Quran yang masih umum. 3) Bayan At-Tasyri Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Quran. Bayan ini disebut juga dengan bayan za’id ala al kitab al- karim. 4) Bayan An-Nasakh Kata an-nasakh secara bahasa bermacam-macam arti, bisa berarti al-ibtal (membatalkan), al ijalah (menghilangkan) atau at tahwil (memindahkan) atau at- taqyir (mengubah) menurut pendapat yang dapat dipegang, dari Ulama Mutaqaddimin bahwa yang disebut bayan an-nasakh ialah adanya dalil syara’ (yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada), karena datangnya kemudian. 5. Pembagian Hadis Pembagian Hadis dapat dilihat dri 2 (dua) perspektif, yaitu dari segi kuantitas (jumlah rawi) dan dari segi kualitas (diterima/maqbul dan ditolak/mardud-nya suatu hadis sebagai hujjah/argumentasi). Berikut ini dijelaskan secara rinci. 179 a. Kuantitas (Jumlah Rawi) Periwayatan sebuah hadis, tidak terlepas dari sedikit dan banyaknya jumlah rawi. Kuantitas jumlah rawi rawi ini, -pada gilirannya- menentukan kualitas hadis, apakah hadis itu, shahih, hasan atau dlaif. Ada banyak rawi yang menjadi periwayat hadis, mulai dari kalangan sahabat, tabi’in, tabiit tabi’in, dan seterusnya sampai pada mudawin. Kodifikasi hadis yang disusun oleh rawi terakhir atau mudawin hadis, jumlahnya sangat banyak. Namun yang sering dijadikan referensi tercatat hadis yang diriwayatkan, di antaranya oleh tujuh ulama besar dalam hadis, yaitu : Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah, dan Imam Ahmad. Hadis dari perspektif jumlah rawi, terdapat dua hadis Mutawatir dan hadis Ahad. 1) Hadis Mutawatir (a) Pengertian (Ta'rif) Hadis Mutawatir Kata mutawatir menurut bahasa (lughat) ialah "mutatabi" yang berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain. Sedangkan menurut istilah, hadis mutawatir adalah suatu (hadis) yang diriwayatkan sejumlah rawi yang menurut adat mustahil mereka tidak mungkin bersepakat untuk dusta, dan hal tersebut berlaku dari permulaan sanad (sanad awal) hingga sanad akhir, serta tidak terdapat kejanggalan jumlah pada setiap tingkatan rawi (thabaqah). Menurut Muhadditsin, segala berita yang tidak bersandar pada pancaindera, seperti menyifatkan sifat-sifat manusia, baik yang terpuji maupun yang tercela dan segala berita yang diriwayatkan oleh orang banyak tapi mereka berkumpul untuk bersepakat membacakan berita-berita dusta, tidak dapat dikategorikan hadis mutawatir. Secara historis, dalam meriwayatkan sebuah hadis, para perawi diketahui bagaimana cara perawi menerima dan menyampaikan hadis. Ada yang melihat atau mendengar, ada pula yang tidak melalui panca indera, misalnya dengan lafaz yang diberitakan dan sebagainya. Disamping itu dapat diketahui pula banyak atau sedikitnya orang yang meriwayatkan hadis itu. Hal ini lazim disebut dengan: ”Tahammul wa ada al-Hadis” (Sistem Periwayatan Hadis). Jika jumlah yang meriwayatkan hadis relatif banyak, dan tidak mungkin sepakat melakukan dusta, maka penyampaian hadis seperti itu, dapat dipastikan adalah secara mutawatir. (b) Syarat-Syarat Hadis Mutawatir 180 (1) Hadis yang diberitakan oleh perawi tersebut harus berdasarkan tanggapan melalui panca indera. Yakni berita yang mereka sampaikan itu harus benarbenar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri dan benar-benar bukan merupakan hasil pemikiran semata atau rangkuman dari peristiwaperistiwa lain. (2) Jumlah para perawi mencapai suatu jumlah yang menurut adat mustahil mereka berdusta. Dalam hal ini para Ulama berbeda pendapat tentang batasan jumlah untuk tidak memungkinkan bersepakat berdusta. Abu Thoyib menentukan minimal 4 orang. Hal ini diqiyaskan dengan jumlah saksi yang diperlukan oleh hakim. Ashabus Syafi'i menentukan minimal 5 orang. Hal ini diqiyaskan dengan jumlah Nabi yang bergelar Ulul 'Azmi. Sebagian ulama menentukan minimal 20 orang. Berdasarkan ketentuan yang telah difirmankan Allah tentang orang mukmin yang tahan uji yang dapat mengalahkan orang kafir sejumlah 200 orang (Q.S. Al- Anfal : 65) (3) Terdapat keseimbangan jumlah para perawi, sejak dalam thabaqat (lapisan/ tingkatan) pertama hingga tabaqat berikutnya. Kalau suatu hadis diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabi'in demikian seterusnya, bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadis mutawatir. b. Kedudukan Hadis Mutawatir Menurut Muhadditsin, hadis mutawatir memberikan faedah ilmu daruri, yakni keharusan untuk menerima sesuatu yang diberitakan oleh hadis mutawatir secara bulat karena ia membawa keyakinan yang Qoth'i (obsolut, mutlak). Diyakini bahwa Nabi Muhammad benar-benar bersabda atau mengerjakan sesuatu yang diriwayatkan oleh perawi-perawi mutawatir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian terhadap rawi-rawi hadis mutawatir tentang keadilan dan kedlabitannya tidak diperlukan lagi karena kuantitas dan kualitas rawi-rawinya mencapai ketentuan yang dapat menjamin untuk tidak bersepakat berdusta. Oleh karena itu, setiap muslim selayaknya menerima dan mengamalkan semua hadis mutawatir dalam setiap amal-ibadah sehari-hari. 2) Hadis Ahad (a) Pengertian (Ta'rif) Hadis Ahad Hadis Ahad merupakan kebalikan dari hadis Mutawatir. Menurut bahasa (lughah), “ahad” artinya satu. Hadis ahad berarti hadis satu atau tunggal. Namun 181 menurut istilah para ulama hadis, hadis ahad adalah suatu hadis yang jumlah perawinya tidak mencapai jumlah rawi hadis mutawatir, baik pemberita itu seorang, dua orang, tiga orang, dan seterusnya, tetapi jumlah tersebut tidak memberi pengertian bahwa hadis tersebut masuk dalam kategori hadis mutawatir. Secara sederhana, hadis ahad adalah suatu hadis vang padanya tidak terkumpul syarat-syarat mutawatir atau hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang tidak mencapai derajat mutawatir. (b) Kedudukan Hadis Ahad Berbeda halnya dengan hadis mutawatir, hadis ahad ini memberi faedah zhanniy. Oleh karena itu masih perlu diadakan penyelidikan terhadap hadis-hadis ini, sehingga dapat diketahui maqbul (diterima) dan mardudnya (ditolak) sebagai hujjah. Jika telah dilakukan penelitian, tersebut bisa diterima (maqbul), ternyata telah diketahui bahwa hadis maka hadis tersebut wajib diamalkan sebagaimana hadis mutawatir. Tetapi jika sebaliknya, maka hadis tersebut termasuk kategori mardud (ditolak). (c) Klasifikasi Hadis Ahad: (1) Hadis Masyhur Hadis Masyhur seringkali disebut dengan hadis Mustafid. Menurut bahasa (lughah), masyhur berarti 'yang sudah tersebar' atau 'yang sudah populer'. Mustafid menurut bahasa juga berarti 'yang telah tersiar/tersebar'. Sedangkan menurut istilah, hadis masyhur/mustafid adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih dan belum mencapai derajat mutawatir. Di antara contoh hadis masyhur adalah: "Rasulullah SAW bersabda, "Seorang muslim adalah kaum muslim yang tidak terganggu (selamat) dari lidah dan tangannya." (H.R. Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi). Menurut hasil penelitian terhadap jumlah rawinya, diketahui bahwa hadis tersebut sejak thabaqah (tingkatan) pertama (tingkatan sahabat Nabi) sampai ke tingkat imam-imam yang membukukan hadis (dalam hadis ini adalah Bukhari, Muslim, Tirmidzi) diriwayatkan oleh tidak kurang dari tiga rawi dalam setiap tingkatan (thabaqah). Sekalipun, terdapat ulama yang menyamakan antara hadis masyhur dan mustafid, namun sebagian ulama lain membedakan di antara keduanya. Menurut 182 ulama tersebut, Hadis mustafid adalah hadis yang diriwayatkan oleh empat orang rawi atau lebih dan belum mencapai derajat hadis mutawatir, sedangkan hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi dan juga belum mencapai kategori hadis mutawatir. Jadi terdapat perbedaan jumlah rawi seorang saja. (2) Hadis 'Aziz Aziz artinya mulia atau kuat. Menurut bahasa hadis 'aziz ini adalah hadis yang mulia, atau hadis yang kuat, atau hadis yang jarang, karena hadis 'aziz itu jarang adanya. Tetapi para ulama memberi batasan hadis 'aziz. Menurut mereka, Hadis 'aziz adalah hadis yang, diriwayatkan oleh dua orang rawi walaupun dua perawi itu hanya pada satu tingkatan saja, dan setelah itu diriwayatkan oleh beberapa rawi. Di antara contoh hadis `aziz adalah: "Rasulullah SAW bersabda, "Kita adalah orang-orang yang paling akhir di dunia, paling terdahulu di hari kiamat." (H.R. Hudzaifah dan Abu Hurairah) Menurut penelitian, Hudzaifah dan Abu Hurairah adalah sahabat Nabi. Walaupun pada tingkatan selanjutnya hadis itu diriwayatkan oleh lebih dari dua orang, namun hadis itu tetap dianggap hadis yang diriwayatkan oleh dua orang rawi, dan karena itu hadis tersebut termasuk hadis `aziz. (3) Hadis Gharib Gharib artinya asing, terasing atau menyendiri. Hadis gharib menurut bahasa yaitu hadis yang menyendiri atau terpisah dari yang lain. Sedangkan menurut istilah, hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang rawi pada tingkatan maupun sanad. Berdasarkan definsi tersebut, maka jika suatu hadis diriwayatkan oleh seorang sahabat nabi dan pada tingkatan berikutnya diriwayatkan oleh banyak rawi, maka hadis tersebut dipandang sebagai hadis gharib atau hadis yang menyendiri. Di antara contoh hadis gharib adalah : "Dari Umar bin Khattab r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aurat itu hanya (memperoleh) yang diniatkannya…" (H.R. Bukhari Muslim, dll.) Setelah dilekukan penelitian, sekalipun hadis tersebut diriwayatkan oleh beberapa imam hadis, namun pada tingkatan pertamanya hanya diriwayatkan oleh seorang sahabat nabi yaitu Umar r.a. dan tingkatan kedua juga diriwayatkan oleh 183 seorang tabi'in yaitu Al- Qamah. Maka hadis itu dipandang sebagai hadis gharib atau hadis yang menyendiri. b) Kualitas Hadis (Maqbul-Mardud) Dari perspektif kualitas, hadis terbagi menjadi hadis Shahih, Hasan dan Dlaif. 1) Hadis Shahih (a) Definisi Hadis Sahih Kata “sahih” juga telah menjadi kosakata bahasa Indonesia dengan arti "sah; benar, sempurna sehat, pasti" (WJS. Poerwadarminta, 1985 : 849). Sahih menurut lughah bahasa lawan dari kata Saqim(Ibnu Taymiyah, 1989 : 31). Yang dimaksud dengan hadis shahih menurut Muhadditsin adalah hadis yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna ingatannya (hafalannya), sanadnya bersambung, tidak berilat dan tidak janggal (Fatchur Rahman, 1995 : 95). Menurut Munzier Suparta (2002 : 127), gambaran mengenai pengertian hadis sahih agak jelas setelah Imam Syafi'i memberikan ketentuan bahwa riwayat suatu hadis dapat dijadikan hujjah, apabila pertama diriwayatkan oleh para perawi yang dapat dipercaya penga-laman agamanya; dikenal sebagai orang yang jujur mema-hami dengan baik hadis yang diriwayatkan mengetahui pe-rubahan arti hadis bila terjadi perubahan lafaznya; mampu meriwayatkan hadis secara lafazh; terpelihara hafalannya, bila meriwayatkan hadis secara lafazh, bunyi hadis yang diriwayatkan sama dengan bunyi hadis yang diriwayatkan oleh orang lain; dan terlepas dari tadlis (penyembunyian cacat). Dan kedua, rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi SAW., atau dapat juga tidak sampai kepada Nabi.77 (b) Syarat-syarat hadis Shahih Imam Syafi'i dipandang sebagai ulama yang mula-mula menetapkan kaidah kesahihan hadis. Hal sangat logis, sebab bila dikaji pernyataan Imam Syafi'i tersebut bukan hanya berkaitan dengan sanad, akan tetapi berkaitan juga dengan matannya. Jika berbicara tentang keshahihan hadis, maka dua tokoh yang popular sebagai “syekh” atau dipandang sebagai guru besar dalam masalah hadis adalah Bukhari dan Muslim. Keduanya dipandang sebagai tokoh ahli hadis dan hadis- 184 hadis yang diriwayatkannya diakui sebagai hadis yang sahih. Sekalipun demikian, ternyata ketika itu, dibuat definisi hadis sahih secara tegas. Namun setelah para ulama mengadakan penelitian mengenai cara-cara ditempuh oleh keduanya untuk menetapkan suatu hadis yang bisa dijadikan hujjah, diperoleh suatu gambaran mengenai kriteria hadis sahih menurut keduanya. Kriteria-kriteria dimaksud adalah: (1) rangkaian perawinya dalam sanad itu harus bersambung mulai dari perawi pertama sampai perawi terakhir; (2) para perawinya harus terdiri dari orang-orang yang dikenal tsiqqat, dalam arti 'adildan dhabit; (3) hadisnya terhindardari 'illat (cacat) dan syadz (janggal); dan (4) para perawinya yang terdekat dalam sanad harus sezaman.Hanya saja antara keduanya terjadi perbedaan pendapat mengenai persambungan sanad. Menurut Bukhari, sanad hadis dikatakan bersambung apabila antara perawi yang terdekat itu pernah bertemu, sekalipun hanya satu kali. Jadi tidak cukup hanya sezaman (al- mu'asharah). Sedangkan menurut Muslim, apabila antara perawi yang terdekat hidup sezaman sudah dikategorikan bersambung.Disamping itu, persyaratan yang telah disepakati sebagaimana di atas, ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa Bukhari juga menetapkan syarat "terjadinya periwayatan harus dengan cara Al-Sama'".81 Hal ini menunjukan bahwa bahwa persyaratan hadis sahih yang ditetapkan oleh Imam Bukhari lebih ketat daripada persyaratan yang ditetapkan oleh Muslim (Munzier Suparta, 2002 : 128). Definisi yang lebih ringkas dinyatakan oleh Al-Suyuthi. Meneurutnya, hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang adil lagi dabit, tidak syaz dan tidak ber' illat. Selanjutnya Ajjaj Al-Khathib memberi pengertian hadis sahih lebih rinci, yang merupakan hasil kajian terhadap beberapa pengertian yang diajukan para ulama ahli hadis yang hidup pada masa sebelumya. Menurutnya, hadis shahih adalah hadis yang bersambung sanadnya dengan riwayat yang dapat dipercaya dari yang bisa dipercaya dari awal sanad hingga akhir sanad dengan tanpa ada cela dan cacatnya. Jika dianalisa, terdapat beberapa persamaan dalam mendefinisikan hadis shahih, yaitu : sandnya bersambung, perowinya adil, perowinya, dlabit, tidak syad (janggal) dan tidak ada illat (cacat) baik dalam sanad maupun matannya. 2) Hadis Hasan a) Pengertian Hadis Hasan 185 Hasan artinya baik. Menurut lughah (bahasa) memiliki arti sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu. Sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda pendapat dalam men-defmisikan hadis hasan ini. Perbedaan pendapat ini terjadi disebabkan di antara mereka ada yang menggolongkan hadis hasan sebagai hadis yang menduduki posisi di antara hadis sahih dan hadis dha'if, yang dapat dijadikan hujjah. Memang menurut sejarah ulama yang mula-mula memunculkan istilah "Hasan" bagi suatu jenis hadis yang berdiri sendiri adalah Imam Al-Tirmidzi. Untuk lebih jelasnya di bawah ini dikemukakan beberapa definisi Hadis Hasan. Ibnu Taimiyah menguraikan batasan hadis hasan yang diberikan Al-Tirmidzi sekaligus merangkum polemik tentang peristilahan yang sering dipakai Al-Tirmidzi. Hadis hasan menurut Al-Tirmidzi adalah (dalam redaksi Ibn Taymiyah), yaitu : hadis yang diriwayatkan dari dua arah (jalur), dan para perawi-nya tidak tertuduh dusta, tidak raengandung syadz yang menya-lahi hadis-hadis shahih.Jadi yang dimaksud syadz versi Al-Tirmidz! adalah perawi yang meriwayatkan hadis tersebut berlawanan dengan orang yang lebih hafal daripadanya atau lebih banyak jumlahnya. Jika dianalisa definisi tersebut di atas dipandang tidak mani' dan tidak jami'. Tidak mani', sebab hadis sahih — yang rawinya selamat dari tuduhan dusta dan ma'nanya bersih dari kejanggalan — dapat tercakup dalam definisi tersebut; dan tidak jami' karena (misal-nya) hadis gharib walaupun bernilai hasan pada hakikatnya tidak dapat dimasukkan ke dalam definisi tersebut, karena dalam definisi itu disyaratkan harus mempunyai jalan datangnya berita (sanad) dari beberapa tempat. Tidak semua ahli hadis sejalan dengan batasan yang diberikan Al-Tirmidzi ini, sebagaimana contoh yang diajukannya adalah bentuk ketidakkonsistenan AlTirmidzi. Seperti penggunaan istilah hadis "Hasan Gharib" Jalan menetapkan suatu hadis. artinya hadis tersebut yang diriwayatkan melalui satu jalur (gharib) bisa disebut hadis Hasan. Ini yang menjadi persoalan. Permasalahan seperti itu menjadi polemik di kalangan ulama Ladis. Dan para ulama berusaha memberikan penjelasan yang bermacam-macam. Di antaranya Ibnu Taymiyah yang memberikan penjelasan, bahwasanya hadis tersebut disebut gharib, karena pada Thabaqat tabi'i hanya diriwayatkan oleh satu orang/satujalur. Akan tetapi hadis tersebut diriwayatkan juga melalui jalur lain, 186 maka bisa disebut hadis hasan karena sebab banyaknya periwayatan tersebut, meskipun pada dasarnya adalah gharib. Begitu juga dengan bentuk penetapan "Shahih Hasan Gharib". Kadang diriwayatkan dengan sanad yang shahih gharib, kemudian (hadis tersebut) diriwayatkan dari rawi tersebut dengan jalur yang shahih dan juga jalur lain, maka kemudian ia menjadi hadis hasan bersamaan dengan shahih gharib. Hakikat hadis hasan adalah banyaknya periwayatan dan para perawi tersebut tidak tertuduh bohong. Jika jalur periwayatan kedua-duanya sama-sama sahih maka ia adalah hadis shahih murni. Sementara bila salah sa-tunya tidak diketahui kesahihannya maka ia menjadi hadis hasan. Kadangkala sanadnya gharib dan tidak terdapat riwayat lain maka itu menjadi hasan matannya, karena ada yang me-riwayatkannya dari dua jalur. Misalnya dalam suatu bab sering dikatakan "diriwayatkan dari fulan dan fulan" kemudian dijelas-kan bahwa matannya itu hasan meskipun sanadnya gharib. Jika dikatakan bahwa kualitas suatu hadis adalah shahih, kemudian telah ditetapkan bahwa metode periwayatannya sahih, dan dalam riwayat kualitasnya periwayatannya hasan, maka dalam hadis tersebut telah berkumpul dua sifat, yakni hasan dan shahih.Suatu hadis dikatakan gharib bila hanya ada dalam satu riwayat dan sanadnya hanya diketahui dari hadis tersebut (tidak ada yang lain). Jika jalur periwayatannya sahih maka itu disebut shahih gharib. Begitu juga ketika suatu hadis diterangkan sebagai hadis gharib hasan kemudian ia menjadi hadis hasan. (Munzier Suparta, 2002 : 143). Sementara itu Ibnu Hajar mendefinisikan bahwa hadis hasan adalah khabar Ahad yang dinukilkan melalui perawi yang adil, sempurna ingatannya, bersambung sanadnya dengan tanpa ber'illat dan syadz disebut Hadis Sahih, namun bila kekuatan ingatannya kurang kokoh (sempurna) disebut hasan li- dzatihi. Berdasarkan definisi tersebut , dapat difahami bahwa hadis hasan menurut Ibnu Hajar adalah Hadis yang telah memenuhi lima persyaratan hadis shahih sebagaimana disebutkan terdahulu, hanya saja bedanya, pada hadis sahih daya inga.an perawinya sempurna, sedang pada hadis hasan daya ingatan perawinya kurang sempurna. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa hadis hasan menurut Ibn Hajar adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, (tetapi) tidak begitu kuat daya ingatannya, bersam-bung-sambung sanadnya, dan tidak terdapat 'illat sertakejanggal-an pada matannya. Dengan demikian, hadis hasan ini menempati posisi di antara hadis shahih dan hadis dha'if. 187 Al-Tirmidzi sebagai ahli hadis yang memunculkan istilah hadis hasan ini, karena ia melihat banyak jenis hadis dha'if (yang sebenarnya tidak terlalu dha'if). Sementara itu dari sisi sanad dan matannya hampir mendekati sahih (tapi tidak termasuk hadis sahih), dan dapat dijadikan hujjah. la tidak ingin menya-makannya dengan hadis dha'if dan juga tidak ingin menyebut-nya dengan hadis sahih. Maka dari itu, disebutnyalah dengan hadis hasan. Dengan kata lain, hadis hasan yang dimunculkan-nya adalah nama lain dari hadis dha'if yang dapat dijadikan hujjah. Kesimpulannya, hadis hasan hampir sama dengan hadis sahih, hanya saja terdapat perbedaan dalam soal ingatan perawi. Pada Hadis Shahih, ingatan atau daya hafalannya sangat sempurna (tam-dlabith), sedangkan pada hadis hasan, hafalan rawinya kurang sempurna (qalil-dhabith). b) Syarat-Syarat Hadis Hasan Pada prinsipnya, hadis hasan dengan hadis d shahih memiliki syarat yang sama, kecuali dalam ke-dlabith-annya. Secara rinci syarat-syarat hadis hasan adalah sebagai berikut: (1) sanadnya bersambung; (2) perawinya 'adil; (3) hafalan rawinya kurang dhdbit atau qalil dhabith, yakni kualitas ke-dhdbit- annya di bawah ke-dhdbit-an perawi hadis sahih; (4) tidak terdapat kejanggalan atau syadz; dan (5) tidak ber 'illat. 3)Hadis Dlaif a) Pengertian Hadis Dlaif Menurut bahasa, dlaif berarti lemah, sebagai lawan kata dari kuat. Maka sebutan hadis dha 'if, secara bahasa berarti hadis yang lemah atau hadis yang tidak kuat. Dengan kata lain, hadis dlaif adalah hadis yang berbeda dengan hadis shaih dan hasan. Menurut istilah, para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadis dha' if ini. Akan tetapi pada dasarnya, isi dan maksudnya tidak berbeda. Beberapa definisi, di antaranya dapat dilihat di bawah ini. Al-NawawI mendefinisikan bahwa hadis dlaif adalah hadis yang di dalamnya tidak terpenuhi syarat-syarat hadis shahih dan syarat-syarat hadis hasan. Sebuah hadis dipandang sebagai hadis dlaif, jika salah satu syarat saja dari persyaratan hadis shahih atau hadis hasan tidak terpenuhi, lebih-lebih jika yang hilang itu 188 sampai dua atau tiga syarat, seperti perawinya tidak adil, tidak dhabit, dan terdapat kejanggalan dalam matan. Hadis seperti ini dapat dinyatakan sebagai yang sangat lemah atau hadis dlaif jiddan. b) Sebab-sebab Tertolaknya Hadis Dla'if Di atas telah dikemukakan bahwa hadis dlaif termasuk hadis mardud (ditolak) sebagai hujjah. Para ahli hadis mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadis ini bisa dilihat dari dua jurusan, yaitu dari sisi Sanad dan Matan. Secara rinci, Fatchur Rahman menjelaskan sebagai berikut: (1) Dari sisi Sanad Hadis Dari sisi sanad hadis ini diperinci ke dalam dua bagian: Pertama, Ada kecacatan pada para perawinya baik meliputi keadilannya maupun kedhabitannya, yang diuraikan dalam 10 macam: (a) Hadis yang rawinya dusta disebut maudhu' (b) Hadis yang rawinya tertuduh dusta disebut matruk (c) Rawi yang fasiq, banyak salah, dan lengah dalam menghafal, hadisnya disebut munkar (d) Rawi yang banyak waham, Hadisnya disebut mu 'allal (e) Rawi yang menyalahi riwayat yang lebih tsiqqah atau lebih dipercaya, Hadisnya disebut mudraj bila ada penambahan suatu sisipan kata-kata; disebut maqlub bila diputarbalikkan; disebut mudhtharib bila rawinya yang tertukar-tukar; disebut muharraf bila yang tertukar adalah huruf-syakal; dan disebut mushahhaf bila. perubahan itu meliputi titik kata. (f) Rawi yang tidak diketahui identitasnya, Hadisnya disebut mubham (g) Rawi yang menganut ajaran bid'ah, Hadisnya disebut hadis Mardud; (h) Rawi yang tidak baik hafalannya sehingga berbeda atau menyalahi riwayat yang lebih tsiqah, Hadisnya disebut hadis syadz dan mukhtalith. Kedua, Sanadnya tidak bersambung (munfashil) Berkaitan dengan terputusnya sanad, maka hadis dlaif dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (a) Gugur pada sanad pertama. Hadisnya disebut hadis mu 'allaq. (b) Gugur pada sanad terakhir (sahabat). Hadisnya disebut hadis mursal. (c) Gugur dua orang rawi atau lebih secara berurutan. Hadisnya disebut hadis mu 'dhal. 189 (d) Jika rawinya yang digugurkan tidak berturut-turut disebut hadis munqathi' (Fatchur Rahman, 2002 : 142) (2) Dari sisi Matan Hadis (a) Hadis Mauquf, yakni hadis dlaif yang hanya sampai pada sahabat; (b) Hadis Maqthu', yakni hadis dlaif yang disandarkan pada perkataan tabi’in, bukan dari sahabat, apalagi bersumber dari nabi saw. 2. Metode Pembelajaran Quran Hadis Pembelajaran al-Quran mencakup beberapa hal berikut ini : 1. Bacaan dan tulisan Al-Quran, ditinjau dari segi bacaan, al-Quran diatur tebal tipisnya dan panjang pendeknya. Karena itu dalam proses pembelajaran al-Quran terdapat komponen pokok, prinsip-prinsip dan metode praktis. a. Komponen pokok terdiri dari: gambar bunyi (huruf), getaran bunyi (makharijul huruf) dan ritme bunyi (harokat). b. Prinsip-prinsip pengajaran al-Quran, antara lain : 1) . الطريقة بالتدرجartinya metode pengajaran dengan cara bertahap 2) الطريقـة مقاصـد فـى اال التفﯩـالartinya metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan, bukan pada alat yang digunakan untuk mencapai tujuan 3) الطريقة بمراعة االستعدادartinya metode pengajaran dengan memperhatikan kesiapan, kematangan anak didik. 4) الطريقة بللكالم الصريحartinya metode pengajaran dengan cara menggunakan ucapan yang jelas dan komunikatif. 5) . الطريقة بالمحاكةartinya metode pengajaran dengan cara meniru. 6) الطريقـة بالمشـافھةartinya metode pengajaran dengan cara anak melihat gerak gerik bibir guru. c. Metode praktis pengajaran al-Quran. Secara garis besar metode pengajaran alQuran di sekolah terdapat dua macam yaitu : 1) ()الحرفيــة الطريقــة البغداديــةyaitu metode pengajaran dengan cara mengenalkan nama-nama huruf, tanda baca, kemudian dieja. 2) الطريقــة الصــوتيةyaitu metode pengajaran dengan cara langsung bunyi (bersuara) menurut bunyi huruf. 2. Mufrodat al-Quran (arti kata) melalui terjamah. Pengertian terjamah menurut bahasa adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Menurut Ali Ash-Shabuni, 190 terjamah al-Quran adalah memindahkan al-Quran ke bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah untuk dibaca orang yang tidak mengerti bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah dengan perantaraan terjemah ini. Pada dasarnya terjemah ada dua bagian yaitu : a. Manna Khalil Al-Qoththan Terjamah al-harfiyah yaitu menyalin kata-kata dari bahasa asli ke dalam bahasa yang lain dengan terikat oleh kaidah bahasa aslinya. b. Terjamah ma'nawiyah (tafsiriyah) yaitu menjelaskan kalimat kepada bahasa lain tanpa terikat dengan kaidah bahasa aslinya 3. Murodul ayat (maksud/kandungan ayat) untuk menjadikan Al-Quran sebagai pedoman manusia diperlukan pemahaman yang benar. Memahami al-Quran dengan benar tidak mudah. Sejarah mencatat ada kosakata al-Quran yang tak dipahami oleh sahabat nabi yaitu Umar bin al-khattab. Menurut riwayat Anas bin Malik pernah ditanya tentang makna "Abba" di dalam ayat 31 surat 'abasa. Kemudian menjawab : "kita dilarang berberat-berat dan mendalami (mendalami sesuatu diluar kemampuan kita)". Penegasan Umar ini membuktikan bahwa, tidak semua kosa kata al-Quran dapat difahami oleh para sahabat, sehingga membutuhkan penjelasan dari Nabi Saw. Dari peristiwa itu terdapat dua hal yang menjadi pelajaran yaitu : Pertama; menolak pendapat Ibnu Khaldun yang menyatakan: "semua bangsa Arab dapat memahami dan mengetahui makna kosakata dan susunan kalimat al-Quran karena al-Quran tersebut diturunkan berbahasa Arab dan sesuai dengan gaya sastra mereka". Kedua jika seorang guru akan mengajarkan al-Quran berkaitan dengan maksud dan kandungan ayatnya, maka diperlukan pengetahuan yang komprehensif tentang kaidah-kaidah yang berhubungan dengan ilmu tafsir seperti: asbab al-nuzul ayat, nasikh mansukh, qira'at, muhkam mutasyabih, i'jaz al-Quran dan lain-lain. Selain itu bebas dari sikap fanatisme terhadap suatu madzhab. Sesuai dengan pendapat Abu al-A'la alMawdudi: "Barangsiapa yang tak mau membebaskan dari fanatisme madzhab, niscaya tak akan diperolehnya aroma al-Quran". Untuk mengungkap maksud atau kandungan ayat secara garis besar terdapat dua cara yaitu : 1. فھـم معـان الفـاظ القرانartinya memahami makna lafadz-lafadz al-Quran, sesuai dengan kaidah : العبـرة بعمـوم اللفـظ ال بخصـوص السـبب, yang dijadikan pegangan adalah keumuman lafadz, bukan kekhususan sebab, 191 2. بيـان عـن مراد ﷲartinya menjelaskan maksud Allah. Jumhur ulama berpendapat bahwa untuk mengetahui kandungan ayat-ayat al-Quran dengan cara melihat bentuk lafadz, maka yang dijadikan pegangan adalah lafal umum atau kaidah yang pertama. Sebagai contoh : Q.S. al-Maidah/5 38 : ِ ِ ِ ۗ ِ ِ ِ ﴾٣٨﴿ ﻴﻢ ٌ َواﻟ ﱠﺴﺎر ُق َواﻟ ﱠﺴﺎرﻗَﺔُ ﻓَﺎﻗْﻄَﻌُﻮا أَﻳْﺪﻳَـ ُﻬ َﻤﺎ َﺟَﺰاءً ﲟَﺎ َﻛ َﺴﺒَﺎ ﻧَ َﻜ ًﺎﻻ ﱢﻣ َﻦ اﻟﻠﱠـﻪ ◌ َواﻟﻠﱠـﻪُ َﻋ ِﺰ ٌﻳﺰ َﺣﻜ Artinya :Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ayat tersebut menggunakan lafal 'am yang berarti berlaku umum, tidak hanya tertuju kepada yang menjadi sebab turunnya ayat. Sebagian ulama berpendapat bahwa, untuk mengetahui maksud Allah adalah dengan memperhatikan suatu peristiwa (hubungan kausal) yang melatarbelakanginya, ini berdasarkan kaidah : اﻟﻌﱪة ﲞﺼﻮص اﻟﺴﺒﺐ ﻻﺑﻌﻤﻮم اﻟﻠﻔﻆ "Yang dijadikan patokan adalah kekhususan sebab, bukan keumuman lafadz". Contoh al-Quran surah al-Baqarah/2: 115 ِ ِ ِ ۚ ِ ۚ ُ وﻟِﻠﱠ ِـﻪ اﻟْﻤ ْﺸ ِﺮ ُق واﻟْﻤ ْﻐ ِﺮ ﱡ ﴾١١٥﴿ ﻴﻢ ٌ ب ◌ ﻓَﺄَﻳْـﻨَ َﻤﺎ ﺗُـ َﻮﻟﻮا ﻓَـﺜَ ﱠﻢ َو ْﺟﻪُ اﻟﻠﱠـﻪ ◌ إ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪَ َواﺳ ٌﻊ َﻋﻠ َ َ َ َ Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. Jika hanya berpegang pada lafadz ayat maka hukum yang dipahami dari ayat tersebut ialah tidak wajib menghadap kiblat pada waktu shalat, baik dalam keadaan musafir maupun tidak. Pemahaman seperti itu jelas keliru, akan tetapi dengan memperhatikan asbab al-nuzul ayat tersebut, maka dipahami bahwa ayat itu bukan ditujukan kepada orang-orang yang berada pada kondisi biasa, akan tetapi kepada orang-orang yang sedang berkendaraan. 4. Tafsir al-Quran Secara konseptual & praktikal, terdapat minimal 2 (dua) macam metode untuk mengajarkan al-Quran, yaitu : 1. Menjelaskan menurut urutan ayat-ayat al-Quran dan surat-suratnya yang sudah populer. Mula-mula dijelaskan mufrodat (kata-kata), lalu dihubungkan ayat-ayat dan diterangkan arti ayat-ayat tersebut. Cara ini biasanya tergantung kepada keahlian seorang guru. Guru yang mempunyai 192 kecenderungan pada ilmu balaghah akan mementingkan ilmu balaghah dalam penjelasannya, guru yang condong pada ilmu nahwu dan sharaf akan mementingkan di dalam penjelasannya tentang i'rab kalimat. Guru yang mempunyai kegemaran dalam hal sejarah akan memasukkan ceritacerita dan dongeng-dongeng dalam penjelasannya. Bagi guru yang berjiwa filsafat lebih senang membahas masalah alam dalam penjelasan tafsirnya. Sedangkan bagi guru yang berkecimpung dalam ilmu kalam atau fiqh akan terpengaruh penjelasannya oleh bidang masing-masing, dan seterusnya. 2. Menjelaskan ayat-ayat al-Quran dengan cara mengumpulkan semua ayatayat yang bertalian dengan sesuatu, persoalan, lalu dihadapinyalah semua ayat itu sebagai bahan yang akan dianalisa dan dipahami artinya. Diketahuinya hubungan ayat-ayat satu sama lain hingga tampaklah dengan jelas maksud dan tujuan yang dikandung ayat-ayat itu, sehingga berhubungan dengan persoalan. Dengan demikian ia telah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, ia tidak meletakkan sesuatu ayat pada pengertian yang tidak sesuai. Cara ini memberi keleluasaan bagi seseorang untuk membahas masalah-masalah praktis yang sesuai dengan jurusan masing-masing sekolah. Tiap masalah berdiri sendiri, tidak bercampur aduk dengan lainnya, sehingga orang dapat mengetahui kandungan al-Quran dengan jelas, begitu pula mengetahui pertalian al-Quran dengan soal-soal kehidupan sehari-hari. Misalnya: proses penciptaan manusia, alam, kemasyarakatan (sosial) dan lain-lain. Kemudian ada lagi metode-metode para mufasir dalam menafsirkan alQur’an yaitu : metode maudu’i (tematik), metode tahlili (analisis), metode muqaran (perbandingan) dan metode ijmali (global). 3. Indikator Pembelajaran al-Quran Hadis Materi pembelajaran al-Quran Hadis terdiri dari membaca, menulis, mengartikan/menterjemahkan, menghapal, mencari kandungan, mengidentifikasi dan menafsirkan/menjelaskan tentang suatu ayat ayat alquran dan hadis. a. Rumusan Indikator Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dan Hadis Secara garis besar indikator pembelajaran membaca Al-Qur’an dan Hadis adalah diupayakan agar murid mampu: 193 1. Melafalkan surat-surat tertentu dalam juz ’amma dan hadis-hadis sesuai dengan makharij huruf dan ilmu tajwid secara benar. 2. Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya; 3. Membaca Al-Qur’an dan Hadis dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid. b. Rumusan Indikator Pembelajaran Menulis Al-Qur’an dan Hadis Tentu Peserta telah mengetahui bahwa merumuskan indicator dalam sebuah pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Demikian pula dalam proses pembelajaran menulis Al-Qur’an dan Hadis ini perlu dirumuskan indikatornya. Indikator yang dirumuskan ini menjadi acuan dalam melihat keberhasilan proses pembelajaran dan proses penilaian. Secara garis besar indikator pembelajaran menulis Al-Qur’an dan Hadis adalahdiupayakan agar murid mampu: 1. Menulis huruf-huruf hijaiyah secara terpisah dan tanda bacanya; 2. Menulis huruf-huruf hijaiyah secara bersambung dan tanda bacanya; 3. Menulis surat-surat juz’amma dan hadis-hadis pilihan sesuai tanda bacanya. c. Rumusan Indikator Pembelajaran Menghafal Al-Qur’an dan Hadis Dalam proses pembelajaran, merumuskan indicator pembelajaran merupakan hal yang penting. Dengan indikatoryang dirumuskan terlebih dahulu makarangkaian pelaksanaan pembelajaran akan lebih terarah. Indikator yang dibuat menjadi acuan dalam melihat keberhasilan proses pembelajaran dan proses penilaian. Demikian halnya dengan pembelajaran menghafal Al-Qur’an dan Hadis. Indikator yang dirumuskan dalampembelajaran menghafalAl-Qur’andan Hadis adalahdiupayakan agar murid mampu: 1. Menghafal huruf-huruf hijaiyah sesuai makhraj dan tanda bacanya; 2. Menghafalsurat-surat pendek tertentu dalam juz’amma sesuai dengan makhraj dan kaidah ilmu tajwid; 3. Menghafal hadis-hadis dengan tema-tema tertentu. d. Rumusan Indikator Pembelajaran Mengartikan Al-Qur’an dan 194 Hadis Secara garis besar indicator pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan Hadis adalah diupayakan agar murid mampu: 1. Mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an dengan lancar dan benar 2. Mengartikan hadis dengan lancar dan benar e. Rumusan Indikator Pembelajaran Memahami Kandungan AlQur’an dan Hadis Dalam pembelajaran memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadis. Indikator yang dirumuskan dalam pembelajaran memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadis adalah diupayakan agar murid mampu: 1. Memahami kandungan Al-Qur’an dengan baik dan benar. 2. Memahami kandungan hadis dengan baik dan benar. 195 KEIKHLASAN DALAM BERIBADAH A. Ayat dan Hadis Tentang Keikhlasan dalam Beribadah 1. QS. Al-An’am: 162-163 ِ َ ِﻳﻚ ﻟَﻪ وﺑِ َﺬﻟ ِ ﻗُﻞ إِ ﱠن ﺻﻼَِﰐ وﻧُﺴ ِﻜﻲ وَْﳏﻴﺎي وﳑََ ِﺎﰐ ﻟِﻠّ ِﻪ ر ﱢ ت َوأَﻧَﺎْ أ ﱠَو ُل ُ ﻚ أُﻣ ْﺮ َ ب اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ َ ُ َ ﴾ ﻻَ َﺷ ِﺮ١٦٢﴿ ﲔ َ ََ َ َ ُ َ َ ْ ِِ ﴾١٦٣﴿ ﲔ َ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠﻤ Artinya: “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”(QS.Al-An’am: 162-163) 1. QS.Al-Bayyinah: 5 ِ ِ ِ ِﺼ َﻼةَ وﻳـﺆﺗُﻮا اﻟﱠﺰَﻛﺎةَ و َذﻟ ِ ِِ ﻳﻦ اﻟْ َﻘﻴﱢ َﻤ ِﺔ َ َ ْ ُ َ ﻴﻤﻮا اﻟ ﱠ َ َوَﻣﺎ أُﻣ ُﺮوا إِﱠﻻ ﻟﻴَـ ْﻌﺒُ ُﺪوا اﻟﻠﱠﻪَ ﳐُْﻠﺼ ُ ﱢﻳﻦ ُﺣﻨَـ َﻔﺎء َوﻳُﻘ ُ ﻚد َ ﲔ ﻟَﻪُ اﻟﺪ ﴾٥﴿ Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurusdan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.(QS.Al-Bayyinah: 5) 2. Hadis tentang keihklasan dalam beribadah ِ إِ ﱠن اﻟّﻠﻪَ ﺗَـ َﻌ َﺎﱃ ﻻَ ﻳَـْﻨﻈُُﺮ اِ َﱃ: ﺻﻠﱠﻰ اﻟّﻠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ َ ﻗ: ﺎل َ ََﻋ ْﻦ اَِ ْﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة َر ِﺿ َﻲ اﻟّﻠﻪُ َﻋْﻨﻪُ ﻗ َ ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﻟّﻠﻪ ِ ِ (ﺻ َﻮِرُﻛ ْﻢ َوﻟَ ِﻜ ْﻦ ﻳَـْﻨﻈُُﺮ اِ َﱃ ﻗُـﻠُ ْﻮﺑِ ُﻜ ْﻢ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ ُ اَ ْﺟ َﺴﺎﻣ ُﻜ ْﻢ َوﻻَ ا َﱃ Artinya: “DariAbu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu, Tetapi ia melihat/memperhatikan niat dan keikhlasan dalam hatimu”. (HR. Muslim) B. Kandungan Makna 1. QS.Al-An’am:162-163 Adapun kandungan makna QS. Al-An’am ayat 162-163 adalah sebagai berikut: Suruhan Allah Swt. kepada setiap individu manusia(muslim/muslimah) untuk berkeyakinan bahwa shalatnya, hidupnya dan matinya adalah semata-mata untuk Allah Swt. Allah Swt. itu adalah Tuhan Yang Maha Es, tiada sekutu bagi-Nya dan pencipta, pemelihara serta pengatur alam semesta berikut segala isinya. Suruhan Allah Swt. kepada setiap individu manusia(muslim/muslimah) untuk berlaku ihklas dalam berkeyakinan(beraqidah), beribadah dan beramal. Kata (سك ُ ) ُنnusuk pada umumnya diartikan sembelihan, Tetapi yang dimaksud pada ayat ini bukan saja sembelihan Tetapi lebih luas yaitu ibadah, termasuk sholat dan sembelihan itu. Pada asalnya kata ini dipakai untuk menggambarkan sepotong perak yang dibakar agar kotoran dan bahan-bahan lain yang menyertai potongan perak itu terlepas 196 darinya sehingga yang ada tinggal perak murni. Demikian juga ibadah disebut nusuk untuk melukiskan bahwa ia seharusnya suci, murni dikerjakan penuh dengan ikhlas hanya mencari ridha Allah. Kemudian disebutkannya kata shalat sebelum kata ibadah (walaupun shalat adalah salah satu dari ibadah) hal ini mempunyai tujuan untuk menunjukkan betapa penting ibadah shalat tersebut bagi manusia. Karena shalat merupakan bentuk kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan oleh setiap orang yang mengaku sebagai muslim, apapun alasannya. Hal ini berbeda dengan kewajiban-kewajiban lainnya. Pada ayat berikutnya (163), Allah masih menyuruh Nabi untuk menegaskan bahwa tiada sekutu bagi Allah sebagai manifestasi tauhid. Hal ini menjadi dasar diperintahkannya beliau menjadi utusan Allah. Atas perintah ini, nabi Muhammad pun diminta menyatakan, “Aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)”. Dalam pengertian, beliau adalah orang yang paling sempurna kepatuhan dan penyerahan dirinya kepada Allah. 2. QS.Al-Bayyinah: 5 Adapun kandungan makna QS.Al-Bayyinah ayat 5 adalah sebagai berikut: Perintah untuk menyembah hanya kepada Allah Swt. dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah Swt. Perintah untuk memurnikan agama Allah dari ajaran-ajaran kemusyrikan. Perintah untuk mendirikan shalat dan zakat. Menyembah kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan adalah agama yang benar dan lurus. Surat ini turun sebagai bentuk penegasan kembali atas tindakan Ahl al-kitab (Yahudi dan Nasrani) yang melampaui batas. Misalnya, umat Nasrani telah menjadikan Nabi Isa sebagai Tuhan, sementara itu kaum Yahudi menghinakannya. Melalui ayat ini Allah mengingatkan kembali kepada mereka agar kembali kepada agama yang lurus (din al-qayimah). Agama yang lurus ini bercirikan tiga hal, yaitu adanya ketundukan dan kepatuhan hanya kepada Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Ketundukan dan kepatuhan secara murni menjadi kunci terbentuknya sikap lurus dan senantiasa condong kepada kebajikan. Sebaliknya, ketundukan dan kepatuhan yang tidak murni (syirik) menjadi akar penyimpangan dan kecondongan kuat untuk berbuat yang berlawanan dengan nilai-nilai kebajikan. Ada dua kata kunci dalam ayat ini untuk mencapai ketundukan dan kepatuhan secara murni kepada Allah, yaitu kata mukhlisin dan hunafa’. 197 Kata ( )مخلصينmukhlishin adalah berbentuk isim fa’il berasal dari kata ))خلص khalusha yang artinya murni setelah sebelumnya diliputi kekeruhan. Dari sini ikhlas merupakan usaha memurnikan dan menyucikan hati sehingga benar-benar tertuju kepada Allah semata, sedang sebelum keberhasilan itu hati masih biasanya diliputi atau dihinggapi oleh hal-hal selain Allah, seperti pamrih dan yang semacamnya. Kata ( )حنفاءhunafa’ adalah berbentuk jamak dari kata mufrod ( )حنيفhanif yang biasa diartikan lurus atau cenderung kepada sesuatu(kebajikan). Agama Islam disebut juga sebagai agama hanif karena posisinya yang lurus (berada di tengah-tengah). Artinya, tidak cenderung pada materialisme dan mengabaikan yang spiritual atau sebaliknya. Penyebutan shalat dan zakat secara khusus mempunyai arti akan pentingnya menjalin hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia. 3. Hadis Dalam hadis di atas rasulullah menjelaskan bahwa setiap kita dalam berbuat, melakukan sesuatu atau beribadah akan dilihat oleh Allah dari niat ikhlas kita dalam melakukannya. Allah tidak melihat penampilan kita, dalam arti rupa dan bentuk badan/jasad kita, melainkan Allah akan melihat dan memperhatikan sejauh mana tingkat keikhlasan kita dalam melakukan sesuatu atau beribadah kepada-nya. Niat dan ikhlas dalam beramal/beribadah dalam Islam merupakan pilar utama dalam ibadah bahkan menjadi ruhnya ibadah. Hal tersebut disebabkan karena amal seorang mukmin baru akan bernilai ibadah yang diterima oleh Allah jika memenuhi dua syarat : niat ikhlash (karena Allah) dan benar (sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw). Para ulama meyakini bahwa niat ikhlas (amal batin) lebih utama dari amal lahir (perbuatan), meskipun kedua-duanya mutlaq diperlukan adanya. Niat artinya bermaksud, berkeinginan, atau bertekad. Ia merupakan amalan batin atau hati, yang karenanya tidak harus dilafadzkan. Sementara ikhlas artinya menjadikan Allah sebagai niat utama, tujuan utama, atau sebab utama dalam melakukan suatu amal. C. Cara Menampilkan Sikap Ikhlas Beribadah dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Buruk sangka terhadap diri sendiri dan tidak berbangga dengan keberhasilan. Allah berfirman: ”Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” 198 Maksudnya, karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab, maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang mereka berikan dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan. 2. Tidak adanya perubahan sikap, ketika dipuji maupun dicela atas amal yang telah ia lakukan, karena ia memang hanya mengharapkan ridha Allah semata, dan karenanya tidak pernah mengharapkan pujian seseorang atau takut akan celaannya. Seorang yang diberi taufik oleh Allah ta’ala tidaklah terpengaruh oleh pujian manusia apabila mereka memujinya atas kebaikan yang telah dilakukannya. Apabila dia mengerjakan ketaatan, maka pujian yang dilontarkan oleh manusia hanya akan menambah ketawadhu’an dan rasa takut kepada Allah. Dia yakin bahwa pujian manusia kepada dirinya merupakan fitnah baginya, sehingga dia pun berdo’a kepada Allah ta’ala agar menyelamatkan dirinya dari fitnah tersebut. Dia tahu bahwa hanya Allah semata, yang pujian-Nya bermanfaat dan celaan-Nya semata yang mampu memudharatkan hamba. 3. Lebih senang untuk menyembunyikan amal baiknya, karena takut riya’. Namun tidak kemudian karena takut riya’ lalu justru meninggalkan suatu amalan kebaikan. Sebab barangsiapa berbuat demikian maka ia secara tidak sadar sebenarnya tidak ikhlas juga. Amal yang tersembunyi dengan syarat memang amal tersebut patut disembunyikan, lebih layak diterima di sisi-Nya dan hal tersebut merupakan indikasi kuat bahwa amal tersebut dikerjakan dengan ikhlas. Seorang mukhlis yang jujur senang menyembunyikan berbagai kebaikannya sebagaimana dia suka apabila keburukannya tidak terkuak. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah ta’ala dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. mereka adalah seorang pemimpin yang adil; seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah; seorang pria yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah di atas kecintaan kepada-Nya; seorang pria yang diajak (berbuat tidak senonoh) oleh seorang wanita yang cantik, namun pria tersebut mengatakan, “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”; seorang pria yang bersedekah kemudian dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu aa yang telah disedekahkan oleh tangan kanannya; seorang pria yang mengingat Allah dalam keadaan sunyi dan air matanya berlinang.” (Muttafaqun ‘alaihi). 4. Melihat Amal Orang Shalih yang Berada di Atas Kita Janganlah anda memperhatikan amalan orang yang sezaman denganmu, yaitu orang berada di bawahmu dalam hal berbuat kebaikan. Perhatikan dan jadikanlah para nabi dan orang shalih terdahulu sebagai panutan anda. Allah ta’ala berfirman,ُ ِ أُوﻟَﺌِ ﱠ ِِ ِ ِ ِ ِ ﲔ َ َ َﺟًﺮا إِ ْن ُﻫ َﻮ إِﻻ ذ ْﻛَﺮى ﻟ ْﻠ َﻌﺎﻟَﻤ ْ َﺳﺄَﻟُ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَْﻴﻪ أ ْ ﻳﻦ َﻫ َﺪى اﻟﻠﱠﻪُ ﻓَﺒِ ُﻬ َﺪ ُاﻫ ُﻢ اﻗْـﺘَﺪﻩ ﻗُ ْﻞ ﻻ أ َ ﻚ اﻟﺬ 199 Artinya “Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran). AlQuran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh umat.” (QS. Al-An’am/6: 90). 5. Menganggap Remeh Amal Penyakit yang sering melanda hamba adalah ridha (puas) dengan dirinya. Setiap orang yang memandang dirinya sendiri dengan pandangan ridha, maka hal itu akan membinasakannya. Setiap orang yang ujub akan amal yang telah dikerjakannya, maka keikhlasan sangat sedikit menyertai amalannya, atau bahkan tidak ada sama sekali keikhlasan dalam amalnya, dan bisa jadi amal shalih yang telah dikerjakan tidak bernila 200 DEMOKRASI A. Mengartikan QS. Ali Imraan/3: 159 dan QS. Asy-Syuura/42: 38 1. QS. Ali Imraan/3 : 159 َﳍُ ْﻢ ِ ِِ ِ ﻆ اﻟْ َﻘ ْﻠ اﺳﺘَـ ْﻐ ِﻔ ْﺮ ﺐ ﻻﻧْـ َﻔ ﱡ َ ﺖ ﻓَﻈًّﺎ َﻏﻠِﻴ َ ﻀﻮا ِﻣ ْﻦ َﺣ ْﻮﻟ ْ َﻚ ﻓ ُ ﺎﻋ َ ﺖ َﳍُ ْﻢ َوﻟَ ْﻮ ُﻛْﻨ َ اﻟﻠﱠﻪ ﻟْﻨ ْ ﻒ َﻋْﻨـ ُﻬ ْﻢ َو ِ (١٥٩) ﲔ ﺖ ﻓَـﺘَـ َﻮﱠﻛ ْﻞ َﻋﻠَﻰ اﻟﻠﱠ ِﻪ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ُِﳛ ﱡ َ ﺐ اﻟْ ُﻤﺘَـ َﻮﱢﻛﻠ َ اﻷﻣ ِﺮ ﻓَِﺈ َذا َﻋَﺰْﻣ ْ ﻓَﺒِ َﻤﺎ َر ْﲪٍَﺔ ِﻣ َﻦ َو َﺷﺎ ِوْرُﻫ ْﻢ ِﰲ Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran/3: 159) 2. QS. Asy-Syuura/42: 38 ِ ِﱠ (٣٨) ﺎﻫ ْﻢ ﻳـُْﻨ ِﻔ ُﻘﻮ َن اﺳﺘَ َﺠﺎﺑُﻮا ﻟَِﺮﱢِ ْﻢ َوأَﻗَ ُﺎﻣﻮا اﻟ ﱠ ُ َﺼﻼ َة َوأ َْﻣ ُﺮُﻫ ْﻢ ُﺷ َﻮرى ﺑَـْﻴـﻨَـ ُﻬ ْﻢ َوﳑﱠﺎ َرَزﻗْـﻨ ْ ﻳﻦ َ َواﻟﺬ Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-Syura/42: 38) B. Menjelaskan Kandungan Qs. Ali Imraan/2 : 159 Dan Qs. Asy-Syuura : 38 Dari QS. Ali Imraan/3: 159 Dan QS. Asy-Syuura/42: 38 ada beberapa isi kandungan atau ajaran yang termuat dan tercantum di dalamnya yang dapat kita ambil, antara lain: 1. QS. Ali Imraan/3: 159 a. alam menghadapi semua masalah harus dengan lemah lembut melalui jalur musyawarah untuk mufakat, tidak boleh dengan hati yang kasar dan perilaku kekerasan. b. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap urusan. c. Apabila telah dicapai suatu kesepakatan, maka semua pihak harus menerima dan bertawakal (menyerahkan diri dan segala urusan) kepada Allah. d. Allah mencintai hamba-hambanya yang bertawakkal. 2. QS. Asy-Syuura/42: 38 a. Perintah kepada setiap muslim untuk bertakwa kepada Allah. b. Perintah Allah kepada setiap muslim untuk mendirikan Shalat. c. Menggunakan jalur musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap perkara. d. Menafkahkan sebagian rizki kita kepada orang-orang yang tidak mampu. 201 C. Menerapkan Perilaku Hidup Demokrasi Adapun hal-hal yang dapat kita amalkan dalm kehidupan sehari-hari setelah mempelajari QS. Ali Imraan/3: 159 Dan QS. Asy-Syuura/42: 38 adalah sebagai berikut: 1. QS. Ali Imraan/3: 159 a. Tidak boleh berkeras hati dan bertindak kasar dalam menyelesaikan suatu permasalahan, Tetapi dengan hati yang lemah lembut. b. Setiap muslim harus berlapang dada, berperilaku lemah lembut, pemaaf dan memohonkan ampun kepada Allah. c. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap persoalan. d. Apabila telah tercapai mufakat, maka setiap individu harus menerima dan melaksanakan keputusan musyawarah. e. Selalu berserah diri kepada Allah sehingga tercapai keseimbangan antara ikhtiyar dan berdo’a. 2. QS. Asy-Syuura/42: 38 a. Setiap hari kita harus selalu berusaha semaksimal mungkin untuk senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. b. Sebagai seorang muslim kita harus menjalankan Shalat wajib sesuai ketentuan syari’at Islam dengan tertib. c. Kita senantiasa mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi. d. Kita juga harus menyisihkan sebagian harta kita bagi orang-orang yang tidak mampu. 202 TOLERANSI DAN ETIKA PERGAULAN A. QS. Al Kafirun/109 : 1-6 1. Redaksi Ayat ﴾ َوَﻻ أَﻧَﺎ َﻋﺎﺑِ ٌﺪ ﱠﻣﺎ٣﴿ ﴾ َوَﻻ أَﻧﺘُ ْﻢ َﻋﺎﺑِ ُﺪو َن َﻣﺎ أ َْﻋﺒُ ُﺪ٢﴿ ﴾ َﻻ أ َْﻋﺒُ ُﺪ َﻣﺎ ﺗَـ ْﻌﺒُ ُﺪو َن١﴿ ﻗُ ْﻞ ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟْ َﻜﺎﻓُِﺮو َن ِ ِ ِ ﴾٦﴿ﱄ ِدﻳ ِﻦ َْﻋﺒَ ﱡ َ ﴾ ﻟَ ُﻜ ْﻢ دﻳﻨُ ُﻜ ْﻢ َو٥﴿ ﴾ َوَﻻ أَﻧﺘُ ْﻢ َﻋﺎﺑ ُﺪو َن َﻣﺎ أ َْﻋﺒُ ُﺪ٤﴿ ﺪﰎ Artinya: 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." 2. Makna Mufrodat Kata ( )قـلqul/katakanlah, dicantumkan pada awal ayat di atas -walau jika Anda mendiktekan sesuatu kepada orang lain agar dia mengucapkan sesuatu, Anda tidak harus mengulangi kata "katakanlah", hal ini untuk menunjukkan bahwa Rasul saw. tidak mengurangi sedikit pun dari wahyu yang beliau terima, walaupun dari segi lahiriah kelihatannya kata itu tidak berfungsi. Kata ( )الكـافرونal-kâfirûn terambil dari kata ( )كفـرkafara yang pada mulanya berarti menutup. Al-Qur'an menggunakan kata tersebut untuk berbagai makna yang masing-masing dapat dipahami sesuai dengan kalimat dan konteksnya. Kata ini dapat berarti : a. Yang mengingkari keesaan Allah dan kerasulan Nabi SAW., seperti pada QS. Saba'/34: 3. b. Yang tidak mensyukuri nikmat Allah, seperti pada QS. Ibrâhim/14: 7. c. Tidak mengamalkan tuntunan Ilahi walau mempercayainya, seperti QS. alBaqarah/2: 85. Masih ada arti lain dari kata kufur, namun dapat disimpulkan bahwa secara umum kata itu menunjuk kepada sekian banyak sikap yang bertentangan dengan tujuan kehadiran/tuntunan agama. Kata ( )أعبـدa'budu berbentuk kata kerja masa kini dan datang (mudhari'), yang mengandung arti dilakukannya pekerjaan dimaksud pada saat ini, atau masa yang akan datang atau secara terus-menerus. Dengan demikian Nabi Muhammad saw. diperintahkan untuk menyatakan bahwa : Aku sekarang dan di masa datang bahkan sepanjang masa tidak akan menyembah, tunduk atau taat kepada apa yang sedang kamu sembah wahai kaum musyrikin. Kata ()دينdin dapat berarti agama, atau balasan, atau kepatuhan. Sementara ulama memahami kata tersebut di sini dalam arti balasan. Antara lain dengan 203 alasan bahwa kaum musyrikin Mekah tidak memiliki agama. Mereka memahami ayat di atas dalam arti masing-masing kelompok akan menerima balasan yang sesuai. Bagi mereka ada balasannya, dan bagi Nabi pun demikian. 3. Asbabun Nuzul Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi SAW. dengan menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota Mekkah. Dan akan dikawinkan kepada yang beliau kehendaki. Usaha ini disampaikan dengan berkata: "Inilah yang kami sedikan bagimu hai Muhammad, dengan syarat agar engkau jangan memakimaki Tuhan kami dan menjelekkannya, atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Nabi SAW. menjawab : "Aku akan menunggu wahyu dari Tuhanku." Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Al Walid bin Mughirah, Al'Ashi bin Wail, Al Aswad bin Al Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah SAW. dan berkata : "Hai Muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah yang memimpin kami." Maka Allah menurukan ayat ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Sa'id bin Mina. 4. Analisis Kandungan Ayat Pada surah ini beliau diajar untuk berucap kepada para pembencinya itu bahwa : Katakanlah hai Nabi Muhammad kepada tokoh-tokoh kaum musyrikin yang telah mendarah daging kekufuran dalam jiwa mereka bahwa : "Wahai orang-orang kafir yang menolak keesaan Allah dan mengingkari kerasulanku, aku sekarang hingga masa datang tidak akan menyembah apa yang sedang kamu sembab. Pencantuman kata qul tidak mengandung makna. Hemat penulis, ada ajaran-ajaran Islam yang tidak harus Anda kumandangan keluar. Anda tidak harus berteriak sekuat tenaga untuk mempermaklumkan bahwa Inna ad-dîna 'inda Allah al-Islâm (QS. A1i Imran/3: 19) yakni hanya agama Islam yang diterima Allah, karena memproklamirkan hal ini dapat mengandung makna mempersalahkan agamaagama lain. Cukup Anda yakini hal tersehut di dalam jiwa Anda (perhatikan ayat Ali 'Imran di atas tidak menggunakan kata qul). Tetapi ada juga ajaran-ajaran yang harus Anda sampaikan secara gamblang dan nyata apalagi bila persoalan tersebut 204 dapat mengaburkan. Masalah-masalah semacam itulah antara lain yang dibarengi dengan kata qul, seperti pada ayat pertama surah ini. Di sisi lain dapat dikatakan bahwa Islam memperkenalkan dua macam ajaran. Pertama nazhari (teoritis) -meminjam istilah Mahmud Syaltût, dan kedua 'amali (praktis). Yang nazhari atau teoritis berkaitan dengan benak dan jiwa sehingga ajaran ini harus dipahami sekaligus diyakini. Ini menjadikan sisi ajaran tersebut bersifat ke dalant bukan keluar. Apabila sumber dan interpretasi ajaran ini dipastikan kebenarannya maka ia dinamai aqidah, yakni sesuatu yang pasti tidak mengandung interpretasi lain. Sedang yang 'amali adalah yang berkaitan dengan pengamalan dalam dunia nyata, inilah yang dinamai Syari'ah. Ajaran yang pasti setelah diyakini sebagai kebenaran mutlak, tidak harus dinyatakan keluar kecuali bila ada hal-hal yang mengundang kehadirannya keluar. Di sini antara lain peranan kata qul (katakanlah) dalam berbagai ayat-ayat AlQur’an. 332 kali kata itu terulang dalam Al-Qur’an dan secara umum dapat dikatakan bahwa kesemuanya berkaitan dengan persoalan yang hendaknya menjadi jelas dan nyata bagi pihak-pihak yang bersangkutan agar mereka dapat menyesuaikan sikap rnereka dengan sikap umat Islam. Yang dimaksud dengan orang-orang kafir pada ayat pertama surah ini adalah tokoh-tokoh kaum kafir yang tidak mempercayai keesaan Allah serta tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw. Sementara ulama merumuskan bahwa semua kata kufur dalam berbagai bentuknya yang terdapat dalam ayat-ayat yang turun sebelum Nabi saw. berhijrah, kesemuanya bermakna orang-orang musyrik atau sikap-sikap mereka yang tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad atau meninggalkan ajaranajaran pokok Islam. Setelah ayat yang lalu memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk menyatakan bahwa beliau tidak mungkin untuk masa kini dan datang menyembah sembahan kaum musyrikin, ayat di atas melanjutkan bahwa : Dan tidak juga kamu wahai tokbh-tokoh kaum musyrikin akan menjadi penyembah-penyembah apa yang sedang aku sembah. Jika demikian, ayat ketiga ini mengisyaratkan bahwa mereka itu tidak akan mengabdi atau pun taat kepada Allah, Tuhan yang sekarang dan di masa datang disembah oleh Rasulullah saw. Pernyataan ayat ini tidak bertentangan dengan kenyataan sejarah yaitu berduyun-duyunnya penduduk Mekah yang tadinya kafir itu memeluk agama Islam dan menyembah apa yang disembah oleh Rasulullah SAW. Karena seperti telah dikemukakan di atas, ayat ini ditujukan kepada tokoh-tokoh 205 kafir Mekkah yang ketika itu datang kepada Rasulullah SAW. menawarkan kompromi, dan yang dalam kenyataan sejarah tidak memeluk agama Islam bahkan sebagian dari mereka mati terbunuh karena kekafirannya. Kandungan ayat-ayat di atas sama dengan kandungan firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka apakah engkau beri peringatan mereka atau tidak, mereka tidak akan beriman." (QS. al-Baqarah/2: 6). Yang dimaksud dengan orang-orang kafir pada ayat al-Baqarah itu adalah orangorang kafir tertentu yang bermukim di Mekah atau Madinah, bukan semua orang kafir. Karena jika ayat tersebut dipahami sebagai tertuju kepada semua orang kafir, tentu Nabi tidak akan memberi peringatan lagi karena ayat di atas menginformasikan bahwa mengingatkan atau tidak, hasilnya sama saja yaitu mereka tidak beriman. Kenyataan menunjukkan bahwa setelah turunnya ayat tersebut Rasul masih saja melakukan peringatan dan ternyata pula bahwa sebagian besar dari orang-orang kafir pada akhirnya percaya dan memeluk ajaran Islam. Ayat 1-3 di atas berpesan kepada Nabi Muhammad saw. untuk menolak secara tegas usul kaum musyrikin. Bahkan lebih dari itu, ayat-ayat tersebut bukan saja menolak usul yang mereka ajukan sekarang Tetapi juga menegaskan bahwa tidak mungkin ada titik temu antara Nabi Saw. dengan tokoh-tokoh tersebut, karena kekufuran sudah demikian mantap dan mendarah daging dalam jiwa mereka. Kekeraskepalaan mereka telah mencapai puncaknya sehingga tidak ada sedikit harapan atau kemungkinan, baik masa kini maupun masa datang untuk bekerja sama dengan mereka. Setelah ayat yang lalu menegaskan bahwa tokoh-tokoh kafir itu tidak akan menyembah di masa datang apa yang sedang disembah oleh Nabi Saw., ayat di atas melanjutkan bahwa: Dan tidak juga aku akan menjadi penyembah di masa datang dengan cara yang selama ini kamu telah sembah, yakni aneka macam berhala. Dan tidak juga kamu wahai tokoh-tokoh kaum musyrikin akan menjadi penyembah penyembah dengan cara yang aku sembah. Sementara mufassir berpendapat bahwa kandungan ayat 4 surah ini, tidak berbeda dengan kandungan ayat 2, demikian juga kandungan ayat 5 sama dengan kandungan ayat 3. Pendapat ini kurang tepat karena tanpa kesulitan Anda akan dapat melihat perbedaan redaksi ayat 2 dan ayat 4. Dalam rangka memahami perbedaan itu, kita harus mengarahkan pandangan kepada kata 'abadtum (dalam bentuk kata kerja masa lampau) yang digunakan oleh ayat 4 dan kata ( )تعبـدونta'budûn yang berbentuk kata kerja masa kini dan akan datang yang digunakan oleh ayat 2. 206 Lebih jauh bila Anda memperhatikan ayat 3 dan 5 yang keduanya berbicara tentang apa yang disembah atau ditaati oleh penerima wahyu ini (Nabi Muhammad saw.), Anda temukan bahwa redaksinya sama, yakni kedua ayat itu menggunakan kata ( )أعبدa'budu dalam bentuk kata kerja masa kini dan datang. Kesan pertama yang diperoleh berkaitan dengan perbedaan tersebut adalah bahwa bagi Nabi saw., ada konsistensi dalam objek pengabdian dan ketaatan, dalam arti yang beliau sembah tidak berubah-ubah. Berbeda halnya dengan orangorang kafir itu, rupanya apa yang mereka sembah hari ini dan esok berbeda, dengan apa yang mereka sembah kemarin. Nah, di sini letak perbedaan antara ayat-ayat tersebut. Ayat 2 dan 4 bermaksud menegaskan bahwa Nabi saw. tidak mungkin akan menyembah ataupun -taat kepada sembahan-sembahan mereka baik yang mereka sembah hari ini dan besok, maupun yang pernah mereka sembah kemarin. Memang sejarah menceritakan bahwa kaum musyrikin sering kali mengubah sembahan-sembahan mereka. Abu Raja' al-`Atharidi, seorang yang hidup pada masa Jahiliah dan baru memeluk agama Islam setelah Nabi wafat menceritakan bahwa: "Pada masa Jahiliah, bila kami menemukan batu yang indah kami menyembahnya, dan bila tidak, kami membuat bukit kecil dari pasir, kernudian kami bawa unta yang sedang banyak susunya dan kami peras susu itu di atas bukit (buatan tadi), lali kami sembah (bukit itu) selama kami berada di tempat itu." (HR. ad-Dârimi). Ada lagi yang mengumpulkan empat buah batu, kemudian memilih yang terbaik untuk disembah, dan tiga sisanya mereka jadikan tumpu untuk periuknya. Jika demikian, wajar jika Nabi saw. diperintahkan untuk menyatakan bahwa tidak sembahan yang mereka sembah hari ini, tidak yang kemarin dan tidak juga yang besok, yang bisa ditaati oleh pemeluk agama Islam. Karena sembahan kami sejak semula hingga zaman yang tak terbatas adalah Allah Swt. Demikian perbedaan kandungan ayat 2-3 dengan kandungan ayat 4-5, yang secara sepintas diduga sama. Adapun perbedaan ayat ketiga dan kelima yang redaksinya persis sama. Keduanya berbunyi: ( )وال أنـتم عابـدون مـا أعبـدwa lâ antum 'abidûna ma a'bud, maka sementara ulama membedakannya dengan memberi arti yang berbeda terhadap kata ( )ماmâ pada masing-masing ayat. Huruf ( )مـاmâ, antara lain berarti apa yang, dan ketika itu dalam istilah kebahasaan ia dinamai ( )مــا موصــولةma maushûlah, dan bisa juga berfungsi 207 mengubah kata yang menyertainya sehingga kata tersebut menjadi kata jadian, dan ketika itu ia dinamai ( )ما مصدريّةmâ mashdariyyah. Menurut mereka, ( )مـاmâ pada ayat ketiga (demikian juga pada ayat kedua) berarti Apa yang, sehingga ( )وال أنـتم عابـدون مـا أعبـدwa lâ untum 'abidûna mâ a'bud berarti kamu tidak akan rnenjadi penyembah apa yang sedang dan akan saya sembah. Sedangkan ( )مـاmâ pada ayat kelima (demikian pula keempat) adalah mashdariyyah, sehingga kedua ayat ini berbicara tentang cara beribadat: "Aku tidak pernah menjadi penyembah dengan (cara) penyembahan kamu, kamu sekalian pun tidak akan menjadi penyembah-penyembah dengan cara penyembahanku." Memang, ada tuntunan-tuntunan agama, yang pada mulanya bersumber dari ajaran Ibrahim as., yang diamalkan oleh Nabi saw. dan diamalkan pula oleh orang musyrik di Mekah, Tetapi dengan melakukan perubahan dalam tata cara pelaksanaannya, salah satu di antaranya adalah pelaksanaan ibadah haji. Orang-orang kafir melaksanakan haji, Tetapi sebagian di antara mereka ada yang enggan mengenakan pakaian, ada juga yang enggan berkumpul di padang Arafah, Tetapi menyendiri di Muzdalifah. Kelompok mereka dikenal dengan nama al- Hummâs. Itu salah satu contoh perbedaan cara ibadah, walaupun namanya bagi kita dan mereka adalah haji. Cara kaum muslimin menyembah adalah berdasarkan petunjuk Ilahi, sedang cara mereka adalah berdasarkan hawa nafsu mereka. Demikianlah terlihat dengan jelas bahwa tidak ada pengulangan dalam ayat-ayat di atas. Setelah menegaskan tidak mungkinnya bertemu dalam keyakinan ajaran Islam dan kepercayaan Nabi Muhammad saw. dengan kepercayaan kaum yang mempersekutukan Allah, ayat di atas menetapkan cara pertemuan dalam kehidupan bermasyarakat yakni: Bagi kamu secara khusus agama kamu. Agama itu tidak menyentuhku sedikit pun, kamu bebas untuk mengamalkannya sesuai kepercayaan kamu dan bagiku juga secara khusus agamaku, aku pun mestinya memperoleh kebebasan untuk melaksanakannya, dan kamu tidak akan disentuh sedikit pun olehnya. Didahulukannya kata ( )لكمlakum dan ( )ليliya berfungsi menggambarkan kekhususan, karena itu pula masing-masing agama biarlah berdiri sendiri dan tidak perlu dicampurbaurkan. Tidak perlu mengajak kami untuk menyembah sembahan kalian setahun agar kalian menyembah pula Allah. Kalau ( )دينdîn diartikan agama, maka ayat ini tidak berarti bahwa Nabi diperintahkan mengakui kebenaran anutan mereka. Ayat ini hanya mempersilahkan mereka menganut apa yang mereka yakini. 208 Apabila mereka telah mengetahui tentang ajaran agama yang benar dan mereka menolaknya serta bersikeras menganut ajaran mereka, silahkan, karena memang seperti firman Allah Swt.: "Tidak ada paksaan dalam memeluk agama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat" (QS. AlBaqarah/2: 256). Kelak di hari kemudian masing-masing mempertanggung jawabkan pilihannya. Baik atau buruk balasan itu, diserahkan kepada Tuhan. Firman-Nya : "Kamu tidak diminta mempertanggungjawabkan dosa-dosa kami, kamipun tidak diminta mempertanggungjawabkan perbuatan -perbuatan kalian." (QS. Saba'/ 34: 25). Ayat 6 di atas, merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik, bagi kamu agama kamu dan bagiku agamaku. Sehingga dengan demikian masing-masing pihak dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik, tanpa memutlakkan pendapat kepada orang lain Tetapi sekaligus tanpa mengabaikan keyakinan masing-masing. Demikian terlihat bahwa absolusitas ajaran agama adalah sikap jiwa ke dalam, tidak menuntut pernyataan atau kenyataan di luar bagi yang tidak meyakininya. Ketika kaum musyrikin bersikeras menolak ajaran Islam, maka demi kemaslahatan bersama, Tuhan memerintahkan Nabi Muhammad saw. menyampaikan bahwa "Sesungguhnya k.ami atau kamu yang berada dalam kebenaran, atau dalam kesesatan yang nyata. Katakanlah: Kamu tidak akan diminta mempertanggungjawabkan pelanggaranpelanggaran kami dan kami pun tidak akan diminta mempertanggungjawabkan perbuatanperbuatan kamu. Katakanlah: "Tuhan kita akan menghimpun kita semua, kemudian Dia memberi keputusan di antara kita dengan benar, sesungguhnya Dia Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui" (QS. Saba'/34 : 24-26). 5. Hikmah Kandungan Ayat a. Islam menuntut tiap pemeluknya untuk menghormati keyakinan yang dianut oleh pemeluk non Islam. Hal ini terjadi karena Al-Qur'an mengajarkan kebebasan atau tiadanya paksaan atas manusia untuk memeluk salah satu agama. b. Pada masalah penyembahan dan pengabdian yang tulus terhadap Tuhan (Allah Swt.) maka tiap muslim tidak boleh, bahkan sangat dilarang (haram) untuk saling menukar sesembahan, kapan dan dimanapun atau dengan siapa tukarmenukar itu terjadi. c. Masing-masing penganut keyakinan keagamaan termasuk muslim, akan menerima balasan dari usaha pengabdiannya terhadap Allah Swt. dan pada masing-masing perilakunya. tidak dibebani tanggung jawab, menyangkut sikap dan 209 B. QS. Yunus/10: 40-41 1. Redaksi Ayat ِِ ِ ﻮك ﻓَـ ُﻘﻞ ﱢﱄ َ ُ﴾ َوإِن َﻛ ﱠﺬﺑ٤٠﴿ ﻳﻦ َ َوِﻣْﻨـ ُﻬﻢ ﱠﻣﻦ ﻳـُ ْﺆِﻣ ُﻦ ﺑِِﻪ َوِﻣْﻨـ ُﻬﻢ ﱠﻣﻦ ﱠﻻ ﻳـُ ْﺆِﻣ ُﻦ ﺑِِﻪ ۚ◌ َوَرﺑﱡ َ ﻚ أ َْﻋﻠَ ُﻢ ﺑﺎﻟْ ُﻤ ْﻔﺴﺪ ﴾٤١﴿ َﻋ َﻤﻠِﻲ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻋ َﻤﻠُ ُﻜ ْﻢ ۖ◌ أَﻧﺘُﻢ ﺑَِﺮﻳﺌُﻮ َن ِﳑﱠﺎ أ َْﻋ َﻤ ُﻞ َوأَﻧَﺎ ﺑَِﺮيءٌ ﱢﳑﱠﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن Artinya 40. di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al-Qur’an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. 41. jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". 2. Makna Mufrodat Kata (')عملamal, (pekerjaan) digunakan oleh Al-Qur’an untuk menggambarkan perbuatan yang disadari oleh manusia dan jin. Kata ( )فسدadalah keluarnya sesuatu dari keseimbangan, baik sedikit maupun banyak. Kata ini digunakan menunjuk apa saja, baik jasmani, jiwa maupun hal-hal lain. Ia juga diartikan sebagai antonim dari ash-shalih yang berarti manfaat atau berguna. 3. Analisis Kandungan Ayat Ayat di atas berbicara tentang keengganan dan bahkan menolak kebenaran AlQur’an. Terutama yang dilakukan oleh mereka yang musyrik, walau sebenarnya ada di antara kaum musyrikin yang percaya dalam hati kecil mereka kebenaran AlQur’an dan kebenaran Nabi Muhammad Saw. Tetapi akibat kejahilanya dan sikap prasangka buruk yang berlebihan mereka enggan menerima kebenaran melalui risalah Muhammad Saw., ِ ِ ۚ ﴾٣٦﴿ ﻴﻢ ِﲟَﺎ ﻳَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن ْ َوَﻣﺎ ﻳَـﺘﱠﺒِ ُﻊ أَ ْﻛﺜَـ ُﺮُﻫ ْﻢ إِﱠﻻ ﻇَﻨًّﺎ ۚ◌ إِ ﱠن اﻟﻈﱠ ﱠﻦ َﻻ ﻳـُ ْﻐ ِﲏ ِﻣ َﻦ ٌ اﳊَ ﱢﻖ َﺷْﻴﺌًﺎ ◌ إ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪَ َﻋﻠ Artinya:“ dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (QS. Yunus/10: 36) Penolakan mereka terhadap Al-Qur’an dan tuntunan-tuntunannya bukanlah atas dasar pemahaman yang kokoh atau setelah mempelajarinya dengan sungguhsungguh. Ini menggambarkan juga bahwa penolakan itu bertingkat-tingkat, bahkan boleh jadi ada di antara mereka yang menolaknya karena ikut-ikutan saja atau bahkan ada yang menolaknya padahal hati kecil mereka membenarkan kandungan atau 210 keistimewaannya. Dari sini, ayat ini menegaskan bahwa di antara mereka, yakni kaum musyrikin itu ada orang-orang yang percaya kepadanya Tetapi menolak kebenaran Al-Qur’an karena keras kepala dan demi mempertahankan kedudukan sosial mereka dan di antara mereka ada juga yang memang benar-benar serta lahir dan batin tidak percaya kepadanya serta enggan memperhatikannya karena hati mereka telah terkunci. Tuhanmu Pemelihara dan Pembimbingmu, wahai Muhammad, lebih mengetahui tentang para perusak yang telah mendarah daging dalam jiwanya kebejatan yang sedikit pun tidak menerima kebenaran tuntunan Ilahi. Nah, bila demikian, jika mereka menyambut baik ajakanmu, maka katakanlah bahwa Allah Swt., yang memberi petunjuk kepada kamu dan akan memberi ganjaran kepada kamu dan juga kepadaku, dan jika mereka sejak dahulu telah mendustakanmu dan berlanjut kedustaan itu hingga kini dan masa datang, maka katakanlah kepada mereka, "Bagiku pekerjaanku dan bagi kamu pekerjaan kamu, yakni biarlah kita berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah serta diberi balasan dan ganjaran yang sesuai. Kamu berlepas diri dari apa yang aku kerjakan, baik pekerjaanku sekarang maupun masa datang, sehingga kamu tidak perlu mempertanggung-jawabkannya dan tidak juga menambah dosa kamu, dan aku pun berlepas diri dari apa yang kamu kerjakan baik yang kamu kerjakan sekarang, maupun masa datang dan tidak juga akan memperoleh ganjaran atau dosa, jika kamu memperolehnya." َﺟَﺮْﻣﻨَﺎ َوَﻻ ﻧُ ْﺴﺄ َُل َﻋ ﱠﻤﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮن ْ ﻗُ ْﻞ َﻻ ﺗُ ْﺴﺄَﻟُﻮ َن َﻋ ﱠﻤﺎ أ Artinya “ Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang Kami perbuat dan Kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat". (QS. Saba/34: 25). Islam adalah agama universal yang ajarannya ditujukan bagi umat manusia secara keseluruhan. Inti ajarannya selain memerintahkan penegakan keadilan dan eliminasi kezaliman, juga meletakan pilar-pilar perdamaian yang diiringi dengan himbauan kepada umat manusia agar hidup dalam suasana persaudaraan dan toleransi tanpa memandang perbedaan ras, suku, bangsa dan agama, karena manusia pada awalnya berasal dari asal yang sama. a. Tipologi Orang Kafir Dalam Al-Qur’an Prinsip hubungan muslim dengan orang lain dijelaskan Allah Swt., dalam Al-Qur’an dan melalui utusanNya Nabi Muhammad Saw., dimana harus terjalin atas dasar nilai persamaan, toleransi, keadilan, kemerdekaan, dan persaudaraan kemanusiaan (al-ikhwah al-insaniyah). Nilai-nilai Qur’ani inilah yang 211 direkomendasikan Islam sebagai landasan utama bagi hubungan kemanusiaan yang berlatar belakang perbedaan ras, suku bangsa, agama, bahasa dan budaya. Karena nilai-nilai Qur’ani di atas terkait dengan hubungan muslim dengan non muslim, tentu timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan ‘non muslim’ dalam pandangan Islam. Pengertian Non muslim sangat sederhana, yaitu orang yang tidak menganut agama Islam. Tentu saja maksudnya tidak mengarah pada suatu kelompok agama saja, tetapi akan mencakup sejumlah agama dengan segala bentuk kepercayaan dan variasi ritualnya. Sepanjang penelitian terhadap Al-Qur’an di atas terdapat lima kelompok yang dikategorikan sebagai non muslim, yaitu Ash Shabi’ah atau Ash Shabiin, Al Majus, Al Musyrikun, Al Dahriyah atau Al Dahriyun dan Ahli Kitab. Masing-masing kelompok secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Ash Shabi’ah Adalah kelompok yang mempercayai pengaruh planet terhadap alam semesta. Dalam al-Qur’an terdapat ayat yang menyebutkan penganut Shabiah yaitu: ِ ﺼﺎﺑِﺌِﲔ واﻟﻨﱠﺼﺎرى واﻟْﻤﺠﻮس واﻟﱠ ِ إِ ﱠن اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا واﻟﱠ ﻳﻦ أَ ْﺷَﺮُﻛﻮا ﺬ اﻟ و ا و ﺎد ﻫ ﻳﻦ ﺬ ﱠ ُ َ َ َ َ َ َ َ َُ َ َ َ َ َ َُ َ ِ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪ ﻳـ ْﻔ ﺼ ُﻞ ﺑَـْﻴـﻨَـ ُﻬ ْﻢ ﻳَـ ْﻮَم اﻟْ ِﻘﻴَ َﺎﻣ ِﺔ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﺷ ِﻬﻴﺪ ََ Artinya:“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabiiin orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al-Hajj/ 22: 17) 2) Al Majusi Adalah para penyembah api yang mempercayai bahwa jagat raya dikontrol oleh dua sosok Tuhan, yaitu Tuhan Cahaya dan Tuhan Gelap yang masingmasingnya bergerak kepada yang baik dan yang jahat, yang bahagia dan yang celaka dan seterusnya. 3) Al Musyrikun Adalah kelompok yang mengakui ketuhanan Allah Swt., tetapi dalam ritual mempersekutukannya dengan yang lain spt penyembahan berhala, matahari dan malaikat. َو ْاﻋﺒُ ُﺪوا اﻟﻠﱠﻪَ َوَﻻ ﺗُ ْﺸ ِﺮُﻛﻮا ﺑِِﻪ َﺷْﻴﺌًﺎ Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS. An-Nisa/4: 36) 4) Al Dahriyah 212 Kelompok ini selain tidak mengakui bahwa dalam Alam semesta ini ada yang mengaturnya, juga menolak adanya Tuhan Pencipta. Menurut mereka alam ini eksis dengan sendirinya. Kelompok ini agaknya identik dengan kaum atheis. ِ ِ ﱠﻫ ُﺮ َوَﻣﺎ َﳍُ ْﻢ ْ ﻮت َوَْﳓﻴَﺎ َوَﻣﺎ ﻳـُ ْﻬﻠ ُﻜﻨَﺎ إِﱠﻻ اﻟﺪ ُ َُوﻗَﺎﻟُﻮا َﻣﺎ ﻫ َﻲ إِﱠﻻ َﺣﻴَﺎﺗُـﻨَﺎ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َﳕ ِ ﻚ ِﻣ ْﻦ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ إِ ْن ُﻫ ْﻢ إِﱠﻻ ﻳَﻈُﻨﱡﻮن َ ﺑِ َﺬﻟ Artinya: “ dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja “. (QS. Al -Jasiyah/45: 24 5) Ahli Kitab. Menurut mazhabi Hanafi berpendapat bahwa yang termasuk Ahli Kitab adalah orang yang menganut salah satu agama Samawi yang mempunyai kitab suci seperti Taurat, Injil , Suhuf, Zabur dan lainnya. Sedangkan menurut Imam Syafii dan Hanbali, pengertian Ahli Kitab terbatas pada kaum Yahudi dan Nasrani. Kelompok non muslim ini disebut juga dengan Ahli Zimmah, yaitu komunitas Yahudi atau Nasrani yang berdomisili di wilayah umat Islam dan mendapat perlindungan pemerintah muslim. Mereka juga dinilai oleh Al-Qur’an sebagai telah mengkufuri ayat-ayat Allah, serta mengingkari kebenaran dan mengingkari kerasulan Muhammad Saw, sebagimana dalam QS. Ali Imran/3: 70-71, ِ ﺎب ِﱂ ﺗَ ْﻜ ُﻔﺮو َن ﺑِﺂﻳ ِ ِ ِ َ﴾ ﻳﺎ أ َْﻫﻞ اﻟْ ِﻜﺘ٧٠﴿ ﺎت اﻟﻠﱠ ِـﻪ وأَﻧﺘُﻢ ﺗَ ْﺸﻬ ُﺪو َن اﳊَ ﱠﻖ ْ ﺎب ِﱂَ ﺗَـ ْﻠﺒِ ُﺴﻮ َن َ ْ َ َ ُ َ َﻳَﺎ أ َْﻫ َﻞ اﻟْﻜﺘ َ َ ِ ﺑِﺎﻟْﺒ ﴾٧١﴿ اﳊَ ﱠﻖ َوأَﻧﺘُ ْﻢ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن ْ ﺎﻃ ِﻞ َوﺗَﻜْﺘُ ُﻤﻮ َن َ Artinya: 70. Hai ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah Padahal kamu mengetahui (kebenarannya). 71. Hai ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan Menyembunyikan kebenaran, Padahal kamu mengetahuinya? b. Islam dan Tolerasi Beragama Tasamuh atau toleransi dalam bidang agama atau keyakinan berarti sikap saling menghormati antar pemeluk agama untuk dapat menjalankan ajaran dan keyakinan masing-masing. Atau sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain. Islam adalah agama pertama yang mengakui nabi-nabi dan seluruh agama yang diwahyukanm walaupun nabi-nabi agama-agama terdahulu itu memusatkan perhatian mereka hanya kepada bangsa-bangsa dan suku-suku tertentu yang 213 kepadanya mereka diutus. Nabi Muhamamd Saw., diutus bukan hanya untuk bangsa Arab Tetapi untuk seluruh manusia. َﻻ إِ ْﻛَﺮ َاﻩ ِﰲ اﻟﺪﱢﻳ ِﻦ Artinya: “ tidak ada paksaan dalam beragama (Islam)” (al-Baqarah: 256) Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan Tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk sistem, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing. Mari kita lihat kembali sejarah Islam dan lihatlah betapa prinsip-prinsip toleransi beragama diterapkan. Nabi Muhamamd Saw., dan pengikut beliau menderita bertahun-tahun oleh penganiayaan di Mekkah sebelum berhijrah ke tempat yang lebih aman di Madinah yang letaknya 200 mil dari Mekkah. Disana Nabi Muhammad Saw., mengatur masyarakat kaum Muslimin dan salah satu langkah pertama yang beliau ambil adalah mengadakan perjanjian dengan tiga golongan utama di Madinah meliputi kaum Yahudi, pengikut-pengikut beliau di Madinah (anshor) dan golongan Muslim dari Mekkah (muhajirin). Dalam perjanjian pertama dengan golongan lain, kebebasan beragama diberikan kepada yang bukan muslim. Yahudi Madinah bebas menjalankan agama mereka sendiri. Mereka bebas untuk hidup menurut kepercayaan dan amalan mereka sendiri. Meman tak diragukan bahwa kemudian mereka dihalau dari Madinah Tetapi itu bukanlah disebabkan kepercayaan agama mereka namun disebabkan merka tidak setia kepada negara. Nabi Muhammad Saw., juga memberi jaminan kebebasan kepada kaum Kristen Najran, menjamin perlindungan terhadap jiwa, harta dan agama mereka. Bahwa gereja-gereja mereka tidak akan dihancurkan dengan cara apapun. Mereka tidak dibenarkan untuk diambil pajak nya secara tidak adil dan tidak dibenarkan ada gereja diruntuhkan untuk tujuan pembangunan Mesjid di tempat itu. Seandainya seorang Muslim menikahi wanita Kristen, wanita itu bebas menjalankan kewajiban agama nya sendiri. Orang-orang muslim harus siap membantu orang Kristen jika mereka perlu bantuan dalam memperbaiki tempattempat ibadah mereka. Kitab Suci Al-Qur’an secara jelas menjunjung perlakuan 214 baik semua tempat ibadah dan juga kebebasan dalam memilihdan menjalankan agama. Demikian sekelumit contoh pengembangan toleransi pada zaman Nabi Saw. c. Prinsip-Prinsip Toleransi Dalam mengamalkan tasamuh/ toleransi, kita dianjurkan supaya melakukan halhal di antaranya: a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. b. Mengembangkan sikap tenggang rasa Sebagai makhluk sosial kita harus mengembangan sikap tenggang rasa dengan sesama manusia. Tidak diperbolehkan saling berburuk sangka, saling menjelekan dan lain sebagainya. c. Tidak semena-mena terhadap orang lain Sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah tengah masyarakat, kita juga tidak dibenarkan berbuat semena-mena terhadap orang lain sekalipun kita dapat melakukannya. d. Gemar Melakukan kegiatan kemanusiaan Sabda Nabi Saw., “ Barang siapa yang melapangkan kehidupan dunia orang mukim, maka Allah akan melapangkan kehidupan orang itu di hari kiamat. Dan barang siapa yang meringankan kesusahan orang yang dalam kesusahan, Allah akan menghilangkan kesusahan orang itu di dunia dan akhirat. (HR Muslim) 4. Hikmah Kandungan Ayat Toleransi merupakan ajaran fundamental dalam sistem keagamaan. Islam menghormati dan menghargai keyakinan masing-masing pribadi untuk melaksanakan dengan baik ajaran yang diyakini itu. Demikian itu telah dicontohkan oleh Nabi Saw. Toleransi yang dibolehkan adalah yang menyangkut urusan non akidah yakni terlarang untuk saling bertukar keyakinan. Hal itu sangat tidak wajar dan terlarang karena menyahi fitrah kemanusiaan untuk memegang teguh keyakinan yang telah tertanam dalam sanubari. Allah tidak menuntut pertanggungjawaban akan keyakinan yang dianut setiap insan kecuali yang ia usahakan. Karena pertanggung jawaban mesti dituntut setelah 215 pelaku melaksanakanya. Tetapi Allah juga tidak memperkenankan antar penganut keyakinan untuk saling menghalangi dalam pengamalan (ritual) ibadah. C. QS. Al Kahfi/18: 29 1. Redaksi Ayat ِ ِ ْ وﻗُ ِﻞ ِِ ِ َﺣﺎ َط ِِ ْﻢ َ اﳊَ ﱡﻖ ﻣﻦ ﱠرﺑﱢ ُﻜ ْﻢ ۖ◌ ﻓَ َﻤﻦ َﺷﺎءَ ﻓَـ ْﻠﻴُـ ْﺆﻣﻦ َوَﻣﻦ َﺷﺎءَ ﻓَـ ْﻠﻴَ ْﻜ ُﻔ ْﺮ ۚ◌ إِﻧﱠﺎ أ َْﻋﺘَ ْﺪﻧَﺎ ﻟﻠﻈﱠﺎﻟﻤ َ ﲔ ﻧَ ًﺎرا أ َ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ۚ ۚ ِ ِ ﴾٢٩﴿ ت ُﻣ ْﺮﺗَـ َﻔ ًﻘﺎ ْ َاب َو َﺳﺎء ُ ﺲ اﻟﺸَﱠﺮ َ ُﺳَﺮادﻗُـ َﻬﺎ ◌ َوإن ﻳَ ْﺴﺘَﻐﻴﺜُﻮا ﻳـُﻐَﺎﺛُﻮا ﲟَﺎء َﻛﺎﻟْ ُﻤ ْﻬﻞ ﻳَ ْﺸﻮي اﻟْ ُﻮ ُﺟﻮﻩَ ◌ ﺑْﺌ Artinya: “ dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” 2. Makna Mufrodat Kata al-Haq mengandung pengertian yang ada secara pasti, yang cocok dan sesuai dengan yang sebenarnya, yang ada dengan tanpa keraguan, yang bermanfaat, tidak sia-sia dan binasa. Ar Raghib Al Ishfahani menyebutkan bahwa makna Al haq (kebenaran) secara asal adalah: kesesuaian dan dapat bermakna ketetapan yang sesuai dengan tuntutan hikmah. Dari pengetian tersebut bahwa kebenaran yang datang dari rab yakni Al-Qur’an adalah kebenaran yang mantap dan tidak ada perubahan dalam kebenaran itu, sejak dulu, kini dan yang akan dating. Kata Rabb/ Allah, seakar dengan kata tarbiyah, yaitu mengarahkan sesuatu tahap demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya. Ketika menyebut kata Allah, dapat terbayang dalam benak segala sifat-sifat Allah SWT., baik sifat fi'il (perbuatan) maupun sifat Dzat-Nya, yakni baik yang dapat berdampak kepada makhluk-Nya maupun tidak. Ketika menyebut kata rabb, maka dalam kandungan makna kata mi terhimpun semua sifat-sifat Allah yang dapat menyentuh makhluk. Pengertian rububiyah (kependidikan atau pemeliharaan) mencakup pemberian rezeki, pengampunan dan kasih saying, juga amarah, ancaman, siksaan dan sebagainya. Kata Rabb apabila berdiri sendiri maka yang dimaksud adalah "Tuhan" yang tentunya antara lain karena Dialah yang melakukan tarbiyah (pendidikan) yang pada hakikatnya adalah pengembangan, peningkatan serta perbaikan makhluk ciptaan-Nya. Kata Al-Wajh/wajah, bagian yang paling menonjol dari sisi luarnya serta paling jelas menggambarkan identitasnya. Jika suatu sosok tertutup wajahnya, maka tidak mudah mengenal siapa ia. Sebaliknya jika seluruh sisi luarnya tertutup, kecuali 216 wajahnya, maka ia dapat dibedakan dari sosok yang lain, bahkan tanpa kesulitan ia dapat dikenali. Demikian wajah menjadi pertanda identitas. Kata suradiq/ berasal dari bahasa Persia. Ada yang memahaminya dalam arti kemah dan ada juga dalam arti penghalang yang menghalangi sesuatu masuk ke rumah atau kemah. Neraka diibaratkan dengan bangunan yang memiliki penghalang berupa gejolak api, sehingga yang disiksa tidak dapat keluar, dan pihak lain pun tidak ada yang dapat masuk untuk menolong. Dengan demikian yang disiksa benar-benar diliputi oleh api itu. 3. Asbabun Nuzul Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, “Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah ibnu Khalaf menganjurkan supaya Nabi Saw., mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi.” Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi’ yang menceritakan, bahwa Nabi Saw., pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi Saw., pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hisam datang kepada Nabi Saw., sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, “Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk”. Maka turunlah ayat di ini. 4. Analisis Kandungan Ayat Ayat ini memerintahkan Rasul Saw. menegaskan kepada semua pihak termasuk kaum musyrikin yang angkuh itu dengan menyatakan "Dan katakanlah wahai Nabi Muhammad bahwa: Kebenaran, yakni wahyu Ilahi yang aku sampaikan ini datangnya dari Tuhan Pemelihara kamu dalam segala hal, maka barang siapa di antara kamu, atau selain kamu yang ingin beriman tentang apa yang kusampaikan ini maka hendaklah ia beriman, keuntungan dan manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri, dan barang siapa di antara kamu atau selain kamu yang ingin kafir dan menolak pesan-pesan Allah, maka biarlah ia kafir walau sekaya dan setinggi 217 apa pun kedudukan sosialnya. Tidaklah aku, apalagi Allah SWT., akan mengalami sedikit kerugian pun dengan kekafirannya, sebaliknya, dialah sendiri yang akan merugi dan celaka dengan perbuatannya yang telah menganiaya dirinya sendiri." Dalam Tafsir yang dikeluarkan Kementerian Agama (Tafsir Depag RI), menyangkut keterangan ayat yang sedang kita bahas ini, menyatakan bahwa Allah SWT memerintahkan lagi kepada Rasulullah Saw., supaya menegaskan kepada orangorang kafir itu bahwa kebenaran yang disampaikan kepada mereka itu adalah dari Tuhan semesta alam. Adalah kewajiban mereka untuk mengikuti kebenaran itu dan mengamalkannya. Manfaat dan kebenaran itu, tentulah kembali kepada mereka yang mengamalkannya. Demikian pula sebaliknya akibat yang buruk dan pengingkaran terhadap kebenaran itu kembali pula kepada mereka yang ingkar. Maka oleh karena itu barangsiapa yang ingin beriman kepada Nya ingin masuk ke dalam barisan orang-orang yang beriman hendaklah segera berbuat, tanpa mengajukan syarat-syarat dan alasan-alasan yang dibuat-buat sebagaimana halnya pemuka-pemuka musyrikin yang memandang rendah terhadap orang-orang mukmin yang fakir tersebut di atas. Demikian pula siapa yang ingkar dan membuang kebenaran itu, silahkan berbuat. Jika mereka ingkar. Rasulullah Saw. tidak memperoleh kerugian apa-apa sebagaimana beliau tidak memperoleh keuntungan apapun jika mereka beriman. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al Isra’/17: 7, ِ ِ ِ ﴾٧﴿ ... َﺳﺄْ ُْﰎ ﻓَـﻠَ َﻬﺎ ْ َﺣ َﺴﻨﺘُ ْﻢ أ ْ إِ ْن أ َ َﺣ َﺴﻨﺘُ ْﻢ ﻷَﻧ ُﻔﺴ ُﻜ ْﻢ ۖ◌ َوإ ْن أ Artinya:“ jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…“ Tetapi jika manusia itu memilih kekafiran dan melepaskan keimanan, berarti mereka telah melakukan kelaliman, yakni mereka telah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Karena itu kepada mereka, Allah memberikan ancaman yang keras, yaitu akan melemparkan mereka ke dalam neraka. mereka tidak akan lolos dari neraka itu, karena gejolak api neraka itu mengepung mereka dari segala penjuru, sehingga mereka laksana seorang yang tertutup dalam kurungan. Bilamana dalam neraka itu mereka meminta minum karena dahaga, maka mereka akan diberi air yang panasnya seperti cairan besi yang mendidih yang menghanguskan muka mereka. Sungguh alangkah jelek air yang mereka minum itu. Tidak mungkin air yang mereka minum demikian panasnya itu dapat menyegarkan kerongkongan, dan tidak dapat pula mendinginkan dada yang sedang kepanasan, bahkan lebih 218 menghancurkan diri mereka. Dan neraka yang mereka tempati itu adalah tempat yang paling buruk dan penuh dengan siksaan. Menyangkut kebenaran mutlak yang disandang Al-Qur’an, ada beberapa hal yang akan ditampilkan terbantahkan. sebagai indicator bahwa nilai kebenaran Al-Qur’an tak Paling tidak ada tiga aspek dalam Al-Qur’an yang dapat menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad Saw., sekaligus menjadi bukti bahwa seluruh informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah benar bersumber dari Allah Swt.. Ketiga aspek yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut. a. Aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya. Tidak mudah untuk menguraikan hal ini, khususnya bagi kita yang tidak memahami dan memiliki "rasa bahasa" Arab --karena keindahan diperoleh melalui "perasaan", bukan melalui nalar. Namun demikian, ada satu atau dua hal menyangkut redaksi AlQur’an yang dapat membantu pemahaman aspek pertama ini. Seperti diketahui, seringkali Al-Qur’an "turun" secara spontan, guna menjawab pertanyaan atau mengomentari peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat ruh. Pertanyaan ini dijawab secara langsung, dan tentunya spontanitas tersebut tidak memberi peluang untuk berpikir dan menyusun jawaban dengan redaksi yang indah apalagi teliti. Namun demikian, setelah Al-Qur’an rampung diturunkan dan kemudian dilakukan analisis serta perhitungan tentang redaksi-redaksinya, ditemukanlah hal-hal yang sangat menakjubkan. Ditemukan adanya keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang. b. Kedua adalah pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Fir'aun, yang mengejar-ngejar Nabi Musa., diceritakan QS. Yunus/10: 92. Pada ayat 92 surah itu, ditegaskan bahwa "Badan Fir'aun tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran generasi berikut." Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut, karena hal itu telah terjadi sekitar 1200 tahun S.M. Nanti, pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896, ahli purbakala Loret menemukan di Lembah Raja-raja Luxor Mesir, satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir'aun yang bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa a.s. Selain itu, pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Fir'aun tersebut. Apa yang ditemukannya adalah satu jasad utuh, seperti yang diberitakan oleh Al-Qur’an melalui Nabi yang ummiy (tak pandai membaca dan menulis itu). Mungkinkah ini? 219 c. Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya. Banyak sekah isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Quran. Misalnya diisyaratkannya bahwa "Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedang cahaya bulan adalah pantulan (dari cahaya matahari)" (perhatikan QS. Yunus/10: 5); atau bahwa jenis kelamin anak adalah hasil sperma pria, sedang wanita sekadar mengandung karena mereka hanya bagaikan "ladang" (QS. Al-Baqarah/2: 223); dan masih banyak lagi lainnya yang kesemuanya belum diketahui manusia kecuali pada abad-abad bahkan tahuntahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad mengetahuinya kalau bukan dari Dia, Allah Yang Maha Mengetahui. Kesemua aspek tersebut tidak dimaksudkan kecuali menjadi bukti bahwa petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh Al-Quran adalah benar, sehingga dengan demikian manusia yakin serta secara tulus mengamalkan petunjukpetunjuknya. 5. Hikmah Kandungan Ayat a. Kebenaran Al-Qur’an bersifat haq, yakni keberadaan mulai dari yang menurunkan, yang membawa turun dan yang diberi wewenang untuk mengajarkan kepada seluruh manusia adalah mutlak kebenaranya, sehingga AlQur’an tidak akan disentuh oleh perubahan dan kerusakan walau satu huruf. Itu semua karena Allah adalah sumber kebenaran yang abadi. b. Manusia dihadapkan pada dua pilihan yang bertolak belakang yakni antara menerima kebenaran atau menolaknya. Penerimaan dengan keimanan yang mantap akan kebenaran Al-Qur’an akan membawa manusia kepada bimbingan dan petunjuk Allah yang berakibat pada kebahagian. Dan sebaliknya mereka yang menolak (kufr) kebenaran Al-Qur’an karena ego dan nafsunya akan membawa manusia kearah kesengsaraan terlebih pada hari pembalasan. c. Keimanan dan kekufuran yang di tampilkan setiap pribadi manusia apa akhirnya berpulang kepada pribadi itu senddiri. Hal itu tidak berpengaruh terhadap keberadaan Allah sedikitpun, karena Allah sesungguhnya tidak butuh kepada manusia Tetapi sebaliknya, manusialah yang membutuhkan kasih dan sayangNya selama hidup di dunia sampai kelak di ahirat. 220 D. QS. Al Hujuraat/49: 10-13 1. Redaksi Ayat ِﱠ ِ إِﱠﳕَﺎ اﻟْﻤﺆِﻣﻨﻮ َن إِﺧﻮةٌ ﻓَﺄ ۚ ﻳﻦ َ ْ َﺻﻠ ُﺤﻮا ﺑَـ ْ َْ ُ ُْ َﲔ أ َ ﴾ ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ١٠﴿َﺧ َﻮﻳْ ُﻜ ْﻢ ◌ َواﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠـﻪَ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗُـ ْﺮ َﲪُﻮ َن ٍ ِ ﱢﺴ ٍﺎء َﻋ َﺴ ٰﻰ أَن ﻳَ ُﻜ ﱠﻦ َﺧْﻴـًﺮا َ َآﻣﻨُﻮا َﻻ ﻳَ ْﺴ َﺨ ْﺮ ﻗَـ ْﻮٌم ﱢﻣﻦ ﻗَـ ْﻮم َﻋ َﺴ ٰﻰ أَن ﻳَ ُﻜﻮﻧُﻮا َﺧْﻴـًﺮا ﱢﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ َوَﻻ ﻧ َﺴﺎءٌ ﱢﻣﻦ ﻧ ِ ِ َاﻹﳝ ِ ِ ۖ ِ ۖ ِْ ﻮق ﺑَـ ْﻌ َﺪ ﺎن ۚ◌ َوَﻣﻦ ُ ﺲ ِاﻻ ْﺳ ُﻢ اﻟْ ُﻔ ُﺴ َ ﱢﻣْﻨـ ُﻬ ﱠﻦ ◌ َوَﻻ ﺗَـ ْﻠﻤ ُﺰوا أَﻧ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوَﻻ ﺗَـﻨَﺎﺑَـ ُﺰوا ﺑ ْﺎﻷَﻟْ َﻘﺎب ◌ ﺑْﺌ ِ ِ ﴾ ﻳﺎ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨُﻮا١١﴿ ﻚ ﻫﻢ اﻟﻈﱠﺎﻟِﻤﻮ َن ِ ﺾ اﻟﻈﱠ ﱢﻦ َ اﺟﺘَﻨﺒُﻮا َﻛﺜ ًﲑا ﱢﻣ َﻦ اﻟﻈﱠ ﱢﻦ إِ ﱠن ﺑَـ ْﻌ ْ َ َ َ َ ْ ُﱠﱂْ ﻳَـﺘ ُ ُ ُ َ ﺐ ﻓَﺄُوﻟَـٰﺌ ِ ﺐ أَﺣ ُﺪ ُﻛﻢ أَن ﻳﺄْ ُﻛﻞ َﳊﻢ أ ِ ۚ إِ ْﰒ ۖ◌ وَﻻ َﲡ ﱠﺴﺴﻮا وَﻻ ﻳـ ْﻐﺘَﺐ ﺑـﱠﻌﻀ ُﻜﻢ ﺑـﻌ َﺧ ِﻴﻪ َﻣْﻴﺘًﺎ ً َْ ُ ْ َ َ ُ َ َ ٌ ْ َ ﻀﺎ ◌أ َُﳛ ﱡ َْ َ َ ِ ﻓَ َﻜ ِﺮﻫﺘُﻤﻮﻩ ۚ◌واﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠـﻪ ۚ◌ إِ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪ ﺗَـ ﱠﻮ ﱠﺎس إِﻧﱠﺎ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ُﻛﻢ ﱢﻣﻦ ذَ َﻛ ٍﺮ ٌ َ َ ٌ اب ﱠرﺣ َ ُُ ْ ُ ﴾ ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﻨ١٢﴿ ﻴﻢ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ۚ ِ ۚ ﻴﻢ ٌ َوأُﻧﺜَ ٰﻰ َو َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ُﺷﻌُﻮﺑًﺎ َوﻗَـﺒَﺎﺋ َﻞ ﻟﺘَـ َﻌ َﺎرﻓُﻮا ◌ إ ﱠن أَ ْﻛَﺮَﻣ ُﻜ ْﻢ ﻋ َﻨﺪ اﻟﻠﱠـﻪ أَﺗْـ َﻘﺎ ُﻛ ْﻢ ◌ إ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪَ َﻋﻠ ﴾١٣﴿ ٌَﺧﺒِﲑ Artinya: 10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. 11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburukburuk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. 12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. 13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. 2. Makna Mufrodat Kata ( )أصـلحواashlihû terambil dari kata ( )أصـلحashlaha yang asalnya adalah ()صـلح shaluha. Dalam kamus-kamus bahasa, kata ini dimaknai dengan antonim dari kata ( )فسـدfasada yakni rusak. Ia diartikan juga dengan manfaat. Dengan demikian shaluha berarti tiadanya atau terhentinya kerusakan atau diraihnya manfaat, sedang ( )إصـالحishlâh adalah upaya menghentikan kerusakan atau meningkatkan kualitas sesuatu sehingga manfaatnya lebih banyak lagi. Memang ada nilai-nilai yang harus dipenuhi sesuatu agar ia bermanfaat atau agar ia dapat berfungsi dengan baik. Kursi, misalnya, harus memiliki kaki yang sempurna baru dapat berfungsi dengan baik dan dapat bermanfaat. Jika salah satu kaki kursi tersebut rusak, maka perlu dilakukan ishlah/perbaikan agar ia dapat berfungsi dengan baik serta bermanfaat sebagai kursi. Dalam konteks hubungan antar manusia, maka nilai-nilai itu tercermin dalam keharmonisan hubungan. Ini berarti jika hubungan antar dua pihak 221 berkurang kemanfaatan yang dapat diperoleh dari mereka. Ini menuntut adanya ishlah, yakni perbaikan agar keharmonisa pulih, dan dengan demikian terpenuhi nilai-nilai bagi hubungan tersebut, dan sebagai dampaknya akan lahir aneka manfaat dan kemaslahatan. Kata (مـا ّ )إنinnamâ digunakan untuk membatasi sesuatu. Di sini kaum beriman dibatasi hakikat hubungan mereka dengan persaudaraan. Seakan-akan tidak ada jalinan hubungan antar mereka kecuali persaudaraan itu. Kata innamâ biasa digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang telah diterima sebagai suatu hal yang demikian itu adanya dan telah diketahui oleh semua pihak secara baik. Penggunaan kata innamâ dalam konteks penjelasan tentang persaudaraan antara sesama mukmin ini, mengisyaratkan bahwa sebenarnya semua pihak telah mengetahui secara pasti bahwa kaum beriman bersaudara, sehingga semestinya tidak terjadi dari pihak mana pun hal-hal yang mengganggu persaudaraan itu. Kata ( )إخـوةikhqah adalah bentuk jamak dari kata ( )أخakh, yang dalam kamuskamus bahasa sering kali diterjemahkan saudara atau sahabat. Kata ini pada mulanya berarti yang sama. Persamaan dalam garis keturunan mengakibatkan persaudaraan, demikian juga persamaan dalam sifat atau bentuk apapun. Persamaan kelakuan pemboros dengan setan, menjadikan para pemboros adalah saudara-saudara setan (QS. Al-Isra’/17: 27). Persamaan dalam kesukuan atau kebangsaan pun mengakibatkan persaudaraan (QS. Al-A’raf/7: 65). Ada juga persaudaraan karena persamaan kemakhlukan, seperti ketika Nabi Muhammad Saw. menamakan jin adalah saudara-saudara manusia. Beliau melarang menjadikan tulang sebagai alat beristinja' karena itu adalah makanan saudara-saudara kamu dari jenis jin. Kata ( )أخakh yang berbentuk tunggal itu, biasa juga dijamak dengan kata ()إخـوان ikhwân. Bentuk jamak ini biasanya menunjuk kepada persaudaraan yang tidak sekandung. Berbeda dengan kata ( )إخـوةikhwah yang hanya terulang tujuh kali dalam Al-Qur'an, kesemuanya digunakan untuk menunjuk persaudaraan seketurunan, kecuali ayat al-Hujurat di atas. Hal ini agaknya untuk mengisyaratkan bahwa persaudaraan yang terjalin antara sesama muslim, adalah persaudaraan yang dasarnya berganda. Sekali atas dasar persamaan iman, dan kali kedua adalah persaudaraan seketurunan, walaupun yang kedua ini bukan dalam pengertian hakiki. Dengan demikian tidak ada alasan untuk memutuskan hubungan persaudaraan itu. Ini lebih-lebih lagi jika masih direkat oleh persaudaraan sebangsa, secita-cita, sebahasa, senasib dan sepenanggungan. 222 Kata ( )أخويكمakhwaikum adalah bentuk dual dari kata ( )أخakh. Penggunaan bentuk dual di sini untuk mengisyaratkan bahwa jangankan banyak orang, dua pun, jika mereka berselisih harus diupayakan ishlah antar mereka, sehingga persaudaraan dan hubungan harmonis mereka terjalin kembali. Kata ( )قـومqaum biasa digunakan untuk menunjuk sekelompok manusia. Bahasa menggunakannya pertama kali untuk kelompok laki-laki saja, karena ayat di atas menyebut pula secara khusus wanita. Memang wanita dapat saja masuk dalam pengertian qaum –bila ditinjau dari penggunaan sekian banyak kata yang menunjuk kepada laki-laki misalnya kata al-mu'minûn dapat saja tercakup di dalamnya al- mu'minât/wanita-wanita mukminah. Namun ayat di atas mempertegas penyebutan kata ( )نسـاءnisâ'/perempuan karena ejekan dan "merumpi" lebih banyak terjadi di kalangan perempuan dibandingkan kalangan laki-laki. Kata ( )تلمـزواtalmizû terambil dari kata ( )اللمـزal-lamz. Memahaminya dalam arti, ejekan yang langsung dihadapkan kepada yang diejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan atau kata-kata yang dipahami sebagai ejekan atau ancaman. Ini adalah salah satu bentuk kekurangajaran dan penganiayaan. Firman-Nya : (' )عسى ان يكونوا خيـرا مـنھمasâ an yakûnû khairan minhum/boleh jadi mereka yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, mengisyaratkan tentang adanya tolok ukur kemuliaan yang menjadi dasar penilaian Allah yang boleh jadi berbeda dengan tolok ukur manusia secara umum. Memang banyak nilai-nilai yang dianggap baik oleh sementara orang terhadap diri mereka atau orang lain, justru sangat keliru. Kekeliruan itu mengantar mereka menghina dan melecehkan pihak lain. Padahal jika mereka menggunakan dasar penilaian yang ditetapkan Allah, tentulah mereka tidak akan menghina atau mengejek. Kata ( )تنـابزواtanâbazû terambil dari kata ( )النّبـذan-Nabdz yakni gelar buruk. At- tanâbuz adalah saling memberi gelar buruk. Larangan ini menggunakan bentuk kata yang mengandung makna timbal balik, berbeda dengan larangan al-lamz pada penggalan sebelumnya. Ini bukan saja karena at-tanâbuz lebih banyak terjadi dari al-lamz, Tetapi juga karena gelar buruk biasanya disampaikan secara terangterangan dengan memanggil yang bersangkutan. Hal ini mengandung siapa yang tersinggung dengan panggilan buruk itu, membalas dengan memanggil yang memanggilnya pula dengan gelar buruk, sehingga terjadi tanâbuz. Perlu dicatat bahwa terdapat sekian gelar yang secara lahiriah dapat dinilai gelar buruk, Tetapi karena ia sedemikian populer dan penyandangnya pun tidak lagi keberatan dengan gelar itu, maka di sini, menyebut gelar tersebut dapat ditoleransi 223 oleh agama. Misalnya Abu Hurairah, yang nama aslinya adalah Abdurrahman Ibn Shakir, atau Abu Turab untuk Sayyidina Ali Ibn Thalib. Bahkan al-A'raj (si Pincang) untuk perawi hadis kenamaan Abdurrahman Ibn Hurmuz, dan al-A'masyi (si Rabun) bagi Sulaiman Ibn Mahrân dan lain-lain. Kata ( )اإلسـمal-ism yang dimaksud oleh ayat ini bukan dalam arti nama, Tetapi sebutan. Dengan demikian ayat di atas bagaikan menyatakan "Seburuk-buruk sebutan adalah menyebut seseorang dengan sebutan yang mengandung makna kefasikan setelah ia disifati dengan sifat keimanan." Ini karena keimanan bertentangan dengan kefasikan. Ada juga yang memahami kata al-ism dalam arti tanda, dan jika demikian ayat ini berarti: "Seburuk-buruk tanda pengenalan yang disandangkan kepada seseorang setelah ia beriman adalah memperkenalkannya dengan perbuatan dosa yang pernah dilakukannya." Misalnya dengan memperkenalkan seseorang dengan sebutan di Pembobol Bank atau Pencuri dan lain-lain. Kata ( )إجتنبـواijtanibû terambil dari kata ( )جنـبj a n b yang berarti samping. Mengesampingkan sesuatu berarti menjauhkan dari jangkauan tangan. Dari sini kata tersebut diartikan jauhi. Penambahan huruf ( )تta' pada kata tersebut berfungsi penekanan yang menjadikan kata ijtanibû berarti bersungguh- sungguhlah. Upaya sungguh-sungguh untuk menghindari prasangka buruk. Kata ( )كثيـراkatsir(an)/banyak bukan berarti kebanyakan, sebagaimana dipahami atau diterjemahkan sementara penerjemah. Tiga dari sepuluh adalah banyak, dan enam dari sepuluh adalah kebanyakan. Jika demikian, bisa saja banyak dari dugaan adalah dosa dan banyak pula yang bukan dosa. Yang bukan dosa adalah yang indikatornya demikian jelas, sedang yang dosa adalah dugaan yang tidak memiliki indikator yang cukup dan yang mengantar seseorang melangkah menuju sesuatu yang diharamkan, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. Termasuk juga dugaan yang bukan dosa adalah rincian hukum-hukum keagamaan. Pada umumnya atau dengan kata lain kebanyakan dari hukum-hukum tersebut berdasarkan kepada argumentasi yang interpretasinya bersifat zhanniy/dugaan, dan tentu saja apa yang berdasar dugaan hasilnya pun adalah dugaan. Kata ()تجسسوا tajassasû terambil dari kata ()جس jassa, yakni upaya mencari tahu ّ ّ dengan cara tersembunyi. Dari sini mata-mata dinamai ( )جاسـوسjâsûs. Imam Ghazâli memahami larangan ini dalam arti, jangan tidak membiarkan orang berada dalam kerahasiaannya. Yakni setiap orang berhak menyembunyikan apa yang 224 enggan diketahui -orang lain. Jika demikian jangan berusaha menyingkap apa yang dirahasiakannya itu. Mencari-cari kesalahan orang lain biasanya lahir dari dugaan negatif terhadapnya, karena itu ia disebutkan setelah larangan menduga. Kata ( )يغتبyaghtab terambil dari kata ( )غيبةghîbah yang berasal dari kata ()غيـب ghaib yakni tidak hadir. Ghibah adalah menyebut orang lain yang tidak hadir di hadapan penyebutnya dengan sesuatu yang tidak disenangi oleh yang bersangkutan, maka ia dinamai ( )بھتـانbaghtân/kebohongan besar. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa walaupun keburukan yang diungkap oleh penggunjing tadi memang disandang oleh obyek ghibah, ia tetap terlarang. Firman-Nya: ( )فكرھتمــوهfa karihtumûhu/maka kamu telah jijik kepadanya menggunakan kata kerja masa lampau untuk menunjukkan bahwa perasaan jijik itu adalah sesuatu yang pasti dirasakan oleh setiap orang. Redaksi yang digunakan ayat di atas mengandung sekian banyak penekanan untuk menggambarkan betapa buruknya rnenggunjing. Penekanan pertama pada gaya pertanyaan yang dinamai istifhâm taqrîri yakni yang bukan bertujuan meminta informasi, tetapi mengundang yang ditanya membenarkan. Kedua, ayat ini menjadikan apa yang pada hakikatnya sangat tidak disenangi, dilukiskan sebagai disenangi. Ketiga, yat ini mempertanyakan kesenangan itu langsung kepada setiap orang, yakni dengan menegaskan, "Suka kah salah sreorang di antara kamu". Keempat, daging yang dimakan bukan sekadar daging manusia Tetapi daging saudara sendiri. Penekanan kelima, pada ayat ini adalah bahwa saudara itu dalam keadaan mati yakni tidak dapat membela diri. Kata ( )التّـوّابat-tawwâb seringkali diartikan penerima taubat. Tetapi makna ini belum mencerminkan secara penuh kandungan kata tawwâb, walaupun kita tidak dapat menilainya keliru. Imam al-Ghazali mengartikan at-Tawwâb sebagai Dia (Allah) yang kembali berkali-kali menuju cara yang memudahkan taubat untuk hamba-hamba-Nya, dengan jalan menampakkan tanda-tanda kebesaran-Nya, menggiring kepada mereka peringatan-peringatan-Nya, serta mengingatkan ancaman-ancaman-Nya. Sehingga bila mereka telah sadar akan akibat buruk dari dosa-dosa dan merasa takut dari ancaman-ancaman-Nya, mereka kembali (bertaubat) dan Allah pun kembali kepada mereka dengan anugerah pengabulan. Selanjutnya rujuklah ke QS. Al-Baqarah [2]: 37, untuk memahami lebih banyak tentang makna dan substansi taubat. 225 Kata ( )شــعوبsyu'ûb adalah bentuk jamak dari kata ( )شــعبsya'b. Kata ini digunakan untuk menunjuk kumpulan dari sekian ( )قبيلــةqabîlah yang biasa diterjemahkan suku yang merujuk kepada satu kakek. Qabilah/suku pun terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai (' )عمـارةimârah, dan yang ini terdiri lagi dari sekian banyak kelompok 3 yang dinamai ( )بطـنbathn. Di bawah bathn ada sekian ( )فخذfakhdz hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga yang terkecil. Kata ( )تعارفواta'ârafû terambil dari kata (` )عـرفarafa yang berarti mengenal. Patron kata yang digunakan ayat ini mengandung makna timbal balik, dengan demikian la berarti saling mengenal. Kata ( )أكـرمكمakramakum terambil dari kata ( )كـرمkaruma yang pada dasarnya berarti yang baik dan istimewa sesuai objeknya. Manusia yang baik dan istimewa adalah yang memiliki akhlak yang baik terhadap Allah, dan terhadap sesama makhluk. Sifat (' )عليمAlîm dan ( )خبيرKhabîr keduanya mengandung makna kemahatahuan Allah SWT. Sementara ulama membedakan keduanya dengan menyatakan bahwa 'Alîm menggambarkan pengetahuan-Nya menyangkut segala sesuatu. Penekanannya adalah pada dzat Allah yang bersifat Maha Mengetahui - bukan pada sesuatu yang diketahui itu. Sedang Khabîr menggambarkan pengetahuan-Nya yang menjangkau sesuatu. Di sini, sisi penekanannya bukan pada dzat-Nya Yang Maha Mengetahui Tetapi pada sesuatu yang diketahui itu. 3. Asbabun Nuzul Asbabbun nuzul ayat 11 adalah: Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa namanama gelaran di zaman Jahiliyah sangat banyak. Ketika Nabi SAW. memanggil seseorang dengan gelarnya, ada orang yang memberitahukan kepada Nabi bahwa gelar itu tidak disukainya. Maka turunlah ayat ini yang melarang memanggil orang dengan gelaran yang tidak disukainya. Hadis tentang asba an-nuzul ayat 11 Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari Abi Jubair Ibnu Dlahhak. Asbabbun nuzul ayat 11 diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij. Dalam riwayat tersebut, dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Salman al-Farisi yang apabila selesai makan ia terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang yang mempergunjingkan perbuatannya itu. Maka turunlah ayat ini yang melarang seseorang mengumpat menceritakan keaiban orang lain. Asbab an-nuzul ayat 13 merupakan riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abi Mulaikah. Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, dikemukakan bahwa ketika 226 fatkhu Makkah, Bilal naik ke atas Ka'bah untuk adzan. Berkatalah beberapa orang: "Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka'bah?" Maka berkatalah yang lainnya: "Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya". Ayat ini turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia adalah yang paling taqwa. 4. Analisis Kandungan Ayat Hendaknya kita menyadari bahwa firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara" merupakan ketetapan syariat berkaitan dengan persaudaraan antara orang-orang mukmin dan yang mengakibatkan dampak keagamaan serta hak-hak yang ditetapkan agama. Hubungan kekeluargaan antara anak, bapak atau saudara, ada yang ditetapkan agama atau undang-undang serta memiliki dampak-dampak tertentu seperti hak kewarisan, nafkah, keharaman kawin dan lain-lain, dan ada juga yang ditetapkan hanya berdasar ketentuan umum (natural) yakni hubungan pertalian keturunan atau rahim. Dua orang anak yang lahir dari dua ibu bapak melalui perkawinan yang sah menurut agama, adalah dua saudara yang diakui oleh agama, sekaligus diakui berdasar ketentuan umum yakni akibat kelahirannya dari ibu dan bapak yang sama. T'etetapi jika salah seorang dari kedua anak tadi lahir akibat perzinahan, maka yang ini bukanlah anak sah yang diakui agama walaupun dia adalah anak yang lahir dari sumber sperma yang sama dan rahim ibu yang sama. Anak itu adalah anak hanya berdasar ketentuan umum (natural); bukan ketentuan agama. Demikian juga anak angkat. Boleh jadi sementara peraturan menilainya sebagai anak, Tetapi Islam tidak menilainya sebagaimana halnya anak kandung. Nah jika demikian, persaudaraan beraneka ragam dan memiliki dampak yang bermacam-macam. Ada persaudaraan umum (natural) yang tidak memiliki dampak dalam ajaran agama seperti lahirnya dua orang dari ayah dan ibu yang sama. Ada juga persaudaraan yang memiliki dampak tertentu yang ditetapkan agama, misalnya dampaknya dalam pernikahan dan kewarisan. Atau persaudaraan berdasar persusuan, yang juga memiliki dampaknya pada pernikahan, walau tidak dalam kewarisan. Dengan demikian, persaudaraan antar sesama manusia pun berbeda-beda, walau semua dapat dinamai saudara. Ayat di atas mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa persatuan dan kesatuan, serta hubungan harmonis antar anggota masyarakat kecil atau besar, akan melahirkan limpahan rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya, perpecahan dan 227 keretakan hubungan mengundang lahirnya bencana buat mereka, yang pada puncaknya dapat melahirkan pertumpahan darah dan perang saudara sebagaimana dipahami dari kata qital yang puncaknya adalah peperangan. Di sisi lain, tentu saja siapa yang mengejek orang lain maka dampak buruk ejekan itu menimpa si pengejek, bahkan tidak mustahil ia memperoleh ejekan yang lebih buruk dari yang diejek itu. Bisa juga larangan ini memang ditujukan kepada masingmasing dalam arti jangan melakukan suatu aktivitas yang mengundang orang menghina dan mengejek Anda, karena jika demikian, Anda bagaikan mengejek diri sendiri. Selanjutnya, memanggil dengan panggilan buruk boleh jadi panggilan/gelar itu dilakukan atas dasar dugaan yang tidak berdasar. Demikian pula larangan berperasangka buruk. Prasangka buruk mengundang upaya mencari tahu kesalahan orang lain yang justru ditutupi oleh pelakunya. Rangkaian ayat di atas juga menegaskan bahwa sebagian dugaan adalah dosa yakni dugaan yang tidak berdasar. Biasanya dugaan yang tidak berdasar dan mengakibatkan dosa adalah dugaan buruk terhadap pihak lain. Dengan menghindari dugaan dan prasangka buruk, anggota masyarakat akan hidup tenang dan tentram serta produktif, karena mereka tidak akan ragu terhadap pihak lain dan tidak juga akan tersalurkan energinya kepada hal-hal yang sia-sia. Tuntunan ini juga membentengi setiap anggota masyarakat dari tuntutan terhadap hal-hal yang baru bersifat prasangka. Dengan demikian ayat ini mengukuhkan prinsip bahwa: Tersangka belum dinyatakan bersalah sebelum terbukti kesalahannya, bahkan seseorang tidak dapat dituntut sebelum terbukti kebenaran dugaan yang dihadapkan kepadanya. Memang bisikan-bisikan yang terlintas di dalam benak tentang sesuatu dapat ditoleransi, asal bisikan tersebut tidak ditingkatkan menjadi dugaan dan sangka buruk. Dalam konteks ini Rasul saw. berpesan: "Jika kamu menduga (yakni terlintas dalam benak kamu sesuatu yang buruk terhadap orang lain) maka jangan lanjutkan dugaanmu dengan melangkah lebih jauh (HR. Thabarani). Upaya melakukan tajassus dapat menimbulkan kerenggangan hubungan, karena itu pada prinsipnya ia dilarang. Ini tentu saja bila tidak ada alasan yang tepat untuk melakukannya. Selanjutnya perlu dicatat bahwa karena tajassus merupakan kelanjutan dari dugaan, sedang dugaan ada yang dibenarkan dan ada yang tidak dibenarkan, maka tajassus pun demikian. la dapat dibenarkan dalam konteks pemeliharaan negara atau untuk menampik mudharat yang sifatnya umum. Karena 228 itu memata-matai musuh atau pelanggar hukum, bukanlah termasuk tajassus yang dibenarkan. Adapun tajassus yang berkaitan dengan urusan pribadi seseorang dan hanya didorong untuk mengetahui keadaannya, maka ini sangat terlarang. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa ada seorang yang bermaksud mengadukan tetangganya kepada polisi karena mereka sering meminum minuman keras. Namun ia dilarang oleh Uqbah - salah seorang sahabat Nabi saw. yang menyampaikan bahwa Rasul saw. bersabda: "Siapa yang menutup aib saudaranya, maka ia bagaikan menghidupkan seorang anak yang dikubur hidup-hidup" (HR. Abu Daud dan an-Nasa'i melalui al-Laits Ibn Sa'id). Di sisi lain Mu'awiyah putra Abu Sufyan menyampaikan bahwa ia mendengar Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya jika engkau mencari-cari kesalahan/kekurangan orang lain, maka engkau telah merusak atau hampir saja merusak mereka" (HR. Abu Daud). Pakar-pakar hukum membenarkan ghibah untuk sekian banyak alasan antara lain : a. Meminta fatwa, yakni seorang yang bertanya tentang hukum dengan menyebut kasus tertentu dengan memberi contoh. Ini seperti halnya seorang wanita yang bernama Hind meminta fatwa Nabi menyangkut suaminya yakni Abu Sufyan dengan menyebut kekikirannya. Yakni : apakah sang istri boleh mengambil uang suaminya tanpa sepengetahuan sang suami? b. Menyebut keburukan seseorang yang memang tidak segan menampakkan keburukannya di hadapan umum. Seperti menyebut si A adalah Pemabuk, karena memang dia sering minum di hadapan umum dan mabuk. c. Menyampaikan keburukan seseorang kepada yang berwenang dengan tujuan mencegah terjadinya kemungkaran. d. Menyampaikan keburukan seseorang kepada siapa yang sangat membutuhkan informasi tentang yang bersangkutan, misalnya dalam konteks menerima lamarannya. Bahwa ghibah merupakan perusakan bagian dari masyarakat, satu demi satu sehingga dampak positif yang diharapkan dari wujudnya satu masyarakat menjadi gagal dan berantakan. Yang diharapkan dari wujudnya masyarakat adalah hubungan harmonis antar anggota-anggotanya, di mana setiap orang dapat bergaul dengan penuh rasa aman dan damai. Masing-masing mengenal anggota masyarakat lainnya sebagai seorang manusia yang disenangi, tidak dibenci atau dihindari. Adapun bila ia dikenal dengan sifat yang mengundang kebencian atau memperkenalkan aibnya, maka akan terputus hubungan dengannya sebesar kebencian dan aib itu. Dan ini pada gilirannya 229 melemahkan hubungan kemasyarakatan sehingga gunjingan tersebut bagaikan rayap yang menggerogoti anggota badan yang digunjing, sedikit demi sedikit hingga berakhir dengan kematian. Kata akh/suudara yang digunakan al-Qur'an tidak harus selalu berarti saudara segama. Bahkan al-Qur'an menegaskan kata seagama jika bermaksud menghilangkan kesan persaudaraan yang tidak seagama seperti firman-Nya: "Jika mereka bertaubat, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudara kamu seagama". (QS. at-Taubah/9: 11). Islam mengundang semua anggota masyarakat untuk bekerja sama menciptakan kesejahteraan bersama. Menggunjing salah seorang anggota masyarakat dapat melumpuhkan masyarakat itu Di sisi lain, bukankah menggunjing adalah suatu perbuatan yang tidak baik? Melakukan satu perbuatan buruk -terhadap siapa pun ditujukan- pastilah tidak direstui agama. Bukankah pergunjingan merupakan perlakuan tidak adil dan agama memerintahkan untuk menegakkan keadilan kepada siapa pun, walau terhadap orang-orang kafir. "Janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjid alHaram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran" (QS. al-Ma'idah/5: 2). Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa al-Qur'an ketika menguraikan tentang persaudaraan antara sesama muslim, yang ditekankannya adalah ishlah, sambil memerintahkan agar menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahpahaman (baca ayat 11-12). Rasul saw. pun melukiskan petunjuk serupa. Beliau melukiskan dampak persaudaraan dalam bentuk menafikan hal-hal buruk, bukannya menetapkan hal-hal baik. Beliau bersabda: "Muslim adalah saudara muslim yang lain. Ia tidak menganiayanya, tidak menyerahkannya kepada musuhnya, tidak saling membenci, tidak saling membelakangi, tidak bersaing secara tidak sehat dalam jual beli, tidak mengkhianatinya, tidak membohonginya, dan tidak meninggalkannya tanpa pertolongan,". Pada kesempatan lain dengan gaya tuntunan yang sama, Nabi saw. bersabda: "Seorang muslim adalah yang menyelamatkan kaum muslimin dari lidah dan tangannya", yakni yang selalu menghindarkan orang lain dari gangguan yang ditimbulkan oleh ucapan dan perbuatannya. Demikian terlihat bahwa langkah pertama bukanlah memberi sesuatu yang bermanfaat Tetapi yang lebih penting adalah menghindari terjadinya sesuatu yang negatif terhadap orang lain. Inilah yang dinamai as-salâm as-salbi/damai pasif. 230 Damai pasif adalah batas antara keharmonisan/kedekatan dan perpisahan, serta batas antara rahmat dan siksaan. Seorang muslim yakni yang menyandang sifat damai, paling tidak, bila dia tidak dapat memberi manfaat kepada selainnya, maka jangan sampai dia mencelakakannya. Kalau dia tidak memberi maka paling tidak dia tidak mengambil hak orang lain. Kalau dia tidak dapat menggembirakan pihak lain, maka paling tidak dia tidak meresahkannya, dan kalau dia tidak dapat memujinya, maka minimal dia tidak mencelanya. Setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan sesama muslim, ayat di atas beralih kepada uraian tentang prinsip dasar hubungan antar manusia. Karena itu ayat di atas tidak lagi menggunakan panggilan yang ditujukan kcpada orangorang beriman, Tetapi kepada jenis manusia. Hal ini untuk menegaskan bahwa semua manusia derajat kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan yang lain. Tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan karena semua diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Karena itu berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan agar menjadi yang termulia di sisi Allah. Dalam konteks ini, sewaktu haji wada' (perpisahan), Nabi saw. berpesan antara lain: "Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, tiada kelebihan orang Arab atas non Arab, tidak juga non Arab atas orang Arab, atau orang (berkulit) hitam atas yang (berkulit) merah (yakni putih) tidak juga sebaliknya kecuali dengan takwa, sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa" (HR. al-Baihaqi melalui Jabir Ibn Abdillah). Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Karena itu ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt. yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan kebahagiaan ukhrawi. Demikian juga halnya dengan pengenalan terhadap alam raya. Semakin banyak pengenalan terhadapnya, semakin banyak pula rahasia-rahasianya yang terungkap, dan ini pada gilirannya melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menciptakan kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Demikian hubungan antara derajat ketakwaan dengan keMaha-Tahuan Allah sampai hal yang terinci pada penggalan ayat terahir di atas. 231 Penutup ayat di atas (ن ﷲ عليم خبير ّ )إinna Allâh 'Alîm(un) Khabîr/ sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal mengandung pengertian bahwa hanya Allah yang mengetahui tempat kematian seseorang; "Dan tidak seorang pun yang mengetahui di bumi mana ia akan mati, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. " QS. Luqman/31: 34. Allah mengetahui rahasia yang sangat dipendam; "Dan ingatlah ketika Nahi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada 'Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua pembicaraan antara Hafshah dengun 'Aisyah) kepada Muhammad, lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan 'Aisyah) lalu Hafshah bertanya: "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." QS. At-Tahrim/66: 3. “Dan Allah mengetahui kualitas ketakwaan seseorang di sisi Allah”. Ini berarti bahwa adalah sesuatu yang sangat sulit bahkan mustahil, seorang manusia dapat menilai kadar dan kualitas keimanan serta ketakwaan seseorang. Yang mengetahuinya hanya Allah Swt. Di sisi lain, penutup ayat ini mengisyaratkan juga bahwa apa yang ditetapkan Allah menyangkut esensi kemuliaan adalah yang paling tepat, bukan apa yang diperebutkan oleh banyak manusia, karena Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal. Dengan demikian manusia hendaknva memperhatikan apa yang dipesankan oleh sang Pencipta manusia Yang Maha Mengetahui dan mengenal mereka juga kemaslahatan mereka. 5. Hikmah Kandungan Ayat a. Tumbuhnya kesadaran untuk selalu mengadakan perbaikan atas muslim yang tengah mengalami keretakan hubungan dengan bersikap adil dan bijaksana. b. Tumbuhnya kesadaran untuk tidak bersikap dan berperilaku menjelekkan saudara muslim atau siapapun baik dengan alasan dan dasar yang kuat. Dengan kata lain timbulnya kesadaran untuk ber"husn dzan" bukan "su'u dzan". c. Dalam hubungan komunikasi adalah tercela bila memanggil dan memberi gelar dengan gelar yang berkonotasi jelek, apalagi dengan nada menghina. Karena bila demikian sama halnya dengan merendahkan harkat dan martabat kemanusiaan. 232 d. Dalam konteks bermasyarakat, muslim dilarang untuk melakukan kegiatan keji yang menyangkut nama baik dan perilaku seseorang dengan buruk sangka. Sebab hal itu adalah sumber malapetaka perpecahan masyarakat. Yang termasuk dalam sikap buruk sangka adalah mencari kejelekan dan menggunjung ketika yang bersangkutan tidak berada di tempat. e. Takwa adalah puncak penilaian Allah SWT. terhadap seluruh umat manusia, tidak peduli siapa, kapan, di mana dan keturunan (suku, bangsa, agama dan lain-lain). E. QS. Ali Imraan/3: 103 1. Redaksi Ayat ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﲔ ﻗُـﻠُﻮﺑِ ُﻜ ْﻢ َ ﺖ اﻟﻠﱠـﻪ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ إِ ْذ ُﻛﻨﺘُ ْﻢ أ َْﻋ َﺪاءً ﻓَﺄَﻟﱠ َ ْ ﻒ ﺑَـ َ و ْاﻋﺘَﺼ ُﻤﻮا ﲝَْﺒ ِﻞ اﻟﻠﱠـﻪ َﲨ ًﻴﻌﺎ َوَﻻ ﺗَـ َﻔﱠﺮﻗُﻮا ۚ◌ َواذْ ُﻛ ُﺮوا ﻧ ْﻌ َﻤ ِ ﲔ اﻟﻠﱠـﻪُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ آﻳَﺎﺗِِﻪ َ َﺻﺒَ ْﺤﺘُﻢ ﺑِﻨِ ْﻌ َﻤﺘِ ِﻪ إِ ْﺧ َﻮاﻧًﺎ َوُﻛﻨﺘُ ْﻢ َﻋﻠَ ٰﻰ َﺷ َﻔﺎ ُﺣ ْﻔَﺮٍة ﱢﻣ َﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻓَﺄَﻧ َﻘ َﺬ ُﻛﻢ ﱢﻣْﻨـ َﻬﺎ ۗ◌ َﻛ َٰﺬﻟ ُ ﻚ ﻳـُﺒَـ ﱢ ْ ﻓَﺄ ﴾١٠٣﴿ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَـ ْﻬﺘَ ُﺪو َن Artinya “ dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuhmusuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imran/3: 103) 2. Makna Mufrodat Kata ( )جميعاjami'an/semua dan firman-Nya ( )والتفرقواwa la tafarraqû/janganlah bercerai berai. Kata ( )اعتصمواi'tashimû terambil dari kata ( )عصمashama, yang bermakna menghalangi. Penggalan ayat ini mengandung perintah untuk berpegang kepada tali Allah yang berfungsi menghalangi seseorang terjatuh. Kata ( )حبلhabl yang berarti tali, adalah apa yang digunakan mengikat sesuatu guna mengangkatnya ke atas atau menurukannya ke bahwa agar sesuatu itu tidak terlepas atau terjatuh. Memang, setiap orang yang berjalan pada jalang yang sulit, khawatir tergelincir jatuh, Tetapi jika dia berpegang pada tali yang terulur pada kedua ujung jalan yang dilaluinya, maka dia akan merasa aman untuk tidak terjatuh, apalagi jika tali tersebut kuat dan cara memegangnya pun kuat. Yang memilih tali yang rapuh, atau tidak berpegang teguh – walau talinya kuat – kemungkinan besar akan tergelincir. Tali yang dimaksud oleh ayat ini adalah ajaran agama, atau Al-Qur'an. Rasulullah Saw. melukiskan Al-Qur'an dengan sabdanya : ( )ھو حبل ﷲ المتينhuwa habl Allah al-matin/ Dia adalah tali Allah yang kukuh. Firman-Nya : ( )فألف بين قلوبكمfa allafa baina qulûbikum, yakni mengharmoniskan atau mempersatukan hati kamu menunjukkan betapa kuat jalinan kasih sayang dan persatuan mereka, karena yang diharmoniskan Allah bukan hanya langkah-langkah 233 mereka Tetapi hati mereka. Kalau hati telah menyatu, maka segala sesuatu menjadi ringan dipikul dan segala kesalah pahaman, jika seandainya muncul maka akan mudah diselesaikan. Memang, yang penting adalah kesatuan hati umat bukan kesatuan organisasi atau kegiatannya. Kata ( )إخواناikhwânan adalah bentuk jamak dari kata ( )أخakhun yang biasa diterjemahkan saudara. Makna asalnya adalah sama. Karena itu Al-Qur’an menamai orang-orang yang boros ( )إخوان الشياطينikhwân asy-syayâthîn (QS. Al-Isra’/17: 27) dalam arti memiliki sifat yang sama dengan sifat-sifat setan. Mereka yang dipersatukan hatinya oleh Allah itu, merada dirinya sama dengan yang lain. yang ringan sama mereka jinjing, dan yang berat mereka pikul bersama. Sakit saudaranya sama-sama mereka rasakan dan kegembiraannya pun mereka nikmati bersama. 3. Asbabub Nuzul Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika kaum Aus dan Khazraj sedang dudukduduk, berceritalah mereka tentang permusuhannya di zaman Jahiliyah, sehingga bangkitlah amarahnya, sehingga masing-masing memegang senjatanya. Maka turunlah ayat tersebut di atas (ayat 101,102,103) yang melerai mereka. (Diriwayatkan oleh al-Faryabi dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas). Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang Yahudi yang bernama Syash bin Qais, lalu di hadapan kaum Aus dan Khazraj yang sedang bercakap-cakap dengan riang gembira. Si Yahudi tadi merasa benci melihat keintiman mereka, padahal asalnya bermusuhan. Ia menyuruh seorang pemuda anah buahnya untuk ikut serta bercakap-cakap dengan mereka dan membangkitkan cerita di zaman Jahiliyah waktu perang Bu'ats. Mulailah kaum Aus dan Khazraj berselisih dan menyombongkan kegagahan masing-masing, sehingga tampillah Aus bin Qaizhi dari golongan Aus dan Jabbar bin Sakhr dari golongan Khazraj saling mencaci-maki dan menimbulkan amarah kedua belah pihak serta berloncatlah untuk berperang. Hal ini sampai kepada Rasulullah SAW sehingga beliau segera datang dan memberi nasihat serta mendamaikannya. Mereka tunduk dan taat. Maka turunlah ayat tersebut di atas (ayat 100) berkenaan dengan Aus dan Jabbar serta orang-orang yang menjadi pengikutinya, dan ayat 99 berkenaan dengan Syash bin Qais yang telah mengadu domba kaum muslimin. (Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan Abu asy-Syaikh yang bersumber dari Zaid bin Aslam) 234 4. Analisis Kandungan Ayat Dapat juga dikatakan ayat ini berpesan kepada kaum muslimin secara kolektif bersama-sama. Pesan dimaksud adalah Berpegang teguhlah, yakni upayakan sekuat tenaga untuk mengaitkan diri satu dengan yang lain dengan tuntunan Allah sambil menegakkan disiplin kamu semua tanpa terkecuali. Sehingga kalau ada yang lupa ingatkan dia, ata ada yang tergelincir, bantu dia bangkit agar semua dapat bergantung kepada tali agama Allah. Kalau kamu lengah atau ada salah seorang yang menyimpang, maka keseimbangan akan kacau dan disiplin akan rusak, karena itu bersatu padulah, dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatlah nikmat Allah kepadamu. Bandingkanlah keadaan kamu sejak datangnya Islam dengan ketika kamu dahulu pada masa jahiliyah bermusuh-musuhan, yang ditandai oleh peperangan yang berlanjut sekian lama generasi demi generasi maka Allah mempersatukan hati kamu pada satu jalan dan arah yang sama, lalu menjadilah kamu, karena nikmat Allah yaitu dengan agama Islam, orang-orang yang bersaudara; sehingga kini tidak ada lagi bekas luka di hati kamu masing-masing. Penyebutan nikmat ini merupakan argumentasi keharusan memelihara persatuan dan kesatuan – argumentasi – yang berdasarkan pengalaman mereka. Itulah nikmat duniawi yang kamu peroleh dan yang telah kamu alami, dan di akhirat nanti kamu akan memperoleh nikmat juga, karena ketika kamu bermusuh-musuhan sebenarnya kamu telah berada di tepi jurang api (neraka), sebab kamu hidup tanpa bimbingan wahyu, lalu dengan kedatangan Islam Allah menyelamatkan kamu darinya, yakni dari keterjerumusan atau tepi atau dari neraka itu. Demikianlah, yakni seperti penjelasan-penjelasan di atas Allah terus-menerus menjelaskan ayat- ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk secara terus-menerus pula. Memang petunjuk Allah tidak ada batasnya. "Allah akan menambah petunjuk- Nya bagi orang-orang yang telah memperoleh petunjuk" (QS. Maryam [19] : 76). Dalil yang dikemukakan kali bukan dalil pengalaman, Tetapi lebih kepada dalil logika. Ada juga yang memahami kata api atau neraka dalam arti neraka duniawi dan apinya berupa api perpecahan permusuhan dan dengki-mendengki. Demikian terlihat bahwa perintah mengingat nikmat-Nya merupakan alasan atau dalil yang mengharuskan mereka bersatu padu, berpegang dengan tuntunan Ilahi. Ini sejalan dengan kebiasaan Al-Qur’an yang bila memerintahkan sesuatu atau melarangnya menyertakan dalil dan alasan perintah atau larangan, atau paling tidak memerintahkan untuk memikirkannya. Itu terlihat dalam berbagai perintah dan larangan-Nya baik menyangkut akidah, seperti tentang keesaan Allah yang penuh 235 dengan aneka argumentasi, atau syariat, seperti ketika memerintahkan puasa dan zakat, atau melarang riba dan minuman keras, maupun dalam soal akhlak, seperti ketika memerintahkan berbakti kepada ibu dan bapak khususnya ibu yang telah berpayah-payah dan menyusukan anak. Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa keberagamaan yang dituntutnya adalah yang didasarkan pada pemahaman dan kejelasan argumentasi, walau harus pula dinyatakan bahwa jika seseorang tidak mengetahui dalil atau alasan sesuatu yang diperintahkan-Nya maka itu bukan berarti dia tidak dituntut untuk melaksanakannya. Ini karena sejak semula telah dinyatakan bahwa agama adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.., dan bahwa alam raya dan segala isinya adalah miliki-Nya semata, dan sejak semula agama ini menuntut adanya iman, sedang iman bukan lahir melalui pengembangan nalar atau akal, Tetapi melalui penyucian hati atau kalbu. Melalu kalbu kepercayaam lahir dan dibina, dan melalu akal, kepercayaan yang telah ada benihnya itu diasah dan diasuh, sehingga semakin kokoh. Karena itu, Al-Qur’an dalam dakwahnya memberikan perhatian sangat besar terhadap akal yang merupakan alat penyerap dan pemahaman ajaran serta kalbu yang menjadi wadah dan pemicu lahirnya iman dan tekad pengamalan. Karena itu pula, Al-Qur’an meyakinkan sasaran dakwah tentang kebenaran ajarannya dengan argumentasi-argumentasi rasional, disertai dengan sentuhansentuhan emosional. Dan hampir selalu hal ini dikaitkan dengan dunia empiris (nyata). 5. Hikmah Kandungan Ayat a. Persatuan apapun bentuk dan namanya, di mana dan kapan saja harus menempatkan agama sebagai dasar persatuannya. Sebab hal itu akan mengikat anggota kelompok sebagai saudara seiman. b. Kesamaan visi dan misi yang dilandasi oleh kaidah agama akan berdampak pada baiknya proses kerja (kinerja) karena bermuara pada tujuan yang telah ditentukan bersama. c. Persatuan yang dilandasi oleh visi dan misi yang sama sebagai akibat langsung dari kesamaan iman merupakan nikmat Allah SWT yang luar biasa dalam membangun berikutnya. peradaban manusia dengan kelangsungan hidup generasi 236 d. Setiap muslim harus mempunyai kemauan untuk mengajak diri dan lingkungan manusia agar mempunyai kecenderungan merasa butuh dengan persatuan, karena besarnya manfaat yang ada pada sisi persatuan itu sendiri. TUJUAN DAN FUNGSI MANUSIA A. QS.: AL BAQARAH/2: 30 ِ ِ ِ َ ض ﺧﻠِﻴ َﻔﺔً ۖ◌ ﻗَﺎﻟُﻮا أ ِ ِ ِ ِ َ وإِ ْذ ﻗَ َﺎل رﺑﱡ ﻚ ْ ُ َﲡ َﻌ ُﻞ ﻓ َﻴﻬﺎ َﻣﻦ ﻳـُ ْﻔ ِﺴ ُﺪ ﻓ َﻴﻬﺎ َوﻳَ ْﺴﻔ َ ِ ﻚ ﻟ ْﻠ َﻤ َﻼﺋ َﻜﺔ إِ ﱢﱐ َﺟﺎﻋ ٌﻞ ِﰲ ْاﻷ َْر َ َ ِ ِ ﴾٣٠﴿ ﻚ ۖ◌ ﻗَ َﺎل إِ ﱢﱐ أ َْﻋﻠَ ُﻢ َﻣﺎ َﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن َ َﱢس ﻟ َ اﻟﺪ ُ ﱢﻣﺎءَ َوَْﳓ ُﻦ ﻧُ َﺴﺒﱢ ُﺢ ﲝَ ْﻤﺪ َك َوﻧـُ َﻘﺪ Artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Mengenai tafsir Surat Al-Baqarah/2: 30 di kalangan para ahli tafsir ada 2 pendapat : (1) Pendapat para Mufassir Salaf Lebih selamat kalau ayat tersebut kita anggap tidak ada yang lebih tahu maksudnya kecuali Allah Swt. Tetapi kita tetap yakin bahwa Allah tidak memberikan informasinya kepada kita kecuali untuk semata-mata kita ambil sebagai landasan dalam bersikap dan bertindak. Hanya saja kita tidak tahu maksud sebenarnya yang tersirat dalam ayat 30 tersebut, sekalipun dengan menggunakan bahasa yang sebenarnya tidak sulit untuk dipahami. Berbeda dengan ayat sesudahnya QS. Al-Baqarah/2: 31 yang dapat kita pahami bahwa manusia oleh Allah telah diberi keistimewaan tertentu dengan dibekali berbagai macam ilmu, agar ia mampu mengelolah dunia beserta dengan isinya yang memang dipersiapkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Akan Tetapi gambaran dalam ayat 30 tentang perdebatan atau tanya jawab antara Allah dan para Malaikat sama sekali tidak kita ketahui maksudnya. Kecuali kalu kita korelasikan dengan ayat 31, maka ada beberapa kemungkinan tentang maksud ayat 30 itu sebagai berikut: 1. manusia tidak dituntut untuk mengetahui semua rahasia dan hikmah yang tersirat dalam proses awal penciptaan dirinya, karena para malaikat sendiri juga tidak tahu. 2. Ketika para malaikat bertanya-tanya, maka Allah berkenan memberikan petunjuk yang intinya menghendaki supaya mereka tunduk dan patuh tanpa perlu mengajukan pertanyaan, kemudian memberikan penjelasan bahwa manusia telah 237 dibekali dengan berbagai cabang ilmu yang tidak mereka miliki. Lalu allah pamerkan kemampuan manusia itu kepada para malaikat sebagaimana disebutkan dalam ayat 31. 3. Allah merestui hambahnya untuk bertanya tentang rahasia penciptaan manusia yang mereka tidak ketahui. Pertanyaan malaikat yang disebutkan dalam ayat 30 itu boleh jadi dalam bentuk ucapan jika mereka berpotensi untuk berbicara seperti kita, dan boleh jadi dalam bentuk sikap tunduk yang disertai dengan permohonan agar mereka diberi ilmu untuk dapat mengetahui sesuatu yang musykil (sulit dipahami). 4. Ayat 30 itu bertujuan untuk menghibur Nabi Muhammad SAW yang lagi susah dalam menghadapi pelecehan kaum musyrik terhadap dakwahnya, bahkan beliau lebih susah lagi ketika menghadapi tantangan mereka untuk meminta bukti yang dapat mereka pegang. Maka Allah pun memberikan contoh kepada beliau tentang abagimana menanggapi tuntutan malaikat untuk meminta penjelasan tentang rahasia yang tidak mereka ketahui. Dalam hal ini nabi termasuk beliau sebaiknya selalu tetap bersabar dalam menghadapi kaum penentang dan tetap menyikapi mereka sebagaimana Allah menyikapi para malaikat, yaitu dengan memberikan argumentasi yang tidak terbantahkan. (2) Pendapat Golongan Mufassir Kholaf (Modern) Surat Al-Baqarah/2: 30 tergolong Ayat Mutasyabihat yakni ayat yang dalam upaya mengetahui maksudnya diperlukan Ta’wil. (memindahkan ayat dari makna tekstual ke dalam makna kontekstual agar bisa diterima oleh akal yang sehat). Jika sebuah ayat tidak memerlukan ta’wil maka tergolong Ayat Muhkamat. Ayat 30 dalam Surat Al-Baqarah/2 itu disusun oleh Allah Swt. dalam bahasa Allegoris (Majasi/kias) tentang proses awal kejadian manusia beserta karakteristiknya, tujuanya adalah supaya mudah dipahami. Dalam ayat tersebut dikisahkan bahwa para malaikat mengajukan permohonan kepada Allah agar diberitahu tentang bagaimana sebenarnya makhlik baru yang bernama manusia itu diciptakan sebagai Khalifah, yang pengertiannya menurut mereka adalah makhluk yang bebas bertindak dan bebas menentukan. mereka merasa cemas, jangan-jangan manusia itu bisa berbuat sesuatu yang tidak membawa kemaslahatan dimuka bumi, sehingga tidak sesuai dengan tujuan semula mereka diciptakanya. Melihat sikap para malaikat seperti itu, maka Allah memberikan ilham (inspirasi) kepada mereka agar tunduk dan patuh kepada Dzat Yang Maha Tahu. Apapun yang menyempit dalam pengetahuan malaikat, jin, manusia justru sangat luas dalam pengetahuan Dzat Yang Maha Tahu. 238 Barangkali jawaban dari Allah itu belum meredakan kecemasan para malaikat. Karena itu, dalam ayat 31 dijelaskan bahwa Nabi Adam sebagai manusia pertama oleh Allah telah diberi pengetahuan tentang segala sesuatu lalu dipamerkan kepada para malaikat. Barulah mereka tahu bahwa ”tujuan pokok penciptaan manusia adalah menyiapkan penyebaran ilmu tentang segala sesuatu yang tidak diketahui oleh malaikat, sehingga manusia layak diberi mandat penuh sebagai khalifah dibumi. sedangkan pertumpahan darah antar sesama manusia yang mereka cemaskan itu tidak akan menghilangkan hikmah dan tujuan pokok penciptaan manusia beserta pemberian mandat kekhalifahan kepadanya. Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah (abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar. Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, Tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang. Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah). 2. Memakmurkan Bumi Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat 239 melanjutkan eksplorasi itu. Memakmurkan bumi juga berarti menjaga lingkungan sekitarnya, menjaga kelestarian hutan dan para penghuninya, karena jika semuanya terjaga benar oleh manusia, maka bencana yang diakibatkan oleh kesalahan manusia akan sedikit kemungkinan terjadinya. 3. Memelihara Bumi Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari. Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam). Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi dari kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4: ِ َﻀْﻴـﻨَﺎ إِ َﱃ ﺑ ِﲏ إِ ْﺳﺮاﺋِﻴﻞ ِﰲ اﻟْ ِﻜﺘ ِ ْ ض َﻣﱠﺮﺗَـ ِ ﺎب ﻟَﺘُـ ْﻔ ِﺴ ُﺪ ﱠن ِﰲ ْاﻷ َْر ﲔ َوﻟَﺘَـ ْﻌﻠُ ﱠﻦ ﻋُﻠًُّﻮا َﻛﺒِ ًﲑا َ ََوﻗ َ َ َ Artinya: dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar“. (QS. Al Isra : 4) Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang diciptakan oleh Allah Swt. karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. B. QS. ADZ-DZARIYAT : 56 ِْ وﻣﺎ ﺧﻠَ ْﻘﺖ ِ اﻹﻧﺲ إِﱠﻻ ﻟِﻴـﻌﺒ ُﺪ ﴾٥٦﴿ ون ُ َ ََ ُ ْ َ َ ِْ اﳉ ﱠﻦ َو Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.” 240 Ayat ini tidak boleh ditafsirkan secara berdiri sendiri, karena masih ada kaitanya dengan ayat-ayat 52 – 60. Ayat-ayat ini merupakan merupakan satu paket sehingga dalam kitab-kitab tafsirpun tidak ditafsirkan secara berdiri sendiri-sendiri. Karena itu, ayat sebelumnya yaitu Qs. adz-Dzariat/51: 52-55 menjadi bagian dari penafsiran Qs. adz-Dzariat/51: 56 ِ ِ َﻛ َٰﺬﻟِﻚ ﻣﺎ أَﺗَﻰ اﻟﱠ ِﺬ ِ ٍ اﺻ ْﻮا ﺑِِﻪ ۚ◌ ﺑَ ْﻞ ُﻫ ْﻢ َ ﴾ أَﺗَـ َﻮ٥٢﴿ ﻳﻦ ﻣﻦ ﻗَـْﺒﻠ ِﻬﻢ ﱢﻣﻦ ﱠر ُﺳﻮل إِﱠﻻ ﻗَﺎﻟُﻮا َﺳﺎﺣٌﺮ أ َْو َْﳎﻨُﻮ ٌن َ َ َ ٍ ِ ﴾ ﻓَـﺘـﻮﱠل ﻋْﻨـﻬﻢ ﻓَﻤﺎ أ٥٣﴿ ﻗَـﻮم ﻃَﺎﻏُﻮ َن ِِ ﴾٥٥﴿ ﲔ َ ﴾ َوذَ ﱢﻛ ْﺮ ﻓَِﺈ ﱠن اﻟ ﱢﺬ ْﻛَﺮ ٰى ﺗَﻨ َﻔ ُﻊ اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ٥٤﴿ َﻧﺖ ﲟَﻠُﻮم َ َ ْ ُ َ ََ ٌْ Artinya: 52. Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: “Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila”. 53. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. 54. Maka berpalinglah kamu dari mereka, dan kamu sekali-kali tidak tercela. 55. Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orangorang yang beriman. Ayat- ayat 52 – 55 dalam Surat Adz-Dzariyat secara berurutan menjelaskan bahwa setiap rosul menghadapi tantangan yang sama, yaitu orang-orang yang mengaku menyembah Allah, Tetapi allah diserupakan atau dianggap menyatu dengan patung, berhala dan sebagainya.selain itu mereka menganggap Rasul allah sebagai tukang tenung, dukun, orang gila dan sebagainya. Maka dalam rangka memberikan motivasi kepada Nabi Muhammad SAW allah bertanya “Apakah mereka yang ingkar itu dapat disadarkan?” Pertanyaan ini dijawab sendiri oleh allah : “Tidak, bahkan mereka semakin angkuh, lalim dan melampaui batas”. Karena itu Nabi Muhammad diminta oleh allah supaya tidak mempedulikan kaum Quraisy yang ingkar dan tidak perlu melayani debat mereka, karena menurut pandangan Allah Beliau sudah menyampaikan misinya secara optimal dan maksimal. Selanjutnya beliau dimotivasi lagi oleh allah supaya terus menyampaikan peringatan tanpa putus asa, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman, dan mereka inilah yang mendapat petunjuk dari allah. Setelah memberikan penjelasan-penjelasan tersebut di atas, barulah ayat 56 menegaskan bahwa Jin dan manusia tidak diciptakan semata-mata kecuali untuk menerima kewajiban menyembah dan mengabdi kepada Allah. Lebih lanjut dalam ayat 57 ditegaskan bahwa penekanan perintah beribadah itu bukan berarti Allah membutuhkan mereka, melainkan merekalah yang membutuhkan Allah Dia Yang Maha Pemberi Rizki dan Maha Perkasa. Selanjutnya ayat 58-60 berisi ancaman yang ditujukan kepada seluruh penduduk makkah yang ingkar sebagaimana yang telah ditimpahkan oleh allah kepada umat-umat terdahulu. Pada bagian akhir ayat 56 yang 241 terpenting adalah liya’budun (untuk beribadah). Penafsiran terhadap lafadz liya’budun tersebut dari kalangan para ahli tafsir menafsirkan dengan ragam, antara lain : 1. Imam Mujahid menafsirkan dengan ليعرفو نيartinya : “supaya mereka mengenal-Ku”. Alasanya: Seandainya Jin dan Manusia tidak diciptakan, niscaya mereka tidak bakal mengenal wujud Allah beserta keesaan-Nya. Penafsiran yang pertama ini diperkuat dengan hadis Qudsi (firman Allah diluar Al-Qur’an yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw.) : ﻛﻨﺖ ﻛﻨﺰا ﻣﺨﻔﻴﺎ ﻓﺄردت ان آﻋﺮف ﻓﺨﻠﻘﺖ اﻟﺨﻒ ﻓﺒﻲ ارﻓﻮﻧﻲ Artinya: “Aku adalah dzat yang tersembunyi, maka Aku ingin dikenal, oleh karena itu, Aku menciptakan makhluk, agar dengan (kehendak)Ku mereka dapat mengenal-Ku”. 2. Imam Az-Zajjaj menafsirkan dengan makna: آلمرھم وانھاھمartinya: “Untuk Kubebankan kepada mereka perintah dan larangan”. Penafsiran yang kedua ini berdasarkan firman Allah QS. At-Taubah/9 : 31. ح ًۭدا ِ َو َمآ ُأ ِم ُر ٓو ۟ا إِ ﱠال لِيَ ْع ُب ُد ٓو ۟ا إِ ٰلَ ۭ ًھا ٰ َو Artinya : “Mereka tidak diperintahkan selain untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa”. 3. Sejumlah Mufassir yang lain menafsirkanya dengan makna : “Supaya mereka tunduk dan patuh kepada-Ku”. Karena setiap makhluk baik Jin atau manusia harus tunduk kepada ketetapan Allah, patuh kepada kehendak-Nya dan mengikuti segala aturan-Nya. Mereka diciptakan atas kehendak-Nya, dan diberi rizki menurut ketentuan-Nya, sehingga tak seorang pun di antara mereka mampu memberi manfaat atau mahdlarat kepada dirinya sendiri, apalagi kepada orang lain. 4. Sahabat Ibnu Abbas r.a. dengan didukung oleh Imam Ibnu Jarir At Thabari menafsirkanya dengan makna: ” Supaya mereka – suka atau tidak suka – mengakui keharusan menyembah-Ku”. Pada akhirnya penafsiran yang berbeda-beda itu dapat dikompromikan dalam satu makna: ”bahwasanya Jin dan Manusia tidaklah diciptakan oleh Allah kecuali untuk semata-mata beribadah kepadaNya”. Penafsiran inilah yang paling umum dikenal oleh umat Islam. Dalam terminology kajian keislaman, terdapat macam-macam ibadah, di antaranya: 1. Ibadah Makhdlah ة َ خ ِ : yaitu ibadah yang ada kaitanya dengan hablun ٌ ض ْ عباَ َد ٌة َم Minnallah ( hubungan vertikal / hubungan dengan Allah ) seperti thaharah, puasa, shalat, zakat, haji, umrah, dzikir, do’a, dan sebagainya. 242 2. Ibadah Ghoiru Makhdlah ة َ خ ِ : yaitu ibadah yang ada kaitanya dengan ٌ ض ْ عباَ َد ٌة غَ ْي ُر َم hablun minan nas ( hubungan horisontal / hubungan antar manusia ) seperti berbakti kepada kedua orang tua, menyantuni fakir miskin, menghormati tetangga, menyantuni anak yatim, menghormati guru, bekerja mencari rizki yang halal, menjenguk orang sakit, ta’ziah, dan sebagainya. Selain itu ada lagi pembagian ibadah dalam dua bagian : 1. Ibadah Muqayyadah عباَ َد ٌة ُم َقيﱠ َد ٌة ِ ; menurut K.H.AM. Sahal Mahfudh disebut ibadah formal linguistik, artinya ibadah yang perintah anjuranya disebutkan dalam nash, begitu pula mengenai teknis pelaksanaanya sudah ada ketentuan dalam nash, sehingga tidak boleh dikarang-karang, ditambah, dikurangi, ataupun diubah, misalnya : thaharah, shalat fardlu, shalat sunnah, shalat jum’at, shalat jenazah, puasa wajib, puasa sunnah, haji, umrah, qurban, aqiqah, dan sebagainya. ْ عباَ َد ٌة ُم 2. Ibadah Muthlaqah ة ِ ; ibadah yang perintah / anjuranya disebutkan ٌ طلَ َق dalam nash Tetapi teknis pelaksanaanya tidak ditentukan. misalnya : dzikir, membaca Al-Qur’an, membaca shalawat, do’a, dan sebagainya. Ibadah Muthlaqah inilah yang bisa diterapkan menurut kondisi setempat. Syekh Yusuf Al Qardlawi dalam kitabnya ”Al-Ibadah Fil Islam ” menjelaskan bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia dapat bernilai ibadah dan berpahala manakalah memenuhi persyaratan yang beliau rangkum dalam 2 pertanyaan: 1. ف تَ ْع ُب ُد َ َك ْي: “Bagaimanakah anda beribadah ?” pertanyaan ini mengisyaratkan bahwa : perbuatan itu harus ada perintahnya, anjuranya, atau minimal dibenarkan dalam syariat islam cara pelaksanaanya tidak boleh menyimpang dari ketentuan syariat islam ibadah makhdlah standarnya : tidak boleh dilakukan kecuali yang diperintahkan/ dianjurkan; ibadah ghoiru makhdlah standarnya : segala sesuatu boleh dilakukan kecuali yang diharamkan. perbuatan apapun yang diperintahkan, dianjurkan, atau dibenarkan dalam islam harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan berkualitas. 2. لِماَذاَ تَ ْع ُب ُد: ” Untuk apakah anda beribada ? “ pertanyaan ini mengisyaratkan perlunya keikhlasan dalam berbuat sesuatu yang bernilai ibadah, tidak boleh ada tendensi lain yang terselubung. Korelasi atau munasabah antara surah Al-Baqarah/2: 30 dan QS. Adz-Dzariyat51/ 56 1. Qs. Al-Baqarah/2 : 30 tergolong ayat yang mutasyabihat sedangkan Surat AdzDzariyat/51 : 56 tergolong ayat yang Muhkamat. 243 2. Qs. Al-Baqarah/2 : 30 mengungkapkan tugas manusia sebagai khalifah sedangkan Surat Adz-Dzariyat/51 : 56 mengungkapkan tugas manusia sebagai hamba Allah. 3. Sebagai khalifah tugasnya : menegakkan hukum-hukum Allah dimuka bumi mengatur dan mengelolah segenap isi bumi demi kemaslahatan hidup manusia itu sendiri Sedangkan sebagai hamba Allah tugasnya beribadah kepada Allah 4. Sebagai khalifah diperlukan pendalaman syariat islam dan penguasaan IPTEK; tentu saja kedua hal ini hukumnya ” Fardlu Kifayah ” ( kewajiban kolektif ). Sedangkan sebagai hamba Allah diperlukan penghayatan iman dan penerapan nilai-nilai taqwa dalam kehidupan sehari-hari; kedua hal terakhir inilah hukumnya ” Fardlu A’in” ( kewajiban perorangan : setiap muslim). PENCIPTAAN MANUSIA A. QS. AL MUKMINUN : 12-14 ٍ ﴾ ﰒُﱠ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎﻩُ ﻧُﻄْ َﻔﺔً ِﰲ ﻗَـﺮا ٍر ﱠﻣ ِﻜ١٢﴿ ﲔ ٍ اﻹﻧﺴﺎ َن ِﻣﻦ ُﺳ َﻼﻟٍَﺔ ﱢﻣﻦ ِﻃ ِ َ﴾ ﰒُﱠ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔﺔ١٣﴿ ﲔ َ َ ْ َوﻟََﻘ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ْ ﻀﻐَﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ ُﻤ ْ َﻋﻠَ َﻘﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ َﻌﻠَ َﻘﺔَ ُﻣ َ ﻀﻐَﺔَ ِﻋﻈَ ًﺎﻣﺎ ﻓَ َﻜ َﺴ ْﻮﻧَﺎ اﻟْﻌِﻈَ َﺎم َﳊْ ًﻤﺎ ﰒُﱠ أ َ َﻧﺸﺄْﻧَﺎﻩُ َﺧ ْﻠ ًﻘﺎ ُآﺧَﺮ ۚ◌ﻓَـﺘَﺒَ َﺎرَك اﻟﻠﱠـﻪ ِِ ْ أَﺣﺴﻦ ﴾١٤﴿ ﲔ َ اﳋَﺎﻟﻘ َُ ْ Artinya: 12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Sebagai hamba Allah dan khalifahnya dibumi, dan sekaligus satu-satunya makhluk yang telah dipersiapkan untuk mampu berusaha memiliki ilmu, maka manusia oleh Allah disempurnakan kejadiannya sedemikian rupa,jauh lebih sempurna dari pada kejadian seluruh makhluk lainnya.Manusia memang diciptakan oleh Allah dari saripati tanah, suat jenis bahan yang tidaklebih unggul dari pada asal kejadian makhlukmakhluk lainnya; bukan bahannya yang unggul melainkan proses kejadiannya. ٍ اﻹﻧﺴﺎ َن ِﻣﻦ ُﺳ َﻼﻟٍَﺔ ﱢﻣﻦ ِﻃ ِ ﴾١٢﴿ ﲔ َ ْ َوﻟََﻘ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ Ayat ini menegaskan bahwa manusia diciptakan dari saripati tanah yang bersih, yang dimaksud “ Manusia “ di sini adlah nabi Adam AS, namun sebagian ahli tafsir memahaminya bukan Nabi Adam melainkan keturunan Adam, dengan alasan bahwa air mani itu tercipta dari darah yang berasal dari makanan yang dikomsumsi manusia,baik 244 makanan hewani maupun makanan nabati, namun makanan hewani justru berasal dari zat nabati. Semua zat nabati berasal dari saripati tanah dan air. Dengan demikian, manusia pada hakekatnya tercipta dari saripati tanah yang kemudian berproses menjadi air mani. Ahmad Muhammad Kamal mengatakan: Sesungguhnya “tanah” yang disebutkan dalam Al-Qur’an dengan istilah ب ِ mengandung arti kiasan (Majasi) karena manusia ٌ َ ُتراatau ين ٍ ط itu – bahkan seluruh makhluk hidup – tercipta secara kimiawi yang disebut “Protoplasma”, yakni zat hidup yang banyak mengandung sel-sel hewani dan nabati, dan secara mikro terdiri antar lain : oksigen, hidrogen, karbon, karbo hidrat, lemak, fosfor, kalsium, sodium, yodium, kalori, protein, dan zat besi. Apabila kita melihat segenggam tanah dengan mikroskop, niscaya kita akan menemukan zat-zat tersebut. Maka tidaklah berlebihan jika istilah “ Tanah” dalam Al-Qur’an kita pahami sebagai “ bahasa kiasan “ karena tubuh manusia, binatang, maupun tanaman sesudah mati justru kembali menjadi tanah. ٍ ﰒُﱠ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎﻩُ ﻧُﻄْ َﻔﺔً ِﰲ ﻗَـﺮا ٍر ﱠﻣ ِﻜ ﴾١٣﴿ ﲔ َ Ayat ini justru memperkuat pendapat pertama yang mengatakan bahwa Nabi Adam AS tercipta dari saripati tanah, sedangkan keturunan Adam tercipta dari air mani yang terhimpun di tulang punggung kaum laki-laki, yang apabila ditanamkan ke dalam rahim kaum perempuan maka terjadilah proses pertumbuhan calon manusia dari msa kehamilan sampai masa kelahiran. Namun demikian pendapat kedua – yang mengatakan bahwa seluruh manusia tercipta dari saripati tanah – juga bisa dibenarkan, karena air mani itu pun pada hakekatnya berasal dari tanah. ًﰒُﱠ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔﺔَ َﻋﻠَ َﻘﺔ Potongan ayat ini menjelaskan bahwa dalam rahim, air mani berproses menjdi segumpal darah, begitulah Tahap Pertama pertumbuhan calon manusia dalam rahim ibunya. Dalam hal ini Salim Muhammad mengatakan : “Manusia tercipta dari tanah” bisa dipahami sebagi terciptanya Nabi adam AS, dan bisa juga dipahami sebagai terciptanya seluruh manusia. Sebab air mani itu dari orang laki-laki maupun perempuan, yang tercipta dari saripati makanan yang dikonsumsi oleh tubuh mereka, sedangkan semua makanan berasal dari tanah. Karena itu, yang dimaksud dengan “Nutfah” bukan hanya air mani laki-laki saja, melinkan juga sel telur perempuan (ovum). Apabila terjadi persenyawaan di antara keduanya, maka pada tahap pertumbuhannya yang pertama terwujudlah “ segumpal darah“, yakni himpunan sel-sel hidup yang berasal dari sel telur perempuan setelah dibenihi air mani laki-laki. 245 ًﻀﻐَﺔ ْ ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ َﻌﻠَ َﻘﺔَ ُﻣ Potongan ayat ini menjelaskan “ tahap kedua pertumbuhan calon manusia ‘ dalam rahim, yaitu segumpal darah berproses menjadi segumpal daging yang belum menampakkan suatu bentuk atau pun lekuk-lekuk. ﻀﻐَﺔَ ِﻋﻈَ ًﺎﻣﺎ ْ ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ ُﻤ “Tahap ketiga” menurut potongan ayat ini adalah segumpal daging berproses menjadi sel-sel tulang. Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir potongan ayat tersebut justru diarahkan pada pengertian bahwa “ pada tahap ketiga ini calon manusia dalam rahim sudah berkepala, bertangan dua, dan berkaki dua, sekaligus dilengkapi dengan tulang, otot, dan urat “. ﻓَ َﻜ َﺴ ْﻮﻧَﺎ اﻟْﻌِﻈَ َﺎم َﳊْ ًﻤﺎ Potongan ayat ini menjelaskan : “Tahap keempat” yaitu sel-sel tulang terbungkus oleh daging, otot, dan berbagai jenis urat. Ahmad Musthafa al-Maraghi mengatakan: “ Dalam rahim, ‘air mani’ berubah menjadi “segumpal darah” setelah berproses selama 4 minggu, kemudian berubah lagi menjadi “segumpal daging” setelah berproses beberapa Minggu. Pada tahap berikutnya, barulah muncul sel-sel tulang beserta berbagai jenis urat yang membungkusnya. Dalam kitab tafsir Ibnu katsir potongan ayat tersebut dipahami sebagai tahap munculnya zat pelindung, zat perekat, dan zat penguat bagi seluruh organ tubuh manusia dalam rahim. آﺧَﺮ َ ﰒُﱠ أَﻧْ َﺸﺄْﻧَﺎﻩُ َﺧ ْﻠ ًﻘﺎ Setelah melewati tahap keempat, maka potongan ayat ini barulah calon manusia dalam rahim itu menampakkan bentuknya dengan anatomi yang rumit dan bentuk tubuh yang relatif pantas sebagai manusia untuk dipersiapkan sebagai saksi atas kemaha kuasaan dan kemahabesaran Allah SWT. Dalam kitab tafsir Ibnu katsir potongan ayat tersebut dimaknai sebagai tahap pemasangan roh ke dalam jasad manusia yang sudah sampai pada tahap akhir pertumbuhannya dalam rahim, sehingga jadilah ia sebagai manusia yang memiliki panca indera sekalipun belum berfungsi sepenuhnya. Pemahaman ini di perkuat dengan sebuah hadis: 246 رواﻩ اﺑﻦ أﰊ ﺣﺎﰎ- ﺚ اﻟﻠّﻪُ إِﻟَْﻴﻬﺎَ َﻣﻠَﻜﺎً ﻓَـﻨَـ َﻔ َﺦ ﻓِْﻴﻬﺎَ اﻟﱡﺮْو َح ِ ْﰲ ﻇُﻠُﻤﺎَ ٍت ﺛَﻼَ ٍث َ ﻠﻰ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔ ِﺔ أ َْرﺑَـ َﻌﺔُ أَ ْﺷ ُﻬ ٍﺮ ﺑَـ َﻌ ْ َإِذاَ أَﺗ َ ﺖ َﻋ ﻋﻦ ﻋﻠﻰ ﺑﻦ أﰊ ﻃﺎﻟﺐ “Apabila telah sampai pda air mani ( masa proses ) 4 bulan lamanya, maka Allah mengirimkan malaikat kepadanya untuk memasang roh kedalamnya ( ketika air mani itu masih berada ) di antar 3 kegelapan ( yakni di antara perut, rahim, dan selaput )” –HR Ibnu Abi Hatim dari Ali bin Abi Thalib -. ِِ ْ ﻓَـﺘﺒﺎرَك اﻟﻠﱠـﻪ أَﺣﺴﻦ ﴾١٤﴿ ﲔ َ اﳋَﺎﻟﻘ ُ َ ْ ُ َ ََ Baik dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir maupun tafsir al Maraghi potongan ayat tersebut dikatakan sebagai respons wahyu terhadap ucapan Umar Bin Khatab. Ketika ayat 12 – 14 dalam surat Al Mukminun diturunkan oleh Allah dengan pokok bahasan tentang asal dan proses kejadian manusia, maka dengan rasa kagun Sayidina Umar berkta : ِِ ْ ﻓَـﺘﺒﺎرَك اﻟﻠﱠﻪ أَﺣﺴﻦ ﲔ َ اﳋَﺎﻟﻘ ُ َ ْ ُ َ ََ “ Maha sucilah Allah Pencipta Yang Paling Baik” Seketika itu turunlah sepotong ayat yang bunyinya seperti yang diucapkan oleh Sayidina Umar. Rasulullah Saw. pun bersabda : “ Ya Umar, telah turun kepadaku sepotong ayat seperti yang engkau ucapkan itu ! “. B. QS. AN NAHL/16: 78 ِ ِ ِ ﺼ َﺎر َواﻷﻓْﺌِ َﺪ َة ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ ْﺸ ُﻜ ُﺮو َن ْ َواﻟﻠﱠﻪُ أ َ َْﺧَﺮ َﺟ ُﻜ ْﻢ ﻣ ْﻦ ﺑُﻄُﻮن أُﱠﻣ َﻬﺎﺗ ُﻜ ْﻢ ﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن َﺷْﻴﺌًﺎ َو َﺟ َﻌ َﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ اﻟ ﱠﺴ ْﻤ َﻊ َواﻷﺑ Artinya 78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. Ayat ini menurut Al Maraghi dalam tafsirnya mengandung penjelasan bahwa setelah Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat mengetahuisegala sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan kepadamu beberapa macam anugerah berikut ini : 1. Akal; sebagai alat untuk memahami sesuatu,terutama dengan akal itu kamu dapat membedakan antara yang baik dan yang jelek, antar yng lurus dan yang sest, antara yang benar dan yang salah. 2. Pendengaran; sebagai alat untuk mendengarkan suara, terutama dengan pendengaran itu kamu dapat memahami percakapan di antara kamu. 3. Penglihatan; sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan penglihatan itu kamu dapat saling mengenal di antara kamu. 247 4. Perangkat hidup yang lain; sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk mencari rizki dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat pula memilih mana yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang jelek. Semua yang di anugerahkan oleh Allah kepadamu tiada maksud lain kecuali supaya kamu bersyukur, artinya kamu gunakan semua anugerah Allah tersebut di atas semata-mata untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya yaitu : 1. ً يَ ْب َت ُغ ْونَ َفض: mengekploitasi sebanyak-banyak karunia Allah yang tersebar م ْ ن َربِّ ِھ ْ ْال ِم di seluruh belahan bumi-Nya demi kemaslaahatan hidup umat manusia. 2. ض َوانًا ْ َو ِر: dan meraih keridlaan-Nya, karena dengan keridlaan-Nya itulah hidupmu menjadi semakin bermartabat. Begitulah selayaknya yang harus dilakukan oleh setiap manusia sesuai tugas hidupnya sebagai hamba Allah dan khalifahnya di muka bumi. Menurut Imam Ghozali, semua anugerah Allah yang disebutkan dalam QS. AnNahl/16: 78 pada hakekatnya hnya merupakan sebagian saja, karena secara global anugerah Allah itu dapat dipaparkan dalam 5 macam : 1. Hidayatul Gharizah: Yakni anugerah Insting, seperti halnya bayi menangis karena pantasnya 2. Hidayatul Hawasy: Artinya anugerah Panca Indera 3. Hidayatul Aqli: Yakni anugerah Akal Pikiran. 4. Hidayatul Din: Artinya anugerah Petunjuk Agama. 5. Hidayatul Irsyad wa Taufiqi: Yakni anugerah Pengarahan dan Bimbingan. Anugerah Petunjuk Agama belum bisa menjamin manusia mampu melaksanakan tugas hidupmya, karena petunjuk agama itu hanya disampaikan saja sehingga tergantung manusianya, maukah mengikuti petunjuk agama atau tidak. Karena itu, bagi manusia masih diperlukan lagi anugerah Pengarahan dan Bimbingan langsung dari Allah SWT. Endang Saifuddin Anshar berpendapat bahwa agar dapat melaksanakan tugas hidupnya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi, maka manusia telah diberi oleh Allah 3 macam anugerah : 1. Perangkat Hidup seperti disebutkan dalam Surat An Nahl : 78. 2. Perbekalan atau Perlengkapan Hidup berupa sumber daya alam. 3. Petunjuk Hidup berupa ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Jika meminjam istilah agama, maka anugerah Allah yang pertama dpat digolomgkan dalam istilah “ Nikmat Mauhibi “, artinya nikmat yang diberikn oeh Allah kepad manusia secara gratis dan tinggal pakai. Sementara anugerah Allah yang kedua dapat digolongkan dalam istilah “ Nikmat Kasabi “, yakni nikmat yang tidak diberikan secara gratis, sehingga 248 manusia dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi agar dapat memperolehnya dengan sebanyak-banyaknya. Sejarah telah membuktikan bahwa bumi ini dalam bidang apapun pasti dikuasai oleh suatu bangsa yang SDM-nya jauh lebih tinggi dan penguasaan IPTEK-nya jauh lebih maju, sedangkan bangsa yang SDM-nya rendah dan tertinggal pasti menjadi jajahannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun anugerah Allah yang ketiga dalam satu sisi merupakan Nikmat Kasabi, karena manusia diberi hak memilih di antara mau mengikuti petunjuk hidup yang tertuang dalam ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul atau menolaknya. Tetapi dalam sisi lain tergolong Nikmat Mauhibi, karena pemberian petunjuk hidup itu merupakan hak prerogatif Allah sehingga Rasulullah sendiri hanya diberi hak untuk menyampaikannya saja, bukan memberikannya. BERLAKU ADIL DAN JUJUR A. QS. Al Maaidah/5: 8-10 1. Redaksi Ayat ِﱠ ِ ﲔ ﻟِﻠﱠ ِـﻪ ُﺷ َﻬ َﺪاءَ ﺑِﺎﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ ۖ◌ َوَﻻ َْﳚ ِﺮَﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ َﺷﻨَﺂ ُن ﻗَـ ْﻮٍم َﻋﻠَ ٰﻰ أﱠَﻻ َ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا ُﻛﻮﻧُﻮا ﻗَـ ﱠﻮاﻣ َ ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ ِ ﺗَـﻌ ِﺪﻟُﻮا ۚ◌ اﻋ ِﺪﻟُﻮا ﻫﻮ أَﻗْـﺮ ِﱠ ِ ِ ِ ۚ ۖ ﻳﻦ ْ ُ َ َُ ْ َ ﴾ َو َﻋ َﺪ اﻟﻠﱠـﻪُ اﻟﺬ٨﴿ ب ﻟﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮ ٰى ◌ َواﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠـﻪَ ◌ إ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪَ َﺧﺒﲑٌ ﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن ِﱠ ِ ِ ِ آﻣﻨُﻮا وﻋ ِﻤﻠُﻮا اﻟ ﱠ ِ ﺎب َ ِﻳﻦ َﻛ َﻔ ُﺮوا َوَﻛ ﱠﺬﺑُﻮا ﺑِﺂﻳَﺎﺗِﻨَﺎ أُوﻟَـٰﺌ ََ َ ْﻚأ ْ ﺼﺎﳊَﺎت ۙ◌ َﳍُﻢ ﱠﻣ ْﻐﻔَﺮةٌ َوأ ُ َﺻ َﺤ ٌ َﺟٌﺮ َﻋﻈ َ ﴾ َواﻟﺬ٩﴿ ﻴﻢ ﴾١٠﴿اﳉَ ِﺤﻴ ِﻢ ْ Artinya 8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 9. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. 10. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka. 2. Makna Mufrodat Surah an-Nisa/4: 135 memiliki redaksi yang serupa dengan ayat di atas, hanya saja di sana dinyatakan ( )كونــوا قــوامين بالقســط شــھداءkûnû qawwâmîna bil qisth syuhadâ lillah, sedangkan ayat di atas berbungi (شھداء بالقسـط )كونوا قوامينkûnû qawwâmîna lillah syuhadâ bil qisth. Perbedaan redaksi boleh jadi disebabkan karena ayat surah an-Nisa' di atas dikemukakan dalam konteks ketetapan hukum dalam pengadilan yang disusul dengan pembicaraan tentang kasus seorang muslim yang 249 menuduh seorang Yahudi secara tidak sah, selanjutnya dikemukakan uraian tentang hubungan pria dan wanita, sehingga yang ingin digarisbawahi oleh ayat itu adalah pentingnya keadilan, kemudian disusul dengan kesaksian. Karena itu redaksinya mendahulukan kata al-qisth (adil), baru kata syuhada' (saksi-saksi). Adapun pada ayat al-Ma'idah ini, maka ia dikemukakan setelah mengingatkan perjanjianperjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya, sehingga yang ingin digarisbawahi adalah pentingnya melaksanakan secara sempurna seluruh perjanjian itu, dan itulah yang dikandung oleh kata qawwâmîna lillah. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat surah an-Nisa' dikemukakan dalam konteks kewajiban berlaku adil terhadap diri, kedua orang tua dan kerabat, sehingga wajar jika kata al-qisth/keadilan yang didahulukan, sedang ayat al-Ma'idah di atas, dikemukakan dalam konteks permusuhan dan kebencian, sehingga yang perlu lebih dahulu diingatkan adalah keharusan melaksanakan segala sesuatu demi karena Allah, karena hal ini yang akan lebih mendorong untuk meninggalkan permusuhan dan kebencian. Kata ( )أصــحابashhâb adalah bentuk jamak dari kata ( )صــاحبshâhib/ yang menemani (teman). Yang menemani selalu bersama orang yang ditemaninya, sehingga ashhâb an-nâr, adalah orang-orang yang selalu menemani dan ditemani oleh api neraka, tidak pernah terlepas atau dapat melepaskan diri darinya. Itulah yang dimaksud dengan terjemahan penghuni neraka. 3. Analisis Kandungan Ayat Ayat ini menyeru : "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi Qawwamin, yakni orang-orang yang selalu dan bersungguh-sungguh menjadi pelaksana yang sempurna terhadap tugas-tugas kamu, terhadap wanita dan lainlain dengan menegakkan kebenaran demi karena Allah, serta menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kamu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, baik terhadap keluarga istri kamu yang Ahl al-Kitab itu, maupun terhadap selain mereka. Berlaku adillah, terhadap siapa pun walau atas dirimu sendiri karena ia, yakni adil itu lebih dekat kepada takwa yang sempurna, dari pada selain adil. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Di atas dinyatakan bahwa adil lebih dekat kepada takwa. Perlu dicatat bahwa keadilan dapat merupakan kata yang menunjuk substansi ajaran Islam. Jika ada agama yang menjadikan kasih sebagai tuntunan tertinggi, Islam tidak demikian. Ini, karena kasih dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat, dapat berdampak buruk. Bukankah jika Anda merasa kasihan kepada seorang penjahat, Anda tidak akan 250 menghukumnya ? Adil adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Jika seseorang memerlukan kasih, maka dengan berlaku adil Anda dapat mencurahkan kasih kepadanya. Jika seseorang melakukan pelanggaran dan wajar mendapat sanksi yang berat, maka ketika itu kasih tidak boleh berperanan karena ia dapat menghambat jatuhnya ketetapan hukum atasnya. Ketika itu yang dituntut adalah adil, yakni menjatuhkan hukuman setimpal atasnya. Setelah pada ayat 8 Allah memerintah dan melarang, kini melalui kedua ayat 9 dan 10 Allah menggembirakan dan mengancam, dengan menyatakan : Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang sesuai dengan isi hati mereka dan membuktikannya dengan beramal saleh, bahwa untuk mereka ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan pahala yang besar, baik di dunia lebihlebih di akhirat sebagai buah dan imbalan amal-amal baik mereka. Adapun orang- orang yang kafir, yang menolak ajakan Rasul dan mendustakan ayat-ayat Kami, yang disampaikan oleh para Rasul maka mereka itu – yang ditunjuk oleh ayat ini – bukan selain mereka yang sangat jauh dalam kekafirannya, serta amat jauh dari rahmat Allah, adalah penghuni-penghuni neraka. Janji Allah pasti ditepati-Nya. Karena sebab-sebab pengingkaran janji tidak dapat menyentuh Allah. Biasanya seseorang tidak memenuhi janjinya jika ia tidak tahu apa yang akan terjadi, atau tidak mampu memenuhi janjinya, atau takut dan ada kepentingan yang lain. Hal-hal tersebut tidak mungkin menyentuh Allah SWT sedikit pun, dan karena itu pasti janji-Nya yang baik terpenuhi. Memang janji-Nya yang berupa ancaman dapat tidak dipenuhi-Nya, bukan karena hal-hal di atas, Tetapi karena kasih sayang-Nya. Ancaman-Nya pun ketika disampaikan-Nya antara lain sekadar bertujuan menakut-nakuti, agar manusia menghidari apa yang dilarangNya. Ancaman yang dibatalkan, pada saat seseorang mampu menjatuhkannya merupakan salah satu hal yang terpuji. 4. Hikmah Kandungan Ayat a. Allah SWT menyeru kepada setiap mu'min menjadi penyebar keadilan di mana dan kapan pun. Karena bersikap adil, akan lebih mendekatkan pada sikap takwa, sebagai wujud keyakinan bahwa Allah SWT melingkupi segala perbuatan manusia. b. Kesadaran atas sikap berlaku adil menyangkut diri dan orang lain membawa dampak langsung bagi kebaikan balasan kelak di hari pembalasan. Dan begitu pula sebaliknya. 251 c. Kesadaran akan bersikap adil yang menyangkut pribadi sebagai saksi di pengadilan menjadikan pribadi itu termasuk kelompok orang-orang yang percaya diri dengan mantap dan termasuk orang-orang yang menghalangi/mencegah kerusakan masyarakat, menyangkut hasil dari proses pengadilan. B. QS. An Nahl/16 : 90-92 1. Redaksi Ayat ِ اﻹﺣﺴ ِ ﱠ ِ ِ ِ ﺎن َوإِﻳﺘَ ِﺎء ِذي اﻟْ ُﻘ ْﺮَ ٰﰉ َوﻳَـْﻨـ َﻬ ٰﻰ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﻔ ْﺤ َﺸ ِﺎء َواﻟْ ُﻤﻨ َﻜ ِﺮ َواﻟْﺒَـ ْﻐ ِﻲ ۚ◌ ﻳَﻌِﻈُ ُﻜ ْﻢ َ ْ ْ إ ﱠن اﻟﻠـﻪَ ﻳَﺄْ ُﻣ ُﺮ ﺑﺎﻟْ َﻌ ْﺪل َو ِِ ِ ِ ُ ﺪﰎ َوَﻻ ﺗَﻨ ُﻘ ْﺎﻫ ﱡ َ ﴾ َوأ َْوﻓُﻮا ﺑِ َﻌ ْﻬﺪ اﻟﻠﱠـﻪ إِ َذا َﻋ٩٠﴿ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮو َن َﻀﻮا ْاﻷَْﳝَﺎ َن ﺑَـ ْﻌ َﺪ ﺗَـ ْﻮﻛﻴﺪ َﻫﺎ َوﻗَ ْﺪ َﺟ َﻌ ْﻠﺘُ ُﻢ اﻟﻠﱠـﻪ ِ اﻹﺣﺴ ِ ﱠ ِ ۚ ِ ﱠ ِ ِ ِ ﺎن َوإِﻳﺘَ ِﺎء ِذي اﻟْ ُﻘ ْﺮَ ٰﰉ َ ْ ْ ﴾ إ ﱠن اﻟﻠـﻪَ ﻳَﺄْ ُﻣ ُﺮ ﺑﺎﻟْ َﻌ ْﺪل َو٩١﴿ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َﻛﻔ ًﻴﻼ ◌ إ ﱠن اﻟﻠـﻪَ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن ِ ِ ِ ِ ﺪﰎ ْﺎﻫ ﱡ َ ﴾ َوأ َْوﻓُﻮا ﺑِ َﻌ ْﻬﺪ اﻟﻠﱠـﻪ إِ َذا َﻋ٩٠﴿ َوﻳَـْﻨـ َﻬ ٰﻰ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﻔ ْﺤ َﺸﺎء َواﻟْ ُﻤﻨ َﻜ ِﺮ َواﻟْﺒَـ ْﻐ ِﻲ ۚ◌ ﻳَﻌﻈُ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮو َن ِ ِوَﻻ ﺗَﻨ ُﻘﻀﻮا ْاﻷَْﳝﺎ َن ﺑـﻌ َﺪ ﺗَـﻮﻛ ﴾٩١﴿ ﻴﺪ َﻫﺎ َوﻗَ ْﺪ َﺟ َﻌ ْﻠﺘُ ُﻢ اﻟﻠﱠـﻪَ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َﻛ ِﻔ ًﻴﻼ ۚ◌ إِ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪَ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن َ ْ َْ َ ُ Artinya: 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. 91. dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. 92. dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. 2. Makna Mufrodat Kata ( )العـدلal-'adl terambil dari kata (' )عـدلadala yang terdiri dari huruf-huruf 'ain, dal dan lam. Rangkaian huruf-huruf ini mengandung dua makna yang bertolak belakang, yakni lurus dan sama serta bengkok dan berbeda. Seseorang yang adil adalah berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan itulah yang menjadikan seseorang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. Beberapa pakat mendefinisikan adil dengan penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya. Ini mengantar kepada persamaan, walau dalam ukuran kuantitas boleh jadi tidak sama. Ada juga yang menyatakan bahwa adil adalah memberikan kepada pemilik hak-haknya, melalui jalan yang terdekat. Ini bukan saja menuntut seseorang memberi hak kepada pihak lain, Tetapi juga hak tersebut harus diserahkan tanpa menunda-nunda. "Penundaan utang dari seseorang yang mampu membayar hutangnya adalah penganiayaan." Demikian sabda Nabi Saw. Ada lagi yang berkata 252 adil adalah moderasi : "tidak mengurangi tidak juga melebihkan," dan masih banyak rumusan yang lain. Kata ( )اإلحسـانal-ihsân menurut ar-Raghib al-Ashfahani digunakan untuk dua hal, pertama memberi nikmat kepada pihak lain, dan kedua, perbuatan baik. Karena itu – lanjutnya – kata ihsan lebih luas dari sekadar "memberi nikmat atau nafkah." Maknanya bahkan lebih tinggi dan dalam dari kandungan makna adil, karena adil adalah "memperlakukan orang lan sama dengan perlakuannya terhadap Anda," sedang ihsan adalah "memperlakukannya lebih baik dari perlakuannya terhadap Anda." Adil adalah mengambil semua hak Anda dan atau memberi semua hak orang lain, sedang ihsan adalah memberi lebih banyak daripada yang harus Anda beri dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya Anda ambil. Kata ( )إيتــاءîtâ' / pemberian mengandung makna-makna yang sangat dalam. Menurut pakar bahasa Al-Qur'an, ar-Raghib al-Ashfahan, kata ini pada mulanya berarti "kedatangan dengan mudah." Al-Fairuzabadi dalam kamusnya menjelaskan sekian banyak artinya, antara lain, istiqâmah (bersikap jujur dan konsisten), cepat, pelaksanaan secara amat sempurna, memudahkan jalan mengantar kepada seorang agung lagi bijaksana, dan lain-lain. Dari makna-makna tersebut dapat dipahami apa sebenarnya yang dikandung oleh perintah ini dan apa yang seharusnya dilakukan oleh sang pemberi, serta bagaimana seyogyanya sikap kejiwaannya ketika memberi. Kata ( )الفحشـاءal-fahsyâ'/ keji adalah nama bagi segala perbuatan atau ucapan, bahkan keyakinan yang dinilai buruk oleh jiwa dan akal yang sehat, serta mengakibatkan dampak buruk bukan saja bagi pelakunya Tetapi juga bagi lingkungannya. Kata ( )المنكـرal-munkar/ kemungkaran dari segi bahasa, berarti sesuatu yang tidak dikenal sehingga diingkari. Itu sebabnya ia diperhadapkan dengan kata al-ma'rûf/ yang dikenal. Dalam bidang budaya kita dapat membenarkan ungkapan :"Apabila ma'ruf sudah jarang dikerjakan, ia bisa beralih menjadi munkar, sebaliknya bila munkar sudah sering dikerjakan ia menjadi ma'ruf." Ibn Taimiyah mendefinisikan munkar, dari segi pandangan syariat sebagai Segala sesuatu yang dilarang oleh agama. Dari definisi ini dapat disimak bahwa kata munkar lebih luas jangkauan pengertiannya dari kata ma'shiyat/ kedurhakaan. Binatang yang merusak tanaman, merupakan kemungkaran, Tetapi bukan kemaksiatan, karena binatang tidak dibebani tanggung jawab, demikian juga meminum arak bagi anak kecil, adalah mungkar, walau apa yang dilakukannya itu – melihat usianya – bukanlah maksiat. 253 Sesuatu yang mubah pun, apabila bertentangan dengan budaya, dapat dinilai mungkar, seperti misalnya bergandengan tangan dengan sangat mesra dengan istri sendiri di depan umum apabila dilakukan dalam suatu masyarakat yang budayanya tidak membenarkan hal tersebut. Munkar bermacam-macam dan bertingkat-tingkat. Ada yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap Allah, baik dalam bentuk pelanggaran ibadah, perintah nonibadah, dan ada juga yang berkaitan dengan manusia, serta lingkungan. Bahwa al- munkar, adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh suatu masyarakat serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. ia adalah lawan ma'ruf yang merupakan sesuatu yang baik menurut pandangan umum suatu masyarakat selama sejalan dengan al-khair. Kata ( )البغــيal-baghy/ penganiayaan terambil dari kata bagha yang berarti meminta/menuntut, kemudian maknanya menyempit sehingga pada umumnya ia digunakan dalam arti menuntut hak pihak lain tanpa hak dan dengan cara aniaya/tidak wajar. Kata tersebut mencakup segala pelanggaran hak dalam bidang interaksi sosial, baik pelanggaran itu lahir tanpa sebab, seperti perampokan, pencurian, maupun dengan atau dalih yang tidak sah, bahkan walaupun dengan tujuan penegakan hukum Tetapi dalam pelaksanaannya melampaui batas. Tidak dibenarkan memukul seseorang yang telah diyakini bersalah sekalipun dalam rangka memperoleh pengakuannya. Membalas kejahatan orang pun tidak boleh melebihi kejahatannya. Dalam konteks ini Al-Qur'an mengingatkan pada akhir surah ini bahwa: "Apabila kamu membalas maka balaslah persis sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kamu (QS. An-Nahl/16: 128). Kejahatan al-baghy pun sebenarnya telah dicakup oleh kedua hal yang dilarang sebelumnya. Tetapi di sini ditekankan, karena kejahatan ini – secara sadar atau tidak – sering kali dilanggar. Dorongan emosi untuk membalas, bahkan keinginan menggebu untuk menegakkan hukum serta kebencian yang meluap kepada kemungkaran, sering kali mengantar seorang yang taat pun – tanpa sadar – melakukan al-baghy. Firman-Nya : ( )لعلكم تذكرونla'allakum tadzakkarûn / agar kamu dapat selalu ingat yang menjadi penutup ayat ini dapat dipahami sebagai isyarat bahwa tuntunantuntunan agama, atau paling tidak nilai-nilai yang disebut di atas, melekat pada nurani setiap orang, dan selalu didambakan wujudnya, karena itu nilai-nilai tersebut bersifat universal. Pelanggarannya dapat mengakibatkan kehancuran kemanusiaan. 254 Yang dimaksud dengan ( )تنقضــواtanqudhû/ membatalkan adalah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kandungan sumpah/janji. Yang dimaksud dengan ( )بعھـد ﷲbi 'ahd Allah/ perjanjian Allah dalam konteks ayat ini antara lain, bahkan terutama adalah bai'at yang mereka ikrarkan di hadapan Nabi Muhammad saw. untuk tidak mempersekutukan Allah SWT serta tidak melanggar perintah Nabi SAW. yang mengakibatkan mereka durhaka. Janji dan atau sumpah yang menggunakan nama Allah yang kandungannya demikian, seringkali dilaksanakan oleh para sahabat Nabi SAW. sejak mereka masih di Mekkah, sebelum berhijrah. Memang redaksi ayat ini mencakup segala macam janji, sumpah, serta ditujukan kepada siapa pun dan di mana pun mereka berada. Firman-Nya ( )بعـد توكيـدھاba'da taukîdihâ ada yang memahaminya dalam arti sesudah kamu meneguhkannya. Atas dasar itu yang jelas maksud meneguhkan/peneguhan tersebut adalah menjadikan Allah Swt. sebagai saksi dan pengawas atas sumpah dan janji-janji manusia. Ayat ini menekankan perlunya menepati janji, memegang teguh tali agama serta menutup rapat-rapat semua usaha musuh-musuh Islam yang berupaya memurtadkan kaum muslimin, sejak masa Nabi Saw. di Mekah hingga masa kini dan mendatang. Kata ( )دخـالdakhalan dari segi bahasa berarti kerusakan, atau sesuatu yang buruk. Yang dimaksud di sini adalah alat atau penyebab kerusakan. Ini karena dengan bersumpah seseorang menanamkan keyakinan dan ketenangan di hati mitranya, Tetapi begitu dia mengingkari sumpahnya, maka hubungan mereka menjadi rusak, tidak lain penyebabnya kecuali sumpah itu yang kini telah diingkari. Dengan demikian, sumpah menjadi alat atau sebab kerusakan hubungan. Kata ( )أربـىarbâ terambil dari kata ( )الربـوar-rubwu yaitu tinggi atau berlebih. Dari akar yang sama lahir kata riba yang berarti kelebihan. Kelebihan dimaksud bisa saja dalam arti kuantitas, sehingga bermakna lebih banyak bilangannya, atau kualitasnya, yakni lebih tinggi kualitas hidupnya dengan harta yang melimpah dan kedudukan yang terhormat. 3. Asbabun Nuzul Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (ayat 91) turun sebagai perintah untuk mematuhi bai'at pada Nabi SAW (masuk Islam). Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Buraidah. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa sa'idah Al-Asadiyah gila, yang kerjanya hanya mengepang dan mengurai kembali rambutnya berulang kali. Ayat ini (ayat 92) turun sebagai perumpamaan kepada orang-orang yang selalu mengikat janji 255 tetapi tidak menepatinya. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abu Bakar bin Abi Hafsh. 4. Analisis Kandungan Ayat Ayat ini dinilai oleh para pakar sebagai ayat yang paling sempurna dalam penjelasan segala aspek kebaikan dan keburukan. Allah Swt. berfirman sambil mengukuhkan dan menunjuk langsung diri-Nya dengan nama yang teragung guna menekankan pentingnya pesan-pesan Allah yang secara universal bersesuaian dengan nurani setiap manusia. Manusia dituntut untuk menegakkan keadilan walau terhadap keluarga, ibu bapak dan dirinya (QS. An Nisa/4: 135), bahkan terhadap musuhnya sekalipun (QS. AlMa'idah/5: 8). Keadilan pertama yang dituntut adalah dari diri dan terhadap diri sendiri dengan jalan meletakkan syahwat dan amarah sebagai tawanan yang harus mengikuti perintah akal dan agama, bukan menjadikannya tuan yang mengarahkan akal dan tuntunan agamanya. Karena jika demikian, ia tidak berlaku adil, yakni tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya yang wajar. Ihsan adalah puncak kebaikan amal perbuatan. Terhadap hamba, sifat perilaku ini tercapai saat seseorang memandang dirinya pada diri orang lain sehingga dia memberi untuknya apa yang seharusnya dia beri untuk dirinya; sedang ihsan antara hamba dengan Allah adalah leburnya dirinya sehingga dia hanya "melihat" Allah Swt. Karena itu pula ihsan antara hamba dengan sesama manusia adalah bahwa dia tidak melihat lagi dirinya dan hanya melihat orang lain itu. Siapa yang melihat dirinya pada posisi kebutuhan orang lain dan tidak melihat dirinya pada saat beribadah kepada Allah maka dia itulah yang dinamai muhsin, dan ketika itu dia telah mencapai puncak dalam segala amalnya. Hakikat makna di atas, sejalan dengan penjelasan Rasulullah Saw., kepada malaikat Jibril AS. ketika beliau ditanya olehnya dalam rangka mengajar kaum muslimin. Rasul saw. menjelaskan bahwa ihsan adalah "menyembah Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya dan bila engkau tidak melihatnya maka yakinlah bahwa Dia melihatmu." Dengan demikian, perintah ihsan bermakna perintah melakukan segala aktifitas positif, seakan-akan Anda melihat Allah atau paling tidak selalu merasa dilihat dan diawasi oleh-Nya. Kesadaran akan pengawasan melekat itu, menjadikan seseorang selalu ingin berbuat sebaik mungkin, dan memperlakukan pihak lain lebih baik dari perlakuannya terhadap Anda, bukan sekedar memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya terhadap Anda. 256 Sebenarnya pemberian kepada sanak keluarga telah dicakup dalam dua hal yang disebut sebelumnya, yaitu adil dan ihsan. Tetapi agaknya hal ini sengaja ditekankan di sini, karena sementara orang mengabaikan hak keluarga atau lebih senang memberi bantuan kepada orang lain yang bukan keluarganya. Boleh jadi karena ada maksud tertentu di balik pemberian itu, seperti popularitas dan pujian. Perlu dicatat bahwa salah satu cara yang ditempuh Islam guna memberantas kemiskinan, disamping kerja keras adalah memberi bantuan, dan karena itu pula ketika sahabat Nabi Saw. bertanya kepada Nabi Muhammad tentang nafkah, Al-Qur’an menjelaskan bahwa sasaran pertamanya adalah kedua orang tua kemudian para kerabat (QS. Al Baqarah /2: 215). Rasulullah Saw. menekankan agar memberi terlebih dahulu siapa yang termasuk dalam tanggungan seseorang, kemudian yang lebih dekat. "Para kerabat, lebih utama diberi ma'ruf daripada yang lain." Apabila setiap orang yang mampu memberi bantuan kepada keluarganya, niscaya tidak ada keluarga yang menderita karena kemiskinan. Demikian ayat-ayat di atas menyimpulkan nilai-nilai yang sangat mengagungkan. Jangankan dewasa ini, kaum musyrikin pun yang mendengar ayat di atas, tanpa ragu berdecak kagum mendengarnya. Diriwayatkan bahwa 'Utsman Ibn Mazh'un membacakan ayat ini kepada tokoh yang juga sastrawan kaum musyrikin Mekah, yakni Walid Ibn Al Mughirah, maka sang sastrawan berkata, "Sungguh ini adalah kalimat-kalimat yang sangat nikmat terdengar. Ia memiliki keindahan tanpa cacat, pucuknya berbuah dan dasarnya subur digenangi air. Ia sungguh tinggi tidak dapat ditandingi. Ini sama sekali bukan ucapan manusia." Dalam riwayat lain diinformasikan bahwa ketika ayat ini dibacakan kepada paman Nabi SAW., Abu Thalib, ia berseru kepada kaumnya, "Ikutilah Muhammad, niscaya kalian beruntung. Dia diutus Tuhan untuk mengajak kamu kepada budi pekerti luhur." Sahabat Nabi SAW., Ibn Mas'ud, menilai bahwa inilah Al-Qur'an yang paling sempurna kandungannya. Al-'Izz 'Abdussalam yang digelari Sulthan al-'Ulama menamainya asy-Syajarah/pohon yang mengandung semua hukum syariat serta bab-bab ilmu fiqh/hukum. Imam As Subki menamainya syajar al-ma'arif/pohon pengetahuan. Agaknya itu pula sebabnya sehingga Khalifah Umar Ibn 'Abdul Aziz r.a. (681-720 M) memerintahkan membaca ayat ini pada setiap akhir khutbah Jumat, sebagai ganti tradisi yang dilakukan pendahulu-pendahulunya yang mengecam dan memaki 'Ali Ibn Abi Thalib r.a. – makian tersebut dinilai oleh khalifah yang adil itu sebagai tidak adil serta merupakan salah satu bentuk al- baghy. 257 Bahwa setelah ayat yang lalu yang menghimpun semua perintah dan larangan dalam satu redaksi singkat yang tidak dapat ditampung oleh kitab-kitab dan dada manusia, serta disaksikan oleh para pendurhaka yang keras kepala bahwa redaksi semacam itu melampaui batas kemampuan manusia, maka ayat berikut melanjutkan sebagaimana dipahami dari konteksnya bahwa : Jika demikian itu kandungan kitab suci ini, maka laksanakanlah apa yang Allah perintahkan. Kepercayaan seorang muslim akan keesaan Allah dan kekuasaan-Nya seharusnya dapat menjadi jaminan bagi pihak lain atas kebenaran ucapannya. Keyakinannya itu seharusnya melahirkan jaminan ketepatan pengingkaran janji dan kebohongannya janji atau beritanya, karena mengundang murka Allah. Dan seorang muslim mustahil melakukan hal-hal yang mengundang murka-Nya. Dengan demikian, kata ba'da taukîdihâ/pengukuhan dimaksud tidak harus dibatasi pengertiannya pada pengukuhan sumpah yang menggunakan nama Allah. Setelah ayat yang lalu memerintahkan menepati janji dan memenuhi sumpa, ayat 92 melarang secara tegas membatalkannya sambil mengilustrasikan keburukan pembatalan itu. Pengilustrasian ini merupakan salah satu bentuk penekanan. Memang penegasan tentang perlunya menepati janji merupakan sendi utama tegaknya masyarakat, karena itulah yang memelihara kepercayaan berinteraksi dengan anggota masyarakat. Bila kepercayaan itu hilang, bahkan memudar, maka akan lahir kecurigaan yang merupakan benih kehancuran masyarakat. Ayat ini menegaskan bahwa : "Dan janganlah kamu dalam hal mengkhianati perjanjian dan membatalkan sumpa seperti keadaan seorang perempuan gila yang sedang menenun dengan tekun hingga ketika telah rampung ia mengurai kembali tenunannya yang sudah dipintal dengan kuat, sehingga menjadi cera berai lagi. Kamu semua sadar bahwa melakukan hal demikian adalah kebodohan dan keburukan, dan itu sama halnya dengan apabila kamu menjadikan sumpah dan perjanjian kamu sebagai penyebab kerusakan di antara kamu, yakni alat menipu yang mengakibatkan kerusakan hubungan antar kamu disebabkan adanya suatu golongan yang lebih banyak jumlahnya, atau lebih kuat, lebih kaya dan tinggi kedudukannya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu, yakni memperlakukan kamu seperti perlakuan seseorang yang menguji dengannya, yakni dengan adanya jumlah dan harta yang banyak itu, untuk mengetahui apakah kamu setia menepati janji dan memenuhi sumpah atau tidak. Dan pasti di hati Kiamat nanti akan dijelaskan-Nya kepada kamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu, kemudian akan memberi balasan sesuai amal perbuatan kamu masing-masing. 258 Konon di Mekah ada seorang wanita yang terganggu pikirannya. Dia memiliki pemintal, yakni alat untuk memintal benang guna membuat tali yang kukuh atau benang. Bersama para hamba sahaya wanitanya, mereka duduk memintal, dari pagi sampai siang hari, kemudian merombak kembali apa yang mereka lakukan sejak pagi itu sehingga benang-benang hasil pintalan mereka cerai berai lagi. Konon nama wanita itu adalah Raithah Ibn Sa'd At Taimiyah. Apakah kisah ini benar atau sekadar ilustrasi, yang jelas ini adalah kegiatan melemahkan kembali apa yang telah dikukuhkan, serta merusak apa yang telah diperbaiki, ini adalah ibarat seseorang yang tadinya berada dalam kesesatan, kemudian memeluk Islam dan memperbaiki diri, lalu kembali kepada kesesatan semula. Ayat ini melarang hal tersebut, yakni janganlah kembali kepada kesesatan setelah kamu menemukan kebenaran, karena jika demikian, keadaan kamu serupa dengan wanita yang dilukiskan di atas. Penggunaan kata seperti seorang perempuan, sama sekali bukan untuk melecehkan perempuan, karena apa yang dilakukan perempuan dalam hal ini dapat juga dilakukan oleh lelaki. Penyebutan perempuan di sini boleh jadi karena memang kisah ini cukup populer dan yang melakukannya adalah perempuan yang disebut namanya di atas, atau karena biasanya pekerjaan memintal banyak dilakukan oleh perempuan. Dalam konteks ini, pakar hadis Abu Nu'aim meriwayatkan melalui sahabat Nabi SAW., 'Abdullah Ibn Rabi' Al Anshari bahwa Nabi Muhammad SAW., bersabda, "Sebaik-baik permainan seorang muslimah di rumahnya adalah memintal." Ayat ini melarang seseorang atau suatu kelompok masyarakat-masyarakat, besar atau kecil membatalkan sumpah atau perjanjian dengan motif memperoleh keuntungan material. Dalam konteks sejarah, ayat ini mengingatkan kaum muslimin agar jangan memihak kelompok musyrik atau musuh Islam, karena mereka lebih banyak dan lebih kaya daripada kelompok muslimin sendiri. Apa yang diingatkan di atas, sungguh dewasa ini telah sering kali dilanggar oleh tidak sedikit kaum muslimin, baik secara pribadi, kelompok, bahkan negara. 5. Hikmah Kandungan Ayat a. Islam menyerukan pemeluknya untuk bersikap adil, bijak dan melarang perbuatan yang dinilai merusak fitrah manusia. Hal ini menunjukkan ajaran Islam sebagai ajara universal yang pokok pikirannya dapat diterima oleh seluruh umat manusia, baik yang berhubungan dengan pribadi keluarga, dan masyarakat bahkan antar negara. 259 b. Islam menyerukan umatnya untuk menepati perjanjian yang telah disepakati baik individu maupun kolektif dengan sekuar kemampuan. c. Pemutusan perjanjian yang telah disepakati dinilai sebagai sebuah konspirasi jahat yang berakibat pada keretakan dan perpecahan antara yang bersepakat. d. Keuntungan pribadi maupun kelompok adalah pemicu awal bagi pembatasan pembatalan perjanjian yang luhur dan suci sebagaimana telah disepakati yang tidak jarang biasanya menggunakan sumpah setia baik yang berhubungan dengan kesepakatan tertentu sampai pada dasar ketuhanan. C. QS. An Nisaa’/4: 105 1. Redaksi Ayat ِِ ِ ِ َ إِﻧﱠﺎ أَﻧْـﺰﻟْﻨَﺎ إِﻟَﻴ ِ ِ ِ ﺎﳊ ﱢﻖ ﻟِﺘَﺤ ُﻜﻢ ﺑـﲔ اﻟﻨ ﻴﻤﺎ َ ﱠﺎس ﲟَﺎ أ ََر َاك اﻟﻠﱠﻪُ َوَﻻ ﺗَ ُﻜ ْﻦ ﻟ ْﻠ َﺨﺎﺋﻨ َ ْ َ َ ْ َْ ِﺎب ﺑ ْ َ َ َﻚ اﻟْﻜﺘ ً ﲔ َﺧﺼ Artinya “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat” 2. Makna Mufrodat Kata Al-haqq, terdiri dari huruf-huruf ha' dan qaf maknanya berkisar pada kemantapan sesuatu dan kebenarannya. Sesuaru yang mantap tidak berubah, dinamai haq, demikian juga yang mesti dilaksanakan atau yang wajib. Kata araka dalam firman-Nya araka Allah/ yang diperlihatkan Allah kepadamu pada mulanya berarti memperlihatkan dengan mata kepala, Tetapi maksudnya di sini adalah memperlihatkan dengan mata hati dan pikiran. Hasilnya adalah pengetahuan yang meyakinkan. Apa yang diperlihatkan Allah itu, bukan terbatas pada memperlihatkan rincian satu hukum kepada Nabi Muhammad SAW., Tetapi juga berarti memperlihatkan rinciannya melalm kaidah-kaidah yang diangkat dari ayat-ayat Al-Qur’an. 3. Asbabun Nuzul Bahwa ada seorang bernama Thu'mah Ibn Ubairiq yang mencuri perisai tetangganya yang bernama Qatadah Ibn Nu'man. Perisai itu berada dalam satu kantong yang berisi tepung. Thu'mah menyembunyikan perisai itu di rumah seorang Yahudi bernama Zaid Ibn As Samin. Rupanya kantong tempat perisai itu bocor. Ketika pemilik perisai mengetahui kehilangan perisainya, dia bertanya kepada Thu'mah Tetapi dia bersumpah tak tahu menahu. Melalui tetesan tepung mereka menemukan perisai itu di rumah Zaid Ibn As Samin, Yahudi itu. Tentu saja dia menolak tuduhan, bahkan mengatakan Thu'malah yang menitipkan 260 perisai itu kepadanya. Beberapa orang Yahudi ikut menjadi saksi kebenaran Zaid. Namun keluarga Thu'mah mengadu kepada Rasul serta membela Thu'mah. Rasul hampir terpengaruh oleh dalih-dalih yang dikemukakan mereka sehingga terlintas dalam pikiran beliau, bahkan hampir saja beliau menjatuhkan sanksi kepada si Yahudi, untung ayat ini turun meluruskan apa yang hampir keliru itu. 4. Analisis Kandungan Ayat QS. An Nisa’/4: 105 menegaskan bahwa: Sesungguhnya Kami, yakni Allah melalui malaikat Jibril telah menurunkan kepadamu wahai Muhammad secara khusus satu Kitab yang amat sempurna mengandung tuntunan yang sesuai serta disertai dengan haq, dalam segala aspeknya supaya engkau mengadili antara manusia siapa pun mereka dengan apa yang telah Allah wahyukan, yakni melalui apa yang telah Allah perlihatkan kepadamu dan atau ilhamkan dan tunjukkan pendapat melalui nalarmu, baik yang telah engkau terima maupun yang pasti bakal engkau terima dan janganlah engkau menjadi penantang orang yang tidak bersalah, karena membela para pengkhianat. Karena terlintas dalam benak Nabi saw. niat untuk membela orang-orang yang khianat walau akibat ketidaktahuan dan sangka baik beliau kepada sesama muslim, maka dengan ayat ini Allah memerintahkan; mohonlah ampun kepada Allah. Sebagaimana Allah telah memerintahkan Nabi Muhammad SAW., untuk berjuang menegakkan keadilan terhadap orang-orang kafir dan munafik, maka perjuangan yang harus ditegakkan juga yakni dari kalangan yang mengaku telah beriman. Jangan duga, bahwa dengan pengakuan keislaman dan keimanan, membuat mereka yang telah mengaku beriman berbeda dengan yang lain dan telah memiliki kekebalan hukum. a. Kebenaran Mutlak Nilai-Nilai Al Qu’an Nilai-nilai agama adalah haq karena nilai-nilai itu selalu mantap tidak dapat diubah-ubah. Sesuatu yang tidak berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang pasti, menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan. Nilai-nilai yang diajarkan Al-Qur’an adalah haq. Ia diturunkan dengan haq dalam arti tidak disentuh oleh kebatilan tidak juga dapat dibatalkan atau dilenyapkan oleh kenyataan. Segala yang berkaitan dengan Al-Qur’an adalah haq . Yang menurunkannya, yaitu Allah, adalah Al Haq yang paling mutlak. Yang membawanya turun, yang menerimanya, cara turunnya, redaksi dan gaya 261 bahasanya, kandungan dan pesan-pesannya, semuanya haq dan benar, tidak boleh diubah dan tidak akan berubah. b. Ijtihad Nabi SAW sebagai Penentu Kebijakan Ayat ini memberikan kepada Rasul Saw., wewenang menetapkan hukum sekaligus kebenaran apa yang beliau putuskan melalui Ijtihad karena beragamnya persoalan, sedang petunjuk Al-Qur’an bersifat global. Hal ini menuntut Nabi Muhammad Saw., untuk mengembangkan tasyri’ menyangkut persoalan pada waktu itu, tentunya dengan prinsip-prinsip yang dalam pada Al-Qur’an. Ijtihad beliau pasti benar, Tetapi ini bukan berarti bahwa rincian ketetapan hukum beliau menyangkut si A misalnya pasti benar, Tetapi yang dimaksud adalah cara dan proses penetapan hukum yang beliau tempuh serta ketetapannya berdasarkan bukti-bukti formal yang dikemukakan oleh yang berselisih serta pengembalian rincian tersebut kepada wahyu Ilahi adalah benar dan haq. Tetapi apakah bukti-bukti yang dikemukakan dan yang menjadi dasar penetapan hukum serta yang dikemukakan oleh yang berselisih pasti benar pula? Belum tentu! Jika bukti-bukti yang dikemukakan itu benar, maka hukum yang ditetapkan Rasul secara formal dan material pasti benar, Tetapi jika bukti-bukti itu palsu atau salah satu yang bertikai pandai mengemas alasan sehingga kebatilan dikemas dengan bungkus haq, maka ketika itu putusan Rasul benar dari segi formal Tetapi salah dari segi material. Dalam konteks ini Nabi bersabda: " Aku tidak lain hanyalah seorang manusia. Kalian datang kepadaku mengadu dan meminta putusan. Boleh jadi sebagian kamu lebih pandai mengemas alasannya dari yang lain, sehingga aku memutuskan untuknya (memenangkannya) berdasarkan apa yang aku dengar. Maka siapa yang aku putuskan untuknya padahal itu adalah hak saudaranya (yang berselisih dengannya), maka janganlah dia mengambil apa yang aku putuskan, karena sesungguhnya yang demikian itu tidak lain kecuali bagian dari neraka yang aku berikan baginya" (HR. Bukhari dan Muslim, melalui Ummu Salamah.) c. Sikap Ahlul Kitab Terhadap Ajaran Kitab Suci Dalam tradisi Islam, para mufassir senantiasa berpendapat, bahwa istilah Ahlul Kitab merujuk pada dua komunitas: Yahudi dan Nasrani. Dalam perkembangannya, sebagian kalangan mengembangkan pengertian Ahlul Kitab hingga semakin jauh dari apa yang telah dikaji oleh para ulama di masa lalu. Kata mereka, Ahlul Kitab dapat mencakup semua agama yang memiliki kitab suci; atau umat agama-agama besar dan agama kuno yang masih eksis sampai 262 sekarang; seperti golongan Yahudi, Nasrani, Zoroaster; Yahudi, Nasrani, Majusi, Shabi’un, Hindu, Budha, Konghucu, dan Shinto. Dalam pandangan Islam, status Ahlul Kitab menurut Imam Al Ghazali termasuk kategori kufur, yakni mendustakan terhadap Rasulullah Saw., dan ajaran yang dibawanya. Inilah yang dimaksud oleh al-Thabary sebagai ukuran keimanan bagi Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Yakni, pembenaran mereka terhadap kenabian Muhammad Saw., dan ajaran yang dibawanya. Lebih jauh Ibn Katsir menyatakan bahwa: “(Ukuran) keimanan orang-orang Yahudi adalah jika mereka berpegang kepada Taurat dan sunnah Nabi Musa hingga datang periode Nabi Isa. Pada periode Nabi Isa, orang-orang yang berpegang pada Taurat dan sunnah Nabi Musa dan tak mengikuti Nabi Isa, maka mereka akan binasa. Sementara (ukuran) keimanan orang-orang Nasrani adalah jika berpegang kepada Injil dan syari’at Nabi Isa. Keimanan orang tersebut dapat diterima hingga datang periode Nabi Muhammad Saw. Pada periode Nabi Muhammad Saw., orang yang tidak mengikutinya dan tidak meninggalkan sunnah Nabi Isa dan Kitab Injil, maka binasa”. Uraian ayat di atas, salah satunya adalah menggambarkan keanehan orangorang yang telah diberi kitab suci yakni di antaranya Ahlul Kitab, yang sesat dan menyesatkan orang lain dan keimanan mereka kepada setan dan berhala, dilanjutkan dengan uraian tentang anehnya sikap mereka yang mengaku percaya kepada kitab yang diturunkan Allah Tetapi mencari hakim selain-Nya. Ini dilanjutkan dengan aneka rincian, menyangkut mereka, serta aneka dalil yang membatalkan dalih mereka, sampai akhirnya perintah untuk menghadapi para pembangkang dengan keampuhan argument dan kekuatan senjata. Tetapi harus juga dingat bahwa tidak seluruh penganut ajaran Ahlul Kitab itu buruk secara sosiologis, sebagai bukti adalah bahwa Nabi juga membela kepentingan seorang Yahudi dengan bersikap adil dengan menyatakan orang tersebut tidak bersalah, karena memang bukti yang diajukan oleh seorang muslim lemah. Salah satu argumen yang dibangun Nabi Saw., menyangkut sikap Ahlul Kitab yang mendustakan risalah Ilahi, seperti diungkap Al-Qur’an dalam QS. Al Maidah/5: 59, ِ َﻗُﻞ ﻳﺎ أ َْﻫﻞ اﻟْ ِﻜﺘ ﺎب َﻫ ْﻞ ﺗَـْﻨ ِﻘ ُﻤﻮ َن ِﻣﻨﱠﺎ إِﱠﻻ أَ ْن َآﻣﻨﱠﺎ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوَﻣﺎ أُﻧْ ِﺰَل إِﻟَْﻴـﻨَﺎ َوَﻣﺎ أُﻧْ ِﺰَل ِﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒ ُﻞ َوأَ ﱠن َ َْ ِ َأَ ْﻛﺜَـﺮُﻛﻢ ﻓ ﺎﺳ ُﻘﻮ َن ْ َ 263 Artinya: “ Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Apakah kamu memandang Kami salah, hanya lantaran Kami beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan kepada apa yang diturunkan sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang Fasik ?” 5. Hikmah Kandungan Ayat a. Kerasulan Nabi Muhammad adalah benar adanya, oleh karenanya Rasul Saw., diberi wewenang untuk mengemban misi suci ini melalui pembentukan syari’at yang tidak didapati dalam Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal dengan Hadis Nabi SAW. Sehingga apa yang datang dari nabi menyangkut perkataan, perbuatan dan ketetapanya harus di taati. b. Kengganan Ahlul Kitab mempecayai bahwa apa yang dikatan Muhammad SAW., itu kebenaran adalah karena keangkuhan dan sikap egois yang ditunjukkan sebagai bentuk rasa tidak percaya diri dan bentuk ketakutan akan lunturnya kepercayaan masyarakat terhadap pribandinya. c. Dalam fungsinya sebagai pemutus perkara (hakim) sikap dan keputusan yang diambil berdasar fakta yang ada di lapangan, berdasar fakta itulah Nabi SAW., memutus perkara yang timbul di masyarakat dengan kejujuran dan keadilan. Tetapi dengan keterbatasan diri dalam memutus perkara, Allah selalu membimbing sehingga terhindar dari kesalahan. F. Rangkuman Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya ibadah, disampaikan kepada kita secara muawatir, dan diulis pada mushaf mulai dari surat al-fatihah sampai surat al-Nas. Sedangkan Hadis atau Sunnah adalah apa yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan, atau ketetapan (sikap), atau keinginan, atau sifat fisik dan akhlak. Isi al-Quran memuat enam kandungan yaitu : (1) Aqidah yang wajib diimani, (2) Akhlak yang mulia, yang dapat membentuk pribadi dan masyarakat yang baik dan mendorong jiwa untuk menghindari hawa nafsu. (3) Petunjuk dan bimbingan yang mendorong manusia untuk selalu merenung terhadap ciptaan Allah, (4) Kisah atau riwayat ummat-ummat masa lalu (5) Janji dan ancaman, janji kebahagiaan di akhirat bagi yang berbuat kebaikan dan ancaman adzab bagi mereka yang berbuat kejahatan. (6) Hukum-hukum yang berkaitan dengan kehidupan manusia baik hubungan manusia dengan Allah maupun dengan sesamanya. Menurut Muhammad Rasyid Ridha terdapat sepuluh poin tujuan kehadiran alQuran yaitu: 1. Menjelaskan rukun agama; 2. Memberi informasi kepada manusia apa 264 yang mereka tidak ketahui dari persoalan kenabian, kerasulan, dan tugas-tugas mereka; 3. Menyempurnakan jiwa manusia, masyarakat dan komunitas manusia; 4. Memperbaiki kehidupan sosial politik manusia; 5. Menetapkan keutamaan Agama Islam; 6. Menerangkan ajaran Islam tentang kehidupan politik; 7. Memberi petunjuk tentang perbaikan ekonomi; 8. Memperbaiki system peperangan dan perdamaian; 9. Mengangkat derajat wanita dan memberikan kepada mereka hak-hak penuh dalam kehidupan manusia, dalam beragama dan dalam peradaban; 10. Memerdekakan budak Fungsi Hadis menurut Jumhur ulama ada 4 macam fungsi Hadis terhadap al-Quran yaitu 1. Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayan at-Ta’kid dan bayan at-Isbat. Maksudnya ialah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam alQuran. 2. Bayan At-Tafsir yaitu memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat alQuran yang masih mujmal, memberikan persyaratan ayat-ayat al-Quran yang masih mutlak dan memberikan pengkhususan ayat-ayat al-Quran yang masih umum. 3. Bayan At-Tasyri yaitu mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam al-Quran. Bayan ini disebut juga dengan bayan za’id ala al kitab al-karim. 4. Menurut satu pendapat Hadis juga dapat berfungsi sebagai Bayan An-Nasakh yang berarti al-ibtal (membatalkan), hokum yang ada dalam al-Qur’an. Berdasarkan jumlah perawinya, Hadis dibagi menjadi Mutawatir dan Ahad. Hadis Ahad sendiri terbagi menjadi Masyhur, Aziz, dan Gharib. Sedangkan berdasarkan kualitasnya, Hadis terbagi menjadi Shahih, Hasan dan Dla’if. 265 G. Latihan Jawablah pertanyan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar! 1. Dikatakan dalam surat al-Maidah, 5:6 bahwa ketika seseorang hendak shalat, hendaklah ia berwudlu terlebih dahulu. Dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda, bahwa tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudlu. Fungsi hadis di atas terhadap surat al-Maidah, 5:6 adalah… a. Bayan taqrir b. Bayan tafsir c. Bayan tasyri’ d. Bayan tashwir 2. Terkadang fungsi hadis terhadap Alquran adalah untuk mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapat dalam Alquran. Fungsi ini dinamakan juga dengan bayan za’id ‘ala al-kitab al-karim, yaitu… a. Bayan taqrir b. Bayan tafsir c. Bayan tasyri’ d. Bayan tashwir 3. Di antara tujuan kehadiran Alquran adalah memelihara manusia agar tetap menjadi manusia. Untuk memenuhi tujuan di atas, ulama merumuskan lima tujuan syari’at, yaitu... a. Memelihara agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta b. Memelihara agama, keturunan, keluarga, akal, dan harta c. Memelihara agama, jiwa, keturunan, saudara, dan akal d. Memelihara agama, jiwa, keturunan, keluarga, dan saudara 4. Hadis munqathi’ adalah… a. Hadis karena gugur pada awal sanad b. Hadis karena gugur pada akhir sanad c. Hadis karena gugur dua orang rawi atau lebih secara berturut d. Hadis karena gugur dua orang rawi atau lebih secara tidak berturut 5. Berikut ini kategori hadis-hadis dla’if karena gugur sanad, kecuali… a. Hadis mudraj b. Hadis muallaq c. Hadis mursal d. Hadis mu’dlal 6. Hadis dla’if dibagi ke dalam dua macam, yaitu hadis dla’if karena cacat rawi dan hadis dla’if karena gugur sanad. Berikut ini kategori hadis-hadis dla’if karena cacat rawi, kecuali… a. Hadis maudlu’ 266 b. Hadis matruk c. Hadis munkar d. Hadis mu’allaq 7. Hadis yang sampai kepada kita, jika dilihat dari adil dan tidak adilnya para rawi dapat dibagi ke dalam dua, yaitu... a. Hadis mutawatir dan hadis ahad b. Hadis maqbul dan hadis mardud c. Hadis masyhur dan hadis ghair masyhur d. Hadis ma’mul dan hadis ghair ma’mul 8. Hadis shahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi dengan beberapa kriteria sanad dan matan sebagai berikut, kecuali... a. Rawinya memiliki hafalan yang sempurna b. Rawinya bersambung dengan rawi lainnya c. Matan hadis tidak janggal d. Matan hadis tidak bertentangan dengan akal Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini! 1. Alquran sering didefiniskan sebagai firman Allah yang membacanya adalah ibadah dan berpahala. Sementara dalam Alquran ditemukan banyak sekali ayat yang mengatakan bahwa setiap perbuatan jika diniatkan karena Allah dinilai sebagai ibadah dan berpahala. Berarti bukan hanya membaca Alquran yang dinilai sebagai ibadah dan berpahala, tetapi juga membaca bacaan yang lain semisal hadis dan buku-buku pengetahuan. Bagaimana saudara memahami definisi bahwa membaca Alquran adalah ibadah dan berpahala? 2. Tulis salah satu ayat dari Alquran yang mengatakan bahwa beriman kepada Alquran adalah salah satu tanda orang-orang yang bertaqwa! 3. Terjemahkan ayat pada no. 112 di atas! 4. Tulis salah satu ayat dari Alquran yang di dalamnya terdapat bacaan alif lam qamariyah, kemudian lingkari atau garis bawahi! 5. Setiap hadis adalah khabar dan setiap khabar belum tentu hadis. Bagaimana saudara memahami pernyataan di atas? 6. Tulis salah satu hadis yang di dalamnya terdapat keutamaan mempelajari Alquran! 7. Ilmu Sanad dipahami sebagai ilmu yang di dalamnya dibahas periwayatan yang diterima dan ditolak atau ditinggalkan. Berdasarkan pengertian di atas, hadis mutawatir tidak dikatakan sebagai bagian dari ilmu sanad. Jelaskan, kenapa hadis mutawatir tidak dikatakan sebagai bagian dari ilmu sanad! 267 8. Hadis mutawatir dapat dibagi ke dalam dua macam, yaitu hadis mutawatir lafal dan hadis mutawatir makna. Jelaskan, apa perbedaan dari dua hadis mutawatir di atas? 9. Setiap hadis mutawatir wajib untuk diamalkan, tetapi setiap hadis ahad belum tentu wajib untuk diamalkan. Berikan alasan kenapa setiap hadis ahad belum tentu wajib untuk diamalkan? 10. Ada dua hadis yang terlihat tampak bertentangan, yaitu hadis tentang larangan menulis selain Alquran dan anjuran menulis selain Alquran. Tetapi kedua hadis di atas memiliki sanad yang sama kuat. Bagaimana saudara mengkompromikan dua kategori hadis di atas? DAFTAR PUSTAKA Al-Qathan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulumil Quran, Mansyarat Al-‘Ashr Al-Hadts, 1973. Ash Shiddiqy, T.M. Hasby. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta: Bulan Bintang, 1980 Ash Shidiqy, T.M. Hasby. Pengantar Hukum Islam I. Jakarta: Bulan Bintang, 1975. M. Ahmad – M. Mudzakir, Ulumul Hadis. PT. Pustaka Setia, 2000. Muhammad bin Muhammad Abu Syahdah, Al-Madkhal li Dirasat Al-Quran Al-Karim, Kairo: Maktabah As-Sunnah, 1992. Shabuni, Muhammad Ali Ash. Al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, Maktabah al-Ghazali, Damaskuss, 1930 Shalih, Subhi. Ulumul Hadis wa Musthalahuhu, Darl al-Ilm li al-Malayin, Beirut, 1977. hal. Soetari, Endang Ad. Ilmu Hadis. Bandung: Amal Bakti Press, 1994. Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis. PT. Mutiara Sumber Widya, 2001. 268 Modul 5 Strategi Pembelajaran A. Peta Konsep Problem Base Learning Projec Based Learning Discovery Pendekatan saintific Inkuiri Contextual B. Tujuan Materi Strategi Pembelajaran ini digunakan untuk memfasilitasi peserta PLPG secara individual maupun kelompok untuk dapat: 1. Mendeskeripsikan pengertian pendekatan saintifik 2. Menyusun pembelajaran dengan pendekatan saintifik 3. Menyusun langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning 4. Menyusun langkah-langkah model pembelajaran Projec Based Learning 5. Menyusun langkah-langkah model pembelajaran Contekstual 6. Menyusun langkah-langkah model pembelajaran Discovery 7. Menyusun langkah-langkah model pembelajaran Inquiry C. Skenario Kegiatan Pembelajaran Materi PLPG Alokasi waktu Jenjang Mata pelajaran Tahapan Kegiatan Persiapan : : : : Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Hadits 3 JPL MI/Mts/MA Qur’an Hadits Deskripsi Kegiatan Waktu Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaran lain. 5 269 Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Pengkondisian Peserta Fasilitator menjelaskan kompetensi dan dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Hadis. Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung. Konsep Pendekatan Scientific Penayangan Video pembelajaran Diskusi kelompok untuk mengkaji pendekatan scientific yang mengacu pada tayangan video, dilanjutkan dengan paparan materi oleh fasilitator tentang Konsep Pendekatan Scientific dengan menggunakan ppt. dan Contoh Penerapan Pendekatan Scientific dalam Pembelajaran dengan menggunakan ppt. yang disisipkan dalam kegiatan diskusi. Diskusi kelompok tentang konsep pendekatan scientific dengan menggunakan contoh-contoh penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadis. 2.2 Model-model Pembelajaran Membaca enam jenis model pembelajaran (Project Based Learning, Problem Based Learning, Discovery Learning,Conterxtual Learning dan Inquiry). Menerapkan Focus Group Discussion untuk mengidentifikasi karakteristik enam model pembelajaran. ICE BREAKER Kegiatan Penutup Kerja kelompok untuk penerapan Pendekatan Scientific dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadis dengan menyusun langkah-langkah pembelajaran enam model pembelajaran (menggunakan KD yang berbeda) Membuat rangkuman materi Strategi Pembelajaran AlQur’an Hadis. Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran. Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan. Fasilitator menutup pembelajaran. 15 25 25 15 15 20 10 D . Uraian Materi 1. Pandangan Tentang Pembelajaran Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan 270 Lebih lanjut, strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pebelajar mandiri sepanjang hayat. dan yang pada gilirannya mereka menjadi komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar- benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ideidenya. Guru memberi kemudahan untuk proses ini dengan mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan, menerapkan ideide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik kepemahaman yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri. Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”. 271 Di dalam pembelajaran, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Secara umum jenjang pertama terjadi sebelum seseorang memasuki usia sekolah, jejang kedua dan ketiga dimulai ketika seseorang menjadi peserta didik di jenjang pendidikan dasar, sedangkan jenjang keempat dimulai sejak tahun kelima dan keenam sekolah dasar. Proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik. Proses tersebut mungkin saja terjadi akibat dari stimulus luar yang diberikan guru, teman, lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi akibat dari stimulus dalam diri peserta didik yang terutama disebabkan oleh rasa ingin tahu. Proses pembelajaran dapat pula terjadi sebagai gabungan dari stimulus luar dan dalam. Dalam proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta didik. Di dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka m e n g e m b a n g k a n potensi yang dimiliki mereka menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih. Pengalaman belajar tersebut semakin lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar mandiri dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat. Dalam s u a t u kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap kegiatan belajar memiliki kombinasi dan penekanan yang berbeda dari kegiatan belajar lain tergantung dari sifat muatan yang dipelajari. Meskipun demikian, pengetahuan selalu menjadi unsur penggerak untuk pengembangan kemampuan lain. 2. Pembelajaran Langsung dan Tidak Langsung Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan 272 pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instructional effect. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI2.Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: a. mengamati; b. menanya; c. mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan e. mengkomunikasikan. Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut: Tabel 1: Keterkaitan Maknanya. Langkah Pembelajaran Mengamati antara Langkah Pembelajaran Kegiatan Belajar Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). dengan Kegiatan Belajar dan Kompetensi yang Dikembangkan Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi 273 Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat Mengumpulkan informasi/ eksperimen Melakukan eksperimen Membaca sumber lain selain buku teks Mengamati objek/ Kejadian/aktivitas Wawancara dengan nara sumber Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Mengasosiasikan/ mengolah informasi Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperi men mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan . Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan 274 3. Proses Pembelajaran Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. a. Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: (1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari; (3) mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan (4) menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas. b. Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan matapelajaran, yang meliputi proses observasi, bertanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik. Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya. 275 Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event) yang diuraikan dalam tabel 1 di atas. 1) Mengamati Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. 2) Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. 3) Mengumpulkan dan mengasosiasikan Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil 276 berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. 4) Mengkomunikasikan hasil Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. c. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran. 4. Model-Model Pembelajaran Dalam Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Poses, kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project basedlearning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. Dalam implementasinya, guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, antara lain Discovery Learning, Project Based Learning, dan Problem Based Learning. 277 a. Discovery Learning Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan peserta didik untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Penemuan konsep terjadi bila konsep tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter. Hal tersebut terjadi bila peserta didik terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Dengan mengaplikasikan Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri. 1) Langkah Pembelajaran (1) Menciptakan stimulus/rangsangan (Stimulation) Kegiatan penciptaan stimulus dilakukan pada saat peserta didik melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga fakta atau femomena yang menimbulkan kontroversi. Misalnya dalam mata pelajaran Fisika, peserta didik diminta untuk mengamati fakta tentang benda elastis dan plastis yang karakteristiknya jelas berbeda, kemudian diberikan fakta lain dimana batas kedua fakta itu menjadi tidak jelas dan mengundang kontroversi seperti penggaris kayu yang semula elastis menjadi plastis (patah). Dengan demikian peserta didik tergugah untuk mencaritahu lebih lanjut tentang fakta/fenomena tersebut. Tahapan ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan perhatiannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan 278 pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan contoh stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai. (2) Menyiapkan pernyataan masalah (Problem Statement) Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atau opini atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang dihadapi merupakan teknik yang berguna agar mereka terbiasa menemukan suatu masalah. (3) Mengumpulkan data (Data Collecting) Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dalam rangka membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, melalui berbagai cara, misalnya membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Manfaat dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, sehingga secara alamiah peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. (4) Mengolah data (Data Processing) Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Pengolahan data disebut juga dengan pengkodean (coding) atau 279 kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis. (5) Memverifikasi data (Verrification) Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004: 244). Verification menurut Bruner, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsiran terhadap data, kemudian dikaitkan dengan hipotesis,maka akan terjawab apakah hopotesis tersebut terbukti atau tidak. (6) Menarik kesimpulan (Generalisation) Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004: 244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan materi pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. 280 Tabel 2. Hubungan antara sintak model pembelajaran discovery learning dengan langkah pembelajaran pendekatan saintifik diilustrasikan pada contoh berikut ini. Sintaks project based learning Essential question Designing Project Plan Mengamati Mengamati fenomena sosial yang terjadi di masyarakat (masalah makanan yang halal dan baik) Langkah/Kegiatan Pembelajaran Menanya Mengumpulkan data Mengidentifikasi masalah untuk memperoleh masalah yang pokok sebagai landasan untuk melakukan penelitian sosial dan kemudian dikembangkan menjadi rumusan masalah Menyusun rancangan penilitian sosial. Menyusun intrumen penelitian Membuat jadwal penelitian (rencana, pelaksanaan, dan pelaporan) Pengumpulan data penelitian Guru memonitor aktivitas peserta didik selama proses penelitian Creating Schedule Monitor the progress Assess the outcome Analisis data penelitian Guru melakukan evaluasi tentang apa yang telah Mengasosiasi Mengomunikasikan 281 Sintaks project based learning Mengamati Langkah/Kegiatan Pembelajaran Menanya Mengumpulkan data dilakukan oleh peserta didik Membuat kesimpulan dan laporan hasil penelitian tentang fenomena sosial Evaluate the experiment Mengasosiasi Mengomunikasikan Mempresentasikan hasil penelitian tentang fenomena sosial Melakukan refleksi bersama guru dg peserta didik. 282 2) Persyaratan pendukung Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain: (1) Secara klasikal peserta didik memiliki kecerdasan/kecakapan awal yang lebih dengan keterampilan berbicara dan menulis yang baik. Peserta didik yang kurang pandai akan mengalami kesulitan untuk mengabstraksi, berpikir atau mengungkapkan hubungan antar konsep-konsep. Dikhawatirkan hal ini akan menimbulkan frustasi dalam belajar. (2) Jumlah peserta didik tidak terlalu banyak (idealnya maksimal 32), karena untuk mengelola jumlah peserta didik yang banyak membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. (3) Pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada aspek pemahaman. (4) Fasilitas memadai seperti media, alat dan sumber belajar. 3) Manfaat model discovery learning (1) Membantu peserta didik memperbaiki dan meningkatkan keterampilan kognisi. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini dimana keberhasilan tergantung pada bagaimana cara belajarnya. (2) Pengetahuan yang diperoleh bersifat individual dan optimal karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan. (3) Menumbuhkan rasa senang pada peserta didik, karena berhasil melakukan penyelidikan. (4) Memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat sesuai kemampuannya. (5) Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajar dengan melibatkan akal dan motivasinya. (6) Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan diri melalui kerjasama dengan peserta didik lain. (7) Membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah pada kebenaran final yang dialami dalam keterlibatannya. (8) Mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis. (9) Dapat mengembangkan bakat, minat, motivasi, dan keingintahuan. (10) Memungkinkan peserta didik memanfaatkan berbagai sumber belajar. 283 b. Project Based Learning Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau (PjBL)) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang saat ini telah dikembangkan dan diimplementasikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta didik diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek, model PjBL juga dapat diadaptasi untuk matapelajaran lain. 1) Langkah Pembelajaran (1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang memberikan tugas kepada peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan dunia nyata yang dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk peserta didik sesuai dengan tuntusan kompetensi yang diharapkan. Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan di awal semester agar dapat dirancang kegiatan selanjutnya yaitu mendesain perencanaan. (2) Mendesain perencanaan proyek Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik sehingga peserta didik merasa “memiliki” proyek tersebut. Perencanaan berisi aturan main, pemilihan aktivitas pendukung untuk menjawab pertanyaan esensial dengan cara mengintegrasikan berbagai subyek yang mungkin. Serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek. (3) Menyusun Jadwal Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa 284 peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara. (4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. (5) Menguji hasil Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. (6) Mengevaluasi kegiatan/pengalaman Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. 285 Tabel 3. Hubungan antara sintak model pembelajaran project based learning dengan langkah kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik diilustrasikan pada contoh berikut ini. Sintaks project based learning Essential question Designing Project Plan Creating Schedule Monitor the progress Langkah/Kegiatan Pembelajaran Mengamati Mengamati fenomena sosial yang terjadi di masyarakat Menanya Mengumpulkan data Mengidentifikasi masalah untuk memperoleh masalah yang pokok sebagai landasan untuk melakukan penelitian sosial dan kemudian dikembangkan menjadi rumusan masalah Menyusun rancangan penilitian sosial. Menyusun intrumen penelitian Membuat jadwal penelitian (rencana, pelaksanaan, dan pelaporan) Pengumpulan data penelitian Guru memonitor aktivitas peserta didik selama proses penelitian Mengasosiasi Mengomunikasikan 286 Sintaks project based learning Assess the outcome Langkah/Kegiatan Pembelajaran Mengamati Menanya Mengumpulkan data Mengomunikasikan Analisis data penelitian Guru melakukan evaluasi tentang apa yang telah dilakukan oleh peserta didik Evaluate the experiment Membuat kesimpulan dan laporan hasil penelitian tentang fenomena sosial Mengasosiasi Mempresentasikan hasil penelitian tentang feno- mena sosial Melakukan refleksi bersama guru dg peserta didik 287 2) Persyaratan pendukung dan Manfaatnya Pemilihan model pembelajaran project based learning memerlukuan dukungan persyaratan untuk mereduksi kelemahan yang sering terjadi, antara lain: (1) Peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah, sehingga proyek tidak memakan waktu terlalu lama. (2) Dukungan sarana dan prasarana yang memadai termasuk peralatan belajar di laboratorium. (3) Pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol. (4) Perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan project 3) Manfaat pemilihan model pembelajaran project based learning, antara lain: (1) Meningkatkan motivasi belajar, mendorong kemampuan peserta didik melakukan pekerjaan penting, artinya mereka perlu dihargai. (2) Mengembangkam kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis. (3) Mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan sumberdaya. (4) Memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam pembelajaran, praktik, dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. (5) Melibatkan peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata. (6) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun guru menikmati proses pembelajaran. c. Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based Learning (PBL) menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. 288 1) Langkah Pembelajaran (1) Mengorientasi peserta didik pada masalah Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitasaktivitas yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang dilakukan oleh peserta didik maupun guru, serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu: a. Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri. b. Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan. c. Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, sedangkan peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya. d. Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka. (2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik, masingmasing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar, selanjutnya guru menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas 289 tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam kegiatan penyelidikan sehingga hasil-hasil penyelidikan sebagai penyelesaian terhadap permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta memamerkannya. Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting. (3) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu peserta didik mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya dari berbagai sumber, dan mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pembelajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampaikan ide-idenya dan menerima secara penuh Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang mendorong peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. (4) Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah 290 selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pameran ini melibatkan peserta didik lainnya, guruguru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik. (5) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. 291 Tabel 4. Hubungan antara sintak model pembelajaran problem based learning dengan langkah kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik diilustrasikan pada contoh berikut ini. Sintaks project based learning Mengorientasi peserta didik pada masalah Mengorganisas ikan kegiatan pembelajaran Mengamati Menanya Melihat video atau gambar atau berita beberapa contoh lingkungan menggambarkan kerusakan akibat penebangan hutan dan banjir bandang Langkah/Kegiatan Pembelajaran Mengumpulkan data/informasi Mencari informasi tentang kondisi daerah secara umum berkenaan dengan kerusakan lingkungan, Mencari informasi mengenai keadaan yang menggambarkan akibat bencana banjir bandang dengan beberapa pilihan mencari literatur tentang masalah pokok(apa, bagaimana, dan mengapa) Diskusi kelompok mengenai kondisi lingkungan/hutan Diskusi kelas tentang penyebab kerusakan ling kungan di kelas mengenai akibat kerusakan lingkungan Diskusi Kelas mengenai Mengasosiasi Mengomunikasikan Mempresentasikan/ menyampaikan hasil analisis terhadap tayangan video/ gambar/ berita eberapa contoh keadaan yang menggambar kan kerusakan lingkungan mengamati tentang perilaku pelaku orang merusak lingkungan dan konsep Al-Qur’an tentang pemeliharaan lingkungan 292 Sintaks project based learning Mengamati Menanya Langkah/Kegiatan Pembelajaran Mengumpulkan data/informasi Mengasosiasi skala prioritas dan pengelolaan lingkungan Pandangan Islam tentang pemeliharaan lingkungan Membimbing Penyelidikan Mandiri Mencari informasi tentang data banjir/banjir bandang diwilayah/daerah masing-masing. Mencari informasi kerugian akibat banjir/kerusakan lingkungan. Menafsirkan konsep Alqur’an tentang kewajiban memelihara lingkungan, dan upaya yang harus dilakukan untruk menjaga kelestarian lingkungan Mengembangkan dan Menyajikan Karya Analisis dan Evaluasi menganalisis hubungan antara konsep kerusakan lingkungan akibat banjir dengan kerugian masyarakatskala prioritas, dan berpikir Mengomunikasikan 293 Sintaks project based learning Mengamati Menanya Langkah/Kegiatan Pembelajaran Mengumpulkan data/informasi Mengasosiasi rasional dalam mengelola lingkungan dan memecahkan masalah pokok upaya menanggulangi kerusakan lingkungan dan mencdegah terjadinya pengrusakan lingkungan Mengomunikasikan 294 d. Pembelajaran kontekstual Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivistik bahwa peserta didik mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas- tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan komponen yang harus ditempuh, yaitu: a. membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, b. melakukan pekerjaan yang berarti, c. melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, d. bekerja sama, e. berpikir kritis dan kreatif, f. membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, g . mencapai standar yang tinggi, d a n h. menggunakan penilaian otentik. Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam mata pelajaran apa saja, tidak terkecuali mata pelajaran Al-Qur’an Hadits. Menurut konsep CTL, “Belajar akan lebih bermakna jika anak didik ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan sekadar ‘mengetahui’ apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Hernowo, 2005: 61). CTL merupakan konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Proses pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. 295 Kedua, CTL mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori peserta didik sehingga tidak akan mudah terlupakan. Ketiga, CTL mendorong peserta didik untuk dapat menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan. Artinya, CTL tidak hanya mengharapkan peserta didik dapat memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata. Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan CTL. sebagaimana uraian di bawah ini. 1) Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang akan diperoleh peserta didik adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 2) Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya. 3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berartii pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini. 4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. 5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. e. Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu 296 (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik dalam pembekajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar. Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan peserta didik. Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”. Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi peserta didik, yaitu: (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang peserta didik berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis. 1. Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri, di antaranya: Pertama, pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima materi pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator dan motivatorbelajar peserta didik. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan peserta didik. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing 297 dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok. Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri peserta didik tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, peserta didik akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran. 2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini: a) Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. b) Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru, bahkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. c) Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan peserta didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu, pada pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis peserta didik dengan selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang dipelajarinya. d) Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. e) Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan 298 kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya. 3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Proses pembelajaran inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: a) Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah. b) Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis. c) Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa, terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari : melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan. d) Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan e) Menerapkan kesimpulan dan generalisasi 4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena memiliki beberapa keunggulan, di antaranya: a) Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna. b) Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. c) Pembelajaran ini merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. d) Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan 299 belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam belajar. Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan, di antaranya: 1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik. 2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan peserta didik dalam belajar. 3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Selama kriteria keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik menguasai materi pelajaran, maka strategi ini tampaknya akan sulit diimplementasikan. f. Langkah Pemilihan Model Pembelajaran Pemilihan model pembelajaran (discovery learning, project based learning, atau problem based learning) sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. 1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori faktual, konseptual, prosedural, dan metkognitif. Pada pengetahuan faktual dan konsepetual dapat dipilih discovery learning, sedangkan pada pengetahuan prosedural dapat dipilih project based learning dan problem based learning. 2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-4. Pada keterampilan abstrak dapat dipilih discovery learning dan problem based learning, sedangkan pada keterampilan konkrit dapat dipilih project based learning. 3. Pemilihan ketiga model tersebut mempertimbangkan sikap yang dikembangkan, baik sikap religius (KI-1) maupun sikap social (KI-2) Berikut contoh matrik pemilihan model yanag dapat digunakan sesuai dengan dimensi pengetahuan dan keterampilan. 300 Dimensi Keterampilan Dimensi Pengetahuan Abstrak Konkrit Faktual Discovery Learning Discovery Learning Konseptual Discovery Learning Discovery Learning Discovery Learning Problem Based Learning Discovery Learning Projec Based Lerning Problem Based Learning Projec Based Lerning Problem Based Learning Discovery Learning Projec Based Lerning Problem Based Learning Prosedural Metakognitif Berikut ini contoh pilihan Model Pembelajaran Sesuai dengan Karakteristik Kompetensi Mata Pelajaran Quran Hadis. Dicovery Learning Kompetensi Dasar Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi pada QS al-Mu’minuun:1214; QS al-Nahl:78; QS alBaqarah:30-32; dan QS adzDzaariyat: 56 Memahami ayat-ayat al-Qur'an dan hadis tentang makanan yang halal dan baikpada Surat al-Baqarah(2):168169, al-Baqarah (2): 172-173, dan hadis riwayat Abu Dawud dari Ma’dikariba Project Based Learning Problem Based Learning Kelas X Memahami ayat-ayat al-Qur'an dan hadis tentang kelestarian lingkungan hidup pada Surat ar-Ruum: 41-42, Surat al-A’raaf: 56-58, Shad: 27, alFurqaan: 45-50, al-Baqarah: 204-206, hadis tentang kelestarian alam yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik X XI dan seterusnya E. Rangkuman Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) (2) mengembangkan pada peserta didik, kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan berpusat 301 dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2. Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: a. mengamati; b. menanya; c. mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan e. mengkomunikasikan. Dalam Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Poses, kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project basedlearning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. Dalam implementasinya, guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, antara lain Discovery Learning, Project Based Learning, dan Problem Based Learning. F. Latihan Jawablah pertanyan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang benar! 1. Standar proses pendidikan dasar dan menengah kurikulum 2013 ditetapkan dalam: a. Permendikanas No. 54 tahun 2013 b. Permendiknas No. 65 tahun 2013 g. Permendiknas No. 68 tahun 2013 h. Permendiknas No. 70 tahun 2013 302 2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 menekankan pada: a. Pendekatan saintifik b. Pendekatan tematik terpadu c. Pendekatan tematik integratif d. semua benar 3. Metode yang bertujuan untuk melibatkan fisik dan mental peserta didik serta melakukan serangkaian latihan-latihan merupakan gambaran dari pelaksanaan metode… a. Metode eksperiman b. Metode latihan (drill) c. Metode demonstrasi d. Metode inkuiri 4. Jika seorang guru melaksanakan proses pembelajaran dengan cara meminta peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran, maka guru tersebut sedang mengimplementasikan metode: a. Metode observasi b. Metode penemuan c. Metode eksperimen d. Metode inkuiri 5. Pelibatan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pembelajaran merupakan prinsip umum strategi pembelajaran yang menekankan pentingnya.... a. Individualitas b. Integritas c. Efektivitas d. Aktifitas 6. Beberapa pendekatan yang dituntut untuk dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut, kecuali… a. Pendekatan ilmiah (scientific), b. Pendekatan tematik c. Pendekatan Pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/ inquiry learning). d. Penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis pemecahan masalah (project based learning). 303 G. Daftara Pustaka Arend, I. Richard. Learning To Teach. Cet. II. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Djamarah, Syaiful B & Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Indrawati, Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar, Jakarta: PPPPTK IPA, 2009 Kardi S dan Nur M. Pengajaran Langsung, Surabaya: Universitas Press, 2000 Lie, Anita. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo, 2004. Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Depag RI, 2009. Micklethwait, Jhon dan Adrian Wooldridge, A Future Perfect: the Challenge and Hidden Promise of Globalization. New York: Crown Business, 2000. Permendiknas Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Raka, Joni, Pokok-Pokok Pikiran Mengena Pendidikan Guru, Jakarta: Makalah Konsersium Ilmu Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1992. Saripuddin, Udin. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997. Semiawan, Cony R. Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat seoptimal Mungkin. Jakarta: Grasindo, 1999. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif, Jakarta: Kencana, 2011 _____, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. 2007. _____, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP, Jakarta: PT. Bumi Aksara 2010. 304 Modul 6 Penilaian Proses dan Hasil Belajar Qur’an Hadis A. Peta Konsep Porto folio Diri PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR Tertulis Kinerja Proyek B. Tujuan Model penilaian hasil belajar peserta didik ini disusun untuk membantu peserta PLPG dalam: 1. meningkatkan pemahaman mengenai penilaian autentik dan prinsip-prinsip penilaian; 2. merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik yang berkualitas sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 3. mengolah hasil penilaian dan menindak lanjutinya; 4. menyusun laporan hasil belajar peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatf 304 305 C. Skenario Kegiatan Pembelajaran Materi PLPG : Penilaian Proses dan Hasil Belajar Alokasi waktu : Jenjang : MI/MTS/MA Mata pelajaran : Qur’an Hadis Tahapan Kegiatan PERSIAPAN KEGIATAN PENDAHULUAN Deskripsi Kegiatan Waktu Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaran lain. Pengkondisian Peserta Fasilitator menjelaskan kompetensi dan dan skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan Penilaian Proses dan Hasil Belajar KEGIATAN INTI KEGIATAN PENUTUP Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi tentang jenis dan bentuk penilaian autentik. Diskusi tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar. Presentasi hasil diskusi kelompok Paparan materi tentang Konsep Penilaian Autentik pada Proses dan Hasil Belajar dengan menggunakan bahan tayang PPT dan Contoh Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran Al-Qur’an Hadis menggunakan bahan tayang PPT Membuat rangkuman materi pelatihan Penilaian Proses dan Hasil Belajar Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran. Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan. Fasilitator menutup pembelajaran D. Uraian Materi a) Pengertian Penilaian dan Penilaian Autentik Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan 305 306 keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, Wiggins (2013) mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas- aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, dan sebagainya . Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Karenanya, penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas-tugas: membaca dan meringkasnya, eksperimen, mengamati, survei, projek, makalah, membuat multi media, membuat karangan, dan diskusi kelas. Kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di dalamnya penilaian portofolio dan penilaian projek. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran. Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan. 306 307 b) Prinsip dan Pendekatan Penilaian Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Prinsip Penilaian 1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang 5. tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. 6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. 10. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan peserta didik. b. Pendekatan Penilaian Penilaian menggunakan pendekatan sebagai berikut: 1) Acuan Patokan Semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. 2) Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar ditentukan sebagai berikut: Predikat Nilai Kompetensi 307 308 Pengetahuan Keterampilan A 4 4 A- 3.66 3.66 B+ 3.33 3.33 B 3 3 B- 2.66 2.66 C+ 2.33 2.33 C 2 2 C- 1.66 1.66 D+ 1.33 1.33 1 1 D Sikap SB B C K a) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan belum tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai < 2.66 dari hasil tes formatif. b) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 dari hasil tes formatif. c) Untuk KD pada KI 1 dan KI 2 ketuntasan seorang peserta didik dilakukan dengan memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh matapelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada kategori baik (B) menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan. c) Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian 1. Ruang Lingkup Penilaian Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. 2. Teknik dan Instrumen Penilaian Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi. Penilaian dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian 308 hasil relajar, baik pada domain 309 kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu: a. Penilaian Unjuk Kerja Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi. 2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. 3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. 4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati. 5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan. Penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala penilaian. 1) Daftar Cek Daftar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana, sehingga kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua kategorikan saja, ya atau tidak. 2) Skala Penilaian Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit atau merasa tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya atau tidak, memenuhi atau tidak memenuhi. Oleh karena itu dapat dipilih skala penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Namun setiap kategori harus dirumuskan deskriptornya sehingga penilai mengetahui kriteria secara akurat kapan mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar kategori beserta deskriptor kriterianya itu disebut rubrik. Di lapangan sering dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik. Deskriptor semacam ini belum akurat, karena kriteria kurang bagi seorang penilai belum tentu sama dengan penilai lain, karena itu deskriptor dalam rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh penilaian unjuk kerja dengan skala penilaian beserta rubriknya. 309 310 Penilaian Unjuk Kerja Menghafalkan Surat Pendek No Aspek yang dinilai 1 Kelancaran Hafalan 2 Ketepatan Makharijul Huruf 3 Kesesuaian Tajwid 4 Kepatutan Sikap Penilaian 2 3 1 Rubrik: Aspek yang dinilai Penilaian 2 1 3 Kelancaran Hafalan Tidak lancar Kurang lancar Lancar Ketepatan Makharijul Huruf Malafalkan hurufhuruf tidak sesuai dengan makharij huruf Malafalkan hurufhuruf kurang sesuai dengan makharij huruf Malafalkan hurufhuruf sesuai dengan makharij huruf Membaca ayatayat sesuai dengan hukum tajwid Membaca ayatayat kurang sesuai dengan hukum tajwid Kesesuaian Tajwid Membaca ayatayat tidak sesuai dengan hukum tajwid Kepatutan Sikap Tidak menunjukan Kurang menunjukan sikap yang sopan sikap yang sopan dalam membaca aldalam membaca Qur’an al-Qur’an Menunjukan sikap yang sopan dalam membaca alQur’an b. Penilaian Sikap Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun 310 311 komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah: 1) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap matapelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memilik sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. a) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. menarik, nyaman Proses pembelajaran yang dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. b) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya, masalah kebersihan dan kejujuran. Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap persoalan kebersihan lingkungan dan kejujuran dalam bertindak maupun berbicara. 2) Teknik Penilaian Sikap Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknikteknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut. i. Observasi perilaku Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Guru dapat melakukan observasi terhadap 311 312 peserta didiknya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah. ii. Pertanyaan langsung Guru juga dapat menanyakan secara langsung tentang didik berkaitan sikap peserta dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik. iii. Laporan pribadi Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang “Ijazah Palsu” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya. 312 313 Tanggung jawab Kepedulian Menepati janji Kejujuran Hormat pada orang tua Kerjasama Kedisiplinan Kerajinan Tenggang rasa Nama Ketekunan belajar No. Keterbukaan Sikap Ramah dengan teman Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik 1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan: Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d 5. 1 = sangat kurang; 2 = kurang konsisten; 3 = mulai konsisten; 4 = konsisten; dan 5 = selalu konsisten. Contoh Lembar Pengamatan Sikap Mata Pelajaran : Al-Qur’an Hadis Kelas/Semester : VII / 1 Tahun Pelajaran : 2013/2014 Waktu Pengamatan : ................................. Kompetensi Inti : 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 313 314 2.1 Kompetensi Dasar : 2.2 Terbiasa beribadah dan berdo’a sebagai penerapan isi kandungan Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) dalam kehidupan sehari-hari 3.1 Kompetensi Dasar: 3.2 Memahami isi kandungan Q.S. al-Faatihah (1), an- Naas (114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) tentang tauhid dalam konsep Islam 4.1 Kompetensi Dasar: 4.1 Membaca Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al- Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) dengan fasih dan tartil Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan untuk mencapai KD 3.1 dan KD 4.1 adalah perilaku santun danjujur. Rubrik penilaian sikap santun dapat disusun sebagai berikut: Kriteria Sangat Baik (SB) Skor 4 Baik (B) 3 Cukup (C) 2 Kurang (K) 1 Indikator Selalu santun dalam bersikap dan bertutur kata kepada guru dan teman Sering santun dalam bersikap dan bertutur kata kepada guru dan teman Kadang-kadang santun dalam bersikap dan bertutur kata kepada guru dan teman Tidak pernah santun dalam bersikap dan bertutur kata kepada guru dan teman Indikator jujur dapat dikembangkan sebagaimana mengembangkan indikator santun. Selanjutnya guru membuat rekapitulasi hasil penilaian sikap peserta didik dalam format seperti contoh berikut. Guru membubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan. NO 1 2 3 dst NAMA SANTU JUJUR ..... N 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Andi ......... ......... v v Keterangan: 314 JUML SKOR SKOR SIKA P KODE NILAI 7 3.50 SB 315 1. Skor maksimal = Jumlah sikap yang dinilai x jumlah kriteria = 2 x 4 = 8 2. Skor sikap = Jumlah skor: jumlah sikap yang dinilai = 7 : 2 = 3.50. Skor sikap ditulis dengan dua desimal.Rentang skor sikap: 1.00 – 4.00 3. Kode nilai/Predikat: 3.25 - 4.00 = SB (Sangat baik) 2.50 – 3.24 = B (Baik) 1.75 – 2.49 = C (Cukup) 1.00 – 1.74 = K (Kurang) c. Tes Tertulis 1) Pengertian Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya. 2) Teknik Tes Tertulis Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: i. Soal dengan memilih jawaban ganda, (selected response), mencakup:pilihan benar-salah, dan menjodohkan. Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian atau melengkapi, uraian objektif, dan uraian non-objektif. Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut. (a) materi, misalnya kesesuaian pencapaian pada kurikulum soal dengan KD dan indikator tingkat satuan pendidikan; (b) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas. (c) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda. (d) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian. Contoh soal pilihan ganda. Mata Pelajaran : Al-Qur’an Hadis Kelas/Semester : VII/1 Tahun Pelajaran : 2013/2014 315 316 Kompetensi Inti : 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata Kompetensi Dasar: 3.2 Memahami isi kandungan Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) tentang tauhid dalam konsep Islam Indikator: Peserta didik dapat menjelaskan kandungan surah Al-Fatihah tentang tauhid Rumusan butir soal Kandungan surah Al-Fatihah tentang tauhid terdapat pada surah Al-Fatihah ayat: a. 1, 2 dan 7 b. 2,4 dan 7 c. 2,3 dan 5 d. 2,3 dan 4 ii. Tes tertulis bentuk uraian atau esai menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menuliskan jawabannya dengan kalimatnya sendiri. Jawaban tersebut melibatkan kemampuan mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilanpeserta didik. Kaidah penulisan soal bentuk uraian sebagai berikut. Substansi/Materi 1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes bentuk uraian) 2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sesuai 3. Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi (UKRK) 4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas Konstruksi 1. Ada petunjuk yang jelas mengenai cara mengerjakan soal 2. Rumusan kalimat soal/pertanyaan menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai 3. Gambar/grafik/tabel/diagram dsb. jelas dan berfungsi 316 317 4. Ada pedoman penskoran Bahasa 1. Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif 2. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku 3. Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian 4. Tidak mengandung kata yang menyinggung perasaan 5. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu 317 318 Contoh soal bentuk uraian Mata Pelajaran : Al-Qur’an Hadis Kelas/Semester : VII/1 Tahun Pelajaran : 2013/2014 Kompetensi Inti : 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata Kompetensi Dasar: 3.2 Memahami isi kandungan Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) tentang tauhid dalam konsep Islam Indikator: Peserta didik dapat menjelaskan kandungan surah Al-Fatihah tentang tauhid Rumusan butir soal Surah Al-Fatihah sebagai Ummul Qur’an menginformasikan tentang keesaan Allah Swt. Jelaskan tiga konsep tauhid yang ada dalam surah Al-Fatihah Pedoman penskoran No 1 Jawaban Skor 5 Menjelaskan tiga konsep tauhid dalam surah Al-Fatihah 2 Tauhid rububiyah terdapat pada ayat ke dua, bahwa Allah Swt sebagai pencipta alam semesta Tauhid uluhiyah terdapat pada ayat ke 5 bahwa hanya Allah tempat menyembah Tauhid Al-Asma wassifat terdapat pada ayat 1 dan 3 bahwa Allah memiliki sifat rahman dan rahim SKOR MAKSIMAL 2 1 5 d. Penilaian Projek 1) Pengertian Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat 318 319 digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada matapelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: i. Kemampuan pengelolaan kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. ii. Relevansi Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. iii. Keaslian Proyek yang dilakukakan peserta didik harus merupakan hasil karyanya dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik. 2) Teknik Penilaian Proyek Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Contoh Teknik Penilaian Proyek Matapelajaran : Nama Proyek : Alokasi Waktu : Guru Pembimbing : Nama : NIS : Kelas : SKOR (1 - 5) No 1 ASPEK 1 Perencanaan : a. Persiapan b. Rumusan Judul 319 2 3 4 5 320 2 Pelaksanaan : a. Sistematika Penulisan b. Keakuratan Sumber Data / Informasi c. Kuantitas Sumber Data d. Analisis Data e. Penarikan Kesimpulan 3 Laporan Proyek : a. Performans b. Presentasi / Penguasaan TOTAL SKOR Kompetensi Inti : 4. Mengolah, menyaji dan menallar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori Kompetensi Dasar : 4.4 Menerjemahkan makna hadis tentang iman riwayat Ali bin Abi Thalib dari Ibnu Majah ()اإليمان معرفةبالقلب وقول باللسان وعمل باألركان dan hadist riwayat Muslim dari Umar bin Khattab (... )قال فأخبرنى عن اإليمان قال أن تؤمن با dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah (..)اإليمان بضع سبعون شعبة فأفضلھاقول الاله إالﷲ dan hadis tentang ibadah yang diterima Allah riwayat al-bazzar dari Adh-Dhahhaq : )قال ﷲ تعالى أناخيرشريك فمن أشرك مع ﯨشريكافھوللشريك يآأيھاالناس أخلصواأعمالكم (... dan hadis riwayat Muslim dari Aisyah (... )من عمل عمال ليس عليه أمرنافھورد Indikator : Peserta didik dapat menulis dan menerjemahkan makna hadis tentang keimanan Rumusan tugas: Baca buku hadits yang berkaitan dengan keimanan Tuliskan rencana tulisanmu, lakukan, dan buatlah laporannya. Dalam membuat laporan perhatikan buku literatur yang kamu gunakan, perawi hadis, kelengkapan matan hadis, terjemahan hadis, kandungan hadis, sistematika laporan, penggunaan bahasa, dan tampilan laporan! Pedoman penskoran No 1 Aspek yang dinilai Persiapan 320 Skor maks 321 Literatur yang digunakan 2 3 6 Pelaksanaan a.Keakuratan perawi hadis(akurat = 3; kurang akurat = 2; tidak akurat = 1) b. Kelengkapan matan hadis (lengkap= 3; kurang lengkap = 2; tidak lengkap = 1) c. Analisis hadis (baik = 3; cukup = 2; kurang = 1) d.Kesimpulan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat = 1) Pelaporan hasil a. Sistematika laporan (baik = 3; kurang baik = 2; tidak baik = 1) b. Penggunaan bahasa (sesuai kaidah= 3; kurang sesuai kaidah = 2; tidak sesuai kaidah = 1) c. Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat/banyak kesalahan =1) d. Tampilan (menarik = 3; kurang menarik = 2; tidak menarik = 1) Skor maksimal 12 12 30 e. Penilaian Produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Untuk mata pelajaran Qur’an Hadis produk yang akan dinilai dapat berupa penulisan surat pendek sesuai kaidah kaligrafi Arab (khat). Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: 1) Tahap penilaian Produk i. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. ii. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. iii. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaianproduk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. 2) Teknik Penilaian Produk Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik. i. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. 321 322 ii. Cara analitik, yaitu berdasarkan dilakukan terhadap semua kriteria yang tahap proses pengembangan. Contoh Penilaian Produk Mata Ajar : Nama Proyek : Alokasi Waktu : Nama Peserta didik : Kelas/SMT : No. Tahapan 1 2 3 aspek-aspek produk, biasanya terdapat pada semua Skor ( 1 – 5 )* Tahap Perencanaan Bahan Tahap Proses Pembuatan : a. Persiapan alat dan bahan b. Teknik Pengolahan c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan) Tahap Akhir (Hasil Produk) a. Bentuk fisik b. Inovasi TOTAL SKOR Catatan : *) Skor diberikan dengan rentang skor 1 (satu) sampai dengan 5 (lima), dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya. f. Penilaian Portofolio Pengertian Penilaian didasarkan pada portofolio kumpulan merupakan informasi penilaian berkelanjutan yang menunjukkan yang perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk suatu matapelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik.Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan 322 perbaikan. 323 belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik. 1) Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain: i. Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri. ii. Saling percaya antara guru dan peserta didik dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik. iii. Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihakpihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan. iv. Milik bersama antara peserta didik dan guru Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya. v. Kepuasan Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri. vi. Kesesuaian Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum. vii. Penilaian proses dan hasil Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta didik. viii. Penilaian dan pembelajaran Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang 323 324 sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik. 2) Teknik Penilaian Portofolio Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: i. Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri.Dengan melihat portofolio peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan minatnya. ii. Tentukan bersama peserta saja yang akan dibuat. didik sampel-sampel portofolio apa Portofolio antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda. iii. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta didik dalam satu map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah. iv. Berilah tanggal perkembangan pembuatan peserta didik pada setiap bahan informasi sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. v. Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik. vi. Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat membahas portofolio. vii. Setelah satu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan maka peerta didik diberi8 kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru. viii. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orang tua dapat membantu dan memotivasi anaknya. 324 325 Contoh Penilaian Portofolio Sekolah : : Matapelajaran Durasi Waktu : Nama Peserta didik : Kelas/SMT : 1 Pengenalan 2 Penulisan 3 Ingatan Terhadap Kosakata Ucapan Waktu Kosa KI / KD / PI Tata Bahasa No Berbicara KRITERIA Ket 16/07/…. 24/07/…. 17/08/….. Dst.... 12/09/….. 22/09/.. 15/10/ …. 15/11/…. 12/12/….. Catatan: PI = Pencapaian Indikator Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai bukti pekerjaan yang masuk dalam portofolio. Skor yang digunakan dalam penilaian portofolio menggunakan rentang antara 0 -10 atau 10 – 100. keterangan diisi oleh guru Kolom untuk menggambarkan karakteristik yang menonjol dari hasil kerja tersebut. g. Penilaian Diri 1) Pengertian Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu matapelajaran tertentu. Penilaian didasarkan atas kriteria dirinya atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat 325 326 tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Untuk menentukan pencapaian kompetensi tertentu, peniaian diri perlu digabung dengan teknik lain. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain: (a) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri; (b) peserta karena didik menyadari kekuatan ketika mereka melakukan melakukan introspeksi terhadap dan kelemahan kekuatan penilaian, dan dirinya, harus kelemahan yang dimilikinya; (c) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik berbuat jujur, untuk karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. 2) Teknik Penilaian Diri Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. (a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. (b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. (c) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian. (d) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri. (e) guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif. (f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak. 326 327 Contoh Format Nama sekolah Mata Ajar Nama Kelas Penilaian Konsep Diri Peserta Didik : : : : No Pernyataan 1. Saya berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME agar mendapat ridhoNya dalam belajar Saya berusaha belajar dengan sungguhsungguh Saya optimis bisa meraih prestasi Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan masyarakat Saya suka membahas masalah politik, hukum dan pemerintahan Saya berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku Saya berusaha membela kebenaran dan Keadilan Saya rela berkorban demi kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara Saya berusaha menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab JUMLAH SKOR 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Ya Alternatif Tidak Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik.Rentangan nilai yang digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika jawaban TIDAK maka diberi skor 1. Kriteria penilaianya adalah jika rentang nilai antara 0–5 dikategorikan tidak positif; 6–10, kurang positif; 11–5 positif dan 16–20 sangat positif. h. Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.Rubrik adalah daftar kriteria yang menunjukkan kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep 327 328 yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai yang paling buruk. Kriteria rubrik: • Sederhana/mencakup asek paling esensial untuk dinilai • Praktis/ mudah digunakan • Tidak membebani guru • Menilai dengan efektif aspek yang akan diukur • Dapat digunakan untuk penilaian proses dan tugas sehari-hari • Peserta didik dapat mempelajari rubrik & mengecek hasil penilaiannya Rubrik kunci adalah rubrik sederhana berisi seperangkat kriteria yang menunjukkan indikator esensial paling penting yang dapat menggambarkan capaian kompetensi peserta didik. 1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Kriteria tugas untuk tes praktik • Tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian hasil belajar. • Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik. • Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas. • Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik, • Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum • Tugasbersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi) Kriteria rubrik untuk tes praktik • Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid). • Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran. • Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati (observasi). • Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur. • Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik. • Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik. Berikut ini contoh tes praktik keterampilan membaca Al-Quran Mata Pelajaran : Al-Qur’an Hadis Kelas/Semester : VII/1 328 329 Tahun Ajaran Kompetensi Inti : 2013/2014 : 4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori Kompetensi Dasar : 4.2 Membaca Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) dengan fasih dan tartil Indikator : Peserta didik dapat mengenalkan diri secara lisan dengan lancar, menggunakan pilihan kata yang tepat, serta pengucapan dan intonasi yang benar. Rumusan soal : Silakan baca QS. Al-Fatihah dengan baik dan benar Lembar pengamatan tes praktik keterampilan membaca Indikator perkembangan keterampilan membaca: Kelancaran 1 = tidak lancar; 2 = kurang lancar; 3 = lancar Makhraj hurup 1 = tidak baik; 2 = kurang baik; 3 = baik Nun sukun dan tanwin 1 = tidak sesuai; 2 = kurang sesuai; 3 = sesuai Mad 1 = tidak tepat; 2 = kurang tepat; 3 = tepat Kelan caran No Nama 1 2 1 2 Makhraj Rani …… 3 v 1 2 3 v Nun sukun dan tanwin 1 2 v Mad Sc ore 3 1 2 3 v 11 Re rata 3.67 Note: 1. Maximum score = sum of indicators x 3 = 4 x 3 = 12. 2. Skill’s score = (Score/max score) x 4 = (11/12) x 4 = . Skill’s score in two decimals.Skill’s score range: 1.33 – 4.00 3. Code : 329 Nilai Huru p A 330 3.33 - 4.00 = A (Excellent) 2.67 – 3.32 = B (Good) 2.00 – 2.66 = C (Fair) 1.33 – 1.99 = D (Poor) 2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Dalam penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan. Pengelolaan yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan, Relevansi yaitu kesesuaian dengan kompetensi yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tahap perkembangan peserta didik, Keaslian. Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya sendiri dengan bimbingan pendidik dan dukungan berbagai pihak yang terkait. Contoh penilaian projek. Kompetensi Inti : 4. Mengolah, menyaji dan menallar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori Kompetensi Dasar : 4.4 Menerjemahkan makna hadis tentang iman riwayat Ali bin Abi Thalib dari Ibnu Majah ()اإليمان معرفةبالقلب وقول باللسان وعمل باألركان dan hadist riwayat Muslim dari Umar bin Khattab (... )قال فأخبرنى عن اإليمان قال أن تؤمن با dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah (..)اإليمان بضع و سبعون شعبة فأفضلھا قول الاله إالﷲ dan hadis tentang ibadah yang diterima Allah riwayat al-bazzar dari AdhDhahhaq : )قال ﷲ تعالى أناخيرشريك فمن أشرك معى شريكا فھو للشريك يآأيھا (... الناس أخلصوا أعمالكم dan hadis riwayat Muslim dari Aisyah (... )من عمل عمال ليس عليه أمرنا فھو رد Indikator : Peserta didik dapat menulis dan menerjemahkan makna hadis tentang keimanan 330 331 Rumusan tugas: Baca buku hadits yang berkaitan dengan keimanan. Tuliskan rencana tulisanmu, lakukan, dan buatlah laporannya. Dalam membuat laporan perhatikan buku literatur yang kamu gunakan, perawi hadis, kelengkapan matan hadis, terjemahan hadis, kandungan hadis, sistematika laporan, penggunaan bahasa, dan tampilan laporan! Pedoman penskoran No 1 2 3 Skor maks Aspek yang dinilai Persiapan Literatur yang digunakan 6 Pelaksanaan a.Keakuratan perawi hadis(akurat = 3; kurang akurat = 2; tidak akurat = 1) b. Kelengkapan matan hadis (lengkap= 3; kurang lengkap = 2; tidak lengkap = 1) c. Analisis hadis (baik = 3; cukup = 2; kurang = 1) d.Kesimpulan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat = 1) Pelaporan hasil e. Sistematika laporan (baik = 3; kurang baik = 2; tidak baik = 1) f. Penggunaan bahasa (sesuai kaidah= 3; kurang sesuai kaidah = 2; tidak sesuai kaidah = 1) g. Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat/banyak kesalahan =1) h. Tampilan (menarik = 3; kurang menarik = 2; tidak menarik = 1) Skor maksimal 12 12 30 d) Pengolahan Nilai Hasil penilaian oleh pendidik setiap semester perlu diolah untuk dimasukkan ke dalam buku laporan hasil belajar (rapor). Nilai rapor merupakan gambaran pencapaian kemampuan pesertadidik dalam satu semester. 1. Penilaian Pengetahuan a. Penilaian Pengetahuan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik) b. Penilaian Pengetahuan terdiri atas: Nilai Proses (Nilai Harian)= NH Nilai Ulangan Tengah Semester = UTS 331 332 Nilai Ulangan Akhir Semester = UAS c. Nilai Harian diperoleh dari hasil Tes Tulis, Tes Lisan, dan Penugasan yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran satu Kompetensi Dasar (KD). d. Penghitungan nilai Pengetahuan diperoleh dari rata-rata nilai harian, nilai ulangan tengah semester, dan nilai ulangan akhir semester. e. Penilaian rapor untuk pengetahuanmenggunakan penilaian kuantitatif dengan skala 1 – 4 (kelipatan 0,33), dengan 2 (dua) desimal dan diberi predikat sebagaiberikut: A : 3,67–4.00 C+ : 2,01 - 2,33 A- : 3,34 - 3,66 C B + B B - : 1,67 - 2,00 - : 3,01 - 3,33 C : 1,34 - 1,66 + :2,67 - 3,00 D : 1,01 - 1,33 : 2,34 - 2,66 D: <1,00 f. Penghitungan Nilai Pengetahuan adalah dengan cara: Menggunakan skala nilai 0 sd 100 Contoh: Peserta didik Ali memperoleh nilai pada Mata Pelajaran Agama dan Budi Pekerti sebagai berikut: NH =80, UTS =75, UAS = 85 Nilai Rapor = 80+75+85 : 3 = 240: 3 Nilai Rapor = 80 Nilai Konversi = (80 :100) x 4 = 3.20 = B+ Yang ditulis pada rapor adalah nilai koversi (2.80) dan predikatnya (B). Contoh pengisian format pengolahan Nilai Hasil Belajar untuk pengetahuan Mata Pelajaran : …………………………… Kelas/Semester : …………………….. Nilai Harian No 1 Nama Ali KD 3.1 KD 3.2 KD 3.3 78 82 80 dst 332 R NH N TS N AS 80 75 85 Nil LHB Konv Pred 80 3.20 B+ 333 2. Penilaian Keterampilan a. Penilaian Keterampilan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik). Penilaian Keterampilan terdiri atas: NilaiPraktik, Nilai Projek, dan Nilai Portofolio b. Penilaian Keterampilan dilakukan pada setiap akhir menyelesaikan satu KD c. Penghitungan nilai keterampilan diperoleh dari rata-rata Penilaian Praktik, Penilaian Projek dan Penilaian Portofolio. d. Pengolahan Nilai Rapor (LHB) untuk Keterampilanmenggunakan penilaian kuantitatif dengan skala 1 - 4 (kelipatan 0,33), dengan 2 (dua) desimal dan diberi predikat sebagai berikut: A : 3,67–4.00 C+ : 2,01 - 2,33 A- : 3,34 - 3,66 C B + - : 1,67 - 2,00 : 3,01 - 3,33 C : 1,34 - 1,66 B :2,67 - 3,00 D+: 1,01 - 1,33 B- : 2,34 - 2,66 D: ≤ 1,00 Penghitungan Nilai Keterampilan adalah dengan cara: Menggunakan skala nilai 0 sd 100. Contoh Peserta didik B memperoleh nilai keterampilan pada Mata Pelajaran Agama dan Budi Pekerti sebagai berikut: Nilai Praktik = 80 Nilai Projek = 75 Nilai Portofolio = 80 Nilai Rapor = 80+75+80 : 3 = 235 : 3 Nilai Rapor = 78.33 Nilai Konversi = (78.33/100) x 4 = 3,13 = B+ Contoh pengisian format pengolahan Nilai Hasil Belajar untuk keterampilan Mata Pelajaran : …………………………. Kelas/Semester: ……………………. No 1 Nama peserta didik Budi Praktik Projek Portofolio Nilai LHB Konv 80 75 80 78.33 3.13 333 Pred B+ 334 3. Penilaian Sikap a. Sikap (spiritual dan sosial) untuk LHB terdiri atas sikap dalam mata pelajaran dan sikap antarmata pelajaran. Sikap dalam mata pelajaran diisi oleh setiap guru mata pelajaran berdasarkan rangkuman hasil pengamatan guru, penilaian diri, penilaian sejawat, dan jurnal, ditulis dengan predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), atau Kurang (K). Sikap antarmata pelajaran diisi oleh wali kelas setelah berdiskusi dengan semua guru mata pelajaran, disimpulkan secara utuh dan ditulis dengan deskripsi koherensi. b. Penilaian Sikapdalam mata pelajaran diperoleh dari hasil penilaian observasi (Penilaian Proses), penilaian diri sendiri, penilaian antarteman, dan jurnal catatan guru. c. Nilai Observasi diperoleh dari hasil Pengamatan terhadap Proses sikap tertentu sepanjang proses pembelajaran satu Kompetensi Dasar (KD). d. Untuk penilaian Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2) menggunakan nilai Kualitatif sebagai berikut: SB = Sangat Baik = 80 - 100 B = Baik = 70 - 79 C = Cukup = 60 - 69 K = Kurang = < 60 e. Contoh Penghitungan Nilai Sikap: Peserta didik A dalam mata pelajaran Agama dan Budi Pekerti memperoleh: Nilai Observasi = 85 Nilai diri sendiri = 75 Nilai antar teman = 80 Nilai Jurnal = 75 Nilai Rapor = 85+75+80+75 : 4 = 315 : 4 Nilai Rapor Predikat Deskripsi: A. = 79 = Baik .... CARA PENGISIAN RAPOR 1 Buku laporan hasil belajar diisi dengan tulisan yang rapi dan jelas. 2 Nama peserta didik di halaman judul, data Satuan Pendidikan di lembar 1, dan data peserta didik di lembar 2 ditulis menggunakan huruf kapital yang jelas dan rapi. 334 335 3 Lembar 2 yang berisi data peserta didik, dilengkapi dengan foto peserta didik terbaru berukuran 3 x 4. 4 Lembar CAPAIAN kompetensi semester 1 diisi dengan: a. Identitas Satuan Pendidikan dan identitas peserta didik. b. Pada kolom Pengetahuan dan Keterampilan diisi dengan perolehan nilai dari tiap guru mata pelajaran yang berupa Kode Huruf (predikat) berdasarkan perhitungan angka 1 s.d 4 dengan kelipatan 0,33. Contoh : A : 3,68 –4,00 C+ : 2,01 - 2,33 A- : 3,34 - 3,67 C B+ : 3,01 - 3,33 C- B B - : 1,68 - 2,00 : 1,34 - 1,67 + :2,68 - 3,00 D : 1,01 - 1,33 : 2,34 - 2,67 D: ≤ 1,00 Untuk kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2), dalam kolom Mapel diisi dengan menggunakan nilai kualitatif: SB = Sangat Baik = 80-100 B = Baik = 70-79 C = Cukup = 60-69 K = Kurang = < 60 c. Untuk kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2) antarmapel diisi oleh wali kelas dengan deskripsi kesimpulan dari sikap peserta didik secara keseluruhan dalam mata pelajaran. Kesimpulan tersebut diperoleh melalui rapat bersama dengan guru mata pelajaran. CONTOH PENGISIAN Nama Sekolah Alamat Nama Nomor Induk/NISN : SMAN 1 Serpong : Serpong Tangsel : Budiman : 000085 Kelas : X Semester : 1 (Satu) Tahun Pelajaran : 2013-2014 CAPAIAN MATA PELAJARAN Kelompok A (Wajib) 1 Pendidikan Agama dan Budi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 Bahasa Indonesia 2 Pengetahuan (KI 3) 3.70 (A) 3.60 (A-) 3.85 (A) 335 Keterampilan (KI 4) Sikap Spiritual dan Sosial (KI 1dan KI 2) Dalam mapel 3.35 (A-) SB 3.33 (B+) B 3.73 (A) SB Antarmapel Deskripsi Peserta didik menunjukka 336 Sikap Spiritual dan Sosial (KI 1dan KI 2) Pengetahuan (KI 3) Keterampilan (KI 4) 4 Matematika 5 Sejarah Indonesia 3.65 (A-) 3.01 (B+) 6 Bahasa Inggris 3.50 (A-) 2.80 (B) 3.33 (B+) 3.65 (A-) B B SB 3.33 (B+) 3.01 (B+) B 3.90 (A) SB 2.00 © B MATA PELAJARAN Dalam mapel Kelompok B (Wajib) 1 Seni Budaya Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3.75 (A) 3 Prakarya dan Kewirausahaan 2.67 (B-) 2 Kelompok C (Peminatan) Antarmapel n sikap sungguhsungguh dalam menerapka n sikap jujur dan kerjasama, namun masih perlu ditingkatk l i I Peminatan Matematika dan Ilmu Alam 1 Matematika 3. 55 (A-) 2.85 (B) B 2 3 4 I 3.33 (B+) 3.78 (A) 3.01 (B+) 2.90 (B) 3.01 (B+) 3.33 (B+) B SB B 1 Ekonomi 3.00 (B) 2 Bahasa Mandarin 3.54 (A-) 2.95(B) 3.80 (A) B SB Biologi Fisika Kimia Lintas Minat a. Kegiatan ekstra kurikuler diisi dengan nilai kualitatif (SB = sangat baik,B = baik,C = cukup, dan K = kurang) dilengkapi dengan keterangan masing-masing kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti. Nilai dan keterangan kegiatan ekstra kurikuler diperoleh dari guru pembina/pelatih ekstra kurikuler. Contoh : Kegiatan Ekstra Kurikuler Nilai Keterangan 1. Praja Muda Karana SB 2. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) B Sangat Baik. Juara LT I tingkat Provinsi Baik, aktif dalam setiap kegiatan d. Kolom ketidakhadiran diisi dengan rekapitulasi kehadiran peserta didik (sakit, izin, dan tanpa keterangan) dari wali kelas. Contoh: Ketidakhadiran Sakit Izin : 1 hari : - hari Tanpa Keterangan : - hari 336 337 5 Lembar catatan DESKRIPSI kompetensi mata pelajaran diisi dengan: a. Identitas Satuan Pendidikan dan identitas peserta didik. b. Catatan deskripsi Pengetahuan, Keterampilan, Sikap Spiritual dan Sosial tiap mata pelajaran diperoleh dari guru mata pelajaran. c. Catatan deskripsi Pengetahuan, Keterampilan, Sikap Spiritual dan Sosial tiap mata pelajaran ditulis dengan jelas dan rapi. CONTOH PENGISIAN Nama Sekolah : SMAN 1 Serpong Alamat : Serpong Tangsel Nama : Budiman Nomor Induk/NISN : 000085 No. Mata Pelajaran Kelompok A (Wajib) 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kompetensi Pengetahuan Keterampilan Sikap Spiritual dan Sosial Kelas : X Semester : 1 (Satu) Tahun Pelajaran : 2013-2014 Catatan Baik, sudah memahami seluruh kompetensi, terutama sangat baik dalam memahami makna mujahadah an-nafs. Terus berlatih agar lebih baik dalam kompetensi yang lain. Sudah terampil dalam hafalan surat-surat yang ditentukan, namun masih perlu banyak berlatih dalam hafalan Q.S.AnNur(24):2. Sudah konsisten menunjukkan sikap beriman, bertaqwa, jujur, dan kontrol diri. Kelompok B (Wajib) Kelompok B (Wajib) 2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Pengetahuan Sudah memahami semua konsep keterampilan, kecuali peranaktivitasfisikdalam pencegahanpenyakitdanpengurangan biayaperawatankesehatan. Perlu lebih tekun dalam memahami peranaktivitasfisikdalam pencegahanpenyakitdanpengurangan biayaperawatankesehatan. 337 338 Keterampilan Sudah menguasai keterampilan permainan dan atletik, terutama mempraktikkan teknik dasar atletik (jalan cepat, lari, lompat dan lempar) dengan menekankan gerak dasar fundamentalnya. Dapat diikutsertakan dalam lomba OOSN tingkat kota. Sudah menunjukkan usaha maksimal dalam setiap aktivitas gerak jasmani, sportif dalam bermain, perlu peningkatan dalam menghargai perbedaan. Perlu terus dikembangkan sikap sportif dalam bermain danmenghargai perbedaan Sikap Spiritual dan Sosial Kelompok C (Peminatan) I Peminatan Matematika dan Ilmu Alam 1 Matematika -----------------------------------------------------------------2 Biologi Pengetahuan Sudah memahami berbagai tingkat keaneka-ragaman hayati, namun kurang memahami dampak perubahan lingkungan terhadap kehidupan. Perlu melakukan pengamatan lingkungan untuk meningkatkan pemahaman mengenai dampak perubahan lingkungan terhadap kehidupan. Keterampilan Sudah memiliki kompetensi keterampilan ilmiah dalam memecahkan permasalahan biologi, namun kurang memperhatikan aspek keselamatan kerja. Perlu lebih teliti memperhatikan aspek keselamatan kerja dalam melakukan kegiatan praktik baik di dalam maupun di luar ruang laboratorium 6 Teknik pegisian lembar penilaian laporan hasil belajar semester 2 (dua) sama dengan teknik pengisian lembar penilaian laporan hasil belajar semester 1 (satu). 7 Kriteria kenaikan kelas ditentukan oleh Satuan Pendidikan berdasarkan karakteristik Satuan Pendidikan. Contoh : Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 338 339 a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada tahun pelajaran yang diikuti. b. Mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan minimal sama dengan KKM. c. Tidak terdapat 3 mata pelajaran atau lebih, pada kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan/atau sikap yang belum tuntas/belum baik. d. Ketidakhadiran peserta didik tanpa keterangan maksimal 15% dari jumlah hari efektif. 8. Keterangan pindah keluar Satuan Pendidikan diisi dengan: a. Tanggal ditetapkannya keluar dari Satuan Pendidikan. b. Kelas yang ditinggalkan pada saat keluar dari Satuan Pendidikan. c. Alasan keluar dari Satuan Pendidikan. d. Waktu penandatanganan pengesahan oleh Kepala Sekolah dan tanda tangan kepala sekolah dibubuhi stempel. e. Pengesahan kepindahan keluar Satuan Pendidikan dikuatkan dengan tanda tangan orang tua/wali peserta didik. 9. Keterangan pindah masuk Satuan Pendidikan diisi dengan: a. Nama peserta didik yang masuk ditulis dengan huruf kapital. b. Identitas peserta didik ditulis apabila pindah masuk ke sekolah baru (mutasi dari luar ke dalam Satuan Pendidikan). c. Waktu penandatanganan pengesahan oleh Kepala Sekolah dan tanda tangan kepala sekolah dibubuhi stempel. d. Pengesahan kepindahan keluar Satuan Pendidikan dikuatkan dengan tanda tangan orang tua/wali peserta didik. 10. Catatan prestasi yang pernah dicapai diisi dengan: a. Identitas peserta didik. b. Catatan prestasi yang menonjol pada bidang kurikuler (akademik), ekstra kurikuler (nonakademik), dan catatan khusus lainnya yang berhubungan dengan sikap serta hal-hal selain kurikuler dan ekstra kurikuler (misalnya memenangkan kejuaraan dalam ajang pencarian bakat, dan sebagainya). E. Rangkuman Berdasarkan paparan di atas, kurikulum 2013 menekankan pada penilaian terhadap tiga komponen dalam proses. Tiga komponen tersebut adalah attitude (prilaku), knowlidge (pengetahuan) dan skill (keterampilan), Tiga komponen itu didapatkan pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, kurikulmu 2013 lebih 339 340 mengedepankan penilaian otentik (penilaian yang sebenarnya). Seluruh rangkaian pembelajaran siswa menjadi titik perhatian seorang pendidik dalam memberikan penilaian. Dalam proses penilaian, digunakan pendekatan penilaian menggunakan sistem penilaian otentik , siswa dinilai pada proses pembelajaran berlangsung. Pada proses pembelajaran, mengedepankan pendekatan saintifik, siswa diarahkan untuk mengelabolarisakan, menemukan dan menjelaskan fenomena yang terjadi dilapanan berdasarkan hasil temuannya. Dengan demikian, pendekatan ini mengarahkan pada satu kesimpulan bahwa siswa akan memahami pengetahuan berdasarkan apa yang ia rasakan dan ditemukan. F. Tugas 1. Membaca modul tentang konsep penilaian autentik 2. Diskusi tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar. 3. Latihan menyusun soal penilaian autentik sesuai dengan Kompetensi Dasar mata pelajaran Al-Qur’an Hadits 4. Presentasi hasil diskusi a) Tes Formatif 1. Penilaian hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya merupakan prinsip penilaian: a. Objektif b. Transparan c. Akuntabel d. Ekonomi 2. Berikut ini kelebihan tes uraian, kecuali: a. Menyusunnya relatif lebih mudah b. Peserta didik dapat menerka jawaban c. Guru dapat menilai kreatifitas peserta didik d. Mengukur tingkat pengetahuan yang lebih kompleks 3. Tes yang dilakukan dengan mengamati siswa melakukan sesuatu aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan secara motorik disebut: a. Tes objektif b. Tes essay c. Tes lisan d. Tes unjuk kerja 4. Tes yang dilakukan dengan menilai tugas yang harus dikerjakan siswa dalam periode tertentu berupa investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan, penyajian sampai pelaporan tertulis disebut: a. Tes proyek b. Tes objektif c. Tes unjuk kerja d. Tes uraia 5. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian autentik (authentic assesment) artinya .... a. menilai pada proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik b. menilai kesiapan belajar dan proses belajar secara utuh c. .menilai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi 340 341 d. menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan 6. Penilaian Kompetensi Inti-1 dan Kompetensi Inti-2, mengggunakan penilaian .... a. test b. tertulis c. lisan d. pengamatan dan non test 7. Penerapan penilaian pada Kurikulum 2013 berbasis pada.... a. sciectific b. kolaboratif c. autentic d. konstruktif 8. Yang termasuk ciri teknik penilaian autentik adalah.... a. tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik tidak memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. b. analisis proses yang digunakan bukan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. c. pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. d. tidak memerlukan keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas 9. Jenis penilaian yang cocok untuk KI-4 adalah: a. Tertulis b. Praktik/unjukkerja c. Portofolio d. Observasi G. Daftar Pustaka Arifin, Z. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI Arikunto, S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002 Azwar, S. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2004. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SMA/MA dan SMK/MAK: Bahasa Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Pedoman Pengembangan Portofolio untuk Penilaian. Departemen Pendidikan Nasional: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2013. Penilaian Autentik Pada Proses dan Hasil Belajar. Hand out 2.3.1 Pelatihan Instruktur NasionalImplementasi Kebudayaan, 2013. Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan. 341 342 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendikbud No. 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Setiadi, H. dkk. Assessment Berbasis Kelas. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Sudijono, A. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Bumi Aksara, 2003. Surapranata, S dan Hatta, M. Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2006. Surapranata, S. dan Hatta, M. Penilaian Portofolio, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 Surapranata, S. Panduan Penulisan Tes Tertulis. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media. 342 343 343 342 Modul 7 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Qur’an Hadits A. Peta Konsep Analisis Buku Guru dan Siswa Langkah Pengembangan RPP Kesesuaian Buku dengan SKL‐KI‐KD Perangkat Pembelajaran Qura'n Hadis Prinsip Pengembagan RPP Kesesuaian Buku dengan Saintifik Komponen Silabus dan RPP Qurdis B. Tujuan Pembelajaran Peserta PLPG dapat: 1) Mendeskripsikan strategi menggunakan buku guru dan buku peserta didik untuk kegiatan pembelajaran. 2) Mendeskripsikan kesesuaian isi buku guru dan buku peserta didik dengan tuntutan KIL, KI, dan KD. 3) Mendeskripsikan kesesuaian buku guru dan buku peserta didik dengan konsep pendekatan scientific dan penilaian autentik. 4) Menguraikan komponen-komponen pokok silabus Kurikulum 2013 5) Mendeskripsikan prinsip-prinsip pengembangan RPP 6) Menjelaskan komponen dan sistematika RPP Kurikulum 2013 7) Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan RPP 343 8) Mendeskeripsikan kriteria memilih media pembelajaran 9) Mendeskripsikan pengertian, tujuan dan manfaat bahan ajar 10) Mendeskripsikan jenis bahan ajar 11) Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis. C. Strategi dan Media Pembelajaran 1. Media dan Alat Pembelajaran a) Media Pembelajaran (1) Ppt. Kebijakan pengembangan profesi guru (2) Ppt. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun (3) Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru 2. Alat Pembelajaran a) In-focus b) Laptop c) Kertas plano d) Spidol Pelaksanaan pembelajaran dikelola dengan langkah-langkah sebagai berikut: Tahapan Kegiatan Persiapan Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Deskripsi Kegiatan Waktu Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaran lain. Pengkondisian Peserta Fasilitator menjelaskan kompetensi dan dan skenario kegiatan pembelajaran materi Analisis Buku Guru dan Murid serta Pengembangan Silabus dan RPP pembelajaran Qurdis. Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti, dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Qur’an Hadis Penyajian sampel buku guru dan buku peserta didik serta diskusi anatomi masing-masing buku secara berkelompok. Kerja kelompok untuk melakukan penilaian terhadap Buku Sisa dan Buku Guru dalam mata pelajaran Qur’an Hadis. Setelah memberikan penilaian masing-masing kelompok memberikan presentasi hasil kerja kelompok. Fasilitator memberikan ulasan dan penguatan konsep seputar Buku Peserta didik dan Buku Guru serta tujuan penilaian kedua buku tersebut. Presentasi Fasilitator terkait kesesuaian antara SKL-KI dan KD dalam Buku Guru dan Buku Peserta didik serta relevansinya dengan Silbuas dan Pengembangan RPP 5 15 25 344 Qur’an Hadis. Pengembangan Silabus dan RPP Qur’an Hadis Presentasi fasilitator tentang komponen silabus dan RPP Qur’an Hadis Penjelasan fasilitator tentang teknik pengembangan Silabus dan RPP serta prinsip-prinsip pengembangan yang terkadnung di dalamnya. ICE BREAKER Kegiatan Penutup D. Kerja Individual (praktek) membuat RPP lengkap mata pelajaran Qur’an Hadis untuk masing-masing jenjang dan kelas (pilihan individual). Membuat rangkuman materi Pengembangan perangkat pembelajaran silabus dan RPP serta analisis Buku Guru dan Buku Peserta didik. Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran. Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi yang relevan. Fasilitator menutup pembelajaran. 25 15 10 25 10 Uraian Materi 1. Analisis Buku Guru dan Peserta didik 1) Pentingnya Analisis Buku Guru dan Peserta didik Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya buku peserta didik dan buku guru yang sudah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah. Dalam kata pengantar buku peserta didik maupun buku guru dinyatakan bahwa buku peserta didik menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013, peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku ini. Guru dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam. Oleh karena itu, guru sebagai pengendali utama di dalam proses belajar mengajar di kelas perlu mencermati terlebih dahulu terhadap buku peserta didik maupun buku pegangan guru yang sudah pemerintah. Hal ini diperlukan mengingat disediakan buku yang disediakan oleh pemerintah ditujukan untuk keperluan KIala nasional. Artinya, buku tersebut dibuat secara umum untuk kondisi peserta didik di Indonesia, tentunya belum mengakomodasi kebutuhan khusus pada masing-masing sekolah yang ada kemungkinan mempunyai karakteristik masing-masing. Disebutkan pula bahwa buku peserta didik maupun buku guru 345 merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut mengatasinya lebih awal. Sebelum buku peserta didik digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas, guru sebaiknya sudah membaca dan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Sehingga jika di dalam buku tersebut ditemukan adanya kekeliruan atau ketidaktepatan, guru dapat mengatasinya dengan melakukan langkah-langkah tindak lanjut yang diperlukan. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa pentingnya melakukan analisis buku peserta didik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis buku adalah sebagai berikut: 1) Kesesuaian isi buku dengan SKL, KI, dan KD. Buku yang hendak digunakan di kelas hendaknya sudah dicek kesesuaiannya dengan kurikulum yang digunakan. Buku peserta didik yang disediakan oleh pemerintah saat ini untuk menunjang pelaksanaan implementasi kurikulum 2013. Oleh karena itu, buku peserta didik yang akan digunakan perlu dianalisis apakah sudah sesuai dengan standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, dan kompetensi dasar yang sudah ditentukan. Jika masih ditemukan adanya ketidaksesuaian, guru dapat menindaklanjutinya lebih awal. 2) Kecukupan materi Materi yang terdapat dalam buku peserta didik perlu dianalisis dari segi kecukupan materi yang ditinjau dari segi cakupan konsep atau materi esensial dan alokasi waktu yang dibutuhkan/disediakan. 3) Kedalaman materi Dalam melakukan analisis terhadap kedalaman materi, materi yang tertuang dalam buku peserta didik perlu ditinjau dari pola pikir keilmuan dan karakteristik peserta didik. Jika ada yang dianggap kurang sesuai dengan karakteristik peserta didik di sekolahnya, diharapkan guru dapat menindaklanjuti dengan memberikan tambahan- tambahan penjelasan seperlunya. 4) Kebenaran materi Analisis buku juga sekaligus melihat kebenaran akan materi, contoh, maupun latihan- latihan yang dituliKIan. Jika ditemukan adanya materi/contoh/soal yang dituliKIan dalam buku terjadi kesalahan, baik kemungkinan salah dalam penulisan 346 konsep maupun salah ketik, menindaklanjutinya. Tidak maka lanjut guru dapat diharapkan sesegera berupa ralat mungkin untuk perbaikan yang segera disampaikan kepada peserta didik agar tidak berdampak lebih lanjut kepada peserta didik (membuat peserta didik bingung/ragu). 5) Kesesuaian pendekatan yang digunakan Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific, oleh karena itu buku peserta didik perlu ditinjau dari segi penerapan pendekatan scientific. Apakah penyajiannya sudah memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang diharapkan dalam pendekatan scientific atau belum. Kesesuaian penilaian Bentuk penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik. Oleh karena itu, buku peserta didik yang akan digunakan perlu ditinjau dari ketersediaan penilaian autentik yang terdapat dalam buku peserta didik tersebut. Dari beberapa komponen ditemukan adanya menindaklanjutinya bentuk penilaian hasil analisis ketidaksesuaian yang telah dilakukan, atau ketidaklengkapan, jika guru masih perlu dengan membuat tambahan-tambahan materi, contoh ataupun yang disarankan sesuai dengan karakteristik peserta didik sekolah masing-masing. Buku 2013 peserta didik yang disediakan oleh pemerintah dalam kurikulum ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sedangkan dalam proses belajar, peserta didik dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Oleh karena itu peran guru menjadi sangat penting dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku tersebut. Guru diharapkan dapat memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam daerah masing-masing. Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar jika terdapat ketidaksesuaian atau ketidaktepatan yang ada dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasinya lebih awal. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis buku peserta didik adalah: (1) kesesuaian isi buku dengan SKL, KI, dan KD; (2) kecukupan materi; (3) kedalaman materi; (4) kebenaran materi; (5) kesesuaian dengan penilaian yang digunakan. 347 2) Buku Guru dan Peserta didik Kurikulum 2013 disusun untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya dengan pendekatan belajar aktif berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Berkaitan dengan hal ini, Pemerintah telah melakukan penyesuaian beberapa nama mata pelajaran yang antara lain adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Kurikulum 2013 sudah tidak lagi menggunakan standar kompetensi (KI) sebagai acuan dalam mengembangkan Kompetensi Dasar (KD). Sebagai gantinya, Kurikulum 2013 telah menyusun Kompetensi Inti (KI). Kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap kelas atau program (PP No. 32/2013). Kompetensi Inti memuat kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam Kompetensi Dasar. Perubahan perilaku dalam pengamalan ajaran agama dan budi pekerti menjadi perhatian utama. Tujuan penyusunan Buku Pegangan Guru ini adalah memberikan panduan bagi Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Dalam buku ini terdapat lima hal penting yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu proses pembelajaran, penilaian, pengayaan, remedial, dan interaksi guru dengan orangtua peserta didik. Dengan demikian tujuan pembelajaran diharapkan dapat tercapai secara optimal dan selaras dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. 3) Petunjuk Penggunaan Buku Guru dan Peserta didik Untuk mengoptimalkan penggunaan buku ini, perhatikan penahapan berikut. 1) Pertama, bacalah bagian pendahuluan untuk memahami konsep utuh Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, serta memahami Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam kerangka Kurikulum 2013. 2) Setiap bab berisi: Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran, Proses Pembelajaran, Penilaian, Pengayaan, Remedial, dan Interaksi Guru dengan Orang Tua. 348 3) Pada subbab tertentu, penomoran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar tidak berurutan. Hal itu menyesuaikan dengan tahap pencapaian Kompetensi Dasar. 4) Guru perlu mendorong peserta didik untuk memperhatikan kolom-kolom yang terdapat dalam Buku Teks Pelajaran sehingga menjadi fokus perhatian peserta didik. Kolom-kolom tersebut adalah sebagai berikut. a. Mari renungkan: untuk menyadarkan diri peserta didik kepada Allah SWT. b. Mari mengamati: untuk menguatkan peserta didik agar dapat mewujudkan pengetahuan dalam perilaku. c. Ayo berlatih: untuk mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang dibahas. 5) Dalam pelaksanaannya, guru sangat mungkin melakukan pengembangan yang disesuaikan dengan potensi peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan. 4) Format Analisis Buku Guru dan Peserta didik FORMAT ANALISIS BUKU GURU Judul buku Kelas Jenjang Tema/Pelajaran/Bab No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. : : : : LK‐B.1 Buku Guru Al-Qur’an Hadis 10 MA Al-Qur’an Kitabku (Bab I) Aspek Yang Dianalisis Kesesuaian dengan Standar Kompetensi Lulusan Kesesuaian dengan Kompetensi Inti Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar Kecukupan materi ditinjau dari: a. cakupan konsep/materi esensial; b. alokasi waktu. Kedalaman materi pengayaan ditinjau dari: a. Pola pikir keilmuan; dan b. Karakteristik peserta didik Memuat informasi tentang strategi penggunaan buku Memuat informasi tentang penerapan pendekatan scientific Tidak terpenuhi Hasil Analisis Terpenuhi sebagian Terpenuhi Tindak Lanjut Hasil Analisis 349 8. Memuat informasi tentang penerapan penilaian autentik FORMAT ANALISIS BUKU PESERTA DIDIK Judul buku Kelas Jenjang Tema/Pelajaran/Bab : : : : Buku Peserta didik Al-Qur’an Hadis 10 MA Al-Qur’an Kitabku (Bab I) ASPEK YANG DIANALISIS NO. 1. Kesesuaian dengan Standar Kompetensi Lulusan 2. Kesesuaian dengan Kompetensi Inti Kesesuaian dengan Kompetensi Dasar Kesesuaian materi dengan tema Kecukupan materi ditinjau dari: a. cakupan konsep/materi esensial; b. alokasi waktu. Kedalaman materi pengayaan ditinjau dari: a. Pola pikir keilmuan; dan b. Karakteristik peserta didik Keterpaduan berbagai kompetensi/aspek Penerapan Pendekatan 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Tidak terpenuhi HASIL ANALISIS Terpenuhi Terpenuhi sebagian LK‐2.4‐2 Tindak Lanjut Hasil Analisis Scientific Penilaian Autentik yang Tersedia dalam Buku Peserta didik Kolom interaksi antara guru dengan orangtua 2. Pengembangan Silabus a. Pengertian Silabus Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai "Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran" (Salim, 1987: 98). Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari SKL, KI dan KD yang ingin dicapai, dan materi pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai SKL, KI dan KD. Seperti diketahui, dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditentukan KI yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk 350 mengetahui pencapaian KI. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum dan pembelajaran menjawab pertanyaan (1) Apa yang akan diajarkan (KI, KD, dan Materi Pembelajaran); (2) Bagaimana cara melaksanakan kegiatan pembelajaran, metode, media); (3) Bagaimana dapat diketahui bahwa KI dan KD telah tercapai (indikator dan penilaian). Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup KI, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu KI maupun satu KD. Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sistem penilaian selalu mengacu pada KI, KD, dan indikator yang terdapat di dalam silabus. b. Prinsip Pengembangan Silabus Untuk memperoleh silabus yang baik, dalam penyusunan silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1) Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Di samping itu, strategi pembelajaran yang dirancang dalam silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran dan teori belajar. 2) Relevan Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. Prinsip ini mendasari pengembangan silabus, baik dalam pemilihan materi pembelajaran, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penetapan waktu, strategi penilaian maupun dalam mempertimbangkan kebutuhan media dan alat pembelajaran. Kesesuaian antara isi dan pendekatan pembelajaran yang tercermin dalam 351 materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran pada silabus dengan tingkat perkembangan peserta didik akan mempengaruhi kebermaknaan pembelajaran. 3) Sistematis Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi. KI dan KD merupakan acuan utama dalam pengembangan silabus. Dari kedua komponen ini, ditentukan indikator pencapaian, dipilih materi pembelajaran yang diperlukan, strategi pembelajaran yang sesuai, kebutuhan waktu dan media, serta teknik dan instrumen penilaian yang tepat untuk mengetahui pencapaian kompetensi tersebut. 4) Konsisten Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara KD, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, serta penilaian. Dengan prinsip konsistensi ini, teknik dan instrumen pemilihan materi pembelajaran, penetapan strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan sumber dan media pembelajaran, serta penetapan teknik dan penyusunan instrumen penilaian semata-mata diarahkan pada pencapaian KD dalam rangka pencapaian KI. 5) Memadai Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian KD. Dengan prinsip ini, maka tuntutan kompetensi harus dapat terpenuhi dengan pengembangan materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan. Sebagai contoh, jika KI dan KD menuntut kemampuan menganalisis suatu obyek belajar, maka indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan teknik serta instrumen penilaian harus secara memadai mendukung kemampuan untuk menganalisis. 6) Aktual dan Kontekstual Cakupan indikator, materi pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Banyak fenomena dalam kehidupan seharihari yang berkaitan dengan materi dan dapat mendukung kemudahan dalam menguasai kompetensi perlu dimanfaatkan dalam pengembangan pembelajaran. Di samping itu, penggunaan media dan sumber belajar berbasis teknologi informasi, seperti komputer dan internet perlu dioptimalkan, tidak hanya untuk pencapaian kompetensi, melainkan juga untuk menanamkan kebiasaan mencari informasi yang lebih luas kepada peserta didik. 352 7) Fleksibel Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas silabus ini memungkinkan pengembangan dan penyesuaian silabus dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. 8) Menyeluruh Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Prinsip ini hendaknya dipertimbangkan, baik dalam mengembangkan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, maupun penilaiannya. Kegiatan pembelajaran dalam silabus perlu dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kemampuannya, bukan hanya kemampuan kognitif saja, melainkan juga dapat mempertajam kemampuan afektif dan psikomotoriknya serta dapat secara optimal melatih kecakapan hidup (life KIill). c. Unit Waktu Silabus 1) Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk setiap mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. 2) Penyusunan silabus suatu mata pelajaran memperhatikan alokasi waktu yang disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok. 3) Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus sesuai dengan KI dan KD untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada struktur kurikulum. d. Komponen Silabus Silabus merupakan salah satu bentuk penjabaran kurikulum. Produk pengembangan kurikulum ini memuat pokok-pokok pikiran yang memberikan rambu-rambu dalam menjawab tiga pertanyaan mendasar dalam pembelajaran, yakni (1) kompetensi apa yang hendak dikuasai peserta didik, (2) bagaimana memfasilitasi peserta didik untuk menguasai kompetensi itu, dan (3) bagaimana mengetahui tingkat pencapaian kompetensi oleh peserta didik. Dari sini jelas bahwa silabus memuat pokok-pokok kompetensi dan materi, pokok-pokok strategi pembelajaran dan pokok-pokok penilaian. Pertanyaan mengenai kompetensi yang hendaknya dikuasai peserta didik dapat terjawab dengan menampilkan secara sistematis, mulai dari KI, KD dan indikator pencapaian kompetensi serta hasil identifikasi materi pembelajaran yang digunakan. 353 Pertanyaan mengenai bagaimana memfasilitasi peserta didik agar mencapai kompetensi, dijabarkan dengan mengungkapkan strategi, pendekatan dan metode yang akan dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Pertanyaan mengenai bagaimana mengetahui ketercaiapan kompetensi dapat dijawab dengan menjabarkan teknik dan instrumen penilaian. Di samping itu, perlu pila diidentifikasi ketersediaan sumber belajar sebagai pendukung pencapaian kompetensi. Berikut disajikan ikhtisar tentang komponen pokok dari silabus yang lazim digunakan: 1. Komponen yang berkaitan dengan kompetensi yang hendak dikuasai, meliputi a. Kompetensi inti (KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4) b. Kompetensi Dasar c. Materi Pokok 2. Komponen yang berkaitan dengan cara menguasai kompetensi, memuat pokok pokok kegiatan dalam pembelajaran. 3. Komponen yang berkaitan dengan cara mengetahui pencapaian kompetensi, mencakup penilaian 4. Komponen Pendukung, terdiri dari : a. Alokasi waktu b. Sumber belajar 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 1) Hakikat RPP Rencana dikembangkan pelaksanaan secara pembelajaran rinci dari suatu mengacu pada silabus. RPP mencakup: adalah rencana materi pokok pembelajaran yang atau tema tertentu yang (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah- langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. 354 Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan. 2) Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut. a) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran. b) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, emosi, gaya potensi, kemampuan sosial, belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. c) Mendorong partisipasi aktif peserta didik d) Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. e) Mengembangkan budaya membaca dan menulis f) Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. g) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. 355 h) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedial dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan dianalisis, atau ujian dilakukan, hasilnya dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik. i) Keterkaitan dan keterpaduan. j) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya. k) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi l) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 4. Komponen dan Sistematika RPP RPP paling sedikit memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v) penilaian. Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini. Sekolah Matapelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu A. B. : : : : : MAN Darussalam Al-Qur’an Hadis 10/I Al-Qur’an Kitabku 4x45 menit Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar dan Indikator 1. ................................................................................ 2. ................................................................................ 3. ................................................................................ Indikator: ................................................................. 4. ................................................................................ Indikator: ................................................................. (KD pada KI-1) (KD pada KI-2) (KD pada KI-3) (KD pada KI-4) Catatan: KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung. C. Tujuan Pembelajaran 356 D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok) E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran) F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran 1. Media 2. Alat/Bahan 3. Sumber Belajar G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 1. Pertemuan Kesatu: a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit) c. Penutup (…menit) 2. Pertemuan Kedua: a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit) c. Penutup (…menit), dan seterusnya. H. Penilaian Jenis/teknik penilaian 1. Bentuk instrumen dan instrumen 2. Pedoman penskoran 5. Langkah-Langkah Pengembangan RPP 1) Mengkaji Silabus Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkahlangkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar. Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya. 2) Mengidentifikasi Materi Pembelajaran Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan: a) potensi peserta didik; b) relevansi dengan karakteristik daerah, c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; d) kebermanfaatan bagi peserta didik; e) struktur keilmuan; 357 f) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan h) alokasi waktu. 3) Menentukan Tujuan Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek kemampuan). 4) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepadapara pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus. c) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenariolangkahlangkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan elaborasi dan lebih lanjut konfirmasi menjadi yakni rincian mengamati, dari kegiatan eksplorasi, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan lanjutan. 5) Penjabaran Jenis Penilaian Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran 358 sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut: a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4. b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya. c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, didik program remedi bagi peserta yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan. e) Sistem penilaian ditempuh dalam harus proses disesuaikan dengan pembelajaran. pengalaman belajar yang Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan. 6) Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu matapelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP. 359 7) Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. 6. Proses Pembelajaran Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari; c. mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan d. menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan matapelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik. 360 Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya. Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event) yang diuraikan dalam tabel 1 di atas. a. Mengamati Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. b. Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi tempat peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, 361 atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. d. Mengkomunikasikan hasil Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. 3) Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran. 7. Uraian Materi Media Pembelajaran 1) Pengertian Media Pembelajaran Secara harfiah kata media berarti “perantara” atau pengantar. Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu oproses penyaluran informasi. Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanifulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan berarti instrumen yang dipergunakan dengan 362 baik dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi efektivitas program pembelajaran. Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987: 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses pembelajaran dan isi pelajaran. Selain itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, juga dapat disebut media. Dalam hal ini media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Istilah "media" bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata "teknologi" yang berasal dari kata latin “tekne” (bahasa Inggris “art” dan logos (bahasa Indonesia "ilmu"). Menurut Webster (1983: 105), "art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi mempunyai pengertian sebagai:perluasan konsep tentang media, di mana teknologi bukan sekadar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu (Achsin, 1986:10). Selanjutnya dikemukakan beberapa pengertian tentang media dan media instruksional edukatif, yang dikemukakan oleh para ahli. 1. Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima (Santoso S. Hamijaya). 2. Media adalah channel (saluran) karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu. Dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada (McLuahan). 3. Media adalah medium yang digunakan untuk membawa/menyampaikan sesuatu pesan, di mana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikatoir dengan komunikan (Blake and Haralsen). 4. AECT menyatakan, media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. 363 5. NEA (National Education Association) berpendapat media adalah segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. 6. Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media elektronik (film, video). 7. Menurut Donald P. Ely & Vernon S. Gerlach, pengertian media ada dua bagian, yaitu arti sempit dan arti luas. a. Arti sempit, bahwa media itu berwujud, grafik, foto, alat mekanik dan elektonik yang digunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi. b. Menurut arti luas, yaitu: kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi, sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru. Jadi, media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai perantara/saran/alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar). Beberapa pengertian media instruksional edukatif sebagaimana Ahmad Rohani HM (1997), dapat dikemukakan sebagi berikut: 1. Segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagi perantara dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional. Mencakup media grafis, media yang menggunakan alat penampil, peta, model, globe dan sebagainya. 2. Peralatan fisik untuk menyampaikan isi instruksional, termasuk buku, film, video, tipe, sajian slide, guru dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media instruksional edukatif mencakup perangkat lunak (software) dan/atau perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar/alat bantu belajar. 3. Media yang digunakan dan diintegrasikan dengan tujuan dan isi instruksional yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis Besar Pedoman Instruksional (GBPP) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar. 4. Sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara, dengan menggunakan alat penampil dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional, meliputi kaset, audio, slide, filmstrip, OHP, film, radio, televisi dan sebagainya. 364 Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa media instruksional edukatif adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah. Dalam pengertian yang senada dapat dikemukakan bahwa media instruksional edukatif adalah media yang dipergunakan dalam proses instruksional (belajar mengajar), untuk mempermudah pencapaian tujaun instruksional yang lebih efektif dan memiliki sifat yang mendidik. 2) Kriteria Memilih Media Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses pembelajaran. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu dikaji dengan cermat dan tepat agar dapat digunakan secara tepat guna. Media menurut batasannya adalah perangkat lunak yang berisikan pesan (atau informasi) pendidikan yang lazimnya disajikan dengan menggunakan peralatan (Sadiman, 1990:83). Dikatakan lazimnya, karena ada beberapa jenis media yang bersifat swasaji, seperti halnya gambar dan objek yang berupa benda-benda yang sebenarnya maupun benda-benda tiruan. Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas atas dasar pertimbangan antara lain (a) ia merasa sudah akrab dengan media itu, papan tulis atau proyektor transparansi, (b) ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih laik daripada dirinya sendiri, misalnya diagram pada flip chart, atau (c) media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian peserta didik, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan. Dilihat dari segi kesiapan pengadaannya media dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu: 1) Media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan 2) Media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu (media by design). Masing-masing jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari media jadi adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya untuk pengadaannya. 365 Sebaliknya untuk mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu, tenaga maupun biaya karena untuk mendapatkan keandalannya dan kesahihannya diperlukan serangkaian kegiatan validasi prototipenya. Adapaun kekurangan dari media jadi ialah kecilnya kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pembelajaran setempat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi peserta didik/mahapeserta didik, ketersediaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya. Mengacu kepada Asnawir dan Usman (2002:15-16), beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen yang utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penetapan media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam bentuk perilaku (behavior). 2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media. Sesuai atau tidak nya antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada hasil pembelajaran peserta didik. 3. Kondisi audiens (peserta didik) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor umur, inteligensi, latar belakang pendidikan, budaya dan lingkungan anak menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pembelajaran. 4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media, yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu media dianggap tepat untuk digunakan di kelas akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media atau peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendesain atau merancang suatu media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan oleh guru. 5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada audien (peserta didik) secara tepat dan berhasil guna dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal. 6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. Pemanfaatan media yang sederhana mungkin lebih menguntungkan daripada menggunakan media yang canggih (teknologi 366 tinggi), bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana yang dikeluarkan. Pertimbangan memilih media, dikemukakan Sadiman (1992) sebagai berikut: 1. Apakah media yang bersangkutan relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai? 2. Apakah ada sumber informasi, katalog dan sebagainya mengenai media yang bersangkutan? 3. Apakah perlu dibentuk tim untuk mereview yang terdiri daroi pada calon pemakai? 4. Apakah media di pasaran yang telah divalidasikan? 5. Apakah media yang bersangkutan boleh direview terlebih dahulu? 6. Apakah tersedia format riveiw yang suidah dibakukan? Berpedoman kepada pendapat Arsyad (2007) maka dilihat dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut: 1) Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak peserta didik sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman yang akan dialami peserta didik harus relevan dengan dan bermakna baginya. Di sini perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran itu. 2) Perbedaan individual. Peserta didik belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan peserta didik untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman. 3) Tujuan pembelajaran. Jika peserta didik diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Di samping itu pernya-taan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran. 4) Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urut-urutan yang bermakna. Peserta didik akan memahami dan mengingat lebih 367 lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut-urutkan secara teratur. Di samping itu, tingkatan materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini dalam pengembangan dan penggunaan media, peserta didik dapat dibantu untuk secara lebih baik mensintesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari. 5) Persiapan sebelum belajar. Peserta didik sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan peserta didik. 6) Emosi. Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap. 7) Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang peserta didik harus mengintemalisasi informasi, tidak sekadar diberitahukan kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh peserta didik jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi peserta didik untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu. 8) Umpan balik. Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala peserta didik diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan. 9) Penguatan (reinforcement). Apabila peserta didik berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang. 10) Latihan dan pengulangan. Sesuatu hal baru jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, 368 haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang. 11) Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini, pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Peserta didik mesti telah pernah dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip, atau kaidah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk bernalar dan memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai masalah atau tugas baru. Sebagai pendekatan praktis disarankannya untuk mempertimbangkan media apa saja yang ada, berapa harganya, berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya, dan format apa yang memenuhi selera pemakai (misalnya sistem dan guru) (Sadiman, 1992:85). Seperti telah diuraikan di atas, kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, sebagaimana dikemukakan Arsyad (1998), yaitu: 1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan/dipertunjukkan oleh peserta didik, seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsepkonsep atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi. 2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental peserta didik. Televisi, misalnya, tepat untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan manipulasi ruang dan waktu. 369 Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di mana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana. Guru terampil menggunakan media. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya. Proyektor transparansi (OHP), proyektor slide dan film, komputer, dan peralatan canggih lainnya tidak akan mempunyai arti apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan. Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang. 3) Ciri-Ciri Media Keberadaan media pembelajaran sangat menentukan derajat pencapaian hasil pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dipahami ciri-ciri dari masing-masing media, agar dapat mempertimbangkan penggunaan media sebagaimana yang ada kita temukan dalam berbagai situasi dan perkembangan zaman. Mengacu kepada Arsyad (1995), dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu. 1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera. 2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta didik. 3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio. 4) Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. 370 5) Media Pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. 6) Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/ kaset, video recorder). 7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu. Berdasarkan pendapat Gerlach & Ely (1971) ada tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin saja guru tidak mampu (atau kurang efisien) dalam melakukannya ketika pembelajaran berlangsung. Pendapat lain dikemukakan Ahmad Rohani HM, (1997:4) pembelajaran adalah media instruksional edukatif. Dalam konteks ini, tentang media ciri-ciri umum media instruksional edukatif adalah: 1) Media instruksional edukatif identik dengan alat peraga langsung dan tidak langsung. 2) Media instruksional edukatif digunakan dalam proses komunikasi instruksional. 3) Media instruksional edukatif merupakan alat yang efektif dalam instruksional. 4) Media instruksional edukatif memiliki muatan normatif bagi kepentingan pendidikan. 5) Media instruksional edukatif erat kaitannya dengan metode mengajar khususnya maupun komponen-komponen sistem instruksional lainnya. Sejalan dengan istilah media instruksional edukatif ada istilah alat peraga. Kedua hal ini sulit dipisahkan namun dapat dibedakan. Agar lebih jelas letak perbedaan kedua hal itu dapat disimak dari rumusan pola berikut ini: Pola I : Sumber belajar peserta didik hanya berupa orang saja. Guru memegang kendali yang penuh atas terjadinya kegiatan belajar mengajar. Pola II : Sumber belajar peserta didik berupa orang dibantu bahan/sumber lain. Guru masih memegang kendali, hanya tidak mutlak. Sumber lain berfungsi sebagai alat bantu atau alat peraga. Pola III : Sumber belajar peserta didik berupa orang dan sumber lain berdasarkan suatu pembagian tanggung jawab. Kontrol dibagi bersama. Dan sumber lain itu merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar. Sumber lain itu disebut media. Pola IV : Sumber belajar peserta didik hanya dari sumber bukan manusia (media). 371 Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa suatu sumber belajar dikatakan alat peraga jika hal tersebut fungsinya hanya sebagai alat bantu saja. Berkenaan dengan hal tersebut dikatakan media jika ia merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar dan ada pembagian tanggung jawab antara guru dan sumber lain. Dengan demikian perbedaan antara media dan alat peraga lebih terletak pada fungsinya dalam pembelajaran bukan pada substansinya. 4) Urgensi Penggunaan Media Penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut: 1) Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki peserta didik atau mahapeserta didik. Pengalaman masing-masing individu yang beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan macam pengalaman yang dimiliki mereka. Dua orang anak yang hidup di dua lingkungan yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda pula. Dalam hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut. 2) Media dapat mengtasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami secara langsung oleh peserta didik di dalam kelas, seperti :objek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu lambat. Maka dengan melalui media akan dapat di atasi kesukaran-kesukaran tersebut. 3) Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara pembelajar dengan lingkungan. Gejala-gejala fisik dan sosial dapat diajak berkomunikasi dengannya. 4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan peserta didik dapat bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. 5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, realistik. Penggunaan media seperti; gambar, film, model, grafik dan lainnya dapat memberikan konsep dasar yang benar. 6) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan menggunakan media, horizon pengalaman peserta didik semakin luas, persepsi semakin tajam, dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul. 372 7) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar. Pemasangan gambar di papan buletin, pemutaran film dan mendengarkan program audio dapat menimbulkan rangsangan tertentu ke arah keinginan untuk pembelajaran. 8) Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau kejadian yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh pembelajar, akan dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi. Di samping itu dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang arti kepercayaan suatu kebudayaan dan sebagainya (Asnawir dan Usman, 2002:1315). Berdasarkan pendapat di atas, maka jelaslah bahwa penggunaan media dalam pembelajaran memang harus memperhatikan tujuan pembelajaran (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator), materi pokok/bahan pembelajaran, kemudahan memperoleh media, yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses pembelajaran. Sejatinya, penggunaan media lebih kepada kemudahan memperoleh medianya, dan memudahkan pembelajaran sehingga dapat dicapai kualitas tinggi baik dari segi proses pembelajaran maupun dari segi hasil pembelajaran. Tentu saja proses pembelajaran memang menjadi tanggung jawab guru profesional dalam merancang, melaksanakan/mengelola, mengevaluasi, dan mengembangkan sehingga apa yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran didukung oleh ketersediaan media yang memadai, baik teknologi rendah maupun teknologi tinggi bagi kepentingan pencapaian perubahan tingkah laku peserta didik. 5) Jenis dan Klasifikasi Media Media pembelajaran merupakan satu komp[onen penting dalam sistem pembelajaran. Oleh sebab itu, setiap guru harus memahami apa saja jenis dan klasifikasi media yang cocok dan diperlukan dalam pembelajaran. Setidaknya para guru yang memahami teori dan praktik pembelajaran efektif harus memperhatikan kelengkapan media pembelajaran ini dalam memacu dan memicu potensi peserta didik sehingga menjadi aktual melalui proses pembelajaran. Tegasnya pemahaman terhadap jenis dan klasifikasi media mengantarkan para guru termotivasi menggunakan media teknologi pembelajaran dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam dan di luar kelas. Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari media yang sederhana sampai pada media yang cukup rumit dan canggih. Untuk mempermudah mempelajari jenis media, karakter, dan kemampuannya, dilakukan 373 pengklasifikasian atau penggolongan. Salah satu klasifikasi yang dapat menjadi acuan dalam pemanfaatan media adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Edgar Dale yang dikenal dengan kerucut pengalaman (Cone Experience). Kerucut pengalaman Dale mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan diperoleh oleh peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar yang dapat dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat abstrak. Berdasarkan kerucut pengalaman sebagaimana dikemukakan Dale, menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh melalui pengalaman langsung yang berada pada dasar kerucut mampu menyajikan pengalaman belajarsecara lebih konkret. Semakin menuju ke puncak kerucut, penggunaan media semakin memberikan pengalaman belajaryang bersifat abstrak. Penggolongan lain yang dapatdijadikan acuan dalam pemanfaatan media adalah berdasarkan pada teknologi yang digunakan, mulai media yang teknologinya rendah (low technology) sampai pada media yang menggunakan teknologi tinggi (high technology). Apabila penggolongan media ditinjau dari teknologi yang digunakan, maka penggolongannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dengan demikian, penggolongan media dapat berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, dalam era tahun 1950 media televisi dikategorikan sebagai media berteknologi tinggi, tetapi kemudian pada era tahun 1970/1980 media tersebut bergeser dengan kehadiran media komputer. Pada masa tersebut, komputer digolongkan sebagai media dengan teknologi yang paling tinggi ( Heinich, et.al.,1996), tetapi kemudian pada tahun 1990 tergeser kedudukannya dengan kehadiran media komputer conferencing melalui internet. Kondisi seperti ini akan berlangsung selama ilmu dan teknologi terus berkembang. Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun oleh Heinich dkk (1996) yang dirangkum oleh Uno (2006) sebagai berikut: KLASIFIKASI Media yang tidak (non projected media) Media yang (projected media) JENIS MEDIA diproyeksikan Realita, model, material), display bahan grapis (graphical diproyeksikan OHT, Slide, Opaque Media Audio (Audio) Audio kaset, audio vission, active audio vission Media Video (Video) Video Media berbasis komputer (computer Computer Assisted Instruction (CIA) Computer based media) Managed Instruction (CMI) Multimedia kit Perangkat Praktikum Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinich ini pada dasarnya adalah penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah media tersebut masuk 374 dalam golongan media yang tidak diproyeksikan atau yang diproyeksikan, atau apakah media tertentu masuk dalam golongan media yang dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara visual, dan seterusnya. Selain itu, para ahli media lainnya juga membagi jenis-jenis media pengajaran, meliputi: 1) Media asli dan tiruan, 2) Media bentuk papan, 3) Media bagan dan grafis, 4) Media proyeksi, 5) Media dengar (audio), 6) Media cetak atau printed materials”. Briggs, berpendapat mengenai jenis media dengan menekankan para karakteristik menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkannya daripada media itu sendiri, yakni kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik peserta didik, tugas pembelajaran, bahan dan transmisinya. Di samping itu Briggs mengidentifikasi macammacam media yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis , media transparansi, film bingkai, film, televisi, dan gambar (Asnawir, dan usman, 2001:29). Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai (2001:3) jenis media pengajaran, yaitu: (1) media grafis, seperti :gambar, foro, grafik, bagan atau diagram, foster, kartun, komik, dan lainlain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, (2) media tiga dimensi, yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model pemampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain, (3) media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain, (4) penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran”. Hal yang perlu dicatat bahwa penggunaan media sebagaimana dikelompokkan di atas tidak bisa dilihat atau dinilai dari segi kecanggihannya tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan perannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran. 6) Fungsi dan Peran Media Ada beberapa cara yang dapat digunakan sebagai penarik perhatian adalah: (a) memulai pembelajaran dengan memusatkan pada aplikasi isi berbagai isu yang relevan dengan peserta didik bagaimana peserta didik akan menggunakan atau menerapkan informasi baru ini, (b) menginformasikan kepada peserta didik apa yang diharapkan mereka dapat kerjakan; dan, (c) memulai dengan mengajukan pertanyaan atau mengajukan masalah yang memusatkan perhatian terhadap informasi yang musti dipelajari oleh peserta didik. 375 Pembelajaran interaktif dapat direalisasikan dalam beberapa bentuk. Ada beberapa jenis pembelajaran interaktif. Pembelajaran partisipatori yaitu jenis pembelajaran yang dimulai dengan sesi curah pendapat dari seluruh peserta didik. Guru kemudian mengelompokkan, mengevaluasi, dan membahas hasil curah pendapat iru bersama dengan peserta didik. Sebagaimana halnya dengan (1) Pembelajaran main peran dimulai dengan main peran yang diberi tahapan dengan pelaku yang terdiri atas peserta didik dengan sukarela. Setelah bermain peran, butir-butir informasi penting dibahas dan akhirnya disimpulkan, (2) Pembelajaran kuis tim dimulai dengan mengumumkan bahwa akan ada kuis pada akhir pelajaran. Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang bersaing mengumpulkan angka berdasarkan jumlah jawaban yang benar. Teknik bukan saja meriah tetapi juga membantu menarik perhatian peserta didik. Peserta didik akan lebih berkonsentrasi ketika mereka mengetahui bahwa mereka akan ditanya, dan mereka berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk timnya, (3) Pembelajaran kooperatif menciptakan tim-tim atau kelompok-kelompok yang bertanggung jawab untuk saling mengajar pengetahuan atau keterampilan khusus. Secara konseptual, peserta didik akan belajar lebih baik dan lebih banyak jika mereka harus atau bertanggung jawab untuk mengajarkan pesan atau informasi kepada yang lainnya, (4) Debat terstruktur amat bermanfaat apabila ada butir-butir informasi penting atau pandangan yang berlawanan. Pertama-tama isu diuraikan kepada peserta didik. Peserta didik kemudian ditunjuk (atau memilih) posisi pada pandangan yang sesungguhnya bertentangan dengan pandangan mereka sendiri. Setiap tim mempersiapkan butir-butir yang mendukung pandangan yang dibelanya. Kemudian tim bergantian menyajikan posisi dan dukungan argumentasi timnya. Kegiatan ini diikuti dengan pembahasan oleh guru mengenai isu yang diperdebatkan, (5) membantu peserta Pembelajaran 99-detik merupakan rancangan pembelajaran yang didik memproses informasi dengan meminta peserta didik mengorganisasikan secara singkat informasi ke dalam penyajian yang tidak lebih dari 99 detik. Orga-nisasi ringkasan tersebut memuat butir-butir penting keseluruhan informasi. Mengacu kepada Levie & Lentz (1982) ada empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris. Berikut ini akan diberikan penjelasan keempat fungsi yang dimaksud sebagai berikut: 1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian peserta didik untuk berkon-sentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan 376 materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan de-mikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar. 2. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didikketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap peserta didik, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. 3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-te-muan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. 4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan peserta didik yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Berkenaan dengan fungsi tersebut, kegiatan-kegiatan diplomasi pun semakin kompleks, pemilikan data base, pengolahan data yang rahasia sifatnya semakin perlu dikembangkan. Ada beberapa paradigma yang menarik sebagai akibat kemajuan teknologi dalam berdiplomasi, yaitu ide-ide baru dapat dinikmati, ditransmisikan dan dapat didebat langsung. Diplomasi lebih relevan untuk lebih memperjelas posisi dan secara nyata memperjuangkan misi negara dan bangsa. Tidak terbayang oleh kita bahwa komunikasi dan diplomasi yang bergandengan dengan ini akan dihadapkan pada satu era di mana masyarakat digital akan menjadi penguasa baru. Dalam proses pembelajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan mahal ataupun media yang sederhana dan murah. Kemp, dkk. (1985) menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain: 377 1) Penyajian materi ajar menjadi lebih standar; 2) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik; 3) Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif; 4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi; 5) Kualitas belajar dapat ditingkatkan; 6) Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan; 7) Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih kuat/baik; 8) Memberikan nilai positif bagi pengajar. Seorang guru dalam melaksanakan prose belajar mengajar harus memiliki gagasan yang ditujukan dalam desain instruksional, sebagai titik awal dalam melaksanakan komunikasi denga peserta didik. Karena itu, dalam menyusun desain instruksional, di samping gagasan guru, perlu diperhatikan adanya unsur-unsur yang dapat menunjang proses komunikasi serta adanya tujuan dari komunikasi. Hal ini berarti bahwa agar proses komunikasi dapat berjalan secara efektif dan efisien, perlu menganal tentang peranan dan fungsi media instruksional edukatif. Peranan dan fungsi media instruksinal edukatif sangat dipengaruhi oleh ruang, waktu, pendengar (penerima pesan atau peserta didik) serta sarana dan prasarana yang tersedia, disamping sifat dari media instruksional edukatif. 1. Peranan Media Instruksional Edukatif a. Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik. Misalnya: peserta didik yang bertempat tinggal di daerah pegunungan yang belum pernah melihat lautan dapat digunakan media film, video kaset. b. Mengatasi batas-batas ruang kelas. Misalnya: benda-benda yang akan diajarkan sulit dibawa ke dalam kelas, dapat diajarkan melalui film strip, film slide, dan sebagainya. c. Mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat diamati karena terlalu kecil. Misalnya: sel, bakteri, atom dapat digunakan media gambar, slide, film, dan sebagainya. d. Mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat, sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta didik. e. Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi bagian untuk diamati secara terpisah. f. Mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar secara langsung melalu telinga. Misalnya: alat bantu sistem pengeras suara. 378 g. Mengatasi peristiwa-peristiwa alam. Misalnya: terjadinya letusan gunung berapi, pertumbuhan tumbuhan atau pembiakan binatang, dapat digunakan media gambar, film, dan sebagainya. h. Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau dengan keadaan alam sekitar. Misalnya: kunjungan ke museum, kebun binatang dan sebagainya. i. Memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengamatan terhadap sesuatu yang pada awal pengamatan peserta didik berbeda-beda. j. Membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi kegiatan belajar peserta didik. 2. Fungsi Media Instruksional Edukatif. Seperti telah dikemukakan di muka bahwa media instruksional edukatif mempunyai fungsi yang cukup berarti di dalam proses belajar mengajar, seperti berikut: a. Menurut Derek Rewntree, media pendidikan (meida instruksional edukatif) berfungsi: b. 1) Membangkitkan motivasi belajar. 2) Mengulang apa yang telah dipelajari. 3) Menyediakan stimulus belajar. 4) Mengaktifkan respon peserta didik. 5) Memberikan balikan dengan segera. 6) Menggalakkan latihan yang serasi. Menurut McKnown ada 4 fungsi, yaitu: 1) Mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari pendidikan yang menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan yang mementingkan kebutuhan kehidupan peserta didik. 2) Membangkitkan motivasi belajar pada peserta didik karena: a) Media instruksional edukatif pada umumnya merupakan sesuatu yang baru bagi peserta didik, sehingga menarik perhatian peserta didik. b) Penggunaan media instruksional edukatif memberikan kebebasan kepada peserta didik lebih besar dibandingkan dengan cara belajar tradisional. c) Media instruksional edukatif lebih konkret dan mudah dipahami. d) Memungkinkan peserta didik untuk berbuat sesuatu. e) 3) Mendorong peserta didik untuk ingin tahu lebih banyak. Memberikan kejelasan (clarification). 379 4) Memberikan peserta didik untuk ingin tahu lebih banyak. Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan peserta didik kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik peserta didik. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran juga dapat membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi, motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para peserta didik atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau memberikan sumbangan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi. Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok peserta didik. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton bahan informasi, para peserta didik bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari peserta didik hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara mental, atau terbatas pada perasaan tidak/kurang senang, netral, atau senang. Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan peserta didik baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih siste-matis dan psikologis dilihat dari segi prinsip- 380 prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan peserta didik. Dale (1969:180) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-peserta didik tetap merupakan elemen paling penting dalam sistem pendidikan moderen saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi: 1) Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas; 2) Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku peserta didik; 3) Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat peserta didik dengan meningkatnya motivasi belajar peserta didik; 4) Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar peserta didik 5) Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan peserta didik; 6) Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar; 7) Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membanru peserta didik menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari; 8) Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan; 9) Memperluas wawasan dan pengalaman peserta didik yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat; 10) Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikir-an yang peserta didik butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna. Sudjana & Rivai (1992;2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik, yaitu: 1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan 381 guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran; 4) Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan Iain-lain. Hamalik (1994:15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut: 1) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme. 2) Memperbesar perhatian peserta didik. 3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebin mantap. 4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat me-numbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan peserta didik. 5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama melalui gambar hidup. 6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa. 7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Mengacu kepada beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar diantaranya dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar disamping itu juga dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya, dan kemungkinan peserta didik untuk belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minatnya. Dengan demikian, media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; 1) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model; 2) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar; 382 3) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide disamping secara verbal. 4) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkrit melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer; 5) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video. 6) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer. 7) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang. 7) Pembelajaran On-Line Aplikasi potensial bagi pendidikan dari pembelajaran on-line sedang mengalami pertumbuhan. Para pelajar tidak hanya memiliki akses kepada buku pelajaran, tetapi isi material semakin meluas keluar dinding bangunan sekolah. Pembelajaran online adalah suatu lingkungan penyebaran pembelajaran terbuka yang menggunakan alat paedagogik, dapat diperoleh dengan internet dan teknologi berbasis jaringan untuk memudahkan pembelajaran dan membangun pengetahuan melalui tindakan dan interaksi bermakna (Dabbagh dan Ritland, 2005:15). Dengan kata lain, internet dan teknologi berbasis jaringan adalah digunakan untuk mendukung proses pengajaran dan pembelajaran serta memudahkan pembelajaran dan membangun pengetahuan melalui tindakan dan interaksi bermakna. Dengan demikian ada enam karakteristik pembelajaran online, yaitu: 1) Globalisasi dan pembelajaran sebagai proses sosial adalah bersifat inheren dan diperoleh melalui teknologi komunikasi. 2) Konsep pembelajaran kelompok adalah hal fundamental untuk mencapai dan mempertahankan pembelajaran. 3) Konsep belajar jarak jauh yang secara tradisional tidak penting atau tidak terbatas lagi pelatih/pengajar. karena keterpisahan fisik dari pembelajar dengan 383 4) Peristiwa pengajaran dan pembelajaran (termasuk kursus) disebarkan melintasi waktu dan tempat, terjadi secara langsung dan tidak langsung melalui beragam media. 5) Pembelajar bekerja dengan bentuk beragam dari interaksinya: pengajar dengan pembelajar, pembelajar dengan kelompok, pembelajar dengan isi pelajaran, dan pembelajar dengan pelatih. 6) Internet dan jaringan berbasis teknologi digunakan untuk mendukung proses pengajaran dan pembelajaran serta memudahkan pembelajaran dan membangun pengetahuan melalui tindakan dan interaksi bermakna. Secara esensial ada tiga komponen kunci bekerja pembelajaran online dengan cara kolektif untuk mempercepat pembelajaran dan interaksi bermakna: (a) model-model paedadodik atau konstruk, (b) strategi pengajaran dan pembelajaran, dan (3) alat-alat paedagogis, atau teknologi pembelajaran online, yaitu: internet dan teknologi berbasis jaringan. Ketiga bentuk komponen tersebut sebagai suatu kesatuan hubungan modelmodel paedadodik atau konstruk, strategi pengajaran dan pembelajaran, dan alat-alat paedagogis pembelajaran sebagai proses online sosial sehingga yang dirancang mengarahkan dalam kepada kerangka strategi lingkungan pengajaran dan pembelajaran yang spesifik. Ada beberapa piilihan media teknologi mutakhir/kontemporer yang dapat dijadikan media yang dimaksimalkan dalam mencapai tujuan pembelajaran, khususnya perubahan perilaku (kognitif, afektif, dan psikomotor) baik di sekolah maupun luar sekolah. Setidaknya media tersebut antara lain: Media berbasis telekomunikasi diantaranya Telekonferen dan Kuliah jarak jauh dan Media berbasis mikroprosesor diantaranya Computer-assisted instruction, Permainan komputer, Sistem tutor intelijen, Interaktif, Hypermedia dan Compact (video) disc. Sesuai jenisnya, pengertian dari media kontemporer secara ringkas disajikan berikut ini. 1. Teleconference adalah suatu teknik komunikasi di mana kelompok-kelompok yang berada di lokasi geografis berbeda menggunakan mikrofon dan amplifier khusus yang dihubungkan satu dengan lainnya sehingga setiap orang dapat berpartisipasi dengan aktif dalam suatu pertemuan besar dan diskusi. 2. Kuliah jarak jauh (telelecture) adalah suatu teknik pengajaran di mana seseorang ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu menghadapi sekelompok pendengar yang mendengarkan melalui amplifier telepon. Pendengar dapat bertanya kepada pembicara pembicara. dan kelompok itu dapat mendengarkan jawaban/tanggapan 384 3. Computer-assisted instruction adalah suatu sistem penyampaian materi pelajaran yang berbasis mikroprosesor yang pelajarannya dirancang dan diprogram ke dalam sistem tersebut. 4. Hypertext adalah suatu tulisan yang tak-berurutan-nonsekuensial. Dengan suatu sistem authoring (menulis), pengarang mampu menghubungkan informasi dari bagian mana pun dalam paket pelajaran itu, menciptakan jalur-jalur melalui satu korpus materi yang berkaitan, memberi keterangan teks yang tersedia, dan membuat catatan yang menghubungkan teks-teks itu. 5. Hypermedia adalah perluasan dari hypertext yang menggabungkan media lain ke dalam teks. Dengan sistem hypermedia, pengarang dapat membuat suatu korpus materi yang kait-mengkait yang meliputi teks, grafik, grafik/gambar animasi, bunyi, video, musik, dan Iain-lain. 6. Sistem tutor intelijen adalah pengajaran dengan bantuan komputer yang memiliki kemampuan untuk berdialog dengan peserta didik dan melalui dialog itu peserta didik dapat mengarahkan jalannya pelajaran. 7. Interactive video adalah suatu sistem penyampaian pengajaran di mana materi video rekaman disajikan dengan pengendalian komputer kepada penonton (peserta didik) yang tidak hanya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga memberikan respons yang aktif, dan respons itu yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian. Peralatan yang diperlukan antara lain komputer, videodisc laser, dan layar monitor. 8. Pengembangan Bahan Ajar a) Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan material atau bahan. Menurut University of Wollongong NSW 2522, AUSTRALIA pada website-nya, WebPage last updated: August 1998, Teaching is defined as the process of creating and sustaining an effective environment for learning. Melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif. Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu: Books can be used as reference material, or they 385 can be used as paper weights, but they cannot teach. Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot. Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai: a. Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik. b. Pedoman bagi Peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya. c. Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Pendapat lain mengatakan sebagai berikut; Definition of teaching material they are the information, equipment and text for instructors that are required for planning and review upon training implementation. Text and training equipment are included in the teaching material.( Anonim dalam Web-site) Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. membantu guru/instruktor dalam Bahan yang dimaksud bisa berupa (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training). Pengelompokan bahan ajar menurut Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève dalam website adalah sebagai berikut : Integrated media-written, audiovisual, electronic, and interactive-appears in all their programs under the name of Medienverbund or Mediamix (Feren Universitaet and Open University respectively). HTTP://tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http:// tecfa. unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève. 386 Media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebagai medienverbund (bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix. Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien mengelompokkan menjadi tiga besar, pertama auditiv yang menyangkut radio (Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte). Kedua yaitu visual (visuell) yang menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm), video bisu (Stummvideo), program komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis dengan dan tanpa gambar (Lerntext, mit und ohne Abbildung). Ketiga yaitu audio visual (audiovisuell) yang menyangkut berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan gambar (Tonbildschau),dan film/video. Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain : a. Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik/guru) b. Kompetensi yang akan dicapai c. Content atau isi materi pembelajaran d. Informasi pendukung e. Latihan-latihan f. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK) g. Evaluasi h. Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi b) Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar 1) Tujuan Bahan ajar disusun dengan tujuan: a. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik. b. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh. c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. 2) Manfaat Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan 387 kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya. Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan. Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka peserta didik akan mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Peserta didik akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. Peserta didik juga akan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya. c) Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah: 1) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak. Peserta didik akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah peserta didik diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal. Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar lainnya. 2) Pengulangan akan memperkuat pemahaman Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar peserta didik lebih memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan peserta didik. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan. 388 3) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya atas hasil kerja peserta didik. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik akan menjadi penguatan pada diri peserta didik. Perkataan seorang guru seperti ’ya benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada peserta didik bahwa ia telah menjawab atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan semangat peserta didik. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap hasil kerja peserta didik. 4) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar Seorang peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar peserta didik mau belajar. Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu yang membuat peserta didik senang belajar, dll. 5) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu. Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi. 6) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai, bagaimana cara 389 mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas. d) Jenis Bahan Ajar Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. multimedia interaktif (interactive teaching material) Bahan ajar seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan dibahas tentang bahan ajar cetak. Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada buku pedoman tersendiri. 1. Bahan Ajar Cetak (Printed) Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu: a. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit c. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah d. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu e. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja f. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa g. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar h. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet. 390 a. Handout Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara. Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku. b. Buku Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis. Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya. c. Modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang: Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik/guru) Kompetensi yang akan dicapai Content atau isi materi Informasi pendukung Latihan-latihan Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK) 391 Evaluasi Balikan terhadap hasil evaluasi Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi. d. Lembar kegiatan peserta didik Lembar kegiatan peserta didik (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. diberikan kepada peserta didik dapat berupa praktis. Tugas-tugas yang teoritis dan atau tugas-tugas Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi peserta didik akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik. e. Brosur Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa 392 Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh peserta didik. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya. f. Leaflet A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. g. Wallchart Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi peserta didik maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya. h. Foto/Gambar Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar peserta didik dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD. Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca 393 atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes. Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut: Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari. Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian. Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa. 2. Penyusunan Bahan Ajar Cetak Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan peserta didik (LKS), modul, brosur atau leaflet, Wallchart, Foto/Gambar, Model/Maket. Dalam menyusun bahan yang perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus berintikan KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca. Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang. Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman. Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan. Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet). 394 a. Handout Istilah handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Steffen-Peter Ballstaedt mengemukakan dua fungsi dari handout yaitu: Guna membantu pendengar agar tidak perlu mencatat. Sebagai pendamping penjelasan si penceramah/guru. Sebuah handout harus memuat paling tidak: Menuntun pembicara secara teratur dan jelas Berpusat pada pengetahuan hasil dan pernyataan padat. Grafik dan tabel yang sulit digambar oleh pendengar dapat dengan mudah didapat. Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa handout disusun atas dasar KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Dengan demikian maka handout harus diturunkan dari kurikulum. Handout biasanya merupakan bahan tertulis tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam belajar untuk mencapai kompetensinya. Langkah-langkah menyusun handout adalah sebagai berikut: Melakukan analisis kurikulum Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan dicapai. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya. Menulis handout, dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, untuk peserta didik SMA diperkirakan jumlah kata per kalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya antara 3 – 7 kalimat saja. Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca orang lain terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan. Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. b. Buku Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran dari seorang pengarangnya. Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku yang 395 digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang mempelajarinya. Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/ pengertian dari judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup pembahasan dalam buku, hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh yang diperlukan, hasil penelitian, data dan interpretasinya, berbagai argumen yang sesuai untuk disajikan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku adalah sebagai berikut: Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya. Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya. Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk peserta didik SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat. Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan. Memperbaiki tulisan Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. c. Modul Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru. Dengan demikian maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi guru. Kalau guru memiliki fungsi menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya. * Penyusunan Materi Materi atau isi modul sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi modul akan sangat baik jika menggunakan referensi–referensi mutakhir yang 396 memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah, jurnal hasil penelitian. Materi modul tidak harus ditulis seluruhnya, dapat saja dalam modul itu ditunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik dapat melakukannya. Misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama. Kalimat yang disajikan tidak terlalu panjang. Bagi peserta didik SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata perkalimat dan dalam satu paragraf 3–7 kalimat. Gambar-gambar yang sifatnya mendukung isi materi sangat diperlukan, karena di samping memperjelas penjelasan juga dapat menambah daya tarik bagi peserta didik untuk mempelajarinya. * Urutan pembelajaran Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul. Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi tersebut dan petunjuk bagi peserta didik. Petunjuk peserta didik diarahkan kepada halhal yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh peserta didik, sehingga peserta didik tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai fasilitator. * Struktur bahan ajar/modul Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Secara umum modul harus memuat paling tidak: - Judul - Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik/guru) - Kompetensi yang akan dicapai - Informasi pendukung - Latihan-latihan - Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK) - Evaluasi/Penilaian. 397 d. Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS) Lembar kegiatan peserta didik (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan peserta didik akan memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Dalam menyiapkan lembar kegiatan peserta didik dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: Analisis kurikulum Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Menyusun peta kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar. Menentukan judul-judul LKS Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS. Penulisan LKS Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut: - Perumusan KD yang harus dikuasai Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI. - Menentukan alat Penilaian Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajar-an yang digunakan adalah kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompeten-si, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan 398 Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya. - Penyusunan Materi Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman peserta didik terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama. - Struktur LKS Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: * Judul * Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik) * Kompetensi yang akan dicapai * Informasi pendukung * Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja * Penilaian e. Brosur Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak memuat antara lain: Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman 399 pembacanya. Untuk peserta didik SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat. Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain. Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. f. Leaflet A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996). Leatlet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat brosur, bedanya hanya dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet dapat dilihat pada brosur di atas. Leaflet biasanya ditampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat. g. Wallchart Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Misalnya tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya atau proses dari suatu kegiatan laboraturium. Dalam mempersiapkannya wallchart paling tidak berisi tentang: Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Petunjuk penggunaan wallchart, dimaksudkan agar wallchart tidak terlalu banyak tulisan. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk gambar, bagan atau siklus. Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas lain misalnya menugaskan peserta didik untuk menggambar atau membuat bagan ulang. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok. Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan. 400 Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. h. Foto/Gambar Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar peserta didik dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD. Dalam menyiapkan sebuah gambar untuk bahan ajar dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Jika foto, maka judulnya dapat ditulis dibaliknya. Buat desain tentang foto/gambar yang dinginkan dengan membuat storyboard. Storyboard foto tidak akan sebanyak untuk video/film. Informasi pendukung diambilkan dari storyboard secara jelas, padat, menarik ditulis dibalik foto. Gunakan sumber lain yang dapat memperkaya materi misalnya foto, internet, buku. Agar foto enak dilihat dan memuat cukup informasi, maka sebaiknya foto/gambar berukuran paling tidak 20-R. Pengambilan gambar dilakukan atas dasar stroryboard. dikerjakan oleh orang Agar hasilnya baik yang menguasai penggunaan foto, atau kalau gambar digambar oleh orang yang terampil menggambar. Editing terhadap foto/gambar dilakukan oleh orang yang menguasai substansi/isi materi video/film. Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya sebelum digandakan dilakukan penilaian terhadap program secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi maupun sinematografinya. Foto/gambar biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada akhir penampilan gambar, misalnya untuk pembelajaran bahasa Inggris peserta didik diminta untuk menceritakan ulang secara oral tentang situasi dalam foto/gambar. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa menceritakan ulang tentang foto/ gambar yang dilihatnya dalam bentuk tertulis. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok. Penilaian dapat dilakukan terhadap penampilan peserta didik dalam menceritakan kembali foto/gambar yang dilihatnya atau cerita tertulis dari foto/gambar yang telah dilihatnya. 401 i. Model/Maket Model/maket yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir sama dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan meilhat benda aslinya yang berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan lebih mudah dalam mempelajarinya. Misalnya dalam pembelajaran biologi peserta didik dapat melihat secara langsung bagian-bagian tubuh manusia melalui sebuah model. Biasanya model semacam ini dapat dibuat dengan skala 1:1 artinya benda yang dilihat memiliki besar yang persis sama dengan benda aslinya atau dapat juga dengan skala yang lebih kecil, tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan ajar semacam ini tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran maupun peserta didik dalam belajar. Dalam memanfaatkan model/maket sebagai bahan ajar harus menggunakan KD dalam kurikulum sebagai acuannya. Judul diturunkan dari kompeternsi dasar atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Membuat rancangan sebuah model yang akan dibuat baik substansinya maupun bahan yang akan digunakan sebagai model. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik pada selembar kertas. Karena tidak mungkin sebuah model memuat informasi tertulis kecuali keterangan-keterangan singkat saja. Gunakan berbagai sumber yang dapat memperkaya informasi misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya pembuatan model atau maket dilakukan oleh orang yang memiliki keterampilan untuk membuatnya. Bahan yang digunakan tentu saja disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan kemudahan dalam mencarinya. Tugas dapat diberikan pada akhir penjelasan sebuah model, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan oral. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas menjelaskan secara tertulis tentang misalnya untuk pembelajaran biologi, fungsi jantung bagi kehidupan manusia. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok. Penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban lisan atau tertulis dari pertanyaan yang diberikan. 402 E. 1. Rangkuman Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis buku adalah sebagai berikut: a. Kesesuaian isi buku dengan KIL, KI, dan KD b. Kecukupan materi c. Kedalaman materi d. Kebenaran materi e. Kesesuaian pendekatan yang digunakan 2. Berikut disajikan ikhtisar tentang komponen pokok dari silabus yang lazim digunakan: a. Komponen yang berkaitan dengan kompetensi yang hendak dikuasai, meliputi 1) Kompetensi inti (KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4) 2) Kompetensi Dasar 3) Materi Pokok b. Komponen yang berkaitan dengan cara menguasai kompetensi, memuat pokok pokok kegiatan dalam pembelajaran. c. Komponen yang berkaitan dengan cara mengetahui pencapaian kompetensi, mencakup penilaian d. Komponen Pendukung, terdiri dari Alokasi waktu 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah- langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. b. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut. 1) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran. 2) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal 403 peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, sosial, emosi, gaya kemampuan belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 3) Mendorong partisipasi aktif peserta didik 4) Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, rasa ingin tahu, inspirasi, kemandirian,semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar. 5) Mengembangkan budaya membaca dan menulis 6) Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 7) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. 8) RPP memuat rancangan positif,penguatan, program pengayaan, pemberian dan umpan remedi. balik Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik. 9) Keterkaitan dan keterpaduan. 10) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya. 11) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. 12) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 4. Media Pembelajaran Dalam proses pembelajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan 404 pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan mahal ataupun media yang sederhana dan murah. Kemp, dkk. (1985) menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain: 1) Penyajian materi ajar menjadi lebih standar; 2) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik; 3) Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif; 4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi; 5) Kualitas belajar dapat ditingkatkan; 6) Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan; 7) Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih kuat/baik; 8) Memberikan nilai positif bagi pengajar. F. Evaluasi TUGAS 1. Diskusi tentang konsep Perangkat Pembelajaran 2. Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian buku guru dan buku peserta didik dengan tuntutan SKL, KI, dan KD dengan menggunakan LK-2.3-1 dan LK -2.3-2. 3. Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian antara KD dengan Materi, Kegiatan Pembelajaran dan evaluasi dengan menggunakan LK 4. Kerja kelompok untuk Menyusun RPP Al-Qur’an Hadits sesuai Kurikulum 2013 dengan menggunakan Format RPP Kurikulum 2013 (Permendikbud No. 81 A Tahun 2013) 5. Kerja kelompok untuk menyusun bahan ajar sesuai dengan materi RPP yang sudah di diskusikan sebelumnya TES FORMATIF Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang menurut pendapat anda benar! 1. Media pembelajaran dapat membantu terjadinya perluasan area of exsperience guru dan peserta didik, maksudnya ialah…….. a. Guru memiliki daerah pengalaman lebih luas dari peserta didik b. Daerah pengalaman guru dan peserta didik mendekati kesamaan c. Pengalaman peserta didik menjadi lebih baik dibandingkan gurunya d. Peserta didik menjadi lebih banyak memperoleh pengalaman belajar 405 2. Pernyataan di bawah ini yang menujukkan kedudukan media dalam sistem pembelajaran? a. Media pembelajaran merupakan komponen yang paling penting dalam sistem pembelajaran b. Media pembelajaran kurang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dibandingkan komponen lainnya. c. Media pembelajaran merupakan bagian terpisahkan dari proses pembelajaran yang sistemik d. Media pembelajaran merupakan faktor yang sama pentingnga dengan faktor lain dalam sistem pembelajaran 3. 4. Gambar sederhana untuk memperlihatkan tata cara berwudhu atau shalat, yaitu…… a. Poster b. Bagan c. Diagram d. Grafik Manakah contoh penerapan media yang bertujuan untuk mendemonstrasikan materi tertentu? a. Peserta didik menggunakan atribut perang untuk menghayati zaman perjuangan merebut kemerdekaan b. Peserta didik menggunakan LCD ketika memerankan tokoh guru c. Guru Pendidikan Agama Islam memperlihatkan cara bertayamum dengan menggunakan debu b. Poster anti narkoba dipajang di lingkungan sekolah sebagai bentuk demonstrasi anti narkoba 5. Ciri utama media elektronis adalah….. a. Membutuhkan keahlian khusus mengoperasikannya b. Membutuhkan tenaga listrik yang memadai c. Terdapat prosedur khusus dan jika tidak dilakukan dengan baik akan berakibat rusaknya pada alat d. 6. Hanya dikhususkan pada peserta didik tertentu saja Salah satu kelebihan dari media komputer yang tidak dimiliki oleh media lain adalah……. a. Bisa visual b. Bisa Audio c. Bisa Interaktif 406 d. G. Bisa Audio Visual Daftar Pustaka Abizar, Strategi Instruksional: Latar Belakang Teori dan Penalarannya, Padang: IKIP Padang, 1995. Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Dabbagh, Nada dan Brenda Bannan-Ritland, Online Learning: Concepts, Strategies and Application, New Jersey: Pearson Merill Prentice Hall, 2005. Hamalik, Oemar, Strategi Pembelajaran. Bandung : Mandar Madju, 1993. Johnson, Elaine B, Contextual Teaching & Learning, Bandung: Mizan Media Utama, 2007. Longworth, Norman, Making Lifelong Learning Work, London: Kogan Page, 1999. Meier, Dave, The Accelerated Learning, Terjemahan, Bandung: Kaifa, 2003. Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Jakarta: BPSDMP dan PMP Kemdikbud. Percival, Fred dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 1988. Ravet, Serge dan Maureen Layte, Technology-Based Training, London: Kogan Page, 1997. Rohani, Ahmad, HM, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: Rinekacipta, 1997. Sadiman, Arief, Dkk, Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1990. Smaldino, Sharon, E, Dkk, Instructional Technology and Media for Learning, New Jersey: Pearson Merill Pretice Hall, 2005. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001. Surachmad, Winarno.Pengantar Interaksi Pembelajaran, Bandung:Tarsito, 1984. Uno, Hamzah B, Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006. EVALUASI 1. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan berdasarkan… a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 Dasar dan 2. Notasi yang digunakan dalam Kompetensi Inti adalah… a. KI-1 untuk sikap spiritual; KI-2 untuk sikap sosial; KI-3 untuk keterampilan b. KI-1 untuk sikap spiritual; KI-2 untuk sikap sosial; KI-3 untuk pengetahuan c. KI-1 untuk sikap sosial; KI-2 untuk sikap spiritual; KI-3 untuk keterampilan d. KI-1 untuk sikap sosial; KI-2 untuk sikap spiritual; KI-3 untuk pengetahuan 3. Di a. b. c. d. Menengah ditetapkan untuk pengetahuan; KI-4 untuk keterampilan; KI-4 untuk pengetahuan; KI-4 untuk keterampilan; KI-4 antara notasi yang digunakan dalam Kompetensi Dasar adalah… Kelompok 1 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Sikap Sosial Kelompok 2 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Sikap Sosial Kelompok 3 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Pengetahuan Kelompok 4 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Keterampilan 4. Kerangka Dasar berdasarkan… a. Permendikbud b. Permendikbud c. Permendikbud d. Permendikbud 5. Kerangka Dasar berdasarkan… a. Permendikbud b. Permendikbud c. Permendikbud d. Permendikbud dan Nomor Nomor Nomor Nomor dan Nomor Nomor Nomor Nomor Struktur 54 67 68 69 Tahun Tahun Tahun Tahun Struktur 54 67 68 69 Tahun Tahun Tahun Tahun Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah ditetapkan Tsanawiyah ditetapkan 2013 2013 2013 2013 Kurikulum Madrasah 2013 2013 2013 2013 6. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah ditetapkan berdasarkan… a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013 c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 7. Meyakini bahwa mempelajari Al-Qur’an merupakan ibadah adalah Kompetensi Dasar yang merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti.. a. Sikap Spiritual b. Sikap Sosial c. Pengetahuan d. Keterampilan 8. Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan adalah Kompetensi Dasar yang merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti… a. Sikap Spiritual b. Sikap Sosial c. Pengetahuan d. Keterampilan 9. Implementasi Kurikulum berdasarkan… a. Permendikbud Nomor b. Permendikbud Nomor c. Permendikbud Nomor d. Permendikbud Nomor 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah ditetapkan 81A 82A 83A 84A Tahun Tahun Tahun Tahun 2013 2013 2013 2013 10. Di antara prinsip yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk kurikulum 2013 adalah… a. Berpusat pada pendidik b. Berpusat pada peserta didik c. Berpusat pada kepala sekolah d. Berpusat pada orang tua siswa 11. Berikut ini di antara pengertian PTK, kecuali … a. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalahmasalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan b. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif c. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. d. Penelitian tindakan kelas sebagai pengganti tugas utama guru sebagai pengajar 12. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah inquiri reflektif. Inquiri reflektif adalah… a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian 13. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah Kolaboratif. Kolaboratif adalah… a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian 14. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah Reflektif. Reflektif adalah… a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian 15. Di a. b. c. d. antara model-model gabungan dalam model-model PTK adalah… Model gabungan Kurt Lewin dan Kemmis Model gabungan McTaggart dan Dave Ebbutt Model gabungan John Elliot dan Hopkins Model gabungan Sanford dan Kemmis 16. Tahapan yang lazim dilalui dalam PTK adalah... a. Perencanaan-pelaksanaan-pengamatan-refleksi b. Perencanaan-pengamatan-pelaksanaan-refleksi c. Pengamatan-pelaksanaan-perencanaan-refleksi d. Pengamatan-perencanaan-pelaksanaan-refleksi 17. Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan dilakukan oleh… a. Kolaborator b. Kontributor c. Distributor d. Inspirator 18. Jika PTK terdiri dari tiga siklus, maka siklus ketiga dimulai dari… a. Perencaanaan b. Pelaksanaan c. Pengamatan d. Refleksi 19. Berikut ini unsur yang harus ada dalam pendahuluan, kecuali… a. Latar belakang masalah b. Rumusan masalah c. Tujuan dan manfaat penelitian d. Hasil penelitian 20. Dalam sistematika proposal PTK, kajian pustaka ditempatkan setelah… a. Latar belakang masalah b. Rumusan masalah c. Tujuan dan manfaat penelitian d. Daftas pustaka 21. Dikatakan dalam surat al-Maidah [5] ayat 6 bahwa ketika seseorang hendak shalat, hendaklah ia berwudlu terlebih dahulu. Dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda, bahwa tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudlu. Fungsi hadis di atas terhadap surat al-Maidah [5] ayat 6 adalah… a. Bayan taqrir b. Bayan tafsir c. Bayan tasyri’ d. Bayan tashwir 22. Terkadang fungsi hadis terhadap Alquran adalah untuk mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapat dalam Alquran. Fungsi ini dinamakan juga dengan bayan za’id ‘ala al-kitab al-karim, yaitu… a. Bayan taqrir b. Bayan tafsir c. Bayan tasyri’ d. Bayan tashwir 23. Di antara tujuan kehadiran Alquran adalah memelihara manusia agar tetap menjadi manusia. Untuk memenuhi tujuan di atas, ulama merumuskan lima tujuan syari’at, yaitu... a. Memelihara agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta b. Memelihara agama, keturunan, keluarga, akal, dan harta c. Memelihara agama, jiwa, keturunan, saudara, dan akal d. Memelihara agama, jiwa, keturunan, keluarga, dan saudara 24 Hadis munqathi’ adalah… a. Hadis karena gugur pada awal sanad b. Hadis karena gugur pada akhir sanad c. Hadis karena gugur dua orang rawi atau lebih secara berturut d. Hadis karena gugur dua orang rawi atau lebih secara tidak berturut 25 Berikut ini kategori hadis-hadis dla’if karena gugur sanad, kecuali… a. Hadis mudraj b. Hadis muallaq c. Hadis mursal d. Hadis mu’dlal 26 Hadis dla’if dibagi ke dalam dua macam, yaitu hadis dla’if karena cacat rawi dan hadis dla’if karena gugur sanad. Berikut ini kategori hadis-hadis dla’if karena cacat rawi, kecuali… a. Hadis maudlu’ b. Hadis matruk c. Hadis munkar d. Hadis mu’allaq 27 Hadis yang sampai kepada kita, jika dilihat dari adil dan tidak adilnya para rawi dapat dibagi ke dalam dua, yaitu... a. Hadis mutawatir dan hadis ahad b. Hadis maqbul dan hadis mardud c. Hadis masyhur dan hadis ghair masyhur d. Hadis ma’mul dan hadis ghair ma’mul 28 Hadis shahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi dengan beberapa kriteria sanad dan matan sebagai berikut, kecuali... a. Rawinya memiliki hafalan yang sempurna b. Rawinya bersambung dengan rawi lainnya c. Matan hadis tidak janggal d. Matan hadis tidak bertentangan dengan akal 29 Standar proses pendidikan dasar dan menengah kurikulum 2013 ditetapkan dalam: a. Permendikanas No. 54 tahun 2013 b. Permendiknas No. 65 tahun 2013 b. Permendiknas No. 68 tahun 2013 c. Permendiknas No. 70 tahun 2013 30 Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 menekankan pada: a. Pendekatan saintifik b. Pendekatan tematik terpadu c. Pendekatan tematik integratif d. semua benar 31 Metode yang bertujuan untuk melibatkan fisik dan mental peserta didik serta melakukan serangkaian latihan-latihan merupakan gambaran dari pelaksanaan metode… a. Metode eksperiman b. Metode latihan (drill) c. Metode demonstrasi d. Metode inkuiri 32 Jika seorang guru melaksanakan proses pembelajaran dengan cara meminta peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran, maka guru tersebut sedang mengimplementasikan metode: a. Metode observasi b. Metode penemuan c. Metode eksperimen d. Metode inkuiri 33 Pelibatan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pembelajaran merupakan prinsip umum strategi pembelajaran yang menekankan pentingnya.... a. Individualitas b. Integritas c. Efektivitas d. Aktifitas 34 Beberapa pendekatan yang dituntut untuk dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut, kecuali… a. Pendekatan ilmiah (scientific), b. c. d. Pendekatan tematik Pendekatan Pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/ inquiry learning). Penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis pemecahan masalah (project based learning). 35 Penilaian hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya merupakan prinsip penilaian: a. Objektif b. Transparan c. Akuntabel d. Ekonomi 36 Berikut ini kelebihan tes uraian, kecuali: a. Menyusunnya relatif lebih mudah b. Peserta didik dapat menerka jawaban c. Guru dapat menilai kreatifitas peserta didik d. Mengukur tingkat pengetahuan yang lebih kompleks 37 Tes yang dilakukan dengan mengamati siswa melakukan sesuatu aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan secara motorik disebut: a. Tes objektif b. Tes essay c. Tes lisan d. Tes unjuk kerja 38 Tes yang dilakukan dengan menilai tugas yang harus dikerjakan siswa dalam periode tertentu berupa investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan, penyajian sampai pelaporan tertulis disebut: a. Tes proyek b. Tes objektif c. Tes unjuk kerja d. Tes uraian 39 Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian (authentic assesment) artinya .... a. menilai pada proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik b. menilai kesiapan belajar dan proses belajar secara utuh c. menilai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi d. menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan autentik 40 Penilaian Kompetensi Inti-1 dan Kompetensi Inti-2, mengggunakan penilaian .... a. test b. tertulis c. lisan d. pengamatan dan non test 41 Penerapan penilaian pada Kurikulum 2013 berbasis pada.... a. sciectific b. kolaboratif c. d. autentic konstruktiv 42 Yang termasuk ciri teknik penilaian autentik adalah.... a. tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik tidak memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. b. analisis proses yang digunakan bukan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. c. pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. d. tidak memerlukan keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas 43 Jenispenilaian yang cocokuntuk KI-4 adalah: a. Tertulis b. Praktik/unjukkerja c. Portofolio d. Observasi 44 Media pembelajaran dapat membantu terjadinya perluasan area of exsperience guru dan siswa, maksudnya ialah…….. a. Guru memiliki daerah pengalaman lebih luas dari siswa b. Daerah pengalaman guru dan siswa mendekati kesamaan c. Pengalaman siswa menjadi lebih baik dibandingkan gurunya d. Siswa menjadi lebih banyak memperoleh pengalaman belajar 45 Pernyataan di bawah ini yang menujukkan kedudukan media dalam sistem pembelajaran? a. Media pembelajaran merupakan komponen yang paling penting dalam sistem pembelajaran b. Media pembelajaran kurang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dibandingkan komponen lainnya. c. Media pembelajaran merupakan bagian terpisahkan dari proses pembelajaran yang sistemik d. Media pembelajaran merupakan faktor yang sama pentingnga dengan faktor lain dalam sistem pembelajaran 46 Gambar sederhana untuk memperlihatkan tata cara berwudhu atau shalat, yaitu…… a. Poster b. Bagan c. Diagram d. Grafik 47 Manakah contoh penerapan media yang bertujuan untuk mendemonstrasikan materi tertentu? a. Siswa menggunakan atribut perang untuk menghayati zaman perjuangan merebut kemerdekaan b. Siswa menggunakan LCD ketika memerankan tokoh guru c. Guru Pendidikan Agama Islam memperlihatkan cara bertayamum dengan menggunakan debu d. Poster anti narkoba dipajang di lingkungan sekolah sebagai bentuk demonstrasi anti narkoba 48 Ciri a. b. c. utama media elektronis adalah….. Membutuhkan keahlian khusus mengoperasikannya Membutuhkan tenaga listrik yang memadai Terdapat prosedur khusus dan jika tidak dilakukan dengan baik akan berakibat rusaknya pada alat d. Hanya dikhususkan pada siswa tertentu saja 49 Salah satu kelebihan dari media komputer yang tidak dimiliki oleh media lain adalah……. a. Bisa visual b. Bisa Audio c. Bisa Interaktif d. Bisa Audio Visual GLOSARIUM MODUL 2 KOMPETENSI DASAR: Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi dasar dirinci untuk memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap. KOMPETENSI INTI: Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program. Diibaratkan sebagai anak tangga yang harus ditapaki peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang Madrasah Ibtidaiyah sampai pada jenjang Madrasah Aliyah. Pada ranah sikap, Kompetensi Inti dipecah menjadi dua sikap: pertama, sikap spiritual yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa; kedua, sikap sosial yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. KURIKULUM: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN: Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. STRUKTUR KURIKULUM: Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran pada setiap tingkat satuan pendidikan. MODUL 3 INQUIRI REFLEKTIF: Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah inquiri reflektif. Berdasarkan prinsip ini, PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual. Bahwa tujuan penelitian bukan untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara luas tetapi untuk memperbaiki praktis secara langsung, di sini, dan sekarang. KOLABORATIF: Kolaboratif berarti berkolaborasi dengan guru lain. Bahwa PTK merupakan merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. PELAKSANAAN: Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Pelaksanaan harus sesuai dengan apa yang telah direncanakan, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Pelaksanaan Tindakan dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Pada saat pelakanaan ini, guru benar-benar harus terlebih dahulu memahami masing-masing siswa jangan sampai ada yang menjadi obyek tindakan. PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK): Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Penelitian Tindakan Kelas di antaranya bertujuan adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru. PENGAMATAN: Pengamatan adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan PTK. PERENCANAAN: Perencanaan merupakan tahap pertama dalam PTK. Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap perencanaan. REFLEKSI: Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator. Tetapi jika PTK dilakukan secara sendirian, maka refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus diperbaiki. REFLEKTIF: PTK tidak mengutamakan pendekatan empiris eksperimental, tetapi lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian SIKLUS: Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Siklus pada PTK adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK. Satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. MODUL 4 Ahad hadis ahad adalah suatu hadis vang padanya tidak terkumpul syarat-syarat mutawatir atau hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang tidak mencapai derajat mutawatir al-Quran: adalah kalam Allah yang eksis bersama zat-Nya, berada di luar alam nyata, bukan makhluk dan yang qadim. Bentuk lafadz dalam mushaf adalah simbol akan keberadaan sifat kalam Allah, dan sifat kalam itu adalah qadim sebagaimana qadimnya Allah, jika dikatakan alQuran adalah baru, maka yang dimaksud adalah lafadz-lafadz yang dicetak dalam mushaf, diucapkan dan didengar Atsar: Atsar menurut etimologis, ialah bekas sesuatu atau sisa dari sesuatu. Dan nukilan (yang dinukilkan), sesuatu do’a umpamanya yang dinukilkan dari nabi dinamai do’a ma’tsur.Sedangkan secara terminologis jumhur ulama sama artinya dengan khabar dan hadis. Hadis: Secara etimologis Hadis memiliki beberapa makna di antaranya :1) Jadid, lawan qadim: yang baru (jamaknya hidats, hudatsa, dan huduts).2) Qarib: yang dekat, yang belum lama terjadi. 3) Khabar: warta, yakni: sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada seseorang yang lain. Ilmu Tafsir: ilmu tafsir seperti: asbab al-nuzul ayat, nasikh mansukh, qira'at, muhkam mutasyabih, i'jaz al-Quran dan lain-lain Khabar: Khabar menurut etimologis adalah berita yang disampaikan dari seseorang. Jamaknya adalah akhbar orang banyak menyampaikan khabar dinamai khabir. Khabar digunakan buat segala sesuatu yang diterima dari yang selain Nabi Saw. Mengingat hal inilah orang yang meriwayatkan hadis dinamai muhaddits, dan orang yang meriwayatkan sejarah dinamai akhbary. Oleh karenanya, menurut mereka khabar berbeda dengan hadis. Mutawatir hadis mutawatir adalah suatu (hadis) yang diriwayatkan sejumlah rawi yang menurut adat mustahil mereka tidak mungkin bersepakat untuk dusta, dan hal tersebut berlaku dari permulaan sanad (sanad awal) hingga sanad akhir, serta tidak terdapat kejanggalan jumlah pada setiap tingkatan rawi (thabaqah) Sunnah Sunnah menurut Muhadisin ialah: segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup, baik yang demikian itu sebelum Nabi Saw, maupun sesudahnya. MODUL 5 Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Contekstual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran/pengajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya. Media Pembelajaran mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967)“The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rules”. Pengertian Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, percakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek – aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Perencanaan suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai (Kaufman).berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mendahului pelaksanaan, mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan ke mana harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan cara yang efektif dan efesien. Maka perencanaan mengandung 6 pokok pikiran, yakni: Proses Belajar Mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh dan manusia tumbuh melalui belajar. Kegiatan belajar-mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar siswa belajar. Proses pendidikan bukan hanya apa yang disebut dengan transfer of knowledge, transfer value, transfer of skill, namun kegiatan yang dapat memanusiakan manusia sehingga menjadi individu yang mampu mengembangkan dirinya dalam menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupannya. MODUL 6 Indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu. Kegiatan pembelajaran: Menunjukkan aktivitas belajar yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan objek atau sumber belajar. Kegiatan pembelajaran dapat dipilih sesuai dengan kompetensinya, dapat diperoleh di dalam kelas dan di luar kelas. Bentuknya dapat berupa kegiatan mendemonstrasikan, mempraktikkan, mensimulasikan, mengadakan eksperimen, menganalisis, mengaplikasikan, menemukan, mengamati, meneliti, menelaah, dll., yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa seperti mendengarkan uraian guru, berdiskusi di bawah bimbingan guru, dll. Materi pokok: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi dasar Membelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Mendekatan hierarkis: strategi penjenjangan materi pokok. pengembangan materi pokok berdasarkan atas Ranah afektif: aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek. Ranah kognitif: aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan; kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. Ranah psikomotor: aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik. Relevansi: keterkaitan, kesesuaian. Silabus: susunan teratur materi pokok mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu. Standar kompetensi: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk satu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran. Strategi pembelajaran: dimaksudkan sebagai bentuk/pola umum kegiatan Standar nasional pendidikan: Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. BSNP: Badan Standar Nasional Pendidikan yang disingkat BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, mamantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan. Standar isi: Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kurikulum: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kerangka dasar kurikulum. Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Standar Kompetensi Lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata pelajaran. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran yang mencakup kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan. Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional. MODUL 7 Brosur : Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya. Buku: Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Foto/Gambar Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD. Handout Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku. Leaflet A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. Lembar kegiatan siswa: Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Modul: Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. WallchartWallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Silabus: Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari SKL, KI dan KD yang ingin dicapai, dan materi pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai SKL, KI dan KD. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP): Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah- langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian. Jenis Bahan Ajar. Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).