qur`an hadits

advertisement
KEMENTERIAN AGAMA RI
Jln. Lapangan Banteng Barat No. 3 - 4
Telp. (021) 3812344, 3811642, 3811654 Pes.331 Fax: 34833981 JAKARTA
Website: diktis.kemenag.go.id
QUR’AN HADITS
MODUL
BAHAN AJAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU (PLPG)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR (POKJA)
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kita sampaikan ke hadirat Allah SWT. Karena dengan hidayah dan taufik‐Nya modul Qur’an Hadis untuk materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Guru mata pelajaran Qur’an Hadis di Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah dapat diselesaikan. Modul ini disusun sebagai bahan ajar untuk mendukung proses pembelajaran pada kegiatan PLPG Guru Quran Hadis yang dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara PLPG di daerah. Diharapkan dengan modul ini proses pembelajaran akan berjalan lebih baik dengan hasil yang lebih baik pula. Undang‐undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Dengan demikian profesionalisme guru dituntut terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, menyatakan bahwa pendidik harus memenuhi kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran, guru dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut harus dikembangkan secara utuh, sehingga terintegrasi dalam kinerja guru. Dalam rangka penyelenggaran Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) agar memenuhi kompetensi yang diharapkan maka dipandang perlu adanya bahan ajar atau modul. Bahan ajar atau modul yang dipersiapkan didasarkan atas hasil analisi kebutuhan para peserta uji kompetensi awal. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu menyiapkan bahan ajar ini. Bogor, Juni 2015 Tim Penyusun Modul
DAFTAR ISI
Kata Pengantar (Dari POKJA)
Kata Pengantar
Daftar Isi
A. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
B. ISI MODUL:
1. MODUL 1 : KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU
a. Peta Konsep
 Kebijakan Umum
 Peningkatan Kompetensi Guru
 Penilaian Kinerja Guru
 Pengembangan Karir Guru
 Perlindungan dan Penghargaan Guru
 Etika Profesi Guru
b. Tujuan Pembelajaran
c. Strategi dan Media Pembelajaran
d. Uraian Materi
e. Rangkuman
f. Latihan
g. Daftar Pustaka
2. MODUL 2 : KURIKULUM 2013 UNTUK MATA PELAJARAN QUR’AN HADIS DAN
IMPLEMENTASINYA
a. Peta Konsep
 Rasional dan Elemen Perubahan
 SKL, KI dan KD
 Struktur Kurikulum
 Prinsip-prinsip Pembelajaran
b. Tujuan Pembelajaran
c. Strategi dan Media Pembelajaran
d. Uraian Materi
e. Rangkuman
f. Latihan
g. Daftar Pustaka
3. MODUL 3 : PTK UNTUK MATA PELAJARAN QUR’AN HADIS
a. Peta Konsep
 Konsep Dasar PTK
 Prinsip-prinsip PTK
 Model-model PTK
 Metodologi
 Sistematika
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Tujuan Pembelajaran
Strategi dan Media Pembelajaran
Uraian Materi
Rangkuman
Latihan
Daftar Pustaka
4. MODUL 4 : MATERI QUR’AN HADIS (MI/MTS/MA)
a. Peta Konsep
 Pengertian Qur’an Hadis
 Tujuan diturunkannya al-Qur’an
 Isi dan Esensi Al-Qur’an dan Hadis
 Kedudukan dan Fungsi Hadis
 Pembagian Hadis
 Metode Pembelajaran Qur’an Hadis
b. Tujuan Pembelajaran
c. Strategi dan Media Pembelajaran
d. Skenario Pembelajaran
e. Uraian Materi
f. Rangkuman
g. Latihan
h. Daftar Pustaka
5. MODUL 5 : STRATEGI PEMBELAJARAN QUR’AN HADIS
a. Peta Konsep
 Pendekatan Saintifik
 Problem Based Learning
 Project Based Learning
 Contextual Learning
 Discovery
 Inquiry
b. Tujuan Pembelajaran
c. Strategi dan Media Pembelajaran
d. Uraian Materi
e. Rangkuman
f. Latihan
g. Daftar Pustaka
6. MODUL 6 : PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR QUR’AN HADIS
a. Peta Konsep
 Penilaian Autentik
 Penilaian Portofolio
 Penilaian Kinerja
 Penilaian Project
 Penilaian Tertulis
b.
c.
d.
e.
f.
g.
 Penilaian Diri
 Pedoman Penilaian Raport
Tujuan Pembelajaran
Strategi dan Media Pembelajaran
Uraian Materi
Rangkuman
Latihan
Daftar Pustaka
7. MODUL 7 : PERANGKAT PEMBELAJARAN QUR’AN HADIS
a. Peta Konsep
 Analisis Buku Guru dan Siswa
 Silabus
 RPP
 Media
 Bahan Ajar
b. Tujuan Pembelajaran
c. Strategi dan Media Pembelajaran
d. Uraian Materi
e. Rangkuman
f. Latihan
g. Daftar Pustaka
C. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT
D. GLOSARIUM
E. LAMPIRAN
Petunjuk Penggunaan Modul
Untuk mengoptimalkan penggunaan modul ini, peserta diharapkan memperhatikan
tahapan-tahapan berikut:
1. Bacalah bagian peta konsep, tujuan pembelajaran dan strategi dan media
pembelajaran untuk memahami konsep utuh materi modul ini
2. Modul ini memuat beberapa materi yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan
para peserta PLPG bagi guru Qur`an Hadis dari berbagai aspek, yaitu tentang
kebijakan pengembangan profesi guru, kurikulum 2013 untuk mata pelajaran
Qur`an Hadis, Penelitian Tindakan Kelas untuk mata pelajaran Qur`an Hadis,
materi Qur`an Hadis (MI/MTs/MA), strategi pembelajaran Qur`an Hadis,
penilaian proses dan hasil belajar Qur`an Hadis, dan perangkat pembelajaran
Qur`an Hadis.
3. Setiap materi atau modul memuat peta konsep, tujuan pembelajaran, strategi
dan media pembelajaran, uraian materi, rangkuman, latihan, dan daftar pustaka.
Oleh karenanya, diharapkan kepada peserta PLPG dapat belajar mandiri
disamping belajar bersama instruktur di dalam kelas dalam rangkaian kegiatan
sertifikasi guru.
4. Strategi dan media pembelajaran yang mendampingi peserta dan instruktur
dalam setiap modul hanya sebagai alternatif dalam menunjang berjalannya
proses pembelajaran. Maka, dalam mempelajari modul ini tidak harus
menggunakan strategi dan media pembelajaran yang ditawarkan. Namun,
dianjurkan pula untuk menggunakan strategi dan media pembelajaran lain yang
sesuai dengan materi modul tersebut.
5. Setiap modul juga diberikan latihan berupa soal pilihan ganda dan essai sebagai
latihan dan mengukur sejauhmana pemahaman dan penguasaan peserta
menyerap materi yang diberikan. Maka dianjurkan kepada peserta untuk berlatih
sebagaimana latihan yang ditawarkan.
1 Modul 1
Kebijakan Pengembangan Profesi Guru
A. Peta Konsep
Etika profesi guru berkaitan dengan esensi
etika profesi guru dalam pelaksanaan proses
pendidikan dan pembelajaran secara
professional.
Perlindungan dan penghargaan guru
t e r m a s u k kesejahteraannya.
Kebijakan
umum
pembinaan
dan
pengembangan
profesi
guru,
upaya
peningkatan
kompetensi,
penilaian
kinerja, pengembangan karir, perlindungan
dan penghargaan
Kebijakan
Pengembangan
Profesi Guru
Pengembangan karir guru terkait
dengan r anah pemb inaan dan
pengembangan
guru,
khususnya
berkaitan dengan keprofesian dan karir.
Peningkatan kompetensi guru terutama
berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis
program pengembangan keprofesian guru
secara
berkelanjutan,
serta
uji
kompetensi guru dan dampak ikutanya.
Penilaian kinerja guru terutama berkaitan
dengan makna, persyaratan, prinsip,
tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi
nilai penilaian kinerja guru.
Materi Kebijakan Pengembangan Profesi Guru mencakup kebijakan umum
pembinaan dan pengembangan profesi guru; peningkatan kompetensi guru; penilaian
kinerja guru; pengembangan karir guru; perlindungan dan penghargaan guru; dan
etika profesi guru.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan akhir setelah mempelajari modul ini dan mengikuti pembelajaran dalam PLPG,
peserta dapat menunjukkan sikap positif, menguasai wawasan dan keterampilan yang
terkait dengan :
1.
Kebijakan
umum pembinaan
peningkatan
kompetensi,
dan pengembangan
penilaian
kinerja,
profesi
guru, upaya
pengembangan
karir,
perlindungan dan penghargaan di lingkungan Kementerian Agama, serta etika
profesi guru dalam pelaksanaan tugasya
2.
Peningkatan kompetensi guru terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis
program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji
kompetensi guru dan dampak ikutanya.
3.
Penilaian kinerja guru terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip,
tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.
4.
Pengembangan karir guru terutama berkaitan dengan esensi dan ranah
pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian
2 dan karir.
5.
Perlindungan dan penghargaan guru terutama berkaitan dengan konsep, prinsip
atau asas, dan jenisjenis penghargaan dan perlindungan kepada guru, termasuk
kesejahteraannya.
6.
Etika profesi guru terutama berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam
pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di
kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.
C. Strategi dan Media Pembelajaran
Strategi yang diterapkan dalam pendalaman materi kebijakan pengembangan
profesi guru dalam kegiatan PLPG program sertifikasi guru adalah melalui
pembelajaran secara individual, melaksanakan diskusi kelompok, menelaah kasus,
membaca regulasi yang terkait, mengerjakan latihan, tugas terstruktur, membuat
ringkasan dan penjelasan dari narasumber atau instruktur dan melakukan refleksi.
Media yang digunakan untuk menyampaikan materi kebijakan pengembangan
profesi guru adalah bahan presentasi power point, gambar dan lembar kerja. Rincian
strategi dan langah-langkah pelatihan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tahapan
Kegiatan
Persiapan
Kegiatan
Pendahuluan
Deskripsi kegiatan
Waktu
Dilakukan
dengan
mengecek
kelengkapan
alat
pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active
Speaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaran lain.
Pengkondisian peserta dan analisis terhadap entry level
behavior dan knowledge.
Fasilitator menjelaskan kompetensi dan skenario kegiatan
pembelajaran materi pelatihan Kebijakan pengembangan
15
profesi guru
Kegiatan Inti
Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti,
dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
Konsep Profesi Guru
Brain storming tentang guru professional
Focus group discussion (FGD) untuk mengkaji tentang
kebijakan pengembangan profesi guru, dilanjutkan dengan
paparan materi oleh fasilitator tentang kebijakan
pengembangan profesi guru terutama tentang tujuan,
prinsip dan orientasi serta regulasi yang mendasarinya yang
disisipkan dalam kegiatan diskusi.
Diskusi kelompok tentang karakteristik ideal guru
profesional mata pelajaran Al-Qur’an Hadis.
Kebijakan Pengembangan Profesi Guru
Mendiskusikan pesan UU No 20 Tahun 2003 tentang
25
25
3 Sisdiknas terkait guru, Undang-Undang tentang Guru dan
Dosen, PP tentang Guru, Permendiknas No. 16 Tahun 2007
tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru.
Menerapkan Focus Group Discussion untuk mengidentifikasi
kompetensi dan kualifikasi guru al-Qur’an al-Hadis merujuk
pada Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi
dan Kompetensi Guru.
ICE BREAKER
Kegiatan
Penutup
Kerja kelompok mendiskusikan tentang langkah-langkah
stretagis dan penyusunan program untuk mengembangkan
profesi guru secara mandiri dan berkelanjutan.
Membuat rangkuman materi Kebijakan Pengembangan
Profesi Guru
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi
yang relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
10
15
10
D. Uraian Materi
1. Kebijakan Umum Pembinaan dan Pengembangan Guru
a) Latar Belakang Pemikiran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan
percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan
kesadaran baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam
rangka menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu
merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Peserta didik dan generasi muda sekarang merupakan manusia Indonesia masa
depan yang hidup pada era global. Globalisasi memberi penetrasi terhadap kebutuhan
untuk mengkreasi model-model dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif,
menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan,
kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi
kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi
pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi
pecundang. Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan
paling konsisten. Manusia modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi
diterpa oleh arus perubahan. Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon
manusia yang kuat agar siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta
menunjukkan eksistensi diri dalam alur peradaban.
Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya
4 mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan,
pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis
profesi guru diakui dalam realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu
memiliki kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undangundang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal
pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinyaMetamorfosis harapan untuk
melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah menempuh perjalanan panjang.
Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi
salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Pascalahirnya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti
dengan beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan, seperti
tersaji pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru
Aneka produk hukum itu semua bermuara pada pembinaan dan pengembangan
profesi guru, sekaligus sebagai pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga
profesional. Pada tahun 2012 dan seterusnya pembinaan dan pengembangan profesi
5 guru harus dilakukan secara simultan, yaitu mensinergikan
dimensi
analisis
kebutuhan, penyediaan, rekruitmen, seleksi, penempatan, redistribusi, evaluasi
kinerja, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, dan
sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk hukum baru yang mengatur
tentang sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan keselarasan dimensi-dimensi
dan institusi yang terkait.
b) Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional
Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang profesional
sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan
sejarah peradaban pendidikan. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi
sifat dan substansinya, alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional,
yaitu: (1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis
Sekolah/Madrasah, (3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan (4)
profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani.
Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru telah menggariskan
bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan,
yang dalam buku ini disebut sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut
dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah
perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program
pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan
mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.
Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/DIV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah memiliki keduanya, statusnya
diakui oleh negara sebagai guru profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen maupun PP No. 74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan,
hanya yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan yang
memenuhi syarat sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh dan dinyatakan
lulus pendidikan profesi. Dua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta
pendidikan profesi ditetapkan oleh menteri, yang sangat mungkin didasari atas kuota
kebutuhan formasi.
Khusus untuk pendidikan profesi guru, beberapa amanat penting yang dapat disadap
dari dua produk hukum ini. Pertama, calon peserta pendidikan profesi berkualifikasi S1/D 6 IV. Kedua, sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat, dan ditetapkan oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru
harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Keempat, jumlah peserta
didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri. Kelima,
program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji
kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan
standar kompetensi. Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang
mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman
terhadap
peserta
didik,
pengembangan
kurikulum atau silabus, perancangan
pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam
sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program
yang diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau
program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam
bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.
Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008 mengisyaratkan bahwa
ke depan hanya seseorang yang berkualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau
D-IV dan memiliki sertifikat pendidiklah yang “legal” direkruit sebagai guru. Jika regulasi
ini dipatuhi secara taat asas, harapannya tidak ada alasan calon guru yang direkruit
untuk bertugas pada Sekolah/Madrasah-Sekolah/Madrasah di Indonesia berkualitas di
bawah standar. Namun demikian, ternyata setelah mereka direkruit untuk menjadi guru,
yang dalam skema kepegawaian negara untuk pertama kali berstatus sebagai calon
pegawai negeri sipil (PNS) guru, mereka belum bisa langsung bertugas penuh ketika
menginjakkan kaki pertama kali di kampus Sekolah/Madrasah. Melainkan, mereka masih
harus memasuki fase prakondisi yang disebut dengan induksi.
Ketika menjalani program induksi, diidealisasikan guru akan dibimbing dan
dipandu oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar benar-benar siap
menjalani tugas-tugas profesional. Ini pun tentu tidak mudah, karena di daerah
pinggiran atau pada Sekolah/Madrasah-Sekolah/Madrasah yang nun jauh di sana,
sangat mungkin akan menjadi tidak jelas guru seperti apa yang tersedia dan bersedia
menjadi mentor sebagai tandem itu. Jadi, sunggupun guru yang direkruit telah memiliki
kualifikasi minimum dan sertifikat pendidik, yang dalam produk hukum dilegitimasi
7 sebagai telah memiliki kewenangan penuh, masih diperluan program induksi untuk
memposisikan mereka menjadi guru yang benar-benar profesional.
Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan fase yang
harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru.
Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher)
terhitung mulai dia petama kali menginjakkan kaki di Sekolah/Madrasah atau satuan
pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan
pembelajaran secara mandiri.
Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan empiris
lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman teoritis calon guru di
kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasananya akan lain. Persoalan
mengajar bukan hanya berkaitan dengan materi apa yang akan diajarkan dan
bagaimana
mengajarkannya,
melainkan
semua
subsistem
yang
ada
di
Sekolah/Madrasah dan di masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus
ditampilkan oleh guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Di sinilah esensi progam
induksi yang tidak dibahas secara detail di dalam buku ini.
Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin
keseharian
menjalankan
tugas-tugas
profesional,
profesionalisasi
atau
proses
penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya yang
terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di
sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat
dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang,
studi banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa ini menjadi penting, karena
secara umum guru pemula masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan,
waktu, akses, dan sebagainya.
c) Alur Pengembangan Profesi dan Karir
Saat ini, pengakuan guru sebagai profesi dan tenaga profesional makin nyata.
Pengakuan atas kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi mengangkat
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Aktualitas tugas dan fungsi penyandang profesi guru berbasis pada
prinsip-prinsip: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
8 bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5)
memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (6) memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan
untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang
hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas
keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan
pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru,
sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik guru kelas, guru bidang studi/mata
pelajaran, maupun guru bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan tugas
tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas,
seperti tertuang pada Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam
pengembangan profesi dan karir profesi guru di masa depan.
Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada
pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang
bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi
lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan
yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi
menghadirkan
guru
yang
profesional,
kecuali
persyaratan
pendidikan,
kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka
terjamin.
Selama
menjalankan
tugas-tugas
profesional,
guru
dituntut
melakukan
profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan
upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi
pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas
prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi
banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru masih
memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.Peraturan
Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara pembinaan dan
pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1
atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum
memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau
program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan
9 tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan non kependidikan yang terakreditasi.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat
pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau
olah raga.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem
pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan
perolehan angka kredit jabatan fungsional. Pembinaan dan pengembangan keprofesian
guru meliputi pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan,
kenaikan pangkat, dan promosi. Upaya pembinaan dan pengembangan karir guru ini
harus sejalan dengan jenjang jabatan fungsional mereka. Pola pembinaan dan
pengembangan profesi dan karir guru tersebut, sebagaimana disajikan pada Gambar 1.3.,
diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi terkait dalam melaksanakan pembinaan
profesi dan karir guru.
Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan
kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan
di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan
dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan
perlindungan terhadap guru. Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005
tentang
Guru
mengamanatkan
bahwa
terdapat
pengembangan profesi guru, yaitu:
dua
pembinaan
alur
dan
pembinaan
dan
pengembangan
profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan
profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud
dilakukan melalui jabatan fungsional.
Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan
pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas. Namun
demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi
beragam sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu
pemahaman tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan materi,
pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang
teori-teori terkini.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi dapat dilakukan oleh institusi
pemerintah, lembaga pelatihan (training provider) nonpemerintah, penyelenggara, atau
10 satuan pendidikan. Di tingkat satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh
guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru
terbaik dan ditugasi oleh kepala Sekolah/Madrasah. Analisis kebutuhan, perumusan
tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi
program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau
memodifikasi/mengadopsi program sejenis.
Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan,
kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir, kenaikan
pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan pengembangan,
kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini
dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan
angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang luar
biasa.
d) Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan
Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan demikian,
kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus dilakukan secara kontinyu,
dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekruitmen,
penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir (lihat Gambar 1.4), hingga
menjadi guru profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus.
Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai
kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual tinggi.
Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian kinerja
dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru dilakukan penilaian
kinerja dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta kinerja
dan kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan
kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi menjadi
salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Penilaian kinerja
guru (teacher performance appraisal) merupakan salah satu langkah untuk merumuskan
program peningkatan kompetensi guru secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan
amanat yang tertuang pada Permenneg PAN dan RB No. 16 Tahun 2009. Penilaian
kinerja dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan guru yang sebenarnya dalam
melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan penilaian kinerja ini juga akan diketahui
tentang kekuatan dan kelemahan guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing,
11 baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling. Penilaian kinerja
guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui prestasi kerjanya,
termasuk potensi pengembangannya
Disamping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu diketahui
tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru
menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan
uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau
belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Dengan demikian, kegiatan
peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat.
Penilaian kinerja dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi
yang harus dimiliki oleh guru.
Kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dengan segala cabang
aktifitasnya
perlu
disertai
dengan
upaya
memberi
penghargaan,
perlindungan,
kesejateraan, dan pemartabatan guru. Karena itu, isu-isu yang relevan dengan masa
depan manajemen guru, memerlukan formulasi yang sistemik dan sistematik terutama
sistem penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi,
sertifikasi, peningkatan kualifikasi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan
perlindungan,
kesejahteraan,
pembinaan
karir,
pengembangan
keprofesian
berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus.
e) Kebijakan Pemerataan Guru
Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Hal
tersebut menunjukkan betapa rumitnya persoalan yang berkaitan dengan penataan dan
pemerataan guru di negeri tercinta ini. Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik
untuk memecahkan persoalan rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut
dengan menetapkan Peraturan Bersama Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg PAN
dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai
Negeri Sipil. Peraturan ini ditandatangani tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif
tanggal 2 Januari 2012. Dalam peraturan bersama ini antara lain dinyatakan, bahwa untuk
menjamin pemerataan
guru
antarsatuan
pendidikan,
antarjenjang,
dan
antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi dalam upaya
mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional
12 dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, guru pegawai negeri sipil dapat
dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota, dan provinsi lain.
f) Kebijakan dan Pemerataan Guru
Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan
Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3
Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012 secara eksplisit menyatakan
bahwa:
a.
Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan secara nasional ditetapkan
oleh Menteri Pendidikan
Nasional.
Demikian
juga
Menteri
Pendidikan
Nasional
mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan untuk penataan dan pemerataan
guru PNS pada provinsi yang berbeda berdasarkan data pembanding dari Badan
Kepegawaian Negara (BKN). Dalam memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di
daerah dan kabupaten/kota, Menteri Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan
Menteri Agama.
b.
Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya.
c.
Menteri Dalam Negeri berkewajiban untuk mendukung pemerintah daerah
dalam hal penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang dikeluarkan oleh
Menteri Pendidikan Nasional serta memasukkan unsur penataan dan pemerataan guru
PNS ini sebagai bagian penilaian kinerja pemerintah daerah.
d.
Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai
bagian dari kebijakan penataan PNS secara nasional melalui aspek pendanaan di
bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan negara.
e.
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mendukung
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan melalui penetapan formasi guru PNS.
f.
Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat
perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masing-masing.
13 g) Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota
1) Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru, gubernur
bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan
pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau
kekurangan guru PNS.
2) Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang
kelebihan dan kekurangan guru PNS.
3) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.
4) Bupati/Walikota mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS
untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.
5) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan sesuai dengan
kebutuhan dan kewenangannya untuk penataan dan pemerataan antarkabupaten/kota
dalam satu wilayah provinsi.
6) Penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan didasarkan pada analisis kebutuhan dan persediaan guru sesuai
dengan kebijakan standardisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional.
7) Analisis kebutuhan disusun dalam suatu format laporan yang dikirimkan kepada
Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masingmasing dan diteruskan ke Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Menteri Keuangan.
Dalam kerangka pemerataan guru, diperlukan pemantauan dan evaluasi.
Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dalam
kegiatan penataan dan pemerataan guru, khususnya guru PNS. Oleh karena itu secara
bersama-sama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri,
Menneg PAN dan RB, dan Menteri Keuangan wajib memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan penataan dan pemerataan guru sesuai dengan kewenangan masingmasing.Sedangkan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penataan dan pemerataan
14 guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarpendidikan di kabupaten/kota
dilakukan oleh gubernur sesuai dengan masing-masing wilayahnya.
Termasuk dalam kerangka ini, diperlukan juga pembinaan dan pengawasan.
Norma-norma umum pembinaan dan pengawasan disajikan berikut ini. Secara Umum,
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan dilaksanakan oleh Menteri
Dalam Negeri.
1.
Secara teknis, pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan
di pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh Menteri
Pendidikan Nasional.
2.
Menteri Agama melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah di lingkungan
Kementerian Agama.
3.
Gubernur
melaksanakan
pembinaan
dan
pengawasan
penyelenggaraan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di pemerintah kabupaten/kota.
Dari mana pendanaannya? Pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, atau antarprovinsi pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dibebankan pada APBN, dan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, atau
antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota dalam satu provinsi pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dibebankan pada APBD provinsi.
Sedangkan pendanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan,
antarjenjang, atau antarjenis pendidikan antarkabupaten/kota, atau antarprovinsi pada
satuan
pendidikan
yang
diselenggarakan
oleh
pemerintah
kabupaten/kota
dibebankan pada APBD kabupaten/kota.
Pelaksanaan pelaporan penataan dan pemerataan guru disajikan berikut ini.
1.
Bupati/Walikota membuat usulan perencanaan penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di
wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan Februari tahun
berjalan. Kemudian Gubernur mengusulkan perencanaan seperti tersebut di atas, dan
perencanaan
penataan
dan
pemerataan
guru
PNS
antarsatuan
pendidikan,
antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayahnya kepada Menteri Pendidikan
15 Nasional melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama
sesuai dengan kewenangannya masing-masing paling lambat bulan Maret tahun berjalan.
2.
Bupati/Walikota membuat laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di
wilayahnya dan menyampaikannya kepada Gubernur paling lambat bulan April tahun
berjalan. Kemudian Gubernur melaporkan pelaksanaan penataan dan pemerataan
guru PNS kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan (LPMP) dan Menteri Agama sesuai dengan kewenangannya masingmasing paling lambat bulan Mei tahun berjalan dan diteruskan ke Menteri Dalam
Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi,
dan Menteri Keuangan.
3.
Menteri Agama menyampaikan informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan
penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan
antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya dan menyampaikannya kepada Menteri
Pendidikan Nasional, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi paling lambat bulan Mei tahun berjalan.
4.
Berdasarkan laporan pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS dan
informasi dari Kementerian Agama tersebut di atas, Menteri Pendidikan Nasional
melakukan evaluasi dan menetapkan capaian penataan dan pemerataan guru PNS
secara nasional paling lambat bulan Juli tahun berjalan.
5.
Hasil evaluasi disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nasional kepada Menteri
Keuangan, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, dan Menteri Dalam Negeri untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan.
Sanksi bagi pihak-pihak yang tidak melaksanakan kebijakan ini adalah sebagai
berikut:
1.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menghentikan sebagian atau seluruh
bantuan finansial fungsi pendidikan dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian
terkait
sesuai
dengan
kewenangannya
untuk
menjatuhkan
sanksi
kepada
Bupati/Walikota atau Gubernur yang tidak melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang,
atau antarjenis pendidikan di daerahnya.
2.
Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menunda pemberian formasi guru PNS
kepada Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
16 ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.
Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Keuangan dapat melakukan
penundaan penyaluran dana perimbangan kepada pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4.
Atas dasar rekomendasi tersebut di atas, Menteri Dalam Negeri memberikan
penilaian kinerja kurang baik dalam penyelenggaraan urusan penataan dan pemerataan guru
PNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Peningkatan Kompetensi Guru
a) Esensi Peningkatan Kompetensi Guru
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), baik sebagai substansi materi ajar
maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika ini
menuntut guru selalu meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu
mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan menggunakan
berbagai pendekatan, metoda, dan teknologi pembelajaran terkini. Hanya dengan
cara itu guru mampu menyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantarkan
peserta didik memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pada
zamannya. Sebaliknya, ketidakmauan dan ketidakmampuan guru menyesuaikan wawasan
dan kompetensi dengan tuntutan perkembangan lingkungan profesinya justru akan
menjadi
salah
satu
faktor
penghambat
ketercapaian
tujuan
pendidikan
dan
pembelajaran.
Hingga kini, baik dalam fakta maupun persepsi, masih banyak kalangan yang
meragukan kompetensi guru baik dalam bidang studi yang diajarkan maupun bidang lain
yang mendukung terutama bidang didaktik dan metodik pembelajaran. Keraguan ini
cukup beralasan karena didukung oleh hasil uji kompetensi yang menunjukkan masih
banyak guru yang belum mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Uji kompetensi
ini juga menunjukkan bahwa masih banyak guru yang tidak menguasai penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Uji-coba studi video terhadap sejumlah guru di
beberapa lokasi sampel melengkapi bukti keraguan itu. Kesimpulan lain yang cukup
mengejutkan dari studi tersebut di antaranya adalah bahwa pembelajaran di kelas lebih
didominasi oleh ceramah satu arah dari guru dan sangat jarang terjadi tanya jawab. Ini
mencerminkan betapa masih banyak guru yang tidak berusaha meningkatkan dan
memutakhirkan profesionalismenya.
Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru
17 dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki tingkat kompetensi yang lebih tinggi,
baik kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, maupun sosial.
Akibat dari masih banyaknya guru yang tidak menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan ditambah dengan kurangnya kemampuan untuk menggunakan TIK
membawa dampak pada peserta didik paling tidak dalam dua hal. Pertama, peserta didik
hanya terbekali dengan kompetensi yang sudah usang. Akibatnya, produk sistem
pendidikan dan pembelajaran tidak siap terjun ke dunia kehidupan nyata yang terus
berubah. Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru juga kurang kondusif bagi
tercapainya tujuan secara aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan karena tidak didukung
oleh penggunaan teknologi pembelajaran yang modern dan handal. Hal itu didasarkan
pada kenyataan bahwa substansi materi pelajaran yang harus dipelajari oleh anak didik
terus berkembang baik volume maupun kompleksitasnya.
Sebagaimana ditekankan dalam prinsip percepatan belajar (accelerated learning),
kecenderungan materi yang harus dipelajari anak didik yang semakin hari semakin
bertambah jumlah, jenis, dan tingkat kesulitannya, menuntut dukungan strategi dan
teknologi pembelajaran yang secara terus-menerus disesuaikan pula agar pembelajaran
dapat dituntaskan dalam interval waktu yang sama. Sejatinya, guru adalah bagian
integral dari subsistem organisasi pendidikan secara menyeluruh. Agar sebuah organisasi
pendidikan mampu menghadapi perubahan dan ketidakpastian yang menjadi ciri
kehidupan modern, perlu mengembangkan Sekolah/Madrasah sebagai sebuah organisasi
pembelajar. Di antara karakter utama organisasi pembelajar adalah mencermati
perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian diri dalam
rangka mempertahankan eksistensinya.
b) Prinsip-Prinsip dalam Peningkatan Kompetensi dan Karir Guru
1) Prinsip-prinsip Umum
Secara umum program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a.
Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b.
Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
c.
Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung
sepanjang hayat.
d.
Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas
18 guru dalam proses pembelajaran.
e.
Memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
2) Prinsip-pinsip Khusus
Secara khusus program peningkatan kompetensi guru diselenggarakan dengan
menggunakan prinsip-prinsip seperti berikut ini.
a)
Ilmiah, keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
kompetensi dan indikator harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara keilmuan.
b) Relevan, rumusannya berorientasi pada tugas dan fungsi
tenaga
pendidik
profesional
yakni
memiliki
guru
kompetensi
sebagai
pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional.
c)
Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
d) Konsisten, adanya hubungan yang ajeg dan taat asas antara kompetensi dan
indikator.
e)
Aktual dan kontekstual, yakni rumusan kompetensi dan indikator dapat
mengikuti perkembangan Ipteks.
f)
Fleksibel, rumusan kompetensi dan indikator dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan jaman.
g) Demokratis, setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk
diberdayakan
melalui
proses
pembinaan
dan
pengembangan
profesionalitasnya, baik secara individual maupun institusional.
h) Obyektif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan
mengacu kepada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan indikatorindikator terukur dari kompetensi profesinya.
i)
Komprehensif, setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya
untuk mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam
memberikan layanan pendidikan dalam rangka membangun generasi yang
memiliki pengetahuan, kemampuan atau kompetensi, mampu menjadi dirinya
sendiri, dan bisa menjalani hidup bersama orang lain.
j)
Memandirikan, setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk mampu
meningkatkan kompetensinya secara berkesinambungan, sehingga memiliki
kemandirian profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsi profesinya.
k)
Profesional,
pembinaan
dan
pengembangan
profesi
dan
karir
guru
19 dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-nilai profesionalitas.
l)
Bertahap, dimana pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
dilaksanakan berdasarkan tahapan waktu atau tahapan kualitas kompetensi
yang dimiliki oleh guru.
m) Berjenjang,
pembinaan
dan
pengembangan
profesi
dan
karir
guru
dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan jenjang kompetensi atau tingkat
kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi.
n) Berkelanjutan, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
dilaksanakan sejalan dengan perkembangan ilmu pentetahuan, teknologi dan
seni, serta adanya kebutuhan penyegaran kompetensi guru;
o) Akuntabel, pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru dapat
dipertanggungjawabkan secara transparan kepada publik;
p) Efektif, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
harus mampu memberikan informasi yang bisa digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak-pihak yang terkait dengan
profesi dan karir lebih lanjut dalam upaya peningkatan kompetensi dan
kinerja guru.
q) Efisien, pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru
harus didasari atas pertimbangan penggunaan sumberdaya seminimal
mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal.
3) Jenis Program Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan kompetensi guru guru dilaksanakan melalui berbagai strategi dalam
bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) dan bukan diklat, antara lain seperti berikut ini.
a) Pendidikan dan Pelatihan
a. Inhouse training (IHT). Pelatihan dalam bentuk IHT adalah pelatihan yang
dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, Sekolah/Madrasah atau tempat lain yang
ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan
berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan
karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang
memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi
ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya.
b. Program magang. Program magang adalah pelatihan yang dilaksanakan di
institusi/industri yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional guru.
Program magang ini terutama diperuntukkan bagi guru kejuruan dan dapat dilakukan
20 selama priode tertentu, misalnya, magang di industri otomotif dan yang sejenisnya.
Program magang dipilih sebagai alternatif pembinaan dengan alasan bahwa keterampilan
tertentu khususnya bagi guru-guru Sekolah/Madrasah kejuruan memerlukan pengalaman
nyata.
c. Kemitraan Sekolah/Madrasah. Pelatihan melalui kemitraan Sekolah/Madrasah
dapat dilaksanakan bekerjasama dengan institusi pemerintah atau swasta dalam keahlian
tertentu. Pelaksanaannya dapat dilakukan di Sekolah/Madrasah atau di tempat mitra
Sekolah/Madrasah. Pembinaan melalui mitra Sekolah/Madrasah diperlukan dengan
alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan yang dimiliki mitra dapat dimanfaatkan
oleh guru yang mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.
d. Belajar jarak jauh. Pelatihan melalui belajar jarak jauh dapat dilaksanakan
tanpa menghadirkan instruktur dan peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu,
melainkan dengan sistem pelatihan melalui internet dan sejenisnya. Pembinaan melalui
belajar jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua guru terutama di
daerah terpencil dapat mengikuti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk
seperti di ibu kota kabupaten atau di propinsi.
e. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus. Pelatihan jenis ini dilaksanakan di Balai
Pendidikan dan Pelatihan dan atau Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat)
Kementerian Agama, P4TK dan atau LPMP dan lembaga lain yang diberi wewenang, di
mana program pelatihan disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah,
lanjut dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis
kompetensi. Pelatihan khusus (spesialisasi) disediakan berdasarkan kebutuhan
khusus atau disebabkan adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu.
f. Kursus singkat di LPTK atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat di LPTK atau
lembaga pendidikan lainnya dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kompetensi guru
dalam beberapa kemampuan seperti melakukan penelitian tindakan kelas, menyusun karya
ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dan lain-lain
sebagainya.
g. Pembinaan internal oleh Sekolah/Madrasah. Pembinaan internal ini dilaksanakan
oleh kepala Sekolah/Madrasah dan guru-guru yang memiliki kewenangan membina,
melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan,
diskusi dengan rekan sejawat dan sejenisnya.
h. Pendidikan lanjut. Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut juga
merupakan alternatif bagi pembinaan profesi guru di masa mendatang. Pengikutsertaan
guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar,
21 baik di dalam maupun di luar negeri, bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan
lanjut ini akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain
dalam upaya pengembangan profesi.
b) Kegiatan Selain Pendidikan dan Pelatihan
a. Diskusi masalah pendidikan. Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan
topik sesuai dengan masalah yang di alami di Sekolah/Madrasah. Melalui diskusi berkala
diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi berkaitan dengan
proses pembelajaran di Sekolah/Madrasah ataupun masalah peningkatan kompetensi
dan pengembangan karirnya.
b. Seminar. Pengikutsertaan guru di dalam kegiatan seminar dan pembinaan
publikasi ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan profesi guru dalam
meningkatkan kompetensi guru. Melalui kegiatan ini memberikan peluang kepada guru
untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal
terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan.
c. Workshop.
bermanfaat
bagi
Workshop
dilakukan
untuk
menghasilkan
produk
yang
pembelajaran, peningkatan kompetensi maupun pengembangan
karirnya. Workshop dapat dilakukan misalnya dalam kegiatan menyusun KTSP, analisis
kurikulum, pengembangan silabus, penulisan RPP, dan sebagainya.
d. Penelitian. Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan
kelas, penelitian eksperimen ataupun jenis yang lain dalam rangka peningkatan
mutu pembelajaran.
e. Penulisan buku/bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk
diktat, buku pelajaran ataupun buku dalam bidang pendidikan.
f. Pembuatan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat
berbentuk alat peraga, alat praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik
(animasi pembelajaran).
g. Pembuatan karya teknologi/karya seni. Karya teknologi/seni yang dibuat guru
dapat berupa karya teknologi yang bermanfaat untuk masyarakat dan atau pendidikan dan
karya seni yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.
c) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Penetapan Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dilatarbelakangi bahwa guru memiliki peran
strategis dalam meningkatkan proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Perubahan
mendasar yang terkandung dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 tahun 2009
22 dibandingkan dengan regulasi sebelumnya, di antaranya dalam hal penilaian kinerja
guru yang sebelumnya lebih bersifat administratif menjadi lebih berorientasi praktis,
kuantitatif, dan kualitatif, sehingga diharapkan para guru akan lebih bersemangat untuk
meningkatkan kinerja dan profesionalitasnya. Dalam Permenneg PAN dan RB ini, jabatan
fungsional terdiri dari empat jenjang, yaitu Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan
Guru Utama.
Setiap tahun, guru harus dinilai kinerjanya secara teratur melalui Penilaian Kinerja
Guru (PK Guru) dan wajib mengikuti Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB). PKB tersebut harus dilaksanakan sejak guru memiliki golongan kepangkatan
III/a dengan melakukan pengembangan diri, dan sejak golongan kepangkatan III/b guru
wajib melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. Untuk naik dari golongan
kepangkatan IV/c ke IV/d guru wajib melakukan presentasi ilmiah. Gambar 2.1.
menunjukkan keterkaitan antara PKB, PK Guru, dan pengembangan karir guru.
PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan hasil PK
Guru dan didukung dengan hasil evaluasi diri. Apabila hasil PK Guru masih berada
di bawah standar kompetensi yang ditetapkan atau berkinerja rendah, maka guru
diwajibkan untuk mengikuti program PKB yang diorientasikan sebagai pembinaan untuk
mencapai kompetensi standar yang disyaratkan. Sementara itu, guru yang hasil
penilaian kinerjanya telah mencapai standar kompetensi yang disyaratkan, maka
kegiatan PKB diarahkan kepada pengembangan kompetensi agar dapat memenuhi tuntutan
masa depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya sesuai dengan kebutuhan
Sekolah/Madrasah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran yang berkualitas
kepada peserta didik. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009, PKB diakui
sebagai salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir
guru
dan
kenaikan
pangkat/jabatan
fungsional
guru,
selain
kegiatan
pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi
Sekolah/Madrasah/mad rasa h. Kegiatan PKB diharapkan dapat menciptakan guru
yang profesional, yang bukan hanya sekadar memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tetapi
juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan kepribadian yang prima dan penguasaan
IPTEK yang kuat, guru diharapkan terampil dalam menumbuhkembangkan minat dan
bakat peserta didik sesuai dengan bidangnya.
Secara umum, keberadaan PKB bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan
pendidikan di Sekolah/Madrasah yang berimbas pada peningkatan mutu pendidikan.
Secara khusus, tujuan PKB disajikan berikut ini.
23 1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang
ditetapkan.
2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam
memfasilitasi
proses
belajar
peserta
didik
dalam
memenuhi
tuntutan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni di masa mendatang.
3. Mewujudkan guru yang memiliki komitmen kuat melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.
5. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat.
Manfaat PKB bagi peserta didik yaitu memperoleh jaminan kepastian mendapatkan
pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif untuk meningkatkan potensi diri
secara optimal, sehingga mereka memiliki kepribadian kuat dan berbudi pekerti
luhur untuk berperan aktif dalam pengembangan iImu pengetahuan, teknologi dan
seni
sesuai
dengan
perkembangan
masyarakat.
Bagi
guru
hal
ini
dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta memiliki kepribadian
yang kuat sesuai dengan profesinya; sehingga selama karirnya mampu menghadapi
perubahan internal dan eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik
menghadapi kehidupan di masa datang.
Dengan PKB untuk guru, bagi Sekolah/Madrasah diharapkan mampu menjadi
sebuah organisasi pembelajaran yang efektif; sehingga Sekolah/Madrasah dapat
menjadi wadah untuk peningkatan kompetensi, dedikasi, dan komitmen guru dalam
memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta didik. Bagi orang
tua/masyarakat, PKB untuk guru bermakna memiliki jaminan bahwa anak mereka di
Sekolah/Madrasah akan memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas sesuai
kebutuhan dan kemampuan masing-masing. Bagi pemerintah,PKB untuk guru
dimungkinkan dapat memetakan kualitas layanan pendidikan sebagai dasar untuk
menyusun dan menetapkan kebijakan pembinaan dan pengembangan profesi guru dalam
menunjang pembangunan pendidikan; sehingga pemerintah dapat mewujudkan
masyarakat Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berkepribadian luhur.
PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan untuk memelihara dan meningkatkan
standar kompetensi secara keseluruhan, mencakup bidang-bidang yang berkaitan
dengan profesi guru. Dengan demikian, guru secara profesional dapat memelihara,
meningkatkan,
dan
memperluas
pengetahuan
dan
keterampilannya
untuk
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran yang bermutu
diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta
24 didik.
PKB
mencakup
kegiatan-kegiatan
yang
didesain
untuk
meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan guru. Kegiatan dalam PKB membentuk
suatu siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan refleksi. Gambar
2.2 menunjukkan siklus kegiatan PKB bagi guru. Melalui siklus kegiatan pengembangan
keprofesian guru secara berkelanjutan, diharapkan guru akan mampu mempercepat
pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan karirnya. Kegiatan
PKB untuk pengembangan diri dapat dilakukan di Sekolah/Madrasah, baik oleh guru
secara mandiri, maupun oleh guru bekerja sama dengan guru lain dalam satu
Sekolah/Madrasah. Kegiatan PKB melalui jaringan Sekolah/Madrasah dapat dilakukan
dalam satu rayon (gugus), antarrayon dalam kabupaten/kota tertentu, antarprovinsi,
bahkan dimungkinkan melalui jaringan kerjasama Sekolah/Madrasah antarnegara serta
kerjasama Sekolah/Madrasah dan industri, baik secara langsung maupun melalui
teknologi informasi. Kegiatan PKB melalui jaringan antara lain dapat berupa: kegiatan
KKG/MGMP; pelatihan/seminar/lokakarya; kunjungan ke Sekolah/Madrasah lain, dunia
usaha, industri, dan sebagainya; mengundang nara sumber dari Sekolah/Madrasah lain,
komite Sekolah/Madrasah, dinas pendidikan, seksi bidang pendidikan kemennterian
agama, pengawas, asosiasi profesi, atau dari instansi lain yang relevan.
Jika kegiatan PKB di Sekolah/Madrasah dan jaringan Sekolah/Madrasah belum
memenuhi kebutuhan pengembangan keprofesian guru, atau guru masih membutuhkan
pengembangan lebih lanjut, kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan
sumber kepakaran luar lainnya. Sumber kepakaran lain ini dapat disediakan melalui LPMP,
P4TK, Perguruan Tinggi Balai DIklat, Pusdiklat atau institusi layanan lain yang diakui
oleh pemerintah, atau institusi layanan luar negeri melalui pendidikan dan pelatihan jarak
jauh dengan memanfaatkan jejaring virtual atau TIK. Dalam kaitannya dengan PKB ini,
beberapa jenis pengembangan kompetensi dapat dilakukan oleh guru dan di
Sekolah/Madrasah mereka sendiri. Beberapa program dimaksud disajikan berikut ini.
1.. Dilakukan oleh guru sendiri:
a. menganalisis umpan balik yang diperoleh dari peserta didik terhadap
pelajarannya;
b. menganalisis hasil pembelajaran (nilai ujian, keterampilan peserta didik, dll);
c. mengamati dan menganalisis tanggapan peserta didik terhadap kegiatan
pembelajaran;
d. membaca artikel dan buku yang berkaitan dengan bidang dan profesi; dan
e. mengikuti kursus atau pelatihan jarak jauh.
25 2. Dilakukan oleh guru bekerja sama dengan guru lain:
a. mengobservasi guru lain;
b. mengajak guru lain untuk mengobservasi guru yang sedang mengajar;
c. mengajar besama-sama dengan guru lain (pola team teaching);
e. bersamaan dengan guru lain membahas dan melakukan investigasi terhadap
permasalahan yang dihadapi di Sekolah/Madrasah;
f. membahas artikel atau buku dengan guru lain; dan
g. merancang persiapan mengajar bersama guru lain.
3. Dilakukan oleh Sekolah/Madrasah :
a. training day untuk semua sumber daya manusia di Sekolah/Madrasah
(bukan hanya guru);
b. kunjungan ke Sekolah/Madrasah lain; dan
c. mengundang nara sumber dari Sekolah/Madrasah lain atau dari instansi
lain.
Satu hal yang perlu diingat dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian
berkelanjutan harus dapat mematuhi prinsip-prinsip seperti berikut ini.
1.
Setiap guru di Indonesia berhak mendapat kesempatan untuk mengembangkan
diri. Hak tersebut perlu diimplementasikan secara teratur, sistematis, dan
berkelanjutan.
2.
Untuk menghindari kemungkinan pengalokasian kesempatan pengembangan
yang tidak merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai dari
Sekolah/Madrasah. Sekolah/Madrasah wajib menyediakan kesempatan kepada
setiap guru untuk mengikuti program PKB minimal selama tujuh hari atau 40 jam
per tahun. Alokasi tujuh hari tersebut adalah alokasi minimal. Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dan/ atau Sekolah/Madrasah berhak menambah alokasi waktu
jika dirasakan perlu, termasuk penyediaan anggaran untuk kegiatan PKB.
3.
Guru juga wajib berusaha mengembangkan dirinya semaksimal mungkin dan
secara berkelanjutan. Alokasi waktu tujuh hari per tahun sebenarnya tidak cukup,
sehingga guru harus tetap berusaha pada kesempatan lain di luar waktu tujuh
hari tersebut. Keseriusan guru untuk mengembangkan dirinya merupakan salah
satu hal yang diperhatikan dan dinilai di dalam kegiatan proses pembelajaran
yang akan dievaluasi kinerja tahunannya.
4.
Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri. Sebenarnya guru tidak bisa
‘dikembangkan’ oleh orang lain jika dia belum siap untuk berkembang. Pihakpihak yang mendapat tugas untuk membina guru perlu menggali sebanyak 26 banyaknya dari guru tersebut (tentang keinginannya, kekhawatirannya, masalah
yang dihadapinya, pemahamannya tentang proses belajar-mengajar, dsb)
sebelum memberikan masukan/saran.
5.
Untuk mencapai tujuan PKB yang sebenarnya, kegiatan PKB harus melibatkan
guru secara aktif sehingga betul-betul terjadi perubahan pada dirinya, baik dalam
penguasaan materi, pemahaman konteks, keterampilan, dan lain-lain. Jenis
pelatihan tradisional -- yaitu ceramah yang dihadiri oleh peserta dalam jumlah
besar tetapi tidak melibatkan mereka secara aktif -- perlu dihindari.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan ketentuan yang berlaku serta praktikpraktik pelaksanaannya, perlu dikembangkan mekanisme PKB yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Analisis kebutuhan
dan ketentuan tersebut mencakup antara lain:
1.
Setiap guru berhak menerima pembinaan berkelanjutan dari seorang guru yang
berpengalaman dan telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan
(guru pendamping).
2.
Guru pendamping tersebut berasal dari Sekolah/Madrasah yang sama dengan
guru binaannya atau dipilih dari Sekolah/Madrasah lain yang berdekatan,
apabila di Sekolah/Madrasahnya tidak ada guru pendamping yang memenuhi
kompetensi.
3. Setiap Sekolah/Madrasah mempunyai seorang koordinator PKB tingkat
Sekolah/Madrasah, yaitu seorang guru yang berpengalaman. Sekolah/Madrasah
yang mempunyai banyak guru boleh membentuk sebuah tim PKB untuk
membantu Koordinator PKB, sedangkan Sekolah/Madrasah kecil dengan
jumlah guru yang terbatas, terutama Sekolah/Madrasah, sangat dianjurkan
untuk bekerja sama dengan Sekolah/Madrasah lain di sekitarnya. Dengan
demikian, seorang Koordinator PKB bisa mengkoordinasikan kegiatan PKB di
beberapa Sekolah/Madrasah.
4. Setiap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/ Bidang Pendidikan Kementerian
Agama
menunjuk
dan
menetapkan
seorang
Koordinator
PKB
tingkat
kabupaten/kota (misalnya pengawas yang bertanggung jawab untuk gugus
Sekolah/Madrasah tertentu).
5. Sekolah/Madrasah, KKG/MGMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota harus merencanakan kegiatan PKB dan
mengalokasikan anggaran untuk kegiatan tersebut. Kegiatan PKB harus sejalan
dengan visi dan misi Sekolah/Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
27 6. Sekolah/Madrasah berkewajiban menjamin bahwa kesibukan guru dengan tugas
tambahannya sebagai Guru Pembina atau sebagai Koordinator PKB tingkat
Sekolah/Madrasah maupun dalam mengikuti kegiatan PKB tidak mengurangi
kualitas pembelajaran peserta didik. PKB perlu dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan untuk mencapai standar kompetensi dan/atau meningkatkan
kompetensinya agar guru mampu memberikan layanan pendidikan secara
profesional. Pencapaian dan peningkatan kompetensi tersebut akan berdampak
pada peningkatan keprofesian guru dan berimplikasi pada perolehan angka
kredit bagi pengembangan karir guru. Dalam Permenneg PAN dan RB Nomor
16 tahun 2009, terdapat tiga unsur kegiatan guru dalam PKB yang dapat dinilai
angka kreditnya, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya
inovatif.
d) Pengembangan Diri
Pengembangan diri pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan guru melalui kegiatan pendidikan dan latihan fungsional
dan kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian
guru. Dengan demikian, guru akan mampu melaksanakan tugas utama dan tugas
tambahan yang dipercayakan kepadanya. Tugas utama guru adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan, sedangkan tugas tambahan adalah
tugas lain guru yang relevan dengan fungsi Sekolah/Madrasah, seperti tugas sebagai
kepala Sekolah/Madrasah, wakil kepala Sekolah/Madrasah, kepala laboratorium, dan
kepala perpustakaan.
Diklat fungsional termasuk pada kategori diklat dalam jabatan yang dilaksanakan
untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang
jabatan fungsional masing-masing. Dalam Permendiknas Nomor 35 Tahun 2010
dinyatakan bahwa diklat fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan
atau
pelatihan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan keprofesian guru yang
bersangkutan dalam kurun waktu tertentu.
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti pertemuan ilmiah
atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik di Sekolah/Madrasah
maupun di luar Sekolah/Madrasah, dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru
yang bersangkutan. Beberapa contoh bentuk kegiatan kolektif guru antara lain: (1)
lokakarya atau kegiatan bersama untuk menyusun dan/atau mengembangkan
perangkat kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan/atau media pembelajaran; (2)
28 keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, koloqium, workshop, bimbingan teknis,
dan diskusi panel), baik sebagai pembahas maupun peserta; (3) kegiatan kolektif lainnya
yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru.
Beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan
diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: (1)
penyusunan RPP, program kerja, dan/atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan
kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses
dan hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi
informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; (6) inovasi proses pembelajaran;
(7) peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini; (8)
penulisan publikasi ilmiah; (9) pengembangan karya inovatif; (10) kemampuan untuk
mempresentasikan hasil karya; dan (11) peningkatan kompetensi lain yang terkait
dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
Sekolah/Madrasah.
Pelaksanaan
berbagai
kegiatan
pengembangan
diri
ini
harus
berkualitas,
dikoordinasikan dan dikendalikan oleh Koordinator PKB di Sekolah/Madrasah secara
sistematik dan terarah sesuai kebutuhan. Kegiatan pengembangan diri yang berupa
diklat fungsional harus dibuktikan dengan surat tugas, sertifikat, dan laporan deskripsi
hasil pelatihan yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah. Sementara itu, kegiatan
pengembangan diri yang berupa kegiatan kolektif guru harus dibuktikan dengan surat
keterangan dan laporan per kegiatan yang disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah. Jika
guru mendapat tugas tambahan sebagai kepala Sekolah/Madrasah, laporan dan bukti
fisik pendukung tersebut harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan dan atau bidang
pendidikan kementerian agama Kabupaten/Kota/Provinsi.
Hasil diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru ini perlu didesiminasikan kepada
guru-guru yang lain, minimal di Sekolah/Madrasah masing-masing, sebagai bentuk
kepedulian dan wujud kontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan. Kegiatan ini
diharapkan
dapat
mempercepat
proses
peningkatan
dan
pengembangan
Sekolah/Madrasah secara menyeluruh. Guru bisa memperoleh penghargaan
berupa angka kredit tambahan sesuai perannya sebagai pemrasaran/nara sumber.
e) Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di Sekolah/Madrasah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum.
29 Publikasi ilmiah mencakup 3 (tiga) kelompok, yaitu:
a. Presentasi pada forum ilmiah. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pemrasaran
dan/atau nara sumber pada seminar, lokakarya, koloqium, dan/atau diskusi ilmiah,
baik
yang
diselenggarakan
pada
tingkat
Sekolah/Madrasah,
KKG/MGMP,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.
b. Publikasi ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan ilmu bidang pendidikan
formal. Publikasi dapat berupa karya tulis hasil penelitian, makalah tinjauan ilmiah di
bidang pendidikan formal dan pembelajaran, tulisan ilmiah populer, dan artikel ilmiah
dalam bidang pendidikan. Karya ilmiah ini telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah tertentu
atau minimal telah diterbitkan dan diseminarkan di Sekolah/Madrasah masing-masing.
Dokumen karya ilmiah disahkan oleh kepala Sekolah/Madrasah dan disimpan di
perpustakaan Sekolah/Madrasah. Bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai
kepala Sekolah/Madrasah, karya ilmiahnya harus disahkan oleh kepala dinas pendidikan
atau bidang pendidikan kementerian agama setempat.
c. Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan/atau pedoman guru.
Buku yang dimaksud dapat berupa buku pelajaran, baik sebagai buku utama maupun
buku pelengkap, modul/diktat pembelajaran per semester, buku dalam bidang
pendidikan, karya terjemahan, dan buku pedoman guru. Buku termaksud harus
tersedia di perpustakaan Sekolah/Madrasah tempat guru bertugas. Keaslian buku
harus ditunjukkan dengan pernyataan keaslian dari kepala Sekolah/Madrasah atau
dinas pendidikan setempat bagi guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala
Sekolah/Madrasah.
f) Karya Inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau
penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran di Sekolah/Madrasah dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi,
dan
seni.
Karya
inovatif
ini
dapat
berupa
penemuan
teknologi
tepat
guna,
penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni, pembuatan/modifikasi alat
pelajaran/peraga/praktikum, atau penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya
pada tingkat nasional maupun provinsi.
Kegiatan PKB yang mencakup ketiga komponen tersebut harus dilaksanakan
secara
berkelanjutan,
agar
guru
dapat
selalu
menjaga
dan
meningkatkan
profesionalismenya, tidak sekadar untuk pemenuhan angka kredit. Oleh sebab itu,
meskipun angka kredit seorang guru diasumsikan telah memenuhi persyaratan untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsional tertentu, guru tetap wajib melakukan
30 kegiatan PKB.
4) Uji Kompetensi
Untuk mengetahui kompetensi seorang guru, perlu dilakukan uji kompetensi. Uji
kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi, dirumuskan profil
kompetensi guru menurut level tertentu yang sekaligus menentukan kelayakan dari guru
tersebut. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan
apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan.
Kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris
yang kuat, sehingga bias dipertanggungjawabkan baik secara akademik, moral, maupun
keprofesian. Dengan demikian, disamping hasil penilaian kinerja, uji kompetensi menjadi
salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru. Uji kompetensi
esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru seperti
yang telah dijelaskan di atas, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
kompetensi profesional.
a) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan
dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang
guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda.
Berkenaan
dengan
pelaksanaan
kurikulum,
seorang
guru
harus
mampu
mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masingmasing dan disesuaikan
dengan kebutuhan lokal.
Guru
harus
mampu
mengoptimalkan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan
penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Kemampuan yang
harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu:
a.
Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional dan intelektual.
b.
Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c.
Mampu
mengembangkan
kurikulum
yang
terkait
pengembangan yang diampu.
d.
Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
dengan
bidang
31 e.
Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
f.
Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
g.
Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h.
Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
i.
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
b) Kompetensi Kepribadian
Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan
tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas generasi masa
depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam
pelaksanaan tugas, guru harus tetap te
gar dalam melaksakan tugas sebagai seorang
pendidik. Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui
proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses
itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.
Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi
perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan
disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan
kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan
peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai
waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar
bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang
berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek
yang diamati adalah:
a.
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
b.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
c.
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
d.
Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri
32 e.
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c) Kompetensi Sosial
Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu
dicontoh dan merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki
kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran
yang efektif. Dengan kemampuan tersebut, otomatis hubungan Sekolah/Madrasah
dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan
orang tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.
Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja
sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja
guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini.
a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
d) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu
meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang
materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti
membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan
dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.
Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas
sebagai
sumber
materi
yang
tidak
pernah
kering
dalam
mengelola
proses
pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh peserta didik sebagai
suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan,
pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus. Keaktifan pesertadidik
33 harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi
mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong pesertadidik
untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep
yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan
multimedia,
sehingga
terjadi
suasana
belajar
sambil
bekerja,
belajar
sambil
mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai kontek materinya.
Guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan.
Misalnya, bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, dan
prinsipprinsip lainnya. Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat
melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir soal
secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi pesertadidik belajar. Kemampuan yang
harus dimiliki pada dimensi kompetensi profesional atau akademik dapat diamati dari aspekaspek berikut ini.
a.
Menguasai
materi,
struktur,
konsep,
dan
pola
pikir
keilmuan
yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
b.
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/
bidang pengembangan yang diampu.
c.
Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
d.
Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif
e.
Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Seperti dijelaskan di atas, untuk mengetahui kompetensi guru dilakukan uji
kompetensi. Melalui uji kompetensi guru dapat dirumuskan profil kompetensinya.
Kondisi nyata itulah yang menjadi dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan
demikian, hasil uji kompetensi menjadi basis utama desain program peningkatan
kompetensi guru. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
penguasaan materi pembelajaran setiap guru. Berdasarkan hasil uji kompetensi
dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan
kelayakannya.
Dengan demikian, tujuan dari uji kompetensi adalah menilai dan
menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi
yang diujikan. Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan dengan menggunakan prinsipprinsip seperti berikut ini.
a.
Valid, yaitu menguji apa yang seharusnya dinilai atau diuji dan bukti-bukti yang
34 dikumpulkan harus mencukupi serta terkini dan asli.
b.
Reliabel,
yaitu
uji
komptensi
bersifat
konsisten,
dapat
menghasilkan
kesimpulan yang relatif sama walaupun dilakukan pada waktu, tempat dan
asesor yang berbeda.
c.
Fleksibel, yaitu uji kompetensi dilakukan dengan metoda yang disesuikan dengan
kondisi peserta uji serta kondisi tempat uji kompetensi.
d.
Adil, yaitu uji kompetensi tidak boleh ada diskriminasi terhadap guru, dimana
mereka harus diperlakukan sama sesuai dengan prosedur yang ada dengan tidak
melihat dari kelompok mana dia berasal.
e.
Efektif dan efisien, yaitu uji kompetensi tidak mengorbankan sumber daya dan
waktu yang berlebihan dalam melaksanakan uji kompetensi sesuai dengan unjuk
kerja yang ditetapkan. Uji kompetensi sebisa mungkin dilaksanakan di tempat
kerja atau dengan mengorbankan waktu dan biaya yang sedikit.
Uji kompetensi dilakukan dengan strategi tertentu. Strategi uji kompetensi dilakukan
seperti berikut ini.
1.
Dilakukan secara kontinyu bagi semua guru, baik terkait dengan mekanisme
sertifikasi maupun bersamaan dengan penilaian kinerja.
3.
Dapat dilakukan secara manual (offline), online, atau kombinasinya.
4.
Melalui tes kinerja atau performance test.
5.
Dimungkinkan penyediaan bank soal yang memenuhi validitas dan reliabilitas
tertentu, khusus untuk ranah pengetahuan.
6.
Sosialisasi pelaksanaan program dan materi uji kompetensi.
E. Rangkuman
1)
Tanggal
2
Desember
2004,
Presiden
Soesilo
Bambang
Yudhoyono
mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undangundang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar
legal pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinyaMetamorfosis
harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah menempuh
perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo
Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun
2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
35 Pascalahirnya UU No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, diikuti
dengan beberapa produk hukum yang menjadi dasar implementasi kebijakan.
2)
Reformasi pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan menuntut reformasi guru untuk memiliki
tingkat kompetensi yang lebih tinggi, baik kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, maupun sosial.
3)
Kompetensi
pedagogik
yaitu
kemampuan
yang
harus
dimiliki
guru
berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek
seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual yang meliputi:
a)
Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
sosial, kultural, emosional dan intelektual.
b) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c)
Mampu
mengembangkan
kurikulum
yang
terkait
dengan
bidang
pengembangan yang diampu.
d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e)
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
f)
Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h) Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
i)
4)
Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kompetensi Kepribadian terkait dengan kemampuan yang berkaitan dengan
kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang
diamati adalah:
a)
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
c)
Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
36 d) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri
e)
5)
Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja
sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria
kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini.
a)
Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi.
b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c)
Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan
dan tulisan atau bentuk lain.
6) Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi profesional atau
akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut ini.
a)
Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
b) Menguasai
standar
kompetensi
dan
kompetensi
dasar
mata
pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu.
c)
Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
d) Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif
e)
Memanfaatkan
teknologi
informasi
dan
komunikasi
untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
F. Latihan dan Renungan
1. Apa esensi peningkatan kompetensi guru?
2. Sebutkan jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh guru?
3. Buatlah
penjelasan
ringkas
mengenai
keterkaitan
masing-masing
jenis
kompetensi guru!
4. Sebutkan beberapa prinsip peningkatan kompetensi guru.
5. Apa
yang
dimaksud
dengan
pengembangan
berkelanjutan?
keprofesian
guru
secara
37 6. Sebutkan jenis-jenis program peningkatan kompetensi guru!
7. Apa esensi uji kompetensi guru?
8. Apa dampak ikutan hasil uji kompetensi bagi guru?
G. Rujukan
Dian Mahsunah, dkk. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional.
Peraturan Bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan
Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal
3 Oktober 2011
Produk hukum yang berkaitan dengan Penilaian Kinerja, Pengembangan
Keprofesian Guru Berkelanjutan, Sertifikasi Guru, dan Uji Kompetensi Guru
Sudarwan Danim, Profesionalisasi dan Kode Etik Guru, Bandung, Alfabeta, Bandung,
2010
-------, Pengembangan Profesi Guru: Dari Induksi ke Profesional Madani, Media
Perhalindo, Jakarta, 2011.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Vollmer dan Mills, Professionalization, Jossey Bass, New York, 1982
38 Modul 2
Kurikulum 2013 Untuk Mata Pelajaran Quran Hadis
A. Peta Konsep
Kurikulum 2013
Rasional dan Elemen Perubahan SKL, KI, dan KD
1. Pengertian Kurikulum 2013 2. Cakupan Kurikulum 2013 3. Faktor‐faktor dikembangkannya kurikulum 2013 1. Standar Kompetensi Lulusan 2. Kompetensi Inti 3. Kompetensi Dasar Struktur Kurikulum
1. Struktur Kurikulum MI 2. Struktur Kurikulum MTS 3. Struktrur Kurikulim MA 4. Struktur Kurikulum MAK Prinsip‐prinsip Pembelajaran 1. Pedoman Implementasi Kurikulum 2. Prinsip‐prinsip dalam Kegiatan Pembelajaran B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat:
1. Memahami rasionalitas dan perubahan kurikulum
2. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar
(KD)
3. Struktur kurikulum 2013
4. Prinsip-prinsip Pembelajaran
C. Strategi dan Media Pembelajaran
Untuk mempelajari modul ini, instruktur dapat menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe NHT (Numbered Heads Together). Dengan tipe NHT ini, instruktur dapat
menggunakan empat langkah sebagai berikut:
1. Penomoran
Instruktur membagi peserta ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing
kelompok beranggotakan 4 peserta. Setiap peserta diberi nomor dari 1 sampai 4.
Kemudian
Instruktur
menginformasikan
materi
yang
akan
dibahas,
39 mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara rinci,
menjelaskan model pembelajaran NHT yang akan diterapkan, dan memotivasi
peserta agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep materi yang akan
dipelajari.
2. Mengajuan pertanyaan
Instruktur mengajukan pertanyaan kepada masing-masing kelompok. Pertanyaan
yang dijukan dapat berupa essay ataupun berupa data atau kasus untuk
dikomentari sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Berpikir bersama
Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang tepat dan
sesuai
4. Menjawab pertanyaan.
Instruktur memilih nomor dalam masing-masing kelompok secara acak untuk
menjawab pertanyaan. Jika jawaban dari masing-masing perwakilan kelompok
diskusi adalah benar, maka dilanjutkan kepada pertanyaan berikutnya, dan jika
ada jawaban dari mereka tidak tepat dan tidak sesuai, maka instruktur
memberikan penjelasan tentang jawaban yang tepat dan sesuai.
Karena tipe yang digunakan dalam pembelajaran adalah NHT, maka media dan
sumber utama yang digunakan adalah modul dan nomor untuk para peserta, kemudian
Lembar Kerja Kelompok dan alat tulis. Untuk lebih memotivasi peserta, media tambahan
yang dapat digunakan adalah slide yang berisi film dan gambar yang diangkat dari
realitas sebagai fenomena-fenomena yang mana kurikulum 2013 hadir dan dikembangkan
untuk merespon fenomena-fenomena itu.
D. Uraian Materi
1. Memahami rasionalitas dan perubahan kurikulum
Kurikulum berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian di
atas, berarti kurikulum mencakup dua dimensi sebagai berikut:
a. Rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
b. Cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan lima faktor sebagai berikut:
a. Tantangan internal
40 b. Tantangan eksternal
c. Penyempurnaan pola pikir
d. Penguatan tata kelola kurikulum
e. Penguatan materi
Kurikulum 2013 dikembangkan untuk merespon dua tantangan di atas. Tantangan
internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
dan standar penilaian pendidikan. Tantangan lain terkait dengan perkembangan
penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif yang berlimpah
sebagai upaya untuk menjadikan mereka sebagai sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi dan keterampilan. Sedangkan tantangan eksternal antara lain terkait dengan
arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri
kreatif dan budaya, dan
perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan sembilan pola pikir sebagai
berikut:
a. Pola pembelajaran yang
berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat
pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi
yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
b. Pola
pembelajaran satu arah
pembelajaran
interaktif
(interaktif
(interaksi guru-peserta
didik) menjadi
guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam, sumber/media lainnya);
c. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik
dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi
serta diperoleh melalui internet);
d. Pola
pembelajaran
pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran
siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan
sains);
e. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);
f.
Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;
g. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan
memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;
41 h. Pola
pembelajaran
ilmu
pengetahuan
tunggal
(monodiscipline)
menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
i.
Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Penguatan tata kelola kurikulum dikuatkan dengan tiga penguatan tata kelola sebagai
berikut:
a. Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat
kolaboratif;
b. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala
sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan
c. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.
Penguatan materi pada kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memperdalam dan
memperluas tingkat penguasaan sesuai kompetensi dasar. Secara operasional penguatan
materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi
peserta didik.
2. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi
Dasar (KD)
a. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam penjelasan Pasal 35
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan
pendidikan pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah
Aliyah.
Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud di atas, kemudian ditetapkan
berdasarkan
Permendikbud
Nomor
54
Tahun
2013.
Setelah
menjalani
proses
pembelajaran secara integral, lulusan Madrasah diharapkan memiliki sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sebagai berikut:
1)
Lulusan Madrasah Ibtidaiyah
DIMENSI
Sikap
KUALIFIKASI KEMAMPUAN
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung
42 Pengetahuan
Keterampilan
2)
jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat
bermain.
Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena
dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat
bermain.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan
kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan
yang ditugaskan kepadanya.
Lulusan Madrasah Tsanawiyah
DIMENSI
Sikap
Pengetahuan
Keterampilan
KUALIFIKASI KEMAMPUAN
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak
mata.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan
yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis.
3) Lulusan Madrasah Aliyah
DIMENSI
Sikap
Pengetahuan
Keterampilan
KUALIFIKASI KEMAMPUAN
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak
fenomena dan kejadian.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan
43 kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai
pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara
mandiri.
b.
Kompetensi Inti
Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program.
Kompetensi Inti ibaratnya adalah anak tangga yang harus ditapaki peserta didik untuk
sampai pada kompetensi lulusan jenjang Madrasah Ibtidaiyah sampai pada jenjang
Madrasah Aliyah. Sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan multidimensi,
Kompetensi Inti juga memiliki multidimensi. Pada ranah sikap, Kompetensi Inti dipecah
menjadi dua sikap:
pertama, sikap spiritual yang terkait dengan tujuan pendidikan
nasional membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa; kedua, sikap sosial yang
terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang berakhlak
mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Kompetensi
Inti
bukan
untuk
diajarkan
melainkan
untuk
dibentuk
melalui
pembelajaran berbagai kompetensi dasar dari sejumlah Mata pelajaran yang relevan. Tiap
Mata pelajaran harus mengacu pada Kompetensi Inti yang telah dirumuskan. Semua Mata
pelajaran yang diajarkan dan dipelajari pada kelas harus berkontribusi terhadap
pembentukan Kompetensi Inti.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan;
4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
c. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus
diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi dasar dirinci untuk memastikan
bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus
berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap. Kompetensi dasar dalam kelompok
Kompetensi Inti sikap (KI-1 dan KI-2) bukanlah untuk peserta didik karena kompetensi ini
tidak diajarkan, tidak dihafalkan, dan tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi
pendidik bahwa dalam mengajarkan Mata pelajaran tersebut ada pesan-pesan sosial dan
spiritual sangat penting yang terkandung dalam materinya. Kompetensi dasar yang
44 berkenaan dengan sikap spiritual (mendukung KI-1) dan individual-sosial (mendukung KI2) dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik
belajar tentang pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan (mendukung KI-4).
Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan
kompetensi inti sebagai berikut:
1) Kelompok 1
: Kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka
menjabarkan KI-1
2) Kelompok 2
: Kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka
menjabarkan KI-2
3) Kelompok 3
: Kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka
menjabarkan KI-3
4) Kelompok 4
: Kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka
menjabarkan KI-4
3. Struktur kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Quran Hadis
Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian kompetensi inti, mata pelajaran,
beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran pada setiap tingkat satuan
pendidikan. Untuk struktur kurikulum tingkat Madrasah Ibtidaiyah ditetapkan berdasarkan
Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013. Untuk struktur kurikulum tingkat Madrasah
Tsanawiyah ditetapkan berdasarkan Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013. Untuk struktur
kurikulum tingkat Madrasah Aliyah ditetapkan berdasarkan Permendikbud Nomor 69
Tahun 2013. Untuk struktur kurikulum tingkat Madrasah Aliyah Kejuruan ditetapkan
berdasarkan Permendikbud Nomor 70 Tahun 2013.
Di dalam kurikulum 2013, untuk masing-masing kelas I, II, III, IV, V dan VI beban
belajar di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dalam jam pembelajaran perminggu adalah
30, 32, 34 dan 36 jam perminggu. Sementara itu, Jumlah beban belajar satu minggu di
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah untuk Kelas VII, VIII, dan IX di dalam
kurikulum 2013 adalah 38 jam pembelajaran, durasi setiap satu jam pembelajaran 40
menit.
Mata pelajaran Quran hadis merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang termasuk dari antara mata pelajaran wajib untuk madrasah. Mata
pelajaran
Quran
Hadis
merupakan
kelompok
mata
pelajaran
yang
kontennya
dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran ini disajikan pada setiap satuan pendidikan
dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran dalam satu minggu.
45 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Quran Hadis telah ditentukan
sesuai dengan Permendikbud. Berikut ini dapat dilihat Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar dalam rincian setiap tingkat satuan pendidikan:
46 a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
KELAS I
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaash (112), dan
dianutnya
surat al-Lahab (111) sebagai firman Allah Swt
1.2 Terbiasa membaca surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaash
(112), dan surat al-Lahab (111) sehari-hari
1.3 Meyakini bahwa mempelajari Al-Qur’an adalah ibadah
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di
sekolah
2.1 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan
2.2 Terbiasa hidup tertib dan menghargai orang lain
3.1 Mengetahui urutan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaash
(112), dan surat al-Lahab (111)
3.2 Mengetahui huruf-huruf hijaiyah dan tanda bacanya
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang 4.1 Melafalkan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaash (112), dan
jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam
surat al-Lahab (111) secara benar dan fasih
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam 4.2 Menghafalkan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), al-Ikhlaash (112),
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan surat al-Lahab (111) secara benar
dan berakhlak mulia
4.3 Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya
47 KELAS I
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima surat al-Nashr (110) dan al-Quraisy (106) sebagai firman Allah Swt
dianutnya
1.2 Terbiasa membaca surat al-Nashr (110) dan al-Quraisy (106) sehari-hari
1.3 Meyakini bahwa Allah mencintai orang-orang yang menjaga kebersihan
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di
sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang
jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia
2.1 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dan hadis
2.2 Terbiasa berperilaku bersih dalam kehidupan sehari-hari
3.1 Mengetahui huruf-huruf hijaiyah dan tanda bacanya
3.2 Menerjemahkan hadis tentang kebersihan secara sederhana riwayat Muslim dari Abu
Malik al-Asy’ari,
ْ ‫ش‬
…‫ن‬
ِ ‫ما‬
َ ‫اإلي‬
َ ‫ور‬
ِ ‫ط ُر‬
ُ ‫الط ﱡ ُھ‬
3.3 Memahami isi kandungan hadis tentang kebersihan secara sederhana riwayat Muslim
dari Abu Malik al-Asy’ari,
ْ ‫ش‬
…‫ن‬
ِ ‫ما‬
َ ‫اإلي‬
َ ‫ور‬
ِ ‫ط ُر‬
ُ ‫الط ﱡ ُھ‬
4.1
4.2
4.3
4.4
Melafalkan surat al-Nashr (110) dan al-Quraisy (106) secara benar dan fasih
Menghafalkan surat al-Nashr (110) dan al-Quraisy (106) secara benar
Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya
Menghafalkan hadis tentang kebersihan riwayat Muslim dari Abu Malik al-Asy’ari,
ْ ‫ش‬
…‫ن‬
ِ ‫ما‬
َ ‫اإلي‬
َ ‫ور‬
ِ ‫ط ُر‬
ُ ‫الط ﱡ ُھ‬
48 KELAS II
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima surat al-Kautsar (108) dan al-Kaafiruun (109) sebagai firman Allah Swt
dianutnya
1.2 Terbiasa membaca surat al-Kautsar (108) dan al-Kaafiruun (109) sehari-hari
1.3 Meyakini bahwa mempelajari Al-Qur’an dan hadis adalah ibadah
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, 2.1 Memiliki perilaku senang mempelajari Al-Qur’an dan hadis
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di
sekolah
3.1 Mengetahui penulisan huruf-huruf hijaiyah secara terpisah dan bersambung
3.2 Memahami hukum bacaan ghunnah
3.3 Menerjemahkan hadis tentang keutamaan belajar Al-Qur’an riwayat Bukhari dari
Utsman ibn ‘Affan,
…‫مه‬
َ
َ ‫م ا ْل ُق ْرآنَ َو َعلﱠ‬
َ ‫ن تَ َعلﱠ‬
ْ ‫ُم َم‬
ْ ‫خ ْي ُرك‬
3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang keutamaan belajar Al-Qur’an riwayat Bukhari
dari Utsman ibn ‘Affan,
…‫مه‬
َ
َ ‫م ا ْل ُق ْرآنَ َو َعلﱠ‬
َ ‫ن تَ َعلﱠ‬
ْ ‫ُم َم‬
ْ ‫خ ْي ُرك‬
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang
jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
Menuliskan huruf-huruf hijaiyah secara terpisah dan bersambung
Melafalkan surat al-Kautsar (108) dan al-Kaafiruun (109) secara benar dan fasih
Menghafalkan surat al-Kautsar (108) dan al-Kaafiruun (109) secara benar
Menerapkan hukum bacaan ghunnah
Menghafalkan hadis tentang keutamaan belajar Al-Qur’an riwayat Bukhari dari Utsman
ibn ‘Affan,
…‫مه‬
َ
َ ‫م ا ْل ُق ْرآنَ َو َعلﱠ‬
َ ‫ن تَ َعلﱠ‬
ْ ‫ُم َم‬
ْ ‫خ ْي ُرك‬
49 KELAS II
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima surat al-Maa’uun (107) dan al-Fiil (105), al-‘Ashr (103), dan al-Qadr (97)
dianutnya
sebagai firman Allah Swt
1.2 Terbiasa membaca surat al-Maa’uun (107) dan al-Fiil (105), al-‘Ashr (103), dan al-Qadr
(97) sehari-hari
1.3 Meyakini bahwa keridlaan Allah tergantung pada keridlaan kedua orang tua
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, 2.1 Terbiasa berperilaku hormat kepada orang tua sebagai implementasi dari pemahaman
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
hadis tentang hormat kepada orang tua riwayat Tirmidzi dari Abdullah ibn ‘Umar,
dengan keluarga, teman, dan guru
...‫رضاء ﷲ في رضاء الوالدين‬
2.2 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dan hadis
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan hadis tentang hormat kepada orang tua riwayat Tirmidzi dari Abdullah
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
ibn ‘Umar,
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
...‫رضاء ﷲ في رضاء الوالدين‬
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, 3.2 Memahami isi kandungan hadis tentang hormat kepada orang tua riwayat Tirmidzi dari
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di
Abdullah ibn ‘Umar,
sekolah
...‫رضاء ﷲ في رضاء الوالدين‬
3.3 Memahami hukum bacaan alif-lam qamariyah dan alif-lam syamsiyah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang 4.1 Melafalkan surat al-Maa’uun (107) dan al-Fiil (105), al-‘Ashr (103), dan al-Qadr (97)
jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam
secara benar dan fasih
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam 4.2 Menghafalkan surat al-Maa’uun (107) dan al-Fiil (105), al-‘Ashr (103), dan al-Qadr (97)
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
secara benar
dan berakhlak mulia
4.3 Menghafalkan hadis tentang hormat kepada orang tua riwayat Tirmidzi dari Abdullah
ibn ‘Umar,
...‫رضاء ﷲ في رضاء الوالدين‬
4.4 Menerapkan hukum bacaan alif-lam qamariyah dan alif-lam syamsiyah
50 KELAS III
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Menerima surat al-Humazah (104), al-Takaatsur (102), dan al-Zalzalah (99) sebagai
dianutnya
firman Allah Swt
1.2 Terbiasa membaca surat al-Humazah (104), al-Takaatsur (102), dan al-Zalzalah (99)
sehari-hari
1.3 Meyakini bahwa shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, 2.1 Terbiasa shalat berjamaah sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang shalat
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
berjamaah riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibn Majah, dan Ahmad dari Ibnu
dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
‘Umar,
...‫ة أَ ْفضَل‬
ِ ‫اع‬
َ ‫م‬
َ ‫ج‬
َ ‫صال َ ُة ا ْل‬
َ
2.2 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dan hadis
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan hadis tentang shalat berjamaah riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi,
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
Nasa’i, Ibn Majah, dan Ahmad dari Ibnu ‘Umar,
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
...‫ة أَ ْفضَل‬
ِ ‫اع‬
َ ‫م‬
َ ‫ج‬
َ ‫صال َ ُة ا ْل‬
َ
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, 3.2 Memahami isi kandungan hadis tentang shalat berjamaah riwayat Bukhari, Muslim,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di
Tirmidzi, Nasa’i, Ibn Majah, dan Ahmad dari Ibnu ‘Umar,
sekolah
...‫ة أَ ْفضَل‬
ِ ‫اع‬
َ ‫م‬
َ ‫ج‬
َ ‫صال َ ُة ا ْل‬
َ
3.3 Memahami hukum bacaan qalqalah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang 4.1 Melafalkan surat al-Humazah (104), al-Takaatsur (102), dan al-Zalzalah (99) secara
jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam
benar dan fasih
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam 4.2 Menghafalkan surat al-Humazah (104), al-Takaatsur (102), dan al-Zalzalah (99) secara
tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
benar
dan berakhlak mulia
4.3 Menghafalkan hadis tentang shalat berjamaah riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i,
Ibn Majah, dan Ahmad dari Ibnu ‘Umar,
4.4 Menerapkan hukum bacaan qalqalah
51 KELAS III
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang 1.1 Terbiasa membaca surat al-Qaari’ah (101) dan at-Tiin (95) sehari-hari
dianutnya
1.2 Meyakini adanya Allah beserta sifat-sifat Allah sebagai implementasi dari pemahaman
surat al-Faatihah (1) dan al-Ikhlaash (112)
1.3 Menghayati isi kandungan surat al-Faatihah (1) dan al-Ikhlaash (112)
1.4 Menerima ajaran bahwa sesama mukmin adalah bersaudara
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, 2.1 Mengamalkan isi kandungan surat al-Faatihah (1) dan al-Ikhlaash (112) dalam kehidupan
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi
sehari-hari
dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
2.2 Terbiasa berperilaku saling menyayangi sebagai implementasi dari pemahaman hadis
tentang persaudaraan riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Musa,
...‫ن َكا ْل ُب ْنيَان‬
ُ ‫ن لِ ْل‬
ُ ‫م ْؤ ِم‬
ُ ‫ا ْل‬
ِ ‫م ْؤ ِم‬
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah
3.1 Menerjemahkan surat al-Faatihah (1) dan al-Ikhlaash (112)
3.2 Memahami isi kandungan surat al-Faatihah (1) dan al-Ikhlaash (112)
3.3 Menerjemahkan hadis tentang persaudaraan riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Musa,
...‫ن َكا ْل ُب ْنيَان‬
ُ ‫ن لِ ْل‬
ُ ‫م ْؤ ِم‬
ُ ‫ا ْل‬
ِ ‫م ْؤ ِم‬
3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang persaudaraan riwayat Bukhari dan Muslim dari
Abu Musa,
...‫ن َكا ْل ُب ْنيَان‬
ُ ‫ن لِ ْل‬
ُ ‫م ْؤ ِم‬
ُ ‫ا ْل‬
ِ ‫م ْؤ ِم‬
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Melafalkan surat al-Qaari’ah (101) dan at-Tiin (95) secara benar dan fasih
yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, 4.2 Menghafalkan surat al-Qaari’ah (101) dan at-Tiin (95) secara benar
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, 4.3 Menghafalkan hadis tentang persaudaraan riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Musa,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
...‫ن َكا ْل ُب ْنيَان‬
ُ ‫ن لِ ْل‬
ُ ‫م ْؤ ِم‬
ُ ‫ا ْل‬
ِ ‫م ْؤ ِم‬
anak beriman dan berakhlak mulia
52 KELAS IV
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1
agama Islam
1.2
1.3
1.4
Terbiasa membaca surat al-Nashr (110), al-Kautsar (108), dan al-‘Aadiyat (100) sehari-hari
Meyakini bahwa semua rezeki dan pertolongan pada hakikatnya berasal dari Allah Swt
Meyakini bahwa niat merupakan syarat sahnya suatu ibadah
Terbiasa melakukan niat pada saat mengerjakan sesuatu sebagai implementasi dari
pemahaman hadis tentang niat riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar ibn Khattab,
...‫إنما األعمال بالنيات‬
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Memiliki sikap bersyukur sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Nashr (110) dan
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
al-Kautsar (108)
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan 2.2 Memiliki perilaku takwa sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang takwa
tetangganya
riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar,
…‫اتق ﷲ حيثما كنت‬
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, di sekolah dan tempat bermain
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Menerjemahkan surat al-Nashr (110) dan al-Kautsar (108)
Memahami isi kandungan surat al-Nashr (110) dan al-Kautsar (108)
Memahami hukum bacaan izhhar dan ikhfa
Menerjemahkan hadis tentang niat riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar ibn Khattab,
Memahami isi kandungan hadis tentang niat riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar ibn
Khattab
3.6 Menerjemahkan hadis tentang takwa riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar,
3.7 Memahami isi kandungan hadis tentang takwa riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar,
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa
yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
Melafalkan surat al-‘Aadiyat (100) secara benar dan fasih
Menghafalkan secara benar dan fasih
Menerapkan hukum bacaan izhhar dan ikhfa
Menghafalkan hadis tentang niat riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar ibn Khattab,
Menghafalkan hadis tentang takwa riwayat Tirmidzi dari Abu Dzar,
53 KELAS IV
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 Terbiasa membaca surat al-Lahab (111) dan al-Insyiraah (94) sehari-hari
agama Islam
1.2 Meyakini bahwa Allah akan melapangkan rezeki dan memanjangkan umur orang yang
gemar bersilaturrahim
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Terbiasa menghindari akhlak tercela sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Lahab
(111)
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan 2.2 Terbiasa berperilaku gemar bersilaturrahim sebagai implementasi dari pemahaman hadis
tentang silaturrahim riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas,
tetangganya
…‫ه‬
ِ ِ‫سطَ لَ ُه فِى ِر ْزق‬
َ ‫ب أَنْ ُي ْب‬
َ َ‫ن أ‬
ْ ‫َم‬
‫ح ﱠ‬
2.3 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dan hadis
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
rumah, di sekolah dan tempat bermain
3.1 Menerjemahkan surat al-Lahab (111)
3.2 Memahami isi kandungan surat al-Lahab (111)
3.3 Menerjemahkan hadis tentang silaturrahim riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas,
…‫ه‬
ِ ِ‫سطَ لَ ُه فِى ِر ْزق‬
َ ‫ب أَنْ ُي ْب‬
َ َ‫ن أ‬
ْ ‫َم‬
‫ح ﱠ‬
3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang silaturrahim riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas,
…‫ه‬
ِ ِ‫سطَ لَ ُه فِى ِر ْزق‬
َ ‫ب أَنْ ُي ْب‬
َ َ‫ن أ‬
ْ ‫َم‬
‫ح ﱠ‬
3.5 Memahami hukum bacaan idgham bi ghunnah, idgham bila ghunnah, dan iqlab
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa
yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
4.1 Melafalkan surat al-Insyiraah (94) secara benar dan fasih
4.2 Menghafalkan surat al-Insyiraah (94) secara benar dan fasih
4.3 Menghafalkan hadis tentang silaturrahim riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas,
…‫ه‬
ِ ِ‫سطَ لَ ُه فِى ِر ْزق‬
َ ‫ب أَنْ ُي ْب‬
َ َ‫ن أ‬
ْ ‫َم‬
‫ح ﱠ‬
4.4 Menerapkan hukum bacaan idgham bi ghunnah, idgham bila ghunnah, dan iqlab
54 KELAS V
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 Terbiasa membaca surat al-Kaafiruun (109), al-Maa’uun (107), dan al-Takaatsur (102)
agama Islam
sehari-hari
1.2 Memiliki keteguhan iman sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Kaafiruun (109),
al-Maa’uun (107), dan al-Takaatsur (102)
1.3 Meyakini bahwa orang yang menyayangi anak yatim akan masuk surga dekat dengan Nabi
Muhammad Saw
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Memiliki sikap toleransi terhadap sesama sebagai implementasi dari surat al-Kaafiruun
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
(109)
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan 2.2 Menghindari perilaku suka bermegah-megahan sebagai implementasi dari surat altetangganya
Takaatsur (102)
2.3 Terbiasa menyayangi anak yatim sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang
menyayangi anak yatim riwayat Bukhari dan Muslim dari Sahl ibn Sa’ad,
…‫ة‬
ِ ‫ج ﱠن‬
ِ ‫ل ا ْليَ ِت‬
َ ‫يم فِى ا ْل‬
ُ ِ‫أَنَا و َكاف‬
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan surat al-Kaafiruun (109), al-Maa’uun (107), dan al-Takaatsur (102)
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin 3.2 Memahami isi kandungan surat al-Kaafiruun (109), al-Maa’uun (107), dan al-Takaatsur
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
(102)
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di 3.3 Menerjemahkan hadis tentang menyayangi anak yatim riwayat Bukhari dan Muslim dari
rumah, di sekolah dan tempat bermain
Sahl ibn Sa’ad,
3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang menyayangi anak yatim riwayat Bukhari dan
Muslim dari Sahl ibn Sa’ad,
3.5 Memahami hukum bacaan mim mati (izhhar syafawi, ikhfa syafawi, dan idgham mimi)
55 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Melafalkan surat surat al-Kaafiruun (109), al-Maa’uun (107), dan al-Takaatsur (102)
yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang
secara benar dan fasih
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak 4.2 Menghafalkan hadis tentang menyayangi anak yatim riwayat Bukhari dan Muslim dari Sahl
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
ibn Sa’ad,
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
4.3 Menerapkan hukum bacaan mim mati (izhhar syafawi, ikhfa syafawi, dan idgham mimi)
56 KELAS V
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 Terbiasa membaca surat al-‘Alaq (96) dan al-Qadr (97) sehari-hari
agama Islam
1.2 Meyakini kebenaran adanya malam Lailatul Qadar
1.3 Meyakini bahwa mempelajari Al-Qur’an dan hadis adalah ibadah
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Menjauhi sifat munafik sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang ciri-ciri orang
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
munafik riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah,
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
…‫َث‬
ٌ ‫ق ثَال‬
ُ ‫آيَ ُة ا ْل‬
ِ ِ‫م َناف‬
tetangganya
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan surat al-Qadr (97)
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin 3.2 Memahami isi kandungan surat al-Qadr (97)
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan 3.3 Menerjemahkan hadis tentang ciri-ciri orang munafik riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
Hurairah,
rumah, di sekolah dan tempat bermain
…‫َث‬
ٌ ‫ق ثَال‬
ُ ‫آيَ ُة ا ْل‬
ِ ِ‫م َناف‬
3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang ciri-ciri orang munafik riwayat Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah,
…‫َث‬
ٌ ‫م َنافِقِ ثَال‬
ُ ‫آيَ ُة ا ْل‬
3.5 Memahami hukum bacaan waqaf dan washal
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Melafalkan surat al-‘Alaq (96) secara benar dan fasih
yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang 4.2 Menghafalkan surat al-‘Alaq (96) secara benar dan fasih
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak 4.3 Menghafalkan hadis tentang ciri-ciri orang munafik riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
Hurairah,
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
…‫َث‬
ٌ ‫م َنافِقِ ثَال‬
ُ ‫آيَ ُة ا ْل‬
4.4 Menerapkan hukum bacaan waqaf dan washal
57 KELAS VI
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 Terbiasa membaca surat al-Dluhaa (93) sehari-hari
agama Islam
1.2 Menghayati nilai yang terkandung dalam surat al-Dluhaa (93)
1.3 Meyakini bahwa memberi lebih utama daripada meminta-minta
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Memiliki perilaku peduli terhadap kaum dlu’afa sebagai implementasi dari pemahaman
surat al-Dluha (93)
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan 2.2 Terbiasa berperilaku suka memberi sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang
keutamaan memberi riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Umar,
tetangganya
…‫الس ْفلَى‬
‫ن ا ْليَ ِد‬
‫ﱡ‬
َ ‫ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْليَا‬
َ ‫خ ْي ٌر ِم‬
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan surat al-Dluhaa (93)
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin 3.2 Memahami isi kandungan surat al-Dluhaa (93)
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan 3.3 Menerjemahkan hadis tentang keutamaan memberi riwayat Bukhari dan Muslim dari
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
Abdullah ibn ‘Umar,
rumah, di sekolah dan tempat bermain
…‫الس ْفلَى‬
‫ن ا ْليَ ِد‬
‫ﱡ‬
َ ‫ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْليَا‬
َ ‫خ ْي ٌر ِم‬
3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang keutamaan memberi riwayat Bukhari dan Muslim
dari Abdullah ibn ‘Umar,
3.5 Memahami hukum bacaan mad thabi’i dan mad far’i (mad wajib muttashil dan mad jaiz
munfashil)
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa
yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
4.1 Melafalkan surat al-Dluhaa (93) secara benar dan fasih
4.2 Menghafalkan surat al-Dluhaa (93) secara benar dan fasih
4.3 Menghafalkan hadis tentang keutamaan memberi riwayat Bukhari dan Muslim dari
Abdullah ibn ‘Umar,
4.4 Menerapkan hukum bacaan mad thabi’i dan mad far’i (mad wajib muttashil dan mad jaiz
munfashil)
58 KELAS VI
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran 1.1 Terbiasa membaca surat al-Bayyinah (98) sehari-hari
agama Islam
1.2 Meyakini bahwa setiap manusia pasti mati dan menerima balasan amal perbuatannya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung 2.1 Memiliki perilaku suka beramal shalih sebagai implementasi dari pemahaman hadis
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
tentang amal shalih riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
…‫ة‬
ٍ َ‫ن ثَالَث‬
ُ ‫س‬
َ َ‫ان ا ْن َقط‬
َ ‫إِذَا َم‬
َ ‫ع َع ْن ُه َع‬
َ ‫اإل ْن‬
ْ ‫مل ُُه إِال ﱠ ِم‬
ِ ‫ات‬
tetangganya
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara 3.1 Menerjemahkan hadis tentang amal shalih riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin
…‫ة‬
ٍ َ‫ن ثَالَث‬
ُ ‫س‬
َ َ‫ان ا ْن َقط‬
َ ‫إِذَا َم‬
َ ‫ع َع ْن ُه َع‬
َ ‫اإل ْن‬
ْ ‫مل ُُه إِال ﱠ ِم‬
ِ ‫ات‬
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan 3.2 Memahami isi kandungan hadis tentang amal shalih riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di
…‫ة‬
ٍ َ‫ن ثَالَث‬
ُ ‫س‬
َ َ‫ان ا ْن َقط‬
َ ‫إِذَا َم‬
َ ‫ع َع ْن ُه َع‬
َ ‫اإل ْن‬
ْ ‫مل ُُه إِال ﱠ ِم‬
ِ ‫ات‬
rumah, di sekolah dan tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa 4.1 Melafalkan surat surat al-Bayyinah (98) secara benar dan fasih
yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang 4.2 Menghafalkan surat al-Bayyinah (98) secara benar dan fasih
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak 4.3 Menghafalkan hadis tentang amal shalih riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
…‫ة‬
ٍ َ‫ن ثَالَث‬
ُ ‫س‬
َ َ‫ان ا ْن َقط‬
َ ‫إِذَا َم‬
َ ‫ع َع ْن ُه َع‬
َ ‫اإل ْن‬
ْ ‫مل ُُه إِال ﱠ ِم‬
ِ ‫ات‬
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
59 a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
KELAS VII
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam
KOMPETENSI DASAR
1.1 Meyakini Al-Qur’an sebagai pedoman hidup
1.2 Meyakini isi kandungan hadis tentang ciri iman yang diterima oleh Allah Swt
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, 2.1 Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), 2.2 Terbiasa beribadah dan berdo’a sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Faatihah
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
(1), an-Naas (114), al-Falaq (113), dan al-Ikhlaash (112) dalam kehidupan sehari-hari
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam 2.3 Terbiasa beribadah sebagai implementasi dari pemahaman hadis tentang ibadah yang
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
diterima oleh Allah Swt
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
3.1
3.2
3.3
3.4
Memahami pengertian dan fungsi Al-Qur’an dan hadis
Memahami cara-cara memfungsikan Al-Qur’an dan hadis
Memahami perilaku orang yang mencintai Al-Qur’an dan hadis
Memahami isi kandungan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), dan alIkhlaash (112) tentang tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah
3.5 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang iman yang diterima oleh Allah Swt dan
hadis tentang ibadah yang diterima oleh Allah Swt dalam fenomena kehidupan dan
akibatnya
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
4.1 Melafalkan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), dan al-Ikhlaash (112)
secara fasih dan tartil
4.2 Menghafalkan surat al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq (113), dan al-Ikhlaash (112)
secara fasih dan tartil
4.3 Menulis hadis tentang iman yang diterima oleh Allah Swt dan menulis hadis tentang ibadah
yang diterima oleh Allah Swt
4.4 Menerjemahkan hadis tentang iman yang diterima oleh Allah Swt dan menulis hadis tentang
60 ibadah yang diterima oleh Allah Swt
4.5 Menghafalkan hadis tentang iman yang diterima oleh Allah Swt dan menulis hadis tentang
ibadah yang diterima oleh Allah Swt
61 KELAS VII
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam
1.1 Meyakini pentingnya sikap tasamuh
1.2 Meyakini bahwa Allah Maha Suci dan Maha Pengampun
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
2.1 Memiliki sikap tasamuh sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Kaafiruun (109),
al-Bayyinah (98) dan hadis tentang toleransi dalam kehidupan sehari-hari
2.2 Memiliki sikap optimis dan istiqamah dalam berdakwah sebagai implementasi dari
pemahaman surat al-Lahab (111) dan al-Nashr (110) dalam kehidupan sehari-hari
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
3.1 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-Kaafiruun (109) dan al-Bayyinah (98)
tentang membangun kehidupan umat beragama dalam fenomena kehidupan
3.2 Memahami isi kandungan surat al-Kaafiruun (109) dan al-Bayyinah (98) tentang toleransi
3.3 Memahami isi kandungan surat al-Lahab (111) dan al-Nashr (110) tentang problematika
dakwah
3.4 Memahami isi kandungan hadis tentang tasamuh
3.5 Mengetahui contoh perilaku yang mencerminkan toleransi sesuai surat al-Kaafiruun (109),
al-Bayyinah (98), dan hadis tentang tasamuh
4.1 Menerapkan hukum bacaan qalqalah dalam surat al-Kaafiruun (109) dan al-Bayyinah (98),
dan surat-surat pendek pilihan
4.2 Menulis hadis tentang sikap tasamuh
4.3 Menerjemahkan hadis tentang sikap tasamuh
4.4 Menghafal hadis tentang sikap tasamuh
62 KELAS VIII
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam
1.1 Meyakini bahwa setiap rezeki telah ditentukan oleh Allah Swt
1.2 Menghayati keutamaan tolong menolong dan menyantuni anak yatim
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, 2.1 Memiliki sikap peduli sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Kautsar (108) dan alMaa’uun (107)
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara 2.2 Memiliki sikap tolong menolong dan mencintai anak yatim sesuai isi kandungan Al-Qur’an
dan hadis
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, 3.1 Memahami isi kandungan surat al-Quraisy (106) dan al-Insyirah (94) tentang ketentuan
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
rezeki dari Allah Swt
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, 3.2 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-Quraisy (106) dan al-Insyirah (94) tentang
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
ketentuan rezeki dari Allah Swt
mata
3.3 Memahami isi kandungan surat al-Kautsar (108) dan al-Maa’uun (107) tentang kepedulian
sosial dalam fenomena kehidupan
3.4 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-Kautsar (108) dan al-Maa’uun (107) tentang
kepedulian sosial dalam fenomena kehidupan
3.5 Memahami isi kandungan surat al-Kaafiruun (109) dan al-Bayyinah (98) tentang toleransi
3.6 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang perilaku tolong menolong dan mencintai
anak yatim dalam fenomena kehidupan dan akibatnya
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/ teori
4.1 Menerapkan hukum bacaan mad ‘iwadl, mad layyin, dan mad ‘aridl lissukun dalam suratsurat pendek
4.2 Menulis hadis tentang tolong menolong dan mencintai anak yatim
4.3 Menerjemahkan hadis tentang tolong menolong dan mencintai anak yatim
4.4 Menghafal hadis tentang tolong menolong dan mencintai anak yatim
63 KELAS VIII
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam
KOMPETENSI DASAR
1.1 Meyakini pentingnya menerapkan pola hidup seimbang antara dunia dan akhirat
1.2 Meyakini akibat sikap buruk sebagaimana kandungan surat al-Humazah (104) dan alTakatsur (102)
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, 2.1 Terbiasa menghindari sikap buruk sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Humazah
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),
(104) dan al-Takatsur (102)
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara 2.2 Memiliki perilaku keseimbangan hidup dunia dan akhirat
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, 3.1 Memahami isi kandungan surat al-Humazah (104) dan al-Takatsur (102)
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin 3.2 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-Humazah (104) dan al-Takatsur (102) tentang
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
sifat cinta dunia dan melupakan kebahagiaan hakiki dalam fenomena kehidupan
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak 3.3 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang perilaku keseimbangan hidup di dunia
mata
dan akhirat dengan fenomena kehidupan dan akibatnya
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
4.1
4.2
4.3
4.4
Menerapkan hukum bacaan lam dan ra surat al-Humazah (104) dan al-Takatsur (102)
Menulis hadis tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat
Menerjemahkan hadis tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat
Menghafal hadis tentang keseimbangan hidup di dunia dan akhirat
64 KELAS IX
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam
1.1 Meyakini pentingnya menjaga kelestarian alam
1.2 Meyakini kekuasaan Allah pada fenomena alam yang terjadi
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
2.1 Terbiasa menyikapi dengan baik fenomena alam sebagai implementasi dari pemahaman
surat al-Qari’ah (101) dan al-Zalzalah (99)
2.2 Memiliki sikap peduli terhadap lingkungan sebagai implementasi dari pemahaman hadis
tentang tentang kelestarian alam
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
3.1 Memahami isi kandungan surat al-Qari’ah (101) dan al-Zalzalah (99) tentang fenomena
alam
3.2 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-Qari’ah (101) dan al-Zalzalah (99) tentang
fenomena alam dalam kehidupan
3.3 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang perilaku menjaga dan melestarikan
lingkungan alam dengan fenomena kehidupan dan akibatnya
4.1 Menerapkan hukum bacaan mad shilah, mad badal, mad tamkin, dan mad farqi dalam surat
al-Qari’ah (101) dan al-Zalzalah (99) dan surat-surat pendek pilihan
4.2 Menulis hadis tentang menjaga dan melestarikan lingkungan alam
4.3 Menerjemahkan hadis tentang menjaga dan melestarikan lingkungan alam
4.4 Menghafal hadis tentang menjaga dan melestarikan lingkungan alam
65 KELAS IX
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama Islam
KOMPETENSI DASAR
1.1 Meyakini pentingnya memanfaatkan waktu dan mencari ilmu
1.2 Menghayati fenomena alam sebagai sumber ilmu pengetahuan
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, 2.1 Memiliki semangat menghargai waktu dan menuntut ilmu sebagai implementasi dari
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong),
pemahaman surat al-‘Ashr (103), al-‘Alaq (96), dan hadis tentang menghargai waktu dan
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara
menuntut ilmu
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, 3.1 Memahami isi kandungan surat al-‘Ashr (103) dan al-‘Alaq (96) tentang menghargai waktu
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
dan menuntut ilmu
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, 3.2 Memahami keterkaitan isi kandungan surat al-‘Ashr (103) dan al-‘Alaq (96) tentang
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
menghargai waktu dan menuntut ilmu
mata
3.3 Memahami keterkaitan isi kandungan hadis tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu
4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
Menerapkan hukum bacaan mad lazim mukhaffaf kilmi dan mutsaqqal kilmi dalam Al-Qur’an
Menerapkan hukum bacaan mad lazim mukhaffaf harfi dan mutsaqqal harfi dalam Al-Qur’an
Menulis hadis tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu
Menerjemahkan hadis tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu
Menghafal hadis tentang menghargai waktu dan menuntut ilmu
66 b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tingkat Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
KELAS X
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1
dianutnya
1.2
1.3
1.4
1.5
Menghayati keautentikan Al-Qur’an sebagai wahyu Allah Swt
Berpegang teguh kepada Al-Qur’an sebagai pedoman hidup
Memfungsikan Al-Qur’an secara tepat dan benar dalam kehidupan sehari-hari
Menghayati nilai-nilai yang terdapat pada pokok-pokok isi Al-Qur’an
Mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan, baik sebagai hamba Allah maupun khalifah-Nya di
bumi sebagaimana yang terkandung dalam surat al-Mu’minuun/23: 12-14; an-Nahl/16: 78;
al-Baqarah/2: 30-32; dan adz-Dzaariyah/51: 56
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsifdan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
2.1 Menunjukkan sikap teguh memegang amanah sebagai implementasi atas keteguhan Nabi
Muhammad dalam menerima dan menjaga keaslian Al-Qur’an
2.2 Memiliki sikap cermat dalam bertindak sebagai implementasi dari program indek yang
disusun dengan teliti
2.3 Menunjukkan sikap keluhuran budi sebagai implementasi dari pemahaman fungsi Al-Qur’an
2.4 Memiliki sikap-sikap yang mencerminkan fungsi manusia, baik sebagai hamba Allah maupun
khalifah-Nya di bumi sebagaimana yang terkandung dalam surat al-Mu’minuun/23: 12-14;
an-Nahl/16: 78; al-Baqarah/2: 30-32; dan adz-Dzaariyah/51: 56
3. Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab
fenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Memahami pengertian Al-Qur’an menurut para ulama
Menjelaskan bukti keautentikan Al-Qur’an
Memahami tujuan dan fungsi Al-Qur’an
Memahami pokok-pokok isi Al-Qur’an
Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan tugasnya sebagai hamba Allah dan
khalifah di bumi pada surat al-Mu’minuun/23: 12-14; an-Nahl/16: 78; al-Baqarah/2: 30-32;
dan adz-Dzaariyah/51: 56
67 kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak
terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
4.1
4.2
4.3
4.4
Mendeskripsikan substansi pengertian Al-Qur’an yang disampaikan para ulama
Menyajikan bukti-bukti keautentikan Al-Qur’an
Mensimulasikan tujuan dan fungsi Al-Qur’an
Menggunakan indek pencarian ayat-ayat Al-Qur’an dalam kitab-kitab klasik dan elektrik
(kontemporer)
4.5 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang manusia dan
tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi pada surat al-Mu’minuun/23: 12-14; anNahl/16: 78; al-Baqarah/2: 30-32; dan adz-Dzaariyah/51: 56
68 KELAS X
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1 Meyakini hadis shahih dan hadis hasan sebagai dasar Islam
dianutnya
1.2 Berpegang teguh pada hadis shahih dan hasan sebagai pedoman dalam berislam
1.3 Menghayati nilai keikhlasan dalam beribadah
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, 2.1 Menunjukkan sikap kritis dalam mengamalkan hadis sebagai dasar beribadah dalam Islam
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, 2.2 Menunjukkan perilaku ibadah dan amaliah sehari-hari yang berdasarkan fungsi hadis
terhadap Al-Qur’an
kerjasama, toleran, damai), santun, responsifdan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian 2.3 Memiliki sikap ikhlas dalam beribadah sebagai implementasi tentang keikhlasan dalam
beribadah pada surat al-An’aam/6: 162-163; al-Bayyinah/98: 5; dan hadis riwayat Bukhari
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
dari Aisyah,
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
…‫ح ﱠتى تَ َت َفطﱠ َر َق َد َما ُه‬
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
َ ‫ل‬
َ ‫وم ِم‬
ُ ‫َكانَ َي ُق‬
ِ ‫ن اللﱠ ْي‬
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab
fenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
3.1 Memahami pengertian hadis, sunnah, khabar, dan atsar
3.2 Menjelaskan unsur-unsur hadis (sanad, matan, rawi, dan rijalul hadis)
3.3 Memahami macam-macam sunnah (qauliyah, fi’liyah, taqririyah, dan hammiyah) dan
fungsinya terhadap Al-Qur’an
3.4 Memahami pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya
3.5 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah pada surat alAn’aam/6: 162-163; al-Bayyinah/98: 5; dan hadis riwayat Bukhari dari Aisyah,
…‫ح ﱠتى تَ َت َفطﱠ َر َق َد َما ُه‬
َ ‫ل‬
َ ‫وم ِم‬
ُ ‫َكانَ يَ ُق‬
ِ ‫ن اللﱠ ْي‬
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah 4.1 Mendeskripsikan substansi perbedaan dan persamaan pengertian hadis, sunnah, khabar,
konkret dan ranah abstrak
terkait dengan
dan atsar
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah 4.2 Mempresentasikan unsur-unsur penyusun hadis (sanad, matan, rawi, dan rijalul hadis)
69 secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda 4.3 Mempresentasikan macam-macam sunnah (qauliyah, fi’liyah, taqriiriyah, dan haammiyah)
dan fungsinya terhadap Al-Qur’an
sesuai kaidah keilmuan.
4.4 Mempresentasikan pembagian hadis dari segi kuantitas dan kualitasnya
4.5 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan dalam
beribadah pada surat al-An’aam/6: 162-163; al-Bayyinah/98: 5; dan hadis riwayat Bukhari
dari Aisyah,
…‫ح ﱠتى تَ َت َفطﱠ َر َق َد َما ُه‬
َ ‫ل‬
َ ‫وم ِم‬
ُ ‫َكانَ يَ ُق‬
ِ ‫ن اللﱠ ْي‬
70 KELAS XI
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1 Menghayati nilai-nilai yang terkait dengan taat kepada orang tua dan guru sebagaimana
dianutnya
tuntunan Al-Qur’an dan hadis
1.2 Menghayati nilai-nilai yang terkait dengan mujahadah al-nafs, husnu al-zhan, dan ukhuwah
1.3 Menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji
1.4 Menghayati nilai-nilai toleransi intern umat beragama dan antar umat beragama
1.5 Menghayati nilai-nilai keilmuan
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, 2.1 Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan guru sebagai implementasi
disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
dari pemahaman surat al-Israa/17: 23-24; Luqmaan/31: 13-17; dan hadis riwayat Muslim
kerjasama, toleran, damai), santun, responsifdan
dari Abu Hurairah,
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian
…‫م أَ ْن ُفه‬
ِ ‫م َر‬
ِ ‫َر‬
ِ ‫م َر‬
َ ‫غ‬
َ ‫غ‬
َ ‫غ‬
‫م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ‬
‫م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ‬
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Amru,
… ‫اس َت ْأ َذنَ ُه فِي ا ْلجِ َھا ِد‬
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
َ
ْ ‫ي َف‬
ٌ ‫ج‬
ُ ‫جا َء َر‬
ِ ّ ‫ل إِلَى ال ﱠن ِب‬
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai 2.2 Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujaahadah al-nafs), prasangka baik (husnu al-zhan),
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
dan persaudaraan (ukhuwah) sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Anfaal/8: 72;
Ali Imraan/3: 133-136; dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah,
...‫ح ِديث‬
َ ‫َب ا ْل‬
ْ ‫إِيﱠاك‬
‫ن َف ِإنﱠ الظﱠ ﱠ‬
‫ُم َوالظﱠ ﱠ‬
ُ ‫ن أَ ْكذ‬
2.3 Menunjukkan perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan keji sebagai
implementasi dari pemahaman surat al-Israa/17: 32; al-Nuur/24: 2; dan hadis riwayat
Bukhari dari Abu Hurairah,
...‫ن‬
ِ ‫ال َ يَ ْزنِي ال ﱠزانِي‬
ْ ‫ين يَ ْزنِي َو‬
َ ‫ح‬
ٌ ‫ھ َو ُم ْؤ ِم‬
2.4 Memiliki sikap toleransi dan menjunjung tinggi etika dan pergaulan sebagai implementasi
dari pemahaman surat al-Kaafiruun/109: 1-6; Yuunus/10: 40-41; al-Kahfi/18: 29; alHujurat/49: 10-13; dan hadis riwayat Ahmad dari Ibn ‘Abbas,
...‫ليس منا من لم يوقر كبيرنا و يرحم صغيرنا‬
2.5 Menunjukkan sikap semangat menuntut ilmu dan menyampaikan kepada sesama sebagai
implementasi dari pemahaman surat al-Taubah/9: 122; al-Mujaadalah/58: 11; hadis riwayat
71 Ibn Majah dari Anas ibn Malik,
Dan hadis riwayat Bukhari dari Abdullah ibn ‘Amr,
...‫سلِم‬
َ ‫م َف ِري‬
ٌ ‫ض‬
ِ ‫ب ا ْل ِع ْل‬
ْ ‫ل ُم‬
ّ ِ ‫ة َعلَى ُك‬
ُ َ‫طَل‬
...‫ل‬
َ ‫بَ ِل ّ ُغوا َع ِنّي َولَ ْو آيَ ًة َو‬
َ ‫س َرائِي‬
ْ ِ‫ن بَ ِني إ‬
ْ ‫دثُوا َع‬
ِّ ‫ح‬
3. Memahami,
menerapkan,
menganalisis 3.1 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat dan patuh kepada orang tua dan
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
guru pada surat al-Israa/17: 23-24; Luqmaan/31: 13-17; dan hadis riwayat Muslim dari Abu
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
Hurairah,
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
…‫م أَ ْن ُفه‬
ِ ‫م َر‬
ِ ‫م َر‬
ِ ‫َر‬
َ ‫غ‬
َ ‫غ‬
َ ‫غ‬
‫م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ‬
‫م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ‬
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Amru,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
… ‫اس َت ْأ َذنَ ُه فِي ا ْلجِ َھا ِد‬
َ
ْ ‫ي َف‬
ٌ ‫ج‬
ُ ‫جا َء َر‬
ِ ّ ‫ل إِلَى ال ﱠن ِب‬
penyebab
fenomena
dan
kejadian,
serta 3.2 Memahami manfaat dan hikmah kontrol diri (mujaahadah al-nafs), prasangka baik (husnu
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
al-zhan), dan persaudaraan (ukhuwah) yang terdapat pada surat al-Anfaal/8: 72; Ali
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
Imraan/3: 133-136; dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah,
minatnya untuk memecahkan masalah.
...‫ح ِديث‬
َ ‫َب ا ْل‬
ْ ‫إِيﱠاك‬
‫ن َف ِإنﱠ الظﱠ ﱠ‬
‫ُم َوالظﱠ ﱠ‬
ُ ‫ن أَ ْكذ‬
3.3 Menganalisis larangan pergaulan bebas dan perbuatan keji yang terdapat pada surat alIsraa/17: 32; al-Nuur/24: 2; dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah,
...‫ن‬
ِ ‫ال َ َي ْزنِي ال ﱠزانِي‬
ْ ‫ين يَ ْزنِي َو‬
َ ‫ح‬
ٌ ‫ھ َو ُم ْؤ ِم‬
3.4 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang sikap toleransi dan menjunjung tinggi etika dan
pergaulan pada surat al-Kaafiruun/109: 1-6; Yuunus/10: 40-41; al-Kahfi/18: 29; alHujurat/49: 10-13; dan hadis riwayat Ahmad dari Ibn ‘Abbas,
...‫ليس منا من لم يوقر كبيرنا و يرحم صغيرنا‬
3.5 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kewajiban menuntut ilmu dan menyampaikan
kepada sesama pada surat al-Taubah/9: 122; al-Mujaadalah/58: 11; dan hadis riwayat Ibn
Majah dari Anas ibn Malik,
...‫سلِم‬
َ ‫م َف ِري‬
ٌ ‫ض‬
ِ ‫ب ا ْل ِع ْل‬
ْ ‫ل ُم‬
ّ ِ ‫ة َعلَى ُك‬
ُ َ‫طَل‬
Dan hadis riwayat Bukhari dari Abdullah ibn ‘Amr,
...‫ل‬
َ ‫س َرائِي‬
َ ‫بَ ِل ّ ُغوا َع ِنّي َولَ ْو آيَ ًة َو‬
ْ ِ‫ن بَ ِني إ‬
ْ ‫دثُوا َع‬
ِّ ‫ح‬
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah 4.1 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku hormat
konkret dan ranah abstrak
terkait dengan
dan patuh kepada orang tua dan guru pada surat al-Israa/17: 23-24; Luqmaan/31: 13-17;
72 pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
4.2
4.3
4.4
4.5
…‫م أَ ْن ُفه‬
ِ ‫م َر‬
ِ ‫َر‬
ِ ‫م َر‬
َ ‫غ‬
َ ‫غ‬
َ ‫غ‬
‫م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ‬
‫م أَ ْن ُف ُه ُث ﱠ‬
Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn ‘Amru,
… ‫اس َت ْأ َذنَ ُه فِي ا ْلجِ َھا ِد‬
َ
ْ ‫ي َف‬
ٌ ‫ج‬
ُ ‫جا َء َر‬
ِ ّ ‫ل إِلَى ال ﱠن ِب‬
Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang kontrol diri
(mujaahadah al-nafs), prasangka baik (husnu al-dhan), dan persaudaraan (ukhuwah) pada
surat al-Anfaal/8: 72; Ali Imraan/3: 133-136; dan hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah,
...‫ح ِديث‬
َ ‫َب ا ْل‬
ْ ‫إِيﱠاك‬
‫ن َف ِإنﱠ الظﱠ ﱠ‬
‫ُم َوالظﱠ ﱠ‬
ُ ‫ن أَ ْكذ‬
Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang larangan
pergaulan bebas dan perbuatan keji pada surat al-Israa/17: 32; al-Nuur/24: 2; dan hadis
riwayat Bukhari dari Abu Hurairah,
...‫ن‬
ِ ‫ال َ َي ْزنِي ال ﱠزانِي‬
ْ ‫ين يَ ْزنِي َو‬
َ ‫ح‬
ٌ ‫ھ َو ُم ْؤ ِم‬
Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang toleransi dan
menjunjung tinggi etika dan pergaulan pada surat al-Kaafiruun/109: 1-6; Yuunus/10: 40-41;
al-Kahfi/18: 29; al-Hujurat/49: 10-13; dan hadis riwayat Ahmad dari Ibn ‘Abbas,
...‫ليس منا من لم يوقر كبيرنا و يرحم صغيرنا‬
Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang semangat
menuntut ilmu dan menyampaikan kepada sesama pada surat al-Taubah/9: 122; alMujaadalah/58: 11; dan hadis riwayat Ibn Majah dari Anas ibn Malik,
...‫سلِم‬
َ ‫م َف ِري‬
ٌ ‫ض‬
ِ ‫ب ا ْل ِع ْل‬
ْ ‫ل ُم‬
ّ ِ ‫ة َعلَى ُك‬
ُ َ‫طَل‬
Dan hadis riwayat Bukhari dari Abdullah ibn ‘Amr,
...‫ل‬
َ ‫س َرائِي‬
َ ‫بَ ِل ّ ُغوا َع ِنّي َولَ ْو آيَ ًة َو‬
ْ ِ‫ن بَ ِني إ‬
ْ ‫دثُوا َع‬
ِّ ‫ح‬
73 KELAS XI
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1
dianutnya
1.2
1.3
1.4
KOMPETENSI DASAR
Menghayati
Menghayati
Menghayati
Menghayati
nilai-nilai tanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat
nilai-nilai kompetitif dan kerjasama dalam kebaikan
nilai-nilai etos kerja dalam kehidupan sehari-hari
rasa syukur atas nikmat Allah Swt
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, 2.1 Menunjukkan perilaku tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Tahriim/66: 6; Thaahaa/20: 132; altoleran, damai), santun, responsifdan pro-aktif dan
An’aam/6: 70; an-nisaa/4: 36; Huud/11: 117-119; hadis riwayat Bukhari dari Abdullah
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
ibn ‘Umar,
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
...‫عيﱠتِه‬
ِ ‫ن َر‬
ْ ‫ل َع‬
ْ ‫م َم‬
ْ ‫ُم َراعٍ َو ُكلﱡ ُك‬
ْ ‫ُكلﱡك‬
ٌ ‫س ُؤو‬
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
Hadis riwayat Abu Daud dari al-Rabi’ ibn Sabrah,
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
...‫ين‬
َ َ‫صال َ ِة إِذَا بَل‬
ِ ‫ع‬
َ ‫س ْب‬
َ ِ‫سن‬
َ ‫غ‬
‫ى بِال ﱠ‬
‫ص ِب ﱠ‬
‫ُم ُروا ال ﱠ‬
pergaulan dunia.
Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah,
...‫السال َم‬
‫س َر ﱡد‬
َ ‫م‬
ِ ِ‫سل‬
ِ ِ‫سل‬
َ
ْ ‫خ‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
‫ﱠ‬
ٌ ‫م‬
ُ ‫م َعلَى ا ْل‬
ُ ‫حقﱡ ا ْل‬
2.2 Menunjukkan sikap kompetitif dalam kebaikan sebagai implementasi dari pemahaman
surat al-Baqarah/2: 148; Faathir/35: 32; an-Nahl/16: 97; dan hadis riwayat Ibn Majah
dari Jabir ibn Abdullah,
...‫مو ُتوا‬
َ ‫وبوا إِلَى ﷲِ َق ْب‬
ُ َ‫ل أَنْ ت‬
ُ ‫ ُت‬،‫اس‬
ُ ‫يَاأَيﱡ َھا ال ﱠن‬
2.3 Memiliki etos kerja yang tinggi sebagai implementasi dari pemahaman surat alJumu’ah/62: 9-11; al-Qashaash/28: 77; hadis riwayat Ibn Majah dari Miqdam,
ْ َ‫سبًا أ‬
...‫ل يَ ِد ِه‬
َ ‫ن َع‬
َ َ‫طي‬
َ ‫س‬
َ ‫َما َك‬
ْ ‫ب ِم‬
ْ ‫ل َك‬
ُ ‫ج‬
ُ ‫الر‬
‫ب ﱠ‬
ِ ‫م‬
Dan hadis riwayat Ibn Majah dari Urwah dari ayahnya dari kakeknya,
...‫ل‬
َ َ‫جب‬
َ ‫ي ا ْل‬
َ ِ‫ح ُبلَ ُه َفيَ ْأت‬
َ َ‫خ َذ أ‬
ْ َ‫ُم أ‬
ْ ‫ح ُدك‬
ُ ‫َألَنْ يَ ْأ‬
2.4 Memiliki sikap selektif terhadap makanan dengan memilih makanan yang halal dan baik
sebagai implementasi dari pemahaman surat al-Baqarah/2: 128-169; al-Baqarah/2: 172173; hadis riwayat Abu Daud,
...‫ل‬
ِ ‫ُم بِ َھذَا ا ْل ُق ْرآ‬
ِ ‫م فِي‬
ٍ ‫ح َال‬
َ ‫ن‬
َ ‫ما َو‬
َ ‫ن َف‬
ْ ‫ج ْد ُت‬
ْ ‫َعلَ ْيك‬
ْ ‫ه ِم‬
74 Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah,
...‫ل إِ ﱠالطَ ِي ّبًا‬
ٌ ّ ‫اس إِنﱠ اللﱠ َه طَ ِي‬
ُ ‫يَاأَيﱡ َھاال ﱠن‬
ُ َ‫ب َاليَ ْقب‬
2.5 Menunjukkan perilaku mensyukuri nikmat Allah dalam kehidupan sehari-hari sebagai
implementasi dari pemahaman surat al-Zukhruf/43: 9-13; al-‘Ankabuut/29: 17; hadis
riwayat Ahmad dari Asy’ab,
‫ش َك َر ال ﱠن‬
...‫م لِل ﱠناس‬
ِ ‫اس لِلﱠ‬
َ ‫ه َع ﱠز َو‬
ْ َ‫إِنﱠ أ‬
ْ ‫ھ‬
ُ ‫ش َك ُر‬
ْ َ‫ل أ‬
‫ج ﱠ‬
ِ
Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah,
...‫اس‬
َ ‫شك ُُر ال ﱠن‬
ْ َ‫ن َال ي‬
ْ ‫شك ُُر اللﱠ َه َم‬
ْ َ‫َالي‬
Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
...‫ُم‬
َ ‫س َف‬
ْ ‫ا ْنظ ُُروا إِلَى َم‬
ْ ‫ل ِم ْنك‬
ْ َ‫ن أ‬
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan 3.1 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
masyarakat yang terdapat pada surat al-Tahriim/66: 6; Thaahaa/20: 132; al-An’aam/6:
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
70; an-nisaa/4: 36; Huud/11: 117-119; hadis riwayat Bukhari dari Abdullah ibn ‘Umar,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
...‫عيﱠتِه‬
ِ ‫ن َر‬
ْ ‫ل َع‬
ْ ‫ُم َم‬
ْ ‫ُم َراعٍ َو ُكلﱡك‬
ْ ‫ُكلﱡك‬
ٌ ‫س ُؤو‬
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
Hadis riwayat Abu Daud dari al-Rabi’ ibn Sabrah,
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
...‫ين‬
َ َ‫صال َ ِة إِذَا بَل‬
ِ ‫ع‬
َ ‫س ْب‬
َ ِ‫سن‬
َ ‫غ‬
‫ى بِال ﱠ‬
‫ص ِب ﱠ‬
‫ُم ُروا ال ﱠ‬
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah,
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
...‫السال َم‬
‫س َر ﱡد‬
َ ‫م‬
ِ ِ‫سل‬
ِ ِ‫سل‬
َ
ْ ‫خ‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
‫ﱠ‬
ٌ ‫م‬
ُ ‫م َعلَى ا ْل‬
ُ ‫حقﱡ ا ْل‬
minatnya untuk memecahkan masalah.
3.2 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan yang terdapat pada
surat al-Baqarah/2: 148; Faathir/35: 32; an-Nahl/16: 97; dan hadis riwayat Ibn Majah
dari Jabir ibn Abdullah,
...‫مو ُتوا‬
َ ‫وبوا إِلَى ﷲِ َق ْب‬
ُ َ‫ل أَنْ ت‬
ُ ‫ ُت‬،‫اس‬
ُ ‫يَا أَيﱡ َھا ال ﱠن‬
3.3 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang etos kerja yang tinggi yang terdapat pada surat
al-Jumu’ah/62: 9-11; al-Qashaash/28: 77; hadis riwayat Ibn Majah dari Miqdam,
ْ َ‫سبًا أ‬
...‫ل يَ ِد ِه‬
َ ‫ن َع‬
َ َ‫طي‬
َ ‫س‬
َ ‫َما َك‬
ْ ‫ب ِم‬
ْ ‫ل َك‬
ُ ‫ج‬
ُ ‫الر‬
‫ب ﱠ‬
ِ ‫م‬
Dan hadis riwayat Ibn Majah dari Urwah dari ayahnya dari kakeknya,
...‫ل‬
َ َ‫جب‬
َ ‫ي ا ْل‬
َ ِ‫ح ُبلَ ُه َفيَ ْأت‬
َ َ‫خ َذ أ‬
ْ َ‫ُم أ‬
ْ ‫ح ُدك‬
ُ ‫َألَنْ يَ ْأ‬
3.4 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang makanan yang halal dan baik yang terdapat pada
surat al-Baqarah/2: 128-169; al-Baqarah/2: 172-173; hadis riwayat Abu Daud,
75 Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah,
...‫ل‬
ِ ‫ُم بِ َھذَا ا ْل ُق ْرآ‬
ِ ‫م فِي‬
ٍ ‫ح َال‬
َ ‫ن‬
َ ‫ما َو‬
َ ‫ن َف‬
ْ ‫ج ْد ُت‬
ْ ‫َعلَ ْيك‬
ْ ‫ه ِم‬
... ‫ل إِ ﱠالطَ ِي ّبًا‬
ٌ ّ ‫اس إِنﱠ اللﱠ َه طَ ِي‬
ُ َ‫ب َاليَ ْقب‬
ُ ‫َ◌اأَيﱡ َھاال ﱠن‬
3.5 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang mensyukuri nikmat Allah dalam kehidupan
sehari-hari yang terdapat pada surat al-Zukhruf/43: 9-13; al-‘Ankabuut/29: 17; hadis
riwayat Ahmad dari Asy’ab,
...‫م لِل ﱠناس‬
‫ش َك َر ال ﱠن‬
ِ ‫اس لِلﱠ‬
َ ‫ه َع ﱠز َو‬
ْ ‫ھ‬
ُ ‫ش َك ُر‬
ْ َ‫ل أ‬
ْ َ‫إِنﱠ أ‬
‫ج ﱠ‬
ِ
Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah,
...‫اس‬
َ ‫شك ُُر ال ﱠن‬
ْ َ‫ن َال ي‬
ْ ‫شك ُُر اللﱠ َه َم‬
ْ َ‫َالي‬
Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
...‫ُم‬
َ ‫س َف‬
ْ ‫ل ِم ْنك‬
ْ َ‫ن أ‬
ْ ‫ا ْنظ ُُروا إِلَى َم‬
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang tanggung
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat pada surat al-Tahriim/66: 6;
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
Thaahaa/20: 132; al-An’aam/6: 70; an-nisaa/4: 36; Huud/11: 117-119; hadis riwayat
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
Bukhari dari Abdullah ibn ‘Umar,
keilmuan.
...‫عيﱠتِه‬
ِ ‫ن َر‬
ْ ‫ل َع‬
ْ ‫ُم َم‬
ْ ‫ُم َراعٍ َو ُكلﱡك‬
ْ ‫ُكلﱡك‬
ٌ ‫س ُؤو‬
Hadis riwayat Abu Daud dari al-Rabi’ ibn Sabrah,
...‫ين‬
َ َ‫صال َ ِة إِذَا بَل‬
ِ ‫ع‬
َ ‫س ْب‬
َ ِ‫سن‬
َ ‫غ‬
‫ى بِال ﱠ‬
‫ص ِب ﱠ‬
‫ُم ُروا ال ﱠ‬
Dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah,
...‫السال َم‬
‫س َر ﱡد‬
َ ‫م‬
ِ ِ‫سل‬
ِ ِ‫سل‬
َ
ْ ‫خ‬
ْ ‫م‬
ْ ‫م‬
‫ﱠ‬
ٌ ‫م‬
ُ ‫م َعلَى ا ْل‬
ُ ‫حقﱡ ا ْل‬
4.2 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi
dalam kebaikan pada surat al-Baqarah/2: 148; Faathir/35: 32; an-Nahl/16: 97; dan hadis
riwayat Ibn Majah dari Jabir ibn Abdullah,
...‫مو ُتوا‬
َ ‫وبوا إِلَى ﷲِ َق ْب‬
ُ ‫ ُت‬،‫اس‬
ُ ‫يَا أَيﱡ َھا ال ﱠن‬
ُ َ‫ل أَنْ ت‬
4.3 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang etos kerja
yang tinggi pada surat al-Jumu’ah/62: 9-11; al-Qashaash/28: 77; hadis riwayat Ibn
Majah dari Miqdam,
ْ َ‫س ًبا أ‬
...‫ل يَ ِد ِه‬
َ ‫ن َع‬
َ ‫ط َي‬
َ ‫س‬
َ ‫َما َك‬
ْ ‫ب ِم‬
ْ ‫ل َك‬
ُ ‫ج‬
ُ ‫الر‬
‫ب ﱠ‬
ِ ‫م‬
Dan hadis riwayat Ibn Majah dari Urwah dari ayahnya dari kakeknya,
...‫ل‬
َ َ‫جب‬
َ ‫ي ا ْل‬
َ ِ‫ح ُبلَ ُه َفيَ ْأت‬
َ َ‫خ َذ أ‬
ْ ‫ح ُدك‬
ُ ‫َألَنْ يَ ْأ‬
ْ َ‫ُم أ‬
76 4.4 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang makanan yang
halal dan baik pada surat al-Baqarah/2: 128-169; al-Baqarah/2: 172-173; hadis riwayat
Abu Daud,
...‫ل‬
ِ ‫م فِي‬
ِ ‫ُم بِ َھذَا ا ْل ُق ْرآ‬
ٍ ‫ح َال‬
َ ‫ن‬
َ ‫ما َو‬
َ ‫ن َف‬
ْ ‫ه ِم‬
ْ ‫ج ْد ُت‬
ْ ‫َعلَ ْيك‬
Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Abu Hurairah,
...‫ل إِ ﱠالطَ ِي ّ ًبا‬
ٌ ّ ‫اس إِنﱠ اللﱠ َه طَ ِي‬
ُ ‫َ◌اأَيﱡ َھاال ﱠن‬
ُ َ‫ب َاليَ ْقب‬
4.5 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang mensyukuri
nikmat Allah dalam kehidupan sehari-hari pada surat al-Zukhruf/43: 9-13; al‘Ankabuut/29: 17; hadis riwayat Ahmad dari Asy’ab,
‫ش َك َر ال ﱠن‬
...‫م لِل ﱠناس‬
ِ ‫اس لِلﱠ‬
َ ‫ه َع ﱠز َو‬
ْ ‫ھ‬
ُ ‫ش َك ُر‬
ْ َ‫ل أ‬
ْ َ‫إِنﱠ أ‬
‫ج ﱠ‬
ِ
Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah,
...‫اس‬
َ ‫شك ُُر ال ﱠن‬
ْ َ‫ن َال ي‬
ْ ‫شك ُُر اللﱠ َه َم‬
ْ َ‫َالي‬
Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
...‫ُم‬
َ ‫س َف‬
ْ ‫ل ِم ْنك‬
ْ َ‫ن أ‬
ْ ‫ا ْنظ ُُروا إِلَى َم‬
77 KELAS XII
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1
dianutnya
1.2
1.3
1.4
KOMPETENSI DASAR
Mengamalkan pola hidup sederhana dan gemar menyantuni dlu’afa
Menghayati nilai sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan
Mengamalkan nilai-nilai yang terkait dengan kelestarian lingkungan hidup
Bertindak dan berfikir secara ilmiah dalam beragama
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, 2.1 Menunjukkan perilaku hidup sederhana dan gemar menyantuni dlu’afa sebagai
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
implementasi dari pemahaman surat al-Furqaan/25: 67; al-Israa/17: 26-27 dan 29-30;
toleran, damai), santun, responsifdan pro-aktif dan
al-Qashaash/28: 79-82; al-Baqarah/2: 177; al-Maa’uun (107); hadis riwayat Ibn Majah
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
dan Ahmad dari Abdullah ibn ‘Amru,
‫ھذَا‬
berbagai permasalahan bangsa serta memosisikan diri
... ُ‫الس َرف‬
ِ ‫صلﱠى اللﱠ ُه َعلَ ْي‬
ِ ‫ل اللﱠ‬
َ ‫ل َما‬
‫ھ َو يَ َت َو ﱠ‬
َ ‫ض ُأ َفقَا‬
َ ِ‫م َم ﱠرب‬
َ ‫سلﱠ‬
َ ‫ه َو‬
َ ‫ه‬
َ ‫سو‬
ُ ‫س ْع ٍد َو‬
‫ﱠ‬
ُ ‫أَنﱠ َر‬
sebagai agen transformasi masyarakat dalam
Dan hadis riwayat Bukhari dari Hakim ibn Hiram,
membangun peradaban bangsa dan dunia.
...‫الس ْفلَى‬
‫ن ا ْليَ ِد‬
‫ﱡ‬
َ ‫ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْل َيا‬
ْ ‫خ ْي ٌر ِم‬
2.2 Menunjukkan perilaku sabar dalam menghadapi ujian dan memiliki sikap optimis sebagai
implementasi dari pemahaman surat al-Baqarah/2: 155-157; Ali Imraan/3: 186; hadis
riwayat Muslim dari Shuhaib,
...‫ح ٍد‬
َ ‫ن إِنﱠ أَ ْم َر ُه ُكلﱠ ُه‬
َ ‫َع‬
َ َ ‫ك ِأل‬
َ ‫س ذَا‬
َ ‫خ ْي ٌر َولَ ْي‬
ُ ‫جبًا ِأل َ ْم ِر ا ْل‬
ِ ‫م ْؤ ِم‬
Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Mus’ab ibn Sa’ad dari ayahnya,
... ‫قلت يارسول ﷲ أي الناس أشد بالء قال األنبياء‬
2.3 Menunjukkan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup sebagai implementasi dari
pemahaman surat al-Ruum/30: 41-42; al-A’raaf/7: 56-58; Shaad/38: 27; al-Furqaan/25:
45-50; al-Baqarah/2: 204-206; dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas ibn Malik,
...‫ُل ِم ْن ُه‬
ً ‫س غَ ْر‬
ٍ ‫س ِل‬
ْ ‫ن ُم‬
ْ ‫َما ِم‬
ُ ‫سا أَ ْو يَ ْز َر ُع َز ْرعً ا َف َي ْأك‬
ُ ‫ْر‬
ِ ‫م يَغ‬
2.4 Memiliki perilaku dan cara berfikir ilmiah sebagai implementasi dari pemahaman surat al‘Alaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; al-Baqarah/2: 164; dan hadis riwayat Abu Daud dari Abu
Darda,
ْ َ‫ك طَ ِري ًقا ي‬
...‫ة‬
ِ ‫ج ﱠن‬
ِ ِ‫ك اللﱠ ُه ب‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ُب فِي‬
ً ‫ع ْل‬
ِ ‫ن ط ُُر‬
َ ‫ق ا ْل‬
َ َ‫سل‬
َ ‫ما‬
َ َ‫سل‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ه طَ ِري ًقا ِم‬
ْ ‫َم‬
ُ ‫طل‬
78 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan 3.1 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang pola hidup sederhana dan gemar menyantuni
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
dlu’afa yang terdapat pada surat al-Furqaan/25: 67; al-Israa/17: 26-27 dan 29-30; alingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
Qashaash/28: 79-82; al-Baqarah/2: 177; al-Maa’uun (107); hadis riwayat Ibn Majah dan
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
Ahmad dari Abdullah ibn ‘Amru,
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
... ُ‫الس َرف‬
‫ھذَا‬
ِ ‫صلﱠى اللﱠ ُه َعلَ ْي‬
ِ ‫ل اللﱠ‬
َ ‫ل َما‬
‫ھ َو يَ َت َو ﱠ‬
َ ‫ض ُأ َفقَا‬
َ ِ‫م َم ﱠرب‬
َ ‫سلﱠ‬
َ ‫ه َو‬
َ ‫ه‬
َ ‫سو‬
ُ ‫س ْع ٍد َو‬
‫ﱠ‬
ُ ‫أَنﱠ َر‬
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
Dan hadis riwayat Bukhari dari Hakim ibn Hiram,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
...‫الس ْفلَى‬
‫ن ا ْليَ ِد‬
‫ﱡ‬
َ ‫ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْليَا‬
ْ ‫خ ْي ٌر ِم‬
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan 3.2 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang sabar dalam menghadapi ujian dan memiliki
minatnya untuk memecahkan masalah.
sikap optimis yang terdapat pada surat al-Baqarah/2: 155-157; Ali Imraan/3: 186; hadis
riwayat Muslim dari Shuhaib,
...‫ح ٍد‬
َ ‫ن إِنﱠ أَ ْم َر ُه ُكلﱠ ُه‬
َ َ ‫ك ِأل‬
َ ‫س ذَا‬
َ ‫خ ْي ٌر َولَ ْي‬
َ ‫َع‬
ُ ‫ج ًبا ِأل َ ْم ِر ا ْل‬
ِ ‫م ْؤ ِم‬
Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Mus’ab ibn Sa’ad dari ayahnya,
... ‫قلت يارسول ﷲ أي الناس أشد بالء قال األنبياء‬
3.3 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang menjaga kelestarian lingkungan hidup yang
terdapat pada surat al-Ruum/30: 41-42; al-A’raaf/7: 56-58; Shaad/38: 27; alFurqaan/25: 45-50; al-Baqarah/2: 204-206; dan hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari
Anas ibn Malik,
...‫ُل ِم ْن ُه‬
ً ‫س غَ ْر‬
ٍ ِ‫سل‬
ْ ‫ن ُم‬
ْ ‫َما ِم‬
ُ ‫سا أَ ْو يَ ْز َر ُع َز ْرعً ا َفيَ ْأك‬
ُ ‫ْر‬
ِ ‫م يَغ‬
3.4 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku dan cara berfikir ilmiah yang terdapat
pada surat al-‘Alaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; al-Baqarah/2: 164; dan hadis riwayat Abu
Daud dari Abu Darda,
ْ َ‫ك طَ ِري ًقا ي‬
...‫ة‬
ِ ‫ج ﱠن‬
ِ ِ‫ك اللﱠ ُه ب‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ُب فِي‬
ً ‫ع ْل‬
ِ ‫ن ط ُُر‬
َ ‫ق ا ْل‬
َ َ‫سل‬
َ ‫ما‬
َ َ‫سل‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ه طَ ِري ًقا ِم‬
ْ ‫َم‬
ُ ‫طل‬
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang pola hidup
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
sederhana dan gemar menyantuni dlu’afa pada surat al-Furqaan/25: 67; al-Israa/17: 26yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
27 dan 29-30; al-Qashaash/28: 79-82; al-Baqarah/2: 177; al-Maa’uun (107); hadis
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
riwayat Ibn Majah dan Ahmad dari Abdullah ibn ‘Amru,
keilmuan.
... ُ‫الس َرف‬
‫ھذَا‬
ِ ‫صلﱠى اللﱠ ُه َعلَ ْي‬
ِ ‫ل اللﱠ‬
َ ‫ل َما‬
‫ھ َو يَ َت َو ﱠ‬
َ ِ‫م َم ﱠرب‬
َ ‫سلﱠ‬
َ ‫ه َو‬
َ ‫ه‬
َ ‫سو‬
َ ‫ض ُأ َفقَا‬
ُ ‫س ْع ٍد َو‬
‫ﱠ‬
ُ ‫أَنﱠ َر‬
Dan hadis riwayat Bukhari dari Hakim ibn Hiram,
...‫الس ْفلَى‬
‫ن ا ْليَ ِد‬
‫ﱡ‬
َ ‫ا ْليَ ُد ا ْل ُع ْل َيا‬
ْ ‫خ ْي ٌر ِم‬
4.2 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang sabar dalam
79 menghadapi ujian dan memiliki sikap optimis pada surat al-Baqarah/2: 155-157; Ali
Imraan/3: 186; hadis riwayat Muslim dari Shuhaib,
...‫ح ٍد‬
َ ‫ن إِنﱠ أَ ْم َر ُه ُكلﱠ ُه‬
َ َ ‫ك ِأل‬
َ ‫س ذَا‬
َ ‫خ ْي ٌر َولَ ْي‬
َ ‫َع‬
ُ ‫جبًا ِأل َ ْم ِر ا ْل‬
ِ ‫م ْؤ ِم‬
Dan hadis riwayat Tirmidzi dari Mus’ab ibn Sa’ad dari ayahnya,
... ‫قلت يارسول ﷲ أي الناس أشد بالء قال األنبياء‬
4.3 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang menjaga
kelestarian lingkungan hidup pada surat al-Ruum/30: 41-42; al-A’raaf/7: 56-58;
Shaad/38: 27; al-Furqaan/25: 45-50; al-Baqarah/2: 204-206; dan hadis riwayat Bukhari
dan Muslim dari Anas ibn Malik,
...‫ُل ِم ْن ُه‬
ً ‫س غَ ْر‬
ٍ ِ‫سل‬
ْ ‫ن ُم‬
ْ ‫َما ِم‬
ُ ‫سا أَ ْو يَ ْز َر ُع َز ْرعً ا َفيَ ْأك‬
ُ ‫ْر‬
ِ ‫م يَغ‬
4.4 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang perilaku dan
cara berfikir ilmiah pada surat al-‘Alaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; al-Baqarah/2: 164; dan
hadis riwayat Abu Daud dari Abu Darda,
ْ َ‫ك طَ ِري ًقا ي‬
...‫ة‬
ِ ِ‫ك اللﱠ ُه ب‬
ِ ‫ه‬
ِ ‫ُب فِي‬
ِ ‫ج ﱠن‬
ً ‫ع ْل‬
ِ ‫ن ط ُُر‬
َ َ‫سل‬
َ ‫ما‬
َ َ‫سل‬
َ ‫ن‬
َ ‫ق ا ْل‬
ْ ‫ه طَ ِري ًقا ِم‬
ْ ‫َم‬
ُ ‫طل‬
80 KELAS XII
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1
dianutnya
1.2
1.3
1.4
KOMPETENSI DASAR
Melakukan dakwah dengan hikmah, mau’idhah hasanah, dan perdebatan yang baik
Melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara tepat dengan tangan, lisan, dan hati
Menghayati nilai-nilai demokratis dalam kehidupan sehari-hari
Menghayati nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, 2.1 Menunjukkan perilaku dalam dakwah yang baik sebagai implementasi dari pemahaman
surat an-Nahl/16: 125; al-Syu’araa/26: 214-216; al-Hijr/15: 94-96; dan hadis riwayat
tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
Muslim dari Abu Hurairah,
toleran, damai), santun, responsifdan pro-aktif dan
ْ ‫ن‬
...‫ج ِر‬
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
ْ َ ‫األ‬
ْ ‫ھ ًدى َكانَ لَ ُه ِم‬
ُ ‫ن َد َعا إِلَى‬
ْ ‫َم‬
berbagai permasalahan bangsa serta memosisikan diri 2.2 Menunjukkan perilaku yang mencerminkan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar dalam
kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman surat Ali Imraan/3: 104;
sebagai agen transformasi masyarakat dalam
hadis riwayat Ibn Majah dari Qais ibn Hazim,
membangun peradaban bangsa dan dunia.
...‫إن الناس إذا رأوا المنكر‬
Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Said,
َ ‫ُم ُم ْن‬
...‫ك ًرا َف ْل ُي َغ ِي ّ ْر ُه بِيَ ِد ِه‬
ْ ‫ن َرأَى ِم ْنك‬
ْ ‫َم‬
2.3 Memiliki sikap demokratis dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari
pemahaman surat Ali Imraan/3: 159; al-Syuuraa/42: 38; hadis riwayat Muslim dari Malik
al-Asyaja’i,
...‫خيارأئمتكم الذين تحبونھم‬
Dan hadis riwayat Bukhari,
ْ ‫ت‬
‫َم َتى‬
...‫اع َة‬
‫ظ ْر‬
ِ ‫األ َ َمانَ ُة َفا ْن َت‬
َ ‫الس‬
َ ‫الس‬
ْ ‫ضيِ ّ َع‬
َ ‫اع ُة َقا‬
ُ ‫ل َفإِذَا‬
‫ﱠ‬
‫ﱠ‬
2.4 Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari
pemahaman surat al-Maaidah/5: 8-10; al-Taubah/9: 119; an-Nahl/16: 90-92; an-nisaa/4:
105; dan hadis riwayat Muslim dari Abdullah,
َ ‫صّ ْد‬
‫ة‬
ِ ‫ق َف ِإنﱠ ال‬
ِ ‫ُم بِال‬
ِ ‫ج ﱠن‬
ِ ‫صّ ْد‬
َ ‫ق يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل ِب ِرّ َوإِنﱠ ا ْل ِب ﱠر يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل‬
ْ ‫َعلَ ْيك‬
81 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan 3.1 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang kewajiban berdakwah yang baik yang terdapat
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
pada surat an-Nahl/16: 125; al-Syu’araa/26: 214-216; al-Hijr/15: 94-96; dan hadis
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
ْ ‫ن‬
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
...‫ج ِر‬
ْ َ ‫األ‬
ْ ‫ھ ًدى َكانَ لَ ُه ِم‬
ُ ‫ن َد َعا إِلَى‬
ْ ‫َم‬
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan 3.2 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
sehari-hari yang terdapat pada surat Ali Imraan/3: 104; hadis riwayat Ibn Majah dari
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
Qais ibn Hazim,
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
...‫إن الناس إذا رأوا المنكر‬
minatnya untuk memecahkan masalah.
Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Said,
َ ‫ُم ُم ْن‬
...‫ك ًرا َف ْل ُي َغ ِي ّ ْر ُه بِيَ ِد ِه‬
ْ ‫ن َرأَى ِم ْنك‬
ْ ‫َم‬
3.3 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang demokrasi dalam kehidupan sehari-hari yang
terdapat pada surat Ali Imraan/3: 159; al-Syuuraa/42: 38; hadis riwayat Muslim dari
Malik al-Asyaja’i,
...‫خيارأئمتكم الذين تحبونھم‬
Dan hadis riwayat Bukhari,
ْ ‫ت‬
...‫اع َة‬
‫ظ ْر‬
‫َم َتى‬
ِ ‫األ َ َمانَ ُة َفا ْن َت‬
َ ‫الس‬
َ ‫الس‬
ْ ‫ض ِي ّ َع‬
َ ‫اع ُة َقا‬
ُ ‫ل َف ِإذَا‬
‫ﱠ‬
‫ﱠ‬
3.4 Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang jujur dalam kehidupan sehari-hari yang terdapat
pada surat al-Maaidah/5: 8-10; al-Taubah/9: 119; an-Nahl/16: 90-92; an-nisaa/4: 105;
dan hadis riwayat Muslim dari Abdullah,
َ ‫صّ ْد‬
‫ة‬
ِ ‫ج ﱠن‬
ِ ‫ق َفإِنﱠ ال‬
ِ ‫م بِال‬
ِ ‫صّ ْد‬
َ ‫ق يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل ِب ِرّ َوإِنﱠ ا ْل ِب ﱠر يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل‬
ْ ‫َعلَ ْي ُك‬
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang kewajiban
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
berdakwah yang baik pada surat an-Nahl/16: 125; al-Syu’araa/26: 214-216; al-Hijr/15:
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
94-96; dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
ْ ‫ن‬
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
...‫ج ِر‬
ْ َ ‫األ‬
ْ ‫ھ ًدى َكانَ لَ ُه ِم‬
ُ ‫ن َد َعا إِلَى‬
ْ ‫َم‬
keilmuan.
4.2 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang amar ma’ruf
nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari pada surat Ali Imraan/3: 104; hadis riwayat
Ibn Majah dari Qais ibn Hazim,
...‫إن الناس إذا رأوا المنكر‬
Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Said,
َ ‫ُم ُم ْن‬
...‫ك ًرا َف ْل ُي َغ ِي ّ ْر ُه بِيَ ِد ِه‬
ْ ‫ن َرأَى ِم ْنك‬
ْ ‫َم‬
82 4.3 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang demokrasi
dalam kehidupan sehari-hari pada surat Ali Imraan/3: 159; al-Syuuraa/42: 38; hadis
riwayat Muslim dari Malik al-Asyaja’i,
...‫خيارأئمتكم الذين تحبونھم‬
Dan hadis riwayat Bukhari,
ْ ‫ت‬
...‫اع َة‬
‫ظ ْر‬
‫َم َتى‬
ِ ‫األ َ َمانَ ُة َفا ْن َت‬
َ ‫الس‬
َ ‫الس‬
ْ ‫ض ِي ّ َع‬
َ ‫اع ُة َقا‬
ُ ‫ل َف ِإذَا‬
‫ﱠ‬
‫ﱠ‬
4.4 Mendemonstrasikan hafalan dan arti per-kata ayat-ayat Al-Qur’an tentang jujur dalam
kehidupan sehari-hari pada surat al-Maaidah/5: 8-10; al-Taubah/9: 119; an-Nahl/16: 9092; an-nisaa/4: 105; dan hadis riwayat Muslim dari Abdullah,
َ ‫صّ ْد‬
‫ة‬
ِ ‫ج ﱠن‬
ِ ‫ق َفإِنﱠ ال‬
ِ ‫ُم بِال‬
ِ ‫صّ ْد‬
َ ‫ق يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل ِب ِرّ َوإِنﱠ ا ْل ِب ﱠر يَ ْھ ِدي إِلَى ا ْل‬
ْ ‫َعلَ ْيك‬
83 c. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Program Peminatan Ilmu Tafsir
KELAS X
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
KOMPETENSI DASAR
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
Meyakini kebenaran Al-Qur’an yang harus diterima dan diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari
Menghayati sejarah penafsiran Al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad Saw sahabat,
tabi’in, dan periode pembukuan tafsir (tadwin)
Menghayati usaha tokoh mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an pada periode sahabat,
tabi’in, dan periode pembukuan tafsir (tadwin)
Menerima prosedur menafsirkan Alquran sesuai kaidah penafsiran yang shahih
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung 2.1 Memiliki sikap sebagaimana seorang mufassir pada masa Nabi Muhammad Saw sahabat,
jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
tabi’in, dan periode pembukuan tafsir (tadwin)
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro- 2.2 Memiliki sikap tokoh mufassir yang dalam usahanya menafsirkan Alquran
aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi
atas
berbagai
permasalahan
bangsa
dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami,
menerapkan
dan
menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
3.1.
Memahami pengertian Al-Qur’an
3.2.
Memahami pengertian ilmu tafsir, tafsir, ta’wil dan terjemah Al-Qur’an
3.3.
Memahami metode menafsirkan Alquran sesuai kaidah penafsiran yang shahih
3.4.
Mengetahui sejarah tafsir pada periode Nabi Muhammad Saw sahabat, tabi’in, dan
periode pembukuan tafsir (tadwin)
84 memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
4.1
4.2
4.3
4.4
Mendeskripsikan pengertian Al-Qur’an
Mencontohkan ilmu tafsir, ta’wil dan terjemah Al-Qur’an
Mendeskripsikan perbedaan antara ilmu tafsir, ta’wil, dan terjemah Alquran
Menceritakan sejarah penafsiran Al-Qur’an pada periode Nabi Muhammad SAW sahabat,
Tabi’in, dan periode pembukuan tafsir (tadwin)
85 KELAS X
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
KOMPETENSI DASAR
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
Menghayati qira’at Alquran
Meyakini asbab nuzul Alquran
Meyakini munasabah dalam menafsirkan Alquran
Meyakini naskh Alquran
Meyakini kegunaan kaidah tafsir dalam menafsirkan Alquran
Menghayati metode tafsir Al-Qur’an bil ma’tsur dan tafsir Al-Qur’an bil ra’yi
Memahami ragam model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran
(perbandingan), dan maudlu’i (tematik)
2.1. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan qira’at Al-Qur’an
2.2. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan asbab nuzul Al-Qur’an
2.3. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan munasabah Al-Qur’an
2.4. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan naskh Al-Qur’an
2.5. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan kaidah-kaidah penafsiran dalam memahami Al-Qur’an
2.6. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan metode penafsiran Al-Qur’an bil ma’tsur dan bil ra’yi
2.7. Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran
(perbandingan), dan maudlu’i (tematik)
3. Memahami,
menerapkan
dan
menganalisis 3.1. Memahami qira’at Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam 3.2. Memahami asbab nuzul Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan 3.3. Memahami munasabah Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi
atas
berbagai
permasalahan
bangsa
dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
86 humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
3.4. Memahami naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
3.5. Memahami kaidah-kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an; jama’, mufrad, mudzakkar,
mu’annats, dlamir, nakirah, ma’rifah, sual wal jawab
3.6. Memahami metode tafsir Al-Qur’an bil ma’tsur dan bir ra’yi serta mengenal contohcontohnya
3.7. Memahami model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran
(perbandingan), dan maudlu’i (tematik)
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
Mencontohkan qira’at Al-Qur’an yang sahih
Mencontohkan beberapa asbab nuzul Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
Mencontohkan munasabah dalam menafsirkan Al-Qur’an
Mencontohkan naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an
Mencontohkan kaidah dalam menafsirkan Al-Qur’an
Mencontohkan kitab tafsir yang menggunakan metode bil ma’tsur dan bil ra’yi
Mencontohkan model kitab tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran
(perbandingan), dan maudlu’i (tematik)
87 KELAS XI
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
Membaca Alquran dengan tartil dalam kehidupan sehari-hari
Meyakini kebenaran kandungan Al-Qur’an tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang kebesaran dan kekuasaan Allah
Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang syukur atas nikmat Allah
Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang perilaku amar ma’ruf nahi munkar
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi
atas
berbagai
permasalahan
bangsa
dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
2.1 Memiliki sikap taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya sesuai kandungan Qs. an-Nuur/24:
54 dan an-Nisaa/4: 80
2.2 Memiliki sikap kebesaran dan kekuasaan Allah sesuai kandungan Al-Qur’an dalam anNahl/16: 65-70; al-Baqarah/2: 164; Qs. an-Nahl/16: 72; al-Israa/17: 12; dan alAnbiyaa/21: 30
2.3 Memiliki sikap bersyukur atas nikmat Allah sesuai kandungan Qs. az-Zukhruf/43: 9-13
dan al-’Ankabuut/29: 17
2.4 Memiliki sikap amar ma’ruf nahi munkar sesuai kandungan Qs. Ali ʻImraan/3: 104; alMaa’idah/5: 78-80; dan ash-Shaaf/61: 3
3. Memahami,
menerapkan,
dan
menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab
phenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
3.1 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya dalam
Qs. an-Nuur/24: 54 dan an-Nisaa/4: 80
3.2 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang kebesaran dan kekuasaan Allah dalam Qs.
an-Nahl/16: 65-70, al-Baqarah/2: 164; an-Nahl/16: 72; al-Israa/17: 12; dan alAnbiyaa/21: 30
3.3 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang syukur atas nikmat Allah dalam Qs. azZukhruf/43: 9-13 dan Qs. al-’Ankabuut/29: 17
3.4 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang amar ma’ruf nahi munkar dalam Qs. Ali
‘Imraan/3: 104; al- Maa’idah/5: 78-80; dan ash-Shaaf/61: 3
88 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Mencontohkan perilaku orang-orang yang taat kepada Allah Swt dan Rasul-Nya sesuai
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
kandungan Qs. an-Nuur/24: 54 dan an-Nisaa/4: 80
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan 4.2 Mencontohkan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah sesuai dengan kandungan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
Qs. an-Nahl/16: 65-70; al-Baqarah/2: 164; an-Nahl/16: 72; al-Israa/17: 12; dan alAnbiyaa/21: 30
4.3 Melaksanakan cara-cara syukur atas nikmat Allah sesuai kandungan Qs. az-Zukhruf/43:
9-13 dan al-’Ankabuut/29: 17
4.4 Melaksanakan amar maʻruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari sesuai Qs. Ali
‘Imraan/3: 104; al-Maa’idah/5: 78-80; dan ash-Shaaf/61: 3
89 KELAS XI
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
1.1. Membaca Al-Qur’an dengan tartil dalam kehidupan sehari-hari
1.2. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang makanan yang halal dan yang haram
1.3. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang pola hidup sederhana dan perintah
menyantuni para dlu’afa
1.4. Meyakini kandungan Al-Qur’an tentang pemanfaatan kekayaan alam
1.5. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang ujian dan cobaan
1.6. Meyakini kandungan Al-Qur’an tentang toleransi dan etika pergaulan
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif)
dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
2.1 Memiliki sikap yang sesuai kandungan Al-Qur’an tentang makanan yang halal dan yang
haram dalam Qs. al-Baqarah/2: 172-173; al-Maa’idah/5: 87-88; an-Nahl/16: 66, 68-69;
al-Baqarah/2: 219; dan al- Maa’idah/5: 90-91
2.2 Memiliki sikap sederhana sesuai kandungan Qs. al-Qashaash/28: 79-82; al-Israa/17:
26-27, 29-30; dan al-Baqarah/2: 177
2.3 Memiliki sikap melestarikan alam sesuai kandungan Qs. al-Baqarah/2: 267-268 dan alMa’aarij/70: 19-25
2.4 Memiliki sikap sabar dalam menghadapi bermacam-macam kondisi dan situasi sesuai
kandungan Qs. al-Baqarah/2: 155
2.5 Memiliki sikap toleransi dan etika pergaulan sesuai kandungan Qs. al-Kaafiruun/109: 16; Yuunus/10: 40-41; al-Kahf/18: 29; al-Hujurat/49: 10-13; Ali ‘Imraan/3: 103; dan alMujaadilah/58: 11
3. Memahami,
menerapkan,
dan
menganalisis 3.1. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang makanan yang halal dan yang haram dalam
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
Qs. al-Baqarah/2: 172-173; al-Maa’idah/5: 87-88; an-Nahl/16: 66, 68-69; al-Baqarah/2:
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
219; dan al- Maa’idah/5: 90-91
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan 3.2. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang pola hidup sederhana dan perintah
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
menyantuni para dlu’afa dalam Qs. al-Qashaash/28: 79-82; al-Israa/17: 26-27, 29-30;
kenegaraan,
dan
peradaban
terkait
penyebab
dan al-Baqarah/2: 177
90 phenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan 3.3. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang pemanfaatan kekayaan alam dalam Qs. alpengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
Baqarah/2: 267-268 dan al-Ma’aarij/70: 19-25
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk 3.4. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang ujian dan cobaan dalam Qs. al-Baqarah/2:
memecahkan masalah
155
3.5. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang toleransi dan etika pergaulan dalam Qs. alKaafiruun/109: 1-6; Yuunus/10: 40-41; al-Kahf/18: 29; al-Hujurat/49: 10-13; Ali
‘Imraan/3: 103; dan al-Mujaadilah/58: 11
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Mencontohkan makanan dan minuman yang halal dan yang haram sesuai kandungan
Qs. al-Baqarah/2: 172-173; al-Maa’idah/5: 87-88; an-Nahl/16: 66, 68-69; al-Baqarah/2:
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
219; dan al- Maa’idah/5: 90-91
4.2 Menerapkan pola hidup sederhana dan menyantuni dlu’afa sesuai kandungan Qs. almampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
Qashaash/28: 79-82; al-Israa/17: 26-27, 29-30; dan al-Baqarah/2: 177
4.3 Mencontohkan perilaku orang yang memanfaatkan kekayaan alam sesuai kandungan
Qs. al-Baqarah/2: 267-268 dan al-Ma’aarij/70: 19-25
4.4 Menerapkan perilaku sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan sesuai kandungan Qs.
al-Baqarah/2: 155
4.5 Menerapkan perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulan sesuai kandungan Qs.
al-Kaafiruun/109: 1-6; Yuunus/10: 40-41; al-Kahf/18: 29; al-Hujurat/49: 10-13; Ali
‘Imraan/3: 103; dan al-Mujaadilah/58: 11
KELAS XII
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
KOMPETENSI DASAR
1.1. Membaca Al-Qur’an dengan tartil dalam kehidupan sehari-hari
1.2. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang berlaku adil dan jujur
1.3. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang pembinaan pribadi dan keluarga, serta
pembinaan masyarakat secara umum
1.4. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang kewajiban berdakwah
91 1.5. Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga
dan masyarakat
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin, 2.1 Memiliki sikap jujur dan adil sesuai kandungan Qs. al-Maa’idah/5: 8-10; an-Nahl/16: 90tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerjasama,
92; dan an-Nisaa/4: 105
toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif) dan 2.2 Memiliki sikap pembinaan terhadap diri dan keluarga serta masyarakat sesuai
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
kandungan Qs. an-Nisaa/4: 9; al-Baqarah/2: 44-45; an-Nahl/16: 125; dan alberbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
Baqarah/2: 177
efektif, sosial dan alam serta dalam menempatkan diri 2.3 Memiliki sikap sebagai seorang dai sesuai kandungan Al-Qur’an tentang kewajiban
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
berdakwah dalam Qs. an-Nahl/16: 125; asy-Syu‘araa/26: 214-216; dan al-Hijr/15: 9496
2.4 Memiliki sikap bertanggung jawab sesuai kandungan Qs. at-Tahriim/66: 6; Thaahaa/20:
132; al-An‘aam/6: 70; an-Nisaa/4: 36; dan Huud/11: 117-119
3. Memahami,
menerapkan,
menganalisis
dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural , dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya,
dan
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
3.1. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang berlaku adil dan jujur dalam Qs. alMaa’idah/5: 8-10; an-Nahl/16: 90-92; dan an-Nisaa/4: 105
3.2. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang pembinaan pribadi dan keluarga, serta
pembinaan masyarakat secara umum dalam Qs. an-Nisaa/4: 9; al-Baqarah/2: 44-45;
an-Nahl/16: 125; dan al-Baqarah/2: 177
3.3. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang kewajiban berdakwah dalm Qs. an-Nahl/16:
125; asy-Syu‘araa/26: 214-216; dan al-Hijr/15: 94-96
3.4. Memahami kandungan Al-Qur’an tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga
dan masyarakat dalam Qs. at-Tahriim/66: 6; Thaahaa/20: 132; al-An‘aam/6: 70; anNisaa/4: 36; dan Huud/11: 117-119
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam 4.1 Menerapkan perilaku adil dan jujur dalam perkataan dan perbuatan sesuai kandungan
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
Qs. al-Maa’idah/5: 8-10; an-Nahl/16: 90-92; dan an-Nisaa/4: 105
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah 4.2 Menerapkan pembinaan pribadi dan keluarga, serta masyarakat sesuai kandungan Qs.
secara mandiri, serta bertindak secara efektif dan
an- Nisaa/4: 9; al-Baqarah/2: 44-45; an-Nahl/16: 125; dan al-Baqarah/2: 177
kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai 4.3 Menerapkan strategi berdakwah sesuai kandungan Qs. an-Nahl/16: 125; asykaidah keilmuan
Syu‘araa/26: 214-216; dan al-Hijr/15: 94-96
92 4.4 Mencontohkan perilaku bertanggung jawab terhadap keluarga dan masyarakat sesuai
kandungan Qs. at-Tahriim/66: 6; Thaahaa/20: 132; al-An‘aam/6: 70; an-Nisaa/4: 36;
dan Huud/11: 117-119
93 KELAS XII
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang 1.1
dianutnya
1.2
1.3
1.4
Membaca Al-Qur’an dengan tartil dalam kehidupan sehari-hari
Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang kepemimpinan
Menghayati kandungan Al-Qur’an tentang etos kerja seorang muslim
Meyakini kandungan Al-Qur’an tentang penyelesaikan perselisihan, musyawarah, dan
taaruf dalam kehidupan
1.5 Menghayati kandunganAl-Qur’an tentang potensi akal, ilmu pengetahuan, dan teknologi
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerjasama,
toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif, sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
2.1 Memiliki sikap seorang pemimpin sesuai kandungan Qs. an-Nisaa/4: 58-59; an-Nisaa/4:
144; al-Maa’idah/5: 56-57; dan at-Taubah/9: 71
2.2 Memiliki etos kerja pribadi muslim sesuai kandungan Qs. al-Jumu’ah/62: 9-11 dan alQashaash/28: 77
2.3 Memiliki sikap menyelesaikan perselisihan, musyawarah, dan ta‘aruf sesuai kandungan
Qs. Ali ‘Imraan/3: 159; al-Hujurat/49: 9; an-Nisaa/4: 59; al-A‘raaf/7: 199; an-Nahl/16:
126; dan al-Hujurat/49: 13
2.4 Memiliki potensi akal dan ilmu pengetahuan sesuai kandungan Qs. al-Baqarah/2: 164;
Ali ‘Imraan/3: 190-191; al-Aʻraaf/7: 179; al-Israa/17: 36; ar-Rahmaan/55: 1-4, alʻAlaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; dan al-Baqarah/2: 164
3. Memahami,
menerapkan,
menganalisis
dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural , dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya,
dan
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4.1 Mengidentifikasi kandungan Al-Qur’an tentang kepemimpinan dalam Qs. an-Nisaa/4:
58-59; an-Nisaa/4: 144; al-Maa’idah/5: 56-57; dan at-Taubah/9: 71
4.2 Memahami tafsir Al-Qur’an tentang etos kerja pribadi muslim sesuai kandungan Qs. alJumu’ah/62: 9-11 dan al-Qashaash/28: 77
4.3 Menjelaskan kandungan Al-Qur’an tentang menyelesaikan perselisihan, musyawarah,
dan ta’aruf dalam Qs. Ali ‘Imraan/3: 159; al-Hujurat/49: 9; an-Nisaa/4: 59; al-A‘raaf/7:
199; an-Nahl/16: 126; dan al-Hujurat/49: 13
4.4 Memahami kandungan Al-Qur’an tentang potensi akal, ilmu pengetahuan, dan
teknologi dalam Qs. al-Baqarah/2: 164; Ali ‘Imraan/3: 190-191; al-Aʻraaf/7: 179; alIsraa/17: 36; ar-Rahmaan/55: 1-4, al-ʻAlaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; dan al-
94 Baqarah/2: 164
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam 4.1 Mencontohkan perilaku pemimpin yang sesuai dengan kandungan Qs. an-Nisaa/4: 5859; an-Nisaa/4: 144; al-Maa’idah/5: 56-57; dan at-Taubah/9: 71
ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah 4.2 Menerapkan etos kerja pribadi muslim sesuai kandungan Qs. al-Jumu’ah/62: 9-11 dan
al-Qashaash/28: 77
secara mandiri, serta bertindak secara efektif dan
kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai 4.3 Menerapkan cara menyelesaikan perselisihan sesuai kandungan Qs. Ali ‘Imraan/3: 159;
kaidah keilmuan
al-Hujurat/49: 9; an-Nisaa/4: 59; al-A‘raaf/7: 199; an-Nahl/16: 126; dan al-Hujurat/49:
13
4.4 Menerapkan akal untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai kandungan
Qs. al-Baqarah/2: 164; Ali ‘Imraan/3: 190-191; al-Aʻraaf/7: 179; al-Israa/17: 36; arRahmaan/55: 1-4, al-ʻAlaq/96: 1-5; Yuunus/10: 101; dan al-Baqarah/2: 164
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Program Peminatan Ilmu Hadis
KELAS X
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
1.1 Menghayati kondisi hadis berdasarkan teori ulama dahulu
1.2 Meyakini keaslian hadis yang telah dibenarkan oleh para ulama hadis dahulu dan
menjadikannya sebagai hujjah dalam menentukan hukum syar‘i sehari-hari.
1.3 Menerima pendapat-pendapat ulama terpercaya dalam meneliti hadis yang dijadikan
hujjah sehari-hari
1.4 Berkomitmen untuk menggunakan hadis sebagai sumber ajaran agama Islam yang
kedua
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerja sama,
2.1 Membiasakan diri berpikir kritis sebagai implikasi dari materi ilmu hadis
2.2 Merefleksikan perilaku semangat dan objektif dalam meneladani kejujuran para
95 toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, tehnologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
muhadditsin
2.3 Membiasakan berkarya tentang hadis sebagai perwujudan dari spirit para muhadditsin
2.4 Membiasakan perilaku adil dan jujur dalam menyampaikan berita setelah meneladani
perilaku para muhadditsin
2.5 Menunjukkan sikap kritis terhadap orang yang membawa berita atau informasi
3.1 Memahami pengertian dan macam-macam ilmu hadis
3.2 Mengetahui sejarah pemeliharaan dan pembukuan hadis
3.3 Mengetahui sejarah singkat para sahabat yang banyak meriwayatkan hadis (Abu
Hurairah, Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amru bin Ash, Abdullah bin
Abbas, dan Aisyah)
3.4 Mengetahui sejarah singkat para pen-takhrij hadis yang dikenal sebagai penulis alkutub at-tis‘ah al-Mu‘tabarah. (al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i,
Ibnu Majah, Malik bin Anas, Ahmad bin Hanbal, dan ad-Darimi)
4.1 Menunjukkan contoh kitab hadis dirayah dan riwayah
4.2 Menceritakan kondisi hadis dari waktu ke waktu
4.3 Menghafalkan nama, masa hidup, dan peran ulama hadis dalam pemeliharaan hadis
dari waktu ke waktu serta meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari
4.4 Menceritakan kisah ulama hadis dan meneladaninya
96 KELAS X
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya
1.1. Menghayati fungsi dan nilai-nilai ajaran hadis
1.2. Meyakini kedudukan hadis sebagai sumber ajaran agama Islam
1.3. Mengamalkan prinsip-prinsip muhadditsin dalam hal sikap jujur dan adil
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerja sama,
toleran, damai, santun, responsif dan pro-aktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, tehnologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
2.1 Menjaga diri untuk menggunakan hadis sebagai dasar hukum dalam kehidupan seharihari
2.2 Membiasakan sikap selektif dalam memanfaatkan kitab hadis yang akan dijadikan
rujukan
2.3 Membiasakan sikap kritis terhadap kualitas hadis yang digunakan sebagai dasar hukum
2.4 Memperbaiki perilaku sehari-hari dengan berpijak pada hadis yang shahih
2.5 Memiliki kepedulian terhadap keshahihan hadis
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
Memahami kedudukan hadis dan fungsinya dalam menentukan hukum syar‘i
Mengenal macam-macam kitab hadis al-mu‘tabarah
Menganalisis pengelompokkan jenis kitab hadis
Memahami cara-cara sederhana mentakhrij hadis
Memahami tahammul wa ada’ al-hadis
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
Menceritakan fungsi dan kedudukan hadis dalam kehidupan sehari-hari
Menunjukkan karakteristik jenis-jenis kitab hadis yang mu‘tabarah
Mendemonstrasikan kegunaan kitab hadis dalam kehidupan sehari-hari
Mensimulasikan sanad berdasarkan teori tahammul wa ada’ al-hadis
Mempraktikkan cara mencari hadis dari kitab induk hadis (takhrij)
97 98 KELAS XI
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
1.1
1.2
1.3
1.4
2. Menghayati dan mengamalkan
perilaku (jujur, 2.1
disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong, kerja 2.2
sama, toleran, damai, santun, responsif dan pro- 2.3
aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi 2.4
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam 2.5
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan 3.1
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa 3.2
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, tehnologi, 3.3
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan 3.4
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
Menghayati nilai-nilai mempelajari pembagian hadis berdasarkan kuantitas sanad.
Berkomitmen meneladani muhadditsin dalam menggunakan prinsip jarh dan ta‘dil
Meyakini kebenaran informasi yang bersumber dari orang yang adil dan dlabith
Menerima hadis maqbul sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari
Membiasakan sikap selektif dalam memanfaatkan kitab hadis
Membiasakan sikap kritis terhadap kualitas hadis yang digunakan sebagai hujjah
Memiliki perilaku demokratis sebagai implementasi pembagian hadis dari segi kuantitas
sanad
Meneladani perilaku jujur dan adil sebagaimana perilaku muhadditsin
Memperbaiki perilaku sehari-hari dengan berpijak pada hadis yang benar
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan
Menceritakan sifat rijal al-hadis yang dapat diterima periwayatan hadis
Memperagakan contoh jarh dan ta‘dil
Menghafalkan macam-macam hadis dari segi kuantitas sanad
Memperagakan sanad hadis mutawatir dan ahad
4.1
4.2
4.3
4.4
Menganalisis syarat-syarat rijal al-hadis
Memahami jarh dan ta‘dil
Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis mutawatir
Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis ahad
99 100 KELAS XI
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
1.1
1.2
1.3
1.4
Menghayati nilai kejujuran setelah mempelajari pembagian hadis dari segi kualitas sanad
Berkomitmen meneladani sifat muhadditsin dalam menjaga ajaran agama Islam
Meyakini kebenaran informasi yang bersumber dari orang yang adil dan dlabith
Menerima kandungan hadis shahih dan hasan dalam kehidupan sehari-hari
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi
atas
berbagai
permasalahan
bangsa
dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami,
menerapkan,
dan
menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab
phenomena
dan
kejadian,
serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
Membiasakan sikap selektif dalam memanfaatkan hadis
Membiasakan sikap kritis terhadap kualitas hadis yang digunakan sebagai dasar hukum
Membiasakan memilih informasi dari sumber yang paling benar
Merefleksikan kualitas rijal al-hadis dalam kehidupan sehari-hari
Memperbaiki perilaku sehari-hari dengan berpijak pada hadis yang benar
3.1 Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis shahih
3.2 Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis hasan
3.3 Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis dla‘if
3.4 Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis dari segi sifat sanad
3.5 Memahami definisi, macam-macam, contoh, dan kedudukan hadis dari segi
penyandarannya
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret 4.1 Memperagakan sanad hadis dla’if
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari 4.2 Menceritakan kualitas hadis yang dapat dijadikan hujjah
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan 4.3 Mendemonstrasikan perbedaan hadis hasan dan hadis shahih lidzatihi dan lighairihi
101 mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
4.4 Mendemonstrasikan sanad hadis yang tersambung dan terputus
4.5 Memperagakan sifat-sifat sanad
102 KELAS XII
SEMESTER GANJIL
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
Islam
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong,
kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif, sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural , dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian,
serta
menerapkan
pengetahuan
prosedural pada bidang
kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
Meyakini kekuasaan dan keagungan Allah
Menyukuri nikmat Allah
Mengamalkan perintah dan meninggalkan larangan
Berkomitmen mencari rezeki yang halal dan memakan makanan yang halal dan baik
Menghayati nilai-nilai kebaikan yang diperintahkan oleh Allah
Melakukan amar ma’ruf nahi munkar kepada sesama
Berkomitmen menjalankan perintah Allah
Membiasakan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah
Membiasakan berbuat baik dan memakan makanan yang menjadi hak pribadi secara syar’i
Menunjukkan perilaku taat kepada Allah bukan karena orang lain aturan wadl’i yang berlaku
Membiasakan menyukuri nikmat Allah dengan meningkatkan sedekah
Memperbaiki keadaan keluarga dan menyelamatkannya dari sisksa api neraka
3.1 Mengetahui kedudukan dan kandungan hadis tentang keagungan dan kekuasaan Allah
riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah,
...‫الكبرياء ردائي‬
Dan hadis riwayat Muslim dari Ibnu Umar,
‫يطوي ﷲ عزوجل السماوات‬
3.2 Menganalisis kedudukan dan kandungan hadis tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Ibn Basyir,
... ‫من لم يشكر القليل لم يشكر الكثير‬
Dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
... ‫انظروا إلى من أسفل منكم‬
3.3 Memahami kedudukan dan kandungan hadis tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya riwayat
103 Muslim dari Abu Hurairah,
...‫من أطاعني فقد أطاع ﷲ‬
hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah,
... ‫مانھيتكم عنه فاجتنبوه‬
Dan hadis riwayat al-Bukhari dari Abdullah ibnu Umar,
3.4
3.5
3.6
3.7
... ‫السمع والطاعة على المرء المسلم‬
Mengidentifikasi makanan yang halal dan baik yang terkandung dalam hadis riwayat Abu
Dawud,
...‫عليكم بھذاالقرآن فما وجدتم من حالل فأحلوا‬
hadis riwayat Ibnu Majah dari Abdullah ibnu Umar,
... ‫كل مسكرخمر‬
dan hadis riwayat at-Tirmidzi dari Abu Hurairah,
... ‫ياأيھا الناس إن ﷲ طيب اليقبل إال طيبا‬
Memahami perintah tentang kompetisi dalam kebaikan yang terkandung dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah,
...‫خطبنارسول ﷲ فقال ياأيھا الناس توبوا إلى ﷲ قبل أن تموتوا‬
Mendeskripsikan hadis tentang amar ma’ruf nahi mungkar yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari Abu Said,
...‫من رأى منكم منكرا‬
dan riwayat Ibnu Majah dari Abu Hazim,
...‫إن الناس إذا رأو المنكر‬
Memahami konsep dan fakta tanggung jawab terhadap diri, keluarga dan masyarakat
sebagaimana yang terkandung dalam hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah,
...‫حق المسلم على المسلم خمس‬
dan riwayat Abu Dawud dari Sabrah,
...‫مروا الصبي بالصالة‬
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta 4.1 Menghafalkan hadis tentang keagungan Allah, nikmat Allah, taat kepada Allah, makanan yang
halal, berkompetisi dalam kebaikan, dan amar ma’ruf nahi mungkar, dan tanggung jawab
dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
terhadap diri, keluarga dan masyarakat
sekolah secara mandiri, serta bertindak secara 4.2 Mendemonstrasikan sikap taat kepada Allah, syukur nikmat, dan sikap tanggung jawab
104 kepada diri, keluarga dan masyarakat
efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan
4.3 Menceritakan cara memakan makanan yang halal dan baik sesuai teladan Rasulullah Saw.
4.4 Mencontohkan kebaikan sebagai pola dasar amar ma’ruf nahi mungkar
105 KELAS XII
SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
Menerima kaidah memimpin berdasarkan nilai-nilai keadilan
Meyakini keutamaan jujur dan adil dalam beribadah dan berdakwah
Merasakan hidup sederhana dalam kebersamaan, kesetaraan hak dan derajat
Berkomitmen meningkatkan produktifitas bekerja untuk menjalankan perintah Allah
Mentaati perintah Allah dalam mengembangkan bidang keilmuan
Meyakini pentingnya sikap melestarikan alam untuk kemakmuran
Meyakini pentingnya kesabaran dalam menerima ujian dan cobaan dari Allah
1. Menghayati dan mengamalkan perilaku (jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli, gotong royong,
kerjasama, toleran, damai, santun, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif, sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
2.1 Memperbaiki keluarga dan menyelamatkan dari azab neraka sebagaimana ditunjukkan hadishadis
2.2 Menjaga diri untuk berlaku jujur dan adil
2.3 Membiasakan sikap sederhana, semangat dalam bekerja dan menyantuni orang lemah
2.4 Merefleksikan sikap toleran sebagaimana isi hadis
2.5 Meningkatkan penjagaan terhadap kelestarian alam dilingkungannya
2.6 Memotivasi diri untuk meningkatkan keilmuan
2.7 Membiasakan sikap sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan
2.8 Menunjukkan sikap sabar kepada orang lain dalam menghadapi ujian dan cobaan
2.9 Meningkatkan semangat bekerja sebagai isi hadis
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan 3.1 Mengetahui prosedur yang benar dalam menyelesaikan perselisihan sesuai makna yang
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
terkandung dalam hadis riwayat al-Bukhari dari Abdullah ibnu Umar,
prosedural , dan metakognitif berdasarkan rasa
... ‫كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته‬
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
Hadis riwayat Muslim dari Auf bin Malik,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
...‫خيار أئمتكم الذين تحبونھم‬
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
Dan riwayat Muslim dari Ma’qil,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
... ‫ما من عبد يسترعيه‬
kejadian,
serta
menerapkan
pengetahuan 3.2 Memahami konsep adil dan jujur sesuai dengan ajaran hadis riwayat Abu Dawud dari
106 prosedural pada bidang
kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
Buraidah,
.... ‫القضاة ثالثة واحد في الجنة‬
Dan hadis riwayat at-Tirmizi dari Hasan bin Ali,
... ‫دع مايريبك إلى ماال يريبك‬
3.3 Memahami kandungan hadis tentang kesederhanaan yang diriwayatkan oleh Muslim dari
Abdullah bin Amr bin Ash,
.... ‫قدأفلح من أسلم ورزق‬
3.4 Menganalisis hadis tentang menyantuni sebagaimana yang terkandung dalam hadis riwayat
al-Bukhari dari Hakim bin Hisyam,
...‫اليد العليا خيرمن اليد السفلى‬
3.5 Memahami spirit etos kerja pribadi muslim dari hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari
Miqdam,
...‫ماكسب الرجل كسبا أطيب‬
Dan hadis riwayat Ibnu Majah dari Urwah dari ayah dari kakeknya,
...‫ل‬
َ َ‫جب‬
َ ‫ي ا ْل‬
َ ِ‫ح ُبلَ ُه َفيَ ْأت‬
َ َ‫خ َذ أ‬
ْ َ‫ُم أ‬
ْ ‫ح ُدك‬
ُ ‫َألَنْ يَ ْأ‬
3.6 Mengetahui sikap toleransi dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Ibnu Abbas,
...‫ليس منا من لم يوقركبيرنا‬
Dan hadis riwayat Ahmad dari Ubay,
...‫إني بعثت إلى أمة أميين‬
3.7 Menganalisis spirit pengetahuan dan tekhnologi dari hadis Nabi riwayat ibnu Majah dari Anas
bin Malik,
...‫طلب العلم فريضة على كل مسلم وواضع العلم‬
dan riwayat Abu Dawud dari Abu Darda’
...‫إن العالم ليستغفرله من في السموات‬
3.8 Memahami hadis yang memerintahkan untuk melestarikan alam yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud dari salah seorang muhajirin,
....‫ثالثا أسمعه يقول المسلمون شركاء‬
Dan riwayat Muslim dari syadad bin Aus,
... ‫إن ﷲ كتب اإلحسان على كل شيئ‬
3.9 Memahami kandungan hadis tentang ujian dan cobaan yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dari Anas bin Malik,
107 ‫عظم الجزاء مع عظم البالء‬
Dan hadis riwayat Muslim dari Shuhaib,
...‫عجبا ألمر المؤمن إن أمره كله خير‬
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta 4.1 Menghafalkan hadis tentang kepemimpinan, adil dan jujur, sederhana dan menyantuni, etos
kerja pribadi muslim, toleransi dan etika pergaulan, demokrasi, ilmu pengetahuan dan
dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
teknologi, menjaga kelestarian, ujian dan cobaan
sekolah secara mandiri, serta bertindak secara 4.2 Menunjukkan contoh sikap pemimpin yang adil dan jujur dan ber-etos kerja pribadi muslim
efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
tinggi sebagai implementasi dari kandungan hadis
metode sesuai kaidah keilmuan
4.3 Menunjukkan contoh sikap sederhana, menyantuni, toleran dalam sosial, memiliki etika
pergaulan yang baik, sebagai perwujudan dari kandungan hadis Nabi
4.4 Menceritakan perilaku orang yang mengembangkan ilmu pengetahuan dengan tetap
melestarikan lingkungan
4.5 Mendemonstrasikan contoh perilaku orang yang sabar dalam menerima ujian dan cobaan
108 4. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum,
implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK menggunakan
pedoman implementasi kurikulum yang mencakup:
a. Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan;
b. Pedoman Pengembangan Muatan Lokal;
c. Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler;
d. Pedoman Umum Pembelajaran; dan
e. Pedoman Evaluasi Kurikulum
Pada pedoman umum pembelajaran sebagaimana dalam Permendikbud di atas, kegiatan
pembelajaran untuk kurikulum 2013 menggunakan 5 prinsip sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik;
b. Mengembangkan kreativitas peserta didik;
c. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang;
d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika; dan
e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi
dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan
bermakna.
E. Rangkuman
1. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan lima faktor sebagai berikut:
a. Tantangan internal
b. Tantangan eksternal
c. Penyempurnaan pola pikir
d. Penguatan tata kelola kurikulum
e. Penguatan materi
2. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3. Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi
Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau
program. Kompetensi inti merupakan anak tangga yang ditapaki untuk sampai pada
kompetensi lulusan. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan;
109 d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
4. Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus
diperoleh Peserta Didik melalui pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar dibagi
menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokkan kompetensi inti sebagai
berikut:
a. Kelompok 1 dalam rangka menjabarkan KI-1
b. Kelompok 2 dalam rangka menjabarkan KI-2
c. Kelompok 3 dalam rangka menjabarkan KI-3
d. Kelompok 4 dalam rangka menjabarkan KI-4
5. Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian dari lima unsur sebagai berikut:
a. Kompetensi inti
b. Mata pelajaran
c. Beban belajar
d. Kompetensi dasar
e. Muatan pembelajaran pada setiap tingkat satuan pendidikan
6. Kegiatan pembelajaran untuk kurikulum 2013 menggunakan lima prinsip sebagai
berikut:
a. Berpusat pada peserta didik;
b. Mengembangkan kreativitas peserta didik;
c. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang;
d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika; dan
e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai
strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif,
efisien, dan bermakna.
F. Latihan
Tugas
Masing-masing peserta menulis sesuai urutan surat dalam Alquran, surat dan ayat yang
digunakan untuk setiap tingkat satuan pendidikan.
Jawablah pertanyan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang benar!
1. Standar
Kompetensi
Lulusan
Pendidikan
berdasarkan…
a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013
b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013
Dasar
dan
Menengah
ditetapkan
110 c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013
d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013
2. Notasi yang digunakan dalam Kompetensi Inti adalah…
a. KI-1 untuk sikap spiritual; KI-2 untuk sikap sosial; KI-3 untuk pengetahuan; KI-4
untuk keterampilan
b. KI-1 untuk sikap spiritual; KI-2 untuk sikap sosial; KI-3 untuk keterampilan; KI-4
untuk pengetahuan
c. KI-1 untuk sikap sosial; KI-2 untuk sikap spiritual; KI-3 untuk pengetahuan; KI-4
untuk keterampilan
d. KI-1 untuk sikap sosial; KI-2 untuk sikap spiritual; KI-3 untuk keterampilan; KI-4
untuk pengetahuan
3. Di antara notasi yang digunakan dalam Kompetensi Dasar adalah…
a. Kelompok 1 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Sikap Sosial
b. Kelompok 2 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Sikap Sosial
c. Kelompok 3 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Pengetahuan
d. Kelompok 4 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Keterampilan
4. Kerangka
Dasar
dan
Struktur
Kurikulum
Madrasah
Ibtidaiyah
ditetapkan
Tsanawiyah
ditetapkan
berdasarkan…
a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013
b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013
c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013
d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013
5. Kerangka
Dasar
dan
Struktur
Kurikulum
Madrasah
berdasarkan…
a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013
b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013
c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013
d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013
6. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah ditetapkan berdasarkan…
a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013
b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013
c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013
d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013
7. Meyakini bahwa mempelajari Al-Qur’an merupakan ibadah adalah Kompetensi Dasar
yang merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti..
a. Sikap Spiritual
111 b. Sikap Sosial
c. Pengetahuan
d. Keterampilan
8. Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan adalah Kompetensi Dasar
yang merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti…
a. Sikap Spiritual
b. Sikap Sosial
c. Pengetahuan
d. Keterampilan
9. Implementasi Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah ditetapkan
berdasarkan…
a. Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013
b. Permendikbud Nomor 82A Tahun 2013
c. Permendikbud Nomor 83A Tahun 2013
d. Permendikbud Nomor 84A Tahun 2013
10. Di antara prinsip yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk kurikulum 2013
adalah…
a. Berpusat pada pendidik
b. Berpusat pada peserta didik
c. Berpusat pada kepala sekolah
d. Berpusat pada orang tua siswa
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Apa pengertian kurikulum 2013?
2. Sebutkan lima faktor sebab dikembangkannya kurikulum 2013!
3. Sebutkan lima dari sembilan pola fikir yang dikembangkan dalam kurikulum 2013!
4. Sebutkan lima unsur terbentuknya struktur kurikulum 2013!
5. Sebutkan lima prinsip kegiatan pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013!
G. Daftar Pustaka
Peraturan menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan agama Islam dan Bahasa Arab di
Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
112 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 Tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 Tentang
Implementasi Kurikulum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
113 Modul 3
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Untuk Mata Pelajaran Quran Hadis
A. Peta Konsep
PENELITIAN TINDAKAN KELAS Konsep Dasar PTK Prinsip‐prinsip PTK Model‐model PTK Metodologi
Sistematika Proposal KEMAMPUAN GURU DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat:
1. Memahami Konsep Dasar PTK
2. Memahami Prinsip-prinsip PTK
3. Memahami Model-model PTK
4. Memahami Metodologi
5. Memahami Sistematika Proposal
C. Strategi dan Media Pembelajaran
Untuk mempelajari modul ini, instruktur dapat menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe NHT (Numbered Heads Together). Dengan tipe NHT ini, instruktur dapat
menggunakan empat langkah sebagai berikut:
1. Penomoran
Instruktur membagi peserta ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing
kelompok beranggotakan 4 peserta. Setiap peserta diberi nomor dari 1 sampai 4.
Kemudian
Instruktur
menginformasikan
materi
yang
akan
dibahas,
mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara rinci,
menjelaskan model pembelajaran NHT yang akan diterapkan, dan memotivasi
peserta agar timbul rasa ingin tahu tentang konsep-konsep materi yang akan
dipelajari.
114 2. Mengajuan pertanyaan
Instruktur mengajukan pertanyaan kepada masing-masing kelompok. Pertanyaan
yang dijukan dapat berupa essay ataupun berupa data atau kasus untuk
dikomentari sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Berpikir bersama
Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menemukan dan diketahui bersama
jawaban yang tepat dan sesuai
4. Menjawab pertanyaan.
Instruktur memilih nomor dalam masing-masing kelompok secara acak untuk
menjawab pertanyaan. Jika jawaban dari masing-masing perwakilan kelompok
diskusi adalah benar, maka dilanjutkan kepada pertanyaan berikutnya, dan jika
ada jawaban dari mereka tidak tepat dan tidak sesuai, maka instruktur
memberikan penjelasan tentang jawaban yang tepat dan sesuai.
Karena tipe yang digunakan dalam pembelajaran adalah NHT, maka media dan
sumber utama yang digunakan adalah modul dan nomor untuk para peserta, kemudian
Lembar Kerja Kelompok dan alat tulis. Untuk lebih memotivasi peserta, media tambahan
yang dapat digunakan adalah slide yang berisi film dan gambar yang diangkat dari
realitas sebagai fenomena-fenomena yang mana kurikulum 2013 hadir dan dikembangkan
untuk merespon fenomena-fenomena itu.
D. Uraian Materi
1. Konsep Dasar PTK
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bagian dari penelitian tindakan. Penelitian
tindakan merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan
tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah. PTK berarti salah satu strategi pemecahan masalah yang ada di
kelas.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dapat dikemukakan beberapa pengertian tentang
Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang diungkap oleh para ahli:
a. PTK merupakan penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik dalam
rangka memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari
situasi. (Kemmis, 1983)
b. PTK merupakan bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh
peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik
115 pendidikan dan sosial serta pemahaman mengenai praktik dan situasi tempat
dilakukannya. (Taggart, 1988)
c. PTK merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan,
dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan
mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan
yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan.
(Proyek PGSM Diknas, 1999)
d. PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang
dihadapi oleh guru di lapangan (Wibawa, 2004:3).
e. PTK sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan
tindakan-tindakan
tertentu
agar
dapat
memperbaiki
dan/atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih proporsional
(Sukidin dkk 2002:16).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering disebut juga sebagai classroom action
research. Penelitian ini berkembang dengan pesat di beberapa negara-negara maju
seperti Inggris, Amerika, Australia, dan Kanada. Kecenderungan ini mengemuka karena
jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih
menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme
guru dalam mengelola proses pembelajaran mengajar di kelas (Arikunto dkk, 2010:102).
Menurut Kunandar (2008) tujuan PTK, antara lain:
a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami
langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar,
meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik
dikalangan para guru. Mutu pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil
belajar siswa, baik yang bersifat akademis yang tertuang dalam nilai ulangan
harian (formatif), ulangan tengah semester (sub-sumatif) dan ulangan akhir
semester (sumatif) maupun yang bersifat nonakademis, seperti motifasi,
perhatian, aktivitas, minat, dan lain sebagainya.
b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus
mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses
pembelajaran.
d. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan
metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran
dirinya.
116 e. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap
sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi
belajar siswa.
f.
Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
g. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta
sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran
secara berkelanjutan.
h. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses
pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan
juga ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya
yang terintegrasi di dalamnya.
Adapun manfaat PTK adalah Tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak
dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya
inovasi pendidikan, karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai
prakarsa professional secara mandiri. Sikap mandiri tersebut akan memicu lahirnya
“percaya diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan
sistem pembelajaran.
2. Prinsip-prinsip PTK
Ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi agar proses PTK mencapai hasil yang
maksimum. Menurut Suyadi (2013:29-40), prinsip-prinsip itu meliputi:
a. PTK dilakukan dalam lingkungan pembelajaran yang alamiah
b. Adanya inisiatif dari guru untuk memperbaiki proses pembelajaran
c. Menggunakan analisis SWOT sebagai dasar tindakan
d. Adanya upaya secara konkrit
e. Merencanakan dengan SMART
Menurut Hopkins yang dikutip oleh Tukiran dkk (2012:17) ada prinsip dasar yang
melandasi PTK antara lain:
a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan
pembelajaran yang baik dan berkualitas.
b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak menuntut
kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
c. Kegiatan penelitian yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus
diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.
117 d. Masalah
yang
ditangani
adalah
masalah-masalah
pembelajaran
yang
riil
merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis
masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks
pembelajaran yang sesungguhnya.
e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kuaitas
pembelajaran sangat diperlukan.
f.
Cakupan permasalah penelitian tindakan kelas seharusnya dibatasi pada masalah
pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas.
Sedangkan menurut Sukidin dkk (2002) dalam Tukiran dkk (2012:17-18) bahwa agar
PTK berjalan dengan baik harus memperhatikan enam prinsip sebagai berikut:
a. Tugas pertama dan utama guru di madrasah adalah mengajar siswa sehingga
apapun metode PTK yang akan diterapkan tidak akan mengganggu komitmennya
sebagai pengajar.
b. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan
dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
c. Metodologi yang digunakan harus mencakup reliable sehingga memungkinkan
guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan,
mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, dan dapat
memperoleh data yang dapat digunakan untuk ‘menjawab’ hipotesis yang
dikemukakannya.
d. Masalah penelitian yang diusahakan oleh guru seharusnya merupakan masalah
yang cukup merisaukannya. Bertolak dari tanggung jawab profesional guru sendiri
memiliki komitmen terhadap pengatasannya.
e. Guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika
yang berikaitan dengan pekerjaannya.
f.
Kelas merupakan cakupan tanggung jawab seseorang guru, namun dalam
pelaksanaan PTK sejauh mungkin digunakan classroom exceeding perspective,
dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks dalam kelas atau
mata pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif sekolah secara keseluruhan.
Selain prinsip-prinsip di atas, ada tiga prinsip yang menjadi ciri pokok PTK yaitu inkuiri
reflektif, kolaboratif, dan reflektif. Masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Inquiri reflektif. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga
masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual.
Tujuan penelitiannya pun bukan untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat
118 diberlakukan secara luas tetapi untuk memperbaiki praktis secara langsung, disini
dan sekarang.
b. Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan
sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru.
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk
mewujudkan perbaikan yang diinginkan.
c. Reflektif. PTK memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan.
Berbeda dengan pendekatan formal, yang sering mengutamakan pendekatan
empiris eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses
refleksi terhadap proses dan hasil penelitian (Arikunto dkk, 2010:110-111).
3. Model PTK
Berikut ini beberapa model PTK yang sering digunakan, yaitu: (1) model Kurt Lewin;
(2) Model Kemmis & McTaggart; (3) model Dave Ebbutt; (4) model John Elliot; dan (5)
model Hopkins (Depdiknas, 1999:18). Ditambah dengan model gabungan Sanford dan
Kemmis, dalam bukunya Tukiran dkk (2012:23-29), masing-masing model diuraikan
secara ringkas berikut ini:
a.
Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin merupakan model pertama dalam PTK yang diperkenalkan pada
tahun 1946. Model ini merupakan acuan pokok atau dasar dari berbagai model PTK yang
lain. Menurut konsep Lewin bahwa siklus PTK terdiri dari empat langkah, yaitu (1)
perencanaan (planning); (2) aksi atau tindakan (acting); (3) observasi (observing); dan
(4) refleksi (reflecting).
Model Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:
Acting Planning observing reflecting Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:23)
Gambar 1 PTK Model Lewin
b. Model Kemmis & McTaggart
119 Model ini dikenal dengan penemunya yaitu Stephen Kemmis dan Robbin McTaggart.
Model Kemmis dan McTaggart merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Kemmis
dan McTaggart menjadikan satu kesatuan komponen acting (tindakan) dan observing
(pengamatan). Model Kemmis dan McTaggart terdiri dari empat komponen, yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang keempatnya merupakan satu
siklus (Depdiknas, 1999:21).
Model Kemmis dan McTaggart dapat digambarkan sebagai berikut:
PLAN Reflect Act & Observe Revised Plan Reflect Act & Observe Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:24)
Gambar 2 PTK Model Kemmis & McTaggart
120 c.
Model Dave Ebbutt
Model Ebbut mengembangkan pada ide-ide umum yang menjadi alasan pengambilan
tindakan. Model ini bila digambarkan sebagai berikut:
AMEND GENERAL IDEA GENERAL IDEA
AMENDED GENERAL IDEA RECONNAISSANCE
RECONNAISSANCE REVISED OVERALL PLAN OVERALL PLAN ACTION 2 etc ACTION 1
OR MONITORING & RENNAISSANCE NEW OVERALL PLAN REVISED OVER‐
ALL PLAN ACTION 2 etc OR
Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:27)
Gambar 3 PTK Model Dave Ebbutt
121 d. Model John Elliot
Model John Elliot dikembangkan dari model Kurt Lewin. Perbedaannya, model ini
nampak lebih detail dan rinci. Pada model John Elliot dalam satu tindakan (acting) terdiri
dari beberapa step atau langkah tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2
dan langkah tindakan 3 (Depdiknas, 1999:22).
Model ini jika digambarkan sebagai berikut:
Ide Awal Temuan dan Analisis Perencanaan Umum Langkah Tindakan 1,2,3
Implementasi Langkah Tindakan Monitoring Implementasi dan Efeknya Penjelasan Kegagalan Tentang Implementasi
Revisi Perencanaan Umum Perbaikan Perencanaan Langkah Tindakan 1,2,3
Implementasi dan Langkah Berikutnya Monitoring Implementasi dan Efeknya Penjelasan Revisi Ide Umum Perbaikan Perencanaan Langkah
Implementasi dan Langkah Berikutnya Monitoring Implementasi dan Efeknya Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:25)
Gambar 4 PTK Model John Elliot
122 e.
Model Hopkins
Model Hopkins dikembangkan dari model-model sebelumnya yang sudah ada. Model
hopkins jika digambarkan adalah sebagai berikut:
Perencanaan Tindakan, Target, Tugas, Kriteria Keberhasilan Implementasi Evaluasi Menopang Komitmen Cek Kemajuan Mengatasi Problem Cek Hasil Perencanaan Konstruk Pengambilan Stok Pelaporan Audit Ambil Start Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:26)
Gambar 4 PTK Model Hopkins
123 f.
Model gabungan Sanford dan Kemmis
Model gabungan Sanford dan Kemmis ini dikembangkan oleh Direktorat Ketenagaan
Ditjen Dikti Depdiknas. Dalam model gabungan ini diperoleh batasan penelitian tindakan
adalah sebagai sebuah proses investigasi terkendali yang siklis dan bersifat reflektif
mandiri, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan terhadap sistem, cara kerja,
proses, isi, kompetensi, atau situasi. Proses siklus kegiatan PTK ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Rencana REFLEKSI
Siklus 1 Observasi dan Rencana Tindakan Pelaksanaan REFLEKSI
Siklus 2 Observasi dan Pelaksanaan Rencana Tindakan REFLEKSI
Siklus 3 Observasi dan Pelaksanaan Adaptasi Depdiknas (1999) dalam Tukiran dkk (2012:28)
Gambar 5 PTK Model Gabungan Sanford dan Kemmis
124 Berdasarkan model-model PTK di atas, secara garis besar terdapat empat tahapan
yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi. Ditambah dengan penjelas tentang siklus-siklus PTK, masing-masing tahap dapat
dirinci dalam penjelasan sebagai berikut:
Tahap 1 : Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan itu dilakukan. PTK yang ideal dilakukan secara
berpasangan oleh dua pihak, yaitu antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang
mengamati proses jalannya tindakan. PTK yang dilakukan secara berpasangan disebut
dengan penelitian kolaborasi. Penelitian kolaborasi ini bertujuan untuk mengurangi unsur
subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan.
Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti terlebih dahulu menentukan titik atau
fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati. Setelah itu,
peneliti membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam
fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu: (1) identifikasi masalah;
(2) merumuskan masalah; dan (3) pemecahan masalah. Pada masing-masing kegiatan,
terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya
tahap perencanaan. Masing-masing tiga kegiatan dasar di atas akan dijelaskan sebagai
berikut:
Kegiatan Dasar 1: Identifikasi Masalah
Kegiatan dasar pertama adalah identifikasi masalah. Identifikasi memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap hasil penelitian. Identifikasi yang tepat akan mengarahkan
hasil penelitian sehingga dapat bermanfaat peningkatan hasil belajar siswa. Sebaliknya,
identifikasi masalah yang keliru hanya akan membuat penelitian menjadi sia-sia di
samping memboroskan waktu dan biaya.
Identifikasi masalah menjadi titik tolak bagi perencanaan PTK yang lebih matang.
Karena tidak semua masalah belajar siswa dapat diselesaikan dengan PTK, sebagaimana
tidak semua penyakit dapat disembuhkan dengan resep dokter. Untuk memenuhi sasaran,
penting bagi peneliti untuk memperhatikan empat langkah sebagai berikut:
a. Masalah harus riil. Masalah dalam PTK haruslah masalah yang dapat dilihat,
dirasakan, dan didengar secara langsung oleh guru. Misalnya sebagian besar nilai
Quran Hadis siswa kelas X Madrasah Aliyah di bawah standar kelulusan. Masalah
125 ini jelas nyata (riil) karena didukung oleh data empiris berupa dokumen-dokumen
ulangan harian maupun ulangan umum.
b. Masalah harus problematik. Masalah dalam PTK haruslah masalah yang dapat
dipecahkan oleh guru, mendapat dukungan literatur yang memadai, dan ada
kewenangan untuk mengatasinya secara penuh. Misalnya, sebagian besar siswa
tidak mampu memahami masalah waris. Masalah ini riil dan problematik, tetapi
hanya khusus bagi guru fikih. Sebaliknya masalah tersebut menjadi tidak
problematik bagi guru Quran Hadis. Jadi, masalah yang problematik adalah
masalah yang dapat diatasi guru dalam kewenangannya, dan mendapat dukungan
literatur sesuai mata pelajaran yang diampu.
c. Manfaatnya jelas. Hasil PTK harus dapat dirasakan, bagaikan obat yang
menyembuhkan.
d. Masalah harus fleksibel. Masalah dalam PTK harus bisa diatasi dengan
mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana prasarana,
dan lain sebagainya.
Kegiatan 2: Merumuskan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah, langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah.
Dalam merumuskan masalah, peneliti mencari akar penyebab masalah. Banyak cara yang
bisa dilakukan untuk menemukan penyebab masalah, di antaranya adalah dengan
menyebar angket ke siswa, mewawancarai siswa, observasi langsung dan lain
sebagainya. Seperti, terdapat masalah bahwa sebagian besar siswa kelas X
Madrasah
Aliyah
belum
mampu
memahami
munasabah
dan
peranan
munasabah dalam memahami Al-Qur’an. Kemudian, peneliti menyebar angket berisi
sejumlah pertanyaan yang mengidentifikasi ketidakmampuan siswa dalam menjawab soal
munasabah Al-Qur’an.
Di samping itu, peneliti juga bisa melakukan wawancara dengan siswa dan observasi
langsung. Kemudian, semua data dari segala sumber tersebut dikumpulkan dan dianalisis
secara kolaboratif sehingga penyebab utama munculnya masalah dapat ditemukan.
Misalnya dari data angket dan wawancara, ditemukan bahwa siswa menganggap akar
masalah dari ketidakmampuannya menjawab soal munasabah Al-Qur’an adalah karena
hal-hal sebagai berikut:
a. Minat siswa untuk mempelajari munasabah rendah sehingga terlihat diabaikan
karena dianggap tidak terlalu penting
126 b. Sebagian besar siswa belum memahami dengan baik pengertian munasabah AlQur’an
c. Sebagian besar siswa belum memahami dengan baik peran munasabah dalam
memahami Al-Qur’an
d. Guru lebih banyak menjelaskan dan tidak memberikan latihan-latihan munasabah
dalam Al-Qur’an.
Akar masalah tersebut harus terus digali sedalam-dalamnya sehingga ditemukan akar
masalah yang benar-benar menjadi penyebab utama terjadinya masalah. Karena akar
masalah inilah yang nantinya akan menjadi tolok ukur tindakan. Sebab dengan
menemukan akar masalah, maka sama halnya si peneliti telah menemukan separuh dari
solusi masalah.
Kegiatan Dasar 3: Pemecahan Masalah
Setelah merumuskan masalah, langkah berikutnya adalah pemecahan masalah. Dalam
perencanaan penelitian, pemecahan masalah masih dalam ide peneliti yang berupa
alternatif-alternatif pemecahan masalah. Semakin banyak pengembangan alternatif
tindakan, maka akan semakin baik.
Setelah identifikasi masalah, menemukan akar masalah, merumuskan masalah dan
menemukan alternatif tindakan sebagai solusi masalah, maka peneliti dapat membuat
judul
penelitian
tindakan
kelas.
Contoh
bahwa
hasil
identifikasi
masalah
menunjukan bahwa sebagian besar siswa kelas X Madrasah Aliyah lemah
dalam mengerjakan soal-soal munasabah Al-Qur’an. Akar masalahnya adalah
pembelajaran munasabah Al-Qur’an hanya berjalan satu arah, guru lebih mendominasi
pembelajaran di kelas dan tidak banyak memberikan soal-soal latihan.
Kemudian peneliti memiliki ide untuk menggunakan metode problem solving
(pemecahan masalah), yakni setiap siswa diberikan satu surat pendek dalam Alquran
untuk ditelusuri munasabah yang ada di dalamnya. Tentunya didukung dengan teori-teori
yang membuat pembelajaran munasabah Al-Qur’an lebih menyenangkan.
Atas dasar di atas, maka PTK dapat diberi judul “Penerapan Pembelajaran
melalui metode problem solving untuk meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa materi munasabah Al-Qur’an” (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa
Kelas X Madrasah Aliyah Bina Rabbani Medan).
127 Tahap 2 : Pelaksanaan
Pada tahap ini, pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada
tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Pelaksanaan harus sesuai dengan apa yang telah
direncanakan, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan
berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti dan agar hasilnya dapat
disinkronkan dengan maksud semula.
Pelaksanaan Tindakan dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Langkah-langkah
praktis tindakan diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan? Bagaimana organisasi kelas?
Siapa yang perlu menjadi kolaborator saya? Siapa yang mengambil data? Pada saat
pelaksanaan ini, guru benar-benar harus terlebih dahulu memahami masing-masing siswa
jangan sampai ada yang menjadi obyek tindakan. Membagi kelas menjadi kelompok
kontrol dan treatment harus dihindarkan.
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas diawali dengan kesadaran adanya
masalah yang dirasakan menganggu proses pembelajaran. Bertolak dari kesadaran
adanya permasalahan, guru baik sendiri maupun dalam kolaborasi dengan teman sejawat
yang menjadi mitranya kemudian menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam
dengan data lapangan ataupun kajian pustaka yang relevan.
Langkah-langkah persiapan dilakukan dengan memperhatikan hal berikut: (1)
membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan oleh
guru dan bentuk-bentuk kegiatan siswa; (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana
pendukung yang diperlukan; (3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan; dan (4) melakukan simulasi pelaksanaan
tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan tindakan.
Skenario tindakan yang akan dilakukan, hendaknya dijabarkan serinci mungkin secara
tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan: (a) langkah demi langkah kegiatan yang akan
dilakukan, (b) kegiatan yang seharusnya dilakukan guru, (c) kegiatan yang diharapkan
dilakukan oleh siswa, (d) rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan
dan cara menggunakannya, (e) jenis instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan
data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana menggunakannya. Rincian
rancangan mengenai rencana tindakan dan bagaimana pelaksanaannya harus dituliskan
pada laporan PTK.
Tahap 3 : Pengamatan
Pengamatan adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara
128 mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data (angket/wawancara/
observasi, dan lain-lain).
Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh
kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan PTK. Walaupun demikian, antara
tindakan (yang dilakukan oleh peneliti) dan pengamatan (dilakukan oleh kolaborator),
keduanya harus berlangsung dalam satu waktu dan satu tempat atau kelas.
Observing adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efektivitas
kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran. Efektivitas kepemimpinan atasan
dari suatu intervensi terus dimonitor secara reflektif. Selain itu peneliti menguraikan jenisjenis
data
yang
dikumpulkan,
cara
pengumpulan
data
dan
alat
koleksi
data
(angket/wawancara/observasi dan lain-lain).
Observasi kelas akan memberi manfaat apabila pelaksanaannya diikuti balikan (review
discussion). Diskusi bahkan akan bermanfaat jika:
a. Diberikan tidak lebih dari 24 jam setelah observasi
b. Dilakukan dalam suasana yang mutually supportive dan non-threatening
c. Bertolak dari rekaman data
d. Diinterpretasikan secara bersama-sama
Pembahasannya mengacu pada penetapan sasaran serta pengembangan strategi
perbaikan untuk menentukan rencana berikutnya.
Tahap 4 : Refleksi
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan.
Refleksi juga sering disebut dengan istilah ‘memantul’. Dalam hal ini peneliti seolah
memantulkan pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya, baik
kelemahan dan kekurangannya.
Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah
selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang melakukan tindakan
berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator. Tetapi jika PTK
dilakukan secara sendirian, maka refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri
sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain
yang harus diperbaiki.
Reflecting adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi
yaitu siswa, suasana kelas dan guru. Refleksi dimaksudkan sebagai pantulan dari hasil
analisis terhadap peneliti berdasarkan kepada kriteria yang telah ditetapkan. Apabila hasil
analisis menunjukkan belum tercapainya kriteria yang ditetapkan maka disusun rencana
129 tindakan siklus berikutnya. Guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why),
bagaimana (how) dan sejauhmana (to what extenct) intervensi telah menghasilkan
perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan-rekan akan memainkan peran
sentral peneliti untuk mengetahui sejauhmana action membawa perubahan, kekurangan
dan kelebihan langkah-langkah. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru
dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Sistem berdaur ini dilakukan
secara berulang-ulang (siklus) sampai masalah teratasi.
Siklus-siklus pada PTK
Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Dengan demikian siklus pada PTK adalah
satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK, sebagaimana disebutkan di atas. Jadi
satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
Jika dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya
merupakan putaran ulang dari tahapan sebelumnya. Hanya saja, antara siklus pertama,
kedua dan seterusnya, selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi, antara
siklus yang satu dengan yang lain tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap
yang sama.
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus yang pertama, apabila sudah diketahui letak
keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama
tersebut, guru (bersama peneliti) menentukan rancangan untuk siklus yang kedua.
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan
sebelumnya, tetapi pada umumnya mempunyai berbagai hambatan perbaikan dari
tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau
kesulitan yang ditemukan dalam siklus yang pertama. Jika sudah selesai dengan siklus
kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara
dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa
siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun
ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus.
4. Metodologi
Penelitian tindakan kelas menggunakan metodologi yang agak longgar, namun
demikian, PTK tetap menerapkan metodologi yang taat asas (diciplined inquiri) dalam hal
pengumpulan data yang menekankan pada objektivitas sehingga memungkinkan
130 terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat (peer review). Secara singkat, metode
penelitian dalam PTK berisi hal-hal sebagai berikut:
a. Setting Penelitian
Setting penelitian menggambarkan lokasi dan kelompok siswa atau subjek yang
dikenai tindakan. Tidak ada sampel populasi dalam PTK dan yang menjadi subjek
penelitian adalah satu isi kelas secara keseluruhan.
b. Sasaran penelitian
Sasaran penelitian memaparkan adanya suatu target yang hendak dicapai, yaitu
akan adanya perubahan melalui tindakan yang dilakukan oleh guru. Target di sini
tidak dibatasi semata-mata hasil, tetapi bagian dari proses pembelajaran.
c. Rencana Tindakan
Rencana tindakan adalah gambaran riil secara detail mengenai rencana tindakan
yang akan dilakukan peneliti. Rencana tindakan dalam hal ini bukan tahapan atau
siklus-siklus dalam PTK sebagaimana dikemukakan di depan, tetapi benar-benar
rencana tindakan secara riil tentang hal-hal yang akan dilakukan peneliti dari awal
hingga akhir.
d. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah metode yang digunakan peneliti dalam merekam
data (informasi) yang dibutuhkan. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk
melakukan pemantauan dalam penelitian tindakan kelas. Penggunaan setiap
teknik tentu saja ditentukan oleh sifat dasar data yang akan dikumpulkannya.
Teknik-teknik yang dimaksud disajikan berikut ini:
1) Analisis Dokumen. Gambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian
sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat dikonstruksi dengan menggunakan
berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua atau
karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan
pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, tes formal dan
informal, publikasi siswa atau karyawan, kebijaksanaan, dan/atau peraturan.
Dokumen-dokumen ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk
berbagai persoalan.
2) Catatan Harian. Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara
teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan. Catatan harian
mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan,
hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari riwayat tentang
pekerjaan siswa atau karyawan individual sampai pemantauan diri tentang
131 perubahan dalam metode mengajar atau metode pengawasan. Siswa atau
karyawan dapat didorong untuk membuat catatan harian tentang topik yang
sama untuk memperoleh perspektif alternatif.
3) Logs. Teknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya
disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu,
pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya ditingkatkan jika
mencakup komentar seperti yang terdapat dalam catatan harian tentang
organisasi dan peristiwa lain.
4) Kartu Cuplikan Butir. Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar
enam kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah topik, satu
untuk satu kartu. Misalnya: satu set kartu boleh mencakup topik-topik seperti
pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian,
kontak individual dengan siswa, dan perilaku seorang siswa. Kartunya dikocok
dan catatan harian dibuat untuk satu topik setiap harinya, dan dengan
demikian membangun gambaran tentang semua persoalan sebagai dasar
refleksi tanpa resiko memberikan tekanan terlalu berat atau menimbulkan
kebosanan dengan aspek tertentu.
5) Portfolio. Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun
dengan tujuan tertentu. Portfolio mungkin memuat hal-hal seperti tambatan
rapat staf yang gayut dengan sejarah suatu persoalan yang diteliti,
korespondensi yang berkaitan dengan kemajuan dan perilaku subyek
penelitian, kliping korespodensi dan surat kabar yang berkaitan dengan
persoalan di mana lembaga tempat penelitian menjadi pusat perhatian
khalayak ramai, dan/atau tambatan rapat staf yang relevan; singkatnya
dokumen apa pun yang relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat.
6) Angket. Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan
jawaban tertulis. Pertanyaan ada dua macam, yaitu: (1) Pertanyaan terbuka:
meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri.
Pertanyaan macam ini berguna bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi dapat
menghasilkan jawaban jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah angket
yang dikembalikan mungkin juga sangat rendah; (2) Pertanyaan tertutup atau
pilihan ganda: meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang
paling dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka.
Pertanyaan pernyataan harus secara cermat diungkapkan dan tujuannya harus
jelas dan tidak taksa (bermakna ganda). Mengujicobakan pertanyaan dengan
132 teman atau cuplikan (sample) kecil responden akan meningkatkan kualitasnya.
Membatasi lingkup topik yang dicakup merupakan cara yang bermanfaat untuk
meningkatkan jumlah angket yang kembali dan kualitas informasi yang
diperoleh.
7) Wawancara. Teknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari pada
angket, dan oleh sebab itu berguna untuk persoalan-persoalan yang sedang
dijajagi daripada yang secara jelas dibatasi dari awal. Wawancara ada
beberapa macam/cara yaitu: (1) Tak terencana: misalnya, omong-omong
informal di antara para pelaku penelitian atau antara pelaku penelitian dan
subyek penelitian; (2) Terencana tetapi tak terstruktur: Satu atau dua
pertanyaan pembukaan dari pewancara, tetapi setelah itu pewancara
memberikan kesempatan bagi responden untuk memilih apa yang akan
dibicarakan. Pewancara boleh mengajukan pertanyaan untuk menggali atau
memperjelas;
(3)
Terstruktur:
Pewancara
telah
menyusun
serentetan
pertanyaan yang akan diajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan
arah pertanyaanpertanyaan.
8) Metode Sosiometrik. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah
individu-individu disukai atau saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering
diajukan dengan niat untuk mengetahui dengan siapa subyek tertentu ingin
bekerja sama, atau berhubungan dalam suatu kegiatan bersama. Pertanyaan
juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan siapa subyek tertentu tidak
suka bekerja sama atau berhubungan. Hasilnya biasanya diungkapkan dengan
diagram pada sosiogram, seperti pada Gambar
di bawah, yang mencatat
hubungan seluruh kelompok.
A memilih B
B menolak E
A
orang terpencil
B
C
Bintang
E
D
Pasangan
H
F
orang
G
Gambar 1: Sosiogram Kelompok Delapan Orang
133 9) Jadwal dan daftar tilik (checklist) interaksi. Kedua teknik ini dapat
digunakan oleh peneliti atau pengamat. Teknik-teknik ini boleh berdasarkan
waktu, atau berdasarkan peristiwa, yang pencatatannya dilakukan kapan saja
peristiwa tertentu terjadi. Berbagai perilaku dicatat dalam kategori waktu
perilaku itu terjadi untuk membangun gambaran tentang urutan perilaku yang
diteliti. Misalnya dalam situasi sekolah, kategori jadual dan daftar tilik
(checklist) dapat menunjuk pada: (1) Perilaku verbal guru: misalnya bertanya,
menjelaskan, mendisiplinkan (individu atau kelompok), memberi contoh
melafalkan kata/frasa/kalimat; (2) Perilaku verbal siswa: misalnya, menjawab,
bertanya,
menyela,
berkelakar,
mengungkapkan
diri,
menyanggah,
menyetujui; (3) Perilaku nonverbal guru: misalnya, tersenyum, mengerutkan
kening, memberi isyarat, menulis, berdiri dekat siswa pandai, duduk dengan
siswa lamban. Perilaku nonverbal siswa: misalnya menoleh, mondar-mandir,
menulis, menggambar, menulis cepat, tertawa, menangis, mengerutkan dahi,
mengatupkan bibir.
10) Rekaman pita. Merekam berbagai peristiwa seperti pelajaran, rapat diskusi,
seminar, lokakarya, dapat menghasilkan banyak informasi yang bermanfaat
yang tertakluk (tunduk) pada analisis yang cermat. Metode ini khususnya
berguna bagi kontak satu lawan satu dan kelompok kecil di mana perekam
jinjing dapat digunakan atau analisis satu perilaku dapat dilakukan. Jika
transkripsi ekstensif diperlukan, prosesnya mungkin menjadi sangat panjang
dari segi waktu.
11) Rekaman video. Perekam video dapat dioperasikan oleh peneliti untuk
merekam satuan kegiatan/peristiwa untuk dianalisis kemudian, misalnya
kegiatan pembelajaran di kelas. Akan lebih baik jika satuan rekamannya
pendek karena pemutaran ulang akan memakan waktu. Bila ada asisten yang
membantu, lebih banyak perhatian dapat diberikan pada reaksi dan perilaku
subyek secara perorangan (guru dan siswa), yang aspek-aspeknya disepakati
sebelum perekaman. Peneliti sendiri dapat merekam aspek tertentu dari
pelaksanaan pekerjaannya sendiri. Subyek-subyek terpilih mungkin juga dapat
merekam beberapa aspek pelaksanaan pekerjaan mereka untuk dianalisis
kemudian.
12) Foto dan slide. Foto dan slide mungkin berguna untuk merekam peristiwa
penting, misalnya aspek kegiatan kelas, atau untuk mendukung bentuk
rekaman lain. Peneliti dan pengamat boleh menggunakan rekaman fotografik.
134 Karena daya tariknya bagi subyek penelitian, foto dapat diacu dalam
wawancara berikutnya dan diskusi tentang data.
13) Penampilan subyek penelitian pada kegiatan penilaian. Teknik ini
digunakan untuk menilai prestasi, penguasaan, untuk mendiagnosis kelemahan
dan sebagainya. Alat penilaian tersebut dapat dibuat oleh peneliti atau para
ahlinya. Pemilihan teknik pengumpulan data ini tentu saja disesuaikan dengan
jenis data yang akan dikumpulkan. Pemilihan teknik pengumpulan data
hendaknya dipilih sesuai dengan cirri khas data yang perlu dikumpulkan untuk
mendukung tercapainya tujuan penelitian. Untuk keperluan trianggulasi, data
yang sama dapat dikumpulkan dengan teknik yang berbeda.
e. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna mengetahui seberapa
besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa.
5. Sistematika Proposal
Menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi (2005:12) bahwa sistematika proposal PTK meliputi: (1) halaman
sampul usulan penelitian; (2) halaman pengesahan; (3) judul penelitian; (4) bidang
kajian; (5) pendahuluan; (6) perumusan dan pemecahan masalah; (7) tujuan penelitian;
(8) manfaat hasil penelitian; (9) kajian pustaka; (10) rencana dan prosedur penelitian;
(11) jadwal penelitian; (12) biaya penelitian; (13) personalia penelitian; (14) daftar
pustaka; (15) lampiran-lampiran, yang meliputi, (a) instrumen penelitian; (b) curriculum
vitae semua peneliti; (c) surat keterangan dari kepala sekolah/instansi.
Berdasarkan urutan tersebut, sistematika proposal PTK adalah sebagai berikut:
HALAMAN JUDUL/HALAMAN SAMPUL PROPOSAL PENELITIAN
HALAMAN PENGESAHAN
A. JUDUL PENELITIAN
B. BIDANG KAJIAN
C. PENDAHULUAN
D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
135 E. TUJUAN PENELITIAN
F. MANFAAT HASIL PENELITIAN
G. KAJIAN PUSTAKA
H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
I. JADWAL PENELITIAN
J. BIAYA PENELITIAN
K. PERSONALIA PENELITIAN
L. DAFTAR PUSTAKA
M. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian
2. Curriculum Vitae semua peneliti
3. Surat keterangan dari kepala sekolah
Adapun penjelasan masing-masing komponen pokok sebagai berikut:
a. Judul Penelitian
Judul penelitian hendaknya singkat maksimal 20 kata, spesifik, dan cukup jelas
menggambarkan masalah yang akan diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah, hasil
yang diharapkan dan tempat penelitian.
Judul PTK merupakan ide yang diangkat dari identifikasi masalah yang ada. Untuk
membuat judul PTK dapat dilihat pada bagan berikut ini:
Apa akar
masalahnya?
Identifikasi Masalah
Analisis (SWOT)
apa solusi dan
tindakannya?
Judul PTK
Sebagai contoh judul PTK adalah “Penerapan Pembelajaran melalui metode
problem solving untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa materi
munasabah Al-Qur’an” (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X
Madrasah Aliyah Bina Rabbani Medan).
136 b. Bidang Kajian
Bidang kajian penelitian tindakan kelas meliputi; (1) masalah belajar siswa di kelas;
(2) desain dan strategi pembelajaran; (3) alat bantu; (4) media dan sumber belajar; (5)
sistem asesmen dan evaluasi; (6) pengembangan pribadi peserta didik; (7) pendidik dan
tenaga kependidikan lainnya; (8) masalah kurikulum.
c. Pendahuluan
Dalam pendahuluan, dikemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti
merupakan sebuah masalah yang nyata di sekolah, dan diagnosis dilakukan oleh guru di
sekolah. Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan mendesak
untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu, biaya
dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut. Setelah
diidentifikasi masalah penelitiannya, maka selanjutnya perlu dianalisis dan dideskripsikan
secara cermat akar penyebab dari masalah tersebut. Penting juga digambarkan situasi
kolaboratif antar anggota peneliti dalam mencari masalah dan akar penyebab munculnya
masalah tersebut. Prosedur yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah perlu
dikemukakan secara jelas dan sistematis.
d. Perumusan dan Pemecahan Masalah
1) Perumusan Masalah
Secara bahasa, rumus adalah ringkasan atau pernyataan. Rumusan masalah
berarti ringkasan atau pernyataan mengenai masalah. Dalam konteks ini, yang
dimaksud rumusan masalah adalah ringkasan dari sekian banyak masalah yang
tertuang pada sub-bab latar belakang masalah, sehingga menjadi pernyataan yang
tepat. Tetapi, pernyataan tersebut akan selalu berupa pertanyaan sehingga
kompleksitas permasalahan dapat disederhanakan.
Rumusan masalah dalam PTK harus mengandung ide peneliti yang akan
digunakan untuk mengatasi masalah itu sendiri. Jadi, rumusan masalah tidak
sekadar kalimat tanya yang sifatnya umum, tetapi telah dirumuskan secara
spesifik. Berikut ini adalah beberapa contoh rumusan masalah dalam PTK.
a) Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan minat siswa dalam
pelajaran munasabah Al-Qur’an?
b) Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an?
2) Pemecahan Masalah
137 Alternatif tindakan yang dapat dilakukan diidentifikasi untuk memecahkan
masalah. Berikan argumentasi yang logis mengenai pilihan tindakan yang akan
dilakukan untuk memecahkan masalah (misalnya: karena kesesuaiannya dengan
masalah, kemutakhiran, keberhasilannya dalam penelitian sejenisnya, dll). Cara
pemecahan masalah ditentukan berdasarkan ketepatannya dalam mengatasi akar
penyebab permasalahan, cara pemecahan masalah dirumuskan dalam bentuk
tindakan (action) yang jelas dan terarah. Kemukakan hipotesis tindakan bila
diperlukan. Rumuskan indikator keberhasilan tindakan yang dilakukan. Kemukakan
cara pengukuran indikator serta cara mengevaluasinya sehingga dapat diukur
tingkat pencapaian keberhasilannya.
e. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dikemukakan secara singkat dan jelas dengan
mendasarkan pada permasalahan yang ditemukan dalam rumusan masalah. Jika masalah
penelitian dirumuskan dalam tiga rumusan penelitian, maka tujuan penelitian hanya untuk
menjawab tiga masalah yang dirumuskan di atas.
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian harus sejalan dengan
jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah. Dengan mengacu rumusan masalah di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui peningkatan minat siswa melalui metode problem solving
dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an.
2) Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui metode problem solving
dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an.
f. Manfaat hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian diuraikan terutamanya untuk perbaikan kualitas pendidikan
dan/atau pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, komponen
pendidikan terkait di sekolah, dan guru. Kemukakan hal-hal baru sebagai hasil kreativitas
pembelajaran yang akan dihasilkan dari penelitian ini.
Karena hakikat PTK adalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa,
hendaknya dalam mencantumkan manfaat penelitian lebih menitikberatkan pada apa
yang akan diperoleh siswa setelah menggunakan hasil penelitian ini. Sekadar contoh,
manfaat temuan penelitian ini adalah seperti berikut: Terkumpulnya persepsi dan kesan
siswa dalam pembelajaran munasabah Al-Qur’an melalui metode problem solving.
138 g. Kajian Pustaka/Kajian Teori
Banyak ahli yang menyebut bab ini secara berbeda, sebagian menyebut kajian
pustaka, sebagian lain, landasan teori dan sebagian lain menyebut kajian teori dan
tinjauan pustaka. Namun tujuannya adalah sama yakni menguraikan dengan jelas kajian
teoritis dan empiris yang menumbuhkan gagasan usulan PTK yang sejalan dengan
rumusan dan hipotesis tindakan (bila ada). Kemukakan juga teori dan hasil penelitian lain
yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian tersebut.
Uraian ini digunakan sebagai dasar penyusunan kerangka berpikir yang akan digunakan
dalam penelitian.
Setelah melakukan kajian pustaka secara mendalam, peneliti harus menunjukkan
bahwa penelitian yang diangkat adalah benar-benar asli dan bukan plagiat.
h. Rencana dan Prosedur Penelitian
Rencana dan prosedur penelitian meliputi subjek penelitian, waktu dan lamanya
tindakan, serta tempat penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dari
pelaksanaan, penelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi refleksi, yang bersifat siklis.
i.
Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan penelitian meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaaan monitoring,
seminar dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gantt Chart. Jadwal
kegiatan penelitian disusun sesuai dengan aturan institusi pemberi dana, misalnya selama
tiga, enam atau sembilan bulan.
Contoh jadwal penelitian tindakan kelas (selama 3 bulan)
No
Kegiatan
Bulan ke
I
II
III
1
Persiapan, penyusunan proposal
X
2
Pelaksanaan siklus I
X
3
Pelaksanaan siklus II
X
4
Pelaksanaan siklus III
X
5
Analisis Data
X
6
Seminar lokal hasil PTK
X
7
Penyusunan Hasil Penelitian
X
8
Revisi Laporan Hasil Penelitian
X
139 j. Biaya Penelitian
Biaya–biaya penelitian secara rinci mengacu pada kegiatan penelitian. Biaya penelitian
meliputi:
1) Honorarium ketua dan anggota peneliti, maksimal 30 % dari total yang diusulkan.
2) Biaya operasional kegiatan penelitian, pembelian bahan habis pakai yang
digunakan dalam pelaksanaan penelitian, sesuai kebutuhan.
3) Biaya perjalanan disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan termasuk biaya
perjalanan anggota peneliti ke tempat penelitian, kecuali guru tidak dibenarkan
mendapat biaya perjalanan ke sekolahnya sendiri, maksimal 15%.
4) Biaya seleksi internal, seminar lokal, publikasi, dan diseminasi hasil penelitian,
maksimal 10%.
k. Personalia Penelitian
Penelitian dilakukan minimal oleh tiga peneliti dan maksimal oleh lima peneliti. Dalam
personalia penelitian, rincian nama personalia dan peran masing-masing personalia
dikemukakan.
l.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka dituliskan secara konsisten sesuai ketentuan penulisan daftar pustaka
m. Lampiran-lampiran
Apa yang dilampirkan di antaranya dapat berupa instrumen penelitian, curriculum
vitae setiap peneliti, dan surat keterangan yang diperlukan.
Penetapan Fokus Masalah
Untuk memulai penelitian tindakan kelas, peneliti perlu menentukan suatu topik. Topik
tersebut dapat berasal dari keadaan setiap unsur yang mempengaruhi proses belajar
mengajar yang terjadi di dalam kelas. Misalnya:
a. Para siswa di kelas X Madrasah Aliyah mengalami kesulitan untuk memahami dan
menganalisis munasabah dalam Al-Qur’an
b. Ketika di depan kelas dikemukakan satu surat yang terdiri dari beberapa ayat,
tidak banyak siswa yang mampu untuk mengidentifikasi adanya keterkaitan antara
satu ayat dengan ayat lainnya
c.
Ketika siswa diminta untuk memberikan di antara contoh munasabah dalam AlQuran, tidak banyak siswa yang mampu memberikan contoh selain dari apa yang
140 sudah dicontohkan. Ini terjadi karena siswa kurang memiliki keinginan untuk
membaca banyak buku tentang munasabah dan melakukan banyak latihan-latihan
Agar masalah yang umum bisa menjadi fokus, peneliti perlu menyusun kembali agar
lebih kongkrit, lebih mudah diperbaiki. Secara khusus masalah tersebut dapat dibuat
sebagai berikut:
a. Perubahan apakah yang dapat dilakukan terhadap pokok bahasan agar para siswa
memiliki kemampuan untuk memahami dan menganalisis munasabah dalam AlQur’an?
b. Apakah ada cara mengajar lain yang lebih dapat mendorong para siswa untuk
mampu mengidentifikasi adanya keterkaitan antara satu ayat dengan ayat lainnya
dalam Al-Qur’an?
c. Apakah ada cara mengajak lain yang lebih dapat mendorong siswa untuk mau
membanya banyak buku tentang munasabah dan melakukan banyak latihan-latihan
Berdasarkan rumusan masalah yang masih umum tersebut, kemudian peneliti
tentukan dan rumuskan, sehingga memunculkan masalah yang lebih fokus.
Perencanaan (Planning) Tindakan:
Pada
tahap
perencanaan
peneliti
menentukan
fokus
peristiwa
yang
perlu
mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen
pengamatan untuk merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
Secara
rinci pada tahapan perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
a.
Identifikasi Masalah, merupakan tahap pertama dalam serangkaian penelitian.
Dimulai dari diagnosis situasi, apa yang sedang terjadi sekarang, apa yang bisa
dilakukan untuk mengatasinya. Masalah tersebut harus benar-benar faktual terjadi di
kelas, penting dan bermanfaat untuk peningkatan mutu hasil belajar, dan masalah
tersebut masih dalam jangkauan kemampuan peneliti. Oleh sebab itu identifikasi
masalah merupakan tahap penting dalam pelaksanaan riset. Identifikasi penyebab
masalah, kemungkinan-kemungkinan penyebab munculnya masalah dapat dijabarkan
melalui brainstorming, analisis penyebab munculnya masalah dapat dijelaskan
dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah
tersebut, misalnya: (a) mengembangkan instrumen angket (b) mewawancarai siswa
dan (c) melakukan observasi langsung di kelas.
Berikut contoh ringkasan permasalahan PTK yang mempunyai rumusan masalah:
Apakah metode problem solving mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran X?
141 PTK ini dilakukan antara seorang peneliti yang berkolaborasi dengan guru mata
pelajaran yang bersangkutan. Dengan melakukan diskusi berdasarkan pada keadaan yang
senyatanya di kelas, peneliti dan guru dapat merancang PTK dengan kegiatan utama
sebagai berikut:
1) Merancang bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya yang disesuaikan
dengan konsep konstruktivistik, dalam hal ini isi mata pelajaran disusun dengan
berbasis konstekstual yang mengacu pada: (a) belajar berbasis masalah, (b)
pangajaran autentik, (c) belajar berbasis inkuiri, (d) belajar berbasis kerja, (e)
belajar berbasis proyek atau penugasan, dan (f) belajar kooperatif.
2) Merancang strategi dan skenario penerapan pembelajaran yang menggunakan
prinsip pembelajaran konstruktivistik, seperti mengaktifkan proses bertanya,
penemuan, pemodelan, dan lain-lain yang dibuat dengan rinci.
3) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.
b. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, yang berupa
rumusan hipotesis tindakan.
Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan
masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan penelitian tindakan kelas. Untuk
menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, guru dapat melakukan: (1) kajian teoritik di
bidang pembelajaran; (2) kajian hasil penelitian yang relevan; (3) diskusi dengan rekan
sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya; (4) kajian pendapat dan saran
pakar khususnya yang dituangkan dalam bentuk program; dan (5) merefleksikan
pengalaman sendiri sebagai guru.
Dari hasil kajian tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
hipotesis tindakan adalah: (1) rumuskan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil
kajian; (2) setiap alternatif tindakan perbaikan perlu dikaji ulang dan dievaluasi dari segi
relevansinya dengan tujuan, kelaikan teknis secara keterlaksanaannya; (3) pilih alternatif
tindakan serta prosedur implementasi yang paling memberi peluang untuk mewujudkan
hasil yang optimal.
Menyusun Rencana dan Laporan PTK
Penyusunan proposal merupakan lengkah awal dalam kegiatan penelitian. Proposal
mempunyai kedudukan yang sangat penting karena proposal tersebut merupakan
gambaran umum tentang tahapan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh
seorang peneliti. Dengan adanya proposal, seorang peneliti tidak akan ragu-ragu
142 melakukan tindakanya karena sudah memiliki pedoman. Proposal Penelitian Tindakan
Kelas tidak jauh berbeda dengan rancangan proposal penelitian secara umum. Suatu
proposal penelitian tindakan kelas, memberikan rancangan yang cukup jelas dan akurat
tentang judul, masalah, kajian teori, hipotesis. Pengembangan instrumen, analisis data,
teknik peloporan.
Substansi secara umum, sistematika proposal penelitian tindakan kelas terdiri dari
komponen-komponen berikut: (1) judul, (2) latar belakang masalah,
(3) identifikasi
masalah, (4) pembatasan dan perumusan masalah, (5) cara pemecahan masalah, (6)
tujuan tindakan, (7) manfaat tindakan, (8) krangka konseptual dan hipotesis tindakan, (9)
metode penelitian. Metode penelitian mencakup unsur-unsur: (a) subjek dan objek
penelitian,
(b)
rancangan
penelitian,
yang
mencakup:
perencanaan,
tindakan,
pengamatan, refleksi, perencanaan ulang, dst, (c) instrumen penelitian dan teknik
pengumpulan data, (d) analisis data dan kriteria keberhasilan.
Secara garis besar, rincian dari setiap Laporan Penelitian Tindakan Kelas adalah
sebagai berikut:
a. Abstrak. Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas hal-hal pokok tentang (1)
permasalahan khususnya rumusan masalah, (2) tujuan, (3) prosedur pelaksanaan
PTK, dan (4) hasil penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu spasi, maksimal tiga
alinea atau hal ini tergantung pada sumber data atau ketentuan dari lembaga
pemesan.
b. Pendahuluan. Memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang
permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah, bila dianggap perlu.
c. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan. Menguraikan teori terkait dan temuan
penelitian yang relevan yang memberi arah kepelaksanaan PTK dan usaha peneliti
membangun argumen teoritik bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk
membuktikan teori. Dalam uraian bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan
hipotesis tindakan.
d. Pelaksanaan Penelitian. Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata
pelajaran, karakteristik siswa di sekolah sebagai subyek penelitian. Kejelasan tiap
siklus: rancangan, pelaksanakaan, cara pemantauan, beserta jenis instrumen, usaha
validasi hipotesis dengan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan
feasible serta collaborative.
Berikan gambaran kondisi lapangan saat tindakan
143 dilakukan, secara kuantitatif maupun kualitatif tentang semua aspek yang dapat
direkam pada waktu penelitian.
e. Hasil penelitian dan Pembahasan.
Menyajikan uraian masing-masing siklus
dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan pengamatan, dan refleksi
yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan. Baik data pra PTK , data setelah
siklus
I
maupun
data-data
siklus
berikutnya.
Sajian
data
dalam
bab
ini
mendeskripsikan secara jelas perubahan/perbaikan yang diperoleh dari hasil kegiatan
observasi, yang dapat dibuat dalam bentuk grafik/tabel dengan berikan berbagai
penjelasan dan analisis data.
f.
Simpulan dan Saran. Kemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis pada
bab
sebelumnya,
dengan
memperhatikan
perumusan
masalah
dan
tujuan
penelitiannya. Utarakan keterbatasan penelitiannya, kemudian sampaikan saran. Ada
dua macam saran: (1) saran untuk penelitian lanjut, dan (2) saran untuk penerapan
hasil penelitian.
144 LAMPIRAN
CONTOH USULAN/PROPOSAL PTK
JUDUL PENELITIAN:
PENERAPAN PEMBELAJARAN MELALUI METODE PROBLEM SOLVING UNTUK
MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI MUNASABAH AL-QUR’AN
(PTK pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Bina Rabbani Medan)
A. LATAR BELAKANG
Nilai rata-rata mata pelajaran Quran Hadis pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Bina
Rabbani Medan masih belum memuaskan. Sementara materi-materi pada mata pelajaran
Quran Hadis untuk kelas X terdiri dari materi-materi yang bukan hanya membutuhkan
hafalan dan pemahaman semata, tetapi pemahaman dan analisis mendalam karena materimateri yang ada pada kelas X adalah domain materi-materi terapan. Jika pada tingkat
Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah, materi-materi terapan berkisar pada
kemampuan siswa untuk mengetahui dan memahami ragam ketentuan bacaan Al-Qur’an,
maka pada tingkat Madrasah Aliyah, materi-materi terapan berkisar pada kemampuan siswa
untuk mengetahui dan memahami ragam penerapan ilmu-ilmu Al-Qur’an dalam memahami
Al-Qur’an.
Salah satu kelemahan yang cukup mendasar adalah minat dan kemampuan siswa untuk
memahami cara kerja ilmu-ilmu Al-Qur’an dimaksud ketika memahami Al-Qur’an. Salah satu
indikasinya adalah rendahnya hasil Ujian Semester Ganjil. Sebagian besar (60%) siswa tidak
mencapai nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal) Quran Hadis yang ditetapkan, yaitu 75.
Indikasinya lainnya adalah rendahnya skor nilai ketika mereka diberikan contoh soal atau
contoh latihan yang berbeda dengan apa yang ada di buku. Termasuk di antaranya ketika
mereka diberi soal atau latihan tentang munasabah Al-Qur’an. Sebagian besar (65%) siswa
tidak bisa menyelesaikan soal atau latihan sesuai waktu.
Metode problem solving merupakan di antara metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi-materi munasabah Al-Qur’an.
Metode ini dianggap mampu karena metode problem solving ini, sebagaimana yang pernah
diteliti penerapan metode ini untuk IPS oleh Tin Rustini (2008) memiliki kelebihan-kelebihan
sebagai berikut:
a. Model Problem Solving mampu melatih siswa mengembangkan kemampuan berfikir
reflektif, kritis, dan kreatif
b. Model Problem Solving berhasil dengan baik bila menggunakan strategi yang
bervariatif
145 c. Model problem solving dapat memberikan kemudahan kepada guru dalam
melaksanakan pembelajaran
d. Model pembelajaran dengan menerapkan problem solving dapat meningkatkan
kualitas proses maupun hasil belajar siswa.
Dengan kelebihan yang dimiliki dan telah dibuktikan bahwa metode ini mampu
meningkatkan partisipasi dan kemampuan berfikir siswa sehingga dapat meningkatkan
kualitas proses maupun hasil belajar siswa, diharapkan metode ini juga terbukti mampu
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada materi-materi munasabah Al-Qur’an.
Karena alasan ini, penting adanya penelitian tindakan kelas untuk mengetahui bagaimana
Penerapan Pembelajaran Melalui Metode Problem Solving untuk Meningkatkan Minat dan
Hasil Belajar Siswa Materi Munasabah Al-Qur’an pada siswa Kelas X Madrasah Aliyah Bina
Rabbani Medan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan minat siswa dalam
pelajaran munasabah Al-Qur’an?
2. Bagaimana metode problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pelajaran munasabah Al-Qur’an?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan minat siswa melalui metode problem solving dalam
pelajaran munasabah Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui metode problem solving
dalam pelajaran munasabah Al-Qur’an.
D. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian di atas diharapkan dapat bermanfaat langsung bagi sekolah, guru, dan
terutama siswa. Manfaat tersebut masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, hasil penelitian di atas diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran Quran Hadis
2. Bagi guru, penelitian di atas memberikan pengalaman secara langsung dan
memberikan gambaran sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Quran Hadis
146 3. Bagi siswa, penelitian di atas memberikan pengalaman bagi mereka dengan
terkumpulnya persepsi dan kesan siswa dalam pembelajaran Quran Hadis
E. KAJIAN PUSTAKA
1. Minat Siswa dalam Proses Pembelajaran
Minat memiliki peran yang sangat besar terhadap belajar dan hasil belajar. Karena minat
adalah kecenderungan terhadap sesuatu. Ada minat terhadap belajar berarti adanya
kecenderungan siswa untuk belajar. Siswa yang memiliki kecenderungan kuat untuk belajar
akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya
Lebih rincinya, berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian tentang minat dan
minat belajar:
a. Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu atau gairah atau
keinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007).
b. Minat merupakan aspek kognitif dari motivasi, atau merupakan gambaran kognitif
yang memberikan arah pada suatu tindakan (Franken dalam Nurhayani, 2012:61)
c. Minat dapat diartikan sebagai suatu keinginan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan
atau kehendak. Di mana anak dengan minatnya itu bisa melihat bahwa sesuatu yang
dilihatnya itu akan mendatangkan keuntungan atau faidah sehingga dapat
menimbulkan kepuasan jika melakukan atau mendapatkannya (Surya, 2010:27).
d. Minat dapat diartikan juga sebagai kecenderungan hati terhadap sesuatu. Semakin
besar minat seseorang terhadap sesuatu, semakin perhatiannya tercurah pada
sesuatu itu. Sehingga dikatakan seseorang memiliki minat di antaranya dapat dilihat
seberapa perhatiannya tercurah untuk apa yang diminatinya (Fitriani, 2010).
e. Minat berarti kecenderungan seseorang terhadap objek atau sesuatu kegiatan yang
diminati yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan
tersebut (Fitriani, 2010).
f.
Minat belajar dipahami sebagai ketaatan pada kegiatan belajar, baik menyangkut
perencanaan jadwal belajar maupun inisiatif melakukan usaha tersebut dengan
sungguh-sungguh (Olivia, 2011:37).
g. Minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan
keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan
tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Berarti minat
belajar adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang terhadap belajar yang
ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi, dan keaktifan dalam belajar (Fitriani,
2010).
147 Dalam bukunya Hendra Surya (2010:26-27), ada tiga faktor utama yang menggerakkan
anak untuk melakukan aktifitas belajar, yaitu: minat, motivasi, dan perhatian merupakan
faktor utama yang menggerakkan anak untuk melakukan suatu aktifitas belajar. Menurutnya,
untuk memperoleh suatu aktifitas belajar yang optimal, ketiga komponen ini harus memiliki
kekuatan yang sinergis. Jika kemauan belajar anak lemah, berarti ketiga komponen
penggerak belajar anak inipun memang sangat lemah. Dan untuk meningkatkan minat
belajar, beberapa faktor alasan dapat ditelusuri, seperti rasa ingin tahu, rasa ingin
menyenangkan orang tua, menjadi juara kelas, dikenal sebagai pelajar teladan atau sebagai
pakar mata pelajaran tertentu, dan lainnya (Olivia, 2011:37).
Selain dari faktor-faktor di atas, ada beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan minat belajar. Dalam tulisannya Idli Fitriani (2010), minat dipengaruhi oleh:
1) Motivasi
2) Keterampilan menggunakan variasi mengajar
3) Faktor intern, seperti faktor kesehatan, bakat, dan perhatian
4) Faktor ekstern, seperti faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat
5) Usia
6) Jenis kelamin
Sedangkan menurut Keke T Aritongan (2008:17-21), ada empat faktor yang dapat
meningkatkan minat belajar:
1) Faktor cara mengajar guru;
2) Faktor karakter guru;
3) Faktor suasana kelas tenang dan nyaman; dan
4) Faktor fasilitas belajar.
2. Metode Problem Solving dan Penerapannya dalam Pembelajaran Munasabah AlQur’an
Metode pemecahan masalah merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa dalam memecahkan masalah. Pembelajaran dengan menggunakan metode
pemecahan masalah merupakan suatu cara yang lahir dari perubahan mendasar tentang
cara belajar siswa. Belajar tidak lagi dipandang sebagai proses menerima informasi untuk
disimpan dimemori siswa, namun siswa belajar mendekati setiap persoalan dengan
pengetahuan yang telah mereka miliki, mengasimilasi informasi baru dan membangun
pengertian sendiri (Fitriyanti, 2009:40).
Dalam metode pemecahan masalah, ada beberapa tahapan yang harus terlebih dahulu
dipahami. Menurut Dewey dalam Fitriyanti (2009:40), terdapat beberapa pendapat mengenai
tahap-tahap pelaksanaan dalam penerapan metode pemecahan masalah, yaitu:
148 a. Merumuskan masalah;
b. Menganalisis masalah;
c. Merumuskan hipotesis;
d. Mengumpulkan data;
e. Pengujian hipotesis;
f.
Penarikan kesimpulan.
Adapun dalam bukunya Syaiful Sagala (2006:23-24), kegiatan belajar memecahkan
masalah biasanya meliputi lima langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah
b. Merumuskan dan membatasi masalah
c. Menyusun pertanyaan-pertanyaan
d. Mengumpulkan data-data
e. Analisis dari sejumlah permasalahan belajar sehingga dapat merumuskan atas
pertanyaan-pertanyaan penting mengenai belajar serta penarikan kesimpulan.
Menurut Haris (1998) dalam Ikhwanudin dkk (2010:217), secara ringkas proses problem
solving (pemecahan masalah) meliputi langkah-langkah:
a. Mengumpulkan informasi dan sumber daya untuk dievaluasi serta memperoleh
gambaran yang jelas tentang situasi dan memastikan pemahaman yang benar
atasnya;
b. Brainstorming dan merencanakan proses solusi. Brainstorming adalah melihat situasi
beserta perubahannya, serta memperkirakan konsekuensi dari perubahan tersebut;
c. Mengimplementasikan solusi. Setelah serangkaian langkah diidentifikasi, perlu dilihat
hasil dari tiap langkah untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil
sejauh ini menghasilkan hasil yang diinginkan;
d. Memeriksa hasil. Setelah solusi dicapai, perlu diperiksa kembali untuk memastikan
bahwa hasil yang dicapai sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Menurut Maloy dkk (2010) dalam Ikhwanuddin dkk (2010:217-218), ada lima langkah
penting dalam pembelajaran problem solving, yaitu:
a. Apakah jenis pertanyaannya? Hal ini bertujuan untuk menghubungkan pertanyaan
dengan pendekatan yang telah diketahui;
b. Apa tujuan pertanyaan? atau apa yang dicari dari pertanyaan?;
c. Apa yang sudah diketahui?;
d. Apa rencana saya untuk memecahkan masalah?;
e. Bagaimana saya tahu bahwa saya telah memecahkan masalah tersebut?
Kemudian menurut Singh dan Haileselassie (2010) dalam Ikhwanuddin dkk (2010:218),
problem solving yang efektif dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
149 a. Analisis Konseptual Masalah
b. Perencanaan Solusi Masalah
c. Penerapan dan Evaluasi Rencana Solusi Masalah
d. Refleksi Proses Problem Solving
Berdasarkan rincian-rincian di atas, penerapan metode problem solving dalam
memahami munasabah Al-Qur’an dapat dilakukan di antaranya melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a. Memahami pengertian dengan ruang lingkup bahasan secara baik untuk memahami
situasi masalah
b. Memahami penerapan pengertian dengan ruang lingkup di atas dengan contoh yang
diberikan
c. Menganalisis masalah secara konseptual dengan contoh yang diberikan
d. Merencanakan proses solusi masalah dengan contoh yang berbeda
e. Penerapan solusi masalah dengan contoh yang berbeda
f.
Memeriksa hasil
3. Materi Munasabah Al-Qur’an
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas X MA Mata Pelajaran Quran Hadis
Peminatan Ilmu Tafsir
KELAS X SEMESTER GENAP
KOMPETENSI INTI
1. Menghayati
dan
KOMPETENSI DASAR
mengamalkan 1.1 Menghayati qira’at Alquran
ajaran agama Islam
1.2 Meyakini asbab nuzul Alquran
1.3 Meyakini munasabah dalam menafsirkan Alquran
1.4 Meyakini naskh Alquran
1.5 Meyakini kegunaan kaidah tafsir dalam
menafsirkan Alquran
1.6 Menghayati metode tafsir Al-Qur’an bil ma’tsur
dan tafsir Al-Qur’an bil ra’yi
1.7 Memahami ragam model tafsir Al-Qur’an;
tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran
(perbandingan), dan maudlu’i (tematik)
2. Mengembangkan perilaku (jujur, 2.1 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam
disiplin, tanggung jawab, peduli,
menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan
150 santun, ramah lingkungan, gotong
qira’at Al-Qur’an
royong, kerjasama, cinta damai, 2.2 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam
responsif
dan
pro-aktif)
dan
menunjukan sikap sebagai bagian
dari
solusi
atas
permasalahan
menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan
asbab nuzul Al-Qur’an
berbagai 2.3 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam
bangsa
dalam
berinteraksi secara efektif dengan
menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan
munasabah Al-Qur’an
lingkungan sosial dan alam serta 2.4 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam
dalam menempatkan diri sebagai
menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan
cerminan bangsa dalam pergaulan
naskh Al-Qur’an
dunia
2.5 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam
menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan
kaidah-kaidah penafsiran dalam memahami AlQur’an
2.6 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam
menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan
metode penafsiran Al-Qur’an bil ma’tsur dan bil
ra’yi
2.7 Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam
menafsirkan Al-Qur’an dengan memperhatikan
model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis),
ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan
maudlu’i (tematik)
3. Memahami,
menerapkan
menganalisis
faktual,
pengetahuan
konseptual,
dalam
ilmu
teknologi,
menafsirkan Al-Qur’an
dan 3.3 Memahami munasabah Al-Qur’an dalam
wawasan
menafsirkan Al-Qur’an
kebangsaan, 3.4 Memahami naskh Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-
kemanusiaan,
kenegaraan,
budaya,
dengan
Al-Qur’an
prosedural 3.2 Memahami asbab nuzul Al-Qur’an dalam
pengetahuan,
seni,
humaniora
dan 3.1 Memahami qira’at Al-Qur’an dalam menafsirkan
dan
peradaban
Qur’an
terkait fenomena dan kejadian, 3.5 Memahami kaidah-kaidah dalam menafsirkan Alserta menerapkan pengetahuan
Qur’an; jama’, mufrad, mudzakkar, mu’annats,
prosedural pada bidang kajian
dlamir, nakirah, ma’rifah, sual wal jawab
yang spesifik sesuai dengan bakat 3.6 Memahami metode tafsir Al-Qur’an bil ma’tsur dan
151 dan minatnya untuk memecahkan
bir ra’yi serta mengenal contoh-contohnya
3.7 Memahami model tafsir Al-Qur’an; tahlili (analitis),
masalah
ijmali (global), muqaran (perbandingan), dan
maudlu’i (tematik)
4. Mengolah, menalar, dan menyaji 4.1 Mencontohkan qira’at Al-Qur’an yang sahih
dalam ranah konkret dan ranah 4.2 Mencontohkan beberapa asbab nuzul Al-Qur’an
abstrak
terkait
pengembangan
dengan
dari
yang 4.3 Mencontohkan munasabah dalam menafsirkan Al-
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri,
Qur’an
mampu 4.4 Mencontohkan naskh Al-Qur’an dalam
dan
menggunakan
dalam menafsirkan Al-Qur’an
metode
sesuai
kaidah keilmuan
menafsirkan Al-Qur’an
4.5 Mencontohkan kaidah dalam menafsirkan AlQur’an
4.6 Mencontohkan kitab tafsir yang menggunakan
metode bil ma’tsur dan bil ra’yi
4.7 Mencontohkan model kitab tafsir Al-Qur’an;
tahlili (analitis), ijmali (global), muqaran
(perbandingan), dan maudlu’i (tematik)
b. Kompetensi Dasar Materi Munasabah
Dari KI dan KD di atas, dapat dipilah Kompetensi Dasar materi Munasabah Al-Qur’an
sebagai berikut:
1) Meyakini munasabah dalam menafsirkan Al-quran (Penjabaran dari KI-1 Sikap
Spiritual)
2) Memiliki adab dan syarat seorang mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an dengan
memperhatikan munasabah Al-Qur’an (Penjabaran dari KI-2 Sikap Sosial)
3) Memahami munasabah Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Qur’an (Penjabaran dari KI-3
Pengetahuan
4) Mencontohkan
Keterampilan)
munasabah
dalam
menafsirkan
Al-Qur’an
(Penjabaran
KI-4
152 c. Pengertian Munasabah
Munasabah dapat diartikan sebagai keterkaitan. Ilmu munasabah Al-Qur’an berarti ilmu
yang berbicara tentang keterkaitan yang ada dalam Al-Qur’an. Keterkaitan yang ada dalam
Al-Qur’an tidak dibatasi. Dan karena tidak dibatasi, termasuk dari antara munasabah adalah
semisal nama surat dan kandungannya (Khoiruddin, 2014:71).
d. Macam-macam Munasabah
Munasabah dalam Al-Qur’an terdiri dari beberapa macam. Jika dibagi berdasarkan
tempat adanya munasabah, munasabah dapat dibagi ke dalam tiga macam:
1) Munasabah dalam satu ayat. Munasabah ini meliputi: (1) Munasabah antara satu kata
dengan kata lain dalam satu ayat; (2) Munasabah antara kandungan ayat dengan
fashilah ayat; (3) Munasabah antara kandungan ayat dengan dengan asma al-husna
sebagai penutup ayat.
2) Munasabah dalam satu surat. Munasabah ini meliputi: (1) Munasabah antara nama
surat dengan kandungan surat atau tujuan surat; (2) Munasabah antara awal surat
dengan kandungan surat; (3) Munasabah antara satu ayat dengan ayat lain dalam
satu surat.
3) Munasabah antara surat. Munasabah ini meliputi: (1) Munasabah antara satu kata
dengan kata lain dalam surat yang berbeda; (2) Munasabah antara satu ayat dengan
ayat lain dalam surat yang berbeda; (3) Munasabah antara satu surat dengan surat
sesudahnya (Khoiruddin, 2014:75).
e. Fungsi Munasabah
Munasabah memiliki beberapa fungsi. Dalam tulisannya Bisri Mustofa (2009:7-8), di
antara fungsi munasabah adalah:
1) Mengetahui hubungan antar ayat dan antar surat yang ada
2) Dapat mengetahui mutu dan tingkat kebalaghahan Al-Qur’an
3) Membantu dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an setelah diketahui hubungan antar ayat
dan antar surat. Terlebih jika kurang memahami ilmu asbab al-nuzul
4) Ketepatan pemahaman dan penafsiran Al-Qur’an
5) Memperkaya penafsiran Al-Qur’an
f.
Peranan Munasabah dalam Memahami Al-Qur’an
Munasabah memiliki peran yang sangat besar dalam memahami Al-Qur’an. Peran yang
diberikan, karena munasabah berupaya untuk menjelaskan kata atau ayat dengan kata atau
153 ayat yang lain dalam Al-Qur’an. Munasabah Al-Qur’an berarti menafsirkan Al-Qur’an dengan
Al-Qur’an (Khoiruddin, 2014:76-77).
Untuk mengetahui lebih rinci tentang peran munasabah ini, berikut dua contoh
munasabah:
1) Surat al-Faatihah, 1:6 dengan ayat-7. Ayat-6 berisi do’a untuk ditunjukkan ke jalan
yang lurus. Ayat-7 menjelaskan bahwa jalan yang lurus adalah jalan yang Allah beri
nikmat kepada mereka, bukan jalan yang dimurkai, dan bukan pula yang orangorang yang sesat.
2) Surat al-Qari’ah, 101:8 dengan surat al-Takatsur, 102:1. Ayat-8 berisi berita tentang
orang yang ringan timbangannya, bahwa mereka akan masuk ke dalam neraka. Ayat1 menjelaskan tentang kecelakaan bagi orang-orang yang bermegah-megahan.
4. Hasil Belajar Siswa
Dalam pandangan Benjamin Bloom, keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hierarki
atau taksonomi menjadi tiga domain, yaitu:
a. Domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri
atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu: pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian;
b. Domain afektif mencakup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan
menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional, yaitu:
kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi
diri;
c. Domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan
mengkoordinasikan gerakan terdiri dari: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan
perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif (Syaiful Sagala, 2006:33-34).
Apa yang didapat setelah seseorang belajar? Hasil yang diperlihatkan dan dicapai setelah
orang belajar adalah hasil atau prestasi belajar. Dikatakan dalam bukunya Abin Syamsudin
(1981:86) hasil atau prestasi belajar adalah kecakapan yang dapat didemonstrasikan dan
dapat diuji saat itu, karena merupakan hasil belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan
dan dalam hal tertentu yang telah dipelajarinya dan manifestasinya dapat dideteksi dalam
term-term pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap dengan menggunakan alat ukur.
Dalam bukunya Syaiful Sagala (2006:17) ditambahkan, bahwa setelah belajar orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dalam Kompetensi Inti kurikulum 2013,
kompetensi yang diharapkan setelah seseorang belajar adalah memiliki empat kompetensi
154 Inti, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Sikap yang dikatakan
dalam bukunya Sagala di atas, dijabarkan dalam kurikulum 2013 sebagai sikap spiritual dan
sikap sosial. Adapun domain dari ketiga term-term pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dapat dilihat rinciannya sebagaimana belajar dalam pandang Benjamin Bloom di atas.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang didapat, yang
tercermin pada sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Dan khusus aspek
pengetahuan dan keterampilan, hasil belajar adalah hasil tes yang mencerminkan
kemampuan siswa dalam memahami dan menguasi materi munasabah Al-Qur’an.
F. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah di kelas X MA Bina Rabbani Medan
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MA Bina Rabbani Medan sebanyak 40
anak yang menurut hasil diagnosis memiliki minat dan hasil belajar mata pelajaran Quran
Hadis yang rendah.
3. Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu
penerapan pembelajaran melalui metode problem solving. Dengan menggunakan metode ini,
diharapkan minat dan hasil belajar siswa meningkat.
Indikator keberhasilan tindakan, metode pengukuran, dan evaluasi diuraikan sebagai
berikut:
NO
Indikator Keberhasilan
Metode Pengukuran dan Evaluasi
Tindakan
1
Indikator Proses Pembelajaran
-
a. Indikator diukur dari awal keadaan awal,
Minat Siswa dalam Proses
yaitu
rendahnya
Pembelajaran
pembelajaran Quran Hadis
b. Indikator
minat
keberhasilan
siswa
diukur
dalam
dengan
menggunakan angket tentang minat siswa
dan catatan lapangan setelah mengikuti
pembelajaran
metode
problem
solving
pada setiap siklus
2
Indikator Hasil Pembelajaran
-
Indikator diukur melalui langkah-langkah:
Hasil Belajar Quran Hadis a. Setiap akhir pertemuan diberikan latihan-
155 Materi
Munasabah
Qur’an
Al-
latihan
b. Hasil latihan-latihan untuk menentukan
skor peningkatan individu yang kemudian
digunakan untuk meningkatkan rata-rata
nilai untuk satu kelas
4. Tahap Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus. Kegiatan setiap
siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Adapun
kegiatan rincian dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan perencanaan adalah:
1) Mengadakan pertemuan, guru pelaksana tindakan dengan guru pengamat
berdiskusi tentang persiapan penelitian
2) Menyiapkan lembar observasi aktifitas guru, lembar observasi aktifitas siswa,
angket minat, soal tes, pedoman wawancara, dan catatan lapangan
3) Menyiapkan rencana pelajaran yang telah disusun pada persiapan penelitian
4) Menyiapkan alat tulis dan alat perekam untuk observasi dan wawancara
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, guru Quran Hadis sebagai pelaksana tindakan melakukan
aktifitas pembelajaran sesuai dengan rencana pelajaran yang telah disusun
c. Observasi
Pada tahap observasi, dilakukan observasi aktifitas guru, observasi aktifitas siswa,
dan wawancara dengan siswa. Untuk observasi dilakukan oleh guru pengamat
kemudian dicatat dalam lembar observasi guru. Sedangkan wawancara direkam
dalam alat perekam dan dicatat dalam catatan lapangan.
d. Evaluasi
Pada tahap evaluasi, aktifitas guru dievaluasi berdasarkan lembar observasi, alat
perekam, dan catatan lapangan. Sedangkan minat dan hasil belajar siswa dievaluasi
berdasarkan lembar observasi aktifitas siswa, angket minat, alat perekam, soal tes,
dan catatan lapangan.
e. Refleksi
Pada tahap refleksi, data yang diperoleh dari hasil evaluasi kemudian dianalisis. Hasil
analisis digunakan untuk merefleksi pelaksanaan tindakan pada siklus tersebut, hasil
refleksi kemudian digunakan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.
156 Adapun prosedur, alat, pelaku, sumber informasi, dan cara analisis dapat dilihat
dalam tabel berikut:
NO
Prosedur
Alat
Pelaku
Sumber
Cara Analisis
Informasi
1
Menganalisis
Lembar observasi
Guru
Guru
Analisis
aktifitas guru
aktifitas guru; alat
pengamat
pelaksana
kualitatif
perekam; catatan
tindakan
lapangan
2
Menganalisis
Lembar observasi
Guru
Siswa
aktifitas
aktifitas siswa; alat
pengamat
siswa
perekam; catatan
Analisis
kualitatif
lapangan
3
Menganalisis
Angket minat dan
Guru
Siswa
minat siswa
catatan lapangan
pelaksana
Analisis
kualitatif
tindakan
4
Menganalisis
Tes
Guru
Siswa
Analisis
hasil belajar
pelaksanan
kuantitatif
siswa
tindakan
dan kualitatif
G. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian akan dilaksanakan selama 3 bulan yang setara dengan 12 minggu.
Dilaksanakan mulai bulan Oktober 2015 hingga bulan Desember 2015.
Jadwal penelitian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Minggu keNo
Kegiatan
1
2
3
Persiapan
X
a.
Penyusunan Pedoman Kerja
b.
Penyusun Instrumen
1
X
Penelitian
Pelaksanaan siklus I
X
a.
Perencanaan
b.
Tindakan
c.
Observasi dan Evaluasi
X
2
X
4
5
6
7
8
9
10
11
12
157 d.
Analisis dan Refleksi
X
Pelaksanaan Siklus II
3
a.
Perencanaan
X
b.
Tindakan
X
c.
Observasi dan Evaluasi
X
d.
Analisis dan Refleksi
X
Pelaksanaan Siklus III
4
a.
Perencanaan
X
b.
Tindakan
X
c.
Observasi dan Evaluasi
X
d.
Analisis dan Refleksi
5
Analisis Data
6
Seminar lokal hasil PTK
7
Penyusunan Hasil Penelitian
8
Revisi Laporan Hasil Penelitian
X
X
X
X
X
H. BIAYA PENELITIAN
RAB PENELITIAN
Judul Penelitian
:…………………………………..
Peneliti
:…………………………………..
Sumber Dana
:…………………………………..
Jumlah
:…………………………………..
Rincian Biaya Kegaiatan
:
01.
Jumlah Biaya Penelitian
Rp…
02.
Pajak (5%)
RP…
03.
Jumlah Biaya Penelitian Bersih
Rp…
04.
Pengeluaran:
a. Persiapan Penelitian
Rp…
b. Tindakan
Rp…
c. Penyusunan Laporan Penelitian
Rp…
d. Penggandaan Laporan Penelitan
Rp…
e. Honorarium Peneliti (30 %)
Rp…
f.
Rp…
Biaya lain-lain
05.
Jumlah Biaya yang Dikeluarkan
06.
Saldo Akhir
Rp…
Rp…
158 I. DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, Keke T. “Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”. Jurnal
Pendidikan Penabur No. 10/Tahun ke-7/Juni 2008, 11-21.
Fitriani, Idil. “Hubungan Antara Motivasi Dan Keterampilan Menggunakan Variasi Mengajar
Dengan Minat Belajar Mahasiswa”. Ilmiah, Vol 11, Nomor 2, 2010.
Fitriyanti. “Pengaruh
Penggunaan Metode Pemecahan Masalah Terhadap Kemampuan
Berpikir Rasional Siswa”. Jurnal Pendidikan, Volume 10, Nomor 1, Maret 2009, Hal.
38-47.
Ikhwanuddin, Amat Jaedun, dan Didik Purwantoro. “Problem Solving dalam Pembelajaran
Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Berpikir Analitis”. Jurnal
Kependidikan, Vol 40, No. 2, November 2010, Hal. 215-230.
Khoiruddin, Heri. Ilmu Alquran dan Peranannya dalam Memahami Alquran. Bandung: Fajar
Media, 2014.
Mustofa, Bisri. “Munasabat Al-Qur’an”. Lentera, No 14, Volume 8, Agustus 2009, Hal. 20-27
Olivia, Femi. Teknik Ujian Efektif. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011.
Rustini, Tin. “Penerapan Model Problem Solving untuk Meningkatkan Pengembangan Potensi
Berpikir Siswa Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar”. Jurnal Pendidikan Dasar,
No. 10, Oktober 2008.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2006.
Surya, Hendra. Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul. Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2010.
Taniredja, Tukiran., Irma Pujiati dan Nyata. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta,
2012
J. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian
2. Curriculum Vitae
3. Surat Keterangan dari kepala sekolah
159 E. Rangkuman
1. Konsep Dasar PTK
PTK adalah Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka
memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Sering
disebut classroom action research, di antara tujuan PTK adalah untuk memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam
interaksi
antara
guru
dengan
siswa
yang
sedang
belajar,
meningkatkan
profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.
2. Prinsip PTK
Tiga prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah:
a. Inquiri reflektif
b. Kolaboratif
c. Reflektif
3. Model PTK
Beberapa model PTK yang sering digunakan:
a. Model Kurt Lewin
b. Model Kemmis & McTaggart
c. Model Dave Ebbutt
d. Model John Elliot
e. Model Hopkins
f.
Model Gabungan Sanford dan Kemmis
4. Metodologi
Secara singkat, metode penelitian dalam PTK berisi hal-hal sebagai berikut:
a. Setting Penelitian
b. Sasaran penelitian
c. Rencana Tindakan
d. Teknik Pengumpulan Data
e. Analisis Data
5. Sistematika proposal PTK meliputi:
a. Halaman sampul usulan penelitian;
b. Halaman pengesahan;
c. Judul penelitian;
d. Bidang kajian;
e. Pendahuluan;
f.
Perumusan dan pemecahan masalah;
g. Tujuan penelitian;
160 h. Manfaat hasil penelitian;
i.
Kajian pustaka;
j.
Rencana dan prosedur penelitian;
k. Jadwal penelitian;
l.
Biaya penelitian;
m. Personalia penelitian;
n. Daftar pustaka; dan
o. Lampiran-lampiran.
F. Latihan
Tugas
Masing-masing peserta menulis satu buah usulan PTK sesuai dengan masing-masing
tingkat satuan pendidikan.
Jawablah pertanyan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang benar!
1. Berikut ini di antara pengertian PTK, kecuali …
a. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalahmasalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan
b. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang
bersifat reflektif
c. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka
memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.
d. Penelitian tindakan kelas sebagai pengganti tugas utama guru sebagai pengajar
2. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah inquiri reflektif. Inquiri reflektif
adalah…
a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang
menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual
b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan
yang diinginkan
c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental
d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian
3. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah Kolaboratif. Kolaboratif adalah…
161 a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang
menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual
b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan
yang diinginkan
c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental
d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian
4. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah Reflektif. Reflektif adalah…
a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang
menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual
b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan
yang diinginkan
c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental
d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian
5. Di antara model-model gabungan dalam model-model PTK adalah…
a. Model gabungan Kurt Lewin dan Kemmis
b. Model gabungan McTaggart dan Dave Ebbutt
c. Model gabungan John Elliot dan Hopkins
d. Model gabungan Sanford dan Kemmis
6. Tahapan yang lazim dilalui dalam PTK adalah...
a. Perencanaan-pelaksanaan-pengamatan-refleksi
b. Perencanaan-pengamatan-pelaksanaan-refleksi
c. Pengamatan-pelaksanaan-perencanaan-refleksi
d. Pengamatan-perencanaan-pelaksanaan-refleksi
7. Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan dilakukan oleh…
a. Kolaborator
b. Kontributor
c. Distributor
d. Inspirator
8. Jika PTK terdiri dari tiga siklus, maka siklus ketiga dimulai dari…
a. Perencaanaan
b. Pelaksanaan
162 c. Pengamatan
d. Refleksi
9. Berikut ini unsur yang harus ada dalam pendahuluan, kecuali…
a. Latar belakang masalah
b. Rumusan masalah
c. Tujuan dan manfaat penelitian
d. Hasil penelitian
10. Dalam sistematika proposal PTK, kajian pustaka ditempatkan setelah…
a. Latar belakang masalah
b. Rumusan masalah
c. Tujuan dan manfaat penelitian
d. Daftas pustaka
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Sebutkan dua alasan mengapa PTK penting untuk dilakukan?
2. Apa perbedaan antara PTK model Kurt Lewin dengan Kemmis dan McTaggart?
3. Apa perbedaan antara PTK model Dave Ebbutt dan John Elliot?
4. Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dalam penelitian
tindakan kelas. Sebutkan empat di antaranya, kemudian jelaskan?
5. Apa saja rincian yang harus ada dalam setiap laporan PTK?
163 G. Daftar Pustaka
Arends, Richard. Classroom Instruction and Management. Toronto:McGrew-Hill, 1997.
Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi aksara, 2006.
Arikunto, suharsimi., Suhardjono dan Supardi. Penelitian Tindakan Kelas. cet X. Jakarta:Bumi
Aksara, 2010.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru Sekolah
Menengah. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action research). IBRD OAN No
3979 – IND.
Depdikbud. Penelitian Tindakan Kelas, (Clasroom Action research), Jakarta: Dirjen Dikti,
Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah, 1999.
Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. Menulis Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2007.
Elliot, John. The Action Research. Geelong Victoria:Deakin University, 1992.
Hopkins, David. A Teacher’s Guide to Classroom Research. 1992.
Kalidjernih, Freddy K. Penulisan Akademik; Esai, Makalah, Artikel Jurnal Ilmiah, Skripsi,
Tesis, Disertasi, Bandung:Widya Aksara Press, 2010.
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru.
Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2008.
Suyadi. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:Diva Press, 2013.
Taniredja, Tukiran., Irma Pujiati dan Nyata. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:Alfabeta,
2012.
164 Modul 4
Materi Pembelajaran Qur’an-Hadis
A.
Peta Konsep
Pengertian
Tujuan al‐
Qur'an dan Hadis
Isi dan Esensi Al‐Qur'an
Qur'an Hadis
Kedudukan dan Fungsi Hadis
Pembagian Hadis
Metode Pembelajaran Qur'an Hadis
B.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian al-Qur’an dan Hadis secara etimologi maupun terminologi
2. Menjelaskan tujuan diturunkannya al-Qur’an dan disampaikannya Hadis
3. Menjelaskan pokok-pokok isi kandungan al-Qur’an
4. Mengidentifikasi keududukan dan fungsi-fungsi Hadis terhadap al-Qur’an
5. Membedakan macam-macam Hadis
6. Menerapkan berbagai metode pembelajaran Hadis
C.
Strategi Dan Media Pembelajaran
Untuk
mempelajari
modul
ini,
instruktur
dapat
menggunakan
strategi
pembelajaran kooperatif dengan berbagai metode seperti berikut:
1. Diskusi Kelompok, Presentasi dan Tanya Jawab
Instruktur membagi peserta ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing
kelompok beranggotakan 4 peserta. Setiap peserta diberi nomor dari 1 sampai 4.
Kemudian Instruktur membagi materi yang akan dibahas dan dibuat point-point
165 penting dan dituangkan dalam lembaran kertas plano atau power point. Kemudian
secara bergiliran tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Setelah
presentasi, kelompok lain memberikan feedback baik berupa sanggahan ataupun
pertanyaan dan dijawab oleh kelompok penyaji. Instruktur memberikan penguatan
terhadap jawaban-jawaban yang diberikan kelompok penyaji.
2. Menggunakan Metode Index Card Mach
Instruktur menyiapkan kartu-kartu misalnya sebanyak 20 lembar. Pada 10 kartu
ditulis pertanyaan-pertanyaan sesuai materi yang ada pada modul dan 10 kartu
yang lain ditulis jawaban-jawaban sesuai pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Kemudian 20 kartu itu dibagikan kepada peserta PLPG. Peserta yang mendapat
kartu diminta mencari pasangannya yaitu peserta lain yang mendapat kartu
pertanyaan atau jawaban yang tepat. Setelah itu instruktur bersama seluruh
peserta memeriksa kecocokan setiap pasangan.
3. Menggunakan Metode Card Sort
Instruktur menyiapkan sejumlah kartu; misalnya 30 lembar. Pada tiap kartu ditulis
konsep-konsep yang ada pada modul misalnya kata-kata “shahih”, “hasan”, “dlaif”,
“bayan ta’kid”, “bayan tafsir”, dan “bayan tasyri”. Kemudian instruktur menuliskan
katagori di papan tulis; Macam-Macam Hadis dan Fungsi Hadis, lalu peserta yang
mendapatkan kartu menempel kartu di bawah katagori yang tepat. Lalu instruktur
mengevaluasi pengelompokan kartu-kartu tersebut.
4. Debat Aktif atau Pro-Kontra
Instruktur memilih sub materi dari modul yang memungkinkan peserta PLPG
berbeda
pendapat.
(menghapus)
Misalnya
ketentuan
apakah
hukum
dari
Hadis
ayat
dapat
al-Qur’an.
berfungsi
menasakh
Kemudian
peserta
dikelompokan menjadi dua kelompok; yang pertama adalah mereka yang setuju
(pro) dengan teori bahwa Hadis dapat menasakh ketentuan hokum dari ayat alQur’an dan yang kedua adalah mereka yang tidak setuju. Tiap kelompok diberi
waktu untuk menyiapkan argument dan dalil-dalil untuk membela pendirian
masing-masing.
Kemudian
instruktur
memulai
debat
dengan
memberikan
kesempatan kepada kelompok yang setuju (pro) untuk menyampaikan argument
mereka lalu dilanjutkan dengan kelompok kontra. Kemudian masing-masing
kelompok diberi kesempatan juga untuk membantah argument kelompok lain.
D.
Skenario Kegiatan Pembelajaran
TAHAPAN
DESKRIPSI KEGIATAN
WAKTU
166 KEGIATAN
PERSIAPAN
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat
pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop,
File, Active Speaker, dan Laser Pointer, atau
media pembelajaran lain.
Pengkondisian Peserta
Fasilitator menjelaskan tujuan dan skenario
kegiatan pembelajaran materi pelatihan
Pembelajaran Qur’an Hadis
KEGIATAN INTI
Fasilitator memotivasi peserta agar serius,
antusias, teliti, dan bekerja sama saat proses
pembelajaran berlangsung.
1.Pembelajaran
dengan
metode
Diskusi
Kelompok, Presentasi dan Tanya Jawab.
Diawali overview instruktur terhadap isi modul,
kemudian peserta dibagi ke dalam beberapa
kelompok. Tiap kelompok menyiapkan bahan
presentasi yang disajikan secara bergiliran
dilanjutkan dengan feedback dari kelompok
lain.
2.Pembelajaran dengan menggunakan Metode
Index Card Mach. Instruktur menyiapkan
kartu-kartu berisi pertanyaan dan jawaban
dalam jumlah yang sama. Kemudian kartukartu itu dibagikan kepada peserta PLPG.
Peserta yang mendapat kartu diminta mencari
pasangannya agar ketemu antara kartu
pertanyaan dengan kartu jawaban yang tepat.
3.Pembelajaran dengan Metode Card Sort.
Instruktur menyiapkan sejumlah kartu yang
ditulis konsep-konsep yang ada pada modul
misalnya kata-kata “shahih”, “hasan”, “dlaif”,
“bayan ta’kid”, “bayan tafsir”, dan “bayan
tasyri”. Kemudian instruktur menuliskan
katagori di papan tulis, lalu peserta menempel
kartu-kartu di bawah katagori yang tepat.
4.Pembelajaran dengan metode Debat Aktif atau
Pro-Kontra. Instruktur memilih sub materi dari
modul yang memungkinkan peserta PLPG
berbeda
pendapat.
Kemudian
peserta
dikelompokan menjadi dua kelompok; yang
pertama adalah mereka yang setuju (pro) dan
yang kedua adalah mereka yang tidak setuju
(kontra). Tiap kelompok diberi waktu untuk
menyiapkan argument dan dalil-dalil untuk
membela pendirian masing-masing. Kemudian
instruktur memulai debat dengan memberikan
kesempatan kepada tiap kelompok untuk
167 menyampaikan
argumentasinya
ditanggapi oleh kelompok lain.
KEGIATAN
PENUTUP
E.
dan
Membuat rangkuman materi Pembelajaran
Qur’an Hadis
Refleksi dan umpan balik tentang proses
pembelajaran.
Instruktur mengingatkan peserta agar
membaca referensi yang relevan.
Instruktur menutup pembelajaran.
Uraian Materi
1. Pengertian al-Quran, Hadis, Sunah, Khabar, dan Atsar
a. Pengertian al-Quran
Menurut para ulama tafsir, kata al-Qur’an ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau
etimologis) merupakan bentuk mashdar dari kata qara’a – yaqra’uu – qira’atan –
wa qar’an – wa qur’aanan. Kata qara’a, yang secara literal berarti menghimpun,
diartikan juga membaca, karena
membaca adalah kegiatan merangkai dan
menghimpun huruf dengan huruf yang lain kemudian mengucapkannya. Menurut AlLihyani lafadz al-Qur'an berasal dari lafadz Qur'an, karena termasuk dalam kategori
"tasmiyah al-maf'ul bi al-mashdar" (penamaan isim maf'uldengan isim mashdar). Hal
ini digambarkan dalam al-Quran surat Al-Qiyamah/ : 17-18:
﴾١٨﴿ ُ‫﴾ ﻓَِﺈ َذا ﻗَـَﺮأْﻧَﺎﻩُ ﻓَﺎﺗﱠﺒِ ْﻊ ﻗُـ ْﺮآﻧَﻪ‬١٧﴿ ُ‫إِ ﱠن َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ َﲨْ َﻌﻪُ َوﻗُـ ْﺮآﻧَﻪ‬
Artinya:
Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah
bacaannya itu.
Kata qara’a juga diartikan dengan menelaah, meneliti dan mengetahui ciri-ciri
sesuatu. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kata qara’a tidak selalu
membutuhkan tulisan sebagai objek bacaan, tetapi juga mencakup objek yang tidak
tertulis. Perhatikan misalnya, perintah membaca dalam wahyu pertama turun kepada
Rasulullah saw. (Qs. al-Alaq/ ayat 1-5), yang tidak hanya mencakup perintah
membaca yang tertulis tetapi juga mencakup perintah membaca yang tidak tertulis,
berupa tanda-tanda kebesaran Allah, baik makrocosmos maupun mikrocosmos
Sebagian ulama juga berpendapat bahwa al-Quran berasal dari kata qarana yang
artinya menyertakan, karena menyertakan surat, ayat dan huruf-huruf. Sebagian lagi
ada yang berpendapat bahwa al-Quran berasal dari kata qara'in (penguat) karena alQuran terdiri atas ayat-ayat yang saling menguatkan dan terdapat kemiripan antara
satu dengan ayat-ayat lainnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Orientalis, Schwally
dan Weelhausen dalam Da'irah al-Ma'arif
bahwa al-Quran berasal dari bahasa
168 Hebrew, yakni dari kata "keryani: berarti "yang dibaca". Al-Quran menurut istilah ada
beberapa pendapat antara lain:
1) Menurut manna' al-Qathan, al-Quran adalah :
.‫ﺑﺘﻼوﺗﻪ‬
‫ اﳌﺘﻌﺒﺪ‬. ‫ م‬. ‫ﻛﻼم اﷲ اﳌﻨﺰل ﻋﻠﻰ ﳏﻤﺪ ص‬
Artinya : Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan orang yang membacanya
akan memperoleh pahala.
2) Menurut istilah Ushul Fiqih, Al-Quran adalah :
‫ اﳌﻌﺠـﺰ اﳌﺘﻌﺒـﺪ ﺑﺘﻼوﺗـﻪ اﳌﻨﻘـﻮل ﺑـﺎﻟﺘﻮاﺗﺮ اﳌﻜﺘـﻮب ﰱ اﳌﺼـﺎﺣﻒ ﻣـﻦ‬.‫م‬.‫ﻛـﻼم اﷲ اﳌﻨـﺰل ﻋﻠـﻰ اﻟﻨـﱯ ص‬
‫اول ﺳﻮرة اﻟﻔﺎﲢﺔ إﱃ ﺳﻮرة اﻟﻨﺎس‬
Artinya : Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW, lafadz-lafadznya
mengandung mukjizat, membacanya ibadah, disampaikan kepada kita secara muawatir, dan ditulis
pada mushaf mulai dari surat al-Fatihah sampai surat al-Nas.
3) Menurut Al-Jurjani, al-Quran adalah :
‫ﻫﻮ اﳌﻨﺰل ﻋﻠﻰ اﻟﺮﺳﻮل اﳌﻜﺘﻮب ﰱ اﳌﺼﺎﺣﻒ اﳌﻨﻘﻮل ﻋﻨﻪ ﻧﻘﻼ ﻣﺘﻮاﺗﺮا ﺑﻼ ﺷﺒﻬﺔ‬
Artinya: yang diturunkan kepada Rasulullah SAW ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara
mutawatir tanpa keraguan.
Menurut jumhur ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah, termasuk empat imam
madzhab berpendapat bahwa al-Quran adalah kalam Allah yang azali, bukan makhluk
dan dengan sendirinya qadim. Jumhur ulama berpendapat bahwa al-Quran adalah
kalam Allah yang eksis bersama zat-Nya, berada di luar alam nyata, bukan makhluk
dan yang qadim. Bentuk lafadz dalam mushaf adalah simbol akan keberadaan sifat
kalam Allah, dan sifat kalam itu adalah qadim sebagaimana qadimnya Allah, jika
dikatakan al-Quran adalah baru, maka yang dimaksud adalah lafadz-lafadz yang
dicetak dalam mushaf, diucapkan dan didengar. Yang demikian ini adalah
kebudayaan dan tidak qadim.
Sedangkan kalangan mu'tazilah berpendapat bahwa al-Quran adalah makhluk.
Alasannya kalau kalam itu qadim berarti ada sesuatu yang qadim selain Allah
(ta'addud al-qudama). Bagi mu'tazilah yang dianggap sebagai sifat-sifat Tuhan yang
qadim oleh ulama Sunni, seperti al-kalam, al-basyir, dan lain sebagainya, tidak lain
adalah nama-nama Tuhan.
Al-Asy'ari membantah pendapat mu'tazilah di atas dengan mengatakan bahwa
jika al-Quran diciptakan (makhluk), maka tidaklah sesuai dengan Q.S. al-Nahl/17: 40
﴾٤٠﴿ ‫ﻮل ﻟَﻪُ ُﻛﻦ ﻓَـﻴَ ُﻜﻮ ُن‬
َ ‫إِﱠﳕَﺎ ﻗَـ ْﻮﻟُﻨَﺎ ﻟِ َﺸ ْﻲ ٍء إِ َذا أ ََرْدﻧَﺎﻩُ أَن ﻧـﱠ ُﻘ‬
Artinya : Sesungguhnya perkataan kami terhadap sesuatu apabila kami
menghendakinya, kami Hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah
ia.
169 Al-Quran sebagai wahyu tidak sama dengan hadis, yang juga dianggap sebagai
wahyu dari Tuhan oleh para ulama. Bedanya adalah hadis tidak dinyatakan dengan
baku sebagaimana al-Quran, hadis tidak melalui perantaraan Jibril, dan tidak ada
jaminan dari Tuhan akan selalu terpelihara.
b. Pengertian Hadis
Secara etimologis, “hadis” memiliki beberapa makna di antaranya :
1) Jadid, lawan qadim: yang baru (jamaknya hidats, hudatsa, dan huduts).
2) Qarib: yang dekat, yang belum lama terjadi
3) Khabar: warta, yakni: sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada seseorang yang lain.
Adapun pengertian Hadis secara terminologis menurut Ahli Hadis:
ِ ‫ﻣﺎ أ‬
‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ِﻣ ْﻦ ﻗَـ ْﻮٍل أ َْو ﻓِ ْﻌ ٍـﻞ أ َْو ﺗَـ ْﻘ ِﺮﻳْـ ٍﺮ أ َْو ِﳘﱠ ٍـﺔ أ َْو ِﺻـ َﻔ ٍﺔ‬
ْ َ
َ ‫ُﺳﻨ َﺪ إِ َﱃ اﻟﻨِﱠﱯ‬
‫َﺧ ْﻠ ِﻘﻴﱠ ٍﺔ أ َْو ُﺧﻠُ ِﻘﻴﱠ ٍﺔ‬
“Apa yang disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa ucapan, perbuatan, atau ketetapan (sikap),
atau keinginan, atau sifat fisik dan akhlak”.
Masuk ke dalam keadaannya, segala yang diriwayatkan dalam kitab sejarah
seperti kelahirannya, tempat dan yang bersangkut paut dengan itu, baik sebelum
dibangkit, maupun sesudahnya.
Sebagian ulama seperti al-Thiby berpendapat bahwa “Hadis itu meliputi sabda
Nabi, perbuatan dan taqrir beliau. Meliputi pula perkataan, perbuatan, dan taqrir
Sahabat. Sebagaimana meliputi pula perkataan, perbuatan, dan taqrir Tabi’in. Maka
sesuatu Hadis yang sampai kepada Nabi dinamai marfu’, yang sampai kepada Sahabat
dinamai mauquf dan yang sampai kepada Tabi’in dinamai maqthu.
c. Pengertian Sunnah, Khabar, dan Atsar
Di samping itu ada beberapa kata yang bersinonim dengan kata Hadis seperti
Sunnah, Khabar dan Atsar, kebanyakan ulama mengartikan sama kepada tiga istilah
ini. Namun sebagian yang lain membedakannya. Berikut penjelasannya.
1) Sunnah
Menurut bahasa atau secara etimologi, sunnah bermakna jalan yang dijalani, baik
terpuji atau tidak. Sesuatu yang sudah tradisi atau menjadi kebiasaan dinamai
sunnah, walaupun tidak baik.
ً‫ﺖ أ َْم َﺳﻴﱢﺌَﺔ‬
ْ َ‫اﳌﻌﺘَ َﺎدةُ َﺣ َﺴﻨَﺔً َﻛﺎﻧ‬
ْ ُ‫اﻟَﻄﱠ ِﺮﻳْـ َﻘﺔ‬
170 Adapun secara terminologi, sunnah menurut Muhadisin ialah: segala sesuatu yang
dinukilkan dari Nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa taqrir,
pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup, baik yang demikian itu sebelum Nabi
Saw, maupun sesudahnya.
a) Contoh sunnah (hadis) ucapan:
ِ ‫ﺎل ﺑِﺎﻟﻨـﱢﻴ‬
(‫ﺎت )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ‬
ْ ‫إِﱠﳕَﺎ اْﻷ‬
َ ُ ‫َﻋ َﻤ‬
“Segala amalan itu mengikuti niat” (H.R. Al Bukhary dan Muslim)
b)
Contoh sunnah (hadis) perbuatan adalah:
ِ ‫ـﻮل اﻟﻠﱠ ِـﻪ ﺻـﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠـﻪ ﻋﻠَﻴ ِـﻪ وﺳـﻠﱠﻢ ﻳﺼـﻠﱢﻲ ﻋﻠَـﻰ ر‬
‫ـﺖ‬
ُ ‫َﻋ ْﻦ َﺟﺎﺑِ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻗَ َﺎل َﻛـﺎ َن َر ُﺳ‬
ُ ‫اﺣﻠَﺘِ ِـﻪ َﺣْﻴ‬
ْ ‫ـﺚ ﺗَـ َﻮ ﱠﺟ َﻬ‬
َ
َ َ َُ َ ََ َْ ُ
(‫ﺎﺳﺘَـ ْﻘﺒَ َﻞ اﻟْ ِﻘْﺒـﻠَﺔَ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى‬
َ ‫ﻓَِﺈ َذا أ ََر َاد اﻟْ َﻔ ِﺮ‬
ْ َ‫ﻳﻀﺔَ ﻧَـَﺰَل ﻓ‬
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata Rasulullah saw shalat di atas
ontanya kemanapun onta itu menghadap. (Tetapi) kalau dia hendak shalat
fardlu dia turun dari ontanya dan menghadap kiblat. (HR. al-Bukhary)
c) Contoh sunnah (hadis) taqrir adalah:
Suatu saat di tengah perjalanan Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya:
ِ ‫ﲔ اَﺣ ُﺪ ُﻛﻢ اﻟﻌ‬
َ‫ﺼَﺮ اﻻّ ِﰱ ﺑَِﲎ ﻗُـَﺮﻳْﻈَﺔ‬
ْ َ ْ َ ‫ﺼﻠﱢ َ ﱠ‬
َ ُ‫ﻻَ ﻳ‬
“Jangan seseorang diantara kamu shalat ashar, melainkan di Bani Quraidhah”
Sebagian Sahabat memahami sabda beliau secara harfiyah. Karena itu, mereka
tidak mengerjakan shalat Ashar sebelum mereka sampai di Bani Quraidhah. Akan
tetapi ada juga yang shalat ashar meskipun belum sampai ke Bani Quraidhah
karena khawatir waktu ashar sudah habis ketika sampai di Bani Quraidhah.
Terhadap mereka Nabi membiarkan.
Contoh lain dari hadis taqriry adalah sikap beliau ketika ditawari daging
biawak oleh seorang sahabat yaitu Khalid bin Walid. Beliau tidak mau tetapi
membiarkan sahabatnya memakan daging biawak tersebut. Kemudian beliau
bersabda:
ِ ‫ﻻَ َوﻟَ ِﻜﻨﱠﻪُ ﻟَْﻴﺲ ِﰲ أ َْر‬
‫ض ﻗَـ ْﻮِﻣ ْﻲ ُﻛﻠُﻮا ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ َﺣﻼَ ٌل‬
َ
“Tidak, hanya binatang ini tidak ada di negeri saya karena itu saya tidak suka memakannya,
makanlah sesungguhnya dia itu halal” (H.R. Al Bukhary dan Muslim).
Persamaan dan Perbedaan Sunnah dengan Hadits
Dalam kaitannya dengan istilah hadis, baik dari sudut etimologi maupun
terminologi, antara sunnah dan hadis memiliki perbedaan sebagaimana yang
diungkapkan oleh Subhi Shalih dan Endang Soetari Ad. Menurutnya, antara hadis
171 dan sunnah dapat dibedakan, bahwa hadis konotasi adalah segala peristiwa yang
dinisbahkan kepada Nabi Saw walaupun hanya 1 x beliau mengucapkan dan
mengerjakannya sedangkan sunnah sesuatu yang diucapkan atau dilaksanakan
secara terus menerus dan dinukilkan dari masa ke masa dengan jalan mutawatir.
Pada dasarnya antara hadis dan sunnah memiliki pengertian yang sangat
berdekatan juga karena Rasulullah Saw memperkuat sunnahnya dengan sabda
Nabi itu sendiri. Meminjam ungkapan Hasby Ash Shiddieqy, bahwa sunnah dan
hadis adalah 2 buah kata untuk satu wujud.
2) Khabar
Khabar menurut etimologis adalah berita yang disampaikan dari seseorang.
Jamaknya adalah akhbar orang yang banyak menyampaikan khabar dinamai khabir.
Khabar digunakan buat segala sesuatu yang diterima dari yang selain Nabi Saw.
Mengingat hal inilah orang yang meriwayatkan hadis dinamai muhaddits, dan orang
yang meriwayatkan sejarah dinamai akhbary. Oleh karenanya, menurut mereka
khabar berbeda dengan hadis.
3) Atsar
Atsar menurut etimologis, ialah bekas sesuatu atau sisa dari sesuatu atau nukilan
(yang dinukilkan). Suatu do’a yang dinukilkan dari nabi dinamai do’a ma’tsur. Secara
terminologis menurut jumhur ulama, atsar sama artinya dengan khabar dan hadis.
Sebagian ulama mengatakan atsar lebih umum daripada khabar, yaitu atsar
berlaku bagi segala sesuatu dari Nabi Saw. Maupun dari selain Nabi Saw. Sedangkan
khabar khusus bagi segala sesuatu dari nabi saja.
Dengan menganalisa definisi tersebut,memang terdapat perbedaan, namun kita
dapat mengemukakan bahwa hadis, khabar, sunnah maupun atsar pada prinsipnya
sama-sama bersumber dari Rasulullah saw.
3. Tujuan Kehadiran al-Qur’an & Hadis
Al-Quran merupakan sumber utama ajaran agama yang akan selalu relevan
kapanpun dan dimanapun adanya (shahihun likulli zaman wamakan). Walaupun
persoalan-persoalan baru muncul silih berganti, peradaban, dan kebudayaan manusia
terus berkembang, namun al-Quran akan selalu mampu menjawabnya, karenanya alQuran itu menempati posisi penting dan sentral dalam kehidupan umat islam sebagai
sumber hukum. Dilihat dari sudut sejarah masa turun al-Quran pada saat masyarakat
Arab sedang bergelimang dalam maksiat dan kemusyrikan.
172 Secara garis besar tujuan kehadiran al-Quran terdapat dua bagian yaitu:
a. Memelihara Sifat Kemanusiaan
Menurut penelitian ahli biologi, binatang keledai muncul nafsunya setiap 24 jam
sekali, pada saat muncul nafsunya, keledai tidak pernah bertanya suami atau isteri
siapa, tidak peduli ada orang atau tidak, tidak peduli tempat terbuka atau tertutup.
Sedangkan nafsu manusia lebih cepat dibandingkan dengan keledai, jika manusia
bertindak seperti keledai, maka kedudukan manusia akan seperti binatang. Dalam alQuran disebut dengan kalimat: "mereka seperti binatang, bahkan lebih rendah dari
pada binatang". Karena itu tujuan al-Quran ada kaitannya dengan "maqasid al-
syari'ah" yaitu:
hifdz al-din (memelihara agama), hifdz an-nas (memelihara jiwa),
hifdz an-nasl (memelihara keturunan), hifdz al-aql (memelihara akal) dan hifdz al-mal
(memelihara harta).
b. Mengembangkan potensi manusia
Dalam al-Quran surat al-Nahl/16 : 78, Allah Swt berfirman:
ِ
ِ
‫ﺼـ َـﺎر َو ْاﻷَﻓْﺌِـ َـﺪةَ ۙ◌ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜـ ْـﻢ‬
ْ ‫َواﻟﻠﱠ ــﻪُ أ‬
َ ْ‫َﺧـ َـﺮ َﺟ ُﻜﻢ ﱢﻣــﻦ ﺑُﻄُــﻮن أُﱠﻣ َﻬــﺎﺗ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻤــﻮ َن َﺷـ ْـﻴﺌًﺎ َو َﺟ َﻌـ َـﻞ ﻟَ ُﻜـ ُـﻢ اﻟ ﱠﺴـ ْـﻤ َﻊ َو ْاﻷَﺑ‬
﴾٧٨﴿ ‫ﺗَ ْﺸ ُﻜ ُﺮو َن‬
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Ayat tersebut memberikan isyarat bahwa Allah mengeluarkan manusia dari perut
ibumu
dengan kekuasaan-Nya dan ilmu-Nya dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun yang ada di sekeliling kamu. Dan Allah memberikan kepada manusia
sejumlah potensi yaitu: pendengaran, penglihatan, dan akal, sebagai bekal dan alatalat untuk mendapatkan pengetahuan agar kamu memberdayakannya.
Dalam banyak ayat lain terdapat sejumlah kalimat yang mendorong manusia
untuk memberdayakan potensi-potensi yang dimilikinya untuk berfikir, melakukan
riset, penelitian, dan pengamatan terhadap alam semesta beserta unsur-unsur yang
ada di dalamnya, sehingga ditemukan rumusan-rumusan pengetahuan empirik yang
berguna
bagi
pengembangan
peradaban
umat
manusia.
Allah
swt
telah
memperlihatkan perlunya riset ruang angkasa, geologi, kehidupan binatang,
pemanfaatan permukaan bumi dan lain-lain.
Secara lebih rinci M. Quraish Shihab menyebutkan tujuan kehadiran al-Quran
antara lain:
173 1) Untuk membersihkan dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik serta
memantapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi Tuhan semesta
alam.
2) Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa umat
manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama
dalam
pengabdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.
3) Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, bukan saja antar suku atau bangsa,
tetapi kesatuan alam semesta, kesatuan kehidupan dunia dan akhirat, natural dan
supranatural, kesatuan ilmu, iman, dan rasio. kesatuan kebenaran, kesatuan
kepribadian manusia, kesatuan kemerdekaan dan determinisme , kesatuan sosial,
politik, dan ekonomi, dan kesemuanya berada di bawah satu keesaan, yaitu
keesaan Allah Swt.
4) Untuk mengajak manusia berpikir dan bekerja sama dalam bidang kehidupan
musyawarah dan mufakat dan dipimpin hikmah kebijaksanaan.
5) Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan, penyakit dan
penderitaan hidup, serta pemerasan manusia atas manusia dalam bidang sosial,
ekonomi, politik, dan juga agama.
6) Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih sayang,
dengan
menjadikan
keadilan
sosial,
sebagai
landasan
pokok
kehidupan
masyarakat manusia.
7) Untuk memberikan jalan tengah antara falsafah kolektif komunisme, menciptakan
ummatan wasathan yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran .
8) Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan suatu
peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan panduan Nur Ilahi.
Sedangkan menurut Muhammad Rasyid Ridha terdapat sepuluh poin tujuan
kehadiran al-Quran antara lain:
1) Menjelaskan rukun agama;
2) Memberi informasi kepada manusia apa yang mereka tidak ketahui dari persoalan
kenabian, kerasulan, dan tugas-tugas mereka;
3) Menyempurnakan jiwa manusia, masyarakat dan komunitas manusia;
4) Memperbaiki kehidupan sosial politik manusia;
5) Menetapkan keutamaan Agama Islam;
6) Menerangkan ajaran Islam tentang kehidupan politik;
7) Memberi petunjuk tentang perbaikan ekonomi;
8) Memperbaiki system peperangan dan perdamaian;
174 9) Mengangkat derajat wanita dan memberikan kepada mereka hak-hak penuh
dalam kehidupan manusia, dalam beragama dan dalam peradaban;
10) Memerdekakan budak.
Menurut M. Rasyid Ridha kesepuluh tujuan al-Quran ini merupakan penjabaran
dari tiga ajaran pokok al-Quran yang menganjurkan umat manusia untuk
mengembangkan: (1) pendidikan; (2) ilmu pengetahuan; (3) filsafat, seperti
terkandung dalam al-Quran surat al-Jumu'ah/62: 2, Allah swt berfirman:
ِ
ِْ ‫ﺚ ِﰲ ْاﻷُﱢﻣﻴﱢﲔ رﺳ ًﻮﻻ ﱢﻣْﻨـﻬﻢ ﻳـْﺘـﻠُﻮ ﻋﻠَﻴ ِﻬﻢ آﻳﺎﺗِِﻪ وﻳـَﺰﱢﻛﻴ ِﻬﻢ وﻳـﻌﻠﱢﻤﻬﻢ اﻟْ ِﻜﺘَﺎب و‬
‫ْﻤﺔَ َوإِن َﻛﺎﻧُﻮا ِﻣﻦ‬
َ ‫ُﻫ َﻮ اﻟﱠﺬي ﺑَـ َﻌ‬
َُ َ
َ ‫اﳊﻜ‬
َ َ
ُ ُ ُ ََُ ْ َُ َ ْ ْ َ َ ْ ُ
ِ
ٍ ِ‫ﺿ َﻼ ٍل ﱡﻣﺒ‬
﴾٢﴿ ‫ﲔ‬
َ ‫ﻗَـْﺒ ُﻞ ﻟَﻔﻲ‬
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan
hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Dalam menafsirkan ayat tersebut di atas M. Rasyid Ridha menyatakan bahwa,
kata‘yuzakkihim’
mengandung
pengertian
pendidikan
dengan
perbuatan
dan
keteladanan; “al-kitab” mengandung pengertian tulisan, bacaan, yang memuat ilmu
pengetahuan; dan “al-hikmah” mengandung pengertian ilmu yang bermanfaat yang
dapat membangkitkan perbuatan-perbuatan yang salah. Sebenarnya semua ulama
sepakat menyatakan bahwa tujuan diturunkannya al-Quran untuk manusia dan
perbaikannya.
4. Isi dan Esensi al-Quran & Hadis
Isi kandungan al-Quran dan Hadis memiliki dua dimensi, yaitu : dimensi vertikal
dan horizontal. Pada dimensi vertikal, terkandung aturan khusus yang mengatur
hubungan antara manusia dengan Allah (bersifat ubudiyah). Sedangkan pada dimensi
horizontal, al-Quran dengan tegas menekankan hubungan kemasyarakatan (social
relation) antara sesama manusia. Pada tatanan dimensi vertikal ini, sifat hukum yang
berkaitan dengannya tidak dapat diinterpretasikan di luar konteks praktik Rasulullah
saw, karena pola ibadah mahdah dalam tatanan teoritisnya telah ditentukan oleh
Allah, sedangkan tatanan praktisnya telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dalam hal
ibadah ini banyak informasi yang diperoleh dari sunnah yang menerangkan tentang
hal itu.
Pada dimensi horizontal yang mempunyai corak hubungan kemasyarakatan,
penerapan hukum yang terkandung dalam al-Quran bersifat fleksibel. Karena tidak
dapat dipungkiri bahwa kemajuan budaya dan peradaban manusia senantiasa
berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Muamalah merupakan
175 aktivitas yang bersifat horizontal yang dilakukan manusia dalam menjalin hubungan
dengan sesamanya. Islam mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang
disiapkan untuk mampu mengemban amanah-Nya, memakmurkan kehidupan di bumi
dan diberi kedudukan terhormat sebagai khalifah-Nya di bumi.
Kedudukan istimewa manusia di atas bumi berkaitan erat dengan kekuatan pikiran
yang diberikan kepadanya untuk menalar dan menganalisa. Terlebih lagi ia menerima
pedoman dari Allah melalui misi-misi kerasulan yang menunjukkan jalan yang benar.
Manusia selain menjadi khalifah di bumi, pada saat yang sama ia juga sebagai hamba
Allah, ia berkuasa di bumi bukan lantaran haknya sendiri, melainkan sebagai wakil
Allah yang mengungguli semua makhluk lain, karenanya ia memikul tanggungjawab
dihadapan-Nya.
Oleh karena itu kegiatan hidup manusia senantiasa diarahkan supaya mempunyai
makna dan bernilai pengabdian (ibadah) kepada-Nya. Untuk bernilai ibadah, manusia
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan hidupnya hendaknya selalu menjunjung tinggi
pedoman-pedoman yang diberikan oleh Allah dalam al-Quran dan petunjuk-petunjuk
pelaksanaannya yang diberikan oleh Rasulullah Saw dalam sunnahnya. Akan tetapi
dalil-dalil muamalat (hubungan manusia dengan sesamanya) yang terdapat dalam alQuran dan al-Sunnah pada umumnya bersifat global (mujmal) dan sedikit sekali yang
terperinci dan qat'i, sehingga memiliki banyak peluang untuk melakukan ijtihad hukum
yang sesuai dengan kemaslahatan manusia.
Sebagian ulama berpendapat bahwa isi al-Quran secara garis besar terdapat dua
macam yaitu insya'i artinya yang menjelaskan tentang nilai baik dalam bentuk
perintah maupun larangan atau halal dan haram; dan khobari artinya yang
menjelaskan sesuatu yang terjadi atau memberikan informasi tentang kisah masa lalu,
sekarang dan yang akan datang.
Menurut Syaih Mahmud Syaltut isi al-Quran memuat enam kandungan yaitu : (1)
Aqidah yang wajib diimani, seperti iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitab suci,
Rasul-rasul-Nya dan iman kepada hari Akhirat. (2) Akhlak yang mulia, yang dapat
membentuk pribadi dan masyarakat yang baik dan mendorong jiwa untuk
menghindari hawa nafsu. (3) Petunjuk dan bimbingan yang mendorong manusia
untuk selalu merenung terhadap ciptaan Allah, dengan demikian jiwa akan penuh
dengan keimanan dan mengakui keagungan pencipta-Nya. (4) Mengisahkan riwayat
ummat-ummat masa lalu agar manusia dapat mengambil i'tibarnya. (5) Janji dan
ancaman, janji kebahagiaan di akhirat bagi yang berbuat kebaikan dan ancaman
adzab bagi mereka yang berbuat kejahatan. (6) Hukum-hukum yang berkaitan
176 dengan kehidupan manusia baik hubungan manusia dengan Allah maupun dengan
sesamanya.
Isi al-Quran juga terangkum dalam surat al-Fatihah, sehingga al-Fatihah
dinamakan ummul Quran antara lain : (1) Tauhid; (2) Akhlak; (3) Ibadah; (4) Janji
dan ancaman; (5) Kisah orang-orang terdahulu. Kelima isi al-Quran tersebut tercermin
dalam ketujuh surah al-fatihah. Tauhid pada ayat pertama sampai ketujuh, akhlak
pada ayat kedua dan ketiga, ibadah pada ayat kelima dan ketujuh, janji dan ancaman
pada ayat pertama, ketiga dan ketujuh, sedang kisah digambarkan pada ayat ketujuh.
Kelima isi al-Quran itu secara rinci atau jelas dijabarkan dalam ayat ayat yang
termaktub dalam surah-surah al-Quran.
1. Kedudukan, Fungsi, dan Pembagian Hadis.
a. Kedudukan Hadis
Kedudukan hadis dari segi statusnya sebagai dalil dan sumber ajaran Islam,
menurut jumhur ulama adalah menempati posisi kedua setelah al-Quran (Ajjaj al
Khathib, Ushul a Hadis. h. 45). Hal tersebut terutama ditinjau dari segi wurud atau
tsubutnya ‫ الق ران‬adalah bersifat qath’i, sedangkan hadis kecuali yang berstatus
mutawatir sifatnya adalah zhanni al-wurud. Oleh karenanya yang bersifat qath’i (pasti)
didahulukan daripada yang zhanni (relatif).
Hadis Nabi Saw merupakan penafsiran ‫ القـران‬dalam praktik-praktik penerapan
ajaran Islam secara faktual dan ideal, dan umat Islam diwajibkan mengikuti hadis
sebagaimana diwajibkan mengikuti al-Quran.
Untuk mengetahui sejauhmana kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam
dapat dilihat dari dalil naqli maupun dalil aqli.
1) Dalil al-Quran
Banyak ayat al-Quran yang menerangkan tentang kewajiban mempercayai dan
menerima segala yang disampaikan oleh Rasul kepada ummatnya untuk dijadikan
pedoman hidup, di antara ayat-ayat dimaksud adalah
Firman Allah dalam Q.S. al-Hasyr: 7.
ِ
ِ ‫ﻳﺪ اﻟْﻌِ َﻘ‬
‫ﺎب‬
ُ ‫َوَﻣﺎ آﺗَﺎ ُﻛ ُﻢ اﻟﱠﺮ ُﺳ‬
ُ ‫ﻮل ﻓَ ُﺨ ُﺬوﻩُ َوَﻣﺎ ﻧَـ َﻬﺎ ُﻛ ْﻢ َﻋْﻨﻪُ ﻓَﺎﻧْـﺘَـ ُﻬﻮا َواﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠﻪَ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﺷﺪ‬
“Apa yang diperintahkan Rasul maka laksanakanlah dan apa yang dilarang Rasul
maka hentikanlah dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah sangat keras
hukumannya”
Allah berfirman dalam Q.S. Ali Imran: 31.
177 ِ ‫ﻗُﻞ إِ ْن ُﻛْﻨﺘُﻢ ُِﲢﺒﱡﻮ َن اﻟﻠﱠﻪ ﻓَﺎﺗﱠﺒِﻌ ِﻮﱐ ُﳛﺒِﺒ ُﻜﻢ اﻟﻠﱠﻪ وﻳـ ْﻐ ِﻔﺮ ﻟَ ُﻜﻢ ذُﻧُﻮﺑ ُﻜﻢ واﻟﻠﱠﻪ َﻏ ُﻔ‬
‫ﻴﻢ‬
ٌ ُ َ ْ َ ْ ْ ََ ُ ُ ْ ْ ُ َ
ْ
ٌ ‫ﻮر َرﺣ‬
ْ
“Katakanlah hai Muhammad, jika kamu sekalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku
(Rasul) niscaya Allah akan mencintai kamu serta mengampuni dosa-dosamu”
Bentuk-bentuk ayat di atas menunjukan betapa pentingnya kedudukan penetapan
kewajiban taat terhadap semua yang disampaikan oleh Rasul Saw.
2) Dalil al-Hadis
Dalam salah satu pesan Rasulullah Saw berkenaan dengan keharusan menjadikan
hadis sebagai pedoman hidup, di samping al-Quran sebagai pedoman utamanya
beliau, bersabda:
ِ ‫ﺗَـﺮْﻛ‬
ِ ‫ﺼﻠﱡﻮا أَﺑ ًﺪا ﻣﺎ إِ ْن َﲤَ ﱠﺴ ْﻜﺘُﻢ ﻛِﺘَﺎب‬
ِ
.‫اﷲ َو ُﺳﻨﱠﺔَ َر ُﺳ ْﻮﻟِِﻪ‬
ُ َ
َ ْ
َ َ ْ َ‫ﺖ ﻓْﻴ ُﻜ ْﻢ أ َْﻣَﺮﻳْ ِﻦ ﻟَ ْﻦ ﺗ‬
Artinya "Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian yang kalian tidak akan tersesat
selagi kamu berpegang teguh pada keduanya yaitu berupa kitab Allah dan sunnah
rasulnya".
Dalam hadis lain Rasulullah saw bersabda:
ِ
ِِ ِ
ِ
‫ﻳﲔ َﲤَ ﱠﺴ ْﻜﺘُ ْﻢ َِﺎ‬
َ ْ ‫َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ﺑِ ُﺴﻨﱠﱵ َو ُﺳﻨَﺔ اﳋُﻠَ َﻔﺎء اﻟﱠﺮاﺷﺪﻳْ َﻦ اﳌَْﻬﺪ‬
Artinya: “Wajib bagi sekalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa Ar Rasyidin yang
mendapat petunjuk berpegang teguhlah kamu sekalian dengannya.”
Hadis-hadis di atas menunjukan kepada kita bahwa berpegang teguh kepada
hadis menjadikan hadis sebagai pegangan dan pedoman hidup itu adalah wajib,
sebagaimana wajibnya berpegang teguh kepada al-Quran.
3) Kesepakatan Ulama (Ijma)
Kesepakatan umat Muslimin dalam mempercayai, menerima dan mengamalkan
segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak Rasulullah masih
hidup sampai meninggal. Banyak di antara mereka yang tidak hanya memahami
dan mengamalkan isi kandungannya akan tetapi bahkan mereka menghafal,
memelihara dan menyebarluaskan kepada generasi-generasi berikutnya.
4) Sesuai dengan Petunjuk Akal
Kerasulan Muhammad Saw telah diakui dan dibenarkan maka sudah selayaknya
segala peraturan dan perundangan ditempatkan sebagai sumber hukum dan
pedoman hidup. Di samping itu secara logika kepercayaan kepada Muhammad
sebagai Rasul mengharuskan umatnya mentaati dan mengamalkan segala
ketentuan yang beliau sampaikan.
178 b. Fungsi Hadis
Jumhur ulama menetapkan 4 macam fungsi Hadis terhadap al-Quran yaitu:
1) Bayan at-Taqrir
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayan at-Ta’kid dan bayan at-Isbat.
Maksudnya ialah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di
dalam al-Quran.
Hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:
ِ
ِ
َ‫ﺿﺄ‬
‫ث َﺣ ﱠﱴ ﻳَـﺘَـ َﻮ ﱠ‬
َ َ‫ﻗ‬
َ ‫َﺣ َﺪ‬
ْ ‫ﺻﻼَةُ َﻣ ْﻦ أ‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻻَ ﺗـُ ْﻘﺒَ ُﻞ‬
َ ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮَل اﷲ‬
Artinya: "Tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudhu."
Hadis ini men-taqrir ayat al-Quran Surat al-Maidah ayat 6 mengenai keharusan
berwudhu ketika seseorang akan mendirikan shalat, yang dimaksud berbunyi:
“Hai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah
muka dan tanganmu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu, kakimu, kedua mata
kaki.”
2) Bayan At-Tafsir
Bayan at-Tafsir adalah memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat alQuran yang masih mujmal, memberikan persyaratan ayat-ayat al-Quran yang
masih mutlak dan memberikan pengkhususan ayat-ayat al-Quran yang masih
umum.
3) Bayan At-Tasyri
Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak
didapati dalam al-Quran. Bayan ini disebut juga dengan bayan za’id ala al kitab al-
karim.
4) Bayan An-Nasakh
Kata an-nasakh secara bahasa bermacam-macam arti, bisa berarti al-ibtal
(membatalkan), al ijalah (menghilangkan) atau at tahwil (memindahkan) atau at-
taqyir (mengubah) menurut pendapat yang dapat dipegang, dari Ulama
Mutaqaddimin bahwa yang disebut bayan an-nasakh ialah adanya dalil syara’
(yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada), karena datangnya
kemudian.
5. Pembagian Hadis
Pembagian Hadis dapat dilihat dri 2 (dua) perspektif, yaitu dari segi kuantitas
(jumlah rawi) dan dari segi kualitas (diterima/maqbul dan ditolak/mardud-nya suatu
hadis sebagai hujjah/argumentasi). Berikut ini dijelaskan secara rinci.
179 a.
Kuantitas (Jumlah Rawi)
Periwayatan sebuah hadis, tidak terlepas dari sedikit dan banyaknya jumlah
rawi. Kuantitas jumlah rawi rawi ini, -pada gilirannya- menentukan kualitas hadis,
apakah hadis itu, shahih, hasan atau dlaif.
Ada banyak rawi yang menjadi
periwayat hadis, mulai dari kalangan
sahabat, tabi’in, tabiit tabi’in, dan seterusnya sampai pada mudawin. Kodifikasi
hadis yang disusun oleh rawi terakhir atau mudawin hadis, jumlahnya sangat
banyak. Namun yang sering dijadikan referensi tercatat hadis yang diriwayatkan,
di antaranya oleh tujuh ulama besar dalam hadis, yaitu : Imam Bukhari, Imam
Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah,
dan Imam Ahmad.
Hadis dari perspektif jumlah rawi, terdapat dua hadis Mutawatir dan hadis Ahad.
1) Hadis Mutawatir
(a) Pengertian (Ta'rif) Hadis Mutawatir
Kata mutawatir menurut bahasa (lughat) ialah "mutatabi" yang berarti
beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain. Sedangkan
menurut istilah, hadis mutawatir adalah suatu (hadis) yang diriwayatkan sejumlah
rawi yang menurut adat mustahil mereka tidak mungkin bersepakat untuk dusta,
dan hal tersebut berlaku dari permulaan sanad (sanad awal) hingga sanad akhir,
serta tidak terdapat kejanggalan jumlah pada setiap tingkatan rawi (thabaqah).
Menurut
Muhadditsin,
segala
berita
yang
tidak
bersandar
pada
pancaindera, seperti menyifatkan sifat-sifat manusia, baik yang terpuji maupun
yang tercela dan segala berita yang diriwayatkan oleh orang banyak tapi mereka
berkumpul untuk bersepakat membacakan berita-berita dusta, tidak dapat
dikategorikan hadis mutawatir.
Secara historis, dalam meriwayatkan sebuah hadis, para perawi diketahui
bagaimana cara perawi menerima dan menyampaikan hadis. Ada yang melihat
atau mendengar, ada pula yang tidak melalui panca indera, misalnya dengan lafaz
yang diberitakan dan sebagainya. Disamping itu dapat diketahui pula banyak atau
sedikitnya orang yang meriwayatkan hadis itu. Hal ini lazim disebut dengan:
”Tahammul wa ada al-Hadis” (Sistem Periwayatan Hadis).
Jika jumlah yang meriwayatkan hadis relatif banyak, dan tidak mungkin
sepakat melakukan dusta, maka penyampaian hadis seperti itu, dapat dipastikan
adalah secara mutawatir.
(b) Syarat-Syarat Hadis Mutawatir
180 (1) Hadis yang diberitakan oleh perawi tersebut harus berdasarkan tanggapan
melalui panca indera. Yakni berita yang mereka sampaikan itu harus benarbenar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri dan benar-benar
bukan merupakan hasil pemikiran semata atau rangkuman dari peristiwaperistiwa lain.
(2) Jumlah para perawi mencapai suatu jumlah yang menurut adat mustahil
mereka berdusta. Dalam hal ini para Ulama berbeda pendapat tentang
batasan jumlah untuk tidak memungkinkan bersepakat berdusta. Abu Thoyib
menentukan minimal 4 orang. Hal ini diqiyaskan dengan jumlah saksi yang
diperlukan oleh hakim. Ashabus Syafi'i menentukan minimal 5 orang. Hal ini
diqiyaskan dengan jumlah Nabi yang bergelar Ulul 'Azmi. Sebagian ulama
menentukan
minimal
20
orang.
Berdasarkan
ketentuan
yang
telah
difirmankan Allah tentang orang mukmin yang tahan uji yang dapat
mengalahkan orang kafir sejumlah 200 orang (Q.S. Al- Anfal : 65)
(3) Terdapat keseimbangan jumlah para perawi, sejak dalam thabaqat (lapisan/
tingkatan)
pertama
hingga
tabaqat
berikutnya.
Kalau
suatu
hadis
diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabi'in
demikian seterusnya, bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadis mutawatir.
b.
Kedudukan Hadis Mutawatir
Menurut Muhadditsin, hadis mutawatir memberikan faedah ilmu daruri,
yakni keharusan untuk menerima sesuatu yang diberitakan oleh hadis mutawatir
secara bulat karena ia membawa keyakinan yang Qoth'i (obsolut, mutlak). Diyakini
bahwa Nabi Muhammad benar-benar bersabda atau mengerjakan sesuatu yang
diriwayatkan oleh perawi-perawi mutawatir.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian terhadap rawi-rawi
hadis mutawatir tentang keadilan dan kedlabitannya tidak diperlukan lagi karena
kuantitas dan kualitas rawi-rawinya mencapai ketentuan yang dapat menjamin
untuk tidak bersepakat berdusta. Oleh karena itu, setiap muslim selayaknya
menerima dan mengamalkan semua hadis mutawatir dalam setiap amal-ibadah
sehari-hari.
2) Hadis Ahad
(a) Pengertian (Ta'rif) Hadis Ahad
Hadis Ahad merupakan kebalikan dari hadis Mutawatir. Menurut bahasa
(lughah), “ahad” artinya satu. Hadis ahad berarti hadis satu atau tunggal. Namun
181 menurut istilah para ulama hadis, hadis ahad adalah suatu hadis yang jumlah
perawinya tidak mencapai jumlah rawi hadis mutawatir, baik pemberita itu
seorang, dua orang, tiga orang, dan seterusnya, tetapi jumlah tersebut tidak
memberi pengertian bahwa hadis tersebut masuk dalam kategori hadis mutawatir.
Secara sederhana, hadis ahad adalah suatu hadis vang padanya tidak
terkumpul syarat-syarat mutawatir atau hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah
rawi yang tidak mencapai derajat mutawatir.
(b) Kedudukan Hadis Ahad
Berbeda halnya dengan hadis mutawatir, hadis ahad ini memberi faedah
zhanniy. Oleh karena itu masih perlu diadakan penyelidikan terhadap hadis-hadis
ini, sehingga dapat diketahui maqbul (diterima) dan mardudnya (ditolak) sebagai
hujjah.
Jika telah dilakukan penelitian,
tersebut
bisa
diterima
(maqbul),
ternyata telah diketahui bahwa hadis
maka
hadis
tersebut
wajib
diamalkan
sebagaimana hadis mutawatir. Tetapi jika sebaliknya, maka hadis tersebut
termasuk kategori mardud (ditolak).
(c) Klasifikasi Hadis Ahad:
(1) Hadis Masyhur
Hadis Masyhur seringkali disebut dengan hadis Mustafid. Menurut bahasa
(lughah), masyhur berarti 'yang sudah tersebar' atau 'yang sudah populer'.
Mustafid menurut bahasa juga berarti 'yang telah tersiar/tersebar'. Sedangkan
menurut istilah, hadis masyhur/mustafid adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga
orang perawi atau lebih dan belum mencapai derajat mutawatir.
Di antara contoh hadis masyhur adalah:
"Rasulullah SAW bersabda, "Seorang muslim adalah kaum muslim yang tidak
terganggu (selamat) dari lidah dan tangannya." (H.R. Bukhari, Muslim, dan
Tirmidzi).
Menurut hasil penelitian terhadap jumlah rawinya, diketahui bahwa hadis
tersebut sejak thabaqah (tingkatan) pertama (tingkatan sahabat Nabi) sampai ke
tingkat imam-imam yang membukukan hadis (dalam hadis ini adalah Bukhari,
Muslim, Tirmidzi) diriwayatkan oleh tidak kurang dari tiga rawi dalam setiap
tingkatan (thabaqah).
Sekalipun, terdapat ulama yang menyamakan antara hadis masyhur dan
mustafid, namun sebagian ulama lain membedakan di antara keduanya. Menurut
182 ulama tersebut, Hadis mustafid adalah hadis yang diriwayatkan oleh empat orang
rawi atau lebih dan belum mencapai derajat hadis mutawatir, sedangkan hadis
masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi dan juga belum
mencapai kategori hadis mutawatir. Jadi terdapat perbedaan jumlah rawi seorang
saja.
(2) Hadis 'Aziz
Aziz artinya mulia atau kuat. Menurut bahasa hadis 'aziz ini adalah hadis
yang mulia, atau hadis yang kuat, atau hadis yang jarang, karena hadis 'aziz itu
jarang adanya.
Tetapi para ulama memberi batasan hadis 'aziz. Menurut mereka, Hadis
'aziz adalah hadis yang, diriwayatkan oleh dua orang rawi walaupun dua perawi itu
hanya pada satu tingkatan saja, dan setelah itu diriwayatkan oleh beberapa rawi.
Di antara contoh hadis `aziz adalah: "Rasulullah SAW bersabda, "Kita adalah
orang-orang yang paling akhir di dunia, paling terdahulu di hari kiamat." (H.R.
Hudzaifah dan Abu Hurairah)
Menurut penelitian, Hudzaifah dan Abu Hurairah adalah sahabat Nabi.
Walaupun pada tingkatan selanjutnya hadis itu diriwayatkan oleh lebih dari dua
orang, namun hadis itu tetap dianggap hadis yang diriwayatkan oleh dua orang
rawi, dan karena itu hadis tersebut termasuk hadis `aziz.
(3) Hadis Gharib
Gharib artinya asing, terasing atau menyendiri. Hadis gharib menurut
bahasa yaitu hadis yang menyendiri atau terpisah dari yang lain. Sedangkan
menurut istilah, hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang rawi
pada tingkatan maupun sanad.
Berdasarkan definsi
tersebut, maka jika suatu hadis diriwayatkan oleh
seorang sahabat nabi dan pada tingkatan berikutnya diriwayatkan oleh banyak
rawi, maka hadis tersebut dipandang sebagai hadis gharib atau hadis yang
menyendiri. Di antara contoh hadis gharib adalah :
"Dari Umar bin Khattab r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya aurat itu hanya (memperoleh) yang diniatkannya…" (H.R. Bukhari
Muslim, dll.)
Setelah dilekukan penelitian, sekalipun
hadis tersebut diriwayatkan oleh
beberapa imam hadis, namun pada tingkatan pertamanya hanya diriwayatkan oleh
seorang sahabat nabi yaitu Umar r.a. dan tingkatan kedua juga diriwayatkan oleh
183 seorang tabi'in yaitu Al- Qamah. Maka hadis itu dipandang sebagai hadis gharib
atau hadis yang menyendiri.
b) Kualitas Hadis (Maqbul-Mardud)
Dari perspektif kualitas, hadis terbagi menjadi hadis Shahih, Hasan dan
Dlaif.
1) Hadis Shahih
(a) Definisi Hadis Sahih
Kata “sahih” juga telah menjadi kosakata bahasa Indonesia dengan arti
"sah; benar, sempurna sehat, pasti" (WJS. Poerwadarminta, 1985 : 849). Sahih
menurut lughah bahasa lawan dari kata Saqim(Ibnu Taymiyah, 1989 : 31).
Yang dimaksud dengan hadis shahih menurut Muhadditsin adalah hadis
yang
dinukil
(diriwayatkan)
oleh
rawi
yang
adil,
sempurna
ingatannya
(hafalannya), sanadnya bersambung, tidak berilat dan tidak janggal (Fatchur
Rahman, 1995 : 95).
Menurut Munzier Suparta (2002 : 127), gambaran mengenai pengertian
hadis sahih agak jelas setelah Imam Syafi'i memberikan ketentuan bahwa riwayat
suatu hadis dapat dijadikan hujjah, apabila pertama diriwayatkan oleh para perawi
yang dapat dipercaya penga-laman agamanya; dikenal sebagai orang yang jujur
mema-hami dengan baik hadis yang diriwayatkan mengetahui pe-rubahan arti
hadis bila terjadi perubahan lafaznya; mampu meriwayatkan hadis secara lafazh;
terpelihara hafalannya, bila meriwayatkan hadis secara lafazh, bunyi hadis yang
diriwayatkan sama dengan bunyi hadis yang diriwayatkan oleh orang lain; dan
terlepas dari tadlis (penyembunyian cacat). Dan kedua, rangkaian riwayatnya
bersambung sampai kepada Nabi SAW., atau dapat juga tidak sampai kepada
Nabi.77
(b) Syarat-syarat hadis Shahih
Imam Syafi'i dipandang sebagai ulama yang mula-mula menetapkan kaidah
kesahihan hadis. Hal
sangat logis, sebab bila dikaji pernyataan Imam Syafi'i
tersebut bukan hanya berkaitan dengan sanad, akan tetapi berkaitan juga dengan
matannya.
Jika berbicara tentang keshahihan hadis, maka dua tokoh
yang popular
sebagai “syekh” atau dipandang sebagai guru besar dalam masalah hadis adalah
Bukhari dan Muslim. Keduanya dipandang sebagai tokoh ahli hadis dan hadis-
184 hadis yang diriwayatkannya diakui sebagai hadis yang sahih. Sekalipun demikian,
ternyata ketika itu, dibuat definisi hadis sahih secara tegas. Namun setelah para
ulama mengadakan penelitian mengenai cara-cara ditempuh oleh keduanya untuk
menetapkan suatu hadis yang bisa dijadikan hujjah, diperoleh suatu gambaran
mengenai kriteria hadis sahih menurut keduanya. Kriteria-kriteria dimaksud
adalah: (1) rangkaian perawinya dalam sanad itu harus bersambung mulai dari
perawi pertama sampai perawi terakhir; (2) para perawinya harus terdiri dari
orang-orang yang dikenal tsiqqat, dalam arti 'adildan dhabit; (3) hadisnya
terhindardari 'illat (cacat) dan syadz (janggal); dan (4) para perawinya yang
terdekat dalam sanad harus sezaman.Hanya saja antara keduanya terjadi
perbedaan pendapat mengenai persambungan sanad. Menurut Bukhari, sanad
hadis dikatakan bersambung apabila antara perawi yang terdekat itu pernah
bertemu, sekalipun hanya satu kali. Jadi tidak cukup hanya sezaman (al-
mu'asharah). Sedangkan menurut Muslim, apabila antara perawi yang terdekat
hidup sezaman sudah dikategorikan bersambung.Disamping itu, persyaratan yang
telah disepakati sebagaimana di atas, ada sebagian ulama yang menyatakan
bahwa Bukhari juga menetapkan syarat "terjadinya periwayatan harus dengan
cara Al-Sama'".81 Hal ini menunjukan bahwa bahwa persyaratan hadis sahih yang
ditetapkan oleh Imam Bukhari lebih ketat daripada persyaratan yang ditetapkan
oleh Muslim (Munzier Suparta, 2002 : 128).
Definisi yang lebih ringkas dinyatakan oleh Al-Suyuthi. Meneurutnya, hadis
yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang adil lagi dabit, tidak
syaz dan tidak ber' illat.
Selanjutnya Ajjaj Al-Khathib memberi
pengertian hadis sahih lebih rinci,
yang merupakan hasil kajian terhadap beberapa pengertian yang diajukan para
ulama ahli hadis yang hidup pada masa sebelumya. Menurutnya, hadis shahih
adalah hadis yang bersambung sanadnya dengan riwayat yang dapat dipercaya
dari yang bisa dipercaya dari awal sanad hingga akhir sanad dengan tanpa ada
cela dan cacatnya.
Jika dianalisa, terdapat beberapa persamaan dalam mendefinisikan hadis
shahih, yaitu : sandnya bersambung, perowinya adil, perowinya, dlabit, tidak syad
(janggal) dan tidak ada illat (cacat) baik dalam sanad maupun matannya.
2) Hadis Hasan
a) Pengertian Hadis Hasan
185 Hasan artinya baik. Menurut lughah (bahasa) memiliki arti sesuatu yang
disenangi dan dicondongi oleh nafsu. Sedangkan menurut istilah, para ulama
berbeda pendapat dalam men-defmisikan hadis hasan ini. Perbedaan pendapat ini
terjadi disebabkan di antara mereka ada yang menggolongkan hadis hasan
sebagai hadis yang menduduki posisi di antara hadis sahih dan hadis dha'if, yang
dapat dijadikan hujjah. Memang menurut sejarah ulama yang mula-mula
memunculkan istilah "Hasan" bagi suatu jenis hadis yang berdiri sendiri adalah
Imam Al-Tirmidzi. Untuk lebih jelasnya di bawah ini dikemukakan beberapa definisi Hadis Hasan.
Ibnu Taimiyah menguraikan batasan hadis hasan yang diberikan Al-Tirmidzi
sekaligus merangkum polemik tentang peristilahan yang sering dipakai Al-Tirmidzi.
Hadis hasan menurut Al-Tirmidzi adalah (dalam redaksi Ibn Taymiyah), yaitu :
hadis yang diriwayatkan dari dua arah (jalur), dan para perawi-nya tidak
tertuduh dusta, tidak raengandung syadz yang menya-lahi hadis-hadis shahih.Jadi
yang dimaksud syadz versi Al-Tirmidz! adalah perawi yang meriwayatkan hadis
tersebut berlawanan dengan orang yang lebih hafal daripadanya atau lebih banyak
jumlahnya.
Jika dianalisa definisi tersebut di atas dipandang tidak mani' dan tidak jami'.
Tidak mani', sebab hadis sahih — yang rawinya selamat dari tuduhan dusta dan
ma'nanya bersih dari kejanggalan — dapat tercakup dalam definisi tersebut; dan
tidak jami' karena (misal-nya) hadis gharib walaupun bernilai hasan pada
hakikatnya tidak dapat dimasukkan ke dalam definisi tersebut, karena dalam
definisi itu disyaratkan harus mempunyai jalan datangnya berita (sanad) dari
beberapa tempat.
Tidak semua ahli hadis sejalan dengan batasan yang diberikan Al-Tirmidzi
ini, sebagaimana contoh yang diajukannya adalah bentuk ketidakkonsistenan AlTirmidzi. Seperti penggunaan istilah hadis "Hasan Gharib" Jalan menetapkan suatu
hadis. artinya hadis tersebut yang diriwayatkan melalui satu jalur (gharib) bisa
disebut hadis Hasan. Ini yang menjadi persoalan.
Permasalahan seperti itu menjadi polemik di kalangan ulama Ladis. Dan
para ulama berusaha memberikan penjelasan yang bermacam-macam. Di
antaranya Ibnu Taymiyah yang memberikan penjelasan, bahwasanya hadis
tersebut disebut gharib, karena pada Thabaqat tabi'i hanya diriwayatkan oleh satu
orang/satujalur. Akan tetapi hadis tersebut diriwayatkan juga melalui jalur lain,
186 maka bisa disebut hadis hasan karena sebab banyaknya periwayatan tersebut,
meskipun pada dasarnya adalah gharib.
Begitu juga dengan bentuk penetapan "Shahih Hasan Gharib". Kadang
diriwayatkan dengan sanad yang shahih gharib, kemudian (hadis tersebut)
diriwayatkan dari rawi tersebut dengan jalur yang shahih dan juga jalur lain, maka
kemudian ia menjadi hadis hasan bersamaan dengan shahih gharib. Hakikat hadis
hasan adalah banyaknya periwayatan dan para perawi tersebut tidak tertuduh
bohong.
Jika jalur periwayatan kedua-duanya sama-sama sahih maka ia adalah hadis
shahih murni. Sementara bila salah sa-tunya tidak diketahui kesahihannya maka ia
menjadi hadis hasan. Kadangkala sanadnya gharib dan tidak terdapat riwayat lain
maka itu menjadi hasan matannya, karena ada yang me-riwayatkannya dari dua
jalur. Misalnya dalam suatu bab sering dikatakan "diriwayatkan dari fulan dan
fulan" kemudian dijelas-kan bahwa matannya itu hasan meskipun sanadnya
gharib. Jika dikatakan bahwa kualitas suatu hadis adalah shahih, kemudian telah
ditetapkan bahwa metode periwayatannya sahih, dan dalam riwayat kualitasnya
periwayatannya hasan, maka dalam hadis tersebut telah berkumpul dua sifat,
yakni hasan dan shahih.Suatu hadis dikatakan gharib bila hanya ada dalam satu
riwayat dan sanadnya hanya diketahui dari hadis tersebut (tidak ada yang lain).
Jika jalur periwayatannya sahih maka itu disebut shahih gharib. Begitu juga ketika
suatu hadis diterangkan sebagai hadis gharib hasan kemudian ia menjadi hadis
hasan. (Munzier Suparta, 2002 : 143).
Sementara itu Ibnu Hajar mendefinisikan bahwa hadis hasan adalah khabar
Ahad yang dinukilkan melalui perawi yang adil, sempurna ingatannya, bersambung
sanadnya dengan tanpa ber'illat dan syadz disebut Hadis Sahih, namun bila
kekuatan ingatannya kurang kokoh (sempurna) disebut hasan li- dzatihi.
Berdasarkan definisi tersebut , dapat difahami bahwa hadis hasan menurut
Ibnu Hajar adalah Hadis yang telah memenuhi lima persyaratan hadis shahih
sebagaimana disebutkan terdahulu, hanya saja bedanya, pada hadis sahih daya
inga.an perawinya sempurna, sedang pada hadis hasan daya ingatan perawinya
kurang sempurna. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa hadis hasan
menurut Ibn Hajar adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, (tetapi)
tidak begitu kuat daya ingatannya, bersam-bung-sambung sanadnya, dan tidak
terdapat 'illat sertakejanggal-an pada matannya. Dengan demikian, hadis hasan ini
menempati posisi di antara hadis shahih dan hadis dha'if.
187 Al-Tirmidzi sebagai ahli hadis yang memunculkan istilah hadis hasan ini,
karena ia melihat banyak jenis hadis dha'if (yang sebenarnya tidak terlalu dha'if).
Sementara itu dari sisi sanad dan matannya hampir mendekati sahih (tapi tidak
termasuk hadis sahih), dan dapat dijadikan hujjah. la tidak ingin menya-makannya
dengan hadis dha'if dan juga tidak ingin menyebut-nya dengan hadis sahih. Maka
dari itu, disebutnyalah dengan hadis hasan. Dengan kata lain, hadis hasan yang
dimunculkan-nya adalah nama lain dari hadis dha'if yang dapat dijadikan hujjah.
Kesimpulannya, hadis hasan hampir sama dengan hadis sahih, hanya saja
terdapat perbedaan dalam soal ingatan perawi. Pada Hadis Shahih, ingatan atau
daya hafalannya sangat sempurna (tam-dlabith), sedangkan pada hadis hasan,
hafalan rawinya kurang sempurna (qalil-dhabith).
b) Syarat-Syarat Hadis Hasan
Pada prinsipnya, hadis hasan dengan hadis d shahih memiliki syarat yang
sama, kecuali dalam ke-dlabith-annya. Secara rinci syarat-syarat hadis hasan
adalah sebagai berikut:
(1) sanadnya bersambung;
(2) perawinya 'adil;
(3) hafalan rawinya kurang dhdbit atau qalil dhabith, yakni kualitas ke-dhdbit-
annya di bawah ke-dhdbit-an perawi hadis sahih;
(4) tidak terdapat kejanggalan atau syadz; dan
(5) tidak ber 'illat.
3)Hadis Dlaif
a) Pengertian Hadis Dlaif
Menurut bahasa, dlaif berarti lemah, sebagai lawan kata dari kuat. Maka
sebutan hadis dha 'if, secara bahasa berarti hadis yang lemah atau hadis yang
tidak kuat. Dengan kata lain, hadis dlaif adalah hadis yang berbeda dengan hadis
shaih dan hasan. Menurut istilah, para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam
mendefinisikan hadis dha' if ini. Akan tetapi pada dasarnya, isi dan maksudnya
tidak berbeda. Beberapa definisi, di antaranya dapat dilihat di bawah ini.
Al-NawawI mendefinisikan bahwa hadis dlaif adalah hadis yang di dalamnya
tidak terpenuhi syarat-syarat hadis shahih dan syarat-syarat hadis hasan. Sebuah
hadis dipandang sebagai hadis dlaif, jika salah satu syarat saja dari persyaratan
hadis shahih atau hadis hasan tidak terpenuhi, lebih-lebih jika yang hilang itu
188 sampai dua atau tiga syarat, seperti perawinya tidak adil, tidak dhabit, dan
terdapat kejanggalan dalam matan. Hadis seperti ini dapat dinyatakan sebagai
yang sangat lemah atau hadis dlaif jiddan.
b) Sebab-sebab Tertolaknya Hadis Dla'if
Di atas telah dikemukakan bahwa hadis dlaif termasuk hadis mardud
(ditolak) sebagai hujjah. Para ahli hadis mengemukakan sebab-sebab tertolaknya
hadis ini bisa dilihat dari dua jurusan, yaitu dari sisi Sanad dan Matan. Secara
rinci, Fatchur Rahman menjelaskan sebagai berikut:
(1) Dari sisi Sanad Hadis
Dari sisi sanad hadis ini diperinci ke dalam dua bagian:
Pertama, Ada kecacatan pada para perawinya baik meliputi keadilannya
maupun kedhabitannya, yang diuraikan dalam 10 macam:
(a) Hadis yang rawinya dusta disebut maudhu'
(b) Hadis yang rawinya tertuduh dusta disebut matruk
(c) Rawi yang fasiq, banyak salah, dan lengah dalam menghafal, hadisnya
disebut munkar
(d) Rawi yang banyak waham, Hadisnya disebut mu 'allal
(e) Rawi yang menyalahi riwayat yang lebih tsiqqah atau lebih dipercaya,
Hadisnya disebut mudraj bila ada penambahan suatu sisipan kata-kata;
disebut maqlub bila diputarbalikkan; disebut mudhtharib bila rawinya yang
tertukar-tukar; disebut muharraf bila yang tertukar adalah huruf-syakal; dan
disebut mushahhaf bila. perubahan itu meliputi titik kata.
(f) Rawi yang tidak diketahui identitasnya, Hadisnya disebut mubham
(g) Rawi yang menganut ajaran bid'ah, Hadisnya disebut hadis Mardud;
(h) Rawi yang tidak baik hafalannya sehingga berbeda atau menyalahi riwayat
yang lebih tsiqah, Hadisnya disebut hadis syadz dan mukhtalith.
Kedua, Sanadnya tidak bersambung (munfashil)
Berkaitan dengan terputusnya sanad, maka hadis dlaif dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
(a) Gugur pada sanad pertama. Hadisnya disebut hadis mu 'allaq.
(b) Gugur pada sanad terakhir (sahabat). Hadisnya disebut hadis mursal.
(c) Gugur dua orang rawi atau lebih secara berurutan. Hadisnya disebut hadis mu
'dhal.
189 (d) Jika rawinya yang digugurkan tidak berturut-turut disebut hadis munqathi'
(Fatchur Rahman, 2002 : 142)
(2) Dari sisi Matan Hadis
(a) Hadis Mauquf, yakni hadis dlaif yang hanya sampai pada sahabat;
(b) Hadis Maqthu', yakni hadis dlaif yang disandarkan pada perkataan tabi’in,
bukan dari sahabat, apalagi bersumber dari nabi saw.
2. Metode Pembelajaran Quran Hadis
Pembelajaran al-Quran mencakup beberapa hal berikut ini :
1. Bacaan dan tulisan
Al-Quran, ditinjau dari segi bacaan, al-Quran diatur tebal
tipisnya dan panjang pendeknya. Karena itu dalam proses pembelajaran al-Quran
terdapat komponen pokok, prinsip-prinsip dan metode praktis.
a. Komponen pokok terdiri dari: gambar bunyi (huruf), getaran bunyi (makharijul
huruf) dan ritme bunyi (harokat).
b.
Prinsip-prinsip pengajaran al-Quran, antara lain :
1)
.‫ الطريقة بالتدرج‬artinya metode pengajaran dengan cara bertahap
2)
‫الطريقـة مقاصـد فـى اال التفﯩـال‬artinya metode pengajaran yang berorientasi
pada tujuan, bukan pada alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
3)
‫الطريقة بمراعة االستعداد‬artinya metode pengajaran dengan memperhatikan
kesiapan, kematangan anak didik.
4)
‫الطريقة بللكالم الصريح‬artinya metode pengajaran dengan cara menggunakan
ucapan yang jelas dan komunikatif.
5)
.‫ الطريقة بالمحاكة‬artinya metode pengajaran dengan cara meniru.
6)
‫الطريقـة بالمشـافھة‬artinya metode pengajaran dengan cara anak melihat
gerak gerik bibir guru.
c. Metode praktis pengajaran al-Quran. Secara garis besar metode pengajaran alQuran di sekolah terdapat dua macam yaitu :
1)
(‫)الحرفيــة‬
‫ الطريقــة البغداديــة‬yaitu metode pengajaran dengan cara
mengenalkan nama-nama huruf, tanda baca, kemudian dieja.
2)
‫ الطريقــة الصــوتية‬yaitu metode pengajaran dengan cara langsung bunyi
(bersuara) menurut bunyi huruf.
2. Mufrodat al-Quran (arti kata) melalui terjamah. Pengertian terjamah menurut
bahasa adalah salinan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Menurut Ali Ash-Shabuni,
190 terjamah al-Quran adalah memindahkan al-Quran ke bahasa lain yang bukan
bahasa Arab dan mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah untuk dibaca
orang yang tidak mengerti bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah
dengan perantaraan terjemah ini.
Pada dasarnya terjemah ada dua bagian yaitu :
a. Manna Khalil Al-Qoththan Terjamah al-harfiyah yaitu menyalin kata-kata dari
bahasa asli ke dalam bahasa yang lain dengan terikat oleh kaidah bahasa
aslinya.
b. Terjamah ma'nawiyah (tafsiriyah) yaitu menjelaskan kalimat kepada bahasa
lain tanpa terikat dengan kaidah bahasa aslinya
3. Murodul ayat (maksud/kandungan ayat) untuk menjadikan Al-Quran sebagai
pedoman manusia diperlukan pemahaman yang benar. Memahami al-Quran
dengan benar tidak mudah. Sejarah mencatat ada kosakata al-Quran yang tak
dipahami oleh sahabat nabi yaitu Umar bin al-khattab. Menurut riwayat Anas bin
Malik pernah ditanya tentang makna "Abba" di dalam ayat 31 surat 'abasa.
Kemudian menjawab : "kita dilarang berberat-berat dan mendalami (mendalami
sesuatu diluar kemampuan kita)".
Penegasan Umar ini membuktikan bahwa,
tidak semua kosa kata al-Quran dapat difahami oleh para sahabat, sehingga
membutuhkan penjelasan dari Nabi Saw. Dari peristiwa itu terdapat dua hal yang
menjadi pelajaran yaitu : Pertama; menolak pendapat Ibnu Khaldun yang
menyatakan: "semua bangsa Arab dapat memahami dan mengetahui makna
kosakata dan susunan kalimat al-Quran karena al-Quran tersebut diturunkan
berbahasa Arab dan sesuai dengan gaya sastra mereka". Kedua jika seorang guru
akan mengajarkan al-Quran berkaitan dengan maksud dan kandungan ayatnya,
maka diperlukan pengetahuan yang komprehensif tentang kaidah-kaidah yang
berhubungan dengan ilmu tafsir seperti: asbab al-nuzul ayat, nasikh mansukh,
qira'at, muhkam mutasyabih, i'jaz al-Quran dan lain-lain. Selain itu bebas dari
sikap fanatisme terhadap suatu madzhab. Sesuai dengan pendapat Abu al-A'la alMawdudi: "Barangsiapa yang tak mau membebaskan dari fanatisme madzhab,
niscaya tak akan diperolehnya aroma al-Quran".
Untuk mengungkap maksud atau kandungan ayat secara garis besar terdapat
dua cara yaitu :
1. ‫ فھـم معـان الفـاظ القران‬artinya memahami makna lafadz-lafadz al-Quran, sesuai
dengan kaidah : ‫العبـرة بعمـوم اللفـظ ال بخصـوص السـبب‬, yang dijadikan pegangan
adalah keumuman lafadz, bukan kekhususan sebab,
191 2. ‫ بيـان عـن مراد ﷲ‬artinya menjelaskan maksud Allah. Jumhur ulama berpendapat
bahwa untuk mengetahui kandungan ayat-ayat al-Quran dengan cara melihat
bentuk lafadz, maka yang dijadikan pegangan adalah lafal umum atau kaidah
yang pertama. Sebagai contoh : Q.S. al-Maidah/5 38 :
ِ
ِ
ِ
ۗ ِ
ِ
ِ
﴾٣٨﴿ ‫ﻴﻢ‬
ٌ ‫َواﻟ ﱠﺴﺎر ُق َواﻟ ﱠﺴﺎرﻗَﺔُ ﻓَﺎﻗْﻄَﻌُﻮا أَﻳْﺪﻳَـ ُﻬ َﻤﺎ َﺟَﺰاءً ﲟَﺎ َﻛ َﺴﺒَﺎ ﻧَ َﻜ ًﺎﻻ ﱢﻣ َﻦ اﻟﻠﱠـﻪ ◌ َواﻟﻠﱠـﻪُ َﻋ ِﺰ ٌﻳﺰ َﺣﻜ‬
Artinya
:Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Ayat tersebut menggunakan lafal 'am yang berarti berlaku umum, tidak
hanya tertuju kepada yang menjadi sebab turunnya ayat.
Sebagian ulama berpendapat bahwa, untuk mengetahui maksud Allah
adalah dengan memperhatikan suatu peristiwa (hubungan kausal) yang
melatarbelakanginya, ini berdasarkan kaidah :
‫اﻟﻌﱪة ﲞﺼﻮص اﻟﺴﺒﺐ ﻻﺑﻌﻤﻮم اﻟﻠﻔﻆ‬
"Yang dijadikan patokan adalah kekhususan sebab, bukan keumuman
lafadz".
Contoh al-Quran surah al-Baqarah/2: 115
ِ ِ
ِ ۚ ِ
ۚ ُ ‫وﻟِﻠﱠ ِـﻪ اﻟْﻤ ْﺸ ِﺮ ُق واﻟْﻤ ْﻐ ِﺮ‬
‫ﱡ‬
﴾١١٥﴿ ‫ﻴﻢ‬
ٌ ‫ب ◌ ﻓَﺄَﻳْـﻨَ َﻤﺎ ﺗُـ َﻮﻟﻮا ﻓَـﺜَ ﱠﻢ َو ْﺟﻪُ اﻟﻠﱠـﻪ ◌ إ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪَ َواﺳ ٌﻊ َﻋﻠ‬
َ َ
َ َ
Artinya : Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di
situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Jika hanya berpegang pada lafadz ayat maka hukum yang dipahami dari
ayat tersebut ialah tidak wajib menghadap kiblat pada waktu shalat, baik dalam
keadaan musafir maupun tidak. Pemahaman seperti itu jelas keliru, akan tetapi
dengan memperhatikan asbab al-nuzul ayat tersebut, maka dipahami bahwa
ayat itu bukan ditujukan kepada orang-orang yang berada pada kondisi biasa,
akan tetapi kepada orang-orang yang sedang berkendaraan.
4. Tafsir al-Quran
Secara konseptual & praktikal, terdapat minimal 2 (dua) macam metode
untuk mengajarkan al-Quran, yaitu :
1. Menjelaskan menurut urutan ayat-ayat al-Quran dan surat-suratnya yang
sudah
populer.
Mula-mula
dijelaskan
mufrodat
(kata-kata),
lalu
dihubungkan ayat-ayat dan diterangkan arti ayat-ayat tersebut. Cara ini
biasanya tergantung kepada keahlian seorang guru. Guru yang mempunyai
192 kecenderungan pada ilmu balaghah akan mementingkan ilmu balaghah
dalam penjelasannya, guru yang condong pada ilmu nahwu dan sharaf
akan mementingkan di dalam penjelasannya tentang i'rab kalimat. Guru
yang mempunyai kegemaran dalam hal sejarah akan memasukkan ceritacerita dan dongeng-dongeng dalam penjelasannya. Bagi guru yang berjiwa
filsafat lebih senang membahas masalah alam dalam penjelasan tafsirnya.
Sedangkan bagi guru yang berkecimpung dalam ilmu kalam atau fiqh akan
terpengaruh penjelasannya oleh bidang masing-masing, dan seterusnya.
2. Menjelaskan ayat-ayat al-Quran dengan cara mengumpulkan semua ayatayat yang bertalian dengan sesuatu, persoalan, lalu dihadapinyalah semua
ayat itu sebagai bahan yang akan dianalisa dan dipahami artinya.
Diketahuinya hubungan ayat-ayat satu sama lain hingga tampaklah dengan
jelas maksud dan tujuan yang dikandung ayat-ayat itu, sehingga
berhubungan dengan persoalan. Dengan demikian ia telah meletakkan
segala sesuatu pada tempatnya, ia tidak meletakkan sesuatu ayat pada
pengertian yang tidak sesuai.
Cara ini memberi keleluasaan bagi seseorang untuk membahas
masalah-masalah praktis yang sesuai dengan jurusan masing-masing
sekolah. Tiap masalah berdiri sendiri, tidak bercampur aduk dengan
lainnya, sehingga orang dapat mengetahui kandungan al-Quran dengan
jelas, begitu pula mengetahui pertalian al-Quran dengan soal-soal
kehidupan sehari-hari. Misalnya:
proses penciptaan manusia, alam,
kemasyarakatan (sosial) dan lain-lain.
Kemudian ada lagi metode-metode para mufasir dalam menafsirkan alQur’an yaitu : metode maudu’i (tematik), metode tahlili (analisis), metode
muqaran (perbandingan) dan metode ijmali (global).
3. Indikator Pembelajaran al-Quran Hadis
Materi pembelajaran al-Quran Hadis terdiri dari membaca, menulis,
mengartikan/menterjemahkan,
menghapal,
mencari
kandungan,
mengidentifikasi dan menafsirkan/menjelaskan tentang suatu ayat ayat alquran dan hadis.
a. Rumusan Indikator Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dan Hadis
Secara garis besar indikator pembelajaran membaca Al-Qur’an dan
Hadis adalah diupayakan agar murid mampu:
193 1. Melafalkan surat-surat tertentu dalam juz ’amma dan hadis-hadis
sesuai dengan makharij huruf dan ilmu tajwid secara benar.
2. Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya;
3. Membaca Al-Qur’an dan Hadis dengan baik dan benar sesuai kaidah
ilmu tajwid.
b. Rumusan Indikator Pembelajaran Menulis Al-Qur’an dan Hadis
Tentu Peserta telah mengetahui bahwa merumuskan indicator dalam
sebuah pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Demikian pula
dalam proses pembelajaran menulis Al-Qur’an dan Hadis ini perlu
dirumuskan indikatornya. Indikator yang dirumuskan ini menjadi acuan
dalam melihat keberhasilan proses pembelajaran dan proses penilaian.
Secara garis besar indikator pembelajaran menulis Al-Qur’an dan Hadis
adalahdiupayakan agar murid mampu:
1.
Menulis huruf-huruf hijaiyah secara terpisah dan tanda bacanya;
2.
Menulis huruf-huruf hijaiyah secara bersambung dan tanda bacanya;
3.
Menulis surat-surat juz’amma dan hadis-hadis pilihan sesuai tanda
bacanya.
c. Rumusan Indikator Pembelajaran Menghafal Al-Qur’an dan Hadis
Dalam proses pembelajaran, merumuskan indicator pembelajaran
merupakan hal yang penting. Dengan indikatoryang dirumuskan terlebih
dahulu makarangkaian pelaksanaan pembelajaran akan lebih terarah.
Indikator yang dibuat menjadi acuan dalam melihat keberhasilan proses
pembelajaran dan proses penilaian.
Demikian halnya dengan pembelajaran menghafal Al-Qur’an dan Hadis.
Indikator yang dirumuskan dalampembelajaran menghafalAl-Qur’andan
Hadis adalahdiupayakan agar murid mampu:
1. Menghafal huruf-huruf hijaiyah sesuai makhraj dan tanda bacanya;
2. Menghafalsurat-surat pendek tertentu dalam juz’amma sesuai dengan
makhraj dan kaidah ilmu tajwid;
3. Menghafal hadis-hadis dengan tema-tema tertentu.
d. Rumusan Indikator Pembelajaran Mengartikan Al-Qur’an dan
194 Hadis
Secara garis besar indicator pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan
Hadis adalah diupayakan agar murid mampu:
1. Mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an dengan lancar dan benar
2. Mengartikan hadis dengan lancar dan benar
e. Rumusan Indikator Pembelajaran Memahami Kandungan AlQur’an dan Hadis
Dalam pembelajaran memahami kandungan Al-Qur’an dan
Hadis. Indikator yang dirumuskan dalam pembelajaran memahami
kandungan Al-Qur’an dan Hadis adalah diupayakan agar murid
mampu:
1. Memahami kandungan Al-Qur’an dengan baik dan benar.
2. Memahami kandungan hadis dengan baik dan benar.
195 KEIKHLASAN DALAM BERIBADAH
A. Ayat dan Hadis Tentang Keikhlasan dalam Beribadah
1. QS. Al-An’am: 162-163
ِ َ ِ‫ﻳﻚ ﻟَﻪ وﺑِ َﺬﻟ‬
ِ ‫ﻗُﻞ إِ ﱠن ﺻﻼَِﰐ وﻧُﺴ ِﻜﻲ وَْﳏﻴﺎي وﳑََ ِﺎﰐ ﻟِﻠّ ِﻪ ر ﱢ‬
‫ت َوأَﻧَﺎْ أ ﱠَو ُل‬
ُ ‫ﻚ أُﻣ ْﺮ‬
َ ‫ب اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ‬
َ ُ َ ‫﴾ ﻻَ َﺷ ِﺮ‬١٦٢﴿ ‫ﲔ‬
َ
ََ َ َ ُ َ َ ْ
ِِ
﴾١٦٣﴿ ‫ﲔ‬
َ ‫اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠﻤ‬
Artinya: “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).”(QS.Al-An’am: 162-163)
1. QS.Al-Bayyinah: 5
ِ
ِ
ِ ِ‫ﺼ َﻼةَ وﻳـﺆﺗُﻮا اﻟﱠﺰَﻛﺎةَ و َذﻟ‬
ِ
ِِ
‫ﻳﻦ اﻟْ َﻘﻴﱢ َﻤ ِﺔ‬
َ َ
ْ ُ َ ‫ﻴﻤﻮا اﻟ ﱠ‬
َ ‫َوَﻣﺎ أُﻣ ُﺮوا إِﱠﻻ ﻟﻴَـ ْﻌﺒُ ُﺪوا اﻟﻠﱠﻪَ ﳐُْﻠﺼ‬
ُ ‫ﱢﻳﻦ ُﺣﻨَـ َﻔﺎء َوﻳُﻘ‬
ُ ‫ﻚد‬
َ ‫ﲔ ﻟَﻪُ اﻟﺪ‬
﴾٥﴿
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurusdan
supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus”.(QS.Al-Bayyinah: 5)
2. Hadis tentang keihklasan dalam beribadah
ِ
‫ إِ ﱠن اﻟّﻠﻪَ ﺗَـ َﻌ َﺎﱃ ﻻَ ﻳَـْﻨﻈُُﺮ اِ َﱃ‬: ‫ﺻﻠﱠﻰ اﻟّﻠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ‬
َ َ‫ ﻗ‬: ‫ﺎل‬
َ َ‫َﻋ ْﻦ اَِ ْﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة َر ِﺿ َﻲ اﻟّﻠﻪُ َﻋْﻨﻪُ ﻗ‬
َ ‫ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﻟّﻠﻪ‬
ِ
ِ
(‫ﺻ َﻮِرُﻛ ْﻢ َوﻟَ ِﻜ ْﻦ ﻳَـْﻨﻈُُﺮ اِ َﱃ ﻗُـﻠُ ْﻮﺑِ ُﻜ ْﻢ )رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬
ُ ‫اَ ْﺟ َﺴﺎﻣ ُﻜ ْﻢ َوﻻَ ا َﱃ‬
Artinya: “DariAbu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah
tidak melihat bentuk badan dan rupamu, Tetapi ia melihat/memperhatikan niat dan
keikhlasan dalam hatimu”. (HR. Muslim)
B.
Kandungan Makna
1.
QS.Al-An’am:162-163
Adapun kandungan makna QS. Al-An’am ayat 162-163 adalah sebagai berikut:

Suruhan Allah Swt. kepada setiap individu manusia(muslim/muslimah) untuk
berkeyakinan bahwa shalatnya, hidupnya dan matinya adalah semata-mata untuk
Allah Swt.

Allah Swt. itu adalah Tuhan Yang Maha Es, tiada sekutu bagi-Nya dan pencipta,
pemelihara serta pengatur alam semesta berikut segala isinya.

Suruhan Allah Swt. kepada setiap individu manusia(muslim/muslimah) untuk
berlaku ihklas dalam berkeyakinan(beraqidah), beribadah dan beramal.
Kata (‫سك‬
ُ ‫ ) ُن‬nusuk pada umumnya diartikan sembelihan, Tetapi yang dimaksud pada
ayat ini bukan saja sembelihan Tetapi lebih luas yaitu ibadah, termasuk sholat dan
sembelihan itu. Pada asalnya kata ini dipakai untuk menggambarkan sepotong perak yang
dibakar agar kotoran dan bahan-bahan lain yang menyertai potongan perak itu terlepas
196 darinya sehingga yang ada tinggal perak murni. Demikian juga ibadah disebut nusuk
untuk melukiskan bahwa ia seharusnya suci, murni dikerjakan penuh dengan ikhlas hanya
mencari ridha Allah.
Kemudian disebutkannya kata shalat sebelum kata ibadah (walaupun shalat adalah
salah satu dari ibadah) hal ini mempunyai tujuan untuk menunjukkan betapa penting
ibadah shalat tersebut bagi manusia. Karena shalat merupakan bentuk kewajiban yang
tidak dapat ditinggalkan oleh setiap orang yang mengaku sebagai muslim, apapun
alasannya. Hal ini berbeda dengan kewajiban-kewajiban lainnya.
Pada ayat berikutnya (163), Allah masih menyuruh Nabi untuk menegaskan bahwa
tiada sekutu bagi Allah sebagai manifestasi tauhid. Hal ini menjadi dasar diperintahkannya
beliau menjadi utusan Allah. Atas perintah ini, nabi Muhammad pun diminta menyatakan,
“Aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)”. Dalam pengertian, beliau
adalah orang yang paling sempurna kepatuhan dan penyerahan dirinya kepada Allah.
2. QS.Al-Bayyinah: 5
Adapun kandungan makna QS.Al-Bayyinah ayat 5 adalah sebagai berikut:

Perintah untuk menyembah hanya kepada Allah Swt. dengan niat ikhlas
semata-mata karena Allah Swt.

Perintah untuk memurnikan agama Allah dari ajaran-ajaran kemusyrikan.

Perintah untuk mendirikan shalat dan zakat.

Menyembah kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan adalah agama yang
benar dan lurus.
Surat ini turun sebagai bentuk penegasan kembali atas tindakan Ahl al-kitab
(Yahudi dan Nasrani) yang melampaui batas. Misalnya, umat Nasrani telah menjadikan
Nabi Isa sebagai Tuhan, sementara itu kaum Yahudi menghinakannya. Melalui ayat ini
Allah mengingatkan kembali kepada mereka agar kembali kepada agama yang lurus (din
al-qayimah). Agama yang lurus ini bercirikan tiga hal, yaitu adanya ketundukan dan
kepatuhan hanya kepada Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat.
Ketundukan dan kepatuhan secara murni menjadi kunci terbentuknya sikap lurus
dan senantiasa condong kepada kebajikan. Sebaliknya, ketundukan dan kepatuhan yang
tidak murni (syirik) menjadi akar penyimpangan dan kecondongan kuat untuk berbuat
yang berlawanan dengan nilai-nilai kebajikan. Ada dua kata kunci dalam ayat ini untuk
mencapai ketundukan dan kepatuhan secara murni kepada Allah, yaitu kata mukhlisin dan
hunafa’.
197 Kata (‫ )مخلصين‬mukhlishin adalah berbentuk isim fa’il berasal dari kata ‫))خلص‬
khalusha yang artinya murni setelah sebelumnya diliputi kekeruhan. Dari sini ikhlas
merupakan usaha memurnikan dan menyucikan
hati sehingga benar-benar tertuju
kepada Allah semata, sedang sebelum keberhasilan itu hati masih biasanya diliputi atau
dihinggapi oleh hal-hal selain Allah, seperti pamrih dan yang semacamnya.
Kata (‫ )حنفاء‬hunafa’ adalah berbentuk jamak dari kata mufrod (‫ )حنيف‬hanif yang
biasa diartikan lurus atau cenderung kepada sesuatu(kebajikan). Agama Islam disebut
juga sebagai agama hanif karena posisinya yang lurus (berada di tengah-tengah). Artinya,
tidak cenderung pada materialisme dan mengabaikan yang spiritual atau sebaliknya.
Penyebutan shalat dan zakat secara khusus mempunyai arti akan pentingnya menjalin
hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia.
3. Hadis
Dalam hadis di atas rasulullah menjelaskan bahwa setiap kita dalam berbuat,
melakukan sesuatu atau beribadah akan dilihat oleh Allah dari niat ikhlas kita dalam
melakukannya. Allah tidak melihat penampilan kita, dalam arti rupa dan bentuk
badan/jasad kita, melainkan Allah akan melihat dan memperhatikan sejauh mana tingkat
keikhlasan kita dalam melakukan sesuatu atau beribadah kepada-nya.
Niat dan ikhlas dalam beramal/beribadah dalam Islam merupakan pilar utama dalam
ibadah bahkan menjadi ruhnya ibadah. Hal tersebut disebabkan karena amal seorang
mukmin baru akan bernilai ibadah yang diterima oleh Allah jika memenuhi dua syarat :
niat ikhlash (karena Allah) dan benar (sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw). Para
ulama meyakini bahwa niat ikhlas (amal batin) lebih utama dari amal lahir (perbuatan),
meskipun kedua-duanya mutlaq diperlukan adanya.
Niat artinya bermaksud, berkeinginan, atau bertekad. Ia merupakan amalan batin
atau hati, yang karenanya tidak harus dilafadzkan. Sementara ikhlas artinya menjadikan
Allah sebagai niat utama, tujuan utama, atau sebab utama dalam melakukan suatu amal.
C. Cara Menampilkan Sikap Ikhlas Beribadah dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Buruk sangka terhadap diri sendiri dan tidak berbangga dengan keberhasilan. Allah
berfirman: ”Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati
yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka.”
198 Maksudnya, karena tahu bahwa mereka akan kembali kepada Tuhan untuk dihisab,
maka mereka khawatir kalau-kalau pemberian-pemberian (sedekah-sedekah) yang
mereka berikan dan amal ibadah yang mereka kerjakan itu tidak diterima Tuhan.
2. Tidak adanya perubahan sikap, ketika dipuji maupun dicela atas amal yang telah ia
lakukan, karena ia memang hanya mengharapkan ridha Allah semata, dan karenanya
tidak pernah mengharapkan pujian seseorang atau takut akan celaannya. Seorang
yang diberi taufik oleh Allah ta’ala tidaklah terpengaruh oleh pujian manusia apabila
mereka memujinya atas kebaikan yang telah dilakukannya. Apabila dia mengerjakan
ketaatan, maka pujian yang dilontarkan oleh manusia hanya akan menambah
ketawadhu’an dan rasa takut kepada Allah. Dia yakin bahwa pujian manusia kepada
dirinya merupakan fitnah baginya, sehingga dia pun berdo’a kepada Allah ta’ala agar
menyelamatkan dirinya dari fitnah tersebut. Dia tahu bahwa hanya Allah semata, yang
pujian-Nya bermanfaat dan celaan-Nya semata yang mampu memudharatkan hamba.
3. Lebih senang untuk menyembunyikan amal baiknya, karena takut riya’. Namun tidak
kemudian karena takut riya’ lalu justru meninggalkan suatu amalan kebaikan. Sebab
barangsiapa berbuat demikian maka ia secara tidak sadar sebenarnya tidak ikhlas juga.
Amal yang tersembunyi dengan syarat memang amal tersebut patut disembunyikan,
lebih layak diterima di sisi-Nya dan hal tersebut merupakan indikasi kuat bahwa amal
tersebut dikerjakan dengan ikhlas.
Seorang
mukhlis
yang
jujur
senang
menyembunyikan
berbagai
kebaikannya
sebagaimana dia suka apabila keburukannya tidak terkuak. Hal ini sebagaimana
diutarakan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah ta’ala dalam naungan-Nya pada hari dimana
tidak ada naungan selain naungan-Nya. mereka adalah seorang pemimpin yang adil;
seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah; seorang pria yang hatinya
senantiasa terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka
berkumpul dan berpisah di atas kecintaan kepada-Nya; seorang pria yang diajak (berbuat
tidak senonoh) oleh seorang wanita yang cantik, namun pria tersebut mengatakan,
“Sesungguhnya saya takut kepada Allah”; seorang pria yang bersedekah kemudian dia
menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu aa yang telah disedekahkan oleh
tangan kanannya; seorang pria yang mengingat Allah dalam keadaan sunyi dan air
matanya berlinang.” (Muttafaqun ‘alaihi).
4. Melihat Amal Orang Shalih yang Berada di Atas Kita
Janganlah anda memperhatikan amalan orang yang sezaman denganmu, yaitu orang
berada di bawahmu dalam hal berbuat kebaikan. Perhatikan dan jadikanlah para nabi
dan orang shalih terdahulu sebagai panutan anda. Allah ta’ala berfirman,ُ
ِ ‫أُوﻟَﺌِ ﱠ‬
ِِ
ِ
ِ ِ ِ
‫ﲔ‬
َ
َ ‫َﺟًﺮا إِ ْن ُﻫ َﻮ إِﻻ ذ ْﻛَﺮى ﻟ ْﻠ َﻌﺎﻟَﻤ‬
ْ ‫َﺳﺄَﻟُ ُﻜ ْﻢ َﻋﻠَْﻴﻪ أ‬
ْ ‫ﻳﻦ َﻫ َﺪى اﻟﻠﱠﻪُ ﻓَﺒِ ُﻬ َﺪ ُاﻫ ُﻢ اﻗْـﺘَﺪﻩ ﻗُ ْﻞ ﻻ أ‬
َ ‫ﻚ اﻟﺬ‬
199 Artinya “Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk
mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran). AlQuran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh umat.” (QS. Al-An’am/6: 90).
5. Menganggap Remeh Amal
Penyakit yang sering melanda hamba adalah ridha (puas) dengan dirinya. Setiap orang
yang memandang dirinya sendiri dengan pandangan ridha, maka hal itu akan
membinasakannya. Setiap orang yang ujub akan amal yang telah dikerjakannya, maka
keikhlasan sangat sedikit menyertai amalannya, atau bahkan tidak ada sama sekali
keikhlasan dalam amalnya, dan bisa jadi amal shalih yang telah dikerjakan tidak bernila
200 DEMOKRASI
A. Mengartikan QS. Ali Imraan/3: 159 dan QS. Asy-Syuura/42: 38
1. QS. Ali Imraan/3 : 159
‫َﳍُ ْﻢ‬
ِ
ِِ
ِ ‫ﻆ اﻟْ َﻘ ْﻠ‬
‫اﺳﺘَـ ْﻐ ِﻔ ْﺮ‬
‫ﺐ ﻻﻧْـ َﻔ ﱡ‬
َ ‫ﺖ ﻓَﻈًّﺎ َﻏﻠِﻴ‬
َ ‫ﻀﻮا ِﻣ ْﻦ َﺣ ْﻮﻟ‬
ْ َ‫ﻚ ﻓ‬
ُ ‫ﺎﻋ‬
َ ‫ﺖ َﳍُ ْﻢ َوﻟَ ْﻮ ُﻛْﻨ‬
َ ‫اﻟﻠﱠﻪ ﻟْﻨ‬
ْ ‫ﻒ َﻋْﻨـ ُﻬ ْﻢ َو‬
ِ
(١٥٩) ‫ﲔ‬
‫ﺖ ﻓَـﺘَـ َﻮﱠﻛ ْﻞ َﻋﻠَﻰ اﻟﻠﱠ ِﻪ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ُِﳛ ﱡ‬
َ ‫ﺐ اﻟْ ُﻤﺘَـ َﻮﱢﻛﻠ‬
َ ‫اﻷﻣ ِﺮ ﻓَِﺈ َذا َﻋَﺰْﻣ‬
ْ
‫ﻓَﺒِ َﻤﺎ َر ْﲪٍَﺔ ِﻣ َﻦ‬
‫َو َﺷﺎ ِوْرُﻫ ْﻢ ِﰲ‬
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali
Imran/3: 159)
2. QS. Asy-Syuura/42: 38
ِ
ِ‫ﱠ‬
(٣٨) ‫ﺎﻫ ْﻢ ﻳـُْﻨ ِﻔ ُﻘﻮ َن‬
‫اﺳﺘَ َﺠﺎﺑُﻮا ﻟَِﺮﱢِ ْﻢ َوأَﻗَ ُﺎﻣﻮا اﻟ ﱠ‬
ُ َ‫ﺼﻼ َة َوأ َْﻣ ُﺮُﻫ ْﻢ ُﺷ َﻮرى ﺑَـْﻴـﻨَـ ُﻬ ْﻢ َوﳑﱠﺎ َرَزﻗْـﻨ‬
ْ ‫ﻳﻦ‬
َ ‫َواﻟﺬ‬
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-Syura/42: 38)
B. Menjelaskan Kandungan Qs. Ali Imraan/2 : 159 Dan Qs. Asy-Syuura : 38
Dari QS. Ali Imraan/3: 159 Dan QS. Asy-Syuura/42: 38 ada beberapa isi
kandungan atau ajaran yang termuat dan tercantum di dalamnya yang dapat kita ambil,
antara lain:
1. QS. Ali Imraan/3: 159
a. alam menghadapi semua masalah harus dengan lemah lembut melalui jalur
musyawarah untuk mufakat, tidak boleh dengan hati yang kasar dan perilaku
kekerasan.
b. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap
urusan.
c. Apabila telah dicapai suatu kesepakatan, maka semua pihak harus menerima
dan bertawakal (menyerahkan diri dan segala urusan) kepada Allah.
d. Allah mencintai hamba-hambanya yang bertawakkal.
2. QS. Asy-Syuura/42: 38
a. Perintah kepada setiap muslim untuk bertakwa kepada Allah.
b. Perintah Allah kepada setiap muslim untuk mendirikan Shalat.
c. Menggunakan jalur musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan setiap
perkara.
d. Menafkahkan sebagian rizki kita kepada orang-orang yang tidak mampu.
201 C. Menerapkan Perilaku Hidup Demokrasi
Adapun hal-hal yang dapat kita amalkan dalm kehidupan sehari-hari setelah
mempelajari QS. Ali Imraan/3: 159 Dan QS. Asy-Syuura/42: 38 adalah sebagai berikut:
1. QS. Ali Imraan/3: 159
a. Tidak boleh berkeras hati dan bertindak kasar dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, Tetapi dengan hati yang lemah lembut.
b. Setiap muslim harus berlapang dada, berperilaku lemah lembut, pemaaf dan
memohonkan ampun kepada Allah.
c. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus mengutamakan musyawarah untuk
mufakat dalam menyelesaikan setiap persoalan.
d. Apabila telah tercapai mufakat, maka setiap individu harus menerima dan
melaksanakan keputusan musyawarah.
e. Selalu berserah diri kepada Allah sehingga tercapai keseimbangan antara
ikhtiyar dan berdo’a.
2. QS. Asy-Syuura/42: 38
a. Setiap hari kita harus selalu berusaha semaksimal mungkin untuk senantiasa
menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
b. Sebagai seorang muslim kita harus menjalankan Shalat wajib sesuai ketentuan
syari’at Islam dengan tertib.
c. Kita
senantiasa
mengutamakan
musyawarah
untuk
mufakat
dalam
menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi.
d. Kita juga harus menyisihkan sebagian harta kita bagi orang-orang yang tidak
mampu.
202 TOLERANSI DAN ETIKA PERGAULAN
A. QS. Al Kafirun/109 : 1-6
1. Redaksi Ayat
‫﴾ َوَﻻ أَﻧَﺎ َﻋﺎﺑِ ٌﺪ ﱠﻣﺎ‬٣﴿ ‫﴾ َوَﻻ أَﻧﺘُ ْﻢ َﻋﺎﺑِ ُﺪو َن َﻣﺎ أ َْﻋﺒُ ُﺪ‬٢﴿ ‫﴾ َﻻ أ َْﻋﺒُ ُﺪ َﻣﺎ ﺗَـ ْﻌﺒُ ُﺪو َن‬١﴿ ‫ﻗُ ْﻞ ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟْ َﻜﺎﻓُِﺮو َن‬
ِ
ِ
ِ
﴾٦﴿‫ﱄ ِدﻳ ِﻦ‬
ْ‫َﻋﺒَ ﱡ‬
َ ‫﴾ ﻟَ ُﻜ ْﻢ دﻳﻨُ ُﻜ ْﻢ َو‬٥﴿ ‫﴾ َوَﻻ أَﻧﺘُ ْﻢ َﻋﺎﺑ ُﺪو َن َﻣﺎ أ َْﻋﺒُ ُﺪ‬٤﴿ ‫ﺪﰎ‬
Artinya: 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. 3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
2. Makna Mufrodat
Kata (‫ )قـل‬qul/katakanlah, dicantumkan pada awal ayat di atas -walau jika Anda
mendiktekan sesuatu kepada orang lain agar dia mengucapkan sesuatu, Anda tidak
harus mengulangi kata "katakanlah", hal ini untuk menunjukkan bahwa Rasul saw.
tidak mengurangi sedikit pun dari wahyu yang beliau terima, walaupun dari segi
lahiriah kelihatannya kata itu tidak berfungsi.
Kata (‫ )الكـافرون‬al-kâfirûn terambil dari kata (‫ )كفـر‬kafara yang pada mulanya
berarti menutup. Al-Qur'an menggunakan kata tersebut untuk berbagai makna yang
masing-masing dapat dipahami sesuai dengan kalimat dan konteksnya.
Kata ini dapat berarti :
a. Yang mengingkari keesaan Allah dan kerasulan Nabi SAW., seperti pada QS.
Saba'/34: 3.
b. Yang tidak mensyukuri nikmat Allah, seperti pada QS. Ibrâhim/14: 7.
c. Tidak mengamalkan tuntunan Ilahi walau mempercayainya, seperti QS. alBaqarah/2: 85.
Masih ada arti lain dari kata kufur, namun dapat disimpulkan bahwa secara
umum kata itu menunjuk kepada sekian banyak sikap yang bertentangan dengan
tujuan kehadiran/tuntunan agama.
Kata (‫ )أعبـد‬a'budu berbentuk kata kerja masa kini dan datang (mudhari'), yang
mengandung arti dilakukannya pekerjaan dimaksud pada saat ini, atau masa yang
akan datang atau secara terus-menerus. Dengan demikian Nabi Muhammad saw.
diperintahkan untuk menyatakan bahwa : Aku sekarang dan di masa datang bahkan
sepanjang masa tidak akan menyembah, tunduk atau taat kepada apa yang sedang
kamu sembah wahai kaum musyrikin.
Kata (‫)دين‬din dapat berarti agama, atau balasan, atau kepatuhan. Sementara
ulama memahami kata tersebut di sini dalam arti balasan. Antara lain dengan
203 alasan bahwa kaum musyrikin Mekah tidak memiliki agama. Mereka memahami ayat
di atas dalam arti masing-masing kelompok akan menerima balasan yang sesuai.
Bagi mereka ada balasannya, dan bagi Nabi pun demikian.
3. Asbabun Nuzul
Dalam
suatu
riwayat
dikemukakan
bahwa
kaum
Quraisy
berusaha
mempengaruhi Nabi SAW. dengan menawarkan harta kekayaan agar beliau menjadi
seorang yang paling kaya di kota Mekkah. Dan akan dikawinkan kepada yang beliau
kehendaki. Usaha ini disampaikan dengan berkata:
"Inilah yang kami sedikan bagimu hai Muhammad, dengan syarat agar engkau jangan memakimaki Tuhan kami dan menjelekkannya, atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Nabi
SAW. menjawab : "Aku akan menunggu wahyu dari Tuhanku."
Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa itu sebagai perintah untuk menolak
tawaran kaum kafir.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Al Walid bin Mughirah, Al'Ashi bin Wail,
Al Aswad bin Al Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan Rasulullah SAW.
dan berkata :
"Hai Muhammad! Mari kita bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan
menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah
yang memimpin kami." Maka Allah menurukan ayat ini. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim
yang bersumber dari Sa'id bin Mina.
4. Analisis Kandungan Ayat
Pada surah ini beliau diajar untuk berucap kepada para pembencinya itu
bahwa : Katakanlah hai Nabi Muhammad kepada tokoh-tokoh kaum musyrikin yang
telah mendarah daging kekufuran dalam jiwa mereka bahwa : "Wahai orang-orang
kafir yang menolak keesaan Allah dan mengingkari kerasulanku, aku sekarang
hingga masa datang tidak akan menyembah apa yang sedang kamu sembab.
Pencantuman kata qul tidak mengandung makna. Hemat penulis, ada ajaran-ajaran
Islam yang tidak harus Anda kumandangan keluar. Anda tidak harus berteriak
sekuat tenaga untuk mempermaklumkan bahwa Inna ad-dîna 'inda Allah al-Islâm
(QS. A1i Imran/3: 19) yakni hanya agama Islam yang diterima Allah, karena
memproklamirkan hal ini dapat mengandung makna mempersalahkan agamaagama lain. Cukup Anda yakini hal tersehut di dalam jiwa Anda (perhatikan ayat Ali
'Imran di atas tidak menggunakan kata qul). Tetapi ada juga ajaran-ajaran yang
harus Anda sampaikan secara gamblang dan nyata apalagi bila persoalan tersebut
204 dapat mengaburkan. Masalah-masalah semacam itulah antara lain yang dibarengi
dengan kata qul, seperti pada ayat pertama surah ini.
Di sisi lain dapat dikatakan bahwa Islam memperkenalkan dua macam ajaran.
Pertama nazhari (teoritis) -meminjam istilah Mahmud Syaltût, dan kedua 'amali
(praktis). Yang nazhari atau teoritis berkaitan dengan benak dan jiwa sehingga
ajaran ini harus dipahami sekaligus diyakini. Ini menjadikan sisi ajaran tersebut
bersifat ke dalant bukan keluar. Apabila sumber dan interpretasi ajaran ini
dipastikan kebenarannya maka ia dinamai aqidah, yakni sesuatu yang pasti tidak
mengandung interpretasi lain. Sedang yang 'amali adalah yang berkaitan dengan
pengamalan dalam dunia nyata, inilah yang dinamai Syari'ah.
Ajaran yang pasti setelah diyakini sebagai kebenaran mutlak, tidak harus
dinyatakan keluar kecuali bila ada hal-hal yang mengundang kehadirannya keluar.
Di sini antara lain peranan kata qul (katakanlah) dalam berbagai ayat-ayat AlQur’an. 332 kali kata itu terulang dalam Al-Qur’an dan secara umum dapat
dikatakan bahwa kesemuanya berkaitan dengan persoalan yang hendaknya menjadi
jelas dan nyata bagi pihak-pihak yang bersangkutan agar mereka dapat
menyesuaikan sikap rnereka dengan sikap umat Islam.
Yang dimaksud dengan orang-orang kafir pada ayat pertama surah ini adalah
tokoh-tokoh kaum kafir yang tidak mempercayai keesaan Allah serta tidak mengakui
kerasulan Nabi Muhammad saw. Sementara ulama merumuskan bahwa semua kata
kufur dalam berbagai bentuknya yang terdapat dalam ayat-ayat yang turun sebelum
Nabi saw. berhijrah, kesemuanya bermakna orang-orang musyrik atau sikap-sikap
mereka yang tidak mengakui kerasulan Nabi Muhammad atau meninggalkan ajaranajaran pokok Islam.
Setelah ayat yang lalu memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk
menyatakan bahwa beliau tidak mungkin untuk masa kini dan datang menyembah
sembahan kaum musyrikin, ayat di atas melanjutkan bahwa : Dan tidak juga kamu
wahai tokbh-tokoh kaum musyrikin akan menjadi penyembah-penyembah apa yang
sedang aku sembah.
Jika demikian, ayat ketiga ini mengisyaratkan bahwa mereka itu tidak akan
mengabdi atau pun taat kepada Allah, Tuhan yang sekarang dan di masa datang
disembah oleh Rasulullah saw. Pernyataan ayat ini tidak bertentangan dengan
kenyataan sejarah yaitu berduyun-duyunnya penduduk Mekah yang tadinya kafir itu
memeluk agama Islam dan menyembah apa yang disembah oleh Rasulullah SAW.
Karena seperti telah dikemukakan di atas, ayat ini ditujukan kepada tokoh-tokoh
205 kafir Mekkah yang ketika itu datang kepada Rasulullah SAW. menawarkan
kompromi, dan yang dalam kenyataan sejarah tidak memeluk agama Islam bahkan
sebagian dari mereka mati terbunuh karena kekafirannya.
Kandungan ayat-ayat di atas sama dengan kandungan firman Allah:
"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka apakah engkau beri
peringatan mereka atau tidak, mereka tidak akan beriman." (QS. al-Baqarah/2: 6).
Yang dimaksud dengan orang-orang kafir pada ayat al-Baqarah itu adalah orangorang kafir tertentu yang bermukim di Mekah atau Madinah, bukan semua orang
kafir. Karena jika ayat tersebut dipahami sebagai tertuju kepada semua orang kafir,
tentu
Nabi
tidak
akan
memberi
peringatan
lagi
karena
ayat
di
atas
menginformasikan bahwa mengingatkan atau tidak, hasilnya sama saja yaitu
mereka tidak beriman. Kenyataan menunjukkan bahwa setelah turunnya ayat
tersebut Rasul masih saja melakukan peringatan dan ternyata pula bahwa sebagian
besar dari orang-orang kafir pada akhirnya percaya dan memeluk ajaran Islam.
Ayat 1-3 di atas berpesan kepada Nabi Muhammad saw. untuk menolak
secara tegas usul kaum musyrikin. Bahkan lebih dari itu, ayat-ayat tersebut bukan
saja menolak usul yang mereka ajukan sekarang Tetapi juga menegaskan bahwa
tidak mungkin ada titik temu antara Nabi Saw. dengan tokoh-tokoh tersebut, karena
kekufuran sudah demikian mantap dan mendarah daging dalam jiwa mereka.
Kekeraskepalaan mereka telah mencapai puncaknya sehingga tidak ada sedikit
harapan atau kemungkinan, baik masa kini maupun masa datang untuk bekerja
sama dengan mereka.
Setelah ayat yang lalu menegaskan bahwa tokoh-tokoh kafir itu tidak akan
menyembah di masa datang apa yang sedang disembah oleh Nabi Saw., ayat di
atas melanjutkan bahwa: Dan tidak juga aku akan menjadi penyembah di masa
datang dengan cara yang selama ini kamu telah sembah, yakni aneka macam
berhala. Dan tidak juga kamu wahai tokoh-tokoh kaum musyrikin akan menjadi
penyembah penyembah dengan cara yang aku sembah. Sementara mufassir
berpendapat bahwa kandungan ayat 4 surah ini, tidak berbeda dengan kandungan
ayat 2, demikian juga kandungan ayat 5 sama dengan kandungan ayat 3. Pendapat
ini kurang tepat karena tanpa kesulitan Anda akan dapat melihat perbedaan redaksi
ayat 2 dan ayat 4. Dalam rangka memahami perbedaan itu, kita harus
mengarahkan pandangan kepada kata 'abadtum (dalam bentuk kata kerja masa
lampau) yang digunakan oleh ayat 4 dan kata (‫ )تعبـدون‬ta'budûn yang berbentuk
kata kerja masa kini dan akan datang yang digunakan oleh ayat 2.
206 Lebih jauh bila Anda memperhatikan ayat 3 dan 5 yang keduanya berbicara
tentang apa yang disembah atau ditaati oleh penerima wahyu ini (Nabi Muhammad
saw.), Anda temukan bahwa redaksinya sama, yakni kedua ayat itu menggunakan
kata (‫ )أعبد‬a'budu dalam bentuk kata kerja masa kini dan datang.
Kesan pertama yang diperoleh berkaitan dengan perbedaan tersebut adalah
bahwa bagi Nabi saw., ada konsistensi dalam objek pengabdian dan ketaatan,
dalam arti yang beliau sembah tidak berubah-ubah. Berbeda halnya dengan orangorang kafir itu, rupanya apa yang mereka sembah hari ini dan esok berbeda,
dengan apa yang mereka sembah kemarin. Nah, di sini letak perbedaan antara
ayat-ayat tersebut. Ayat 2 dan 4 bermaksud menegaskan bahwa Nabi saw. tidak
mungkin akan menyembah ataupun -taat kepada sembahan-sembahan mereka baik
yang mereka sembah hari ini dan besok, maupun yang pernah mereka sembah
kemarin.
Memang sejarah menceritakan bahwa kaum musyrikin sering kali mengubah
sembahan-sembahan mereka. Abu Raja' al-`Atharidi, seorang yang hidup pada
masa Jahiliah dan baru memeluk agama Islam setelah Nabi wafat menceritakan
bahwa: "Pada masa Jahiliah, bila kami menemukan batu yang indah kami
menyembahnya, dan bila tidak, kami membuat bukit kecil dari pasir, kernudian kami
bawa unta yang sedang banyak susunya dan kami peras susu itu di atas bukit
(buatan tadi), lali kami sembah (bukit itu) selama kami berada di tempat itu." (HR.
ad-Dârimi). Ada lagi yang mengumpulkan empat buah batu, kemudian memilih yang
terbaik untuk disembah, dan tiga sisanya mereka jadikan tumpu untuk periuknya.
Jika demikian, wajar jika Nabi saw. diperintahkan untuk menyatakan bahwa
tidak sembahan yang mereka sembah hari ini, tidak yang kemarin dan tidak juga
yang besok, yang bisa ditaati oleh pemeluk agama Islam. Karena sembahan kami
sejak semula hingga zaman yang tak terbatas adalah Allah Swt. Demikian
perbedaan kandungan ayat 2-3 dengan kandungan ayat 4-5, yang secara sepintas
diduga sama.
Adapun perbedaan ayat ketiga dan kelima yang redaksinya persis sama.
Keduanya berbunyi: (‫ )وال أنـتم عابـدون مـا أعبـد‬wa lâ antum 'abidûna ma a'bud, maka
sementara ulama membedakannya dengan memberi arti yang berbeda terhadap
kata (‫ )ما‬mâ pada masing-masing ayat.
Huruf (‫ )مـا‬mâ, antara lain berarti apa yang, dan ketika itu dalam istilah kebahasaan ia dinamai (‫ )مــا موصــولة‬ma maushûlah, dan bisa juga berfungsi
207 mengubah kata yang menyertainya sehingga kata tersebut menjadi kata jadian, dan
ketika itu ia dinamai (‫ )ما مصدريّة‬mâ mashdariyyah.
Menurut mereka, (‫ )مـا‬mâ pada ayat ketiga (demikian juga pada ayat kedua)
berarti Apa yang, sehingga (‫ )وال أنـتم عابـدون مـا أعبـد‬wa lâ untum 'abidûna mâ a'bud
berarti kamu tidak akan rnenjadi penyembah apa yang sedang dan akan saya
sembah. Sedangkan (‫ )مـا‬mâ pada ayat kelima (demikian pula keempat) adalah
mashdariyyah, sehingga kedua ayat ini berbicara tentang cara beribadat: "Aku tidak
pernah menjadi penyembah dengan (cara) penyembahan kamu, kamu sekalian pun
tidak akan menjadi penyembah-penyembah dengan cara penyembahanku."
Memang, ada tuntunan-tuntunan agama, yang pada mulanya bersumber dari
ajaran Ibrahim as., yang diamalkan oleh Nabi saw. dan diamalkan pula oleh orang
musyrik di Mekah, Tetapi dengan melakukan perubahan dalam tata cara
pelaksanaannya, salah satu di antaranya adalah pelaksanaan ibadah haji.
Orang-orang kafir melaksanakan haji, Tetapi sebagian di antara mereka ada
yang enggan mengenakan pakaian, ada juga yang enggan berkumpul di padang
Arafah, Tetapi menyendiri di Muzdalifah. Kelompok mereka dikenal dengan nama al-
Hummâs. Itu salah satu contoh perbedaan cara ibadah, walaupun namanya bagi
kita dan mereka adalah haji.
Cara kaum muslimin menyembah adalah berdasarkan petunjuk Ilahi, sedang
cara mereka adalah berdasarkan hawa nafsu mereka. Demikianlah terlihat dengan
jelas bahwa tidak ada pengulangan dalam ayat-ayat di atas.
Setelah menegaskan tidak mungkinnya bertemu dalam keyakinan ajaran
Islam dan kepercayaan Nabi Muhammad saw. dengan kepercayaan kaum yang
mempersekutukan Allah, ayat di atas menetapkan cara pertemuan dalam kehidupan
bermasyarakat yakni: Bagi kamu secara khusus agama kamu. Agama itu tidak
menyentuhku sedikit pun, kamu bebas untuk mengamalkannya sesuai kepercayaan
kamu dan bagiku juga secara khusus agamaku, aku pun mestinya memperoleh
kebebasan untuk melaksanakannya, dan kamu tidak akan disentuh sedikit pun
olehnya.
Didahulukannya kata (‫ )لكم‬lakum dan (‫ )لي‬liya berfungsi menggambarkan
kekhususan, karena itu pula masing-masing agama biarlah berdiri sendiri dan tidak
perlu dicampurbaurkan. Tidak perlu mengajak kami untuk menyembah sembahan
kalian setahun agar kalian menyembah pula Allah. Kalau (‫ )دين‬dîn diartikan agama,
maka ayat ini tidak berarti bahwa Nabi diperintahkan mengakui kebenaran anutan
mereka. Ayat ini hanya mempersilahkan mereka menganut apa yang mereka yakini.
208 Apabila mereka telah mengetahui tentang ajaran agama yang benar dan mereka
menolaknya serta bersikeras menganut ajaran mereka, silahkan, karena memang
seperti
firman
Allah
Swt.:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama,
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat" (QS. AlBaqarah/2: 256).
Kelak di hari kemudian masing-masing mempertanggung jawabkan pilihannya.
Baik atau buruk balasan itu, diserahkan kepada Tuhan. Firman-Nya : "Kamu tidak
diminta mempertanggungjawabkan dosa-dosa kami, kamipun tidak diminta
mempertanggungjawabkan perbuatan -perbuatan kalian." (QS. Saba'/ 34: 25).
Ayat 6 di atas, merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik, bagi
kamu agama kamu dan bagiku agamaku. Sehingga dengan demikian masing-masing pihak dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik, tanpa
memutlakkan pendapat kepada orang lain Tetapi sekaligus tanpa mengabaikan
keyakinan masing-masing.
Demikian terlihat bahwa absolusitas ajaran agama adalah sikap jiwa ke dalam,
tidak menuntut pernyataan atau kenyataan di luar bagi yang tidak meyakininya.
Ketika kaum musyrikin bersikeras menolak ajaran Islam, maka demi kemaslahatan
bersama, Tuhan memerintahkan Nabi Muhammad saw. menyampaikan bahwa
"Sesungguhnya k.ami atau kamu yang berada dalam kebenaran, atau dalam kesesatan yang
nyata. Katakanlah: Kamu tidak akan diminta mempertanggungjawabkan pelanggaranpelanggaran kami dan kami pun tidak akan diminta mempertanggungjawabkan perbuatanperbuatan kamu. Katakanlah: "Tuhan kita akan menghimpun kita semua, kemudian Dia
memberi keputusan di antara kita dengan benar, sesungguhnya Dia Maha Pemberi keputusan
lagi Maha Mengetahui" (QS. Saba'/34 : 24-26).
5. Hikmah Kandungan Ayat
a. Islam menuntut tiap pemeluknya untuk menghormati keyakinan yang dianut oleh
pemeluk non Islam. Hal ini terjadi karena Al-Qur'an mengajarkan kebebasan atau
tiadanya paksaan atas manusia untuk memeluk salah satu agama.
b. Pada masalah penyembahan dan pengabdian yang tulus terhadap Tuhan (Allah
Swt.) maka tiap muslim tidak boleh, bahkan sangat dilarang (haram) untuk
saling menukar sesembahan, kapan dan dimanapun atau dengan siapa tukarmenukar itu terjadi.
c. Masing-masing
penganut
keyakinan
keagamaan
termasuk
muslim,
akan
menerima balasan dari usaha pengabdiannya terhadap Allah Swt. dan pada
masing-masing
perilakunya.
tidak
dibebani
tanggung
jawab,
menyangkut
sikap
dan
209 B. QS. Yunus/10: 40-41
1. Redaksi Ayat
ِِ ِ
‫ﻮك ﻓَـ ُﻘﻞ ﱢﱄ‬
َ ُ‫﴾ َوإِن َﻛ ﱠﺬﺑ‬٤٠﴿ ‫ﻳﻦ‬
َ ‫َوِﻣْﻨـ ُﻬﻢ ﱠﻣﻦ ﻳـُ ْﺆِﻣ ُﻦ ﺑِِﻪ َوِﻣْﻨـ ُﻬﻢ ﱠﻣﻦ ﱠﻻ ﻳـُ ْﺆِﻣ ُﻦ ﺑِِﻪ ۚ◌ َوَرﺑﱡ‬
َ ‫ﻚ أ َْﻋﻠَ ُﻢ ﺑﺎﻟْ ُﻤ ْﻔﺴﺪ‬
﴾٤١﴿ ‫َﻋ َﻤﻠِﻲ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ َﻋ َﻤﻠُ ُﻜ ْﻢ ۖ◌ أَﻧﺘُﻢ ﺑَِﺮﻳﺌُﻮ َن ِﳑﱠﺎ أ َْﻋ َﻤ ُﻞ َوأَﻧَﺎ ﺑَِﺮيءٌ ﱢﳑﱠﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن‬
Artinya 40. di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al-Qur’an, dan di antaranya ada
(pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang
yang berbuat kerusakan. 41. jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku
dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas
diri terhadap apa yang kamu kerjakan".
2. Makna Mufrodat
Kata (‫')عمل‬amal, (pekerjaan) digunakan oleh Al-Qur’an untuk menggambarkan
perbuatan yang disadari oleh manusia dan jin.
Kata (‫ )فسد‬adalah keluarnya sesuatu dari keseimbangan, baik sedikit maupun
banyak. Kata ini digunakan menunjuk apa saja, baik jasmani, jiwa maupun hal-hal
lain. Ia juga diartikan sebagai antonim dari ash-shalih yang berarti manfaat atau
berguna.
3. Analisis Kandungan Ayat
Ayat di atas berbicara tentang keengganan dan bahkan menolak kebenaran AlQur’an. Terutama yang dilakukan oleh mereka yang musyrik, walau sebenarnya
ada di antara kaum musyrikin yang percaya dalam hati kecil mereka kebenaran AlQur’an dan kebenaran Nabi Muhammad Saw. Tetapi akibat kejahilanya dan sikap
prasangka buruk yang berlebihan mereka enggan menerima kebenaran melalui
risalah Muhammad Saw.,
ِ
ِ ۚ
﴾٣٦﴿ ‫ﻴﻢ ِﲟَﺎ ﻳَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن‬
ْ ‫َوَﻣﺎ ﻳَـﺘﱠﺒِ ُﻊ أَ ْﻛﺜَـ ُﺮُﻫ ْﻢ إِﱠﻻ ﻇَﻨًّﺎ ۚ◌ إِ ﱠن اﻟﻈﱠ ﱠﻦ َﻻ ﻳـُ ْﻐ ِﲏ ِﻣ َﻦ‬
ٌ ‫اﳊَ ﱢﻖ َﺷْﻴﺌًﺎ ◌ إ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪَ َﻋﻠ‬
Artinya:“ dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (QS. Yunus/10: 36)
Penolakan mereka terhadap Al-Qur’an dan tuntunan-tuntunannya bukanlah atas
dasar pemahaman yang kokoh atau setelah mempelajarinya dengan sungguhsungguh. Ini menggambarkan juga bahwa penolakan itu bertingkat-tingkat, bahkan
boleh jadi ada di antara mereka yang menolaknya karena ikut-ikutan saja atau bahkan
ada yang menolaknya padahal hati kecil mereka membenarkan kandungan atau
210 keistimewaannya. Dari sini, ayat ini menegaskan bahwa di antara mereka, yakni kaum
musyrikin itu ada orang-orang yang percaya kepadanya Tetapi menolak kebenaran Al-Qur’an
karena keras kepala dan demi mempertahankan kedudukan sosial mereka dan di antara
mereka ada juga yang memang benar-benar serta lahir dan batin tidak percaya
kepadanya serta enggan memperhatikannya karena hati mereka telah
terkunci. Tuhanmu Pemelihara dan Pembimbingmu, wahai Muhammad, lebih
mengetahui tentang para perusak yang telah mendarah daging dalam jiwanya
kebejatan yang sedikit pun tidak menerima kebenaran tuntunan Ilahi. Nah, bila
demikian, jika mereka menyambut baik ajakanmu, maka katakanlah bahwa Allah
Swt., yang memberi petunjuk kepada kamu dan akan memberi ganjaran kepada
kamu dan juga kepadaku, dan jika mereka sejak dahulu telah mendustakanmu
dan berlanjut kedustaan itu hingga kini dan masa datang, maka katakanlah kepada
mereka, "Bagiku pekerjaanku dan bagi kamu pekerjaan kamu, yakni biarlah kita
berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah serta diberi
balasan dan ganjaran yang sesuai. Kamu berlepas diri dari apa yang aku kerjakan,
baik pekerjaanku sekarang maupun masa datang, sehingga kamu tidak perlu
mempertanggung-jawabkannya dan tidak juga menambah dosa kamu, dan aku
pun berlepas diri dari apa yang kamu kerjakan baik yang kamu kerjakan sekarang,
maupun masa datang dan tidak juga akan memperoleh ganjaran atau dosa, jika
kamu memperolehnya."
‫َﺟَﺮْﻣﻨَﺎ َوَﻻ ﻧُ ْﺴﺄ َُل َﻋ ﱠﻤﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮن‬
ْ ‫ﻗُ ْﻞ َﻻ ﺗُ ْﺴﺄَﻟُﻮ َن َﻋ ﱠﻤﺎ أ‬
Artinya “ Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang
dosa yang Kami perbuat dan Kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang
kamu perbuat". (QS. Saba/34: 25).
Islam adalah agama universal yang ajarannya ditujukan bagi umat manusia secara
keseluruhan. Inti ajarannya selain memerintahkan penegakan keadilan dan eliminasi
kezaliman, juga meletakan pilar-pilar perdamaian yang diiringi dengan himbauan
kepada umat manusia agar hidup dalam suasana persaudaraan dan toleransi tanpa
memandang perbedaan ras, suku, bangsa dan agama, karena manusia pada
awalnya berasal dari asal yang sama.
a. Tipologi Orang Kafir Dalam Al-Qur’an
Prinsip hubungan muslim dengan orang lain dijelaskan Allah Swt., dalam
Al-Qur’an dan melalui utusanNya Nabi Muhammad Saw., dimana harus terjalin
atas dasar nilai persamaan, toleransi, keadilan, kemerdekaan, dan persaudaraan
kemanusiaan
(al-ikhwah
al-insaniyah).
Nilai-nilai
Qur’ani
inilah
yang
211 direkomendasikan Islam sebagai landasan utama bagi hubungan kemanusiaan
yang berlatar belakang perbedaan ras, suku bangsa, agama, bahasa dan budaya.
Karena nilai-nilai Qur’ani di atas terkait dengan hubungan muslim dengan non
muslim, tentu timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan ‘non muslim’ dalam
pandangan Islam.
Pengertian Non muslim sangat sederhana, yaitu orang yang tidak menganut
agama Islam. Tentu
saja maksudnya tidak mengarah pada suatu kelompok
agama saja, tetapi akan mencakup sejumlah agama dengan segala bentuk
kepercayaan dan variasi ritualnya.
Sepanjang penelitian terhadap Al-Qur’an di atas terdapat lima kelompok yang
dikategorikan sebagai non muslim, yaitu Ash Shabi’ah atau Ash Shabiin, Al Majus,
Al Musyrikun, Al Dahriyah atau Al Dahriyun dan Ahli Kitab. Masing-masing
kelompok secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Ash Shabi’ah
Adalah kelompok yang mempercayai pengaruh planet terhadap alam semesta.
Dalam al-Qur’an terdapat ayat yang menyebutkan penganut Shabiah yaitu:
ِ ‫ﺼﺎﺑِﺌِﲔ واﻟﻨﱠﺼﺎرى واﻟْﻤﺠﻮس واﻟﱠ‬
ِ ‫إِ ﱠن اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا واﻟﱠ‬
‫ﻳﻦ أَ ْﺷَﺮُﻛﻮا‬
‫ﺬ‬
‫اﻟ‬
‫و‬
‫ا‬
‫و‬
‫ﺎد‬
‫ﻫ‬
‫ﻳﻦ‬
‫ﺬ‬
‫ﱠ‬
ُ
َ
َ
َ
َ
َ َ َ َُ َ َ َ
َ َ َُ َ
ِ ‫إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪ ﻳـ ْﻔ‬
‫ﺼ ُﻞ ﺑَـْﻴـﻨَـ ُﻬ ْﻢ ﻳَـ ْﻮَم اﻟْ ِﻘﻴَ َﺎﻣ ِﺔ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﺷ ِﻬﻴﺪ‬
ََ
Artinya:“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabiiin orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi
keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala
sesuatu”. (QS. Al-Hajj/ 22: 17)
2) Al Majusi
Adalah para penyembah api yang mempercayai bahwa jagat raya dikontrol
oleh dua sosok Tuhan, yaitu Tuhan Cahaya dan Tuhan Gelap yang masingmasingnya bergerak kepada yang baik dan yang jahat, yang bahagia dan
yang celaka dan seterusnya.
3) Al Musyrikun
Adalah kelompok yang mengakui ketuhanan Allah Swt., tetapi dalam ritual
mempersekutukannya dengan yang lain spt penyembahan berhala, matahari
dan malaikat.
‫َو ْاﻋﺒُ ُﺪوا اﻟﻠﱠﻪَ َوَﻻ ﺗُ ْﺸ ِﺮُﻛﻮا ﺑِِﻪ َﺷْﻴﺌًﺎ‬
Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.”
(QS. An-Nisa/4: 36)
4) Al Dahriyah
212 Kelompok ini selain tidak mengakui bahwa dalam Alam semesta ini ada yang
mengaturnya, juga menolak adanya Tuhan Pencipta. Menurut mereka alam ini
eksis dengan sendirinya. Kelompok ini agaknya identik dengan kaum atheis.
ِ
ِ
‫ﱠﻫ ُﺮ َوَﻣﺎ َﳍُ ْﻢ‬
ْ ‫ﻮت َوَْﳓﻴَﺎ َوَﻣﺎ ﻳـُ ْﻬﻠ ُﻜﻨَﺎ إِﱠﻻ اﻟﺪ‬
ُ ُ‫َوﻗَﺎﻟُﻮا َﻣﺎ ﻫ َﻲ إِﱠﻻ َﺣﻴَﺎﺗُـﻨَﺎ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َﳕ‬
ِ
‫ﻚ ِﻣ ْﻦ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ إِ ْن ُﻫ ْﻢ إِﱠﻻ ﻳَﻈُﻨﱡﻮن‬
َ ‫ﺑِ َﺬﻟ‬
Artinya: “ dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja,
kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan
mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga saja “. (QS. Al -Jasiyah/45: 24
5) Ahli Kitab.
Menurut mazhabi Hanafi berpendapat bahwa yang termasuk Ahli Kitab adalah
orang yang menganut salah satu agama Samawi yang mempunyai kitab suci
seperti Taurat, Injil , Suhuf, Zabur dan lainnya. Sedangkan menurut Imam
Syafii dan Hanbali, pengertian Ahli Kitab terbatas pada kaum Yahudi dan
Nasrani. Kelompok non muslim ini disebut juga dengan Ahli Zimmah, yaitu
komunitas Yahudi atau Nasrani yang berdomisili di wilayah umat Islam dan
mendapat perlindungan pemerintah muslim. Mereka juga dinilai oleh Al-Qur’an
sebagai telah mengkufuri ayat-ayat Allah, serta mengingkari kebenaran dan
mengingkari kerasulan Muhammad Saw, sebagimana dalam QS. Ali Imran/3:
70-71,
ِ ‫ﺎب ِﱂ ﺗَ ْﻜ ُﻔﺮو َن ﺑِﺂﻳ‬
ِ ِ
ِ َ‫﴾ ﻳﺎ أ َْﻫﻞ اﻟْ ِﻜﺘ‬٧٠﴿ ‫ﺎت اﻟﻠﱠ ِـﻪ وأَﻧﺘُﻢ ﺗَ ْﺸﻬ ُﺪو َن‬
‫اﳊَ ﱠﻖ‬
ْ ‫ﺎب ِﱂَ ﺗَـ ْﻠﺒِ ُﺴﻮ َن‬
َ ْ َ
َ ُ َ َ‫ﻳَﺎ أ َْﻫ َﻞ اﻟْﻜﺘ‬
َ َ
ِ ‫ﺑِﺎﻟْﺒ‬
﴾٧١﴿ ‫اﳊَ ﱠﻖ َوأَﻧﺘُ ْﻢ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن‬
ْ ‫ﺎﻃ ِﻞ َوﺗَﻜْﺘُ ُﻤﻮ َن‬
َ
Artinya: 70. Hai ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah Padahal kamu
mengetahui (kebenarannya). 71. Hai ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq
dengan yang bathil, dan Menyembunyikan kebenaran, Padahal kamu mengetahuinya?
b. Islam dan Tolerasi Beragama
Tasamuh atau toleransi dalam bidang agama atau keyakinan berarti sikap saling
menghormati antar pemeluk agama untuk dapat menjalankan ajaran dan
keyakinan masing-masing. Atau sikap sabar dan menahan diri untuk tidak
mengganggu dan tidak melecehkan agama atau system keyakinan dan ibadah
penganut agama-agama lain.
Islam adalah agama pertama yang mengakui nabi-nabi dan seluruh agama yang
diwahyukanm walaupun nabi-nabi agama-agama terdahulu itu memusatkan
perhatian mereka hanya kepada bangsa-bangsa dan suku-suku tertentu yang
213 kepadanya mereka diutus. Nabi Muhamamd Saw., diutus bukan hanya untuk
bangsa Arab Tetapi untuk seluruh manusia.
‫َﻻ إِ ْﻛَﺮ َاﻩ ِﰲ اﻟﺪﱢﻳ ِﻦ‬
Artinya: “ tidak ada paksaan dalam beragama (Islam)” (al-Baqarah: 256)
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas
menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau
dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya
peraturan yang mengikat. Akan Tetapi, toleransi beragama harus dipahami
sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama
kita dengan segala bentuk sistem, dan tata cara peribadatannya dan memberikan
kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.
Mari kita lihat kembali sejarah Islam dan lihatlah betapa prinsip-prinsip
toleransi beragama diterapkan. Nabi Muhamamd Saw., dan pengikut beliau
menderita bertahun-tahun oleh penganiayaan di Mekkah sebelum berhijrah ke
tempat yang lebih aman di Madinah yang letaknya 200 mil dari Mekkah. Disana
Nabi Muhammad Saw., mengatur masyarakat kaum Muslimin dan salah satu
langkah pertama yang beliau ambil adalah mengadakan perjanjian dengan tiga
golongan utama di Madinah meliputi kaum Yahudi, pengikut-pengikut beliau di
Madinah (anshor) dan golongan Muslim dari Mekkah (muhajirin). Dalam
perjanjian pertama dengan golongan lain, kebebasan beragama diberikan kepada
yang bukan muslim. Yahudi Madinah bebas menjalankan agama mereka sendiri.
Mereka bebas untuk hidup menurut kepercayaan dan amalan mereka sendiri.
Meman tak diragukan bahwa kemudian mereka dihalau dari Madinah Tetapi itu
bukanlah disebabkan kepercayaan agama mereka namun disebabkan merka
tidak setia kepada negara.
Nabi Muhammad Saw., juga memberi jaminan kebebasan kepada kaum
Kristen Najran, menjamin perlindungan terhadap jiwa, harta dan agama mereka.
Bahwa gereja-gereja mereka tidak akan dihancurkan dengan cara apapun.
Mereka tidak dibenarkan untuk diambil pajak nya secara tidak adil dan tidak
dibenarkan ada gereja diruntuhkan untuk tujuan pembangunan Mesjid di tempat
itu. Seandainya seorang Muslim menikahi wanita Kristen, wanita itu bebas
menjalankan kewajiban agama nya sendiri. Orang-orang muslim harus siap
membantu orang Kristen jika mereka perlu bantuan dalam memperbaiki tempattempat ibadah mereka. Kitab Suci Al-Qur’an secara jelas menjunjung perlakuan
214 baik semua tempat ibadah dan juga kebebasan dalam memilihdan menjalankan
agama. Demikian sekelumit contoh pengembangan toleransi pada zaman Nabi
Saw.
c. Prinsip-Prinsip Toleransi
Dalam mengamalkan tasamuh/ toleransi, kita dianjurkan supaya melakukan halhal di antaranya:
a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia.
b. Mengembangkan sikap tenggang rasa
Sebagai makhluk sosial kita harus mengembangan sikap tenggang rasa
dengan sesama manusia. Tidak diperbolehkan saling berburuk sangka, saling
menjelekan dan lain sebagainya.
c. Tidak semena-mena terhadap orang lain
Sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah tengah masyarakat, kita juga
tidak dibenarkan berbuat semena-mena terhadap orang lain sekalipun kita
dapat melakukannya.
d. Gemar Melakukan kegiatan kemanusiaan
Sabda Nabi Saw., “
Barang siapa yang melapangkan kehidupan dunia orang mukim, maka Allah akan
melapangkan kehidupan orang itu di hari kiamat. Dan barang siapa yang meringankan
kesusahan orang yang dalam kesusahan, Allah akan menghilangkan kesusahan orang itu di
dunia dan akhirat. (HR Muslim)
4. Hikmah Kandungan Ayat
Toleransi merupakan ajaran fundamental dalam sistem keagamaan. Islam
menghormati
dan
menghargai
keyakinan
masing-masing
pribadi
untuk
melaksanakan dengan baik ajaran yang diyakini itu. Demikian itu telah dicontohkan
oleh Nabi Saw.
Toleransi yang dibolehkan adalah yang menyangkut urusan non akidah yakni
terlarang untuk saling bertukar keyakinan. Hal itu sangat tidak wajar dan terlarang
karena menyahi fitrah kemanusiaan untuk memegang teguh keyakinan yang telah
tertanam dalam sanubari.
Allah tidak menuntut pertanggungjawaban akan keyakinan yang dianut setiap insan
kecuali yang ia usahakan. Karena pertanggung jawaban mesti dituntut setelah
215 pelaku melaksanakanya. Tetapi Allah juga tidak memperkenankan antar penganut
keyakinan untuk saling menghalangi dalam pengamalan (ritual) ibadah.
C. QS. Al Kahfi/18: 29
1. Redaksi Ayat
ِ
ِ ْ ‫وﻗُ ِﻞ‬
ِِ ِ
‫َﺣﺎ َط ِِ ْﻢ‬
َ ‫اﳊَ ﱡﻖ ﻣﻦ ﱠرﺑﱢ ُﻜ ْﻢ ۖ◌ ﻓَ َﻤﻦ َﺷﺎءَ ﻓَـ ْﻠﻴُـ ْﺆﻣﻦ َوَﻣﻦ َﺷﺎءَ ﻓَـ ْﻠﻴَ ْﻜ ُﻔ ْﺮ ۚ◌ إِﻧﱠﺎ أ َْﻋﺘَ ْﺪﻧَﺎ ﻟﻠﻈﱠﺎﻟﻤ‬
َ ‫ﲔ ﻧَ ًﺎرا أ‬
َ
ٍ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ۚ
ۚ
ِ ِ
﴾٢٩﴿ ‫ت ُﻣ ْﺮﺗَـ َﻔ ًﻘﺎ‬
ْ َ‫اب َو َﺳﺎء‬
ُ ‫ﺲ اﻟﺸَﱠﺮ‬
َ ‫ُﺳَﺮادﻗُـ َﻬﺎ ◌ َوإن ﻳَ ْﺴﺘَﻐﻴﺜُﻮا ﻳـُﻐَﺎﺛُﻮا ﲟَﺎء َﻛﺎﻟْ ُﻤ ْﻬﻞ ﻳَ ْﺸﻮي اﻟْ ُﻮ ُﺟﻮﻩَ ◌ ﺑْﺌ‬
Artinya: “ dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya
Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih
yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling
jelek.”
2. Makna Mufrodat
Kata al-Haq mengandung pengertian yang ada secara pasti, yang cocok dan sesuai
dengan yang sebenarnya, yang ada dengan tanpa keraguan, yang bermanfaat,
tidak sia-sia dan binasa. Ar Raghib Al Ishfahani menyebutkan bahwa makna Al haq
(kebenaran) secara asal adalah: kesesuaian dan dapat bermakna ketetapan yang
sesuai dengan tuntutan hikmah. Dari pengetian tersebut bahwa kebenaran yang
datang dari rab yakni Al-Qur’an adalah kebenaran yang mantap dan tidak ada
perubahan dalam kebenaran itu, sejak dulu, kini dan yang akan dating.
Kata Rabb/ Allah, seakar dengan kata tarbiyah, yaitu mengarahkan sesuatu tahap
demi tahap menuju kesempurnaan kejadian dan fungsinya. Ketika menyebut
kata Allah, dapat terbayang dalam benak segala sifat-sifat Allah SWT., baik sifat
fi'il (perbuatan) maupun sifat Dzat-Nya, yakni baik yang dapat berdampak
kepada makhluk-Nya maupun tidak. Ketika menyebut kata rabb, maka dalam
kandungan makna kata mi terhimpun semua sifat-sifat Allah yang dapat
menyentuh
makhluk.
Pengertian
rububiyah
(kependidikan
atau
pemeliharaan) mencakup pemberian rezeki, pengampunan dan kasih saying,
juga amarah, ancaman, siksaan dan sebagainya.
Kata Rabb apabila berdiri sendiri maka yang dimaksud adalah "Tuhan" yang
tentunya antara lain karena Dialah yang melakukan tarbiyah (pendidikan) yang
pada hakikatnya adalah pengembangan, peningkatan serta perbaikan makhluk
ciptaan-Nya.
Kata Al-Wajh/wajah, bagian yang paling menonjol dari sisi luarnya serta paling jelas
menggambarkan identitasnya. Jika suatu sosok tertutup wajahnya, maka tidak
mudah mengenal siapa ia. Sebaliknya jika seluruh sisi luarnya tertutup, kecuali
216 wajahnya, maka ia dapat dibedakan dari sosok yang lain, bahkan tanpa kesulitan
ia dapat dikenali. Demikian wajah menjadi pertanda identitas.
Kata suradiq/
berasal dari bahasa Persia. Ada yang memahaminya dalam arti
kemah dan ada juga dalam arti penghalang yang menghalangi sesuatu masuk ke
rumah atau kemah. Neraka diibaratkan dengan bangunan yang memiliki
penghalang berupa gejolak api, sehingga yang disiksa tidak dapat keluar, dan
pihak lain pun tidak ada yang dapat masuk untuk menolong. Dengan demikian
yang disiksa benar-benar diliputi oleh api itu.
3. Asbabun Nuzul
Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, “Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan
Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah ibnu Khalaf
menganjurkan supaya Nabi Saw., mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai
oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari
sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya.
Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi.”
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi’ yang menceritakan,
bahwa Nabi Saw., pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau
bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi Saw.,
pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh
Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula
hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu
hari Uyainah ibnu Hisam datang kepada Nabi Saw., sedang sahabat Salman berada
di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, “Jika kami datang maka singkirkanlah
orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk”. Maka turunlah ayat di ini.
4. Analisis Kandungan Ayat
Ayat ini memerintahkan Rasul Saw. menegaskan kepada semua pihak
termasuk kaum musyrikin yang angkuh itu dengan menyatakan "Dan katakanlah
wahai Nabi Muhammad bahwa: Kebenaran, yakni wahyu Ilahi yang aku sampaikan
ini datangnya dari Tuhan Pemelihara kamu dalam segala hal, maka barang siapa di
antara kamu, atau selain kamu yang ingin beriman tentang apa yang kusampaikan
ini maka hendaklah ia beriman, keuntungan dan manfaatnya akan kembali kepada
dirinya sendiri, dan barang siapa di antara kamu atau selain kamu yang ingin kafir
dan menolak pesan-pesan Allah, maka biarlah ia kafir walau sekaya dan setinggi
217 apa pun kedudukan sosialnya. Tidaklah aku, apalagi Allah SWT., akan mengalami
sedikit kerugian pun dengan kekafirannya, sebaliknya, dialah sendiri yang akan
merugi dan celaka dengan perbuatannya yang telah menganiaya dirinya sendiri."
Dalam Tafsir yang dikeluarkan Kementerian Agama (Tafsir Depag RI), menyangkut
keterangan ayat yang sedang kita bahas ini, menyatakan bahwa Allah SWT
memerintahkan lagi kepada Rasulullah Saw., supaya menegaskan kepada orangorang kafir itu bahwa kebenaran yang disampaikan kepada mereka itu adalah dari
Tuhan semesta alam. Adalah kewajiban mereka untuk mengikuti kebenaran itu dan
mengamalkannya. Manfaat dan kebenaran itu, tentulah kembali kepada mereka
yang mengamalkannya. Demikian pula sebaliknya akibat yang buruk dan
pengingkaran terhadap kebenaran itu kembali pula kepada mereka yang ingkar.
Maka oleh karena itu barangsiapa yang ingin beriman kepada Nya ingin masuk ke
dalam barisan orang-orang yang beriman hendaklah segera berbuat, tanpa
mengajukan syarat-syarat dan alasan-alasan yang dibuat-buat sebagaimana halnya
pemuka-pemuka musyrikin yang memandang rendah terhadap orang-orang
mukmin yang fakir tersebut di atas. Demikian pula siapa yang ingkar dan
membuang kebenaran itu, silahkan berbuat. Jika mereka ingkar. Rasulullah Saw.
tidak memperoleh kerugian apa-apa sebagaimana beliau tidak memperoleh
keuntungan apapun jika mereka beriman.
Allah Swt. berfirman dalam QS. Al Isra’/17: 7,
ِ ِ
ِ
﴾٧﴿ ... ‫َﺳﺄْ ُْﰎ ﻓَـﻠَ َﻬﺎ‬
ْ ‫َﺣ َﺴﻨﺘُ ْﻢ أ‬
ْ ‫إِ ْن أ‬
َ ‫َﺣ َﺴﻨﺘُ ْﻢ ﻷَﻧ ُﻔﺴ ُﻜ ْﻢ ۖ◌ َوإ ْن أ‬
Artinya:“ jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri…“
Tetapi jika manusia itu memilih kekafiran dan melepaskan keimanan, berarti mereka
telah melakukan kelaliman, yakni mereka telah meletakkan sesuatu tidak pada
tempatnya. Karena itu kepada mereka, Allah memberikan ancaman yang keras,
yaitu akan melemparkan mereka ke dalam neraka. mereka tidak akan lolos dari
neraka itu, karena gejolak api neraka itu mengepung mereka dari segala penjuru,
sehingga mereka laksana seorang yang tertutup dalam kurungan. Bilamana dalam
neraka itu mereka meminta minum karena dahaga, maka mereka akan diberi air
yang panasnya seperti cairan besi yang mendidih yang menghanguskan muka
mereka. Sungguh alangkah jelek air yang mereka minum itu. Tidak mungkin air
yang mereka minum demikian panasnya itu dapat menyegarkan kerongkongan, dan
tidak dapat pula mendinginkan dada yang sedang kepanasan, bahkan lebih
218 menghancurkan diri mereka. Dan neraka yang mereka tempati itu adalah tempat
yang paling buruk dan penuh dengan siksaan.
Menyangkut kebenaran mutlak yang disandang Al-Qur’an, ada beberapa hal yang
akan
ditampilkan
terbantahkan.
sebagai
indicator
bahwa
nilai
kebenaran
Al-Qur’an
tak
Paling tidak ada tiga aspek dalam Al-Qur’an yang dapat menjadi
bukti kebenaran Nabi Muhammad Saw., sekaligus menjadi bukti bahwa seluruh
informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah benar bersumber dari Allah
Swt.. Ketiga aspek yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut.
a. Aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya. Tidak mudah untuk
menguraikan hal ini, khususnya bagi kita yang tidak memahami dan memiliki
"rasa bahasa" Arab --karena keindahan diperoleh melalui "perasaan", bukan
melalui nalar. Namun demikian, ada satu atau dua hal menyangkut redaksi AlQur’an yang dapat membantu pemahaman aspek pertama ini. Seperti diketahui,
seringkali Al-Qur’an "turun" secara spontan, guna menjawab pertanyaan atau
mengomentari peristiwa. Misalnya pertanyaan orang Yahudi tentang hakikat ruh.
Pertanyaan ini dijawab secara langsung, dan tentunya spontanitas tersebut tidak
memberi peluang untuk berpikir dan menyusun jawaban dengan redaksi yang
indah apalagi teliti. Namun demikian, setelah Al-Qur’an rampung diturunkan dan
kemudian dilakukan analisis serta perhitungan tentang redaksi-redaksinya,
ditemukanlah
hal-hal
yang
sangat
menakjubkan.
Ditemukan
adanya
keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang digunakannya, seperti
keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang.
b. Kedua adalah pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Fir'aun, yang mengejar-ngejar
Nabi Musa., diceritakan QS. Yunus/10: 92. Pada ayat 92 surah itu, ditegaskan
bahwa "Badan Fir'aun tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi
pelajaran generasi berikut." Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut, karena
hal itu telah terjadi sekitar 1200 tahun S.M. Nanti, pada awal abad ke-19,
tepatnya pada tahun 1896, ahli purbakala Loret menemukan di Lembah Raja-raja
Luxor Mesir, satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah
Fir'aun yang bernama Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa a.s. Selain
itu, pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir
untuk membuka pembalut-pembalut Fir'aun tersebut. Apa yang ditemukannya
adalah satu jasad utuh, seperti yang diberitakan oleh Al-Qur’an melalui Nabi yang
ummiy (tak pandai membaca dan menulis itu). Mungkinkah ini?
219 c. Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya. Banyak sekah isyarat ilmiah yang ditemukan
dalam Al-Quran. Misalnya diisyaratkannya bahwa "Cahaya matahari bersumber
dari dirinya sendiri, sedang cahaya bulan adalah pantulan (dari cahaya
matahari)" (perhatikan QS. Yunus/10: 5); atau bahwa jenis kelamin anak adalah
hasil sperma pria, sedang wanita sekadar mengandung karena mereka hanya
bagaikan "ladang" (QS. Al-Baqarah/2: 223); dan masih banyak lagi lainnya yang
kesemuanya belum diketahui manusia kecuali pada abad-abad bahkan tahuntahun terakhir ini. Dari manakah Muhammad mengetahuinya kalau bukan dari
Dia, Allah Yang Maha Mengetahui.
Kesemua aspek tersebut tidak dimaksudkan kecuali menjadi bukti bahwa
petunjuk-petunjuk yang disampaikan oleh Al-Quran adalah benar, sehingga
dengan demikian manusia yakin serta secara tulus mengamalkan petunjukpetunjuknya.
5. Hikmah Kandungan Ayat
a. Kebenaran
Al-Qur’an
bersifat
haq, yakni keberadaan mulai dari yang
menurunkan, yang membawa turun dan yang diberi wewenang untuk
mengajarkan kepada seluruh manusia adalah mutlak kebenaranya, sehingga AlQur’an tidak akan disentuh oleh perubahan dan kerusakan walau satu huruf. Itu
semua karena Allah adalah sumber kebenaran yang abadi.
b. Manusia dihadapkan pada dua pilihan yang bertolak belakang yakni antara
menerima kebenaran atau menolaknya. Penerimaan dengan keimanan yang
mantap akan kebenaran Al-Qur’an akan membawa manusia kepada bimbingan
dan petunjuk Allah yang berakibat pada kebahagian. Dan sebaliknya mereka
yang menolak (kufr) kebenaran Al-Qur’an karena ego dan nafsunya akan
membawa manusia kearah kesengsaraan terlebih pada hari pembalasan.
c. Keimanan dan kekufuran yang di tampilkan setiap pribadi manusia apa akhirnya
berpulang kepada pribadi itu senddiri. Hal itu tidak berpengaruh terhadap
keberadaan Allah sedikitpun, karena Allah sesungguhnya tidak butuh kepada
manusia Tetapi sebaliknya, manusialah yang membutuhkan kasih dan sayangNya
selama hidup di dunia sampai kelak di ahirat.
220 D. QS. Al Hujuraat/49: 10-13
1. Redaksi Ayat
ِ‫ﱠ‬
ِ ‫إِﱠﳕَﺎ اﻟْﻤﺆِﻣﻨﻮ َن إِﺧﻮةٌ ﻓَﺄ‬
ۚ
‫ﻳﻦ‬
َ ْ ‫َﺻﻠ ُﺤﻮا ﺑَـ‬
ْ َْ ُ ُْ
َ‫ﲔ أ‬
َ ‫﴾ ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬١٠﴿‫َﺧ َﻮﻳْ ُﻜ ْﻢ ◌ َواﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠـﻪَ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗُـ ْﺮ َﲪُﻮ َن‬
ٍ
ِ
‫ﱢﺴ ٍﺎء َﻋ َﺴ ٰﻰ أَن ﻳَ ُﻜ ﱠﻦ َﺧْﻴـًﺮا‬
َ ‫َآﻣﻨُﻮا َﻻ ﻳَ ْﺴ َﺨ ْﺮ ﻗَـ ْﻮٌم ﱢﻣﻦ ﻗَـ ْﻮم َﻋ َﺴ ٰﻰ أَن ﻳَ ُﻜﻮﻧُﻮا َﺧْﻴـًﺮا ﱢﻣْﻨـ ُﻬ ْﻢ َوَﻻ ﻧ َﺴﺎءٌ ﱢﻣﻦ ﻧ‬
ِ
ِ َ‫اﻹﳝ‬
ِ
ِ ۖ ِ
ۖ
ِْ ‫ﻮق ﺑَـ ْﻌ َﺪ‬
‫ﺎن ۚ◌ َوَﻣﻦ‬
ُ ‫ﺲ ِاﻻ ْﺳ ُﻢ اﻟْ ُﻔ ُﺴ‬
َ ‫ﱢﻣْﻨـ ُﻬ ﱠﻦ ◌ َوَﻻ ﺗَـ ْﻠﻤ ُﺰوا أَﻧ ُﻔ َﺴ ُﻜ ْﻢ َوَﻻ ﺗَـﻨَﺎﺑَـ ُﺰوا ﺑ ْﺎﻷَﻟْ َﻘﺎب ◌ ﺑْﺌ‬
ِ ِ ‫﴾ ﻳﺎ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨُﻮا‬١١﴿ ‫ﻚ ﻫﻢ اﻟﻈﱠﺎﻟِﻤﻮ َن‬
ِ
‫ﺾ اﻟﻈﱠ ﱢﻦ‬
َ ‫اﺟﺘَﻨﺒُﻮا َﻛﺜ ًﲑا ﱢﻣ َﻦ اﻟﻈﱠ ﱢﻦ إِ ﱠن ﺑَـ ْﻌ‬
ْ َ َ
َ َ
ْ ُ‫ﱠﱂْ ﻳَـﺘ‬
ُ
ُ ُ َ ‫ﺐ ﻓَﺄُوﻟَـٰﺌ‬
ِ ‫ﺐ أَﺣ ُﺪ ُﻛﻢ أَن ﻳﺄْ ُﻛﻞ َﳊﻢ أ‬
ِ ۚ ‫إِ ْﰒ ۖ◌ وَﻻ َﲡ ﱠﺴﺴﻮا وَﻻ ﻳـ ْﻐﺘَﺐ ﺑـﱠﻌﻀ ُﻜﻢ ﺑـﻌ‬
‫َﺧ ِﻴﻪ َﻣْﻴﺘًﺎ‬
ً َْ ُ ْ
َ َ ُ َ َ ٌ
ْ َ ‫ﻀﺎ ◌أ َُﳛ ﱡ‬
َْ َ َ
ِ ‫ﻓَ َﻜ ِﺮﻫﺘُﻤﻮﻩ ۚ◌واﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠـﻪ ۚ◌ إِ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪ ﺗَـ ﱠﻮ‬
‫ﱠﺎس إِﻧﱠﺎ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ ُﻛﻢ ﱢﻣﻦ ذَ َﻛ ٍﺮ‬
ٌ َ
َ
ٌ ‫اب ﱠرﺣ‬
َ ُُ ْ
ُ ‫﴾ ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﻨ‬١٢﴿ ‫ﻴﻢ‬
ِ
ِ ِ
ِ
ِ
ِ ۚ
ِ ۚ
‫ﻴﻢ‬
ٌ ‫َوأُﻧﺜَ ٰﻰ َو َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ُﻛ ْﻢ ُﺷﻌُﻮﺑًﺎ َوﻗَـﺒَﺎﺋ َﻞ ﻟﺘَـ َﻌ َﺎرﻓُﻮا ◌ إ ﱠن أَ ْﻛَﺮَﻣ ُﻜ ْﻢ ﻋ َﻨﺪ اﻟﻠﱠـﻪ أَﺗْـ َﻘﺎ ُﻛ ْﻢ ◌ إ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪَ َﻋﻠ‬
﴾١٣﴿ ٌ‫َﺧﺒِﲑ‬
Artinya:
10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang
lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburukburuk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat,
Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian
dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
2. Makna Mufrodat
Kata (‫ )أصـلحوا‬ashlihû terambil dari kata (‫ )أصـلح‬ashlaha yang asalnya adalah (‫)صـلح‬
shaluha. Dalam kamus-kamus bahasa, kata ini dimaknai dengan antonim dari kata
(‫ )فسـد‬fasada yakni rusak. Ia diartikan juga dengan manfaat. Dengan demikian
shaluha berarti tiadanya atau terhentinya kerusakan atau diraihnya manfaat, sedang
(‫ )إصـالح‬ishlâh adalah upaya menghentikan kerusakan atau meningkatkan kualitas
sesuatu sehingga manfaatnya lebih banyak lagi. Memang ada nilai-nilai yang harus
dipenuhi sesuatu agar ia bermanfaat atau agar ia dapat berfungsi dengan baik.
Kursi, misalnya, harus memiliki kaki yang sempurna baru dapat berfungsi dengan
baik dan dapat bermanfaat. Jika salah satu kaki kursi tersebut rusak, maka perlu
dilakukan ishlah/perbaikan agar ia dapat berfungsi dengan baik serta bermanfaat
sebagai kursi. Dalam konteks hubungan antar manusia, maka nilai-nilai itu
tercermin dalam keharmonisan hubungan. Ini berarti jika hubungan antar dua pihak
221 berkurang kemanfaatan yang dapat diperoleh dari mereka. Ini menuntut adanya
ishlah, yakni perbaikan agar keharmonisa pulih, dan dengan demikian terpenuhi
nilai-nilai bagi hubungan tersebut, dan sebagai dampaknya akan lahir aneka
manfaat dan kemaslahatan.
Kata (‫مـا‬
ّ ‫ )إن‬innamâ digunakan untuk membatasi sesuatu. Di sini kaum beriman
dibatasi hakikat hubungan mereka dengan persaudaraan. Seakan-akan tidak ada
jalinan hubungan antar mereka kecuali persaudaraan itu. Kata innamâ biasa
digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang telah diterima sebagai suatu hal
yang demikian itu adanya dan telah diketahui oleh semua pihak secara baik.
Penggunaan kata innamâ dalam konteks penjelasan tentang persaudaraan antara
sesama mukmin ini, mengisyaratkan bahwa sebenarnya semua pihak telah
mengetahui secara pasti bahwa kaum beriman bersaudara, sehingga semestinya
tidak terjadi dari pihak mana pun hal-hal yang mengganggu persaudaraan itu.
Kata (‫ )إخـوة‬ikhqah adalah bentuk jamak dari kata (‫ )أخ‬akh, yang dalam kamuskamus bahasa sering kali diterjemahkan saudara atau sahabat. Kata ini pada
mulanya berarti yang sama. Persamaan dalam garis keturunan mengakibatkan
persaudaraan, demikian juga persamaan dalam sifat atau bentuk apapun.
Persamaan kelakuan pemboros dengan setan, menjadikan para pemboros adalah
saudara-saudara setan (QS. Al-Isra’/17: 27). Persamaan dalam kesukuan atau
kebangsaan pun mengakibatkan persaudaraan (QS. Al-A’raf/7: 65). Ada juga
persaudaraan karena persamaan kemakhlukan, seperti ketika Nabi Muhammad Saw.
menamakan jin adalah saudara-saudara manusia. Beliau melarang menjadikan
tulang sebagai alat beristinja' karena itu adalah makanan saudara-saudara kamu
dari jenis jin.
Kata (‫ )أخ‬akh yang berbentuk tunggal itu, biasa juga dijamak dengan kata (‫)إخـوان‬
ikhwân. Bentuk jamak ini biasanya menunjuk kepada persaudaraan yang tidak
sekandung. Berbeda dengan kata (‫ )إخـوة‬ikhwah yang hanya terulang tujuh kali
dalam
Al-Qur'an,
kesemuanya
digunakan
untuk
menunjuk
persaudaraan
seketurunan, kecuali ayat al-Hujurat di atas. Hal ini agaknya untuk mengisyaratkan
bahwa persaudaraan yang terjalin antara sesama muslim, adalah persaudaraan
yang dasarnya berganda. Sekali atas dasar persamaan iman, dan kali kedua adalah
persaudaraan seketurunan, walaupun yang kedua ini bukan dalam pengertian
hakiki.
Dengan
demikian
tidak
ada
alasan
untuk
memutuskan
hubungan
persaudaraan itu. Ini lebih-lebih lagi jika masih direkat oleh persaudaraan sebangsa,
secita-cita, sebahasa, senasib dan sepenanggungan.
222 Kata (‫ )أخويكم‬akhwaikum adalah bentuk dual dari kata (‫ )أخ‬akh. Penggunaan bentuk
dual di sini untuk mengisyaratkan bahwa jangankan banyak orang, dua pun, jika
mereka berselisih harus diupayakan ishlah antar mereka, sehingga persaudaraan
dan hubungan harmonis mereka terjalin kembali.
Kata (‫ )قـوم‬qaum biasa digunakan untuk menunjuk sekelompok manusia. Bahasa
menggunakannya pertama kali untuk kelompok laki-laki saja, karena ayat di atas
menyebut pula secara khusus wanita. Memang wanita dapat saja masuk dalam
pengertian qaum –bila ditinjau dari penggunaan sekian banyak kata yang menunjuk
kepada laki-laki misalnya kata al-mu'minûn dapat saja tercakup di dalamnya al-
mu'minât/wanita-wanita mukminah. Namun ayat di atas mempertegas penyebutan
kata (‫ )نسـاء‬nisâ'/perempuan karena ejekan dan "merumpi" lebih banyak terjadi di
kalangan perempuan dibandingkan kalangan laki-laki.
Kata (‫ )تلمـزوا‬talmizû terambil dari kata (‫ )اللمـز‬al-lamz. Memahaminya dalam arti,
ejekan yang langsung dihadapkan kepada yang diejek, baik dengan isyarat, bibir,
tangan atau kata-kata yang dipahami sebagai ejekan atau ancaman. Ini adalah
salah satu bentuk kekurangajaran dan penganiayaan.
Firman-Nya : (‫' )عسى ان يكونوا خيـرا مـنھم‬asâ an yakûnû khairan minhum/boleh jadi
mereka yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olok,
mengisyaratkan tentang adanya tolok ukur kemuliaan yang menjadi dasar penilaian
Allah yang boleh jadi berbeda dengan tolok ukur manusia secara umum. Memang
banyak nilai-nilai yang dianggap baik oleh sementara orang terhadap diri mereka
atau orang lain, justru sangat keliru. Kekeliruan itu mengantar mereka menghina
dan melecehkan pihak lain. Padahal jika mereka menggunakan dasar penilaian yang
ditetapkan Allah, tentulah mereka tidak akan menghina atau mengejek.
Kata (‫ )تنـابزوا‬tanâbazû terambil dari kata (‫ )النّبـذ‬an-Nabdz yakni gelar buruk. At-
tanâbuz adalah saling memberi gelar buruk. Larangan ini menggunakan bentuk kata
yang mengandung makna timbal balik, berbeda dengan larangan al-lamz pada
penggalan sebelumnya. Ini bukan saja karena at-tanâbuz lebih banyak terjadi dari
al-lamz, Tetapi juga karena gelar buruk biasanya disampaikan secara terangterangan dengan memanggil yang bersangkutan. Hal ini mengandung siapa yang
tersinggung dengan panggilan buruk itu, membalas dengan memanggil yang
memanggilnya pula dengan gelar buruk, sehingga terjadi tanâbuz.
Perlu dicatat bahwa terdapat sekian gelar yang secara lahiriah dapat dinilai gelar
buruk, Tetapi karena ia sedemikian populer dan penyandangnya pun tidak lagi
keberatan dengan gelar itu, maka di sini, menyebut gelar tersebut dapat ditoleransi
223 oleh agama. Misalnya Abu Hurairah, yang nama aslinya adalah Abdurrahman Ibn
Shakir, atau Abu Turab untuk Sayyidina Ali Ibn Thalib. Bahkan al-A'raj (si Pincang)
untuk perawi hadis kenamaan Abdurrahman Ibn Hurmuz, dan al-A'masyi (si Rabun)
bagi Sulaiman Ibn Mahrân dan lain-lain.
Kata (‫ )اإلسـم‬al-ism yang dimaksud oleh ayat ini bukan dalam arti nama, Tetapi
sebutan. Dengan demikian ayat di atas bagaikan menyatakan "Seburuk-buruk
sebutan adalah menyebut seseorang dengan sebutan yang mengandung makna
kefasikan setelah ia disifati dengan sifat keimanan." Ini karena keimanan
bertentangan dengan kefasikan. Ada juga yang memahami kata al-ism dalam arti
tanda, dan jika demikian ayat ini berarti: "Seburuk-buruk tanda pengenalan yang
disandangkan kepada seseorang setelah ia beriman adalah memperkenalkannya
dengan
perbuatan
dosa
yang
pernah
dilakukannya."
Misalnya
dengan
memperkenalkan seseorang dengan sebutan di Pembobol Bank atau Pencuri dan
lain-lain.
Kata (‫ )إجتنبـوا‬ijtanibû terambil dari kata (‫ )جنـب‬j a n b
yang berarti samping.
Mengesampingkan sesuatu berarti menjauhkan dari jangkauan tangan. Dari sini
kata tersebut diartikan jauhi. Penambahan huruf (‫ )ت‬ta' pada kata tersebut
berfungsi
penekanan
yang
menjadikan
kata
ijtanibû berarti bersungguh-
sungguhlah. Upaya sungguh-sungguh untuk menghindari prasangka buruk.
Kata (‫ )كثيـرا‬katsir(an)/banyak bukan berarti kebanyakan, sebagaimana dipahami
atau diterjemahkan sementara penerjemah. Tiga dari sepuluh adalah banyak, dan
enam dari sepuluh adalah kebanyakan. Jika demikian, bisa saja banyak dari
dugaan adalah dosa dan banyak pula yang bukan dosa. Yang bukan dosa adalah
yang indikatornya demikian jelas, sedang yang dosa adalah dugaan yang tidak
memiliki indikator yang cukup dan yang mengantar seseorang melangkah menuju
sesuatu yang diharamkan, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.
Termasuk
juga
dugaan
yang
bukan
dosa
adalah
rincian
hukum-hukum
keagamaan. Pada umumnya atau dengan kata lain kebanyakan dari hukum-hukum
tersebut
berdasarkan
kepada
argumentasi
yang
interpretasinya
bersifat
zhanniy/dugaan, dan tentu saja apa yang berdasar dugaan hasilnya pun adalah
dugaan.
Kata (‫)تجسسوا‬
tajassasû terambil dari kata (‫)جس‬
jassa, yakni upaya mencari tahu
ّ
ّ
dengan cara tersembunyi. Dari sini mata-mata dinamai (‫ )جاسـوس‬jâsûs. Imam
Ghazâli memahami larangan ini dalam arti, jangan tidak membiarkan orang berada
dalam kerahasiaannya. Yakni setiap orang berhak menyembunyikan apa yang
224 enggan diketahui -orang lain. Jika demikian jangan berusaha menyingkap apa
yang dirahasiakannya itu. Mencari-cari kesalahan orang lain biasanya lahir dari
dugaan negatif terhadapnya, karena itu ia disebutkan setelah larangan menduga.
Kata (‫ )يغتب‬yaghtab terambil dari kata (‫ )غيبة‬ghîbah yang berasal dari kata (‫)غيـب‬
ghaib yakni tidak hadir. Ghibah adalah menyebut orang lain yang tidak hadir di
hadapan
penyebutnya
dengan
sesuatu
yang
tidak
disenangi
oleh
yang
bersangkutan, maka ia dinamai (‫ )بھتـان‬baghtân/kebohongan besar. Dari penjelasan
di atas terlihat bahwa walaupun keburukan yang diungkap oleh penggunjing tadi
memang disandang oleh obyek ghibah, ia tetap terlarang.
Firman-Nya: (‫ )فكرھتمــوه‬fa karihtumûhu/maka kamu telah jijik kepadanya
menggunakan kata kerja masa lampau untuk menunjukkan bahwa perasaan jijik
itu adalah sesuatu yang pasti dirasakan oleh setiap orang.
Redaksi yang digunakan ayat di atas mengandung sekian banyak penekanan
untuk menggambarkan betapa buruknya rnenggunjing. Penekanan pertama pada
gaya pertanyaan yang dinamai istifhâm taqrîri yakni yang bukan bertujuan
meminta informasi, tetapi mengundang yang ditanya membenarkan. Kedua, ayat
ini menjadikan apa yang pada hakikatnya sangat tidak disenangi, dilukiskan
sebagai disenangi.
Ketiga, yat ini mempertanyakan kesenangan itu langsung kepada setiap orang,
yakni dengan menegaskan, "Suka kah salah sreorang di antara kamu". Keempat,
daging yang dimakan bukan sekadar daging manusia Tetapi daging saudara
sendiri. Penekanan kelima, pada ayat ini adalah bahwa saudara itu dalam keadaan
mati yakni tidak dapat membela diri.
Kata (‫ )التّـوّاب‬at-tawwâb seringkali diartikan penerima taubat. Tetapi makna ini
belum mencerminkan secara penuh kandungan kata tawwâb, walaupun kita tidak
dapat menilainya keliru. Imam al-Ghazali mengartikan at-Tawwâb sebagai Dia
(Allah) yang kembali berkali-kali menuju cara yang memudahkan taubat untuk
hamba-hamba-Nya, dengan jalan menampakkan tanda-tanda kebesaran-Nya,
menggiring
kepada
mereka
peringatan-peringatan-Nya,
serta
mengingatkan
ancaman-ancaman-Nya. Sehingga bila mereka telah sadar akan akibat buruk dari
dosa-dosa dan merasa takut dari ancaman-ancaman-Nya, mereka kembali
(bertaubat) dan Allah pun kembali kepada mereka dengan anugerah pengabulan.
Selanjutnya rujuklah ke QS. Al-Baqarah [2]: 37, untuk memahami lebih banyak
tentang makna dan substansi taubat.
225 Kata (‫ )شــعوب‬syu'ûb adalah bentuk jamak dari kata (‫ )شــعب‬sya'b. Kata ini
digunakan untuk menunjuk kumpulan dari sekian (‫ )قبيلــة‬qabîlah yang biasa
diterjemahkan suku yang merujuk kepada satu kakek. Qabilah/suku pun terdiri dari
sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai (‫' )عمـارة‬imârah, dan yang ini terdiri
lagi dari sekian banyak kelompok 3 yang dinamai (‫ )بطـن‬bathn. Di bawah bathn ada
sekian (‫ )فخذ‬fakhdz hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga yang terkecil.
Kata (‫ )تعارفوا‬ta'ârafû terambil dari kata (‫` )عـرف‬arafa yang berarti mengenal. Patron
kata yang digunakan ayat ini mengandung makna timbal balik, dengan demikian la
berarti saling mengenal.
Kata (‫ )أكـرمكم‬akramakum terambil dari kata (‫ )كـرم‬karuma yang pada dasarnya
berarti yang baik dan istimewa sesuai objeknya. Manusia yang baik dan istimewa
adalah yang memiliki akhlak yang baik terhadap Allah, dan terhadap sesama
makhluk.
Sifat (‫' )عليم‬Alîm dan (‫ )خبير‬Khabîr keduanya mengandung makna kemahatahuan
Allah SWT. Sementara ulama membedakan keduanya dengan menyatakan bahwa
'Alîm
menggambarkan
pengetahuan-Nya
menyangkut
segala
sesuatu.
Penekanannya adalah pada dzat Allah yang bersifat Maha Mengetahui - bukan pada
sesuatu yang diketahui itu. Sedang Khabîr menggambarkan pengetahuan-Nya yang
menjangkau sesuatu. Di sini, sisi penekanannya bukan pada dzat-Nya Yang Maha
Mengetahui Tetapi pada sesuatu yang diketahui itu.
3. Asbabun Nuzul
Asbabbun nuzul ayat 11 adalah: Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa namanama gelaran di zaman Jahiliyah sangat banyak. Ketika Nabi SAW. memanggil
seseorang dengan gelarnya, ada orang yang memberitahukan kepada Nabi bahwa
gelar itu tidak disukainya. Maka turunlah ayat ini yang melarang memanggil orang
dengan gelaran yang tidak disukainya. Hadis tentang asba an-nuzul ayat 11
Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari Abi Jubair Ibnu
Dlahhak.
Asbabbun nuzul ayat 11 diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu
Juraij. Dalam riwayat tersebut, dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan Salman al-Farisi yang apabila selesai makan ia terus tidur dan mendengkur.
Pada waktu itu ada orang yang mempergunjingkan perbuatannya itu. Maka turunlah
ayat ini yang melarang seseorang mengumpat menceritakan keaiban orang lain.
Asbab an-nuzul ayat 13 merupakan riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari
Ibnu Abi Mulaikah. Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, dikemukakan bahwa ketika
226 fatkhu Makkah, Bilal naik ke atas Ka'bah untuk adzan. Berkatalah beberapa orang:
"Apakah pantas budak hitam adzan di atas Ka'bah?" Maka berkatalah yang lainnya:
"Sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya". Ayat ini turun
sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling
mulia adalah yang paling taqwa.
4. Analisis Kandungan Ayat
Hendaknya kita menyadari bahwa firman-Nya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin
bersaudara" merupakan ketetapan syariat berkaitan dengan persaudaraan antara
orang-orang mukmin dan yang mengakibatkan dampak keagamaan serta hak-hak
yang ditetapkan agama. Hubungan kekeluargaan antara anak, bapak atau saudara,
ada yang ditetapkan agama atau undang-undang serta memiliki dampak-dampak
tertentu seperti hak kewarisan, nafkah, keharaman kawin dan lain-lain, dan ada
juga yang ditetapkan hanya berdasar ketentuan umum (natural) yakni hubungan
pertalian keturunan atau rahim.
Dua orang anak yang lahir dari dua ibu bapak melalui perkawinan yang sah
menurut agama, adalah dua saudara yang diakui oleh agama, sekaligus diakui
berdasar ketentuan umum yakni akibat kelahirannya dari ibu dan bapak yang sama.
T'etetapi jika salah seorang dari kedua anak tadi lahir akibat perzinahan, maka yang
ini bukanlah anak sah yang diakui agama walaupun dia adalah anak yang lahir dari
sumber sperma yang sama dan rahim ibu yang sama. Anak itu adalah anak hanya
berdasar ketentuan umum (natural); bukan ketentuan agama. Demikian juga anak
angkat. Boleh jadi sementara peraturan menilainya sebagai anak, Tetapi Islam tidak
menilainya sebagaimana halnya anak kandung. Nah jika demikian, persaudaraan
beraneka ragam dan memiliki dampak yang bermacam-macam.
Ada persaudaraan umum (natural) yang tidak memiliki dampak dalam ajaran agama
seperti lahirnya dua orang dari ayah dan ibu yang sama. Ada juga persaudaraan
yang memiliki dampak tertentu yang ditetapkan agama, misalnya dampaknya dalam
pernikahan dan kewarisan. Atau persaudaraan berdasar persusuan, yang juga
memiliki dampaknya pada pernikahan, walau tidak dalam kewarisan. Dengan
demikian, persaudaraan antar sesama manusia pun berbeda-beda, walau semua
dapat dinamai saudara.
Ayat di atas mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa persatuan dan kesatuan,
serta hubungan harmonis antar anggota masyarakat kecil atau besar, akan
melahirkan limpahan rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya, perpecahan dan
227 keretakan hubungan mengundang lahirnya bencana buat mereka, yang pada
puncaknya dapat melahirkan pertumpahan darah dan perang saudara sebagaimana
dipahami dari kata qital yang puncaknya adalah peperangan.
Di sisi lain, tentu saja siapa yang mengejek orang lain maka dampak buruk ejekan
itu menimpa si pengejek, bahkan tidak mustahil ia memperoleh ejekan yang lebih
buruk dari yang diejek itu. Bisa juga larangan ini memang ditujukan kepada masingmasing dalam arti jangan melakukan suatu aktivitas yang mengundang orang
menghina dan mengejek Anda, karena jika demikian, Anda bagaikan mengejek diri
sendiri.
Selanjutnya, memanggil dengan panggilan buruk
boleh jadi panggilan/gelar itu
dilakukan atas dasar dugaan yang tidak berdasar. Demikian pula larangan
berperasangka buruk.
Prasangka buruk mengundang upaya mencari tahu
kesalahan orang lain yang justru ditutupi oleh pelakunya.
Rangkaian ayat di atas juga
menegaskan bahwa sebagian dugaan adalah dosa
yakni dugaan yang tidak berdasar. Biasanya dugaan yang tidak berdasar dan
mengakibatkan dosa adalah dugaan buruk terhadap pihak lain. Dengan menghindari
dugaan dan prasangka buruk, anggota masyarakat akan hidup tenang dan tentram
serta produktif, karena mereka tidak akan ragu terhadap pihak lain dan tidak juga
akan tersalurkan energinya kepada hal-hal yang sia-sia. Tuntunan ini juga
membentengi setiap anggota masyarakat dari tuntutan terhadap hal-hal yang baru
bersifat prasangka. Dengan demikian ayat ini mengukuhkan prinsip bahwa:
Tersangka belum dinyatakan bersalah sebelum terbukti kesalahannya, bahkan
seseorang tidak dapat dituntut sebelum terbukti kebenaran dugaan yang
dihadapkan kepadanya. Memang bisikan-bisikan yang terlintas di dalam benak
tentang sesuatu dapat ditoleransi, asal bisikan tersebut tidak ditingkatkan menjadi
dugaan dan sangka buruk. Dalam konteks ini Rasul saw. berpesan: "Jika kamu
menduga (yakni terlintas dalam benak kamu sesuatu yang buruk terhadap orang
lain) maka jangan lanjutkan dugaanmu dengan melangkah lebih jauh (HR.
Thabarani).
Upaya melakukan tajassus dapat menimbulkan kerenggangan hubungan, karena itu
pada prinsipnya ia dilarang. Ini tentu saja bila tidak ada alasan yang tepat untuk
melakukannya. Selanjutnya perlu dicatat bahwa karena tajassus merupakan
kelanjutan dari dugaan, sedang dugaan ada yang dibenarkan dan ada yang tidak
dibenarkan, maka tajassus pun demikian. la dapat dibenarkan dalam konteks
pemeliharaan negara atau untuk menampik mudharat yang sifatnya umum. Karena
228 itu memata-matai musuh atau pelanggar hukum, bukanlah termasuk tajassus yang
dibenarkan. Adapun tajassus yang berkaitan dengan urusan pribadi seseorang dan
hanya didorong untuk mengetahui keadaannya, maka ini sangat terlarang. Imam
Ahmad
meriwayatkan
bahwa
ada
seorang
yang
bermaksud
mengadukan
tetangganya kepada polisi karena mereka sering meminum minuman keras. Namun
ia dilarang oleh Uqbah - salah seorang sahabat Nabi saw. yang menyampaikan
bahwa Rasul saw. bersabda: "Siapa yang menutup aib saudaranya, maka ia
bagaikan menghidupkan seorang anak yang dikubur hidup-hidup" (HR. Abu Daud
dan an-Nasa'i melalui al-Laits Ibn Sa'id). Di sisi lain Mu'awiyah putra Abu Sufyan
menyampaikan bahwa ia mendengar Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya jika
engkau mencari-cari kesalahan/kekurangan orang lain, maka engkau telah merusak
atau hampir saja merusak mereka" (HR. Abu Daud).
Pakar-pakar hukum membenarkan ghibah untuk sekian banyak alasan antara lain :
a. Meminta fatwa, yakni seorang yang bertanya tentang hukum dengan menyebut
kasus tertentu dengan memberi contoh. Ini seperti halnya seorang wanita yang
bernama Hind meminta fatwa Nabi menyangkut suaminya yakni Abu Sufyan
dengan menyebut kekikirannya. Yakni : apakah sang istri boleh mengambil uang
suaminya tanpa sepengetahuan sang suami?
b. Menyebut keburukan seseorang yang memang tidak segan menampakkan
keburukannya di hadapan umum. Seperti menyebut si A adalah Pemabuk, karena
memang dia sering minum di hadapan umum dan mabuk.
c. Menyampaikan keburukan seseorang kepada yang berwenang dengan tujuan
mencegah terjadinya kemungkaran.
d. Menyampaikan keburukan seseorang kepada siapa yang sangat membutuhkan
informasi tentang yang bersangkutan, misalnya dalam konteks menerima
lamarannya.
Bahwa ghibah merupakan perusakan bagian dari masyarakat, satu demi satu
sehingga dampak positif yang diharapkan dari wujudnya satu masyarakat menjadi
gagal dan berantakan. Yang diharapkan dari wujudnya masyarakat adalah
hubungan harmonis antar anggota-anggotanya, di mana setiap orang dapat bergaul
dengan penuh rasa aman dan damai.
Masing-masing mengenal anggota masyarakat lainnya sebagai seorang manusia
yang disenangi, tidak dibenci atau dihindari. Adapun bila ia dikenal dengan sifat
yang mengundang kebencian atau memperkenalkan aibnya, maka akan terputus
hubungan dengannya sebesar kebencian dan aib itu. Dan ini pada gilirannya
229 melemahkan hubungan kemasyarakatan sehingga gunjingan tersebut bagaikan
rayap yang menggerogoti anggota badan yang digunjing, sedikit demi sedikit
hingga berakhir dengan kematian.
Kata akh/suudara yang digunakan al-Qur'an tidak harus selalu berarti saudara
segama.
Bahkan
al-Qur'an
menegaskan
kata
seagama
jika
bermaksud
menghilangkan kesan persaudaraan yang tidak seagama seperti firman-Nya: "Jika
mereka bertaubat, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu)
adalah saudara-saudara kamu seagama". (QS. at-Taubah/9: 11).
Islam mengundang semua anggota masyarakat untuk bekerja sama menciptakan
kesejahteraan bersama. Menggunjing salah seorang anggota masyarakat dapat
melumpuhkan masyarakat itu Di sisi lain, bukankah menggunjing adalah suatu
perbuatan yang tidak baik? Melakukan satu perbuatan buruk -terhadap siapa pun
ditujukan- pastilah tidak direstui agama. Bukankah pergunjingan merupakan
perlakuan tidak adil dan agama memerintahkan untuk menegakkan keadilan kepada
siapa pun, walau terhadap orang-orang kafir. "Janganlah sekali-kali kebencian(mu)
kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjid alHaram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran" (QS. al-Ma'idah/5: 2).
Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa al-Qur'an ketika menguraikan tentang
persaudaraan antara sesama muslim, yang ditekankannya adalah ishlah, sambil
memerintahkan
agar
menghindari
hal-hal
yang
dapat
menimbulkan
kesalahpahaman (baca ayat 11-12). Rasul saw. pun melukiskan petunjuk serupa.
Beliau melukiskan dampak persaudaraan dalam bentuk menafikan hal-hal buruk,
bukannya menetapkan hal-hal baik. Beliau bersabda: "Muslim adalah saudara
muslim yang lain. Ia tidak menganiayanya, tidak menyerahkannya kepada
musuhnya, tidak saling membenci, tidak saling membelakangi, tidak bersaing secara
tidak sehat dalam jual beli, tidak mengkhianatinya, tidak membohonginya, dan tidak
meninggalkannya tanpa pertolongan,". Pada kesempatan lain dengan gaya
tuntunan yang sama, Nabi saw. bersabda: "Seorang muslim adalah yang
menyelamatkan kaum muslimin dari lidah dan tangannya", yakni yang selalu
menghindarkan orang lain dari gangguan yang ditimbulkan oleh ucapan dan
perbuatannya. Demikian terlihat bahwa langkah pertama bukanlah memberi sesuatu
yang bermanfaat Tetapi yang lebih penting adalah menghindari terjadinya sesuatu
yang negatif terhadap orang lain. Inilah yang dinamai as-salâm as-salbi/damai pasif.
230 Damai pasif adalah batas antara keharmonisan/kedekatan dan perpisahan, serta
batas antara rahmat dan siksaan. Seorang muslim yakni yang menyandang sifat
damai, paling tidak, bila dia tidak dapat memberi manfaat kepada selainnya, maka
jangan sampai dia mencelakakannya. Kalau dia tidak memberi maka paling tidak dia
tidak mengambil hak orang lain. Kalau dia tidak dapat menggembirakan pihak lain,
maka paling tidak dia tidak meresahkannya, dan kalau dia tidak dapat memujinya,
maka minimal dia tidak mencelanya.
Setelah memberi petunjuk tata krama pergaulan dengan sesama muslim, ayat di
atas beralih kepada uraian tentang prinsip dasar hubungan antar manusia. Karena
itu ayat di atas tidak lagi menggunakan panggilan yang ditujukan kcpada orangorang beriman, Tetapi kepada jenis manusia. Hal ini untuk menegaskan bahwa
semua manusia derajat kemanusiaannya sama di sisi Allah, tidak ada perbedaan
antara satu suku dengan yang lain. Tidak ada juga perbedaan pada nilai
kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan karena semua diciptakan dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan. Karena itu berusahalah untuk meningkatkan
ketakwaan agar menjadi yang termulia di sisi Allah.
Dalam konteks ini, sewaktu haji wada' (perpisahan), Nabi saw. berpesan antara
lain: "Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu,
tiada kelebihan orang Arab atas non Arab, tidak juga non Arab atas orang Arab,
atau orang (berkulit) hitam atas yang (berkulit) merah (yakni putih) tidak juga
sebaliknya kecuali dengan takwa, sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah
adalah yang paling bertakwa" (HR. al-Baihaqi melalui Jabir Ibn Abdillah).
Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang
untuk saling memberi manfaat. Karena itu ayat di atas menekankan perlunya saling
mengenal. Perkenalan itu dibutuhkan untuk saling menarik pelajaran dan
pengalaman pihak lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt. yang
dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniawi dan
kebahagiaan ukhrawi.
Demikian juga halnya dengan pengenalan terhadap alam raya. Semakin banyak
pengenalan terhadapnya, semakin banyak pula rahasia-rahasianya yang terungkap,
dan ini pada gilirannya melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
menciptakan kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Demikian hubungan
antara derajat ketakwaan dengan keMaha-Tahuan Allah sampai hal yang terinci
pada penggalan ayat terahir di atas.
231 Penutup ayat di atas (‫ن ﷲ عليم خبير‬
ّ ‫ )إ‬inna Allâh 'Alîm(un) Khabîr/ sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal mengandung pengertian bahwa hanya
Allah yang mengetahui tempat kematian seseorang; "Dan tidak seorang pun yang
mengetahui di bumi mana ia akan mati, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal. " QS. Luqman/31: 34. Allah mengetahui rahasia yang sangat
dipendam;
"Dan ingatlah ketika Nahi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari
istri-istrinya (Hafshah) suatu peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan
peristiwa itu (kepada 'Aisyah) dan Allah memberitahukan hal itu (semua
pembicaraan antara Hafshah dengun 'Aisyah) kepada Muhammad, lalu Muhammad
memberitahukan
sebagian
(yang
diberitakan
Allah
kepadanya)
dan
menyembunyikan sebagian yang lain (kepada Hafshah). Maka tatkala (Muhammad)
memberitahukan pembicaraan (antara Hafshah dan 'Aisyah) lalu Hafshah bertanya:
"Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab: "Telah
diberitahukan kepadaku oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
QS. At-Tahrim/66: 3. “Dan Allah mengetahui kualitas ketakwaan seseorang di sisi
Allah”. Ini berarti bahwa adalah sesuatu yang sangat sulit bahkan mustahil, seorang
manusia dapat menilai kadar dan kualitas keimanan serta ketakwaan seseorang.
Yang mengetahuinya hanya Allah Swt. Di sisi lain, penutup ayat ini mengisyaratkan
juga bahwa apa yang ditetapkan Allah menyangkut esensi kemuliaan adalah yang
paling tepat, bukan apa yang diperebutkan oleh banyak manusia, karena Allah Maha
Mengetahui
dan
Maha
Mengenal.
Dengan
demikian
manusia
hendaknva
memperhatikan apa yang dipesankan oleh sang Pencipta manusia Yang Maha
Mengetahui dan mengenal mereka juga kemaslahatan mereka.
5. Hikmah Kandungan Ayat
a. Tumbuhnya kesadaran untuk selalu mengadakan perbaikan atas muslim yang
tengah mengalami keretakan hubungan dengan bersikap adil dan bijaksana.
b. Tumbuhnya kesadaran untuk tidak bersikap dan berperilaku menjelekkan
saudara muslim atau siapapun baik dengan alasan dan dasar yang kuat. Dengan
kata lain timbulnya kesadaran untuk ber"husn dzan" bukan "su'u dzan".
c. Dalam hubungan komunikasi adalah tercela bila memanggil dan memberi gelar
dengan gelar yang berkonotasi jelek, apalagi dengan nada menghina. Karena bila
demikian sama halnya dengan merendahkan harkat dan martabat kemanusiaan.
232 d. Dalam konteks bermasyarakat, muslim dilarang untuk melakukan kegiatan keji
yang menyangkut nama baik dan perilaku seseorang dengan buruk sangka.
Sebab hal itu adalah sumber malapetaka perpecahan masyarakat. Yang termasuk
dalam sikap buruk sangka adalah mencari kejelekan dan menggunjung ketika
yang bersangkutan tidak berada di tempat.
e. Takwa adalah puncak penilaian Allah SWT. terhadap seluruh umat manusia, tidak
peduli siapa, kapan, di mana dan keturunan (suku, bangsa, agama dan lain-lain).
E. QS. Ali Imraan/3: 103
1. Redaksi Ayat
ِ
ِ
ِ ِ
ِ ِ
‫ﲔ ﻗُـﻠُﻮﺑِ ُﻜ ْﻢ‬
َ ‫ﺖ اﻟﻠﱠـﻪ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ إِ ْذ ُﻛﻨﺘُ ْﻢ أ َْﻋ َﺪاءً ﻓَﺄَﻟﱠ‬
َ ْ ‫ﻒ ﺑَـ‬
َ ‫و ْاﻋﺘَﺼ ُﻤﻮا ﲝَْﺒ ِﻞ اﻟﻠﱠـﻪ َﲨ ًﻴﻌﺎ َوَﻻ ﺗَـ َﻔﱠﺮﻗُﻮا ۚ◌ َواذْ ُﻛ ُﺮوا ﻧ ْﻌ َﻤ‬
ِ
‫ﲔ اﻟﻠﱠـﻪُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ آﻳَﺎﺗِِﻪ‬
َ ‫َﺻﺒَ ْﺤﺘُﻢ ﺑِﻨِ ْﻌ َﻤﺘِ ِﻪ إِ ْﺧ َﻮاﻧًﺎ َوُﻛﻨﺘُ ْﻢ َﻋﻠَ ٰﻰ َﺷ َﻔﺎ ُﺣ ْﻔَﺮٍة ﱢﻣ َﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻓَﺄَﻧ َﻘ َﺬ ُﻛﻢ ﱢﻣْﻨـ َﻬﺎ ۗ◌ َﻛ َٰﺬﻟ‬
ُ ‫ﻚ ﻳـُﺒَـ ﱢ‬
ْ ‫ﻓَﺄ‬
﴾١٠٣﴿ ‫ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَـ ْﻬﺘَ ُﺪو َن‬
Artinya “ dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai
berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuhmusuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”
(QS. Ali Imran/3: 103)
2. Makna Mufrodat
Kata (‫ )جميعا‬jami'an/semua dan firman-Nya (‫ )والتفرقوا‬wa la tafarraqû/janganlah
bercerai berai. Kata (‫ )اعتصموا‬i'tashimû terambil dari kata (‫ )عصم‬ashama, yang
bermakna menghalangi. Penggalan ayat ini mengandung perintah untuk berpegang
kepada tali Allah yang berfungsi menghalangi seseorang terjatuh.
Kata (‫ )حبل‬habl yang berarti tali, adalah apa yang digunakan mengikat sesuatu
guna mengangkatnya ke atas atau menurukannya ke bahwa agar sesuatu itu tidak
terlepas atau terjatuh. Memang, setiap orang yang berjalan pada jalang yang sulit,
khawatir tergelincir jatuh, Tetapi jika dia berpegang pada tali yang terulur pada
kedua ujung jalan yang dilaluinya, maka dia akan merasa aman untuk tidak
terjatuh, apalagi jika tali tersebut kuat dan cara memegangnya pun kuat. Yang
memilih tali yang rapuh, atau tidak berpegang teguh – walau talinya kuat –
kemungkinan besar akan tergelincir. Tali yang dimaksud oleh ayat ini adalah ajaran
agama, atau Al-Qur'an. Rasulullah Saw. melukiskan Al-Qur'an dengan sabdanya :
(‫ )ھو حبل ﷲ المتين‬huwa habl Allah al-matin/ Dia adalah tali Allah yang kukuh.
Firman-Nya : (‫ )فألف بين قلوبكم‬fa allafa baina qulûbikum, yakni mengharmoniskan
atau mempersatukan hati kamu menunjukkan betapa kuat jalinan kasih sayang dan
persatuan mereka, karena yang diharmoniskan Allah bukan hanya langkah-langkah
233 mereka Tetapi hati mereka. Kalau hati telah menyatu, maka segala sesuatu menjadi
ringan dipikul dan segala kesalah pahaman, jika seandainya muncul maka akan
mudah diselesaikan. Memang, yang penting adalah kesatuan hati umat bukan
kesatuan organisasi atau kegiatannya.
Kata (‫ )إخوانا‬ikhwânan adalah bentuk jamak dari kata (‫ )أخ‬akhun yang biasa
diterjemahkan saudara. Makna asalnya adalah sama. Karena itu Al-Qur’an menamai
orang-orang yang boros (‫ )إخوان الشياطين‬ikhwân asy-syayâthîn (QS. Al-Isra’/17: 27)
dalam arti memiliki sifat yang sama dengan sifat-sifat setan. Mereka yang
dipersatukan hatinya oleh Allah itu, merada dirinya sama dengan yang lain. yang
ringan sama mereka jinjing, dan yang berat mereka pikul bersama. Sakit
saudaranya sama-sama mereka rasakan dan kegembiraannya pun mereka nikmati
bersama.
3. Asbabub Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika kaum Aus dan Khazraj sedang dudukduduk, berceritalah mereka tentang permusuhannya di zaman Jahiliyah, sehingga
bangkitlah amarahnya, sehingga masing-masing memegang senjatanya. Maka
turunlah ayat tersebut di atas (ayat 101,102,103) yang melerai mereka.
(Diriwayatkan oleh al-Faryabi dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas).
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang Yahudi yang bernama Syash bin
Qais, lalu di hadapan kaum Aus dan Khazraj yang sedang bercakap-cakap dengan
riang gembira. Si Yahudi tadi merasa benci melihat keintiman mereka, padahal
asalnya bermusuhan. Ia menyuruh seorang pemuda anah buahnya untuk ikut serta
bercakap-cakap dengan mereka dan membangkitkan cerita di zaman Jahiliyah
waktu
perang
Bu'ats.
Mulailah
kaum
Aus
dan
Khazraj
berselisih
dan
menyombongkan kegagahan masing-masing, sehingga tampillah Aus bin Qaizhi dari
golongan Aus dan Jabbar bin Sakhr dari golongan Khazraj saling mencaci-maki dan
menimbulkan amarah kedua belah pihak serta berloncatlah untuk berperang. Hal ini
sampai kepada Rasulullah SAW sehingga beliau segera datang dan memberi nasihat
serta mendamaikannya. Mereka tunduk dan taat. Maka turunlah ayat tersebut di
atas (ayat 100) berkenaan dengan Aus dan Jabbar serta orang-orang yang menjadi
pengikutinya, dan ayat 99 berkenaan dengan Syash bin Qais yang telah mengadu
domba kaum muslimin. (Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dan Abu asy-Syaikh yang
bersumber dari Zaid bin Aslam)
234 4. Analisis Kandungan Ayat
Dapat juga dikatakan ayat ini berpesan kepada kaum muslimin secara kolektif
bersama-sama. Pesan dimaksud adalah Berpegang teguhlah, yakni upayakan sekuat
tenaga untuk mengaitkan diri satu dengan yang lain dengan tuntunan Allah sambil
menegakkan disiplin kamu semua tanpa terkecuali. Sehingga kalau ada yang lupa
ingatkan dia, ata ada yang tergelincir, bantu dia bangkit agar semua dapat
bergantung kepada tali agama Allah. Kalau kamu lengah atau ada salah seorang
yang menyimpang, maka keseimbangan akan kacau dan disiplin akan rusak, karena
itu bersatu padulah, dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatlah nikmat Allah
kepadamu. Bandingkanlah keadaan kamu sejak datangnya Islam dengan ketika
kamu dahulu pada masa jahiliyah bermusuh-musuhan, yang ditandai oleh
peperangan yang berlanjut sekian lama generasi demi generasi maka Allah
mempersatukan hati kamu pada satu jalan dan arah yang sama, lalu menjadilah
kamu, karena nikmat Allah yaitu dengan agama Islam, orang-orang yang
bersaudara; sehingga kini tidak ada lagi bekas luka di hati kamu masing-masing.
Penyebutan nikmat ini merupakan argumentasi keharusan memelihara persatuan
dan kesatuan – argumentasi – yang berdasarkan pengalaman mereka.
Itulah nikmat duniawi yang kamu peroleh dan yang telah kamu alami, dan di akhirat
nanti kamu akan memperoleh nikmat juga, karena ketika kamu bermusuh-musuhan
sebenarnya kamu telah berada di tepi jurang api (neraka), sebab kamu hidup tanpa
bimbingan wahyu, lalu dengan kedatangan Islam Allah menyelamatkan kamu
darinya, yakni dari keterjerumusan atau tepi atau dari neraka itu. Demikianlah,
yakni seperti penjelasan-penjelasan di atas Allah terus-menerus menjelaskan ayat-
ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk secara terus-menerus
pula. Memang petunjuk Allah tidak ada batasnya. "Allah akan menambah petunjuk-
Nya bagi orang-orang yang telah memperoleh petunjuk" (QS. Maryam [19] : 76).
Dalil yang dikemukakan kali bukan dalil pengalaman, Tetapi lebih kepada dalil
logika. Ada juga yang memahami kata api atau neraka dalam arti neraka duniawi
dan apinya berupa api perpecahan permusuhan dan dengki-mendengki.
Demikian terlihat bahwa perintah mengingat nikmat-Nya merupakan alasan atau
dalil yang mengharuskan mereka bersatu padu, berpegang dengan tuntunan Ilahi.
Ini sejalan dengan kebiasaan Al-Qur’an yang bila memerintahkan sesuatu atau
melarangnya menyertakan dalil dan alasan perintah atau larangan, atau paling tidak
memerintahkan untuk memikirkannya. Itu terlihat dalam berbagai perintah dan
larangan-Nya baik menyangkut akidah, seperti tentang keesaan Allah yang penuh
235 dengan aneka argumentasi, atau syariat, seperti ketika memerintahkan puasa dan
zakat, atau melarang riba dan minuman keras, maupun dalam soal akhlak, seperti
ketika memerintahkan berbakti kepada ibu dan bapak khususnya ibu yang telah
berpayah-payah dan menyusukan anak.
Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa keberagamaan yang dituntutnya adalah yang
didasarkan pada pemahaman dan kejelasan argumentasi, walau harus pula
dinyatakan bahwa jika seseorang tidak mengetahui dalil atau alasan sesuatu yang
diperintahkan-Nya
maka
itu
bukan
berarti
dia
tidak
dituntut
untuk
melaksanakannya. Ini karena sejak semula telah dinyatakan bahwa agama adalah
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.., dan bahwa alam raya dan segala
isinya adalah miliki-Nya semata, dan sejak semula agama ini menuntut adanya
iman, sedang iman bukan lahir melalui pengembangan nalar atau akal, Tetapi
melalui penyucian hati atau kalbu. Melalu kalbu kepercayaam lahir dan dibina, dan
melalu akal, kepercayaan yang telah ada benihnya itu diasah dan diasuh, sehingga
semakin kokoh. Karena itu, Al-Qur’an dalam dakwahnya memberikan perhatian
sangat besar terhadap akal yang merupakan alat penyerap dan pemahaman ajaran
serta kalbu yang menjadi wadah dan pemicu lahirnya iman dan tekad pengamalan.
Karena itu pula, Al-Qur’an meyakinkan sasaran dakwah tentang kebenaran
ajarannya dengan argumentasi-argumentasi rasional, disertai dengan sentuhansentuhan emosional. Dan hampir selalu hal ini dikaitkan dengan dunia empiris
(nyata).
5. Hikmah Kandungan Ayat
a. Persatuan apapun bentuk dan namanya, di mana dan kapan saja harus
menempatkan agama sebagai dasar persatuannya. Sebab hal itu akan mengikat
anggota kelompok sebagai saudara seiman.
b. Kesamaan visi dan misi yang dilandasi oleh kaidah agama akan berdampak pada
baiknya proses kerja (kinerja) karena bermuara pada tujuan yang telah
ditentukan bersama.
c. Persatuan yang dilandasi oleh visi dan misi yang sama sebagai akibat langsung
dari kesamaan iman merupakan nikmat Allah SWT yang luar biasa dalam
membangun
berikutnya.
peradaban
manusia
dengan
kelangsungan
hidup
generasi
236 d. Setiap muslim harus mempunyai kemauan untuk mengajak diri dan lingkungan
manusia agar mempunyai kecenderungan merasa butuh dengan persatuan,
karena besarnya manfaat yang ada pada sisi persatuan itu sendiri.
TUJUAN DAN FUNGSI MANUSIA
A. QS.: AL BAQARAH/2: 30
ِ
ِ
ِ َ ‫ض ﺧﻠِﻴ َﻔﺔً ۖ◌ ﻗَﺎﻟُﻮا أ‬
ِ
ِ ِ ِ َ ‫وإِ ْذ ﻗَ َﺎل رﺑﱡ‬
‫ﻚ‬
ْ
ُ ‫َﲡ َﻌ ُﻞ ﻓ َﻴﻬﺎ َﻣﻦ ﻳـُ ْﻔ ِﺴ ُﺪ ﻓ َﻴﻬﺎ َوﻳَ ْﺴﻔ‬
َ ِ ‫ﻚ ﻟ ْﻠ َﻤ َﻼﺋ َﻜﺔ إِ ﱢﱐ َﺟﺎﻋ ٌﻞ ِﰲ ْاﻷ َْر‬
َ
َ
ِ ِ
﴾٣٠﴿ ‫ﻚ ۖ◌ ﻗَ َﺎل إِ ﱢﱐ أ َْﻋﻠَ ُﻢ َﻣﺎ َﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن‬
َ َ‫ﱢس ﻟ‬
َ ‫اﻟﺪ‬
ُ ‫ﱢﻣﺎءَ َوَْﳓ ُﻦ ﻧُ َﺴﺒﱢ ُﺢ ﲝَ ْﻤﺪ َك َوﻧـُ َﻘﺪ‬
Artinya “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal
Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Mengenai tafsir Surat Al-Baqarah/2: 30 di kalangan para ahli tafsir ada 2 pendapat :
(1) Pendapat para Mufassir Salaf
Lebih selamat kalau ayat tersebut kita anggap tidak ada yang lebih tahu maksudnya
kecuali Allah Swt. Tetapi kita tetap yakin bahwa Allah tidak memberikan informasinya
kepada kita kecuali untuk semata-mata kita ambil sebagai landasan dalam bersikap
dan bertindak. Hanya saja kita tidak tahu maksud sebenarnya yang tersirat dalam
ayat 30 tersebut, sekalipun dengan menggunakan bahasa yang sebenarnya tidak sulit
untuk dipahami.
Berbeda dengan ayat sesudahnya QS. Al-Baqarah/2: 31 yang dapat kita pahami
bahwa manusia oleh Allah telah diberi keistimewaan tertentu dengan dibekali berbagai
macam ilmu, agar ia mampu mengelolah dunia beserta dengan isinya yang memang
dipersiapkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Akan Tetapi gambaran dalam
ayat 30 tentang perdebatan atau tanya jawab antara Allah dan para Malaikat sama
sekali tidak kita ketahui maksudnya. Kecuali kalu kita korelasikan dengan ayat 31,
maka ada beberapa kemungkinan tentang maksud ayat 30 itu sebagai berikut:
1. manusia tidak dituntut untuk mengetahui semua rahasia dan hikmah yang tersirat
dalam proses awal penciptaan dirinya, karena para malaikat sendiri juga tidak
tahu.
2. Ketika para malaikat bertanya-tanya, maka Allah berkenan memberikan petunjuk
yang intinya menghendaki supaya mereka tunduk dan patuh tanpa perlu
mengajukan pertanyaan, kemudian memberikan penjelasan bahwa manusia telah
237 dibekali dengan berbagai cabang ilmu yang tidak mereka miliki. Lalu allah
pamerkan kemampuan manusia itu kepada para malaikat sebagaimana disebutkan
dalam ayat 31.
3. Allah merestui hambahnya untuk bertanya tentang rahasia penciptaan manusia
yang mereka tidak ketahui. Pertanyaan malaikat yang disebutkan dalam ayat 30
itu boleh jadi dalam bentuk ucapan jika mereka berpotensi untuk berbicara seperti
kita, dan boleh jadi dalam bentuk sikap tunduk yang disertai dengan permohonan
agar mereka diberi ilmu untuk dapat mengetahui sesuatu yang musykil (sulit
dipahami).
4. Ayat 30 itu bertujuan untuk menghibur Nabi Muhammad SAW yang lagi susah
dalam menghadapi pelecehan kaum musyrik terhadap dakwahnya, bahkan beliau
lebih susah lagi ketika menghadapi tantangan mereka untuk meminta bukti yang
dapat mereka pegang. Maka Allah pun memberikan contoh kepada beliau tentang
abagimana menanggapi tuntutan malaikat untuk meminta penjelasan tentang
rahasia yang tidak mereka ketahui. Dalam hal ini nabi termasuk beliau sebaiknya
selalu tetap bersabar dalam menghadapi kaum penentang dan tetap menyikapi
mereka sebagaimana Allah menyikapi para malaikat, yaitu dengan memberikan
argumentasi yang tidak terbantahkan.
(2) Pendapat Golongan Mufassir Kholaf (Modern)
Surat Al-Baqarah/2: 30 tergolong Ayat Mutasyabihat yakni ayat yang dalam upaya
mengetahui maksudnya diperlukan Ta’wil. (memindahkan ayat dari makna tekstual
ke dalam makna kontekstual agar bisa diterima oleh akal yang sehat). Jika sebuah
ayat tidak memerlukan ta’wil maka tergolong Ayat Muhkamat.
Ayat 30 dalam Surat Al-Baqarah/2 itu disusun oleh Allah Swt. dalam bahasa Allegoris
(Majasi/kias) tentang proses awal kejadian manusia beserta karakteristiknya, tujuanya
adalah supaya mudah dipahami. Dalam ayat tersebut dikisahkan bahwa para malaikat
mengajukan permohonan kepada Allah agar diberitahu tentang bagaimana sebenarnya
makhlik baru yang bernama manusia itu diciptakan sebagai Khalifah, yang pengertiannya
menurut mereka adalah makhluk yang bebas bertindak dan bebas menentukan. mereka
merasa cemas, jangan-jangan manusia itu bisa berbuat sesuatu yang tidak membawa
kemaslahatan dimuka bumi, sehingga tidak sesuai dengan tujuan semula mereka
diciptakanya. Melihat sikap para malaikat seperti itu, maka Allah memberikan ilham
(inspirasi) kepada mereka agar tunduk dan patuh kepada Dzat Yang Maha Tahu. Apapun
yang menyempit dalam pengetahuan malaikat, jin, manusia justru sangat luas dalam
pengetahuan Dzat Yang Maha Tahu.
238 Barangkali jawaban dari Allah itu belum meredakan kecemasan para malaikat. Karena itu,
dalam ayat 31 dijelaskan bahwa Nabi Adam sebagai manusia pertama oleh Allah telah
diberi pengetahuan tentang segala sesuatu lalu dipamerkan kepada para malaikat.
Barulah mereka tahu bahwa ”tujuan pokok penciptaan manusia adalah menyiapkan
penyebaran ilmu tentang segala sesuatu yang tidak diketahui oleh malaikat, sehingga
manusia layak diberi mandat penuh sebagai khalifah dibumi. sedangkan pertumpahan
darah antar sesama manusia yang mereka cemaskan itu tidak akan menghilangkan
hikmah dan tujuan pokok penciptaan manusia beserta pemberian mandat kekhalifahan
kepadanya.
Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba
Allah (abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba
Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya
menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah,
manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai
wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.
Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk
manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan
rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan
bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah
kecil, Tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam
menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi
Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan
hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk
yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus
hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan
penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama,
memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan
yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
2. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus
mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka
sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap
menjaga
kekayaan
agar
tidak
punah.
Sehingga
generasi
selanjutnya
dapat
239 melanjutkan eksplorasi itu. Memakmurkan bumi juga berarti menjaga lingkungan
sekitarnya, menjaga kelestarian hutan dan para penghuninya, karena jika semuanya
terjaga benar oleh manusia, maka bencana yang diakibatkan oleh kesalahan manusia
akan sedikit kemungkinan terjadinya.
3. Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak
manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah,
yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber
daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal
semacam itu perlu dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai
tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi.
Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi
sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).
Mengapa Allah memerintahkan umat nabi Muhammad SAW untuk memelihara bumi
dari kerusakan?, karena sesungguhnya manusia lebih banyak yang membangkang
dibanding yang benar-benar berbuat shaleh sehingga manusia akan cenderung untuk
berbuat kerusakan, hal ini sudah terjadi pada masa nabi – nabi sebelum nabi
Muhammad SAW dimana umat para nabi tersebut lebih senang berbuat kerusakan dari
pada berbuat kebaikan, misalnya saja kaum bani Israil, seperti yang Allah sebutkan
dalam firmannya dalam surat Al Isra ayat 4:
ِ َ‫ﻀْﻴـﻨَﺎ إِ َﱃ ﺑ ِﲏ إِ ْﺳﺮاﺋِﻴﻞ ِﰲ اﻟْ ِﻜﺘ‬
ِ ْ ‫ض َﻣﱠﺮﺗَـ‬
ِ ‫ﺎب ﻟَﺘُـ ْﻔ ِﺴ ُﺪ ﱠن ِﰲ ْاﻷ َْر‬
‫ﲔ َوﻟَﺘَـ ْﻌﻠُ ﱠﻦ ﻋُﻠًُّﻮا َﻛﺒِ ًﲑا‬
َ َ‫َوﻗ‬
َ َ َ
Artinya: dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan
kesombongan yang besar“. (QS. Al Isra : 4)
Sebagai seorang muslim dan hamba Allah yang taat tentu kita akan menjalankan fungsi
sebagai khalifah dimuka bumi dengan tidak melakukan pengrusakan terhadap Alam yang
diciptakan oleh Allah Swt. karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.
B. QS. ADZ-DZARIYAT : 56
ِْ ‫وﻣﺎ ﺧﻠَ ْﻘﺖ‬
ِ ‫اﻹﻧﺲ إِﱠﻻ ﻟِﻴـﻌﺒ ُﺪ‬
﴾٥٦﴿ ‫ون‬
ُ َ ََ
ُ ْ َ َ ِْ ‫اﳉ ﱠﻦ َو‬
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.”
240 Ayat ini tidak boleh ditafsirkan secara berdiri sendiri, karena masih ada kaitanya
dengan ayat-ayat 52 – 60. Ayat-ayat ini merupakan merupakan satu paket sehingga
dalam kitab-kitab tafsirpun tidak ditafsirkan secara berdiri sendiri-sendiri. Karena itu,
ayat sebelumnya yaitu Qs. adz-Dzariat/51: 52-55 menjadi bagian dari penafsiran Qs.
adz-Dzariat/51: 56
ِ ِ ‫َﻛ َٰﺬﻟِﻚ ﻣﺎ أَﺗَﻰ اﻟﱠ ِﺬ‬
ِ
ٍ
‫اﺻ ْﻮا ﺑِِﻪ ۚ◌ ﺑَ ْﻞ ُﻫ ْﻢ‬
َ ‫﴾ أَﺗَـ َﻮ‬٥٢﴿ ‫ﻳﻦ ﻣﻦ ﻗَـْﺒﻠ ِﻬﻢ ﱢﻣﻦ ﱠر ُﺳﻮل إِﱠﻻ ﻗَﺎﻟُﻮا َﺳﺎﺣٌﺮ أ َْو َْﳎﻨُﻮ ٌن‬
َ َ
َ
ٍ ِ ‫﴾ ﻓَـﺘـﻮﱠل ﻋْﻨـﻬﻢ ﻓَﻤﺎ أ‬٥٣﴿ ‫ﻗَـﻮم ﻃَﺎﻏُﻮ َن‬
ِِ
﴾٥٥﴿ ‫ﲔ‬
َ ‫﴾ َوذَ ﱢﻛ ْﺮ ﻓَِﺈ ﱠن اﻟ ﱢﺬ ْﻛَﺮ ٰى ﺗَﻨ َﻔ ُﻊ اﻟْ ُﻤ ْﺆﻣﻨ‬٥٤﴿ ‫َﻧﺖ ﲟَﻠُﻮم‬
َ َ ْ ُ َ ََ
ٌْ
Artinya: 52. Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum
mereka, melainkan mereka mengatakan: “Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila”. 53.
Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum
yang melampaui batas. 54. Maka berpalinglah kamu dari mereka, dan kamu sekali-kali tidak tercela.
55. Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orangorang yang beriman.
Ayat- ayat 52 – 55 dalam Surat Adz-Dzariyat secara berurutan menjelaskan bahwa
setiap rosul menghadapi tantangan yang sama, yaitu orang-orang yang mengaku
menyembah Allah, Tetapi allah diserupakan atau dianggap menyatu dengan patung,
berhala dan sebagainya.selain itu mereka menganggap Rasul allah sebagai tukang
tenung, dukun, orang gila dan sebagainya. Maka dalam rangka memberikan motivasi
kepada Nabi Muhammad SAW allah bertanya “Apakah mereka yang ingkar itu dapat
disadarkan?” Pertanyaan ini dijawab sendiri oleh allah : “Tidak, bahkan mereka
semakin angkuh, lalim dan melampaui batas”. Karena itu Nabi Muhammad diminta
oleh allah supaya tidak mempedulikan kaum Quraisy yang ingkar dan tidak perlu
melayani
debat
mereka,
karena
menurut
pandangan
Allah
Beliau
sudah
menyampaikan misinya secara optimal dan maksimal. Selanjutnya beliau dimotivasi
lagi oleh allah supaya terus menyampaikan peringatan tanpa putus asa, karena
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman, dan mereka inilah yang
mendapat petunjuk dari allah.
Setelah memberikan penjelasan-penjelasan tersebut di atas, barulah ayat 56
menegaskan bahwa Jin dan manusia tidak diciptakan semata-mata kecuali untuk
menerima kewajiban menyembah dan mengabdi kepada Allah. Lebih lanjut dalam
ayat 57 ditegaskan bahwa penekanan perintah beribadah itu bukan berarti Allah
membutuhkan mereka, melainkan merekalah yang membutuhkan Allah Dia Yang
Maha Pemberi Rizki dan Maha Perkasa. Selanjutnya ayat 58-60 berisi ancaman yang
ditujukan kepada seluruh penduduk makkah yang ingkar sebagaimana yang telah
ditimpahkan oleh allah kepada umat-umat terdahulu. Pada bagian akhir ayat 56 yang
241 terpenting adalah liya’budun (untuk beribadah). Penafsiran terhadap lafadz liya’budun
tersebut dari kalangan para ahli tafsir menafsirkan dengan ragam, antara lain :
1. Imam Mujahid menafsirkan dengan
‫ ليعرفو ني‬artinya : “supaya mereka
mengenal-Ku”. Alasanya: Seandainya Jin dan Manusia tidak diciptakan, niscaya
mereka tidak bakal mengenal wujud Allah beserta keesaan-Nya. Penafsiran yang
pertama ini diperkuat dengan hadis Qudsi (firman Allah diluar Al-Qur’an yang di
wahyukan kepada Nabi Muhammad Saw.) :
‫ﻛﻨﺖ ﻛﻨﺰا ﻣﺨﻔﻴﺎ ﻓﺄردت ان آﻋﺮف ﻓﺨﻠﻘﺖ اﻟﺨﻒ ﻓﺒﻲ ارﻓﻮﻧﻲ‬
Artinya: “Aku adalah dzat yang tersembunyi, maka Aku ingin dikenal, oleh karena itu, Aku
menciptakan makhluk, agar dengan (kehendak)Ku mereka dapat mengenal-Ku”.
2. Imam Az-Zajjaj menafsirkan dengan makna: ‫ آلمرھم وانھاھم‬artinya: “Untuk
Kubebankan kepada mereka perintah dan larangan”. Penafsiran yang kedua ini
berdasarkan firman Allah QS. At-Taubah/9 : 31.
‫ح ًۭدا‬
ِ ‫َو َمآ ُأ ِم ُر ٓو ۟ا إِ ﱠال لِيَ ْع ُب ُد ٓو ۟ا إِ ٰلَ ۭ ًھا ٰ َو‬
Artinya : “Mereka tidak diperintahkan selain untuk menyembah Tuhan Yang Maha
Esa”.
3. Sejumlah Mufassir yang lain menafsirkanya dengan makna : “Supaya mereka
tunduk dan patuh kepada-Ku”. Karena setiap makhluk baik Jin atau manusia harus
tunduk kepada ketetapan Allah, patuh kepada kehendak-Nya dan mengikuti segala
aturan-Nya. Mereka diciptakan atas kehendak-Nya, dan diberi rizki menurut
ketentuan-Nya, sehingga tak seorang pun di antara mereka mampu memberi
manfaat atau mahdlarat kepada dirinya sendiri, apalagi kepada orang lain.
4. Sahabat Ibnu Abbas r.a. dengan didukung oleh Imam Ibnu Jarir At Thabari
menafsirkanya dengan makna: ” Supaya mereka – suka atau tidak suka –
mengakui keharusan menyembah-Ku”.
Pada akhirnya penafsiran yang berbeda-beda itu dapat dikompromikan dalam satu
makna: ”bahwasanya Jin dan Manusia tidaklah diciptakan oleh Allah kecuali untuk
semata-mata beribadah kepadaNya”. Penafsiran inilah yang paling umum dikenal oleh
umat Islam. Dalam terminology kajian keislaman, terdapat macam-macam ibadah, di
antaranya:
1. Ibadah Makhdlah ‫ة‬
َ ‫خ‬
ِ : yaitu ibadah yang ada kaitanya dengan hablun
ٌ ‫ض‬
ْ ‫عباَ َد ٌة َم‬
Minnallah ( hubungan vertikal / hubungan dengan Allah ) seperti thaharah, puasa,
shalat, zakat, haji, umrah, dzikir, do’a, dan sebagainya.
242 2. Ibadah Ghoiru Makhdlah ‫ة‬
َ ‫خ‬
ِ : yaitu ibadah yang ada kaitanya dengan
ٌ ‫ض‬
ْ ‫عباَ َد ٌة غَ ْي ُر َم‬
hablun minan nas ( hubungan horisontal / hubungan antar manusia ) seperti
berbakti kepada kedua orang tua, menyantuni fakir miskin, menghormati
tetangga, menyantuni anak yatim, menghormati guru, bekerja mencari rizki yang
halal, menjenguk orang sakit, ta’ziah, dan sebagainya.
Selain itu ada lagi pembagian ibadah dalam dua bagian :
1. Ibadah Muqayyadah ‫عباَ َد ٌة ُم َقيﱠ َد ٌة‬
ِ ; menurut K.H.AM. Sahal Mahfudh disebut
ibadah formal linguistik, artinya ibadah yang perintah anjuranya disebutkan dalam
nash, begitu pula mengenai teknis pelaksanaanya sudah ada ketentuan dalam
nash, sehingga tidak boleh dikarang-karang, ditambah, dikurangi, ataupun diubah,
misalnya : thaharah, shalat fardlu, shalat sunnah, shalat jum’at, shalat jenazah,
puasa wajib, puasa sunnah, haji, umrah, qurban, aqiqah, dan sebagainya.
ْ ‫عباَ َد ٌة ُم‬
2. Ibadah Muthlaqah ‫ة‬
ِ ; ibadah yang perintah / anjuranya disebutkan
ٌ ‫طلَ َق‬
dalam nash Tetapi teknis pelaksanaanya tidak ditentukan. misalnya : dzikir,
membaca Al-Qur’an, membaca shalawat, do’a, dan sebagainya. Ibadah Muthlaqah
inilah yang bisa diterapkan menurut kondisi setempat.
Syekh Yusuf Al Qardlawi dalam kitabnya ”Al-Ibadah Fil Islam ” menjelaskan bahwa
apapun yang dilakukan oleh manusia dapat bernilai ibadah dan berpahala manakalah
memenuhi persyaratan yang beliau rangkum dalam 2 pertanyaan:
1. ‫ف تَ ْع ُب ُد‬
َ ‫ َك ْي‬: “Bagaimanakah anda beribadah ?” pertanyaan ini mengisyaratkan bahwa :

perbuatan itu harus ada perintahnya, anjuranya, atau minimal dibenarkan dalam
syariat islam

cara pelaksanaanya tidak boleh menyimpang dari ketentuan syariat islam

ibadah makhdlah standarnya : tidak boleh dilakukan kecuali yang diperintahkan/
dianjurkan; ibadah ghoiru makhdlah standarnya : segala sesuatu boleh dilakukan
kecuali yang diharamkan.

perbuatan apapun yang diperintahkan, dianjurkan, atau dibenarkan dalam islam
harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan berkualitas.
2. ‫لِماَذاَ تَ ْع ُب ُد‬: ” Untuk apakah anda beribada ? “ pertanyaan ini mengisyaratkan perlunya
keikhlasan dalam berbuat sesuatu yang bernilai ibadah, tidak boleh ada tendensi lain
yang terselubung.
Korelasi atau munasabah antara surah Al-Baqarah/2: 30 dan QS. Adz-Dzariyat51/ 56
1. Qs. Al-Baqarah/2 : 30 tergolong ayat yang mutasyabihat sedangkan Surat AdzDzariyat/51 : 56 tergolong ayat yang Muhkamat.
243 2. Qs. Al-Baqarah/2 : 30 mengungkapkan tugas manusia sebagai khalifah sedangkan
Surat Adz-Dzariyat/51 : 56 mengungkapkan tugas manusia sebagai hamba Allah.
3. Sebagai khalifah tugasnya :
 menegakkan hukum-hukum Allah dimuka bumi
 mengatur dan mengelolah segenap isi bumi demi kemaslahatan hidup manusia
itu sendiri
 Sedangkan sebagai hamba Allah tugasnya beribadah kepada Allah
4. Sebagai khalifah diperlukan pendalaman syariat islam dan penguasaan IPTEK;
tentu saja kedua hal ini hukumnya ” Fardlu Kifayah ” ( kewajiban kolektif ).
Sedangkan sebagai hamba Allah diperlukan penghayatan iman dan penerapan
nilai-nilai taqwa dalam kehidupan sehari-hari; kedua hal terakhir inilah hukumnya ”
Fardlu A’in” ( kewajiban perorangan : setiap muslim).
PENCIPTAAN MANUSIA
A. QS. AL MUKMINUN : 12-14
ٍ ‫﴾ ﰒُﱠ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎﻩُ ﻧُﻄْ َﻔﺔً ِﰲ ﻗَـﺮا ٍر ﱠﻣ ِﻜ‬١٢﴿ ‫ﲔ‬
ٍ ‫اﻹﻧﺴﺎ َن ِﻣﻦ ُﺳ َﻼﻟٍَﺔ ﱢﻣﻦ ِﻃ‬
ِ
َ‫﴾ ﰒُﱠ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔﺔ‬١٣﴿ ‫ﲔ‬
َ
َ ْ ‫َوﻟََﻘ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ‬
ْ ‫ﻀﻐَﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ ُﻤ‬
ْ ‫َﻋﻠَ َﻘﺔً ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ َﻌﻠَ َﻘﺔَ ُﻣ‬
َ ‫ﻀﻐَﺔَ ِﻋﻈَ ًﺎﻣﺎ ﻓَ َﻜ َﺴ ْﻮﻧَﺎ اﻟْﻌِﻈَ َﺎم َﳊْ ًﻤﺎ ﰒُﱠ أ‬
َ ‫َﻧﺸﺄْﻧَﺎﻩُ َﺧ ْﻠ ًﻘﺎ‬
ُ‫آﺧَﺮ ۚ◌ﻓَـﺘَﺒَ َﺎرَك اﻟﻠﱠـﻪ‬
ِِ ْ ‫أَﺣﺴﻦ‬
﴾١٤﴿ ‫ﲔ‬
َ ‫اﳋَﺎﻟﻘ‬
َُ ْ
Artinya: 12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami
bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik.
Sebagai hamba Allah dan khalifahnya dibumi, dan sekaligus satu-satunya makhluk
yang telah dipersiapkan untuk mampu berusaha memiliki ilmu, maka manusia oleh
Allah disempurnakan kejadiannya sedemikian rupa,jauh lebih sempurna dari pada
kejadian seluruh makhluk lainnya.Manusia memang diciptakan oleh Allah dari saripati
tanah, suat jenis bahan yang tidaklebih unggul dari pada asal kejadian makhlukmakhluk lainnya; bukan bahannya yang unggul melainkan proses kejadiannya.
ٍ ‫اﻹﻧﺴﺎ َن ِﻣﻦ ُﺳ َﻼﻟٍَﺔ ﱢﻣﻦ ِﻃ‬
ِ
﴾١٢﴿ ‫ﲔ‬
َ ْ ‫َوﻟََﻘ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ‬
Ayat ini menegaskan bahwa manusia diciptakan dari saripati tanah yang bersih, yang
dimaksud “ Manusia “ di sini adlah nabi Adam AS, namun sebagian ahli tafsir
memahaminya bukan Nabi Adam melainkan keturunan Adam, dengan alasan bahwa air
mani itu tercipta dari darah yang berasal dari makanan yang dikomsumsi manusia,baik
244 makanan hewani maupun makanan nabati, namun makanan hewani justru berasal dari
zat nabati. Semua zat nabati berasal dari saripati tanah dan air. Dengan demikian,
manusia pada hakekatnya tercipta dari saripati tanah yang kemudian berproses menjadi
air mani.
Ahmad Muhammad Kamal mengatakan: Sesungguhnya “tanah” yang disebutkan dalam
Al-Qur’an dengan istilah ‫ب‬
ِ mengandung arti kiasan (Majasi) karena manusia
ٌ َ‫ ُترا‬atau ‫ين‬
ٍ ‫ط‬
itu – bahkan seluruh makhluk hidup – tercipta secara kimiawi yang disebut “Protoplasma”,
yakni zat hidup yang banyak mengandung sel-sel hewani dan nabati, dan secara mikro
terdiri antar lain : oksigen, hidrogen, karbon, karbo hidrat, lemak, fosfor, kalsium, sodium,
yodium, kalori, protein, dan zat besi. Apabila kita melihat segenggam tanah dengan
mikroskop, niscaya kita akan menemukan zat-zat tersebut. Maka tidaklah berlebihan jika
istilah “ Tanah” dalam Al-Qur’an kita pahami sebagai “ bahasa kiasan “ karena tubuh
manusia, binatang, maupun tanaman sesudah mati justru kembali menjadi tanah.
ٍ ‫ﰒُﱠ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎﻩُ ﻧُﻄْ َﻔﺔً ِﰲ ﻗَـﺮا ٍر ﱠﻣ ِﻜ‬
﴾١٣﴿ ‫ﲔ‬
َ
Ayat ini justru memperkuat pendapat pertama yang mengatakan bahwa Nabi Adam AS
tercipta dari saripati tanah, sedangkan keturunan Adam tercipta dari air mani yang
terhimpun di tulang punggung kaum laki-laki, yang apabila ditanamkan ke dalam rahim
kaum perempuan maka terjadilah proses pertumbuhan calon manusia dari msa kehamilan
sampai masa kelahiran. Namun demikian pendapat kedua – yang mengatakan bahwa
seluruh manusia tercipta dari saripati tanah – juga bisa dibenarkan, karena air mani itu
pun pada hakekatnya berasal dari tanah.
ً‫ﰒُﱠ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔﺔَ َﻋﻠَ َﻘﺔ‬
Potongan ayat ini menjelaskan bahwa dalam rahim, air mani berproses menjdi segumpal
darah, begitulah Tahap Pertama pertumbuhan calon manusia dalam rahim ibunya. Dalam
hal ini Salim Muhammad mengatakan : “Manusia tercipta dari tanah” bisa dipahami sebagi
terciptanya Nabi adam AS, dan bisa juga dipahami sebagai terciptanya seluruh manusia.
Sebab air mani itu dari orang laki-laki maupun perempuan, yang tercipta dari saripati
makanan yang dikonsumsi oleh tubuh mereka, sedangkan semua makanan berasal dari
tanah. Karena itu, yang dimaksud dengan “Nutfah” bukan hanya air mani laki-laki saja,
melinkan juga sel telur perempuan (ovum). Apabila terjadi persenyawaan di antara
keduanya, maka pada tahap pertumbuhannya yang pertama terwujudlah “ segumpal
darah“, yakni himpunan sel-sel hidup yang berasal dari sel telur perempuan setelah
dibenihi air mani laki-laki.
245 ً‫ﻀﻐَﺔ‬
ْ ‫ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ َﻌﻠَ َﻘﺔَ ُﻣ‬
Potongan ayat ini menjelaskan “ tahap kedua pertumbuhan calon manusia ‘ dalam rahim,
yaitu segumpal darah berproses menjadi segumpal daging yang belum menampakkan
suatu bentuk atau pun lekuk-lekuk.
‫ﻀﻐَﺔَ ِﻋﻈَ ًﺎﻣﺎ‬
ْ ‫ﻓَ َﺨﻠَ ْﻘﻨَﺎ اﻟْ ُﻤ‬
“Tahap ketiga” menurut potongan ayat ini adalah segumpal daging berproses menjadi
sel-sel tulang. Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir potongan ayat tersebut justru diarahkan
pada pengertian bahwa “ pada tahap ketiga ini calon manusia dalam rahim sudah
berkepala, bertangan dua, dan berkaki dua, sekaligus dilengkapi dengan tulang, otot, dan
urat “.
‫ﻓَ َﻜ َﺴ ْﻮﻧَﺎ اﻟْﻌِﻈَ َﺎم َﳊْ ًﻤﺎ‬
Potongan ayat ini menjelaskan : “Tahap keempat” yaitu sel-sel tulang terbungkus oleh
daging, otot, dan berbagai jenis urat. Ahmad Musthafa al-Maraghi mengatakan: “ Dalam
rahim, ‘air mani’ berubah menjadi “segumpal darah” setelah berproses selama 4 minggu,
kemudian berubah lagi menjadi “segumpal daging” setelah berproses beberapa Minggu.
Pada tahap berikutnya, barulah muncul sel-sel tulang beserta berbagai jenis urat yang
membungkusnya.
Dalam kitab tafsir Ibnu katsir potongan ayat tersebut dipahami sebagai tahap munculnya
zat pelindung, zat perekat, dan zat penguat bagi seluruh organ tubuh manusia dalam
rahim.
‫آﺧَﺮ‬
َ ‫ﰒُﱠ أَﻧْ َﺸﺄْﻧَﺎﻩُ َﺧ ْﻠ ًﻘﺎ‬
Setelah melewati tahap keempat, maka potongan ayat ini barulah calon manusia dalam
rahim itu menampakkan bentuknya dengan anatomi yang rumit dan bentuk tubuh yang
relatif pantas sebagai manusia untuk dipersiapkan sebagai saksi atas kemaha kuasaan
dan kemahabesaran Allah SWT.
Dalam kitab tafsir Ibnu katsir potongan ayat tersebut dimaknai sebagai tahap
pemasangan roh ke dalam jasad manusia yang sudah sampai pada tahap akhir
pertumbuhannya dalam rahim, sehingga jadilah ia sebagai manusia yang memiliki panca
indera sekalipun belum berfungsi sepenuhnya. Pemahaman ini di perkuat dengan sebuah
hadis:
246 ‫رواﻩ اﺑﻦ أﰊ ﺣﺎﰎ‬- ‫ﺚ اﻟﻠّﻪُ إِﻟَْﻴﻬﺎَ َﻣﻠَﻜﺎً ﻓَـﻨَـ َﻔ َﺦ ﻓِْﻴﻬﺎَ اﻟﱡﺮْو َح ِ ْﰲ ﻇُﻠُﻤﺎَ ٍت ﺛَﻼَ ٍث‬
َ ‫ﻠﻰ اﻟﻨﱡﻄْ َﻔ ِﺔ أ َْرﺑَـ َﻌﺔُ أَ ْﺷ ُﻬ ٍﺮ ﺑَـ َﻌ‬
ْ َ‫إِذاَ أَﺗ‬
َ ‫ﺖ َﻋ‬
‫ﻋﻦ ﻋﻠﻰ ﺑﻦ أﰊ ﻃﺎﻟﺐ‬
“Apabila telah sampai pda air mani ( masa proses ) 4 bulan lamanya, maka Allah
mengirimkan malaikat kepadanya untuk memasang roh kedalamnya ( ketika air mani itu
masih berada ) di antar 3 kegelapan ( yakni di antara perut, rahim, dan selaput )” –HR
Ibnu Abi Hatim dari Ali bin Abi Thalib -.
ِِ ْ ‫ﻓَـﺘﺒﺎرَك اﻟﻠﱠـﻪ أَﺣﺴﻦ‬
﴾١٤﴿ ‫ﲔ‬
َ ‫اﳋَﺎﻟﻘ‬
ُ َ ْ ُ َ ََ
Baik dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir maupun tafsir al Maraghi potongan ayat tersebut
dikatakan sebagai respons wahyu terhadap ucapan Umar Bin Khatab. Ketika ayat 12 – 14
dalam surat Al Mukminun diturunkan oleh Allah dengan pokok bahasan tentang asal dan
proses kejadian manusia, maka dengan rasa kagun Sayidina Umar berkta :
ِِ ْ ‫ﻓَـﺘﺒﺎرَك اﻟﻠﱠﻪ أَﺣﺴﻦ‬
‫ﲔ‬
َ ‫اﳋَﺎﻟﻘ‬
ُ َ ْ ُ َ ََ
“ Maha sucilah Allah Pencipta Yang Paling Baik”
Seketika itu turunlah sepotong ayat yang bunyinya seperti yang diucapkan oleh Sayidina
Umar. Rasulullah Saw. pun bersabda : “ Ya Umar, telah turun kepadaku sepotong ayat
seperti yang engkau ucapkan itu ! “.
B.
QS. AN NAHL/16: 78
ِ ِ
ِ
‫ﺼ َﺎر َواﻷﻓْﺌِ َﺪ َة ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ ْﺸ ُﻜ ُﺮو َن‬
ْ ‫َواﻟﻠﱠﻪُ أ‬
َ ْ‫َﺧَﺮ َﺟ ُﻜ ْﻢ ﻣ ْﻦ ﺑُﻄُﻮن أُﱠﻣ َﻬﺎﺗ ُﻜ ْﻢ ﻻ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻤﻮ َن َﺷْﻴﺌًﺎ َو َﺟ َﻌ َﻞ ﻟَ ُﻜ ُﻢ اﻟ ﱠﺴ ْﻤ َﻊ َواﻷﺑ‬
Artinya 78. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.
Ayat ini menurut Al Maraghi dalam tafsirnya mengandung penjelasan bahwa
setelah Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat
mengetahuisegala sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan
kepadamu beberapa macam anugerah berikut ini :
1. Akal; sebagai alat untuk memahami sesuatu,terutama dengan akal itu kamu dapat
membedakan antara yang baik dan yang jelek, antar yng lurus dan yang sest,
antara yang benar dan yang salah.
2. Pendengaran; sebagai alat untuk mendengarkan suara, terutama dengan
pendengaran itu kamu dapat memahami percakapan di antara kamu.
3. Penglihatan; sebagai alat untuk melihat segala sesuatu, terutama dengan
penglihatan itu kamu dapat saling mengenal di antara kamu.
247 4. Perangkat hidup yang lain; sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk mencari
rizki dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat pula memilih
mana yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang jelek.
Semua yang di anugerahkan oleh Allah kepadamu tiada maksud lain kecuali supaya kamu
bersyukur, artinya kamu gunakan semua anugerah Allah tersebut di atas semata-mata
untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya yaitu :
1.
ً ‫يَ ْب َت ُغ ْونَ َفض‬: mengekploitasi sebanyak-banyak karunia Allah yang tersebar
‫م‬
ْ ‫ن َربِّ ِھ‬
ْ ‫ْال ِم‬
di seluruh belahan bumi-Nya demi kemaslaahatan hidup umat manusia.
2. ‫ض َوانًا‬
ْ ‫ َو ِر‬: dan meraih keridlaan-Nya, karena dengan keridlaan-Nya itulah hidupmu
menjadi semakin bermartabat.
Begitulah selayaknya yang harus dilakukan oleh setiap manusia sesuai tugas hidupnya
sebagai hamba Allah dan khalifahnya di muka bumi.
Menurut Imam Ghozali, semua anugerah Allah yang disebutkan dalam QS.
AnNahl/16: 78 pada hakekatnya hnya merupakan sebagian saja, karena secara global
anugerah Allah itu dapat dipaparkan dalam 5 macam :
1. Hidayatul Gharizah: Yakni anugerah Insting, seperti halnya bayi menangis karena
pantasnya
2. Hidayatul Hawasy: Artinya anugerah Panca Indera
3. Hidayatul Aqli: Yakni anugerah Akal Pikiran.
4. Hidayatul Din: Artinya anugerah Petunjuk Agama.
5. Hidayatul Irsyad wa Taufiqi: Yakni anugerah Pengarahan dan Bimbingan.
Anugerah Petunjuk Agama belum bisa menjamin manusia mampu melaksanakan tugas
hidupmya, karena petunjuk agama itu hanya disampaikan saja sehingga tergantung
manusianya, maukah mengikuti petunjuk agama atau tidak. Karena itu, bagi manusia
masih diperlukan lagi anugerah Pengarahan dan Bimbingan langsung dari Allah SWT.
Endang Saifuddin Anshar berpendapat bahwa agar dapat melaksanakan tugas
hidupnya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi, maka manusia telah diberi
oleh Allah 3 macam anugerah :
1. Perangkat Hidup seperti disebutkan dalam Surat An Nahl : 78.
2. Perbekalan atau Perlengkapan Hidup berupa sumber daya alam.
3. Petunjuk Hidup berupa ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Jika meminjam istilah agama, maka anugerah Allah yang pertama dpat digolomgkan
dalam istilah “ Nikmat Mauhibi “, artinya nikmat yang diberikn oeh Allah kepad manusia
secara gratis dan tinggal pakai. Sementara anugerah Allah yang kedua dapat digolongkan
dalam istilah “ Nikmat Kasabi “, yakni nikmat yang tidak diberikan secara gratis, sehingga
248 manusia dituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi agar dapat memperolehnya
dengan sebanyak-banyaknya. Sejarah telah membuktikan bahwa bumi ini dalam bidang
apapun pasti dikuasai oleh suatu bangsa yang SDM-nya jauh lebih tinggi dan penguasaan
IPTEK-nya jauh lebih maju, sedangkan bangsa yang SDM-nya rendah dan tertinggal pasti
menjadi jajahannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun anugerah Allah yang ketiga dalam satu sisi merupakan Nikmat Kasabi, karena
manusia diberi hak memilih di antara mau mengikuti petunjuk hidup yang tertuang dalam
ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul atau menolaknya. Tetapi dalam sisi lain tergolong
Nikmat Mauhibi, karena pemberian petunjuk hidup itu merupakan hak prerogatif Allah
sehingga Rasulullah sendiri hanya diberi hak untuk menyampaikannya saja, bukan
memberikannya.
BERLAKU ADIL DAN JUJUR
A. QS. Al Maaidah/5: 8-10
1. Redaksi Ayat
ِ‫ﱠ‬
ِ
‫ﲔ ﻟِﻠﱠ ِـﻪ ُﺷ َﻬ َﺪاءَ ﺑِﺎﻟْ ِﻘ ْﺴ ِﻂ ۖ◌ َوَﻻ َْﳚ ِﺮَﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ َﺷﻨَﺂ ُن ﻗَـ ْﻮٍم َﻋﻠَ ٰﻰ أﱠَﻻ‬
َ ‫ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا ُﻛﻮﻧُﻮا ﻗَـ ﱠﻮاﻣ‬
َ ‫ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟﺬ‬
ِ ‫ﺗَـﻌ ِﺪﻟُﻮا ۚ◌ اﻋ ِﺪﻟُﻮا ﻫﻮ أَﻗْـﺮ‬
ِ‫ﱠ‬
ِ ِ
ِ ۚ
ۖ
‫ﻳﻦ‬
ْ
ُ َ َُ ْ
َ ‫﴾ َو َﻋ َﺪ اﻟﻠﱠـﻪُ اﻟﺬ‬٨﴿ ‫ب ﻟﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮ ٰى ◌ َواﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠـﻪَ ◌ إ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪَ َﺧﺒﲑٌ ﲟَﺎ ﺗَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن‬
ِ‫ﱠ‬
ِ
ِ ِ ‫آﻣﻨُﻮا وﻋ ِﻤﻠُﻮا اﻟ ﱠ‬
ِ
‫ﺎب‬
َ ِ‫ﻳﻦ َﻛ َﻔ ُﺮوا َوَﻛ ﱠﺬﺑُﻮا ﺑِﺂﻳَﺎﺗِﻨَﺎ أُوﻟَـٰﺌ‬
ََ َ
ْ‫ﻚأ‬
ْ ‫ﺼﺎﳊَﺎت ۙ◌ َﳍُﻢ ﱠﻣ ْﻐﻔَﺮةٌ َوأ‬
ُ ‫َﺻ َﺤ‬
ٌ ‫َﺟٌﺮ َﻋﻈ‬
َ ‫﴾ َواﻟﺬ‬٩﴿ ‫ﻴﻢ‬
﴾١٠﴿‫اﳉَ ِﺤﻴ ِﻢ‬
ْ
Artinya 8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. 9. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh,
(bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. 10. Adapun orang-orang yang kafir dan
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka.
2. Makna Mufrodat
Surah an-Nisa/4: 135 memiliki redaksi yang serupa dengan ayat di atas, hanya saja
di sana dinyatakan (
‫ )كونــوا قــوامين بالقســط شــھداء‬kûnû qawwâmîna bil qisth
syuhadâ lillah, sedangkan ayat di atas berbungi (‫شھداء بالقسـط‬
‫ )كونوا قوامين‬kûnû
qawwâmîna lillah syuhadâ bil qisth. Perbedaan redaksi boleh jadi disebabkan karena
ayat surah an-Nisa' di atas dikemukakan dalam konteks ketetapan hukum dalam
pengadilan yang disusul dengan pembicaraan tentang kasus seorang muslim yang
249 menuduh seorang Yahudi secara tidak sah, selanjutnya dikemukakan uraian tentang
hubungan pria dan wanita, sehingga yang ingin digarisbawahi oleh ayat itu adalah
pentingnya keadilan, kemudian disusul dengan kesaksian. Karena itu redaksinya
mendahulukan kata al-qisth (adil), baru kata syuhada' (saksi-saksi). Adapun pada
ayat al-Ma'idah ini, maka ia dikemukakan setelah mengingatkan perjanjianperjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya, sehingga yang ingin digarisbawahi adalah
pentingnya melaksanakan secara sempurna seluruh perjanjian itu, dan itulah yang
dikandung oleh kata qawwâmîna lillah. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat
surah an-Nisa' dikemukakan dalam konteks kewajiban berlaku adil terhadap diri,
kedua orang tua dan kerabat, sehingga wajar jika kata al-qisth/keadilan yang
didahulukan, sedang ayat al-Ma'idah di atas, dikemukakan dalam konteks
permusuhan dan kebencian, sehingga yang perlu lebih dahulu diingatkan adalah
keharusan melaksanakan segala sesuatu demi karena Allah, karena hal ini yang
akan lebih mendorong untuk meninggalkan permusuhan dan kebencian.
Kata (‫ )أصــحاب‬ashhâb adalah bentuk jamak dari kata (‫ )صــاحب‬shâhib/ yang
menemani (teman). Yang menemani selalu bersama orang yang ditemaninya,
sehingga ashhâb an-nâr, adalah orang-orang yang selalu menemani dan ditemani
oleh api neraka, tidak pernah terlepas atau dapat melepaskan diri darinya. Itulah
yang dimaksud dengan terjemahan penghuni neraka.
3. Analisis Kandungan Ayat
Ayat ini menyeru : "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi
Qawwamin, yakni orang-orang yang selalu dan bersungguh-sungguh menjadi
pelaksana yang sempurna terhadap tugas-tugas kamu, terhadap wanita dan lainlain dengan menegakkan kebenaran demi karena Allah, serta menjadi saksi dengan
adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kamu terhadap suatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil, baik terhadap keluarga istri kamu yang Ahl al-Kitab
itu, maupun terhadap selain mereka. Berlaku adillah, terhadap siapa pun walau atas
dirimu sendiri karena ia, yakni adil itu lebih dekat kepada takwa yang sempurna,
dari pada selain adil. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Di atas dinyatakan bahwa adil lebih dekat kepada takwa. Perlu dicatat bahwa
keadilan dapat merupakan kata yang menunjuk substansi ajaran Islam. Jika ada
agama yang menjadikan kasih sebagai tuntunan tertinggi, Islam tidak demikian. Ini,
karena kasih dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat, dapat berdampak buruk.
Bukankah jika Anda merasa kasihan kepada seorang penjahat, Anda tidak akan
250 menghukumnya ? Adil adalah menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Jika
seseorang memerlukan kasih, maka dengan berlaku adil Anda dapat mencurahkan
kasih kepadanya. Jika seseorang melakukan pelanggaran dan wajar mendapat
sanksi yang berat, maka ketika itu kasih tidak boleh berperanan karena ia dapat
menghambat jatuhnya ketetapan hukum atasnya. Ketika itu yang dituntut adalah
adil, yakni menjatuhkan hukuman setimpal atasnya.
Setelah pada ayat 8 Allah memerintah dan melarang, kini melalui kedua ayat 9 dan
10 Allah menggembirakan dan mengancam, dengan menyatakan : Allah telah
menjanjikan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang sesuai dengan isi hati
mereka dan membuktikannya dengan beramal saleh, bahwa untuk mereka
ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan pahala yang besar, baik di dunia lebihlebih di akhirat sebagai buah dan imbalan amal-amal baik mereka. Adapun orang-
orang yang kafir, yang menolak ajakan Rasul dan mendustakan ayat-ayat Kami,
yang disampaikan oleh para Rasul maka mereka itu – yang ditunjuk oleh ayat ini –
bukan selain mereka yang sangat jauh dalam kekafirannya, serta amat jauh dari
rahmat Allah, adalah penghuni-penghuni neraka.
Janji Allah pasti ditepati-Nya. Karena sebab-sebab pengingkaran janji tidak dapat
menyentuh Allah. Biasanya seseorang tidak memenuhi janjinya jika ia tidak tahu
apa yang akan terjadi, atau tidak mampu memenuhi janjinya, atau takut dan ada
kepentingan yang lain. Hal-hal tersebut tidak mungkin menyentuh Allah SWT sedikit
pun, dan karena itu pasti janji-Nya yang baik terpenuhi. Memang janji-Nya yang
berupa ancaman dapat tidak dipenuhi-Nya, bukan karena hal-hal di atas, Tetapi
karena kasih sayang-Nya. Ancaman-Nya pun ketika disampaikan-Nya antara lain
sekadar bertujuan menakut-nakuti, agar manusia menghidari apa yang dilarangNya. Ancaman yang dibatalkan, pada saat seseorang mampu menjatuhkannya
merupakan salah satu hal yang terpuji.
4. Hikmah Kandungan Ayat
a. Allah SWT menyeru kepada setiap mu'min menjadi penyebar keadilan di mana
dan kapan pun. Karena bersikap adil, akan lebih mendekatkan pada sikap takwa,
sebagai wujud keyakinan bahwa Allah SWT melingkupi segala perbuatan
manusia.
b. Kesadaran atas sikap berlaku adil menyangkut diri dan orang lain membawa
dampak langsung bagi kebaikan balasan kelak di hari pembalasan. Dan begitu
pula sebaliknya.
251 c. Kesadaran akan bersikap adil yang menyangkut pribadi sebagai saksi di
pengadilan menjadikan pribadi itu termasuk kelompok orang-orang yang percaya
diri dengan mantap dan termasuk orang-orang yang menghalangi/mencegah
kerusakan masyarakat, menyangkut hasil dari proses pengadilan.
B. QS. An Nahl/16 : 90-92
1. Redaksi Ayat
ِ ‫اﻹﺣﺴ‬
‫ِ ﱠ‬
ِ ِ ِ
‫ﺎن َوإِﻳﺘَ ِﺎء ِذي اﻟْ ُﻘ ْﺮَ ٰﰉ َوﻳَـْﻨـ َﻬ ٰﻰ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﻔ ْﺤ َﺸ ِﺎء َواﻟْ ُﻤﻨ َﻜ ِﺮ َواﻟْﺒَـ ْﻐ ِﻲ ۚ◌ ﻳَﻌِﻈُ ُﻜ ْﻢ‬
َ ْ ْ ‫إ ﱠن اﻟﻠـﻪَ ﻳَﺄْ ُﻣ ُﺮ ﺑﺎﻟْ َﻌ ْﺪل َو‬
ِِ
ِ ِ
ُ ‫ﺪﰎ َوَﻻ ﺗَﻨ ُﻘ‬
ْ‫ﺎﻫ ﱡ‬
َ ‫﴾ َوأ َْوﻓُﻮا ﺑِ َﻌ ْﻬﺪ اﻟﻠﱠـﻪ إِ َذا َﻋ‬٩٠﴿ ‫ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮو َن‬
َ‫ﻀﻮا ْاﻷَْﳝَﺎ َن ﺑَـ ْﻌ َﺪ ﺗَـ ْﻮﻛﻴﺪ َﻫﺎ َوﻗَ ْﺪ َﺟ َﻌ ْﻠﺘُ ُﻢ اﻟﻠﱠـﻪ‬
ِ ‫اﻹﺣﺴ‬
‫ِ ﱠ‬
‫ِ ۚ ِ ﱠ‬
ِ ِ ِ
‫ﺎن َوإِﻳﺘَ ِﺎء ِذي اﻟْ ُﻘ ْﺮَ ٰﰉ‬
َ ْ ْ ‫﴾ إ ﱠن اﻟﻠـﻪَ ﻳَﺄْ ُﻣ ُﺮ ﺑﺎﻟْ َﻌ ْﺪل َو‬٩١﴿ ‫َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َﻛﻔ ًﻴﻼ ◌ إ ﱠن اﻟﻠـﻪَ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن‬
ِ
ِ ِ
ِ
‫ﺪﰎ‬
ْ‫ﺎﻫ ﱡ‬
َ ‫﴾ َوأ َْوﻓُﻮا ﺑِ َﻌ ْﻬﺪ اﻟﻠﱠـﻪ إِ َذا َﻋ‬٩٠﴿ ‫َوﻳَـْﻨـ َﻬ ٰﻰ َﻋ ِﻦ اﻟْ َﻔ ْﺤ َﺸﺎء َواﻟْ ُﻤﻨ َﻜ ِﺮ َواﻟْﺒَـ ْﻐ ِﻲ ۚ◌ ﻳَﻌﻈُ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮو َن‬
ِ ِ‫وَﻻ ﺗَﻨ ُﻘﻀﻮا ْاﻷَْﳝﺎ َن ﺑـﻌ َﺪ ﺗَـﻮﻛ‬
﴾٩١﴿ ‫ﻴﺪ َﻫﺎ َوﻗَ ْﺪ َﺟ َﻌ ْﻠﺘُ ُﻢ اﻟﻠﱠـﻪَ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َﻛ ِﻔ ًﻴﻼ ۚ◌ إِ ﱠن اﻟﻠﱠـﻪَ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺗَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن‬
َ
ْ َْ َ ُ
Artinya: 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
91. dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai
saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
92. dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah
dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai
alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari
golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di
hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.
2. Makna Mufrodat
Kata (‫ )العـدل‬al-'adl terambil dari kata (‫' )عـدل‬adala yang terdiri dari huruf-huruf
'ain, dal dan lam. Rangkaian huruf-huruf ini mengandung dua makna yang bertolak
belakang, yakni lurus dan sama serta bengkok dan berbeda. Seseorang yang adil
adalah berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan
ukuran ganda. Persamaan itulah yang menjadikan seseorang yang adil tidak
berpihak kepada salah seorang yang berselisih.
Beberapa pakat mendefinisikan adil dengan penempatan sesuatu pada tempat yang
semestinya. Ini mengantar kepada persamaan, walau dalam ukuran kuantitas boleh
jadi tidak sama. Ada juga yang menyatakan bahwa adil adalah memberikan kepada
pemilik hak-haknya, melalui jalan yang terdekat. Ini bukan saja menuntut seseorang
memberi hak kepada pihak lain, Tetapi juga hak tersebut harus diserahkan tanpa
menunda-nunda. "Penundaan utang dari seseorang yang mampu membayar
hutangnya adalah penganiayaan." Demikian sabda Nabi Saw. Ada lagi yang berkata
252 adil adalah moderasi : "tidak mengurangi tidak juga melebihkan," dan masih banyak
rumusan yang lain.
Kata (‫ )اإلحسـان‬al-ihsân menurut ar-Raghib al-Ashfahani digunakan untuk dua hal,
pertama memberi nikmat kepada pihak lain, dan kedua, perbuatan baik. Karena itu
– lanjutnya – kata ihsan lebih luas dari sekadar "memberi nikmat atau nafkah."
Maknanya bahkan lebih tinggi dan dalam dari kandungan makna adil, karena adil
adalah "memperlakukan orang lan sama dengan perlakuannya terhadap Anda,"
sedang ihsan adalah "memperlakukannya lebih baik dari
perlakuannya terhadap
Anda." Adil adalah mengambil semua hak Anda dan atau memberi semua hak orang
lain, sedang ihsan adalah memberi lebih banyak daripada yang harus Anda beri dan
mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya Anda ambil.
Kata (‫ )إيتــاء‬îtâ' / pemberian mengandung makna-makna yang sangat dalam.
Menurut pakar bahasa Al-Qur'an, ar-Raghib al-Ashfahan, kata ini pada mulanya
berarti "kedatangan dengan mudah." Al-Fairuzabadi dalam kamusnya menjelaskan
sekian banyak artinya, antara lain, istiqâmah (bersikap jujur dan konsisten), cepat,
pelaksanaan secara amat sempurna, memudahkan jalan mengantar kepada seorang
agung lagi bijaksana, dan lain-lain. Dari makna-makna tersebut dapat dipahami apa
sebenarnya yang dikandung oleh perintah ini dan apa yang seharusnya dilakukan
oleh sang pemberi, serta bagaimana seyogyanya sikap kejiwaannya ketika memberi.
Kata (‫ )الفحشـاء‬al-fahsyâ'/ keji adalah nama bagi segala perbuatan atau ucapan,
bahkan keyakinan yang dinilai buruk oleh jiwa dan akal yang sehat, serta
mengakibatkan dampak buruk bukan saja bagi pelakunya Tetapi juga bagi
lingkungannya.
Kata (‫ )المنكـر‬al-munkar/ kemungkaran dari segi bahasa, berarti sesuatu yang tidak
dikenal sehingga diingkari. Itu sebabnya ia diperhadapkan dengan kata al-ma'rûf/
yang dikenal. Dalam bidang budaya kita dapat membenarkan ungkapan :"Apabila
ma'ruf sudah jarang dikerjakan, ia bisa beralih menjadi munkar, sebaliknya bila
munkar sudah sering dikerjakan ia menjadi ma'ruf."
Ibn Taimiyah mendefinisikan munkar, dari segi pandangan syariat sebagai Segala
sesuatu yang dilarang oleh agama. Dari definisi ini dapat disimak bahwa kata
munkar lebih luas jangkauan pengertiannya dari kata ma'shiyat/ kedurhakaan.
Binatang yang merusak tanaman, merupakan kemungkaran, Tetapi bukan
kemaksiatan, karena binatang tidak dibebani tanggung jawab, demikian juga
meminum arak bagi anak kecil, adalah mungkar, walau apa yang dilakukannya itu –
melihat usianya – bukanlah maksiat.
253 Sesuatu yang mubah pun, apabila bertentangan dengan budaya, dapat dinilai
mungkar, seperti misalnya bergandengan tangan dengan sangat mesra dengan istri
sendiri di depan umum apabila dilakukan dalam suatu masyarakat yang budayanya
tidak membenarkan hal tersebut.
Munkar bermacam-macam dan bertingkat-tingkat. Ada yang berkaitan dengan
pelanggaran terhadap Allah, baik dalam bentuk pelanggaran ibadah, perintah nonibadah, dan ada juga yang berkaitan dengan manusia, serta lingkungan. Bahwa al-
munkar, adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh suatu masyarakat serta
bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. ia adalah lawan ma'ruf yang merupakan
sesuatu yang baik menurut pandangan umum suatu masyarakat selama sejalan
dengan al-khair.
Kata (‫ )البغــي‬al-baghy/ penganiayaan terambil dari kata bagha yang berarti
meminta/menuntut, kemudian maknanya menyempit sehingga pada umumnya ia
digunakan dalam arti menuntut hak pihak lain tanpa hak dan dengan cara
aniaya/tidak wajar. Kata tersebut mencakup segala pelanggaran hak dalam bidang
interaksi sosial, baik pelanggaran itu lahir tanpa sebab, seperti perampokan,
pencurian, maupun dengan atau dalih yang tidak sah, bahkan walaupun dengan
tujuan penegakan hukum Tetapi dalam pelaksanaannya melampaui batas. Tidak
dibenarkan memukul seseorang yang telah diyakini bersalah sekalipun dalam
rangka memperoleh pengakuannya. Membalas kejahatan orang pun tidak boleh
melebihi kejahatannya. Dalam konteks ini Al-Qur'an mengingatkan pada akhir surah
ini bahwa: "Apabila kamu membalas maka balaslah persis sama dengan siksaan
yang ditimpakan kepada kamu (QS. An-Nahl/16: 128).
Kejahatan al-baghy pun sebenarnya telah dicakup oleh kedua hal yang dilarang
sebelumnya. Tetapi di sini ditekankan, karena kejahatan ini – secara sadar atau
tidak – sering kali dilanggar. Dorongan emosi untuk membalas, bahkan keinginan
menggebu untuk menegakkan hukum serta kebencian yang meluap kepada
kemungkaran, sering kali mengantar seorang yang taat pun – tanpa sadar –
melakukan al-baghy.
Firman-Nya : (‫ )لعلكم تذكرون‬la'allakum tadzakkarûn / agar kamu dapat selalu ingat
yang menjadi penutup ayat ini dapat dipahami sebagai isyarat bahwa tuntunantuntunan agama, atau paling tidak nilai-nilai yang disebut di atas, melekat pada
nurani setiap orang, dan selalu didambakan wujudnya, karena itu nilai-nilai tersebut
bersifat universal. Pelanggarannya dapat mengakibatkan kehancuran kemanusiaan.
254 Yang dimaksud dengan (‫ )تنقضــوا‬tanqudhû/ membatalkan adalah melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan kandungan sumpah/janji.
Yang dimaksud dengan (‫ )بعھـد ﷲ‬bi 'ahd Allah/ perjanjian Allah dalam konteks
ayat ini antara lain, bahkan terutama adalah bai'at yang mereka ikrarkan di hadapan
Nabi Muhammad saw. untuk tidak mempersekutukan Allah SWT serta tidak
melanggar perintah Nabi SAW. yang mengakibatkan mereka durhaka. Janji dan atau
sumpah yang menggunakan nama Allah yang kandungannya demikian, seringkali
dilaksanakan oleh para sahabat Nabi SAW. sejak mereka masih di Mekkah, sebelum
berhijrah. Memang redaksi ayat ini mencakup segala macam janji, sumpah, serta
ditujukan kepada siapa pun dan di mana pun mereka berada.
Firman-Nya (‫ )بعـد توكيـدھا‬ba'da taukîdihâ ada yang memahaminya dalam arti
sesudah
kamu
meneguhkannya.
Atas
dasar
itu
yang
jelas
maksud
meneguhkan/peneguhan tersebut adalah menjadikan Allah Swt. sebagai saksi dan
pengawas atas sumpah dan janji-janji manusia. Ayat ini menekankan perlunya
menepati janji, memegang teguh tali agama serta menutup rapat-rapat semua
usaha musuh-musuh Islam yang berupaya memurtadkan kaum muslimin, sejak
masa Nabi Saw. di Mekah hingga masa kini dan mendatang.
Kata (‫ )دخـال‬dakhalan dari segi bahasa berarti kerusakan, atau sesuatu yang buruk.
Yang dimaksud di sini adalah alat atau penyebab kerusakan. Ini karena dengan
bersumpah seseorang menanamkan keyakinan dan ketenangan di hati mitranya,
Tetapi begitu dia mengingkari sumpahnya, maka hubungan mereka menjadi rusak,
tidak lain penyebabnya kecuali sumpah itu yang kini telah diingkari. Dengan
demikian, sumpah menjadi alat atau sebab kerusakan hubungan.
Kata (‫ )أربـى‬arbâ terambil dari kata (‫ )الربـو‬ar-rubwu yaitu tinggi atau berlebih. Dari
akar yang sama lahir kata riba yang berarti kelebihan. Kelebihan dimaksud bisa saja
dalam arti kuantitas, sehingga bermakna lebih banyak bilangannya, atau
kualitasnya, yakni lebih tinggi kualitas hidupnya dengan harta yang melimpah dan
kedudukan yang terhormat.
3. Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (ayat 91) turun sebagai perintah
untuk mematuhi bai'at pada Nabi SAW (masuk Islam). Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir
yang bersumber dari Buraidah.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa sa'idah Al-Asadiyah gila, yang kerjanya
hanya mengepang dan mengurai kembali rambutnya berulang kali. Ayat ini (ayat
92) turun sebagai perumpamaan kepada orang-orang yang selalu mengikat janji
255 tetapi tidak menepatinya. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari
Abu Bakar bin Abi Hafsh.
4. Analisis Kandungan Ayat
Ayat ini dinilai oleh para pakar sebagai ayat yang paling sempurna dalam penjelasan
segala aspek kebaikan dan keburukan. Allah Swt. berfirman sambil mengukuhkan
dan menunjuk langsung diri-Nya dengan nama yang teragung guna menekankan
pentingnya pesan-pesan Allah yang secara universal bersesuaian dengan nurani
setiap manusia.
Manusia dituntut untuk menegakkan keadilan walau terhadap keluarga, ibu bapak
dan dirinya (QS. An Nisa/4: 135), bahkan terhadap musuhnya sekalipun (QS. AlMa'idah/5: 8). Keadilan pertama yang dituntut adalah dari diri dan terhadap diri
sendiri dengan jalan meletakkan syahwat dan amarah sebagai tawanan yang harus
mengikuti perintah akal dan agama, bukan menjadikannya tuan yang mengarahkan
akal dan tuntunan agamanya. Karena jika demikian, ia tidak berlaku adil, yakni tidak
menempatkan sesuatu pada tempatnya yang wajar.
Ihsan adalah puncak kebaikan amal perbuatan. Terhadap hamba, sifat perilaku ini
tercapai saat seseorang memandang dirinya pada diri orang lain sehingga dia
memberi untuknya apa yang seharusnya dia beri untuk dirinya; sedang ihsan antara
hamba dengan Allah adalah leburnya dirinya sehingga dia hanya "melihat" Allah
Swt. Karena itu pula ihsan antara hamba dengan sesama manusia adalah bahwa dia
tidak melihat lagi dirinya dan hanya melihat orang lain itu. Siapa yang melihat
dirinya pada posisi kebutuhan orang lain dan tidak melihat dirinya pada saat
beribadah kepada Allah maka dia itulah yang dinamai muhsin, dan ketika itu dia
telah mencapai puncak dalam segala amalnya.
Hakikat makna di atas, sejalan dengan penjelasan Rasulullah Saw., kepada malaikat
Jibril AS. ketika beliau ditanya olehnya dalam rangka mengajar kaum muslimin.
Rasul saw. menjelaskan bahwa ihsan adalah "menyembah Allah, seakan-akan
engkau melihat-Nya dan bila engkau tidak melihatnya maka yakinlah bahwa Dia
melihatmu." Dengan demikian, perintah ihsan bermakna perintah melakukan segala
aktifitas positif, seakan-akan Anda melihat Allah atau paling tidak selalu merasa
dilihat dan diawasi oleh-Nya. Kesadaran akan pengawasan melekat itu, menjadikan
seseorang selalu ingin berbuat sebaik mungkin, dan memperlakukan pihak lain lebih
baik dari perlakuannya terhadap Anda, bukan sekedar memperlakukan orang lain
sama dengan perlakuannya terhadap Anda.
256 Sebenarnya pemberian kepada sanak keluarga telah dicakup dalam dua hal yang
disebut sebelumnya, yaitu adil dan ihsan. Tetapi agaknya hal ini sengaja ditekankan
di sini, karena sementara orang mengabaikan hak keluarga atau lebih senang
memberi bantuan kepada orang lain yang bukan keluarganya. Boleh jadi karena ada
maksud tertentu di balik pemberian itu, seperti popularitas dan pujian. Perlu dicatat
bahwa salah satu cara yang ditempuh Islam guna memberantas kemiskinan,
disamping kerja keras adalah memberi bantuan, dan karena itu pula ketika sahabat
Nabi
Saw.
bertanya
kepada
Nabi
Muhammad
tentang
nafkah,
Al-Qur’an
menjelaskan bahwa sasaran pertamanya adalah kedua orang tua kemudian para
kerabat (QS. Al Baqarah /2: 215). Rasulullah Saw. menekankan agar memberi
terlebih dahulu siapa yang termasuk dalam tanggungan seseorang, kemudian yang
lebih dekat. "Para kerabat, lebih utama diberi ma'ruf daripada yang lain." Apabila
setiap orang yang mampu memberi bantuan kepada keluarganya, niscaya tidak ada
keluarga yang menderita karena kemiskinan.
Demikian ayat-ayat di atas menyimpulkan nilai-nilai yang sangat mengagungkan.
Jangankan dewasa ini, kaum musyrikin pun yang mendengar ayat di atas, tanpa
ragu berdecak kagum mendengarnya. Diriwayatkan bahwa 'Utsman Ibn Mazh'un
membacakan ayat ini kepada tokoh yang juga sastrawan kaum musyrikin Mekah,
yakni Walid Ibn Al Mughirah, maka sang sastrawan berkata, "Sungguh ini adalah
kalimat-kalimat yang sangat nikmat terdengar. Ia memiliki keindahan tanpa cacat,
pucuknya berbuah dan dasarnya subur digenangi air. Ia sungguh tinggi tidak dapat
ditandingi. Ini sama sekali bukan ucapan manusia." Dalam riwayat lain
diinformasikan bahwa ketika ayat ini dibacakan kepada paman Nabi SAW., Abu
Thalib, ia berseru kepada kaumnya, "Ikutilah Muhammad, niscaya kalian beruntung.
Dia diutus Tuhan untuk mengajak kamu kepada budi pekerti luhur."
Sahabat Nabi SAW., Ibn Mas'ud, menilai bahwa inilah Al-Qur'an yang paling
sempurna kandungannya. Al-'Izz 'Abdussalam yang digelari Sulthan al-'Ulama
menamainya asy-Syajarah/pohon yang mengandung semua hukum syariat serta
bab-bab ilmu fiqh/hukum. Imam As Subki menamainya syajar al-ma'arif/pohon
pengetahuan. Agaknya itu pula sebabnya sehingga Khalifah Umar Ibn 'Abdul Aziz
r.a. (681-720 M) memerintahkan membaca ayat ini pada setiap akhir khutbah
Jumat, sebagai ganti tradisi yang dilakukan pendahulu-pendahulunya yang
mengecam dan memaki 'Ali Ibn Abi Thalib r.a. – makian tersebut dinilai oleh
khalifah yang adil itu sebagai tidak adil serta merupakan salah satu bentuk al-
baghy.
257 Bahwa setelah ayat yang lalu yang menghimpun semua perintah dan larangan
dalam satu redaksi singkat yang tidak dapat ditampung oleh kitab-kitab dan dada
manusia, serta disaksikan oleh para pendurhaka yang keras kepala bahwa redaksi
semacam
itu
melampaui
batas
kemampuan
manusia,
maka
ayat
berikut
melanjutkan sebagaimana dipahami dari konteksnya bahwa : Jika demikian itu
kandungan kitab suci ini, maka laksanakanlah apa yang Allah perintahkan.
Kepercayaan seorang muslim akan keesaan Allah dan kekuasaan-Nya seharusnya
dapat menjadi jaminan bagi pihak lain atas kebenaran ucapannya. Keyakinannya itu
seharusnya
melahirkan
jaminan
ketepatan
pengingkaran janji dan kebohongannya
janji
atau
beritanya,
karena
mengundang murka Allah. Dan seorang
muslim mustahil melakukan hal-hal yang mengundang murka-Nya. Dengan
demikian, kata ba'da taukîdihâ/pengukuhan dimaksud tidak harus dibatasi
pengertiannya pada pengukuhan sumpah yang menggunakan nama Allah.
Setelah ayat yang lalu memerintahkan menepati janji dan memenuhi sumpa, ayat
92 melarang secara tegas membatalkannya sambil mengilustrasikan keburukan
pembatalan itu. Pengilustrasian ini merupakan salah satu bentuk penekanan.
Memang penegasan tentang perlunya menepati janji merupakan sendi utama
tegaknya masyarakat, karena itulah yang memelihara kepercayaan berinteraksi
dengan anggota masyarakat. Bila kepercayaan itu hilang, bahkan memudar, maka
akan lahir kecurigaan yang merupakan benih kehancuran masyarakat.
Ayat ini menegaskan bahwa : "Dan janganlah kamu dalam hal mengkhianati
perjanjian dan membatalkan sumpa seperti keadaan seorang perempuan gila yang
sedang menenun dengan tekun hingga ketika telah rampung ia mengurai kembali
tenunannya yang sudah dipintal dengan kuat, sehingga menjadi cera berai lagi.
Kamu semua sadar bahwa melakukan hal demikian adalah kebodohan dan
keburukan, dan itu sama halnya dengan apabila kamu menjadikan sumpah dan
perjanjian kamu sebagai penyebab kerusakan di antara kamu, yakni alat menipu
yang mengakibatkan kerusakan hubungan antar kamu disebabkan adanya suatu
golongan yang lebih banyak jumlahnya, atau lebih kuat, lebih kaya dan tinggi
kedudukannya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu,
yakni memperlakukan kamu seperti perlakuan seseorang yang menguji dengannya,
yakni dengan adanya jumlah dan harta yang banyak itu, untuk mengetahui apakah
kamu setia menepati janji dan memenuhi sumpah atau tidak. Dan pasti di hati
Kiamat nanti akan dijelaskan-Nya kepada kamu apa yang dahulu kamu perselisihkan
itu, kemudian akan memberi balasan sesuai amal perbuatan kamu masing-masing.
258 Konon di Mekah ada seorang wanita yang terganggu pikirannya. Dia memiliki
pemintal, yakni alat untuk memintal benang guna membuat tali yang kukuh atau
benang. Bersama para hamba sahaya wanitanya, mereka duduk memintal, dari pagi
sampai siang hari, kemudian merombak kembali apa yang mereka lakukan sejak
pagi itu sehingga benang-benang hasil pintalan mereka cerai berai lagi. Konon
nama wanita itu adalah Raithah Ibn Sa'd At Taimiyah. Apakah kisah ini benar atau
sekadar ilustrasi, yang jelas ini adalah kegiatan melemahkan kembali apa yang telah
dikukuhkan, serta merusak apa yang telah diperbaiki, ini adalah ibarat seseorang
yang tadinya berada dalam kesesatan, kemudian memeluk Islam dan memperbaiki
diri, lalu kembali kepada kesesatan semula. Ayat ini melarang hal tersebut, yakni
janganlah kembali kepada kesesatan setelah kamu menemukan kebenaran, karena
jika demikian, keadaan kamu serupa dengan wanita yang dilukiskan di atas.
Penggunaan kata seperti seorang perempuan, sama sekali bukan untuk melecehkan
perempuan, karena apa yang dilakukan perempuan dalam hal ini dapat juga
dilakukan oleh lelaki. Penyebutan perempuan di sini boleh jadi karena memang
kisah ini cukup populer dan yang melakukannya adalah perempuan yang disebut
namanya di atas, atau karena biasanya pekerjaan memintal banyak dilakukan oleh
perempuan. Dalam konteks ini, pakar
hadis Abu Nu'aim meriwayatkan melalui
sahabat Nabi SAW., 'Abdullah Ibn Rabi' Al Anshari bahwa Nabi Muhammad SAW.,
bersabda,
"Sebaik-baik
permainan seorang muslimah di rumahnya adalah
memintal."
Ayat ini melarang seseorang atau suatu kelompok masyarakat-masyarakat, besar
atau kecil membatalkan sumpah atau perjanjian dengan motif memperoleh
keuntungan material. Dalam konteks sejarah, ayat ini mengingatkan kaum muslimin
agar jangan memihak kelompok musyrik atau musuh Islam, karena mereka lebih
banyak dan lebih kaya daripada kelompok muslimin sendiri. Apa yang diingatkan di
atas, sungguh dewasa ini telah sering kali dilanggar oleh tidak sedikit kaum
muslimin, baik secara pribadi, kelompok, bahkan negara.
5. Hikmah Kandungan Ayat
a. Islam menyerukan pemeluknya untuk bersikap adil, bijak dan melarang
perbuatan yang dinilai merusak fitrah manusia. Hal ini menunjukkan ajaran Islam
sebagai ajara universal yang pokok pikirannya dapat diterima oleh seluruh umat
manusia, baik yang berhubungan dengan pribadi keluarga, dan masyarakat
bahkan antar negara.
259 b. Islam menyerukan umatnya untuk menepati perjanjian yang telah disepakati baik
individu maupun kolektif dengan sekuar kemampuan.
c. Pemutusan perjanjian yang telah disepakati dinilai sebagai sebuah konspirasi
jahat yang berakibat pada keretakan dan perpecahan antara yang bersepakat.
d. Keuntungan pribadi maupun kelompok adalah pemicu awal bagi pembatasan
pembatalan perjanjian yang luhur dan suci sebagaimana telah disepakati yang
tidak jarang biasanya menggunakan sumpah setia baik yang berhubungan
dengan kesepakatan tertentu sampai pada dasar ketuhanan.
C. QS. An Nisaa’/4: 105
1. Redaksi Ayat
ِِ ِ
ِ َ ‫إِﻧﱠﺎ أَﻧْـﺰﻟْﻨَﺎ إِﻟَﻴ‬
ِ
ِ ِ ‫ﺎﳊ ﱢﻖ ﻟِﺘَﺤ ُﻜﻢ ﺑـﲔ اﻟﻨ‬
‫ﻴﻤﺎ‬
َ ‫ﱠﺎس ﲟَﺎ أ ََر َاك اﻟﻠﱠﻪُ َوَﻻ ﺗَ ُﻜ ْﻦ ﻟ ْﻠ َﺨﺎﺋﻨ‬
َ ْ َ َ ْ َْ ِ‫ﺎب ﺑ‬
ْ َ
َ َ‫ﻚ اﻟْﻜﺘ‬
ً ‫ﲔ َﺧﺼ‬
Artinya “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya
kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah
kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”
2. Makna Mufrodat
Kata Al-haqq, terdiri dari huruf-huruf ha' dan qaf maknanya berkisar pada
kemantapan sesuatu dan kebenarannya. Sesuaru yang mantap tidak berubah, dinamai
haq, demikian juga yang mesti dilaksanakan atau yang wajib.
Kata araka dalam firman-Nya araka Allah/ yang diperlihatkan Allah kepadamu pada
mulanya berarti memperlihatkan dengan mata kepala, Tetapi maksudnya di sini
adalah
memperlihatkan
dengan
mata
hati
dan
pikiran.
Hasilnya
adalah
pengetahuan yang meyakinkan. Apa yang diperlihatkan Allah itu, bukan terbatas
pada memperlihatkan rincian satu hukum kepada Nabi Muhammad SAW.,
Tetapi juga berarti memperlihatkan rinciannya melalm kaidah-kaidah yang
diangkat dari ayat-ayat Al-Qur’an.
3. Asbabun Nuzul
Bahwa ada seorang bernama Thu'mah Ibn Ubairiq yang mencuri perisai
tetangganya yang bernama Qatadah Ibn Nu'man. Perisai itu berada dalam satu
kantong yang berisi tepung. Thu'mah menyembunyikan perisai itu di rumah
seorang Yahudi bernama Zaid Ibn As Samin. Rupanya kantong tempat perisai itu
bocor. Ketika pemilik perisai mengetahui kehilangan perisainya, dia bertanya
kepada Thu'mah Tetapi dia bersumpah tak tahu menahu. Melalui tetesan tepung
mereka menemukan perisai itu di rumah Zaid Ibn As Samin, Yahudi itu. Tentu
saja dia menolak tuduhan, bahkan mengatakan Thu'malah yang menitipkan
260 perisai itu kepadanya. Beberapa orang Yahudi ikut menjadi saksi kebenaran
Zaid. Namun keluarga Thu'mah mengadu kepada Rasul serta membela
Thu'mah. Rasul hampir terpengaruh oleh dalih-dalih yang dikemukakan mereka
sehingga terlintas dalam pikiran beliau, bahkan hampir saja beliau menjatuhkan
sanksi kepada si Yahudi, untung ayat ini turun meluruskan apa yang hampir
keliru itu.
4. Analisis Kandungan Ayat
QS. An Nisa’/4: 105 menegaskan bahwa: Sesungguhnya Kami, yakni Allah melalui
malaikat Jibril telah menurunkan kepadamu wahai Muhammad secara khusus satu
Kitab yang amat sempurna mengandung tuntunan yang sesuai serta disertai
dengan haq, dalam segala aspeknya supaya engkau mengadili antara manusia siapa
pun mereka dengan apa yang telah Allah wahyukan, yakni melalui apa yang telah
Allah perlihatkan kepadamu dan atau ilhamkan dan tunjukkan pendapat melalui
nalarmu, baik yang telah engkau terima maupun yang pasti bakal engkau terima
dan janganlah engkau menjadi penantang orang yang tidak bersalah, karena membela
para pengkhianat. Karena terlintas dalam benak Nabi saw. niat untuk membela
orang-orang yang khianat walau akibat ketidaktahuan dan sangka baik beliau
kepada sesama muslim, maka dengan ayat ini Allah memerintahkan; mohonlah
ampun kepada Allah.
Sebagaimana
Allah telah memerintahkan Nabi Muhammad SAW., untuk
berjuang menegakkan keadilan terhadap orang-orang kafir dan munafik, maka
perjuangan yang harus ditegakkan juga yakni dari kalangan yang mengaku
telah beriman. Jangan duga, bahwa dengan pengakuan keislaman dan
keimanan, membuat mereka yang telah mengaku beriman berbeda dengan
yang lain dan telah memiliki kekebalan hukum.
a. Kebenaran Mutlak Nilai-Nilai Al Qu’an
Nilai-nilai agama adalah haq karena nilai-nilai itu selalu mantap tidak dapat
diubah-ubah. Sesuatu yang tidak berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang
pasti, menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan. Nilai-nilai
yang diajarkan Al-Qur’an adalah haq. Ia diturunkan dengan haq dalam arti
tidak disentuh oleh kebatilan tidak juga dapat dibatalkan atau dilenyapkan oleh
kenyataan.
Segala
yang
berkaitan
dengan
Al-Qur’an
adalah
haq .
Yang
menurunkannya, yaitu Allah, adalah Al Haq yang paling mutlak. Yang
membawanya turun, yang menerimanya, cara turunnya, redaksi dan gaya
261 bahasanya, kandungan dan pesan-pesannya, semuanya haq dan benar, tidak
boleh diubah dan tidak akan berubah.
b. Ijtihad Nabi SAW sebagai Penentu Kebijakan
Ayat ini memberikan kepada Rasul Saw., wewenang menetapkan hukum
sekaligus kebenaran apa yang beliau putuskan melalui Ijtihad karena
beragamnya persoalan, sedang petunjuk Al-Qur’an bersifat global. Hal ini
menuntut Nabi Muhammad Saw., untuk mengembangkan tasyri’ menyangkut
persoalan pada waktu itu, tentunya dengan prinsip-prinsip yang dalam pada
Al-Qur’an.
Ijtihad beliau pasti benar, Tetapi ini bukan berarti bahwa rincian ketetapan
hukum beliau menyangkut si A misalnya pasti benar, Tetapi yang dimaksud
adalah cara dan proses penetapan hukum yang beliau tempuh serta
ketetapannya berdasarkan bukti-bukti formal yang dikemukakan oleh yang
berselisih serta pengembalian rincian tersebut kepada wahyu Ilahi adalah
benar dan haq.
Tetapi apakah bukti-bukti yang dikemukakan dan yang menjadi dasar
penetapan hukum serta yang dikemukakan oleh yang berselisih pasti benar
pula? Belum tentu! Jika bukti-bukti yang dikemukakan itu benar, maka
hukum yang ditetapkan Rasul secara formal dan material pasti benar, Tetapi
jika bukti-bukti itu palsu atau salah satu yang bertikai pandai mengemas
alasan sehingga kebatilan dikemas dengan bungkus haq, maka ketika itu
putusan Rasul benar dari segi formal Tetapi salah dari segi material.
Dalam konteks ini Nabi bersabda:
" Aku tidak lain hanyalah seorang manusia. Kalian datang kepadaku mengadu dan
meminta putusan. Boleh jadi sebagian kamu lebih pandai mengemas alasannya dari
yang lain, sehingga aku memutuskan untuknya (memenangkannya) berdasarkan apa
yang aku dengar. Maka siapa yang aku putuskan untuknya padahal itu adalah hak
saudaranya (yang berselisih dengannya), maka janganlah dia mengambil apa yang aku
putuskan, karena sesungguhnya yang demikian itu tidak lain kecuali bagian dari neraka
yang aku berikan baginya" (HR. Bukhari dan Muslim, melalui Ummu Salamah.)
c. Sikap Ahlul Kitab Terhadap Ajaran Kitab Suci
Dalam tradisi Islam, para mufassir senantiasa berpendapat, bahwa istilah Ahlul
Kitab merujuk
pada
dua
komunitas:
Yahudi
dan
Nasrani.
Dalam
perkembangannya, sebagian kalangan mengembangkan pengertian Ahlul Kitab
hingga semakin jauh dari apa yang telah dikaji oleh para ulama di masa lalu.
Kata mereka, Ahlul Kitab dapat mencakup semua agama yang memiliki kitab
suci; atau umat agama-agama besar dan agama kuno yang masih eksis sampai
262 sekarang; seperti golongan Yahudi, Nasrani, Zoroaster; Yahudi, Nasrani, Majusi,
Shabi’un, Hindu, Budha, Konghucu, dan Shinto. Dalam pandangan Islam, status
Ahlul Kitab menurut
Imam Al Ghazali termasuk kategori kufur, yakni
mendustakan terhadap Rasulullah Saw., dan ajaran yang dibawanya. Inilah yang
dimaksud oleh al-Thabary sebagai ukuran keimanan bagi Ahli Kitab (Yahudi dan
Nasrani). Yakni, pembenaran mereka terhadap kenabian Muhammad Saw., dan
ajaran yang dibawanya.
Lebih jauh Ibn Katsir menyatakan bahwa: “(Ukuran) keimanan orang-orang
Yahudi adalah jika mereka berpegang kepada Taurat dan sunnah Nabi Musa
hingga datang periode Nabi Isa. Pada periode Nabi Isa, orang-orang yang
berpegang pada Taurat dan sunnah Nabi Musa dan tak mengikuti Nabi Isa, maka
mereka akan binasa. Sementara (ukuran) keimanan orang-orang Nasrani adalah
jika berpegang kepada Injil dan syari’at Nabi Isa. Keimanan orang tersebut dapat
diterima hingga datang periode Nabi Muhammad Saw. Pada periode Nabi
Muhammad Saw., orang yang tidak mengikutinya dan tidak meninggalkan
sunnah Nabi Isa dan Kitab Injil, maka binasa”.
Uraian ayat di atas, salah satunya adalah menggambarkan keanehan orangorang yang telah diberi kitab suci yakni di antaranya Ahlul Kitab, yang sesat
dan menyesatkan orang lain dan keimanan mereka kepada setan dan berhala,
dilanjutkan dengan uraian tentang anehnya sikap mereka yang mengaku
percaya kepada kitab yang diturunkan Allah Tetapi mencari hakim selain-Nya.
Ini dilanjutkan dengan aneka rincian, menyangkut mereka, serta aneka dalil
yang membatalkan dalih mereka, sampai akhirnya perintah untuk menghadapi
para pembangkang dengan keampuhan argument dan kekuatan senjata.
Tetapi harus juga dingat bahwa tidak seluruh penganut ajaran Ahlul Kitab
itu buruk secara sosiologis, sebagai bukti adalah bahwa Nabi juga membela
kepentingan seorang Yahudi dengan bersikap adil dengan menyatakan
orang tersebut tidak bersalah, karena memang bukti yang diajukan oleh
seorang muslim lemah.
Salah satu argumen yang dibangun Nabi Saw., menyangkut sikap Ahlul Kitab
yang mendustakan risalah Ilahi, seperti diungkap Al-Qur’an dalam QS. Al
Maidah/5: 59,
ِ َ‫ﻗُﻞ ﻳﺎ أ َْﻫﻞ اﻟْ ِﻜﺘ‬
‫ﺎب َﻫ ْﻞ ﺗَـْﻨ ِﻘ ُﻤﻮ َن ِﻣﻨﱠﺎ إِﱠﻻ أَ ْن َآﻣﻨﱠﺎ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوَﻣﺎ أُﻧْ ِﺰَل إِﻟَْﻴـﻨَﺎ َوَﻣﺎ أُﻧْ ِﺰَل ِﻣ ْﻦ ﻗَـْﺒ ُﻞ َوأَ ﱠن‬
َ َْ
ِ َ‫أَ ْﻛﺜَـﺮُﻛﻢ ﻓ‬
‫ﺎﺳ ُﻘﻮ َن‬
ْ َ
263 Artinya: “ Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Apakah kamu memandang Kami salah, hanya lantaran Kami
beriman kepada Allah, kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan kepada apa yang diturunkan
sebelumnya, sedang kebanyakan di antara kamu benar-benar orang-orang yang Fasik ?”
5. Hikmah Kandungan Ayat
a. Kerasulan Nabi Muhammad adalah benar adanya, oleh karenanya Rasul Saw.,
diberi wewenang untuk mengemban misi suci ini melalui pembentukan syari’at
yang tidak didapati dalam Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal dengan Hadis
Nabi SAW. Sehingga apa yang datang dari nabi menyangkut perkataan,
perbuatan dan ketetapanya harus di taati.
b. Kengganan Ahlul Kitab mempecayai bahwa apa yang dikatan Muhammad SAW.,
itu kebenaran adalah karena keangkuhan dan sikap egois yang ditunjukkan
sebagai bentuk rasa tidak percaya diri dan bentuk ketakutan akan lunturnya
kepercayaan masyarakat terhadap pribandinya.
c. Dalam fungsinya sebagai pemutus perkara (hakim) sikap dan keputusan yang
diambil berdasar fakta yang ada di lapangan, berdasar fakta itulah Nabi SAW.,
memutus perkara yang timbul di masyarakat dengan kejujuran dan keadilan.
Tetapi dengan keterbatasan diri dalam memutus perkara, Allah selalu
membimbing sehingga terhindar dari kesalahan.
F.
Rangkuman
Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya ibadah, disampaikan kepada kita
secara muawatir, dan diulis pada mushaf mulai dari surat al-fatihah sampai surat al-Nas.
Sedangkan Hadis atau Sunnah adalah apa yang disandarkan kepada Nabi SAW
baik berupa ucapan, perbuatan, atau ketetapan (sikap), atau keinginan, atau sifat fisik
dan akhlak.
Isi al-Quran memuat enam kandungan yaitu : (1) Aqidah yang wajib diimani, (2)
Akhlak yang mulia, yang dapat membentuk pribadi dan masyarakat yang baik dan
mendorong jiwa untuk menghindari hawa nafsu. (3) Petunjuk dan bimbingan yang
mendorong manusia untuk selalu merenung terhadap ciptaan Allah, (4) Kisah atau
riwayat ummat-ummat masa lalu (5) Janji dan ancaman, janji kebahagiaan di akhirat bagi
yang berbuat kebaikan dan ancaman adzab bagi mereka yang berbuat kejahatan. (6)
Hukum-hukum yang berkaitan dengan kehidupan manusia baik hubungan manusia
dengan Allah maupun dengan sesamanya.
Menurut Muhammad Rasyid Ridha terdapat sepuluh poin tujuan kehadiran alQuran yaitu: 1. Menjelaskan rukun agama; 2. Memberi informasi kepada manusia apa
264 yang mereka tidak ketahui dari persoalan kenabian, kerasulan, dan tugas-tugas mereka;
3. Menyempurnakan jiwa manusia, masyarakat dan komunitas manusia; 4. Memperbaiki
kehidupan sosial politik manusia; 5. Menetapkan keutamaan Agama Islam; 6.
Menerangkan ajaran Islam tentang kehidupan politik; 7. Memberi petunjuk tentang
perbaikan ekonomi; 8. Memperbaiki system peperangan dan perdamaian; 9. Mengangkat
derajat wanita dan memberikan kepada mereka hak-hak penuh dalam kehidupan
manusia, dalam beragama dan dalam peradaban; 10. Memerdekakan budak
Fungsi Hadis menurut Jumhur ulama ada 4 macam fungsi Hadis terhadap al-Quran
yaitu 1. Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayan at-Ta’kid dan bayan at-Isbat.
Maksudnya ialah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam alQuran. 2. Bayan At-Tafsir yaitu memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat alQuran yang masih mujmal, memberikan persyaratan ayat-ayat al-Quran yang masih
mutlak dan memberikan pengkhususan ayat-ayat al-Quran yang masih umum. 3. Bayan
At-Tasyri yaitu mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran yang tidak didapati dalam
al-Quran. Bayan ini disebut juga dengan bayan za’id ala al kitab al-karim. 4. Menurut satu
pendapat Hadis juga dapat berfungsi sebagai Bayan An-Nasakh yang berarti al-ibtal
(membatalkan), hokum yang ada dalam al-Qur’an.
Berdasarkan jumlah perawinya, Hadis dibagi menjadi Mutawatir dan Ahad. Hadis
Ahad sendiri terbagi menjadi Masyhur, Aziz, dan Gharib. Sedangkan berdasarkan
kualitasnya, Hadis terbagi menjadi Shahih, Hasan dan Dla’if.
265 G.
Latihan
Jawablah pertanyan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang benar!
1. Dikatakan dalam surat al-Maidah, 5:6 bahwa ketika seseorang hendak shalat,
hendaklah ia berwudlu terlebih dahulu. Dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda, bahwa
tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudlu. Fungsi hadis di
atas terhadap surat al-Maidah, 5:6 adalah…
a. Bayan taqrir
b. Bayan tafsir
c. Bayan tasyri’
d. Bayan tashwir
2. Terkadang fungsi hadis terhadap Alquran adalah untuk mewujudkan suatu hukum atau
ajaran-ajaran yang tidak didapat dalam Alquran. Fungsi ini dinamakan juga dengan
bayan za’id ‘ala al-kitab al-karim, yaitu…
a. Bayan taqrir
b. Bayan tafsir
c. Bayan tasyri’
d. Bayan tashwir
3. Di antara tujuan kehadiran Alquran adalah memelihara manusia agar tetap menjadi
manusia. Untuk memenuhi tujuan di atas, ulama merumuskan lima tujuan syari’at,
yaitu...
a. Memelihara agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta
b. Memelihara agama, keturunan, keluarga, akal, dan harta
c. Memelihara agama, jiwa, keturunan, saudara, dan akal
d. Memelihara agama, jiwa, keturunan, keluarga, dan saudara
4. Hadis munqathi’ adalah…
a. Hadis karena gugur pada awal sanad
b. Hadis karena gugur pada akhir sanad
c. Hadis karena gugur dua orang rawi atau lebih secara berturut
d. Hadis karena gugur dua orang rawi atau lebih secara tidak berturut
5. Berikut ini kategori hadis-hadis dla’if karena gugur sanad, kecuali…
a. Hadis mudraj
b. Hadis muallaq
c. Hadis mursal
d. Hadis mu’dlal
6. Hadis dla’if dibagi ke dalam dua macam, yaitu hadis dla’if karena cacat rawi dan hadis
dla’if karena gugur sanad. Berikut ini kategori hadis-hadis dla’if karena cacat rawi,
kecuali…
a. Hadis maudlu’
266 b. Hadis matruk
c. Hadis munkar
d. Hadis mu’allaq
7. Hadis yang sampai kepada kita, jika dilihat dari adil dan tidak adilnya para rawi dapat
dibagi ke dalam dua, yaitu...
a. Hadis mutawatir dan hadis ahad
b. Hadis maqbul dan hadis mardud
c. Hadis masyhur dan hadis ghair masyhur
d. Hadis ma’mul dan hadis ghair ma’mul
8. Hadis shahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi dengan beberapa kriteria sanad
dan matan sebagai berikut, kecuali...
a. Rawinya memiliki hafalan yang sempurna
b. Rawinya bersambung dengan rawi lainnya
c. Matan hadis tidak janggal
d. Matan hadis tidak bertentangan dengan akal
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Alquran sering didefiniskan sebagai firman Allah yang membacanya adalah ibadah
dan berpahala. Sementara dalam Alquran ditemukan banyak sekali ayat yang
mengatakan bahwa setiap perbuatan jika diniatkan karena Allah dinilai sebagai
ibadah dan berpahala. Berarti bukan hanya membaca Alquran yang dinilai sebagai
ibadah dan berpahala, tetapi juga membaca bacaan yang lain semisal hadis dan
buku-buku pengetahuan. Bagaimana saudara memahami definisi bahwa membaca
Alquran adalah ibadah dan berpahala?
2. Tulis salah satu ayat dari Alquran yang mengatakan bahwa beriman kepada
Alquran adalah salah satu tanda orang-orang yang bertaqwa!
3. Terjemahkan ayat pada no. 112 di atas!
4. Tulis salah satu ayat dari Alquran yang di dalamnya terdapat bacaan alif lam
qamariyah, kemudian lingkari atau garis bawahi!
5. Setiap hadis adalah khabar dan setiap khabar belum tentu hadis. Bagaimana
saudara memahami pernyataan di atas?
6. Tulis salah satu hadis yang di dalamnya terdapat keutamaan mempelajari Alquran!
7. Ilmu Sanad dipahami sebagai ilmu yang di dalamnya dibahas periwayatan yang
diterima dan ditolak atau ditinggalkan. Berdasarkan pengertian di atas, hadis
mutawatir tidak dikatakan sebagai bagian dari ilmu sanad. Jelaskan, kenapa hadis
mutawatir tidak dikatakan sebagai bagian dari ilmu sanad!
267 8. Hadis mutawatir dapat dibagi ke dalam dua macam, yaitu hadis mutawatir lafal
dan hadis mutawatir makna. Jelaskan, apa perbedaan dari dua hadis mutawatir di
atas?
9. Setiap hadis mutawatir wajib untuk diamalkan, tetapi setiap hadis ahad belum
tentu wajib untuk diamalkan. Berikan alasan kenapa setiap hadis ahad belum
tentu wajib untuk diamalkan?
10. Ada dua hadis yang terlihat tampak bertentangan, yaitu hadis tentang larangan
menulis selain Alquran dan anjuran menulis selain Alquran. Tetapi kedua hadis di
atas memiliki sanad yang sama kuat. Bagaimana saudara mengkompromikan dua
kategori hadis di atas?
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qathan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulumil Quran, Mansyarat Al-‘Ashr Al-Hadts, 1973.
Ash Shiddiqy, T.M. Hasby. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta: Bulan Bintang,
1980
Ash Shidiqy, T.M. Hasby. Pengantar Hukum Islam I. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
M. Ahmad – M. Mudzakir, Ulumul Hadis. PT. Pustaka Setia, 2000.
Muhammad bin Muhammad Abu Syahdah, Al-Madkhal li Dirasat Al-Quran Al-Karim, Kairo:
Maktabah As-Sunnah, 1992.
Shabuni, Muhammad Ali Ash. Al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, Maktabah al-Ghazali,
Damaskuss, 1930
Shalih, Subhi. Ulumul Hadis wa Musthalahuhu, Darl al-Ilm li al-Malayin, Beirut, 1977. hal.
Soetari, Endang Ad. Ilmu Hadis. Bandung: Amal Bakti Press, 1994.
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadis. PT. Mutiara Sumber Widya, 2001.
268 Modul 5
Strategi Pembelajaran
A. Peta Konsep
Problem Base Learning
Projec Based Learning
Discovery
Pendekatan saintific
Inkuiri
Contextual
B. Tujuan
Materi Strategi Pembelajaran ini digunakan untuk memfasilitasi peserta PLPG secara
individual maupun kelompok untuk dapat:
1. Mendeskeripsikan pengertian pendekatan saintifik
2. Menyusun pembelajaran dengan pendekatan saintifik
3. Menyusun langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning
4. Menyusun langkah-langkah model pembelajaran Projec Based Learning
5. Menyusun langkah-langkah model pembelajaran Contekstual
6. Menyusun langkah-langkah model pembelajaran Discovery
7. Menyusun langkah-langkah model pembelajaran Inquiry
C. Skenario Kegiatan Pembelajaran
Materi PLPG
Alokasi waktu
Jenjang
Mata pelajaran
Tahapan
Kegiatan
Persiapan
:
:
:
:
Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
3 JPL
MI/Mts/MA
Qur’an Hadits
Deskripsi Kegiatan
Waktu
Dilakukan
dengan
mengecek
kelengkapan
alat
pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active
Speaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaran lain.
5
269 Kegiatan
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Pengkondisian Peserta
Fasilitator menjelaskan kompetensi dan dan skenario
kegiatan pembelajaran materi pelatihan Strategi
Pembelajaran Al-Qur’an Hadis.
Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti,
dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
Konsep Pendekatan Scientific
Penayangan Video pembelajaran
Diskusi kelompok untuk mengkaji pendekatan scientific
yang mengacu pada tayangan video, dilanjutkan dengan
paparan materi oleh fasilitator tentang Konsep
Pendekatan Scientific dengan menggunakan ppt. dan
Contoh
Penerapan
Pendekatan
Scientific
dalam
Pembelajaran dengan menggunakan ppt. yang disisipkan
dalam kegiatan diskusi.
Diskusi kelompok tentang konsep pendekatan scientific
dengan
menggunakan
contoh-contoh
penerapan
pendekatan scientific dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadis.
2.2 Model-model Pembelajaran
Membaca enam jenis model pembelajaran (Project Based
Learning, Problem Based Learning, Discovery
Learning,Conterxtual Learning dan Inquiry).
Menerapkan Focus Group Discussion untuk
mengidentifikasi karakteristik enam model pembelajaran.
ICE BREAKER
Kegiatan
Penutup
Kerja kelompok untuk penerapan Pendekatan Scientific
dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadis dengan menyusun
langkah-langkah pembelajaran enam model pembelajaran
(menggunakan KD yang berbeda)
Membuat rangkuman materi Strategi Pembelajaran AlQur’an Hadis.
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi
yang relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran.
15
25
25
15
15
20
10
D . Uraian Materi
1.
Pandangan Tentang Pembelajaran
Secara
prinsip,
kegiatan
pembelajaran
merupakan
proses
pendidikan
yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka
menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat,
berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik
menjadi kompetensi yang diharapkan
270 Lebih lanjut, strategi pembelajaran harus diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian
kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu
menjadi pebelajar mandiri sepanjang hayat. dan yang pada gilirannya mereka menjadi
komponen
penting
untuk
mewujudkan
masyarakat
belajar.
Kualitas
lain
yang
dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam proses pembelajaran antara
lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi
dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan
peradaban dan martabat bangsa.
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan
pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1)
berpusat
pada
peserta
didik,
(2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan
dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5)
menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan
metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah
ada
dalam
ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau
kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup.
Kurikulum
2013
menganut
pandangan
dasar
bahwa
pengetahuan tidak
dapat
dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang
memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan
menggunakan
pengetahuan.
Untuk
itu
pembelajaran
harus
berkenaan
dengan
kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan
dalam proses kognitifnya. Agar benar- benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ideidenya.
Guru memberi kemudahan untuk proses ini dengan mengembangkan suasana
belajar yang memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan, menerapkan ideide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta didik
untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik kepemahaman yang lebih tinggi,
yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri.
Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari
tahu”.
271 Di dalam pembelajaran, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya.
Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari
sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang
lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia
yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan mengalami empat
tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional
konkrit, dan operasional formal. Secara umum jenjang pertama terjadi sebelum
seseorang memasuki usia
sekolah,
jejang
kedua
dan
ketiga
dimulai
ketika
seseorang menjadi peserta didik di jenjang pendidikan dasar, sedangkan jenjang
keempat dimulai sejak tahun kelima dan keenam sekolah dasar.
Proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik. Proses tersebut
mungkin saja terjadi akibat dari stimulus luar yang diberikan guru, teman, lingkungan.
Proses tersebut mungkin pula terjadi akibat dari stimulus dalam diri peserta didik yang
terutama disebabkan oleh rasa ingin tahu. Proses pembelajaran dapat pula terjadi
sebagai gabungan dari stimulus luar dan dalam. Dalam proses pembelajaran, guru perlu
mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta didik.
Di dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara aktif
mengembangkan potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman
belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan
mereka m e n g e m b a n g k a n potensi yang dimiliki mereka menjadi kompetensi yang
ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih. Pengalaman belajar tersebut semakin
lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar mandiri dan ajeg sebagai salah satu
dasar untuk belajar sepanjang hayat.
Dalam s u a t u kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap kegiatan
belajar memiliki kombinasi dan penekanan yang berbeda dari kegiatan belajar lain
tergantung dari sifat
muatan yang
dipelajari.
Meskipun
demikian,
pengetahuan
selalu menjadi unsur penggerak untuk pengembangan kemampuan lain.
2.
Pembelajaran Langsung dan Tidak Langsung
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses
pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran
langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan,
kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan
sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan
272 pembelajaran.
Dalam
pembelajaran
langsung tersebut peserta didik melakukan
kegiatan belajar mengamati menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau
menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan
analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan
langsung atau yang disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses
pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak
langsung
berkenaan
dengan
pengembangan
nilai
dan
sikap.
Berbeda
dengan
pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran
langsung
oleh
mata
pelajaran
tertentu,
pengembangan
sikap
sebagai
proses
pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam
setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di
sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses
pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.
Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara
terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran
yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan
secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk
mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan
dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI2.Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: a. mengamati;
b. menanya; c. mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan e. mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar
sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 1: Keterkaitan
Maknanya.
Langkah
Pembelajaran
Mengamati
antara
Langkah
Pembelajaran
Kegiatan Belajar
Membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa
atau dengan alat).
dengan
Kegiatan Belajar dan
Kompetensi yang
Dikembangkan
Melatih kesungguhan,
ketelitian, mencari informasi
273 Menanya
Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa
yang diamati atau
pertanyaan untuk
mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai
ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik).
Mengembangkan kreativitas,
rasa ingin tahu, kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk
membentuk pikiran kritis yang
perlu untuk hidup cerdas dan
belajar sepanjang hayat
Mengumpulkan
informasi/
eksperimen
 Melakukan eksperimen
 Membaca sumber lain
selain buku teks
 Mengamati objek/
 Kejadian/aktivitas
 Wawancara dengan nara
sumber
Mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai
pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan
kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau
media lainnya
Mengembangkan sikap jujur,
teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan
benar.
Mengasosiasikan/
mengolah informasi
 Mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/ eksperi
men mau pun hasil dari
kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan
informasi.
Mengembangkan sikap jujur,
teliti, disiplin, taat aturan,
kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif
serta deduktif dalam
menyimpulkan .
 Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang
bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat
mencari solusi dari
berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada
yang bertentangan
274 3.
Proses Pembelajaran
Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
a.
Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
(1)
menyiapkan
peserta
didik
secara
psikis
dan
fisik
untuk mengikuti
proses pembelajaran;
(2)
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan
terkait dengan materi yang akan dipelajari;
(3)
mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang
akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan
(4)
menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan
yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau
tugas.
b.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup
bagi
prakarsa,
kreativitas,
dan
kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan matapelajaran, yang meliputi proses observasi,
bertanya, mengumpulkan
informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD
yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik
dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli,
peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan
balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik.
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan
sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat
orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat
mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio,
lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta
didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.
275 Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event)
yang diuraikan dalam tabel 1 di atas.
1)
Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:
melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta
didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka
untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau
objek.
2)
Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca
atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit
sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau
pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai
kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru,
masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke
tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya
maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut
dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan
peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
3)
Mengumpulkan dan mengasosiasikan
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan
informasi
dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat
membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang
lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut
terkumpul sejumlah informasi.
Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memeroses
informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi
lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil
276 berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
4)
Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
c.
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri
membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara
konsisten dan terprogram, memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan
dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri
dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan
KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan
dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum
dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi
indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.
4.
Model-Model Pembelajaran
Dalam Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Poses, kegiatan inti
menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau
inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project basedlearning) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan. Dalam implementasinya, guru dapat menerapkan
berbagai model pembelajaran, antara lain Discovery Learning, Project Based Learning,
dan Problem Based Learning.
277 a.
Discovery Learning
Model
pembelajaran
Discovery Learning mengarahkan peserta didik untuk
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Penemuan konsep terjadi bila konsep
tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi dengan penggunaan model pembelajaran
discovery learning peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui
dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk
(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the
learning that takes place when the student is not presented with subject matter. Hal
tersebut terjadi bila peserta didik terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive
process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps
and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Dengan
mengaplikasikan
Discovery
Learning
secara
berulang-ulang
dapat
meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan
Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus
Ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke
modus Discovery peserta didik menemukan informasi sendiri.
1)
Langkah Pembelajaran
(1)
Menciptakan stimulus/rangsangan (Stimulation)
Kegiatan penciptaan stimulus dilakukan pada saat peserta didik melakukan aktivitas
mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau
menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga fakta atau
femomena yang menimbulkan kontroversi. Misalnya dalam mata pelajaran Fisika, peserta
didik diminta untuk mengamati fakta tentang benda elastis dan plastis yang
karakteristiknya jelas berbeda, kemudian diberikan fakta lain dimana batas kedua fakta itu
menjadi tidak jelas dan mengundang kontroversi seperti penggaris kayu yang semula
elastis menjadi plastis (patah). Dengan demikian peserta didik tergugah untuk
mencaritahu lebih lanjut tentang fakta/fenomena tersebut.
Tahapan ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan perhatiannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Di samping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan
278 pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan contoh stimulasi dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus
agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
(2)
Menyiapkan pernyataan masalah (Problem Statement)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atau opini atas pertanyaan masalah) (Syah
2004:244). Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang dihadapi merupakan teknik yang
berguna agar mereka terbiasa menemukan suatu masalah.
(3)
Mengumpulkan data (Data Collecting)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dalam rangka
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Dengan demikian peserta
didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relevan, melalui berbagai cara, misalnya membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Manfaat dari tahap ini
adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan
dengan
permasalahan
yang
dihadapi,
sehingga
secara
alamiah
peserta
didik
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
(4)
Mengolah data (Data Processing)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
(Djamarah, 2002:22). Pengolahan data disebut juga dengan pengkodean (coding) atau
279 kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang
alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
(5)
Memverifikasi data (Verrification)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004: 244). Verification
menurut Bruner, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsiran terhadap data, kemudian dikaitkan
dengan hipotesis,maka akan terjawab apakah hopotesis tersebut terbukti atau tidak.
(6)
Menarik kesimpulan (Generalisation)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004: 244). Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik
kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan
pentingnya penguasaan materi pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang
luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan
generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
280 Tabel 2. Hubungan antara sintak model pembelajaran discovery learning dengan langkah pembelajaran pendekatan saintifik diilustrasikan
pada contoh berikut ini.
Sintaks
project based
learning
Essential
question
Designing
Project Plan
Mengamati
Mengamati fenomena
sosial yang terjadi di
masyarakat
(masalah makanan
yang halal dan baik)
Langkah/Kegiatan Pembelajaran
Menanya
Mengumpulkan data
Mengidentifikasi masalah
untuk memperoleh masalah
yang pokok sebagai landasan
untuk melakukan penelitian
sosial dan kemudian
dikembangkan menjadi
rumusan masalah
Menyusun rancangan
penilitian sosial.
Menyusun intrumen
penelitian
Membuat jadwal
penelitian (rencana,
pelaksanaan, dan
pelaporan)
Pengumpulan data
penelitian
Guru memonitor aktivitas
peserta didik selama
proses penelitian
Creating
Schedule
Monitor the
progress
Assess the
outcome
Analisis data
penelitian
Guru melakukan
evaluasi tentang
apa yang telah
Mengasosiasi
Mengomunikasikan
281 Sintaks
project based
learning
Mengamati
Langkah/Kegiatan Pembelajaran
Menanya
Mengumpulkan data
dilakukan oleh
peserta didik
Membuat
kesimpulan dan
laporan hasil
penelitian tentang
fenomena sosial
Evaluate the
experiment
Mengasosiasi
Mengomunikasikan
Mempresentasikan
hasil penelitian
tentang fenomena
sosial
Melakukan refleksi
bersama guru dg
peserta didik.
282 2)
Persyaratan pendukung
Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk
mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain:
(1)
Secara klasikal peserta didik memiliki kecerdasan/kecakapan awal yang lebih
dengan keterampilan berbicara dan menulis yang baik. Peserta didik yang
kurang pandai akan mengalami kesulitan untuk mengabstraksi, berpikir atau
mengungkapkan hubungan antar konsep-konsep. Dikhawatirkan hal ini akan
menimbulkan frustasi dalam belajar.
(2)
Jumlah peserta didik tidak terlalu banyak (idealnya maksimal 32), karena untuk
mengelola jumlah peserta didik yang banyak membutuhkan waktu yang lama
untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
(3)
Pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada aspek pemahaman.
(4)
Fasilitas memadai seperti media, alat dan sumber belajar.
3)
Manfaat model discovery learning
(1)
Membantu peserta didik memperbaiki dan meningkatkan keterampilan kognisi.
Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini dimana keberhasilan
tergantung pada bagaimana cara belajarnya.
(2)
Pengetahuan yang diperoleh bersifat individual dan optimal karena menguatkan
pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan.
(3)
Menumbuhkan rasa senang pada peserta didik, karena berhasil melakukan
penyelidikan.
(4)
Memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat sesuai kemampuannya.
(5)
Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajar dengan melibatkan
akal dan motivasinya.
(6)
Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan diri melalui kerjasama dengan peserta didik lain.
(7)
Membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah pada
kebenaran final yang dialami dalam keterlibatannya.
(8)
Mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan
hipotesis.
(9)
Dapat mengembangkan bakat, minat, motivasi, dan keingintahuan.
(10) Memungkinkan peserta didik memanfaatkan berbagai sumber belajar.
283 b. Project Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau (PjBL)) adalah model
pembelajaran
yang
menggunakan
proyek/kegiatan
sebagai
inti
pembelajaran.
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek
yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Melalui
PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding
question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran Berbasis
Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep
“Pendidikan Berbasis Produksi” yang saat ini telah dikembangkan dan diimplementasikan
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dengan pembelajaran “berbasis produksi” peserta
didik diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja.
Dengan demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran
berbasis proyek, model PjBL juga dapat diadaptasi untuk matapelajaran lain.
1)
Langkah Pembelajaran
(1)
Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek
Pembelajaran
dimulai
dengan
pertanyaan
esensial,
yaitu
pertanyaan
yang
memberikan tugas kepada peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil
topik yang sesuai dengan dunia nyata yang dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk peserta didik sesuai
dengan tuntusan kompetensi yang diharapkan. Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan di
awal semester agar dapat dirancang kegiatan selanjutnya yaitu mendesain perencanaan.
(2)
Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik
sehingga peserta didik merasa “memiliki” proyek tersebut. Perencanaan berisi aturan
main, pemilihan aktivitas pendukung untuk menjawab pertanyaan esensial dengan cara
mengintegrasikan berbagai subyek yang mungkin. Serta
mengetahui alat dan bahan
yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
(3)
Menyusun Jadwal
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa
284 peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika
mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta
didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
(4)
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta
didik pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas
peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
(5)
Menguji hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan
balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru
dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
(6)
Mengevaluasi kegiatan/pengalaman
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Guru dan peserta didik
mengembangkan
diskusi
dalam
rangka
memperbaiki
kinerja
selama
proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry)
untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
285 Tabel 3. Hubungan antara sintak model pembelajaran project based learning dengan langkah kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik
diilustrasikan pada contoh berikut ini.
Sintaks
project
based
learning
Essential
question
Designing
Project Plan
Creating
Schedule
Monitor the
progress
Langkah/Kegiatan Pembelajaran
Mengamati
Mengamati
fenomena sosial
yang terjadi di
masyarakat
Menanya
Mengumpulkan data
Mengidentifikasi masalah
untuk memperoleh
masalah yang pokok
sebagai landasan untuk
melakukan penelitian
sosial dan kemudian
dikembangkan menjadi
rumusan masalah
Menyusun rancangan
penilitian sosial.
Menyusun intrumen
penelitian
Membuat jadwal
penelitian (rencana,
pelaksanaan, dan
pelaporan)
Pengumpulan data
penelitian
Guru memonitor
aktivitas peserta didik
selama proses
penelitian
Mengasosiasi
Mengomunikasikan
286 Sintaks
project
based
learning
Assess the
outcome
Langkah/Kegiatan Pembelajaran
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan data
Mengomunikasikan
Analisis data penelitian
Guru melakukan evaluasi
tentang apa yang telah
dilakukan oleh peserta
didik
Evaluate
the
experiment
Membuat kesimpulan dan
laporan hasil penelitian
tentang fenomena sosial
Mengasosiasi
Mempresentasikan
hasil penelitian
tentang feno- mena
sosial
Melakukan refleksi
bersama guru dg
peserta didik
287 2)
Persyaratan pendukung dan Manfaatnya
Pemilihan model pembelajaran project based learning memerlukuan dukungan
persyaratan untuk mereduksi kelemahan yang sering terjadi, antara lain:
(1)
Peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah, sehingga proyek
tidak memakan waktu terlalu lama.
(2)
Dukungan sarana dan prasarana yang memadai termasuk peralatan belajar di
laboratorium.
(3)
Pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol.
(4)
Perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan project
3)
Manfaat pemilihan model pembelajaran project based learning,
antara lain:
(1)
Meningkatkan
motivasi
belajar,
mendorong
kemampuan
peserta
didik
melakukan pekerjaan penting, artinya mereka perlu dihargai.
(2)
Mengembangkam kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan
berpikir kritis.
(3)
Mengembangkan
keterampilan
komunikasi,
kolaborasi,
dan
pengelolaan
sumberdaya.
(4)
Memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam pembelajaran, praktik,
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber
lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
(5)
Melibatkan peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
(6)
Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun guru menikmati proses pembelajaran.
c.
Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang
menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik
(bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Problem Based
Learning (PBL) menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja
secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada
pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta
didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus
dipecahkan.
288 1)
Langkah Pembelajaran
(1)
Mengorientasi peserta didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitasaktivitas yang akan dilakukan. Tahapan ini sangat penting dimana guru harus
menjelaskan dengan rinci apa yang dilakukan oleh peserta didik maupun guru, serta
dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat
penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam
pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini,
yaitu:
a.
Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi
baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah
penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
b.
Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak
“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak
penyelesaian dan seringkali bertentangan.
c.
Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak
sebagai pembimbing yang siap membantu, sedangkan peserta didik harus
berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
d.
Selama
tahap
analisis
dan
penjelasan,
peserta
didik
didorong
untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka. Semua peserta didik diberi peluang
untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
(2)
Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL
juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat
membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu guru dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok peserta didik, masingmasing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip
pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam
konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota,
komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting
memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan
dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar, selanjutnya guru menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas 289 tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah
mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam kegiatan penyelidikan
sehingga hasil-hasil penyelidikan sebagai penyelesaian terhadap permasalahan tersebut,
mengembangkan
dan
menyajikan
hasil
karya,
serta
memamerkannya.
Guru
bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik
pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas
peserta didik. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat
merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
(3)
Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan
teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan karakter yang
identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan
memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang
sangat
penting.
Pada
tahap
ini,
guru
harus
mendorong
peserta
didik
untuk
mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai
mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri. Guru membantu peserta didik mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya dari berbagai sumber, dan mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk
berpikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada
pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan
tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan
penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pembelajaran
pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampaikan ide-idenya dan
menerima secara penuh Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang mendorong
peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta
tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
(4)
Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran.
Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan
situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari
situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.
Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah
290 selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator
pameran. Akan lebih baik jika dalam pameran ini melibatkan peserta didik lainnya, guruguru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
(5)
Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu
peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta
didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses
kegiatan belajarnya.
291 Tabel 4. Hubungan antara sintak model pembelajaran problem based learning dengan langkah kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik
diilustrasikan pada contoh berikut ini.
Sintaks project
based learning
Mengorientasi
peserta didik
pada masalah
Mengorganisas
ikan kegiatan
pembelajaran
Mengamati
Menanya
Melihat video atau
gambar atau berita
beberapa contoh
lingkungan
menggambarkan
kerusakan akibat
penebangan hutan
dan banjir bandang
Langkah/Kegiatan Pembelajaran
Mengumpulkan
data/informasi
Mencari informasi
tentang kondisi daerah
secara umum berkenaan
dengan kerusakan
lingkungan,
Mencari informasi
mengenai keadaan yang
menggambarkan akibat
bencana banjir bandang
dengan beberapa pilihan
mencari literatur tentang
masalah pokok(apa,
bagaimana, dan
mengapa)
Diskusi kelompok
mengenai kondisi
lingkungan/hutan
Diskusi kelas tentang
penyebab kerusakan ling
kungan di kelas mengenai
akibat kerusakan
lingkungan
Diskusi Kelas mengenai
Mengasosiasi
Mengomunikasikan
Mempresentasikan/
menyampaikan
hasil analisis
terhadap tayangan
video/ gambar/
berita eberapa
contoh keadaan
yang menggambar
kan kerusakan
lingkungan
mengamati tentang
perilaku pelaku
orang merusak
lingkungan dan
konsep Al-Qur’an
tentang
pemeliharaan
lingkungan
292 Sintaks project
based learning
Mengamati
Menanya
Langkah/Kegiatan Pembelajaran
Mengumpulkan
data/informasi
Mengasosiasi
skala prioritas dan
pengelolaan lingkungan
Pandangan Islam tentang
pemeliharaan lingkungan
Membimbing
Penyelidikan
Mandiri
Mencari informasi
tentang data
banjir/banjir bandang
diwilayah/daerah
masing-masing. Mencari
informasi kerugian akibat
banjir/kerusakan
lingkungan. Menafsirkan
konsep Alqur’an tentang
kewajiban memelihara
lingkungan, dan upaya
yang harus dilakukan
untruk menjaga
kelestarian lingkungan
Mengembangkan dan
Menyajikan
Karya
Analisis dan
Evaluasi
menganalisis hubungan
antara konsep
kerusakan lingkungan
akibat banjir dengan
kerugian
masyarakatskala
prioritas, dan berpikir
Mengomunikasikan
293 Sintaks project
based learning
Mengamati
Menanya
Langkah/Kegiatan Pembelajaran
Mengumpulkan
data/informasi
Mengasosiasi
rasional dalam
mengelola lingkungan
dan memecahkan
masalah pokok upaya
menanggulangi
kerusakan lingkungan
dan mencdegah
terjadinya pengrusakan
lingkungan
Mengomunikasikan
294 d. Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah
sistem belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivistik bahwa peserta didik mampu
menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang
mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas- tugas sekolah jika mereka
bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah
mereka miliki sebelumnya
Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan komponen yang harus ditempuh, yaitu:
a.
membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
b.
melakukan pekerjaan yang berarti,
c.
melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,
d.
bekerja sama,
e.
berpikir kritis dan kreatif,
f.
membantu individu untuk tumbuh dan berkembang,
g . mencapai standar yang tinggi, d a n
h.
menggunakan penilaian otentik.
Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam mata pelajaran apa saja, tidak
terkecuali
mata pelajaran Al-Qur’an Hadits. Menurut konsep CTL, “Belajar akan lebih
bermakna jika anak didik ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan sekadar
‘mengetahui’ apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasi pada
target
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek,
tetapi gagal dalam membekali anak didik memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang (Hernowo, 2005: 61).
CTL merupakan konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Proses
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus kita pahami. Pertama, CTL menekankan
kepada
proses
keterlibatan
peserta didik untuk menemukan
materi. Artinya, proses
belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam
konteks CTL tidak mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran, tetapi
yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
295 Kedua, CTL mendorong agar peserta didik dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, peserta didik dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengkorelasikan materi
yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu akan bermakna
secara fungsional dan tertanam erat dalam memori peserta didik sehingga tidak akan
mudah terlupakan.
Ketiga, CTL mendorong peserta didik untuk dapat menerapkan pengetahuannya
dalam kehidupan. Artinya, CTL tidak hanya mengharapkan peserta didik dapat memahami
materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL tidak untuk ditumpuk di otak
dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan
CTL. sebagaimana uraian di bawah ini.
1)
Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak
terlepas
dari
pengetahuan
yang
sudah
dipelajari.
Dengan
demikian,
pengetahuan yang akan diperoleh peserta didik adalah pengetahuan yang
utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2)
Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh
dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru
itu dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya, pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailnya.
3)
Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berartii pengetahuan
yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.
4)
Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat
diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
5)
Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan
dan penyempurnaan strategi.
e.
Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu
296 (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Materi
pelajaran
tidak
diberikan
secara
langsung.
Peran
peserta
didik
dalam
pembekajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan
guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik untuk belajar.
Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan peserta didik. Pembelajaran ini sering juga
dinamakan pembelajaran heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein
yang berarti “saya menemukan”.
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat
bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi peserta didik, yaitu: (1) aspek sosial di dalam kelas
dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang peserta didik berdiskusi; (2)
berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta
sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas
tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.
1.
Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri
memiliki beberapa ciri, di antaranya: Pertama, pembelajaran
inkuiri menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari dan
menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri menempatkan peserta didik sebagai
subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya berperan sebagai
penerima materi pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan
untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan peserta didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, pada pembelajaran
inkuiri menempatkan guru bukan sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi lebih
diposisikan sebagai fasilitator dan motivatorbelajar peserta didik. Aktivitas pembelajaran
biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan peserta didik. Karena itu
kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam
melakukan inkuiri. Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan
sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing
297 dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja
kelompok.
Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam pembelajaran inkuiri peserta
didik tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai
pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal.
Sebaliknya, peserta didik akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala
ia bisa menguasai materi pelajaran.
2.
Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
a)
Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran
inkuiri
adalah
pengembangan
kemampuan
berpikir.
Dengan
demikian,
pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada
proses belajar.
b)
Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi,
baik interaksi antara peserta didik maupun interaksi peserta didik dengan guru,
bahkan interaksi antara peserta didik dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c)
Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan
pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan peserta
didik untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk bertanya
dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu, pada
pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis peserta didik dengan
selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang
dipelajarinya.
d)
Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta,
akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses
mengembangkan
potensi
seluruh
otak.
Pembelajaran
berpikir
adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e)
Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan
298 kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
3.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Proses pembelajaran inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a)
Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran
terhadap masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan
masalah.
b)
Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan
hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat
diperoleh; (b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan
merumuskan hipotesis.
c)
Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit
peristiwa,
terdiri
dari
:
mengidentifikasi
peristiwa
yang
dibutuhkan,
mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari :
mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.;
(c) analisis data, terdiri dari : melihat hubungan, mencatat persamaan dan
perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan.
d)
Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan
makna hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan
e)
Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
4.
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan, karena
memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:
a)
Pembelajaran
ini
merupakan
pembelajaran
yang
menekankan
kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,
sehingga pembelajaran melalui pembelajaran ini dianggap jauh lebih bermakna.
b)
Pembelajaran ini dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar
sesuai dengan gaya belajar mereka.
c)
Pembelajaran
ini
merupakan
strategi
yang
dianggap
sesuai
dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d)
Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, peserta didik yang memiliki kemampuan
299 belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik yang lemah dalam
belajar.
Di samping memiliki keunggulan, pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan, di
antaranya:
1.
Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik.
2.
Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan peserta didik dalam belajar.
3.
Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang
panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah
ditentukan.
4.
Selama kriteria keberhasiJan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik
menguasai
materi
pelajaran,
maka strategi
ini
tampaknya
akan
sulit
diimplementasikan.
f.
Langkah Pemilihan Model Pembelajaran
Pemilihan model pembelajaran (discovery learning, project based learning, atau
problem based learning) sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik pembelajaran
memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan kegiatan
pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut.
1.
Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori faktual,
konseptual, prosedural, dan metkognitif. Pada pengetahuan faktual dan
konsepetual dapat dipilih discovery learning, sedangkan pada pengetahuan
prosedural dapat dipilih project based learning dan problem based learning.
2.
Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari
KI-4. Pada keterampilan abstrak dapat dipilih discovery learning dan problem
based learning, sedangkan pada keterampilan konkrit dapat dipilih project based
learning.
3.
Pemilihan ketiga model tersebut mempertimbangkan sikap yang dikembangkan,
baik sikap religius (KI-1) maupun sikap social (KI-2)
Berikut contoh matrik pemilihan model yanag dapat digunakan sesuai dengan
dimensi pengetahuan dan keterampilan.
300 Dimensi Keterampilan
Dimensi
Pengetahuan
Abstrak
Konkrit
Faktual
Discovery Learning
Discovery Learning
Konseptual
Discovery Learning
Discovery Learning
Discovery Learning
Problem Based Learning
Discovery Learning
Projec Based Lerning
Problem Based Learning
Projec Based Lerning
Problem Based Learning
Discovery Learning
Projec Based Lerning
Problem Based Learning
Prosedural
Metakognitif
Berikut ini contoh pilihan Model Pembelajaran Sesuai dengan Karakteristik
Kompetensi Mata Pelajaran Quran Hadis.
Dicovery
Learning
Kompetensi Dasar
Memahami ayat-ayat Al-Qur’an
tentang manusia dan tugasnya
sebagai hamba Allah dan khalifah
di bumi pada QS al-Mu’minuun:1214; QS al-Nahl:78; QS alBaqarah:30-32; dan QS adzDzaariyat: 56
Memahami ayat-ayat al-Qur'an dan
hadis tentang makanan yang halal dan
baikpada Surat al-Baqarah(2):168169, al-Baqarah (2): 172-173, dan
hadis riwayat Abu Dawud dari
Ma’dikariba
Project
Based
Learning
Problem
Based
Learning

Kelas
X

Memahami ayat-ayat al-Qur'an dan
hadis tentang kelestarian lingkungan
hidup pada Surat ar-Ruum: 41-42,
Surat al-A’raaf: 56-58, Shad: 27, alFurqaan: 45-50, al-Baqarah: 204-206,
hadis tentang kelestarian alam yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dari Anas bin Malik
X

XI
dan seterusnya
E.
Rangkuman
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan
pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1)
(2) mengembangkan
pada
peserta
didik,
kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan
berpusat
301 dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5)
menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan
metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara
terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran
yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan
secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk
mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan
dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.
Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
a.
mengamati;
b.
menanya;
c.
mengumpulkan informasi;
d.
mengasosiasi; dan
e.
mengkomunikasikan.
Dalam Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Poses, kegiatan inti
menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau
inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya
berbasis pemecahan masalah (project basedlearning) disesuaikan dengan karakteristik
kompetensi dan jenjang pendidikan. Dalam implementasinya, guru dapat menerapkan
berbagai model pembelajaran, antara lain Discovery Learning, Project Based Learning,
dan Problem Based Learning.
F.
Latihan
Jawablah pertanyan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban
yang benar!
1.
Standar proses pendidikan dasar dan menengah kurikulum 2013 ditetapkan
dalam:
a. Permendikanas No. 54 tahun 2013
b. Permendiknas No. 65 tahun 2013
g. Permendiknas No. 68 tahun 2013
h. Permendiknas No. 70 tahun 2013
302 2.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 menekankan
pada:
a. Pendekatan saintifik
b. Pendekatan tematik terpadu
c. Pendekatan tematik integratif
d. semua benar
3. Metode yang bertujuan untuk melibatkan fisik dan mental peserta didik serta
melakukan serangkaian latihan-latihan merupakan gambaran dari pelaksanaan
metode…
a. Metode eksperiman
b. Metode latihan (drill)
c. Metode demonstrasi
d. Metode inkuiri
4. Jika seorang guru melaksanakan proses pembelajaran dengan cara meminta
peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis
dengan materi pembelajaran, maka guru tersebut sedang mengimplementasikan
metode:
a. Metode observasi
b. Metode penemuan
c. Metode eksperimen
d. Metode inkuiri
5. Pelibatan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pembelajaran merupakan
prinsip umum strategi pembelajaran yang menekankan pentingnya....
a.
Individualitas
b.
Integritas
c.
Efektivitas
d.
Aktifitas
6. Beberapa pendekatan yang dituntut untuk dilaksanakan berdasarkan kurikulum
2013 adalah sebagai berikut, kecuali…
a.
Pendekatan ilmiah (scientific),
b.
Pendekatan tematik
c.
Pendekatan
Pembelajaran
berbasis
penyingkapan/
penelitian
(discovery/ inquiry learning).
d.
Penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis pemecahan masalah
(project based learning).
303 G. Daftara Pustaka
Arend, I. Richard. Learning To Teach. Cet. II. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri
Mulyantini Soetjipto, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Djamarah, Syaiful B & Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Indrawati, Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar, Jakarta: PPPPTK IPA, 2009
Kardi S dan Nur M. Pengajaran Langsung, Surabaya: Universitas Press, 2000
Lie, Anita. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang
Kelas. Jakarta: Grasindo, 2004.
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Depag RI, 2009.
Micklethwait, Jhon dan Adrian Wooldridge, A Future Perfect: the Challenge and Hidden
Promise of Globalization. New York: Crown Business, 2000.
Permendiknas Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah
Raka, Joni, Pokok-Pokok Pikiran Mengena Pendidikan Guru, Jakarta: Makalah Konsersium
Ilmu Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1992.
Saripuddin, Udin. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997.
Semiawan, Cony R. Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat seoptimal
Mungkin. Jakarta: Grasindo, 1999.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif, Jakarta: Kencana, 2011
_____, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Pustaka. 2007.
_____, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
KTSP, Jakarta: PT. Bumi Aksara 2010.
304 Modul 6
Penilaian Proses dan Hasil Belajar Qur’an Hadis
A. Peta Konsep
Porto folio
Diri
PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
Tertulis
Kinerja
Proyek
B. Tujuan
Model penilaian hasil belajar peserta didik ini disusun untuk membantu peserta PLPG
dalam:
1. meningkatkan pemahaman mengenai penilaian autentik dan prinsip-prinsip
penilaian;
2. merencanakan dan melaksanakan penilaian hasil belajar peserta didik yang
berkualitas sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai meliputi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
3. mengolah hasil penilaian dan menindak lanjutinya;
4. menyusun laporan hasil belajar peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
informatf
304 305 C. Skenario Kegiatan Pembelajaran
Materi PLPG
: Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Alokasi waktu
:
Jenjang
: MI/MTS/MA
Mata pelajaran : Qur’an Hadis
Tahapan
Kegiatan
PERSIAPAN
KEGIATAN
PENDAHULUAN
Deskripsi Kegiatan
Waktu
Dilakukan dengan mengecek kelengkapan alat
pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File,
Active Speaker, dan Laser Pointer, atau media
pembelajaran lain.
Pengkondisian Peserta
Fasilitator menjelaskan kompetensi dan dan
skenario kegiatan pembelajaran materi pelatihan
Penilaian Proses dan Hasil Belajar
KEGIATAN
INTI
KEGIATAN
PENUTUP
Fasilitator memotivasi peserta agar serius,
antusias, teliti, dan bekerja sama saat proses
pembelajaran berlangsung.
Kegiatan interaktif untuk menyamakan persepsi
tentang jenis dan bentuk penilaian autentik.
Diskusi tentang konsep penilaian autentik pada
proses dan hasil belajar.
Presentasi hasil diskusi kelompok
Paparan materi tentang Konsep Penilaian
Autentik pada Proses dan Hasil Belajar dengan
menggunakan bahan tayang PPT dan Contoh
Penerapan Penilaian Autentik pada Pembelajaran
Al-Qur’an Hadis menggunakan bahan tayang PPT
Membuat rangkuman materi pelatihan Penilaian
Proses dan Hasil Belajar
Refleksi dan umpan balik tentang proses
pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca
referensi yang relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran
D. Uraian Materi
a) Pengertian Penilaian dan Penilaian Autentik
Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian autentik merupakan penilaian
yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,
dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan
305 306 keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil
belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output)
tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan
mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring
(nurturant effect) dari pembelajaran.
Dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, Wiggins (2013)
mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik
yang
mencerminkan
prioritas
dan
tantangan
yang
ditemukan
dalam
aktivitas-
aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan
analisis
oral
terhadap
peristiwa,
berkolaborasi
dengan antarsesama
melalui debat, dan sebagainya .
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena penilaian
semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring. Penilaian
autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan
peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Karenanya, penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran.
Penilaian
autentik
merupakan
pendekatan
dan
instrumen
penilaian
yang
memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas-tugas: membaca dan
meringkasnya, eksperimen, mengamati, survei, projek, makalah, membuat multi media,
membuat karangan, dan diskusi kelas.
Kata lain dari penilaian autentik adalah penilaian kinerja, termasuk di dalamnya
penilaian portofolio dan penilaian projek. Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian
responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang
memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki
bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam
berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan
orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran. Hasil penilaian autentik dapat
digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan
(enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhi
Standar Penilaian Pendidikan.
306 307 b) Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Prinsip Penilaian
1.
Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur.
2.
Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3.
Adil,
berarti
penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan
latar
belakang
agama,
suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4.
Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang
5.
tak
terpisahkan
dari
kegiatan pembelajaran.
Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6.
Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua
aspek
kompetensi
dengan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7.
Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8.
Beracuan kriteria, berarti
penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9.
Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
10. Edukatif, berarti
penilaian
dilakukan
untuk
kepentingan dan kemajuan
pendidikan peserta didik.
b. Pendekatan Penilaian
Penilaian menggunakan pendekatan sebagai berikut:
1) Acuan Patokan
Semua
kompetensi
perlu
dinilai
dengan
menggunakan acuan patokan
berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan acuan patokan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
2) Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar ditentukan sebagai berikut:
Predikat
Nilai Kompetensi
307 308 Pengetahuan
Keterampilan
A
4
4
A-
3.66
3.66
B+
3.33
3.33
B
3
3
B-
2.66
2.66
C+
2.33
2.33
C
2
2
C-
1.66
1.66
D+
1.33
1.33
1
1
D
Sikap
SB
B
C
K
a) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan belum tuntas
belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator
nilai
< 2.66 dari hasil tes formatif.
b) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas
belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator
nilai ≥ 2.66 dari hasil tes formatif.
c) Untuk KD pada KI 1 dan KI 2 ketuntasan seorang peserta didik dilakukan dengan
memperhatikan aspek sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh matapelajaran, yakni
jika
profil
sikap
peserta
didik secara
umum berada pada kategori baik (B)
menurut standar yang ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.
c) Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian
1. Ruang Lingkup Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk
menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah
ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi
mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.
2. Teknik dan Instrumen Penilaian
Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan
berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik
mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan
belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi. Penilaian dilakukan
berdasarkan
indikator-indikator pencapaian
308 hasil
relajar,
baik pada domain
309 kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada
tujuh teknik yang dapat digunakan,
yaitu:
a. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk
menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas
tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga,
bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll.
Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati.
5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.
Penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala penilaian.
1) Daftar Cek
Daftar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana, sehingga
kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua
kategorikan saja, ya atau tidak.
2) Skala Penilaian
Ada
kalanya
kinerja
peserta
didik
cukup
kompleks, sehingga sulit
atau merasa tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya
atau tidak, memenuhi atau tidak memenuhi. Oleh karena itu dapat dipilih
skala penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Namun
setiap
kategori
harus
dirumuskan
deskriptornya
sehingga
penilai
mengetahui kriteria secara akurat kapan mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar
kategori beserta deskriptor kriterianya itu disebut rubrik. Di lapangan sering
dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik.
Deskriptor semacam ini belum akurat, karena kriteria kurang bagi seorang
penilai belum tentu sama dengan penilai lain, karena itu deskriptor dalam
rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh penilaian unjuk kerja dengan
skala penilaian beserta rubriknya.
309 310 Penilaian Unjuk Kerja Menghafalkan Surat Pendek
No
Aspek yang dinilai
1
Kelancaran Hafalan
2
Ketepatan Makharijul Huruf
3
Kesesuaian Tajwid
4
Kepatutan Sikap
Penilaian
2
3
1
Rubrik:
Aspek yang dinilai
Penilaian
2
1
3
Kelancaran Hafalan
Tidak lancar
Kurang lancar
Lancar
Ketepatan
Makharijul Huruf
Malafalkan hurufhuruf tidak sesuai
dengan makharij
huruf
Malafalkan hurufhuruf kurang sesuai
dengan makharij
huruf
Malafalkan hurufhuruf sesuai
dengan makharij
huruf
Membaca ayatayat sesuai
dengan hukum
tajwid
Membaca ayatayat kurang sesuai
dengan hukum
tajwid
Kesesuaian
Tajwid
Membaca ayatayat tidak sesuai
dengan hukum
tajwid
Kepatutan Sikap
Tidak menunjukan Kurang menunjukan
sikap yang sopan sikap yang sopan
dalam membaca aldalam membaca
Qur’an
al-Qur’an
Menunjukan sikap
yang sopan dalam
membaca alQur’an
b. Penilaian Sikap
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek.
Sikap
juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan
konatif/perilaku. Komponen
afektif adalah
perasaan
yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif
adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun
310 311 komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat
dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
adalah:
1) Sikap
terhadap
materi
pelajaran.
Peserta
didik
perlu memiliki sikap
positif terhadap matapelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik
akan tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi
motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif
terhadap guru. Peserta didik yang tidak memilik sikap positif terhadap guru
akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian,
peserta didik yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar
menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
a) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki
sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses
pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi,
dan teknik pembelajaran yang digunakan.
menarik, nyaman
Proses pembelajaran yang
dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik, sehingga dapat
mencapai hasil belajar yang
maksimal.
b) Sikap
berkaitan
dengan
nilai
atau
norma
yang berhubungan
dengan suatu materi pelajaran. Misalnya, masalah kebersihan
dan
kejujuran. Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi
oleh nilai-nilai positif terhadap persoalan kebersihan lingkungan dan
kejujuran dalam bertindak maupun berbicara.
2) Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknikteknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan
laporan pribadi.
Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
i.
Observasi perilaku
Perilaku
seseorang
pada
umumnya
menunjukkan
kecenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Guru dapat melakukan observasi terhadap
311 312 peserta didiknya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik
dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan
menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan
dengan peserta didik selama di sekolah.
ii. Pertanyaan langsung
Guru juga dapat menanyakan secara langsung tentang
didik
berkaitan
sikap
peserta
dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan
peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah
mengenai “Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan jawaban dan reaksi lain
yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik
itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah,
guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan
membina peserta didik.
iii. Laporan pribadi
Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan yang berisi pandangan
atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang
menjadi
objek
sikap.
Misalnya,
peserta
didik
diminta
menulis
pandangannya tentang “Ijazah Palsu” yang terjadi akhir-akhir ini di
Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca dan
dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
312 313 Tanggung jawab
Kepedulian
Menepati janji
Kejujuran
Hormat pada orang
tua
Kerjasama
Kedisiplinan
Kerajinan
Tenggang rasa
Nama
Ketekunan belajar
No.
Keterbukaan
Sikap
Ramah dengan teman
Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik
1
2
3
4
5
6
7
8
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d 5.
1 = sangat kurang;
2 = kurang konsisten;
3 = mulai konsisten;
4 = konsisten; dan
5 = selalu konsisten.
Contoh Lembar Pengamatan Sikap
Mata Pelajaran
: Al-Qur’an Hadis
Kelas/Semester
: VII / 1
Tahun Pelajaran
: 2013/2014
Waktu Pengamatan
: .................................
Kompetensi Inti
: 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
313 314 2.1 Kompetensi Dasar : 2.2 Terbiasa beribadah dan berdo’a sebagai
penerapan isi kandungan Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq
(113) dan al-Ikhlaas (112) dalam kehidupan sehari-hari
3.1 Kompetensi Dasar: 3.2 Memahami isi kandungan Q.S. al-Faatihah (1), an-
Naas (114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) tentang tauhid dalam
konsep Islam
4.1 Kompetensi Dasar: 4.1 Membaca Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-
Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) dengan fasih dan tartil
Sikap yang diintegrasikan dan dikembangkan untuk mencapai KD 3.1 dan KD
4.1 adalah perilaku santun danjujur. Rubrik penilaian sikap santun dapat
disusun sebagai berikut:
Kriteria
Sangat Baik (SB)
Skor
4
Baik (B)
3
Cukup (C)
2
Kurang (K)
1
Indikator
Selalu santun dalam bersikap dan
bertutur kata kepada guru dan teman
Sering santun dalam bersikap dan
bertutur kata kepada guru dan teman
Kadang-kadang santun dalam bersikap
dan bertutur kata kepada guru dan
teman
Tidak pernah santun dalam bersikap
dan bertutur kata kepada guru dan
teman
Indikator jujur dapat dikembangkan sebagaimana mengembangkan indikator
santun. Selanjutnya guru membuat rekapitulasi hasil penilaian sikap peserta didik
dalam format seperti contoh berikut.
Guru membubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
NO
1
2
3
dst
NAMA
SANTU
JUJUR
.....
N
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Andi
.........
.........
v
v
Keterangan:
314 JUML
SKOR
SKOR
SIKA
P
KODE
NILAI
7
3.50
SB
315 1. Skor maksimal = Jumlah sikap yang dinilai x jumlah kriteria = 2 x 4 = 8
2. Skor sikap = Jumlah skor: jumlah sikap yang dinilai = 7 : 2 = 3.50. Skor
sikap ditulis dengan dua desimal.Rentang skor sikap: 1.00 – 4.00
3. Kode nilai/Predikat:
3.25 - 4.00 = SB (Sangat baik)
2.50 – 3.24 = B (Baik)
1.75 – 2.49 = C (Cukup)
1.00 – 1.74 = K (Kurang)
c. Tes Tertulis
1) Pengertian
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak
selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam
bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain
sebagainya.
2) Teknik Tes Tertulis
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
i. Soal dengan memilih jawaban
ganda,
(selected response), mencakup:pilihan
benar-salah, dan menjodohkan. Soal dengan mensuplai
jawaban (supply response), mencakup: isian atau melengkapi, uraian
objektif, dan uraian non-objektif. Penyusunan instrumen penilaian tertulis
perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
(a) materi, misalnya kesesuaian
pencapaian
pada
kurikulum
soal
dengan
KD
dan indikator
tingkat satuan pendidikan;
(b) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan
tegas.
(c) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat
yang menimbulkan penafsiran ganda.
(d) kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang
baku dari berbagai bentuk soal penilaian.
Contoh soal pilihan ganda.
Mata Pelajaran
: Al-Qur’an Hadis
Kelas/Semester
: VII/1
Tahun Pelajaran
: 2013/2014
315 316 Kompetensi Inti
: 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
Kompetensi Dasar: 3.2 Memahami isi kandungan Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas
(114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) tentang tauhid dalam konsep Islam
Indikator: Peserta didik dapat menjelaskan kandungan surah Al-Fatihah
tentang tauhid
Rumusan butir soal
Kandungan surah Al-Fatihah tentang tauhid terdapat pada surah Al-Fatihah
ayat:
a.
1, 2 dan 7
b.
2,4 dan 7
c.
2,3 dan 5
d.
2,3 dan 4
ii. Tes tertulis bentuk uraian atau esai menuntut peserta didik untuk
mengorganisasikan dan menuliskan jawabannya dengan kalimatnya sendiri.
Jawaban
tersebut
melibatkan
kemampuan
mengingat,
memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi,
dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk
uraian
sebisa
mungkin
bersifat
komprehensif,
sehingga
mampu
menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilanpeserta didik.
Kaidah penulisan soal bentuk uraian sebagai berikut.
 Substansi/Materi
1. Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes bentuk uraian)
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sesuai
3. Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi (UKRK)
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan
tingkat kelas
 Konstruksi
1. Ada petunjuk yang jelas mengenai cara mengerjakan soal
2. Rumusan kalimat soal/pertanyaan menggunakan kata tanya atau
perintah yang menuntut jawaban terurai
3. Gambar/grafik/tabel/diagram dsb. jelas dan berfungsi
316 317 4. Ada pedoman penskoran
 Bahasa
1. Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif
2. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
3. Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian
4. Tidak mengandung kata yang menyinggung perasaan
5. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
317 318 Contoh soal bentuk uraian
Mata Pelajaran
: Al-Qur’an Hadis
Kelas/Semester
: VII/1
Tahun Pelajaran
: 2013/2014
Kompetensi Inti
: 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
Kompetensi Dasar: 3.2 Memahami isi kandungan Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas
(114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) tentang tauhid dalam konsep Islam
Indikator: Peserta didik dapat menjelaskan kandungan surah Al-Fatihah
tentang tauhid
Rumusan butir soal
Surah Al-Fatihah sebagai Ummul Qur’an menginformasikan tentang keesaan
Allah Swt. Jelaskan tiga konsep tauhid yang ada dalam surah Al-Fatihah
Pedoman penskoran
No
1
Jawaban
Skor
5
Menjelaskan tiga konsep tauhid dalam surah Al-Fatihah



2
Tauhid rububiyah terdapat pada ayat ke dua, bahwa
Allah Swt sebagai pencipta alam semesta
Tauhid uluhiyah terdapat pada ayat ke 5 bahwa hanya
Allah tempat menyembah
Tauhid Al-Asma wassifat terdapat pada ayat 1 dan 3
bahwa Allah memiliki sifat rahman dan rahim
SKOR MAKSIMAL
2
1
5
d. Penilaian Projek
1) Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu
investigasi
sejak
dari
perencanaan,
pengumpulan
data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
318 319 digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik
pada matapelajaran tertentu secara jelas.
Pada
penilaian
proyek
setidaknya
ada
3
(tiga)
hal
yang
perlu
dipertimbangkan yaitu:
i. Kemampuan pengelolaan
kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
ii. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
iii. Keaslian
Proyek yang dilakukakan peserta didik harus merupakan hasil karyanya
dengan mempertimbangkan kontribusi
guru
berupa petunjuk
dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.
2) Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses
pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau
tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data,
analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.
Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster.
Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa
daftar cek ataupun skala penilaian.
Contoh Teknik Penilaian Proyek
Matapelajaran
:
Nama Proyek
:
Alokasi Waktu
:
Guru Pembimbing :
Nama
:
NIS
:
Kelas
:
SKOR (1 - 5)
No
1
ASPEK
1
Perencanaan :
a. Persiapan
b. Rumusan Judul
319 2
3
4
5
320 2
Pelaksanaan :
a. Sistematika Penulisan
b. Keakuratan Sumber Data /
Informasi
c. Kuantitas Sumber Data
d. Analisis Data
e. Penarikan Kesimpulan
3
Laporan Proyek :
a. Performans
b. Presentasi / Penguasaan
TOTAL SKOR
Kompetensi Inti : 4. Mengolah, menyaji dan menallar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
Kompetensi Dasar
: 4.4 Menerjemahkan makna hadis tentang iman riwayat Ali
bin Abi Thalib dari Ibnu Majah
(‫)اإليمان معرفةبالقلب وقول باللسان وعمل باألركان‬
dan hadist riwayat Muslim dari Umar bin Khattab
(... ‫)قال فأخبرنى عن اإليمان قال أن تؤمن با‬
dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
(..‫)اإليمان بضع سبعون شعبة فأفضلھاقول الاله إالﷲ‬
dan hadis tentang ibadah yang diterima Allah riwayat al-bazzar dari Adh-Dhahhaq :
‫)قال ﷲ تعالى أناخيرشريك فمن أشرك مع ﯨشريكافھوللشريك يآأيھاالناس أخلصواأعمالكم‬
(...
dan hadis riwayat Muslim dari Aisyah
(... ‫)من عمل عمال ليس عليه أمرنافھورد‬
Indikator : Peserta didik dapat menulis dan menerjemahkan makna hadis tentang
keimanan
Rumusan tugas:
Baca buku hadits yang berkaitan dengan keimanan Tuliskan rencana tulisanmu,
lakukan, dan buatlah laporannya. Dalam membuat laporan perhatikan buku literatur
yang kamu gunakan, perawi hadis, kelengkapan matan hadis, terjemahan hadis,
kandungan hadis, sistematika laporan, penggunaan bahasa, dan tampilan laporan!
Pedoman penskoran
No
1
Aspek yang dinilai
Persiapan
320 Skor
maks
321 Literatur yang digunakan
2
3
6
Pelaksanaan
a.Keakuratan perawi hadis(akurat = 3; kurang akurat = 2; tidak
akurat = 1)
b. Kelengkapan matan hadis (lengkap= 3; kurang lengkap = 2;
tidak lengkap = 1)
c. Analisis hadis (baik = 3; cukup = 2; kurang = 1)
d.Kesimpulan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat = 1)
Pelaporan hasil
a. Sistematika laporan (baik = 3; kurang baik = 2; tidak baik = 1)
b. Penggunaan bahasa (sesuai kaidah= 3; kurang sesuai kaidah =
2; tidak sesuai kaidah = 1)
c. Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak
tepat/banyak kesalahan =1)
d. Tampilan (menarik = 3; kurang menarik = 2; tidak menarik = 1)
Skor maksimal
12
12
30
e. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu,
keramik, plastik, dan logam. Untuk mata pelajaran Qur’an Hadis produk yang
akan dinilai dapat berupa penulisan surat pendek sesuai kaidah kaligrafi Arab
(khat). Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu
diadakan penilaian yaitu:
1) Tahap penilaian Produk
i. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
ii. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan
peserta
didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat,
dan teknik.
iii. Tahap penilaian produk (appraisal),
meliputi: penilaianproduk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
2) Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
i. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,
biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
321 322 ii. Cara
analitik,
yaitu
berdasarkan
dilakukan terhadap semua kriteria yang
tahap
proses pengembangan.
Contoh Penilaian Produk
Mata Ajar
:
Nama Proyek
:
Alokasi Waktu
:
Nama Peserta didik :
Kelas/SMT
:
No.
Tahapan
1
2
3
aspek-aspek produk, biasanya
terdapat
pada
semua
Skor ( 1 – 5 )*
Tahap Perencanaan Bahan
Tahap Proses Pembuatan :
a. Persiapan alat dan bahan
b. Teknik Pengolahan
c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)
Tahap Akhir (Hasil Produk)
a. Bentuk fisik
b. Inovasi
TOTAL SKOR
Catatan :
*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 (satu) sampai dengan 5 (lima),
dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses
pembuatan maka semakin tinggi nilainya.
f. Penilaian Portofolio
Pengertian
Penilaian
didasarkan
pada
portofolio
kumpulan
merupakan
informasi
penilaian
berkelanjutan
yang menunjukkan
yang
perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat
berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh
peserta didik.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara
individu pada satu periode untuk suatu matapelajaran. Akhir suatu periode hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik.Berdasarkan
informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan
Dengan
demikian,
portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan
322 perbaikan.
323 belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat,
komposisi, musik.
1)
Hal-hal
yang
perlu
diperhatikan
dan
dijadikan
pedoman
dalam
penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antara lain:
i.
Karya peserta didik adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri
Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan
bahan penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya
yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri.
ii.
Saling percaya antara guru dan peserta didik dalam proses penilaian
guru
dan
peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling
memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan
berlangsung dengan baik.
iii. Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik
perlu dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihakpihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif
proses pendidikan.
iv. Milik bersama antara peserta didik dan guru
Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan
dan akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.
v.
Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti
yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan
diri.
vi. Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.
vii. Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar
yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan
karya peserta didik.
viii. Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang
323 324 sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan
peserta didik.
2)
Teknik Penilaian Portofolio
Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
i.
Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak
hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan
guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik
sendiri.Dengan
melihat
portofolio peserta
didik dapat mengetahui
kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
ii. Tentukan
bersama
peserta
saja yang akan dibuat.
didik
sampel-sampel portofolio apa
Portofolio antara peserta didik yang satu
dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
iii. Kumpulkan
dan
simpanlah
karya-karya
peserta didik dalam satu
map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.
iv. Berilah
tanggal
perkembangan
pembuatan
peserta
didik
pada
setiap
bahan informasi
sehingga dapat terlihat perbedaan
kualitas dari waktu ke waktu.
v. Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan
para
peserta
didik.
Diskusikan cara penilaian kualitas karya para
peserta didik.
vi. Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.Guru
dapat
membimbing peserta didik,
bagaimana cara menilai dengan
memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan karya tersebut,
serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat
membahas portofolio.
vii. Setelah satu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan maka peerta
didik diberi8 kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara peserta
didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka
waktu perbaikan, misalnya 2 minggu karya yang telah diperbaiki harus
diserahkan kepada guru.
viii. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu,
undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud
serta tujuan portofolio, sehingga orang tua dapat membantu dan
memotivasi anaknya.
324 325 Contoh Penilaian Portofolio
Sekolah
:
:
Matapelajaran
Durasi Waktu
:
Nama Peserta didik :
Kelas/SMT
:
1
Pengenalan
2
Penulisan
3
Ingatan Terhadap
Kosakata
Ucapan
Waktu
Kosa
KI / KD / PI
Tata
Bahasa
No
Berbicara
KRITERIA
Ket
16/07/….
24/07/….
17/08/…..
Dst....
12/09/…..
22/09/..
15/10/ ….
15/11/….
12/12/…..
Catatan:
PI = Pencapaian Indikator
Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai bukti
pekerjaan yang masuk dalam portofolio. Skor yang digunakan dalam penilaian
portofolio menggunakan rentang antara 0 -10 atau 10 – 100.
keterangan
diisi
oleh
guru
Kolom
untuk menggambarkan karakteristik yang
menonjol dari hasil kerja tersebut.
g. Penilaian Diri
1)
Pengertian
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat
digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
Penilaian konpetensi kognitif di kelas,
misalnya: peserta didik diminta
untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya
sebagai hasil belajar dari suatu matapelajaran tertentu. Penilaian
didasarkan
atas
kriteria
dirinya
atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian
kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat
325 326 tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu.
Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan
kriteria
atau
acuan
yang telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian
kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria
atau
acuan
yang
telah
disiapkan.
Untuk
menentukan
pencapaian
kompetensi tertentu, peniaian diri perlu digabung dengan teknik lain.
Penggunaan
teknik
ini
dapat
memberi
dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian
diri di kelas antara lain:
(a) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka
diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
(b) peserta
karena
didik
menyadari
kekuatan
ketika
mereka melakukan
melakukan introspeksi terhadap
dan kelemahan
kekuatan
penilaian,
dan
dirinya,
harus
kelemahan yang
dimilikinya;
(c) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik
berbuat
jujur,
untuk
karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif
dalam melakukan penilaian.
2) Teknik Penilaian Diri
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh
karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut.
(a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
(b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
(c) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran,
daftar tanda cek, atau skala penilaian.
(d) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
(e) guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak untuk mendorong
peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat
dan objektif.
(f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan
hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
326 327 Contoh Format
Nama sekolah
Mata Ajar
Nama
Kelas
Penilaian Konsep Diri Peserta Didik
:
:
:
:
No
Pernyataan
1.
Saya berusaha meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan YME agar mendapat ridhoNya dalam belajar
Saya berusaha belajar dengan sungguhsungguh
Saya optimis bisa meraih prestasi
Saya bekerja keras untuk meraih cita-cita
Saya berperan aktif dalam kegiatan sosial di sekolah
dan masyarakat
Saya suka membahas masalah politik, hukum
dan pemerintahan
Saya berusaha mematuhi segala peraturan
yang berlaku
Saya berusaha membela kebenaran dan
Keadilan
Saya rela berkorban demi kepentingan
masyarakat, bangsa dan Negara
Saya berusaha menjadi warga negara yang
baik dan bertanggung jawab
JUMLAH SKOR
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Ya
Alternatif
Tidak
Inventori digunakan untuk menilai konsep diri peserta didik dengan tujuan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri peserta didik.Rentangan
nilai
yang
digunakan antara 1 dan 2. Jika jawaban YA maka diberi skor 2, dan jika
jawaban TIDAK maka diberi skor
1. Kriteria penilaianya adalah jika rentang nilai
antara 0–5 dikategorikan tidak positif; 6–10, kurang positif; 11–5 positif dan 16–20
sangat positif.
h. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian
yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan
berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.Rubrik
adalah daftar kriteria yang menunjukkan kinerja, aspek-aspek atau konsep-konsep
327 328 yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari tingkat yang paling sempurna sampai
yang paling buruk.
Kriteria rubrik:
• Sederhana/mencakup asek paling esensial untuk dinilai
• Praktis/ mudah digunakan
• Tidak membebani guru
• Menilai dengan efektif aspek yang akan diukur
• Dapat digunakan untuk penilaian proses dan tugas sehari-hari
• Peserta didik dapat mempelajari rubrik & mengecek hasil penilaiannya
Rubrik
kunci
adalah
rubrik
sederhana
berisi
seperangkat
kriteria
yang
menunjukkan indikator esensial paling penting yang dapat menggambarkan
capaian kompetensi peserta didik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan
suatu
aktivitas
atau
perilaku
sesuai
dengan
tuntutan
kompetensi.
Kriteria tugas untuk tes praktik
•
Tugas mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian hasil
belajar.
•
Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
•
Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas.
•
Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik,
•
Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum
•
Tugasbersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial
ekonomi)
Kriteria rubrik untuk tes praktik
•
Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid).
•
Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
•
Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati (observasi).
•
Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur.
•
Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik.
•
Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik.
Berikut ini contoh tes praktik keterampilan membaca Al-Quran
Mata Pelajaran
: Al-Qur’an Hadis
Kelas/Semester
: VII/1
328 329 Tahun Ajaran
Kompetensi Inti
: 2013/2014
: 4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah
abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar : 4.2 Membaca Q.S. al-Faatihah (1), an-Naas (114), al-Falaq
(113) dan al-Ikhlaas (112) dengan fasih dan tartil
Indikator
: Peserta didik dapat mengenalkan diri secara lisan dengan lancar,
menggunakan pilihan kata yang tepat, serta pengucapan dan intonasi yang
benar.
Rumusan soal :
Silakan baca QS. Al-Fatihah dengan baik dan benar
Lembar pengamatan tes praktik keterampilan membaca
Indikator perkembangan keterampilan membaca:
 Kelancaran
1 = tidak lancar; 2 = kurang lancar; 3 = lancar
 Makhraj hurup
1 = tidak baik;
2 = kurang baik;
3 = baik
 Nun sukun dan tanwin
1 = tidak sesuai; 2 = kurang sesuai; 3 = sesuai
 Mad
1 = tidak tepat;
2 = kurang tepat; 3 = tepat
Kelan caran
No
Nama
1 2
1
2
Makhraj
Rani
……
3
v
1
2
3
v
Nun
sukun
dan
tanwin
1
2
v
Mad
Sc
ore
3
1
2
3
v
11
Re
rata
3.67
Note:
1. Maximum score = sum of indicators x 3 = 4 x 3 = 12.
2. Skill’s score = (Score/max score) x 4 = (11/12) x 4 = . Skill’s score in
two decimals.Skill’s score range: 1.33 – 4.00
3. Code :
329 Nilai
Huru
p
A
330 3.33 - 4.00 = A (Excellent)
2.67 – 3.32 = B (Good)
2.00 – 2.66 = C (Fair)
1.33 – 1.99 = D (Poor)
2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu.
Dalam penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan.

Pengelolaan yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta
penulisan laporan,

Relevansi yaitu kesesuaian dengan kompetensi yang akan dicapai
dengan mempertimbangkan tahap perkembangan peserta didik,
 Keaslian. Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya sendiri dengan bimbingan pendidik dan dukungan berbagai
pihak yang terkait.
Contoh penilaian projek.
Kompetensi Inti : 4. Mengolah, menyaji dan menallar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar
: 4.4 Menerjemahkan makna hadis tentang iman riwayat
Ali bin Abi Thalib dari Ibnu Majah
(‫)اإليمان معرفةبالقلب وقول باللسان وعمل باألركان‬
dan hadist riwayat Muslim dari Umar bin Khattab
(... ‫)قال فأخبرنى عن اإليمان قال أن تؤمن با‬
dan hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah
(..‫)اإليمان بضع و سبعون شعبة فأفضلھا قول الاله إالﷲ‬
dan hadis tentang ibadah yang diterima Allah riwayat al-bazzar dari AdhDhahhaq :
‫)قال ﷲ تعالى أناخيرشريك فمن أشرك معى شريكا فھو للشريك يآأيھا‬
(... ‫الناس أخلصوا أعمالكم‬
dan hadis riwayat Muslim dari Aisyah
(... ‫)من عمل عمال ليس عليه أمرنا فھو رد‬
Indikator : Peserta didik dapat menulis dan menerjemahkan makna hadis
tentang keimanan
330 331 Rumusan tugas:
Baca buku hadits yang berkaitan dengan keimanan. Tuliskan rencana
tulisanmu, lakukan, dan buatlah laporannya. Dalam membuat laporan
perhatikan buku literatur yang kamu gunakan, perawi hadis, kelengkapan
matan hadis, terjemahan hadis, kandungan hadis, sistematika laporan,
penggunaan bahasa, dan tampilan laporan!
Pedoman penskoran
No
1
2
3
Skor
maks
Aspek yang dinilai
Persiapan
Literatur yang digunakan
6
Pelaksanaan
a.Keakuratan perawi hadis(akurat = 3; kurang akurat = 2; tidak
akurat = 1)
b. Kelengkapan matan hadis (lengkap= 3; kurang lengkap = 2;
tidak lengkap = 1)
c. Analisis hadis (baik = 3; cukup = 2; kurang = 1)
d.Kesimpulan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak tepat = 1)
Pelaporan hasil
e. Sistematika laporan (baik = 3; kurang baik = 2; tidak baik = 1)
f. Penggunaan bahasa (sesuai kaidah= 3; kurang sesuai kaidah =
2; tidak sesuai kaidah = 1)
g. Penulisan/ejaan (tepat = 3; kurang tepat = 2; tidak
tepat/banyak kesalahan =1)
h. Tampilan (menarik = 3; kurang menarik = 2; tidak menarik = 1)
Skor maksimal
12
12
30
d) Pengolahan Nilai
Hasil penilaian oleh pendidik setiap semester perlu diolah untuk dimasukkan ke
dalam buku laporan hasil belajar (rapor). Nilai rapor merupakan gambaran pencapaian
kemampuan pesertadidik dalam satu semester.
1. Penilaian Pengetahuan
a. Penilaian Pengetahuan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik)
b. Penilaian Pengetahuan terdiri atas:
 Nilai Proses (Nilai Harian)= NH
 Nilai Ulangan Tengah Semester = UTS
331 332  Nilai Ulangan Akhir Semester = UAS
c. Nilai Harian diperoleh dari hasil Tes Tulis, Tes Lisan, dan Penugasan yang
dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran satu Kompetensi Dasar (KD).
d. Penghitungan nilai Pengetahuan diperoleh dari rata-rata nilai harian, nilai
ulangan tengah semester, dan nilai ulangan akhir semester.
e. Penilaian rapor untuk pengetahuanmenggunakan penilaian kuantitatif
dengan skala 1 – 4 (kelipatan 0,33), dengan 2 (dua) desimal dan diberi
predikat sebagaiberikut:
A
: 3,67–4.00
C+ : 2,01 - 2,33
A-
: 3,34 - 3,66
C
B
+
B
B
-
: 1,67 - 2,00
-
: 3,01 - 3,33
C
: 1,34 - 1,66
+
:2,67 - 3,00
D : 1,01 - 1,33
: 2,34 - 2,66
D: <1,00
f. Penghitungan Nilai Pengetahuan adalah dengan cara:

Menggunakan skala nilai 0 sd 100

Contoh: Peserta didik Ali memperoleh nilai pada Mata Pelajaran Agama dan
Budi Pekerti sebagai berikut:
NH
=80,
UTS
=75,
UAS
= 85
Nilai Rapor
= 80+75+85 : 3 = 240: 3
Nilai Rapor
= 80
Nilai Konversi
= (80 :100) x 4 = 3.20 = B+
Yang ditulis pada rapor adalah nilai koversi (2.80) dan predikatnya (B).
Contoh pengisian format pengolahan Nilai Hasil Belajar untuk pengetahuan
Mata Pelajaran : ……………………………
Kelas/Semester : ……………………..
Nilai Harian
No
1
Nama
Ali
KD
3.1
KD
3.2
KD
3.3
78
82
80
dst
332 R
NH
N
TS
N
AS
80
75
85
Nil
LHB
Konv
Pred
80
3.20
B+
333 2.
Penilaian Keterampilan
a. Penilaian Keterampilan dilakukan oleh Guru Mata Pelajaran (Pendidik).
Penilaian Keterampilan terdiri atas: NilaiPraktik, Nilai Projek, dan Nilai Portofolio
b. Penilaian Keterampilan dilakukan pada setiap akhir menyelesaikan satu KD
c. Penghitungan nilai keterampilan diperoleh dari rata-rata Penilaian Praktik,
Penilaian Projek dan Penilaian Portofolio.
d. Pengolahan Nilai Rapor (LHB) untuk Keterampilanmenggunakan penilaian
kuantitatif dengan skala 1 - 4 (kelipatan 0,33), dengan 2 (dua) desimal dan diberi
predikat sebagai berikut:
A
: 3,67–4.00
C+ : 2,01 - 2,33
A-
: 3,34 - 3,66
C
B
+
-
: 1,67 - 2,00
: 3,01 - 3,33
C
: 1,34 - 1,66
B
:2,67 - 3,00
D+: 1,01 - 1,33
B-
: 2,34 - 2,66
D: ≤ 1,00
Penghitungan Nilai Keterampilan adalah dengan cara:
 Menggunakan skala nilai 0 sd 100.
 Contoh Peserta didik B memperoleh nilai keterampilan pada Mata Pelajaran
Agama dan Budi Pekerti sebagai berikut:
Nilai Praktik = 80
Nilai Projek
= 75
Nilai Portofolio
= 80
Nilai Rapor
= 80+75+80 : 3
= 235 : 3
Nilai Rapor
= 78.33
Nilai Konversi
= (78.33/100) x 4 = 3,13 = B+
Contoh pengisian format pengolahan Nilai Hasil Belajar untuk keterampilan
Mata Pelajaran
: ………………………….
Kelas/Semester: …………………….
No
1
Nama
peserta didik
Budi
Praktik
Projek
Portofolio
Nilai
LHB
Konv
80
75
80
78.33
3.13
333 Pred
B+
334 3.
Penilaian Sikap
a. Sikap (spiritual dan sosial) untuk LHB terdiri atas sikap dalam mata pelajaran
dan sikap antarmata pelajaran.
Sikap dalam mata pelajaran diisi oleh setiap guru mata pelajaran berdasarkan
rangkuman hasil pengamatan guru, penilaian diri,
penilaian sejawat, dan
jurnal, ditulis dengan predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), atau
Kurang (K). Sikap antarmata pelajaran diisi oleh wali kelas setelah berdiskusi
dengan semua guru mata pelajaran, disimpulkan secara utuh dan ditulis
dengan deskripsi koherensi.
b. Penilaian Sikapdalam mata pelajaran diperoleh dari hasil penilaian observasi
(Penilaian Proses), penilaian diri sendiri, penilaian antarteman, dan jurnal
catatan guru.
c. Nilai Observasi diperoleh dari hasil Pengamatan terhadap Proses sikap tertentu
sepanjang proses pembelajaran satu Kompetensi Dasar (KD).
d. Untuk penilaian Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2) menggunakan nilai
Kualitatif sebagai berikut:
SB
= Sangat Baik
= 80 - 100
B
= Baik
= 70 - 79
C
= Cukup
= 60 - 69
K
= Kurang
= < 60
e. Contoh Penghitungan Nilai Sikap:
Peserta didik A dalam mata pelajaran Agama dan Budi Pekerti memperoleh:
Nilai Observasi
= 85
Nilai diri sendiri
= 75
Nilai antar teman
= 80
Nilai Jurnal
= 75
Nilai Rapor
= 85+75+80+75 : 4 = 315 : 4
Nilai Rapor
Predikat
Deskripsi:
A.
= 79
= Baik
....
CARA PENGISIAN RAPOR
1 Buku laporan hasil belajar diisi dengan tulisan yang rapi dan jelas.
2 Nama peserta didik di halaman judul, data Satuan Pendidikan di lembar 1, dan
data peserta didik di lembar 2 ditulis menggunakan huruf kapital yang jelas dan
rapi.
334 335 3 Lembar 2 yang berisi data peserta didik, dilengkapi dengan foto peserta didik
terbaru berukuran 3 x 4.
4 Lembar CAPAIAN kompetensi semester 1 diisi dengan:
a. Identitas Satuan Pendidikan dan identitas peserta didik.
b. Pada kolom Pengetahuan dan Keterampilan diisi dengan perolehan nilai dari
tiap guru mata pelajaran yang berupa Kode Huruf (predikat) berdasarkan
perhitungan angka 1 s.d 4 dengan kelipatan 0,33.
Contoh :
A
: 3,68 –4,00
C+ : 2,01 - 2,33
A-
: 3,34 - 3,67
C
B+ : 3,01 - 3,33
C-
B
B
-
: 1,68 - 2,00
: 1,34 - 1,67
+
:2,68 - 3,00
D : 1,01 - 1,33
: 2,34 - 2,67
D: ≤ 1,00
Untuk kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2), dalam kolom Mapel diisi
dengan menggunakan nilai kualitatif:
SB = Sangat Baik = 80-100
B
= Baik
= 70-79
C
= Cukup
= 60-69
K
= Kurang
= < 60
c. Untuk kolom Sikap Spiritual dan Sosial (KI-1 dan KI-2) antarmapel diisi oleh wali
kelas dengan deskripsi kesimpulan dari sikap peserta didik secara keseluruhan
dalam mata pelajaran. Kesimpulan tersebut diperoleh melalui rapat bersama
dengan guru mata pelajaran.
CONTOH PENGISIAN
Nama Sekolah
Alamat
Nama
Nomor Induk/NISN
: SMAN 1 Serpong
: Serpong Tangsel
: Budiman
: 000085
Kelas
: X
Semester
: 1 (Satu)
Tahun Pelajaran : 2013-2014
CAPAIAN
MATA PELAJARAN
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama dan Budi
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia
2
Pengetahuan
(KI 3)
3.70 (A)
3.60 (A-)
3.85 (A)
335 Keterampilan
(KI 4)
Sikap Spiritual dan
Sosial (KI 1dan KI 2)
Dalam
mapel
3.35 (A-)
SB
3.33 (B+)
B
3.73 (A)
SB
Antarmapel
Deskripsi
Peserta
didik
menunjukka
336 Sikap Spiritual dan
Sosial (KI 1dan KI 2)
Pengetahuan
(KI 3)
Keterampilan
(KI 4)
4 Matematika
5 Sejarah Indonesia
3.65 (A-)
3.01 (B+)
6 Bahasa Inggris
3.50 (A-)
2.80 (B)
3.33 (B+)
3.65 (A-)
B
B
SB
3.33 (B+)
3.01 (B+)
B
3.90 (A)
SB
2.00 ©
B
MATA PELAJARAN
Dalam
mapel
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya
Pendidikan Jasmani, Olah
Raga, dan Kesehatan
3.75 (A)
3 Prakarya dan Kewirausahaan
2.67 (B-)
2
Kelompok C (Peminatan)
Antarmapel
n sikap
sungguhsungguh
dalam
menerapka
n sikap
jujur dan
kerjasama,
namun
masih perlu
ditingkatk l i
I Peminatan Matematika dan Ilmu Alam
1 Matematika
3. 55 (A-)
2.85 (B)
B
2
3
4
I
3.33 (B+)
3.78 (A)
3.01 (B+)
2.90 (B)
3.01 (B+)
3.33 (B+)
B
SB
B
1 Ekonomi
3.00 (B)
2 Bahasa Mandarin
3.54 (A-)
2.95(B)
3.80 (A)
B
SB
Biologi
Fisika
Kimia
Lintas Minat
a. Kegiatan ekstra kurikuler diisi dengan nilai kualitatif (SB = sangat baik,B = baik,C
= cukup, dan K = kurang) dilengkapi dengan keterangan masing-masing kegiatan
ekstra kurikuler yang diikuti. Nilai dan keterangan kegiatan ekstra kurikuler
diperoleh dari guru pembina/pelatih ekstra kurikuler.
Contoh :
Kegiatan Ekstra Kurikuler
Nilai
Keterangan
1. Praja Muda Karana
SB
2. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
B
Sangat Baik. Juara LT I tingkat
Provinsi
Baik, aktif dalam setiap kegiatan
d. Kolom ketidakhadiran diisi dengan rekapitulasi kehadiran peserta didik (sakit, izin,
dan tanpa keterangan) dari wali kelas.
Contoh:
Ketidakhadiran
Sakit
Izin
: 1 hari
: - hari
Tanpa Keterangan : - hari
336 337 5 Lembar catatan DESKRIPSI kompetensi mata pelajaran diisi dengan:
a. Identitas Satuan Pendidikan dan identitas peserta didik.
b. Catatan deskripsi Pengetahuan, Keterampilan, Sikap Spiritual dan Sosial tiap
mata pelajaran diperoleh dari guru mata pelajaran.
c. Catatan deskripsi Pengetahuan, Keterampilan, Sikap Spiritual dan Sosial tiap
mata pelajaran ditulis dengan jelas dan rapi.
CONTOH PENGISIAN
Nama Sekolah
: SMAN 1 Serpong
Alamat
: Serpong Tangsel
Nama
: Budiman
Nomor Induk/NISN
: 000085
No.
Mata
Pelajaran
Kelompok A (Wajib)
1.
Pendidikan
Agama dan
Budi Pekerti
Kompetensi
Pengetahuan
Keterampilan
Sikap Spiritual dan
Sosial
Kelas
: X
Semester
: 1 (Satu)
Tahun Pelajaran : 2013-2014
Catatan
Baik, sudah memahami seluruh
kompetensi, terutama sangat baik dalam
memahami makna mujahadah an-nafs.
Terus berlatih agar lebih baik dalam
kompetensi yang lain.
Sudah terampil dalam hafalan surat-surat
yang ditentukan, namun masih perlu
banyak berlatih dalam hafalan Q.S.AnNur(24):2.
Sudah konsisten menunjukkan sikap
beriman, bertaqwa, jujur, dan kontrol
diri.
Kelompok B (Wajib)
Kelompok B (Wajib)
2.
Pendidikan
Jasmani,
Olahraga
dan
Kesehatan
Pengetahuan
Sudah memahami semua konsep
keterampilan, kecuali
peranaktivitasfisikdalam
pencegahanpenyakitdanpengurangan
biayaperawatankesehatan. Perlu lebih
tekun dalam memahami
peranaktivitasfisikdalam
pencegahanpenyakitdanpengurangan
biayaperawatankesehatan.
337 338 Keterampilan
Sudah menguasai keterampilan
permainan dan atletik, terutama
mempraktikkan teknik dasar atletik (jalan
cepat, lari, lompat dan lempar) dengan
menekankan gerak dasar fundamentalnya. Dapat diikutsertakan dalam lomba
OOSN tingkat kota.
Sudah menunjukkan usaha maksimal
dalam setiap aktivitas gerak jasmani,
sportif dalam bermain, perlu peningkatan
dalam menghargai perbedaan. Perlu terus
dikembangkan sikap sportif dalam
bermain danmenghargai perbedaan
Sikap Spiritual dan
Sosial
Kelompok C (Peminatan)
I
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam
1 Matematika
-----------------------------------------------------------------2 Biologi
Pengetahuan
Sudah memahami berbagai tingkat
keaneka-ragaman hayati, namun kurang
memahami dampak perubahan
lingkungan terhadap kehidupan. Perlu
melakukan pengamatan lingkungan
untuk meningkatkan pemahaman
mengenai dampak perubahan
lingkungan terhadap kehidupan.
Keterampilan
Sudah memiliki kompetensi
keterampilan ilmiah dalam memecahkan
permasalahan biologi, namun kurang
memperhatikan aspek keselamatan
kerja. Perlu lebih teliti memperhatikan
aspek keselamatan kerja dalam
melakukan kegiatan praktik baik di
dalam maupun di luar ruang
laboratorium
6 Teknik pegisian lembar penilaian laporan hasil belajar semester 2 (dua) sama
dengan teknik pengisian lembar penilaian laporan hasil belajar semester 1 (satu).
7 Kriteria
kenaikan
kelas
ditentukan
oleh
Satuan
Pendidikan
berdasarkan
karakteristik Satuan Pendidikan.
Contoh :
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
338 339 a.
Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada
tahun pelajaran yang diikuti.
b.
Mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan minimal sama dengan KKM.
c.
Tidak terdapat 3 mata pelajaran atau lebih, pada kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan/atau sikap yang belum tuntas/belum baik.
d.
Ketidakhadiran peserta didik tanpa keterangan maksimal 15% dari jumlah
hari efektif.
8. Keterangan pindah keluar Satuan Pendidikan diisi dengan:
a.
Tanggal ditetapkannya keluar dari Satuan Pendidikan.
b.
Kelas yang ditinggalkan pada saat keluar dari Satuan Pendidikan.
c.
Alasan keluar dari Satuan Pendidikan.
d.
Waktu penandatanganan pengesahan oleh Kepala Sekolah dan tanda tangan
kepala sekolah dibubuhi stempel.
e.
Pengesahan kepindahan keluar Satuan Pendidikan dikuatkan dengan tanda
tangan orang tua/wali peserta didik.
9. Keterangan pindah masuk Satuan Pendidikan diisi dengan:
a.
Nama peserta didik yang masuk ditulis dengan huruf kapital.
b.
Identitas peserta didik ditulis apabila pindah masuk ke sekolah baru (mutasi
dari luar ke dalam Satuan Pendidikan).
c.
Waktu penandatanganan pengesahan oleh Kepala Sekolah dan tanda tangan
kepala sekolah dibubuhi stempel.
d.
Pengesahan kepindahan keluar Satuan Pendidikan dikuatkan dengan tanda
tangan orang tua/wali peserta didik.
10. Catatan prestasi yang pernah dicapai diisi dengan:
a.
Identitas peserta didik.
b.
Catatan prestasi yang menonjol pada bidang kurikuler (akademik), ekstra
kurikuler (nonakademik), dan catatan khusus lainnya yang berhubungan
dengan sikap serta hal-hal selain kurikuler dan ekstra kurikuler (misalnya
memenangkan kejuaraan dalam ajang pencarian bakat, dan sebagainya).
E. Rangkuman
Berdasarkan paparan di atas, kurikulum 2013 menekankan pada penilaian
terhadap tiga komponen dalam proses. Tiga komponen tersebut adalah attitude
(prilaku), knowlidge (pengetahuan) dan skill (keterampilan),
Tiga komponen itu
didapatkan pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, kurikulmu 2013 lebih
339 340 mengedepankan penilaian otentik (penilaian yang sebenarnya). Seluruh rangkaian
pembelajaran siswa menjadi titik perhatian seorang pendidik dalam memberikan
penilaian.
Dalam proses penilaian, digunakan pendekatan penilaian menggunakan
sistem penilaian otentik , siswa dinilai pada proses pembelajaran berlangsung. Pada
proses pembelajaran, mengedepankan pendekatan saintifik, siswa diarahkan untuk
mengelabolarisakan,
menemukan
dan
menjelaskan
fenomena
yang
terjadi
dilapanan berdasarkan hasil temuannya. Dengan demikian, pendekatan ini
mengarahkan pada satu kesimpulan bahwa siswa akan memahami pengetahuan
berdasarkan apa yang ia rasakan dan ditemukan.
F. Tugas
1. Membaca modul tentang konsep penilaian autentik
2. Diskusi tentang konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar.
3. Latihan menyusun soal penilaian autentik sesuai dengan Kompetensi Dasar mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits
4. Presentasi hasil diskusi
a) Tes Formatif
1. Penilaian hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah
maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya merupakan prinsip
penilaian:
a. Objektif
b. Transparan
c. Akuntabel
d. Ekonomi
2. Berikut ini kelebihan tes uraian, kecuali:
a. Menyusunnya relatif lebih mudah
b. Peserta didik dapat menerka jawaban
c. Guru dapat menilai kreatifitas peserta didik
d. Mengukur tingkat pengetahuan yang lebih kompleks
3. Tes yang dilakukan dengan mengamati siswa melakukan sesuatu aktivitas atau
pekerjaan yang dilakukan secara motorik disebut:
a. Tes objektif
b. Tes essay
c. Tes lisan
d. Tes unjuk kerja
4. Tes yang dilakukan dengan menilai tugas yang harus dikerjakan siswa dalam
periode tertentu berupa investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengolahan, penyajian sampai pelaporan tertulis disebut:
a. Tes proyek
b. Tes objektif
c. Tes unjuk kerja
d. Tes uraia
5. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian autentik
(authentic assesment) artinya ....
a. menilai pada proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik
b. menilai kesiapan belajar dan proses belajar secara utuh
c. .menilai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
340 341 d. menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan
6. Penilaian Kompetensi Inti-1 dan Kompetensi Inti-2, mengggunakan penilaian ....
a. test
b. tertulis
c. lisan
d. pengamatan dan non test
7. Penerapan penilaian pada Kurikulum 2013 berbasis pada....
a. sciectific
b. kolaboratif
c. autentic
d. konstruktif
8. Yang termasuk ciri teknik penilaian autentik adalah....
a. tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik tidak memerlukan keterlibatan
yang luas dan kinerja yang kompleks.
b. analisis proses yang digunakan bukan untuk menghasilkan respon peserta
didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
c. pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan
hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja.
d. tidak memerlukan keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas
9. Jenis penilaian yang cocok untuk KI-4 adalah:
a. Tertulis
b. Praktik/unjukkerja
c. Portofolio
d. Observasi
G. Daftar Pustaka
Arifin, Z. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama RI
Arikunto, S. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2002
Azwar, S. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum
Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
2004.
Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 SMA/MA dan SMK/MAK: Bahasa
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
Pedoman Pengembangan Portofolio untuk Penilaian. Departemen Pendidikan Nasional:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan
Menengah Umum, 2013.
Penilaian Autentik Pada Proses dan Hasil Belajar. Hand out 2.3.1 Pelatihan Instruktur
NasionalImplementasi
Kebudayaan, 2013.
Kurikulum
2013.
Kementerian
Pendidikan
dan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun
2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
341 342 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2013 tentang Standar Isi.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 tahun 2006 tentang Rincian Tugas
Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Permendikbud No. 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian
Setiadi, H. dkk. Assessment Berbasis Kelas. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan
Penelitian Dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Sudijono, A. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Bumi
Aksara, 2003.
Surapranata, S dan Hatta, M. Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004.
Bandung: PTRemaja Rosdakarya, 2006.
Surapranata, S. dan Hatta, M. Penilaian Portofolio, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004
Surapranata, S. Panduan Penulisan Tes Tertulis. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta:
Fokus Media.
342 343 343 342 Modul 7
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Qur’an Hadits
A.
Peta Konsep
Analisis Buku Guru dan Siswa
Langkah Pengembangan RPP
Kesesuaian Buku dengan SKL‐KI‐KD
Perangkat Pembelajaran Qura'n Hadis
Prinsip Pengembagan RPP
Kesesuaian Buku dengan Saintifik
Komponen Silabus dan RPP Qurdis
B.
Tujuan Pembelajaran
Peserta PLPG dapat:
1)
Mendeskripsikan strategi menggunakan buku guru dan buku peserta didik
untuk kegiatan pembelajaran.
2)
Mendeskripsikan kesesuaian isi buku guru dan buku peserta didik dengan
tuntutan KIL, KI, dan KD.
3)
Mendeskripsikan kesesuaian buku guru dan buku peserta didik dengan konsep
pendekatan scientific dan penilaian autentik.
4)
Menguraikan komponen-komponen pokok silabus Kurikulum 2013
5)
Mendeskripsikan prinsip-prinsip pengembangan RPP
6)
Menjelaskan komponen dan sistematika RPP Kurikulum 2013
7)
Mendeskripsikan langkah-langkah pengembangan RPP
343 8)
Mendeskeripsikan kriteria memilih media pembelajaran
9)
Mendeskripsikan pengertian, tujuan dan manfaat bahan ajar
10) Mendeskripsikan jenis bahan ajar
11) Merencanakan tindak lanjut dari hasil analisis.
C.
Strategi dan Media Pembelajaran
1.
Media dan Alat Pembelajaran
a)
Media Pembelajaran
(1) Ppt. Kebijakan pengembangan profesi guru
(2) Ppt. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun
(3) Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru
2.
Alat Pembelajaran
a)
In-focus
b)
Laptop
c)
Kertas plano
d)
Spidol
Pelaksanaan pembelajaran dikelola dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tahapan
Kegiatan
Persiapan
Kegiatan
Pendahuluan
Kegiatan Inti
Deskripsi Kegiatan
Waktu
Dilakukan
dengan
mengecek
kelengkapan
alat
pembelajaran, seperti LCD Projector, Laptop, File, Active
Speaker, dan Laser Pointer, atau media pembelajaran lain.
Pengkondisian Peserta
Fasilitator menjelaskan kompetensi dan dan skenario
kegiatan pembelajaran materi Analisis Buku Guru dan
Murid serta Pengembangan Silabus dan RPP pembelajaran
Qurdis.
Fasilitator memotivasi peserta agar serius, antusias, teliti,
dan bekerja sama saat proses pembelajaran berlangsung.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Qur’an
Hadis
Penyajian sampel buku guru dan buku peserta didik serta
diskusi anatomi masing-masing buku secara berkelompok.
Kerja kelompok untuk melakukan penilaian terhadap
Buku Sisa dan Buku Guru dalam mata pelajaran Qur’an
Hadis. Setelah memberikan penilaian masing-masing
kelompok memberikan presentasi hasil kerja kelompok.
Fasilitator memberikan ulasan dan penguatan konsep
seputar Buku Peserta didik dan Buku Guru serta tujuan
penilaian kedua buku tersebut.
Presentasi Fasilitator terkait kesesuaian antara SKL-KI dan
KD dalam Buku Guru dan Buku Peserta didik serta
relevansinya dengan Silbuas dan Pengembangan RPP
5
15
25
344 Qur’an Hadis.
Pengembangan Silabus dan RPP Qur’an Hadis
Presentasi fasilitator tentang komponen silabus dan RPP
Qur’an Hadis
Penjelasan fasilitator tentang teknik pengembangan
Silabus dan RPP serta prinsip-prinsip pengembangan yang
terkadnung di dalamnya.
ICE BREAKER
Kegiatan
Penutup
D.
Kerja Individual (praktek) membuat RPP lengkap mata
pelajaran Qur’an Hadis untuk masing-masing jenjang dan
kelas (pilihan individual).
Membuat rangkuman materi Pengembangan perangkat
pembelajaran silabus dan RPP serta analisis Buku Guru dan
Buku Peserta didik.
Refleksi dan umpan balik tentang proses pembelajaran.
Fasilitator mengingatkan peserta agar membaca referensi
yang relevan.
Fasilitator menutup pembelajaran.
25
15
10
25
10
Uraian Materi
1. Analisis Buku Guru dan Peserta didik
1)
Pentingnya Analisis Buku Guru dan Peserta didik
Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya
adalah adanya buku peserta didik dan buku guru yang sudah disediakan oleh
pemerintah pusat sebagai buku
wajib
sumber belajar di sekolah. Dalam kata
pengantar buku peserta didik maupun buku guru dinyatakan bahwa buku peserta
didik menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang dipergunakan dalam
Kurikulum 2013, peserta didik dipacu untuk mencari
dari sumber belajar lain yang
tersedia dan terbentang luas di sekitarnya.
Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap
peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku ini. Guru dapat memperkayanya
dengan
kreasi
dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang
bersumber dari lingkungan sosial dan alam. Oleh karena itu, guru sebagai pengendali
utama di dalam proses belajar mengajar di kelas perlu mencermati terlebih dahulu
terhadap buku peserta didik maupun buku pegangan guru yang sudah
pemerintah. Hal ini
diperlukan
mengingat
disediakan
buku yang disediakan oleh pemerintah
ditujukan untuk keperluan KIala nasional. Artinya, buku tersebut dibuat secara umum
untuk kondisi peserta didik di Indonesia, tentunya belum mengakomodasi kebutuhan
khusus pada masing-masing sekolah yang ada kemungkinan mempunyai karakteristik
masing-masing. Disebutkan pula bahwa
buku
peserta didik
maupun buku guru
345 merupakan
“dokumen
hidup”
yang
senantiasa
diperbaiki,
diperbaharui,
dan
dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman.
Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan
sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal
ini dimaksudkan agar jika terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan yang ada dalam
buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut mengatasinya lebih awal.
Sebelum buku peserta didik digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas,
guru
sebaiknya sudah membaca dan melakukan analisis buku terlebih dahulu.
Sehingga
jika
di
dalam
buku
tersebut
ditemukan
adanya
kekeliruan
atau
ketidaktepatan, guru dapat mengatasinya dengan melakukan langkah-langkah tindak
lanjut yang
diperlukan.
Hal
inilah yang menjadi dasar mengapa pentingnya
melakukan analisis buku peserta didik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan analisis buku adalah sebagai berikut:
1)
Kesesuaian isi buku dengan SKL, KI, dan KD.
Buku yang hendak digunakan di kelas hendaknya sudah dicek kesesuaiannya
dengan kurikulum yang digunakan. Buku peserta didik yang disediakan oleh pemerintah
saat ini untuk menunjang pelaksanaan implementasi kurikulum 2013. Oleh karena
itu,
buku
peserta didik yang akan digunakan perlu dianalisis apakah sudah sesuai
dengan standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, dan kompetensi dasar yang sudah
ditentukan.
Jika
masih
ditemukan
adanya
ketidaksesuaian,
guru
dapat
menindaklanjutinya lebih awal.
2)
Kecukupan materi
Materi yang terdapat dalam buku peserta didik perlu dianalisis dari segi kecukupan
materi yang ditinjau dari segi cakupan konsep atau materi esensial dan alokasi waktu
yang dibutuhkan/disediakan.
3)
Kedalaman materi
Dalam melakukan analisis terhadap kedalaman materi, materi yang tertuang dalam
buku peserta didik perlu ditinjau dari pola pikir keilmuan dan karakteristik peserta
didik. Jika ada yang dianggap kurang sesuai dengan karakteristik peserta didik di
sekolahnya,
diharapkan
guru dapat menindaklanjuti dengan memberikan tambahan-
tambahan penjelasan seperlunya.
4)
Kebenaran materi
Analisis buku juga sekaligus melihat kebenaran akan materi, contoh, maupun
latihan-
latihan yang dituliKIan. Jika ditemukan adanya materi/contoh/soal yang
dituliKIan dalam buku terjadi kesalahan, baik kemungkinan salah dalam penulisan
346 konsep maupun
salah ketik,
menindaklanjutinya.
Tidak
maka
lanjut
guru
dapat
diharapkan sesegera
berupa
ralat
mungkin untuk
perbaikan
yang
segera
disampaikan kepada peserta didik agar tidak berdampak lebih lanjut kepada peserta
didik (membuat peserta didik bingung/ragu).
5)
Kesesuaian pendekatan yang digunakan
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific, oleh karena itu buku peserta
didik perlu ditinjau dari segi penerapan pendekatan scientific. Apakah penyajiannya
sudah
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang
diharapkan dalam
pendekatan scientific atau belum. Kesesuaian penilaian Bentuk
penilaian yang digunakan dalam Kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik.
Oleh karena itu, buku
peserta didik
yang akan digunakan perlu ditinjau
dari
ketersediaan penilaian autentik yang terdapat dalam buku peserta didik tersebut.
Dari beberapa komponen
ditemukan
adanya
menindaklanjutinya
bentuk penilaian
hasil analisis
ketidaksesuaian
yang telah dilakukan,
atau
ketidaklengkapan,
jika
guru
masih
perlu
dengan membuat tambahan-tambahan materi, contoh ataupun
yang disarankan sesuai dengan karakteristik peserta didik sekolah
masing-masing.
Buku
2013
peserta didik
yang
disediakan
oleh
pemerintah
dalam
kurikulum
ini menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik
untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan. Sedangkan dalam proses belajar, peserta didik
dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di
sekitarnya. Oleh karena itu peran guru menjadi sangat penting dalam meningkatkan
dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian kegiatan pada buku
tersebut. Guru diharapkan dapat
memperkayanya
dengan
kreasi dalam bentuk
kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial
dan alam daerah masing-masing.
Dengan demikian, sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan
sudah membaca dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal
ini dimaksudkan agar jika terdapat ketidaksesuaian atau ketidaktepatan yang ada dalam
buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk mengatasinya lebih
awal.
Beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis buku
peserta didik adalah: (1) kesesuaian isi buku dengan SKL, KI, dan KD; (2) kecukupan
materi; (3) kedalaman materi; (4) kebenaran materi; (5) kesesuaian dengan penilaian
yang digunakan.
347 2)
Buku Guru dan Peserta didik
Kurikulum 2013 disusun untuk menyempurnakan kurikulum sebelumnya dengan
pendekatan belajar aktif berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Berkaitan
dengan hal ini, Pemerintah telah melakukan penyesuaian beberapa nama mata pelajaran
yang antara lain adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti.
Kurikulum 2013 sudah tidak lagi menggunakan standar kompetensi (KI) sebagai
acuan dalam mengembangkan Kompetensi Dasar (KD). Sebagai gantinya, Kurikulum
2013 telah menyusun Kompetensi Inti (KI). Kompetensi inti adalah tingkat kemampuan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik
pada setiap kelas atau program (PP No. 32/2013). Kompetensi Inti memuat kompetensi
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam
Kompetensi Dasar. Perubahan perilaku dalam pengamalan ajaran agama dan budi pekerti
menjadi perhatian utama.
Tujuan penyusunan Buku Pegangan Guru ini adalah memberikan panduan bagi
Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam merencanakan, melaksanakan, dan
melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Dalam buku ini terdapat lima hal penting yang perlu mendapat perhatian khusus,
yaitu proses pembelajaran, penilaian, pengayaan, remedial, dan interaksi guru dengan
orangtua peserta didik.
Dengan demikian tujuan pembelajaran diharapkan dapat tercapai secara optimal
dan selaras dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab.
3)
Petunjuk Penggunaan Buku Guru dan Peserta didik
Untuk mengoptimalkan penggunaan buku ini, perhatikan penahapan berikut.
1)
Pertama, bacalah bagian pendahuluan untuk memahami konsep utuh
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, serta memahami Kompetensi Inti
dan Kompetensi Dasar dalam kerangka Kurikulum 2013.
2)
Setiap bab berisi: Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran,
Proses Pembelajaran, Penilaian, Pengayaan, Remedial, dan Interaksi Guru
dengan Orang Tua.
348 3)
Pada subbab tertentu, penomoran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar tidak
berurutan. Hal itu menyesuaikan dengan tahap pencapaian Kompetensi Dasar.
4)
Guru perlu mendorong peserta didik untuk memperhatikan kolom-kolom yang
terdapat dalam Buku Teks Pelajaran sehingga menjadi fokus perhatian peserta
didik. Kolom-kolom tersebut adalah sebagai berikut.
a. Mari renungkan: untuk menyadarkan diri peserta didik kepada Allah SWT.
b. Mari mengamati: untuk menguatkan peserta didik agar dapat mewujudkan
pengetahuan dalam perilaku.
c. Ayo berlatih: untuk mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi
yang dibahas.
5)
Dalam pelaksanaannya, guru sangat mungkin melakukan pengembangan yang
disesuaikan dengan potensi peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan.
4)
Format Analisis Buku Guru dan Peserta didik
FORMAT ANALISIS BUKU GURU
Judul buku
Kelas
Jenjang
Tema/Pelajaran/Bab
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
:
:
:
:
LK‐B.1 Buku Guru Al-Qur’an Hadis
10
MA
Al-Qur’an Kitabku (Bab I)
Aspek
Yang Dianalisis
Kesesuaian dengan
Standar Kompetensi
Lulusan
Kesesuaian dengan
Kompetensi Inti
Kesesuaian dengan
Kompetensi Dasar
Kecukupan materi
ditinjau dari:
a. cakupan
konsep/materi
esensial;
b. alokasi waktu.
Kedalaman materi
pengayaan ditinjau dari:
a. Pola pikir keilmuan;
dan
b. Karakteristik peserta
didik
Memuat informasi
tentang strategi
penggunaan buku
Memuat informasi
tentang penerapan
pendekatan scientific
Tidak
terpenuhi
Hasil Analisis
Terpenuhi
sebagian
Terpenuhi
Tindak Lanjut
Hasil Analisis
349 8.
Memuat informasi
tentang penerapan
penilaian autentik
FORMAT ANALISIS BUKU PESERTA DIDIK
Judul buku
Kelas
Jenjang
Tema/Pelajaran/Bab
:
:
:
:
Buku Peserta didik Al-Qur’an Hadis
10
MA
Al-Qur’an Kitabku (Bab I)
ASPEK YANG
DIANALISIS
NO.
1.
Kesesuaian dengan Standar
Kompetensi Lulusan
2.
Kesesuaian dengan
Kompetensi Inti
Kesesuaian dengan
Kompetensi Dasar
Kesesuaian materi dengan
tema
Kecukupan materi ditinjau
dari:
a. cakupan konsep/materi
esensial;
b. alokasi waktu.
Kedalaman materi
pengayaan ditinjau dari:
a. Pola pikir keilmuan; dan
b. Karakteristik peserta
didik
Keterpaduan berbagai
kompetensi/aspek
Penerapan Pendekatan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tidak
terpenuhi
HASIL ANALISIS
Terpenuhi
Terpenuhi
sebagian
LK‐2.4‐2 Tindak Lanjut
Hasil Analisis
Scientific
Penilaian Autentik yang
Tersedia dalam Buku
Peserta didik
Kolom interaksi antara guru
dengan orangtua
2. Pengembangan Silabus
a.
Pengertian Silabus
Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai "Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau
pokok-pokok isi atau materi pelajaran" (Salim, 1987: 98). Istilah silabus digunakan untuk
menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari
SKL, KI dan KD yang ingin dicapai, dan materi pokok serta uraian materi yang perlu
dipelajari peserta didik dalam rangka mencapai SKL, KI dan KD. Seperti diketahui, dalam
pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditentukan KI yang
berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ingin dicapai, materi yang
harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk
350 mengetahui
pencapaian
KI.
Dengan
kata
lain,
pengembangan
kurikulum
dan
pembelajaran menjawab pertanyaan (1) Apa yang akan diajarkan (KI, KD, dan Materi
Pembelajaran); (2) Bagaimana cara
melaksanakan kegiatan pembelajaran, metode,
media); (3) Bagaimana dapat diketahui bahwa KI dan KD telah tercapai (indikator dan
penilaian).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup KI, KD, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar.
Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih
lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran,
dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam
penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu KI maupun
satu KD. Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan
kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau
pembelajaran secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk
mengembangkan sistem penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi
sistem penilaian selalu mengacu pada KI, KD, dan indikator yang terdapat di dalam
silabus.
b. Prinsip Pengembangan Silabus
Untuk
memperoleh
silabus
yang
baik,
dalam
penyusunan
silabus
perlu
memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1)
Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar
dan
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
keilmuan.
Di
samping
itu,
strategi
pembelajaran yang dirancang dalam silabus perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran dan teori belajar.
2)
Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spritual peserta didik. Prinsip ini mendasari pengembangan silabus, baik dalam pemilihan
materi pembelajaran, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penetapan
waktu, strategi penilaian maupun dalam mempertimbangkan kebutuhan media dan alat
pembelajaran. Kesesuaian antara isi dan pendekatan pembelajaran yang tercermin dalam
351 materi
pembelajaran
dan
kegiatan
pembelajaran
pada
silabus
dengan
tingkat
perkembangan peserta didik akan mempengaruhi kebermaknaan pembelajaran.
3)
Sistematis
Komponen-komponen
silabus
saling
berhubungan
secara
fungsional
dalam
mencapai kompetensi. KI dan KD merupakan acuan utama dalam pengembangan silabus.
Dari kedua komponen ini, ditentukan indikator pencapaian, dipilih materi pembelajaran
yang diperlukan, strategi pembelajaran yang sesuai, kebutuhan waktu dan media, serta
teknik dan instrumen penilaian yang tepat untuk mengetahui pencapaian kompetensi
tersebut.
4)
Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara KD, indikator, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, serta
penilaian. Dengan prinsip konsistensi ini,
teknik dan
instrumen
pemilihan materi pembelajaran, penetapan
strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penggunaan sumber dan media
pembelajaran, serta penetapan teknik dan penyusunan instrumen penilaian semata-mata
diarahkan pada pencapaian KD dalam rangka pencapaian KI.
5)
Memadai
Cakupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian KD. Dengan prinsip ini, maka
tuntutan kompetensi harus dapat terpenuhi dengan pengembangan materi pembelajaran
dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan. Sebagai contoh, jika KI dan KD
menuntut kemampuan menganalisis suatu obyek belajar, maka indikator pencapaian
kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan teknik serta instrumen
penilaian harus secara memadai mendukung kemampuan untuk menganalisis.
6)
Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi. Banyak fenomena dalam kehidupan seharihari yang berkaitan dengan materi dan dapat mendukung kemudahan dalam menguasai
kompetensi perlu dimanfaatkan dalam pengembangan pembelajaran.
Di samping itu,
penggunaan media dan sumber belajar berbasis teknologi informasi, seperti komputer
dan internet perlu dioptimalkan, tidak hanya untuk pencapaian kompetensi, melainkan
juga untuk menanamkan kebiasaan mencari informasi yang lebih luas kepada peserta
didik.
352 7)
Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan kebutuhan masyarakat.
Fleksibilitas silabus ini memungkinkan pengembangan dan penyesuaian silabus dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat.
8)
Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi, baik kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Prinsip ini hendaknya dipertimbangkan, baik dalam mengembangkan
materi
pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran,
maupun
penilaiannya.
Kegiatan
pembelajaran dalam silabus perlu dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik
memiliki keleluasaan untuk mengembangkan kemampuannya, bukan hanya kemampuan
kognitif
saja,
melainkan
juga
dapat
mempertajam
kemampuan
afektif
dan
psikomotoriknya serta dapat secara optimal melatih kecakapan hidup (life KIill).
c.
Unit Waktu Silabus
1)
Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang
disediakan untuk setiap mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di
tingkat satuan pendidikan.
2)
Penyusunan silabus suatu mata pelajaran memperhatikan alokasi waktu yang
disediakan per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang
sekelompok.
3)
Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan silabus
sesuai dengan KI dan KD untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang
tersedia pada struktur kurikulum.
d. Komponen Silabus
Silabus merupakan salah satu bentuk penjabaran kurikulum. Produk pengembangan
kurikulum ini memuat pokok-pokok pikiran yang memberikan rambu-rambu dalam
menjawab tiga pertanyaan mendasar dalam pembelajaran, yakni (1) kompetensi apa
yang hendak dikuasai peserta didik, (2) bagaimana memfasilitasi peserta didik untuk
menguasai kompetensi itu, dan (3) bagaimana mengetahui tingkat pencapaian
kompetensi oleh peserta didik. Dari sini jelas bahwa silabus memuat pokok-pokok
kompetensi dan materi, pokok-pokok strategi pembelajaran dan pokok-pokok penilaian.
Pertanyaan mengenai kompetensi yang hendaknya dikuasai peserta didik dapat
terjawab dengan menampilkan secara sistematis, mulai dari KI, KD dan indikator
pencapaian kompetensi serta hasil identifikasi materi pembelajaran yang digunakan.
353 Pertanyaan mengenai bagaimana memfasilitasi peserta didik agar mencapai kompetensi,
dijabarkan dengan mengungkapkan strategi, pendekatan dan metode yang akan
dikembangkan
dalam
kegiatan
pembelajaran.
Pertanyaan
mengenai
bagaimana
mengetahui ketercaiapan kompetensi dapat dijawab dengan menjabarkan teknik dan
instrumen penilaian. Di samping itu, perlu pila diidentifikasi ketersediaan sumber belajar
sebagai pendukung pencapaian kompetensi.
Berikut disajikan ikhtisar tentang komponen pokok dari silabus yang lazim
digunakan:
1. Komponen yang berkaitan dengan kompetensi yang hendak dikuasai, meliputi
a. Kompetensi inti (KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4)
b. Kompetensi Dasar
c. Materi Pokok
2. Komponen yang berkaitan dengan cara menguasai kompetensi, memuat pokok
pokok kegiatan dalam pembelajaran.
3. Komponen yang berkaitan dengan cara mengetahui pencapaian kompetensi,
mencakup penilaian
4. Komponen Pendukung, terdiri dari :
a. Alokasi waktu
b. Sumber belajar
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
1)
Hakikat RPP
Rencana
dikembangkan
pelaksanaan
secara
pembelajaran
rinci dari suatu
mengacu pada silabus. RPP mencakup:
adalah
rencana
materi pokok
pembelajaran
yang
atau tema tertentu yang
(1) data sekolah,
matapelajaran, dan
kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan
indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6)
media, alat dan sumber belajar; (6) langkah- langkah kegiatan pembelajaran; dan (7)
penilaian.
Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk
kelas
di
mana
guru
tersebut
mengajar
(guru
kelas) di SD dan untuk guru
matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK.
354 Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun
pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal
pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau
secara berkelompok.
Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara
bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di dalam suatu
sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk
oleh kepala sekolah.
Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP
antarsekolah
atau
antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau
dinas pendidikan.
2)
Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai
berikut.
a)
RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan
silabus yang telah dikembangkan di
tingkat nasional ke dalam bentuk
rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.
b)
RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam
silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta
didik, minat, motivasi belajar, bakat,
emosi,
gaya
potensi,
kemampuan
sosial,
belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang
budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
c)
Mendorong partisipasi aktif peserta didik
d)
Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik
sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran
dalam
RPP
dirancang
dengan
berpusat
pada
peserta
didik
untuk
mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif,
inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan
belajar.
e)
Mengembangkan budaya membaca dan menulis
f)
Proses
pembelajaran
dalam
RPP
dirancang
untuk
mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam
berbagai bentuk tulisan.
g)
Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
355 h) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif,penguatan,
pengayaan,
dan
remedi.
Pemberian pembelajaran remedial dilakukan
setiap saat setelah suatu ulangan
dianalisis,
atau
ujian
dilakukan,
hasilnya
dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi.
Pemberian pembelajaran
diberikan
sesuai
dengan
kelemahan
peserta
didik.
i)
Keterkaitan dan keterpaduan.
j)
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI
dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber
belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan
mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran
untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.
k)
Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
l)
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi.
4. Komponen dan Sistematika RPP
RPP paling sedikit memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi pembelajaran, (iii)
metode pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v) penilaian. Komponen-komponen
tersebut secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini.
Sekolah
Matapelajaran
Kelas/Semester
Materi Pokok
Alokasi Waktu
A.
B.
:
:
:
:
:
MAN Darussalam
Al-Qur’an Hadis
10/I
Al-Qur’an Kitabku
4x45 menit
Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi Dasar dan Indikator
1. ................................................................................
2. ................................................................................
3. ................................................................................
Indikator: .................................................................
4. ................................................................................
Indikator: .................................................................
(KD pada KI-1)
(KD pada KI-2)
(KD pada KI-3)
(KD pada KI-4)
Catatan:
KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena
keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator
dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses
pembelajaran langsung.
C. Tujuan Pembelajaran
356 D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)
E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)
F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
2. Alat/Bahan
3. Sumber Belajar
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Kesatu:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal
(…menit)
b. Kegiatan Inti
(...menit)
c. Penutup
(…menit)
2. Pertemuan Kedua:
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal
(…menit)
b. Kegiatan Inti
(...menit)
c. Penutup
(…menit), dan seterusnya.
H. Penilaian
Jenis/teknik penilaian
1. Bentuk instrumen dan instrumen
2. Pedoman penskoran
5. Langkah-Langkah Pengembangan RPP
1)
Mengkaji Silabus
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai
dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan, sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan,
dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan
peserta didik secara umum dalam pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan
peserta
didik ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah dan mengkomunikasikan.
Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkahlangkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif
belajar. Pengkajian terhadap silabus
juga
meliputi
perumusan
indikator
KD
dan
penilaiannya.
2)
Mengidentifikasi Materi Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan
mempertimbangkan:
a)
potensi peserta didik;
b)
relevansi dengan karakteristik daerah,
c)
tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik;
d)
kebermanfaatan bagi peserta didik;
e)
struktur keilmuan;
357 f)
aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g)
relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h) alokasi waktu.
3)
Menentukan Tujuan
Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk
setiap
pertemuan.
Tujuan
mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua
aspek: Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek kemampuan).
4)
Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut.
a)
Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepadapara
pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara profesional.
b)
Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan
guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus.
c)
Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenariolangkahlangkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini
diorganisasikan menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan
inti dijabarkan
elaborasi
dan
lebih
lanjut
konfirmasi
menjadi
yakni
rincian
mengamati,
dari
kegiatan eksplorasi,
menanya,
mengumpulkan
informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran
yang bertujuan menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan
pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli,
peniruan oleh peserta didik, pengecekan dan pemberian umpan balik oleh
guru, dan pelatihan lanjutan.
5)
Penjabaran Jenis Penilaian
Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian KD
peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan
tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran
358 sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan
portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik
didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian
yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut:
a)
Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada
KI-3 dan KI-4.
b)
Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan
untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c)
Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan peserta didik.
d)
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya,
didik
program
remedi
bagi
peserta
yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan.
e)
Sistem
penilaian
ditempuh
dalam
harus
proses
disesuaikan
dengan
pembelajaran.
pengalaman belajar yang
Misalnya,
jika
pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk
berupa hasil melakukan observasi lapangan.
6)
Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif
dan alokasi waktu matapelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD,
keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang
dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan
disesuaikan lagi di RPP.
359 7)
Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
6. Proses Pembelajaran
Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan
pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1)
Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a.
menyiapkan
peserta
didik
secara
psikis
dan
fisik
untuk mengikuti
proses pembelajaran;
b.
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan
terkait dengan materi yang akan dipelajari;
c.
mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang
akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran atau KD yang akan dicapai; dan
d.
menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan
yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau
tugas.
2)
Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang
dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta
didik
untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup
bagi
prakarsa,
kreativitas,
dan
kemandirian
sesuai
dengan
bakat,
minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan matapelajaran, yang meliputi proses
observasi, menanya,
mengumpulkan
informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD
yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik
dapat melakukan pengamatan terhadap
pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli,
peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian
umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik.
360 Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan
sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat
orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat
mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio,
lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta
didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.
Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event)
yang diuraikan dalam tabel 1 di atas.
a.
Mengamati
Dalam
kegiatan
mengamati,
guru
membuka
secara
luas
dan
bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan
pengamatan,
melatih
mereka
untuk
memperhatikan
(melihat,
membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
b.
Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca
atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan
pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit
sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun
hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada
pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Dari situasi tempat peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih
memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di
mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka
rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan
beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik,
dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c.
Mengumpulkan dan mengasosiasikan
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca
buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti,
361 atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi.
Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan
berikutnya yaitu memeroses
informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai
kesimpulan dari pola yang ditemukan.
d.
Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil
tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta
didik atau kelompok peserta didik tersebut.
3)
Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri
membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten
dan
terprogram, memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil
belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan
dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri
dan sikap sosial. KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan
KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan
dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum
dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi
indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.
7. Uraian Materi Media Pembelajaran
1) Pengertian Media Pembelajaran
Secara harfiah kata media berarti “perantara” atau pengantar. Association for
Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media yaitu segala
bentuk yang dipergunakan untuk suatu oproses penyaluran informasi. Sedangkan
Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda yang dapat dimanifulasikan,
dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan berarti instrumen yang dipergunakan dengan
362 baik
dalam
kegiatan
pembelajaran
dapat
mempengaruhi
efektivitas
program
pembelajaran.
Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang
sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987: 234) adalah penyebab atau
alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah
mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang
efektif antara dua pihak utama dalam proses pembelajaran dan isi pelajaran. Selain itu,
mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang
melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, juga
dapat disebut media. Dalam hal ini media adalah alat yang menyampaikan atau
mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Istilah "media" bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata "teknologi"
yang berasal dari kata latin “tekne” (bahasa Inggris “art” dan logos (bahasa Indonesia
"ilmu"). Menurut Webster (1983: 105), "art” adalah keterampilan (skill) yang diperoleh
lewat pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian, teknologi tidak lebih dari suatu
ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi, dan
observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajaran, maka teknologi
mempunyai pengertian sebagai:perluasan konsep tentang media, di mana teknologi
bukan sekadar benda, alat, bahan atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan,
organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu (Achsin, 1986:10).
Selanjutnya
dikemukakan
beberapa
pengertian
tentang
media
dan
media
instruksional edukatif, yang dikemukakan oleh para ahli.
1.
Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide,
sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima (Santoso S. Hamijaya).
2.
Media adalah channel (saluran) karena pada hakikatnya media telah
memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan,
mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu.
Dengan bantuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada (McLuahan).
3.
Media adalah medium yang digunakan untuk membawa/menyampaikan
sesuatu pesan, di mana medium ini merupakan jalan atau alat dengan suatu
pesan berjalan antara komunikatoir dengan komunikan (Blake and Haralsen).
4.
AECT menyatakan, media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk
proses penyaluran informasi.
363 5.
NEA (National Education Association) berpendapat media adalah segala benda
yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta
instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
6.
Menurut Brigg, media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
yang merangsang yang sesuai untuk belajar, misalnya: media cetak, media
elektronik (film, video).
7.
Menurut Donald P. Ely & Vernon S. Gerlach, pengertian media ada dua bagian,
yaitu arti sempit dan arti luas.
a.
Arti sempit, bahwa media itu berwujud, grafik, foto, alat mekanik dan
elektonik
yang
digunakan
untuk
menangkap,
memproses
serta
menyampaikan informasi.
b.
Menurut arti luas, yaitu: kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi,
sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang baru.
Jadi, media adalah segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi sebagai
perantara/saran/alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar).
Beberapa pengertian media instruksional edukatif sebagaimana Ahmad Rohani HM
(1997), dapat dikemukakan sebagi berikut:
1.
Segala jenis sarana pendidikan yang digunakan sebagi perantara dalam
proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan instruksional. Mencakup media grafis, media yang
menggunakan alat penampil, peta, model, globe dan sebagainya.
2.
Peralatan fisik untuk menyampaikan isi instruksional, termasuk buku, film,
video, tipe, sajian slide, guru dan perilaku non verbal. Dengan kata lain media
instruksional edukatif mencakup perangkat lunak (software) dan/atau
perangkat keras (hardware) yang berfungsi sebagai alat belajar/alat bantu
belajar.
3.
Media yang digunakan dan diintegrasikan dengan tujuan dan isi instruksional
yang biasanya sudah dituangkan dalam Garis Besar Pedoman Instruksional
(GBPP) dan dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar
mengajar.
4.
Sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara, dengan menggunakan
alat penampil dalam proses belajar mengajar untuk mempertinggi efektivitas
dan efisiensi pencapaian tujuan instruksional, meliputi kaset, audio, slide, filmstrip, OHP, film, radio, televisi dan sebagainya.
364 Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa media instruksional
edukatif adalah sarana komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat
keras maupun perangkat lunak untuk mencapai
proses dan hasil instruksional secara
efektif dan efisien, serta tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah. Dalam
pengertian yang senada dapat dikemukakan bahwa media instruksional edukatif adalah
media yang dipergunakan dalam proses instruksional (belajar mengajar), untuk
mempermudah pencapaian tujaun instruksional yang lebih efektif dan memiliki sifat yang
mendidik.
2)
Kriteria Memilih Media
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses
pembelajaran. Karena beraneka ragamnya media tersebut, maka masing-masing media
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu dikaji dengan cermat dan
tepat agar dapat digunakan secara tepat guna. Media menurut batasannya adalah
perangkat lunak yang berisikan pesan (atau informasi) pendidikan yang lazimnya
disajikan dengan menggunakan peralatan (Sadiman, 1990:83). Dikatakan lazimnya,
karena ada beberapa jenis media yang bersifat swasaji, seperti halnya gambar dan objek
yang berupa benda-benda yang sebenarnya maupun benda-benda tiruan.
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik.
Meskipun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih
salah satu media dalam kegiatannya di kelas atas dasar pertimbangan antara lain (a) ia
merasa sudah akrab dengan media itu, papan tulis atau proyektor transparansi, (b) ia
merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih laik daripada
dirinya sendiri, misalnya diagram pada flip chart, atau (c) media yang dipilihnya dapat
menarik minat dan perhatian peserta didik, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih
terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi
kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan.
Dilihat dari segi kesiapan pengadaannya media dikelompokkan dalam dua jenis,
yaitu:
1) Media jadi karena sudah merupakan komoditi
perdagangan dan terdapat di
pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan
2) Media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk
maksud atau tujuan pembelajaran tertentu (media by design).
Masing-masing jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari
media jadi adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya untuk pengadaannya.
365 Sebaliknya untuk mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk memenuhi
kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu, tenaga maupun biaya karena untuk
mendapatkan keandalannya dan kesahihannya diperlukan serangkaian kegiatan validasi
prototipenya. Adapaun kekurangan dari media jadi ialah kecilnya kemungkinan untuk
mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
pembelajaran setempat.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain: tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, ketepatgunaan, kondisi peserta didik/mahapeserta didik,
ketersediaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis
dan biaya. Mengacu kepada Asnawir dan Usman (2002:15-16), beberapa pertimbangan
yang perlu diperhatikan antara lain:
1.
Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan. Masalah tujuan pembelajaran ini merupakan komponen
yang utama yang harus diperhatikan dalam memilih media. Dalam penetapan
media harus jelas dan operasional, spesifik, dan benar-benar tergambar dalam
bentuk perilaku (behavior).
2.
Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih
media. Sesuai atau tidak nya antara materi dengan media yang digunakan akan
berdampak pada hasil pembelajaran peserta didik.
3.
Kondisi audiens (peserta didik) dari segi subjek belajar menjadi perhatian yang
serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. Faktor
umur, inteligensi, latar belakang pendidikan, budaya dan lingkungan anak
menjadi titik perhatian dan pertimbangan dalam memilih media pembelajaran.
4.
Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain
sendiri media, yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi
pertimbangan seorang guru. Seringkali suatu media dianggap tepat untuk
digunakan di kelas akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia media atau
peralatan yang diperlukan, sedangkan untuk mendesain atau merancang suatu
media yang dikehendaki tersebut tidak mungkin dilakukan oleh guru.
5.
Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan
kepada audien (peserta didik) secara tepat dan berhasil guna dengan kata lain
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
6.
Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang
dengan hasil yang akan dicapai. Pemanfaatan media yang sederhana mungkin
lebih menguntungkan daripada menggunakan media yang canggih (teknologi
366 tinggi), bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana yang
dikeluarkan.
Pertimbangan memilih media, dikemukakan Sadiman (1992) sebagai berikut:
1.
Apakah media yang bersangkutan relevan dengan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai?
2.
Apakah ada sumber informasi, katalog dan sebagainya mengenai media yang
bersangkutan?
3.
Apakah perlu dibentuk tim untuk mereview yang
terdiri daroi pada calon
pemakai?
4.
Apakah media di pasaran yang telah divalidasikan?
5.
Apakah media yang bersangkutan boleh direview terlebih dahulu?
6.
Apakah tersedia format riveiw yang suidah dibakukan?
Berpedoman kepada pendapat Arsyad (2007) maka dilihat dari segi teori belajar,
berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam
pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut:
1)
Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak
peserta didik sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan
latihan. Lagi pula, pengalaman yang akan dialami peserta didik harus relevan
dengan dan bermakna baginya. Di sini perlu untuk melahirkan minat itu dengan
perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media
pembelajaran itu.
2)
Perbedaan individual. Peserta didik belajar dengan cara dan tingkat kecepatan
yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelegensia, tingkat
pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan
kesiapan peserta didik untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi
melalui media harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman.
3)
Tujuan pembelajaran. Jika peserta didik diberitahukan apa yang diharapkan
mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil
dalam pembelajaran semakin besar. Di samping itu pernya-taan mengenai
tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi
pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus
mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran.
4)
Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau
keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam
urut-urutan yang bermakna. Peserta didik akan memahami dan mengingat lebih
367 lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut-urutkan secara
teratur. Di samping itu, tingkatan materi yang akan disajikan ditetapkan
berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti
ini dalam pengembangan dan penggunaan media, peserta didik dapat dibantu
untuk secara lebih baik mensintesis dan memadukan pengetahuan yang akan
dipelajari.
5)
Persiapan sebelum belajar. Peserta didik sebaiknya telah menguasai secara baik
pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai
yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses.
Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan
kepada sifat dan tingkat persiapan peserta didik.
6)
Emosi. Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta
kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran adalah cara
yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional seperti takut, cemas,
empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus
ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan
berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.
7)
Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang peserta didik
harus mengintemalisasi informasi, tidak sekadar diberitahukan kepadanya. Oleh
sebab itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh peserta didik jauh
lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi
artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi
pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi peserta didik
untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu.
8)
Umpan balik. Hasil belajar dapat meningkat apabila secara berkala peserta didik
diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar,
pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu
akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan.
9)
Penguatan (reinforcement). Apabila peserta didik berhasil belajar, ia didorong
untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat
bermanfaat,
dapat
membangun
kepercayaan
diri,
dan
secara
positif
mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang.
10) Latihan dan pengulangan. Sesuatu hal baru jarang sekali dapat dipelajari secara
efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atau keterampilan
dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang,
368 haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam
berbagai konteks. Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka
panjang.
11) Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan
seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau
situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini, pemahaman sempurna belum dapat
dikatakan dikuasai. Peserta didik mesti telah pernah dibantu untuk mengenali
atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip, atau kaidah) yang berkaitan
dengan tugas. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk bernalar dan
memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai
masalah atau tugas baru.
Sebagai pendekatan praktis disarankannya untuk mempertimbangkan media apa
saja yang ada, berapa harganya, berapa lama diperlukan untuk mendapatkannya, dan
format apa yang memenuhi selera pemakai (misalnya sistem dan guru) (Sadiman,
1992:85). Seperti telah diuraikan di atas, kriteria pemilihan media bersumber dari konsep
bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu,
ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, sebagaimana
dikemukakan Arsyad (1998), yaitu:
1)
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan
instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah
satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Tujuan
ini
dapat
digambarkan
dalam
bentuk
tugas
yang
harus
dikerjakan/dipertunjukkan oleh peserta didik, seperti menghafal, melakukan
kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti
sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsepkonsep atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas
yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.
2)
Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan simbol
dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan
keterampilan
mental
yang
berbeda
untuk
memahaminya.
Agar
dapat
membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai
dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental peserta didik.
Televisi, misalnya, tepat untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang
memerlukan manipulasi ruang dan waktu.
369 Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya
lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan
waktu lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik.
Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah
diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat
digunakan di mana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya,
serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana. Guru terampil menggunakan
media. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu
menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan
oleh guru yang menggunakannya. Proyektor transparansi (OHP), proyektor slide dan film,
komputer, dan peralatan canggih lainnya tidak akan mempunyai arti apa-apa jika guru
belum dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran sebagai upaya mempertinggi
mutu dan hasil belajar.
Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu
sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan. Ada media yang
tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi
persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan informasi atau
pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain
yang berupa latar belakang.
3) Ciri-Ciri Media
Keberadaan media pembelajaran sangat menentukan derajat pencapaian hasil
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dipahami ciri-ciri dari masing-masing media, agar
dapat mempertimbangkan penggunaan media sebagaimana yang ada kita temukan dalam
berbagai
situasi
dan
perkembangan
zaman.
Mengacu
kepada
Arsyad
(1995),
dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
1)
Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai
hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar,
atau diraba dengan pancaindera.
2)
Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software
(perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat
keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta didik.
3)
Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4)
Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun di luar kelas.
370 5)
Media Pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
6)
Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi),
kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP), atau
perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/ kaset, video recorder).
7)
Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
Berdasarkan pendapat Gerlach & Ely (1971) ada tiga ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media
yang mungkin saja guru tidak mampu (atau kurang efisien) dalam melakukannya ketika
pembelajaran berlangsung.
Pendapat
lain
dikemukakan
Ahmad
Rohani
HM,
(1997:4)
pembelajaran adalah media instruksional edukatif. Dalam konteks ini,
tentang
media
ciri-ciri umum
media instruksional edukatif adalah:
1)
Media instruksional edukatif identik dengan alat peraga langsung dan tidak
langsung.
2)
Media instruksional edukatif digunakan dalam proses komunikasi instruksional.
3)
Media instruksional edukatif merupakan alat yang efektif dalam instruksional.
4)
Media instruksional edukatif memiliki muatan normatif bagi kepentingan
pendidikan.
5)
Media
instruksional
edukatif
erat
kaitannya
dengan
metode
mengajar
khususnya maupun komponen-komponen sistem instruksional lainnya.
Sejalan dengan istilah media instruksional edukatif ada istilah alat peraga. Kedua hal
ini sulit dipisahkan namun dapat dibedakan. Agar lebih jelas letak perbedaan kedua hal itu
dapat disimak dari rumusan pola berikut ini:
Pola I :
Sumber belajar peserta didik hanya berupa orang saja. Guru memegang
kendali yang penuh atas terjadinya kegiatan belajar mengajar.
Pola II : Sumber belajar peserta didik berupa orang dibantu bahan/sumber lain.
Guru masih memegang kendali, hanya tidak mutlak. Sumber lain
berfungsi sebagai alat bantu atau alat peraga.
Pola III : Sumber belajar peserta didik berupa orang dan sumber lain berdasarkan
suatu pembagian tanggung jawab. Kontrol dibagi bersama. Dan sumber
lain itu merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan belajar. Sumber
lain itu disebut media.
Pola IV : Sumber belajar peserta didik hanya dari sumber bukan manusia (media).
371 Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa suatu sumber belajar dikatakan
alat peraga jika hal tersebut fungsinya hanya sebagai alat bantu saja. Berkenaan dengan
hal tersebut dikatakan media jika ia merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan
belajar dan ada pembagian tanggung jawab
antara guru dan sumber lain. Dengan
demikian perbedaan antara media dan alat peraga lebih terletak pada fungsinya dalam
pembelajaran bukan pada substansinya.
4) Urgensi Penggunaan Media
Penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis
sebagai berikut:
1)
Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki
peserta didik atau mahapeserta didik. Pengalaman masing-masing individu
yang beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat sangat menentukan
macam pengalaman yang dimiliki mereka. Dua orang anak yang hidup di dua
lingkungan yang berbeda akan mempunyai pengalaman yang berbeda pula.
Dalam hal ini media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut.
2)
Media dapat mengtasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami secara
langsung oleh peserta didik di dalam kelas, seperti :objek yang terlalu besar
atau terlalu kecil, gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu
lambat. Maka dengan melalui media akan dapat di atasi kesukaran-kesukaran
tersebut.
3)
Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara pembelajar dengan
lingkungan.
Gejala-gejala
fisik
dan
sosial
dapat
diajak
berkomunikasi
dengannya.
4)
Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan
peserta didik dapat bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap
penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
5)
Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, realistik.
Penggunaan media seperti; gambar, film, model, grafik dan lainnya dapat
memberikan konsep dasar yang benar.
6)
Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan
menggunakan media, horizon pengalaman peserta didik semakin luas, persepsi
semakin tajam, dan konsep-konsep dengan sendirinya semakin lengkap,
sehingga keinginan dan minat baru untuk belajar selalu timbul.
372 7)
Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk
belajar.
Pemasangan
gambar
di
papan
buletin,
pemutaran
film
dan
mendengarkan program audio dapat menimbulkan rangsangan tertentu ke arah
keinginan untuk pembelajaran.
8)
Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit
sampai kepada yang abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau kejadian
yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh pembelajar, akan dapat
memberikan gambaran yang konkrit tentang wujud, ukuran, dan lokasi. Di
samping itu dapat pula mengarahkan kepada generalisasi tentang arti
kepercayaan suatu kebudayaan dan sebagainya (Asnawir dan Usman, 2002:1315).
Berdasarkan pendapat di atas, maka jelaslah bahwa penggunaan media dalam
pembelajaran memang harus memperhatikan tujuan pembelajaran (standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator), materi pokok/bahan pembelajaran, kemudahan
memperoleh media, yang diperlukan serta
kemampuan guru dalam menggunakannya
dalam proses pembelajaran. Sejatinya, penggunaan media lebih kepada kemudahan
memperoleh medianya, dan memudahkan pembelajaran sehingga dapat dicapai kualitas
tinggi baik dari segi proses pembelajaran maupun dari segi hasil pembelajaran. Tentu saja
proses pembelajaran memang menjadi tanggung jawab guru profesional dalam
merancang, melaksanakan/mengelola, mengevaluasi, dan mengembangkan sehingga apa
yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran didukung oleh ketersediaan media yang
memadai, baik teknologi rendah maupun teknologi tinggi bagi kepentingan pencapaian
perubahan tingkah laku peserta didik.
5) Jenis dan Klasifikasi Media
Media
pembelajaran
merupakan
satu
komp[onen
penting
dalam
sistem
pembelajaran. Oleh sebab itu, setiap guru harus memahami apa saja jenis dan klasifikasi
media yang cocok dan diperlukan dalam pembelajaran. Setidaknya para guru yang
memahami teori dan praktik pembelajaran efektif harus memperhatikan kelengkapan
media pembelajaran ini dalam memacu dan memicu potensi peserta didik sehingga
menjadi aktual melalui proses pembelajaran. Tegasnya pemahaman terhadap jenis dan
klasifikasi media mengantarkan para guru termotivasi menggunakan media teknologi
pembelajaran dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam dan di luar kelas.
Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai
dari media yang sederhana sampai pada media yang cukup rumit dan canggih. Untuk
mempermudah mempelajari jenis media, karakter, dan kemampuannya, dilakukan
373 pengklasifikasian atau penggolongan. Salah satu klasifikasi yang dapat menjadi acuan
dalam pemanfaatan media adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh Edgar Dale yang
dikenal dengan kerucut pengalaman (Cone Experience). Kerucut pengalaman Dale
mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang akan diperoleh oleh
peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar yang dapat
dicapai melalui gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat abstrak.
Berdasarkan kerucut pengalaman sebagaimana dikemukakan Dale, menunjukkan
bahwa informasi yang diperoleh melalui pengalaman langsung yang berada pada dasar
kerucut mampu menyajikan pengalaman belajarsecara lebih konkret. Semakin menuju ke
puncak kerucut, penggunaan media semakin memberikan pengalaman belajaryang
bersifat abstrak. Penggolongan lain yang dapatdijadikan acuan dalam pemanfaatan media
adalah berdasarkan pada teknologi yang digunakan, mulai media yang teknologinya
rendah (low technology) sampai pada media yang menggunakan teknologi tinggi (high
technology). Apabila penggolongan media ditinjau dari teknologi yang digunakan, maka
penggolongannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dengan demikian,
penggolongan media dapat berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, dalam era tahun
1950 media televisi dikategorikan sebagai media berteknologi tinggi, tetapi kemudian
pada era tahun 1970/1980 media tersebut bergeser dengan kehadiran media komputer.
Pada masa tersebut, komputer digolongkan sebagai media dengan teknologi yang paling
tinggi ( Heinich, et.al.,1996), tetapi kemudian pada tahun 1990 tergeser kedudukannya
dengan kehadiran media komputer conferencing melalui internet. Kondisi seperti ini akan
berlangsung selama ilmu dan teknologi terus berkembang.
Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun
oleh Heinich dkk (1996) yang dirangkum oleh Uno (2006) sebagai berikut:
KLASIFIKASI
Media
yang
tidak
(non projected media)
Media
yang
(projected media)
JENIS MEDIA
diproyeksikan Realita,
model,
material), display
bahan
grapis
(graphical
diproyeksikan OHT, Slide, Opaque
Media Audio (Audio)
Audio kaset, audio vission, active audio vission
Media Video (Video)
Video
Media berbasis komputer (computer Computer Assisted Instruction (CIA) Computer
based media)
Managed Instruction (CMI)
Multimedia kit
Perangkat Praktikum
Pengklasifikasian
yang
dilakukan
oleh
Heinich
ini
pada
dasarnya
adalah
penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah media tersebut masuk
374 dalam golongan media yang tidak diproyeksikan atau yang diproyeksikan, atau apakah
media tertentu masuk dalam golongan media yang dapat didengar lewat audio atau dapat
dilihat secara visual, dan seterusnya. Selain itu, para ahli media lainnya juga membagi
jenis-jenis media pengajaran, meliputi:
1)
Media asli dan tiruan,
2)
Media bentuk papan,
3)
Media bagan dan grafis,
4)
Media proyeksi,
5)
Media dengar (audio),
6)
Media cetak atau printed materials”.
Briggs, berpendapat mengenai jenis media dengan menekankan para karakteristik
menurut stimulus atau rangsangan yang dapat ditimbulkannya daripada media itu sendiri,
yakni kesesuaian rangsangan tersebut dengan karakteristik peserta didik, tugas
pembelajaran, bahan dan transmisinya. Di samping itu Briggs mengidentifikasi macammacam media yang dipergunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: objek, model, suara
langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis , media
transparansi, film bingkai, film, televisi, dan gambar (Asnawir, dan usman, 2001:29).
Sedangkan menurut Sudjana dan Rivai (2001:3) jenis media pengajaran, yaitu: (1) media
grafis, seperti :gambar, foro, grafik, bagan atau diagram, foster, kartun, komik, dan lainlain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai
ukuran panjang dan lebar, (2) media tiga dimensi, yaitu dalam bentuk model seperti
model padat (solid model), model pemampang, model susun, model kerja, mock up,
diorama, dan lain-lain, (3) media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP
dan lain-lain, (4) penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran”.
Hal yang perlu dicatat bahwa penggunaan media sebagaimana dikelompokkan di
atas tidak bisa dilihat atau dinilai dari segi kecanggihannya tetapi yang lebih penting
adalah fungsi dan perannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran.
6)
Fungsi dan Peran Media
Ada beberapa cara yang dapat digunakan sebagai penarik perhatian adalah: (a)
memulai pembelajaran dengan memusatkan pada aplikasi isi berbagai isu yang relevan
dengan peserta didik bagaimana peserta didik akan menggunakan atau menerapkan
informasi baru ini, (b) menginformasikan kepada peserta didik apa yang diharapkan
mereka dapat kerjakan; dan,
(c) memulai dengan mengajukan pertanyaan atau
mengajukan masalah yang memusatkan perhatian terhadap informasi yang musti
dipelajari oleh peserta didik.
375 Pembelajaran interaktif dapat direalisasikan dalam beberapa bentuk. Ada beberapa
jenis pembelajaran interaktif. Pembelajaran partisipatori yaitu jenis pembelajaran yang
dimulai dengan sesi curah pendapat dari seluruh peserta didik. Guru kemudian
mengelompokkan, mengevaluasi, dan membahas hasil curah pendapat iru bersama
dengan peserta didik. Sebagaimana halnya dengan (1) Pembelajaran main peran dimulai
dengan main peran yang diberi tahapan dengan pelaku yang terdiri atas peserta didik
dengan sukarela. Setelah bermain peran, butir-butir informasi penting dibahas dan
akhirnya disimpulkan, (2) Pembelajaran kuis tim dimulai dengan mengumumkan bahwa
akan ada kuis pada akhir pelajaran. Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok
yang bersaing mengumpulkan angka berdasarkan jumlah jawaban yang benar. Teknik
bukan saja meriah tetapi juga membantu menarik perhatian peserta didik. Peserta didik
akan lebih berkonsentrasi ketika mereka mengetahui bahwa mereka akan ditanya, dan
mereka berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk timnya, (3) Pembelajaran
kooperatif menciptakan tim-tim atau kelompok-kelompok yang bertanggung jawab untuk
saling mengajar pengetahuan atau keterampilan khusus. Secara konseptual, peserta didik
akan belajar lebih baik dan lebih banyak jika mereka harus atau bertanggung jawab untuk
mengajarkan pesan atau informasi kepada yang lainnya, (4)
Debat terstruktur amat
bermanfaat apabila ada butir-butir informasi penting atau pandangan yang berlawanan.
Pertama-tama isu diuraikan kepada peserta didik. Peserta didik kemudian ditunjuk (atau
memilih) posisi pada pandangan yang sesungguhnya bertentangan dengan pandangan
mereka sendiri. Setiap tim mempersiapkan butir-butir yang mendukung pandangan yang
dibelanya. Kemudian tim bergantian menyajikan posisi dan dukungan argumentasi
timnya. Kegiatan ini diikuti dengan pembahasan oleh guru mengenai isu yang
diperdebatkan, (5)
membantu
peserta
Pembelajaran 99-detik merupakan rancangan pembelajaran yang
didik
memproses
informasi
dengan
meminta
peserta
didik
mengorganisasikan secara singkat informasi ke dalam penyajian yang tidak lebih dari 99
detik. Orga-nisasi ringkasan tersebut memuat butir-butir penting keseluruhan informasi.
Mengacu kepada Levie & Lentz (1982) ada empat fungsi media pembelajaran,
khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan
(d) fungsi kompensatoris. Berikut ini akan diberikan penjelasan keempat fungsi yang
dimaksud sebagai berikut:
1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian peserta didik untuk berkon-sentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan
376 materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang
tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media
gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead projector
dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran
yang akan mereka terima. Dengan de-mikian, kemungkinan untuk memperoleh
dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
2.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didikketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap peserta didik, misalnya informasi
yang menyangkut masalah sosial atau ras.
3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-te-muan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa
media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu
peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi
dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran
berfungsi untuk mengakomodasikan peserta didik yang lemah dan lambat
menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau
disajikan secara verbal.
Berkenaan dengan fungsi tersebut, kegiatan-kegiatan diplomasi pun semakin
kompleks, pemilikan data base, pengolahan data yang rahasia sifatnya semakin perlu
dikembangkan. Ada beberapa paradigma yang menarik sebagai akibat kemajuan
teknologi dalam berdiplomasi, yaitu ide-ide baru dapat dinikmati, ditransmisikan dan
dapat didebat langsung. Diplomasi lebih relevan untuk lebih memperjelas posisi dan
secara nyata memperjuangkan misi negara dan bangsa. Tidak terbayang oleh kita bahwa
komunikasi dan diplomasi yang bergandengan dengan ini akan dihadapkan pada satu
era di mana masyarakat digital akan menjadi penguasa baru.
Dalam proses pembelajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu
dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam
menyampaikan materi
ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan
pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan mahal
ataupun media yang sederhana dan murah. Kemp, dkk. (1985) menjabarkan sejumlah
kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain:
377 1)
Penyajian materi ajar menjadi lebih standar;
2)
Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;
3)
Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif;
4)
Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi;
5)
Kualitas belajar dapat ditingkatkan;
6)
Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang
diinginkan;
7)
Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih
kuat/baik;
8)
Memberikan nilai positif bagi pengajar.
Seorang guru dalam melaksanakan prose belajar mengajar harus memiliki gagasan
yang ditujukan dalam desain instruksional, sebagai titik awal dalam melaksanakan
komunikasi denga peserta didik. Karena itu, dalam menyusun desain instruksional, di
samping gagasan guru, perlu diperhatikan adanya unsur-unsur yang dapat menunjang
proses komunikasi serta adanya tujuan dari komunikasi. Hal ini berarti bahwa agar proses
komunikasi dapat berjalan secara efektif dan efisien, perlu menganal tentang peranan dan
fungsi media instruksional edukatif. Peranan dan fungsi media instruksinal edukatif sangat
dipengaruhi oleh ruang, waktu, pendengar (penerima pesan atau peserta didik) serta
sarana dan prasarana yang tersedia, disamping sifat dari media instruksional edukatif.
1.
Peranan Media Instruksional Edukatif
a.
Mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta didik.
Misalnya: peserta didik yang bertempat tinggal di daerah pegunungan yang
belum pernah melihat lautan dapat digunakan media film, video kaset.
b.
Mengatasi batas-batas ruang kelas.
Misalnya: benda-benda yang akan diajarkan sulit dibawa ke dalam kelas,
dapat diajarkan melalui film strip, film slide, dan sebagainya.
c.
Mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat
diamati karena terlalu kecil. Misalnya: sel, bakteri, atom dapat digunakan
media gambar, slide, film, dan sebagainya.
d.
Mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat, sedangkan proses
gerakan itu menjadi pusat perhatian peserta didik.
e.
Mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi
bagian untuk diamati secara terpisah.
f.
Mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar secara langsung melalu
telinga. Misalnya: alat bantu sistem pengeras suara.
378 g.
Mengatasi peristiwa-peristiwa alam. Misalnya: terjadinya letusan gunung
berapi,
pertumbuhan
tumbuhan
atau
pembiakan
binatang,
dapat
digunakan media gambar, film, dan sebagainya.
h.
Memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan masyarakat atau
dengan keadaan alam sekitar. Misalnya: kunjungan ke museum, kebun
binatang dan sebagainya.
i.
Memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengamatan terhadap sesuatu
yang pada awal pengamatan peserta didik berbeda-beda.
j.
Membangkitkan minat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi
kegiatan belajar peserta didik.
2.
Fungsi Media Instruksional Edukatif.
Seperti telah dikemukakan di muka bahwa media instruksional edukatif mempunyai
fungsi yang cukup berarti di dalam proses belajar mengajar, seperti berikut:
a.
Menurut Derek Rewntree, media pendidikan (meida instruksional edukatif)
berfungsi:
b.
1)
Membangkitkan motivasi belajar.
2)
Mengulang apa yang telah dipelajari.
3)
Menyediakan stimulus belajar.
4)
Mengaktifkan respon peserta didik.
5)
Memberikan balikan dengan segera.
6)
Menggalakkan latihan yang serasi.
Menurut McKnown ada 4 fungsi, yaitu:
1)
Mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari pendidikan yang
menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan yang
mementingkan kebutuhan kehidupan peserta didik.
2)
Membangkitkan motivasi belajar pada peserta didik karena:
a)
Media instruksional edukatif pada umumnya merupakan sesuatu yang
baru bagi peserta didik, sehingga menarik perhatian peserta didik.
b) Penggunaan media instruksional edukatif memberikan kebebasan
kepada peserta didik lebih besar dibandingkan dengan cara belajar
tradisional.
c)
Media instruksional edukatif lebih konkret dan mudah dipahami.
d) Memungkinkan peserta didik untuk berbuat sesuatu.
e)
3)
Mendorong peserta didik untuk ingin tahu lebih banyak.
Memberikan kejelasan (clarification).
379 4)
Memberikan peserta didik untuk ingin tahu lebih banyak.
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode
mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu
metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai,
meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media,
antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan peserta didik
kuasai
setelah
pembelajaran
berlangsung,
dan
konteks
pembelajaran
termasuk
karakteristik peserta didik. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi
utama
media
pembelajaran
adalah
sebagai
alat
bantu
mengajar
yang
turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh
guru. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa
pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan media pembelajaran
pada
tahap
orientasi
pembelajaran
akan
sangat
membantu
keefektifan
proses
pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain
membangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran juga dapat
membantu peserta didik meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik
dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi, motivasi,
media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang
diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para peserta didik atau pendengar
untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau
memberikan sumbangan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai,
dan emosi.
Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka
penyajian informasi di hadapan sekelompok peserta didik. Isi dan bentuk penyajian
bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan
latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi.
Ketika mendengar atau menonton bahan informasi, para peserta didik bersifat pasif.
Partisipasi yang diharapkan dari peserta didik hanya terbatas pada persetujuan atau
ketidaksetujuan mereka secara mental, atau terbatas pada perasaan tidak/kurang
senang, netral, atau senang. Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi
yang terdapat dalam media itu harus melibatkan peserta didik baik dalam benak atau
mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.
Materi harus dirancang secara lebih siste-matis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-
380 prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping menyenangkan,
media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan
memenuhi kebutuhan perorangan peserta didik.
Dale
(1969:180)
mengemukakan
bahwa
bahan-bahan
audio-visual
dapat
memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Hubungan guru-peserta didik tetap merupakan elemen paling penting dalam sistem
pendidikan moderen saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran
dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi:
1)
Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
2)
Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku peserta didik;
3)
Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dan kebutuhan dan minat
peserta didik dengan meningkatnya motivasi belajar peserta didik;
4)
Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar peserta didik
5)
Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan peserta didik;
6)
Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan
melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya
hasil belajar;
7)
Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membanru peserta didik
menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari;
8)
Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep
yang bermakna dapat dikembangkan;
9)
Memperluas wawasan dan pengalaman peserta didik yang mencerminkan
pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;
10) Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikir-an yang peserta didik
butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang
bermakna.
Sudjana & Rivai (1992;2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar peserta didik, yaitu:
1)
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
2)
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami
oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran;
3)
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga peserta didik tidak bosan dan
381 guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam
pelajaran;
4)
Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan Iain-lain.
Hamalik (1994:15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
1) Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi
verbalisme.
2) Memperbesar perhatian peserta didik.
3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena
itu membuat pelajaran lebin mantap.
4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat me-numbuhkan kegiatan berusaha
sendiri di kalangan peserta didik.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama melalui gambar
hidup.
6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan
kemampuan berbahasa.
7) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan
membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Mengacu kepada beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa
manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar
diantaranya dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar disamping itu juga dapat
meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya, dan
kemungkinan peserta didik untuk belajar sendiri-sendiri sesuai
kemampuan dan
minatnya.
Dengan demikian, media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera,
ruang, dan waktu;
1)
Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas
dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model;
2)
Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat
disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar;
382 3)
Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan
tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide disamping
secara verbal.
4)
Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan
secara konkrit melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer;
5)
Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan
dengan media seperti komputer, film, dan video.
6)
Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam
kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu
dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film,
video, slide, atau simulasi komputer.
7)
Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta
didik tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan
terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya
misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun
binatang.
7) Pembelajaran On-Line
Aplikasi potensial bagi pendidikan dari pembelajaran on-line sedang mengalami
pertumbuhan. Para pelajar tidak hanya memiliki akses kepada buku pelajaran, tetapi isi
material semakin meluas keluar dinding bangunan sekolah. Pembelajaran online adalah
suatu lingkungan penyebaran pembelajaran terbuka yang menggunakan alat paedagogik,
dapat diperoleh
dengan internet dan teknologi berbasis jaringan untuk memudahkan
pembelajaran dan membangun pengetahuan melalui tindakan dan interaksi bermakna
(Dabbagh dan Ritland, 2005:15). Dengan kata lain, internet dan teknologi berbasis
jaringan adalah digunakan untuk mendukung proses pengajaran dan pembelajaran serta
memudahkan pembelajaran dan membangun pengetahuan melalui tindakan dan interaksi
bermakna.
Dengan demikian ada enam karakteristik pembelajaran online, yaitu:
1)
Globalisasi dan pembelajaran sebagai proses sosial adalah bersifat inheren
dan diperoleh melalui teknologi komunikasi.
2)
Konsep pembelajaran kelompok adalah hal fundamental untuk mencapai dan
mempertahankan pembelajaran.
3)
Konsep belajar jarak jauh yang secara tradisional tidak penting atau tidak
terbatas
lagi
pelatih/pengajar.
karena
keterpisahan
fisik
dari
pembelajar
dengan
383 4)
Peristiwa pengajaran dan pembelajaran (termasuk kursus) disebarkan
melintasi waktu dan tempat, terjadi secara langsung dan tidak langsung
melalui beragam media.
5)
Pembelajar bekerja dengan bentuk beragam dari interaksinya: pengajar
dengan pembelajar, pembelajar dengan kelompok, pembelajar dengan isi
pelajaran, dan pembelajar dengan pelatih.
6)
Internet dan jaringan berbasis teknologi digunakan untuk mendukung proses
pengajaran
dan
pembelajaran
serta
memudahkan
pembelajaran
dan
membangun pengetahuan melalui tindakan dan interaksi bermakna.
Secara esensial ada tiga komponen kunci
bekerja
pembelajaran online dengan
cara kolektif untuk mempercepat pembelajaran dan interaksi bermakna: (a) model-model
paedadodik atau konstruk, (b) strategi pengajaran dan pembelajaran, dan (3) alat-alat
paedagogis, atau teknologi pembelajaran online, yaitu: internet dan teknologi berbasis
jaringan. Ketiga bentuk komponen tersebut sebagai suatu kesatuan hubungan modelmodel paedadodik atau konstruk, strategi pengajaran dan pembelajaran, dan alat-alat
paedagogis
pembelajaran
sebagai
proses
online
sosial
sehingga
yang
dirancang
mengarahkan
dalam
kepada
kerangka
strategi
lingkungan
pengajaran
dan
pembelajaran yang spesifik.
Ada beberapa piilihan media teknologi mutakhir/kontemporer yang dapat dijadikan
media yang dimaksimalkan dalam mencapai tujuan pembelajaran, khususnya perubahan
perilaku (kognitif, afektif, dan psikomotor) baik di sekolah maupun luar sekolah.
Setidaknya media tersebut antara lain: Media berbasis telekomunikasi diantaranya
Telekonferen dan Kuliah jarak jauh dan Media berbasis mikroprosesor diantaranya
Computer-assisted instruction, Permainan komputer, Sistem tutor intelijen, Interaktif,
Hypermedia dan Compact (video) disc.
Sesuai jenisnya, pengertian dari media
kontemporer secara ringkas disajikan berikut ini.
1. Teleconference adalah suatu teknik komunikasi di mana kelompok-kelompok
yang berada di lokasi geografis berbeda menggunakan mikrofon dan amplifier
khusus yang dihubungkan satu dengan lainnya sehingga setiap orang dapat
berpartisipasi dengan aktif dalam suatu pertemuan besar dan diskusi.
2. Kuliah jarak jauh (telelecture) adalah suatu teknik pengajaran di mana seseorang
ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu menghadapi sekelompok pendengar yang
mendengarkan melalui amplifier telepon. Pendengar dapat bertanya kepada
pembicara
pembicara.
dan
kelompok
itu
dapat
mendengarkan
jawaban/tanggapan
384 3. Computer-assisted instruction adalah suatu sistem penyampaian materi pelajaran
yang berbasis mikroprosesor yang pelajarannya dirancang dan diprogram ke dalam sistem tersebut.
4. Hypertext adalah suatu tulisan yang tak-berurutan-nonsekuensial. Dengan suatu
sistem authoring (menulis), pengarang mampu menghubungkan informasi dari
bagian mana pun dalam paket pelajaran itu, menciptakan jalur-jalur melalui satu
korpus materi yang berkaitan, memberi keterangan teks yang tersedia, dan
membuat catatan yang menghubungkan teks-teks itu.
5. Hypermedia adalah perluasan dari hypertext yang menggabungkan media lain ke
dalam teks. Dengan sistem hypermedia, pengarang dapat membuat suatu korpus
materi yang kait-mengkait yang meliputi teks, grafik, grafik/gambar animasi,
bunyi, video, musik, dan Iain-lain.
6. Sistem tutor intelijen adalah pengajaran dengan bantuan komputer yang memiliki
kemampuan untuk berdialog dengan peserta didik dan melalui dialog itu peserta
didik dapat mengarahkan jalannya pelajaran.
7. Interactive video adalah suatu sistem penyampaian pengajaran di mana materi
video rekaman disajikan dengan pengendalian komputer kepada penonton
(peserta didik) yang tidak hanya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi
juga memberikan respons yang aktif, dan respons itu yang menentukan
kecepatan dan sekuensi penyajian. Peralatan yang diperlukan antara lain komputer, videodisc laser, dan layar monitor.
8. Pengembangan Bahan Ajar
a) Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak
tertulis.
Bahan ajar atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau
mengajar dan material atau bahan. Menurut University of Wollongong NSW 2522,
AUSTRALIA
pada website-nya, WebPage last updated: August 1998, Teaching is
defined as the process of creating and sustaining an effective environment for learning.
Melaksanakan
pembelajaran
diartikan
sebagai
proses
menciptakan
dan
mempertahankan suatu lingkungan belajar yang efektif. Paul S. Ache lebih lanjut
mengemukakan tentang material yaitu: Books can be used as reference material, or they
385 can be used as paper weights, but they cannot teach. Buku dapat digunakan sebagai
bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot.
Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar merupakan
seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara
sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan peserta didik dapat
mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara
akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
a.
Pedoman bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
diajarkan kepada peserta didik.
b.
Pedoman bagi Peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses
pembelajaran,
sekaligus
merupakan
substansi
kompetensi
yang
seharusnya dipelajari/dikuasainya.
c.
Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Pendapat lain mengatakan sebagai berikut; Definition of teaching material they are
the information, equipment and text for instructors that are
required for
planning and review upon training implementation. Text and training equipment are
included in the teaching material.( Anonim dalam Web-site)
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktor
untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah
segala
bentuk
bahan
yang
digunakan
untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
membantu
guru/instruktor
dalam
Bahan yang dimaksud bisa berupa
(National Center for Vocational Education
Research Ltd/National Center for Competency Based Training).
Pengelompokan bahan
ajar menurut Faculté de Psychologie et des Sciences de
l’Education Université de Genève dalam website adalah sebagai berikut : Integrated
media-written, audiovisual, electronic, and interactive-appears in all their programs under
the name of Medienverbund or Mediamix (Feren Universitaet and Open University
respectively). HTTP://tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http:// tecfa.
unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie et des Sciences
de l’Education Université de Genève.
386 Media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif
terintegrasi
yang kemudian
disebut sebagai medienverbund (bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau
mediamix.
Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien
mengelompokkan menjadi tiga
besar, pertama auditiv yang menyangkut radio
(Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte).
Kedua yaitu visual
(visuell) yang menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm), video
bisu (Stummvideo), program komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis dengan
dan tanpa gambar (Lerntext, mit und ohne Abbildung).
Ketiga yaitu audio visual
(audiovisuell) yang menyangkut berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan
suara dan gambar (Tonbildschau),dan film/video.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah
merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.
Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain :
a.
Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik/guru)
b.
Kompetensi yang akan dicapai
c.
Content atau isi materi pembelajaran
d.
Informasi pendukung
e.
Latihan-latihan
f.
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g.
Evaluasi
h.
Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi
b) Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
1)
Tujuan
Bahan ajar disusun dengan tujuan:
a.
Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai
dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.
b.
Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping
buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.
c.
Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2)
Manfaat
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan
bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan
387 kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, kedua, tidak lagi
tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, bahan ajar
menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi,
keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan
ajar, kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif
antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada
gurunya.
Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan tersebut
dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan
diterbitkan.
Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka peserta didik akan
mendapatkan manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Peserta didik
akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan
mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.
Peserta didik juga akan
mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.
c) Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan
bahan
ajar
hendaklah
memperhatikan
prinsisp-prinsip
pembelajaran. Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
1)
Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk
memahami yang abstrak.
Peserta didik akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila
penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada
di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah peserta
didik diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal.
Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis pasar
lainnya.
2)
Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar peserta didik lebih
memahami suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang
mengatakan bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya, walaupun maksudnya sama,
sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih berbekas pada ingatan peserta didik.
Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar harus disajikan secara tepat dan
bervariasi sehingga tidak membosankan.
388 3)
Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta
didik
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya
atas hasil kerja peserta didik. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap peserta
didik akan menjadi penguatan pada diri peserta didik. Perkataan seorang guru seperti ’ya
benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau begini...’ akan
menimbulkan kepercayaan diri pada peserta didik bahwa ia telah menjawab atau
mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan mematahkan
semangat peserta didik. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang positif terhadap
hasil kerja peserta didik.
4)
Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
belajar
Seorang peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil
dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran
adalah memberikan dorongan (motivasi) agar peserta didik mau belajar. Banyak cara
untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian, memberikan
harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun menceritakan sesuatu
yang membuat peserta didik senang belajar, dll.
5)
Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk
mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan antara.
Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita melangkah, namun juga
anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu
menyusun anak tangga tujuan pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik
peserta didik. Dalam bahan ajar, anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk
indikator-indikator kompetensi.
6)
Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus
mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang
perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu
perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi tahu
sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian pula dalam
proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu perjalanan yang baik,
akan
memberitahukan
kota
tujuan
akhir
yang
ingin
dicapai,
bagaimana
cara
389 mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan memberitahukan pula sudah
sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan. Dengan demikian, semua peserta dapat
mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai
tujuan tersebut dengan kecepatannya sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada
tujuan meskipun dengan waktu yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar
tuntas.
d) Jenis Bahan Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi
empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul,
lembar kerja peserta didik, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan
ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan
ajar pandang dengar (audio visual) seperti
video compact disk, film.
multimedia interaktif (interactive teaching material)
Bahan ajar
seperti CAI (Computer Assisted
Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar
berbasis web (web based learning materials).
Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan dibahas tentang bahan ajar cetak.
Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada buku pedoman tersendiri.
1.
Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk.
Jika bahan ajar cetak
tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti
yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:
a.
Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi
seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang
sedang dipelajari
b.
Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
c.
Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
d.
Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
e.
Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
f.
Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
g.
Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
h.
Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul,
poster, brosur, dan leaflet.
390 a.
Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik.
Menurut kamus Oxford hal 389,
handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah
disiapkan oleh pembicara.
Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi
dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara
lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
b.
Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran
dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara
misalnya:
hasil
penelitian,
hasil
pengamatan,
aktualisasi
pengalaman,
otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.
Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book
is number of
sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a cover. Buku
adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan
diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu
pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang
baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan
gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan
sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang
ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar,
buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.
c.
Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul
berisi paling tidak tentang:
 Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik/guru)
 Kompetensi yang akan dicapai
 Content atau isi materi
 Informasi pendukung
 Latihan-latihan
 Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
391  Evaluasi
 Balikan terhadap hasil evaluasi
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang
peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat
menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai
oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik,
dilengkapi dengan ilustrasi.
d.
Lembar kegiatan peserta didik
Lembar kegiatan peserta didik (student worksheet) adalah lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Lembar kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang
akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran
apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan
oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau
referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.
diberikan kepada peserta didik dapat berupa
praktis.
Tugas-tugas yang
teoritis dan atau tugas-tugas
Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu,
kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis
dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang
harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya
lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, bagi peserta didik akan belajar secara mandiri dan belajar
memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi
paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD
dikuasai oleh peserta didik.
e.
Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan
dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat
tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa
392 Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur
dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari
KD yang harus dikuasai oleh peserta didik. Mungkin saja brosur dapat menjadi
bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar
lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat
satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat
peserta didik untuk menggunakannya.
f.
Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s
New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang
dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit.
Agar terlihat menarik biasanya leaflet
didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa
yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.
Leaflet sebagai bahan ajar
juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk
menguasai satu atau lebih KD.
g.
Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu.
Agar wallchart terlihat
lebih menarik bagi peserta didik maupun guru, maka wallchart didesain
dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik.
Wallchart
biasanya
masuk
dalam
kategori
alat
bantu
melaksanakan
pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.
Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria
sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan
materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa
lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai
contoh wallchart
tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
h.
Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang
baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar
peserta didik dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu
atau lebih KD.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan
bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca
393 atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari
mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%.
Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan
tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau
bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:

Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan
informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak
mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.

Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar
benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.

Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya
diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin
informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.
2.
Penyusunan Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan peserta didik (LKS),
modul, brosur atau leaflet, Wallchart, Foto/Gambar, Model/Maket. Dalam menyusun
bahan yang perlu diperhatikan adalah bahwa judul atau materi yang disajikan harus
berintikan KD atau materi pokok yang harus dicapai oleh peserta didik, di samping itu
menurut Steffen-Peter Ballstaedt bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:

Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat,
terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas pembaca.

Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat,
jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.

Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list
untuk pemahaman.

Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca
untuk berfikir, menguji stimulan.

Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang
digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah
dibaca.

Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian, lembar
kerja (work sheet).
394 a.
Handout
Istilah handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Handout
biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan
ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Steffen-Peter Ballstaedt mengemukakan dua
fungsi dari handout yaitu:

Guna membantu pendengar agar tidak perlu mencatat.

Sebagai pendamping penjelasan si penceramah/guru.
Sebuah handout harus memuat paling tidak:

Menuntun pembicara secara teratur dan jelas

Berpusat pada pengetahuan hasil dan pernyataan padat.

Grafik dan tabel yang sulit digambar oleh pendengar dapat dengan mudah
didapat.
Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa handout disusun atas dasar KD
yang harus dicapai oleh peserta didik.
Dengan demikian maka handout harus
diturunkan dari kurikulum. Handout biasanya merupakan bahan tertulis tambahan
yang
dapat
memperkaya
peserta
didik
dalam
belajar
untuk
mencapai
kompetensinya.
Langkah-langkah menyusun handout adalah sebagai berikut:

Melakukan analisis kurikulum

Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan
dicapai.

Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi terkini
dan relevan dengan materi pokoknya.

Menulis handout, dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak
terlalu panjang, untuk peserta didik SMA diperkirakan jumlah kata per
kalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragraf usahakan jumlah
kalimatnya antara 3 – 7 kalimat saja.

Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca orang lain
terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan.

Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.

Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout
misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
b.
Buku
Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran dari
seorang pengarangnya.
Jika seorang guru menyiapkan sebuah buku yang
395 digunakan sebagai bahan ajar maka buah pikirannya harus diturunkan dari KD yang
tertuang dalam kurikulum, sehingga buku akan memberi makna sebagai bahan ajar
bagi peserta didik yang mempelajarinya.
Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/ pengertian dari
judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup pembahasan dalam buku,
hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh yang diperlukan, hasil
penelitian, data dan interpretasinya, berbagai argumen yang sesuai untuk disajikan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku
adalah sebagai berikut:

Mempelajari kurikulum dengan cara menganalisisnya

Menentukan judul buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan
disediakan bukunya.

Merancang outline buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang
diperlukan untuk mencapai suatu kompetensi.

Mengumpulkan
referensi
sebagai
bahan
penulisan,
upayakan
untuk
menggunakan referensi terkini dan relevan dengan bahan kajiannya.

Menulis buku dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang
disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk peserta didik
SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal
25 kata per kalimat dan dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.

Mengevaluasi/mengedit hasil tulisan dengan cara membaca ulang. Jika ada
kekurangan segera dilakukan penambahan.

Memperbaiki tulisan

Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya
buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
c.
Modul
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis sehingga
penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator/guru.
Dengan
demikian maka sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai
pengganti fungsi guru.
Kalau guru memiliki fungsi menjelaskan sesuatu maka
modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa yang mudah diterima
peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usianya.
*
Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi
modul akan sangat baik jika menggunakan referensi–referensi mutakhir yang
396 memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah,
jurnal hasil penelitian. Materi modul tidak harus ditulis seluruhnya, dapat saja
dalam modul itu ditunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik
membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas
guna mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang
seharusnya peserta didik dapat melakukannya. Misalnya tentang tugas diskusi.
Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa
orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.
Kalimat yang disajikan tidak terlalu panjang. Bagi peserta didik SMA upayakan
untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata perkalimat dan dalam satu paragraf 3–7 kalimat. Gambar-gambar yang sifatnya
mendukung isi materi sangat diperlukan, karena di samping memperjelas
penjelasan juga dapat menambah daya tarik bagi peserta didik untuk
mempelajarinya.
*
Urutan pembelajaran
Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul.
Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi tersebut
dan petunjuk bagi peserta didik. Petunjuk peserta didik diarahkan kepada halhal yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh peserta didik,
sehingga peserta didik tidak perlu banyak bertanya, guru juga tidak perlu
terlalu banyak menjelaskan atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai
fasilitator.
*
Struktur bahan ajar/modul
Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan
disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan.
Secara umum modul harus memuat paling tidak:
-
Judul
-
Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik/guru)
-
Kompetensi yang akan dicapai
-
Informasi pendukung
-
Latihan-latihan
-
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
-
Evaluasi/Penilaian.
397 d.
Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS)
Lembar kegiatan peserta didik (student work sheet) adalah lembaran-lembaran
berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan peserta didik
akan memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian,
peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat,
langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.
Dalam menyiapkan lembar kegiatan peserta didik dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut:

Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis
dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang
akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh peserta didik.

Menyusun peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus
ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini
sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis
kurikulum dan analisis sumber belajar.

Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman
belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul
modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat
dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP)
mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan
sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka
perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.

Penulisan LKS
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
-
Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI.
-
Menentukan alat Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik.
Karena pendekatan pembelajar-an yang digunakan adalah kompetensi,
dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompeten-si, maka alat
penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan
398 Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru
dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.
-
Penyusunan Materi
Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat
berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup
substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber
seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman
peserta didik terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS
ditunjukkan referensi yang digunakan agar peserta didik membaca lebih jauh
tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi
pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik
dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan
secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok
diskusi dan berapa lama.
-
Struktur LKS
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
* Judul
* Petunjuk belajar (Petunjuk peserta didik)
* Kompetensi yang akan dicapai
* Informasi pendukung
* Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
* Penilaian
e.
Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat
tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap
tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua,
Balai Pustaka, 1996).
Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak memuat
antara lain:

Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya
materi.

KD/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.

Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan
penyajian
kalimat
yang
disesuaikan
dengan
usia
dan
pengalaman
399 pembacanya.
Untuk peserta didik SMA upayakan untuk membuat kalimat
yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu
paragraf 3 – 7 kalimat.

Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan
materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu
atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.

Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.

Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya
buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
f.
Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New
World, 1996). Leatlet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi
tidak dimatikan/dijahit.
Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara
cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana,
singkat serta mudah dipahami.
Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat
materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.
Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat brosur, bedanya
hanya dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet dapat dilihat pada brosur
di atas. Leaflet biasanya ditampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat.
g.
Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik
yang bermakna menunjukkan posisi tertentu.
Misalnya tentang siklus makhluk
hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya atau proses dari suatu kegiatan
laboraturium. Dalam mempersiapkannya wallchart paling tidak berisi tentang:

Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya
materi.

Petunjuk penggunaan wallchart, dimaksudkan agar wallchart tidak terlalu
banyak tulisan.

Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk
gambar, bagan atau siklus.

Tugas-tugas ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca
buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya.
Tugas lain misalnya menugaskan peserta didik untuk menggambar atau
membuat bagan ulang. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.

Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
400 
Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya
buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
h.
Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik
agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar peserta didik
dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Dalam menyiapkan sebuah gambar untuk bahan ajar dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:

Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
Jika foto, maka judulnya dapat ditulis dibaliknya.

Buat desain tentang foto/gambar yang dinginkan dengan membuat storyboard.
Storyboard foto tidak akan sebanyak untuk video/film.

Informasi pendukung diambilkan dari storyboard secara jelas, padat, menarik
ditulis dibalik foto. Gunakan sumber lain yang dapat memperkaya materi misalnya
foto, internet, buku. Agar foto enak dilihat dan memuat cukup informasi, maka
sebaiknya foto/gambar berukuran paling tidak 20-R.

Pengambilan gambar dilakukan atas dasar stroryboard.
dikerjakan oleh orang
Agar hasilnya baik
yang menguasai penggunaan foto, atau kalau gambar
digambar oleh orang yang terampil menggambar.

Editing terhadap foto/gambar dilakukan oleh orang yang menguasai substansi/isi
materi video/film.

Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya sebelum digandakan dilakukan penilaian
terhadap program secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi maupun
sinematografinya.

Foto/gambar biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan
pada akhir penampilan gambar, misalnya untuk pembelajaran bahasa Inggris
peserta didik diminta untuk menceritakan ulang secara oral tentang situasi dalam
foto/gambar. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar kertas lain, misalnya
berupa menceritakan ulang tentang foto/ gambar yang dilihatnya dalam bentuk
tertulis. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.

Penilaian dapat dilakukan terhadap penampilan peserta didik dalam menceritakan
kembali foto/gambar yang dilihatnya atau cerita tertulis dari foto/gambar yang
telah dilihatnya.
401 i.
Model/Maket
Model/maket yang didesain secara baik akan memberikan makna yang hampir sama
dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan meilhat benda
aslinya yang berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan lebih mudah dalam
mempelajarinya. Misalnya dalam pembelajaran biologi peserta didik dapat melihat
secara langsung bagian-bagian tubuh manusia melalui sebuah model. Biasanya model
semacam ini dapat dibuat dengan skala 1:1 artinya benda yang dilihat memiliki besar
yang persis sama dengan benda aslinya atau dapat juga dengan skala yang lebih kecil,
tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan ajar semacam ini tidak
dapat berdiri sendiri melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan
guru dalam melaksanakan pembelajaran maupun peserta didik dalam belajar. Dalam
memanfaatkan model/maket sebagai bahan ajar harus menggunakan KD dalam
kurikulum sebagai acuannya.

Judul diturunkan dari kompeternsi dasar atau materi pokok sesuai dengan
besar kecilnya materi.

Membuat rancangan sebuah model yang akan dibuat baik substansinya
maupun bahan yang akan digunakan sebagai model.

Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik pada selembar
kertas. Karena tidak mungkin sebuah model memuat informasi tertulis kecuali
keterangan-keterangan singkat saja. Gunakan berbagai sumber yang dapat
memperkaya
informasi
misalnya
buku,
majalah,
internet,
jurnal
hasil
penelitian.

Agar hasilnya memuaskan, sebaiknya pembuatan model atau maket dilakukan
oleh orang yang memiliki keterampilan untuk membuatnya.
Bahan yang
digunakan tentu saja disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan
kemudahan dalam mencarinya.

Tugas dapat diberikan pada akhir penjelasan sebuah model, dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan oral. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam
lembar kertas lain, misalnya berupa tugas menjelaskan secara tertulis tentang
misalnya untuk pembelajaran biologi, fungsi jantung bagi kehidupan manusia.
Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok.

Penilaian dapat dilakukan terhadap jawaban lisan atau tertulis dari pertanyaan
yang diberikan.
402 E.
1.
Rangkuman
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis buku adalah sebagai
berikut:
a. Kesesuaian isi buku dengan KIL, KI, dan KD
b. Kecukupan materi
c. Kedalaman materi
d. Kebenaran materi
e. Kesesuaian pendekatan yang digunakan
2. Berikut disajikan ikhtisar tentang komponen pokok dari silabus yang lazim digunakan:
a. Komponen yang berkaitan dengan kompetensi yang hendak dikuasai, meliputi
1)
Kompetensi inti (KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4)
2)
Kompetensi Dasar
3)
Materi Pokok
b. Komponen yang berkaitan dengan cara menguasai kompetensi, memuat pokok
pokok kegiatan dalam pembelajaran.
c. Komponen yang berkaitan dengan cara mengetahui pencapaian kompetensi,
mencakup penilaian
d. Komponen Pendukung, terdiri dari Alokasi waktu
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
a.
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang
dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu
yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran,
dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan
pembelajaran,
KD
dan
indikator
pencapaian
kompetensi;
(5)
materi
pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6)
langkah- langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.
b.
Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP
Berbagai
prinsip
dalam
mengembangkan
atau
menyusun
RPP adalah
sebagai berikut.
1)
RPP
disusun
guru
sebagai
terjemahan
dari
ide
kurikulum
dan
berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke
dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam
pembelajaran.
2)
RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan
dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal
403 peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi,
sosial,
emosi,
gaya
kemampuan
belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar,
latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
3)
Mendorong partisipasi aktif peserta didik
4)
Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik
sebagai
manusia
yang
mandiri
dan
tak
berhenti
belajar,
proses
pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik
untuk mengembangkan motivasi, minat,
kreativitas,
inisiatif,
rasa
ingin
tahu,
inspirasi, kemandirian,semangat
belajar,
keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.
5)
Mengembangkan budaya membaca dan menulis
6)
Proses pembelajaran dalam
RPP
dirancang
untuk
mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan
berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
7)
Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
8)
RPP
memuat
rancangan
positif,penguatan,
program
pengayaan,
pemberian
dan
umpan
remedi.
balik
Pemberian
pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau
ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik
dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan
sesuai
dengan
kelemahan peserta didik.
9)
Keterkaitan dan keterpaduan.
10) RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara
KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan
sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun
dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas
matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.
11) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
12) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi
dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan
situasi dan kondisi.
4. Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan
kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam
menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan
404 pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan mahal
ataupun media yang sederhana dan murah. Kemp, dkk. (1985) menjabarkan
sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain:
1) Penyajian materi ajar menjadi lebih standar;
2) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;
3) Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif;
4) Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi;
5) Kualitas belajar dapat ditingkatkan;
6) Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang
diinginkan;
7) Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih
kuat/baik;
8) Memberikan nilai positif bagi pengajar.
F.
Evaluasi
TUGAS
1. Diskusi tentang konsep Perangkat Pembelajaran
2. Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian buku guru dan buku peserta didik
dengan tuntutan SKL, KI, dan KD dengan menggunakan LK-2.3-1 dan LK -2.3-2.
3. Kerja kelompok untuk menganalisis kesesuaian antara KD dengan Materi, Kegiatan
Pembelajaran dan evaluasi dengan menggunakan LK
4. Kerja kelompok untuk Menyusun RPP Al-Qur’an Hadits sesuai Kurikulum 2013 dengan
menggunakan Format RPP Kurikulum 2013 (Permendikbud No. 81 A Tahun 2013)
5. Kerja kelompok untuk menyusun bahan ajar sesuai dengan materi RPP yang sudah di
diskusikan sebelumnya
TES FORMATIF
Berilah tanda silang (X) pada huruf
a, b, c atau d di depan jawaban yang menurut
pendapat anda benar!
1.
Media pembelajaran dapat membantu terjadinya perluasan area of exsperience guru
dan peserta didik, maksudnya ialah……..
a.
Guru memiliki daerah pengalaman lebih luas dari peserta didik
b.
Daerah pengalaman guru dan peserta didik mendekati kesamaan
c.
Pengalaman peserta didik menjadi lebih baik dibandingkan gurunya
d.
Peserta didik menjadi lebih banyak memperoleh pengalaman belajar
405 2.
Pernyataan di bawah ini yang menujukkan kedudukan media dalam sistem
pembelajaran?
a.
Media pembelajaran merupakan komponen yang paling penting dalam sistem
pembelajaran
b.
Media
pembelajaran
kurang
bermanfaat
untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran dibandingkan komponen lainnya.
c.
Media pembelajaran merupakan bagian terpisahkan dari proses pembelajaran
yang sistemik
d.
Media pembelajaran merupakan faktor yang sama pentingnga dengan faktor lain
dalam sistem pembelajaran
3.
4.
Gambar sederhana untuk memperlihatkan tata cara berwudhu atau shalat, yaitu……
a.
Poster
b.
Bagan
c.
Diagram
d.
Grafik
Manakah contoh penerapan media yang bertujuan untuk mendemonstrasikan materi
tertentu?
a.
Peserta didik menggunakan atribut perang untuk menghayati zaman perjuangan
merebut kemerdekaan
b.
Peserta didik menggunakan LCD ketika memerankan tokoh guru
c.
Guru Pendidikan Agama Islam memperlihatkan cara bertayamum dengan
menggunakan debu
b.
Poster anti narkoba dipajang di lingkungan sekolah sebagai bentuk demonstrasi
anti narkoba
5.
Ciri utama media elektronis adalah…..
a.
Membutuhkan keahlian khusus mengoperasikannya
b.
Membutuhkan tenaga listrik yang memadai
c.
Terdapat prosedur khusus dan jika tidak dilakukan dengan baik akan berakibat
rusaknya pada alat
d.
6.
Hanya dikhususkan pada peserta didik tertentu saja
Salah satu kelebihan dari media komputer yang tidak dimiliki oleh media lain
adalah…….
a.
Bisa visual
b.
Bisa Audio
c.
Bisa Interaktif
406 d.
G.
Bisa Audio Visual
Daftar Pustaka
Abizar, Strategi Instruksional: Latar Belakang Teori dan Penalarannya, Padang: IKIP
Padang, 1995.
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Dabbagh, Nada dan Brenda Bannan-Ritland, Online Learning: Concepts, Strategies and
Application, New Jersey: Pearson Merill Prentice Hall, 2005.
Hamalik, Oemar, Strategi Pembelajaran. Bandung : Mandar Madju, 1993.
Johnson, Elaine B, Contextual Teaching & Learning, Bandung: Mizan Media Utama,
2007.
Longworth, Norman, Making Lifelong Learning Work, London: Kogan Page, 1999.
Meier, Dave, The Accelerated Learning, Terjemahan, Bandung: Kaifa, 2003.
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Jakarta: BPSDMP dan PMP
Kemdikbud.
Percival, Fred dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 1988.
Ravet, Serge dan Maureen Layte, Technology-Based Training, London: Kogan Page,
1997.
Rohani, Ahmad, HM, Media Instruksional Edukatif, Jakarta: Rinekacipta, 1997.
Sadiman, Arief, Dkk, Media Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 1990.
Smaldino, Sharon, E, Dkk, Instructional Technology and Media for Learning, New Jersey:
Pearson Merill Pretice Hall, 2005.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2001.
Surachmad, Winarno.Pengantar Interaksi Pembelajaran, Bandung:Tarsito, 1984.
Uno, Hamzah B, Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
EVALUASI
1. Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
berdasarkan…
a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013
b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013
c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013
d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013
Dasar
dan
2. Notasi yang digunakan dalam Kompetensi Inti adalah…
a. KI-1 untuk sikap spiritual; KI-2 untuk sikap sosial; KI-3
untuk keterampilan
b. KI-1 untuk sikap spiritual; KI-2 untuk sikap sosial; KI-3
untuk pengetahuan
c. KI-1 untuk sikap sosial; KI-2 untuk sikap spiritual; KI-3
untuk keterampilan
d. KI-1 untuk sikap sosial; KI-2 untuk sikap spiritual; KI-3
untuk pengetahuan
3. Di
a.
b.
c.
d.
Menengah
ditetapkan
untuk pengetahuan; KI-4
untuk keterampilan; KI-4
untuk pengetahuan; KI-4
untuk keterampilan; KI-4
antara notasi yang digunakan dalam Kompetensi Dasar adalah…
Kelompok 1 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Sikap Sosial
Kelompok 2 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Sikap Sosial
Kelompok 3 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Pengetahuan
Kelompok 4 sebagai penjabaran Kompetensi Inti Keterampilan
4. Kerangka Dasar
berdasarkan…
a. Permendikbud
b. Permendikbud
c. Permendikbud
d. Permendikbud
5. Kerangka Dasar
berdasarkan…
a. Permendikbud
b. Permendikbud
c. Permendikbud
d. Permendikbud
dan
Nomor
Nomor
Nomor
Nomor
dan
Nomor
Nomor
Nomor
Nomor
Struktur
54
67
68
69
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Struktur
54
67
68
69
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Kurikulum
Madrasah
Ibtidaiyah
ditetapkan
Tsanawiyah
ditetapkan
2013
2013
2013
2013
Kurikulum
Madrasah
2013
2013
2013
2013
6. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Madrasah Aliyah ditetapkan berdasarkan…
a. Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013
b. Permendikbud Nomor 67 Tahun 2013
c. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013
d. Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013
7. Meyakini bahwa mempelajari Al-Qur’an merupakan ibadah adalah Kompetensi Dasar
yang merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti..
a. Sikap Spiritual
b. Sikap Sosial
c. Pengetahuan
d. Keterampilan
8. Memiliki perilaku mencintai Al-Qur’an dalam kehidupan adalah Kompetensi Dasar yang
merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti…
a. Sikap Spiritual
b. Sikap Sosial
c. Pengetahuan
d. Keterampilan
9. Implementasi Kurikulum
berdasarkan…
a. Permendikbud Nomor
b. Permendikbud Nomor
c. Permendikbud Nomor
d. Permendikbud Nomor
2013 pada Pendidikan Dasar dan Menengah ditetapkan
81A
82A
83A
84A
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2013
2013
2013
2013
10. Di antara prinsip yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk kurikulum 2013
adalah…
a. Berpusat pada pendidik
b. Berpusat pada peserta didik
c. Berpusat pada kepala sekolah
d. Berpusat pada orang tua siswa
11. Berikut ini di antara pengertian PTK, kecuali …
a. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalahmasalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan
b. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang
bersifat reflektif
c. Penelitian untuk mengujicobakan ide-ide ke dalam praktek dalam rangka
memperbaiki/mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.
d. Penelitian tindakan kelas sebagai pengganti tugas utama guru sebagai pengajar
12. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah inquiri reflektif. Inquiri reflektif
adalah…
a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang
menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual
b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan
yang diinginkan
c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental
d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian
13. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah Kolaboratif. Kolaboratif adalah…
a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang
menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual
b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan
yang diinginkan
c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental
d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian
14. Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah Reflektif. Reflektif adalah…
a. PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga masalah yang
menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual
b. PTK merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan
yang diinginkan
c. PTK sering mengutamakan pendekatan empiris eksperimental
d. PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian
15. Di
a.
b.
c.
d.
antara model-model gabungan dalam model-model PTK adalah…
Model gabungan Kurt Lewin dan Kemmis
Model gabungan McTaggart dan Dave Ebbutt
Model gabungan John Elliot dan Hopkins
Model gabungan Sanford dan Kemmis
16. Tahapan yang lazim dilalui dalam PTK adalah...
a. Perencanaan-pelaksanaan-pengamatan-refleksi
b. Perencanaan-pengamatan-pelaksanaan-refleksi
c. Pengamatan-pelaksanaan-perencanaan-refleksi
d. Pengamatan-perencanaan-pelaksanaan-refleksi
17. Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan dilakukan oleh…
a. Kolaborator
b. Kontributor
c. Distributor
d. Inspirator
18. Jika PTK terdiri dari tiga siklus, maka siklus ketiga dimulai dari…
a. Perencaanaan
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan
d. Refleksi
19. Berikut ini unsur yang harus ada dalam pendahuluan, kecuali…
a. Latar belakang masalah
b. Rumusan masalah
c. Tujuan dan manfaat penelitian
d. Hasil penelitian
20. Dalam sistematika proposal PTK, kajian pustaka ditempatkan setelah…
a. Latar belakang masalah
b. Rumusan masalah
c. Tujuan dan manfaat penelitian
d. Daftas pustaka
21. Dikatakan dalam surat al-Maidah [5] ayat 6 bahwa ketika seseorang hendak shalat,
hendaklah ia berwudlu terlebih dahulu. Dalam hadis, Rasulullah Saw bersabda, bahwa
tidak diterima shalat seseorang yang berhadas sebelum ia berwudlu. Fungsi hadis di
atas terhadap surat al-Maidah [5] ayat 6 adalah…
a. Bayan taqrir
b. Bayan tafsir
c. Bayan tasyri’
d. Bayan tashwir
22. Terkadang fungsi hadis terhadap Alquran adalah untuk mewujudkan suatu hukum
atau ajaran-ajaran yang tidak didapat dalam Alquran. Fungsi ini dinamakan juga
dengan bayan za’id ‘ala al-kitab al-karim, yaitu…
a. Bayan taqrir
b. Bayan tafsir
c. Bayan tasyri’
d. Bayan tashwir
23. Di antara tujuan kehadiran Alquran adalah memelihara manusia agar tetap menjadi
manusia. Untuk memenuhi tujuan di atas, ulama merumuskan lima tujuan syari’at,
yaitu...
a. Memelihara agama, jiwa, keturunan, akal, dan harta
b. Memelihara agama, keturunan, keluarga, akal, dan harta
c. Memelihara agama, jiwa, keturunan, saudara, dan akal
d. Memelihara agama, jiwa, keturunan, keluarga, dan saudara
24 Hadis munqathi’ adalah…
a. Hadis karena gugur pada awal sanad
b. Hadis karena gugur pada akhir sanad
c. Hadis karena gugur dua orang rawi atau lebih secara berturut
d. Hadis karena gugur dua orang rawi atau lebih secara tidak berturut
25 Berikut ini kategori hadis-hadis dla’if karena gugur sanad, kecuali…
a. Hadis mudraj
b. Hadis muallaq
c. Hadis mursal
d. Hadis mu’dlal
26 Hadis dla’if dibagi ke dalam dua macam, yaitu hadis dla’if karena cacat rawi dan hadis
dla’if karena gugur sanad. Berikut ini kategori hadis-hadis dla’if karena cacat rawi,
kecuali…
a. Hadis maudlu’
b. Hadis matruk
c. Hadis munkar
d. Hadis mu’allaq
27 Hadis yang sampai kepada kita, jika dilihat dari adil dan tidak adilnya para rawi dapat
dibagi ke dalam dua, yaitu...
a. Hadis mutawatir dan hadis ahad
b. Hadis maqbul dan hadis mardud
c. Hadis masyhur dan hadis ghair masyhur
d. Hadis ma’mul dan hadis ghair ma’mul
28 Hadis shahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh rawi dengan beberapa kriteria
sanad dan matan sebagai berikut, kecuali...
a. Rawinya memiliki hafalan yang sempurna
b. Rawinya bersambung dengan rawi lainnya
c. Matan hadis tidak janggal
d. Matan hadis tidak bertentangan dengan akal
29 Standar proses pendidikan dasar dan menengah kurikulum 2013 ditetapkan dalam:
a. Permendikanas No. 54 tahun 2013
b. Permendiknas No. 65 tahun 2013
b. Permendiknas No. 68 tahun 2013
c. Permendiknas No. 70 tahun 2013
30 Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 menekankan pada:
a. Pendekatan saintifik
b. Pendekatan tematik terpadu
c. Pendekatan tematik integratif
d. semua benar
31 Metode yang bertujuan untuk melibatkan fisik dan mental peserta didik serta
melakukan serangkaian latihan-latihan merupakan gambaran dari pelaksanaan
metode…
a. Metode eksperiman
b. Metode latihan (drill)
c. Metode demonstrasi
d. Metode inkuiri
32 Jika seorang guru melaksanakan proses pembelajaran dengan cara meminta peserta
didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan
materi pembelajaran, maka guru tersebut sedang mengimplementasikan metode:
a. Metode observasi
b. Metode penemuan
c. Metode eksperimen
d. Metode inkuiri
33 Pelibatan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pembelajaran merupakan
prinsip umum strategi pembelajaran yang menekankan pentingnya....
a. Individualitas
b. Integritas
c. Efektivitas
d. Aktifitas
34 Beberapa pendekatan yang dituntut untuk dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut, kecuali…
a.
Pendekatan ilmiah (scientific),
b.
c.
d.
Pendekatan tematik
Pendekatan Pembelajaran berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/
inquiry learning).
Penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis pemecahan masalah (project
based learning).
35 Penilaian hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah
maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya merupakan prinsip
penilaian:
a. Objektif
b. Transparan
c. Akuntabel
d. Ekonomi
36 Berikut ini kelebihan tes uraian, kecuali:
a. Menyusunnya relatif lebih mudah
b. Peserta didik dapat menerka jawaban
c. Guru dapat menilai kreatifitas peserta didik
d. Mengukur tingkat pengetahuan yang lebih kompleks
37 Tes yang dilakukan dengan mengamati siswa melakukan sesuatu aktivitas atau
pekerjaan yang dilakukan secara motorik disebut:
a. Tes objektif
b. Tes essay
c. Tes lisan
d. Tes unjuk kerja
38 Tes yang dilakukan dengan menilai tugas yang harus dikerjakan siswa dalam periode
tertentu berupa investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan,
penyajian sampai pelaporan tertulis disebut:
a. Tes proyek
b. Tes objektif
c. Tes unjuk kerja
d. Tes uraian
39 Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
(authentic assesment) artinya ....
a. menilai pada proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik
b. menilai kesiapan belajar dan proses belajar secara utuh
c. menilai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
d. menilai sikap, pengetahuan dan keterampilan
autentik
40 Penilaian Kompetensi Inti-1 dan Kompetensi Inti-2, mengggunakan penilaian ....
a. test
b. tertulis
c. lisan
d. pengamatan dan non test
41 Penerapan penilaian pada Kurikulum 2013 berbasis pada....
a. sciectific
b. kolaboratif
c.
d.
autentic
konstruktiv
42 Yang termasuk ciri teknik penilaian autentik adalah....
a. tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik tidak memerlukan keterlibatan
yang luas dan kinerja yang kompleks.
b. analisis proses yang digunakan bukan untuk menghasilkan respon peserta didik
atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
c. pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil
jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja.
d. tidak memerlukan keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas
43 Jenispenilaian yang cocokuntuk KI-4 adalah:
a. Tertulis
b. Praktik/unjukkerja
c. Portofolio
d. Observasi
44 Media pembelajaran dapat membantu terjadinya perluasan area of exsperience guru
dan siswa, maksudnya ialah……..
a. Guru memiliki daerah pengalaman lebih luas dari siswa
b. Daerah pengalaman guru dan siswa mendekati kesamaan
c. Pengalaman siswa menjadi lebih baik dibandingkan gurunya
d. Siswa menjadi lebih banyak memperoleh pengalaman belajar
45 Pernyataan di bawah ini yang menujukkan kedudukan media dalam sistem
pembelajaran?
a. Media pembelajaran merupakan komponen yang paling penting dalam sistem
pembelajaran
b. Media pembelajaran kurang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dibandingkan komponen lainnya.
c. Media pembelajaran merupakan bagian terpisahkan dari proses pembelajaran
yang sistemik
d. Media pembelajaran merupakan faktor yang sama pentingnga dengan faktor lain
dalam sistem pembelajaran
46 Gambar sederhana untuk memperlihatkan tata cara berwudhu atau shalat, yaitu……
a. Poster
b. Bagan
c. Diagram
d. Grafik
47 Manakah contoh penerapan media yang bertujuan untuk mendemonstrasikan materi
tertentu?
a. Siswa menggunakan atribut perang untuk menghayati zaman perjuangan
merebut kemerdekaan
b. Siswa menggunakan LCD ketika memerankan tokoh guru
c. Guru Pendidikan Agama Islam memperlihatkan cara bertayamum dengan
menggunakan debu
d.
Poster anti narkoba dipajang di lingkungan sekolah sebagai bentuk demonstrasi
anti narkoba
48 Ciri
a.
b.
c.
utama media elektronis adalah…..
Membutuhkan keahlian khusus mengoperasikannya
Membutuhkan tenaga listrik yang memadai
Terdapat prosedur khusus dan jika tidak dilakukan dengan baik akan berakibat
rusaknya pada alat
d. Hanya dikhususkan pada siswa tertentu saja
49 Salah satu kelebihan dari media komputer yang tidak dimiliki oleh media lain
adalah…….
a. Bisa visual
b. Bisa Audio
c. Bisa Interaktif
d. Bisa Audio Visual
GLOSARIUM
MODUL 2
KOMPETENSI DASAR: Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi
Inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi dasar dirinci untuk
memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja,
melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap.
KOMPETENSI INTI: Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau
program. Diibaratkan sebagai anak tangga yang harus ditapaki peserta didik untuk sampai
pada kompetensi lulusan jenjang Madrasah Ibtidaiyah sampai pada jenjang Madrasah Aliyah.
Pada ranah sikap, Kompetensi Inti dipecah menjadi dua sikap: pertama, sikap spiritual yang
terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk peserta didik yang beriman dan
bertakwa; kedua, sikap sosial yang terkait dengan tujuan pendidikan nasional membentuk
peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
KURIKULUM: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN: Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
STRUKTUR KURIKULUM: Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian kompetensi
inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran pada setiap
tingkat satuan pendidikan.
MODUL 3
INQUIRI REFLEKTIF: Di antara prinsip yang menjadi ciri pokok PTK adalah inquiri reflektif.
Berdasarkan prinsip ini, PTK berangkat dari permasalah pembelajaran riil di kelas sehingga
masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual. Bahwa
tujuan penelitian bukan untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan
secara luas tetapi untuk memperbaiki praktis secara langsung, di sini, dan sekarang.
KOLABORATIF: Kolaboratif berarti berkolaborasi dengan guru lain. Bahwa PTK merupakan
merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang
diinginkan.
PELAKSANAAN: Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap
satu, yaitu bertindak di kelas. Pelaksanaan harus sesuai dengan apa yang telah
direncanakan, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak direkayasa. Pelaksanaan Tindakan
dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Pada saat pelakanaan ini, guru benar-benar harus
terlebih dahulu memahami masing-masing siswa jangan sampai ada yang menjadi obyek
tindakan.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK): Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan.
Penelitian Tindakan Kelas di antaranya bertujuan adalah untuk memecahkan permasalahan
nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya
akademik dikalangan para guru.
PENGAMATAN: Pengamatan adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran. Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan
oleh kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan PTK.
PERENCANAAN: Perencanaan merupakan tahap pertama dalam PTK. Dalam tahap ini
peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan. Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga kegiatan dasar, yaitu
identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Pada masing-masing
kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang
sempurnanya tahap perencanaan.
REFLEKSI: Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah
dilakukan. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah
selesai dilakukan. Refleksi akan lebih efektif jika antara guru yang melakukan tindakan
berhadapan langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator. Tetapi jika PTK
dilakukan secara sendirian, maka refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri
sendiri untuk mengetahui sisi-sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain
yang harus diperbaiki.
REFLEKTIF: PTK tidak mengutamakan pendekatan empiris eksperimental, tetapi lebih
menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian
SIKLUS: Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Siklus pada PTK adalah satu putaran penuh
tahapan-tahapan dalam PTK. Satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
MODUL 4
Ahad hadis ahad adalah suatu hadis vang padanya tidak terkumpul syarat-syarat mutawatir
atau hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang tidak mencapai derajat mutawatir
al-Quran: adalah kalam Allah yang eksis bersama zat-Nya, berada di luar alam nyata, bukan
makhluk dan yang qadim. Bentuk lafadz dalam mushaf adalah simbol akan keberadaan sifat
kalam Allah, dan sifat kalam itu adalah qadim sebagaimana qadimnya Allah, jika dikatakan alQuran adalah baru, maka yang dimaksud adalah lafadz-lafadz yang dicetak dalam mushaf,
diucapkan dan didengar
Atsar: Atsar menurut etimologis, ialah bekas sesuatu atau sisa dari sesuatu. Dan nukilan
(yang dinukilkan), sesuatu do’a umpamanya yang dinukilkan dari nabi dinamai do’a
ma’tsur.Sedangkan secara terminologis jumhur ulama sama artinya dengan khabar dan
hadis.
Hadis: Secara etimologis Hadis memiliki beberapa makna di antaranya :1) Jadid, lawan
qadim: yang baru (jamaknya hidats, hudatsa, dan huduts).2) Qarib: yang dekat, yang belum
lama terjadi. 3) Khabar: warta, yakni: sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada seseorang yang lain.
Ilmu Tafsir: ilmu tafsir seperti: asbab al-nuzul ayat, nasikh mansukh, qira'at, muhkam
mutasyabih, i'jaz al-Quran dan lain-lain
Khabar: Khabar menurut etimologis adalah berita yang disampaikan dari seseorang.
Jamaknya adalah akhbar orang banyak menyampaikan khabar dinamai khabir. Khabar
digunakan buat segala sesuatu yang diterima dari yang selain Nabi Saw. Mengingat hal inilah
orang yang meriwayatkan hadis dinamai muhaddits, dan orang yang meriwayatkan sejarah
dinamai akhbary. Oleh karenanya, menurut mereka khabar berbeda dengan hadis.
Mutawatir hadis mutawatir adalah suatu (hadis) yang diriwayatkan sejumlah rawi yang
menurut adat mustahil mereka tidak mungkin bersepakat untuk dusta, dan hal tersebut
berlaku dari permulaan sanad (sanad awal) hingga sanad akhir, serta tidak terdapat
kejanggalan jumlah pada setiap tingkatan rawi (thabaqah)
Sunnah Sunnah menurut Muhadisin ialah: segala sesuatu yang dinukilkan dari Nabi Saw,
baik berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan,
perjalanan hidup, baik yang demikian itu sebelum Nabi Saw, maupun sesudahnya.
MODUL 5
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Contekstual Teaching Learning (CTL) Pembelajaran/pengajaran kontekstual merupakan
suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan
konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa
memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari
satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.
Media Pembelajaran mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi
(pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk
dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)
brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga
dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan
nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang,
Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967)“The
assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to
certain established rules”.
Pengertian Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan,
percakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek – aspek lain yang ada pada individu yang
belajar.
Perencanaan suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan
absah dan bernilai (Kaufman).berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan.
Perencanaan mendahului pelaksanaan, mengingat perencanaan merupakan suatu proses
untuk menentukan ke mana harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang
diperlukan dengan cara yang efektif dan efesien. Maka perencanaan mengandung 6 pokok
pikiran, yakni:
Proses Belajar Mengajar merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antara
manusia, sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh dan manusia tumbuh
melalui belajar. Kegiatan belajar-mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan,
sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar, atau guru mengajar agar
siswa belajar.
Proses pendidikan bukan hanya apa yang disebut dengan transfer of knowledge, transfer
value, transfer of skill, namun kegiatan yang dapat memanusiakan manusia sehingga
menjadi individu yang mampu mengembangkan dirinya dalam menghadapi dan memecahkan
berbagai permasalahan dalam kehidupannya.
MODUL 6
Indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki
kompetensi dasar tertentu.
Kegiatan pembelajaran: Menunjukkan aktivitas belajar yang dilakukan siswa dalam
berinteraksi dengan objek atau sumber belajar. Kegiatan pembelajaran dapat dipilih sesuai
dengan kompetensinya, dapat diperoleh di dalam kelas dan di luar kelas. Bentuknya dapat
berupa kegiatan mendemonstrasikan, mempraktikkan, mensimulasikan, mengadakan
eksperimen, menganalisis, mengaplikasikan, menemukan, mengamati, meneliti, menelaah,
dll., yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa seperti mendengarkan uraian guru, berdiskusi
di bawah bimbingan guru, dll.
Materi pokok: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi
dasar
Membelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya
secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Mendekatan hierarkis: strategi
penjenjangan materi pokok.
pengembangan
materi
pokok
berdasarkan
atas
Ranah afektif: aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan
atau penolakan terhadap suatu obyek.
Ranah kognitif: aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir; kemampuan
memperoleh pengetahuan; kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
Ranah psikomotor: aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan pekerjaan
dengan melibatkan anggota badan; kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.
Relevansi: keterkaitan, kesesuaian.
Silabus: susunan teratur materi pokok mata pelajaran tertentu pada kelas/semester
tertentu.
Standar kompetensi: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk satu mata
pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa;
kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
Strategi pembelajaran: dimaksudkan sebagai bentuk/pola umum kegiatan
Standar nasional pendidikan: Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BSNP: Badan Standar Nasional Pendidikan yang disingkat BSNP adalah badan
mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, mamantau
pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan.
Standar isi: Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kurikulum: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Kerangka dasar kurikulum. Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Standar Kompetensi Lulusan
meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh kelompok mata
pelajaran.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran yang mencakup kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi, estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan.
Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai
pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi
dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional.
MODUL 7
Brosur : Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa
dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang
perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka,
1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian
brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat
menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar
lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja.
Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk
menggunakannya.
Buku: Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari
pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil
penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi
seseorang yang disebut sebagai fiksi.
Foto/Gambar Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah
selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang
pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Handout Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambilkan dari beberapa
literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang
harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara,
antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
Leaflet A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New
World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi
dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.
Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik
untuk menguasai satu atau lebih KD.
Lembar kegiatan siswa: Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaranlembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya
berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang
diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.
Modul: Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
tentang. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunakannya.
WallchartWallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik
yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa
maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan
proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan
pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.
Silabus: Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai Garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau
pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu
produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari SKL, KI dan KD yang
ingin dicapai, dan materi pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari peserta didik dalam
rangka mencapai SKL, KI dan KD.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP): Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah
rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau
tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran,
dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3) alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan
indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6)
media, alat dan sumber belajar; (6) langkah- langkah kegiatan pembelajaran; dan (7)
penilaian.
Jenis Bahan Ajar. Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan
cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,
piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti
video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)
seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn
interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Download