kajian tentang tingkat ketidakhadiran guru sekolah dasar dan

advertisement
Philip Suprastowo, Kajian tentang Tingkat Ketidakhadiran Guru Sekolah Dasar dan Dampaknya terhadap Siswa
KAJIAN TENTANG
TINGKAT KETIDAKHADIRAN GURU SEKOLAH DASAR DAN
DAMPAKNYA TERHADAP SISWA
(TEACHER ABSENTEEISM STUDY ON PRIMARY SCHOOL AND
ITS IMPACT ON STUDENT)
Philip Suprastowo
Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbang Kemdikbud, Gedung E Lantai 19,
Jl. Jenderal Sudirman - Senayan- Jakarta Pusat.
e-mail: [email protected]
Diterima tanggal: 3/11/2012; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 30/11/2012; Disetujui tanggal: 8/02/2013
Abstrak: Kajian ini berupa hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui: 1) tingkat
ketidakhadiran guru SD; 2) profil tingkat ketidakhadiran guru ditinjau dari aspek latar belakang
pendidikan, status kepegawaian, dan kepemilikan sertifikat; 3); faktor penyebab ketidakhadiran
guru 4) dampak ketidakhadiran guru terhadap sekolah dan prestasi belajar siswa; dan 5)
upaya yang dilakukan untuk meminimalisir ketidakhadiran guru. Penelitian dilakukan melalui
survei yang dilakukan di 20 kabupaten/kota sampel yang ditentukan secara cluster random
sampling berdasarkan distribusi wilayah serta pertimbangan sebaran populasi jumlah guru di
kabupaten/kota. Jumlah sekolah sebanyak 168 SDN ditentukan secara acak. Hasil kajian
menemukan bahwa: 1) tingkat ketidakhadiran guru SD diketahui relatif rendah, yaitu 6,6%; 2)
profil guru yang tidak hadir dominan pada guru berpendidikan sekolah menengah, berstatus
Pegawai Negeri Sipil dan telah bersertifikat; 3) Penyebab utama ketidakhadiran guru karena
ditugaskan untuk dinas dan berbagai kepentingan, serta keperluan guru dengan izin resmi; 4)
Dampak ketidakhadiran guru yaitu terganggunya proses pembelajaran, perilaku siswa
menyimpang, penurunan prestasi siswa, dan citra sekolah; dan 5) sekolah berupaya mengatasi
agar pembelajaran tetap berjalan terutama dengan menyiapkan dan menugaskan guru
pengganti/guru piket/guru honorer; serta dinas pendidikan kabupaten/kota secara preventif
mengatasi ketidakhadiran guru dengan menerapkan peraturan disiplin dan sanksi terhadap
guru secara konsekuen dan konsisten.
Kata kunci: Ketidakhadiran guru, tata tertib siswa, proses dan hasil pembelajaran.
Abstract: This study is a research result that aims to find out: 1) the level of absenteeism of
elementary school teachers; 2) profile of teacher’s absenteeism level in terms of aspects of
education background, employment status, and certificate ownership; 3) causes of absenteeism
factor; 4) impact of teacher’s absenteeism on school and student learning performance; and 5)
efforts that has been done in minimizing teacher’s absenteeism. The study was conducted
through a survey in 20 regencies/cities as samples that determined by cluster random sampling
according to region distribution and a consideration on population distribution of number of
teachers in that region. There were 168 primary schools involved in this study which determined
randomly. Results of this study found that: 1) level of absenteeism in primary school teachers
was relatively lower, that was 6.6%; 2) profile of absenteeism teachers were dominant in
teachers with high school education, Civil Servants Status, and have certified; 3) the main
cause of absenteeism of teachers was due to be assigned by school and other interests, including
the needs of teachers with official permission; 4) the impact of teacher absenteeism was disruption
on learning process, students deviant behavior, decrease in student achievement and school
image; and 5) school has tried to overcome the problems by setting up and assigning substitute
teachers/ picket teachers/part-time teachers, and education office in regencies/cities preventively
overcome the absenteeism of teachers by applying disciplinary rules and sanctions for
absenteeism teachers consequently and consistently.
Keywords: Teacher absenteeism, student discipline, process and outcome of learning
31
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013
Pendahuluan
turut menyumbangkan persoalan dalam penye-
Kehadiran guru dalam proses dan penentuan hasil
diaan layanan pendidikan dasar. Masih banyak
pembelajaran di sekolah masih tetap memegang
wilayah-wilayah terpencil yang kesulitan meng-
peranan penting. Peran tersebut belum dapat
akses kemajuan dan perkembangan dunia pen-
diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini
didikan serta mendapatkan tenaga guru (Ridwan
disebabkan masih banyak unsur-unsur manusiawi
Mohamad, 2012).
yang tidak dapat diganti oleh unsur lain, termasuk
Salah satu aspek penting dalam menjamin
teknologi informasi yang canggih sekalipun. Guru
kualitas pengajaran adalah tersedianya guru yang
merupakan faktor yang sangat dominan dan
berkualitas di kelas. Banyak sekolah, terutama di
paling penting dalam pendidikan formal pada
wilayah-wilayah terpencil, seringkali kesulitan
umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan
mendapatkan guru yang berkualitas dan kalaupun
tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi
ada, guru-guru ini tidak selalu hadir di kelas. Survei
diri (Wijaya dan Rusyan, 1994). Oleh karena itu,
baseline kehadiran guru terkait dengan pelayanan
tugas dan peran guru bukan saja mendidik,
pendidikan dasar di daerah terpencil yang di-
mengajar, dan melatih tetapi juga bagaimana guru
lakukan lembaga penelitian SMERU pada 2008
dapat mengelola kelas secara efektif dan menye-
menunjukkan, bahwa 14% guru di sekolah-
nangkan serta mampu membaca situasi dan
sekolah dasar negeri sampel yang dipilih secara
kondisi siswa di kelas agar proses pembelajaran
acak tidak hadir di sekolah tersebut pada waktu
terlaksana secara profesional. Tugas guru ini
kunjungan dilakukan. Tabel 1 menunjukkan tingkat
secara legal telah dituangkan dalam Peraturan
ketidakhadiran guru tersebut (SMERU, 2011).
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Gambaran tentang tingkat kehadiran guru
Pasal 1 menegaskan bahwa guru adalah pendidik
dapat disimak pula dari hasil penelitian Bank Dunia
pr ofesiona l de ngan tug as utama mendidi k,
dan Universitas Harvard pada tahun 2004 di
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
delapan negara berkembang, yakni Bangladesh,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Equador, India, Indonesia, Peru, Papua New
Pada dasarnya upaya peningkatan mutu
Guinea, Zambia dan Uganda. Rata-rata angka
pend idikan sangat dipeng aruhi oleh tingkat
ketidakhadiran (absensi) guru SD di pedesaan di
komitmen dan profesionalitas guru dalam melak-
Negara-negara tersebut diketahui sebesar 19%.
sanakan tugas pokoknya di sekolah, terlebih guru
Angka ketidakhadiran guru tertinggi terjadi di
pada tingkat SD. Data menunjukkan bahwa
Uganda yang mencapai 39%, di India sebesar
sebagian besar dari sekitar 1,7 juta guru yang
25%, Zambia sebesar 17%, Bangladesh sebesar
belum berkualifikasi S1 atau D4 serta belum
16%, Equador dan Papua New Guinea sebesar
bersertifikat adalah guru SD. Ini menunjukkan
15% dan terkecil di Peru rata-rata guru tidak hadir
indikasi bahwa masih cukup besar guru SD yang
sebesar 11% (World Bank & Harvard University,
belum memenuhi kualifikasi dan kompetensi
2004). Di Indonesia, pada tahun 2008 tingkat
sebagai guru. Persoalan menjadi semakin kom-
ketidakhadiran guru SD mencapai 14%. Ketidak-
pleks mengingat faktor geografis Indonesia yang
hadiran guru di Indonesia tersebut masih ter-
Tabel 1. Tingkat Ketidakhadiran Guru di Indonesia
Keterangan
Ketidakhadiran guru (semua sekolah)
Sekolah panel (39 sekolah tidak terpencil)
Sekolah terpencil
Status kepegawaian: Pegawai negeri sipil
Guru kontrak
Peran: Kepala sekolah
Guru kelas
Sumber: SMERU (2011).
32
2003
2008
19,6%
22,7%
18,8%
29,6%
25,1%
19,3%
14,1%
12,2%
23,3%
12,5%
19,4%
20,2%
14,0%
Philip Suprastowo, Kajian tentang Tingkat Ketidakhadiran Guru Sekolah Dasar dan Dampaknya terhadap Siswa
golong tinggi dan perlu diupayakan ditekan
Lemahnya pengawasan dan kurangnya penga
semakin rendah oleh karena dampaknya yang
turan kedisiplinan dan sanksi yang tegas dari
negatif terhadap berbagai beban biaya pendi-
pihak yang berkepentingan, seringkali membe-
dikan, merosotnya disiplin sekolah dan tergang-
rikan peluang bagi para guru untuk absen dan
gunya proses belajar dan kinerja belajar siswa.
mudah meninggalkan tugas sesuai dengan jadwal
Jika guru absen mengajar di kelas maka
mengajar yang telah ditentukan. Beban kerja guru
peserta didik akan merugi selama satu hari tanpa
paling sedikit diwajibkan memenuhi 24 (dua puluh
ada pembimbing, fasilitator bahkan tidak terjadi
empat) jam tatap muka dan paling banyak 40
transfer ilmu pengetahuan. Hal ini bukan hanya
(empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu)
menjadi masalah bagi pendidikan generasi masa
minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan
depan bangsa, melainkan juga telah terjadi
(PP No. 74/2008 tentang Guru dan Permendiknas
pemborosan besar dalam anggaran yang di-
Nomor 39/2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja
alokasikan untuk gaji guru. Apalagi gaji dan
Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan), serta
tunjangan guru pada saat ini besarnya sudah
peraturan lain yang mengatur waktu masuk dan
dinaikkan secara sangat signifikan. Guru PNS
pulang kerja bagi guru yaitu mulai pukul 07.00
selain menerima gaji pokok, juga memperoleh
sampai minimal pukul 12.00 atau setelah selesai
tambahan tunjangan profesi sebesar satu kali
mengajar. Jika guru tidak masuk kerja dan gagal
bula n gaji , tunjangan fungsional , da n be r-
melaksanakan tugas mengajar di kelas, maka
kesempatan memperoleh tunjangan khusus, serta
beban tugas yang menjadi kewajiban guru ter-
maslahat tambahan. Lebih-lebih di beberapa
seb ut ti dak t erpenuhi. K etida khadi ran g uru
daerah seperti DKI Jakarta, Kutai Kartanegara,
tersebut juga dapat berdampak pada siswa.
dan daera h yang kaya lainnya m emberi kan
Kekosongan guru menjalankan tugasnya meng-
tambahan berbagai tunjangan daerah, termasuk
ajar seringkali berakibat pada terganggunya
tunjangan guru di daerah terpencil dan perba-
proses pembelajaran, kegaduhan kelas oleh
tasan; sehingga para guru secara akumulatif
siswa karena tiadanya guru yang mengganggu
memperoleh penghasilan yang relatif besar. Oleh
kegiatan pembelajaran di kelas lain.
sebab itu, jika tingkat ketidakhadiran tinggi, maka
Syaikhu, dkk. (2004) menemukan bahwa
secara ekonomi negara akan dirugikan karena
absensi guru di sekolah daerah terpencil di
dana yang dikeluarkan baik yang bersumber dari
Indonesia cenderung menurunkan kinerja belajar
APBN dan APBD tidak bermakna bahkan mubazir
siswa. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
karena membiayai guru yang tidak melaksanakan
absennya guru memperburuk ketimpangan hasil
tugasnya mengajar.
belajar murid. Ini terjadi karena ketertiban dan
Secara finansial orangtua dan masyarakat
ketenangan belajar di sekolah secara keseluruhan
juga dirugikan karena telah mengeluarkan dana
menjadi terganggu, bahkan seringkali terjadi
pribadi untuk transport, uang saku dan biaya
kegaduhan siswa di kelas. Kendati kekosongan
la inny a, namun ana kny a ti dak memp erol eh
tersebut diisi oleh guru pengganti, namun guru
pelayanan pendidikan yang semestinya. Indikasi
pengganti tidak akan dapat menggantikan guru
kerugian akibat ketidakhadiran guru tersebut
yang seharusnya bertugas. Guru pengganti tidak
memang perlu mendapatkan perhatian. Pada
akan memahami seluruh proses pembelajaran
tahun 1996 Wood (dalam Sidney. L., 2013)
yang sementinya dilaksanakan sesuai dengan
menemukan bahwa di beberapa negara bagian
rencana pembelajaran yang telah ditetapkan di
di Amerika harus menambah hampir 1% dari
kelas tersebut. Oleh sebab itu, ketidakhadiran
anggaran operasional total distrik untuk mem-
guru akan berdampak pada menurunnya pen-
biayai guru pengganti yang tidak hadir di sekolah
capaian prestasi belajar siswa.
tersebut. Ini menunjukkan bahwa ketidakhadiran
Dampak lain ketidakhadiran guru ini bukan
guru tidak hanya merugikan keuangan peme-
hanya merugikan siswa di kelas itu, melainkan
rintah, melainkan juga masyarakat dan orangtua
juga terganggunya proses pembelajaran di kelas
siswa.
lain di sekolah itu. Indikasi dampak ketidakhadiran
tersebut ditegaskan pula oleh Ivatts (2013)
33
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013
bahwa tingginya tingkat ketidakhadiran guru
atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang
berakibat pada hilangnya waktu belajar siswa,
diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus,
penurunan semangat belajar siswa dan merusak
dan dari profesinya dapat menghasilkan ke-
reputasi sekolah. Tingginya ketidakhadiran siswa
se jaht eraa n. K unandar (20 07) memb erik an
tersebut terbukti menjalar pada tumbuhnya citra
pengertian bahwa profesionalisme berasal dari
sekolah yang negatif di mata masyarakat, karena
kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan
sekolah dinilai kurang disiplin. Tingkat keti-
yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang
dakhadiran guru juga mengindikasikan ketaatan
dalam masyarakat. Ini berarti bahwa suatu
guru terhadap disiplin dan tata tertib serta aturan
pekerjaan atau jabatan harus dikerjakan oleh
lai nnya bai k ya ng d igar iska n ol eh sekol ah,
orang yang sudah terlatih dan disiapkan untuk
pemerintah daerah maupun aturan disiplin serta
melakukan pekerjaan tertentu. Dengan demikian,
kep egaw aian lainnya,
ter masuk Pe rat ur an
dapat dinyatakan bahwa “profesi” merupakan
Pem erintah Nomor 46 Tahun 2 011 tent ang
sesuatu yang terkait dengan pekerjaan yang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
spesifik (khusus), mutunya terstandar, diakui oleh
sebagai pengganti DP3.
masyarakat dan dari pekerjaannya (profesinya)
Studi ini mengkaji tentang ketidakhadiran
gur u SD dengan fokus pa da p erma sala han
itu dapat menjadi sumber penghasilan sesuai
dengan penghargaan keprofesionalannya.
seberapa tinggi tingkat ketidakhadiran guru SD
Guru yang profesional diharapkan menjadi
pada saat ini?; bagaimana profil tingkat ketidak-
guru yang efektif, memiliki kualitas kemampuan
hadiran guru ditinjau dari aspek latar belakang
dan sikap yang sanggup memberikan yang terbaik
pendidikan, status kepegawaian, dan kepemilikan
dan menyenangkan peserta didik dalam proses
sertifikat?; faktor-faktor yang menjadi penyebab
belajar mengajarnya. Seperti dikemukakan oleh
ketidakhadiran guru?; apa saja dampak yang
Gary dan Margaret (dalam Mulyasa, E. 2009)
ditimbulkan dengan ketidakhadiran guru ter-
bahwa guru yang efektif dan kompeten secara
had ap sek olah, proses dan p restasi bela jar
professional ialah guru yang memiliki karakteristik
siswa?; serta upaya apa saja yang dilakukan untuk
kemampuan: 1) menciptakan iklim belajar kondusif,
meminimalisir ketidakhadiran guru?
2) mengembangkan strategi dan manajemen
Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
pe mbel ajar an, 3) m emb erik an umpan bal ik
secara umum tujuan kajian ini yaitu mengetahui
(feedback) dan penguatan (reinforcement) dan
dan menganalisis tingkat ketidakhadiran guru
4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.
sebagai bahan rekomendasi kebijakan dalam
Dari perspektif lain, Rice dan Bishoprick (dalam
meningkatkan disiplin dan kinerja guru. Adapun
Bafadal Ibrahim; 2004), menyampaikan bahwa
tujuan
unt uk
guru p rofe sional a dal ah g uru yang mam pu
mengetahui: 1) tingkat ketidakhadiran guru SD;
mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan
2) profil tingkat ketidakhadiran guru ditinjau dari
tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru meru-
aspek latar belakang pendidikan, status ke-
pakan proses yang bergerak dari ketidaktahuan
pegawaian, kepemilikan sertifikat ; 3) faktor
(ignorance) menjadi tahu, dari ketidakmatangan
penyebab ketidakhadiran guru; 4) dampak keti-
(immaturity) menjadi matang, dari diarahkan oleh
dakhadiran guru terhadap sekolah dan prestasi
orang lain (other-directedness) menjadi meng-
belajar siswa; dan 5) upaya yang dilakukan untuk
arahkan diri sendiri.
khusus
pene liti an
i ni
y aitu
meminimalisir ketidakhadiran guru.
Menurut Ali Imron (2007) guru yang profesional adalah guru yang mempunyai rasa tanggung
Kajian Literatur
jawab yang tinggi terhadap hasil kerjanya dan
Profesionalisme Guru
Ist ilah
profesi onal isme
melaksanakan tugas yang diembannya sesuai
ber asal
dar i ka ta
dengan tujuan dan cita-cita suatu bangsa. Guru
profession. Menurut Kamus Inggris Indonesia,
profesional juga
“profession” berarti “pekerjaan” (profesi). Arifin
ke kelas, kemudian memberi tugas yang banyak
(1995) mengemukakan bahwa profession me-
kepada anak didiknya lalu pulang, melainkan
ngandung arti yang sama dengan kata occupation
mam pu m erancang pem bela jara n, m enja di
34
bukan hanya guru yang datang
Philip Suprastowo, Kajian tentang Tingkat Ketidakhadiran Guru Sekolah Dasar dan Dampaknya terhadap Siswa
fasilitator, dapat mentransfer seluruh ilmu yang
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendi-
ada pada dirinya, dan menjadikan dirinya suri
di kan
tauladan bagi anak didiknya. Pada konteks ini,
disebutkan bahwa profesional adalah pekerjaan
secara khusus N. Syarifuddin (2003) menan-
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
daskan bahwa persyaratan utama guru profe-
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
sional yaitu guru yang memiliki pengetahuan dan
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan
ket eramp ilan mend esain dan mela ksana kan
yang memenuhi standar mutu atau norma ter-
program pengajaran yang meliputi kemampuan
tentu serta memerlukan pendidikan profesi.
mene ngah.
Ad apun
dal am
a yat
4,
menyusun dan melaksanakan: 1) perencanaan
Sebagai pendidik profesional, guru memiliki
tujuan pengajaran; 2) pemilihan materi dan
peran yang strategis dalam menentukan ke-
strategi optimum pengajaran; 3) pemilihan dan
be rhasilan pem bang una n pe ndid ikan. Ol eh
penentuan alat dan sumber; 4) kegiatan belajar
karenanya, untuk menjadi tenaga guru mulai guru
siswa; 5) evaluasi pembelajaran. Kinerja guru
taman kana k-kanak sampai deng an sekolah
dalam m elaksanakan p embelajaran menjadi
menengah memerlukan persyaratan yang cukup
penting karena merupakan proses yang mengan-
kompleks yaitu: 1) memiliki kualifikasi pendidikan
dung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
minimal sarjana atau diploma empat; 2) memiliki
dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
kompet ensi ped agog ik, komp etensi sosia l,
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
kompetensi kepribadian, dan kompetensi profe-
tertentu. Lebih lanjut, Moh. Uzer Usman (2009)
sional; 3) memiliki sertifikasi pendidik; 4) sehat
mendefinisikan bahwa guru profesional adalah
jasmani dan rohani, serta 5) memiliki kemampuan
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
khusus dalam bidang keguruan sehingg a ia
(UU Nomor 14/2005).
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai
guru dengan kemampuan maksimal.
Kinerja Guru
Berdasarkan pengertian secara estimologis
Profesionalisme guru antara lain ditunjukkan oleh
dan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
kine rja guru d alam menja lank an tugas dan
profesionalisme guru adalah suatu nilai, sikap,
kewajibannya mengajar dengan standar mutu
perilaku dan kemampuan spesifik (khusus) yang
yang ditentukan, yakni kemampuannya meren-
harus dimiliki dan melekat pada guru berdasarkan
canakan program pengajaran, melaksanakan di
standar mutu yang telah ditetapkan serta ke-
kelas sesuai dengan jadwal yang ditentukan,
taatannya terhadap kode etik profesinya; dan dari
serta dapat mencapai hasil pembelajaran yang
pekerjaannya (profesinya) itu dapat menjadi
memuaskan. Sikap dan perilaku ini diperlukan oleh
sumber penghasilan sesuai dengan penghargaan
karena setiap individu yang bekerja dalam suatu
keprofesionalannya. Kehadiran guru di kelas
organisasi atau unit kerja selalu diberi tugas dan
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan merupakan
kewajiban untuk bekerja sesuai bidangnya dan
salah satu indikasi kuat sifat profesionalisme guru
menunjukkan kinerja yang memuaskan sehingga
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.
dapat memberikan konstribusi yang maksimal
Dari sisi kebijakan dan peraturan perundang-
terhadap pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
undangan, sejak tahun 2005 secara legalitas
Variabel kinerja ini penting karena dapat me-
formal guru diakui sebagai jabatan profesional
refleksikan karakteri stik seseorang maupun
yang dituntut dapat memenuhi kualifikasi dan
kel ompok da lam pencapai an t ujua n suatu
kompetensi serta mampu menjalankan tugas dan
organisasi. Demikian pula seorang guru, tingkat
kew ajib anny a
kinerjanya akan menentukan pencapaian tujuan
se baga i
guru.
Berd asar kan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
pendidikan di lingkungan sekolahnya.
Guru dan Dosen Pasal 1 ayat (1), dinyatakan
Ap a it u ki nerj a? D ala m Ka mus Baha sa
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan
Indonesia, kinerja (performance) didefinisikan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
diperlihatkan, dan kemampuan kerja (Pusat
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
Bahasa, 2008). Para ahli memberikan berbagai
35
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013
batasan yang secara prinsip mengarah pada
jalankan tugasnya seperti: 1) mampu bekerja
suatu upaya dalam rangka mencapai prestasi
dengan siswa secara individual; 2) memiliki
kerja yang lebih baik. Tempe A. Dale (1992)
pe rsia pan dan pere nca naan pem bela jara n;
misalnya, mendefinisikan bahwa kinerja adalah
3) mampu mendayagukan media pembelajaran;
hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu
4) melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman
yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek yaitu:
belajar; dan 5) kepemimpinan yang aktif dari guru.
kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi
Pada hakikatnya kinerja guru adalah perilaku
tangg ung jaw abny a; keje lasan hasi l ya ng
yang dihasilkan seorang guru dalam melak-
diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; dan
sanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar
kej elasan
unt uk
sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja seorang
menyelesikan suatu pekerjaan agar hasil yang
w aktu
yang
di perl ukan
guru akan tampak pada situasi dan kondisi kerja
diharapkan dapat terwujud. Ahli lain, yaitu Smith
sehari-hari, yakni pada saat guru menjalankan
(dalam E. Mulyasa, 2005) memberikan pengertian
tugas mempersiapkan, melaksanakan, meng-
bahwa kinerja adalah “…..output drive from
evaluasi pembelajaran serta dalam melaksanakan
processes, human orotherwise”. Kinerja merupakan
tugas-tugas keprofesian guru lainnya. Menurut
hasil a tau keluaran dar i suatu proses a tau
Suharsaputra (2012), pekerjaan sebagai guru
seb agai pre stasi ke rja, pel aksa naan ker ja,
tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang,
pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau unjuk
karena guru merupakan profesi yang memerlukan
kerja. Nanang Fatah (1996) memberi pengertian
kualifikasi pendidikan, kompetensi, komitmen, dan
bahwa kinerja merupakan ungkapan kemajuan
wawasan tertentu. Selanjutnya, dikemukakan
yang di dasar i ol eh pe nget ahua n, si kap dan
bahwa dalam melaksanakan peran dan tugasnya
motivasi dalam menghasilkan sesuatu pekerjaan;
guru dituntut untuk dapat mengembangkan
sedangkan Sulistyorini (2001) mendefinisikan
pembelajaran melalui perubahan ke arah yang
bahwa k iner ja a dala h ti ngka t ke berhasil an
lebih kreatif dan inovatif. Kinerja guru yang kreatif
seseorang atau kelompok orang dalam melak-
dan inovatif dan berorientasi pada kebutuhan
sanakan tugas dan tanggung jawabnya serta
peserta didik akan menentukan keberhasilan
kemampuan untuk mencapai tujuan dan standar
meningkatkan kualitas proses dan hasil pem-
yang telah ditetapkan.
belajaran. Tugas guru bukan hanya memberikan
Dari beberapa pendapat tentang kinerja
pengetahuan, melainkan juga secara kreatif
seperti yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan
mempersiapkan situasi yang menggiring siswa
bahwa kinerja merupakan prestasi yang dicapai
untuk bertanya, mengamati, mengadakan eks-
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas atau
perimen, serta menemukan fakta dan konsep
pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria
sendiri.
ya ng d itet apka n untuk peke rjaa n it u guna
Kinerja guru dapat ditingkatkan dengan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demikian
berba gai cara d an kemamp uan. Menur ut A.
pula k iner ja g uru ada lah kema mpua n ya ng
Ra hayuning sih (201 3) kine rja guru dap at
ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas
ditingkatkan pada aspek kemampuan profesional
atau pekerjaannya. Kinerja guru dikatakan baik
dan komitmen melalui suatu pembinaan, serta
dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai telah
dengan memperhatikan tingkat kesejahteraan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
dan menciptakan iklim kerja yang kondusif.
Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu.
Peningkatan pada aspek
kemampuan profesional
Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan
guru i ni d apat dil akuka n me lal ui supe rvi si
spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus
pendidikan, program sertifikasi dan tugas belajar
dimiliki oleh setiap guru. Berkaitan dengan kinerja
yang diklasifikasikan dalam faktor pengembangan
guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegi-
profesi; sedangkan pembinaan komitmen dapat
atan guru dalam proses pembelajaran. Berkenaan
ditingkatkan melalui peningkatan kesejahteraan
dengan standar kinerja guru, Sahertian (1981)
yang di klasifik asik an d alam fak tor ting kat
menjelaskan bahwa standar kinerja guru itu
kesejahteraan. Pembentukan iklim kerja yang baik
berhubungan dengan kualitas guru dalam men-
dalam penyelenggaraan sekolah memberikan
36
Philip Suprastowo, Kajian tentang Tingkat Ketidakhadiran Guru Sekolah Dasar dan Dampaknya terhadap Siswa
nuansa bekerja yang menyenangkan, nyaman,
pem bela jara n, m elak sana kan proses p em-
dan tumbuhnya etos kerja lebih baik, sehingga
be laja ran yang ber mutu ser ta m enil ai d an
guru tidak akan ragu dan tetap merasa nyaman
mengevaluasi hasil pembelajaran. Tugas pokok
dalam bekerja. Demikian pula iklim kerja yang
guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan
kondusif akan meningkatkan produktivitas kerja.
belajar mengajar merupakan bentuk kinerja guru.
Iklim kerja di sekolah yang baik meningkatkan
kinerja guru.
Menurut Bafadal Ibrahim (2004), ada dua
Ketidakhadiran Guru
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan
faktor yang perlu diperhatikan guna menciptakan
pengertian bahwa
iklim kerja yang kundusif, yaitu: 1) guru sendiri;
kata yang sama dengan “absensi”,
dan 2) hubungan dengan orang la in d an
suatu keadaan yang menunjukkan seseorang
masyarakat sekeliling. Terkait dengan guru, maka
tidak masuk,
guru perlu aktif menciptakan suasana sekolah
(sekolah, kerja, dsb). Kata yang sepadan adalah
sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
“kemangkiran” (mangkir) yang berarti tidak datang
proses p embel ajara n de ngan cara misal nya
(ke sekolah, ke tempat kerja, dsb.) karena sakit
penggunaan metode mengajar variatif sesuai
atau alasan yang tidak diketahui (Pusat Bahasa
de ngan konteks dan ala t ya ng d ibut uhka n,
Departemen Pendidikan Nasional RI, 2008).
pengaturan organisasi kelas yang mantap serta
Beberapa studi yang mengkaji masalah tersebut
pendekatan lain yang diperlukan. Di luar kelas
menggunakan kata yang bervariasi antara lain
guru dapat menciptakan hubungan yang lebih
guru “absen” (Syaiku, dkk; 2004), “kehadiran”
terbuka, menyenangkan dan bermakna baik
guru (SMERU, 2011), atau “kemangkiran” guru.
kepada kepala sekolah, guru, pegawai, maupun
Pengkajian ini memilih kata “ketidakhadiran”
siswa. Terciptanya iklim kerja yang lebih baik tidak
bukan “kemangkiran” dengan alasan supaya lebih
terlepas dari kemampuan guru dalam memahami
ne tral dan eti s te rha dap guru dan dap at
keadaan yang terjadi disekelilingnya. Keber-
melingkupi alasan guru tidak hadir baik karena
hasilan guru menciptakan iklim yang kondusif ini
alasan resmi atau legal maupun tidakresmi karena
bergantung pula dari kepemimpinan dan mana-
malas, membolos, dan tanpa ijin.
jemen sekolah, tempat guru menjalankan tugas
untuk mewujudkan kinerjanya.
“ketidakhadiran”
merupakan
yang berari
tidak ada, tidak hadir atau absen
Pengertian ketidakhadiran disampaikan oleh
Ivatts (2013) sebagai kegagalan se seorang
Ukuran kine rja guru ter liha t da ri r asa
(guru) untuk melaporkan atau untuk bekerja
tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi
sesuai dengan yang telah dijadualkan. Dalam
yang diembannya, rasa tanggungjawab moral
prakteknya, ada dua jenis ketidakhadiran guru.
dipundaknya . Semua itu akan ter lihat pada
Pertama, ketidakhadiran karena melaksanakan
kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan
tugas-tugas lembaga yang lain dan ditetapkan
tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas
secara legal (seperti mengikuti pelatihan atau
kependidikannya di luar kelas. Dalam Undang-
rap at d inas) at au k arena al asan kesehat an
Und ang RI N omor 20 Tahun 20 03 Tenta ng
(seperti sakit keras atau melahirkan). Kedua,
Sisdiknas Pasal 39 ayat (2), dinyatakan bahwa
ketidakhadiran karena problem pribadi guru dan
pendidik merupakan tenaga profesional yang
suasana kerja yang tidak kondusif, seperti halnya
ber tuga s me rencanak an d an m elak sana kan
malas, faktor ekonomi, tidak taat aturan, atau
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
kerja mau enak sendiri.
melakukan pembimbingan dan pelatihan serta
Dalam studi ini, ketidakhadiran guru di-
melakukan penelitian dan pengabdian kepada
definisikan sebagai guru yang tidak hadir sesuai
masyarakat.
jadual yang sudah ditetapkan. Tingkat ketidak-
Keterangan lain dijelaskan dalam UU Nomor
hadiran guru dihitung dengan menggunakan
14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 (a) tentang Guru
rumus (World Bank, 2004) yang disesuaikan
dan Dosen menyatakan bahwa standar prestasi
kebutuhan studi ini, yaitu sebagai berikut.
kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan
37
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013
Rumus % Ketidakhadiran Guru SD =
X
Y
yang lebih intens sesuai dengan karakteristik
perkembangan peserta didik. Hal ini disebabkan
X = guru kelas di SD yang dijadualkan mengajar
guru merupakan key person yang berhadapan
pada hari tertentu tetapi tidak hadir/tidak
langsung dengan siswa dalam kegiatan proses
datang mengajar.
belajar mengajar. Kehadiran guru merupakan
Y = se luruh guru k elas ya ng d ijad ualk an
mengajar pada hari itu di SD tersebut
kunci bagi terwujudnya kegiatan pembelajaran
yang efektif dalam proses pembelajaran.
Tingkat ketidakhadiran guru dalam penelitian
ini dilihat dari tiga keadaan, yakni ketidakhadiran
Kedisplinan dan Beban Kerja Guru
guru pada saat peneliti datang ke sekolah, disebut
Ket idak hadi ran guru menunjukkan ada nya
saat sidak (hari H), pada satu hari (H-1), dan dua
pelanggaran disiplin dan mengindikasikan kinerja
hari (H-2) sebelum peneliti datang ke sekolah.
yang rendah. Kedisiplinan guru dapat ditunjukkan
Pengukuran tingkat ketidakhadiran pada hari H,
oleh guru dalam menjalankan kewajibannya
dilakukan dengan menggunakan data primer, yaitu
sesuai
peneliti datang, melihat, meneliti dan memeriksa
tugas sebagai guru kelas. Berikut disampaikan
langsung ke sekolah terpilih tanpa terlebih dahulu
pemahaman tentang disipilin dan beban kerja
memberi tahu sekolah yang bersangkutan (sidak).
terkait dengan ketidakhadiran guru.
Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh kondisi
beban kerja yang
sebagaian besar ber-
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,
obyektif ketidakhadiran guru di setiap sekolah
pe nger tian
disipli n
ad alah
ket aata n
pa da
terpilih.
peraturan (tata tertib). Dalam penelitian ini, disiplin
Penghitungan tingkat ketidakhadiran guru
dimaksudkan sebagai kehadiran guru di kelas
sehari (H-1) dan dua hari (H-2) sebelum keda-
pada ke giatan belajar mengajar yang telah
tangan peneliti adalah untuk melihat konsistensi
dijadualkan. Menurut Ali Imron (1997) disiplin guru
ketidakhadiran. Tingkat ketidakhadiran guru pada
adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang
sat u da n dua ha ri sebel um p enel iti data ng
dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa
dihitung dari dokumen absensi guru yang ada di
ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan
sekolah, informasi kepala sekolah, informasi teman
baik secara langsung maupun tidak langsung
guru, dan informasi dari siswa, serta jadual
te rhad ap d irinya, tem an sejaw atny a, d an
mengajar. Menurut Hoy & Miskel (2008), studi
terhadap sekolah secara keseluruhan.
tentang sekolah bermutu di berbagai negara maju
Guru yang berstatus sebagai PNS terikat dan
menunjukkan bahwa salah satu indikator output
patuh pada aturan perundang-undangan
se kola h be rmut u ad alah rendahnya t ingk at
digariskan bagi
ket idak hadi ran guru dan siswa d i se kola h.
wajib menjalankan disiplin sebagaimana tertuang
Penelitian tersebut mengungkapkan pula bahwa
dalam pera turan perundang-und angan yang
tingkat ket idak hadi ran guru ber kait an e rat
berlaku. Be rdasarkan Perat uran Pemer intah
dengan peningkatan dana yang harus dikeluarkan
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
sekolah untuk membiayai guru pengganti dan juga
Negeri Sipil dinyatakan bahwa Disiplin Pegawai
citra sekolah. Sekolah yang gurunya banyak tidak
Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri
hadir dikategorikan sebagai sekolah yang tidak
Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari
bermutu atau citranya kurang baik di masyarakat.
la rang an y ang dite ntuk an d alam per atur an
Kehadiran guru dalam proses belajar tatap
yang
PNS. Sebagai PNS guru tersebut
per unda ng-undangan
dan/ atau
per atur an
muka adalah sangat penting karena guru adalah
ked inasan y ang apab ila tida k di taat i at au
orang yang secara periodik berinteraksi dengan
dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
peserta didik. Dengan demikian, pada dasarnya
Lebih lanjut, dalam Peraturan Pemerintah
upaya peningkatan mutu pendidikan sangat
Nomor 53 Tahun 2010 tersebut menyatakan
dipengaruhi oleh tingkat komitmen dan profe-
bahwa membolos dalam hitungan jam juga dapat
si onal itas gur u da lam mela ksanakan tug as
dikenakan sanksi. PNS wajib mematuhi kewajiban
pokoknya di sekolah. Peran guru sangat esensial
“masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja” karena siswa memerlukan bimbingan dan layanan
yakni datang, melaksanakan tugas, dan pulang
38
Philip Suprastowo, Kajian tentang Tingkat Ketidakhadiran Guru Sekolah Dasar dan Dampaknya terhadap Siswa
sesuai ketentuan jam kerja serta tidak berada di
ya ng sama mene muka n b ahwa penurunan
tempat umum bukan karena dinas. Keterlambatan
keseluruhan dari ketidakhadiran guru diakibatkan
masuk kerja dan/atau pulang cepat dihitung
ol eh p enga ruh gabunga n da ri p eningkat an
seca r a k umul a ti f d a n d i k onv er si 7 ½ (t uj uh manajemen oleh kabupaten/kota, pengalaman
setengah) jam sama dengan 1 (satu) hari tidak
yang lebih dalam penyelenggaraan pendidikan
masuk k erja . Pe rhit unga n te rseb ut b erla ku
terdesentralisasi dan insentif yang lebih baik bagi
terhadap PNS secara umum, sedangkan kedi-
guru. Penelitian ini khususnya mengkaitkan
siplinan guru juga harus memperhatikan aturan
turunnya tingkat ketidakhadiran dengan peng-
per unda ng-undangan lainnya yang khusus
awasan yang lebih rutin di sekolah, gaji yang lebih
mengatur tugas, kewajiban dan beban kerja guru.
tinggi dan perasaan peningkatan kesejahteraan
Beban kerja yang harus dilaksanakan guru
guru secara keseluruhan. Namun tingkat keti-
tidaklah ringan, karena mencakup kegiatan pokok,
dakhadiran guru tetap sangat tinggi di wilayah
yakni: merencanakan pembelajaran, melak-
te rpencil yang menunj ukka n ke terb atasan
sanakan pembelajaran; menilai hasil pembel-
dampak faktor-faktor tersebut (SMERU, 2011).
ajaran; membimbing dan melatih peserta didik;
Berdasarkan studi tersebut, dalam konteks
dan melaksanakan tugas tambahan lainnya yang
Indonesia, hampir dipastikan setiap harinya ada
melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai
satu guru SD tidak hadir dari tugasnya dengan
dengan beban kerja guru. Sebagaimana dipahami
berbagai a lasan dan penyebabny a. Menurut
beban kerja guru paling sedikit memenuhi 24 jam
penelitian tersebut, penyebab tingginya angka
tatap muka dan paling banyak 40 jam tatap muka
ketidakhadiran guru antara lain adalah lemahnya
dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih
kontrol pejabat dan masyarakat terhadap seko-
satuan pendidikan (PP No 74 Tahun 2008 Tentang
lah, penyakit, dan kemiskinan, pelatihan, serta
Guru dan dan Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009
benturan kepentingan dan peran guru (wanita).
Tentang Pem enuhan Beban Ker ja G uru dan
Pengawas Satuan Pendidikan).
Ap apun penyeba bnya , d ampa k ke tida khadiran guru mengakibatkan proses pembel-
Ketentuan beban kerja ini tentu berlaku pula
aj aran tid ak b erla ngsung secar a ba ik d an
pada guru pada jenjang pendidikan SD, baik
berdampak pada rendahnya mutu hasil belajar
sebagai guru kelas maupun guru mata pelajaran.
siswa (ILO, 2004). Berbagai penelitian menun-
Beban kerja guru kelas di SD tercermin dalam
jukkan apapun alasan ketidakhadiran guru dalam
tugas, tanggungjawab dan wewenang, dan hak
tugasnya berdampak pada peningkatan dana
ya ng d iber ikan secara penuh untuk proses
operasional sekolah, menurunnya citra sekolah,
pembelajaran seluruh mata pelajaran di kelas
dan kinerja sekolah, serta menurunnya prestasi
tertentu (SD). Guru mata pelajaran di SD adalah
siswa (khususnya di daerah-daerah terpencil).
guru mata pelajaran kesehatan dan pendidikan
Lirit Rivin A (2013) mencatat berbagai temuan
jasmani serta agama yang diberi tugas, tanggung-
akibat ketidakhadiran guru, dan yang dinilai
jawab dan wewenang, dan hak secara penuh
terpenting ialah terganggunya proses pem-
dalam proses pembelajaran pada satu mata
belajaran dan menurunnya capaian hasil belajar
pelajaran tertentu pada satuan pendidikan formal
dan prestasi siswa. Masalah lain yang timbul
(Surat Keputusan Bersama Mendiknas Nomor 05/
akibat ketidakhadiran guru adalah resistensi guru
X/PB/2011, Menpan Nomor SPB/03/M.PAN-Rb/10/
terhadap tanggungjawabnya mengajar menjadi
2011, Mendagri Nomor 48 Tahun 2011, Menkeu
be rkur ang dan terb entuknya mot ivasi guru
Nomor 158/PMK.01/2011, Menag Nomor 11 Tahun
mengajar juga rendah. Menurut Hoy & Miskel
2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru
(2008), di bererapa negara maju ketidakhadiran
Pegawai Negeri Sipil).
guru ini telah dimasukkan sebagai salah satu
indikator penting dalam mengevaluasi dan menilai
Penelitian Terkait Ketidakhadiran Guru
output sekolah unggul dan bermutu. Ini menun-
Pada tahun 2008, Bank Dunia mencatat adanya
jukkan betapa pentingnya variabel kehadiran guru
penurunan keseluruhan dari tingkat ketidak-
dalam membangun sekolah yang unggul, ber-
hadiran guru dari 19,6% hingga 14,1%. Penelitian
prestasi dan bermutu.
39
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013
Kerangka Berpikir
dari suatu populasi mempergunakan kuesioner
Kehadiran guru untuk mengajar dipengaruhi oleh
se baga i al at p engumpul da ta. Pend ekat an
beberapa penyebab yang mempengaruhi untuk
kualitatif
hadir mengajar pada jadual yang sudah diten-
terutama terhadap masalah dampak ketidak-
tukan. Penyebab ketidakhadiran tersebut di-
hadiran guru dan upaya untuk pencegahannya.
pengaruhi oleh lima hal, yaitu organisasi dan
Dengan teknik pengumpulan data tertentu (antara
kepemimpinan sekolah, iklim kerja dan budaya
lain observasi dan dokumentasi) peneliti dapat
lingkungan, motivasi guru mengajar, karakter/sifat
dengan lengkap memperoleh gambaran mengenai
guru, dan geografis. Kelima penyebab tersebut
gejala-gejala (tindakan, benda, peristiwa), dan
akan sangat mempengaruhi tingkat ketidak-
kaitan hubungan antara satu gejala dengan
hadiran guru dalam proses belajar mengajar di
gejala lainnya yang bermakna dan relevan dengan
kelas. Ketidakhadiran guru di kelas dipandang
tujuan penelitian (Bogdan dan Biklen, 2003, dan
berdampak negatif pada peserta didik. Oleh
Moleong, L. J. 2000).
diperlukan untuk mendalami jawaban
karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi
Studi ini dilaksanakan pada tahun 2012 di 20
ketidakhadiran guru di kelas dan dampak yang
kabupaten/kota sebagai sampel lokasi yang
ditimbulkannya dengan rekomendasi kebijakan
dit entukan secar a cluster rand om sampl ing
yang strategis dan realistis.
berdasarkan distribusi geografi delapan wilayah
Bagan 1 memperlihatkan kerangka konsep
yang digunakan dalam penelitian ini.
Sebab
dan pertimbangan sebaran populasi jumlah guru
SD di kabupaten/kota pada wilayah tersebut.
Kondisi
Dampak
Rekomendas
i
Organisasi &
Kepemimpinan
Sekolah
Iklim KerjaBudaya
Lingkungan
Karakter/
sifat guru
Tingkat
Ketidakhadiran
Guru
Dampak
Kemangkiran
Guru
Upaya/
Kebijakan
Rekomendasi
Kebijakan
Motivasi Guru
Mengajar
Bagan 1. Kerangka Pikir Studi Ketidakhadiran Guru SD
Geografis
Metode Penelitian
Dari 20 kabupaten/kota terpilih ditentukan SD
Studi Tingkat Ketidakhadiran Guru ini meng-
sampel secara acak dengan total sampel SD terpilih
gunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
sebanyak 168 SD negeri. Responden dalam
survei, didukung dengan pendekatan kualitatif
penelitian ini terdiri atas kepala dinas kabupaten/
me lalui
kota berjumlah 20 orang, kepala sekolah 168
ob serv asi
dan
stud i
dokume n.
Singarimbun Masri dan Sofian Effendi (1982)
orang, dan guru SD sebanyak 960 orang.
me njel aska n ba hwa pend ekat an k uant itat if
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
dig unak an untuk menjawa b ma sala h ya ng
pengisian kuesioner, yakni untuk memperoleh data
hasilny a da pat dige nera lisi r da n bi asanya
yang terkait dengan tingkat, karakteristik (profil)
dituangkan berupa angka-angka; sedangkan
ketidakhadiran guru, sebab dan dampak ketidak-
sur vei m erupa kan m etod e peneliti an da lam
hadiran guru, kebijakan disiplin, peraturan dan
pendekatan kuantitatif yang mengambil sampel
penerapan peraturan tentang disiplin guru serta
40
Philip Suprastowo, Kajian tentang Tingkat Ketidakhadiran Guru Sekolah Dasar dan Dampaknya terhadap Siswa
pola kehadiran guru. Kuesioner diberikan kepada
Hasil Penelitian dan Pembahasan
semua pihak yang terkait dengan masalah keha-
Hasil penelitian dan bahasan disampaikan dalam
diran guru, yaitu kepala dinas kabupaten/ kota,
lima bagian, yaitu tingkat ketidakhadiran guru SD;
kepala sekolah, dan guru.
profil tingkat ketidakhadiran guru ditinjau dari latar
Teknik observasi kelas diperlukan untuk
belakang pendidikan, status kepegawaian, dan
mengetahui tingkat ketidakhadiran guru dengan
kepemilikan sertifikat; faktor penyebab ketidak-
mengamati secara langsung keadaan kelas serta
hadiran guru; dampak ketidakhadiran guru; serta
mengetahui upaya yang dilakukan oleh sekolah
up aya yang dil akuk an untuk mem inim alisir
dalam mengatasi ketidakhadiran guru (kelas yang
ketidakhadiran guru.
kosong). Teknik penelusuran data melalui studi
dokumen digunakan terutama untuk melihat,
Tingkat Ketidakhadiran Guru
meneliti dan mencatat absensi guru pada hari
Tingkat ketidakkehadiran guru dilakukan dengan
peneliti datang di sekolah atau sidak/H, satu hari
dua pendekatan, yakni: peneliti langsung datang
sebelum sidak (H-1), dan dua hari sebelum sidak
ke sekolah terpilih tanpa terlebih dahulu memberi
(H-2), status akreditasi sekolah, profil sekolah,
tahu sekolah yang bersangkutan (sidak atau
kebijakan sekolah mengurangi tingkat ketidak-
pada hari H); dan serta satu dan dua hari sebelum
hadiran guru, dan kebijakan dinas pendidikan
peneliti melakukan sidak (H-1 dan H-2). Ber-
mengatasi ketidakhadiran guru.
dasarkan pendekatan tesebut diketahui, tingkat
Dalam penelitian ini digunakan dua unit
ketidakhadiran guru pada hari sidak (H) adalah
analisis, yaitu guru dan sekolah. Guru dijadikan
sebesar 6,6%, hampir sama dengan pada H-1 dan
unit analisis untuk menjawab pertanyaan pene-
H-2, seperti diperlihatkan pada Tabel 2.
litian yang terkait tingkat ketidakhadiran guru dan
Tingkat ketidakhadiran guru pada saat sidak
pengaruhnya terhadap proses belajar, perilaku
(6,6%), mencerminkan masih ada guru SD yang
dan hasil belajar siswa. Tingkat kehadiran guru
tidak hadir mengajar di kelas sesuai dengan tugas
dalam penelitian ini dihitung secara umum maupun
dan waktu yang dijadualkan. Kendati demikian,
berdasarkan karakteristik guru (seperti latar
tingkat ketidakhadiran guru ini cenderung lebih
belakang pendidikan, status kepegawaian, dan
baik dibandingk an pada wa ktu-waktu sebe-
kepemilikan sertifikasi serta karakteristik guru yang
lumnya. Menurut Bank Dunia (dalam SMERU, 2011)
lain.
pada tahun 2008 tingkat kehadiran guru di
Analisis data dilakukan untuk menjawab
Indonesia masih cukup tinggi, yakni sebesar 14%;
pertanyaan penelitian. Tingkat ketidakhadiran
bahkan tingkat ketidakhadiran guru tersebut jauh
guru dihitung dengan pendekatan rasio jumlah
lebih rendah dibandingkan rata-rata tingkat
guru yang tidak hadir (pada masing-masing
ketidakhadiran di delapan negara sebesar 20%.
aspek) dengan total jumlah guru; sedangkan
Penurunan tingkat ketidakhadiran guru tersebut
perbedaan tingkat ketidakhadiran guru dari
diduga karena sejak tahun 2007/2008 telah mulai
beragam aspek (profil) dihitung dengan uji beda.
di berl akuk an t unja ngan profesi gur u ya ng
Faktor-faktor yang menyebabkan guru tidak hadir
memberikan tunjangan satu kali bulan gaji serta
dianalisis dengan statistik deskriptif. Upaya
berbagai tunjangan lainnya yang mewajibkan
sekolah dan dinas pendidikan untuk mengatasi
guru harus melaksanakan tugas mengajar sesuai
kelas tetap berjalan dianalisis dengan statistik
de ngan beb an m enga jar ser ta j adwa l ya ng
deskriptif menggunakan persentase.
ditentukan. Tunjangan tersebut dapat dicabut
Tabel 2. Tingkat Ketidakhadiran Guru SD Tahun 2012
Waktu
N
Tingkat Ketidakhadiran
H
H-1
H-2
950
951
946
6,6
6,3
7,4
Sumber: Hasil pengolahan data studi Ketidakhadiran Guru SD Tahun 2012
41
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013
manakala guru tidak mampu melaksanakan tugas
Status Kepegawaian
sesuai dengan beban kerja dan jadwal yang
Disimak dari status k epegawaian guru, ada
ditentukan. Oleh sebab itu, ketidakhadiran guru
perbedaan ketidakhadiran yang nyata antara
mel aksa naka n tugas sema kin menurun dan
guru yang berstatus PNS dengam guru non PNS.
cenderung semakin disiplin.
Grafik di bawah memperlihatkan bahwa rata-rata
tingkat kehadiran guru PNS lebih tinggi dibanding
Tingkat Ketidakhadiran Berdasarkan
dengan guru non PNS yang terdiri atas Guru Tidak
Karakteristik (Profil) Guru
Tetap (GTT) sekolah, GTT Bantu Daerah, dan GTT
Beri kut d isam pai kan temuan stud i t enta ng
Bantu Pusat.
perbedaan ketidakhadiran guru ditinjau dari
Fakta tersebut menunjukkan bahwa semua
karakteristik (profil) terkait dengan aspek: latar
jenis guru tidak tetap ternyata memiliki kedi-
belakang pendidikan; status kepegawaian, dan
siplinan yang lebih baik dibanding dengan guru
kepemilikan sertifikat guru.
PNS. Diduga kondisi tersebut terjadi karena GTT
sebagai guru kontrak yang diwajibkan selalu hadir
Latar Belakang Pendidikan
di sekolah dengan pengawasan langsung kepala
Ditinjau dari latar belakang pendidikan, ditemukan
sekolah baik untuk melaksanakan kewajiban
bahwa guru yang belum memasuki (berpen-
mengajar di kelas, menjadi guru pengganti bagi
didikan) perguruan tinggi ternyata memiliki rata-
guru PNS yang tidak hadir, dan melaksanakan
rata tingkat ketidakhadiran lebih tinggi daripada
berbagai kegiatan sekolah lainnya. GTT selalu
guru yang memasuki dunia perguruan tinggi dan
disiplin karena berharap agar menjadi salah satu
secara statistik ada perbedaan yang nyata dalam
penilaian diusulkan menjadi guru PNS. Para guru
tingkat ketidakhadiran guru SD berdasarkan
PNS, apalagi guru SD yang baik umumnya diutus
tingkat pendidikan ini.
unt uk b ertugas mewa kili sek olah, se hing ga
Grafik 1. Tingkat Pendidikan (N=863)
Chi-Kuadrat = 17,635 df=3 asymp. Sig. = 0,001
Grafik 2.
42
Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepegawaian (N=695)
Philip Suprastowo, Kajian tentang Tingkat Ketidakhadiran Guru Sekolah Dasar dan Dampaknya terhadap Siswa
kadang meninggalkan kelas dan diisi kekosongan
Jik a di telusuri , da ri 1 1 al asa n te rseb ut
mengajarnya oleh GTT. Oleh sebab itu wajar jika
ternyata ada 4 (empat) alasan ketidakhadiran
guru PNS cenderung lebih tinggi ketidakhadirannya
guru karena alasan “ditugaskan oleh sekolah”.
dibandingkan dengan GTT.
Apabila alasan-alasan tersebut disatukategorikan
menjadi “ditugaskan oleh sekolah untuk berbagai
Kepemilikan Sertifikat
keperluan dinas” maka akumulasinya menjadi
Grafik 3 memperlihatkan bahwa guru yang memiliki
be sar, yak ni 3 5,72 %. Besar nya persenta se
sertifikat pendidik mempunyai tingkat ketidak-
tersebut merupakan penjumlahan dari alasan:
hadiran lebih rendah dibandingkan dengan guru
ditugaskan melaksanakan kegiatan yang tidak
yang belum memiliki sertifikat pendidik. Secara uji
terkait dengan tugas mengajar, 1,19%; di-
statistik juga memperlihatkan ada perbedaan yang
tugaskan ke sekolah lain; ditugaskan mengikuti
signifikan antara guru yang sudah memiliki
pelatihan; ditugaskan mengikuti rapat di luar
sertifikat pendidik dan yang belum dalam hal
sekolah. Oleh sebab itu, faktor yang dominan
ketidakhadiran.
menjadi penyebab ketidakhadiran guru karena
Fenomena ini ta mpak nya sama dengan
alasan resmi yakni “ditugaskan oleh sekolah untuk
ketidakhadiran guru PNS yang lebih tinggi dari GTT.
berbagai keperluan dinas” (35,72%), dan diikuti
Hal ini bisa terjadi karena guru yang telah
dengan penyebab “ada keperluan pribadi guru
bersertifikat adalah guru PNS yang relatif memiliki
dengan izin resmi (33,33%). Fakta ini menun-
status yang lebih kuat dalam hal kepegawaian
jukkan bahwa ketidakhadiran guru SD secara
dan
a da
dominan disebabkan karena para guru tersebut
kecenderungan seringkali diutus dan ditugaskan
kua lifi kasi
pendidi kan,
se hing ga
ditugaskan oleh sekolah untuk berbagai kepen-
oleh kepala sekolah untuk pelatihan, mewakili
tingan dinas dan tugas-tugas resmi lainnya.
rapat, dan menjadi pembina di Kelompok Kerja
Ketidakhadiran guru SD ini perlu memperoleh
Guru (KKG).
perhatian karena sebagai guru kelas akan bertanggungjawab terhadap terlaksananya pembel-
Faktor Penyebab Guru Tidak Hadir
ajaran di kelas yang menjadi tangung-jawabnya.
Terdapat paling kurang 11 faktor penyebab guru
Jika guru absen maka pembelajaran di kelas
tidak hadir mengajar sesuai dengan jadwal yang
tersebut akan terhambat.
ditentukan (lihat Grafik 4). Dari 11 faktor ini, “izin
resmi keperluan di luar sekolah” merupakan faktor
Dampak Ketidakhadiran Guru
terbanyak (33,33%), kemudian sakit dengan
Ada berbagai dampak ketika guru tidak hadir di
keterangan (19,05%) dan ditugaskan rapat di luar
kelas, baik karena dengan alasan yang legal/resmi
lokasi sekolah (15,48%) serta ditugaskan meng-
maupun tanpa alasan atau izin. Studi ini mengkaji
ikuti pelatihan (15,48%). Faktor yang lain yang
adanya dampak penting dari ketidakhadiran guru,
menyebabkan mereka tidak hadir dan bersifat
yakni dampak terhadap proses pembelajaran,
negatif masih di bawah 5% seperti misalnya
perilaku siswa dan hasil belajar siswa.
pulang terlalu cepat, menjalani hukuman, di-
Terkait dengan pembelajaran, ditemukan
tugaskan dan tidak terkait belajar mengajar dan
indikasi bahwa ketidakhadiran guru berdampak
datang terlambat.
negatif terhadap proses pembelajaran. Indikasi
Z-Statistic = -5,8333 asymp. Sig. = 0.000
Grafik 3. Perbedaan Tingkat Ketidakhadiran Guru Berdasarkan
Kepemilikan Sertifikat Pendidik (N=690)
43
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013
Grafik 4. Faktor Penyebab Guru Tidak Hadir (N=950)
tersebut tampak dari 20,26% responden kepala
Ini terjadi karena siswa menjadi ribut, tidak tertib,
sekolah yang menyatakan bahwa guru yang tidak
bahkan menjadi gaduh sehingga kelas-kelas lain
hadir dapat menyebabkan siswa tidak teratur/
di sekolah itu menjadi terganggu.
ribut/tidak tertib, di samping itu siswa ketinggalan
Tingkat ketidakhadiran guru dapat menjadi
materi pelajaran (18,55%), siswa tidak maksimal
awal terjadinya perilaku siswa yang menyimpang
belajar (18,24%), siswa mengganggu kelas lain
akibat kurang terkontrol karena tanpa ada guru
(15,17%), proses pembelajaran tidak berjalan
kelas yang mengawasi secara efektif. Sebagian
efektif yang pada akhirnya akan menyebabkan
besar (62%) kepala sekolah berpendapat bahwa
penurunan prestasi siswa (12,41%), dan mutu
ketidakhadiran guru memiliki pengaruh negatif
pembelajaran kurang maksimal (9,84%). Data
terhadap perilaku siswa dan hanya 38% menya-
tersebut menunjukkan bahwa ketidakhadiran
takan tidak sejalan bahwa ketidakhadiran guru
guru bukan hanya mengakibatkan terganggunya
akan mempunyai pengaruh negatif terhadap
proses belajar mengajar di kelas tersebut, tetapi
perilaku siswa.
juga menganggu kelas lain yang sedang belajar.
Grafik 5. Dampak Ketidakhadiran Guru terhadap Proses Pembelajaran
44
Philip Suprastowo, Kajian tentang Tingkat Ketidakhadiran Guru Sekolah Dasar dan Dampaknya terhadap Siswa
hadap penurunan prestasi siswa; sedangkan
pendapat yang mengatakan tidak berpengaruh
sebesar 15,17% dan guru lainnya 15,48% menyatakan bisa berpengaruh dan tidak berpengaruh.
Grafik 6. Persentase Pengaruh Ketidakhadiran
Guru terhadap Prestasi Siswa
Upaya Sekolah dan Dinas Pendidikan dalam
Mengatasi Ketidakhadiran Guru
Pada Grafik 9 dapat dilihat bahwa upaya sekolah
Tingkat ketidakhadiran guru berdampak
dalam mengatasi ketidakhadiran yang telah
pada p erilaku yang negatif, lebih-lebi h jika
dilakukan sekolah untuk memastikan proses
ketidakhadiran guru tersebut sering terjadi maka
belajar tetap berlangsung meski guru tidak hadir
yang terjadi adalah tumbuhnya berbagai bentuk
adalah penugasan guru pengganti, pemberian
perilaku siswa yang melanggar tata tertib dan
teguran/peringatan/sangsi oleh kepala sekolah,
norma sekolah, mematikan motivasi belajar siswa,
mengangkat guru tidak tetap, pembinaan oleh
bahkan bisa terjadi guru tidak akan dihormati lagi
kepala sekolah, penerapan tata tertib, pelak-
oleh siswa, seperti diperlihatkan pada Grafik 7.
sanaan supervisi , evaluasi dan penga wasan
Tingkat ketidakhadiran guru selain ber-
terhadap kehadiran guru; pembatasan tugas ke
dam pak negati f pad a pr oses pembe lajar an,
luar sekolah; pelaksanaan sosialisasi kedisiplinan;
perilaku siswa, dan disinyalir juga berdampak
dan pemantauan pembelajaran oleh guru piket.
terhadap menurunnya hasil belajar dan prestasi
Pada Grafik 10 dapat dilihat bahwa upaya
siswa. Indikasi ini diketahui dari persepsi guru
dinas pendidikan dalam mengatasi ketidakhadiran
yang dinilai memahami kondisi proses dan hasil
yang telah dilakukan sekolah untuk memastikan
pembelajaran yang dialaminya. Sebagian besar
proses belajar tetap berlangsung meski guru tidak
(69,35%) guru mengungkapkan bahwa tingkat
hadir adalah menerapkan peraturan dan sangsi
ketidakhadiran guru sangat berpengaruh ter-
PNS secara konsekuen dan konsisten, memutasi
Grafik 7. Tanggapan Responden tentang Pengaruh Ketidakhadiran Guru terhadap Perilaku Siswa
Grafik
8. Pengaruh Ketidakhadiran Guru terhadap Prestasi Siswa
45
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013
Grafik 9.
Upaya Sekolah Mengatasi Ketidakhadiran
guru, meningkatkan evaluasi, monitoring dan
indikasi terjadi kecenderungan semakin menu-
supervisi kehadiran guru dan meningkatkan
runnya tingkat ketidakhadiran guru SD, karena
pembinaan guru.
pa da t ahun 200 8 ha sil sur vei Bank Dunia
Upaya sekolah dan dinas pendidikan untuk
menunjukkan tingkat ketidakhadiran guru masih
mengatasi ketidakhadiran guru ini tampaknya
cukup tinggi, yaitu sebesar 14%; 2) terkait dengan
membuahkan hasil, oleh karena faktanya tingkat
profil guru, diketahui terdapat perbedaan tingkat
absensi guru SD tergolong rendah, yakni hanya
ketidakhadiran guru yang signifikan ditinjau dari
6,6%. Dorongan guru SD untuk lebih disiplin
karakteristik: latar belakang pendidikan, yakni
bertugas mengajar ini diduga juga didorong
guru lulusan sekolah menengah ternyata memiliki
Grafik 10. Upaya Dinas Pendidikan Mengatasi Ketidakhadiran
kew ajib an g uru untuk me menuhi t ugasnya
tingkat ketidakhadiran lebih tinggi daripada guru
mengajar agar tetap memperoleh tunjangan
lulusan perguruan tinggi, status kepegawaian,
profesi dan reward yang lainnya.
yaitu guru PNS lebih tinggi tingkat ketidakhadirannya dari GTT/honor, dan kepemilikan
Simpulan dan Saran
sertifikat, guru yang bersertifikat lebih tinggi
Simpulan
tingkat ketidakhadirannya dari pada yang belum
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
bersertifikat; temuan ini memperlihatkan bahwa
dikemukakan simpulan sebagai berikut: 1) tingkat
guru PNS dan yang telah bersertifikat tidak lebih
ketidakhadiran guru SD pada tahun 2012 relatif
disiplin dibanding dengan guru GTT dan guru yang
rendah, yaitu 6,6%; hasil ini menunjukkan adanya
belum bersertifikat; 3) faktor penyebab ketidak-
46
Philip Suprastowo, Kajian tentang Tingkat Ketidakhadiran Guru Sekolah Dasar dan Dampaknya terhadap Siswa
hadiran guru yang paling dominan ternyata
rendah dan cenderung semakin menurun perlu
karena ditugaskan oleh sekolah untuk dinas
dipertahankan, bahkan terus diupayakan agar
seperti kegiatan Diklat, rapat, dan berbagai
angkanya lebih kecil lagi; 2) berbagai upaya dinas
kepentingan sekolah lainnya (35,72%); alasan
pendidikan kota/kabupaten dan sekolah dalam
kedua ialah ada keperluan guru di luar kepen-
rangka pembinaan dan disiplin guru yang terbukti
tingan sekolah dengan surat ijin resmi (33,33%);
positif perlu terus diterapkan dan dikembangkan
ketidakhadiran guru tanpa ijin resmi, atau karena
secara lebih efektif dan efisien; 3) sebagai
malas dan membolos hampir tidak ada; dengan
pembina, dinas pendidikan kabupaten/kota perlu
demikian penyebab utama ketidakhadiran guru
melakukan evaluasi lebih cermat dan mendalam
ialah karena penugasan resmi oleh sekolah dan
serta melakukan kontrol khusus terhadap guru
pihak-pihak pemangku kepentingan lainnya; 4)
dengan profil tertentu yang terbukti lebih dominan
ketidakhadiran guru SD diketahui berdampak
absen mengajar. Sistem pembinaan guru dengan
negatif terhadap terganggunya proses pembel-
pendekatan “pemberian hadiah dan penghar-
aj aran, pe nyim pang an peri laku siswa d an
gaan” (reward) bagi guru yang melaksanakan
menurunnya hasil belajar siswa; ketidakhadiran
at uran, ta tate rtib , di sipl in, dan seba liknya
guru bukan hanya mengakibatkan terganggunya
menerapkan sanksi dan hukuman (punishment)
proses belajar mengajar di kelas tersebut, tetapi
ba gi g uru yang tid ak m elak sana kan atur an
juga menganggu kelas lain yang sedang belajar.
tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu
Ini terjadi karena siswa menjadi ribut, tidak tertib,
kinerja guru; 4) para pemangku kepentingan, yaitu
bahkan gaduh, sehingga pembelajaran pada
dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendi-
kelas-kelas lain di sekolah itu juga menjadi tidak
dikan provinsi, Kemdikbud (termasuk LPMP dan
efektif; jika ketidakhadiran guru tersebut sering
P4TK), hendaknya lebih bijaksana dalam menen-
ter jadi m aka a kan muncul b erbag ai bentuk
tukan penugasan guru SD untuk rapat dinas,
perilaku siswa yang melanggar tata tertib dan
pelatihan, seminar, maupun mengikuti kegiatan
norma sekolah, mematikan motivasi belajar siswa,
pembinaan lainnya; guru SD memiliki tanggung-
bahkan memunculkan sikap siswa tidak meng-
jawab sebagai guru kelas, sehingga rawan terjadi
hormati guru; dampak ketidakhadiran guru dinilai
kekosongan kelas yang berakibat negatif ter-
oleh para guru dapat menurunkan mutu proses
hadap proses pembelajaran; opsi lain, berbagai
dan hasil pembelajaran; berikutnya citra dan
kegiatan yang terkait dengan guru diupayakan
animo masyarakat terhadap sekolah juga menjadi
agar dilakukan di luar jam mengajar guru; 5)
berkurang; dan 5) upaya sekolah mengatasi
pengawas SD di dinas kota/kabupaten perlu
tingkat ketidakhadiran guru dilakukan dengan
meningkatkan sistem monitoring, evaluasi dan
menyiapkan guru pengganti/guru piket, memberi
superv isi untuk me mastika n pa ra g uru di
teguran, peringatan dan sanksi kepada guru, serta
wilayahnya telah melaksanakan tugas mengajar
mengangkat GTT; dinas pendidikan kota/kabu-
sesuai beban tugas mengajar dan jadwal yang
paten berupaya pula mengatasi ketidakhadiran
telah ditentukan dengan memperhatikan SKB 5
guru dengan menerapkan peraturan disiplin dan
Meteri: Menteri Pendidikan Nasional Nomor 05/X/
sanksi kepada guru PNS secara konsekuen dan
PB/ 2011 ,
konsisten, memutasi guru, dan meningkatkan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
monitoring evaluasi, supervisi kehadiran guru.
SPB/03/M.PAN-Rb/10/2011, Menteri Dalam Negeri
Me nter i
Ne gara
Pendaya guna an
Nomor 48 tahun 2011, Menteri Keuangan Nomor
Saran
158/PMK.01/2011, dan Menteri Agama Nomor 11
Mengacu dari simpulan, disampaikan saran, yaitu:
Tahun 2011, tentang Penataan dan Pemerataan
1) tingkat ketidakhadiran guru di SD yang relatif
Guru Pegawai negeri Sipil.
47
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013
Pustaka Acuan
Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bafadal Ibrahim. 2004. Peningkatan Profesionalisme Guru SD. Jakarta: Bumi Aksara.
Bogdan & Biklen, S. K. 2003. Qualitative Research for Education: An introduction to Theories and Methods
(4th ed.). New York, Pearson Education group.
Fatah Nanang. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hoy & Miskel, C. G. 2008. Educational Administration: Theory, Research, and Practice, 8th edition. New
York: McGraw-Hill.
Imron Ali. 1997. Pembinaan Guru di Indonesia, Surabaya: Kartika.
International Labaur Organitation (ILO). 2004. Seri Rekomendasi Kebijakan: Kerja Layak dan
Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta : ILO
Ivatts, A. R. 2013. Literature Review on: Teacher Absenteeism. Roma Education Fund, 1:21.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru.
Jakarta, PT. Raja Grapindo Persada.
Lirit Rivin A. 2013. Teacher Absenteeism: The School Factor. http:// www.tau.ac.il/ education/ toar3/
etakzir2001-8.doc ; diunduh 10 Januari 2013
Mohamad, Ridwan. 2012. Siswa Bolos Sekolah Biasa, Guru Bolos Mengajar “Luar Biasa”. Dalam Majalah
Media. Jakarta, No. 01/Thn.XLII / Maret 2012
Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. http://kbbi.web.id/; diunduh 14 Januari 2013.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil
(PNS).
Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 Tentang Guru
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru
dan Pengawas Satuan Pendidikan
Rahayuningsih A. 2013. Kinerja Guru dan Penilaian Kinerja. http:// adekodell. blogspot.com/ diunduh 7
Mei 2013
Sahertian, Piet. 1981. Prinsip dan Tehnik Supervisi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional.
Sidney L. 2013. Measuring the Effect Teacher Absenteeism Has on Student Achievement at A “Urban but
not too urban: ” Title I Elementary School. International Journal of Humanities and Social Science
Vol. 2 No. 17; September 2012 ,172. University at Montgomery Montgomery, Alabama.
48
Philip Suprastowo, Kajian tentang Tingkat Ketidakhadiran Guru Sekolah Dasar dan Dampaknya terhadap Siswa
Singarimbun Masri dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survai. Lembaga Penelitian, Pendidikan
dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jakarta.
Syarifuddin N. 2003. Guru Professional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Press.
SMERU. 2011. Survei Baseline Kehadiran Guru dan Bantuan Kesejahteraan Guru di daerah Terpencil.
Jakarta, Lembaga Penelitian SMERU.
Suharsaputra. 2012. Pengembangan Kinerja Guru. [online]. Tersedia (http:// uharsputra.
wordpress.com/pendidikan/ pengembangan-kinerja-guru/diunduh 7 Maret 2013.
Sulistyorini. 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan
Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: 28 (1) 62-70.
Surat Keputusan Bersama (SKB) 5 Meteri; Menteri Pendidikan Nasional No. 05/X/PB/2011, Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. SPB/03/M.PAN-Rb/10/
2011, Menteri Dalam Negeri No. 48 tahun 2011, Menteri Keuangan No. 158/PMK.01/2011, dan
Menteri Agama No. 11 tahun 2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai negeri
Sipil.
Syaikhu, Akhmadi dan Suryadarma Daniel. 2004. Ketika Guru Absen: Kemana Mereka dan Bagaimana
Murid? (Laporan Penelitian). Jakarta, Lembaga Penelitian SMERU.
Tempe, A. Dale. 1992. Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia Asri Media.
Undang–Undang
RI
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang–Undang
RI
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Usman, Moh. Uzer. 2009. Menjadi Guru Profesional. Indonesia, Bandung: Remaja Rosdakarya
World Bank & Harvard University. 2004. Teacher Absence In India. Journal of the European Economic
Association (9/15/04).
Wijaya, C. dan Rusyan, T. 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
49
Download