1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat sekarang ini perkembangan dunia bisnis berkembang begitu cepat, hal ini tidak lepas dari pertumbuhan terhadap teknologi yang semakin lama semakin berkembang. Perusahaan tidak lagi bergerak dalam skala lokal namun harus bisa juga mengembangkan ekspansi ke wilayah yang lebih luas untuk perkembangan yang ingin dicapai, untuk itu perusahaan harus memiliki kompetensi untuk menciptakan keunggulan-keunggulan kompetitif dalam menjalankan aktivitas perusahaan baik secara internal maupun eksternal, dan disamping itu juga perusahaan harus bisa bersaing agar dapat memenangkan persaingan dan tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan dan juga dalam menghadapi persaingan yang saat ini semakin ketat membuat perusahaan menyadari pentingnya memiliki kondisi perusahaan yang kondusif dan efektif dalam usaha mencapai tujuan organisasi atau perusahaan serta tujuan individu Dessler (1997:2). Kualitas sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting disamping sumber daya yang lainnya, karena kualitas sumber daya manusia salah satu unsur berharga yang dimiliki oleh suatu organisasi yang sangat penting untuk meningkatkan kinerja dalam bisnis Kuratko dan Hodgets, (1998:87). Dalam bukunnya yang berjudul “Manajemen Sumber Daya manusia” Tjutju dan Suwarno (2008), p.1) menjelaskan bahwa bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia dalam kegiatan suatu organisasi dan juga MSDM menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi yang harus dikelola dengan baik dan memegang peranan yang penting dalam melakukan aktivitas untuk pencapaian tujuan. Jadi manajemen SDM sifatnnya lebih strategis bagi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah diterapkan. 2 Menurut Simamora (2004:4) menjelaskan definisi manajemen sumber daya manusia sebagai berikut : MSDM adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok karyawan, juga menyangkut desain dan implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karir, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan mencapai tujuan organisasi. Disamping itu juga untuk memperoleh sumber daya manusia yang efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi, harus dilakukan pembinaan terhadap SDM. Menurut Flippo (1984 : 3) menyebutkan sebagai berikut : Bahwa pembinaan SDM akan dapat menumbuhkan sense of belonging, yaitu rasa memiliki terhadap perusahaan, meningkatkan kerjasama tim, komunikasi antar bagian, dan hubungan antar manusia, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi kerja dan efektivitas SDM sudah tertanam dalam perusahaan untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Apabila hal ini sudah disadari dan dihayati, serta rasa memiliki sudah tertanam di dalam diri karyawan, maka kondisi ini akan memberi semangat dan kekuatan yang dapat memberdayakan SDM untuk mewujudkan misi perusahaan melalui kegiatan sehari-hari berkerja sama dan berinteraksi satu sama lainnya, dan akan membentuk suatu kebiasaan yang lama-kelamaan akan membentuk budaya organisasi dalam sistem organisasi tersebut. Menurut Robbins (1996:289) menjelaskan definisi budaya organisasi sebagai berikut : Budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu. Dan budaya organisasi terbentuk dari norma-norma moral, sosial, dan prilaku dari sebuah organisasi yang didasarkan pada sebuah keyakinan, tindak-tanduk dan proritas anggotaanggotannya. Budaya organisasi sering juga disebut budaya kerja yang merupakan nilai-nilai dominan yang disebarluaskan di dalam organisasi dan diacu 3 sebagai filosofi kerja karyawan Moeljono Djokosantoso (2003: 17 dan 18), karena tidak dapat dipisahkan dengan kinerja (performance) SDM, makin kuat budaya organisasi, makin kuat pula dorongan untuk berprestasi. Menurut S.P Robbin (1997) budaya organisasi kuat adalah budaya dimana nilai-nilai inti organisasi dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas anggota organisasi. Adapun Faktor-Faktor yang Menentukan Kekuatan Budaya Organisasi :(1). Kebersamaan, (2). Intensitas. Budaya organisasi dapat membantu kinerja karyawan, karena dapat menciptakan motivasi yang luar biasa bagi karyawan untuk memberikan kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh organisasi Kotter dan Heskett (1997:18). Semakin disadari bahwa karyawan menjadi sumber daya terpenting dalam suatu organisasi, sehingga kinerja karyawan sangat menentukan kinerja organisasi secara keseluruhan. Peningkatan kinerja karyawan sangat diharapkan oleh setiap perusahaan karena tinggi rendahnya kinerja karyawan juga tergantung kepada sejauh mana budaya perusahaan yang diterapkan oleh perusahaan tersebut dan juga budaya organisasi merupakan faktor penentu utama terhadap kesuksesan kinerja suatu organisasi Lako (2004:28). Sebagai contoh yaitu budaya disiplin, jika kedisiplinan merupakan sebuah budaya perusahaan baik disiplin dalam waktu, tempat, pekerjaan dan lainnya maka para karyawan pun akan terbiasa untuk disiplin dalam berbagai hal yang menyangkut pekerjaannya. Hal ini yang dirasakan oleh PT INTI (Persero), PT INTI (Persero) Bandung merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan infokom dengan penekanan pada sistem infokom dan Integrasi Telekomunikasi (SIIT) yang bergerak dalam bidang jasa. Budaya yang ditetapkan PT INTI yaitu : integrity, Networking, Trust, team work dan inovative, namun masih banyak dijumpai karyawan yang masih melakukan kesalahan-kesalahan yang dilakukan seperti masih lemahnnya disiplin pada karyawan yang terjadi di PT INTI Persero faktor utamanya yaitu adannya perubahan orientasi yang terjadinnya dari perubahan orientasi pabrik/pure manufacture yaitu proses menghasilkan suatu barang atau benda yang berguna dimana bermula dari material kasar yang dikerjakan sesuai sifat material dan 4 keinginan konsumen sehingga tercipta produk barang yang sesuai apa yang diinginkan, termasuk di dalamnya proses assembly atau pemasangan, ke orientasi service atau berbasis pada solusi kesisteman yaitu cara memberikan dan memenuhi keinginan pelanggan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Yang mana orientasi service hanya melihat hasil (quantity), sehingga menyebabkan kinerja atau hasil kerja karyawan mulai menurun. Dengan perubahan orientasi yang terjadi di PT INTI Persero menyebabkan sebagian karyawan yang terbiasa dengan kebiasaan lama yang berpedoman pada orientasi pabrik tidak mau berubah ke orientasi service, sehingga munculah masalah-masalah baru seperti masalah kehadiran dan keterlambatan yang sering terjadi sehari-hari. Karena dengan adannya perubahan orientasi tersebut diatas sangat mempengaruhi terhadap keseimbangan antara produktivitas dan kinerja karyawan, padahal perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa kehadiran karyawan masih sangat diperlukan. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan dikhawatirkan memberikan dampak negatif yaitu dengan kurang optimalnnya kinerja karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. Faktor-faktor yang lain yang terjadi seperti masalah ketidakhadiran/absensi dan ketidakdisiplinan waktu. Masih juga terlihat sebagian karyawan yang terlambat datang saat pekerjaan sudah dimulai, bahkan data absensi karyawan masih sering terjadi, diantaranya masih banyak karyawan yang izin, sakit, cuti ataupun alfa. Fakta tersebut terlihat dari fenomena yang penulis temukan berdasarkan observasi dan data-data yang diberikan oleh pihak MSDM PT.INTI (Persero) Bandung. Adanya peningkatan tingkat ketidakhadiran dan ketidakdisiplinan karyawan yang menjadi fenomena pertama, dapat terlihat dari data empirik yang didapatkan dari lapangan yang mencerminkan ada kecenderungan permasalahan dalam hal kinerja yang dilakukan oleh karyawan. Seperti yang telah disampaikan Edy Sutrisno (2009:167) salah satu aspek yang dapat mengukur kinerja 5 karyawan, adalah “disiplin waktu dan absensi”, tingkat ketepatan waktu dan kehadiran”. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2000:31) seperti yang dikutip oleh Mangkunegara (2005:17) mengemukakan bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja mencakup sebagai berikut: Kesetiaan, hasil kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan, kehadiran dan tanggung jawab. Sedangkan Husein Umar (1997:266), membagi aspek-aspek kinerja sebagai berikut: Mutu Pekerjaan, kejujuran karyawan, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama, keandalan pengetahuan tentang pekerjaan, tanggung jawab, dan pemanfaatan aspek kerja. Berikut adalah grafik tingkat ketidakhadiran karyawan Divisi Manajemen Sumber Daya Manusia PT.INTI (Persero) Bandung pada gambar 1.1. Grafik tingkat ketidakhadiran karyawan Divisi SDM PT INTI Persero Tahun 2011 sakit izin cuti alfa 16% 13% 10% 6% 6% 11% 9% 12% 8% 7% 13% 7% 5% 4% 13% 9% 9% 9% 8% 8% 7% 7% 3% 4% 13% 12% 8% 8% 7% 4% 11% 11% 10% 10% 10%10%10% 10% 9% 9% 8% 9% 6% 5% 3% 2% Sumber: Divisi Manajemen Sumber Daya Manusia (Bagian Pelayanan Sumber Daya Manusia dan Remunerisasi) 5% 5% 6 Interpretasi dari gambar 1.1 adalah alasan ketidakhadiran karyawan Divisi SDM PT INTI Persero. Dilihat dari alasan sakit cenderung mengalami fluktuatif (naik turun) dan grafik yang tertinggi pada bulan april sebesar 13%, pada bulan januari, februari, april, september dan desember alasan izin menduduki peringkat pertama dan paling tertinggi pada bulan april sebesar 16 %, paling tertinggi dengan alasan cuti pada bulan maret 12% dan juni 13%, untuk alfa mengalami kenaikan setiap bulannya dan yang tertinggi pada bulan oktober, november, desember sebesar 10%. Selanjutnya di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan data keterlambatan karyawan Divisi Manajemen Sumber Daya Manusia PT INTI Persero Bandung tahun 2011. Tabel 1.1 Data Keterlambatan masuk Karyawan Divisi Manajemen Sumber Daya Manusia PT INTI Persero Bandung Tahun 2011 Nama Karyawan 1 Karyawan 2 Karyawan 3 Karyawan 4 Karyawan 5 Karyawan 6 Karyawan 7 Karyawan 8 Karyawan 9 Karyawan 10 Karyawan 11 Karyawan 12 Karyawan 13 Karyawan 14 Karyawan 15 Karyawan 16 Karyawan 17 Jumlah Hari Kerja Hadir 245 261 245 219 245 230 245 245 245 227 245 236 245 232 245 241 245 239 245 227 245 249 245 108 245 233 245 139 245 264 245 244 245 227 Jumlah Jam Telat masuk Cepat pulang 018;47 00;00 000;04 00;00 062;57 00;00 203;43 00;00 009;37 00;00 012;24 00;00 036;41 00;00 026;06 00;00 056;18 00;00 014;52 00;00 027;31 00;00 026;06 00;00 021;17 00;00 000;00 00;00 013;16 00;00 070;31 00;00 032;06 00;00 7 Karyawan 18 Karyawan 19 Karyawan 20 Karyawan 21 Karyawan 22 Karyawan 23 Karyawan 24 Karyawan 25 Karyawan 26 Karyawan 27 Karyawan 28 Karyawan 29 Karyawan 30 Karyawan 31 Karyawan 32 Karyawan 33 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 245 214 229 259 210 211 235 67 227 258 246 237 224 238 234 192 233 070;49 024;28 013;54 117;49 000;00 060;36 024;04 058;51 012;55 163;45 077;15 065;11 073;58 036;16 078;54 385;32 1896;33 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 00;00 Sumber: Divisi Manajemen Sumber Daya Manusia (Bagian Pelayanan Sumber Daya Manusia dan Remunerisasi) Berdasarkan tabel 1.1 jumlah keterlambatan paling besar yaitu 385 menit 32 detik yaitu pada karyawan 33 dan yang paling terkecil sebesar 00;00 ( tidak ada keterlambatan masuk kerja ) yaitu pada karyawan 14 dan 22 . Dan dari total keseluruhan tahun 2011 dalam satu tahun jumlah keterlambatan karyawan sebesar 1896 menit 33 detik dan total cepat pulang 00 menit 00 detik artinya tidak ada karyawan satupun yang cepat pulang . Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul : “Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan pada Divisi SDM PT INTI (Persero)”. 1.2 Identifikasi Masalah Dengan melihat permasalahan-permasalahan merumuskan beberapa masalah dibawah ini. diatas maka penulis 8 1. Bagaimana budaya organisasi yang terjadi pada Divisi SDM PT INTI (Persero) ? 2. Bagaimana kinerja karyawan pada Divisi SDM PT INTI (Persero) ? 3. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan di Divisi SDM PT INTI (Persero) ? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penulis melakukan penelitian ini dengan maksud untuk mengumpulkan data, mengolah, menganalisis dan mengetahui seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada Divisi SDM PT INTI (Persero). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui budaya organisasi pada Divisi SDM PT INTI (Persero). 2. Untuk mengetahui kinerja karyawan pada Divisi SDM PT INTI (Persero). 3. Untuk menganalisis apakah terjadi pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada Divisi SDM PT INTI (Persero). 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara akademis, perusahaan maupun pihak-pihak terkait lainnya. Manfaat akademik Hasil penelitian ini dapat menjadi rujutan bagi peneliti yang lain terutama menyangkut variabel budaya organisasi dan kinerja karyawan. Manfaat perusahaan 1. Perusahaan bisa menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja karyawan. 2. Perusahaan dapat mengambil kebijakan yang lebih baik dalam upaya peningkatan kinerja karyawan. 3. Perusahaan dapat mengetahui arti penting dari sebuah kinerja yang dihasilkan oleh karyawan. 9 Manfaat bagi pihak-pihak terkait Hasil penelitian ini dapat membantu pihak-pihak terkait untuk mengetahui tentang arti penting sebuah budaya perusahaan dalam meningkatkan kinerja. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Manusia adalah makhluk yang berbudaya, setiap aktifitasnya mencerminkan sistem kebudayaan yang berintegrasi dengan dirinnya, baik cara berpikir, memandang sebuah permasalahan. Pengambilan keputusan dan lain sebagainya. Budaya organisasi (corporate culture) sering diartikan sebagai nilai-nilai, simbol yang dimengerti dan dipatuhi bersama yang dimiliki suatu organisasi, sehingga organisasi dapat menciptakan suatu kondisi yang berbeda dengan organisasi yang lain. Kata budaya (Culture) sebagai suatu konsep berakar dari kajian atau disiplin ilmu Antropologi oleh Killman et Al (dalam Nimran, 2004 : 134) diartikan sebagai Falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan, keyakinan, harapan, sikap dan norma yang dimiliki bersama dan mengikat suatu masyarakat. Kini konsep tersebut telah pula mendapat tempat dalam perkembangan ilmu perilaku organisasi, dan menjadi bahasan yang penting dalam literatur ilmiah dikedua bidang itu dengan memakai istilah budaya organisasi. Menurut Gibson (1997 : 372) mendefinisikan : “Budaya organisasi sebagai sistem yang menembus nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada di setiap organisasi. Kultur organisasi dapat mendorongatau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma yang dianut”. Sedangkan Menurut Schein (1992:12) mengemukakan bahwa : “Budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan 10 yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi”. Adapun tingkatan budaya organisasi menurut schein (1996 : 85 ) mengklasifikasikan budaya organisasi dalam tiga kelas, antara lain: 1.Artefak Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, prilaku, dan fisik dalam manifestasi nyata dari budaya organisasi. 2. Nilai-nilai yang mendukung Nilai adalah dasar titik berangka evaluasi yang dipergunakan anggota organisasi untuk menilai organisasi, perbuatan, situasi dan hal-hal lain yang ada dalam organisasi 3. Asumsi dasar Adalah keyakinan yang dimiliki anggota organisasi tentang diri mereka sendiri, tentang orang lain dan hubungan mereka dengan orang lain serta hakekat organisasi mereka Sementara Lundberg dalam Mohyi (1999:196) dalam studinya yang melanjutkan penelitian (pendapat) Schein dan menjadikan tingkatan budaya organisasi sebagai topik utama mengklasifikasikan budaya organisasi dalam empat kelas, yaitu : 1. Artefak Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan fisik dalam manifestasi nyata dari budaya organisasi 2. Perspektif Perspektif adalah aturan-aturan dan norma yag dapat diaplikasikan dalam konteks tertentu, misalnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, 11 cara anggota organisasi mendefinisikan situasi-siatuasi yang muncul. Biasanya anggota menyadari perspektif ini. 3. Nilai Nilai lebih abstrak dibanding perspektif, walaupun sering diungkap dalam filsafat orfganisasi dalam menjalankan misinnya 4. Asumsi Asumsi sering kali tidak disadari lebih dalam dari artefak, perspektif dan nilai. Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social, religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasannya sebagai dasar penilaian terhadap pegawai. Oleh karena itu, kinerja merupakan sarana penentu dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Payaman Simanjuntak (2005:1) mengemukakan : “kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.” 12 Menurut Irawan (2002:11), bahwa : “Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, dan dapat diukur. Jika kita mengenal tiga macam tujuan, yaitu tujuan organisasi, tujuan unit, dan tujuan pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yaitu kinerja organisasi, kinerja unit, dan kinerja pegawai”. Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja mengandung substansi pencapaian hasil kerja oleh seseorang. Dengan demikian bahwa kinerja merupakan cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang. Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja perusahaan (corporate performance) terdapat hubungan yang erat. Dengan kata lain, bila kinerja karyawan (individual performance) baik maka kemungkinan besar kinerja perusahaan (corporate performance) juga baik. Adanya keterkaitan hubungan antara budaya dengan kinerja organisasi yang dapat dijelaskan dalam model diagnosis budaya organisasi Tiernay bahwa semakin baik kualitas faktor-faktor yang terdapat dalam budaya organisasi makin baik kinerja organisasi tersebut (Moelyono Djokosantoso, 2003:42). Karyawan yang sudah memahami keseluruhan nilai-nilai organisasi akan menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai suatu kepribadian organisasi. Nilai dan keyakinan tersebut akan diwujudkan menjadi perilaku keseharian mereka dalam bekerja, sehingga akan menjadi kinerja individual. Didukung dengan sumber daya manusia yang ada, sistem dan teknologi, strategi perusahaan dan logistik, masing masing kinerja individu yang baik akan menimbulkan kinerja organisasi yang baik pula. Apabila budaya organisasi yang baik tidak diterapkan pada suatu perusahaan, maka akan menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya. Jadi budaya organisasi yang baik adalah budaya organisasi yang dapat menciptakan 13 suasana kerja yang mampu mendorong meningkatknya kinerja karyawan sehingga akan menimbulkan dampak yang positif terhadap perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan suatu hipotesis yaitu “Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan”. 1.6 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mempergunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode penelitian dengan mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data, serta dibuat suatu kesimpulan dan saran. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian ini antara lain : Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Kepustakaan (Library Research) Yang dimaksud dengan penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mempelajari dan membaca buku literatur yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. 2. Penelitian Lapangan (Field Reseach) Yang dimaksud dengan penelitian lapangan adalah penelitian secara langsung ke perusahaan. Teknik yang digunakan dalam penelitian lapangan adalah: a. Interview Yaitu melakukan wawancara langsung dengan manajemen personalia dan pihak-pihak lain dalam perusahaan yang mempunyai wewenang untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. b. Kuesioner Yaitu penulis memberikan serangkaian pertanyaan tertulis yang disusun secara rinci kepada para responden yang berhubungan dengan objek yang diteliti. 1.7 Lokasi Penelitian Untuk penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian pada Divisi SDM PT INTI Persero yang berlokasi di Jalan Moh Toha No 77 Bandung.