PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VI SD NEGRI 10 MALENGGANG Andika Putra, Hery Kresnadi, Edy Yusmin Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, FKIP Untan Pontianak Email: [email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan aktivitas pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas VI SD Negri 10 Malenggang?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual pada pelajaran IPA di kelas VI SD Negri 10 Malenggang. Bentuk penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas. Peneletian dilaksanakan di SD Negri 10 Malenggang pada siswa kelas VI, jumlah siswa 20 orang. Indikator dari penelitian ini adalah aktivitas fisik dengan baseline 32,5%, aktivitas mental dengan baseline 32,5% dan aktivitas emosional 31,25%. Data dianalisis secara deskriptif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan Aktivitas Belajar siswa kelas VI SD Negri 10 Malenggang. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual mengalami peningkatan pada siklus I: a) aktivitas fisik sebesar 63,75%, b) aktivitas mental sebesar 60%, c) aktivitas emosional sebesar 68,75%. Pada siklus II a) aktivitas fisik sebesar 75%, b) aktivitas mental sebesar 75%, c) aktivitas emosional sebesar 82,5%. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kontekstual dan Aktivitas Belajar. Abstract: The research aims to increase activity learning of student with used contextual learning on science learning in class VI 01 elementary school of Malenggang. Form of the research is a action research. This research did on 01 Malenggang elementary school with student class VI as subject the research. Quantity of student, 20 person. Indicator from the research, the phsycal activities with the baseline 32,5%, the mental activities with the baseline percentage 32,5%, and baseline of emotion activities percentage 31,25%. The methode this research is descriptive. The result of data analysis conclused that used contextual learning on science learning can do it to increase activity learning of student. Activities student on science learning can increased. In first cycle: a) phsycal activities percentase 63,75%, b) mental activities percentase 60%, and c) emotion activities percentase 68,75%. Second cycle: a) phsycal activities percentase 75%, b) mental activities percentase 75%, and c) emotion activities percentase 82,5%. Key words : Contextual learning and activity learning. P embelajaran IPA memiliki tingkat berpikir yang abstrak, yang belum dicapai oleh pikiran siswa SD. Untuk mengatasi hal ini diperlukan sebuah model pembelajaran yang menerapkan keterkaitan pengetahuan dengan keadaan sekitarnya, supaya lebih mudah dipahami. Model seperti ini dikenal dengan model pembelajaran kontekstual. menurut Elaine B. Jhonson (2010:58) model pembelajaran kontekstual adalah suatu system pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan mengubungkan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari. Dari hasil refleksi dan observasi sebagai studi pendahuluan penelitian didapat bahwa aktivitas belajar siswa sangat kurang, ini dilihat dari data berikut, aktivitas fisik persentase sebesar 32,5%, aktivitas mental persentase sebesar 32,5%, dan aktivitas emosional persentase sebesar 31,25%. selama proses pembelajaran siswa pasif, malu, takut bertanya dan tidak bersemangat karena tidak percaya diri dalam kegiatan belajar. Berdasarkan kondisi ini penulis mengadakan perbaikan aktivitas pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Dengan melakukan ini diharapkan proses pembelajaran mengalami perbaikan, diindikasikan dengan adanya peningkatan persentase aktivitas belajar dalam proses pembelajaran. Menurut Sardiman (dalam, http://edukasi.kompasiana.com) “Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar”. Banyak macam- macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich (dalam, http://edukasi.kompasiana.com) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan (aktifitas siswa), antara lain: 1. Visual activities (13) seperti membaca, memperhatikan:gambar, demonstrasi, percobaab, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2. Oral activities (43) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan sebagainya. 3. Listening activities (11) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya. 4. Writing activities (22) seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin, dan sebagainya. 5. Drawing activities (8) seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram, pola dan sebagainya. 6. Motor activities (47) seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. 7. Mental activities (23) seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya. 8. Emotional activities (23) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya. Dari pendapat ahli yang dikemukakan tersebut, aktivitas belajar dapat dkelompokan menjadi 3 komponen utama yaitu: 1. Aktivitas fisik Merupakan aktivitas yang dilakukan siswa yang melibatkan gerak fisik siswa seperti membaca, menulis, menyimak, maju ke depan kelas, melakukan percobaan ilmiah dan sebagainya. 2. Aktivitas mental Merupakan aktivitasyang melibatkani kemampuan berfikir siswa dalam merespon pembelajaran, menangkap informasi, berpendapat, menemukan arti dari pembelajaran, merespon pertanyaan, menjawab pertanyaan dan sebagainya. 3. Aktivitas emosional Merupakan aktivitas yang melibatkan emosi siswa, seperti rasa senang, rasa tidak suka, semangat, penghargaan terhadap sesame manusia, dan sebagainya. Aktivitas yang diteliti dalam penelitian ini adalah ketiga komponen tersebut yaitu aktivitas fisik, aktivitas mental dan aktivitas emosi. Dengan indikator sebagai berikut: 1. Aktivitas fisik a. Melakukan percobaan ilmiah b. Membuat laporan dari percobaan c. Melakukan presentasi d. Maju ke depan kelas 2. Aktivitas mental a. Menemukan arti pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan seharihari b. Bertanya c. Menjawab pertanyaan d. Timbal balik komunikasi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran 3. Aktivitas emosi a. Siswa bersemangat dalam proses pembelajaran b. Siswa senang dalam proses pembelajaran c. Siswa menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran ditunjukan dengan komunikasi aktif antara guru dan siswa. d. Siswa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni kontrutivisme (Contructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authntic Assessment) (Depdiknas, dalam Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto, 2011:49). Untuk lebih jelas lihat deskripsi berikut ini: a. Teori konstruktivisme (Contructivism) Teori ini merupakan landasan berpikir bagi pendekatan kontekstual. Pengetahuan real ( nyata )bagi para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi teori konstruktivisme adalah Siswa akan membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatannya secara aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan di dalam kelas misalnya : saat siswa siswa bekerja atau melakukan percobaan mengerjakan sesuatu, memecahkan masalah, berlatih keterampilan secara fisik, mendemontrasikan dan menyimpulkan. b. Menemukan ( inquiri ) Proses pembelajarannya adalah menemukan. Penerapan didalam kelas misalnya : Mengamati atau melakukan observasi, termasuk mengamati media dan membaca buku untuk mengumpulkan informasi, menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan dan laporan, menyajikan dan mengkomunikasikan hasil karyanya di depan guru, teman sekelas atau audien yang lain. c. Bertanya (Questioning) Salah satu strategi penting dalam kontekstual merupakan bertanya. Bagi siswa bertanya menunjukkan ada perhatian terhadap materi yang dipelajari dan ada upaya menemukan jawaban sebagai bentuk pengetahuan. Bagi guru bertanya adalah untuk mengaktifkan siswa. Penerapan didalam kelas misalnya : siswa bertanya untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa dan membangkitkan respon siswa dengan bertanya. d. Masyarakat belajar ( learning community ) Hasil belajar diperoleh dari shering antar teman, antar kelompok, antara yang tahu yang belum tahu, diruangan ini, dikelas ini, disekitar ini dan juga yang ada diluar sana, semuanya adalah masyarakat belajar. Kegitan dalam kelas melaksanakan pembelajaran secara berkelompok, untuk mendorong terjadinya proses komunikasi satu arah, masing-masing pihak dapat menjadi sumber belajar. e. Pemodelan (Modeling) Guru didalam kelas bukan satu-satunya model, model dapat dirancang menggunakan siswa untuk memberikan contoh. misalnya guru membimbing dan memberikan contoh melakukan percobaan sebelum siswa atau siswa lain memberikan contoh kepada yang lainnya juga. f. Refleksi (Reflection) Berpikir dan merenung tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Misalnya : pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. g. Penilaian yang autentik ( authentic assessment ) Penilaian tidak dilihat dengan melihat hasil belajar tetapi bagaimana proses atau aktivitasnya. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Model ini dipandang sesuai dengan, orientasi pemecahan masalah yang bertujuan mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan guru dalam memecahkan masalah(dalam, Sedramayanti dan Syafriudin Hidayat). Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang merupakan penelitian yang dilaksanakan guru didalam kelanya sendiri untuk memperbaiki kinerja pembelajaran. Subyek Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negri 10 Malenggang, sanggau yang berjumlah 20 orang, terdiri dari siswa laki-laki 9 orang dan siswa perempuan 11 orang dan guru kelas VI SD Negri 10 Malenggang, Sanggau. Skema alur siklus yang digunakan dalam penelitian di adaptasi dari Kemmis dan Taggart (dalam, http://007indien.blogspot.com) sebagai berikut : Siklus I Refleksi awal Pelaksanaan tindakan Rencana tindakan ttitindakan Observasi Refleksi Tidak berhasil Siklus II Berhasil Pelaksanaan tindakan Rencana tindakan Tidak berhasil Observasi Refleksi Langkah pelaksanaan kegiatan, menjelaskan rencana kegiatan pembelajaran menginformasikan tujuan model pembelajaran kontekstual, menjelaskan bahan dan alat percobaan, memberikan materi pembelajaran dengan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan menuntun siswa dalam menemukannya, melakukan percobaan ilmiah, membuat laporan dari hasil percobaan, presentasi hasil laporan, tanya jawab, dan kesimpulan, serta memberi siswa motivasi dan tugas rumah. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Siklus I 1. Perencanaan Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, guru yang juga sebagai peneliti, terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk memberikan pembelajaran, yaitu dengan mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model kontekstual. Dalam perencanaan pembelajaran kontekstual ada 7 aspek yang direncanakan dalam pembelajaran yaitu a. Siswa akan membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatannya secara aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan di dalam kelas misalnya : saat siswa siswa bekerja atau melakukan percobaan mengerjakan sesuatu, memecahkan masalah, berlatih keterampilan secara fisik, mendemontrasikan dan menyimpulkan. b. Proses pembelajarannya adalah menemukan. Penerapan didalam kelas misalnya : Mengamati atau melakukan observasi, termasuk mengamati media dan membaca buku untuk mengumpulkan informasi, menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan dan laporan, menyajikan dan mengkomunikasikan hasil karyanya di depan guru, teman sekelas atau audien yang lain. c. Salah satu strategi penting dalam kontekstual merupakan bertanya. Bagi siswa bertanya menunjukkan ada perhatian terhadap materi yang dipelajari dan ada upaya menemukan jawaban sebagai bentuk pengetahuan. Bagi guru bertanya adalah untuk mengaktifkan siswa. Penerapan didalam kelas misalnya : siswa bertanya untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa dan membangkitkan respon siswa dengan bertanya. d. Hasil belajar diperoleh dari shering antar teman, antar kelompok, antara yang tahu yang belum tahu, diruangan ini, dikelas ini, disekitar ini dan juga yang ada diluar sana, semuanya adalah masyarakat belajar. Kegitan dalam kelas melaksanakan pembelajaran secara berkelompok, untuk mendorong terjadinya proses komunikasi satu arah, masingmasing pihak dapat menjadi sumber belajar. e. Guru didalam kelas bukan satu-satunya model, model dapat dirancang menggunakan siswa untuk memberikan contoh. misalnya guru membimbing dan memberikan contoh melakukan percobaan sebelum siswa atau siswa lain memberikan contoh kepada yang lainnya juga. f. Berpikir dan merenung tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Misalnya : pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. g. Penilaian tidak dilihat dengan melihat hasil belajar tetapi bagaimana proses atau aktivitasnya. Menyiapkan media berupa benda yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa saat pembelajaran. Lembar pengamatan bagi kolaborator untuk mengukur kemampuan guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajara dan membuat soal. 2. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan observasi penelitian di bantu oleh rekan guru. Jumlah siswa yang diamati adalah 20 orang. Penelitian siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 17 dan 26 september 2012. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengucapakan salam pembuka, berdoa, mengabsen, mengecek kesiapan siswa, melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajara, menyiapkan media, membentuk kelompok, mengadakan tanya jawab, apa yang bisa ditemukan dari alat percobaan tersebut, guru menyampaikan materi hantaran panas (Konduktor dan isolator), siswa melakukan percobaan dengan kelompok yang telah dibentuk membedakan benda konduktor dan isolator, guru membimbing siswa kerja kelompok sambil melakukan tanya jawab, setiap kelompok mendiskusikan hasil percobaaan dan pengamatan, siswa melaporkan hasil kerja kelompok, kelompok lain menanggapi,memberikan kritik, saran dan sambil membahasnya, memberikan penguatan, melakukan tanya jawab dengan peserta didik yang belum menguasai materi, memberikan penegasan dari hasi elaborasi, melakukan refleksi, menyimpulkan materi, siswa mengerjakan soal latihan, guru memberikan motivasi agar belajar di rumah juga. 3. Observasi Berdasarkan hasil observasi pada lembar observasi aktivitas belajar siswa, di peroleh persentasi seperti tabel 1 berikut: TABEL 1 Persentasi Aktivitas Belajar pada Siklus I No . a b c d a b c d a Indicator kinerja f Aktivitas fisik Melakukan percobaan ilmiah Membuat laporan dari percobaan Melakukan presentasi Maju ke depan kelas Rata-rata Aktivitas mental Menemukan arti pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari Bertanya Menjawab pertanyaan Timbal balik komunikasi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran Rata-rata Aktivitas emosional Siswa bersemangat dalam proses Muncul % 15 13 12 11 75% 65% 60% 55% 63,75% 10 12 12 50% 60% 60% 14 70% 60% 14 70% b c d pembelajaran Siswa senang dalam proses pembelajaran Siswa menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran ditunjukan dengan komunikasi aktif antara guru dan siswa. Siswa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran 13 65% 15 75% 13 65% 68,75% Hasil observasi pada siklus I menunjukan adanya perubahan pada proses pembelajaran seperti yang diharapkan dari penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan aktivitas belajar untuk Berdasarkan data obsevasi awal tersebut aktivitas siswa secara fisik yaitu a) melakukan percobaan ilmiah sebanyak 15 siswa dengan persentase 75% b) membuat laporan dari percobaan sebanyak 13 siswa dengan persentase 65% c) melakukan presentasi sebanyak 12 siswa dengan persentase 60% d) maju ke depan kelas sebnyak 11 siswa dengan persentase 55%. Dan rata-rata untuk aktivitas fisik sebesar 63,75%. Ini menunjukan peningkatan dari rata-rata sebelumnya yaitu 32,5%. Aktivitas siswa secara mental a) menemukan arti pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan seharihari sebanyak 10 siswa dengan persentase 50% b) bertanya sebanyak 12 siswa dengan persentase 60% c) menjawab pertanyaan sebanyak 12 siswa dengan persentase 60% d) timbal balik komunikasi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran sebanyak 14 siswa dengan persentase 70%. Dan rata-rata untuk aktivitas mental sebesar 60%. Ini menunjukan peningkatan dari rata-rata sebelumnya yaitu 32,5%. Untuk aktivitas siswa secara emosional a) siswa bersemangat dalam proses pembelajaran sebanyak 14 siswa dengan persentase 70% b) siswa senang dalam proses pembelajaran sebanyak 13 siswa dengan persentase 65% c) siswa menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran ditunjukan dengan komunikasi aktif antara guru dan siswa sebanyak 15 siswa dengan persentase 75% d) siswa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran sebanyak 13 siswa dengan persentase 65%. Dan rata-rata untuk aktivitas mental sebesar 75,75%. Ini menunjukan peningkatan dari rata-rata sebelumnya yaitu 31,75%. Hasil observasi ini menunjukan aktivitas belajar di siklus I mengalami peningkatan persentase dengan menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual. 4. Refleksi Namun ada beberapa hal yang kurang memuaskan dari hasil observasi siklus ini, refleksi siklus I: 1. Waktu yang di pergunakan kurang efektif. 2. Masih ada siswa yang tidak fokus pada saat kegiatan pembelajaran, yang memberi efek pada kurangnya pemahaman siswa pada materi. B. Hasil Penelitian Siklus II 1. Perencanaan Pada siklus ke II perencanaan pelaksanaan pembelajaran mengacu pada hasil refleksi dari hasil siklus I, ini ditujukan untuk memperbaiki kekurangan didalam siklus II, agar pelaksanaan pembelajaran siklus II lebih baik. Dalam perencanaan pembelajaran kontekstual ada 7 aspek yang direncanakan dalam pembelajaran yaitu: a. Siswa akan membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatannya secara aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan di dalam kelas misalnya : saat siswa siswa bekerja atau melakukan percobaan mengerjakan sesuatu, memecahkan masalah, berlatih keterampilan secara fisik, mendemontrasikan dan menyimpulkan. b. Proses pembelajarannya adalah menemukan. Penerapan didalam kelas misalnya : Mengamati atau melakukan observasi, termasuk mengamati media dan membaca buku untuk mengumpulkan informasi, menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan dan laporan, menyajikan dan mengkomunikasikan hasil karyanya di depan guru, teman sekelas atau audien yang lain. c. Salah satu strategi penting dalam kontekstual merupakan bertanya. Bagi siswa bertanya menunjukkan ada perhatian terhadap materi yang dipelajari dan ada upaya menemukan jawaban sebagai bentuk pengetahuan. Bagi guru bertanya adalah untuk mengaktifkan siswa. Penerapan didalam kelas misalnya : siswa bertanya untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa dan membangkitkan respon siswa dengan bertanya. d. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, antara yang tahu yang belum tahu, diruangan ini, dikelas ini, disekitar ini dan juga yang ada diluar sana, semuanya adalah masyarakat belajar. Kegitan dalam kelas melaksanakan pembelajaran secara berkelompok, untuk mendorong terjadinya proses komunikasi satu arah, masingmasing pihak dapat menjadi sumber belajar. e. Guru didalam kelas bukan satu-satunya model, model dapat dirancang menggunakan siswa untuk memberikan contoh. misalnya guru membimbing dan memberikan contoh melakukan percobaan sebelum siswa atau siswa lain memberikan contoh kepada yang lainnya juga. f. Berpikir dan merenung tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Misalnya : pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. g. Penilaian tidak dilihat dengan melihat hasil belajar tetapi bagaimana proses atau aktivitasnya. Menyiapkan media berupa benda yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa saat pembelajaran. Lembar pengamatan bagi kolaborator untuk mengukur kemampuan guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajara dan membuat soal. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 8 oktober 2012 dan pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 11 oktober 2012. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengucapakan salam pembuka, berdoa, mengabsen, mengecek kesiapan siswa, melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajara, menyiapkan media, membentuk kelompok, mengadakan tanya jawab, apa yang bisa ditemukan dari alat percobaan tersebut, guru menyampaikan materi hantaran panas (Perubahan pada Benda). Siswa melakukan percobaan dengan kelompok yang telah dibentuk untuk melihat perubahan pada benda, guru membimbing siswa kerja kelompok sambil melakukan tanya jawab, setiap kelompok mendiskusikan hasil percobaaan dan pengamatan, siswa melaporkan hasil kerja kelompok, kelompok lain menanggapi,memberikan kritik, saran dan sambil membahasnya, memberikan penguatan, melakukan tanya jawab dengan peserta didik yang belum menguasai materi, memberikan penegasan dari hasi elaborasi, melakukan refleksi, menyimpulkan materi, siswa mengerjakan soal latihan, guru memberikan motivasi agar belajar di rumah juga. 3. Observasi TABEL 4.4 Persentasi Aktivitas Belajar pada Siklus II No Indikator kinerja Muncul . f % Aktivitas fisik a Melakukan percobaan ilmiah 17 85% b Membuat laporan dari percobaan 15 75% c Melakukan presentasi 14 70% d Maju ke depan kelas 14 70% Rata-rata 75% Aktivitas mental a Menemukan arti pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari 14 70% b Bertanya 15 75% c Menjawab pertanyaan 14 70% d Timbal balik komunikasi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran 17 85% Rata-rata 75%% Aktivitas emosional a Siswa bersemangat selama pembelajaran 16 80% b Siswa senang dalam proses pembelajaran 17 85% c Siswa menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran ditunjukan dengan 16 80% komunikasi aktif antara guru dan siswa. d Siswa bersungguh-sungguh dalam 17 85% pembelajaran 82,5% Di lihat dari hasil observasi, penelitian tindakan kelas siklus ke II mendapat hasil yang di inginkan. Berdasarkan data obsevasi awal tersebut aktivitas siswa secara fisik yaitu a) melakukan percobaan ilmiah sebanyak 17 siswa dengan persentase 85% b) membuat laporan dari percobaan sebanyak 15 siswa dengan persentase 75% c) melakukan presentasi sebanyak 14 siswa dengan persentase 70% d) maju ke depan kelas sebnyak 14 siswa dengan persentase 70%. Dan rata-rata untuk aktivitas fisik sebesar 75%. Ini menunjukan peningkatan dari rata-rata siklus I yaitu 63,75%. Aktivitas siswa secara mental a) menemukan arti pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari sebanyak 14 siswa dengan persentase 70% b) bertanya sebanyak 15 siswa dengan persentase 75% c) menjawab pertanyaan sebanyak 14 siswa dengan persentase 70% d) timbal balik komunikasi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran sebanyak 17 siswa dengan persentase 85%. Dan rata-rata untuk aktivitas mental sebesar 75%. Ini menunjukan peningkatan persentase sebesar 15% dari rata-rata siklus I yaitu 60%. Untuk aktivitas siswa secara emosional a) siswa bersemangat dalam proses pembelajaran sebanyak 16 siswa dengan persentase 80% b) siswa senang dalam proses pembelajaran sebanyak 17 siswa dengan persentase 85% c) siswa menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran ditunjukan dengan komunikasi aktif antara guru dan siswa sebanyak 16 siswa dengan persentase 80% d) siswa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran sebanyak 17 siswa dengan persentase 85%. Dan rata-rata untuk aktivitas mental sebesar 82,5%. Ini menunjukan peningkatan dari rata-rata siklus I yaitu 75,75%. 4. Refleksi Dari hasil penelitian tindakan kelas siklus ke II tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya karena pada siklus ke II hasil yang dicapai cukup signifikan, walaupn tidak melampaui angka 100%. Namun ini memberi perbaikan yang baik untuk proses pembelajaran. C. PEMBAHASAN Pada pelaksanaannya setiap siklus dilaksanakan dengan baik dan secara sistematis. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pada siklus I materi yang disampaikan adalah tentang Konduktor dan Isolator Panas. Pada Siklus ke II penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dilakukan berdasarkan refleksi dari siklus I, hal ini dimaksudkan untuk memparbaiki kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan siklus I. pada siklus ke II materi yang disampaikan adalah tentang Perubahan pada Benda Hasil observasi dari kinerja guru pada kegiatan awal memperlihatkan guru memberi salam, memimpin doa, mengabsen dan melakukan apersepsi sebelum memasuki materi, serta menjelaskan kegiatan pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Pembagian kelompok secara acak diakukan. Pada kegiatan inti guru mulai memberi penjelasan tentang materi, guru mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh yang ada disekitar. Setelah menjelaskan dan melakukan percobaan guru memberikan kesempatan melakukan Tanya jawab. Selama percobaan guru membimbing dan mengamati kegiatan para siswa. Setelah selesai percobaan siswa di minta untuk melaporkan hasil kelompok, dan kelompok lain diberi kesempatan untuk melakukan tanyajawab dan memberikan kritik dan saran tentang hasil percobaan yang dilaporkan. Guru berfungsi sebagai fasilitator dan memberi penguatan dalam penjelasan. Pada kegiatan akhir guru meminta siswa mengeluarkan pendapat dalam menyimpulkan materi. Kemudian guru menyimpulkan dari setiap pendapat yang diberikan siswa. Untuk melihat seberapa materi yang bisa ditangkap siswa guru memberi tugas atau soal latihan. Dan sebelum menutup pelajaran guru mengingatkan untuk tetap dan lebih rajin belajar di rumah. Dalam pelaksanaanya antara rencana pelaksanaan pembelajaran dengan aplikasi dilakukan dengan baik oleh guru, walaupun pada siklus I waktu tidak efektif disebabkan terlalu lama dalam pembagian kelompok. Tetapi, pada siklus ke II guru lebih memperhatikan hal ini sehingga bisa diatasi. Dalam setiap penelitian fungsi guru sangat penting, guru sebagai pendidik, pembimbing dan fasilitator harus bisa mejalankan pelaksanaan dengan baik dan sistematis. Guru juga harus benar-benar menguasi materi dengan baik agar lebih mudah dalam membimbing siswa dalam menemukan arti pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan sekitar. Alokasi waktu juga merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, apalbila alokasi waktu yang ditetapkan, tidaj sesuai maka rencana yang direncanakan bisa gagal, karena disebabakan ketidak tepatan waktu. Berdasarkan data perolehan aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II memperlihatkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel sebagai berikut: TABEL 3 : Peningkatan Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa No. Indikator Kinerja I a b c d Aktivitas fisik Melakukan percobaan ilmiah Membuat laporan dari percobaan Melakukan presentasi Maju ke depan kelas Rata-rata Aktivitas mental Menemukan arti pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan seharihari Bertanya Menjawab pertanyaan Timbal balik komunikasi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran II a b c d Base line Siklus I % Siklus II % 45% 30% 30% 25% 32,5% 75% 65% 60% 55% 63,75% 85% 75% 70% 70% 75% 25% 50% 70% 30% 35% 60% 60% 75% 70% 40% 70% 85% III a b c d Rata-rata 32,5% 60% Aktivitas emosional Siswa bersemangat dalam proses 35% 70% pembelajaran 30% 65% Siswa senang dalam proses pembelajaran Siswa menunjukan ketertarikan dalam 25% 75% pembelajaran ditunjukan dengan komunikasi aktif antara guru dan siswa. Siswa bersungguh-sungguh dalam 35% 65% pembelajaran Rata-rata 31,25% 68,75% Rata-rata (I,II,III) 32,91% 64,41% 75% 80% 85% 80% 85% 82,5% 77,5% Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat peningkatan yang terjadi pada setiap indikator kerja aktivitas belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual. 1. Aktivitas fisik Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas fisik terdapat peningkatan dari baseline terhadap siklus yang telah dilaksanakan. Rata-rata baseline sebesar 32,5%, setelah dilakukannya penelitian tindakan kelas aktivitas fisik mengalami peningkatan sebesar 63,75% pada siklus I. Persentase peningkatan siklus I sebesar 31,25%. Pada siklus II persentase meningkat menjadi 75%. 2. Aktivitas mental Aktivitas mental berdasarkan indicator yang ditetapkan pada penelitian ini mengalami peningkatan dari baseline sebesar 32,5%. Pada siklus I persentase aktivitas mental sebesar 60% dan pada siklus II persentase meningkat menjadi 75%. Dari hasil ini persentase meningkat dari baseline sampai pada siklus kedua sebesar 42,5%. 3. Aktivitas emosional Rata-rata dari aktivitas emosional mengalami peningkatan dari observasi awal hal ini terlihat jelas didalam tabel diatas. Pada observasi awal aktivitas emosional memiliki persentase sebesar 31,25%, kerika dilaksanakannya tindakan kelas persentase mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I pesentase sebesar 68,75% dan pada siklus II persentasenya sebesar 82,5%. Untuk lebih jelasnya data-data data data diatas disajikan dalam grafik dibawah ini: GAMBAR 1 Grafik Peningkatan Rata-rata Rata rata Aktivitas Belajar Siswa Dari data ini disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari observasi awal pra siklus. siklus Peningkatan yang terjadi tidak lepas dari peranan penggunaan model kontekstual, da dalam upaya meminimalkan kesulitan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis data yang dilakukan menunjukan peningkatan aktivitas belajar. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dari hasil penelitian ada beberapa hal yang dapat disimpulkan: (1) Aktivitas fisik dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual mengalami peningkatan. Baseline sebesar 32,5% pada siklus I sebesar 63,75% dan pada siklus II sebesar 75%. (2) Aktivitas mental dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual mengalami peningkatan. Baseline sebesar 32,5% pada siklus I sebesar 60% dan pada siklus II sebesar 75%. (3) Aktivitas emosional dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual mengalami mengalami peningkatan. Baseline sebesar 31,25%pada siklus I sebesar 68,75% dan pada siklus II sebesar 82,5%. (4) Kinerja guru dalam merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan Model Pembelajarn Kontekstual telah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Dengan langkah-langkah langkah langkah sebagai berikut: (a) Siswa membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatannya secara aaktif dalam proses pembelajaran. (b) Proses pembelajarannya adalah menemukan. Penerapan didalam kelas misalnya : Mengamati atau melakukan observasi (c) Salah satu strategi penting dalam kontekstual merupakan penerapan bertanya. misalnya : siswa bertanya untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa dan membangkitkan respon siswa dengan bertanya. DAFTAR RUJUKAN Andien. Penelitian Tindakan Kelas. (http://007indien.blogspot.com, diakses tanggal 1 mei 2012) Edukasi Tim. Aktivitas Belajar. (Online). (http://edukasi.kompasiana.com/ di akses tanggal 26 juni 2012 ) Elaine B. Jhonson. (2010). Contextual Teaching Learning. Kaifa Learning : Bandung. Sedarmayanti dan Syafriudin Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Mandar Maju: Bandung. Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto. (2011). Model-Model Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.