peningkatan aktivitas pembelajaran ilmu

advertisement
PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI
KELAS VI SD NEGRI 10 MALENGGANG
Andika Putra, Hery Kresnadi, Edy Yusmin
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, FKIP Untan Pontianak
Email: [email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan aktivitas
pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada
siswa kelas VI SD Negri 10 Malenggang?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kontekstual pada pelajaran IPA di kelas VI SD Negri 10 Malenggang. Bentuk
penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas. Peneletian dilaksanakan di SD
Negri 10 Malenggang pada siswa kelas VI, jumlah siswa 20 orang. Indikator dari
penelitian ini adalah aktivitas fisik dengan baseline 32,5%, aktivitas mental
dengan baseline 32,5% dan aktivitas emosional 31,25%. Data dianalisis secara
deskriptif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan Model
Pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan
Aktivitas Belajar siswa kelas VI SD Negri 10 Malenggang. Aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual mengalami peningkatan pada siklus I: a) aktivitas fisik sebesar
63,75%, b) aktivitas mental sebesar 60%, c) aktivitas emosional sebesar 68,75%.
Pada siklus II a) aktivitas fisik sebesar 75%, b) aktivitas mental sebesar 75%, c)
aktivitas emosional sebesar 82,5%.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Kontekstual dan Aktivitas Belajar.
Abstract: The research aims to increase activity learning of student with used
contextual learning on science learning in class VI 01 elementary school of
Malenggang. Form of the research is a action research. This research did on 01
Malenggang elementary school with student class VI as subject the research.
Quantity of student, 20 person. Indicator from the research, the phsycal activities
with the baseline 32,5%, the mental activities with the baseline percentage 32,5%,
and baseline of emotion activities percentage 31,25%. The methode this research
is descriptive. The result of data analysis conclused that used contextual learning
on science learning can do it to increase activity learning of student. Activities
student on science learning can increased. In first cycle: a) phsycal activities
percentase 63,75%, b) mental activities percentase 60%, and c) emotion activities
percentase 68,75%. Second cycle: a) phsycal activities percentase 75%, b) mental
activities percentase 75%, and c) emotion activities percentase 82,5%.
Key words : Contextual learning and activity learning.
P
embelajaran IPA memiliki tingkat berpikir yang abstrak, yang belum dicapai
oleh pikiran siswa SD. Untuk mengatasi hal ini diperlukan sebuah model
pembelajaran yang menerapkan keterkaitan pengetahuan dengan keadaan
sekitarnya, supaya lebih mudah dipahami. Model seperti ini dikenal dengan model
pembelajaran kontekstual. menurut Elaine B. Jhonson (2010:58) model
pembelajaran kontekstual adalah suatu system pengajaran yang cocok dengan otak
yang menghasilkan makna dengan mengubungkan akademik dengan konteks dari
kehidupan sehari-hari.
Dari hasil refleksi dan observasi sebagai studi pendahuluan penelitian
didapat bahwa aktivitas belajar siswa sangat kurang, ini dilihat dari data berikut,
aktivitas fisik persentase sebesar 32,5%, aktivitas mental persentase sebesar
32,5%, dan aktivitas emosional persentase sebesar 31,25%. selama proses
pembelajaran siswa pasif, malu, takut bertanya dan tidak bersemangat karena
tidak percaya diri dalam kegiatan belajar.
Berdasarkan kondisi ini penulis mengadakan perbaikan aktivitas
pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
model pembelajaran kontekstual. Dengan melakukan ini diharapkan proses
pembelajaran mengalami perbaikan, diindikasikan dengan adanya peningkatan
persentase aktivitas belajar dalam proses pembelajaran.
Menurut Sardiman (dalam, http://edukasi.kompasiana.com) “Pada
prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah
mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar”.
Banyak macam- macam kegiatan (aktivitas belajar) yang dapat dilakukan
anak- anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau mencatat. Paul B. Diedrich
(dalam, http://edukasi.kompasiana.com) membuat suatu daftar yang berisi 177
macam kegiatan (aktifitas siswa), antara lain:
1. Visual activities (13) seperti membaca, memperhatikan:gambar, demonstrasi,
percobaab, pekerjaan orang lain dan sebagainya.
2. Oral activities (43) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, member
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi dan
sebagainya.
3. Listening activities (11) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
music, pidato dan sebagainya.
4. Writing activities (22) seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket,
menyalin, dan sebagainya.
5. Drawing activities (8) seperti menggambar, membuat grafik, peta diagram,
pola dan sebagainya.
6. Motor activities (47) seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.
7. Mental activities (23) seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya.
8. Emotional activities (23) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,
berani, tenang, gugup dan sebagainya.
Dari pendapat ahli yang dikemukakan tersebut, aktivitas belajar dapat
dkelompokan menjadi 3 komponen utama yaitu:
1. Aktivitas fisik
Merupakan aktivitas yang dilakukan siswa yang melibatkan gerak fisik siswa
seperti membaca, menulis, menyimak, maju ke depan kelas, melakukan
percobaan ilmiah dan sebagainya.
2. Aktivitas mental
Merupakan aktivitasyang melibatkani kemampuan berfikir siswa dalam
merespon pembelajaran, menangkap informasi, berpendapat, menemukan arti
dari pembelajaran, merespon pertanyaan, menjawab pertanyaan dan
sebagainya.
3. Aktivitas emosional
Merupakan aktivitas yang melibatkan emosi siswa, seperti rasa senang, rasa
tidak suka, semangat, penghargaan terhadap sesame manusia, dan sebagainya.
Aktivitas yang diteliti dalam penelitian ini adalah ketiga komponen
tersebut yaitu aktivitas fisik, aktivitas mental dan aktivitas emosi. Dengan
indikator sebagai berikut:
1. Aktivitas fisik
a. Melakukan percobaan ilmiah
b. Membuat laporan dari percobaan
c. Melakukan presentasi
d. Maju ke depan kelas
2. Aktivitas mental
a. Menemukan arti pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan seharihari
b. Bertanya
c. Menjawab pertanyaan
d. Timbal balik komunikasi antara guru dan siswa selama proses
pembelajaran
3. Aktivitas emosi
a. Siswa bersemangat dalam proses pembelajaran
b. Siswa senang dalam proses pembelajaran
c. Siswa menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran ditunjukan dengan
komunikasi aktif antara guru dan siswa.
d. Siswa bersungguh-sungguh dalam pembelajaran
Model pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata peserta
didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni kontrutivisme
(Contructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan
penilaian sebenarnya (Authntic Assessment) (Depdiknas, dalam Tukiran
Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto, 2011:49).
Untuk lebih jelas lihat deskripsi berikut ini:
a. Teori konstruktivisme (Contructivism)
Teori ini merupakan landasan berpikir bagi pendekatan kontekstual.
Pengetahuan real ( nyata )bagi para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau
ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi teori konstruktivisme adalah Siswa akan
membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatannya secara aktif dalam
proses pembelajaran. Penerapan di dalam kelas misalnya : saat siswa siswa
bekerja atau melakukan percobaan mengerjakan sesuatu, memecahkan
masalah, berlatih keterampilan secara fisik,
mendemontrasikan dan
menyimpulkan.
b. Menemukan ( inquiri )
Proses pembelajarannya adalah menemukan. Penerapan didalam kelas
misalnya : Mengamati atau melakukan observasi, termasuk mengamati media
dan membaca buku untuk mengumpulkan informasi, menganalisis dan
menyajikan hasil karya dalam tulisan dan laporan, menyajikan dan
mengkomunikasikan hasil karyanya di depan guru, teman sekelas atau audien
yang lain.
c. Bertanya (Questioning)
Salah satu strategi penting dalam kontekstual merupakan bertanya. Bagi siswa
bertanya menunjukkan ada perhatian terhadap materi yang dipelajari dan ada
upaya menemukan jawaban sebagai bentuk pengetahuan. Bagi guru bertanya
adalah untuk mengaktifkan siswa. Penerapan didalam kelas misalnya : siswa
bertanya untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa dan
membangkitkan respon siswa dengan bertanya.
d. Masyarakat belajar ( learning community )
Hasil belajar diperoleh dari shering antar teman, antar kelompok, antara yang
tahu yang belum tahu, diruangan ini, dikelas ini, disekitar ini dan juga yang
ada diluar sana, semuanya adalah masyarakat belajar. Kegitan dalam kelas
melaksanakan pembelajaran secara berkelompok, untuk mendorong terjadinya
proses komunikasi satu arah, masing-masing pihak dapat menjadi sumber
belajar.
e. Pemodelan (Modeling)
Guru didalam kelas bukan satu-satunya model, model dapat dirancang
menggunakan siswa untuk memberikan contoh. misalnya guru membimbing
dan memberikan contoh melakukan percobaan sebelum siswa atau siswa lain
memberikan contoh kepada yang lainnya juga.
f. Refleksi (Reflection)
Berpikir dan merenung tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu.
Misalnya : pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang diperoleh setelah
melakukan pembelajaran, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari
itu.
g. Penilaian yang autentik ( authentic assessment )
Penilaian tidak dilihat dengan melihat hasil belajar tetapi bagaimana proses
atau aktivitasnya.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Model ini dipandang sesuai dengan, orientasi pemecahan masalah yang bertujuan
mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan guru dalam memecahkan
masalah(dalam, Sedramayanti dan Syafriudin Hidayat).
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang merupakan
penelitian yang dilaksanakan guru didalam kelanya sendiri untuk memperbaiki
kinerja pembelajaran.
Subyek Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negri 10
Malenggang, sanggau yang berjumlah 20 orang, terdiri dari siswa laki-laki 9
orang dan siswa perempuan 11 orang dan guru kelas VI SD Negri 10
Malenggang, Sanggau.
Skema alur siklus yang digunakan dalam penelitian di adaptasi dari
Kemmis dan Taggart (dalam, http://007indien.blogspot.com) sebagai berikut :
Siklus I
Refleksi awal
Pelaksanaan tindakan
Rencana tindakan
ttitindakan
Observasi
Refleksi
Tidak berhasil
Siklus II
Berhasil
Pelaksanaan
tindakan
Rencana tindakan
Tidak berhasil
Observasi
Refleksi
Langkah pelaksanaan kegiatan, menjelaskan rencana kegiatan
pembelajaran menginformasikan tujuan model pembelajaran kontekstual,
menjelaskan bahan dan alat percobaan, memberikan materi pembelajaran dengan
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan menuntun siswa dalam
menemukannya, melakukan percobaan ilmiah, membuat laporan dari hasil
percobaan, presentasi hasil laporan, tanya jawab, dan kesimpulan, serta memberi
siswa motivasi dan tugas rumah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Siklus I
1. Perencanaan
Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, guru yang juga
sebagai peneliti, terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk memberikan
pembelajaran, yaitu dengan mempersiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran dengan model kontekstual. Dalam perencanaan
pembelajaran kontekstual ada 7 aspek yang direncanakan dalam
pembelajaran yaitu
a. Siswa akan membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatannya
secara aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan di dalam kelas
misalnya : saat siswa siswa bekerja atau melakukan percobaan
mengerjakan sesuatu, memecahkan masalah, berlatih keterampilan
secara fisik, mendemontrasikan dan menyimpulkan.
b. Proses pembelajarannya adalah menemukan. Penerapan didalam kelas
misalnya : Mengamati atau melakukan observasi, termasuk mengamati
media dan membaca buku untuk mengumpulkan informasi,
menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan dan laporan,
menyajikan dan mengkomunikasikan hasil karyanya di depan guru,
teman sekelas atau audien yang lain.
c. Salah satu strategi penting dalam kontekstual merupakan bertanya.
Bagi siswa bertanya menunjukkan ada perhatian terhadap materi yang
dipelajari dan ada upaya menemukan jawaban sebagai bentuk
pengetahuan. Bagi guru bertanya adalah untuk mengaktifkan siswa.
Penerapan didalam kelas misalnya : siswa bertanya untuk menggali
informasi, mengecek pemahaman siswa dan membangkitkan respon
siswa dengan bertanya.
d. Hasil belajar diperoleh dari shering antar teman, antar kelompok,
antara yang tahu yang belum tahu, diruangan ini, dikelas ini, disekitar
ini dan juga yang ada diluar sana, semuanya adalah masyarakat belajar.
Kegitan dalam kelas melaksanakan pembelajaran secara berkelompok,
untuk mendorong terjadinya proses komunikasi satu arah, masingmasing pihak dapat menjadi sumber belajar.
e. Guru didalam kelas bukan satu-satunya model, model dapat dirancang
menggunakan siswa untuk memberikan contoh. misalnya guru
membimbing dan memberikan contoh melakukan percobaan sebelum
siswa atau siswa lain memberikan contoh kepada yang lainnya juga.
f. Berpikir dan merenung tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di
masa lalu. Misalnya : pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang
diperoleh setelah melakukan pembelajaran, kesan dan saran siswa
mengenai pembelajaran hari itu.
g. Penilaian tidak dilihat dengan melihat hasil belajar tetapi bagaimana
proses atau aktivitasnya.
Menyiapkan media berupa benda yang berkaitan dengan materi
pembelajaran. Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa saat
pembelajaran. Lembar pengamatan bagi kolaborator untuk mengukur
kemampuan guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajara
dan membuat soal.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan observasi penelitian di bantu oleh rekan guru. Jumlah
siswa yang diamati adalah 20 orang. Penelitian siklus I dilakukan dalam
dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 17 dan 26 september 2012.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengucapakan salam pembuka,
berdoa, mengabsen, mengecek kesiapan siswa, melakukan apersepsi,
menyampaikan tujuan pembelajara, menyiapkan media, membentuk
kelompok, mengadakan tanya jawab, apa yang bisa ditemukan dari alat
percobaan tersebut, guru menyampaikan materi hantaran panas
(Konduktor dan isolator), siswa melakukan percobaan dengan kelompok
yang telah dibentuk membedakan benda konduktor dan isolator, guru
membimbing siswa kerja kelompok sambil melakukan tanya jawab, setiap
kelompok mendiskusikan hasil percobaaan dan pengamatan, siswa
melaporkan hasil kerja kelompok, kelompok lain menanggapi,memberikan
kritik, saran dan sambil membahasnya, memberikan penguatan,
melakukan tanya jawab dengan peserta didik yang belum menguasai
materi, memberikan penegasan dari hasi elaborasi, melakukan refleksi,
menyimpulkan materi, siswa mengerjakan soal latihan, guru memberikan
motivasi agar belajar di rumah juga.
3. Observasi
Berdasarkan hasil observasi pada lembar observasi aktivitas belajar
siswa, di peroleh persentasi seperti tabel 1 berikut:
TABEL 1 Persentasi Aktivitas Belajar pada Siklus I
No
.
a
b
c
d
a
b
c
d
a
Indicator kinerja
f
Aktivitas fisik
Melakukan percobaan ilmiah
Membuat laporan dari percobaan
Melakukan presentasi
Maju ke depan kelas
Rata-rata
Aktivitas mental
Menemukan
arti
pembelajaran
dan
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari
Bertanya
Menjawab pertanyaan
Timbal balik komunikasi antara guru dan
siswa selama proses pembelajaran
Rata-rata
Aktivitas emosional
Siswa
bersemangat
dalam
proses
Muncul
%
15
13
12
11
75%
65%
60%
55%
63,75%
10
12
12
50%
60%
60%
14
70%
60%
14
70%
b
c
d
pembelajaran
Siswa senang dalam proses pembelajaran
Siswa menunjukan ketertarikan dalam
pembelajaran ditunjukan dengan komunikasi
aktif antara guru dan siswa.
Siswa
bersungguh-sungguh
dalam
pembelajaran
13
65%
15
75%
13
65%
68,75%
Hasil observasi pada siklus I menunjukan adanya perubahan pada
proses pembelajaran seperti yang diharapkan dari penggunaan Model
Pembelajaran Kontekstual.
Hal ini terlihat dari adanya peningkatan aktivitas belajar untuk
Berdasarkan data obsevasi awal tersebut aktivitas siswa secara fisik yaitu
a) melakukan percobaan ilmiah sebanyak 15 siswa dengan persentase 75%
b) membuat laporan dari percobaan sebanyak 13 siswa dengan persentase
65% c) melakukan presentasi sebanyak 12 siswa dengan persentase 60%
d) maju ke depan kelas sebnyak 11 siswa dengan persentase 55%. Dan
rata-rata untuk aktivitas fisik sebesar 63,75%. Ini menunjukan peningkatan
dari rata-rata sebelumnya yaitu 32,5%. Aktivitas siswa secara mental a)
menemukan arti pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan seharihari sebanyak 10 siswa dengan persentase 50% b) bertanya sebanyak 12
siswa dengan persentase 60% c) menjawab pertanyaan sebanyak 12 siswa
dengan persentase 60% d) timbal balik komunikasi antara guru dan siswa
selama proses pembelajaran sebanyak 14 siswa dengan persentase 70%.
Dan rata-rata untuk aktivitas mental sebesar 60%. Ini menunjukan
peningkatan dari rata-rata sebelumnya yaitu 32,5%.
Untuk aktivitas siswa secara emosional a) siswa bersemangat
dalam proses pembelajaran sebanyak 14 siswa dengan persentase 70% b)
siswa senang dalam proses pembelajaran sebanyak 13 siswa dengan
persentase 65% c) siswa menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran
ditunjukan dengan komunikasi aktif antara guru dan siswa sebanyak 15
siswa dengan persentase 75% d) siswa bersungguh-sungguh dalam
pembelajaran sebanyak 13 siswa dengan persentase 65%. Dan rata-rata
untuk aktivitas mental sebesar 75,75%. Ini menunjukan peningkatan dari
rata-rata sebelumnya yaitu 31,75%.
Hasil observasi ini menunjukan aktivitas belajar di siklus I
mengalami peningkatan persentase dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kontekstual.
4. Refleksi
Namun ada beberapa hal yang kurang memuaskan dari hasil
observasi siklus ini, refleksi siklus I:
1. Waktu yang di pergunakan kurang efektif.
2. Masih ada siswa yang tidak fokus pada saat kegiatan pembelajaran,
yang memberi efek pada kurangnya pemahaman siswa pada materi.
B. Hasil Penelitian Siklus II
1. Perencanaan
Pada siklus ke II perencanaan pelaksanaan pembelajaran mengacu
pada hasil refleksi dari hasil siklus I, ini ditujukan untuk memperbaiki
kekurangan didalam siklus II, agar pelaksanaan pembelajaran siklus II
lebih baik. Dalam perencanaan pembelajaran kontekstual ada 7 aspek yang
direncanakan dalam pembelajaran yaitu:
a. Siswa akan membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatannya
secara aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan di dalam kelas
misalnya : saat siswa siswa bekerja atau melakukan percobaan
mengerjakan sesuatu, memecahkan masalah, berlatih keterampilan
secara fisik, mendemontrasikan dan menyimpulkan.
b. Proses pembelajarannya adalah menemukan. Penerapan didalam kelas
misalnya : Mengamati atau melakukan observasi, termasuk mengamati
media dan membaca buku untuk mengumpulkan informasi,
menganalisis dan menyajikan hasil karya dalam tulisan dan laporan,
menyajikan dan mengkomunikasikan hasil karyanya di depan guru,
teman sekelas atau audien yang lain.
c. Salah satu strategi penting dalam kontekstual merupakan bertanya.
Bagi siswa bertanya menunjukkan ada perhatian terhadap materi yang
dipelajari dan ada upaya menemukan jawaban sebagai bentuk
pengetahuan. Bagi guru bertanya adalah untuk mengaktifkan siswa.
Penerapan didalam kelas misalnya : siswa bertanya untuk menggali
informasi, mengecek pemahaman siswa dan membangkitkan respon
siswa dengan bertanya.
d. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok,
antara yang tahu yang belum tahu, diruangan ini, dikelas ini, disekitar
ini dan juga yang ada diluar sana, semuanya adalah masyarakat belajar.
Kegitan dalam kelas melaksanakan pembelajaran secara berkelompok,
untuk mendorong terjadinya proses komunikasi satu arah, masingmasing pihak dapat menjadi sumber belajar.
e. Guru didalam kelas bukan satu-satunya model, model dapat dirancang
menggunakan siswa untuk memberikan contoh. misalnya guru
membimbing dan memberikan contoh melakukan percobaan sebelum
siswa atau siswa lain memberikan contoh kepada yang lainnya juga.
f. Berpikir dan merenung tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di
masa lalu. Misalnya : pernyataan langsung siswa tentang apa-apa yang
diperoleh setelah melakukan pembelajaran, kesan dan saran siswa
mengenai pembelajaran hari itu.
g. Penilaian tidak dilihat dengan melihat hasil belajar tetapi bagaimana
proses atau aktivitasnya.
Menyiapkan media berupa benda yang berkaitan dengan materi
pembelajaran. Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa saat
pembelajaran. Lembar pengamatan bagi kolaborator untuk mengukur
kemampuan guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajara
dan membuat soal.
2. Pelaksanaan Tindakan
Siklus II dilakukan dalam dua kali pertemuan, pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 8 oktober 2012 dan pertemuan pertama
dilaksanakan pada tanggal 11 oktober 2012. Kegiatan pembelajaran
dimulai dengan mengucapakan salam pembuka, berdoa, mengabsen,
mengecek kesiapan siswa, melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan
pembelajara, menyiapkan media, membentuk kelompok, mengadakan
tanya jawab, apa yang bisa ditemukan dari alat percobaan tersebut, guru
menyampaikan materi hantaran panas (Perubahan pada Benda). Siswa
melakukan percobaan dengan kelompok yang telah dibentuk untuk melihat
perubahan pada benda, guru membimbing siswa kerja kelompok sambil
melakukan tanya jawab, setiap kelompok mendiskusikan hasil percobaaan
dan pengamatan, siswa melaporkan hasil kerja kelompok, kelompok lain
menanggapi,memberikan kritik, saran dan sambil membahasnya,
memberikan penguatan, melakukan tanya jawab dengan peserta didik yang
belum menguasai materi, memberikan penegasan dari hasi elaborasi,
melakukan refleksi, menyimpulkan materi, siswa mengerjakan soal
latihan, guru memberikan motivasi agar belajar di rumah juga.
3. Observasi
TABEL 4.4 Persentasi Aktivitas Belajar pada Siklus II
No
Indikator kinerja
Muncul
.
f
%
Aktivitas fisik
a Melakukan percobaan ilmiah
17
85%
b Membuat laporan dari percobaan
15
75%
c Melakukan presentasi
14
70%
d Maju ke depan kelas
14
70%
Rata-rata
75%
Aktivitas mental
a Menemukan arti pembelajaran dan
mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari
14
70%
b Bertanya
15
75%
c Menjawab pertanyaan
14
70%
d Timbal balik komunikasi antara guru dan
siswa selama proses pembelajaran
17
85%
Rata-rata
75%%
Aktivitas emosional
a Siswa bersemangat selama pembelajaran
16
80%
b Siswa senang dalam proses pembelajaran
17
85%
c Siswa menunjukan ketertarikan dalam
pembelajaran
ditunjukan
dengan
16
80%
komunikasi aktif antara guru dan siswa.
d Siswa
bersungguh-sungguh
dalam
17
85%
pembelajaran
82,5%
Di lihat dari hasil observasi, penelitian tindakan kelas siklus ke II
mendapat hasil yang di inginkan. Berdasarkan data obsevasi awal tersebut
aktivitas siswa secara fisik yaitu a) melakukan percobaan ilmiah sebanyak
17 siswa dengan persentase 85% b) membuat laporan dari percobaan
sebanyak 15 siswa dengan persentase 75% c) melakukan presentasi
sebanyak 14 siswa dengan persentase 70% d) maju ke depan kelas
sebnyak 14 siswa dengan persentase 70%. Dan rata-rata untuk aktivitas
fisik sebesar 75%. Ini menunjukan peningkatan dari rata-rata siklus I yaitu
63,75%. Aktivitas siswa secara mental a) menemukan arti pembelajaran
dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari sebanyak 14 siswa dengan
persentase 70% b) bertanya sebanyak 15 siswa dengan persentase 75% c)
menjawab pertanyaan sebanyak 14 siswa dengan persentase 70% d) timbal
balik komunikasi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran
sebanyak 17 siswa dengan persentase 85%. Dan rata-rata untuk aktivitas
mental sebesar 75%. Ini menunjukan peningkatan persentase sebesar 15%
dari rata-rata siklus I yaitu 60%.
Untuk aktivitas siswa secara emosional a) siswa bersemangat
dalam proses pembelajaran sebanyak 16 siswa dengan persentase 80% b)
siswa senang dalam proses pembelajaran sebanyak 17 siswa dengan
persentase 85% c) siswa menunjukan ketertarikan dalam pembelajaran
ditunjukan dengan komunikasi aktif antara guru dan siswa sebanyak 16
siswa dengan persentase 80% d) siswa bersungguh-sungguh dalam
pembelajaran sebanyak 17 siswa dengan persentase 85%. Dan rata-rata
untuk aktivitas mental sebesar 82,5%. Ini menunjukan peningkatan dari
rata-rata siklus I yaitu 75,75%.
4. Refleksi
Dari hasil penelitian tindakan kelas siklus ke II tidak perlu
dilanjutkan ke siklus berikutnya karena pada siklus ke II hasil yang dicapai
cukup signifikan, walaupn tidak melampaui angka 100%. Namun ini
memberi perbaikan yang baik untuk proses pembelajaran.
C. PEMBAHASAN
Pada pelaksanaannya setiap siklus dilaksanakan dengan baik dan
secara sistematis. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pada
siklus I materi yang disampaikan adalah tentang Konduktor dan Isolator
Panas. Pada Siklus ke II penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
dilakukan berdasarkan refleksi dari siklus I, hal ini dimaksudkan untuk
memparbaiki kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan siklus I. pada siklus
ke II materi yang disampaikan adalah tentang Perubahan pada Benda
Hasil observasi dari kinerja guru pada kegiatan awal memperlihatkan
guru memberi salam, memimpin doa, mengabsen dan melakukan apersepsi
sebelum memasuki materi, serta menjelaskan kegiatan pembelajaran dan
tujuan pembelajaran. Pembagian kelompok secara acak diakukan. Pada
kegiatan inti guru mulai memberi penjelasan tentang materi, guru mengaitkan
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh yang ada
disekitar. Setelah menjelaskan dan melakukan percobaan guru memberikan
kesempatan melakukan Tanya jawab.
Selama percobaan guru membimbing dan mengamati kegiatan para
siswa. Setelah selesai percobaan siswa di minta untuk melaporkan hasil
kelompok, dan kelompok lain diberi kesempatan untuk melakukan tanyajawab
dan memberikan kritik dan saran tentang hasil percobaan yang dilaporkan.
Guru berfungsi sebagai fasilitator dan memberi penguatan dalam penjelasan.
Pada kegiatan akhir guru meminta siswa mengeluarkan pendapat dalam
menyimpulkan materi. Kemudian guru menyimpulkan dari setiap pendapat
yang diberikan siswa. Untuk melihat seberapa materi yang bisa ditangkap
siswa guru memberi tugas atau soal latihan. Dan sebelum menutup pelajaran
guru mengingatkan untuk tetap dan lebih rajin belajar di rumah.
Dalam pelaksanaanya antara rencana pelaksanaan pembelajaran
dengan aplikasi dilakukan dengan baik oleh guru, walaupun pada siklus I
waktu tidak efektif disebabkan terlalu lama dalam pembagian kelompok.
Tetapi, pada siklus ke II guru lebih memperhatikan hal ini sehingga bisa
diatasi. Dalam setiap penelitian fungsi guru sangat penting, guru sebagai
pendidik, pembimbing dan fasilitator harus bisa mejalankan pelaksanaan
dengan baik dan sistematis. Guru juga harus benar-benar menguasi materi
dengan baik agar lebih mudah dalam membimbing siswa dalam menemukan
arti pembelajaran dan mengaitkan dengan kehidupan sekitar. Alokasi waktu
juga merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, apalbila alokasi waktu
yang ditetapkan, tidaj sesuai maka rencana yang direncanakan bisa gagal,
karena disebabakan ketidak tepatan waktu.
Berdasarkan data perolehan aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II
memperlihatkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran dalam proses
pembelajaran. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dalam tabel sebagai berikut:
TABEL 3 : Peningkatan Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa
No.
Indikator Kinerja
I
a
b
c
d
Aktivitas fisik
Melakukan percobaan ilmiah
Membuat laporan dari percobaan
Melakukan presentasi
Maju ke depan kelas
Rata-rata
Aktivitas mental
Menemukan arti pembelajaran dan
mengaitkan dengan kehidupan seharihari
Bertanya
Menjawab pertanyaan
Timbal balik komunikasi antara guru
dan siswa selama proses pembelajaran
II
a
b
c
d
Base
line
Siklus I
%
Siklus II
%
45%
30%
30%
25%
32,5%
75%
65%
60%
55%
63,75%
85%
75%
70%
70%
75%
25%
50%
70%
30%
35%
60%
60%
75%
70%
40%
70%
85%
III
a
b
c
d
Rata-rata
32,5%
60%
Aktivitas emosional
Siswa bersemangat dalam proses
35%
70%
pembelajaran
30%
65%
Siswa
senang
dalam
proses
pembelajaran
Siswa menunjukan ketertarikan dalam
25%
75%
pembelajaran
ditunjukan
dengan
komunikasi aktif antara guru dan siswa.
Siswa bersungguh-sungguh dalam
35%
65%
pembelajaran
Rata-rata
31,25% 68,75%
Rata-rata (I,II,III)
32,91% 64,41%
75%
80%
85%
80%
85%
82,5%
77,5%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat peningkatan yang terjadi pada
setiap indikator kerja aktivitas belajar siswa dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kontekstual.
1. Aktivitas fisik
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap aktivitas fisik
terdapat peningkatan dari baseline terhadap siklus yang telah dilaksanakan.
Rata-rata baseline sebesar 32,5%, setelah dilakukannya penelitian tindakan
kelas aktivitas fisik mengalami peningkatan sebesar 63,75% pada siklus I.
Persentase peningkatan siklus I sebesar 31,25%. Pada siklus II persentase
meningkat menjadi 75%.
2. Aktivitas mental
Aktivitas mental berdasarkan indicator yang ditetapkan pada penelitian ini
mengalami peningkatan dari baseline sebesar 32,5%. Pada siklus I
persentase aktivitas mental sebesar 60% dan pada siklus II persentase
meningkat menjadi 75%. Dari hasil ini persentase meningkat dari baseline
sampai pada siklus kedua sebesar 42,5%.
3. Aktivitas emosional
Rata-rata dari aktivitas emosional mengalami peningkatan dari observasi
awal hal ini terlihat jelas didalam tabel diatas. Pada observasi awal
aktivitas emosional memiliki persentase sebesar 31,25%, kerika
dilaksanakannya tindakan kelas persentase mengalami peningkatan dari
siklus I dan siklus II. Pada siklus I pesentase sebesar 68,75% dan pada
siklus II persentasenya sebesar 82,5%.
Untuk lebih jelasnya data-data
data data diatas disajikan dalam grafik
dibawah ini:
GAMBAR 1 Grafik Peningkatan Rata-rata
Rata rata Aktivitas Belajar
Siswa
Dari data ini disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan dari observasi awal pra siklus.
siklus Peningkatan yang terjadi tidak
lepas dari peranan penggunaan model kontekstual, da
dalam upaya
meminimalkan kesulitan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis
data yang dilakukan menunjukan peningkatan aktivitas belajar.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dari hasil penelitian
ada beberapa hal yang dapat disimpulkan: (1) Aktivitas fisik dalam pembelajaran
IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual mengalami
peningkatan. Baseline sebesar 32,5% pada siklus I sebesar 63,75% dan pada
siklus II sebesar 75%. (2) Aktivitas mental dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual mengalami peningkatan. Baseline
sebesar 32,5% pada siklus I sebesar 60% dan pada siklus II sebesar 75%. (3)
Aktivitas emosional dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual mengalami
mengalami peningkatan. Baseline sebesar 31,25%pada
siklus I sebesar 68,75% dan pada siklus II sebesar 82,5%. (4) Kinerja guru dalam
merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran IPA dengan
menggunakan Model Pembelajarn Kontekstual telah dilaksanakan sesuai dengan
yang direncanakan. Dengan langkah-langkah
langkah langkah sebagai berikut: (a) Siswa
membangun sendiri pengetahuan melalui keterlibatannya secara aaktif dalam
proses pembelajaran. (b) Proses pembelajarannya adalah menemukan. Penerapan
didalam kelas misalnya : Mengamati atau melakukan observasi (c) Salah satu
strategi penting dalam kontekstual merupakan penerapan bertanya. misalnya :
siswa bertanya untuk menggali informasi, mengecek pemahaman siswa dan
membangkitkan respon siswa dengan bertanya.
DAFTAR RUJUKAN
Andien. Penelitian Tindakan Kelas. (http://007indien.blogspot.com, diakses
tanggal 1 mei 2012)
Edukasi Tim. Aktivitas Belajar. (Online). (http://edukasi.kompasiana.com/ di
akses tanggal 26 juni 2012 )
Elaine B. Jhonson. (2010). Contextual Teaching Learning. Kaifa Learning :
Bandung.
Sedarmayanti dan Syafriudin Hidayat. 2002. Metodologi Penelitian. Mandar
Maju: Bandung.
Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto. (2011). Model-Model
Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Download