DINAMIKA PEER GROUP DALAM PROSES INTERAKSI KOMUNITAS, JURUSAN DESAIN, PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL, FAKULTAS SENI RUPA, INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin Dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Sosiologi Agama (S.Sos) Disusun Oleh : Masri Muhamad NIM. 08540013 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015 HALAMAN MOTTO “Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik” - Evelyn Underhill “Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukannya. Karena semua impian Kita dapat menjadi nyata, saat Kita memiliki keberanian untuk mengejarnya. Keep Moving Forward...!!!” - v Walt Disney HALAMAN PERSEMBAHAN Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa mencintai dan menyayangi dengan segenap hati seraya selalu mendoakan dalam sujudnya. Perhatiannya yang tidak ada habisnya yang terselimuti dengan kasih sayang. Kakak-kakak kandungku yang tanpa henti memperbarui semangat dan selalu memompa dengan kekuatan impian yang tidak ada hentinya, sehingga perjalanan Tugas Akhir ini berjalan dengan lancar dan sukses. “Saya bisa saja lupa, karena saya manusia. Tapi saya tidak akan mematikan pikiran saya dalam mengingat Ibu, Ayah, Kakak, dan Kawan-Kawan Seperjuanganku terutama Mereka yang tak nampak dimata tapi dekat di doa” Terima Kasih vi DINAMIKA PEER GROUP DALAM PROSES INTERAKSI KOMUNITAS JURUSAN DESAIN, PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL, FAKULTAS SENI RUPA, INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA Abstrak: Mahasiswa sebagai bagian dari generasi pembentuk gerbang intelektualitas telah memberikan ruang terhadap masa depan suatu bangsa yang cerah. Pembangunan intelektualitas ini memberikan ruh yang besar terhadap generasi muda untuk bergerak didunia akademik lebih semangat lagi. Hal ini terjadi juga pada kaum muda yang berdedikasi dibidang seni diantaranya Insitut Seni Indonesia Yogyakarta, terkhusus lagi Program Studi Desain Komuniaksi Visual atau disingkat DKV. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif berupa perkataan dari seseorang baik tertulis maupun yang diucapkan, selain juga menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dalam mengumpulkan data di Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Subyek dari penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa komunitas yang mengemban misi dan visi sebagai generasi tunas bangsa dalam bidang seni di program studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta. Hasil penelitian ini adalah para mahasiswa komunitas di Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta yang menjalankan kegiatan-kegiatan studi di wilayah kampus. Dalam hal ini para mahasiswa menjalankan kegiatan-kegiatan studinya sebagai makhluk sosial (social people). Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi interaksi sosial antar sesama mahasiswa, mahasiswa dengan kelompok (community) yang tidak luput dari adanya teman sebaya (peergroup), dan kelompok dengan kelompok. Dalam hal interaksi sosial yang terjadi ini tentu akan sangat banyak kepentingan atau interest (kepentingan) baik yang bersifat individu maupun kelompok. Kata kunci: dkv, peer group, interaksi sosial, komunitas vii KATA PENGANTAR ِِبسْنِ اهللِ الّرَحْويِ الّرَحِيْن ُ ال َ َل َ وَال. ِسىْ ُ اهلل ُ هلل وََاشْهَدُ اَىَ هُحَوَدا َس ِ َاشْهَدُ اَىْ الَ إِلهَ إِالَ ا. ِسالَم ْ إل ِ ْى وَا ِ اَلْحَوْد هللِ الَذِي اًَْعَوٌََا بٌِِعْوَةِ اْإلِيْوَا . ُ أَهَا بَعْد. َي سَيِّدًَِا هُحَوَ ٍد وَعَلًَ ألِهِ وَصَحْبِهِ أَجْوَعِيْي َ ْسالَمُ عَلًَ َاشّْرَفِ اْألًَْبِيَا ِء وَاْلوُ ّْرسَلِي َ وَال Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penyusun haturkan ke hadirat Allah Azza Wa Jalla atas limpahan rahmat, inayah serta hidayah-Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lulus. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dengan cahaya keimanan di dalam hati melalui ajaran kasih yang dibawanya, Islam Nur Kariim. Meskipun penulisan ini baru dalam tahap awal dari sebuah perjalanan panjang akademis, namun penyusun berharap semoga karya ilmiah ini memberikan nilai kemanfaatan yang besar dan luas bagi perkembangan peradaban ilmu pengetahuan. Penyusun menyadari bahwa keseluruhan proses penyusunan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, baik itu saat bimbingan ataupun disaat memberikan semangat motivasi. Oleh karena itu, melalui pengantar ini penyusun hendak menghaturkan ucapan terima kasih yang sangat besar kepada: 1. Bapak Prof. Drs. H. Akh Minhaji, MA. Ph.D selaku Rekor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. viii 2. Bapak Dr. Alim Ruswantoro, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Terutama kepada beliau Bapak Dr. Munawar Ahmad, S.S, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang dengan kebijaksanaan dan kesabarannya membaca, mengoreksi, dan memberikan bimbingan berupa masukan yang sangat berarti buat penyusun sehingga mampu terselesaikan penulisan skripsi ini. 4. Ibu Adib Sofia, S.S, M.Hum, MA selaku Ketua Program Studi Sosiologi Agama. 5. Bapak Dr. Muhammad Damami, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang dengan keluhuran pemikiran dan kewibawahannya memberikan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Abdullah, MA. selaku dosen pembimbing akademik pengganti Bapak Muhammad Damami yang senantiasa memberikan arah pencerahan bagi penyelesaian tugas akhir ini. Dengan memberikan “the key of knowledge” semakin memudahkan dan memberikan nilai motivasi yang luar biasa bagi pergerakan keilmuan kedepan. 7. Segenap Dosen dan karyawan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, khususnya dosen Program Studi Sosiologi Agama yang dengan semangat mengajar memberikan ilmu segenap motivasi membangun kepada penyusun selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Sosiologi Agama ini. ix 8. Bapak Drs. Hartono Karnadi, M.Sn selaku Ketua Program Studi DKV atas izin yang diberikan dalam proses penelitian selama di lingkup Program Studi DKV, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. 9. Bapak Drs. Muhammad Umar Hadi, MS. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Seni Rupa atas pengajaran singkatnya tentang Metodologi Desain dan situasi keagamaan dilingkup sosial Program Studi DKV, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. 10. Terpenting dan terutama bagi dosen-dosen Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI) seperti bapak FX. Widyatmoko, M.Sn., Albertus Charles Tanama, M.Sn., semakin menyemarakkan proses berkesenian saya untuk masa depan. 11. Rekan-rekan di Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual dan Desain Interior maupun Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. 12. Bapak dan ibu tercinta, beserta kedua kakak Alif Lam Haris dan Prasetya Wisuda S.Sos terkasih serta segenap keluarga yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penyusun di saat proses penyelesaian skripsi ini. 13. Para sahabat-sahabat seperjuangan Muhammad Alfiano S.Sos alumnus Program Studi Sosiologi Humaniora, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beserta Fachrizal Athiena S.Sn sarjana strata satu bidang Seni Rupa Murni dan Daris Muhamad S.Sn sarjana jurusan Desain Interior ISI Yogyakarta. Teman semasa SMA yang menemani saya sampai ke kampus seni ini, x Nugroho Daru Cahyono mahasiswa bidang DKV ISI Yogyakarta. Tidak lupa juga untuk teman-teman dari komunitas Night Vision Club (NVC), Kawasaki Athlete Community Yogyakarta (KACY), dan Jogja Expedition Squadron (JES). 14. Terkhusus bagi mereka yang tidak mau disebutkan namanya dalam diam, semoga Allah memberkahi dan membalas doa beliau. 15. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusuan skripsi ini yang tidak mungkin penyusun sebutkan satu persatu Kepada semua pihak tersebut diatas semoga amal baik yang telah diberikan di terima di sisi Allah Azza Wa Jalla, dan mendapatkan limpahan rahmat dan kasih sayang dari-Nya. Semoga penelitian ini bisa memberikan kemanfaatan yang besar kepada peradaban ilmu pengetahuan manusia di masa kini maupun yang akan datang. Ada kurang dan lebihnya mohon dimaafkan dan apabila terdapat kesalahan data, kutipan, maupun beberapa hal teknis harap dimaklumi. Demikian atas perhatiannya penyusun mengucapkan terima kasih. Yogyakarta, 30 Agustus 2015 Penyusun, Masri Muhamad NIM. 08540013 xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………... ii HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .......................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi ABSTRAKSI ………………………………………………………………….. vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 6 C. Tujuan & Kegunaan Penelitian ............................................ 7 D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 8 E. Kerangka Teoritik ................................................................ 14 F. Metode Penelitian ................................................................ 23 G. Sistematika Pembahasan ...................................................... 26 GAMBARAN UMUM INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA A. Ruang Lingkup Institut Seni Indonesia Yogyakarta ............ 29 1. Sejarah dan Perkembangan Insitut Seni Indonesia Yogyakarta ……………………………..…………….. 29 2. Visi dan Misi Institut Seni Indonesia Yogyakarta ……. 31 3. Lambang Insitut Seni Indonesia Yogyakarta …….…... 32 xii B. Ruang Lingkup Fakultas Seni Rupa, Insitut Seni Indonesia Yogyakarta ........................................................................... 35 1. Sejarah dan Perkembangan ASRI, Akademi Seni Rupa Indonesia ……………………………………………… 35 2. ASRI Menjadi STSRI “ASRI” ……………………….. 38 3. Dari STSRI “ASRI” ke Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta ………………………………… 39 4. Visi dan Misi Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta …………………………………………… 40 C. Profil Program Studi Desain Komunikasi Visual ………… 41 1. Prospek Lulusan Program Studi Desain Komunikasi Visual…………………………………………………... 42 2. Visi dan Misi Program Sudi Desain Komunikasi Visual 42 D. Profil Komunitas Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta ........................................................... 44 E. Perkembangan Komunitas Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta ................................................... 63 F. Kepengurusan Komunitas Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta ................................................... BAB III 70 KEHIDUPAN KOMUNITAS DESAIN KOMUNIKASI VISUAL INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA A. Mengenal Interaksi Peer Group Komunitas Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta ............................. 78 1. Ragam Interaksi Komunitas Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta ................................ BAB IV 79 DINAMIKA DAN PROSES INTERAKSI PEER GROUP KOMUNITAS DESAIN KOMUNIKASI VISUAL INSITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA xiii A. Proses Interaksi Sosial Komunitas Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta ..............................…… 92 1. Interaksi Sosial Dalam Interaksionisme Simbolik …… 164 2. Komitmen, Afiliasi, dan Dominasi Pada Komunitas Desain Komunikasi Visual Insitut Seni Indonesia Yogyakarta 102 3. Dinamika Kelompok dan Pengaruh Sosial Komunitas Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta ..................................................................... 104 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 108 B. Saran-saran .......................................................................... 111 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Lambang ISI Yogyakarta ............................................................ 32 Gambar 3.1 Lambang Komunitas Comiclub ................................................. 46 Gambar 3.2 Lambang Komunitas Titik Api ................................................. 53 Gambar 3.3 Lambang Komunitas Diskom Drawing Foundation ................. 57 Gambar 3.4 Lambang Komunitas Bingo ....................................................... 59 Gambar 3.5 Lambang Komuntas Diskomotion ............................................ 60 Gambar 3.6 Lambang Komunitas Studio Diskom ........................................ 61 Gambar 3.7 Foto Aktivitas Peer Group Komunitas Comiclub ……………... 83 Gambar 3.8 Foto Aktivitas Peer Group Komunitas Titik Api ……………… 85 Gambar 3.9 Foto Aktivitas Peer Group Komunitas DDF ………………….. 89 xv 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembahasan akan difokuskan pada ruang interaksi sosial mahasiswa prodi DKV dalam wadah bernama komunitas. Tentu pemilihan awal tentang peer group (teman sebaya) juga menarik untuk dikaji lebih dalam. Lagi-lagi peneliti lebih tertarik pada ruang komunitas sebagai kajian studi kasusnya disamping membahas mengenai proses interaksi sosial mahasiswa jurusan desain ini. Perlu diketahui juga berdirinya komunitas di prodi DKV juga tidak lepas dari hadirnya peer group yang bersosialisasi. Sehingga kajian peer group tetap akan menjadi salah satu bagian yang akan dikaji pada pembahasan kedepannya. Pada saat itu peneliti melihat ada beragam komunitas yang hidup di sekitaran lingkup sosial prodi DKV. Walaupun pergerakan itu terkesan formal, tetapi pada kenyataannya dalam menjalankan aktifitas kekomunitasannya tidak begitu mempertimbangkan aturan semacam itu. Itulah fakta awal yang ada dan tergambarkan dengan sangat jelas pada pergerakan komunitas di prodi DKV, ISI Yogyakarta. Komunitas menjadi bagian tidak terpisahkan dari keberadaan prodi DKV ISI Yogyakarta sampai saat ini. Berbagai komunitas sempat naik turun untuk menyemarakkan ruang sosial ke-dekave-an ini. Komunitas memang berbeda 2 dengan peer group atau teman sebaya. Community (komunitas) lebih kepada kelompok orang yang memiliki kepentingan bersama dengan visi misinya yang jelas kedepan.1 Sedangkan peer group (teman sebaya) lebih kepada satu atau sekumpulan teman sebaya yang berinteraksi tanpa adanya aturan yang formal dan mengikat atau suatu kelompok yang para anggotanya „setara‟.2 Walaupun pergerakan sebuah komunitas tidak harus formal, tetapi pergerakan dasar dari komunitas tersebut sudah disepakati terlebih dahulu sesama anggota misalnya komunitas tersebut bergerak dibidang/minat apa. Sehingga dapat diperoleh kejelasan visi dan misi untuk kedepannya sekalipun tidak begitu melibatkan sisi formalitas. Dan disamping itu keanggotaan juga merupakan syarat terpenting dari berdirinya komunitas untuk sebagai penggerak wadah ini. Ibaratnya komunitas itu kendaraan dan anggotanya sebagai pengemudi sehingga bisa berjalan sebagaimana yang diinginkan bersama. Dalam menjalankan pergerakan komunitas ini tentu mahasiswa yang menjadi anggota memiliki sebuah aturan (rule) yang disepakati bersama. Aturan itu biasanya disebut dengan budaya organisasi yaitu perangkat sistem nilai-nilai (values), keyakinan-keyakinan (beliefs), asumsi-asumsi (assumtions), atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati, dan diikuti oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah 1 Paul B. Horton, Chester L. Hunt (alih bahasa: Aminuddin Ram), Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 1992), hlm. 248. 2 Paul B. Horton, Chester L. Hunt (alih bahasa: Aminuddin Ram), Sosiologi, (Jakarta: Erlangga, 1992), hlm. 254. 3 organisasinya.3 Dalam budaya organisasi terjadi sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai orang per-orang di dalam organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi merupakan jiwa organisasi dan jiwa para anggota organisasi. Selain adanya budaya organisasi, terkadang dalam sebuah kelompok seperti organisasi atau komunitas harus memiliki komitmen. Faktor berupa komitmen ini sebagai suatu sikap, Luthans yang menyatakan komitmen organisasi merupakan: (1) keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok, (2) kemauan usaha yang tinggi untuk organisasi, (3) suatu keyakinan tertentu dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan organisasi. Komitmen juga berarti keinginan yang abadi untuk memelihara hubungan yang bernilai.4 Bahkan dalam tubuh organisasi atau komunitas pun kerap sekali terlihat dari kualitas kekaryaannya yang dihasilkan. Kualitas kekaryaan ini memiliki pengertian perpaduan antara potensi dalam diri individu dengan faktor-faktor di lingkungan kerja individu. Lingkungan kerja tersebut adalah lingkungan langsung di mana seseorang tersebut bekerja, maupun lingkungan masyarakat. Lingkungan tersebut bisa bersifat fasilitatif (menunjang dan memberi peluang) ataupun menghambat aktualisasi dan potensi yang ada pada diri individu. Dengan 3 4 Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 2. Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 292. 4 demikian, kualitas kekaryaan tersebut tentunya akan merupakan perpaduan tiga komponen yang terlibat di sana, yaitu: (1) individu, (2) lingkungan kerja, dan (3) masyarakat.5 Mahasiswa merupakan komponen utama di dalam sebuah lembaga pendidikan tinggi, termasuk diantaranya Jurusan Desain, Program Studi DKV, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Adanya ratusan mahasiswa dari tiap angkatan menjadi penilaian tersendiri terhadap pola pembelajaran yang akan/sudah diajarkan dan imbas yang diberikan di lingkup sosial kampus kedepannya. Kehidupan sosial mahasiswa dapat terlihat dari proses interaksi yang dijalaninya sehari-hari. Proses interaksi setidaknya akan sangat menarik untuk disimak, mengingat nuansa lingkup sosial di ISI Yogyakarta khususnya memiliki ciri khas tersendiri yang tidak ditemukan di lingkungan sosial perguruan tinggi lainnya. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial manusia, sebab tanpa berinteraksi tidak akan ada kehidupan bersama. Proses interaksi sosial sangat menarik perhatian peneliti, sebab orang-orang yang berinteraksi sedikit banyak mempunyai pengaruh satu terhadap yang lainnya. Pemahaman terhadap makna interaksi sosial dapat dipahami sebagai suatu proses di mana 5 Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 317-318. 5 individu memperhatikan dan berespon terhadap individu lain, sehingga dibalas dengan tingkah laku tertentu.6 Interaksi sosial yang terjadi di lingkungan sosial perguruan tinggi ISI Yogyakarta setidaknya memperlihatkan nuansa unik dan berbeda. Ditambah dengan kehadiran komunitas ditengah-tengah kehidupan sosial akan semakin memberikan nuansa yang lebih beragam. Di dalam komunitas individu merasakan adanya kesamaan satu dengan lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan, dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Sehingga kebersamaan yang terbentuk antar individu jauh lebih akrab, ketimbang dengan keluarganya sekalipun. Begitupula yang terjadi di lingkup sosial Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Adanya proses interaksi sosial yang terjalin antar individu, individu dengan kelompok, maupun sesama kelompok sosial. Sedikit banyak membuat suasana keberlangsungan kehidupan sosial di prodi perguruan tinggi seni tersebut menjadi unik untuk lebih didalami, di samping memiliki daya tarik tersendiri terhadap objek utama penelitian peneliti. Pada kenyataannya dalam interaksi sosial yang terjalin kadang menciptakan sebuah gaya atau mode yang bisa terlihat dalam kehidupan seharihari dilingkungan kampus. Gaya (fad) sendiri memiliki pengertian sebagai ragam (variasi) tutur, dekorasi atau perilaku yang tidak penting dan berjangka waktu pendek. 6 Gaya sendiri lahir dari keinginan untuk memperoleh Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm. 67. dan 6 mempertahankan status sebagai seseorang yang lain atau status sebagai pemimpin. Gaya itu hilang dengan sendirinya bila tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang baru. Begitupula mode (fashion) sama dengan gaya, tetapi mengalami perubahan lebih lambat dan bersifat tidak terlalu sepele, serta kemunculannya cenderung bersiklus (cyclical).7 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian dilakukan secara lebih mendalam untuk mengetahui sekaligus memberikan pemahaman yang baik tentang dinamika sosial komunitas Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta. Dengan demikian dipilihlah judul penelitian tentang “Dinamika Peer Group Dalam Proses Interaksi Komunitas, Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta.” B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Peer Group membentuk Komunitas Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta? 7 Paul B. Horton, Chester L. Hunt (alih bahasa: Aminuddin Ram), Sosiologi (Jakarta: Erlangga, 1992), hlm. 185-186. 7 2. Bagaimana proses interaksi sosial pada Komunitas, Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta mempengaruhi sense of art mereka? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui proses interaksi sosial mahasiswa yang terbentuk kedalam ruang pergerakan Komunitas, Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 2. Mengetahui sejauh mana peer group mempengaruhi proses interaksi sosial Komunitas, Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 3. Mengetahui kehidupan Komunitas Mahasiswa, Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 4. Mengetahui lebih dalam sense of art mahasiswa sebagai bagian dari penggerak utama Komunitas Jurusan Desain, Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Sedangkan hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti, baik itu bagi peneliti sendiri maupun bagi pembaca. Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 8 1. Sebagai media dalam bertukar pemikiran, terutama berkaitan dengan kajian keilmuan seni dan sosial. 2. Sebagai media pencerahan bagi kalangan masyarakat umum (non-seni) terhadap kehidupan sejati masyarakat seni. 3. Terkhusus ditujukan untuk prodi Sosiologi Agama yang menjadi tempat berawal peneliti. Diharapkan penelitian dengan tema seni dan agama ini dapat menjadi penambah kekayaan intelektual cendekiawan di prodi, selain untuk menumbuhkan benih-benih pemikiran bagi kalangan sendiri khususnya dalam kajian tentang Sosiologi Seni. 4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pustaka bagi pembaca dalam penelitian lainnya. D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dapat diartikan sebagai cara untuk menggali informasi tentang penelitian-penelitian yang sudah ada. Berkaitan dengan topik-topik yang relevan tentang tema penelitian yang akan diteliti sehingga terdapat originalitas dari penelitian yang akan dilaksanakan. Karya-karya ilmiah dengan tema interaksi sosial, berikut kajian khusus yang membahas seputar peer group (teman sebaya) dan komunitas seni memang belum sepenuhnya tersedia. Oleh karena itu demi memberikan nilai plus dari keberadaan kaum terdidik di kalangan sendiri, yaitu keilmuan Sosiologi Agama. Penelitian dilakukan sebagai wujud apresiasi terhadap keilmuan sosial. Adapun 9 tulisan/karya ilmiah yang dijadikan acuan dari penelitian peneliti saat ini diantaranya sebagai berikut: Karya ilmiah skripsi yang di susun oleh saudari Evi Nurhayati mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Program Studi Sosiologi Agama yang mengangkat judul penelitian “Peran Peer Group dalam Membentuk Perilaku Konsumtif Remaja (Studi Terhadap Remaja Putri SMK Wasis Klaten).”8 Melakukan penelitian tentang fenomena konsumtif siswi remaja putri di SMK Wasis Klaten. Sebuah kenyataan yang dapat terlihat tentang keberadaan kelompok sebaya yang eksis sebagai imbas dari kesamaan visi dan misi. Karya ilmiah skripsi yang disusun oleh Karina Aisyah mahasiswi Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Jepang yang menulis tema penelitian “Rasa Memiliki Dalam Komunitas Cosplay.”9 Penelitian yang menjelaskan tentang ikatan yang sangat mendalam antara fans (fandom) sesama pencinta jepang-jepangan. Arah kecintaan ini bisa meluas dari halnya budaya populer yang terdapat dijepang sana mulai dari anime (animasi jepang), manga (komik jepang), dan cosplay (penggemar/fans yang memakai kostum dalam anime/manga). 8 Evi Nurhayati, “Peran Peer Group dalam Membentuk Perilaku Konsumtif Remaja”, Studi Terhadap Remaja Putri SMK Wasis Klaten. Skripsi Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008. 9 Karina Aisyah, “Rasa Memiliki Dalam Komunitas Cosplay”. Skripsi Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Tahun 2012. 10 Karya ilmiah skripsi yang disusun oleh saudara Fahroni mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Program Studi Sosiologi Agama yang mengangkat judul penelitian “Interaksi Sosial Mahasiswa Asing (Studi Tentang Mahasiswa Patani dalam Berinteraksi dengan Warga Sekitarnya di Dusun Karang Bendo, Banguntapan, Bantul ).”10 Penelitiannya berisi tentang keberadaan mahasiswa patani sebagai kelompok minoritas komunitas masyarakat di suatu tempat mereka tinggal dan menetap. Permasalahan utama bermuara dari cara pembauran mahasiswa patani di lingkungan sosial masyarakat. Dalam proses berbaur mahasiswa patani acap kali tidak berjalan dengan baik dan seringkali diikuti dengan ketegangan-ketegangan. Misalnya adanya upaya penonjolan etnis (suku) masing-masing. Sikap seperti ini disebut juga sebagai etnosentrik, yaitu sikap menganggap bahwa kebudayaan kelompoknya sendiri adalah yang paling baik daripada kebudayaan lain dan diluar itu dikategorikan sebagai kebudayaan yang bernilai rendah atau buruk. Penelitian lainnya dilakukan oleh Agus mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam dengan judul penelitian “Interaksi Sosial Masyarakat Syi’ah-Sunni di Tengah Pluralitas Keberagamaan (Studi Kasus Terhadap Interaksi Sosial Syi'ah-Sunni 10 Fahroni, “Interaksi Sosial Mahasiswa Asing”, Studi Tentang Mahasiswa Patani dalam Berinteraksi dengan Warga Sekitarnya di Dusun Karang Bendo, Banguntapan, Bantul. Skripsi Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008. 11 di Kabupaten Sleman).”11 Penelitiannya menggambarkan tentang keberadaan kelompok Syi‟ah dan Sunni di Kabupaten Sleman. Proses interaksi sosial yang dilakukan kedua kelompok keagamaan tersebut terdapat ketimpangan dan disfungsi. Hal ini dapat terjadi karena adanya dua faktor yang mempengaruhinya yaitu pertama, bentuk pengalienasian diri yang dilakukan oleh kelompok Syi‟ah terhadap kelompok Sunni. Akibatnya timbul ketertutupan diri dan identitas oleh kelompok Syi‟ah. Kedua, adanya bentuk apatis yang muncul dari kelompok Sunni kepada kelompok Syi‟ah. Konflik yang terjadi antara kedua kelompok keagamaan tersebut bukanlah konflik terbuka dan bersifat konfrontasi. Walaupun timbul konflik yang “hidup” di sisi lain kedua belah kelompok mampu menunjukkan kedewasaan hubungan sosial yang harmonis dengan menyepakati bersama nilai-nilai positif tanpa terjebak kedalam ekstrimis keyakinan kelompok masing-masing. Dilengkapi penelitian lain yang dilakukan oleh Dessy Purwaningtyas mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Program Studi Sosiologi Agama berjudul “Spirit Agama dalam Integrasi Sosial Antara Warga Pendatang dengan Masyarakat Lokal (Studi Terhadap Pola Integrasi Sosial Warga di Kompleks Perumahan Saka Permai dengan Masyarakat di Dusun Karangjenjem, 11 Agus, “Interaksi Sosial Masyarakat Syi’ah-Sunni di Tengah Pluralitas Keberagaman”, Studi Kasus Terhadap Interaksi Sosial Syi’ah-Sunni di Kabupaten Sleman. Skripsi Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008. 12 Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta).”12 Memaparkan tentang kehidupan sosial masyarakat multi-etnis yang bermukim di kawasan perumahan dan hidup berseberangan dengan warga masyarakat desa sekitar. Adanya keberagaman kebudayaan acapkali menimbulkan konflik yang disebabkan karena belum saling mengenal satu dengan lainnya. Walaupun demikian konflik yang terjadi bukanlah konflik besar tanpa ada pemecahan masalahnya. Melainkan sebatas pengalaman positif sebagai bagian dari ciri keberagaman masyarakat sosial. Terciptanya integrasi sosial kehidupan masyarakat tersebut dipengaruhi juga dengan hadirnya semangat-semangat keagamaan (spirit agama). Dari kalangan seniman Sigit Haryadi mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta berjudul “Parodi Pertemanan.”13 Penelitian yang membahas tentang pergesekan antar indvidu seringkali menjadikan permasalah-permasalahan yang serius di dalam pertemanan baik secara individu ataupun kelompok. Seringkali hal tersebut timbul dari adanya pendapat yang dipaksakan merasa benar sendiri, kerasnya sikap, bahkan sampai pada ruang privasi seperti masalah finansial atau keuangan. 12 Dessy Purwaningtyas, “Spirit Agama dalam Integrasi Sosial Antara Warga Pendatang Dengan Masyarakat Lokal”, Studi Terhadap Pola Integrasi Sosial Warga di Kompleks Perumahan Saka Permai dengan Masyarakat di Dusun Karangjenjem Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2007. 13 Sigit Haryadi, “Parodi Pertemanan”. Skripsi Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Murni, Institut Seni Indonesia, Tahun 2006. 13 Tidak hanya itu saja, hal-hal remeh dan ringan yang tidak masuk akal pun terkadang menimbulkan masalah-masalah yang sebenarnya tidak perlu terjadi sampai-sampai menimbulkan kesenjangan antara sesama teman dan tak jarang berujung pada permusuhan. Kesenjangan dalam hubungan pertemanan sebagai akibat adanya perselisihan antar individu yang bisa terlihat dari seringnya intensitas pertemuan yang terlalu sering. Dari itu semua masing-masing mampu untuk mengenal lebih dalam tentang karakter, watak, sikap, sikap maupun bisa saja saling menularkan pengaruh baik/buruk dalam lingkup pertemanan yang terjalin. Menurut pendapat N. Drijarkara : “Bahwa manusia itu selalu hidup dan mengubah dirinya dalam arus situasi yang konkrit. Dia tidak hanya berubah dari dalam, tetapi juga diubah oleh situasi itu. Namun dalam berubah-ubah ini, dia tetap sendiri. Manusia selalu terlibat dalam situasi itu, berubah dan mengubah manusia.”14 Dalam dunia pertemanan sering kita mengenal dengan pendapat yang mengatakan bahwa ikatan itu bisa lebih dekat dari saudara sedarah sekalipun. Hal ini sudah bukan menjadi rahasia umum lagi yang musti ditutup-tutupi. Adanya ruang kedekatan yang di sebut keakraban menjadi poin penting dari terciptanya hubungan seperti itu. Bahkan untuk hal-hal yang sifatnya privasi (pribadi) sudah tidak terlihat dinding pembatas di dalam ruang pertemanan. Tidak hanya itu pula, adanya perseteruan juga menjadi cikal bakal permusuhan antar teman. Memang 14 N. Drijarkara, Filsafat Manusia, (Kanisius: Yogyakarta, 1969), hlm. 7. 14 layaknya kucing dan anjing hal-hal semacam ini akan terus ada sampai kapanpun selama ruang pertemanan dalam kehidupan sosial masih terjalin. Dengan demikian telaah pustaka yang termuat dalam karya dan buku ilmiah di atas dapat dijadikan dasar penelitian peneliti saat ini sekalipun dengan tema-tema penelitian yang tidak sama persis. E. Kerangka Teori Teori pada dasarnya merupakan suatu alat untuk membedah sekaligus menganalisis persoalan tema penelitian, sehingga bisa lebih jelas objek dan ruang lingkup kajiannya.15 Persoalan sosial yang akan dijadikan kajian utama dalam penelitian ini adalah tentang proses interaksi sosial Komunitas, Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) ISI Yogyakarta. Pada ruang komunitas juga dikenal dengan adanya teman sebaya. Oleh karena itu tidak ada salahnya sedikit di bahas tentang apa itu peer group. Peer group dapat diartikan sebagai pertemanan dengan teman sebaya. Menurut penjelasan Jean Piaget, hubungan di antara teman sebaya lebih demokratis di banding hubungan antara anak dan orang tua. Hubungan antar teman sebaya lebih diwarnai oleh semangat kerja sama dan saling memberi dan menerima di antara anggota kelompok. Lanjutnya, dalam lingkungan sosial keluarga orang tua dapat memaksakan berlakunya aturan tertentu. Sedangkan kelompok teman sebaya 15 Zainuddin Maliki, Rekontruksi Teori Sosial Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2013), hlm. 139. 15 aturan perilaku di cari dan diuji kemanfaatannya secara bersama-sama. Ketika anak tumbuh semakin dewasa, peran keluarga dalam perkembangan sosial semakin berkurang dan digantikan oleh kelompok teman sebaya. Ditengah interaksi sosial yang terus berjalan peer group memberikan ruang yang lebih eksklusif ditengah keanekaragaman sifat individu maupun komunitas di lingkungan masyarakat sosial. Dalam peer group yang terbentuk tidak dipentingkan adanya struktur organisasi maupun aturan yang menjerat untuk ditaati, melainkan antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan yang terjadi dengan kelompoknya. Dalam peer group individu-individu merasa menemukan jati diri yang sebenarnya serta dapat mengembangkan rasa sosialnya sejalan dengan perkembangan kepribadiannya.16 Kajian peer group lebih mendalam dijelaskan kedalam ruang bernama komunitas. Mengingat arti antara peer group dan komunitas jelas berbeda. Akan sangat bijak jika arah dalam paragraf ini juga menjelaskan arti dari komunitas secara lebih lengkap dan terarah. Kata community menurut Syahyuti adalah berasal dari bahasa Latin, yaitu “Cum” yang mengandung arti together (kebersamaan) dan “Munus”, yang bermakna the gift (memberi) antara satu sama lain. Maka dapat diartikan bahwa komunitas adalah sekelompok orang yang saling berbagi dan mendukung antara satu sama lain. Komunitas memiliki banyak makna. Komunitas dapat dimaknai 16 http://himcyoo.wordpress.com/2011/05/29/kelompok-sebaya-peer-group/diakses tanggal 26 Agustus 2013. pada 16 sebagai sebuah kelompok dari suatu masyarakat atau sebagai sekelompok orang yang hidup di suatu area khusus yang memiliki karakteristik budaya yang sama. Apapun definisinya, komunitas harus memiliki sifat interaksi. Interaksi yang ditekankan lebih kepada interaksi informal dan spontan daripada interaksi formal, serta memiliki orientasi yang jelas. Ciri utama sebuah komunitas adalah adanya keharmonisan, egalitarian serta sikap saling berbagi nilai dan kehidupan. Menurut Etienne Wenger, komunitas mempunyai berbagai macam bentuk dan karakteristik, diantaranya: 1. Besar atau Kecil Keanggotaan di beberapa komunitas ada yang hanya terdiri dari beberapa anggota saja dan ada yang mencapai 1000 anggota. Besar atau kecilnya anggota di suatu komunitas tidak menjadi masalah, meskipun demikian komunitas yang memiliki banyak anggota biasanya dibagi menjadi sub divisi berdasarkan wilayah sub tertentu. 2. Terpusat atau Tersebar Sebagian besar suatu komunitas berawal dari sekelompok orang yang bekerja ditempat yang sama atau memiliki tempat tinggal yang berdekatan. Sesama anggota komunitas saling berinteraksi secara tepat serta ada beberapa komunitas yang tersebar di berbagai wilayah. 3. Berumur panjang atau berumur pendek Terkadang sebuah komunitas dalam perkembangannya, memerlukan waktu yang cukup lama, sedangkan jangka waktu keberadaan sebuah 17 komunitas sangat beragam. Beberapa komunitas dapat bertahan dalam jangka tahunan, tetapi ada pula komunitas yang berumur pendek. 4. Internal atau Eksternal Sebuah komunitas dapat bertahan sepenuhnya dalam unit bisnis atau bekerjasama dengan organisasi yang berbeda. 5. Homogen atau Heterogen Sebagian komunitas berasal dari latar belakang yang sama serta ada yang terdiri dari latar belakang yang berbeda. Pada umumnya jika sebuah komunitas berasal dari latar belakang yang sama komunikasi akan lebih mudah terjalin, sebaliknya jika komunitas terdiri dari berbagai macam latar belakang diperlukan rasa saling menghargai dan rasa toleransi yang cukup besar satu sama lain. 6. Spontan atau Disengaja Beberapa komunitas ada yang berdiri tanpa adanya intervensi atau usaha pengembangan dari suatu organisasi. Anggota secara spontan bergabung karena kebutuhan berbagi informasi dan memiliki minat yang sama. Pada beberapa kasus, terdapat komunitas yang secara sengaja didirikan secara spontan atau disengaja tidak menentukan formal atau tidaknya sebuah komunitas. 7. Tidak Dikenal atau Dibawah sebuah institusi 18 Sebuah komunitas memiliki berbagai macam hubungan dengan organisasi, baik itu komunitas yang tidak dikenali, maupun komunitas yang berdiri dibawah sebuah institusi. Komunitas merupakan kombinasi dari 3 unsur utama, yaitu: 1. Ruang Lingkup Ruang lingkup merupakan dasar yang mengindentifikasikan sebuah komunitas. Selain itu ruang lingkup mengilhami anggota untuk berbagai pengetahuan, bagaimana mengemukan ide mereka dan menentukan tindakan. Tanpa ruang lingkup maka sebuah komunitas hanya merupakan sekumpulan orang. 2. Anggota Jika sebuah komunitas memiliki anggota yang kuat maka dapat membantu meningkatkan interaksi dan hubungan yang didasari oleh saling menghormati dan kepercayaan. Anggota merupaka sekumpulan orang yang berinteraksi untuk belajar, membangun sebuah hubungan, kebersamaan, dan tanggung jawab. Setiap individu mempunyai karakter yang berbeda, sehingga menciptakan keanekaragaman dalam suatu komunitas. Keberhasilan sebuah komunitas bergantung pada kekuatan anggota tersebut. 3. Praktis Merupakan sekumpulan kerangka, ide, alat, informasi, gaya bahasa, sejarah, dan dokumen yang dibagi sesama anggota komunitas. Jika ruang 19 lingkup merupakan yang menjadi fokus sebuah komunitas maka praktis merupakan pengetahuan spesifik yang dikembangkan, disebarkan, dan dipertahankan. Keberhasilan praktis bergantung dari keseimbangan antara gabungan aktivitas dan hasil dari aktivitas tersebut seperti dokumen atau alat. Dalam kajian keilmuan Sosiologi ada banyak sekali tokoh-tokoh ahli yang menggagas teori interaksi sosial, misalnya Soerjono Soekamto, Mark L. Knapp, Erving Goffman, Tamotsu Shibutani, George Herbert Mead & Herbert Blumer (penggagas teori interaksionisme simbolik), Kimbal Young, Raymond W. Mack sampai pada Gillin dan Gillin. Selain itu pembahasan juga akan terfokus pada persoalan utama lainnya tentang nilai-nilai religiusitas. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya Rokeach & Bank, Jalaluddin Rahmat, Kate Ludeman dan Stark & Glock. Dalam membedah dan menganalisis persoalan sosial tersebut peneliti akan menggunakan teori Interaksionisme Simbolik yang digagas secara langsung oleh Herbert Blumer. Beliau adalah mahaguru Universitas California di Berkeley yang telah berhasil memadukan konsep-konsep George Herbert Mead ke dalam suatu teori Sosiologi yang sekarang dikenal dengan nama Interaksionisme Simbolik. Dalam karangannya Sociological Implications of the thought of George Herbert 20 Mead dan kemudian dalam bukunya Symbolic Interactionism: Perspective and Method, Blumer menyambung pada gagasan-gagasan Mead.17 Teori Interaksionisme Simbolik menggambarkan masyarakat bukanlah dengan memakai konsep-konsep seperti sistem, struktur sosial, posisi status, peranan sosial, pelapisan sosial, struktur institusional, pola budaya, norma-norma dan nilai-nilai sosial. Melainkan dengan memakai istilah “aksi”.18 Perspektif ini sebenarnya berada di bawah payung perspektif fenomenologi dan termasuk dalam paradigma definisi sosial. Perspektif fenomenologis adalah mewakili semua pandangan ilmu sosial yang mengganggap kesadaran atau jiwa manusia dan makna subyektif sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial atau perspektif interpretif. Interaction Symbolic adalah interaksi antara pribadi-pribadi yang didasarkan pada penafsiran terhadap perilaku masing-masing.19 Sebenarnya teori Interaksionisme Simbolik termasuk teori pendatang baru dalam studi ilmu Komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19. Walaupun sekarang teori Interaksionisme Simbolik sudah menjadi bagian dari cabang keilmuan Sosiologi, tepatnya diruang perspektif interaksional. Interaksionisme Simbolik menurut perspektif interaksional merupakan salah satu perspektif yang ada dalam 17 K.J. Veeger, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), hlm, 224. 18 K.J. Veegar, Realistis Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985), hlm, 228. 19 Rusdi, Konflik Sosial: Dalam Proses Ganti Rugi Lahan Dan Bangunan Korban Lumpur Lapindo, (Yogyakarta: STPN Press, 2012), hlm. 42. 21 studi Komunikasi yang barangkali paling bersifat “humanis”. Sebenarnya, perspektif ini sangat menonjolkan keagungan dan maha karya nilai individu diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu didalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya dan menghasilkan makna “buah pikiran” yang disepakati secara kolektif. Akhirnya dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu akan mempertimbangkan sisi individu tersebut. Inilah salah satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran Interaksionisme Simbolik. Teori Interaksionisme Simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu. Interaksionisme Simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran (mind) mengenai diri (self) dan hubungannya di tengah interaksi sosial. Serta bertujuan akhir untuk memediasi dengan menginterpretasi makna di tengah masyarakat (society) di mana individu tersebut menetap.20 Sebelum masuk pada pembahasan Sense of Art di rasa sangat perlu untuk lebih dalam memahami Seni itu sendiri. Sebagaimana keilmuan-keilmuan lainnya, Seni merupakan cabang ilmu yang pengistilahannya memiliki multi tafsir. Hal ini terlihat dari banyaknya pengertian Seni menurut para ahli yang mendefinisikan Seni dari beragam sudut pandang. Penerjemahan tentang istilah 20 Rusdi, Konflik Sosial: Dalam Proses Ganti Rugi Lahan Dan Bangunan Korban Lumpur Lapindo, (Yogyakarta: STPN Press, 2012), hlm. 44. 22 Seni disesuaikan dengan latar belakang keilmuan para ahli. Karena begitu luas pengertian seni dan bidang yang mencakupinya. Ada beberapa pengertian Seni menurut para ahli yang sering dijadikan rujukan pada pegiat seni. Pengertian seni menurut Prof. Drs Suwaji Bastomi adalah seni dipandang sebagai sebuah aktivitas batiniah yang didasari adanya pengalaman keindahan (estetis) yang terwujud dalam bentuk yang indah. Sehingga dari perwujudan tersebut mampu menimbulkan rasa kagum serta keharuan bagi mereka yang menikmatinya. Sedangkan menurut Drs. Sudarmadji, Seni merupakan kumpulan perwujudan batiniah serta pengalaman estetik yang diwujudkan melalui bidang, garis, warna tekstur, volume serta adanya komposisi gelap terang.21 Sense of Art jauh lebih dalam pemaknaannya dari seni itu sendiri, sebagaimana Religiusitas dengan agama (religi). Sense of Art atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “Jiwa Seni” adalah ruh atau kadar kedalaman seseorang dalam berkesenian, sehingga mampu menciptakan sebuah karya yang indah dan mampu dinikmati penikmat seni.22 Dari begitu banyak pembahasan terhadap hal-hal utama penelitian. Peneliti merasa yakin bahwa teori Interaksionisme Simbolik tepat untuk dijadikan sebagai alat meneliti terhadap permasalahan utama penelitian. 21 http://www.anneahira.com/pengertian-seni-menurut-para-ahli.htm/ Agustus 2013. 22 diakses tanggal 11 http://www.pirawa.web.id/2009/12/sense-of-art.html/ diakses pada tanggal 12 Agustus 2013. 23 Sebagaimana penjelasan diatas, teori Interaksionisme Simbolik lebih menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatannya adalah individu. F. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dengan demikian metode penelitian merupakan prosedur atau proses mulai dari awal yang menjelaskan tentang kerangka hingga menghasilkan kesimpulan penelitian.23 1. Jenis Penelitian Dalam hal ini jenis penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode kualitatif. Dengan prosedur penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata dari informan yang berbentuk ucapan ataupun perilaku yang dapat diamati peneliti. Pengamatan data penelitian ini dilakukan secara langsung di Kabupaten Bantul dengan titik fokus lokasi berada di Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 23 Aji Suraji dalam presentasi dengan judul Metode Penelitian, merupakan Dosen Teknik Sipil, Universitas Widyagama Malang. 24 Karena sasaran objek penelitian adalah sesama mahasiswa program studi. Maka adanya keberagaman jenjang usia dan jenis kelamin tidak menjadi dasar utama penelitian ini. Sehingga proses penelitian yang dilakukan selama di lapangan akan mempermudah peneliti dalam mencari data. Pemilihan lokasi penelitian lebih kepada faktor internal peneliti. Adanya ketertarikan peneliti terhadap dunia seni menjadi dasar utama penelitian di kampus para akademisi kesenian ini. Selain tentu saja kemudahan yang didapatkan seperti lokasi yang bisa terjangkau dengan mudah, biaya penelitian yang tidak besar karena lokasi penelitian berada di kota sendiri. 2. Metode Pengumpulan Data Peneliti dalam penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian data kualitatif, sehingga pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi partisipatif (partisipan observation), wawancara mendalam (deep interview), kemudian daftar pertanyaan (interview guide). a) Observasi Partisipatif (Partisipan Observation), yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati objek penelitian, baik secara langsung maupun tidak langsung, serta mengadakan pencatatan hasil pengamatan.24 Peneliti akan melakukan pengamatan terhadap proses interaksi sosial mahasiswa komunitas saat berada 24 Dudung Abdurrahman, Pengantar Metode Penelitian dan Penyusunan Karya Ilmiah, (Yogyakarta: Ikfa Press. 1998), hlm. 26. 25 dilingkungan Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta Angkatan 2011. b) Wawancara Mendalam (Deep Interview), yaitu wawancara untuk mengetahui atau memperoleh gambaran secara lebih tepat mengenai sikap, pandangan, persepsi dan orientasi para pelaku peristiwa dari obyek.25 Peneliti untuk mendapatkan data penelitiannya akan melakukan wawancara secara langsung terhadap beberapa mahasiswa komunitas yang dipilih secara acak di Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta Angkatan 2011. c) Daftar Pertanyaan (Interview Guide), yaitu teknik pengumpulan data yang didalamnya tersusun atas ide-ide berupa pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Sehingga saat terjadi pengumpulan data yang dimaksud, sasaran penelitian bisa tepat sasaran dan efektif. 3. Metode Analisa Data Analisa data adalah metode mengolah dan menganalisa data kualitatif. Untuk itu perlu diketahui apa itu data kualitatif. Data kualitatif adalah semua 25 Koentjaraningrat. Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991), hlm. 162. 26 bahan, keterangan dan fakta-fakta yang tidak dapat diukur dan dihitung secara sistematis karena wujudnya adalah keterangan verbal (kalimat dan data).26 Analisis data kualitatif adalah suatu proses analisis yang terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.27 a) Proses reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan dilapangan. b) Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dengan melihat penyajian-penyajian yang akan kita dapatkan untuk memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. c) Menarik kesimpulan maksudnya adalah memulai dengan mencari arti benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. G. Sistematika Pembahasan Dalam rangka memberikan gambaran yang dapat dipahami dengan baik, benar dan objektif. Peneliti perlu untuk memberikan garis-garis besar mengenai 26 http://wajburni.wordpress.com/2013/01/16/teknik-analisa-data-kualitatif/ tanggal 30 Juli 2013. 27 diakses Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 126. pada 27 gambaran penelitian yang dilakukan. Garis-garis besar penelitian tersebut terdiri atas lima bab. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah dari penelitian yang dilakukan peneliti. Dilanjutkan dengan menyusun daftar pertanyaan dalam rumusan masalah. Dan dilengkapi dengan adanya tujuan dan kegunaan penelitian yang menjadi maksud akhir dari penelitian yang dilakukan. Kemudian telaah pustaka yang berisi tentang beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan kesamaan pembahasan masalah yang dibahas peneliti sekarang. Selain itu buku-buku ilmiah yang cakupan bahasan masalahnya serupa maupun yang berbeda baik dalam hal metodologi penelitian, perspektif sampai pada sistematika pembahasannya. Bab II akan membahas tentang gambaran umum ISI Yogyakarta beserta profil komunitas, Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Bab III membahas interaksi sosial yang dikaji meliputi hubungan antar mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, mahasiswa dengan komunitas yang ada dan komunitas dengan sesama komunitas DKV maupun dengan komunitas lain satu institut yang hidup didalam lingkungan kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Bab IV menganalisa tentang interaksi sosial peer group komunitas mahasiswa Jurusan Desain, Program Studi Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 28 Bab V Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran. 108 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Komunitas Desain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta berdiri atas dasar berdikari ditengah-tengah kesibukan mahasiswa DKV belajar di kelas guna menyelesaikan studi Sarjana Strata Pertama (S1). Munculnya ide-ide untuk membangun komunitas desain ini berasal dari obrolan ringan antar mahasiswa DKV sebagai bentuk sisi sosial yang tumbuh subur di institut kesenian negeri ini. Dari situlah keberadaan komunitas DKV mula satu persatu berdiri sesuai dengan minatnya masing-masing. Di antara komunitas yang pertama kali berdiri adalah komunitas Disko Komik (Comiclub) yang lahir pada tahun 2004 pada Pekan Komik Indonesia (PKAN) di Bandung. Komunitas komik ini didirikan dengan bertujuan sebagai wahana untuk sharing ide dan gagasan tentang dunia perkomikan. Kemudian, Titik Api yang berdiri pada tahun 2009 di Prodi DKV ISI Yogyakarta. Komunitas ini muncul untuk media interaksi bagi peminat dunia fotografi di ruang diskom. Selanjutnya, Diskom Drawing Foundation (DDF) yang juga lahir pada tahun yang sama 2009 dirikan bertepatan dengan event DDF Exhibition di prodi diskom. Tujuan dirikan komunitas ini adalah sebagai sarana bagi penikmat manual art, walaupun 109 pada aplikasinya tetap menggunakan digital painting bahkan membuat komik dan melukis. Selain keberadaan ketiga komunitas tersebut ada pergerakan lainnya yang statusnya hidup segan mati tak mau seperti Bingo (advertising), Diskomotion (motion digital art), dll. Ketiga komunitas diatas adalah komunitas DKV yang tetap hidup walaupun mengalami dinamika sosial. Pada saat ini terbukti ketiga komunitas desain tadi menjadi mercusuar bagi pergerakan kesenian disamping adanya nuansa sosial yang tetap terus hidup di Prodi DKV ISI Yogyakarta. 2. Ruang interaksi yang hidup dan berjalan di lingkup sosial prodi DKV sebagai habitat tempat bermukim komunitas DKV terlihat sangat ramai dan beragam. Di isi dengan para mahasiswa yang ragam latar belakangnya sangat majemuk telah menciptakan suasana lingkungan yang berwarna. Ragam latar belakang mahasiswa yang tergabung secara “formal” meliputi Akademik, Sosial Budaya, Ekonomi, dan Agama. Sisi kemajemukan juga bisa digunakan dalam mengetahui watak dasar atau visi misi mereka sebagai individu. Selain sebagai tolak ukur keberadaan mereka di lingkup komunitas DKV ISI Yogyakarta. 3. Sisi lain dari komunitas DKV yang sangat menarik untuk dilihat adalah soal kepengurusan, keanggotaan, dan kepemimpinannya. Kepengurusan berarti berkaitan tentang menejemen keorganisasian komunitas selama ini. Sistem kepengurusan yang berjalan dari ketiga komunitas DKV sangat beragam. Ragam tersebut sebagai ciri khas di samping bentuk identitas tersendiri bagi 110 komunitas masing-masing. Adanya yang formal yang meliputi sistem organisasi dari ketua, wakil, ketua, sekretaris, bendahara sampai pada seksiseksi yang siap membantu. Walaupun dari yang nampak di lapangan keberadaan sistem keorganisasian tersebut hanya sekedar formalitas semata. Kemudian keanggotaan yang menjadi sorotan tajam dari masing-masing komunitas seni desain ini. Menurut perkembangannya keanggotaan menjadi masalah paling serius dari tiap-tiap komunitas. Dalam teori komunikasi ada istilah afiliasi tinggi dan rendah. Bagi afiliasi tinggi berarti memiliki minat yang besar untuk menjadi dominan selain adanya komitmen sebagai nilai positif. Tetapi bagi afiliasi rendah menjadi masalah tersendiri karena biasanya anggota yaitu mahasiswa dalam kategori ini sangat lemah dalam bersosialisasi. Kemudian juga bab kepemimpinan yang sudah menjadi ciri khas dari gerakan komunitas DKV. Dinamis menjadi faktor utama pendukung langgengnya ruang sosial pada komunitas ini sampai saat ini. 4. Interaksi sosial yang tercipta sangat dinamis dan fleksibel. Komunitas DKV telah berhasil menjaga sisi positif dari warisan yang ditinggalkan para pendahulunya. Selain sisi „formalitas‟ dari keorganisasiannya, komunitas DKV memiliki ruang dinamis di lingkup sosial sehari-hari. Adanya peer group diindikasikan sebagai faktor pendukung terus tumbuhnya nilai-nilai baik ini. Peer group atau teman sebaya memiliki porsi yang utama dari keberadaan anggota komunitas selain sebagai mahasiswa. Interaksi sosial yang tercipta antar teman sebaya ini bagi penggerak komunitas DKV menjadi 111 pencipta utama kedinamisan dan keluwesan dalam kehidupan bersosial baik antar individu, komunitas maupun alam. 5. Peer Group bukan saja hanya sekedar fenomena antar individu yang setara. Pada komunitas DKV ISI Yogyakarta pengaruh peer group banyak memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi perkembangan komunitas sampai saat ini. Peer Group menjadi promotor utama dalam pergerakan komunitas DKV selain sebagai fenomena sosial di lingkungan seni desain ini. 6. Fenomena konflik antar teman sebaya (peer group) baik yang bersosial secara umum maupun yang tergabung kedalam wadah bernama komunitas tidak pernah terjadi. Peneliti katakan sekali lagi dari keragaman latar belakang komunitas DKV. Sekalipun tidak pernah ada konflik yang mencederai arti pertemanan sebaya maupun berkelompok (group) mereka dilingkungan kampus ISI Yogyakarta. B. Saran 1. Mahasiswa Prodi DKV ISI Yogyakarta adalah salah satu sumber energi dari hidupnya ruang sosial di kampus seniman ini. Bentuk energi tersebut meliputi semangat, dedikasi, maupun komitmen dalam hal apapun terutama berkarya dan berkomunitas. Tetapi satu hal yang sangat perlu untuk ditambahi agar menjadi lebih luar biasa lagi adalah belajar luas bukan hanya dari seni saja. Pandangan yang meluas bak samudera akan memberikan kedewasaan dalam berpikir. Bentuk belajar secara luas itu peneliti artikan sebagai pembelajaran 112 lintas jurusan. Sosiologi Agama adalah satu dari sekian banyaknya prodi yang sangat berpotensi guna memberi hal positif lebih banyak kepada ruang seni rupa. Bukankah salah satu aktor dan pemikir dari kalangan kalian pernah mengatakan kalau demokratisasi desain itu menjadi polemik bagi kalangan seniman maupun desainer. Untuk itu mari gunakan kesempatan lahirnya lintas ilmu yang akan memberikan kebaikan bagi peradaban manusia kedepannya sebagaimana ‘Art for Humanizing Civilization’ dalam FKI ke-8 ISI Yogyakarta. 2. Alangkah baiknya jika keseriusan dalam menggerakkan komunitas DKV baik bagi kedepan lebih ditingkatkan. Adanya masa-masa terpuruk dari keberadaan komunitas DKV kebelakang menjadi pekerjaan rumah bagi kalangan kalian sendiri. Peneliti mengira hal lain sudah sangat sempurna meliputi komitmen, semangat, dan dedikasi. Tetapi ternyata itu semua akhirnya tidak dapat menyelamatkan eksistensi komunitas DKV di masa sebelumnya. Oleh karena itu pada masa sekarang belajarlah dari masa lampau agar kedepan bisa lebih baik secara keseluruhan. 3. Dari individu antar individu belajarlah arti menepati janji dan bertanggung jawab. Jangan hanya saat di ruang komunitas saja hal semacam itu menjadi diutamakan. Peneliti merasa perlu adanya revolusi mental bagi beberapa anggota yang tergabung pada komunitas DKV ISI Yogyakarta. 4. Peneliti menyarankan kedepannya bagi kalangan sendiri ada yang meneliti bab ruang sosial atau apapun itu di jurusan seni rupa murni. Karena pada 113 ruang tersebut sebenarnya seni bisa diartikan dengan maksimal dan sesungguhnya. Adanya sense of art yang lebih dominan dalam berkarya menjadi keutamaan yang bisa menarik banyak peneliti ke medan seni rupa tersebut. 5. Peneliti merasa penelitian ini jauh dari kata sempurna, wajar adanya bagi peneliti ini adalah sarana belajar mencari kedewasaan dalam olah pikir selain olah rasa dan jiwa. Kedepan semoga ada banyak peminat dari mahasiswa Sosiologi Agama untuk meneliti medan seni secara penuh. Karena sampai saat ini hanya dua mahasiswa Sosiologi Agama yang memberanikan diri bersosialisasi secara formal dengan kalangan seniman di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. 114 DAFTAR PUSTAKA Buku: Abdurrahman, Dudung, Pengantar Metode Penelitian dan Penyusunan Karya Ilmiah, Yogyakarta: Ikfa Press. 1998. Aji Suraji dalam Presentasi dengan judul Metode Penelitian, merupakan Dosen Teknik Sipil, Universitas Widyagama Malang. Endraswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006. Hunt, Chester L. & Paul B. Horton (alih bahasa: Aminuddin Ram), Sosiologi, Jakarta: Erlangga, 1993. Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama: Meredam Konflik Berwajah Agama, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Koentjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1991. Maharsi Indria, Komik Dunia Kreatif Tanpa Batas, Yogyakarta: Kota Buku, 2011. Maliki, Zainuddin, Rekontruksi Teori Sosial Modern, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2013. Moss, Sylvia & Stewart L. Tubbs, Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005. N, Drijarkara, Filsafat Manusia, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1969. Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Rahmat, Jalaluddin, Penelitian Agama, dalam Taufiq Abdullah dan Rusli Karim (ed), Penelitian Agama: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1989. 115 Read, Herbert, The Meaning Of Art, London: Penguin Book, 1954. Rusdi, Konflik Sosial: Dalam Proses Ganti Rugi Lahan Dan Bangunan Kornan Lumpur Lapindo, Yogyakarta: STPN Press, 2012. Santoso, Budhi, Bekerja Sebagai Fotografer, Jakarta: Esensi, 2010. Setia, Elly M. Dkk, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Jakarta: Prenadamedia, 2012. Soedarsono, R.M, Pengantar Apresiasi Seni, Jakarta: Balai Pustaka, 1992. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1992. Studio, A.R, Drawing Magic: Panduan Menggambar Dengan Pensil, Jakarta Selatan: Mediakita, 2013. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta. 2009. Sutrisno, Edy, Budaya Organisasi, Jakarta: Kencana, 2010. Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Warren, Neil C., Empirical Studies in the Psychology of Religion “An Assesment of Period 1960-1970”, dalam H. Newton Malony (ed), Current Perspektives in the Psychology of Religion, Eerns: Grand Rapid, 1977. Widiyanti, Ninik & Y.W. Sunindhia, Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988. Veeger, K.J, Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan IndividuMasyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi, Jakarta: PT. Gramedia. 1985. Yuliastanti, Ana, Bekerja Sebagai Desainer Grafis, Jakarta: Esensi, 2008. Agus, Interaksi Sosial Masyarakat Syiah-Sunni di Tengah Pluralitas Keberagaman (Studi Kasus Terhadap Interaksi Sosial Syiah-Sunni di Kabupaten Sleman). Skripsi Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama, dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008. 116 Dessy Purwaningtyas, Spirit Agama dalam Integrasi Sosial Antara Warga Pendatang dengan Masyarakat Loka (Studi Terhadap Pola Integrasi Sosial Warga di Kompleks Perumahan Saka Permai dengan Masyarakat di Dusun Karangjenjem Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta). Skripsi Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama, dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2007. Evi Nurhayati, Peran Peer Group dalam Membentuk Perilaku Konsumtif Remaja”, (Studi Terhadap Remaja Putri SMK Wasis Klaten). Skripsi Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama, dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008. Fahroni, Interaksi Sosial Mahasiswa Asing (Studi Tentang Mahasiswa Patani dalam Berinteraksi dengan Warga Sekitarnya di Dusun Karang Bendo, Banguntapan, Bantul). Skripsi Program Studi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin, Studi Agama, dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2008. Karina Aisyah, Rasa Memiliki Dalam Komunitas Cosplay. Skripsi Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Tahun 2012. Sigit Haryadi, Parodi Pertemanan. Skripsi Jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia, Tahun 2006. Website: http://himcyoo.wordpress.com/2011/05/29/kelompok-sebaya-peergroup/diakses pada tanggal 26 Agustus 2012 pukul 20:30. http://isi.ac.id/profil/sejarah/ diakses pada tanggal 5 Agustus 2012 pukul 14:17. http://mrpams212.wordpress.com/2009/12/19/faktor-yang-mempengaruhiinteraksi-sosial-3/ diakses pada tanggal 5 Agustus 2012 pukul 13:21. 117 http://wajburni.wordpress.com/2012/01/16/teknik-analisa-data-kualitatif/ diakses pada tanggal 30 Juli 2012 pukul 08:14. http://www.anneahira.com/pengertian-seni-menurut-para-ahli.htm/ pada tanggal 3 Agustus 2012 pukul 12:20. diakses http://www.anneahira.com/pengertian-seni-menurut-para-ahli.htm/ tanggal 11 Agustus 2012 pukul 16:23. diakses http://jalurilmu.blogspot.com/2011/10/religiusitas.html/ diakses pada tanggal 11 Agustus 2012 pukul 17:45. http://www.pirawa.web.id/2009/12/sense-of-art.html/ diakses pada tanggal 12 Agustus 2012 pukul 19:55. http://isi.ac.id/profil/visi-misi/ diakses pada tanggal 17 Desember 2014 pukul 20:19. http://smkn4malang.sch.id/animasi/, diakses pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 00:30. http://www.debritto.sch.id/ekstrakurikuler.php, diakses pada tanggal 04 Desember 2014 pukul 01:12. http://www.smkbhaktianindya.com/index.php?option=com_content&view=art icle&id=77&Itemid=108, diakses pada tanggal 10 Desember 2014 pukul 02:02. LAMPIRAN I DAFTAR INFORMAN ANGGOTA KOMUNITAS COMICLUB ISI YOGYAKARTA NO. NAMA MAHASISWA JURUSAN/ ANGKATAN KOMUNITAS 1 Alzein Putra Merdeka DKV/2011 Comiclub 2 Bintang Suhadiyono DKV/2011 Comiclub 3 Surya Prasetya P. DKV/2011 Comiclub 4 Hernila Dwi Anisa DKV/2011 Comiclub 5 Andronikus DKV/2011 Comiclub 6 Irfan Annas DKV/2011 Comiclub 7 Ilham Lutfi Mutafaq DKV/2011 Comiclub 8 Achdandhy Hatta DKV/2011 Comiclub DAFTAR INFORMAN ANGGOTA KOMUNITAS TITIK API ISI YOGYAKARTA NO NAMA MAHASISWA JURUSAN/ ANGKATAN KOMUNITAS 1 Muhammad Yusuf Habibi DKV/2011 Titik Api 2 Susila Hendri DKV/2011 Titik Api 3 Ea Setiawan DKV/2011 Titik Api 4 Rizki Alfarizi Ramadhana DKV/2012 Titik Api 5 Dellana Arievta DKV/2012 Titik Api 6 Gladys Mega Romanica DKV/2012 Titik Api 7 Dyah Kinanti Ningtyas DKV/2012 Titik Api 8 Aurora Nirmalarasati DKV/2012 Titik Api 9 Dwinny Nurul Astari DKV/2012 Titik Api 10 Pandu Agung Prabowo DKV/2013 Titik Api 11 Gilang Nirmaga DKV/2013 Titik Api DAFTAR INFORMAN ANGGOTA KOMUNITAS DISKOM DRAWING FOUNDATION ISI YOGYAKARTA NO NAMA MAHASISWA JURUSAN/ ANGKATAN KOMUNITAS 1 Rian Hidaya DKV/2011 DDF 2 Maqbul Khoir DKV/2011 DDF 3 Abdul Kirno Seni Rupa Murni/2011 DDF 4 Guntur Susiyo DKV/2011 DDF 5 Eli Sugiarto DKV/2011 DDF 6 Galang Hernanda DKV/2012 DDF 7 Viki Bella DKV/2013 DDF 8 Firda Amalia DKV/2013 DDF 9 Nindya Kartika DKV/2013 DDF 10 Ives DKV/2013 DDF 11 Arkan DKV/2013 DDF 12 Adit DKV/2013 DDF LAMPIRAN II Pedoman Wawancara Komunitas Desain Komunikasi Visual Insitut Seni Indonesia Yogyakarta 1. Apakah latar belakang anda mengikuti komunitas DKV ini? 2. Apa latar belakang dan tujuan komunitas DKV ini didirikan? 3. Apa proses membentuk komunitas DKV dipengaruhi peer group (teman sebaya)? 4. Bagaimana ruang peer group dalam komunitas DKV ini? 5. Apakah setelah anda bergabung dengan komunitas DKV mempengaruhi kehidupan sosial maupun individu? 6. Dinamika sosial apa yang kerap terjadi dilingkungan komunitas DKV? 7. Bagamana komunitas DKV memahami sense of art? 8. Apa pengaruh peer group dengan sense of art dalam komunitas DKV? 9. Apa pengaruh komunitas dengan sense of art dalam komunitas DKV? 10. Apakah pernah terjadi tindakan yang mengancam keberadaan komunitas DKV? LAMPIRAN III CONTOH FOTO INTERAKSI DALAM KOMUNITAS DESAIN KOMUNIKASI VISUAL INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA CURRICULUM VITAE A. IDENTITAS DIRI Nama Lengkap : Masri Muhamad Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 20 September 1989 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kewarganeragaan : Indonesia Agama : Islam Status : Belum Menikah Telp/ HP : 081903751314 Email : [email protected] B. NAMA ORANG TUA Ibu : Suminah Bapak : Drs. H. Abdul Choliq Alamat : Perumahan Griya Taman Asri Blok C. 303 Sleman C. RIWAYAT PENDIDIKAN SDN Bhayangkara II - SDN Pendowoharjo IV : 1996-1999/ 1999 - 2002 SMP N 5 Sleman : 2002-2005 MAN Yogyakarta III : 2005-2008 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2008-2015 Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Yogyakarta, 24 Agustus 2015 Masri Muhamad