BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Pendidikan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan
sejarah yang sangat panjang, dari mulai Civic Education,
Pendidikan
Moral
Pancasila,
Pendidikan
Pancasila
Dan
Kewarganegaraan sampai dengan Pendidikan Kewarganegaraan.
Winataputra (Winarno, 2014:7) mengartikan:
“Pendidikan Kewarganegaraan sebagai suatu bidang kajian
yang mempunyai objek telaah kebijakan dan budaya
kewarganegaraan, menggunakan disiplin ilmu pendidikan
dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok
serta disiplin ilmu lain yang relevan, yang secara koheren,
diorganisasikan dalam bentuk program kurikuler
kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultur kewarganegaraan,
dan kajian ilmiah kewarganegaraan”.
Dengan
kata
lain,
pada
dasanya
Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan pendidikan politik. Pendidikan
Kewarganegaraan
dapat
diartikan
sebagai
wahana
untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari siswa
sebagai individu anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Winarno (2014:6) menyatakan civic education atau
10
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Pendidikan
Kewarganegaraan
menerapkan
civics
pendidikan.
Artinya,
(ilmu
dinyatakan
kewarganegaraan)
Pendidikan
sebagai
upaya
dalam
proses
Kewarganegaraan
di
sini
merupakan program pendidikan yang materi pokoknya adalah
demokrasi politik yang ditujukan khususnya pada siswa ataupun
masyarakat Indonesia pada umumnya.
Masyarakat
sangat
mendambakan
generasi
mudanya
dipersiapkan untuk menjadi warga negara yang baik dan dapat
berpartisipasi dalam kehidupan kemasyarakatan. Keinginan itu
tumbuh secara terus menerus khususnya dalam masyarakat yang
demokratis. Maka dari itu, civic education sangat penting untuk
mempertahankan kelangsungan hidup berdemokrasi. Demokrasi
bukanlah mesin yang akan berjalan dengan sendirinya, tetapi harus
selalu diproduksi dari suatu generasi ke generasi selanjutnya secara
berkesinambungan. Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan
seharusnya menjadi perhatian utama. Karena tidak ada tugas yang
lebih penting dari pengembangan warga negara yang bertanggung
jawab dan terdidik. Hal ini sesuai dengan pendapat Wuryan
(2008:9) yang mengatakan bahwa:
“Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sarana untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan dan
kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga
negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela
negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan
oleh bangsa “
11
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Pendapat di atas menjelaskan bahwa PKn memiliki peran
yang penting karena PKn menggiring peserta didik dan
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memiliki
pengetahuan untuk menjadi warga negara yang cerdas dan
terampil.
b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan
Kewarganegaraan
sangat
penting
untuk
menumbuhkan sikap Kewarganegaraan generasi penerus bangsa.
Tentunya dengan pendidikan ini sangat mendukung untuk
membentuk mental dan kepribadian individu menjadi mental yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian Maftuh
(2008:137) menjelaskan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
(civic education atau citizenship education) secara teoritis adalah
untuk mendidik para siswa menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab yang dapat berpartisipasi secara aktif dalam
masyarakat yang demokratis.
Berdasarkan hal tersebut, maka dari tujuan PKn inilah
diharapkan
dapat
mempersiapkan
generasi
bangsa
yang
bertanggung jawab dan akif dalam lingkungannya. Sedangkan
tujuan umum PKn menurut Somantri (2001:279) ialah mendidik
warga negara agar menjadi warga negara yang baik, yang dapat
dilukiskan ”warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap
bangsa dan negara, beragama, demokratis pancasila sejati”. Dari
12
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
penjelasan tersebut dapat digambarkan bahwa tujuan PKn sangat
luas, maka untuk mempermudah tujuan PKn dapat tercapai di
sekolah-sekolah maka diperlukannya penanaman, pemupukan dan
pengembangan
rasa
beragama,
saling
menghormati,
dan
mengembangkan sifat-sifat yang demokratis di setiap individu.
Upaya agar tujuan PKn tidak hanya sebagai slogan saja,
maka harus dirinci menjadi tujuan kurikuler (Somantri, 2001:280),
yang meliputi:
1) Ilmu pengetahuan, meliputi hiraraki: fakta, konsep dan
generalisasi teori
2) Ketrampilan intelektual
a) Dari ketrampilan yang sederhana sampai ketrampilan yang
kompleks seperti mengingat, menafsirkan, mengaplikasikan,
menganalisis, mensintesiskan, dan menilai;
b) Dari peneyelidikan sampai
kesimpulan yang sahih:
ketrampilan bertanya dan mengetahui masalah, ketrampilan
merumuskan hipotesis, ketrampilan mengumpulkan data,
ketrampilan menafsirkan dan menganalisis data, ketrampilan
menguji hipotesis, ketrampilan merumuskan hipotesis,
ketrampilan merumuskan generalisasi dan ketrampilan
mengkomunikasikan kesimpulan.
3) Sikap: nilai, kepekaan dan perasaan. Tujuan PKn banyak
mengandung soal-soal efektif, karena itu tujuan PKn yang
seperti slogan harus dijabarkan.
4) Ketrampilan sosial: tujuan umum PKn harus bisa dijabarkan
dalam ketrampilan sosial yaitu ketrampilan yang dapat
memberikan kemungkinan kepada siswa untuk secara terampil
dapat melakukan dan bersikap cerdas serta bersahabat dalam
pergaulan hidup sehari-hari.
Sejalan dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di atas,
maka Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia perlu memiliki
tiga fungsi pokok dalam pengembangan warganegara yang
demokratis yakni mengembangkan kecerdasan warga negara (civic
13
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
intelligence), membina tanggung jawab warganegara (civic
responsibility), dan mendorong partisipasi warganegara (civic
participation) (Maftuh, 2008:139). Intinya, fungsi dari pelajaran
PKn adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan
negara indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD
1945.
c. Visi, Misi dan Manfaat Pendidikan Kewarganegaraan
Civic education secara umum memiliki visi formalpedagogis untuk mendidik warga negara yang demokratis dalam
konteks pendidikan formal, seperti secara adaptif diterapkan di
Amerika serikat (CCE dalam Winarno 2014:11). Sedangkan
menurut Winataputra (Winarno, 2014:11), visi Pendidikan
Kewarganegaraan dalalm arti luas yakni sebagai sistem Pendidikan
Kewarganegaraan yang berfungsi dan berperan sebagai program
kurikuler dalam konteks pendidikan formal dan non-formal,
program aksi sosial-kultural dalam konteks kemasyarakatan, dan
sebagai bidang kajian ilmiah dalam wacana pendidikan disiplin
ilmu pengetahuan sosial. Dari visi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pedoman dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran guna mengantarkan siswa
menjadi manusia seutuhnya.
14
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Selain itu, Pendidikan Kewarganegaraan
memiliki misi
sosio-pedagogis, sosio-kultural, dan substantif-akademis. Winarno
(2014:12) menejelaskan bahwa:
“misi sosio-pedagosis adalah mengembangkan potensi
individu sebagai insan Tuhan dan makhluk sosial menjadi
warga negara yang cerdas, demokratis, taat hukum,
beradab,dan
religius.
Misi
sosio-kultural
adalah
memfasilitasi perwujudan cita-cita, sisitem/nilai, konsep,
prinsip, dan praksis demokrasi dalam konteks pembangunan
masyarakat madani Indonesia melalui pengembangan
partisispasi warga negara secara cerdas dan bertanggung
jawab melalui berbagai kegiatan sosio-kultural secara
kreatif yang bermuara pada tumbuh kembangnya komitmen
moral dan sosial kewarganegaraan. Sedangkan misi
substantif-akademis adalah mengembangkan struktur atau
pengetahuan Pendidikan Kewarganegaraan, termasuk
didalamnya konsep, prinsip, dan generalisasi mengenai dan
yang berkenaan dengan civic virtue atau kebijakan
kewarganegaraan dan civic culture atau budaya
kewarganegaraan melalui kegiatan penelitian dan
pengembangan dan memfasilitasi praksis sosio-pedagogis
dan sosio-kultural dengan hasil penelitian dan
pengembangannya itu”.
Artinya, Pendidikan Kewarganegaraan berguna untuk
membantu individu memantapkan kepribadiannya agar secara
konsisten dan mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa
kebangsaan dan
cita tanah air. Selain visi dan misi tersebut,
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki manfaat yang tidak kalah
penting diantaranya:
1) Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya sekedar melayani
kebutuhan-kebutuhan
warga dalam memahami masalah-
masalah sosial politik yang terjadi, tetapi
memberikan
15
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
informasi dan wawasan tentang berbagai hal yang menyangkut
cara penyelesaian masalah.
2) Pendidikan Kewarganegaraan dirasakan sebagai kebutuhan
yang mendesak karena merupakan sebuah proses yang
mempersiapkan partisipasi rakyat untuk terlibat secara aktif
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis.
d. Komponen Dasar Civic Education
Menurut Margaret Stiman Branson (Winarno, 2014:26)
terdapat tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam
Pendidikan Kewarganegaraan. Dikatakan sebagai berikut:
“What are essential competens of a goodcivic education?
There are three essential components: civic knowladge,
civic skill, and civic disposition. The firs essental
component of civic education is civic knowladge that
concerned with the content or what citizen ought two know;
the subject matter, if you will. The second essential
component of civic education in a democratic society is
civic skills, intelectual, and participatory skills. The third
essential component of civic education, civic disposition,
refers to the traits of private and public character essential
to the maintenance and improvement of constitusional
democracy.”
Intinya,
ketiga
komponen
utama
Pendidikan
Kewarganegaraan adalah pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowladge), ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), dan sikap
kewarganegaraan (civic disposition).
16
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
1) Civic knowladge (pengetahuan Kewarganegaraan)
Winarno (2014:107) pengetahuan Kewarganegaraan (civic
knowladge) bisa disejajarkan dengan domain atau ranah
kognitif.
Maka
pengetahuan
kewarganegaraan
(civic
knowladge) berkaitan dengan materi substansi yang seharusnya
diketahui oleh warga negara barkaitan dengan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara. Civic knowladge disini
berarti berkaitan dengan ilmu apa yang seharusnya dimiliki
atau diketahui oleh warga negara ataupun apa yang seharusnya
dipahami
oleh
warga
negara
secara
umum.
Dalam
pembelajarannya, civic knowladge yang terkait dengan materi
inti Pendidikan Kewarganegaraan antara lain demokrasi, hak
asasi manusia dan masyarakat madani.
2) Civic skills (ketrampilan Kewarganegaraan)
Civic skills meliputi keterampilan intelektual(intelectual
skills) dan keterampilan berpartisipasi(participatory skills)
dalam
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara
misalnya
berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan.
3) Civic Disposition (sikap Kewarganegaraan)
Komponen ini sesungguhnya merupakan dimensi yang
paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn.
Dimensi watak Kewarganegaraan dapat dipandang sebagai
muara dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya.
17
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Kecakapan dan kemampuan sikap Kewarganegaraan antara
lain pengakuan kesetaraan, toleransi, kebersamaan, pengakuan
keragaman, kepekaan terhadap masalah warga negara.
2. Hakikat
Implementasi
Pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
seseorang dalam hal ini guru PKn, pejabat-pejabat, atau kelompokkelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya
tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
a. Materi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Materi pembelajaran merupakan komponen penting dalam
semua proses pembelajaran termasuk proses pembelajaran PKn.
Untuk menyampaikan sebuah materi, guru memiliki tugas yang
penting
dalam
mengembangkan
dan
memperkaya
materi
pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran. Dalam Standar Isi PKn
2006, materi pembelajaran PKn sekolah disebut sebagai ruang
lingkup PKn. Winarno (2014:28) menjelaskan terdapat delapan
ruang lingkup PKn:
1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam
perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, sumpah Pemuda, keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, partisipasi dalam pebelaan Negara, sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
keterbukaan dan jaminana keadilan.
2) Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan
berkeluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di
18
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
3)
4)
5)
6)
7)
8)
masyarkat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan
peradilan nasional, hukum danperadilan internasional.
Hak Asasi Manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan
kewajiban anggota masyarakat, instrumen penghormatan, dan
perlindungan HAM.
Kebutuhan warga negara mliputi: hidup gotong royong, harga
diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,
kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan
bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan
konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah
digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan
konstitusi.
Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan
kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah
pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya
demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan,
pers dalam masyarakat demokrasi.
Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar
negara, pengalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Globalisasi meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar
negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi,
hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globalisasi.
Dalam perkembangannya, materi PKn sering menimbulkan
gejolak, karena sifatnya yang substansi maka sangat erat kaitannya
dengan kondisi kehidupan sehari-hari. Walaupun kehadiran PKn
dalam kurikulum sekolah di Indonesia dapat dikatakan masih muda
bila dibandingkan dengan pelajaran Civics di Amerika Serikat.
Namun dinamika perkembangan PKn di Indonesia semakin
abstrak, karena materi PKn lebih berkembang sebagai pendidikan
politik, pendidikan hukum, dan pendidikan nilai. Somantri
(2001:167) menjelaskan kurikulum jurusan PKn sebagai berikut:
19
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Tabel 2.1 Kurikulum PPKn
Pend.
Pancasila
Moral
Pancasila
Pend.
Kewarganegaraan
Pengetahuan
kewarganega
raan,
hubungan
warga negara
dengan
negara,
patriotisme
bela negara,
ketahanan
nasional.
Pend.
Politik
Pend.
Hukum
Pend.
Nilai
Pengetahu
an
yang
berkenaan
kehidupan
politik
dalam
negara,
sistem
kekuasaan,
mengatur
kehidupan,
demokrasi
politik,
dan
demokrasi
ekonomi.
Pengetahu
an
yang
berkenaan
dengan
filsafat
hukum,
rule
of
lawa,
dengan
tujuan
untuk
mengguna
kan
keadailan.
Pengetah
uan yang
bermuata
n
nilai
yang
bermuara
pada
nilai
sentral
(central
value).
Pada tabel tersebut dapat dilihat secara menyeluruh
keterkaitan kurikulum PKn dengan pendidikan politk, pendidikan
hukum dan pendidikan nilai yang digambarkan cakupan dan
perbedaan dalam penekanannya. Semua materi tersebut, harus
bersumber pada pendidikan pancasila yaitu moral pancasila. Maka
dari itu terlihat jelas dalam pembelajarannya, materi tersebut saling
berkaitan satu sama lain untuk saling menguatkan. Namun Gross
and Zelany (Somantri, 2001:285) menjelaskan:
“...yang dapat mengelirukan pengetahuan PKn adalah
bahan/isi pelajarannya yang terlalu luas. Apabila kita
bertitik tolak dari arti civics pertama-tama adalah demokrasi
politiknya seperti: (a) teori-teori tentang demokrasi politik,
(b) konstitusi negara, (c) sistem politik, (d) partai politik, (e)
pemilihan umum, (f) lembaga-lembaga pengambil
keputusan, (g) Presiden, lembaga yudikatif dan legislatif,
20
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
(h) output dari sitem demokrasi politik, (i) kemakmuran
umum dan pertahanan negara, dan (j) perubahan sosial”.
Isi pelajaran yang terlalu luas tersebut seharusnya dapat
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan siswa disekolah. Karena
apabila bahan pembelajaran PKn memperhatikan hal tersebut,
maka dapat memungkinkan guru membuat kerangka acuan PKn
yang lebih sederhana. Sehingga konsep-konsep yang disusun dalam
pembelajaran dapat dipertanggung jawabkan.
b. Strategi
dan
Metode
Pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
Sebagai guru sudah sepantasnya menyadari apa yang
sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi pembelajaran di
dalam kelas maupun di luar kelas yang dapat mengantarkan siswa
ke tujuannyaan. Disini tentunya guru berusaha menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dengan mempertimbangkan
strategi dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Strategi
pembelajaran PKn disetiap jenjang sekolah (SD, SMP/MTS,
SMA/MA) bahkan di perguruan tinggi sangatlah penting (Winarno,
2014:71). Karena dengan adanya strategi pembelajaran maka akan
mempermudah proses serta tujuan pebelajaran.
Seperti halnya pembelajaran PKn yang selama ini hanya
menitiberatkan pada hafalan siswa. Pada dasarnya, pembelajaran
muncul dari konsep belajar. Hal ini sesuai dengan pemikiran
Komalasari (2013:55) yang mengemukakan bahwa strategi
21
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efesien. Sedangkan Winarno (2014,72)
menjelaskan bahwa pembelajaran bukan hanya terbatas pada
kegiatan yang dilakukan guru, seperti halnya dengan konsep
mengajar. Hal tersebut dapat diartikan bahwa pembelajaran
mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh
langsung pada proses belajar manusia. Oleh karena itu, diperlukan
perubahan dari guru-guru dalam menyikapi hal tersebut. Seperti
guru lebih bersifat terbuka, merubah pandangan terhadap strategi
pembelajaran bahwa siswa tidak hanya belajar PKn melainkan
bagaimana cara mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Guru
ketrampilan
profesional
dasar
harus
pengajaran
memiliki
pengetahuan
dan
(Murdiono,
2016:24).
Guru
hendaknya memusatkan kegiatan pembelajaran siswa dimana guru
tidak berperan sebagai yang tahu segalanya melainkan sebagai
pemberi kemudahan pembelajaran bagi siswa. Karena pada
dasarnya, pembelajaran tidak hanya berdasarkan buku teks dan
berada di dalam ruang kelas saja, namun memanfaatkan sumber
belajar lain yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.
Komalasari (2013:56) berpendapat bahwa strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan metode pembelajaran tertentu. Dalam penerapannya,
22
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
strategi pembelajaran terdiri atas metode dan teknik yang menjamin
bahwa siswa akan mencapai tujuannya. Riyanto (Taniredja,
2014:1)
menegaskan
bahwa
metode
pembelajaran
adalah
seperangkat komponen yang telah dikombinasikan secara optimal
untuk kualitas pembelajaran. Jadi pada dasarnya, strategi
pembelajaran tidak dapat lepas dari metode pembelajaran. Berikut
skema hubungan strategi dengan metode pembelajaran menurut
Winarno (2014:75):
Bagan 2.1 Hubungan strategi dengan metode pembelajaran
Tanya Jawab
Ceramah
Diskusi
Resitasi
Ekspositori
Penyelesaian Masalah
Studi Kasus
Eksperimen
Discovery
Dalam strategi pembelajaran ekspositoris dikemukakan
banyak sekali model pembelajaran yang dapat diterapkan. Model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh
guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran. Berdasarkan bagan tersebut, berikut beberapa
metode yang paling sering digunakan guru dalam
proses
pembelajaran:
23
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
a. Tanya Jawab
Metode tanya jawab ini memiliki peran yang tinggi karena
pertanyaan akan menggugah dan mengundang potensi diri
siswa.
b. Diskusi
Diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih
individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan
muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukann
melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan
pendapat, atau pemecahan masalah (Taniredja, 2014:23). Ciri
khas dari metode diskusi ini yaitu demokratis dimana setiap
individu
dibebaskan
mengemukakan
pendapatnya.Wuryan
(2008:40) menegaskan, lewat diskusi ini akan mendorong atau
memacu siswa untuk memahami, menganalisis, menyeleksi,
membandingkan, mengaplikasikan faktor-faktor dan prinsipprinsip dalam pemecahan masalah. Dalam kegiatan diskusi,
siswa dibina untuk mengontrol emosinya, sehingga akan dapat
mencapai tujuan dengan proses yang sistematis, logis dan
demokratis.
Diskusi juga memiliki keunggulan lain seperti yang
dijelaskan oleh Djamarah (2010:237) sebagai berikut:
1) menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban
saja).
24
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
2) menyadarkan anak didik bahwa berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat
diperoleh keputusan yang lebih baik.
3) membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat
orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri
dan membiasakan bersikap toleran.
Berdasarkan
pengertian
tersebut,
maka
dapat
digambarkan bahwa melalui metode diskusi siswa dapat lebih
mudah mempraktekan dalam kelompok dan memberikan
pemahaman
kepada
siswa
diselesaikan
bersama-sama
lain
bahwa
sehingga
masalah
dapat
dapat
saling
siswa
mengemukakan pendapat dan mendengarkan pendapat orang
lain.
c. Ceramah
Metode yang paling banyak digunakan dalam proses
mengajar adalah metode ceramah. Biasanya metode ini
dijadikan sebagai pengantar sebelum metode lain digunakan
dalam pembelajaran. Ada beberapa keunggulan dalam metode
ceramah menurut Taniredja (2014:45) yaitu: (1) cepat untuk
menyampaikan informasi, (2) dapat menyampaikan informasi
dalam jumlah banyak dengan waktu singkat kepada sejumlah
besar pendengar.
c. Media Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Berbicara
tentang
media
pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan, perlu ditekankan bahwa media sangat penting
untuk keberhasilan suatu proses pembelajaran. Media harus
25
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
dibedakan
dengan
sumber
pengajaran.
Wuryan
(2008:61)
menjelaskan bahwa media pembelajaran tidak hanya bersifat
material atau berhubungan dengan benda atau alat peraga tertentu
saja, melainkan bisa yang bersifat inmaterial seperti cerita-cerita,
kasus-kasus, legenda buatan, atau kisah nyata, ataupun yang
bersifat personal seperti nama atau foto atau gambar atau tokoh
masyarakat, pahlawan dan sebagainya, media yang bersifat tingkah
laku (behavioral).
Selain itu, Djamarah dan Zain (2010:122) menjelaskan
bahwa media adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar, dan
gurulah yang mempergunakannya untuk membelajarkan anak didik
demi tercapainya tujuan pengajaran. Media yang digunakan oleh
guru dapat dikatakan sebagai jalan keluar ketika guru kurang
memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu bahan dengan baik.
Dengan bantuan media ini, diharapkan akan menghasilkan proses
pembelajaran yang lebih baik.
Jenis dan bentuk media yang dikemukakan oleh Djamarah
dan Zain (2010:124) antara lain:
1) Dilihat dari jenisnya, media dibagi kedalam:
a) Media Auditif
b) Media Visual
c) Media Audiovisual
2) Dilihat dari Daya Liputnya, Media dibagi dalam:
a) Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
b) Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan
Tempat
c) Media untuk Pengajaran Individual
3) Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media dibagi dalam:
26
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
a) Media sederhana
b) Media kompleks
Penggunaan media harusnya dapat menjadi pertimbangan
dari guru ketika akan menggunakan media pembelajaran yang
tepat. Sebuah media pembelajaran tidak harus mahal, yang
sederhana namun guru dapat memanfaatkan dan menggunakannya
dapat menghasilkan proses pembelajaran yang lebih baik.
d. Sumber Belajar
Menurut Winataputra dan Ardiwinata (Djamarah dan Zain,
2010:48) sumber belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat
atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber belajar
diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan
orang yang mengundang informasi dapat digunakan sebagai
wahana peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah
laku.
Roestiyah (Djamarah dan Zain, 2010:49) mengatakan
bahwa sumber belajar itu adalah:
1) Manusia (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat).
2) Buku/perpustakaan.
3) Media massa (majalah, surat kabar, radio,televisi, dan lainlain).
4) Dalam lingkungan.
5) Alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape,
papan tulis, kapur, spidol, dan lain-lain).
6) Museum (tempat penyimpanan benda-benda kuno).
27
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Sumber belajar sebaiknya dirancang sedemikian rupa
sehingga sumber belajar dapat bermakna dan bermanfaat baik bagi
guru maupun siswa.
e. Evaluasi Pembelajaran
Menurut Wand and Brown (Djamarah dan Zain, 2010:50),
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu. Evaluasi pembelajaran biasanya dilakukan pada
akhir kegiatan dalam bentuk refleksi. Dalam mengevaluasi
pembelajaran, guru sebaiknya mengadakan berbagai macam
penilaian. Mulai dari ulangan harian, ulangan tengah semester
maupun ulangan akhir semester.
Pasaribu dan Simanjuntak (Djamarah dan Zain, 2010:51),
menegaskan bahwa tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi
yaitu:
1) Tujuan umum dari evaluasi adalah:
a) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan
murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
b) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktifitas/pengalaman
yang didapat.
c) Memulai metode mengajar yang dipergunakan.
2) Tujuan khusus dari evaluasi adalah:
a) Merangsang kegiatan siswa.
b) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
28
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
c) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
f. Profesionalisme Guru PKn
Avicenna memandang “education as a precise practice and
planning for the purpose of child growth, goodness of family and
social affairs managements, and finally mans attainment of earthly
perfection and divine salvation” (Arani, dkk. 2014:115), yang
berarti bahwa pendidikan memang sebagai suatu praktek yang tepat
dan terencana serta terus mengalami perkembangan. Salah satu
pembelajaran dalam dunia pendidikan yang semakin berkembang
yaitu
Pendidikan
Kewarganegaraan
dimana
materi
pembelajarannya semakin mudah untuk diakses akibat dari
kemajuan teknologi. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
ontologi dasar ilmu politik, khususnya terkait dengan konsep
political democracy. Dari dasar ontologi inilah kemudian
berkembang menjadi civics yang kemudian diakui secara akademis
sebagai embrio dari civic education dan di Indonesia di adaptasi
menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Ruang lingkup kajian Pendidikan Kewarganegaraan sangat
luas, tidak hanya sebatas persoalan hak dan kewajiban warga
negara. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki akar keilmuan dari
ilmu politik, ilmu hukum, ilmu kewarganegaraan, dan ilmu
pendidikan
serta
filsafat.
Mengembangkan
pembelajaran
29
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Pendidikan Kewarganegaraan yang memuat ruang lingkup kajian
sangat luas, diperlukan guru PKn yang profesional. Menurut pasal
1 ayat (4) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, yaitu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan
keahlian,
kemahiran,
atau
kecakapan
dalam
mengembangkan kompotensi kewarganegaraan.
Prakay dan Standford (Murdiono, 2016:24) mengemukakan
bahwa banyak asosiasi yang mengembangkan standar bagi suatu
profesi (guru), seperti standar yang dikeluarkan oleh The National
Bard for Teaching Standars (NBPTS). Setidaknya ada lima standar
yang harus dipenuhi oleh guru di abad ke 21, meliputi: (1) memiliki
komitmen terhadap siswa dan pembelajaran, (2) memiliki
pengetahuan tentang mata pelajaran yang diajarkan dan bagaimana
mengajarkan mata pelajaran itu kepada siswa, (3) bertanggung
jawab untuk mengatur dan memonitoring belajar siswa, (4) mampu
berpikir sistematis mengenai tugas mengajar dan bisa belajar dari
pengalaman, (5) menjadi anggota dari asosiasi atau komunitas
bidang keilmuan.
Guru
profesional
harus
memiliki
pengetahuan
dan
ketrampilan dasar pengajaran. Pengetahuan dasar pengajaran
meliputi: pengetahuan tentang diri dan siswa, pengetahuan tentang
mata pelajaran yang diajarkan, dan pengetahuan tentang penelitian
30
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
dan teori pendidikan. Sementara ketrampilan dasar dalam
pengajaran meliputi ketrampilan teknik mengajar dan ketrampilan
interpersonal. Hal ini sejalan dengan pemikiran Arani, dkk
(2014:116) sebagai berikut:
“there are several common aspects in these educators about
the role and position of teachers. They consider the followings
as the characteristics of a good teachers: discovering students
talents and capabilities, focusing on students individual
differences, and getting interested in teaching profession.”
Dengan
demikian
dapat
dikatakan
bahwa
guru
yang
profesional harus dapat menemukan bakat dan kemampuan dari
muridnya. Profesionalisme membutuhkan kompetensi-kompetensi
tertentu yang menjadi syarat utama dalam pelaksanaan tugas
profesi yang dimiliki seseorang. Profesionalisme mempersyaratkan
kecakapan yang diperoleh melalui program pendidikan khusus
keprofesian. Guru PKn yang profesional,
harus memiliki
kecakapan khusus, berupa pengetahuan dan ketrampilan di bidang
Pendidikan Kewarganegaraan.Guru PKn yang profesional harus
mampu mendidik siswa disekolah menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil dan berkarakter. Siswa perlu memiliki
ketrampilan untuk menghadapi perubahan yang terjadi di era
sekarang ini.
31
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
3. Hakikat Toleransi
a. Pengertian Toleransi
Sikap toleransi perlu ditanamkan sejak dini, dikarenakan
individu hidup di dalam suatu negara yang diwarnai dengan
berbagai
ragam
suku,
agama,
ras,
dan
antar
golongan.
Keberagaman ini harus selalu dijaga agar masing-masing individu
dengan berbagai perbedaan itu bisa tetap bersatu, berdampingan,
dan saling melindungi. Di Indonesia, dasar dari toleransi yaitu
sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 pasal 29 ayat 2 yaitu “Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”.
Semua itu dapat terjadi jika setiap masyarakat memiliki sikap
toleran yakni saling menghormati dan menghargai. Hayun
(2016:405) menjelaskan bahwa toleransi berasal dari kata toleran,
kata itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda
dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Jadi, dalam
kehidupan di masyarakat toleransi berarti menghargai sikap orang
lain, membiarkan, membolehkan kepercayaan atau agama yang
berbeda itu tetap ada, walaupun berbeda dengan agama dan
kepercayaan seseorang. Tanpa adanya sikap toleran, keberagaman
32
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
itu akan memunculkan konflik, permasalahan dan pertentangan
yang sangat merugikan.
Rusydiyah
(2015:291)
menjelaskan
bahwa
toleransi
merupakan sebuah sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan bagi
mereka yang memiliki pemikiran, ras, dan keyakinan berbeda-beda.
Toleransi adalah sesuatu yang membuat dunia setara dari berbagai
bentuk perbedaan. Jadi toleransi disini berarti adanya sebuah sikap
yang menunjukan rasa saling menghargai dan menghormati
perbedaan-perbedaan yang ada dilingkungan sekitar. Toleransi
ditunjukan dengan kehidupan yang rukun dan tenang ditengah
sebuah perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahman
(2013:82):
“Tolerance is not only the recognition and respect towards
beliefs, but also demands respect for the individuals who
belong in the society. In contrary, tolerance as planned by
the West is tolerance without borders that gives absolute
freedom to human rights. For instance, an individual who
wants to practice free sex, then his wish should be given
based on tolerance.”
Intinya, toleransi tidak hanya pengenalan dan hormat ke arah
kepercayaan, tapi
menghormati perorangan yang pantas pada
masyarakat. Berbeda dengan toleransi di Barat dimana toleransi
adalah tanpa perbatasan yang memberi kebebasan absolut ke hak
azasi. Sebagai contoh, seseorang yang mau mempraktekkan jenis
kelamin
gratis,
kemudian
keinginannya
harus
diberikan
berlandaskan toleransi. Selain itu, Hasyim (1978:22) mengartikan
33
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
toleransi sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia
atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan
keyakinannya atau mengatur hidupnya dan nasibnya masingmasing di dalam menjalankan sikap itu tidak melanggar dan tidak
bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan
perdamaian dalam masyarakat. Di dalam toleransi pada dasarnya
masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan
antar umat beragama. Selain itu, masyarakat
harus saling
menghormati satu sama lain, misalnya dalam hal beribadah,
kepercayaan agama, mengemukakan pendapat dan menerima
perbedaan yang ada.
Hal ini sesuai dengan syariat islam yang mengartikan
toleransi (tasamuh) adalah mengambil kemudahan (kelonggaran)
dalam pengalaman agama sesuai dengan nash-nash syariat,
sehingga pengalaman tersebut tidak sampai pada tasyadud (ketat),
tanfir
(menyebabkan
orang
menjauhi
islam)
dan
tasabul
(menyepelekan) (Yahya, 2016:18). Artinya, adanya kelonggaran
terhadap toleransi yang tidak mengekang dengan harapan agar
manusia tidak menjauhi dan menyepelekan islam. Sebagai makhluk
sosial, manusia tentunya harus hidup dalam sebuah masyarakat
yang kompleks yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras,
dan antar golongan. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan yang
ada maka dibutuhkan adanya toleransi. Dengan toleransi ini maka
34
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
hidup bermasyarakat akan lebih tentram, terciptanya persatuan dan
kesatuan bangsa, dan
pembangunan negara akan lebih mudah.
Berikut keuntungan yang diperoleh dari sikap toleransi menurut
Aly (Nashir, 2013:94) sebagai berikut:
1) Membuat orang terbuka untuk mengenal orang lain
2) Mengembangkan kemampuan untuk menerima kehadiran
orang lain yang berbeda-beda dengan tujuan dapat hidup
secara damai
3) Mengakui individualitas keberagaman
4) Mudah menghilangkan topeng-topeng kepalsuan yang
memecah belah dan mengatasi ketegangan akibat
kemasabodohan
5) Memberikan
kesempatan
untuk
menemukan
dan
mengenyahkan prasangka negatif dan stigma mengenai orangorang yang berbeda bangsa, agama, budaya maupun warisan
etniknya.
Berdasarkan konsep-konsep mengenai toleransi yang telah
dipaparkan di atas, maka toleransi dapat mencangkup dua kategori
yaitu toleransi pasif dan toleransi aktif. Apriliani (2016:6)
menjelaskan kategori toleransi sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kategori Toleransi
No Toleransi aktif
Toleransi pasif
1
Menerima
dan Menerima dan menghormati
menghormati perbedaan
perbedaan
2
Berdasarkan
kesadaran Berdasarkan
kesadaran
sendiri.
sendiri
3
Memberikan
dukungan Memberikan
kesempatan
kepada pemeluk agama pemeluk agama lain untuk
lain
untuk
beribadah beribadah
namun
tidak
dengan suatu tindakan melakukan suatu tindakan
nyata.
nyata
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa toleransi pasif
merupakan kemampuan untuk menerima dan menghormati
35
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
perbedaan pendapat, pandangan, perilaku, dan kebiasaan serta
memberikan kesempatan tanpa melakukan suatu tindakan nyata
yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan praktik peribadatan
agama lain, namun tetap berusaha untuk menciptakan hubungan
sosial yang baik dan hidup bersama dengan damai dengan
kesadaran pribadi. Sedangkan toleransi aktif adalah kemampuan
untuk menerima dan menghormati perbedaan pendapat, pandangan,
perilaku, kebiasaan dan memberikan kesempatan serta mendukung
kelompok agama yang berbeda untuk menjalani praktik keagamaan
dengan suatu tindakan nyata yang berbeda yang bertujuan
menciptakan hubungan sosial yang baik dan hidup bersama dengan
damai dengan kesadaran sendiri.
Di lingkungan sosial seperti sekolah juga diperlukan adanya
toleransi. Seperti penjelasan Endang (2009:101) yang mengatakan
bahwa agar sikap toleransi dan kebersamaan dapat dikembangakan
dikalangan siswa, maka guru hendaknya dapat merancang kegiatan
belajar yang mengarah pada pengembangan sikap tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kegiatan pembelajaran di
sekolah hendaknya harus diarahkan sesuai dengan sikap toleransi
yang ingin dikembangkan dikalangan siswa.
b. Tujuan Toleransi
Jurhanudin (Khotimah, 2013:217) menjelaskan bahwa tujuan
kerukunan umat beragama adalah sebaga berikut:
36
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
1) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan masing-masing agama.
Masing-masing agama dengan adanya kenyataan agama lain,
akan semakin mendorong untuk menghayati dan sekaligus
memperdalam ajaran-ajaran agamanya serta semakin berusaha
untuk mengamalkan ajaran-ajaran agamanya.
2) Mewujudkan stabilitas nasional yang mantap. Dengan adanya
toleransi umat beragama secara praktis ketegangan-ketegangan
yang ditimbulkan akibat perbedaan paham yang berpangkal
pada keyakinan kegamaan dapat dihindari. Apabila kehidupan
beragama rukun dan saling menghormati maka stabilitas
nasional akan strategis.
3) Menjungjung
dan
menyukseskan
pembangunan.
Usaha
pembangunan akan suskses apabila didukung oleh segenap
lapisan masyarakat.
4) Memelihara dan mempercepat rasa persaudaraan.
Selain itu, tujuan dari toleransi yaitu agar manusia tidak
bersikap menyamakan keyakinan agama lain dengan keyakinan
sendiri. Dengan adanya toleransi diharapkan manusia dapat saling
menghargai pendapat orang lain serta memiliki pendirian yang
tidak bertentangan dengan yang lainnya.
c. Kesadaran Toleransi Siswa SMP
Toleransi yang dipandang sebagai pemberian kebebasan
kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat
37
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya dapat
lebih mudah dipahami melalui indikator-indikator toleransi sebagai
berikut:
Tabel 2.3 Indikator Toleransi
Nilai
Deskripsi
Toleransi Sikap dan tindakan
yang
menghargai
perbedaan
agama,
suku,
etnis,
pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain
yang berbeda dari
dirinya
Indikator
Tidak menggangu teman
yang berbeda pendapat.
Menghormati teman yang
berbeda adat-istiadatnya
Bersahabat dengan teman
dari kelas lain
(Kemendiknas, 2010:40)
Indikator toleransi di lingkup Sekolah Menengah Pertama
tersebut mengandung unsur-unsur yang dapat dijadikan sebagai
pedoman. Dengan adanya indikator tersebut pihak sekolah dan
siswa dapat mengatur waktu, energi dan pemusatan perhatiannya
terhadap sikap toleransi mereka dengan baik. Dengan adanya
toleransi maka individu diharapkan dapat menghargai dan
memberikan perlakuan yang sama kepada siapa saja tanpa melihat
agama, suku, ras ataupun yang lainnya.
Hal ini sejalan dengan kriteria toleransi menurut Hasyim
(1978:23) sebagai berikut:
1) Mengakui hak setiap orang
Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di
dalam menentukan sikap-laku dan nasibnya masing-masing.
Tentu saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak
melanggar hak orang lain, karena kalau demikian, kehidupan di
dalam masyarakat akan kacau.
38
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
2) Menghormati keyakinan orang lain
Landasan keyakinan di atas adalah berdasarkan
kepercayaan, bahwa tidak benar ada orang atau golongan yang
berkeras memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang lain.
3) Agree in Disagreement (setuju didalam perbedaan)
Perbedaan tidak harus ada permusuhan, karena perbedaan
selalu ada di dunia ini dan perbedaan tidak harus menimbulkan
pertentangan.
4) Saling mengerti
Tidak akan terjadi saling menghormati antara sesama orang
bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling
membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari
tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai antara satu
dengan yang lainnya.
5) Kesadaran dan kejujuran
Toleransi menyangkut sikap jiwa dan kesadaran batin
seseorang. Kesadaran jika menimbulkan kejujuran dan
kepolosan sikap-laku.
6) Jiwa falsafah Pancasila
Dari semua segi-segi yang telah disebutkan di atas, falsafah
Pancasila telah menjamin adanya ketertiban dan kerukunan
hidup bermasyarakat.
Dengan adanya karakteristik toleransi diatas, diharapkan
dapat memilki kedudukan yang sama sehingga dapat berjalan dan
dihayati setiap siswa agar terciptanya toleransi dikalangan sekolah.
Karena negara Indonesia adalah negara yang unik yaitu negara
pancasila dimana konsep negara yang tetap berlandaskan agama
berpadu dengan norma. Maka sebagai mayoritas, umat muslim
memiliki tanggung jawab memadu toleransi di negeri ini. Disinilah
pentingnya pengetahuan toleransi secara benar yaitu toleransi yang
tidak melanggar konstitusi negara dan tidak pula melanggar syariat
agama.
Toleransi ditunjukkan dengan kehidupan yang rukun dan
tenang ditengah perbedaan. Maka jika dilihat dari berbagai
39
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
karakteristik
toleransi
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
karakteristik toleransi siswa di SMP adalah mengakui hak dan
kewajiban orang lain, menghormati keyakinan orang lain tanpa
paksaan, dapat menerima sebuah perbedaan, saling mengerti satu
sama lain, dan adanya kesadaran dan kejujuran dari dalam diri
siswa.
d. Konflik Sosial terkait Toleransi
Secara umum konflik sosial berarti memukul seseorang.
Namun sebenarnya konflik sosial tidak hanya terkait pada
pertentangan fisik saja, konflik sosial juga dapat terjadi karena
adanya perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat. Sumartias
(203:15) mengatakan bahwa persamaan dan perbedaan pada
tingkat tertentu, ketika satu sama lain saling bertemu dan
bergesekan, berpotensi menimbulkan konflik. Sedangkan menurut
Supriyadi
(2015:6)
konflik
sosial
merupakan
efek
dari
berlangsungnya proses sosial yang dinamis namun bersifat
antagonistik, dalam wujud pertentangan antarindividu atau
individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Dari
kedua pernyataan tersebut dapat digambarkan latar belakang
konfliksosial biasanya dikarenakan adanya perbedaan yang sulit
ditemukan kesamaannya baik itu perbedaan pendapat, adat istiadat,
keyakinan, pengetahuan dan lain sebagainya.
40
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Menurut Sumartias (2013:18) ada sejumlah prasyarat yang
memungkinkan konflik sosial dapat berlangsung, antara lain:
1. Ada isu-kritikal yang menjadi perhatian bersama (commonly
problematized) dari para pihak berbeda kepentingan;
2. Ada inkompatibilitas harapan/kepentingan yang bersangkut
paut dengan sebuah objek perhatian para pihak bertikai;
3. Gunjingan, gosip atau hasutan serta fitnah merupakan tahap
inisiasi
konflik
sosial
yang
sangat
menentukan
arahperkembangan konflik sosial menuju wujud real di dunia
nyata;
4. Ada kompetisi dan ketegangan psikososial yang terus
dipelihara oleh kelompok-kelompok berbeda kepentingan
sehingga memicu konflik sosial lebih lanjut;
5. Masa kematangan untuk perpecahan;
6. Clash yang bisa disertai dengan violence (kerusakan dan
kekacauan).
Berdasarkan prasyarat yang dapat memicu adanya konflik
sosial, maka ada beberapa macam konflik sosial berdasarkan
sumber konflik:
1. Konflik tujuan yaitu konflik yang terjadi karena adanya
perbedaan
individu,
organisasi
atau
kelompok
yang
memunculkan konflik.
41
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
2. Konflik peranan yaitu konflik yang terjadi karena terdapat
peran yang lebih dari satu.
3. Konflik nilai yaitu konflik yang terjadi karena adanya
perbedaan nilai yang dianut oleh seseoorang yang berbeda
dengan nilai yang dianut oleh organisasi atau kelompok.
4. Konflik kebijakan yaitu konflik yang terjadi karena individu
atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang
diambil organisasi.
Konflik sosial terkait perbedaan merupakan sesuatu yang
wajar dalam masyarakat maupun lingkungan sekolah. Bahkan tidak
ada satu masyarakat atau satu siswa pun yang tidak pernah
mengalami konflik, baik konflik yang terkecil atau bahkan konflik
yang bersekala besar.Mengingat begitu banyak masalah konflik
sosial pada remaja atau siswa, maka pemerintah menggalakkan
adanya pendidikan karakter terkait toleransi di sekolah-sekolah,
antara lain bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
mental yang kuat untuk menghindari atau menghilangkan bibitbibit persemaian konflik sosial yang merusak.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Pembelajaran PKn
Berdasarkan penelitian Elly Hasan Sadeli, S.Pd, M.Pd dan Hj.
Ratna Kartikawati, S.H, M.Hum (2013) yang berjudul “Peran
Pembelajaran pendidikan Kewarganegaraan dalam Meningkatkan
42
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Berpikir Kritis Pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto”
mengungkapkan bahwa penilaian ketercapaian siswa terhadap
kompetensi
pembelajaran
PKn
tercapai
pada
seluruh
aspek
kompetensi, penilaian dilakukan melalui tugas-tugas LKS, ulangan
harian, Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester
(UAS), serta penilaian pada perilaku dan keterampilan siswa pada saat
proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil analisis diatas maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian tersebut menganalisis tentang kontribusi hasil
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadapketerampilan
berpikir kritis siswa di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto. Selain itu,
berdasarkan
penelitian
dan
pembahasan
hasil
dapat
diambil
kesimpulan yaitu dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan
berpikir kritis siswa, perlu membangun sarana dan prasarana di
sekolah, pengetahuan yang harus dimiliki guru Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan dan kemauan yang harus lebih ditingkatkan
oleh guru PKn.
2. Bentuk Toleransi
Berdasarkan penelitianAstri Dayanti (2015) yang berjudul
“Pengembangan Sikap Toleran Terhadap PerbedaanPendapat Siswa
Melalui Discovery Learning DalamPembelajaran IPS (Penelitian
Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII-CSMP Negeri 44
Bandung)”. Mengungkapkan bahwa untuk mencapai tujuan dalam
43
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
pengembangan sikap toleran di kelas VII-C SMP Negeri 44 Bandung,
maka diperlukan cara serta langkah yang harus peneliti tempuh. Maka
dalam
hal
ini
peneliti
menggunakan
pembelajaran
DiscoveryLearningdalam pembelajaran IPS untuk mengembangkan
sikap toleransi siswa. Dengan menggunakan pembelajaran Discovery
Learning maka pesertadidik dituntut untuk menganalisis masalah yang
ada
disekitarnya
terkait
dengan
mutlikultural
yang
ada
di
lingkungannya.Dengan begitu peserta didik diajak untuk menggali dan
memecahkan permasalahan yang ada sehingga pembelajaran lebih
meaningful dan bermakna bagi peserta didik.
Mengacu pada hasil penelitian yang dijelaskan, maka dapat
disimpulkan bahwa perlunya pembelajaran Discovery Learning
diajarkan kepada siswa guna agar terwujudnya sikap toleransi
siswa.Selain itu juga tergambar pada peningkatan hasil belajar siswa
yang terdiri dari penilaian LKS, penilaian presentasi maupun kegiatan
observasi, serta penilaian pencapaian indikator pengembangan sikap
toleran terhadap perbedaan pendapat siswa.
Berbeda dengan kedua penelitian diatas, penelitian ini lebih
menekankan pada pengembangan kesadaran toleransi siswa melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraannya yang akan digali lebih
mendalam sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan
yang
telah
dirumuskan
sebelumnya
dan
diharapkan
dapat
mengembangkan kesadaran toleransi siswa pada umumnya.
44
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu kerangka untuk menunjukan
antara variabel-variabel yang diteliti.
1.
Kerangka Teoritis
Dalam kerangka pemikiran ini, peneliti berusaha membahas
permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Pembahasan tersebut
dijelaskan dengan menggunakan konsep dan teori yang ada
hubungannya untuk membantu menjawab masalah penelitian. Adapun
permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai implementasi
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam mengembangkan
kesadaran toleransi siswa di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto.
2.
Kerangka Konseptual
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang
meliputi tujuan, materi, metode, media, sumber
belajar, dan evaluasi pembelajaran.
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Studi Literatur
Kepala Sekolah
Guru PPKn
Indikator Toleransi:
1. Mengakui hak setiap orang
2. Menghormati keyakinan orang lain
3. Setuju didalam perbedaan
4. Saling mengerti
5. Kesadaran dan kejujuran
6. Tidak menggangu temanyang berbeda pendapat
7. Menghormati teman yangberbeda adatistiadatnya
8. Bersahabat dengan temandari kelas lain
Siswa
Diharapkan dapat mengembangkan
kesadaran toleransi siswa
Bagan 2.2 Kerangka Berfikir
45
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Untuk mengkonstruksi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
salah satunya dengan menggunakan indikator-indikator toleransi yaitu
tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat, menghormati teman
yang berbeda adat-istiadatnya, dan bersahabat dengan teman dari kelas
lain. Peneliti melakukan wawancara terhadap para narasumber sebagai
informan yang banyak menaruh perhatian yang tinggi terhadap Pendidikan
Kewarganegaraan. Selain itu peneliti melakukan wawancara kepada siswa
dengan harapan sesuai tidaknya informasi-informasi yang diberikan
narasumber sebelumnya sehingga dalam penelitian ini diharapkan dapat
mengembangkan kesadaran toleransi siswa.
D. Pertanyaan Penelitian
Dari faktor masalah yang diuraikan, dapat dirinci beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terjadi di
lingkungan sekolah khususnya di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?
2. Apa
saja
faktor
pendukung
dan
penghambat
Pendidikan
Kewarganegaraan di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?
3. Bagaimana implementasi Pendidikan Kewarganegaraan di SMP
Muhammadiyah 1 Purwokerto?
4. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar mengakui hak setiap
orang di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?
5. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat menghormati
keyakinan orang lain di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?
46
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
6. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat setuju didalam
perbedaan di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?
7. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat saling mengerti di
SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?
8. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat memiliki
kesadaran
sehingga
memunculkan
kejujuran
siswa
di
SMP
Muhammadiyah 1 Purwokerto?
9. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar tidak menggangu teman
yang berbeda pendapat di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto?
10. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat menghormati
teman yangberbeda adat-istiadatnya dalam lingkup sekolah?
11. Bagaimana cara guru mengajarkan siswa agar dapat bersahabat dengan
temandari kelas lain?
47
Implementasi Pembelajaran Pendidikan..., Eva Feriyanti, FKIP UMP, 2017
Download