PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata

advertisement
PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT
FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR
Sarah Mayang Surgawi, Wendry Setyadi Putranto, dan Kusmajadi Suradi
Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar pengaruh penggunaan tepung aren
terhadap sifat fisikokimia (daya ikat air, susut masak, keempukan, kadar protein, dan kadar
lemak) dan akseptabilitas kornet iris itik petelur afkir serta mengetahui tingkat persentase
penggunaan tepung aren yang menghasilkan kornet iris itik petelur afkir dengan sifat
fisikokimia yang terbaik dan akseptabilitas yang paling disukai. Penelitian dilakukan secara
eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan (tepung aren
5%, 10%, 15%, dan 20%) dan setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Untuk mengetahui
pengaruh perlakuan dilakukan analisis sidik ragam dan untuk mengetahui perbedaan antar
perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan tepung aren berpengaruh terhadap sifat fisikokimia, tetapi tidak berpengaruh
terhadap akseptabilitas (warna, rasa, aroma, keempukan, dan total penerimaan). Penggunaan
tepung aren 5% menghasilkan kornet iris itik petelur afkir dengan sifat fisikokimia yang terbaik,
dengan daya ikat air 65,93%, susut masak 7,27%, keempukan 198,1 mm/g/10 detik, kadar
protein 21,58%, dan kadar lemak 9,61%.
Kata Kunci : Kornet Iris Itik Petelur Afkir, Tepung Aren, Fisikokimia, Akseptabilitas.
EFFECT OF PALM FLOUR (Arenga pinnata)
ON THE PHYSICOCHEMICAL AND ACCEPTABILITY OF
SPENT DUCK SLICED CORNED
Abstract
The purpose of this research is finding how much influence the use of palm flour in
physicochemical (water holding capacity, cooking loss, tenderness, fat, and protein) and
acceptability of spent duck sliced corned and knowing the level of the percentage use of flour
that produces the spent duck sliced corned with physicochemical the best and the most preferred
acceptability. The method used in this research is experimental method based on the Completely
Randomized Design, with four treatments ( 5%, 10%, 15%, and 20% palm flour) with five
replications for each treatment. Anava test was used to determine the treatment effect and
Duncan’s Multiple Range Test know the difference of each treatment in this research. The
results of research showed that palm flour affect the physicochemical properties (water holding
capacity, cooking loss, and tenderness), but no effect on the acceptability (color, flavor, smell,
tenderness, and total acceptance). Palm flour with concentrate 5% produce the best of physical
properties, with 65.93% of water holding capacity, 7.27% cooking loss, 198.1 mm/g/10 seconds
tenderness, protein 21.58% and fat 9.61%.
Keywords : Spent Duck Sliced Corned, Palm Flour, Physicochemical, Acceptability.
Pendahuluan
Populasi itik di Indonesia setiap tahun
mengalami peningkatan. Berdasarkan data
statistik tahun 2009 - 2010, populasi itik di
Jawa Barat meningkat dari 8.200.958 ekor
pada tahun 2009 menjadi 9.871.091 ekor
pada tahun 2010 (Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat, 2011). Mengingat
populasi itik yang cukup banyak dan
memiliki kandungan gizi yang tidak jauh
berbeda dengan ayam broiler maka daging
itik cukup potensial untuk dijadikan sebagai
penyedia protein hewani.
Daging itik memiliki karakteristik
yang berbeda dengan daging ayam broiler,
yaitu memiliki warna yang lebih merah,
bau lebih anyir/amis, tekstur daging yang
alot, dan kandungan lemak yang lebih
tinggi (Bambang Srigandono, 1997). Hal
ini menyebabkan penerimaan konsumen
terhadap daging itik masih terbatas.
Pengolahan merupakan suatu upaya
untuk memperbaiki kelemahan yang
dimiliki daging itik petelur afkir di
antaranya melalui pembuatan kornet iris
yang dikemas dalam plastik fleksibel.
Dalam proses pembuatan kornet diperlukan
bahan pengikat (binder) dan bahan pengisi
(filler).
Tepung aren memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi dan protein yang
rendah sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan pengisi dalam pembuatan kornet iris
daging itik. Komposisi kimia tepung aren
yaitu kadar air 10%, kadar lemak 0,07% ,
kadar protein 0,48% dan karbohidrat
89,31% (Laboratorium Nutrisi Ternak
Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak,
2010) dengan kadar amilosa 24,08% dan
kadar
amilopektin
sebesar
75,92%
(Antonius Hendrarsono, 1986).
Materi dan Metode
Materi Penelitian
Bahan
yang
digunakan
dalam
pembuatan kornet adalah daging dari itik
Tegal petelur afkir (Anas javanica)
berumur 2 tahun sebanyak 4 kg. Bahan
lainnya adalah isolat protein kedelai dan
fibricure yang diperoleh dari CV Fiva Food
& Meat Supply, tepung aren 500 gram dan
bumbu (bawang putih, garam, penyedap
rasa, dan merica).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu
tingkat penggunaan tepung aren 5% (P1),
10%( P2), 15% (P3) dan 20% (P4) dan
setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali.
Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan Sidik Ragam dan untuk
mengetahui perbedaan antara perlakuan
dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan.
menit.
Persentase susut masak
dihitung menggunakan rumus :
Peubah yang Diukur
A. Fisikokimia
1. Daya Ikat Air
Pengukuran daya ikat air
menggunakan
metode
Hamm
(1972).
2. Susut Masak
Adonan kornet dimasak pada
temperatur 100oC sampai suhu
internal kornet 80oC selama 30
% susut masak =
Keterangan : W1 = berat sebelum dimasak
W2 = berat setelah dimasak
3. Keempukan
Uji keempukan dilakukan dengan
menggunakan penetrometer.
4. Kadar Protein
Analisa protein dengan menggunakan cara Kjeldahl.
5. Kadar Lemak
Analisa kadar lemak dengan
menggunakan
alat
ekstraksi
Soxhlet.
B. Uji Akseptabilitas
Pengujian akseptabilitas berdasarkan pada uji hedonik dengan menggunakan
9 skala hedonik yang meliputi uji warna,
rasa, aroma, keempukan dan total
penerimaan.. Pengujian dilakukan pada 20
orang panelis agak terlatih dari mahasiswa
Fakultas
Peternakan
Universitas
Padjadjaran.
Hasil dan Pembahasan
Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat
Fisikokimia Kornet Iris Itik Petelur
Afkir
Daya Ikat Air
Berdasarkan data pada Tabel 1, daya
ikat air pada kornet iris daging itik petelur
afkir tertinggi pada perlakuan penggunaan
konsentrasi tepung aren 5% (P1) diikuti
dengan penggunaan tepung aren 10% (P2),
15% (P3), dan 20% (P4), satu sama lain
berbeda nyata (P<0,05). Namun, penggunaan tepung aren 5% nyata lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini
disebabkan meningkatnya penggunaan
tepung aren akan menyebabkan penurunan
proporsi kandungan protein dalam kornet
sehingga akan menurunkan nilai daya ikat
airnya dibuktikan dari hasil penelitian
bahwa kandungan protein kornet iris daging
itik pada perlakuan tepung aren 5% (P1)
yaitu 21,58% dan menurun dengan semakin
meningkatnya penggunaan tepung aren
yaitu 20,18% pada penggunaan tepung aren
10%, dan 18,48% pada penggunaan tepung
aren 15%, serta kandungan protein 18,29%
pada penggunaan tepung aren 20%.
Hal ini sejalan dengan pendapat
Soeparno (2005) bahwa protein daging
memiliki kemampuan mengikat airnya
selama ada pengaruh dari luar yaitu
penggilingan dan pemanasan. Protein
memegang
peranan
penting
untuk
pembentukan emulsi daging, salah satunya
sebagai pengikat air dan meningkatkan
ikatan antar partikel (Dedi Fardiaz, dkk.,
1992).
Susut Masak
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat
dijelaskan bahwa susut masak pada kornet
iris daging
itik petelur afkir dengan
penggunaan tepung aren 5% tidak berbeda
nyata dengan penggunaan tepung aren 10%,
demikian pula susut masak kornet iris
daging
itik
petelur
afkir
dengan
penggunaan tepung aren 10% terhadap
tepung aren 15%, tetapi susut masak
perlakuan ketiganya (P1, P2, P3) nyata
(P<0,05) lebih rendah dengan penggunaan
tepung aren 20% (P4). Hal ini disebabkan
dengan semakin banyak tepung aren yang
ditambahkan akan menurunkan kandungan
protein kornet iris daging itik petelur afkir
yaitu 18,48% pada penggunaan tepung aren
15% dan menurun menjadi 18,29% pada
penggunaan tepung aren 20% sehingga
menurunkan daya ikat air kornet iris daging
itik petelur afkir karena protein berfungsi
untuk mengikat komponen-komponen
bahan pangan seperti air dan lemak (Dedi
Fardiaz, 1992). Penurunan daya ikat air
akan menyebabkan peningkatan susut
masak
Tabel 1. Hasil Penelitian Pengaruh Penggunaan Berbagai Tingkat Konsentrasi Tepung
Aren (Arenga pinnata) Terhadap Sifat Fisikokimia Kornet Iris Itik Petelur Afkir
Peubah
Perlakuan
P1
Sifat Fisik
Daya ikat air (%)
65,93d
Susut masak (%)
7,27a
Keempukan
198,10c
(mm/g/10 detik)
Kadar protein (%)
21,58c
Kadar lemak (%)
9,61c
Keterangan : Nilai perlakuan penggunaan tepung
baris tidak berbeda nyata.
Keempukan
Berdasarkan data pada Tabel 1
menunjukkan bahwa keempukan tertinggi
kornet iris daging itik petelur afkir pada
P2
P3
P4
64,35c
8,33ab
184,50c
59,37b
8,88b
155,56b
57,58a
10,31c
135,90a
20,18b
18,48a
18,29a
8,74b
8,40a
8,38a
aren yang diikuti huruf yang sama kearah
perlakuan penggunaan tepung aren 5%
tidak berbeda nyata dengan penggunaan
tepung aren 10%, namun keduanya berbeda
nyata (P<0,05) lebih rendah dibandingkan
penggunaan tepung aren 15% dan 20%.
Faktor
yang
mempengaruhi
keempukan dari kornet iris adalah oleh
jumlah
amilosa
dan
amilopektin.
Amilopektin berperan terhadap kelekatan
sedangkan amilosa berperan terhadap
kekerasan produk (Winarno, 1991).
Meningkatnya jumlah tepung yang
ditambahkan maka akan diikuti dengan
meningkatnya
kadar
amilosa
dan
amilopektin sehingga kornet iris yang
dihasilkan mempunyai keempukan yang
rendah. Pada penggunaan tepung aren 5%
akan menghasilkan kornet iris daging itik
petelur afkir yang memiliki nilai
keempukan yang tinggi karena kandungan
amilosa dan amilopektin lebih rendah
dibandingkan kornet iris daging itik petelur
afkir dengan penggunaan tepung aren 10%,
15%, dan 20%.
Kadar Protein
Hasil penelitian menunjukkan semakin
banyak tepung aren yang digunakan maka
akan menurunkan kadar protein dari kornet
iris itik petelur afkir. Kornet iris yang
dihasilkan telah memenuhi standar protein
SNI 01-3775-2006 yaitu kadar protein
kornet minimal 17%.
Pada Tabel 1 diketahui bahwa kadar
protein pada kornet iris itik petelur afkir
dengan penggunaan tepung aren 5%
berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi
dibandingkan penggunaan tepung aren
10%, 15%, dan 20%. Namun, penggunaan
tepung aren 15% dan 20% tidak berbeda
nyata. Hal ini disebabkan kandungan
tepung aren yang rendah dalam adonan
kornet atau proporsi daging itik yang
digunakan lebih tinggi. Daging merupakan
sumber protein yang lebih dominan
dibandingkan dari tepung aren. Kandungan
protein daging itik petelur afkir yaitu
25,49% (Laboratorium Nutrisi Ternak
Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak,
2012) dan kadar protein tepung aren 0,48%
(Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia
dan Kimia Makanan Ternak, 2010).
Hasil penelitian penelitian Maharaja
(2008) dalam pembuatan bakso bahwa
semakin sedikit daging yang digunakan
maka kadar proteinnya semakin rendah.
Kadar Lemak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin banyak tepung aren yang
digunakan maka akan menurunkan kadar
lemak dari kornet iris itik petelur afkir.
Kornet iris yang dihasilkan telah memenuhi
standar lemak SNI 01-3775-2006 yaitu
kadar lemak kornet maksimal 12%.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan
bahwa kadar lemak kornet iris dengan
penggunaan konsentrasi tepung aren 5%
berbeda nyata (P<0,05) lebih tinggi
dibandingkan penggunaan tepung aren
10%,15%, dan 20%. Namun, penggunaan
tepung aren 15% dan 20% tidak berbeda
nyata Hal ini disebabkan kandungan tepung
aren yang rendah dalam adonan kornet atau
proporsi daging itik yang digunakan lebih
tinggi. Daging merupakan sumber lemak
yang lebih dominan dibandingkan dari
tepung aren. Kandungan lemak pada kornet
iris itik petelur afkir petelur memiliki kadar
lemak sebesar 13,27% (Laboratorium
Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia
Makanan Ternak, 2012) dan kadar lemak
pada tepung aren sangat kecil yaitu 0,07%
(Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia
dan Kimia Makanan Ternak, 2010). Hal ini
sejalan dengan penelitian Maharaja (2008)
semakin banyak penambahan tepung akan
menyebabkan kadar lemak produk olahan
semakin menurun.
Pengaruh Penggunaan Tingkat Tepung
Aren
(Arenga
pinnata)
terhadap
Akseptabilitas Kornet Iris Itik Petelur
Afkir
Penggunaan tepung aren tidak
berpengaruh nyata terhadap warna, rasa,
aroma, keempukan, dan total penerimaan
kornet iris itik petelur afkir. Hal ini
disebabkan tepung aren memiliki warna
putih, tidak mempunyai rasa (netral), dan
tidak memiliki aroma (netral) sehingga
tidak
berpengaruh
nyata
terhadap
warna,rasa,aroma, dan total penerimaan
kornet iris daging itik petelur afkir. Selain
itu, tepung aren memiliki kandungan lemak
dan protein yang kecil yaitu 0,07% dan
0,48% (Laboratorium Nutrisi Ternak
Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak,
2010.
Tabel 2. Pengaruh Perlakuan terhadap Akseptabilitas Kornet Iris Itik Petelur Afkir
Peubah
Perlakuan
P1
P2
P3
P4
Warna
5,90a
6,10a
6,75a
6,40a
Rasa
6,05a
6,45a
6,75a
6,15a
Aroma
6,30a
6,30a
6,75a
6,20a
Keempukan
6,30a
6,60a
6,25a
6,25a
Total Penerimaan
6,35a
6,20a
6,80a
6,10a
Keterangan : Huruf yang berbeda kearah vertikal pada kolom signifikansi menunjukan berbeda
nyata
Menurut Soeparno (2005), kadar lemak
mempengaruhi
keempukan,
sehingga
meningkatnya konsentrasi tepung aren tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap
keempukan kornet iris daging itik petelur
afkir.
Warna kornet iris dengan penggunaan
tepung aren 10%- 20% menghasilkan skala
hedonik agak suka dan netral pada
perlakuan tepung aren 5%. Penggunaan
tepung aren 5% - 20% menghasilkan rasa,
aroma, keempukan,dan total penerimaan
dengan skala hedonik agak suka.
Kesimpulan
1. Penggunaan tepung aren berpengaruh
terhadap sifat fisikokimia (daya ikat air,
susut masak, keempukan, kadar protein
dan kadar lemak), tetapi tidak
berpengaruh terhadap akseptabilitas
(warna, rasa, aroma, keempukan, dan
total penerimaan).
2. Penggunaan
tepung
aren
5%
menghasilkan kornet iris itik petelur
afkir dengan sifat fisikokimia yang
terbaik, dengan daya ikat air 65,93%,
susut masak 7,27%, keempukan 198,1
mm/g/10 detik, kadar protein 21,58%,
dan kadar lemak 9,61%.
Daftar Pustaka
Antonius Hendrarsono, S. T. Soekarto dan
Suliantari. 1986. Produktifitas dan
Sifat Fisik Kimia Pati Aren dari
Pengolahan Komersial di Bogor.
Media Teknologi Pangan Publikasi
PATPI Vol. 2 No. 1. Institut
Pertanian Bogor.
Bambang Srigandono. 1997. Produksi
Unggas
Air.
Gadjah
Mada
University. Yogyakarta.
Dedi Fardiaz., N. Andarwulan, H. Wijaya
dan Ni Luh Puspitasari. 1992.
Petunjuk
Laboratorium
Teknik
Analisis Sifat Kimia dan Fungsional
Komponen Pangan. Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi. Bogor.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Populasi Itik Pada Tahun 2009-2010.
Available
online
at
http://disnak.jabarprov.go.id
(Diakses tanggal 15 Januari 2012 jam
16.00 WIB).
Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia
dan Kimia Makanan Ternak. 2010.
Komposisi Kimia Tepung Aren.
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Sumedang.
_________________. 2012. Komposisi
Kimia Daging Itik Petelur Afkir.
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Sumedang.
Maharaja, L.M. 2008. Penggunaan
Campuran Tepung Tapioka dengan
Tepung Sagu dan Natrium Nitrat
dalam Pembuatan Bakso Daging
Sapi. Skripsi. Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi
Daging. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan
Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. Hal 27-30.
Download