BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan teori
2.1.1 Teori Konsumsi
Konsumsi merupakan terjemahan dari bahasa inggris “consumption” Yang
berarti perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga ke atas barang – barang
akhir perbelanjaan tersebut. Dalam analisis Makro Ekonomi, pengeluaran
konsumsi perlu dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu konsumsi rumah tangga dan
konsumsi pemerintah.Apabila suatu keluarga membeli peralatan rumah seperti
meja makan dan tempat tidur,maka pengeluaran ini
digolongkan sebagai
konsumsi rumah tangga. Dan Apabila pemerintah membeli kertas,alat-alat tulis
dan peralatan kantor,pengeluaran seperti ini digolongkon sebagai konsumsi
pemerintah.
Konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan yang paling besar
kepada pendapatan nasional. Dibanyak Negara, pengeluaran konsumsi sekitar 6075 persen dari pendapatan nasional. Konsumsi rumah tangga mempunyai
pengaruh yang sangat penting dalam menentukan fluktuasi kegiatan ekonomi.
Dimana besar multiplier dalam perekonomian sangat bergantung kepada
kecondongan konsumsi marginal (MPC). Makin tinggi MPC maka makin besar
perubahan kegiatan ekonomi dan pendapatan nasional yang akan berlaku sebagai
akibat dari sejumlah perubahan dalam pengeluaran agregat.
Dalam perekonomian terbuka pengeluaran konsumsi terpecah menjadi
11
dua,yaitu pengeluaran konsumsi untuk barang- barang buatan dalam negeri dan
barang – barang buatan luar negeri (impor). Jelas disini bahwa sebagian kenaikan
konsumsi mengakibatkan kenaikan impor.
2.1.2 Teori Pendapatan
Pendapatan diartikan sebagai semua hasil yang didapatkan setelah bekerja,
sedangkan pendapatan pribadi diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk
pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun, yang
diterima oleh penduduk suatu negara (Sukirno, 2004:46). Besar kecilnya
pendapatan dapat dihitung dengan tiga pendekatan:
1) Pendekatan produksi (Production Approach) yaitu dengan menghitung
semua nilai produksi barang dan jasa yang dapat dihasilkan dalam periode
tertentu.
2) Pendekatan pendapatan (Income Approach) yaitu dengan menghitung nilai
keseluruhan balas jasa yang dapat diterima oleh pemilik faktor produksi
dalam suatu periode.
3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) yaitu pendapatan yang
diperoleh dengan menghitung pengeluaran konsumsi masyarakat.
Pendapatan adalah gambaran yang paling tepat tentang posisi ekonomi
keluarga yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga yang
dapat dipakai untuk membagi kedalam tiga kelompok pendapatan yaitu rendah,
sedang dan tinggi (Hill, 1976;Singarimbun, 1985 dalam Mardiana, 2009:2)
12
2.1.3 Teori gender
Konsep gender mengacu pada status dan peran laki-laki dan perempuan
serta hubungan sosial yang terbentuk antar manusia dengan dua jenis kelamin
yang berbeda ini.Dalam hal ini, terdapat kategorisasi peran yang merupakan
produk dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Dalam realitas kehidupan,
wanita seringkali tidak berdaya karena kondisi sosial budaya, politik, dan
ekonomi yang memang telah menempatkannya pada posisi yang lemah
dibandingkan dengan laki-laki (Marie;1996 dalam Dwiyanto, 1996:184). Peran
gender (gender role) sebagai bentuk ketentuan sosial diyakini sebagai sebuah
kodrat sehingga menyebabkan ketimpangan sosial dan hal ini sangat merugikan
posisi perempuan dalam berbagai komunitas sosial baik dalam pendidikan, sosial
budaya, politik dan juga ekonomi (Khotimah, 2009 : 161).
Ketimpangan gender merupakan salah satu konsep kunci yang digunakan
untuk memahami status sosial ekonomi perempuan. Konsep ini berakar pada teori
feminisme yang berkembang di Barat yang secara umum berargumen bahwa
perempuan cenderung menjadi kelompok yang tertindas dalam proses pembagian
sumber-sumber ekonomi dan sosial (Dyah, 2004:142). Ada tiga teori feminisme
yaitu, FeminismeMarxis,Feminisme Radikal, dan Feminisme Sosialis. Feminisme
Marxis, misalnya, mengidentifikasi perempuan sebagai kelompok proletar yang
tersegregasi dalam pasar kerja dan berjuang melawan laki-laki sebagai kelompok
borjuis yang menguasi akses dan kontrol atas sumber-sumber ekonomi dan sosial
dalam sebuah sistem kapitalisme. Di sisi lain, Feminisme Radikal melihat
ketertindasan perempuan ini lebih dipengaruhi oleh aspek historis dan budaya.
13
Perempuan dilihat sebagai pihak yang ditundukkan atau didomestifikasi melalui
hubungan kekuasaan yang sifatnya patriarkat, baik itu secara personal maupun
melalui pengaturan negara. Sementara itu, Feminisme Sosialis memadukan
argument feminisme marxis dan radikal, yaitu dengan menekankan ketertindasan
perempuan yang berlapis-lapis sebagai hasil hubungan kekuasaan antara
kapitalisme dan patriarkat (Abbot dan Wallace,1990 dalam Dyah, 2004:143).
Nilai-nilai budaya yang membedakan peran pria dan perempuan ini dalam
realitas sosial dapat ditemukan dalam berbagai basis kebudayaan, seperti dalam
lembaga-lembaga sosial, ajaran-ajaran agama, mitos, simbol, serta praktekpraktek sosial lainnya. Nilai-nilai budaya ini bersifat obyektif, karena kebudayaan
adalah milik publik (Geertz, 1992 dalam Kodiran,dkk., 2001:5). Seperti yang
diamati oleh (Fernandes, 1998 dalam Ratman, 2002:278) ketimpangan gender
berhubungan dengan norma dan budaya, dan keduanya merupakan hasil dari
proses sosial ekonomi. Adanya ideologi gender menghubungkan pengertian
kebudayaan mengenai pernikahan kontrak yang mempengaruhi perkembangan
pendapatan perempuan di dalam rumah tangga (Espinal, 1997:105).Mewujudkan
kesetaraan dan keadilan gender (KKG) bukanlah merupakan suatu yang mudah,
tetapi memerlukan perjuangan yang ekstra keras karena hal ini berkaitan erat
dengan perubahan nilai budaya atau konstruksi sosial budaya yang telah melekat
di masyarakat (Arjani, 2007:116). Pemberdayaan perempuan mempercayakan
keberhasilan dengan hasil dari tantangan tujuan hidup untuk merubah struktur dan
kebiasaan dari ketidakadilan sosial dan diksriminasi gender untuk memungkinkan
14
wanita yang lemah untuk memperoleh akses dan kontrol dari jasmani dan sumber
informasi yang ada (Hassan, 2011:125).
Secara umum dapat dikatakan bahwa wanita mempunyai kesempatan yang
baik untuk meningkatkan diri, akan tetapi tampaknya masih ada beberapa hal
yang menjadi hambatan, baik yang sifatnya eksternal maupun internal yang
merupakan kendala ‘stereotype’ yang melekat pada wanita akibat peran wanita
yang berbeda dengan pria (Tjiptoherijanto, 1999:89). Kendala dan hambatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh Feminimitas
Adanya steriotipe bahwa wanita adalah makhluk yang lemah sehingga sejak
kecil dibedakan dalam perlakuan dengan laki-laki.Perlakuan yang berbeda
terhadap anak laki-laki dan wanita menyebabkan adanya peran-peran tertentu
yang memang secara khusus diciptakan untuk wanita.Wanita lebih dianggap
cocok untuk pekerjaan yang bersifat mengasuh seperti guru, perawat dan tidak
cocok untuk pekerjaan yang bersifat teknik. Hal ini menyebabkan kerugian
bagi wanita karena mereka hanya akan berkembang sesuai dengan situasi dan
norma yang sudah dicetak dalam masyarakat, yang pada umumnya
menyebabkan wanita kurang mandiri (terlalu dilindungi).
2) Permasalahan Pendanaan
Walau sudah lebih berkurang dibandingkan dengan masa lalu, namun
kenyataan hal ini masih selalu dalam masyarakat.Dalam pilihan ini kaum
wanita biasanya menjadi pilihan terakhir para orangtua untuk mendapatkan
pendidikan.Pilihan pertama adalah anak laki-laki karena mereka adalah calon-
15
calon kepala keluarga yang merupakan penyangga/tempat bersandar orangorang dalam keluarganya.
3) Diskriminasi
Dalam pemillihan tenaga kerja, pria lebih disukai karena berbagai hal yang
antara lain waktu kerja mereka yang relatif lebih panjang dan ‘anggapan’ lebih
produktif, dalam artian bahwa wanita akan lebih menyita banyak waktu kerja
untuk keperluan keluarga, seperti kebutuhan akan cuti hamil dan melahirkan,
cuti haid dan sebagainya. Gambaran ini nampak pada data indeks
dissimilarity, yaitu pada jenis-jenis pekerjaan berdasarkan jenis kelamin.
4) Horner Effect
Wanita lebih sering dihinggapi ‘fear of success syndrom’ bila dihadapkan
pada kondisi kompetitif dengan pria.Sindroma ini menyebabkan wanita tidak
mampu menunjukkan prestasi yang dimilikinya seoptimal mungkin.Akan
tetapi, sindroma ini dapat berkurang dengan meningkatnya pendidikan.
5) Cinderella Complex
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kaum wanita cenderung mempunyai
sifat ketergantungan dan meminta perlindungan atau perawatan.Hal ini
berkaitan
dengan
budaya
dalam
masyarakat
yang
tercipta
dan
mempersepsikan bahwa wanita membutuhkan hal-hal tersebut di atas, dengan
demikian maka sifat ini memang kemudian melekat pada wanita.
6) Self Confident yang rendah
Kaum wanita seringkali kurang menghargai kemampuan yang mereka
miliki.Keberhasilan yang mereka dapatkan seringkali dianggap sebagai suatu
16
hal yang kebetulan dan merupakan keuntungan belaka bukan sebagai suatu
hasil usaha yang betul-betul berasal dari dalam diri pribadinya.
Tingkat partisipasi anggota rumah tangga dipengaruhi oleh perbedaan
kelamin. Kaum perempuan berperan ganda yaitu peran domestik (domestic role)
dan peran publik (public role).Secara biologis kaum perempuan melakukan peran
domestik yaitu mengurus rumah tangga dan melakukan fungsi reproduksi. Di
samping itu perempuan juga berperan dalam fungsi produksi yaitu bekerja di
sektor pasar tenaga kerja. Dengan investasi yang sama dalam human capital,
perempuan memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) lebih besar
daripada laki-laki dalam pekerjaan rumah tangga, maka perempuan akan
mengalokasikan waktu untuk pekerjaan rumah tangga, sedangkan laki-laki untuk
pekerjaan mencari nafkah (Becker 1965:512).
2.1.4 Konsep Jumlah Tanggungan Serta Hubungannya Terhadap
Pendapatan
Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga.
Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan
keluarga yang harus dipenuhi.Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota
keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga.
Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan di ikuti oleh
banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah tangga
berarti semakin banyak anggota rumah tangga yang pada akhirnya akan semakin
berat beban rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Demikian
17
pula jumlah anak yang bertanggung dalam keluarga dan anggota – anggota
keluarga yang cacat maupun lanjut usia akan berdampak pada besar kecilnya
pengeluaran suatu keluarga. Mereka tidak bisa menanggung biaya hidupnya
sendiri sehingga mereka bergantung pada kepala keluarga dan istrinya. Anak –
anak yang belum dewasa perlu di bantu biaya pendidikan , kesehatan , dan biaya
hidup lainnya.
Komposisi penduduk terbagi dalam dua kelompok (Simanjuntak 1998:15)
1. Tenaga Kerja
Termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang berumur 15 tahun atau
lebih. Tenaga kerja terbagi menjadi dua yaitu angkatan kerja yang terdiri dari
mereka yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan dan bukan angakatan
kerja yang terdiri dari mereka yang masih sekolah,yang mengurus rumah
tangga tanpa diberi upah.
2. Bukan Tenaga Kerja
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang kurang
berumur 15 tahun dan lebih dari 65 tahun.
Dari komposisi penduduk tersebut, maka dalam tanggungan keluarga
adalah mereka yang tidak termasuk dalam angkatan kerja karena pada umumnya
mereka
belum
bisa
memenuhi
kebutuhan
hidupnya
sendiri
sehingga
membutuhkan orang lain .Banyaknya jumlah tanggungan dalam keluarga juga
berpengaruh
pada
waktu
kerja
kepala
rumah
tangga
dalam
mencari
nafkah.Semakin banyak jumlah tanggungan dalam keluarga mengakibatkan
18
kepala rumah tangga cenderung menigkatkan waktunya untuk bekerja, begitu pula
sebaliknya (Larasaty, 2003:47).
Yang termasuk jumlah anggota keluarga adalah seluruh jumlah anggota
keluarga rumah tangga yang ditinggal dan makan dari satu dapur dengan
kelompok penduduk salah termasuk dalam kelompok tenaga kerja. Kelompok
yang dimaksud makan dari satu dapur adalah bila pengurus kebutuhan sehari –
hari dikelola bersama- sama menjadi satu.Jadi, yang termasuk dalam jumlah
anggota keluarga adalah mereka yang belum bisa memenuhi kebutuhan seharihari karena belum bekerja (dalam hal ini orang tua). ( Mantra 2003:16).
2.1.5 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan indikator kemajuan suatu bangsa.Pendidikan pada
hakikatnya adalah usaha secara sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan baik di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.Penerapan ilmu dan teknologi yang berkembang sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan formal maupun informal.(Simanjuntak 2001 : 46).
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya
manusia.Pendidikan memberikan sumbangan langsung terhadap pertumbuhan
pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktivitas
kerja.Pendidikan diharapkan dapat mengatasi keterbelakangan ekonomi lewat
efeknya pada peningkatan kemampuan manusia dan motivasi untuk berprestasi.
Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi, yaitu
19
tenaga kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya (Subri
2003:39).
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalisasi diri
sesuai dengan potensi dirinya.Upaya peningkatan kualitas wanita dapat dilakukan
melalui pendidikan dalam keluarga maupun pendidikan jalur kelembagaan
(Tjiptoherijanto, 1999:91).Pendidikan dalam keluarga adalah bertujuan untuk
menanamkan ilmu pengetahuan lebih dini. Selain itu, anak juga perlu dibekali
nilai dan norma yang positif antara lain berupa sikap disiplin, hormat, sopan, tidak
mudah putus asa, suka bekerja keras, dan sifat lainnya yang tidak bertentangan
dengan norma yang tumbuh dalam masyarakat serta yang paling utama adalah
menumbuhkan rasa percaya diri anak. Pendidikan di luar rumah dapat diberikan
suatu lembaga yaitu:
1) Pendidikan formal, jalur pendidikan ini terdiri dari pendidikan umum yang
dimulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pendidikan formal
membekali seseorang dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan
umum, kemampuan menganalisis serta pengembangan watak dan kepribadian.
Selain pendidikan formal dengan materi umum, juga ada pendidikan formal
kejuruan.
2) Pendidikan informal, pendidikan yang berupa latihan ini semakin berarti
dalam kegiatan ekonomi secara menyeluruh yaitu di sektor formal modern
maupun yang bersifat tradisional.
20
2.1.6 Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan
Menurut (Mulyadi 2008: 41), pendidikan diharapkan dapat mengatasi
keterbelakangan ekonomi lewat efeknya pada peningkatan kemampuan manusia
dan motivasi manusia untuk berprestasi,yaitu tenaga kerja agar dapat bekerja
dengan produktif karena kualitasnya.Hal ini selanjutnyaakan mendorong
peningkatan output yang diharapkan bermuara pada kesejahteraan penduduk.
Kombinasi antara investasi dalam modal manusia dan modal fisik diharapkan
akan semakin mempercepat pertumbuhan ekonomi. Menurut (Marhaeni dan
Manuati 2004:214) , untuk memahami pengaruh investasi dalam mutu modal
manusia terhadap pendapatan, seringkali digunakan profil umur-pendapatan (ageearning profil). Propfil ini menggambarkan pendapatan perjam atau pertahun
untuk berbagai kelompok umur yang memiliki sejumlah tahun sukses yang
sama,seperti yang disajikan pada gambar:
Sumber: (Marhaeni dan Manuati 2004:214)
Melalui gambar 1.1 menurut (Marhaeni dan Manuati 2004 : 214)terungkap
bahwa profil umur-pendapatan menurut tingkat pendidikan berbentuk huruf J
21
berputar. Dari kurva yang digambarkan terungkap tiap fakta yang dapat dijelaskan
oleh teori mutu modal seperti berikut:
1) Orang yang berpendidikan lebih tinggi mulai dengan pendapatan yang lebih
rendah,tapi dengan cepat menyalip mereka yang memiliki pendidikan yang
lebih rendah sehingga ia dapat menikmati rata-rata pendapatan yang lebih
tinggi dalam sisa umur pekerjaannya.
2) Orang dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki profil umur- pendapatan
dengan puncak “belakangan”.
3) Orang dengan pendidikan lebih tinggi memeliki kurva yang lebih curam.
Sehingga,melalui uraian diatas ,diketahui bahwa pendidikan memiliki
hubungan yang positif terhadap pendaptan.
2.1.7 Pengaruh Intensitas Adat Terhadap Pendapatan
Pada dasarnya jika seorang individu berada pada kategori angkatan kerja
atau menawarkan tenaganya dipasar kerja,maka sebenarnya yang dia tawarkan
adalah waktu yang dimiliki yang akan digunakan dalam kesepakatan kerja untuk
memproduksi barang dan jasa.Garry Becker seperti dikutip (Marhaeni dan
Manuati 2004 : 10) dengan teorinya yang sangat terkenal mengenal alokasi waktu
(Time Allocation) menyatakan bahwa semua orang pasti memiliki waktu.
Persoalannya adalah apakah waktu yang dimiliki tersebut akan dialokasikan
dipasar kerja (untuk bekerja) atau untuk kegiatan lainnya. Menurut (Rahardja dan
Manurung 2008:2),ilmu ekonomi memandang manusia sebagai makhluk rasional.
Pilihan
yangdibuatnya
berdasarkan
pertimbangan
22
untung
rugi,
dengan
membandingkan biaya yang harus dikeluarkan dan hasil yang akan diperoleh. Jika
intensitas untuk kegiatan adat keagamaan tinggi,waktu kerja disektor domestic
dan waktu kerja akan berkurang sehingga akan menimbulkan biaya kesempatan
(opportunity cost).
Di Provinsi Bali sendiri, dengan mayoritas masyarakat yang beragama
Hindu,curahan waktu kerja untuk kegiatan sosial masyarakat dan keagamaan atau
yang
disebut dengan kegiatan adat tergolong tinggi dan wanita memegang
peranan penting di dalamnya. Dengan curahan waktu untuk kegiatan adat atau
intensitas adat yang tinggi,tidak dipungkiri bahawa waktu yang biasanya
digunakan untuk bekerja bagi wanita berkurangdan berpengaruh pada pendapatan
yang akan diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas adat
berpengaruhpada berkurangnya waktu yang digunakan untuk bekerja yang pada
akhirnya akan perdampak pada menurunnya pendapatan yang diterima.
2.2 Pembahasaan Hasil Penelitian Sebelumnya
Isti Fadah (2004) melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik
Demografi dan Sosial Ekonomi Buruh Perempuan Serta Kontribusinya Terhadap
Pendapatan Keluarga (Studi Kasus pada Buruh Tembakau di Kabupaten
Jember)” Lokasinya di Kabupaten Jember Tujuannya adalah untuk mengetahui
karekteristik demografi dan sosial ekonomi buruh perempuan di kabupaten
Jember, perbedaan intensitas kerja dari buruh perempuan yang berstatus kawin
dan
yang tidak kawin, besarnya kontribusi yang diberikan oleh pekerja
perempuan terhadap pendapatan keluarga, dan hubungannya dengan faktor-faktor
23
yang mempengaruhinya. Data yang digunakan adalah data primer melalui
wawancara terstruktur.Teknik samplingnya adalah metode acak sederhana.Alat
analisisnya adalah analisis statistik deskriptif, uji t berpasangan dan analisis
regresi linier berganda.Variabel terikat yaitu intensitas kerja buruh perempuan
yang telah berstatus kawin.Variabel bebas yaitu upah per hari yang diterima oleh
buruh perempuan, jumlah anak yang dimiliki oleh buruh perempuan, dan jarak
dari rumah tempat tinggalnya ke tempat kerja. Hasil dari penelitian ini adalah
adanya perbedaan intensitas kerja antara buruh perempuan yang berstatus kawin
dengan yang berstatus belum kawin dan secara simultan seluruh variabel
bebasnya yang meliputi (X1) upah per hari yang diterima oleh buruh perempuan,
(X2) jumlah anak yang dimiliki oleh buruh perempuan serta (X3) jarak dari rumah
tempat tinggalnya ke tempat kerja, berpengaruh signifikan terhadap intensitas
kerja buruh perempuan (Y) yang berstatus kawin. Adapun persamaan penelitian
ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Isti Fadah adalah perempuan sebagai
obyek penelitian dan penggunaan teknik analisis linear berganda.Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel bebas dan terikat
yang digunakan.
Mia Komala Sari (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Alokasi Waktu Kerja Perempuan
Pada Sektor Informal Perdagangan di Desa Dangin Puri Kelod Kecamatan
Denpasar Timur” variabel terikat (dependent variable), yaitu suatu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas yang dalam penelitian ini adalah alokasi waktu
kerja perempuan pada sektor informal bidang perdagangan sedangkan variabel
24
bebas (independent variable), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat
dan tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah pendapatan rumah tangga (X1), tingkat pendidikan (X2), jumlah
tanggungan rumah tangga (X3), keberadaan anak balita (X4).Dalam penelitian ini
hasil analisis secara keseluruhan disimpulkan bahwa pendapatan rumah tangga,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan rumah tangga dan keberadaan anak balita
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap alokasi waktu kerja perempuan
pada sektor informal perdagangan diDesa Tajen,Kecamatan Penebel Kecamatan
Denpasar Timur, Desa dangin Puri,tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan
rumah tangga secara parsial berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan
pendapatan rumah tangga dan keberadaan anak balita berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap alokasi waktu kerja perempuan pada sektor informal
perdagangan diDesa Tajen,Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah perempuan sebagi obyek
penelitiaan sedangkan perbedaan penelitian ini,variabel terikat yang dipengaruhi
oleh varibabel bebas yang digunakan.
Suparyo Hugeng (2011) melakukan penelitian ini dengan judul “Alokasi
Waktu Kerja Dan Kontribusi Perempuan Terhadap Pendapatan Keluarga Di
Pemukiman Transmigrasi Sei Rambutan SP 2. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer, pengambilan data primer dilakukan melalui
wawancara dengan 30 responden yang dipilih secara acak, sedangkan data
sekunder diperoleh dengan penggalian informasi dari hasil telaahan / kajian pakar
dan hasil – hasil penelitian yang terkait. Metode analisis yang digunakan adalah
25
metode regresi linier berganda.Variabel yang digunakan berupa dependen,curahan
waktu
kerja
respoden,
pendidikan,jumlah
Independen
tanggungan
variabelnya
keluarga,jumlah
berupa
balita,jumlah
umur,tingkat
jam
kerja
suami,pendapatan keluarga. Hasil analisis secara simultan dalam model
persamaan regresi linier berganda ternyata hanya variabel jumalah Balita yang
mempunyai pengaruh nyata (signifikan) terhadap alokasi waktur kerja
perempuan.Variabel lainnya tidak berpengaruh nyata.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan, tujuan penelitian, dan kajian pustaka,
maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Variabel
Pendapatan
Tanggungan
Rumah
Tangga,
Tingkat
Pendidikan,
Jumlah
Rumah Tangga, dan Intensitas Adat berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap pengeluaran ibu rumah tangga petani dan buruh tani
di Desa Tajen Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan.
2. Variabel Pendapatan rumah tangga, Tingkat Pendidikan, Jumlah Tanggungan
Rumah Tangga, berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap
pengeluaran ibu rumah tangga petani dan buruh tani di Desa Tajen Kecamatan
Penebel Kabupaten Tabanan, sedangkan variabel intensitas adat berpengaruh
negatif terhadap pengeluaran ibu rumah tangga petani dan buruh tani di Desa
Tajen Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan.
26
Download