Mendekatlah kepada Yehuwa

advertisement
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Mengenai Allah Yehuwa, Yesaya 40:11
berkata, ”Seperti seorang gembala ia akan
menggembalakan kawanannya. Dengan
lengannya ia akan mengumpulkan
anak-anak domba; dan di dadanya ia akan
membawa mereka.” Sewaktu melihat
MENDEKATLAH
seekor anak domba dalam dekapan seorang
gembala, apakah Saudara mendambakan
KEPADA
kedekatan semacam itu dengan Bapak
Saudara dapat mendekat kepada Yehuwa?
cl-IN
surgawi Saudara? Tetapi, bagaimana
YEHUWA
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Mengenai Allah Yehuwa, Yesaya 40:11
berkata, ”Seperti seorang gembala ia akan
menggembalakan kawanannya. Dengan
lengannya ia akan mengumpulkan
anak-anak domba; dan di dadanya ia akan
membawa mereka.” Sewaktu melihat
MENDEKATLAH
seekor anak domba dalam dekapan seorang
gembala, apakah Saudara mendambakan
KEPADA
kedekatan semacam itu dengan Bapak
Saudara dapat mendekat kepada Yehuwa?
cl-IN
surgawi Saudara? Tetapi, bagaimana
YEHUWA
MENDEKATLAH
KEPADA
YEHUWA
Photo Credits: ˇ Page 49: Courtesy of Anglo-Australian Observatory, photograph by David Malin ˇ Page 174: U.S. Fish & Wildlife Service, Washington, D.C./Wyman Meinzer ˇ Page 243: ˘ J. Heidecker/VIREO
˘ 2002, 2014
WATCH TOWER BIBLE AND TRACT SOCIETY OF PENNSYLVANIA
Hak Cipta Dilindungi
Mendekatlah kepada Yehuwa
Penerbit
SAKSI-SAKSI YEHUWA INDONESIA
Jakarta, Indonesia
Cetakan Juli 2015
Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai
bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedunia yang
ditunjang oleh sumbangan sukarela.
Kecuali disebutkan sumbernya, semua kutipan ayat diambil dari
Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru.
Draw Close to Jehovah
Indonesian (cl-IN)
Made in Japan
Dibuat di Jepang
Pembaca yang kami kasihi,
Apakah Saudara merasa dekat dengan Allah? Bagi banyak
orang, hal itu tampak sangat mustahil. Beberapa orang khawatir kalau-kalau Allah terlalu menutup diri; yang lain-lain
merasa diri sangat tidak layak untuk mendekat kepada-Nya.
Akan tetapi, Alkitab dengan penuh kasih mendesak kita, ”Mendekatlah kepada Allah dan ia akan mendekat kepadamu.”
(Yakobus 4:8) Bahkan, Ia meyakinkan para penyembah-Nya,
”Akulah Yehuwa, Allahmu, yang memegang erat tangan kananmu, Pribadi yang berfirman kepadamu, ’Jangan takut. Akulah
yang akan menolong engkau.’ ”—Yesaya 41:13.
Bagaimana kita dapat berupaya memperoleh hubungan
yang erat semacam itu dengan Allah? Dalam setiap persahabatan yang kita jalin, ikatannya didasarkan pada mengenal
pribadi tersebut, mengagumi dan menghargai sifat-sifat uniknya. Oleh karena itu, sifat-sifat Allah dan cara-cara Allah
bertindak, seperti yang disingkapkan dalam Alkitab, merupakan topik yang sangat penting untuk dipelajari. Merenungkan
caranya Yehuwa mempertunjukkan setiap sifat-Nya, memperhatikan bagaimana Yesus Kristus mencerminkan semua itu
dengan sempurna, dan memahami bahwa kita juga dapat memupuk sifat-sifat tersebut, akan mendekatkan kita kepada
Allah. Kita akan melihat bahwa Yehuwa adalah Pribadi Berdaulat yang sah dan sempurna di alam semesta. Selain itu,
Ia adalah Bapak yang kita semua butuhkan. Perkasa, adil,
bijaksana, dan pengasih, Ia tidak pernah menelantarkan anakanak-Nya yang setia.
Semoga buku ini dapat membantu Saudara untuk semakin
dekat dengan Allah Yehuwa, untuk menjalin suatu ikatan yang
tak terputuskan dengan-Nya, sehingga Saudara dapat hidup
untuk memuji Dia selama-lamanya.
Penerbit
Daftar Isi
Pasal
1
”Lihat! Inilah Allah Kita”
2
Apakah Saudara Benar-Benar Dapat
’Mendekat kepada Allah’?
16
”Kudus, Kudus, Kuduslah Yehuwa”
26
3
BAGIAN 1
7
”Kekuasaannya Sangat Besar”
4
”Yehuwa . . . Besar Kekuatannya”
37
5
Kuasa untuk Mencipta
—”Pembuat Langit dan Bumi”
47
Kuasa untuk Membinasakan—”Yehuwa
Adalah Prajurit yang Gagah Perkasa”
57
Kuasa untuk Melindungi—”Allah
Adalah Perlindungan . . . bagi Kita”
67
Kuasa untuk Memulihkan—Yehuwa
”Membuat Segala Sesuatu Baru”
77
”Kristus Adalah Kuasa Allah”
87
”Jadilah Peniru Allah” dalam
Menggunakan Kuasa Saudara
97
6
7
8
9
10
BAGIAN 2
”Pencinta Keadilan”
11
”Segala Jalannya Adil”
108
12
”Apakah Ada Ketidakadilan pada Allah?”
118
13
”Hukum Yehuwa Itu Sempurna”
128
14
Yehuwa Menyediakan ”Tebusan untuk
Penukar bagi Banyak Orang”
138
Pasal
15
Yesus ”Menegakkan Keadilan di Bumi”
148
16
”Menjalankan Keadilan”
dalam Berjalan dengan Allah
158
BAGIAN 3
”Hatinya Bijaksana”
17
’Oh, Dalamnya Hikmat Allah!’
169
18
Hikmat dalam ”Perkataan Allah”
179
19
”Hikmat Allah dalam Suatu Rahasia Suci”
189
20
”Hatinya Bijaksana”—Tetapi Ia Rendah Hati
199
21
Yesus Menyingkapkan
”Hikmat yang Berasal dari Allah”
209
Apakah ”Hikmat yang Datang dari Atas”
Bekerja dalam Kehidupan Saudara?
219
22
BAGIAN 4
”Allah Adalah Kasih”
23
”Dia Pertama-tama Mengasihi Kita”
231
24
Tidak Ada yang Dapat
”Memisahkan Kita dari Kasih Allah”
240
25
”Keibaan Hati yang Lembut dari Allah Kita” 250
26
Allah yang ”Siap Mengampuni”
260
27
”Oh, Betapa Hebat Kebaikannya!”
270
28
”Engkau Saja yang Loyal”
280
29
”Mengenal Kasih Kristus”
290
30
”Teruslah Berjalan dengan Kasih”
300
31
”Mendekatlah kepada Allah dan
Ia Akan Mendekat Kepadamu”
310
P A S A L
1
”Lihat! Inilah Allah Kita”
DAPATKAH Saudara membayangkan bagaimana rasanya bercakap-cakap dengan Allah? Memikirkannya saja sudah menggugah
perasaan takjub—Pribadi Yang Berdaulat di alam semesta berbicara
kepada Saudara! Pada awalnya, Saudara ragu, tetapi akhirnya Saudara dapat menjawab. Ia mendengarkan, Ia menanggapi, dan bahkan Ia membuat Saudara merasa leluasa untuk mengajukan pertanyaan apa saja. Nah, apa yang ingin Saudara tanyakan?
2 Lama berselang, ada seorang pria yang berada dalam situasi
yang persis seperti itu. Namanya adalah Musa. Namun, pertanyaan yang ia pilih untuk diajukan kepada Allah bisa jadi mengejutkan Saudara. Ia tidak bertanya tentang dirinya sendiri, masa depannya, atau bahkan keadaan menyedihkan yang dialami umat
manusia. Sebaliknya, ia menanyakan nama Allah. Pertanyaan itu mungkin aneh bagi Saudara karena Musa sudah mengetahui nama pribadi Allah. Kalau begitu, pertanyaannya pasti mempunyai makna yang lebih dalam. Sebenarnya, itulah pertanyaan
terpenting yang pernah Musa ajukan. Jawabannya mempengaruhi
kita semua. Jawaban tersebut dapat membantu Saudara mengambil sebuah langkah penting untuk mendekat kepada Allah. Mengapa demikian? Marilah kita tinjau percakapan yang luar biasa tersebut.
3 Kala itu, Musa berumur 80 tahun. Selama empat dekade, ia telah terpisah jauh dari bangsanya, orang-orang Israel, yang diperbudak di Mesir. Suatu hari, sementara menjaga kambing-domba
bapak mertuanya, ia melihat suatu fenomena yang aneh. Sebuah
semak berduri terbakar, tetapi semak itu tidak termakan api. Apinya terus menyala, bersinar laksana mercu suar di sisi gunung.
Musa mendekat untuk memeriksanya. Betapa terkejutnya ia sewaktu suatu suara berbicara kepadanya dari tengah-tengah api!
1, 2. (a) Pertanyaan apa saja yang ingin Saudara ajukan kepada
Allah? (b) Apa yang Musa tanyakan kepada Allah?
3, 4. Peristiwa apa yang mendahului percakapan Musa dengan Allah,
dan apa inti percakapan itu?
8
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Kemudian, dengan perantaraan seorang malaikat, Allah dan Musa
bercakap-cakap dengan panjang lebar. Dan, sebagaimana yang
mungkin Saudara ketahui, di sana Allah menugasi Musa, yang sedang dilanda keraguan, untuk meninggalkan kehidupannya yang
damai dan kembali ke Mesir untuk membebaskan bangsa Israel
dari perbudakan.—Keluaran 3:1-12.
4Pada waktu itu, Musa dapat saja mengajukan pertanyaan apa
pun kepada Allah. Namun, perhatikan pertanyaan yang ia pilih,
”Sekiranya aku datang kepada putra-putra Israel dan aku mengatakan kepada mereka, ’Allah bapak-bapak leluhurmu telah mengutus aku kepadamu’, dan mereka mengatakan kepadaku, ’Siapa
namanya?’ Apa yang akan kukatakan kepada mereka?”—Keluaran
3:13.
5Pertama-tama, pertanyaan tersebut mengajar kita bahwa Allah
mempunyai nama. Kita hendaknya tidak meremehkan kebenaran yang sederhana ini. Namun, banyak orang berbuat demikian. Nama pribadi Allah telah disingkirkan dari banyak sekali terjemahan Alkitab lalu diganti dengan gelar-gelar, seperti ”Tuhan”
dan ”Allah”. Inilah salah satu tindakan yang paling menyedihkan
dan tercela yang telah dilakukan atas nama agama. Sebenarnya,
apa yang pertama-tama Saudara lakukan sewaktu Saudara berkenalan dengan seseorang? Bukankah Saudara akan menanyakan
namanya? Demikian pula dengan mengenal Allah. Ia bukanlah
suatu makhluk tak bernama, yang jauh dari kita, jauh dari pengetahuan atau pengertian kita. Meski tak dapat dilihat, Ia adalah suatu pribadi, dan Ia mempunyai nama—Yehuwa.
6Selain itu, sewaktu Allah menyingkapkan nama pribadi-Nya,
sesuatu yang hebat dan menggetarkan hati akan segera terjadi. Ia mengundang kita untuk mengenal-Nya. Ia menginginkan
agar kita menentukan pilihan terbaik yang dapat kita buat dalam
hidup ini—mendekat kepada-Nya. Namun, Yehuwa tidak sematamata memberitahukan nama-Nya kepada kita. Ia juga mengajar
kita tentang pribadi di balik nama itu.
5, 6. (a) Pertanyaan Musa mengajar kita tentang kebenaran yang sederhana dan penting apa? (b) Tindakan tercela apa yang telah dilakukan terhadap nama pribadi Allah? (c) Mengapa tindakan Allah berupa penyingkapan nama-Nya kepada umat manusia sangatlah penting?
”LIHAT! INILAH ALLAH KITA”
9
Makna Nama Allah
7Yehuwa memilih nama-Nya sendiri, suatu nama yang kaya
makna. ”Yehuwa” biasanya diartikan ”Ia Menyebabkan Menjadi”.
Tidak ada pribadi lain yang seperti Dia di alam semesta ini, karena
Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia menyebabkan semua kehendak-Nya terlaksana. Gagasan ini sangat menakjubkan. Tetapi,
apakah makna nama Allah mengandung nuansa lain? Musa tampaknya ingin tahu lebih banyak soal itu. Seperti Saudara ketahui,
Musa sudah tahu bahwa Yehuwa adalah Pencipta, dan dia tahu
nama Allah. Nama itu bukan hal baru. Orang telah menggunakannya selama berabad-abad. Tak diragukan lagi, dengan menanyakan nama Allah, Musa bertanya tentang pribadi yang diwakili oleh
nama itu. Musa seolah-olah bertanya, ’Apa yang dapat saya katakan mengenai diri-Mu kepada umat-Mu Israel yang akan membangun iman mereka kepada-Mu dan yang akan meyakinkan mereka bahwa Engkau benar-benar akan membebaskan mereka?’
8Sebagai jawaban, Yehuwa memberi tahu tentang suatu aspek
yang mengagumkan dari kepribadian-Nya, sesuatu yang berkaitan
dengan makna dari nama-Nya. Ia berkata kepada Musa, ”Aku akan
menjadi apa pun yang Aku inginkan.” (Keluaran 3:14) Banyak terjemahan Alkitab untuk ayat ini berbunyi, ”Aku adalah Aku.” Tetapi, berbagai terjemahan yang bagus menunjukkan bahwa Allah
bukan saja sedang meneguhkan keberadaan-Nya. Rupanya, Ia juga
sedang mengajar Musa—dan juga kita semua—bahwa Ia ”akan
menjadi”, atau memilih untuk menjadi, apa pun yang dibutuhkan untuk mewujudkan janji-janji-Nya. Terjemahan J. B. Rotherham dengan jelas mengalihbahasakan ayat ini menjadi, ”Aku
Akan Menjadi apa pun yang Aku sukai.” Seorang pakar bahasa
Ibrani Alkitab menjelaskan frasa tersebut demikian, ”Apa pun situasi atau kebutuhannya . . . , Allah akan ’menjadi’ solusi bagi kebutuhan tersebut.”
9 Apa makna hal itu bagi bangsa Israel? Tidak soal apa rintangan
7. (a) Nama Allah biasanya diartikan apa? (b) Apa yang sebenarnya
ingin Musa ketahui sewaktu ia bertanya kepada Allah tentang namaNya?
8, 9. (a) Bagaimana Yehuwa menjawab pertanyaan Musa, dan bagaimana jawaban-Nya sering disalahterjemahkan? (b) Apa arti pernyataan ”Aku akan menjadi apa pun yang Aku inginkan”?
10
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
yang mengadang mereka, tidak soal betapa sulitnya dilema yang
mungkin mereka hadapi, Yehuwa akan menjadi apa pun yang
dibutuhkan untuk membebaskan mereka dari perbudakan dan
mengantarkan mereka ke Tanah Perjanjian. Tentulah, nama tersebut menggugah kepercayaan mereka kepada Allah. Nama itu juga
dapat memberikan pengaruh yang sama bagi kita dewasa ini.
(Mazmur 9:10) Mengapa?
10Sebagai ilustrasi: Para orang tua tahu bahwa mereka harus sangat fleksibel dan lentuk dalam merawat anak-anak mereka. Dalam satu hari saja, bisa jadi orang tua harus berperan sebagai perawat, koki, guru, pemberi disiplin, hakim, dan masih banyak lagi.
Banyak orang tua merasa kewalahan dengan berbagai macam peran yang diharapkan dari mereka. Mereka memperhatikan bahwa
mereka diberi kepercayaan mutlak oleh anak-anak mereka, yang
selalu yakin bahwa Papa atau Mama dapat meringankan rasa sakit mereka, menyelesaikan pertikaian, memperbaiki semua mainan yang rusak, dan menjawab pertanyaan apa saja yang tebersit
dalam pikiran mereka yang selalu penuh dengan keingintahuan.
Beberapa orang tua merasa tidak layak menerima kepercayaan semacam itu dari anak-anak mereka dan terkadang merasa frustrasi
karena keterbatasan mereka. Mereka sedih karena merasa kurang
cakap dalam menjalankan banyak di antara peran-peran itu.
11Yehuwa juga adalah Bapak yang pengasih. Namun, tanpa melangkahi standar-standar-Nya sendiri yang sempurna, tak satu peran pun yang tak dapat Ia jalankan dalam memelihara anak-anakNya di bumi dengan sebaik mungkin. Jadi, nama-Nya, Yehuwa,
mengundang kita untuk memandang diri-Nya sebagai Bapak terbaik yang dapat dibayangkan. (Yakobus 1:17) Musa dan orangorang Israel yang setia lainnya tidak butuh waktu lama untuk tahu
bahwa Yehuwa bertindak selaras dengan nama-Nya. Mereka menyaksikan dengan takjub bagaimana Ia menjadikan diri-Nya Komandan Militer yang tak terkalahkan, Penguasa semua unsur
alam, Pemberi hukum yang tak tertandingi, Hakim, Arsitek, Penyedia makanan dan air, Pemelihara pakaian dan kasut—dan banyak lagi.
10, 11. Bagaimana nama Yehuwa membuat kita memandang Dia sebagai Bapak terbaik dan paling fleksibel yang dapat dibayangkan? Ilustrasikan.
”LIHAT! INILAH ALLAH KITA”
11
12Jadi, Allah telah memperkenalkan nama pribadi-Nya, Dia telah mengungkapkan hal-hal menakjubkan tentang pribadi di balik nama itu, dan Dia bahkan telah menunjukkan dengan jelas
bahwa apa yang Dia katakan tentang diri-Nya memang benar.
Tak diragukan lagi, Allah ingin agar kita mengenal Dia. Bagaimana tanggapan kita? Musa ingin mengenal Allah. Hasrat yang sungguh-sungguh tersebut membentuk haluan kehidupan Musa dan
membuatnya menjadi sangat dekat dengan Bapak surgawinya. (Bilangan 12:6-8; Ibrani 11:27) Sayang sekali, hanya segelintir orang
pada zaman Musa yang memiliki hasrat yang sama. Sewaktu Musa
menyebutkan nama Yehuwa di hadapan Firaun, raja Mesir yang
angkuh itu membalas, ”Siapakah Yehuwa itu?” (Keluaran 5:2) Firaun tidak mau mencari tahu lebih banyak tentang Yehuwa. Sebaliknya, dengan sinis ia menganggap Allah Israel sebagai pribadi
yang tidak penting dan tidak relevan. Pandangan demikian sangat
lazim dewasa ini. Pandangan itu membutakan orang-orang dari
satu hal yang terpenting di antara semua kebenaran yang ada—Yehuwa adalah Tuan Yang Berdaulat.
Tuan Yang Berdaulat Yehuwa
Yehuwa sangat fleksibel dan lentuk sehingga Ia layak menyandang begitu banyak gelar dalam Alkitab. Gelar-gelar ini tidak menyaingi nama pribadi-Nya; tetapi sebaliknya, gelar-gelar ini mengajar kita lebih banyak lagi mengenai apa yang digambarkan oleh
nama tersebut. Sebagai contoh, Ia disebut ”Tuan Yang Berdaulat
Yehuwa”. (2 Samuel 7:22) Gelar yang mulia tersebut, yang muncul ratusan kali dalam Alkitab, memberi tahu kita mengenai kedudukan Yehuwa. Hanya Dia yang berhak menjadi Penguasa atas seluruh alam semesta. Mari kita pertimbangkan alasannya.
14Sebagai Pencipta, Yehuwa tidak ada duanya. Penyingkapan
4:11 mengatakan, ”Yehuwa, ya, Allah kami, engkau layak menerima kemuliaan, kehormatan, dan kuasa, karena engkau menciptakan segala sesuatu, dan oleh karena kehendakmu semua itu ada
13
12. Bagaimana sikap Firaun terhadap Yehuwa berbeda dengan sikap
Musa?
13, 14. (a) Mengapa Yehuwa diberi banyak gelar dalam Alkitab, dan
apa beberapa di antaranya? (Lihat kotak halaman 14.) (b) Mengapa
hanya Yehuwa yang memenuhi syarat untuk disebut ”Tuan Yang Berdaulat”?
12
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
dan diciptakan.” Kata-kata yang agung ini tidak dapat ditujukan
kepada pribadi lain mana pun. Segala sesuatu di alam semesta ini
ada karena Yehuwa! Tak diragukan lagi, Yehuwa layak menerima
kehormatan, kuasa, dan kemuliaan yang sudah selayaknya Ia peroleh sebagai Tuan Yang Berdaulat dan Pencipta segala sesuatu.
15 Gelar lain yang hanya diperuntukkan bagi Yehuwa adalah
”Raja kekekalan”. (1 Timotius 1:17; Penyingkapan [Wahyu] 15:3)
Apa artinya ini? Sulit bagi pikiran kita yang terbatas kesanggupannya untuk memahami hal ini, tetapi Yehuwa kekal dari masa
lampau hingga ke masa depan. Mazmur 90:2 mengatakan, ”Dari
waktu yang tidak tertentu sampai waktu yang tidak tertentu, engkaulah Allah.” Jadi, Yehuwa tidak memiliki permulaan; Ia selalu
ada. Ia cocok disebut ”Pribadi Yang Lanjut Usia”—Ia sudah ada dalam kekekalan sebelum siapa pun atau apa pun di alam semesta
ini ada! (Daniel 7:9, 13, 22) Siapa yang dengan sah dapat mempertanyakan hak-Nya untuk menjadi Tuan Yang Berdaulat?
16 Namun seperti Firaun, beberapa orang mempertanyakan hak
tersebut. Salah satu penyebabnya ialah manusia yang tak sempurna menaruh keyakinan yang berlebihan pada apa yang dapat
dilihat oleh mata. Kita tidak dapat melihat Tuan Yang Berdaulat.
Ia pribadi roh, tak terlihat oleh mata manusia. (Yohanes 4:24) Di
samping itu, jika seorang manusia darah-daging berhadapan langsung dengan Allah Yehuwa, hal itu akan terbukti fatal. Yehuwa
sendiri memberi tahu Musa, ”Engkau tidak sanggup melihat mukaku, karena tidak seorang pun dapat melihat aku dan tetap hidup.”—Keluaran 33:20; Yohanes 1:18.
17 Hal itu hendaknya tidak mengejutkan kita. Musa berkesempatan untuk melihat sebagian kecil saja dari kemuliaan Yehuwa, tampaknya melalui seorang wakil malaikat. Dengan pengaruh apa?
Wajah Musa ”memancarkan sinar” selama beberapa waktu setelah itu. Bangsa Israel menjadi takut bahkan untuk menatap wajah
Musa. (Keluaran 33:21-23; 34:5-7, 29, 30) Kalau begitu, pastilah ti15. Mengapa Yehuwa disebut ”Raja kekekalan”?
16, 17. (a) Mengapa kita tidak dapat melihat Yehuwa, dan mengapa
hal itu hendaknya tidak mengejutkan kita? (b) Dalam pengertian apa
Yehuwa jauh lebih nyata daripada segala sesuatu yang dapat kita lihat
atau sentuh?
”LIHAT! INILAH ALLAH KITA”
13
dak ada manusia yang sanggup memandang Tuan Yang Berdaulat
dalam segala kemuliaan-Nya! Apakah hal itu berarti bahwa Ia tidak senyata apa pun yang dapat kita lihat dan sentuh? Tidak,
kita dengan mudah menerima kenyataan dari banyak hal yang tidak dapat kita lihat—seperti angin, gelombang radio, dan pikiran. Lagi pula, Yehuwa bersifat permanen, tak terpengaruh oleh
perjalanan waktu, bahkan selama miliaran tahun yang tak terhitung lamanya! Dalam pengertian itu, Ia jauh lebih nyata daripada segala sesuatu yang dapat kita sentuh atau lihat, karena ciptaan fisik dapat dimakan waktu. (Matius 6:19) Akan tetapi, haruskah
kita membayangkan Dia hanya semata-mata sebagai suatu kekuatan abstrak dan tak berwujud atau suatu Penyebab Awal yang samar-samar? Mari kita lihat.
Allah yang Berkepribadian
Meskipun kita tidak dapat melihat Allah, ada sejumlah catatan yang menggetarkan hati di dalam Alkitab yang dapat memberi kita sekilas gambaran tentang surga itu sendiri. Misalnya,
pasal pertama buku Yehezkiel. Yehezkiel diberi suatu penglihatan
tentang organisasi surgawi Yehuwa, yang digambarkan sebagai sebuah kereta surgawi yang sangat besar. Yang khususnya mengesankan adalah uraian tentang makhluk-makhluk roh yang perkasa
di sekeliling Yehuwa. (Yehezkiel 1:4-10) ’Makhluk-makhluk hidup’ ini erat kaitannya dengan Yehuwa, dan rupa mereka memberitahukan sesuatu yang penting tentang Allah yang mereka layani. Masing-masing memiliki empat wajah—wajah lembu jantan,
singa, elang, dan manusia. Jelaslah, wajah-wajah itu menggambarkan keempat sifat yang menonjol dari kepribadian Yehuwa.—Penyingkapan 4:6-8, 10.
19 Di dalam Alkitab, lembu sering kali melambangkan kuasa, dan
hal itu cocok karena hewan ini luar biasa kekuatannya. Di pihak
lain, singa sering kali menggambarkan keadilan, karena keadilan
sejati menuntut keberanian, sifat singa yang menonjol. Elang terkenal karena penglihatannya yang tajam, objek yang sangat kecil
18
18. Yehezkiel diberi penglihatan apa, dan apa yang dilambangkan
oleh keempat wajah ”makhluk hidup” yang berada di dekat Yehuwa?
19. Sifat apa yang digambarkan oleh (a) wajah lembu? (b) wajah singa? (c) wajah elang? (d) wajah manusia?
14
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Beberapa Gelar Yehuwa
Mahakuasa. Kuasa-Nya tak terbatas, tak terkalahkan.—Penyingkapan
15:3.
Bapak. Sumber segala kehidupan, termasuk kehidupan abadi, Ia
memiliki kasih sayang kebapakan bagi hamba-Nya.—Amsal 27:11; Yohanes 5:21.
Instruktur Agung. Guru yang mahabijaksana, Ia tempat untuk mendapatkan petunjuk dan bimbingan.—Yesaya 30:20; 48:17.
Gunung Batu. Tidak berubah, Ia tempat berlindung yang aman.
—Ulangan 32:4.
Gembala. Ia menuntun dan melindungi hamba-Nya yang seperti
domba dan mempersiapkan makanan rohani bagi mereka.—Mazmur
23:1.
pun dapat dilihatnya dari jarak berkilo-kilo. Jadi, wajah elang dengan tepat menggambarkan hikmat Allah yang berpandangan
jauh. Dan wajah manusia? Nah, manusia, yang dibuat menurut
gambar Allah, unik dalam kesanggupannya untuk mencerminkan
sifat Allah yang dominan—kasih. (Kejadian 1:26) Segi-segi kepribadian Yehuwa ini—kuasa, keadilan, hikmat, dan kasih—sangat sering ditonjolkan di dalam Alkitab sehingga dapat disebut sebagai
sifat-sifat Allah yang utama.
20 Haruskah kita khawatir kalau-kalau Allah berubah setelah ribuan tahun berlalu sejak Ia digambarkan dalam Alkitab? Tidak,
kepribadian Allah tidak berubah. Ia memberi tahu kita, ”Akulah
Yehuwa; aku belum berubah.” (Maleakhi 3:6) Bukannya labil, Yehuwa terbukti sebagai Bapak yang ideal melalui cara Ia menanggapi setiap situasi. Ia mempertunjukkan aspek-aspek kepribadianNya yang paling cocok untuk situasi tertentu. Di antara keempat
sifat tersebut, yang paling menonjol adalah kasih. Sifat ini dimanifestasikan dalam segala hal yang Allah lakukan. Ia menggunakan
kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya dengan cara yang pengasih. Malah, Alkitab mengungkapkan sesuatu yang luar biasa sehubungan
dengan Allah dan sifat ini. Alkitab mengatakan, ”Allah adalah ka20. Apakah ada alasan untuk khawatir kalau-kalau kepribadian Yehuwa mungkin telah berubah, dan mengapa Saudara menjawab demikian?
”LIHAT! INILAH ALLAH KITA”
15
sih.” (1 Yohanes 4:8) Perhatikan bahwa ayat itu tidak mengatakan
bahwa Allah memiliki kasih atau bahwa Allah adalah pengasih. Sebaliknya, ayat tersebut mengatakan bahwa Allah adalah kasih. Kasih, sifat Allah yang paling fundamental, memotivasi Dia dalam
segala tindakan-Nya.
”Lihat! Inilah Allah Kita”
Pernahkah Saudara melihat seorang anak kecil dengan polos dan senang membanggakan ayahnya kepada teman-temannya
sambil berkata, ”Itu papaku”? Para penyembah Allah memiliki
alasan yang kuat untuk mempunyai perasaan yang sama mengenai Yehuwa. Alkitab menubuatkan suatu saat manakala orangorang yang setia akan berseru, ”Lihat! Inilah Allah kita.” (Yesaya
25:8, 9) Semakin dalam pemahaman Saudara tentang sifat-sifat Yehuwa, semakin yakinlah Saudara bahwa Saudara memiliki Bapak
terbaik yang dapat dibayangkan.
22 Bapak ini tidak dingin, acuh tak acuh, atau tertutup—meskipun beberapa penganut agama dan filsuf yang kaku mengajarkan
hal itu. Kita sama sekali tidak akan merasa dekat dengan Allah
yang dingin, dan Alkitab tidak menggambarkan Bapak surgawi
kita dengan cara seperti itu. Sebaliknya, Alkitab menyebut Dia sebagai ”Allah yang bahagia”. (1 Timotius 1:11) Perasaan-Nya bisa
keras dan juga bisa lembut. ”Hatinya merasa sakit” sewaktu makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang cerdas melanggar pedoman yang
Ia sediakan demi kesejahteraan mereka. (Kejadian 6:6; Mazmur
78:41) Namun, sewaktu kita bertindak bijaksana selaras dengan
Firman-Nya, kita membuat ’hati-Nya bersukacita’.—Amsal 27:11.
23 Bapak kita menginginkan agar kita dekat dengan Dia. FirmanNya menganjurkan kita untuk ”mencari-cari dia dan benar-benar
menemukan dia, meskipun dia sebenarnya tidak jauh dari kita
masing-masing”. (Kisah 17:27) Akan tetapi, bagaimana mungkin
seorang manusia dapat mendekat kepada Tuan Yang Berdaulat di
alam semesta?
21
21. Bagaimana perasaan kita setelah mengetahui sifat-sifat Yehuwa
dengan lebih baik?
22, 23. Bagaimana Alkitab menggambarkan Bapak surgawi kita, dan
bagaimana kita tahu bahwa Ia menginginkan agar kita dekat dengan
Dia?
P A S A L
2
Apakah Saudara Benar-Benar Dapat
’Mendekat kepada Allah’?
BAGAIMANA perasaan Saudara jika sang Pencipta langit dan bumi
berkata mengenai Saudara, ”Ini sahabat saya”? Bagi banyak orang,
hal itu mungkin kedengarannya sukar dipercaya. Lagi pula, bagaimana mungkin manusia menjalin persahabatan dengan Allah Yehuwa? Namun, Alkitab meyakinkan kita bahwa kita benar-benar dapat dekat dengan Allah.
2 Pada zaman dahulu, Abraham adalah seorang pria yang menikmati keakraban semacam itu. Yehuwa menyebut patriark tersebut sebagai ”sahabatku”. (Yesaya 41:8) Ya, Yehuwa menganggap
Abraham sebagai sahabat dekat-Nya. Abraham dikaruniai hubungan yang erat tersebut karena ia ”menaruh iman kepada Yehuwa”.
(Yakobus 2:23) Demikian pula dewasa ini, Yehuwa mencari kesempatan untuk ’menambatkan hati-Nya’ kepada orang-orang yang
melayani Dia karena kasih. (Ulangan 10:15) Firman-Nya mendesak,
”Mendekatlah kepada Allah dan ia akan mendekat kepadamu.” (Yakobus 4:8) Kata-kata ini mengandung sebuah undangan sekaligus
sebuah janji.
3 Yehuwa mengundang kita untuk mendekati-Nya. Ia bersedia
dan tidak segan-segan memperkenan kita sebagai sahabat-Nya. Pada
waktu yang sama, Ia berjanji bahwa jika kita mengambil langkahlangkah untuk mendekat kepada-Nya, Ia pun akan mengambil tindakan yang sama. Ia akan mendekat kepada kita. Dengan demikian,
kita dapat memulai sesuatu yang benar-benar berharga—”keakraban dengan Yehuwa”.1 (Mazmur 25:14) Kata ”keakraban” memuat
1 Menarik sekali, kata Ibrani yang diterjemahkan ”keakraban” digunakan di
Amos 3:7, yang menyatakan bahwa Tuan Yang Berdaulat Yehuwa menyingkapkan ”perkara konfidensial”-Nya kepada hamba-hamba-Nya, memberi tahu mereka maksud-tujuan-Nya jauh di muka.
1, 2. (a) Apa yang mungkin kedengarannya sukar dipercaya oleh banyak orang, tetapi Alkitab meyakinkan kita akan hal apa? (b) Abraham dikaruniai hubungan yang erat apa, dan mengapa?
3. Undangan apa yang Yehuwa ulurkan kepada kita, dan janji apa
yang berhubungan dengan hal itu?
APAKAH SAUDARA BENAR-BENAR DAPAT ’MENDEKAT KEPADA ALLAH’?
17
gagasan tentang adanya suatu pembicaraan konfidensial dengan seorang sahabat istimewa.
4 Apakah Saudara memiliki seorang sahabat akrab kepada siapa
Saudara dapat mencurahkan isi hati? Sahabat seperti itu adalah seseorang yang mempedulikan Saudara. Saudara percaya kepadanya,
karena ia telah terbukti loyal. Sukacita Saudara bertambah sewaktu Saudara berbagi sukacita dengannya. Beban penderitaan Saudara
diperingan sewaktu ia mendengarkan Saudara dengan penuh simpati. Bahkan, sewaktu tampaknya tidak ada seorang pun yang dapat mengerti Saudara, ia dapat. Demikian pula, sewaktu mendekat
kepada Allah, Saudara mulai memiliki Sahabat istimewa yang benar-benar menghargai Saudara, yang sangat mempedulikan Saudara, dan yang sepenuhnya mengerti Saudara. (Mazmur 103:14; 1 Petrus 5:7) Saudara mempercayakan perasaan-perasaan Saudara yang
terdalam kepada-Nya karena Saudara tahu bahwa Ia loyal terhadap
orang-orang yang loyal kepada-Nya. (Mazmur 18:25) Akan tetapi,
hak istimewa untuk memiliki keakraban seperti ini dengan Allah
dapat kita raih hanya karena Ia telah memungkinkannya.
Yehuwa Telah Membuka Jalan
Tanpa bantuan, kita sebagai pedosa tidak akan pernah dapat dekat dengan Allah. (Mazmur 5:4) ”Tetapi Allah merekomendasikan
kasihnya sendiri kepada kita dalam hal, sementara kita masih berdosa, Kristus mati bagi kita,” tulis Rasul Paulus. (Roma 5:8) Ya, Yehuwa
mengatur agar Yesus ”memberikan jiwanya sebagai tebusan untuk
penukar bagi banyak orang”. (Matius 20:28) Iman kita akan korban
tebusan tersebut memungkinkan kita dekat dengan Allah. Karena
Allah-lah yang ”pertama-tama mengasihi kita”, Ia membubuh dasar bagi kita untuk memulai persahabatan dengan-Nya.—1 Yohanes
4:19.
6 Yehuwa juga telah mengambil langkah lain: Ia menyingkapkan
5
4. Bagaimana Saudara melukiskan seorang sahabat akrab, dan bagaimana Yehuwa terbukti menjadi sahabat seperti itu bagi mereka yang
mendekat kepada-Nya?
5. Apa yang Yehuwa lakukan untuk memungkinkan kita dekat dengan-Nya?
6, 7. (a) Bagaimana kita tahu bahwa Yehuwa bukanlah Allah yang
tersembunyi dan misterius? (b) Dengan cara apa saja Yehuwa menyingkapkan diri-Nya?
18
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
diri-Nya kepada kita. Dalam setiap persahabatan, keakraban didasarkan atas pengenalan yang saksama akan seseorang serta penghargaan akan sifat-sifat dan keinginannya. Jadi, jika Yehuwa adalah Allah
yang tersembunyi dan misterius, kita tidak akan pernah dapat dekat dengan Dia. Namun, Allah sama sekali tidak berniat menyembunyikan diri-Nya, Ia justru ingin agar kita mengenal Dia. (Yesaya
45:19) Lagi pula, apa yang Ia singkapkan mengenai diri-Nya tersedia bagi semua, bahkan bagi orang-orang yang mungkin dianggap
rendah menurut standar dunia.—Matius 11:25.
7 Bagaimana Yehuwa menyingkapkan diri-Nya kepada kita? Karya
ciptaan-Nya menyatakan aspek-aspek tertentu dari kepribadian-Nya
—kuasa-Nya yang besar, hikmat-Nya yang dalam, kasih-Nya yang
limpah. (Roma 1:20) Namun, Yehuwa tidak hanya menyingkapkan
diri-Nya sebatas pada hal-hal yang Ia ciptakan. Sebagai pribadi yang
senantiasa menjadi Komunikator Agung, Ia menyediakan suatu penyingkapan tertulis tentang diri-Nya di dalam Firman-Nya, Alkitab.
Melihat ”Kesenangan Yehuwa”
Alkitab sendiri merupakan bukti kasih Yehuwa kepada kita. Dalam Firman-Nya, Ia menyingkapkan diri-Nya dengan ungkapan
yang dapat kita pahami—bukti bahwa Ia tidak hanya mengasihi kita
tetapi juga ingin agar kita mengenal dan mengasihi-Nya. Apa yang
kita baca dalam buku yang berharga ini memungkinkan kita melihat ”kesenangan Yehuwa” dan membuat kita ingin dekat dengan
Dia. (Mazmur 90:17) Mari kita bahas bagaimana Yehuwa dengan
cara yang menghangatkan hati menyingkapkan diri-Nya dalam Firman-Nya.
9 Alkitab berisi banyak pernyataan langsung yang menyebutkan sifat-sifat Allah. Perhatikan beberapa contoh. ”Yehuwa adalah pencinta keadilan.” (Mazmur 37:28) Allah ”tinggi kekuasaannya”. (Ayub
37:23) ” ’Aku loyal,’ demikian ucapan Yehuwa.” (Yeremia 3:12) ”Hatinya bijaksana.” (Ayub 9:4) Ia adalah ”Allah yang berbelaskasihan dan murah hati, lambat marah dan berlimpah dengan kebaikan
8
8. Mengapa dapat dikatakan bahwa Alkitab sendiri merupakan bukti
kasih Yehuwa kepada kita?
9. Apa beberapa contoh pernyataan langsung di dalam Alkitab yang
menyebutkan sifat-sifat Allah?
Alkitab membantu kita
mendekat kepada Yehuwa
hati yang penuh kasih dan
kebenaran”. (Keluaran 34:6)
”Engkau, oh, Yehuwa, baik
dan siap mengampuni.” (Mazmur 86:5) Dan, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal sebelumnya, ada satu sifat
yang paling menonjol: ”Allah
adalah kasih”. (1 Yohanes 4:8)
Seraya Saudara merenungkan sifat-sifat yang menyenangkan ini,
tidakkah Saudara tertarik kepada Allah yang tiada bandingannya
ini?
10 Selain memberitahukan sifat-sifat-Nya kepada kita, Yehuwa dengan pengasih menyertakan di dalam Firman-Nya contoh-contoh
konkret tentang cara Ia mempertunjukkan sifat-sifat ini melalui
tindakan-Nya. Catatan seperti itu memberikan gambaran mental
yang hidup sehingga dapat membantu kita melihat berbagai segi
kepribadian-Nya dengan lebih jelas, dan selanjutnya, hal itu akan
membantu kita mendekat kepada-Nya. Pertimbangkan sebuah
contoh.
11 Kita akan tergugah sewaktu membaca bahwa Allah ’sangat besar kekuasaannya’. (Yesaya 40:26) Namun, kita akan lebih tergugah lagi sewaktu membaca bagaimana Ia membebaskan bangsa Israel melewati Laut Merah dan kemudian memelihara bangsa itu
selama 40 tahun di padang belantara. Saudara dapat membayangkan bagaimana air yang bergelora terbelah. Saudara dapat membayangkan bangsa itu—seluruhnya kira-kira 3.000.000 orang—berjalan di dasar laut yang kering, air yang membeku berdiri bagaikan
tembok-tembok yang kukuh di kedua sisi mereka. (Keluaran 14:21;
15:8) Saudara dapat melihat bukti adanya perlindungan dan
10, 11. (a) Untuk membantu kita melihat kepribadian-Nya dengan
lebih jelas, apa yang Yehuwa sertakan dalam Firman-Nya? (b) Contoh
Alkitab mana yang membantu kita membayangkan kuasa Allah beraksi?
20
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
pemeliharaan Allah di padang belantara. Air mengalir keluar dari tebing batu. Makanan, yang menyerupai biji putih, terlihat di tanah.
(Keluaran 16:31; Bilangan 20:11) Dengan cara-cara ini, Yehuwa menyingkapkan bahwa Ia tidak hanya memiliki kuasa tetapi Ia menggunakan kuasa itu demi kepentingan umat-Nya. Bukankah sangat
menenteramkan hati apabila kita tahu bahwa doa-doa kita dipanjatkan kepada Allah yang penuh kuasa yang ”adalah perlindungan
dan kekuatan bagi kita, pertolongan yang siap didapat pada waktu
kesesakan”?—Mazmur 46:1.
12 Yehuwa, yang adalah roh, bahkan telah melakukan lebih banyak
hal lagi untuk membantu kita mengenal-Nya. Sebagai manusia, kita
memiliki keterbatasan secara visual sehingga tidak dapat melihat
alam roh. Jika Allah menggambarkan diri-Nya dengan istilah-istilah
roh, hal itu sama seperti Saudara sedang mencoba menjelaskan setiap detail rupa Saudara, seperti warna mata atau bintik-bintik pada
wajah, kepada seseorang yang buta sejak lahir. Sebaliknya, Yehuwa
dengan baik hati membantu kita ”melihat” Dia dengan istilah-istilah yang dapat kita mengerti. Adakalanya, Ia menggunakan gaya bahasa metafora dan gaya bahasa simile untuk menyamakan diri-Nya
dengan hal-hal yang sudah kita kenal. Bahkan, Ia menggambarkan
diri-Nya memiliki beberapa ciri manusia.1
13 Perhatikan uraian tentang Yehuwa yang terdapat di Yesaya 40:11,
”Seperti seorang gembala ia akan menggembalakan kawanannya.
Dengan lengannya ia akan mengumpulkan anak-anak domba; dan
di dadanya ia akan membawa mereka.” Di sini, Yehuwa diumpamakan dengan seorang gembala yang mengangkat domba-domba
dengan ”lengannya”. Perumpamaan ini melukiskan kesanggupan
Allah untuk melindungi dan mendukung umat-Nya, bahkan yang
lebih lemah. Kita dapat merasa aman berada dalam perlindung1 Sebagai contoh, Alkitab berbicara mengenai muka, mata, telinga, lubang hidung, mulut, lengan, dan kaki Allah. (Mazmur 18:15; 27:8; 44:3; Yesaya 60:13;
Matius 4:4; 1 Petrus 3:12) Ungkapan-ungkapan kiasan seperti itu hendaknya tidak ditafsirkan secara harfiah, seperti halnya referensi yang menyatakan bahwa
Yehuwa adalah ”Gunung Batu” atau ”perisai”.—Ulangan 32:4; Mazmur 84:11.
12. Bagaimana Yehuwa membantu kita ”melihat” Dia dengan istilahistilah yang dapat kita mengerti?
13. Gambaran mental apa yang diciptakan Yesaya 40:11, dan bagaimana hal itu mempengaruhi Saudara?
APAKAH SAUDARA BENAR-BENAR DAPAT ’MENDEKAT KEPADA ALLAH’?
21
an lengan-Nya yang kuat, karena jika kita loyal kepada-Nya, Ia tidak akan pernah meninggalkan kita. (Roma 8:38, 39) Sang Gembala Agung membawa domba-domba-Nya ”di dadanya”—sebuah
ungkapan yang menunjuk ke lipatan pakaian bagian atas, tempat
seorang gembala sewaktu-waktu menggendong seekor domba yang
baru lahir. Dengan demikian, kita diyakinkan bahwa Yehuwa sangat
mengasihi kita dan merawat kita dengan lembut. Wajarlah jika kita
ingin dekat dengan Dia.
”Putra Bersedia
Menyingkapkan Dia”
14 Dalam Firman-Nya, Yehuwa menyediakan penyingkapan yang paling dalam
tentang diri-Nya melalui
Putra yang dikasihi-Nya, Yesus. Tidak ada seorang pun
yang dapat mencerminkan
pikiran dan perasaan Allah dengan lebih saksama atau yang dapat
menjelaskan Dia secara lebih gamblang daripada Yesus. Selain itu, Putra sulung tersebut sudah hidup bersisi-sisian dengan Bapaknya sebelum
makhluk-makhluk roh lain dan jagat raya diciptakan. (Kolose 1:15) Yesus mengenal Yehuwa secara intim.
Itu sebabnya ia dapat mengatakan,
”Tidak seorang pun mengenal siapa
14. Mengapa dapat dikatakan bahwa
Yehuwa menyediakan penyingkapan yang paling dalam tentang
diri-Nya melalui Yesus?
Yehuwa telah
menyingkapkan diri-Nya
melalui karya ciptaan-Nya
dan Firman tertulis-Nya
22
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Putra itu kecuali Bapak; dan tidak seorang pun mengenal siapa Bapak
itu, kecuali Putra, dan ia yang kepadanya Putra bersedia menyingkapkan dia.” (Lukas 10:22) Sewaktu berada di bumi sebagai manusia, Yesus menyingkapkan kepribadian Bapaknya dengan dua cara
penting.
15 Pertama, ajaran-ajaran Yesus membantu kita mengenal Bapaknya. Yesus menggambarkan Yehuwa dengan istilah-istilah yang menyentuh hati kita. Misalnya, untuk menerangkan bahwa Allah itu
berbelaskasihan dan menerima kembali pedosa yang bertobat, Yesus
menyamakan Yehuwa dengan seorang ayah pengampun yang sangat tersentuh melihat putranya yang boros pulang sehingga ia berlari dan memeluk leher putranya serta menciumnya dengan lembut. (Lukas 15:11-24) Yesus juga menggambarkan Yehuwa sebagai
Allah yang ’menarik’ orang-orang berhati jujur karena mengasihi
mereka secara perorangan. (Yohanes 6:44) Bahkan, Ia tahu seandainya seekor burung pipit mungil jatuh ke tanah. ”Jangan takut,” jelas Yesus, ”kamu lebih bernilai daripada banyak burung pipit.” (Matius 10:29, 31) Pastilah, kita akan merasa dekat dengan Allah yang
penuh perhatian seperti itu.
16 Kedua, teladan Yesus menunjukkan kepribadian Yehuwa kepada
kita. Sedemikian sempurnanya Yesus mencerminkan Bapaknya sehingga ia dapat mengatakan, ”Ia yang telah melihat aku telah melihat Bapak juga.” (Yohanes 14:9) Jadi, sewaktu kita membaca catatan Injil tentang Yesus—perasaan yang ia pertunjukkan dan cara ia
berurusan dengan orang lain—kita seolah-olah sedang menyaksikan
sebuah gambar hidup tentang Bapaknya. Yehuwa tidak dapat menyingkapkan sifat-sifat-Nya kepada kita dengan cara yang lebih jelas lagi. Mengapa?
17 Sebagai ilustrasi: Bayangkanlah diri Saudara sedang mencoba
menjelaskan apa kebaikan hati itu. Saudara mungkin mendefinisikannya dengan kata-kata. Namun, jika Saudara dapat menunjukkan
seseorang yang memang sedang berbuat baik dan berkata, ”Itulah
satu contoh kebaikan hati”, kata ”kebaikan hati” akan menjadi lebih bermakna dan lebih mudah dimengerti. Yehuwa melakukan hal
15, 16. Dengan dua cara apa Yesus menyingkapkan kepribadian Bapaknya?
17. Ilustrasikanlah apa yang telah Yehuwa lakukan untuk membantu
kita memahami diri-Nya.
APAKAH SAUDARA BENAR-BENAR DAPAT ’MENDEKAT KEPADA ALLAH’?
23
yang serupa untuk membantu kita memahami seperti apa Dia itu.
Selain menggambarkan diri-Nya dengan kata-kata, Ia juga menyediakan Putra-Nya sebagai sebuah contoh hidup bagi kita. Dalam diri
Yesus, sifat-sifat Allah beraksi. Melalui catatan Injil yang menjabarkan tentang Yesus, Yehuwa seolah-olah sedang berkata, ”Seperti itulah diri saya.” Bagaimana catatan terilham tersebut menjabarkan Yesus sewaktu ia berada di bumi?
18 Keempat sifat utama Allah dimanifestasikan dengan sangat baik
dalam diri Yesus. Ia memiliki kuasa atas penyakit, kelaparan, bahkan
kematian. Namun, berbeda dengan pria-pria egois yang menyalahgunakan kekuasaan mereka, ia tidak pernah menggunakan kuasanya yang bersifat mukjizat demi kepentingannya sendiri atau untuk
menyakiti orang lain. (Matius 4:2-4) Ia mencintai keadilan. Hatinya dipenuhi dengan kemarahan yang adil-benar sewaktu melihat
para pedagang yang licik mengeksploitasi orang-orang. (Matius 21:
12, 13) Ia memperlakukan orang-orang yang miskin dan tertindas
dengan tidak berat sebelah, membantu mereka ”menemukan kesegaran” bagi jiwa mereka. (Matius 11:4, 5, 28-30) Ada hikmat yang
tak tertandingi dalam pengajaran Yesus, yang ”lebih daripada Salomo”. (Matius 12:42) Akan tetapi, Yesus tidak pernah memamerkan
hikmatnya. Kata-katanya mencapai hati rakyat jelata, karena pengajarannya jelas, sederhana, dan praktis.
19 Yesus adalah teladan kasih yang menonjol. Sepanjang pelayanannya, ia mempertunjukkan kasih dengan segala seginya, termasuk
empati dan keibaan hati. Ia tidak dapat melihat penderitaan orang
lain tanpa merasa kasihan. Berulang kali, kepekaan terhadap kebutuhan orang lain menggerakkannya untuk bertindak. (Matius 14:14)
Meskipun ia menyembuhkan orang sakit dan memberi makan
orang lapar, Yesus mempertunjukkan keibaan hati dengan cara yang
jauh lebih penting. Ia membantu orang-orang untuk mengenal,
menerima, dan mengasihi kebenaran tentang Kerajaan Allah, yang
akan membawa berkat-berkat abadi bagi umat manusia. (Markus 6:
34; Lukas 4:43) Yang terutama, Yesus menunjukkan kasih yang rela
18. Bagaimana Yesus mempertunjukkan kuasa, keadilan, dan hikmat?
19, 20. (a) Bagaimana Yesus menjadi teladan kasih yang menonjol?
(b) Seraya kita membaca dan merenungkan teladan Yesus, apa yang
hendaknya kita camkan?
24
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Pertanyaan untuk Direnungkan
Mazmur 15:1-5 Apa yang Yehuwa harapkan dari orang-orang
yang ingin menjadi sahabat-Nya?
Mazmur 34:1-18 Kepada siapa Yehuwa dekat, dan mereka dapat memiliki keyakinan apa kepada-Nya?
Mazmur 145:18-21 Apa yang dapat kita lakukan untuk mendekatkan diri kepada Yehuwa?
2 Korintus 6:14 –7:1 Apa yang sangat perlu dilakukan jika
kita ingin mempertahankan hubungan yang erat dengan Yehuwa?
berkorban dengan bersedia menyerahkan jiwanya demi kepentingan orang-orang lain.—Yohanes 15:13.
20 Karena itu, tidaklah mengherankan, bukan, jika orang-orang
dari segala usia dan latar belakang tertarik kepada pria yang memiliki kehangatan yang lembut dan perasaan yang dalam ini? (Markus
10:13-16) Meskipun demikian, seraya kita membaca dan merenungkan contoh yang hidup dari Yesus, marilah kita selalu mencamkan
bahwa dalam diri Putra ini kita melihat cerminan Bapaknya secara
jelas.—Ibrani 1:3.
Sebuah Alat Bantu Belajar untuk Kita
Dengan menyingkapkan diri-Nya dengan begitu jelas dalam Firman-Nya, Yehuwa menandaskan bahwa Ia menginginkan agar kita
dekat dengan Dia. Sementara itu, Ia tidak memaksa kita untuk berupaya memiliki hubungan yang diperkenan dengan-Nya. Terserah
kepada kita untuk mencari Yehuwa ”sementara ia dapat ditemui”.
(Yesaya 55:6) Mencari Yehuwa mencakup mempelajari sifat-sifatNya dan cara Ia bertindak seperti yang disingkapkan di dalam Alkitab. Alat bantu belajar yang sedang Saudara baca sekarang dirancang
untuk membantu Saudara dalam upaya tersebut.
22 Saudara akan melihat bahwa buku ini dibagi menjadi bagian-bagian yang berhubungan dengan keempat sifat utama Yehuwa: kuasa,
21
21, 22. Apa yang tercakup dalam mencari Yehuwa, dan apa isi alat
bantu belajar ini yang dapat membantu kita dalam upaya tersebut?
APAKAH SAUDARA BENAR-BENAR DAPAT ’MENDEKAT KEPADA ALLAH’?
25
keadilan, hikmat, dan kasih. Setiap bagian akan diawali dengan suatu tinjauan tentang setiap sifat. Beberapa pasal selanjutnya membahas bagaimana Yehuwa memperlihatkan sifat tersebut dengan berbagai seginya. Setiap bagian juga dilengkapi dengan sebuah pasal
yang menunjukkan bagaimana Yesus mencerminkan sifat tersebut,
dan juga sebuah pasal yang mengulas bagaimana kita dapat memperlihatkannya dalam kehidupan kita.
23 Mulai pasal ini, ada satu bagian khusus yang berjudul ”Pertanyaan untuk Direnungkan”. Sebagai contoh, cobalah lihat kotak di halaman 24. Ayat-ayat dan pertanyaan-pertanyaannya tidak dirancang
untuk meninjau kembali isi pasal, tetapi untuk membantu Saudara
merenungkan aspek-aspek penting lain dari pokok tersebut. Bagaimana Saudara dapat menggunakan bagian ini dengan efektif ? Bukalah setiap ayat yang dikutip dan bacalah dengan teliti. Kemudian,
perhatikan pertanyaan yang menyertai setiap kutipan. Pikirkanlah
jawabannya secara mendalam. Saudara mungkin dapat melakukan
sedikit riset. Tanyailah diri Saudara beberapa pertanyaan tambahan:
’Dari informasi ini, apa yang dapat saya ketahui tentang Yehuwa?
Bagaimana hal itu mempengaruhi kehidupan saya? Bagaimana saya
dapat menggunakannya untuk membantu orang-orang lain?’
24 Perenungan semacam itu membantu kita semakin mendekat kepada Yehuwa. Mengapa? Alkitab menghubungkan perenungan dengan hati. (Mazmur 19:14) Sewaktu kita dengan penuh penghargaan merenungkan apa yang kita pelajari tentang Allah, informasi
tersebut akan meresap ke dalam hati kita, yang mempengaruhi pikiran kita, menggugah perasaan kita, dan akhirnya menggerakkan
kita untuk bertindak. Kasih kita kepada Allah diperdalam, dan pada
waktunya, kasih itu akan menggerakkan kita untuk menyenangkan
Dia sebagai Sahabat kita yang paling kita kasihi. (1 Yohanes 5:3) Untuk menjalin hubungan seperti itu, kita harus mencari tahu tentang
sifat-sifat dan jalan-jalan Yehuwa. Akan tetapi, pertama-tama marilah kita membahas salah satu aspek kepribadian Yehuwa yang memberi kita alasan yang mendesak untuk mendekat kepada-Nya—kekudusan-Nya.
23, 24. (a) Jelaskanlah bagian khusus yang berjudul ”Pertanyaan
untuk Direnungkan”. (b) Bagaimana perenungan membantu kita semakin mendekat kepada Allah?
P A S A L
3
”Kudus, Kudus, Kuduslah Yehuwa”
YESAYA sangat takjub sewaktu melihat pemandangan di hadapannya—suatu penglihatan dari Allah. Penglihatan itu begitu nyata
sehingga Yesaya belakangan menuliskannya seolah-olah ia benarbenar ”melihat Yehuwa” di atas takhta-Nya yang tinggi. Punca jubah Yehuwa terjurai memenuhi bait yang sangat besar di Yerusalem.—Yesaya 6:1, 2.
2 Yesaya juga sangat takjub akan apa yang ia dengar—nyanyian yang sedemikian nyaringnya sehingga mengguncangkan seluruh bait bahkan sampai ke fondasi-fondasinya. Nyanyian tersebut
dilantunkan para serafim, makhluk-makhluk roh yang berkedudukan sangat tinggi. Nyanyian mereka yang nyaring dan harmonis tersebut mengumandangkan kata-kata yang sederhana tetapi
agung ini, ”Kudus, kudus, kuduslah Yehuwa yang berbala tentara.
Seluruh bumi penuh dengan kemuliaannya.” (Yesaya 6:3, 4) Dengan menyanyikan kata ”kudus” sebanyak tiga kali, mereka memberikan penandasan khusus pada kata tersebut, dan ini sangat
cocok karena Yehuwa kudus pada tingkat yang tertinggi. (Penyingkapan 4:8) Kekudusan Yehuwa ditandaskan di seluruh Alkitab. Ratusan ayat menghubungkan nama-Nya dengan kata ”kudus” dan
”kekudusan”.
3 Jadi, jelaslah bahwa salah satu hal utama yang Yehuwa ingin
kita pahami mengenai diri-Nya adalah bahwa Ia kudus. Namun,
dewasa ini banyak orang tidak tertarik dengan gagasan tersebut.
Beberapa orang dengan keliru menghubungkan kekudusan dengan sikap menganggap diri adil-benar atau sok saleh. Bagi orang
yang sedang berjuang melawan perasaaan rendah diri, kekudusan Allah mungkin tampak lebih menakutkan ketimbang menarik. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak akan pernah
layak mendekat kepada Allah yang kudus ini. Oleh karena itu, ba1, 2. Penglihatan apa yang diterima nabi Yesaya, dan apa yang diajarkan penglihatan itu kepada kita tentang Yehuwa?
3. Bagaimana pandangan yang keliru mengenai kekudusan Yehuwa
memalingkan banyak orang dari Allah dan bukannya mendekatkan
mereka kepada-Nya?
”KUDUS, KUDUS, KUDUSLAH YEHUWA”
27
nyak orang berpaling dari Allah karena kekudusan-Nya. Hal ini
sangat disayangkan karena kekudusan Allah sebenarnya merupakan alasan yang kuat untuk mendekat kepada-Nya. Mengapa? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita bahas apa sebenarnya kekudusan sejati itu.
Apakah Kekudusan itu?
Kenyataan bahwa Allah adalah kudus tidak berarti bahwa Ia
sombong, angkuh, atau memandang hina orang lain. Sebaliknya,
Ia membenci sifat-sifat itu. (Amsal 16:5; Yakobus 4:6) Jadi, apa arti
kata ”kudus” yang sesungguhnya? Dalam bahasa Ibrani Alkitab,
kata yang diterjemahkan ”kudus” berasal dari istilah yang berarti ”terpisah”. Dalam ibadat, kata ”kudus” diterapkan pada sesuatu yang dipisahkan dari penggunaan secara umum, atau dianggap
suci. Kekudusan juga dengan tandas mengandung gagasan kebersihan dan kemurnian. Bagaimana kata tersebut berlaku bagi Yehuwa? Apakah berarti Ia ”terpisah” dari manusia yang tidak sempurna, sangat jauh dari kita?
5 Sama sekali tidak. Sebagai ”Pribadi Kudus Israel”, Yehuwa
menggambarkan diri-Nya berdiam ”di tengah-tengah” umat-Nya,
meskipun mereka berdosa. (Yesaya 12:6; Hosea 11:9) Jadi, kekudusan-Nya tidaklah menjauhkan Dia dari kita. Kalau begitu, bagaimana Ia ”terpisah”? Dalam dua arti penting. Pertama-tama, Ia
terpisah dari semua ciptaan dalam arti bahwa Dialah sajalah Yang
Mahatinggi. Kemurnian dan kebersihan-Nya mutlak dan abadi.
(Mazmur 40:5; 83:18) Kedua, Yehuwa sepenuhnya terpisah dari segala dosa, dan fakta ini melegakan kita. Mengapa?
6 Kita hidup di suatu dunia tempat kekudusan sejati merupakan
hal yang langka. Segala sesuatu yang menyangkut masyarakat manusia yang terasing dari Allah telah tercemar dengan satu atau lain
cara, ternoda oleh dosa dan ketidaksempurnaan. Kita semua harus berperang melawan dosa dalam diri kita. Dan, kita semua berada dalam bahaya untuk dikalahkan oleh dosa jika kita lengah.
(Roma 7:15-25; 1 Korintus 10:12) Yehuwa tidak berada dalam
4
4, 5. (a) Apa yang dimaksud dengan kekudusan, dan apa yang tidak
dimaksudkannya? (b) Dalam dua arti penting apa Yehuwa ”terpisah”?
6. Mengapa kita dapat merasa lega karena keterpisahan Yehuwa yang
mutlak dari dosa?
28
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
bahaya seperti itu. Karena sepenuhnya bebas dari dosa, Ia tidak pernah dinodai oleh dosa sekecil apa pun. Hal itu menegaskan kembali penilaian kita tentang Yehuwa sebagai Bapak yang
ideal, karena hal tersebut membuat Ia dapat diandalkan sepenuhnya. Tidak seperti banyak ayah manusia yang berdosa, Yehuwa tidak akan pernah menjadi bejat, amoral, atau kejam. Karena kudus,
Ia sama sekali tidak mungkin melakukan hal-hal itu. Pada saat-saat
tertentu Yehuwa bahkan bersumpah demi kekudusan-Nya sendiri,
karena itulah yang membuat sumpah-Nya benar-benar dapat dipercaya. (Amos 4:2) Bukankah fakta itu sangat menenteramkan
hati?
7 Kekudusan tidak dapat dipisahkan dari pribadi Yehuwa. Apa artinya hal itu? Sebagai ilustrasi: Pertimbangkanlah kata ”manusia”
dan ”ketidaksempurnaan”. Saudara tidak dapat bercerita tentang
manusia tanpa berpikir tentang ketidaksempurnaan. Ketidaksempurnaan menyatu dalam diri kita dan mewarnai setiap tindakan kita. Sekarang, perhatikan kedua kata yang sangat berbeda ini
—”Yehuwa” dan ”kudus”. Kekudusan menyatu dalam diri Yehuwa. Segala sesuatu dalam diri-Nya bersih, murni, dan lurus. Kita
tidak dapat benar-benar mengenal Yehuwa tanpa menyelami kata
yang penuh makna ini—”kudus”.
”Yehuwa Adalah Kudus”
Karena Yehuwa adalah manifestasi dari kekudusan, Ia layak disebut sebagai sumber segala kekudusan. Ia tidak mementingkan
diri, menahan sifat yang berharga ini bagi diri-Nya sendiri; Ia
memberikan sifat ini kepada orang lain, dan memberikannya dengan murah hati. Bahkan, sewaktu Allah berbicara kepada Musa
melalui seorang malaikat di sebuah semak yang bernyala, tanah
di sekelilingnya menjadi kudus karena kaitannya dengan Yehuwa!
—Keluaran 3:5.
9 Dapatkah manusia yang tak sempurna menjadi kudus dengan
bantuan Yehuwa? Ya, dalam arti yang relatif. Allah memberi umatNya Israel prospek untuk menjadi ”suatu bangsa yang kudus”.
8
7. Mengapa dapat dikatakan bahwa kekudusan tidak dapat dipisahkan dari pribadi Yehuwa?
8, 9. Apa yang menunjukkan bahwa Yehuwa membantu manusia
yang tak sempurna untuk menjadi kudus dalam arti yang relatif ?
”KUDUS, KUDUS, KUDUSLAH YEHUWA”
29
(Keluaran 19:6) Ia memberkati bangsa itu dengan suatu sistem ibadat yang kudus, bersih, murni. Oleh karena itu, kekudusan merupakan tema yang muncul berulang kali dalam Hukum Musa. Bahkan, imam besar mengenakan sebuah lempeng emas di bagian
depan serbannya, sehingga semua orang dapat melihatnya berkilauan dalam terang. Di situ terukir kata-kata, ”Yehuwa adalah Kudus.” (Keluaran 28:36) Dengan demikian, suatu standar yang tinggi dalam hal kebersihan dan kemurnian membedakan ibadat
mereka dan, sesungguhnya, jalan hidup mereka. Yehuwa memberi tahu mereka, ”Kamu harus menjadi kudus, karena aku Yehuwa, Allahmu, kudus.” (Imamat 19:2) Selama orang Israel hidup
selaras dengan nasihat Allah sesuai dengan kesanggupan mereka
sebagai manusia yang tidak sempurna, mereka kudus dalam arti
yang relatif.
10 Penitikberatan pada kekudusan ini sangat kontras dengan ibadat bangsa-bangsa di sekeliling Israel. Bangsa-bangsa kafir tersebut menyembah allah-allah yang keberadaannya hanyalah suatu
kebohongan dan kepalsuan belaka, para allah yang digambarkan
bersifat bengis, tamak, dan berganti-ganti pasangan. Mereka tidak kudus dalam semua segi. Beribadat kepada allah-allah semacam itu menjadikan orang tidak kudus. Oleh karena itu, Yehuwa memperingatkan hamba-hamba-Nya untuk memisahkan diri
dari orang kafir dan praktek-praktek agama mereka yang tercemar.
—Imamat 18:24-28; 1 Raja 11:1, 2.
11 Bahkan dalam keadaannya yang terbaik pun, bangsa pilihan Yehuwa, Israel zaman dahulu, hanya dapat memberikan gambaran yang samar-samar mengenai kekudusan organisasi surgawi Allah. Jutaan makhluk roh yang dengan loyal melayani Allah
disebut sebagai ”berlaksa-laksa pribadi kudusnya”. (Ulangan 33:2;
Yudas 14) Mereka dengan sempurna mencerminkan keindahan
yang murni dan cemerlang dari kekudusan Allah. Dan, ingatlah
para serafim yang dilihat Yesaya dalam penglihatannya. Isi nyanyian mereka memperlihatkan bahwa makhluk-makhluk roh yang
perkasa ini memainkan peranan penting dalam memperkenalkan
10. Sehubungan dengan kekudusan, kontras apa yang ada antara Israel zaman dahulu dan bangsa-bangsa di sekelilingnya?
11. Bagaimana kekudusan organisasi surgawi Yehuwa nyata pada
(a) para malaikat? (b) para serafim? (c) Yesus?
30
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
kekudusan Yehuwa di seluruh alam semesta. Akan tetapi, ada satu
makhluk roh yang lebih tinggi dari mereka—satu-satunya Putra
Allah yang diperanakkan. Yesus adalah cerminan tertinggi dari kekudusan Allah. Sudah sepantasnya jika ia dikenal sebagai ”Yang
Kudus dari Allah”.—Yohanes 6:68, 69.
Kudus Nama-Nya, Kudus Roh-Nya
Bagaimana dengan nama Allah sendiri? Seperti yang kita lihat
di Pasal 1, nama itu bukan sekadar gelar atau label. Nama tersebut
mencerminkan Allah Yehuwa, mencakup semua sifat-Nya. Oleh
karena itu, Alkitab memberi tahu kita bahwa ”namanya kudus”.
(Yesaya 57:15) Menurut Hukum Musa, mencemari nama Allah
dianggap sebagai pelanggaran dengan hukuman mati. (Imamat
24:16) Dan, perhatikan apa yang Yesus sebut sebagai pokok yang
paling utama untuk didoakan, ”Bapak kami yang di surga, biarlah namamu disucikan.” (Matius 6:9) Menyucikan sesuatu berarti
memisahkannya sebagai sesuatu yang suci dan menyanjungnya,
menjunjungnya sebagai sesuatu yang kudus. Namun, mengapa sesuatu yang pada hakikatnya murni seperti nama Allah masih perlu disucikan?
13 Nama kudus Allah telah dikecam, dinodai dengan dusta dan
fitnah. Di Eden, Setan berdusta mengenai Yehuwa dan menyiratkan bahwa Ia adalah Penguasa yang tidak adil. (Kejadian 3:1-5)
Sejak saat itu, Setan—penguasa dunia yang tidak kudus ini—telah
memastikan agar dusta mengenai Allah semakin berlipat ganda.
(Yohanes 8:44; 12:31; Penyingkapan 12:9) Agama-agama menggambarkan Allah sebagai pribadi yang sewenang-wenang, dingin,
atau kejam. Mereka mengaku memiliki dukungan-Nya dalam perang-perang mereka yang haus darah. Mereka tidak mau mengakui kegiatan penciptaan Allah yang menakjubkan tetapi mengatakan bahwa semuanya terjadi secara kebetulan, atau karena
evolusi. Ya, nama Allah telah difitnah dengan kejam. Nama itu harus disucikan; kemuliaannya yang sebenarnya harus dipulihkan.
Kita merindukan penyucian nama-Nya dan pembenaran kedaulatan-Nya, dan kita senang untuk menjalankan peran apa pun dalam
maksud-tujuan yang agung tersebut.
12
12, 13. (a) Mengapa nama Allah dengan tepat dikatakan kudus?
(b) Mengapa nama Allah harus disucikan?
”KUDUS, KUDUS, KUDUSLAH YEHUWA”
31
14 Ada satu lagi yang erat kaitannya dengan Yehuwa, sesuatu yang selalu disebut kudus—roh-Nya, atau tenaga aktif-Nya. (Kejadian 1:2) Yehuwa menggunakan tenaga yang tak ada tandingannya ini untuk melaksanakan maksud-tujuan-Nya. Semua yang
Allah lakukan, Ia jalankan dengan cara yang kudus, murni, dan
bersih, sehingga tenaga aktif-Nya dengan tepat dinamakan roh kudus, atau roh kekudusan. (Lukas 11:13; Roma 1:4) Menghujat roh
kudus, yang berarti bertindak menentang maksud-tujuan Yehuwa
dengan sengaja, dianggap sebagai dosa yang tak terampuni.—Markus 3:29.
Mengapa Kekudusan Yehuwa
Menarik Kita Kepada-Nya
15 Berdasarkan keterangan sebelumnya, tidaklah sulit untuk
mengerti mengapa Alkitab menghubungkan kekudusan Allah dengan rasa takut yang saleh di pihak manusia. Misalnya, Mazmur
99:3 berbunyi, ”Biarlah mereka menyanjung namamu. Agung dan
membangkitkan rasa takut, kuduslah itu.” Akan tetapi, rasa takut
ini bukanlah suatu kengerian yang hebat. Sebaliknya, hal itu adalah perasaan takjub dan hormat yang dalam, bentuk respek yang
paling luhur. Sungguh tepat untuk memiliki perasaan demikian karena kekudusan Allah sangatlah jauh mengungguli kita. Kekudusan tersebut bersih cemerlang, mahaindah. Namun, hal itu
hendaknya tidak membuat kita menjauhi-Nya. Sebaliknya, pandangan yang tepat sehubungan dengan kekudusan Allah akan lebih mendekatkan kita kepada-Nya. Mengapa?
16 Salah satu alasannya adalah Alkitab menghubungkan kekudusan dengan keindahan. Di Yesaya 63:15, surga digambarkan sebagai
’tempat tinggal Allah yang mulia, kudus dan indah’. Keindahan
selalu menarik perhatian kita. Sebagai contoh, lihatlah gambar di
halaman 33. Tidakkah Saudara tertarik kepada pemandangan itu?
14. Mengapa roh Allah disebut kudus, dan mengapa menghujat roh
kudus merupakan dosa yang sangat serius?
15. Mengapa memiliki rasa takut yang saleh merupakan reaksi yang
tepat terhadap kekudusan Yehuwa, dan apa yang tercakup dalam rasa
takut semacam itu?
16. (a) Bagaimana kekudusan berhubungan dengan keindahan? Berikan sebuah contoh. (b) Bagaimana uraian dalam penglihatan tentang Yehuwa menegaskan kebersihan, kemurnian, dan terang?
32
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Apa yang membuatnya begitu menarik? Perhatikan betapa jernih
air itu. Bahkan, udaranya pasti bersih karena langitnya biru dan
cahayanya tampak berkilau. Sekarang, jika pemandangan yang
sama diubah—alirannya tersumbat sampah, pepohonan dan bebatuannya dipenuhi grafiti, udaranya dikotori asap—kita tidak lagi
tertarik melihatnya; kita akan menghindarinya. Secara alami, kita
menghubungkan keindahan dengan kebersihan, kemurnian, dan
terang. Kata-kata tersebut dapat digunakan untuk melukiskan kekudusan Yehuwa. Tidak mengherankan jika uraian dalam penglihatan tentang Yehuwa memikat kita! Memancarkan cahaya, berkilauan laksana permata, bersinar-sinar bagaikan api atau logam
berharga yang paling murni dan paling cemerlang—seperti itulah
keindahan Allah kita yang kudus.—Yehezkiel 1:25-28; Penyingkapan 4:2, 3.
17 Akan tetapi, haruskah kekudusan Allah membuat kita merasa lebih rendah daripada Dia? Tentu saja, jawabannya adalah ya.
Bagaimanapun juga, kita memang lebih rendah daripada Yehuwa
—dan pernyataan itu sangat tidak memadai untuk menyatakan keadaan yang sebenarnya, kita jauh lebih rendah. Haruskah pengetahuan tersebut menjauhkan kita dari Dia? Pertimbangkanlah reaksi Yesaya sewaktu mendengar para serafim mengumumkan
kekudusan Yehuwa. ”Lalu aku mengatakan, ’Celaka bagiku! Sebab
aku sama saja seperti telah dibungkam, karena aku seorang yang
najis bibir, dan aku tinggal di antara suatu bangsa yang najis bibir; karena mataku telah melihat sang Raja, Yehuwa yang berbala tentara!’ ” (Yesaya 6:5) Ya, kekudusan Yehuwa yang tak terbatas
mengingatkan Yesaya akan betapa berdosa dan tak sempurnanya
dia. Pada mulanya, pria yang setia tersebut merasa sangat sedih.
Namun, Yehuwa tidak membiarkan dia terus seperti itu.
18 Segera, salah seorang serafim menghibur sang nabi. Bagaimana? Makhluk roh yang perkasa tersebut terbang ke mezbah,
mengambil bara dari situ, dan menyentuhkan bara tersebut ke
bibir Yesaya. Hal itu mungkin terdengar lebih menyakitkan daripada menghibur. Akan tetapi, ingatlah bahwa hal itu adalah suatu
17, 18. (a) Bagaimana Yesaya pada mulanya dipengaruhi oleh penglihatan yang diterimanya? (b) Bagaimana Yehuwa menggunakan salah seorang serafim untuk menghibur Yesaya, dan apa makna tindakan salah seorang serafim tersebut?
Keindahan menarik perhatian kita, demikian pula dengan kekudusan
34
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Pertanyaan untuk Direnungkan
Imamat 19:1-18 Agar tingkah laku kita menjadi kudus, apa beberapa prinsip yang harus kita terapkan?
Ulangan 23:9-14 Bagaimana kebersihan pribadi berhubungan
dengan kekudusan? Bagaimana hal ini seharusnya mempengaruhi pakaian dan dandanan dan rumah kita?
Roma 6:12-23; 12:1-3 Seraya berjuang untuk menjadi kudus, bagaimana kita perlu memandang dosa dan pengaruh dunia ini?
Ibrani 12:12-17 Bagaimana kita dapat mengejar kesucian, atau
kekudusan?
penglihatan yang penuh dengan makna simbolis. Yesaya, seorang
Yahudi yang setia, tahu betul bahwa setiap hari korban-korban dipersembahkan di mezbah bait untuk mengadakan pendamaian
bagi dosa-dosa. Dan, salah seorang serafim tersebut dengan pengasih mengingatkan sang nabi bahwa meskipun ia memang tak
sempurna, ”najis bibir”, ia dapat memperoleh kedudukan yang
bersih di hadapan Allah.1 Yehuwa bersedia menganggap manusia
yang berdosa dan tak sempurna kudus—setidaknya dalam arti relatif.—Yesaya 6:6, 7.
19 Hal yang serupa berlaku dewasa ini. Semua korban yang dipersembahkan di atas mezbah di Yerusalem hanyalah bayangan
dari sesuatu yang lebih besar—korban yang sempurna, yang dipersembahkan oleh Yesus Kristus pada tahun 33 M. (Ibrani 9:11-14)
Apabila kita sungguh-sungguh bertobat dari dosa-dosa kita, memperbaiki haluan kita yang salah, dan memperlihatkan iman akan
korban tersebut, kita akan diampuni. (1 Yohanes 2:2) Kita juga dapat menikmati kedudukan yang bersih di hadapan Allah. Oleh karena itu, rasul Petrus mengingatkan kita, ”Ada tertulis, ’Kamu
1 Ungkapan ”najis bibir” memang tepat, karena bibir sering kali digunakan secara kiasan dalam Alkitab untuk memaksudkan tutur kata atau bahasa. Sebagian
besar dosa yang dilakukan manusia yang tidak sempurna disebabkan oleh cara
mereka menggunakan kesanggupan berbicara.—Amsal 10:19; Yakobus 3:2, 6.
19. Meski tak sempurna, mengapa mungkin bagi kita untuk menjadi kudus dalam arti yang relatif?
”KUDUS, KUDUS, KUDUSLAH YEHUWA”
35
harus kudus, karena aku kudus.’ ” (1 Petrus 1:16) Perhatikan bahwa Yehuwa tidak mengatakan bahwa kita harus sama kudusnya
seperti Dia. Ia tidak pernah mengharapkan sesuatu yang mustahil dari kita. (Mazmur 103:13, 14) Sebaliknya, Yehuwa mengatakan bahwa kita harus kudus karena Ia kudus. ”Sebagai anak-anak
yang dikasihi”, kita berupaya meniru Dia sesanggup kita sebagai
manusia yang tidak sempurna. (Efesus 5:1) Jadi, mencapai kekudusan merupakan proses yang berkesinambungan. Seraya bertumbuh secara rohani, kita ”menyempurnakan kekudusan” dari hari
ke hari.—2 Korintus 7:1.
20 Yehuwa mengasihi apa yang lurus dan murni. Ia membenci
dosa. (Habakuk 1:13) Tetapi, Ia tidak membenci kita. Asalkan kita
memandang dosa sebagaimana Ia memandangnya—membenci
apa yang buruk, mengasihi apa yang baik—dan berupaya keras
mengikuti jejak kaki Kristus Yesus yang sempurna, Yehuwa mengampuni dosa-dosa kita. (Amos 5:15; 1 Petrus 2:21) Apabila kita memahami bahwa kita dapat menjadi bersih di mata Allah kita yang
kudus, pengaruhnya sangat dalam pada diri kita. Ingatlah, kekudusan Yehuwa pertama-tama mengingatkan Yesaya akan kenajisannya sendiri. Ia berseru, ”Celaka bagiku!” Namun, setelah ia tahu
bahwa dosa-dosanya telah didamaikan, sudut pandangannya berubah. Sewaktu Yehuwa meminta seorang relawan untuk menjalankan suatu tugas, Yesaya segera menanggapi, meskipun ia tidak
tahu apa yang terlibat di dalamnya. Ia berseru, ”Ini aku! Utuslah
aku.”—Yesaya 6:5-8.
21 Kita dibuat menurut gambar Allah yang kudus, dikaruniai sifat-sifat moral dan kesanggupan rohani. (Kejadian 1:26) Di dalam diri kita semua terdapat potensi untuk menjadi kudus. Seraya
kita terus memupuk kekudusan, Yehuwa senang untuk membantu. Pada waktu yang sama, kita akan semakin dekat dengan Allah
kita yang kudus. Selain itu, seraya kita mengulas sifat-sifat Yehuwa
di pasal-pasal selanjutnya, kita akan melihat bahwa ada banyak sekali alasan yang sangat kuat untuk mendekat kepada-Nya!
20. (a) Mengapa penting untuk memahami bahwa kita dapat menjadi bersih di mata Allah kita yang kudus? (b) Bagaimana Yesaya dipengaruhi oleh pengetahuan bahwa dosa-dosanya telah didamaikan?
21. Dasar apa yang kita miliki untuk yakin bahwa kita dapat memupuk sifat kekudusan?
B A G I A N
1
”KEKUASAANNYA SANGAT BESAR”
Pada bagian ini, kita akan memeriksa catatan Alkitab
yang menceritakan kuasa Yehuwa untuk menciptakan,
untuk membinasakan, untuk melindungi, dan untuk
memulihkan. Dengan memahami bagaimana
Allah Yehuwa, yang ”kekuasaannya sangat besar”,
menggunakan ”energi dinamis”-Nya,
hati kita akan dipenuhi perasaan takjub.
—Yesaya 40:26.
P A S A L
4
”Yehuwa . . . Besar Kekuatannya”
ELIA pernah melihat hal-hal yang menakjubkan sebelumnya. Ia
pernah melihat burung-burung gagak besar membawakan makanan untuknya dua kali sehari sewaktu ia sedang berada di persembunyian. Ia pernah melihat dua wadah menyediakan tepung dan minyak selama suatu masa kelaparan yang panjang dan kedua wadah
itu tidak pernah kosong. Ia bahkan pernah melihat api turun dari
langit sebagai jawaban atas doanya. (1 Raja, pasal 17, 18) Namun,
Elia belum pernah melihat sesuatu yang sedemikian menakjubkan
seperti yang berikut ini.
2 Sewaktu sedang mendekam di dekat mulut sebuah gua di Gunung Horeb, ia menyaksikan serangkaian peristiwa spektakuler.
Pertama-tama, ada angin. Angin tersebut pastilah menggemuruh,
menimbulkan suara yang memekakkan telinga, karena angin tersebut amat dahsyat sampai-sampai membelah gunung-gunung dan
menghancurkan bukit-bukit karang. Kemudian terjadilah gempa
bumi, yang menyebabkan terlepasnya kekuatan yang luar biasa besar yang tersimpan dalam kerak bumi. Setelah itu, datanglah api.
Seraya api itu menyapu kawasan tersebut, agaknya Elia bisa merasakan embusan angin panasnya yang menyengat.—1 Raja 19:8-12.
3 Beragam peristiwa yang Elia saksikan itu memiliki satu persamaan—semuanya adalah pertunjukan kuasa atau kekuatan yang besar dari Allah Yehuwa. Tentu saja, kita tidak perlu melihat mukjizat untuk memahami bahwa Allah memiliki sifat tersebut. Sifat
itu mudah terlihat. Alkitab memberi tahu kita bahwa ciptaan membuktikan ’kuasa kekal dan Keilahian’ Yehuwa. (Roma 1:20) Cobalah
pikirkan kilat yang menyilaukan dan badai guntur yang menggelegar, jeram yang luar biasa indahnya dari sebuah air terjun yang
sangat besar, langit berbintang yang tak terhingga luasnya! Tidakkah Saudara melihat kuasa Allah dalam semua ciptaan itu? Namun,
1, 2. Hal-hal menakjubkan apa yang pernah Elia lihat selama hidupnya, tetapi peristiwa-peristiwa spektakuler apa yang ia saksikan dari
gua di Gunung Horeb?
3. Elia menyaksikan bukti tentang sifat ilahi yang mana, dan di mana
kita dapat melihat bukti akan sifat yang sama?
38
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
dewasa ini hanya segelintir orang yang benar-benar mengakui kuasa Allah. Bahkan, lebih sedikit lagi orang yang memiliki pandangan yang tepat mengenainya. Akan tetapi, pemahaman tentang sifat
ilahi ini memberi kita banyak alasan untuk mendekat kepada Yehuwa. Pada bagian ini, kita akan secara terperinci mempelajari kuasa
Yehuwa yang tiada bandingannya.
Sifat Yehuwa yang Sangat Penting
Yehuwa itu tidak tertandingi dalam hal kuasa. Yeremia 10:6 mengatakan, ”Dalam hal apa pun tidak ada yang seperti engkau, oh,
Yehuwa. Engkau agung, dan namamu sangat perkasa.” Perhatikan
bahwa keperkasaan, atau kuasa, dihubungkan dengan nama Yehuwa. Ingatlah, nama itu tampaknya berarti ”Ia Menyebabkan Menjadi”. Apa yang membuat Yehuwa dapat menciptakan apa pun yang
Ia sukai dan menjadi apa pun yang Ia inginkan? Kuasa-Nya. Ya, kesanggupan Yehuwa untuk bertindak, untuk melaksanakan kehendak-Nya, tidaklah terbatas. Kuasa semacam itu adalah salah satu sifat-Nya yang sangat penting.
5Karena kita tidak akan pernah dapat memahami segenap lingkup kuasa-Nya, Yehuwa menggunakan ilustrasi untuk membantu
kita. Seperti yang telah kita lihat, Ia menggunakan lembu untuk
melambangkan kuasa-Nya. (Yehezkiel 1:4-10) Pilihan itu memang
cocok, karena lembu yang dijinakkan pun merupakan hewan yang
sangat besar dan sangat kuat. Orang-orang di Palestina pada zaman Alkitab sangat jarang, kalau pun pernah, berhadapan dengan
hewan yang lebih kuat. Tetapi, mereka mengenal satu jenis lembu
yang lebih menakutkan—lembu jantan liar, atau lembu asali (Bos
primigenius), yang belakangan punah. (Ayub 39:9-12) Kaisar Romawi, Yulius Caesar, pernah menyatakan bahwa ukuran lembu ini
hampir sebesar gajah. ”Besar kekuatannya,” tulisnya, ”dan tinggi
kecepatannya.” Bayangkan betapa kecil dan lemah rasanya apabila
Saudara berdiri di samping makhluk seperti itu!
6 Demikian pula, manusia sangat kecil dan tak berdaya dibanding4
4, 5. (a) Apa hubungan antara nama Yehuwa dan keperkasaan atau
kuasa-Nya? (b) Mengapa cocok jika Yehuwa memilih lembu untuk
melambangkan kuasa-Nya?
6. Mengapa hanya Yehuwa yang disebut ”Yang Mahakuasa”?
”Lihat! Yehuwa sedang lewat”
40
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
kan dengan Allah kuasa, Yehuwa. Bagi-Nya, bangsa-bangsa yang
perkasa pun hanyalah bagaikan lapisan tipis debu pada timbangan.
(Yesaya 40:15) Tidak seperti makhluk mana pun, Yehuwa memiliki
kuasa yang tak terbatas, karena hanya Dialah yang disebut ”Yang
Mahakuasa”. (Penyingkapan 15:3) Yehuwa ’sangat besar kekuasaannya’ dan ’berlimpah energi dinamisnya’. (Yesaya 40:26) Ia adalah sumber kuasa yang selalu berlimpah dan tiada habisnya. Ia tidak bergantung pada sumber luar mana pun untuk mendapatkan
energi, karena ”kekuatan berasal dari Allah”. (Mazmur 62:11) Akan
tetapi, melalui sarana apa Yehuwa mengerahkan kuasa-Nya?
Bagaimana Yehuwa Mengerahkan Kuasa-Nya
7Roh kudus tercurah dari Yehuwa dalam jumlah yang tak terbatas. Roh kudus adalah kuasa Allah yang beraksi. Malah, di Kejadian
1:2, Alkitab menyebutnya sebagai ”tenaga aktif” Allah. Kata Ibrani
dan Yunani asli yang diterjemahkan ”roh” dapat, dalam konteks
yang berbeda, diterjemahkan menjadi ”angin”, ”napas”, dan ”embusan”. Menurut para leksikograf, kata-kata dalam bahasa asli tersebut memaksudkan suatu tenaga tak kelihatan yang sedang beraksi. Seperti angin, roh Allah tak dapat dilihat oleh mata kita, tetapi
pengaruhnya nyata dan kelihatan.
8Keserbagunaan roh kudus Allah tiada habisnya. Yehuwa dapat
menggunakannya untuk melaksanakan maksud-tujuan apa pun
yang ada dalam benak-Nya. Karena itu, dengan tepat roh Allah secara kiasan disebut di dalam Alkitab sebagai ”jari tangan”-Nya,
’tangan-Nya yang kuat’, atau ’tangan-Nya yang terentang’. (Lukas 11:20; Ulangan 5:15; Mazmur 8:3) Sebagaimana manusia dapat
menggunakan tangannya untuk melakukan berbagai macam pekerjaan yang menuntut tingkat kekuatan atau keterampilan yang
berbeda-beda, Allah dapat menggunakan roh-Nya untuk melaksanakan semua maksud-tujuan-Nya—seperti menciptakan atom yang
sangat kecil atau membelah Laut Merah atau memungkinkan
orang Kristen abad pertama berbicara dalam bahasa-bahasa asing.
Kata Yunani yang diterjemahkan ”Mahakuasa” secara harfiah berarti ”Penguasa atas Segala Sesuatu; Pribadi yang Memiliki Segala Kuasa”.
7. Apakah roh kudus Yehuwa itu, dan apa yang dimaksudkan oleh
kata-kata dalam bahasa aslinya yang digunakan Alkitab?
8. Di dalam Alkitab, roh Allah secara kiasan disebut apa, dan mengapa perbandingan ini tepat?
”YEHUWA . . . BESAR KEKUATANNYA”
41
9 Yehuwa juga mengerahkan kuasa-Nya melalui wewenang-Nya
sebagai Penguasa Universal. Dapatkah Saudara membayangkan diri
Saudara memiliki berjuta-juta rakyat yang cerdas dan kompeten serta sangat antusias dalam melaksanakan perintah Saudara? Yehuwa memiliki kuasa memerintah semacam itu. Ia memiliki manusia
sebagai hamba-hamba-Nya, yang di dalam Alkitab sering kali disamakan dengan bala tentara. (Mazmur 68:11; 110:3) Akan tetapi,
manusia adalah makhluk yang lemah jika dibandingkan dengan
malaikat. Sewaktu pasukan tentara Asiria menyerang umat Allah,
satu malaikat membunuh 185.000 tentara dalam satu malam!
(2 Raja 19:35) Malaikat-malaikat Allah memiliki ”kekuatan yang
perkasa”.—Mazmur 103:19, 20.
10 Berapakah jumlah malaikat? Sewaktu mendapat penglihatan
tentang surga, nabi Daniel melihat lebih dari 100 juta makhluk
roh di hadapan takhta Yehuwa, tetapi tidak ada petunjuk bahwa ia
melihat semua malaikat yang Yehuwa ciptakan. (Daniel 7:10) Jadi,
mungkin jumlah malaikat ada ratusan juta. Itulah sebabnya, Allah
disebut sebagai Yehuwa yang berbala tentara. Gelar ini menggambarkan kedudukan-Nya yang penuh kuasa sebagai Komandan pasukan malaikat perkasa yang amat besar dan terorganisasi. Di atas
semua makhluk roh itu, Ia menempatkan seorang pengawas, yaitu
Putra yang dikasihi-Nya, ”yang sulung dari antara semua ciptaan”.
(Kolose 1:15) Sebagai penghulu malaikat—kepala atas semua malaikat, serafim, dan kerub—Yesus-lah yang paling perkasa di antara semua ciptaan Yehuwa.
11 Yehuwa memiliki sarana lain untuk mengerahkan kuasa-Nya.
Ibrani 4:12 mengatakan, ”Firman Allah itu hidup dan mengerahkan kuasa.” Pernahkah Saudara mengamati kuasa yang luar biasa dari firman Allah, atau berita yang diilhami roh, yang sekarang
tersimpan di dalam Alkitab? Kuasa itu dapat menguatkan, membangun iman, dan membantu kita membuat perubahan yang menyeluruh dalam diri kita. Rasul Paulus memperingatkan rekan-rekan
9. Seberapa besarkah kuasa Yehuwa untuk memerintah?
10. (a) Mengapa Yang Mahakuasa disebut Yehuwa yang berbala tentara? (b) Siapakah yang paling perkasa di antara semua ciptaan Yehuwa?
11, 12. (a) Dengan cara apa saja firman Allah mengerahkan kuasa?
(b) Bagaimana Yesus memberikan kesaksian tentang jangkauan kuasa Yehuwa?
42
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
seimannya terhadap orang-orang yang menempuh gaya hidup
yang sangat tidak bermoral. Kemudian, ia menambahkan, ”Demikianlah beberapa orang di antara kamu dahulu.” (1 Korintus 6:9-11)
Ya, ”firman Allah” telah mengerahkan kuasanya atas mereka dan
membantu mereka berubah.
12 Kuasa Yehuwa sangatlah besar dan sarana yang Ia gunakan untuk mengerahkannya sangat efektif sehingga tak ada sesuatu pun
yang dapat menghalangi-Nya. Yesus berkata, ”Bagi Allah semua perkara mungkin.” (Matius 19:26) Kepada maksud-tujuan apa saja Yehuwa mengarahkan kuasa-Nya?
Kuasa yang Diarahkan oleh Maksud-Tujuan
Roh Yehuwa adalah sesuatu yang jauh lebih besar daripada tenaga jasmani; dan Yehuwa bukanlah suatu tenaga yang tidak berkepribadian, bukan semata-mata suatu sumber kuasa. Ia adalah suatu pribadi yang memegang kendali penuh atas kuasa-Nya sendiri.
Akan tetapi, apa yang menggerakkan Dia untuk menggunakannya?
14 Seperti yang akan kita lihat, Allah menggunakan kuasa untuk
mencipta, membinasakan, melindungi, memulihkan—singkatnya,
untuk melakukan apa saja yang mendukung maksud-tujuan-Nya
yang sempurna. (Yesaya 46:10) Dalam hal-hal tertentu, Yehuwa
menggunakan kuasa-Nya untuk menyingkapkan aspek-aspek penting dari kepribadian dan standar-standar-Nya. Yang terutama adalah Ia mengarahkan kuasa-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya
—membenarkan kedaulatan-Nya dan menyucikan nama-Nya yang
kudus melalui Kerajaan Mesianik. Tidak ada yang dapat menggagalkan maksud-tujuan tersebut.
15 Yehuwa juga menggunakan kuasa-Nya untuk memberikan
manfaat kepada kita secara perorangan. Perhatikan apa yang dikatakan 2 Tawarikh 16:9, ”Mengenai Yehuwa, matanya menjelajahi seluruh bumi untuk memperlihatkan kekuatannya demi kepentingan orang-orang yang sepenuh hati terhadapnya.” Pengalaman Elia,
13
13, 14. (a) Mengapa kita dapat mengatakan bahwa Yehuwa bukanlah sumber kuasa yang tidak berkepribadian? (b) Dengan cara apa saja
Yehuwa menggunakan kuasa-Nya?
15. Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk maksud-tujuan apa sehubungan dengan hamba-hamba-Nya, dan bagaimana hal ini dipertunjukkan dalam kasus Elia?
”YEHUWA . . . BESAR KEKUATANNYA”
43
seperti yang disebutkan di awal, adalah salah satu contoh. Mengapa
Yehuwa mempertunjukkan kepadanya kuasa ilahi yang dahsyat tersebut? Nah, Ratu Izebel yang fasik telah bersumpah untuk mengeksekusi Elia. Sang nabi melarikan diri untuk menyelamatkan nyawanya. Ia merasa sendirian, ketakutan, dan kecil hati—seolah-olah
semua jerih payahnya sia-sia. Untuk menghibur pria yang sedang
khawatir ini, Yehuwa dengan cara yang hidup mengingatkan Elia
akan kuasa ilahi. Angin, gempa bumi, dan api menunjukkan bahwa
Pribadi yang paling berkuasa di alam semesta menyertai Elia. Apa
yang perlu ia takutkan dari Izebel jika Allah Yang Mahakuasa berada di pihaknya?—1 Raja 19:1-12.1
16 Meskipun sekarang bukan waktu bagi-Nya lagi untuk mempertunjukkan mukjizat, Yehuwa tidak berubah sejak zaman Elia. (1 Korintus 13:8) Dewasa ini, Ia masih antusias untuk menggunakan
kuasa-Nya demi orang-orang yang mengasihi Dia. Memang, Ia berdiam di alam roh yang mulia, tetapi Ia tidak jauh dari kita.
Kuasa-Nya tak terbatas, maka jarak bukanlah penghalang. Sebaliknya, ”Yehuwa dekat kepada semua orang yang berseru kepadanya”.
(Mazmur 145:18) Suatu kali, ketika nabi Daniel memohon bantuan
Yehuwa, seorang malaikat muncul di hadapannya bahkan sebelum
ia selesai berdoa! (Daniel 9:20-23) Tak ada yang dapat menghalangi
Yehuwa untuk membantu dan menguatkan orang-orang yang Ia
kasihi.—Mazmur 118:6.
Apakah Kuasa Allah Membuat-Nya Tak Terhampiri?
Haruskah kuasa Allah membuat kita takut kepada-Nya? Kita harus menjawab ya dan tidak. Ya, karena sifat ini memberi kita alasan
kuat untuk memiliki rasa takut yang saleh, rasa takjub dan respek
yang dalam seperti yang kita bahas secara singkat di pasal sebelumnya. Alkitab memberi tahu kita bahwa rasa takut seperti itu adalah
17
1 Alkitab mengatakan bahwa ”Yehuwa tidak ada dalam angin itu . . . , gempa
itu . . . , api itu”. Tidak seperti para penyembah dewa-dewa alam yang bersifat mitos, hamba-hamba Yehuwa tidak mencari Dia di balik kekuatan-kekuatan alam.
Ia terlalu agung untuk berada di dalam apa pun yang Ia ciptakan.—1 Raja 8:27.
16. Mengapa kita dapat terhibur dengan merenungkan kuasa Yehuwa yang besar?
17. Dalam arti apa kuasa Yehuwa menimbulkan rasa takut dalam diri
kita, tetapi rasa takut jenis apa yang tidak ditimbulkannya?
44
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
”permulaan hikmat”. (Mazmur 111:10) Akan tetapi, kita juga menjawab tidak, karena kuasa Allah tidak memberi kita alasan apa pun
untuk memiliki kengerian yang hebat terhadap-Nya atau menahan
diri untuk mendekati-Nya.
18 ”Kekuasaan cenderung menghasilkan orang-orang yang korup;
kekuasaan absolut pasti menghasilkan orang-orang yang korup.”
Demikian tulis bangsawan Inggris Lord Acton pada tahun 1887.
Pernyataannya sering disebutkan kembali, mungkin karena banyak
orang melihatnya sebagai suatu kebenaran yang tak dapat disangkal. Manusia yang tak sempurna sering kali menyalahgunakan kuasa, seperti yang berulang kali diteguhkan sejarah. (Pengkhotbah
4:1; 8:9) Karena alasan ini, banyak orang tidak mempercayai orang
yang berkuasa dan menjauhi mereka. Nah, Yehuwa memiliki kuasa
yang mutlak. Apakah kuasa-Nya telah menjadikan Yehuwa korup?
Tentu saja tidak! Seperti yang telah kita lihat, Ia kudus, sama sekali
tidak dapat menjadi korup. Yehuwa berbeda dengan pria dan wanita tak sempurna yang memiliki kekuasaan dalam dunia yang korup
ini. Ia tidak pernah dan tidak akan pernah menyalahgunakan kuasa-Nya.
19 Ingatlah, sifat Yehuwa bukan hanya kuasa. Kita masih akan
mempelajari keadilan, hikmat, dan kasih-Nya. Namun, kita hendaknya tidak berasumsi bahwa sifat-sifat Yehuwa diperlihatkan dengan cara yang kaku dan mekanis, seolah-olah setiap kali Ia hanya
dapat memperlihatkan satu sifat. Sebaliknya, di pasal-pasal selanjutnya kita akan melihat bahwa Yehuwa selalu menggunakan kuasa-Nya selaras dengan keadilan, hikmat, dan kasih-Nya. Cobalah renungkan sifat lain yang Allah miliki, satu sifat yang jarang dimiliki
para penguasa dunia—pengendalian diri.
20 Bayangkanlah Saudara bertemu dengan seorang pria yang berperawakan sangat besar dan berkuasa sehingga Saudara merasa gen18. (a) Mengapa banyak orang tidak mempercayai orang yang berkuasa? (b) Bagaimana kita tahu bahwa kuasa Yehuwa tidak dapat menjadikan-Nya korup?
19, 20. (a) Yehuwa selalu menggunakan kuasa-Nya dengan cara
yang selaras dengan sifat-sifat lain apa, dan mengapa hal ini menenteramkan hati kita? (b) Bagaimana Saudara dapat mengilustrasikan
pengendalian diri Yehuwa, dan mengapa hal ini menarik bagi Saudara?
”YEHUWA . . . BESAR KEKUATANNYA”
45
Pertanyaan untuk Direnungkan
2 Tawarikh 16:7-13 Bagaimana contoh Raja Asa memperlihatkan betapa serius akibatnya jika seseorang tidak mempercayai
kuasa Yehuwa?
Mazmur 89:6-18 Apa pengaruh kuasa Yehuwa terhadap para penyembah-Nya?
Yesaya 40:10-31 Bagaimana kuasa Yehuwa dilukiskan di sini, seberapa ekstensifkah itu, dan bagaimana kuasa itu dapat memberikan manfaat kepada kita secara pribadi?
Penyingkapan 11:16-18 Yehuwa berjanji akan menggunakan
kuasa-Nya untuk melakukan apa di masa depan, dan mengapa
hal ini menenteramkan hati orang Kristen sejati?
tar terhadapnya. Akan tetapi, belakangan Saudara memperhatikan
bahwa ia tampaknya lembut. Ia selalu siap dan antusias menggunakan kuasanya untuk membantu dan melindungi orang-orang,
khususnya yang lemah dan tak berdaya. Ia tidak pernah menyalahgunakan kekuatannya. Saudara melihat bahwa meski ia difitnah tanpa sebab, sikapnya tetap kukuh tetapi tenang, bermartabat,
bahkan baik hati. Saudara bertanya-tanya apakah Saudara sanggup memperlihatkan kelembutan dan pengendalian diri seperti itu,
khususnya seandainya Saudara sekuat dia! Seraya Saudara mengenal pria seperti itu, bukankah Saudara akan mulai merasa dekat dengannya? Kita memiliki alasan yang jauh lebih kuat untuk mendekat kepada Yehuwa, Allah Yang Mahakuasa. Pertimbangkanlah
kalimat lengkap yang menjadi dasar judul pasal ini, ”Yehuwa lambat marah dan besar kekuatannya.” (Nahum 1:3) Yehuwa tidak gegabah dalam menggunakan kuasa-Nya terhadap orang-orang, sekalipun mereka fasik. Ia berwatak lemah lembut dan baik hati. Ia
terbukti ”lambat marah” meski diperhadapkan pada banyak provokasi.—Mazmur 78:37-41.
21 Pertimbangkanlah pengendalian diri Yehuwa dari sudut lain.
Seandainya Saudara memiliki kuasa yang tak terbatas, apakah
21. Mengapa Yehuwa tidak memaksa orang untuk melakukan kehendak-Nya, dan pelajaran apa yang kita dapat dari hal ini sehubungan
dengan diri-Nya?
46
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Saudara berpikir bahwa kadang-kadang Saudara mungkin akan tergoda untuk membuat orang lain menuruti keinginan Saudara? Yehuwa, dengan segala kuasa-Nya, tidak memaksa orang untuk melayani-Nya. Meskipun melayani Allah adalah satu-satunya cara untuk
mendapatkan kehidupan abadi, Yehuwa tidak memaksa kita untuk melakukan pelayanan seperti itu. Sebaliknya, dengan baik
hati Ia meningkatkan martabat tiap-tiap individu dengan kebebasan memilih. Ia memberikan pengingat sehubungan dengan konsekuensi pilihan yang buruk dan memberitahukan manfaat pilihan yang baik. Namun, pilihan itu sendiri, Ia serahkan kepada kita.
(Ulangan 30:19, 20) Yehuwa sama sekali tidak tertarik pada pelayanan yang dilakukan karena terpaksa atau karena rasa takut yang
tidak wajar terhadap kuasa-Nya yang dahsyat. Ia mencari orangorang yang akan melayani Dia dengan rela, karena kasih.—2 Korintus 9:7.
22 Mari kita lihat alasan terakhir mengapa kita tidak perlu hidup
dalam ketakutan terhadap Allah Yang Mahakuasa. Manusia yang
berkuasa cenderung takut membagikan kuasanya kepada orang
lain. Akan tetapi, Yehuwa senang memberikan kuasa kepada para
penyembah-Nya yang loyal. Ia mendelegasikan wewenang yang cukup besar kepada pribadi lain, misalnya kepada Putra-Nya. (Matius
28:18) Yehuwa juga memberikan kuasa kepada hamba-hamba-Nya
dengan cara lain. Alkitab menjelaskan, ”Milikmulah, oh, Yehuwa,
kebesaran, keperkasaan, keindahan, keunggulan, dan kehormatan;
sebab segala sesuatu di surga dan di bumi adalah milikmu. . . .
Di tanganmulah kuasa dan keperkasaan, dan di tanganmulah kesanggupan untuk membuat besar dan untuk memberikan kekuatan bagi semua.”—1 Tawarikh 29:11, 12.
23 Ya, Yehuwa akan senang memberi Saudara kekuatan. Bahkan,
Ia membagikan ”kuasa yang melampaui apa yang normal” kepada
mereka yang mau melayani Dia. (2 Korintus 4:7) Tidakkah Saudara
merasa tertarik kepada Allah yang dinamis dan yang menggunakan
kuasa-Nya dengan cara yang baik hati dan berprinsip ini? Di pasal
selanjutnya, kita akan menyoroti cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk mencipta.
22, 23. (a) Apa yang menunjukkan bahwa Yehuwa senang memberikan kuasa kepada orang lain? (b) Apa yang akan kita bahas di pasal
selanjutnya?
P A S A L
5
Kuasa untuk Mencipta
—”Pembuat Langit dan Bumi”
PERNAHKAH Saudara berdiang di api unggun pada malam yang
dingin? Mungkin Saudara akan menjulurkan tangan pada jarak
yang tepat dari nyala api untuk menikmati kehangatan yang dipancarkannya. Jika Saudara berdiri terlalu dekat, Saudara akan kepanasan. Jika Saudara mundur terlalu jauh, udara malam yang dingin mulai merasuk, dan Saudara akan kedinginan.
2 Pada siang hari, ada ”api” yang menghangatkan kulit kita.
”Api” tersebut berpijar dari jarak sekitar 150 juta kilometer!1 Betapa besar tenaga yang matahari miliki sehingga Saudara dapat merasakan kehangatannya dari jarak sejauh itu! Namun, bumi mengorbit tanur termonuklir yang menakjubkan tersebut pada jarak
yang tepat. Jika terlalu dekat, air di bumi akan menguap; jika terlalu jauh, semuanya itu akan membeku. Kedua ekstrem ini bisa menyebabkan planet kita mati. Selain sangat penting bagi kehidupan
di bumi, cahaya matahari bersih, efisien, dan bahkan menyenangkan.—Pengkhotbah 11:7.
3 Namun, kebanyakan orang menyepelekan matahari, sekalipun
kehidupan mereka bergantung padanya. Itu sebabnya, mereka gagal memahami apa yang dapat diajarkan matahari kepada kita. Alkitab berkata mengenai Yehuwa, ”Engkaulah yang mempersiapkan benda penerang, bahkan matahari.” (Mazmur 74:16) Ya,
matahari mendatangkan hormat bagi Yehuwa, ”Pembuat langit
dan bumi”. (Mazmur 19:1; 146:6) Matahari hanyalah salah satu
dari tak terhitung banyaknya benda-benda langit yang mengajar
kita tentang kuasa Yehuwa yang luar biasa untuk mencipta. Mari
1 Untuk dapat membayangkan jarak yang luar biasa jauhnya tersebut, coba pikirkan hal ini: Jika Saudara menempuh jarak tersebut dengan mobil—bahkan dengan kecepatan 160 kilometer per jam, selama 24 jam sehari—perlu waktu lebih
dari seratus tahun!
1, 2. Bagaimana matahari mempertunjukkan kuasa Yehuwa untuk
mencipta?
3. Matahari memberi kesaksian tentang kebenaran penting apa?
48
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Yehuwa ”mempersiapkan benda
penerang, bahkan matahari”
kita memeriksa lebih dekat beberapa di antaranya dan kemudian
mengarahkan perhatian kita kepada bumi serta kehidupan yang
berkembang subur di atasnya.
”Layangkanlah Pandanganmu ke
Tempat Tinggi dan Lihatlah”
4 Seperti yang mungkin telah Saudara ketahui, matahari kita adalah sebuah bintang. Matahari tampak lebih besar daripada bintangbintang yang kita lihat di malam hari karena, jika dibandingkan
dengan bintang-bintang itu, jaraknya cukup dekat. Seberapa hebatkah tenaga matahari? Suhu pada inti matahari mencapai kira-kira
15.000.000 derajat Celsius. Seandainya Saudara dapat mengambil
inti matahari seukuran kepala jarum pentol saja dan menaruhnya
di bumi, Saudara tidak dapat berdiri dengan aman hingga jarak sejauh 140 kilometer dari sumber panas sekecil itu! Setiap detik, matahari mengeluarkan energi yang sebanding dengan ledakan ratusan juta bom nuklir.
5 Sedemikian besarnya matahari sehingga dapat memuat lebih
dari 1.300.000 planet seukuran bumi di dalamnya. Apakah mata-
4, 5. Seberapa hebat dan besarkah matahari itu, tetapi bagaimana
perbandingannya dengan bintang-bintang yang lain?
KUASA UNTUK MENCIPTA—”PEMBUAT LANGIT DAN BUMI”
49
hari adalah bintang yang luar biasa besarnya? Tidak, para astronom
menyebutnya bintang kerdil kuning. Rasul Paulus menulis bahwa
”masing-masing bintang berbeda dalam hal kemuliaan”. (1 Korintus 15:41) Ia belum tahu betapa benarnya kata-kata terilham tersebut. Ada bintang yang sedemikian besarnya sehingga jika diletakkan tepat pada posisi matahari sekarang, bumi kita akan termuat di
dalamnya. Ada juga bintang raksasa lain yang jika diletakkan pada
posisi yang sama akan membentang hingga ke planet Saturnus—padahal planet tersebut sangat jauh dari bumi sehingga jika kita pergi
ke sana dengan pesawat ruang angkasa, yang 40 kali lebih cepat daripada peluru yang ditembakkan dari sebuah senjata api yang dahsyat, dibutuhkan waktu empat tahun untuk mencapainya!
6 Bahkan, yang lebih menakjubkan daripada ukuran bintang-bintang adalah jumlah bintang itu sendiri. Alkitab memperlihatkan
6. Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa jumlah bintang terlalu
banyak dari sudut pandang manusia?
”Semuanya ia panggil
dengan namanya”
50
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
bahwa bintang-bintang hampir tak terhitung, sama susahnya seperti menghitung ”pasir di laut”. (Yeremia 33:22) Pernyataan itu menyiratkan bahwa jumlah bintang jauh lebih banyak daripada yang
dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebenarnya, jika seorang penulis Alkitab, seperti Yeremia, memandang ke langit malam dan
mencoba menghitung bintang-bintang yang tampak, hanya sekitar
tiga ribu saja yang dapat dihitungnya, karena hanya sebanyak itulah yang bisa terdeteksi oleh mata telanjang pada malam yang cerah.
Jumlah sebanyak itu dapat disamakan dengan banyaknya partikel
dalam segenggam pasir saja. Akan tetapi, pada kenyataannya jumlah
bintang luar biasa banyaknya, seperti pasir di laut.1 Siapa yang dapat menghitungnya?
7 Yesaya 40:26 menjawab, ”Layangkanlah pandanganmu ke tempat tinggi dan lihatlah. Siapa yang menciptakan hal-hal ini? Ini
adalah Pribadi yang membawa keluar pasukan mereka menurut
jumlahnya, yang semuanya ia panggil dengan namanya.” Mazmur 147:4 mengatakan, ”Ia menghitung jumlah bintang.” Berapa ”jumlah bintang”? Ini bukanlah pertanyaan yang sederhana.
Para astronom memperkirakan bahwa dalam galaksi Bima Sakti
saja terdapat lebih dari 100 miliar bintang.2 Namun, galaksi kita
hanyalah salah satu dari sekian banyak galaksi, dan banyak di antaranya bahkan memiliki lebih banyak bintang. Ada berapa banyak galaksi di alam semesta ini? Para astronom memperkirakan
jumlahnya ada 50 miliar. Yang lain-lain mengkalkulasikan bahwa
1 Ada yang berpendapat bahwa orang-orang di zaman Alkitab pasti telah menggunakan teleskop primitif. Kalau tidak, menurut pandangan tersebut, dengan
cara apa lagi orang-orang pada masa itu bisa tahu bahwa jumlah bintang terlalu
banyak, tak dapat dihitung, dari sudut pandang manusia? Spekulasi yang tak berdasar demikian mengabaikan Yehuwa, sang Pengarang Alkitab.—2 Timotius 3:16.
2 Coba pikirkan lamanya waktu yang Saudara perlukan untuk sekadar menghitung 100 miliar bintang. Jika Saudara mampu menghitung satu bintang baru setiap detik—dan terus melakukannya selama 24 jam per hari—Saudara memerlukan waktu 3.171 tahun!
7. (a) Kira-kira, berapa jumlah bintang yang ada dalam galaksi Bima
Sakti kita, dan seberapa besarkah jumlah tersebut? (b) Mengapa penting mengetahui bahwa para astronom sulit menghitung jumlah galaksi, dan apa yang diajarkan hal itu kepada kita tentang kuasa Yehuwa untuk mencipta?
KUASA UNTUK MENCIPTA—”PEMBUAT LANGIT DAN BUMI”
51
bisa jadi jumlahnya 125 miliar. Jadi, jumlah galaksi saja tak dapat manusia tentukan, apalagi berapa tepatnya jumlah miliaran
bintang yang termuat di dalamnya. Namun, Yehuwa mengetahui
jumlahnya. Ia bahkan menamai setiap bintang!
8 Rasa takjub kita akan bertambah apabila kita merenungkan
ukuran galaksi. Galaksi Bima Sakti diperkirakan membentang sepanjang 100.000 tahun cahaya. Bayangkan berkas cahaya yang
melesat dengan kecepatan 300.000 kilometer per detik. Berkas cahaya tersebut memerlukan waktu 100.000 tahun untuk melintasi
galaksi kita! Dan, beberapa galaksi ukurannya berkali-kali lebih
besar daripada galaksi kita. Alkitab mengatakan bahwa Yehuwa
”membentangkan” langit yang mahaluas ini seolah-olah seperti
selembar kain. (Mazmur 104:2) Ia juga mengatur pergerakan benda-benda ini. Dari titik debu angkasa yang paling kecil hingga galaksi yang paling besar, semuanya bergerak mengikuti hukum-hukum fisika yang telah dirumuskan dan dioperasikan oleh Allah.
(Ayub 38:31-33) Itu sebabnya, para ilmuwan menyamakan pergerakan benda-benda angkasa yang tepat ini dengan sebuah tarian
balet yang rumit! Kalau begitu, pikirkanlah Pribadi yang menciptakan semuanya ini. Tidakkah Saudara akan diliputi perasaan kagum akan Allah yang memiliki kuasa mencipta yang luar biasa seperti itu?
”Pembuat Bumi dengan Kuasa-Nya”
Kuasa Yehuwa untuk mencipta nyata pada rumah kita, bumi.
Dengan sangat hati-hati, Ia menempatkan bumi di alam semesta yang mahaluas ini. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa bisa
jadi banyak galaksi terbukti tidak ramah untuk planet yang berisi kehidupan seperti bumi kita. Sebagian besar galaksi Bima Sakti
kita kelihatannya tidak dirancang untuk menunjang kehidupan.
Pusat galaksi penuh dengan bintang. Di sana, radiasinya tinggi
dan tak jarang bintang-bintang nyaris bertabrakan. Bagian terluar
galaksi kekurangan banyak unsur yang penting untuk kehidupan.
9
8. (a) Bagaimana Saudara akan menjelaskan ukuran galaksi Bima
Sakti? (b) Dengan sarana apa Yehuwa mengatur pergerakan bendabenda angkasa?
9, 10. Bagaimana kuasa Yehuwa nyata sehubungan dengan posisi
tata surya kita, Yupiter, bumi, dan bulan?
52
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Dengan sangat ideal, tata surya kita terletak di antara kedua ekstrem tersebut.
10 Bumi mendapat manfaat dari suatu pelindung yang jauh letaknya, tetapi berukuran raksasa—planet Yupiter. Ukurannya lebih
dari seribu kali ukuran Bumi dan mengeluarkan pengaruh gravitasi yang sangat hebat. Hasilnya? Yupiter menangkap atau membelokkan objek yang bergerak cepat di angkasa. Para ilmuwan
memperkirakan bahwa seandainya tidak ada Yupiter, hujan proyektil pejal akan menggempur bumi 10.000 kali lebih hebat daripada sekarang. Selain itu, lebih dekat ke planet kita, bumi mendapat manfaat dari satelit yang menakjubkan—bulan. Bukan sekadar
sebagai benda yang indah dan ”lampu di malam hari”, bulan
menjaga posisi bumi pada kemiringannya yang tetap dan konstan.
Kemiringan tersebut membuat bumi memiliki musim-musim
yang tetap dan dapat diramalkan—manfaat yang tepat waktu bagi
kehidupan di sini.
11 Kuasa Yehuwa untuk mencipta terlihat jelas pada setiap segi
rancang bangun bumi. Coba perhatikan atmosfer, yang berfungsi
sebagai perisai pelindung. Matahari memancarkan sinar yang menyehatkan dan mematikan. Sewaktu menembus lapisan atas atmosfer bumi, sinar-sinar yang berbahaya menyebabkan oksigen
biasa berubah menjadi ozon. Selanjutnya, lapisan ozon yang dihasilkan menyerap sebagian besar sinar tersebut. Sebenarnya, planet
kita dirancang dengan payung pelindungnya sendiri!
12 Hal itu hanyalah salah satu aspek dari atmosfer kita, campuran yang kompleks dari berbagai gas yang sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup yang tinggal pada atau di dekat permukaan bumi. Salah satu keajaiban atmosfer adalah siklus
air. Setiap tahun, matahari mengangkat 400.000 kilometer kubik
air dari laut dan samudra melalui proses penguapan. Air tersebut
membentuk awan, yang disebarkan ke mana-mana oleh angin atmosferis. Setelah disaring dan dimurnikan, air itu jatuh sebagai
hujan, salju, dan es untuk mengisi kembali persediaan air. Halnya
11. Bagaimana atmosfer bumi dirancang sebagai perisai pelindung?
12. Bagaimana siklus air atmosferis memberikan gambaran tentang
kuasa Yehuwa untuk mencipta?
KUASA UNTUK MENCIPTA—”PEMBUAT LANGIT DAN BUMI”
53
tepat seperti yang dikatakan Pengkhotbah 1:7, ”Semua wadi musim dingin mengalir ke laut, namun laut sendiri tidak penuh. Ke
tempat wadi musim dingin mengalir, ke sanalah wadi kembali untuk mengalir.” Hanya Yehuwa yang dapat menciptakan siklus semacam itu.
13 Di mana ada kehidupan, di situ ada bukti kuasa sang Pencipta.
Dari pohon kayu merah (redwood) yang perkasa, yang tingginya
melampaui gedung berlantai 30, hingga tanaman mikroskopis
yang berkembang biak di lautan dan menyediakan sebagian besar
oksigen yang kita hirup, kuasa Yehuwa untuk mencipta terlihat jelas. Tanah pun penuh dengan makhluk hidup—cacing, fungi, dan
mikroba, semuanya bekerja sama secara kompleks untuk membantu pertumbuhan tanaman. Tepatlah jika Alkitab mengatakan
bahwa tanah memiliki kekuatan atau kuasa.—Kejadian 4:12.
14 Tak diragukan, Yehuwa adalah ”Pembuat bumi dengan kuasanya”. (Yeremia 10:12) Kuasa Allah terlihat jelas bahkan pada karya ciptaan-Nya yang terkecil. Sebagai contoh, jika jutaan atom
dijejerkan, panjangnya tidak akan setebal satu helai rambut manusia. Dan, meski sebuah atom diperbesar hingga setinggi gedung
14 lantai, nukleusnya hanya akan berukuran sebesar butiran garam yang berada di lantai tujuh. Namun, nukleus yang sangat kecil tersebut adalah sumber tenaga dahsyat yang dilepaskan dalam
suatu ledakan nuklir!
”Segala yang Bernapas”
Berlimpahnya jenis satwa di bumi merupakan bukti nyata lain
dari kuasa Yehuwa untuk mencipta. Mazmur 148 menuliskan sederetan ciptaan yang memuji Yehuwa, dan ayat 10 menyertakan
”binatang-binatang liar dan segala binatang peliharaan”. Untuk
menunjukkan mengapa manusia hendaknya menghormati sang
Pencipta, Yehuwa pernah berbicara kepada Ayub mengenai
15
13. Apa bukti kuasa sang Pencipta yang dapat kita lihat dari tumbuhtumbuhan dan tanah di bumi?
14. Kekuatan apa yang tersimpan dalam sebuah atom yang sangat kecil?
15. Dengan membicarakan berbagai hewan liar, apa yang Yehuwa
ajarkan kepada Ayub?
54
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
hewan-hewan seperti singa, zebra, lembu jantan liar, Behemot
(atau kuda nil), dan Lewiatan (tampaknya buaya). Tujuannya?
Apabila manusia mengagumi hewan-hewan yang perkasa, menakutkan, dan liar tersebut, bukankah mereka seharusnya lebih mengagumi Pencipta binatang-binatang itu?—Ayub, pasal 38-41.
16 Mazmur 148:10 juga menyebutkan ”burung-burung bersayap”. Coba bayangkan variasinya! Yehuwa memberi tahu Ayub
mengenai burung unta, yang ”menertawakan kuda dan penunggangnya”. Memang, burung yang tingginya dua setengah meter
ini tidak dapat terbang, tetapi burung ini mampu berlari secepat
65 kilometer per jam, dengan langkah kaki sepanjang empat setengah meter sekali ayun! (Ayub 39:13, 18) Lain lagi dengan albatros, yang sebagian besar masa hidupnya dihabiskan dengan melayang di atas lautan. Burung ini merupakan penerbang luncur
alami dengan rentang sayap sekitar tiga meter. Burung ini dapat
terus membubung selama berjam-jam tanpa mengepakkan sayapnya. Sebagai kontras, dengan panjang hanya lima sentimeter, kolibri lebah merupakan burung terkecil di dunia. Burung ini dapat
mengepak-ngepakkan sayapnya hingga 80 kali per detik! Burung
kolibri, yang berkilau laksana permata mungil yang bersayap, dapat terbang di tempat seperti halnya helikopter dan bahkan dapat
terbang mundur.
17 Mazmur 148:7 mengatakan bahwa ”makhluk-makhluk laut
raksasa” pun memuji Yehuwa. Coba perhatikan hewan yang dipercayai banyak orang sebagai hewan terbesar yang pernah hidup di
planet ini, paus biru. Hewan ”raksasa” penghuni lautan ini dapat
mencapai panjang 30 meter atau lebih. Beratnya bisa sama dengan
berat 30 gajah dewasa. Lidahnya saja bisa seberat satu ekor gajah.
Jantungnya seukuran sebuah mobil kecil. Organ yang sangat besar ini hanya berdetak 9 kali per menit—kontras dengan jantung
kolibri yang bisa berdetak kira-kira 1.200 kali per menit. Setidaknya ada satu pembuluh darah paus biru yang sangat besar sehing16. Apa yang Saudara kagumi dari beberapa burung yang Yehuwa ciptakan?
17. Seberapa besarkah paus biru itu, dan kesimpulan apa yang sudah
sewajarnya kita capai setelah merenungkan hewan-hewan ciptaan Yehuwa?
KUASA UNTUK MENCIPTA—”PEMBUAT LANGIT DAN BUMI”
55
Pertanyaan untuk Direnungkan
Mazmur 8:3-9 Bagaimana ciptaan Yehuwa mengajarkan kerendahan hati?
Mazmur 19:1-6 Kuasa Yehuwa untuk mencipta menggerakkan kita untuk
melakukan apa, dan mengapa?
Matius 6:25-34 Bagaimana renungan atas kuasa Yehuwa untuk mencipta
membantu memerangi kekhawatiran dan menetapkan prioritas yang tepat dalam kehidupan?
Kisah 17:22-31 Bagaimana cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk
mencipta mengajar kita bahwa penyembahan berhala itu salah dan Allah
tidak jauh dari kita masing-masing?
ga seorang anak kecil dapat merangkak di dalamnya. Pastilah, hati
kita akan tergerak untuk menggemakan seruan yang mengakhiri
buku Mazmur, ”Biarlah segala yang bernapas memuji Yah. Pujilah
Yah, hai, kamu sekalian!”—Mazmur 150:6.
Belajar dari Kuasa Yehuwa untuk Mencipta
Pelajaran apa yang kita peroleh dari cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk mencipta? Kita terpesona oleh keanekaragaman ciptaan. Seorang pemazmur berseru, ”Betapa banyak pekerjaanmu, oh, Yehuwa! . . . Bumi penuh dengan hasil kerjamu.”
(Mazmur 104:24) Betapa benarnya kata-kata tersebut! Para biolog
telah mengklasifikasikan lebih dari satu juta spesies makhluk hidup di bumi; tetapi, ada beragam pendapat tentang jumlah keseluruhannya, bisa jadi ada 10 juta, 30 juta, atau lebih. Seorang
seniman mungkin sewaktu-waktu merasa kehabisan kreativitas.
Sebaliknya, kreativitas Yehuwa—kuasa-Nya untuk merancang dan
menciptakan beragam hal baru—jelas tidak ada habisnya.
19 Cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk mencipta mengajar kita tentang kedaulatan-Nya. Kata ”Pencipta” memisahkan
Yehuwa dari segala hal lain di alam semesta, yang semuanya merupakan ”ciptaan”. Bahkan, Putra Yehuwa satu-satunya yang diperanakkan, yang menjadi ”pekerja ahli” selama penciptaan, tidak pernah disebut Pencipta atau rekan Pencipta di dalam Alkitab.
18
18, 19. Seberapa beragamkah makhluk hidup yang Yehuwa ciptakan
di bumi ini, dan apa yang diajarkan ciptaan kepada kita tentang kedaulatan-Nya?
56
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
(Amsal 8:30; Matius 19:4) Ia adalah ”yang sulung dari antara semua ciptaan”. (Kolose 1:15) Kedudukan Yehuwa sebagai Pencipta
dengan sendirinya memberi-Nya hak untuk secara eksklusif menjalankan kekuasaan tertinggi atas seluruh alam semesta.—Roma 1:
20; Penyingkapan 4:11.
20 Apakah Yehuwa telah berhenti menggunakan kuasa-Nya untuk mencipta? Memang, Alkitab mengatakan bahwa pada hari keenam penciptaan ketika Yehuwa sudah selesai mencipta, ”ia mulai beristirahat pada hari ketujuh dari semua pekerjaan yang
telah ia buat”. (Kejadian 2:2) Rasul Paulus memperlihatkan bahwa ”hari” ketujuh ini lamanya ribuan tahun, karena hari tersebut
masih berlangsung pada zamannya. (Ibrani 4:3-6) Tetapi, apakah
dengan ”beristirahat” berarti Yehuwa berhenti bekerja sama sekali? Tidak, Yehuwa tidak pernah berhenti bekerja. (Mazmur 92:4;
Yohanes 5:17) Kalau begitu, pernyataan bahwa Allah beristirahat
hanya menunjukkan bahwa Ia menghentikan pekerjaan-Nya untuk menciptakan hal-hal fisik yang berkaitan dengan bumi. Akan
tetapi, pekerjaan-Nya untuk memenuhi maksud-tujuan-Nya tetap
berlangsung tanpa henti. Pekerjaan tersebut meliputi pengilhaman Alkitab. Bahkan, pekerjaan-Nya termasuk menghasilkan ”ciptaan baru”, yang akan didiskusikan di pasal 19.—2 Korintus 5:17.
21 Akhirnya, sewaktu hari istirahat-Nya berakhir, Yehuwa dapat
mengumumkan bahwa semua pekerjaan-Nya di bumi itu ”sangat
baik”, seperti yang Ia lakukan dahulu pada akhir keenam hari
penciptaan. (Kejadian 1:31) Cara yang selanjutnya Ia pilih untuk
menggunakan kuasa-Nya yang tak terbatas dalam mencipta, tetap
bisa terlihat. Apa pun yang terjadi, kita dapat yakin bahwa kita
akan terus terpesona oleh cara Yehuwa menggunakan kuasa-Nya
untuk mencipta. Sepanjang kekekalan, kita akan belajar lebih banyak lagi tentang Yehuwa melalui ciptaan-Nya. (Pengkhotbah 3:
11) Semakin banyak yang kita pelajari tentang Dia, semakin dalam
rasa hormat kita kepada-Nya—dan semakin dekatlah kita dengan
Pencipta Agung kita.
20. Dalam pengertian apa Yehuwa beristirahat sejak Ia menyelesaikan
penciptaan di bumi?
21. Bagaimana kuasa Yehuwa untuk mencipta akan mempengaruhi
umat manusia yang setia sepanjang kekekalan?
P A S A L
6
Kuasa untuk Membinasakan
—”Yehuwa Adalah Prajurit
yang Gagah Perkasa”
ORANG Israel terjebak—terjepit di antara tebing gunung yang sangat sulit dilalui dan laut yang tak terseberangi. Bala tentara Mesir, mesin pembunuh yang sangat kejam, sedang memburu mereka dan sangat bernafsu untuk memusnahkan mereka.1 Namun,
Musa mendesak umat Allah untuk tidak berputus asa. ”Yehuwa
sendiri akan berperang untukmu,” ia meyakinkan mereka.—Keluaran 14:14.
2 Meskipun demikian, tampaknya Musa berseru kepada Yehuwa,
dan Allah menjawab, ”Mengapa engkau terus berseru kepadaku?
. . . Angkatlah tongkatmu dan rentangkan tanganmu ke atas laut
dan belah laut itu.” (Keluaran 14:15, 16) Bayangkanlah peristiwa
yang bakal terjadi. Pada saat itu juga, Yehuwa memberikan perintah kepada malaikat-Nya, dan tiang awan berpindah ke bagian belakang orang Israel, bisa jadi membentang bagaikan dinding dan
memblokir jalur penyerangan orang Mesir. (Keluaran 14:19, 20;
Mazmur 105:39) Musa merentangkan tangannya. Didorong oleh
angin yang bertiup kencang, terbelahlah laut itu. Lalu, entah bagaimana air itu seperti membeku dan berdiri tegak bagaikan dinding, membuka jalan yang cukup lebar untuk dilewati seluruh
bangsa itu!—Keluaran 14:21; 15:8.
3 Sewaktu melihat pertunjukan keperkasaan tersebut, Firaun seharusnya memerintahkan bala tentaranya untuk mundur. Sebaliknya, Firaun yang angkuh itu memerintahkan mereka untuk
menyerang. (Keluaran 14:23) Tanpa pikir panjang, orang Mesir
mengejar bangsa Israel ke dasar laut, tetapi penyerangan mereka
1 Menurut sejarawan Yahudi, Yosefus, orang-orang Ibrani ”dikejar oleh 600 kereta dengan 50.000 penunggang kuda serta pasukan infanteri yang bersenjata
lengkap, yang berjumlah 200.000 orang”.—Jewish Antiquities, II, 324 [xv, 3].
1-3. (a) Ancaman apa yang dihadapi orang Israel di tangan orang
Mesir? (b) Bagaimana Yehuwa berperang demi umat-Nya?
KUASA YEHUWA UNTUK MEMBINASAKAN
59
segera berubah menjadi kekacauan karena roda-roda kereta mereka mulai terlepas. Segera setelah orang Israel berada di seberang dengan aman, Yehuwa memerintahkan Musa, ”Rentangkan
tanganmu ke atas laut, agar airnya kembali dan melanda orangorang Mesir, kereta-kereta perang dan prajurit-prajurit kavaleri mereka.” Dinding air tersebut runtuh, mengubur Firaun dan pasukannya!—Keluaran 14:24-28; Mazmur 136:15.
4 Pembebasan bangsa Israel di Laut Merah merupakan peristiwa
penting selama Allah berurusan dengan umat manusia. Di sana,
Yehuwa membuktikan diri-Nya sebagai ”prajurit yang gagah perkasa”. (Keluaran 15:3) Akan tetapi, apa tanggapan Saudara jika Yehuwa digambarkan seperti itu? Sejujurnya, perang membawa banyak penderitaan dan kesengsaraan bagi umat manusia. Apakah
penggunaan kuasa Allah untuk membinasakan lebih tampak sebagai penghalang daripada pendorong bagi Saudara untuk mendekat kepada-Nya?
Peperangan Ilahi versus Konflik Manusia
Hampir tiga ratus kali di Kitab-Kitab Ibrani dan dua kali di Kitab-Kitab Yunani Kristen, Allah diberi gelar ”Yehuwa yang berbala tentara”. (1 Samuel 1:11) Sebagai Penguasa yang Berdaulat,
Yehuwa memimpin suatu bala tentara malaikat yang sangat besar. (Yosua 5:13-15; 1 Raja 22:19) Bala tentara ini memiliki potensi membinasakan yang luar biasa. (Yesaya 37:36) Pembinasaan
oleh manusia bukanlah hal yang menyenangkan untuk dipikirkan. Akan tetapi, kita harus ingat bahwa peperangan Allah tidaklah sama dengan konflik manusia yang picik. Para pemimpin militer dan politik mungkin berupaya mengaitkan motif-motif luhur
dengan agresi mereka. Namun, perang manusia selalu berkaitan
dengan ketamakan dan sifat mementingkan diri.
5
4. (a) Di Laut Merah, Yehuwa terbukti menjadi apa? (b) Bisa jadi, apa
tanggapan beberapa orang jika Yehuwa digambarkan seperti itu?
5, 6. (a) Mengapa tepat jika Allah disebut ”Yehuwa yang berbala tentara”? (b) Bagaimana peperangan ilahi berbeda dengan peperangan
manusia?
Di Laut Merah, Yehuwa terbukti sebagai
”prajurit yang gagah perkasa”
60
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
6 Sebaliknya, Yehuwa tidak dikendalikan oleh emosi yang membabi buta. Ulangan 32:4 menyatakan, ”Gunung Batu, sempurna
kegiatannya, sebab segala jalannya adil. Allah yang setia, padanya tidak ada ketidakadilan; dia adil-benar dan lurus hati.” Firman
Allah mengutuk kemurkaan, kekejaman, dan kekerasan yang tak
terkendali. (Kejadian 49:7; Mazmur 11:5) Jadi, Yehuwa tidak pernah bertindak tanpa alasan. Ia menggunakan kuasa-Nya untuk
membinasakan dengan cara yang terkendali dan sebagai jalan keluar terakhir. Hal itu sesuai dengan apa yang Ia nyatakan melalui Yehezkiel, nabi-Nya, ” ’Apakah aku senang akan kematian seseorang yang fasik,’ demikian ucapan Tuan Yang Berdaulat Yehuwa,
’dan bukankah agar ia berbalik dari jalan-jalannya dan tetap hidup?’ ”—Yehezkiel 18:23.
7 Kalau begitu, mengapa Yehuwa menggunakan kuasa untuk
membinasakan? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita
mungkin mengingat Ayub, pria yang adil-benar. Setan mengajukan tantangan apakah Ayub—sebenarnya, setiap manusia—akan
mempertahankan integritasnya di bawah cobaan. Yehuwa menjawab tantangan tersebut dengan mengizinkan Setan menguji integritas Ayub. Akibatnya, Ayub menderita penyakit dan kehilangan
kekayaan serta anak-anaknya. (Ayub 1:1–2:8) Karena tidak mengetahui sengketa yang terkait, dengan keliru Ayub menyimpulkan bahwa penderitaannya adalah hukuman yang tidak adil dari
Allah. Ayub bertanya kepada Allah mengapa Ia menjadikan dirinya ’sasaran’, ’musuh’.—Ayub 7:20; 13:24.
8 Seorang pria muda bernama Elihu menyingkapkan kekeliruan penalaran Ayub dengan mengatakan, ”Engkau mengatakan,
’Keadilbenaranku melebihi keadilbenaran Allah.’ ” (Ayub 35:2) Ya,
sungguh tidak bijaksana untuk berpikir bahwa kita lebih tahu daripada Allah atau mengira bahwa Ia telah bertindak dengan tidak
adil. ”Jauhlah dari Allah yang benar untuk bertindak dengan fasik, dan Yang Mahakuasa untuk bertindak dengan tidak adil,”
kata Elihu. Kemudian, ia mengatakan, ”Mengenai Yang Mahakuasa, kita belum menemukan apa-apa tentang dia; ia tinggi kekua-
7, 8. (a) Apa kesimpulan Ayub yang keliru mengenai penderitaannya? (b) Bagaimana Elihu mengoreksi penalaran Ayub sehubungan
dengan hal itu? (c) Hikmah apa yang kita dapatkan dari pengalaman
Ayub?
KUASA YEHUWA UNTUK MEMBINASAKAN
61
saannya, dan keadilan dan keadilbenaran yang limpah tidak akan
ia remehkan.” (Ayub 34:10; 36:22, 23; 37:23) Kita dapat yakin
bahwa sewaktu berperang, Allah memiliki alasan yang sah untuk
melakukannya. Dengan mencamkan hal itu, marilah kita selidiki
mengapa Allah kedamaian kadang-kadang berperan sebagai pejuang.—1 Korintus 14:33.
Mengapa Allah Kedamaian Harus Berperang
Setelah memuji Allah sebagai ”prajurit yang gagah perkasa”,
Musa menyatakan, ”Siapa di antara allah-allah yang seperti engkau, oh, Yehuwa? Siapa yang seperti engkau, yang terbukti perkasa dalam kekudusan?” (Keluaran 15:11) Dengan nada serupa,
nabi Habakuk menulis, ”Matamu terlalu murni untuk melihat
apa yang buruk; dan memandang kesusahan engkau tidak dapat.”
(Habakuk 1:13) Meskipun Yehuwa adalah Allah kasih, Ia pun adalah Allah kekudusan, keadilbenaran, dan keadilan. Adakalanya, sifat-sifat tersebut membuat Dia harus menggunakan kuasa-Nya
untuk membinasakan. (Yesaya 59:15-19; Lukas 18:7) Jadi, Allah tidak menodai kekudusan-Nya sewaktu Ia berperang. Sebaliknya, Ia
berperang karena Ia kudus.—Keluaran 39:30.
10 Pikirkanlah situasi yang timbul ketika pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa, memberontak terhadap Allah. (Kejadian 3:
1-6) Seandainya saat itu Ia mentoleransi ketidakadilbenaran mereka, Yehuwa pasti merongrong kedudukan-Nya sendiri sebagai Penguasa Universal. Sebagai Allah yang adil-benar, Ia berkewajiban
untuk menghukum mati mereka berdua. (Roma 6:23) Dalam nubuat Alkitab yang pertama, Ia menubuatkan bahwa akan ada
permusuhan antara hamba-hamba-Nya dan para pengikut ”ular”
atau Setan. (Penyingkapan 12:9; Kejadian 3:15) Akhirnya, permusuhan ini hanya bisa dituntaskan dengan diremukkannya Setan.
(Roma 16:20) Namun, penghakiman tersebut akan mendatangkan berkat-berkat gemilang bagi umat manusia yang adil-benar,
membersihkan bumi dari pengaruh Setan dan membuka jalan ke
9
9. Mengapa Allah kedamaian berperang?
10. (a) Kapan dan bagaimana pertama kalinya timbul kebutuhan
Allah untuk berperang? (b) Hanya dengan cara apa permusuhan yang
dinubuatkan di Kejadian 3:15 dapat dituntaskan, dan apa manfaatnya
bagi umat manusia yang adil-benar?
62
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
suatu firdaus seluas dunia. (Matius 19:28) Sebelum hal-hal itu terjadi, orang-orang yang berpihak kepada Setan akan terus-menerus
melancarkan ancaman terhadap kesejahteraan jasmani dan rohani
umat Allah. Kadang-kadang, Yehuwa harus turun tangan.
Allah Bertindak untuk Menyingkirkan Kefasikan
Air Bah pada zaman Nuh merupakan salah satu contoh bagaimana Allah turun tangan. Kejadian 6:11, 12 berkata, ”Bumi telah
rusak dalam pandangan Allah yang benar dan bumi penuh dengan kekerasan. Maka Allah memandang bumi dan, lihat! bumi
telah rusak, karena segala makhluk telah rusak jalannya di bumi.”
Apakah Allah akan membiarkan orang fasik memunahkan moralitas yang masih tersisa di bumi? Tidak. Yehuwa merasa berkewajiban untuk mendatangkan air bah global guna membersihkan bumi
dari orang-orang yang cenderung melakukan kekerasan dan perbuatan amoral.
12 Halnya serupa dengan penghakiman Allah terhadap orang Kanaan. Yehuwa menyingkapkan bahwa dari Abraham akan datang
suatu ”benih” yang melaluinya semua keluarga di bumi akan
memperoleh berkat. Selaras dengan maksud-tujuan tersebut, Allah
menetapkan bahwa keturunan Abraham akan diberi tanah Kanaan, suatu negeri yang penduduknya disebut orang Amori. Bagaimana Allah dapat dibenarkan dalam hal mengusir secara paksa orang-orang ini dari negeri mereka? Yehuwa menubuatkan
bahwa pengusiran tersebut tidak akan terjadi dalam waktu kirakira 400 tahun—sampai ”kesalahan orang Amori” telah ”genap”.1
(Kejadian 12:1-3; 13:14, 15; 15:13, 16; 22:18) Selama jangka waktu tersebut, orang Amori semakin lama semakin terperosok ke dalam kebejatan moral. Kanaan menjadi negeri tempat penyembahan berhala, pertumpahan darah, dan praktek seksual yang bobrok.
(Keluaran 23:24; 34:12, 13; Bilangan 33:52) Penduduk negeri itu
11
1 Tampaknya, istilah ”Amori” yang digunakan di sini mencakup semua bangsa Kanaan.—Ulangan 1:6-8, 19-21, 27; Yosua 24:15, 18.
11. Mengapa Allah merasa berkewajiban untuk mendatangkan air
bah global?
12. (a) Apa yang Yehuwa nubuatkan berkenaan dengan ”benih”
Abraham? (b) Mengapa orang Amori harus dibasmi?
KUASA YEHUWA UNTUK MEMBINASAKAN
63
bahkan membunuh anak-anak dalam api pengorbanan. Dapatkah
Allah yang kudus membiarkan umat-Nya tidak terlindung dari kefasikan semacam itu? Tidak! Ia menyatakan, ”Negeri itu najis, dan
aku akan mendatangkan kepadanya hukuman atas kesalahannya,
dan negeri itu akan memuntahkan penduduknya.” (Imamat 18:
21-25) Akan tetapi, Yehuwa tidak membunuh orang-orang tersebut tanpa pandang bulu. Orang Kanaan yang memiliki kecenderungan yang benar, seperti Rahab dan orang-orang Gibeon, diluputkan.—Yosua 6:25; 9:3-27.
Berperang demi Nama-Nya
Karena Yehuwa kudus, nama-Nya pun kudus. (Imamat 22:32)
Yesus mengajar murid-muridnya untuk berdoa, ”Biarlah namamu
disucikan.” (Matius 6:9) Pemberontakan di Eden menodai nama
Allah, mempertanyakan reputasi Allah dan cara Ia memerintah.
Yehuwa tidak akan pernah dapat memaafkan fitnah dan pemberontakan demikian. Ia berkewajiban untuk membersihkan namaNya dari celaan.—Yesaya 48:11.
14 Pertimbangkan kembali orang Israel. Selama mereka menjadi
budak di Mesir, janji Allah kepada Abraham bahwa melalui Benihnya semua keluarga di bumi akan memperoleh berkat seolaholah tidak ada artinya. Tetapi, dengan membebaskan mereka dan
meneguhkan mereka sebagai suatu bangsa, Yehuwa membersihkan nama-Nya dari celaan. Itu sebabnya, dalam doanya, nabi Daniel mengenang, ”Oh, Yehuwa, Allah kami, engkau . . . membawa umatmu keluar dari tanah Mesir dengan tangan yang kuat dan
membuat nama bagi dirimu.”—Daniel 9:15.
15 Sungguh menarik bahwa Daniel berdoa seperti itu sewaktu
orang Yahudi membutuhkan Yehuwa untuk bertindak sekali lagi
demi nama-Nya. Orang Yahudi yang tidak taat berada dalam penawanan, kali ini di Babilon. Ibu kota mereka sendiri, Yerusalem,
tinggal puing-puing. Daniel tahu bahwa pengembalian orang Yahudi ke negeri asal mereka akan mengagungkan nama Yehuwa.
13
13, 14. (a) Mengapa Yehuwa berkewajiban untuk menyucikan
nama-Nya? (b) Bagaimana Yehuwa membersihkan nama-Nya dari celaan?
15. Mengapa Yehuwa membebaskan orang Yahudi dari penawanan di
Babilon?
64
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Oleh karena itu, Daniel berdoa, ”Oh, Yehuwa, ampunilah. Oh,
Yehuwa, perhatikan dan bertindaklah. Janganlah menunda, demi
kepentinganmu sendiri, oh, Allahku, sebab namamu telah disebut
atas kotamu serta umatmu.”—Daniel 9:18, 19.
Berperang demi Umat-Nya
Apakah keinginan Yehuwa untuk membela nama-Nya berarti bahwa Ia tidak berperasaan dan mementingkan diri? Tidak, karena dengan bertindak selaras dengan kekudusan-Nya dan kasihNya akan keadilan, Ia melindungi umat-Nya. Pertimbangkanlah
Kejadian pasal 14. Di sana kita membaca tentang empat raja yang
mengadakan penyerangan dan menculik kemenakan Abraham,
yaitu Lot, beserta keluarga Lot. Dengan bantuan Allah, Abraham
memperoleh kemenangan yang luar biasa atas pasukan yang jauh
lebih kuat! Kemungkinan besar, kemenangan ini merupakan catatan pertama dalam ”buku Perang Yehuwa”, agaknya sebuah
buku yang juga mencatat beberapa peristiwa militer yang tidak dicatat di dalam Alkitab. (Bilangan 21:14) Masih ada kemenangankemenangan lain yang akan segera menyusul.
17 Tidak lama sebelum orang Israel memasuki negeri Kanaan, Musa meyakinkan mereka, ”Yehuwa, Allahmu, adalah pribadi yang akan berjalan di depanmu. Dia akan berperang untukmu
sama seperti yang dilakukannya bagimu di Mesir.” (Ulangan 1:30;
20:1) Dimulai dengan penerus Musa, Yosua, dan terus berlanjut
sampai pada masa Hakim-Hakim dan pemerintahan raja-raja Yehuda yang setia, Yehuwa memang berperang demi umat-Nya,
memberi mereka kemenangan yang dramatis atas musuh-musuh
mereka.—Yosua 10:1-14; Hakim 4:12-17; 2 Samuel 5:17-21.
18 Yehuwa belum berubah; demikian pula maksud-tujuan-Nya
untuk membuat planet ini menjadi suatu firdaus yang penuh damai. (Kejadian 1:27, 28) Allah masih membenci kefasikan. Pada
16
16. Jelaskan mengapa keinginan Yehuwa untuk membela nama-Nya
tidak berarti bahwa Ia tidak berperasaan dan mementingkan diri.
17. Apa yang menunjukkan bahwa Yehuwa berperang demi orang Israel setelah mereka memasuki negeri Kanaan? Berikan contoh.
18. (a) Mengapa kita dapat bersyukur bahwa Yehuwa belum berubah? (b) Apa yang akan terjadi sewaktu permusuhan yang digambarkan di Kejadian 3:15 mencapai klimaksnya?
KUASA YEHUWA UNTUK MEMBINASAKAN
65
Pertanyaan untuk Direnungkan
2 Raja 6:8-17 Bagaimana peran Allah sebagai ”Yehuwa yang berbala tentara” terbukti membesarkan hati kita selama masa kesesakan?
Yehezkiel 33:10-20 Sebelum Yehuwa menggunakan kuasa untuk membinasakan, kesempatan apa yang dengan penuh belas kasihan Ia ulurkan kepada mereka yang melanggar hukumNya?
2 Tesalonika 1:6-10 Bagaimana pembinasaan orang-orang fasik
yang akan segera terjadi membawa kelegaan bagi hamba-hamba Allah yang setia?
2 Petrus 2:4-13 Apa yang mendorong Yehuwa menggunakan
kuasa-Nya untuk membinasakan, dan apa hikmahnya bagi seluruh umat manusia?
waktu yang sama, Ia sangat mengasihi umat-Nya dan akan segera
bertindak demi mereka. (Mazmur 11:7) Sebenarnya, permusuhan
yang digambarkan di Kejadian 3:15 diharapkan akan mencapai titik balik yang dramatis dan sengit dalam waktu dekat ini. Untuk
menyucikan nama-Nya dan melindungi umat-Nya, sekali lagi Yehuwa akan menjadi ”prajurit yang gagah perkasa”!—Zakharia 14:3;
Penyingkapan 16:14, 16.
19 Pikirkan ilustrasi berikut ini: Andaikan keluarga seorang pria
diserang oleh seekor binatang ganas dan pria ini berkelahi dengan
binatang yang beringas tersebut dan membunuhnya. Apakah Saudara menduga bahwa istri dan anak-anaknya akan mengutuk tindakannya itu? Sebaliknya, Saudara tentu menduga bahwa mereka akan terharu melihat kasihnya yang tidak mementingkan diri
terhadap mereka. Demikian pula, kita hendaknya tidak mengutuk cara Allah menggunakan kuasa-Nya untuk membinasakan.
Kerelaan-Nya untuk berperang demi melindungi kita hendaknya
19. (a) Ilustrasikan mengapa digunakannya kuasa Allah untuk membinasakan dapat mendekatkan kita kepada-Nya. (b) Kerelaan Allah untuk berperang hendaknya memiliki pengaruh apa atas diri kita?
66
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
memperbesar kasih kita kepada-Nya. Penghargaan kita terhadap
kuasa-Nya yang tak terbatas juga hendaknya semakin dalam. Dengan demikian, kita dapat ”memberikan dinas suci kepada Allah
. . . disertai rasa takut yang saleh dan hormat”.—Ibrani 12:28.
Mendekatlah kepada ”Prajurit yang Gagah Perkasa”
Tentu saja, Alkitab tidak memberikan penjelasan yang terperinci untuk setiap keputusan Yehuwa sehubungan dengan peperangan ilahi. Namun, kita dapat selalu yakin akan hal ini: Yehuwa
tidak pernah menggunakan kuasa untuk membinasakan dengan
cara yang tidak adil, sewenang-wenang, atau kejam. Sering kali,
mempertimbangkan konteks suatu catatan Alkitab atau beberapa
informasi mengenai latar belakangnya dapat membantu kita memandang berbagai hal dari sudut pandang yang tepat. (Amsal
18:13) Bahkan, sewaktu kita tidak memperoleh semua perinciannya, hanya dengan belajar lebih banyak mengenai Yehuwa dan
merenungkan sifat-sifat-Nya yang agung kita dapat dibantu untuk menyingkirkan semua keraguan yang mungkin timbul. Apabila kita melakukannya, kita akan menyadari bahwa kita memiliki
alasan yang sangat kuat untuk mempercayai Allah kita, Yehuwa.
—Ayub 34:12.
21 Meski Yehuwa menjadi ”prajurit yang gagah perkasa” sewaktu situasinya menuntut, tidak berarti Ia pada dasarnya suka berperang. Dalam penglihatan Yehezkiel tentang kereta surgawi, Yehuwa digambarkan sedang bersiap-siap untuk berperang melawan
musuh-musuh-Nya. Namun, Yehezkiel melihat Allah dikelilingi
pelangi—lambang kedamaian. (Kejadian 9:13; Yehezkiel 1:28; Penyingkapan 4:3) Jelaslah, Yehuwa itu tenang dan suka damai.
”Allah adalah kasih,” tulis rasul Yohanes. (1 Yohanes 4:8) Semua
sifat Yehuwa berada dalam keseimbangan yang sempurna. Itulah
sebabnya, sungguh besar hak istimewa yang kita miliki untuk dapat mendekat kepada Allah yang perkasa tetapi pengasih ini!
20
20. Sewaktu membaca catatan Alkitab mengenai peperangan ilahi
yang mungkin tidak sepenuhnya dimengerti, bagaimana hendaknya
tanggapan kita, dan mengapa?
21. Meski kadang-kadang Ia menjadi ”prajurit yang gagah perkasa”,
pada dasarnya bagaimana Yehuwa itu?
P A S A L
7
Kuasa untuk Melindungi
—”Allah Adalah
Perlindungan . . . bagi Kita”
ORANG Israel berada dalam bahaya sewaktu mereka memasuki kawasan Sinai pada awal tahun 1513 SM. Suatu perjalanan yang
menakutkan menanti mereka, perjalanan melalui ”padang gurun
yang luas dan dahsyat, yang banyak ular berbisa dan kalajengkingnya”. (Ulangan 8:15, Bahasa Indonesia Sehari-hari ) Mereka juga
menghadapi ancaman serangan bangsa-bangsa yang kejam. Yehuwa telah membawa umat-Nya ke dalam situasi tersebut. Sebagai
Allah mereka, sanggupkah Ia melindungi mereka?
2 Kata-kata Yehuwa sangatlah menenteramkan hati, ”Kamu sendiri telah melihat apa yang kulakukan kepada orang Mesir, agar
aku dapat membawa kamu pada sayap burung elang dan membawa
kamu kepadaku.” (Keluaran 19:4) Yehuwa mengingatkan umat-Nya
bahwa Ia telah melepaskan mereka dari tangan orang Mesir, seolaholah menggunakan burung elang, untuk membawa mereka ke tempat yang aman. Namun, ada alasan-alasan lain mengapa ”sayap burung elang” dengan tepat menggambarkan perlindungan ilahi.
3 Burung elang menggunakan sayapnya yang lebar dan kuat tidak
hanya untuk membubung di udara. Sewaktu hari panas terik, seekor induk elang akan melengkungkan sayapnya—yang dapat direntangkan sepanjang lebih dari dua meter—untuk membentuk payung pelindung, yang menaungi anak-anaknya yang belum bisa
terbang dari sengatan sinar matahari. Pada kesempatan lain, ia menyelubungkan sayapnya pada anak-anaknya guna melindungi mereka dari angin dingin. Seperti elang menjaga anak-anaknya, Yehuwa juga menaungi dan melindungi bangsa Israel yang masih muda.
Di padang belantara, umat-Nya akan selalu menemukan perlindungan dalam naungan sayap yang perkasa asalkan mereka tetap
1, 2. Bahaya apa yang mengancam orang Israel sewaktu mereka memasuki kawasan Sinai pada tahun 1513 SM, dan bagaimana Yehuwa
menenteramkan hati mereka?
3. Mengapa ”sayap burung elang” dengan tepat menggambarkan perlindungan ilahi?
68
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
setia. (Ulangan 32:9-11; Mazmur 36:7) Tetapi, dapatkah kita mengharapkan perlindungan Allah dewasa ini?
Janji tentang Perlindungan Ilahi
Yehuwa tentu sanggup melindungi hamba-hamba-Nya. Ia adalah ”Allah Yang Mahakuasa”—sebuah gelar yang menunjukkan
bahwa Ia memiliki kuasa yang tak tertandingi. (Kejadian 17:1) Bagaikan arus yang tak terbendung, kuasa yang Yehuwa kerahkan
tak dapat dihalangi. Karena Ia sanggup melakukan apa pun yang
diarahkan oleh kehendak-Nya, kita mungkin bertanya, ’Apakah
Yehuwa berkehendak menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi
umat-Nya?’
5 Jawabannya, secara singkat, adalah ya! Yehuwa meyakinkan kita
bahwa Ia akan melindungi umat-Nya. ”Allah adalah perlindungan
dan kekuatan bagi kita, pertolongan yang siap didapat pada waktu
kesesakan,” kata Mazmur 46:1. Karena Allah ”tidak dapat berdusta”,
kita dapat menaruh kepercayaan mutlak kepada janji-Nya tentang
perlindungan. (Titus 1:2) Mari kita perhatikan beberapa gambaran
yang jelas yang Yehuwa gunakan untuk melukiskan perhatian-Nya
yang bersifat melindungi.
6 Yehuwa adalah Gembala, dan ”kita adalah umatnya dan domba
gembalaannya”. (Mazmur 23:1; 100:3) Hanya sedikit hewan yang
sama tidak berdayanya seperti domba peliharaan. Gembala pada
zaman Alkitab harus berani melindungi dombanya dari singa, serigala, dan beruang, dan juga dari pencuri. (1 Samuel 17:34, 35; Yohanes 10:12, 13) Namun, ada saat-saat manakala ia harus memperlihatkan kelembutan sewaktu melindungi domba. Sewaktu seekor
domba melahirkan di tempat yang jauh dari kandangnya, gembala
yang penuh perhatian akan menjaga sang induk yang masih lemah
kemudian mengambil anaknya yang tak berdaya dan membawanya
ke kandang.
4
4, 5. Mengapa kita dapat menaruh kepercayaan yang mutlak kepada
janji Allah tentang perlindungan?
6, 7. (a) Gembala pada zaman Alkitab memberikan perlindungan
macam apa kepada dombanya? (b) Bagaimana Alkitab menggambarkan hasrat Yehuwa yang sepenuh hati untuk melindungi dan memperhatikan domba-Nya?
”Di dadanya ia akan membawa mereka”
70
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
7 Dengan menyamakan diri-Nya dengan seorang gembala, Yehuwa meyakinkan kita akan hasrat-Nya yang sepenuh hati untuk melindungi kita. (Yehezkiel 34:11-16) Ingatlah uraian tentang Yehuwa yang terdapat dalam Yesaya 40:11, yang dibahas di Pasal 2 buku
ini, ”Seperti seorang gembala ia akan menggembalakan kawanannya. Dengan lengannya ia akan mengumpulkan anak-anak domba; dan di dadanya ia akan membawa mereka.” Bagaimana seekor
anak domba yang mungil sampai berada di ’dada’ sang gembala
—lipatan pakaiannya bagian atas? Si anak domba mungkin mendekati sang gembala, bahkan menyenggol-nyenggol kaki sang gembala dengan lembut. Akan tetapi, sang gembalalah yang harus membungkuk, mengangkatnya, dan dengan lembut menaruhnya dalam
perlindungan dadanya. Sungguh suatu gambaran yang lembut tentang kerelaan Gembala Agung kita untuk menaungi dan melindungi kita!
8 Janji Allah tentang perlindungan ada syaratnya—janji tersebut
bisa diterima hanya oleh orang-orang yang mendekat kepada-Nya.
Amsal 18:10 menyatakan, ”Nama Yehuwa adalah menara yang
kuat. Ke sanalah orang adil-benar berlari dan diberi perlindungan.”
Pada zaman Alkitab, menara kadang-kadang dibangun di padang
belantara sebagai tempat perlindungan yang aman. Tetapi, untuk mendapatkan keamanan, orang yang berada dalam bahayalah
yang harus lari ke menara semacam itu. Demikian pula halnya dengan mencari perlindungan dalam nama Allah. Dibutuhkan lebih
dari sekadar mengulangi nama Allah; nama ilahi itu sendiri bukanlah mantra. Sebaliknya, kita harus mengenal dan mengandalkan Penyandang nama itu dan hidup selaras dengan standar-standar-Nya yang adil-benar. Yehuwa sungguh baik karena meyakinkan
kita bahwa apabila kita berpaling kepada-Nya dengan iman, Ia akan
menjadi menara perlindungan bagi kita!
’Allah Kami Sanggup Menyelamatkan Kami’
Yehuwa tidak sekadar menjanjikan perlindungan. Pada zaman
Alkitab, Ia mempertunjukkan kesanggupan-Nya untuk melindungi
9
8. (a) Janji Allah tentang perlindungan diulurkan kepada siapa, dan
bagaimana hal ini diperlihatkan dalam Amsal 18:10? (b) Mencari perlindungan dalam nama Allah mencakup apa saja?
9. Apa buktinya bahwa Yehuwa tidak sekadar menjanjikan perlindungan?
KUASA YEHUWA UNTUK MELINDUNGI
71
umat-Nya dengan cara yang menakjubkan. Sepanjang sejarah Israel, ’tangan’ Yehuwa yang perkasa sering kali membuat musuhmusuh yang tangguh berada di bawah kendali-Nya. (Keluaran 7:4)
Akan tetapi, Yehuwa juga menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi demi kepentingan perorangan.
10 Sewaktu tiga pemuda Ibrani—Syadrakh, Mesyakh, dan Abednego—menolak untuk sujud kepada patung emas Raja Nebukhadnezar, raja yang murka tersebut mengancam akan melemparkan mereka ke dalam tanur api yang luar biasa panas. ”Allah mana yang
dapat menyelamatkan kalian dari tanganku?” tantang Nebukhadnezar, raja yang paling berkuasa di bumi kala itu. (Daniel 3:15) Ketiga pemuda tersebut memiliki keyakinan penuh akan kuasa Allah
mereka untuk melindungi mereka, tetapi mereka tidak dengan lancang memastikan bahwa Ia akan melakukannya. Oleh karena itu,
mereka menjawab, ”Jika memang seharusnya demikian, Allah yang
kami layani sanggup menyelamatkan kami.” (Daniel 3:17) Kenyataannya, meski dipanaskan tujuh kali lebih panas daripada biasanya,
tanur api tersebut tidak ada apa-apanya bagi Allah mereka yang mahakuasa. Ia melindungi mereka, dan sang raja dipaksa untuk mengaku, ”Tidak ada allah lain yang sanggup memberikan kelepasan seperti ini.”—Daniel 3:29.
11 Yehuwa juga memberikan suatu pertunjukan yang benar-benar menakjubkan tentang kuasa-Nya untuk melindungi sewaktu
Ia memindahkan kehidupan Putra satu-satunya yang diperanakkan
ke dalam rahim seorang perawan Yahudi, Maria. Seorang malaikat memberi tahu Maria bahwa ia akan ”mengandung dalam rahim[nya] dan melahirkan seorang anak laki-laki”. Malaikat tersebut menjelaskan, ”Roh kudus akan datang ke atasmu, dan kuasa
Yang Mahatinggi akan menaungi engkau.” (Lukas 1:31, 35) Tampaknya, tidak pernah sebelumnya Putra Allah berada dalam situasi serawan ini. Akankah dosa dan ketidaksempurnaan sang
ibu jasmani mencemari embrionya? Dapatkah Setan melukai atau
membunuh sang Putra sebelum Ia dilahirkan? Mustahil! Yehuwa
seolah-olah membentuk suatu dinding pelindung di sekeliling Maria sehingga, sejak ia mengandung, tidak ada apa pun—apakah itu
10, 11. Contoh-contoh mana dalam Alkitab yang menunjukkan cara
Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi demi kepentingan perorangan?
72
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
ketidaksempurnaan, kuasa yang mencelakakan, manusia yang keji,
atau hantu mana pun—yang dapat merusak embrio yang sedang
bertumbuh tersebut. Yehuwa terus melindungi Yesus selama masa
mudanya. (Matius 2:1-15) Sampai waktu yang Allah tetapkan, Putra yang dikasihi-Nya tidak dapat dicelakai.
12 Mengapa Yehuwa melindungi individu-individu tertentu dengan cara yang menakjubkan demikian? Dalam banyak kasus, Yehuwa melindungi individu-individu demi melindungi sesuatu yang jauh lebih penting: penggenapan maksud-tujuan-Nya.
Sebagai contoh, keselamatan Yesus yang masih bayi sangat penting bagi penggenapan maksud-tujuan Allah, yang akhirnya akan
mendatangkan manfaat bagi seluruh umat manusia. Sejumlah besar catatan mengenai pertunjukan kuasa untuk melindungi telah
menjadi bagian dari Tulisan-Tulisan Kudus yang terilham, yang ”ditulis untuk mengajar kita, agar melalui ketekunan kita dan melalui penghiburan dari Tulisan-Tulisan Kudus, kita mempunyai harapan”. (Roma 15:4) Ya, contoh-contoh tersebut menguatkan iman
kita akan Allah yang mahakuasa. Tetapi, perlindungan apa yang dapat kita harapkan dari Allah dewasa ini?
Apa yang Tidak Tercakup dalam Perlindungan Ilahi
Janji tentang perlindungan ilahi tidak berarti bahwa Yehuwa
wajib melakukan mukjizat demi kepentingan kita. Tidak, Allah kita
tidak memberikan jaminan bahwa kita akan menikmati kehidupan yang bebas problem dalam sistem tua ini. Banyak hamba Yehuwa yang setia menghadapi kesengsaraan yang hebat, termasuk kemiskinan, perang, penyakit, dan kematian. Yesus dengan jelas
memberi tahu murid-muridnya bahwa secara perorangan mereka mungkin akan dibunuh karena iman mereka. Itu sebabnya, Yesus menekankan perlunya bertekun sampai ke akhir. (Matius 24:
9, 13) Seandainya Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk melakukan pembebasan yang bersifat mukjizat dalam semua kasus, Setan bisa menjadikan hal itu sebagai dasar untuk mencela Yehuwa
dan mempertanyakan ketulusan pengabdian kita kepada Allah kita.
—Ayub 1:9, 10.
13
12. Pada zaman Alkitab, mengapa Yehuwa melindungi individu-individu tertentu dengan cara yang menakjubkan?
13. Apakah Yehuwa wajib melakukan mukjizat demi kepentingan
kita? Jelaskan.
KUASA YEHUWA UNTUK MELINDUNGI
73
14 Bahkan pada zaman Alkitab, Yehuwa tidak menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi guna menjaga setiap hamba-Nya dari kematian dini. Sebagai contoh, rasul Yakobus dieksekusi oleh Herodes kira-kira pada tahun 44 M; tetapi tidak lama kemudian, Petrus
dibebaskan ”dari tangan Herodes”. (Kisah 12:1-11) Dan Yohanes,
saudara Yakobus, hidup lebih lama daripada Petrus dan Yakobus.
Jelaslah, kita tidak dapat mengharapkan Allah kita melindungi semua hamba-Nya dengan cara yang sama. Lagi pula, ”waktu dan kejadian yang tidak terduga” menimpa kita semua. (Pengkhotbah 9:
11) Kalau begitu, bagaimana Yehuwa melindungi kita dewasa ini?
Yehuwa Memberikan Perlindungan Jasmani
Pertama-tama, pertimbangkan soal perlindungan jasmani. Sebagai penyembah Yehuwa, kita sebagai suatu kelompok dapat mengharapkan perlindungan semacam itu. Kalau tidak, kita
akan menjadi mangsa empuk Setan. Pikirkanlah hal ini: Setan, si
”penguasa dunia ini”, sangat berhasrat untuk memusnahkan ibadat sejati. (Yohanes 12:31; Penyingkapan 12:17) Beberapa pemerintah yang paling berkuasa di bumi telah melarang pekerjaan pengabaran kita dan berusaha melenyapkan kita sama sekali. Namun,
umat Yehuwa tetap kukuh dan terus mengabar tanpa mengendur!
Mengapa bangsa-bangsa yang perkasa tidak mampu menghentikan kegiatan sekelompok orang Kristen yang relatif kecil dan tampak tak berdaya ini? Karena Yehuwa telah menaungi kita dengan
sayap-Nya yang kuat!—Mazmur 17:7, 8.
16 Bagaimana dengan perlindungan jasmani pada ”kesengsaraan besar” yang akan datang? Kita tidak perlu takut akan pelaksanaan penghakiman oleh Allah. Bagaimanapun juga, ”Yehuwa
tahu bagaimana melepaskan orang-orang yang memiliki pengabdian yang saleh dari cobaan, tetapi menyimpan orang-orang yang
tidak adil-benar bagi hari penghakiman untuk dimusnahkan”.
(Penyingkapan 7:14; 2 Petrus 2:9) Sementara itu, kita dapat selalu yakin akan dua hal. Pertama, Yehuwa tidak akan membiarkan
15
14. Contoh apa saja yang memperlihatkan bahwa Yehuwa tidak selalu melindungi semua hamba-Nya dengan cara yang sama?
15, 16. (a) Apa buktinya bahwa Yehuwa telah memberikan perlindungan jasmani kepada para penyembah-Nya sebagai suatu kelompok? (b) Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa akan melindungi
hamba-hamba-Nya sekarang dan pada ”kesengsaraan besar”?
74
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
hamba-hamba-Nya yang loyal disingkirkan sama sekali dari permukaan bumi. Kedua, Ia akan mengupahi para pemelihara integritas dengan kehidupan abadi dalam dunia baru-Nya yang adil-benar
—jika perlu, melalui kebangkitan. Bagi mereka yang telah meninggal, tiada tempat yang lebih aman selain di dalam ingatan Allah.
—Yohanes 5:28, 29.
17 Sekarang pun, Yehuwa menjaga kita melalui ”firman”-Nya
yang hidup, yang memiliki kuasa untuk memotivasi orang-orang
untuk memulihkan kondisi hati dan memperbaiki kehidupan mereka. (Ibrani 4:12) Dengan menerapkan prinsip-prinsip Firman
Allah, dalam beberapa hal kita dapat dilindungi dari bahaya jasmani. ”Aku, Yehuwa, adalah . . . yang mengajarkan hal-hal yang
bermanfaat bagimu,” kata Yesaya 48:17. Tak diragukan lagi, hidup selaras dengan Firman Allah dapat meningkatkan kesehatan
kita dan memperpanjang kehidupan kita. Misalnya, karena menerapkan nasihat Alkitab untuk menjauhkan diri dari percabulan
dan untuk membersihkan diri dari pencemaran, kita menghindari
praktek-praktek najis dan kebiasaan-kebiasaan yang mencelakakan
yang menghancurkan kehidupan banyak orang yang tidak saleh.
(Kisah 15:29; 2 Korintus 7:1) Betapa bersyukurnya kita atas perlindungan dari Firman Allah!
Yehuwa Melindungi Kita secara Rohani
Yang terpenting, Yehuwa memberikan perlindungan rohani.
Allah kita yang pengasih melindungi kita dari bahaya rohani dengan memperlengkapi kita dengan apa yang dibutuhkan untuk
bertekun menanggung cobaan dan untuk menjaga hubungan kita
dengan-Nya. Oleh karena itu, Yehuwa bertindak untuk memelihara hidup kita, bukan hanya untuk beberapa tahun yang singkat
melainkan untuk selama-lamanya. Perhatikan beberapa persediaan
Allah yang dapat melindungi kita secara rohani.
19 Yehuwa adalah ”Pendengar doa”. (Mazmur 65:2) Sewaktu tekanan hidup tampaknya tak tertanggulangi, mencurahkan isi hati
18
17. Bagaimana Yehuwa menjaga kita melalui Firman-Nya?
18. Perlindungan secara rohani apa yang Yehuwa berikan kepada
kita?
19. Bagaimana roh Yehuwa membuat kita sanggup mengatasi cobaan apa pun yang mungkin kita hadapi?
KUASA YEHUWA UNTUK MELINDUNGI
75
Pertanyaan untuk Direnungkan
Mazmur 23:1-6 Sebagai Gembala Agung, bagaimana Yehuwa melindungi dan memelihara umat-Nya yang seperti domba?
Mazmur 91:1-16 Bagaimana Yehuwa melindungi kita dari malapetaka rohani, dan apa yang harus kita lakukan untuk menikmati perlindungan-Nya?
Daniel 6:16-22, 25-27 Bagaimana Yehuwa mengajar seorang raja
di zaman dahulu mengenai kuasa-Nya untuk melindungi, dan apa
yang dapat kita pelajari dari contoh ini?
Matius 10:16-22, 28-31 Tentangan apa yang dapat kita antisipasi,
tetapi mengapa kita tidak perlu takut kepada para penentang?
kepada-Nya dapat memberi kita banyak kelegaan. (Filipi 4:6, 7) Ia
mungkin tidak menyingkirkan cobaan-cobaan kita secara mukjizat, tetapi sebagai tanggapan atas doa kita yang sepenuh hati, Ia dapat memberi kita hikmat untuk menghadapinya. (Yakobus 1:5, 6)
Lebih dari itu, Yehuwa memberikan roh kudus kepada mereka
yang meminta kepada-Nya. (Lukas 11:13) Roh yang perkasa tersebut dapat membuat kita sanggup mengatasi cobaan atau problem
apa pun yang mungkin kita hadapi. Roh tersebut dapat memberikan ”kuasa yang melampaui apa yang normal” kepada kita untuk
bertekun sampai Yehuwa menyingkirkan semua problem yang menyakitkan dalam dunia baru yang sudah sangat dekat.—2 Korintus
4:7.
20 Kadang kala, kuasa Yehuwa untuk melindungi dinyatakan melalui rekan-rekan seiman kita. Yehuwa telah mengantar umat-Nya
ke dalam suatu ”persekutuan saudara-saudara” di seluas dunia.
(1 Petrus 2:17; Yohanes 6:44) Di tengah kehangatan persaudaraan
tersebut, kita melihat kesaksian hidup akan kuasa roh kudus Allah
yang mempengaruhi orang-orang secara menyeluruh. Roh tersebut menghasilkan buahnya dalam diri kita—sifat-sifat yang menarik dan berharga termasuk kasih, kebaikan hati, dan kebaikan. (Galatia 5:22, 23) Oleh karena itu, sewaktu kita berada dalam
20. Bagaimana kuasa Yehuwa untuk melindungi dinyatakan melalui
rekan-rekan seiman kita?
76
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
kesusahan dan seorang rekan seiman tergerak untuk memberikan
nasihat yang berguna atau membagikan kata-kata anjuran yang
amat dibutuhkan, kita dapat berterima kasih kepada Yehuwa atas
bukti perhatian-Nya yang bersifat melindungi tersebut.
21 Yehuwa menyediakan hal lain untuk melindungi kita: makanan rohani yang tepat waktu. Untuk membantu kita mendapat kekuatan dari Firman-Nya, Yehuwa telah menugasi ”budak yang setia dan bijaksana” untuk menyalurkan makanan rohani. Budak
yang setia tersebut menggunakan publikasi tercetak, termasuk jurnal Menara Pengawal dan Sedarlah!, dan juga perhimpunan-perhimpunan serta kebaktian-kebaktian untuk memberi kita ”makanan pada waktu yang tepat”—apa yang kita butuhkan, pada waktu
kita membutuhkannya. (Matius 24:45) Pernahkah Saudara mendengar sesuatu di sebuah perhimpunan Kristen—dalam sebuah komentar, sebuah khotbah, atau bahkan dalam sebuah doa—yang
memberikan kekuatan dan anjuran yang sangat cocok dengan kebutuhan Saudara? Pernahkah hidup Saudara dipengaruhi oleh artikel tertentu yang diterbitkan dalam salah satu jurnal kita? Ingatlah,
Yehuwa menyediakan semuanya itu untuk melindungi kita secara
rohani.
22 Jelaslah, Yehuwa adalah perisai ”bagi semua orang yang berlindung kepadanya”. (Mazmur 18:30) Kita tahu bahwa Ia tidak menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi kita dari semua malapetaka
sekarang. Akan tetapi, untuk memastikan penggenapan maksudtujuan-Nya, Ia memang selalu menggunakan kuasa-Nya untuk melindungi. Dalam jangka panjang, Ia melakukannya demi kepentingan hamba-hamba-Nya. Apabila kita mendekat kepada-Nya dan
tetap dalam kasih-Nya, Yehuwa akan memberi kita kehidupan sempurna yang kekal. Dengan mencamkan prospek tersebut, kita benar-benar dapat memandang penderitaan apa pun dalam sistem ini
sebagai sesuatu yang ”sementara dan ringan”.—2 Korintus 4:17.
21. (a) Makanan rohani yang tepat waktu apa yang Yehuwa berikan
melalui ”budak yang setia dan bijaksana”? (b) Bagaimana Saudara secara pribadi mendapat manfaat dari persediaan Yehuwa yang melindungi kita secara rohani?
22. Yehuwa selalu menggunakan kuasa-Nya dengan cara apa, dan
mengapa Ia melakukannya demi kepentingan kita?
P A S A L
8
Kuasa untuk Memulihkan
—Yehuwa ”Membuat
Segala Sesuatu Baru”
SEORANG anak kecil menangis tersedu-sedu karena mainan kesayangannya hilang atau rusak. Suara tangisnya memilukan! Namun, pernahkah Saudara melihat betapa berseri-serinya wajah seorang anak sewaktu papa atau mamanya menemukan miliknya
yang hilang? Bagi orang tua, menemukan mainan tersebut atau
bahkan memperbaikinya merupakan perkara yang enteng. Tetapi,
bagi sang anak hal itu membuatnya sangat bahagia dan takjub. Apa
yang kelihatannya akan hilang atau rusak untuk selama-lamanya
telah kembali seperti semula!
2 Yehuwa, Bapak terbesar kita, memiliki kuasa untuk memulihkan apa yang menurut pandangan anak-anak-Nya di bumi sudah
benar-benar hilang. Tentu saja, kita tidak sekadar membicarakan
mainan. Pada ”masa kritis yang sulit dihadapi” ini, kita harus kehilangan berbagai hal yang jauh lebih serius. (2 Timotius 3:1-5) Banyak hal yang dianggap berharga oleh orang-orang—rumah, harta, pekerjaan, bahkan kesehatan—tampaknya selalu terancam. Kita
mungkin juga merasa cemas sewaktu memperhatikan perusakan
lingkungan dan kehilangan yang diakibatkannya, dengan punahnya banyak spesies makhluk hidup. Akan tetapi, tidak ada pukulan
yang lebih hebat daripada kematian seseorang yang kita kasihi. Perasaan kehilangan dan ketidakberdayaan bisa jadi tak tertanggungkan.—2 Samuel 18:33.
3 Oleh karena itu, betapa terhiburnya kita apabila mempelajari
kuasa Yehuwa untuk memulihkan! Seperti yang akan kita lihat, apa
yang Allah dapat dan akan pulihkan bagi anak-anak-Nya di bumi
memiliki jangkauan yang luar biasa. Malah, Alkitab menunjukkan
1, 2. Keluarga manusia dewasa ini merasa susah karena kehilangan
apa, dan bagaimana hal-hal itu mempengaruhi kita?
3. Prospek menghibur apa yang dicatat di Kisah 3:21, dan melalui sarana apa Yehuwa akan mewujudkannya?
78
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
bahwa Yehuwa memiliki maksud-tujuan untuk ’memulihkan segala
sesuatu’. (Kisah 3:21) Untuk mencapai hal itu, Yehuwa akan menggunakan Kerajaan Mesianik, yang diperintah oleh Putra-Nya, Yesus
Kristus. Bukti-bukti menunjukkan bahwa Kerajaan tersebut mulai
memerintah di surga pada tahun 1914.1 (Matius 24:3-14) Apa yang
akan dipulihkan? Marilah kita bahas beberapa kegiatan pemulihan yang luar biasa yang Yehuwa lakukan. Salah satunya sudah bisa
kita lihat dan rasakan. Yang lainnya akan terjadi dalam skala besar
di masa depan.
Pemulihan Ibadat yang Murni
Satu hal yang Yehuwa telah pulihkan adalah ibadat yang murni.
Agar dapat memahami apa yang dimaksud, marilah kita periksa sejenak sejarah kerajaan Yehuda. Dengan melakukannya, kita akan
memperoleh pemahaman yang menggetarkan tentang bagaimana Yehuwa telah menggunakan kuasa-Nya untuk memulihkan.
—Roma 15:4.
5 Coba bayangkan bagaimana perasaan orang Yahudi yang setia
ketika Yerusalem dibinasakan pada tahun 607 SM. Kota mereka
yang tercinta dihancurkan, tembok-temboknya diruntuhkan. Bahkan yang lebih buruk lagi, bait megah yang dibangun oleh Salomo,
satu-satunya pusat ibadat yang murni kepada Yehuwa di seluruh
bumi, tinggal puing-puing. (Mazmur 79:1) Mereka yang selamat
dibawa ke pembuangan di Babilon, sehingga tanah air mereka
yang ditinggalkan menjadi tempat yang telantar dan tempat binatang-binatang buas berkeliaran. (Yeremia 9:11) Dari sudut pandang
manusia, semua kelihatannya sudah hilang. (Mazmur 137:1) Tetapi
Yehuwa, yang telah lama menubuatkan pembinasaan ini, memberikan harapan bahwa masa pemulihan menanti mereka.
4
1 ”Zaman pemulihan segala sesuatu” dimulai ketika Kerajaan Mesianik didirikan dengan seorang ahli waris Raja Daud yang setia sebagai rajanya. Yehuwa telah berjanji kepada Daud bahwa seorang ahli warisnya akan memerintah selamalamanya. (Mazmur 89:35-37) Tetapi, setelah Babilon membinasakan Yerusalem
pada tahun 607 SM, tidak ada manusia keturunan Daud yang duduk di takhta
Allah. Yesus, yang dilahirkan di bumi sebagai ahli waris Daud, menjadi Raja yang
telah lama dijanjikan tersebut sewaktu ia ditakhtakan di surga.
4, 5. Apa yang dialami umat Allah pada tahun 607 SM, dan harapan
apa yang Yehuwa berikan kepada mereka?
KUASA YEHUWA UNTUK MEMULIHKAN
79
6Sebenarnya, pemulihan merupakan tema yang selalu diulangi
dalam tulisan para nabi Ibrani. Melalui mereka, Yehuwa menjanjikan suatu negeri yang dipulihkan dan dihuni kembali, subur, dilindungi dari binatang buas dan serangan musuh. Ia melukiskan negeri mereka yang dipulihkan itu seperti suatu firdaus! (Yesaya 65:25;
Yehezkiel 34:25; 36:35) Yang terutama ialah ibadat yang murni akan
diteguhkan kembali, dan bait akan dibangun kembali. (Mikha 4:1-5)
Nubuat-nubuat tersebut memberikan harapan kepada orang Yahudi buangan, membantu mereka bertekun menanggung penawanan
selama 70 tahun di Babilon.
7 Akhirnya, masa pemulihan pun tiba. Setelah dibebaskan dari Babilon, orang Yahudi kembali ke Yerusalem dan membangun kembali bait Yehuwa di sana. (Ezra 1:1, 2) Asalkan mereka berpaut pada
ibadat yang murni, Yehuwa memberkati mereka dan membuat negeri mereka subur dan makmur. Ia melindungi mereka dari musuh
dan binatang buas yang telah mengambil alih negeri mereka selama
puluhan tahun. Pastilah, mereka sangat bersukacita atas kuasa Yehuwa untuk memulihkan! Tetapi, peristiwa-peristiwa tersebut hanyalah penggenapan yang awal dan terbatas atas nubuat tentang pemulihan. Penggenapan yang lebih besar akan terjadi ”pada akhir masa
itu”, pada zaman kita, sewaktu ditakhtakannya Ahli Waris Raja Daud
yang telah lama dijanjikan.—Yesaya 2:2-4; 9:6, 7.
8Tidak lama setelah ditakhtakan di Kerajaan surga pada tahun
1914, Yesus mengarahkan perhatiannya kepada kebutuhan rohani
umat Allah yang setia di bumi. Sebagaimana Kores, sang penakluk
dari Persia, membebaskan sisa orang Yahudi dari Babilon pada tahun 537 SM, Yesus membebaskan sisa orang Yahudi rohani—pengikut jejak kakinya—dari pengaruh Babilon zaman modern, imperium agama palsu sedunia. (Roma 2:29; Penyingkapan 18:1-5) Sejak
tahun 1919, ibadat yang murni telah dipulihkan ke tempat yang
sepatutnya dalam kehidupan orang Kristen sejati. (Maleakhi 3:1-5)
Sebagai contoh, Musa, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Mikha, dan Zefanya mengembangkan tema ini.
6-8.(a)Tema apa yang selalu diulangi dalam tulisan para nabi
Ibrani, dan bagaimana nubuat-nubuat tersebut pertama kali digenapi? (b) Pada zaman modern, bagaimana umat Allah mengalami
penggenapan banyak nubuat tentang pemulihan?
80
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Sejak saat itu, umat Yehuwa selalu beribadat kepada-Nya di bait rohani-Nya yang telah dibersihkan—penyelenggaraan Allah untuk ibadat yang murni. Mengapa hal itu penting bagi kita dewasa ini?
Pemulihan Rohani—Mengapa Penting
Pertimbangkanlah sudut pandang historisnya. Orang Kristen abad
pertama menikmati banyak berkat rohani. Namun, Yesus dan rasul-rasulnya menubuatkan bahwa ibadat yang sejati akan dirusak
dan lenyap. (Matius 13:24-30; Kisah 20:29, 30) Setelah era kerasulan,
tampillah Susunan Kristen. Para pemimpin agamanya mengadopsi
ajaran-ajaran dan praktek-praktek yang bersifat kafir. Mereka juga
membuat upaya pendekatan kepada Allah menjadi sesuatu yang
hampir mustahil karena mereka menggambarkan Dia sebagai Tritunggal yang tak terpahami dan mereka mengajar orang-orang untuk
membuat pengakuan kepada imam-imam serta untuk berdoa kepada
Maria dan berbagai ”santo” bukannya kepada Yehuwa. Sekarang, setelah penyimpangan itu terjadi berabad-abad lamanya, apa yang telah
Yehuwa lakukan? Di tengah-tengah dunia dewasa ini—suatu dunia
yang dipenuhi dengan kepalsuan agama dan dikotori praktek-praktek yang tidak saleh—Ia turun tangan dan memulihkan ibadat yang
murni! Tanpa melebih-lebihkan, kita dapat mengatakan bahwa pemulihan ini merupakan salah satu perkembangan terpenting di zaman modern.
10Oleh karena itu, orang Kristen sejati dewasa ini menikmati suatu firdaus rohani. Apa yang tercakup dalam firdaus ini? Yang terutama, ada dua aspek. Aspek pertama adalah ibadat yang murni kepada
Allah yang benar, Yehuwa. Ia telah memberkati kita dengan cara ibadat yang bebas dari dusta dan penyimpangan. Ia telah memberkati
kita dengan makanan rohani. Makanan rohani tersebut memungkinkan kita untuk belajar mengenai Bapak surgawi kita, untuk menyenangkan Dia, dan untuk mendekat kepada-Nya. (Yohanes 4:24) Aspek kedua dari firdaus rohani berkaitan dengan orang-orang. Seperti
9
9. Setelah era kerasulan, apa yang telah dilakukan oleh gereja-gereja
Susunan Kristen terhadap ibadat kepada Allah, tetapi apa yang telah
Yehuwa lakukan di zaman kita?
10, 11. (a) Dua aspek apa yang tercakup dalam firdaus rohani, dan
bagaimana pengaruhnya terhadap Saudara? (b) Yehuwa telah mengumpulkan orang-orang macam apa ke dalam firdaus rohani, dan
hak istimewa apa yang akan mereka dapatkan?
KUASA YEHUWA UNTUK MEMULIHKAN
81
yang dinubuatkan Yesaya, ”pada akhir masa itu”, Yehuwa mengajar
para penyembah-Nya jalan perdamaian. Ia telah meniadakan peperangan di antara kita. Walaupun kita tidak sempurna, Ia membantu kita mengenakan ”kepribadian baru”. Ia memberkati upaya-upaya kita dengan memberikan roh kudus-Nya, roh yang menghasilkan
buah yang indah dalam diri kita. (Efesus 4:22-24; Galatia 5:22, 23)
Apabila Saudara bertindak selaras dengan roh Allah, Saudara benarbenar menjadi bagian dari firdaus rohani.
11 Ke dalam firdaus rohani ini, Yehuwa mengumpulkan tipe orangorang yang Ia kasihi—mereka yang mengasihi Dia, yang mengasihi
perdamaian, dan yang ”sadar akan kebutuhan rohani mereka”. (Matius 5:3) Mereka adalah orang-orang yang akan mendapat hak istimewa untuk menyaksikan pemulihan yang bahkan lebih spektakuler—yaitu pemulihan umat manusia dan segenap bumi.
”Lihat! Aku Membuat Segala Sesuatu Baru”
Banyak nubuat tentang pemulihan bukan hanya memaksudkan
pemulihan rohani. Yesaya, misalnya, menulis tentang suatu masa
manakala orang yang sakit, yang timpang, yang buta, dan yang tuli
akan disembuhkan dan bahkan kematian akan ”ditelan untuk selama-lamanya”. (Yesaya 25:8; 35:1-7) Janji-janji tersebut tidak digenapi
secara harfiah di Israel zaman dahulu. Dan, meskipun kita telah melihat penggenapan rohani janji-janji ini di zaman kita, ada dasar yang
kuat untuk percaya bahwa di masa depan, akan ada penggenapan secara harfiah dan lengkap. Bagaimana kita tahu?
13 Dulu di Eden, Yehuwa menjelaskan maksud-tujuan-Nya bagi bumi: Bumi akan didiami oleh keluarga manusia yang bahagia, sehat,
dan bersatu. Pria dan wanita harus memelihara bumi dan semua
makhluk yang ada di atasnya, untuk mengubah seluruh planet ini
menjadi suatu firdaus. (Kejadian 1:28) Hal tersebut sangat jauh berbeda dengan keadaan sekarang ini. Akan tetapi, kita dapat yakin bahwa
maksud-tujuan Yehuwa tidak akan pernah gagal. (Yesaya 55:10, 11)
Yesus, sebagai Raja Mesianik yang dilantik Yehuwa, akan mewujudkan Firdaus seluas dunia ini.—Lukas 23:43.
12
12, 13. (a) Mengapa nubuat tentang pemulihan masih harus digenapi dengan cara lain? (b) Apa maksud-tujuan Yehuwa bagi bumi sebagaimana yang dinyatakan di Eden, dan mengapa hal ini memberi
kita harapan untuk masa depan?
82
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
14 Bayangkan Saudara melihat seluruh bumi diubah menjadi Firdaus! Berkenaan dengan masa itu, Yehuwa berkata, ”Lihat! Aku membuat segala sesuatu baru.” (Penyingkapan 21:5) Pikirkanlah apa artinya hal itu kelak. Sewaktu Yehuwa selesai menggunakan kuasa-Nya
untuk membinasakan sistem tua yang fasik ini, yang akan tertinggal adalah ”langit baru dan bumi baru”. Artinya, suatu pemerintahan baru akan memerintah dari surga atas suatu masyarakat bumi
baru yang terdiri dari orang-orang yang mengasihi Yehuwa dan yang
melakukan kehendak-Nya. (2 Petrus 3:13) Setan, bersama hantu-hantunya, akan dinonaktifkan secara paksa. (Penyingkapan 20:3) Untuk
pertama kalinya selama ribuan tahun, umat manusia akan dibebaskan dari pengaruh yang bejat, penuh kebencian, dan negatif tersebut. Tidak diragukan lagi, rasanya akan benar-benar lega.
15 Akhirnya, kita akan dapat mengurus planet yang indah ini sesuai
dengan tugas yang semula diberikan kepada manusia. Bumi memiliki
kesanggupan alami untuk memulihkan diri. Danau dan sungai yang
tercemar dapat membersihkan dirinya sendiri jika sumber pencemarannya disingkirkan; lanskap yang diporak-porandakan perang akan
kembali seperti sediakala jika peperangan berhenti. Betapa senangnya
nanti bekerja secara harmonis dengan bumi, membantu mengubahnya menjadi suatu taman yang indah, Eden seluas dunia yang berisi
tak terhitung banyaknya ragam tanaman dan hewan! Bukannya melenyapkan spesies hewan dan tumbuhan dengan sewenang-wenang,
manusia akan menikmati perdamaian dengan semua ciptaan di bumi. Anak-anak pun tidak perlu takut kepada binatang buas.—Yesaya
9:6, 7; 11:1-9.
16 Kita juga akan mengalami pemulihan pada tingkat perorangan. Setelah Armagedon, orang-orang yang selamat akan melihat penyembuhan yang bersifat mukjizat dalam skala global. Seperti yang pernah
dilakukannya sewaktu berada di bumi, Yesus akan menggunakan kuasa yang Allah berikan untuk memulihkan penglihatan bagi yang buta,
pendengaran bagi yang tuli, tubuh yang sehat bagi yang timpang dan
lemah. (Matius 15:30) Orang yang sudah berumur akan sangat bergembira karena kekuatan, kesehatan, dan tenaga muda yang diperba-
14, 15. (a) Bagaimana Yehuwa akan membuat ”segala sesuatu baru”?
(b) Seperti apa kehidupan di Firdaus kelak, dan aspek mana yang paling menarik bagi Saudara?
16. Di Firdaus, pemulihan apa yang akan mempengaruhi setiap individu yang setia?
KUASA YEHUWA UNTUK MEMULIHKAN
83
rui. (Ayub 33:25) Kerut-kerut akan lenyap, tangan dan kaki akan diluruskan, dan otot-otot akan lentur dengan kekuatan yang diperbarui.
Seluruh umat manusia yang setia akan merasakan bahwa pengaruh
dosa dan ketidaksempurnaan berangsur-angsur berkurang dan akhirnya lenyap. Betapa bersyukurnya kita kepada Allah Yehuwa kelak atas
kuasa-Nya yang luar biasa untuk memulihkan! Sekarang, marilah kita
fokuskan perhatian kepada satu aspek istimewa yang menghangatkan
hati dari masa pemulihan yang menggetarkan ini.
Mengembalikan Kehidupan kepada Orang Mati
Pada abad pertama M, beberapa pemimpin agama, yang disebut
orang Saduki, tidak mempercayai kebangkitan. Yesus memberi mereka teguran keras dengan mengatakan, ”Kamu keliru, karena kamu tidak tahu Tulisan-Tulisan Kudus maupun kuasa Allah.” (Matius 22:29)
Ya, Tulisan-Tulisan Kudus menyingkapkan bahwa Yehuwa memiliki
kuasa untuk memulihkan. Dengan cara bagaimana?
18 Bayangkan apa yang terjadi pada zaman Elia. Seorang janda membopong tubuh anak tunggalnya yang terkulai lemas. Anak laki-laki itu
sudah meninggal. Nabi Elia, yang pernah menjadi tamu sang janda
selama beberapa waktu, pasti sangat terkejut. Sebelumnya, ia telah menyelamatkan anak itu dari kelaparan. Elia bisa jadi sudah akrab dengan
sobat ciliknya itu. Sang ibu sangat remuk hatinya. Anak itu merupakan satu-satunya orang yang masih hidup yang bisa membangkitkan
kenangan akan almarhum suaminya. Ia mungkin juga berharap bahwa putranyalah yang akan merawat dia di hari tuanya. Karena putus
asa, sang janda merasa takut kalau-kalau ia sedang dihukum karena
kesalahan masa lalunya. Elia tidak ingin melihat tragedi ini menjadi
lebih buruk lagi. Dengan lembut, ia mengambil mayat anak itu dari
dekapan ibunya, membawanya ke kamar tempat ia tinggal, dan memohon kepada Allah Yehuwa untuk memulihkan jiwa atau kehidupan anak tersebut.—1 Raja 17:8-21.
19 Elia bukanlah orang pertama yang percaya akan kebangkitan. Berabad-abad sebelumnya, Abraham juga percaya bahwa Yehuwa memiliki kuasa untuk memulihkan—dan ia memiliki alasan kuat untuk
17
17, 18. (a) Mengapa Yesus menegur orang Saduki dengan keras?
(b) Keadaan apa yang membuat Elia meminta Yehuwa melakukan kebangkitan?
19, 20. (a) Bagaimana Abraham menunjukkan bahwa ia beriman
akan kuasa Yehuwa untuk memulihkan, dan apa dasar imannya itu?
(b) Bagaimana Yehuwa mengupahi iman Elia?
84
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
mempercayai hal itu. Ketika Abraham berusia 100 tahun dan Sara
90 tahun, Yehuwa memulihkan kemampuan reproduksi mereka yang
telah mati, secara mukjizat memungkinkan Sara melahirkan seorang
anak lelaki. (Kejadian 17:17; 21:2, 3) Belakangan, sewaktu anak tersebut telah dewasa, Yehuwa meminta Abraham untuk mengorbankan putranya. Abraham menunjukkan iman, berpikir bahwa Yehuwa dapat menghidupkan kembali Ishak yang ia kasihi. (Ibrani 11:
17-19) Iman yang sangat kuat tersebut dapat membantu kita mengerti mengapa Abraham, sebelum naik ke gunung untuk mempersembahkan putranya, meyakinkan hamba-hambanya bahwa ia dan Ishak
akan kembali bersama-sama.—Kejadian 22:5.
20 Yehuwa meluputkan Ishak, maka pada waktu itu kebangkitan tidak dibutuhkan. Namun, dalam kasus Elia, putra sang janda sudah
meninggal—tetapi tidak untuk waktu yang lama. Yehuwa mengupahi
iman sang nabi dengan membangkitkan anak itu! Kemudian, Elia menyerahkan anak laki-laki tersebut kepada ibunya, dengan mengucapkan kata-kata yang tak terlupakan ini, ”Lihat, putramu hidup”!—1 Raja
17:22-24.
21 Dengan demikian, untuk pertama kalinya dalam catatan Alkitab,
kita melihat Yehuwa menggunakan kuasa-Nya untuk memulihkan
kehidupan manusia. Belakangan, Yehuwa juga memberikan kuasa kepada Elisa, Yesus, Paulus, dan Petrus untuk mengembalikan kehidupan kepada orang mati. Tentu saja, orang-orang yang dibangkitkan tersebut akhirnya mati lagi. Meskipun demikian, catatan-catatan Alkitab
seperti itu memberi kita suatu gambaran pendahuluan yang menakjubkan tentang prospek di masa depan.
22 Di Firdaus, Yesus akan memenuhi peranannya sebagai ”kebangkitan dan kehidupan”. (Yohanes 11:25) Ia akan membangkitkan jutaan orang yang tak terhitung banyaknya, memberi mereka kesempatan
untuk hidup kekal di Firdaus bumi. (Yohanes 5:28, 29) Bayangkanlah
reuninya, seraya sahabat dan kerabat terkasih, yang telah lama dipisahkan oleh kematian, berpelukan denganpenuh keriangan dan sukacita! Seluruh umat manusia akan memuji Yehuwa karena kuasa-Nya
untuk memulihkan.
21, 22. (a) Apa tujuan dicatatnya kisah mengenai kebangkitan dalam Tulisan-Tulisan Kudus? (b) Seberapa ekstensifkah kebangkitan di
Firdaus kelak, dan siapa yang akan melaksanakannya?
”Lihat, putramu hidup”!
86
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Pertanyaan untuk Direnungkan
2 Raja 5:1-15 Karena mengembangkan kerendahan hati, bagaimana seorang pria di zaman Alkitab mendapat manfaat dari kuasa Yehuwa untuk memulihkan?
Ayub 14:12-15 Keyakinan apa yang Ayub miliki, dan bagaimana
ayat-ayat ini bisa mempengaruhi harapan kita sendiri akan masa
depan?
Mazmur 126:1-6 Bagaimana perasaan orang Kristen dewasa ini
tentang pemulihan ibadat murni dan peran mereka di dalamnya?
Roma 4:16-25 Mengapa penting untuk beriman kepada kuasa Yehuwa untuk memulihkan?
23 Yehuwa telah menyediakan jaminan yang kuat bahwa harapan tersebut pasti. Yang terbesar dari semua pertunjukan kuasa-Nya adalah Ia
membangkitkan Putra-Nya, Yesus, sebagai makhluk roh yang perkasa,
menjadikan dia sebagai pribadi kedua setelah Yehuwa. Yesus yang telah dibangkitkan menampakkan diri kepada ratusan saksi mata. (1 Korintus 15:5, 6) Bagi orang-orang yang skeptis pun, bukti tersebut sudah
lebih dari cukup. Yehuwa memiliki kuasa untuk memulihkan kehidupan.
24 Yehuwa tidak hanya memiliki kuasa untuk mengembalikan kehidupan kepada orang mati tetapi Ia juga memiliki hasrat untuk melakukannya. Ayub, pria yang setia, diilhami untuk mengatakan bahwa sesungguhnya Yehuwa rindu untuk menghidupkan kembali orang
mati. (Ayub 14:15) Tidakkah Saudara tertarik kepada Allah kita, yang
sangat antusias menggunakan kuasa-Nya tersebut dengan cara yang
begitu pengasih? Namun, ingatlah, kebangkitan hanyalah salah satu
aspek dari pekerjaan pemulihan agung yang Yehuwa lakukan di
masa depan. Seraya Saudara semakin akrab dengan-Nya, ingatlah selalu akan harapan gemilang bahwa Saudara dapat berada di sana untuk melihat Yehuwa ”membuat segala sesuatu baru”.—Penyingkapan
21:5.
23. Apa yang terbesar di antara semua pertunjukan kuasa Yehuwa,
dan bagaimana hal itu menjamin harapan kita akan masa depan?
24. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa akan membangkitkan
orang mati, dan harapan apa yang hendaknya kita masing-masing
ingat?
P A S A L
9
”Kristus Adalah Kuasa Allah”
MURID-MURID ketakutan. Mereka sedang menyeberangi Laut Galilea sewaktu badai tiba-tiba menerpa mereka. Mereka pasti pernah melihat badai di danau ini sebelumnya—lagipula, beberapa
dari pria-pria itu adalah nelayan yang berpengalaman.1 (Matius 4:
18, 19) Tetapi, ini adalah ”suatu badai yang sangat hebat”, dan
segera membuat laut tersebut menjadi sangat ganas. Dengan kalang kabut, pria-pria itu berusaha mengendalikan perahu, tetapi
badainya terlalu dahsyat. Gelombang yang tinggi ”menerpa ke dalam perahu”, yang mulai penuh dengan air. Walaupun ada kegemparan ini, Yesus tidur lelap di buritan, kelelahan setelah seharian mengajar banyak orang. Khawatir akan keselamatan mereka,
murid-murid membangunkan dia dan memohon, ”Tuan, selamatkanlah kami, kita hampir binasa!”—Markus 4:35-38; Matius 8:
23-25.
2 Yesus tidak takut. Dengan kepercayaan penuh, ia menghardik angin dan laut itu, ”Diam! Tenanglah!” Segera, angin dan
laut pun taat—badai yang dahsyat itu berhenti, gelombang-gelombangnya mereda, dan ”keadaan menjadi tenang sekali”. Kemudian, murid-murid dicekam ketakutan yang luar biasa. ”Siapakah sebenarnya orang ini?” mereka saling berbisik. Ya, manusia macam
apa yang dapat menghardik angin dan laut seperti memarahi anak
yang sukar dikendalikan?—Markus 4:39-41; Matius 8:26, 27.
3 Tetapi, Yesus bukanlah manusia biasa. Kuasa Yehuwa dipertunjukkan demi dia dan melalui dia dengan cara-cara yang luar biasa.
1 Badai yang tiba-tiba datang merupakan hal yang lazim di Laut Galilea. Karena laut itu terletak cukup rendah (kira-kira 200 meter di bawah permukaan laut),
udaranya jauh lebih hangat daripada di daerah sekelilingnya, dan hal ini mengakibatkan gangguan atmosferis. Angin kencang sering bertiup dari Gunung Hermon, yang terletak di utara, turun ke Lembah Yordan. Cuaca yang tenang pada
suatu saat dapat mendadak berubah menjadi badai yang dahsyat.
1-3. (a) Pengalaman yang sangat menakutkan apa dialami muridmurid di Laut Galilea, dan apa yang Yesus lakukan? (b) Mengapa Yesus dengan tepat disebut ”Kristus adalah kuasa Allah”?
88
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Rasul Paulus yang diilhami dapat dengan tepat menyebut dia sebagai ”Kristus adalah kuasa Allah”. (1 Korintus 1:24) Bagaimana kuasa Allah dipertunjukkan dalam diri Yesus? Dan, cara Yesus
menggunakan kuasanya dapat memberikan pengaruh apa atas kehidupan kita?
Kuasa Putra Allah Satu-satunya yang Diperanakkan
Pertimbangkanlah kuasa yang Yesus miliki selama eksistensi
pramanusianya. Yehuwa menggunakan ”kuasanya yang kekal” sewaktu Ia menciptakan Putra satu-satunya yang diperanakkan,
yang belakangan dikenal sebagai Yesus Kristus. (Roma 1:20; Kolose 1:15) Setelah itu, Yehuwa mendelegasikan kuasa dan wewenang
yang hebat kepada Putra ini, menugasi dia untuk melaksanakan
maksud-tujuan-Nya berkenaan dengan penciptaan. Sehubungan
dengan sang Putra, Alkitab mengatakan, ”Segala sesuatu menjadi ada melalui dia, dan tanpa dia, tidak satu perkara pun menjadi
ada.”—Yohanes 1:3.
5 Kita sulit memahami besarnya tugas tersebut. Bayangkan kuasa yang dibutuhkan untuk menciptakan jutaan malaikat perkasa,
alam semesta dengan miliaran galaksinya, dan bumi dengan variasi kehidupannya yang berlimpah. Untuk melaksanakan tugastugas tersebut, Putra satu-satunya yang diperanakkan diberi tenaga yang paling hebat di alam semesta—roh kudus Allah. Putra
ini mendapatkan kesenangan yang besar dengan menjadi Pekerja
Ahli, yang Yehuwa gunakan untuk menciptakan semua hal lain.
—Amsal 8:22-31.
6 Dapatkah Putra satu-satunya yang diperanakkan menerima
kuasa dan wewenang yang bahkan lebih banyak lagi? Setelah kematiannya di bumi dan kebangkitannya, Yesus mengatakan, ”Semua wewenang di surga dan di bumi telah diberikan kepadaku.”
(Matius 28:18) Ya, Yesus telah diberi kesanggupan dan hak un4
4, 5. (a) Yehuwa mendelegasikan kuasa dan wewenang apa kepada
Putra satu-satunya yang diperanakkan? (b) Bagaimana Putra ini diperlengkapi untuk melaksanakan maksud-tujuan Bapaknya berkenaan
dengan penciptaan?
6. Setelah kematiannya di bumi dan kebangkitannya, Yesus diberi
kuasa dan wewenang apa?
”KRISTUS ADALAH KUASA ALLAH”
89
tuk menjalankan kuasa secara universal. Sebagai ”Raja atas segala
raja dan Tuan atas segala tuan”, ia telah diberi wewenang untuk
”meniadakan semua pemerintah dan semua wewenang dan kuasa”—yang kelihatan dan tak kelihatan—yang menentang Bapaknya. (Penyingkapan 19:16; 1 Korintus 15:24-26) ”Tidak ada yang
Allah kecualikan, yang tidak tunduk kepada” Yesus—kecuali Yehuwa sendiri.—Ibrani 2:8; 1 Korintus 15:27.
7 Perlukah kita khawatir kalau-kalau Yesus akan menyalahgunakan kekuasaannya? Sama sekali tidak! Yesus sangat mengasihi
Bapaknya dan tidak akan melakukan apa pun yang tidak menyenangkan Dia. (Yohanes 8:29; 14:31) Yesus tahu betul bahwa Yehuwa tidak pernah menyalahgunakan kemahakuasaan-Nya. Yesus
telah mengamati sendiri bahwa Yehuwa mencari kesempatan ”untuk memperlihatkan kekuatannya demi kepentingan orang-orang
yang sepenuh hati terhadapnya”. (2 Tawarikh 16:9) Terlebih lagi,
Yesus memiliki kasih seperti yang dimiliki Bapaknya terhadap
umat manusia, maka kita dapat yakin bahwa Yesus akan selalu
menggunakan kuasanya untuk kebaikan. (Yohanes 13:1) Yesus telah memiliki reputasi yang tanpa cacat dalam hal ini. Mari kita bahas kuasa yang ia miliki sewaktu berada di bumi dan bagaimana ia
tergerak untuk menggunakannya.
”Perkataannya Penuh Kuasa”
Tampaknya, Yesus tidak membuat mukjizat sewaktu ia masih
seorang anak muda di Nazaret. Namun, hal itu berubah setelah ia
dibaptis pada tahun 29 M, kira-kira sewaktu ia berusia 30 tahun.
(Lukas 3:21-23) Alkitab memberi tahu kita, ”Allah mengurapinya
dengan roh kudus dan kuasa, dan dia menjelajahi negeri itu sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang ditindas
Iblis.” (Kisah 10:38) ”Berbuat baik”—bukankah ini bukti bahwa
Yesus menggunakan kuasanya dengan benar? Setelah pengurapannya, ia ’menjadi nabi yang pekerjaan serta perkataannya penuh
kuasa’.—Lukas 24:19.
8
7. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yesus tidak akan pernah menyalahgunakan kuasa yang Yehuwa berikan kepadanya?
8. Setelah pengurapannya, Yesus diberi kuasa untuk melakukan apa,
dan bagaimana ia menggunakan kuasanya?
90
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
9 Dengan cara bagaimana perkataan Yesus penuh kuasa? Ia sering kali mengajar di tempat terbuka—di tepi danau dan lereng bukit, dan juga di jalan-jalan serta di pasar-pasar. (Markus 6:53-56;
Lukas 5:1-3; 13:26) Pendengarnya dapat pergi begitu saja jika
kata-katanya tidak menarik perhatian mereka. Pada masa sebelum
ada buku-buku tercetak, pendengar yang penuh penghargaan harus menyimpan kata-katanya dalam pikiran dan hati mereka. Jadi,
pengajaran Yesus haruslah benar-benar menarik, jelas dimengerti,
dan mudah diingat. Namun, tantangan itu tidak menjadi masalah
bagi Yesus. Misalnya, perhatikan Khotbahnya di Gunung.
10 Suatu pagi pada tahun 31 M, sekumpulan orang berkumpul di
lereng gunung dekat Laut Galilea. Beberapa datang dari Yudea dan
Yerusalem, 100 sampai 110 kilometer jauhnya. Yang lain-lain datang dari daerah pesisir Tirus dan Sidon, di sebelah utara. Banyak
orang sakit mendekat kepada Yesus untuk menyentuhnya, dan ia
menyembuhkan mereka semua. Sewaktu tidak ada lagi satu orang
pun yang sakit parah di antara mereka, ia mulai mengajar. (Lukas
6:17-19) Ketika ia selesai berbicara beberapa saat kemudian, mereka takjub akan apa yang telah mereka dengar. Mengapa?
11 Bertahun-tahun kemudian, salah seorang pendengar khotbah
tersebut menulis, ”Kumpulan orang itu terpukau oleh cara ia
mengajar; sebab ia mengajar mereka sebagai seorang yang memiliki wewenang.” (Matius 7:28, 29) Yesus berbicara dengan kuasa
yang dapat mereka rasakan. Ia berbicara mewakili Allah dan meneguhkan pengajarannya dengan wewenang dari Firman Allah. (Yohanes 7:16) Pernyataan Yesus jelas, anjurannya bersifat persuasif, dan argumennya tak dapat disangkal. Kata-katanya langsung
kena pada inti permasalahannya dan juga pada lubuk hati para
pendengarnya. Ia mengajar mereka caranya menemukan kebahagiaan, caranya berdoa, caranya mencari Kerajaan Allah, dan caranya membangun masa depan yang pasti. (Matius 5:3–7:27) Katakatanya menggugah hati orang-orang yang lapar akan kebenaran
dan keadilbenaran. Mereka ini rela ”menyangkal” diri sendiri dan
9-11. (a) Banyak pengajaran Yesus diberikan di mana, dan tantangan apa yang ia hadapi? (b) Mengapa kumpulan orang terpukau oleh
cara Yesus mengajar?
”Mereka melihat Yesus berjalan di atas laut”
92
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti dia. (Matius 16:24;
Lukas 5:10, 11) Benar-benar suatu kesaksian akan kuasa perkataan
Yesus!
’Pekerjaannya Penuh Kuasa’
Yesus juga ’pekerjaannya penuh kuasa’. (Lukas 24:19) Injil melaporkan lebih dari 30 mukjizat spesifik yang ia lakukan—semuanya dengan ”kuasa Yehuwa”.1 (Lukas 5:17) Mukjizat Yesus mempengaruhi kehidupan ribuan orang. Dua mukjizat saja—memberi
makan 5.000 pria dan belakangan 4.000 pria ”selain wanita dan
anak-anak kecil”—mencakup banyak orang yang bisa jadi jumlahnya sekitar 20.000 orang!—Matius 14:13-21; 15:32-38.
13 Mukjizat Yesus sangat beraneka ragam. Ia memiliki wewenang atas hantu-hantu, mengusir mereka dengan mudahnya. (Lukas 9:37-43) Ia memiliki kuasa atas unsur-unsur fisika, mengubah
air menjadi anggur. (Yohanes 2:1-11) Yang membuat murid-muridnya takjub adalah ia berjalan di atas Laut Galilea yang diterpa
angin. (Yohanes 6:18, 19) Ia berkuasa atas penyakit, menyembuhkan cacat tubuh, penyakit kronis, dan penyakit yang memautkan. (Markus 3:1-5; Yohanes 4:46-54) Ia melakukan penyembuhan-penyembuhan tersebut dengan berbagai cara. Beberapa orang
disembuhkan dari jarak jauh, sedangkan yang lain-lain merasakan
sentuhan pribadi Yesus. (Matius 8:2, 3, 5-13) Beberapa orang disembuhkan dalam sekejap, yang lain-lain secara bertahap.—Markus 8:22-25; Lukas 8:43, 44.
14 Yang paling mencolok adalah Yesus memiliki kuasa untuk
membalikkan kematian. Dalam tiga peristiwa yang dicatat, ia
membangkitkan orang mati, mengembalikan seorang anak perempuan yang berusia 12 tahun kepada orang tuanya, seorang
anak tunggal kepada ibunya yang menjanda, dan seorang sauda12
1 Sebagai tambahan, kadang-kadang Injil mengelompokkan banyak mukjizat
ke dalam suatu uraian tunggal yang bersifat umum. Misalnya, sekali peristiwa ”seluruh kota” datang untuk melihat dia, dan ia menyembuhkan ”banyak”
orang sakit.—Markus 1:32-34.
12, 13. Dalam arti apa ’pekerjaan Yesus penuh kuasa’, dan bagaimanakah keanekaragaman mukjizatnya?
14. Di bawah keadaan apa Yesus mempertunjukkan bahwa ia memiliki kuasa untuk membalikkan kematian?
”KRISTUS ADALAH KUASA ALLAH”
93
ra yang dikasihi kepada saudara-saudara perempuannya. (Lukas 7:
11-15; 8:49-56; Yohanes 11:38-44) Tidak ada keadaan yang terlalu
sulit. Ia membangkitkan gadis berusia 12 tahun dari ranjangnya
segera setelah gadis itu mati. Ia membangkitkan putra sang janda dari kerandanya, pastilah pada hari anak itu meninggal. Dan, ia
membangkitkan Lazarus dari makamnya setelah Lazarus meninggal selama empat hari.
Menggunakan Kuasa dengan
Tidak Mementingkan Diri, Bertanggung Jawab,
dan Bertimbang Rasa
15 Seandainya kuasa Yesus diberikan kepada penguasa yang tidak
sempurna, dapatkah Saudara membayangkan kemungkinan penyalahgunaan kuasa tersebut? Tetapi, Yesus tidak berdosa. (1 Petrus 2:22) Ia tidak mau dicemari oleh semangat mementingkan
diri, ambisi, dan ketamakan yang mendorong manusia tak sempurna menggunakan kuasa mereka untuk menyakiti orang lain.
16 Yesus menggunakan kuasanya dengan tidak mementingkan
diri, tidak pernah menggunakannya demi keuntungan pribadi.
Ketika lapar, ia tidak mau mengubah batu menjadi roti bagi dirinya sendiri. (Matius 4:1-4) Terbatasnya harta yang ia miliki adalah
bukti bahwa ia tidak mengambil keuntungan secara materi dari
penggunaan kuasanya. (Matius 8:20) Ada bukti lebih jauh bahwa perbuatan-perbuatannya yang penuh kuasa muncul dari motif
yang tidak mementingkan diri. Sewaktu melakukan mukjizat, ia
melakukannya dengan membuat pengorbanan pribadi. Sewaktu
ia menyembuhkan orang sakit, kuasa keluar dari dirinya. Ia sadar
akan kuasa yang mengalir ke luar ini, meski hanya untuk satu penyembuhan saja. (Markus 5:25-34) Namun, ia membiarkan kumpulan orang menyentuh dia, dan mereka disembuhkan. (Lukas 6:
19) Benar-benar suatu semangat yang tidak mementingkan diri!
17 Yesus bertanggung jawab dalam menggunakan kuasanya.
Ia tidak pernah melakukan perbuatan-perbuatan penuh kuasa hanya untuk pamer atau unjuk kehebatan yang tak bertujuan.
15, 16. Apa buktinya bahwa Yesus tidak mementingkan diri dalam
menggunakan kuasanya?
17. Bagaimana Yesus memperlihatkan bahwa ia menggunakan kuasanya secara bertanggung jawab?
94
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
(Matius 4:5-7) Ia tidak mau melakukan tanda-tanda untuk sekadar memuaskan keingintahuan Herodes yang salah motif. (Lukas
23:8, 9) Daripada menggembar-gemborkan kuasanya, Yesus sering
kali menginstruksikan orang-orang yang ia sembuhkan untuk tidak memberi tahu siapa pun. (Markus 5:43; 7:36) Ia tidak ingin
orang menarik kesimpulan mengenai dirinya berdasarkan laporan-laporan yang sensasional.—Matius 12:15-19.
18 Pria yang penuh kuasa ini, Yesus, sangat berbeda dengan para
penguasa yang menggunakan kuasanya dengan sikap masa bodoh
akan kebutuhan dan penderitaan orang lain. Yesus peduli terhadap orang. Melihat orang yang menderita saja sudah membuat hatinya sangat tersentuh sehingga ia terdorong untuk meringankan
penderitaan mereka. (Matius 14:14) Ia bertimbang rasa terhadap
perasaan dan kebutuhan mereka, dan keprihatinan yang lembut
ini mempengaruhi cara ia menggunakan kuasanya. Contoh yang
menggugah hati terdapat di Markus 7:31-37.
19 Pada peristiwa ini, kumpulan besar orang menemukan Yesus
dan membawa kepadanya banyak orang sakit, dan ia menyembuhkan mereka semua. (Matius 15:29, 30) Namun, Yesus memilih seorang pria dan memberinya perhatian khusus. Pria itu tuli
dan hampir tidak dapat berbicara. Mungkin, Yesus bisa merasakan kegugupan atau rasa malu pria ini. Dengan penuh timbang
rasa, Yesus membawa pria itu menyendiri—jauh dari banyak orang
—ke suatu tempat yang sunyi. Kemudian, Yesus memberikan beberapa isyarat untuk memberi tahu pria itu apa yang hendak ia lakukan. Ia ”memasukkan jari tangannya ke telinga pria itu dan,
setelah meludah, ia menyentuh lidah orang itu”.1 (Markus 7:33)
Kemudian, Yesus menengadah ke langit dan menarik napas dalam-dalam. Tindakan tersebut menyampaikan pesan kepada pria
itu, ’Apa yang hendak kulakukan kepadamu adalah berkat kuasa
1 Meludah adalah suatu cara atau tanda penyembuhan yang diterima oleh
orang Yahudi maupun orang Kafir, dan penggunaan air liur dalam pengobatan
dilaporkan dalam tulisan-tulisan para rabi. Bisa jadi, Yesus meludah hanya untuk
menyampaikan pesan kepada pria itu bahwa ia akan segera disembuhkan. Bagaimanapun, Yesus tidak menggunakan air liurnya sebagai obat alami.
18-20. (a) Apa yang mempengaruhi cara Yesus menggunakan kuasanya? (b) Bagaimana perasaan Saudara mengenai cara Yesus menyembuhkan seorang pria tuli?
”KRISTUS ADALAH KUASA ALLAH”
95
dari Allah.’ Akhirnya, Yesus berkata, ”Terbukalah.” (Markus 7:34)
Saat itu juga, pendengaran pria tersebut pulih, dan ia mampu berbicara dengan normal.
20 Betapa menyentuh hati untuk merenungkan bahwa bahkan
sewaktu menggunakan kuasanya yang diberikan oleh Allah untuk menyembuhkan orang yang menderita, Yesus memperlihatkan perhatian yang simpatik terhadap perasaan mereka! Tidakkah
sangat menenteramkan hati untuk mengetahui bahwa Yehuwa telah menaruh Kerajaan Mesianik di tangan Penguasa yang penuh
perhatian dan bertimbang rasa seperti itu?
Gambaran dari Perkara-Perkara yang Akan Datang
Perbuatan-perbuatan penuh kuasa yang Yesus lakukan di bumi
hanyalah gambaran pendahuluan dari berkat-berkat yang bahkan
lebih besar yang akan datang di bawah pemerintahan kerajaannya. Dalam dunia baru Allah, Yesus sekali lagi akan melakukan
mukjizat—tetapi dalam skala global! Coba pikirkan beberapa prospek yang menggetarkan hati yang terbentang di masa depan.
22 Yesus akan memulihkan ekologi bumi kepada keseimbangannya yang sempurna. Ingatlah bahwa ia mempertunjukkan kendali atas kekuatan-kekuatan alam dengan meredakan suatu badai
angin. Kalau begitu, di bawah pemerintahan Kerajaan Kristus, pastilah umat manusia tidak perlu takut akan bahaya topan, gempa
bumi, letusan gunung berapi, atau bencana alam lainnya. Karena
Yesus adalah Pekerja Ahli, yang Yehuwa gunakan untuk menciptakan bumi dan segala kehidupan di atasnya, ia sepenuhnya
tahu seluk-beluk bumi ini. Ia tahu bagaimana menggunakan sumber daya bumi dengan benar. Di bawah pemerintahannya, seluruh
bumi ini akan diubah menjadi Firdaus.—Lukas 23:43.
23 Bagaimana dengan kebutuhan umat manusia? Kesanggupan
Yesus untuk memberi makan ribuan orang dengan limpah, hanya dengan persediaan yang sangat terbatas, meyakinkan kita
bahwa pemerintahannya akan mendatangkan kemerdekaan dari
21
21, 22. (a) Apa yang digambarkan oleh mukjizat-mukjizat Yesus?
(b) Karena Yesus memiliki kendali atas kekuatan-kekuatan alam, apa
yang dapat kita harapkan di bawah pemerintahan Kerajaannya?
23. Sebagai Raja, bagaimana Yesus akan memuaskan kebutuhan umat
manusia?
96
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Pertanyaan untuk Direnungkan
Yesaya 11:1-5 Bagaimana Yesus mempertunjukkan ”roh keperkasaan”, dan karena itu, keyakinan apa yang dapat kita miliki
akan pemerintahannya?
Markus 2:1-12 Penyembuhan secara mukjizat yang Yesus lakukan menunjukkan bahwa ia telah dikaruniai wewenang apa?
Yohanes 6:25-27 Meski Yesus secara mukjizat memuaskan kebutuhan jasmani orang-orang, apa tujuan utama pelayanannya?
Yohanes 12:37-43 Mengapa beberapa orang yang menyaksikan
mukjizat-mukjizat Yesus tidak beriman kepadanya, dan apa yang
dapat kita pelajari dari hal ini?
kelaparan. Ya, berlimpahnya makanan yang didistribusikan secara
merata akan mengakhiri kelaparan untuk selama-lamanya. (Mazmur 72:16) Kuasanya atas penyakit menunjukkan bahwa orang
yang sakit, buta, tuli, buntung, dan timpang akan disembuhkan—secara tuntas dan permanen. (Yesaya 33:24; 35:5, 6) Kesanggupannya untuk membangkitkan orang mati meyakinkan kita
bahwa keperkasaannya sebagai Raja surgawi mencakup kuasa untuk membangkitkan jutaan orang yang tak terhitung banyaknya
yang diingat Bapaknya dengan senang hati.—Yohanes 5:28, 29.
24 Seraya kita merenungkan kuasa Yesus, marilah kita camkan
bahwa sang Putra ini meniru Bapaknya dengan sempurna. (Yohanes 14:9) Oleh karena itu, cara Yesus menggunakan kuasa memberi kita gambaran yang jelas tentang bagaimana Yehuwa
menggunakan kuasa. Misalnya, pikirkanlah kelembutan yang Yesus perlihatkan sewaktu menyembuhkan seorang penderita kusta. Tergerak oleh rasa kasihan, Yesus menyentuh pria itu dan berkata, ”Aku mau.” (Markus 1:40-42) Melalui catatan-catatan seperti
itu, Yehuwa seolah-olah berkata, ’Begitulah caranya Aku menggunakan kuasa-Ku’! Tidakkah Saudara tergerak untuk memuji Allah
kita yang mahakuasa dan mengucap syukur bahwa Ia menggunakan kuasa-Nya dengan cara yang sedemikian pengasih?
24. Seraya kita merenungkan kuasa Yesus, apa yang hendaknya kita
camkan, dan mengapa?
P A S A L
1 0
”Jadilah Peniru Allah”
dalam Menggunakan
Kuasa Saudara
”TIADA kekuasaan tanpa intaian jerat yang tersamar.” Kata-kata seorang penyair pada abad ke-19 tersebut menarik perhatian kita kepada suatu bahaya laten: penyalahgunaan kuasa. Sayang sekali, manusia yang tak sempurna sangat mudah menyerah kepada jerat ini.
Ya, sepanjang sejarah ”manusia menguasai manusia sehingga ia celaka”. (Pengkhotbah 8:9) Penggunaan kuasa tanpa kasih telah menimbulkan penderitaan manusia yang tak terlukiskan.
2 Jika demikian halnya, tidakkah mengagumkan bahwa Allah Yehuwa, yang memiliki kuasa yang tak terbatas, tidak pernah menyalahgunakan kuasa tersebut? Seperti yang kita ketahui dari pasal-pasal sebelumnya, Ia selalu menggunakan kuasa-Nya—apakah itu untuk
mencipta, membinasakan, melindungi, atau memulihkan—selaras
dengan maksud-tujuan-Nya yang pengasih. Sewaktu merenungkan
caranya Ia mengerahkan kuasa-Nya, kita tergugah untuk mendekat
kepada-Nya. Selanjutnya, hal itu dapat memotivasi kita untuk ’menjadi peniru Allah’ dalam menggunakan kuasa kita sendiri. (Efesus 5:1)
Tetapi, kuasa apa yang kita, manusia yang lemah ini, miliki?
3 Ingatlah bahwa manusia diciptakan ”menurut gambar” dan rupa
Allah. (Kejadian 1:26, 27) Oleh karena itu, kita juga memiliki kuasa
—setidaknya hingga taraf tertentu. Kuasa kita mungkin mencakup kemampuan untuk mencapai sesuatu, untuk bekerja; kemilikan kendali
atau wewenang atas orang lain; kesanggupan untuk mempengaruhi
orang lain, khususnya mereka yang mengasihi kita; kekuatan fisik
(keperkasaan); atau sumber daya materi. Mengenai Yehuwa, sang pemazmur berkata, ”Padamu ada sumber kehidupan.” (Mazmur 36:9)
Oleh karena itu, secara langsung maupun tidak, Allah adalah sumber
1. Kepada jerat laten apa manusia yang tak sempurna mudah menyerah?
2, 3. (a) Apa yang mengagumkan dari cara Yehuwa menggunakan
kuasa-Nya? (b) Apa yang mungkin tercakup dalam kuasa kita, dan bagaimana hendaknya kita menggunakan semua kuasa tersebut?
98
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
dari semua kuasa kita yang sah. Dengan demikian, kita ingin menggunakannya dengan cara-cara yang menyenangkan Dia. Bagaimana
kita dapat melakukannya?
Kasih Adalah Kuncinya
Kunci untuk menggunakan kuasa dengan benar adalah kasih.
Bukankah teladan Allah sendiri yang mempertunjukkannya? Ingatlah kembali pembahasan mengenai empat sifat Allah yang utama
—kuasa, keadilan, hikmat, dan kasih—di Pasal 1. Dari keempat sifat
tersebut, manakah yang paling dominan? Kasih. ”Allah adalah kasih,” kata 1 Yohanes 4:8. Ya, Yehuwa sangat identik dengan kasih;
kasih mempengaruhi semua hal yang Ia lakukan. Jadi, setiap pertunjukan kuasa-Nya dimotivasi oleh kasih dan pada dasarnya demi
kebaikan mereka yang mengasihi Dia.
5 Kasih juga akan membantu kita menggunakan kuasa dengan benar. Alkitab memberi tahu kita bahwa kasih itu ”baik hati” dan ”tidak memperhatikan kepentingan diri sendiri”. (1 Korintus 13:4, 5)
Oleh karena itu, kasih tidak akan mengizinkan kita berlaku kasar
atau kejam terhadap orang-orang yang sampai taraf tertentu ada di
bawah wewenang kita. Sebaliknya, kita akan memperlakukan orang
lain secara bermartabat dan lebih mengutamakan kepentingan dan
perasaan mereka.—Filipi 2:3, 4.
6 Kasih berhubungan dengan sifat lain yang dapat membantu kita
menghindari penyalahgunaan kuasa: takut yang saleh. Apa pentingnya sifat ini? ”Karena takut akan Yehuwa, orang menjauhi kejahatan,” kata Amsal 16:6. Penyalahgunaan kuasa pastilah termasuk
haluan jahat yang harus kita jauhi. Takut akan Allah akan mencegah kita memperlakukan orang-orang yang ada di bawah kuasa
kita dengan buruk. Mengapa? Salah satu alasannya, kita tahu bahwa kita bertanggung jawab kepada Allah atas cara kita memperlaku4
4, 5. (a) Apa kunci untuk menggunakan kuasa dengan benar, dan
bagaimana teladan Allah sendiri mempertunjukkan hal ini? (b) Bagaimana kasih akan membantu kita menggunakan kuasa kita dengan benar?
6, 7. (a) Apa takut yang saleh itu, dan mengapa sifat ini akan membantu kita menghindari penyalahgunaan kuasa? (b) Ilustrasikanlah
hubungan antara takut untuk tidak menyenangkan Allah dan kasih
akan Allah.
”JADILAH PENIRU ALLAH” DALAM MENGGUNAKAN KUASA SAUDARA
99
kan orang-orang tersebut. (Nehemia 5:1-7, 15) Namun, takut yang
saleh mencakup lebih dari itu. Istilah dalam bahasa aslinya untuk
kata ”takut” sering kali memaksudkan hormat yang dalam dan rasa
takjub kepada Allah. Oleh karena itu, Alkitab menghubungkan takut dengan kasih akan Allah. (Ulangan 10:12, 13) Rasa takjub yang
penuh hormat ini mencakup takut yang sehat untuk tidak menyenangkan Allah—tidak hanya karena kita takut akan konsekuensinya
tetapi karena kita benar-benar mengasihi Dia.
7 Untuk mengilustrasikannya: Pikirkan tentang hubungan yang
sehat antara seorang anak kecil dan ayahnya. Anak itu merasakan
kepedulian ayahnya yang pengasih dan hangat terhadapnya. Tetapi,
anak tersebut juga sadar akan apa yang dituntut ayahnya dari dirinya, dan ia tahu bahwa ayahnya akan mendisiplin dia jika ia nakal.
Sang anak tidaklah hidup dengan penuh ketakutan terhadap ayahnya. Sebaliknya, ia amat mengasihi ayahnya. Anak tersebut senang
melakukan apa yang akan mendatangkan senyum perkenan ayahnya. Demikian pula halnya dengan takut yang saleh. Karena kita
mengasihi Yehuwa, Bapak surgawi kita, kita takut melakukan apa
pun yang akan membuat ”hatinya merasa sakit”. (Kejadian 6:6) Sebaliknya, kita sangat berhasrat untuk membuat hati-Nya bersukacita. (Amsal 27:11) Itulah sebabnya, kita ingin menggunakan kuasa
kita dengan benar. Mari kita cermati cara untuk melakukannya.
Di dalam Keluarga
Pertama-tama, pertimbangkan lingkungan keluarga. ”Suami
adalah kepala atas istrinya,” kata Efesus 5:23. Bagaimana hendaknya suami menjalankan wewenang dari Allah ini? Alkitab memberi
tahu para suami untuk tinggal bersama istri mereka ”sesuai dengan
pengetahuan, memberikan kehormatan kepada mereka karena mereka adalah bejana yang lebih lemah”. (1 Petrus 3:7) Kata benda Yunani yang diterjemahkan ”kehormatan” berarti ”harga, nilai, . . .
respek”. Bentuk-bentuk kata ini diterjemahkan menjadi ”pemberian” dan ”berharga”. (Kisah 28:10; 1 Petrus 2:7) Seorang suami yang
menghormati istrinya tidak akan pernah menyerangnya secara fisik; juga tidak akan pernah merendahkan atau meremehkannya,
8
8. (a) Wewenang apa yang dimiliki para suami dalam keluarga, dan
bagaimana hendaknya wewenang itu dijalankan? (b) Bagaimana seorang suami dapat menunjukkan bahwa ia menghormati istrinya?
100
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
membuatnya merasa tidak berharga. Sebaliknya, ia mengakui nilai istrinya dan memperlakukannya dengan respek. Ia memperlihatkan hal itu melalui kata-kata dan tindakannya—secara pribadi
maupun di hadapan umum—bahwa istrinya berharga di matanya.
(Amsal 31:28) Suami semacam itu bukan hanya memperoleh kasih
dan respek istrinya, melainkan yang lebih penting lagi memperoleh
perkenan Allah.
9 Para istri juga memiliki kuasa sampai taraf tertentu di dalam keluarga. Alkitab berbicara mengenai para wanita saleh yang,
tanpa melangkahi kekepalaan yang patut, mengambil inisiatif untuk mempengaruhi suami mereka dengan cara yang membina atau
membantu suaminya menghindari kekeliruan dalam mengambil
keputusan. (Kejadian 21:9-12; 27:46–28:2) Seorang istri mungkin
memiliki pikiran yang lebih cemerlang daripada suaminya, atau ia
mungkin memiliki kesanggupan-kesanggupan lain yang tidak dimiliki suaminya. Namun, ia harus memiliki ”respek yang dalam”
kepada suaminya dan harus ”tunduk” kepadanya ”sebagaimana kepada Tuan”. (Efesus 5:22, 33) Dengan memikirkan tujuannya, yaitu untuk menyenangkan Allah, seorang istri dapat lebih mudah
menggunakan kesanggupannya guna mendukung suaminya dan
bukannya meremehkan atau mencoba mendominasi dia. ”Wanita
yang benar-benar berhikmat” semacam itu bekerja erat dengan suaminya untuk membangun keluarga. Dengan demikian, ia mempertahankan perdamaian dengan Allah.—Amsal 14:1.
10 Para orang tua juga memiliki wewenang yang dikaruniakan
Allah kepada mereka. Alkitab menasihati, ”Bapak-bapak, janganlah
membuat anak-anakmu kesal, tetapi teruslah besarkan mereka dengan disiplin dan pengaturan-mental dari Yehuwa.” (Efesus 6:4)
Di dalam Alkitab, kata ”disiplin” dapat berarti ”asuhan, pelatihan, pengajaran”. Anak-anak membutuhkan disiplin; mereka menjadi bahagia dan sukses apabila ada pedoman, batasan, dan larangan yang jelas. Alkitab menghubungkan disiplin, atau pengajaran,
9. (a) Para istri memiliki kuasa apa dalam keluarga? (b) Apa yang
dapat membantu seorang istri menggunakan kesanggupannya guna
mendukung suaminya, dan dengan hasil apa?
10. (a) Wewenang apa yang Allah telah karuniakan kepada orang
tua? (b) Apa arti kata ”disiplin”, dan bagaimana hal itu hendaknya dijalankan? (Lihat juga catatan kaki.)
”JADILAH PENIRU ALLAH” DALAM MENGGUNAKAN KUASA SAUDARA
101
semacam itu dengan kasih. (Amsal 13:24) Oleh karena itu, ’tongkat
disiplin’ hendaknya tidak pernah disalahgunakan—secara emosi
ataupun secara fisik.1 (Amsal 22:15; 29:15) Disiplin yang kaku atau
kasar dan tanpa perasaan kasih merupakan penyalahgunaan wewenang orang tua dan dapat meremukkan semangat seorang anak.
(Kolose 3:21) Sebaliknya, disiplin seimbang yang dijalankan dengan sepatutnya membuat anak-anak tahu bahwa orang tua mereka mengasihi mereka dan peduli akan bagaimana jadinya mereka
kelak.
11 Bagaimana dengan anak-anak? Bagaimana mereka dapat menggunakan kuasa atau kekuatan mereka dengan benar? ”Keindahan
orang muda adalah kekuatannya,” kata Amsal 20:29. Pastilah, tiada
cara yang lebih baik bagi kaum muda untuk menggunakan kekuatan dan energi mereka selain melayani ’Pencipta kita yang Agung’.
(Pengkhotbah 12:1) Orang muda hendaknya ingat bahwa tindakan mereka dapat mempengaruhi perasaan orang tua mereka. (Amsal 23:24, 25) Apabila anak-anak menaati orang tua mereka yang
takut akan Allah dan berpegang pada haluan yang benar, mereka
membuat hati orang tua mereka bersukacita. (Efesus 6:1) Tingkah
laku semacam itu ”benar-benar menyenangkan dalam Tuan”.—Kolose 3:20.
Di dalam Sidang
Yehuwa telah menyediakan para pengawas untuk mengambil
pimpinan di dalam sidang Kristen. (Ibrani 13:17) Pria-pria yang memenuhi syarat ini hendaknya menggunakan wewenang yang Allah
berikan kepada mereka untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan dan untuk meningkatkan kesejahteraan rohani kawanan. Apakah kedudukan mereka membuat para penatua berhak untuk
12
1 Pada zaman Alkitab, kata Ibrani untuk ”tongkat” berarti sebatang kayu atau
tongkat seperti yang digunakan gembala untuk menuntun dombanya. (Mazmur
23:4) Demikian pula, ”tongkat” wewenang orang tua mengisyaratkan bimbingan yang pengasih, bukan hukuman yang kasar atau brutal.
11. Bagaimana anak-anak dapat menggunakan kuasa mereka dengan
benar?
12, 13. (a) Pandangan apa yang hendaknya dimiliki para penatua
berkenaan dengan wewenang mereka di dalam sidang? (b) Ilustrasikan mengapa para penatua hendaknya memperlakukan kawanan dengan kelembutan.
102
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
memerintah atas rekan-rekan seimannya? Sama sekali tidak! Para
penatua perlu memiliki pandangan yang seimbang dan bersahaja tentang peranan mereka di dalam sidang. (1 Petrus 5:2, 3) Alkitab memberi tahu para pengawas untuk ”menggembalakan sidang
jemaat Allah, yang dibelinya dengan darah Putranya sendiri”. (Kisah 20:28) Di dalam nasihat ini terkandung alasan yang kuat untuk
memperlakukan setiap anggota kawanan dengan kelembutan.
13 Kita dapat mengilustrasikannya seperti ini. Seorang sahabat dekat meminta Saudara menjaga milik kesayangannya. Saudara tahu
bahwa sahabat Saudara itu membeli barang tersebut dengan harga tinggi. Tidakkah Saudara akan memperlakukannya dengan lembut dan sangat hati-hati? Demikian pula, Allah telah mempercayakan kepada para penatua tanggung jawab untuk menjaga milik-Nya
yang benar-benar bernilai: sidang, yang anggota-anggotanya disamakan dengan domba. (Yohanes 21:16, 17) Domba-domba Yehuwa berharga bagi-Nya—malah, sedemikian berharganya sampaisampai Ia membeli mereka dengan darah yang berharga dari Putra
satu-satunya yang diperanakkan, Yesus Kristus. Yehuwa telah membeli domba-domba-Nya dengan harga yang paling mahal. Para penatua yang rendah hati mencamkan hal itu dan memperlakukan
domba-domba Yehuwa dengan sepatutnya.
”Kuasa Lidah”
”Kematian dan kehidupan ada dalam kuasa lidah,” kata Alkitab.
(Amsal 18:21) Memang, lidah dapat menimbulkan banyak kerusakan. Siapa di antara kita yang belum pernah merasakan sengat dari
komentar yang tidak dipikir atau bahkan yang meremehkan? Tetapi, lidah juga memiliki kuasa untuk memperbaiki. ”Lidah orangorang berhikmat adalah penyembuhan,” kata Amsal 12:18. Ya, katakata yang positif dan sehat dapat menjadi seperti minyak balsam
yang menyembuhkan dan menyejukkan hati. Pertimbangkan beberapa contoh.
15 ”Dengan perkataanmu hiburlah jiwa-jiwa yang tertekan,” desak
1 Tesalonika 5:14. Ya, hamba-hamba Yehuwa yang setia pun kadangkadang harus berjuang melawan depresi. Bagaimana kita dapat menolong orang-orang tersebut? Berikanlah pujian yang spesifik dan
14
14. Kuasa apa yang dimiliki lidah?
15, 16. Dengan cara-cara apa kita dapat menggunakan lidah untuk
menganjurkan orang lain?
tulus untuk membantu
mereka melihat nilai diri
mereka sendiri di mata
Yehuwa. Sampaikanlah
kepada mereka kata-kata
yang penuh kuasa dari
ayat-ayat Alkitab yang menunjukkan bahwa Yehuwa
benar-benar mempedulikan dan mengasihi mereka yang ”patah hati” dan
”semangatnya remuk”.
(Mazmur 34:18) Apabila kita menggunakan
kuasa lidah kita untuk menghibur orang
lain, kita menunjukkan bahwa kita meniru Allah kita yang
beriba hati, yang
”membesarkan hati
orang yang putus
asa”.—2 Korintus 7:6, Bahasa Indonesia Sehari-hari.
Suami dan istri
16 Kita juga dapat menggunakan
menggunakan kuasa
mereka secara benar
kuasa lidah kita untuk memberikan
dengan saling mengasihi
dukungan moril yang amat dibudan merespek
tuhkan orang lain. Apakah seorang
rekan seiman kehilangan orang
yang ia kasihi dalam kematian? Kata-kata simpatik yang menyatakan keprihatinan dan kepedulian kita dapat menghibur hati yang
berduka. Apakah seorang saudara atau saudari yang lanjut usia merasa tidak berguna? Lidah yang bertimbang rasa dapat menenteramkan orang yang lanjut usia bahwa mereka berarti dan berharga.
Apakah seseorang sedang berjuang melawan suatu penyakit kronis?
Kata-kata yang penuh kebaikan hati yang disampaikan lewat telepon
atau secara pribadi dapat memberikan manfaat yang besar dalam
membangkitkan semangat seseorang yang sedang sakit. Alangkah
senangnya Pencipta kita jika kita menggunakan kuasa bertutur kata
104
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
untuk mengucapkan perkataan yang ”baik, untuk membangun”!
—Efesus 4:29.
17 Tidak ada cara yang lebih penting untuk menggunakan kuasa lidah selain menggunakannya untuk membagikan kabar baik Kerajaan Allah kepada orang lain. ”Jangan menahan kebaikan dari orang
yang berhak atasnya, apabila engkau memiliki kuasa untuk melakukannya,” kata Amsal 3:27. Kita berutang kepada orang-orang lain untuk membagikan kepada mereka kabar baik yang menyelamatkan
kehidupan. Tidaklah benar jika kita menahan-nahan berita mendesak yang dengan begitu murah hati dikaruniakan Yehuwa kepada
kita. (1 Korintus 9:16, 22) Namun, sejauh mana Yehuwa mengharapkan kita ambil bagian dalam pekerjaan ini?
17. Dengan cara penting apa kita dapat menggunakan lidah kita demi
manfaat orang lain, dan mengapa kita hendaknya melakukannya?
Membagikan kabar baik—cara yang
sangat bagus untuk menggunakan kuasa kita
”JADILAH PENIRU ALLAH” DALAM MENGGUNAKAN KUASA SAUDARA
105
Melayani Yehuwa dengan ’Segenap Kekuatan’ Kita
Kasih kepada Yehuwa menggerakkan kita untuk ambil bagian
sepenuhnya dalam pelayanan Kristen. Apa yang Yehuwa harapkan
dari kita sehubungan dengan hal ini? Sesuatu yang kita semua, tidak soal bagaimana situasi kehidupan kita, dapat berikan, ”Apa
pun yang kamu lakukan, kerjakanlah dengan sepenuh jiwa seperti untuk Yehuwa, dan bukan untuk manusia.” (Kolose 3:23) Sewaktu menyatakan perintah terbesar, Yesus berkata, ”Engkau harus
mengasihi Yehuwa, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap pikiranmu dan dengan segenap kekuatanmu.” (Markus 12:30) Ya, Yehuwa mengharapkan agar
kita masing-masing mengasihi dan melayani Dia dengan segenap
jiwa.
19 Apa artinya melayani Allah dengan segenap jiwa? Jiwa berarti
manusia seutuhnya, dengan segenap kesanggupan fisik dan mentalnya. Karena jiwa mencakup hati, pikiran, dan kekuatan, mengapa kesanggupan-kesanggupan itu disebutkan di Markus 12:30?
Pertimbangkan sebuah ilustrasi. Pada zaman Alkitab, seseorang
mungkin menjual dirinya (jiwanya) ke dalam perbudakan. Namun,
bisa jadi budak tersebut tidak segenap hati melayani majikannya; bisa jadi ia tidak menggunakan kekuatannya atau kesanggupan mentalnya dengan sepenuhnya untuk mendukung kepentingan
majikannya. (Kolose 3:22) Oleh karena itu, Yesus tampaknya menyebutkan kesanggupan-kesanggupan itu untuk menandaskan
agar kita tidak menahan-nahan apa pun dalam pelayanan kita kepada Allah. Melayani Allah dengan segenap jiwa berarti memberikan
diri kita, menggunakan kekuatan dan energi kita sepenuh mungkin
dalam melayani Dia.
20 Apakah melayani dengan segenap jiwa berarti bahwa kita semua harus menggunakan jumlah waktu dan energi yang sama dalam pelayanan? Hal itu mustahil karena keadaan dan kesanggupan
tiap-tiap orang berbeda. Sebagai contoh, seorang anak muda yang
memiliki kesehatan dan stamina fisik yang prima dapat menggunakan lebih banyak waktu dalam pengabaran dibanding seseorang
18
18. Apa yang Yehuwa harapkan dari kita?
19, 20. (a) Karena jiwa mencakup hati, pikiran, dan kekuatan,
mengapa kesanggupan-kesanggupan itu disebutkan di Markus 12:30?
(b) Apa artinya melayani Yehuwa dengan segenap jiwa?
106
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Pertanyaan untuk Direnungkan
Amsal 3:9,10 ’Barang-barang bernilai’ apa yang kita miliki, dan bagaimana itu dapat digunakan untuk menghormati Yehuwa?
Pengkhotbah 9:5-10 Mengapa Saudara hendaknya menggunakan
kekuatan Saudara sekarang dengan cara yang diperkenan Allah?
Kisah 8:9-24 Penyalahgunaan kuasa apa yang diuraikan di sini, dan
bagaimana caranya agar kita tidak menyerah kepada perbuatan salah semacam itu?
Kisah 20:29-38 Dari teladan Paulus, apa yang dapat dipelajari para
pengemban tanggung jawab di sidang?
yang kekuatannya digerogoti usia lanjut. Seorang lajang yang bebas dari kewajiban keluarga dapat berbuat lebih banyak daripada seseorang yang harus mengurus keluarga. Jika kita memiliki
kekuatan dan keadaan yang memungkinkan kita untuk berbuat lebih banyak dalam pelayanan, alangkah bersyukurnya kita! Tentu
saja, kita tidak akan pernah ingin memiliki semangat yang kritis,
membandingkan diri kita dengan orang lain sehubungan dengan
hal ini. (Roma 14:10-12) Sebaliknya, kita ingin menggunakan kuasa atau kekuatan kita untuk membesarkan hati orang lain.
21 Yehuwa telah memberikan teladan yang sempurna dalam
menggunakan kuasa-Nya dengan benar. Kita ingin meniru Dia dengan kesanggupan terbaik kita sebagai manusia yang tak sempurna. Kita dapat menggunakan kuasa kita secara benar dengan
memperlakukan secara bermartabat orang-orang yang sampai taraf
tertentu ada di bawah wewenang kita. Selain itu, kita ingin segenap
jiwa dalam menunaikan pekerjaan pengabaran yang menyelamatkan kehidupan yang telah Yehuwa tugaskan kepada kita untuk dilaksanakan. (Roma 10:13, 14) Ingatlah, Yehuwa senang apabila Saudara—jiwa Saudara—memberikan yang terbaik. Tidakkah hati
Saudara menggerakkan Saudara untuk berbuat sebisa-bisanya dalam melayani Allah yang sedemikian berpengertian dan pengasih?
Tidak ada cara yang lebih baik atau lebih penting dalam menggunakan kuasa Saudara.
21. Apa cara terbaik dan terpenting dalam menggunakan kuasa kita?
B A G I A N
2
”PENCINTA KEADILAN”
Ketidakadilan merajalela di dunia dewasa ini, dan
banyak tudingan yang salah arah kepada Allah.
Namun, Alkitab mengajarkan kebenaran yang
menghangatkan hati—bahwa ”Yehuwa adalah
pencinta keadilan”. (Mazmur 37:28) Pada bagian ini,
kita akan mempelajari bagaimana Ia membuktikan
benarnya kata-kata tersebut, dengan memberikan
harapan kepada seluruh umat manusia.
P A S A L
1 1
”Segala Jalannya Adil”
BENAR-BENAR tidak adil. Pemuda tampan ini tidak melakukan kejahatan apa pun, tetapi ia dikurung di sebuah penjara bawah tanah, dengan keliru dituduh melakukan percobaan pemerkosaan.
Namun, pemenjaraan ini bukanlah kali pertama ia mengalami ketidakadilan. Beberapa tahun sebelumnya, sewaktu berusia 17 tahun, pemuda ini, Yusuf, dikhianati saudara-saudaranya sendiri,
yang hampir membunuh dia. Kemudian, ia dijual sebagai budak
di sebuah negeri asing. Di sana ia menolak godaan istri majikannya. Wanita yang ditolak mentah-mentah tersebut merancang tuduhan palsu, dan begitulah ceritanya sampai ia berada di dalam tahanan. Sungguh menyedihkan, kelihatannya tak seorang pun yang
dapat memohonkan belas kasihan bagi Yusuf.
2 Akan tetapi, Allah ”pencinta keadilbenaran dan keadilan” memperhatikannya. (Mazmur 33:5) Yehuwa bertindak untuk membereskan ketidakadilan tersebut, memanuver peristiwa-peristiwa sehingga Yusuf akhirnya dibebaskan. Lebih dari itu, Yusuf—pria yang
dicampakkan ke dalam ”lubang penjara”—kemudian ditempatkan
pada kedudukan dengan tanggung jawab yang besar dan kehormatan yang luar biasa. (Kejadian 40:15; 41:41-43; Mazmur 105:17, 18)
Pada akhirnya, Yusuf dinyatakan bebas murni, dan ia menggunakan kedudukan tinggi tersebut untuk memajukan maksud-tujuan
Allah.—Kejadian 45:5-8.
3 Kisah seperti itu menyentuh hati kita, bukan? Siapa di antara
kita yang belum pernah melihat atau menjadi korban ketidakadilan? Ya, kita semua sangat ingin diperlakukan dengan cara yang
adil dan tidak berat sebelah. Hal itu tidaklah mengejutkan, karena
Yehuwa mengaruniai kita sifat-sifat yang mencerminkan kepribadian-Nya sendiri, dan keadilan adalah salah satu sifat utama-Nya.
1, 2. (a) Apa saja perlakuan yang benar-benar tidak adil yang Yusuf
alami? (b) Bagaimana Yehuwa membereskan ketidakadilan tersebut?
3. Mengapa tidaklah mengejutkan jika kita semua ingin diperlakukan
dengan cara yang adil?
”SEGALA JALANNYA ADIL”
109
(Kejadian 1:27) Untuk mengenal Yehuwa dengan baik, kita perlu
memahami rasa keadilan-Nya. Dengan demikian, kita akan semakin menghargai jalan-jalan-Nya yang menakjubkan dan tergerak
untuk mendekat kepada-Nya.
Apakah Keadilan Itu?
Dari sudut pandang manusia, keadilan sering kali dipahami semata-mata sebagai penerapan peraturan hukum secara adil. Buku
Right and Reason—Ethics inTheory and Practice mengatakan bahwa
”keadilan berhubungan dengan hukum, kewajiban, hak, dan tugas,
dan menjatuhkan vonis berdasarkan persamaan hak atau perlakuan yang pantas diterima seseorang”. Akan tetapi, keadilan Yehuwa
tidak hanya menyangkut penerapan peraturan secara mekanis sekadar karena tugas atau kewajiban.
5 Luas dan dalamnya keadilan Yehuwa dapat dipahami secara lebih baik dengan mempertimbangkan kata-kata dalam bahasa asli
yang digunakan dalam Alkitab. Dalam Kitab-Kitab Ibrani, ada tiga
kata utamayang digunakan. Katayang paling sering diterjemahkan
”keadilan” juga dapat diterjemahkan menjadi ”apa yang benar”.
(Kejadian 18:25) Dua kata lainnya biasa diterjemahkan ”keadilbenaran”. Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata yang diterjemahkan ”keadilbenaran” didefinisikan sebagai ”sifat benar atau adil”.
Kalau begitu, pada dasarnya tidak ada perbedaan antara keadilbenaran dan keadilan.—Amos 5:24.
6 Jadi, sewaktu mengatakan bahwa Allah adalah adil, Alkitab
memberi tahu kita bahwa Ia melakukan apa yang benar dan adil
dan bahwa Ia melakukannya dengan sangat konsisten, tanpa sikap berat sebelah. (Roma 2:11) Sungguh tidak masuk akal kalau Ia
bertindak sebaliknya. Elihu yang setia menyatakan, ”Jauhlah dari
Allah yang benar untuk bertindak dengan fasik, dan Yang Mahakuasa untuk bertindak dengan tidak adil!” (Ayub 34:10) Memang,
Yehuwa tidak mungkin ”bertindak dengan tidak adil”. Mengapa?
Karena dua alasan penting.
4
4. Dari sudut pandang manusia, bagaimana keadilan sering kali dipahami?
5, 6. (a) Apa arti kata-kata dalam bahasa asli yang diterjemahkan
”keadilan”? (b) Apa artinya Allah adalah adil?
110
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
7 Pertama, Ia kudus. Seperti yang kita ketahui dari Pasal 3, Yehuwa sepenuhnya murni dan lurus hati. Oleh karena itu, ia tidak dapat bertindak dengan tidak adil-benar, atau tidak adil. Coba pikirkan apa artinya hal itu. Kekudusan Bapak surgawi kita memberi
kita alasan kuat untuk percaya bahwa Ia tidak akan pernah memperlakukan anak-anak-Nya dengan buruk. Yesus memiliki kepercayaan semacam itu. Pada malam terakhir kehidupannya di bumi,
ia berdoa, ”Bapak Yang Kudus, jagalah mereka [murid-murid] oleh
karena namamu sendiri.” (Yohanes 17:11) ”Bapak Yang Kudus”
—dalam Tulisan-Tulisan Kudus, bentuk sapaan tersebut hanya ditujukan kepada Yehuwa. Hal itu sangatlah tepat, karena tidak ada bapak manusia yang setara dengan-Nya dalam hal kekudusan. Yesus
memiliki kepercayaan penuh bahwa murid-muridnya akan aman
dalam tangan Bapaknya, pribadi yang benar-benar murni dan bersih serta sama sekali terpisah dari semua dosa.—Matius 23:9.
8 Kedua, kasih yang tidak mementingkan diri tidak dapat dipisahkan dari kepribadian Allah. Kasih demikian menggerakkan Dia untuk bersikap adil-benar, atau adil, dalam berurusan dengan pribadi-pribadi lain. Namun, ketidakadilan dengan berbagai bentuknya
—termasuk rasialisme, diskriminasi, dan sikap berat sebelah—sering kali muncul dari ketamakan dan egoisme, sifat-sifat yang bertolak belakang dengan kasih. Sehubungan dengan Allah kasih ini,
Alkitab meyakinkan kita, ”Yehuwa adil-benar; ia sungguh mengasihi tindakan yang adil-benar.” (Mazmur 11:7) Yehuwa berkata mengenai diri-Nya, ”Aku, Yehuwa, mencintai keadilan.” (Yesaya 61:8)
Tidakkah kita terhibur karena tahu bahwa Allah kita senang melakukan apa yang benar, atau adil?—Yeremia 9:24.
Belas Kasihan dan Keadilan Yehuwa yang Sempurna
9 Keadilan Yehuwa, seperti halnya setiap segi lain dari kepribadian-Nyayang tiada duanya, sempurna, yaitu tidak kurang dalam segi
7, 8. (a) Mengapa Yehuwa tidak dapat bertindak dengan tidak adil?
(b) Apa yang menggerakkan Yehuwa untuk bersikap adil-benar, atau
adil, sewaktu berurusan dengan pribadi lain?
9-11. (a) Apa hubungan antara keadilan Yehuwa dan belas kasihanNya? (b) Bagaimana keadilan Yehuwa dan juga belas kasihan-Nya nyata dalam cara Ia berurusan dengan manusia yang berdosa?
Yusuf menderita secara tidak adil dalam ”lubang penjara”
112
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
apa pun. Sewaktu memuji Yehuwa, Musa menulis, ”Gunung Batu,
sempurna kegiatannya, sebab segala jalannya adil. Allah yang setia, padanya tidak ada ketidakadilan; Dia adil-benar dan lurus hati.”
(Ulangan 32:3, 4) Setiap pernyataan keadilan Yehuwa tanpa cacat
—tidak pernah terlalu lunak, tidak pernah terlalu keras.
10 Keadilan Yehuwa berhubungan erat dengan belas kasihan-Nya.
Mazmur 116:5 berkata, ”Yehuwa itu murah hati dan adil-benar
[”adil”, Terjemahan Baru]; dan Allah kita adalah Pribadi yang memperlihatkan belas kasihan.” Ya, Yehuwa adil dan berbelaskasihan.
Kedua sifat itu tidaklah bertentangan. Ia mempertunjukkan belas
kasihan bukan untuk melunakkan keadilan-Nya, seolah-olah jika
Ia tidak mempertunjukkannya keadilan-Nya akan terlampau keras.
Sebaliknya, Ia sering mempertunjukkan kedua sifat tersebut pada
waktu yang sama, bahkan pada tindakan yang sama. Perhatikan sebuah contoh.
11 Semua manusia mewarisi dosa dan karena itu pantas menerima hukuman dosa—kematian. (Roma 5:12) Tetapi, Yehuwa tidak senang melihat kematian para pedosa. Ia adalah ”Allah yang
mengampuni, murah hati dan berbelaskasihan”. (Nehemia 9:17)
Namun, karena kudus, Ia tidak dapat membiarkan ketidakadilbenaran. Kalau begitu, bagaimana Ia dapat menunjukkan belas kasihan kepada umat manusia yang mewarisi dosa? Jawabannya terdapat dalam salah satu kebenaran Firman Allah yang paling berharga:
penyelenggaraan Yehuwa berupa suatu tebusan bagi keselamatan
umat manusia. Kita akan belajar lebih banyak mengenai penyelenggaraan yang pengasih ini di Pasal 14. Penyelenggaraan tersebut sepenuhnya adil dan sekaligus sangat menonjol dalam belas kasihan. Melalui penyelenggaraan itu, Yehuwa dapat mempertunjukkan
belas kasihan yang lembut terhadap para pedosa yang bertobat seraya mempertahankan standar keadilan-Nya yang sempurna.—Roma
3:21-26.
Keadilan Yehuwa Menghangatkan Hati
12
Keadilan Yehuwa bukanlah suatu sifat yang dingin yang men-
12, 13. (a) Mengapa keadilan Yehuwa mendekatkan kita kepadaNya? (b) Kesimpulan apa yang Daud capai sehubungan dengan keadilan Yehuwa, dan bagaimana hal itu dapat menghibur kita?
”SEGALA JALANNYA ADIL”
113
jauhkan kita dari-Nya, melainkan suatu sifat yang menarik yang
mendekatkan kita kepada-Nya. Alkitab dengan jelas menggambarkan sifat iba hati dari keadilan, atau keadilbenaran, Yehuwa. Marilah kita perhatikan beberapa cara yang menghangatkan hati yang
Yehuwa gunakan dalam menjalankan keadilan-Nya.
13 Keadilan Yehuwa yang sempurna menggerakkan Dia untuk
menunjukkan kesetiaan dan keloyalan kepada hamba-hambaNya. Melalui pengalamannya sendiri, sang pemazmur Daud memahami dan menghargai segi ini dari keadilan Yehuwa. Dari
pengalamannya itu dan dari pemelajarannya tentang jalan-jalan
Allah, kesimpulan apa yang Daud capai? Ia menyatakan, ”Karena
Yehuwa adalah pencinta keadilan, dan ia tidak akan meninggalkan orang-orangnya yang loyal. Sampai waktu yang tidak tertentu,
mereka pasti akan dijaga.” (Mazmur 37:28) Sungguh suatu jaminan yang menghibur! Allah kita tidak akan pernah meninggalkan
orang-orang yang loyal kepada-Nya barang sedetik pun. Oleh karena itu, kita dapat mengandalkan kedekatan-Nya dan pemeliharaan-Nya yang pengasih. Keadilan-Nya adalah jaminannya!—Amsal
2:7, 8.
14 Keadilan ilahi cepat tanggap akan kebutuhan orang yang menderita. Kepedulian Yehuwa terhadap orang yang kurang beruntung nyata dalam Hukum yang Ia berikan kepada Israel. Sebagai
contoh, Hukum mengadakan penyelenggaraan khusus guna memastikan agar para yatim piatu dan janda terpelihara. (Ulangan
24:17-21) Menyadari keluarga-keluarga tersebut bisa jadi susah hidupnya, Yehuwa sendiri menjadi Hakim dan Pelindung mereka
yang pengasih, pribadi yang ”melaksanakan keadilan bagi anak
lelaki yatim dan janda”.1 (Ulangan 10:18; Mazmur 68:5) Yehuwa
memperingatkan orang Israel bahwa jika mereka menyusahkan
1 Meskipun kata Ibrani untuk ”anak lelaki yatim” adalah dalam jenis maskulin, hal itu sama sekali tidak memperlihatkan kurangnya kepedulian terhadap
anak perempuan. Yehuwa menyertakan di dalam Hukum sebuah catatan mengenai keputusan hukum yang memastikan warisan bagi putri-putri yatim Zelofehad. Keputusan tersebut menjadi suatu preseden, dengan demikian menjunjung
hak anak perempuan yatim.—Bilangan 27:1-8.
14. Bagaimana kepedulian Yehuwa terhadap orang yang kurang beruntung nyata dalam Hukum yang Ia berikan kepada Israel?
114
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
wanita dan anak-anak yang tak berdaya, Ia pasti akan mendengar keluhan orang-orang tersebut. Ia menyatakan, ”Kemarahanku benar-benar akan berkobar.” (Keluaran 22:22-24) Meskipun
kemarahan bukan salah satu sifat dominan Yehuwa, tindak ketidakadilan yang disengaja dapat membangkitkan kemarahan-Nya
yang adil-benar, khususnya jika korbannya adalah orang-orang kecil dan tak berdaya.—Mazmur 103:6.
15 Yehuwa juga meyakinkan kita bahwa Ia ”tidak berlaku berat sebelah terhadap siapa pun atau menerima suap”. (Ulangan 10:17)
Berbeda dengan banyak manusia yang memiliki kuasa atau pengaruh, Yehuwa tidak terpengaruh oleh kekayaan materi atau penampilan. Ia sepenuhnya bebas dari prasangka atau favoritisme. Pikirkanlah bukti yang sangat menakjubkan berkenaan dengan sifat
Yehuwa yang tidak berat sebelah. Kesempatan untuk menjadi penyembah-Nya yang sejati, dengan prospek kehidupan tanpa akhir,
tidaklah dibatasi untuk segelintir orang elite. Sebaliknya, ”orang
dari bangsa mana pun yang takut kepadanya dan mengerjakan keadilbenaran diperkenan olehnya”. (Kisah 10:34, 35) Prospek yang
menakjubkan ini terbuka bagi semua orang tidak soal status sosial mereka, warna kulit mereka, atau negeri tempat mereka tinggal. Bukankah itu penerapan terbaik keadilan sejati?
16 Ada aspek lain dari keadilan Yehuwa yang sempurna yang layak kita pertimbangkan dan respek: cara Ia berurusan dengan para
pelanggar standar-standar-Nya yang adil-benar.
Tidak Bebas dari Hukuman
Ada yang mungkin bertanya-tanya, ’Karena Yehuwa tidak menyetujui ketidakadilbenaran, bagaimana kita dapat menjelaskan
maraknya penderitaan yang tidak adil dan praktek-praktek bejat
dalam dunia dewasa ini?’ Ketidakadilan semacam itu tidak dapat
menimbulkan keraguan terhadap keadilan Yehuwa. Banyak ketidakadilan yang terjadi dalam dunia yang fasik ini merupakan kon17
15, 16. Apa bukti yang benar-benar menakjubkan akan sifat Yehuwa
yang tidak berat sebelah?
17. Jelaskan alasannya ketidakadilan dalam dunia ini tidak dapat menimbulkan keraguan terhadap keadilan Yehuwa.
”SEGALA JALANNYA ADIL”
115
sekuensi dosa yang diwarisi umat manusia dari Adam. Dalam dunia tempat umat manusia memilih haluan mereka sendiri yang
berdosa, ketidakadilan merajalela—tetapi tidak akan lama.—Ulangan 32:5.
18 Walaupun memperlihatkan belas kasihan yang besar terhadap
mereka yang dengan tulus mendekat kepada-Nya, Yehuwa tidak
akan selamanya mentoleransi keadaan yang mendatangkan cela
ke atas nama-Nya yang kudus. (Mazmur 74:10, 22, 23) Allah keadilan tidak dapat dicemoohkan; Ia tidak akan melindungi orangorang yang dengan sengaja berbuat dosa dari hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka. Yehuwa adalah ”Allah yang
berbelaskasihan dan murah hati, lambat marah dan berlimpah dengan kebaikan hati yang penuh kasih dan kebenaran, . . . tetapi
ia sekali-kali tidak akan membebaskan orang dari hukuman”. (Keluaran 34:6, 7) Selaras dengan kata-kata di atas, Yehuwa kadangkadang merasa perlu untuk melaksanakan penghakiman ke atas
mereka yang dengan sengaja melanggar hukum-hukum-Nya yang
adil-benar.
19 Perhatikan, misalnya, cara Allah berurusan dengan Israel zaman dahulu. Setelah menetap di Tanah Perjanjian pun, orang Israel berulang kali jatuh kepada ketidaksetiaan. Meskipun haluan mereka yang bejat ’menyakiti hati’ Yehuwa, Ia tidak langsung
mencampakkan mereka. (Mazmur 78:38-41) Sebaliknya, dengan
penuh belas kasihan Ia mengulurkan kesempatan kepada mereka untuk mengubah haluan mereka. Ia memohon, ”Aku senang,
bukan akan kematian orang fasik, tetapi aku senang apabila seseorang yang fasik berbalik dari jalannya dan tetap hidup. Berbaliklah, berbaliklah dari jalan-jalanmu yang jahat, karena mengapa
kamu harus mati, hai, keturunan Israel?” (Yehezkiel 33:11) Karena memandang kehidupan sebagai sesuatu yang berharga, Yehuwa berulang kali mengutus para nabi-Nya agar orang Israel dapat
berbalik dari jalan mereka yang jahat. Tetapi, secara keseluruhan,
18, 19. Apa yang menunjukkan bahwa Yehuwa tidak akan selamanya mentoleransi mereka yang sengaja melanggar hukum-hukumNya yang adil-benar?
116
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Pertanyaan untuk Direnungkan
Yeremia 18:1-11 Bagaimana Yehuwa mengajar Yeremia bahwa
Ia tidak terburu-buru dalam menjatuhkan hukuman?
Habakuk 1:1-4, 13; 2:2-4 Bagaimana Yehuwa meyakinkan Habakuk bahwa Ia tidak akan selamanya mentoleransi ketidakadilan?
Zakharia 7:8-14 Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap orang
yang menginjak-injak hak orang lain?
Roma 2:3-11 Atas dasar apa Yehuwa menghakimi individu-individu dan juga bangsa-bangsa?
bangsa yang keras hati tersebut menolak untuk mendengarkan
dan bertobat. Akhirnya, demi nama-Nya yang kudus dan semua
makna yang terkandung dalam nama-Nya, Yehuwa menyerahkan
mereka ke tangan musuh-musuh mereka.—Nehemia 9:26-30.
20 Cara Yehuwa berurusan dengan Israel mengajar kita banyak
hal mengenai Dia. Kita belajar bahwa mata-Nya yang bisa melihat segala sesuatu memperhatikan ketidakadilbenaran dan bahwa Ia sangat terpengaruh oleh apa yang dilihat-Nya. (Amsal 15:3)
Juga, sangatlah menenteramkan hati untuk tahu bahwa Ia mencari kesempatan untuk memperlihatkan belas kasihan jika ada dasar untuk itu. Lagi pula, kita belajar bahwa keadilan-Nya tidak
pernah dilaksanakan secara tergesa-gesa. Karena kepanjangsabaran Yehuwa, banyak orang dengan salah menyimpulkan bahwa Ia
tidak akan pernah melaksanakan penghakiman atas orang fasik.
Namun, kesimpulan tersebut sangat keliru, karena cara Allah berurusan dengan Israel juga mengajar kita bahwa kesabaran ilahi ada
batasnya. Yehuwa tegas demi keadilbenaran. Tidak seperti manusia, yang sering kali menciut dalam menjalankan keadilan, Ia tidak pernah kehilangan keberanian dalam menegakkan apa yang
benar. Sungguh tepat jika singa yang melambangkan keadilan
20. (a) Apa yang dapat kita pelajari tentang Yehuwa dari cara Ia berurusan dengan Israel? (b) Mengapa singa adalah lambang yang tepat
bagi keadilan Yehuwa?
”SEGALA JALANNYA ADIL”
117
yang tak kenal gentar dikaitkan dengan kehadiran dan takhta
Allah.1 (Yehezkiel 1:10; Penyingkapan 4:7) Oleh karena itu, kita
dapat yakin bahwa Ia akan memenuhi janji-Nya untuk mengenyahkan ketidakadilan dari bumi ini. Ya, cara Ia menghakimi dapat disimpulkan sebagai berikut: tegas jika perlu, berbelaskasihan
jika mungkin.—2 Petrus 3:9.
Mendekat kepada Allah Keadilan
Sewaktu merenungkan cara Yehuwa menjalankan keadilan, kita
hendaknya tidak membayangkan Dia sebagai seorang hakim yang
dingin dan kaku yang hanya berminat menjatuhkan vonis ke atas
para pelaku kesalahan. Sebaliknya, kita hendaknya membayangkan Dia sebagai seorang Bapak yang pengasih tetapi tegas yang
selalu menggunakan cara terbaik dalam berurusan dengan anakanak-Nya. Sebagai Bapak yang adil, atau adil-benar, Yehuwa menyeimbangkan ketegasan untuk apa yang benar dengan keibaan hati
yang lembut terhadap anak-anak-Nya di bumi, yang membutuhkan bantuan dan pengampunan-Nya.—Mazmur 103:10, 13.
22 Betapa bersyukurnya kita karena keadilan ilahi mencakup lebih
dari sekadar menjatuhkan vonis ke atas para pelaku kesalahan! Dengan bimbingan keadilan-Nya, Yehuwa memungkinkan kita memiliki prospek yang benar-benar menggetarkan—kehidupan yang
sempurna dan tanpa akhir di dunia, yang di dalamnya ”keadilbenaran akan tinggal”. (2 Petrus 3:13) Allah kita menggunakan cara
ini untuk berurusan dengan kita karena keadilan-Nya memotivasi
Dia untuk mencari cara agar dapat menyelamatkan kita dan bukannya menghukum kita. Ya, pengertian yang lebih baik tentang
ruang lingkup keadilan Yehuwa akan mendekatkan kita kepadaNya! Di pasal-pasal selanjutnya, kita akan mencermati bagaimana
Yehuwa mempertunjukkan sifat yang sangat bagus ini.
21
1 Menarik sekali, Yehuwa menyamakan diri-Nya dengan seekor singa sewaktu
melaksanakan penghakiman atas Israel yang tidak setia.—Yeremia 25:38; Hosea
5:14.
21. Sewaktu merenungkan cara Yehuwa menjalankan keadilan, bagaimana hendaknya kita membayangkan Dia, dan mengapa?
22. Dengan bimbingan keadilan-Nya, Yehuwa memungkinkan kita
memiliki prospek apa, dan mengapa Ia menggunakan cara ini dalam
berurusan dengan kita?
P A S A L
1 2
”Apakah Ada Ketidakadilan
pada Allah?”
SIMPANAN seumur hidup seorang janda yang lanjut usia terkuras karena penipuan. Seorang bayi yang tak berdaya ditelantarkan
oleh ibu yang tak berperasaan. Seorang pria dipenjarakan karena
kejahatan yang tidak pernah ia lakukan. Bagaimana reaksi Saudara
terhadap peristiwa-peristiwa tersebut? Kemungkinan besar, semua
peristiwa itu meresahkan Saudara, dan hal itu tidaklah mengherankan. Kita sebagai manusia memiliki kepekaan yang kuat untuk
membedakan yang benar dan yang salah. Sewaktu ketidakadilan
terjadi, kita sangat marah. Kita menginginkan korbannya mendapat ganti rugi dan si pelanggar dihukum. Jika hal itu tidak terjadi,
kita mungkin bertanya-tanya, ’Apakah Allah melihat apa yang terjadi? Mengapa Ia tidak bertindak?’
2 Sepanjang sejarah, hamba-hamba Yehuwa yang setia telah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan serupa. Misalnya, nabi Habakuk berdoa kepada Allah, ”Mengapa engkau menyebabkan aku menyaksikan ketidakadilan yang mengerikan? Mengapa engkau
membiarkan kekerasan, pelanggaran hukum, kejahatan, dan kekejaman merajalela di mana-mana?” (Habakuk 1:3, Contemporary
English Version) Yehuwa tidak mengecam Habakuk karena permintaannya yang terus terang untuk mendapat kejelasan, sebab Dialah pribadi yang menanamkan konsep keadilan ke dalam diri
manusia. Ya, Yehuwa telah mengaruniai kita sejumlah kecil rasa keadilan-Nya yang amat dalam.
Yehuwa Membenci Ketidakadilan
Yehuwa bukannya kurang peka akan ketidakadilan. Ia melihat
apa yang sedang terjadi. Sehubungan dengan zaman Nuh, Alkitab
3
1. Bagaimana kita bisa terpengaruh oleh contoh-contoh ketidakadilan?
2. Bagaimana reaksi Habakuk terhadap ketidakadilan, dan mengapa
Yehuwa tidak mengecam dia atas hal itu?
3. Mengapa dapat dikatakan bahwa Yehuwa lebih tahu tentang ketidakadilan daripada kita?
”APAKAH ADA KETIDAKADILAN PADA ALLAH?”
119
memberi tahu kita, ”Yehuwa melihat bahwa kejahatan manusia sangat banyak di bumi dan setiap kecenderungan niat hatinya selalu
jahat semata-mata.” (Kejadian 6:5) Perhatikan hal-hal yang tersangkut dalam pernyataan tersebut. Sering kali, persepsi kita berkenaan
dengan ketidakadilan hanya berdasarkan beberapa peristiwa, baik
yang kita dengar maupun yang kita alami sendiri. Sebaliknya, Yehuwa mengetahui ketidakadilan dalam skala global. Ia melihat semuanya! Lebih dari itu, Ia dapat mengetahui kecenderungan hati
—cara berpikir yang bejat di balik tindakan yang tidak adil.—Yeremia 17:10.
4 Namun, Yehuwa tidak sekadar memperhatikan ketidakadilan.
Ia juga peduli terhadap mereka yang menjadi korbannya. Sewaktu umat-Nya diperlakukan dengan kejam oleh bangsa-bangsa musuh, Yehuwa bersusah hati ”atas erangan mereka oleh karena para
penindas mereka dan orang-orang yang mendorong mereka ke
sana kemari”. (Hakim 2:18) Mungkin Saudara pernah mengamati
bahwa semakin sering orang-orang melihat ketidakadilan, semakin tumpul perasaan mereka terhadap hal itu. Tidak demikian halnya dengan Yehuwa! Selama kira-kira 6.000 tahun, Ia telah melihat
seluruh lingkup ketidakadilan, tetapi kebencian-Nya akan ketidakadilan tidak pernah goyah. Sebaliknya, Alkitab meyakinkan kita
bahwa hal-hal seperti ”lidah dusta”, ”tangan yang menumpahkan
darah orang yang tidak bersalah”, dan ”saksi palsu yang melontarkan dusta” adalah hal-hal yang memuakkan bagi-Nya.—Amsal 6:
16-19.
5 Juga, pertimbangkan kritikan pedas Yehuwa terhadap para pemimpin yang tidak adil di Israel. ”Bukankah urusanmu untuk
mengetahui keadilan?” Ia mengilhami nabi-Nya untuk bertanya
kepada mereka. Setelah menguraikan penyalahgunaan kekuasaan
mereka dengan bahasa yang hidup, Yehuwa menubuatkan kesudahan pria-pria yang bejat itu, ”Mereka akan berseru kepada Yehuwa meminta bantuan, tetapi ia tidak akan menjawab mereka.
Dan ia akan menyembunyikan mukanya dari mereka pada waktu itu, sebagaimana mereka melakukan keburukan dalam cara mereka berurusan.” (Mikha 3:1-4) Betapa muaknya Yehuwa terhadap
4, 5. (a) Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa Yehuwa peduli terhadap mereka yang telah diperlakukan dengan tidak adil? (b) Bagaimana Yehuwa sendiri mengalami ketidakadilan?
120
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
ketidakadilan! Ya, Ia sendiri sudah mengalaminya! Selama ribuan
tahun, Setan mencela Dia secara tidak adil. (Amsal 27:11) Selain
itu, Yehuwa mengalami tindak ketidakadilan yang paling menyedihkan sewaktu Putra-Nya, yang ”tidak berbuat dosa”, dieksekusi
sebagai seorang penjahat. (1 Petrus 2:22; Yesaya 53:9) Jelaslah, Yehuwa bukannya kurang peka ataupun bersikap masa bodoh terhadap keadaan orang yang menderita ketidakadilan.
6 Meskipun demikian, sewaktu kita mengamati ketidakadilan
—atau sewaktu kita sendiri menjadi korban dari perlakuan yang tidak adil—wajarlah jika kita bereaksi keras. Kita dibuat menurut
gambar Allah, dan ketidakadilan benar-benar bertolak belakang dengan semua hal yang Yehuwa cerminkan. (Kejadian 1:27) Kalau begitu, mengapa Allah membiarkan ketidakadilan?
Sengketa Kedaulatan Allah
Jawaban atas pertanyaan tersebut berhubungan dengan sengketa kedaulatan. Seperti yang telah kita lihat, sang Pencipta mempunyai hak untuk memerintah atas seluruh bumi dan semua yang
tinggal di dalamnya. (Mazmur 24:1; Penyingkapan 4:11) Akan tetapi, pada awal sejarah manusia, kedaulatan Yehuwa digugat. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Yehuwa memerintahkan manusia pertama, Adam, untuk tidak makan dari pohon tertentu di taman
yang adalah rumah Firdausnya. Dan, jika ia tidak taat? ”Engkau
pasti akan mati,” kata Allah kepadanya. (Kejadian 2:17) Perintah
Allah tidak menyusahkan Adam maupun istrinya, Hawa. Meskipun
demikian, Setan meyakinkan Hawa bahwa Allah terlalu mengekang. Bagaimana jika Hawa memakan buah pohon itu? Setan segera memberi tahu Hawa, ”Kamu pasti tidak akan mati. Karena Allah
tahu bahwa pada hari kamu memakannya, matamu tentu akan terbuka dan kamu tentu akan menjadi seperti Allah, mengetahui yang
baik dan yang jahat.”—Kejadian 3:1-5.
8 Melalui pernyataan tersebut, Setan tidak hanya menyiratkan
bahwa Yehuwa telah menahan suatu informasi penting bagi Hawa
7
6. Bisa jadi, bagaimana reaksi kita jika diperhadapkan dengan ketidakadilan, dan mengapa?
7. Uraikan bagaimana kedaulatan Yehuwa digugat.
8. (a) Apa yang tersirat dalam pernyataan Setan kepada Hawa? (b) Sehubungan dengan kedaulatan Allah, apa yang Setan gugat?
”APAKAH ADA KETIDAKADILAN PADA ALLAH?”
121
tetapi juga bahwa Ia telah berdusta kepadanya. Setan berhati-hati
untuk tidak mempertanyakan fakta mengenai kedaulatan Allah.
Tetapi, ia menggugat keabsahan, kelayakan, dan keadilbenaran kedaulatan tersebut. Dengan kata lain, ia berkukuh bahwa Yehuwa tidak menjalankan kedaulatan-Nya dengan cara yang adil-benar dan
demi kepentingan terbaik makhluk-makhluk yang berada di bawah
wewenang-Nya.
9 Belakangan, Adam dan Hawa tidak menaati Yehuwa dengan makan buah dari pohon terlarang itu. Ketidaktaatan mereka, membuat mereka layak mendapat hukuman mati, seperti yang telah
Allah tetapkan. Dusta Setan menimbulkan beberapa pertanyaan
penting. Apakah Yehuwa benar-benar berhak memerintah umat
manusia, atau apakah sebaiknya manusia memerintah dirinya sendiri? Apakah Yehuwa menjalankan kedaulatan-Nya dengan sebaik
mungkin? Yehuwa dapat menggunakan kuasa-Nya yang sangat besar untuk membinasakan para pemberontak tersebut seketika itu
juga. Namun, pertanyaan-pertanyaan yang muncul berhubungan
dengan pemerintahan Allah, bukan dengan kuasa-Nya. Jadi, membinasakan Adam, Hawa, dan Setan tidak akan meneguhkan keadilbenaran pemerintahan Allah. Sebaliknya, hal itu bisa jadi akan
membuat pemerintahan-Nya semakin dipertanyakan. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah manusia dapat berhasil memerintah diri sendiri, lepas dari Allah, adalah dengan membiarkan
waktu berlalu.
10 Apa yang disingkapkan oleh berlalunya waktu? Milenium berganti milenium, orang-orang telah bereksperimen dengan banyak
bentuk pemerintahan, termasuk autokrasi, demokrasi, sosialisme,
dan komunisme. Hasil akhir dari semuanya itu diringkaskan dalam komentar Alkitab yang terus terang ini, ”Manusia menguasai manusia sehingga ia celaka.” (Pengkhotbah 8:9) Sungguh beralasan apabila nabi Yeremia berkata, ”Aku tahu benar, oh, Yehuwa,
9. (a) Bagi Adam dan Hawa, apa konsekuensi ketidaktaatan mereka, dan pertanyaan-pertanyaan penting apa yang ditimbulkannya?
(b) Mengapa Yehuwa tidak membinasakan saja para pemberontak tersebut?
10. Apa yang disingkapkan oleh sejarah sehubungan dengan pemerintahan manusia?
”APAKAH ADA KETIDAKADILAN PADA ALLAH?”
123
bahwa manusia tidak mempunyai kuasa untuk menentukan jalannya sendiri. Manusia, yang berjalan, tidak mempunyai kuasa untuk
mengarahkan langkahnya.”—Yeremia 10:23.
11 Sejak awal mula, Yehuwa sudah tahu bahwa keinginan manusia untuk merdeka, atau memerintah diri sendiri, akan menghasilkan banyak penderitaan. Kalau begitu, apakah Ia tidak adil karena mengizinkan situasi yang tak terelakkan ini berlangsung terus?
Sama sekali tidak! Sebagai ilustrasi: Seumpama Saudara memiliki
seorang anak dan ia harus dioperasi untuk mengobati suatu penyakit yang mengancam kehidupannya. Saudara sadar bahwa operasi tersebut akan membuat anak Saudara menderita sampai taraf
tertentu, dan hal itu amat memedihkan hati Saudara. Pada waktu yang sama, Saudara tahu bahwa prosedur tersebut memungkinkan anak Saudara menikmati kesehatan yang lebih baik dalam hidupnya di kemudian hari. Demikian pula, Allah tahu—dan bahkan
menubuatkan—bahwa izin yang Ia berikan kepada manusia untuk
memerintah akan membawa kepedihan hati dan penderitaan sampai taraf tertentu. (Kejadian 3:16-19) Tetapi, Ia juga tahu bahwa kelegaan yang langgeng dan penuh arti dimungkinkan hanya jika Ia
membiarkan seluruh umat manusia melihat sendiri hasil-hasil buruk dari pemberontakan. Dengan cara ini, sengketa tersebut dapat
diselesaikan secara permanen, untuk selama-lamanya.
Sengketa Integritas Manusia
Ada aspek lain lagi dari masalah ini. Sewaktu menggugat keabsahan dan keadilbenaran pemerintahan Allah, Setan tidak hanya
memfitnah Yehuwa sehubungan dengan kedaulatan-Nya; ia juga
memfitnah hamba-hamba Allah sehubungan dengan integritas
mereka. Sebagai contoh, perhatikan apa yang Setan katakan kepada Yehuwa sehubungan dengan Ayub, pria yang adil-benar, ”Bukankah engkau sendiri yang memasang pagar di sekelilingnya dan
12
11. Mengapa Yehuwa membiarkan umat manusia mengalami penderitaan?
12. Seperti yang digambarkan dalam kasus Ayub, tuduhan apa yang
Setan lontarkan terhadap manusia?
Yehuwa tidak akan pernah ”melenyapkan orang adil-benar
bersama orang fasik”
124
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
di sekeliling rumahnya dan di sekeliling segala sesuatu yang ia
miliki di sekelilingnya? Pekerjaan tangannya telah engkau berkati,
dan ternaknya telah tersebar luas di bumi. Tetapi kali ini, ulurkanlah kiranya tanganmu dan sentuhlah segala sesuatu yang ia miliki
dan lihatlah apakah ia tidak akan mengutuki engkau di mukamu.”
—Ayub 1:10, 11.
13 Setan berargumen bahwa Yehuwa menggunakan kuasa-Nya
untuk melindungi agar dapat membeli pengabdian Ayub. Alhasil,
argumen Setan tersebut menyiratkan bahwa integritas Ayub hanyalah kemunafikan belaka, bahwa ia menyembah Allah hanya karena pamrih. Setan berkeras bahwa jika Ayub tidak mendapat berkat Allah, pria itu akan mengutuk Penciptanya. Setan tahu bahwa
Ayub terkenal sebagai seorang pria yang ”tidak bercela dan lurus
hati, takut akan Allah dan berpaling dari yang jahat”.1 Jadi, seandainya Setan dapat mematahkan integritas Ayub, apa lagi yang dapat dikatakan sehubungan dengan manusia lainnya? Dengan demikian, Setan benar-benar mempertanyakan keloyalan semua
orang yang ingin melayani Allah. Sesungguhnya, untuk memperlebar masalahnya, Setan mengatakan kepada Yehuwa, ”Segala sesuatu yang dimiliki orang [bukan hanya Ayub] akan ia berikan ganti jiwanya.”—Ayub 1:8; 2:4.
14 Sejarah telah menunjukkan bahwa banyak orang, seperti halnya Ayub, tetap loyal kepada Yehuwa meskipun menghadapi
pencobaan—bertentangan dengan pernyataan Setan. Mereka telah membuat hati Yehuwa gembira dengan haluan hidup mereka yang setia, dan hal itu menyediakan jawaban bagi Yehuwa atas
celaan Setan yang membual bahwa manusia akan berhenti melayani Allah apabila mengalami kesukaran. (Ibrani 11:4-38) Ya, orang
yang berhati jujur menolak untuk menyangkal Allah. Malah, se1 Mengenai Ayub, Yehuwa berkata, ”Tidak ada seorang pun yang seperti dia di
bumi.” (Ayub 1:8) Kemungkinan besar, Ayub hidup pada masa setelah kematian
Yusuf dan sebelum Musa menjadi pemimpin Israel yang terlantik. Jadi, dapatlah
dikatakan bahwa pada waktu itu tidak ada seorang pun yang memiliki integritas
seperti Ayub.
13. Apa yang Setan siratkan melalui tuduhannya sehubungan dengan
Ayub, dan bagaimana hal itu melibatkan seluruh umat manusia?
14. Apa yang ditunjukkan oleh sejarah sehubungan dengan tuduhan
Setan terhadap manusia?
”APAKAH ADA KETIDAKADILAN PADA ALLAH?”
125
waktu dibingungkan dengan keadaan-keadaan yang paling menyusahkan hati, mereka semakin bersandar pada Yehuwa agar memberi mereka kekuatan untuk bertekun.—2 Korintus 4:7-10.
15 Namun, keadilan yang Yehuwa jalankan tidak hanya berkaitan dengan sengketa kedaulatan dan sengketa integritas manusia.
Alkitab memberi kita catatan tentang penghakiman oleh Yehuwa
sehubungan dengan individu-individu dan bahkan bangsa-bangsa secara keseluruhan. Alkitab juga berisi nubuat-nubuat mengenai penghakiman yang akan Ia laksanakan di masa depan. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa telah dan akan menghakimi
dengan adil-benar?
Mengapa Keadilan Yehuwa Unggul
Mengenai Yehuwa, dengan tepat dapat dikatakan, ”Segala jalannya adil.” (Ulangan 32:4) Tak seorang pun di antara kita dapat
membuat pernyataan seperti itu mengenai diri kita sendiri, karena sudut pandangan kita yang terbatas terlalu sering mengaburkan persepsi kita tentang apa yang benar. Misalnya, pertimbangkan
Abraham. Ia mengajukan permohonan kepada Yehuwa sehubungan dengan pembinasaan Sodom—meski kefasikan merajalela di
sana. Ia bertanya kepada Yehuwa, ”Apakah engkau sesungguhnya
akan melenyapkan orang adil-benar bersama orang fasik?” (Kejadian 18:23-33) Tentu saja, jawabannya adalah tidak. Setelah Lot yang
adil-benar dan putri-putrinya tiba dengan selamat di kota Zoar barulah Yehuwa ”menurunkan hujan belerang dan api” ke atas Sodom. (Kejadian 19:22-24) Sebaliknya, ’kemarahan Yunus berkobar’
sewaktu Allah mengulurkan belas kasihan kepada orang-orang Niniwe. Karena telah mengumumkan pembinasaan mereka sebelumnya, Yunus mungkin baru puas apabila melihat mereka dimusnahkan—tidak soal pertobatan mereka yang sepenuh hati.—Yunus
3:10–4:1.
17 Yehuwa meyakinkan Abraham bahwa Ia menjalankan keadilan bukan hanya untuk membinasakan orang fasik melainkan
16
15. Pertanyaan apa yang mungkin timbul sehubungan dengan penghakiman oleh Allah di masa lalu dan di masa depan?
16, 17. Contoh apa saja yang menunjukkan bahwa manusia memiliki sudut pandangan yang terbatas sehubungan dengan keadilan sejati?
126
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
juga untuk menyelamatkan orang adil-benar. Di pihak lain, Yunus harus belajar bahwa Yehuwa itu berbelaskasihan. Jika orang
fasik mengubah haluan mereka, Ia ”siap mengampuni”. (Mazmur
86:5) Berbeda dengan beberapa orang yang merasa kedudukannya
terancam, Yehuwa tidak menjalankan penghukuman hanya untuk
unjuk kekuasaan, juga Ia tidak menahan keibaan hati-Nya hanya
karena takut akan dianggap lemah. Keinginan-Nya adalah memperlihatkan belas kasihan, kapan pun ada dasar untuk itu.—Yesaya
55:7; Yehezkiel 18:23.
18 Akan tetapi, Yehuwa tidak semata-mata dibutakan oleh perasaan. Ketika umat-Nya terlibat dalam penyembahan berhala, Yehuwa
dengan tegas menyatakan, ”Aku akan menghakimi engkau menurut jalan-jalanmu serta menimpakan semua perkaramu yang memuakkan ke atasmu. Mataku tidak akan merasa kasihan kepadamu,
juga aku tidak akan beriba hati, karena aku akan menimpakan jalan-jalanmu sendiri ke atasmu.” (Yehezkiel 7:3, 4) Jadi, sewaktu manusia berkeras pada haluan mereka, Yehuwa menghakimi dengan
setimpal. Tetapi, penghakiman-Nya berdasarkan bukti yang kuat.
Karena itu, sewaktu ”keluhan” keras mengenai Sodom dan Gomora sampai ke telinga-Nya, Yehuwa menyatakan, ”Aku sungguh
bertekad untuk turun agar aku dapat melihat apakah mereka benar-benar bertindak sesuai dengan keluhan tentangnya yang telah
sampai kepadaku.” (Kejadian 18:20, 21) Betapa bersyukurnya kita
bahwa Yehuwa berbeda dengan banyak orang yang terburu-buru
mengambil kesimpulan sebelum mendengar semua faktanya! Sesungguhnya, Yehuwa itu sama seperti yang digambarkan Alkitab,
”Allah yang setia, padanya tidak ada ketidakadilan”.—Ulangan 32:4.
Yakinlah akan Keadilan Yehuwa
Alkitab tidak menjawab setiap pertanyaan sehubungan dengan
tindakan Yehuwa di masa lalu; juga tidak menyediakan setiap perincian tentang bagaimana Yehuwa akan melaksanakan penghakiman sehubungan dengan individu-individu dan kelompok-ke19
18. Tunjukkan dari Alkitab bahwa Yehuwa tidak bertindak berdasarkan perasaan belaka.
19. Apa yang dapat kita lakukan jika kita memiliki pertanyaan yang
membingungkan tentang cara Yehuwa menjalankan keadilan?
”APAKAH ADA KETIDAKADILAN PADA ALLAH?”
127
Pertanyaan untuk Direnungkan
Ulangan 10:17-19 Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa tidak
berat sebelah dalam segala urusan-Nya?
Ayub 34:1-12 Apabila Saudara diperhadapkan dengan ketidakadilan, bagaimana kata-kata Elihu menguatkan keyakinan Saudara akan
keadilbenaran Allah?
Mazmur 1:1-6 Mengapa sangat menenteramkan hati untuk tahu
bahwa Yehuwa menimbang dengan teliti tindakan-tindakan orang
adil-benar dan orang fasik?
Maleakhi 2:13-16 Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap ketidakadilan yang dilakukan kepada para wanita yang diceraikan suaminya tanpa dasar yang tepat?
lompok di masa depan. Sewaktu kita dibingungkan oleh catatan
atau nubuat Alkitab yang kekurangan perincian semacam itu, kita
dapat menunjukkan keloyalan yang sama seperti nabi Mikha, yang
menulis, ”Aku akan memperlihatkan sikap menanti Allah keselamatanku.”—Mikha 7:7.
20 Kita dapat yakin bahwa dalam setiap situasi, Yehuwa akan melakukan apa yang benar. Bahkan, sewaktu ketidakadilan kelihatannya diabaikan oleh manusia, Yehuwa berjanji, ”Pembalasan adalah
hakku; aku akan membalas.” (Roma 12:19) Apabila kita memperlihatkan sikap menanti, kita akan memiliki keyakinan yang teguh seperti yang dinyatakan oleh rasul Paulus, ”Apakah ada ketidakadilan
pada Allah? Jangan sekali-kali itu terjadi!”—Roma 9:14.
21 Sementara itu, kita hidup pada ”masa kritis yang sulit dihadapi”. (2 Timotius 3:1) Ketidakadilan dan ”penindasan” telah mengakibatkan banyak penganiayaan yang kejam. (Pengkhotbah 4:1) Akan tetapi, Yehuwa belum berubah. Ia masih membenci
ketidakadilan, dan Ia sangat mempedulikan mereka yang menjadi korbannya. Jika kita tetap loyal kepada Yehuwa dan kedaulatanNya, Ia akan memberi kita kekuatan untuk bertekun hingga waktu
yang ditetapkan ketika Ia akan membereskan semua ketidakadilan
di bawah pemerintahan Kerajaan-Nya.—1 Petrus 5:6, 7.
20, 21. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa akan selalu melakukan apa yang benar?
P A S A L
1 3
”Hukum Yehuwa Itu Sempurna”
”HUKUM bagaikan lubang yang tak berdasar, yang . . . melahap apa
saja.” Pernyataan tersebut tercantum dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1712. Pengarangnya mengutuk suatu sistem
hukum yang kadang-kadang membuat perkara hukum berlarut-larut di pengadilan selama bertahun-tahun, membangkrutkan para
pencari keadilan. Di banyak negeri, sistem hukum dan peradilan
begitu rumit, begitu sarat dengan ketidakadilan, prasangka, dan ketidakkonsistenan, sehingga hukum dihina di mana-mana.
2 Sebagai kontras, perhatikan kata-kata ini yang ditulis sekitar 2.700 tahun yang lalu, ”Betapa kucintai hukummu!” (Mazmur
119:97) Mengapa sang pemazmur bisa memiliki perasaan demikian
terhadap hukum? Karena hukum yang ia puji, bukan berasal dari
pemerintah duniawi mana pun, melainkan dari Allah Yehuwa. Seraya mempelajari hukum-hukum Yehuwa, perasaan Saudara akan
semakin sama dengan perasaan sang pemazmur. Melalui pemelajaran semacam itu, Saudara akan memahami pikiran sang penggagas hukum terbesar di alam semesta.
Pemberi Hukum Tertinggi
”Hanya ada satu pemberi hukum dan hakim,” Alkitab memberi
tahu kita. (Yakobus 4:12) Ya, Yehuwa adalah satu-satunya Pemberi
Hukum yang sejati. Bahkan, pergerakan benda-benda angkasa dikendalikan oleh ”hukum-hukum langit” buatan-Nya. (Ayub 38:33,
The New Jerusalem Bible) Berlaksa-laksa malaikat kudus Yehuwa
juga dikendalikan oleh hukum ilahi, karena mereka diorganisasi ke
dalam golongan-golongan tertentu dan melayani di bawah perintah Yehuwa sebagai pelayan-pelayan-Nya.—Mazmur 104:4; Ibrani
1:7, 14.
4 Yehuwa juga telah memberikan hukum-hukum kepada manu3
1, 2. Mengapa banyak orang kurang menghargai hukum, tetapi bagaimana kita dapat memperkembangkan penghargaan akan hukumhukum Allah?
3, 4. Dengan cara apa saja Yehuwa telah terbukti sebagai Pemberi hukum?
”HUKUM YEHUWA ITU SEMPURNA”
129
sia. Kita masing-masing memiliki hati nurani, cerminan dari rasa
keadilan Yehuwa. Sebagai suatu jenis hukum internal, hati nurani
dapat membantu kita membedakan yang benar dari yang salah.
(Roma 2:14) Orang tua kita yang pertama dikaruniai hati nurani
yang sempurna, maka mereka hanya membutuhkan sedikit hukum. (Kejadian 2:15-17) Akan tetapi, manusia yang tak sempurna
membutuhkan lebih banyak hukum sebagai penuntun dalam melakukan kehendak Allah. Para patriark seperti Nuh, Abraham, dan
Yakub menerima hukum-hukum dari Allah Yehuwa dan menyampaikannya kepada keluarga mereka. (Kejadian 6:22; 9:3-6; 18:19; 26:
4, 5) Yehuwa menjadikan diri-Nya sebagai Pemberi hukum dengan
cara yang tidak pernah Ia lakukan sebelumnya ketika Ia memberikan sebuah kaidah Hukum kepada bangsa Israel melalui Musa. Kaidah hukum ini memberi kita pemahaman yang luas mengenai rasa
keadilan Yehuwa.
Hukum Musa—Suatu Rangkuman
Tampaknya, banyak orang berpikir bahwa Hukum Musa adalah seperangkat hukum yang rumit dan kompleks. Konsep tersebut sama sekali tidak benar. Seluruh kaidahnya memuat lebih dari
600 hukum. Hal itu mungkin kelihatannya sangat banyak, tetapi
coba pikirkan: Pada akhir abad ke-20, hukum federal Amerika Serikat memenuhi lebih dari 150.000 halaman buku-buku hukum. Setiap dua tahun, kira-kira 600 hukum ditambahkan! Jadi, bicara soal
jumlah, hukum manusia yang menggunung jauh lebih banyak daripada Hukum Musa. Namun, Hukum Allah mengatur orang Israel dalam bidang-bidang kehidupan yang bahkan tak tersentuh oleh
hukum modern. Pertimbangkan tinjauan berikut.
6 Hukum meninggikan kedaulatan Yehuwa. Jadi, Hukum Musa
jauh lebih unggul daripada kaidah hukum mana pun. Yang terbesar dari hukumnya adalah ini, ”Dengarkanlah, hai, Israel: Yehuwa
adalah Allah kita; Yehuwa itu esa. Engkau harus mengasihi Yehuwa,
5
5. Apakah Hukum Musa merupakan seperangkat hukum yang rumit
dan kompleks, dan mengapa Saudara menjawab demikian?
6, 7. (a) Apa perbedaan antara Hukum Musa dan kaidah hukum
lainnya, dan apa perintah terbesar dalam Hukum tersebut? (b) Bagaimana orang Israel dapat menunjukkan bahwa mereka menerima kedaulatan Yehuwa?
130
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap tenaga hidupmu.” Bagaimana umat Allah memperlihatkan kasih kepada-Nya? Mereka melayani Dia, tunduk kepada kedaulatanNya.—Ulangan 6:4, 5; 11:13.
7 Setiap orang Israel menunjukkan bahwa ia menerima kedaulatan Yehuwa dengan tunduk kepada orang-orang yang diserahi wewenang atas dirinya. Para orang tua, pemimpin, hakim, imam, dan
akhirnya raja, semuanya mewakili wewenang ilahi. Yehuwa memandang pemberontakan apa pun terhadap orang-orang yang berwenang tersebut sebagai pemberontakan terhadap diri-Nya. Di pihak lain, orang-orang yang berwenang tersebut berisiko terkena
murka Allah jika mereka berlaku tidak adil atau bersikap pongah sewaktu berurusan dengan umat-Nya. (Keluaran 20:12; 22:28; Ulangan 1:16, 17; 17:8-20; 19:16, 17) Oleh karena itu, kedua belah pihak
bertanggung jawab untuk menjunjung kedaulatan Allah.
8 Hukum menjunjung standar Yehuwa sehubungan dengan kekudusan. Kata ”kudus” dan ”kekudusan” muncul lebih dari 280 kali
dalam Hukum Musa. Hukum tersebut membantu umat Allah untuk membedakan apa yang bersih dan tidak bersih, murni dan tidak murni, dengan mencantumkan sekitar 70 hal yang bisa
menyebabkan seorang Israel menjadi najis. Hukum-hukum itu juga
menyinggung soal kebersihan fisik, pola makan, dan bahkan pembuangan kotoran. Hukum-hukum tersebut memberikan manfaat
yang sangat besar bagi kesehatan.1 Namun, hukum-hukum itu memiliki tujuan yang lebih luhur—yaitu agar orang Israel tetap berada dalam perkenan Yehuwa, terpisah dari praktek-praktek berdosa
yang dilakukan oleh bangsa-bangsa di sekeliling mereka yang bejat.
Perhatikan sebuah contoh.
9 Ketetapan-ketetapan dalam perjanjian Hukum menyatakan bah1 Misalnya, hukum yang menuntut agar kotoran manusia dikubur, orang sakit
dikarantina, dan seseorang yang menyentuh mayat membasuh diri, berabadabad lebih maju dibandingkan dengan pengetahuan pada masa itu.—Imamat 13:
4-8; Bilangan 19:11-13, 17-19; Ulangan 23:13, 14.
8. Bagaimana Hukum menjunjung standar Yehuwa sehubungan dengan kekudusan?
9, 10. Perjanjian Hukum menyertakan ketetapan apa saja sehubungan dengan hubungan seks dan persalinan, dan apa saja manfaat hukum-hukum tersebut?
”HUKUM YEHUWA ITU SEMPURNA”
131
wa hubungan seks dan persalinan—bahkan di kalangan orang yang
sudah menikah—menyebabkan adanya suatu periode kenajisan.
(Imamat 12:2-4; 15:16-18) Ketetapan-ketetapan tersebut tidaklah
merendahkan pemberian-pemberian Allah yang suci ini. (Kejadian 1:28; 2:18-25) Sebaliknya, hukum-hukum tersebut menjunjung
kekudusan Yehuwa, menjaga para penyembah-Nya agar bebas dari
pencemaran. Patut diperhatikan bahwa bangsa-bangsa di sekeliling
Israel cenderung mencampuradukkan ibadat dengan ritus-ritus
seks dan kesuburan. Pelacuran pria dan wanita menjadi bagian dari
agama orang Kanaan. Hal tersebut mengakibatkan dan menyebarkan kemerosotan dalam bentuk yang terburuk. Sebaliknya, Hukum
membuat ibadat kepada Yehuwa sepenuhnya terpisah dari perkaraperkara seksual.1 Ada juga manfaat-manfaat lain.
10 Hukum-hukum tersebut berfungsi untuk mengajarkan sebuah
kebenaran yang sangat penting.2 Ingatlah, bagaimana noda dosa
Adam diteruskan dari generasi ke generasi? Bukankah melalui hubungan seks dan persalinan? (Roma 5:12) Ya, Hukum Allah mengingatkan umat-Nya kepada kenyataan dosa yang selalu ada. Sesungguhnya, kita semua dilahirkan dalam dosa. (Mazmur 51:5) Kita
membutuhkan pengampunan dan penebusan agar dapat mendekat kepada Allah kita yang kudus.
11 Hukum menjunjung keadilan Yehuwa yang sempurna. Hukum
Musa menjunjung prinsip kesepadanan, atau keseimbangan, dalam soal-soal keadilan. Sebagai contoh, Hukum menyatakan, ”Jiwa
ganti jiwa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan,
kaki ganti kaki.” (Ulangan 19:21) Dengan demikian, dalam kasuskasus kriminal, hukuman harus setimpal dengan kejahatan. Aspek
keadilan ilahi ini menjadi jiwa Hukum tersebut dan bagi zaman
1 Kuil-kuil orang Kanaan memiliki ruangan-ruangan yang dikhususkan untuk
kegiatan seksual sedangkan Hukum Musa menyatakan bahwa orang yang berada
dalam keadaan najis bahkan tidak boleh masuk ke dalam bait. Jadi, karena hubungan seks menyebabkan adanya suatu periode kenajisan, tak seorang pun dapat dengan sah menjadikan seks sebagai bagian dari ibadat di rumah Yehuwa.
2 Pengajaran adalah tujuan utama Hukum. Malah, Encyclopaedia Judaica mengomentari bahwa kata Ibrani untuk ”hukum”, toh·rah1, berarti ”instruksi”.
11, 12. (a) Hukum menjunjung prinsip keadilan yang sangat penting apa? (b) Perlindungan terhadap penyimpangan keadilan apa yang
tercakup dalam Hukum?
”HUKUM YEHUWA ITU SEMPURNA”
133
sekarang merupakan aspek penting untuk memahami korban tebusan Kristus Yesus, seperti yang akan ditunjukkan di Pasal 14.
—1 Timotius 2:5, 6.
12 Hukum juga mencakup perlindungan terhadap penyimpangan
keadilan. Sebagai contoh, dituntut setidak-tidaknya dua orang saksi
agar dapat meneguhkan keabsahan suatu tuduhan. Bagi kesaksian
palsu, ada hukuman yang berat. (Ulangan 19:15, 18, 19) Korupsi
dan suap juga dilarang keras. (Keluaran 23:8; Ulangan 27:25) Bahkan, dalam kegiatan bisnis mereka, umat Allah harus menjunjung
standar keadilan Yehuwa yang luhur. (Imamat 19:35, 36; Ulangan
23:19, 20) Kaidah hukum yang mulia dan adil tersebut merupakan
berkat besar bagi orang Israel!
Hukum yang Menekankan Belas Kasihan dan
Perlakuan yang Adil dalam Perkara Hukum
13 Apakah Hukum Musa merupakan sekumpulan peraturan yang
kaku dan tak berbelas kasihan? Sama sekali tidak! Raja Daud diilhami untuk menulis, ”Hukum Yehuwa itu sempurna.” (Mazmur
19:7) Sebagaimana yang ia ketahui dengan baik, Hukum menjunjung belas kasihan dan perlakuan yang adil. Dengan cara bagaimana?
14 Di beberapa negeri dewasa ini, hukum tampak lebih lunak dan
memihak kepada para penjahat daripada menunjukkan kepedulian
kepada para korbannya. Sebagai contoh, si pencuri mungkin menghabiskan waktu di penjara. Sementara itu, si korban tetap kehilangan barang-barangnya yang dicuri, dan masih harus membayar pajak yang nantinya digunakan untuk mengakomodasi dan memberi
makan penjahat tersebut. Di Israel zaman dahulu, tidak ada penjara seperti yang kita kenal sekarang. Ada batasan yang ketat sehubungan dengan kerasnya hukuman. (Ulangan 25:1-3) Seorang pencuri harus memberi ganti rugi kepada sang korban atas apa yang
telah dicuri. Selain itu, si pencuri harus memberikan bayaran tambahan. Berapa banyak? Jumlahnya bervariasi. Tampaknya, para hakim diberi keleluasaan untuk menimbang sejumlah faktor, seperti
pertobatan si pedosa. Hal tersebut membantu kita mengerti mengapa ganti rugi yang dituntut dari seorang pencuri berdasarkan
13, 14. Bagaimana Hukum menjunjung perlakuan yang adil terhadap pencuri dan korbannya?
134
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Imamat 6:1-7 jauh lebih murah daripada yang dinyatakan dalam
Keluaran 22:7.
15 Hukum dengan berbelas kasihan mengakui bahwa tidak semua kesalahan dilakukan dengan sengaja. Misalnya, sewaktu seorang pria secara tidak sengaja membunuh seseorang, ia tidak harus membayar jiwa ganti jiwa apabila ia mengambil tindakan yang
tepat dengan lari ke salah satu kota perlindungan yang tersebar di
seluruh Israel. Setelah para hakim yang cakap memeriksa kasusnya,
ia harus tetap tinggal di kota perlindungan sampai sang imam besar
meninggal. Setelah itu, ia bebas tinggal di mana pun ia suka. Dengan demikian, ia mendapat manfaat dari belas kasihan ilahi. Pada
waktu yang sama, hukum itu menandaskan betapa besar nilai kehidupan manusia itu.—Bilangan 15:30, 31; 35:12-25.
16 Hukum melindungi hak-hak pribadi. Perhatikan caranya hukum melindungi orang yang berutang. Hukum melarang seorang
pemberi utang masuk ke rumah orang yang berutang untuk mengambil dengan paksa barang yang digunakan sebagai jaminan pinjaman. Sebaliknya, si pemberi utang harus tetap tinggal di luar dan
membiarkan orang yang berutang menyerahkan jaminan tersebut
kepadanya. Dengan demikian, rumah orang tersebut tetap terhormat. Jika si pemberi utang mengambil pakaian luar orang yang
berutang sebagai jaminan, ia harus mengembalikannya pada waktu senja, karena orang yang berutang tersebut kemungkinan besar
memerlukannya untuk menghangatkan dirinya pada malam hari.
—Ulangan 24:10-14.
17 Peperangan pun diatur oleh Hukum. Umat Allah berperang, bukan semata-mata guna memuaskan nafsu untuk berkuasa atau menaklukkan, melainkan untuk bertindak sebagai wakil Allah dalam
”Perang Yehuwa”. (Bilangan 21:14) Dalam banyak kasus, orang Israel pertama-tama harus menawarkan syarat-syarat untuk menyerah.
Jika sebuah kota menolak tawaran tersebut, barulah orang Israel dapat mengepungnya—tetapi, menurut peraturan Allah. Tidak seperti banyak prajurit sepanjang sejarah, pria-pria dalam bala tenta15. Bagaimana Hukum menjamin belas kasihan dan keadilan bagi seseorang yang secara tidak sengaja melakukan pembunuhan?
16. Bagaimana Hukum melindungi beberapa hak pribadi?
17, 18. Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peperangan, bagaimana orang Israel berbeda dengan bangsa-bangsa lain, dan mengapa?
”HUKUM YEHUWA ITU SEMPURNA”
135
ra Israel tidak diperbolehkan memperkosa wanita atau melakukan
pembantaian yang sewenang-wenang. Mereka bahkan harus menghargai lingkungan, tidak menebang pohon buah-buahan musuh
mereka.1 Bala tentara bangsa lain tidak memiliki pembatasan semacam itu.—Ulangan 20:10-15, 19, 20; 21:10-13.
18 Apakah Saudara bergidik sewaktu mendengar bahwa di beberapa negeri, anak-anak pun dilatih untuk menjadi tentara? Di Israel
zaman dahulu, tidak ada pria yang berusia di bawah 20 tahun yang
direkrut untuk menjadi tentara. (Bilangan 1:2, 3) Bahkan seorang
pria dewasa dibebastugaskan jika ia ditimpa rasa takut yang berlebihan. Seorang pria yang baru menikah dibebastugaskan selama setahun penuh sehingga sebelum memulai tugas yang berbahaya ini,
ia bisa melihat kelahiran seorang ahli warisnya. Dengan cara ini,
Hukum menjelaskan, sang suami yang masih muda dapat ”menyukakan hati” istri yang baru dinikahinya.—Ulangan 20:5, 6, 8; 24:5.
19 Hukum juga melindungi para wanita, anak-anak, dan keluarga,
serta memperhatikan mereka. Hukum memerintahkan para orang
tua untuk terus-menerus memberikan perhatian dan pengajaran
tentang hal-hal rohani kepada anak-anak mereka. (Ulangan 6:6, 7)
Hukum melarangkan semua bentuk inses, dengan ancaman hukuman mati. (Imamat, pasal 18) Hukum juga melarangkan perzinaan, yang begitu sering memecah belah keluarga dan menghancurkan keamanan dan martabat keluarga. Para janda dan anak yatim
diperhatikan dalam Hukum, dan Hukum menggunakan pernyataan-pernyataan yang paling keras untuk melarangkan perlakuan buruk terhadap mereka.—Keluaran 20:14; 22:22-24.
20 Akan tetapi, sehubungan dengan hal ini, beberapa orang
mungkin bertanya-tanya, ’Mengapa Hukum memperbolehkan
1 Hukum dengan lugas bertanya, ”Apakah pohon di padang itu manusia, yang
harus kaukepung?” (Ulangan 20:19) Filo, seorang pakar Yahudi pada abad pertama, menyorot hukum ini dan menjelaskan bahwa Allah menganggap ”tidak adil
jika kemarahan terhadap manusia harus dilampiaskan kepada benda-benda yang
tidak bersalah atas kejahatan apa pun”.
19. Apa yang tercakup dalam Hukum untuk melindungi para wanita, anak-anak, keluarga, janda, dan anak yatim?
20, 21. (a) Mengapa Hukum Musa memperbolehkan poligami di antara orang Israel? (b) Sehubungan dengan perceraian, mengapa Hukum berbeda dengan standar yang belakangan Yesus pulihkan?
136
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
poligami?’ (Ulangan 21:15-17) Kita perlu mempertimbangkan hukum-hukum yang mengatur hal ini dalam konteks zaman itu. Mereka yang menilai Hukum Musa dari sudut pandang zaman dan kebudayaan modern pasti akan menyalahartikannya. (Amsal 18:13)
Standar-standar Yehuwa, yang dahulu ditetapkan di Eden, membuat pernikahan menjadi suatu ikatan yang langgeng antara satu
suami dan satu istri. (Kejadian 2:18, 20-24) Akan tetapi, pada waktu Yehuwa memberikan Hukum kepada bangsa Israel, praktek-praktek seperti poligami telah berurat berakar selama berabad-abad. Yehuwa tahu betul bahwa ’umat-Nya yang tegar tengkuk’ akan sering
gagal menaati perintah-perintah yang bahkan paling mendasar, seperti perintah yang melarangkan penyembahan berhala. (Keluaran
32:9) Oleh karena itu, dengan bijaksana Ia tidak memilih zaman itu
sebagai waktu untuk mereformasi semua praktek mereka yang berhubungan dengan perkawinan. Namun, ingatlah bahwa Yehuwa tidak menyelenggarakan poligami. Ia menggunakan Hukum Musa
untuk menertibkan poligami di antara umat-Nya dan untuk mencegah perlakuan sewenang-wenang akibat praktek tersebut.
21 Demikian pula, Hukum Musa memperbolehkan seorang pria
menceraikan istrinya berdasarkan alasan-alasan serius yang cukup
banyak ragamnya. (Ulangan 24:1-4) Yesus menyebut hal ini sebagai
kelonggaran yang Allah buat bagi orang-orang Yahudi ”oleh karena
kedegilan hati [mereka]”. Tetapi, kelonggaran tersebut hanya bersifat sementara. Bagi para pengikutnya, Yesus memulihkan standarstandar Yehuwa yang semula untuk perkawinan.—Matius 19:8.
Hukum yang Menjunjung Kasih
Dapatkah Saudara membayangkan suatu sistem hukum zaman
modern yang menganjurkan kasih? Hukum Musa menjunjung kasih di atas segala hal lain. Buktinya, dalam buku Ulangan saja, kata
”kasih” muncul lebih dari 20 kali dalam berbagai bentuk. ”Engkau
harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri” adalah perintah terbesar kedua dari seluruh Hukum. (Imamat 19:18; Matius 22:
37-40) Umat Allah harus menunjukkan kasih seperti itu tidak hanya di kalangan mereka tetapi juga kepada penduduk asing yang
22
22. Dengan cara apa saja Hukum Musa menganjurkan kasih, dan kepada siapa saja?
”HUKUM YEHUWA ITU SEMPURNA”
137
Pertanyaan untuk Direnungkan
Imamat 19:9, 10; Ulangan 24:19 Bagaimana perasaan Saudara
terhadap Allah yang membuat hukum-hukum tersebut?
Mazmur 19:7-14 Bagaimana perasaan Daud terhadap ”hukum
Yehuwa”, dan seberapa berhargakah hendaknya hukum-hukum
Allah bagi kita?
Mikha 6:6-8 Bagaimana ayat-ayat ini membantu kita mengerti
bahwa tidaklah tepat apabila hukum-hukum Yehuwa dianggap
membebani?
Matius 23:23-39 Bagaimana orang Farisi menunjukkan bahwa
mereka gagal memahami semangat Hukum, dan bagaimana hal
itu menjadi contoh peringatan bagi kita?
berdiam di tengah-tengah mereka, mengingat bahwa orang Israel
juga pernah menjadi penduduk asing. Mereka harus menunjukkan
kasih kepada orang-orang yang miskin dan menderita, membantu
mereka secara materi dan tidak mengambil keuntungan dari penderitaan mereka. Orang Israel bahkan diperintahkan untuk memperlakukan binatang beban dengan baik hati dan timbang rasa.
—Keluaran 23:6; Imamat 19:14, 33, 34; Ulangan 22:4, 10; 24:17, 18.
23 Bangsa lain mana yang diberkati dengan kaidah hukum semacam itu? Tidaklah mengherankan jika sang pemazmur menulis, ”Betapa kucintai hukummu!” Namun, kasihnya bukanlah perasaan semata. Kasih tersebut menggerakkan dia untuk bertindak,
karena ia berjuang keras untuk menaati hukum itu dan untuk hidup selaras dengannya. Kemudian, ia melanjutkan, ”Sepanjang
hari, [hukum-Mu]lah yang kupikirkan.” (Mazmur 119:11, 97) Ya, ia
secara teratur menggunakan waktu untuk mempelajari hukum-hukum Yehuwa. Tak diragukan lagi, seraya melakukannya, kasihnya
akan hukum-hukum tersebut bertambah. Pada waktu yang sama,
kasihnya akan sang Pemberi Hukum, Allah Yehuwa, juga bertumbuh. Seraya Saudara terus mempelajari hukum-hukum ilahi, semoga Saudara juga semakin dekat kepada Yehuwa, sang Pemberi Hukum yang Agung dan Allah keadilan.
23. Penulis Mazmur 119 tergerak untuk melakukan apa, dan apa yang
dapat menjadi tekad kita?
P A S A L
1 4
Yehuwa Menyediakan
”Tebusan untuk Penukar
bagi Banyak Orang”
”SEMUA ciptaan sama-sama terus mengerang dan sama-sama berada dalam kesakitan.” (Roma 8:22) Melalui kata-kata tersebut, rasul Paulus melukiskan keadaan menyedihkan yang kita alami.
Dari sudut pandangan manusia, kelihatannya tidak ada jalan keluar dari penderitaan, dosa, dan kematian. Tetapi, Yehuwa tidak
memiliki keterbatasan manusia. (Bilangan 23:19) Allah keadilan
memberi kita jalan keluar dari penderitaan. Jalan keluar itu disebut tebusan.
2 Tebusan adalah pemberian Yehuwa yang terbesar bagi umat
manusia. Tebusan memungkinkan pembebasan kita dari dosa dan
kematian. (Efesus 1:7) Penyelenggaraan tersebut merupakan dasar
bagi harapan kehidupan abadi, apakah itu di surga atau di bumi
firdaus. (Lukas 23:43; Yohanes 3:16; 1 Petrus 1:4) Namun, apa sebenarnya tebusan itu? Bagaimana tebusan mengajar kita tentang
keadilan Yehuwa yang tertinggi?
Timbulnya Kebutuhan akan Tebusan
Tebusan dibutuhkan karena adanya dosa Adam. Dengan tidak menaati Allah, Adam mewariskan penyakit, dukacita, penderitaan, dan kematian kepada keturunannya. (Kejadian 2:17; Roma
8:20) Allah tidak dapat menyerah kepada perasaan dan melunakkan saja hukuman mati. Berbuat demikian berarti mengabaikan
hukum-Nya sendiri, ”Upah yang dibayarkan oleh dosa adalah kematian.” (Roma 6:23) Jika Yehuwa tidak memberlakukan standarstandar keadilan-Nya sendiri, kekacauan dan pelanggaran hukum
akan terjadi secara universal!
3
1, 2. Bagaimana Alkitab melukiskan keadaan umat manusia, dan apa
jalan keluar satu-satunya?
3. (a) Mengapa tebusan dibutuhkan? (b) Mengapa Allah tidak dapat
melunakkan saja hukuman mati atas keturunan Adam?
YEHUWA MENYEDIAKAN TEBUSAN
139
4 Seperti yang kita lihat di Pasal 12, pemberontakan di Eden menimbulkan sengketa-sengketa yang lebih besar lagi. Setan mencoreng nama baik Allah. Pada dasarnya, ia menuduh Yehuwa sebagai
pendusta dan diktator kejam yang merampas kebebasan makhlukmakhluk ciptaan-Nya. (Kejadian 3:1-5) Karena seolah-olah telah
berhasil merintangi maksud-tujuan Allah untuk memenuhi bumi
ini dengan umat manusia yang adil-benar, Setan juga mengecap
bahwa Allah telah gagal. (Kejadian 1:28; Yesaya 55:10, 11) Seandainya Yehuwa membiarkan tantangan-tantangan ini tetap tak terjawab, kemungkinan besar banyak dari makhluk ciptaan-Nya yang
cerdas akan kehilangan banyak kepercayaan kepada kepemimpinan-Nya.
5 Setan juga memfitnah hamba-hamba Yehuwa yang loyal, menuduh bahwa mereka melayani Dia hanya karena motif-motif yang mementingkan diri dan bahwa jika berada di bawah tekanan, tak seorang pun akan tetap setia kepada Allah. (Ayub 1:
9-11) Sengketa-sengketa ini jauh lebih penting daripada kesulitan
yang dialami umat manusia. Karena itu, sudah sepantasnya Yehuwa merasa berkewajiban untuk menjawab tuduhan dan fitnahan
Setan. Namun, bagaimana Allah dapat menyelesaikan sengketasengketa tersebut dan sekaligus menyelamatkan umat manusia?
Tebusan—Pengganti yang Senilai
Solusi yang Yehuwa ambil sangat menonjolkan belas kasihan dan sepenuhnya adil—pemecahan yang tidak pernah dapat dibuat oleh manusia mana pun. Namun, solusi itu sederhana sekaligus brilian. Solusi tersebut memiliki beragam sebutan, yaitu suatu
pembelian, perukunan, penebusan, dan pendamaian. (Mazmur
49:8; Daniel 9:24; Galatia 3:13; Kolose 1:20; Ibrani 2:17) Akan tetapi, kata yang mungkin paling tepat untuk melukiskan masalahnya adalah kata yang Yesus sendiri gunakan. Ia mengatakan, ”Putra manusia datang, bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani
6
4, 5. (a) Bagaimana Setan memfitnah Allah, dan mengapa Yehuwa
berkewajiban untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut? (b) Apa
yang Setan tuduhkan terhadap hamba-hamba Yehuwa yang loyal?
6. Apa beberapa kata yang digunakan di dalam Alkitab untuk melukiskan sarana yang Allah gunakan untuk menyelamatkan umat manusia?
YEHUWA MENYEDIAKAN TEBUSAN
141
dan memberikan jiwanya sebagai tebusan [Yunani, ly1tron] untuk
penukar bagi banyak orang.”—Matius 20:28.
7 Apakah tebusan itu? Kata Yunani yang digunakan di sini berasal dari kata kerja yang berarti ”melepaskan, membebaskan”.
Kata ini digunakan untuk menggambarkan uang yang dibayarkan sebagai penukar guna membebaskan tawanan perang. Kalau
begitu, pada dasarnya tebusan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dibayarkan untuk membeli kembali sesuatu. Dalam Kitab-Kitab Ibrani, kata untuk ”tebusan” (ko1fer) berasal dari sebuah
kata kerja yang berarti ”menutupi”. Sebagai contoh, Allah memberi tahu Nuh bahwa ia harus ”menutupi” (suatu bentuk dari kata
yang sama) bahtera dengan ter. (Kejadian 6:14) Hal ini membantu kita mengerti bahwa tebusan juga berarti menutupi dosa.—Mazmur 65:3.
8 Yang menarik ialah Theological Dictionary of the New Testament menyatakan bahwa kata ini (ko1fer) ”selalu mengindikasikan
adanya sesuatu yang senilai”, atau sesuatu yang sepadan. Sebagai
contoh, penutup tabut perjanjian memiliki bentuk yang sepadan
dengan tabut itu sendiri. Demikian pula, agar dapat menebus,
atau menutupi, dosa, harga yang dibayarkan haruslah sepenuhnya
sepadan dengan, atau benar-benar menutupi, kerusakan yang disebabkan oleh dosa. Oleh karena itu, Hukum Allah kepada orang
Israel menyatakan, ”Jiwa ganti jiwa, mata ganti mata, gigi ganti
gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.”—Ulangan 19:21.
9 Orang-orang yang setia sejak Habel dan seterusnya, mempersembahkan korban-korban binatang kepada Allah. Dengan melakukan hal itu, mereka mempertunjukkan bahwa mereka sadar
akan dosa dan akan kebutuhan untuk ditebus, dan mereka memperlihatkan iman akan janji Allah untuk mengadakan pembebasan melalui ’benih’-Nya. (Kejadian 3:15; 4:1-4; Imamat 17:11;
7, 8. (a) Apa arti kata ”tebusan” dalam Tulisan-Tulisan Kudus?
(b) Bagaimana tebusan berkaitan dengan sesuatu yang senilai?
9. Mengapa orang-orang yang setia mempersembahkan korban-korban binatang, dan bagaimana Yehuwa memandang korban-korban semacam itu?
”Tebusan yang sepadan bagi semua orang”
142
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Ibrani 11:4) Yehuwa memandang korban-korban tersebut dengan
perkenan dan memberi para penyembah ini kedudukan yang baik
di hadapan-Nya. Meskipun demikian, persembahan-persembahan
binatang ini, yang terbaik pun, hanyalah gambaran semata. Binatang tidak dapat benar-benar menutupi dosa manusia, karena binatang lebih rendah daripada manusia. (Mazmur 8:4-8) Oleh karena itu, Alkitab mengatakan, ”Tidak mungkin darah lembu jantan
dan darah kambing menyingkirkan dosa.” (Ibrani 10:1- 4) Korbankorban tersebut hanyalah gambaran, atau lambang, korban tebusan sebenarnya yang akan datang.
”Tebusan yang Sepadan”
”Semua manusia mati sehubungan dengan Adam,” kata rasul Paulus. (1 Korintus 15:22) Jadi, tebusan haruslah melibatkan
kematian seseorang yang persis sama dengan Adam—seorang manusia sempurna. (Roma 5:14) Tak ada makhluk lain yang dapat
menyeimbangkan neraca keadilan. Hanya seorang manusia sempurna, seseorang yang tidak berada di bawah hukuman mati akibat dosa Adam, yang dapat memberikan ”tebusan yang sepadan”
—tebusan yang benar-benar sepadan dengan Adam. (1 Timotius
2:6) Untuk menyediakan tebusan yang sepadan bagi setiap keturunan Adam, jutaan manusia yang tak terhitung banyaknya tidak perlu dikorbankan. Rasul Paulus menjelaskan, ”Dosa masuk
ke dalam dunia melalui satu orang [Adam] dan kematian, melalui dosa.” (Roma 5:12) Dan, ”mengingat kematian datang melalui
seorang manusia”, Allah menyelenggarakan penebusan bagi umat
manusia ”melalui seorang manusia”. (1 Korintus 15:21) Bagaimana caranya?
11 Yehuwa mengatur agar ada seorang manusia sempurna yang
dengan rela mau mengorbankan kehidupannya. Menurut Roma
6:23, ”upah yang dibayarkan oleh dosa adalah kematian”. Dalam
mengorbankan kehidupannya, sang penebus akan ”mengecap kematian bagi setiap orang”. Dengan kata lain, ia akan membayar
10
10. (a) Sang penebus dosa harus sepadan dengan siapa, dan mengapa? (b) Mengapa hanya satu korban manusia yang diperlukan?
11. (a) Bagaimana sang penebus akan ”mengecap kematian bagi setiap orang”? (b) Mengapa Adam dan Hawa tidak mungkin mendapat
manfaat dari tebusan? (Lihat catatan kaki.)
YEHUWA MENYEDIAKAN TEBUSAN
143
upah untuk dosa Adam. (Ibrani 2:9; 2 Korintus 5:21; 1 Petrus 2:24)
Pembayaran tersebut akan menghasilkan dampak hukum yang
menyeluruh. Dengan membatalkan hukuman mati atas keturunan Adam yang taat, tebusan tersebut akan menyingkirkan kuasa
dosa yang merusak, langsung dari sumbernya.1—Roma 5:16.
12 Sebagai ilustrasi: Bayangkanlah diri Saudara tinggal di sebuah
kota yang sebagian besar penduduknya bekerja di sebuah pabrik
besar. Saudara dan tetangga-tetangga Saudara yang bekerja di sana
mendapat upah yang bagus sehingga bisa menikmati kehidupan
yang nyaman. Keadaan tersebut terus berlangsung sampai suatu
hari pabrik itu ditutup. Alasannya? Sang manajer pabrik melakukan korupsi, yang mengakibatkan bisnis tersebut gulung tikar. Karena tiba-tiba kehilangan pekerjaan, Saudara dan tetangga-tetangga Saudara tidak dapat membayar tagihan-tagihan. Teman hidup,
anak-anak, dan para kreditor menderita akibat korupsi satu pria
tersebut. Apakah ada jalan keluarnya? Ya! Seorang dermawan yang
kaya raya memutuskan untuk turun tangan. Ia menyadari besarnya nilai perusahaan tersebut. Ia juga berempati terhadap karyawannya yang banyak serta keluarga mereka. Jadi, ia mengatur
agar utang perusahaan itu dilunasi dan pabrik itu dibuka kembali. Pembatalan utang itu mendatangkan kelegaan bagi para karyawan tersebut dan keluarga mereka serta para kreditor. Dengan
cara serupa, pembatalan utang Adam membawa manfaat bagi jutaan orang yang tak terhitung banyaknya.
Siapa yang Menyediakan Tebusan?
Hanya Yehuwa yang dapat menyediakan ”Anak Domba . . .
yang menyingkirkan dosa dunia”. (Yohanes 1:29) Tetapi, Allah
13
1 Adam dan Hawa tidak mungkin mendapat manfaat dari tebusan. Sehubungan dengan orang yang membunuh dengan sengaja, Hukum Musa menetapkan
prinsip ini, ”Jangan menerima tebusan bagi jiwa seorang pembunuh yang patut
mati.” (Bilangan 35:31) Jelaslah, Adam dan Hawa pantas mati karena mereka melawan Allah dengan sengaja dan secara sadar. Dengan demikian, mereka melepaskan prospek kehidupan abadi mereka.
12. Ilustrasikanlah bagaimana membayar utang satu orang bisa membawa manfaat bagi banyak orang.
13, 14. (a) Bagaimana Yehuwa menyediakan tebusan bagi umat manusia? (b) Kepada siapa tebusan dibayarkan, dan mengapa pembayaran semacam itu perlu?
144
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
tidak mengutus sembarang malaikat untuk menyelamatkan umat
manusia. Malah, Ia mengutus Pribadi yang dapat memberikan jawaban yang tuntas dan pasti atas tuduhan Setan terhadap hambahamba Yehuwa. Ya, Yehuwa membuat pengorbanan terbesar dengan mengutus Putra satu-satunya yang diperanakkan, ”pribadi
yang secara khusus sangat ia sukai”. (Amsal 8:30) Dengan rela,
Putra Allah ”mengosongkan dirinya” dari kodrat surgawinya. (Filipi 2:7) Secara mukjizat, Yehuwa memindahkan kehidupan dan
pola kepribadian Putra sulung surgawi-Nya ke dalam rahim seorang perawan Yahudi bernama Maria. (Lukas 1:27, 35) Sebagai
seorang manusia, ia akan dinamai Yesus. Namun, dalam pengertian hukum, ia dapat disebut Adam kedua, karena ia benar-benar sepadan dengan Adam. (1 Korintus 15:45, 47) Oleh karena itu, Yesus
dapat mempersembahkan dirinya sebagai korban untuk menebus
umat manusia yang berdosa.
14 Kepada siapa tebusan akan dibayarkan? Secara spesifik, Mazmur 49:7 mengatakan bahwa tebusan dibayarkan ”kepada Allah”.
Akan tetapi, bukankah Yehuwa sendiri yang sejak semula menyelenggarakan tebusan? Ya, tetapi hal itu tidak mengurangi nilai tebusan sehingga menjadi suatu pertukaran kosong yang bersifat mekanis belaka—seperti mengeluarkan uang dari satu kantong
dan menaruhnya ke kantong lain. Perlu dipahami bahwa tebusan adalah, bukan pertukaran yang bersifat fisik, melainkan suatu transaksi hukum. Dengan menyediakan pembayaran tebusan,
meski harganya teramat mahal bagi diri-Nya, Yehuwa menegaskan keterpautan-Nya yang tak tergoyahkan terhadap keadilan-Nya
yang sempurna.—Kejadian 22:7, 8, 11-13; Ibrani 11:17; Yakobus
1:17.
15 Pada musim semi tahun 33 M, Yesus Kristus dengan rela mengalami cobaan hebat yang mengarah kepada pembayaran tebusan
itu. Ia membiarkan dirinya ditangkap atas dasar tuduhan palsu,
dinyatakan bersalah, dan akhirnya dipakukan pada sebuah tiang
eksekusi. Apakah Yesus benar-benar perlu menderita sehebat itu?
Ya, karena sengketa integritas hamba-hamba Allah harus diselesaikan. Menarik sekali, Allah tidak membiarkan Yesus yang masih
kanak-kanak dibunuh oleh Herodes. (Matius 2:13-18) Namun, ke15. Mengapa Yesus perlu menderita dan mati?
YEHUWA MENYEDIAKAN TEBUSAN
145
tika sudah dewasa, Yesus sanggup menahan serangan habis-habisan dari Setan dengan memahami sepenuhnya sengketa-sengketa
yang terlibat.1 Dengan tetap ”loyal, tanpa kecurangan, tidak tercemar, terpisah dari orang-orang berdosa” meskipun menerima perlakuan yang mengerikan, Yesus membuktikan secara tuntas dan
dramatis bahwa Yehuwa memang memiliki hamba-hamba yang
tetap setia di bawah ujian. (Ibrani 7:26) Jadi, tidaklah mengherankan bahwa sesaat sebelum kematiannya, Yesus memekikkan seruan kemenangan, ”Sudah terlaksana!”—Yohanes 19:30.
Menyelesaikan Pekerjaan Penebusannya
Yesus masih harus menyelesaikan pekerjaan penebusannya.
Pada hari ketiga setelah kematian Yesus, Yehuwa membangkitkan
dia dari antara orang mati. (Kisah 3:15; 10:40) Melalui tindakan
yang sangat penting ini, Yehuwa tidak hanya mengupahi PutraNya atas dinasnya yang setia tetapi juga memberinya kesempatan
untuk menyelesaikan pekerjaan penebusannya sebagai Imam Besar Allah. (Roma 1:4; 1 Korintus 15:3-8) Rasul Paulus menjelaskan, ”Ketika Kristus datang sebagai imam besar . . . , ia masuk, bukan dengan darah kambing dan darah lembu jantan muda, tetapi
dengan darahnya sendiri, sekali untuk selamanya ke dalam tempat kudus, dan memperoleh pembebasan abadi bagi kita. Karena
Kristus tidak masuk ke suatu tempat kudus yang dibuat dengan
tangan, yang adalah tiruan dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam surga itu sendiri, untuk menghadap pribadi Allah bagi kita.”
—Ibrani 9:11, 12, 24.
17 Kristus tidak dapat membawa darah harfiahnya ke surga. (1 Korintus 15:50) Sebaliknya, ia membawa apa yang dilambangkan
16
1 Agar dapat mengimbangi dosa Adam, Yesus harus mati, bukan sebagai anak
kecil yang sempurna, melainkan sebagai pria yang sempurna. Ingatlah, Adam
berbuat dosa dengan sengaja, melakukan hal itu dengan mengetahui sepenuhnya keseriusan dan konsekuensi perbuatannya itu. Jadi, untuk menjadi ”Adam
yang terakhir” dan menutupi dosa tersebut, Yesus harus membuat pilihan yang
matang dan terinformasi guna mempertahankan integritasnya kepada Yehuwa. (1 Korintus 15:45, 47) Dengan demikian, seluruh haluan kehidupan Yesus
yang setia—termasuk kematiannya sebagai korban—menjadi ”satu tindakan yang
menghasilkan pembenaran”.—Roma 5:18, 19.
16, 17. (a) Bagaimana Yesus melanjutkan pekerjaan penebusannya?
(b) Mengapa Yesus perlu menghadap ”pribadi Allah bagi kita”?
146
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
oleh darah itu: nilai legal kehidupan manusianya yang sempurna
yang dikorbankan. Kemudian, di hadapan pribadi Allah, ia secara
resmi mempersembahkan nilai kehidupan tersebut sebagai tebusan untuk penukar bagi umat manusia yang berdosa. Apakah Yehuwa menerima korban tersebut? Ya, dan hal ini menjadi nyata pada
Pentakosta tahun 33 M, ketika roh kudus dicurahkan ke atas sekitar 120 murid di Yerusalem. (Kisah 2:1-4) Meski sangat menggetarkan, peristiwa itu barulah awal dari manfaat-manfaat menakjubkan yang dihasilkan oleh tebusan.
Manfaat Tebusan
Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Paulus menjelaskan
bahwa Allah menganggap baik untuk merukunkan segala hal lain
dengan diri-Nya melalui Kristus dengan mengadakan perdamaian melalui darah yang Yesus curahkan di tiang siksaan. Paulus
juga menjelaskan bahwa perukunan ini melibatkan dua kelompok
orang, yaitu ”perkara-perkara di surga” dan ”perkara-perkara di bumi”. (Kolose 1:19, 20; Efesus 1:10) Kelompok pertama terdiri dari
144.000 orang Kristen yang diberi harapan untuk melayani sebagai imam surgawi dan memerintah sebagai raja atas bumi bersama
Kristus Yesus. (Penyingkapan 5:9, 10; 7:4; 14:1-3) Melalui mereka,
manfaat-manfaat tebusan akan secara bertahap diberikan kepada
umat manusia yang taat selama periode seribu tahun.—1 Korintus
15:24-26; Penyingkapan 20:6; 21:3, 4.
19 ”Perkara-perkara di bumi” adalah orang-orang yang akan menikmati kehidupan yang sempurna di Firdaus bumi. Penyingkapan 7:9-17 menggambarkan mereka sebagai ”suatu kumpulan besar” yang akan selamat melewati ”kesengsaraan besar” yang akan
datang. Namun, mereka tidak harus menunggu sampai saat itu
untuk dapat menikmati manfaat-manfaat tebusan. Mereka sudah
”mencuci jubah mereka dan membuatnya putih dalam darah
Anak Domba”. Karena menjalankan iman akan tebusan, sekarang
pun mereka menerima manfaat-manfaat rohani dari persediaan
18
18, 19. (a) Dua kelompok orang mana yang mendapat manfaat dari
perukunan yang dimungkinkan oleh darah Kristus? (b) Bagi mereka
yang tergabung dalam ”kumpulan besar”, apa beberapa manfaat tebusan di masa sekarang maupun di masa depan?
YEHUWA MENYEDIAKAN TEBUSAN
147
Pertanyaan untuk Direnungkan
Bilangan 3:39-51 Mengapa tebusan perlu benar-benar senilai?
Mazmur 49:7, 8 Mengapa kita berutang kepada Allah yang
telah menyediakan tebusan?
Yesaya 43:25 Bagaimana ayat ini membantu kita mengerti
bahwa keselamatan manusia bukanlah alasan utama Yehuwa
menyediakan tebusan?
1 Korintus 6:20 Tebusan hendaknya memiliki pengaruh apa
atas tingkah laku dan gaya hidup kita?
yang pengasih tersebut. Mereka telah dinyatakan adil-benar sebagai sahabat-sahabat Allah! (Yakobus 2:23) Sebagai hasil pengorbanan Yesus, mereka ’dengan kebebasan berbicara dapat mendekati takhta kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh’. (Ibrani
4:14-16) Sewaktu berbuat salah, mereka menerima pengampunan
yang sejati. (Efesus 1:7) Meski tak sempurna, mereka menikmati
hati nurani yang bersih. (Ibrani 9:9; 10:22; 1 Petrus 3:21) Dengan
demikian, dirukunkan dengan Allah bukanlah suatu perkembangan yang masih harus ditunggu, melainkan suatu kenyataan yang
sudah ada sekarang! (2 Korintus 5:19, 20) Selama Milenium, secara bertahap mereka akan ”dimerdekakan dari keadaan sebagai budak kefanaan” dan akhirnya akan ”mendapat kemerdekaan yang
mulia sebagai anak-anak Allah”.—Roma 8:21.
20 ”Syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus” atas penyelenggaraan tebusan! (Roma 7:25) Tebusan, sederhana prinsipnya, tetapi
cukup mendalam untuk membuat kita takjub. (Roma 11:33) Dan,
jika kita merenungkannya dengan penuh penghargaan, tebusan
akan menyentuh hati kita, membuat kita semakin dekat kepada
Allah keadilan. Seperti sang pemazmur, kita memiliki alasan kuat
untuk memuji Yehuwa sebagai ”pencinta keadilbenaran dan keadilan”.—Mazmur 33:5.
20. Bagaimana perenungan tentang tebusan dapat mempengaruhi
Saudara secara pribadi?
P A S A L
1 5
Yesus ”Menegakkan Keadilan
di Bumi”
YESUS kelihatan marah—dan dengan alasan yang kuat. Saudara
bisa jadi sulit membayangkan dia dalam keadaan seperti itu, karena ia adalah pria yang berwatak sangat lembut. (Matius 21:5) Tentu saja, ia tetap terkendali sepenuhnya karena kemarahannya adilbenar.1 Tetapi, apa yang telah membuat pria yang cinta damai ini
begitu marah? Suatu perkara yang benar-benar tidak adil.
2 Bait di Yerusalem sangat Yesus kasihi. Di seluruh dunia, bait itu
adalah satu-satunya tempat suci yang dibaktikan untuk ibadat kepada Bapak surgawinya. Orang Yahudi dari berbagai negeri mengadakan perjalanan yang sangat jauh untuk beribadat di sana. Orang
Kafir yang takut akan Allah pun datang, ke halaman bait yang dikhususkan bagi mereka. Namun, pada awal pelayanannya, Yesus
memasuki wilayah bait dan disuguhi suatu pemandangan yang
mengejutkan. Astaga, tempat itu lebih cocok disebut pasar daripada rumah ibadat! Tempat itu penuh dengan pedagang dan pialang
uang. Tetapi, dimana letak ketidakadilannya? Bagi mereka ini, bait
Allah hanyalah tempat untuk memanfaatkan orang-orang—bahkan, merampok mereka. Mengapa demikian?—Yohanes 2:14.
3 Para pemimpin agama telah menetapkan bahwa hanya satu jenis uang logam khusus yang dapat digunakan untuk membayar
pajak bait. Para pengunjung harus menukar uang mereka guna
mendapatkan uang logam tersebut. Jadi, para penukar uang menempatkan meja-meja mereka tepat di dalam bait dan memasang
tarif bagi setiap transaksi. Usaha penjualan binatang juga amat
menguntungkan. Para pengunjung yang ingin mempersembah1 Dalam mempertunjukkan kemarahan yang adil-benar, Yesus seperti Yehuwa,
yang ”siap menyatakan kemurkaan” terhadap semua kefasikan. (Nahum 1:2) Misalnya, setelah Yehuwa memberi tahu umat-Nya yang suka melawan bahwa mereka telah membuat rumah-Nya menjadi ”gua perampok”, Ia berkata, ”Kemarahanku dan kemurkaanku akan dicurahkan ke atas tempat ini.”—Yeremia 7:11, 20.
1, 2. Pada peristiwa apa Yesus menjadi marah, dan mengapa?
3, 4. Pemerasan yang tamak apa terjadi di rumah Yehuwa, dan tindakan apa yang Yesus ambil untuk membereskan masalah itu?
YESUS ”MENEGAKKAN KEADILAN DI BUMI”
149
kan korban dapat membeli binatang dari pedagang mana pun di
kota, tetapi para petugas bait akan serta-merta menolak persembahan mereka karena menganggapnya tidak pantas. Akan tetapi,
persembahan yang dibeli di tempat itu, di wilayah bait, sudah pasti
akan diterima. Karena orang-orang tersebut sepenuhnya berada dalam kekuasaan mereka, kadang-kadang para pedagang mematok
harga yang sangat tinggi.1 Praktek itu lebih buruk daripada perdagangan yang bejat. Praktek itu sama saja dengan perampokan!
4 Yesus tidak dapat mentoleransi ketidakadilan semacam itu. Tempat itu adalah rumah Bapaknya sendiri! Ia membuat sebuah cambuk dari tali dan mengusir kawanan lembu dan domba ke luar bait.
Kemudian, ia melangkah ke arah para penukar uang dan menjungkirbalikkan meja-meja mereka. Bayangkan uang-uang logam itu semuanya jatuh berhamburan di lantai marmer! Dengan tegas, ia
memerintahkan para penjual merpati, ”Singkirkan semuanya ini
dari sini!” (Yohanes 2:15, 16) Tampaknya, tak seorang pun berani
menentang pria yang berani ini.
”Bagaimana Bapak, Begitu Pula Anak”
Tentu saja, para pedagang itu kembali. Sekitar tiga tahun kemudian, Yesus kembali berurusan dengan ketidakadilan yang sama,
kali ini ia mengutip kata-kata Yehuwa sendiri yang mengutuk
orang-orang yang membuat rumah-Nya menjadi ”gua perampok”.
(Matius 21:13; Yeremia 7:11) Ya, sewaktu melihat pemerasan yang
tamak terhadap orang-orang dan pencemaran bait Allah, Yesus memiliki perasaan yang sama dengan Bapaknya. Dan, hal itu tidaklah mengherankan! Selama jutaan tahun yang tak terhitung banyaknya, Yesus telah diajar oleh Bapak surgawinya. Hasilnya, rasa
5
1 Menurut Misnah, beberapa tahun kemudian timbul suatu aksi protes terhadap tingginya harga merpati yang dijual di bait. Harganya langsung diturunkan
sebanyak kira-kira 99 persen! Pihak mana yang paling diuntungkan dari perdagangan yang menggiurkan ini? Beberapa sejarawan berpendapat bahwa pasar-pasar di bait dimiliki oleh rumah tangga Imam Besar Hanas, menjadi sumber sebagian besar kekayaan yang sangat banyak milik keluarga imam tersebut.—Yohanes
18:13.
5-7. (a) Bagaimana eksistensi pramanusia Yesus mempengaruhi rasa
keadilannya, dan hikmah apa yang dapat kita peroleh dengan mempelajari teladannya? (b) Bagaimana Kristus berjuang melawan ketidakadilan yang mempengaruhi kedaulatan dan nama Yehuwa?
YESUS ”MENEGAKKAN KEADILAN DI BUMI”
151
keadilan Yehuwa meresap dalam diri Yesus. Ia menjadi contoh hidup dari sebuah peribahasa Inggris: ”Like father, like son” (Bagaimana bapak, begitu pula anak). Jadi, jika kita ingin memperoleh
gambaran yang jelas mengenai sifat keadilan Yehuwa, cara terbaik
adalah memikirkan dalam-dalam teladan Yesus Kristus.—Yohanes
14:9, 10.
6 Putra Yehuwa satu-satunya yang diperanakkan hadir sewaktu
Setan secara tidak adil menyebut Allah Yehuwa sebagai pendusta
dan mempertanyakan keadilbenaran pemerintahan-Nya. Benar-benar fitnah! Sang Putra juga mendengar tantangan Setan selanjutnya bahwa tak seorang pun akan melayani Yehuwa tanpa pamrih,
bermotifkan kasih. Tuduhan-tuduhan palsu tersebut tentu saja menyakiti hati sang Putra yang adil-benar. Pastilah ia sangat tergetar
sewaktu tahu bahwa ia akan memainkan peranan kunci dalam meluruskan masalah-masalah tersebut! (2 Korintus 1:20) Bagaimana
ia akan melakukannya?
7 Seperti yang kita pelajari di Pasal 14, Yesus Kristus memberikan jawaban yang tuntas dan menentukan terhadap tuduhan Setan
yang mempertanyakan integritas makhluk-makhluk ciptaan Yehuwa. Dengan demikian, Yesus meletakkan dasar bagi pembenaran final atas kedaulatan Yehuwa dan penyucian nama-Nya. Sebagai Wakil Utama Yehuwa, Yesus akan mewujudkan keadilan ilahi di
seluruh alam semesta. (Kisah 5:31) Haluan hidupnya di bumi juga
mencerminkan keadilan ilahi. Sehubungan dengan dia, Yehuwa
berkata, ”Aku akan menaruh rohku ke atasnya, dan apa keadilan itu
akan dibuatnya jelas bagi bangsa-bangsa.” (Matius 12:18) Bagaimana Yesus menggenapi kata-kata itu?
Yesus Memperjelas ”Apa Keadilan Itu”
Yesus mengasihi Hukum Yehuwa dan hidup selaras dengannya. Namun, para pemimpin agama di zamannya memutarbalikkan dan menyalahterapkan Hukum tersebut. Yesus berkata kepada
8
8-10. (a) Bagaimana tradisi lisan para pemimpin agama Yahudi
menganjurkan agar orang-orang non-Yahudi dan kaum wanita dipandang hina? (b) Bagaimana hukum lisan mengubah hukum Sabat Yehuwa menjadi suatu beban?
”Singkirkan semuanya ini dari sini!”
152
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
mereka, ”Celaka bagimu, penulis-penulis dan orang-orang Farisi,
orang-orang munafik! . . . Kamu telah mengabaikan perkara-perkara yang lebih berbobot sehubungan dengan Hukum, yakni keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan.” (Matius 23:23) Tak diragukan
lagi, para pengajar Hukum Allah tersebut tidak memperjelas ”apa
keadilan itu”. Sebaliknya, mereka mengaburkan keadilan ilahi. Dengan cara bagaimana? Perhatikanlah beberapa contoh.
9 Yehuwa memerintahkan umat-Nya untuk menjaga diri tetap
terpisah dari bangsa-bangsa kafir di sekeliling mereka. (1 Raja 11:
1, 2) Akan tetapi, beberapa pemimpin agama yang fanatik menganjurkan orang-orang untuk memandang hina semua orang nonYahudi. Bahkan, Misnah menyertakan peraturan ini, ”Ternak tidak
boleh ditinggalkan di tempat penginapan orang kafir karena mereka diduga akan melakukan hubungan kelamin dengan binatang.”
Prasangka terhadap semua orang non-Yahudi tersebut tidak adil
dan sangat bertentangan dengan semangat Hukum Musa. (Imamat
19:34) Peraturan buatan manusia lainnya merendahkan kaum wanita. Hukum lisan mengatakan bahwa seorang istri haruslah berjalan di belakang, bukan di samping, suaminya. Seorang pria dilarang berbicara dengan seorang wanita di depan umum, bahkan
dengan istrinya sendiri. Seperti budak, wanita tidak diperbolehkan memberikan kesaksian di pengadilan. Bahkan, ada sebuah doa
resmi yang di dalamnya kaum pria bersyukur kepada Allah bahwa
mereka bukan wanita.
10 Para pemimpin agama mengubur Hukum Allah di bawah tumpukan aturan dan kaidah buatan manusia. Hukum Sabat, misalnya, hanya melarang seseorang bekerja pada hari Sabat, mengkhususkan hari itu untuk ibadat, penyegaran secara rohani, dan
istirahat. Tetapi, orang Farisi membuat hukum itu menjadi beban. Mereka beranggapan bahwa merekalah yang berhak menentukan apa sebenarnya ”bekerja” itu. Ada 39 kegiatan yang mereka
golongkan sebagai bekerja, seperti menuai atau berburu. Kategorikategori tersebut menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tiada
habisnya. Seandainya seseorang membunuh seekor kutu pada hari
Sabat, apakah ia dianggap berburu? Seandainya sambil berjalan ia
memetik segenggam biji-bijian untuk dimakan, apakah ia dianggap menuai? Seandainya ia menyembuhkan orang sakit, apakah ia
dianggap bekerja? Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditanggapi dengan sederetan peraturan yang kaku dan terperinci.
YESUS ”MENEGAKKAN KEADILAN DI BUMI”
153
11 Di tengah iklim demikian, bagaimana Yesus membantu orang
memahami apa keadilan itu? Dalam pengajarannya dan dalam cara
hidupnya, ia bersikap berani terhadap para pemimpin agama tersebut. Pertama-tama, perhatikan beberapa ajarannya. Ia terang-terangan mengutuk mereka atas peraturan buatan manusia yang tak
terhitung banyaknya dengan mengatakan, ”Kamu membuat firman Allah tidak berlaku oleh tradisimu yang kamu teruskan.”
—Markus 7:13.
12 Dengan penuh kuasa, Yesus mengajarkan bahwa orang Farisi
telah salah kaprah sehubungan dengan hukum Sabat—bahwa sesungguhnya mereka telah gagal memahami seluruh tujuan hukum
tersebut. Ia menjelaskan bahwa sang Mesias adalah ”Tuan atas hari
sabat” dan karena itu berhak untuk menyembuhkan orang pada
hari Sabat. (Matius 12:8) Guna menekankan gagasan tersebut, ia
mengadakan penyembuhan mukjizat secara terbuka pada hari Sabat. (Lukas 6:7-10) Penyembuhan tersebut merupakan gambaran
pendahuluan dari penyembuhan yang akan ia lakukan di seluas
bumi selama Pemerintahan Seribu Tahunnya. Milenium itu sendiri akan menjadi Sabat terbesar, manakala semua umat manusia
yang setia akhirnya akan beristirahat dari kerja keras selama berabad-abad di bawah beban dosa dan kematian.
13 Yesus juga memperjelas apa keadilan itu melalui sebuah hukum
baru, yaitu ”hukum Kristus”, yang diberlakukan setelah ia menyelesaikan pelayanannya di bumi. (Galatia 6:2) Berbeda dengan pendahulunya, Hukum Musa, hukum baru ini sebagian besar bergantung, bukan pada serangkaian perintah tertulis, melainkan pada
prinsip. Namun, hukum tersebut juga mencakup perintah-perintah langsung. Yesus menyebut salah satunya sebagai ”perintah
baru”. Yesus mengajar semua pengikutnya untuk mengasihi satu
sama lain sebagaimana ia telah mengasihi mereka. (Yohanes 13:
34, 35) Ya, kasih yang rela berkorban harus menjadi ciri khas semua
orang yang hidup di bawah ”hukum Kristus”.
11, 12. Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa ia menentang tradisi orang Farisi yang tidak berdasarkan Alkitab?
13. Hukum apa yang diberlakukan sebagai hasil pelayanan Kristus di
bumi, dan bagaimana hukum tersebut berbeda dengan pendahulunya?
154
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Teladan Keadilan yang Hidup
Yesus bukan sekadar mengajarkan kasih. Ia menjalankan ”hukum Kristus”. Hukum tersebut nyata dalam haluan hidupnya. Perhatikan tiga cara yang melaluinya teladan Yesus memperjelas apa
keadilan itu.
15 Pertama, Yesus berhati-hati sekali agar tidak sampai melakukan ketidakadilan. Saudara mungkin pernah memperhatikan bahwa banyak ketidakadilan terjadi apabila manusia yang tak sempurna menjadi angkuh dan melangkahi batas-batas wewenang mereka
yang patut. Yesus tidak seperti itu. Sekali peristiwa, seorang pria
mendekati Yesus dan berkata, ”Guru, suruhlah saudara laki-lakiku berbagi warisan denganku.” Tanggapan Yesus? ”Hai, pria, siapa yang mengangkat aku sebagai hakim atau juru-bagi atas kamu
sekalian?” (Lukas 12:13, 14) Bukankah hal itu sangat mengagumkan? Kecerdasan Yesus, pertimbangannya, dan bahkan tingkat wewenang yang diberikan Allah kepadanya melebihi wewenang siapa
pun di bumi ini; tetapi, ia menolak terlibat dalam urusan ini, karena ia tidak diberi wewenang khusus untuk melakukannya. Yesus selalu menunjukkan kesahajaan demikian, bahkan selama bermilenium-milenium eksistensi pramanusianya. (Yudas 9) Fakta bahwa
Yesus dengan rendah hati mengandalkan Yehuwa untuk menentukan apa keadilan itu menyingkapkan banyak hal mengenai Yesus.
16 Kedua, Yesus mempertunjukkan keadilan melalui cara ia mengabarkan kabar baik tentang Kerajaan Allah. Ia tidak berat sebelah. Malah, ia dengan sungguh-sungguh berupaya menjangkau segala macam orang, tidak soal kaya atau miskin. Sebaliknya, orang
Farisi meremehkan orang miskin dan rakyat jelata serta memberi mereka julukan yang merendahkan yaitu am-ha·a1rets, atau
”orang-orang dusun”. Yesus dengan berani meluruskan ketidakadilan tersebut. Sewaktu ia mengajarkan kabar baik kepada orangorang—atau, melakukan hal-hal yang berhubungan dengan kabar
baik itu, sewaktu ia makan bersama orang-orang, memberi mere14
14, 15. Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa ia menyadari batas
wewenangnya sendiri, dan mengapa hal itu menenteramkan hati
kita?
16, 17. (a) Bagaimana Yesus mempertunjukkan keadilan dalam
memberitakan kabar baik Kerajaan Allah? (b) Bagaimana Yesus menunjukkan bahwa rasa keadilannya berbelas kasihan?
YESUS ”MENEGAKKAN KEADILAN DI BUMI”
155
ka makanan, menyembuhkan mereka, atau bahkan membangkitkan mereka—ia menjunjung keadilan dari Allah yang ingin menjangkau ”segala macam orang”.1—1 Timotius 2:4.
17 Ketiga, rasa keadilan Yesus sepenuhnya berbelas kasihan. Ia berupaya keras untuk membantu orang-orang berdosa. (Matius 9:1113) Dengan senang hati, ia membantu orang-orang yang tak berdaya untuk melindungi diri mereka sendiri. Misalnya, Yesus
tidak ikut-ikutan dengan para pemimpin agama dalam memperkembangkan ketidakpercayaan terhadap semua orang Kafir. Ia dengan penuh belas kasihan membantu dan mengajar beberapa dari
orang-orang ini, meski misi utamanya adalah kepada orang-orang
Yahudi. Ia bersedia melakukan penyembuhan secara mukjizat bagi
seorang perwira Romawi, dengan mengatakan, ”Tidak ada seorang
pun di Israel yang padanya kutemukan iman yang begitu besar.”
—Matius 8:5-13.
18 Demikian pula, Yesus tidak mendukung pandangan yang
umum mengenai wanita. Sebaliknya, ia dengan berani melakukan
apa yang adil. Wanita Samaria dianggap senajis orang Kafir. Namun, tanpa ragu Yesus mengabar kepada seorang wanita Samaria
di sumur Sikhar. Malah, kepada wanita inilah Yesus pertama kali
mengidentifikasi dirinya sebagai Mesias yang dijanjikan. (Yohanes
4:6, 25, 26) Orang Farisi mengatakan bahwa kaum wanita hendaknya tidak diajari Hukum Allah, tetapi Yesus menggunakan banyak waktu dan tenaga untuk mengajar kaum wanita. (Lukas 10:3842) Dan, meskipun tradisi menganggap kaum wanita tidak dapat
dipercaya untuk memberikan kesaksian yang andal, Yesus mengangkat martabat beberapa wanita dengan memberi mereka hak istimewa untuk menjadi orang-orang pertama yang melihat dia setelah kebangkitannya. Ia bahkan menyuruh mereka untuk pergi
1 Orang Farisi beranggapan bahwa orang-orang kecil tersebut, yang tidak mahir dalam hukum, adalah orang-orang yang ”terkutuk”. (Yohanes 7:49) Mereka mengatakan bahwa seseorang hendaknya tidak mengajar orang-orang seperti
itu, dan juga tidak berbisnis, makan, ataupun berdoa dengan mereka. Menikahkan seorang anak perempuan dengan salah satu dari mereka dianggap lebih buruk daripada menyerahkan sang gadis kepada binatang liar. Mereka beranggapan bahwa harapan kebangkitan tertutup bagi orang-orang kecil tersebut.
18, 19. (a) Dengan cara apa saja Yesus meninggikan martabat wanita? (b) Bagaimana teladan Yesus membantu kita mengerti hubungan
antara keberanian dan keadilan?
156
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
memberi tahu murid-murid prianya mengenai peristiwa yang mahapenting ini!—Matius 28:1-10.
19 Ya, Yesus memperjelas kepada bangsa-bangsa apa keadilan itu.
Dalam banyak kasus, ia melakukannya dengan risiko yang sangat
besar bagi dirinya sendiri. Teladan Yesus membantu kita mengerti
bahwa menjunjung keadilan sejati menuntut keberanian. Sungguh
tepat jika ia disebut ”Singa dari suku Yehuda”. (Penyingkapan 5:5)
Ingatlah, singa adalah lambang keadilan yang berani. Namun, di
masa depan yang dekat ini Yesus akan melaksanakan keadilan dalam skala yang lebih besar lagi. Dalam arti sepenuhnya, ia akan menegakkan ”keadilan di bumi”.—Yesaya 42:4.
Raja Mesianik ”Menegakkan Keadilan di Bumi”
Sejak menjadi Raja Mesianik pada tahun 1914, Yesus telah memajukan keadilan di bumi. Dengan cara bagaimana? Ia mensponsori penggenapan nubuatnya yang dicatat di Matius 24:14. Para
pengikut Yesus di bumi telah mengajarkan kebenaran tentang Kerajaan Yehuwa kepada orang-orang di semua negeri. Seperti Yesus, mereka mengabar dengan cara yang adil dan tidak berat sebelah, berupaya untuk memberi setiap orang—tua atau muda, kaya
atau miskin, pria atau wanita—kesempatan untuk mengenal Yehuwa, Allah keadilan.
21 Yesus juga memajukan keadilan di dalam sidang Kristen, yang
atasnya ia menjadi Kepala. Seperti yang telah dinubuatkan, ia
menyediakan ”pemberian berupa manusia”, para penatua Kristen
yang setia yang ambil pimpinan di dalam sidang. (Efesus 4:8-12)
Dalam menggembalakan kawanan Allah yang berharga, pria-pria
tersebut mengikuti teladan Yesus Kristus dalam memajukan keadilan. Mereka selalu mencamkan bahwa Yesus ingin agar domba-dombanya diperlakukan dengan adil—tidak soal kedudukan, keunggulan, atau keadaan materi.
22 Namun, dalam waktu dekat ini Yesus akan menegakkan keadilan di bumi dengan cara yang belum pernah ia lakukan sebelum20
20, 21. Pada zaman kita, bagaimana sang Raja Mesianik memajukan
keadilan di seluruh bumi dan di dalam sidang Kristen?
22. Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap ketidakadilan yang merajalela di dunia dewasa ini, dan sehubungan dengan hal itu, Ia telah
melantik Putra-Nya untuk melakukan apa?
YESUS ”MENEGAKKAN KEADILAN DI BUMI”
157
Pertanyaan untuk Direnungkan
Mazmur 45:1-7 Mengapa kita dapat yakin bahwa sang Raja Mesianik akan memajukan keadilan yang sempurna?
Matius 12:19-21 Menurut nubuat, bagaimana sang Mesias akan
memperlakukan orang-orang kecil?
Matius 18:21-35 Bagaimana Yesus mengajarkan bahwa keadilan
yang sejati itu berbelas kasihan?
Markus 5:25-34 Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa keadilan ilahi mempertimbangkan keadaan pribadi seseorang?
nya. Ketidakadilan merajalela dalam dunia yang bejat ini. Setiap
anak yang mati kelaparan jelas-jelas adalah korban ketidakadilan,
khususnya jika kita mengingat jumlah uang dan waktu yang dihambur-hamburkan untuk memproduksi senjata perang dan memuaskan keinginan mementingkan diri para pencari kesenangan.
Jutaan kematian yang tidak perlu setiap tahun hanyalah salah satu
dari banyak bentuk ketidakadilan, praktek-praktek yang membangkitkan kemarahan Yehuwa yang adil-benar. Ia telah melantik PutraNya untuk mengadakan perang yang adil terhadap segenap sistem
fasik ini guna mengakhiri semua ketidakadilan secara permanen.
—Penyingkapan 16:14, 16; 19:11-15.
23 Akan tetapi, keadilan Yehuwa bukan sekadar menuntut pembinasaan orang fasik. Ia juga telah melantik Putra-Nya untuk memerintah sebagai ”Pangeran Perdamaian”. Setelah perang Armagedon,
pemerintahan Yesus akan mewujudkan perdamaian di seluruh bumi, dan ia akan memerintah ”dengan keadilan”. (Yesaya 9:6, 7) Setelah itu, dengan senang hati Yesus akan mengakhiri semua ketidakadilan yang sudah menimbulkan begitu banyak kesengsaraan
dan penderitaan di dunia. Sepanjang kekekalan, ia akan menjunjung keadilan Yehuwa yang sempurna dengan setia. Jadi, sungguh
penting bagi kita untuk berupaya meniru keadilan Yehuwa sekarang. Marilah kita lihat bagaimana kita dapat melakukannya.
23. Setelah Armagedon, bagaimana Kristus akan memajukan keadilan sepanjang kekekalan?
P A S A L
1 6
”Menjalankan Keadilan”
dalam Berjalan dengan Allah
BAYANGKANLAH diri Saudara terperangkap dalam sebuah kapal
yang sedang tenggelam. Tepat ketika Saudara sedang berpikir bahwa sudah tidak ada harapan lagi, seorang penyelamat tiba dan menarik Saudara ke tempat yang aman. Alangkah leganya Saudara seraya sang penyelamat membawa Saudara menjauh dari bahaya dan
berkata, ”Anda aman sekarang”! Tidakkah Saudara akan merasa berutang budi kepada orang tersebut? Dalam pengertian yang sesungguhnya, Saudara berutang kehidupan kepadanya.
2 Dalam beberapa hal, ilustrasi di atas melukiskan apa yang telah
Yehuwa lakukan bagi kita. Tentu saja, kita berutang budi kepadaNya. Ya, Ia telah menyediakan tebusan, yang memungkinkan kita
dibebaskan dari cengkeraman dosa dan kematian. Kita merasa aman
karena tahu bahwa asalkan kita memperlihatkan iman akan korban
yang berharga tersebut, dosa-dosa kita diampuni, dan masa depan
kekal kita terjamin. (1 Yohanes 1:7; 4:9) Seperti yang kita ketahui
dari Pasal 14, tebusan adalah pernyataan kasih dan keadilan Yehuwa yang terbesar. Bagaimana hendaknya tanggapan kita?
3 Kita patut memikirkan balasan yang diminta oleh Penyelamat
kita yang pengasih. Melalui nabi Mikha, Yehuwa berkata, ”Telah ia
beri tahu kepadamu, hai, manusia, apa yang baik. Dan apa yang Yehuwa minta sebagai balasan darimu selain menjalankan keadilan
dan mengasihi kebaikan hati dan bersahaja dalam berjalan dengan
Allahmu?” (Mikha 6:8) Perhatikan, salah satu hal yang Yehuwa minta sebagai balasan dari kita adalah ”menjalankan keadilan”. Bagaimana caranya?
Mengejar ”Keadilbenaran yang Sejati”
Yehuwa mengharapkan kita untuk hidup selaras dengan standar-standar-Nya tentang yang benar dan yang salah. Karena stan4
1-3. (a) Mengapa kita berutang budi kepada Yehuwa? (b) Apa balasan yang diminta oleh Penyelamat kita yang pengasih?
4. Bagaimana kita tahu bahwa Yehuwa mengharapkan kita untuk hidup selaras dengan standar-standar-Nya yang adil-benar?
”MENJALANKAN KEADILAN” DALAM BERJALAN DENGAN ALLAH
159
dar-standar-Nya adil dan adil-benar, kita mengejar keadilan dan keadilbenaran apabila kita menyelaraskan diri dengan standar-standar
tersebut. ”Belajarlah melakukan apa yang baik; carilah keadilan,”
kata Yesaya 1:17. Firman Allah menasihati kita untuk ’mencari keadilbenaran’. (Zefanya 2:3) Firman Allah juga mendesak kita untuk
”mengenakan kepribadian baru yang diciptakan menurut kehendak Allah, dengan keadilbenaran yang sejati”. (Efesus 4:24) Keadilbenaran yang sejati—keadilan yang sejati—menjauhi kekerasan, kenajisan, dan perbuatan amoral, karena hal-hal tersebut mencemari
apa yang kudus.—Mazmur 11:5; Efesus 5:3-5.
5 Apakah menyelaraskan diri dengan standar-standar Yehuwa yang
adil-benar merupakan beban bagi kita? Tidak. Tuntutan Yehuwa bukanlah beban bagi hati yang sangat tertarik kepada-Nya. Karena mengasihi Allah kita dan seluruh kepribadian-Nya, kita ingin hidup dengan cara yang menyenangkan Dia. (1 Yohanes 5:3) Ingatlah bahwa
Yehuwa ”sungguh mengasihi tindakan yang adil-benar”. (Mazmur
11:7) Jika kita memang sungguh-sungguh ingin meniru keadilan
ilahi, atau keadilbenaran ilahi, kita harus mengasihi apa yang Yehuwa kasihi dan membenci apa yang Ia benci.—Mazmur 97:10.
6 Tidaklah mudah bagi manusia yang tak sempurna untuk mengejar keadilbenaran. Kita harus menanggalkan kepribadian lama
dengan praktek-prakteknya yang berdosa dan mengenakan kepribadian baru. Alkitab mengatakan bahwa kepribadian baru ”terusmenerus diperbarui” melalui pengetahuan yang saksama. (Kolose
3:9, 10) Frasa ”terus-menerus diperbarui” mengindikasikan bahwa
mengenakan kepribadian baru merupakan suatu proses yang berkesinambungan, proses yang menuntut upaya yang sungguh-sungguh. Tidak soal seberapa kerasnya kita mencoba melakukan apa
yang benar, adakalanya sifat bawaan kita yang berdosa membuat
kita tersandung dalam cara berpikir, perkataan, atau perbuatan.
—Roma 7:14-20; Yakobus 3:2.
7 Bagaimana hendaknya kita memandang kegagalan dalam upaya
5, 6. (a) Mengapa menyelaraskan diri dengan standar-standar Yehuwa bukanlah beban bagi kita? (b) Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa mengejar keadilbenaran adalah proses yang berkesinambungan?
7. Bagaimana hendaknya kita memandang kegagalan dalam upaya
kita untuk mengejar keadilbenaran?
160
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
kita untuk mengejar keadilbenaran? Tentu saja, kita tidak ingin meremehkan seriusnya dosa. Pada waktu yang sama, kita jangan sekalikali menyerah, merasa bahwa kelemahan kita membuat kita tidak
pantas melayani Yehuwa. Allah kita yang murah hati telah membuat penyelenggaraan untuk memulihkan orang yang sungguhsungguh bertobat sehingga diperkenan oleh-Nya. Perhatikan katakata rasul Yohanes yang menghangatkan hati ini, ”Aku menulis
hal-hal ini kepadamu agar kamu tidak berbuat dosa.” Tetapi kemudian, secara realistis ia menambahkan, ”Namun, jika seseorang berbuat dosa [karena mewarisi ketidaksempurnaan], kita mempunyai
penolong di hadapan Bapak, yaitu Yesus Kristus.” (1 Yohanes 2:1)
Ya, karena Yehuwa telah menyediakan korban tebusan Yesus, kita
dapat diterima untuk melayani Dia sekalipun kita memiliki sifat
bawaan yang berdosa. Bukankah hal itu menggerakkan kita untuk
ingin melakukan yang terbaik demi menyenangkan Yehuwa?
Kabar Baik dan Keadilan Ilahi
Kita dapat menjalankan keadilan—bahkan, meniru keadilan
ilahi—dengan ambil bagian sepenuhnya dalam pemberitaan kabar
baik tentang Kerajaan Allah kepada orang lain. Apa hubungan antara keadilan Yehuwa dan kabar baik?
9 Yehuwa tidak akan mengakhiri sistem fasik ini tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu. Dalam nubuatnya mengenai halhal yang akan terjadi pada zaman akhir, Yesus berkata, ”Di semua
bangsa, kabar baik harus diberitakan dahulu.” (Markus 13:10; Matius 24:3) Digunakannya kata ”dahulu” menyiratkan bahwa peristiwa-peristiwa lain akan mengikuti pekerjaan pemberitaan seluas
dunia. Peristiwa-peristiwa itu termasuk kesengsaraan besar yang dinubuatkan, yang akan berarti pembinasaan atas orang fasik dan dipersiapkannya jalan bagi terwujudnya dunia baru yang adil-benar.
(Matius 24:14, 21, 22) Tentulah, tak seorang pun dapat dengan tepat
menuduh Yehuwa tidak adil terhadap orang fasik. Dengan memberikanperingatan, Ia memberikan banyak kesempatan kepada orangorang seperti itu untuk mengubah haluan mereka dan dengan demikian luput dari pembinasaan tersebut.—Yunus 3:1-10.
8
8, 9. Bagaimana pemberitaan kabar baik mempertunjukkan keadilan Yehuwa?
”MENJALANKAN KEADILAN” DALAM BERJALAN DENGAN ALLAH
161
10 Bagaimana pemberitaan kabar baik yang kita lakukan mencerminkan keadilan ilahi? Pertama-tama, kita memang harus melakukan sebisa-bisanya untuk membantu orang lain memperoleh keselamatan. Pikirkan kembali ilustrasi tentang penyelamatan dari kapal
yang sedang tenggelam. Setelah aman dalam perahu penyelamat,
pastilah Saudara ingin membantu orang-orang lain yang masih di
dalam air. Demikian pula, kita memiliki kewajiban terhadap orangorang yang masih berjuang di dalam ”perairan” dunia yang fasik
ini. Memang, banyak yang menolak berita kita. Namun, selama Yehuwa masih bersabar, kita bertanggung jawab memberi mereka kesempatan untuk ”bertobat” dan dengan demikian layak untuk diselamatkan.—2 Petrus 3:9.
11 Dengan memberitakan kabar baik kepada siapa saja yang kita temui, kita mempertunjukkan keadilan dengan cara penting lainnya:
Kita menunjukkan sikap tidak berat sebelah. Ingatlah bahwa ”Allah
tidak berat sebelah, tetapi orang dari bangsa mana pun yang takut
kepadanya dan mengerjakan keadilbenaran diperkenan olehnya”.
(Kisah 10:34, 35) Jika kita ingin meniru keadilan-Nya, kita tidak boleh berprasangka terhadap orang-orang. Sebaliknya, kita hendaknya
membagikan kabar baik kepada orang lain tidak soal ras, status sosial, atau keadaan finansial mereka. Dengan demikian, kita memberikan kesempatan kepada semua orang yang mau mendengarkan
berita kita untuk mengetahui dan menanggapi kabar baik.—Roma
10:11-13.
Cara Kita Memperlakukan Orang Lain
Kita juga dapat menjalankan keadilan dengan memperlakukan
orang lain sebagaimana Yehuwa memperlakukan kita. Sangatlah
mudah untuk menghakimi orang lain, mengkritik kesalahan mereka dan mempertanyakan motif mereka. Namun, siapa di antara kita
yang menginginkan Yehuwa meneliti motif dan kelemahan kita dengan cermat dan dengan cara yang tidak berbelaskasihan? Bukan
begitu cara Yehuwa berurusan dengan kita. Sang pemazmur menyatakan, ”Jika kesalahan-kesalahanlah yang engkau perhatikan, oh,
12
10, 11. Bagaimana keikutsertaan kita dalam pemberitaan kabar baik
mencerminkan keadilan ilahi?
12, 13. (a) Mengapa kita hendaknya tidak terburu-buru menghakimi orang lain? (b) Apa makna nasihat Yesus untuk ’berhenti menghakimi’ dan ’berhenti menghukum’? (Lihat juga catatan kaki.)
162
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Yah, oh, Yehuwa, siapakah yang dapat tahan?” (Mazmur 130:3) Tidakkah kita bersyukur bahwa Allah kita yang adil dan berbelaskasihan memilih untuk tidak terus-menerus memperhatikan kesalahan
kita? (Mazmur 103:8-10) Kalau begitu, bagaimana hendaknya kita
memperlakukan orang lain?
13 Jika kita memahami sifat belas kasihan keadilan Allah, kita tidak akan terburu-buru menghakimi orang lain dalam urusan-urusan yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan kita atau
yang kurang penting. Dalam Khotbahnya di Gunung, Yesus memperingatkan, ”Berhentilah menghakimi agar kamu tidak dihakimi.”
(Matius 7:1) Menurut catatan Lukas, Yesus menambahkan, ”Berhentilah menghukum, dan kamu tidak akan dihukum.”1 (Lukas 6:37)
Yesus memperlihatkan bahwa ia sadar akan kecenderungan manusia yang tak sempurna untuk bersikap menghakimi. Jika ada di antara pendengarnya yang terbiasa menghakimi orang lain dengan kasar, orang itu harus menghentikan kebiasaannya.
14 Mengapa kita harus ’berhenti menghakimi’ orang lain? Karena, wewenang kita terbatas. Yakobus, sang murid, mengingatkan
kita, ”Hanya ada satu pemberi hukum dan hakim”—Yehuwa. Jadi,
dengan terus terang Yakobus bertanya, ”Siapakah engkau sehingga
menghakimi sesamamu?” (Yakobus 4:12; Roma 14:1-4) Lagi pula, sifat bawaan kita yang berdosa dapat dengan mudah membuat penghakiman kita menjadi tidak adil. Banyak sikap dan motif—termasuk
prasangka, harga diri yang terluka, kecemburuan, dan menganggap diri adil-benar—dapat mengacaukan cara pandang kita terhadap
sesama manusia. Kita memiliki keterbatasan-keterbatasan lain, dan
merenungkan semua itu hendaknya mencegah kita sehingga tidak
terburu-buru mencari kesalahan dalam diri orang lain. Kita tidak dapat membaca hati; kita juga tidak tahu semua keadaan pribadi orang
lain. Kalau begitu, siapakah kita ini sehingga dapat menuduhkan
motif yang salah kepada rekan-rekan seiman atau mengkritik upa1 Beberapa terjemahan mengatakan ”jangan menghakimi” dan ”jangan menghukum”. Terjemahan-terjemahan tersebut menyiratkan makna ”jangan mulai
menghakimi” dan ”jangan mulai menghukum”. Akan tetapi, di sini para penulis Alkitab menggunakan kalimat perintah negatif dalam bentuk waktu sekarang
(sedang berlangsung). Jadi, tindakan yang digambarkan adalah tindakan yang sekarang terjadi tetapi harus dihentikan.
14. Untuk alasan apa saja kita harus ’berhenti menghakimi’ orang
lain?
Kita mempertunjukkan keadilan ilahi sewaktu kita tanpa
berat sebelah membagikan kabar baik kepada orang lain
ya mereka dalam dinas kepada Allah? Alangkah jauh lebih baik untuk meniru Yehuwa dengan mencari hal-hal baik dalam diri saudara-saudari kita ketimbang menyoroti kesalahan-kesalahan mereka!
15 Bagaimana dengan anggota keluarga kita? Sungguh menyedihkan, dalam dunia dewasa ini beberapa penghakiman yang paling
keras justru dijatuhkan di tempat yang seharusnya menjadi perlindungan yang penuh damai—rumah. Kita sudah biasa mendengar
tentang para suami, istri, atau orang tua yang kasar yang ”menghukum” anggota keluarga mereka dengan serangan penganiayaan secara lisan atau fisik yang tiada henti. Tetapi, perkataan yang keji, sarkasme yang sinis, dan perlakuan yang kasar tidak diperbolehkan di
kalangan penyembah Allah. (Efesus 4:29, 31; 5:33; 6:4) Nasihat Yesus untuk ’berhenti menghakimi’ dan ’berhenti menghukum’ tetap
berlaku sewaktu kita berada di rumah. Ingatlah bahwa menjalankan keadilan mencakup memperlakukan orang lain sebagaimana
15. Kata-kata dan perlakuan apa yang tidak diperbolehkan di kalangan penyembah Allah, dan mengapa?
164
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Yehuwa memperlakukan kita. Dan, Allah kita tidak pernah memperlakukan kita dengan kasar atau kejam. Sebaliknya, Ia ”sangat lembut dalam kasih sayang” terhadap mereka yang mengasihi-Nya. (Yakobus 5:11) Benar-benar teladan yang luar biasa untuk kita tiru!
Para Penatua Melayani ”demi Keadilan”
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjalankan keadilan, tetapi para penatua dalam sidang Kristenlah yang khususnya memiliki tanggung jawab dalam hal ini. Perhatikan uraian yang
bersifat nubuat mengenai para ”pembesar”, atau para penatua, yang
dicatat oleh Yesaya, ”Lihat! Seorang raja akan memerintah demi keadilbenaran; dan mengenai para pembesar, mereka akan berkuasa
sebagai pembesar demi keadilan.” (Yesaya 32:1) Ya, Yehuwa mengharapkan para penatua melayani selaras dengan keadilan. Bagaimana mereka dapat melakukannya?
17 Pria-pria yang memenuhi syarat secara rohani ini tahu persis
bahwa keadilan, atau keadilbenaran, mengharuskan sidang dijaga
tetap bersih. Adakalanya, para penatua berkewajiban untuk mengadili kasus-kasus pelanggaran serius. Sewaktu melakukannya, mereka mengingat bahwa keadilan ilahi berupaya mengulurkan belas kasihan jika memungkinkan. Oleh karena itu, mereka berupaya
membimbing si pedosa untuk bertobat. Tetapi, bagaimana jika si
pedosa gagal memperlihatkan pertobatan yang tulus kendati upaya
telah dikerahkan untuk membantunya? Dengan keadilan yang sempurna, Firman Yehuwa memerintahkan agar langkah tegas diambil, ”Singkirkan orang yang fasik itu dari tengah-tengahmu.” Hal
itu berarti mengusir dia dari sidang. (1 Korintus 5:11-13; 2 Yohanes
9-11) Para penatua sangat sedih seandainya harus mengambil tindakan seperti itu, tetapi mereka sadar bahwa hal itu perlu demi melindungi kebersihan moral dan rohani sidang. Sekalipun demikian,
mereka berharap bahwa suatu hari kelak si pedosa akan sadar dan
kembali ke sidang.—Lukas 15:17, 18.
18 Melayani selaras dengan keadilan juga mencakup memberikan
16
16, 17. (a) Apa yang Yehuwa harapkan dari para penatua? (b) Apa
yang harus dilakukan jika seorang pedosa gagal memperlihatkan pertobatan yang tulus, dan mengapa?
18. Apa yang diingat para penatua sewaktu memberikan nasihat yang
berdasarkan Alkitab kepada orang lain?
”MENJALANKAN KEADILAN” DALAM BERJALAN DENGAN ALLAH
165
nasihat yang berdasarkan Alkitab jika perlu. Tentu saja, para penatua tidak mencari-cari kesalahan orang lain. Mereka juga tidak
memanfaatkan setiap kesempatan untuk memberikan koreksi. Tetapi, seorang rekan seiman bisa saja ”mengambil langkah yang salah sebelum ia menyadarinya”. Dengan mengingat bahwa keadilan ilahi tidak kejam dan bukannya tanpa perasaan, para penatua
akan tergerak untuk ”mencoba memperbaiki kembali orang tersebut dengan roh kelemahlembutan”. (Galatia 6:1) Oleh karena itu,
para penatua tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar atau memarahi seseorang yang berbuat salah. Sebaliknya, nasihat yang diberikan dengan pengasih membesarkan hati orang yang menerimanya.
Bahkan sewaktu memberikan teguran yang terus terang—dengan
gamblang menguraikan konsekuensi dari suatu haluan yang tidak
bijaksana—para penatua ingat bahwa rekan seiman yang berbuat salah adalah domba dalam kawanan Yehuwa.1 (Lukas 15:7) Jika nasihat atau teguran jelas-jelas dimotivasi oleh dan diberikan karena
kasih, kemungkinan besar orang yang berbuat salah itu dapat disesuaikan kembali.
19 Para penatua sering kali harus membuat keputusan yang mempengaruhi rekan-rekan seimannya. Misalnya, para penatua secara
berkala mengadakan rapat untuk membahas apakah saudara-saudara lain di dalam sidang memenuhi syarat untuk direkomendasikan
sebagai penatua atau hamba pelayanan. Para penatua mengetahui
pentingnya bersikap tidak berat sebelah. Mereka membiarkan persyaratan Allah untuk pelantikan seperti itu membimbing mereka
dalam membuat keputusan, tidak bersandar pada perasaan pribadi
semata. Dengan demikian, mereka bertindak ”tanpa menghakimi
sebelum menyelidiki, tidak melakukan sesuatu pun denganpilih kasih”.—1 Timotius 5:21.
1 Di 2 Timotius 4:2, Alkitab mengatakan bahwa para penatua kadang-kadang
harus memberikan ”teguran, peringatan, nasihat”. Kata Yunani yang diterjemahkan ”nasihat” (pa·ra·ka·le1o) dapat berarti ”membesarkan hati”. Kata Yunani yang
berkaitan, pa·ra1kle·tos, bisa memaksudkan pengacara dalam sebuah kasus hukum. Jadi, bahkan ketika memberikan teguran keras, para penatua hendaknya
menjadi penolong bagi mereka yang membutuhkan bantuan rohani.
19. Para penatua harus membuat keputusan macam apa, dan keputusan seperti itu hendaknya didasarkan atas apa?
Para penatua mencerminkan keadilan Yehuwa sewaktu
mereka membesarkan hati orang yang berkecil hati
20 Para penatua juga menjalankan keadilan ilahi dengan cara-cara
lain. Setelah menubuatkan bahwa para penatua akan melayani
”demi keadilan”, Yesaya melanjutkan, ”Masing-masing akan menjadi seperti tempat perlindungan dari angin dan tempat persembunyian dari badai hujan, seperti aliran air di negeri yang gersang, seperti naungan tebing batu yang besar di tanahyang tandus.” (Yesaya
32:2) Dengan demikian, para penatua berupaya keras untuk menjadi sumber penghiburan dan penyegaran bagi rekan seiman mereka.
21 Dewasa ini, dengan banyaknya problem yang cenderung mengecilkan hati, banyak yang membutuhkan dukungan moril. Para
penatua, apa yang dapat kalian lakukan untuk membantu ”jiwajiwa yang tertekan”? (1 Tesalonika 5:14) Dengarkanlah mereka dengan empati. (Yakobus 1:19) Mungkin mereka perlu berbagi ”kekhawatiran” dalam hati mereka dengan seseorang yang mereka
20, 21. (a) Para penatua berupaya keras untuk menjadi apa, dan
mengapa? (b) Apa yang dapat dilakukan para penatua untuk membantu ”jiwa-jiwa yang tertekan”?
”MENJALANKAN KEADILAN” DALAM BERJALAN DENGAN ALLAH
167
Pertanyaan untuk Direnungkan
Ulangan 1:16, 17 Apa yang Yehuwa tuntut dari para hakim di Israel, dan apa yang dapat dipelajari oleh para penatua dari hal ini?
Yeremia 22:13-17 Yehuwa memperingatkan tentang praktekpraktek yang tidak adil apa, dan mengapa kita perlu meniru keadilan-Nya?
Matius 7:2-5 Mengapa kita hendaknya tidak terburu-buru mencari kesalahan rekan seiman kita?
Yakobus 2:1-9 Bagaimana Yehuwa memandang tindakan pilih kasih, dan bagaimana kita dapat menerapkan nasihat ini sewaktu
berurusan dengan orang lain?
percayai. (Amsal 12:25) Yakinkan mereka bahwa mereka diinginkan, dihargai, dan dikasihi—ya, oleh Yehuwa dan juga oleh saudara-saudari mereka. (1 Petrus 1:22; 5:6, 7) Selain itu, Saudara dapat
berdoa bersama mereka dan mendoakan mereka. Mendengar seorang penatua memanjatkan doa yang sepenuh hati demi kepentingan mereka dapat menjadi hal yang paling menghibur. (Yakobus
5:14, 15) Upaya Saudara yang pengasih untuk membantu orangorang yang tertekan tidak akan luput dari perhatian Allah keadilan.
22 Ya, kita semakin mendekat kepada Yehuwa dengan meniru keadilan-Nya! Sewaktu kita menjunjung standar-standar-Nya yang
adil-benar, sewaktu kita membagikan kabar baik yang menyelamatkan kehidupan kepada orang lain, dan sewaktu kita memilih untuk
memusatkan perhatian kepada hal-hal baik dalam diri orang lain
ketimbang mencari-cari kesalahan mereka, kita mempertunjukkan
keadilan ilahi. Para penatua, ketika kalian melindungi kebersihan
sidang, ketika kalian memberikan nasihat yang membina yang berdasarkan Alkitab, ketika kalian membuat keputusan yang tidak berat sebelah, dan ketika kalian membesarkan hati mereka yang berkecil hati, kalian mencerminkan keadilan ilahi. Pastilah hati Yehuwa
sangat senang sewaktu memandang ke bawah dari surga dan melihat umat-Nya berupaya sedapat mungkin untuk ”menjalankan keadilan” dalam berjalan dengan Allah mereka!
22. Dengan cara apa saja kita dapat meniru keadilan Yehuwa, dan dengan hasil apa?
B A G I A N
3
”HATINYA BIJAKSANA”
Hikmat sejati merupakan salah satu harta
paling berharga yang dapat Saudara cari.
Yehuwa-lah satu-satunya sumbernya.
Pada bagian ini kita akan mencermati
hikmat yang tak terbatas milik Allah Yehuwa,
pribadi yang tentang-Nya Ayub, pria yang setia,
mengatakan, ”Hatinya bijaksana.”
—Ayub 9:4.
P A S A L
1 7
’Oh, Dalamnya Hikmat Allah!’
RUSAK! Manusia, mahakarya hari keenam penciptaan, tiba-tiba terpuruk dari keadaannya yang sangat mulia ke dalam kehinaan yang
tiada taranya. Yehuwa menyatakan bahwa ”segala sesuatu yang telah ia buat”, termasuk manusia, adalah ”sangat baik”. (Kejadian
1:31) Namun, pada awal hari ketujuh, Adam dan Hawa memilih
untuk mengikuti Setan ke dalam pemberontakan. Mereka jatuh ke
dalam dosa, ketidaksempurnaan, dan kematian.
2 Maksud-tujuan Yehuwa sehubungan dengan hari ketujuh seolah-olah sudah tersimpangkan tanpa harapan. Hari itu, seperti keenam hari sebelumnya, lamanya tentu ribuan tahun. Yehuwa telah menyatakannya sebagai hari yang suci, dan pada hari itulah
seluruh bumi akhirnya akan dibuat menjadi suatu firdaus yang dipenuhi dengan keluarga manusia yang sempurna. (Kejadian 1:28;
2:3) Namun, setelah pemberontakan yang membawa malapetaka
itu terjadi, bagaimana hal tersebut bisa terwujud? Apa yang akan
Allah lakukan? Inilah ujian yang dramatis bagi hikmat Yehuwa
—mungkin ujian yang terbesar.
3 Yehuwa segera bertindak. Ia menjatuhkan hukuman kepada
para pemberontak di Eden, dan pada waktu yang sama, Ia memberikan sekilas gambaran tentang sesuatu yang luar biasa: maksudtujuan-Nya untuk mengatasi kesusahan yang baru saja mulai. (Kejadian 3:15) Maksud-tujuan Yehuwa yang berwawasan ke depan
dimulai dari Eden hingga sepanjang ribuan tahun sejarah manusia dan seterusnya, jauh ke masa depan. Maksud-tujuan tersebut
kelihatannya sederhana tetapi sangat luhur dan sangat sarat makna sehingga seorang pembaca Alkitab dapat menggunakan seluruh masa hidupnya yang produktif untuk mempelajari dan merenungkannya. Selain itu, maksud-tujuan Yehuwa pasti akan sukses.
1, 2. Apa maksud-tujuan Yehuwa sehubungan dengan hari ketujuh,
dan bagaimana hikmat ilahi diuji pada awal hari tersebut?
3, 4. (a) Mengapa tanggapan Yehuwa terhadap pemberontakan di
Eden merupakan contoh yang membangkitkan rasa takjub akan hikmat-Nya? (b) Seraya kita mempelajari hikmat Yehuwa, kerendahan
hati hendaknya menggerakkan kita untuk mengingat kebenaran apa?
170
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Maksud-tujuan tersebut akan mengakhiri semua kefasikan, dosa,
dan kematian. Maksud-tujuan tersebut akan membawa umat manusia yang setia kepada kesempurnaan. Semuanya itu akan terjadi sebelum hari ketujuh berakhir, sehingga, apa pun yang terjadi,
Yehuwa pasti akan memenuhi maksud-tujuan-Nya bagi bumi dan
umat manusia sesuai dengan jadwal!
4 Hikmat demikian menggugah perasaan takjub, bukan? Rasul Paulus tergerak untuk menulis, ’Oh, dalamnya hikmat Allah!’
(Roma 11:33) Seraya kita berupaya mempelajari berbagai aspek sifat ilahi ini, kerendahan hati hendaknya menggerakkan kita untuk
mengingat kebenaran yang vital ini—bahwa, dengan upaya terbaik
pun, kita hanya dapat mengorek permukaan hikmat Yehuwa yang
sangat dalam. (Ayub 26:14) Pertama-tama, marilah kita definisikan
sifat yang membangkitkan rasa takjub ini.
Apa Hikmat Ilahi Itu?
Hikmat tidak sama dengan pengetahuan. Komputer dapat menyimpan begitu banyak pengetahuan, tetapi sulit dibayangkan jika
mesin tersebut dikatakan berhikmat. Meskipun demikian, pengetahuan dan hikmat berkaitan. (Amsal 10:14) Sebagai contoh, jika
Saudara membutuhkan nasihat yang berhikmat tentang mengobati problem kesehatan yang serius, apakah Saudara akan berkonsultasi dengan seseorang yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan atau yang tidak tahu apa-apa tentang ilmu kedokteran? Tentu
tidak! Jadi, pengetahuan yang saksama sangat penting bagi hikmat
yang sejati.
6 Yehuwa memiliki perbendaharaan pengetahuan yang tak terhingga. Sebagai ”Raja kekekalan”, Dia sajalah yang telah hidup selama-lamanya. (Penyingkapan 15:3) Dan, selama kurun waktu yang
tak terhitung panjangnya itu, segala sesuatu telah Ia ketahui. Alkitab mengatakan, ”Tidak ada ciptaan yang tidak nyata di hadapannya, tetapi segala sesuatu telanjang dan terbuka di mata dia yang
kepadanya kita memberikan pertanggungjawaban.” (Ibrani 4:13;
Amsal 15:3) Sebagai Pencipta, Yehuwa mengerti sepenuhnya apa
yang telah Ia buat, dan Ia telah mengamati semua kegiatan manusia sejak permulaan. Ia menyelidiki setiap hati manusia, tak satu
5
5, 6. Apa hubungan antara pengetahuan dan hikmat, dan seberapa
luaskah pengetahuan Yehuwa?
’OH, DALAMNYA HIKMAT ALLAH!’
171
pun yang terlewat. (1 Tawarikh 28:9) Karena menciptakan kita sebagai insan-insan yang bebas memilih, Ia senang sewaktu melihat
kita membuat pilihan yang bijaksana dalam kehidupan. Sebagai
”Pendengar doa”, Ia mendengarkan begitu banyak pernyataan setiap waktu! (Mazmur 65:2) Dan, tentu saja, Yehuwa memiliki daya
ingat yang sempurna.
7 Yehuwa tidak hanya memiliki pengetahuan. Ia juga melihat bagaimana fakta-fakta berkaitan dan memahami gambaran keseluruhan yang dihasilkan oleh banyak sekali perincian. Ia mengevaluasi dan menghakimi, membedakan antara hal-hal yang baik dan
yang jahat, yang penting dan yang sepele. Selain itu, Ia melihat apa
yang ada di balik penampilan lahiriah dan meneliti hati dengan
cermat. (1 Samuel 16:7) Oleh karena itu, Yehuwa memiliki pengertian dan pemahaman, sifat-sifat yang lebih unggul daripada pengetahuan. Namun, hikmat masih lebih unggul daripada semuanya itu.
8 Hikmat menggabungkan pengetahuan, pemahaman, dan pengertian untuk mencapai hasil yang diharapkan. Malah, beberapa
kata dalam bahasa asli Alkitab yang diterjemahkan ”hikmat” secara harfiah berarti ”pekerjaan yang efektif” atau ”hikmat yang praktis”. Jadi, hikmat Yehuwa bukan hanya teori. Hikmat tersebut praktis dan membawa hasil. Dengan memanfaatkan pengetahuan-Nya
yang luas dan pengertian-Nya yang dalam, Yehuwa selalu membuat keputusan yang terbaik, melaksanakannya melalui tindakan
terbaik yang terpikirkan. Itulah hikmat yang sejati! Yehuwa mempertunjukkan kebenaran pernyataan Yesus ini, ”Hikmat dibuktikan
adil-benar oleh perbuatannya.” (Matius 11:19) Pekerjaan Yehuwa di
seluruh alam semesta memberikan kesaksian yang sangat kuat tentang hikmat-Nya.
Bukti Hikmat Ilahi
Pernahkah Saudara mengagumi kreativitas seorang perajin dalam membuat barang-barang yang indah dan benar-benar berguna?
9
7, 8. Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan pengertian, pemahaman, dan hikmat?
9, 10. (a) Hikmat macam apa yang Yehuwa pertunjukkan, dan bagaimana Ia memperlihatkannya? (b) Bagaimana sebuah sel memberikan bukti tentang hikmat Yehuwa?
172
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Kreativitas semacam itu adalah satu jenis hikmat yang mengesankan. (Keluaran 31:1-3) Yehuwa sendiri adalah sumber dan pemilik teragung hikmat semacam itu. Raja Daud berkata mengenai Yehuwa, ”Aku akan menyanjungmu karena dengan cara yang
membangkitkan rasa takut, aku dibuat secara menakjubkan. Pekerjaan-pekerjaanmu menakjubkan, sebagaimana jiwaku benar-benar
menyadarinya.” (Mazmur 139:14) Ya, semakin banyak kita mempelajari tubuh manusia, semakin besar rasa takjub kita akan hikmat
Yehuwa.
10 Sebagai ilustrasi: Saudara berawal dari sebuah sel tunggal—sebuah sel telur ibu Saudara, dibuahi oleh sebuah sperma ayah Saudara. Tak lama kemudian, sel tersebut mulai membelah diri. Saudara, produk akhirnya, terbentuk dari sekitar 100 triliun sel. Sel-sel
tersebut sangat mungil. Sekitar 10.000 sel berukuran rata-rata akan
menjadi sebesar sebuah kepala jarum pentol. Namun, tiap-tiap sel
adalah ciptaan yang memiliki tingkat kerumitan yang luar biasa. Sebuah sel jauh lebih rumit daripada mesin atau pabrik mana
pun buatan manusia. Para ilmuwan mengatakan bahwa sebuah sel
bagaikan kota bertembok—yang memiliki pintu masuk dan pintu keluar yang terkontrol, sistem transportasi, jaringan komunikasi,
pembangkit tenaga listrik, pabrik, fasilitas pembuangan dan daur
ulang limbah, sistem pertahanan, dan bahkan semacam pusat pemerintahan dalam nukleusnya. Selain itu, sebuah sel dapat membuat duplikat dirinya secara lengkap dalam beberapa jam saja!
11 Tentu saja, tidak semua sel sama. Seraya sel-sel sebuah embrio
terus membelah diri, sel-sel tersebut menjalankan fungsi-fungsi
yang sangat berbeda. Beberapa akan menjadi sel-sel saraf; yang
lain-lain sel-sel tulang, otot, darah, atau mata. Semua perbedaan
tersebut diprogram ke dalam ”perpustakaan” cetak biru genetis sel,
yaitu ADN. Sungguh menarik, Daud tergugah untuk berkata kepada Yehuwa, ”Matamu melihat bahkan ketika aku masih embrio,
dan semua bagiannya tertulis dalam bukumu.”—Mazmur 139:16.
12 Beberapa bagian tubuh luar biasa rumitnya. Sebagai contoh,
perhatikan otak manusia. Ada yang menyebutnya sebagai benda
11, 12. (a) Apa yang menyebabkan sel-sel sebuah embrio yang sedang bertumbuh memiliki fungsi yang berbeda-beda, dan bagaimana hal itu selaras dengan Mazmur 139:16? (b) Bagaimana otak manusia menunjukkan bahwa kita ”dibuat secara menakjubkan”?
’OH, DALAMNYA HIKMAT ALLAH!’
173
paling rumit yang pernah ditemukan di alam semesta. Di dalam
otak terdapat sekitar 100 miliar sel saraf—kira-kira sebanyak jumlah
bintang dalam galaksi kita. Tiap-tiap sel tersebut bercabang-cabang
menjadi ribuan sambungan dengan sel-sel lain. Para ilmuwan mengatakan bahwa otak manusia dapat menampung semua informasi yang terdapat di semua perpustakaan dunia dan, sesungguhnya, memiliki kapasitas penyimpanan yang tak terhingga. Kendati
sudah puluhan tahun mempelajari organ tubuh yang ”dibuat secara menakjubkan” itu, para ilmuwan mengakui bahwa bisa jadi
mereka tidak akan pernah dapat mengerti sepenuhnya cara kerjanya.
13 Akan tetapi, manusia hanyalah salah satu contoh hikmat Yehuwa dalam mencipta. Mazmur 104:24 berkata, ”Betapa banyak pekerjaanmu, oh, Yehuwa! Semuanya itu kaubuat dengan hikmat.
Bumi penuh dengan hasil kerjamu.” Hikmat Yehuwa terlihat dalam setiap ciptaan di sekeliling kita. Semut, misalnya, ”berhikmat
secara naluri”. (Amsal 30:24) Ya, koloni semut diorganisasi dengan sangat baik. Beberapa koloni semut mengurus, menampung,
dan mengambil makanan dari serangga yang disebut kutu daun,
seolah-olah serangga itu adalah ternak mereka. Semut-semut lain
bertindak sebagai petani, yang mengurus dan menggarap ”tanaman” fungi. Banyak makhluk lainnya telah diprogram untuk melakukan hal-hal yang menakjubkan berdasarkan naluri. Seekor lalat
rumah memiliki kebolehan aerobatik yang tidak dapat ditiru oleh
kapal terbang paling mutakhir buatan manusia. Burung-burung
yang bermigrasi dapat menentukan arah dengan bantuan bintang-bintang, arah medan magnet bumi, atau sejenis peta internal.
Para biolog menggunakan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari perilaku cerdas yang telah terprogram dalam makhluk-makhluk itu. Pastilah, hikmat Allah, sang Pemrogram, sangat luar biasa!
14 Para ilmuwan telah banyak belajar dari hikmat Yehuwa dalam
mencipta. Bahkan, ada suatu bidang rekayasa, disebut biomimetika, yang berupaya meniru rancangan yang ditemukan di alam.
13, 14. (a) Bagaimana semut dan makhluk-makhluk lain menunjukkan bahwa mereka ”berhikmat secara naluri”, dan apa yang dapat kita
pelajari dari hal itu sehubungan dengan Pencipta mereka? (b) Mengapa kita dapat mengatakan bahwa ciptaan-ciptaan tersebut seperti halnya jaring labah-labah dibuat ”dengan hikmat”?
’OH, DALAMNYA HIKMAT ALLAH!’
175
Misalnya, Saudara mungkin mengagumi keindahan sebuah jaring
labah-labah. Namun, seorang insinyur akan memandangnya sebagai suatu keajaiban rancangan. Beberapa untaian yang tampaknya
ringkih ternyata secara proporsional lebih kuat daripada baja, lebih tangguh daripada serat pada rompi antipeluru. Tepatnya, seberapa kuatkah itu? Bayangkan sebuah jaring labah-labah diperbesar
hingga seukuran jala yang digunakan pada perahu nelayan. Jaring
seperti itu dapat menangkap sebuah pesawat penumpang yang tengah terbang! Ya, Yehuwa telah membuat semuanya itu ”dengan
hikmat”.
Hikmat di Luar Bumi
Hikmat Yehuwa nyata pada hasil karya-Nya di seluruh alam semesta. Bintang-bintang, yang telah kita bahas secara panjang lebar
di Pasal 5, tidak terserak begitu saja di seluruh angkasa luar. Berkat hikmat ”hukum-hukum langit” Yehuwa, dengan indahnya langit telah diorganisasi ke dalam galaksi-galaksi yang teratur yang,
selanjutnya, dikelompokkan ke dalam gugusan-gugusan yang, selanjutnya, membentuk adigugusan-adigugusan. (Ayub 38:33, The
New Jerusalem Bible) Tidak heran jika Yehuwa menyebut bendabenda angkasa tersebut sebagai sebuah ”pasukan”! (Yesaya 40:26)
Namun, ada pasukan lain yang mempertunjukkan hikmat Yehuwa
dengan cara yang bahkan lebih gamblang lagi.
16 Seperti yang kita ketahui dari Pasal 4, Allah menyandang gelar ”Yehuwa yang berbala tentara” karena kedudukan-Nya sebagai
Komandan Tertinggi sebuah pasukan yang sangat besar yang terdiri dari beratus-ratus juta makhluk roh. Hal itu adalah bukti kuasa Yehuwa. Namun, bagaimana hikmat-Nya tersangkut dalam hal
ini? Coba pikir: Yehuwa dan Yesus tidak pernah menganggur. (Yohanes 5:17) Jadi, masuk akal jika para malaikat yang melayani
15
15, 16. (a) Langit berbintang memberikan bukti apa tentang hikmat
Yehuwa? (b) Bagaimana kedudukan Yehuwa sebagai Komandan Tertinggi atas para malaikat yang sangat besar jumlahnya memberikan
kesaksian tentang hikmat sang Administrator?
Siapa yang memprogram makhluk-makhluk di bumi sehingga
menjadi ”berhikmat secara naluri”?
176
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Yang Mahatinggi juga selalu sibuk. Dan ingatlah, mereka lebih
tinggi daripada manusia, supercerdas dan superkuat. (Ibrani 1:7;
2:7) Namun, Yehuwa membuat semua malaikat itu tetap sibuk, dengan bersukacita mereka turut serta dalam menunaikan pekerjaan
—”melaksanakan firmannya” dan ”melakukan kehendaknya”—selama miliaran tahun. (Mazmur 103:20, 21) Sungguh menakjubkan
hikmat yang dimiliki oleh sang Administrator!
Yehuwa Adalah ”Satu-Satunya Pribadi
yang Berhikmat”
17 Melihat bukti-bukti seperti itu, apakah mengherankan jika Alkitab menunjukkan bahwa Yehuwa memiliki hikmat yang tertinggi?
Misalnya, Alkitab mengatakan bahwa Yehuwa adalah ”satu-satunya pribadi yang berhikmat”. (Roma 16:27) Yehuwa-lah satu-satunya pribadi yang memiliki hikmat dalam arti yang mutlak. Dialah
sumber segala hikmat yang sejati. (Amsal 2:6) Itulah sebabnya, Yesus, meskipun ia adalah ciptaan Yehuwa yang paling berhikmat, tidak bersandar pada hikmatnya sendiri tetapi berbicara sesuai dengan petunjuk Bapaknya.—Yohanes 12:48-50.
18 Perhatikan bagaimana rasul Paulus mengungkapkan keunikan
hikmat Yehuwa, ”Oh, dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah! Betapa tidak terselidiki penghakimannya dan tidak terjejaki jalan-jalannya!” (Roma 11:33) Dengan mengawali ayat tersebut
dengan seruan ”oh”, Paulus memperlihatkan emosi yang kuat—dalam hal ini, rasa takjub yang amat dalam. Kata Yunani yang ia pilih untuk ’dalam’ erat kaitannya dengan kata untuk ”jurang yang
tidak terduga dalamnya”. Oleh karena itu, kata-katanya menimbulkan gambaran mental yang hidup. Sewaktu kita merenungkan hikmat Yehuwa, halnya seolah-olah kita sedang menatap suatu lubang
yang tak berdasar, suatu tempat yang teramat dalam dan teramat
luas sehingga kita bahkan tidak akan pernah dapat memahami seberapa besar lubang itu, apalagi menjelajahinya atau memetakannya secara terperinci. (Mazmur 92:5) Dengan demikian, bukankah
kita tidak ada artinya jika dibandingkan dengan Allah?
17, 18. Mengapa Alkitab mengatakan bahwa Yehuwa adalah ”satusatunya pribadi yang berhikmat”, dan mengapa hendaknya hikmatNya membuat kita diliputi perasaan takjub?
’OH, DALAMNYA HIKMAT ALLAH!’
177
Pertanyaan untuk Direnungkan
Ayub 28:11-28 Seberapa bernilaikah hikmat ilahi itu, dan hal baik
apa yang dapat dihasilkan dari perenungan mengenai pokok tersebut?
Mazmur 104:1-25 Bagaimana hikmat Yehuwa nyata dalam penciptaan, dan perasaan apa yang ditimbulkannya dalam diri Saudara?
Amsal 3:19-26 Jika kita merenungkan hikmat Yehuwa dan menerapkannya, bisa jadi apa pengaruhnya terhadap kehidupan kita
dari hari ke hari?
Daniel 2:19-28 Mengapa Yehuwa disebut sebagai Penyingkap rahasia, dan bagaimana hendaknya kita menanggapi hikmat yang
berkaitan dengan nubuat yang terdapat dalam Firman-Nya?
19 Yehuwa adalah ”satu-satunya pribadi yang berhikmat” dalam
pengertian lain: Hanya Dialah yang sanggup melihat ke masa depan. Ingatlah, Yehuwa menggunakan elang yang dapat melihat jarak jauh untuk melambangkan hikmat ilahi. Seekor elang emas
mungkin beratnya hanya lima kilogram, tetapi matanya lebih besar daripada mata orang dewasa. Penglihatan elang luar biasa tajam
sehingga memungkinkan burung tersebut menemukan mangsa
yang mungil dari ketinggian ratusan meter, bahkan mungkin dari
jarak berkilo-kilo! Yehuwa sendiri pernah berkata mengenai elang,
”Ke tempat yang jauh matanya terus memandang.” (Ayub 39:29)
Dalam pengertian yang sama, Yehuwa dapat memandang ”ke tempat yang jauh” dalam arus waktu—masa depan!
20 Alkitab sarat dengan bukti akan benarnya hal itu. Alkitab berisi
ratusan nubuat atau sejarah yang ditulis jauh di muka. Hasil akhir
berbagai perang, bangkit dan jatuhnya kuasa-kuasa dunia, dan
bahkan strategi pertempuran para komandan militer tertentu semuanya dinubuatkan di dalam Alkitab—dalam beberapa kasus, ratusan tahun di muka.—Yesaya 44:25–45:4; Daniel 8:2-8, 20-22.
19, 20. (a) Mengapa elang cocok untuk melambangkan hikmat
ilahi? (b) Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan kesanggupan-Nya
untuk melihat ke masa depan?
178
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
21 Akan tetapi, apakah hal itu berarti bahwa Allah telah mengetahui sebelumnya pilihan-pilihan yang akan Saudara buat dalam kehidupan? Mereka yang mengajarkan doktrin takdir berkeras bahwa jawabannya adalah ya. Akan tetapi, konsep tersebut sebenarnya
merendahkan hikmat Yehuwa, karena hal itu menyiratkan bahwa
Ia tidak dapat mengendalikan kesanggupan-Nya untuk melihat ke
masa depan. Sebagai ilustrasi: Seandainya Saudara memiliki suara
merdu yang tak tertandingi, apakah dengan begitu Saudara tidak
punya pilihan lain selain menyanyi sepanjang waktu? Konsep tersebut tidak masuk akal! Demikian pula, Yehuwa memiliki kesanggupan untuk mengetahui masa depan jauh di muka, tetapi Ia tidak
menggunakannya sepanjang waktu. Seandainya Ia melakukannya,
kebebasan berkehendak kita, suatu pemberian berharga yang tidak akan pernah Yehuwa tarik kembali, bisa jadi akan dilanggar.
—Ulangan 30:19, 20.
22 Yang lebih buruk lagi ialah konsep takdir menyiratkan bahwa
hikmat Yehuwa itu dingin, tanpa kasih, tanpa perasaan, atau tanpa
keibaan hati. Namun, pendapat tersebut sama sekali tidak benar!
Alkitab mengajarkan bahwa Yehuwa itu ”hatinya bijaksana”. (Ayub
9:4) Bukan berarti Ia memiliki hati aksara, tetapi Alkitab sering kali
menggunakan kata itu sehubungan dengan batin, yang mencakup
motivasi dan perasaan, seperti kasih. Jadi, hikmat Yehuwa, sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain, dikendalikan oleh kasih.—1 Yohanes
4:8.
23 Tentu saja, hikmat Yehuwa dapat diandalkan sepenuhnya. Hikmat-Nya jauh lebih unggul daripada hikmat kita sendiri sehingga Firman Allah dengan pengasih mendesak kita, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada
pengertianmu sendiri. Dalam segala jalanmu, berikanlah perhatian kepadanya, dan ia akan meluruskan jalan-jalanmu.” (Amsal 3:
5, 6) Sekarang, marilah kita gali hikmat Yehuwa sehingga kita dapat mendekat kepada Allah kita yang mahabijaksana.
21, 22. (a) Mengapa tidak ada dasar untuk menyimpulkan bahwa
Yehuwa telah mengetahui sebelumnya semua pilihan yang akan Saudara buat dalam kehidupan? Ilustrasikan. (b) Bagaimana kita tahu
bahwa hikmat Yehuwa tidak dingin atau tanpa perasaan?
23. Keunggulan hikmat Yehuwa hendaknya menggerakkan kita untuk melakukan apa?
P A S A L
1 8
Hikmat dalam ”Perkataan Allah”
INGATKAH Saudara kapan terakhir kali menerima surat dari seseorang yang Saudara kasihi yang tinggal di tempat yang jauh? Tidak banyak hal yang memberi kita kebahagiaan sebesar yang kita
peroleh karena menerima sepucuk surat yang tulus dari seseorang
yang kita sayangi. Kita sangat senang mendengar tentang keadaannya, pengalaman-pengalamannya, dan rencana-rencananya. Komunikasi semacam itu membuat orang-orang yang saling mengasihi
menjadi lebih dekat, meskipun secara fisik mereka berjauhan.
2 Kalau begitu, apa yang dapat lebih membahagiakan kita daripada
menerima pesan tertulis dari Allah yang kita kasihi? Dalam pengertian tertentu, Yehuwa telah menulis sepucuk ”surat”—Firman-Nya,
Alkitab—kepada kita. Di dalamnya, Ia memberi tahu kita siapa diriNya, apa yang telah Ia lakukan, apa yang akan Ia lakukan, dan masih banyak lagi. Yehuwa memberi kita Firman-Nya karena Ia ingin
kita dekat dengan-Nya. Allah kita yang mahabijaksana memilih cara
yang paling baik untuk berkomunikasi dengan kita. Ada hikmat
yang tak tertandingi di balik penulisan Alkitab dan dalam isinya.
Mengapa Firman yang Tertulis?
Ada yang mungkin bertanya-tanya, ’Mengapa Yehuwa tidak
menggunakan metode yang lebih dramatis—katakanlah, suara dari
surga—untuk berkomunikasi dengan manusia?’ Sebenarnya, Yehuwa kadang-kadang memang berbicara dari surga dengan perantaraan malaikat-malaikat-Nya. Misalnya, sewaktu Ia memberikan Hukum kepada Israel. (Galatia 3:19) Suara dari surga membangkitkan
rasa takut dan hormat—sedemikian hebatnya sampai-sampai orang
Israel yang ketakutan tersebut meminta Yehuwa agar tidak berbicara kepada mereka dengan cara itu tetapi berkomunikasi melalui
Musa. (Keluaran 20:18-20) Karena itulah, Hukum, yang memuat
sekitar 600 ketetapan, disampaikan kepada Musa secara lisan, kata
demi kata.
3
1, 2. ”Surat” apa yang telah Yehuwa tulis kepada kita, dan mengapa?
3. Dengan cara apa Yehuwa menyampaikan Hukum kepada Musa?
HIKMAT DALAM ”PERKATAAN ALLAH”
181
4 Akan tetapi, bagaimana jika Hukum tersebut tidak pernah dituangkan ke dalam tulisan? Apakah Musa akan sanggup mengingat
dengan tepat kaidah yang terperinci itu kata demi kata dan menyampaikannya kepada segenap bangsa itu tanpa keliru? Bagaimana
dengan generasi-generasi selanjutnya? Apakah mereka harus mengandalkan pernyataan lisan saja? Cara seperti itu bukanlah metode
yang dapat diandalkan dalam menyampaikan hukum-hukum Allah.
Bayangkan apa yang akan terjadi jika Saudara harus menyampaikan
sebuah cerita kepada sederetan panjang orang dengan mengatakannya kepada orang pertama yang kemudian meneruskannya ke orang
berikutnya sampai ke orang terakhir dalam deretan itu. Apa yang didengar oleh orang terakhir dalam deretan itu kemungkinan besar
akan sangat berbeda dengan cerita aslinya. Perkataan Hukum Allah
tidak berada dalam bahaya seperti itu.
5 Dengan bijaksana, Yehuwa memilih untuk menuangkan firmanNya ke dalam tulisan. Ia menginstruksikan Musa, ”Tuliskanlah firman ini, karena sesuai dengan firman inilah aku mengadakan perjanjian denganmu dan Israel.” (Keluaran 34:27) Dengan demikian,
dimulailah era penulisan Alkitab, pada tahun 1513 SM. Selama lebih dari 1.610 tahun setelahnya, Yehuwa dalam ’banyak peristiwa
dan dengan berbagai cara berbicara’ kepada sekitar 40 orang penulis
yang kemudian menuliskan Alkitab. (Ibrani 1:1) Seraya waktu berjalan, para penyalin yang setia bekerja dengan sangat teliti untuk
menghasilkan salinan-salinan yang akurat demi pelestarian TulisanTulisan Kudus.—Ezra 7:6; Mazmur 45:1.
6 Yehuwa benar-benar memberkati kita dengan berkomunikasi secara tertulis. Pernahkah Saudara menerima sepucuk surat yang sangat berarti bagi Saudara—mungkin karena isinya memberikan
penghiburan yang dibutuhkan—sehingga Saudara menyimpannya
dan membacanya berulang kali? Demikian pula dengan ”surat”
Yehuwa kepada kita. Karena Yehuwa menuangkan firman-Nya ke
4. Jelaskan mengapa penyampaian secara lisan bukanlah metode
yang dapat diandalkan dalam menyampaikan hukum-hukum Allah.
5, 6. Apa yang Yehuwa instruksikan kepada Musa untuk dilakukan
berkenaan dengan firman-Nya, dan mengapa memiliki Firman Yehuwa dalam bentuk tulisan merupakan berkat bagi kita?
”Segenap Tulisan Kudus diilhamkan Allah”
182
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
dalam tulisan, kita dapat membacanya secara teratur dan merenungkan apa yang dikatakannya. (Mazmur 1:2) Kita bisa mendapatkan
”penghiburan dari Tulisan-Tulisan Kudus” kapan pun kita membutuhkannya.—Roma 15:4.
Mengapa Penulisnya Manusia?
Dengan hikmat-Nya, Yehuwa menggunakan manusia untuk menuliskan Firman-Nya. Coba pertimbangkan hal ini: Seandainya Yehuwa menggunakan malaikat untuk menulis Alkitab, apakah Alkitab akan memiliki daya tarik yang sama? Memang, para malaikat
dapat menggambarkan Yehuwa dari sudut pandang mereka yang
mulia, menyatakan pengabdian mereka kepada Yehuwa, dan memberikan laporan tentang manusia yang menjadi hamba-hamba
Allah yang setia. Namun, apakah kita akan benar-benar sanggup memahami sudut pandangan makhluk-makhluk roh yang sempurna,
yang pengetahuannya, pengalamannya, dan kekuatannya jauh melebihi kita?—Ibrani 2:6, 7.
8 Dengan menggunakan manusia sebagai penulis, Yehuwa memberikan apa yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita—suatu
catatan yang ”diilhamkan Allah” tetapi tetap memiliki unsur-unsur
manusiawi. (2 Timotius 3:16) Bagaimana Yehuwa mencapainya? Sering kali, Yehuwa tampaknya memperbolehkan para penulis tersebut untuk menggunakan kesanggupan mental mereka sendiri dalam memilih ”kata-kata yang menyenangkan dan cara menuliskan
kata-kata kebenaran yang tepat”. (Pengkhotbah 12:10, 11) Hal itu
membantu kita mengerti mengapa gaya penulisan Alkitab bervariasi; tulisan-tulisan tersebut mencerminkan latar belakang dan kepribadian tiap-tiap penulis.1 Namun, pria-pria tersebut ”mengatakan apa yang berasal dari Allah seraya mereka dibimbing oleh roh
7
1 Sebagai contoh, Daud, yang sebelumnya adalah seorang gembala, menggunakan contoh-contoh yang diambil dari kehidupan seorang gembala. (Mazmur 23) Matius, yang dulunya adalah seorang pemungut pajak, membuat banyak sekali referensi yang berhubungan dengan angka dan nilai uang. (Matius
17:27; 26:15; 27:3) Lukas, yang adalah seorang dokter, menggunakan kata-kata
yang menunjukkan latar belakang medisnya.—Lukas 4:38; 14:2; 16:20.
7. Bagaimana hikmat Yehuwa nyata dengan digunakannya manusia
sebagai penulis?
8. Bagaimana para penulis Alkitab diperbolehkan menggunakan kesanggupan mental mereka sendiri? (Lihat juga catatan kaki.)
HIKMAT DALAM ”PERKATAAN ALLAH”
183
kudus”. (2 Petrus 1:21) Oleh karena itu, hasil akhirnya benar-benar
merupakan ”perkataan Allah”.—1 Tesalonika 2:13.
9 Karena manusia digunakan sebagai penulisnya, Alkitab memiliki
kehangatan dan daya tarik yang luar biasa. Para penulisnya adalah
pria-pria yang mempunyai perasaan seperti kita. Karena tidak sempurna, mereka mengalami pencobaan dan tekanan yang sama dengan kita. Dalam beberapa kasus, roh Yehuwa mengilhami mereka
untuk menuliskan perasaan dan perjuangan mereka sendiri. (2 Korintus 12:7-10) Jadi, mereka menulis dengan kata ganti orang pertama, kata-kata yang tidak dapat dinyatakan oleh malaikat mana
pun.
10 Sebagai contoh, perhatikan Raja Daud dari Israel. Setelah melakukan beberapa dosa serius, Daud menggubah sebuah mazmur
yang di dalamnya ia mencurahkan isi hatinya, memohon ampun
kepada Allah. Ia menulis, ”Bersihkanlah aku bahkan dari dosaku.
Karena aku sendiri mengetahui pelanggaranku, dan dosaku ada di
depanku senantiasa. Lihat! Dalam kesalahan aku dilahirkan disertai sakit bersalin, dan dalam dosa aku dikandung ibuku. Janganlah
membuang aku dari hadapanmu; dan janganlah ambil roh kudusmu dari diriku. Korban kepada Allah adalah semangat yang patah;
hati yang patah dan remuk, oh, Allah, tidak akan kaupandang hina.”
(Mazmur 51:2, 3, 5, 11, 17) Bukankah Saudara dapat merasakan tekanan batin sang penulis? Siapa selain manusia tak sempurna yang
dapat mengungkapkan perasaan yang sepenuh hati demikian?
Mengapa Sebuah Buku tentang Orang-Orang?
Ada hal lain lagi yang turut menambah daya tarik Alkitab. Secara umum, Alkitab adalah sebuah buku tentang orang-orang—orang
yang benar-benar ada—yang melayani Allah dan yang tidak. Kita
membaca mengenai pengalaman, kesukaran, dan sukacita mereka.
Kita melihat hasil pilihan mereka dalam kehidupan. Kisah-kisah tersebut ditulis ”untuk mengajar kita”. (Roma 15:4) Melalui kisah-kisah nyata tersebut, Yehuwa mengajar dengan cara yang menyentuh
hati kita. Perhatikan beberapa contoh.
11
9, 10. Mengapa digunakannya para penulis manusia menambah kehangatan dan daya tarik Alkitab?
11. Kisah-kisah nyata apa tertulis dalam Alkitab ”untuk mengajar
kita”?
184
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
12 Alkitab bercerita tentang manusia yang tidak setia, bahkan yang
fasik, dan apa yang menimpa mereka. Dalam catatan-catatan tersebut, sifat-sifat yang tidak benar tercermin dalam tindakan sehingga
kita lebih mudah mengerti. Misalnya, sehubungan dengan menentang ketidakloyalan, apakah ada perintah yang lebih ampuh daripada contoh hidup sifat ini dalam diri Yudas sewaktu ia menjalankan rencananya untuk mengkhianati Yesus? (Matius 26:14-16, 4650; 27:3-10) Catatan seperti itu mencapai hati kita dengan lebih efektif, membantu kita mengenali dan membuang tabiat yang sangat
buruk.
13 Alkitab juga menceritakan banyak hamba Allah yang setia. Kita
membaca tentang pengabdian dan keloyalan mereka. Kita melihat
contoh-contoh nyata berkenaan dengan sifat-sifat yang perlu kita
pupuk agar dapat mendekat kepada Allah. Sebagai contoh, iman.
Alkitab mendefinisikan iman dan memberi tahu kita betapa pentingnya sifat itu jika kita ingin menyenangkan Allah. (Ibrani 11:1, 6)
Namun, Alkitab juga berisi contoh-contoh hidup mengenai menjalankan iman. Pikirkanlah iman yang Abraham tunjukkan sewaktu
ia berupaya mempersembahkan Ishak. (Kejadian, pasal 22; Ibrani
11:17-19) Melalui catatan seperti itu, kata ”iman” menjadi lebih bermakna dan lebih mudah dipahami. Alangkah bijaksananya Yehuwa
yang tidak hanya menasihati kita untuk memupuk sifat-sifat yang
benar tetapi juga memberikan banyak contoh tentang bagaimana
sifat-sifat itu diperlihatkan!
14 Kisah-kisah nyata yang terdapat dalam Alkitab sering kali mengajarkan sesuatu kepada kita tentang pribadi macam apa Yehuwa itu.
Perhatikanlah apa yang kita baca tentang seorang wanita yang Yesus amati di bait. Sambil duduk di dekat tempat sumbangan, Yesus mengamati orang-orang yang menjatuhkan sumbangan mereka. Banyak orang kaya datang, memberi ”dari kelebihan mereka”.
Tetapi, tatapan Yesus terfokus pada seorang janda miskin. Pemberiannya terdiri atas ”dua uang logam kecil, yang sangat sedikit ni-
12. Dengan cara bagaimana catatan Alkitab tentang manusia yang tidak setia membantu kita?
13. Dengan cara apa Alkitab membantu kita memahami sifat-sifat
yang menarik?
14, 15. Apa yang Alkitab ceritakan kepada kita tentang seorang wanita yang datang ke bait, dan apa yang kita pelajari tentang Yehuwa
dari kisah ini?
HIKMAT DALAM ”PERKATAAN ALLAH”
185
lainya”.1 Itu adalah uangnya yang terakhir. Yesus, yang dengan sempurna mencerminkan pikiran Yehuwa dalam segala hal, mengatakan, ”Janda miskin ini telah menjatuhkan lebih banyak daripada semua orang yang menjatuhkan uang ke dalam tempat sumbangan.”
Menurut kata-kata itu, sang janda memasukkan lebih banyak daripada total pemberian orang-orang lainnya.—Markus 12:41-44; Lukas 21:1-4; Yohanes 8:28.
15 Tidakkah sangat penting artinya bahwa dari sekian banyak orang
yang datang ke bait pada hari itu, janda inilah yang dipilih dan disebutkan di dalam Alkitab? Melalui contoh ini, Yehuwa mengajar kita
bahwa Ia adalah Allah yang penuh penghargaan. Ia senang menerima pemberian kita yang sepenuh jiwa, tidak soal bagaimana perbandingannya dengan apa yang orang lain dapat berikan. Yehuwa
pasti tahu bahwa inilah cara terbaik untuk mengajarkan kebenaran
yang menghangatkan hati ini kepada kita!
Apa yang Tidak Dicatat dalam Alkitab
Sewaktu Saudara menulis surat kepada seseorang yang dikasihi, ada begitu banyak hal yang tidak dapat Saudara tuliskan.
Jadi, Saudara dengan bijaksana memilih apa yang akan ditulis. Demikian pula, Yehuwa memilih untuk menyebutkan individu atau
peristiwa tertentu dalam Firman-Nya. Namun, dalam catatan-catatan yang deskriptif itu, Alkitab tidak selalu menjabarkan semua
perinciannya. (Yohanes 21:25) Misalnya, sewaktu Alkitab menceritakan penghakiman oleh Allah, informasi yang diberikan bisa jadi tidak menjawab semua pertanyaan kita. Hikmat Yehuwa terlihat bahkan pada apa yang Ia pilih untuk tidak dicatat dalam Firman-Nya.
Bagaimana mungkin?
17 Cara Alkitab ditulis berguna untuk menguji apa yang ada dalam
hati kita. Ibrani 4:12 berkata, ”Firman [atau, pesan] Allah itu hidup
dan mengerahkan kuasa dan lebih tajam daripada pedang bermata
dua mana pun dan menusuk bahkan sampai memisahkan jiwa dan
16
1 Uang logam ini masing-masing bernilai satu lepton, uang logam Yahudi yang
paling kecil dalam peredaran saat itu. Dua lepton sama dengan 1/64 upah sehari.
Dua uang logam ini bahkan tidak cukup untuk membeli seekor burung pipit, burung termurah yang dijadikan makanan oleh orang miskin.
16, 17. Bagaimana hikmat Yehuwa terlihat bahkan pada apa yang Ia
pilih untuk tidak dicatat dalam Firman-Nya?
186
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
roh . . . dan dapat menilai pikiran dan niat hati.” Pesan Alkitab menusuk jauh ke dalam, menyingkapkan cara berpikir dan motif-motif kita yang sesungguhnya. Mereka yang membacanya dengan hati
yang kritis sering kali tersandung oleh catatan-catatan yang tidak
berisi cukup informasi untuk memuaskan diri mereka. Orang-orang
demikian bisa jadi bahkan mempertanyakan apakah Yehuwa benarbenar pengasih, berhikmat, dan adil.
18 Sebaliknya, sewaktu mempelajari Alkitab dengan saksama dan
dengan hati yang tulus, kita belajar mengenai Yehuwa dalam konteks gambaran Alkitab secara keseluruhan tentang diri-Nya. Oleh
karena itu, kita tidak akan terganggu jika catatan tertentu menimbulkan beberapa pertanyaan yang tidak dapat segera kita temukan
jawabannya. Sebagai ilustrasi: Sewaktu menyatukan sebuah teka-teki
gambar yang besar, kita mungkin pada awalnya tidak dapat menemukan potongan tertentu atau kita tidak dapat melihat bagaimana potongan tertentu cocok untuk digabungkan dengan potongan
lainnya. Namun, potongan-potongan yang telah kita susun mungkin sudah cukup untuk membuat kita mengerti seperti apa gambar
lengkapnya. Demikian pula, sewaktu kita mempelajari Alkitab, sedikit demi sedikit kita mengetahui seperti apa Allah Yehuwa itu, dan
gambaran yang jelas pun muncul. Kalaupun pada awalnya kita tidak
dapat memahami catatan tertentu atau tidak dapat melihat bagaimana catatan itu cocok dengan kepribadian Allah, pelajaran Alkitab
kita telah lebih dari cukup mengajar kita tentang Yehuwa sehingga
kita dapat melihat bahwa Ia pasti adalah Allah yang pengasih dan
adil.
19 Jadi, untuk memahami Firman Allah, kita harus membaca dan
mempelajarinya dengan hati yang tulus dan pikiran yang terbuka.
Bukankah hal itu membuktikan besarnya hikmat yang Yehuwa miliki? Manusia yang cerdas dapat menulis buku yang hanya dapat
dipahami oleh ”orang-orang yang berhikmat dan tinggi kecerdasannya”. Tetapi, untuk mengarang sebuah buku yang hanya dapat
dipahami oleh orang-orang yang memiliki motivasi hati yang benar—itu butuh hikmat Allah!—Matius 11:25.
18, 19. (a) Mengapa kita hendaknya tidak terganggu jika catatan tertentu dalam Alkitab menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak
dapat segera kita temukan jawabannya? (b) Apa yang dibutuhkan untuk memahami Firman Allah, dan bagaimana hal itu membuktikan
besarnya hikmat Yehuwa?
HIKMAT DALAM ”PERKATAAN ALLAH”
187
Buku yang Berisi ”Hikmat yang Praktis”
Dalam Firman-Nya, Yehuwa memberi tahu kita cara terbaik untuk menjalani hidup. Sebagai Pencipta kita, Ia mengetahui kebutuhan kita lebih baik daripada kita sendiri. Dan, kebutuhan dasar
manusia—termasuk hasrat untuk mendapatkan kasih sayang, untuk
berbahagia, dan untuk menyukseskan suatu hubungan—tetap sama.
Alkitab sarat dengan ”hikmat yang praktis” yang dapat membantu
kita menempuh kehidupan yang penuh arti. (Amsal 2:7) Tiap bagian dari alat bantu pengajaran ini berisi sebuah pasal yang menunjukkan bagaimana kita dapat menerapkan nasihat Alkitab yang bijaksana, tetapi di pasal ini, marilah kita perhatikan satu contoh saja.
21 Pernahkah Saudara memperhatikan bahwa orang-orang yang
menyimpan dendam dan yang memendam kekesalan sering kali
pada akhirnya menyakiti diri mereka sendiri? Kekesalan adalah beban yang sangat berat untuk dipikul dalam kehidupan. Jika kita memupuknya, perasaan itu akan menggerogoti pikiran kita, merampas
kedamaian kita, dan memadamkan sukacita kita. Penelitian ilmiah
memperkirakan bahwa memendam kemarahan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan banyak penyakit kronis lainnya. Lama sebelum penelitian ilmiah semacam itu dilakukan, Alkitab dengan bijaksana berkata, ”Jauhilah kemarahan dan tinggalkan
kemurkaan.” (Mazmur 37:8) Namun, bagaimana kita dapat melakukannya?
22 Firman Allah memberikan nasihat yang bijaksana ini, ”Pemahaman seseorang pasti memperlambat kemarahannya, dan adalah keindahan di pihaknya untuk memaafkan pelanggaran.” (Amsal 19:11) Pemahaman adalah kesanggupan untuk melihat apa yang
ada di balik permukaan, untuk melihat apa yang ada di balik penampilan luar. Pemahaman memupuk pengertian, karena pemahaman
dapat membantu kita mengerti mengapa orang lain berbicara atau
bertindak dengan cara tertentu. Dengan berupaya memahami motif-motifnya, perasaannya, dan keadaannya yang sebenarnya, kita
terbantu untuk menyingkirkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan negatif terhadap orang tersebut.
20
20. Mengapa hanya Yehuwa yang dapat memberi tahu kita cara terbaik untuk menjalani hidup, dan apa yang terdapat dalam Alkitab
yang bisa membantu kita?
21-23. Nasihat bijaksana apa yang dapat membantu kita untuk tidak
memendam kemarahan dan kekesalan?
188
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Pertanyaan untuk Direnungkan
Amsal 2:1-6 Upaya apa yang dibutuhkan untuk memperoleh hikmat yang terdapat dalam Firman Allah?
Amsal 2:10-22 Apa saja manfaatnya jika kita menyelaraskan kehidupan kita dengan nasihat yang bijaksana dari Alkitab?
Roma 7:15-25 Bagaimana ayat-ayat ini memberikan gambaran
tentang betapa berhikmatnya menggunakan manusia untuk menulis Firman Allah?
1 Korintus 10:6-12 Hikmah apa yang dapat kita peroleh dari contoh peringatan Alkitab sehubungan dengan Israel?
23 Alkitab berisi sebuah nasihat lebih jauh ini, ”Teruslah bersabar
seorang terhadap yang lain dan ampuni satu sama lain dengan lapang hati.” (Kolose 3:13) Pernyataan ”teruslah bersabar seorang terhadap yang lain” menganjurkan kita untuk sabar terhadap orang
lain, mentoleransi tabiat yang mungkin menjengkelkan kita. Kepanjangsabaran demikian dapat membantu kita untuk tidak memupuk kekesalan-kekesalan kecil. ’Mengampuni’ mengandung gagasan
membiarkan sakit hati berlalu. Allah kita yang bijaksana tahu bahwa kita perlu mengampuni orang lain jika ada dasar yang tepat untuk melakukannya. Hal itu tidak hanya demi manfaat mereka tetapi
juga demi kedamaian pikiran dan hati kita sendiri. (Lukas 17:3, 4)
Sungguh luar biasa hikmat yang terdapat dalam Firman Allah!
24 Karena tergerak oleh kasih-Nya yang berlimpah, Yehuwa ingin
berkomunikasi dengan kita. Ia memilih cara yang terbaik—sepucuk
”surat” yang ditulis oleh manusia-manusia di bawah bimbingan roh
kudus. Hasilnya, hikmat Yehuwa tertuang ke dalam halaman-halaman surat tersebut. Hikmat ini ”benar-benar dapat dipercaya”. (Mazmur 93:5) Seraya menyelaraskan kehidupan kita dengan hikmat itu
dan seraya membagikannya kepada orang lain, kita dengan sendirinya akan dekat dengan Allah kita yang mahabijaksana. Di pasal
berikut, kita akan membahas contoh lainnya yang menonjol sehubungan dengan hikmat Yehuwa yang berpandangan jauh: kesanggupan-Nya untuk menubuatkan masa depan dan untuk menggenapi maksud-tujuan-Nya.
24. Apa hasilnya jika kita menyelaraskan kehidupan kita dengan hikmat ilahi?
P A S A L
1 9
”Hikmat Allah
dalam Suatu Rahasia Suci”
RAHASIA! Karena rahasia membangkitkan rasa ingin tahu, memikat, dan membingungkan, manusia sering kali sulit untuk menyimpannya. Akan tetapi, Alkitab mengatakan, ”Kemuliaan Allah
adalah merahasiakan persoalan.” (Amsal 25:2) Ya, sebagai Penguasa yang Berdaulat dan Pencipta, Yehuwa berhak merahasiakan beberapa hal dari umat manusia sampai waktu yang Ia tentukan untuk menyingkapkannya tiba.
2 Akan tetapi, ada sebuah rahasia yang memikat dan membangkitkan rasa ingin tahu yang telah Yehuwa singkapkan dalam Firman-Nya. Rahasia itu disebut ”rahasia suci kehendak [Allah]”.
(Efesus 1:9) Mempelajarinya bukan hanya dapat memuaskan keingintahuan Saudara. Pengetahuan akan rahasia ini dapat membimbing kepada keselamatan dan dapat memberi Saudara sekilas
pandang mengenai hikmat Yehuwa yang tidak terduga dalamnya.
Disingkapkan secara Progresif
Sewaktu Adam dan Hawa berdosa, maksud-tujuan Yehuwa untuk mewujudkan suatu firdaus di bumi yang dihuni oleh manusia
yang sempurna seolah-olah berhasil digagalkan. Namun, Allah segera menangani masalah tersebut. Ia berkata, ”Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau [si ular] dan wanita itu dan antara
benihmu dan benihnya. Ia akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya.”—Kejadian 3:15.
4 Kata-kata tersebut penuh teka-teki dan misterius. Siapa gerangan
wanita itu? Siapakah si ular? Siapakah ’benih’ yang akan meremukkan kepala si ular? Adam dan Hawa hanya bisa menebak. Akan tetapi, firman Allah memberikan harapan kepada semua keturunan
yang setia dari pasangan yang tidak setia tersebut. Keadilbenaran
3
1, 2. ”Rahasia suci” apa yang hendaknya menarik minat kita, dan
mengapa?
3, 4. Bagaimana nubuat yang dicatat di Kejadian 3:15 memberikan
harapan, dan apa misteri, atau ”rahasia suci”, yang terkandung di dalamnya?
”HIKMAT ALLAH DALAM SUATU RAHASIA SUCI”
191
akan berkemenangan. Maksud-tujuan Yehuwa akan menjadi kenyataan. Tetapi, bagaimana? Oh, itu suatu misteri! Alkitab menyebutnya sebagai ”hikmat Allah dalam suatu rahasia suci, hikmat
yang tersembunyi”.—1 Korintus 2:7.
5 Sebagai ”Penyingkap rahasia”, Yehuwa akhirnya akan menyingkapkan perincian yang relevan dengan penggenapan rahasia tersebut. (Daniel 2:28) Namun, Ia akan melakukannya secara bertahap,
secara progresif. Sebagai ilustrasi, kita mungkin membayangkan bagaimana tanggapan seorang ayah yang pengasih sewaktu putranya
yang masih kecil bertanya, ”Pa, bagaimana sih aku bisa lahir?” Seorang ayah yang bijaksana hanya akan memberikan sejumlah informasi yang dapat dipahami sang bocah. Seraya anak itu bertambah besar, sang ayah akan memberi tahu dia lebih banyak hal.
Dengan cara yang sama, Yehuwa menentukan kapan umat-Nya
siap mendapatkan penyingkapan tentang kehendak dan maksudtujuan-Nya.—Amsal 4:18; Daniel 12:4.
6 Bagaimana Yehuwa membuat penyingkapan seperti itu? Ia
menggunakan serangkaian perjanjian, atau kontrak, untuk menyingkapkan banyak hal. Kemungkinan besar, Saudara pernah terikat kontrak tertentu—barangkali untuk membeli sebuah rumah
atau untuk meminjam atau meminjamkan uang. Kontrak tersebut
memberikan jaminan hukum bahwa syarat-syarat yang telah disepakati akan dipenuhi. Namun, mengapa Yehuwa perlu membuat
perjanjian, atau kontrak, resmi dengan manusia? Firman-Nya pasti
merupakan jaminan yang memadai untuk janji-janji-Nya. Hal itu
memang benar, tetapi bahkan dalam beberapa kesempatan, Allah
dengan baik hati telah mendukung perkataan-Nya dengan sejumlah kontrak hukum. Kesepakatan-kesepakatan yang bersifat mengikat tersebut memberi kita, manusia yang tak sempurna, dasar
5. Ilustrasikan alasan Yehuwa menyingkapkan rahasia-Nya secara
progresif.
6. (a) Apa tujuan sebuah perjanjian, atau kontrak? (b) Mengapa merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa Yehuwa mau memprakarsai
perjanjian-perjanjian dengan manusia?
”Aku . . . akan melipatgandakan benihmu seperti
bintang-bintang di langit”
192
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
yang lebih kuat lagi untuk mempercayai janji-janji Yehuwa.—Ibrani
6:16-18.
Perjanjian dengan Abraham
Lebih dari dua ribu tahun setelah manusia diusir dari Firdaus, Yehuwa berkata kepada hamba-Nya yang setia Abraham, ”Aku pasti
akan melipatgandakan benihmu seperti bintang-bintang di langit
. . . dan melalui benihmu, semua bangsa di bumi pasti akan memperoleh berkat oleh karena engkau telah mendengarkan perkataanku.” (Kejadian 22:17, 18) Perkataan tersebut bukan sekadar janji; Yehuwa merumuskannya dalam bentuk perjanjian hukum dan
mendukungnya dengan sumpah-Nya yang tak akan Ia ingkari. (Kejadian 17:1, 2; Ibrani 6:13-15) Sungguh luar biasa fakta bahwa Tuan
Yang Berdaulat benar-benar mengadakan kontrak untuk memberkati umat manusia!
8 Perjanjian Abraham menyingkapkan bahwa Benih yang dijanjikan tersebut akan datang sebagai manusia, karena ia akan berasal
dari keturunan Abraham. Namun, siapakah dia? Pada waktunya, Yehuwa menyingkapkan bahwa di antara putra-putra Abraham,
Ishak-lah yang akan menjadi nenek moyang Benih tersebut. Di antara kedua putra Ishak, Yakub-lah yang dipilih. (Kejadian 21:12; 28:
13, 14) Belakangan, Yakub mengucapkan kata-kata nubuat ini kepada salah seorang dari ke-12 putranya, ”Tongkat kekuasaan tidak
akan tersingkir dari Yehuda, ataupun tongkat kepemimpinan dari
antara kakinya, sampai Syilo [”Dia Yang Memiliki”] datang; dan
kepadanya bangsa-bangsa akan taat.” (Kejadian 49:10) Dengan demikian, tersingkaplah bahwa Benih tersebut akan menjadi seorang
raja, keturunan Yehuda!
7
Perjanjian dengan Israel
9
Pada tahun 1513 SM, Yehuwa membuat suatu penyelenggaraan
7, 8. (a) Perjanjian apa yang Yehuwa adakan dengan Abraham, yang
memancarkan terang apa bagi rahasia suci? (b) Bagaimana Yehuwa secara progresif mempersempit garis keturunan yang mengarah kepada
Benih yang dijanjikan?
9, 10. (a) Perjanjian apa yang Yehuwa adakan dengan bangsa Israel,
dan perlindungan macam apa yang disediakan oleh perjanjian tersebut? (b) Bagaimana Hukum mempertunjukkan bahwa umat manusia
membutuhkan tebusan?
”HIKMAT ALLAH DALAM SUATU RAHASIA SUCI”
193
yang mempersiapkan jalan bagi penyingkapan lebih lanjut berkenaan dengan rahasia suci. Ia mengikat perjanjian dengan keturunan Abraham, bangsa Israel. Meskipun sekarang tidak berlaku lagi,
perjanjian Hukum Musa tersebut merupakan bagian penting dalam maksud-tujuan Yehuwa untuk menghasilkan Benih yang dijanjikan. Mengapa demikian? Perhatikan tiga cara berikut ini. Pertamatama, Hukum tersebut bagaikan tembok pelindung. (Efesus 2:14)
Ketetapan-ketetapannya yang adil-benar berfungsi sebagai pemisah
antara orang Yahudi dan orang Kafir. Dengan demikian, Hukum
membantu melindungi garis keturunan yang mengarah kepada Benih yang dijanjikan. Syukur yang sebesar-besarnya atas perlindungan semacam itu, bangsa tersebut masih ada ketika tiba waktu yang
Allah tentukan bagi sang Mesias untuk dilahirkan dari suku Yehuda.
10 Kedua, Hukum benar-benar mempertunjukkan bahwa umat
manusia membutuhkan tebusan. Karena sempurna, Hukum tersebut memperlihatkan ketidaksanggupan manusia yang berdosa untuk berpaut erat padanya. Oleh karena itu, Hukum membuat ”pelanggaran menjadi nyata, sampai tibanya benih itu, yang baginya
janji itu dibuat”. (Galatia 3:19) Melalui korban-korban binatang,
Hukum memberikan pendamaian dosa yang sifatnya sementara.
Namun, seperti yang Paulus tulis, karena ”tidak mungkin darah
lembu jantan dan darah kambing menyingkirkan dosa”, korbankorban tersebut hanyalah gambaran pendahuluan untuk korban
tebusan Kristus. (Ibrani 10:1-4) Jadi, bagi orang Yahudi yang setia,
perjanjian tersebut menjadi ’pembimbing yang menuntun kepada
Kristus’.—Galatia 3:24.
11 Ketiga, perjanjian tersebut mengulurkan suatu prospek yang gemilang kepada bangsa Israel. Yehuwa memberi tahu mereka bahwa
jika mereka terbukti setia terhadap perjanjian tersebut, mereka akan
menjadi ”suatu kerajaan imam dan suatu bangsa yang kudus”. (Keluaran 19:5, 6) Pada akhirnya, anggota-anggota pertama kerajaan
imam surgawi berasal dari Israel jasmani. Akan tetapi, secara keseluruhan, Israel memberontak terhadap perjanjian Hukum, menolak
Benih Mesianik, dan kehilangan prospek tersebut. Jadi, siapa yang
akan melengkapi kerajaan imam? Dan, apa kaitan bangsa yang
11. Perjanjian Hukum mengulurkan prospek yang gemilang apa kepada Israel, tetapi mengapa bangsa tersebut secara keseluruhan kehilangan prospek tersebut?
194
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
diberkati tersebut dengan Benih yang dijanjikan? Aspek-aspek rahasia suci tersebut akan disingkapkan pada waktu yang Allah tentukan.
Perjanjian Kerajaan Daud
Pada abad ke-11 SM, Yehuwa memancarkan terang lebih lanjut berkenaan dengan rahasia suci sewaktu Ia mengadakan perjanjian lain. Ia berjanji kepada Raja Daud yang setia, ”Aku pasti akan
membangkitkan benihmu setelah engkau, . . . dan aku akan menetapkan kerajaannya dengan kokoh. . . . aku pasti akan menetapkan
takhta kerajaannya dengan kokoh sampai waktu yang tidak tertentu.” (2 Samuel 7:12, 13; Mazmur 89:3) Jadi, silsilah Benih yang dijanjikan telah dipersempit pada keturunan Daud. Tetapi, dapatkah
seorang manusia biasa memerintah ”sampai waktu yang tidak tertentu”? (Mazmur 89:20, 29, 34-36) Dan, dapatkah raja manusia tersebut menyelamatkan umat manusia dari dosa dan kematian?
13 Dibawah ilham, Daud menulis, ”Ucapan Yehuwa kepada Tuanku, ’Duduklah di sebelah kananku sampai aku menempatkan musuh-musuhmu sebagai tumpuan kakimu.’ Yehuwa telah bersumpah (dan ia tidak akan menyesal), ’Engkau adalah imam sampai
waktu yang tidak tertentu seperti Melkhizedek!’ ” (Mazmur 110:
1, 4) Kata-kata Daud ditujukan secara langsung kepada Benih yang
dijanjikan, atau Mesias. (Kisah 2:35, 36) Raja ini akan memerintah,
bukan dari Yerusalem, melainkan dari surga di ’sebelah kanan’ Yehuwa. Dengan demikian, ia diberi wewenang, tidak hanya atas negeri Israel, tetapi atas seluruh bumi. (Mazmur 2:6-8) Di sini, ada
aspek lain yang tersingkap. Perhatikan bahwa Yehuwa mengucapkan suatu sumpah yang khidmat bahwa sang Mesias akan menjadi
seorang ”imam . . . seperti Melkhizedek”. Seperti halnya Melkhizedek, yang melayani sebagai raja-imam pada zaman Abraham, Benih
yang akan datang tersebut diangkat langsung oleh Allah untuk melayani sebagai Raja dan Imam!—Kejadian 14:17-20.
12
12. Perjanjian apa yang Yehuwa adakan dengan Daud, dan terang apa
yang dipancarkannya berkenaan dengan rahasia suci Allah?
13, 14. (a) Menurut Mazmur 110, apa yang Yehuwa janjikan kepada
Raja yang diurapi-Nya? (b) Penyingkapan lebih lanjut apa sehubungan dengan Benih yang akan datang diberikan melalui nabi-nabi Yehuwa?
”HIKMAT ALLAH DALAM SUATU RAHASIA SUCI”
195
14 Selama bertahun-tahun, Yehuwa menggunakan nabi-nabi-Nya
untuk menyingkapkan rahasia suci-Nya lebih lanjut. Yesaya, misalnya, menyingkapkan bahwa sang Benih akan mengalami kematian
sebagai korban. (Yesaya 53:3-12) Mikha menubuatkan tempat kelahiran Mesias. (Mikha 5:2) Daniel bahkan menubuatkan kapan tepatnya Benih tersebut akan tampil dan mati.—Daniel 9:24-27.
Rahasia Suci Tersingkap!
Bagaimana penggenapan nubuat-nubuat tersebut tetap menjadi misteri sampai sang Benih akhirnya muncul. Galatia 4:4 berkata, ”Pada kesudahan jangka waktu itu, Allah mengutus Putranya,
yang lahir dari seorang wanita.” Pada tahun 2 SM, seorang malaikat memberi tahu seorang perawan Yahudi bernama Maria, ”Lihat!
engkau akan mengandung dalam rahimmu dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan engkau harus menamai dia Yesus. Ia akan
menjadi besar dan akan disebut Putra dari Yang Mahatinggi; dan
Allah Yehuwa akan memberikan kepadanya takhta Daud, bapaknya
. . . Roh kudus akan datang ke atasmu, dan kuasa Yang Mahatinggi
akan menaungi engkau. Oleh karena itu, juga apa yang dilahirkan
akan disebut kudus, Putra Allah.”—Lukas 1:31, 32, 35.
16 Belakangan, Yehuwa memindahkan kehidupan Putra-Nya dari
surga ke rahim Maria, sehingga sang Putra lahir dari seorang wanita. Maria adalah wanita yang tidak sempurna. Namun, Yesus tidak mewarisi ketidaksempurnaan darinya, karena ia adalah ”Putra Allah”. Pada waktu yang sama, sebagai keturunan Daud, kedua
orang tua jasmani Yesus memberinya hak sebagai seorang ahli waris
Daud, baik secara alami maupun secara hukum. (Kisah 13:22, 23)
Ketika Yesus dibaptis pada tahun 29 M, Yehuwa mengurapi dia dengan roh kudus dan berkata, ”Inilah Putraku, yang kukasihi.” (Matius 3:16, 17) Akhirnya, Benih itu datang! (Galatia 3:16) Tibalah waktunya untuk menyingkapkan lebih banyak hal tentang rahasia suci.
—2 Timotius 1:10.
17 Selama pelayanannya, Yesus mengidentifikasi ular yang disebutkan di Kejadian 3:15 sebagai Setan dan benih ular sebagai
15
15, 16. (a) Bagaimana Putra Yehuwa bisa lahir ”dari seorang wanita”? (b) Apa yang Yesus warisi dari kedua orang tua jasmaninya, dan
kapan dia datang sebagai Benih yang dijanjikan?
17. Bagaimana terang dipancarkan sehubungan dengan makna Kejadian 3:15?
196
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
para pengikut Setan. (Matius 23:33; Yohanes 8:44) Belakangan, tersingkaplah bagaimana mereka semua akan diremukkan untuk selama-lamanya. (Penyingkapan 20:1-3, 10, 15) Dan, sang wanita diidentifikasi sebagai ”Yerusalem yang di atas”, organisasi surgawi
Yehuwa, yang terdiri atas makhluk-makhluk roh dan yang bagaikan
istri.1—Galatia 4:26; Penyingkapan 12:1-6.
Perjanjian Baru
Barangkali penyingkapan yang paling dramatis adalah yang terjadi pada malam sebelum kematian Yesus, ketika ia memberi
tahu murid-muridnya yang setia tentang ”perjanjian baru”. (Lukas
22:20) Seperti pendahulunya, perjanjian Hukum Musa, perjanjian
baru ini akan menghasilkan suatu ”kerajaan imam”. (Keluaran 19:6;
1 Petrus 2:9) Akan tetapi, perjanjian itu akan menghasilkan, bukan
suatu bangsa jasmani, melainkan bangsa rohani, yaitu ”Israel milik
Allah”, yang hanya terdiri dari para pengikut Kristus yang terurap
dan setia. (Galatia 6:16) Pihak-pihak dalam perjanjian baru tersebut
akan turut serta dengan Yesus dalam memberkati umat manusia!
19 Akan tetapi, mengapa perjanjian baru bisa menghasilkan suatu
”kerajaan imam” untuk memberkati umat manusia? Karena, ketimbang menghukum murid-murid Kristus sebagai pedosa, perjanjian
itu memungkinkan pengampunan atas dosa-dosa mereka melalui
korban Yesus. (Yeremia 31:31-34) Segera setelah mereka memperoleh kedudukan yang bersih di hadapan-Nya, Yehuwa mengangkat mereka menjadi anggota keluarga surgawi-Nya dan mengurapi
mereka dengan roh kudus. (Roma 8:15-17; 2 Korintus 1:21) Dengan demikian, mereka ”dilahirkan kembali kepada harapan yang
hidup” yang ”disediakan di surga”. (1 Petrus 1:3, 4) Karena sta18
1 ”Rahasia suci pengabdian yang saleh” juga tersingkap dalam diri Yesus. (1 Timotius 3:16) Sudah sekian lama ada suatu rahasia, suatu misteri, tentang apakah
ada pribadi yang dapat mempertahankan integritas yang sempurna kepada Yehuwa. Yesus menyingkapkan jawabannya. Ia mempertahankan integritas di bawah setiap ujian yang Setan timpakan kepadanya.—Matius 4:1-11; 27:26-50.
18. Apa tujuan ”perjanjian baru”?
19. (a) Mengapa perjanjian baru bisa menghasilkan suatu ”kerajaan
imam”? (b) Mengapa orang-orang Kristen terurap disebut ”ciptaan
baru”, dan berapa orang yang akan melayani di surga bersama Kristus?
”HIKMAT ALLAH DALAM SUATU RAHASIA SUCI”
197
tus yang ditinggikan tersebut sama sekali baru bagi umat manusia,
orang-orang Kristen terurap yang diperanakkan roh disebut ”ciptaan baru”. (2 Korintus 5:17) Alkitab menyingkapkan bahwa 144.000 orang akhirnya akan bersama-sama memerintah dari surga atas
umat manusia yang sudah ditebus.—Penyingkapan 5:9, 10; 14:1-4.
20 Bersama Yesus, kaum terurap tersebut menjadi ”benih Abraham”.1 (Galatia 3:29) Mereka yang pertama kali dipilih adalah
orang Yahudi jasmani. Namun, pada tahun 36 M, aspek lain dari
rahasia suci disingkapkan: orang Kafir, atau non-Yahudi, juga akan
mendapat bagian dalam harapan surgawi. (Roma 9:6-8; 11:25, 26;
Efesus 3:5, 6) Apakah orang-orang Kristen terurap adalah satu-satunya kelompok yang akan menikmati berkat-berkat yang dijanjikan
kepada Abraham? Tidak, karena korban Yesus memberikan manfaat bagi seluruh dunia. (1 Yohanes 2:2) Pada akhirnya, Yehuwa menyingkapkan bahwa suatu ”kumpulan besar” yang tak terhitung
banyaknya akan selamat melampaui akhir sistem Setan. (Penyingkapan 7:9, 14) Selain itu, sejumlah besar orang akan dibangkitkan
dari kematian dengan prospek hidup selama-lamanya di Firdaus!
—Lukas 23:43; Yohanes 5:28, 29; Penyingkapan 20:11-15; 21:3, 4.
Hikmat Allah dan Rahasia Suci
Rahasia suci merupakan bukti yang mengagumkan akan ”hikmat Allah yang sangat beragam”. (Efesus 3:8-10) Sungguh luar
biasa hikmat yang Yehuwa perlihatkan dalam merumuskan rahasia ini, kemudian dalam menyingkapkannya dengan sangat bertahap! Ia dengan bijaksana mempertimbangkan keterbatasan manusia, membiarkan mereka memperlihatkan kondisi hati mereka yang
sebenarnya.—Mazmur 103:14.
21
1 Yesus juga membuat ”perjanjian . . . untuk suatu kerajaan” dengan kelompok
yang sama. (Lukas 22:29, 30) Pada dasarnya, Yesus mengadakan kontrak dengan
”kawanan kecil” ini agar mereka memerintah bersama dia di surga sebagai bagian sekunder benih Abraham.—Lukas 12:32.
20. (a) Sehubungan dengan rahasia suci, penyingkapan apa yang dibuat pada tahun 36 M? (b) Siapa yang akan menikmati berkat-berkat
yang dijanjikan kepada Abraham?
21, 22. Bagaimana rahasia suci Yehuwa mempertunjukkan hikmatNya?
198
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Pertanyaan untuk Direnungkan
Yohanes 16:7-12 Bagaimana Yesus meniru Bapaknya dalam menyingkapkan kebenaran secara bertahap?
1 Korintus 2:6-16 Mengapa banyak orang tidak dapat memahami
rahasia suci Yehuwa, dan bagaimana kita dapat mengerti rahasia
itu?
Efesus 3:10 Hak istimewa apa dimiliki orang Kristen dewasa ini
sehubungan dengan rahasia suci Allah?
Ibrani 11:8-10 Bagaimana rahasia suci menopang iman orangorang zaman dahulu, meski perinciannya tidak dimengerti?
22 Yehuwa juga menunjukkan hikmat yang tiada bandingnya dalam memilih Yesus sebagai Raja. Putra Yehuwa lebih dapat dipercaya daripada makhluk lain mana pun di alam semesta. Dengan hidup sebagai seorang manusia darah dan daging, Yesus mengalami
berbagai macam kesengsaraan. Ia mengetahui sepenuhnya problem-problem manusia. (Ibrani 5:7-9) Dan, bagaimana dengan rekan-rekan penguasa Yesus? Sepanjang sejarah, pria maupun wanita—yang dipilih dari segala ras, bahasa, dan latar belakang—telah
diurapi. Pastilah, tidak ada problem yang belum dihadapi dan diatasi oleh mereka masing-masing. (Efesus 4:22-24) Hidup di bawah
pemerintahan para raja-imam yang berbelaskasihan tersebut akan
menyenangkan!
23 Rasul Paulus menulis, ”Rahasia suci yang tersembunyi sejak sistem-sistem yang lampau dan sejak generasi-generasi yang lampau
. . . telah menjadi nyata kepada orang-orang kudusnya.” (Kolose
1:26) Ya, orang-orang kudus Yehuwa yang terurap telah banyak memahami rahasia suci, dan mereka membagikan pengetahuan tersebut kepada jutaan orang. Benar-benar hak istimewa bagi kita semua! Yehuwa telah ”memberi tahu kita rahasia suci kehendaknya”.
(Efesus 1:9) Marilah kita membagikan rahasia yang menakjubkan
ini kepada orang-orang lain, sekaligus membantu mereka meneliti
hikmat Allah Yehuwa yang tidak terduga dalamnya!
23. Hak istimewa apa yang dimiliki orang Kristen sehubungan dengan rahasia suci Yehuwa?
P A S A L
2 0
”Hatinya Bijaksana”
—Tetapi Ia Rendah Hati
SEORANG ayah ingin memberikan pelajaran penting kepada anaknya yang masih kecil. Ia ingin sekali mencapai hati anaknya. Pendekatan apa yang seharusnya ia gunakan? Haruskah ia berdiri tegak mengintimidasi anak itu dan menggunakan bahasa yang kasar?
Atau, haruskah ia membungkuk hingga sejajar dengan sang anak
lalu berbicara dengan cara yang lemah lembut dan menyenangkan?
Seorang ayah yang bijaksana dan rendah hati pasti akan memilih
pendekatan yang lemah lembut.
2 Ayah macam apakah Yehuwa itu—angkuh atau rendah hati, kasar
atau lemah lembut? Yehuwa itu mahatahu dan mahabijaksana. Namun, pernahkah Saudara memperhatikan bahwa pengetahuan dan
kecerdasan tidak secara otomatis membuat orang menjadi rendah
hati? Sebagaimana Alkitab katakan, ”pengetahuan membuat orang
menjadi besar kepala”. (1 Korintus 3:19; 8:1) Tetapi Yehuwa, yang
”hatinya bijaksana”, juga rendah hati. (Ayub 9:4) Bukan karena Yehuwa rendah kedudukannya atau kurang kemuliaannya, melainkan
karena Ia tidak memiliki keangkuhan. Mengapa demikian?
3 Yehuwa itu kudus. Jadi keangkuhan, suatu sifat yang menajiskan,
tidak ada dalam diri-Nya. (Markus 7:20-22) Selanjutnya, perhatikan
apa yang nabi Yeremia katakan kepada Yehuwa, ”Jiwamu [Yehuwa
sendiri] pasti akan ingat dan membungkuk terhadapku.”1 (Ratapan 3:20) Bayangkan! Yehuwa, Tuan Yang Berdaulat di alam semesta, bersedia ”membungkuk”, atau merendahkan diri agar sejajar dengan posisi Yeremia, supaya dapat memberikan perhatian khusus
kepada manusia yang tidak sempurna tersebut. (Mazmur 113:7) Ya,
1 Para penulis zaman dahulu, atau Soferim, melakukan perubahan sehingga
ayat itu mengatakan bahwa Yeremia-lah, bukan Yehuwa, yang membungkuk.
Tampaknya, mereka berpikir bahwa tidaklah pantas jika Allah dikatakan menunjukkan kerendahan hati seperti itu. Akibatnya, banyak terjemahan kehilangan tujuan dari ayat yang bagus ini. Akan tetapi, The New English Bible secara akurat
menuliskan apa yang Yeremia katakan kepada Allah, ”Ingatlah, oh, ingatlah, dan
membungkuklah kepadaku.”
1-3. Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa itu rendah hati?
200
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Yehuwa itu rendah hati. Namun, apa yang tercakup dalam kerendahan hati ilahi? Bagaimana sifat itu berhubungan dengan hikmat?
Dan, mengapa hal itu penting bagi kita?
Bagaimana Yehuwa Terbukti Rendah Hati
Rendah hati berarti tidak arogan dan tidak sombong. Kerendahan hati adalah suatu sifat batin dan bisa terlihat dari berbagai perangai seperti kelemahlembutan, kesabaran, dan sikap masuk akal.
(Galatia 5:22, 23) Namun, sifat-sifat ilahi tersebut hendaknya jangan
disalahartikan sebagai suatu kelemahan atau sifat pengecut. Sifat-sifat ilahi tersebut bukannya tidak sejalan dengan kemarahan Yehuwa
yang adil-benar atau penggunaan kuasa-Nya untuk membinasakan.
Sebaliknya, melalui kerendahan hati dan kelemahlembutan-Nya,
Yehuwa mempertunjukkan kekuatan-Nya yang sangat besar, kuasaNya untuk mengendalikan diri-Nya dengan sempurna. (Yesaya
42:14) Bagaimana kerendahan hati berhubungan dengan hikmat?
4
4, 5. (a) Apa kerendahan hati itu, bagaimana sifat ini diperlihatkan, dan mengapa sifat ini hendaknya tidak disalahartikan sebagai kelemahan atau sifat pengecut? (b) Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan kerendahan hati sewaktu berurusan
dengan Daud, dan seberapa pentingkah kerendahan hati Yehuwa bagi kita?
Seorang ayah
yang bijaksana
memperlakukan
anak-anaknya
dengan
rendah hati dan
lemah lembut
”HATINYA BIJAKSANA”—TETAPI IA RENDAH HATI
201
Sebuah karya referensi yang mengulas Alkitab mengomentari, ”Kerendahan hati akhirnya didefinisikan . . . dalam hubungannya dengan sifat tidak mementingkan diri dan merupakan dasar yang sangat penting bagi segala hikmat.” Jadi, hikmat yang sejati tidak
dapat dipisahkan dari kerendahan hati. Bagaimana kerendahan hati
Yehuwa membawa manfaat bagi kita?
5 Raja Daud bernyanyi bagi Yehuwa, ”Engkau akan memberiku perisai keselamatanmu, dan tangan kananmu sendiri akan menguatkan aku, dan kerendahan hatimu sendiri akan membuat aku besar.”
(Mazmur 18:35) Yehuwa seolah-olah merendahkan diri-Nya agar
dapat berurusan dengan manusia yang tak sempurna tersebut, melindungi dan memeliharanya dari hari ke hari. Daud sadar bahwa
jika ia ingin mendapatkan keselamatan—dan bahkan, pada akhirnya, memperoleh kebesaran sebagai seorang raja—hal itu akan terjadi hanya karena Yehuwa rela merendahkan diri-Nya dengan cara
demikian. Ya, siapa di antara kita yang akan memiliki harapan keselamatan jika Yehuwa tidak rendah hati, rela merendahkan diri-Nya
agar dapat berurusan dengan kita sebagai Bapak yang lemah lembut dan pengasih?
6 Penting untuk diperhatikan bahwa ada perbedaan antara kerendahan hati dan kesahajaan. Kesahajaan adalah suatu sifat bagus yang
perlu dipupuk oleh manusia yang setia. Sebagaimana kerendahan
hati, sifat ini berhubungan dengan hikmat. Misalnya, Amsal 11:2
berkata, ”Hikmat ada pada orang-orang yang bersahaja.” Akan tetapi, Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Yehuwa itu bersahaja.
Mengapa? Kata kesahajaan, seperti yang digunakan dalam TulisanTulisan Kudus, menyiratkan kesadaran yang patut akan keterbatasan seseorang. Yang Mahakuasa tidak memiliki keterbatasan apa pun
kecuali keterbatasan yang Ia sendiri berlakukan ke atas diri-Nya demi
standar-standar-Nya yang adil-benar. (Markus 10:27; Titus 1:2) Lagi
pula, sebagai Yang Mahatinggi, Ia bukan bawahan siapa pun. Jadi,
konsep kesahajaan memang tidak cocok untuk Yehuwa.
7 Akan tetapi, Yehuwa itu rendah hati dan lemah lembut. Ia mengajar hamba-hamba-Nya bahwa kelemahlembutan sangat penting
6, 7. (a) Mengapa Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Yehuwa
itu bersahaja? (b) Apa hubungan antara kelemahlembutan dan hikmat, dan siapa yang memberikan teladan terbesar berkenaan dengan
hal ini?
202
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
bagi hikmat yang sejati. Firman-Nya berbicara mengenai ”kelemahlembutan yang berkaitan dengan hikmat”.1 (Yakobus 3:13) Perhatikan teladan Yehuwa sehubungan dengan hal ini.
Yehuwa dengan Rendah Hati
Mendelegasikan dan Mendengarkan
8 Ada bukti yang menghangatkan hati tentang kerendahan hati
Yehuwa dalam hal kerelaan-Nya untuk mendelegasikan tanggung
jawab dan mendengarkan. Fakta bahwa Ia memang demikian sangatlah mengagumkan; Yehuwa tidak memerlukan bantuan atau
nasihat apa pun. (Yesaya 40:13, 14; Roma 11:34, 35) Meskipun demikian, Alkitab berulang kali menunjukkan kepada kita bahwa Yehuwa merendahkan diri-Nya dengan cara-cara seperti itu.
9 Sebagai contoh, perhatikan suatu peristiwa penting yang terjadi
dalam kehidupan Abraham. Abraham dikunjungi tiga orang tamu,
salah satunya ia sapa sebagai ”Yehuwa”. Tamu-tamu tersebut sebenarnya adalah malaikat, tetapi salah seorang dari mereka datang dan
bertindak atas nama Yehuwa. Sewaktu malaikat tersebut berbicara
dan bertindak, sebenarnya Yehuwa sendirilah yang berbicara dan
bertindak. Dengan cara ini, Yehuwa memberi tahu Abraham bahwa Ia telah mendengar ’keluhan keras tentang Sodom dan Gomora’.
Yehuwa menyatakan, ”Aku sungguh bertekad untuk turun agar aku
dapat melihat apakah mereka benar-benar bertindak sesuai dengan
keluhan tentangnya yang telah sampai kepadaku, dan jika tidak, aku
dapat mengetahuinya.” (Kejadian 18:3, 20, 21) Tentu saja, pesan dari
Yehuwa tersebut tidak berarti bahwa Yang Mahakuasa akan ”turun”
secara pribadi. Sebaliknya, Ia sekali lagi mengutus malaikat untuk
mewakili diri-Nya. (Kejadian 19:1) Mengapa? Apakah Yehuwa yang
mampu melihat segala sesuatu tidak dapat ’mengetahui’ sendiri keadaan wilayah itu yang sebenarnya? Tentu saja Ia dapat. Meskipun
demikian, dengan rendah hati Yehuwa menugasi para malaikat ter-
1 Terjemahan-terjemahan lain berbunyi ”hikmat yang lahir dari kelemahlembutan” dan ”kelembutan yang adalah ciri khas hikmat”.
8-10. (a) Mengapa fakta bahwa Yehuwa memperlihatkan kerelaan
untuk mendelegasikan dan mendengarkan sangatlah mengagumkan?
(b) Bagaimana Yang Mahakuasa menunjukkan kerendahan hati sewaktu berurusan dengan para malaikat-Nya?
”HATINYA BIJAKSANA”—TETAPI IA RENDAH HATI
203
sebut untuk menyelidiki keadaan serta mengunjungi Lot dan keluarganya di Sodom.
10 Selain itu, Yehuwa mendengarkan. Ia pernah meminta para malaikat-Nya untuk menyampaikan saran tentang berbagai cara untuk
menjatuhkan Raja Ahab yang fasik dari kedudukannya. Yehuwa sebenarnya tidak memerlukan bantuan demikian. Namun, Ia menerima saran dari salah satu malaikat dan menugasi dia untuk bertindak
sesuai dengan sarannya itu. (1 Raja 22:19-22) Tidakkah itu rendah
hati?
11 Yehuwa bahkan bersedia mendengarkan manusia yang tak sempurna yang ingin menyatakan keprihatinan mereka. Sebagai contoh, sewaktu Yehuwa pertama kali memberi tahu Abraham tentang
niat-Nya untuk membinasakan Sodom dan Gomora, pria yang setia tersebut merasa heran. ”Mustahil engkau demikian,” kata Abraham, kemudian menambahkan, ”Apakah Hakim segenap bumi tidak akan melakukan apa yang benar?” Ia bertanya apakah Yehuwa
akan meluputkan kota-kota itu jika 50 orang adil-benar dapat ditemukan di sana. Yehuwa meyakinkan Abraham bahwa Ia akan meluputkannya. Tetapi, Abraham bertanya lagi, mengurangi jumlahnya
menjadi 45 orang, kemudian 40 orang, dan seterusnya. Walaupun Yehuwa memberikan jaminan, Abraham terus bertanya sampai
jumlahnya tinggal sepuluh. Barangkali, Abraham belum sepenuhnya memahami betapa berbelaskasihannya Yehuwa itu. Bagaimanapun, Yehuwa dengan sabar dan rendah hati membiarkan Abraham,
sahabat dan hamba-Nya itu, menyatakan keprihatinannya dengan
cara ini.—Kejadian 18:23-33.
12 Berapa banyak manusia yang supercerdas dan terpelajar yang dengan sedemikian sabarnya mau mendengarkan seseorang yang kecerdasannya sangat jauh di bawah dia?1 Seperti itulah kerendahan
hati Allah kita. Dalam percakapan yang sama, Abraham juga melihat bahwa Yehuwa itu ”lambat marah”. (Keluaran 34:6) Barangkali,
karena sadar bahwa ia tidak berhak mempertanyakan perbuatanperbuatan Yang Mahatinggi, Abraham dua kali memohon dengan
1 Sungguh menarik, Alkitab mengontraskan kesabaran dengan keangkuhan.
(Pengkhotbah 7:8) Kesabaran Yehuwa memberikan bukti lebih jauh berkenaan
dengan kerendahan hati-Nya.—2 Petrus 3:9.
11, 12. Bagaimana Abraham dapat memahami kerendahan hati Yehuwa?
204
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
sangat, ”Janganlah kiranya kemarahan Yehuwa berkobar.” (Kejadian
18:30, 32) Tentu saja, Yehuwa tidak berbuat seperti itu. Ia benar-benar memiliki ”kelemahlembutan yang berkaitan dengan hikmat”.
Yehuwa Itu Masuk Akal
Kerendahan hati Yehuwa terlihat dalam sifat bagus lainnya—masuk akal. Sungguh menyedihkan, manusia yang tidak sempurna kurang memiliki sifat tersebut. Yehuwa tidak hanya bersedia mendengarkan makhluk-makhluk-Nya yang cerdas, tetapi Ia juga bersedia
mengalah apabila tidak ada hal yang bertentangan dengan prinsipprinsip-Nya yang adil-benar. Seperti yang digunakan di dalam Alkitab, ungkapan ”masuk akal” secara harfiah berarti ”mengalah”.
Sifat ini juga merupakan ciri khas hikmat ilahi. Yakobus 3:17 berkata, ”Hikmat yang datang dari atas adalah . . . masuk akal.” Dalam
pengertian apa Yehuwa yang mahabijaksana bersifat masuk akal?
Yaitu, Ia mudah menyesuaikan diri. Ingatlah, nama-Nya mengajar
kita bahwa Yehuwa menyebabkan diri-Nya menjadi apa pun yang diperlukan guna memenuhi maksud-tujuan-Nya. (Keluaran 3:14) Bukankah hal itu menyiratkan semangat untuk menyesuaikan diri dan
bersifat masuk akal?
14 Ada bagian Alkitab yang patut mendapat perhatian karena membantu kita untuk mulai memahami sifat mudah menyesuaikan diri
yang Yehuwa miliki. Nabi Yehezkiel diberi penglihatan tentang organisasi surgawi Yehuwa yang terdiri atas makhluk-makhluk roh. Ia
melihat sebuah kereta yang ukurannya menakjubkan, ”kendaraan”
milik Yehuwa yang senantiasa berada di bawah kendali-Nya. Yang
paling menarik adalah cara kendaraan itu bergerak. Roda-roda raksasanya memiliki empat sisi dan penuh dengan mata, sehingga rodaroda tersebut dapat melihat ke segala penjuru dan dapat mengubah
haluan seketika itu juga, tanpa berhenti atau berbelok. Dan, kereta
raksasa ini tidak perlu merayap seperti kendaraan berat buatan manusia. Kereta ini dapat melaju secepat kilat, bahkan berbelok dengan
13
13. Apa arti ungkapan ”masuk akal” seperti yang digunakan dalam
Alkitab, dan mengapa ungkapan itu dengan tepat menggambarkan
Yehuwa?
14, 15. Sehubungan dengan organisasi surgawi Yehuwa, apa yang dapat kita pelajari dari penglihatan Yehezkiel tentang kereta surgawi Yehuwa, dan bagaimana organisasi tersebut berbeda dengan organisasi
duniawi?
”HATINYA BIJAKSANA”—TETAPI IA RENDAH HATI
205
sudut 90 derajat! (Yehezkiel 1:1, 14-28) Ya, organisasi Yehuwa, seperti halnya Penguasa yang mahakuasa yang mengendalikannya, sangat mudah menyesuaikan diri dan tanggap terhadap berbagai situasi dan kebutuhan yang terus berubah yang harus dipenuhinya.
15 Manusia hanya dapat mencoba meniru sikap menyesuaikan diri
yang sempurna tersebut. Namun, manusia dan organisasinya lebih
sering kaku ketimbang menyesuaikan diri, lebih sering tidak masuk
akal ketimbang lentuk. Sebagai ilustrasi: sebuah kapal supertanker
atau sebuah kereta barang mungkin mengagumkan dalam hal ukuran dan tenaganya. Tetapi, apakah ada di antara keduanya yang dapat menanggapi perubahan keadaan yang mendadak? Jika sebuah
penghalang jatuh melintang di atas rel di depan sebuah kereta barang, memutar haluan adalah hal yang mustahil. Berhenti mendadak juga tidak gampang. Setelah direm, kereta barang yang berat masih bergerak sejauh hampir dua kilometer sebelum akhirnya
berhenti! Demikian pula, kapal supertanker masih bergerak sejauh
delapan kilometer setelah mesinnya dimatikan. Bahkan jika mesinnya disetel untuk mundur, tanker tersebut masih akan terus maju sejauh tiga kilometer! Demikian pula dengan organisasi manusia yang
cenderung kaku dan tidak masuk akal. Karena angkuh, manusia sering kali menolak untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan
keadaan yang berubah. Kekakuan semacam itu telah menyebabkan
bangkrutnya perusahaan dan bahkan tumbangnya pemerintahan.
(Amsal 16:18) Betapa berbahagianya kita karena Yehuwa maupun
organisasi-Nya tidak seperti itu!
Cara Yehuwa Mempertunjukkan Sikap Masuk Akal
Perhatikan kembali pembinasaan Sodom dan Gomora. Lot dan
keluarganya menerima instruksi yang tegas dari malaikat Yehuwa,
”Larilah ke wilayah pegunungan.”Akan tetapi, Lot berkeberatan. ”Janganlah kiranya demikian, Yehuwa!” pintanya. Karena yakin bahwa ia akan mati jika ia harus lari ke pegunungan, Lot memohon agar
ia dan keluarganya diperbolehkan lari ke kota Zoar yang letaknya tidak jauh dari situ. Sesungguhnya, Yehuwa berniat membinasakan
kota tersebut. Selain itu, ketakutan Lot tidaklah beralasan. Yehuwa
tentu dapat memelihara kehidupan Lot di pegunungan! Meskipun
16
16. Bagaimana Yehuwa memperlihatkan sikap masuk akal dalam
memperlakukan Lot sebelum pembinasaan Sodom dan Gomora?
206
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
demikian, Yehuwa mengalah kepada permohonan Lot dan meluputkan Zoar. ”Baik, aku akan memberikan pertimbangan terhadap
engkau dalam hal ini juga,” kata malaikat itu kepada Lot. (Kejadian
19:17-22) Tidakkah Yehuwa menunjukkan sikap masuk akal dalam
hal ini?
17 Yehuwa juga menanggapi pertobatan yang sepenuh hati, selalu berbelaskasihan dan melakukan apa yang benar. Perhatikan apa
yang terjadi ketika nabi Yunus diutus ke kota Niniwe yang fasik dan
penuh kekerasan. Ketika Yunus menjelajahi jalan-jalan Niniwe, berita terilham yang ia serukan cukup sederhana: Empat puluh hari
lagi kota yang perkasa itu akan dibinasakan. Akan tetapi, keadaan
berubah drastis. Orang Niniwe bertobat!—Yunus, pasal 3.
18 Kita dapat belajar sesuatu dari membandingkan reaksi Yehuwa
dengan reaksi Yunus terhadap perubahan situasi tersebut. Dalam
hal ini, Yehuwa menyesuaikan diri, menyebabkan diri-Nya menjadi Pengampun dosa bukannya ”prajurit yang gagah perkasa”.1 (Keluaran 15:3) Yunus, sebaliknya, tidak lentuk dan sangat tidak berbelaskasihan. Bukannya meniru sikap masuk akal Yehuwa, reaksinya
lebih mirip dengan kereta barang atau kapal supertanker yang disebutkan sebelumnya. Ia telah menyerukan malapetaka, maka malapetakalah yang harus terjadi! Namun, dengan penuh kesabaran, Yehuwa memberi nabi yang tidak sabaran itu suatu pelajaran yang tak
terlupakan sehubungan dengan sikap masuk akal dan belas kasihan.—Yunus, pasal 4.
19 Akhirnya, Yehuwa bersikap masuk akal berkenaan dengan apa
yang Ia harapkan dari kita. Raja Daud berkata, ”Ia tahu benar bagaimana kita dibentuk, ia ingat bahwa kita ini debu.” (Mazmur 103:14)
Yehuwa memahami keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita lebih
baik daripada kita sendiri. Ia tidak pernah mengharapkan dari kita
1 Di Mazmur 86:5, Yehuwa dikatakan ”baik dan siap mengampuni”. Sewaktu
mazmur tersebut dialihbahasakan ke bahasa Yunani, ungkapan ”siap mengampuni” diterjemahkan menjadi e·pi·ei·kes1, atau ”masuk akal”.
17, 18. Sewaktu berurusan dengan orang Niniwe, bagaimana Yehuwa menunjukkan bahwa Ia masuk akal?
19. (a) Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa bersikap masuk akal
berkenaan dengan apa yang Ia harapkan dari kita? (b) Bagaimana Amsal 19:17 menunjukkan bahwa Yehuwa adalah Majikan yang ”baik dan
yang bersikap masuk akal” dan juga sangat rendah hati?
”HATINYA BIJAKSANA”—TETAPI IA RENDAH HATI
207
Pertanyaan untuk Direnungkan
Keluaran 32:9-14 Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan kerendahan hati sewaktu menanggapi permohonan Musa demi Israel?
Hakim 6:36-40 Bagaimana Yehuwa memperlihatkan kesabaran
dan sikap masuk akal dalam mengabulkan permintaan Gideon?
Mazmur 113:1-9 Bagaimana Yehuwa terbukti rendah hati dalam
memperlakukan manusia?
Lukas 1:46-55 Maria percaya bahwa Yehuwa memiliki pandangan apa terhadap orang-orang kecil dan rendah hati? Bagaimana
pandangan-Nya bisa jadi mempengaruhi kita?
lebih banyak daripada yang dapat kita lakukan. Alkitab mengontraskan majikan manusia yang ”baik dan yang bersikap masuk akal” dengan majikan yang ”sulit disenangkan”. (1 Petrus 2:18) Majikan macam apakah Yehuwa itu? Perhatikan apa yang Amsal 19:17 katakan,
”Ia yang mengasihani orang kecil memberikan pinjaman kepada Yehuwa.” Jelaslah, hanya majikan yang baik dan masuk akal yang akan
memperhatikan setiap tindakan kebaikan hati yang ditunjukkan terhadap orang-orang kecil. Lebih dari itu, ayat tersebut memperlihatkan bahwa, sesungguhnya, sang Pencipta alam semesta menganggap diri-Nya sebagai pribadi yang berutang kepada manusia yang
memperlihatkan perbuatan belas kasihan demikian! Inilah pernyataan kerendahan hati yang paling besar.
20 Yehuwa masih selemah lembut dan semasuk akal itu dalam
memperlakukan hamba-hamba-Nya dewasa ini. Apabila kita berdoa dengan iman, Ia mendengarkan. Dan, meskipun Ia tidak mengutus malaikat untuk berbicara kepada kita, kita hendaknya tidak
menyimpulkan bahwa doa-doa kita tidak dijawab oleh-Nya. Ingatlah, sewaktu rasul Paulus meminta rekan-rekan seimannya untuk
’terus berdoa’ agar ia dibebaskan dari penjara, ia menambahkan,
”Agar aku lebih cepat kembali kepadamu.” (Ibrani 13:18, 19) Jadi,
doa-doa kita bisa jadi menggerakkan Yehuwa untuk melakukan apa
yang mungkin tidak akan Ia lakukan jika kita tidak memintanya!
—Yakobus 5:16.
20. Apa jaminannya bahwa Yehuwa akan mendengarkan doa-doa kita
dan menanggapinya?
Yehuwa masuk akal dan memahami keterbatasan kita
21 Tentu saja, tak satu pun dari manifestasi kerendahan hati Yehuwa
ini—kelemahlembutan-Nya, kesediaan-Nya untuk mendengar, kesabaran-Nya, dan sikap masuk akal-Nya—yang menyiratkan bahwa Yehuwa mengkompromikan prinsip-prinsip-Nya yang adil-benar. Para
pemimpin agama Susunan Kristen mungkin berpikir bahwa mereka telah bersikap masuk akal sewaktu mereka menggelitik telinga
kawanan mereka dengan mengencerkan standar-standar moral Yehuwa. (2 Timotius 4:3) Namun, kecenderungan manusia untuk berkompromi demi kenyamanan sesaat sama sekali tidak ada kaitannya dengan sikap masuk akal ilahi. Yehuwa itu kudus; Ia tidak akan
pernah mencemari standar-standar-Nya yang adil-benar. (Imamat
11:44) Jadi, marilah kita mengasihi sikap masuk akal Yehuwa ini karena sikap tersebut merupakan bukti kerendahan hati-Nya. Tidakkah Saudara tergetar sewaktu membayangkan bahwa Allah Yehuwa,
Pribadi yang paling berhikmat di alam semesta, juga sangat rendah
hati? Sungguh menyenangkan untuk mendekat kepada Allah yang
dahsyat tetapi lemah lembut, sabar, dan masuk akal ini!
21. Kita hendaknya tidak pernah menarik kesimpulan apa berkenaan
dengan kerendahan hati Yehuwa, tetapi sebaliknya, apa yang hendaknya kita hargai dari diri-Nya?
P A S A L
2 1
Yesus Menyingkapkan
”Hikmat yang Berasal dari Allah”
PARA pendengar terpana. Yesus yang masih muda berdiri di hadapan mereka di sinagoga dan mengajar. Ia tidak asing lagi bagi mereka
—ia dibesarkan di kota mereka, dan selama bertahun-tahun bekerja di tengah-tengah mereka sebagai tukang kayu. Bisa jadi, beberapa dari mereka tinggal di rumah yang Yesus ikut bangun, atau
mungkin mengolah tanah dengan bajak dan kuk buatan Yesus.1 Tetapi, bagaimana tanggapan mereka terhadap pengajaran bekas tukang kayu tersebut?
2 Sebagian besar pendengar terpukau, dan bertanya, ”Dari mana
pria ini memperoleh hikmat ini?” Namun, mereka juga berkata,
”Ini adalah tukang kayu, putra Maria.” (Matius 13:54-58; Markus
6:1-3) Sayang sekali, bekas tetangga-tetangga Yesus berpikir, ’Si tukang kayu ini berasal dari sini sama seperti kita.’ Meski ada hikmat
dalam perkataannya, mereka menolak dia. Sedikit pun tidak terpikirkan oleh mereka bahwa hikmat yang ia bagikan bukanlah hikmatnya sendiri.
3 Jadi, dari mana Yesus memperoleh hikmat tersebut? ”Apa yang
aku ajarkan bukanlah milikku,” katanya, ”melainkan milik dia
yang telah mengutus aku.” (Yohanes 7:16) Rasul Paulus menjelaskan bahwa Yesus ”bagi kita telah menjadi hikmat yang berasal dari
Allah”. (1 Korintus 1:30) Hikmat Yehuwa disingkapkan melalui
Putra-Nya, Yesus. Ya, demikianlah halnya sehingga Yesus dapat mengatakan, ”Aku dan Bapak adalah satu.” (Yohanes 10:30) Mari kita
cermati tiga bidang yang di dalamnya Yesus memperlihatkan ”hikmat yang berasal dari Allah”.
1 Pada zaman Alkitab, seorang tukang kayu ikut membangun rumah, membuat perabot, dan alat pertanian. Justin Martyr, yang hidup pada abad kedua M,
menulis tentang Yesus, ”Sewaktu berada di antara manusia, kesehariannya ialah
bekerja sebagai tukang kayu, membuat bajak dan kuk.”
1-3. Bagaimana tanggapan bekas tetangga-tetangga Yesus terhadap
pengajarannya, dan apa yang gagal mereka pahami tentang dia?
YESUS MENYINGKAPKAN ”HIKMAT YANG BERASAL DARI ALLAH”
211
Apa yang Ia Ajarkan
Pertama-tama, perhatikan apa yang Yesus ajarkan. Tema beritanya adalah ”kabar baik tentang kerajaan”. (Lukas 4:43) Hal itu sangat penting mengingat peran yang akan dijalankan oleh Kerajaan
tersebut dalam membenarkan kedaulatan Yehuwa dan mendatangkan berkat-berkat yang langgeng bagi umat manusia. Melalui pengajarannya, Yesus juga memberikan nasihat yang bijaksana berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Ia terbukti sebagai ”Penasihat
yang Menakjubkan” yang dinubuatkan. (Yesaya 9:6) Ya, bagaimana mungkin nasihatnya tidak menakjubkan? Ia memiliki pengetahuanyang sangat dalam tentang Firman dan kehendak Allah, pengertian yang tajam tentang sifat bawaan manusia, dan kasih yang
dalam terhadap umat manusia. Karena itu, nasihatnya selalu praktis dan memberikan manfaat terbaik kepada para pendengarnya.
Yesus mengucapkan ”perkataan kehidupan abadi”. Ya, jika diikuti,
nasihatnya membimbing kepada keselamatan.—Yohanes 6:68.
5 Khotbah di Gunung adalah contoh yang menonjol tentang hikmat yang tiada bandingnya yang terdapat dalam ajaran-ajaran Yesus. Khotbah ini, seperti yang dicatat di Matius 5:3–7:27, tampaknya dapat disampaikan hanya dalam waktu 20 menit. Akan tetapi,
nasihatnya tak terbatas oleh waktu—dewasa ini nasihatnya masih
serelevan ketika pertama kali disampaikan. Yesus mengulas berbagai macam topik, termasuk cara memperbaiki hubungan dengan
orang lain (5:23-26, 38-42; 7:1-5, 12), cara menjaga diri tetap bersih secara moral (5:27-32), dan cara menjalani kehidupan yang bermakna (6:19-24; 7:24-27). Namun, Yesus bukan hanya memberi
tahu para pendengarnya apa haluan hikmat itu; ia menunjukkannya dengan menjelaskan, bertukar pikiran, dan menyajikan bukti.
6 Sebagai contoh, perhatikan nasihat bijaksanayang Yesus berikan
4
4. (a) Apa tema berita Yesus, dan mengapa hal itu sangat penting?
(b) Mengapa nasihat Yesus selalu praktis dan memberikan manfaat
terbaik kepada para pendengarnya?
5. Apa beberapa topik yang Yesus ulas dalam Khotbah di Gunung?
6-8. (a) Alasan kuat apa saja yang Yesus berikan untuk menghindari
kekhawatiran? (b) Apa yang menunjukkan bahwa nasihat Yesus mencerminkan hikmat yang datang dari atas?
”Kumpulan orang itu terpukau oleh cara ia mengajar”
212
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
berkenaan dengan cara mengatasi kekhawatiran akan hal-hal materi, seperti yang dinyatakan di Matius pasal 6. ”Berhentilah khawatir mengenai jiwamu sehubungan dengan apa yang akan kamu
makan atau apa yang akan kamu minum, atau mengenai tubuhmu sehubungan dengan apa yang akan kamu pakai,” Yesus menasihati kita. (Ayat 25) Makanan dan pakaian adalah kebutuhan dasar, maka wajarlah jika kita prihatin akan pemenuhan kebutuhan
tersebut. Namun, Yesus memberi tahu kita untuk ’berhenti mengkhawatirkan’ semuanya itu.1 Mengapa?
7 Dengarkanlah seraya Yesus memberikan penjelasan yang meyakinkan. Karena Yehuwa telah memberi kita kehidupan dan tubuh,
bukankah Ia dapat menyediakan makanan untuk memelihara kehidupan itu dan pakaian untuk mendandani tubuh itu? (Ayat 25)
Jika makanan bagi burung-burung saja Allah sediakan dan bungabunga Ia dandani dengan indahnya, terlebih lagi Ia akan memelihara manusia yang menyembah-Nya! (Ayat 26, 28-30) Ya, kekhawatiran yang berlebihan tidak ada gunanya. Kekhawatiran tidak dapat
memperpanjang hidup kita sedikit pun.2 (Ayat 27) Bagaimana kita
dapat menghindari kekhawatiran? Yesus menasihati kita: Teruslah
prioritaskan ibadat kepada Allah dalam kehidupan. Mereka yang
menerapkannya dapat yakin bahwa semua kebutuhan sehari-hari
”akan ditambahkan” kepada mereka oleh Bapak surgawi mereka.
(Ayat 33) Akhirnya, Yesus memberikan saran yang paling praktis
—jalanilah hidup sehari demi sehari. Mengapa kekhawatiran hari
ini harus ditambah dengan kekhawatiran hari esok? (Ayat 34) Lagi
pula, mengapa terlalu mengkhawatirkan hal-hal yang mungkin tidak akan pernah terjadi? Dengan menerapkan nasihat yang bijaksana demikian, kita dapat terhindar dari banyak dukacita dalam dunia yang penuh tekanan ini.
8 Jelaslah, nasihat yang Yesus berikan dewasa ini masih sepraktis
sewaktu itu diberikan hampir 2.000 tahun yang lalu. Bukankah ini
1 Kata kerja Yunani yang diterjemahkan ”khawatir” berarti ”pikiran yang tersimpangkan”. Seperti yang digunakan di Matius 6:25, kata itu memaksudkan
rasa takut yang penuh kekhawatiran yang membuat pikiran tersimpangkan atau
terbagi, yang merampas sukacita dari kehidupan seseorang.
2 Malah, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa kekhawatiran yang berlebihan dan stres dapat membuat kita rentan terhadap penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dan banyak gangguan kesehatan lainnya yang dapat
mempersingkat hidup.
YESUS MENYINGKAPKAN ”HIKMAT YANG BERASAL DARI ALLAH”
213
merupakan bukti hikmat yang datang dari atas? Nasihat yang terbaik pun dari para penasihat manusia cenderung menjadi ketinggalan zaman dan dalam waktu singkat direvisi atau diganti. Akan
tetapi, ajaran Yesus tak lekang dimakan waktu. Hal ini hendaknya
tidak mengejutkan kita, karena Penasihat yang Menakjubkan ini
mengucapkan ”perkataan Allah”.—Yohanes 3:34.
Cara Ia Mengajar
Bidang kedua yang di dalamnya Yesus mencerminkan hikmat
Allah adalah cara ia mengajar. Sekali peristiwa, beberapa prajurit
yang diutus untuk menahan dia pulang dengan tangan hampa,
dan mengatakan, ”Tidak pernah ada orang lain berbicara seperti
itu.” (Yohanes 7:45, 46) Komentar tersebut tidaklah dibesar-besarkan. Dari semua manusia yang pernah hidup, Yesus, yang berasal
”dari alam di atas”, memiliki perbendaharaan pengetahuan dan
pengalaman terbesar untuk ditimba. (Yohanes 8:23) Ia benar-benar mengajar dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh manusia lain mana pun. Perhatikan dua metode sajayang digunakan oleh
Guru yang bijaksana ini.
10 Penggunaan perumpamaan secara efektif. Kita diberi tahu bahwa ’Yesus berbicara kepada kumpulan orang itu melalui perumpamaan’. Ya, ”tanpa perumpamaan ia tidak akan berbicara kepada
mereka”. (Matius 13:34) Kita pasti kagum akan kesanggupannya
yang tiada duanya untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran yang
dalam melalui kegiatan sehari-hari. Petani menabur benih, wanita mempersiapkan roti untuk dipanggang, anak-anak bermain di
pasar, nelayan menarik jala, gembala mencari domba yang hilang
—semuanya merupakan kegiatan yang sudah berulang kali dilihat
oleh para pendengarnya. Apabila kebenaran-kebenaran penting dihubungkan dengan hal-hal yang dikenal baik, kebenaran-kebenaran tersebut akan segera terpatri dalam pikiran dan hati.—Matius 11:
16-19; 13:3-8, 33, 47-50; 18:12-14.
9
9. Apa komentar beberapa prajurit tentang pengajaran Yesus, dan
mengapa hal itu tidaklah dibesar-besarkan?
10, 11. (a) Mengapa kita pasti kagum akan cara Yesus menggunakan
perumpamaan? (b) Apakah parabel itu, dan contoh apa yang memperlihatkan mengapa parabel Yesus sangat efektif untuk mengajar?
214
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
11 Yesus sering menggunakan parabel, yaitu cerita pendek yang
darinya kebenaran-kebenaran moral atau rohani dapat ditimba. Karena cerita lebih mudah dipahami dan diingat daripada gagasan abstrak, parabel membantu melestarikan ajaran Yesus. Dalam banyak
parabel, Yesus melukiskan Bapaknya dengan ungkapan-ungkapan
yang jelas dan tak mudah dilupakan. Misalnya, siapa yang tidak dapat menangkap makna parabel tentang anak yang hilang—bahwa
jika seseorang yang tersesat menunjukkan pertobatan yang tulus,
Yehuwa akan merasa kasihan dan dengan lembut menerimanya
kembali?—Lukas 15:11-32.
12 Penggunaan pertanyaan dengan terampil. Yesus menggunakan
pertanyaan agar para pendengarnya dapat menarik kesimpulan
mereka sendiri, memeriksa motif mereka, atau membuat keputusan. (Matius 12:24-30; 17:24-27; 22:41-46) Sewaktu para pemimpin agama mempertanyakan apakah wewenangnya itu pemberian
Allah, Yesus menjawab,”Apakah pembaptisan oleh Yohanes itu dari
surga atau dari manusia?” Terkejut oleh pertanyaan tersebut, mereka bertukar pikiran di antara mereka sendiri, ”Jika kita mengatakan, ’Dari surga’, ia akan mengatakan kepada kita, ’Lalu, mengapa
kamu tidak percaya kepadanya?’ Tetapi, jika kita mengatakan, ’Dari
manusia’, kita pun takut kepada kumpulan orang itu, karena mereka semua menganggap Yohanes sebagai nabi.” Akhirnya, mereka
menjawab, ”Kami tidak tahu.” (Markus 11:27-33; Matius 21:23-27)
Dengan pertanyaan yang sederhana, Yesus membungkam mereka
dan menyingkapkan kelicikan hati mereka.
13 Yesus kadang-kadang memadukan metode-metode dengan menyisipkan pertanyaan yang menggugah pikiran ke dalam perumpamaannya. Ketika seorang ahli hukum Yahudi bertanya kepada
Yesus tentang apa yang dituntut untuk memperoleh kehidupan
abadi, Yesus mengacu kepada Hukum Musa, yang memerintahkan
agar mengasihi Allah dan sesama. Karena ingin membuktikan dirinya adil-benar, pria tersebut bertanya, ”Siapa sesungguhnya se-
12. (a) Bagaimana Yesus menggunakan pertanyaan dalam pengajarannya? (b) Bagaimana Yesus membungkam orang-orang yang mempertanyakan wewenangnya?
13-15. Bagaimana parabel tentang orang Samaria yang baik hati mencerminkan hikmat Yesus?
YESUS MENYINGKAPKAN ”HIKMAT YANG BERASAL DARI ALLAH”
215
samaku?” Yesus menjawab dengan menuturkan sebuah cerita. Seorang pria Yahudi sedang mengadakan perjalanan seorang diri sewaktu diserang oleh para perampok, yang meninggalkan dia dalam keadaan setengah mati. Kemudian, lewatlah dua orang Yahudi,
pertama seorang imam lalu seorang Lewi. Kedua-duanya mengabaikan dia. Tetapi kemudian, seorang Samaria tiba di tempat itu.
Tergerak oleh rasa kasihan, ia dengan lembut merawat luka-luka
sang korban dan dengan pengasih membawanya ke tempat yang
aman di sebuah penginapan, tempat pria tersebut dapat memulihkan diri. Sebagai penutup ceritanya, Yesus bertanya kepada orang
yang meminta petunjuk kepadanya itu, ”Siapa di antara ketiga
orang ini, menurut pendapatmu, yang menjadikan dirinya sesama
bagi pria yang jatuh ke tangan perampok-perampok itu?” Pria itu
mau tak mau harus menjawab, ”Orang yang bertindak dengan penuh belas kasihan kepada dia.”—Lukas 10:25-37.
14 Bagaimana parabel tersebut mencerminkan hikmat Yesus? Pada
zaman Yesus, orang Yahudi hanya menerapkan kata ”sesama” kepada orang-orang yang menjaga tradisi mereka—tentu saja bukan
kepada orang Samaria. (Yohanes 4:9) Seandainya dalam cerita yang
Yesus tuturkan itu korbannya adalah orang Samaria dan penolongnya adalah orang Yahudi, apakah itu akan menghapus prasangka?
Yesus dengan bijaksana merancang cerita tersebut sedemikian rupa
sehingga seorang Samaria dengan lembut merawat seorang Yahudi. Selain itu, perhatikan pertanyaan yang Yesus ajukan di pengujung cerita itu. Ia mengubah fokus kata ”sesama”. Sebenarnya,
sang ahli hukum bertanya, ’Siapa yang sepantasnya saya kasihi sebagai sesama?’ Tetapi, Yesus bertanya, ”Siapa di antara ketiga orang
ini, menurut pendapatmu, yang menjadikan dirinya sesama?” Yesus tidak berfokus pada orang yang menerima kebaikan hati, yaitu
sang korban, tetapi pada orang yang menunjukkan kebaikan hati,
yaitu orang Samaria. Sesama yang sejati mengambil inisiatif untuk
menunjukkan kasih kepada orang lain tanpa memandang latar belakang etniknya. Tidak ada metode lain yang lebih efektif yang dapat Yesus gunakan untuk menyampaikan gagasannya.
15 Apakah mengherankan jika orang-orang terpukau oleh ’cara
Yesus mengajar’ dan tertarik kepadanya? (Matius 7:28, 29) Sekali peristiwa, ”sekumpulan besar orang” tetap tinggal di dekatnya
216
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
selama tiga hari, bahkan pergi tanpa membawa makanan!—Markus 8:1, 2.
Jalan Hidupnya
Bidang ketiga yang di dalamnya Yesus mencerminkan hikmat
Yehuwa adalah cara hidupnya. Hikmat itu praktis; hikmat mendatangkan hasil yang diinginkan. ”Siapa di antara kamu yang berhikmat?” tanya Yakobus, sang murid. Kemudian, ia menjawab pertanyaannya sendiri, demikian, ”Biarlah tingkah lakunya yang benar
menjadi bukti yang nyata akan hal itu.” (Yakobus 3:13, The New
English Bible) Cara Yesus bertingkah laku menjadi ”bukti yang nyata” bahwa ia dikendalikan oleh hikmat ilahi. Marilah kita perhatikan bagaimana ia mempertunjukkan pertimbangan yang baik, dalam jalan hidupnya maupun dalam berurusan dengan orang lain.
17 Pernahkah Saudara memperhatikan bahwa orang yang tidak
memiliki pertimbangan yang baik sering menjadi ekstrem? Ya, diperlukan hikmat untuk bersikap seimbang. Karena menggunakan
hikmat ilahi, Yesus memiliki keseimbanganyang sempurna. Di atas
segalanya, ia menaruh hal-hal rohani di tempat pertama dalam hidupnya. Ia sangat giat dalam pekerjaan pemberitaan kabar baik.
”Untuk tujuan inilah aku pergi,” katanya. (Markus 1:38) Tentu saja,
harta materi bukanlah hal terpenting baginya; tampaknya, harta
materinya sangatlah sedikit. (Matius 8:20) Akan tetapi, ia bukanlah
orang yang berpantang kesenangan. Seperti Bapaknya, ”Allah yang
bahagia”, Yesus adalah orang yang bersukacita, dan ia membuat
orang lain semakin bersukacita. (1 Timotius 1:11; 6:15) Sewaktu ia
menghadiri sebuah pesta pernikahan—peristiwa yang biasanya ditandai dengan musik, nyanyian, dan kegembiraan—keberadaannya
di sana bukan untuk meredupkan suasana. Ketika persediaan air
anggur habis, ia mengubah air menjadi anggur yang bermutu, minuman yang ”membuat hati manusia yang berkematian bersukacita”. (Mazmur 104:15; Yohanes 2:1-11) Yesus menerima banyak
undangan makan, dan ia sering kali menggunakan kesempatankesempatan demikian untuk mengajar.—Lukas 10:38-42; 14:1-6.
16
16. Bagaimana Yesus memberikan ”bukti yang nyata” bahwa ia dikendalikan oleh hikmat ilahi?
17. Apa yang menunjukkan bahwa Yesus memiliki keseimbangan
yang sempurna dalam hidupnya?
YESUS MENYINGKAPKAN ”HIKMAT YANG BERASAL DARI ALLAH”
217
Pertanyaan untuk Direnungkan
Amsal 8:22-31 Bagaimana uraian tentang personifikasi hikmat cocok dengan apa yang Alkitab katakan mengenai putra sulung Yehuwa?
Matius 13:10-15 Bagaimana perumpamaan Yesus efektif dalam menyingkapkan sikap hati para pendengarnya?
Yohanes 1:9-18 Mengapa Yesus sanggup menyingkapkan hikmat
Allah?
Yohanes 13:2-5,12-17 Bagaimana Yesus menggunakan contoh praktis, dan dengan demikian, apa yang ia ajarkan kepada para rasulnya?
18 Yesus memperlihatkan pertimbangan yang sempurna sewaktu
berurusan dengan orang lain. Pemahamannya tentang perangai
manusia membuat ia memiliki pandangan yang jelas sehubungan
dengan murid-muridnya. Ia tahu betul bahwa mereka tidak sempurna. Namun, ia mengamati sifat-sifat baik mereka. Ia melihat
potensi orang-orang yang telah Yehuwa tarik ini. (Yohanes 6:44)
Meskipun mereka memiliki kelemahan, Yesus menunjukkan kesediaannya untuk mempercayai mereka. Ia mempertunjukkan kepercayaan tersebut dengan mendelegasikan tanggung jawab yang
besar kepada murid-muridnya. Ia menugasi mereka untuk memberitakan kabar baik, dan ia yakin akan kesanggupan mereka untuk memenuhi tugas tersebut. (Matius 28:19, 20) Buku Kisah membuktikan bahwa mereka dengan setia menjalankan pekerjaan yang
ia tugaskan kepada mereka. (Kisah 2:41, 42; 4:33; 5:27-32) Dengan
demikian, jelaslah bahwa Yesus berlaku bijaksana dengan mempercayai mereka.
19 Seperti yang kita ketahui dari Pasal 20, Alkitab menghubungkan kerendahan hati dan kelemahlembutan dengan hikmat. Tentu saja, Yehuwa adalah teladan terbaik dalam hal ini. Tetapi, bagaimana dengan Yesus? Sungguh menghangatkan hati melihat
kerendahan hati yang Yesus tunjukkan sewaktu berurusan dengan
18. Bagaimana Yesus memperlihatkan pertimbangan yang sempurna
sewaktu berurusan dengan murid-muridnya?
19. Bagaimana Yesus mempertunjukkan bahwa ia adalah pribadi
yang ”berwatak lembut dan rendah hati”?
218
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
murid-muridnya. Sebagai manusia yang sempurna, ia lebih unggul daripada mereka. Namun, ia tidak memandang rendah muridmuridnya. Ia juga tidak pernah berupaya membuat mereka merasa
lebih rendah atau tidak cakap. Sebaliknya, ia bertimbang rasa terhadap keterbatasan mereka dan bersabar terhadap kelemahan mereka. (Markus 14:34-38; Yohanes 16:12) Tidakkah luar biasa jika anakanak kecil pun merasa nyaman bersama Yesus? Pastilah, mereka
tertarik kepadanya karena mereka merasa bahwa ia adalah pribadi
yang ”berwatak lembut dan rendah hati”.—Matius 11:29; Markus
10:13-16.
20 Yesus juga menunjukkan kerendahan hati ilahi dengan cara
penting lainnya. Ia masuk akal, atau lentuk, apabila belas kasihan
menuntut hal itu. Misalnya, ingatlah sewaktu seorang wanita Kafir memohon kepada dia untuk menyembuhkan putrinya yang dirasuki hantu dengan hebat. Dengan tiga cara, Yesus pada mulanya
menunjukkan bahwa ia tidak akan menolong wanita itu—pertama,
dengan tidak menjawab dia; kedua, dengan berterus terang bahwa
ia diutus, bukan kepada orang Kafir, melainkan kepada orang Yahudi; dan ketiga, dengan memberikan perumpamaan yang secara
halus menyatakan hal yang sama. Akan tetapi, wanita itu berkeras,
yang merupakan bukti iman yang luar biasa. Dengan mempertimbangkan keadaan yang merupakan perkecualian tersebut, bagaimana tanggapan Yesus? Ia melakukan apa yang sebelumnya ia katakan
tidak akan ia lakukan. Ia menyembuhkan putri wanita itu. (Matius 15:21-28) Kerendahan hati yang luar biasa, bukan? Dan ingatlah, kerendahan hati adalah dasar hikmat yang sejati.
21 Betapa bersyukurnya kita bahwa Injil menyingkapkan perkataan dan tindakan tokohyang paling berhikmat sepanjang masa! Kita
hendaknya ingat bahwa Yesus adalah cerminan sempurna Bapaknya. Dengan meniru kepribadian, tutur kata, dan cara hidup Yesus,
kita akan memupuk hikmat yang datang dari atas. Pada pasal berikut, kita akan melihat bagaimana kita dapat membuat hikmat ilahi
bekerja dalam kehidupan kita.
20. Bagaimana Yesus mempertunjukkan sikap masuk akal dalam berurusan dengan seorang wanita Kafir yang putrinya kerasukan hantu?
21. Mengapa kita hendaknya berupaya meniru kepribadian, tutur
kata, dan cara hidup Yesus?
P A S A L
2 2
Apakah ”Hikmat yang Datang
dari Atas” Bekerja dalam
Kehidupan Saudara?
INI adalah kasus yang sulit—dua wanita memperebutkan seorang
bayi. Keduanya tinggal serumah, dan keduanya melahirkan seorang
putra, hanya selisih beberapa hari. Salah satu bayi meninggal, dan
sekarang, masing-masing mengaku sebagai ibu dari bayi yang masih
hidup.1 Tidak ada saksi lain dalam peristiwa itu. Tampaknya, kasus
tersebut sudah diperiksa di pengadilan yang lebih rendah tetapi tidak terselesaikan. Akhirnya, perbantahan tersebut dibawa ke hadapan Salomo, raja Israel. Sanggupkah ia menyingkapkan kebenaran?
2 Setelah beberapa waktu mendengarkan perbantahan mereka, Salomo meminta sebuah pedang. Kemudian, dengan raut muka bersungguh-sungguh, ia memerintahkan agar anak itu dibelah, dan
masing-masing wanita mendapat setengah bagian. Seketika itu juga,
ibu yang asli memohon kepada sang raja untuk memberikan bayi
itu—anaknya yang tersayang—kepada wanita lainnya. Tetapi, wanita lainnya itu tetap berkeras agar anak tersebut dibelah. Kini, Salomo
tahu yang sebenarnya. Ia mempunyai pengetahuan tentang keibaan hati yang lembut seorang ibu terhadap anak kandungnya, dan ia
menggunakan pengetahuan tersebut untuk membereskan perbantahan itu. Bayangkan betapa leganya sang ibu ketika Salomo menyerahkan sang bayi kepadanya dan berkata, ”Dialah ibunya.”—1 Raja
3:16-27.
3 Hikmat yang luar biasa, bukan? Sewaktu orang-orang mendengar
1 Menurut 1 Raja 3:16, kedua wanita tersebut adalah pelacur. Insight on the
Scriptures menyatakan, ”Wanita-wanita ini mungkin pelacur, bukan secara komersial, melainkan wanita-wanita yang melakukan percabulan, bisa jadi mereka
adalah wanita Yahudi atau, kemungkinan besar, wanita keturunan asing.”—Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.
1-3. (a) Bagaimana Salomo mempertunjukkan hikmat yang luar biasa dalam menangani perbantahan dua orang ibu? (b) Yehuwa berjanji untuk memberikan apa kepada kita, dan pertanyaan apa saja yang
muncul?
220
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
bagaimana Salomo menyelesaikan kasus tersebut, mereka sangat
kagum, ”sebab mereka melihat bahwa hikmat Allah ada dalam dirinya”. Ya, hikmat Salomo adalah pemberian Allah. Yehuwa telah
memberinya ”hati yang bijaksana dan berpengertian”. (1 Raja 3:
12, 28) Tetapi, bagaimana dengan kita? Apakah kita juga dapat menerima hikmat ilahi? Ya, karena di bawah ilham, Salomo menulis,
”Yehuwa sendiri memberikan hikmat.” (Amsal 2:6) Yehuwa berjanji
untuk memberikan hikmat—kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, pengertian, dan pemahaman dengan baik—kepada mereka yang berupaya mencarinya dengan tulus. Bagaimana kita bisa
mendapatkan hikmat yang datang dari atas? Dan, bagaimana kita
dapat membuatnya bekerja dalam kehidupan kita?
’Mendapatkan Hikmat’—Bagaimana?
Haruskah kita memiliki kecerdasan yang luar biasa atau pendidikan yang tinggi agar dapat memperoleh hikmat ilahi? Tidak. Yehuwa bersedia membagikan hikmat-Nya kepada kita tidak soal latar
belakang dan pendidikan kita. (1 Korintus 1:26-29) Namun, kita harus mengambil inisiatif, karena Alkitab mendesak kita untuk ’mendapatkan hikmat’. (Amsal 4:7) Bagaimana kita dapat melakukannya?
5 Pertama-tama, kita perlu takut akan Allah. ”Takut akan Yehuwa
adalah permulaan hikmat [”langkah pertama menuju hikmat”, The
New English Bible],” kata Amsal 9:10. Takut akan Allah adalah fondasi hikmat yang sejati. Mengapa? Ingatlah, hikmat berkaitan dengan kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan dengan berhasil. Takut akan Allah berarti, bukan meringkuk di hadapan-Nya
karena perasaan ngeri, melainkan membungkuk di hadapan-Nya
karena perasaan hormat, respek, dan percaya. Rasa takut demikian adalah takut yang sehat dan sangat memotivasi. Rasa takut tersebut menggerakkan kita untuk menyelaraskan kehidupan kita dengan pengetahuan tentang kehendak dan jalan-jalan Allah. Tidak
ada lagi haluan yang lebih berhikmat yang dapat kita tempuh karena standar-standar Yehuwa selalu menghasilkan manfaat terbaik
bagi mereka yang mematuhinya.
6 Kedua, kita harus rendah hati dan bersahaja. Hikmat ilahi tidak
akan ada tanpa kerendahan hati dan kesahajaan. (Amsal 11:2) Mengapa demikian? Apabila kita rendah hati dan bersahaja, kita mau
4
4-7. Apa empat tuntutan untuk mendapatkan hikmat?
APAKAH HIKMAT BEKERJA DALAM KEHIDUPAN SAUDARA?
221
mengakui bahwa kita tidak tahu segala-galanya, bahwa pendapat
kita tidak selalu benar, dan bahwa kita perlu mengetahui pikiran Yehuwa berkenaan dengan berbagai hal. Yehuwa ”menentang orang
yang angkuh”, tetapi Ia senang memberikan hikmat kepada mereka yang rendah hati.—Yakobus 4:6.
7 Hal ketiga yang sangat penting adalah mempelajari Firman Allah
yang tertulis. Hikmat Yehuwa disingkapkan dalam Firman-Nya. Untuk mendapatkan hikmat tersebut, kita harus mengerahkan upaya
untuk menggalinya. (Amsal 2:1-5) Tuntutan keempat adalah doa.
Jika kita dengan tulus meminta hikmat kepada Allah, Ia akan memberikannya dengan murah hati. (Yakobus 1:5) Doa-doa kita untuk
meminta bantuan roh-Nya tidak akan dibiarkan tak terjawab. Dan,
roh-Nya memungkinkan kita menemukan harta dalam Firman-Nya
yang dapat membantu kita memecahkan berbagai masalah, menghindari bahaya, dan membuat keputusan yang bijaksana.—Lukas
11:13.
8 Seperti yang kita ketahui dari Pasal 17, hikmat Yehuwa itu praktis.
Jadi, jika kita benar-benar telah mendapatkan hikmat ilahi, hal itu
akan nyata dari cara kita bertingkah laku. Yakobus, sang murid, melukiskan buah-buah hikmat ilahi sewaktu menulis, ”Hikmat yang
datang dari atas adalah pertama-tama murni, lalu suka damai, bersikap masuk akal, siap untuk taat, penuh belas kasihan dan buah yang
baik, tidak membeda-bedakan orang, tidak munafik.” (Yakobus 3:
17) Seraya membahas tiap-tiap aspek hikmat ilahi tersebut, kita dapat bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah hikmat yang datang dari
atas bekerja dalam kehidupan saya?’
”Pertama-tama Murni, lalu Suka Damai”
”Pertama-tama murni.” Murni berarti bersih dan tidak tercemar,
tidak hanya di luar tetapi juga di dalam. Alkitab mengaitkan hikmat
dengan hati, tetapi hikmat surgawi tidak dapat masuk ke dalam hati
yang dicemari pikiran, hasrat, dan motif yang fasik. (Amsal 2:10; Matius 15:19, 20) Akan tetapi, jika hati kita murni—yaitu, dalam batas
kesanggupan manusia yang tidak sempurna—kita akan ’menjauhi
9
8. Jika kita benar-benar telah mendapatkan hikmat ilahi, bagaimana
hal itu akan nyata?
9. Apa artinya murni, dan mengapa tepat jika kemurnian berada di
urutan pertama sifat-sifat hikmat?
222
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
apa yang jahat dan melakukan apa yang baik’. (Mazmur 37:27; Amsal 3:7) Tidakkah tepat jika kemurnian berada di urutan pertama sifat-sifat hikmat? Lagi pula, jika kita tidak bersih secara moral dan
rohani, bagaimana kita dapat benar-benar mencerminkan sifat-sifat
lain dari hikmat yang datang dari atas?
10 ”Lalu suka damai.” Hikmat surgawi menggerakkan kita untuk
mengejar damai, yang adalah salah satu buah roh Allah. (Galatia
5:22) Kita berupaya keras untuk tidak memutuskan ”ikatan perdamaian” yang mempersatukan umat Yehuwa. (Efesus 4:3) Jika perdamaian terganggu, kita juga berupaya melakukan yang terbaik untuk
memulihkannya. Mengapa hal itu penting? Alkitab berkata, ”Teruslah . . . hidup dengan damai; dan Allah kasih dan kedamaian akan
menyertai kamu.” (2 Korintus 13:11) Jadi, selama kita terus hidup
dengan damai, Allah kedamaian akan menyertai kita. Perlakuan kita
kepada rekan seiman berpengaruh langsung terhadap hubungan
kita dengan Yehuwa. Bagaimana kita dapat membuktikan diri sebagai pembawa damai? Perhatikan sebuah contoh.
11 Apa yang hendaknya Saudara lakukan jika Saudara merasa telah menyakiti hati rekan seiman? Yesus berkata, ”Maka, jika engkau membawa pemberianmu ke mezbah dan di sana engkau mengingat bahwa ada sesuatu yang membuat saudaramu tidak senang,
tinggalkan pemberianmu di sana di depan mezbah, dan pergilah;
berdamailah dahulu dengan saudaramu, dan kemudian, pada waktu
engkau kembali, persembahkanlah pemberianmu.” (Matius
5:23, 24) Saudara dapat menerapkan nasihat itu dengan mengambil inisiatif untuk menemui saudara tersebut. Dengan tujuan apa?
Untuk ’berdamai’ dengannya.1 Untuk mencapai tujuan tersebut,
Saudara mungkin perlu mengakui, bukannya menyangkal, rasa sakit hatinya. Jika Saudara mendekatinya dengan tujuan memulihkan
perdamaian dan mempertahankan sikap tersebut, kemungkinan
1 Kata Yunani yang dialihbahasakan ”berdamailah” berasal dari kata kerja
yang berarti ” ’membuat perubahan, bertukar’, dan kemudian, ’rukun kembali’ ”.
Jadi, tujuan Saudara adalah untuk menghasilkan perubahan, untuk menyingkirkan, jika mungkin, perasaan tidak enak dari hati seseorang yang disakiti.—Roma
12:18.
10, 11. (a) Mengapa penting bagi kita untuk suka damai? (b) Jika
Saudara merasa telah menyakiti hati rekan seiman, bagaimana Saudara dapat membuktikan diri sebagai pembawa damai? (Lihat juga catatan kaki.)
Untuk memperoleh hikmat ilahi, kita harus
mengerahkan upaya untuk menggalinya
besar kesalahpahaman dapat dijernihkan, permintaan maaf yang sepatutnya diajukan, dan pengampunan diulurkan. Apabila Saudara
berinisiatif untuk berdamai, Saudara menunjukkan bahwa Saudara
dibimbing oleh hikmat ilahi.
”Bersikap Masuk Akal, Siap untuk Taat”
”Bersikap masuk akal.” Apa artinya bersikap masuk akal? Menurut para pakar, kata Yunani asli yang dialihbahasakan menjadi ”masuk akal” di Yakobus 3:17 sulit diterjemahkan. Para penerjemah telah menggunakan berbagai kata seperti ”manis lakunya”,
”peramah”, dan ”bertimbang rasa”. Makna harfiah kata Yunani tersebut adalah ”mengalah”. Bagaimana kita dapat mempertunjukkan
bahwa aspek hikmat yang datang dari atas ini bekerja dalam diri
kita?
13 ”Biarlah sikap masuk akalmu diketahui semua orang,” kata Filipi 4:5. Terjemahan lain berbunyi, ”Milikilah reputasi sebagai orang
12
12, 13. (a) Apa arti kata yang dialihbahasakan menjadi ”masuk akal”
di Yakobus 3:17? (b) Bagaimana kita dapat mempertunjukkan bahwa
kita adalah orang yang masuk akal?
224
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
yang masuk akal.” (The New Testament in Modern English, oleh
J. B. Phillips) Perhatikanlah bahwa masalahnya bukan bagaimana
kita memandang diri kita sendiri; masalahnya terletak pada bagaimana orang lain memandang kita, bagaimana kita dikenal. Seseorang yang masuk akal tidak selalu berkukuh pada kata-kata dalam hukum atau pada keinginannya sendiri. Sebaliknya, ia bersedia
mendengarkan orang-orang lain dan, jika perlu, mengalah pada keinginan mereka. Ia juga lembut, tidak kasar atau keras, dalam berurusan dengan orang lain. Meskipun sangat penting bagi semua
orang Kristen, sifat itu khususnya penting bagi mereka yang melayani sebagai penatua. Kelembutan merupakan sifat yang menarik,
membuat para penatua mudah didekati. (1 Tesalonika 2:7, 8) Kita
sebaiknya bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah saya memiliki reputasi sebagai orang yang bertimbang rasa, suka mengalah, dan lembut?’
14 ”Siap untuk taat.” Kata Yunani yang dialihbahasakan menjadi
”siap untuk taat” tidak muncul di ayat lain mana pun dalam KitabKitab Yunani Kristen. Menurut seorang pakar, kata itu ”sering kali
digunakan dalam hubungannya dengan disiplin militer”. Kata itu
mencakup gagasan ”mudah diyakinkan” dan ”tunduk”. Seseorang
yang dibimbing oleh hikmat yang datang dari atas siap untuk tunduk kepada apa yang Alkitab katakan. Ia tidak dikenal sebagai orang
yang, setelah membuat suatu keputusan, menolak untuk dipengaruhi oleh fakta apa pun yang bertentangan dengan dia. Sebaliknya,
ia segera berubah sewaktu diperhadapkan dengan bukti-bukti Alkitab yang jelas bahwa ia mengambil pendirian yang salah atau telah
mengambil kesimpulan yang keliru. Apakah demikian cara Saudara dikenal oleh orang lain?
15
”Penuh Belas Kasihan dan Buah yang Baik”
”Penuh belas kasihan dan buah yang baik.”1 Belas kasihan me-
1 Terjemahan lain mengalihbahasakan kata-kata ini menjadi ”penuh dengan
keibaan hati dan perbuatan-perbuatan yang baik”.—A Translation in the Language
of the People, oleh Charles B. Williams.
14. Bagaimana kita dapat mempertunjukkan bahwa kita ”siap untuk
taat”?
15. Apakah belas kasihan itu, dan mengapa tepat jika ”belas kasihan”
dan ”buah yang baik” disebutkan bersama-sama dalam Yakobus 3:17?
APAKAH HIKMAT BEKERJA DALAM KEHIDUPAN SAUDARA?
225
rupakan bagian penting dari hikmat yang datang dari atas, karena hikmat tersebut dikatakan ”penuh belas kasihan”. Perhatikan
bahwa ”belas kasihan” dan ”buah yang baik” disebutkan bersama-sama. Hal itu sangatlah tepat, karena di dalam Alkitab, belas
kasihan sering kali memaksudkan suatu perhatian yang aktif terhadap orang lain, keibaan hati yang menghasilkan tuaian yang
melimpah berupa perbuatan-perbuatan baik. Sebuah karya referensi mendefinisikan belas kasihan sebagai ”suatu perasaan dukacita atas keadaan buruk yang menimpa seseorang dan mencoba
berbuat sesuatu berkenaan dengan hal itu”. Jadi, hikmat ilahi tidak bersifat dingin, tak berperasaan, atau teoretis belaka. Sebaliknya, hikmat ilahi itu hangat, penuh perasaan, dan peka. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita adalah orang yang penuh
belas kasihan?
16 Tentu saja, salah satu cara penting adalah dengan membagikan kabar baik tentang Kerajaan Allah kepada orang lain. Apa yang
memotivasi kita untuk melakukan pekerjaan tersebut? Yang terutama adalah kasih akan Allah. Tetapi, kita juga dimotivasi oleh belas kasihan, atau keibaan hati kepada orang lain. (Matius 22:37-39)
Banyak orang dewasa ini yang ”dikuliti dan dibuang seperti domba-domba tanpa gembala”. (Matius 9:36) Mereka telah diabaikan
dan dibutakan secara rohani oleh para gembala agama yang palsu. Akibatnya, mereka tidak mengetahui bimbingan yang bijaksana yang terdapat dalam Firman Allah atau berkat-berkat yang akan
segera didatangkan ke atas bumi oleh Kerajaan Allah. Oleh karena
itu, sewaktu memikirkan kebutuhan rohani orang-orang yang ada
di sekeliling kita, keibaan hati kita yang tulus menggerakkan kita
untuk berbuat semampu kita dalam memberitahukan maksud-tujuan Yehuwa yang pengasih kepada mereka.
17 Dengan cara-cara lain apa kita dapat menunjukkan bahwa kita
adalah orang yang penuh belas kasihan? Ingatlah perumpamaan
Yesus tentang orang Samaria yang menemukan seorang pejalan
16, 17. (a) Selain kasih akan Allah, apa lagi yang memotivasi kita
untuk ambil bagian dalam pekerjaan pemberitaan, dan mengapa?
(b) Dengan cara-cara apa kita dapat menunjukkan bahwa kita adalah
orang yang penuh belas kasihan?
226
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
yang tergeletak di pinggir jalan karena dirampok dan dipukuli.
Tergerak oleh keibaan hati, orang Samaria tersebut ”bertindak dengan penuh belas kasihan”, membalut luka-luka sang korban dan
merawatnya. (Lukas 10:29-37) Tidakkah perumpamaan itu memberikan gambaran bahwa belas kasihan mencakup memberikan
bantuan praktis kepada mereka yang sedang membutuhkan? Alkitab memberi tahu kita agar ”melakukan apa yang baik untuk
semua orang, tetapi teristimewa untuk mereka yang adalah saudara kita dalam iman”. (Galatia 6:10) Pikirkan beberapa peluang.
Seorang rekan seiman yang lebih tua mungkin butuh tumpangan
ke dan dari perhimpunan. Seorang janda di sidang mungkin butuh bantuan untuk memperbaiki rumahnya. (Yakobus 1:27) Seseorang yang tawar hati mungkin butuh ”perkataan yang baik”
untuk membangkitkan semangatnya. (Amsal 12:25) Sewaktu menunjukkan belas kasihan dengan cara-cara demikian, kita membuktikan bahwa hikmat yang datang dari atas bekerja dalam diri
kita.
”Tidak Membeda-bedakan Orang,
Tidak Munafik”
18 ”Tidak membeda-bedakan orang.” Hikmat ilahi mengalahkan
prasangka ras dan kebanggaan nasional. Jika kita dibimbing oleh
hikmat semacam itu, kita berupaya mencabut dari hati kita kecenderungan apa pun untuk memperlihatkan sikap pilih kasih. (Yakobus 2:9) Kita tidak memberikan perlakuan istimewa kepada orang
lain berdasarkan latar belakang pendidikan, keadaan finansial, atau
tanggung jawab mereka di sidang; kita juga tidak memandang rendah rekan seiman mana pun, tidak soal seberapa rendah mereka kelihatannya. Jika Yehuwa telah menjadikan orang-orang itu sebagai
penerima kasih-Nya, tentu kita hendaknya menganggap mereka layak menerima kasih kita.
19 ”Tidak munafik.” Kata Yunani untuk ”orang munafik” dapat memaksudkan ”seorang aktor yang memainkan suatu peran”. Pada za-
18. Jika dibimbing oleh hikmat yang datang dari atas, kita harus berupaya untuk mencabut apa dari hati kita, dan mengapa?
19, 20. (a) Apa latar belakang kata Yunani untuk ”orang munafik”?
(b) Bagaimana cara kita menunjukkan ”kasih sayang persaudaraan
yang tidak munafik”, dan mengapa hal itu penting?
Sewaktu menunjukkan belas kasihan, atau keibaan hati,
kepada orang lain, kita mencerminkan
”hikmat yang datang dari atas”
man dahulu, aktor Yunani dan Romawi mengenakan topeng besar
sewaktu berpentas. Oleh karena itu, kata Yunani untuk ”orang munafik” kemudian diterapkan pada seseorang yang berpura-pura, atau
seseorang yang penuh kepalsuan. Aspek hikmat ilahi tersebut hendaknya bukan hanya mempengaruhi cara kita memperlakukan rekan seiman, melainkan juga perasaan kita terhadap mereka.
20 Rasul Petrus menyatakan bahwa ’ketaatan kita kepada kebenaran’ hendaknya menghasilkan ”kasih sayang persaudaraan yang tidak munafik”. (1 Petrus 1:22) Ya, kasih sayang kita terhadap saudarasaudara kita hendaknya tidak untuk pamer. Kita tidak mengenakan
topeng atau berakting agar dapat mengelabui orang lain. Kasih sayang kita hendaknya murni, tulus. Dengan bertindak demikian, kita
akan memperoleh kepercayaan dari rekan-rekan seiman kita, karena mereka akan tahu bahwa kita berlaku apa adanya. Ketulusan semacam itu membuka jalan bagi hubungan yang terbuka dan jujur
di antara orang Kristen dan membantu menciptakan suasana saling
percaya di dalam sidang.
228
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Pertanyaan untuk Direnungkan
Ulangan 4:4-6 Bagaimana kita membuktikan diri berhikmat?
Mazmur 119:97-105 Apa manfaatnya jika kita dengan rajin mempelajari dan menerapkan Firman Allah?
Amsal 4:10-13, 20-27 Mengapa kita membutuhkan hikmat Yehuwa?
Yakobus 3:1-16 Bagaimana mereka yang dipercayakan sebagai
pengawas di sidang dapat menunjukkan bahwa mereka berhikmat dan berpengertian?
”Jagalah Hikmat yang Praktis”
Hikmat ilahi merupakan pemberian Yehuwa, sesuatu yang harus kita jaga. Salomo berkata, ”Putraku, . . . jagalah hikmat yang praktis dan kesanggupan berpikir.” (Amsal 3:21) Sayang sekali, Salomo
sendiri gagal melaksanakannya. Ia tetap berhikmat selama ia memelihara hati yang taat. Namun, pada akhirnya istri-istri asingnya
yang banyak jumlahnya menyimpangkan hatinya dari ibadat yang
murni kepada Yehuwa. (1 Raja 11:1-8) Kesudahan Salomo memberikan gambaran bahwa pengetahuan akan kecil nilainya jika kita tidak menggunakannya dengan tepat.
22 Bagaimana kita dapat menjaga hikmat yang praktis? Kita tidak
hanya harus teratur membaca Alkitab dan publikasi-publikasi berdasarkan Alkitab yang disediakan ”budak yang setia dan bijaksana”,
tetapi kita juga harus berupaya menerapkan apa yang kita pelajari.
(Matius 24:45) Kita memiliki alasan kuat untuk menerapkan hikmat
ilahi. Penerapan hikmat tersebut berarti jalan hidup yang lebih baik
sekarang. Hal itu memungkinkan kita ”dengan teguh menggenggam kehidupan yang sebenarnya”—kehidupan dalam dunia baru
Allah. (1 Timotius 6:19) Dan, yang terpenting ialah memupuk hikmat yang datang dari atas membuat kita semakin dekat kepada sumber segala hikmat, Allah Yehuwa.
21
21, 22. (a) Bagaimana Salomo gagal menjaga hikmat? (b) Bagaimana kita dapat menjaga hikmat, dan bagaimana kita akan mendapat
manfaat dengan melakukannya?
B A G I A N
4
”ALLAH ADALAH KASIH”
Dari semua sifat yang Yehuwa miliki, kasih adalah
sifat-Nya yang dominan. Kasih juga adalah sifat yang
paling menarik. Seraya meneliti beberapa faset yang
indah dari sifat yang bagaikan permata ini,
kita akan mengerti mengapa Alkitab mengatakan
bahwa ”Allah adalah kasih”.
—1 Yohanes 4:8.
P A S A L
2 3
”Dia Pertama-tama Mengasihi Kita”
PADA suatu hari di musim semi hampir 2.000 tahun yang lalu,
seorang pria yang tidak bersalah diadili, dinyatakan bersalah atas
kejahatan yang tidak pernah dilakukannya, dan kemudian disiksa
sampai mati. Peristiwa tersebut bukanlah eksekusi yang kejam dan
tidak adil yang pertama kali terjadi dalam sejarah; dan, sayang sekali, juga bukan yang terakhir. Namun, kematian tersebut berbeda
dengan kematian lainnya.
2 Seraya pria tersebut menjalani saat-saat terakhirnya yang penuh penderitaan, langit sendiri memberikan tanda akan pentingnya peristiwa tersebut. Meski peristiwa itu berlangsung pada tengah
hari, kegelapan tiba-tiba menyelimuti negeri. Seperti yang dilukiskan oleh seorang sejarawan, ”cahaya matahari tidak bersinar”. (Lukas 23:44, 45) Kemudian, tepat sebelum pria tersebut mengembuskan napasnya yang terakhir, ia mengucapkan kata-kata yang tak
terlupakan ini, ”Sudah terlaksana!” Ya, dengan menyerahkan kehidupannya, ia melaksanakan sesuatu yang menakjubkan. Pengorbanannya merupakan tindakan kasih terbesar yang pernah dilakukan oleh manusia.—Yohanes 15:13; 19:30.
3 Tentu saja, pria itu adalah Yesus Kristus. Penderitaan dan kematiannya pada hari yang kelam itu, 14 Nisan 33 M, diketahui banyakorang. Akan tetapi, ada suatu fakta penting yang sering kali terabaikan. Meskipun Yesus sangat menderita, ada pribadi lain yang
bahkan lebih menderita. Sebenarnya, pada hari itu ada pribadi lain
yang membuat pengorbanan yang bahkan lebih besar lagi—tindakan kasih terbesar yang pernah dilakukan di alam semesta. Tindakan apakah itu? Jawabannya menjadi pengantar yang tepat bagi pokok bahasan yang paling penting: kasih Yehuwa.
1-3. Apa beberapa faktor yang membuat kematian Yesus berbeda dengan kematian lainnya yang terjadi dalam sejarah?
”Allah . . . memberikan Putra satu-satunya yang diperanakkan”
232
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Tindakan Kasih Terbesar
Senturion Romawi yang mengawasi eksekusi terhadap Yesus terkesima menyaksikan kegelapan yang mendahului kematian Yesus
dan gempa bumi hebat yang terjadi setelahnya. ”Pastilah ini Putra Allah,” katanya. (Matius 27:54) Jelaslah, Yesus bukan manusia
biasa. Perwira tersebut memiliki andil dalam mengeksekusi Putra
satu-satunya yang Allah peranakkan, Putra Allah Yang Mahatinggi!
Sebenarnya, seberapa berhargakah Putra ini di mata Bapaknya?
5 Alkitab menyebut Yesus sebagai ”yang sulung dari antara semua
ciptaan”. (Kolose 1:15) Coba pikirkan—Putra Yehuwa sudah ada lebih dahulu daripada alam semesta. Kalau begitu, sudah berapa lama
Bapak dan Putra tersebut bersama-sama? Beberapa ilmuwan memperkirakan bahwa alam semesta ini berusia 13 miliar tahun. Dapatkah Saudara membayangkan waktu yang panjang tersebut? Untuk
membantu orang memahami usia alam semesta seperti yang diperkirakan oleh para ilmuwan, sebuah planetarium memampang suatu garis waktu yang panjangnya 110 meter. Seraya para pengunjung
berjalan mengikuti arah garis tersebut, tiap langkah mereka mewakili kira-kira 75 juta tahun kehidupan alam semesta. Di akhir garis
tersebut, seluruh sejarah umat manusia diwakili oleh satu tanda setebal sehelai rambut manusia! Namun, kalaupun perkiraan tersebut
tepat, panjang seluruh garis waktu itu tidak cukup untuk mewakili
jangka hidup Putra Yehuwa! Apa yang ia lakukan selama rentang
waktu yang sangat panjang tersebut?
6 Sang Putra dengan senang melayani sebagai ”pekerja ahli” Bapaknya. (Amsal 8:30) Alkitab berkata, ”Tanpa [sang Putra], tidak satu perkara pun menjadi ada.” (Yohanes 1:3) Jadi, Yehuwa dan Putra-Nya
bekerja bersama-sama untuk menjadikan hal-hal lain. Masa-masa
yang mereka nikmati bersama sungguh menggetarkan dan membahagiakan! Nah, banyak yang akan setuju bahwa kasih antara orang
tua dan anak luar biasa kuatnya. Dan, kasih ”adalah ikatan pemer4
4. Bagaimana seorang perwira Romawi akhirnya mengerti bahwa Yesus bukan manusia biasa, dan apa yang perwira itu simpulkan?
5. Bagaimana rentang waktu yang sangat panjang yang Yehuwa dan
Putra-Nya nikmati bersama-sama di surga dapat diilustrasikan?
6. (a) Apa yang Putra Yehuwa lakukan selama eksistensi pramanusianya? (b) Ikatan macam apa yang terjalin antara Yehuwa dan PutraNya?
”DIA PERTAMA-TAMA MENGASIHI KITA”
233
satu yang sempurna”. (Kolose 3:14) Jadi, siapa di antara kita yang
dapat mulai memahami kekuatan sebuah ikatan yang telah terbina
selama rentang waktu yang luar biasa panjang seperti itu? Jelaslah,
Allah Yehuwa dan Putra-Nya dipersatukan oleh ikatan kasih terkuat
yang pernah terjalin.
7 Meskipun demikian, sang Bapak mengutus Putra-Nya ke bumi
untuk dilahirkan sebagai bayi manusia. Dengan melakukannya, berarti selama beberapa dekade Yehuwa harus rela kehilangan pergaulan yang akrab di surga dengan Putra yang Ia kasihi. Dari surga, Ia
dengan penuh minat memperhatikan Yesus bertumbuh menjadi
seorang manusia sempurna. Kira-kira pada usia 30 tahun, Yesus dibaptis. Kita tidak perlu menebak bagaimana perasaan Yehuwa terhadapnya. Sang Bapak berbicara secara pribadi dari surga, ”Inilah
Putraku, yang kukasihi, kepadanyalah aku berkenan.” (Matius 3:17)
Karena melihat Yesus dengan setia melakukan semua yang telah dinubuatkan, semua yang diminta dari dia, Bapaknya pasti sangat senang!—Yohanes 5:36; 17:4.
8 Namun, bagaimana perasaan Yehuwa pada tanggal 14 Nisan
33 M? Bagaimana perasaan-Nya ketika Yesus dikhianati dan kemudian ditangkap oleh segerombolan orang di malam hari? Ketika Yesus ditinggalkan oleh sahabat-sahabatnya dan diadili secara ilegal?
Ketika ia dicemooh, diludahi, dan ditinju? Ketika ia disesah sampai punggungnya tercabik-cabik? Ketika tangan dan kakinya dipakukan ke tiang kayu dan dibiarkan tergantung di sana seraya dicerca oleh orang-orang? Bagaimana perasaan sang Bapak ketika Putra
yang Ia kasihi berseru kepada-Nya di tengah pergulatannya menghadapi penderitaan yang hebat? Bagaimana perasaan Yehuwa ketika Yesus mengembuskan napasnya yang terakhir, dan ketika untuk
pertama kalinya sejak awal penciptaan, Putra yang dikasihi-Nya tiada?—Matius 26:14-16, 46, 47, 56, 59, 67; 27:38-44, 46; Yohanes 19:1.
9 Kita tidak bisa berkata apa-apa. Karena Yehuwa memiliki perasaan, kepedihan hati yang Ia rasakan atas kematian Putra-Nya tak terlukiskan oleh kata-kata kita. Apa yang dapat dilukiskan adalah motif
7. Sewaktu Yesus dibaptis, bagaimana Yehuwa menyatakan perasaanNya terhadap Putra-Nya?
8, 9. (a) Kejadian apa saja yang menimpa Yesus pada tanggal 14 Nisan 33 M, dan bagaimana hal itu mempengaruhi Bapak surgawinya?
(b) Mengapa Yehuwa membiarkan Putra-Nya menderita dan mati?
234
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Yehuwa membiarkan hal itu terjadi. Mengapa sang Bapak membiarkan perasaan demikian menimpa diri-Nya? Yehuwa menyingkapkan sesuatu yang menakjubkan kepada kita di Yohanes 3:16—sebuah
ayat Alkitab yang sangat penting sehingga dijuluki miniatur Injil.
Ayat itu berbunyi, ”Allah begitu mengasihi dunia ini, ia memberikan Putra satu-satunya yang diperanakkan, agar setiap orang yang
memperlihatkan iman akan dia tidak akan dibinasakan melainkan
memperoleh kehidupan abadi.” Jadi, motif Yehuwa adalah ini: kasih. Pemberian Yehuwa—diutusnya Putra-Nya untuk menderita dan
mati bagi kita—adalah tindakan kasih terbesar yang pernah dilakukan.
Kasih Ilahi Didefinisikan
Apa arti kata ”kasih”? Kasih dilukiskan sebagai kebutuhan terbesar umat manusia. Sejak lahir sampai ke liang kubur, manusia
berupaya keras untuk memperoleh kasih, bertumbuh sejahtera dalam kehangatan kasih, bahkan merana dan mati karena kekurangan kasih. Meskipun demikian, di luar dugaan ternyata kasih sulit
didefinisikan. Tentu saja, manusia banyak berbicara tentang kasih.
Buku-buku, lagu-lagu, dan puisi-puisi mengenai kasih terus mengalir. Hasilnya tidak selalu memperjelas makna kasih. Malah, kata itu
telah dipergunakan secara berlebihan sehingga makna yang sesungguhnya makin sulit dipahami.
11 Akan tetapi, Alkitab mengajarkan kasih dengan cara yang jelas.
Vine’s Expository Dictionary of New Testament Words mengomentari, ”Kasih hanya dapat diketahui dari tindakan yang dihasilkannya.” Catatan Alkitab tentang tindakan-tindakan Yehuwa mengajar
kita banyak sekali tentang kasih-Nya—kasih sayang-Nya yang penuh kebajikan terhadap makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Misalnya,
apa yang dapat lebih banyak menyingkapkan sifat ini selain tindakan kasih Yehuwa yang terbesar yang diuraikan sebelumnya? Pada
pasal-pasal selanjutnya, kita akan melihat banyak contoh lain berke10
10. Manusia memiliki kebutuhan apa, dan apa yang telah terjadi dengan makna kata ”kasih”?
11, 12. (a) Di mana kita dapat belajar banyak sekali tentang kasih,
dan mengapa di situ? (b) Jenis kasih apa saja yang disebutkan secara
spesifik dalam bahasa Yunani kuno, dan kata apa untuk ”kasih” yang
paling sering digunakan dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen? (Lihat
juga catatan kaki.) (c) Apakah a·ga1pe itu?
”DIA PERTAMA-TAMA MENGASIHI KITA”
235
naan dengan perwujudan kasih Yehuwa. Selain itu, kita dapat memperoleh pemahaman dari kata-kata asli untuk ”kasih” yang digunakan dalam Alkitab. Dalam bahasa Yunani kuno, ada empat kata yang
digunakan untuk ”kasih”.1 Dari keempat kata itu, kata yang paling
sering digunakan dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen adalah a·ga1pe.
Sebuah kamus Alkitab menyebut kata ini sebagai ”kata yang paling
kuat yang terbayangkan untuk kasih”. Mengapa?
12 A·ga1pe memaksudkan kasih yang dibimbing oleh prinsip. Jadi,
kasih tersebut bukan sekadar tanggapan emosional terhadap orang
lain. Kasih tersebut lebih luas jangkauannya, pada dasarnya lebih
dipikirkan dan dilakukan secara sadar. Yang terutama ialah a·ga1pe
benar-benar tidak mementingkan diri. Misalnya, periksalah kembali Yohanes 3:16. Apa ”dunia” yang begitu dikasihi Allah sehingga
Ia memberikan Putra satu-satunya yang diperanakkan? Itu adalah
dunia umat manusia yang dapat ditebus. Dunia itu mencakup banyak orang yang menempuh haluan hidup yang berdosa. Apakah
Yehuwa mengasihi individu-individu tersebut sebagai sahabat pribadi, seperti Ia mengasihi Abraham yang setia? (Yakobus 2:23) Tidak, tetapi Yehuwa dengan pengasih mengulurkan kebaikan kepada semua orang, sekalipun diri-Nya harus membuat pengorbanan
yang sangat besar. Ia ingin semua orang bertobat dan mengubah
cara hidup mereka. (2 Petrus 3:9) Banyak yang bertindak sesuai dengan keinginan-Nya itu. Dengan senang hati, Ia menerima orangorang tersebut sebagai sahabat-sahabat-Nya.
13 Namun, ada yang memiliki gagasan keliru mengenai a·ga1pe.
Mereka berpikir bahwa kasih jenis ini dingin dan bersifat intelektual. Yang sebenarnya adalah a·ga1pe sering kali mencakup kasih sayang yang bersifat pribadi dan hangat. Sebagai contoh, sewaktu Yohanes menulis, ”Bapak mengasihi Putra”, ia menggunakan suatu
1 Kata kerja fi·le1o, yang berarti ”memiliki kasih sayang bagi, sangat mencintai,
atau menyukai (seperti yang mungkin dirasakan seseorang terhadap teman dekat atau saudara)”, sering digunakan dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Salah
satu bentuk kata stor·ge1, atau kasih kekeluargaan yang dekat, digunakan di 2 Timotius 3:3 untuk menunjukkan bahwa kasih semacam itu akan sangat berkurang
pada hari-hari terakhir. E1ros, atau kasih romantis antarlawan jenis, tidak digunakan dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, meskipun jenis kasih tersebut dibahas dalam Alkitab.—Amsal 5:15-20.
13, 14. Apa yang menunjukkan bahwa a·ga1pe sering kali mencakup
kasih sayang yang hangat?
236
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
bentuk kata a·ga1pe. Apakah kasih tersebut tidak memiliki kasih sayang yang hangat? Perhatikan bahwa Yesus mengatakan, ”Bapak
memiliki kasih sayang terhadap Putra”, menggunakan suatu bentuk kata fi·le1o. (Yohanes 3:35; 5:20) Kasih Yehuwa sering kali mencakup kasih sayang yang lembut. Akan tetapi, kasih-Nya tidak pernah
didominasi oleh perasaan semata. Kasih tersebut selalu dibimbing
oleh prinsip-prinsip-Nya yang bijaksana dan adil.
14 Seperti yang telah kita lihat, semua sifat Yehuwa luhur, sempurna, dan menarik. Namun, kasih adalah yang paling menarik di antara semuanya. Tidak ada yang menarik kita sedemikian kuatnya kepada Yehuwa. Syukurlah, kasih juga adalah sifat-Nya yang dominan.
Bagaimana kita tahu?
”Allah Adalah Kasih”
Alkitab mengatakan sesuatu tentang kasih, sesuatu yang tidak
pernah dikatakannya untuk sifat-sifat utama Yehuwa lainnya. Tulisan-Tulisan Kudus tidak mengatakan bahwa Allah adalah kuasa atau
Allah adalah keadilan atau bahkan Allah adalah hikmat. Ia memiliki
sifat-sifat tersebut, Ia adalah sumbernya yang tertinggi, dan Ia tidak
tertandingi dalam hal ketiga sifat tersebut. Namun, sesuatu yang lebih dalam dikatakan oleh Alkitab untuk sifat yang keempat, ”Allah
adalah kasih.”1 (1 Yohanes 4:8) Apa arti pernyataan itu?
16 ”Allah adalah kasih” bukanlah suatu persamaan yang sederhana, seolah-olah mengatakan, ”Allah sama dengan kasih”. Kita tidak
patut membalik pernyataan tersebut dan mengatakan bahwa ”kasih
adalah Allah”. Yehuwa sama sekali bukan suatu sifat yang abstrak.
15
1 Pernyataan Alkitab lainnya memiliki struktur yang serupa. Sebagai contoh,
”Allah adalah terang” dan ’Allah adalah api yang menghanguskan’. (1 Yohanes
1:5; Ibrani 12:29) Tetapi, pernyataan-pernyataan tersebut haruslah dipahami sebagai metafora, karena menyamakan Yehuwa dengan hal-hal fisik. Yehuwa itu seperti terang, karena Ia kudus dan lurus hati. Tidak ada ”kegelapan”, atau kenajisan, pada diri-Nya. Dan, Ia dapat disamakan dengan api karena Ia menggunakan
kuasa untuk membinasakan.
15. Alkitab membuat pernyataan apa sehubungan dengan sifat kasih
Yehuwa, dan bagaimana pernyataan tersebut unik? (Lihat juga catatan kaki.)
16-18. (a) Mengapa Alkitab mengatakan bahwa ”Allah adalah kasih”?
(b) Di antara semua ciptaan di bumi ini, mengapa manusia adalah
lambang yang cocok untuk sifat kasih Yehuwa?
”DIA PERTAMA-TAMA MENGASIHI KITA”
237
Ia adalah pribadi yang memiliki berbagai macam perasaan dan karakteristik lain di samping kasih. Namun, kasih tak dapat dipisahkan
dari diri Yehuwa. Itu sebabnya, sehubungan dengan ayat tersebut,
sebuah karya referensi berkata, ”Jati diri atau kodrat Allah adalah kasih.” Secara umum, kita mungkin dapat berpikir seperti ini: kuasa
Yehuwa memungkinkan Dia untuk bertindak. Keadilan dan hikmatNya membimbing cara Ia bertindak. Namun, kasih Yehuwa memotivasi Dia untuk bertindak. Dan, kasih-Nya selalu menyertai sifatsifat-Nya yang lain.
17 Yehuwa sering kali disebut sebagai personifikasi kasih. Oleh karena itu, jika kita ingin belajar tentang kasih yang berprinsip, kita
harus belajar tentang Yehuwa. Tentu saja, kita juga melihat sifat
yang indah ini dalam diri manusia. Tetapi, mengapa sifat ini ada dalam diri manusia? Pada waktu penciptaan, Yehuwa mengucapkan
perkataan ini, tentu kepada Putra-Nya, ”Mari kita membuat manusia menurut gambar kita, sesuai dengan rupa kita.” (Kejadian 1:26)
Di antara semua ciptaan di bumi ini, hanya pria dan wanita yang
dapat memilih untuk mengasihi dan dengan demikian meniru Bapak surgawi mereka. Ingatlah bahwa Yehuwa menggunakan berbagai makhluk untuk melambangkan sifat-sifat-Nya yang utama. Namun, Yehuwa memilih makhluk yang paling mulia di bumi, yaitu
manusia, sebagai lambang sifat-Nya yang dominan, kasih.—Yehezkiel 1:10.
18 Jika kita mengasihi dengan cara yang tidak mementingkan diri
dan berprinsip, kita mencerminkan sifat Yehuwa yang dominan.
Halnya tepat seperti yang ditulis rasul Yohanes, ”Mengenai kita, kita
mengasihi, karena dia pertama-tama mengasihi kita.” (1 Yohanes
4:19) Tetapi, dengan cara apa saja Yehuwa pertama-tama mengasihi
kita?
Yehuwa Mengambil Inisiatif
Kasih bukanlah sesuatu yang baru. Ingatlah, apa yang menggerakkan Yehuwa untuk mulai mencipta? Bukan karena Ia kesepian dan butuh persahabatan. Yehuwa adalah pribadi yang lengkap dan mandiri, tidak kekurangan sesuatu pun sehingga pribadi
lain tidak perlu memberikan sesuatu. Tetapi, kasih-Nya, suatu sifat
19
19. Mengapa dapat dikatakan bahwa kasih memainkan peranan kunci dalam pekerjaan Yehuwa untuk mencipta?
238
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
yang aktif, secara alami menggerakkan Dia untuk ingin berbagi
sukacita kehidupan dengan makhluk-makhluk cerdas yang dapat
menghargai pemberian tersebut. ”Awal dari ciptaan Allah” adalah
Putra satu-satunya yang diperanakkan. (Penyingkapan 3:14) Yehuwa
kemudian menggunakan Pekerja Ahli ini untuk menjadikan hal-hal
lain, dimulai dengan para malaikat. (Ayub 38:4, 7; Kolose 1:16) Diberkati dengan kemerdekaan, kecerdasan, dan perasaan, makhlukmakhluk roh yang perkasa tersebut memiliki kesempatan untuk
menjalin ikatan yang pengasih—dengan satu sama lain dan, yang
terutama, dengan Allah Yehuwa. (2 Korintus 3:17) Dengan demikian, mereka mengasihi karena mereka lebih dahulu dikasihi.
20 Halnya sama dengan umat manusia. Sejak awal, Adam dan Hawa
dapat dikatakan bermandikan kasih. Ke mana pun mereka melayangkan pandang di rumah Firdaus mereka di Eden, mereka dapat
melihat bukti kasih Bapak mereka. Perhatikan apa yang Alkitab katakan, ”Allah Yehuwa membuat sebuah taman di Eden, ke arah timur, dan di sana ia menaruh manusia yang telah dibentuknya itu.”
(Kejadian 2:8) Pernahkah Saudara berada di kebun atau taman yang
benar-benar indah? Apa yang paling menyenangkan Saudara? Berkas-berkas sinar yang menembus dedaunan di tempat yang tenang
dan teduh? Hamparan luas bunga berwarna-warni yang memukau?
Suara anak sungai yang bergemercik, burung-burung yang bernyanyi, dan serangga-serangga yang berdengung? Bagaimana dengan
harumnya pepohonan, buah-buahan, dan bunga-bungaan? Bagaimana pun keadaannya, dewasa ini tidak ada taman yang dapat disejajarkan dengan Taman Eden. Mengapa?
21 Taman tersebut dibuat oleh Yehuwa sendiri! Pastilah, keindahan taman itu tak terlukiskan. Setiap pohon yang menyenangkan karena keindahannya atau karena buah-buahnya yang lezat tumbuh
di sana. Taman itu banyak airnya, luas, dan hidup karena adanya beragam hewan yang mempesona. Adam dan Hawa memiliki segala
yang dibutuhkan untuk membuat hidup mereka bahagia dan lengkap, termasuk pekerjaan yang memuaskan dan persahabatan yang
sempurna. Yehuwa terlebih dahulu mengasihi mereka, dan mereka
memiliki alasan yang kuat untuk menanggapinya dengan cara yang
sama. Tetapi, mereka tidak melakukannya. Bukannya dengan penuh
20, 21. Bukti apa yang Adam dan Hawa lihat bahwa Yehuwa mengasihi mereka, tetapi bagaimana tanggapan mereka?
”DIA PERTAMA-TAMA MENGASIHI KITA”
239
Pertanyaan untuk Direnungkan
Mazmur 63:1-11 Seberapa bernilaikah kasih Yehuwa bagi kita,
dan kasih tersebut membina keyakinan apa dalam diri kita?
Hosea 11:1-4; 14:4-8 Dengan cara apa saja Yehuwa menunjukkan
kasih kebapakan kepada Israel (atau Efraim), meski mereka memiliki riwayat ketidaktaatan macam apa?
Matius 5:43-48 Bagaimana Yehuwa menunjukkan kasih kebapakan kepada umat manusia secara keseluruhan?
Yohanes 17:15-26 Bagaimana doa Yesus demi para pengikutnya
meyakinkan kita akan kasih Yehuwa kepada kita?
kasih menaati Bapak surgawi mereka, mereka dengan mementingkan diri memberontak terhadap-Nya.—Kejadian, pasal 2.
22 Betapa menyakitkannya hal itu bagi Yehuwa! Akan tetapi, apakah
pemberontakan tersebut menawarkan hati-Nya yang pengasih? Tidak! ”Kebaikan hatinya yang penuh kasih [atau, ”kasihnya yang loyal”, catatan kaki NW Ref.] ada sampai waktu yang tidak tertentu.”
(Mazmur 136:1) Oleh karena itu, Ia segera membuat berbagai penyelenggaraan yang pengasih guna menebus keturunan Adam dan Hawa
mana pun yang memiliki kecenderungan yang benar. Seperti yang
telah kita lihat, penyelenggaraan tersebut termasuk korban tebusan
Putra-Nya yang tercinta, yang menuntut pengorbanan yang luar biasa dari sang Bapak.—1 Yohanes 4:10.
23 Ya, sejak awal Yehuwa telah mengambil inisiatif untuk menunjukkan kasih kepada umat manusia. Dengan tak terhitung banyaknya cara, ”dia pertama-tama mengasihi kita”. Kasih memajukan keharmonisan dan sukacita, maka tidaklah mengherankan jika Yehuwa
digambarkan sebagai ”Allah yang bahagia”. (1 Timotius 1:11) Akan
tetapi, sebuah pertanyaan penting muncul. Apakah Yehuwa benarbenar mengasihi kita secara individu? Pasal berikut akan menyoroti
hal itu.
22. Bagaimana tanggapan Yehuwa terhadap pemberontakan di Eden
membuktikan bahwa kasih-Nya loyal?
23. Apa salah satu alasannya Yehuwa adalah ”Allah yang bahagia”,
dan pertanyaan yang sangat penting apa yang akan disoroti di pasal
berikut?
P A S A L
2 4
Tidak Ada yang Dapat
”Memisahkan Kita dari Kasih Allah”
APAKAH Allah Yehuwa mengasihi Saudara secara pribadi? Beberapa
orang setuju bahwa Allah mengasihi umat manusia secara umum,
seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 3:16. Tetapi, pada dasarnya
mereka merasa, ’Allah tidak akan pernah dapat mengasihi saya secara pribadi.’ Orang Kristen sejati pun kadang-kadang bisa memiliki
keraguan sehubungan dengan hal itu. Karena kecil hati, seorang pria
berkata, ”Saya sulit sekali percaya bahwa Allah peduli terhadap diri
saya.” Apakah keraguan yang sama adakalanya menyusahkan Saudara?
2 Setan ingin sekali membuat kita percaya bahwa Allah Yehuwa tidak mengasihi ataupun menghargai kita. Memang, Setan sering kali
memikat orang dengan membangkitkan kesombongan dan keangkuhan mereka. (2 Korintus 11:3) Tetapi, ia juga senang menghancurkan harga diri orang yang tak berdaya. (Yohanes 7:47-49; 8:13, 44)
Ia melakukan hal itu khususnya pada ”hari-hari terakhir” yang sulit dihadapi ini. Dewasa ini, banyak orang dibesarkan dalam keluarga-keluarga yang ”tidak memiliki kasih sayang alami”. Yang lain-lain
harus terus-menerus menghadapi orang yang garang, mementingkan diri, dan keras kepala. (2 Timotius 3:1-5) Orang-orang yang bertahun-tahun mendapat perlakuan yang menyakitkan, menghadapi
rasialisme, atau kebencian, bisa jadi merasa yakin bahwa mereka tidak berharga atau tidak dapat dikasihi.
3 Jika Saudara menyadari adanya perasaan-perasaan negatif demikian dalam diri Saudara, jangan putus asa. Banyak di antara kita adakalanya secara tidak masuk akal bersikap keras terhadap diri sendiri.
Tetapi ingatlah, Firman Allah dirancang untuk ”meluruskan perkara-perkara” dan untuk ”merobohkan perkara-perkara yang dibentengi dengan kuat”. (2 Timotius 3:16; 2 Korintus 10:4) Alkitab me1. Perasaan negatif apa yang menyusahkan banyak orang, termasuk
beberapa orang Kristen sejati?
2, 3. Siapa yang menginginkan kita untuk percaya bahwa di mata Yehuwa kita tidak berharga atau tidak dapat dikasihi, dan bagaimana
kita dapat memerangi gagasan itu?
TIDAK ADA YANG DAPAT ”MEMISAHKAN KITA DARI KASIH ALLAH”
241
ngatakan, ”Kita akan memberikan keyakinan kepada hati kita di
hadapan dia berkenaan dengan apa pun jika hati kita menghukum
kita, karena Allah lebih besar daripada hati kita dan mengetahui segala sesuatu.” (1 Yohanes 3:19, 20) Mari kita bahas empat cara Tulisan-Tulisan Kudus membantu kita ”memberikan keyakinan kepada hati kita” akan kasih Yehuwa.
Yehuwa Menghargai Saudara
Pertama, Alkitab secara langsung mengajarkan bahwa Allah memandang berharga setiap hamba-Nya. Sebagai contoh, Yesus berkata, ”Bukankah dua ekor burung pipit dijual seharga sebuah uang
logam bernilai kecil? Akan tetapi, tidak satu pun dari burung-burung itu akan jatuh ke tanah tanpa diketahui Bapakmu. Namun
bahkan rambut kepalamu semuanya terhitung. Karena itu jangan
takut: kamu lebih bernilai daripada banyak burung pipit.” (Matius
10:29-31) Perhatikan apa makna kata-kata tersebut bagi para pendengar Yesus pada abad pertama.
5 Kita mungkin bertanya-tanya mengapa orang-orang pada waktu
itu membeli burung pipit. Nah, pada zaman Yesus, pipit adalah burung termurah yang dijual sebagai bahan makanan. Perhatikan bahwa dengan satu uang logam bernilai kecil, seorang pembeli mendapat dua burung pipit. Tetapi, Yesus belakangan mengatakan bahwa
jika seseorang siap membelanjakan dua uang logam, ia mendapat,
tidak hanya empat, tetapi lima ekor. Burung ekstra ditambahkan seolah-olah tidak bernilai sama sekali. Mungkin, makhluk-makhluk
tersebut tidak berharga di mata manusia, tetapi bagaimana pandangan sang Pencipta? Kata Yesus, ”Tidak seekor pun dari antaranya [bahkan seekor yang ditambahkan] dilupakan di hadapan Allah.” (Lukas
12:6, 7) Sekarang, kita mulai mengerti apa yang Yesus maksudkan.
Jika seekor burung pipit saja sangat Yehuwa hargai, betapa terlebih
berharga lagi seorang manusia! Seperti yang Yesus jelaskan, Yehuwa mengetahui setiap perincian mengenai diri kita. Ya, bahkan rambut di kepala kita terhitung oleh-Nya!
6 Rambut kita terhitung? Mungkin, ada yang beranggapan bahwa
4
4, 5. Bagaimana perumpamaan Yesus tentang burung pipit menunjukkan bahwa kita bernilai di mata Yehuwa?
6. Mengapa kita yakin bahwa Yesus bersikap realistis sewaktu berbicara soal terhitungnya rambut kepala kita?
242
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Yesus tidak realistis dalam hal ini. Namun, coba pikirkan tentang
harapan kebangkitan. Yehuwa pasti harus sangat mengenal kita agar
dapat menciptakan kita kembali! Ia begitu menghargai kita sehingga Ia mengingat setiap perincian, termasuk kode genetis kita serta semua kenangan dan pengalaman kita selama bertahun-tahun.1 Jika
dibandingkan dengan hal itu, menghitung rambut kita—yang ratarata tumbuh sebanyak 100.000 helai pada tiap kepala—merupakan
soal sepele.
Apa yang Yehuwa Lihat dalam Diri Kita?
Kedua, Alkitab mengajar kita tentang apa yang Yehuwa hargai dalam diri hamba-hamba-Nya. Sederhana saja, Ia menyukai sifat-sifat
baik kita dan upaya-upaya yang kita kerahkan. Raja Daud memberi
tahu Salomo, Putranya, ”Yehuwa menyelidiki segala hati dan memahami setiap kecenderungan pikiran.” (1 Tawarikh 28:9) Seraya Allah
menyelidiki miliaran hati manusia dalam dunia yang penuh kekerasan dan kebencian ini, alangkah senangnya Ia apabila menemukan hati yang mengasihi perdamaian, kebenaran, dan keadilbenaran! Apa yang terjadi jika Allah menemukan hati yang sarat dengan
kasih kepada-Nya, yang berupaya belajar tentang-Nya dan membagikan pengetahuan demikian kepada orang lain? Yehuwa memberi tahu kita bahwa Ia memperhatikan mereka yang memperkenalkan diri-Nya kepada orang-orang lain. Bahkan, Ia memiliki sebuah
”buku peringatan” bagi semua orang ”yang takut akan Yehuwa dan
mereka yang memikirkan namanya”. (Maleakhi 3:16) Sifat-sifat demikian berharga bagi-Nya.
8 Apa beberapa pekerjaan baik yang Yehuwa hargai? Tentu saja,
upaya-upaya kita untuk meniru Putra-Nya, Yesus Kristus. (1 Petrus
2:21) Salah satu pekerjaan yang penting yang Allah hargai adalah pe7
1 Alkitab berulang kali menghubungkan harapan kebangkitan dengan ingatan
Yehuwa. Ayub, pria yang setia, berkata kepada Yehuwa, ”Oh, . . . sekiranya engkau menetapkan suatu batas waktu bagiku dan mengingat aku!” (Ayub 14:13) Yesus berbicara tentang kebangkitan ”semua orang yang di dalam makam peringatan”. Hal itu tepat karena Yehuwa mengingat dengan sempurna orang-orang mati
yang ingin Ia bangkitkan.—Yohanes 5:28, 29.
7, 8. (a) Apa beberapa sifat yang Yehuwa ingin temukan seraya Ia
menyelidiki hati manusia? (b) Apa beberapa pekerjaan yang kita lakukan yang Yehuwa hargai?
”Kamu lebih bernilai daripada banyak burung pipit”
nyebarluasan kabar baik tentang Kerajaan-Nya. Di Roma 10:15, kita
membaca, ”Betapa indah kaki orang yang menyatakan kabar baik
tentang hal-hal yang baik!” Secara wajar, kita mungkin tidak berpikir bahwa kaki kita yang biasa-biasa saja ini ”indah”. Tetapi, kaki di
sini menggambarkan upaya hamba-hamba Yehuwa dalam memberitakan kabar baik. Semua upaya demikian kelihatan indah dan berharga di mata-Nya.—Matius 24:14; 28:19, 20.
9 Yehuwa juga menghargai ketekunan kita. (Matius 24:13) Ingatlah, Setan ingin Saudara berpaling dari Yehuwa. Hari yang Saudara
jalani dengan tetap loyal kepada Yehuwa merupakan hari ketika Saudara membantu memberikan jawaban kepada celaan Setan. (Amsal
27:11) Kadang-kadang, ketekunan bukanlah hal yang mudah. Problem kesehatan, kesulitan keuangan, tekanan emosi, dan kendalakendala lain bisa membuat setiap hari menjadi cobaan. Penantian
yang ditangguhkan juga terbukti dapat mengecilkan hati. (Amsal
13:12) Ketekunan dalam menghadapi berbagai tantangan seperti
itu bahkan lebih berharga lagi bagi Yehuwa. Itulah sebabnya, Raja
9, 10. (a) Mengapa kita dapat yakin bahwa Yehuwa menghargai ketekunan kita dalam menghadapi berbagai kesukaran? (b) Yehuwa tidak pernah memiliki pandangan negatif apa terhadap hamba-hamba-Nya yang setia?
244
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Daud meminta Yehuwa untuk menyimpan air matanya dalam sebuah ’kirbat’, dan dengan yakin menambahkan, ”Bukankah semuanya itu ada dalam bukumu?” (Mazmur 56:8) Ya, Yehuwa menyimpan dan mengingat semua air mata dan penderitaan kita seraya kita
mempertahankan keloyalan kepada-Nya. Air mata dan penderitaan
itu juga berharga di mata-Nya.
10 Nah sekarang, hati yang suka mempersalahkan diri mungkin
menolak bukti bahwa kita berharga di mata Allah. Hati kita mungkin
tak henti-hentinya membisiki kita, ’Tetapi ada begitu banyak orang
lain yang lebih patut diteladani daripada saya. Yehuwa pasti sangat
kecewa apabila Ia membandingkan saya dengan mereka!’ Yehuwa
tidak suka membanding-bandingkan; cara berpikir-Nya juga tidak
kaku atau keras. (Galatia 6:4) Ia membaca hati kita dengan saksama
dan menghargai hal-hal baik yang ada di dalamnya—bahkan dalam
kadar yang kecil.
Yehuwa Memisahkan yang Baik dari yang Jahat
Ketiga, seraya Yehuwa menyelidiki kita, Ia dengan teliti mencari
dan memisahkan hal-hal yang baik. Misalnya, sewaktu menyatakan
bahwa seluruh dinasti Raja Yeroboam yang murtad harus dieksekusi, Yehuwa memerintahkan agar salah satu putra raja, Abiya, dikuburkan dengan layak. Mengapa? ”Sesuatu yang baik terhadap Yehuwa, Allah Israel, telah didapati pada dirinya.” (1 Raja 14:1, 10-13)
Yehuwa seolah-olah mengayak hati pria muda tersebut dan menemukan ”sesuatu yang baik” di sana. Betapa pun kecilnya atau tidak berartinya kebaikan yang Ia temukan, Yehuwa menganggapnya
berharga untuk dicatat dalam Firman-Nya. Bahkan, Ia mengupahinya, memperlihatkan belas kasihan yang sepatutnya kepada salah
seorang anggota keluarga murtad tersebut.
12 Contoh yang bahkan lebih menonjol lagi adalah sehubungan
dengan Raja Yehosyafat yang baik. Sewaktu sang raja melakukan
suatu tindakan yang bodoh, seorang nabi Yehuwa memberi tahu
11
11. Apa yang dapat kita pelajari tentang Yehuwa dari cara Ia menangani kasus Abiya?
12, 13. (a) Bagaimana kasus Raja Yehosyafat menunjukkan bahwa
Yehuwa mencari hal-hal baik yang ada dalam diri kita bahkan ketika
kita berbuat dosa? (b) Sehubungan dengan perbuatan dan sifat baik
kita, bagaimana Yehuwa bertindak sebagai Orang Tua yang pengasih?
dia, ”Karena hal itu, Yehuwa marah
terhadap engkau.” Benar-benar serius! Tetapi, pesan Yehuwa tidak berhenti sampai di situ saja. Pesannya
berlanjut, ”Meskipun demikian,
ada hal-hal baik yang didapati
pada dirimu.” (2 Tawarikh 19:
1-3) Jadi, kemarahan Yehuwa yang
adil-benar tidak membutakan Dia
terhadap hal-hal baik yang ada dalam
diri Yehosyafat. Betapa berbedanya dengan manusia yang tak sempurna! Apabila kesal kepada orang lain, kita cenderung menjadi buta terhadap hal-hal baik
yang ada dalam diri mereka. Dan, ketika kita berbuat dosa, perasaan kecewa,
malu, dan bersalah membutakan kita
terhadap hal-hal baik yang ada dalam diri
kita. Namun, ingatlah bahwa jika kita bertobat dari dosa-dosa kita dan berjuang keras untuk tidak mengulanginya, Yehuwa
mengampuni kita.
13 Seraya Yehuwa menyelidiki Saudara, Ia
membuang dosa-dosa tersebut, sangat mirip
dengan cara seorang pendulang emas membuang kerikil-kerikil yang tidak berharga. Bagaimana dengan sifat dan perbuatan baik Saudara?
Ya, itu semua adalah ”butir-butir” yang Ia simpan! Pernahkah Saudara memperhatikan bagaimana orang tua yang pengasih menyimpan gambar-gambar atau tugas-tugas sekolah anak-anaknya,
kadang-kadang sampai puluhan tahun setelah
anak-anak mereka melupakannya? Yehuwa adalah Orang Tua yang paling pengasih. Selama kita
tetap setia kepada-Nya, Ia tidak pernah melupakan
perbuatan dan sifat baik kita. Malah, melupakan
Yehuwa menghargai ketekunan kita
dalam menghadapi pencobaan
246
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
hal-hal itu Ia pandang sebagai sesuatu yang tidak adil-benar, dan Ia
tidak pernah tidak adil-benar. (Ibrani 6:10) Ia juga menyelidiki kita
dengan cara lain.
14 Yehuwa melihat apa yang ada di balik ketidaksempurnaan kita
dan mengamati potensi diri kita. Sebagai ilustrasi: Para pencinta karya seni akan melakukan apa saja untuk memperbaiki lukisan
atau karya seni lain yang rusak berat. Misalnya, sewaktu seseorang
dengan senapan merusak gambar karya Leonardo da Vinci senilai
kira-kira 30 juta dolar AS di National Gallery London, Inggris, tidak
seorang pun mengusulkan untuk membuang gambar yang sudah
rusak tersebut. Pekerjaan untuk memperbaiki mahakarya yang sudah berusia hampir 500 tahun itu segera dimulai. Mengapa? Karena gambar itu sangat berharga di mata para pencinta seni. Tidakkah
Saudara lebih berharga daripada sebuah gambar yang dibuat dengan
kapur dan arang? Di mata Allah tentu Saudara lebih berharga—tidak soal seberapa rusaknya Saudara karena mewarisi ketidaksempurnaan. (Mazmur 72:12-14) Allah Yehuwa, sang Pencipta ahli keluarga manusia, akan melakukan perbaikan apa pun yang dibutuhkan
agar semua orang yang menyambut pemeliharaan-Nya yang pengasih dapat dipulihkan kepada kesempurnaan.—Kisah 3:21; Roma 8:
20-22.
15 Ya, Yehuwa melihat hal baik yang mungkin tidak kita lihat dalam diri kita. Dan, seraya kita melayani-Nya, Ia akan membuat hal
yang baik itu berkembang hingga akhirnya kita menjadi sempurna.
Tidak soal bagaimana dunia Setan telah memperlakukan kita, Yehuwa memandang hamba-hamba-Nya yang setia sebagai orang-orang
yang berharga.—Hagai 2:7.
Yehuwa dengan Aktif Mempertunjukkan Kasih-Nya
Keempat, Yehuwa melakukan banyak hal untuk membuktikan
kasih-Nya kepada kita. Tentu saja, korban tebusan Kristus merupa16
14, 15. (a) Mengapa ketidaksempurnaan kita tidak pernah membutakan Yehuwa terhadap hal baik yang ada dalam diri kita? Ilustrasikan. (b) Apa yang akan Yehuwa lakukan dengan hal baik yang Ia temukan dalam diri kita, dan bagaimana Ia memandang umat-Nya yang
setia?
16. Apa bukti terbesar kasih Yehuwa kepada kita, dan bagaimana kita
tahu bahwa pemberian itu bermanfaat bagi kita secara pribadi?
TIDAK ADA YANG DAPAT ”MEMISAHKAN KITA DARI KASIH ALLAH”
247
kan jawaban yang paling ampuh terhadap dusta Setan bahwa kita
tidak berharga atau tidak dapat dikasihi. Jangan pernah lupa bahwa
kematian yang penuh penderitaan yang Yesus alami di tiang siksaan dan bahkan penderitaan yang lebih besar yang Yehuwa alami seraya menyaksikan Putra yang Ia kasihi meninggal, adalah bukti kasih Mereka kepada kita. Sayang sekali, banyak orang sulit percaya
bahwa pemberian itu dapat diperuntukkan bagi mereka secara pribadi. Mereka merasa tidak layak. Namun, ingatlah bahwa rasul Paulus pernah menjadi penganiaya para pengikut Kristus. Meski begitu, ia menulis, ”Putra Allah, . . . mengasihi aku dan menyerahkan
dirinya bagiku.”—Galatia 1:13; 2:20.
17 Yehuwa membuktikan kasih-Nya kepada kita dengan membantu kita secara pribadi agar dapat menikmati manfaat-manfaat korban Kristus. Yesus berkata, ”Tidak seorang pun dapat datang kepadaku jika Bapak, yang mengutus aku, tidak menariknya.” (Yohanes
6:44) Ya, secara pribadi Yehuwa menarik kita kepada Putra-Nya dan
kepada harapan hidup kekal. Bagaimana? Melalui pekerjaan pengabaran yang menjangkau kita secara perorangan, dan melalui roh
kudus-Nya, yang Yehuwa gunakan untuk membantu kita memahami dan menerapkan kebenaran-kebenaran rohani meskipun adanya keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita. Dengan demikian,
Yehuwa dapat berkata mengenai kita seperti Ia berkata mengenai Israel, ”Aku mengasihi engkau dengan kasih yang ada sampai waktu
yang tidak tertentu. Itulah sebabnya aku menarikmu dengan kebaikan hati yang penuh kasih.”—Yeremia 31:3.
18 Barangkali, melalui hak istimewa doalah kita merasakan kasih
Yehuwa dengan cara yang paling intim. Alkitab mengundang kita
semua untuk ’berdoa dengan tiada henti’ kepada Allah. (1 Tesalonika 5:17) Ia mendengarkan. Ia bahkan disebut sebagai ”Pendengar
doa”. (Mazmur 65:2) Ia tidak mendelegasikan jabatan ini kepada pribadi lain mana pun, bahkan tidak kepada Putra-Nya sendiri. Coba
17. Dengan sarana apa Yehuwa menarik kita kepada diri-Nya dan kepada Putra-Nya?
18, 19. (a) Cara yang paling intim apa yang Yehuwa gunakan untuk
mempertunjukkan kasih-Nya kepada kita, dan apa yang menunjukkan bahwa Ia secara pribadi sangat peduli akan hal itu? (b) Bagaimana Firman Allah meyakinkan kita bahwa Yehuwa adalah pendengar
yang berempati?
248
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
bayangkan: Sang Pencipta alam semesta mendesak kita untuk mendekati-Nya dalam doa, dengan kebebasan berbicara. Dan, pendengar
macam apakah Ia? Dingin, masa bodoh, tidak peduli? Sama sekali
tidak.
Yehuwa berempati. Apakah empati itu? Seorang Kristen lanjut usia yang setia berkata, ”Empati adalah kepedihan-mu di hatiku.” Apakah Yehuwa benar-benar terpengaruh oleh kepedihan kita?
Sehubungan dengan penderitaan umat-Nya, Israel, kita membaca,
”Selama kesesakan mereka, hal itu menyesakkan baginya.” (Yesaya
63:9) Yehuwa tidak sekadar melihat kesusahan mereka; Ia menyelami perasaan bangsa itu. Seberapa dalam perasaan-Nya diilustrasikan oleh kata-kata Yehuwa sendiri kepada hamba-hamba-Nya, ”Ia
yang menjamah kamu berarti menjamah bola mataku.”1 (Zakharia
2:8) Pastilah sangat menyakitkan! Ya, Yehuwa merasakan apa yang
kita rasakan. Jika kita terluka, Ia juga terluka.
20 Tak satu pun orang Kristen yang seimbang yang akan menggunakan bukti kasih dan penghargaan Allah tersebut sebagai dalih untuk menjadi sombong atau menganggap diri penting. Rasul Paulus
menulis, ”Melalui kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh,
yang diberikan kepadaku, aku memberi tahu setiap orang di antara
kamu agar tidak berpikir bahwa dirinya lebih tinggi daripada yang
semestinya; tetapi hendaklah ia berpikir dengan tujuan memiliki pikiran yang sehat, masing-masing sesuai dengan kadar iman yang
telah Allah bagikan kepadanya.” (Roma 12:3) Terjemahan lain untuk ayat ini berbunyi, ”Saya menasihati Saudara-saudara semuanya:
Janganlah merasa diri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Hendaklah kalian menilai keadaan dirimu dengan rendah hati.” (Bahasa Indonesia Sehari-hari) Jadi, seraya kita merasakan sepenuhnya kehangatan kasih Bapak surgawi kita, marilah kita berpikiran sehat dan
19
1 Beberapa terjemahan ayat ini menyiratkan bahwa yang menjamah umat
Allah sebenarnya menjamah matanya sendiri atau mata Israel, bukan mata Allah.
Kesalahan tersebut dibuat oleh beberapa penulis yang menganggap ayat ini tidak
sopan dan, oleh karena itu, mereka mengubahnya. Upaya mereka yang salah arah
ini mengaburkan intensitas empati pribadi Yehuwa.
20. Pemikiran yang tidak seimbang apa yang harus kita hindari jika
kita ingin menaati nasihat yang terdapat di Roma 12:3?
TIDAK ADA YANG DAPAT ”MEMISAHKAN KITA DARI KASIH ALLAH”
249
Pertanyaan untuk Direnungkan
Mazmur 139:1-24 Bagaimana kata-kata Raja Daud yang terilham
menunjukkan bahwa Yehuwa sangat berminat kepada kita secara perorangan?
Yesaya 43:3, 4, 10-13 Bagaimana perasaan Yehuwa terhadap mereka yang melayani sebagai Saksi-Saksi-Nya, dan bagaimana perasaan-Nya dinyatakan dalam tindakan?
Roma 5:6-8 Mengapa kita dapat yakin bahwa keadaan kita yang
berdosa tidak menghalangi kasih Yehuwa untuk mencapai dan
memberi manfaat kepada kita?
Yudas 17-25 Bagaimana kita dapat tetap berada dalam kasih Allah,
dan pengaruh apa saja yang menghalangi kita untuk melakukannya?
mengingat bahwa kita sebenarnya tidak berhak ataupun layak memperoleh kasih Allah.—Lukas 17:10.
21 Marilah kita semua mengerahkan segenap kekuatan kita untuk
menampik semua dusta Setan, termasuk dusta bahwa kita tidak berharga atau tidak dapat dikasihi. Seandainya pengalaman hidup telah mengajar Saudara untuk memandang diri Saudara sebagai penghalang yang terlalu sulit untuk diatasi bahkan oleh kasih Allah yang
sangat besar, atau perbuatan baik Saudara terlalu kecil untuk diperhatikan bahkan oleh mata-Nya yang mahamelihat, atau dosa Saudara terlalu besar untuk ditutupi bahkan oleh kematian Putra-Nya
yang berharga, dustalah yang telah diajarkan kepada Saudara. Tampiklah semua dusta itu dengan segenap hati Saudara! Marilah kita
terus-menerus meyakinkan hati kita akan kebenaran yang dinyatakan dalam kata-kata Paulus yang terilham ini, ”Aku yakin bahwa
baik kematian atau kehidupan atau malaikat-malaikat atau pemerintah-pemerintah atau perkara-perkara yang ada sekarang atau perkara-perkara yang akan datang atau kuasa-kuasa atau ketinggian atau
kedalaman atau apa pun yang diciptakan, tidak ada yang akan sanggup memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuan kita.”—Roma 8:38, 39.
21. Apa saja dusta Setan yang harus terus-menerus kita lawan, dan dengan kebenaran ilahi mana kita dapat terus meyakinkan hati kita?
P A S A L
2 5
”Keibaan Hati yang Lembut
dari Allah Kita”
PADA tengah malam, seorang bayi menangis. Sang ibu langsung
terbangun. Tidurnya tidak lagi senyenyak biasanya—tidak lagi, sejak bayinya lahir. Ia telah belajar membedakan jenis-jenis tangisan
bayinya. Karena itu, sering kali ia dapat mengetahui apakah bayinya perlu diberi makan, ditimang, atau diberi perawatan lainnya.
Tetapi, tidak soal apa yang menyebabkan sang bayi menangis, sang
ibu menanggapinya. Kasihnya membuat dia tidak dapat mengabaikan kebutuhan anaknya.
2 Keibaan hati yang dirasakan seorang ibu terhadap anak kandungnya merupakan salah satu perasaan yang paling lembut yang
dikenal manusia. Akan tetapi, ada suatu perasaan yang jauh lebih
kuat—keibaan hati yang lembut dari Allah kita, Yehuwa. Dengan
membahas sifat yang luhur ini, kita dapat menjadi lebih dekat kepada Yehuwa. Jadi, marilah kita membahas apa keibaan hati itu
dan bagaimana Allah kita memperlihatkannya.
Apakah Keibaan Hati Itu?
Di dalam Alkitab, keibaan hati dan belas kasihan berkaitan
erat. Sejumlah kata Ibrani dan Yunani mengandung makna keibaan hati yang lembut. Sebagai contoh, perhatikan kata kerja Ibrani
ra·kham1, yang sering kali diterjemahkan ”memperlihatkan belas
kasihan” atau ”merasa kasihan”. Sebuah karya referensi menjelaskan bahwa kata kerja ra·kham1 ”menyatakan rasa iba hati yang dalam dan lembut, seperti yang timbul karena melihat kelemahan
atau penderitaan orang-orang yang kita sayangi atau yang membutuhkan bantuan kita”. Kata Ibrani tersebut, yang Yehuwa terap3
1, 2. (a) Bagaimana tanggapan alami seorang ibu terhadap tangisan
bayinya? (b) Perasaan apa yang bahkan lebih kuat daripada keibaan
hati seorang ibu?
3. Apa arti kata kerja Ibrani yang diterjemahkan ”memperlihatkan belas kasihan” atau ”merasa kasihan”?
”KEIBAAN HATI YANG LEMBUT DARI ALLAH KITA”
251
kan pada diri-Nya sendiri, berkaitan dengan kata untuk ”rahim”
dan dapat digambarkan sebagai ”keibaan hati seorang ibu”.1—Keluaran 33:19; Yeremia 33:26.
4 Alkitab menggunakan perasaan seorang ibu terhadap bayinya
untuk mengajarkan kepada kita makna keibaan hati Yehuwa. Di Yesaya 49:15, kita membaca, ”Dapatkah seorang wanita melupakan
anaknya yang masih menyusu, sehingga ia tidak memiliki keibaan
hati [ra·kham1] terhadap putra dari kandungannya? Ya, mereka bisa
lupa, tetapi Aku tidak akan melupakan engkau.” (The Amplified
Bible) Gambaran yang menyentuh hati tersebut menandaskan betapa dalamnya keibaan hati Yehuwa terhadap umat-Nya. Mengapa
demikian?
5 Sulit untuk membayangkan bahwa seorang ibu lupa memelihara dan merawat anaknya yang masih menyusu. Bukankah seorang
bayi tidak berdaya; bayi butuh perhatian dan kasih sayang ibunya
siang dan malam? Akan tetapi, sungguh menyedihkan bahwa kita
sering mendengar tentang ibu-ibu yang mengabaikan bayinya, terutama pada ”masa kritis” ini yang bercirikan kurangnya ”kasih sayang alami”. (2 Timotius 3:1, 3) ”Tetapi,” kata Yehuwa, ”Aku tidak
akan melupakan engkau.” Keibaan hati Yehuwa yang lembut terhadap hamba-hamba-Nya tidak pernah luntur. Keibaan tersebut jauh
lebih kuat daripada perasaan alami yang paling lembut yang dapat
kita bayangkan—keibaan hati alami seorang ibu terhadap bayinya.
Tidaklah mengejutkan jika seorang komentator berkata begini sehubungan dengan Yesaya 49:15, ”Pernyataan ini merupakan salah
satu pernyataan yang paling kuat mengenai kasih Allah, bahkan
bisa jadi yang paling kuat yang dicatat dalam Perjanjian Lama.”
6 Apakah keibaan hati yang lembut merupakan tanda kelemahan? Banyak manusia yang tidak sempurna berpandangan seperti
1 Namun, sungguh menarik bahwa di Mazmur 103:13, kata kerja Ibrani
ra·kham1 berarti belas kasihan, atau keibaan hati, yang diperlihatkan seorang
ayah kepada anak-anaknya.
4, 5. Bagaimana Alkitab menggunakan perasaan seorang ibu terhadap bayinya untuk mengajar kita tentang keibaan hati Yehuwa?
6. Dengan cara bagaimana banyak manusia yang tidak sempurna memandang keibaan hati yang lembut, tetapi akan hal apa Yehuwa meyakinkan kita?
”KEIBAAN HATI YANG LEMBUT DARI ALLAH KITA”
253
itu. Misalnya, filsuf Romawi Seneka, seorang cendekiawan terkemuka di Roma yang hidup sezaman dengan Yesus, mengajarkan
bahwa ”rasa kasihan adalah suatu kelemahan pikiran”. Seneka adalah seorang pendukung aliran Stoa, suatu filsafat yang menekankan ketenangan yang tanpa perasaan. Orang berhikmat bisa menolong orang yang menderita, kata Seneka, tetapi ia tidak boleh
membiarkan dirinya merasa kasihan, karena perasaan tersebut
bisa merenggut ketenteramannya. Pandangan hidup yang berpusat pada diri sendiri tersebut tidak memberikan tempat bagi keibaan hati yang tulus. Tetapi, Yehuwa sama sekali bukan seperti itu!
Dalam Firman-Nya, Yehuwa meyakinkan kita bahwa Ia ”sangat
lembut dalam kasih sayang dan ia berbelaskasihan [secara harfiah,
”beriba hati”]”. (Yakobus 5:11) Seperti yang akan kita lihat, keibaan hati bukanlah kelemahan melainkan suatu sifat yang kuat dan
vital. Mari kita cermati bagaimana Yehuwa, seperti orang tua yang
pengasih, memperlihatkannya.
Kala Yehuwa Menunjukkan Keibaan Hati
kepada Suatu Bangsa
7 Keibaan hati Yehuwa jelas terlihat dari cara Ia memperlakukan
bangsa Israel. Pada akhir abad ke-16 SM, jutaan orang Israel diperbudak di Mesir kuno, tempat mereka ditindas dengan kejam.
Orang Mesir ”terus membuat kehidupan orang Israel pahit dengan
pekerjaan yang sangat berat, yaitu membuat adukan tanah liat
dan batu-batu bata”. (Keluaran 1:11, 14) Di tengah-tengah penderitaan, orang Israel berseru kepada Yehuwa meminta bantuan. Bagaimana Allah yang memiliki keibaan hati yang lembut menanggapinya?
8 Hati Yehuwa tersentuh. Ia berfirman, ”Tidak diragukan lagi aku
telah melihat penderitaan umatku yang berada di Mesir, dan aku
telah mendengar jeritan mereka akibat orang-orang yang menekan mereka untuk bekerja; karena aku tahu benar kepedihan
7, 8. Bagaimana orang Israel menderita di Mesir kuno, dan bagaimana Yehuwa menanggapi penderitaan mereka?
’Dapatkah seorang wanita melupakan putra kandungnya?’
254
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
yang mereka derita.” (Keluaran 3:7) Yehuwa tidak mungkin melihat penderitaan umat-Nya atau mendengar jeritan mereka tanpa merasa iba kepada mereka. Seperti yang kita ketahui dari Pasal 24 buku ini, Yehuwa adalah Allah yang berempati. Dan, empati
—kesanggupan untuk merasakan penderitaan orang lain—berkaitan erat dengan keibaan hati. Tetapi, Yehuwa tidak hanya merasa
iba kepada umat-Nya; Ia tergerak untuk bertindak demi mereka.
Yesaya 63:9 berkata, ”Karena kasih dan keibaan hatinya ia membeli mereka kembali.” Dengan ”tangan yang kuat”, Yehuwa membebaskan orang Israel dari Mesir. (Ulangan 4:34) Setelah itu, Ia secara mukjizat menyediakan makanan bagi mereka dan mengantar
mereka ke suatu negeri yang subur milik mereka sendiri.
9 Keibaan hati Yehuwa tidak sampai di situ saja. Sewaktu menetap di Tanah Perjanjian, Israel berulang kali tergelincir ke dalam ketidaksetiaan, dan akibatnya menderita. Namun, biasanya bangsa
itu kemudian sadar dan berseru kepada Yehuwa. Ia berulang-ulang
membebaskan mereka. Mengapa? ”Karena ia beriba hati terhadap
umatnya.”—2 Tawarikh 36:15; Hakim 2:11-16.
10 Perhatikan apa yang terjadi pada zaman Yefta. Karena orang
Israel telah berpaling untuk menyembah allah-allah palsu, Yehuwa membiarkan mereka ditindas orang Ammon selama 18 tahun.
Akhirnya, orang Israel bertobat. Alkitab memberi tahu kita, ”Mereka mulai menyingkirkan allah-allah asing dari tengah-tengah mereka dan melayani Yehuwa, sehingga jiwanya menjadi tidak sabar
karena kesusahan orang Israel.”1 (Hakim 10:6-16) Segera setelah
umat-Nya memperlihatkan pertobatan yang tulus, Yehuwa tidak
tahan lagi melihat mereka menderita. Oleh karena itu, Allah yang
1 Ungkapan ”jiwanya menjadi tidak sabar” secara harfiah berarti ”jiwanya dipersingkat; kesabarannya habis”. The New English Bible berbunyi, ”Ia tidak tahan
lebih lama lagi melihat malapetaka yang dialami Israel.” Tanakh—A New Translation of the Holy Scriptures mengalihbahasakannya menjadi, ”Ia tidak tahan melihat kesengsaraan Israel.”
9, 10. (a) Mengapa Yehuwa berulang kali membebaskan orang Israel setelah mereka menetap di Tanah Perjanjian? (b) Pada zaman Yefta, Yehuwa membebaskan orang Israel dari penindasan bangsa mana,
dan apa yang menggerakkan Dia untuk melakukannya?
”KEIBAAN HATI YANG LEMBUT DARI ALLAH KITA”
255
memiliki keibaan hati yang lembut memberi Yefta kuasa untuk
membebaskan orang Israel dari tangan musuh-musuh mereka.
—Hakim 11:30-33.
11 Dari cara Yehuwa memperlakukan bangsa Israel, apa yang dapat kita pelajari tentang keibaan hati yang lembut? Yaitu, kita melihat bahwa sifat itu bukan sekadar mengetahui dan bersimpati
terhadap kesengsaraan yang orang lain alami. Ingatlah contoh tentang seorang ibu yang menanggapi tangisan bayinya karena tergerak oleh keibaan hati. Demikian pula, Yehuwa tidak menutup
telinga terhadap jeritan umat-Nya. Keibaan hati-Nya yang lembut
menggerakkan Dia untuk membebaskan mereka dari penderitaan. Selain itu, cara Yehuwa memperlakukan orang Israel mengajar
kita bahwa keibaan hati sama sekali bukan kelemahan, karena sifat yang lembut ini menggerakkan Dia untuk mengambil tindakan yang keras dan tegas demi umat-Nya. Namun, apakah Yehuwa
memperlihatkan keibaan hati hanya kepada hamba-hamba-Nya sebagai suatu kelompok?
Keibaan Hati Yehuwa terhadap Orang-perorangan
Hukum yang Allah berikan kepada bangsa Israel menunjukkan keibaan hati-Nya terhadap orang-perorangan. Misalnya, perhatikan kepedulian-Nya terhadap orang miskin. Yehuwa tahu bahwa
keadaan tak terduga, yang bisa saja muncul, dapat menjerumuskan
seorang Israel ke dalam kemiskinan. Bagaimana seharusnya perlakuan terhadap orang miskin? Dengan tegas, Yehuwa memerintahkan orang Israel, ”Janganlah mengeraskan hatimu ataupun menutup tangan terhadap saudaramu yang miskin itu. Engkau harus
memberi kepadanya, dan hendaknya hatimu tidak kikir dalam hal
memberi kepadanya, karena atas dasar inilah Yehuwa, Allahmu,
akan memberkati engkau dalam segala perbuatanmu.” (Ulangan
15:7, 10) Yehuwa lebih jauh memerintahkan orang Israel untuk
tidak memanen tepi ladang sampai habis atau memungut apa pun
12
11. Dari cara Yehuwa memperlakukan orang Israel, apa yang kita pelajari tentang keibaan hati?
12. Bagaimana Hukum mencerminkan keibaan hati Yehuwa terhadap
orang-perorangan?
256
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
yang tersisa. Apa yang tertinggal tersebut adalah untuk orangorang yang kurang beruntung. (Imamat 23:22; Rut 2:2-7) Sewaktu
bangsa itu menjalankan undang-undang yang bertimbang rasa terhadap orang-orang miskin yang ada di antara mereka, setiap orang
yang berkekurangan di Israel tidak perlu meminta-minta makanan. Tidakkah hal itu mencerminkan keibaan hati Yehuwa yang
lembut?
13 Demikian pula dewasa ini, Allah kita yang pengasih sangat
memperhatikan kita secara perorangan. Kita dapat yakin bahwa
Ia benar-benar mengetahui penderitaan apa pun yang kita alami.
Sang pemazmur Daud menulis, ”Mata Yehuwa tertuju kepada
orang-orang yang adil-benar, dan telinganya kepada seruan mereka minta tolong. Yehuwa dekat dengan orang-orang yang patah
hati; dan orang-orang yang semangatnya remuk ia selamatkan.”
(Mazmur 34:15, 18) Sehubungan dengan orang-orang yang dilukiskan dalam ayat-ayat tersebut, seorang komentator Alkitab mengatakan, ”Mereka adalah orang-orang yang patah hati dan sangat
menyesal, yaitu, yang direndahkan oleh dosa, dan kehilangan harga diri; mereka rendah di mata mereka sendiri, dan tidak memiliki
keyakinan akan martabat dirinya sendiri.” Orang-orang demikian
mungkin merasa bahwa Yehuwa itu jauh sekali dan bahwa mereka terlalu tidak berarti untuk Ia perhatikan. Tetapi, sesungguhnya
tidak demikian. Kata-kata Daud meyakinkan kita bahwa Yehuwa
tidak meninggalkan mereka yang ”rendah di mata mereka sendiri”. Allah kita yang beriba hati tahu bahwa pada saat-saat seperti
itu, kita membutuhkan Dia lebih daripada sebelumnya, dan Ia berada dekat dengan kita.
14 Perhatikan pengalaman berikut. Seorang ibu yang tinggal di
Amerika Serikat melarikan putranya yang berusia dua tahun ke
rumah sakit karena menderita krup (radang akut selaput lendir pangkal tenggorok) yang parah. Setelah memeriksa bocah itu,
para dokter memberi tahu sang ibu bahwa malam itu anaknya ha13, 14. (a) Bagaimana kata-kata Daud meyakinkan kita bahwa Yehuwa sangat memperhatikan kita secara perorangan? (b) Bagaimana kita
dapat mengilustrasikan kedekatan Yehuwa dengan orang-orang yang
”patah hati” atau yang ”semangatnya remuk”?
”KEIBAAN HATI YANG LEMBUT DARI ALLAH KITA”
257
rus diopname. Di manakah sang ibu malam itu? Di sebuah kursi
di kamar rumah sakit, tepat di samping ranjang anaknya! Putranya sedang sakit, dan ia harus berada di dekatnya. Pastilah, kita dapat berharap lebih banyak dari Bapak surgawi kita yang pengasih!
Ingatlah, kita diciptakan menurut gambar-Nya. (Kejadian 1:26)
Kata-kata Mazmur 34:18 yang menyentuh hati memberi tahu kita
bahwa ketika kita ”patah hati” atau ketika ’semangat kita remuk’,
Yehuwa, seperti Bapak yang pengasih, berada ”dekat” dengan kita
—selalu beriba hati dan siap membantu.
15 Kalau begitu, bagaimana Yehuwa membantu kita secara perorangan? Tentu saja, Ia tidak menyingkirkan penyebab penderitaan kita. Namun, Yehuwa telah membuat persediaan yang limpah
bagi mereka yang berseru meminta tolong kepada-Nya. FirmanNya, Alkitab, memberikan nasihat praktis yang dapat menghasilkan perubahan. Di dalam sidang, Yehuwa menyediakan para pengawas yang memenuhi syarat secara rohani, yang berupaya
mencerminkan keibaan hati-Nya sewaktu membantu rekan-rekan
seiman mereka. (Yakobus 5:14, 15) Sebagai ”Pendengar doa”, Ia
memberikan ”roh kudus kepada mereka yang meminta kepadanya”. (Mazmur 65:2; Lukas 11:13) Roh tersebut dapat memberi kita
”kuasa yang melampaui apa yang normal” agar kita dapat bertekun
sampai Kerajaan Allah menyingkirkan semua problem yang menekan. (2 Korintus 4:7) Tidakkah kita bersyukur atas persediaan-persediaan tersebut? Jangan sampai kita lupa bahwa itu semua adalah
pernyataan keibaan hati Yehuwa yang lembut.
16 Tentu saja, contoh terbesar keibaan hati Yehuwa adalah diberikannya Pribadi yang paling Ia kasihi untuk menjadi tebusan bagi
kita. Hal itu merupakan pengorbanan yang pengasih di pihak Yehuwa, dan hal itu membuka jalan bagi keselamatan kita. Ingatlah,
persediaan tebusan berlaku bagi kita secara perorangan. Oleh karena itu, tepatlah jika Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, menubuatkan bahwa persediaan ini mengagungkan ”keibaan hati yang lembut dari Allah kita”.—Lukas 1:78.
15. Dengan cara apa saja Yehuwa membantu kita secara perorangan?
16. Apa contoh terbesar keibaan hati Yehuwa, dan bagaimana hal itu
mempengaruhi kita secara perorangan?
258
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Kala Yehuwa Menahan Keibaan Hati
Apakah kita harus membayangkan bahwa keibaan hati Yehuwa yang lembut itu tidak mempunyai batas? Sebaliknya, Alkitab
dengan jelas menunjukkan bahwa sudah sepantasnyalah bagi Yehuwa untuk menahan keibaan hati dari orang-orang yang menentang jalan-jalan-Nya yang adil-benar. (Ibrani 10:28) Untuk memahami mengapa Ia berbuat begitu, ingatlah kembali contoh bangsa
Israel.
18 Meskipun Ia berulang kali membebaskan orang Israel dari musuh-musuh mereka, akhirnya keibaan hati Yehuwa mencapai batasnya. Bangsa yang keras kepala tersebut mempraktekkan penyembahan berhala, bahkan membawa berhala-berhala mereka
yang menjijikkan ke dalam bait Yehuwa! (Yehezkiel 5:11; 8:17, 18)
Lebih jauh, kita diberi tahu, ”Mereka terus mempermainkan para
utusan dari Allah yang benar itu dan memandang rendah firmannya serta mencemooh nabi-nabinya, sehingga kemurkaan Yehuwa
bangkit terhadap umatnya, hingga tidak dapat disembuhkan lagi.”
(2 Tawarikh 36:16) Orang Israel mencapai suatu titik di mana tidak
ada lagi dasar yang benar untuk keibaan hati, dan mereka membangkitkan kemarahan Yehuwa yang adil-benar. Apa akibatnya?
19 Yehuwa tidak bisa lagi beriba hati terhadap umat-Nya. Ia menyatakan, ”Aku tidak akan beriba hati, ataupun berdukacita, dan
aku tidak akan berbelaskasihan, tetapi akan tetap membinasakan
mereka.” (Yeremia 13:14) Oleh karena itu, Yerusalem dan baitnya
dibinasakan, dan orang Israel dibawa ke Babilon sebagai tawanan. Betapa tragisnya jika manusia yang berdosa memberontak sedemikian parahnya sampai-sampai mencapai ambang batas keibaan hati ilahi!—Ratapan 2:21.
20 Bagaimana dewasa ini? Yehuwa belum berubah. Didorong
oleh keibaan hati, Ia menugasi Saksi-Saksi-Nya untuk memberitakan ”kabar baik kerajaan” di seluruh bumi yang berpenduduk.
17
17-19. (a) Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa keibaan hati Yehuwa itu bukannya tanpa batas? (b) Apa yang membuat keibaan hati
Yehuwa terhadap umat-Nya mencapai ambang batas?
20, 21. (a) Apa yang akan terjadi jika keibaan hati ilahi mencapai batasnya pada zaman kita? (b) Apa pemberian yang menunjukkan keibaan hati Yehuwa?
”KEIBAAN HATI YANG LEMBUT DARI ALLAH KITA”
259
Pertanyaan untuk Direnungkan
Yeremia 31:20 Perasaan lembut apa yang Yehuwa miliki terhadap
umat-Nya, dan hal itu membuat Saudara memiliki perasaan apa
terhadap-Nya?
Yoel 2:12-14, 17-19 Umat Yehuwa perlu melakukan apa agar keibaan hati ditunjukkan kepada mereka, dan apa yang kita pelajari
dari hal ini?
Yunus 4:1-11 Bagaimana Yehuwa memberi Yunus pelajaran tentang pentingnya keibaan hati?
Ibrani 10:26-31 Mengapa kita tidak boleh menyalahgunakan belas kasihan, atau keibaan hati, Yehuwa?
(Matius 24:14) Ketika orang-orang yang berhati jujur menanggapi, Yehuwa membantu mereka memahami berita Kerajaan. (Kisah 16:14) Tetapi, pekerjaan ini tidak akan berlangsung untuk selama-lamanya. Yehuwa tidak dapat dikatakan beriba hati seandainya
Ia membiarkan dunia yang fasik ini, dengan segala kesengsaraan
dan penderitaannya, terus ada sampai waktu yang tidak tertentu.
Jika keibaan hati ilahi mencapai batasnya, Yehuwa akan melaksanakan penghakiman atas sistem ini. Sekalipun demikian, Ia akan
bertindak berdasarkan keibaan hati—keibaan hati bagi ’nama-Nya
yang kudus’ dan bagi hamba-hamba-Nya yang setia. (Yehezkiel 36:
20-23) Yehuwa akan menyingkirkan kefasikan dan mendatangkan
suatu dunia baru yang adil-benar. Sehubungan dengan orang fasik, Yehuwa menyatakan, ”Mataku tidak akan merasa kasihan, juga
aku tidak akan beriba hati. Jalan mereka pasti akan kutimpakan ke
atas kepala mereka.”—Yehezkiel 9:10.
21 Sebelum saat itu tiba, Yehuwa beriba hati terhadap orangorang, bahkan terhadap mereka yang menghadapi kebinasaan.
Manusia berdosa yang bertobat dengan sungguh-sungguh dapat
menikmati manfaat dari salah satu pemberian yang paling menunjukkan keibaan hati Yehuwa—pengampunan. Di pasal selanjutnya, kita akan membahas beberapa ungkapan indah yang terdapat dalam Alkitab yang menunjukkan tuntasnya pengampunan
Yehuwa.
P A S A L
2 6
Allah yang ”Siap Mengampuni”
”KESALAHAN-KESALAHANKU telah melampaui kepalaku,” tulis pemazmur Daud. ”Seperti tanggungan yang berat, semuanya itu terlalu berat bagiku. Aku menjadi mati rasa dan menjadi sangat remuk.”
(Mazmur 38:4, 8) Daud mengetahui betapa beratnya beban hati nurani yang bersalah. Tetapi, ia menemukan penghiburan bagi hatinya yang gundah. Ia mengerti bahwa meskipun Yehuwa membenci
dosa, Dia tidak membenci si pedosa jika orang tersebut benar-benar bertobat dan meninggalkan haluannya yang berdosa. Dengan
kepercayaanpenuh akan kesediaan Yehuwa untuk mengulurkan belas kasihan kepada orang-orang yang bertobat, Daud berkata, ”Engkau, oh, Yehuwa . . . siap mengampuni.”—Mazmur 86:5.
2 Jika berbuat dosa, kita juga mungkin menanggung beban yang
mengimpit berupa hati nurani yang tersiksa. Penyesalan yang mendalam ini bermanfaat. Perasaan demikian dapat menggerakkan kita
untuk mengambil langkah-langkah positif guna mengoreksi kesalahan kita. Akan tetapi, ada bahaya dikuasai oleh perasaan bersalah.
Hati kita yang suka mempersalahkan diri mungkin berkukuh bahwa Yehuwa tidak akan mengampuni kita, tidak soal seberapa dalam
pertobatan kita. Jika kita ”tertelan” oleh perasaan bersalah, Setan dapat berupaya membuat kita menyerah, merasa bahwa Yehuwa memandang kita sebagai orang yang tidak berharga, tidak pantas melayani Dia.—2 Korintus 2:5-11.
3 Apakah memang demikian pandangan Yehuwa? Sama sekali bukan! Pengampunan adalah salah satu faset kasih Yehuwa yang besar. Dalam Firman-Nya, Ia meyakinkan kita bahwa jika kita memperlihatkan pertobatan yang tulus dan sepenuh hati, Ia bersedia
mengampuni. (Amsal 28:13) Agar pengampunan Yehuwa tidak pernah kelihatan mustahil untuk kita peroleh, mari kita bahas mengapa dan bagaimana Ia mengampuni.
1-3. (a) Beban berat apa yang ditanggung oleh pemazmur Daud, dan
bagaimana ia menemukan penghiburan bagi hatinya yang gundah?
(b) Jika kita berbuat dosa, beban apa yang mungkin harus kita tanggung sebagai akibatnya, tetapi sehubungan dengan hal apa Yehuwa
meyakinkan kita?
ALLAH YANG ”SIAP MENGAMPUNI”
261
Mengapa Yehuwa ”Siap Mengampuni”
Yehuwa mengetahui keterbatasan kita. ”Ia tahu benar bagaimana kita dibentuk, ia ingat bahwa kita ini debu,” kata Mazmur 103:14.
Ia tidak lupa bahwa kita ini adalah makhluk dari debu, memiliki
kelemahan akibat ketidaksempurnaan. Pernyataan bahwa Ia tahu
”bagaimana kita dibentuk” mengingatkan kita bahwa Alkitab menyamakan Yehuwa dengan seorang tukang tembikar dan kita dengan bejana tanah liat yang Ia bentuk.1 (Yeremia 18:2-6) Sang Tukang Tembikar Agung menyesuaikan cara Ia memperlakukan kita
menurut kelemahan sifat bawaan kita yang berdosa dan menurut
gagal tidaknya kita menanggapi bimbingan-Nya.
5 Yehuwa memahami betapa berkuasanya dosa. Firman-Nya
menggambarkan dosa sebagai kekuatan perkasa yang mencekal manusia dalam cengkeraman mautnya. Sebenarnya, seberapa kuatkah
cengkeraman dosa? Di buku Roma, rasul Paulus menjelaskan: Kita
berada ”di bawah dosa”, seperti para prajurit berada di bawah komandan mereka (Roma 3:9); dosa telah ”berkuasa” atas manusia
bagaikan raja (Roma 5:21); dosa ”berdiam”, atau ”tinggal”, dalam
diri kita (Roma 7:17, 20); ”hukum”-nya senantiasa bekerja dalam
diri kita, pada dasarnya mencoba mengendalikan haluan kita.
(Roma 7:23, 25) Sungguh kuat cengkeraman dosa atas daging kita
yang tidak sempurna ini!—Roma 7:21, 24.
6 Oleh karena itu, Yehuwa tahu bahwa ketaatan yang sempurna
mustahil bagi kita, tidak soal seberapa sungguh-sungguh kita ingin
memberikan hal itu kepada-Nya. Ia dengan pengasih meyakinkan
kita bahwa apabila kita mencari belas kasihan-Nya dengan hati yang
penuh penyesalan, Ia akan mengulurkan pengampunan. Mazmur
51:17 mengatakan, ”Korban kepada Allah adalah semangat yang
4
1 Kata Ibrani yang diterjemahkan ”bagaimana kita dibentuk” juga digunakan
sehubungan dengan bejana tanah liat yang dibentuk oleh seorang tukang tembikar.—Yesaya 29:16.
4. Apa yang Yehuwa ingat sehubungan dengan sifat bawaan kita, dan
bagaimana hal itu mempengaruhi cara Ia memperlakukan kita?
5. Bagaimana buku Roma menggambarkan cengkeraman dosa yang
sangat kuat?
6, 7. (a) Bagaimana Yehuwa memandang orang yang mencari belas
kasihan-Nya dengan hati yang penuh penyesalan? (b) Mengapa kita
hendaknya tidak menyalahgunakan belas kasihan Allah?
262
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
patah; hati yang patah dan remuk, oh, Allah, tidak akan kaupandang hina.” Yehuwa tidak akan pernah menampik, atau menolak,
hati yang ”patah dan remuk” oleh beban perasaan bersalah.
7 Namun, apakah ini berarti bahwa kita dapat menyalahgunakan
belas kasihan Allah, menggunakan sifat bawaan kita yang berdosa
sebagai dalih untuk berbuat dosa? Tentu saja tidak! Yehuwa tidak
semata-mata mengikuti perasaan. Belas kasihan-Nya mempunyai
batas. Ia sama sekali tidak akan mengampuni orang yang berkeras
mempraktekkan dosa dengan sengaja, tanpa sedikit pun menunjukkan pertobatan. (Ibrani 10:26) Sebaliknya, sewaktu Ia melihat hati
yang penuh penyesalan, Ia siap mengampuni. Sekarang, mari kita
perhatikan beberapa ungkapan ekspresif yang digunakan dalam Alkitab untuk melukiskan faset yang menakjubkan dari kasih Yehuwa ini.
Seberapa Tuntaskah Yehuwa Mengampuni?
Daud yang bertobat berkata, ”Dosaku akhirnya kuakui kepadamu, dan kesalahanku tidak kututup. . . . Dan engkau sendiri mengampuni kesalahan dosa-dosaku.” (Mazmur 32:5) Kata ”mengampuni” adalah terjemahan sebuah kata Ibrani yang pada dasarnya
berarti ”mengangkat” atau ”memikul”. Penggunaannya di sini berarti menyingkirkan ”perasaan bersalah, kelaliman, dan pelanggaran”. Jadi, Yehuwa seolah-olah mengangkat dosa-dosa Daud dan
membawa semuanya itu pergi. Hal itu pasti meringankan perasaan
bersalah yang Daud tanggung. (Mazmur 32:3) Kita pun dapat memiliki keyakinan penuh akan Allah yang menyingkirkan dosa
orang-orang yang mencari pengampunan-Nya berdasarkan iman
mereka akan korban tebusan Yesus.—Matius 20:28.
9 Daud menggunakan ungkapan yang hidup lainnya untuk menggambarkan pengampunan Yehuwa, ”Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.” (Cetak
miring red; Mazmur 103:12, Terjemahan Baru) Seberapa jauhkah timur dari barat? Dalam arti tertentu, timur selalu berada pada jarak
yang paling jauh dari barat; kedua titik tersebut tidak akan pernah
bertemu. Seorang pakar mengomentari bahwa ungkapan tersebut
8
8. Sewaktu mengampuni dosa-dosa kita, Yehuwa seolah-olah melakukan apa, dan hal itu memberi kita keyakinan apa?
9. Seberapa jauh dari kita Yehuwa meletakkan dosa-dosa kita?
ALLAH YANG ”SIAP MENGAMPUNI”
263
berarti ”sejauh mungkin; sejauh yang dapat kita bayangkan”. Katakata Daud yang terilham memberi tahu kita bahwa sewaktu Yehuwa
mengampuni, Ia meletakkan dosa-dosa kita sejauh mungkin dari
kita, sejauh yang dapat kita bayangkan.
10 Pernahkah Saudara mencoba menghilangkan noda dari pakaian yang berwarna cerah? Barangkali, meski Saudara sudah berusaha mati-matian, noda itu tetap ada. Perhatikan bagaimana Yehuwa
menggambarkan kesanggupan-Nya untuk mengampuni, ”Walaupun dosa-dosamu seperti bahan berwarna merah marak, itu akan
dibuat putih seperti salju; walaupun itu merah seperti kain kirmizi,
itu akan menjadi seperti wol.” (Yesaya 1:18) ”Merah marak” berarti warna merah cerah.1 ”Kirmizi” adalah salah satu warna gelap pada
bahan yang diwarnai. (Nahum 2:3) Dengan upaya sendiri, kita tidak akan pernah dapat menghilangkan noda dosa. Tetapi, Yehuwa
1 Seorang pakar mengatakan bahwa merah marak ”merupakan warna permanen, atau warna yang tidak luntur. Embun, hujan, pencucian, atau pemakaian
yang lama tidak akan bisa menghilangkannya”.
10. Sewaktu Yehuwa mengampuni dosa-dosa kita, mengapa kita hendaknya tidak merasa bahwa noda dosa-dosa itu akan terus melekat
pada diri kita sepanjang sisa hidup kita?
”Dosa-dosamu . . . akan dibuat
putih seperti salju”
264
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
dapat membuat dosa yang seperti warna merah marak dan kirmizi
menjadi putih seperti salju atau wol yang tidak diwarnai. Sewaktu
Yehuwa mengampuni dosa-dosa kita, kita tidak perlu takut kalaukalau noda dosa-dosa itu akan terus melekat pada diri kita sepanjang sisa hidup kita.
11 Dalam nyanyian syukur yang menggugah hati yang digubahnya setelah luput dari penyakit yang mematikan, Hizkia berkata kepada Yehuwa, ”Engkau telah melemparkan semua dosaku ke
belakangmu.” (Yesaya 38:17) Di ayat itu, Yehuwa digambarkan seolah-olah mengambil dosa-dosa si pelaku kesalahan yang bertobat
dan melemparkan semuanya itu ke belakang-Nya sehingga Ia tidak
melihat ataupun memperhatikannya lagi. Menurut sebuah sumber,
gagasannya mungkin dapat dinyatakan seperti ini, ”Engkau telah
membuat seolah-olah semua dosaku tidak pernah terjadi.” Tidakkah hal itu menenteramkan hati?
12 Dalam sebuah janji mengenai pemulihan, nabi Mikha menyatakan keyakinannya bahwa Yehuwa akan mengampuni umat-Nya
yang bertobat, ”Siapakah Allah seperti engkau, . . . mengabaikan
pelanggaran dari sisa milik pusakanya? . . . Dan engkau akan melemparkan semua dosa mereka ke tempat yang dalam di laut.” (Mikha 7:18, 19) Bayangkan apa makna kata-kata tersebut bagi mereka
yang hidup pada zaman Alkitab. Apakah ada peluang untuk menemukan sesuatu yang telah dicampakkan ”ke tempat yang dalam
di laut”? Jadi, kata-kata Mikha memperlihatkan bahwa sewaktu Yehuwa mengampuni, Ia menyingkirkan dosa-dosa kita secara permanen.
13 Yesus menggunakan hubungan antara pemberi utang dan
orang yang berutang untuk menggambarkan pengampunan Yehuwa. Yesus mendesak kita untuk berdoa, ”Ampunilah dosa-dosa kami
yang disamakan dengan utang.” (Matius 6:12) Jadi, Yesus menyamakan dosa dengan utang. (Lukas 11:4) Sewaktu berbuat dosa, kita
menjadi ”orang yang berutang” kepada Yehuwa. Sehubungan de11. Dalam arti apa Yehuwa melemparkan dosa-dosa kita ke belakangNya?
12. Bagaimana nabi Mikha memperlihatkan bahwa sewaktu Yehuwa
mengampuni, Ia menyingkirkan dosa-dosa kita secara permanen?
13. Apa arti kata-kata Yesus, ”Ampunilah dosa-dosa kami yang disamakan dengan utang”?
ALLAH YANG ”SIAP MENGAMPUNI”
265
ngan arti kata kerja Yunani yang diterjemahkan ’mengampuni’, sebuah karya referensi mengatakan, ”Merelakan, melepaskan, suatu
utang, dengan tidak menuntutnya.” Dengan kata lain, sewaktu Yehuwa mengampuni, Ia membatalkan utang yang seharusnya dibebankan kepada kita. Dengan demikian, para pedosa yang bertobat
dapat terhibur. Yehuwa tidak akan pernah menuntut pembayaran
untuk utang yang telah Ia batalkan!—Mazmur 32:1, 2.
14 Pengampunan Yehuwa lebih jauh dilukiskan di Kisah 3:19, ”Karena itu, bertobat dan berbaliklah agar dosa-dosamu dihapus.” Kata
terakhir dalam ayat itu merupakan terjemahan sebuah kata kerja
Yunani yang dapat berarti ”menyingkirkan, . . . membatalkan atau
memusnahkan”. Menurut beberapa pakar, ungkapan kiasan yang
digunakan adalah ungkapan untuk menghapus tulisan tangan. Bagaimana mungkin? Tinta yang umum digunakan pada zaman dahulu terbuat dari campuran bahan-bahan seperti arang, getah, dan
air. Segera setelah menggunakan tinta semacam itu, seseorang dapat
mengambil spons basah dan menghapus tulisannya. Di sini terkandung gambaran yang bagus sehubungan dengan belas kasihan Yehuwa. Sewaktu Ia mengampuni dosa-dosa kita, halnya seolah-olah
Ia mengambil spons dan menghapusnya.
15 Sewaktu kita merenungkan beragam ungkapan tersebut, tidakkah jelas bahwa Yehuwa menginginkan kita mengetahui bahwa Ia
benar-benar siap mengampuni dosa-dosa kita asalkan Ia melihat
pertobatan kita yang tulus? Kita tidak perlu takut kalau-kalau di kemudian hari Ia akan mengungkit-ungkit dosa-dosa kita. Hal tersebut diperlihatkan oleh fakta lainyang Alkitab singkapkan berkenaan
dengan belas kasihan Yehuwa yang besar: Ketika Ia mengampuni,
Ia melupakan.
”Dosa Mereka Tidak Akan Kuingat Lagi”
Sehubungan dengan mereka yang berada dalam perjanjian
baru, Yehuwa berjanji, ”Aku akan mengampuni kesalahan mereka,
16
14. Frasa ”dosa-dosamu dihapus” menimbulkan gambaran mental
apa?
15. Apa yang Yehuwa inginkan untuk kita ketahui tentang Dia?
16, 17. Sewaktu mengatakan bahwa Yehuwa melupakan dosa-dosa
kita, apa yang Alkitab maksudkan, dan mengapa Saudara menjawab
demikian?
Yehuwa ingin kita tahu bahwa Ia ”siap mengampuni”
dan dosa mereka tidak akan kuingat lagi.” (Yeremia 31:34) Apakah ini berarti bahwa sewaktu Yehuwa mengampuni, Ia tidak bisa
lagi mengingat dosa-dosa kita? Itu tidak mungkin. Alkitab memberi tahu kita tentang dosa banyak orang yang Yehuwa ampuni, termasuk Daud. (2 Samuel 11:1-17; 12:13) Yehuwa tentu masih ingat
akan kekeliruan yang mereka perbuat. Catatan tentang dosa serta
pertobatan mereka dan pengampunan oleh Allah, telah dilestarikan
demi manfaat kita. (Roma 15:4) Kalau begitu, apa yang Alkitab maksudkan sewaktu mengatakan bahwa Yehuwa tidak ’mengingat’dosa
orang-orang yang Ia ampuni?
17 Kata kerja Ibrani yang diterjemahkan menjadi ”akan kuingat”
menyiratkan lebih dari sekadar mengenang masa lalu. Theological
Wordbook of the Old Testament mengomentari bahwa kata ini mencakup ”makna tambahan mengambil tindakanyang setimpal”. Jadi,
dalam arti ini, ’mengingat’ dosa mencakup mengambil tindakan
ALLAH YANG ”SIAP MENGAMPUNI”
267
terhadap para pedosa. (Hosea 9:9) Akan tetapi, sewaktu Allah mengatakan ”dosa mereka tidak akan kuingat lagi”, Ia meyakinkan kita
bahwa sekali Ia mengampuni para pedosa yang bertobat, di kemudian hari Ia tidak akan mengambil tindakan terhadap mereka karena
dosa-dosa tersebut. (Yehezkiel 18:21, 22) Dengan demikian, Yehuwa
melupakan dalam arti Ia tidak akan mengungkit-ungkit dosa-dosa
kita dengan maksud terus-menerus mendakwa atau menghukum
kita. Tidakkah kita terhibur karena tahu bahwa Allah kita mengampuni dan melupakan?
Bagaimana dengan Konsekuensinya?
Apakah kesediaan Yehuwa untuk mengampuni berarti bahwa
seorang pedosa yang bertobat dibebaskan dari segala konsekuensi
haluannya yang salah? Sama sekali tidak. Kita tidak dapat luput dari
ganjaran atas dosa-dosa kita. Paulus menulis, ”Apa pun yang ditabur orang, ini juga yang akan dituainya.” (Galatia 6:7) Kita mungkin menghadapi konsekuensi-konsekuensi tertentu dari tindakan
kita. Hal itu tidak berarti bahwa setelah mengulurkan pengampunan, Yehuwa menyebabkan kesengsaraan menimpa kita. Sewaktu
timbul masalah, seorang Kristen jangan merasa, ’Barangkali Yehuwa sedang menghukum saya atas dosa-dosa saya di masa lalu.’ (Yakobus 1:13) Di pihak lain, Yehuwa tidak melindungi kita dari segala
dampak tindakan kita yang salah. Perceraian, kehamilan yang tidak
diinginkan, penyakit lewat hubungan seks, kehilangan kepercayaan atau respek—semua ini dapat menjadi konsekuensi yang menyedihkan dan tak terhindarkan karena dosa. Ingatlah bahwa bahkan
setelah mengampuni Daud atas dosa-dosanya sehubungan dengan
Batsyeba dan Uria, Yehuwa tidak melindungi Daud dari konsekuensi yang membawa bencana di kemudian hari.—2 Samuel 12:9-12.
19 Dosa-dosa kita dapat memiliki konsekuensi tambahan, khususnya apabila orang lain disakiti oleh tindakan kita. Misalnya, pertimbangkan kisah di Imamat pasal 6. Hukum Musa yang tertera
18
18. Mengapa pengampunan tidak berarti bahwa seorang pedosa yang
bertobat dibebaskan dari segala konsekuensi haluannya yang salah?
19-21. (a) Bagaimana hukum yang dicatat di Imamat 6:1-7 memberikan manfaat bagi si korban maupun si pelanggar? (b) Jika orang lain
disakiti oleh dosa-dosa kita, Yehuwa disenangkan apabila kita mengambil tindakan apa?
268
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
di sana membahas situasi seseorang yang melakukan kesalahan serius, yakni merampas harta benda sesama orang Israel melalui perampokan, pemerasan, atau kecurangan. Si pedosa kemudian
menyangkal bahwa ia bersalah, bahkan berani bersumpah palsu.
Dalam kasus ini, keterangan satu pihak bertentangan dengan keterangan pihak yang lain. Akan tetapi, belakangan si pelanggar tersiksa oleh hati nuraninya dan mengakui dosanya. Guna memperoleh
pengampunan Allah, ia harus melakukan tiga hal lagi: mengembalikan apa yang telah ia ambil, membayar denda kepada si korban sebesar 20 persen dari nilai benda yang dicuri, dan mempersembahkan seekor domba jantan sebagai persembahan kesalahan.
Kemudian, hukum mengatakan, ”Imam harus mengadakan pendamaian baginya di hadapan Yehuwa, dengan demikian ia akan
memperoleh pengampunan.”—Imamat 6:1-7.
20 Hukum tersebut merupakan suatu pengaturan yang berbelaskasihan dari Allah. Hukum itu memberikan manfaat kepada si korban, yang miliknya dikembalikan danyang pasti merasa sangat lega
sewaktu si pelanggar akhirnya mengakui dosanya. Pada waktu yang
sama, hukum itu memberikan manfaat kepada orang yang akhirnya tergugah oleh hati nuraninya untuk mengakui kesalahannya
dan mengoreksi kekeliruannya. Memang, jika ia menolak melakukannya, ia tidak akan mendapat pengampunan dari Allah.
21 Meskipun kita tidak berada di bawah Hukum Musa, Hukum tersebut memberi kita pemahaman tentang pikiran Yehuwa, termasuk pandangan-Nya terhadap pengampunan. (Kolose 2:13, 14) Jika
orang lain disakiti oleh dosa-dosa kita, Allah disenangkan apabila
kita melakukan sedapat mungkin untuk memperbaiki kesalahan.
(Matius 5:23, 24) Bisa jadi, hal itu mencakup mengakui dosa kita,
mengakui kesalahan kita, dan bahkan meminta maaf kepada si korban. Kemudian, kita dapat memohon pengampunan dari Yehuwa
berdasarkan korban Yesus dan memiliki keyakinan bahwa kita telah diampuni Allah.—Ibrani 10:21, 22.
22 Seperti halnya semua orang tua yang pengasih, Yehuwa mungkin memberikan pengampunan disertai disiplin tertentu. (Amsal 3:
11, 12) Seorang Kristen yang bertobat mungkin harus melepaskan
22. Apa yang mungkin menyertai pengampunan Yehuwa?
ALLAH YANG ”SIAP MENGAMPUNI”
269
Pertanyaan untuk Direnungkan
2 Tawarikh 33:1-13 Mengapa Yehuwa mengampuni Manasye, dan
apa yang diajarkan hal ini kepada kita tentang belas kasihan-Nya?
Matius 6:12, 14, 15 Mengapa kita hendaknya mengampuni orang
lain jika ada dasar yang benar untuk melakukannya?
Lukas 15:11-32 Apa yang diajarkan oleh perumpamaan ini tentang kesediaan Yehuwa untuk mengampuni, dan bagaimana perasaan Saudara setelah mengetahuinya?
2 Korintus 7:8-11 Apa yang harus kita lakukan agar menerima
pengampunan ilahi?
hak istimewanya untuk melayani sebagai penatua, hamba pelayanan, atau penginjil sepenuh waktu. Bisa jadi ia akan merasa sedih karena selama beberapa waktu kehilangan hak istimewa yang sangat
berharga baginya. Akan tetapi, disiplin demikian tidak berarti bahwa Yehuwa telah menahan pengampunan. Kita harus ingat bahwa
disiplin dari Yehuwa merupakan bukti kasih-Nya kepada kita. Menerima dan menerapkannya adalah demi kepentingan terbaik kita.
—Ibrani 12:5-11.
23 Sungguh menyegarkan untuk tahu bahwa Allah kita ”siap
mengampuni”! Meskipun kita mungkin pernah membuat kesalahan-kesalahan, jangan pernah menyimpulkan bahwa belas kasihan
Yehuwa tidak dapat menjangkau kita! Jika kita benar-benar bertobat, mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kesalahan,
dan sungguh-sungguh berdoa meminta pengampunan berdasarkan darah Yesus yang tercurah, kita dapat yakin sepenuhnya bahwa Yehuwa akan mengampuni kita. (1 Yohanes 1:9) Marilah kita
meniru pengampunan-Nya dalam cara kita memperlakukan satu
sama lain. Jika Yehuwa saja, yang tidak berdosa, dapat dengan begitu pengasih mengampuni kita, mengapa kita, manusia yang berdosa, tidak berupaya sebisa-bisanya untuk mengampuni satu sama
lain?
23. Mengapa kita jangan pernah menyimpulkan bahwa belas kasihan Yehuwa tidak dapat menjangkau kita, dan mengapa kita hendaknya meniru pengampunan-Nya?
P A S A L
2 7
”Oh, Betapa Hebat Kebaikannya!”
BERMANDIKAN hangatnya sinar mentari sore, beberapa kawan
lama menikmati acara makan bersama di tempat terbuka, tertawa
dan bercakap-cakap sambil mengagumi pemandangan. Jauh dari
situ, seorang petani menatap ladangnya sambil tersenyum puas
karena awan gelap telah menggantung dan titik-titik hujan pertama jatuh membasahi tanamannya yang kering. Di tempat lain, sepasang suami istri senang melihat langkah-langkah pertama anak
mereka yang tertatih-tatih.
2 Entah sadar atau tidak, orang-orang tersebut semuanya mendapat manfaat dari hal yang sama—kebaikan Allah Yehuwa. Beberapa orang yang religius sering kali mengulangi frasa ”Allah itu baik”.
Namun, Alkitab jauh lebih tandas. Alkitab mengatakan, ”Oh, betapa hebat kebaikannya!” (Zakharia 9:17) Tetapi, kelihatannya dewasa ini hanya segelintir orang yang benar-benar mengerti makna
kata-kata tersebut. Sebenarnya, apa yang tersangkut dalam kebaikan Allah Yehuwa, dan bagaimana sifat Allah ini mempengaruhi
kita masing-masing?
Faset yang Menonjol dari Kasih Ilahi
Dalam banyak bahasa modern, ”kebaikan” adalah kata yang relatif umum. Namun, seperti yang Alkitab singkapkan, kebaikan
sama sekali bukan sesuatu yang biasa-biasa saja. Pada dasarnya, kebaikan adalah kebajikan dan keunggulan moral. Jadi, dalam arti tertentu kita dapat mengatakan bahwa kebaikan tidak dapat dipisahkan dari diri Yehuwa. Semua sifat-Nya—termasuk kuasa, keadilan,
dan hikmat-Nya—adalah baik dalam segala segi. Tetapi, bisa jadi definisi terbaik untuk kebaikan adalah salah satu pernyataan kasih
Yehuwa. Mengapa?
3
1, 2. Seberapa luaskah jangkauan kebaikan Allah, dan penandasan
apa yang Alkitab berikan pada sifat ini?
3, 4. Apakah kebaikan itu, dan mengapa definisi terbaik untuk kebaikan Yehuwa barangkali adalah salah satu pernyataan kasih ilahi?
”OH, BETAPA HEBAT KEBAIKANNYA!”
271
4 Kebaikan adalah sifat yang aktif, sifat yang dinyatakan dalam tindakan terhadap orang lain. Rasul Paulus menunjukkan bahwa manusia jauh lebih tertarik kepada sifat ini daripada kepada keadilbenaran. (Roma 5:7) Orang yang adil-benar pasti akan dengan setia
berpaut pada tuntutan-tuntutan hukum, tetapi orang yang baik
akan berbuat lebih dari itu. Ia mengambil inisiatif, dengan aktif
mencari cara untuk mendatangkan manfaat bagi orang lain. Seperti yang akan kita lihat, Yehuwa benar-benar baik dalam pengertian itu. Jelaslah, kebaikan demikian muncul dari kasih Yehuwa
yang tak terhingga.
5 Yehuwa juga unik dalam hal kebaikan-Nya. Tidak lama sebelum
Yesus meninggal, seorang pria mendekatinya untuk mengajukan
sebuah pertanyaan dan menyapanya dengan sebutan ”Guru Yang
Baik”. Yesus menjawab, ”Mengapa engkau menyebut aku baik? Tidak seorang pun yang baik, kecuali satu, yakni Allah.” (Markus
10:17, 18) Nah, tanggapan Yesus bisa jadi membingungkan Saudara. Mengapa Yesus mengoreksi pria itu? Bukankah Yesus memang
”Guru Yang Baik”?
6 Jelaslah, pria itu menggunakan gelar ”Guru Yang Baik” untuk
menyanjung. Yesus dengan bersahaja menujukan kemuliaan semacam itu kepada Bapak surgawinya, yang baik dalam pengertian
yang tertinggi. (Amsal 11:2) Namun, Yesus juga menegaskan suatu kebenaran yang amat dalam. Yehuwa sajalah standar bagi apa
yang baik. Hanya Dia yang memiliki hak mutlak untuk menentukan apa yang baik dan apa yang buruk. Adam dan Hawa, karena
memberontak dengan mengambil buah dari pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat, mencoba merampas hak itu. Tidak seperti mereka, Yesus dengan rendah hati menyerahkan penetapan standar-standar tersebut ke tangan Bapaknya.
7 Selain itu, Yesus tahu bahwa Yehuwa adalah sumber dari segala
hal yang benar-benar baik. Ia adalah Pemberi ”setiap pemberian
yang baik dan setiap hadiah yang sempurna”. (Yakobus 1:17) Mari
kita cermati bagaimana kebaikan Yehuwa nyata dalam sifat suka
memberi yang Ia perlihatkan.
5-7. Mengapa Yesus menolak untuk disebut sebagai ”Guru Yang
Baik”, dan dengan demikian, kebenaran yang amat dalam apa yang
ia tegaskan?
Yehuwa ’memberi kamu
hujan dari langit dan musim
dengan hasil limpah’
Bukti Kebaikan Yehuwa yang Berlimpah
Setiap orang yang pernah hidup telah mendapat manfaat dari
kebaikan Yehuwa. Mazmur 145:9 mengatakan, ”Yehuwa itu baik
kepada semua orang.”Apa beberapa contoh kebaikan-Nya yang bersifat menyeluruh? Alkitab berkata, ”Ia tidak membiarkan dirinya
tanpa kesaksian dalam hal ia melakukan kebaikan, dengan memberi kamu hujan dari langit dan musim-musim dengan hasil yang
limpah, dan memuaskan hatimu dengan makanan serta kegembiraan yang limpah.” (Kisah 14:17) Pernahkah Saudara merasa sangat
gembira sewaktu menikmati acara makan yang menyenangkan?
Jika bukan karena kebaikan Yehuwa yang merancang bumi ini dengan siklus air bersihnya yang terus berlangsung dan ”musim-musim dengan hasil yang limpah” untuk menghasilkan banyak sekali
bahan pangan, makanan tidak mungkin ada. Yehuwa telah memperlihatkan kebaikan demikian, bukan hanya kepada mereka yang
8
8. Bagaimana Yehuwa menunjukkan kebaikan kepada seluruh umat
manusia?
”OH, BETAPA HEBAT KEBAIKANNYA!”
273
mengasihi-Nya melainkan kepada semua orang. Yesus mengatakan,
”Dia membuat mataharinya terbit atas orang-orang yang fasik dan
yang baik dan menurunkan hujan atas orang-orang yang adil-benar dan yang tidak adil-benar.”—Matius 5:45.
9 Banyak yang menganggap sepele sifat suka memberi yang ditunjukkan secara luar biasa kepada manusia melalui kegiatan matahari, hujan, dan musim-musim dengan hasil yang limpah,
yang berlangsung secara terus-menerus. Sebagai contoh, perhatikan apel. Di seluruh kawasan bumi yang beriklim sedang, apel adalah buah biasa. Namun, apel adalah buah yang bagus, lezat rasanya, dan mengandung banyak air yang menyegarkan dan zat gizi
yang sangat penting. Tahukah Saudara bahwa di seluruh dunia ada
9. Bagaimana apel memberikan gambaran tentang kebaikan Yehuwa?
Dari biji mungil ini tumbuhlah
pohon yang bisa memberi
makan dan menyenangkan
orang selama puluhan tahun
274
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
sekitar 7.500 varietas apel, warnanya beragam mulai dari merah,
keemasan, kuning, hingga hijau dan ukurannya mulai dari sedikit
lebih besar daripada buah ceri hingga hampir sebesar jeruk bali?
Jika Saudara memegang sebuah biji apel yang sangat kecil di telapak
tangan Saudara, biji itu tampak tidak berarti. Tetapi, dari biji tersebut tumbuh salah satu pohon yang paling menarik. (Kidung Agung
2:3) Setiap musim semi, pohon apel bermahkotakan bunga-bunga
yang sangat indah; setiap musim gugur, pohon apel berbuah. Setiap tahun—hingga 75 tahun—pohon apel biasa akan menghasilkan cukup buah untuk mengisi 20 kotak kardus yang masing-masing beratnya 19 kilogram!
10 Karena kebaikan-Nya yang tak ada habisnya, Yehuwa telah
memberi kita tubuh yang ”dibuat secara menakjubkan”, dengan
indra-indra yang dirancang untuk membantu kita menyadari hasil-hasil karya-Nya dan menyenanginya. (Mazmur 139:14) Pikirkan
kembali berbagai keadaan yang dilukiskan pada permulaan pasal
ini. Pemandangan apa yang membuat saat-saat tersebut menyenangkan? Pipi kemerah-merahan seorang bocah yang kegirangan.
Curahan hujan yang membasahi ladang. Matahari terbenam yang
berwarna merah, keemasan, dan violet. Mata manusia dirancang
untuk mendeteksi lebih dari 300.000 macam warna! Dan, indra
pendengaran kita menangkap berbagai nuansa nada dalam suara
yang menyenangkan, desiran angin di sela pepohonan, tawa riang
seorang bocah. Mengapa kita dapat menikmati berbagai pemandangan dan bunyi demikian? Alkitab mengatakan, ”Telinga yang
mendengar dan mata yang melihat—Yehuwa-lah yang membuat
kedua-duanya.” (Amsal 20:12) Tetapi, itu baru dua indra.
11 Indra penciuman adalah bukti lain kebaikan Yehuwa. Hidung
manusia dapat membedakan sekitar 10.000 macam aroma. Pikirkan beberapa contoh saja: masakan favorit Saudara, bunga-bungaan, daun yang berguguran, sedikit asap dari pendiangan. Dan,
indra perasa Saudara memungkinkan Saudara merasakan lembutnya belaian angin di wajah Saudara, dekapan yang menenteramkan dari seseorang yang dikasihi, halusnya kulit buah yang
10, 11. Bagaimana indra-indra kita mempertunjukkan kebaikan
Allah?
”OH, BETAPA HEBAT KEBAIKANNYA!”
275
ada di tangan Saudara. Saat Saudara menggigit buah tersebut, indra pengecap Saudara bekerja. Suatu paduan rasa menyambut Saudara seraya kuncup-kuncup pengecap Saudara mendeteksi berbagai rasa yang dihasilkan oleh komposisi kimiawi yang rumit dari
buah tersebut. Ya, sehubungan dengan Yehuwa, kita memiliki banyak alasan untuk berseru, ”Betapa limpahnya kebaikanmu, yang
telah kausimpan bagaikan harta bagi mereka yang takut kepadamu!” (Mazmur 31:19) Namun, bagaimana Yehuwa telah ’menyimpan kebaikan bagaikan harta’ bagi mereka yang memiliki rasa takut yang saleh?
Kebaikan dengan Manfaat-Manfaat Kekal
Yesus mengatakan, ”Ada tertulis, ’Manusia harus hidup, bukan
dari roti saja, tetapi dari setiap ucapan yang keluar melalui mulut Yehuwa.’ ” (Matius 4:4) Ya, persediaan rohani Yehuwa bahkan
bisa memberikan manfaat yang jauh lebih besar kepada kita daripada persediaan jasmani-Nya, karena persediaan rohani tersebut
membimbing kepada kehidupan abadi. Di Pasal 8 buku ini, kita
mengetahui bahwa pada hari-hari terakhir ini, Yehuwa telah menggunakan kuasa-Nya untuk memulihkan guna mewujudkan suatu
firdaus rohani. Ciri utama firdaus tersebut adalah berlimpahnya
makanan rohani.
13 Dalam salah satu nubuat Alkitab tentang pemulihan yang
agung, nabi Yehezkiel diberi sebuah penglihatan mengenai bait
yang dipulihkan dan dimuliakan. Dari bait tersebut mengalirlah
suatu aliran air atau sungai, yang semakin lama semakin lebar dan
dalam hingga menjadi ”aliran deras yang berukuran dua kali lipat”.
Ke mana pun air itu mengalir, sungai tersebut membawa berkat.
Pada kedua bantarannya, tumbuhlah berbagai pohon yang menyediakan makanan dan kesembuhan. Dan, sungai tersebut bahkan
mendatangkan kehidupan dan produktivitas bagi Laut Mati yang
asin dan tidak ada kehidupannya! (Yehezkiel 47:1-12) Namun, apa
arti semuanya itu?
12
12. Apa persediaan yang paling penting dari Yehuwa, dan mengapa?
13, 14. (a) Apa yang nabi Yehezkiel lihat dalam penglihatan, dan apa
maknanya bagi kita dewasa ini? (b) Yehuwa membuat persediaan rohani apa yang memberikan kehidupan bagi hamba-hamba-Nya yang
setia?
276
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
14 Penglihatan itu berarti bahwa Yehuwa akan memulihkan penyelenggaraan ibadat yang murni, sebagaimana yang digambarkan oleh bait yang dilihat Yehezkiel. Seperti sungai penglihatan
tersebut, persediaan Allah untuk kehidupan akan mengalir kepada
umat-Nya dalam kadar yang jauh lebih melimpah. Sejak pemulihan ibadat yang murni pada tahun 1919, Yehuwa telah memberkati
umat-Nya dengan persediaan yang memberikan kehidupan. Bagaimana? Nah, Alkitab, lektur Alkitab, perhimpunan, dan kebaktian berfungsi untuk mengalirkan kebenaran-kebenaran yang sangat
penting kepada jutaan orang. Melalui sarana-sarana tersebut, Yehuwa telah mengajar orang-orang tentang persediaan-Nya yang paling penting untuk kehidupan—korban tebusan Kristus, yang memungkinkan semua orang yang benar-benar mengasihi dan takut
akan Allah memiliki kedudukan yang bersih di hadapan Yehuwa
dan harapan kehidupan abadi.1 Oleh karena itu, selama hari-hari
terakhir ini, sementara dunia menderita kelaparan rohani, umat
Yehuwa menikmati perjamuan rohani.—Yesaya 65:13.
15 Tetapi, sungai penglihatan Yehezkiel tidak hanya mengalir sampai sistem tua ini berakhir. Sebaliknya, sungai itu akan mengalir
bahkan lebih deras lagi selama Pemerintahan Milenium Kristus.
Pada saat itu, melalui Kerajaan Mesianik, Yehuwa akan menerapkan sepenuhnya nilai korban Yesus, secara bertahap mengangkat
umat manusia yang setia kepada kesempurnaan. Betapa bersukacitanya kita kelak atas kebaikan Yehuwa!
Segi-Segi Lain dari Kebaikan Yehuwa
Kebaikan Yehuwa tidak hanya mencakup sifat suka memberi.
Allah berkata kepada Musa, ”Aku akan membuat semua kebaikanku lewat di hadapanmu, dan aku akan menyatakan nama Yehuwa
16
1 Sehubungan dengan kebaikan Yehuwa, tidak ada contoh yang lebih besar daripada tebusan. Di antara jutaan makhluk roh yang dapat Ia pilih, Yehuwa memilih Putra-Nya yang dikasihi, satu-satunya yang Ia peranakkan, untuk mati demi
kita.
15. Dalam arti apa kebaikan Yehuwa akan mengalir kepada umat manusia yang setia selama Pemerintahan Milenium Kristus?
16. Bagaimana Alkitab menunjukkan bahwa kebaikan Yehuwa mencakup sifat-sifat lain, dan apa beberapa di antaranya?
”OH, BETAPA HEBAT KEBAIKANNYA!”
277
di hadapanmu.” Selanjutnya, catatan tersebut melaporkan, ”Yehuwa lewat di hadapannya dan menyatakan, ’Yehuwa, Yehuwa, Allah
yang berbelaskasihan dan murah hati, lambat marah dan berlimpah dengan kebaikan hati yang penuh kasih dan kebenaran.’ ” (Keluaran 33:19; 34:6) Jadi, kebaikan Yehuwa mencakup sejumlah sifat yang baik. Marilah kita perhatikan dua di antaranya.
17 ”Murah hati.” Sifat ini memberi tahu kita lebih banyak hal mengenai cara Yehuwa memperlakukan ciptaan-Nya. Yehuwa itu lembut dan baik hati, bukannya kasar, dingin, atau lalim, seperti yang
sering kali dipertunjukkan oleh orang-orang yang berkuasa. Sebagai contoh, Yehuwa berkata kepada Abram, ”Layangkanlah kiranya
pandanganmu, dan lihat dari tempat engkau berada, ke arah utara
dan ke arah selatan dan ke arah timur dan ke arah barat.” (Kejadian 13:14) Banyak terjemahan menghilangkan kata ”kiranya”.
Tetapi, para pakar Alkitab memperhatikan bahwa dalam kalimat bahasa Ibrani aslinya ada sebuah partikel kata yang mengubah pernyataan tersebut dari sebuah perintah menjadi permintaan yang
sopan. Ada contoh-contoh lain yang serupa. (Kejadian 31:12; Keluaran 4:6) Bayangkan, Pribadi Yang Berdaulat di alam semesta mengatakan ”kiranya” kepada manusia biasa! Dalam duniayang lazim
dengan kebengisan, keagresifan, dan kekasaran, bukankah menyegarkan untuk merenungkan kemurahan hati Allah kita, Yehuwa?
18 ”Berlimpah dengan . . . kebenaran.” Ketidakjujuran telah menjadi bagian dari gaya hidup dunia dewasa ini. Namun, Alkitab
mengingatkan kita, ”Allah bukanlah manusia sehingga ia mengatakan dusta.” (Bilangan 23:19) Malah, Titus 1:2 mengatakan bahwa ”Allah . . . tidak dapat berdusta”. Ia terlalu baik untuk dapat berdusta. Oleh karena itu, janji Yehuwa dapat sepenuhnya
diandalkan; perkataan-Nya, pasti selalu tergenap. Yehuwa bahkan
disebut sebagai ”Allah kebenaran”. (Mazmur 31:5) Ia tidak hanya menolak berkata dusta tetapi Ia juga menyebarkan kebenaran dengan melimpah. Ia tidak menutup diri, menjaga jarak, atau
suka menyembunyikan sesuatu; sebaliknya, Ia dengan murah hati
17. Apakah kemurahan hati itu, dan bagaimana Yehuwa telah mempertunjukkannya terhadap manusia biasa yang tidak sempurna?
18. Dalam arti apa Yehuwa ”berlimpah dengan . . . kebenaran”, dan
mengapa kata-kata tersebut menenteramkan hati?
278
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
memberikan pencerahan kepada hamba-hamba-Nya yang setia
dari perbendaharaan hikmat-Nya yang tak terhingga.1 Ia bahkan
mengajari mereka cara untuk hidup selaras dengan kebenaran yang
Ia sebarkan sehingga mereka dapat ”tetap berjalan dalam kebenaran”. (3 Yohanes 3) Secara umum, bagaimana kebaikan Yehuwa
hendaknya mempengaruhi kita masing-masing?
”Berseri-seri karena Kebaikan Yehuwa”
Ketika Setan menggoda Hawa di Taman Eden, ia mengawalinya dengan secara halus melemahkan kepercayaan Hawa akan kebaikan Yehuwa. Yehuwa memberi tahu Adam, ”Setiap pohon di
taman ini boleh kaumakan buahnya sampai puas.” Di antara ribuan pohon yang pasti menyemarakkan taman tersebut, hanya satu
yang Yehuwa larang untuk dimakan buahnya. Namun, perhatikan
bagaimana Setan merangkai kata dalam pertanyaan pertamanya
kepada Hawa, ”Apakah memang benar bahwa Allah mengatakan
kamu tidak boleh memakan buah dari setiap pohon di taman ini?”
(Kejadian 2:9, 16; 3:1) Setan memutarbalikkan perkataan Yehuwa
untuk membuat Hawa berpikir bahwa Yehuwa menahan sesuatu
yang baik. Sayang sekali, taktik tersebut berhasil. Hawa, seperti kebanyakan pria dan wanita setelah dia, mulai meragukan kebaikan
Allah, yang telah memberinya segala yang ia miliki.
20 Kita tahu betapa parahnya dukacita dan kemalangan yang diakibatkan oleh keraguan semacam itu. Jadi, marilah kita camkan
kata-kata yang dicatat dalam Yeremia 31:12, ”Mereka akan . . . berseri-seri karena kebaikan Yehuwa.” Ya, kebaikan Yehuwa hendaknya membuat kita berseri-seri karena sukacita. Sampai kapan pun,
kita tidak perlu meragukan motif Allah kita, yang begitu penuh dengan kebaikan. Kita dapat sepenuhnya percaya kepada-Nya, karena Ia menginginkan yang terbaik bagi mereka yang mengasihi Dia.
19
1 Dengan tepat, Alkitab menghubungkan kebenaran dengan terang. ”Kirimlah
terangmu dan kebenaranmu,” lantun sang pemazmur. (Mazmur 43:3) Yehuwa
memancarkan terang rohani yang berlimpah kepada mereka yang bersedia diajar,
atau diterangi, oleh-Nya.—2 Korintus 4:6; 1 Yohanes 1:5.
19, 20. (a) Bagaimana Setan berupaya melemahkan keyakinan
Hawa akan kebaikan Yehuwa, dan dengan hasil apa? (b) Kebaikan Yehuwa hendaknya memiliki pengaruh yang benar apa terhadap diri
kita, dan mengapa?
”OH, BETAPA HEBAT KEBAIKANNYA!”
279
Pertanyaan untuk Direnungkan
1 Raja 8:54-61, 66 Bagaimana Salomo menyatakan penghargaan
atas kebaikan Yehuwa, dan apa pengaruhnya atas orang Israel?
Mazmur 119:66, 68 Bagaimana doa-doa kita bisa mencerminkan
hasrat untuk meniru kebaikan Yehuwa?
Lukas 6:32-38 Apa yang dapat membantu kita agar termotivasi
untuk meniru semangat Yehuwa dalam hal suka memberi?
Roma 12:2, 9, 17-21 Bagaimana kita dapat memperlihatkan kebaikan dalam kehidupan kita sehari-hari?
21 Selain itu, ketika mendapat kesempatan untuk membicarakan
kebaikan Yehuwa kepada orang lain, kita merasa senang. Sehubungan dengan umat Yehuwa, Mazmur 145:7 mengatakan, ”Mereka akan
meluap-luap dalam menyebutkan kebaikanmu yang limpah.” Setiap hari dalam hidup kita, kita mendapat manfaat dari kebaikan Yehuwa dengan berbagai cara. Mengapa tidak membiasakan diri setiap
hari untuk berterima kasih kepada Yehuwa atas kebaikan-Nya, menyatakannya sespesifik mungkin? Dengan merenungkan sifat itu,
setiap hari bersyukur kepada Yehuwa atas sifat itu, dan memberi
tahu orang lain tentang sifat itu, kita akan terbantu untuk meniru
Allah kita yang baik. Dan, seraya kita mencari cara untuk melakukan
kebaikan, seperti yang Yehuwa lakukan, kita akan semakin dekat dengan-Nya. Rasul Yohanes yang sudah lanjut usia menulis, ”Saudara
yang kukasihi, janganlah menjadi peniru dari apa yang buruk, melainkan dari apa yang baik. Ia yang berbuat baik berasal dari Allah.”
—3 Yohanes 11.
22 Kebaikan Yehuwa juga dihubungkan dengan sifat-sifat lain. Misalnya, Allah ”berlimpah dengan kebaikan hati yang penuh kasih”,
atau kasih yang loyal. (Keluaran 34:6) Sifat ini fokusnya lebih spesifik daripada kebaikan karena Yehuwa menyatakannya khusus kepada hamba-hamba-Nya yang setia. Di pasal selanjutnya kita akan
mempelajari cara Ia melakukannya.
21, 22. (a) Apa beberapa cara yang ingin Saudara gunakan untuk
menanggapi kebaikan Yehuwa? (b) Sifat apa yang akan kita bahas di
pasal selanjutnya, dan bagaimana sifat tersebut berbeda dengan kebaikan?
P A S A L
2 8
”Engkau Saja yang Loyal”
RAJA DAUD sudah terbiasa menghadapi ketidakloyalan. Pada suatu waktu, pemerintahannya yang bergejolak dilanda intrik, orangorang sebangsanya menyusun rencana jahat untuk melawan dia.
Selain itu, Daud dikhianati oleh beberapa orang yang seharusnya menjadi rekan-rekan terdekatnya. Perhatikan Mikhal, istri pertama Daud. Pada awalnya, ia ”mencintai Daud”, dan pasti mendukung Daud dalam tugas-tugasnya sebagai seorang raja. Akan tetapi,
belakangan ia ”memandang rendah Daud dalam hatinya”, bahkan
menganggap Daud ”sama seperti seorang pria yang tidak berakal”.
—1 Samuel 18:20; 2 Samuel 6:16, 20.
2 Yang lainnya adalah Ahitofel, penasihat pribadi Daud. Nasihatnya dianggap seperti firman Yehuwa sendiri. (2 Samuel 16:23) Tetapi, orang kepercayaan ini akhirnya menjadi pengkhianat dan bergabung dalam pemberontakan terorganisasi melawan Daud. Dan,
siapakah otak komplotan tersebut? Absalom, putra Daud sendiri!
Oportunis yang licik itu ”terus mencuri hati orang Israel”, menyatakan dirinya sebagai raja saingan. Pemberontakan Absalom berkembang menjadi sedemikian hebatnya sampai-sampai Raja Daud terpaksa lari menyelamatkan diri.—2 Samuel 15:1-6, 12-17.
3 Apakah sudah tidak ada lagi yang tetap loyal kepada Daud? Selama mengalami semua kesengsaraannya, Daud tahu bahwa ada yang
tetap setia. Siapa? Siapa lagi selain Allah Yehuwa. ”Terhadap orang
yang loyal engkau akan bertindak dengan loyal,” kata Daud mengenai Yehuwa. (2 Samuel 22:26) Apakah keloyalan itu, dan bagaimana Yehuwa memberikan teladan terunggul sehubungan dengan sifat ini?
Apakah Keloyalan Itu?
Seperti penggunaannya dalam Kitab-Kitab Ibrani, ”keloyalan”
adalah kebaikan hati yang dengan pengasih mengikatkan diri kepa4
1, 2. Mengapa dapat dikatakan bahwa Raja Daud sudah terbiasa
menghadapi ketidakloyalan?
3. Keyakinan apa yang Daud miliki?
4, 5. (a) Apakah ”keloyalan” itu? (b) Bagaimana keloyalan berbeda
dengan kesetiaan?
Bulan disebut saksi yang setia,
tetapi hanya makhluk hidup yang
cerdas yang benar-benar dapat
mencerminkan keloyalan Yehuwa
da suatu objek dan tidak melepaskannya sampai maksud-tujuannya
yang berhubungan dengan objek tersebut terwujud. Yang tersangkut di sini lebih banyak daripada kesetiaan. Hal itu benar mengingat
seseorang bisa setia hanya karena merasa wajib. Sebaliknya, keloyalan berakar pada kasih.1 Lagi pula, kata ”setia” juga dapat diterapkan
kepada benda mati. Misalnya, sang pemazmur menyebut bulan sebagai ”saksi yang setia di langit” karena selalu muncul setiap malam.
(Mazmur 89:37) Tetapi, bulan tidak dapat dikatakan loyal. Mengapa?
Karena keloyalan merupakan pernyataan kasih—sesuatu yang tidak
dapat diperlihatkan oleh benda mati.
5 Menurut makna Alkitabnya, keloyalan itu hangat. Perwujudannya menunjukkan adanya ikatan antara orang yang memperlihatkan sifat itu dan orang yang menerimanya. Keloyalan demikian tidak berubah-ubah. Keloyalan tidak seperti gelombang-gelombang
laut yang ditiup ke sana kemari oleh angin yang berubah-ubah. Sebaliknya, keloyalan, atau kasih yang loyal, memiliki kestabilan dan
kekuatan untuk menanggulangi rintangan yang paling mengecilkan hati.
6 Memang, keloyalan semacam itu langka dewasa ini. Sering kali,
teman-teman dekat ”cenderung menghancurkan satu sama lain”
1 Sungguh menarik bahwa kata yang diterjemahkan menjadi ”loyal” di 2 Samuel 22:26, di ayat-ayat lain diterjemahkan menjadi ”kebaikan hati yang penuh
kasih” atau ”kasih yang loyal”.
6. (a) Seberapa langkakah keloyalan di antara manusia, dan bagaimana hal itu diperlihatkan dalam Alkitab? (b) Apa cara terbaik untuk
mempelajari hal-hal yang tercakup dalam keloyalan, dan mengapa?
282
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
dan kita semakin sering mendengar tentang orang yang meninggalkan teman hidupnya. (Amsal 18:24; Maleakhi 2:14-16) Perbuatan-perbuatan licik sudah sangat lazim sehingga barangkali kita turut menggemakan kata-kata nabi Mikha, ”Orang yang loyal telah
musnah dari bumi.” (Mikha 7:2) Meskipun manusia sering kali gagal menunjukkan kebaikan hati yang penuh kasih, keloyalan secara mencolok menjadi ciri Yehuwa. Sebenarnya, cara terbaik untuk
mempelajari apa yang tercakup dalam keloyalan adalah memeriksa
bagaimana Yehuwa mempertunjukkan faset kasih-Nya yang luhur
ini.
Keloyalan Yehuwa yang Tiada Bandingnya
Alkitab berkata mengenai Yehuwa, ”Engkau saja yang loyal.” (Penyingkapan 15:4) Mengapa demikian? Bukankah manusia dan malaikat adakalanya mempertunjukkan keloyalan yang mengagumkan? (Ayub 1:1; Penyingkapan 4:8) Dan, bagaimana dengan Yesus
Kristus? Bukankah ia ’orang yang loyal’ kepada Allah, bahkan yang
paling menonjol? (Mazmur 16:10) Kalau begitu, bagaimana dapat
dikatakan bahwa Yehuwa saja yang loyal?
8 Pertama-tama, ingatlah bahwa keloyalan adalah salah satu faset kasih. Karena ”Allah adalah kasih”—Ia adalah personifikasi sifat
ini—siapa yang dapat lebih loyal daripada Yehuwa? (1 Yohanes
4:8) Memang, malaikat dan manusia bisa mencerminkan sifat-sifat
Allah, tetapi hanya Yehuwa saja yang loyal dalam tingkat yang paling tinggi. Sebagai ”Pribadi Yang Lanjut Usia”, Ia telah mempertunjukkan kebaikan hati yang penuh kasih lebih lama daripada makhluk mana pun, di bumi atau di surga. (Daniel 7:9) Oleh karena itu,
Yehuwa adalah teladan keloyalan yang terbaik. Ia mempertunjukkan sifat ini dengan cara yang tidak dapat disamai oleh makhluk
mana pun. Perhatikan beberapa contoh.
9 Yehuwa ”loyal dalam segala perbuatannya”. (Mazmur 145:17)
Dengan cara apa? Mazmur 136 menyediakan jawabannya. Mazmur tersebut menyoroti sejumlah tindakan penyelamatan oleh Yehuwa, termasuk pembebasan orang Israel secara dramatis di Laut
Merah. Sungguh menarik bahwa tiap ayat di mazmur ini ditandaskan dengan frasa, ”Karena kebaikan hatinya yang penuh kasih
[atau, keloyalannya] ada sampai waktu yang tidak tertentu.” Maz7
7, 8. Bagaimana dapat dikatakan bahwa Yehuwa saja yang loyal?
9. Bagaimana Yehuwa ”loyal dalam segala perbuatannya”?
”ENGKAU SAJA YANG LOYAL”
283
mur ini disertakan dalam Pertanyaan untuk Direnungkan yang terdapat di halaman 289. Seraya membaca ayat-ayat tersebut, Saudara pasti akan terkesan dengan begitu banyaknya cara yang Yehuwa
gunakan untuk mempertunjukkan kebaikan hati yang penuh kasih
kepada umat-Nya. Ya, Yehuwa mempertunjukkan keloyalan kepada
hamba-hamba-Nya yang setia dengan mendengarkan seruan minta
tolong mereka dan dengan mengambil tindakan pada saat yang tepat. (Mazmur 34:6) Kasih Yehuwa yang loyal terhadap hamba-hamba-Nya tidak tergoyahkan, asalkan mereka tetap loyal kepada-Nya.
10 Selain itu, Yehuwa mempertunjukkan keloyalan kepada hambahamba-Nya dengan berpaut erat pada standar-standar-Nya. Berbeda
dengan orang-orang tertentu yang labil, yang hanya dituntun oleh
keinginan spontan dan perasaan hati semata, Yehuwa tidak terombang-ambing dalam memandang apa yang benar dan yang salah.
Selama bermilenium-milenium, pandangan-Nya terhadap hal-hal
seperti spiritisme, penyembahan berhala, dan pembunuhan tetap
tidak berubah. ”Bahkan sampai usia tuamu aku tetap Pribadi yang
sama,” kata-Nya melalui nabi Yesaya. (Yesaya 46:4) Oleh karena itu,
kita dapat yakin bahwa kita akan mendapat manfaat jika mengikuti
pengarahan moral yang jelas yang terdapat dalam Firman Allah.—Yesaya 48:17-19.
11 Yehuwa juga menunjukkan keloyalan dengan tetap setia pada
janji-Nya. Jika Ia menubuatkan sesuatu, hal itu pasti terjadi. Oleh
karena itu, Yehuwa menyatakan, ”Firmanku yang keluar dari mulutku . . . tidak akan kembali kepadaku tanpa hasil, tetapi pasti akan
melaksanakan apa yang kusukai, dan akan berhasil dalam apa yang
kusuruhkan kepadanya.” (Yesaya 55:11) Dengan tetap setia pada
kata-kata-Nya, Yehuwa menunjukkan keloyalan kepada umat-Nya.
Ia tidak membiarkan mereka menanti dengan harap-harap cemas
sesuatu yang tidak akan Ia datangkan. Sedemikian tidak bercelanya
reputasi Yehuwa dalam hal ini sehingga Yosua, hamba-Nya, bisa berkata, ”Dari semua janji yang baik yang diucapkan Yehuwa kepada keturunan Israel, tidak satu pun yang tidak ditepati, semuanya menjadi kenyataan.” (Yosua 21:45) Oleh karena itu, kita dapat yakin bahwa
10. Bagaimana Yehuwa mempertunjukkan keloyalan sehubungan dengan standar-standar-Nya?
11. Berikan contoh-contoh yang menunjukkan bahwa Yehuwa setia
pada janji-Nya.
284
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
kita tidak akan pernah dikecewakan karena kegagalan tertentu di pihak Yehuwa untuk menepati janji-janji-Nya.—Yesaya 49:23; Roma
5:5.
12 Seperti yang diperlihatkan sebelumnya, Alkitab memberi tahu
kita bahwa kebaikan hati Yehuwa yang penuh kasih ”ada sampai
waktu yang tidak tertentu”. (Mazmur 136:1) Bagaimana caranya?
Satu hal, pengampunan dosa yang Yehuwa berikan bersifat permanen. Seperti yang dibahas di Pasal 26, Yehuwa tidak mengungkitungkit kesalahan seseorang yang sudah diampuni di masa lalu. Karena ”semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan
Allah”, kita semua hendaknya bersyukur bahwa kebaikan hati Yehuwa yang penuh kasih ada sampai waktu yang tidak tertentu.—Roma
3:23.
13 Namun, kebaikan hati Yehuwa yang penuh kasih, ada sampai waktu yang tidak tertentu dalam pengertian lain juga. FirmanNya mengatakan bahwa orang yang adil-benar ”pasti akan menjadi seperti sebuah pohon yang ditanam dekat aliran-aliran air, yang
menghasilkan buahnya pada musimnya dan yang dedaunannya tidak menjadi layu, dan segala sesuatu yang ia lakukan akan berhasil”.
(Mazmur 1:3) Bayangkan, sebuah pohon rindang yang dedaunannya tidak pernah layu! Demikian pula, jika kita dengan tulus menyenangi Firman Allah, kehidupan kita akan panjang, penuh damai,
dan sangat produktif. Berkat-berkat yang dengan loyal Yehuwa ulurkan kepada hamba-hamba-Nya yang setia bersifat abadi. Sesungguhnya, dalam dunia baru yang adil-benar yang akan Yehuwa datangkan, umat manusia yang taat akan menikmati kebaikan hati-Nya
yang penuh kasih sampai waktu yang tidak tertentu.—Penyingkapan 21:3, 4.
Yehuwa ”Tidak Akan Meninggalkan
Orang-Orangnya yang Loyal”
14 Yehuwa telah berulang kali mempertunjukkan keloyalan-Nya.
Karena Yehuwa benar-benar konsisten, keloyalan yang Ia pertun-
12, 13. Dengan cara apa saja kebaikan hati Yehuwa yang penuh kasih ada ”sampai waktu yang tidak tertentu”?
14. Bagaimana Yehuwa menunjukkan penghargaan atas keloyalan
hamba-hamba-Nya?
”ENGKAU SAJA YANG LOYAL”
285
jukkan kepada hamba-hamba-Nya yang setia tidak pernah pudar.
Sang pemazmur menulis, ”Dahulu aku seorang pemuda, kini aku
telah menjadi tua, namun aku tidak pernah melihat orang adil-benar ditinggalkan sama sekali, atau keturunannya meminta-minta
roti. Karena Yehuwa adalah pencinta keadilan, dan ia tidak akan
meninggalkan orang-orangnya yang loyal.” (Mazmur 37:25, 28) Ya,
sebagai Pencipta, Yehuwa layak kita sembah. (Penyingkapan 4:11)
Meskipun demikian, karena loyal, Yehuwa mengingat tindakantindakan kita yang setia.—Maleakhi 3:16, 17.
15 Karena kebaikan hati-Nya yang penuh kasih, Yehuwa berulang
kali membantu umat-Nya sewaktu mereka menderita. Sang pemazmur memberi tahu kita, ”Ia menjaga jiwa orang-orangnya yang
loyal; dari tangan orang-orang fasik dibebaskannya mereka.” (Mazmur 97:10) Perhatikan cara Ia berurusan dengan bangsa Israel. Setelah dibebaskan secara mukjizat di Laut Merah, orang Israel menyerukan pujian kepada Yehuwa dengan bernyanyi, ”Engkau, dengan
kebaikan hatimu yang penuh kasih [atau, ”kasih yang loyal”, catatan kaki NW Ref.], telah menuntun bangsa yang kautebus.” (Keluaran 15:13) Pembebasan di Laut Merah benar-benar merupakan
tindakan kasih yang loyal di pihak Yehuwa. Oleh karena itu, Musa
berkata kepada orang Israel, ”Bukan karena pendudukmu paling
banyak di antara segala bangsa maka Yehuwa memperlihatkan kasih sayang kepadamu dan memilih kamu, sebab kamu adalah yang
paling kecil di antara segala bangsa. Tetapi karena Yehuwa mengasihi kamu, dan karena ia memegang pernyataan di bawah sumpah
yang ia ucapkan kepada bapak-bapak leluhurmu, Yehuwa membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat, agar ia dapat menebus
engkau dari rumah budak, dari tangan Firaun, raja Mesir.”—Ulangan 7:7, 8.
16 Tentu saja, sebagai suatu bangsa, orang Israel gagal menunjukkan penghargaan atas kebaikan hati Yehuwa yang penuh kasih,
15. Jelaskan bagaimana cara Yehuwa berurusan dengan Israel menonjolkan keloyalan-Nya.
16, 17. (a) Kurangnya penghargaan apa yang secara mengejutkan ditunjukkan oleh orang Israel, tetapi bagaimana Yehuwa menunjukkan
keibaan hati kepada mereka? (b) Bagaimana sebagian besar orang Israel menunjukkan bahwa mereka ”tidak dapat disembuhkan lagi”,
dan contoh peringatan apa yang kita peroleh dari hal itu?
286
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
karena setelah pembebasan mereka, ”mereka masih terus berdosa terhadap [Yehuwa] dengan memberontak terhadap Yang Mahatinggi”. (Mazmur 78:17) Selama berabad-abad, mereka berulang
kali memberontak, meninggalkan Yehuwa dan berpaling kepada
allah-allah palsu dan praktek-praktek kafir yang hanya mendatangkan kecemaran. Namun, Yehuwa tidak melanggar perjanjian-Nya.
Sebaliknya, melalui nabi Yeremia, Yehuwa mengimbau umat-Nya,
”Kembalilah, hai, Israel yang membelot . . . Mukaku tidak akan
memandang ke bawah dengan marah kepadamu, sebab aku loyal.” (Yeremia 3:12) Akan tetapi, seperti yang kita ketahui dari Pasal 25, sebagian besar orang Israel tidak tergerak. Malah, ”mereka
terus mempermainkan para utusan dari Allah yang benar itu dan
memandang rendah firmannya serta mencemooh nabi-nabinya”.
Dengan akibat apa? Akhirnya, ”kemurkaan Yehuwa bangkit terhadap umatnya, hingga tidak dapat disembuhkan lagi”.—2 Tawarikh
36:15, 16.
17 Apa hikmah yang dapat kita petik dari hal itu? Bahwa keloyalan
Yehuwa tidak membabi buta ataupun naif. Memang, Yehuwa ”berlimpah dengan kebaikan hati yang penuh kasih”, dan Ia senang
menunjukkan belas kasihan jika ada dasar untuk melakukannya.
Tetapi, apa yang terjadi jika kefasikan si pelaku kesalahan ternyata
tidak dapat diperbaiki lagi? Dalam kasus seperti itu, Yehuwa berpaut pada standar-standar-Nya yang adil-benar dan menjatuhkan
hukuman. Seperti yang diberitahukan kepada Musa, ”[Yehuwa] sekali-kali tidak akan membebaskan orang dari hukuman”.—Keluaran 34:6, 7.
18 Penghukuman oleh Allah atas orang fasik juga merupakan suatu tindakan keloyalan. Bagaimana? Sebuah petunjuk terdapat dalam buku Penyingkapan, yaitu dalam perintah Yehuwa kepada
ketujuh malaikat, ”Pergilah dan curahkan ketujuh mangkuk kemarahan Allah ke bumi.” Ketika malaikat yang ketiga mencurahkan mangkuknya ”ke sungai-sungai dan sumber-sumber air”, se18, 19. (a) Bagaimana penghukuman oleh Yehuwa atas orang fasik
juga merupakan suatu tindakan keloyalan? (b) Bagaimana Yehuwa
mempertunjukkan keloyalan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang telah dianiaya sampai mati?
Yehuwa dengan loyal akan mengingat dan
membangkitkan orang-orang yang telah
terbukti loyal bahkan sampai mati
Bernard Luimes
(atas) dan Wolfgang
Kusserow (tengah)
dihukum mati
oleh Nazi
Moses Nyamussua
dibunuh dengan tombak oleh
sebuah kelompok politik
muanya menjadi darah. Kemudian, sang malaikat berkata kepada
Yehuwa, ”Pribadi yang sekarang ada dan yang dahulu ada, Pribadi yang loyal, engkau adil-benar, karena engkau telah memberikan
keputusan-keputusan ini, karena mereka telah mencurahkan darah orang-orang kudus dan nabi-nabi, dan engkau memberi mereka darah untuk diminum. Mereka layak menerimanya.”—Penyingkapan 16:1-6.
19 Perhatikanlah bahwa sewaktu menyampaikan berita penghakiman, sang malaikat menyapa Yehuwa sebagai ”Pribadi yang loyal”. Mengapa? Karena dengan membinasakan orang fasik, Yehuwa mempertunjukkan keloyalan kepada hamba-hamba-Nya, yang
banyak di antaranya telah dianiaya sampai mati. Dengan loyal,
Yehuwa membuat orang-orang tersebut tetap hidup dalam ingatan-Nya. Ia rindu untuk melihat kembali orang-orang setia yang telah meninggal itu, dan Alkitab memastikan bahwa maksud-tujuanNya adalah untuk mengupahi mereka dengan kebangkitan. (Ayub
14:14, 15) Yehuwa tidak melupakan hamba-hamba-Nya yang loyal
hanya karena mereka tidak lagi hidup. Sebaliknya, ”bagi dia mereka semua hidup”. (Lukas 20:37, 38) Maksud-tujuan Yehuwa untuk
menghidupkan kembali orang-orang yang ada dalam ingatan-Nya
merupakan bukti yang sangat kuat akan keloyalan-Nya.
288
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Kasih Yehuwa yang Loyal Membuka Jalan
Keselamatan
20 Sepanjang sejarah, Yehuwa telah menunjukkan keloyalan yang
mengagumkan kepada manusia yang setia. Malah, selama ribuan
tahun, Yehuwa ”dengan banyak kepanjangsabaran mentoleransi
bejana-bejana kemurkaan yang memang patut untuk dibinasakan”. Mengapa? ”Supaya ia dapat menyatakan kekayaan kemuliaannya atas bejana-bejana belas kasihan, yang ia persiapkan sebelumnya untuk kemuliaan”. (Roma 9:22, 23) ”Bejana-bejana belas
kasihan” tersebut adalah orang-orang berkecenderungan benar
yang diurapi dengan roh kudus untuk menjadi sesama ahli waris
bersama Kristus dalam Kerajaannya. (Matius 19:28) Dengan membuka jalan keselamatan bagi bejana-bejana belas kasihan tersebut,
Yehuwa tetap loyal terhadap Abraham, yang dengannya Ia telah
mengadakan perjanjian ini, ”Melalui benihmu, semua bangsa di
20. Siapakah ”bejana-bejana belas kasihan” itu, dan bagaimana Yehuwa menunjukkan keloyalan kepada mereka?
Karena keloyalan Yehuwa,
semua hamba-Nya yang setia
memiliki harapan masa depan
yang pasti
”ENGKAU SAJA YANG LOYAL”
289
Pertanyaan untuk Direnungkan
1 Samuel 24:1-22 Dalam caranya memperlakukan Raja Saul, bagaimana Daud mempertunjukkan jenis keloyalan yang sangat Yehuwa hargai?
Ester 3:7-9; 4:6-14 Bagaimana Ester mempertunjukkan keloyalan
yang saleh kepada bangsanya, meski harus mempertaruhkan nyawanya?
Mazmur 136:1-26 Apa yang mazmur ini ajarkan tentang kebaikan hati Yehuwa yang penuh kasih, atau kasih-Nya yang loyal?
Obaja 1-4,10 -16 Bagaimana keloyalan Yehuwa kepada umat-Nya
menggerakkan Dia untuk menghukum orang Edom atas perbuatan ketidakloyalan mereka?
bumi pasti akan memperoleh berkat oleh karena engkau telah mendengarkan perkataanku.”—Kejadian 22:18.
21 Yehuwa menunjukkan keloyalanyang sama kepada ”suatu kumpulan besar” yang memiliki prospek untuk keluar dari ”kesengsaraan besar” dan hidup selama-lamanya di bumi firdaus. (Penyingkapan 7:9, 10, 14) Meskipun hamba-hamba-Nya tidak sempurna,
Yehuwa dengan loyal mengulurkan kepada mereka kesempatan untuk hidup selama-lamanya di bumi firdaus. Bagaimana Ia melakukannya? Melalui tebusan—pertunjukan terbesar keloyalan Yehuwa.
(Yohanes 3:16; Roma 5:8) Keloyalan Yehuwa menarik orang-orang
yang, dalam hatinya, lapar akan keadilbenaran. (Yeremia 31:3) Tidakkah Saudara merasa lebih dekat kepada Yehuwa karena keloyalan yang begitu besar yang telah dan masih akan Ia pertunjukkan?
Karena hasrat kita adalah untuk mendekat kepada Allah, semoga
kita menyambut kasih-Nya dengan menguatkan tekad kita untuk
melayani Dia dengan loyal.
21. (a) Bagaimana Yehuwa menunjukkan keloyalan kepada ”suatu
kumpulan besar” yang memiliki prospek untuk keluar dari ”kesengsaraan besar”? (b) Keloyalan Yehuwa menggerakkan Saudara untuk
melakukan apa?
P A S A L
2 9
”Mengenal Kasih Kristus”
PERNAHKAH Saudara melihat seorang bocah laki-laki berusaha
menjadi seperti ayahnya? Anak itu mungkin meniru gaya ayahnya
berjalan, berbicara, atau bertindak. Pada akhirnya, anak itu mungkin bahkan menyerap nilai-nilai moral dan rohani ayahnya. Ya,
kasih dan kekaguman seorang anak terhadap ayah yang pengasih
membuat dia ingin menjadi seperti papanya.
2 Bagaimana dengan hubungan Yesus dan Bapak surgawinya? ”Aku
mengasihi Bapak,” kata Yesus pada suatu kesempatan. (Yohanes
14:31) Barangkali, tidak ada seorang pun yang dapat lebih mengasihi Yehuwa daripada sang Putra, yang telah tinggal bersama sang
Bapak jauh sebelum semua makhluk lain diciptakan. Kasih tersebut
membuat sang Putra yang berbakti ini ingin menjadi seperti Bapaknya.—Yohanes 14:9.
3 Pada pasal-pasal sebelumnya dalam buku ini, kita telah membahas bagaimana Yesus dengan sempurna meniru kuasa, keadilan, dan
hikmat Yehuwa. Namun, bagaimana Yesus mencerminkan kasih Bapaknya? Mari kita ulas tiga segi kasih Yesus—semangat rela berkorbannya, keibaan hatinya yang lembut, dan kerelaannya untuk
mengampuni.
”Tidak Seorang pun Mempunyai Kasih yang
Lebih Besar daripada Ini”
4 Yesus memberikan teladan yang menonjol dalam hal kasih yang
rela berkorban. Kerelaan untuk berkorban mencakup mendahulukan kebutuhan dan kepentingan orang lain secara tidak mementingkan diri. Bagaimana Yesus mempertunjukkan kasih semacam
itu? Ia sendiri menjelaskan, ”Tidak seorang pun mempunyai kasih
yang lebih besar daripada ini, bahwa seseorang menyerahkan jiwanya demi kepentingan sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13) Yesus
1-3. (a) Apa yang membuat Yesus ingin menjadi seperti Bapaknya?
(b) Segi apa saja dari kasih Yesus yang akan kita ulas?
4. Bagaimana Yesus memberikan teladan terbesar di antara manusia
sehubungan dengan kasih yang rela berkorban?
”MENGENAL KASIH KRISTUS”
291
rela memberikan kehidupannya yang sempurna bagi kita. Hal itu
merupakan pernyataan kasih terbesar yang pernah dilakukan oleh
manusia. Namun, Yesus menunjukkan kasih yang rela berkorban
dengan cara-cara lain juga.
5 Selama eksistensi pramanusianya, Putra Allah satu-satunya yang
diperanakkan itu memiliki kedudukan yang tinggi dan istimewa di
surga. Ia memiliki hubungan yang akrab dengan Yehuwa dan makhluk roh yang sangat banyak jumlahnya. Meskipun memiliki kelebihan-kelebihan tersebut, Putra yang dikasihi ini ”mengosongkan
dirinya dan mengambil wujud seorang budak dan menjadi sama dengan manusia”. (Filipi 2:7) Ia rela hidup di tengah-tengah manusia
berdosa dalam suatu dunia yang ”berada dalam kuasa si fasik”. (1 Yohanes 5:19) Tidakkah itu merupakan pengorbanan yang pengasih
di pihak Putra Allah?
6 Selama pelayanannya di bumi, Yesus menunjukkan kasih yang
rela berkorban dengan beragam cara. Ia sama sekali tidak mementingkan diri. Ia begitu mencurahkan dirinya dalam pelayanan sehingga ia mengorbankan berbagai kenyamanan yang biasa dinikmati manusia. ”Rubah mempunyai liang dan burung di langit
mempunyai tempat bertengger,” katanya, ”tetapi Putra manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya.” (Matius
8:20) Sebagai seorang tukang kayu yang ahli, Yesus bisa saja meluangkan waktu untuk membangun sebuah rumah yang nyaman
bagi dirinya atau membuat perabot yang bagus untuk dijual sehingga ia bisa mendapatkan uang tambahan. Tetapi, ia tidak menggunakan keahliannya itu untuk memperoleh hal-hal materi.
7 Sebuah contoh yang sangat menyentuh hati sehubungan dengan
kasih Yesus yang rela berkorban dicatat di Yohanes 19:25-27. Bayangkan banyaknya hal yang pasti memenuhi pikiran dan hati Yesus
pada petang kematiannya. Sewaktu sedang tersiksa di tiang, ia memikirkan murid-muridnya, pekerjaan pemberitaan, dan khususnya
5. Mengapa meninggalkan surga merupakan pengorbanan yang pengasih di pihak Putra Allah satu-satunya yang diperanakkan?
6, 7. (a) Dengan cara apa saja Yesus menunjukkan kasih yang rela
berkorban selama pelayanannya di bumi? (b) Sehubungan dengan kasih yang tidak mementingkan diri, contoh yang sangat menyentuh
hati apa dicatat di Yohanes 19:25-27?
292
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
integritasnya serta bagaimana pengaruhnya terhadap nama Bapaknya. Ya, seluruh masa depan umat manusia ada di bahunya! Meskipun demikian, beberapa saat sebelum meninggal, Yesus juga menunjukkan kepeduliannya terhadap ibunya, Maria, yang pada waktu
itu tampaknya sudah menjanda. Yesus meminta rasul Yohanes untuk merawat Maria seperti ibu kandungnya sendiri, dan setelah itu,
sang rasul membawa Maria ke rumahnya. Dengan demikian, Yesus
mengatur agar ibunya mendapat perawatan jasmani dan rohani. Benar-benar pernyataan yang lembut dari kasih yang tidak mementingkan diri!
”Ia Tergerak oleh Rasa Kasihan”
Seperti Bapaknya, Yesus beriba hati. Tulisan-Tulisan Kudus melukiskan Yesus sebagai seseorang yang mengerahkan diri untuk membantu orang-orang yang sedang menderita karena ia merasa sangat
tergerak untuk melakukannya. Untuk melukiskan keibaan hati Yesus, Alkitab menggunakan sebuah kata Yunani yang diterjemahkan
”tergerak oleh rasa kasihan”. Seorang pakar mengatakan, ”Kata itu
melukiskan . . . suatu emosi yang menggerakkan hati sanubari seseorang yang terdalam. Dalam bahasa Yunani, itu adalah kata yang
paling kuat maknanya untuk melukiskan perasaan iba hati.” Perhatikan beberapa situasi yang memperlihatkan bagaimana keibaan hati
yang dalam mendesak Yesus untuk bertindak.
9 Tergerak untuk menanggapi kebutuhan rohani. Catatan di Markus
6:30-34 menunjukkan apa yang pada dasarnya menggerakkan Yesus
untuk menyatakan rasa kasihannya. Coba bayangkan peristiwanya.
Para rasul sangat gembira karena mereka baru saja menyelesaikan
suatu perjalanan pengabaran yang ekstensif. Mereka kembali kepada Yesus dan dengan penuh semangat melaporkan semua hal yang
telah mereka lihat dan dengar. Tetapi, sekumpulan besar orang mendatangi mereka sehingga Yesus dan para rasulnya tidak punya waktu
bahkan untuk makan. Yesus yang selalu jeli, memperhatikan bahwa
8
8. Apa arti kata Yunani yang Alkitab gunakan untuk melukiskan keibaan hati Yesus?
9, 10. (a) Keadaan apa yang membuat Yesus dan para rasulnya mencari tempat yang sunyi? (b) Sewaktu privasinya terganggu oleh sekumpulan orang, bagaimana reaksi Yesus, dan mengapa?
”MENGENAL KASIH KRISTUS”
293
rasul-rasulnya sudah kelelahan. ”Marilah kita pergi ke tempat yang
sunyi dan beristirahat sedikit, kita saja,” ajaknya. Dengan sebuah perahu, mereka berlayar menyeberangi ujung utara Laut Galilea ke suatu tempat yang sunyi. Namun, kumpulan orang itu melihat mereka
pergi. Yang lain-lain juga mendengar hal itu. Semua orang ini berlari di sepanjang garis pantai sebelah utara dan sampai di sisi lainnya lebih dahulu daripada perahu itu!
10 Apakah Yesus kesal karena privasinya terganggu? Sama sekali tidak! Hatinya tersentuh melihat kumpulan orang, ribuan jumlahnya, yang sedang menantinya. Markus menulis, ”Ia melihat sekumpulan besar orang, tetapi ia tergerak oleh rasa kasihan kepada
mereka, karena mereka bagaikan domba tanpa gembala. Lalu ia
mulai mengajarkan banyak hal kepada mereka.” Yesus memandang
orang-orang itu sebagai pribadi-pribadi yang memiliki kebutuhan
rohani. Mereka bagaikan domba yang tersesat tanpa daya, tak punya
gembala untuk menuntun atau melindungi mereka. Yesus tahu bahwa kaum awam diabaikan oleh para pemimpin agama yang berhati
dingin, yang seharusnya menjadi gembala yang peduli. (Yohanes 7:
47-49) Ia merasa kasihan terhadap orang-orang itu, maka ia mulai
mengajar mereka ”mengenai kerajaan Allah”. (Lukas 9:11) Perhatikanlah bahwa Yesus tergerak oleh rasa kasihan terhadap orang-orang
itu bahkan sebelum melihat reaksi mereka terhadap apa yang akan
ia ajarkan. Dengan kata lain, keibaan hati yang lembut itu, bukan
hasil pengajarannya terhadap kumpulan orang tersebut, melainkan
motif ia melakukannya.
11 Tergerak untuk memberikan kelegaan dari penderitaan. Orangorang yang menderita berbagai gangguan kesehatan merasa bahwa Yesus memiliki keibaan hati, maka mereka tertarik kepadanya.
Hal itu khususnya nyata pada waktu Yesus, yang diikuti sekumpulan orang, didekati oleh seorang pria yang ”penuh kusta”. (Lukas 5:
12) Pada zaman Alkitab, para penderita kusta dikarantina agar orang
lain tidak terkontaminasi. (Bilangan 5:1-4) Akan tetapi, belakangan
11, 12. (a) Bagaimana para penderita kusta dipandang pada zaman
Alkitab, tetapi bagaimana tanggapan Yesus ketika ia didekati oleh seorang pria yang ”penuh kusta”? (b) Bisa jadi, bagaimana pengaruh
sentuhan Yesus terhadap sang penderita kusta, dan bagaimana pengalaman seorang dokter memberikan gambaran akan hal ini?
”MENGENAL KASIH KRISTUS”
295
para rabi yang menjadi pemimpin mengembangkan pandangan
yang tidak berperasaan terhadap penyakit kusta dan memberlakukan peraturan mereka sendiri yang bersifat menindas.1 Namun,
perhatikan bagaimana Yesus menanggapi penderita kusta tersebut,
”Datanglah juga seorang penderita kusta, memohon kepadanya
bahkan sambil berlutut, dan mengatakan, ’Kalau engkau mau, engkau dapat membuat aku tahir.’ Maka ia tergerak oleh rasa kasihan,
dan ia mengulurkan tangannya dan menyentuh dia, serta mengatakan kepadanya, ’Aku mau. Jadilah tahir.’ Dan saat itu juga kustanya lenyap.” (Markus 1:40-42) Yesus tahu bahwa menurut hukum,
pria tersebut bahkan tidak diperbolehkan berada di sana. Namun,
bukannya mengusir dia, Yesus begitu tergerak oleh rasa kasihan sampai-sampai melakukan sesuatu yang tidak disangka-sangka. Yesus
menyentuhnya!
12 Dapatkah Saudara membayangkan arti sentuhan itu bagi sang
penderita kusta? Untuk mengilustrasikannya, perhatikan sebuah
pengalaman. Dr. Paul Brand, seorang spesialis penyakit kusta, bercerita tentang seorang penderita kusta yang ia tangani di India. Pada
waktu pemeriksaan, sang dokter meletakkan tangannya di bahu si
penderita kusta dan menjelaskan, melalui seorang penerjemah, perawatan yang akan dijalani pria itu. Tiba-tiba, si penderita kusta mulai menangis. ”Apakah saya telah mengatakan sesuatu yang salah?”
tanya sang dokter. Sang penerjemah menanyakan hal itu kepada si
pemuda dengan menggunakan bahasanya, lalu menjawab, ”Tidak,
dokter. Ia mengatakan bahwa ia menangis karena Anda meletakkan tangan Anda di bahunya. Sampai ia datang ke sini, tak seorang
pun pernah menyentuhnya selama bertahun-tahun.” Bagi penderita kusta yang mendekati Yesus, mendapat sentuhan memiliki makna yang bahkan lebih besar. Setelah sentuhan itu, penyakit yang telah membuat dia menjadi orang yang tersisih, lenyap!
1 Peraturan para rabi menyatakan bahwa tidak seorang pun boleh berada pada
jarak kurang dari empat hasta (1,8 meter) dari seorang penderita kusta. Tetapi,
jika angin sedang bertiup, sang penderita kusta harus berada pada jarak setidaknya 100 hasta (45 meter). Buku Midrash Rabbah menceritakan seorang rabi yang
menghindar dari para penderita kusta dan tentang rabi lain yang melempari para
penderita kusta dengan batu agar mereka tidak mendekat. Jadi, para penderita
kusta tahu betul bagaimana sakitnya ditolak serta bagaimana rasanya dipandang
hina dan tidak diinginkan.
”Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh dia”
296
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
13 Tergerak untuk menghalau kepedihan hati. Yesus sangat tergerak
oleh kepedihan hati orang lain. Misalnya, perhatikan catatan di Lukas 7:11-15. Peristiwanya terjadi ketika, kira-kira pada pertengahan
pelayanannya, Yesus berjalan menuju daerah pinggiran kota Nain
di Galilea. Seraya mendekati gerbang kota itu, Yesus berjumpa dengan suatu iring-iringan pemakaman. Keadaannya teramat tragis.
Seorang pemuda yang adalah putra tunggal seorang janda, meninggal. Kemungkinan besar, janda tersebut pernah berjalan dalam iringiringan semacam itu—yaitu untuk memakamkan suaminya. Kali ini
untuk memakamkan putranya, yang barangkali adalah satu-satunya penunjang hidupnya. Kumpulan orang yang menyertainya bisa
jadi mencakup para pelayat yang melantunkan nyanyian ratapan
dan para pemusik yang memainkan melodi perkabungan. (Yeremia
9:17, 18; Matius 9:23) Akan tetapi, pandangan Yesus tertuju kepada
sang ibu yang sedang dirundung kepedihan hati, yang pasti sedang
berjalan di dekat keranda berisi jenazah putranya.
14 Yesus ”tergerak oleh rasa kasihan” terhadap sang ibu yang sedang berkabung. Dengan nada yang menenteramkan hati, ia berkata kepadanya, ”Berhentilah menangis.” Tanpa diminta, ia mendekati
keranda tersebut dan menyentuhnya. Para pengusung—dan mungkin seluruh kumpulan tersebut—berhenti. Dengan suara yang berwibawa, Yesus berbicara kepada tubuh yang tidak bernyawa tersebut,
”Pria muda, aku mengatakan kepadamu: Bangunlah!” Apa yang terjadi selanjutnya? ”Orang mati itu pun bangun lalu duduk dan mulai berbicara” seolah-olah dibangunkan dari tidur nyenyak! Catatan itu dilanjutkan dengan suatu pernyataan yang paling menyentuh
hati, ”Dan [Yesus] menyerahkannya kepada ibunya.”
15 Apa yang kita pelajari dari kisah-kisah tersebut? Pada setiap kasus, perhatikan kaitan antara keibaan hati dan tindakan. Yesus tidak
dapat melihat orang lain menderita tanpa tergerak oleh rasa kasihan, dan ia tidak dapat merasa iba tanpa berbuat apa-apa. Bagaima-
13, 14. (a) Iring-iringan apa yang Yesus jumpai sewaktu mendekati
kota Nain, dan apa yang membuat situasi tersebut teramat menyedihkan? (b) Keibaan hati Yesus menggerakkan dia untuk mengambil tindakan apa demi sang janda dari Nain?
15. (a) Catatan Alkitab mengenai Yesus yang tergerak oleh rasa kasihan menunjukkan kaitan apa antara keibaan hati dan tindakan?
(b) Bagaimana kita dapat meniru Yesus sehubungan dengan hal ini?
”MENGENAL KASIH KRISTUS”
297
na kita dapat meniru teladannya? Sebagai orang Kristen, kita berkewajiban untuk memberitakan kabar baik dan menjadikan murid.
Kita terutama dimotivasi oleh kasih akan Allah. Namun, ingatlah
bahwa memberitakan kabar baik juga merupakan tindakan keibaan
hati. Jika kita merasakan apa yang orang-orang lain rasakan seperti
halnya Yesus, hati kita akan menggerakkan kita untuk melakukan
sebisa-bisanya dalam membagikan kabar baik kepada mereka. (Matius 22:37-39) Bagaimana dengan menunjukkan keibaan hati kepada rekan seiman yang sedang menderita atau berdukacita? Kita tidak dapat mengadakan mukjizat untuk menyingkirkan penderitaan
jasmani atau membangkitkan orang mati. Akan tetapi, kita dapat
menunjukkan keibaan hati dengan mengambil inisiatif untuk menunjukkan perhatian kita atau memberikan bantuan praktis yang
cocok.—Efesus 4:32.
”Bapak, Ampunilah Mereka”
Yesus dengan sempurna mencerminkan kasih Bapaknya melalui cara penting lain—ia ”siap mengampuni”. (Mazmur 86:5) Kesediaannya itu terlihat jelas bahkan sewaktu ia berada di tiang siksaan.
Ketika harus mengalami kematian yang memalukan, dengan pakupaku yang menancap di tangan dan kakinya, apa yang Yesus katakan? Apakah dia berseru kepada Yehuwa untuk menghukum para
eksekutornya? Yang terjadi justru sebaliknya; di antara kata-kata terakhirnya Yesus memohon, ”Bapak, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”—Lukas 23:34.1
17 Barangkali, teladan Yesus yang bahkan lebih menggugah lagi
16
1 Beberapa manuskrip kuno menghilangkan bagian pertama dari Lukas 23:34.
Akan tetapi, karena terdapat dalam banyak manuskrip resmi lainnya, kata-kata
tersebut dicantumkan dalam Terjemahan Dunia Baru dan sejumlah terjemahan
lain. Yesus tampaknya berbicara mengenai para prajurit Romawi yang memantek
dia. Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan, tidak sadar siapa sebenarnya
Yesus itu. Tentu saja, para pemimpin agama yang mendalangi eksekusi tersebut
jauh lebih nista, karena mereka melakukannya dengan sengaja dan berdasarkan niat jahat. Kebanyakan dari mereka tidak mungkin diampuni.—Yohanes 11:
45-53.
16. Bagaimana kesediaan Yesus untuk mengampuni terlihat jelas bahkan sewaktu ia berada di tiang siksaan?
17-19. Dengan cara apa saja Yesus menunjukkan bahwa ia mengampuni rasul Petrus yang telah menyangkalnya tiga kali?
298
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
dalam hal mengampuni dapat dilihat dari cara ia berurusan dengan
rasul Petrus. Tak diragukan, Petrus sangat mengasihi Yesus. Pada
tanggal 14 Nisan, malam terakhir kehidupan Yesus, Petrus berkata
kepadanya, ”Tuan, aku siap masuk penjara dan mati bersamamu.”
Akan tetapi, hanya beberapa jam kemudian, Petrus tiga kali menyangkal bahwa ia mengenal Yesus! Alkitab memberi tahu kita apa
yang terjadi setelah Petrus menyangkal untuk yang ketiga kalinya,
”Tuan berpaling dan memandang Petrus.” Karena merasa hancur
akibat seriusnya dosa yang ia perbuat, Petrus ”pergi ke luar serta menangis dengan getir”. Ketika Yesus meninggal beberapa saat kemudian pada hari yang sama, sang rasul mungkin bertanya-tanya, ’Apakah Tuanku mengampuni aku?’—Lukas 22:33, 61, 62.
18 Petrus tidak perlu menunggu lama untuk memperoleh jawaban.
Yesus dibangkitkan pada tanggal 16 Nisan pagi, dan agaknya pada
hari yang sama, ia secara pribadi mengunjungi Petrus. (Lukas 24:34;
1 Korintus 15:4-8) Mengapa Yesus memberikan perhatian yang sangat khusus kepada rasul yang telah bersikeras menyangkal Dia? Yesus mungkin ingin meyakinkan Petrus yang telah bertobat bahwa
ia masih dikasihi dan dihargai oleh Tuannya. Namun, Yesus berbuat
lebih banyak lagi untuk meyakinkan Petrus.
19 Beberapa waktu kemudian, Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya di Laut Galilea. Pada peristiwa itu, Yesus tiga kali bertanya kepada Petrus (yang telah tiga kali menyangkal Tuannya) sehubungan dengan kasih Petrus terhadapnya. Setelah pertanyaan itu
diajukan untuk ketiga kalinya, Petrus menjawab, ”Tuan, engkau mengetahui segala sesuatu; engkau sadar bahwa aku memiliki kasih sayang terhadap engkau.” Sesungguhnya, Yesus yang bisa membaca
hati, tahu betul akan kasih dan kasih sayang Petrus terhadap dirinya. Namun, Yesus memberi Petrus kesempatan untuk menegaskan
kasihnya. Selain itu, Yesus menugasi Petrus untuk ’memberi makan’
dan ’menggembalakan domba-domba kecilnya’. (Yohanes 21:15-17)
Sebelumnya, Petrus telah menerima tugas untuk mengabar. (Lukas
5:10) Tetapi sekarang, dengan luar biasa, Yesus mempertunjukkan
kepercayaannya kepada Petrus dengan memberinya tanggung jawab
besar lebih lanjut—mengurus orang-orang yang akan menjadi pengikut Kristus. Tak lama kemudian, Yesus memberi Petrus suatu peranan yang menonjol dalam kegiatan murid-muridnya. (Kisah 2:1-41)
”MENGENAL KASIH KRISTUS”
299
Pertanyaan untuk Direnungkan
Matius 9:35-38 Dengan cara yang mencolok apa Yesus menunjukkan rasa kasihan, atau iba hati, dan hal itu hendaknya memberi
pengaruh apa atas diri kita?
Yohanes 13:34, 35 Mengapa penting bagi kita untuk mencerminkan kasih Kristus?
Roma 15:1-6 Bagaimana kita dapat meniru sikap mental Kristus
yang tidak mementingkan diri?
2 Korintus 5:14,15 Penghargaan terhadap tebusan hendaknya memiliki pengaruh apa atas sudut pandang, tujuan, dan gaya hidup
kita?
Petrus pasti merasa sangat lega karena mengetahui bahwa Yesus telah mengampuni dia dan masih mempercayainya!
Apakah Saudara ”Mengenal Kasih Kristus”?
Sungguh, Firman Allah melukiskan kasih Kristus dengan sangat
indah. Namun, bagaimana kita hendaknya menanggapi kasih Kristus? Alkitab mendesak kita untuk ”mengenal kasih Kristus yang jauh
lebih unggul daripada pengetahuan”. (Efesus 3:19) Seperti yang telah kita lihat, catatan Injil mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus mengajar kita banyak hal tentang kasih Kristus. Akan tetapi, sepenuhnya ”mengenal kasih Kristus” mencakup lebih dari sekadar
mempelajari apa yang Alkitab katakan tentang dia.
21 Kata Yunani yang diterjemahkan ”mengenal” berarti mengetahui ”secara praktis, melalui pengalaman”. Jika kita menunjukkan
kasih dengan cara seperti Yesus—dengan tidak mementingkan diri
memberi diri kita demi orang lain, dengan beriba hati menanggapi kebutuhan mereka, dengan sepenuh hati mengampuni mereka—kita benar-benar bisa memahami perasaannya. Dengan cara ini,
melalui pengalaman, kita akan ”mengenal kasih Kristus yang jauh
lebih unggul daripada pengetahuan”. Dan, jangan pernah lupa bahwa semakin kita menjadi seperti Kristus, semakin dekatlah kita kepada pribadi yang Yesus tiru dengan sempurna, Allah kita yang pengasih, Yehuwa.
20
20, 21. Bagaimana kita dapat sepenuhnya ”mengenal kasih Kristus”?
P A S A L
3 0
”Teruslah Berjalan dengan Kasih”
”LEBIH bahagia memberi daripada menerima.” (Kisah 20:35) Katakata Yesus tersebut menandaskan kebenaran yang penting ini: Kasih yang tidak mementingkan diri mendatangkan imbalan tersendiri.
Meskipun ada banyak kebahagiaan dalam menerima kasih, ada kebahagiaan yang bahkan lebih besar dalam memberikan, atau menunjukkan, kasih kepada orang lain.
2 Tidak ada yang memahami hal ini lebih baik daripada Bapak surgawi kita. Seperti yang kita lihat pada pasal-pasal sebelumnya dari bagian ini, Yehuwa adalah teladan kasih yang terunggul. Tak seorang pun
pernah menunjukkan kasih dengan cara yang lebih besar atau selama
kurun waktu yang lebih panjang daripada Yehuwa. Jadi, tidak mengherankan, bukan, jika Yehuwa disebut sebagai ”Allah yang bahagia”?
—1 Timotius 1:11.
3 Allah kita yang pengasih menginginkan kita untuk berupaya menjadi seperti Dia, khususnya dalam menunjukkan kasih. Efesus 5:1, 2
memberi tahu kita, ”Jadilah peniru Allah, sebagai anak-anak yang dikasihi, dan teruslah berjalan dengan kasih.” Jika kita meniru teladan
Yehuwa dalam menunjukkan kasih, kita merasakan kebahagiaan yang
lebih besar karena memberi. Kita juga merasa puas karena tahu bahwa kita menyenangkan Yehuwa, sebab Firman-Nya mendesak kita untuk ”mengasihi satu sama lain”. (Roma 13:8) Namun, ada alasan-alasan lain lagi mengapa kita hendaknya ’terus berjalan dengan kasih’.
Mengapa Kasih Sangat Penting
Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih kepada rekan seiman? Singkatnya, kasih adalah inti Kekristenan sejati. Tanpa
kasih, kita tidak bisa memiliki ikatan yang erat dengan rekan-rekan
Kristen, dan terlebih penting lagi, kita tidak berharga dalam pandangan Yehuwa. Perhatikanlah bagaimana Firman Allah menandaskan kebenaran-kebenaran tersebut.
4
1-3. Apa hasilnya jika kita meniru teladan Yehuwa dalam menunjukkan kasih?
4, 5. Mengapa penting bagi kita untuk menunjukkan kasih yang rela
berkorban kepada rekan seiman?
”TERUSLAH BERJALAN DENGAN KASIH”
301
5 Pada malam terakhir kehidupannya di bumi, Yesus berkata kepada para pengikutnya, ”Aku memberikan kepadamu perintah baru,
agar kamu mengasihi satu sama lain; sebagaimana aku telah mengasihi kamu, agar kamu juga mengasihi satu sama lain. Dengan inilah semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-muridku, jika
kamu mempunyai kasih di antara kamu.” (Yohanes 13:34, 35) ”Sebagaimana aku telah mengasihi kamu”—ya, kita diperintahkan untuk menunjukkan jenis kasih seperti yang Yesus perlihatkan. Di Pasal 29, kita memperhatikan bahwa Yesus memberikan teladan yang
mengagumkan dalam hal mempertunjukkan kasih yang rela berkorban, mendahulukan kebutuhan dan kepentingan orang lain. Kita juga
harus mempertunjukkan kasih yang tidak mementingkan diri, dan
kita harus melakukannya dengan sangat nyata sehingga kasih kita terlihat jelas bahkan oleh orang-orang di luar sidang Kristen. Ya, kasih
persaudaraan yang rela berkorban adalah tanda yang mengidentifikasi kita sebagai pengikut Kristus yang sejati.
6 Bagaimana jika kita kurang memiliki kasih? ”Jika aku . . . tidak
mempunyai kasih,” kata rasul Paulus, ”aku telah menjadi gong kuningan atau simbal yang bergemerencang.” (1 Korintus 13:1) Simbal
yang bergemerencang menimbulkan suara bising. Bagaimana dengan
gong kuningan? Terjemahan lain mengatakan ”gong yang berbunyi”
atau ”gong yang berkumandang”. Benar-benar ilustrasi yang cocok!
Orang yang tidak memiliki kasih bagaikan alat musik yang bunyinya
nyaring dan cempreng, yang bukannya membuat orang tertarik tetapi malah menghindar. Bagaimana mungkin orang seperti itu akrab
dengan orang lain? Paulus juga mengatakan, ”Jika aku mempunyai segenap iman sehingga dapat memindahkan gunung, tetapi tidak mempunyai kasih, aku bukan apa-apa.” (1 Korintus 13:2) Coba bayangkan,
orang yang tidak memiliki kasih adalah orang yang ”sama sekali tidak berguna”, tidak soal apa pun yang ia lakukan! (Terjemahan Baru)
Tidakkah jelas bahwa Firman Yehuwa menjunjung tinggi pentingnya
menunjukkan kasih?
7 Namun, bagaimana kita dapat menunjukkan sifat ini sewaktu berurusan dengan orang lain? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
mari kita cermati kata-kata Paulus yang terdapat di 1 Korintus 13:4-8.
6, 7. (a) Bagaimana kita tahu bahwa Firman Yehuwa menjunjung
tinggi pentingnya menunjukkan kasih? (b) Kata-kata Paulus yang dicatat di 1 Korintus 13:4-8 memusatkan perhatian pada aspek kasih
yang mana?
Kasih menggerakkan kita untuk menyatakan keyakinan
terhadap saudara-saudara kita
Ayat-ayat ini bukan menekankan kasih Allah kepada kita ataupun kasih kita kepada Allah. Sebaliknya, Paulus memusatkan perhatian pada
bagaimana kita hendaknya menunjukkan kasih kepada satu sama
lain. Ia menjabarkan beberapa hal yang merupakan kasih dan beberapa hal yang bukan merupakan kasih.
Apa Kasih Itu
”Kasih itu panjang sabar.” Panjang sabar berarti dengan sabar menahan diri untuk tidak melakukan pembalasan terhadap orang lain.
(Kolose 3:13) Bukankah kita membutuhkan kesabaran demikian?
Karena kita adalah makhluk-makhluk tak sempurna yang melayani
bahu-membahu, kita berpikir realistis jika mengantisipasi bahwa adakalanya, saudara Kristen kita mungkin menyakiti kita dan kita mungkin melakukan hal yang sama kepada mereka. Namun, kesabaran
dan pengekangan diri dapat membantu kita menanggulangi gesekan8
8. Bagaimana kepanjangsabaran membantu kita dalam berurusan dengan orang lain?
”TERUSLAH BERJALAN DENGAN KASIH”
303
gesekan dan benturan-benturan kecil yang kita alami sewaktu berurusan dengan orang lain—tanpa mengganggu kedamaian sidang.
9 ”Kasih itu . . . baik hati.” Kebaikan hati ditunjukkan melalui tindakan yang bermanfaat dan perkataan yang penuh timbang rasa. Kasih menggerakkan kita mencari cara untuk menunjukkan kebaikan
hati, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan. Misalnya,
seorang rekan seiman yang lanjut usia mungkin kesepian dan perlu
dijenguk guna membesarkan hatinya. Seorang ibu tanpa suami atau
seorang saudari yang hidup dalam rumah tangga yang terbagi secara
agama mungkin perlu bantuan tertentu. Seseorang yang sedang sakit
atau menghadapi kesengsaraan tertentu mungkin perlu mendengar
kata-kata yang simpatik dari seorang sahabat yang loyal. (Amsal 12:25;
17:17) Jika kita berinisiatif untuk menunjukkan kebaikan hati dengan
cara-cara demikian, kita memperlihatkan kesejatian kasih kita.—2 Korintus 8:8.
10 ”Kasih . . . bersukacita karena kebenaran.” Terjemahan lain berbunyi, ”Kasih . . . senang bersisian dengan kebenaran.” Kasih menggerakkan kita untuk menjunjung kebenaran dan ’berbicara kebenaran seorang kepada yang lain’. (Zakharia 8:16) Misalnya, jika seseorang
yang kita kasihi terlibat dalam dosa serius, kasih kepada Yehuwa—dan
kepada orang yang berbuat salah tersebut—akan membantu kita berpegang pada standar-standar Allah dan bukannya berupaya menyembunyikan, membenarkan, atau bahkan berdusta tentang perbuatan
salah tersebut. Memang, mungkin sulit untuk menerima kenyataan.
Namun, kita ingin orang yang kita kasihi tersebut menerima dan menyambut suatu pernyataan disiplin yang pengasih dari Allah, mengingat semua itu demi kebaikan dia. (Amsal 3:11, 12) Sebagai orang
Kristen yang pengasih, kita juga berkeinginan untuk ”bertingkah laku
jujur dalam segala perkara”.—Ibrani 13:18.
11 ”Kasih . . . menanggung segala sesuatu.” Ungkapan tersebut secara
harfiah berarti ”menutupi segala sesuatu”. (Kingdom Interlinear)
9. Dengan cara apa saja kita dapat menunjukkan kebaikan hati kepada orang lain?
10. Bagaimana kasih membantu kita menjunjung dan berbicara kebenaran, bahkan sewaktu tidak mudah bagi kita untuk melakukannya?
11. Karena kasih ”menanggung segala sesuatu”, kita hendaknya berupaya melakukan apa sehubungan dengan kelemahan rekan-rekan seiman?
304
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
Satu Petrus 4:8 menyatakan, ”Kasih menutup banyak sekali
dosa.” Ya, seorang Kristen yang dibimbing oleh kasih tidak berminat membeberkan semua ketidaksempurnaan dan kelemahan saudara-saudara Kristennya. Dalam banyak kasus, kekeliruan dan kesalahan rekan-rekan seiman bersifat sepele dan dapat ditutupi oleh kasih.
—Amsal 10:12; 17:9.
12 ”Kasih . . . percaya segala sesuatu.” Terjemahan Moffatt mengatakan bahwa kasih ”selalu ingin sekali mempercayai yang terbaik”. Kita
tidak boleh menaruh kecurigaan yang berlebihan terhadap rekan-rekan seiman, meragukan setiap motif mereka. Kasih membantu kita
untuk ’percaya yang terbaik’ sehubungan dengan saudara-saudara kita
dan menaruh keyakinan kepada mereka.1 Perhatikanlah sebuah contoh yang terdapat dalam surat Paulus kepada Filemon. Paulus menulis surat tersebut untuk menganjurkan Filemon agar menerima dengan senang hati kepulangan Onesimus, budak yang melarikan diri,
yang telah menjadi seorang Kristen. Ketimbang berupaya memaksa
Filemon, Paulus menyampaikannya berdasarkan kasih. Ia menyatakan keyakinannya bahwa Filemon akan melakukan tindakan yang benar, dengan mengatakan, ”Karena percaya bahwa engkau akan memenuhinya, aku menulis kepadamu, sebab mengetahui bahwa engkau
bahkan akan melakukan lebih daripada hal-hal yang kukatakan.”
(Ayat 21) Jika kasih menggerakkan kita untuk menunjukkan keyakinan semacam itu terhadap saudara-saudara kita, kita mengembangkan
sifat-sifat terbaik mereka.
13 ”Kasih . . . mempunyai harapan akan segala sesuatu.” Kasih itu penuh kepercayaan, dan juga penuh harapan. Karena dimotivasi oleh
kasih, kita mengharapkan yang terbaik bagi saudara-saudara kita. Sebagai contoh, jika seorang saudara mengambil ”langkah yang salah
sebelum ia menyadarinya”, kita berharap dia akan menyambut upayaupaya pengasih untuk menyesuaikan dia kembali. (Galatia 6:1) Kita
1 Tentu saja, kasih Kristen sama sekali tidak naif. Alkitab menasihati kita, ’Perhatikanlah orang-orang yang . . . menyebabkan perpecahan dan membuat orang
lain tersandung, dan hindarilah mereka.’—Roma 16:17.
12. Bagaimana rasul Paulus memperlihatkan bahwa ia percaya akan
yang terbaik sehubungan dengan Filemon, dan apa yang dapat kita
pelajari dari teladan Paulus?
13. Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa kita mengharapkan
yang terbaik bagi saudara-saudara kita?
”TERUSLAH BERJALAN DENGAN KASIH”
305
juga berharap bahwa orang-orang yang imannya lemah akan pulih
kembali. Kita bersabar terhadap orang-orang demikian, melakukan
apa yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka agar imannya
menjadi kuat. (Roma 15:1; 1 Tesalonika 5:14) Bahkan, jika seseorang
yang kita kasihi tersesat, kita tidak berhenti berharap bahwa suatu hari
nanti ia akan sadar dan kembali kepada Yehuwa, sebagaimana anak
yang hilang dalam perumpamaan Yesus.—Lukas 15:17, 18.
14 ”Kasih . . . bertekun menanggung segala sesuatu.” Ketekunan memungkinkan kita berdiri teguh menghadapi kekecewaan atau penderitaan. Ujian-ujian ketekunan tidak hanya datang dari luar sidang.
Adakalanya, kita mungkin diuji dari dalam. Karena tidak sempurna,
saudara-saudara kita kadang-kadang mengecewakan kita. Pernyataan
yang tidak dipikir lebih dahulu bisa menyakiti perasaan kita. (Amsal
12:18) Bisa jadi, suatu persoalan sidang tidak ditangani sebagaimana
yang menurut kita semestinya dilakukan. Tingkah laku seorang saudara yang disegani mungkin mengesalkan, membuat kita berpikir,
’Masa orang Kristen tingkahnya begitu?’ Sewaktu menghadapi situasisituasi demikian, apakah kita akan menjauh dari sidang dan berhenti
melayani Yehuwa? Tidak, jika kita mempunyai kasih! Ya, kasih mencegah kita menjadi sedemikian dibutakan oleh kelemahan seorang
saudara sehingga tak dapat lagi melihat hal-hal baik dalam diri saudara tersebut atau dalam sidang secara keseluruhan. Kasih memungkinkan kita tetap setia kepada Allah dan mendukung sidang tidak soal
apa pun yang dikatakan atau dilakukan oleh manusia tak sempurna
lainnya.—Mazmur 119:165.
Apa yang Bukan Kasih
”Kasih tidak cemburu.” Kecemburuan yang tidak patut dapat
membuat kita dengki terhadap apa yang dimiliki orang lain—harta,
hak istimewa, atau kesanggupan mereka. Kecemburuan semacam itu
adalah emosi yang egois dan bersifat merusak yang, jika tidak dikendalikan, dapat merusak kedamaian sidang. Apa yang akan membantu kita melawan ”kecenderungan untuk dengki”? (Yakobus 4:5) Jawabannya adalah kasih. Sifat yang berharga ini memungkinkan kita
15
14. Dengan cara apa saja ketekunan kita mungkin diuji di dalam sidang, dan bagaimana kasih akan membantu kita menanggapinya?
15. Apakah kecemburuan yang tidak patut itu, dan bagaimana kasih
membantu kita menghindari emosi yang bersifat merusak tersebut?
306
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
bersukacita bersama orang yang tampaknya memiliki beberapa keberuntungan hidup yang tidak kita miliki. (Roma 12:15) Kasih membantu kita untuk tidak merasa terhina apabila seseorang dipuji atas kesanggupannya yang unggul atau hasil kerjanya yang menonjol.
16 ”Kasih . . . tidak membual, tidak menjadi besar kepala.” Kasih mencegah kita memamerkan bakat atau prestasi kita. Jika kita sungguhsungguh mengasihi saudara-saudara kita, bagaimana mungkin kita terus-terusan membualkan kesuksesan kita dalam dinas atau hak-hak
istimewa kita di sidang? Bualan semacam itu dapat mengecilkan hati
orang lain, membuat mereka merasa rendah diri. Kasih tidak membuat kita membualkan hak-hak istimewa dinas yang Allah berikan
kepada kita. (1 Korintus 3:5-9) Lagi pula, kasih ”tidak menjadi besar
kepala”, atau seperti The New Testament in Modern English katakan,
kasih tidak ”membanggakan gagasan yang dibesar-besarkan demi kepentingannya sendiri”. Kasih mencegah kita memandang diri kita lebih tinggi daripada yang semestinya.—Roma 12:3.
17 ”Kasih . . . tidak berlaku tidak sopan.” Orang yang berlaku tidak sopan bertindak dengan cara yang tidak pantas atau mengesalkan. Perbuatan semacam itu tidak pengasih karena jelas-jelas menunjukkan
ketidakpedulian terhadap perasaan dan kesejahteraan orang lain. Sebagai kontras, di dalam kasih ada kemurahan hati yang menggerakkan
kita untuk bertimbang rasa terhadap orang lain. Kasih menjunjung
tata krama yang baik, tingkah laku yang saleh, dan respek terhadap
rekan seiman kita. Oleh karena itu, kasih tidak mengizinkan kita terlibat dalam ”tingkah laku yang memalukan”—ya, perilaku apa pun
yang akan mengejutkan atau menyakiti hati saudara-saudara Kristen
kita.—Efesus 5:3, 4.
18 ”Kasih . . . tidak memperhatikan kepentingan diri sendiri.” Revised
Standard Version menerjemahkan bagian ini menjadi, ”Kasih tidak
berkukuh pada keinginannya sendiri.” Orang yang pengasih tidak me16. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi saudara-saudara kita,
mengapa kita tidak akan membualkan apa yang kita lakukan dalam
melayani Yehuwa?
17. Kasih menggerakkan kita untuk menunjukkan timbang rasa dalam bentuk apa terhadap orang lain, dan karena itu, tingkah laku macam apa yang akan kita hindari?
18. Mengapa orang yang pengasih tidak menuntut agar segala sesuatu dilakukan menurut keinginannya?
”TERUSLAH BERJALAN DENGAN KASIH”
307
nuntut agar segala sesuatu dilakukan menurut keinginannya, seolaholah pendapatnyalah yang selalu benar. Ia tidak memanipulasi orang
lain, tidak menggunakan kemampuan persuasinya guna memojokkan orang-orang yang pandangannya berbeda. Kedegilan semacam
itu menyingkapkan adanya kesombongan, dan Alkitab mengatakan,
”Kesombongan mendahului kehancuran.” (Amsal 16:18) Jika kita benar-benar mengasihi saudara-saudara kita, kita akan menghargai pandangan mereka, dan jika mungkin, kita akan menunjukkan kesediaan
untuk mengalah. Semangat untuk mengalah selaras dengan kata-kata
Paulus, ”Biarlah masing-masing tidak mencari keuntungan bagi diri
sendiri, melainkan bagi orang lain.”—1 Korintus 10:24.
19 ”Kasih . . . tidak terpancing menjadi marah . . . , tidak mencatat kerugian.” Kasih tidak mudah terpancing menjadi marah atas apa yang
orang lain katakan atau lakukan. Memang, wajar jika kita kesal sewaktu orang lain menyakiti hati kita. Namun, meskipun kita memiliki
alasan yang sah untuk marah, kasih tidak membiarkan kita tetap terpancing menjadi marah. (Efesus 4:26, 27) Kita tidak akan menyimpan catatan mengenai kata-kata atau perbuatan yang menyakitkan,
seolah-olah menuliskannya pada sebuah neraca lajur sehingga halhal itu takkan terlupakan. Sebaliknya, kasih menggerakkan kita untuk
meniru Allah kita yang pengasih. Seperti yang kita lihat di Pasal 26,
Yehuwa mengampuni apabila ada dasar yang benar untuk melakukannya. Sewaktu mengampuni kita, Ia melupakan dalam arti Ia tidak
akan mengungkit-ungkit lagi dosa-dosa tersebut. Tidakkah kita bersyukur bahwa Yehuwa tidak mencatat kerugian?
20 ”Kasih . . . tidak bersukacita karena ketidakadilbenaran.” Dalam
The New English Bible ayat ini berbunyi, ”Kasih . . . tidak bergembira
atas dosa-dosa orang lain.” Terjemahan Moffatt berbunyi, ”Kasih tidak pernah bahagia apabila orang lain melakukan kesalahan.” Kasih
tidak memperoleh kesenangan dalam ketidakadilbenaran, maka kita
tidak menutup mata terhadap seriusnya perbuatan amoral dalam bentuk apa pun. Bagaimana reaksi kita jika seorang rekan seiman terjerat
dosa dan sebagai akibatnya ia menjadi sangat menderita? Kasih tidak
akan membiarkan kita bersukacita, seolah-olah mengatakan, ’Bagus!
19. Bagaimana kasih membantu kita bereaksi ketika orang lain menyakiti hati kita?
20. Bagaimana hendaknya reaksi kita jika seorang rekan seiman terjerat oleh dosa dan sebagai akibatnya ia menjadi sangat menderita?
Umat Yehuwa dikenal dari
kasih mereka kepada satu sama lain
Biar dia tahu rasa!’ (Amsal 17:5) Akan tetapi, kita bersukacita apabila
seorang saudara yang telah berbuat salah mengambil langkah-langkah positif untuk memulihkan diri dari kejatuhan rohaninya.
”Jalan yang Jauh Lebih Unggul”
”Kasih tidak berkesudahan.” Apa yang Paulus maksudkan dengan
kata-kata tersebut? Sebagaimana terlihat dari konteksnya, ia sedang
membahas tentang berbagai karunia roh yang ada di antara orang
Kristen masa awal. Karunia-karunia itu merupakan tanda bahwa sidang yang baru terbentuk tersebut mendapat perkenan Allah. Namun,
tidak semua orang Kristen dapat menyembuhkan, bernubuat, atau
berbicara dalam bahasa-bahasa lain. Akan tetapi, hal itu tidak menjadi masalah; karunia-karunia roh yang bersifat mukjizat tersebut pada
21
21-23. (a) Apa yang Paulus maksudkan ketika ia mengatakan bahwa
”kasih tidak berkesudahan”? (b) Apa yang akan dibahas pada pasal terakhir?
”TERUSLAH BERJALAN DENGAN KASIH”
309
Pertanyaan untuk Direnungkan
2 Korintus 6:11-13 Apa artinya ’membuka diri lebar-lebar’ dalam
hal kasih sayang, dan bagaimana kita dapat menerapkan nasihat
ini?
1 Petrus 1:22 Bagaimana ayat ini menunjukkan bahwa kasih kita
kepada rekan seiman harus tulus, murni, dan hangat?
1 Yohanes 3:16-18 Bagaimana kita dapat menunjukkan bahwa
”kasih akan Allah” tetap ada dalam diri kita?
1 Yohanes 4:7-11 Apa motivasi terkuat untuk menunjukkan kasih kepada rekan seiman kita?
akhirnya akan lenyap. Meskipun demikian, ada sesuatu yang akan tetap ada, sesuatu yang dapat dipupuk oleh setiap orang Kristen. Sesuatu yang lebih menonjol, lebih bertahan daripada karunia-karunia roh
yang bersifat mukjizat mana pun. Malah, Paulus menyebutnya sebagai ”jalan yang jauh lebih unggul”. (1 Korintus 12:31) Apa ”jalan yang
jauh lebih unggul” tersebut? Jalan kasih.
22 Ya, kasih Kristen yang Paulus lukiskan ”tidak berkesudahan”, tidak akan pernah berakhir. Hingga saat ini, kasih persaudaraan yang
rela berkorban mengidentifikasi para pengikut Yesus yang sejati. Tidakkah kita melihat bukti adanya kasih semacam itu di sidang-sidang
penyembah Yehuwa di seluas bumi? Kasih tersebut akan ada untuk
selama-lamanya karena Yehuwa menjanjikan kehidupan abadi kepada hamba-hamba-Nya yang setia. (Mazmur 37:9-11, 29) Semoga kita
terus melakukan yang terbaik untuk ’terus berjalan dengan kasih’. Dengan melakukannya, kita dapat merasakan kebahagiaan yang lebih
besar karena memberi. Lebih dari itu, kita dapat terus hidup—ya, terus
mengasihi—selama-lamanya, seraya meniru Allah kita yang pengasih,
Yehuwa.
23 Pada pasal ini, yang mengakhiri bagian yang mengulas soal kasih,
kita telah membahas tentang bagaimana kita dapat menunjukkan kasih kepada satu sama lain. Namun, mengingat betapa banyak manfaat yang kita peroleh dari kasih Yehuwa—demikian pula dari kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya—tepatlah jika kita bertanya, ’Bagaimana saya
dapat menunjukkan kepada Yehuwa bahwa saya benar-benar mengasihi Dia?’ Pertanyaan tersebut akan dibahas pada pasal terakhir buku
ini.
P A S A L
3 1
”Mendekatlah kepada Allah dan
Ia Akan Mendekat Kepadamu”
PARA orang tua senang melihat bayi mereka yang baru lahir tersenyum. Mereka sering kali mendekatkan wajah mereka ke wajah sang bayi, dengan muka berseri-seri menyapanya dengan suara yang lembut. Mereka ingin sekali melihat tanggapannya. Dan
tak lama kemudian, keinginan itu terwujud—lesung pipi sang bayi
terlihat, bibirnya mengembang, dan muncullah secercah senyum
yang menyenangkan. Dengan cara yang unik, senyuman tersebut
tampaknya mengungkapkan rasa sayang, awal kasih sang bayi sebagai tanggapan terhadap kasih orang tuanya.
2 Senyuman sang bayi mengingatkan kita akan suatu hal penting
sehubungan dengan sifat bawaan manusia. Tanggapan alami kita
terhadap kasih adalah kasih. Begitulah kita dibuat. (Mazmur 22:9)
Seraya kita bertumbuh, kesanggupan kita untuk menanggapi kasih
pun semakin matang. Barangkali Saudara ingat bagaimana orang
tua, sanak saudara, atau handai taulan mengungkapkan kasih mereka kepada Saudara sewaktu Saudara masih kecil. Di dalam hati
Saudara, perasaan hangat berakar, bertumbuh, dan berkembang
menjadi tindakan. Sebagai tanggapan, Saudara menunjukkan kasih Saudara. Apakah proses yang sama berlangsung dalam hubungan Saudara dengan Allah Yehuwa?
3 Alkitab mengatakan, ”Mengenai kita, kita mengasihi, karena dia
pertama-tama mengasihi kita.” (1 Yohanes 4:19) Pada Bagian 1
sampai 3 buku ini, Saudara diingatkan bahwa Allah Yehuwa telah memperlihatkan kuasa, keadilan, dan hikmat-Nya dengan caracara yang pengasih demi kepentingan Saudara. Dan, di Bagian 4,
Saudara melihat bahwa Ia secara langsung menyatakan kasih-Nya
1-3. (a) Apa yang bisa kita pelajari mengenai sifat bawaan manusia dengan mengamati interaksi antara orang tua dan bayi mereka?
(b) Proses apa yang berlangsung secara alami ketika seseorang menunjukkan kasih kepada kita, dan pertanyaan penting apa yang dapat kita
ajukan kepada diri sendiri?
”MENDEKATLAH KEPADA ALLAH DAN IA AKAN MENDEKAT”
311
kepada umat manusia—dan kepada Saudara secara pribadi—dengan
cara-cara yang luar biasa. Sekarang, timbul pertanyaan. Dapat dikatakan bahwa inilah pertanyaan terpenting yang dapat Saudara
ajukan kepada diri sendiri, ’Bagaimana saya akan menanggapi kasih Yehuwa?’
Apa Artinya Mengasihi Allah
Yehuwa, sang Pemrakarsa kasih, tahu betul bahwa kasih memiliki kuasa yang luar biasa untuk menyingkapkan sifat-sifat terbaik yang ada dalam diri pribadi lain. Jadi, meskipun pemberontakan umat manusia yang tidak setia terus ada, Ia tetap yakin bahwa
ada manusia-manusia yang akan menanggapi kasih-Nya. Dan memang, jutaan orang berbuat demikian. Akan tetapi, sayang sekali
agama-agama dalam dunia yang bejat ini telah membingungkan
orang-orang sehubungan dengan apa artinya mengasihi Allah. Ada
banyak sekali orang yang mengaku mengasihi Allah, tetapi tampaknya mereka menganggap kasih semacam itu hanyalah suatu perasaan yang dinyatakan dalam kata-kata. Kasih kepada Allah memang dimulai dengan cara demikian, sebagaimana kasih seorang
bayi kepada orang tuanya mulai ditunjukkan lewat sebuah senyuman. Akan tetapi, bagi orang dewasa, kasih mencakup lebih banyak
hal lagi.
5 Yehuwa menjelaskan apa artinya mengasihi Dia. Firman-Nya
mengatakan, ”Inilah arti kasih akan Allah, yaitu bahwa kita menjalankan perintah-perintahnya.” Jadi, kasih akan Allah perlu dinyatakan dalam tindakan. Memang, banyak orang tidak tertarik dengan gagasan mengenai ketaatan. Namun, dengan kata-kata yang
simpatik ayat yang sama menambahkan, ”Meskipun demikian perintah-perintah [Allah] tidak membebani.” (1 Yohanes 5:3) Hukum-hukum dan prinsip-prinsip Yehuwa dirancang demi kepentingan kita, bukan untuk menindas kita. (Yesaya 48:17, 18) Firman
Allah sarat dengan prinsip-prinsip yang membantu kita mendekat
kepada-Nya. Dengan cara bagaimana? Mari kita tinjau tiga aspek
4
4. Bagaimana orang-orang dibingungkan sehubungan dengan apa artinya mengasihi Allah?
5. Bagaimana Alkitab mendefinisikan kasih akan Allah, dan mengapa
hendaknya definisi tersebut menarik bagi kita?
312
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
hubungan kita dengan Allah. Aspek yang tercakup adalah berkomunikasi, beribadat, dan meniru.
Berkomunikasi dengan Yehuwa
Pasal 1 dibuka dengan pertanyaan, ”Dapatkah Saudara membayangkan bagaimana rasanya bercakap-cakap dengan Allah?” Kita
melihat bahwa hal itu bukanlah suatu konsep khayalan. Sesungguhnya, Musa pernah mengalami percakapan seperti itu. Bagaimana dengan kita? Sekarang bukan waktunya lagi bagi Yehuwa untuk
mengutus malaikat-Nya agar dapat bercakap-cakap dengan manusia. Namun, Yehuwa memiliki sarana yang sangat bagus untuk berkomunikasi dengan kita dewasa ini. Bagaimana kita dapat mendengarkan Yehuwa?
7 Karena ”segenap Tulisan Kudus diilhamkan Allah”, kita mendengarkan Yehuwa dengan membaca Firman-Nya, Alkitab. (2 Timotius 3:16) Oleh karena itu, sang pemazmur mendesak hamba-hamba
Yehuwa untuk melakukan pembacaan seperti itu ”siang dan malam”. (Mazmur 1:1, 2) Untuk melakukan hal tersebut, perlu upaya
yang cukup besar dari pihak kita. Tetapi, semua upaya demikian tidak percuma. Seperti yang kita lihat di Pasal 18, Alkitab ibarat surat
berharga untuk kita dari Bapak surgawi kita. Jadi, membaca Alkitab
hendaknya tidak menjadi sekadar suatu kegiatan rutin. Kita harus
membuat Tulisan-Tulisan Kudus hidup sewaktu kita membacanya.
Bagaimana kita dapat melakukannya?
8 Visualisasikan kisah-kisah Alkitab seraya Saudara membacanya.
Bayangkanlah tokoh-tokoh Alkitab sebagai orang yang benar-benar
ada. Cobalah pahami latar belakang, keadaan, dan motif mereka.
Kemudian, pikirkanlah dalam-dalam apa yang Saudara baca, ajukan
kepada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan seperti, ’Apa yang catatan ini ajarkan kepada saya mengenai Yehuwa? Apa sifat Allah yang
saya lihat? Apa prinsip yang Yehuwa inginkan untuk saya pelajari,
dan bagaimana saya dapat menerapkannya dalam kehidupan saya?’
Baca, renungkan, dan terapkan—seraya Saudara melakukannya, Firman Allah akan menjadi hidup bagi Saudara.—Mazmur 77:12; Yakobus 1:23-25.
6
6-8. (a) Dengan sarana apa kita dapat mendengarkan Yehuwa?
(b) Bagaimana kita dapat membuat Tulisan-Tulisan Kudus hidup sewaktu kita membacanya?
”MENDEKATLAH KEPADA ALLAH DAN IA AKAN MENDEKAT”
313
9 Yehuwa juga berbicara kepada kita melalui ”budak yang setia dan
bijaksana”. Seperti yang Yesus nubuatkan, sekelompok kecil orang
Kristen terurap telah dilantik untuk menyediakan ’makanan rohani
pada waktu yang tepat’ selama hari-hari terakhir yang sukar ini.
(Matius 24:45-47) Sewaktu membaca publikasi yang dipersiapkan
untuk membantu kita memperoleh pengetahuan Alkitab yang saksama serta sewaktu menghadiri perhimpunan dan kebaktian, kita
sedang diberi makanan rohani oleh budak tersebut. Karena mereka adalah budak Kristus, kita dengan bijaksana menerapkan katakata Yesus, ”Perhatikanlah cara kamu mendengarkan.” (Lukas 8:18)
Kita mendengarkan dengan penuh perhatian karena mengakui budak yang setia tersebut sebagai salah satu sarana yang Yehuwa gunakan untuk berkomunikasi dengan kita.
10 Tetapi, bagaimana soal berkomunikasi dengan Allah? Dapatkah
kita berbicara kepada Yehuwa? Hal itu merupakan gagasan yang
menakjubkan. Jika Saudara berupaya mendekati pejabat yang paling berkuasa di negeri Saudara untuk menyampaikan masalah pribadi Saudara, seberapa besar peluang Saudara untuk berhasil melakukannya? Dalam beberapa kasus, upaya tersebut bisa berbahaya!
Pada zaman Ester dan Mordekai, seseorang dapat dihukum mati
jika mendekati raja Persia tanpa diundang olehnya. (Ester 4:10, 11)
Nah, coba bayangkan diri Saudara menghadap Tuan Yang Berdaulat atas alam semesta, yang membuat penguasa manusia yang paling
berkuasa pun menjadi ”seperti belalang-lompat” jika dibandingkan
dengan Dia. (Yesaya 40:22) Haruskah kita takut untuk mendekatiNya? Sama sekali tidak!
11 Yehuwa telah menyediakan suatu sarana untuk mendekati-Nya,
sarana yang terbuka, tetapi sederhana—doa. Seorang anak yang masih sangat kecil pun dapat berdoa kepada Yehuwa dengan iman
dan dengan nama Yesus. (Yohanes 14:6; Ibrani 11:6) Doa juga memungkinkan kita menyampaikan pikiran serta perasaan kita yang
9. Siapakah ”budak yang setia dan bijaksana”, dan mengapa penting
bagi kita untuk mendengarkan ”budak” tersebut dengan penuh perhatian?
10-12. (a) Mengapa doa adalah pemberian yang luar biasa dari Yehuwa? (b) Bagaimana kita dapat berdoa dengan cara yang menyenangkan Yehuwa, dan mengapa kita dapat yakin bahwa Ia menghargai doa-doa kita?
314
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
paling pelik dan paling pribadi—bahkan yang menyakitkan dan sulit diungkapkan dengan kata-kata. (Roma 8:26) Tidak ada gunanya
mencoba mengesankan Yehuwa dengan tutur kata yang fasih dan
penuh basa-basi atau dengan doa yang panjang lebar dan berbelatbelit. (Matius 6:7, 8) Di pihak lain, Yehuwa tidak menetapkan batasan tentang seberapa panjang atau seberapa sering kita dapat berbicara kepada-Nya. Firman-Nya bahkan mengundang kita untuk ’berdoa
dengan tiada henti’.—1 Tesalonika 5:17.
12 Ingatlah bahwa hanya Yehuwa yang disebut ”Pendengar doa”,
dan Ia mendengarkan dengan empati yang tulus. (Mazmur 65:2)
Apakah Ia sekadar bersikap toleran terhadap doa hamba-hambaNya yang setia? Tidak, Ia benar-benar menyenangi doa-doa mereka.
Firman-Nya menyamakan doa-doa tersebut dengan dupa, yang sewaktu dibakar menaikkan asap yang baunya harum dan menenangkan. (Mazmur 141:2; Penyingkapan 5:8; 8:4) Tidakkah kita terhibur
karena membayangkan doa-doa kita yang tulus juga naik dan menyenangkan Tuan Yang Berdaulat? Jadi, apabila Saudara ingin mendekat kepada Yehuwa, seringlah berdoa kepada-Nya dengan rendah
hati, setiap hari. Curahkanlah isi hati Saudara kepada-Nya; jangan
ada yang ditahan-tahan. (Mazmur 62:8) Ungkapkanlah keprihatinan, sukacita, rasa syukur, dan pujian Saudara kepada Bapak surgawi
Saudara. Alhasil, ikatan antara Saudara dan Dia akan menjadi semakin kuat.
Beribadat kepada Yehuwa
Sewaktu berkomunikasi dengan Allah Yehuwa, kita bukan sekadar
mendengarkan dan berbicara seperti yang mungkin kita lakukan dengan seorang sahabat atau kerabat. Kita sebenarnya beribadat kepada
Yehuwa, memberi-Nya hormat yang salehyang sangat layak Ia terima.
Ibadat sejati adalah seluruh hidup kita, yang melaluinya kita menyatakan kasih dan pengabdian kita yang sepenuh jiwa kepada Yehuwa. Itulah yang mempersatukan semua makhluk ciptaan Yehuwa yang setia,
baik di surga maupun di bumi. Dalam sebuah penglihatan, rasul Yohanes mendengar seorang malaikat menyerukan perintah ini, ”Sembahlah Pribadi yang menjadikan langit dan bumi dan laut dan sumber-sumber air.”—Penyingkapan 14:7.
13
13, 14. Apa artinya beribadat kepada Yehuwa, dan mengapa kita patut melakukannya?
Perhimpunan adalah kesempatan yang sangat
menyenangkan untuk beribadat kepada Yehuwa
14 Mengapa kita hendaknya menyembah Yehuwa? Pikirkanlah sifatsifat yang telah kita bahas, seperti kekudusan, kuasa, pengendalian
diri, keadilan, keberanian, belas kasihan, hikmat, kerendahan hati, kasih, keibaan hati, keloyalan, dan kebaikan. Kita telah melihat bahwa
Yehuwa mencerminkan standar yang paling tinggi dan paling luhur
bagi setiap sifat berharga tersebut. Sewaktu kita berupaya memahami
semua sifat-Nya, kita sadar bahwa Ia lebih dari sekadar Pribadi yang
agung dan mengagumkan. Ia begitu mulia, jauh lebih tinggi daripada
kita. (Yesaya 55:9) Tak diragukan, Yehuwa adalah Penguasa kita yang
sah, dan tentu saja Ia layak kita sembah. Namun, bagaimana hendaknya kita beribadat kepada Yehuwa?
15 Yesus berkata, ”Allah adalah Roh, dan orang yang menyembah dia
harus menyembah dengan roh dan kebenaran.” (Yohanes 4:24) Untuk
menyembah Allah ”dengan roh”, kita perlu memiliki roh kudus-Nya
15. Bagaimana kita dapat menyembah Yehuwa ”dengan roh dan kebenaran”, dan perhimpunan-perhimpunan Kristen memberi kita kesempatan untuk melakukan apa?
316
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
dan dibimbing olehnya. Ibadat kita juga harus selaras dengan kebenaran, pengetahuan yang saksama yang terdapat dalam Firman Allah.
Kita memiliki kesempatan berharga untuk menyembah Yehuwa ”dengan roh dan kebenaran” setiap kali kita berkumpul dengan rekanrekan seiman. (Ibrani 10:24, 25) Sewaktu menyanyikan pujian bagi
Yehuwa, bersatu dalam doa kepada-Nya, dan mendengarkan serta berpartisipasi dalam pembahasan Firman-Nya, kita menyatakan kasih kepada-Nya dalam ibadat murni.
16 Kita juga beribadat kepada Yehuwa sewaktu kita berbicara kepada orang lain tentang Dia, memuji Dia di hadapan umum. (Ibrani
13:15) Ya, memberitakan kabar baik tentang Kerajaan Yehuwa adalah
salah satu perintah terbesar yang diberikan kepada orang Kristen sejati. (Matius 24:14) Kita menaati perintah itu dengan antusias karena
kita mengasihi Yehuwa. Jika kita membayangkan caranya ”allah sistem ini”, Setan si Iblis, ”membutakan pikiran orang-orang yang tidak
percaya”, menyebarkan dusta yang keji tentang Yehuwa, tidakkah kita
ingin sekali menjadi Saksi-Saksi demi Allah kita, meluruskan fitnahan tersebut? (2 Korintus 4:4; Yesaya 43:10-12) Dan, ketika kita merenungkan sifat-sifat Yehuwa yang menakjubkan, tidakkah kita merasakan adanya hasrat yang meluap-luap dalam diri kita untuk memberi
tahu orang lain tentang Dia? Sungguh, tidak ada hak istimewa yang
lebih besar daripada membantu orang lain mengenal dan mengasihi
Bapak surgawi kita sebagaimana kita mengenal dan mengasihi-Nya.
17 Ibadat kita kepada Yehuwa mencakup lebih banyak hal lagi. Ibadat tersebut mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita. (Kolose 3:23)
Jika kita benar-benar menerima Yehuwa sebagai Tuan Yang Berdaulat,
kita akan berupaya melakukan kehendak-Nya dalam segala hal—kehidupan keluarga kita, pekerjaan sekuler kita, perlakuan kita terhadap
orang lain, waktu senggang kita. Kita akan berupaya melayani Yehuwa
”dengan sepenuh hati”, dengan integritas. (1 Tawarikh 28:9) Ibadat
demikian tidak memperbolehkan adanya hati yang bercabang atau
hidup bermuka dua—suatu haluan yang munafik, kelihatannya melayani Yehuwa padahal melakukan dosa-dosa serius secara sembunyi16. Apa salah satu perintah terbesar yang diberikan kepada orang
Kristen sejati, dan mengapa kita merasa berkewajiban untuk menaatinya?
17. Apa yang tercakup dalam ibadat kita kepada Yehuwa, dan mengapa kita harus beribadat dengan integritas?
”MENDEKATLAH KEPADA ALLAH DAN IA AKAN MENDEKAT”
317
sembunyi. Integritas membuat kemunafikan demikian tidak mungkin ada; kasih membuat kemunafikan menjijikkan. Rasa takut yang
saleh juga akan membantu. Alkitab mengaitkan rasa segan demikian
dengan keakraban yang berkesinambungan antara kita dan Yehuwa.
—Mazmur 25:14.
Meniru Yehuwa
Setiap bagian dalam buku ini ditutup dengan sebuah pasal yang
membahas tentang bagaimana ’menjadi peniru Allah, sebagai anakanak yang dikasihi’. (Efesus 5:1) Penting sekali untuk mengingat bahwa walaupun tidak sempurna, kita sesungguhnya dapat meniru cara
Yehuwa yang sempurna dalam menggunakan kuasa, menjalankan keadilan, bertindak dengan hikmat, dan menunjukkan kasih. Bagaimana kita tahu bahwa kita sesungguhnya bisa meniru Yang Mahakuasa?
Ingatlah, makna nama Yehuwa mengajar kita bahwa Ia menyebabkan
diri-Nya menjadi apa saja yang Ia inginkan demi memenuhi maksudtujuan-Nya. Sudah selayaknyalah kita takjub akan kesanggupan tersebut, tetapi apakah itu sama sekali di luar jangkauan kita? Tidak.
19 Kita dibuat menurut gambar Allah. (Kejadian 1:26) Oleh karena
itu, manusia berbeda dengan makhluk lain mana pun di bumi. Kita tidak semata-mata dikendalikan oleh naluri, faktor genetis, atau faktorfaktor di lingkungan kita. Yehuwa telah memberi kita karunia yang
berharga—kebebasan berkehendak. Meski memiliki keterbatasan dan
ketidaksempurnaan, kita bebas memilih untuk menjadi orang macam
apa. Apakah Saudara ingin menjadi orang yang pengasih, bijaksana,
adil, yang menggunakan kuasa dengan benar? Berkat bantuan roh Yehuwa, Saudara benar-benar bisa seperti itu! Pikirkan hal-hal baik yang
akan Saudara hasilkan dengan adanya bantuan tersebut.
20 Saudara akan menyenangkan Bapak surgawi Saudara, membuat
hati-Nya bersukacita. (Amsal 27:11) Saudara bahkan dapat ”menyenangkan dia sepenuhnya”, karena Ia mengerti keterbatasan Saudara.
(Kolose 1:9, 10) Dan, seraya Saudara terus memperkembangkan sifatsifat baik dalam meniru Bapak yang Saudara kasihi, Saudara akan diberkati dengan hak istimewa besar. Di tengah suatu dunia yang
gelap dan terasing dari Allah, Saudara akan menjadi pembawa terang. (Matius 5:1, 2, 14) Saudara akan membantu menyebarluaskan
18
18, 19. Mengapa realistis untuk berpikir bahwa manusia yang tidak
sempurna bisa meniru Allah Yehuwa?
20. Kebaikan apa yang kita hasilkan jika kita meniru Yehuwa?
318
MENDEKATLAH KEPADA YEHUWA
ke seluruh bumi sejumlah cerminan kepribadian Yehuwa yang mulia. Benar-benar suatu kehormatan!
”Mendekatlah kepada Allah dan
Ia Akan Mendekat Kepadamu”
Anjuran sederhana yang dicatat di Yakobus 4:8 bukan sekadar suatu tujuan. Itu adalah suatu perjalanan. Selama kita tetap setia, perjalanan tersebut tidak akan pernah berakhir. Kita tidak akan pernah berhenti mendekat dan mendekat kepada Yehuwa. Sesungguhnya, selalu
akan ada lebih banyak hal yang dapat dipelajari mengenai Dia. Kita
hendaknya tidak beranggapan bahwa buku ini telah mengajar kita segala hal untuk mengenal Yehuwa. Malah, kita baru mengawali pembahasan semua hal yang Alkitab katakan mengenai Allah kita! Dan,
Alkitab sendiri pun tidak memberi tahu kita semua hal yang perlu
diketahui mengenai Yehuwa. Rasul Yohanes mengatakan bahwa seandainya segala sesuatu yang Yesus lakukan selama pelayanannya di
bumi dituangkan ke dalam tulisan, ”dunia ini tidak dapat memuat
gulungan-gulungan yang ditulis itu”. (Yohanes 21:25) Jika mengenai
sang Putra bisa dikatakan seperti itu, terlebih lagi mengenai sang Bapak!
21
21, 22. Perjalanan tanpa akhir apa yang terbentang di hadapan semua yang mengasihi Yehuwa?
Semoga Saudara selalu
mendekat kepada
Yehuwa
”MENDEKATLAH KEPADA ALLAH DAN IA AKAN MENDEKAT”
319
Pertanyaan untuk Direnungkan
Mazmur 25:1-22 Bagaimana kita dapat mendekat kepada Yehuwa, dan sebagai hasilnya, keyakinan apa dapat kita miliki?
Hosea 6:3 Bagaimana ayat ini menunjukkan bahwa mengenal Yehuwa menuntut upaya dan mendatangkan berkat?
Matius 16:21-27 Jika kita ingin meniru Yehuwa, teladan siapa
yang harus kita ikuti, dan semangat apa yang harus kita tunjukkan?
Penyingkapan 21:3, 4 Sewaktu merenungkan berkat-berkat masa
depan yang akan Yehuwa sediakan, Saudara tergerak untuk melakukan apa sebagai tanggapannya?
22 Hidup kekal pun tidak akan membuat kita sampai pada akhir pelajaran mengenai Yehuwa. (Pengkhotbah 3:11) Kalau begitu, pikirkan
prospek yang terbentang di hadapan kita. Setelah hidup selama ratusan, ribuan, jutaan, bahkan miliaran tahun, pengetahuan kita tentang
Allah Yehuwa akan jauh lebih banyak daripada sekarang. Namun, kita
akan merasa bahwa ada tak terhitung banyaknya hal menakjubkan
yang masih harus dipelajari. Kita akan sangat antusias untuk mengetahui lebih banyak hal, karena kita akan selalu mempunyai alasan untuk
memiliki perasaan seperti sang pemazmur, yang bernyanyi, ”Baiklah
bagiku untuk datang mendekat kepada Allah.” (Mazmur 73:28) Kehidupan kekal akan menjadi kehidupan yang luar biasa bermakna dan
bervariasi—dan mendekat kepada Yehuwa akan selalu menjadi bagian yang paling memuaskan dalam kehidupan tersebut.
23 Semoga Saudara menyambut kasih Yehuwa sekarang, dengan cara
mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan Saudara. (Markus 12:29, 30) Semoga kasih Saudara loyal dan teguh. Semoga keputusan yang Saudara buat setiap hari, dari yang terkecil sampai yang terbesar, semuanya mencerminkan prinsip penuntun yang
sama—bahwa Saudara akan selalu memilih jalan yang membimbing
Saudara ke suatu hubungan yang lebih kuat dengan Bapak surgawi
Saudara. Yang terutama, semoga Saudara semakin dekat dengan Yehuwa, dan semoga Ia semakin dekat dengan Saudara—sampai selamalamanya!
23. Saudara dianjurkan untuk melakukan apa?
Inginkah Anda mendapat lebih banyak informasi?
Silakan hubungi Saksi-Saksi Yehuwa di www.jw.org.
Download