Ramayang|Pria48TahundenganEritrodermayangDisebabkanErupsiObatyangDisebabkanPropolis Pria48TahundenganEritrodermayangDisebabkanErupsiObatyang DisebabkanPropolis RamayangNastitiEstowo FakultasKedokteran,UniversitasLampung Abstrak Eritroderma, atau dermatitis ekfoliatif menyeluruh merupakan penyakit yang ditandai dengan eritema dan skuama lebih dari90persenpermukaantubuh.Eritrodermadapatmenjadifatalbiladisebabkanbebanmetabolikdankomplikasi.Oleh karenaitu,pentingmengetahuietiopatologi,untukmemfasilitasipenangananyangtepat.Pasienlaki-laki,berusia48tahun, datang dengan keluhan kulit memerah dan kering di seluruh permukaan tubuh. Sebelumnya pasien meminum propolis yang dilarutkan dengan air selama dua minggu, kemudian timbul kemerahan pada tangan dan kaki disertai gatal dan menyebarkeseluruhtubuhkemudiandiikutiskuama.Penatalaksanaancairaninfus(dektrose5%:NaCl9%:RL=1:1:1)20 tetes/menit,deksametasonIV2mg/haritaperingoff,cetirizin1x10mg,ranitidin2x150mg,ciprofloksasin2x500mg,lanolin 10%. Katakunci:eritroderma,propolis Male48YearsOldWithErythrodermaEtCausaDrugEruptionEtCausa Propolis Abstract Erythroderma, or dermatitis exfoliative is a disease marked by erythema and skuama of more than 90 percent of body surface. Erythroderma can be fatal when caused metabolic burden and complications; therefore, it is important to understandethiopathologytofacilitatepropertreatment.Amalepatient,aged48yearsold,camewitherytemaandscaled skinacrossthesurfaceofthebody.previosly,patienttakingpropolisdilutedwithwaterfortwoweeks,thentheerytemaof the hands and feet accompanied by itching and spread throughout the body followed by scaling. Management infused (dextrose 5 %: NaCl 9 %: RL 1:1:1) 20 drops/miniute, dexamethasone IV 2 mg/day tapperinng off, cetirizine 1x10 mg, ranitidine2x150mg,ciprofloxacine2x500mg,lanolin10%. Keywords:erythroderma,propolis Korespondensi:RamayangNastitiEstowo,alamatKosan17GangPatriotJl.Dr.SoetomoBandarlampung,HP08164859509, [email protected] Pendahuluan Eritroderma, atau dermatitis ekfoliatif menyeluruh merupakan penyakit yang ditandai dengan eritema dan skuama lebih dari 90 persen permukaan tubuh.1 Insidensi eritroderma bervariasi dari 0.9 hingga 71 per 100.000 pasien. Pria lebih banyak terkena dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan2:1hingga4:1rasiopria-wanita. Rata-rata umur bervariasi antara 41-61 tahun.2 Eritroderma secara klinis sering salah didiagnosa menjadi infeksi, sehingga menyebabkan tingginya mortalitas, terutama pada pasien muda dan usia lanjut.3 Laju mortalitas bervariasi dari 18 %-64 %, angka mortalitas berkurang, terutama kemajuan diagnosisdantatalaksana.2Eritrodermadapat menjadifatalbiladisebabkanbebanmetabolik dan komplikasi. Oleh karena itu, penting mengetahui etiopatologi, untuk memfasilitasi penangananyangtepat.1 Kasus Pasienlaki-laki,berusia48tahundatang ke Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSAM) tanggal 19 Maret 2014 dengan keluhan kulit memerah dan kering di seluruh permukaan tubuh. Sejak tiga tahun yang lalu, pasien memiliki keluhan gatal di jari tangan dan mengkonsumsi empat macam obat (tidak tau nama obat, hanya tahu bentuk dan warna, yaitu: pil bulat kuning kecil, bulat hijau kecil, lonjong putih besar dan lonjong biru besar) yang diminum tiga kali sehari selama tiga tahunsecararutin. Karna keluhan gatal yang tidak berkurang, pasien mengganti dengan meminum obat alternatif propolis, yang dilarutkankeairsebanyaktujuhtetesperhari selama dua minggu. Setelah dua minggu JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|133 Ramayang|Pria48TahundenganEritrodermayangDisebabkanErupsiObatyangDisebabkanPropolis pemakaian rutin, pada kulit lengan bagian dalam dan kulit kaki bagian belakang timbul bercak berwarna merah dan gatal. Pasien menghentikanpenggunaanPropolis. Keesokan harinya, keluhan bertambah menjadi gatal di seluruh tubuh, demam dan menggigil, sehingga berobat dan mendapatkan terapi cairan serta salep gentamisin.Keluhantetapmerahdangataldi seluruh tubuh. Satu minggu perawatan, keluhan tidak membaik sehingga dirujuk ke RSAM. Ketika di RSAM, keluhan kulit bertambah menjadi seluruh tubuh gatal, kemerahan, nyeri jika disentuh, serta muncul sisikputihyangmudahlepas. Pasien menyangkal keluhan kulit sebelumnyaberupasisikpadasiku,tumitalis, tepi dahi. Riwayat keluarga dengan keluhan sisik tersebut juga disangkal. Pasien bekerja sebagai montir, sering terpapar oli, tetapi menyangkal terpapar bahan kimia baru di tempatkerjamaupunrumah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi meningkat 130x/menit, suhu37.90C,danlajupernapasan24x/menit. Status generalis didapatkan asites abdomen, hepatomegali,dan edema pretibia. Thoraxdalambatasnormal. Status dermatologis didapatkan pada lesi makula eritemamatosa generalisata multipeldisertaiskuamakasarberwarnaputih selapis. Pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 11.2 gr/dl, leukosit 13.300/uL, trombosit 313.000/mm, Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) 278 mg/dl, Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) 319 mg/dl, GDS 61 mg/dl, Ureum 23 mg/dL, dan Kreatinin1.2mg/dL. Gambar2.Kakipasieneritroderma. Gambar3.Punggungpasieneritroderma. Gambar4.Wajahpasieneritroderma. Gambar1.Tanganpasieneritroderma JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|134 Pembahasan Pada kasus ini, pasien didiagnosis sebagai eritroderma yang disebabkan erupsi obat yang disebabkan propolis berdasarkan anamnesisdanpemeriksaanfisik. Eritroderma dapat disebabkan penyakit sistemik maupun penyakit kulit. eritroderma tersering disebabkan psoriasis (23 %), dermatitis spongiotik (20 %), reaksi hipersensitifitas obat (15 %), Cutaneus T-sel Ramayang|Pria48TahundenganEritrodermayangDisebabkanErupsiObatyangDisebabkanPropolis Limfoma(CTCL)atauSindromSezary,idiopatik (20%).Obat-obatanmemilikipersentaseyang signifikan, dan daftar obat-obatan sebagai penyebabterusbertambah.2 Pada eritroderma, tidak dibutuhkan diagnosa banding, hanya membandingkan kausa dari eritroderma tersebut, yaitu dermatitis (kontak/atopik), psoriasis, limfoma/leukemia, pemfigus, pitiriasis rubra pilaris, likhen planus, dermatofitosis, dan skabies.2 Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat disingkirkan penyebab lain dari timbulnya penyakit ini. Tidak adanya riwayat psoriasis, limfoma, leukemia, pemfigus, pitiriasis rubra pilaris, liken planus, dermatofitosis dan skabies pada pasien sebelum onset eritroderma telah menyingkirkan diagnosa banding kausa eritroderma yang disebabkan psoriasis, limfoma, leukemia, pemfigus, pitriasis rubra pilaris,likenplanus,dermatofitosis,skabies. Eritroderma psoriasis terdapat riwayat penyakit lokal kulit, riwayat keluarga dengan psoriasis, plak psoriasis pada siku, tumit dan sakrum.2 Sedangkan eritroderma yang disebabkan alergi obat dapat terpikirkan karena onset eritroderma berupa munculnya eritema di seluruh tubuh, demam dan menggigil telah terjadi setelah pasien mendapatkanpengobatanpropolis. Eritroderma karena obat umumnya erupsi timbul sesuai dengan jalur masuk obat antaralainmulut,hidung,suntikanatauinfus, rektum, dan obat kulit.4 Pada saat masuk ke RSAM didapatkan status dermatologis pasien tersebut lesi makula eritemamatosa generalisata multipel disertai skuama kasar berwarna putih selapis. Eritema dan skuama terjadi pada lebih dari 90 % luas permukaan tubuh. Proses perjalanan lesi kulit pada pasien tersebut diawali dengan kemerahan terlokalisirpadakulitlenganbagiandalamdan kulit kaki bagian belakang, kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Eritema yang disebabkanobat-obatanpertamakalimuncul padabagianfleksortubuh.5 Eritroderma akibat alergi obat biasanya secara sistemik. Gambaran klinis eritroderma adalah eritema universal. Bila masih akut, eritroderma akibat obat tidak terdapat skuama, pada stadium penyembuhan baru timbulskuama. Pasien ini menggunakan tiga macam obat, yaitu kelompok obat pertama (tidak diketahui jenisnya) yang diminum selama tiga tahun tetapi tidak menimbulkan keluhan, propolis yang menimbulkan keluhan setelah dua minggu pemakaian, dan salep gentamisin yang digunakan setelah timbulnya keluhan kulitkemerahandangatalpadaseluruhtubuh. Pada eritroderma yang disebabkan erupsi obat, memerlukan anamnesis mengenai onset terjadinya keluhan kulit. Waktu mulai masuknya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit, bervariasi dari segera hinggaduaminggu.6 Berdasarkan penjelasan tersebut, propolis menjadi penyebab erupsi obat pada padsieneritrodermatersebut. Obat-obatan yang sering menyebabkan eritrodermaadalahcalciumcanalblocer,antiepilepsi, antibiotik (penisilin, vankomisin, sulfonamid), alopurinol, emas, litium, simetidin dan dapson. Propolis merupakan salah satu obat yang juga menyebabkan eritroderma.2 Kasus sebelumnya pernah dilaporkan pada pasien laki-laki yang mengalami erupsi obatkarenameminumpropolis.7 Pasien tersebut didapatkan febris, ascites, hepatomegali dan edema pretibia. Gejalatersebutumumdidapatkanpadapasien eritroderma. Patofisiologi eritroderma belum jelas, yang dapat diketahui sebagai suatu agent dalam tubuh, maka tubuh bereaksi berupa vasodilatasi sehingga menyebabkan eritema. Terjadi peningkatan kehilangan panas, akibatnya pasien menjadi mengigil. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme kompensatoar danpeningkatanlajumetabolismedasar.6 Hepatomegali lebih sering terjadi pada pasien eritroderma yang disebabkan obatobatan.2 Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut ddan kuku berupa kerontokan rambut dan kehilangan kuku.6 Tujuan talaksana eritroderma adalah mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolitdanmencegahinfeksi,sertasuportif, JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|135 Ramayang|Pria48TahundenganEritrodermayangDisebabkanErupsiObatyangDisebabkanPropolis dan harus segera dimulai begitu diagnosisnya ditegakan.Pasienharusdirawatdirumahsakit dan harus tirah baring. Suhu kamar yang nyaman harus dipertahankan karena pasien tidak memiliki kontrol termolegulasi yang normal sebagai akibat dari fluktuasi suhu karena vasodilatasi dan kehilangan cairan lewat evaporasi. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus dipertahankan karena terjadinya kehilangan air dan protein yang cukupbesardaripermukaankulit.8 Penatalaksanaan pada pasien ini dibagi menjadi dua, yaitu umum dan khusus. Penatalaksanaan umum meliputi menghentikan obat yang diduga menyebabkan penyakit yang diderita/pemicu, menghindari menggaruk kulit, memberikan penjelasan pada keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita, menjaga kebersihan kulit, memenuhi kebutuhan cairan dan diet tinggiprotein. Tatalaksana khusus yaitu medikamentosa secara sistemik dan topikal. SistemikdiberikanIntraVenaFluidDrip(IVFD) (dektrosa 5 %: NaCl 9 %: RL = 1: 1: 1) 20 tetes/menit, deksametason IV 2 mg/ hari tapering off, cetirizin 1 x 10 mg, ranitidin 2 x 150 mg, ciprofloksasin 2 x 500 mg. Topikal diberikanlanolin10%. Pada eritroderma karena alergi obat, penghentian dari obat-obat yang menyebabkan alergi atau berpotensi menyebabkan alergi memberikan hasil yang baik. Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit yang mendasari harus diatasi. Pemberian salep ter pada psoriasis sebaiknya secara hati-hati karena mampu mencetuskan eksaserbasieritroderma.6 Karena terdapat peningkatan kehilangan cairan transepidermal, dehidrasi sering ditemukan sebagai komplikasi. Input danoutputcairanharusdipantausecarahatihati.Pengobatandisesuaikandenganpenyakit yang mendasarinya, namun tetap memperhatikan keadaan umum, seperti keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, memperbaiki hipoalbumin dan anemia, serta pengendalianinfeksisekunder.9 Pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan menyembuh bila obat penyebabnya dapatdiketahuidansegeradisingkirkan.Akan tetapi pada beberapa bentuk, misalnya eritroderma dan kelainan berupa sindrom Lyell dan sindrom Steven Johnson, prognosis JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|136 sangat tergantung pada luas kulit yang terkena. Prognosis buruk bila kelainan meliputi50-70%permukaankulit.10 Secara umum, prognosis baik pada pasien yang disebabkan oleh reaksi obat, setelah obat penyebab dihindari dan penderita diberikan edukasi. Penderita dengan eritroderma idiopatik prognosisnya buruk, sering kambuh atau kronis dengan gejala komplikasi pemakaian steroid jangka panjang. Pada penderita dengan keganasan tergantung pada proses yang terjadi dan komplikasinya.7,12 Steroid topikal potensi tinggi dan topikal imunomodulator seperti takrolimus sebaiknya dihindari, karena absorbsi secara sistemik dapat terjadi dan meningkatkan permeabilitas serta permukaan area yang terkena.Iritantopikalsetertianthralindantar jugadihindari. Penatalaksanaan lini pertama (sebelum ditentukan etiologi) secara topikal dengan oatmeal baths, wet dressing, kortikosteroid potensi rendah. Secara sistemik dengan antihistaamin sedati, antibiotik sistemik jika terjadi ineksi sekunder, diuretik untuk edema perier,terapicairandanelektrolit.2 Pemberian antihistamin ditujukan untukmengatasipruritus.5 Penatalaksanaan lini kedua dilakukan ketika sudah mengetahi etiologi. Pada eritroderma yang disebabkan obat obatan diberikan kortikosteroid 1-2 mg/kgBB/hari tapperingoff.2 Pemberian kortikosteroid efektif dalam mengatasi inflamasi pada kulit.5 Pada eritroderma yang disebabkan psoriasis, kontraindikasi pemberian steroid secara sistemik.2 Simpulan Eritroderma merupakan penyakit kegawatdaruratan kulit yang memerlukan penanganandengantepatdansegera.Penting untuk membedakan etiologi eritroderma, kemudian memberikan tatalaksana yang sesuai dengan etiologi tersebut. Jika sudah ditatalaksanadenganbaik,prognosispenyakit eritrodermaadalahbaik. DatarPustaka 1. Okoduwa C, Lambert WC, Schwartz RA, Kubeyinje E, Etiokpah A, Sinha S, dkk. Erythroderma: review of a potentially Ramayang|Pria48TahundenganEritrodermayangDisebabkanErupsiObatyangDisebabkanPropolis life threatening dermatosis. Indian J Dermatol.2009;54(1):1-6 RotheMJ,Grant-KelsJM,BernsteinML. Exofoliatif dermatitis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, PallerAS,LeffellDJ,editors.Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi 7. USA: Mc Graw-Hill; 2008. hlm. 22532. Bruno TF, Grewal P. Erythroderma: a dermaotologic emergency. Canadian Journal of Emergency Medicine. 2009; 11(3):244-6. EarliaN,NurhainiF,JatmikoAC,Ervianti E. Penderita eritroderma di instalasi rawat inap kesehatan kulit dan kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2005-2007.JUnair.2009;2(21):93-101. Holden CA, Berth-Jones J. Eczema, lichenification, prurigo, and erythroderma. In: Burns T, Breathnach S,CoxN,GriffithsC,editor.Textbookof dermatology.Edisike-7.USA:Blackwell; 2004.hlm.17.48-17.52. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa Dalam:DjuandaA,editor.Ilmupenyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Balai PenerbitFKUI;2007.hlm.197-200. Ramien ML, Pratt MD. Fixed drug eruption to ingestes propolis. J Dermatitis.2014;3:173-5. ParimalanK,ThomasJ,DineshkumarD. Histologic of infantil erythrodermic psoriasis.E-journalofTheIndianSociety ofTeledermatology.2012;1(6):28-33. Guliz K, Grant B, Ida O. Exfoliative dermatitis.AmFamPhys1999;59:1–12. Hamzah M. Erupsi obat alergik. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas KedokteranUniversitasIndonesia.2002. Hlm.139-42. Akhyani M, Ghodsi ZS, Siavash T, Dabbaghian H. Research article: erythroderma: a clinical study of 97 cases.BMJDermatology.2005;5:5. Umar HS. Erythroderma (generalized exfoliativedermatitis).Medscape.2010. JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|137