GAMBARAN EGO STRENGTH, DOMINANSI DAN RESPONSIBILITY PADA PESERTA DIDIK PROGRAM PENDIDIKAN SPESIALIS NEUROLOGI FK UNUD DENPASAR Oleh Dr. Ni Ketut Putri Ariani, SpKJ 1 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa sebagai makhluk sosial dalam hidupnya dapat mengalami berbagai macam permasalahan. Lingkungan pendidikan dalam kehidupan mahasiswa merupakan lingkungan yang penuh dengan tekanan psikologis dan fisik; hal ini dapat mengakibatkan buruknya kinerja akademis dan munculnya sejumlah besar masalah psikologis bagi mahasiswa tersebut. Ego strength, dominansi dan responsibility merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi keberhasilan seorang peserta didik. Ego strength, dominansi dan responsibility mempengaruhi kemampuan dalam beradaptasi, mengambil keputusan, mengatasi masalah dan rasa tangggung jawab (Graham, 2006). Pada peserta didik program studi spesialis hal itu sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran pendidikan dan dalam menangani pasien. Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2Dx (MMPI-2Dx) merupakan salah satu tes kesehatan mental yang saat ini sering digunakan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan mental seseorang, berupa: fungsi kepribadian, keadaan emosional saat ini dan sifat keparahan psikopatologi, serta dapat merumuskan intervensi atau pengobatan. Suplemen scale MMPI-2 Dx merupakan salah satu skala pada MMPI-2Dx yang penilaiannya merupakan pengukuran tambahan pada kepribadian seseorang. Berdasarkan uraian diatas, evaluasi 3 kesehatan mental sangat penting dilakukan agar dapat mendeteksi adanya kecenderungan gangguan mental dan kelancaran pendidikan. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran ego strength, dominansi dan responsibility dari peserta didik pendidikan spesialis neurologi FK Unud? 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran ego strength, dominansi dan responsibility pada peserta didik pendidikan spesialis neurologi FK unud Denpasar 1.3.2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui gambaran ego strength, dominansi dan responsibility berdasarkan suplemen scale MMPI-2Dx pada peserta didik pendidikan spesialis neurologi FK Unud Denpasar 1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademik Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui gambaran ego strength, dominansi dan responsibility pada peserta didik pendidikan spesialis neurologi FK Unud 1.4.2. Manfaat Klinis Diharapkan dalam penerimaan peserta didik, diperhatikan mengenai ego strength sehingga dapat mendukung kelancaran selama pendidikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MMPI 2-Dx MMPI 2 adalah suatu tes psikologi untuk mengidentifikasi psikopatologi dan tipe kepribadian seseorang. Penggunaan MMPI 2 dapat membantu penentuan pola perilaku, pola berpikir serta kekuatan ego seseorang dimana data tersebut sangat berguna bagi konselor dan terapis (Polimeni,2010; Kasan,2011). MMPI merupakan instrumen psikiatri dan psikologi yang cukup popular dan banyak digunakan untuk penelitian maupun skrining penerimaan atau penempatan pegawai, pengukuran fungsi mental, prediksi perilaku dengan melihat psikopatologi yang terjadi (Sepehrmanesh, 2008). MMPI-2 juga sering digunakan sebagai skrining maupun penelitian dalam penjara (Craig, 2008). MMPI mulai dikembangkan sejak akhir 1930-an oleh Starke R. Hathaway, PhD (psikolog) dan J. Charnley Mc Kinley, MD (psikiater), dirumah sakit dari Universitas Minnesota, Minneapolis, USA. MMPI dipublikasikan pertama kali pada tahun 1943 dengan beberapa skala yang masih sedikit kemudian berkembang sampai saat ini (Gunawan, 2008). MMPI sebagai tes kepribadian merujuk pada pembahasan ada tidaknya psikopatologi karena statemen pertanyaannya membandingkan kelompok normatif normal dengan kelompok kasus. Pertanyaannya berupa statemen yang dijawab ya atau tidak dan bersifat umum yang biasanya dimodifikasi sesuai budaya setempat dan terdiri dari 567 pertanyaan. MMPI-2 versi Indonesia mulai 4 5 divalidasi tahun 2003, diawali dengan studi kepustakaan pada Januari-Februari 2003, dilanjutkan dengan tes validitas (Maslim, 2003). MMPI 2 disempurnakan kembali dalam buku panduan edisi Januari 2011 sebagai MMPI-2Dx (Kasan, 2011) Struktur MMPI 2 Dx terdiri dari: (Butcher, 2001; Kasan, 2001; Graham, 2006) 1. Skala Validitas Merupakan indikator untuk menilai apakah peserta tes telah menjawab pertanyaan tes sesuai dengan kondisi peserta tes. Peserta tes mungkin menjawab tes dengan berbagai kemungkinan: banyak jawaban dikosongkan, secara random, tidak konsisten atau distorsi dari keadaan yang sebenarnya - Cannot say (soal tes tak terjawab) - Monitoring inkonsisten (Vrin dan Trin) - Monitoring infrekwen (F,Fb, Fp) - Monitoring sikap defensive (L,K,S,FBS,Fs) - Monitoring overreporting dan underreporting tambahan (Ds, Dsr, Od, Esd, Wsd, Mp, Ss) 2. Skala Klinik dan Sub SkalaKlinik - Skala 1: Hypochondriasis (Hs) - Skala 2: depression (D) - Skala 3: hysteria (Hy) - Skala 4: psychopathic deviate (Pd) - Skala 5: masculinity-feminity (Mf) 6 - Skala 6: paranoid (Pa) - Skala 7: psychastenia (Pt) - Skala8: schizophrenia (Sc) - Skala 9: hypomania (Ma) - Skala 0: social introversion (Si) 3. Skala Restructured Clinical atau RC (inti dari skala klinik) Dikembangkan oleh Tellegen dkk (2003) untuk mengurangi kendala pada skala klinik yang heterogen karena skala klinik sebagian besar dipengaruhi oleh unsur emosional dan maladjustment. Restructure clinical scale berusaha mengeluarkan faktor general stress, maladjustment dan demoralization dari skala klinik. Terdiri dari 9 skala yaitu: - Demoralization (RCd) Merupakan indikator unhappiness dan dissatisfaction. Skor tinggi ≥ 65 mencerminkan cemas, depresi dan tegang. Merasa tidak aman, pesimistik, rendah diri dan resiko bunuh diri. Skor sangat tinggi ≥ 75 menunjukkan ketidakmampuan untuk mengatasi keadaan. - Somatic complaints (RC1) Makin tinggi skor makin kuat interpretasi ke arah faktor psikologis. Skor ≥ 65 menunjukkan banyak keluhan fisik, preokupasi pada kesehatannya, capek, lemah, sakit kronik dan stress atau kesulitan dalam hubungan interpersonal. Skor sangat tinggi ≥ 75 sangat mengeluh sakit fisik dan sangat preokupasi sakit fisik serta menolak semua penjelasan secara psikologik. 7 - Low positive emotions (RC2) Indikator yang bagus untuk depresi. Skor tinggi ≥ 65 mengalami depresi anhedonia, rasa tidak aman, pesimistik, menyendiri, rasa bosan, tak bersemangat dan pasif. - Cynicism (RC3) Sulit membina hubungan harmonis dengan orang lain. Skor ≥ 65 adalah orang lain tidakdapat dipercaya, mementingkan diri dan eksploitatif. Skor ≤ 40 menunjukkan naïf, mudah tertipu dan percaya berlebihan pada orang lain. - Antisocial behavior (RC4) Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan perilaku antisocial, agresif, marah-marah, argumentative, sulit mentaati peraturan yang berlaku, resiko tinggi memakai narkoba dan seks bebas serta cenderung terjadi konflik dengan orang lain. - Ideas of persecution (RC6) Indikator untuk kecurigaan sampai dengan waham paranoid. Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan ide paranoid menonjol, merasa terancam oleh kedengkian orang lain, merasa menjadi korban niat jahat orang lain, sangat mencurigai orang lain dan merasa diperlakukan tidak adil. - Dysfunctional negative emotions (RC7) Merupakan indikator emosi negatif. Skor tinggi ≥ 65 menunjukkan cemas, marah, khawatir berlebihan, sensitif terhadap kritik, sedih, preokupasi pada kegagalan, merasa bersalah, merasa tidak aman dan merasa sangat terganggu. 8 - Aberrant experiences (RC8) Indikator pemikiran dan pengalaman yang aneh. Skor ≥ 65 menunjukkan karakter skizotipal.skor sangat tinggi ≥ 75 untuk melihat kemungkinan skizofrenia, gangguan waham dan gangguan skizoafektif. - Hypomanic activation (RC9) Merupakan indikator gejala hipomanik. Skor ≥ 65 menunjukkan harga diri melambung, sangat energik, sensation-seeking berani melakukan tindakan beresiko tinggi, agresif, impulsif, euforia, pencepatan pikiran dan kebutuhan tidur berkurang. Skor sangat tinggi ≥ 75 kemungkinan manik atau episode hipomanik (mungkin gangguan bipolar). 4. Skala Content dan Skala Content Component Dikelompokkan menjadi 4 yaitu kelompok internal symptom o Anxiety (ANX) o Fears (FRS) o Obsessions (OBS) o Depressions (DEP) o Health Concerns (HEA) o Bizarre Mentation (BIZ) kelompok eksternal atau aggressive tendencies o Anger (ANG) o Cynicism (CYN) o Antisocial Pratices (ASP) 9 o Type A (TPA) kelompok devalued view of the self o Low self esteem (LSE) kelompok general problem areas o Social Discomfort (SOD) o Family Problem (FAM) o Work Interference (WRK) o Negative Treatment Indicators (TRT) 5. Skala suplemen Dikelompokkan menjadi : - Broad personality characteristics Skala ini ada 5 skala yaitu: ansietas (A), Represi (R), Ego strength (Es), Dominansi (Do), Responsibility (Re) Skala ini baik apabila nilai ≥65. Skala ini untuk mengukur ansietas, adaptasi, fleksibilitas, kemampuan mengatasi masalah, rasa percaya diri, tanggung jawab. - Generalized emotional distress Skala ini ada 3 yang dilihat yaitu : Maladjustment (Mt), Post Traumatic Stress Disorder-Keane (PK), Marital Distress (MDS) - Behavioural dyscontrol Skala ini terdiri dari 5 skala yaitu : Hostility (Ho), Over-controlled hostility (OH), Mac–Andrew Alcoholism Revisid (MAC-R), Addiction Admission Scale (AAS), Addictional Potensial Scale (APS) 10 - Gender role Terdiri dari 2 macam skala yaitu : Gender Role – Masculine (GM), Gender Role – Feminine (GF) 6. Skala Personality Psychopathology Five Psy-5 meliputi aggressiveness (AGGR), psychoticism (PSYC), discotraint (Disc), negative emotionality/neuroticism (NEGE), introversion/low positive emotionality (INTR) 7. Skala tambahan 8. Code type adalah skala – skala klinik dengan skor T tertinggi. 2.2. Ego strength, Dominansi dan Responsibility Ego strength adalah kualitas yang ektif melekat membawa berbagai bentuk energi dan getaran pada orang selama kehidupan (Sadock, 2010). Ego strength ini mencerminkan inti dari jiwa dan akhirnya membangun komitmen yang solid menuju ideal, kepercayaan, orang lain yang signifikan dan masyarakat yang lebih luas (Sadock, 2009). Menurut prinsip epigenetik, menyatakan bahwa ego strength ada selama masa kehidupan, namun beberapa meningkat dalam hubungan untuk resolusi positif yang berhubungan dengan krisis psikososial, khususnya harapan dari dasar kepercayaan versus ketidakpercayaan (masa kanak-kanak), kepercayaan dari otonomi versus malu atau ragu (anak usia dini),tujuan dari inisiatif versus rasa bersalah (masa kanak awal), kompetensi dari industri versus rendah diri (masa kanak), kesetiaan dari 11 fase identitas versus kebingungan identitas (masa remaja), cinta dari keintiman versus isolasi (dewasa awal), perawatan pada fase generativitas versus stagnasi (dewasa), kebijaksanaan dari integritas versus putus asa (dewasa tua). Komponen hirarki Erikson juga sesuai dengan kemungkinan ego strength selanjutnya ditingkatkan melaluui resolusi positif dari krisis psikososial sebelumnya. Ego dibentuk menurut kebutuhan psikososial (Sadock, 2009; Schneider, 2005). Ego strength terdiri dari kemampuan untuk mengerti, mengartikan dan melakukan hubungan langsung, kontrol diri dan apa yang akan dilakukan, konsistensi, koheren dan harmoni, rekognisi dari potensi. Pada teori Erikson, terdapat delapan krisis perkembangan yang harus dinegosiasikan seseorang untuk perkembangan yang sehat dan ego yang kuat (Sadock, 2009). Catatan tentang suatu krisis menyiratkan bahwa perkembangan normal tidak berlangsung secara mulus, tetapi lebih cenderung menyatakan bahwa ego hanya dapat berkembang melalui pemecahan serangkaian konflik (Schneider, 2005). Meskipun terdapat beberapa titik pada siklus kehidupan di mana krisis tertentu akan menjadi lebih signifikan dibanding yang lain, semua krisis ada di sepanjang kehidupan seseorang (Sadock, 2009). Yang penting untuk Erikson, konflik-konflik ini ditentukan oleh masyarakat dan budaya tempat orang itu tinggal (Schneider, 2005). Namun sementara tantangan sosial ini bersamaan dengan aspek tertentu perkembangan psikologis, mereka lebih tepat dipahami sebagai konflik emosional (Schneider, 2005). Jika 12 dinegosiasikan dengan baik, konflik akan menghasilkan pencapaian ego strength tertentu, yang dapat dipahami sebagai kualitas adaptif primer yang mengarahkan pada peningkatkan sensasi kekuatan internal dan koherensi dalam diri seseorang (Markstrom, et al., 2005; Newman, 2009 ). Jika suatu krisis gagal dinegosiasikan, antipati ego strength tersebut akan terjadi, dan akan tidak produktif terhadap perkembangan. Namun, sementara tingkat antipati yang tinggi akan menghasilkan derajat ego strength yang lebih rendah, sejumlah antipati akan diperlukan untuk bertahan hidup, karena baik hal-hal positif dan negatif secara bersamaan akan berkontribusi pada kapasitas adaptif seseorang (Sadock, 2009; Newman, 2011). Misalnya, untuk dapat menghargai dan memahami cinta sepenuhnya, seseorang juga harus mengalami sejumlah penolakan (Maramis, 2010). Ego strength lebih berorientasi ke sifat feminin, misalnya care dan love, sementara will, purpose dan competence terkait dengan stereotipik karakteristik maskulin. Ego strength yang lebih tinggi berhubungan dengan konsolidasi ide yang lebih kuat, riset ini mengantisipasi bahwa kesepakatan yang lebih kuat untuk identitas gender yang lebih kuat berupa maskulin, feminin, dan androgen akan berhubungan dengan ego strength yang lebih tinggi. (Schneider, 2005) Dominansi merupakan salah satu nilai yang dibutuhkan agar berwibawa dalam tatap muka, mampu mempengaruhi orang lain, tidak mudah diintimidasi, merasa aman dan percaya diri. Pada dominansi ini 13 dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Selain itu dominansi juga dipengaruhi oleh lingkungan dan pola asuh (Butcher, 2001). Responsibility merupakan salah satu nilai yang diperlukan agar siap dan mampu menerima konsekwensi atas perbuatan sendiri, dapat dipercaya, dapat diandalkan dan memiliki tanggung jawab. Pada responsibility ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, lingkungan dan pola asuh (Butcher, 2001). BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk melihat skala ego strength, dominansi dan responsibility pada peserta didik pendidikan spesialis neurologi 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Bagian/SMF Neurologi RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian dilakukan bulan Oktober- November 2014 3.3. Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik pendidikan spesialis di RSUP Sanglah Denpasar. Populasi terjangkau adalah seluruh peserta didik pendidikan spesialis RSUP Sanglah Denpasar. 3.4. Sampel penelitian Sampel penelitian adalah seluruh peserta didik pendidikan spesialis Neurologi RSUP Sanglah. 3.5. Instrumen Penelitian Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara. Penilaian selanjutnya dilakukan dengan mengisi instrumen dan daftar pertanyaan terhadap responden. Instrumen dalam penelitian ini psikopatologi MMPI-2Dx, dengan edisi adalah instrumen Januari 2011. diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan telah divalidasi. 14 penilaian Instrumen ini 15 3.6. Prosedur Penelitian 3.6.1. Persiapan Persiapan dilakukan dengan mengambil data peserta didik pendidikan spesialis neurologi, kemudian diberikan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian dan manfaat penelitian bagi responden secara umum serta cara mengisi instumen. Kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan responden akan dijaga. Responden yang bersedia ikut dalam penelitian diminta menandatangani informconsent. Hasilnya nanti akan diinformasikan pada responden berupa penjelasan dan diberikan psikoedukasi sesuai kebutuhan masing-masing individu. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti. Satu persatu responden diminta mengisi tes MMPI-2DX dan dimasukkan pada program untuk melihat validitas hasilnya. Pengambilan data responden terus dilakukan sampai seluruh responden mengisi. Bagi responden dengan hasil tes invalid (tidak valid) diperkenankan mengulang tes bila yang bersangkutan menginginkan. Mereka yang telah mendapatkan hasil dan valid akan diberikan konseling mengenai hasil MMPI-2DX yang telah dikerjakan. Hasil dikumpulkan oleh peneliti. Data dimasukkan dan diolah dengan bantuan program komputer untuk MMPI-2Dx, untuk selanjutnya dilakukan analisa secara statistik. 16 3.6.2 Alur Penelitian Peserta Didik pendidikan spesialis Neurologi FK Unud/RSUP Sanglah Inform Consent MMPI-2DX Hasil Valid Analisa statistik Gambar 1. Alur Penelitian 3.7. Analisa Data Hasil MMPI-2Dx yang telah dikerjakan oleh responden dimasukkan dan dianalisa dalam program komputer sehingga didapatkan data MMPI berdasarkan skala Suplemen. Program komputer yang dipakai adalah program MMPI-2DX edisi januari 2011 (Kasan, 2011). Skala Es, Do, Re dianalisa. Data karakteristik subyek disajikan secara deskriptif. BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Demografi Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan di Bagian/SMF pada bulan Oktober November 2014. Responden adalah peserta didik pendidikan spesialis neurologi yang mengisi tes MMPI dan hasilnya valid. Secara keseluruhan didapatkan 39 orang responden, dimana hanya 18 responden yang hasilnya valid. Dari 18 responden yang hasilnya valid, responden yang terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 responden (61,1%). Responden sebagian besar berusia 20-30 tahun yaitu sebanyak 10 orang responden (55,6%). Responden terbanyak menjalani pendidikan pada tahun ke 2 sebanyak 7 responden (38,9%). Berdasarkan status perkawinan, sebagian besar responden sudah kawin sebanyak 12 orang responden (66,7%). 17 18 Tabel 4.1. Karakteristik Dasar Responden Penelitian No Karakteristik F % (n=18) 1 Jenis kelamin 2 Laki-laki 7 38,9 Perempuan 11 61,1 Usia 3 20-30 tahun 10 55,6 30-40 tahun 8 44,4 Tahun Pendidikan 4 4.2. Tahun I 3 16,7 Tahun II 7 38,9 Tahun III 3 16,7 Tahun IV 5 27,8 Status Perkawinan Kawin 12 66,7 Belum kawin 6 33,3 Ego strength, Dominansi dan Responsibility pada Responden Penelitian Bila dilihat dari ego strength, dominansi dan responsibility pada responden penelitian, sebagian besar responden memiliki ego strength 19 yang low score. Pada penelitian ini ada 3 item yaitu skala Es, Do dan Re. Pada penelitian ini skala Es pada responden semua berada low score. Skala Do pada penelitian ini sebagian besar berada pada low score yaitu sebanyak 17 responden (94,4%), sedangkan yang memiliki high score hanya 1 responden (5,6%). Skala Re pada responden sebagian besar berada pada low score yaitu sebanyak 16 responden (94,4%) sedangkan yang memiliki high score hanya 2 responden (11,1%). Tabel 4.2 Ego strength, Dominansi dan Responsibility pada Responden Penelitian No 1 Skala Es Low (Ego Score High (%) Score (%) 18 (100%) 0 17 (94,4%) 1 (5,6%) 16(88,9%) 2 (11,1%) strength) 2 Do (Dominansi) 3 Re (Resposibility) BAB V PEMBAHASAN Ada penelitian yang dilaporkan mengenai MMPI pada mahasiswa, namun yang diteliti adalah tingkat kecemasan dan depresi. Belum ada penelitian yang meneliti mengenai ego strength pada peserta pendidikan spesialis khususnya di Indonesia. Perbedaan kondisi dan beban kerja mempengaruhi ego strength masing-masing individu sesuai tingkatannya. Responden penelitian ini adalah peserta didik pendidikan spesialis neurologi karena ingin mengetahui bagaimana ego strength peserta didik pendidikan spesialis neurologi. Dari 39 responden hanya 18 responden yang hasilnya valid. Salah satu kemungkinan yang menyebabkan hasilnya tidak valid adalah pengisian tes yang terputus-putus dan kurangnya konsentrasi dalam mengerjakan tes. Kebanyakan responden pada penelitian ini berusia antara 20 sampai 30 tahun (usia 20-30 tahun 55,6%, usia 30 - 40 tahun 44,4%). Responden memiliki status perkawinan yang sebagian besar sudah menikah yaitu sebanyak 12 responden (66,7%) dan sebagian besar berada pada tahun kedua pendidikan. Skala ego strength pada responden semuanya ada pada low score, yang kemungkinan besar tidak mampu beradaptasi, terdapat emosional distress, kurang mampu mengatasi masalah. Pada peserta didik sebaiknya diperlukan ego strength yang tinggi untuk memudahkan beradaptasi pada 20 21 berbagai situasi, percaya diri, dan mampu mengatasi masalah baik itu dalam pendidikan maupun di luar pendidikan. Skala dominansi pada sebagian besar responden (94,4%) memiliki nilai low score yang berarti kecenderungan untuk dependen. Sebaiknya peserta didik yang notabene seorang dokter memiliki skala dominansi yang high score. Hal ini berarti memiliki sikap yang berwibawa, tenang, percaya diri, optimistik, berorientasi pada tujuan serta pandai bergaul. Skala dominansi ini dipengaruhi oleh level pendidikan. Skala responsibility pada sebagian besar responden (88,9%) memiliki nilai low score yang berarti kecenderungan untuk sikap dan perilaku antisocial. Sebaiknya peserta didik memiliki skala responsibility yang high score. Hal ini berarti memiliki perhatian pada etika dan moral, bersikap adil dan dapat dipercaya. Skala ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Skala ego strength pada responden seluruhnya low score, hal ini kurang baik. 2. Skala dominansi pada responden sebagian besar low score, hal ini kurang baik. 3. Skala responsibility pada responden penelitian sebagian besar low score, hal ini kurang baik. 4. Ego strength diperlukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan seseorang untuk beradaptasi, mengatasi masalah, bertangggung jawab dan mengambil keputusan. 5. Dominansi diperlukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, tidak mudah diintimidasi dan percaya diri 6. Responsibility diperlukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab, dapat diandalkan dan dipercaya. 6.2. Saran Ego strength, dominansi dan responsibility sangat diperlukan sebagai seorang peserta didik karena menentukan pengambilan keputusan 22 23 mengenai suatu masalah. Pemeriksaan mengenai ego strength, dominansi dan responsibility sebaiknya rutin dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan, mengatasi suatu permasalahan dan kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Penelitian mengenai ego strength, dominansi dan responsibility perlu dilakukan dengan membandingkan hasil saat awal pendidikan dan setelah memulai pendidikan untuk mengetahui adanya pengaruh lingkungan pada ego strength, dominansi dan responsibility. DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2009. Psikoanalitik kontemporer. Psikologi Kepribadian. UMM Press. Malang, P:85-107 Butcher, et al. 2001. MMPI-2 (Minessota Multiphasic personality Inventory-2). Tersedia di: www.pearsonassessments.com/test/mmpi-2.html Craig, R.2008.MMPI-Based Forensic Psychological Assessment of Lethal Violence. In: Hall H, editors. Forensic Psychology and Neuropsychology for Criminal and Civil Cases. New York. Tailor & Francis Group. P;393-412. Dahlan, M.S. 2011. Statistik untuk kedokteran Indonesia. Seri Evidence Based Medicine 1. Jakarta. Salemba medica. Edisi 2. Hal 1-164. Graham, J. R. 2006. MMPI-2 Assessing Personality and Psychopathology. Fourth Ed. New York. Oxford Universitty Press. Gunawan, E. 2008. Hubungan Kecenderungan Psikopatologi Kepribadian MMPI-2 dengan Kejadian Depresi pada Penderita Cedera Kepala Ringan. Semarang. Universitas Diponegoro. Tersedia di: http://eprints.undip.ac.id/12890/ Kasan,H. 2011.Buku Panduan dan Kumpulan Kasus Workshop MPI-2Dx. Profesional Training Center “NL”. Jakarta, Indonesia. Kolegium Psikiatri Indonesia. 2008. Modul Siklus Kehidupan. Markstrom,C.A., Li, X., Blackshire, S.L., Wilfong, J.J. 2005 Ego strength Development of Adolescents Involved in Adult-Sponsored Structured Activities. In: Journal of Youth and Adolescence.34(2) Maslim,R. 2003.Manual Pelatihan MMPI-2 Indonesia. Indonesian center for Mental health Training and Research. Jakarta. Newman, B.;Newman, P. 2011. Development Through Life: A Psychosocial Approach. Cengage Learning. 24 25 Polimeni, A.M., et al. 2010. MMPI-2 Profiles of Clients with Substance Dependencies Accessing a Therapeutic Community Treatment Facility. Electronic Journal of Applied Psychology. 6(1): 1-9. Sadock. B. J., Sadock, V.A., Newton, D.S.. (2009): Sadock & Kaplan Comprehensive Textbook of Psychiatry, Eighth Edition, Lippincot William Wilkin, Philadelphia, p:747-755 Schneider,V. 2005. Chapter three: Ego strength The next key aspect of the present.