PEMBUATAN OVULA KOMBINASI Laktobasillus-METRONIDAZOL DENGAN BASIS PEG (POLIETILEN GLIKOL) 1) Patricia Pretty Ayu Alviony 1 ) Siti Sa’diah 2), 3) dan Erni Rustiani 1) Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor 2) Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB 3) Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB Abstrak Telah dilakukan penelitian Pembuatan ovula kombinasi LaktobasillusMetronidazol dengan Basis PEG (Polietilen Glikol). Tujuan penelitian ini adalah membuat ovula kombinasi Laktobasillus-Metronidazol dengan 2 (dua) metode pembuatan, menentukan stabilitas sediaan ovula pada penyimpanan suhu sejuk 5o15o C dan suhu kamar 25o-30o C selama 2 (dua) bulan, dan menentukan pertumbuhan mikroorganisme Laktobasillus dalam sediaan ovula. Sediaan dibuat dalam 5 Formula. Parameter pengujian meliputi organoleptik, keseragaman bobot, waktu hancur, dan kelangsungan hidup Laktobasillus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ovula Laktobasillus-Metronidazol dapat dibuat dengan 2 (dua) metode pembuatan yaitu ovula konvensional dan ovula tipe berongga. Sediaan ovula stabil selama 2 bulan pada penyimpanan suhu sejuk 5o-15o C dan suhu kamar 25o-30o C dan Laktobasillus masih dapat terdeteksi dalam sediaan ovula selama pengujian 2 bulan (8 minggu). Kata Kunci : Laktobasillus, Metronidazol, Ovula. Abstract Preparation of the research has been done ovules Laktobasillus-Metronidazole combination with base PEG (Polyethylene Glycol). The purpose of this study is to make the ovules Laktobasillus-Metronidazole combination with two methods of making, determining the storage stability of the dosage ovules at cool temperatures 5o-15o C and room temperature of 25o-30o C for 2 (two) months, and determines the growth of microorganisms Laktobasillus ovules dosage. Preparations were made in five Formula. Parameters include organoleptic testing, uniformity of weight, disintegration time, and survival Laktobasillus. The results showed that the ovules Laktobasillus-Metronidazole can be made with two methods of making the conventional ovules and ovules hollow type. Ovules dosage stable for 2 months at a cool temperature storage 5o-15o C and room temperature of 25o-30o C and Laktobasillus can still be detected in the ovule preparations for testing 2 months (8 weeks) Keywords: Laktobasillus, Metronidazole, Ovules. PENDAHULUAN Wanita sangat rentan dengan berbagai penyakit kewanitaan. Salah satu penyakit umum yang sering dialami oleh wanita adalah Vaginitis atau lebih dikenal dengan keputihan. Penyebab umumnya adalah ketidakseimbangan mikroflora dalam vagina serta ketidakstabilan tingkat keasaman (pH) vagina dengan pH 3,5-4,5 Salah satu bakteri anaerob yang hidup dan sangat mempengaruhi keseimbangan vagina adalah bakteri Laktobasillus. Antimikroba yang dapat digunakan untuk keputihan adalah Metronidazol. Oleh karena aktivitas yang baik dari Metronidazol terhadap bakteri anaerob, maka dibuat kombinasi LaktobasillusMetronidazol dengan basis PEG (Polietilen glikol). Penelitian ini bertujuan untuk membuat ovula yang mengandung Laktobasillus dikombinasikan dengan Metronidazol dengan 2 (dua) metode, menentukan kestabilan sediaan ovula pada suhu sejuk 5o-15oC dan suhu kamar 25o30oC selama 2 (dua) bulan, dan menentukan pertumbuhan mikroorganisme Laktobasillus dalam sediaan ovula. Formulasi Sediaan Ovula Tabel 1. Tabel Formulasi Sediaan Bahan Formula I Formula II Formula III Formula IV & V Laktobasillus 0 mg 0 mg 108 CFU 108 CFU Metronidazol 0 mg 500 mg 0 mg 500 mg PEG 400 1 bagian 1 bagian 1 bagian 1 bagian PEG 4000 1 bagian 1 bagian 1 bagian 1 bagian Total 3000 mg 3000 mg 3000 mg 3000 mg Pembuatan Sediaan Ovula Sediaan ovula LaktobasillusMetronidazol dibuat dengan 2 metode pembuatan. Formula I-Formula IV dibuat dengan metode pembuatan ovula konvensional, basis dan zat aktif dilebur bersamaan pada saat peleburan basis. Formula V dibuat dengan metode ovula berongga, basis dilebur dahulu dan dicetak sebagian, kemudian setelah setengah padat, zat aktif dimasukkan ke dalam rongga cetakan bersama dengan sisa basis. METODE PENELITIAN Bahan Isolat bakteri Laktobasillus yang didapat dari Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi FMIPA IPB, PEG 400, PEG 4000, Metronidazol, asam asetat anhidrat, asam perklorat, asam asetat glasial, larutan buffer fosfat, dan media agar MRS (de Man, Rogosa, dan Sharpe). Pembuatan Ovula Konvensional Basis ovula dilebur pada suhu 70o C dan kemudian Laktobasillus-Metronidazol dicampur bersama dengan basis pada suhu 40o – 45oC. Setelah bercampur homogen, campuran dituangkan ke dalam cetakan dan dimasukkan ke dalam lemari pendingin bersuhu 2o-8o C sampai membeku. Setelah membeku, ovula dikeluarkan dari cetakan dan dikemas dengan menggunakan aluminium foil. Alat Timbangan analitik, gelas piala, spatula, pengaduk kaca, thermometer, cetakan ovula, lemari pendingin , penangas air, pH meter, disintegration tester, alat uji waktu hancur, disolusi tester, buret, erlemeyer, cawan petri dan alat-alat lain yang lazim digunakan di laboratorium kimia. Pembuatan Ovula Berongga Ovula tipe berongga dibuat dengan cara meleburkan basis pada suhu 70o C kemudian dicetak dalam cetakan berongga, setelah basis dalam keadaan setengah padat yakni pada suhu 40o – 60o C lalu Laktobasillus-Metronidazol dimasukkan ke dalam cetakan berongga. Kemudian dimasukkan ke dalam lemari pendingin 2 bersuhu 2o-8o C sampai membeku. Setelah membeku, ovula dikeluarkan dari cetakan dan dikemas dengan menggunakan aluminium foil. 4. Uji Kelangsungan Hidup Laktobasillus Uji kelangsungan hidup mikroorganisme Laktobasillus dilakukan dengan cara melarutkan ovula Laktobasillus-Metronidazol ke dalam medium disolusi dengan menggunakan kecepatan 100±1 rpm dan temperature 37±0,50 C. Larutan hasil disolusi kemudian diambil sebanyak 4 ml dan kemudian dicampurkan dengan media agar MRS pada cawan petri dan kemudian diinkubasi pada kondisi anaerob dengan suhu 370 C selama 48 jam, dan kemudian setelah 48 jam dilihat apakah masih ada mikroorganisme Laktobasillus yang hidup ( Kaewnopparat et al, 2009). A. Laktobasillus-Metronidazol + Basis B. Laktobasillus-Metronidazol Basis Gambar 1. Skema ilustrasi dari ovula konvensional (A) dan ovula tipe berongga (B). Sumber : Kaewnopparat, 2009 5. Uji Stabilitas Sediaan Ovula Uji stabilitas ovula LaktobasillusMetronidazol disimpan pada suhu 5o-15o C dan pada suhu 25o-30o C (suhu kamar) selama 2 (dua) bulan. Evaluasi yang dilakukan meliputi penampilan, bobot ovula, kehidupan Laktobasillus. Evaluasi dilakukan setiap 2 (dua) minggu sekali selama 2 (dua) bulan. (Kaewnopparat et al, 2009) Evaluasi Sediaan Ovula 1. Uji Organoleptik Pada uji organoleptik sediaan yang dapat diamati meliputi bau, warna, dan bentuk dari ovula LaktobasillusMetronidazol. Uji ini dilakukan selama 2 (dua) bulan dengan pengujian dilakukan pada tahap awal dan selang 2 (dua) minggu sekali selama 2 (dua) bulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Organoleptik Sediaan Ovula Pengujian organoleptik sediaan dilakukan setiap 2 minggu selama 8 minggu pada suhu sejuk (5°C-15°C) dan suhu kamar (25°C-30°C) meliputi bentuk, warna dan bau sediaan. Hasil pengujian stabilitas Formula I-Formula IV dengan metode pembuatan ovula konvensional stabil pada suhu sejuk (5°C-15°C) dan suhu kamar (25°C-30°C) menunjukkan warna putih, bentuk torpedo, dan tidak berbau. Formula V dengan pembuatan ovula berongga stabil pada suhu sejuk (5°C15°C) dan suhu kamar (25°C-30°C) menunjukkan warna sedikit kecoklatan, bentuk torpedo, dan berbau khas. Bentuk, baud an warna sediaan stabil dari awal pembuatan sampai penyimpanan 8 minggu. 2. Uji Keseragaman Bobot Uji kesetaraan bobot ovula dilakukan dengan cara menimbang masing-masing ovula untuk setiap formula, dilakukan secara duplo. Berat dari ovula tidak boleh kurang dan tidak lebih dari 3000 mg ± 7,5 %, jadi tidak kurang dari 2775 mg dan tidak lebih dari 3225 mg (Depkes, 1995) 3. Uji Waktu Hancur Pada uji waktu hancur digunakan alat Desintegration tester. Waktu yang diperlukan ovula untuk larut sempurna pada media bersuhu 36-37oC tidak lebih dari 60 menit untuk basis larut dalam air. Pengujian ini dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 2 bulan. 3 suhu kamar lebih cepat daripada suhu sejuk, dikarenakan sediaan pada suhu sejuk memiliki tekstur seperti es, sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk menstabilkan suhu dengan suhu lingkungan pada media. Formula III pada penyimpanan suhu sejuk memiliki kisaran waktu hancur 18-23 menit dan kisaran waktu hancur pada penyimpanan suhu kamar berkisar 15-17 menit. Untuk formula IV memiliki kisaran waktu hancur 19-24 menit untuk penyimpanan suhu sejuk dan 16-19 menit untuk sediaan pada penyimpanan suhu kamar. Pada Formula V dengan komposisi sama seperti Formula IV berbeda dalam metode pembuatan memiliki kisaran waktu hancur 17-19 menit untuk sediaan pada penyimpanan suhu sejuk maupun suhu kamar. Waktu maksimal yang diperlukan untuk menghancurkan suppositoria tidak lebih dari 60 menit untuk suppositoria yang larut dalam air. (Depkes, 1995). Keseragaman Bobot Sediaan Ovula Uji keseragaman bobot dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai waktu 8 minggu. Bobot ovula yang diinginkan seberat 3 gram per ovula. Bobot ini diharapkan tetap stabil selama penyimpanan 8 minggu. Pada Formula I bobot rata-rata yang didapat selama penyimpanan 8 minggu adalah 3,038 mg dengan kisaran bobot pada Formula I berkisar 3,01-3,12 gram. Pada Formula II memiliki kisaran bobot berkisar antara 2,99-3,10 gram dengan bobot rata-rata yang didapat 3,014 gram. Pada Formula III memiliki kisaran bobot antara 2,98-3,13 gram. Bobot rata-rata yang didapat untuk Formula III selama pengujian stabilita adalah 3,058 gram. Formula IV memiliki kisaran bobot 2,99-3,14 gram, dengan bobot rata-rata sebesar 3,032 gram. Bobot yang dihasilkan dari Formula V yang memiliki komposisi sama seperti Formula IV, tapi berbeda dalam metode pembuatan ini memiliki kisaran bobot antara 2,973,06 gram dengan bobot rata-rata 3,032 gram. Bobot ovula yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Farmakope Indonesia IV (FI IV) . Persyaratan bobot ovula dalam Farmakope Indonesia 2775-3225 mg. hasil bobot ovula yang didapat masuk ke dalam persyaratan FI. Uji Kelangsungan Hidup Laktobasillus Evaluasi uji kehidupan Laktobasillus dilakukan pada minggu ke-0, minggu ke-4, dan minggu ke-8. Pengujian hanya dilakukan pada Formula yang mengandung Laktobasillus saja yaitu Formula III, Formula IV, dan Formula V. Formula III pada penyimpanan suhu sejuk, kelangsungan hidup Laktobasillus lebih tinggi dibandingkan dengan penyimpanan suhu kamar, dikarenakan Laktobasillus pada suhu penyimpanan 5°C-15°C lebih terjaga satbil. Formula IV memiliki tingkat kelangsungan hidup Laktobasillus lebih rendah dibandingkan dengan Formula V yang dibuat dengan metode ovula berongga. Kelangsungan hidup Laktobasillus pada Formula III, Formula IV dan Formula V mengalami penurunan konsentrasi Laktobasillus, hal ini mungkin disebabkan karena penyimpanan pada suhu optimum pertumbuhan bakteri. Agar bakteri lebih awet dapat disimpan pada suhu yang lebih dingin. Suhu dingin 2o– 8oC berguna untuk pengawetan bakteri, karena pada suhu dingin bakteri menjadi Waktu Hancur Sediaan Ovula Sediaan ovula diuji waktu hancur dengan menggunakan alat disintegration tester pada suhu 36°C-37°C karena pada suhu yang demikian sesuai dengan suhu tubuh tempat ovula akan hancur. Menurut hasil pengujian waktu hancur yang didapat, Formula I memiliki kisaran waktu hancur antara 16-23 menit, baik pada penyimpanan suhu sejuk maupun suhu kamar. Rata-rata waktu hancur untuk Formula I 18 menit. Formula II pada penyimpanan suhu sejuk memiliki kisaran waktu hancur 18-23 menit sedangkan untuk waktu hancur pada penyimpanan suhu kamar memiliki kisaran waktu 16-18 menit. Waktu hancur untuk penyimpanan 4 inaktiv. Tabel konsentrasi Laktobasillus (CFU) pada penyimpanan selama 8 minggu (2 bulan). Anonim. 1978. Formularium Nasional edisi II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Tabel 2. Konsentrasi Laktobasillus (CFU) pada penyimpanan 8 minggu Penyimpanan Formula Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Minggu ke- III A III B IV A IV B VA VB 0 108 108 108 108 108 108 4 106 105 104 102 105 103 8 104 103 102 102 104 102 Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta. Ansel. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Press Jakarta. Ket. : A : Penyimpanan suhu sejuk 5o-15oC B : Penyimpanan suhu kamar 25o-30oC Aroutcheva, A., D. Gariti, et al. (2001). "Defense factors of vaginal lactobacilli." American Journal of Obstetrics and Gynecology 185(2): 375-379. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Laktobasillus dengan konsentrasi 8 10 CFU dapat diformulasikan sebagai bahan probiotik dalam bentuk kombinasi ovula LaktobasillusMetronidazol. 2. Sediaan ovula LaktobasillusMetronidazol stabil pada suhu sejuk (5°C-15°C) dan suhu kamar (25oC30oC) selama penyimpanan 2 bulan (8 minggu). 3. Laktobasillus sp. Masih dapat terdeteksi dalam sediaan ovula Laktobasillus-Metronidazol selama pengujian 2 bulan (8 minggu). Beigi, R., M. Austin, et al. (2004). "Antimicrobial resistance associated with the treatment of bacterial vaginosis." American journal of obstetrics and gynecology 191(4): 1124-1129. Bhalla, P. C., R. Garg,S. (2007). "Prevalence of bacterial vaginosis among women in Delhi, India." Indian J Med Res 125(February): 167-172. Donati, L., A. Di Vico, et al. (2010). "Vaginal microbial flora and outcome of pregnancy." Archives of Gynecology and Obstetrics 281(4): 589-600.. SARAN Dalam penggunaannya ovula perlu disimpan pada suhu 2oC-8oC, mengingat pada suhu tersebut dapat digunakan untuk pengawetan bakteri, sehingga bakteri dapat hidup lebih lama. Harris, J. M. 1992. Poly (ethylene glycol). New York. Plenum Press DAFTAR PUSTAKA Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Universitas Gajah Mada Press Yogyakarta. Kaewnopparat, Sanae and Nattha. 2009. “ Formulation and Evaluation of Vaginal Suppositories Containing Lactobacillus”. World Academy of Science, Engineering and Technologi 5 Kale, V. V., R. V. Trivedi, et al. (2005). “Development and Evaluation of a Suppository Formulation Containing Lactobacillus and Its Application in Vaginal Diseases, Annals”. New York Academy of Sciences. 1056: 359-365. Launer and Dressman. 2000. Teori Dan Praktek Farmasi Industri. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Lachman, L., Lieberman, H. A dan Kanigh, J.L. 2004. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Vol II. Edisi III. Terjemahan Siti Suyatmi. Universitas Indonesia. Jakarta. Nighswonger, B. D., M. M. Brashears, et al. (1996). "Viability of Lactobacillus acidophilus and Lactobacillus casei in Fermented Milk Products During Refrigerated Storage." J. Dairy Sci. 79(2): 212219. Pelczar, M.J., Chan, E.C.S. 1986. DasarDasar Mikrobiologi jilid 1. Universitas Indonesia, Jakarta. Petrova, P., K. Petrov, et al. (2007). "Probiotic properties of Bulgarian vaginal lactobacillus isolates." Comptes Rendus de L'Academie Bulgare des Sciences 60(8): 871878. Stamer,J.R. 1979. The Lactic Acid Bacteria. Microbes of Diversity. J. Food Technol. Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 6