Charoen Pokphand Indonesia Analisis Ekonomi Mingguan IV - Juli 2007 Economic & Business Research — Vice Chairman Office Perkembangan Asupan Kalori Hewani Masyarakat Indonesia Periode 1999-2005 Highlights • Lebih dari 80% kenaikan asupan kalori hewani selama periode 1999-2005 disebabkan oleh kenaikan asupan kalori hewani yang berasal dari produk peternakan seperti daging, telur, dan susu. • Meskipun ikan masih merupakan sumber kalori hewani terbesar di hampir seluruh wilayah Indonesia, beberapa wilayah seperti Kalimantan dan Sumatra mencatat kenaikan asupan kalori hewani dari daging sebesar dua kali lipat selama periode 1999-2005. • Terdapat hubungan positif antara ketersediaan sumber daya hewani dengan besaran asupan kalori hewani dari ikan dan daging. Disisi lain, terdapat hubungan positif antara tingkat pendapatan dengan besaran asupan kalori hewani dari daging, telur, dan susu. • Kalimantan, dengan tingkat pendapatan dan asupan kalori daging yang tinggi ditengah kondisi masih rendahnya produksi daging, merupakan pasar potensial bagi pengembangan bisnis peternakan. • Sedangkan Sulawesi, dengan tingkat pendapatan dan asupan kalori daging yang rendah ditengah kondisi melimpah dan murahnya supply ikan, merupakan pasar yang belum terlalu berkembang bagi bisnis peternakan. Ikan, daging, dan telur&susu merupakan sumber asupan kalori hewani. Asupan kalori hewani masyarakat Indonesia meningkat dari 101.5 Kcal/hari tahun 1999 menjadi 170.32 Kcal/hari tahun 2005. Lebih dari 80% kenaikan asupan kalori hewani tersebut berasal dari sumber non-ikan yaitu daging (40%) dan susu&telur (42%). Akibatnya, kontribusi ikan terhadap total asupan kalori hewani menurun dari 34% tahun 1999 menjadi 28% di tahun 2005. Meskipun mengalami kenaikan, kontribusi kalori hewani terhadap total asupan kalori relatif kecil yaitu kurang dari 9%. Dilihat dari komposisinya, Ikan merupakan penyumbang terbesar asupan kalori hewani untuk semua wilayah di Indonesia kecuali Jawa+Bali. Bahkan kontribusi ikan ini sangat dominan di wilayah Sulawesi dan Other Island. Dilihat dari pertumbuhannya, asupan kalori hewani dari daging meningkat dua kali lipat di wilayah Kalimantan dan Sumatra. Wilayah Other Island mencatat kenaikan dua kali lipat untuk asupan kalori hewani dari susu&telur dan juga merupakan wilayah yang mengalami kenaikan tertinggi untuk asupan kalori hewani dari ikan. URBAN+RURAL PER CAPITA AVERAGE CALORIE CONSUMPTION BY REGION (KCAL/DAY, 2005) FISH EGGS AND MILK Sumber: BPS MEAT SUMATERA SULAWESI KALIMANTAN JAVA+BALI SUMATERA JAVA+BALI FISH OTHER ISLANDS 0.00 MEAT SULAWESI KALIMANTAN JAVA+BALI 20.00 OTHER ISLANDS SUMATERA 40.00 SULAWESI OTHER ISLANDS KALIMANTAN JAVA+BALI 60.00 SUMATERA JAVA+BALI SUMATERA SULAWESI OTHER ISLANDS 0.00 KALIMANTAN 20.00 JAVA+BALI 40.00 OTHER ISLANDS KALIMANTAN 60.00 SUMATERA 80.00 OTHER ISLANDS 80.00 KALIMANTAN 100.00 SULAWESI 100.00 SULAWESI URBAN+RURAL PER CAPITA AVERAGE CALORIE CONSUMPTION BY REGION (KCAL/DAY, 1999) EGGS AND MILK Sumber: BPS Fakta Regional Asupan Kalori Hewani Indonesia Asupan kalori hewani Indonesia, secara regional, juga mengalami kenaikan selama periode 1999-2005. Asupan kalori hewani dari daging dan telur&susu di Jawa+Bali dan Kalimantan adalah yang tertinggi dibandingkan wilayah lain di Indonesia. Sedangkan masyarakat yang tinggal di wilayah Sulawesi menduduki posisi tertinggi untuk asupan kalori hewani dari ikan. Besaran asupan kalori hewani dari susu&telur relatif sama untuk wilayah Kalimantan, Jawa+Bali, dan Sumatra. page 1 Charoen Pokphand Indonesia Analisis Ekonomi Mingguan IV - Juli 2007 Economic & Business Research — Vice Chairman Office 100.00 2.80% 8% 2.77% 5% 1.59% 0.60% 3.50% 3.27% 2.28% 1.25% 1.52% 1.33% 0% 1999 2.82% 2.75% 2005 1999 1.00% 2005 1999 JAVA+BALI KALIMANTAN 4.04% 4.51% 1.39% 0.74% 1.18% 0.97% 2005 1999 Fish 2005 SULAWESI 0.12 0.10 80.00 0.08 60.00 0.06 40.00 0.04 20.00 0.02 3.11% 2.44% 1.70% OTHER ISLANDS Meat 2.61% 1.07% 3.54% 1.60% 1.78% 3% 1.28% 1.55% ton/kap 120.00 10% kkal/hari Konsumsi (kkal/kap/hari) dan produksi (ton/cap) ikan (2005) Share of animal calorie to total calorie intake (% of region's average) 1.97% 1999 2005 SUMATERA 0.00 0.00 JAVA+BALIKALIMANTAN OTHER ISLANDS Eggs&milk Konsumsi, kiri SULAWESI SUMATERA Produksi, kanan Sumber: BPS Sumber: BPS Secara lengkap asupan kalori hewani menurut jenis makanan selama periode 1999-2005 untuk semua wilayah di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Asupan kalori hewani dari ikan juga mengikuti besarnya produksi ikan perkapita. Wilayah-wilayah, kecuali Other Island, dengan produksi ikan perkapita yang besar memiliki asupan kalori hewani dari ikan yang tinggi pula. Konsumsi daging JAVA+BALI KALIMANTAN OTHER ISLANDS SULAWESI SUMATERA 2005 55.11 57.42 35.14 25.02 40.39 1999 27.93 25.24 17.50 14.68 18.76 Konsumsi ikan 2005 35.69 72.18 72.36 95.34 63.84 1999 23.11 62.18 39.83 80.04 47.10 Konsumsi telur&susu Kkal/kapita/hari 2005 1999 55.39 29.55 57.02 29.45 26.48 10.55 33.73 21.14 53.69 26.92 Total asupan kalori hewani 2005 146.19 186.62 133.98 154.09 157.92 1999 80.59 116.87 67.88 115.86 92.78 Total intake 2005 2,002.56 2,036.72 2,066.70 2,116.10 2,053.70 1999 1,842.03 1,900.47 1,746.93 1,980.56 1,932.50 Hubungan antara asupan kalori hewani dari telur&susu dengan besarnya produksi telur&susu perkapita tidak terlalu jelas. Hal ini terjadi karena lebih dari 75% susu yang dikonsumsi orang Indonesia berasal dari impor terutama dari Australia dan New Zealand. Sumber: BPS Tingkat Pendapatan & Asupan Kalori Hewani Ketersediaan Sumber Daya Hewani & Asupan Kalori Hewani Faktor ketersediaan sumber daya hewani, secara umum, berhubungan positif dengan besaran asupan kalori hewani. Wilayah-wilayah, kecuali Sulawesi, yang produksi daging perkapitanya besar memiliki asupan kalori hewani dari daging yang juga tinggi. Konsumsi daging dan pendapatan per kapita (2005) 0.01 0.01 70.00 60.00 Rp/tahun 0.01 kkal/hari ton/kap 60.00 kkal/hari 70.00 Konsumsi (kkal/kap/hari) dan produksi (ton/cap) daging (2005) Terdapat hubungan yang positif antara pendapatan perkapita dengan asupan kalori hewani dari daging. Grafik dibawah ini menunjukkan bahwa wilayah dengan pendapatan perkapita yang lebih tinggi memiliki asupan kalori hewani dari daging yang juga lebih tinggi. Hal yang sama juga berlaku untuk hubungan antara asupan kalori hewani dari telur&susu dengan tingkat pendapatan. 50.00 25,000 20,000 50.00 0.01 0.01 40.00 15,000 40.00 0.01 30.00 10,000 30.00 0.00 0.00 20.00 10.00 0.00 10.00 0.00 0.00 0.00 0.00 JAVA+BALI KALIMANTAN OTHER ISLANDS Konsumsi, kiri SULAWESI SUMATERA Produksi, kanan 20.00 5,000 0 JAVA+BALIKALIMANTAN OTHER ISLANDS Konsumsi, kiri SULAWESI SUMATERA PDRB per kapita, kanan Sumber: BPS page 2 Charoen Pokphand Indonesia Analisis Ekonomi Mingguan IV - Juli 2007 Economic & Business Research — Vice Chairman Office Implikasi Terhadap bisnis peternakan 50.00 Rp/tahun 60.00 kkal/hari Konsumsi telur&susu dan pendapatan per kapita (2005) 25,000 20,000 40.00 15,000 30.00 10,000 20.00 5,000 10.00 0.00 0 JAVA+BALIKALIMANTAN OTHER ISLANDS Konsumsi, kiri Tingkat pendapatan dan asupan kalori hewani dari daging yang tinggi ditengah kondisi masih rendahnya produksi daging menjadikan wilayah Kalimantan cukup potensial untuk dikembangkan sebagai pasar bagi industri peternakan. Pengembangan pasar produk peternakan di wilayah Sulawesi masih cukup sulit mengingat tingkat pendapatan dan asupan kalori hewani dari daging di wilayah ini masih relatif rendah. Meskipun produksi daging di wilayah Sulawesi juga rendah, sebagian besar penduduk dapat memperoleh kalori hewani dari ikan yang masih murah dan melimpah karena besarnya supply ikan di wilayah ini. © SULAWESI SUMATERA PDRB per kapita, kanan Sumber: BPS Disisi lain, tidak ada hubungan yang jelas antara asupan kalori hewani dari ikan dengan tingkat pendapatan. Asupan kalori hewani dari ikan di wilayah berpendapatan rendah seperti Sulawesi dan Other Island jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk pulau Jawa dan Kalimantan yang berpendapatan lebih tinggi. Dengan demikian, faktor ketersediaan (supply/availability) lebih dominan dalam penentuan besaran asupan kalori hewani dari ikan. Economic & Business Research Vice Chairman Office Editor: Ibnu Edy Wiyono — [email protected] Co-Editor: M Ryan Sanjaya — [email protected] This publication has been prepared on behalf of Charoen Pokphand Indonesia (CPI) solely for internal use. It is not investment advice or an offer or solicitation for the purchase or sale of any financial instrument. While reasonable care has been taken to ensure that the information contained herein is not untrue or misleading at the time of publication, CPI makes no representation that it is accurate or complete. The information contained herein is subject to change without notice. page 3