coping stress pada beban kerja perawat ruang unit pelayanan

advertisement
COPING STRESS PADA BEBAN KERJA PERAWAT RUANG
UNIT PELAYANAN INTENSIVE PSIKIATRI (UPIP) DAN
RUANG KRESNA DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG
Monica Septa Setyaning Ratri dan Damasia Linggarjati Novi
Parmitasari
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan membandingkan coping
stress pada beban kerja perawat ruang UPIP dan ruang Kresna di RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Semarang. Pendekatan ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan observasi dan
wawancara. Sampel diambil menggunakan purposive sampling sebanyak
empat orang perawat, dengan karakteristik subjek yaitu karyawan tetap,
berusia 30-39 tahun, pendidikan DIII dan S1, jenis kelamin laki-laki dan
perempuan, dan bekerja di ruang UPIP dan ruang Kresna RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Analisis data dimulai dengan mengolah data yang
diperoleh, melakukan koding, mengkategorisasikan data, menyusun
dinamika psikologis, mengaitkan dengan teori, menganalisa, dan menarik
kesimpulan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa perawat
menggunakan problem focused coping dengan jenis coping tindakan
langsung, mencari dukungan sosial, antisipasi, apati, penghindaran,
mempersiapkan diri menghadapi luka, dan kehati-hatian. Sedangkan pada
emotional focused coping perawat menggunakan jenis coping penalaran,
berpaling pada aktivitas lain, rasionalisasi, penerimaan diri, seeking
meaning, religiusitas, pasrah, humor, penilaian positif, dan pengalihan,
dimana pada pemilihan jenis coping stress tersebut dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti : usia, jenis kelamin, pendidikan, dan dukungan sosial.
Kata Kunci : coping stress, beban kerja, perawat psikiatri
1
dapat menjadi mitra kerja yang
Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu rumah
baik bagi dokter. Namun pada
sangat
oleh
kenyataannya ada perawat yang
keterampilan,
masih lalai dalam menjalankan
kreativitas, dan motivasi staf dan
tugasnya karena memiliki banyak
karyawannya
ini
pekerjaan yang harus dilakukan
perawat yang selama 24 jam
dalam waktu yang bersamaan. Hal
(terbagi ke dalam 3 shift, yaitu
tersebut dapat dibuktikan dari
shift pagi, shift sore, dan shift
hasil
malam) yang berhubungan secara
lakukan bahwa ada perawat yang
langsung
lengah
sakit
ditentukan
pengetahuan,
dalam
hal
dengan
pasien.
observasi
yang
dalam
peneliti
mengawasi
Kemajuan teknologi dan ilmu
pasiennya
pengetahuan dalam dunia medis,
pekerjaan yang dilakukan.
akhir-akhir ini digunakan untuk
Ketidakmampuan
karena
banyaknya
perawat
meningkatkan kualitas pelayanan
dalam memenuhi harapan dan
kesehatan. Oleh sebab itu rumah
tuntutan di tempat kerjanya, dapat
sakit melakukan berbagai upaya
menimbulkan stres bagi perawat.
guna dapat meningkatkan kualitas
Tuntutan
pelayanan kesehatan khususnya
keperawatan rumah sakit dapat
dalam
pelayanan
keperawatan.
meningkatkan stres
Seiring
dengan
perkembangan
sumber koping yang berlebihan
jaman, perawat diharapkan dapat
dan berakibat timbulnya reaksi
menjalankan
profesinya
fisik
profesional
dan
secara
bertanggung
kerja
dan
mempengaruhi
jawab, terlebih juga dituntut untuk
pada
staf
kerja dan
emosi
kesehatan
serta
dan
penampilan kerja. Perawat yang
1
mengalami
stres
berat
dapat
di rawat). Banyak hasil penelitian
kehilangan motivasi mengalami
membuktikan
bahwa
stressor
kejenuhan yang berat dan tidak
kerja
perawat
sangat
masuk kerja lebih sering (Gray &
bervariasi,
Anderson, 1981).
tersebut di bawah ini: menurut
pada
antara
lain
seperti
Menurut penelitian Rosyid,
Ilmi (2005), stresor kerja pada
dkk (1997, h. 52) sumber-sumber
perawat sesuai urutannya adalah
stres dalam keperawatan antara
beban kerja berlebih sebesar 82%,
lain
berlebihan
pemberian upah yang tidak adil
(merawat terlalu banyak pasien,
58%, kondisi kerja 52%, tidak
keterbatasan
diikutkan
beban
kerja
tenaga),
kesulitan
menjalin hubungan dengan staf
dalam
pengambilan
keputusan 45%.
lain (mengalami konflik dengan
Berdasarkan wawancara awal
teman sejawat, gagal membentuk
yang
tim kerja dengan staf), kesulitan
bulan Oktober 2013 dengan salah
dalam
kritis
satu Kepala Seksi Keperawatan
(kesulitan menggunakan peralatan
Ruang Rawat Inap di RSJD Dr.
yang belum dikenal), berurusan
Amino Gondohutomo Semarang,
dengan
atau
didapatkan hasil bahwa perawat
perawatan pasien (bekerja dengan
yang memiliki tingkat stres yang
dokter
memahami
lebih tinggi karena beban kerja
kebutuhan sosial dan emosional
yang berat, terutama berada di
pasien), dan merawat pasien yang
ruang UPIP dan ruang Kresna.
gagal untuk membaik (pasien
Hal tersebut dikarenakan pada
yang kronis dan meninggal selama
ruang UPIP khusus menangani
merawat
pasien
pengobatan
yang tidak
2
dilakukan
peneliti
pada
pasien gangguan jiwa disertai
gangguan RM, epilepsi, pasien
dengan kondisi gaduh gelisah
lansia, pasien dengan penyakit
dengan karakteristik beban kerja
fisik: hipertensi, DM dan pasien
yang tinggi dapat terlihat dalam
total care, tendensi bunuh diri,
situasi-dalam
saat
asma,
pasien
susah
yang
menghadapi
diarahkan,
melarikan
emergency
dan
diri,
pasien
kritis,
gaduh
banyak permintaan, sulit diberi
gelisah, mengamuk; pasien kritis
tahu, kondisi total care, gaduh
berkaitan dengan nafas & jantung;
gelisah, tentamen melarikan diri,
mengalami kejadian-kejadian tak
mengamuk,
diri;
terduga dari pasien seperti :
mengalami kejadian-kejadian tak
memecah kaca, menjebol eternit,
terduga dari pasien; pengawasan
dan
pasien secara intensive; memiliki
gangguan fisik seperti: panas,
ruang khusus bagi pasien dengan
tidak mau miunum obat, infus
penyakit
Sedangkan
dicabut sendiri, tidak mau makan,
ruang Kresna adalah ruang yang
dan ditambah lagi dengan perilaku
khusus
menangani
pasien yang berkata-kata negatif
gangguan
jiwa
dengan
bunuh
menular.
yang
gangguan
fisik
pasien
disertai
lain-lain;
secara
yang
pada
pasien
terus-menerus,
kedua
ruang
dengan
dimana
tersebut
memiliki karakteristik beban kerja
membutuhkan pengawasan secara
tinggi yang dapat ditunjukkan
intensive
pada situasi-situasi seperti: saat
rawat inap yang lainnya.
menghadapi pasien yang susah
diarahkan,
banyak
Apabila
dibandingkan
seorang
ruang
perawat
permintaan,
mengalami stres kerja maka akan
sulit diberi tahu; pasien dengan
dapat mempengaruhi kinerjanya
3
sebagai seorang perawat dalam
perawat untuk lebih berhati-hati
melaksanakan
dan
tindakan
keperawatan
terhadap
pasien.
waspada
memberikan
dalam
perawatan
Oleh sebab itu seorang perawat
(Pangastiti dalam Niken, 2011).
memerlukan
untuk
Perawat yang memiliki tingkat
menyelesaikan atau menyesuaikan
stres yang lebih tinggi karena
kondisi terhadap masalah tersebut
beban kerja yang berat di RSJD
(koping)
Dr.
cara
sehingga
dapat
Amino
Gondohutomo
menjalankan
profesi
Semarang, terutama berada di
keperawatannya
secara
ruang UPIP dan Ruang Kresna.
profesional.
Hal
tersebut
karena
dapat
ruang
UPIP
terjadi
(Unit
Coping Stress pada Beban Kerja
Pelayanan Intensive Psikiatri)
Perawat Ruang UPIP dan
adalah
Ruang Kresna RSJD Dr. Amino
memberikan perawatan khusus
Gondohutomo
kepada pasien-pasien psikiatri
Perawat
kesehatan
suatu
unit
yang
jiwa
dengan kondisi agresif, agitasi
adalah bagian dari perawat
verbal, agitasi motorik, resiko
umum,
tetapi
khusus
bunuh diri, dan mudah marah;
menangani
pasien
gangguan
begitu pula pada Ruang Kresna
jiwa dan umumnya bekerja di
yang memberikan perawatan
rumah
khusus pada pasien dengan
sakit
jiwa.
Perilaku
pasien gangguan jiwa yang
gangguan
sulit
dan
orientasi, pikiran, dan perasaan)
menuntut
dan gangguan fisik sehingga
diperediksikan
berbahaya
juga
4
jiwa
(gangguan
membutuhkan
tindakan
mengelola,
mengatasi
atau
keperawatan yang lebih intensif
mencegah
terjadinya
stres
dibandingkan dengan di ruang
tersebut,
sehingga
tidak
rawat inap yang lain.
menganggu
Profesi perawat kesehatan
jiwa ditunut
bersikap
untuk
menjalankan
(Notoatmodjo,2002).
mampu
profesional
sebab
dalam
itu
perawat
cara
untuk
menyelesaikan
banyak
atau
menyesuaikan kondisi terhadap
menghadapi berbagai tantangan
masalah
kerja
sehingga dapat
terutama
menangani
dalam
pasien
dengan
hanya
tersebut
(koping)
menjalankan
profesi keperawatannya secara
berbagai gangguan jiwa yang
tidak
Oleh
seorang
memerlukan
tugasnya,
disamping itu juga
pekerjaan
profesional.
membutuhkan
Secara garis besar Lazarus
pengawasan yang ketat saja
& Folkman (1980, h. 114),
tetapi
memiliki
membagi coping stress menjadi
pengetahuan yang luas agar
dua yakni problem focused
tepat
coping dan emosional focused
juga
perlu
dalam
memberikan
penanganan kepada pasiennya,
coping.
Problem
focused
sehingga
coping
yakni
individu
seringkali
menjadi
beban kerja tersendiri bagi
mengetahui
perawat. Stres di lingkungan
harus
kerja
dapat
mengubah permasalahan antara
dapat
individu
memang
dihindarkan,
tidak
yang
dilakukan adalah bagaimana
tindakan
dilakukan
lingkungannya.
5
yang
untuk
dengan
Sedangkan
emotional focused coping yaitu
untuk
pengaturan emosi diri pada saat
psikologis secara kuat yang
menghadapi
akan mempengaruhi individu
stres.
Perawat
mengerti
kemampuan
dalam mengatasi stres kerjanya
dalam
memutuskan
jenis
dapat
coping
stress
harus
menentukan
sendiri
yang
coping mana yang tepat sesuai
digunakan oleh individu dalam
dengan situasi yang dihadapi.
menghadapi masalah.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
seseorang
Metode Penelitian
dalam pemilihan jenis coping
stress
yaitu
pendidikan,
ekonomi,
jenis
seperti
Pada
usia,
Coping
penelitian
Stress
tentang
pada
Beban
status
sosial
Kerja
dukungan
sosial,
Pelayanan Intensive Psikiatri
karakteristik
(UPIP) dan Ruang Kresna di
kelamin,
Perawat
kepribadian, dan pengalaman.
RSJD
Faktor
Gondohutomo
lain
yang
juga
Dr.
Ruang
Unit
Amino
Semarang,
mempengaruhi perawat dalam
penulis menggunakan metode
menggunakan
kualitatif dengan pendekatan
coping
stress
pada saat menghadapi stressor
fenomenologis.
dijelaskan oleh teori cognitive
Subjek penelitian ini adalah
appraisal. Lazarus & Folkman
perawat yang bekerja di ruang
(1984,
UPIP dan ruang Kresna di
h.
cognitive
24)
mengatakan
appraisal
adalah
RSJD
Dr.
Amino
sebuah proses dari beberapa
Gondohutomo
reaksi
sebanyak empat subjek dengan
singkat
dan
penting
6
Semarang
karakteristik karyawan tetap,
tidak konsisten atau, koordinasi
berusia
tahun,
yang kurang baik, jumlah perawat
pendidikan DIII dan S1, jenis
yang masih kurang, penyelesaian
kelamin
permasalahan yang lambat, saat
30-39
laki-laki
dan
perempuan.
persediaan obat-obatan habis &
Metode pengumpulan data
dalam
penelitian
menggunakan
observasi
dengan
dan
harus
keluar,
ini
mengalami kejadian-kejadian tak
metode
terduga dari pasien, sering tidak
wawancara
pengambilan
membelikan
ada
subjek
waktu
untuk
pengawasan
secara purposive sampling.
istirahat,
pasien
secara
intensive, pasien diinfus / kritis
dan tidak ditunggui keluarganya,
Hasil Penelitian dan
saat
Pembahasan
dengan perawat perempuan dan
Berdasarkan hasil penelitian,
perawat
menangani
perempuan
pasien
shift
yang
dapat diketahui beberapa beban
mengamuk,
kerja perawat pada ruang UPIP
penyakit
antara
menghadapi
proteksi diri bagi perawat masih
situasi-situasi seperti: menghadapi
kurang, mendapat komplain dari
pasien
diarahkan,
keluarga pasien, ingin dirotasi ke
banyak permintaan, sulit diberi
ruang lain, jasa pelayanan kurang
tahu, kondisi total care, gaduh
sesuai dengan beban pekerjaan.
lain
yang
saat
susah
gelisah, tentamen melarikan diri,
resiko
dari
Akibat
penularan
pasien,
dari
beban
fasilitas
kerja
mengamuk, bunuh diri, dokter
tersebut
sulit dihubungi, advice terkadang
gejala stress pada perawat antara
7
memunculkan
gejala-
lain gejala fisik seperti mudah
kerja
lelah, tidur tidak teratur (susah
menghadapi situasi-situasi seperti
tidur, kadang banyak tidur), pola
: saat menghadapi pasien yang
makan terganggu, pusing, kurang
susah
cairan sehingga tensi drop; gejala
permintaan,
emosional seperti : merasa iri
pasien dengan gangguan RM,
(mudah panas), dan mudah marah;
epilepsi, pasien lansia, pasien
gejala ikntelektual seperti : sulit
dengan penyakit fisik : hipertensi,
membuat
DM
keputusan,
berinovasi,
kegiatan
malas
malas
melakukan
(membaca).
dirasakan
diarahkan,
dan
tendensi
Untuk
perawat
sulit
bunuh
banyak
diberi
pasien
saat
total
tahu,
care,
diri,
asma,
melarikan diri, pasien emergency
mengatasi stres tersebut perawat
dan
ruang UPIP menggunakan coping
stress
gaduh
gelisah,
mengamuk;
menangani
pasien
focused
perempuan
yang
sedang
coping seperti tindakan langsung,
menstruasi
mencari
sosial,
cateter (bagi perawat laki-laki),
penghindaran,
pasien kritis berkaitan dengan
dan kehati-hatian. Jenis emotional
nafas dan jantung ; dokter sulit
focused coping yang digunakan
dihubungi, advice terkadang tidak
antara lain penalaran, berpaling
konsisten atau, koordinasi yang
pada aktivitas lain, rasionalisasi,
kurang baik; jumlah perawat tidak
penerimaan diri, seeking meaning,
sebanding dengan jumlah pasien,
religiusitas, pasrah, dan humor.
keterbatasan dokter yang standby;
yaitu
antisipasi,
problem
dukungan
apati,
Berbeda dengan perawat yang
kritis,
/
harus
dipasang
penyelesaian permasalahan yang
bekerja di ruang Kresna, beban
lambat;
8
saat
persediaan
obat-
obatan
habis;
mengalami
stres,
perawat
ruang
Kresna
kejadian-kejadian tak terduga dari
menggunakan coping stress yaitu
pasien : memecah kaca, menjebol
problem focused coping seperti
eternit; pasien kritis yang tidak
tindakan
ditunggui
keluarganya;
dukungan sosial, antisipasi, apati,
keterbatasan alat-alat medis dan
penghindaran, dan kehati-hatian,
fasilitas untuk perawat; pasien
mempersiapkan diri menghadapi
gangguan fisik : panas, tidak mau
luka. Jenis emotional focused
miunum
coping yang digunakan antara lain
obat,
infus
dicabut
sendiri, tidak mau makan; faktor
penalaran,
fisik:
aktivitas
(subjek
2)
pernah
langsung,
mencari
berpaling
lain,
pada
rasionalisasi,
mengalami patah tulang sehingga
penerimaan diri, seeking meaning,
kerjanya kurang maksimal; selain
religiusitas,
itu saat pasien berkata-kata negatif
positif, pengalihan, dan humor.
pasrah,
penilaian
secara terus-menerus.
Akibat
tersebut
dari
beban
memunculkan
kerja
Kesimpulan
gejala-
Berdasarkan
penelitian
gejala stress antara lain: gejala
yang telah dilakukan dengan
fisik
observasi
seperti
terganggunya
dan
wawancara,
pencernaan (terserang penyakit
maka
maag),
beberapa hal, antara lain :
mudah
lelah;
gejala
emosional seperti mudah emosi;
gejala
interpersonal
dapat
1. Keempat
disimpulkan
subjek
seperti
menggunakan kedua bentuk
membicarakan kesalahan orang
coping dalam menghadapi
lain (ngerasani). Untuk mengatasi
stres di tempat kerjanya.
9
Baik
dengan
focused
coping
problem
Saran
maupun
1. Bagi Subjek Penelitian
emotional focused coping,
a. Bagi
subjek
penelitian
dimana penggunaan problem
diharapkan
focused coping lebih banyak
menggunakan
dibandingkan
stress secara tepat agar
emotional
focused coping.
dapat
coping
dapat menjalankan tugas
2. Bentuk penggunaan problem
sebagai seorang perawat
focused coping yang muncul
secara
pada keempat subjek adalah
bertanggung jawab.
tindakan langsung, mencari
dukungan
sosial,
b. Selanjutnya
dan
penelitian
antisipasi.
dapat
3. Bentuk
profesional
penggunaan
dan
subjek
diharapkan
lebih
terbuka
dengan pihak rumah sakit,
emotional focused coping
baik
yang muncul pada keempat
dengan atasan & dokter,
subjek adalah rasionalisasi.
perawat
4. Usia,
pendidikan,
kelamin,
sosial
dan
jenis
pasien
faktor-
pasien.
faktor yang mempengaruhi
c. Subjek
perawat
dalam
perawat
dengan
rekan
kerja, dan perawat dengan
dukungan
merupakan
antara
pemilihan
serta
keluarga
penelitian
diharapkan dapat secara
jenis coping stress dalam
aktif
usahanya mengatasi stres di
pertemuan-pertemuan
tempat kerjanya.
antar perawat dan dapat
10
mengikuti
mengikuti
pelatihan-
pelatihan
khusus
meningkatkan
penambahan
guna
perawat di kedua ruang
kualitas
tersebut
pelatihan
2. Bagi pihak RSJD Dr.
gangguan
khususnya
Pihak
RSJD
Amino
Gondohutomo
maupun
di
dan
menambah data-data dari
pihak rumah sakit untuk
ruang
dapat mengetahui tingkat
stres perawat secara lebih
perlu adanya peningkatan
membedakan
spesifik.
yang
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, C. & Shanley, E. 1997.
Psikologi Sosial untuk
Perawat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
perawat di ruang lain agar
sebanding dengan beban
kerja yang diterima. Selain
juga
perlu
memperhatikan
oleh peneliti dan dapat
ruang
Kresna. Pada hal lain yaitu
pelayanan
disarankan
faktor yang telah dibahas
perawatan, khususnya di
UPIP
selanjutnya
faktor-faktor lain di luar
sarana dan prasarana medis
ada
peneliti
untuk
peningkatan fasilitas, serta
itu
fisik,
Bagi
Dr.
Semarang perlu melakukan
jasa
dalam
3. Bagi peneliti berikutnya
Kresna
ruang
khusus
dengan perilaku kekerasan.
ruang UPIP dan ruang
yang
pelatihan-
menghadapi pasien dengan
Gondohutomo
Semarang,
dengan
memberikan
pelayanan rumah sakit.
Amino
jumlah
Aldwin, C, M., Revenson, T. A.
1987. Does Coping Help? A
adanya
11
Fakultas
Psikologi
Universitas
Gunadarma
(tidak diterbitkan)
Reexamination
of
the
Relation Between Coping
and Mental Health. Journal
of Personality and Social
Psychology. Vol 53. No 2.
Hal 337-348
Azwar,
Alwasilah, A. C. 2002. Pokoknya
Kualitatif. Jakarta : PT.
Dunia Pustaka Jaya
Bishop, G. D. 1994. Health
Psychology
Integrating Mind and
Body. Allyn and Bacon
Andriani, R. & Subekti, A. 2004.
Pengaruh Persepsi Mengenai
Kondisi Lingkungan Kerja
dan
Dukungan
Sosial
terhadap Tingkat Burnout
pada Perawat IRD RSUD dr.
Soetomo Surabaya. Insan
Vol. 6. No. 1 (49-67).
Surabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
Brouwer, M.A.W. 1984. Psikologi
Fenomenologis.
Jakarta : PT. Gramedia
Bungin, B. 2003. Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Cahyaningrum, Tri. 2013. Coping
Stress
Ibu
yang
Memiliki
Anak
Penderita Thalasemia.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Semarang
: Fakultas Psikologi
Unika Soegijapranata
Anoraga, P. 1992. Psikologi
Kerja. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
Anoraga, P. & Widianti, N. 1998.
Psikologi dalam
Perusahaan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Chaplin, J. P. 2002. Kamus
Lengkap Psikologi. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Asuzu, C. C. 2009. Shift Duty and
Stress Coping Strategies
among Nurses in the
University College Hospital,
Ibadan.
Anthropologist.
Nigeria : Kamla-Raj. Vol.
11. No. 3
Ayu,
S.
1998.
Metode
Penelitian. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar Offset
Davis, K. & Newstrom, J. M.
1993.
Perilaku
dalam
Organisasi. Diterjemahkan
oleh : Agung Darma. Jilid
II. Edisi ke-7. Jakarta:
Erlangga
S. 2011. Stressor dan
Coping Stress pada Ibu
Rumah Tangga Yang Tidak
Bekerja. Skripsi. Jakarta:
12
Revisi). Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Departemen Tenaga Kerja. 1987.
Klasifikasi
Jabatan
Indonesia. Jakarta : Arnas
Duta Jaya.
Kuswanto.
2011.
Judul
:
Observasi
(Pengamatan
Langsung di Lapangan).
http://klikbelajar.com/umum
/observasi-pengamatanlangsung-di-lapangan/.
(Rabu,
5
Februari
2014;03.15)
Dewanti, F. R. 2010. Burnout
yang Terjadi Pada Perawat
Instalasi Gawat Darurat
(IGD). Skripsi. Semarang :
Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata
(tidak
diterbitkan)
Laal, M. & Aliramaie, N. 2010.
Nursing and Coping With
Stress.
International
Journal of Collaborative
Research
on
Internal
Medicine & Public Health.
Iran : Tehran University of
Medical Science. Vol.2. No.
5. h. 11
Garmezy, N. & Rutter, M. 1983.
Stress,
Coping
and
Development in Children.
McGrawn Hill Book Co
Gibson, J. L. 1989. Organisasi:
Perilaku, Struktur, Proses.
Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Gillies, DA. 1989. Nursing
Management A System
Approach, W, B. Soundere
Company, Philadelphia
Lazarus, R. S. & Folkman, S.
1984.
Coping
and
Adaptation. In : Gantry, W.
D.,(ED),
Handbook
of
Behaviour Medicine. New
York/London : The Gilford
Hardjana, A. M. 1994. Stres
Tanpa Distres. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius
Loo, See Beh. & Loo, Leap Han.
2012. Job Stress and Coping
Mechanisms among Nursing
Staff in Public Health
Service.
International
Journal
of
Academic
Research in Business and
Social Science. Malaysia :
University of Malaya. Vol.
2. No. 7. h. 10-11
Hatijah Yusoff. 2000. Caring for
Carers: The challenge of
retaining registered nurses
in the public health sector.
Kuala Lumpur : Institute of
Postgraduate Studies and
Research
Hasibuan, H. & Malayu, S.P.
2005. Manajemen Sumber
Daya
Manusia.
(Edisi
Maramis, W. F. 2006. Ilmu
Perilaku dalam Pelayanan
13
Oentoro, S., Zamralita, &
Lianawati. 2006. Stres Kerja
dan Temperamen Perawat
Bagian Psikiatri. Phronesis.
Jurnal Ilmiah Psikologi
Industri dan Organisasi.
Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Tarumanegara.
Vol. 8, No. 2 (145-172)
Kesehatan.
Surabaya
:
Airlangga University Press.
Maslach, C. & Leither, M. P.
1997. The Thruth About
Burnout
:
How
Organization
Cause
Personal Stress and What to
do it. San Fransisco : Jossey
Bass Publisher
Pangastiti, N. K. 2011. Analisis
Pengaruh Dukungan Sosial
Keluarga Terhadap Burnout
pada Perawat Kesehatan di
Rumah Sakit Jiwa (Studi
pada Prof. Dr. Soerojo
Magelang).
Skripsi.
Semarang
:
Fakultas
Psikologi
Universitas
Diponegoro
Moleong, L. J 2000. Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Mulyana, D. 2001. Metodologi
Penelitian
Kualitatif.
Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Poerwandari,
E.
K.
2001.
Pendekatan
Kualitatif
dalam Penelitian Psikologi.
Jakarta
:
Lembaga
Pengembangan
Sarana
Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi (LPSP3). Fakultas
Psikologi
Universitas
Indonesia
Munandar, A. S. 2008. Psikologi
Industri dan Organisasi.
Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia
National Safety Council. 2004.
Manajemen Stres. Jakarta :
EGC
Nurvina, I. 2011. Asuhan
Keperawatan Jiwa pada
Klien dengan Masalah
Utama Menarik Diri di ruang
X (Kresna RSJD Dr. Amino
Gondohutomo. Skripsi.
http://digilib.unimus.ac.id/fil
es/disk1/135/
jtptunimus-gdl-iinnurvina6732-1-babi.pdf (6 Oktober
2013;10.30)
Prabowo, S. 2000. Membangun
Perilaku Assertive Pada
Komunikasi
Terapeutik
antara Perawat dan Pasien.
Psikodimensia.
Kajian
Ilmiah Psikologi. Semarang:
Fakultas
Psikologi
Universitas
Katolik
Soegijapranata. Vol. 1, No.
1, Sep-Des 2000 (6-20)
14
Siegler, E.L & Whitney, F. W.
1996. Kolaborasi PerawatDokter : Perawatan Orang
Dewasa
dan
Lansia.
Jakarta:
Penerbit
Buku
Kedokteran EGC
Ranu, M. E. & Afia, I. N. 2013
Kontribusi Beban Kerja,
Disiplin Kerja, Hubungan
dengan
Teman
Sekerja
Terhadap
Produktivitas
Kerja di PT. Viccon Modern
Industry.
Jurnal
Administrasi Perkantoran
(JPAP). Surabaya: Fakultas
Ekonomi Unesa Surabaya
Siswanto.
2007.
Kesehatan
Mental; Konsep, Cakupan
dan
Perkembangannya.
Jogjakarta: Penerbit Andi
Robbin, S. P. 2007. Perilaku
Organisasi (Konsep
Kontroversi Aplikasi). Edisi
Bahasa Indonesia. Jilid 1.
Jakarta: PT. Prenhallindo
Smet,
B.
1994.
Psikologi
Kesehatan. Jakarta: PT.
Grasindo
Stoner & Wankel. 1986.
Manajemen Industri. Alih
Bahasa : Sutanto. Jakarta :
Erlangga
Rosse, N. 2011. Mengenal Unit
Perawatan Intensif Psikiatri
(UPIP) RS.
JiwaTampan.http://ikatanpe
rawatkesehatanjiwaprovriau.
blogspot.com/2011/10/meng
enal-unit-perawatanintensif.html (6 Oktober
2013;10.00)
Stuart, G. W. & Sundeen, S. J.
1998.
Buku
Saku
Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta:
Penerbit
Buku
Kedokteran EGC
Suliswati, dkk. 2004. Konsep
Dasar Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sarafino, E. P. 1998. Health
Psychology
:
Biopsychosocial
Interactions. Third Edition.
United States of American:
John Wiley & Sonc, Inc
Taylor, S. E. 2009. Health
Psychology Sixth Edition.
New York : McGraw-hill
Shaw, J. B. & Riskind, J. H.
(1983). Predicting Job Stress
Using Data From The
Position Analysis
Questionnaire. Journal of
Applied Psychology. 68 (2).
253-261
Warr, P. 2001. Psychology at
Work. (5th Ed). London :
Penguin Books
Wickens.
C.
D.
1992.
Engineering Psychological
and Human Performance.
15
Second Edition. Harper
Collins Publisher Inc
dpress.com/2010/11/27/kons
ep-kep-psikiatri/. (Senin 25
November
2013;14.15)
Yeho.2010.KonsepKeperawatanP
sikiatri.http://lovelylive.wor
16
Download