PERLUNYA PERCEPATAN UNDANG-UNDANG TENTANG HUKUM KONTRAK INDONESIA BERKAITAN DENGAN SEMAKIN MENINGKATNYA GLOBALISASI* Oleh: Prof. Dr. Mr. Sunaryati Hartono Pendahuluan Salah satu masalah aktual yang seharusnya sudah lama menjadi kenyataan adalah belum diperbaharuinya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya Hukum Kontrak Indonesia. Padahal negara-negara ASEAN yang lain, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina dan Muangthai, sudah lama memperbaharui Hukum Perdatanya, sesuai dengan tuntutan abad ke-20 dan 21. Bahkan Vietnam dan Myanmar pun sudah melakukannya. Hanya Indonesia saja, yang baik Hukum Perdatanya, Hukum Dagang/bisinis/ Ekonomi maupun Hukum Perdata lnternasional kita masih berasal dari zaman penjajahan Belanda, yang pada gilirannya merupakan te~emahan Code Civil Perancis (Code Napoleon) yang diundangkan di permulaan abad ke-19. Hal ini tentu sangat merugikan Indonesia dalam interaksi dan perdagangan intemasional khususnya antar-negara ASEAN yang semakin lama semakin erat, khususnya berdasarkan perjanjian ASEAN Free Trade Agreement yang sudah berlaku sejak tahun 2010 yang lalu. Apalagi dengan telah berlakunyaASEAN-China Free Trade Agreement dan hubungan negara ASEAN yang segera akan ditingkatkan menjadi ASEAN Market atau ASEAN Community. Maka demi kepentingan bangsa Indonesia sendiri, seyogianya kita (setidak-tidaknya) Mengupayakan agar Hukum Kontrak kita tidak terlalu berbeda/ketinggalan dengan Hukum Kontrak Negara-negara ASEAN yang lain, agar perdagangan bebas Indonesia dengan negara-negara ASEAN yang lain jangan sampai menimbulkan atau permasalahan yang merugikan bangsa kita; menimbulkan hambatan atau permasalahan baik dalam rangka penyelenggaraan transaksi-transaksi bisnis dagang maupun dalam rangka penyelesaian sengketa di bidang bisnis/perdagangan regional ASEAN dan penanaman modal asing di Indonesia . Bahkan juga untuk melancarkan hubungan bisnis dan penanaman modal secara internasional, kiranya upaya untuk lebih mengharmonisasi hukum kontrak Indonesia dengan hukum kontrak negaranegaraASEAN yang lain, akan lebih menguntungkan bagi bangsa Indonesia. Satu dan lain agar kita di satu fihak tidak kalah bersaing, dan dilain fihak agar sengketa bisnis/ dagang dapat ditekan seminimal mungkin, dan dapat diselesaikan dengan cara yang lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah daripada sekarang. Ke~a sama penelitian yang dilaksanakan oleh Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana merupakan langkah pertama ke arah itu, untuk dapat dibahas dalam suatu forum nasional, dalam hal ini forum BPHN, pada tanggal 5-7 oktober yang akan datang. Dari penelitian mengenai latar belakang sejarah dan perbandingan Hukum seperti di atas kita menyadari bahwa: Makalah disampaikan pada Forum Dialog Naslonal Hukum dan Non Hukum. Diselenggarakan oleh BPHN Tanggal, 5-7 Oktober 2011 di Hotel Bidakara, Jakarta. Majalah Hukum Nasional A Ternyata semua penduduk negara- negara ASEAN sulit di kategorikan dalam kelompok keturunan geneologis (ras) yang sama. Akibat peperangan antar suku dan perpindahan/ imigrasi Pendatang dari utara dan barat (daratan Gina dan Mongolia) maupun dari Timur (Timur Tengah, India dsb). Bahkan keturunannya selama berabad-abad lamanya saling bercampur baur dan kawin-mawin. Karena itu dapat dimengerti mengapa bangsa dari negaranegara ASEAN (yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Muangthai, Kamboja, Myanmar dan Laos) ingin bergabung sebagai suatu Masyarakat Ekonomi. Rupanya persamaan sejarah selama sekitar 10 (sepuluh ) abad yang menjadi pendorong atau motivasi dari keinginan ini ditambah dengan persamaan nasib sesama negara berkembang (kecuali singapura yang sudah sering dianggap sebagai negara maju, berkat Lee Kwan Yew), serta kedekatan geografis antara negara anggotaASEAN, memang memungkinkan kerja sama yang lebih erat. B. Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa selama berabad-abad pula penduduk di kawasan ASEAN ini tiada henti-hentinya Saling berperang, dan berusaha mendominasi bangsa lain di ASEAN. Sehingga selain perasaan kedekatan antar- bangsa ASEAN, juga bersembunyi persaingan yang kuat antara suku-suku bangsa-bangsa yang sekarang tergabung dalamASEAN itu. Hal ini, yaitu suatu Love - Hate relationship kiranya diperhatikan oleh bangsa Indonesia sehingga di dalam upaya menggalang persatuan ASEAN di segala bidang, pada saat yang sama kita perlu juga menjaga jarak dan memasang rambu - rambu, untuk mencegah timbulnya sengketa, yang mungkin saja dapat meletus menjadi perang. Hal ini kiranya dapat di rasakan dalam hubungan kita dengan Malaysia, dengan siapa orang Indonesia merasakan hubungan budaya terdekat. Tetapi dimasa lalu sampai sekarang pun telah berkalikali menimbulkan sumber sengketa antara kedua bangsa dan negara itu. C. Selanjutnya ternyata terdapat persamaan pengalaman bangsa dalam rangka hubungan kita dengan orang Barat, sekalipun Thailand Tidak pernah dijajah oleh negara barat, seperti lain-lain negara ASEAN. Namun demikian, Muangthai ternyata juga mengalami desakan-desakan dari negaranegara Barat, seperti dari lnggris, Amerika, Perancis, Portugis, Dan Denmark yang di abad ke 17 semuanya sedang berusaha memperluas pasar dan mengembangkan sayapnya dibidang ekonomi. Yaitu disatu pihak untuk memperoleh bahan baku secara mudah dan murah, dan dilain pihak untuk menguasai pasar yang akan membeli produk - produk industrinya sehingga perusahaan-perusahaan negara-negara Eropa dan (kemudian) Am erika Serikat dapat menjadi lebih maju dan canggih serta perusahaannya dapat melebarkan sayapnya sehingga meliputi seluruh dunia: Dari Benua Eropa ke seluruh benua Asia dan Australia (termasuk Selandia Baru); dan dari Timur Benua Eropa ke wilayah negara- negara Amerika Latin. lnilah sukses yang dicapai bangsa-bangsa eropa dari mulai VOC sampai sekarang melalui perusahaan-perusahaan Transnational Coorporation atau TNC, dimulai dengan VOC. Di abad ke 21 ini tampak bahwa politik perluasan ekonomi itu ingin diulangi lagi melalui sarana globalisasi. D. Persamaan sejarah, terutama sejak abad ke15 diantara Negara-negara ASEAN itu sampai sekarang juga dapat digunakan sebagai bahan perbandingan, baik di bidang politik, pertahanan dan keamanan, ekonomi, tetapi juga di bidang hukum. Khsususnya bagaimana kita dapat atau jangan membangun hukum nasional kita untuk (disatu pihak) hanya dapat memperoleh penambahan keuanganffinancial atau ekonomis belaka dari keadaan lingkungan luar negara kita (yaitu asas globalisasi perusahaan-perusahaan TNC) tetapi sebaliknya, bagaimana kita melalui pembangunan hukum kita harus menghindari efek-efek samping yang sangat merugikan keamanan negara kemajuan, kesejahteraan maupun bangsa dan negara kita. Kesimpulan dan Saran Nenek moyang kita sudah pernah menghadapi masalah yang sam a di abad ke-17, maka janganlah kita karena kurang cerdik dan waspada membawa anak cucu kita ke dalam lembah kenistaan yang sama, seperti raja-raja kita di masa itu, yang banyak mementingkan kepentingan pribadi atau kerajaan/ Majalah Hukum Nasional daerahnya sendiri, dengan sedikit demi sedikit berdasarkan motto ~penambahan keuangan" atau "kemajuan ekonomi" atau "perluasan daerah kekuasaan~ dengan terlalu mudah menyerah pada kekuatan-kekuatan asing, seperti empat abad yang lalu. Sekaligus mengetahui hal-hal mana di dalam rangka pembahasan hukum kontrak kita, yang dapat diambilldiadopsi dari instrumen hukum kontrak internasional a./. principles of international Commercial Contract UNIDRT atau instrumen international lain. Dan hal-hal mana yang tidak. Sebab jalan kekuasaan politik adalah melalui kekuasaan ekonomi. Hal ini dapat kita ketahui dan sadari jika kita dengan cermat mempelajari sejarah politik, sejarah ekonomi dan sejarah hukum kita, maupun sejarah bangsa kita dan bangsa-bangsaASEAN yang lain. Dengan kemampuan yang ada langkah pertama yang diupayakan oleh dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana mudah-mudahan akan diikuti oleh penelitian hukum yang lebih mendalam, sehingga secepat mungkin dapat disusun naskah akademik untuk Rancangan Undang-undang tentang Hukum Kontrak Indonesia, yang sekaligus juga memuat aspek-aspek hukum perdata international. Diharapkan RUU Hukum kontrak itu dipercepat penyusunan dan pengundangannya dan selain meliputi asas-asas hukum pe~anjian pada umumnya, juga mengatur berbagai macam hukum kontrak maupun perikatan khusus mengenai berbagai kontrak: dari kontrak sederhana sampai kontrak baku {contrat d'adhesion), kontrak dengan pemerintah {government contracts), kontrak internasional, kontrak penanaman modal, kontrak elektronik sampai kepada kontrak dagang antara lembaga pemerintah dengan lembaga internasional, seperti antara Rl dengan IMF, Worl Bank Asian Development dsb. Maka untuk jangan jatuh ke lembah kenistaan setelah pemuda pemudi kita selama kurang lebih setengah abad (sejak permulaan abad ke-20) bangkitdan mengorbankanjiwanya bagi kita-kita ini. agar bisa lebih sejahtera dan menjadi "tuan di rumah sendiri" Hendaknya senjata ekonomi dan hukum juga harus dilawan dengan "senjata Hukum Ekonomi" atau Economi Law. Antara Lain dengan mencari bagaimanakah kiranya sebaiknya kita susun hukum kontrak dan hukum ekonomi, hukum perdata internasional serta hukum administrasi dan hukum pidana yang modern, yang dalam suasana globalisasi ekonomi ini tetap mampu menciptakan masyarakat indonesia yang lebih aman, lebih adil, lebih makmur dan lebih kuat dan bersatu dari pada sekarang. Untuk itulah kami mengadakan studi perbandingan hukum kontrak di negara-negara ASEAN ini, yang sekaligus meliputi aspek-aspek hukum internasional dan hukum perdata internasional. Demikian semoga bahan-bahan yang diajukan dalam kumpulan studi perbandingan mengenai sistem hukum negara-negara ASEAN dapat merupakan permulaan dari percepatan hukum kontrak indonesia yang dapat menampung kebutuhan bangsa Indonesia diabad ke 21 ini. Ma"alah Hukum Nasional Majalah Hukum Nasional