perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
i
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
GERAKAN MERAPI MERBABU COMPLEX (MMC)
SEBAGAI MATERI MATA PELAJARAN SEJARAH
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN BOYOLALI
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sejarah
Disusun Oleh:
Andriyanto
NIM : S860809004
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
to user
2011
ii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
GERAKAN MERAPI MERBABU COMPLEX (MMC)
SEBAGAI MATERI MATA PELAJARAN SEJARAH
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN BOYOLALI
Disusun Oleh :
Andriyanto
NIM : S860809004
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd
__________
_________
Pembimbing II
Drs. Saiful Bachri, M.Pd
__________
_________
Mengetahui
Ketua Prodi Pendidikan sejarah
Dr. Warto, M.Hum
NIP. 196109251986031001
commit to user
ii
iii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
iv
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama
: Andriyanto
NIM
: S860809004
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis berjudul Gerakan Merapi
Merbabu Complex (MMC) Sebagai Materi Mata Pelajaran Sejarah di Sekolah
Menengah Atas kabupaten Boyolali adalah benar-benar karya saya sendiri, bukan
hasil plagiat serta bukan hasil pekerjaan orang lain. Hal-hal yang bukan hasil
karya asli saya yang terdapat dalam tesis ini telah diberi tanda citasi (kutipan) dan
ditunjukkan dalam daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pencabutan Tesis beserta gelar yang diperolehnya.
Surakarta,
Yang membuat pernyataan.
Andriyanto
commit to user
iv
v
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MOTTO
“mimpi akan bisa terwujud, selama pemimpi itu sadar bahwa hidup bukan hanya
bermimpi, tetapi hidup untuk mewujudkan mimpi”
(Penulis)
(Satu) (Dua) (Tiga) dan (Seterusnya) adalah hitungan manusia, akan tetapi Tuhan
mempunyai hitungan lain dalam semua kehidupan ini,
karena hitungan dari Allah adalah misteri
(Penulis)
commit to user
v
vi
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dari lubuk hati yang paling dalam dan dengan ketulusan hati
Saya persembahkan Tesis ini untuk :
•
Ibunda dan Ayahanda tercinta
• Kakak adikku tercinta
commit to user
• Almamater tercinta
vi
vii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum wr.wb
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan berbagai limpahan karunia dan kemurahan-Nya kepada
penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini. Penulisan Tesis
dengan judul “Gerakan Merapi Merbabu Complex (MMC) Sebagai Materi Mata
Pelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas Kabupaten Boyolali”ini tentunya
tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Prof.Dr. Ravik Karsidi,M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Warto, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus sebagai
ketua penguji yang telah memberikan banyak arahan serta saran.
4. Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd, selaku Pembimbing I Tesis, yang telah
memberikan masukan, saran dan dengan sabar membimbing penulis dalam
menyelesaikan tulisan ini.
5. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku pembimbing II Tesis, telah banyak
meluangkan waktu dan sumbangan pemikiran dalam proses penyelesaian
tulisan ini.
6. Dr. Suyatno Kartodirdjo, selaku Sekretaris Penguji telah meluangkan
waktu dalam proses penyempurnaan tulisan ini.
7. Dra. Sutiyah, M.Pd., M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan yang telah
memberikan banyak informasi sehingga bisa selesainya tulisan ini.
8. Segenap dosen pengajar di Jurusan Pendidikan Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu dan wacana
pengetahuan.
commit to user
vii
viii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9. Segenap staf dan karyawan perpustakaan pusat UNS, Perpustakaan
Pascasarjana, Perpustakaan FSSR UNS, Perpustakaan Daerah Boyolali.
10. Seluruh pengurus MGMP sejarah SMA Kabupaten Boyolali yang telah
memberikan informasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis untuk
menyelesaikan tulisan ini.
11. Dinas Pendidikan Kabupaten Boyolali yang telah memberikan informasi
bagi penyusunan data dalam menyusun Tesis.
12. SMA N 2 Boyolali, SMA N 3 Boyolali, SMA N 1 Teras, SMA Bhinneka
Karya 3 dan SMA N 1 Wonosegoro yang telah menjadi tempat untuk
melakukan penggalian data penelitian.
13. Ibunda dan ayahanda penulis, dengan kasih sayangnya dan tulus iklas dan
tidak putus, selalu memberikan doa, semangat dan dukungannya, serta
kakek dan nenekku, kakak adikku Mas Anto Nia, Deni serta Syahdan.
14. Teman-Teman di Jurusan Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta terimakasih atas doa dan batuannya.
15. Teman-teman di Beswan Djarum Indonesia (Penerima Beasiswa dari PT.
Djarum). Sahabat-sahabatku SMA N 3 Boyolali angkatan 2000, FKIP
Prodi Ekonomi angkatan 2003, Ilmu Sejarah UNS 2003 dan Sentraya
Bhuana FSSR UNS, jangan pernah menyerah untuk sebuah cita-cita.
16. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya
penulisan Tesis ini,yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tesis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis berharap akan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun atas Tesis ini supaya menjadi lebih baik.
Akhirnya penulis berharap bahwa hasil penulisan Tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca sekalian. Amien.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta,
commit to user
viii
2011
Penulis
ix
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................
iii
PERNYATAAN ……………………………………………………..
iv
MOTTO ……………………………………………………..………
v
PERSEMBAHAN …………………………………………………...
vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………
vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………
ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………
xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………
xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………...
xiii
ABSTRAK ……………………………………………………………
xiv
ABSTRACT …………………………………………………………..
xv
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………
1
A. Latar Belakang …………………………………………….
1
B. Perumusan Masalah ……………………………………….
8
C. Tujuan Penelitian ………………………………………….
8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………...
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR ……………… 10
A. Kajian teori
……………………………………………….
10
1. SK dan KD Yang Akan Dicapai ..……..……..................
10
2. Sistematika Materi Peristiwa MMC...................................
12
3. Keunggulan Lokal ……………………………………..
13
4. Mata Pelajaran Sejarah
..………………………………
16
…………………………………
27
C. Kerangka Pikir ……………………………………………
30
B. Penelitian Yang Relevan
commit to user
ix
x
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………….
32
A. Tempat dan Waktu Penelitian ….…………………………
32
B. Jenis dan Strategi Penelitian ……………………………..
34
C. Sumber Data ……………………………………………..
35
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………
36
E. Teknik Cuplikan (Sampling) …………………………….
38
F. Validitas Data ……………………………………………
39
G. Teknik Analisa Data
……………………………………..
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………..
43
A. Hasil Penelitian …………………………………………..
43
1. Deskripsi Kondisi Kabupaten Boyolali ………………
43
2. Sajian Data ……………………………………………
55
B. Pokok-Pokok Temuan …………………………………….
66
a.
Apakah Guru Sudah Memasukkan Peristiwa MMC
dalam materi Mata Pelajaran sejarah …………..…..
b.
66
MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali
Menanggapi Usulan Memasukkan Peristiwa MMC
sebagai materi Alternatif dalam Pembelajaran
Sejarah .………..........................................................
c.
68
Tindak Lanjut dari MGMP agar peristiwa MMC
dapat menjadi Materi Mata Pelajaran sejarah
di SMA Kabupaten Boyolali ……………………...
70
C. Pembahasan …………………………………………..…..
72
BAB V PENUTUP …………………………………………………..
83
A. Simpulan ……………………………………………………….
83
B. Implikasi ………………………………………………………
84
C. Saran ………………………………………………………….
85
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..
89
LAMPIRAN ………………………………………………………….
91
commit to user
x
xi
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Gambar Kerangka Pikir …………………………………
Gambar 2 : Gambar Model Analisis Interaktif ……………………....
commit to user
xi
Halaman
31
42
xii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DARTAR TABEL
Tabel 1 : Tabel Kegiatan Penelitian ……………………….………
commit to user
xii
Halaman
33
xiii
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
1:
2:
3:
4:
5:
6 :
7 :
Halaman
Pedoman Wawancara ………………………………………
Daftar Informan ……………………………………………. 91
Usulan Materi Gerakan Merapi Merbabu Complex ………... 94
Dokumentasi Penelitian ……………………………………... 95
Program Kegiatan dan Daftar Pengurus MGMP Sejarah ….. 114
Surat Ijin Kesbang Pol dan Linmas Kab. Boyolali ………… 117
Lembar Diposisi Dari Kepala Sekolah …………………….. 124
125
commit to user
xiii
xiv
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRAK
ANDRIYANTO. NIM : S860809004. 2011. Gerakan Merapi Merbabu Complex
(MMC) Sebagai Materi Mata Pelajaran Sejarah Di Sekolah Menengah Atas
Kabupaten Boyolali. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah guru sudah
memanfaatkan peristiwa MMC dalam pembelajaran sejarah di SMA Kabupaten
Boyolali. (2) Untuk mengetahui tanggapan MGMP Sejarah SMA Kabupaten
Boyolali dengan usulan memanfaatkan peristiwa MMC sebagai materi alternatif
dalam pembelajaran sejarah. (3) Untuk mengetahui tindak lanjut yang dilakukan
MGMP agar peristiwa MMC dapat menjadi materi mata pelajaran sejarah di SMA
Kabupaten Boyolali.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif yaitu berusaha menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik
obyek yang diteliti secara tepat. Alasan pemilihan metode deskriptif kualitatif
adalah karena dari pengamatan empiris didapat bahwa laporan penelitian
dilakukan dalam bentuk deskriptif. Dan metode deskriptif kualitatif sangat
berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang
pendidikan dan tingkah laku manusia. Penelitian ini penulis menggunakan model
analisis interaktif dalam analisisnya. Model analisis interaktif memiliki tiga unsur
yaitu reduksi data, sajian data, dan verifikasi data, yang mana analisa data
interaktif pada proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Pengambilan data
menggunakan teknik wawancara, mengkaji dokumen dan arsip (content analysis),
dan observasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpukan peristiwa
MMC sampai saat ini belum dimasukkan sebagai materi mata pelajaran sejarah di
SMA Kabupaten Boyolali dikarenakan beberapa alasan antara lain alokasi waktu
yang sangat terbatas, kemampuan guru dan tidak tersedianya bahan ajar.
Tanggapan dari MGMP sangat menyambut baik dengan usulan,
membutuhkan waktu untuk merealisasikannya. Upaya untuk memasukkan sejarah
tentang peristiwa MMC mendapat tanggapan yang positif dari para guru mata
pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Karena banyak nilai bisa dipetik
diantaranya nilai kemanusiaan.
Tindak lanjut untuk usaha memasukkan sejarah tentang peristiwa MMC
sebagai materi mata pelajaran sejarah yang di usulkakan MGMP adalah dengan
membawa usulan materi alternatif yang memasukkan peristiwa MMC ke dalam
rapat MGMP sejarah SMA Kabupaten Boyolali. Tanggapan dari kepala sekolah
sangat positif dengan usulan materi alternatif begitu juga dengan Disdasmen
Disdikpora menyambut baik usulan tersebut.
commit to user
xiv
xv
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRACT
ANDRIYANTO. NIM: S860809004. 2011. Merapi Merbabu Complex (MMC)
Movement as the Material of History Subject in Senior High Schools (SMA) in
Boyolali Regency. Thesis. Surakarta: History Education Study Program of
Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.
The objectives of research are (1) to find out whether or not teacher has
used the MMC event in history learning in SMA of Boyolali Regency, (2) to find
out the respond of MGMP of History for SMA in Boyolali Regency to the
proposal of utilizing MMC event as the alternative material in history learning,
and (3) to find out the follow-up the MGMP had taken to make MMC event the
material of history subject in SMA of Boyolali Regency.
The research method employed in this research was descriptive qualitative
that is to try describing systematically the fact and the characteristic of object
studied properly. The reason of choosing a descriptive qualitative method is
because from the empirical observation, it can be seen that the research report was
done in descriptive form. And descriptive qualitative method is very helpful to
obtain the variation of problem relevant to education area and human conduct. In
this research, the author employed an interactive analysis in his analysis.
Interactive analysis model has three elements: data reduction, data display, and
data verification, the interactive data analysis in data collection process as a cycle.
The data collection was done using interview, document and archive study
(content analysis), and observation techniques.
Considering the result of research and discussion, it can be concluded that
MMC event up to no has not been included into history subject material in SMA
of Boyolali Regency because of such reasons as limited time allotment, limiter
teacher capability and learning material unavailability.
MGMP responds well to that proposal, but it takes time to realize it. The
attempt of including history about MMC event receives positive response from
history teacher in SMA of Regency Boyolali, because many values can be taken
from it, including humanity value.
The follow up of the attempt of including history about MMC event into
history subject material proposed by MGMP is to take the alternative material
proposed that include the MMC event to the meeting of MGMP of Senior High
School History in Boyolali Regency. The respond from the principals
(headmasters) is very positive to such alternative material. Disdasmen Disdikpora
also welcomes the proposal well.
commit to user
xv
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemandirian merupakan sikap strategis untuk memilih sebuah perubahan.
Bagaimana memilih sebuah landasan mengenai dunia pendidikan dewasa ini,
banyak berbagai masalah yang ada bisa dilihat dari berbagai dimensi dan sudut
pandang dalam dunia pendidikan, sekolah pada umumnya dan SMA pada
khususnya. Setiap komponen pendidikan mempunyai peranan dan fungsi yang
berbeda-beda tetapi semuanya menginginkan perubahan menuju kebaikan. Siswa
mempunyai keharusan terus belajar untuk masa depannya. Guru selalu menjadi
pendamping siswa dalam menuntut ilmu dengan menyiapkan berbagai keperluan
yang disiapkan untuk menunjang belajar-mengajar di sekolah.
Mengenai persiapan materi pembelajaran, termasuk materi mata pelajaran
sejarah di tingkat SMA. Beberapa pihak yang seharusnya bertanggung jawab
dalam permasalahan materi mata pelajaran sejarah antara lain, guru, organisasi
profesi dan kepala sekolah. Diharapkan memfasilitasi antara keinginan dari siswa
dan guru, karena kebijakan tertinggi di dalam sekolah berada di tangan kepala
sekolah. Komponen lain dalam rangka peningkatan mutu pebelajaran di sekolah
khususnya mata pelajaran IPS adalah kepala sekolah dan komite sekolah. Kepala
sekolah adalah komponen yang penting dalam mengkoordinir aktivitas
pembelajaran
yang
bermutu
di
sekolah.
commit to user
1
Kepala
sekolah
harus
dapat
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberdayakan guru dan siswanya secara demokratik, transparan, partisipatif,
dan akuntabel (Endang Danial, 2005 : 8-9).
Menurut Joko Suryo, berhasil tidaknya pengajaran sejarah pada dasarnya
ditentukan oleh berbagai unsur atau komponen yang terkait di dalam proses
pengajaran, yaitu antara lain : kurikulum dan bahan media, sarana prasarana,
metode, evaluasi dan guru sebagai pengajar, di samping itu juga faktor dana,
lingkungan dan waktu serta unsur pendukung lainnya yang di anggap ikut
mempengaruhi (Djoko Suryo, 1989 : 3)
Permasalahan klasik dari dunia pendidikan Indonesia adalah selalu kurang
inovatif dalam pemberian materi hanya berpedoman pada materi yang diberikan
dari pusat yang sering tidak sesuai dengan keadaan siswa. Sehingga diharapkan
dari sekolah ini yaitu guru dan Kepala Sekolah memberikan sumbangan yang
berarti dalam pendidikan dengan cara tindakan maupun ide-ide demi kemajuan
pendidikan Nasional. Perubahan pendidikan nasional menuju yang lebih baik,
mustahil jika tidak dilakukan dari dalam yang berkecimpung di dunia pendidikan
itu sendiri. Kepala sekolah diharapkan selalu menggerakkan guru untuk kreatif
dan inovatif, sehingga guru selalu bisa mengembangkan inovatif. Melalui
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) disetiap Kabupaten, bertemu
permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran sejarah, diantaranya materi yang
disampaikan ke siswa. Sedangkan pemerintah merangkum keinginan dari
universal pendidikan nasional Indonesia untuk menentukan kebijakan dalam
mengatur
dunia
pendidikan
yang
disesuaikan
dengan
perubahan
perkembangan zaman dengan diwujudkan dalam sebuah kurikulum.
commit to user
dan
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan
wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan
yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi
pengelolaan
pendidikan
dengan
diberikannya
wewenang
kepada
satuan
pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi
dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35, mengenai standar nasional
pendidikan.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari
desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan
kepada satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan
pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam
penyusunan maupun pelaksanaannya di satuan pendidikan.
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar
isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari delapan standar
nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
Kurikulum yang ada sekarang sebenarnya mempermudah guru untuk bisa
menyesuaikan materi pelajaran karena semua diserahkan kepada guru mata
pelajaran yang disesuaikan dengan lingkunagan sekitar. Dalam kenyataannya guru
menyampaikan materi pelajaran sejarah berpedoman dengan buku yang dimiliki.
Materi disampaikan dengan cara konvensional yaitu dengan mencatat dan
memberi pekerjaan rumah pada siswa. Dengan cara tersebut isi dari pembelajaran
tersebut hanyalah sebuah pemindahan catatan dari buku dan tulisan dalam
lembaran kerja sehingga jauh dari tujuan dari mata pelajaran sejarah yang
sebenarnya.
Pembelajaran sejarah kurang menumbuhkan minat bagi anak didik, selalu
bercerita jauh dari pola pikir siswa itu sendiri banyak kekaburan dalam
penjelasan, yaitu bagaimana siswa menyesuaikan banyak tempat yang ada di
dalam materi pembelajaran sejarah sehingga para siswa selalu bertanya-tanya
dimana tempat terjadinya peristiwa sejarah tersebut. Siswa sulit untuk
menyesuaikan antara kejadian dan tempat kejadian sejarah, hal ini lebih
disebabkan karena karakter siswa SMA sedikit lebih kritis dan sudah mengunakan
logika dalam menerima materi yang disampaikan guru. Berbeda dengan siswa SD
atau SMP yang menerima materi dari guru dengan hanya mendengarkan tanpa
mengunakan analisis di tiap pembelajaran. Proses pembelajaran adalah suatu
proses mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilainilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber.
Berdasarkan masalah pembelajaran perlu diupayakan kelengkapan dalam
materi yang disampaikan kepada siswa di SMA Kabupaten Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5
digilib.uns.ac.id
Pengupayaan itu dengan cara menberi materi sejarah nasional dengan sejarah
lokal, salah satunya yaitu peristiwa MMC (Merapi Merbabu Complex). Dengan
demikian siswa akan lebih dekat mengenal setting terjadinya sejarah tersebut
sehingga diharapakan akan dapat mempermudah penerimaan siswa dalam
pembelajaran sejarah.
Berhubungan dengan masalah di SMA Kabupaten Boyolali, seharusnya
sejarah sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai peranan yang strategis
dalam rangka pembentukan kepribadian bangsa atau nation and character
building. Seperti yang dikemukakan oleh Suyatno Kartodirdjo, tanpa mengetahui
sejarahnya suku bangsa tidak mungkin mengenal dan memiliki identitasnya, untuk
itu pengajaran sejarah berkedudukan sangat strategis dalam pendidikan nasional
sebagai soko-guru dalam pembangunan bangsa (Suyatno Kartodirdjo,1989 : 9).
Sehingga harapan tersampaikan tujuan dari pembelajaran sejarah dapat tercapai
dengan baik.
Sartono Kartodirdjo dalam I Gde Widja (1991), seringkali hal-hal yang
ada di tingkat nasional baru bisa mengerti dengan lebih baik pula perkembangan
di tingkat lokal. Hal-hal yang ditingkat yang lebih luas itu biasanya hanya
menberikan gambaran dari pola-pola serta masalah umumnya, sedangkan
situasinya yang lebih konkret dan mendetail baru bisa diketahui melalui gambaran
sejarah lokal.
Peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat kontemporer dengan berbagai
tema, seperti politik, sosial, ekonomi, dll di tingkat lokal/tempat tertentu di
berbagai tempat di wilayah Indonesia, banyak yang dijadikan karya ilmiah dalam
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rangka menyelesaikan pendidikan pada jenjang S1. Hanya saja sebagian besar
yang dipublikasikan atau diterbitkan untuk konsumsi umum karena masih
tersimpan diberbagai perpustakaan universitas tempat mereka menuntut ilmu.
Tulisan-tulisan itu sangat menarik karena banyak memakai sumber lisan yang
diperoleh lewat para nara sumber, baik pelaku maupun saksi (Murdiyah Winarti,
2005 : 39). Tulisan-tulisan tersebut nantinya bisa dijadikan sebagai alternatif
sumber belajar dan sumber penyusunan materi dengan memasukkan peristiwa
MMCdalam pembelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali.
Peristiwa MMC merupakan peristiwa lokal yang bisa menjadi keunggulan
historis lokal Boyolali karena peristiwa tersebut berskala Nasional. Keunggulan
lokal dapat dikembangakan di sekolah melalui Pendidikan Berbasis Keungulan
Lokal (PBKL) sebagaimana UU No. 20/2003 BAB XIV pasal 50 ayat 5 yang
meyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan
menengah, serta pendidikan berbasis Keunggulan Lokal. Selanjutnya PP 19/2005
BAB III pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa untuk SMA/MA/SMALB atau
bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan
lokal
Tujuan dari pengembangan PBKL sebagaimana di SMA memiliki
karakteristik berbeda dengan di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan
pengetahuan yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena secara umum tujuan PBKL di SMA
adalah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendidikan di sekolahnya dengan memasukkan kajian materi keunggulan lokal
sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah.
Kebijakan yang ada sekarang mempermudah guru untuk memilih materi
pembelajaran karena semua diserahkan kepada guru mata pelajaran yang
disesuaikan
dengan
lingkungan
sekitar.
Dalam
pengembangan
materi
pembelajaran harus melihat beberapa faktor, yaitu : sahih, tingkat kepentingan,
kebermaknaan, layak dipelajari dan menarik (Sutiyah, 2003). Faktor-faktor
tersebut juga terdapat dalam peristiwa MMC. Dengan memanfaatkan peristiwa
lokal di Boyolali yaitu peristiwa MMC yang disesuiakan dalam Standar
Kompetensi dan Kompoetensi Dasar/(SK dan KD) mata pelajaran sejarah di SMA
Kabupaten Boyolali dapat menambah wawasan sejarah lokal sebagai penyokong
sejarah nasional. Penyampaian materi lokal oleh guru sebenarnya sudah
tersampaikan, akan tetapi dalam kadar yang sedikit. Sedangkan khusus materi
peristiwa MMC guru tidak memasukkan dalam materi pembelajaran.
Permasalahanya adalah bagaimana proses usulan peristiwa MMC di
sehingga bisa dijadikan sebagai materi alternatif dalam mata pelajaran sejarah di
SMA Kabupaten Boyolali kepada MGMP sejarah. Oleh sebab itu untuk
mewujudkan agar bisa terlaksana, sehingga diharapkan dapat menyumbangkan
sebuah pemikiran yang dituangkan dalam hasil laporan.
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
1. Apakah guru sudah memasukkan peristiwa MMC dalam pembelajaran
sejarah di SMA Kabupaten Boyolali?
2. Bagaimana tanggapan MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali dengan
usulan memasukkan peristiwa MMC sebagai materi alternatif dalam
pembelajaran sejarah?
3. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan MGMP agar peristiwa MMC dapat
menjadi materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah guru sudah memanfaatkan peristiwa MMC dalam
pembelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali?
2. Untuk mengetahui tanggapan MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali
dengan usulan memanfaatkan peristiwa MMC sebagai materi alternatif
dalam pembelajaran sejarah?
3. Untuk mengetahui tindak lanjut yang dilakukan MGMP agar peristiwa MMC
dapat menjadi materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah.
1. Manfaat praktis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
gambaran
tentang
permasalahan dalam memasukkan peristiwa MMC ke dalam materi mata
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali serta dapat menambah wawasan
dan bahan bacaan mengenai masalah pendidikan khusunya mengenai materi mata
pelajaran sejarah SMA.
2. Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi para peneliti
yang menaruh minat terhadap penelitian pendidikan, khususnya dalam masalah
materi mata pelajaran sejarah yang memanfaatkan peristiwa lokal di sekitar
lingkungan siswa.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
c. Menyumbangkan alternatif materi ajar di SMA Kabupaten Boyolali dalam
pembelajaran mata pelajaran sejarah di kelas.
d. Melengkapi penelitian-penelitian tentang pendidikan di Kabupaten Boyolali
sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. SK dan KD Yang Akan Dicapai
SK dan KD memiliki pengertian yang saling melengkapi yaitu bahwa SK
adalah kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata
pelajaran ; kompetensi dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh siswa;
kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran. KD
adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh
lulusan; kompetensi minimal yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh
siswa dari standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran. Mengenai SK dan KD
dalam materi MMC, yaitu SK dalam materi MMC adalah menganalisis perjalanan
bangsa Indonesia sejak masa awal kemerdekaan sampai dengan munculnya
reformasi. Sedangkan KD adalah menganalisis perkembangan politik dan
ekonomi serta perubahan masayarakat di Indonesia di tengah usaha mengisi
kemerdekaan. Sehingga dalam SK dan KD tersebut melihat dan menganalisis
perkembangan dan dinamika pilitik yang ada di Indonesia salah satunya dinamika
pilitik dalam sitem pertahanan nasional. Dikarenakan terlalu banyaknya
kelaskaran dengan alasan keadaan ekonomi memburuk sehingga pemerintah
terpaksa melakukan kebijakan Reorganisasi dan Rasionalisasi di tubuh militer
(RE-RA) untuk mengamankan ekonomi nasional. Kelaskaran yang mempunyai
peran penting dalam menghantarkan Indonesia ke gerbang kemerdekaan merasa
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
11
digilib.uns.ac.id
terbuang dan diperparah dengan dipertahankannya kesatuan bentukan Jepang
(Peta) dan Belanda (KNIL).
SK dan KD dalam materi MMC menganalisis perjalanan bangsa Indonesia
serta menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan
masyarakat untuk mengisi kemerdekaan. Menganalisis perjalanan bangsa
Indonesia, merupakan rangkaian dari kegiatan bangsa Indonesia sejak awal
kemerdekaan, didalamnya termasuk perkembangan ideologi komunis, termasuk
pelarian orang-orang dari pemberontakan PKI Madiun yang menjadikan gunung
Merapi dan Merbabu sebagai tempat persembunyian. Menganalisis perubahan
ekonomi dapat terlihat dalam keputusan kebijakan RE-RA disebabkan keadaan
ekonomi pada waktu itu sangat sulit. Untuk menyiasati keadaan tersebut, sehingga
salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah perampingan dalam tubuh
militer. Akibantnya muncul gerakan MMC berawal dari ketidakpuasan terhadap
pemerintah yang sah dan pada akhirnya melakukan pemberontakan. Menganalisis
perkembangan politik dalam materi peristiwa MMC dapat terlihat setelah
perjanjian KMB yang mengakibatkan bagi para petani dikarenakan dipaksa untuk
mengembalikan tanah-tanah kepada pemilik sebelumnya yaitu para pengusaha
asing. Keputusan perjanjian tersebut ditentang oleh para petani. Keadaan itu
dimanfaatkan gerakan MMC untuk mendapatkan simpati para petani agar
mendukung gerakan.
Pemaparan tersebut dapat ditemukan indikator dalam materi ini, yaitu
menghubungkan hasil KMB dengan berlanjutnya konflik Indonesia-Belanda.
Dengan demikian SK dan KD dan Indikator dapat terpenuhi dalam materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12
digilib.uns.ac.id
peristiwa MMC diharapkan terpenuhinya SK akan dapat menjadikan penting
keberadaannya.
2. Sistematika Materi Peristiwa MMC
Sistematika penulisan materi peristiwa MMC yaitu 1). Latar belakang
munculnya gerakan MMC yaitu dengan berbagai sudut pandang alasan utamanya
adalah adanya kebijakan RE-RA, KMB dan pelarian PKI Madiun, 2). Kegiatan
yang dilakukan gerakan MMC yaitu bergabungnya bekas TNI Masyarakat
(Tentara Kelaskaran) korban RE-RA dengan gerakan dan menghasut para petani
dengan alasan ketidakpuasan hasil KMB yang dirasa merugikan petani. Dengan
diharuskan mengembalikan tanah-tanah kepada pemilik sebelumnya yaitu
pengusaha-pengusaha asing, 3). Pengorganisasiaan dan kepemimpinan dalam
gerakan MMC, yaitu menjelaskan proses pengorganisasian dan kepemimpinan di
dalam gerakan MMC. Organisasi-organisasi gerilya itu mula-mula membantu
perjuangan, tetapi akhirnya gerakan-gerakannya menuju ke arah eksrim kiri.
Organisasi-organisasi tersebut kemudian menjadi gerombolan MMC di sekitar
gunung Merapi dan Merbabu yang selalu mengadakan gangguan, akhirnya
membangkang terhadap pemerintah yang sah. Gerakan MMC cukup luas ruang
geraknya antara lain meliputi Klaten, Boyolali, Magelang, Salatiga, Surakarta dan
daerah lain di sekitar gunung Merapi dan Merbabu.
Pusat gerakan berada di daerah Boyolali yang dibuktikan dengan gerakan
MMC sempat merencanakan sebuah Negara di sekitar Musuk. Sehingga
keberadaan wilayah Boyolali sangat penting dalam gerakan. Boyolali mempunyai
sejarah tersendiri, keberadaan dua gunung yang menyimpan berbagai peristiwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13
digilib.uns.ac.id
nasional khususnya di wilayah kerajaan Yogyakarta dan Surakarta. 4). Tindakan
dari Pemerintah untuk menumpas gerakan MMC karena dirasa sudah
mengganggu keamanan masyarakat dan mengancam stabilitas nasional sehingga
gerakan perlu dihentikan keberadaanya. Pemerintah melihat gerakan sangat
mengancam, dikarenakan gerakan bersenjata telah bergabung dengan para
perampok serta menghasut petani untuk mendukung gerakan. Gerakan semakin
berbahaya dengan masuknya ideologi politik komunis dalam tubuh gerakan
MMC. Pemerintah melakukan operasi-operasi penumpasan melihat semakin
berbahaya gerakan yang berkembang dan operasi berakhir pada tahun 1956.
Berdasarkan uraian di atas sehingga sistematika materi MMC dapat
menjelaskan faktor-faktor penyebabnya, kegiatan gerakan, dan akhir dari gerakan
karena pemerintah melakukan penumpasan gerakan dirasa bisa mengancam
keutuhan bangsa.
3. Keunggulan Lokal
Keunggulan lokal dapat dikembangkan di sekolah melalui PBKL
sebagaimana UU No. 20/2003 BAB XIV pasal 50 ayat 5 yang menyatakan bahwa
Pemerintah Kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan menengah, serta
PBKL. Selanjutnya PP 19/2005 BAB III pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa
untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan
pendidikan berbasis keunggulan lokal
Tujuan dari pengembangan PBKL di SMA memiliki karakteristik berbeda
dengan di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan pengetahuan yang
diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14
digilib.uns.ac.id
karena secara umum tujuan PBKL di SMA adalah memberikan kesempatan
kepada sekolah untuk mengembangkan pendidikan di sekolahnya dengan
memasukkan kajian materi keunggulan lokal sesuai dengan kondisi dan potensi
dan potensi sekolah. Sedangkan secara khusus PBKL bertujuan agar peserta
didik:
a) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan
budaya daerah dimana siswa berada.
b) Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan mengenai lingkungan daerah
yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan Negara.
c) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan yang
berlaku di daerah, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur
budaya daerah dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
d) Berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah.
Pelaksanaan untuk program PBKL, pemerintah mengeluarkan berbagai
peraturan, baik perundang-undangan peraturan pemerintah. Kalau disadari bahwa
proses belajar dapat terjadi pada setiap saat dan disegala tempat. Secara alamiah
setiap orang akan terus belajar melalui pengalaman berinteraksi dengan
lingkungan.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada BAB III pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa Pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak deskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai kultural dan
kemajemukan banggsa. Selanjutnya pada BAB X pasal 36 ayat (2) dinyatakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15
digilib.uns.ac.id
bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik, dan pada pasal yang sama ayat (3) butir c menyatakan bahwa
Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam rangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan keragaman potensi daerah
dan lingkungan.
Suatu jaringan saling ketergantungan yang menciptakan lingkungan
belajar. Dalam suatu lingkungan belajar keberadaan setiap orang menyadari
keterikatannya, sehingga pembelajaran kontekstual mudah berkembang Dalam
konteks tersebut realitas yang ada di sekeliling siswa sehari hari, misalnya berupa
potensi daerah yang menjadi keunggulan lokal, akan membantu mempercepat
siswa untuk mengkontruksi pemikirannya menjadi suatu pengetahuan yang
bermakna bagi dirinya. Potensi daerah dapat diangkat sebagai bahan pembelajaran
menarik di sekolah.
Pengertian tersebut didukung oleh kibijakan pemerintah sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Pada Bab III pasal 17ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas
kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain. Sumber lain mengatakan bahwa keunggulan
lokal adalah hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya
alam, sumber daya manusia atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah.
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Melihat dari pengertian keunggulan lokal tersebut di atas maka PBKL di
SMA adalah pendidikan/program pembelajaran yang diselenggarakan pada SMA
sesuai dengan kebutuhan daerah, dengan pemanfaatan berbagai sumber daya
alam, sumber daya manusia, geografis, budaya, historis dan potensi daerah
lainnya yang bermanfaat dalam proses pemgembangan kompetensi sesuai dengan
potensi,
bakat
dan
minat
peserta
didik
salah
satunya
disini
adalah
peristiwa/gerakan MMC merupakan peristiwa lokal yang berdampak pada sejarah
nasional pada waktu itu, karena besarnya dan pentingnya peristiwa tersebut bagi
perjalanan sejarah nasional maupun sejarah lokal. Upaya memasukkan peristiwa
MMC dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali sangatlah
penting baik bagi siswa, guru maupun materi kesejarahan di tingkat SMA.
Berdasarkan uraian-uaraian tersebut, maka keunggulan lokal termasuk
didalamnya adalah usaha pemerintah untuk mengoptimalkan segala sesuatu yang
ada di daerah, segala sesuatu dari potensi daerah sekitar siswa diantaranya sebagai
peristiwa hirtoris yaitu peristiwa MMC yang dapat dijadikan materi dalam proses
belajar di kelas, nantinya akan bermanfaat bagi lingkungan masyarakat pada
umumnya dan lingkungan pendidikan pada khususnya.
4.
Mata Pelajaran Sejarah
a) Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga
halnya dengan mata pelajaran sejarah. Adapun karakteristik mata pelajaran
sejarah adalah sebagai berikut (BSNP : 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17
digilib.uns.ac.id
1) Sejarah terkait dengan masa lampau. Masa lampau berisi peristiwa, dan
setiap peristiwa sejarah hanya terjadi sekali. Jadi pemebelajaran sejarh
adalah pembelajaran peristiwa sejarah dan perkembangan masyarakat yang
telah terjadi. Sementara materi pokok pembelajaran sejarah adalah produk
masa kini berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada. Karena itu dalam
pembelajaran sejarah harus lebih cermat, kritis, berdasarkan sumbersumber dan tidak memihak menurut kehendak sendiri dan kehendak pihakpihak tertentu.
2) Sejarah bersifat kronologis. Oleh karena itu dalam pengorganisasian
materi pokok pembelajaran sejarah haruslah didasarkan pada urutan
kronologis peristiwa sejarah.
3) Dalam sejarah ada tiga unsur penting, yakni manusia, ruang, dan waktu.
Dengan demikian dalam mengembangkan pembelajaran sejarah harus
selalu diingat siapa pelaku peristiwa sejarah, dimana dan kapan.
4) Perspektif waktu merupakan dimensi yang sangat penting dalam sejarah.
Sekalipun sejarah itu erat kaitannya dengan waktu lampau, tetapi waktu
lampau itu terus berkesinambungan. Sehingga perspektif waktu dalam
sejarah, ada waktu lampau, kini dan yang akan datang. Pemahaman ini
penting bagi guru, sehingga dalam mendesain materi pokok pembelajaran
sejarah dapat dikaitkan dengan persoalan mas kini dan masa depan.
5) Sejarah ada prinsip sebab-akibat. Hal ini perlu dipahami oleh setiap guru
sejarah bahwa dalam merangkai fakta yang satu dengan fakta yang lain,
dalam penjelasan peristiwa sejarah yang satu dengan peristiwa sejarah
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang lain perlu mengingat prinsip sebab-akibat, dimana peristiwa yang
satu diakibatkan oleh peristiwa sejarah yang lain dan peristiwa yang satu
akan menjadi sebab peristiwa sejarah berikutnya.
6) Sejarah pada hakikatnya suatu peristiwa sejarah dan perkembangan
masyarakat yang menyangkut berbagai aspek kehidupan seperti politik,
ekonomi, sosial, budaya, agama, keyakinan, dan oleh karena itu dalam
memahami sejarah haruslah dengan pendekatan multi dimensional,
sehingga dalam pengembangan materi pokok dan uraian materi pokok
untuk setiap topik/pokok bahasan haruslah dilihat dari berbagai aspek.
7) Pelajaran sejarah di SMA adalah mata pelajaran yang mengkaji
permasalahan dan perkembangan masyarakat dari masa lampau sampai
masa kini, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia.
8) Pembelajaran sejarah di sekolah, termasuk di SMA, dilihat dari tujuan dan
penggunaannya, dapat dibedakan atas sejarah empiris dan sejarah
normatif. Sejarah empiris menyajikan substansi kesejarahan yang bersifat
akademis (untuk tujuan yang bersifat ilmiah). Sejarah normatif menyajikan
substansi kesejarahan yang dipilih menurut ukuran nilai dan makna yang
sesuai dengan tujuan yang bersifat normatif, sesuai dengan tujuan
pendidikan. Berkait dengan itu pelajaran sejarah di sekolah paling tidak
mengadung dua misi, yakni ; (1), Untuk pendidikan intelektual dan (2),
pendidikan nilai, pendidikan kemanusiaan, pendidikan pembinaan moral,
jati diri, nasionalisme dan identitas bangsa.
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Pendidikan sejarah di SMA lebih menekankan pada perspektif kritis-logis
dengan pendekatan historis-sosiologis.
b) Tujuan Pembelajaran Sejarah
Tujuan pembelajaran sejarah menurut Permen Diknas No 22 tahun 2006
mengenai standar isi untuk satuan pendidikan dan menengah, dijelaskan
bahwa :
1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat
yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa
depan.
2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara
benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi
keilmuan.
3) Menumbuhkan
aspirasi
dan
penghargaan
peserta
didik
terhadap
peninggalan sejarah sebagai bukti peradapan bangsa Indonesia di masa
lampau.
4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya
bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses
hingga masa kini dan masa yang akan datang.
5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang
dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional
maupun internasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20
digilib.uns.ac.id
c) Kegunaan Pelajaran Sejarah
1). Kegunaan Edukatif
Dimensi penting pemahaman yang umum diketahui dan dinyatakan bahwa
sejarah memberikan nilai-nilai pendidikan bagi seseorang yang mempelajarinya.
Dengan mengkaji sejarah dapat ditemukan banyak contoh yang bersifat edukatif,
yaitu sejarah sebenarnya adalah guru dalam kehidupan. Guru yang akan
membimbing kehidupan, guru yang mengarahkan tindakan, guru yang
mengarahkan tindakan, guru yang menunjukkan dan yang terutama pula guru
yang memberikan keteladanan sehingga pada akhirnya sikap arif dan bijaksana
dapat dijadikan pegangan utama dalam kehidupan setelah dengan mendalam
mendapat nilai edukatif sejarah.
Berarti masa lampau yang merupakan bahan kajian sejarah tidak terhenti
hanya sampai pada ruang kelampauan semata, melainkan terus dikontinuitaskan
pada tataran kekinian. Masa lampau yang terputus dengan kekinian tidak dapat
memberikan nilai edukatif apalagi kerifan sejarah. Padahal kearifan adalah suatu
contoh kearifan sebagai sebuah sikap dan perilaku yang mendasar dapat dikuatkan
melalui sejarah. Bahkan bisa dibentuk dengan mencermati, menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai sejarah.
2). Kegunaan Inspiratif
Membaca karya sejarah yang berisi pengalaman kolektif manusia dengan
berbagai nuansa dapat memberikan ilham atau inspirasi kepada yang hidup
sekarang. Inspirasi yang di dalamnya sarat dengan nilai berupa ide, konsep,
semangat, motivasi perjuangan, bahkan sebab-sebab kegagalan dan kehancuran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21
digilib.uns.ac.id
dapat mengubah orientasi kekinian, dalam arti menyadari dan mengatasi apa yang
menjadi hambatan dan kesulitan hidup pada zaman yang tengah dihadapi.
Membaca karya sejarah dapat tergugah dan tersugesti termotivasi atau
terinspirasi pada apa yang telah dilakukan oleh berbagai sosok menakjubkan atau
individu dalam kolektifitas bangsa sehingga ingin berada dalam jalur yang
membuat mereka menjadi demikian. Dalam pengertian bisa diparalelkan dengan
peniruan substansial, bukan pada detail-detail peristiwanya. Sebab bagaimana pun
juga kesadaran atas ruang maupun waktu mendermakasi secara tegas hidup lalu
dengan hidup. Sebaliknya sejarah yang tanpa pilih kasih mengetengahkan pula
berbagai kejanggalan, kerancuan, kehancuran, dan kebinasaan banyak individu
maupun kolektivitas karena berbagai sebab masing-masing bisa menjadi inspirasi.
Dalam artian menggugah, mendorong, memotivasi untuk segera mungkin
menjauh dari rel yang menyebabkan peristiwa seperti demikian dan kemudian
mengambil langkah lain yang lebih bijaksana.
3). Kegunaan Instruktif
Kegunaan instruktif adalah sejarah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran sehingga terkait erat dengan dunia pendidikan formal. Akan tetapi,
pemahaman lain yang sering pula dikemukakan adalah bahwa aspek instruktif
terutama sekali dalam menunjang pengembangan bidang-bidang lain khusunya
berkaitan dengan keterampilan atau kejuruan.
4). Kegunaan Rekreatif
Kegunaan rekreatif sejarah menunjukkan bobot estetis dalam karya
sejarah. Dengan membaca karya-karya sejarah yang didalamnya menceritakan
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ketokohan seseorang maupun pengalaman kolektif secara indah, pembaca akan
merasakan kenikmatan berkenalan dengan masa silam. Pikiran dan perasaan
diajak serta untuk bernostalgia, melancong ke masa lalu. Dalam kaitan inilah
menarik sekali apa yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirjo bahwa seseorang
sejarawan adalah “Wisatawan professional dalam dunia lampau” (Sartono
Kartodirdjo, 1990 ; 26). Dengan berwisata sejarah di dalam karya sejarah, dapat
menemukan dunia estetis seperti halnya ketika saat sedang berwisata. Dunia
estetis adalah dunia universal, oleh sebabnya walaupun berbeda dalam wujud,
objek, material,tetapi tetap sama dalam hal nilai estetis antara masa lalu dengan
masa sekarang. Bahkan, sebenarnya secara nyata dapat disaksikan betapa banyak
wisatawan modern justru memilih tema-tema atau objek-objek lampau untuk
menikmati keindahan yang melekat.
d) Materi Sejarah
Materi sejarah sesuai dengan Permen Diknas no 22 tahun 2006 adalah:
1.
Mengandung
nilai-nilai
kepahlawanan,
keteladanan,
kepeloporan,
patriotisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
2.
Memuat khasanah mengenai peradapan bangsa-bangsa, termasuk peradapan
bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang
mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa
Indonesia di masa depan.
3.
Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk
menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
23
digilib.uns.ac.id
Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis
multi dimensional yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab
dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkunan hidup.
Ditegaskan bahwa dalam konsep sejarah, yakni perubahan terdapat tiga
unsur penting yakni; manusia dengan berbagai aspek kehidupannya, ruang dan
waktu dalam proses diakronis. Manusia dengan berbagai aspek kehidupan yang
berada pada setting ruang, baik lokal, nasional, maupun global itu akan berubah
dari waktu ke waktu sejarah zaman kuno, dimana manusia belum mengenal
tulisan, sampai perkembangan mutahir. Jadi, waktu menjadi perspektif utama
dalam kajian ilmu sejarah.
Berdasarkan tiga unsur yang penting dalam kajian sejarah meliputi
manusia dengan berbagai aspek kehidupannya, ruang dan waktu maka dapat
dirumuskan struktur keilmuan sejarah sebagaimana berikut ini :
1) Dasar- dasar keilmuan sejarah
2) Kehidupan masyarakat sebelum mengenal tulisan
3) Perkembangan masyarakat pada masa pengaruh Hindu-Bidha
4) Perkembangan masyarakat pada masa pengaruh Islam
5) Kolonialisme-imperalisme barat
6) Perjuangan pergerakan nasional
7) Pendudukan Jepang
8) Masa kemerdekaan
9) Perang dingin dan kerjasama Internasional
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10) Peristiwa-peristiwa mutahir
Penyususnan materi ajar dikembangkan dan menggunakan cara texs
transformation, yaitu dengan memanfaatkan informasi-informasi yang telah ada
baik dari buku teks, internet, jurnal dan lainya. Kemudian di kumpulkan dan
dipilih berdasarkan kebutuhan yang digunakan sesuai dengan tujuan instruksional
dan rencana kegiatan belajar mengajar. Kemudian memberikan berupa perubahan
pada materi untuk melengkapi materi yang sudah ada.
Informasi
yang
sudah
ada
kemudian
disusun
kembali
dengan
menggunakan bahsa yang sederhana dan dialogis sesuai untuk digunakan sebagai
bahan ajar. Bahan ajar yang disusun berdasarkan texs transformation ini tetap
mendapatkan
penjelasan
mengenai
keterampilan
dan
pengetahuan
atau
kompetensi yang akan diraih oleh peserta didik, bimbingan belajar bagi peserta
didik, latihan tes formatif (Chosim dan Widodo Djumadi, 2008 : 50).
Penjabaran SK dan KD sebagai bagian dari pengembangan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) dilakukan melalui pengembangan silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan penjabaran secara umum
dengan mengembangkan SK dan KD menjadi indikator, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. Sebagai bagian dari langkah
pengembangan silabus, pengembangan indikator merupakan langkah strategis
yang berpengaruh pada kualitas pembelajaran di kelas. Kemauan guru dan sekolah
dalam mengembangkan indikator berpengaruh pada kualitas kompetensi peserta
didik di sekolah.
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mengenai seleksi materi, agar penjabaran dan penyesuian kemampuan
dasar tidak meluas dan melebar, maka perlu memperhatikan kriteria untuk
menyeleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut antara lain :
1) Sahih (valid)
Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji
kebenarannya. Pengertian ini juga berkaitan dengan keaktualan materi,
sehingga materi yang akan diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan
jaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
2) Tingkat kepentingan
Dalam memilih disini perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut ; sejauh mana
materi itu penting untuk dipelajari dan penting untuk siapa, dimana dan
mengapa penting. Dengan demikian materi yang dipilih untuk diajarkan
tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh siswa.
3) Kebermanfatan
Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik sisi secara akademis maupun non
akademis. Bermanfaat secar akademis artinya guru harus yakin bahwa materi
yang di ajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan
yang akan di kembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya.
Bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang
diajarakan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Layak dipelajari
commit to user
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Materinya memungkinkan untuk dipelajari,
baik dari
aspek tingkat
kesulitannya (tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit), maupun aspek
kelayakan terhadap pemanfatan bahan ajar dan kondisi setempat.
5) Menarik minat
Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa
untuk memepelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa
harus mampu menumbuhkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan
untuk menambahkan sendiri kemampuan mereka.
6) Alokasi waktu
Untuk merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang diperlukan untuk
memepalajari satu materi palajaran perlu ditentukan. Penentuan besarnya
alokasi waktu ini tergantung kepada keluasan dan kedalaman materi serta
tingkat kepentingannya dengan kedalaman dan kebutuhan setempat.
7) Sarana dan sumber belajar.
Dalam proses belajar mengajar sarana pembelajaan sangat membantu siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang dimaksud dengan sarana
pembelajaran dalam uraian tersebut akan lebih ditekankan pada sarana dalam
arti media atau alat peraga.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran
yang akan diajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan tentang
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mangacu pada
kompetensi dasar, sehingga akan mengetahui apakah materi yang harus diajarkan
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau keterampilan
motorik.
B. Penelitian Yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang relevan sehingga dapat digunakan
untuk sebagai acuan dalam penyelesaian penelitian. Penelitian yang relevan
berguna untuk melihat posisi penelitian yang akan disusun terhadap penelitianpenelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang relevan dengan judul permasalahan
penelitian ini adalah.
1. Nanik Purwaningsih, 2010, Perjuangan Komando Daerah Muria Tahun
1948 sebagai pengembangan Materi Pembelajaran IPS Sejarah Di SMP
Wilayah Kabupaten Kudus. Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Surakarta. Dapat dijelaskan hasil penelitiannya
sebagai berikut.
Sejarah perjuangan Komando Daerah Muria tahun 1948 selama ini belum
dapat dijadikan sebagai pengemabnagn materi pembelajaran IPS sejarah
berkaitan dengan materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia, disebabkan oleh beberapa hal antara lain, terbatasnya alokasi
waktu, kurangnya kesiapan tenaga pengajar karena belum tersedianya
bahan ajar tentang sejarah perjuangan rakyat Kudus tersebut.
Sejarah perjuanga Komando Daerah Muria tahun 1948, merupakan
bagian
integral
dari
perjuangan
bangsa
Indonesia dalam
usaha
mempertahankan kemerdekaan Indonesia menghadapi Agresi Militer II
commit to user
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Belanda. Di dalamnya terkandung nilai-nilai, jiwa dan semangat heroisme,
patriotisme, dan nasionalisme, yang merupakan modal perjuangan bangsa
Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Aspek-aspek tersebut dapat
dijadikan teladan bagi peserta didik, ditanamkan dan ditumbuh
kembangkan dalam pribadi siswa, agar bisa mewarinya. Sehingga dapat
merasakan semangat perjuangan dan besarnya pengorbanan, patritisme
dan nasionalisme peserta didik akan terwujud, karena dirasa penting untuk
mempertahankan kepribadian bangsa
Indonesia menyongsong era
globalisasi.
Upaya untuk memasukkan sejarah perjuangan Komando daerah
Muria ke dalam pembelajaran IPS sejarah di SMP, mendapat tanggapan
yang positif dari para guru, Kepala Sekolah dan pejabat Dinas Pendidikan.
Relevansinya dengan penelitian ini adalah dalam hal upaya
memasukkan peristiwa sejarah lokal daerah Kudus sebagai pengembangan
materi pembelajaran IPS Sejarah.
2. Darwin Une, 2006, Oraganisasi Pergerakan nasional Cabang Gorontalo
Tahun 1908-1945 sebagai Materi Muatan Lokal di SMA Negeri
Govrontalo. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Surakarta. Dapat dijelaskan hasil penelitiannya sebagai berikut.
Peranan
rakyat
Gorontalo
dalam
membebaskan
diri
dari
kolonialisme Belanda pada abad ke-17 banyak tergantung pada raja-raja
Gorontalo, meski demikian rakyat tidak pernah patah semangat
mendukung perjuangan fisik tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
Peranan berbagai Organisasi Pergerakan Cabang Gorontalo seperti
Sinar Budi, PartaiSarikat Islam Indonesia (PSII) dan lainya sangat
berpengaruh pada perjuangan 23 Januari 1942, menyebanakan pemerintah
colonial Belanda terpaksa keluar dari bumi Gorontalo, yang selanjutnya
para pemimpin pergerakan berhasil mendirikan pemerintahan yang dikenal
dengan Pucuk Pimpinan Pemerintah Gorontalo (PPPG).
Materi muatan lokal khususnya sejarah perjuangan rakyat
Gorontalo belum dimasukkan pada pengajaran sejarah di SMA Gorontalo.
Baik guru-guru pengajar di SMA maupun pihak Dinas Pendidikan
Nasional Gorontalo, menyambut baik atas kehadiran hasil penelitian
tentang sejarah perjuangan rakyat Gorontalo menentang kolonialisme
Belanda untuk dijadikan materi muatan lokal pada pengajaran sejarah.
Penelitian tersebut menjelaskan hasil penelitian tentang sejarah
perjuangan rakyat Gorontalo menentang kolonialisme Belanda untuk
dijadikan materi muatan lokal pada pengajaran sejarah.
Relevansinya dengan penelitian adalah dalam hal muatan isi yaitu
disetiap daerah mempunyai perjalanan sejarahnya sendiri-sendiri. Dari
perjalanan panjang sejarah yang ada diharapkan bisa diambil hikmah salah
satunya adalah tujuan dari pembelajaran sejarah. Dapat dijelaskan dari
tujuan yaitu pentingnya waktu dan tempat dari proses sejarah,
menumbuhkan pemahaman proses terbentuknya bangsa melalui sejarah
yang masih berproses, dan menumbuhkan kesadaran rasa bangga dan cinta
tanah air diharapkan dari tujuan tersebut dapat ditanamkan ke siswa didik.
commit to user
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Pikir
Mengenai kerangka pikir ini sementara diharapkan akan bisa memberikan
pandangan awal sebelum melakukan penelitian, sehingga nantinya akan bisa
sebagai patokan dalam menyelesaikan keselurukan permasalahan dari awal
sampai akhir penelitian. Sementara bisa menggambarkan konsep yang menjadi
alur pikir dalam mengkaji permasalahan.
Sejarah gerakan MMC merupan peristiwa di tingkat lokal Boyolali yang
merupakan salah satu peristiwa nasional. Mengingat besarnya gerakan tersebut
sehingga sangat dirasa penting untuk memasukkan sejarah gerakan MMC tersebut
ke dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Materi
MMC tersebut bisa dimasukkan SK dan KD, RPP yang nantinya sebagai
perangkat pembelajaran juga dapat disusun dengan memasukkan peristiwa MMC.
Dengan memanfaatkan peristiwa lokal di Boyolali sehingga menimbulkan rasa
minat kepada siswa dalam pembelajaran sejarah. Diharapkan tujuan pembelajaran
dapat tercapai yaitu siswa akan merasa memiliki sejarah tersebut disebabkan
peristiwanya berada di daerah sekitar siswa. Tujuannya adalah dapat tercapai
diantaranya yaitu membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu
dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa
depan. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya
bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa
kini dan masa yang akan datang. Menumbuhkan kesadaran sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air.
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara jelas kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut ini.
Peristiwa Lokal
Boyolali/MMC
SK dan KD,
Peristiwa MMC
Perangkat pembelajaran
Silabus, RPP, materi ajar
Dengan memasukkan peristiwa MMC
Pembelajaran Sejarah
Di Kelas
Tujuan Pembelajaran Sejarah
Pentingnya Waktu
dan Tempat dari
Proses Sejarah
Menumbuhkan
Pemahaman Proses
Terbentuknya
Bangsa melalui
Sejarah yang
Masih Berproses
Gambar 1. Kerangka Pikir
commit to user
Minat Siswa
Menumbuhkan
Kesdaran Rasa
Bangga dan Cinta
Tanah Air
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Boyolali dikarenakan mempunyai
banyak peristiwa-peristiwa lokal yang berskala nasional salah satunya gerakan
MMC. Wilayah Boyolali mempunyai peranan penting dalam perjalanan sejarah
bangsa Indonesia. Boyolali merupakan pusat perjuangan pada masa kemerdekaan
dan juga masa setelah kemerdekaan bahkan merupakan pusat basis Partai
Kumunis Indonesia (PKI) dibuktikan dengan peristiwa MMC yang terindikasi
terpengaruh oleh partai komunis. Dengan melihat pemaparan tersebut tidak
menutup kemungkinan bahwa peristiwa MMC tersebut dapat dijadikan materi
mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali.
Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri ditambah 1 sekolah swasta di
Boyolali dipilih menjadi lokasi penelitian untuk mendapatkan data dan informasi,
yaitu, SMA N 2 Boyolali, SMA N 3 Boyolali, SMA N 1 Teras dan SMA Bhineka
Karya 3. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA tersebut merupakan
SMA yang teletak di pusat kota sehingga bisa mewakili dari berbagai daerah di
Kabupaten Boyolali selain sebagai sekolah unggulan juga dikarenakan guru atau
pengajarnya menjadi pengurus MGMP Kabupaten. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengumplan data, mendapatkan gambaran mengenai materi mata
commit to user
32
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali yang nantinya dapat melihat secara
kondisi pembelajaran.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dilapangan selama 9 bulan
yaitu mulai pada bulan Mei 2010 sampai dengan Januari 2011. Secara rinci waktu
penelitian dapat dijelaskan seperti jadwal dibawah ini:
No
Kegiatan Penelitian
2
1
2
3
4
5
6
Persiapan proposal
a) Pra penelitian
b) Observasi awal
Penulisan proposal
a) Menyusun
rumusan masalah
b) Penentuan
Informan kunci
Pengumpulan data I
a) Perijinan
b) Wawancara I
c) Observasi I
d) Analisis
Penulisan laporan
Pengumpulan data II
a) Wawancara II
b) Observasi II
c) analisis
Penulisan laporan
akhir
3
Bulan Ke2010
4 5 6 7 8 9 10 11
X X
12
2011
1
X
X
X
X X
X X
Tabel. 1 Kegiatan Penelitian
commit to user
X
X
X
X
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Jenis dan Strategi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini
menghasilkan data dan informasi yang berupa data deskriptif berupa kalimat
tertulis atau lisan dari orang atau prilaku yang dapat diamati.
Menurut Sutopo (2006:227) penelitian deskriptif kualitatif akan mampu
menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi teliti, penuh nuansa
yang lebih berharga dan lebih menekankan pada masalah proses dan makna. Jenis
penelitian ini termasuk penelitian terapan karena tujuannya tidak hanya untuk
memahami masalah tetapi juga secara khusus mengarah pada pengembangan cara
pemecahan masalah dengan tindakan untuk tujuan praktis bukan untuk tujuan
teoritis (Sutopo, 2006:137).
2. Strategi Penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal
yaitu suatu penelitian yang difokuskan pada satu karakteristik dan satu masalah
(Sutopo, 2006:140). Penelitian ini dilakukan pada satu jalur yaitu SMA
Kabupaten Boyolali. Permasalahan yang diangkat adalah mengenai gerakan MMC
diajukan sebagai alternatif materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten
Boyolali. Penelitian ini disebut dengan studi kasus terpancang (Embedded
Research) karena permasalahan dan fokus peneliti sudah ditentukan sebelum
peneliti terjun dan mengenali permasalahan di lapangan (Sutopo, 2006:139).
Dalam penelitian nantinya menggali informasi dilapangan yaitu di SMA
Kabupaten Boyolali yang diwakili dalam organisasi profesi MGMP sejarah.
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian ini berusaha memberikan deskripsi yang mendalam tentang
nilai-nilai historis dari peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di
SMA Kabupaten Boyolali. Sedangkan untuk penyusunan materi MMC
memanfaatkan penelitian yang sudah ada dan tulisan-tulisan yang membahas
tentang peristiwa MMC. Dengan demikian studi kasus terpanjangnya yaitu
mengenai materi mata pelajaran di SMA Kabupaten Boyolali dalam
pemebelajaran sejarah di kelas.
C. Sumber Data
Menurut Sutopo (2006 : 56) : “Sumber data merupakan bagian yang
sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menetukan jenis
sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan dan data atau kedalaman
informasi yang diperoleh. Sedangkan Lonfland dan lofsand (dalam Moloeng,
1990 : 112), menyebutkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain.
Berdasarkan uraian tersebut maka data yang diperlukan dalam penelitian
ini digali dari sumber-sumber sebagai berikut :
1.
Informan, guru mata pelajaran sejarah yang tergabung dengan MGMP,
Kepala Sekolah, Seksi Dikdasmen Disdikpora Kabupaten Boyolali dan
murid.
commit to user
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Arsip dan dokumen, dokumen dari MGMP jadwal dan data keorganisasian
MGMP sejarah SMA Boyolali, dan perangkat pembelajara yaitu RPP,
sialbus, materi ajar.
3.
Proses pembelajaran di kelas.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
2006: 187). Wawancara dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat
untuk memperoleh data yang mempunyai kedalaman serta dilakukan berulangkali sesuai dengan kebutuhan yang kemudian disebut in-depth interview
(Soetopo,2006: 69).
Menurut Soetopo (2006: 69) wawancara mendalam dilakukan dengan
pertanyaan yang bersifat terbuka dan mengarah pada kedalaman informasi serta
dilakukan tidak secara formal dan tidak terstruktur, guna menggali pandangan
subyek yang diteliti lebih dalam dan kaya informasi.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam karena teknik wawancara ini bersifat lentur dan terbuka serta mampu
membawa suasana keakraban sehingga peneliti akan dapat menggali informasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37
digilib.uns.ac.id
lebih luas dan dalam. Dalam penelitian kualitatif sebaiknya digunakan wawancara
terbuka yang para subjeknya tahu sedang diwawancarai dan mengetahui maksud
dari wawancara yang akan dilakukan. Berdasarkan uraina tersebut maka
wawancara dilakukan dengan, guru mata pelajaran sejarah, ketrua MGMP, Kepala
Sekolah, Dikdasmen Kabupaten Boyolali dan siswa.
2. Mengkaji dokumen dan arsip (content analysis)
Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin disebut sebagai content analysis
(dalam Sutopo, 2006:81). Prtaktek pelaksanaan dilapangan adalah dengan
mengkaji beberapa dokumen seperti silabus, RPP, materi pembelajaran, sumeber
belajar, dokumen MGMP dan sebagainya. Dalam melakukan teknik ini perlu
disadari yaitu bukan hanya sekedar mancatat isi penting yang tersurat dalam
dokumen atau arsiptetapi juga tentang maknanya yang tersirat oleh karena irtu
diperlukan sikap yang kritis dan teliti. Sehingga semua data yang diperoleh dapat
membantu dalam pengumpulan data dan proses selanjutnya.
3. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, aktifitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman
gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara lebih tepatnya melakukan observasi pasif yang merupakan cara
pengumpulan data dimana peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali
tidak berperan apapun hanya sebagai pengamat pasif, namun peneliti benar-benar
hadir di lokasi (Sutopo, 2006:77). Observasi digunakan untuk mendapatkan data
dan informasi berkenaan dengan obyek yang diteliti. Operasional dalam observasi
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu dengan mendatangi sekolah untuk melihat cara guru mengajar, metode,
perangkat pembelajara, bagaimana minat siswa dalam mengikuti pelajaran sejarah
di kelas dan mengamati kondisi fasilitas belajar di sekolah sebagai penunjang
kelancaran belajar-mengajar. Dengan observasi yang dilakukan diharapkan dapat
memotret kondisi matreri yang disampikan guru di kelas, bagaimana minat siswa
saat mengikuti pelajaran, dengan mengobservasi kondisi fasiitas dapat melihat
bagaimana fasilitas pendukung pembelajaran yang tersedia sehingga diharapkan
siswa akan merasa nyaman.
E. Teknik Cuplikan (Sampling)
Teknik cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Teknik ini dipakai karena kecenderungan peneliti untuk memilih
informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah secara mendalam dan
dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2006:64).
Teknik sampling digunakan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi tentang
obyek penelitian ini dari berbagai sumber dengan tujuan untuk merinci
kekhususan yang ditemui dalam konteks yang unik dan menjadi dasar dari
rancangan dan teori yang muncul. Ciri-ciri teknik ini adalah: rancangan sampel
yang muncul, pemilihan sampel yang berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari
sampel dan pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan (Moleong,
2006:225).
Penentuan seseorang menjadi sampel dalam teknik purposive sampling
didasarkan pada tujuan tertentu (Sukardi, 2003:64). Dalam penelitian ini
commit to user
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penentuan sampel berdasarkan kebutuhan untuk mengumpulkan bahan mengenai
sejarah gerakan/peristiwa MMC dan materi mata pelajaran sejarah di SMA
Kabupaten Boyolali.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas maka sampel yang dipilih untuk
mendapat informasi penelitian adalah, guru sejarah SMA Kabupaten Boyolali
yang tergabung dalam MGMP, Seksi Dikdasmen Disdikpora Kabupaten Boyolali,
Kepala Sekolah dan murid.
F. Validitas Data
Data dan informasi yang diperoleh harus diyakini kebenarannya,
keabsahannya harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) mendemonstrasikan
nilai yang benar, 2) menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, 3)
memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari
prosedur dan kenetralan dari temuan dan keputusannya (Moleong, 2006: 321).
Teknik yang dapat digunakan untuk mencari validitas data adalah
menggunakan teknik trianggulasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding (Sutopo, 2006: 94). Langkah-langkah yang peneliti tempuh
adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi data
Data dan informasi yang telah peneliti kumpulkan dari berbagai sumber
data yang telah tersedia, peneliti akan melakukan triangulasi data, untuk data yang
sejenis akan digali kebenarannya dari beberapa sumber data yang berbeda,
commit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
triangulasi data dengan mencocokkan data dari berbagai sumber akan lebih
memantapkan kebenaran informasi yang diperoleh.
Trianggulasi data atau sumber meliputi sumber lisan dan sumber tertulis,
hal ini dimaksudkan agar peneliti bisa mendapatkan data dari beberapa
narasumber yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam,
untuk membandingkan informasi dari narasumber yang satu dengan informasi dari
nara sumber lain. Pengumpulan data melalui sumber lisan sangat berarti dan dapat
menangkap secara langsung data-data yang dibutuhkan dari informan. Adapun
sumber tertulis berupa dokumen atau arsip merupakan bahan terlulis yang
berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar yang dibutuhkan dan data yang
dibutuhkan dalam penelitian seperti data dari MGMP dan guru mata peljaran
sejarah. Sedangkan observasi dilakukan untuk melihat secara langsung ke
lapangan untuk mencocokkan dengan data-data yang sudah ada.
2. Triangulasi metode
Teknik triangulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengumpulkan
data sejenis tetapi dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda,
dengan penekanan pada metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih
jelas diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji
kemantapan informasinya. Dalam penerapannya dapat dielaskan sebagai
berikut,sumber didapat dari nara sumber yang sama yaitu mewawancarai seorang
guru mengenai persiapan guru dan cara mengajar guru dikelas, dari hasil
wawancara kemudian dilakukan observasi di kelas saat guru mengajar, dan juga
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengkaji dukumen dari perangkat pembelajaran dari guru yang sama. Ketiga
metode tersebut dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang sejenis.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini penulis menggunakan model analisis interaktif. Model
analisis interaktif memiliki tiga unsur yaitu reduksi data, sajian data, dan verifikasi
data, yang mana analisa data interaktif pada proses pengumpulan data sebagai
suatu siklus. Apabila dalam menarik simpulan atau verifikasi dirasakan masih
kurang mantap karena dalam reduksi data atau dalam sajian data kurang memadai,
maka penulis kembali melakukan proses analisis data, jadi proses analisis ini
dapat terjadi berulang kali sesuai kebutuhan sehingga dapat menghasilkan
rumusan hasil penulisan yang maksimal.
Kegiatan pokok analisis model interaktif meliputi tiga komponen yaitu:
reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan serta verifikasi data.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi dari semua jenis informasi yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan
(Sutopo,
2006:114).
menggolongkan,
Reduksi
data
mengarahkan,
merupakan
membuang
kegiatan
yang
tidak
menajamkan,
perlu
dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa, sehingga simpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifiasikan.
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Sajian data
Sajian data merupakan rakitan sajian informasi, yang dideskripsikan dalam
bentuk informasi lengkap yang selanjutnya memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan. Penyajian dengan menggunakan kalimat dan bahasa peneliti
yang susunan kalimat secara logis dan sistematis, sehingga memudahkan
pemahaman pembaca (Sutopo, 2006: 115).
3. Penarikan simpulan dan verifikasi
Penarikan simpulan adalah membuat simpulan dari data yang telah
diperoleh sejak awal penelitian. Agar hasil penelitian lebih mantap dan benar,
dapat dipertanggung jawabkan, maka verifikasi perlu dilakukan dengan tujuan
untuk memantapkan simpulan dengan cara menelusuri kembali kebenaran laporan
selama penelitian berlangsung (Sutopo, 2006:116).
Proses analisis interaktif tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Verifikasi Data
Gambar 2. Model Analisis Interaktif
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.
Deskripsi Kondisi Kabupaten Boyolali.
a.
Kondisi Geografis Kabupaten Boyolali
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di
Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis Boyolali terletak antara 110 º 22´ - 110º
50´ Bujur Timur dan 7º 7´ - 7º 36´ Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 75 –
1500 meter di atas permukaan laut, dengan iklim tropis. Wilayah Kabupaten
Boyolali di batasi dengan batas wilayah:
Sebelah Utara
: Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang
Sebelah Selatan
: Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen dan
Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat
: Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta
Sebelah Timur
: Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang
Jarak bentang
Barat – Timur
: 48 Km
Utara – Selatan
: 54 Km
Struktur tanah :
1) Bagian timur laut sekitar wilayah Kec. Karanggede dan Simo pada
umumnya tanah lempung
2) Bagian tengah sekitar wilayah Kec. Banyudono dan Sawit pada umumnya
tanah galuh
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
44
digilib.uns.ac.id
3) Bagian barat laut sekitar wilayah Kec. Musuk dan Cepogo pada umumnya
tanah berpasir.
4) Bagian sepanjang perbatasan dengan wilayah Kab. Grobogan pada
umunya tanah berkapur.
Gunung :
1. Gunung Merbabu
2. Gunung Merapi
Keduanya ada di wilayah Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan
Musuk, dan Kecamatan Ampel
Jumlah penduduk pada tahun 2008 sekitar
949. 599 jiwa, dengan
perincian laki-laki 464. 837 jiwa dan perempuan 484. 757 jiwa sehingga jika
dirata-rata 935 penduduk/km² (Boyolali Dalam Angka Tahun 2008, 2009 : 31).
Boyolali merupakan kota dimana banyak sebagai saksi sejarah dalam
perjalanan bangsa ini. Sejak zaman kerajaan Pengging sampai pada masa
reformasi kota ini selalu mengiringi sejarah yang ada di tingkat Nasional. Banyak
nilai-nilai historis di wilayah Boyolali, mengenai nama Boyolali juga secara tidak
langsung dari nilai sejarah yang mempunyai nilai dan makna cukup tinggi.
Bukti sejarah tentang daerah Boyolali terdapat pada sumber lokal, cerita
Kyai Ageng Pandan Arang yang memunculkan nama Boyolali, dalam Serat
Witoradio III yang juga disebut Babad Pengging (RNg. Ronggowarsito, 1922),
disebutkan bahwa daerah Pengging dan Pajang termasuk wilayah Kerajaan Kediri,
kerajaan Pengging pada jaman pemerintahan Prabu Anglingdriyo, daerahnya
meliputi antara lain Pengging, Madyapanjang, Salembi, Pajangkungan, Walen,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45
digilib.uns.ac.id
Samapura, Gunung Plawangan (lereng Gunung Merapi), gunung Cangkring,
Prambanan dan Koripan daerah-daerah tersebut sekarang termasuk daerah
Kabupaten Boyolali, kecuali daerah Prambanan dan Koripan, yang keduannya
termasuk daerah Kabupaten Klaten (Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Boyolali,
1982 : 4).
Perjalanan Kyai Ageng Pandan Arang dari Semarang, kira-kira 25 Km
dari Salatiga, dalam perjalanan Ki Ageng Pandang Arang dan istrinya menuju
gunung Jabalkat/Tembayat, Ki Ageng Pandang Arang duduk di atas batu besar
sambil menanti isteri dan anaknya yang masih jauh di belakang. Setelah lama
dinanti juga tidak juga datang, Kyai Ageng berkata : Baya wis lali wong iki”.
Tempat tersebut kemudian disebut Boyolali. Karena lama dinanti tidak datang,
maka Kyai melanjutkan perjalanan. Ketika Nyai sampai ditempat Kyai Ageng
beristirahat tersebut, dilihatnya Kyai Ageng sudah tidak ada. Nyai Ageng berkata
“Kyai, baya wia lali aku” (Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Boyolali, 1982 : 7).
Pada masa penjajahan Belanda Boyolali sebagai tempat perkebunanperkebunan dan sebagi jalur perhubungan dari Semarang ke Surakarta ataupun
Sebaliknya, pernah di lewati jalur kereta api untuk mengangkut hasil perkebunan
ke Semarang. Sebagai pos tundan, sebagai Kabupaten Gunung, sebagai kabupaten
Pangreh Praja dan menjadi Kabupaten yang otonom sampai sekarang.
Melihat bagaimana perjalanan Boyolali dalam kisaran sejarah akan terus
tercatat dalam perjalanannya, sejarah tidak bisa lepas dari pendidikan. Kondisi
dekarang pendidikan menjadi kebutuhan yang penting bagi pemerintah untuk
mencerdaskan penduduknya. Untuk sebab itu melihat adanya evaluasi dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46
digilib.uns.ac.id
pendidikan dilakukan oleh semua yang berkecimpung di dunia pendidikan
pastilah akan membawa perubahan menuju perbaikan diantaranya mengenai mata
pelajaran sejarah si SMA.
b. Kondisi Dunia Pendidikan di Kabupaten Boyolali.
Kabupaten Boyolali meliliki 70 buah setingkat SMA/SMK, dengan jumlah
murit 24. 784 siswa, jumlah guru yang ada adalah 2.102, sehingga rata-rata murid
per Sekolah yaitu 354 dana rata-rata murid terhadap guru adalah 12 (Boyolali
Dalam Angka Tahun 2008, 2009 : 82). Kondisi dunia pendidikan di Boyolali
sangat membanggakan, beberapa sekolah di Kota banyak lulusan yang bisa
melaksanakan ke jenjang yang lebih tinggi atau perguruan tinggi. Sekitar 60%
peserta didik lebih yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (Wawancara
dengan Guru Bimbingan Konseling SMA 3 Boyolali).
Keberadaan SMA di Boyolali menjadi tujuan utama dalam pencarian
sekolah setelah lulus dari SMP. Di Kabupaten Boyolali SMA menjadi tujuan
favorit bagi siswa untuk melanjutkan kejenjang atas dari SMP. Kota Boyolali
sangat strategis bagi para pelajar untuk melanjutkan ketingkat perguruan tingggi
kerena keberadaannya berada di tengah-tengah dan sebagai pertemuan dari kotakota yang mempunyai Perguruan Tinggi yang berkwalitas di Jawa Tengah.
Kabupaten Boyolali dekat dengan Surakarta, Yogyakarta, Salatiga, Semarang
yang menjadi tujuan setelah lulus dari SMA. Mengenai keberadaan Universitas
Boyolali juga menjadi nilai positif walaupun untuk sekarang belum menjadi
tempat tujuan utama bagi lulusan SMA Kabupaten Boyolali akan tetapi suatu saat
keberadaan Universitas Boyolali akan bisa membawa perubahan dalam dunia
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pendidikan di Kabupaten Boyolali, seandainya dikelola dengan baik dan
profesional.
Keberadaan SMA di Boyolali menjadi tujuan favorit untuk menimba ilmu,
sehingga dalam pengelolaannya dikelola dengan sebaik-baiknya. Pengajar di
SMA Kabupaten Boyolali sangat bervariatif dalam mengguakan perangkat dalam
pembelajaran,
metode
mengajar,
sumber
belajar,
media belajar
dalam
penyampaian ke siswa salah satunya dalam mata pelajaran sejarah yang berusaha
menggunakan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber dalam belajar.
Kabupaten Boyolali terdapat SMA Negeri, dan swasta di samping itu
banyak juga sekolah yang sederajat Madrasah Aliyah, baik negeri maupun swasta.
Secara umum fasilitas pembelajaran yang dimiliki SMA di Boyolali sebagai
berikut :
a). Fasilitas di Sekolah
1) Ruang Kepala Sekolah
2) Ruang Guru
3) Ruang Tata Usaha
4) Ruang Kelas
5) Ruang Aula
6) Ruang BP
7) Ruang Laboratorium (Kimia, Fisika, Bahasa, Biologi, dll)
8) Ruang Perpustakaan
9) Lab. Komputer
10) Ruang Kesenian
commit to user
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11) Ruang Ketrampilan
12) Ruang Osis
13) Ruang Pramuka
14) Ruang Ibadah/Musholla
15) Lapangan Olahraga
16) Ruang Parkir
b). Sumber Belajar di Luar Sekolah
Berbagai koleksi peninggalan sejarah diharapkan mampu menjadi sarana
komunikasi antar generasi dan dapat mengaktualisasikan dinamika kehidupan
masa lampau umat manusia. Komunikasi antar generasi menjadi satu hal yang
penting karena sebagai sarana nation building dan character building, juga
sebagai sarana pawarisan dan pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa. Adapun
peninggalan-peninggalan yang sangat besar manfaatnya sebagai sumber
pembelajaran sejarah anatra lain : a) Peninggalan yang berupa bangunan seperti,
Situs Pengging, Sumur Songo, Sendang Pitu, pesangrahan PB X di Paras, Goagoa Jepang yang banyak berada di wilayah Boyolali, Museum yang ada di
Boyolali. b) peninggalan peristiwa dan cerita sejarah seperti, penamaan Kota
Boyolali dari perjalanan Sunan Tembayat dari Semarang menuju Gunung Jabalkat
yang
melewati
kota
Boyolali,
peristiwa
perebutan
kemerdekaan
dan
mempertahankan kemerdekaan di kota Boyolali, sebagai pusat Partai Komunis
Indonesia yang salah satunya nanti berhubungan gerakan MMC dan Boyolali
sebagai pusat gerakan tersebut, kejatuhan Orba atau masa reformasi juga terjadi
pergolakan, pembakaran-pembakaran yang merupakan peristiwa sejarah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49
digilib.uns.ac.id
3). Keadaan Sekolah Yang dijadikan Objek Penelitian
Objek penelitian dalam proses pengumpulan data yaitu beberapa Sekolah
Menengah Atas di Boyolali dipilih menjadi lokasi penelitian, yaitu SMA N 2
Boyolali, SMA N 3 Boyolali, SMA 1 Teras dan SMA Bhinneka Karya 3. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA tersebut bisa mewakili dari berbagai
daerah di Kabupaten Boyolali selain sebagai sekolah unggulan juga dikarenakan
guru atau pengajarnya menjadi pengurus MGMP Kabupaten. Hal ini dimaksudkan
untuk mempermudah pengumplan data, mendapatkan gambaran mengenai materi
mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali yang nantinya dapat melihat
kondisi pembelajaran. Dengan pertimbangan bahwa di sekolah tersebut gurugurunya bisa mewakili dalam memberikan informasi yang dibutuhkan berkaitan
dengan permasalahan penelitian.
Dilihat dari segi kuantitas dan kwalitas, keadaan guru di sekolah cukup
menunjang proses belajar mengajar. Di SMA 3 Boyolali merupakan salah satu
SMA Unggulan, mempunyai guru sejarah yang sudah menempuh S2, sehingga
tingkat kwalitasnya cukup baik dalam pembelajaran banyak variasi metode dalam
penyampaian materi di kelas. Sedangkan di SMA 2 Boyolali guru juga mempuyai
fariasi yang cukup baik dalam penyampain materi dengan di gabungkan dengan
penugasan-penugasan ke siswa untuk mencari sejarah lokal yang ada di sekitar
tempat tinggal siswa.
Penelitian yang dilakukan di SMA Wonosegoro adalah dikarenakan guru
sejarah di Sekolah tersebut menjadi Ketua MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali,
keberadaan Ketua MGMP ini sangat penting dalam proses penelusuran proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50
digilib.uns.ac.id
memasukkan gerakan/peristiwa MMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah di
Kabupaten Boyolali dan tindak lanjut dari usulan memasukkan materi peristiwa
MMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. SMA
Bhineka Karya 3 sebagai sekolah swasta yang menjadi anggota MGMP sejarah
memmerikan informasi tentang kebijakan dan kondisi dalam pembelajaran mata
pelajaran sejarah di SMA swasta.
c. Anak Didik di Kabupaten Boyolali
Siswa didik di Kabupaten Boyolali merupakan siswa dengan karakteristik
yang berbeda dengan daerah lain. Dengan berbagai alasan yang ada banyak siswa
dari kabupaten Boyolali ada yang mencolok antara siswa di SMA Kota dan siswa
di SMA Kecamatan yang kurang maju dalam masalah siswa dalam melanjutkan
ke jenjang perguruan tinggi. SMA-SMA unggulan rata-rata 60% lebih siswa yang
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Sedangkan siswa di SMA non unggulan
yang berada di daerah-daerah kecamatan kisaran 20-35% yang melanjutkan
kejenjang yang lebih tinggi.
Mengenai cara pandang siswa dalam menerima mata pelajaran sejarah,
siswa menganggap mata pelajaran sejarah sebagai materi hafalan. Banyak yang
menganggap mata pelajaran sejarah tidak penting dan tidak relefan untuk zaman
sekarang. Akan tetapi ada sebagian yang bisa melihat pelajaran sejarah sebagai
pemuncul nilai-nilai kepahlawanan, patriotisme, nasionalisme dan nilai-nilai
lainya yang menjadi tujuan utama dari pelajaran sejarah. Tujuan pembelajaran
sejarah dapat tercapai diantaranya yaitu membangun kesadaran peserta didik
tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51
digilib.uns.ac.id
lampau, masa kini, dan masa depan. Menumbuhkan pemahaman peserta didik
terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan
masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang. Menumbuhkan
kesadaran sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan
cinta tanah air. Bisa tertanamkan jika guru pandai memainkan materi dengan
dikemas dalam sebuah nilai yang dapat dirasakan output nya.
Mengenai minat siswa sebagian besar sangat menyenangi materi sejarah
lokal Boyolali dalam setiap pembelajaran sejarah (wawancara dengan Vivi, 2010).
Pengetahuan sejarah ditingkat lokal sangat penting bagi para siswa untuk
merekontruksi sejarah nasional yang ditarik untuk mengetahui keadaan di tingkat
lokal yaitu keadaan di wilayah Boyolali.
d. Organisasi Profesi Guru (MGMP) Sejarah
1). Guru Mata Pelajaran Sejarah di SMA Kabupaten Boyolali
Guru sejarah di Kabupaten Boyolali dalam penggunaan metode
pembelajaran sangat berfariatif dari metode konfensional sampai metode yang
modern. Beberapa guru yang menggunakan metode dalam pembelajaran sejarah
di kelas yaitu pemaparan makalah, penjelasan ke siswa dengan metode ceramah,
metode bermain peran, penugasan ke siswa, pembentukan kelompok-kelompok
kecil di kelas dengan diskusi. Dari beberapa metode tersebut memang mempunyai
kelemahan dan keunggulan sendiri-sendiri, sehingga guru harus pandai
memfariasikan metede dengan materi yang akan disampaikan.
Kesan guru sejarah asal-asalan dalam pembelajaran di kelas merupakan
pandangan dari pihak yang tidak bisa mengambil nilai utama dalam pelejaran
commit to user
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sejarah. Selalu memandang sejarah sebagai hafalan fakta-fakta, sebagai ilmu masa
lalu, sebagai rutinitas dalam sekolah dan sebagainya. Sehingga dengan
permaslahan yang dihadapi guru tersebut seharusnya para guru bisa mengemasnya
dalan sebuah proses pemuncul nilai-nilai. Guru tidak perlu takut seandainya nilai
ujian sekolah kurang baik atau bagaimana. Guru melihat bahwa siapa yang paling
pandai dalam mata pelajaran sejarah adalah siswa dengan nilai ujian tertinggi, bisa
menjadikan beban bagi siswa dalam menerima pelajaran. Yang paling bijak
adalah bagiamana siswa menghargai pelajaran sejarah, bisa mengambil nilai-nilai
dalam sejarah, mengenai nilai ujian siswa sebagai penyeimbang guru dalam
melihat siswa dalam menghargai pelajaran.
Mengenai materi yang diajarkan sebagian besar guru memaparkan hanya
materi nasional, kurang dalam pemaparan sejarah lokal Boyolali. Sedangkan
kebayakan sejarah lokal yang disampaikan di kelas yaitu sejarah pengging, sejarah
Sunan Pandanaran (Sunan Tembayat) dan mengenai sejarah Sadranan di
Boyolali. Tiga materi tersebut merupakan materi lokal yang sering disampaikan di
dalam pembelajaran di kelas.
Pengembangan strategi, media, sumber belajar, merupakan otonomi dari
guru sepenuhnya bisa tertampung dalam tujuan MGMP serah Kabupaten
Boyolali. Di SMA 3 Boyolali sudah menggunakan LCD dalam memaparkan
makalah dari guru maupun siswa dalam tiap kesempatan. Teknologi akan dapat
mengefisien dalam pembelajaran dan menggugah minat siswa untuk mengikuti
pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53
digilib.uns.ac.id
2). MGMP Sejarah SMA di Kabupaten Boyolali
Salah satu komponen dalam pengelolaan pendidikan di Boyolali adalah
organisasi MGMP. MGMP sejarah SMA Boyolali mempunyai tujuan umun
adalah :
1. Menjadikan MGMP Sejarah sebagai wahana dalam mengembangkan diri para
guru sejarah di Kabupaten Boyolali.
2. Menjadikan MGMP sejarah sebagai wahana informasi bagi mata pelajaran
sejarah se-Kabupaten Boyolali.
3. Menjadikan MGMP sejarah sebagai pusat pengembangan materi, metodologi,
maupun perangkat materi sejarah sekabupaten Boyolali.
Sedangkan tujuan khusus adalah
1. Mewujudkan guru sejarah yang punya jiwa inovasi dalam pengembangan
proses belajar mengajar.
2. Mewujudkan situasi komunikasi antar guru sejarah menuju profesionalisme
kerja yang mengarah pada keberhasilan penciptaan anak didik yang memiliki
rasa cinta tanah air.
3. Mewujudkan forum diskusi antar guru sejarah guna keseragaman langkah dan
muatan materi sejarah di sekolah se-Kabupaten Boyolali.
4. Menampung aspirasi atau ide-ide pengembangan system pembelajaran sejarah
menuju efisiensi proses dan maksimalisasi hasil belajar.
5. Mengembangkan kerjasama antar guru sejarah dalam menyusun perangkat
pembelajaran , media pembelajaran maupun alat evaluasi.
Program-program yang dimilki oleh MGMP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54
digilib.uns.ac.id
a. Program rutin
1. pertemuan rutin tiap awal, tengah dan akhir semester yang dilaksanakan di
tempat yang berbeda secara bergilir ke sekolah-sekolah SMA se-Kabupaten
Boyolali.
2. menyusun RPP sejarah setiap awal semester.
3. Koordinasi membahas kendala-kendala yang dihadapi dalam proses belajar
mengajar di sekolah masing-masing untuk mendapatkan masukan jalan
pemecahan.
4. Mengadakan kegiatan penyusunan soal, sunting soal tiap akhir semester.
5. Pertemuan evaluasi kegiatan tiap akhir tahun termasuk laporan pertanggung
jawaban pelaksanaan program.
6. Menyelenggarakan work shop pengembangan perangkat pembelajaran, model
pembelajaran dan inovasinya.
7. Menjalin komunikasi dengan Dinas Dikpora Kabupaten Boyolali.
b. Program insidental
1. Menghadiri undangan rapat yang dilakukan oleh instansi lain.
2. Mengikuti bintek, diklat atau sejenisnya sesuai dengan undangan yang ada.
3. Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan instruksi instansi terkait yang
berhubungan dengan pengembangan dan pendewasaan MGMP sejarah.
c. Program jangka panjang
1. pembuatan media pembelajaran dengan audio/audio visual maupun animasi
dalam rangka menciptakan variasi proses belajar mengajar yang dapat
mempermudah pencapaian kompetensi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55
digilib.uns.ac.id
2. Mengadakan kunjungan situs sejarah dalam rangka memperdalam dan
memperluas khasanah para guru sejarah Kabupaten Boyolali.
2. Sajian Data
a. Apakah Guru Sudah Memasukkan Peristiwa MMC Dalam Materi Mata
Pelajaran Sejarah
Mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang mempelajari
banyak hal dan memiliki cakupan waktu yang sangat panjang dari manusia mulai
mengenal tulisan sampai masa reformasi yang masih sedang berlangsung saat ini.
Dinamika permasalahan manusia ada dalam kajian sejarah. Dengan demikian guru
merasa tidak akan kehabisan materi dalam pembelajaran sejarah jika guru bisa
lebih aktif. Selama mengajar selama puluhan tahun, ada berfariasi tanggapan dari
siswa didik, ada yang sangat antusias dan ada juga yang tidak menyukai mata
pelajaran sejarah. Dirasa kurang inovasinya para guru dalam pembelajaran sejarah
kuranng berfariatifnya media, sumber belajar, metode belajar, materi ajar yang
selalu berpatokan deengan materi nasional. Tanggapan dari siswa saat guru
mengajarkan sejarah lokal mendapatkan tanggapan yang sangat baik dari para
siswa didik. Seharusnya dengan melihat kondisi kurikulum KTSP yang sangat
memberikan kebebasan guru untuk mengembangkan materi yang disesuaikan
dengan lingkungan sekitar siswa sehingga diharapkan siswa bisa merasa lebih
dekat dengan permasalahan tersebut. Mengenai proporsi materi lokal yang
disampaikan ke siswa didik sekitar 20% dari materi nasional seharusnya idealnya
sekitar 30% sampai 40%. Permasalahan tersebut muncul karena berbagai alasan
dan setiap guru mempunyai alasan sendiri-sendiri dari kesibukan di luar pekerjaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56
digilib.uns.ac.id
ada juga dikarenakan kemampuan yang kurang mampu untuk mengkombinasikan
dengan materi lokal yang ada(wawancara dengan Suparno, 2010). Kendala dalam
pemeblajaran sejarah guru lebih mengutamakan target penyelesaian target
sehingga lebih mengutamakan segi kuantitas bukan kwalitas pembelajaran.
Kondisi tersebut menyebabkan guru terjebak dalam pembelaran yanmg monoton
dan kurang fleksibel yang menyebabkan tujuan bembelajaran sejarah tidak bisa
tersampaikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di SMA
Kabupaten Boyolali berhubungan dengan sudah tidaknya guru memasukkan
peristiwa MMC dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali.
Diperoleh inforasi bahwa selama ini materi lokal peristiwa MMC tidak diajarkan
dalam pembelajaran di kelas. Seandainya diajarkan yaitu dengan cara
menyisipkan peristiwa MMC dalam pembelajaran sejarah di kelas. Kebanyakan
guru memasukkan materi lokal dengan hanya mengaitkan sejarah lokal dengan
tidak mendetail, disebabkan dengan alokasi waktu yang tersedia akan sulit untuk
mendetailkan pengetahuan sejarah di tingkat lokal.
Meteri sejarah lokal Boyolali khususnya sejarah peristiwa MMC sampai
saat ini belum dimasukkan sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA
Kabupaten Boyolali dikarenakan beberapa alasan. Alokasi waktu yang sangat
terbatas untuk mata pelajaran sejarah (wawancara dengan Darmini, 2010). Dengan
materi yang sangat luas cakupannya tidak memungkinkan secara leluasa
memasukkan materi sejarah lokal dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah
(wawancara dengan Rupadmi, 2010). Sehingga mengakibatkan kendala dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57
digilib.uns.ac.id
memasukkan materi sejarah lokal dalam mata pelajaran sejarah. Kemampuan guru
dalam penguasaan sejarah lokal masih belum memuaskan, hanya selalu
membahas tentang Situs Pengging, Sadranan, dan perjalanan Sunan Pandan Arang
yang menjadi awal nama Boyolali. Dengan kondisi yang ada untuk memperluas
materi pembelajaran sampai kepada peristiwa-peristiwa sejarah di tingkat lokal
sulit untuk dilaksanakan.Tidak tersedianya bahan ajar atau materi ajar tentang
peristiwa MMC yang tersusun secara lengkap dan sistematis menjadi salah satu
kendala. Untuk itu diperlukan referensi yang tersusun secara sistematis dan
kronologis yang disesuaikan dengan daya pikir peserta didik di SMA (wawancara
dengan Bambang , 2010).
Mengenai mata pelajaran sejarah sulit untuk mengontrol materi yang
disampaikan ke siswa dikarenakan di setiap sekolah mempunyai kebijakan
berbeda-beda. Di sekolah mempunyai kebijakan berbeda di setiap semester yaitu 3
jam perminggu, 2 jam perminggu dan bahkan ada sekolah tidak mengajarkan mata
pelajaran sejarah di satu semester. Kebijakan kepala sekolah dan otonomi sekolah
bisa menggkondisikan yang berbeda-beda disetiap sekolah (wawancara dengan
Bambang, 2010). Menyebabkan mata pelajaran sejarah tidak bisa dikontrol untuk
mengenai materi yang tersampaikan guru ke siswa karena beberapa alasan intern
setiap sekolah.
Perubahan materi perlu dibahas bersama dalam pertemuan bersama guru di
Kabupaten Boyolali. Peristiwa MMC nantinya bisa diusulkan dimasukkan dalam
materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Diharapkan siswa
lebih bisa mengetahui sejarah daerahnya sendiri, bahwa Boyolali juga mempunyai
commit to user
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sejarah panjang mengikuti dinamika sejarah di Indonesia. Peristiwa MMC di
Boyolali merupakan peristiwa Nasional di tingkat lokal Boyolali. Sehingga
kondisi di tingkat lokal dan nasional mempunyai hubungan saling mempengaruhi
baik peristiwa lokal, mengakibatkan peristiwa nasional maupun peristiwa nasional
yang mengakibatkan peristiwa lokal. Mengenai proses dalam memasukkan sejarah
peristiwaMMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah. Apa yang bisa diambil
dari peristiwa MMC yaitu nilai sejarah atau historis, kemanusiaan dan nilai-nilai
lainya yang merupakan bagian dari tujuan dalam pembelajaran sejarah. Peristiwa
MMC nantinya dimungkinkan bisa dimasukkan dalam SK dan KD mata pelajaran
sejarah tingkat SMA yaitu di XII IPS pada semester I, sedangkan pada XII IPA di
semester II.
Rangkuman dari hasil wawancara dengan beberapa guru diperoleh
kesimpulan bahwa peristiwa MMC belum dimasukkan dalam mata pelajaran
sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Jawaban yang menjelaskan bahwa materi
peristiwa MMC bisa diajarkan akan tetapi sekedar disisipkan dalam materi dan
tidak berdiri sendiri karena belum tersedianya materi sehingga tidak
mencantumkan peristiwa MMC tersebut. Akan tetapi seandainya dari MGMP
memutuskan untuk memasukkan materi dari peristiwa MMC, para guru akan
senang hati untuk mangajarkan ke siswa. Karena peristiwa tersebut terjadi di
wilayah sekitar lingkungan siswa sendiri dan pastinya akan disambut baik oleh
para peserta didik.
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali Menanggapi Usulan Peristiwa
MMC Sebagai Materi Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah
Dari hasil wawancara dapat diketahui yaitu dari pihak MGMP
memberikan tanggapan yang positif dan menyambut baik usulan. Selama
menjabat sebagai ketua MGMP banyak hal-hal yang bisa dilakukan di organisasi
profesi.
Program-program
resmi
seperti
pelatihan-pelatihan
selalu
rutin
dilaksanakan. Rapat MGMP dalam waktu satu semester dilakukan 3 kali
pertemuan yang dilaksanakan pada hari kamis dan tempat rapat selalu berpindahpindah berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan.
Hasil wawancara pada tanggal 6 Desember 2010 dengan ketua MGMP
SMA sejarah Kabupaten Boyolali yaitu mendapatkan infomasi mengenai
tanggapan dari pihak MGMP gambaran tentang materi mata pelajaran sejarah dan
usaha memasukkan peristiwa lokal dalam materi mata pelajaran sejarah
Kabupaten Boyolali adalah sangat mendukung dalam menyampaikan seandainya
ada bahan ajarnya. Bahan ajar dan sumber materi merupakan syarat utama bagi
guru dalam menyampaikan sejarah lokal dalam pembelajaran di kelas (wawancara
dengan Sodik, 2010).
Beberapa guru mata pelajaran sejarah yang diwawancarai tentang
pemahaman pada peristiwa-peristiwa sejarah di Boyolali diantaranya peristiwa
MMC, mengatakan bahwa hanya mengetahui sedikit-sedikit akan tetapi tidak
mengetahui dengan mendetail. Mengetahui bahwa ini hanya sebuah gerakan
pembrontakan akan tetapi para guru tidak mengetahui latar belakang gerakan
pemeberontakan tersebut (wawancara dengan Darmini, 2010).
commit to user
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Melihat hasil dari bertukar informasi dengan guru-guru mata pelajaran
sejarah dan ketua MGMP sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa guru belum
memasukkan materi sejarah lokal yaitu peristiwa MMC sebagai materi mata
pelajaran sejarah, baik diajarkan secara tersendiri maupun secara terintegrasi
dengan materi pokok dikarenakan beberapa alasan, tidak tersedianya bahan ajar
atau referensi. Alokasi waktu tidak sesuai, dengan melihat luasnya materi yang
harus disampaikan, tenaga pengajar banyak menitik beratkan dengan pencapaian
nilai ujian karena sejarah lokal tidak masuk dalam ujian Nasional. Sebagian guru
menjelaskan materi yang di ajarkan dikelas juga merupakan hasil dari rapat rutin
MGMP Kabupaten (wawancara dengan Sodik, 2010). Jika kebijakan MGMP
untuk memasukkan materi atau mengajarkan materi tantang peristiwa MMC
pastinya para guru akan mengajarkan dan melaksanakan keputusan bersama
MGMP dengan konsekuensi-konsekuensinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru sejarah SMA menjelaskan SK
dan KD dari materi peristiwa MMC yaitu dengan SK adalah menganalisis
perjalanan bangsa Indonesia sejak masa awal kemerdekaan sampai dengan
munculnya Orba. Sedangkan KD adalah menganalisis perkembangan politik dan
ekonomi serta perubahan masayarakat Indonesia di tengah usaha mengisi
kemerdekaan(wawancara dengan Rupadmi, 2010). Sehingga dalam SK dan KD
tersebut melihat dan menganalisis perkembangan dan dinamika pilitik yang ada di
Indonesia salah satunya dinamika yang a001( )-7M()10(a)4( )-(na)4822a-7(w)2(a)4(wm[(t)-2(e)4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62
digilib.uns.ac.id
terpenuhinya SK akan dapat menjadikan materi tersebut penting keberadaannya.
Materi lokal yang diajarkan di kelas hendaknya memiliki nilai edukatif dan nilai
positif dari pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu peristiwa MMC yang diusulkan
menjadi materi mata pelajaran sejarah nantinya bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Siswa akan terbantu dimasukkannya peristiwa lokal sehingga siswa bisa lebih
mudah untuk merekontruksi sejarah yang sedang diajarkan. Guru dapat lebih
mudah dalam penyampaian jika telah ditunjang dengan bahan ajar yang memadai
melihat bagaimana antusiasnya murid jika diajar materi sejarah tentang Boyolali
(wawancara dengan Darmini, 2010).
Hasil wawancara dengan ketua MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali yaitu
mengenai usaha perencanaan memasukkan peristiwa MMC memerlukan beberapa
tahap, jadi peneliti sendiri harus menyiapkan beberapa langkah yang telah
dikonsultasikan dengan beberapa guru yang aktif di dalam MGMP sejarah
Kabupaten Boyolali, antara lain menyiapkan bahan ajar sejarah peristiwa MMC,
memasukkan ke SK dan KD yang tepat, membuat silabus, dan membuat RPP.
Dalam pembuatan RPP nantinya bisa merangkum dari semua hasil penelitian,
dapat menegaskan mengenai SK dan KD, Indikator, materi, metode, evaluasi
penilaian, sumber belajar (wawancara dengan Sodik, 2010).
Hasil dari usulan materi itu nantinya akan dibawa ke dalam rapat MGMP
pada awal semester dan akan dimusyawarahkan mengenai rencana peristiwa
MMC sebagai materi mata pelajaran di SMA Kabupaten Boyolali sebagai materi
alternatif yang diajarkan pada kelas XII IPS semester I dan XII IPA semester II.
Dari usulan materi dapat diambil dari berbagai nilai yang diperlukan, dari nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
62
digilib.uns.ac.id
terpenuhinya SK akan dapat menjadikan materi tersebut penting keberadaannya.
Materi lokal yang diajarkan di kelas hendaknya memiliki nilai edukatif dan nilai
positif dari pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu peristiwa MMC yang diusulkan
menjadi materi mata pelajaran sejarah nantinya bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Siswa akan terbantu dimasukkannya peristiwa lokal sehingga siswa bisa lebih
mudah untuk merekontruksi sejarah yang sedang diajarkan. Guru dapat lebih
mudah dalam penyampaian jika telah ditunjang dengan bahan ajar yang memadai
melihat bagaimana antusiasnya murid jika diajar materi sejarah tentang Boyolali
(wawancara dengan Darmini, 2010).
Hasil wawancara dengan ketua MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali yaitu
mengenai usaha perencanaan memasukkan peristiwa MMC memerlukan beberapa
tahap, jadi peneliti sendiri harus menyiapkan beberapa langkah yang telah
dikonsultasikan dengan beberapa guru yang aktif di dalam MGMP sejarah
Kabupaten Boyolali, antara lain menyiapkan bahan ajar sejarah peristiwa MMC,
memasukkan ke SK dan KD yang tepat, membuat silabus, dan membuat RPP.
Dalam pembuatan RPP nantinya bisa merangkum dari semua hasil penelitian,
dapat menegaskan mengenai SK dan KD, Indikator, materi, metode, evaluasi
penilaian, sumber belajar (wawancara dengan Sodik, 2010).
Hasil dari usulan materi itu nantinya akan dibawa ke dalam rapat MGMP
pada awal semester dan akan dimusyawarahkan mengenai rencana peristiwa
MMC sebagai materi mata pelajaran di SMA Kabupaten Boyolali sebagai materi
alternatif yang diajarkan pada kelas XII IPS semester I dan XII IPA semester II.
Dari usulan materi dapat diambil dari berbagai nilai yang diperlukan, dari nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63
digilib.uns.ac.id
patriotisme, kemanusiaan, keunggulan materi peristiwa MMC sehingga bisa
dilihat bagaimana pentingnya materi ini sehingga diharapkan mampu menjadi
materi ajar di SMA Kabupaten Boyolali. Sehingga jika memenuhi syarat untuk
menjadi materi ajar di SMA Kabupaten Boyolali nantinya akan diajarkan dan
penyusunan materi, silabus, RPP akan dilaksanakan setelah kesepakatan bersama
dalam rapat MGMP.
c. Tindak Lanjut yang Dilakukan MGMP agar Materi MMC Dapat
Menjadi Materi Mata Pelajaran Sejarah di SMA Boyolali
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Wawancara pada tanggal 6
Desember 2010 dengan Sodik ketua MGMP, dari pihak MGMP menyarankan
menyususun materi ajar tentang peristiwa MMC yang lengkap, nantinya akan di
bawa dalam rapat MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali (wawancara dengan Sodik,
2010). Kelengkapan materi, sumber-sumber serta melihat bagaimana pentingnya
usulan materi dalam pembelajaran sejarah. Melanjutkan dari tanggapan guru
mengenai usulan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran mendapat
tanggapan yang positif dari para guru, selanjutnya tindakan MGMP menindak
lanjuti usulan materi alternatif dengan mengkoordinasikan dengan anggota.
Keputusan mengenai diterima tidaknya usulan merupakan keputusan
bersama dikrenakan sebelum usulan ini MGMP sebelumnya juga masih memiliki
program-program yang masih berjalan dan bahkan ada yang belum dilaksanakn
dikarenakan beberapa alasan. Sehingga jika dirasa sangat penting dan mendesak
program yang diutamakan akan secepat mungkin diprogramkan, mengenai usulan
materi peristiwa MMC akan dinilai dan dilihat dari berbagai segi seperti isi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
64
digilib.uns.ac.id
materi, nilai-nilai yang bisa dipetik, pentingnya materi, dan kesiapan guru untuk
menyampaikan merupakan hal yang terpenting. Ujung tombak dari pembelajaran
sejarah adalah guru mata pelajaran nantinya berperan sebagai sutradara dalam
pembelajaran dikelas dan bisa mengarahkan siswa didik ke ranah kognitif atau
afektif. Jika untuk kepengurusan ini belum bisa terlaksana usulan ini kami simpan
untuk program kepengurusan yang mendatang siapa tahu bisa terakomodir
program berikutnya. Pengembangan untuk memajukan pembelajaran yang
berkesinambungan akan bisa lebih terasa jika pelaksanaannya melalui
perencanaan yang baik (wawancara dengan Sodik, 2010).
Hasil wawancara dengan ketua MGMP melihat pentingnya mengajarkan
sejarah lokal, ada sisi kemanusiaan dalam peristiwa MMC bahwa hak sebagai
rakyat telah dikorbankan demi kepentingan kebijakan nasional salah satunya
karena KMB. Nilai-nilai kemanusiaan tersebut bisa memposisikan para siswa
secara netral dan bisa melihat kondisi dari berbagai latar belakang kemunculan
peristiwa MMC khususnya di wilayah Boyolali. MMC juga bisa sebagai
pengembangan materi yaitu dalam materi nasional tedapat pergolakan-pergolakan
dari dalam negeri antara lain DI-TII, pemberontakan Kahar Munzakar,
pemberontakan Andi Aziz, dan beberapa daerah lainnya. Untuk mengembangkan
materi tersebut dapat menjelaskan peristiwa MMC yang merupakan contoh dari
pergolakan-pergolakan di daerah (wawancara dengan Sodik, 2010).
Wawancara dengan kepala sekolah SMA 1 Teras memberikan tanggapan
tentang proses usulan peristiwa MMC sebagai materi alternatif. Tanggapan dari
kepala sekolah adalah menyerahkan sepenuhnya kepada guru yang bernaung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65
digilib.uns.ac.id
dalam organisasi profesi MGMP. Keputusan dari MGMP merupakan otonomi dari
organisasi dan guru sebagai anggotanya, sekolah kedudukannya sebagai tempat
pelaksanaan proses belajar sehingga untuk materi sepenuhnya sudah diramu
terlebih dahulu samapi benar-benar siap untuk diajarkan. Peramuan materi
pastinya melalui pertimbangan-pertimbangan yang cukup matang dan dibutuhkan
orang berkompeten dalam masalah tersebut. Jadi kami sangat percaya dengan apa
yang diputuskan dari MGMP sejarah SMA Kabupaten Boyolali karena dalm
organisasi MGMP berisikan orang-orang menguasai bidangnya dan sudah
berpengalaman. Dari pihak sekolah sangat mengharapkan dalam setiap perubahan
dapat memberikan tercapainya tujuan dari pembelajaran. Pengembangan materi
merupakan hak dari setiap guru mata pelajaran sehingga kepala sekolah tidak bisa
mencampuri urusan dari intern guru tersebut. Tidak ada pembedaan antara mata
pelajaran yang diujikan di ujian nasional dan yang tidak, sekolah ini siap jika
semua mata pelajaran diujikan di ujian nasional dengan penuh senang hati dan
penuh tanggung jawab (wawancara dengan Suwarno, 2010). Diharapkan setiap
guru mempunyai tanggung jawab yang penuh dengan profesinya dari hal tersebut
nantinya bisa menghantarkan peserta didik sepenuhnya dalam proses belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Tanggapan dari Seksi Dikdasmen Disdikpora Kabupaten Boyolali sangat
menyetujui dengan usulan dari usaha memasukkan sejarah gerakan MMC sebagai
materi mata pelajaran sejarah SMA di Boyolali. Usaha dari guru dan MGMP
untuk menindak lanjuti usulan, dari Disdikpora menyerahkan sepenuhnya kepada
pihak MGMP dan menghargai keputusannya. Sebetulnya banyak sumber lokal
commit to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Boyolali yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber maupun media pembelajaran
sejarah, seperti situs pengging, candi lawang, sadranan, dan sedekah gunung dan
lain sebagainya. Setiap koordinasi dari MGMP ke Disdikpora harus selalu terjaga
demi baiknya dunia pendidikan di Boyolali pada umunya dan SMA pada
khusunya. Setiap MGMP harus rutin menjalin komunikasi dengan Disdikspora
Kabupaten Boyolali untuk mengkomunikasikan dan menyelesaikan permasalahan
yang sedang dihadapi. Pengembangan skill bagi guru sangatlah penting untuk
menunjang pembelajaran yaitu disiasati dengan, pelatihan-pelatihan, seminar,
lomba-lomba, karya tulis ilmiah (wawancara dengan Siti Zumrotun, 2010).
Setiap komponen mempunyai peran dan tanggung jawab yang berbedabeda akan tetapi dari komponen-komponen tersebut ada kesinambungan dalam
setiap tanggung jawab yang diemban untuk kemajuan Pendidikan di Boyolali.
Kebijakan bersama harus diimbangi dengan niat baik dari berbagai pihak untuk
menuju perubahan yang lebih terencana.
B. Pokok-Pokok Temuan
Sejumlah pokok-pokok temuan dalam penelitian mengenai upaya untuk
memasukkan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA
Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut
a.
Apakah Guru Sudah Memasukkan Peristiwa MMC Dalam Materi Mata
Pelajaran Sejarah
commit to user
67
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Meteri sejarah lokal Boyolali khususnya sejarah peristiwa MMC sampai
saat ini belum dimasukkan sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA
Kabupaten Boyolali dikarenakan beberapa alasan.
a. Alokasi waktu yang sangat terbatas untuk mata pelajaran sejarah. Dengan
materi yang sangat luas cakupannya tidak memungkinkan secara leluasa
memasukkan materi sejarah lokal dalam pembelajaran mata pelajaran
sejarah. Sehingga mengakibatkan kendala dalam memasukkan materi
sejarah lokal dalam mata pelajaran sejarah.
b. Kemampuan guru dalam penguasaan sejarah lokal masih belum
memuaskan, hanya selalu membahas tentang Situs Pengging, Sadranan,
dan perjalanan Sunan Pandan Arang yang menjadi awal nama Boyolali.
Dengan kondisi yang ada untuk memperluas materi pembelajaran sampai
kepada
peristiwa-peristiwa
sejarah
di
tingkat
lokal
sulit
untuk
dilaksanakan.
c. Tidak tersedianya bahan ajar atau materi ajar tentang peristiwa MMC yang
tersusun secara lengkap dan sistematis menjadi salah satu kendala. Untuk
itu diperlukan referensi yang tersusun secara sistematis dan kronologis
yang disesuaikan dengan daya pikir peserta didik di SMA.
Mata pelajaran sejarah merupakan sebagai proses dan merupakan tanggung
jawab dari organisasi yang membawahinya yaitu MGMP Sejarah Kabupaten
Boyolali, seandainya ada usulan perubahan dalam materi. MGMP sejarah
mempunyai aturan yang harus dilakukan sebagai proses memasukkan peristiwa
MMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68
digilib.uns.ac.id
Membuat materi-ajar, bahan ajar dan sumber belajar tentang gerakan/peristiwa
MMC yang disesuaikan dengan keberadaan peserta didik setingkat SMA. Dari
materi tersebut akan dirapatkan dalam rapat MGMP sejarah Kabupaten Boyolali
akan di lihat SK dan KD yang bisa memasukkan materi tersebut, mencari
indikator dalam peristiwa MMC. Seandainya usulan materi bisa terlaksana akan
disusun perangkat pembelajaran sebagai tindak lanjut dari usulan materi peristiwa
MMC dalam mata pelajaran sejarah.
b. MGMP Sejarah di SMA Boyolali Menanggapi Usulan Peristiwa MMC
Sebagai Materi Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah
Dari hasil wawancara dapat diketahui yaitu dari pihak MGMP
memberikan tanggapan yang positif dan menyambut baik usulan. Tanggapan dari
pihak MGMP usaha memasukkan peristiwa lokal dalam materi mata pelajaran
sejarah Kabupaten Boyolali adalah sangat mendukung dalam menyampaikan ke
siswa didik seandainya ada bahan ajarnya. Bahan ajar dan sumber materi
merupakan syarat utama bagi guru dalam menyampaikan sejarah lokal dalam
pembelajaran di kelas. Penyusunan (RPP) dimulai dari pengembangan silabus
pada SK dan KD, yaitu SK dalam materi MMC adalah menganalisis perjalanan
bangsa Indonesia sejak masa awal kemerdekaan sampai dengan munculnya Orba.
Sedangkan KD adalah menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta
perubahan masayarakat di Indonesia di tengah usaha mengisi kemerdekaan.
Sehingga dalam RPP tersebut berisi pengembangan indikator pencapaian
indikator untuk penilaian dan teknik evaluasinya, menentukan strategi
pembelajaran, serta alokasi waktu dan sumber belajar.
commit to user
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indikator-indikator
pencapaian
adalah
mendeskripsikan
kebijakan
pemerintah Indonesia di bidang ekonomi-keuangan dan militer. Penjelasannya
yaitu kebijakan RE-RA ditubuh militer untuk meringankan beban keuangan
Negara yang dikarenakan keuangan Negara memburuk, korban dari RE-RA
melakukan pengacauan di sekitar Merapi dan Merbabau. Menghubungkan
perbedaan ideologi dan strategi dalam menghadapi Belanda dengan konflik
diantara kelompok politik di Indonesia komunis ingin mendirikan Negara Soviet
sendiri sehingga dihancurkan oleh militer Negara dan sebagian dari simpatisannya
melarikan diri di sekitar Merapi dan Merbabu bergabung dengan gerakan MMC.
Menjelaskan beberapa konflik yang dihasilkan setelah Konfrensi Meja Bundar
dengan berkelanjutannya konflik Indonesia Belanda (mengenai hasil KMB
terdapat poin menjelaskan bahwa tanah-tanah yang dahulu milik pengusaha asing,
pada awal pemerintahan Sukarno di berikan kepada rakyat, harus dikembalikan
kepada pemilik semula yaitu pengusaha asing.
Metode pengajaran yang sesuai dengan memasukkan peristiwa MMC
yaitu metode, diskusi, presentasi, eksplorasi internet dan pembentukan kelompokkelompok kecil dalam penugasan dengan pembuatan makalah yang nantinya
didiskusikan dan dipresentasikan tentang materi sekitar peristiwa MMC. Aspek
yang dinilai dari pross belajar siswa adalah kognitif dan afektif.
Menjelaskan bahwa proses untuk menjadikan sejarah peristiwa MMC
sebagai materi mata pelajaran sejarah SMA di Boyolali. Sehingga dengan
koordinasi dari MGMP dan guru mata pelajaran sejarah SMA Boyolali nantinya
akan bisa untuk mewujudkan. Mepersiapkan materi khusus tentang peristiwa
commit to user
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MMC untuk diusulkan di rapat MGMP nantinya disusun sehingga akan dapat
dikaji para guru untuk bagaimana bisa di ajarkan di SMA. Upaya untuk
memasukkan sejarah tentang peristiwa MMC mendapat tanggapan yang positif
dari para guru mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Karena banyak
nilai yang bisa dipetik salah satunya nilai kemanusiaan. Namun hal itu perlu
dipikirkan karena terkait dengan kemampuan guru dan alokasi waktu. Kesiapan
bahan ajar yang dibutuhkan mengingat referensi materi menjadi pegangan guru
belum tersedia dan rata-rata belum memiliki modal pengetahuan tentang sejarah
pergolakan peristiwa MMC. Untuk kondisi yang terdapat di sekitar materi dan
kesiapan guru bisa terjawab dalam organisasi MGMP sejarah SMA yang terdapat
di Kabupaten Boyolali karena merupakan induk utama dalam penyelesaian
permasalahan mata pelajaran sejarah.
c. Tindak Lanjut yang Dilakukan MGMP agar Peristiwa MMC Dapat
Menjadi Materi Mata Pelajaran Sejarah di SMA Boyolali
Tindak lanjut untuk usaha memasukkan sejarah tentang gerakan MMC
sebagai materi mata pelajaran sejarah yang diusulkakan kepada MGMP Sejarah
Kabupaten Boyolali adalah dengan memaparkan bagaiman pentingnya materi
tersebut dan bagaimana MMC termasuk peristiwa nasional yang terjadi ditingkat
lokal. MGMP melihat pentingnya mengajarkan sejarah lokal, ada sisi
kemanusiaan dalam materi peristiwa MMC, bahwa hak sebagai rakyat telah
dikorbankan demi kepentingan kebijakan nasional diantaranya karena KMB.
Nilai-nilai kemanusiaan tersebut bisa memposisikan para siswa secara netral dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71
digilib.uns.ac.id
bisa melihat kondisi yang ada dari berbagai latar belakang kemunculan gerakan
MMC di wilayah Boyolali.
Peristiwa MMC juga bisa sebagai pengembangan materi nasional yang
didalamnya tedapat pergolakan-pergolakan dari dalam negeri antara lain DI-TII,
pemberontakan Kahar Munzakar, pemberontakan Andi Aziz, dan beberapa daerah
lainnya. Untuk mengembangkan materi hal tersebut dapat menjelaskan peristiwa
MMC yang merupakan contoh dari berbagai pergolakan-pergolakan di daerahdaerah pada waktu itu.
Pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada guru yang bernaung dalam
organisasi profesi MGMP. Keputusan dari MGMP merupakan otonomi dari guru,
sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar sehingga tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai. Pengembangan materi merupakan hak dari setiap
guru mata pelajaran sehingga kepala sekolah tidak bisa mencampuri urusan dari
intern guru tersebut. Diharapkan setiap guru mempunyai tanggung jawab yang
penuh dengan profesinya dari hal tersebut nantinya bisa menghantarkan peserta
didik sepenuhnya dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Pihak Dikdasmen Disdikpora sangat menyambut baik usulan memasukkan
sejarah peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah SMA di Boyolali.
Usaha dari guru dan MGMP untuk menindak lanjuti usulan, dari Seksi Dikdasmen
Disdikpora Kabupaten Boyolali menyerahkan sepenuhnya kepada pihak MGMP
dan menghargai keputusannya. Setiap koordinasi dari MGMP ke Disdikpora harus
selalu terjaga demi baiknya dunia pendidikan di Boyolali.
commit to user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Banyak kondisi guru yang tidak mengetahui tentang sejarah lokal pada
umumnya dan peristiwa MMC pada khusunya. Sehingga dengan kendala-kendala
dan tanggapan guru yang merespon positif semuanya harus disiasati dari berbagai
pihak yaitu demi untuk perkembangan mata pelajaran sejarah pada umunya dan
demi memajukan nilai kemasan mata pelajaran yang dianggap bersifat monoton.
Proses yang panjang dan dibutuhkan koordinasi yang baik untuk menindak lanjuti
usulan materi ke MGMP Kabupaten Boyolali agar bisa terlaksana.
C. Pembahasan
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari
keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran
dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan SK dan KD yang
harus dicapai oleh peserta didik. Artinya materi yang ditentukan untuk kegiatan
pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya SK dan
KD, serta tercapainya indikator.
Paradigma baru yang termuat dalam KTSP, sekolah diberi wewenang luas
untuk mengembangkan kurikulum, dimulai dengan menjabarkan SK dan KD
dalam sejumlah indikator yang relevan dengan konteks tempat guru mengajar.
Indikator dalam SK dan KD sangat tergantung dari kemampuan guru dalam
menjabarkannya. Termasuk didalamnya untuk memilih bahan ajar, guru diberi
wewenang yang penuh asalkan standar minimal terpenuhi. Penyusunan bahan
ajar, sekolah diberi wewenang dikarenakan sekolah sebagai lembaga pendidikan
memiliki otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran termasuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73
digilib.uns.ac.id
mempersiapkan atau menyusun bahan ajar. Bahan ajar yang disusun hendaknya
dapat mengembangkan nilai, sikap, dan keterampilan. Bahan ajar ini harus
dipersiapkan oleh guru dengan sebaik-baiknya, agar dalam penyampaiannya pada
siswa tidak terjadi kesulitan. Hambatan-hambatan dari usaha memasukkan
peristiwa MMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten
Boyolali dan nilai-nilai keunggulan dari kendala dalam usaha tersebut adalah.
1. Keungulan dalam upaya memasukkan peristiwa MMC ke dalam materi mata
pelajaran sejarah SMA Kabupaten Boyolali:
a. Respon dari MGMP dan guru-guru mata pelajaran sejarah SMA di
Boyolali sangat baik dan sangat mendukung usulan tersebut.
b. Merupakan peristiwa nasional yang terjadi di tingkat lokal Boyolali
c. Dapat menjelaskan bagaimana latar belakang masuknya Partai Komunis
Indonesia di daerah Boyolali, juga bisa menjelaskan bagaimana PKI
mendapatkan dukungan massa besar di daerah Boyolali sehingga pada
pemilu 1955 PKI mendapatkan massa yang cukup besar
d. Bagaimana bisa menjelaskan kondisi masyarakat Boyolali pada masa
sekitar tahun 1950 – 1956.
e. Dapat mengambil nilai kemanuiaaan bahwa pemerintah harus bisa melihat
kondisi rakyat ditingkat bawah atau lokal dalam menentukan suatu
kebijakan dan keputusan.
f. Siswa lebih berminat dengan sejarah lokal yang diajarkan, karena siswa
bisa lebih mengenal daerahnya sendiri sehingga siswa lebih bisa
merekontruksi sejarah dikarenakan sumbernya lebih dekat dengan mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74
digilib.uns.ac.id
Bisa mengkroscek kepada para pendahulunya yang hidup pada masa
tersebut.
g. Materi peristiwa MMC bisa dihubungkan dengan materi sejarah yang
lebih luas
a) Konflik agraria, Konflik politik pasca KMB
b) Konflik ditubuh Militer yaitu RE-RA yang harus mengorbankan tentara
kelaskaran yang dahulu mati-matian membela tanah air.
c) Konflik ideologi dengan Komunis,
d) Pemindahan dari Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Yogyakarta yang
diikuti berpindahnya gerakan PKI ke daerah sekitar Merapi dan
Merbabu.
2. Kendala dalam memasukkan peristiwa MMC ke materi mata pelajaran sejarah
di SMA
a. Kurangnya sumber yang mendukung dengan materi peristiwa MMC
b. Kekurang siapan guru dalam materi sejarah lokal Boyolali, utamanya
materi peristiwa MMC.
c. Kurangnya alokasi waktu dalam mata pelajaran sejarah
d. Banyaknya sekolah yang tidak memasukkan pelajaran sejarah di kelas XII
karena lebih mengutamakan pelajaran yang diujikan di ujian Nasional.
e. Terlalu luasnya materi nasional yang harus di ajarkan, beberapa sekolahan
untuk mengejar materi tersampaikan ke siswa.
Bahan kajian sejarah pada hakekatnya memuat kajian yang mencakup
penjelasan tentang pengetahuan faktual (apa, siapa, di mana dan kapan). Dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75
digilib.uns.ac.id
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, bahan kajian sejarah diajarkan dengan
tiga pendekatan, yaitu (a) pendekatan faktual; (b) pendekatan prosedual; (c)
pendekatan kasual. Pendekatan faktual bertujuan untuk memberikan fakta dari
berbagai peristiwa-peristiwa sejarah, sebagai bagian dari pengetahuan tentang
peristiwa sejarah. Pendekatan ini sangat berguna untuk memperkaya pengetahuan
kesejarahan, menambah kesadaran dan wawasan sejarah serta untuk menjawab
pertanyaan tentang apa, siapa, dimana, kapan/bilamana. Sedangkan untuk
menjawab pertanyaan mengapa, dapat dirunut melalui penelusuran terjadinya
peristiwa dengan penjelasan kausalitas.
Diberlakukannya kurikulum 2006 tentang KTSP, dimana materi ajar harus
mengangkat kompetensi yang ada di lingkungan siswa untuk dimasukkan dalam
pembelajaran, sehingga guru harus berupaya memilih materi yang sesuai. Adanya
masukan kepada pendidik di tingkat SMA di Kabupaten Boyolali berupa materi
tentang peristiwa MMC yang relevan denga SK dapat diajarkan ke dalam
pembelajaran sejarah, maka pada perinsipnya pendidik siap melaksanakan yang
sudah menjadi kesepakatan MGMP sejarah Kabupaten Boyolali untuk
memasukkan peristiwa MMC kedalam pembelajaran di kelas. Kesediaan itu harus
didukung bagi semua pihak, materi menjadi kewajiban sebagai perangkat
pembelajaran yang harus disusun dan keseriusan guru dalam mempelajari sejarah
lokal diantaranya peristiwa MMC.
Sementara itu pihak sekolah, guru mata pelajaran dan ketua MGMP
mengatakan setuju dan sangat mendukung upaya tersebut. Namun yang perlu
dipertimbangkan adalah kesiapan guru dan alokasi waktu. Berdasarkan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76
digilib.uns.ac.id
wawancara tersirat belum siap memahami materi sejarah tentang peristiwa lokal
Boyolali. Kebanyakan penguasaan materi ajar sejarah masih terbatas pada materi
dari tingkat nasional, dalam arti kurang pengembangan kearah pengetahan yang
lebih luas misalnya ke peristiwa aktual termasuk mengaitkan dengan materi
sejarah lokal.
Konsekuensi kesiapan guru sebagai tenaga pengajar adalah harus memiliki
kompetensi khususnya dalam mata pelajaran yang diampunya. Secara umum
terdapat beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru sebagai yang
dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (dalam I Gde Widja, 1989 : 14) yaitu (1)
guru harus mampu mengenal setiap murid yang dipercayakan kepadanya; (2) guru
harus memiliki kecakapan untuk memberi bimbingan; (3) guru harus memiliki
dasar pengetahuan luas tentang pendidikan yang hendak dicapai; (4) guru harus
memiliki pengetahuan luas tentang pendidikan dan ilmu yang diajarkan.
Guru sejarah hendaknya sebagai agen perubahan sehingga para guru harus
selalu menyadari salah satu keutamaan sejarah adalah perubahan. Berfikir historis
adalah berfikir bahwa segala sesuatu akan mengalami dinamika kehidupan.
Dengan demikian seorang guru sejarah selalu sensitif terhadap permasalahan
masyarakat. Cara guru mengajar sejarah hanya berkisar di lingkungan kelas dan
dengan materi dari buku teks akan menyebabkan murid-murid terasing dari
permasalahan masyarakat.
Tanggung jawab para pendidik seharusnya tidak berhenti dalam mencari
ilmu, ilmu itu selalu bergerak sesuai dengan perkembangan jaman. Tuntutan guru
untuk selalu membaca dan belajar adalah sebagai kewajiban sebagai pendamping
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77
digilib.uns.ac.id
anak didik dalam menuntut ilmu. Guru sejarah harus terus mengikuti wacana yang
berkenbang dalam dunia keprofesionalannya. Pertama harus menyegarkan
pengetahuan kesejarahannya. Lebih utama lagi juga menjadi bagian penemu
fakta-fakta sejarah. Kedua, guru harus mengembangkan inovasi-inovasi
pembelajarannya supaya siswa sebagi konsumen senang dalam mempelajari serta
dapat mengambil manfaat dari belajar sejarah. Inovasi dapat dilakukan mulai dari
perancangan kurikulum, membuatan materi ajar dari sejarah lokal di wilayah
lingkungan siswa. Proses pembelajaran di kelas yang kebanyakan membahas
materi sumber sejarah dari peristiwa lokal dan pembelajaran di luar kelas seperti
ke Museum, Candi Lawang, pasanggrahan PB X di Paras dll.
Pengembangan tuntutan zaman antara lain media pembelajaran sejarah
dengan LCD, situs-situs yang ada disekitar siswa (Situs Pengging, Pesanggrahan
PB X di Paras, candi Lawang, Museum, goa Jepang bahkan jalan raya dari
Surakarta ke Semarang yang melewati Boyolali juga meninggalkan banyak cerita
sejarah, bagiamana Boyolali pada masa penjajahan Belanda dilewati rel kereta
api). Minimal guru bisa menjelaskan kondisi di wilayah Boyolali atau ditingkat
lokal saat guru menjelaskan materi sejarah nasional, sehingga bisa mensinkronkan
antara keadaan nasional dengan keadaan ditingkat lokal.
Alokasi waktu dan materi sejarah lokal termasuk tenaga pengajar yang
memiliki kemampuan menjadi kendala dalam memasukkan materi sejarah lokal di
kemas dalam materi mata pelajaran sejarah. Persoalan alokasi waktu terutama
untuk mata pelajaran sejarah dirasa sangat terbatas, sehingga tidak memungkinkan
untuk secara leluasa memasukkan materi lokal ke dalam materi mata pelajaran
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sejarah SMA. Sedangkan dalam proses pembelajaran dengan materi yang sangat
luas dan alokasi waktu terbatas membuat guru dalam mengajar terjebak pada
target penyelesaian materi. Lebih mengutamakan kuantitas bukan kwalitas
pembelajaran. Sehingga sering melupakan tujuan utama pembelajaran sejarah.
Kondisi yang kemudian terjadi adalah target penyelesaian materi tercapai,
sehingga tujuan pembelajaran sejarah tidak tercapai dalam proes pembelajaran.
Perencanaan matang dalam pembelajaran dapat memfasilitasi komunikasi,
partisipasi, mengakomodasi kepentingan dan nilai-nilai serta dapat membantu
pembuatan keputusan, maupun keberhasilan implikasi perencanaan. Dalam
pencapaian SK, penyusunan RPP dan penggunaan perangkat pembelajaran seperti
program tahunan, program semester, analisis materi palajaran, rencana
pelaksanaan pembelajaran adalah sangat penting. Agar dapat membuat
perencanaan yang baik diperlukan pengumpulan data, materi dan informasi secara
luas, explorasi alternatif dan menekankan pada implikasi yang direncanakan.
Kecenderungan para guru dalam pembuatan perangkat pembelajaran
banyak ditentukan oleh kebijakan masing-masing sekolah. Artinya jika program
penyusunan perangkat pembelajaran itu ditradisikan oleh sekolah pada awal tahun
pelajaran. Ada pula yang menganggap RPP sebagi rutinitas semata dalam
pekerjaannya sebagai pendidik.
Pelaksanaa
pembelajaran
diperlukan
strategi
pembelajaran,
yaitu
serangkaian tindakan yang efektif dan efisien, terncana dan terarah sehingga
mencapai sasaran maupun tujuan dari kegiatan belajar mengajar kelas. Unsurunsur pokok yang terdapat dalam strategi pembelajaran adalah guru, peserta didik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79
digilib.uns.ac.id
dan materi yang telah direncanakan. Dari hasil wawancara dengan para guru mata
pelajaran sejarah dengan memasukkan peristiwa lokal banyak manfaatnya dan
sangat efektif membantu siswa dalam menyerap sehingga lebih bisa memahami
materi ajar.
Membahas tantang usaha perencanaan memasukkan peristiwa MMC
memerlukan beberapa tahap, menyiapkan beberapa langkah yang telah
dikonsultasikan dengan beberapa guru di dalam MGMP sejarah Kabupaten
Boyolali, antara lain menyiapkan bahan ajar sejarah peristiwa MMC,
memasukkan ke SK dan KD yang tepat, nantinya untuk menyusun silabus dan
RPP. Dalam pembuatan RPP nantinya bisa merangkum dari semua hasil
penelitian, pastinya disebutkan mengenai SK dan KD, Indikator, materi, metode,
evaluasi penilaian, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran dan juga contoh
soal yang berhubungan dengan materi MMC.
Wawancara dengan Ketua MGMP mengenai tindak lanjut mengenai
proses usaha memasukkan peristiwa MMC sebagai materi dalam mata pelajaran
sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. konsekuensi dengan usulan materi alternatif
adalah menyusun materi ajar tentang peristiwa MMC yang lengkap, nantinya
akan dibawa dalam rapat MGMP sejarah Kabupaten Boyolali. Kelengkapan
materi serta sumber-sumber serta melihat bagaimana pentingnya materi yang
diusulkan dalam pembelajaran sejarah.
Kecenderungan guru melihat pentingnya mengajarkan sejarah lokal, ada
sisi kemanusiaan dalam materi peristiwa MMC bahwa hak sebagai rakyat telah
dikorbankan demi kepentingan kebijakan nasional diantaranya karena KMB dan
commit to user
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
RE-RA. Nilai-nilai kemanusiaan tersebut bisa memposisikan para siswa secara
netral dan bisa melihat kondisi dari berbagai latar belakang kemunculan gerakan
MMC. Peristiwa MMC juga bisa sebagai pengembangan materi yaitu dalam
materi nasional terdapat pergolakan-pergolakan dari dari dalam negeri antara lain
DI-TII, pemberontakan Kahar Munzakar, pemberontakan Andi Aziz, dan
beberapa daerah lainnya. Untuk mengembangkan materi tersebut dapat
menjelaskan peristiwa MMC yang merupakan contoh salah satu dari pergolakanpergolakan di daerah-daerah.
Hasil dari usulan materi akan dibawa ke dalam rapat MGMP pada awal
semester dan akan di musyawarahkan mengenai rencana materi peristiwa MMC
sebagai materi mata pelajaran di SMA Kabupaten Boyolali yang nantinya
diajarkan di kelas XII IPS semester I dan XII IPA semester II. Dari materi
tersebut dapat dilihat nilai kemanusiaan, keunggulan materi peristiwa MMC bisa
dilihat bagaimana pentingnya materi ini sehingga diharapkan mampu menjadi
materi mata pelajaran sejarah. Sehingga jika memenuhi syarat untuk menjadi
materi ajar di SMA Kabupaten Boyolali nantinya akan diajarkan dan penyusunan
materi, silabus, RPP akan dilaksanakan setelah kesepakatan bersama dalam rapat
MGMP.
Dikdasmen Disdikpora Kabupaten Boyolali sangat menyambut baik
dengan usulan memasukkan sejarah peristiwa MMC sebagai materi mata
pelajaran sejarah SMA di Boyolali. Usaha dari guru dan MGMP untuk menindak
lanjuti usulan, menyerahkan sepenuhnya kepada pihak MGMP dan menghargai
commit to user
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keputusannya. Setiap koordinasi dari MGMP ke Diknas harus selalu terjaga demi
baiknya dunia pendidikan di Boyolali pada umunya dan SMA pada khusunya.
Metode mengajar pada dasarnya merupakan langkah kerja yang
dikembangkan berdasarkan pertimbangan rasional, terncana dan tepat sasaran.
Dalam pengelolaan proses pembelajaran, para guru masih berorientasi pada
penyelesaian target materi. Sehingga metode yang menjadi andalan adalah metode
ceramah berfariasi, karena dianggap cocok untuk semua materi, tidak memerlukan
persiapan yang rumit, mudah dilaksanakan dan fleksibel. Proses pembelajaran
dengan menggunakan metode ceramah membuat pembelajaran menjadi searah,
guru mendominasi jalannya pembelajaran. Hal ini bertentangan dengan
Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) yang sedang
dikembangkan.
Secara langsung maupun tidak langsung keberadaan organisasi yang
menaungi mata pelajaran sejarah adalah MGMP sejarah. Keberadaan organisasi
profesi sebagai wadah dari para anggotanya untuk menyampaikan permasalahan,
banyak permasalahan yang harus diselesaikan dan diputuskan. Masukan dan saran
yang ditujukan kepada MGMP sejarah, sebijak mungkin keberadaannya
ditanggapi dengan baik salah satunya usulan materi peristiwa MMC. Bagaimana
kebutuhan
materi
sejarah
lokal
di
SMA
Kabupaten
Boyolali
bisa
memepertimbangkan usulan memasukkan materi sejarah peristiwa MMC dalam
materi mata pelajaran sejarah SMA Kabupaten Boyolali. Usaha tersebut haruslah
melalui prosedur, proses dan aturan baku, sehingga semuanya akan saling
commit to user
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendapatkan nilai positif. Dengan niat baik dari berbagai pihak diharapkan
nantinya akan mendapatkan hasil terbaik untuk semua pihak.
commit to user
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pada sajian data, pokok temuan, dan pembahasan dapat
disimpulkan.
Meteri sejarah lokal Boyolali khususnya sejarah gerakan MMC sampai saat
ini belum dimasukkan sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten
Boyolali dikarenakan beberapa alasan antara lain alokasi waktu yang sangat
terbatas, kemampuan guru dan tidak tersedianya bahan ajar.
Tanggapan dari MGMP sangat menyambut baik dengan usulan,
membutuhkan waktu untuk merealisasikannya. Upaya untuk memasukkan sejarah
tentang peristiwa MMC mendapat tanggapan yang positif dari para guru mata
pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali, karena banyak nilai bisa dipetik
diantaranya nilai kemanusiaan.
Tindak lanjut untuk usaha memasukkan sejarah tentang gerakan MMC
sebagai materi mata pelajaran sejarah yang di usulkakan MGMP Sejarah
Kabupaten Boyolali adalah dengan membawa usulan materi alternatif yang
memasukkan peristiwa MMC ke dalam rapat MGMP sejarah SMA Kabupaten
Boyolali. Tanggapan dari kepala sekolah sangat positif dengan usulan materi
alternative begitu juga dengan Disdasmen Disdikpora menyambut baik dengan
usulan.
commit to user
83
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Proses panjang dan dibutuhkan koordinasi yang baik dari MGMP untuk
menindak lanjuti usulan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di
SMA. Peranan MGMP sangat penting dalam usaha agar terlaksananya karena
merupakan organisasi profesi yang membawai perkembangan tiap mata pelajaran.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, maka akan timbul konsekuesi
logis yang berupa implikasi dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Afektif
Usulan materi ini bisa menambah pengetahuan bagi guru dan siswa dalam
sejarah lokal khususnya tentang peristiwa MMC. Banyak dampak positif kepada
berbagai pihak dan dampaknya adalah mengenai pengetahuan tentang peristiwa
lokal di Boyolali sehingga nantinya bisa melihat keterkaitan antara sejarah lokal
dan sejarah nasional. Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru
dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benarbenar menunjang tercapainya SK dan KD. Dengan otonomi diberikan kepada guru
dan kurikulum sekarang mempermudah guru untuk bisa menyesuaikan materi
pelajaran. Karena semua diserahkan kepada guru mata pelajaran disesuaikan
dengan lingkunagan sekitar sehingga usulan materi peristiwa MMC juga bisa
menjadi solusi atau alternatif.
2. Kognitif
Usulan materi MMC secara tidak langsung mampu mengubah rasa minat
siswa untuk mempelajari sejarah. Peristiwa lokal yang mempunyai nilai historis
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinggi bisa dijadikan pembelajaran sejarah di kelas. Dengan memasukkan
peristiwa lokal diharapkan guru lebih bisa menghargai peristiwa lokal sebagai
perangsang minat siswa dalam pelajaran sejarah dan bisa melihat nilai
kemanusiaan dalam materi peristiwa MMC. Menegaskan bahwa kondisi ditingkat
lokal juga mempengaruhi keadaan nasional dan begitu sebaliknya.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian ini, ada beberapa
saran yang dapat diajukan, sebagai berikut :
1. Saran untuk Siswa
Hendaknya siswa lebih bisa untuk mengambil tujuan dari mempelajari
sejarah, menjauhkan dari kesan bahwa mata pelajaran sejarah sebagai mata
pelajaran hafalan. Jika hal tersebut terjadi maka mata pelajaran ini akan
menjadi beban bagi siswa. Pendidikan karakter siswa juga meupakan
tanggung jawab dari mata pelajaran sejarah bahkan menjadi nilai positif.
Rasa nasionalisme, patriotisme, kebangsaan dan cinta tanah air merupakan
inti dari pelajaran sejarah, selain hal-hal tersebut hendaknya siswa selalu
bisa memetik nilai positif yang lain setelah mempelajari sejarah. Peristiwa
di tingkat lokal bisa berdampak bagi kondisi nasional maupun peristiwa
nasional bisa berdampak bagi kondisi lokal. Sehingga siswa harus bisa
melihat bahwa antara daerah (lokal) dan tingkat nasional adalah kesatuan.
Rasa bangga terhadap lokal juga merupakan bagian dari rasa nasionalisme
itu sendiri. Memupuk rasa pengetahuan di tingkat lokal adalah modal
commit to user
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai suatu rekontruksi sejarah, dengan mengkonfirmasikan kepada
saksi sejarah, sehingga bisa menjelaskan peristiwa sebenarnya. Diharapkan
dengan mempelajari sejarah di tingkat lokal atau peristiwa MMC yang
dimasukkan dalam pelajaran sejarah SMA Kabupaten Boyolali dapat
menumbuhkan rasa percaya diri bagi peserta didik sendiri.
2. Saran untuk guru mata pelajaran sejarah
a. Peristiwa-peristiwa sejarah ditingkat lokal yang mempunyai keterkaitan
dengan materi pokok seharusnya bisa dimanfaatkan dan dimasukkan
sebagai materi mata pelajaran sejarah. Peristiwa MMC merupakan salah
satu peristiwa besar di daerah Boyolali yang bisa diusulkan menjadi materi
resmi dalam mata pelajaran sejarah SMA Kabupaten Boyolali. Melihat
besarnya peristiwa dari peristiwa MMC muncul dari berbagai latar
belakang meluasnya gerakan.
b. Pembuatan perangkat pembelajaran yang memasukkan materi peristiwa
MMC, yaitu pembuatan RPP yaitu pada SK: Menganalisis perjalanan
bangsa Indonesia sejak masa awal kemerdekaan sampai dengan
munculnya reformasi, KD: adalah menganalisis perkembangan politik dan
ekonomi serta perubahan masyarakat di Indonesia di tengah usaha mengisi
kemerdekaan yang diajarkan di Kelas XII IPS pada semester 1, dan XII
IPA pada semester 2.
c. Boyolali sebagai daerah yang mempunyai banyak peninggalan sejarah.
Memanfaatkan sebagai sumber, media dan materi mata pelajaran sejarah di
Kabupaten
Boyolali sebagai pengembangan
commit to user
ilmu maupun
untuk
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan minat bagi peserta didik dan dapat mengambil nilai-nilai
positif dari setiap peristiwa lokal yaitu peristiwa MMC di Boyolali yang
disampaikan ke peserta didik.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang memasukkan materi tentang
sejarah peristiwa MMC sehingga dapat memberikan pengetahuan ke siswa
dengan pengetahuan sejarah di tingkat lokal.
3. Saran bagi Kepala Sekolah
a. Selalu
bisa
mendorong
untuk
guru
berinovatif
dalam
setiap
pembelajarannya.
b. Supaya tidak membedakan antara mata pelajaran yang diujikan dalam
ujian nasional dengan yang tidak.
4. Saran bagi MGMP
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejarah di Kabupaten Boyolali bisa
selalu menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran sejarah,
sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan merupakan kepentingan
bersama. Untuk memajukan pelajaran sejarah utamanya yaitu mengenai
usulan mengajukan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah
di SMA Kabupaten Boyolali.
5. Saran untuk Disdikpora Kabupaten Boyolali
a. Mengharapkan selalu lebih koordinasi dengan MGMP salah satunya
MGMP Sejarah, karena dari musyawarah guru tersebut Disdikpora bisa
mendapatkan masukan-masukan positif. Diantaranya bisa menerbitkan
commit to user
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
materi mata pelajaran yang memanfaatkan sumber dari lingkungan sekitar
dalam pembelajaran salah satunya sejarah peristiwa MMC.
b. Disdikpora bisa memantau dan mengawasi di dalam kegiatan MGMP
sehingga setiap keputusan yang akan diambil, Disdikpora lebih cepat
tanggap dan akhirnya bisa dengan tepat menindak lanjuti keputusan dari
MGMP sehingga cepat terlaksana upaya memasukkan peristiwa MMC
sebagai materi mata pelajaran sejarah SMA Kabupaten Boyolali.
commit to user
89
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Jakarta : Rosda.
Muh Ali Murtadlo. 1988. Gerakan Merapi Merbabu Complex.(M.M.C), Suatu
Tinjauan Atas Pola Kepemimpinannya. Skripsi. Semarang: Fakultas
Sastra Universitas Diponegoro.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata pelajaran Sejarah.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Diknas. 2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata
Pelajaran Sejarah. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Djoko Suryo. 1989. Serba-serbi Pengajaran Sejarah Pada Masa Kini. Historika no.
I, Surakarta: Program Pascasarjana IKIP Jakarta KDK UNS. Halaman 3.
Endang Danial. 2005. Peran Guru IPS Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial : Nomor 24 Tahun XIII Edisi Januari-Juni.
Bandung. Halaman 8-9.
I Gde Widja. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode
Pengajaran Sejarah. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Pendidikan
Tenaga Kependidikan
_________ . 1991. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah.
Bandung : Angkasa.
Gagne dan Brriggs. 1976 3. Principles of Instructional design. New York : Holt
Rinenart add Winston.
Julian Ibrahim. 2004. Bandit dan Perjuangan di Simpang Bengawan. Kriminalitas
dan Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta. Solo : Bina Citra Pustaka.
Juraid Abdul Latief. 2006, Manusia, Filsafat, dan Sejarah. Jakarta : Bumi Aksara.
Rusli Karim, M. 1981. Peranan ABRI Dalam Politik dan Pengaruhnya
Terhadap Pendidikan Politik di Indonesia (1965-1979). Jakarta:
Yayasan Idayu.
Ali Moertopo. 1978. Strategi Kebudayaan. Jakarta : CSIS.
commit to user
89
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Yahya A Muhaimin. 1982. Perkembangan Milter dan Politik di Indonesia
1945-1966. Yogyakarta: Gajahmada University Press
Muh Yusuf. 2007, Pengembangan Kurikulum, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan.
Poerbakawatja, Soegarda dkk. 1976, Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta.
Rinier. 1961. History, Its Purpose and Method. London : George Allen & Unwin
Ltd.
Sartono Kartodirdjo. 1977. Sejarah Nasional Indonesia jilid IV. Jakarta : Balaia
Pustaka.
______ . 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia Suatu
Alaternatif. Jakarta : PT. Gramedia.
______. 1990. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Sujoko. 2003. “Perubahan Kurikulum dalam Pendidikan”. Retorika Volume No. I.
Surakarta : UNS Press.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sutiyah. 2003. Situs Sangiran Sebagai Sumber Belajar Dan Pengembangan Materi
Pembelajaran Sejarah Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Historika Volume I. Juli, Surakarta : Program Pascasarjana UNS.
Sutopo, H.B. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan
Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Suyatno Kartodirdjo. 1989. Fungsi Pengajaran Sejarah dalam Pembangunan
Nasional, Historika. No. 5. Tahun III, Surakarta : Program Pascasarjana
IKIP Jakarta KDK UNS. Halaman 9.
Yaenuri. 2008. Gerakan MMC (Merapi Merbabu Complex) di Jawa Tengah
Tahun 1950-1956. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan
Ekonomi Universitas Negri Yogyakarta.
1982, Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Boyolali. Boyolali.
commit to user
90
91
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
A. Pokok Kajian : Sekitar kebijakan tentang mata pelajaran yang di
ujiakan dalam Ujian Nasional dan yang tidak
Informan : Kepala Sekolah
Permasalahan :
1. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai kepala sekolah di SMA ini?
2. Bagaimana anda dalam kebijakan tentang mata pelajaran yang diujikan di
Ujian Nasional dan yang tidak?
3. Bagaimana kebijakan anda dalam mata pelajaran sejarah dan guru mata
pelajaran?
4. Bagaimana tanggapan anda seandainya guru memasukkan sejarah lokal
dalam pembelajaran sejarah?
5. Bagaimana tanggapan anda seandainya keputusan MGMP untuk
menjadikan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA
Kabupaten Boyolali?
B. Pokok Kajian : Proses Usulan untuk Memasukkan Gerakan MMC
sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali?
Informan : Ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali
Permasalahan :
1. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai ketua MGMP sejarah SMA
Kabupaten Boyolali?
2. Bagaimana kegiatan-kegiatan MGMP yang telah dilakukan selama ini?
3. Bagaimana keaktifan anggota MGMP yang anda pimpin?
4. Bagaimana tentang kegiatan pembuatan silabus yang dilaksanakan oleh
MGMP sejarah SMA Kabupaten Boyolali?
5. Bagaimana tentang porsi materi lokal dengan materi nasional dalam mata
pelajaran sejarah di SMA Kabupaten
Boyolali?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
92
digilib.uns.ac.id
6. Apakah anda mengetahui tentang peristiwa MMC di Boyolali?
7. Apakah layak peristiwa lokal yaitu MMC sebagai materi dalam mata
pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali?
8. Nilai apa saja yang bisa diambil dari materi peristiwa MMC?
9. Bagaimana proses usulan untuk menjadikan peristiwa MMC sebagai
materi mata pelajaran sejarah?
10. Melihat usulan ini bagaimana tindak lanjut anda sebagai ketua MGMP
sehingga bisa terlaksana?
11. Apakah dengan keputusan MGMP nantinya dapat mendorong guru untuk
menyampaikan materi MMC dalam pembelajaran sejarah?
C. Pokok Kajian : Tentang Pembelajaran dan Materi Mata Pelajaran
Sejarah
Informan : Guru Mata Pelajaran Sejarah
Permasalahan :
1.
Sudah berapa tahun anda mengajar mata pelajaran sejarah di SMA?
2.
Bagaimana tentang pengalaman mengajar sejarah di SMA selama ini?
3.
Bagaimana hambatan dalam pembelajaran sejarah selama ini?
4.
Metode apa saja yang anda gunakan dalam pembelajran di kelas?
5.
Bagaimana pandangan anda tentang kurikulum KTSP?
6.
Bagaimana tentang materi mata pelajaran sejarah yang diajarkan selama
ini?
7.
Apakah anda memasukkan peristiwa-peristiwa lokal yang ada di Boyolali
dalam pembelajaran sejarah?
8.
Berapa porsi sejarah lokal/peristiwa lokal yang diajarakan dalam materi
mata pelajaran sejara, apakah sudah cukup atau masih kurang?
9.
Apakah anda mengetahui tentang peristiwa MMC di Boyolali?
10. Bagaimana tanggapan anda tentang peristiwa lokal MMC yang terjadi di
Boyolali?
11. Bagaimana tanggapan anda seandainya peristiwa MMC dijadikan materi
commit to Boyolali?
user
mata pelajaran di SMA Kabupaten
93
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12. Bagaimana seandainya keputusan MGMP memasukkan peristiwa MMC
dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali?
D. Pokok Kajian : kurikulum dan Usulan Sejarah Lokal Sebagai Materi
Mata Pelajaran Sejarah
Informan : Dinas Pendidikan Kabupaten Boyolali
Permasalahan :
1. Apakah porsi pembelajaan dalam kurikulum SMA sudah proposional antar
materi lokal dengan materi nasional?
2. Bagaimana tanggapan anda tentang peristiwa lokal MMC?
3. Setujukah apabila sejarah peristiwa MMC dijadikan sebagai materi mata
pelajaran sejarah?
4. Bagaimana tanggapan anda seandainya keputusan MGMP untuk
menjadikan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA
Kabupaten Boyolali?
E. Pokok Kajian : Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sejarah
Informan : Siswa SMA
Permasalahan :
1. Bagaimana tanggapan anda tentang mata pelajaran sejarah?
2. Bagaimana tanggapan anda tentang cara guru menyampaikan materi di
dalam kelas?
3. Bagaimana komposisi materi yang disampaikan antara sejarah lokal
dengan sejarah nasional?
4. Tanggapan anda seandainya diajarkan mengenai sejarah lokal Boyolali
dalam pembelajaran di kelas?
commit to user
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 2
Daftar Informan
1.
Siti Zumrotun, M.Pd
: Seksi Dikdasmen Disdikpora Kab. Boyolali
2.
Slamet Ryadi, M.Pd
: Kepala Sekolah SMA N 3 Boyolali
3.
Suwarno, S.Pd
: Kepala Sekolah SMA N 1 Teras
4.
Sodik, S.Pd
: Guru Mata Pelajaran Sejarah/Wakil Kepala
Sekolah SMA N 1 Wonosegoro/Ketua MGMP
Sejarah SMA Kabupaten Boyolali
5.
Ibu Srihastuti M.Pd
: Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA N 3 Boyolali
6.
Rupadmi, S.Pd
: Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA N 3 Boyolali
7.
Mariono, S.Pd
: Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA N 2 Boyolali
8.
Bambang, S.Pd
: Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA N 1 Teras
9.
Darmini, S.Pd
: Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA N 1 Bhineka
Karya Boyolali
10. Andika
: Siswa SMA N 1 Teras
11. Vivi Septia Rini
: Siswa SMA N 3 Boyolali
12. Ana Kurniawati
: Siswa SMA N 3 Boyolali
13. Abdul Qodir
: Siswa SMA N 3 Boyolali
commit to user
95
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3
GERAKAN MERAPI MERBABU COMPLEX
TAHUN 1950-1956
A. Latar Belakang Munculnya MMC
1. Masalah Pertanahan/Agraria
Daerah sekitar Merapi dan Merbabu pada awalnya merupakan termasuk
dalam wilayah Kerajaan Kasunanan Surakarta. Pada masa pendudukan Belanda
wilayah ini mulai dimanfaatkan sebagai area perkebunan yang dikelola oleh pihak
asing dan sering disebut dengan Onderneming. Penggunaan tanah Onderneming
yang semakin luas, telah mengambil banyak tanah pertanian milik rakyat yang
berarti mengurangi pengahasilan dan kekayaan rakyat. Banyak rakyat yang ikut
bekerja dalam perusahaan Onderneming, namun hal tersebut tidak mengubah
kehidupan rakyat menjadi lebih baik karena menghasilkan justru menurun.
Akibat merosotnya penghasilan petani di sekitar Merapi dan Merbabu,
maka keberadaan tanah-tanah onderneming ikut berperan dalam menimbulkan
kekacauan didaerah sekitar gunung Merapi dan Merbabu. Setelah Belanda pergi,
tanah-tanah perkebunan yang dulu yang dikuasainya telah menjadi sasaran
perusakan dan penjarahan yang dilakukan oleh rakyat. Hal tersebut sangat wajar
terjadi karena rakyat menganggap bahwa tanah-tanah tersebut merupakan hak
mereka.
commit to user
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perebutan tanah yang terjadi antar warga telah menimbulkan kekacauan di
masyarakat untuk meredam aksi-aksi tersebut. Pada bulan April 1949 Pemerintah
militer daerah mengeluarkan paraturan darurat No IV dari staf Komando PPS.II
Rayon III Tentang penyerahan bekas tanah-tanah onderneming. Tanah
onderneming atau perkebunan yang terkena peraturan tersebut adalah tanah-tanah
perkebunan Sukabumi, Melambong, Baros, Tampir dan Sukarame.
Peraturan Pemerintah tersebut disambut gembira oleh rakyat karena
merasa yakin bahwa nasib mereka dan keluarganya kedepan akan bertambah baik.
Namun,
kegembiraan
dan
harapan
rakyat
langsung
pupus
akibat
ditandatanganinya persetujuan KMB pada tanggal 2 November 1949. Salah satu
isi dari naskah KMB tersebut justru ada yang menyulitkan pemerintah RI,
terutama pada pasal 1, 5 dan 6 bagian A tentang “hak konsesi, izin dan
menjelaskan perusahaan”. Dalam pasal tersebut bahwa pemerintah RI harus
mengembalikan hak milik partikelir yang berupa tanah perkebunan yang telah
dimiliki dan digunakan oleh rakyat. Kepada pemilik dan pengusaha sebelumnya
yaitu orang-orang Belanda. Akibatnya, permasalahan tanah di daerah gunung
Merapi dan Merbabu menjadi semakin rumit karena dalam peraturan darurat yang
dikeluarkan pemerintah sebelumnya tanah-tanah onderneming yang tercantum
dalam peraturan tersebut secara resmi telah dibagi-bagikan kepada rakyat.
Adannya perubahan hak dan penggunaan tanah pada tahun 1949 telah
menimbulkan kekecewaan rakyat yang tinggal di sekitar perkebunan. Termasuk
rakyat yang tinggal disekitar gunung Merapi dan Merbabu. Adanya rasa kecewa
dan perasaan senasib dari kalangan petani dapat mendorong munculnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
97
digilib.uns.ac.id
pergolakan sosial. Pada umumnya kebijakan pemerintah yang menyangkut
penyerahan kembali tanah-tanah onderneming mendapat penolakan dari rakyat,
karena rakyat telah menganggap bahwa tanah tersebut adalah milik penduduk.
Dalam keadaan gelisah dan masa depan belum pasti, rakyat akan mudah
terpancing berbagai isu atau pengaruh dari kelompok-kelompok yang sengaja
mengambil kesempatan pada saat keadaan sedang kacau. Hal tersebut terbukti
dengan makin tingginya angka tindakan kriminal disekitar gunung Merapi dan
Merbabu pada tahun 1950-an.
2. Masalah Kebijakan RE-RA (Reorganisasi dan Rasionalisasi) Angkatan
Perang
Perjanjian KMB telah membawa perubahan termasuk dalam bidang
pertahanan dan keamanan. Peleburan organisasi kelaskaran dan keadaan-keadaan
pejuang dalam tubuh TNI membuat jumlah tentara di Indonesia terlalu banyak.
Sehingga pemerintah menetapkan adanya kebijakan RE-RA. Kebijakan ini semula
merupakan usulan dari partai sosialis pimpinan Amir Syarifudin pada saat masih
menjabat sebagai pimpinan kabinet. Sejak tanggal 3 Juli 1947 sampai 23 Januari
1948. Namun sampai akhir jabatannya Amir Syarifudin belum berhasil
melaksanakan kebijakan tersebut. Baru kemudian pada masa kabinet Hatta,
kebijakan RE-RA diadakan kembali namun dengan motif yang berbeda.
Pada masa kabinet Amir Syarifudin, usulan untuk mengadakan kebijakan
RE-RA bisa dikatakan sebagai salah satu upaya angkatan perang bisa dikuasai
golongannya. Sementara itu kabinet Hatta melalui kebijakan RE-RA menghendaki
sebuah angkatan perang yang professional dan setia kepada Negara serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
98
digilib.uns.ac.id
pemerintah yang sah. Pelaksanaan kebijakan ini berdasarkan penetapan presiden
No. 9 tanggal 27 Februari 1948 UU no.3 tanggal 5 Maret dan penetapan presiden
No. 14 tanggal 4 mei 1948. Pelaksanaan kebijakan RE-RA di daerah-daerah tidak
berjalan dengan lancar karena mendapatkan berbagai reaksi dari kalangan
Angkatan Perang sendiri. Reaksi terutama muncul dari kesatuan Devisi
IV/Panembahan Senopati.
3. Masuknya Pengaruh Komunis
Jawa Tengah merupakan daerah yang diajukan sebagai pusat gerakan
komunis di Indonesia. Seiring dengan perpindahan Ibukota Republik Indonesia
dari Jakarta ke Yogyakarta pada awal tahun 1946, maka pusat perhatian atau
perjuangan PKI juga akan dipindahkan ke Surakarta. Pada konggres PKI yang
diadakan pada bulan Januari 1947. Para tokoh PKI bersepakat untuk menentang
pemerintahan RI di Yogyakarta, tokoh-tokoh tersebut adalah Aidit, Alimin,
Darsono dan Semaun. Konggres tersebut juga menunjuk Alimin sebagai peminpin
konggres dan Aidit sebagai ketua Agip Prop (Agitasi dan Propaganda) adalah
bagian penerangan dan pendidikan PKI. Bagian ini merupakan bagian yang paling
berperan dalam perkembangan PKI.
Kedatangan Muso pada bulan Mei 1948 setelah meninggalkan Indonesia
sejak tahun 1926 telah membawa banyak perubahan dalam tubuk PKI. Dalam
waktu singkat Muso telah berhasil mengambil alih
dan menggeser Amir
Syarifudin dari pimpinan golongan FDR. Pada bulan Agustus 1948 Muso telah
mengangkat dirinya sebagai seorang pimpinan revolusioner dan pimpinan
tertinggi dalam jajaran PKI. Muso juga telah memproklamirkan berdirinya
commit to user
99
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Negara Soviet Indonesia” di Madiun yang juga sering dikenal dengan
pemberontakan PKI Madiun. Kudeta ini telah banyak memakan ribuan korban
rakyat yang terbunuh, Muso dan Amir juga terbunuh dalam insiden tersebut.
Beberapa tokoh PKI yang berhasil lolos segera menyebar dan menyatu
dengan masyarakat untuk menyelamatkan diri diantaranya termasuk Aidit dan
Alimin. Secara formal PKI telah dilarang di Indonesia. Sehingga mereka
kemudian melakukan gerakan bawah tanah dengan merangkul kaum buruh dan
petani. Meskipun setelah kudeta Madiun para pendukung FDR/PKI telah
dihancurkan namun para pendukung yang berhasil lolos kira-kira mencapai 4000
orang mereka pada umumnya mundur dan tersebar dibeberapa daerah yang
memang sudah dipersiapkan sebelumnya termasuk daerah sekitar gunung Merapi
dan Merbabu. Daerah sekitar gunung Merapi dan Merbabu sangat cocok
digunakan untuk gerakan gerilya. Sehingga daerah ini digunakan sebagai basis
gerakan bawah tanah komunis pada tahun 1950-an. Gerakan bawah tanak
komunis sering diwarnai dengan berbagai tindakan ilegal. Berupa gerakan
pengacau seperti pengedoran, pencurian, penculikan atau tindakan-tindakan
kriminal lainnya. Tindakan pengacau tidak hanya dilakukan pada malam hari di
daerah terpencil saja. Namun mereka juga sudah beraksi di siang hari dan dijalan
umum. Akibatnya rakyat merasa ketakutan dan kewibawaan pemerintah merasa
merosot. Dalam melakukan aksinya juga mengorganisir kelompok-kelompok
bandit yang sudah ada sebelumnya dengan memberi janji-janji manis jika telah
berhasil menjadi masyarakat komunis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
100
digilib.uns.ac.id
Para bandit atau yang sering dikenal dengan sebutan jago ini ikut berperan
dalam usaha rakyat untuk mempertahanan tanah onderneming yang sudah
dikelolanya. Seperti kita ketahui tanah onderneming yang pada masa revolusi
sempat ditinggalkan para pemiliknya yaitu orang-orang Belanda segera ditempati
dan dikelola oleh rakyat dan dinyatakan sebagai milik tanah. Tetapi setelah
persetujuan KMB tanah diminta untuk dikembalikan kepada pemiliknya yang
semula. Hal tersebut ditentang masyarakat dengan penolakan, sadar rakyat
tersebut didukung para bandit atau jago dan pasukan bersenjata. Banyak yang
merasa dirinya sebagai pemilik tanah yang syah merasa mendapat perlindungan.
Sehingga hubungan antara para bandit atau jago dengan penduduk setempat
menjadi terbina dengan baik.
B. Tujuan Gerakan MMC
Cikal bakal gerakan MMC sebenarnya sudah mulai terlihat seja tahun 1949an, yaitu dengan meningkatnya tindakan kriminal diwilayah sekitar Merapi dan
Merbabu. Perkembangan gerakan MMC selalu mengalami gerakan pasang surut.
Pada awal berdirinya MMC belum terorganisir dengan baik. Arah gerakan hanya
difokuskan pada pemenuhan kebutuhan seharai-hari saja. Para anggotanya
didominasi oleh para mantan pejuang yang terkena kebijaan RE-RA. Selain itu
ikut pula bergabung para jago atau bandit yang sudah ada terlebih dahulu.
Tokoh yang paling penting pada awal berdirinya gerakan MMC adalah
Suradi Bledeg yang terkenal masyarakat memiliki ilmu kesaktian yang tinggi.
Gerakan MMC melakukan aksinya dengan aksi kriminal seperti penggedoran,
pencurian, penculikan, target-target ini adalah penduduk yang dianggap kaya dan
commit to user
101
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
para pangreh praja. Dalam melancarkan aksinya tidak segan-segan melukai atau
bahkan membunuh korbannya. Tujuan gerakan MMC pada awalnya berdirinya
adalah tidak lebih hanya untuk mengumpulkan harta demi mempertahankan
kelangsungan hidup para anggotanya yang sebagian besar sudah tidak memiliki
pekerjaan tetap.
Tewasnya Suradi Bledeg pada tahun 1951 ikut mempengaruhi
perkembangan gerakan MMC. Arah perjuangan juga ikut berubah tidak lagi hanya
sekedar usaha pemenuhan kebutuhan hidup. Namun sudah masuk unsur-unsur
politik didalamnya. Gerakan MMC telah memiliki sebuah wadah oraganisasi yang
legal yaitu PKR (Persatuan Korban Rasionalisasi). Oraganisasi ini menampung
para pejuang yang kecewa RE-RA. Agar mendapat pengakuan dari pemerintah
sebagai organisasi pada umumnya, PKR juga memiliki AD/ART sebagai dasar
gerakan.
Unsur gerakan politik dalam gerakan MMC terlihat dari tujuan organisasi
PKR yang merupakan satu-satunya yang paling berperan dalam gerakan MMC.
Yaitu dalam pasal 3 tentang tujuan organisasi yang berbunyi “Untuk Menuju
Kemerdekaan Nasional atau Demokrasi Rakyat”. Masuknya pengaruh komunis
juga ikut mempengaruhi arah gerakan MMC. Sehingga gerakan ini juga memiliki
tujuan untuk merongrong kewibawaan pemerintah. Tujuan tersebut didasari atas
rasa kecewa terhadap pemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan RE-RA
yang sangat tidak menguntungkan para pejuang. Bagi orang-orang komunis rasa
kecewa muncul akibat gagalnya pemberontakan PKI di Madiun.
commit to user
102
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Sepak Terjang Gerakan MMC
1. Fase Pertama 1950-1951
Keadaan ekonomi Indonesia yang belum merata pada tahun 1950-an telah
membuat warganya mudah terpengaruh oleh berbagai intervensi oleh kalangan
yang tidak sepaham dengan pemerintah. Daerah pedesaan mulai dijamah oleh
kekuatan-kekuatan ideologi modern yang berusaha menggerakkan masyarakat
pedesaan dalam gerakan politik. Sejak saat itu rakyat mulai terpecah dalam
berbagai afiliasi politik yang bercorak modern yang berorientasi pada ideologi.
Pasca pemeberontakan PKI Madiun, banyak pendukung atau tokoh
gerakan PKI yang berhasil melarikan diri dan bersembunyi didaerah sekitar lereng
Merapi dan Merbabu. Mereka kemudian melakukan gerakan bawah tanah ideologi
agar organisasi mereka tetap bisa berkembang. Meskipun secara formal PKI telah
dilarang berkembang di Indonesia. Gerakan bawah tanah tersebut bertujuan untuk
menarik perhatian masyarakat serta membinanya agar mau mendukung gerakan.
Masalah seperti kemiskinan, perebutan tanah perkebunan, korban rasionalisasi
serta munculnya keresahan rakyat menjadi isu utama dalam aksi propaganda.
Dalam fase yang pertama ini muncul seorang tokoh yang dikenal dengan
nama Suradi Bledeg, ia memiliki perawakan yang tinggi besar, berkulit sawo
matang, berambut hitam dan bermata hitam tajam (Julianto : 227). Suradi Bledeg
menjadi pusat perhatian dan dan mendapatkan kepercayaan untuk memimpim
gerakan bawah tanah ini. Suradi Bledeg berusaha menyusun kekuatan, menambah
persenjataan dan menghimpun dana untuk menghancurkan setiap kekuatan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
103
digilib.uns.ac.id
menghalangi gerakan. Dalam kepemimpinannya di MMC tahun 1949-1950 Suradi
Bledeg membagi organisasinya dalam beberapa daerah yaitu.
a. Daerah Cepogo ke Utara sampai Salatiga dan sekitarnya dibawah
gerombolan Tjiptosardju.
b. Daerah lereng Merapi yang meliputi Boyolali dan Klaten dibawah
gerombolan Kudo.
c. Daerah di sekitar hutan Surowono di Kec. Selo dibawah komando
gerombolan Tcipto.
d. Daerah Ampel dan Banyudono dikuasai oleh gerombolan Sukarmin.
e. Daerah Klaten dikuasai oleh gerombolan Bedjo.
Penggunaan istilah gerombolan dalam pembagian daerah operasi dar gerakan
bisa menggambarkan bahwa dalam fase pertama gerakan MMC banyak didukung
oleh orang-orang yang memiliki reputasi kurang baik antara lain grayak, bandit
dan jago. Pusat dari gerakan pada fase pertama terkonsentrasi di daerah yang sulit
dijamah, seperti hutan-hutan atau desa-desa terpencil.
Wilayah di sekitar gunung yang sangat sepi cocok digunakan sebagai tempat
persembunyian. Penduduk di sekitar hutan kebanyakan terdiri dari orang-orang
yang lemah baik secara ekonomi, agama maupun pendidikannya, sehingga akan
mudah untuk dibujuk untuk membantu gerakan. Dukungan masyarakat terhadap
gerombolan MMC terlihat dari sebuah peristiwa didaerah Surowono Boyolali.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 27 Januari 1951 dimana 1 regu Yonif 417,
dua orang CPM dan 30 orang anggota polisi ketika melewati desa Dompol tibatiba mendapat serangan dari ratusan massa rakyat. Kejadian serupa juga terjadi di
commit to user
104
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karangnongko, 24 anggota polisi telah ditangkap dan ditawan oleh gerombolan.
Tawanan dibebaskan dalam sebuah operasi yang dilancarkan oleh Yonif 417 pada
tanggal 29 Januari 1951.
Dalam fase pertama orang-orang Belanda ikut terlibat dalam gerakan MMC
ini. Pimpinan gerakan yang bernama Suradi Bledeg sejak keluar dari penjara
Klaten, di hutan Tutupan di lereng gunung Merapi disebelah utara Sumowono.
Pada tiap 10 atau 15 hari sekali diadakan rapat yang dipimpin oleh Suradi. Dalam
setiap rapat dikunjungi 100 orang dari grombolan grayak dan juga dikunjungi oleh
5 orang Belanda dari Semarang. Dari Semarang tersebut terdiri dari 3 orang
Belanda dan 2 orang Ambon yang berpakaian preman dan bersenjata. Dalam rapat
orang Belanda tidak langsung berhadapan dengan para anggota gerombolan akan
tetapi mengadakan perundingan dengan Suradi dan nantinya hasil dari
perundingan akan disampaikan kepada anggota rapat. Salah satu permintaan dari
orang Belanda adalah meminta lembu yang harus dikirim ke Semarang yaitu
untuk mengganti senjata-senjata yang dikirim kepada Suradi untuk membantu
gerakan MMC.
Masa kepemimpinan Suradi Bledeg dalam MMC diwarnai dengan berbagai
tindakan kriminal seperti mengadakan pencurian, penggedoran, dan pembunuhan.
Sasarannya dari gerakan adalah penduduk yang memiliki harta lebih, dan biasanya
yang diambil adalah hewan ternak yang berupa sapi. Hewan sapi dipilih selain
bisa untuk keperluan rapat juga bisa untuk biaya pemenuhan kebutuhan hidup.
Aparat pemerintahan atau pamong praja juga menjadi sasaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
105
digilib.uns.ac.id
Gerakan MMC untuk fase yang pertama juga telah merencanakan berdirinya
pemerintahan sendiri di daerah Kecamatan Musuk, Cepogo, Mojosongo dan
Klaten bagian barat. Menurut rencana daerah tersebut keamanannya akan
diserahkan kepada jago atau bandit dan setiap keluarga akan dipungut iuran
sebesar Rp.10,- sampai Rp.50,- perbulan untuk membeli senjata.
Sebelum rencana tersebut terlaksana pemerintah sudah terlebih dahulu
mengadakan operasi penumpasan yang dikenal dengan dengan nama Operasi
Merdeka Timur II (OMT II) yang melibatkan delapan Bataliyon. Operasi ini
hanya berlangsung 8 hari dan berhasil menangkap para anggota gerombolan
MMC. Mengakibatkan menurunya tindakan kejahatan dan keamana di sekitar
Merapi dan Merbabu. Setelah operasi ini selesai kemudian dilanjutkan dengan
operasi Operasi Merapi Merbabu (OMM) atau disebut dengan Operasi Segi Tiga
yaitu dengan menyadarkan masyarakat disekitar Merapi dan Merbabu tentang
gerakan yang meresahkan masyarakat tersebut sehingga tidak membantu gerakan.
OMM juga berhasil menembak mati pimpinan MMC yaitu Suradi Bledeg dalam
kontak senjata dengan pasukan TNI di desa Brintik kelurahan Malangjiwan.
2. Fase Kedua (Tahun 1951 sampai Awal Tahun 1954)
Tewanya Suradi Bledeg selaku pimpinan gerakan telah menandakan
berakhirnya gerakan MMC fase pertama. Tidak ada perkiraan gerakan MMC akan
berkembang kembali karena para pengikutnya sudah sangat jauh berkurang.
Pemerintah melaksanakan operasi dan bantuan militer di sekitar Merapi dan
Merbabu hanya dalam waktu singkat sehingga masih ada pendukung gerakan
yang tersisa dan melarikan diri. Mereka umumnya menyelamatkan diri dengan
commit to user
106
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersembunyi di daerah-daerah yang jauh dari pos patroli atau menyelamatkan diri
dan menyamar sebagai buruh diberbagai tempat.
Pasca operasi penumpasan gerakan MMC, keamanan di daerah sekitar
Merapi dan Merbabu diserahkan kembali kepada pamong praja atau polisi. TNI
sendiri sedang disibukkan dengan adanya pemberontakan ex Bataliyon (Bn) 426
yang mulai memberontak pada bulan Desember 1951 sampai bulan Juli 1952.
Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh sisa-sisa kekuatan gerakan MMC untuk
menyusun kembali kekuatan.
Fase kedua gerakan MMC tidak bisa dilepaskan dari adanya sebuah
organisasi legal yang berdiri pada tanggal 28 Mei 1950. Organisasi tersebut
bernama PKR (Persatuan Korban Rasionalisasi) yang dipimpin oleh seorang
Hieho atau TNI Yon 3 Resimen 23 yang bernama Sujud alias Kridosardjono. Pada
awalnya organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk memperbaiki nasib para
pejuang yang menjadi korban kebijakan Rasionalisasi.
Dalam tubuh PKR muncul tokoh bernama Umar Junani seorang
organisator yang sangat cerdik dan berpendidikan. Seorang pengurus SARBUPRI
(Sarekat Buruh Repoblik Indonesia) di Bringin dan bekas pasukan TNI
masyarakat kota Semarang di Salatiga. Sampai tahun 1952 organisasi PKR belum
bisa menampakkan kegiatannya. Ketika Junani bergabung dengan PKR dan
langsung mendapat kepercayaan untuk merumuskan organisasi, setengah bulan
kemuadian Umar Junani diangkat sebagai kepala staf Medan merangkap sebagai
hakim.
commit to user
107
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Umar Junani merupakan teman akrab dari Tjipto Sardju salah seorang
tokoh pimpinan MMC pada fase pertama yang daerah operasinya berada di daerah
Salatiga dari pertemanan inilah Umar Junani mengetahui seluk beluk gerakan
MMC. Pengetahuan tersebut dimanfaatkan Umar Junani untuk mengembangkan
pemikirannya dan strategi MMC ke dalam Organisasi PKR yang diatur dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Meskipun organisasi PKR memiliki AD/ART namun sudah banyak
anggotanya yang terlibat perkara-perkara kriminalitas seperti penggarongan,
pencurian, perampokan, dan pencegatan mobil-mobil dinas. Sehingga nasib para
anggota-anggotanya terkatung-katung. Adanya nasib yang tidak jelas dari para
anggota PKR telah membawa akibat yang sangat jauh dimana telah kehilangan
pedoman perjuangannya. Anggota yang dulunya berjuang sangat patriotik dengan
semangat proklamasi 1945 dan berorganisasi dengan dasar Demokrasi Rakyat
telah tumbuh menjadi gerombolan pengacau dan pengganggu keamanan serta
ketentraman rakyat. Pada akhirnya organisasi PKR menjadi satu-satunya
organisasi yang memiliki pengaruh cukup kuat kuat untuk fase yang kedua. Pada
fase kedua sering diwarnai dengan aksi pencegatan dan penyerangan terhadap
pos-pos polisi yang terletak di daerah sekitar Salatiga dan Boyolali. Selain untuk
mendapatkan senjata, penyerangan pos-pos polisi tersebut juga didasari rasa iri
dan dendam karena banyaknya penjaga keamanan yang berasal dari bekas anggota
KNIL dan polisi pada masa pendudukan Belanda. Kesatuan polisi pada waktu itu
bisa dikatakan masih lemah sehingga mereka belum mampu untuk mengatasi
gerakan MMC yang radikal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108
digilib.uns.ac.id
Rakyat yang sudah berhasil dipengaruhi ikut dilibatkan dalam pemenuhan
biaya gerakan, yaitu dengan menarik pajak sekitar Rp. 200,- sampai Rp. 300,perbulan (Surat Kabar Suara Merdeka Selasa 14 Desember 1954). Selain itu juga
masih seperti sama seperti gerakan MMC fase pertama. Dimana mereka masih
menjadikan hewan ternak sapi sebagai sasaran rampasan karena dianggap sangat
menguntungkan. Dari segi tujuan gerakan MMC fase kedua sudah berkembang
dibanding fase pertama, dari yang hanya sekedar pemenuhan kebutuhan menjadi
tujuan yang dipenuhi dengan kepentingan politik. Salah satu yang menjadi tujuan
gerakan MMC fase kedua adalah untuk mencapai kemerdekaan nasional rakyat
sesuai dengan AD/ART PKR.
Untuk memperkuat keuanggan organisasi maka sesuai hasil rapat pada
taggal 20-21 Meret 1953. Setiap anggota diharuskan membantu dengan
mengumpulkan sejumlah uang secara sukarela dan dikumpulkan setiap bulan
paling lambat pada tanggal 10. Adanya beban bantuan wajib bagi setiap anggota
tersebut, telah mendorong untuk melakukan aksinya lebih giat lagi. Akibatnya
telah terjadi kenaikan jumlah kejahatan diaderah sekitar Merapi dan Mrbabu. Di
Keresidenan Semarang pada bulan Juli
1953 telah terjadi 1992 kejahatan.
Kemudian pada bulan berikutnya terjadi 2042 kali tindakan kejahatan. Dari sekian
banyak kejahatan yang terjadi paling banyak adalah pencurian, kemudian
perampokan, penganiayaan, penggelapan, penipuan, pembunuhan dan penculikan.
Setelah pemberantasan ex Bn 426 berhasil ditumpas maka TNI kembali
berkonsentrasi untuk membantu polisi dan pamong praja dalam mengatasi
gerombolan MMC. Melalui satuan operasi yang dikenal dengan Operasi Tri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109
digilib.uns.ac.id
Tunggal (OTT). Kekuatan TNI, polisi dan pamong praja dalam mengatasi
gerombolan MMC. Operasi OTT telah berhasil melemahkan kekuatan yang
dimiliki oleh gerombolan. Sehingga dewan pimpinan yang tertangkap atau
terbunuh, namun banyak pula para pemimpin berhasil melarikan diri keluar
daerah dan membuat daerah operasi yang baru.
Kemunduran gerakan organisasi segera ditanggapi
oleh Umar Junani
sebagai pimpinan dengan segera mengadakan reorganisasi PKR. Organisasi PKR
kini lebih mengutamakan tujuan politis dan menjauhkan diri dari aksi-aksi
kriminal. Perubahan tujuan tersebut juga diikuti dengan perubahan nama
organisasi dari Persatuan Korban Rasionalisasi (PKR) menjadi Organisasi Putra
Proklamasi Republik Indonesia (OPPRI).
3. Fase Ketiga (1954-1956 atau terbentuknya OPPRI dan PKR Muda)
Perkembangan organisasi PKR ternyata telah jauh menyimpang dari
tujuan semula, bahkan tindakan dari para anggota organisasi justru telah banyak
merugikan citra para bekas pejuang. Adanya operasi yang dilakukan pemerintah
untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Merapi dan
Merbabu telah mengakibatkan tertangkapnya para pemimppin organisasi PKR.
Lebih jauh hal tersebut telah menimbulkan perpecahan ditubuh PKR.
Pertentangan yang sangat mencolok terjadi antar kelompok Sujud yang pro
dengan Umar Junani dan kelompok Multajat yang beraliran ekstrim.
Perselisihan pendapat yang berlarut-larut telah mengakibatkan perpecahan
di dalam gerakan MMC. Pada bulan Januari 1954 kelompok Sujud Kartosardjono
yang pro terhadap Umar Junani segera merubah nama organisasi dari PKR
commit to user
110
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi OPPRI (Organisasi Putra Proklamasi Republik Indonesia). Multajat yang
tidak sepaham dengan Sujud juga segera membentuk segera organisasi baru
denagn nama PKR Muda atau sering disebut PKR Malam yang menjadikan
daerah Getasan dan Selo sebagai basis gerakannya. Sementara itu OPPRI yang
anti teror tetap mendapat simpati dari sebagian masyarakat.
OPPRI terus memperbaiki nama baiknya untuk mendapatkan kembali
simpati dari rakyat. Usaha yang dilakukan dengan menghilangkan unsur-unsur
ekstrim dalam organisasi, salah satunya dengan pelucutan senjata terhadap
kelompok Multajat. Dalam pertempuran yang berlangsung pada bulan Maret
1954, Multajat dan gerombolannya harus menderita kerugian lebih banyak, yaitu
3 anggotanya tewas 4 rang ditangkap dan 30 orang menyerahkan diri. Selain itu
juga berhasil menyita 7 pujuk senjata. Paska terjadinya pertempuran tersebut
kelompok Multajad tinggal 10 orang yang bersenjatakan karaben, pistol dan
brengun dan melarikan diri ke Solo.
Umar Junani selaku pimpinan tertinggi OPPRI, sebenarnya telah berusaha
memperbaiki struktur organisasi agar menjadi lebih baik. Wilayah OPPRI dibagi
menjadi 4 Medan dan CKK (Comando Keamanan Kota) yaitu sebagai berikut.
a. Medan Merdeka dengan komandanya Sujud Kridosardjono meliputi daerah
Ambarawa, Banyubiru, Sumowono, Bawen, Klepu, Grobog dan Boja.
b. Medan
Demokrasi
atau
Medan
Proklamasi
di
bawah
komando
Dikdosantoso meliputi daerah Boyolali, Cepogo, Getasan, Tengaran,
Susukan dan Ampel.
commit to user
111
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Medan Pahlawan dibawah pimpinan Digdosaldi alias Langgeng, daerah
operasinya adalah gondang, Karangpucung, Telawah dan Kedung Jati.
d. Medan Pancasila dibawah Komando Suwarno alias Margono alias Hendro,
meliputi daerah Wonosegoro, Salatiga, Bringin, Tuntang dan Suruh.
e. CKK I meliputi wilayah kota Salatiga
f. CKK II meliputi Wilayah kota Ambarawa
g. CKK III meliputi Wilayah Kota Boyolali
h. CKK IV meliputi Wilayah kota Purwodadi
i. CKK V meliputi Wilayah kota Magelang
j. CKK VI meliputi Wilayah kota Kendal
Gerakan MMC fase ketiga dengan OPPRI sebagai wadahnya sebenarnya
sudah berusaha untuk mengubah bentuk gerakannnya agar tumbuh citra yang baik
dimata rakyat. Disisi lain ternyata usaha tersebut usaha tersebut belum didukung
sepenuuhnya oleh anggota yang tersebar di daerah pelosok. Akibatnya masih
banyak diantara anggota-anggotanya yang tetap melakukan tindakan kriminal dan
teror kelompok Multajat yang berhasil melarikan diri juga semakin berani
melancarkan aksi-aksinya. Multajat memerintahakan kepada seluruh pengikutnya
untuk tidak menyerah. Sementara Multajat sendiri melarikan diri tanpa diketahui
nasibnya.
Menghadapi aksi-aksi gerombolan MMC yang masih terus berlanjut dan
makin radikal. Pemerintah semakin mengingatkan Operasi Tritunggal yang
melibatkan kekuatan tentaraa, polisi dan pamong praja mendapat banyak
commit to user
112
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dukungan dari rakyat. Hasilnya banyak para anggota dan pimpinan gerakan MMC
berhasil ditangkap dan tidak sedikit pula yang tewas karena di kroyok massa.
Umar Junani merasa cemas dengan banyaknya tokoh gerakan yang
tertangkap maupun tewas. Sehingga pada tanggal 27 Maret 1955 Umar Junani
segera mengambil langkah untuk memperbaiki organisasi dengan mengadakan
perubahan dengan operasi wilayah yang semula terbagi menjadi 4 Medan
kemudian diperkecil menjadi dua.
a. Medan kolektif dengan komandan medan Suroso alias Raksono yang
berasal dari Tunggak, Sumowono Salatiga ia adalah bekas kepala staf
Medan Merdeka. Medan ini membawai beberapa sektor, yaitu sektor
Marhaen yang dipimpin Darsono
b. Medan Pancasila dengan komandan Medan Giri alias Hardjoko. Medan ini
dibagi dalam dalam beberapa sektor yaitu sektor 17, sektor 45, dan sektor
Agustus.
Perubahan struktur gerakan yang dilakuakan Umar Junani ternyata tidak
mampu memepertahankan stabilitas organisasi. Bahkan semakin banyak para
pemimpin gerakan yang ditangkap dalam OTT. Pengaruh gerakan yang telah
berhasil ditanamkan di masyarakat semakin hilang. Karena pemerintah lewat OTT
berusaha memberikan penerangan kepada rakyat akan bahaya dari gerakan MMC.
Hasilnya rakyat semakin berani menentang para anggota MMC. Sehingga Umar
Junani sendiri harus tewas akibat dikroyok massa pada tanggal 2 JUni 1955 di
Karanggede Kab. Boyolali.
commit to user
113
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tewasnya Umar Junani selaku pimpinan tertinggi telah mengakibatkan
lumpuhnya gerakan MMC. Hal tersebut disebabkan karena tidak ada pemimpin
yang meneruskan perjuangan dalam organisasi. Operasi penumpasan yang
dilakukan oleh pemerintah juga ssemakin gencar dilakukan dengan tujuan bisa
menumpas gerakan MMC sampai ke akar-akarnya. Akan tetapi tidak sedikit dari
para pemimpin yang melarikan diri diantaranya Multajat, Isnan alias Tjondro,
Surosupardi dan Suroso. Para pimpinan menghilang tanpa diketahui nasibnya.
Secara umum pada awal tahun 1956 gerakan MMC telah berkurang. Sehingga
jumlah personel keamanan yang bertugas didaerah Merapi dan Merbabu juga
dikurangi hanya menggunakan 1 kompi .
Paska tewasnya Umar Junani, organisasi menjadi tidak terkoordiner.
Mereka telah kehilangan simpati rakyat. Sehingga para anggota gerakan yang
berhasil selamat berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinator yang jelas. Akhirnya
sampai awal tahun 1956 baik OPPRI maupun PKR Muda telah berhasil ditumpas.
Sehingga daerah yang dahulunya kacau balau akibat adanya gerakan MMC mulai
terjamin keamanannya.
Contoh Materi tersusun berdasarkan beberapa sumber yaitu :
1. Julian Ibrahim. 2004. Bandit dan Perjuangan di Simpang Bengawan.
Kriminalitas dan Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta. Solo : Bina Citra
Pustaka.
3. Muh Ali Murtadlo. 1988. Gerakan Merapi Merbabu Cmplex.(M.M.C), Suatu
Tinjauan Atas Pola Kepemimpinannya. Skripsi. Semarang: Fakultas Sastra
Universitas Diponegoro
3. Yaenuri. 2008. Gerakan MMC (Merapi Merbabu Complex) di Jawa Tengah
Tahun 1950-1956. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas Negri Yogyakarta.
commit to user
Download