i digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id GERAKAN MERAPI MERBABU COMPLEX (MMC) SEBAGAI MATERI MATA PELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN BOYOLALI TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah Disusun Oleh: Andriyanto NIM : S860809004 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 ii digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id GERAKAN MERAPI MERBABU COMPLEX (MMC) SEBAGAI MATERI MATA PELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN BOYOLALI Disusun Oleh : Andriyanto NIM : S860809004 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd __________ _________ Pembimbing II Drs. Saiful Bachri, M.Pd __________ _________ Mengetahui Ketua Prodi Pendidikan sejarah Dr. Warto, M.Hum NIP. 196109251986031001 commit to user ii iii digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id commit to user iv digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id PERNYATAAN Nama : Andriyanto NIM : S860809004 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis berjudul Gerakan Merapi Merbabu Complex (MMC) Sebagai Materi Mata Pelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas kabupaten Boyolali adalah benar-benar karya saya sendiri, bukan hasil plagiat serta bukan hasil pekerjaan orang lain. Hal-hal yang bukan hasil karya asli saya yang terdapat dalam tesis ini telah diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar Pustaka. Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pencabutan Tesis beserta gelar yang diperolehnya. Surakarta, Yang membuat pernyataan. Andriyanto commit to user iv v digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id MOTTO “mimpi akan bisa terwujud, selama pemimpi itu sadar bahwa hidup bukan hanya bermimpi, tetapi hidup untuk mewujudkan mimpi” (Penulis) (Satu) (Dua) (Tiga) dan (Seterusnya) adalah hitungan manusia, akan tetapi Tuhan mempunyai hitungan lain dalam semua kehidupan ini, karena hitungan dari Allah adalah misteri (Penulis) commit to user v vi digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id PERSEMBAHAN Dari lubuk hati yang paling dalam dan dengan ketulusan hati Saya persembahkan Tesis ini untuk : • Ibunda dan Ayahanda tercinta • Kakak adikku tercinta commit to user • Almamater tercinta vi vii digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id KATA PENGANTAR Assalaamu’alaikum wr.wb Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berbagai limpahan karunia dan kemurahan-Nya kepada penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini. Penulisan Tesis dengan judul “Gerakan Merapi Merbabu Complex (MMC) Sebagai Materi Mata Pelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas Kabupaten Boyolali”ini tentunya tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Prof.Dr. Ravik Karsidi,M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Dr. Warto, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus sebagai ketua penguji yang telah memberikan banyak arahan serta saran. 4. Prof. Dr. Sri Yutmini, M.Pd, selaku Pembimbing I Tesis, yang telah memberikan masukan, saran dan dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. 5. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku pembimbing II Tesis, telah banyak meluangkan waktu dan sumbangan pemikiran dalam proses penyelesaian tulisan ini. 6. Dr. Suyatno Kartodirdjo, selaku Sekretaris Penguji telah meluangkan waktu dalam proses penyempurnaan tulisan ini. 7. Dra. Sutiyah, M.Pd., M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan yang telah memberikan banyak informasi sehingga bisa selesainya tulisan ini. 8. Segenap dosen pengajar di Jurusan Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu dan wacana pengetahuan. commit to user vii viii digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 9. Segenap staf dan karyawan perpustakaan pusat UNS, Perpustakaan Pascasarjana, Perpustakaan FSSR UNS, Perpustakaan Daerah Boyolali. 10. Seluruh pengurus MGMP sejarah SMA Kabupaten Boyolali yang telah memberikan informasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. 11. Dinas Pendidikan Kabupaten Boyolali yang telah memberikan informasi bagi penyusunan data dalam menyusun Tesis. 12. SMA N 2 Boyolali, SMA N 3 Boyolali, SMA N 1 Teras, SMA Bhinneka Karya 3 dan SMA N 1 Wonosegoro yang telah menjadi tempat untuk melakukan penggalian data penelitian. 13. Ibunda dan ayahanda penulis, dengan kasih sayangnya dan tulus iklas dan tidak putus, selalu memberikan doa, semangat dan dukungannya, serta kakek dan nenekku, kakak adikku Mas Anto Nia, Deni serta Syahdan. 14. Teman-Teman di Jurusan Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta terimakasih atas doa dan batuannya. 15. Teman-teman di Beswan Djarum Indonesia (Penerima Beasiswa dari PT. Djarum). Sahabat-sahabatku SMA N 3 Boyolali angkatan 2000, FKIP Prodi Ekonomi angkatan 2003, Ilmu Sejarah UNS 2003 dan Sentraya Bhuana FSSR UNS, jangan pernah menyerah untuk sebuah cita-cita. 16. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya penulisan Tesis ini,yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tesis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis berharap akan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun atas Tesis ini supaya menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap bahwa hasil penulisan Tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Amien. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Surakarta, commit to user viii 2011 Penulis ix digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii PERNYATAAN …………………………………………………….. iv MOTTO ……………………………………………………..……… v PERSEMBAHAN …………………………………………………... vi KATA PENGANTAR ……………………………………………… vii DAFTAR ISI ………………………………………………………… ix DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… xi DAFTAR TABEL …………………………………………………… xii DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………... xiii ABSTRAK …………………………………………………………… xiv ABSTRACT ………………………………………………………….. xv BAB I PENDAHULUAN …………………………………………… 1 A. Latar Belakang ……………………………………………. 1 B. Perumusan Masalah ………………………………………. 8 C. Tujuan Penelitian …………………………………………. 8 D. Manfaat Penelitian ………………………………………... 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR ……………… 10 A. Kajian teori ………………………………………………. 10 1. SK dan KD Yang Akan Dicapai ..……..…….................. 10 2. Sistematika Materi Peristiwa MMC................................... 12 3. Keunggulan Lokal …………………………………….. 13 4. Mata Pelajaran Sejarah ..……………………………… 16 ………………………………… 27 C. Kerangka Pikir …………………………………………… 30 B. Penelitian Yang Relevan commit to user ix x digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN …………………………………. 32 A. Tempat dan Waktu Penelitian ….………………………… 32 B. Jenis dan Strategi Penelitian …………………………….. 34 C. Sumber Data …………………………………………….. 35 D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………… 36 E. Teknik Cuplikan (Sampling) ……………………………. 38 F. Validitas Data …………………………………………… 39 G. Teknik Analisa Data …………………………………….. 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….. 43 A. Hasil Penelitian ………………………………………….. 43 1. Deskripsi Kondisi Kabupaten Boyolali ……………… 43 2. Sajian Data …………………………………………… 55 B. Pokok-Pokok Temuan ……………………………………. 66 a. Apakah Guru Sudah Memasukkan Peristiwa MMC dalam materi Mata Pelajaran sejarah …………..….. b. 66 MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali Menanggapi Usulan Memasukkan Peristiwa MMC sebagai materi Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah .……….......................................................... c. 68 Tindak Lanjut dari MGMP agar peristiwa MMC dapat menjadi Materi Mata Pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali ……………………... 70 C. Pembahasan …………………………………………..….. 72 BAB V PENUTUP ………………………………………………….. 83 A. Simpulan ………………………………………………………. 83 B. Implikasi ……………………………………………………… 84 C. Saran …………………………………………………………. 85 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….. 89 LAMPIRAN …………………………………………………………. 91 commit to user x xi digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Gambar Kerangka Pikir ………………………………… Gambar 2 : Gambar Model Analisis Interaktif …………………….... commit to user xi Halaman 31 42 xii digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DARTAR TABEL Tabel 1 : Tabel Kegiatan Penelitian ……………………….……… commit to user xii Halaman 33 xiii digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran 1: 2: 3: 4: 5: 6 : 7 : Halaman Pedoman Wawancara ……………………………………… Daftar Informan ……………………………………………. 91 Usulan Materi Gerakan Merapi Merbabu Complex ………... 94 Dokumentasi Penelitian ……………………………………... 95 Program Kegiatan dan Daftar Pengurus MGMP Sejarah ….. 114 Surat Ijin Kesbang Pol dan Linmas Kab. Boyolali ………… 117 Lembar Diposisi Dari Kepala Sekolah …………………….. 124 125 commit to user xiii xiv digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ABSTRAK ANDRIYANTO. NIM : S860809004. 2011. Gerakan Merapi Merbabu Complex (MMC) Sebagai Materi Mata Pelajaran Sejarah Di Sekolah Menengah Atas Kabupaten Boyolali. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah guru sudah memanfaatkan peristiwa MMC dalam pembelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. (2) Untuk mengetahui tanggapan MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali dengan usulan memanfaatkan peristiwa MMC sebagai materi alternatif dalam pembelajaran sejarah. (3) Untuk mengetahui tindak lanjut yang dilakukan MGMP agar peristiwa MMC dapat menjadi materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu berusaha menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik obyek yang diteliti secara tepat. Alasan pemilihan metode deskriptif kualitatif adalah karena dari pengamatan empiris didapat bahwa laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif. Dan metode deskriptif kualitatif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan tingkah laku manusia. Penelitian ini penulis menggunakan model analisis interaktif dalam analisisnya. Model analisis interaktif memiliki tiga unsur yaitu reduksi data, sajian data, dan verifikasi data, yang mana analisa data interaktif pada proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Pengambilan data menggunakan teknik wawancara, mengkaji dokumen dan arsip (content analysis), dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpukan peristiwa MMC sampai saat ini belum dimasukkan sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali dikarenakan beberapa alasan antara lain alokasi waktu yang sangat terbatas, kemampuan guru dan tidak tersedianya bahan ajar. Tanggapan dari MGMP sangat menyambut baik dengan usulan, membutuhkan waktu untuk merealisasikannya. Upaya untuk memasukkan sejarah tentang peristiwa MMC mendapat tanggapan yang positif dari para guru mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Karena banyak nilai bisa dipetik diantaranya nilai kemanusiaan. Tindak lanjut untuk usaha memasukkan sejarah tentang peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah yang di usulkakan MGMP adalah dengan membawa usulan materi alternatif yang memasukkan peristiwa MMC ke dalam rapat MGMP sejarah SMA Kabupaten Boyolali. Tanggapan dari kepala sekolah sangat positif dengan usulan materi alternatif begitu juga dengan Disdasmen Disdikpora menyambut baik usulan tersebut. commit to user xiv xv digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ABSTRACT ANDRIYANTO. NIM: S860809004. 2011. Merapi Merbabu Complex (MMC) Movement as the Material of History Subject in Senior High Schools (SMA) in Boyolali Regency. Thesis. Surakarta: History Education Study Program of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University. The objectives of research are (1) to find out whether or not teacher has used the MMC event in history learning in SMA of Boyolali Regency, (2) to find out the respond of MGMP of History for SMA in Boyolali Regency to the proposal of utilizing MMC event as the alternative material in history learning, and (3) to find out the follow-up the MGMP had taken to make MMC event the material of history subject in SMA of Boyolali Regency. The research method employed in this research was descriptive qualitative that is to try describing systematically the fact and the characteristic of object studied properly. The reason of choosing a descriptive qualitative method is because from the empirical observation, it can be seen that the research report was done in descriptive form. And descriptive qualitative method is very helpful to obtain the variation of problem relevant to education area and human conduct. In this research, the author employed an interactive analysis in his analysis. Interactive analysis model has three elements: data reduction, data display, and data verification, the interactive data analysis in data collection process as a cycle. The data collection was done using interview, document and archive study (content analysis), and observation techniques. Considering the result of research and discussion, it can be concluded that MMC event up to no has not been included into history subject material in SMA of Boyolali Regency because of such reasons as limited time allotment, limiter teacher capability and learning material unavailability. MGMP responds well to that proposal, but it takes time to realize it. The attempt of including history about MMC event receives positive response from history teacher in SMA of Regency Boyolali, because many values can be taken from it, including humanity value. The follow up of the attempt of including history about MMC event into history subject material proposed by MGMP is to take the alternative material proposed that include the MMC event to the meeting of MGMP of Senior High School History in Boyolali Regency. The respond from the principals (headmasters) is very positive to such alternative material. Disdasmen Disdikpora also welcomes the proposal well. commit to user xv 1 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemandirian merupakan sikap strategis untuk memilih sebuah perubahan. Bagaimana memilih sebuah landasan mengenai dunia pendidikan dewasa ini, banyak berbagai masalah yang ada bisa dilihat dari berbagai dimensi dan sudut pandang dalam dunia pendidikan, sekolah pada umumnya dan SMA pada khususnya. Setiap komponen pendidikan mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda tetapi semuanya menginginkan perubahan menuju kebaikan. Siswa mempunyai keharusan terus belajar untuk masa depannya. Guru selalu menjadi pendamping siswa dalam menuntut ilmu dengan menyiapkan berbagai keperluan yang disiapkan untuk menunjang belajar-mengajar di sekolah. Mengenai persiapan materi pembelajaran, termasuk materi mata pelajaran sejarah di tingkat SMA. Beberapa pihak yang seharusnya bertanggung jawab dalam permasalahan materi mata pelajaran sejarah antara lain, guru, organisasi profesi dan kepala sekolah. Diharapkan memfasilitasi antara keinginan dari siswa dan guru, karena kebijakan tertinggi di dalam sekolah berada di tangan kepala sekolah. Komponen lain dalam rangka peningkatan mutu pebelajaran di sekolah khususnya mata pelajaran IPS adalah kepala sekolah dan komite sekolah. Kepala sekolah adalah komponen yang penting dalam mengkoordinir aktivitas pembelajaran yang bermutu di sekolah. commit to user 1 Kepala sekolah harus dapat 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memberdayakan guru dan siswanya secara demokratik, transparan, partisipatif, dan akuntabel (Endang Danial, 2005 : 8-9). Menurut Joko Suryo, berhasil tidaknya pengajaran sejarah pada dasarnya ditentukan oleh berbagai unsur atau komponen yang terkait di dalam proses pengajaran, yaitu antara lain : kurikulum dan bahan media, sarana prasarana, metode, evaluasi dan guru sebagai pengajar, di samping itu juga faktor dana, lingkungan dan waktu serta unsur pendukung lainnya yang di anggap ikut mempengaruhi (Djoko Suryo, 1989 : 3) Permasalahan klasik dari dunia pendidikan Indonesia adalah selalu kurang inovatif dalam pemberian materi hanya berpedoman pada materi yang diberikan dari pusat yang sering tidak sesuai dengan keadaan siswa. Sehingga diharapkan dari sekolah ini yaitu guru dan Kepala Sekolah memberikan sumbangan yang berarti dalam pendidikan dengan cara tindakan maupun ide-ide demi kemajuan pendidikan Nasional. Perubahan pendidikan nasional menuju yang lebih baik, mustahil jika tidak dilakukan dari dalam yang berkecimpung di dunia pendidikan itu sendiri. Kepala sekolah diharapkan selalu menggerakkan guru untuk kreatif dan inovatif, sehingga guru selalu bisa mengembangkan inovatif. Melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) disetiap Kabupaten, bertemu permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran sejarah, diantaranya materi yang disampaikan ke siswa. Sedangkan pemerintah merangkum keinginan dari universal pendidikan nasional Indonesia untuk menentukan kebijakan dalam mengatur dunia pendidikan yang disesuaikan dengan perubahan perkembangan zaman dengan diwujudkan dalam sebuah kurikulum. commit to user dan 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35, mengenai standar nasional pendidikan. Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunan maupun pelaksanaannya di satuan pendidikan. Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari delapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 4 digilib.uns.ac.id Kurikulum yang ada sekarang sebenarnya mempermudah guru untuk bisa menyesuaikan materi pelajaran karena semua diserahkan kepada guru mata pelajaran yang disesuaikan dengan lingkunagan sekitar. Dalam kenyataannya guru menyampaikan materi pelajaran sejarah berpedoman dengan buku yang dimiliki. Materi disampaikan dengan cara konvensional yaitu dengan mencatat dan memberi pekerjaan rumah pada siswa. Dengan cara tersebut isi dari pembelajaran tersebut hanyalah sebuah pemindahan catatan dari buku dan tulisan dalam lembaran kerja sehingga jauh dari tujuan dari mata pelajaran sejarah yang sebenarnya. Pembelajaran sejarah kurang menumbuhkan minat bagi anak didik, selalu bercerita jauh dari pola pikir siswa itu sendiri banyak kekaburan dalam penjelasan, yaitu bagaimana siswa menyesuaikan banyak tempat yang ada di dalam materi pembelajaran sejarah sehingga para siswa selalu bertanya-tanya dimana tempat terjadinya peristiwa sejarah tersebut. Siswa sulit untuk menyesuaikan antara kejadian dan tempat kejadian sejarah, hal ini lebih disebabkan karena karakter siswa SMA sedikit lebih kritis dan sudah mengunakan logika dalam menerima materi yang disampaikan guru. Berbeda dengan siswa SD atau SMP yang menerima materi dari guru dengan hanya mendengarkan tanpa mengunakan analisis di tiap pembelajaran. Proses pembelajaran adalah suatu proses mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilainilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi terambil dari berbagai sumber. Berdasarkan masalah pembelajaran perlu diupayakan kelengkapan dalam materi yang disampaikan kepada siswa di SMA Kabupaten Boyolali. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 5 digilib.uns.ac.id Pengupayaan itu dengan cara menberi materi sejarah nasional dengan sejarah lokal, salah satunya yaitu peristiwa MMC (Merapi Merbabu Complex). Dengan demikian siswa akan lebih dekat mengenal setting terjadinya sejarah tersebut sehingga diharapakan akan dapat mempermudah penerimaan siswa dalam pembelajaran sejarah. Berhubungan dengan masalah di SMA Kabupaten Boyolali, seharusnya sejarah sebagai mata pelajaran di sekolah mempunyai peranan yang strategis dalam rangka pembentukan kepribadian bangsa atau nation and character building. Seperti yang dikemukakan oleh Suyatno Kartodirdjo, tanpa mengetahui sejarahnya suku bangsa tidak mungkin mengenal dan memiliki identitasnya, untuk itu pengajaran sejarah berkedudukan sangat strategis dalam pendidikan nasional sebagai soko-guru dalam pembangunan bangsa (Suyatno Kartodirdjo,1989 : 9). Sehingga harapan tersampaikan tujuan dari pembelajaran sejarah dapat tercapai dengan baik. Sartono Kartodirdjo dalam I Gde Widja (1991), seringkali hal-hal yang ada di tingkat nasional baru bisa mengerti dengan lebih baik pula perkembangan di tingkat lokal. Hal-hal yang ditingkat yang lebih luas itu biasanya hanya menberikan gambaran dari pola-pola serta masalah umumnya, sedangkan situasinya yang lebih konkret dan mendetail baru bisa diketahui melalui gambaran sejarah lokal. Peristiwa-peristiwa sejarah yang bersifat kontemporer dengan berbagai tema, seperti politik, sosial, ekonomi, dll di tingkat lokal/tempat tertentu di berbagai tempat di wilayah Indonesia, banyak yang dijadikan karya ilmiah dalam commit to user 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id rangka menyelesaikan pendidikan pada jenjang S1. Hanya saja sebagian besar yang dipublikasikan atau diterbitkan untuk konsumsi umum karena masih tersimpan diberbagai perpustakaan universitas tempat mereka menuntut ilmu. Tulisan-tulisan itu sangat menarik karena banyak memakai sumber lisan yang diperoleh lewat para nara sumber, baik pelaku maupun saksi (Murdiyah Winarti, 2005 : 39). Tulisan-tulisan tersebut nantinya bisa dijadikan sebagai alternatif sumber belajar dan sumber penyusunan materi dengan memasukkan peristiwa MMCdalam pembelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Peristiwa MMC merupakan peristiwa lokal yang bisa menjadi keunggulan historis lokal Boyolali karena peristiwa tersebut berskala Nasional. Keunggulan lokal dapat dikembangakan di sekolah melalui Pendidikan Berbasis Keungulan Lokal (PBKL) sebagaimana UU No. 20/2003 BAB XIV pasal 50 ayat 5 yang meyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan berbasis Keunggulan Lokal. Selanjutnya PP 19/2005 BAB III pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal Tujuan dari pengembangan PBKL sebagaimana di SMA memiliki karakteristik berbeda dengan di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena secara umum tujuan PBKL di SMA adalah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan commit to user 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pendidikan di sekolahnya dengan memasukkan kajian materi keunggulan lokal sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah. Kebijakan yang ada sekarang mempermudah guru untuk memilih materi pembelajaran karena semua diserahkan kepada guru mata pelajaran yang disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Dalam pengembangan materi pembelajaran harus melihat beberapa faktor, yaitu : sahih, tingkat kepentingan, kebermaknaan, layak dipelajari dan menarik (Sutiyah, 2003). Faktor-faktor tersebut juga terdapat dalam peristiwa MMC. Dengan memanfaatkan peristiwa lokal di Boyolali yaitu peristiwa MMC yang disesuiakan dalam Standar Kompetensi dan Kompoetensi Dasar/(SK dan KD) mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali dapat menambah wawasan sejarah lokal sebagai penyokong sejarah nasional. Penyampaian materi lokal oleh guru sebenarnya sudah tersampaikan, akan tetapi dalam kadar yang sedikit. Sedangkan khusus materi peristiwa MMC guru tidak memasukkan dalam materi pembelajaran. Permasalahanya adalah bagaimana proses usulan peristiwa MMC di sehingga bisa dijadikan sebagai materi alternatif dalam mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali kepada MGMP sejarah. Oleh sebab itu untuk mewujudkan agar bisa terlaksana, sehingga diharapkan dapat menyumbangkan sebuah pemikiran yang dituangkan dalam hasil laporan. commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Perumusan Masalah 1. Apakah guru sudah memasukkan peristiwa MMC dalam pembelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana tanggapan MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali dengan usulan memasukkan peristiwa MMC sebagai materi alternatif dalam pembelajaran sejarah? 3. Bagaimana tindak lanjut yang dilakukan MGMP agar peristiwa MMC dapat menjadi materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah guru sudah memanfaatkan peristiwa MMC dalam pembelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali? 2. Untuk mengetahui tanggapan MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali dengan usulan memanfaatkan peristiwa MMC sebagai materi alternatif dalam pembelajaran sejarah? 3. Untuk mengetahui tindak lanjut yang dilakukan MGMP agar peristiwa MMC dapat menjadi materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali? D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah. 1. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang permasalahan dalam memasukkan peristiwa MMC ke dalam materi mata commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali serta dapat menambah wawasan dan bahan bacaan mengenai masalah pendidikan khusunya mengenai materi mata pelajaran sejarah SMA. 2. Manfaat Akademis a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi para peneliti yang menaruh minat terhadap penelitian pendidikan, khususnya dalam masalah materi mata pelajaran sejarah yang memanfaatkan peristiwa lokal di sekitar lingkungan siswa. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan. c. Menyumbangkan alternatif materi ajar di SMA Kabupaten Boyolali dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah di kelas. d. Melengkapi penelitian-penelitian tentang pendidikan di Kabupaten Boyolali sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. SK dan KD Yang Akan Dicapai SK dan KD memiliki pengertian yang saling melengkapi yaitu bahwa SK adalah kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran ; kompetensi dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh siswa; kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran. KD adalah kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; kompetensi minimal yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran. Mengenai SK dan KD dalam materi MMC, yaitu SK dalam materi MMC adalah menganalisis perjalanan bangsa Indonesia sejak masa awal kemerdekaan sampai dengan munculnya reformasi. Sedangkan KD adalah menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masayarakat di Indonesia di tengah usaha mengisi kemerdekaan. Sehingga dalam SK dan KD tersebut melihat dan menganalisis perkembangan dan dinamika pilitik yang ada di Indonesia salah satunya dinamika pilitik dalam sitem pertahanan nasional. Dikarenakan terlalu banyaknya kelaskaran dengan alasan keadaan ekonomi memburuk sehingga pemerintah terpaksa melakukan kebijakan Reorganisasi dan Rasionalisasi di tubuh militer (RE-RA) untuk mengamankan ekonomi nasional. Kelaskaran yang mempunyai peran penting dalam menghantarkan Indonesia ke gerbang kemerdekaan merasa commit to user 10 perpustakaan.uns.ac.id 11 digilib.uns.ac.id terbuang dan diperparah dengan dipertahankannya kesatuan bentukan Jepang (Peta) dan Belanda (KNIL). SK dan KD dalam materi MMC menganalisis perjalanan bangsa Indonesia serta menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat untuk mengisi kemerdekaan. Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia, merupakan rangkaian dari kegiatan bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaan, didalamnya termasuk perkembangan ideologi komunis, termasuk pelarian orang-orang dari pemberontakan PKI Madiun yang menjadikan gunung Merapi dan Merbabu sebagai tempat persembunyian. Menganalisis perubahan ekonomi dapat terlihat dalam keputusan kebijakan RE-RA disebabkan keadaan ekonomi pada waktu itu sangat sulit. Untuk menyiasati keadaan tersebut, sehingga salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah perampingan dalam tubuh militer. Akibantnya muncul gerakan MMC berawal dari ketidakpuasan terhadap pemerintah yang sah dan pada akhirnya melakukan pemberontakan. Menganalisis perkembangan politik dalam materi peristiwa MMC dapat terlihat setelah perjanjian KMB yang mengakibatkan bagi para petani dikarenakan dipaksa untuk mengembalikan tanah-tanah kepada pemilik sebelumnya yaitu para pengusaha asing. Keputusan perjanjian tersebut ditentang oleh para petani. Keadaan itu dimanfaatkan gerakan MMC untuk mendapatkan simpati para petani agar mendukung gerakan. Pemaparan tersebut dapat ditemukan indikator dalam materi ini, yaitu menghubungkan hasil KMB dengan berlanjutnya konflik Indonesia-Belanda. Dengan demikian SK dan KD dan Indikator dapat terpenuhi dalam materi commit to user perpustakaan.uns.ac.id 12 digilib.uns.ac.id peristiwa MMC diharapkan terpenuhinya SK akan dapat menjadikan penting keberadaannya. 2. Sistematika Materi Peristiwa MMC Sistematika penulisan materi peristiwa MMC yaitu 1). Latar belakang munculnya gerakan MMC yaitu dengan berbagai sudut pandang alasan utamanya adalah adanya kebijakan RE-RA, KMB dan pelarian PKI Madiun, 2). Kegiatan yang dilakukan gerakan MMC yaitu bergabungnya bekas TNI Masyarakat (Tentara Kelaskaran) korban RE-RA dengan gerakan dan menghasut para petani dengan alasan ketidakpuasan hasil KMB yang dirasa merugikan petani. Dengan diharuskan mengembalikan tanah-tanah kepada pemilik sebelumnya yaitu pengusaha-pengusaha asing, 3). Pengorganisasiaan dan kepemimpinan dalam gerakan MMC, yaitu menjelaskan proses pengorganisasian dan kepemimpinan di dalam gerakan MMC. Organisasi-organisasi gerilya itu mula-mula membantu perjuangan, tetapi akhirnya gerakan-gerakannya menuju ke arah eksrim kiri. Organisasi-organisasi tersebut kemudian menjadi gerombolan MMC di sekitar gunung Merapi dan Merbabu yang selalu mengadakan gangguan, akhirnya membangkang terhadap pemerintah yang sah. Gerakan MMC cukup luas ruang geraknya antara lain meliputi Klaten, Boyolali, Magelang, Salatiga, Surakarta dan daerah lain di sekitar gunung Merapi dan Merbabu. Pusat gerakan berada di daerah Boyolali yang dibuktikan dengan gerakan MMC sempat merencanakan sebuah Negara di sekitar Musuk. Sehingga keberadaan wilayah Boyolali sangat penting dalam gerakan. Boyolali mempunyai sejarah tersendiri, keberadaan dua gunung yang menyimpan berbagai peristiwa commit to user perpustakaan.uns.ac.id 13 digilib.uns.ac.id nasional khususnya di wilayah kerajaan Yogyakarta dan Surakarta. 4). Tindakan dari Pemerintah untuk menumpas gerakan MMC karena dirasa sudah mengganggu keamanan masyarakat dan mengancam stabilitas nasional sehingga gerakan perlu dihentikan keberadaanya. Pemerintah melihat gerakan sangat mengancam, dikarenakan gerakan bersenjata telah bergabung dengan para perampok serta menghasut petani untuk mendukung gerakan. Gerakan semakin berbahaya dengan masuknya ideologi politik komunis dalam tubuh gerakan MMC. Pemerintah melakukan operasi-operasi penumpasan melihat semakin berbahaya gerakan yang berkembang dan operasi berakhir pada tahun 1956. Berdasarkan uraian di atas sehingga sistematika materi MMC dapat menjelaskan faktor-faktor penyebabnya, kegiatan gerakan, dan akhir dari gerakan karena pemerintah melakukan penumpasan gerakan dirasa bisa mengancam keutuhan bangsa. 3. Keunggulan Lokal Keunggulan lokal dapat dikembangkan di sekolah melalui PBKL sebagaimana UU No. 20/2003 BAB XIV pasal 50 ayat 5 yang menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan menengah, serta PBKL. Selanjutnya PP 19/2005 BAB III pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal Tujuan dari pengembangan PBKL di SMA memiliki karakteristik berbeda dengan di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Oleh commit to user perpustakaan.uns.ac.id 14 digilib.uns.ac.id karena secara umum tujuan PBKL di SMA adalah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pendidikan di sekolahnya dengan memasukkan kajian materi keunggulan lokal sesuai dengan kondisi dan potensi dan potensi sekolah. Sedangkan secara khusus PBKL bertujuan agar peserta didik: a) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya daerah dimana siswa berada. b) Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan mengenai lingkungan daerah yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan Negara. c) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerah, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya daerah dalam rangka menunjang pembangunan nasional. d) Berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah. Pelaksanaan untuk program PBKL, pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan, baik perundang-undangan peraturan pemerintah. Kalau disadari bahwa proses belajar dapat terjadi pada setiap saat dan disegala tempat. Secara alamiah setiap orang akan terus belajar melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BAB III pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak deskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai kultural dan kemajemukan banggsa. Selanjutnya pada BAB X pasal 36 ayat (2) dinyatakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 15 digilib.uns.ac.id bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik, dan pada pasal yang sama ayat (3) butir c menyatakan bahwa Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan keragaman potensi daerah dan lingkungan. Suatu jaringan saling ketergantungan yang menciptakan lingkungan belajar. Dalam suatu lingkungan belajar keberadaan setiap orang menyadari keterikatannya, sehingga pembelajaran kontekstual mudah berkembang Dalam konteks tersebut realitas yang ada di sekeliling siswa sehari hari, misalnya berupa potensi daerah yang menjadi keunggulan lokal, akan membantu mempercepat siswa untuk mengkontruksi pemikirannya menjadi suatu pengetahuan yang bermakna bagi dirinya. Potensi daerah dapat diangkat sebagai bahan pembelajaran menarik di sekolah. Pengertian tersebut didukung oleh kibijakan pemerintah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada Bab III pasal 17ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain. Sumber lain mengatakan bahwa keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah. commit to user 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Melihat dari pengertian keunggulan lokal tersebut di atas maka PBKL di SMA adalah pendidikan/program pembelajaran yang diselenggarakan pada SMA sesuai dengan kebutuhan daerah, dengan pemanfaatan berbagai sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis, budaya, historis dan potensi daerah lainnya yang bermanfaat dalam proses pemgembangan kompetensi sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik salah satunya disini adalah peristiwa/gerakan MMC merupakan peristiwa lokal yang berdampak pada sejarah nasional pada waktu itu, karena besarnya dan pentingnya peristiwa tersebut bagi perjalanan sejarah nasional maupun sejarah lokal. Upaya memasukkan peristiwa MMC dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali sangatlah penting baik bagi siswa, guru maupun materi kesejarahan di tingkat SMA. Berdasarkan uraian-uaraian tersebut, maka keunggulan lokal termasuk didalamnya adalah usaha pemerintah untuk mengoptimalkan segala sesuatu yang ada di daerah, segala sesuatu dari potensi daerah sekitar siswa diantaranya sebagai peristiwa hirtoris yaitu peristiwa MMC yang dapat dijadikan materi dalam proses belajar di kelas, nantinya akan bermanfaat bagi lingkungan masyarakat pada umumnya dan lingkungan pendidikan pada khususnya. 4. Mata Pelajaran Sejarah a) Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang khas. Demikian juga halnya dengan mata pelajaran sejarah. Adapun karakteristik mata pelajaran sejarah adalah sebagai berikut (BSNP : 2006). commit to user perpustakaan.uns.ac.id 17 digilib.uns.ac.id 1) Sejarah terkait dengan masa lampau. Masa lampau berisi peristiwa, dan setiap peristiwa sejarah hanya terjadi sekali. Jadi pemebelajaran sejarh adalah pembelajaran peristiwa sejarah dan perkembangan masyarakat yang telah terjadi. Sementara materi pokok pembelajaran sejarah adalah produk masa kini berdasarkan sumber-sumber sejarah yang ada. Karena itu dalam pembelajaran sejarah harus lebih cermat, kritis, berdasarkan sumbersumber dan tidak memihak menurut kehendak sendiri dan kehendak pihakpihak tertentu. 2) Sejarah bersifat kronologis. Oleh karena itu dalam pengorganisasian materi pokok pembelajaran sejarah haruslah didasarkan pada urutan kronologis peristiwa sejarah. 3) Dalam sejarah ada tiga unsur penting, yakni manusia, ruang, dan waktu. Dengan demikian dalam mengembangkan pembelajaran sejarah harus selalu diingat siapa pelaku peristiwa sejarah, dimana dan kapan. 4) Perspektif waktu merupakan dimensi yang sangat penting dalam sejarah. Sekalipun sejarah itu erat kaitannya dengan waktu lampau, tetapi waktu lampau itu terus berkesinambungan. Sehingga perspektif waktu dalam sejarah, ada waktu lampau, kini dan yang akan datang. Pemahaman ini penting bagi guru, sehingga dalam mendesain materi pokok pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan persoalan mas kini dan masa depan. 5) Sejarah ada prinsip sebab-akibat. Hal ini perlu dipahami oleh setiap guru sejarah bahwa dalam merangkai fakta yang satu dengan fakta yang lain, dalam penjelasan peristiwa sejarah yang satu dengan peristiwa sejarah commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang lain perlu mengingat prinsip sebab-akibat, dimana peristiwa yang satu diakibatkan oleh peristiwa sejarah yang lain dan peristiwa yang satu akan menjadi sebab peristiwa sejarah berikutnya. 6) Sejarah pada hakikatnya suatu peristiwa sejarah dan perkembangan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, keyakinan, dan oleh karena itu dalam memahami sejarah haruslah dengan pendekatan multi dimensional, sehingga dalam pengembangan materi pokok dan uraian materi pokok untuk setiap topik/pokok bahasan haruslah dilihat dari berbagai aspek. 7) Pelajaran sejarah di SMA adalah mata pelajaran yang mengkaji permasalahan dan perkembangan masyarakat dari masa lampau sampai masa kini, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. 8) Pembelajaran sejarah di sekolah, termasuk di SMA, dilihat dari tujuan dan penggunaannya, dapat dibedakan atas sejarah empiris dan sejarah normatif. Sejarah empiris menyajikan substansi kesejarahan yang bersifat akademis (untuk tujuan yang bersifat ilmiah). Sejarah normatif menyajikan substansi kesejarahan yang dipilih menurut ukuran nilai dan makna yang sesuai dengan tujuan yang bersifat normatif, sesuai dengan tujuan pendidikan. Berkait dengan itu pelajaran sejarah di sekolah paling tidak mengadung dua misi, yakni ; (1), Untuk pendidikan intelektual dan (2), pendidikan nilai, pendidikan kemanusiaan, pendidikan pembinaan moral, jati diri, nasionalisme dan identitas bangsa. commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 9) Pendidikan sejarah di SMA lebih menekankan pada perspektif kritis-logis dengan pendekatan historis-sosiologis. b) Tujuan Pembelajaran Sejarah Tujuan pembelajaran sejarah menurut Permen Diknas No 22 tahun 2006 mengenai standar isi untuk satuan pendidikan dan menengah, dijelaskan bahwa : 1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan. 2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan. 3) Menumbuhkan aspirasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradapan bangsa Indonesia di masa lampau. 4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang. 5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 20 digilib.uns.ac.id c) Kegunaan Pelajaran Sejarah 1). Kegunaan Edukatif Dimensi penting pemahaman yang umum diketahui dan dinyatakan bahwa sejarah memberikan nilai-nilai pendidikan bagi seseorang yang mempelajarinya. Dengan mengkaji sejarah dapat ditemukan banyak contoh yang bersifat edukatif, yaitu sejarah sebenarnya adalah guru dalam kehidupan. Guru yang akan membimbing kehidupan, guru yang mengarahkan tindakan, guru yang mengarahkan tindakan, guru yang menunjukkan dan yang terutama pula guru yang memberikan keteladanan sehingga pada akhirnya sikap arif dan bijaksana dapat dijadikan pegangan utama dalam kehidupan setelah dengan mendalam mendapat nilai edukatif sejarah. Berarti masa lampau yang merupakan bahan kajian sejarah tidak terhenti hanya sampai pada ruang kelampauan semata, melainkan terus dikontinuitaskan pada tataran kekinian. Masa lampau yang terputus dengan kekinian tidak dapat memberikan nilai edukatif apalagi kerifan sejarah. Padahal kearifan adalah suatu contoh kearifan sebagai sebuah sikap dan perilaku yang mendasar dapat dikuatkan melalui sejarah. Bahkan bisa dibentuk dengan mencermati, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai sejarah. 2). Kegunaan Inspiratif Membaca karya sejarah yang berisi pengalaman kolektif manusia dengan berbagai nuansa dapat memberikan ilham atau inspirasi kepada yang hidup sekarang. Inspirasi yang di dalamnya sarat dengan nilai berupa ide, konsep, semangat, motivasi perjuangan, bahkan sebab-sebab kegagalan dan kehancuran commit to user perpustakaan.uns.ac.id 21 digilib.uns.ac.id dapat mengubah orientasi kekinian, dalam arti menyadari dan mengatasi apa yang menjadi hambatan dan kesulitan hidup pada zaman yang tengah dihadapi. Membaca karya sejarah dapat tergugah dan tersugesti termotivasi atau terinspirasi pada apa yang telah dilakukan oleh berbagai sosok menakjubkan atau individu dalam kolektifitas bangsa sehingga ingin berada dalam jalur yang membuat mereka menjadi demikian. Dalam pengertian bisa diparalelkan dengan peniruan substansial, bukan pada detail-detail peristiwanya. Sebab bagaimana pun juga kesadaran atas ruang maupun waktu mendermakasi secara tegas hidup lalu dengan hidup. Sebaliknya sejarah yang tanpa pilih kasih mengetengahkan pula berbagai kejanggalan, kerancuan, kehancuran, dan kebinasaan banyak individu maupun kolektivitas karena berbagai sebab masing-masing bisa menjadi inspirasi. Dalam artian menggugah, mendorong, memotivasi untuk segera mungkin menjauh dari rel yang menyebabkan peristiwa seperti demikian dan kemudian mengambil langkah lain yang lebih bijaksana. 3). Kegunaan Instruktif Kegunaan instruktif adalah sejarah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran sehingga terkait erat dengan dunia pendidikan formal. Akan tetapi, pemahaman lain yang sering pula dikemukakan adalah bahwa aspek instruktif terutama sekali dalam menunjang pengembangan bidang-bidang lain khusunya berkaitan dengan keterampilan atau kejuruan. 4). Kegunaan Rekreatif Kegunaan rekreatif sejarah menunjukkan bobot estetis dalam karya sejarah. Dengan membaca karya-karya sejarah yang didalamnya menceritakan commit to user 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ketokohan seseorang maupun pengalaman kolektif secara indah, pembaca akan merasakan kenikmatan berkenalan dengan masa silam. Pikiran dan perasaan diajak serta untuk bernostalgia, melancong ke masa lalu. Dalam kaitan inilah menarik sekali apa yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirjo bahwa seseorang sejarawan adalah “Wisatawan professional dalam dunia lampau” (Sartono Kartodirdjo, 1990 ; 26). Dengan berwisata sejarah di dalam karya sejarah, dapat menemukan dunia estetis seperti halnya ketika saat sedang berwisata. Dunia estetis adalah dunia universal, oleh sebabnya walaupun berbeda dalam wujud, objek, material,tetapi tetap sama dalam hal nilai estetis antara masa lalu dengan masa sekarang. Bahkan, sebenarnya secara nyata dapat disaksikan betapa banyak wisatawan modern justru memilih tema-tema atau objek-objek lampau untuk menikmati keindahan yang melekat. d) Materi Sejarah Materi sejarah sesuai dengan Permen Diknas no 22 tahun 2006 adalah: 1. Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik. 2. Memuat khasanah mengenai peradapan bangsa-bangsa, termasuk peradapan bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan. 3. Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 4. 23 digilib.uns.ac.id Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multi dimensional yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5. Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkunan hidup. Ditegaskan bahwa dalam konsep sejarah, yakni perubahan terdapat tiga unsur penting yakni; manusia dengan berbagai aspek kehidupannya, ruang dan waktu dalam proses diakronis. Manusia dengan berbagai aspek kehidupan yang berada pada setting ruang, baik lokal, nasional, maupun global itu akan berubah dari waktu ke waktu sejarah zaman kuno, dimana manusia belum mengenal tulisan, sampai perkembangan mutahir. Jadi, waktu menjadi perspektif utama dalam kajian ilmu sejarah. Berdasarkan tiga unsur yang penting dalam kajian sejarah meliputi manusia dengan berbagai aspek kehidupannya, ruang dan waktu maka dapat dirumuskan struktur keilmuan sejarah sebagaimana berikut ini : 1) Dasar- dasar keilmuan sejarah 2) Kehidupan masyarakat sebelum mengenal tulisan 3) Perkembangan masyarakat pada masa pengaruh Hindu-Bidha 4) Perkembangan masyarakat pada masa pengaruh Islam 5) Kolonialisme-imperalisme barat 6) Perjuangan pergerakan nasional 7) Pendudukan Jepang 8) Masa kemerdekaan 9) Perang dingin dan kerjasama Internasional commit to user 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 10) Peristiwa-peristiwa mutahir Penyususnan materi ajar dikembangkan dan menggunakan cara texs transformation, yaitu dengan memanfaatkan informasi-informasi yang telah ada baik dari buku teks, internet, jurnal dan lainya. Kemudian di kumpulkan dan dipilih berdasarkan kebutuhan yang digunakan sesuai dengan tujuan instruksional dan rencana kegiatan belajar mengajar. Kemudian memberikan berupa perubahan pada materi untuk melengkapi materi yang sudah ada. Informasi yang sudah ada kemudian disusun kembali dengan menggunakan bahsa yang sederhana dan dialogis sesuai untuk digunakan sebagai bahan ajar. Bahan ajar yang disusun berdasarkan texs transformation ini tetap mendapatkan penjelasan mengenai keterampilan dan pengetahuan atau kompetensi yang akan diraih oleh peserta didik, bimbingan belajar bagi peserta didik, latihan tes formatif (Chosim dan Widodo Djumadi, 2008 : 50). Penjabaran SK dan KD sebagai bagian dari pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dilakukan melalui pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan penjabaran secara umum dengan mengembangkan SK dan KD menjadi indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian. Sebagai bagian dari langkah pengembangan silabus, pengembangan indikator merupakan langkah strategis yang berpengaruh pada kualitas pembelajaran di kelas. Kemauan guru dan sekolah dalam mengembangkan indikator berpengaruh pada kualitas kompetensi peserta didik di sekolah. commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Mengenai seleksi materi, agar penjabaran dan penyesuian kemampuan dasar tidak meluas dan melebar, maka perlu memperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan. Kriteria tersebut antara lain : 1) Sahih (valid) Materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenarannya. Pengertian ini juga berkaitan dengan keaktualan materi, sehingga materi yang akan diberikan dalam pembelajaran tidak ketinggalan jaman dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan. 2) Tingkat kepentingan Dalam memilih disini perlu dipertimbangkan pertanyaan berikut ; sejauh mana materi itu penting untuk dipelajari dan penting untuk siapa, dimana dan mengapa penting. Dengan demikian materi yang dipilih untuk diajarkan tentunya memang yang benar-benar diperlukan oleh siswa. 3) Kebermanfatan Manfaat harus dilihat dari semua sisi, baik sisi secara akademis maupun non akademis. Bermanfaat secar akademis artinya guru harus yakin bahwa materi yang di ajarkan dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan di kembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan berikutnya. Bermanfaat secara non akademis maksudnya adalah bahwa materi yang diajarakan dapat mengembangkan kecakapan hidup (life skills) dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Layak dipelajari commit to user 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Materinya memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit), maupun aspek kelayakan terhadap pemanfatan bahan ajar dan kondisi setempat. 5) Menarik minat Materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi siswa untuk memepelajarinya lebih lanjut. Setiap materi yang diberikan kepada siswa harus mampu menumbuhkan rasa ingin tahu, sehingga memunculkan dorongan untuk menambahkan sendiri kemampuan mereka. 6) Alokasi waktu Untuk merencanakan pembelajaran, alokasi waktu yang diperlukan untuk memepalajari satu materi palajaran perlu ditentukan. Penentuan besarnya alokasi waktu ini tergantung kepada keluasan dan kedalaman materi serta tingkat kepentingannya dengan kedalaman dan kebutuhan setempat. 7) Sarana dan sumber belajar. Dalam proses belajar mengajar sarana pembelajaan sangat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, yang dimaksud dengan sarana pembelajaran dalam uraian tersebut akan lebih ditekankan pada sarana dalam arti media atau alat peraga. Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mangacu pada kompetensi dasar, sehingga akan mengetahui apakah materi yang harus diajarkan commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau keterampilan motorik. B. Penelitian Yang Relevan Ada beberapa hasil penelitian yang relevan sehingga dapat digunakan untuk sebagai acuan dalam penyelesaian penelitian. Penelitian yang relevan berguna untuk melihat posisi penelitian yang akan disusun terhadap penelitianpenelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang relevan dengan judul permasalahan penelitian ini adalah. 1. Nanik Purwaningsih, 2010, Perjuangan Komando Daerah Muria Tahun 1948 sebagai pengembangan Materi Pembelajaran IPS Sejarah Di SMP Wilayah Kabupaten Kudus. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta. Dapat dijelaskan hasil penelitiannya sebagai berikut. Sejarah perjuangan Komando Daerah Muria tahun 1948 selama ini belum dapat dijadikan sebagai pengemabnagn materi pembelajaran IPS sejarah berkaitan dengan materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, disebabkan oleh beberapa hal antara lain, terbatasnya alokasi waktu, kurangnya kesiapan tenaga pengajar karena belum tersedianya bahan ajar tentang sejarah perjuangan rakyat Kudus tersebut. Sejarah perjuanga Komando Daerah Muria tahun 1948, merupakan bagian integral dari perjuangan bangsa Indonesia dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia menghadapi Agresi Militer II commit to user 28 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Belanda. Di dalamnya terkandung nilai-nilai, jiwa dan semangat heroisme, patriotisme, dan nasionalisme, yang merupakan modal perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Aspek-aspek tersebut dapat dijadikan teladan bagi peserta didik, ditanamkan dan ditumbuh kembangkan dalam pribadi siswa, agar bisa mewarinya. Sehingga dapat merasakan semangat perjuangan dan besarnya pengorbanan, patritisme dan nasionalisme peserta didik akan terwujud, karena dirasa penting untuk mempertahankan kepribadian bangsa Indonesia menyongsong era globalisasi. Upaya untuk memasukkan sejarah perjuangan Komando daerah Muria ke dalam pembelajaran IPS sejarah di SMP, mendapat tanggapan yang positif dari para guru, Kepala Sekolah dan pejabat Dinas Pendidikan. Relevansinya dengan penelitian ini adalah dalam hal upaya memasukkan peristiwa sejarah lokal daerah Kudus sebagai pengembangan materi pembelajaran IPS Sejarah. 2. Darwin Une, 2006, Oraganisasi Pergerakan nasional Cabang Gorontalo Tahun 1908-1945 sebagai Materi Muatan Lokal di SMA Negeri Govrontalo. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta. Dapat dijelaskan hasil penelitiannya sebagai berikut. Peranan rakyat Gorontalo dalam membebaskan diri dari kolonialisme Belanda pada abad ke-17 banyak tergantung pada raja-raja Gorontalo, meski demikian rakyat tidak pernah patah semangat mendukung perjuangan fisik tersebut. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 29 digilib.uns.ac.id Peranan berbagai Organisasi Pergerakan Cabang Gorontalo seperti Sinar Budi, PartaiSarikat Islam Indonesia (PSII) dan lainya sangat berpengaruh pada perjuangan 23 Januari 1942, menyebanakan pemerintah colonial Belanda terpaksa keluar dari bumi Gorontalo, yang selanjutnya para pemimpin pergerakan berhasil mendirikan pemerintahan yang dikenal dengan Pucuk Pimpinan Pemerintah Gorontalo (PPPG). Materi muatan lokal khususnya sejarah perjuangan rakyat Gorontalo belum dimasukkan pada pengajaran sejarah di SMA Gorontalo. Baik guru-guru pengajar di SMA maupun pihak Dinas Pendidikan Nasional Gorontalo, menyambut baik atas kehadiran hasil penelitian tentang sejarah perjuangan rakyat Gorontalo menentang kolonialisme Belanda untuk dijadikan materi muatan lokal pada pengajaran sejarah. Penelitian tersebut menjelaskan hasil penelitian tentang sejarah perjuangan rakyat Gorontalo menentang kolonialisme Belanda untuk dijadikan materi muatan lokal pada pengajaran sejarah. Relevansinya dengan penelitian adalah dalam hal muatan isi yaitu disetiap daerah mempunyai perjalanan sejarahnya sendiri-sendiri. Dari perjalanan panjang sejarah yang ada diharapkan bisa diambil hikmah salah satunya adalah tujuan dari pembelajaran sejarah. Dapat dijelaskan dari tujuan yaitu pentingnya waktu dan tempat dari proses sejarah, menumbuhkan pemahaman proses terbentuknya bangsa melalui sejarah yang masih berproses, dan menumbuhkan kesadaran rasa bangga dan cinta tanah air diharapkan dari tujuan tersebut dapat ditanamkan ke siswa didik. commit to user 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Kerangka Pikir Mengenai kerangka pikir ini sementara diharapkan akan bisa memberikan pandangan awal sebelum melakukan penelitian, sehingga nantinya akan bisa sebagai patokan dalam menyelesaikan keselurukan permasalahan dari awal sampai akhir penelitian. Sementara bisa menggambarkan konsep yang menjadi alur pikir dalam mengkaji permasalahan. Sejarah gerakan MMC merupan peristiwa di tingkat lokal Boyolali yang merupakan salah satu peristiwa nasional. Mengingat besarnya gerakan tersebut sehingga sangat dirasa penting untuk memasukkan sejarah gerakan MMC tersebut ke dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Materi MMC tersebut bisa dimasukkan SK dan KD, RPP yang nantinya sebagai perangkat pembelajaran juga dapat disusun dengan memasukkan peristiwa MMC. Dengan memanfaatkan peristiwa lokal di Boyolali sehingga menimbulkan rasa minat kepada siswa dalam pembelajaran sejarah. Diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu siswa akan merasa memiliki sejarah tersebut disebabkan peristiwanya berada di daerah sekitar siswa. Tujuannya adalah dapat tercapai diantaranya yaitu membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang. Menumbuhkan kesadaran sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air. commit to user 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Secara jelas kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut ini. Peristiwa Lokal Boyolali/MMC SK dan KD, Peristiwa MMC Perangkat pembelajaran Silabus, RPP, materi ajar Dengan memasukkan peristiwa MMC Pembelajaran Sejarah Di Kelas Tujuan Pembelajaran Sejarah Pentingnya Waktu dan Tempat dari Proses Sejarah Menumbuhkan Pemahaman Proses Terbentuknya Bangsa melalui Sejarah yang Masih Berproses Gambar 1. Kerangka Pikir commit to user Minat Siswa Menumbuhkan Kesdaran Rasa Bangga dan Cinta Tanah Air 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Boyolali dikarenakan mempunyai banyak peristiwa-peristiwa lokal yang berskala nasional salah satunya gerakan MMC. Wilayah Boyolali mempunyai peranan penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Boyolali merupakan pusat perjuangan pada masa kemerdekaan dan juga masa setelah kemerdekaan bahkan merupakan pusat basis Partai Kumunis Indonesia (PKI) dibuktikan dengan peristiwa MMC yang terindikasi terpengaruh oleh partai komunis. Dengan melihat pemaparan tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa peristiwa MMC tersebut dapat dijadikan materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Tiga Sekolah Menengah Atas Negeri ditambah 1 sekolah swasta di Boyolali dipilih menjadi lokasi penelitian untuk mendapatkan data dan informasi, yaitu, SMA N 2 Boyolali, SMA N 3 Boyolali, SMA N 1 Teras dan SMA Bhineka Karya 3. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA tersebut merupakan SMA yang teletak di pusat kota sehingga bisa mewakili dari berbagai daerah di Kabupaten Boyolali selain sebagai sekolah unggulan juga dikarenakan guru atau pengajarnya menjadi pengurus MGMP Kabupaten. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengumplan data, mendapatkan gambaran mengenai materi mata commit to user 32 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali yang nantinya dapat melihat secara kondisi pembelajaran. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dilapangan selama 9 bulan yaitu mulai pada bulan Mei 2010 sampai dengan Januari 2011. Secara rinci waktu penelitian dapat dijelaskan seperti jadwal dibawah ini: No Kegiatan Penelitian 2 1 2 3 4 5 6 Persiapan proposal a) Pra penelitian b) Observasi awal Penulisan proposal a) Menyusun rumusan masalah b) Penentuan Informan kunci Pengumpulan data I a) Perijinan b) Wawancara I c) Observasi I d) Analisis Penulisan laporan Pengumpulan data II a) Wawancara II b) Observasi II c) analisis Penulisan laporan akhir 3 Bulan Ke2010 4 5 6 7 8 9 10 11 X X 12 2011 1 X X X X X X X Tabel. 1 Kegiatan Penelitian commit to user X X X X 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Jenis dan Strategi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini menghasilkan data dan informasi yang berupa data deskriptif berupa kalimat tertulis atau lisan dari orang atau prilaku yang dapat diamati. Menurut Sutopo (2006:227) penelitian deskriptif kualitatif akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi teliti, penuh nuansa yang lebih berharga dan lebih menekankan pada masalah proses dan makna. Jenis penelitian ini termasuk penelitian terapan karena tujuannya tidak hanya untuk memahami masalah tetapi juga secara khusus mengarah pada pengembangan cara pemecahan masalah dengan tindakan untuk tujuan praktis bukan untuk tujuan teoritis (Sutopo, 2006:137). 2. Strategi Penelitian Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal yaitu suatu penelitian yang difokuskan pada satu karakteristik dan satu masalah (Sutopo, 2006:140). Penelitian ini dilakukan pada satu jalur yaitu SMA Kabupaten Boyolali. Permasalahan yang diangkat adalah mengenai gerakan MMC diajukan sebagai alternatif materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Penelitian ini disebut dengan studi kasus terpancang (Embedded Research) karena permasalahan dan fokus peneliti sudah ditentukan sebelum peneliti terjun dan mengenali permasalahan di lapangan (Sutopo, 2006:139). Dalam penelitian nantinya menggali informasi dilapangan yaitu di SMA Kabupaten Boyolali yang diwakili dalam organisasi profesi MGMP sejarah. commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Penelitian ini berusaha memberikan deskripsi yang mendalam tentang nilai-nilai historis dari peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Sedangkan untuk penyusunan materi MMC memanfaatkan penelitian yang sudah ada dan tulisan-tulisan yang membahas tentang peristiwa MMC. Dengan demikian studi kasus terpanjangnya yaitu mengenai materi mata pelajaran di SMA Kabupaten Boyolali dalam pemebelajaran sejarah di kelas. C. Sumber Data Menurut Sutopo (2006 : 56) : “Sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menetukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan dan data atau kedalaman informasi yang diperoleh. Sedangkan Lonfland dan lofsand (dalam Moloeng, 1990 : 112), menyebutkan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berdasarkan uraian tersebut maka data yang diperlukan dalam penelitian ini digali dari sumber-sumber sebagai berikut : 1. Informan, guru mata pelajaran sejarah yang tergabung dengan MGMP, Kepala Sekolah, Seksi Dikdasmen Disdikpora Kabupaten Boyolali dan murid. commit to user 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Arsip dan dokumen, dokumen dari MGMP jadwal dan data keorganisasian MGMP sejarah SMA Boyolali, dan perangkat pembelajara yaitu RPP, sialbus, materi ajar. 3. Proses pembelajaran di kelas. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2006: 187). Wawancara dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat untuk memperoleh data yang mempunyai kedalaman serta dilakukan berulangkali sesuai dengan kebutuhan yang kemudian disebut in-depth interview (Soetopo,2006: 69). Menurut Soetopo (2006: 69) wawancara mendalam dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat terbuka dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan tidak secara formal dan tidak terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti lebih dalam dan kaya informasi. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam karena teknik wawancara ini bersifat lentur dan terbuka serta mampu membawa suasana keakraban sehingga peneliti akan dapat menggali informasi commit to user perpustakaan.uns.ac.id 37 digilib.uns.ac.id lebih luas dan dalam. Dalam penelitian kualitatif sebaiknya digunakan wawancara terbuka yang para subjeknya tahu sedang diwawancarai dan mengetahui maksud dari wawancara yang akan dilakukan. Berdasarkan uraina tersebut maka wawancara dilakukan dengan, guru mata pelajaran sejarah, ketrua MGMP, Kepala Sekolah, Dikdasmen Kabupaten Boyolali dan siswa. 2. Mengkaji dokumen dan arsip (content analysis) Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin disebut sebagai content analysis (dalam Sutopo, 2006:81). Prtaktek pelaksanaan dilapangan adalah dengan mengkaji beberapa dokumen seperti silabus, RPP, materi pembelajaran, sumeber belajar, dokumen MGMP dan sebagainya. Dalam melakukan teknik ini perlu disadari yaitu bukan hanya sekedar mancatat isi penting yang tersurat dalam dokumen atau arsiptetapi juga tentang maknanya yang tersirat oleh karena irtu diperlukan sikap yang kritis dan teliti. Sehingga semua data yang diperoleh dapat membantu dalam pengumpulan data dan proses selanjutnya. 3. Observasi Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktifitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara lebih tepatnya melakukan observasi pasif yang merupakan cara pengumpulan data dimana peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali tidak berperan apapun hanya sebagai pengamat pasif, namun peneliti benar-benar hadir di lokasi (Sutopo, 2006:77). Observasi digunakan untuk mendapatkan data dan informasi berkenaan dengan obyek yang diteliti. Operasional dalam observasi commit to user 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yaitu dengan mendatangi sekolah untuk melihat cara guru mengajar, metode, perangkat pembelajara, bagaimana minat siswa dalam mengikuti pelajaran sejarah di kelas dan mengamati kondisi fasilitas belajar di sekolah sebagai penunjang kelancaran belajar-mengajar. Dengan observasi yang dilakukan diharapkan dapat memotret kondisi matreri yang disampikan guru di kelas, bagaimana minat siswa saat mengikuti pelajaran, dengan mengobservasi kondisi fasiitas dapat melihat bagaimana fasilitas pendukung pembelajaran yang tersedia sehingga diharapkan siswa akan merasa nyaman. E. Teknik Cuplikan (Sampling) Teknik cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik ini dipakai karena kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Sutopo, 2006:64). Teknik sampling digunakan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi tentang obyek penelitian ini dari berbagai sumber dengan tujuan untuk merinci kekhususan yang ditemui dalam konteks yang unik dan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Ciri-ciri teknik ini adalah: rancangan sampel yang muncul, pemilihan sampel yang berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari sampel dan pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan (Moleong, 2006:225). Penentuan seseorang menjadi sampel dalam teknik purposive sampling didasarkan pada tujuan tertentu (Sukardi, 2003:64). Dalam penelitian ini commit to user 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id penentuan sampel berdasarkan kebutuhan untuk mengumpulkan bahan mengenai sejarah gerakan/peristiwa MMC dan materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Berdasarkan keterangan tersebut di atas maka sampel yang dipilih untuk mendapat informasi penelitian adalah, guru sejarah SMA Kabupaten Boyolali yang tergabung dalam MGMP, Seksi Dikdasmen Disdikpora Kabupaten Boyolali, Kepala Sekolah dan murid. F. Validitas Data Data dan informasi yang diperoleh harus diyakini kebenarannya, keabsahannya harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) mendemonstrasikan nilai yang benar, 2) menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, 3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedur dan kenetralan dari temuan dan keputusannya (Moleong, 2006: 321). Teknik yang dapat digunakan untuk mencari validitas data adalah menggunakan teknik trianggulasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding (Sutopo, 2006: 94). Langkah-langkah yang peneliti tempuh adalah sebagai berikut: 1. Triangulasi data Data dan informasi yang telah peneliti kumpulkan dari berbagai sumber data yang telah tersedia, peneliti akan melakukan triangulasi data, untuk data yang sejenis akan digali kebenarannya dari beberapa sumber data yang berbeda, commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id triangulasi data dengan mencocokkan data dari berbagai sumber akan lebih memantapkan kebenaran informasi yang diperoleh. Trianggulasi data atau sumber meliputi sumber lisan dan sumber tertulis, hal ini dimaksudkan agar peneliti bisa mendapatkan data dari beberapa narasumber yang berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara mendalam, untuk membandingkan informasi dari narasumber yang satu dengan informasi dari nara sumber lain. Pengumpulan data melalui sumber lisan sangat berarti dan dapat menangkap secara langsung data-data yang dibutuhkan dari informan. Adapun sumber tertulis berupa dokumen atau arsip merupakan bahan terlulis yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar yang dibutuhkan dan data yang dibutuhkan dalam penelitian seperti data dari MGMP dan guru mata peljaran sejarah. Sedangkan observasi dilakukan untuk melihat secara langsung ke lapangan untuk mencocokkan dengan data-data yang sudah ada. 2. Triangulasi metode Teknik triangulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda, dengan penekanan pada metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Dalam penerapannya dapat dielaskan sebagai berikut,sumber didapat dari nara sumber yang sama yaitu mewawancarai seorang guru mengenai persiapan guru dan cara mengajar guru dikelas, dari hasil wawancara kemudian dilakukan observasi di kelas saat guru mengajar, dan juga commit to user 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mengkaji dukumen dari perangkat pembelajaran dari guru yang sama. Ketiga metode tersebut dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang sejenis. G. Teknik Analisis Data Penelitian ini penulis menggunakan model analisis interaktif. Model analisis interaktif memiliki tiga unsur yaitu reduksi data, sajian data, dan verifikasi data, yang mana analisa data interaktif pada proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Apabila dalam menarik simpulan atau verifikasi dirasakan masih kurang mantap karena dalam reduksi data atau dalam sajian data kurang memadai, maka penulis kembali melakukan proses analisis data, jadi proses analisis ini dapat terjadi berulang kali sesuai kebutuhan sehingga dapat menghasilkan rumusan hasil penulisan yang maksimal. Kegiatan pokok analisis model interaktif meliputi tiga komponen yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan serta verifikasi data. 1. Reduksi data Reduksi data merupakan seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi dari semua jenis informasi yang tertulis lengkap dalam catatan lapangan (Sutopo, 2006:114). menggolongkan, Reduksi data mengarahkan, merupakan membuang kegiatan yang tidak menajamkan, perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa, sehingga simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifiasikan. commit to user 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Sajian data Sajian data merupakan rakitan sajian informasi, yang dideskripsikan dalam bentuk informasi lengkap yang selanjutnya memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan. Penyajian dengan menggunakan kalimat dan bahasa peneliti yang susunan kalimat secara logis dan sistematis, sehingga memudahkan pemahaman pembaca (Sutopo, 2006: 115). 3. Penarikan simpulan dan verifikasi Penarikan simpulan adalah membuat simpulan dari data yang telah diperoleh sejak awal penelitian. Agar hasil penelitian lebih mantap dan benar, dapat dipertanggung jawabkan, maka verifikasi perlu dilakukan dengan tujuan untuk memantapkan simpulan dengan cara menelusuri kembali kebenaran laporan selama penelitian berlangsung (Sutopo, 2006:116). Proses analisis interaktif tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Pengumpulan Data Reduksi Data Sajian Data Verifikasi Data Gambar 2. Model Analisis Interaktif commit to user 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Kabupaten Boyolali. a. Kondisi Geografis Kabupaten Boyolali Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis Boyolali terletak antara 110 º 22´ - 110º 50´ Bujur Timur dan 7º 7´ - 7º 36´ Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 75 – 1500 meter di atas permukaan laut, dengan iklim tropis. Wilayah Kabupaten Boyolali di batasi dengan batas wilayah: Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta Sebelah Timur : Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang Jarak bentang Barat – Timur : 48 Km Utara – Selatan : 54 Km Struktur tanah : 1) Bagian timur laut sekitar wilayah Kec. Karanggede dan Simo pada umumnya tanah lempung 2) Bagian tengah sekitar wilayah Kec. Banyudono dan Sawit pada umumnya tanah galuh commit to user 43 perpustakaan.uns.ac.id 44 digilib.uns.ac.id 3) Bagian barat laut sekitar wilayah Kec. Musuk dan Cepogo pada umumnya tanah berpasir. 4) Bagian sepanjang perbatasan dengan wilayah Kab. Grobogan pada umunya tanah berkapur. Gunung : 1. Gunung Merbabu 2. Gunung Merapi Keduanya ada di wilayah Kecamatan Selo, Kecamatan Cepogo, Kecamatan Musuk, dan Kecamatan Ampel Jumlah penduduk pada tahun 2008 sekitar 949. 599 jiwa, dengan perincian laki-laki 464. 837 jiwa dan perempuan 484. 757 jiwa sehingga jika dirata-rata 935 penduduk/km² (Boyolali Dalam Angka Tahun 2008, 2009 : 31). Boyolali merupakan kota dimana banyak sebagai saksi sejarah dalam perjalanan bangsa ini. Sejak zaman kerajaan Pengging sampai pada masa reformasi kota ini selalu mengiringi sejarah yang ada di tingkat Nasional. Banyak nilai-nilai historis di wilayah Boyolali, mengenai nama Boyolali juga secara tidak langsung dari nilai sejarah yang mempunyai nilai dan makna cukup tinggi. Bukti sejarah tentang daerah Boyolali terdapat pada sumber lokal, cerita Kyai Ageng Pandan Arang yang memunculkan nama Boyolali, dalam Serat Witoradio III yang juga disebut Babad Pengging (RNg. Ronggowarsito, 1922), disebutkan bahwa daerah Pengging dan Pajang termasuk wilayah Kerajaan Kediri, kerajaan Pengging pada jaman pemerintahan Prabu Anglingdriyo, daerahnya meliputi antara lain Pengging, Madyapanjang, Salembi, Pajangkungan, Walen, commit to user perpustakaan.uns.ac.id 45 digilib.uns.ac.id Samapura, Gunung Plawangan (lereng Gunung Merapi), gunung Cangkring, Prambanan dan Koripan daerah-daerah tersebut sekarang termasuk daerah Kabupaten Boyolali, kecuali daerah Prambanan dan Koripan, yang keduannya termasuk daerah Kabupaten Klaten (Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Boyolali, 1982 : 4). Perjalanan Kyai Ageng Pandan Arang dari Semarang, kira-kira 25 Km dari Salatiga, dalam perjalanan Ki Ageng Pandang Arang dan istrinya menuju gunung Jabalkat/Tembayat, Ki Ageng Pandang Arang duduk di atas batu besar sambil menanti isteri dan anaknya yang masih jauh di belakang. Setelah lama dinanti juga tidak juga datang, Kyai Ageng berkata : Baya wis lali wong iki”. Tempat tersebut kemudian disebut Boyolali. Karena lama dinanti tidak datang, maka Kyai melanjutkan perjalanan. Ketika Nyai sampai ditempat Kyai Ageng beristirahat tersebut, dilihatnya Kyai Ageng sudah tidak ada. Nyai Ageng berkata “Kyai, baya wia lali aku” (Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Boyolali, 1982 : 7). Pada masa penjajahan Belanda Boyolali sebagai tempat perkebunanperkebunan dan sebagi jalur perhubungan dari Semarang ke Surakarta ataupun Sebaliknya, pernah di lewati jalur kereta api untuk mengangkut hasil perkebunan ke Semarang. Sebagai pos tundan, sebagai Kabupaten Gunung, sebagai kabupaten Pangreh Praja dan menjadi Kabupaten yang otonom sampai sekarang. Melihat bagaimana perjalanan Boyolali dalam kisaran sejarah akan terus tercatat dalam perjalanannya, sejarah tidak bisa lepas dari pendidikan. Kondisi dekarang pendidikan menjadi kebutuhan yang penting bagi pemerintah untuk mencerdaskan penduduknya. Untuk sebab itu melihat adanya evaluasi dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id 46 digilib.uns.ac.id pendidikan dilakukan oleh semua yang berkecimpung di dunia pendidikan pastilah akan membawa perubahan menuju perbaikan diantaranya mengenai mata pelajaran sejarah si SMA. b. Kondisi Dunia Pendidikan di Kabupaten Boyolali. Kabupaten Boyolali meliliki 70 buah setingkat SMA/SMK, dengan jumlah murit 24. 784 siswa, jumlah guru yang ada adalah 2.102, sehingga rata-rata murid per Sekolah yaitu 354 dana rata-rata murid terhadap guru adalah 12 (Boyolali Dalam Angka Tahun 2008, 2009 : 82). Kondisi dunia pendidikan di Boyolali sangat membanggakan, beberapa sekolah di Kota banyak lulusan yang bisa melaksanakan ke jenjang yang lebih tinggi atau perguruan tinggi. Sekitar 60% peserta didik lebih yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi (Wawancara dengan Guru Bimbingan Konseling SMA 3 Boyolali). Keberadaan SMA di Boyolali menjadi tujuan utama dalam pencarian sekolah setelah lulus dari SMP. Di Kabupaten Boyolali SMA menjadi tujuan favorit bagi siswa untuk melanjutkan kejenjang atas dari SMP. Kota Boyolali sangat strategis bagi para pelajar untuk melanjutkan ketingkat perguruan tingggi kerena keberadaannya berada di tengah-tengah dan sebagai pertemuan dari kotakota yang mempunyai Perguruan Tinggi yang berkwalitas di Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali dekat dengan Surakarta, Yogyakarta, Salatiga, Semarang yang menjadi tujuan setelah lulus dari SMA. Mengenai keberadaan Universitas Boyolali juga menjadi nilai positif walaupun untuk sekarang belum menjadi tempat tujuan utama bagi lulusan SMA Kabupaten Boyolali akan tetapi suatu saat keberadaan Universitas Boyolali akan bisa membawa perubahan dalam dunia commit to user 47 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pendidikan di Kabupaten Boyolali, seandainya dikelola dengan baik dan profesional. Keberadaan SMA di Boyolali menjadi tujuan favorit untuk menimba ilmu, sehingga dalam pengelolaannya dikelola dengan sebaik-baiknya. Pengajar di SMA Kabupaten Boyolali sangat bervariatif dalam mengguakan perangkat dalam pembelajaran, metode mengajar, sumber belajar, media belajar dalam penyampaian ke siswa salah satunya dalam mata pelajaran sejarah yang berusaha menggunakan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber dalam belajar. Kabupaten Boyolali terdapat SMA Negeri, dan swasta di samping itu banyak juga sekolah yang sederajat Madrasah Aliyah, baik negeri maupun swasta. Secara umum fasilitas pembelajaran yang dimiliki SMA di Boyolali sebagai berikut : a). Fasilitas di Sekolah 1) Ruang Kepala Sekolah 2) Ruang Guru 3) Ruang Tata Usaha 4) Ruang Kelas 5) Ruang Aula 6) Ruang BP 7) Ruang Laboratorium (Kimia, Fisika, Bahasa, Biologi, dll) 8) Ruang Perpustakaan 9) Lab. Komputer 10) Ruang Kesenian commit to user 48 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 11) Ruang Ketrampilan 12) Ruang Osis 13) Ruang Pramuka 14) Ruang Ibadah/Musholla 15) Lapangan Olahraga 16) Ruang Parkir b). Sumber Belajar di Luar Sekolah Berbagai koleksi peninggalan sejarah diharapkan mampu menjadi sarana komunikasi antar generasi dan dapat mengaktualisasikan dinamika kehidupan masa lampau umat manusia. Komunikasi antar generasi menjadi satu hal yang penting karena sebagai sarana nation building dan character building, juga sebagai sarana pawarisan dan pelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa. Adapun peninggalan-peninggalan yang sangat besar manfaatnya sebagai sumber pembelajaran sejarah anatra lain : a) Peninggalan yang berupa bangunan seperti, Situs Pengging, Sumur Songo, Sendang Pitu, pesangrahan PB X di Paras, Goagoa Jepang yang banyak berada di wilayah Boyolali, Museum yang ada di Boyolali. b) peninggalan peristiwa dan cerita sejarah seperti, penamaan Kota Boyolali dari perjalanan Sunan Tembayat dari Semarang menuju Gunung Jabalkat yang melewati kota Boyolali, peristiwa perebutan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan di kota Boyolali, sebagai pusat Partai Komunis Indonesia yang salah satunya nanti berhubungan gerakan MMC dan Boyolali sebagai pusat gerakan tersebut, kejatuhan Orba atau masa reformasi juga terjadi pergolakan, pembakaran-pembakaran yang merupakan peristiwa sejarah. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 49 digilib.uns.ac.id 3). Keadaan Sekolah Yang dijadikan Objek Penelitian Objek penelitian dalam proses pengumpulan data yaitu beberapa Sekolah Menengah Atas di Boyolali dipilih menjadi lokasi penelitian, yaitu SMA N 2 Boyolali, SMA N 3 Boyolali, SMA 1 Teras dan SMA Bhinneka Karya 3. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa SMA tersebut bisa mewakili dari berbagai daerah di Kabupaten Boyolali selain sebagai sekolah unggulan juga dikarenakan guru atau pengajarnya menjadi pengurus MGMP Kabupaten. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengumplan data, mendapatkan gambaran mengenai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali yang nantinya dapat melihat kondisi pembelajaran. Dengan pertimbangan bahwa di sekolah tersebut gurugurunya bisa mewakili dalam memberikan informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dilihat dari segi kuantitas dan kwalitas, keadaan guru di sekolah cukup menunjang proses belajar mengajar. Di SMA 3 Boyolali merupakan salah satu SMA Unggulan, mempunyai guru sejarah yang sudah menempuh S2, sehingga tingkat kwalitasnya cukup baik dalam pembelajaran banyak variasi metode dalam penyampaian materi di kelas. Sedangkan di SMA 2 Boyolali guru juga mempuyai fariasi yang cukup baik dalam penyampain materi dengan di gabungkan dengan penugasan-penugasan ke siswa untuk mencari sejarah lokal yang ada di sekitar tempat tinggal siswa. Penelitian yang dilakukan di SMA Wonosegoro adalah dikarenakan guru sejarah di Sekolah tersebut menjadi Ketua MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali, keberadaan Ketua MGMP ini sangat penting dalam proses penelusuran proses commit to user perpustakaan.uns.ac.id 50 digilib.uns.ac.id memasukkan gerakan/peristiwa MMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah di Kabupaten Boyolali dan tindak lanjut dari usulan memasukkan materi peristiwa MMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. SMA Bhineka Karya 3 sebagai sekolah swasta yang menjadi anggota MGMP sejarah memmerikan informasi tentang kebijakan dan kondisi dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah di SMA swasta. c. Anak Didik di Kabupaten Boyolali Siswa didik di Kabupaten Boyolali merupakan siswa dengan karakteristik yang berbeda dengan daerah lain. Dengan berbagai alasan yang ada banyak siswa dari kabupaten Boyolali ada yang mencolok antara siswa di SMA Kota dan siswa di SMA Kecamatan yang kurang maju dalam masalah siswa dalam melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. SMA-SMA unggulan rata-rata 60% lebih siswa yang melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Sedangkan siswa di SMA non unggulan yang berada di daerah-daerah kecamatan kisaran 20-35% yang melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Mengenai cara pandang siswa dalam menerima mata pelajaran sejarah, siswa menganggap mata pelajaran sejarah sebagai materi hafalan. Banyak yang menganggap mata pelajaran sejarah tidak penting dan tidak relefan untuk zaman sekarang. Akan tetapi ada sebagian yang bisa melihat pelajaran sejarah sebagai pemuncul nilai-nilai kepahlawanan, patriotisme, nasionalisme dan nilai-nilai lainya yang menjadi tujuan utama dari pelajaran sejarah. Tujuan pembelajaran sejarah dapat tercapai diantaranya yaitu membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa commit to user perpustakaan.uns.ac.id 51 digilib.uns.ac.id lampau, masa kini, dan masa depan. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang. Menumbuhkan kesadaran sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air. Bisa tertanamkan jika guru pandai memainkan materi dengan dikemas dalam sebuah nilai yang dapat dirasakan output nya. Mengenai minat siswa sebagian besar sangat menyenangi materi sejarah lokal Boyolali dalam setiap pembelajaran sejarah (wawancara dengan Vivi, 2010). Pengetahuan sejarah ditingkat lokal sangat penting bagi para siswa untuk merekontruksi sejarah nasional yang ditarik untuk mengetahui keadaan di tingkat lokal yaitu keadaan di wilayah Boyolali. d. Organisasi Profesi Guru (MGMP) Sejarah 1). Guru Mata Pelajaran Sejarah di SMA Kabupaten Boyolali Guru sejarah di Kabupaten Boyolali dalam penggunaan metode pembelajaran sangat berfariatif dari metode konfensional sampai metode yang modern. Beberapa guru yang menggunakan metode dalam pembelajaran sejarah di kelas yaitu pemaparan makalah, penjelasan ke siswa dengan metode ceramah, metode bermain peran, penugasan ke siswa, pembentukan kelompok-kelompok kecil di kelas dengan diskusi. Dari beberapa metode tersebut memang mempunyai kelemahan dan keunggulan sendiri-sendiri, sehingga guru harus pandai memfariasikan metede dengan materi yang akan disampaikan. Kesan guru sejarah asal-asalan dalam pembelajaran di kelas merupakan pandangan dari pihak yang tidak bisa mengambil nilai utama dalam pelejaran commit to user 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sejarah. Selalu memandang sejarah sebagai hafalan fakta-fakta, sebagai ilmu masa lalu, sebagai rutinitas dalam sekolah dan sebagainya. Sehingga dengan permaslahan yang dihadapi guru tersebut seharusnya para guru bisa mengemasnya dalan sebuah proses pemuncul nilai-nilai. Guru tidak perlu takut seandainya nilai ujian sekolah kurang baik atau bagaimana. Guru melihat bahwa siapa yang paling pandai dalam mata pelajaran sejarah adalah siswa dengan nilai ujian tertinggi, bisa menjadikan beban bagi siswa dalam menerima pelajaran. Yang paling bijak adalah bagiamana siswa menghargai pelajaran sejarah, bisa mengambil nilai-nilai dalam sejarah, mengenai nilai ujian siswa sebagai penyeimbang guru dalam melihat siswa dalam menghargai pelajaran. Mengenai materi yang diajarkan sebagian besar guru memaparkan hanya materi nasional, kurang dalam pemaparan sejarah lokal Boyolali. Sedangkan kebayakan sejarah lokal yang disampaikan di kelas yaitu sejarah pengging, sejarah Sunan Pandanaran (Sunan Tembayat) dan mengenai sejarah Sadranan di Boyolali. Tiga materi tersebut merupakan materi lokal yang sering disampaikan di dalam pembelajaran di kelas. Pengembangan strategi, media, sumber belajar, merupakan otonomi dari guru sepenuhnya bisa tertampung dalam tujuan MGMP serah Kabupaten Boyolali. Di SMA 3 Boyolali sudah menggunakan LCD dalam memaparkan makalah dari guru maupun siswa dalam tiap kesempatan. Teknologi akan dapat mengefisien dalam pembelajaran dan menggugah minat siswa untuk mengikuti pelajaran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 53 digilib.uns.ac.id 2). MGMP Sejarah SMA di Kabupaten Boyolali Salah satu komponen dalam pengelolaan pendidikan di Boyolali adalah organisasi MGMP. MGMP sejarah SMA Boyolali mempunyai tujuan umun adalah : 1. Menjadikan MGMP Sejarah sebagai wahana dalam mengembangkan diri para guru sejarah di Kabupaten Boyolali. 2. Menjadikan MGMP sejarah sebagai wahana informasi bagi mata pelajaran sejarah se-Kabupaten Boyolali. 3. Menjadikan MGMP sejarah sebagai pusat pengembangan materi, metodologi, maupun perangkat materi sejarah sekabupaten Boyolali. Sedangkan tujuan khusus adalah 1. Mewujudkan guru sejarah yang punya jiwa inovasi dalam pengembangan proses belajar mengajar. 2. Mewujudkan situasi komunikasi antar guru sejarah menuju profesionalisme kerja yang mengarah pada keberhasilan penciptaan anak didik yang memiliki rasa cinta tanah air. 3. Mewujudkan forum diskusi antar guru sejarah guna keseragaman langkah dan muatan materi sejarah di sekolah se-Kabupaten Boyolali. 4. Menampung aspirasi atau ide-ide pengembangan system pembelajaran sejarah menuju efisiensi proses dan maksimalisasi hasil belajar. 5. Mengembangkan kerjasama antar guru sejarah dalam menyusun perangkat pembelajaran , media pembelajaran maupun alat evaluasi. Program-program yang dimilki oleh MGMP commit to user perpustakaan.uns.ac.id 54 digilib.uns.ac.id a. Program rutin 1. pertemuan rutin tiap awal, tengah dan akhir semester yang dilaksanakan di tempat yang berbeda secara bergilir ke sekolah-sekolah SMA se-Kabupaten Boyolali. 2. menyusun RPP sejarah setiap awal semester. 3. Koordinasi membahas kendala-kendala yang dihadapi dalam proses belajar mengajar di sekolah masing-masing untuk mendapatkan masukan jalan pemecahan. 4. Mengadakan kegiatan penyusunan soal, sunting soal tiap akhir semester. 5. Pertemuan evaluasi kegiatan tiap akhir tahun termasuk laporan pertanggung jawaban pelaksanaan program. 6. Menyelenggarakan work shop pengembangan perangkat pembelajaran, model pembelajaran dan inovasinya. 7. Menjalin komunikasi dengan Dinas Dikpora Kabupaten Boyolali. b. Program insidental 1. Menghadiri undangan rapat yang dilakukan oleh instansi lain. 2. Mengikuti bintek, diklat atau sejenisnya sesuai dengan undangan yang ada. 3. Menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan instruksi instansi terkait yang berhubungan dengan pengembangan dan pendewasaan MGMP sejarah. c. Program jangka panjang 1. pembuatan media pembelajaran dengan audio/audio visual maupun animasi dalam rangka menciptakan variasi proses belajar mengajar yang dapat mempermudah pencapaian kompetensi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 55 digilib.uns.ac.id 2. Mengadakan kunjungan situs sejarah dalam rangka memperdalam dan memperluas khasanah para guru sejarah Kabupaten Boyolali. 2. Sajian Data a. Apakah Guru Sudah Memasukkan Peristiwa MMC Dalam Materi Mata Pelajaran Sejarah Mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang mempelajari banyak hal dan memiliki cakupan waktu yang sangat panjang dari manusia mulai mengenal tulisan sampai masa reformasi yang masih sedang berlangsung saat ini. Dinamika permasalahan manusia ada dalam kajian sejarah. Dengan demikian guru merasa tidak akan kehabisan materi dalam pembelajaran sejarah jika guru bisa lebih aktif. Selama mengajar selama puluhan tahun, ada berfariasi tanggapan dari siswa didik, ada yang sangat antusias dan ada juga yang tidak menyukai mata pelajaran sejarah. Dirasa kurang inovasinya para guru dalam pembelajaran sejarah kuranng berfariatifnya media, sumber belajar, metode belajar, materi ajar yang selalu berpatokan deengan materi nasional. Tanggapan dari siswa saat guru mengajarkan sejarah lokal mendapatkan tanggapan yang sangat baik dari para siswa didik. Seharusnya dengan melihat kondisi kurikulum KTSP yang sangat memberikan kebebasan guru untuk mengembangkan materi yang disesuaikan dengan lingkungan sekitar siswa sehingga diharapkan siswa bisa merasa lebih dekat dengan permasalahan tersebut. Mengenai proporsi materi lokal yang disampaikan ke siswa didik sekitar 20% dari materi nasional seharusnya idealnya sekitar 30% sampai 40%. Permasalahan tersebut muncul karena berbagai alasan dan setiap guru mempunyai alasan sendiri-sendiri dari kesibukan di luar pekerjaan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 56 digilib.uns.ac.id ada juga dikarenakan kemampuan yang kurang mampu untuk mengkombinasikan dengan materi lokal yang ada(wawancara dengan Suparno, 2010). Kendala dalam pemeblajaran sejarah guru lebih mengutamakan target penyelesaian target sehingga lebih mengutamakan segi kuantitas bukan kwalitas pembelajaran. Kondisi tersebut menyebabkan guru terjebak dalam pembelaran yanmg monoton dan kurang fleksibel yang menyebabkan tujuan bembelajaran sejarah tidak bisa tersampaikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali berhubungan dengan sudah tidaknya guru memasukkan peristiwa MMC dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Diperoleh inforasi bahwa selama ini materi lokal peristiwa MMC tidak diajarkan dalam pembelajaran di kelas. Seandainya diajarkan yaitu dengan cara menyisipkan peristiwa MMC dalam pembelajaran sejarah di kelas. Kebanyakan guru memasukkan materi lokal dengan hanya mengaitkan sejarah lokal dengan tidak mendetail, disebabkan dengan alokasi waktu yang tersedia akan sulit untuk mendetailkan pengetahuan sejarah di tingkat lokal. Meteri sejarah lokal Boyolali khususnya sejarah peristiwa MMC sampai saat ini belum dimasukkan sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali dikarenakan beberapa alasan. Alokasi waktu yang sangat terbatas untuk mata pelajaran sejarah (wawancara dengan Darmini, 2010). Dengan materi yang sangat luas cakupannya tidak memungkinkan secara leluasa memasukkan materi sejarah lokal dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah (wawancara dengan Rupadmi, 2010). Sehingga mengakibatkan kendala dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id 57 digilib.uns.ac.id memasukkan materi sejarah lokal dalam mata pelajaran sejarah. Kemampuan guru dalam penguasaan sejarah lokal masih belum memuaskan, hanya selalu membahas tentang Situs Pengging, Sadranan, dan perjalanan Sunan Pandan Arang yang menjadi awal nama Boyolali. Dengan kondisi yang ada untuk memperluas materi pembelajaran sampai kepada peristiwa-peristiwa sejarah di tingkat lokal sulit untuk dilaksanakan.Tidak tersedianya bahan ajar atau materi ajar tentang peristiwa MMC yang tersusun secara lengkap dan sistematis menjadi salah satu kendala. Untuk itu diperlukan referensi yang tersusun secara sistematis dan kronologis yang disesuaikan dengan daya pikir peserta didik di SMA (wawancara dengan Bambang , 2010). Mengenai mata pelajaran sejarah sulit untuk mengontrol materi yang disampaikan ke siswa dikarenakan di setiap sekolah mempunyai kebijakan berbeda-beda. Di sekolah mempunyai kebijakan berbeda di setiap semester yaitu 3 jam perminggu, 2 jam perminggu dan bahkan ada sekolah tidak mengajarkan mata pelajaran sejarah di satu semester. Kebijakan kepala sekolah dan otonomi sekolah bisa menggkondisikan yang berbeda-beda disetiap sekolah (wawancara dengan Bambang, 2010). Menyebabkan mata pelajaran sejarah tidak bisa dikontrol untuk mengenai materi yang tersampaikan guru ke siswa karena beberapa alasan intern setiap sekolah. Perubahan materi perlu dibahas bersama dalam pertemuan bersama guru di Kabupaten Boyolali. Peristiwa MMC nantinya bisa diusulkan dimasukkan dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Diharapkan siswa lebih bisa mengetahui sejarah daerahnya sendiri, bahwa Boyolali juga mempunyai commit to user 58 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sejarah panjang mengikuti dinamika sejarah di Indonesia. Peristiwa MMC di Boyolali merupakan peristiwa Nasional di tingkat lokal Boyolali. Sehingga kondisi di tingkat lokal dan nasional mempunyai hubungan saling mempengaruhi baik peristiwa lokal, mengakibatkan peristiwa nasional maupun peristiwa nasional yang mengakibatkan peristiwa lokal. Mengenai proses dalam memasukkan sejarah peristiwaMMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah. Apa yang bisa diambil dari peristiwa MMC yaitu nilai sejarah atau historis, kemanusiaan dan nilai-nilai lainya yang merupakan bagian dari tujuan dalam pembelajaran sejarah. Peristiwa MMC nantinya dimungkinkan bisa dimasukkan dalam SK dan KD mata pelajaran sejarah tingkat SMA yaitu di XII IPS pada semester I, sedangkan pada XII IPA di semester II. Rangkuman dari hasil wawancara dengan beberapa guru diperoleh kesimpulan bahwa peristiwa MMC belum dimasukkan dalam mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Jawaban yang menjelaskan bahwa materi peristiwa MMC bisa diajarkan akan tetapi sekedar disisipkan dalam materi dan tidak berdiri sendiri karena belum tersedianya materi sehingga tidak mencantumkan peristiwa MMC tersebut. Akan tetapi seandainya dari MGMP memutuskan untuk memasukkan materi dari peristiwa MMC, para guru akan senang hati untuk mangajarkan ke siswa. Karena peristiwa tersebut terjadi di wilayah sekitar lingkungan siswa sendiri dan pastinya akan disambut baik oleh para peserta didik. commit to user 59 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali Menanggapi Usulan Peristiwa MMC Sebagai Materi Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah Dari hasil wawancara dapat diketahui yaitu dari pihak MGMP memberikan tanggapan yang positif dan menyambut baik usulan. Selama menjabat sebagai ketua MGMP banyak hal-hal yang bisa dilakukan di organisasi profesi. Program-program resmi seperti pelatihan-pelatihan selalu rutin dilaksanakan. Rapat MGMP dalam waktu satu semester dilakukan 3 kali pertemuan yang dilaksanakan pada hari kamis dan tempat rapat selalu berpindahpindah berdasarkan jadwal yang sudah ditentukan. Hasil wawancara pada tanggal 6 Desember 2010 dengan ketua MGMP SMA sejarah Kabupaten Boyolali yaitu mendapatkan infomasi mengenai tanggapan dari pihak MGMP gambaran tentang materi mata pelajaran sejarah dan usaha memasukkan peristiwa lokal dalam materi mata pelajaran sejarah Kabupaten Boyolali adalah sangat mendukung dalam menyampaikan seandainya ada bahan ajarnya. Bahan ajar dan sumber materi merupakan syarat utama bagi guru dalam menyampaikan sejarah lokal dalam pembelajaran di kelas (wawancara dengan Sodik, 2010). Beberapa guru mata pelajaran sejarah yang diwawancarai tentang pemahaman pada peristiwa-peristiwa sejarah di Boyolali diantaranya peristiwa MMC, mengatakan bahwa hanya mengetahui sedikit-sedikit akan tetapi tidak mengetahui dengan mendetail. Mengetahui bahwa ini hanya sebuah gerakan pembrontakan akan tetapi para guru tidak mengetahui latar belakang gerakan pemeberontakan tersebut (wawancara dengan Darmini, 2010). commit to user 60 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Melihat hasil dari bertukar informasi dengan guru-guru mata pelajaran sejarah dan ketua MGMP sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa guru belum memasukkan materi sejarah lokal yaitu peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah, baik diajarkan secara tersendiri maupun secara terintegrasi dengan materi pokok dikarenakan beberapa alasan, tidak tersedianya bahan ajar atau referensi. Alokasi waktu tidak sesuai, dengan melihat luasnya materi yang harus disampaikan, tenaga pengajar banyak menitik beratkan dengan pencapaian nilai ujian karena sejarah lokal tidak masuk dalam ujian Nasional. Sebagian guru menjelaskan materi yang di ajarkan dikelas juga merupakan hasil dari rapat rutin MGMP Kabupaten (wawancara dengan Sodik, 2010). Jika kebijakan MGMP untuk memasukkan materi atau mengajarkan materi tantang peristiwa MMC pastinya para guru akan mengajarkan dan melaksanakan keputusan bersama MGMP dengan konsekuensi-konsekuensinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru sejarah SMA menjelaskan SK dan KD dari materi peristiwa MMC yaitu dengan SK adalah menganalisis perjalanan bangsa Indonesia sejak masa awal kemerdekaan sampai dengan munculnya Orba. Sedangkan KD adalah menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masayarakat Indonesia di tengah usaha mengisi kemerdekaan(wawancara dengan Rupadmi, 2010). Sehingga dalam SK dan KD tersebut melihat dan menganalisis perkembangan dan dinamika pilitik yang ada di Indonesia salah satunya dinamika yang a001( )-7M()10(a)4( )-(na)4822a-7(w)2(a)4(wm[(t)-2(e)4 commit to user perpustakaan.uns.ac.id 62 digilib.uns.ac.id terpenuhinya SK akan dapat menjadikan materi tersebut penting keberadaannya. Materi lokal yang diajarkan di kelas hendaknya memiliki nilai edukatif dan nilai positif dari pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu peristiwa MMC yang diusulkan menjadi materi mata pelajaran sejarah nantinya bisa bermanfaat bagi semua pihak. Siswa akan terbantu dimasukkannya peristiwa lokal sehingga siswa bisa lebih mudah untuk merekontruksi sejarah yang sedang diajarkan. Guru dapat lebih mudah dalam penyampaian jika telah ditunjang dengan bahan ajar yang memadai melihat bagaimana antusiasnya murid jika diajar materi sejarah tentang Boyolali (wawancara dengan Darmini, 2010). Hasil wawancara dengan ketua MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali yaitu mengenai usaha perencanaan memasukkan peristiwa MMC memerlukan beberapa tahap, jadi peneliti sendiri harus menyiapkan beberapa langkah yang telah dikonsultasikan dengan beberapa guru yang aktif di dalam MGMP sejarah Kabupaten Boyolali, antara lain menyiapkan bahan ajar sejarah peristiwa MMC, memasukkan ke SK dan KD yang tepat, membuat silabus, dan membuat RPP. Dalam pembuatan RPP nantinya bisa merangkum dari semua hasil penelitian, dapat menegaskan mengenai SK dan KD, Indikator, materi, metode, evaluasi penilaian, sumber belajar (wawancara dengan Sodik, 2010). Hasil dari usulan materi itu nantinya akan dibawa ke dalam rapat MGMP pada awal semester dan akan dimusyawarahkan mengenai rencana peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran di SMA Kabupaten Boyolali sebagai materi alternatif yang diajarkan pada kelas XII IPS semester I dan XII IPA semester II. Dari usulan materi dapat diambil dari berbagai nilai yang diperlukan, dari nilai commit to user perpustakaan.uns.ac.id 62 digilib.uns.ac.id terpenuhinya SK akan dapat menjadikan materi tersebut penting keberadaannya. Materi lokal yang diajarkan di kelas hendaknya memiliki nilai edukatif dan nilai positif dari pembelajaran sejarah. Oleh sebab itu peristiwa MMC yang diusulkan menjadi materi mata pelajaran sejarah nantinya bisa bermanfaat bagi semua pihak. Siswa akan terbantu dimasukkannya peristiwa lokal sehingga siswa bisa lebih mudah untuk merekontruksi sejarah yang sedang diajarkan. Guru dapat lebih mudah dalam penyampaian jika telah ditunjang dengan bahan ajar yang memadai melihat bagaimana antusiasnya murid jika diajar materi sejarah tentang Boyolali (wawancara dengan Darmini, 2010). Hasil wawancara dengan ketua MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali yaitu mengenai usaha perencanaan memasukkan peristiwa MMC memerlukan beberapa tahap, jadi peneliti sendiri harus menyiapkan beberapa langkah yang telah dikonsultasikan dengan beberapa guru yang aktif di dalam MGMP sejarah Kabupaten Boyolali, antara lain menyiapkan bahan ajar sejarah peristiwa MMC, memasukkan ke SK dan KD yang tepat, membuat silabus, dan membuat RPP. Dalam pembuatan RPP nantinya bisa merangkum dari semua hasil penelitian, dapat menegaskan mengenai SK dan KD, Indikator, materi, metode, evaluasi penilaian, sumber belajar (wawancara dengan Sodik, 2010). Hasil dari usulan materi itu nantinya akan dibawa ke dalam rapat MGMP pada awal semester dan akan dimusyawarahkan mengenai rencana peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran di SMA Kabupaten Boyolali sebagai materi alternatif yang diajarkan pada kelas XII IPS semester I dan XII IPA semester II. Dari usulan materi dapat diambil dari berbagai nilai yang diperlukan, dari nilai commit to user perpustakaan.uns.ac.id 63 digilib.uns.ac.id patriotisme, kemanusiaan, keunggulan materi peristiwa MMC sehingga bisa dilihat bagaimana pentingnya materi ini sehingga diharapkan mampu menjadi materi ajar di SMA Kabupaten Boyolali. Sehingga jika memenuhi syarat untuk menjadi materi ajar di SMA Kabupaten Boyolali nantinya akan diajarkan dan penyusunan materi, silabus, RPP akan dilaksanakan setelah kesepakatan bersama dalam rapat MGMP. c. Tindak Lanjut yang Dilakukan MGMP agar Materi MMC Dapat Menjadi Materi Mata Pelajaran Sejarah di SMA Boyolali Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Wawancara pada tanggal 6 Desember 2010 dengan Sodik ketua MGMP, dari pihak MGMP menyarankan menyususun materi ajar tentang peristiwa MMC yang lengkap, nantinya akan di bawa dalam rapat MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali (wawancara dengan Sodik, 2010). Kelengkapan materi, sumber-sumber serta melihat bagaimana pentingnya usulan materi dalam pembelajaran sejarah. Melanjutkan dari tanggapan guru mengenai usulan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran mendapat tanggapan yang positif dari para guru, selanjutnya tindakan MGMP menindak lanjuti usulan materi alternatif dengan mengkoordinasikan dengan anggota. Keputusan mengenai diterima tidaknya usulan merupakan keputusan bersama dikrenakan sebelum usulan ini MGMP sebelumnya juga masih memiliki program-program yang masih berjalan dan bahkan ada yang belum dilaksanakn dikarenakan beberapa alasan. Sehingga jika dirasa sangat penting dan mendesak program yang diutamakan akan secepat mungkin diprogramkan, mengenai usulan materi peristiwa MMC akan dinilai dan dilihat dari berbagai segi seperti isi commit to user perpustakaan.uns.ac.id 64 digilib.uns.ac.id materi, nilai-nilai yang bisa dipetik, pentingnya materi, dan kesiapan guru untuk menyampaikan merupakan hal yang terpenting. Ujung tombak dari pembelajaran sejarah adalah guru mata pelajaran nantinya berperan sebagai sutradara dalam pembelajaran dikelas dan bisa mengarahkan siswa didik ke ranah kognitif atau afektif. Jika untuk kepengurusan ini belum bisa terlaksana usulan ini kami simpan untuk program kepengurusan yang mendatang siapa tahu bisa terakomodir program berikutnya. Pengembangan untuk memajukan pembelajaran yang berkesinambungan akan bisa lebih terasa jika pelaksanaannya melalui perencanaan yang baik (wawancara dengan Sodik, 2010). Hasil wawancara dengan ketua MGMP melihat pentingnya mengajarkan sejarah lokal, ada sisi kemanusiaan dalam peristiwa MMC bahwa hak sebagai rakyat telah dikorbankan demi kepentingan kebijakan nasional salah satunya karena KMB. Nilai-nilai kemanusiaan tersebut bisa memposisikan para siswa secara netral dan bisa melihat kondisi dari berbagai latar belakang kemunculan peristiwa MMC khususnya di wilayah Boyolali. MMC juga bisa sebagai pengembangan materi yaitu dalam materi nasional tedapat pergolakan-pergolakan dari dalam negeri antara lain DI-TII, pemberontakan Kahar Munzakar, pemberontakan Andi Aziz, dan beberapa daerah lainnya. Untuk mengembangkan materi tersebut dapat menjelaskan peristiwa MMC yang merupakan contoh dari pergolakan-pergolakan di daerah (wawancara dengan Sodik, 2010). Wawancara dengan kepala sekolah SMA 1 Teras memberikan tanggapan tentang proses usulan peristiwa MMC sebagai materi alternatif. Tanggapan dari kepala sekolah adalah menyerahkan sepenuhnya kepada guru yang bernaung commit to user perpustakaan.uns.ac.id 65 digilib.uns.ac.id dalam organisasi profesi MGMP. Keputusan dari MGMP merupakan otonomi dari organisasi dan guru sebagai anggotanya, sekolah kedudukannya sebagai tempat pelaksanaan proses belajar sehingga untuk materi sepenuhnya sudah diramu terlebih dahulu samapi benar-benar siap untuk diajarkan. Peramuan materi pastinya melalui pertimbangan-pertimbangan yang cukup matang dan dibutuhkan orang berkompeten dalam masalah tersebut. Jadi kami sangat percaya dengan apa yang diputuskan dari MGMP sejarah SMA Kabupaten Boyolali karena dalm organisasi MGMP berisikan orang-orang menguasai bidangnya dan sudah berpengalaman. Dari pihak sekolah sangat mengharapkan dalam setiap perubahan dapat memberikan tercapainya tujuan dari pembelajaran. Pengembangan materi merupakan hak dari setiap guru mata pelajaran sehingga kepala sekolah tidak bisa mencampuri urusan dari intern guru tersebut. Tidak ada pembedaan antara mata pelajaran yang diujikan di ujian nasional dan yang tidak, sekolah ini siap jika semua mata pelajaran diujikan di ujian nasional dengan penuh senang hati dan penuh tanggung jawab (wawancara dengan Suwarno, 2010). Diharapkan setiap guru mempunyai tanggung jawab yang penuh dengan profesinya dari hal tersebut nantinya bisa menghantarkan peserta didik sepenuhnya dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tanggapan dari Seksi Dikdasmen Disdikpora Kabupaten Boyolali sangat menyetujui dengan usulan dari usaha memasukkan sejarah gerakan MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah SMA di Boyolali. Usaha dari guru dan MGMP untuk menindak lanjuti usulan, dari Disdikpora menyerahkan sepenuhnya kepada pihak MGMP dan menghargai keputusannya. Sebetulnya banyak sumber lokal commit to user 66 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Boyolali yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber maupun media pembelajaran sejarah, seperti situs pengging, candi lawang, sadranan, dan sedekah gunung dan lain sebagainya. Setiap koordinasi dari MGMP ke Disdikpora harus selalu terjaga demi baiknya dunia pendidikan di Boyolali pada umunya dan SMA pada khusunya. Setiap MGMP harus rutin menjalin komunikasi dengan Disdikspora Kabupaten Boyolali untuk mengkomunikasikan dan menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Pengembangan skill bagi guru sangatlah penting untuk menunjang pembelajaran yaitu disiasati dengan, pelatihan-pelatihan, seminar, lomba-lomba, karya tulis ilmiah (wawancara dengan Siti Zumrotun, 2010). Setiap komponen mempunyai peran dan tanggung jawab yang berbedabeda akan tetapi dari komponen-komponen tersebut ada kesinambungan dalam setiap tanggung jawab yang diemban untuk kemajuan Pendidikan di Boyolali. Kebijakan bersama harus diimbangi dengan niat baik dari berbagai pihak untuk menuju perubahan yang lebih terencana. B. Pokok-Pokok Temuan Sejumlah pokok-pokok temuan dalam penelitian mengenai upaya untuk memasukkan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut a. Apakah Guru Sudah Memasukkan Peristiwa MMC Dalam Materi Mata Pelajaran Sejarah commit to user 67 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Meteri sejarah lokal Boyolali khususnya sejarah peristiwa MMC sampai saat ini belum dimasukkan sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali dikarenakan beberapa alasan. a. Alokasi waktu yang sangat terbatas untuk mata pelajaran sejarah. Dengan materi yang sangat luas cakupannya tidak memungkinkan secara leluasa memasukkan materi sejarah lokal dalam pembelajaran mata pelajaran sejarah. Sehingga mengakibatkan kendala dalam memasukkan materi sejarah lokal dalam mata pelajaran sejarah. b. Kemampuan guru dalam penguasaan sejarah lokal masih belum memuaskan, hanya selalu membahas tentang Situs Pengging, Sadranan, dan perjalanan Sunan Pandan Arang yang menjadi awal nama Boyolali. Dengan kondisi yang ada untuk memperluas materi pembelajaran sampai kepada peristiwa-peristiwa sejarah di tingkat lokal sulit untuk dilaksanakan. c. Tidak tersedianya bahan ajar atau materi ajar tentang peristiwa MMC yang tersusun secara lengkap dan sistematis menjadi salah satu kendala. Untuk itu diperlukan referensi yang tersusun secara sistematis dan kronologis yang disesuaikan dengan daya pikir peserta didik di SMA. Mata pelajaran sejarah merupakan sebagai proses dan merupakan tanggung jawab dari organisasi yang membawahinya yaitu MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali, seandainya ada usulan perubahan dalam materi. MGMP sejarah mempunyai aturan yang harus dilakukan sebagai proses memasukkan peristiwa MMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 68 digilib.uns.ac.id Membuat materi-ajar, bahan ajar dan sumber belajar tentang gerakan/peristiwa MMC yang disesuaikan dengan keberadaan peserta didik setingkat SMA. Dari materi tersebut akan dirapatkan dalam rapat MGMP sejarah Kabupaten Boyolali akan di lihat SK dan KD yang bisa memasukkan materi tersebut, mencari indikator dalam peristiwa MMC. Seandainya usulan materi bisa terlaksana akan disusun perangkat pembelajaran sebagai tindak lanjut dari usulan materi peristiwa MMC dalam mata pelajaran sejarah. b. MGMP Sejarah di SMA Boyolali Menanggapi Usulan Peristiwa MMC Sebagai Materi Alternatif dalam Pembelajaran Sejarah Dari hasil wawancara dapat diketahui yaitu dari pihak MGMP memberikan tanggapan yang positif dan menyambut baik usulan. Tanggapan dari pihak MGMP usaha memasukkan peristiwa lokal dalam materi mata pelajaran sejarah Kabupaten Boyolali adalah sangat mendukung dalam menyampaikan ke siswa didik seandainya ada bahan ajarnya. Bahan ajar dan sumber materi merupakan syarat utama bagi guru dalam menyampaikan sejarah lokal dalam pembelajaran di kelas. Penyusunan (RPP) dimulai dari pengembangan silabus pada SK dan KD, yaitu SK dalam materi MMC adalah menganalisis perjalanan bangsa Indonesia sejak masa awal kemerdekaan sampai dengan munculnya Orba. Sedangkan KD adalah menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masayarakat di Indonesia di tengah usaha mengisi kemerdekaan. Sehingga dalam RPP tersebut berisi pengembangan indikator pencapaian indikator untuk penilaian dan teknik evaluasinya, menentukan strategi pembelajaran, serta alokasi waktu dan sumber belajar. commit to user 69 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Indikator-indikator pencapaian adalah mendeskripsikan kebijakan pemerintah Indonesia di bidang ekonomi-keuangan dan militer. Penjelasannya yaitu kebijakan RE-RA ditubuh militer untuk meringankan beban keuangan Negara yang dikarenakan keuangan Negara memburuk, korban dari RE-RA melakukan pengacauan di sekitar Merapi dan Merbabau. Menghubungkan perbedaan ideologi dan strategi dalam menghadapi Belanda dengan konflik diantara kelompok politik di Indonesia komunis ingin mendirikan Negara Soviet sendiri sehingga dihancurkan oleh militer Negara dan sebagian dari simpatisannya melarikan diri di sekitar Merapi dan Merbabu bergabung dengan gerakan MMC. Menjelaskan beberapa konflik yang dihasilkan setelah Konfrensi Meja Bundar dengan berkelanjutannya konflik Indonesia Belanda (mengenai hasil KMB terdapat poin menjelaskan bahwa tanah-tanah yang dahulu milik pengusaha asing, pada awal pemerintahan Sukarno di berikan kepada rakyat, harus dikembalikan kepada pemilik semula yaitu pengusaha asing. Metode pengajaran yang sesuai dengan memasukkan peristiwa MMC yaitu metode, diskusi, presentasi, eksplorasi internet dan pembentukan kelompokkelompok kecil dalam penugasan dengan pembuatan makalah yang nantinya didiskusikan dan dipresentasikan tentang materi sekitar peristiwa MMC. Aspek yang dinilai dari pross belajar siswa adalah kognitif dan afektif. Menjelaskan bahwa proses untuk menjadikan sejarah peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah SMA di Boyolali. Sehingga dengan koordinasi dari MGMP dan guru mata pelajaran sejarah SMA Boyolali nantinya akan bisa untuk mewujudkan. Mepersiapkan materi khusus tentang peristiwa commit to user 70 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id MMC untuk diusulkan di rapat MGMP nantinya disusun sehingga akan dapat dikaji para guru untuk bagaimana bisa di ajarkan di SMA. Upaya untuk memasukkan sejarah tentang peristiwa MMC mendapat tanggapan yang positif dari para guru mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. Karena banyak nilai yang bisa dipetik salah satunya nilai kemanusiaan. Namun hal itu perlu dipikirkan karena terkait dengan kemampuan guru dan alokasi waktu. Kesiapan bahan ajar yang dibutuhkan mengingat referensi materi menjadi pegangan guru belum tersedia dan rata-rata belum memiliki modal pengetahuan tentang sejarah pergolakan peristiwa MMC. Untuk kondisi yang terdapat di sekitar materi dan kesiapan guru bisa terjawab dalam organisasi MGMP sejarah SMA yang terdapat di Kabupaten Boyolali karena merupakan induk utama dalam penyelesaian permasalahan mata pelajaran sejarah. c. Tindak Lanjut yang Dilakukan MGMP agar Peristiwa MMC Dapat Menjadi Materi Mata Pelajaran Sejarah di SMA Boyolali Tindak lanjut untuk usaha memasukkan sejarah tentang gerakan MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah yang diusulkakan kepada MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali adalah dengan memaparkan bagaiman pentingnya materi tersebut dan bagaimana MMC termasuk peristiwa nasional yang terjadi ditingkat lokal. MGMP melihat pentingnya mengajarkan sejarah lokal, ada sisi kemanusiaan dalam materi peristiwa MMC, bahwa hak sebagai rakyat telah dikorbankan demi kepentingan kebijakan nasional diantaranya karena KMB. Nilai-nilai kemanusiaan tersebut bisa memposisikan para siswa secara netral dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 71 digilib.uns.ac.id bisa melihat kondisi yang ada dari berbagai latar belakang kemunculan gerakan MMC di wilayah Boyolali. Peristiwa MMC juga bisa sebagai pengembangan materi nasional yang didalamnya tedapat pergolakan-pergolakan dari dalam negeri antara lain DI-TII, pemberontakan Kahar Munzakar, pemberontakan Andi Aziz, dan beberapa daerah lainnya. Untuk mengembangkan materi hal tersebut dapat menjelaskan peristiwa MMC yang merupakan contoh dari berbagai pergolakan-pergolakan di daerahdaerah pada waktu itu. Pihak sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada guru yang bernaung dalam organisasi profesi MGMP. Keputusan dari MGMP merupakan otonomi dari guru, sekolah sebagai tempat pelaksanaan proses belajar sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Pengembangan materi merupakan hak dari setiap guru mata pelajaran sehingga kepala sekolah tidak bisa mencampuri urusan dari intern guru tersebut. Diharapkan setiap guru mempunyai tanggung jawab yang penuh dengan profesinya dari hal tersebut nantinya bisa menghantarkan peserta didik sepenuhnya dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pihak Dikdasmen Disdikpora sangat menyambut baik usulan memasukkan sejarah peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah SMA di Boyolali. Usaha dari guru dan MGMP untuk menindak lanjuti usulan, dari Seksi Dikdasmen Disdikpora Kabupaten Boyolali menyerahkan sepenuhnya kepada pihak MGMP dan menghargai keputusannya. Setiap koordinasi dari MGMP ke Disdikpora harus selalu terjaga demi baiknya dunia pendidikan di Boyolali. commit to user 72 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Banyak kondisi guru yang tidak mengetahui tentang sejarah lokal pada umumnya dan peristiwa MMC pada khusunya. Sehingga dengan kendala-kendala dan tanggapan guru yang merespon positif semuanya harus disiasati dari berbagai pihak yaitu demi untuk perkembangan mata pelajaran sejarah pada umunya dan demi memajukan nilai kemasan mata pelajaran yang dianggap bersifat monoton. Proses yang panjang dan dibutuhkan koordinasi yang baik untuk menindak lanjuti usulan materi ke MGMP Kabupaten Boyolali agar bisa terlaksana. C. Pembahasan Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan SK dan KD yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya SK dan KD, serta tercapainya indikator. Paradigma baru yang termuat dalam KTSP, sekolah diberi wewenang luas untuk mengembangkan kurikulum, dimulai dengan menjabarkan SK dan KD dalam sejumlah indikator yang relevan dengan konteks tempat guru mengajar. Indikator dalam SK dan KD sangat tergantung dari kemampuan guru dalam menjabarkannya. Termasuk didalamnya untuk memilih bahan ajar, guru diberi wewenang yang penuh asalkan standar minimal terpenuhi. Penyusunan bahan ajar, sekolah diberi wewenang dikarenakan sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran termasuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id 73 digilib.uns.ac.id mempersiapkan atau menyusun bahan ajar. Bahan ajar yang disusun hendaknya dapat mengembangkan nilai, sikap, dan keterampilan. Bahan ajar ini harus dipersiapkan oleh guru dengan sebaik-baiknya, agar dalam penyampaiannya pada siswa tidak terjadi kesulitan. Hambatan-hambatan dari usaha memasukkan peristiwa MMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali dan nilai-nilai keunggulan dari kendala dalam usaha tersebut adalah. 1. Keungulan dalam upaya memasukkan peristiwa MMC ke dalam materi mata pelajaran sejarah SMA Kabupaten Boyolali: a. Respon dari MGMP dan guru-guru mata pelajaran sejarah SMA di Boyolali sangat baik dan sangat mendukung usulan tersebut. b. Merupakan peristiwa nasional yang terjadi di tingkat lokal Boyolali c. Dapat menjelaskan bagaimana latar belakang masuknya Partai Komunis Indonesia di daerah Boyolali, juga bisa menjelaskan bagaimana PKI mendapatkan dukungan massa besar di daerah Boyolali sehingga pada pemilu 1955 PKI mendapatkan massa yang cukup besar d. Bagaimana bisa menjelaskan kondisi masyarakat Boyolali pada masa sekitar tahun 1950 – 1956. e. Dapat mengambil nilai kemanuiaaan bahwa pemerintah harus bisa melihat kondisi rakyat ditingkat bawah atau lokal dalam menentukan suatu kebijakan dan keputusan. f. Siswa lebih berminat dengan sejarah lokal yang diajarkan, karena siswa bisa lebih mengenal daerahnya sendiri sehingga siswa lebih bisa merekontruksi sejarah dikarenakan sumbernya lebih dekat dengan mereka. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 74 digilib.uns.ac.id Bisa mengkroscek kepada para pendahulunya yang hidup pada masa tersebut. g. Materi peristiwa MMC bisa dihubungkan dengan materi sejarah yang lebih luas a) Konflik agraria, Konflik politik pasca KMB b) Konflik ditubuh Militer yaitu RE-RA yang harus mengorbankan tentara kelaskaran yang dahulu mati-matian membela tanah air. c) Konflik ideologi dengan Komunis, d) Pemindahan dari Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Yogyakarta yang diikuti berpindahnya gerakan PKI ke daerah sekitar Merapi dan Merbabu. 2. Kendala dalam memasukkan peristiwa MMC ke materi mata pelajaran sejarah di SMA a. Kurangnya sumber yang mendukung dengan materi peristiwa MMC b. Kekurang siapan guru dalam materi sejarah lokal Boyolali, utamanya materi peristiwa MMC. c. Kurangnya alokasi waktu dalam mata pelajaran sejarah d. Banyaknya sekolah yang tidak memasukkan pelajaran sejarah di kelas XII karena lebih mengutamakan pelajaran yang diujikan di ujian Nasional. e. Terlalu luasnya materi nasional yang harus di ajarkan, beberapa sekolahan untuk mengejar materi tersampaikan ke siswa. Bahan kajian sejarah pada hakekatnya memuat kajian yang mencakup penjelasan tentang pengetahuan faktual (apa, siapa, di mana dan kapan). Dalam commit to user perpustakaan.uns.ac.id 75 digilib.uns.ac.id pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, bahan kajian sejarah diajarkan dengan tiga pendekatan, yaitu (a) pendekatan faktual; (b) pendekatan prosedual; (c) pendekatan kasual. Pendekatan faktual bertujuan untuk memberikan fakta dari berbagai peristiwa-peristiwa sejarah, sebagai bagian dari pengetahuan tentang peristiwa sejarah. Pendekatan ini sangat berguna untuk memperkaya pengetahuan kesejarahan, menambah kesadaran dan wawasan sejarah serta untuk menjawab pertanyaan tentang apa, siapa, dimana, kapan/bilamana. Sedangkan untuk menjawab pertanyaan mengapa, dapat dirunut melalui penelusuran terjadinya peristiwa dengan penjelasan kausalitas. Diberlakukannya kurikulum 2006 tentang KTSP, dimana materi ajar harus mengangkat kompetensi yang ada di lingkungan siswa untuk dimasukkan dalam pembelajaran, sehingga guru harus berupaya memilih materi yang sesuai. Adanya masukan kepada pendidik di tingkat SMA di Kabupaten Boyolali berupa materi tentang peristiwa MMC yang relevan denga SK dapat diajarkan ke dalam pembelajaran sejarah, maka pada perinsipnya pendidik siap melaksanakan yang sudah menjadi kesepakatan MGMP sejarah Kabupaten Boyolali untuk memasukkan peristiwa MMC kedalam pembelajaran di kelas. Kesediaan itu harus didukung bagi semua pihak, materi menjadi kewajiban sebagai perangkat pembelajaran yang harus disusun dan keseriusan guru dalam mempelajari sejarah lokal diantaranya peristiwa MMC. Sementara itu pihak sekolah, guru mata pelajaran dan ketua MGMP mengatakan setuju dan sangat mendukung upaya tersebut. Namun yang perlu dipertimbangkan adalah kesiapan guru dan alokasi waktu. Berdasarkan hasil commit to user perpustakaan.uns.ac.id 76 digilib.uns.ac.id wawancara tersirat belum siap memahami materi sejarah tentang peristiwa lokal Boyolali. Kebanyakan penguasaan materi ajar sejarah masih terbatas pada materi dari tingkat nasional, dalam arti kurang pengembangan kearah pengetahan yang lebih luas misalnya ke peristiwa aktual termasuk mengaitkan dengan materi sejarah lokal. Konsekuensi kesiapan guru sebagai tenaga pengajar adalah harus memiliki kompetensi khususnya dalam mata pelajaran yang diampunya. Secara umum terdapat beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru sebagai yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (dalam I Gde Widja, 1989 : 14) yaitu (1) guru harus mampu mengenal setiap murid yang dipercayakan kepadanya; (2) guru harus memiliki kecakapan untuk memberi bimbingan; (3) guru harus memiliki dasar pengetahuan luas tentang pendidikan yang hendak dicapai; (4) guru harus memiliki pengetahuan luas tentang pendidikan dan ilmu yang diajarkan. Guru sejarah hendaknya sebagai agen perubahan sehingga para guru harus selalu menyadari salah satu keutamaan sejarah adalah perubahan. Berfikir historis adalah berfikir bahwa segala sesuatu akan mengalami dinamika kehidupan. Dengan demikian seorang guru sejarah selalu sensitif terhadap permasalahan masyarakat. Cara guru mengajar sejarah hanya berkisar di lingkungan kelas dan dengan materi dari buku teks akan menyebabkan murid-murid terasing dari permasalahan masyarakat. Tanggung jawab para pendidik seharusnya tidak berhenti dalam mencari ilmu, ilmu itu selalu bergerak sesuai dengan perkembangan jaman. Tuntutan guru untuk selalu membaca dan belajar adalah sebagai kewajiban sebagai pendamping commit to user perpustakaan.uns.ac.id 77 digilib.uns.ac.id anak didik dalam menuntut ilmu. Guru sejarah harus terus mengikuti wacana yang berkenbang dalam dunia keprofesionalannya. Pertama harus menyegarkan pengetahuan kesejarahannya. Lebih utama lagi juga menjadi bagian penemu fakta-fakta sejarah. Kedua, guru harus mengembangkan inovasi-inovasi pembelajarannya supaya siswa sebagi konsumen senang dalam mempelajari serta dapat mengambil manfaat dari belajar sejarah. Inovasi dapat dilakukan mulai dari perancangan kurikulum, membuatan materi ajar dari sejarah lokal di wilayah lingkungan siswa. Proses pembelajaran di kelas yang kebanyakan membahas materi sumber sejarah dari peristiwa lokal dan pembelajaran di luar kelas seperti ke Museum, Candi Lawang, pasanggrahan PB X di Paras dll. Pengembangan tuntutan zaman antara lain media pembelajaran sejarah dengan LCD, situs-situs yang ada disekitar siswa (Situs Pengging, Pesanggrahan PB X di Paras, candi Lawang, Museum, goa Jepang bahkan jalan raya dari Surakarta ke Semarang yang melewati Boyolali juga meninggalkan banyak cerita sejarah, bagiamana Boyolali pada masa penjajahan Belanda dilewati rel kereta api). Minimal guru bisa menjelaskan kondisi di wilayah Boyolali atau ditingkat lokal saat guru menjelaskan materi sejarah nasional, sehingga bisa mensinkronkan antara keadaan nasional dengan keadaan ditingkat lokal. Alokasi waktu dan materi sejarah lokal termasuk tenaga pengajar yang memiliki kemampuan menjadi kendala dalam memasukkan materi sejarah lokal di kemas dalam materi mata pelajaran sejarah. Persoalan alokasi waktu terutama untuk mata pelajaran sejarah dirasa sangat terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk secara leluasa memasukkan materi lokal ke dalam materi mata pelajaran commit to user 78 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sejarah SMA. Sedangkan dalam proses pembelajaran dengan materi yang sangat luas dan alokasi waktu terbatas membuat guru dalam mengajar terjebak pada target penyelesaian materi. Lebih mengutamakan kuantitas bukan kwalitas pembelajaran. Sehingga sering melupakan tujuan utama pembelajaran sejarah. Kondisi yang kemudian terjadi adalah target penyelesaian materi tercapai, sehingga tujuan pembelajaran sejarah tidak tercapai dalam proes pembelajaran. Perencanaan matang dalam pembelajaran dapat memfasilitasi komunikasi, partisipasi, mengakomodasi kepentingan dan nilai-nilai serta dapat membantu pembuatan keputusan, maupun keberhasilan implikasi perencanaan. Dalam pencapaian SK, penyusunan RPP dan penggunaan perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, analisis materi palajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran adalah sangat penting. Agar dapat membuat perencanaan yang baik diperlukan pengumpulan data, materi dan informasi secara luas, explorasi alternatif dan menekankan pada implikasi yang direncanakan. Kecenderungan para guru dalam pembuatan perangkat pembelajaran banyak ditentukan oleh kebijakan masing-masing sekolah. Artinya jika program penyusunan perangkat pembelajaran itu ditradisikan oleh sekolah pada awal tahun pelajaran. Ada pula yang menganggap RPP sebagi rutinitas semata dalam pekerjaannya sebagai pendidik. Pelaksanaa pembelajaran diperlukan strategi pembelajaran, yaitu serangkaian tindakan yang efektif dan efisien, terncana dan terarah sehingga mencapai sasaran maupun tujuan dari kegiatan belajar mengajar kelas. Unsurunsur pokok yang terdapat dalam strategi pembelajaran adalah guru, peserta didik commit to user perpustakaan.uns.ac.id 79 digilib.uns.ac.id dan materi yang telah direncanakan. Dari hasil wawancara dengan para guru mata pelajaran sejarah dengan memasukkan peristiwa lokal banyak manfaatnya dan sangat efektif membantu siswa dalam menyerap sehingga lebih bisa memahami materi ajar. Membahas tantang usaha perencanaan memasukkan peristiwa MMC memerlukan beberapa tahap, menyiapkan beberapa langkah yang telah dikonsultasikan dengan beberapa guru di dalam MGMP sejarah Kabupaten Boyolali, antara lain menyiapkan bahan ajar sejarah peristiwa MMC, memasukkan ke SK dan KD yang tepat, nantinya untuk menyusun silabus dan RPP. Dalam pembuatan RPP nantinya bisa merangkum dari semua hasil penelitian, pastinya disebutkan mengenai SK dan KD, Indikator, materi, metode, evaluasi penilaian, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran dan juga contoh soal yang berhubungan dengan materi MMC. Wawancara dengan Ketua MGMP mengenai tindak lanjut mengenai proses usaha memasukkan peristiwa MMC sebagai materi dalam mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. konsekuensi dengan usulan materi alternatif adalah menyusun materi ajar tentang peristiwa MMC yang lengkap, nantinya akan dibawa dalam rapat MGMP sejarah Kabupaten Boyolali. Kelengkapan materi serta sumber-sumber serta melihat bagaimana pentingnya materi yang diusulkan dalam pembelajaran sejarah. Kecenderungan guru melihat pentingnya mengajarkan sejarah lokal, ada sisi kemanusiaan dalam materi peristiwa MMC bahwa hak sebagai rakyat telah dikorbankan demi kepentingan kebijakan nasional diantaranya karena KMB dan commit to user 80 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id RE-RA. Nilai-nilai kemanusiaan tersebut bisa memposisikan para siswa secara netral dan bisa melihat kondisi dari berbagai latar belakang kemunculan gerakan MMC. Peristiwa MMC juga bisa sebagai pengembangan materi yaitu dalam materi nasional terdapat pergolakan-pergolakan dari dari dalam negeri antara lain DI-TII, pemberontakan Kahar Munzakar, pemberontakan Andi Aziz, dan beberapa daerah lainnya. Untuk mengembangkan materi tersebut dapat menjelaskan peristiwa MMC yang merupakan contoh salah satu dari pergolakanpergolakan di daerah-daerah. Hasil dari usulan materi akan dibawa ke dalam rapat MGMP pada awal semester dan akan di musyawarahkan mengenai rencana materi peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran di SMA Kabupaten Boyolali yang nantinya diajarkan di kelas XII IPS semester I dan XII IPA semester II. Dari materi tersebut dapat dilihat nilai kemanusiaan, keunggulan materi peristiwa MMC bisa dilihat bagaimana pentingnya materi ini sehingga diharapkan mampu menjadi materi mata pelajaran sejarah. Sehingga jika memenuhi syarat untuk menjadi materi ajar di SMA Kabupaten Boyolali nantinya akan diajarkan dan penyusunan materi, silabus, RPP akan dilaksanakan setelah kesepakatan bersama dalam rapat MGMP. Dikdasmen Disdikpora Kabupaten Boyolali sangat menyambut baik dengan usulan memasukkan sejarah peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah SMA di Boyolali. Usaha dari guru dan MGMP untuk menindak lanjuti usulan, menyerahkan sepenuhnya kepada pihak MGMP dan menghargai commit to user 81 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id keputusannya. Setiap koordinasi dari MGMP ke Diknas harus selalu terjaga demi baiknya dunia pendidikan di Boyolali pada umunya dan SMA pada khusunya. Metode mengajar pada dasarnya merupakan langkah kerja yang dikembangkan berdasarkan pertimbangan rasional, terncana dan tepat sasaran. Dalam pengelolaan proses pembelajaran, para guru masih berorientasi pada penyelesaian target materi. Sehingga metode yang menjadi andalan adalah metode ceramah berfariasi, karena dianggap cocok untuk semua materi, tidak memerlukan persiapan yang rumit, mudah dilaksanakan dan fleksibel. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah membuat pembelajaran menjadi searah, guru mendominasi jalannya pembelajaran. Hal ini bertentangan dengan Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM) yang sedang dikembangkan. Secara langsung maupun tidak langsung keberadaan organisasi yang menaungi mata pelajaran sejarah adalah MGMP sejarah. Keberadaan organisasi profesi sebagai wadah dari para anggotanya untuk menyampaikan permasalahan, banyak permasalahan yang harus diselesaikan dan diputuskan. Masukan dan saran yang ditujukan kepada MGMP sejarah, sebijak mungkin keberadaannya ditanggapi dengan baik salah satunya usulan materi peristiwa MMC. Bagaimana kebutuhan materi sejarah lokal di SMA Kabupaten Boyolali bisa memepertimbangkan usulan memasukkan materi sejarah peristiwa MMC dalam materi mata pelajaran sejarah SMA Kabupaten Boyolali. Usaha tersebut haruslah melalui prosedur, proses dan aturan baku, sehingga semuanya akan saling commit to user 82 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mendapatkan nilai positif. Dengan niat baik dari berbagai pihak diharapkan nantinya akan mendapatkan hasil terbaik untuk semua pihak. commit to user 83 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pada sajian data, pokok temuan, dan pembahasan dapat disimpulkan. Meteri sejarah lokal Boyolali khususnya sejarah gerakan MMC sampai saat ini belum dimasukkan sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali dikarenakan beberapa alasan antara lain alokasi waktu yang sangat terbatas, kemampuan guru dan tidak tersedianya bahan ajar. Tanggapan dari MGMP sangat menyambut baik dengan usulan, membutuhkan waktu untuk merealisasikannya. Upaya untuk memasukkan sejarah tentang peristiwa MMC mendapat tanggapan yang positif dari para guru mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali, karena banyak nilai bisa dipetik diantaranya nilai kemanusiaan. Tindak lanjut untuk usaha memasukkan sejarah tentang gerakan MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah yang di usulkakan MGMP Sejarah Kabupaten Boyolali adalah dengan membawa usulan materi alternatif yang memasukkan peristiwa MMC ke dalam rapat MGMP sejarah SMA Kabupaten Boyolali. Tanggapan dari kepala sekolah sangat positif dengan usulan materi alternative begitu juga dengan Disdasmen Disdikpora menyambut baik dengan usulan. commit to user 83 84 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Proses panjang dan dibutuhkan koordinasi yang baik dari MGMP untuk menindak lanjuti usulan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA. Peranan MGMP sangat penting dalam usaha agar terlaksananya karena merupakan organisasi profesi yang membawai perkembangan tiap mata pelajaran. B. Implikasi Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, maka akan timbul konsekuesi logis yang berupa implikasi dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Afektif Usulan materi ini bisa menambah pengetahuan bagi guru dan siswa dalam sejarah lokal khususnya tentang peristiwa MMC. Banyak dampak positif kepada berbagai pihak dan dampaknya adalah mengenai pengetahuan tentang peristiwa lokal di Boyolali sehingga nantinya bisa melihat keterkaitan antara sejarah lokal dan sejarah nasional. Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benarbenar menunjang tercapainya SK dan KD. Dengan otonomi diberikan kepada guru dan kurikulum sekarang mempermudah guru untuk bisa menyesuaikan materi pelajaran. Karena semua diserahkan kepada guru mata pelajaran disesuaikan dengan lingkunagan sekitar sehingga usulan materi peristiwa MMC juga bisa menjadi solusi atau alternatif. 2. Kognitif Usulan materi MMC secara tidak langsung mampu mengubah rasa minat siswa untuk mempelajari sejarah. Peristiwa lokal yang mempunyai nilai historis commit to user 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id tinggi bisa dijadikan pembelajaran sejarah di kelas. Dengan memasukkan peristiwa lokal diharapkan guru lebih bisa menghargai peristiwa lokal sebagai perangsang minat siswa dalam pelajaran sejarah dan bisa melihat nilai kemanusiaan dalam materi peristiwa MMC. Menegaskan bahwa kondisi ditingkat lokal juga mempengaruhi keadaan nasional dan begitu sebaliknya. C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat diajukan, sebagai berikut : 1. Saran untuk Siswa Hendaknya siswa lebih bisa untuk mengambil tujuan dari mempelajari sejarah, menjauhkan dari kesan bahwa mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran hafalan. Jika hal tersebut terjadi maka mata pelajaran ini akan menjadi beban bagi siswa. Pendidikan karakter siswa juga meupakan tanggung jawab dari mata pelajaran sejarah bahkan menjadi nilai positif. Rasa nasionalisme, patriotisme, kebangsaan dan cinta tanah air merupakan inti dari pelajaran sejarah, selain hal-hal tersebut hendaknya siswa selalu bisa memetik nilai positif yang lain setelah mempelajari sejarah. Peristiwa di tingkat lokal bisa berdampak bagi kondisi nasional maupun peristiwa nasional bisa berdampak bagi kondisi lokal. Sehingga siswa harus bisa melihat bahwa antara daerah (lokal) dan tingkat nasional adalah kesatuan. Rasa bangga terhadap lokal juga merupakan bagian dari rasa nasionalisme itu sendiri. Memupuk rasa pengetahuan di tingkat lokal adalah modal commit to user 86 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebagai suatu rekontruksi sejarah, dengan mengkonfirmasikan kepada saksi sejarah, sehingga bisa menjelaskan peristiwa sebenarnya. Diharapkan dengan mempelajari sejarah di tingkat lokal atau peristiwa MMC yang dimasukkan dalam pelajaran sejarah SMA Kabupaten Boyolali dapat menumbuhkan rasa percaya diri bagi peserta didik sendiri. 2. Saran untuk guru mata pelajaran sejarah a. Peristiwa-peristiwa sejarah ditingkat lokal yang mempunyai keterkaitan dengan materi pokok seharusnya bisa dimanfaatkan dan dimasukkan sebagai materi mata pelajaran sejarah. Peristiwa MMC merupakan salah satu peristiwa besar di daerah Boyolali yang bisa diusulkan menjadi materi resmi dalam mata pelajaran sejarah SMA Kabupaten Boyolali. Melihat besarnya peristiwa dari peristiwa MMC muncul dari berbagai latar belakang meluasnya gerakan. b. Pembuatan perangkat pembelajaran yang memasukkan materi peristiwa MMC, yaitu pembuatan RPP yaitu pada SK: Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia sejak masa awal kemerdekaan sampai dengan munculnya reformasi, KD: adalah menganalisis perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di Indonesia di tengah usaha mengisi kemerdekaan yang diajarkan di Kelas XII IPS pada semester 1, dan XII IPA pada semester 2. c. Boyolali sebagai daerah yang mempunyai banyak peninggalan sejarah. Memanfaatkan sebagai sumber, media dan materi mata pelajaran sejarah di Kabupaten Boyolali sebagai pengembangan commit to user ilmu maupun untuk 87 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id meningkatkan minat bagi peserta didik dan dapat mengambil nilai-nilai positif dari setiap peristiwa lokal yaitu peristiwa MMC di Boyolali yang disampaikan ke peserta didik. d. Membuat perangkat pembelajaran yang memasukkan materi tentang sejarah peristiwa MMC sehingga dapat memberikan pengetahuan ke siswa dengan pengetahuan sejarah di tingkat lokal. 3. Saran bagi Kepala Sekolah a. Selalu bisa mendorong untuk guru berinovatif dalam setiap pembelajarannya. b. Supaya tidak membedakan antara mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional dengan yang tidak. 4. Saran bagi MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejarah di Kabupaten Boyolali bisa selalu menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran sejarah, sehingga kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan merupakan kepentingan bersama. Untuk memajukan pelajaran sejarah utamanya yaitu mengenai usulan mengajukan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali. 5. Saran untuk Disdikpora Kabupaten Boyolali a. Mengharapkan selalu lebih koordinasi dengan MGMP salah satunya MGMP Sejarah, karena dari musyawarah guru tersebut Disdikpora bisa mendapatkan masukan-masukan positif. Diantaranya bisa menerbitkan commit to user 88 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id materi mata pelajaran yang memanfaatkan sumber dari lingkungan sekitar dalam pembelajaran salah satunya sejarah peristiwa MMC. b. Disdikpora bisa memantau dan mengawasi di dalam kegiatan MGMP sehingga setiap keputusan yang akan diambil, Disdikpora lebih cepat tanggap dan akhirnya bisa dengan tepat menindak lanjuti keputusan dari MGMP sehingga cepat terlaksana upaya memasukkan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah SMA Kabupaten Boyolali. commit to user 89 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Jakarta : Rosda. Muh Ali Murtadlo. 1988. Gerakan Merapi Merbabu Complex.(M.M.C), Suatu Tinjauan Atas Pola Kepemimpinannya. Skripsi. Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro. BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata pelajaran Sejarah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Diknas. 2003, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Sejarah. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Djoko Suryo. 1989. Serba-serbi Pengajaran Sejarah Pada Masa Kini. Historika no. I, Surakarta: Program Pascasarjana IKIP Jakarta KDK UNS. Halaman 3. Endang Danial. 2005. Peran Guru IPS Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial : Nomor 24 Tahun XIII Edisi Januari-Juni. Bandung. Halaman 8-9. I Gde Widja. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan _________ . 1991. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Bandung : Angkasa. Gagne dan Brriggs. 1976 3. Principles of Instructional design. New York : Holt Rinenart add Winston. Julian Ibrahim. 2004. Bandit dan Perjuangan di Simpang Bengawan. Kriminalitas dan Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta. Solo : Bina Citra Pustaka. Juraid Abdul Latief. 2006, Manusia, Filsafat, dan Sejarah. Jakarta : Bumi Aksara. Rusli Karim, M. 1981. Peranan ABRI Dalam Politik dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Politik di Indonesia (1965-1979). Jakarta: Yayasan Idayu. Ali Moertopo. 1978. Strategi Kebudayaan. Jakarta : CSIS. commit to user 89 90 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yahya A Muhaimin. 1982. Perkembangan Milter dan Politik di Indonesia 1945-1966. Yogyakarta: Gajahmada University Press Muh Yusuf. 2007, Pengembangan Kurikulum, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan. Poerbakawatja, Soegarda dkk. 1976, Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta. Rinier. 1961. History, Its Purpose and Method. London : George Allen & Unwin Ltd. Sartono Kartodirdjo. 1977. Sejarah Nasional Indonesia jilid IV. Jakarta : Balaia Pustaka. ______ . 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia Suatu Alaternatif. Jakarta : PT. Gramedia. ______. 1990. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Sujoko. 2003. “Perubahan Kurikulum dalam Pendidikan”. Retorika Volume No. I. Surakarta : UNS Press. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sutiyah. 2003. Situs Sangiran Sebagai Sumber Belajar Dan Pengembangan Materi Pembelajaran Sejarah Menyongsong Kurikulum Berbasis Kompetensi. Historika Volume I. Juli, Surakarta : Program Pascasarjana UNS. Sutopo, H.B. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Suyatno Kartodirdjo. 1989. Fungsi Pengajaran Sejarah dalam Pembangunan Nasional, Historika. No. 5. Tahun III, Surakarta : Program Pascasarjana IKIP Jakarta KDK UNS. Halaman 9. Yaenuri. 2008. Gerakan MMC (Merapi Merbabu Complex) di Jawa Tengah Tahun 1950-1956. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negri Yogyakarta. 1982, Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Boyolali. Boyolali. commit to user 90 91 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA A. Pokok Kajian : Sekitar kebijakan tentang mata pelajaran yang di ujiakan dalam Ujian Nasional dan yang tidak Informan : Kepala Sekolah Permasalahan : 1. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai kepala sekolah di SMA ini? 2. Bagaimana anda dalam kebijakan tentang mata pelajaran yang diujikan di Ujian Nasional dan yang tidak? 3. Bagaimana kebijakan anda dalam mata pelajaran sejarah dan guru mata pelajaran? 4. Bagaimana tanggapan anda seandainya guru memasukkan sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah? 5. Bagaimana tanggapan anda seandainya keputusan MGMP untuk menjadikan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali? B. Pokok Kajian : Proses Usulan untuk Memasukkan Gerakan MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali? Informan : Ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali Permasalahan : 1. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai ketua MGMP sejarah SMA Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana kegiatan-kegiatan MGMP yang telah dilakukan selama ini? 3. Bagaimana keaktifan anggota MGMP yang anda pimpin? 4. Bagaimana tentang kegiatan pembuatan silabus yang dilaksanakan oleh MGMP sejarah SMA Kabupaten Boyolali? 5. Bagaimana tentang porsi materi lokal dengan materi nasional dalam mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali? commit to user perpustakaan.uns.ac.id 92 digilib.uns.ac.id 6. Apakah anda mengetahui tentang peristiwa MMC di Boyolali? 7. Apakah layak peristiwa lokal yaitu MMC sebagai materi dalam mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali? 8. Nilai apa saja yang bisa diambil dari materi peristiwa MMC? 9. Bagaimana proses usulan untuk menjadikan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah? 10. Melihat usulan ini bagaimana tindak lanjut anda sebagai ketua MGMP sehingga bisa terlaksana? 11. Apakah dengan keputusan MGMP nantinya dapat mendorong guru untuk menyampaikan materi MMC dalam pembelajaran sejarah? C. Pokok Kajian : Tentang Pembelajaran dan Materi Mata Pelajaran Sejarah Informan : Guru Mata Pelajaran Sejarah Permasalahan : 1. Sudah berapa tahun anda mengajar mata pelajaran sejarah di SMA? 2. Bagaimana tentang pengalaman mengajar sejarah di SMA selama ini? 3. Bagaimana hambatan dalam pembelajaran sejarah selama ini? 4. Metode apa saja yang anda gunakan dalam pembelajran di kelas? 5. Bagaimana pandangan anda tentang kurikulum KTSP? 6. Bagaimana tentang materi mata pelajaran sejarah yang diajarkan selama ini? 7. Apakah anda memasukkan peristiwa-peristiwa lokal yang ada di Boyolali dalam pembelajaran sejarah? 8. Berapa porsi sejarah lokal/peristiwa lokal yang diajarakan dalam materi mata pelajaran sejara, apakah sudah cukup atau masih kurang? 9. Apakah anda mengetahui tentang peristiwa MMC di Boyolali? 10. Bagaimana tanggapan anda tentang peristiwa lokal MMC yang terjadi di Boyolali? 11. Bagaimana tanggapan anda seandainya peristiwa MMC dijadikan materi commit to Boyolali? user mata pelajaran di SMA Kabupaten 93 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 12. Bagaimana seandainya keputusan MGMP memasukkan peristiwa MMC dalam materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali? D. Pokok Kajian : kurikulum dan Usulan Sejarah Lokal Sebagai Materi Mata Pelajaran Sejarah Informan : Dinas Pendidikan Kabupaten Boyolali Permasalahan : 1. Apakah porsi pembelajaan dalam kurikulum SMA sudah proposional antar materi lokal dengan materi nasional? 2. Bagaimana tanggapan anda tentang peristiwa lokal MMC? 3. Setujukah apabila sejarah peristiwa MMC dijadikan sebagai materi mata pelajaran sejarah? 4. Bagaimana tanggapan anda seandainya keputusan MGMP untuk menjadikan peristiwa MMC sebagai materi mata pelajaran sejarah di SMA Kabupaten Boyolali? E. Pokok Kajian : Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran Sejarah Informan : Siswa SMA Permasalahan : 1. Bagaimana tanggapan anda tentang mata pelajaran sejarah? 2. Bagaimana tanggapan anda tentang cara guru menyampaikan materi di dalam kelas? 3. Bagaimana komposisi materi yang disampaikan antara sejarah lokal dengan sejarah nasional? 4. Tanggapan anda seandainya diajarkan mengenai sejarah lokal Boyolali dalam pembelajaran di kelas? commit to user 94 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 2 Daftar Informan 1. Siti Zumrotun, M.Pd : Seksi Dikdasmen Disdikpora Kab. Boyolali 2. Slamet Ryadi, M.Pd : Kepala Sekolah SMA N 3 Boyolali 3. Suwarno, S.Pd : Kepala Sekolah SMA N 1 Teras 4. Sodik, S.Pd : Guru Mata Pelajaran Sejarah/Wakil Kepala Sekolah SMA N 1 Wonosegoro/Ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Boyolali 5. Ibu Srihastuti M.Pd : Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA N 3 Boyolali 6. Rupadmi, S.Pd : Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA N 3 Boyolali 7. Mariono, S.Pd : Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA N 2 Boyolali 8. Bambang, S.Pd : Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA N 1 Teras 9. Darmini, S.Pd : Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA N 1 Bhineka Karya Boyolali 10. Andika : Siswa SMA N 1 Teras 11. Vivi Septia Rini : Siswa SMA N 3 Boyolali 12. Ana Kurniawati : Siswa SMA N 3 Boyolali 13. Abdul Qodir : Siswa SMA N 3 Boyolali commit to user 95 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Lampiran 3 GERAKAN MERAPI MERBABU COMPLEX TAHUN 1950-1956 A. Latar Belakang Munculnya MMC 1. Masalah Pertanahan/Agraria Daerah sekitar Merapi dan Merbabu pada awalnya merupakan termasuk dalam wilayah Kerajaan Kasunanan Surakarta. Pada masa pendudukan Belanda wilayah ini mulai dimanfaatkan sebagai area perkebunan yang dikelola oleh pihak asing dan sering disebut dengan Onderneming. Penggunaan tanah Onderneming yang semakin luas, telah mengambil banyak tanah pertanian milik rakyat yang berarti mengurangi pengahasilan dan kekayaan rakyat. Banyak rakyat yang ikut bekerja dalam perusahaan Onderneming, namun hal tersebut tidak mengubah kehidupan rakyat menjadi lebih baik karena menghasilkan justru menurun. Akibat merosotnya penghasilan petani di sekitar Merapi dan Merbabu, maka keberadaan tanah-tanah onderneming ikut berperan dalam menimbulkan kekacauan didaerah sekitar gunung Merapi dan Merbabu. Setelah Belanda pergi, tanah-tanah perkebunan yang dulu yang dikuasainya telah menjadi sasaran perusakan dan penjarahan yang dilakukan oleh rakyat. Hal tersebut sangat wajar terjadi karena rakyat menganggap bahwa tanah-tanah tersebut merupakan hak mereka. commit to user 96 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Perebutan tanah yang terjadi antar warga telah menimbulkan kekacauan di masyarakat untuk meredam aksi-aksi tersebut. Pada bulan April 1949 Pemerintah militer daerah mengeluarkan paraturan darurat No IV dari staf Komando PPS.II Rayon III Tentang penyerahan bekas tanah-tanah onderneming. Tanah onderneming atau perkebunan yang terkena peraturan tersebut adalah tanah-tanah perkebunan Sukabumi, Melambong, Baros, Tampir dan Sukarame. Peraturan Pemerintah tersebut disambut gembira oleh rakyat karena merasa yakin bahwa nasib mereka dan keluarganya kedepan akan bertambah baik. Namun, kegembiraan dan harapan rakyat langsung pupus akibat ditandatanganinya persetujuan KMB pada tanggal 2 November 1949. Salah satu isi dari naskah KMB tersebut justru ada yang menyulitkan pemerintah RI, terutama pada pasal 1, 5 dan 6 bagian A tentang “hak konsesi, izin dan menjelaskan perusahaan”. Dalam pasal tersebut bahwa pemerintah RI harus mengembalikan hak milik partikelir yang berupa tanah perkebunan yang telah dimiliki dan digunakan oleh rakyat. Kepada pemilik dan pengusaha sebelumnya yaitu orang-orang Belanda. Akibatnya, permasalahan tanah di daerah gunung Merapi dan Merbabu menjadi semakin rumit karena dalam peraturan darurat yang dikeluarkan pemerintah sebelumnya tanah-tanah onderneming yang tercantum dalam peraturan tersebut secara resmi telah dibagi-bagikan kepada rakyat. Adannya perubahan hak dan penggunaan tanah pada tahun 1949 telah menimbulkan kekecewaan rakyat yang tinggal di sekitar perkebunan. Termasuk rakyat yang tinggal disekitar gunung Merapi dan Merbabu. Adanya rasa kecewa dan perasaan senasib dari kalangan petani dapat mendorong munculnya commit to user perpustakaan.uns.ac.id 97 digilib.uns.ac.id pergolakan sosial. Pada umumnya kebijakan pemerintah yang menyangkut penyerahan kembali tanah-tanah onderneming mendapat penolakan dari rakyat, karena rakyat telah menganggap bahwa tanah tersebut adalah milik penduduk. Dalam keadaan gelisah dan masa depan belum pasti, rakyat akan mudah terpancing berbagai isu atau pengaruh dari kelompok-kelompok yang sengaja mengambil kesempatan pada saat keadaan sedang kacau. Hal tersebut terbukti dengan makin tingginya angka tindakan kriminal disekitar gunung Merapi dan Merbabu pada tahun 1950-an. 2. Masalah Kebijakan RE-RA (Reorganisasi dan Rasionalisasi) Angkatan Perang Perjanjian KMB telah membawa perubahan termasuk dalam bidang pertahanan dan keamanan. Peleburan organisasi kelaskaran dan keadaan-keadaan pejuang dalam tubuh TNI membuat jumlah tentara di Indonesia terlalu banyak. Sehingga pemerintah menetapkan adanya kebijakan RE-RA. Kebijakan ini semula merupakan usulan dari partai sosialis pimpinan Amir Syarifudin pada saat masih menjabat sebagai pimpinan kabinet. Sejak tanggal 3 Juli 1947 sampai 23 Januari 1948. Namun sampai akhir jabatannya Amir Syarifudin belum berhasil melaksanakan kebijakan tersebut. Baru kemudian pada masa kabinet Hatta, kebijakan RE-RA diadakan kembali namun dengan motif yang berbeda. Pada masa kabinet Amir Syarifudin, usulan untuk mengadakan kebijakan RE-RA bisa dikatakan sebagai salah satu upaya angkatan perang bisa dikuasai golongannya. Sementara itu kabinet Hatta melalui kebijakan RE-RA menghendaki sebuah angkatan perang yang professional dan setia kepada Negara serta commit to user perpustakaan.uns.ac.id 98 digilib.uns.ac.id pemerintah yang sah. Pelaksanaan kebijakan ini berdasarkan penetapan presiden No. 9 tanggal 27 Februari 1948 UU no.3 tanggal 5 Maret dan penetapan presiden No. 14 tanggal 4 mei 1948. Pelaksanaan kebijakan RE-RA di daerah-daerah tidak berjalan dengan lancar karena mendapatkan berbagai reaksi dari kalangan Angkatan Perang sendiri. Reaksi terutama muncul dari kesatuan Devisi IV/Panembahan Senopati. 3. Masuknya Pengaruh Komunis Jawa Tengah merupakan daerah yang diajukan sebagai pusat gerakan komunis di Indonesia. Seiring dengan perpindahan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta pada awal tahun 1946, maka pusat perhatian atau perjuangan PKI juga akan dipindahkan ke Surakarta. Pada konggres PKI yang diadakan pada bulan Januari 1947. Para tokoh PKI bersepakat untuk menentang pemerintahan RI di Yogyakarta, tokoh-tokoh tersebut adalah Aidit, Alimin, Darsono dan Semaun. Konggres tersebut juga menunjuk Alimin sebagai peminpin konggres dan Aidit sebagai ketua Agip Prop (Agitasi dan Propaganda) adalah bagian penerangan dan pendidikan PKI. Bagian ini merupakan bagian yang paling berperan dalam perkembangan PKI. Kedatangan Muso pada bulan Mei 1948 setelah meninggalkan Indonesia sejak tahun 1926 telah membawa banyak perubahan dalam tubuk PKI. Dalam waktu singkat Muso telah berhasil mengambil alih dan menggeser Amir Syarifudin dari pimpinan golongan FDR. Pada bulan Agustus 1948 Muso telah mengangkat dirinya sebagai seorang pimpinan revolusioner dan pimpinan tertinggi dalam jajaran PKI. Muso juga telah memproklamirkan berdirinya commit to user 99 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id “Negara Soviet Indonesia” di Madiun yang juga sering dikenal dengan pemberontakan PKI Madiun. Kudeta ini telah banyak memakan ribuan korban rakyat yang terbunuh, Muso dan Amir juga terbunuh dalam insiden tersebut. Beberapa tokoh PKI yang berhasil lolos segera menyebar dan menyatu dengan masyarakat untuk menyelamatkan diri diantaranya termasuk Aidit dan Alimin. Secara formal PKI telah dilarang di Indonesia. Sehingga mereka kemudian melakukan gerakan bawah tanah dengan merangkul kaum buruh dan petani. Meskipun setelah kudeta Madiun para pendukung FDR/PKI telah dihancurkan namun para pendukung yang berhasil lolos kira-kira mencapai 4000 orang mereka pada umumnya mundur dan tersebar dibeberapa daerah yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya termasuk daerah sekitar gunung Merapi dan Merbabu. Daerah sekitar gunung Merapi dan Merbabu sangat cocok digunakan untuk gerakan gerilya. Sehingga daerah ini digunakan sebagai basis gerakan bawah tanah komunis pada tahun 1950-an. Gerakan bawah tanak komunis sering diwarnai dengan berbagai tindakan ilegal. Berupa gerakan pengacau seperti pengedoran, pencurian, penculikan atau tindakan-tindakan kriminal lainnya. Tindakan pengacau tidak hanya dilakukan pada malam hari di daerah terpencil saja. Namun mereka juga sudah beraksi di siang hari dan dijalan umum. Akibatnya rakyat merasa ketakutan dan kewibawaan pemerintah merasa merosot. Dalam melakukan aksinya juga mengorganisir kelompok-kelompok bandit yang sudah ada sebelumnya dengan memberi janji-janji manis jika telah berhasil menjadi masyarakat komunis. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 100 digilib.uns.ac.id Para bandit atau yang sering dikenal dengan sebutan jago ini ikut berperan dalam usaha rakyat untuk mempertahanan tanah onderneming yang sudah dikelolanya. Seperti kita ketahui tanah onderneming yang pada masa revolusi sempat ditinggalkan para pemiliknya yaitu orang-orang Belanda segera ditempati dan dikelola oleh rakyat dan dinyatakan sebagai milik tanah. Tetapi setelah persetujuan KMB tanah diminta untuk dikembalikan kepada pemiliknya yang semula. Hal tersebut ditentang masyarakat dengan penolakan, sadar rakyat tersebut didukung para bandit atau jago dan pasukan bersenjata. Banyak yang merasa dirinya sebagai pemilik tanah yang syah merasa mendapat perlindungan. Sehingga hubungan antara para bandit atau jago dengan penduduk setempat menjadi terbina dengan baik. B. Tujuan Gerakan MMC Cikal bakal gerakan MMC sebenarnya sudah mulai terlihat seja tahun 1949an, yaitu dengan meningkatnya tindakan kriminal diwilayah sekitar Merapi dan Merbabu. Perkembangan gerakan MMC selalu mengalami gerakan pasang surut. Pada awal berdirinya MMC belum terorganisir dengan baik. Arah gerakan hanya difokuskan pada pemenuhan kebutuhan seharai-hari saja. Para anggotanya didominasi oleh para mantan pejuang yang terkena kebijaan RE-RA. Selain itu ikut pula bergabung para jago atau bandit yang sudah ada terlebih dahulu. Tokoh yang paling penting pada awal berdirinya gerakan MMC adalah Suradi Bledeg yang terkenal masyarakat memiliki ilmu kesaktian yang tinggi. Gerakan MMC melakukan aksinya dengan aksi kriminal seperti penggedoran, pencurian, penculikan, target-target ini adalah penduduk yang dianggap kaya dan commit to user 101 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id para pangreh praja. Dalam melancarkan aksinya tidak segan-segan melukai atau bahkan membunuh korbannya. Tujuan gerakan MMC pada awalnya berdirinya adalah tidak lebih hanya untuk mengumpulkan harta demi mempertahankan kelangsungan hidup para anggotanya yang sebagian besar sudah tidak memiliki pekerjaan tetap. Tewasnya Suradi Bledeg pada tahun 1951 ikut mempengaruhi perkembangan gerakan MMC. Arah perjuangan juga ikut berubah tidak lagi hanya sekedar usaha pemenuhan kebutuhan hidup. Namun sudah masuk unsur-unsur politik didalamnya. Gerakan MMC telah memiliki sebuah wadah oraganisasi yang legal yaitu PKR (Persatuan Korban Rasionalisasi). Oraganisasi ini menampung para pejuang yang kecewa RE-RA. Agar mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai organisasi pada umumnya, PKR juga memiliki AD/ART sebagai dasar gerakan. Unsur gerakan politik dalam gerakan MMC terlihat dari tujuan organisasi PKR yang merupakan satu-satunya yang paling berperan dalam gerakan MMC. Yaitu dalam pasal 3 tentang tujuan organisasi yang berbunyi “Untuk Menuju Kemerdekaan Nasional atau Demokrasi Rakyat”. Masuknya pengaruh komunis juga ikut mempengaruhi arah gerakan MMC. Sehingga gerakan ini juga memiliki tujuan untuk merongrong kewibawaan pemerintah. Tujuan tersebut didasari atas rasa kecewa terhadap pemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan RE-RA yang sangat tidak menguntungkan para pejuang. Bagi orang-orang komunis rasa kecewa muncul akibat gagalnya pemberontakan PKI di Madiun. commit to user 102 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Sepak Terjang Gerakan MMC 1. Fase Pertama 1950-1951 Keadaan ekonomi Indonesia yang belum merata pada tahun 1950-an telah membuat warganya mudah terpengaruh oleh berbagai intervensi oleh kalangan yang tidak sepaham dengan pemerintah. Daerah pedesaan mulai dijamah oleh kekuatan-kekuatan ideologi modern yang berusaha menggerakkan masyarakat pedesaan dalam gerakan politik. Sejak saat itu rakyat mulai terpecah dalam berbagai afiliasi politik yang bercorak modern yang berorientasi pada ideologi. Pasca pemeberontakan PKI Madiun, banyak pendukung atau tokoh gerakan PKI yang berhasil melarikan diri dan bersembunyi didaerah sekitar lereng Merapi dan Merbabu. Mereka kemudian melakukan gerakan bawah tanah ideologi agar organisasi mereka tetap bisa berkembang. Meskipun secara formal PKI telah dilarang berkembang di Indonesia. Gerakan bawah tanah tersebut bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat serta membinanya agar mau mendukung gerakan. Masalah seperti kemiskinan, perebutan tanah perkebunan, korban rasionalisasi serta munculnya keresahan rakyat menjadi isu utama dalam aksi propaganda. Dalam fase yang pertama ini muncul seorang tokoh yang dikenal dengan nama Suradi Bledeg, ia memiliki perawakan yang tinggi besar, berkulit sawo matang, berambut hitam dan bermata hitam tajam (Julianto : 227). Suradi Bledeg menjadi pusat perhatian dan dan mendapatkan kepercayaan untuk memimpim gerakan bawah tanah ini. Suradi Bledeg berusaha menyusun kekuatan, menambah persenjataan dan menghimpun dana untuk menghancurkan setiap kekuatan yang commit to user perpustakaan.uns.ac.id 103 digilib.uns.ac.id menghalangi gerakan. Dalam kepemimpinannya di MMC tahun 1949-1950 Suradi Bledeg membagi organisasinya dalam beberapa daerah yaitu. a. Daerah Cepogo ke Utara sampai Salatiga dan sekitarnya dibawah gerombolan Tjiptosardju. b. Daerah lereng Merapi yang meliputi Boyolali dan Klaten dibawah gerombolan Kudo. c. Daerah di sekitar hutan Surowono di Kec. Selo dibawah komando gerombolan Tcipto. d. Daerah Ampel dan Banyudono dikuasai oleh gerombolan Sukarmin. e. Daerah Klaten dikuasai oleh gerombolan Bedjo. Penggunaan istilah gerombolan dalam pembagian daerah operasi dar gerakan bisa menggambarkan bahwa dalam fase pertama gerakan MMC banyak didukung oleh orang-orang yang memiliki reputasi kurang baik antara lain grayak, bandit dan jago. Pusat dari gerakan pada fase pertama terkonsentrasi di daerah yang sulit dijamah, seperti hutan-hutan atau desa-desa terpencil. Wilayah di sekitar gunung yang sangat sepi cocok digunakan sebagai tempat persembunyian. Penduduk di sekitar hutan kebanyakan terdiri dari orang-orang yang lemah baik secara ekonomi, agama maupun pendidikannya, sehingga akan mudah untuk dibujuk untuk membantu gerakan. Dukungan masyarakat terhadap gerombolan MMC terlihat dari sebuah peristiwa didaerah Surowono Boyolali. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 27 Januari 1951 dimana 1 regu Yonif 417, dua orang CPM dan 30 orang anggota polisi ketika melewati desa Dompol tibatiba mendapat serangan dari ratusan massa rakyat. Kejadian serupa juga terjadi di commit to user 104 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Karangnongko, 24 anggota polisi telah ditangkap dan ditawan oleh gerombolan. Tawanan dibebaskan dalam sebuah operasi yang dilancarkan oleh Yonif 417 pada tanggal 29 Januari 1951. Dalam fase pertama orang-orang Belanda ikut terlibat dalam gerakan MMC ini. Pimpinan gerakan yang bernama Suradi Bledeg sejak keluar dari penjara Klaten, di hutan Tutupan di lereng gunung Merapi disebelah utara Sumowono. Pada tiap 10 atau 15 hari sekali diadakan rapat yang dipimpin oleh Suradi. Dalam setiap rapat dikunjungi 100 orang dari grombolan grayak dan juga dikunjungi oleh 5 orang Belanda dari Semarang. Dari Semarang tersebut terdiri dari 3 orang Belanda dan 2 orang Ambon yang berpakaian preman dan bersenjata. Dalam rapat orang Belanda tidak langsung berhadapan dengan para anggota gerombolan akan tetapi mengadakan perundingan dengan Suradi dan nantinya hasil dari perundingan akan disampaikan kepada anggota rapat. Salah satu permintaan dari orang Belanda adalah meminta lembu yang harus dikirim ke Semarang yaitu untuk mengganti senjata-senjata yang dikirim kepada Suradi untuk membantu gerakan MMC. Masa kepemimpinan Suradi Bledeg dalam MMC diwarnai dengan berbagai tindakan kriminal seperti mengadakan pencurian, penggedoran, dan pembunuhan. Sasarannya dari gerakan adalah penduduk yang memiliki harta lebih, dan biasanya yang diambil adalah hewan ternak yang berupa sapi. Hewan sapi dipilih selain bisa untuk keperluan rapat juga bisa untuk biaya pemenuhan kebutuhan hidup. Aparat pemerintahan atau pamong praja juga menjadi sasaran. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 105 digilib.uns.ac.id Gerakan MMC untuk fase yang pertama juga telah merencanakan berdirinya pemerintahan sendiri di daerah Kecamatan Musuk, Cepogo, Mojosongo dan Klaten bagian barat. Menurut rencana daerah tersebut keamanannya akan diserahkan kepada jago atau bandit dan setiap keluarga akan dipungut iuran sebesar Rp.10,- sampai Rp.50,- perbulan untuk membeli senjata. Sebelum rencana tersebut terlaksana pemerintah sudah terlebih dahulu mengadakan operasi penumpasan yang dikenal dengan dengan nama Operasi Merdeka Timur II (OMT II) yang melibatkan delapan Bataliyon. Operasi ini hanya berlangsung 8 hari dan berhasil menangkap para anggota gerombolan MMC. Mengakibatkan menurunya tindakan kejahatan dan keamana di sekitar Merapi dan Merbabu. Setelah operasi ini selesai kemudian dilanjutkan dengan operasi Operasi Merapi Merbabu (OMM) atau disebut dengan Operasi Segi Tiga yaitu dengan menyadarkan masyarakat disekitar Merapi dan Merbabu tentang gerakan yang meresahkan masyarakat tersebut sehingga tidak membantu gerakan. OMM juga berhasil menembak mati pimpinan MMC yaitu Suradi Bledeg dalam kontak senjata dengan pasukan TNI di desa Brintik kelurahan Malangjiwan. 2. Fase Kedua (Tahun 1951 sampai Awal Tahun 1954) Tewanya Suradi Bledeg selaku pimpinan gerakan telah menandakan berakhirnya gerakan MMC fase pertama. Tidak ada perkiraan gerakan MMC akan berkembang kembali karena para pengikutnya sudah sangat jauh berkurang. Pemerintah melaksanakan operasi dan bantuan militer di sekitar Merapi dan Merbabu hanya dalam waktu singkat sehingga masih ada pendukung gerakan yang tersisa dan melarikan diri. Mereka umumnya menyelamatkan diri dengan commit to user 106 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id bersembunyi di daerah-daerah yang jauh dari pos patroli atau menyelamatkan diri dan menyamar sebagai buruh diberbagai tempat. Pasca operasi penumpasan gerakan MMC, keamanan di daerah sekitar Merapi dan Merbabu diserahkan kembali kepada pamong praja atau polisi. TNI sendiri sedang disibukkan dengan adanya pemberontakan ex Bataliyon (Bn) 426 yang mulai memberontak pada bulan Desember 1951 sampai bulan Juli 1952. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh sisa-sisa kekuatan gerakan MMC untuk menyusun kembali kekuatan. Fase kedua gerakan MMC tidak bisa dilepaskan dari adanya sebuah organisasi legal yang berdiri pada tanggal 28 Mei 1950. Organisasi tersebut bernama PKR (Persatuan Korban Rasionalisasi) yang dipimpin oleh seorang Hieho atau TNI Yon 3 Resimen 23 yang bernama Sujud alias Kridosardjono. Pada awalnya organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk memperbaiki nasib para pejuang yang menjadi korban kebijakan Rasionalisasi. Dalam tubuh PKR muncul tokoh bernama Umar Junani seorang organisator yang sangat cerdik dan berpendidikan. Seorang pengurus SARBUPRI (Sarekat Buruh Repoblik Indonesia) di Bringin dan bekas pasukan TNI masyarakat kota Semarang di Salatiga. Sampai tahun 1952 organisasi PKR belum bisa menampakkan kegiatannya. Ketika Junani bergabung dengan PKR dan langsung mendapat kepercayaan untuk merumuskan organisasi, setengah bulan kemuadian Umar Junani diangkat sebagai kepala staf Medan merangkap sebagai hakim. commit to user 107 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Umar Junani merupakan teman akrab dari Tjipto Sardju salah seorang tokoh pimpinan MMC pada fase pertama yang daerah operasinya berada di daerah Salatiga dari pertemanan inilah Umar Junani mengetahui seluk beluk gerakan MMC. Pengetahuan tersebut dimanfaatkan Umar Junani untuk mengembangkan pemikirannya dan strategi MMC ke dalam Organisasi PKR yang diatur dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Meskipun organisasi PKR memiliki AD/ART namun sudah banyak anggotanya yang terlibat perkara-perkara kriminalitas seperti penggarongan, pencurian, perampokan, dan pencegatan mobil-mobil dinas. Sehingga nasib para anggota-anggotanya terkatung-katung. Adanya nasib yang tidak jelas dari para anggota PKR telah membawa akibat yang sangat jauh dimana telah kehilangan pedoman perjuangannya. Anggota yang dulunya berjuang sangat patriotik dengan semangat proklamasi 1945 dan berorganisasi dengan dasar Demokrasi Rakyat telah tumbuh menjadi gerombolan pengacau dan pengganggu keamanan serta ketentraman rakyat. Pada akhirnya organisasi PKR menjadi satu-satunya organisasi yang memiliki pengaruh cukup kuat kuat untuk fase yang kedua. Pada fase kedua sering diwarnai dengan aksi pencegatan dan penyerangan terhadap pos-pos polisi yang terletak di daerah sekitar Salatiga dan Boyolali. Selain untuk mendapatkan senjata, penyerangan pos-pos polisi tersebut juga didasari rasa iri dan dendam karena banyaknya penjaga keamanan yang berasal dari bekas anggota KNIL dan polisi pada masa pendudukan Belanda. Kesatuan polisi pada waktu itu bisa dikatakan masih lemah sehingga mereka belum mampu untuk mengatasi gerakan MMC yang radikal. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 108 digilib.uns.ac.id Rakyat yang sudah berhasil dipengaruhi ikut dilibatkan dalam pemenuhan biaya gerakan, yaitu dengan menarik pajak sekitar Rp. 200,- sampai Rp. 300,perbulan (Surat Kabar Suara Merdeka Selasa 14 Desember 1954). Selain itu juga masih seperti sama seperti gerakan MMC fase pertama. Dimana mereka masih menjadikan hewan ternak sapi sebagai sasaran rampasan karena dianggap sangat menguntungkan. Dari segi tujuan gerakan MMC fase kedua sudah berkembang dibanding fase pertama, dari yang hanya sekedar pemenuhan kebutuhan menjadi tujuan yang dipenuhi dengan kepentingan politik. Salah satu yang menjadi tujuan gerakan MMC fase kedua adalah untuk mencapai kemerdekaan nasional rakyat sesuai dengan AD/ART PKR. Untuk memperkuat keuanggan organisasi maka sesuai hasil rapat pada taggal 20-21 Meret 1953. Setiap anggota diharuskan membantu dengan mengumpulkan sejumlah uang secara sukarela dan dikumpulkan setiap bulan paling lambat pada tanggal 10. Adanya beban bantuan wajib bagi setiap anggota tersebut, telah mendorong untuk melakukan aksinya lebih giat lagi. Akibatnya telah terjadi kenaikan jumlah kejahatan diaderah sekitar Merapi dan Mrbabu. Di Keresidenan Semarang pada bulan Juli 1953 telah terjadi 1992 kejahatan. Kemudian pada bulan berikutnya terjadi 2042 kali tindakan kejahatan. Dari sekian banyak kejahatan yang terjadi paling banyak adalah pencurian, kemudian perampokan, penganiayaan, penggelapan, penipuan, pembunuhan dan penculikan. Setelah pemberantasan ex Bn 426 berhasil ditumpas maka TNI kembali berkonsentrasi untuk membantu polisi dan pamong praja dalam mengatasi gerombolan MMC. Melalui satuan operasi yang dikenal dengan Operasi Tri commit to user perpustakaan.uns.ac.id 109 digilib.uns.ac.id Tunggal (OTT). Kekuatan TNI, polisi dan pamong praja dalam mengatasi gerombolan MMC. Operasi OTT telah berhasil melemahkan kekuatan yang dimiliki oleh gerombolan. Sehingga dewan pimpinan yang tertangkap atau terbunuh, namun banyak pula para pemimpin berhasil melarikan diri keluar daerah dan membuat daerah operasi yang baru. Kemunduran gerakan organisasi segera ditanggapi oleh Umar Junani sebagai pimpinan dengan segera mengadakan reorganisasi PKR. Organisasi PKR kini lebih mengutamakan tujuan politis dan menjauhkan diri dari aksi-aksi kriminal. Perubahan tujuan tersebut juga diikuti dengan perubahan nama organisasi dari Persatuan Korban Rasionalisasi (PKR) menjadi Organisasi Putra Proklamasi Republik Indonesia (OPPRI). 3. Fase Ketiga (1954-1956 atau terbentuknya OPPRI dan PKR Muda) Perkembangan organisasi PKR ternyata telah jauh menyimpang dari tujuan semula, bahkan tindakan dari para anggota organisasi justru telah banyak merugikan citra para bekas pejuang. Adanya operasi yang dilakukan pemerintah untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Merapi dan Merbabu telah mengakibatkan tertangkapnya para pemimppin organisasi PKR. Lebih jauh hal tersebut telah menimbulkan perpecahan ditubuh PKR. Pertentangan yang sangat mencolok terjadi antar kelompok Sujud yang pro dengan Umar Junani dan kelompok Multajat yang beraliran ekstrim. Perselisihan pendapat yang berlarut-larut telah mengakibatkan perpecahan di dalam gerakan MMC. Pada bulan Januari 1954 kelompok Sujud Kartosardjono yang pro terhadap Umar Junani segera merubah nama organisasi dari PKR commit to user 110 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menjadi OPPRI (Organisasi Putra Proklamasi Republik Indonesia). Multajat yang tidak sepaham dengan Sujud juga segera membentuk segera organisasi baru denagn nama PKR Muda atau sering disebut PKR Malam yang menjadikan daerah Getasan dan Selo sebagai basis gerakannya. Sementara itu OPPRI yang anti teror tetap mendapat simpati dari sebagian masyarakat. OPPRI terus memperbaiki nama baiknya untuk mendapatkan kembali simpati dari rakyat. Usaha yang dilakukan dengan menghilangkan unsur-unsur ekstrim dalam organisasi, salah satunya dengan pelucutan senjata terhadap kelompok Multajat. Dalam pertempuran yang berlangsung pada bulan Maret 1954, Multajat dan gerombolannya harus menderita kerugian lebih banyak, yaitu 3 anggotanya tewas 4 rang ditangkap dan 30 orang menyerahkan diri. Selain itu juga berhasil menyita 7 pujuk senjata. Paska terjadinya pertempuran tersebut kelompok Multajad tinggal 10 orang yang bersenjatakan karaben, pistol dan brengun dan melarikan diri ke Solo. Umar Junani selaku pimpinan tertinggi OPPRI, sebenarnya telah berusaha memperbaiki struktur organisasi agar menjadi lebih baik. Wilayah OPPRI dibagi menjadi 4 Medan dan CKK (Comando Keamanan Kota) yaitu sebagai berikut. a. Medan Merdeka dengan komandanya Sujud Kridosardjono meliputi daerah Ambarawa, Banyubiru, Sumowono, Bawen, Klepu, Grobog dan Boja. b. Medan Demokrasi atau Medan Proklamasi di bawah komando Dikdosantoso meliputi daerah Boyolali, Cepogo, Getasan, Tengaran, Susukan dan Ampel. commit to user 111 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Medan Pahlawan dibawah pimpinan Digdosaldi alias Langgeng, daerah operasinya adalah gondang, Karangpucung, Telawah dan Kedung Jati. d. Medan Pancasila dibawah Komando Suwarno alias Margono alias Hendro, meliputi daerah Wonosegoro, Salatiga, Bringin, Tuntang dan Suruh. e. CKK I meliputi wilayah kota Salatiga f. CKK II meliputi Wilayah kota Ambarawa g. CKK III meliputi Wilayah Kota Boyolali h. CKK IV meliputi Wilayah kota Purwodadi i. CKK V meliputi Wilayah kota Magelang j. CKK VI meliputi Wilayah kota Kendal Gerakan MMC fase ketiga dengan OPPRI sebagai wadahnya sebenarnya sudah berusaha untuk mengubah bentuk gerakannnya agar tumbuh citra yang baik dimata rakyat. Disisi lain ternyata usaha tersebut usaha tersebut belum didukung sepenuuhnya oleh anggota yang tersebar di daerah pelosok. Akibatnya masih banyak diantara anggota-anggotanya yang tetap melakukan tindakan kriminal dan teror kelompok Multajat yang berhasil melarikan diri juga semakin berani melancarkan aksi-aksinya. Multajat memerintahakan kepada seluruh pengikutnya untuk tidak menyerah. Sementara Multajat sendiri melarikan diri tanpa diketahui nasibnya. Menghadapi aksi-aksi gerombolan MMC yang masih terus berlanjut dan makin radikal. Pemerintah semakin mengingatkan Operasi Tritunggal yang melibatkan kekuatan tentaraa, polisi dan pamong praja mendapat banyak commit to user 112 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dukungan dari rakyat. Hasilnya banyak para anggota dan pimpinan gerakan MMC berhasil ditangkap dan tidak sedikit pula yang tewas karena di kroyok massa. Umar Junani merasa cemas dengan banyaknya tokoh gerakan yang tertangkap maupun tewas. Sehingga pada tanggal 27 Maret 1955 Umar Junani segera mengambil langkah untuk memperbaiki organisasi dengan mengadakan perubahan dengan operasi wilayah yang semula terbagi menjadi 4 Medan kemudian diperkecil menjadi dua. a. Medan kolektif dengan komandan medan Suroso alias Raksono yang berasal dari Tunggak, Sumowono Salatiga ia adalah bekas kepala staf Medan Merdeka. Medan ini membawai beberapa sektor, yaitu sektor Marhaen yang dipimpin Darsono b. Medan Pancasila dengan komandan Medan Giri alias Hardjoko. Medan ini dibagi dalam dalam beberapa sektor yaitu sektor 17, sektor 45, dan sektor Agustus. Perubahan struktur gerakan yang dilakuakan Umar Junani ternyata tidak mampu memepertahankan stabilitas organisasi. Bahkan semakin banyak para pemimpin gerakan yang ditangkap dalam OTT. Pengaruh gerakan yang telah berhasil ditanamkan di masyarakat semakin hilang. Karena pemerintah lewat OTT berusaha memberikan penerangan kepada rakyat akan bahaya dari gerakan MMC. Hasilnya rakyat semakin berani menentang para anggota MMC. Sehingga Umar Junani sendiri harus tewas akibat dikroyok massa pada tanggal 2 JUni 1955 di Karanggede Kab. Boyolali. commit to user 113 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tewasnya Umar Junani selaku pimpinan tertinggi telah mengakibatkan lumpuhnya gerakan MMC. Hal tersebut disebabkan karena tidak ada pemimpin yang meneruskan perjuangan dalam organisasi. Operasi penumpasan yang dilakukan oleh pemerintah juga ssemakin gencar dilakukan dengan tujuan bisa menumpas gerakan MMC sampai ke akar-akarnya. Akan tetapi tidak sedikit dari para pemimpin yang melarikan diri diantaranya Multajat, Isnan alias Tjondro, Surosupardi dan Suroso. Para pimpinan menghilang tanpa diketahui nasibnya. Secara umum pada awal tahun 1956 gerakan MMC telah berkurang. Sehingga jumlah personel keamanan yang bertugas didaerah Merapi dan Merbabu juga dikurangi hanya menggunakan 1 kompi . Paska tewasnya Umar Junani, organisasi menjadi tidak terkoordiner. Mereka telah kehilangan simpati rakyat. Sehingga para anggota gerakan yang berhasil selamat berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinator yang jelas. Akhirnya sampai awal tahun 1956 baik OPPRI maupun PKR Muda telah berhasil ditumpas. Sehingga daerah yang dahulunya kacau balau akibat adanya gerakan MMC mulai terjamin keamanannya. Contoh Materi tersusun berdasarkan beberapa sumber yaitu : 1. Julian Ibrahim. 2004. Bandit dan Perjuangan di Simpang Bengawan. Kriminalitas dan Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta. Solo : Bina Citra Pustaka. 3. Muh Ali Murtadlo. 1988. Gerakan Merapi Merbabu Cmplex.(M.M.C), Suatu Tinjauan Atas Pola Kepemimpinannya. Skripsi. Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro 3. Yaenuri. 2008. Gerakan MMC (Merapi Merbabu Complex) di Jawa Tengah Tahun 1950-1956. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negri Yogyakarta. commit to user