STRATEGI KELANGSUNGAN HIDUP PEREMPUAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP KELUARGA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI RUMAH TANGGA MISKIN Studi di Kelurahan Jagabaya II Kecamatan Sukabumi Kota Bandar Lampung Dewi Ayu Hidayati Staf Pengajar Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung E-mail: [email protected] ABSTRACT Economic pressure is increasing from time to time which causes the household needs cannot be fulfilled only by the husband as the main breadwinner. It certainly will involve other parties such as family members, the wife and children to help husband earn a living, as well as the government's role in improving the welfare of poor families. This study used a qualitative descriptive approach by using data collection techniques such as in-depth interview, observation and documentation. Then the collected data were processed and analyzed qualitatively with the reduction and interpretation. Based on the result of this research it can be noted that the efforts or strategies done by women in fulfilling their needs are working hard, pressing expenses as much as possible, buying the most basic needs, and carrying out activities that result in some income to help family economy. Meanwhile the government has provided social security for the poor such as BLT, Jamkesnas, Jamkesda, Raskin, and BOS. However, the social security had not been widely accepted by all segments of the poor in the area because the data collection related to the poor family was not comprehensively made so that it could not create accurate and precise data. Keywords: Women, poor households, social security PENDAHULUAN keluar dari kemelut kemiskinan. Pengetahuan dan potensi serta kemampuan masyarakat miskin dalam menolong diri mereka sendiri sangat terbatas sehingga program mengatasi kemiskinan cenderung biasa dan birokrat sebagai inspirator program. Perlu disadari bahwa fenomena kemiskinan bersifat kompleks dan multidimensional. Karena itu, data-data statistik makro tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami fenomena kemiskinan. Datadata itu sulit untuk mengetahui sumbersumber pokok maupun faktor penyebab lain dari fenomena kemiskinan. Kemiskinan yang melanda bangsa Indonesia ini membuat masyarakat merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok apalagi untuk menyekolahkan anak. Jangankan untuk sampai perguruan tinggi, untuk dapat menamatkannya sampai tingkat SD pun butuh perjuangan besar dengan biaya yang juga tidak sedikit. Belum lagi ditambah mental anak-anak mereka sendiri yang memprihatinkan karena lingkungan pendidikan yang kurang baik. Perkembangan mental anak-anak turut dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik itu keluarga maupun masyarakat disekitarnya sehingga perlu adanya peranan besar orang tua dalam meningkatkan pendidikan anak-anak. Krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada tahun 1997, ternyata masih berdampak panjang hingga saat kini. Aktivitas ekonomi sebagian besar masyarakat belum menunjukkan satu kemajuan yang berarti. Dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia yang telah berhasil mengatasi krisis, Indonesia masih sangat jauh tertinggal. Nampaknya, kondisi semacam ini memberikan dampak pada sebagian besar masyarakat Indonesia hingga muncullah kerawanan sosial. Indikasi kerawanan sosial diantaranya ditandai dengan meningkatnya jumlah pengangguran, kriminalitas dan bertambahnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), seperti anak terlantar, anak-anak nakal, tuna susila, pengemis, gelandangan, dan juga keluarga miskin. Program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung bersifat dari atas (top-down) yang berakibat pada rendahnya partisipasi masyarakat miskin dalam berbagai program. Program-program tersebut cenderung disusun dengan asumsi bahwa masyarakat miskin belum mampu menolong diri sendiri sehingga perlu bantuan dari pihak luar. Padahal, masyarakat miskin mempunyai potensi dan kemampuan menolong diri sendiri untuk 57 58 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.1, Januari – Juni 2013 Adanya desakan ekonomi yang semakin meningkat dari waktu ke waktu menyebabkan pemenuhan kebutuhan rumah tangga tidak bisa dipenuhi hanya oleh suami saja sebagai pencari nafkah utama. Hal tersebut tentunya akan melibatkan anggota keluarga lainnya untuk membantu suami mencari nafkah. Salah satunya adalah istri. Peran istri sebagai perempuan dalam menunjang ekonomi rumahtangga cukup penting, terutama rumah tangga yang suaminya berpenghasilan rendah. Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti Leknas LIPI pada tahun 1987 (dalam Soemitro : 2002) dinyatakan bahwa semakin rendah pendapatan suami, maka semakin tinggi pula peranan istri di dalam turut meningkatkan pendapatan rumah tangga, hingga pada akhirnya perempuan ikut berperan dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan meningkatkan pendidikan anak-anak, yaitu melalui beberapa strategi diantaranya kerja keras dengan bekerja apa saja yang terpenting menghasilkan uang, ketergantungan pada bantuan orang lain, menekan biaya fasilitas, pola hidup gali lubang tutup lubang, dan aspirasi pendidikan rumah tangga miskin (Musiyam, 2000). Mereka yang dari rumah tangga miskin, salah satu lapangan pekerjaan yang dapat dimasuki oleh istri adalah bekerja di sektor informal, seperti sebagai pedagang, pembantu rumah tangga, buruh cuci dan di sektor formal adalah sebagai buruh pabrik. Kalaulah dari beberapa angkatan kerja yang tersedia tidak memungkinkannya untuk masuk ke dalam sektor formal, maka perempuan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan sebisa mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Terungkap dalam beberapa hasil penelitian (Murray, 1994; Pernia, 1994; dan Jellinek, dalam Prasetyo, 2005) bahwa kelompok miskin kota sebagian besar bekerja pada sektor informal. Jenis pekerjaan tersebut umumnya termasuk dalam kategori usaha sendiri (self employment) dan pekerjaan yang tergantung pada pesanan (dependent work). Sifat pekerjaan pun umumnya rentan (vulnerable) terhadap perubahan dan tergantung pada pihak lain yang biasanya mempunyai posisi tawar-menawar (bargaining posistion) yang lebih kuat. Kerentanan ini dapat bersumber dari berbagai sebab, seperti : musim, inflasi, perubahan harga pasar, dan sebagainya. Berbagai studi empiris membuktikan ternyata kaum miskin kota mampu bekerja keras dengan jam kerja yang panjang, mampu mengembangkan kiat-kiat untuk memperbaiki kehidupannya, dan mempunyai motivasi serta aspirasi tentang kehidupan masa depan yang lebih baik ADMINISTRATIO (Bromley dan Gerry, 1979 dan Steele, 1986 dalam M. Musiyam, 2000). Kelurahan Jagabaya II adalah salah satu potret kelurahan di Kota Bandar Lampung yang mayoritas penduduknya termasuk kategori penduduk miskin kota. Hal ini terlihat dari gambaran distribusi penduduknya yang mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh yaitu 3.439 jiwa (38,14%) dan mayoritas tingkat pendidikan penduduknya juga cenderung rendah, yaitu lulus SD ada sebanyak 2.220 jiwa (20,68%) (Monografi Kelurahan Jagabaya II, Tahun 2010). Rendahnya tingkat pendidikan bagi penduduk daerah perkotaan menjadikan sangat sulit bagi mereka untuk bersaing dalam memperoleh pekerjaan yang layak. Hal inilah yang memaksa mayoritas penduduk Jagabaya II hanya mampu bekerja sebagai buruh. Selanjutnya, ada berbagai macam pekerjaan sektor informal yang digeluti oleh istri sebagai perempuan dari rumah tangga miskin di Kelurahan Jagabaya II Kecamatan Sukabumi Bandar Lampung untuk terus dapat berstrategi demi kelangsungan hidup rumah-tangganya. Hal ini dapat dilihat dari usaha yang dilakukan, ada dua pekerjaan utama yang menjadi sumber penghidupan, yakni sebagai pembantu rumah tangga, dan buruh pabrik. Walaupun bekerja sebagai buruh dan PRT dengan penghasilan yang seadanya, ditambah lagi dengan biaya hidup yang cukup tinggi dan biaya pendidikan menyekolahkan anak yang cukup besar, dengan segala kebutuhannya, mereka tetap harus dapat berjuang untuk dapat memenuhi semuanya. Beranjak dari masalah tersebut pemerintah seharusnya menyadari, bahwa kondisi kehidupan masyarakat masih sangat membutuhkan banyak perhatian. Dari sini pemerintah harus segera berupaya untuk menangani permasalahan kemiskinan dimana mayoritas masyarakat Indonesia berasal dari rumah tangga miskin. Dimana program-program pembangunan melalui berbagai jaminan sosial bagi keluarga tidak mampu sangat diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan keluarga miskin. Berbagai program penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah dari pemerintahan orde baru hingga saat ini. Namun demikian sepertinya upaya pemerintah itu mash perlu ditingkatkan karena penduduk miskin di daerah desa maupun kota masih saja besar jumlahnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa proyek-proyek penanggulangan kemiskinan belum efektif, Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan “Bagaimanakah strategi kelangsungan hidup perempuan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan jaminan sosial rumah tangga miskin?” ISSN : 2087-0825 Dewi Ayu Hidayati; Strategi Kelangsungan Hidup Perempuan 59 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang Strategi Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, strategi adalah tipu muslihat yang digunakan untuk mencapai suatu maksud (Badudu – Zain,1996 : 1357). Sedangkan menurut Wasburn dan Hugo (1986) bahwa strategi adalah alternatifalternatif yang digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan. Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi adalah tata cara atau alternative-alternatif yang digunakan untuk memecahkan berbagai permasalahan yang ada. Tinjauan tentang Kelangsungan Hidup Menurut Soerjono Soekanto (dalam Kamus Sosiologi, 1993) pengertian kelangsungan hidup adalah kemampuan manusia untuk melihat perubahan disekitarnya, kemudian membuat dan mencari cara mengatasinya, sehingga ia dapat mempertahankan keberadaannya atau dirinya terhadap perubahan tersebut. Sedangkan menurut Singarimbun dan sofian Effendi(1995: 30), strategi kelangsungan hidup perempuan miskin dalam memenuhi kebutuhan keluarga adalah merupakan suatu cara atau usaha yang dilakukan mereka untuk terus dapat bertahan diri untuk hidup dengan melakukan berbagai alternative atau langkah-langkah yang ditempuh didalam memenuhi kebutuhan keluarga Pemberdayaan ekonomi rumah tangga miskin yang dilakukan oleh mereka, pada dasarnya cenderung berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan ini sangat mungkin disebabkan oleh banyak hal antara lain dapat dilihat dari besarnya jumlah anggota keluarga. Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, motivasi, usia, jenis kelamin, relasi social atau tetangga sekitarnya. Untuk dapat terpenuhinya kebutuhan dasarnya, perlu mencari usaha lain untuk meningkatkan pendapatannya. Salah satu usahanya adalah melakukan aktifitas penganekaragaman sumber pendapatan, baik yang berasal dari pekerjaan pokok atau di luar pekerjaan pokok. Seperti yang dikemukakan oleh George Ritzer (dalam Sumardi: 1979) bahwa jika ingin menyingkirkan kemiskinan maka orang harus mampu mencari alternative lain yang berupa aneka fungsi baru. Dengan demikian kelangsungan hidup dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia dikaitkan dengan penelitian ini, maka yang dimaksud dengan kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang diperlukan oleh rumah tangga miskin untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya berupa makan, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan dan transportasi. ADMINISTRATIO Sedangkan strategi kelangsungan hidup masyarakat yang dilakukan yaitu berupa cara atau usaha agar dapat bertahan diri untuk hidup dengan melakukan berbagai alternative atau langkah-langkah yang ditempuh didalam memenuhi kebutuhan keluarga. Tinjauan tentang Keluarga Miskin (Gakin) Kemiskinan merupakan faktor yang paling menentukan dibandingkan faktorfaktor lainnya. Sering terjadi bahwa akibat kemiskinan yang diderita, sebuah rumah tangga menjadi rapuh, jiwa-warganya mudah terserang penyakit, status ekonomi dan sosio kulturalnya tidak kunjung dapat ditingkatkan, sehingga keluarga ini menjadi lebih miskin lagi karena banyak harta miliknya yang terjual atau tergadaikan. Kelemahan jasmani suatu rumah tangga mendorong orang ke arah kemiskinan melalui beberapa cara, yaitu tingkat produktivitas tenaga kerja yang rendah, ketidakmampuan bekerja lama, upah rendah dan hilangnya sebagaian pendapatan. Kelemahan jasmani yang menyerang tulang-punggung keluarga sering mengakibatkan sebuah keluarga jatuh ke dalam perangkap kemiskinan. Isolasi menyebabkan orang terjauhkan dari akses pelayanan publik dan aset sumber daya (termasuk pengetahuan dan koneksi untuk tempat bergantung). Isolasi acap kali menambah kerentanan rumah tangga miskin. Chambers (1997) mencatat berbagai hal yang mendorong keluarga miskin terperosok kesituasi kerentanan pada tingkatnya yang semakin parah karena beberapa alasan (1) besar dan tingginya frekuensi kewajiban sosial budaya yang harus dipenuhi yang sesungguhnya memberatkan; (2) musibah-musibah yang menimpa, baik yang terjadi sebagai ulah manusia ataupun karena bencana alam; (3) ketidakmampuan fisik, seperti misalnya yang terjadi karena penyakit atau kecelakaan yang tidak terduga; (4) pengeluaran-pengeluaran tidak produktif yang karena pemborosan dan (5) terkena pemerasan, pungli oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki posisi tawar menawar lebih kuat dalam masyarakat. Kerentananan keluarga miskin akan bertambah pada saat melonjaknya harga kebutuhan pokok serta sepinya minat masyarakat dalam pekerjaan. Selanjutnya, keluarga miskin menurut Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1981 adalah orang atau keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orangorang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi ISSN : 2087-0825 60 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.1, Januari – Juni 2013 kemanusiaan (PP No. 42 tahun 1981). Pendapat lain menyebutkan, bahwa secara kasar kaum miskin dapat didefinisikan sebagai mereka yang tidak sampai pada suatu tingkat kehidupan yang minimal seperti yang ditunjukkan oleh garis kemiskinan yang mengungkapkan taraf minimal untuk bisa hidup dengan wajar, mereka yang tidak sampai pada patokan itu dipandang sebagai orang miskin (A. Bayo Ala, 1981:8). Dari pengertian di atas, maka dapat diambil gambaran bahwa umumnya rumah tangga miskin adalah mereka yang tidak memiliki sumber mata pencaharian atau pekerjaan yang tetap, sehingga penghasilan yang didapat relatif kecil dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Tinjauan tentang Strategi Kelangsungan Hidup Keluarga Miskin dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Keluarga Dari berbagai faktor strategi kelangsungan hidup perempuan miskin dalam mempertahankan kelangsungan hidup diantaranya, yaitu a. Kerja keras dengan bekerja apa saja yang terpenting menghasilkan uang; b. Ketergantungan pada bantuan orang lain; c. Menekan pengeluaran biaya fasilitas, serta d. Pola hidup gali lubang tutup lubang. M. Musiyam dan M. Farid Wajdi (2000:42-45) Sedangkan menurut Clack Carner (1998) dari hasil penelitiannya di India, mencatat bahwa setiap keluarga miskin selalu mempunyai berbagai cara untuk menghindarkan diri dari tekanan-tekanan ekonomi yang mereka hadapi.Selanjutnya Carner mengatakan, bahwa salah satu caranya adalah dengan mengerahkan anggota keluarga untuk terlibat dalam ikutserta mencari atau menambah pendapatan keluarga dan menganekaragamkan sebanyak mungkin macam kegiatan kerja diantara mereka. Penghasilan yang rendah dari produktivitas yang rendah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Memang seringkali menyebabkan keluarga-keluarga miskin lalu melakukan kegiatan-kegiatan sambilan yang dapat memberikan tambahan penghasilan meskipun dalam jumlah yang kecil. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi kelangsungan hidup perempuan dalam mempertahankan hidup adalah bekerja dengan giat untuk menghasilkan uang, menggantungkan hidup pada bantuan orang lain, menekan pengeluaran semaksimal mungkin, melakukan pola gali lobang tutup lobang, mengerahkan anggota keluarga lainnya untuk mencari uang, dan menjalankan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan. ADMINISTRATIO Tinjauan tentang Jaminan Sosial Keluarga Miskin International Labor Organization (2002) menyebutkan bahwa jaminan sosial merupakan bentuk perlindungan yang disediakan dalam suatu masyarakat untuk masyarakat itu sendiri melalui berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan keuangan yang dapat terjadi karena kesakitan, kelahiran, pengangguran, kecacatan, lanjut usia, ataupun kematian. Lebih jauh dijelaskan bahwa jaminan sosial terdiri dari asuransi sosial, bantuan sosial, tunjangan keluarga, provident funds, dan skema yang diselenggarakan oleh employer seperti kompensasi dan program komplimenter lainnya. (www.bappenas.go.id/get-fileserver/node/341/). Armando Barrientos and Andrew Shepherd (2003) mengutip kesepakatan dari the World Summit for Social Development di Kopenhagen tahun 1995, bahwa sistem jaminan sosial merupakan komponen esensial dari perluasan pembangunan sosial dan dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Lebih rinci, deklarasi summit tersebut antara lain mencanangkan “to develop and implement policies which ensure that all persons enjoy adequate economic and social protection in the event of unemployment, sickness, during motherhood and child-rearing, in the event of widowhood, disability and in old age.” Selain untuk penanggulangan kemiskinan, jaminan sosial juga berfungsi sebagai perlindungan bagi individual dalam menghadapi kondisi kehidupan yang semakin memburuk yang tidak dapat ditanggulangi oleh mereka sendiri. Landasan hukum tentang pelaksanaan jaminan sosial bagi keluarga miskin sangatlah kuat sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 28 H (amandemen kedua) yang menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagaimana manusia yang bermartabat”, dan Pasal 34 – ayat 2 (amandemen keempat), bahwa: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Di samping itu, Ketetapan MPR No. X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001 juga menugaskan kepada Presiden untuk membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka memberi perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu. Dalam kurun waktu sejak Indonesia merdeka telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengangkat kesejahteraan rakyat Indonesia. Namun, hingga saat ini kemiskinan masih menjadi ISSN : 2087-0825 Dewi Ayu Hidayati; Strategi Kelangsungan Hidup Perempuan 61 masalah utama yang harus ditangani bersama. Menurut Deputi Kementerian tahun 2006, sekitar 57,41% kemiskinan di pedesaan dan 42,39% warga miskin terdapat di daerah perkotaan (BPS,2007). Sementara jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung pada tahun 2005 sebanyak 2,65 juta jiwa (BPS Provinsi lampung, 2006). Salah satu upaya pemerintah untuk memberikan jaminan sosial yang sepatutnya diterima oleh penduduk miskin, adalah melakukan uji-coba skema Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos). Melalui Askesos, penduduk miskin yang bekerja di sektor informal diharapkan akan dapat menikmati sistem asuransi sosial yang kemudian dapat menurunkan resiko ancaman ketidaksejahteraan sosial sebagai akibat dari pencari nafkah menderita sakit, mengalami kecelakaan, ataupun meninggal dunia. Selain itu pemerintah juga telah melaksanakan program Jaring Pengaman Sosial (JPS). JPS merupakan bagian dari perlindungan sosial yang diberikan oleh pemerintah dalam menghadapi masa krisis ekonomi. Sebagai rescue project, maka JPS tidak direncanakan untuk bertahan dan berlanjut setelah masa krisis berakhir. Saat ini JPS telah memasuki tahap akhir (exit strategy), selama tahun 1998 hingga 2002 telah berhasil memberikan perlindungan sosial bagi sebagian penduduk penduduk miskin dan rentan selama masa krisis ekonomi berlangsung. Adapun perlindungan yang diberikan melalui JPS adalah di bidang kesehatan (kartu sehat), pendidikan (beasiswa dan dana bantuan operasional), kesejahteraan sosial. Berdasarkan beberapa konsep di atas dapat disimpulkan bahwa Pemerintah dalam mengupayakan kesejahteraan sosial rakyat terutama masyarakat yang tergolong rentan seperti penduduk miskin, lanjut usia, anak, penyandang cacat ganda (fisik dan mental), serta penduduk yang tinggal di kawasan terpencil, telah menyelenggarakan beberapa bentuk perlindungan sosial atau jaminan sosial. Namun hingga saat ini penduduk miskin tersebutl pada umumnya belum tersentuh oleh skema-skema tersebut sehingga mereka berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap ketidak stabilan perekonomian yang terjadi baik di lingkungannya maupun di Indonesia secara umum. Oleh sebab itu, diperlukan suatu sistem yang dapat memberikan perlindungan dan jaminan sosial bagi mereka dalam menghadapi ketidak stabilan ekonomi maupun sosial. ADMINISTRATIO METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif. Tipe penelitian ini menuturkan dan menafsirkan data yang ada, yang pada pelaksanaannya tidak terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis data, interpretasi tentang suatu data yang diteliti pada masa sekarang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dilapangan dianalisa dengan menggunakan analisa kualitatif melalui proses reduction dan interpretation. HASIL PENELITIAN Kemiskinan merupakan faktor yang paling menentukan dibandingkan faktorfaktor lainnya. Sering terjadi bahwa akibat kemiskinan yang diderita, sebuah rumah tangga menjadi rapuh, jiwa-warganya mudah terserang penyakit, status ekonomi dan sosio kulturalnya tidak kunjung dapat ditingkatkan, sehingga keluarga ini menjadi lebih miskin lagi karena banyak harta miliknya yang terjual atau tergadaikan. Kelemahan jasmani suatu rumah tangga mendorong orang ke arah kemiskinan melalui beberapa cara, yaitu tingkat produktivitas tenaga kerja yang rendah, ketidakmampuan bekerja lama, upah rendah dan hilangnya sebagaian pendapatan. Kelemahan jasmani yang menyerang tulang-punggung keluarga sering mengakibatkan sebuah keluarga jatuh ke dalam perangkap kemiskinan. Isolasi menyebabkan orang terjauhkan dari akses pelayanan publik dan aset sumber daya (termasuk pengetahuan dan koneksi untuk tempat bergantung). Isolasi acap kali menambah kerentanan rumah tangga miskin. Chambers (1997) mencatat berbagai hal yang mendorong keluarga miskin terperosok kesituasi kerentanan pada tingkatnya yang semakin parah karena beberapa alasan (1) besar dan tingginya frekuensi kewajiban sosial budaya yang harus dipenuhi yang sesungguhnya memberatkan; (2) musibah-musibah yang menimpa, baik yang terjadi sebagai ulah manusia ataupun karena bencana alam; (3) ketidakmampuan fisik, seperti misalnya yang terjadi karena penyakit atau kecelakaan yang tidak terduga; (4) pengeluaran-pengeluaran tidak produktif yang karena pemborosan dan (5) terkena pemerasan, pungli oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki posisi tawar menawar lebih kuat dalam masyarakat. Kerentananan keluarga miskin akan bertambah pada saat melonjaknya harga kebutuhan pokok serta sepinya minat masyarakat dalam pekerjaan. Selanjutnya, keluarga miskin menurut Peraturan Pemerintah No. 42 ISSN : 2087-0825 62 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.1, Januari – Juni 2013 tahun 1981 adalah orang atau keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian yang tetap dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang-orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetap tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (PP No. 42 tahun 1981). Dari beberapa konsep diatas, maka dapat diambil gambaran bahwa umumnya rumah tangga miskin adalah mereka yang tidak memiliki sumber mata pencaharian tetap, dan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok secara layak bagi manusia, sedangkan banyak kewajiban sosial budaya yang harus dipenuhi yang sesungguhnya memberatkan. Ada banyak hal yang menyebabkan suatu keluarga berada dalam kondisi kemiskinan, antara lain: mata pencaharian yang tidak tetap atau tidak menentu sehingga penghasilannya rendah dan serba kekurangan, banyaknya kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi yang cukup memberatkan, musibah-musibah yang menimpa, baik karena ulah manusia maupun bencana alam, ketidakmampuan fisik sehingga tidak bisa produktif, konsumtif atau boros sehingga banyak pengeluaran-pengeluaran yang tidak produktif, adanya tekanan atau pemerasan dari pihak-pihak tertentu, pendidikan formal yang rendah atau tidak berpendidikan Berkaitan dengan pengklasifikasian rumah tangga miskin atau keluarga miskin dan sebab-sebab terjadinya kemiskinan di Kelurahan Jagabaya II, Kecamatan Sukabumi, Bandar Lampung, dari kelima informan yang berasal dari keluarga miskin dan satu orang dari aparat kelurahan, hampir seluruhnya menyatakan bahwa rumah tangga miskin atau keluarga miskin adalah rumah tangga dimana kondisi kehidupannya yang serba kekurangan atau tidak berkecukupan, hal ini pada umumnya disebabkan karena mata pencaharian yang tidak tetap sehingga penghasilannyapun rendah atau tidak menentu pula Dari berbagai faktor, Musiyam dan Wajdi (2000:42) mencatat bahwa strategi kelangsungan hidup perempuan miskin dalam mempertahankan kelangsungan hidup dilakukan dengan cara (a) Kerja keras dengan bekerja apa saja yang terpenting menghasilkan uang; (b) Ketergantungan pada bantuan orang lain; (c) Menekan pengeluaran biaya fasilitas, serta (d) Pola hidup gali lubang tutup lubang. Sedangkan menurut Clack, Carner (1988) dari hasil penelitiannya di India, mencatat bahwa setiap keluarga miskin selalu mempunyai berbagai cara untuk menghindarkan diri dari tekanan-tekanan ekonomi yang mereka hadapi.Selanjutnya Carner mengatakan, ADMINISTRATIO bahwa salah satu caranya adalah dengan mengerahkan anggota keluarga untuk terlibat dalam ikutserta mencari atau menambah pendapatan keluarga dan menganekaragamkan sebanyak mungkin macam kegiatan kerja diantara mereka. Penghasilan yang rendah dari produktivitas yang rendah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok. Memang seringkali menyebabkan keluarga-keluarga miskin lalu melakukan kegiatan-kegiatan sambilan yang dapat memberikan tambahan penghasilan meskipun dalam jumlah yang kecil. Dari beberapa konsep diatas dapat disimpulkan bahwa strategi kelangsungan hidup perempuan miskin dalam mempertahankan hidup adalah bekerja dengan giat untuk menghasilkan uang, menggantungkan hidup pada bantuan orang lain, menekan pengeluaran semaksimal mungkin, melakukan pola gali lobang tutup lobang, mengerahkan anggota keluarga lainnya untuk mencari uang, dan menjalankan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa orang informsn, dapat terlihat bahwa strategi yang dilakukan dalam mempertahankan hidup dari kelima informan yang berasal dari keluarga miskin tersebut adalah mereka tidak hanya menjalankan peran domestik saja tetapi juga menjalankan peran produktifnya untuk membantu peningkatan perekonomian keluarga, walaupun penghasilan yang dihasilkan rendah atau kecil. Tetapi ada diantaranya yang tidak lagi menjalankan kegiatan produktif tersebut dikarenakan keterbatasan fisik (fisiknya yang lemah), dan kehabisan modal. International Labor Organization (2002) menyebutkan bahwa jaminan sosial merupakan bentuk perlindungan yang disediakan dalam suatu masyarakat untuk masyarakat itu sendiri melalui berbagai upaya dalam menghadapi kesulitan keuangan yang dapat terjadi karena kesakitan, kelahiran, pengangguran, kecacatan, lanjut usia, ataupun kematian. Lebih jauh dijelaskan bahwa jaminan sosial terdiri dari asuransi sosial, bantuan sosial, tunjangan keluarga, provident funds, dan skema yang diselenggarakan oleh employer seperti kompensasi dan program komplimenter lainnya. (www.bappenas.go.id/get-fileserver/node/341/). Armando Barrientos and Andrew Shepherd (2003) mengutip kesepakatan dari the World Summit for Social Development di Kopenhagen tahun 1995, bahwa sistem jaminan sosial merupakan komponen esensial dari perluasan pembangunan sosial dan dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Lebih rinci, deklarasi summit tersebut antara lain mencanangkan “to ISSN : 2087-0825 Dewi Ayu Hidayati; Strategi Kelangsungan Hidup Perempuan 63 develop and implement policies which ensure that all persons enjoy adequate economic and social protection in the event of unemployment, sickness, during motherhood and child-rearing, in the event of widowhood, disability and in old age.” Selain untuk penanggulangan kemiskinan, jaminan sosial juga berfungsi sebagai perlindungan bagi individual dalam menghadapi kondisi kehidupan yang semakin memburuk yang tidak dapat ditanggulangi oleh mereka sendiri. Landasan hukum tentang pelaksanaan jaminan sosial bagi keluarga miskin sangatlah kuat sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 28 H (amandemen kedua) yang menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagaimana manusia yang bermartabat”, dan Pasal 34 – ayat 2 (amandemen keempat), bahwa: “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Di samping itu, Ketetapan MPR No. X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR RI oleh Lembaga Tinggi Negara pada Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2001 juga menugaskan kepada Presiden untuk membentuk sistem jaminan sosial nasional dalam rangka memberi perlindungan sosial yang lebih menyeluruh dan terpadu. Berdasarkan beberapa konsep di atas dapat dirumuskan bahwa Pemerintah dalam mengupayakan kesejahteraan sosial rakyat terutama masyarakat yang tergolong rentan seperti penduduk miskin, lanjut usia, anak, penyandang cacat ganda (fisik dan mental), serta penduduk yang tinggal di kawasan terpencil, telah menyelenggarakan beberapa bentuk perlindungan sosial atau jaminan sosial. Namun hingga saat ini penduduk rentan serta yang bekerja di sektor informal pada umumnya belum tersentuh oleh skema-skema tersebut sehingga mereka berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap ketidak stabilan perekonomian yang terjadi baik di lingkungannya maupun di Indonesia secara umum. Oleh sebab itu, diperlukan suatu sistem yang dapat memberikan perlindungan dan jaminan sosial bagi mereka dalam menghadapi ketidak stabilan ekonomi maupun sosial. Berkaitan dengan jaminan sosial yang diberikan pemerintah bagi rumah tangga miskin, dari kelima informan yang berasal dari keluarga miskin menyebutkan bahwa pada umumnya pemerintah telah memberikan bantuan atau jaminan bagi keluarga miskin, seperti BLT, Jamkesmas, Jamkesda, raskin, dana BOS, dan lain-lain. Mereka juga menyatakan bahwa bantuan atau jaminan sosial yang diberikan tersebut cukup membantu mereka dalam ADMINISTRATIO pemenuhan kebutuhan hidup. Namun, dalam pendistribusiannya banyak masyarakat miskin yang tidak mendapatkan haknya tersebut, hal ini dikarenakan pendataan yang tidak merata sehingga menghasilkan data yang kurang akurat dan tepat sasaran. Hal ini diperkuat dari pendapat yang diberikan pihak kelurahan yang menyatakan bahwa pemerintah melalui pihak kelurahan telah memberikan batuan atau jaminan sosial kepada masyarakat miskin, namun dalam penyalurannya memang masih belum menyeluruh karena ada beberapa masyarakat miskin yang tidak mendapatkannya. Masalah tersebut terjadi karena lemahnya pada saat pendataan sehingga data yang dihasilkan kurang menyeluruh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jaminan sosial yang diberikan pemerintah dalam studi ini cukup membantu masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, namun terkendala masalah pendataan yang kurang akurat. Hal ini senada dengan konsep teoriteori yang ada bahwa pemerintah berupaya memberikan berbagai bentuk jaminan sosial atau perlindungan sosial untuk peningkatan kesejahteraan sosial rakyat terutama masyarakat yang tergolong rentan seperti penduduk miskin, lanjut usia, anak, penyandang cacat ganda (fisik dan mental), serta penduduk yang tinggal di kawasan terpencil. Oleh karna itu,diperlukan suatu sistem yang dapat memberikan perlindungan dan jaminan sosial bagi mereka sehingga pendidtribusiannya merata dan tepat sasaran. KESIMPULAN Kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat pada umumnya disebabkan karena memiliki sumber mata pencaharian yang tidak tetap, kebutuhan yang banyak dan cukup memberatkan, ketidakmampuan fisik (fisik yang lemah), anak yang banyak sehingga menjadi beban keluarga, tingkat kemalasan yang cukup tinggi dan pendidikan yang rendah. Upaya atau strategi yang dilakukan perempuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu bekerja dengan giat untuk menghasilkan uang, walaupun serba kekurangan tetapi tidak pernah menggantungkan hidup pada bantuan orang lain, menekan pengeluaran semaksimal mungkin termasuk pemakaian fasilitas rumah tangga maupun kepentingan pribadi yang lebih diutamakan adalah kebutuhan pokok, meminjam sejumlah uang dikarenakan kondisi yang sangat mendesak, mengerahkan anggota keluarga lainnya untuk mencari uang sehingga tidak hanya suami tetapi istri dan anak, dan menjalankan kegiatan-kegiatan yang ISSN : 2087-0825 64 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.1, Januari – Juni 2013 menghasilkan. Jaminan sosial yang diberikan pemerintah bagi masyarakat miskin sudah cukup banyak dilakukan, seperti BLT, Jamkesmas, jamkesda, raskin,dana BOS, dll. Namun belum banyak dirasakan oleh semua masyarakat miskin di daerah tersebut. Hal ini dikarenakan pendataan yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dan pihak kelurahan belum dilakukan secara maksimal sehingga tidak bisa menghasilkan data yang akurat dan tepat. Hal ini berimbas pada masyarakat miskin yang seharusnya memiliki hak untuk memperoleh bantuan itu tapi pada kenyataannya tidak mendapat bantuan apa-apa, bahkan karena pendataan yang salah tersebut ada beberapa masyarakat yang cukup mampu masuk ke dalam data keluarga miskin sehingga memperoleh bantuan yang seharusnya mereka tidak berhak mendapatkan itu. Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat memberika saran-saran sebagai berikut: (1) Sebaiknya pihak pemerintah melalui kelurahan bekerjasama dengan dinas sosial dan institusi-institusi lainnya, membuka kegiatan-kegiatan pelatihan keterampilan bagi masyarakat miskin, sehingga walaupun mereka pada umumnya berpendidikan rendah tapi memiliki keterampilan (skill); (2) Sebaiknya dilakukan penyuluhan oleh pihak-pihak yang terkait tentang upaya atau strategi yang seharusnya dilakukan wanita dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga, seperti: peningkatan etos kerja wanita, kewirausahaan, dll; (3) Membuka dan meningkatkan pemahaman atau wawasan bagi keluarga miskin yang memiliki anak agar mereka lebih aspiratif dalam mengakomodasi pendidikan anak-anaknya sehingga anak tidak saja dijadikan objek bagi orang tua dalam membantu ekonomi keluarga tetap juga pendidikan tetap diprioritaskan; (4) Diperlukan sistem lain yang berbeda untuk melakukan pendataan bagi masyarakat miskin agar hasil data yang diperoleh bersifat akurat, merata dan tepat sasaran. DAFTAR PUSTAKA Ala, Andre Bayo. 1981. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Yogyakarta: Liberty. Badudu – Zain . 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Bintarto. 1998. Geografi Penduduk dan Demografi. Jakarta Chambers. Robert. 1997. Poverty and Livelihood: Whose Really Counts. Brighton: Institute of Development Studies. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1985. Kamus Sosiologi. Jakarta : Perum Balai Pustaka. Muhadjir, Noeng. 1997. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi III. Yogyakarta: Rake Surasin. Nasution, 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nawawi, M.Hadari. 1983. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: UGM University Press. Nasir ,M. 1985. Metode Penelitian. Jakarta; Ghalia Indonesia: Peraturan Pemerintah Nomor. 42 tahun 1981 Tentang Kriteria Keluarga Miskin. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Soekanto, Soerjono. 1993. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali. Soemitro, Styastie. 2002. Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Sumardi, Muljanto dan Evers. Hans-Dieter. 1992. Urbanisasi Masalah Kota Jakarta. Jakarta: Pusat Pembinaan Sumber-Daya Manusia (PPSM) YTKI/FES. Sumardi, Mulyanto dan Hans Dieter Evers. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV. Rajawali. ADMINISTRATIO ISSN : 2087-0825 Dewi Ayu Hidayati; Strategi Kelangsungan Hidup Perempuan 65 Sumaatmadja, Nursid. 1986. Studi Geografi Suatu Pendekatan Keruangan. Bandung: Alumni. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Pasal 31 tentang Sikdinas ADMINISTRATIO Wajdi, Farid dan M. Musiyam. 2000. Kerentanan dan Jaring Pengaman Sosial. Surakarta: Muhammadiyah University Press. ISSN : 2087-0825 66 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.4, No.1, Januari – Juni 2013 ADMINISTRATIO ISSN : 2087-0825