PERBEDAAN FREKUENSI EMESIS SEBELUM DAN SETELAH PEMBERIAN MINUM JAHE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDARUM TRIMESTER I DI PUSKESMAS COMORO DILI TIMOR LESTE Francisca Rosalina Fatima De Deus, Eti Salafas1, Farida Aini2 Program studi D IV Kebidanan Fakultsa Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo ABSTRAK Latar belakang : Setiap wanita hamil akan memiliki derajat mual yang berbedabeda, ada yang tidak terlalu merasakan apa-apa, tetapi ada juga yang merasa mual dan ada yang merasa sangat mual dan ingin muntah setiap saat. Penanganan emesis gravidarum bisa dilakukan dengan beberapa cara.Literatur menyebutkan bahwa tanaman herbal yang bisa mengurangi mual muntah adalah jahe, kamomil, daun rasberi dan papermint. Sebagai anti mual dan muntah jahe dapat dikonsumsi dalam berbagai cara seperti, wedang jahe, aromaterapi, irisan jahe, kapsul, teblet, dan esktrak jahe. Tujuan : penelitian adalah mengetahui perbedaan efektifitas konsumsi minuman jahe dalam mengurangi emesis gravidarum pada ibu hamil TM I di di Puskesmas Comoro Dili Timor Leste. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pre exsperiment design dengan One Groups Pretest-Posttest Design dengan populasi semua ibu hamil TM I sejumlah 34 orang. Metode : pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan sampel sebanyak 15 orang. Instrument pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi. Setelah terkumpul data dianalisa dengan uji t test dependent. Hasil : penelitian ini menunjukkan emesis gravidarum pada ibu hamil TM I sebelum diberikan minuman jahe rata-rata sebesar 15,87 kali /hari sedangkan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil TM I setelah diberikan minuman jahe rata-rata sebesar 3,33 kali / hari dengan standar deviasi 1,839. Uji t test dependent didapatkan hasil ada perbedaan yang signifikan kejadian emesis gravidarum sebelum dan sesudah diberikan minuman jahe terhadap pada ibu hamil TM I di Puskesmas Comoro Dili Timor Leste dengan nilai p value = 0,000 (α = 0,05). Kesimpulkan : Diharapkan bagi masyarakat (ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum) maupun keluarga dapat menerapkan pengobatan herbal yang tepat untuk mengobati gejala mual muntah salah satunya mengkonsumsi minuman jahe agar dapat mengurangi gejala mual muntahnya, jadi bisa mengurangi penggunaan obat-obatan farmakologi yang ada efek sampingnya. Kata Kunci : emesis gravidarum, minuman jahe, ibu hamil Trimester I Perbedaan frekuensi emesis sebelum dan sesudah pemberian minuman jahe pada ibu hamil trimester I di puskesmas comoro dili timor leste 1 ABSTRACT Background : Every pregnant woman will have different degrees of nausea, one will feel better and the other will fell very nausea every time. Handling emesis gravidarum can be done in several ways. The literature mentions that herbs can reduce nausea, vomit are ginger, chamomile, raspberry and peppermint leaves. As anti nausea and vomit ginger can be consumed in various ways such as, ginger drink, aromatherapy, ginger slices, capsules, tablet, and ginger extract. The purpose : of this research was know the difference of emesis frequency before and after ginger drinking on primigravidarum pregnancy Trimester I at Comoro Public Health Center Dili East Timor. Method : This research used Pre research experiment design method with One Groups Pretest-Posttest Design with population of all pregnant women Trimester I of 34 people. Sampling method using purposive sampling with sample counted 15 people. Instrument data retrieval using observation sheet. After collected the data is analyzed by t test dependent test. Result : The results of this study showed emesis gravidarum in pregnant women Trimester I before ginger drinks averaged 15.40 times / day while the emesis gravidarum event in Trimester 1 pregnant women after being given an average ginger drink of 3.418 times / day with standard Deviation 0,990. The test of t test dependent showed that there was a significant difference of emesis gravidarum incidence before and after being given ginger drink to Trimester 1 pregnant women at Puskesmas Comoro Dili East Timor with p value = 0,000 (α = 0,05). Conclusion : It was hoped that the community (pregnant women who have emesis gravidarum) and family could apply the right herbal treatment to treat the symptoms of nausea vomit one of them consuming ginger drink in order to reduce the symptoms of nausea vomiting, so can reduce the use of pharmacological drugs that have side effects. Keywords : emesis gravidarum, ginger drink, pregnant women Trimester I PENDAHULUAN Kehamilan adalah suatu kejadian yang selalu diinginkan oleh setiap pasangan suami istri, mulai awal kehamilan sudah dilakukan persiapan menyambut kelahiran bayi. Pada setiap kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita khususnya pada alat genetalia eksterna dan interna, serta pada payudara. Dalam hal ini hormon somatomammotropin, estrogen dan progesteron mempunyai peranan penting terhadap beberapa perubahan yang terjadi pada ibu hamil. Perubahan karena hormon estrogen pada kehamilan akan mengakibatkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan sehingga menimbulkan rasa mual dan muntah. Selain hormon estrogen diduga pengeluaran Human Chorionic Gonadotropine (HCG) dalam serum dari plasenta juga menyebabkan mual muntah (Wiknjosastro, 2009). Meningkatnya hormon ini bersamaan dengan timbulnya rasa mual bagi perempuan, yang akan Perbedaan frekuensi emesis sebelum dan sesudah pemberian minuman jahe pada ibu hamil trimester I di puskesmas comoro dili timor leste 2 berkurang sedikit demi sedikit pada minggu ke 12 - 14. Meningkatnya kadar hormon secara tiba-tiba dapat langsung menimbulkan efek pedih pada lapisan perut, dan efek ini berupa mual-mual. Mual-mual ini umumnya berlangsung tidak lebih dari tiga bulan pertama dan rasa mual ini berhenti secara perlahan (Stoppard, 2011). Laporan menunjukkan bahwa hampir 50 - 90% wanita hamil mual muntah terjadi pada trimester pertama (3 bulan pertama kehamilan). Keadaan ini akan membaik pada usia kehamilan 12 16 minggu. Keadaan ini terjadi pada sekitar 60 - 80% primigravida dan 40 - 60% terjadi pada multigravida. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian dapat berlangsung berbulan -bulan. Keluhan ini merupakan hal yang fisiologis akan tetapi bila tidak segera diatasi akan menjadi hal yang patologis sehingga akan menimbulkan gangguan pada kehamilan (Winknjosastro, 2009). Hal ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya fungsi indra penciuman yang dirangsang oleh hormon-hormon berkaitan dengan kehamilan yang terdapat di dalam darah. Mual muntah terutama di pagi hari atau biasa dikenal dengan morning sickness, walaupun tidak selamanya muncul di pagi hari. Beberapa minggu awal kehamilan biasanya ibu mengeluh nafsu makan menurun. Keluhan ini jika tidak diatasi akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan zat gizi dan seringkali upaya penanggulangan yang dilakukan pun akan berkaitan dengan masalah makanan yang dikonsumsi (Sulistyoningsih, 2011). Mual dan muntah pada kehamilan berlebih atau hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan wanita, namun juga dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, bayi lahir rendah, kelahiran prematur, serta malforasi pada bayi baru lahir. Kejadian pertumbuhan janin terhambat (Intrauterine growth retardation/ IUGR) meningkat pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum (Runiari, 2010). Penanganan emesis gravidarum bisa dilakukan dengan beberapa cara. Ketersediaan obatobatan sebagai upaya penanganan juga bisa didapatkan dengan mudah. Namun obat-obatan tersebut berpotensi untuk memberikan efek teratogenik selama masa pertumbuhan janin pada awal kehamilan. Oleh karena itu banyak dari wanita hamil mulai mencari alternatif penanganan yang lain salah satunya melalui pengobatan alternatif ataupun tradisional. Literatur menyebutkan bahwa tanaman herbal yang bisa mengurangi mual muntah adalah jahe, kamomil, daun rasberi dan papermint (Wilkinson, 2010). Maulana (2008), juga berpendapat bahwa ada beberapa cara mengatasi emesis gravidarum selama awal kehamilan adalah makan sedikit tapi sering, makan makanan yang tinggi karbohidrat, makan buah dan sayur-sayuran, hindari makanmakan yang berlemak, berminyak dan pedas, meminum obat-obatan tradisional seperti jahe dan lain-lain. Jahe bekerja sebagai anti mual dan muntah melalui beberapa mekanisme. Pertama, jahe Perbedaan frekuensi emesis sebelum dan sesudah pemberian minuman jahe pada ibu hamil trimester I di puskesmas comoro dili timor leste 3 menstimulasi motilitas traktus gastrointestinal yang sebelumnya diturunkan oleh hormon progesteron dan menstimulasi disekresikannya saliva, empedu serta produk sekresi lambung yang lain. Kandungan di dalam jahe terdapat minyak Atsiri Zingiberena (zingirona), zingiberol, bisabilena, kurkumen, gingerol, flandrena, vit A dan resin pahit yang dapat memblok serotinin yaitu suatu neurotransmitter yang disintesiskan pada neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat dan sel-sel enterokromafin dalam saluran pencernaan sehingga dipercaya dapat sebagai pemberi perasaan nyaman dalam perut sehingga dipercaya sebagai pemberi perasaan nyaman dalam perut sehingga dapat mengatasi mual muntah (Ahmad, 2013). Studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Comoro Dili Timor Leste pada bulan Maret sampai Mei 2017, ibu hamil dengan Trimester I yang datang melakukan ANC berjumlah 473 orang, yang mengalami emesisi gravidarum berjumlah 50 orang dan menyebabkan ibu tidak mau makan sehingga keadaan ibu lemah, aktivitas sehari-harinya pun terganggu. Sedangkan 13 orang ibu hamil menyatakan bahwa pada saat awal kehamilan mengalami mual muntah tetapi hanya sebentar dan berlangsung hanya beberapa hari saja serta hal tersebut tidak menyebabkan kondisi ibu hamil menjadi lemah dan terganggu kehamilannya. Sedangkan menurut semua responden menyatakan bahwa yang dilakukan oleh bidan untuk mengurangi kejadian emesis gravidarum yaitu dengan memberikan konseling kepada ibu hamil tentang tips-tips untuk membantu mengatasi mual muntah dan memberikan vitamin B6 yang efektif untuk mengurangi mual muntah dan yang belum diberikan adalah agar mengkonsumsi minuman ekstrak jahe untuk mengurangi mual muntah. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimen. Pendekatan yang digunakan adalah “One Groups Pretest-Posttest Design” untuk mengetahui perbedaan frekuensi minuman jahe dalam mengurangi emesis gravidarum pada ibu hamil Trimester I di Puskesmas Comoro Dili Timor Leste atau menguji hipotesis tentang adatidaknya pengaruh perlakuan yang diberikan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil Trimester I di Puskesmas Comoro Dili Timor Leste pada bulan Maret sampai Mei tahun 2017. jumlah sampel minimal dalam penelitian ini adalah 12 responden. Upaya untuk mengatasi adanya kemungkinan droup out dari responden, maka jumlah cadangan yang harus dipersiapkan adalah 10%, besar sampel dalam penelitian ini adalah 15 responden. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara non probability sampling jenis purposive sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar penilaian emesis gravidarum yang berupa lembar observasi. Pemberian minuman jahe dengan jenis jahe yang digunakan yaitu jahe syrup sebanyak Perbedaan frekuensi emesis sebelum dan sesudah pemberian minuman jahe pada ibu hamil trimester I di puskesmas comoro dili timor leste 4 200 mg (0,25 gram) dan diseduh air panas 250 ml yang diminum 2 × 1 sehari selama 4 hari. Analisi univariat di fokuskan pada mean atandar deviasi dannilai maximum dan minimum dan analisis bivariat dengan uji dependent t-test (paired t-test). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang di lakukan pada 15 responden adalah sebagai berikut : Tabel 1 Gambaran kejadian emesis gravidarum sebelum diberikan minuman jahe pada ibu hamil Trimester I di Puskesmas Comoro Dili Timor Leste Emesis n Mi Ma Mea Std. gravidar n x n Devi um ation Sebelum 1 11 20 15,4 3,418 5 0 Tabel 1 menunjukkan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil Trimester I sebelum diberikan minuman jahe paling sedikit sebanyak 11 kali/hari, paling banyak 20 kali/hari, serta rata-rata sebesar 15,87 kali/hari dengan standar deviasi 3,418. Bahwa sebagian besar responden sebelum diberikan minuman jahe mengalami emesis gravidarum. menurut peneliti berdasarkan hasil observasi dan wawancara saat penelitian ini berlangsung disebabkan salah satunya faktor psikologis ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum yang kebanyakan masih berusia muda bahkan ada yang masih berusia di bawah 17 tahun sehingga faktor psikologis ibu terganggu dan menimbulkan terjadinya emesis gravidarum. Faktor psikologis yang mempengaruhi terjadinya emesis gravidarum terdiri dari stres, dukungan suami dan keluarga serta faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Perubahan bentuk tubuh yang terjadi pada ibu dengan emesis yaitu berat badan cenderung turun atau ibu terlihat lebih kurus, turgor kulit berkurang dan mata terlihat cekung. Apabila ibu hamil yang mengalami hal-hal tersebut tidak melakukan penanganan dengan baik dapat menimbulkan masalah lain yaitu peningkatan asam lambung dan selanjutnya dapat menjadi gastritis. Peningkatan asam lambung akan semakin memperparah emesis gravidarum (Maulana, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Armilah (2010), mengungkapkan bahwa usia ibu memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian remesis gravidarum. Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun lebih berisiko terhadap kejadian emesis gravidarum dibandingkan dengan usia ibu 20 35 tahun. Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, misalnya rumah tangga retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan atau takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu (Wiknjosastro, 2010). Hasil penelitian juga diketahui bahwa menurut asumsi peneliti masih banyaknya kejadian emesis pada ibu hamil dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang kondisi kehamilannya baik itu tanda gejala kehamilan, cara memelihara kesehatan saat hamil dan berbagai perubahan yang terjadi saat Perbedaan frekuensi emesis sebelum dan sesudah pemberian minuman jahe pada ibu hamil trimester I di puskesmas comoro dili timor leste 5 memasuki masa kehamilan sehingga tidak mengetahui perubahan hormon yang mengeluarkan asam lambung yang berlebihan terjadi pada tubuhnya yang menyebabkan timbulnya rasa mual muntah. Menurut Azwar (2013), seorang yang tidak berpendidikan akan rentan terhadap penjelasan yang tidak rasional. Wanita yang tidak berpendidikan tidak mudah untuk mendapat pelayanan kesehatan yang profesional dan informasi yang akurat dibanding yang berpendidikan karena manfaat pelayanan kesehatan tersebut tidak disadari sepenuhnya atau karena takut terhadap pelayanan kesehatan yang dianggap masih asing. Tingkat pendidikan ini erat hubungannya dengan kemampuan untuk memahami tentang hiperemesis gravidarum. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010), pengetahuan tidak lepas dari pendidikan yang diterima, pada umumnya semakin tinggi pendidikan formal yang dicapai maka semakin baik pula proses pemahaman dalam menerima sebuah informasi baru. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui salah satu penyebab terjadinya emesis gravidarum pada sebagian besar responden menurut hasil wawancara saat penelitian ini berlangsung dan juga asumsi peneliti dikarenakan masih banyak ibu hamil yang tidak bekerja. Pekerjaan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Armilah (2010), yang mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja lebih besar risikonya terhadap kejadian hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Uraian tersebut di atas menurut asumsi peneliti merupakan salah satu penyebab terjadinya emesis pada sebagian besar responden dalam penelitian ini, sehingga perlu adanya tindak lanjut untuk mengurangi faktor resiko dan mengatasi kejadian emesis gravidarum pada sebagian besar responden dalam penelitian ini. Salah satu cara penanganan yang dilakukan oleh peneliti untuk mencegah dan mengurangi kejadian emesis gravidarum dalam penelitian ini adalah dengan pemberian minuman jahe pada responden. Tabel 2 Gambaran kejadian emesis gravidarum sesudah diberikan minuman jahe pada ibu hamil Trimester I di Puskesmas Comoro Dili Timor Leste Emesis n Mi Ma Mea Std. gravid n x n Deviatio arum n Sesuda 1 1 7 2,533 0,990. h 5 . Tabel 2 menunjukkan kejadian emesis gravidarum pada ibu hamil Trimester I sebelum setelah diberikan minuman jahe paling sedikit sebanyak 1 kali/hari, paling banyak 5 kali/hari, serta rata-rata sebesar 2,53. kali/hari dengan standar deviasi 0,990. Responden setelah mengalami penurunan mual muntahnya yaitu 1 kali sehari hal ini sebabkan karena ibu mengukonsumsi minuman jahe dengan rutin secara teratur 2 kali sehari selama 5 hari berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti ke responden atau ibu hamil yang mengalami emesis Perbedaan frekuensi emesis sebelum dan sesudah pemberian minuman jahe pada ibu hamil trimester I di puskesmas comoro dili timor leste 6 gravidarum mengatasinya dengan Emesis Std. p n Mean t mengkonsumsi ekstrak jahe. gravidarum Deviation value Penelitian ini sejalan Sebelum 15 15,40 3,418. 16,899. 0,000 dengan penelitian yang dilakukan Sesudah 15 2,53. 0,990. yang oleh Kikak (2013), dengan judul efektifitas konsumsi ekstrak Tabel 3, menunjukkan bahwa pada jahe dengan frekuensi mual muntah ibu hamil Trimester I rata-rata pada ibu hamil yang menyatakan kejadian emesis gravidarum bahwa jahe efektif untuk sebanyak 15,40 kali sebelum menurunkan mual muntah pada ibu diberikan minuman jahe kemudian hamil. mengalami penurunan menjadi 2,53. Mual dan muntah selama kali setelah diberikan ekstrak jahe. kehamilan dapat diatasi dengan terapi Sehingga dapat disimpulkan setelah farmakologi dan non-farmakologi. diberikan minuman jahe mengalami Salah satu terapi non-farmakologi penurunan rata-rata sebesar yang direkomendasikan untuk 2,53/hari. mengatasi mual dan muntah adalah Hasil analisis data untuk jahe. Penyebaran jahe hampir ada di kejadian emesis gravidarum pada ibu seluruh daerah di Indonesia dan hamil sebelum dan sesudah diberikan memiliki banyak khasiat, salah minuman jahe menggunakan uji satunya sebagai anti mual dan paired t test didapatkan p value = muntah. Jahe dapat membantu 0,000 (α =0,05), ini menunjukkan menetralkan efek merusak yang bahwa ada perbedaan yang signifikan disebabkan oleh radikal bebas di kejadian emesis gravidarum sebelum dalam tubuh. Sebuah penelitian yang dan sesudah diberikan minuman jahe dilaporkan dalam jurnal obstetrics & terhadap pada ibu hamil Trimester I Gynecology menemukan bahwa jahe di Puskesmas Comoro Dili Timor lebih efektif dalam mengontrol mual Leste. dan muntah dibandingkan dengan Dalam jurnal penelitian placebo, seperti dikutip dari Wiriyasiriwach (2013), yang berjudul Medicalnewstoday, sabtu comparing the effectiveness of (14/5/2011). Studi lain menemukan vitamin b6 and ginger in treatment of bahwa jahe bisa efektif mengurangi pregnancy-induced nausea and emesis gravidarum. Jahe selama ini vomiting (2013), menjelaskan bahwa memiliki sejarah yang panjang sebagi jahe dan vitamin B6 sama-sama obat untuk sakit perut. Hal ini karena efektif untuk mengurangi mual dan kandungan senyawa aktif 6 gingerol muntah pada kehamilan. yang diketahui bisa membantu Jahe sekurangnya mengendurkan otot gastrointestinal mengandung 19 komponen yang (Indarwati, 2009). berguna bagi tubuh yang salah satunya gingerol yaitu senyawa Tabel 3 Perbedaan kejadian paling utama dan telah terbukti emesis jahe terhadap pada ibu memiliki aktivitas antiemetik hamil Trimester I di Puskesmas (antimuntah) yang manjur dengan Comoro Dili Timor Leste bersifat memblok serotonin, yaitu senyawa kimia pembawa pesan. Perbedaan frekuensi emesis sebelum dan sesudah pemberian minuman jahe pada ibu hamil trimester I di puskesmas comoro dili timor leste 7 Senyawa ini menyebabkan perut berkontraksi sehingga apabila diblok maka otot-otot saluran pencernaan akan mengendor dan melemah sehingga rasa mual banyak berkurang. Jahe sangat efektif pada pengunaan antiemetik untuk mencegah emesis gravidarum pada kehamilan, keracunan (Budhawaar,2010). Jahe bekerja sebagai anti mual dan muntah melalui beberapa mekanisme. Pertama, jahe menstimulasi motilitas traktus gastrointestinal yang sebelumnya diturunkan oleh hormon progesteron dan menstimulasi disekresikannya saliva, empedu serta produk sekresi lambung yang lain. Kedua, jahe dapat menghambat aktivasi 5-HT3, serta memiliki efek yang mirip dengan antagonis 5-HT3 dan ondansetron yang menyebabkan perut berkontraksi sehingga timbul perasaan mual dan muntah. Ketiga, jahe mengendurkan dan melemahkan otot-otot saluran pencernaan sehingga mual dan muntah dapat berkurang. Keempat, jahe menghambat efek karminatif, sehingga mencegah pengeluaran gas lambung. Kelima, jahe memiliki efek seperti dimenhydrinate. Dimenhydrinate merupakan antagonis histamin (H1) dan juga dapat menghambat stimulasi vestibular yang bekerja pada sistem otolit dan pada dosis besar pada kanal semisirkular. Keenam, jahe dapat menurunkan efek cisplatin melaui hambatan (Rahmani, 2014). Kandungan di dalam jahe terdapat minyak Atsiri Zingiberena (zingirona), zingiberol, bisabilena, kurkumen, gingerol, flandrena, vit A dan resin pahit yang dapat memblok serotinin yaitu suatu neurotransmitter yang disintesiskan pada neuronneuron serotonergis dalam sistem saraf pusat dan sel-sel enterokromafin dalam saluran pencernaan sehingga di percaya dapat sebagai pemberi perasaan nyaman dalam perut sehingga dipercaya sebagai pemberi perasaan nyaman dalam perut sehingga dapat mengatasi mual muntah (Ahmad, 2013). KESIMPULAN 1. Rata-rata frekuensi emesis gravidarum sebelum diberikan jahe pada ibu hamil Trimester I yang diberikan minimal 11x/hari paling banyak maximal 20x/hari sebesar 15,40. x/hari. 2. Rata – rata frekuensi emesis gravidarum sesudah diberikan jahe pada ibu hamil Trimester I paling sedikit sebanyak 1x/hari paling banyak 5x/hari sebesar 2,53. x/hari dan standar defisiasinya 0,990. 3. Ada perbedaan yang signifikan frekensi emesis gravidarum sebelum dan sesudah diberikan minuman jahe terhadap pada ibu hamil Trimester I di Puskesmas Comoro Dili Timor Leste dengan nilai p value = 0,000 (α = 0,05). SARAN 1. Bagi ibu hamil Ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum maupun keluarga dapat menerapkan pengobatan herbal yang tepat untuk mengobati gejala mual muntah salah satunya Perbedaan frekuensi emesis sebelum dan sesudah pemberian minuman jahe pada ibu hamil trimester I di puskesmas comoro dili timor leste 8 mengkonsumsi minuman jahe agar dapat mengurangi gejala mual muntahnya, jadi bisa mengurangi penggunaan obatobatan farmakologi yang ada efek sampingnya. 2. Bagi tenaga kesehatan Dapat mengaplikasikan hasil penelitian ini pada ibu hamil yang mengalami mual muntah serta bisa memberikan terapi tradisional pada ibu hamil untuk mengurangi emesis gravidarum sebagai pendamping pemberian obat farmakologis. 8. Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 9. Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kandungan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 10. Wiknjosastro, Hanifa. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 11. Wilkinson JM. (2010). Effect of ginger t ea on the fetal development of Sprague-Dawley rats. Reprod Toxicol REFERENSI 1. Budhwaar, V. (2010). Khasiat Rahasia Jahe dan Kunyit. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer 2. Maulana. (2008). Penyakit kehamilan dan pengobatannya. Yogjakarta: Kata hati. 3. Notoatmojo, (2010). Metodologi peneitian kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta 4. Rahmani AH, Al Shabrmi FM, Aly SM (2014). Active ingredients of ginger as potential candidates in the prevention and treatment of diseases via modulation of biological activities. Int J Physiol Pathophysiol Pharmacol. 5. Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis gravidarum. Jakarta : Salemba Medika. 6. Stoppard M. (2007). Kehamilan dan Kelahiran.Jakarta : Pustaka Pelajar 7. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Perbedaan frekuensi emesis sebelum dan sesudah pemberian minuman jahe pada ibu hamil trimester I di puskesmas comoro dili timor leste 9