VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji VECM, dalam jangka pendek dan jangka panjang, SBIS secara signifikan memengaruhi GDP Indonesia. Pengaruh variabel moneter ini akan meningkatkan nilai GDP riil di Indonesia. Mengingat transmisi moneter yang diteliti oleh Ascarya (2009), SBIS merupakan penggerak perekonomian pada sektor riil. SBIS sebagai instrumen kebijakn moneter syariah merupakan alat untuk kontraksi moneter. Pengambilan dana dari masyarakat ini, akan dialihkan untuk program pembangunan proyek pemerintah di sektor riil. Oleh karena itu, keberadaan SBIS dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam jangka panjang, variabel moneter lain dan pasar modal syariah yang memengaruhi GDP riil Indonesia, antara lain: M2, JII, NPS, dan XR. Hasil yang diperoleh adalah broad money (M2) berpengaruh negatif terhadap GDP. Perubahan M2 akan menurunkan GDP. Apabila diasumsikan money supply meningkat dalam operasi pasar terbuka (OPT), tetapi kenaikan likuiditas ini tidak dibelanjakan oleh masyarakat, melainkan disimpan di rumah (hoarding). Kondisi ini mengakibatkan GDP Indonesia akan tidak berubah atau bahkan menurun dari nilai sebelumnya. Perubahan kenaikan nilai pada indeks JII akan meningkatkan GDP pada jangka panjang. Hubungan antara JII dengan GDP riil adalah positif. Nilai perdagangan saham syariah juga memiliki korelasi yang positif terhadap GDP Indonesia. Seperti yang kita ketahui, bahwa seluruh produk syariah adalah 95 ditujukan untuk perbaikan sektor riil secara langsung. Sehingga investasi pada pasar modal syariah ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Fluktuasi nilai pada jumlah uang beredar akan direspon melalui nilai tukar (exchange rate) Rupiah terhadap USD. Peningkatan nilai tukar Rupiah akan meningkatkan nilai GDP Indonesia. Nilai tukar mempunyai peran dalam menyeimbangkan permintaan dan penawaran aset. Pada perekonomian yang terbuka, perkembangan pasar modal yang positif akan direspon oleh investor asing dengan pembelian efek atau saham di bursa sehingga terjadi capital inflow yang membawa nilai tukar pada tahap apresiasi, begitupun sebaliknya. Selain itu perkembangan pasar modal yang meningkat akan membawa perusahaan-perusahaan permodalan yang lebih kuat karena dana yang terhimpun untuk kebutuhan investasi meningkat sehingga pengembangan usaha melalui investasi pada sektor-sektor yang lebih luas dapat meningkat dan hal ini mengindikasikan peningkatan investasi riil. Sebaliknya jika tingkat perkembangan pasar modal tergolong rendah maka akan menurunkan tingkat investasi riil. Peningkatan investasi riil sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan output nasional (GDP). Berdasarkan studi “Dinamika Interaksi antara Variabel Moneter dan Pasar Modal Syariah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” disimpulkan bahwa keberadaan pasar modal syariah di Indonesia mampu mem-back up perekonomian Indonesia. Variabel moneter mudah mengalami guncangan akibat krisis global. Melihat respon JII yang cepat stabil saat terjadi guncangan pada variabel-variabel moneter serta GDP riil, mendukung pasar modal syariah untuk terus 96 dikembangkan. Bahkan pasar modal syariah terbukti tahan terhadap krisis padahal beberapa negara maju seperti Eropa mengalami krisis financial. Hal ini dikarenakan prinsip syariah yang melarang adanya riba serta melarang adanya unsur gharar dan maysir. Variabel moneter memiliki peran tersendiri dalam memengaruhi nilai indeks JII. Berdasarkan hasil Forecast Error Variance Decomposition, variabel moneter yang paling berperan terhadap JII adalah SBI dan exchange rate. Hal ini menunjukkan penetapan kebijakan pada SBI dan exchange rate harus lebih prudential, karena akan memengaruhi JII yang menjadi acuan investor dalam melakukan transaksi dalam perdagangan bursa. 6.2. Saran Para pelaku pasar modal syariah dan pemerintah perlu meningkatkan penyebaran dan kualitas keterbukaan informasi agar masyarakat dapat memainkan peranannya dalam melakukan investasi di pasar modal syariah. Adanya dorongan diversifikasi instrumen pasar modal syariah yang dapat meningkatkan minat konsumen untuk berperan dalam menjalankan transaksi di pasar modal syariah. Melihat kondisi JII yang mudah stabil, memberikan rekomendasi kepada para investor untuk menyimpan dananya pada bursa syariah. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999, secara implisit menunjukkan tujuan utama kebijakan moneter diarahkan untuk menjaga nilai tukar Rupiah dan inflasi. Otoritas moneter harus memiliki mekanisme yang tepat untuk memelihara kestabilan nilai tukar Rupiah. Karena ketidakstabilan nilai tukar akan memicu ketidakstabilan harga saham yang diperdagangkan di bursa.