ii. tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Sistem Ekonomi Islam
Paham-paham ekonomi yang berkembang di dunia ada empat yaitu
kapitalisme, sosialisme, komunisme, dan Islam (Karim, 2004). Perbedaan sistem
ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1. Perbandingan Sistem Ekonomi Kapitalis, Marxisme, dan Islam
Aspek yang
Konvensional
Islam
Dibandingkan
Kapitalis
Marxisme
Laissez
Faire
yang
Perjuangan
kelas
Untuk mencari
Filosofi dalam
menjelaskan
dan
kontradiksi
ridho Allah
produksi,
kebebasan berbuat antar kelas
distribusi, dan
dan invisible hand
konsumsi
Kepemilikan
Kepemilikan oleh Hak penggunaan
Prinsip yang
mutlak
dan
pasar
pemerintah atau
bukan
berlaku dalam
bebas
penguasa
kepemilikan
kepemilikan dan
sehingga
akses
(hanya sampai
akses untuk
terbatas
dengan
bertransaksi
meninggal) serta
keseimbangan
dan keadilan
Operasional
Bebas dalam
kompetisi
sempurna atau
bebas menentukan
harga dalam pasar
monopolistic
Kerja iteration
dan kerja
kolektivitas
Adanya
instrument zakat
dan wakaf,
pelarangan riba
dan Qirad
Mudharabah
Sumber: Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (2010)
Sistem ekonomi kapitalis adalah penganut ekonomi bebas yang didominasi
oleh capital. Aktivitas ekonomi yang dilakukan kaum kapitalis ini berupa
pencarian keuntungan yang sebesar-besarnya. Karakteristik sistem kapitalis yaitu
tidak diberlakukannya sentralisasi perencanaan ekonomi (individual action).
Sedangkan pada sistem sosialisme, karakteristik yang dominan adalah social
service motive. Diberlakukannya central planning of the economy pada sistem
13
ekonomi sosialis menunjukkan bahwa adanya distribusi pendapatan serta
pengakuan kepemilikan aset untuk publik. Sistem ekonomi marxisme seringkali
menyampingkan aspek agama. Marxisme merupakan bentuk komunisme yang
menekankan pada pendidikan dan program sosial ditujukan untuk kebahagiaan
kolektif.
Sitem ekonomi Islam dapat dilakukan dengan aktivitas investasi seperti
mudharabah dan musyarakah dan aktivitas jual beli seperti murabahah, ijarah,
istisna’, salam, dan rahn. Instrumen lain yang ada dalam mekanisme ekonomi
Islam, seperti aktivitas sosial (infaq, shadaqah, hadiah,dan hibah) dan aktivitas
regulasi (zakat,warisan, kharaj, dan jizyah). Secara umum, dapat dikatakan bahwa
sistem ekonomi Islam berdasarkan syariah adalah sistem yang menggunakan
pendekatan zakat, melarang adanya riba. Investasi tersebut dapat dilakukan
melalui peranan pasar modal syariah.
2.2.
Pasar Modal Syariah
2.2.1. Pengertian Pasar Modal Syariah
Pasar modal pada umumnya memiliki arti sebagai pelengkap sektor
keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan.
Pasar modal menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut
sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut emiten
(perusahaan yang go public) (Setiawan, 2004). Dalam arti sempit pasar modal
adalah tempat pasar terorganisir yang memperdagangkan saham-saham dan
obligasi-obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner, dan para
underwriter. Pengertian lain tentang pasar modal ialah semua pasar yang
14
terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit
(biasanya berjangka lebih dari 1 tahun) termasuk saham-saham, obligasi-obligasi,
pinjaman berjangka hipotik dan tabungan serta deposito berjangka.
Pasar modal merupakan perdagangan instrumen keuangan (sekuritas)
jangka panjang, antara lain: dalam bentuk modal sendiri (stock) maupun hutang
(bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh
perusahaan swasta (private sector). Sedangkan pasar modal syariah merupakan
tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli instrumen keuangan syariah,
dalam bertransaksi berpedoman pada ajaran Islam dan menjauhi hal-hal yang
dilarang, seperti penipuan dan penggelapan.
Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan
perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua
produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum
muamalat Islamiyah. Perbedaan mendasar antara bursa efek konvensional dengan
bursa efek syariah adalah indeks dari konvensional memasukkan seluruh saham
yang tercatat dibursa dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham
emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku.
Dasar hukum pasar modal syariah dijelaskan pada QS. Al-Baqarah:275
yang artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” Selain
itu, Hadits Riwayat Muslim, Tirmidzi, An-Nasa’I, Abu Daud, Ibnu Majah, dan
Abu Hurairah, menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli yang
mengandung gharar. Hal ini mengindikasikan bahwa jual beli saham dalam pasar
modal syariah dihalalkan.
15
Tinjauan pasar modal menurut konsep Islam sangat sesuai dengan
hipotesis pasar efisien. Pasar efisien merupakan suatu pasar yang harganya
senantiasa mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia ada. Dalam pasar
efisien, tidak ada seorangpun yang boleh mendapat keuntungan diharapkan yang
lebih tinggi daripada rata-rata pasar walaupun dia mempunyai suatu informasi
yang tertentu (Fama, 1970).
2.2.2. Instrumen Pasar Modal Syariah
Sektor keuangan yang berkembang dengan baik dapat mendorong
perekonomian, akumulasi capital, dan peningkatan produktivitas. Di bawah ini
merupakan produk-produk yang tergolong sebagai instrument pasar modal
syariah, antara lain:
a) Saham Syariah
Produk investsi berupa saham pada prinsipnya sudah sesuai dengan ajaran
Islam. Dalam teori percampuran, Islam mengenal akad syirkah atau musyarakah
yaitu suatu kerjasama antara dua atau lebih pihak untuk melakukan usaha dimana
masing-masing pihak menyetorkan sejumlah dana, barang atau jasa. Saham
merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan status perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.
Adapun jenis-jenis syirkah yang dikenal dalam ilmu fikih yaitu:
mufawadhah, wujuh, abdan, dan mudharabah. Pembagian tersebut didasarkan
pada jenis setoran masing-masing pihak dan siapa diantara pihak tersebut yang
mengelola kegiatan usaha tersebut. Fatwa di atas telah menentukan bagaimana
memilih saham-saham yang sesuai dengan ajaran Islam.
16
Dalam kumpulan fatwa Dewan Syariah Nasional Saudi Arabia yang
diketui oleh Syekh Abdul Aziz Ibn Abdillah Ibn Baz jilid 13 bab jual beli (JH9)
halaman 320-321 fatwa nomor 4016 dan 5149 dalam Huda dan Edwin (2007)
tentang hukum jual beli saham dinyatakan sebagai berikut:
“Jika saham yang diperjualbelikan tidak serupa dengan uang secara utuh
apa adanya, akan tetapi hanya representasi dari sebuah aset seperti
tanah, mobil, pabrik, dan yang sejenisnya, dan hal tersebut merupakan
sesuatu yang telah diketahui oleh penjual dan pembeli, maka dibolehkan
hukumnya untuk diperjualbelikan dengan harga tunai ataupun tangguh,
yang dibayarkan secara kontan ataupun beberapa kali pembayaran,
berdasarkan keumuman dalil tentang bolehnya jual beli.”
Dalam perkembangannya telah banyak negara-negara yang telah
menentukan batasan suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah.
Misalnya Malaysia melalui Kuala Lumpur Composite Index, serta Amerika serikat
melaui Dow Jones Islamic Index.
b) Obligasi Syariah (Sukuk)
Obligasi berdasarkan definisinya adalah suatu surat berharga jangka
panjang yang bersifat hutang yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang
obligasi dengan kewajiban membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi
pokok pada saat jatuh tempo kepada pemegang obligasi. Berdasarkan definisi
tersebut maka dapat dikatakan bahwa obligasi adalah suatu produk yang tidak
sesuai ajaran Islam. Menurut ajaran Islam maka suatu hutang piutang termasuk
kegiatan tabaru (kebajikan), sehingga diharamkan untuk mendapatkan sesuatu dari
kegiatan tersebut.
17
Berdasarkan DSN melalui fatwa Nomor: 32/DSN-MUI/IX/2002 tanggal
14 September 2002 tentang Obligasi Syariah telah melakukan redifinisi dari
pengertian obligasi. Pengertian obligasi syariah dalam fatwa tersebut adalah suatu
surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/
margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Dalam mengembangkan sistem ekonomi syariah, penggunaan akad-akad
menjadi prinsip yang membedakan antara ekonomi konvensional dengan ekonomi
syariah. Akad-akad yang digunakan dalam penerbitan obligasi syariah, antara lain:
1.
Mudharabah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, dimana satu
pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan
keahlian, keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah
yang telah disetujui sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan
ditanggung oleh pemilik modal sepenuhnya, kecuali adanya kelalaian yang
dilakukan oleh penyedia tenaga.
2.
Murabahah, yaitu akad atau perjanjian jual-beli atas suatu barang dimana
harga dan keuntungannya (profit margin) disetujui oleh semua pihak yang
terlibat. Pembayarannya dapat dilakukan secara tunai, cicil atau tangguh,
sedangkan penyerahan barang dilakukan di awal pada saat dilakukannya
transaksi.
3.
Salam, yaitu pemesanan barang dengan pembayaran dimuka, dengan
spesifikasi tertentu dan penyerahan barang dikemudian hari. Rasulullah
bersabda “Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukan dengan
18
takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang
diketahui.” (HR. Bukhari Muslim). Hadits tersebut menjadi dasar yang kuat
adanya transaksi salam.
4.
Istishna’, yaitu akad jual beli aset berupa obyek pembiayaan antara para
pihak dimana spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga aset
tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
5.
Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu sendiri.
c) Reksa Dana Syariah
Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh manajer investasi. Fatwa DSN Nomor: 20/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 18
April 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah
telah mendefiniskan tentang reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi
menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara
pemodal sebagai milik harta (shahib al-mal/rabbal-maal) dengan manajer
investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai
wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Berdasarkan hal tersebut maka
batasan untuk produk-produkyang dapat dijadikan portofolio bagi reksa dana
syariah adalah produk-produk investasi sesuai dengan ajaran Islam.
2.2.3. Jakarta Islamic Index (JII)
Perkembangan pasar modal syariah
menunjukkan kemajuan seiring
dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index (JII).
19
Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih
besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah
pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham syariah. Pasar modal
syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi
bersumber dari nilai epistemologi Islam.
Jakarta Islamic Index (JII) dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Tujuan
pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk
melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi
pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di Bursa.
JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham
berbasis syariah di Indonesia. Anggota JII terdiri dari 30 saham yang mewakili
dan 42 persen dari kapitalisasi pasar di BEI. Anggota JII akan ditinjau kembali
setiap enam bulan sekali, tepatnya bulan Januari dan bulan Juni pada tiap-tiap
tahunnya.
2.3.
Teori Investasi
Investasi merupakan suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Investasi dapat dilakukan baik di
pasar uang maupun di pasar modal ataupun ditempatkan sebagai kredit pada
masyarakat yang membutuhkan (Sunariyah, 2000). Investasi adalah penempatan
dana dengan harapan dapat memelihara atau menaikkan nilai dan atau
memberikan hasil (return) yang positif (Reilly, 1989). Menurut Lypsey (1997),
20
investasi adalah pengeluaran barang yang tidak dikonsumsi saat ini dimana
berdasarkan periode waktunya, investasi dapat terbagi menjadi tiga diantaranya:
investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang.
Husnan (2001) mendefinisikan investasi sebagai penggunaan uang dengan
maksud memperoleh penghasilan.
Tingkat bunga riil, r
Fungsi investasi, I (r)
Kuantitas investasi, I
Sumber: N. Gregory Mankiw
Gambar 2.1. Fungsi Investasi
Investasi menurut Mankiw didefinisikan sebagai barang-barang yang
dibeli oleh individu ataupun perusahaan untuk menambah persediaan modal
mereka. Fungsi investasi mengaitkan jumlah investasi/pada tingkat bunga riil.
Investasi bergantung pada tingkat bunga riil karena tingkat bunga adalah biaya
pinjaman. Tingkat bunga riil merupakan tingkat bunga nominal yang dikoreksi
untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Ketika tingkat bunga naik semakin sedikit
proyek investasi yang menguntungkan.
Teori Harrod-Domar melihat pengaruh Investasi (I) dalam perspektif
waktu yang lebih panjang. Menurut Harrord-Domar, pengeluaran Investasi (I)
tidak hanya berpengaruh (lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat
21
(Z), tetapi juga pada penawaran agregat (S) melaui pengaruhnya terhadap
kapasitas produksi. Dalam perspektif yang panjang, peningkatan investasi akan
menambah stok kapital dan mampu meningkatkan produktivitas masyarakat.
2.4.
Teori Pertumbuhan Uang
Uang adalah permintaan aset yang dapat dengan segera digunakan untuk
melakukan transaksi. Fungsi uang, yaitu sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan
media pertukaran. Jumlah uang yang tersedia disebut dengan jumlah uang beredar
(money supply). Lembaga yang mengontrol jumlah uang beredar adalah bank
sentral. Lembaga ini berdiri secara independen dalam suatu negara.
Menurut Bank Indonesia, di Indonesia saat ini hanya mengenal dua macam
uang beredar saja, yaitu :
1. Uang beredar dalam arti sempit (narrow money), yang sering disebut M1,
didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta
domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang giral (D).
2. Uang beredar dalam arti luas (broad money), yang disimbolkan M2,
didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta
domestik yang terdiri dari uang kartal, uang giral, dan uang kuasi.
Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa M2 adalah M1 ditambah dengan
tabungan dan simpanan berjangka lain yang jaraknya lebih pendek (uang kuasi),
termasuk rekening pasar uang dan pinjaman semalam antar bank. Uang kartal
merupakan uang kertas ataupun logam yang dikeluarkan oleh bank sentral.
Sedangkan uang giral merupakan bentuk dari cek dan giro yang dikeluarkan oleh
bank-bank umum.
22
Menurut Ibnu Taimiyah dalam Karim (2004), uang adalah standar nilai
(mi’yar al-amwal) dan merupakan alat tukar, selain itu uang tidak pernah
dimaksudkan untuk dikonsumsi. Uang itu digunakan untuk mendapatkan barang
lain (alat tukar) dan tidak untuk diperdagangkan. Beliau mengemukakan tentang
konsep volume fulus (uang) haruslah proporsional dengan volume transaksi
dimana tingkat harga ditentukan, dan konsep ini dalam teori konvensional disebut
sebagai quantity theory of money. Sedangkan menurut Ibnu Khaldun dalam Karim
(2004), uang adalah standar pengukuran dan juga merupakan store of value
(penyimpan nilai). Menurut Ibnu Khaldun emas dan perak merupakan bentuk
uang yang tidak mudah berfluktuasi yang relatif stabil.
Setelah kita mengetahui konsep uang dalam Islam maka menurut Karim
(2007) kita perlu mengetahui konsep bank sentral dan kebijakan moneter yang
berdasarkan prinsip syariah. Tujuan kebijakan moneter dalam Islam adalah
tercapainya kondisi full employment dimana seluruh faktor produksi dapat
dioptimalkan penggunaannya, menjamin stabilitas nilai mata uang dan stabilitas
harga (mengendalikan inflasi) dan alat redistribusi kekayaan dimana harta
disinergiskan antara sektor keuangan dan sektor riil. Sementara itu fungsi bank
sentral adalah mengatur peredaran uang dan mengendalikan money supply,
sebagai regulator financial market dan menjamin kejujuran laporan keuntungan
dan kerugian sektor perbankan dan melaksanakan audit secara reguler.
2.5.
Kebijakan Moneter dan Pasar Modal
Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan Bank Sentral dalam
mempengaruhi perkembangan variabel moneter (uang beredar, suku bunga, kredit
23
dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu (Mishkin, 2004). Sebagai
bagian dari kebijakan ekonomi makro, maka tujuan kebijakan moneter adalah
untuk
mencapai
sasaran-sasaran
kebijakan
makroekonomi
antara
lain:
pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, stabilitas harga dan
keseimbangan neraca pembayaran. Keempat sasaran tersebut merupakan tujuan
akhir kebijakan moneter.
Stabilitas pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam
menunjang peran bank sentral dalam suatu perekonomian. Sebagaimana
dijelaskan bahwa pasar modal adalah titik pertemuan antara penawaran dengan
permintaan surat berharga, dimana individu-individu atau badan usaha yang
mempunyai kelebihan dana (surplus funds) berinvestasi dalam perusahaanperusahaan (entities) yang membutuhkan dana.
Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, peran pasar modal dalam
pembiayaan investasi memang mengalami peningkatan yang signifikan. Krisis
perbankan yang terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia pada waktu krisis
ekonomi di Asia, membuktikan bahwa ketergantungan terhadap perbankan
menyulitkan pemulihan ekonomi (economic recovery) negara tersebut pasca
krisis. Banyak diantara negara berkembang (emerging countries) yang mencoba
mengurangi ketergantungan tersebut dengan mendorong pengembangan pasar
modal, sehingga peran pasar modal dalam perekonomian menjadi penting. Dalam
penelitiannya, Broome and Moorley (2004) menyimpulkan bahwa harga saham
menjadi salah satu leading indicator yang signifikan untuk krisis ekonomi di
negara-negara Asia tahun 1997-1998. Temuan tersebut mengindikasikan
pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian suatu negara.
24
Kebijakan moneter dapat memengaruhi harga saham (market value) 1
melalui dua jalur. Pertama, kontraksi moneter yang menyebabkan berkurangnya
jumlah uang beredar akan mendorong masyarakat mengurangi pengeluaran
konsumsinya sehingga permintaan terhadap produk perusahaan menurun. Di sisi
lain, kontraksi moneter yang mendorong peningkatan suku bunga menambah cost
of capital bagi perusahaan. Kedua faktor tersebut menurunkan profitabilitas
perusahaan yang kemudian berdampak pada penurunan harga saham. Ketiga,
peningkatan suku bunga membuat nilai imbal hasil dari deposito dan obligasi
menjadi lebih menarik, sehingga banyak investor pasar modal yang mengalihkan
portofolio sahamnya. Meningkatnya aksi jual dan minimnya permintaan akan
menurunkan harga saham. Dengan demikian, kontraksi moneter akan menurunkan
harga saham (market value) yang selanjutnya menurunkan nilai kuantitas dan
investasi.
Selain mempengaruhi harga saham, kebijakan moneter juga dipercayai
dapat berdampak pada volatilitas di pasar saham. Volatilitas merupakan salah satu
faktor penting yang diperhatikan oleh para investor dalam menentukan portofolio
investasi.
2.6.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi/perkembangan ekonomi pada negara berkembang
pada umumnya menggunakan Gross Domestic Product (GDP) berbeda dengan
negara maju yang menggunakan
Gross National Product
(GNP). Tujuan
penggunaan perhitungan GDP adalah agar dapat menghitung pendapatan
1
Harga saham merupakan cerminan present value dari aset perusahaan dan pendapatan deviden (future
income).
25
perkapitanya dengan mengetahui data mengenai jumlah penduduk pada tahun
yang sama dengan pendapatan nasional.
Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang diukur menurut
pendekatan output; sama dengan jumlah semua nilai tambah pada perekonomian,
atau sama dengan nilai semua barang jadi yang dihasilkan pada perekonomian.
Perhitungan dari sisi pengeluaran adalah jumlah pengeluaran konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor (Lipsey, 1995).
Gross Domestic Product dikategorikan menjadi dua, yaitu nominal dan
riil. Dikatakan GDP nominal apabila GDP total yang dinilai pada harga-harga
sekarang. Gross Domestic Product yang dinilai pada harga-harga periode
dasarnya disebut GDP riil yang sering disebut sebagai pendapatan nasional riil.
Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output barang
dan jasa perekonomian dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan harga. Konsep
GDP riil yaitu nilai barang dan jasa diukur dengan menggunakan harga konstan.
Gross Domestic Product riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap
pengeluaran atas output jika jumlah berubah tetapi harga tidak.
Salah satu indikator yang digunakan untuk menganalisis pembangunan
ekonomi di suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
juga didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan output per kapita jangka panjang
yang terjadi apabila ada kecenderungan output perkapita naik yang bersumber
dari kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri (Boediono, 1989).
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses dimana Produk Domestik
Bruto (PDB) riil meningkat secara terus menerus melalui kenaikan produktivitas
26
per kapita. Peningkatan ini dilihat dalam bentuk kenaikan produksi riil perkapita
dan taraf hidup yang ditempuh melalui penyediaan dan pengerahan berbagai
sumber produksi (Salvatore, 1997).
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang
dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi
kepada
penduduknya.
Kenaikan
kapasitas
itu
sendiri
ditentukan
atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi,
institusional dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro
dan Michael P, 2003).
2.6.1. Hubungan antara Pasar Modal Syariah dengan Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan
ekonomi di negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara,
maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran
yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan
tingkat
pendapatan masyarakatnya. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut,
maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana
tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau
diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan dalam
pasar modal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh King dan Levine dalam
Levine dan Zervos (1998), menyatakan bahwa pengaruh sektor keuangan terhadap
perekonomian tidak hanya melibatkan perbankan, tetapi mencakup peran pasar
modal. Bahkan pendapat dari Demirgue dan Kunt (1994) bahwa pasar modal
memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian.
27
Untuk mengukur kinerja perdagangan saham pada BEI digunakan
indikator indeks. Indeks dibuat untuk bisa menjadi tolok ukur dalam memantau
kecenderungan
pasar dan
perkembangan
tingkat
harga
saham
yang
diperdagangkan. Indeks yang digunakan pada penelitian ini adalah Jakarta
Islamic Index (JII). Menurut Levine dan Zervos (1996) serta Demirguc-Kunt,
perkembangan pasar modal dapat terlihat dari indeks saham pasarnya. Rumus
dasar perhitungan indeks:
Indeks = Nilai pasar x 100
Nilai dasar
Tujuan pasar modal diantaranya mempercepat proses ikut sertanya
masyarakat dalam kepemilikan saham perusahaan swasta menuju pemerataan
pendapatan masyarakat, dan menggairahkan partisipasi masyarakat dalam
pergerakan dana dan penggunaannya secara produktif untuk pembiayaan
pembangunan nasional. Fungsi bursa efek antara lain:
1.
Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah ditawarkan
kepada masyarakat (efek yang telah dimiliki umum)
2.
Untuk menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui
mekanisme penawaran dan permintaan
3.
Untuk membantu pembelanjaan dunia usaha.
Peranan utama mengapa sistem keuangan yang efisien menjadi sangat
penting di dalam perekonomian adalah karena keberadaan informasi dan biaya
transaksi. Asymmetric information dapat membuat adverse selection dan moral
hazard, yang menyebabkan biaya transaksi yang cukup tinggi, sehingga pada
akhirnya
menyebabkan
inefisiensi.
Dengan
mengkhususkan
diri
pada
28
pengumpulan informasi, mengevaluasi proyek, membagi risiko, dan memberikan
kemudahan serta likuiditas transaksi, sistem keuangan yang efisien akan
meningkatkan tabungan dan dapat memperbaiki alokasi dana pada berbagai
kemungkinan investasi.
Pertumbuhan ekonomi mendorong perkembangan sektor keuangan.
Pendapat ini menekankan pada peranan pasif dari sistem keuangan, dimana
perkembangan sektor keuangan merupakan dampak dari aktivitas ekonomi secara
keseluruhan. Ekspansi ekonomi secara terus menerus akan membutuhkan
dukungan jasa sektor keuangan dengan instrumen-instrumen baru. Sistem
keuangan kemudian mengadaptasi dalam upaya memenuhi permintaan pasar,
terutama sektor riil. Pemikirian ini didukung oleh Gurley dan Shaw (1967), serta
Goldsmith (1969).
Investasi dan Penyusutan
Penyusutan, k
Output, f(k)
Investasi, s2f(k)
Investasi,s1f(k)
k1
k2
Modal per Pekerja,k
Sumber: Mankiw, 2003
Gambar 2.2. Model Solow
Berdasarkan Gambar 2.2, ketika ada modal masuk yang diperoleh dari
perkembangan pasar modal akan pembentukan modal tetap dalam negeri
29
meningkat dari k1 ke k2 (diasumsikan perkembangan pasar modal disebabkan oleh
peningkatan penawaran saham baru). Peningkatan modal ini tentunya akan
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk berinvestasi lebih besar pada sektorsektor yang produktif sehingga terjadi efek yang positif pada pembangunan
perekonomian dalam negeri. Peningkatan pada pembangunan ekonomi tentunya
akan meningkatkan output nasional, dan peningkatan output tentunya akan
mendorong pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2000).
2.6.2. Hubungan antara SBI dan SBIS dengan Pertumbuhan Ekonomi
Mekanisme transmisi moneter di Indonesia menganut sistem moneter
ganda. Sistem moneter ganda merupakan suatu sistem ekonomi yang menerapkan
sistem konvensional dan sistem ekonomi syariah secara bersamaan. Alur
mekanisme transmisi moneter dalam sistem moneter ganda seperti gambar 2.4 di
bawah ini.
SBI
PUAB
INT
LOAN
SBIS
PUAS
PLS
FIN
INF/GDP
Sumber : Ascarya (2009)
Gambar 2.3. Mekanisme Transmisi Moneter dalam Sistem Moneter Ganda
Berdasarkan alur mekanisme transmisi moneter, kebijakan moneter dibagi
menjadi dua jakur, yaitu SBI (jalur kebijakan moneter konvensional) dan SBIS
(jalur kebijakan moneter syariah). SBI dan SBIS akan memengaruhi pasar uang
30
antar bank pada perbankan konvensional (PUAB) dan juga pada perbankan
syariah (PUAS). Hal ini yang akan menimbulkan pengaruh pada tingkat suku
bunga perbankan konvensional dan juga tingkat pengembalian syariah pada
perbankan syariah. Kondisi ini akan mempengaruhi nilai nominal kredit dan
pembiayaan yang akan disalurkan. Sehingga, kredit dan pembiayaan perbankan
akan memengaruhi sasaran GDP (pertumbuhan ekonomi) dan inflasi.
2.6.3. Hubungan Antara Money Supply dengan Pertumbuhan Ekonomi
Teori kuantitas uang menurut Ricardo adalah kuat lemahnya nilai suatu
mata uang sangat bergantung pada jumlah uang beredar. Gambar di bawah ini
menjelaskan hubungan antara jumlah uang beredar dengan pergeseran suku bunga
bank.
MS1
r1
MS2
r2
MS1 MS2
MS,MD
Sumber: Mishkin, 2001
Gambar 2.4. Pertumbuhan Uang
Pada Gambar 2.4. terlihat bahwa adanya kenaikan jumlah uang beredar
menyebabkan kurva Money Supply (MS) bergeser ke kanan bawah menjadi MS2
Pergeseran kurva MS ini menyebabkan suku bunga (r) menurun menjadi r2.
Dalam hal ini diasumsikan bahwa money demand (MD) adalah tetap. Sehingga
31
dengan adanya kenaikan MS, MD tidak mengalami perubahan. Penurunan suku
bunga menyebabkan investasi meningkat. Dalam hal ini investasi di sektor
perbankan menurun karena suku bunga yang rendah sehingga investor
menginvestasikan dananya pada pasar modal. Kenaikan aktivitas investasi dalam
pasar modal ini, akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena
aliran modal yang mengalir digunakan untuk pembangunan ekonomi yang lebih
baik lagi.
.
2.6.4. Hubungan antara Exchange Rate dan Pasar Modal dengan
Pertumbuhan Ekonomi
Penentuan sistem nilai tukar merupakan suatu hal penting bagi
perekonomian suatu negara karena hal tersebut merupakan satu alat yang dapat
digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengisolasikan
perekonomian suatu negara dari gejolak perekonomian global.
Pada sistem nilai tukar tetap, besarnya nilai mata uang suatu negara
ditentukan nilainya secara tetap terhadap alat tukar lain yang dianggap kuat.
Sistem nilai yang disepakati di dalam perjanjian, yang kemudian dikenal menjadi
sistem Bretton Woods, adalah penentuan nilai tukar mata uang negara secara tetap
kepada mata uang kuat (Dollar US) dengan suatu mekanisme penyesuaian. Sistem
nilai tukar Bretton Woods disusun untuk dua tujuan. Di satu pihak untuk
menghindarkan diri dari kemungkinan terlalu berfluktuasinya nilai tukar mata
uang negara yang menganut sistem mengambang bebas. Di lain pihak, sistem ini
juga disusun untuk menghindarkan diri dari kemungkinan negara-negara
melakukan devaluasi nilai mata uangnya untuk menyelesaikan masalah
ketidakseimbangan neraca pembayaran yang dihadapinya.
32
Nilai tukar mempunyai peran dalam menyeimbangkan permintaan dan
penawaran asset. Dalam teori ekonomi klasik (Dornbusch dan Fisher, 1980)
dijelaskan bahwa pergerakan nilai tukar akan berdampak pada international
competitiveness dan neraca perdagangan serta kepada real output dari suatu
negara, yang selanjutnya akan berdampak pada cashflow dari perusahaan dan
harga saham dari perusahaan tersebut. Kenaikan harga saham domestik
mendorong individu untuk membeli lebih banyak aset domestik. Investor lokal
yang ingin membeli lebih banyak aset domestik akan menjual aset asing yang
menyebabkan mata uang mengalami apresiasi. Kenaikan kesejahteraan akibat
kenaikan harga aset domestik akan mendorong investor meningkatkan permintaan
uang yang pada gilirannya akan meningkatkan tingkat bunga domestik.
R
LM
BP1
B
R‫׳‬
BP
R0 *
IS1
A
Y
Y‫׳‬
IS
Y
Y1
Gambar 2.5. Model Mundell-Fleming dalam Perekonomian Terbuka
Kurva BP menunjukkan identitas akuntansi neraca pembayaran. Ini
merupakan mekanisme yang menyeimbangkan pasar modal dan keuangan
internasional. Negara yang memiliki current account negatif, akan meminjam
uang dari luar negeri. Kurva BP yang berslope slightly upward mengikuti asumsi
33
imperfect capital mobility. Kurva LM menggambarkan tingkat pendapatan (Y)
dan tingkat bunga (R) keseimbangan yang mungkin tercapai dalam pasar uang
domestik. Keseimbangan pasar uang akan konsisten lebih tinggi jika bank sentral
melakukan penawaran uang tetap. Sehingga kurva LM mempunyai slope upward.
Kurva IS mencerminkan keseimbangan antara tabungan dan investasi dalam
perekonomian. Perusahaan akan meminjam lebih banyak ketika tingkat bunga
rendah (lebih murah) sehingga pengeluaran (output) dalam keseimbangan menjadi
lebih tinggi.
Kenaikan harga-harga saham akan meningkat tingkat pengeluaran pada
tingkat bunga tertentu (Kurva IS bergeser ke kanan IS1). Kurva LM tidak
terpengaruh perubahan harga-harga saham. Sehingga, pegaruh positif kenaikan
harga-harga saham adalah keseimbangan baru dengan output dan tingkat bunga
yang lebih tinggi di titik B. Keseimbangan baru yang berada di atas kurva BP
menegaskan bahwa untuk setiap output tertentu tingkat bunga yang terjadi adalah
lebih tinggi dari sebelumnya. Tingkat bunga yang lebih tinggi ini menarik aliran
modal asing masuk (R > R*). Meningkatnya aliran modal asing yang masuk akan
menghasilkan nilai surplus pada neraca pembayaran (BP > 0). Penyesuaian neraca
modal dapat berlangsung cepat dalam pasar yang mempunyai mobilitas tinggi.
Keseimbangan baru di titik B juga mempunyai tingkat pendapatan (Y)
lebih tinggi. Hal ini konsisten dengan pengeluaran yang lebih tinggi dari
perekonomian domestik dan luar negeri yang berakibat kenaikan impor dan
memburuknya current account. Meski impor tidak segera menyesuaikan diri
secepat pasar modal dalam jangka pendek. Dengan demikian, pengaruh surplus
neraca modal lebih besar daripada pengaruh defisit, sehingga secara keseluruhan
34
neraca pembayaran adalah surplus. Ini merupakan alasan kenapa titik B di atas
kurva B.
Untuk mencapai keseimbangan pasar internasional, penyesuaian neraca
pembayaran memerlukan jalur nilai tukar ketika harga tetap. Kenaikan nilai tukar
(depresiasi mata uang) menyebabkan memburuknya current account dan neraca
pembayaran kembali ke nol. Kenaikan nilai tukar sejalan dengan pergeseran kurva
BP ke atas (BP ke BP1). Keseimbangan akhir semua pasar tercapai pada titik B
(R1,Y1). Keseimbangan baru ini konsisten dengan tingkat pengeluaran, tingkat
bunga, nilai tukar domestik, dan harga-harga saham yang lebih tinggi.
Posisi BOP (Balance of Payment) akan sangat berpengaruh terhadap
pergerakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. BOP
mencerminkan arus uang masuk dan keluar dari suatu negara. BOP surplus
mencerminkan adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian
negara tersebut baik melalui transaksi barang dan jasa maupun asset, sehingga
menyebabkan bertambahnya valuta asing dinegara tersebut dan mengakibatkan
terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. Sedangkan
BOP yang defisit menandakan telah terjadinya aliran dana keluar neto keluar
negeri sehingga terjadi exsess demand terhadap valuta asing dan hal inilah yang
mengakibatkan melemahnya mata uang domestik.
Mishkin (2001) menjelaskan pengaruh kenaikan harga-harga saham
terhadap pengeluaran. Pengaruh ini berawal ketika kenaikan harga saham
meningkatkan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Nilai equiti perusahaan
meningkat dengan adanya kenaikan harga saham, sedangkan dalam jangka pendek
harga-harga equipment tidak berubah. Akibatnya investasi menjadi lebih murah
35
dan perusahaan terdorong melakukan investasi lebih banyak lagi. Dengan
demikian, investasi merupakan fungsi dari harga saham:
I = f(R,SP)
(2.1)
SP = f(Y,INF,E)
(2.2)
Dimana:
I
: investasi
SP
: harga-harga saham
R
: tingkat bunga pinjaman
Y
: output
INF
: inflasi
E
: nilai tukar
Dari fungsi tersebut, dijelaskan bahwa harga saham memiliki pengaruh
positif terhadap investasi. Sedangkan tingkat bunga pinjaman berpengaruh
negative terhadap investasi. Berdasarkan persamaan 2.1, dijelaskan bahwa output
nasional berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan inflasi dan nilai
tukar berpengaruh negatif terhadap harga saham.
2.7.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu telah mengkaji berbagai hubungan antara
perkembangan pasar modal dengan kebijakan moneter serta pertumbuhan
ekonomi negara. Diantaranya dalam jurnal ekonomi pembangunan (Hardianto,
2006) disebutkan bahwa variabel ekonomi moneter sebaiknya menjadi perhatian
kalangan industri properti agar dapat lebih memahami dengan tepat dinamika
36
harga saham properti di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa adanya respon
yang muncul antara pergerakan harga saham dengan variabel moneter.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Edi Sumanto (2006) yang
berjudul “Analisis Pengaruh Perkembangan Pasar Modal terhadap Perekonomian
Indonesia”. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kapitalisasi saham
pasar
modal merupakan salah satu sumber pembiayaan yang dapat memacu
produktivitas investasi dalam perekonomian dan berpengaruh positif terhadap
perekonomian nasional. Koefsien parameter dugaan yang digunakan dalam
menunjukkan kapitalisasi pasar modal, yaitu: exchange-rate, IHSG, nilai
kapitalisasi saham, dan dummy crisis.
Dalam Maisya Natassyari (2006) dengan judul “Analisis Hubungan Pasar
Modal dengan Nilai Tukar, Cadangan Devisa dan Ekspor Bersih”, menganalisis
hubungan pasar modal yang diukur melalui perubahan indeks harga saham
gabungan (IHSG) dengan nilai tukar, cadangan devisa dan ekspor bersih. Jika
terjadi peningkatan pada nilai tukar nominal maka nilai tukar riil akan
terdepresiasi. Depresiasi nilai tukar ini akan mengakibatkan meningkatnya daya
saing barang-barang domestik di pasar internasional. Peningkatan daya saing
barang-barang
domestik
terhadap
barang-barang
luar
negeri
ini
akan
meningkatkan ekspor, meningkatkan cadangan devisa dan menyebabkan surplus
neraca pembayaran. Hasil estimasi VECM, dalam jangka pendek nilai tukar
mempunyai hubungan positif dengan IHSG, sedangkan cadangan devisa dan
ekspor bersih mempunyai hubungan negatif. Dalam jangka panjang terdapat
hubungan positif antara IHSG dengan nilai tukar, cadangan devisa, dan ekspor
bersih. Variabel yang paling berpengaruh terhadap IHSG adalah ekspor bersih.
37
Penelitian Gilman Pradana Nugraha (2007) yang berjudul “Analisis
Pengaruh
Perkembangan
Pasar
Modal
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa dalam jangka pendek,
kapitalisasi pasar saham (KAP) signifikan berpengaruh terhadap investasi riil
(INVR) dan produk domestik bruto riil (GDPR). Hal ini mengindikasikan
perkembangan pasar modal dalam jangka pendek mampu mempengaruhi perilaku
investasi riil dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk estimasi jangka
panjang, penelitian tersebut menunjukkan bahwa seluruh variabel ekonomi yang
digunakan (INVR, IHSG, NSP, RER) signifikan mempengaruhi pertumbuhn
ekonomi pada jangka panjang. Selain itu pada investasi riil, seluruh variabel yang
digunakan (GDPR, KAP, IHSG, NSP, RER) signifikan mempengaruhi investasi
riil Indonesia jangka panjang. Hasil estimasi VECM yang digunakan
menunjukkan adanya trade-off antara perkembangan pasar modal dengan
perkembangan investasi riil danpertumbuhan ekonomi.
Penelitian Mario Dwi Putra (2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh
Kebijakan Moneter terhadap Volatilitas Return di Pasar Saham Bursa Efek
Indonesia”, melihat adanya dinamika dari suku bunga dan jumlah uang beredar.
Penelitian tersebut menunujukkan bahwa pada indeks harga saham gabungan
sebagai indikator di pasar saham dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan suku
bunga. Pada analisis tiap sektor di pasar saham, sektor industri barang konsumsi,
pertanian dan pertambangan dipengaruhi suku bunga dan jumlah uang beredar.
Pada sektor industri dasar, keuangan dan properti hanya jumlah uang beredar yang
mempunyai pengaruh, sedangkan suku bunga tidak berpengaruh. Suku bunga dan
jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang berbeda pada tiap sektor, selain
38
itu jumlah uang beredar lebih dominan mempengaruhi volatilitas return di pasar
saham. Hal ini dapat dilihat dari pengaruhnya terhadap beberapa sektor, dimana
jumlah uang beredar lebih banyak mempengaruhi volatilitas return sektor-sektor
di pasar saham bila dibandingkan dengan suku bunga.
Penelitian Adji Subekti (2009) mengenai dampak krisis finansial terhadap
variabel makroekonomi. Bermula dari krisis kredit macet perumahan dengan
resiko tinggi (subprime mortgage) di Amerika pada semester akhir 2007
mengakibatkan krisis finansial global. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya
moral hazard yang menyebabkan terjadinya deregulasi finansial yang kurang
mengindahkan faktor keamanan sektor keuangan dalam jangka panjang.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa otoritas moneter perlu berhati-hati
dalam melakukan intervensi karena kebijakan moneter lebih responsif
dibandingkan dengan kebijakan fiskal. Hasil penelitian menunjukkan hubungan
yang positif antara IHSG dengan pendapatan nasional. Krisis finansial global
dengan jalur finansial, mengakibatkan penarikan modal asing, sehingga saham
domestic berada dalam kondisi kontraksi. Kontraksi ini mengakibatkan depresiasi
rupiah. Akibat lebih jauh dari kontraksi pasar modal adalah penurunan pendapatan
nasional.
Penelitian Muhammad Anditia Putra Pratama (2011) dengan judul,
“Analisis Pengaruh Suku Bunga dan Nilai Tukar Terhadap Volatilitas dan Return
pada Indeks Saham Sektoral Di Bursa Efek Indonesia”, melalui metode
ARCH/GARCH. Penelitian tersebut membahas analisis pengaruh nilai tukar
US$/Rupiah dan tingkat suku bunga terhadap return dan volatilitas Indeks Harga
Saham Gabungan dan tiap sektor di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian
39
tersebut ditemukan bahwa perubahan tingkat suku bunga signifikan negatif
mempengaruhi return beberapa indeks saham (indeks gabungan, keuangan,
perdagangan, pertambangan, dan properti). Hal tersebut berarti jika ada kenaikan
tingkat suku bunga yield maka investor mengalihkan dananya ke pasar uang
(obligasi pemerintah) yang lebih menguntungkan.
Penelitian oleh Novia Handayani Syukma pada tahun 2011 yang
menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang memengaruhi return saham
syariah batu bara yang terdaftar dalam JII. Dengan metode ARCH/GARCH. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa Customer Price Index (CPI), nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika, Industrial Production Index (IPI) dan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap return saham BUMI dan PTBA.
Sedangkan jumlah uang beredar (M2) dan suku bunga SBI tidak berpengaruh
terhadap return BUMI dan PTBA.
Penelitian oleh Irfan Syauqi Beik pada tahun 2011 dalam jurnal ekonomi,
yang menunjukkan bahwa JII paling stabil diantara indeks saham lainnya seperti
yang ada di Amerika dan Malaysia. Metode yang digunakan adalah VAR-VECM.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa krisis keuangan yang dipicu oleh kredit
subprime di Amerika telah memengaruhi banyak negara di dunia termasuk
Indonesia. Hal ini mengakibatkan kondisi keuangan yang semakin memburuk
dalam beberapa bulan terakhir. Penelitian ini berupaya untuk menganalisis pasar
bursa syariah di Indonesia yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dalam kaitannya
dengan bursa syariah dan konvensional yang ada di Malaysia dan Amerika Serikat
(AS). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan jangka panjang antara
pasar modal Indonesia dengan Malaysia dan AS. Kondisi ini akan memberikan
40
alternatif investasi bagi para investor. Sedangkan dalam perspektif Indonesia,
kondisi ini harus menjadi kesempatan untuk mempromosikan pasar modal sebagai
tujuan potensi investasi yang menguntungkan. Dalam jangka pendek, JII adalah
yang paling berpengaruh terhadap shock yang terjadi di pasar lain. Selain itu, JII
merupakan pasar modal yang paling stabil.
Penelitian oleh Gozali Maskie (2012) Program Pascasarjana Universitas
Brawijaya mengenai analisis pengaruh kebebasan ekonomi dan variabel moneter
terhadap harga saham di lima negara ASEAN. Hasil penelitian menunjukkan ada
sembilan variabel yang memiliki pengaruh terhadap harga saham di ASEAN, lima
variabel berpengaruh positif yaitu ukuran pemerintah, kebebasan fiskal, kebebasan
finansial, kebebasan moneter, dan kebebasan perdagangan, empat variabel
berpengaruh negatif yaitu kebebasan bisnis, hak kepemilikan, suku bunga dan
inflasi. Sedangkan kebebasan dari korupsi,kebebasan investasi, nilai tukar, dan
jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara aspek institusional suatu negara
dengan harga saham di negara tersebut. Ini ditunjukkan oleh keterkaitan antara
kebebasan ekonomi dengan harga saham di lima negara ASEAN. Fenomena
moneter juga tidak bisa dilepaskan dari perkembangan harga saham dimana suku
bunga dan inflasi yang tinggi akan menyebabkan penurunan dalam harga saham.
2.8.
Kerangka Pemikiran
Pemulihan ekonomi global yang disertai dengan perbaikan persepsi risiko
memicu optimisme di pasar finansial dan pasar komoditas. Pertumbuhan ekonomi
yang baik di suatu negara mencerminkan adanya perbaikan financial yang dapat
41
kita lihat dari aktivitas pasar modal. Dalam era globalisasi saat ini, kinerja pasar
modal telah menjadi bagian penting dari perekonomian di suatu negara.
Pasar modal merupakan pasar sekuritas jangka panjang yang dapat
menstimulus perekonomian. Berkembangnya pasar modal syariah dapat diukur
dari indeks harga saham dan volume transaksinya (Utami dan Rahayu, 2003).
Berdasarkan teori-teori yang digunakan maka dapat dilihat hubungan
antara pasar modal dengan variabel-variabel moneter tersebut. Dengan acuan
beberapa penelitian terdahulu tersebut, penulis membuat kerangka pemikiran
sebagai berikut:
Kapitalisasi Pasar
Saham Syariah
Nilai Perdagangan
Saham Syariah
JII
Perkembangan Pasar Modal Syariah Indonesia
GDP
Variabel Moneter
SBI
SBIS
M2
XR
Gambar 2.6. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penelitian ini difokuskan untuk
menganalisis dinamika interaksi antara variabel moneter dan pasar modal syariah
42
terhadap pertumbuhan ekonomi (GDP). Perkembangan pasar modal syariah
diukur melalui kapitalisasi saham syariah, Jakarta Islamic Index (JII), dan nilai
perdagangan saham syariah. Perubahan dari variabel-variabel tersebut akan
berpengaruh pada stabilitas perekonomian maupun stabilitas politik dan keamanan
Indonesia yang merefleksikan tingkat kepercayaan pelaku ekonomi terhadap
kondisi domestik. Perkembangan pasar modal akan berpengaruh pada variabelvariabel moneter seperti SBI, SBIS, pertumbuhan uang (M2), dan exchange rate
(XR).
Download