II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Sistem Ekonomi Islam Paham-paham ekonomi yang berkembang di dunia ada empat yaitu kapitalisme, sosialisme, komunisme, dan Islam (Karim, 2004). Perbedaan sistem ekonomi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1. Perbandingan Sistem Ekonomi Kapitalis, Marxisme, dan Islam Aspek yang Konvensional Islam Dibandingkan Kapitalis Marxisme Laissez Faire yang Perjuangan kelas Untuk mencari Filosofi dalam menjelaskan dan kontradiksi ridho Allah produksi, kebebasan berbuat antar kelas distribusi, dan dan invisible hand konsumsi Kepemilikan Kepemilikan oleh Hak penggunaan Prinsip yang mutlak dan pasar pemerintah atau bukan berlaku dalam bebas penguasa kepemilikan kepemilikan dan sehingga akses (hanya sampai akses untuk terbatas dengan bertransaksi meninggal) serta keseimbangan dan keadilan Operasional Bebas dalam kompetisi sempurna atau bebas menentukan harga dalam pasar monopolistic Kerja iteration dan kerja kolektivitas Adanya instrument zakat dan wakaf, pelarangan riba dan Qirad Mudharabah Sumber: Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan (2010) Sistem ekonomi kapitalis adalah penganut ekonomi bebas yang didominasi oleh capital. Aktivitas ekonomi yang dilakukan kaum kapitalis ini berupa pencarian keuntungan yang sebesar-besarnya. Karakteristik sistem kapitalis yaitu tidak diberlakukannya sentralisasi perencanaan ekonomi (individual action). Sedangkan pada sistem sosialisme, karakteristik yang dominan adalah social service motive. Diberlakukannya central planning of the economy pada sistem 13 ekonomi sosialis menunjukkan bahwa adanya distribusi pendapatan serta pengakuan kepemilikan aset untuk publik. Sistem ekonomi marxisme seringkali menyampingkan aspek agama. Marxisme merupakan bentuk komunisme yang menekankan pada pendidikan dan program sosial ditujukan untuk kebahagiaan kolektif. Sitem ekonomi Islam dapat dilakukan dengan aktivitas investasi seperti mudharabah dan musyarakah dan aktivitas jual beli seperti murabahah, ijarah, istisna’, salam, dan rahn. Instrumen lain yang ada dalam mekanisme ekonomi Islam, seperti aktivitas sosial (infaq, shadaqah, hadiah,dan hibah) dan aktivitas regulasi (zakat,warisan, kharaj, dan jizyah). Secara umum, dapat dikatakan bahwa sistem ekonomi Islam berdasarkan syariah adalah sistem yang menggunakan pendekatan zakat, melarang adanya riba. Investasi tersebut dapat dilakukan melalui peranan pasar modal syariah. 2.2. Pasar Modal Syariah 2.2.1. Pengertian Pasar Modal Syariah Pasar modal pada umumnya memiliki arti sebagai pelengkap sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan. Pasar modal menjembatani hubungan antara pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut emiten (perusahaan yang go public) (Setiawan, 2004). Dalam arti sempit pasar modal adalah tempat pasar terorganisir yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner, dan para underwriter. Pengertian lain tentang pasar modal ialah semua pasar yang 14 terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka lebih dari 1 tahun) termasuk saham-saham, obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotik dan tabungan serta deposito berjangka. Pasar modal merupakan perdagangan instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, antara lain: dalam bentuk modal sendiri (stock) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sector). Sedangkan pasar modal syariah merupakan tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli instrumen keuangan syariah, dalam bertransaksi berpedoman pada ajaran Islam dan menjauhi hal-hal yang dilarang, seperti penipuan dan penggelapan. Pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Perbedaan mendasar antara bursa efek konvensional dengan bursa efek syariah adalah indeks dari konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat dibursa dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku. Dasar hukum pasar modal syariah dijelaskan pada QS. Al-Baqarah:275 yang artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” Selain itu, Hadits Riwayat Muslim, Tirmidzi, An-Nasa’I, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Abu Hurairah, menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung gharar. Hal ini mengindikasikan bahwa jual beli saham dalam pasar modal syariah dihalalkan. 15 Tinjauan pasar modal menurut konsep Islam sangat sesuai dengan hipotesis pasar efisien. Pasar efisien merupakan suatu pasar yang harganya senantiasa mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia ada. Dalam pasar efisien, tidak ada seorangpun yang boleh mendapat keuntungan diharapkan yang lebih tinggi daripada rata-rata pasar walaupun dia mempunyai suatu informasi yang tertentu (Fama, 1970). 2.2.2. Instrumen Pasar Modal Syariah Sektor keuangan yang berkembang dengan baik dapat mendorong perekonomian, akumulasi capital, dan peningkatan produktivitas. Di bawah ini merupakan produk-produk yang tergolong sebagai instrument pasar modal syariah, antara lain: a) Saham Syariah Produk investsi berupa saham pada prinsipnya sudah sesuai dengan ajaran Islam. Dalam teori percampuran, Islam mengenal akad syirkah atau musyarakah yaitu suatu kerjasama antara dua atau lebih pihak untuk melakukan usaha dimana masing-masing pihak menyetorkan sejumlah dana, barang atau jasa. Saham merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan status perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Adapun jenis-jenis syirkah yang dikenal dalam ilmu fikih yaitu: mufawadhah, wujuh, abdan, dan mudharabah. Pembagian tersebut didasarkan pada jenis setoran masing-masing pihak dan siapa diantara pihak tersebut yang mengelola kegiatan usaha tersebut. Fatwa di atas telah menentukan bagaimana memilih saham-saham yang sesuai dengan ajaran Islam. 16 Dalam kumpulan fatwa Dewan Syariah Nasional Saudi Arabia yang diketui oleh Syekh Abdul Aziz Ibn Abdillah Ibn Baz jilid 13 bab jual beli (JH9) halaman 320-321 fatwa nomor 4016 dan 5149 dalam Huda dan Edwin (2007) tentang hukum jual beli saham dinyatakan sebagai berikut: “Jika saham yang diperjualbelikan tidak serupa dengan uang secara utuh apa adanya, akan tetapi hanya representasi dari sebuah aset seperti tanah, mobil, pabrik, dan yang sejenisnya, dan hal tersebut merupakan sesuatu yang telah diketahui oleh penjual dan pembeli, maka dibolehkan hukumnya untuk diperjualbelikan dengan harga tunai ataupun tangguh, yang dibayarkan secara kontan ataupun beberapa kali pembayaran, berdasarkan keumuman dalil tentang bolehnya jual beli.” Dalam perkembangannya telah banyak negara-negara yang telah menentukan batasan suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah. Misalnya Malaysia melalui Kuala Lumpur Composite Index, serta Amerika serikat melaui Dow Jones Islamic Index. b) Obligasi Syariah (Sukuk) Obligasi berdasarkan definisinya adalah suatu surat berharga jangka panjang yang bersifat hutang yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi dengan kewajiban membayar bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok pada saat jatuh tempo kepada pemegang obligasi. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa obligasi adalah suatu produk yang tidak sesuai ajaran Islam. Menurut ajaran Islam maka suatu hutang piutang termasuk kegiatan tabaru (kebajikan), sehingga diharamkan untuk mendapatkan sesuatu dari kegiatan tersebut. 17 Berdasarkan DSN melalui fatwa Nomor: 32/DSN-MUI/IX/2002 tanggal 14 September 2002 tentang Obligasi Syariah telah melakukan redifinisi dari pengertian obligasi. Pengertian obligasi syariah dalam fatwa tersebut adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/ margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Dalam mengembangkan sistem ekonomi syariah, penggunaan akad-akad menjadi prinsip yang membedakan antara ekonomi konvensional dengan ekonomi syariah. Akad-akad yang digunakan dalam penerbitan obligasi syariah, antara lain: 1. Mudharabah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, dimana satu pihak sebagai penyedia modal dan pihak lain sebagai penyedia tenaga dan keahlian, keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disetujui sebelumnya, sedangkan kerugian yang terjadi akan ditanggung oleh pemilik modal sepenuhnya, kecuali adanya kelalaian yang dilakukan oleh penyedia tenaga. 2. Murabahah, yaitu akad atau perjanjian jual-beli atas suatu barang dimana harga dan keuntungannya (profit margin) disetujui oleh semua pihak yang terlibat. Pembayarannya dapat dilakukan secara tunai, cicil atau tangguh, sedangkan penyerahan barang dilakukan di awal pada saat dilakukannya transaksi. 3. Salam, yaitu pemesanan barang dengan pembayaran dimuka, dengan spesifikasi tertentu dan penyerahan barang dikemudian hari. Rasulullah bersabda “Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukan dengan 18 takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari Muslim). Hadits tersebut menjadi dasar yang kuat adanya transaksi salam. 4. Istishna’, yaitu akad jual beli aset berupa obyek pembiayaan antara para pihak dimana spesifikasi, cara dan jangka waktu penyerahan, serta harga aset tersebut ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak. 5. Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang atau jasa itu sendiri. c) Reksa Dana Syariah Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Fatwa DSN Nomor: 20/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 18 April 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah telah mendefiniskan tentang reksa dana syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai milik harta (shahib al-mal/rabbal-maal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Berdasarkan hal tersebut maka batasan untuk produk-produkyang dapat dijadikan portofolio bagi reksa dana syariah adalah produk-produk investasi sesuai dengan ajaran Islam. 2.2.3. Jakarta Islamic Index (JII) Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index (JII). 19 Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam. Jakarta Islamic Index (JII) dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di Bursa. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. Anggota JII terdiri dari 30 saham yang mewakili dan 42 persen dari kapitalisasi pasar di BEI. Anggota JII akan ditinjau kembali setiap enam bulan sekali, tepatnya bulan Januari dan bulan Juni pada tiap-tiap tahunnya. 2.3. Teori Investasi Investasi merupakan suatu penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Investasi dapat dilakukan baik di pasar uang maupun di pasar modal ataupun ditempatkan sebagai kredit pada masyarakat yang membutuhkan (Sunariyah, 2000). Investasi adalah penempatan dana dengan harapan dapat memelihara atau menaikkan nilai dan atau memberikan hasil (return) yang positif (Reilly, 1989). Menurut Lypsey (1997), 20 investasi adalah pengeluaran barang yang tidak dikonsumsi saat ini dimana berdasarkan periode waktunya, investasi dapat terbagi menjadi tiga diantaranya: investasi jangka pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang. Husnan (2001) mendefinisikan investasi sebagai penggunaan uang dengan maksud memperoleh penghasilan. Tingkat bunga riil, r Fungsi investasi, I (r) Kuantitas investasi, I Sumber: N. Gregory Mankiw Gambar 2.1. Fungsi Investasi Investasi menurut Mankiw didefinisikan sebagai barang-barang yang dibeli oleh individu ataupun perusahaan untuk menambah persediaan modal mereka. Fungsi investasi mengaitkan jumlah investasi/pada tingkat bunga riil. Investasi bergantung pada tingkat bunga riil karena tingkat bunga adalah biaya pinjaman. Tingkat bunga riil merupakan tingkat bunga nominal yang dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Ketika tingkat bunga naik semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan. Teori Harrod-Domar melihat pengaruh Investasi (I) dalam perspektif waktu yang lebih panjang. Menurut Harrord-Domar, pengeluaran Investasi (I) tidak hanya berpengaruh (lewat proses multiplier) terhadap permintaan agregat 21 (Z), tetapi juga pada penawaran agregat (S) melaui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam perspektif yang panjang, peningkatan investasi akan menambah stok kapital dan mampu meningkatkan produktivitas masyarakat. 2.4. Teori Pertumbuhan Uang Uang adalah permintaan aset yang dapat dengan segera digunakan untuk melakukan transaksi. Fungsi uang, yaitu sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran. Jumlah uang yang tersedia disebut dengan jumlah uang beredar (money supply). Lembaga yang mengontrol jumlah uang beredar adalah bank sentral. Lembaga ini berdiri secara independen dalam suatu negara. Menurut Bank Indonesia, di Indonesia saat ini hanya mengenal dua macam uang beredar saja, yaitu : 1. Uang beredar dalam arti sempit (narrow money), yang sering disebut M1, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang giral (D). 2. Uang beredar dalam arti luas (broad money), yang disimbolkan M2, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal, uang giral, dan uang kuasi. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan simpanan berjangka lain yang jaraknya lebih pendek (uang kuasi), termasuk rekening pasar uang dan pinjaman semalam antar bank. Uang kartal merupakan uang kertas ataupun logam yang dikeluarkan oleh bank sentral. Sedangkan uang giral merupakan bentuk dari cek dan giro yang dikeluarkan oleh bank-bank umum. 22 Menurut Ibnu Taimiyah dalam Karim (2004), uang adalah standar nilai (mi’yar al-amwal) dan merupakan alat tukar, selain itu uang tidak pernah dimaksudkan untuk dikonsumsi. Uang itu digunakan untuk mendapatkan barang lain (alat tukar) dan tidak untuk diperdagangkan. Beliau mengemukakan tentang konsep volume fulus (uang) haruslah proporsional dengan volume transaksi dimana tingkat harga ditentukan, dan konsep ini dalam teori konvensional disebut sebagai quantity theory of money. Sedangkan menurut Ibnu Khaldun dalam Karim (2004), uang adalah standar pengukuran dan juga merupakan store of value (penyimpan nilai). Menurut Ibnu Khaldun emas dan perak merupakan bentuk uang yang tidak mudah berfluktuasi yang relatif stabil. Setelah kita mengetahui konsep uang dalam Islam maka menurut Karim (2007) kita perlu mengetahui konsep bank sentral dan kebijakan moneter yang berdasarkan prinsip syariah. Tujuan kebijakan moneter dalam Islam adalah tercapainya kondisi full employment dimana seluruh faktor produksi dapat dioptimalkan penggunaannya, menjamin stabilitas nilai mata uang dan stabilitas harga (mengendalikan inflasi) dan alat redistribusi kekayaan dimana harta disinergiskan antara sektor keuangan dan sektor riil. Sementara itu fungsi bank sentral adalah mengatur peredaran uang dan mengendalikan money supply, sebagai regulator financial market dan menjamin kejujuran laporan keuntungan dan kerugian sektor perbankan dan melaksanakan audit secara reguler. 2.5. Kebijakan Moneter dan Pasar Modal Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan Bank Sentral dalam mempengaruhi perkembangan variabel moneter (uang beredar, suku bunga, kredit 23 dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu (Mishkin, 2004). Sebagai bagian dari kebijakan ekonomi makro, maka tujuan kebijakan moneter adalah untuk mencapai sasaran-sasaran kebijakan makroekonomi antara lain: pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, stabilitas harga dan keseimbangan neraca pembayaran. Keempat sasaran tersebut merupakan tujuan akhir kebijakan moneter. Stabilitas pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam menunjang peran bank sentral dalam suatu perekonomian. Sebagaimana dijelaskan bahwa pasar modal adalah titik pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga, dimana individu-individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) berinvestasi dalam perusahaanperusahaan (entities) yang membutuhkan dana. Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, peran pasar modal dalam pembiayaan investasi memang mengalami peningkatan yang signifikan. Krisis perbankan yang terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia pada waktu krisis ekonomi di Asia, membuktikan bahwa ketergantungan terhadap perbankan menyulitkan pemulihan ekonomi (economic recovery) negara tersebut pasca krisis. Banyak diantara negara berkembang (emerging countries) yang mencoba mengurangi ketergantungan tersebut dengan mendorong pengembangan pasar modal, sehingga peran pasar modal dalam perekonomian menjadi penting. Dalam penelitiannya, Broome and Moorley (2004) menyimpulkan bahwa harga saham menjadi salah satu leading indicator yang signifikan untuk krisis ekonomi di negara-negara Asia tahun 1997-1998. Temuan tersebut mengindikasikan pentingnya peran pasar modal dalam perekonomian suatu negara. 24 Kebijakan moneter dapat memengaruhi harga saham (market value) 1 melalui dua jalur. Pertama, kontraksi moneter yang menyebabkan berkurangnya jumlah uang beredar akan mendorong masyarakat mengurangi pengeluaran konsumsinya sehingga permintaan terhadap produk perusahaan menurun. Di sisi lain, kontraksi moneter yang mendorong peningkatan suku bunga menambah cost of capital bagi perusahaan. Kedua faktor tersebut menurunkan profitabilitas perusahaan yang kemudian berdampak pada penurunan harga saham. Ketiga, peningkatan suku bunga membuat nilai imbal hasil dari deposito dan obligasi menjadi lebih menarik, sehingga banyak investor pasar modal yang mengalihkan portofolio sahamnya. Meningkatnya aksi jual dan minimnya permintaan akan menurunkan harga saham. Dengan demikian, kontraksi moneter akan menurunkan harga saham (market value) yang selanjutnya menurunkan nilai kuantitas dan investasi. Selain mempengaruhi harga saham, kebijakan moneter juga dipercayai dapat berdampak pada volatilitas di pasar saham. Volatilitas merupakan salah satu faktor penting yang diperhatikan oleh para investor dalam menentukan portofolio investasi. 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi/perkembangan ekonomi pada negara berkembang pada umumnya menggunakan Gross Domestic Product (GDP) berbeda dengan negara maju yang menggunakan Gross National Product (GNP). Tujuan penggunaan perhitungan GDP adalah agar dapat menghitung pendapatan 1 Harga saham merupakan cerminan present value dari aset perusahaan dan pendapatan deviden (future income). 25 perkapitanya dengan mengetahui data mengenai jumlah penduduk pada tahun yang sama dengan pendapatan nasional. Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang diukur menurut pendekatan output; sama dengan jumlah semua nilai tambah pada perekonomian, atau sama dengan nilai semua barang jadi yang dihasilkan pada perekonomian. Perhitungan dari sisi pengeluaran adalah jumlah pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor (Lipsey, 1995). Gross Domestic Product dikategorikan menjadi dua, yaitu nominal dan riil. Dikatakan GDP nominal apabila GDP total yang dinilai pada harga-harga sekarang. Gross Domestic Product yang dinilai pada harga-harga periode dasarnya disebut GDP riil yang sering disebut sebagai pendapatan nasional riil. Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan menghitung output barang dan jasa perekonomian dan tidak akan dipengaruhi oleh perubahan harga. Konsep GDP riil yaitu nilai barang dan jasa diukur dengan menggunakan harga konstan. Gross Domestic Product riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran atas output jika jumlah berubah tetapi harga tidak. Salah satu indikator yang digunakan untuk menganalisis pembangunan ekonomi di suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi juga didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan output per kapita jangka panjang yang terjadi apabila ada kecenderungan output perkapita naik yang bersumber dari kekuatan yang berada dalam perekonomian itu sendiri (Boediono, 1989). Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses dimana Produk Domestik Bruto (PDB) riil meningkat secara terus menerus melalui kenaikan produktivitas 26 per kapita. Peningkatan ini dilihat dalam bentuk kenaikan produksi riil perkapita dan taraf hidup yang ditempuh melalui penyediaan dan pengerahan berbagai sumber produksi (Salvatore, 1997). Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro dan Michael P, 2003). 2.6.1. Hubungan antara Pasar Modal Syariah dengan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakatnya. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang diperdagangkan dalam pasar modal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh King dan Levine dalam Levine dan Zervos (1998), menyatakan bahwa pengaruh sektor keuangan terhadap perekonomian tidak hanya melibatkan perbankan, tetapi mencakup peran pasar modal. Bahkan pendapat dari Demirgue dan Kunt (1994) bahwa pasar modal memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian. 27 Untuk mengukur kinerja perdagangan saham pada BEI digunakan indikator indeks. Indeks dibuat untuk bisa menjadi tolok ukur dalam memantau kecenderungan pasar dan perkembangan tingkat harga saham yang diperdagangkan. Indeks yang digunakan pada penelitian ini adalah Jakarta Islamic Index (JII). Menurut Levine dan Zervos (1996) serta Demirguc-Kunt, perkembangan pasar modal dapat terlihat dari indeks saham pasarnya. Rumus dasar perhitungan indeks: Indeks = Nilai pasar x 100 Nilai dasar Tujuan pasar modal diantaranya mempercepat proses ikut sertanya masyarakat dalam kepemilikan saham perusahaan swasta menuju pemerataan pendapatan masyarakat, dan menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pergerakan dana dan penggunaannya secara produktif untuk pembiayaan pembangunan nasional. Fungsi bursa efek antara lain: 1. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang telah ditawarkan kepada masyarakat (efek yang telah dimiliki umum) 2. Untuk menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme penawaran dan permintaan 3. Untuk membantu pembelanjaan dunia usaha. Peranan utama mengapa sistem keuangan yang efisien menjadi sangat penting di dalam perekonomian adalah karena keberadaan informasi dan biaya transaksi. Asymmetric information dapat membuat adverse selection dan moral hazard, yang menyebabkan biaya transaksi yang cukup tinggi, sehingga pada akhirnya menyebabkan inefisiensi. Dengan mengkhususkan diri pada 28 pengumpulan informasi, mengevaluasi proyek, membagi risiko, dan memberikan kemudahan serta likuiditas transaksi, sistem keuangan yang efisien akan meningkatkan tabungan dan dapat memperbaiki alokasi dana pada berbagai kemungkinan investasi. Pertumbuhan ekonomi mendorong perkembangan sektor keuangan. Pendapat ini menekankan pada peranan pasif dari sistem keuangan, dimana perkembangan sektor keuangan merupakan dampak dari aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Ekspansi ekonomi secara terus menerus akan membutuhkan dukungan jasa sektor keuangan dengan instrumen-instrumen baru. Sistem keuangan kemudian mengadaptasi dalam upaya memenuhi permintaan pasar, terutama sektor riil. Pemikirian ini didukung oleh Gurley dan Shaw (1967), serta Goldsmith (1969). Investasi dan Penyusutan Penyusutan, k Output, f(k) Investasi, s2f(k) Investasi,s1f(k) k1 k2 Modal per Pekerja,k Sumber: Mankiw, 2003 Gambar 2.2. Model Solow Berdasarkan Gambar 2.2, ketika ada modal masuk yang diperoleh dari perkembangan pasar modal akan pembentukan modal tetap dalam negeri 29 meningkat dari k1 ke k2 (diasumsikan perkembangan pasar modal disebabkan oleh peningkatan penawaran saham baru). Peningkatan modal ini tentunya akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk berinvestasi lebih besar pada sektorsektor yang produktif sehingga terjadi efek yang positif pada pembangunan perekonomian dalam negeri. Peningkatan pada pembangunan ekonomi tentunya akan meningkatkan output nasional, dan peningkatan output tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2000). 2.6.2. Hubungan antara SBI dan SBIS dengan Pertumbuhan Ekonomi Mekanisme transmisi moneter di Indonesia menganut sistem moneter ganda. Sistem moneter ganda merupakan suatu sistem ekonomi yang menerapkan sistem konvensional dan sistem ekonomi syariah secara bersamaan. Alur mekanisme transmisi moneter dalam sistem moneter ganda seperti gambar 2.4 di bawah ini. SBI PUAB INT LOAN SBIS PUAS PLS FIN INF/GDP Sumber : Ascarya (2009) Gambar 2.3. Mekanisme Transmisi Moneter dalam Sistem Moneter Ganda Berdasarkan alur mekanisme transmisi moneter, kebijakan moneter dibagi menjadi dua jakur, yaitu SBI (jalur kebijakan moneter konvensional) dan SBIS (jalur kebijakan moneter syariah). SBI dan SBIS akan memengaruhi pasar uang 30 antar bank pada perbankan konvensional (PUAB) dan juga pada perbankan syariah (PUAS). Hal ini yang akan menimbulkan pengaruh pada tingkat suku bunga perbankan konvensional dan juga tingkat pengembalian syariah pada perbankan syariah. Kondisi ini akan mempengaruhi nilai nominal kredit dan pembiayaan yang akan disalurkan. Sehingga, kredit dan pembiayaan perbankan akan memengaruhi sasaran GDP (pertumbuhan ekonomi) dan inflasi. 2.6.3. Hubungan Antara Money Supply dengan Pertumbuhan Ekonomi Teori kuantitas uang menurut Ricardo adalah kuat lemahnya nilai suatu mata uang sangat bergantung pada jumlah uang beredar. Gambar di bawah ini menjelaskan hubungan antara jumlah uang beredar dengan pergeseran suku bunga bank. MS1 r1 MS2 r2 MS1 MS2 MS,MD Sumber: Mishkin, 2001 Gambar 2.4. Pertumbuhan Uang Pada Gambar 2.4. terlihat bahwa adanya kenaikan jumlah uang beredar menyebabkan kurva Money Supply (MS) bergeser ke kanan bawah menjadi MS2 Pergeseran kurva MS ini menyebabkan suku bunga (r) menurun menjadi r2. Dalam hal ini diasumsikan bahwa money demand (MD) adalah tetap. Sehingga 31 dengan adanya kenaikan MS, MD tidak mengalami perubahan. Penurunan suku bunga menyebabkan investasi meningkat. Dalam hal ini investasi di sektor perbankan menurun karena suku bunga yang rendah sehingga investor menginvestasikan dananya pada pasar modal. Kenaikan aktivitas investasi dalam pasar modal ini, akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Karena aliran modal yang mengalir digunakan untuk pembangunan ekonomi yang lebih baik lagi. . 2.6.4. Hubungan antara Exchange Rate dan Pasar Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi Penentuan sistem nilai tukar merupakan suatu hal penting bagi perekonomian suatu negara karena hal tersebut merupakan satu alat yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengisolasikan perekonomian suatu negara dari gejolak perekonomian global. Pada sistem nilai tukar tetap, besarnya nilai mata uang suatu negara ditentukan nilainya secara tetap terhadap alat tukar lain yang dianggap kuat. Sistem nilai yang disepakati di dalam perjanjian, yang kemudian dikenal menjadi sistem Bretton Woods, adalah penentuan nilai tukar mata uang negara secara tetap kepada mata uang kuat (Dollar US) dengan suatu mekanisme penyesuaian. Sistem nilai tukar Bretton Woods disusun untuk dua tujuan. Di satu pihak untuk menghindarkan diri dari kemungkinan terlalu berfluktuasinya nilai tukar mata uang negara yang menganut sistem mengambang bebas. Di lain pihak, sistem ini juga disusun untuk menghindarkan diri dari kemungkinan negara-negara melakukan devaluasi nilai mata uangnya untuk menyelesaikan masalah ketidakseimbangan neraca pembayaran yang dihadapinya. 32 Nilai tukar mempunyai peran dalam menyeimbangkan permintaan dan penawaran asset. Dalam teori ekonomi klasik (Dornbusch dan Fisher, 1980) dijelaskan bahwa pergerakan nilai tukar akan berdampak pada international competitiveness dan neraca perdagangan serta kepada real output dari suatu negara, yang selanjutnya akan berdampak pada cashflow dari perusahaan dan harga saham dari perusahaan tersebut. Kenaikan harga saham domestik mendorong individu untuk membeli lebih banyak aset domestik. Investor lokal yang ingin membeli lebih banyak aset domestik akan menjual aset asing yang menyebabkan mata uang mengalami apresiasi. Kenaikan kesejahteraan akibat kenaikan harga aset domestik akan mendorong investor meningkatkan permintaan uang yang pada gilirannya akan meningkatkan tingkat bunga domestik. R LM BP1 B R׳ BP R0 * IS1 A Y Y׳ IS Y Y1 Gambar 2.5. Model Mundell-Fleming dalam Perekonomian Terbuka Kurva BP menunjukkan identitas akuntansi neraca pembayaran. Ini merupakan mekanisme yang menyeimbangkan pasar modal dan keuangan internasional. Negara yang memiliki current account negatif, akan meminjam uang dari luar negeri. Kurva BP yang berslope slightly upward mengikuti asumsi 33 imperfect capital mobility. Kurva LM menggambarkan tingkat pendapatan (Y) dan tingkat bunga (R) keseimbangan yang mungkin tercapai dalam pasar uang domestik. Keseimbangan pasar uang akan konsisten lebih tinggi jika bank sentral melakukan penawaran uang tetap. Sehingga kurva LM mempunyai slope upward. Kurva IS mencerminkan keseimbangan antara tabungan dan investasi dalam perekonomian. Perusahaan akan meminjam lebih banyak ketika tingkat bunga rendah (lebih murah) sehingga pengeluaran (output) dalam keseimbangan menjadi lebih tinggi. Kenaikan harga-harga saham akan meningkat tingkat pengeluaran pada tingkat bunga tertentu (Kurva IS bergeser ke kanan IS1). Kurva LM tidak terpengaruh perubahan harga-harga saham. Sehingga, pegaruh positif kenaikan harga-harga saham adalah keseimbangan baru dengan output dan tingkat bunga yang lebih tinggi di titik B. Keseimbangan baru yang berada di atas kurva BP menegaskan bahwa untuk setiap output tertentu tingkat bunga yang terjadi adalah lebih tinggi dari sebelumnya. Tingkat bunga yang lebih tinggi ini menarik aliran modal asing masuk (R > R*). Meningkatnya aliran modal asing yang masuk akan menghasilkan nilai surplus pada neraca pembayaran (BP > 0). Penyesuaian neraca modal dapat berlangsung cepat dalam pasar yang mempunyai mobilitas tinggi. Keseimbangan baru di titik B juga mempunyai tingkat pendapatan (Y) lebih tinggi. Hal ini konsisten dengan pengeluaran yang lebih tinggi dari perekonomian domestik dan luar negeri yang berakibat kenaikan impor dan memburuknya current account. Meski impor tidak segera menyesuaikan diri secepat pasar modal dalam jangka pendek. Dengan demikian, pengaruh surplus neraca modal lebih besar daripada pengaruh defisit, sehingga secara keseluruhan 34 neraca pembayaran adalah surplus. Ini merupakan alasan kenapa titik B di atas kurva B. Untuk mencapai keseimbangan pasar internasional, penyesuaian neraca pembayaran memerlukan jalur nilai tukar ketika harga tetap. Kenaikan nilai tukar (depresiasi mata uang) menyebabkan memburuknya current account dan neraca pembayaran kembali ke nol. Kenaikan nilai tukar sejalan dengan pergeseran kurva BP ke atas (BP ke BP1). Keseimbangan akhir semua pasar tercapai pada titik B (R1,Y1). Keseimbangan baru ini konsisten dengan tingkat pengeluaran, tingkat bunga, nilai tukar domestik, dan harga-harga saham yang lebih tinggi. Posisi BOP (Balance of Payment) akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. BOP mencerminkan arus uang masuk dan keluar dari suatu negara. BOP surplus mencerminkan adanya aliran valuta asing yang masuk dalam perekonomian negara tersebut baik melalui transaksi barang dan jasa maupun asset, sehingga menyebabkan bertambahnya valuta asing dinegara tersebut dan mengakibatkan terjadinya apresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing. Sedangkan BOP yang defisit menandakan telah terjadinya aliran dana keluar neto keluar negeri sehingga terjadi exsess demand terhadap valuta asing dan hal inilah yang mengakibatkan melemahnya mata uang domestik. Mishkin (2001) menjelaskan pengaruh kenaikan harga-harga saham terhadap pengeluaran. Pengaruh ini berawal ketika kenaikan harga saham meningkatkan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Nilai equiti perusahaan meningkat dengan adanya kenaikan harga saham, sedangkan dalam jangka pendek harga-harga equipment tidak berubah. Akibatnya investasi menjadi lebih murah 35 dan perusahaan terdorong melakukan investasi lebih banyak lagi. Dengan demikian, investasi merupakan fungsi dari harga saham: I = f(R,SP) (2.1) SP = f(Y,INF,E) (2.2) Dimana: I : investasi SP : harga-harga saham R : tingkat bunga pinjaman Y : output INF : inflasi E : nilai tukar Dari fungsi tersebut, dijelaskan bahwa harga saham memiliki pengaruh positif terhadap investasi. Sedangkan tingkat bunga pinjaman berpengaruh negative terhadap investasi. Berdasarkan persamaan 2.1, dijelaskan bahwa output nasional berpengaruh positif terhadap harga saham. Sedangkan inflasi dan nilai tukar berpengaruh negatif terhadap harga saham. 2.7. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu telah mengkaji berbagai hubungan antara perkembangan pasar modal dengan kebijakan moneter serta pertumbuhan ekonomi negara. Diantaranya dalam jurnal ekonomi pembangunan (Hardianto, 2006) disebutkan bahwa variabel ekonomi moneter sebaiknya menjadi perhatian kalangan industri properti agar dapat lebih memahami dengan tepat dinamika 36 harga saham properti di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa adanya respon yang muncul antara pergerakan harga saham dengan variabel moneter. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Edi Sumanto (2006) yang berjudul “Analisis Pengaruh Perkembangan Pasar Modal terhadap Perekonomian Indonesia”. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kapitalisasi saham pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan yang dapat memacu produktivitas investasi dalam perekonomian dan berpengaruh positif terhadap perekonomian nasional. Koefsien parameter dugaan yang digunakan dalam menunjukkan kapitalisasi pasar modal, yaitu: exchange-rate, IHSG, nilai kapitalisasi saham, dan dummy crisis. Dalam Maisya Natassyari (2006) dengan judul “Analisis Hubungan Pasar Modal dengan Nilai Tukar, Cadangan Devisa dan Ekspor Bersih”, menganalisis hubungan pasar modal yang diukur melalui perubahan indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan nilai tukar, cadangan devisa dan ekspor bersih. Jika terjadi peningkatan pada nilai tukar nominal maka nilai tukar riil akan terdepresiasi. Depresiasi nilai tukar ini akan mengakibatkan meningkatnya daya saing barang-barang domestik di pasar internasional. Peningkatan daya saing barang-barang domestik terhadap barang-barang luar negeri ini akan meningkatkan ekspor, meningkatkan cadangan devisa dan menyebabkan surplus neraca pembayaran. Hasil estimasi VECM, dalam jangka pendek nilai tukar mempunyai hubungan positif dengan IHSG, sedangkan cadangan devisa dan ekspor bersih mempunyai hubungan negatif. Dalam jangka panjang terdapat hubungan positif antara IHSG dengan nilai tukar, cadangan devisa, dan ekspor bersih. Variabel yang paling berpengaruh terhadap IHSG adalah ekspor bersih. 37 Penelitian Gilman Pradana Nugraha (2007) yang berjudul “Analisis Pengaruh Perkembangan Pasar Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa dalam jangka pendek, kapitalisasi pasar saham (KAP) signifikan berpengaruh terhadap investasi riil (INVR) dan produk domestik bruto riil (GDPR). Hal ini mengindikasikan perkembangan pasar modal dalam jangka pendek mampu mempengaruhi perilaku investasi riil dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk estimasi jangka panjang, penelitian tersebut menunjukkan bahwa seluruh variabel ekonomi yang digunakan (INVR, IHSG, NSP, RER) signifikan mempengaruhi pertumbuhn ekonomi pada jangka panjang. Selain itu pada investasi riil, seluruh variabel yang digunakan (GDPR, KAP, IHSG, NSP, RER) signifikan mempengaruhi investasi riil Indonesia jangka panjang. Hasil estimasi VECM yang digunakan menunjukkan adanya trade-off antara perkembangan pasar modal dengan perkembangan investasi riil danpertumbuhan ekonomi. Penelitian Mario Dwi Putra (2009) yang berjudul “Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Volatilitas Return di Pasar Saham Bursa Efek Indonesia”, melihat adanya dinamika dari suku bunga dan jumlah uang beredar. Penelitian tersebut menunujukkan bahwa pada indeks harga saham gabungan sebagai indikator di pasar saham dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dan suku bunga. Pada analisis tiap sektor di pasar saham, sektor industri barang konsumsi, pertanian dan pertambangan dipengaruhi suku bunga dan jumlah uang beredar. Pada sektor industri dasar, keuangan dan properti hanya jumlah uang beredar yang mempunyai pengaruh, sedangkan suku bunga tidak berpengaruh. Suku bunga dan jumlah uang beredar mempunyai pengaruh yang berbeda pada tiap sektor, selain 38 itu jumlah uang beredar lebih dominan mempengaruhi volatilitas return di pasar saham. Hal ini dapat dilihat dari pengaruhnya terhadap beberapa sektor, dimana jumlah uang beredar lebih banyak mempengaruhi volatilitas return sektor-sektor di pasar saham bila dibandingkan dengan suku bunga. Penelitian Adji Subekti (2009) mengenai dampak krisis finansial terhadap variabel makroekonomi. Bermula dari krisis kredit macet perumahan dengan resiko tinggi (subprime mortgage) di Amerika pada semester akhir 2007 mengakibatkan krisis finansial global. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya moral hazard yang menyebabkan terjadinya deregulasi finansial yang kurang mengindahkan faktor keamanan sektor keuangan dalam jangka panjang. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa otoritas moneter perlu berhati-hati dalam melakukan intervensi karena kebijakan moneter lebih responsif dibandingkan dengan kebijakan fiskal. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara IHSG dengan pendapatan nasional. Krisis finansial global dengan jalur finansial, mengakibatkan penarikan modal asing, sehingga saham domestic berada dalam kondisi kontraksi. Kontraksi ini mengakibatkan depresiasi rupiah. Akibat lebih jauh dari kontraksi pasar modal adalah penurunan pendapatan nasional. Penelitian Muhammad Anditia Putra Pratama (2011) dengan judul, “Analisis Pengaruh Suku Bunga dan Nilai Tukar Terhadap Volatilitas dan Return pada Indeks Saham Sektoral Di Bursa Efek Indonesia”, melalui metode ARCH/GARCH. Penelitian tersebut membahas analisis pengaruh nilai tukar US$/Rupiah dan tingkat suku bunga terhadap return dan volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan dan tiap sektor di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian 39 tersebut ditemukan bahwa perubahan tingkat suku bunga signifikan negatif mempengaruhi return beberapa indeks saham (indeks gabungan, keuangan, perdagangan, pertambangan, dan properti). Hal tersebut berarti jika ada kenaikan tingkat suku bunga yield maka investor mengalihkan dananya ke pasar uang (obligasi pemerintah) yang lebih menguntungkan. Penelitian oleh Novia Handayani Syukma pada tahun 2011 yang menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang memengaruhi return saham syariah batu bara yang terdaftar dalam JII. Dengan metode ARCH/GARCH. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Customer Price Index (CPI), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, Industrial Production Index (IPI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpengaruh terhadap return saham BUMI dan PTBA. Sedangkan jumlah uang beredar (M2) dan suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap return BUMI dan PTBA. Penelitian oleh Irfan Syauqi Beik pada tahun 2011 dalam jurnal ekonomi, yang menunjukkan bahwa JII paling stabil diantara indeks saham lainnya seperti yang ada di Amerika dan Malaysia. Metode yang digunakan adalah VAR-VECM. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa krisis keuangan yang dipicu oleh kredit subprime di Amerika telah memengaruhi banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Hal ini mengakibatkan kondisi keuangan yang semakin memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Penelitian ini berupaya untuk menganalisis pasar bursa syariah di Indonesia yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dalam kaitannya dengan bursa syariah dan konvensional yang ada di Malaysia dan Amerika Serikat (AS). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan jangka panjang antara pasar modal Indonesia dengan Malaysia dan AS. Kondisi ini akan memberikan 40 alternatif investasi bagi para investor. Sedangkan dalam perspektif Indonesia, kondisi ini harus menjadi kesempatan untuk mempromosikan pasar modal sebagai tujuan potensi investasi yang menguntungkan. Dalam jangka pendek, JII adalah yang paling berpengaruh terhadap shock yang terjadi di pasar lain. Selain itu, JII merupakan pasar modal yang paling stabil. Penelitian oleh Gozali Maskie (2012) Program Pascasarjana Universitas Brawijaya mengenai analisis pengaruh kebebasan ekonomi dan variabel moneter terhadap harga saham di lima negara ASEAN. Hasil penelitian menunjukkan ada sembilan variabel yang memiliki pengaruh terhadap harga saham di ASEAN, lima variabel berpengaruh positif yaitu ukuran pemerintah, kebebasan fiskal, kebebasan finansial, kebebasan moneter, dan kebebasan perdagangan, empat variabel berpengaruh negatif yaitu kebebasan bisnis, hak kepemilikan, suku bunga dan inflasi. Sedangkan kebebasan dari korupsi,kebebasan investasi, nilai tukar, dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara aspek institusional suatu negara dengan harga saham di negara tersebut. Ini ditunjukkan oleh keterkaitan antara kebebasan ekonomi dengan harga saham di lima negara ASEAN. Fenomena moneter juga tidak bisa dilepaskan dari perkembangan harga saham dimana suku bunga dan inflasi yang tinggi akan menyebabkan penurunan dalam harga saham. 2.8. Kerangka Pemikiran Pemulihan ekonomi global yang disertai dengan perbaikan persepsi risiko memicu optimisme di pasar finansial dan pasar komoditas. Pertumbuhan ekonomi yang baik di suatu negara mencerminkan adanya perbaikan financial yang dapat 41 kita lihat dari aktivitas pasar modal. Dalam era globalisasi saat ini, kinerja pasar modal telah menjadi bagian penting dari perekonomian di suatu negara. Pasar modal merupakan pasar sekuritas jangka panjang yang dapat menstimulus perekonomian. Berkembangnya pasar modal syariah dapat diukur dari indeks harga saham dan volume transaksinya (Utami dan Rahayu, 2003). Berdasarkan teori-teori yang digunakan maka dapat dilihat hubungan antara pasar modal dengan variabel-variabel moneter tersebut. Dengan acuan beberapa penelitian terdahulu tersebut, penulis membuat kerangka pemikiran sebagai berikut: Kapitalisasi Pasar Saham Syariah Nilai Perdagangan Saham Syariah JII Perkembangan Pasar Modal Syariah Indonesia GDP Variabel Moneter SBI SBIS M2 XR Gambar 2.6. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, penelitian ini difokuskan untuk menganalisis dinamika interaksi antara variabel moneter dan pasar modal syariah 42 terhadap pertumbuhan ekonomi (GDP). Perkembangan pasar modal syariah diukur melalui kapitalisasi saham syariah, Jakarta Islamic Index (JII), dan nilai perdagangan saham syariah. Perubahan dari variabel-variabel tersebut akan berpengaruh pada stabilitas perekonomian maupun stabilitas politik dan keamanan Indonesia yang merefleksikan tingkat kepercayaan pelaku ekonomi terhadap kondisi domestik. Perkembangan pasar modal akan berpengaruh pada variabelvariabel moneter seperti SBI, SBIS, pertumbuhan uang (M2), dan exchange rate (XR).