6 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Perencanaan Fungsi pokok manajemen adalah perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Semakin terbatasnya sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh perusahaan dan semakin kompleknya masalah perusahaan, memaksa manajer untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara bijaksana, terarah dan terkendalikan dengan efektif dan efisien. Tujuan utama perusahaan adalah mencapai laba dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi yang dimilikinya. Oleh karena itu setelah tujuan tersebut ditentukan didalam perencanaan yang berupa anggaran, maka harus dianalisa apakah tujuan terbut dapat dicapai dengan berhasil guna dan berdaya guna. Perencanaan adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta penentuan cara-cara yang akan diempuh untuk mencapai tujuan tersebut. (Supriono, 1986:4) Menurut Supriono, (1986:5) perencanaan mengandung aspek sebagai berikut: 1. Penentuan tujuan yang akan dicapai. 2. Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh dari semua alternative yang mungkin dipilih. 3. Usaha-usaha atau langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar alternatif yang dipilih. Menurut Supriono, (1986:5) manfaat penting adanya perencanaan yang baik didalam suatu perusahaan adalah: 7 Universitas Sumatera Utara 7 1. Karena tujuan yang ingin dicapai telah ditetapkan (dirumuskan), maka pelaksanaan kegiatan dapat diusahakan dengan efektifitas dan efisiensi setinggi mungkin. 2. Dapat mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat dilakukan koreksi-koreksi atas penyimpangan-penyimpangan yang timbul seawall mungkin. 3. Dapat mengidentifikasikan hambatan-hambatan yang timbul dan mengatasinya secara terarah. 4. Dapat mnghindarkan adanya kegiatan, pertumbuhan, dan perkembangan yang tidak terarah dan terkontrol. Perencanaan adalah pengambilan keputusan sebelum kegitan dimulai atau keputusan sekarang ditujukanuntuk waktu yang akan datang, oleh karena itu dalam menyusun perencanaan perusahaan sebaiknya digunakan pendekatan system, artinya perencanaan perusahaan merupakan bagian dari system (subsistem) yang semuanya saling bertautan dan berinteraksi dengan berbagai sub system lainnya didalam perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Keuntungan perencanaan disusun denag pendekatan system yaitu bahwa pendekatan ini memungkinkan manajemen mengetahui dengan jelas variabelvariabel dan kendala-kendala (contrains) kritis serta konsekuensi interaksi antar sub system satu sama lain. (Supriono, 1986:5) Menurut Supriono, (1986:5) pendekatan system mengandung beberapa pengertian pokok sebagai berikut: 1. Pendekatan system menggunakan urutan langkah-langkah (tindakan- tindakan) yang logis, rasional, dan bertujuan. Universitas Sumatera Utara 8 2. Rumusan tujuan yang akan dicapai dinyatakan secara spesifik (jelas) dan dapat diukur, sehinggga dapat mudah dievaluasi apakah tujuan yang ditentukan lebih dahulu dapat dicapai. 3. Dalam pelaksanaan, semua unsur-unsur yang terlibat bekerja sebagai suatu system yang terpadu atau terkoordinasi. Penganggaran adalah merupakan perencanaan keuangan perusahaan yang sekaligus dipakai dasar system pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan untuk periode yang akan datang. Didalam penyususnan anggaran ditentukan tujuan keuangan yang akan dicapai yang umumnya dinyatakan dengan jumlah laba perusahaan, oleh karena itu penganggaran sering disebut dengan perencanaan laba (profit planning). Hasil sesungguhnya yang dicapai akan dibandingkan dengan tujuan yang telah ditetapkan didalam anggaran yang menentukan, meneliti, dan menganalisa selisih yang ditimbulkan serta menentukan tindakan koreksi (perbaikan) yang diperlukan atas kegiatan yang akan datang. Menurut Supriono, (1986:16) cara penyusunan anggaran didalam suatu perusahaan dapa digolongkan kedalam: 1. Anggaran tetap atau anggaran statis (fixed atau static budget) Anggaran tetap didasarkan kepada estimasi satu tingkatan volume kapasitas tertentu yang sifatnya konstan yang akan dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu, oleh karena angaran penghasilan dan biaya didasarkan kepada satu tingkatan volume kapasitas tertentu. 2. Anggaran fleksibel atau anggaran skala turun-naik (flexibe budget atau sliding scale budget) Universitas Sumatera Utara 9 Anggaran fleksibel adalah anggaran yang disusun berderet (seri) yang merupakan perbandingan antara beberapa tingkatan volume kapasitas dimana anggaran digolongkan kedalam anggaran biaya tetapdan anggaran biaya variabel. Angggaran biaya tetap jumlah totalnya akan konstan didalam jarak kapasitas tertentu, sedangkan anggaran biaya variabel jumlah totalnya akan berubah secara proporsional dengan perubahan tingkat kapasitas. Menurut Supriono, (1986:17) periode anggaran merupakan faktor penting didalam menyusun rencana anggaran yang lenkap, dalam hal ini periode anggaran dapat disusun atas dasar: 1. Anggaran jangka panjang Anggaran jangka panjang merupakan anggaran yang disusun oleh perusahaan untuk jangka waktu beberpa tahun, misalnya 3 atau 5 tahun. Dalam anggaran jangka panjang harus disusun berdasar prospektif (harapan) yang akan terjadi beberapa tahun yang akan datang tentang jumlah laba yang akan dicapai (anggaran laba) dan seligus menyusun: (a) anggaran penjualan, (b) anggaranbiaya variabel dan biaya tetap yang meliputi: biaya produksi, biaya administrasi dan umum, serta biaya pemasaran, (c) anggaran neraca, yang meliputi: anggaran aliran kas, anggaran tingkat persediaan, anggaran pihutang, anggaran hutang dan sebagainya, (d) anggaran ekspansi dan investasi aktiva tetap. Kesulitan didalam menyusun anggaran jangka panjang adalah memproyeksikan faktor-faktor yang akan mempengaruhi kegiatan perusahaan dalam jangka panjang, missal faktor-faktor: ekonomi, teknologi, sosial politik, pertambahan penduduk, lingkungan indutri, tingkat konsumsi masyarakat dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 10 2. Anggaran tahunan Anggaran tahunan merupakan anggaran yang disusun oleh perusahan dalam jangka waktu satu tahun atau satu periode akuntansi. Anggaran tahunan hendaknya dapat mendukung tujuan perusahaan jangka panjang yang tercermin didalam anggaran jangka panjang. Anggaran tahunan mengarah pada anggaran operasional (master) yang merupakan koordinasi anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya produksi, anggaran biaya administrasi dan umum, anggaran biaya pemasaran, anggaran (proyeksi) keadaan keuangan (neraca). 3. Anggaran bulanan Anggaran bulanan merupakan anggaran tahunan yang disusun lebih trinci untuk setiap bulan didalam tahun anggaran yang bersangkutan. Oleh karena anggaran ini disusun lebih terinci dan jangka waktunya lebih pendek, diharapkan dapat dipakai sebagai alat pengendalian atau pengawasan kegiatan dengan lebih baik dan dari analisa penyimpangan dapat segera diadakan koreksi untuk kegiatan bulan-bulan berikutnya. Menurut Supriono, (1986:18) pemakaian anggaran didalam perusahaan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut: 1. Penyusunan anggaran merupakan kekuatan manajemen dalam menyusun perencanaan, dimana manajemen melihat kedepan untuk menentukan tujuan perusahaan yang dinyatakan didalam ukuran financial. 2. Anggaran dapat digunakan alat koordinasi berbagai kegiatan perusahaan, misalnya koordinasi antara kegiatan penjualan dengan kegiatan produksi. Universitas Sumatera Utara 11 3. Implementasi anggaran dapat menciptakan alat untuk pengawasan kegiatan perusahaan. dianalisa, Penyimpangan antara anggaran dan realisasi dihitung dan dan manajemen dapat mengetahui penyebab adanya penyelewengan tersebut. 4. Berdasar teknik yang digunakan didalam anggaran, manajemen dapat memeriksa dengan seksama penggunaaan sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan apakah dapat berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). 5. Pemakaian anggaran mengakibatkan timbulnya suasana yang bersemangat untuk memperoleh laba, timbul kesadaran tentang pentingnya biaya sebelum dana disediakan. Tekana anggaran bukan semata-mata menekan biaya, akan tetapi adalah memaksimalkan laba dalam jangka panjang, dan tambahan biaya akan dibenarkan apabila tambahan biaya tersebut diperkirakan dapt meningkatkan laba. 6. Pemakaian anggaran dapat mendorong dipakainya standar sebagai alat pengukur prestasi suatu bagian atau individu didalam organisasi perusahaan. 7. Pemakaian anggaran dapat membantu manajemen didalam pengambilan keputusan untuk memilih beberapa alternative yang mungkin dilaksanakan, misalnya: membuat atau membeli, membuat atau menyewa, menolak atau menerima pesanan khusus, mendorong atau mengurangi produk tertentu dan sebagainya. Menurut Supriono, (1986:18) disamping keuntungan-keuntungan dari pemakaian anggaran perlu diketahui pula adanya keterbatasan dari anggaran sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 12 1. Anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi atas kegiatan yang akan datang, ketepatan dari estimasi sangat tergantung kepada pengalaman dan kemampuan dari estimator atau proyektor, ketidaktepatan anggaran berakibat tidak dapat dipakai sebagai alat perencanaan, koordinasi, dan pengawasan dengan baik. 2. Anggaran harus selalu disesuaikan dengan perubahan kondisi dan asumsi. Anggaran disusun atas dasar kondisi dan asumsi tertentu, oleh karena itu perubahan kondisi dan asumsi yang mendasari penyusunan anggaran mengharuskan adanya revisi anggaran agar anggaran tersebut dapat digunakan sebagai alat manajemen. Perubahan kondisi dan asumsi misalnya dapat berupa: laju inflasi atau kebijakan pemerintah dibidang ekonomi. 3. Anggaran dapat dipakai sebagai alat oleh manajemen hanya apabila semua pihak, terutama manajer-manajer perusahaan, secara terus menerus dan terkoordinasi berusaha dan bertanggung-jawab atas tercapainya tujuan yang telah ditentukan didalam anggaran. 4. Semua pihak didalam perusahaan perlu menyadari bahwa anggaran adalah alat untuk membantu manajemen, akan tetapi tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan “judgement” manajemen masih diperlukan atas dasar pengetahuan dan pengalamannya. Pihak manajemen mengharapkan bahwa perusahaan yang dipimpinnya akan teus mengalami pertumbuhan seperti yang apa mereka inginkan dalam kegiatan usahanya. Pertumbuhan yang diinginkan terutama pertumbuhan penjualan diikuti dengan pertumbuhan laba yang sesuai atau melebihi target yang ditetapkan. Setiap keinginan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan, maka Universitas Sumatera Utara 13 haruslah diikuti dan dimulai dengan perencanaan yang matang serta kerja keras untuk merealisasinya. Dalam perencanaan akan disusun hal-hal apa saja yang akan dilakukan kedepan. Perencanaan yang menghasilkan rencana, yang merupakan pedoman bagi manajemen untuk melaksanakan kegiatannya. Oleh karena itu, setiap periode manajemen akan menyusun berbagai rencana yang berkaitan dengan aktifitas perusahan kedepan. Penyusunan rencana ini didasarkan pertimbangan berbagai faktor yang akan memengaruhinya, seperti hal-hal yang sudah dilakukan sebelumnya, baik kendala atau hambatan yang dihadapi sekarang dan dimasa yang akan datang. Faktor utama yang perludirencanakan adalah jumlah penjualan yang diinginkan manajemen yang akan datang. Artinya manajemen harus menargetkan berapa besar jumlah penjualan yang diharapkan. Penentuan target padda akhirnya tentu saja berdampak terhadap penyediaan uang kas, piutang, sediaan, pinjaman, atau penyediaan investasi dalam alat-alat produksi. Hal ini dikarenakan faktor penjualan berpengaruh besar terhadap faktor yang disebutkan diatas. Misalnya apabila target penjualan ditentukan besar, maka diperlukan kapasitas produksi yang lebih besar untuk mendukungnya dan hal ini juga berkaitan dengan dukungan sejumlah dana yang harus disediakan. Ketersediaan dana dalam bentuk uang tunai penting, namun apabila tidak mencukupi tentu saja diperlukan dari sumber lainnya seperti pinjaman dari lembaga keuangan. Disamping itu, untuk mendukung penjualan diperlukan biaya untuk membeli bahan baku, tenaga kerja, biaya promosi, dan biaya-biaya lainnya. Tugas-tugas itu biasanya diemban oleh manajer keuangan untuk segera menyediakannya. Universitas Sumatera Utara 14 Seorang manajer keuangan sebelum merencanakan beberapa target penjualan yang diinginkan perlu mempertimbangkan faktor diatas. Kemudian penentuan target penjualan tidak dapat dilakukan secara sembarangan akan tetapi perlu diramalkan lebih dahulu beberapa jumlah penjualan yang paling baik untuk perusahaan ke depan. Dalam meramalkan jumlah penjualan perlu dilakukan berbagai pertimbangan, agar jangan sampai penjualan yang sudah ditargetkan tidak mencapai sasaran. Dalam prakteknya bahwa sebelum perencanaan dibuat, maka para manajer beserta segenap unsure pimpinan yang ada harus terlebih dahulu meramalkan bagaimana situasi dan kondisi ke depan. Misal kondisi 1 -5 tahun yang akan datang dan tak lupa dengan memperhatikan kondisi yang lalu dan sekarang ini. Kondisi yang dimaksud adalah peluang yang ada serta ancaman yang mungkin timbul. Juga harus mempertimbangkan keadaan intern perusahaan dengan memperhatikan kekuatan yang dimiliki serta kelemahan yang ada. Kemudian memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan segera mengatasi setiap kelemahan. Disamping itu, ciptakan peluang dan hadapi setiap ancaman yang bakal datang, sehingga target yang ditetapkan tercapai. Dari penjelasan ini jelaslah bahwa hubungan antara peramalan penjualan dengan perencanaan keuangan sangatlah erat dan saling mendukung satu sama lain. Perencanaan tanpa peramalan, akan mengakibatkan kurang tepat dalam mencapai sasarannya. Setealah kita mampu menghasilkan berapa ramalan yang akan datang, maka langkah selanjutnya adalah menentukan rencana yang berkaitan dengan hasil ramalan untuk penjualan. Rencana disusun dengan menyediakan berbagai hal guna mendukung rencana tersebut, misalnya berapa Universitas Sumatera Utara 15 dana yang dibutuhkan dan dari mana sumber dananya. Hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan misalnya penambahan investasi aktiva tetap. (Kasmir, 2010:142) 1. Pengertian peramalan Peramalan diartikan bagaimana memperkirakan kondisi yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Memperkirakan artnya menettapkan hal-hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Dasar untuk memperkirakan kondisi kedepan dapat kita gunakan data masa lalu, makin banyak data masa lalu akan makin baik dan faktor yang mempengaruhi dimasa yang akan datang. Kegunaan data masa lalu dapat menggambarkan tren masa lalu, misalnya tren penjualan 5 atau 10 tahun terakhir. Berdasarkan kecenderungan ini kita dapat melihat penyebab mengapa penjualan meningkat, tetap atau turun. Alhasil berdasarkan data dan informasi masa lalu kita dapat meramalkan bagaimana tren penjualan kedepan termasuk berdasarkan para ahli-ahli ekonomi. Berdasarkan kondisi tersebut manajemen dapat meramalkan bahwa akan terjadi tingkat pertumbuhan penjualan misalnya sebesar 40% untuk tahun depan dan tahun-tahun berikutnya. Dalam melakukan peramalan pimpinan perusahaan juga harus mempertimbangkan berbagai strategi yang akan digunakan. Salah satunya adalah strategi harga, karena bagaimnapun harga memainkan peranan yang sangat penting untuk meningkatkan penjualan. Kemudian strategi promosi juga harus memperoleh perhatian yang cukup besar. Hasil peramalan tidak dapat dikatakan pasti atau tepat. Hanya saja manajemen berharap bahwa hasil ramalan tidak jauh berbeda dengan ramalan yang telah dilakukan. Akan Universitas Sumatera Utara 16 sangat berbahaya jika ternyata hasil ramalan meleset jauh dari hasil peramalan, karena akan menyebabkan kerugian yang cukup besar akibat barang tidak mampu diserap konsumen dengan berbagai sebab. Demikian pula bila pertumbuhan ternyata lebih tinggi dari hasil ramalan yang mengakibatkan masuknya pesaing untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, sebelum meramal sebaiknya kondisi data dan informasi tersebut dapat dijadikan acuan bagi kondisi sekarang dan di masa yang akan datang haruslah benar-benar dapat dipercaya. Dalam melakukan peramalan kondisi ini dapat dijadikan alat untuk melakukan peramalan, apa yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang dengan asumsi-asumsi tertentu. Hal ini perlu dilakukan mengingat dimasa yang akan datang penuh dengan berbagai ketidak pastian. Ketidakpastian apa yang akan terjadi di masa yang akan datang perlu diperhitungkan secara matang. Menurut Kasmir, (2010:145) dalam praktiknya ketidakpastian yang akan datang meliputi hal-hal: a. Ketidakpastian ekonomi, terutama yang berkaitan dengan perubahan harga (inflasi), kekuatan daya beli masyarakat, ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, atau faktor lainnya. b. Ketidakpastian politik terutama yang berkaitan dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berkuasa, terutama yang memiliki hubungan langsung dengan produk yang ditawarkan. c. Ketidakpastian sosial dan budaya, yang berkaitan dengan pergeseran selera, gaya hidup, dan kebiasaan masyarakat yang terus berkembang. Universitas Sumatera Utara 17 d. Ketidakpastian lingkungan alam, baik pergeseran penduduk, kelangkaan bahan baku, atau faktor bencana alam. e. Ketidakpastian persaingan baik dalam negeri maupun masuknya produk dari mancanegara dengan kualitas dan harga yang kompetitif. f. Ketidakpastian kelanjutan kepemimpinan perusahaan kedepan akibat pergantian, pengunduran diri akibat berbagai sebab, dan lainnya. Dalam praktiknya hampir dipastikan tidak ada hasil ramalan yang tepat 100% atau berhasil, namun paling tidak dengan melakukan peramalan yang dengan mengidentifikasikan hal-hal yang akan terjadi kedepan, faktor risiko kegagalan dapat diminimalkan. Menurut Kasmir, (2010:146) terdapat beberpa hal yang berkaitan dengan jenis peramalan, hal ini tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Jenis-jenis peramaln dimaksud antara lain: a. Jika dilihat dari segi penyusutan: 1) Peramaln subjektif merupakan peramalan yang didasarkan atas dasar perasaan atau feeling dari seorang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan dan pengalaman masa lalu dari orang yang menyusun sangat menentukan hasil ramalan. 2) Permalan objektif merupakan peramalan yang didasarkan atas data dan informasi yang ada, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik atau metode tertentu. Data yang digunakan biasanya data masa lalu untuk beberapa periode. b. Dilihat dari segi sifat ramalan: Universitas Sumatera Utara 18 1) Peramalan kualitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas data kualitatif dan biasanya peramalan ini didasarkan kepada hasil penyelidikan sebelumnya. 2) Peramalan kuantitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu (dalam bentuk angka-angka). c. Dilihat dari segi jangka waktu: 1) Peramalan jangka pendek merupakan peramalan yang didasarkan pada waktu kurang dari 1 tahun. 2) Peramalan jangka menengah merupakan peramalan yang didasarkan paada rentang waktu dari 1 tahun sampai 3 tahun. 3) Peramalan jangka panjang merupakan peramalan yang didasarkan pada kurun waktu lebih dari 3 tahun. 2. Langkah-langkah peramalan Agar dapat memberikan hasil yang memuaskan, maka haruslah mengikuti prosedur atau langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam peramalan. Dengan mengikuti setiap langkah yang telah ditetapkan paling tidak dapat menghindari kesalahan yang tidak perlu, sehingga hasil ramalan tidak perlu diragukan. Menurut Kasmir, (2010:147) secara umum langkah-langkah yang dilakukan dalam proses melakukan peramalan sebagai berikut: a. Mengumpulkan data Pengumpulan data merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Data yang dikumpulkan merupakan data masa lalu (lampau). Hendaknya data yang dikumpulkan selengkap mungkin untuk beberapa periode. Universitas Sumatera Utara 19 Pengumpulan data dapat dilakukan dengan pengumpulan ata sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder maksudnya data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti perpustakaan, majalah, serta laporan lainnnya. Adapun data primer diperoleh dari lapangan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, atau dengan menyebarkan kuisioner. b. Mengolah data Data yang sudah dikumpulakan kemudian dibuat tabulasi data. Dengan demikian, akan diketahui pola data yang dimiliki dan memudahkan kita untuk melakukan peramalan melalui metode peramalan yang ada. c. Menetukan metode peramalan Setelah data ditabulasi barulah kita menentukan metode peramalan yang cocok untuk data tersebut. Terdapat banyak metode peramalan. Masingmasing metode akan memberikan hasil yang berbeda. Peramalan yang diinginkan adalah dengan menggunakan metode yang paling tepat. Artinya hasil yang akan diperoleh tidak akan jauh berbeda dengan kenyataannya atau metode yang akan memberikan penyimpangan kecil. Pemilihan metode peramalan adalah dengan mempertimbangkan faktor horizon waktu, pola data, jenis peramalan, faktor biaya, ketepatan, dan kemudahan penggunaanya. d. Memproyeksikan data Seperti diketahui bahwa aka nada perusahaan dimasa yang akan datang seperti perubahan ekonomi, politik, sosial atau perubahan kemasyarakatan lainnya. Perubahan ini akan berakibat tidak tepatnya Universitas Sumatera Utara 20 hasil peramalan. Agar kita dapat meminimalkan penyimpangan terhadap perubahan, maka perlu dilakukan proyeksi data dengan pertimbangan faktor perubahan tersebut untuk beberapa periode. e. Mengambil keputusan Hasil peramalan yang telah dilakukan digunakan untuk mengambil keputusan untuk membuat berbagai perencanaan seperti perencanaan produksi, keuangan, penjualan dan perencanaan lainnya, baik untuk perencanaan jangka pendek maupun perencanaan jangka panjang. Berkaitan dengan keuangan adalah jumlah dana yang harus disediakan dan kapan. Dengan adanya peramalan maka kita dapat menyusun rencana-rencana kegiatan untuk melakukan proses produksi sesuai dengan perkembangan situasi di masa depan. (Gitosudarmo, 2003:6). Oleh karena itulah maka perencanaan tidak lain merupakan penentuan tujuan pokok (tujuan utama) organisasi beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. (Gitosudarmo, 2004:49) 2.1.1 Perencanaan Keuangan Perencanaan keuangan dan operasional membutuhkan peramalan tentang input harga dan pemakaian dimasa depan. Manajer harus dapat menggunakan standar ini untuk meramalkan kebutuhan biaya dan kuantitas masa depan. Peramalan ini membantu memperhitungkan kebutuhan pembelian bahan baku, kebutuhan staf tenaga kerja, dan kebutuhan kapasitas yang berhubungan dengan overhead dan perencanaan untuk arus kas perusahaan. Selanjutnya, penggunaan standar akan menyederhanakan persiapan anggaran karena standar adalah, dalam Universitas Sumatera Utara 21 kenyataannya, anggaran untuk satu unit produk atau jasa. Standar juga digunakan untuk menyediakan dasar biaya yang dibutuhkan untuk menganalisis hubungan diantara biaya organisasi, volume penjualanm dan keuntungan. (Cecily A. Raiborn dan Michael R. Kinney, 2011:357) Perencanaan (planning) adalah sebuah proses. Hasil dari proses tersebut adalah rencana (plan). Perencanaan keuangan (financial planning) menghasilkan rencana keuangan (financial plan). Untuk menghasilkan rencana keuangan makan terlebih dahulu harus dihasilkan rencana jangka panjang (long term) dan rencana operasi (operating plan). Pada rencana jangka panjang terdapat empat hal pokok yaitu: corporate purpose, corporate scope, corporate objectives, dan corporate strategies. Apabila rencana jangka panjang telah dihasilkan, maka mulai disusun perencanaan operasi (operating planning) untuk menghasilkan rencana-rencana operasi. Rencana operasi bersifat lebih singkat dibandingkan dengan rencana jangka panjang. Kalau rencana jangka panjang bersifat 10-25 tahun, maka rencana operasi 4-5 tahun. Rencana operasi melingkupi semua aktifitas atau kejadian yang dijalankan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Rencana operasi pada tahun pertama biasanya lengkap dan rinci dibandingkan dengan rencana tahun berikutnya. Rencana tahun kedua akan disempurnakan dan hasil realisasi rencana tahun pertama merupakan masukan untuk penyempurnaan tersebut. Apabila rencana operasi telah rampung diselesaikan, maka perencanaan keuangan mulai dikerjakan untuk menghasilkan rencana keuangan. (Purba, 2002:19) Universitas Sumatera Utara 22 Dalam perencanaan, manajemen harus mengantisipasi bagaimana pengaruh perubahan aktivitas terhadap harga jual, harga pokok, biaya dan laba. Aktivitas dalam hal ini diukur dengan kapasitas atau volume. Jika tingkat biaya variabilitas diketahui, pengaruh perubahan volume dapat diprediksi. (Halim, 1996:405) Menurut Purba, (2002:21) ada lima langkah yang harus ditempuh dalam proses perencanaan keuangan (financial planning process). Kelima langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Membangun sistim proyeksi laporan keuangan (financial statement). Sistim ini dapat digunakan menganalisis pengaruh terhadap rencana operasi, proyeksi laba (projected profit) serta indikator-indikator keuangan lainnya. Hasil dari sistim ini akan dapat dijadikan masukan untuk membangun dengan lebih baik sistem pengendalian keuangan (financial control system) dan menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan dimana perusahaan hidup. 2. Penetapan kebutuhan dana. Untuk mendukung terlaksananya dengan baik rencana operasi sesuai dengan jangka waktu, maka diperlukan dana dalam jumlah tertentu. Dana tersebut digunakan baik dalam membelanjai aktiva tetap (fixed assets), modal kerja (working capital), litbang, pemasaran dan sebagainya. 3. Peramalan tersedianya dana. Kebutuhan dana yang digambarkan pada (2) harus dipenuhi agar rencana operasi dapat berjalan. Peramalan tersedianya dana harus disusun dan disesuaikan dengan umur dari rencana operasi. Dana yang diperlukan bersumber dari internal (internal resources) maupun sumber eksternal (external resources). Dalam penyusunan kebutuhan dana beberapa Universitas Sumatera Utara 23 ratio keuangan (financial ratios) antara lain seperti: debt ratio, liquidity ratio, coverates ratio dan sebagainya dapat dipergunakan. 4. Membangun sistem pengendalian. Pembangunan serta pengoperasian sistem pengendalian diperlukan agar pengalokasian serta penggunaan dana dalam perusahaan dapat berjalan dengan baik. Pengendalian diperlukan agar rencana operasi dapat terlaksana sesuai dengan yang dikehendaki. 5. Membangun prosedur. Pembangunan prosedur ini diperlukan untuk penyesuaian terhadap perubahan-perubahan. Peramalan didasarkan pada kondisi tertentu dari kehidupan ekonomi. Apabila terjadi perubahan pada kondisi ekonomi katakanlah kondisi ekonomi lebih baik dimana peluangpeluang perusahaan (company oppoetunities) lebih luas tentu saja hal ini harus dijawab melalui kenaikan anggaran produksi (higher production budget) dan sebagainya. Menurut Purba, (2002:22) komponen-komponen pokok dari rencana keuangan adalah sebagai berikut: 1. Penganalisaan terhadap kondisi keuangan sekarang (current financial condition) dari perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan sekarang digambarkan pada laporan keuangan terakhir dari perusahaan bersangkutan. 2. Peramalan penjualan (sales forecast). 3. Anggaran modal (capital budget). 4. Anggaran kas (cash budget). 5. Membangun proyeksi laporan keuangan (projected financial statement). 6. Rencana pembelanjaan ekternal (external financing plan). Universitas Sumatera Utara 24 2.2 Perencanaan Penjualan dan Perencanaan Laba 2.2.1 Perencanaan Penjualan Input utama dalam membuat budget kas adalah rencana penjualan. Data tentang rencana penjualan ini biasanya diberikan kepada manajer keuangan oleh manajer pemasaran. Atas dasar rencana ini manajer keuangan membuat estimasiestimasi sehubungan dengan arus kas perbulannya yang merupakan hasil proyeksi penerimaan dari perencanaan penjualan dan pengeluaran-pengeluaran untuk proses produksi. Di samping itu, manajer keuangan perusahaan juga diharapkan untuk mengestimasi kebutuhan-kebutuhan kas lainnya dalam rangka melaksanakan penjualan yang diproyeksikan tersebut dan apakah dana untuk hal tersebut tersedia. Rencana penjualan ini didasarkan pada analisa ekstern maupun intern perusahaan. (Syamsuddin, 2007:146) Anggaran penjualan titik awal dalam menyusun anggaran operasi. Apabila telah dapat diestimasi volume penjualan maka hampir seluruh hal yang menyangkut anggaran tahun depan dapat ditetapkan atau diketahui. Anggaran penjualan menunjukkan jumlah produk yang diharapkan dapat dijual selama satu tahun. (Purba, 2002:236) Menurut Purba, (2002:236) ada tiga cara yang dapat ditempuh untuk mengestimasi data yang diperlukan untuk menyusun anggaran penjualan. Ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan ramalan statistik yang didasarkan pada: a. Kondisi bisnis secara umum b. Kondisi dan potensi pasar c. Pertumbuhan produk Universitas Sumatera Utara 25 2. Estimasi internal dengan mengumpulkan pendapat para kelompok manajemen (the management members). 3. Menganalisis berbagai faktor yang mempengaruhi hasil penjualan (sales revenue) dan kemudian memprediksi perilaku dari berbagai faktor tersebut. 2.2.2 Perencanaan Laba Segi yang bersifat administratif dan mekanis dalam rencana laba dapat berarti bahwa saat rencana penjualan itu selesai, akan diikuti serangkaian kegiatan administratif yang sederhana yang timbul dalam anggaran produksi, persediaan, pembelian, tenaga kerja, dan bahan. Pilihan-pilihan manajemen dari antara sejumlah alternatif adalah penting untuk membangun sebuah rencana operasi yang realistis. (Welsch, Hilton, Gordon, 2000:408) 2.3 Biaya 2.3.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan semua pengeluaran yang sudah terjadi (expired) yang digunakan dalam memproses produksi yang dihasilkan. (Halim, 1996:4) Biaya adalah merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas, dan disajikan oleh akuntansi biaya. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi suatu tujuan tertentu. (Mulyadi, 2005:8) Menurut Mulyadi, (2005:8) ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas: 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi. 2. Diukur dalam satuan uang. 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi. Universitas Sumatera Utara 26 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. 2.3.2 Penggolongan Biaya Tujuan akhir akuntansi biaya adalah menyediakan informasi tentang biaya untuk manajemen guna membantu mereka didalam mengelola perusahaan atau departemennya. Manajemen dalam mengelola perusahaan atau departemennya memerlukan data biaya yang akurat. Biaya yang akurat memungkinkan dapat ditentukannya harga pokok produk secara teliti dan tepat. Untuk menetukan harga pokok produk secara teliti maka biaya perlu diklasifikasikan/digolongkan sehingga dapat dipisahkan antara mana biaya produksi dan mana pula yang bukan biaya produksi. Penggolongan biaya yang tepat adalah dengan menggunakan konsep “different coast for different purposes”, yang maksudnya bahwa biaya digolongkan atas dasar tujuan penggunaan dari data biaya tersebut. (Halim, 1996:5) Menurut Halim, (1996:5) penggolongan biaya yang dimaksud antara lain adalah: 1. Berdasarkan hubungan dengan produk, biaya digolongkan atas: a. Biaya Produksi Yakni biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan (dimatch-kan) dengan penghasilan (revenue) diperiode mana produk itu dijual. Sebelum laku dijual, biaya produksi diperlakukam sebagai persediaan (inventories). Biaya ini terdiri atas: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead terbagi lagi kedalam dua kategori yakni biaya prima Universitas Sumatera Utara 27 (prime coast) yang terdiri atas biaya bahan dan tenaga kerja, dan biaya konversi (conversion coast) yakni biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya utama atau biaya prima adalah biaya yang langsung berhubungan langsung dengan produksi sedangkan biaya konversi adalah biaya yang diperlukam untuk memproses bahan baku menjadi produk selesai. b. Biaya Periodik Yakni biaya-biaya yang lebih berhubungan dengan waktu dibanding dari unit yang diproduksi (produk). Seluruh biaya ini dibebankan kepada penghasilan (revenue) diperiode mana biaya tersebut terjadi. periodik ini dinamakan juga biaya komersiil. Biaya Contoh dari biaya ini adalah: biaya administrasi dan umum, biaya pemasaran (biaya iklan/promosi, biaya upah salesgirl/salesman). Khusus biaya pemasaran ini akuntan tidak konsisten melakukannya, seperti biaya iklan sering ditunda pembebanannya (di “deferred”) karena masih dianggap bermanfaat untuk mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. 2. Berdasarkan periode akuntansi/pembukuan, biaya digolongkan atas: a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) Yakni biaya-biaya yang dikeluarkan yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu periode akuntansi (biaya saatu tahun). Pengeluaran ini akan membentuk “cost” (harga pokok). Contoh biaya ini: biaya perbaikan gedung yang relatif besar yang manfaatnya lebih dari satu tahun. b. Pengeluaran Penghasilan Universitas Sumatera Utara 28 Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan yang hanya bermanfaat dalam satu periode akuntansi (kurang atau sama dengan satu tahun). Pengeluaran ini akan menjadi “expense” (biaya) diperiode saat terjadinya biaya itu. 3. Berdasarkan hubungannya dengan volume produksi/kegiatan perusahaan biaya digolongkan atas: a. Biaya Variabel Yakni biaya-biaya yang selalu berubah secara proporsional (sebanding) sesuai dengan perbandingan volume kegiatan perusahaan. Contoh utama biaya ini adalah: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja lansung, sebagian biaya overhead seperti biaya listrik, gas dan air, yang dibayar sesuai denga pemakaian, depresiasi yang dihitung atas dasar unit produksi (satuan unit output). b. Biaya Semi Variabel atau Semi Tetap Yakni biaya yang selalu berubah tetapi perbahannya tidak proporsional (sebanding) dengan perubahan kegiatan volume perusahaam. Contoh biaya ini: gaji salesman/salesgirl yang sistem penggajiannya dengan gaji tetap plus presentase tertentu dari penjualan, biaya reparasi dan pemeliharaan dan lain-lain. Biaya ini akan tetap jumlahnya dalam kisaran (range) tertentu. c. Biaya Tetap Yakni biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan perusahaan. Contoh: biaya penyusutan yang dihitung dengan metode garis lurus, upah yang tetap untuk beberapa periode tertentu. Universitas Sumatera Utara 29 4. Berdasarkan dalam hubungannya untuk tujuan pengawasan, biaya digolongkan atas: a. Biaya Standar Yakni biaya yang telah ditentukan terlebih dahulu (diperkirakan akan terjadi), dan apabila terjadi penyimpangan terhadapnya, maka biaya standar ini yang dianggap benar. b. Biaya Taksiran Yakni biaya yang ditaksir terlebih dahulu (diperkirakan akan terjadi) dan apabila terjadi penyimpangan terhadapnya maka yang dianggap betul adalah biaya sesungguhnya. c. Biaya Sesugguhnya Yakni biaya-biaya yang sungguh terjadi atau biaya yang dibebankan. 5. Berdasarkan dalam hubungannya dengan departemen produksi, biaya digolongkan atas: a. Biaya Departemen Produksi Yakni biaya yang dibebankan atas perhitungan pada bagian/departemen yang secara langsung menangani pembuatan barang (produk). Contoh biaya ini: biaya bahan baku produksi departemen X. b. Biaya Departemen Pembantu Yakni biaya yang dibabankan pada departemen yang menyediakan fasilitas/memberikan servis untuk departemen lain (dengan departemen produksi atau departemen pembantu lainnya). Contoh: biaya gaji departemen pembantu listrik. c. Biaya Langsung Departemen Universitas Sumatera Utara 30 Yakni biaya-biaya yang langsung terjadi pada tiap-tiap departemen. d. Biaya Tidak Langsung Departemen Yakni biaya-biaya yang diperhitungkan terhadap suatu departemen karena departemen tersebut menggunakan fasilitas departemen lain. 6. Berdasarkan dalam hubungannya dengan fungsi-fungsi yang ada diperusahaan, biaya terdiri atas: a. Biaya Produksi Yakni total biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik dalam rangka memproduksi produk. b. Biaya Pemasaran Yakni biaya yang dikeluarkan dalam rangka memasarkan produk yang dihasilkan. Misalnya: biaya iklan, gaji penjual dan lain-lain. c. Biaya Administrasi dan Umum Yakni biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengarahkan, mengendalikan dan mengoperasikan perusahaan. Misalnya: biaya gaji direksi, biaya surat, telepon dan lain-lain. d. Biaya Keuangan Yakni biaya yang dikeluarkan dalam rangka mendapatkan dana untuk operasi perusahaan. Misalnya: biaya bunga. Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: “different costs for different purposes”. (Mulyadi, 2005:13) Menurut Mulyadi, (2005:13) biaya dapat digolongkan menurut: Universitas Sumatera Utara 31 1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalanya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”. 2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fundi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: a. Biaya produksi Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipmen, biaya bahan baku; biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan proses produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut denganistilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi. b. Biaya pemasaran Universitas Sumatera Utara 32 Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan; biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran; biaya contoh (sample). c. Biaya administrasi dan umum Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan, bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photocopy. Jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial (commercial expenses). 3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau department. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: a. Biaya langsung (direct cost) b. Biaya tidak langsung (indirect cost) Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Dalam hubungannya dengan departemen, biaya dibagi menjadi dua golongan: biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen. Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang Universitas Sumatera Utara 33 dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan desuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departmental costs) adalah semua biaya yang terjadi didalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam departemen pemeliharaan merupakan biaya langsung departemen bagi departemen pemeliharahaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut, merupakan biaya langsung bagi departemen tersebut. Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Biaya ini tidak mudah didefinisikan dengan produk tertentu. Gaji mandor yang mengawasi pembuatan produk A, B, dan C, merupakan biaya tidak langsung bagi produk A, B maupun C, karena gaji mandor tersebut terjadi bukan hanya karena perusahaan memproduksi salah satu produk tersebut, melainkan karena memproduksi ketiga jenis produk tersebut. Jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk (misalnya perusahaan semen, pupuk urea, gula) maka semua biaya hubungannyadengan produk. merupakan biaya langsung dalam Biaya tidak langsung dalam hubungannnya dengan produk sering disebutdengan istilah biaya overhead pabrik (factory overheadcosts). Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi disuatu departemen, tapi manfaatnya Universitas Sumatera Utara 34 dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contohnya adalah biaya yang terjadi didepartemen pembangkit tenaga listrik. Biaya ini dinikmati oleh departemen-departemen lain dalam perusahaan baik untuk penerangan maupun untuk menggerakkan mesin dan equipmen yang mengkonsumsi listrik. Bagi departemen pemakai listrik, biaya listrik yang diterima dari alokasi biaya departemen pembangkit tenaga listrik merupakan biaya tidak langsung departemen. 4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan aktivitas Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi: a. Biaya variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) dengan adanya perubahan volume kegiatan. Ada jenis biaya variabel yang perilakunya bertingkat (step like behavior) yang mempunyai perilaku sebagai step-variabel costs. Biaya ini naik atau turun tidak pada saat yang sama dengan perubahan volume kegiatan. Setiap perubahan volume kegiatan tidak secara langsung diikuti dengan perubahan biaya. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya semivariabel Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur Universitas Sumatera Utara 35 biaya tetap dan unsur biaya variabel. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah biaya minimum untuk menyediakan jasa sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semivariabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. c. Biaya semifixed Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Biaya tetap per satuan berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Biaya tetap atau biaya kapasitas merupakan biaya untuk mempertahankan kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu. Besar biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi manajemen. Pada umumnya, biaya tetap mempunyai proporsi tinggi bila dibandingkan dengan biaya variabel, kemampuan manajemen dalam menghadapi perubahan-perubahan kondisi ekonomi jangka pendek akan berkurang. biaya tetap Seringkali keengganan manajemen untuk mengeluarkan mencerminkan ketidakberanian manajemen didalam mengambil risiko dan kadang-kadang hal ini menyebabkan perusahaan tidak dapat menikmati laba. Contoh biaya tetap adlah gaji direktur produksi. 5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya Universitas Sumatera Utara 36 Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Pengeluaran modal (capital expenditures). Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi, atau dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besarbesaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. Karena pengeluaran untuk keperluan tersebut biasanya melibatkan jumlah yang besar dan memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun, maka pada saat pengeluaran tersebut dilakukan, pengorbanan tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan dicatat sebagai kos aktiva (misalnya sebagai kos aktiva tetap atau beban yang ditangguhkan). menikmai manfaat pengeluaran modal Periode akuntansi yang tersebut dibebani sebagian pengeluaran modal tersebut berupa biaya depresiasi, biaya amortasi, atau biaya deplesi. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures). Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan diperemukan dengan pendapatan yang diperoleh daari pengeluaran biaya tersebut. Contoh Universitas Sumatera Utara 37 pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja. Menurut Sigit (1990:3) bahwa biaya-biaya yang terjadi didalam perusahaan yang bersangkutan (yang dihitung Break-Even) dapat diidentifikasikan (ditetapkan) sebagai biaya variabel atau sebagai biaya tetap. Biaya-biaya yang meragukan apakah sebagai biaya variabel atau sebagai biaya tetap harus tegastegas dimasukkan kedalam salah satu, “variabel” atau “tetap”. Biaya semi- variabel dimasukkan kedalam biaya variabel, biaya semi-tetap dimasukkan kedalam biaya tetap. Hanya ada dua kelompok biaya yaitu “biaya variabel” dan “biaya tetap” saja apabila kita menghitung dan membuat analisa Break-Even. 1. Biaya tetap Biaya tetap (dalam bahasa inggris disebut fixed costs) adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode kerja adalah tetap jumlahnya, dan tidak mengalami perubahan. Jika periode kerja itu adalah bualan, maka biaya itu tetap saja dihitung selama satu bulan. Jika dihitung tahunan, biaya itu tetap saja tidak berubah, meskipun dari bulan ke bulan atau dari minggu ke minggu volume kegiatan berubah. Jadi biaya tetap itu tidak berubah, meskipun volume produksi berubah. Biaya tetap biasanya dikaitkan dengan waktu, atau dengan perjanjian. Biaya tetap itu biasanya dikaitkan pengeluarannya dengan periode maka kadang-kadang ada yang menyebutnya sebagai biaya periode atau “periode cost”. 2. Biaya variabel Biaya variabel (dalam bahasa Inggris disebut “variable cost”), ialah jenisjenis biya yang naik turun bersama-sama dengan volume kegiatan. Produksi Universitas Sumatera Utara 38 bertambah, bertambahlah biaya variabel. variabel. Produksi turun, turunlah biaya Asumsi yang digunakan dalam analisa break even ialah naik turunnya biaya variabel itu proporsional dengan volume kegiatan. Di dalam kenyataan yang sebenarnya biaya variabel itu tidak harus proporsional dengan volume produksi. Dapat degresif dapat pula progresif. Dikatakan degresif apabila volume produksi naik, naik pula biaya variabel akan tetapi kenaikannya dibawah proporsional dengan kenaikan volume produksi. Sebaliknya biaya variabel adalah progresif apabila kenaikannya diatas proporsionalnya. 2.4 Analisis Break Even Point 2.4.1 Pengertian Break Even Point Sebelum memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa, perusahaan biasanya terlebih dahulu merencanakan seberapa besar laba yang ingin diperoleh. Penentuan besarnya laba yang ingin diperoleh merupakan prioritas utama bagi sebagian besar perusahaan, disamping hal-hal lainnya. Agar besarnya perolehan laba mudah ditentukan, maka salah satu cara perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu berapa titik impasnya. Artinya, perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Analisi titik impas atau analisis pulang pokok atau yang dikenal dengan nama analisis Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering juga disebut analisis perencanaan laba (profit plannig). Analisis ini biasanya lebih sering digunakan apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu Universitas Sumatera Utara 39 produk baru. Artinya, dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan. Kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen, baik dalam unit maupun rupiah. (Kasmir, 2010:166) Menurut Kasmir (2010:167) dalam rangka penentuan titik impas ini, maka perlu diketahui beberapa hal penting, tujuannya adalah agar titik impas dapat ditentukan dengan tepat, yaitu: 1. Berapa tingkat keuntungan (laba) yang ingin dicapai dalam suatu periode. 2. Berapa besarnya kapasitas produksi yang tersedia atau yang mungkin dapat ditingkatkan. 3. Berapa jumlah biaya yang harus dikeluarkan, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Arti kata “Break-Even” adalah sebuah kata inggris, yang belum dapat dialihkan kedalam bahasa Indonesia dengan tepat dan yang dapat diterima oleh semua pihak. Suatu perusahaan dikatakan “Break-Even” apabila setelah dibuat perhitungan rugi-laba dari satu periode kerja atau dari satu kegiatan usaha tertentu, perusahaan itu tidak memperoleh laba, tetapi juga tidak menderita kerugian. Jadi laba tidak rugi pun tidak. Juga dapat dikatakan bahwa labanya adalah nol, atau ruginya adalah nol. Jika perusahaan itu memperoleh hasil dari penjualan atau seluruh penghasilan dijumlahkan, jumlah itu sama besarnya dengan seluruh biaya yang telah dikorbankan. Jadi seluruh penghasilan sama besarnya dengan biayanya. Analisa break even adalah suatu cara atau suatu teknik yang digunakan oleh seorang petugas/manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume Universitas Sumatera Utara 40 (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba. Analisa itu juga dapat digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan atau volume produksi berapakah perusahaan itu dapat mencapai laba atau menderita kerugian tertentu. Analisa break even adalah suatu cara atau teknik untuk mengetahui kaitan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya yang variabel dan yang tetap, serta laba dan rugi. (Sigit, 1990:1) Titik break-even dapat didefinisikan sebagai titik pada saat pendapatan penjualan cukup untuk menutup semua biaya produksi dan penjualan tetapi tidak ada laba yang diperoleh. Analisis break-even mendasarkan analisisnya pada pemisahan biaya menurut tingkat variabilitas. Umumnya biaya dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. (Halim, 1996:406) Break even dan analisa hubungan biaya-volume-laba merupakan teknik perencanaan laba dalam jangka pendek atau dalam satu periode akuntansi tertentu dengan mendasarkan analisanya pada variabilitas penghasilan penjualan maupun biaya terhadap volume kegiatan sehingga teknik-teknik tersebut akan dapat digunakan dengan baik sebagai alat oerencanaan laba dalam jangka pendek. Break even sering disebut dengan impas atau pulang pokok adalah ssuatu keadaan perusahaan dimana jumlah total penghasilan besarnya sama dengan jumlah total biaya, atau suatu keadaan perusahaan dimana rugi-labanya sebesar nol, perusahaan tidak memperoleh laba maupun tidak menderita rugi. (Supriono, 1986:331) Universitas Sumatera Utara 41 Menurut Supriono, (1986:332) dalam perncanaan laba dengan teknik break even dan analisa biaya-volume-biaya digunakan dasar anggapan sebagai berikut: 1. Harga jual per unit (satuan) yang dianggarkan tetap konstan pada berbagai tingkatan volume penjualan dalam periode yang bersangkutan, apabila anggapan ini tidak terpenuhi penghasilan penjualan tidak dapat digambarkan dalam gari lurus. 2. Semua biaya yang dianggarkan dapat dikelompokkan kedalam elemen biaya tetap dan biaya variabel yang mempunyai tingkat variabilitas terhadap produk yang diproduksi atau dijual, bukan terhadap kegiatan yang lain. 3. Harga dari biaya atau masukan (misalnya harga bahan baku, upah langsung, dan lain-lain) yang dianggap tetap konstan pada berbagai tingkatan kegiatan, sehingga biaya dapat digambarkan dalam garis lurus. 4. Kapasitas yang dimiliki perusahaan tidak berubah, misalnya kerana adanya ekspansi, karena perubahan kapasitas yang dimiliki akan merubah pola hubungan biaya-volume-laba. 5. Tingkat efisiensi dari perusahaan tidak berubah, karena program efisiensi yang sangat berhasil atau terjaadinya pemborosan yang luar biasa akan berpengaruh pada pola hubungan biaya-volume-laba. 6. Tingkat dan metode teknologi yang dimiliki perusahaan tidak berubah, perubahan teknologi juga dapat mengubah pola hubungan biaya-volume-laba. 7. Apabila perusahaan menjual beberapa macam produk, maka komposisi produk yang dianggarkan pada berbagai tingkatan penjualan tidak berubah, perubahan komposisi akan berakibat berubahnya presentasi bata kontribusi. Universitas Sumatera Utara 42 Penyimpangan harga jual, biaya, dan komposisi penjualan yang sesungguhnya dibandingkan dengan yang dianggarkan dianalisa melalui analisa biaya standard an analisis selisih laba. 2.4.2 Menghitung Break Even Point Menurut Kasmir (2010:173) rumus yang dapat digunakan dalam analisis titik impas, yakni: 1. Analisis titik impas dalam unit FC BEP = P – VC Dimana: 2. BEP = Analisis titik impas (break even point) FC = Biaya tetap (fixed cost) VC = Biaya variabel per satuan (variable cost) P = Harga jual per satuan (price) S = Jumlah penjualan (sales) Analisis titik impas dalam rupiah FC BEP = P – VC 1– S Menurut Halim (1996:407) persamaan break-even secara matematis adalah: Volume penjualan break-even = total biaya tetap 1- (total biaya variabel : total volume penjualan) Universitas Sumatera Utara 43 Menurut Halim (1996:408) BEP juga dapat dihitung dalam unit, dengan persamaan sebagai berikut: Volume penjualan break-even = total biaya tetap Harga jual per unit – biaya variabel per unit Titik impas (break even) berlandaskan pada pertanyaan sederhana “berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Biaya (cost) yang dikeluarkan perusahaan dibagi menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Pengertian terhadap jawaban pertanyaan dasar di atas akan dapat memperbaiki pandangan bagaimana berbagai aspek operasional perusahaan dihubungkan dengan perencanaan keuangan (financial planning), dan proyeksi keuangan (financial projection). Dari pandangan yang lebih luas pengertian terhadap konsep “break even” memungkinkan pemimpin perusahaan menerima pengaruh penyimpangan dari aktivitas perusahaan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Analisis titik impas biasa juga dinamakan analisisi biaya (cost), volume (volume), laba (profit). (Purba, 2002:267) Menurut Purba, (2002:269) penentuan BEP dengan menggunakan perhitungan atau formula dapat dijelaskan sebagai berikut: Q= F P-V F: Biaya tetap P: Harga penjualan per unit V: Biaya variabel per unit Analisa breakeven point seringkali juga disebut dengan istilah “costvolume-profit analysis” adalah sangat penting bagi perusahaan karena hal itu Universitas Sumatera Utara 44 akan: (1) Memungkinkan perusahaan untuk menentukan tingkat operasi yang harus dilakukan agar semua operating cost dapat tertutup, dan (2) Untuk mengevaluasi tingkat-tingkat penjualan tertentu dalam hubungannya dengan tingkat keuntungan. Menurut Syamsuddin, (2007:93) penentuan tingkat breakeven point dapat dilakukan sebagai berikut: Q= F P-V Penggunaan analisa breakeven point dalam rupiah dari penjualan penting sekali terutama bagi perusahaan-perusahaan yang mempunyai bermacam-macam produk yang dijual dengan harga yang berbeda-beda satu sama lain. Dengan mengasumsikan bahwa “product mix” tetap constant maka breakeven dalam rupiah dapat dihitung dengan menggunakan contribution margin approach. Dengan contribution margin ratio di sini dimaksudkan “presentase dari selisih antara harga jual per unit dengan variable\cost per unit dibagi dengan harga jual per unit”. D= ) F (1 – TV S Titik impas (BEP) (break-even point) perusahaan adalah tingkat aktivitas, dalam unit atau nominal, pada total pendapatan yang sama dengan total biaya. Jadi, pada BEP perusahaan tidak timbul keuntungan maupun kerugian. Perusahaan, bagaimanapun, tidak hanya berharap pada “impas” dalam operasi. BEP dihitung untuk membangun titik referensi. Dengan mengetahui BEP, manajer dapat menjadi lebih baik dalam mengatur tujuan penjualan yang harus Universitas Sumatera Utara 45 menghasilkan keuntungan dari operasi dibandingkan kerugian. (Cecily A. Raiborn dan Michael R. Kinney, 2011:477) Menurut Sigit (1990:11) Break Even itu dapat dihitung asal diketahui: 1. Jumlah total biaya tetap 2. Biaya variabel per unit atau total 3. Hasil penjualan total atau harga jual per unit Maka Break Even dapat dihitung menggunakan rumus: Penjualan Break Even = Biaya Tetap 1- Biaya Variabel Penjualan Analisis harga-volume-laba mencakup baik analisis kontribusi maupun analisis titik impas. Analisis titik impas menggunakan konsep yang sama dengan analisis kontribusi. Namun demikian, analisis titk impas menekankan pada tingkat keluaran atau aktivitas produktif di mana pendapatan penjualan tepat sama dengan biaya total, todak terdapat laba maupun rugi. Analisis titik impas mengandalkan dasar dari variabilitas biaya identifikasi dan pengukuran terpisah atas komponen biaya tetap dan variabel. Analisis titik impas biasanya diaplikasikan atas dasar „perushaan total‟. (Welsch, Hilton, Gordon, 2000:437) 2.4.3 Tujuan Break Even Point Analisis titik impas yang digunakan perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara umum analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi. Dari uraian sebelumnya, jelas bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi para Universitas Sumatera Utara 46 manajer dalam mengambil keputusan, jika diketahui hasil dari analisis titik impas. Misalnya dengan informasi tersebut, maka manajer mampu meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan, dan prediksi keuntungan yang diharapkan. (Kasmis, 2010:167) Menurut Kasmir, (2010:168) dalam praktiknya penggunaan analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu: 1. Mendesain spesifikasi produk (berkaitan dengan biaya) 2. Penentuan harga jual per satuan 3. Produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian 4. Memaksimalkan jumlah produksi 5. Perencanaan laba yang diinginkan 6. Dan tujuan lainnya Mendesian spesifikasi produk biasanya selalu berkaitan dengan biaya- biaya yang akan dikeluarkan termasuk harga yang akan dibebankan. Dalam mendesain suatu produk diperlukan suatu pedoman yang member arah bagi manajemen untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan biaya dan harga. Analisis titik impas memberikan perbandingan antara biaya dengan harga untukberbagai desain sebelum spesifikasi produk ditetapkan. Hal ini disebabkan biaya sangat besar pengaruhnya terhadap harga. Dengan analisis titik impas kita dapat menguji terlebih dahulu kekayaan suatu produk. Penentuan harga jual per satuan, sangat penting agar harga jual dapat diterima pelanggan. Disamping pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, harga jual juga terkait pada pihak pesaing yang memiliki produk sejenis. Jika penentuan harga jual tidak realistis, maka perusahaan tidak akan mampu menutupi semua Universitas Sumatera Utara 47 atau sebagian dari biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan tidak diimbangi dengan kualitas dan pelayanan juga tidak akan mampu memaksimalkan penjualan seperrti yang telah ditentukan. Produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian, maksudnya adalah agar perusahaan mampu menentukan batas jumlah produksi dalam kondisi tidak rugi dan tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya. Dengan demikian, akan memudahkan perusahaan untuk mempertimbangkan apakah harga jual sudah layak, jika dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dan kapasitas produksi yang dimiliki. Memaksimalkan jumlah produksi artinya dengan analisisi titik impas kita akan tahu, apakah jumlah produksi sudah maksimal atau belum. Tujuannya agar jangan ada sampai kapasitas produksi yang menganggur. Kemudian perusahaan juga mampu menjaga agar berproduksi secara efisien. Perencanaan laba yang diinginkan artnya manajemen mampu merencanakan laba yang diinginkan dengan kapasitas produksi yang dimiliki tentunya. Besarnya laba dapat diukur dari batas minimal produk atau dari total rupiah yang diproduksi. Kemudian mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan setiap unit produksi yang dijual. (Kasmir, 2010:168) 2.4.4 Manfaat Break Even Point Salah satu kegunaan analisis titik impas adalah untuk mengetahui pada jumlah berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba dan tidak pula rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui analisis titik impas kita akan dapat mengetahui bagaimana hubungan Universitas Sumatera Utara 48 antara biaya tetap, biaya variabel, tingkat keuntungan yang diinginkan, dan volume kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut pula dengan nama cost profit volume analysis. Analisis titik impas memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal yang harus diproduksi dan dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan memperoleh laba (keuntungan) yang maksimal. Artinya, dengan memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya perusahaan akan tahu batas minimal yang harus dijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh. Jumlah produksi yang akan dijual berkaitan erat dengan biaya yang akan dikeluarkan. Pada akhirnya biaya-biaya ini akan menjadi penentu terhadap harga jual perusahaan. Besar kecilnya biaya sangat berpengaruh terhadap harga jual, demikian pula sebaliknya. Salah satu kegunaan titik impas adalah untuk menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian, akan dapat ditentukan diketahui berapa jumlah yang layak untuk dijalankan. Manfaat lain dari analisis titik impas, untuk membantu manajer mengambil keputusan dalam hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu produk tertentu. Intinya kegunaan dari analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan. (Kasmir, 2010:167) Telah disebutkan bahwa analisa break even adalah suatu cara atau teknik untuk mengetahui kaitan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi dan Universitas Sumatera Utara 49 laba. Dengan mengetahui perkaitannya itu, analisa break even dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan perusahaan. (Sigit, 1990:2) Menurut Sigit, (1990:2) kegunaan-kegunaan analisa Break-Even antara lain, ialah: 1. Sebagai dasar atau landasan merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu. Jadi dapat digunakan untuk perencanaan laba atau “profit planning”. 2. Sebagai dasar atau landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan, yaitu untuk alat pencocokan antara realisasi dengan angkaangka dalam perhitungan break even. Jadi sebagai alat pengendalian atau “controlling”. 3. Sebagai baha pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah diketahui hasil-hasil perhitungannya menurut analisa break even dan laba yang ditargetkan. 4. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Misalnya seorang manajer akan mengambil suatu keputusan tertentu, terlebih dahulu menanyakn berapakah titik break even-nya. Karena analisa break even dapat digunakan untuk berbagai bahan pertimbangan bagi seorang manajer perusahaan didalammengambil keputusan, baik perusahaannya itu hanyalah sekedar warung kopi, usaha angkutan, hotel, pemborongan, jasa, atau pun pabrik besar seperti perusahaan semen, perusahaan minyak, atau perusahaan kapal terbangm maka ia perlu menguasai dan memahami apa yang disebut “break-even” dan “analisa break-even”. Bagi perusahaan kecil Universitas Sumatera Utara 50 maupun perusahaan besar pada prinsipnya adalah sama caranya dalam menghitung dan menganalisa break-even. Bedanya hanya dalam besarnya angkaangka dan jenis-jenis komponen biayanya. 2.4.5 Kelemahan Break Even Point Sekalipun analisa breakeven point ini banyak digunakan oleh perusahaan tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa breakeven point antara lain: asumsi tentang linearity, klasifikasi cost, dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Syamsuddin, 2007:105) Menurut Kasmir, (2010:169) kelemahan analisis titik impas mau tidak mau pasti ada dan tidak dapat dihindari. Berikut ini ada beberapa kelemahan dari analisis titik impas, yaitu: 1. Perlu adanya asumsi. Artinya, analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dan pendapatan. Padahal terkadang sering kali asumsi yang digunakan sudah tidak sesuai dengan realita yang terjadi kedepan. 2. Bersifat statis. Artinya analisis ini hanya digunakan pada titik tertentu bukan pada suatu periode tertentu. 3. Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir. Artinya, analisis titik impas hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan. 4. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik. Universitas Sumatera Utara 51 Artinya, jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, maka proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama. 5. Hubungan penjualan dengan biaya. Artinya, ada hubungan penjualan dan biaya, misalnya dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan dalam kapasitas penuh, namun diperlukan tambahan penjualan, maka akan ada tambahan biaya tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika diperlukan tambahan peralatan atau pabrik, maka biaya tetap juga akan meningkat. 6. Kurang mempertimbangkan resiko. Artinya, selama masa penjualan begitu banyak risiko-risiko yang mungkin dihadapi, misalnya kenaikan harga bahan baku, yang berakibat akan berpengaruh terhadap harga jual dan pada akhirnya akan berpengaruh kepada jumlah penjualan secara keseluruhan baik unit maupun rupiah. Dalam hal analisis titik impas kurang memperhatikan faktor risiko tersebut. 7. Pengukuran kemunkinan penjualan. Artinya, jika hendak membuat grafik titik impas yang didasarkan kepada harga penjualan yang konstan, maka untuk melihat kemungkinan laba pada berbagai tingkat harga harus dibuatkan semua seri grafik satu untuk tiap harga. Meskipun analisis titik impas memiliki banya kelemahan seperti diatas, manajemen masih dapat menggunakannya sebagai salah satu alat perencanaan keuangan, terutama perencanaan laba, produksi, maupun perencanaan penjualn kedepan. Hanya saja manajer harus mampu menyusun perencanaan dengan melihat kelemahan di atas sebagai bahan koreksi atau pertimbangan lain dalam menentukan kebijakannya. Universitas Sumatera Utara 52 2.4.6 Asumsi-Asumsi dalam Analisa Break-Even Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa kelemahan dari analisis titik impas adalah karena banyaknya asumsi yang mendasari analisis ini. Akan tetapi asumsi ini memang harus dilakukan jika kita mau analisis ini dapat menghasilkan seperti yang kita harapkan. Kemudian dengan asumsi-asumsi ini analisis titik impas dapat dilakukan secara cepat dan akurat. Hanya saja asumsi yang dilakukan terkadang terlalu memaksa dan pertanggungjawabannya sering diambangkan. Oleh karena itu, para manajer menganggap bahwa asumsi ini harus tetap dilakukan dan ini merupakan salah satu keterbatasan dari analisis titik impas bila kita mau menggunakannya. Adapun asumsi dan beberrapa keterbatasan analisis titik impas sebagai berikut: 1. Penentuan biaya Dalam analisis titik impas hanya digunakan dua macam biaya, yaitu: biaya tetap dan biaya variabel. Artinya, kita harus memisahkan dahulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Yaitu dengan mengelompokkan bbiaya tetap disatu sisi, dan biaya variabel disisi lain. Dalam hal ini secara umum untuk memisahakan kedua biaya ini relative sulit, karena ada biaya yang tergolong semi variabel dan tetap. Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan sebagai berikut: a. Pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsure biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada, beserta sifatsifat dari biaya tersebut. Universitas Sumatera Utara 53 b. Pendekatan historis, dalam hal ini yang harus dilakukan adalah dengan memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau. 2. Biaya tetap Biaya tetap merupaka biaya yang secara total tidak mengalami perubahan walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas tertentu). Artinya, kita menganggap biaya tetap konstan sampai kapasitas tertentu saja, biasanya kapasitas produksi yang dimiliki. Namun untuk kapasitas produksi bertambah, maka biaya tetap juga menjadi lain. Contoh biya tetap adalah, seperti gaji, penyusutan biaya aktiva tetap, bunga, sewa biaya kantor dan biaya tetap lainnya. 3. Biaya variabel Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan volume produksi atau penjualan. Artinya, asumsi kita biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume produksi atau penjuala. Dalam hal ini sulit terjadi dalam praktiknya karena dalam penjualan jumlah besar aka nada potongan-potongan tertentu, baik yang diterima maupun diberikan perusahaan. Contoh biya variabel, biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya. 4. Harga jual Harga jualmaksudnya dalam analisis ini hanya digunakan untuk satu macam harga jual atau harga barang yang dijual atau diproduksi. 5. Tidak ada perubahan harga jual Universitas Sumatera Utara 54 Artinya, diasumsikan harga jual persatuan tidak dapat berubah selama periode analisis. Hal ini bertentangan dengan kondisi yang sesungguhnya, dimana harga jual dalam suatu periode dapat berubah-ubah seiring dengan perubahan biaya-biaya lainnya yang berhubungan langsung dengan produk maupun tidak. Oleh karena itu, asumsi ini tetap digunakan agar analisis titik impas yang digunakan dapat menjadi pedoman manajemen untuk merencanakan hal-hal diatas. Yang jelas bila asumsi ini tidak digunakan, maka sudah dapat dipastikan pencapaian tujuan perusahaan besar kemungkinan akan meleset. Artinya, perhitungan titik impas tidak akan memberikan arti seperti yang diharapkan. Didalam menganalisa Break-Even termasuk menghitung dan mengumpulkan angka-angka yang dihitung itu, analisa Break-Even menetapkan syarat-syarat tertentu. Jika syarat-syarat itu tidak ada dalam kenyataannya, maka harus diadakan atau dianggap ada atau diperlakukan seperti dipersyaratkan. Jadi jika syaratnya tidak ada, dapat dianggap ada. Inilah yang disebut asumsi. (Sigit, 1990:2) Menurut Sigit (1990:3) asumsi-asumsi yang diperlukan agar supaya dapat menganalisa Break-Even ialah: 1. Bahwa biaya-biaya yang terjadi didalam perusahaan yang bersangkutan (yang dihitung Break-Even) dapat diidentifikasikan (ditetapkan) sebagai biaya variabel atau sebagai biaya tetap. Biaya-biaya yang meragukan apakah sebagai biaya variabel atau sebagai biaya tetap harus tegas-tegas dimasukkan kedalam salah satu, “variabel” atau “tetap”. Biaya semi-variabel dimasukkan kedalam biaya variabel, biaya semi-tetap dimasukkan kedalam biaya tetap. Universitas Sumatera Utara 55 Hanya ada dua kelompok biaya yaitu “biaya variabel” dan “biaya tetap” saja apabila kita menghitung dan membuat analisa Break-Even. 2. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya tetap itu akan tetap konstan, tidak mengalami perubahan meskipun volume produksi atau volume kegiatan berubah. 3. Bahwa yang ditetapkan sebagai biaya variabel itu akan tetap sama jika dihitung biaya per unit produknya, berapapun kuantitas unit yang diproduksikan. Jika kegiatan produksi berubah, biaya variabel itu berubah proporsional dalam jumlah seluruhnya, sehingga biaya per unit nya akan tetap sama. 4. Bahwa harga jual per unit akan tetap saja, berapapun bayaknya unit produk yang dijual. Harga jual per unit tidak akan turun meskipun pembeli membeli banyak. Juga sebaliknya harga per unit tidak akan naik, meskipun langganan membeli hanya sedikit. Sedikit ataupun banyak yang dibeli, harga per unit akan tidak mengalami perubahan. 5. Bahwa perusahaan yang bersangkutan menjual/memproduksi hanya satu jenis barang. Jika ternya memproduksi/menjual lebih dari satu jenis produk, maka produk-produk itu harus dianggap sebagai satu jenis produk dengan kombinasi (mix) yang selalu tetap. 6. Bahwa ada sinkronisasi didalam perusaaan yang bersangkutan antara produksi dan penjualan; barang yang diproduksikan itu terjual dalam periode yang bersangkutan. Jadi tidak ada sisa produk atau persediaan akhir periode (ataupun pada awal periode). Jika biasanya terdapat persediaan akhir, maka Universitas Sumatera Utara 56 persediaan itu dianggap telah dijual. Jadi perhiy=tungan Break-Even tidak mengakui adanya barang persediaan. 2.5 Margin of Safety 2.5.1 Pengertian Margin of Safety Perubahan yang terjadi diluar perusahaan begitu cepat, sehingga perusahaan perlu mengantisipasinya segera, terutama yang berkaitan dengan penjualan. Perubahan ini akan mempengaruhi penjualan yang akan diperoleh nantinya dan dapat mengetahui seberapa batas aman penjualan apabila terjadi penurunan penjualan. Analisis mengetahui berapa batas aman penjualan ini kita kenal dengan nama Margin of Safety atau tingkat keamanan. Pengertian tingkat keamanan atau Margin of Safety (MoS) merupakan hubungan atau selisih antara penjualan tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada titik impas. Artinya, batas aman yang digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk megantisipasi penurunan penurunan penjualan agar tidak mengalami kerugian. (Kasmir, 2010:177) Margin of safety menunjukkan turunnya jumlah penjualan yang diperoleh sebelum perusahaan menderita kerugian. Margin of safety dihitung dengan membagi selisih antara total penjualan dan penjualan break-even dengan total penjualan. (Halim, 1996:412) Ketika membuat keputusan mengenai peluang bisnis dan perubahan dalam bauran penjualan, manajer sering mempertimbangkan margin of safety (MS), yaitu adalah kelebihan anggaran atau actual penjualan di atas penjualan impas. MS adalah jumlah penjualan yang dapat menurun sebelum mencapai BEP dan, Universitas Sumatera Utara 57 maka, memberikan pengukuran pada jumlah “bantalan” bertentangan dengan kerugian. (Cecily A. Raiborn dan Michael R. Kinney, 2011:496) Margin of safety adalah batas tingkat penjualan yang harus dicapai dari anggaran penjualan (sales budget) agar penjualan dapat memperoleh laba. (Purba, 2002:277) Dengan mengetahui berapakah tingkat break even suatu perusahaan, maka perusahaan itu dapat mengetahui pula batas keselamatan yang dicapainya. (Sigit, 1990:23) 2.5.2 Perhitungan Margin of Safety Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau Margin of Safety (MoS) sebagai berikut: 1. Penjualan yang direncanakan Penjualan per budget x 100% MoS = Penjualan per break even 2. Penjualan tingkat keamanan atau Margin of Safety (MoS) Penjualan per budget – Penjualan per itik impas MoS = x% Penjualan per budget Menurut Purba, (2002:277) margin of safety (MS) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut: MS = Budget Sales – BEP x 100% Budget Sales 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini antara lain: Universitas Sumatera Utara 58 1. Yesy (2016) melakukan penelitian berjudul “Analisis Break Even Point Dalam Kebijakan Perencanaan Penjualan dan Laba (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri)”. Hasil dari penelitian menunjukkan, penerapan analisis break event point dalam kebijakan perencanaan penjualan dan laba PT Wonojati Wijoyo berdasarkan analisis tahun 2014 dilakukan melalui beberapa tahap, dimana tahapan pertama yaitu mengumpulkan data-data perusahaan meliputi data penjualan, data biaya-biaya, harga jual, dan data hasil penjualan. Tahapan kedua yaitu mengklasifikasikan biaya-biaya berdasarkan jenis biaya yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. Setelah itu memisahkan biaya semi variabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan rumus perhitungan metode kuadrat terkecil. Tahapan berikutnya adalah menghitung margin kontribusi, menghitung break event point, menggambarkan break event point ke dalam sebuah grafik, menentukan margin of safety, setelah itu melakukan perhitungan dalam perencanaan penjualan dan laba. Hasil pembahasan yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis break event point adalah sebagai berikut: Perhitungan BEP Multiproduk dapat diketahui bahwa PT Wonojati Wijoyo mencapai break event point pada saat penjualan perusahaan adalah sebesar Rp 24.335.622.425 atau pada saat penjualan 15.944 unit dimana penjualan untuk Garden Furniture 14.921 unit dan untuk Parquet Block 1.023 unit. Perhitungan Margin of Safety dapat diperoleh MoS sebesar 39%. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi penurunan < 39% maka PT Wonojati Wijoyo tidak akan mengalami kerugian, tapi jika terjadi penurunan penjualan > 39% maka PT Wonojati Wijoyo akan menderita Universitas Sumatera Utara 59 kerugian. Jika penjualan tepat pada titik maka PT Wonojati Wijoyo mengalami impas, yaitu tidak mendapat laba maupun rugi. Perencanaan penjualan dan laba dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar memperoleh laba yang diinginkan. PT Wonojati Wijoyo menginginkan kenaikan laba sebesar 20% maka penjualan yang harus dicapai adalah sebesar Rp 43.081.969.753 atau 26.416 unit untuk produk Garden Furniture dan 1.811 unit untuk produk Parquet Block. 2. Retno (2014) melakukan penelitian berjudul “Analisis Break Even Point Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Manajemen Terhadap Perencanaan Volume Penjualan dan Laba (Studi Kasus Pada PT. Cakra Guna Cipta Malang Periode 2011-2013)”. Hasil dari penelitian menunjukkan, Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan pada saat perusahaan tidak mengalami laba dan tidak mengalami kerugian atau impas. Break Even Point yang diperoleh PT Cakra Guna Cipta Malang pada tahun 2011 adalah Rp 3.924.783.972,52. Tahun 2012 BEP total yang didapatkan sebesar Rp 5.309.131.772,23. Tahun 2013 perusahaan memperoleh nilai Break Even Point sebesar Rp 4.067.022.479,13. Peneliti memberikan dua alternatif kepada perusahaan untuk perencaan laba dan penjualan. Alternatif pertama, yaitu dengan menentukan nilai Break Even Point berdasarkan hasil ramalan penjualan tahun 2014. Break Even Point yang diperoleh dengan menggunakan ramalan penjualan tahun 2014 sebagai dasar perhitungannya adalah Rp 4.530.917.230,66. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Break Even Point lebih besar daripada nilai BEP yang diperoleh pada tahun 2013. Alternatif kedua yaitu menilai Break Even Point berdasarkan perubahan Universitas Sumatera Utara 60 faktor biaya dan penetapan harga jual. Perubahan yang terjadi ketika adanya kenaikan biaya tetap sebesar 10%, penurunan biaya variabel sebesar 5% dan harga jual tetap adalah nilai Break Even Point turun sebesar Rp 3.748.255.852,38 dari tahun sebelumnya tetapi menaikkan laba sebesar Rp 54.191.536.244,72. Hasil berbeda ditunjukkan pada saat kenaikan biaya tetap sebesar 10%, penurunan biaya variabel sebesar 5% dan harga jual naik sebesar 10%, yaitu Break Even Point turun sebesar sebesar Rp 3.014.901.446.48 dan laba yang diterima adalah naik sebesar Rp 78.228.450.712,72. Asumsi terakhir yaitu dengan menurunkan biaya tetap sebesar 5%, menaikkan biaya variabel sebesar 10% dan menurunkan harga jual sebesar 5%. Hasil Break Even Point yang didapatkan adalah Rp 5.703.514.857,62 dan laba diterima sebesar Rp 27.560.267.171,28. Perusahaan menginginkan kenaikan laba sebesar 35% untuk perencaan laba tahun 2014, sehingga pada alternatif ketiga menggunakan pendekatan Sales Minimum dengan memasukkan kenaikan laba. Sales Minimum yang diperoleh adalah sebesar Rp 194.349.108.943,65. 3. Fazri (2015) melakukan penelitian berjudul “Analisis Break Even Point Sebagai Salah Satu Alat Perencanaan Penjualan dan Laba (Studi Pada PT. Wismilak Inti Makmur, TBK)”. Hasil dari penelitian menunjukkan, PT. Wismilak Inti Makmur Tbk, tidak akan mengalami rugi dan tidak pula mendapatkan laba jika perusahaan mampu mencapai posisi impas atau break even point sebesar Rp 886,588,290,219, masing-masing Rp 142,806,167,552 dan 326,041,478 batang untuk rokok jenis kretek, Rp 743,782,122,667 dan 1,349,876,810 batang untuk rokok filter. Perencanaan penjualan PT. Universitas Sumatera Utara 61 Wismilak Inti Makmur Tbk, sebagai berikut: Pada tahun 2014 sebesar 3,304,000,000 batang, pada tahun 2015 sebesar 3,561,000,000 batang, dan pada tahun 2016 adalah sebesar 3,818,000,000 batang, dengan batas keamanan sebesar 44%. Penjualan minimal yang harus dicapai oleh PT Wismilak Inti Makmur Tbk, agar perusahaan dapat mencapai laba yang diinginkan sebesar 25% yaitu dengan melakuan penjualan sebesar Rp 2,278,373,066,646, masing-masing Rp 366,986,265,768 dan 837,868,186 batang untuk rokok kretek, Rp 1,911,386,800,878 dan 3,468,941,562 batang untuk rokok filter. 4. Mega (2015) melakukan penelitian berjudul “Analisis Break Even Point Penjualan Pupuk Organik (Studi Kasus Simantri 174 Gapoktan Dharma Pertiwi di Kabupaten Badung, Provinsi Bali)”. Hasil dari penelitian menunjukkan, Simantri 174 Gapoktan Dharma Pertiwi telah menjual pupuk diatas nilai break even point. Hasil dari analisis BEP menunjukkan jumlah penjualan minimum pupuk organic sebesar 509.763,14 kg dengan nilai penjualan minimal Rp 458.993.308,66. Batas keselamatan (margin of safety) Simantri 174 beroperasi dengan tingkat keamanan sebesar 37,44 %. Artinya penurunan penjualan tidak boleh diatas 37,44 % (Rp 274.735.791,34) dari penjualan yang direncanakan. 5. Aulia (2012) melakukan penelitian berjudul “Analisis Breka Even Point Terhadap Perencanaan Laba PR. Kreatifa Hasta Mandiri Yogyakarta”. Hasil dari penelitian menunjukkan, Tahun 2009 untuk memperoleh keuntungan 25% dari penjualan, perusahaan harus dapat menjual produk sebesar Rp.37.200.879.375,00. Penjualan minimal setelah adanya profit Universitas Sumatera Utara 62 margin 25% untuk produk rokok Rush sebesar Rp. 21.654.271.182,00, sedangkan untuk produk rokok Exo sebesar Rp.15.546.608.193,00. Tahun 2010 untuk memperoleh keuntungan 20% dari penjualan, perusahaan harus dapat menjual produk sebesar Rp. 57.648.940.000,00. Penjualan minimal setelah adanya profit margin 20% untuk produk rokok Rush sebesar Rp.33.362.281.126,00, sedangkan untuk produk rokok Exo sebesar Rp.24.286.658.874,00. Tahun 2011 untuk memperoleh keuntungan 35% dari penjualan, perusahaan harus dapat menjual produk sebesar Rp.15.961.752.000,00. Penjualan minimal setelah adanya profit margin 35% untuk produk rokok Rush sebesar Rp.9.208.711.338,00, sedangkan untuk produk rokok Exo sebesar Rp.6.753.040.662,00. Margin of Safety menunjukan jarak antara penjualan yang direncanakan dengan penjualan pada break even. Dengan demikian margin of safety juga menggambarkan batas jarak, dimana kalau berkurangnya penjualan melampaui batas jarak tersebut perusahaan akan menderita kerugian. PR.Kreatifa Hasta Mandiri tahun 2009, 2010, 2011 menunjukan penjualan rokok Rush lebih rawan mengalami kerugian. Semakin kecil margin of safety berarti semakin cepat perusahaan menderita kerugian, dalam hal ini terdapat penurunan jumlah penjualan yang nyata. 2.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran adalah suatu tinjauan mengenai apa yang diteliti, dan dituangkan dalam sebuah bentuk bagan yang menjadi alur pemikiran penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka konseptual untuk membantu melakukan pemahaman dan pembahasan masalah seperti berikut ini: Universitas Sumatera Utara 63 Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Perencanaan Penjualan Laba Analisis Break Even Point Rekomendasi Sumber: Penulis (2016) Universitas Sumatera Utara