Modul Filsafat Ilmu Dan Logika [TM5]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
FILSAFAT ILMU
DAN LOGIKA
Modul
5
Sejarah Filsafat
Perkuliahan di
Universitas Mercu Buana
Fakultas
Program Studi
Fakultas Psikologi
Psikologi
Tatap Muka
05
Kode MK
Disusun Oleh
MK
Dr. H. Syahrial Syarbaini, MA. Ph.D.
Abstract
Kompetensi
Setelah perkualiahan ini
mahasiswa diharapan dapat
menganalisis sejarah Filsafat
sebagai ilmu dan logika berpikir
manusia
Setelah pembahasan dalam modul ini
diharapkan
mahasiswa
dapat
memahami dan menganalisis filsafat
khusus yang meliputi :.

Sejarah filsafat barat

Sejarah filsafat timur
86
Standarisasi Modul
Latar Belakang
Standarisasi Modul ini disusun dan diterapkan untuk
1. Menjaga Kualitas Modul dengan adanya acuan-acuan standar yang wajib dipenuhi
oleh dosen pengampu dalam penyusunan modul
2. Mempermudah pengarsipan dengan adanya keseragaman dan penulisan yang
sistematis
3. Menjaga Institution Identity (Identitas Institusi) dengan diaplikasikannya identitas
dari Institusi kedalam modul sebagai pengenal dan pembeda dengan institusi lainnya
4. Membantu meningkatkan webometrics Institusi dengan menerapkan aturan-aturan
yang dibutuhkan dalam penilaian berbasis webometric
Sistematika Template
Pada Dasarnya Template modul terdiri dari 2 bagian dasar, yaitu:
1. Bagian Sampul
Berisi ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi oleh dosen pengampu penyusun
modul. Ketentuan-ketentuan tersebut dituangkan kedalam kolom-kolom yang wajib
diisi dosen pengampu dengan tepat, yaitu :

Judul Mata Kuliah Filsafat Ilmu dan Logika

Pokok Bahasan Modul Sejarah Filsafat

Fakultas Psikologi

Modul Untuk Tatap Muka Ke 5

Kode Mata Kuliah

Penyusun : Dr. H.Syahrial Syarbaini, MA. Ph.D.

Abstract (Deskripsi) sejarah Fisafat secara umum

Kompetensi : Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
dan menganalisis sejarah filsafat
87
MODUL 5
SEJARAH FILSAFAT
Standar Kompetensi
Setelah perkualiahan ini mahasiswa diharapan dapat menganalisis sejarah filsafat.
Kompetensi Dasar
Setelah pembahasan dalam modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menganalisis
sejarah filsafat yang meliputi :.

Sejarah filsafat barat

Sejarah filsafat timur
Materi Pembahasan
A.
Sejarah Filsafat Barat
Kelahiran filsafat di Yunani pada abad ke-6 SM adalah suatu peristiwa yang ajaib (the greek
miracle), dengan beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Menurut K. Bertens (Surajiyo. 2005:
153). Ada tiga faktor, yaitu sebagai berikut:
1. terdapat mitologi, suatu pertanyaan yang hidup dalam hati manusia, sebagai percobaan
untuk mengerti. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah mucul seperti: dari mana dunia kita?,
Dari mana kejadian alam? Apa penyebab matahari terbit? Lalu terbenam lagi?. Mulai
mencari asal usul alam semesta yang disebut mite kosmogonis, asal usul sifat kejadian alam
(mite komologis) Mereka mulai menyusun mite-mite yang disusun secara sistematis, sudah
menampakkan rasional.
2. Kesusasteraan Yunani. Karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan Odyssea, semacam
buku pendidikan rakyat Yunani. Puisi sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu
terluang yang mempunyai nilai edukatif.
3. Pengaruh pengetahuan dari Timur Kuno, yang dari Mesir yang memberikan ilmu ukur dan
ilmu bintang. Pengaruh Babilonia dalam ilmu astronomi. Namun orang Yunani telah
menemukan ilmu pengetahuan yang cocok dan sungguh ilmiah dengan jawaban rasional
tentang berbagai problem. Maka lahirlah filsafat dan ilmu, kata logos (akal budi dan rasio)
menggantikan mythos.
Periodesasi Filsafat Barat
88
Sejarah filsafat Barat dibagi atas empat periode, yaitu zaman kuno, abad pertengahan, zaman
modern dan masa kini.
1. Zaman Kuno, (600-400 SM), disebut juga zaman fisafat alam atau pra- Socrates di Yunani.
Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu, menurut Thales
arche itu adalah air. Menurut Anaximenes arche itu udara. Pythagoras arche itu bilangan,
Heraklitos arche itu api. Parmennedes segla sesuatu itu tetap tidak bergerak. (lasiyo dan
Yuwono. 1985:52).
2. Zaman Kemasan Filsafat Yunani, Pada masa Ethena dipimpin oleh Perikles, kegiatan politik
dan filsafat berkembang dengan baik. Ada golongan kaum yang pandai berpidato (retorika)
dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda.
Objek penyelidikan manusia yang mana ” manusia adalah ukuran untuk segala-galanya”.
Tapi menurut Socrates mengatakan yang dipandang sebagai nilai objektif yang dijunjung
tinggi oleh semua orang, akibatnya dia dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dilanjutkan muridnya Plato dalam filsafatnya mengatakan ”realitas
seluruhnya terbagi dalam dua dunia yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang
hanya terbuka bagi rasio kita, dunia pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia
ide”.
Pendapat tersebut dikeritik oleh Aristoteles yang mengatakan manusia-manusia yang
konkrit. ”Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan, sumbangannya pada ilmu
pengetahuan adalah abstraksi, yaitu aktifitas resional dimana orang memperoleh
pengetahuan. Ada tiga macam abstraksi, yaitu fisi, matematis dan metafisis.
Teori Aristoteles yang terkenal adalah tentang materi dan bentuk, keduanya merupakan
prinsip-prinsip metafisis, materi adalah prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk
prinsip yang menentukan. Teori terkenal dengan sebutan ”Hylemorfisme” (K. Bertens.
1988:11-16).
Masa Helinistis dan Romawi,
pada zaman Alexander Yang Agung telah berkembang
kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis. Dalam bidang filsafat ,
Athena tetap menjadi pusat yang penting, tetapi lahir pula di Alexanderia. Ekspansi Romawi
meluas ke Yunani, maka membuka kesempatan menerima filsafat Yunani. Pada masa ini
muncul beberapa aliran, yaitu:
89
a. Stoisisme, menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa
yang disebut ”Logos”. Segala kejadian berlangsung menurut ketetapan
yang tidak dihindari.
b. Epikurisme, segala sesuatu terdiri dari atas atom-atom yang senantiasa
bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan
tidak boleh takut pada dewa-dewa.
c. Skeptisisme, mereka berpikir bahwa bidang teoritis manusia tidak
sanggup mencapai kebenaran, sikap umum mereka adalah kesangsian.
d. Elektisisme, suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur
. filsafat dari aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang
sungguh-sungguh.
e. Neo-Platonisme, paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato,
tokohnya adalah Platinus. Seluruh filsafatnya berkaitan dengan Allah
”Yang Satu”. Segala sesuatu berasal dari ”Yang Satu” dan ingin kembali
kepadanya. (K. Bertens. 1988:16-18).
Beberapa filsuf besar yang lahir pada masa ini antara lain:
-
Thales. Ia berpendapat bahwa “Air adalah substansi dasar yang membentuk segala hal
lainnya”.
-
Anaximander.Ia mengatakan bahwa segala hal berasal dari satu substansi asali, namun
substansi itu bukan air atau substansi lain manapun yang kita ketahui. Substasi itu tak terbatas,
abadi dan tak mengenal usia, dan ia melingkupi seluruh dunia-dunia”.
-
Anaximenes. Menurutnya, substansi yang paling dasar adalah udara. Jiwa adalah udara;
api adalah udara yang encer; jika dipadatkan, pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika
dipadatkan lagi, menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu.
-
Pythagoras. Corak pemikirannya “Adiduniawi”, yaitu menempatkan semua nilai ke
dalam persatuan gaib dengan Tuhan dan mengutuk dunia yang kasat mata ini sebagai
kepalsuan dan hayalan. Ia berpendapat bahwa “jiwa tak dapat mati, dan jiwa itu berubah
menjadi jenis-jenis makhluk hidup lain; kemudin, bahwa apapun yang bereksistensi dilahirkan
kembali menurut perputaran siklus tertentu, sehingga tidak ada sesuatu pun yang benar-benar
baru; dan bahwa segala sesuatu yang dilahirkan dengan disertai kehidupan di dalamnya harus
dianggap berasal dari satu sumber”.
-
Xenophon. Ia meyakini bahwa segala sesuatu tercipta dari tanah dan air.
Heraklitus. Ia api sebagai substansi dasar dari segala sesuatu, seperti pijar yang muncul
dari api, terlahir berkat kematian sesuatu yang lain. Ia juga berpendapat bahwa “yang fana itu
baka, dan yang baka itu fana, yang satu hidup berkat kematian yang lain”.
90
-
Parmenides. Ia menganggap bahwa indera bersifat menipu, dan bahwa pelbagai benda
inderawi hanyalah ilusi. Satu-satunya pengada yang sejati adalah “Yang Tunggal” yang tak
terbatas dan tak terbagi-bagi. Yang Tunggal itu bukanlah kesatuan dari unsure-unsur yang
berlawanan sebagaimana pandangan Heraklitus, karena memang tak ada unsure-unsur yang
berlawanan itu.
-
Empedokles. Dialah yang menyatakan bahwa tanah, udara, api dan air adalah empat
unsur (kendati istilah “unsur” belum dia gunakan). Masing-asing unsure itu abadi, tetapi
unsure-unsur itu bisa saling berbaur dengan takaran yang berbeda-beda dan dengan demikian
menghasilkan pelbagai ragam zat yang terus berubah sebagaimana kita temukan di dunia ini.
Unsur-unsur itu dipadukan oleh Cinta dan Perselisihan.
-
Anaxagoras. Dialah orang pertama yang mengenalkan filsafat pada warga Athena, yang
di kemudian hari melahirkan Sokrates dan Plato. Dalam bidang kosmologi ia berpendapat
bahwa segala sesuatu bisa dibagi-bagi secara tak terbatas, dan bahwa materi yang paling kecil
pun tetap mengandung semua unsure yang ada. Pelbagai benda tampil sebagaimana adanya
sesuai dengan unsure apa yang paling banyak dikandungnya.
- Leukippus dan Demokritus. Mereka dikenal dengan pelopor atomisme. Ini dikarenakan
pendapatnya yang menyatakan bahwa segala sesuatu tersusun dari atom-atom yang yang tak
dapat dibagi-bagi secara fisik, namun bukan secara geometris; bahwa di antara atom-atom itu
terdapat ruang kosong; bahwa atom-atom tak bisa dimusnahkan; bahwa atom-atom itu
senantiasa telah, dan senantiasa akan bergerak; bahwa jumlah atom-atom tak terbatas, dan
demikian pula jenisnya, yang berbeda-beda bentuk dan ukurannya.
-
Protagoras. Ia merupakan pemimin kaum sofis, yaitu mereka yang mata pencahariannya
mengajari anak-anak muda dengan sejumlah hal yang diharapkan akan berguna dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Zaman Abad Pertengahan,
Periode ini dikatakan sebagai “Abad Kegelapan” bagi filsafat. Namun ini hanya berlaku
khusus bagi Eropa Barat. Karena pada masa ini, Cina di bawah naungan Dinasti Tang sedang
mengalami masa keemasannya dalam banyak bidang, terutama pada bidang sastra. Pun dengan
Jepang dan Kekhalifahan.
Pada periode ini, sejarah filsafat ditandai dengan munculnya filsafat skolastik (abad ke-6)
sampai dengan kebesaran nama Thomas Aquinas (1225 – 1274 M) yang terkenal dengan aliran
Thomisme. Pada masa ini, filsafat mengalami masa kegelapan dikarenakan ia dianggap sebagai
pelayan teologi, yaitu sebagai sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran mengenai Tuhan
yang dapat dicapai oleh akal manusia. Thomas Aquinas berpendapat bahwa “kebenaran
teologis yang diterima oleh kepercayaan melalui wahyu tidak dapat ditentang oleh suatu
91
kebenaran filsafat yang dicapai dengan akal manusia, karena kedua kebenaran tersebut
mempunyai sumber yang sama pada Tuhan. Filsafat bebas menyelidiki dengan metod-metode
yang rasional, asalkan kesimpulannya tidak bertentangan dengan kebenaran-kebenaran yang
tetap dari teologi”.
Corak pemikiran pada masa ini adalah teosentris (segala sesuatu berpusat pada asal usul
Tuhan). Pada periode ini terdiri dari para filsuf Kristen, filsuf Islam dan filsuf Yahudi. Salah
satu filsuf pada periode Filsafat Abad Pertengahan yang terkenal yaitu Abu Ali Al-Hussain Ibn
Abdallah Ibn Sina (Avicenna) dengan pokok ajarannya yaitu tentang dunia yang didasarkan
pada emanasi dari neo-Platonisme yaitu Tuhan adalah realitas sentral yang melahirkan segala
yang lain.
Periode ini berbeda dengan sebelumnya, yaitu terletak pada dominasi agama. Munculnya
agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa AS, Agama Kristen
menjadi problem
kefilsafatan karena mengajarkan wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati,
berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai
oleh kemampuan akal. Zaman ini memiliki dua sikap terhadap pemikiran filsafat Yunani,
yaitu:
a. Golombang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafirkarena tidak mengakui adanya wahyu.
b. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa manusia itu ciptaan Tuhan maka
kebijaksanaan manusia berarti kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin
akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh sebab itu akal dapat dibantu oleh
wahyu.
Filsafat abad pertengahan mengalami dua periode, yaitu:
a)
periode Patristik, artinya bapa-bapa Gereja, yang mengalami dua tahap, yaitu,
pertama permulaan agama Kristen yang memperkuat gereja dengan dogma-dogma.
Kedua, Filsafat Agustinus dengan melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.
(Endang Daruni Asdi. 1978: 1-2)
b)
Periode Skolastik, yang dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu: pertama, Skolastik awal,
ditandapai dengan pembentukan metode karena hubungan agama dan filsafat, terlihat
ada persoalan universal. Kedua, puncak pertembangan skolastik, ditandai dengan
pengaruh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yunani, tokoh utama
adalah Thomas Aquinas. Ketiga, skolastik akhir, yang ditandai dengan pemikiran
filsafat yang berkembang kearah nominalisme, iaitu aliran yang berpendapat bahwa
universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum
92
mengenai adanya sesuatu hal. Pengetahuan umum hama momen yang tidak
mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif.
4. Zaman Modern, dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran kembali
kebudayaan klasik (Yunani–Romawi). Pembaruan filsafatnya disebut ”antroposentrisme”.
Pusat perhatian ada ”Manusia” bukan alam (Kuno) dan agama (Pertengahan). Manusia
dianggap titik fokus dari kenyataan.
Pada periode ini, diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu masa transisi dan masa modern itu
sendiri.
1) Transisi (Abad ke- 15 – 16 M)
Sebelum memasuki zaman modern, filsafat mengalami masa transisi, di mana masa ini dikenal
dengan masa Renaisans (kelahiran kembali) dan Aufklarung (masa Pencerahan). Meskipun
renaisans bukanlah sebuah periode prestasi besar dalam filsafat, tetapi ia telah melakukan sesuatu
yang pasti sebagai permulaan penting bagi kebesaran abad ke-17. Periode ini ditandai dengan
runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya otoritas sains.
Renaisans merupakan sebuah gerakan perlawanan atas cara pandang Abad Pertengahan. Ia
bermula dari Italia dan hanya dilakukan oleh segelintir orang, di antaranya yang terkenal adalah
Petrarch. Renaisans merupakan istilah yang berasal dari bahasa Prancis renaissance yang berarti
kelahiran kembali (rebirth). Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang ahli sejarah terkenal
yang bernama Michelet, kemudian dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep
sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan
antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad
Pertengahan.
Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kelahiran
Renaisans, yaitu:
-
Implikasi yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan filsafat.
Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam bahasa latin
selama dua abad, yaitu abad ke-13 dan 14. Hal itu dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab
memiliki kunci-kunci khazanah turas klasik Yunani.
-
Pasca penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para pendeta dan
sarjana ke Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para sarjana tersebut bahu-membahu
menghidupkan turas klasik Yunani di Florensia, dengan membawa teks-teks dan manuskripmanuskrip yang belum dikenal sebelumnya.
-
Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu, seperti berdirinya
Akademi Florensia dan College de France di Paris.
93
Beberapa filsuf besar yang lahir di masa ini antara lain: Nicolaus Copernicus (1473-1543),
Galileo Galilei (1564-1642), dan Francis Bacon (1561-1626).
2) Periode Modern (Abad ke-17 – 18 M)
Zaman modern ditandai dengan munculnya rasionalisme Rene Descartes (1596-1650), Baruch
Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716). Descartes merupakan orang
pertama di akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat dan tegas yang
menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci
dan bukan yang lainnya. Hal ini disebabkan perasaan tidak puas terhadap perkembangan filsafat
yang amat lamban dan banyak memakan korban. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang
mengatasnamakan agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Ia ingin filsafat
dilepaskan dari dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada semangat filsafat Yunani,
yaitu filsafat yang berbasis pada akal.
Descartes juga memberikan uraian tentang bagaimana memperoleh hasil yang sahih dari metode
yang ia canangkan. Hal ini dapat kita dijumpai dalam bagian kedua dari karyanya Anaximenes
Discourse on Methode yang menjelaskan perlunya memperhatikan empat hal berikut ini:
1. Tidak menerima sesuatu apa pun sebagai kebenaran, kecuali bila saya melihat bahwa hal itu
sungguh-sungguh jelas dan tegas, sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu
merobohkannya.
2. Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu sebanyak mungkin bagian, sehingga tidak ada
suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
3. Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah
diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
4. Dalam proses pencarian dan penelaahan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitunganperhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga kita
menjadi yakin bahwa tidak ada satu pun yang terabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu.
Corak khas pemikiran pada masa ini adalah antroposentris (segala sesuatu dipusatkan pada
manusia). Pada periode ini terdiri dari aliran Rasionalisme dan Empirisme. Salah satu filsuf pada
periode Filsafat Modern yang terkenal yaitu Rene Descrates dengan metodenya dinamakan
keraguan metodologis yaitu keraguan bertujuan memperoleh kebenaran yang tercermin pada
kata-kata “cogito ergo sum” yaitu saya berfikir maka saya ada. (BK)
94
Latarbelakangnya adalah:
b.
Pudarnya kekuasaan politik dan kekuasa spritual akibatnya lahirnya lahir semangat
pembaruan dan kebebasan.
c.
Berkembang jiwa dan semangat individualisme, sebagai akibatnya warga masyarakat
tidak lagi menerima dogma/agama yang digambarkan ada di tangan pada masingmasing diri manusia. Metode pendekatan ilmiah secara deduktif digantikan dengan
metode induktif dan empiris untuk menemukan kebenaran-kebenaran individual.
d.
Timbulnya rasa kebanggan terhadap harta dan derajat manusia sebagai implementasi
kebebasn, nilai individualis yang optimal dan kemampuan ilmiah yang merasa mampu
menguasai alam semesta.
Zaman modern ditandai dengan ”rasio atau akal budi manusia” (Rene Descartes, B. Spinoza
dan G. Libniz). Zaman empirisme, yaitu pengalaman indrawi (aufklarung) tokohnya John
Loke, Immanuel Kant dll. Juga muncul aliran ”idealisme” (G.W. Hegel).
3) Periode abad ke- 19 dan 20 dengan timbulnya beberapa aliran, seperti positivisme.
Marxisme,
Eksistensialisme,
Pragmatisme,
Neo-Kantianisme,
Neo-Tomisme
dan
fenomenologi. Aliran-aliran ini sangat terikat kepada negara maupun lingkungan bahasa
sehingga dalam perkembangan terakhir lahirlah filsafat analitis (Lasiyo dan Yuwono. 1985
54).
a) Positivisme (August. Comte), mentkan bahwa pemikiran manusia melalui tiga tahap.
Pertama, Teologis yaitu manusia percaya bahwa gejala alam terdapat kuasa adikodrati.
Terdapat tiga periode, yaitu periode primitif yang menganggap benda memiliki jiwa
(animisme), tahap kedua adalah percaya kepada dewa=dewa (politeisme) dan tahap akhir
adalah Allah sebagai penguasa alam semesta (Monotheisme). Tahap Metafisis, dimana
kuasa adikodrati diganti dengan konsep dan prinsip yang abstrak mencari penyeban dari
latarbelakang penyebab. Akhirnya tahap positiv, mengutamakan observasi dengan
menggunakan rasio, persamaan dan hubungan fakta-fakta yang menghasilkan pengetahuan
sebenarnya.kemudian berkembang menjadi post-positisme (lingkaran Wina).
b)
Marxisme, yaitu materialisme dialektis dan materialisme historis. Materialisme dialektis
yaitu proses = tesa – antitesa – sintesa. Materialisme historis ditemtukan oleh
perkembangan sarana produksi yang materiil. Manusia dapat mempercepat proses ini
menjadi lebih sadar dengan aksi-aksi revolusioner yang berdasar atas penyadaran itu.
95
c)
Eksistensialisme, adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan berpankal kepada
eksistensi (keberadaan) yaitu cara manusia berada dalam dunia. Benda menjadi berarti
karena manusia, manusia berada dengan bersama-sama manusia, jadi manusia lah yang
bereksistensi.
d)
Fenomenologi, harus menggunakan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi. Aliran
yang membicarakan fenomena atau gejala sesuatu yang menampakkan diri. Suatu
fenomena tidak perlu harus dapat diamati dengan indra.tidak perlu suatu peristiwa.
Fenomena dapat diartikan apa yang menampakkan diri dalam dirinya sendiri.
e)
Pragmatisme, merupakan aliran yang mengajarkan ide-ide tidak benar atau salah
melainkan bahwa ide-ide dijadikan benar oleh suatu tindakan tertentu (Lahir di AS).
Benar itu apbila mempunyai akiat praktis, landasannya adalah logika pengamatan, mistis
boleh asal bermanfaat secara praktis.
f)
Neo-Kantianisme dan Neo-tomisme, berkemang di Jermanadalah aliran yang dianggap
sebagai epistemologi dan kritik ilmu pengetahuan. Neo-tomisme berkembang di dunia
khatolik Eropa dan AS.
4) Periode Masa Kini (Abad ke- 19 M - Sekarang)
Pada masa ini, filsafat mulai mengalami perkembangan yang amat pesat. Ini ditandai dengan
lahirnya beragam aliran yang berpengaruh besar dalam filsafat. Antara lain: Positivisme,
Marxisme,
Eksistensialisme,
Pragmatisme,
Neo-Kantianisme,
Neo-Tomisme,
dan
Fenomenologi.
Beragam aliran pemikiran di atas kemudian terkumpul dalam sebuah aliran filsafat besar,
Posmodernisme. Meskipun sedemikian beragamnya, namun kiranya kita masih dapat
mengidentifikasikannya dalam dua kelompok.
a. Kelompok “Dekonstruktif”.
Kelompok ini bekerja dengan cara membongkar segala bentuk pemikiran yang dianggap oleh
banyak orang, telah mapan. Dalam kelompok ini, dapat kita masukkan pemikiran-pemikiran
Derrida, Lyotard, Foucault, dan mungkin Rorty. Kelompok inilah yang ditidung sebagai
sekedar mode intelektual yang dangkal dan kosong atau sekedar refleksi yang bersifat
reaksioner belaka atas perubahan-perubhan social yang kini sedang berlangsung.
b. Kelompok “Konstruktif”
Dalam kelompok ini, kita dapat memasukkan pemikiran Haidegger, Gadamer, Ricoeur, Mary
Hesse, dari tradisi Hermeneutika; lalu David R. Griffin, Frederic Ferre, D. Bohm, dari tradisi
96
Studi Proses Whiteheadian; juga F. Capra, J. Lovelock, Gary Zukav, I. Prigogine, dari tradisi
fisika yang berwawasan holistic.
Kelompok ini diketakan "Kelompok Konstruktif” atau “Revisioner”, karena mereka bukan
hanya membongkar beberapa aspek dari gambaran-dunia modern, tetapi juga mencoba
membangun kembali reruntuhan itu, serta mengolahnya secara baru dalam upaya
mengkonstruksikan sebuah gambaran-dunia yang baru pula.
Akan tetapi kelompok ini nyaris tak pernah dibicarakan sama sekali karena kecenderungan
umum yang yang mengidentikkan postmodernisme itu hanya dengan kelompok poststrukturalis yang umumnya kaum neo-Nietzschean saja. Akibatnya postmodernisme jadi
identik dengan kaum Dekonstruksionis belaka, yang kerjanya hanya membongkar-bongkar
segala tatanan dan lantas menihilkan segala hal.
B. Sejarah Filsafat Timur
Filsafat Timur meliputi Filsafat Cina, India, Islam.
1.
Filsafat Cina,
Filsafat Cina erat hubungannya dengan keadaan alam dan masyarakat , mempunyai ciri khusus,
yaitu menjadikan tema dari filsafat dan kebudayaan adalah perikemanusiaan atau ”jen”. Menurut
Confusius ”jen” itu mempunyai dua segi, yaitu: Segi positif (Chung), mengatakan bahwa ”Apa
yang kau suka dari orang lain berbuat kepadamu berbuatlah hal itu kepadanya”. Segi negartif (Shu),
mengatakan ”Apa yang tidak kau suka orang lain berbuat kepadamu janganlah kau berbuat hal itu
kepadanya”. Filsafat Cina lebih antroposentris dan pragmatis. Karena dalam sejarah Cina fokusnya
masalah manusia, pragmatis dalam arti bagaimana manusia itu ada keseimbangan antara dunia dan
surga dapat tercapai.
Filsafat Tiongkok dibagi atas empat periode besar:
Jaman Klasik (600-200 S.M.)
Menurut tradisi, periode ini ditandai oleh seratus sekolah filsafat: seratus aliran yang semuanya
mempunyai ajaran yang berbeda. Namun, kelihatan juga sejumlah konsep yang dipentingkan secara
umum, misalnya “tao” (“jalan”), “te” (“keutamaan” atau “seni hidup”), “yen” (“perikemanusiaan”),
“i” (“keadilan”), “t’ien” (“surga”) dan “yin- yang” (harmoni kedua prinsip induk, prinsip aktif-lakilaki dan prinsip pasif-perempuan). Sekolah-sekolah terpenting dalam jaman klasik adalah:
97
1. Konfusianisme . Konfusius (bentuk Latin dari nama Kong-Fu-Tse, “guru dari suku Kung”)
hidup antara 551 dan 497 S.M. Ia mengajar bahwa Tao (“jalan” sebagai prinsip utama dari
kenyataan) adalah “jalan manusia”. Artinya: manusia sendirilah yang dapat menjadikan Tao
luhur dan mulia, kalau ia hidup dengan baik. Keutamaan merupakan jalan yang dibutuhkan.
Kebaikan hidup dapat dicapai melalui perikemanusiaan (“yen”), yang merupakan model
untuk semua orang. Secara hakiki semua orang sama walaupun tindakan mereka berbeda..
Dalam bahasa Mandarin aliran ini disebut 儒家 Rujia. Rujia memang sering diartikan sebagai
filsafat Khonghucu. Sebenarnya Rujia berarti filsafat cendikiawan, 儒 Ru sendiri berarti
cendikiawan atau sarjana.
2. Taoisme. Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (“guru tua”) yang hidup sekitar 550 S.M. Lao Tse
melawan Konfusius. Menurut Lao Tse, bukan “jalan manusia” melainkan “jalan alam”-lah
yang merupakan Tao. Tao menurut Lao Tse adalah prinsip kenyataan objektif, substansi abadi
yang bersifat tunggal, mutlak dan tak-ternamai. Ajaran Lao Tse lebih-lebih metafisika,
sedangkan ajaran Konfusius lebih-lebih etika. Puncak metafisika Taoisme adalah kesadaran
bahwa kita tidak tahu apa-apa tentang Tao. Kesadaran ini juga dipentingkan di India (ajaran
“neti”, “na-itu”: “tidak begitu”) dan dalam filsafat Barat (di mana kesadaran ini disebut “docta
ignorantia”, “ketidaktahuan yang berilmu”).Taoisme di sini adalah 道家 Daojia (=filsafat
Jalan/Tao). Mula-mula oleh Sima Tan aliran ini disebut 道德家 Daodejia (filsafat jalan dan
kebajikan), belakangan disebut Daojia. Harap dibedakan pengertiannya dengan 道教 Daojiao
(agama Tao). Umumnya keduanya sama2 ditulis dalam bahasa Inggris sebagai Taoism.
Daojia juga harus dibedakan dengan 道學 Daoxue, yang merupakan aliran kebangkitan Rujia
baru yang muncul ketika Dinasti Song. Oleh orang Barat Daoxue disebut Neo-Confucianism.
3. Yin-Yang. “Yin” dan “Yang” adalah dua prinsip induk dari seluruh kenyataan. Yin itu
bersifat pasif, prinsip ketenangan, surga, bulan, air dan perempuan, simbol untuk kematian
dan untuk yang dingin. Yang itu prinsip aktif, prinsip gerak, bumi, matahari, api, dan lakilaki, simbol untuk hidup dan untuk yang panas. Segala sesuatu dalam kenyataan kita
merupakan sintesis harmonis dari derajat Yin tertentudan derajat Yang tertentu.
4. Moisme . Aliran Moisme didirikan oleh Mo Tse, antara 500-400 S.M. Mo Tse mengajarkan
bahwa yang terpenting adalah “cinta universal”, kemakmuran untuk semua orang, dan
perjuangan bersama-sama untuk memusnahkan kejahatan. Filsafat Moisme sangat pragmatis,
langsung terarah kepada yang berguna. Segala sesuatu yang tidak berguna dianggap jahat.
Bahwa perang itu jahat serta menghambat kemakmuran umum tidak sukar untuk dimengerti.
Tetapi Mo Tse juga melawan musik sebagai sesuatu yang tidak berguna, maka jelek.
5. Ming Chia. Ming Chia atau “sekolah nama-nama”, menyibukkan diri dengan analisis istilahistilah dan perkataan-perkataan. Ming Chia, yang juga disebut “sekolah dialektik”, dapat
dibandingkan dengan aliran sofisme dalam filsafat Yunani. Ajaran mereka penting sebagai
98
analisis dan kritik yang mempertajam perhatian untuk pemakaian bahasa yang tepat, dan yang
memperkembangkan logika dan tatabahasa. Selain itu dalam Ming Chia juga terdapat
khayalan tentang hal-hal seperti “eksistensi”, “relativitas”, “kausalitas”, “ruang” dan “waktu”.
6. Fa Chia. Fa Chia atau “sekolah hukum”, cukup berbeda dari semua aliran klasik lain.
Sekolah hukum tidak berpikir tentang manusia, surga atau dunia, melainkan tentang soal-soal
praktis dan politik. Fa Chia mengajarkan bahwa kekuasaan politik tidak harus mulai dari
contoh baik yang diberikan oleh kaisar atau pembesar-pembesar lain, melainkan dari suatu
sistem undang-undang yang keras sekali.
2. Filsafat India,
Filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia
dan alam, harmoni antara individu dan kosmos. Harmoni harus disadari supaya dunia tidak
dialami sebagai tempat keterasingan ataupun sebagai penjara. Orang India bukan belajar
untuk menguasai dunia, tetapi untuk berteman dengan dunia. Filsafat India juga bermula
dari pemikiran keagamaan, karena kurang puas dengan pemikiran keagamaan atau sebab
lainnya, maka akal manusia dipakai untuk memberi jawaban atas segala persoalan yang
dihadapi. Di India filsafat senantiasa bersifat religius dengan tujuan akhirnya keselamatan
manusia di akhirat. Filsafat India keluar dari agama melalui proses yang pelan-pelan. Jika
zaman Upanisad pada umumnya dipandang sebagai saat kelahiran sang bayi filsafat India,
maka bayi sudah ada di dalam kandungan sang ibu ”Agama Hindu” selama lebih dari 10
abad. Dalam waktu yang lama itu ”embrio filsafat India” berkembang sehingga akhirnya
sebagai filsafat India, sekalipun setelah kelahirannya filsafat India pernah melepaskan diri
dari sang ibu ”Agama Hindu”. Filsafat India bersifat religius dan etis melalui kronologis
mulai periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra dan terakhir periode Skolatik.
Enam sistem filsafat didirikan oleh para Rhisis berdasarkan kontempelasi yang
sungguh-sungguh dengan melihat realitas yang sama. Enam sistem filsafat ini adalah jalan
menuju pencerahan sejati; bukan tujuan itu sendiri, namun sebuah jalan menuju tujuan yakni
Realitas yang absolut.
Enam sistem filsafat dapat dikelompokkan dalam tiga bagian besar (sehingga terdapat
tiga pasang) antara lain: Nyaya-Vaisheshika, Samkhya-Yoga, dan Mimamsa-Vedanta. Setiap
pasangan saling melengkapi. Nyaya-Vaisheshika adalah pasangan sistem filsafat yang
menjadikan argumen, logika, dan kemampuan menganalisis pengalaman sebagai tema
sentralnya. Mencuplik Nyaya-Vaisheshika, dapat mengingatkan kita pada Plato (yang sama
mirip dengan apa yang ada pada Nyaya-Vaisheshika) tentang “substansi” dan “kategori” serta
99
“bagian inteligibel” dan “bagian “sensibel.” Bagi Plato, pengetahuan dapat diperoleh dengan
jalan yang “sensibel” (yaitu ilusi, opini, dan penginderaan); dan jalan yang inteligibel
(dengan pengetahuan, intelek, dan sains). Pada Nyaya-Vaisheshika pun demikian. Manusia
memiliki kemampuan sensibel dan inteligibel untuk melakukan “penyimpulan” atas hubungan
“sebab-akibat” (dan sebaliknya), dan penyimpulan atas absrtak persepsi. Ciri yang menarik
dalam kedua sistem yang berpasangan ini adalah teori subatomis yang menerima adanya
empat unsur dasar yaitu tanah, air, api, dan udara.
Pasangan yang kedua adalah Sankhya-Yoga. Sankhya berasal dari bahasa Sansekerta
yang artinya adalah “renungan.” Melalui Sankhya, fakta filsafat tertinggi dapat dicapai dengan
pengetahuan. Namun seperti pasangan sistem filsafat yang lain, Sankhya pun memiliki
keterkaitan dengan Yoga. Sankhya dapat dicapai dengan baik jika melakukan praktik Yoga
(dengan delapan aspek utamanya yang mencakup: tidak melukai, kesucian, berpuas diri, studi,
berserah pada Tuhan, postur tubuh, pernafasan, pengendalian indera, konsentrasi, meditasi,
dan ekstasis). Selain itu, Yoga adalah jalan menuju “pembebasan.” Jika demikian, maka tidak
berlebihan jika Yoga diklaim sebagai pendamai seluruh sistem filsafat India—sebab dengan
mempraktikkan Yoga, pengetahuan dan pencapaian tujuan memahami realitas melalui lima
sistem filsafat yang lainnya dapat dicapai. Bagaimanapun kompleksitas pengertian tentang
Yoga, Yoga dapat mencapai berbagai tujuan manusia seperti: penyatuan (Samadhi),
transendensi diri, disiplin diri, dan berbagai tujuan pemurnian diri lainnya (tentunya dengan
tahapan-tahapan yang benar. Mendalami sistem filsafat India, pengetahuan tertinggi bukan
saja “ada” tetapi “sangat mungkin” dipahami dengan pengetahuan manusia.
3.
Filsafat Islam
Pemikiran filsafat Islam dimulai tahun 700, dimana pemikiran skolastik, yaitu berusaha
memecahkan secara rasional mengenai persoalan-persoalan logika, sifat ada, kebendaan,
kerohanian dan akhlak dengan tetap menyesuaikan dengan kitab suci. Istilah skolatik lebih
populer dalam Islam adalah ilmu kalam (Filsafat Islam). Terdapat dua periode yaitu
Mutakallimin dan Filsafat Islam. Periode Mutakallimin, muncul beberapa mazhab, yaitu:
a)
Mazhab Al-Khawarij, berpendapat bahwa setiap dari umat Muhammad yang terus
menerus berbuat dosa besar dan hingga mati belum tobat, maka orang ini dihumkum
kafir dan kekal dalam neraka.
b)
Mazhab Murjiah, artinya ”melambatkan dau menagguhkan” pada balasan Tuhan di
hari akhir. Keputusan tentang baik dan buruknya seorang khalifah bukan urusan
manusia, akan tetapi terserah kepada Tuhan..
100
c) Mazhab Qodariah (di Irak), berpendapat bahwa kalau Tuhan itu adil, maka Tuhan
akan menghukum orang bersalah dan memberi pahala orang berbuat baik. Manusia
bebas memilih nasibnya dengan memilih perbuatan yang atau yang buruk. Kalau
Tuhan telah menentukan nasib manusia maka Tuhan adalah zalim. Jadi manusia
harus merdeka (ikhtiar) dan bebas (free will).
d)
Mazhab Jabariah, berpandangan bahwa Allah menentukan memutuskan segala amal
perbuatan manusia. Segala amal perbuatan amnusia sejak awal telah diketahui Allah.
Semua amal perbuatan itu hanya berlaku dengan kodrat dan iradat Allah saja,
manusia tidak ikut mencampurinya.
e) Mazhab Mu’tazilah, berpendapat bahwa seorang muslim yang melakukan dosa besar
termasuk golongan yang tidak mukmin dan tidak kafir, diantara keduanya, mazhab
ini disebut mazhab rasionalistis.
f)
Mazhab Ahli Sunnah Wal Jamaah, berpendapat bahwa iman adalah kepercayaan di
dalam hati yang diucapkan dengan lissan, amal perbuatannya merupakan syarat
sempurnanya iman itu. Orang yang berbuat dosa besar kemudian meninggal sebelum
bertobat, hukumnya terserah pada Allah, Allah dan menyiksanya dan dapat pula
mengampuninya. (Lasiyo dan Yuwono. 1985: 55-57)
Periode filsafat Islam mulai muncul untuk menyelidiki hakikat sesuatu termasuk Ketuahan dan
Alam. Tokohnya Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Rusyd. Akibat terjadinya
pertukaran kebudayaan antar bangsa seluruh dunia, maka pemikiran filsafat Islam ikut masuk ke
negara-negara Barat.
Perkembangan filsafat Islam, hidup dan memainkan peran signifikan dalam kehidupan intelektual
dunia Islam. Jamal al-Dīn al-Afgani, seorang murid Mazhab Mulla Shadra saat di Persia,
menghidupkan kembali kajian filsafat Islam di Mesir. Di Mesir, sebagian tokoh agama dan intelektual
terkemuka seperti Abd. al-Halim Mahmud, Syaikh al-Azhar al-marhum, menjadi pengikutnya.
Filsafat Islam di Persia, juga terus berkembang dan memainkan peran yang sangat penting meskipun
terdapat pertentangan dari kelompok ulama Syi’ah. Tetapi patut dicatat bahwa Ayatullah Khoemeni,
juga mempelajari dan mengajarkan al-hikmah (filsafat Islam) selama berpuluh puluh tahun di Qum,
sebelum memasuki arena politik, dan juga Murtadha Muthahhari, pemimpin pertama Dewan Revolusi
Islam, setelah revolusi Iran 1979, adalah seorang filosof terkemuka. Demikian pula di Irak,
Muhammad Baqir al-Shadr, pemimpin politik dan agama yang terkenal, adalah juga pakar filsafat
Islam.
Secara harfiah/etimologi, teologi berasal dari bahasa Inggris: theo berarti Tuhan, logos berarti
pengetahuan.
101
Teologi Dalam Islam
Secara istilah/terminologi teologi berarti pembahasan tentang suatu ilmu yang membicarakan
bagaimana Tuhan berhubungan dengan manusia dan alam. Istilah lain dari teologi adalah Ilmu
Tauhid, Ilmu Ushuluddin, Ilmu Aqaid, dan Ilmu Kalam atau Filsafat Islam. Bagaimana Sejarah
lahirnya Filsafat Islam ? Pembahasan Pokok dalam Teolgi Islam adalah:
1) Akal dan wahyu
2) Fungsi wahyu
3) Perbuatan manusia (free will and Predestination)
4) Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan
5) Keadilan Tuhan
6) Perbuatan-perbuatan Tuhan
7) Sifat-Sifat Tuhan
8) Konsep Iman dan Kafir.
Lahirnya Teologi/Ilmu Kalam Dalam Islam
Setelah Nabi wafat, muncul persoalan: Siapa dan golongan mana pengganti Nabi sebagai kepala
Negara dan agama? Al-Qur’an dan Hadis Nabi tidak menyebut secara tegas siapa pengganti beliau.
Terpilihnya secara musyawarah (demokrasi) Abu Bakar dan selanjutnya Umar ibn Khattab sebagai
khalifah I dan II, roda pemerintahan berjalan dengan baik. Persoalan muncul setelah 6 tahun Khalifah
Usman ibn Affan mengambil kebijakan penggantian beberapa penjabat secara nepotisme. Kebijakan
ini melahirkan pihak oposisi dan demontrasi penolakan atas kebijakan Usman yang berakhir dengan
pembunuhan terhadap Usman ibn Affan.
Ali ibn Thalib menjadi khalifah baru, tapi pengangkatannya tidak disetujui oleh sebagian golongan.
Timbul berbagai oposisi yang berakhir dengan perang. Penolakan pertama ini berakhir dengan Perang
Jamal di tahun 656 M dan Perang Siffin.
Perang Jamal terjadi akibat penolakan Ali sebagai khalifah dari Mekah yang diotori oleh Thalhah dan
Zubeir yang didukung oleh `Aisyah. Perang Siffein terjadi antara pihak Ali dengan gubernur
Damaskus Mu`awiyah bin Abi Sofyan. Ketika tentara Ali akan memenangkan perang, terjadi
perdamaian (tahkim/arbitrase) di antara kedua belah pihak, namun atas kelicikan politik pihak
Muawiyah, Ali terkalahkan. Sikap Ali yang menerima tahkim, menimbulkan perpecahan dalam
barisan Ali. Sebagian memisahkan diri dari Ali, dikenal sebagai kelompok al-Khawarij.
Kaum Khawarij menganggap Ali, Muawiyah, dan lainnya telah keluar dari Islam, karena tidak
menetapkan hukum berdasarkan Islam (La hukma illa Lillah). Karena itu, mereka digolongkan
kedalam status kafir, tidak lagi mukmin (Al-Maidah ayat 44).
Persoalan siapa yang kafir dan mukmin meluas kepada persoalan teologis (seperti masalah pelaku
dosa besar/murtakib al-Kabair. Yang akhirnya dikenal dengan masalah teologi (kalam) dalam sejarah
Islam.
Aliran-Aliran Dalam Teologi Islam adalah:
102
1) Pada awalnya Aliran Khawarij
a) Aliran Murji’ah
b) Aliran Muktazilah
Belakangan muncul:
c) Jabariyah dan Qadariyah
d) Asy’ariah dan Al-Maturidiah
e) Salafiyah
Faktor penyebab Munculnya Filsafat Islam, adalah:
1) Kontak dunia Islam dengan peradaban Yunani.
2) Internasionalisasi imperium Sassaniyah.
3) Transfer pengetahuan yang pesat pada masa Abbasiyah, terutama masa Al-Ma’mun dan
Harun al-Rasyid.
4) Konversi agama dari kalangan Kristiani ke Islam.
5) Migrasi orang-orang Kristiani ke dunia Muslim.
6) Relasi filsafat dengan perkembangan ilmu-ilmu sains, sehingga mendorong Muslim untuk
mempelajari filsafat Yunani/Helenistik.
7) Kaitan antara Filsafat, Qur’an dan Hadist. Qur’an dan Hadis menjadi sumber inspirasi bagi
filosuf Islam dalam mengembangkan kajiannya.
Para filosuf Muslim dalam argumentasinya selalu menggunakan konsep-konsep filosofis yang tertera
dalam Qur’an dan Hadis.
Contoh:
a)
konsep al-haqiqah (kebenaran) sesuai dengan salah satu nama Tuhan al-Haqq (Yang Benar).
b) Konsep al-hikmah (Q.S. Ali-Imran (3): 48, 81). “Dan Allah mengajarkan kepadanya Kitab
dan kebijaksanaan (al-hikmah).”
c) Konsep tentang penciptaan, tentang roh dan eskatologi bersumber dari al-Qur’an dan Hadis.
Perbedaan Filsafat Yunani dan Filsafat Islam
Filsafat Islam berlandaskan Qur’an, Hadits dan keimanan, semenatara Filsafat Yunani mengandalkan
rasio semata.
Filosof Muslim menolak pemikiran filsafat Yunani, kecuali tidak bertentangan dengan ajaran pokok
Islam.
Filosof mengembangkan pemikiran filsafat Yunani sedemikian rupa sehingga tersedia ruang bagi
tampilnya kebenaran azasi dalam Islam.
Contoh:
• Filsafat Yunani: Tuhan adalah penggerak pertama bagi alam atau penggerak yang tidak
bergerak,
filsafat
Islam:
Tuhan
adalah
pencipta
alam
semesta.
103
• Filsafat Yunani: Tuhan adalah wujud yang hanya mengetahui diri-Nya, filsafat Islam: Tuhan
mengetahui diri-Nya dan seluruh ciptaan-Nya.
Signifikan Teologi Terhadap Perilaku Umat Islam
Untuk memahami keragaman pemikiran dalam Islam,
Perbedaan pendapat seharusnya tidak
menimbulkan konflik dan perpecahan. Kepentingan politik seringkali mengalahkan ikatan
persaudaraan berdasarkan iman. Teologi Islam dan Isu-isu kontemporer
1) Teologi Islam Tentang Pembebasan : ketertindasan, kemiskinan dan ketimpangan sosial
(Surat al-Ma`un:1-7).
2) Teologi Islam Tentang masalah Transpormasi social,
3) Teologi Islam tentang Etos Kerja (al-`Ashar 1-3,
4) Teologi Islam dan Lingkungan (al-Mulk 15, al-Qashash : 77, al-Rum: 41).
5) Teologi Islam tentang Gender (Kesetaraan).
Teologi Islam tentang Tata Masyarakat dunia (al-Baqarah : 213).
Soal / Tugas
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Jelaskanlah tiga faktor yang melatarbelakangi lahirnya filsafat Yunani?
2. Jelaskanlah pemikiran dari periodisasi Filsafat Barat?
3. Apakah perkembangan yang dibawa oleh Filsafat Barat zaman pertengahan dengan zaman
modern?
4. Bagaimana pekikiran filsafat masa kita di zaman Barat?
5. Apakah substansi yang dibawa oleh filsafat Cina?
6. Bagaimana perkembangan pemikiran filsafat India?
7. Ringkaskanlah sejarah filsafat Islam?
Daftar Pustaka:
1. R.G. Soekardijo. 2003. Logika Dasar. Gamedia.
2. Kartanegara, Mulyadi. 2005. The Best Chicken Soup of The Philosophers (terj. Ahmad
Fadhil). Jakarta. Himah
3. Rapar, Jan Hndrik. 2005. Pengantar Filsafat. Cet. Ke-10. Jokyakarta. Kanisius.
4. Osborne, Richard. 2001. Filsafat Untuk Pemula (terj.) Cet. Ke-1. Jokyakarta. Kanisius.
5. A. Sonny Keraf. 2001. Ilmu Pengetahuan. Sebuah Tinjauan Filsafat. Yokyakarta. Kanisius.
6. Bertens, K. 1988. Ringkasan sejarah Filsafat. Yokyakarta. Kanisius.
7. Mundari. 2005. Logika. Jakarta. RadjaGrafindo Persada.
8. Alex Lanur OFM. 1983 Logika: Selayang Pandang. Yokyakarta. Kanisius.
9. Endang Daruni Asdi. 1978. Sejarah Filsafat Barat Abad Pertengahan. Yokyakarta. Yayasan
pembina Fakultas Filsafat UGM.
10. Jujun S. Suriasumantri. 1986. Ilmu Dalam Perspektif Moral, Sosial dan Politik. Jakarta.
Gramedia.
11. Lasiyo dan Yuwono. 1985. Pengantar Ilmu Filsafat. Yokyakarta. Liberty.
12. Lorens Bagus. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta. Gramedia
13. Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat: Suatu pengantar. Jakarta. Bina Aksara.
104
Download