MODEL PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Oleh: Dra. Singgih Trihastuti, M.Pd Widyaiswara LPMP D.I. Yogyakarta Abstrak Guru dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran diperlukan pengetahuan atau wawasan dalam menggunakan model pembelajaran, metode dan pendekatan sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan model diarahkan ke penyingkapan (discovery) dan atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah ( project based learning), dengan menyesuaikan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : (1).rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya, (2). tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (3). tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (4). lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Setiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan, model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung, siswa duduk berhadaphadapan dengan guru, model pembelajaran langsung yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alat, akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep tingkat tinggi. Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru. Dalam implementasinya di sekolah, model-model pembelajaran bisa diterapkan secara sendiri-sendiri, dan bisa juga merupakan gabungan dari beberapa model tersebut sesuai dengan sifat dan karakteristik dari materi yang akan dipelajari. Kanta kunci: model pembelajaran 1 A. PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah no.19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Tahun 2005, memberikan acuan pada setiap satuan pendidikan untuk melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan. SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP No. 19 tahun 2005 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e). standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan. Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 adalah Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang tentang Standar Nasional Pendidikan, yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran, yang kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendikbud) Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun perangkat pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Guru dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran diperlukan pengetauan atau wawasan dalam menggunakan model pembelajaran, metode dan pendekatan sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan model diarahkan ke penyingkapan (discovery) dan atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah ( project based learning), dengan menyesuaikan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. Untuk itu artikel ini menguraikan model pembelajaran untuk dibaca oleh guru atau calon guru. 2 Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : 1. Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya, 2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini, guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa. Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya) dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan 3 penggunaan alat. Akan tetapi ini tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep Ilmu Pengetahuan Alam tingkat tinggi. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Sintaks (pola urutan) dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama. Contoh, setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, didalamnya meliputi kegiatan merangkum pokokpokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru. Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru. B. PEMBAHASAN (RAGAM MODEL PEMBELAJARAN) 1. Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model pembelajaran langsung. Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat 4 pada guru, tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Jadi lingkungan belajar harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. Ciri-ciri pembelajaran langsung : a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar. b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran. Pada model pembelajaran langsung terdapat fase-fase yang penting. Pada awal pembelajaran guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, dan juga menyiapkan siswa untuk memasuki materi baru dengan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan materi yang akan dipelajari (apersepsi). Fase ini dilakukan untuk memberi motivasi pada siswa untuk berperan penuh pada proses pembelajaran. Setelah itu dilanjutkan dengan presentasi materi ajar atau demonstrasi mengenai ketrampilan tertentu. Pada fase mendemonstrasikan pengetahuan, hendaknya guru memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan memberi dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajarinya dalam kehidupan nyata. Fase-fase tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut ini. Fase dan Peran Guru dalam Pembelajaran langsung Fase 1. Menyampaikan tujuan Peran Guru dan Menjelaskan tujuan pembelajaran, materi mempersiapkan siswa prasyarat, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa (apersepsi) 2. Mendemonstrasikan Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan atau menyajikan informasi tahap demi tahap keterampilan 5 3. Membimbing pelatihan 5. Guru memberi latihan terbimbing Mengecek pemahaman dan Mengecek memberikan umpan balik memberikan umpan balik 4. Memberikan latihan kemampuan siswa dan dan Menyiapkan latihan untuk siswa dengan penerapan Konsep menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari Seperti telah dijelaskan bahwa pembelajaran langsung akan terlaksana dengan baik jika dirancang dengan baik. Ciri utama yang dapat terlihat pada saat melaksanakan pembelajaran langsung adalah sebagai berikut: 1). Tugas perencanaan a. Merumuskan tujuan pembelajaran b. Memilih isi/materi Guru harus mempertimbangkan berapa banyak informasi yang akan diberikan kepada siswa dalam kurun waktu tertentu. Guru harus selektif dalam memilih konsep yang akan diajarkan dengan model pembelajaran langsung c. Melaksanakan analisa tugas Dengan menganalisa tugas, akan membantu guru menentukan dengan tepat apa yang akan dilakukan siswa untuk melaksanakan keterampilan yang akan dipelajari. Namun demikian tidak berarti bahwa guru harus selalu melakukan analisa tugas, karena waktu yang tersedia terbatas. d. Merencanakan waktu Guru harus memperhatikan bahwa waktu yang tersedia sepadan dengan kemampuan, bakat siswa, dan motivasi siswa agar mereka melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal secara baik siswa-siswa yang akan diajar akan bermanfaat sekali dalam memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan dalam pembelajaran. 6 2). Penilaian pada model pembelajaran langsung. Sistem penilaian menurut Gronlund (1982) meliputi 5 prinsip dasar yang dapat dipergunakan guru dalam merancang pembelajaran langsung dan sistem penilaiannya, yaitu : a. sesuai dengan tujuan pembelajaran b. mencakup semua tugas pembelajaran c. menggunakan soal tes yang sesuai d. buatlah soal yang valid dan reliabel e. manfaatkan hasil tes untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah utnuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang relatif sejajar. Menurut Stahl (1994) dalam bukunya Ismail (2003), ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah: 1). belajar dengan teman 2). tatap muka antar teman 3). mendengarkan antar anggota 4). belajar dari teman sendiri dalam kelompok 5). belajar dalam kelompok kecil 6). produktif berbicara atau mengemukakanpendapat/gagasan 7). siswa membuat keputusan, dan 7 8). siswa aktif Sedangkan menurut Johnson (1984) belajar kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1). saling ketergantungan yang positif 2). dapat dipertanggungjawabkan secara individu 3). heterogin 4). berbagi kepemimpinan 5). berbagi tanggungjawab 6). ditekankan pada tugas dan kebersamaan 7). mempunyai keterampilan dalam berhubungan sosial 8). guru mengamati, dan 9). efektivitas tergantung pada kelompok Dengan demikian dapat diringkas bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1). Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama 2). Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah 3). Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok pun terdapat terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula. 4). Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (3-5 siswa per kelompok). Setiap siswa ditempatkan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan tentang 8 materi yang harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Siswa secara sindiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok. Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggungjawab secara bersama, yakni dengan cara berdiskusi, saling tukar ide/gagasan, pengetahuan dan pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara bersamabersama. Evaluasi dilakukan berdasarkan pencapaian hasil belajar komulatif dalam kelompok. Kemampuan atau prestasi setiap anggota kelompok sangat menentukan hasil pencapaian belajar kelompok. Untuk itu penguasaan materi pelajaran setiap siswa sangat ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Guru melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan keterampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan. Aktifitas belajar berpusat pada siswa, guru hanya berfungsi sebagai fasilitator dan dinamisator. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal dengan cara berpikir aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. 1). Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu : a. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dlam membantu siswa yang sulit. b. Pengakuan adanya keragaman Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan ras, suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. c. Pengembangan keterampilan sosial 9 Model Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah : berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, yang dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, hingga diakhiri dengan langkah memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran kooperatif dari awal hingga akhir dapat dilihat pada tabel berikut. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif. Fase 1 Indikator Kegiatan guru Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan cara demonstrasikan atau lewat bahan bacaan 3 Mengorganisasikan Guru menjelaskan kepada siswa siswa dalam kelompok- bagaimana caranya membentuk kelompok kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien 4 5 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok belajar pada bekerja dan belajar saat mereka mengerjakan tugas-tugas Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok 10 6 Memberi penghar-gaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok Apabila diperhatikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif pada tabel diatas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas sangat menonjol dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. 2). Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif di Kelas Seperti halnya pada model pembelajaran langsung, dalam model pembelajaran kooperatif juga diperlukan tugas perencanaan, misalnya menentukan pendekatan yang tepat, memilih topik yang sesuai, pembentukan kelompok siswa, menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa, mengenalkan siswa kepada tugas dan perannya dalam kelompok, merencanakan waktu dan tempat yang akan dipergunakan. Seperti telah dikemukakan di atas, salah satu tugas guru dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah memilih pendekatan yang sesuai dengan tujuan akan dicapai. Ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu : a. tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), b. tipe JIGSAW, c. tipe Investigasi Kelompok atau Kelompok Penyelidikan, dan d. tipe Pendekatan Struktural Berikut ini ditunjukkan perbandingan diantara keempat pendekatan tersebut. Perbandingan pendekatan STAD dan JIGSAW dalam pembelajaran kooperatif Pendekatan STAD Unsur Tujuan Kognitif Tujuan Sosial JIGSAW Informasi akademik Informasi akademik sederhana sederhana Kerjasama dalam kelompok Kerjasama dalam kelompok 11 Struktur Kelompok Kelompok heterogen Kelompok heterogen dengan 4-5 anggota dengan 5-6 anggota dan menggunakan kelompok asal dan ahli Pemilihan Topik Biasanya guru Biasanya guru Tugas Utama Siswa dapat menggunakan Siswa mempelajari LKS dan saling membantu materi dalam kelompok untuk menuntaskan materi ahli kemudian belajarnya membantu anggota kelompok asal mempel;ajari materi tersebut. Penilaian Tes mingguan Bervariasi, misalnya tes mingguan Pengakuan Lembar pengakuan dan Publikasi lain publikasi lain Perbandingan pendekatan Kelompok Penyelidikan dan Pendekatan Struktural Pendekatan Unsur Tujuan Kognitif Kelompok Penyelidikan Pendekatan Struktural Informasi akademik tingkat Informasi akademik tinggi dan keterampilan sewderhana inkuiri Tujuan Sosial Struktur Kelompok Kerjasama dalam kelompok Keterampilan kompleks kelompok dan sosial Kelompok belajar homogen Bervariasi berdua, dengan 5 - 6 orang anggota bertiga, kelompok dengan 4 – 6 orang anggota Pemilihan Topik Biasanya siswa 12 Biasanya guru Tugas Utama Siswa menyelesaikan inkuiri Siswa mengerjakan kelompok tugas-tugas yang diberikan baik sosial maupun kognitif Penilaian Menyelesaikan proyek dan Bervariasi membuat laporan, dapat menggunakan tes essay Pengakuan Lembar pengakuan dan Bervariasi publikasi lain Namun perlu diketahui juga bahwa sebelum pembelajaran kooperatif dimulai, sebaiknya siswa diperkenalkan terlebih dahulu apa itu pembelajaran kooperatif dan bagaimana aturan-aturan yang harus diperhatikan. Agar pembelajaran dapat berjalan lancar, sebaiknya kepada siswa diberitahukan petunjuk-petunjuk tentang apa yang akan dilakukan. Petunjuk-petunjuk tersebut antara lain adalah : a. Tujuan pembelajaran a. Apa saja yang akan dikerjakan siswa dalam kelompok b. Batas waktu untuk menyelesaikan tugas c. Jadwal pelaksanaan kuis untuk STAD dan JIGSAW d. Jadwal presentasi kelas untuk Kelompok Penyelidikan e. Prosedur pemberian nilai perbandingan individu dan kelompok f. Format presentasi laporan Selain hal di atas, perlu juga diketahui bagaimana cara membentuk kelompok, pedoman penilaian, dan sistem penghargaan. Pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan akademik Kemamp uan Tinggi No. Nama Rangking Kelompok 1 1 A 2 2 B 13 Sedang Rendah 3 3 C 4 4 D 5 5 D 6 6 C 7 7 B 8 8 A 9 9 A 10 10 B 11 11 C 12 12 D 13 13 D 14 14 C 15 15 B 16 16 A Prosedur Penentuan Nilai Perkembangan Siswa Tahap 1 Indikator Operasional Menetapkan skor dasar Setiap siswa diberi skor berdasarkan skor kuis yang lalu 2 Menghitung skor kuis Siswa memperoleh poin untuk terkini kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini 3 Menghitung skor Siswa mendapatkan poin perkembangan perkembangan Yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini merreka menyamai atau 14 melebihi skor dasar mereka, dengan menggunakan aturan seperti di bawah ini Kriteria Nilai perkembangan Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 0 10 poin dibawah sampai 1 poin 10 dibawah skor dasar Skor dasar sampai 10 poin di atas skor 20 dasar Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 Pekerjaan sempurna (tanpa 30 memperhatikan skor dasar) Pengelompokkan siswa Berdasarkan Kemampuan Akademik Materi ........................................................... Kelompok Nama Nilai Dasar Nilai Kuis Nilai Perkembangan Ami 90 100 30 Ani 85 82 10 Tata 65 70 20 Didu 55 40 0 A Total 60 Rata-rata kelompok 60 : 4 = 15 Penghargaan BAIK B Ike 95 100 30 Oki 80 82 10 Jaka 70 70 20 Wati 40 100 30 Total 90 Rata-rata kelompok 90 : 4 = 22,5 Penghargaan HEBAT 15 Nilai kelompok(N) 15<N<20 20<N<25 N>25 Penghargaan BAIK SUPER HEBAT 3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan keterkaitan antar disiplin. Penyelidikan autentik, kerjasama, serta menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan : 1). Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah 2). Belajar peranan orang dewasa yang autentik 3). Menjadi pemelajar yang mandiri Pada model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan tahap memperkenalkan siswa dengan suatu masalah dan diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah dari model pembelajaran berdasarkan masalah dapat dilihat pada tabel berikut ini. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Fase 1 Indikator Kegiatan Guru Orientasi siswa Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, kepada masalah menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya 2 Mengorganisasikan Guru membantu siswa mendefinisikan dan siswa untuk belajar mengorganisasikan tugas belajar yang 16 berhubungan dengan masalah tersebut 3 Membimbing Guru mendorong siswa untuk penyelidikan mengumpulkan informasi yang sesuai dan individual maupun melaksanakan eksperimen untuk kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah 4 Mengembangkan Guru membantu siswa dalam dan menyajikan hasil merencanakan dan menyiapkan karya karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya 5 Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan mengevaluasi proses refleksi atau evaluasi terhadap pemecahan masalah penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan 1). Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah a. Tugas -Tugas Perencanaan Karena hakekat interaktifnya, model pembelajaran berdasarkan masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya. Penetapan tujuan Model pembelajaran berdasarkan masalah dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaanya, pembelajaran berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Merancang situasi masalah Beberapa guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah lebih suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan 17 motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum. Organisasi sumber daya dan rencana logistik Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan berkerja dengan beragam material dan peralatan, dan dalam pelaksanaanya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau di laboratorium, bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah. b. Tugas Interaktif Orientasi Siswa pada Masalah Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berdasarkan masalah adalah tidak untuk memperoleh inforemasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting dan untuk menjadi pemelajar yang mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu materi pelajaran dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar. Pada model pembelajaran berdasarkan masalah dibutuhkan pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif berlaku 18 juga dalam mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok pembelajaran berdasarkan masalah. Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok. Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagimana etika penyelidikan yang benar. Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran berdasarkan masalah. Selama dalam tahap penyelidikan guru memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa. Puncak proyek-proyek pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, dan video tape. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. c. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu memiliki seperangkat aturan yang jelas agar supaya pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok. 19 Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dengan kata lain kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda. Pada model pembelajaran berdasarkan masalah siswa dimungkin untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat berbeda-beda. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit. Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah, guru sering menggunakan sejumlah bahan dan peralatan, dan hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, untuk efektifitas kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya, guru harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamya ketika melakukan penyelidikan di masyarakat. d. Asesmen dan Evaluasi Seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam model pembelajaran berdasarkan masalah fokus perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil (paper and pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka. Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model pembelajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan asesmen kinerja dan peragaan hasil. 20 C. PENUTUP 1. Kesimpulan Berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran perlu dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan. Strategi pembelajaran merupakan langkah-langkah sistematik dan sistemik yang digunakan pendidik untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya. Metode pembelajaran merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh pendidik untuk menangani suatu kegiatan pembelajaran yang mencakup: ceramah, tanyajawab, diskusi. 2. Saran Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang di wujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas dimana guru tersebut mengajar. Hal Ini diperkuat oleh Permenpan dan Reformasi Birokrasi, Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kriditnya, dinyatakan bahwa guru berwenang memilih dan menentukan materi, strategi, metode, media pembelajaran/bimbingan dan alat penilaian/evaluasi dalam melaksanakan proses pembelajaran/bimbingan untuk mencapai hasil pendidikan yang bermutu sesuai dengan kode etik profesi Guru. Sebagai pertimbangan Berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran perlu dipilih dan 21 dikembangkan adalah untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal (sikap spiritual; sikap sosial; dan keterampilan maupun pengetahuan). 22 Daftar Pustaka Depdikbud. (2013). Standar proses. Jakarta: Depdikbud. Gronlund, N. E. (1985). Measurement and evaluation in teaching. London: Collier Macmillan Publishers. Ismail,(2003), Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Dit. Pendidikan Lanjutan Pertama Peraturan Pemerintah No.19, (2005), tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kriditnya 23