BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi dunia saat ini dihadapkan dengan adanya suatu dinamika perubahan dan ketidakpastian. Untuk dapat bertahan hidup, bersaing, dan berhasil suatu organisasi harus berusaha melakukan pencarian solusi secara terus-menerus dalam menghadapi tantangan tersebut, tidak terkecuali juga dalam organisasi pendidikan. Menurut Ancok (2012) suatu organisasi harus terus memperluas pengetahuannya, meningkatkan daya kritisnya dalam melihat suatu fenomena, dan diharapkan kreativitasnya dalam berinovasi berkembang sehingga dapat cepat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Secara luas telah diakui pula bahwa “produksi pengetahuan (penciptaan dan manajemen) melalui pemecahan masalah, pembelajaran, dan kepemimpinan” sangat membantu organisasi dalam mengatasi tantangan (Seddon dan Cairns, 2002 dalam Ali, 2011). Pengetahuan yang sering disebut sebagai modal intelektual (Stewart, 1997) merupakan suatu aset berharga yang tak berwujud (intangibles) yaitu kumpulan pengetahuan yang ada pada diri manusia atau informasi yang terorganisasi dan digunakan untuk menyelesaikan tantangan dan masalah yang dihadapi (Ancok, 2012; Liebowitz dan Beckman, 1998). Tanpa adanya inisiatif dari individuindividu dalam organisasi dan interaksi antar individu dalam kelompok, suatu organisasi tidak akan dapat menciptakan suatu pengetahuan (Nonaka dan 1 Takeuchi, 1995). Dengan demikian sangatlah penting dalam suatu organisasi untuk mengelola pengetahuan yang dimiliki sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kemajuan organisasi. Pengelolaan pengetahuan dalam organisasi yang sering disebut sebagai manajemen pengetahuan merupakan satu bagian dari intervensi orang, proses, dan teknologi untuk mendukung proses pembuatan, pembaharuan, penyebaran, dan implementasi dari pengetahuan (Rahman dan Ling, 2003). Proses pengelolaan pengetahuan tersebut menurut Dalkir (2005) tertuang dalam siklus manajemen pengetahuan yang terdiri dari 1) penangkapan dan atau penciptaan pengetahuan (capture and/or creation); 2) berbagi dan penyebaran pengetahuan (sharing and dissemination); 3) akuisisi dan aplikasi pengetahuan (acquisition and application). Melalui proses tersebut jika secara terus-menerus dilakukan akan menjadi suatu budaya dan akhirnya akan membentuk organisasi yang berbasis pada pengetahuan. Dari waktu ke waktu beberapa struktur organisasi telah diusulkan sebagai usaha pengelolaan pengetahuan yang lebih baik seperti berbagai jenis tim kerja, kelompok praktisi, dan bentuk kelompok sosial pembelajar lain sebagai dasar untuk mempertukarkan pengalaman, ide, pandangan, dan pemikiran antar individu yang ada dalam organisasi. Dengan kata lain, kebutuhan akan berbagi pengetahuan (knowledge sharing) inilah yang mendasari terbentuknya suatu komunitas praktisi (Stewart, 1997). Komunitas praktisi atau community of practice (CoPs) telah diperkenalkan sebagai bentuk organisasi baru yang memberikan harapan untuk melengkapi 2 struktur yang ada dan secara radikal membentuk proses berbagi pengetahuan, pembelajaran, dan perubahan. Gagasan dari komunitas praktisi merupakan artikulasi dari fakta bahwa banyak dari pembelajaran organisasi terjadi melalui interaksi informal individu-individu dalam konteks sosial (Wenger dan Snyder, 2001). Sebuah komunitas praktisi didefinisikan sebagai sekelompok orang yang secara informal terikat bersama dalam minat yang sama, berkumpul secara teratur untuk berbagi pengetahuan dan keahlian, dalam rangka meningkatkan pembelajaran dan menciptakan nilai bersama untuk kelompok atau organisasi (Wenger dan Snyder, 2001; Mitchell, 2002; Adams dan Freeman, 2000). Komunitas praktisi ini merupakan sarana yang baik untuk mempelajari pengetahuan di seluruh organisasi untuk memicu tidak hanya penggunaan kembali pengetahuan untuk efisiensi yang lebih besar tetapi juga penciptaan pengetahuan untuk inovasi yang lebih besar (Dalkir, 2005). Pembentukan komunitas praktisi dapat mendorong kegiatan berbagi pengetahuan seperti workshop, seminar, rapat, dan sesi mentoring dalam suatu organisasi. Didalam komunitas praktisi ini anggota secara sukarela berpartisipasi dalam praktik bersama dan sangat tertarik untuk mengasah keahlian mereka, sehingga kualitas berbagi pengetahuan dalam keadaan ini terjamin (Pasaribu, 2009; Wenger 1998). Lebih lanjut Szulanski (1996) menyatakan bahwa seandainya pengetahuan menyebar dengan baik di dalam organisasi maka pengetahuan tersebut juga dapat bermanfaat dalam meningkatkan kinerja organisasi. Oleh karena itu, suatu organisasi perlu secara eksplisit menjadi seperti 3 komunitas praktisi yang memainkan peran penting dalam penciptaan dan pengelolaan pengetahuan (Wenger, 1998). Penelitian yang dilakukan mengenai peranan komunitas praktisi ini lebih banyak dijumpai pada konteks perusahaan. Pada penelitian Hemre (2005) terhadap Ericsson Canada Inc. menunjukkan bahwa peranan komunitas praktisi sangat membantu untuk lebih menyebarluaskan gagasan dan informasi. Sementara itu dari Thomas & Betts Corporation, peran komunitas praktisi lebih mementingkan berbagi ide dan informasi yang dapat memberi karyawan suatu pengertian yang bagus dari peran dan fungsi yang dimainkan karyawan lain dalam perusahaan (Dalkir, 2005). Pasaribu (2009) yang melakukan penelitian di PT. PLN (Perusahaan Listrik Negara) menyatakan bahwa melalui best practice sharing pada organisasi dapat meningkatkan pelayanan publik dan membentuk knowledge worker. Dalam konteks organisasi pendidikan, penelitian terhadap peran guru didalam komunitas praktisi masih terbatas. Linda (2009) menyatakan bahwa konsep komunitas praktisi telah digunakan dalam sektor bisnis selama lebih dari 20 tahun, namun penggunaan komunitas praktisi untuk sektor yang lainnya terbatas jika diperbandingkan. Bukti empiris mengenai peran komunitas praktisi dalam konteks organisasi sekolah belum banyak diperoleh, sebagaimana dalam konteks perusahaan. Penelitian yang telah dilakukan Andriani (2013) terhadap komunitas praktisi di organisasi sekolah menunjukkan bahwa komunitas praktisi yang paling banyak diikuti oleh guru adalah komunitas MGMP (Musyawarah Guru Mata 4 Pelajaran) dengan alasan sebagai sarana pengembangan ilmu dan tempat berbagi pengetahuan yang bermanfaat bagi pengembangan kompetensi guru. Sebagaimana dikatakan Suparlan (2005) MGMP merupakan salah satu bentuk kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru agar lebih siap dalam menghadapi berbagai kesulitan dalam pembelajaran. Melalui MGMP, guru dapat belajar dan memperoleh pengetahuan baru dengan cara saling bertukar pikiran maupun informasi, diskusi, dan belajar bersama tentang pengembangan kurikulum, teknik mengajar, mengevaluasi, maupun berbagai inovasi pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai praktisi (Depdiknas, 2004). Sejalan dengan hal tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk mengisi celah penelitian pada penelitian sebelumnya mengenai komunitas praktisi di organisasi sekolah sehingga dapat saling melengkapi. Celah yang hendak diisi adalah dengan mengidentifikasi bagaimana peran komunitas praktisi MGMP Biologi Guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam proses penciptaan dan transfer pengetahuan pada organisasi sekolah, sehingga dapat terlihat hubungan proses pembelajaran dalam komunitas tersebut dan praktik yang dilakukan oleh guru dalam kelas. Ketertarikan penelitian terhadap komunitas praktisi MGMP Biologi ini terkait relevansinya dengan prestasi siswa dari rata-rata nilai siswa hasil Ujian Nasional (UN) di tahun 2011/2012 khususnya mata pelajaran Biologi untuk SMA di Kabupaten Gunungkidul yaitu 6,00 yang masih dibawah rata-rata nilai UN SMA se-Propinsi DIY yaitu 6,61. Oleh karena itu melalui komunitas praktisi MGMP Biologi ini 5 diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru, serta membantu pemahaman dan proses belajar siswa menjadi lebih baik yang berimbas pada peningkatan prestasi belajar siswa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, rumusan permasalahan yang dapat diambil adalah bagaimanakah peran komunitas praktisi MGMP Biologi Guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam proses penciptaan dan transfer pengetahuan pada organisasi sekolah? Dari rumusan tersebut secara tidak langsung juga dapat memperlihatkan apakah proses pembelajaran yang terjadi dalam komunitas praktisi MGMP Biologi Guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul berpengaruh pada praktik yang dilakukan guru didalam kelas? Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengkaji secara lebih spesifik terhadap komunitas praktisi MGMP Biologi Guru-guru SMA yang ada di Kabupaten Gunungkidul, dimana pada penelitian yang dilakukan Andriani (2013) mengenai peran komunitas praktisi dalam organisasi sekolah ternyata belumlah mengkaji komunitas tersebut secara spesifik pada satu mata pelajaran tertentu, atau objek penelitiannya adalah komunitas praktisi MGMP pada semua mata pelajaran di sekolah baik SD, SMP, SMA maupun SMK. Selain itu penelitian serupa mengenai peran komunitas praktisi MGMP Biologi dalam ruang lingkup guruguru SMA di Kabupaten Gunungkidul belum pernah dilakukan. 6 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah diuraikan dapat ditarik beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Apakah jenis informasi yang didiskusikan dan jenis kegiatan yang dilakukan dalam komunitas praktisi MGMP Biologi Guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul? 2. Apakah peran yang dimainkan guru-guru dalam komunitas praktisi MGMP tersebut, bagaimana keaktifannya, dan faktor-faktor apa saja yang memotivasi guru berperan aktif dalam berbagi pengetahuan di komunitas praktisi? 3. Bagaimana metode penciptaan pengetahuan, bentuk yang dihasilkan dari proses penciptaan pengetahuan, metode dan media yang digunakan dalam proses transfer pengetahuan didalam komunitas praktisi MGMP Biologi tersebut? 4. Bagaimana peran dari komunitas praktisi MGMP Biologi Guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini dalam proses penciptaan dan transfer pengetahuan pada organisasi sekolah? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengidentifikasi jenis informasi yang didiskusikan dan jenis kegiatan yang dilakukan dalam komunitas praktisi MGMP Biologi Guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul. 7 2. Untuk mengindentifikasi peran yang dimainkan guru-guru dalam komunitas praktisi MGMP Biologi, keaktifannya, dan faktor-faktor yang memotivasi guru berperan aktif dalam berbagi pengetahuan di komunitas praktisi 3. Untuk mengidentifikasi metode penciptaan pengetahuan, bentuk yang dihasilkan dari proses penciptaan pengetahuan, metode dan media yang digunakan dalam proses transfer pengetahuan dalam komunitas praktisi MGMP Biologi tersebut. 4. Untuk mengidentifikasi peran dari komunitas praktisi MGMP Biologi Guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini dalam proses penciptaan dan transfer pengetahuan pada organisasi sekolah. 1.5 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh beberapa manfaat antara lain: 1. Bagi sekolah. Dengan terbentuknya budaya sharing pengetahuan melalui komunitas praktisi MGMP Biologi oleh guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul diharapkan mampu mendorong terbentuknya aktivitas penciptaan dan transfer pengetahuan dilingkungan sekolah masing-masing. 2. Bagi instansi pemerintah terkait. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi dalam penyelenggaraan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang lain di Kabupaten Gunungkidul, sehingga diharapkan pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan lebih mendukung 8 keberadaan MGMP ini dengan lebih memfasilitasi setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh komunitas MGMP tersebut. 3. Bagi pengurus MGMP Biologi guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul. Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai umpan balik atau feedback untuk mengetahui sejauh mana kebermanfaatan dari komunitas praktisi MGMP Biologi di Kabupaten Gunungkidul dan sebagai upaya perbaikan bagi komunitas tersebut . 4. Bagi peneliti. Dengan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam peningkatan kemampuan profesional peneliti selaku guru untuk terus mengembangkan budaya berbagi pengetahuan dalam organisasi sekolah. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian yang akan dilakukan dibatasi pada kajian tentang deskripsi aktivitas komunitas praktisi MGMP Biologi Guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul dan peran komunitas praktisi tersebut dalam proses penciptaan dan transfer pengetahuan pada organisasi sekolah. Penelitian ini dilakukan karena kajian peran komunitas praktisi MGMP Biologi dalam proses penciptaan dan trasnfer pengetahuan pada konteks organisasi sekolah atau dalam ruang lingkup guru-guru SMA di Kabupaten Gunungkidul belum pernah dilakukan. Dengan demikian melalui penelitian ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap aktivitas dan keberadaan MGMP Biologi di Kabupaten Gunungkidul dalam proses penciptaan dan transfer pengetahuan sehingga dapat membantu guru melakukan proses pembelajaran di sekolah. 9 1.7 Sistematika Penulisan Penyusunan tesis ini terdiri dari lima bab, yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, serta kesimpulan dan saran. Bab I membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan pengetahuan termasuk definisi dan tipe pengetahuan; manajemen pengetahuan termasuk konsep dan pendekatan pengelolaan pengetahuan, siklus manajemen pengetahuan, penciptaan dan transfer pengetahuan. Kemudian membahas mengenai komunitas praktisi (CoPs) yang didalamnya mencakup definisi dan konsep, karakteristik dan tipe, perbedaan komunitas praktisi dengan bentuk lain dari organisasi, peran individu dalam komunitas praktisi, dan peran komunitas praktisi bagi organisasi. Dan terakhir membahas mengenai seluk beluk Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) khususnya MGMP Biologi di Kabupaten Gunungkidul. Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini berisi penjelasan mengenai desain penelitian, lokasi dan objek penelitian, data dan metode pengumpulan data, uji keabsahan data, dan analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian berupa proses pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan hingga menguraikan analisis dan pembahasan penelitian yang mencakup jenis kegiatan yang dilakukan dalam MGMP Biologi, jenis informasi yang didiskusikan dalam MGMP Biologi, peran individu yang 10 dimainkan oleh guru dalam komunitas praktisi, keaktifan guru dalam MGMP Biologi, faktor-faktor yang memotivasi guru dalam aktivitas berbagi pengetahuan, proses penciptaan dan transfer pengetahuan dalam MGMP Biologi, dan peran komunitas praktisi MGMP Biologi dalam proses penciptaan dan transfer pengetahuan pada organisasi sekolah. Dan yang terakhir, Bab V berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian serta keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan. 11