analisis dampak sertifikasi guru terhadap mutu sekolah dasar di

advertisement
ANALISIS DAMPAK SERTIFIKASI GURU TERHADAP
MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA MALANG
Syaiful Imam *), IM Hambali **)
Alamat: *) Jurusan PGSD FIP Universitas Negeri Malang
**) Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP Universitas Negeri Malang
Email : imamsyaiful588@gmail
Abstrak: Menghasilkan anak yang sebagian berhasil, sebagian gagal, frustasi.
Guru tidak sepenuhnya berfokus pada pekerjaannya sebagai guru, melainkan
bekerja juga di luar bidang Pendidikan. Akibatnya pendidikan berorientasi
pada hasil rata-rata, banyak siswa yang tidak dihargai hak belajarnyamuncul
kenakalan remaja, frustasi, siswa merasa tidak dihargai.Penelitian ini bersifat
kajian, melalui pendekatan survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para
guru: (1) Memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
pembelajaran sangat rendah, (2) Memiliki komitmen untuk menghilangkan
rintangan baik yang bersifat organisasional maupun cultural sangat rendah, (3)
Membangun tim yang efektif sangat rendah, (4) Mengembangkan mekanisme
yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan sangat rendah,
(5) Memiliki fasilitas untuk peningkatan mutu pembelajaran (laptop dan
modem) sangat tinggi, (6) Melakukan pembelajaran remidi pada anak yang
memiliki prestasi rendah, mencari solusi masalah pembelajaran dengan aktif
berkomunikasi dengan orang tua siswa dan para ahli pendidikan merupakan
bukti kinerja guru yang baik, dan sangat jarang guru yang menjalankan, (7)
Kinerja ini dapat diwujudkan oleh guru dengan aktif mengikuti perkumpulan
guru yang tergabung dalam MGMP/KKG, (8) MGMP/KKG merupakan
sarana yang sangat efektif untuk bertukar pikiran dan saling mencari solusi
masalah pembelajaran. Peningkatan KKM dan percepatan prestasi bagi
anak yang berprestasi rendah juga dapat diselesaikan bersama melalui
MGMP/KKG.Termasuk pertukaran media dapat terjadi dalam kegiatan ini,
(10) Mekanisme yang harus dikembangkan oleh guru diantaranya adalah
mekanisme untuk mengawal kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa
melalui model dan media pembelajaran yang tepat.Dan hal tersebut dapat
dicapai melalui diantaranya lesson study, serta mencoba mencari solusi bagi
anak yang berprestasi rendah melalui komunikasi dengan orang tua.Prestasi
rendah tidak selalu kemampuan rendah.
Kata kunci: Mutu Pendidikan, Sertifikasi Guru
Di Indonesiapara siswa dihadapkan kepada
budaya “persaingan”, berkompetisi meraih
prestasi persaingan dalam pendidikan.
Persaingan memang memicu anak bergairah
untuk mengikuti pelajaran.Menghasilkan
anak yang sebagian berhasil, sebagian gagal,
frustasi. Guru tidak sepenuhnya berfokus
pada pekerjaannya sebagai guru, melainkan
bekerja juga di luar bidang Pendidikan.
Akibatnya pendidikan berorientasi pada hasil
rata-rata, banyak siswa yang tidak dihargai
hak belajarnya muncul kenakalan remaja,
frustasi, siswa merasa tidak dihargai.
37
38
WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 24, Nomor 1,Januari 2016
Kompetisi dalam memasuki sekolah/
perguruan tinggi di indonesia menyebabkan
siswa kementingkan hafalan dan tidak kreatif.
Suatu perubahan paradigma dan sikap yang
diharapkan: (1) Menghargai hak setiap
orang untuk belajar, (2) Mengembangkan
interaksi yang saling menghormati, (3)
Menghargai keanekaragaman siswa, (4) Guru
berusaha profesional, mengutamakan tugas
dan fungsinya sebagai guru menciptakan
lingkungan belajar.
Bab XI tentang pendidik dan tenga
kependidikan, Pasal 39 ayat (1), tenaga
kependidikan
bertugas
melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang
proses
pendidikan
pada
satuan pendidikan.
Ayat (2) Pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan,
serta melaksanakan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat.
Pasal 40 ayat (2) Pendidik dan tenaga
kependidikan berkewajiban: (a) Menciptakan
suasana
pendidikan
yang
bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis,
(b) Mempuinyai komitmen secara profesional
untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan,
(c) Memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya, (d)
Antara kondisi dan criteria guru professional
sering terjadi kesenjangan yang signifikan.
Belum lagi kebutuhan yang semakin
besar bagi kehidupan rumah tangga sering
menjadikan guru mengutamakan kepenting di
luar tugas profesionalnya. Dampak lebh lanjut
adalah minimnya guru yang menyadari bahwa
penmgembangan diri dan peningkatan kualitas
pembelajaran adalah kwajiban dan tuntutan
profesi. Sepanjang kwajiban dan tuntutan
profesi belum dipandang sebagai kebutuhan,
dan masih dipandang sebagai beban yang
memberatkan maka guru dan mutu pendidikan
menjadi kandas. Oleh karena itu, kajian ini
sangat diperlukan, terutama bagi kepentingan
pengambil kebijakan untuk mendapatkan
data yang valid untuk melakukan pembinaan
profesi guru.
Guru sebagai tenaga professional harus
memiliki pola pikir yang menggambarkan
profesionalitas. Gardner, 2009 memberi
batasan adanya 5 pola pikir yang harus
dimiliki oleh seorang profesional.Pikiran
yang terbentuk dan diimplementasi dalam
sebuah tindakan kerja mandiri dalam
kegiatan nyata adalah keterampilan dan
kemampuan yang harus terlatih dan terus
menerus disempurnakan dari waktu ke waktu.
Keterampilan ini perlu dibina setiap saat.
Ada beberapa prinsip dalam membina, yaitu
motivasi belajar dan keingintahuan yang tinggi,
keuletan dan ketangguhan dalam menjalani
proses berlatih secara berkesinambungan,
kesediaan Refleksi diri yang membuat
seseorang menyadari kekurangan dan
kesalahannya, lalu memperbaikinya. Pikiran
ini akan terarah apabila seseorang berlatih
secara terus menerus sehingga sebuah bidang
benar-benar dikuasainya dengan sempurna
dengan menunjukkan kinerja maksimal.
Tanpa memiliki pikiran ini, seseorang akan
kehilangan identitas keunggulan diri yang
membedakannya dari orang lain.
Pikiran yang dapat mengambil informasi
dari berbagai sumber, memahami dan
mengevaluasi informasi itu secara obyektif dan
menyatukannya dengan cara yang masuk akal
adalah pilar kebajikan yang harus dimiliki oleh
guru. Keterampilan ini perlu diasah, karena
sangat perlu untuk menghadapi dunia global.
Keterampilan ini sangat berguna menghadapi
derasnya arus informasi agar seseorang tidak
tenggelam di dalamnya. Tanpa pikiran ini
seorang guru akan kewalahan menghadapi
informasi dan tidak mampu memecahkan
masalah secara bijak baik sebagai pribadi
maupun sosial. Pikiran ini diperlukan dalam
pengambilan keputusan, penentuan visi-misi,
perencanaan kerja serta antisipasi keadaan
yang akan terjadi.
ANALISIS DAMPAK SERTIFIKASI GURU TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA MALANG...
Kreativitas yang didukung oleh daya
upaya optimal, dengan memanfaatkan
sumber dan informasi untuk menghasilkan
hal-hal baru merupakan bagian perubahan
pola pikir positif.Kondisi ini menelorkan
ide-ide baru, mengajukan pertanyaanpertanyaan tak terduga, membangkitkan
cara-cara berpikir baru, dan memunculkan
jawaban-jawaban yang tak terduga. Ketidakmampuan mencipta membuat seseorang guru
akan tergantikan oleh orang lain, komputer
atau teknologi. Bernard A.Nijstad,2002,
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
ide-ide kreatif akan berkembang manakala
dilakukan aktivasi. Aktivasi terhadap ide
dapat melalui obyek, pengalaman maupun
tingkah laku yang bertujuan. Aktivasi ide
diawali oleh tahap umum, dan diikuti oleh
adanya penampakan perilaku kreatif yang
didasarkan pada pengalaman, pengetahuan
dan diikuti oleh proses generalisitik. Oleh
karena itu, aktivasi kreativitas memerlukan
kondisi-kondisi pendukung.Pendukung dapat
berupa lingkungan keluarga uyang diciptakan
guru sendiri, lingkungan sekolah yang
diciptakan oleh pendidik (khususnya kepala
sekolah) maupun lingkungan masyarakat
yang kondusif. Hal itu terjadi juga ketika
seseorang menghadapi orang lain dalam
situasi hubungan personal.
Pikiran etis diuji manakala guru
dihadapkan pada godaan manipulasi atau
ketika akan menyakiti orang lain. Tanpa
Pikiran etis seseorang akan tidak bermoral dan
tuna nurani. Melalui penerapan prinsip dasar
yang bersumber oleh adanya pikiran etis, guru
akan menjadi bijak, dapat mengarahkan diri
untuk dapat mengembangkan dialog internal
dalam rangka menemukan tindakan tepat
yang mampu mengakomodasi kepentingan
orang banyak (khususnya siswa) dengan
tanpa mengabaikan kebutuhan diri sendiri.
Di sinilah kepedulian sosial akan tumbuhkembang menjadi suatu karakter guru yang
utama. Dan semua itu sangat erat dengan
adanya tujuan hidup manusia. Tujuan hidup
yang jelas akan mengarahkan seseorang
39
ke suatu peristiwa dan kondisi stabil dan
terhindar oleh adanya suasana hati negatif
dan ancaman. James Y. Shah & Arie W.
Kruglanski (2004) meneliti dan mencermati
asosiasi atau keterkaitan emosi dengan tujuan.
Melalui penelitiannya, ia menyatakan bahwa
suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
akan memperoleh makna emosional yang
berhubungan erat dengan ketercapaian tujuan.
Dengan demikian, tujuan secara emosional
menggerakkan orang untuk bertingkah
laku, dan kuat atau tidaknya tujuan akan
berpengaruh terhadap kondisi tingkah laku.
Setiap tingkah laku akan mengandung
asosiasi antara tujuan dan emosi, meskipun
mungkin asosiasi bersifat samar dan tertutup.
Guru dalam hal ini harus mampu menciptakan
suasana dimana asosiasi emosi dan tujuan
bersifat wajar dan memiliki kekuatan positif.
Oleh karena itu, membangkitkan tujuan
positif merupakan alternatif cara yang dapat
ditempuh guru. Penciptaan lingkungan yang
memungkinkan siswa dapat memiliki tujuan
positif akan berdampak terhadap timbulnya
transfer emosi ke sebuah tindakan positif pula.
Pikiran merespek, berhubungan dengan
orang lain, yaitu memahami orang menurut
kondisi yang diinginkannya dan berupaya
membentuk hubungan penuh empati
dan saling percaya, memperhatikan dan
menyambut berbagai perbedaan diantara
individu dan antara kelompok manusia,
berupaya memahami orang lain, dan berupaya
bekerja secara efektif bersama orang
lain. Pikiran merespek terwujud melalui
kerendahan hati dan memandang manusia
dalam kesetaraan (equality); lebih bersifat
abstrak, dan berperan sebagai penuntun ketika
guru memposisikan diri dalam bersikap
profesional dan manusiawi, merenungkan
sifat dari pekerjaan guru dan kebutuhan serta
keinginan masyarakat dimana seseorang
tinggal. Tanpa pikiran merespek guru akan
jadi benalu dan racun bagi orang lain. Pikiran
ini mengkonsepsikan bagaimana seseorang
hidup bisa mengejar tujuan yang berada
diluar kepentingan pribadinya dan bagaimana
40
WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 24, Nomor 1,Januari 2016
warga bisa bekerja tanpa mementingkan diri
guna meningkatkan kesejahteraan bersama.
Mutu rerpadu merupakan motor dan
penggerah psikis yang dapat menantang
perubahan sikap para komponen pendidikandi
setiap
satuan
pendidikan
(sekolah).
Persoalannya ialah bagaimana gairah setiap
komponen pendidikan dapat dibangkitkan
melalui berbagai fasilitas dan program
peningkatan mutu. Jawabannya adalah
perlunya terentuk sikap dasar dan paradigm
baru yang menjadikan bahwa kegiatan
pendidikan dan pembelajaran adalah kegiatan
professional.Sebelum itu semua terjadi, pihak
manajemen sekolah berupaya merumuskan
sebuah strategi mendasar dan dilanjutkan
dengan menciptakan program bersama seluruh
komponen sekolah, serta memposisikan
sekolah sebagai lembaga yang menjunjung
tinggi azas kualitas tinggi.
METODE
Penelitian ini dilakukan dalam rangka
mengkaji dan mengevaluasi dampak
sertifikasi guru terhadap mutu pendidikan
dasar di kota Malang. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian evaluasi
dengan
pendekatan
“Process-Audit”,
dengan menggunakan metode kuantitatif
dan kualitatif. Penelitian evaluative biasa
dilakukan dalam rangka mengumpulkan data
tentang kinerja dalam implementasi suatu
kebijakan, yang dapat dipergunakan untuk
memperbaiki implementasi kebijakan melalui
rekomendasi kebijakan yang relevan.
Dalam pelaksanaan, penelitian ini
menggunakan metode campuran yaitu metode
kuantitatif dan kualitatif.Metode kuantitatif
digunakan untuk mendeskripkan komponenkomponen kebijakan dan realisasinya di
tingkat pelaksana pendidikan dasara (dalam hal
ini kepala sekolah dan guru) menuurut kriteria
yang digariskan oleh kebijakan pemerintah
terkait yang bersifat mendukung.Penggunaan
metode kuantitatif menghasilkan gambaran
yang komprehensi tentang penyelenggaraan
ppendidikan dasar (mencakup proses dan
hasil) serta upaya pemegang kendali mutu di
tingkat sekolah.Akhirnya, penelitian ini dapat
memberikan profil komprehensif mengenai
penyelanggaraan pendidikan dasar sebagai
indicator mutu pendidikan.
Populasi penelitian adalah semua guru
yang telah memiliki sertifikat pendidik pada
tingkat sekolah dasar dan SLTP (pendidikan
dasar) baik swasta maupun negeri. Sampel
penelitian ditetapkan dalam proses yang
terdiri tiga tahap, pertama, sampel sampel
wilayah. Yaitu sampel kecamatan yang
disebut UPTD yang dianggap memiliki
karakter yang sama dengan wilayah lain
(cluster sampling). Kedua, sampel lembaga
(sekolah) yaitu sekolah dasar dan SLTP yang
dipilih berdasar tujuan (purposive sampling)
yaitu lembaga yang memiliki karakteristik
yang menggambarkan seluruh sekolah yang
ada pada wilayah yang berbeda, dan ketiga,
sampel guru yang telah bersertifikat pendidik,
terdiri dari guru PNS dan guru swasta. Proses
audit meliputi dua aspek indicator yakni
proses dan hasil penyelenggaraan pendidikan
terutama proses dan hasil pembelajaran oleh
guru bersertifikat. Data yang terekam dari
sampel mencerminkan perbandingan antara
realitas proses dan hasil pembelajaran dengan
criteria yang ditetapkan.
Instrumen pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah 1) angket/kuesioner,
2) dokumentasi, 3) pedoman observasi, dan
4) wawancara.Angket/kuesioner digunakan
untuk mendapatkan data tentang kinerja
para guru bersertifikat pendidik. Fokus data
yang hendak dijaring ialah tentang proses
dan hasil pembelajaran, upaya guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran (melalui
karya invovatif guru, penelitian tindakan
kelas dan lesson study), komitmen guru dalam
melaksanakan pengembangan diri melalui
perkumpulan guru mata pelajaran, keikutserta
dalam pendidikan dan pelatihan secara
mandiri, serta fasilitas pembelajaran yang
dimiliki sebagai upaya penguatan kualitas
pembelajaran, serta sumber-sumer bacaan
ANALISIS DAMPAK SERTIFIKASI GURU TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA MALANG...
baik dari sumber- sumber cetak maupun
elektronik.
Data-data yang hendak dikumpulkan
meliputi 1) proses dan hasil pembelajaran,
2) upaya guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran (melalui karya invovatif guru,
penelitian tindakan kelas dan lesson study),
3) komitmen guru dalam melaksanakan
pengembangan diri melalui perkumpulan guru
mata pelajaran, keikutserta dalam pendidikan
dan pelatihan secara mandiri, 4) fasilitas
pembelajaran yang dimiliki sebagai upaya
penguatan kualitas pembelajaran, 5) sumbersumer bacaan baik dari sumber-sumber cetak
maupun elektronik. Data dianalisis dengan
menggunakan teknik statistic deskriptif, dan
analisis kualitatis yang dapt memberikan
penjelasan yang cukup bagi data kuantitatif
yang ada.
HASIL
Dari data yang kepemilikan alat
penunjang pembelajaran terdapat jumlah
guru SD yang memiliki laptop sebanyak 31
orang (82%), Jumlah guru SD yang memiliki
modem sebanyak 24 orang (62%), Jumlah
guru SD yang memiliki personel komputer
sebanyak 12 orang (31%). Jumlah guru SD
yang memiliki alat peraga sebanyak 14 orang
(36%).Jumlah guru SD yang memiliki media
pembelajaran sebanyak 13 orang (35%).
Jumlah guru SD yang memiliki buku ilmiah
sebanyak 9 orang (24%).
Dari data kemampuan pengoperasian
alat penunjang pembelajaran didapat
beberapa data, yaitu jumlah guru SD yang
mampu mengoperasikan laptop sebanyak
29 orang (76%), jumlah guru SD yang
dapat mengoperasikan modem sebanyak
21 orang (55%). Jumlah guru SD yang
dapat mengoperasikan personel komputer
sebanyak 23 orang (60%).Jumlah guru
yang dapat mengoperasikan alat peraga
sebanyak 33 orang (86%). Jumlah guru yang
dapat mengoperasikan media pembelajaran
sebanyak 33 orang (86%).Jumlah guru yang
41
dapat mengoperasikan buku ilmiah sebanyak
21 orang (56%).
Dari data dalam tabel, didapatkan data
keikutsertaan dalam aktivitas guru yang terdiri
dari tiga aktifitas yaitu kegiatan MGMP/
KKG, Diklat Pengembangan Diri, dan Tim
dalam Lesson study. Dalam kegiatan MGMP/
KKG didapatkan data bahwa terdapat 50
orang yang aktif dalam kegiatan tersebut
(91), kegiatan diklat pengembangan diri 44
orang (80%), dan kegiatan tim dalam lesson
study sebanyak 8 orang (15%).Dari data
pengalaman penelitian tindakan kelas dapat
diambil kesimpulan bahwa, terdapat 0 judul
penelitian yang telah dihasilkan oleh guru SD
dalam 2 tahun terakhir (0%).
Dalam kegiatan pengalaman dalam
menulis buku ajar yang dilakukan dalam dua
tahun terakhir didapatkan data bahwa terdapat
0 judul penelitian penulisan buku modul/ajar
yang dihasilkan oleh guru SD bersertifikasi
dalam 2 tahun terakhir (0%).
Dari data pengalaman menulis buku
modul selama dua tahun terakhir terdapat tiga
buah judul buku dan No.ISBN yang dihasilkan
oleh guru SD dalam 2 tahun terakhir (0%).
Dalam kegiatan pengalaman penulisan artikel
ilmiah yang dilakukan dalam dua tahun
terakhir didapatkan data bahwa terdapat tiga
judul artikel ilmiah yang telah dihasilkan oleh
guru SD bersertifikasi dalam 2 tahun terakhir
(8%).Dari data pengalaman penyampaian
madalah secara oral pada pertemuan/seminar
ilmiah dalam lima tahun terakhir, terdapat dua
nama pertemuan ilmiah/seminar yang telah
dilakukan oleh guru SD dalam 5 tahun (0%)
.Dalam kegiatan pengalaman pengembangan
media/karya inovatifyang dilakukan dalam
dua tahun terakhir didapatkan bahwa terdapat
dua judul pengembangan media/karya inovatif
yang telah dihasilkan guru SD bersertifikasi
dalam 2 tahun terakhir (0%).
Dari data upaya yangtelah dilakukan
sebagai solusi masalah pembelajaran, terdapat
aktivitas konsultasi tentang pembelajaran
kepada ahli usaha yang dilakukan sebanyak 0
guru (0%), mencari solusi masalah pembelajaran
42
WAHANA SEKOLAH DASAR (Kajian Teori dan Praktik Pendidikan) Tahun 24, Nomor 1,Januari 2016
melalui remidi usaha yang dilakukan sebanyak
0 guru (0%), berkomunikasi kepada orangtua
siswa guna mencari solusi bagi anak didik
usaha yang dilakukan sebanyak 0 guru (0%),
melakukan kegiatan diagnose kesulitan belajar
usaha yang dilakukan sebanyak 0 guru (0%).
Dalam kegiatan Pengalaman Merumuskan
Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya
yang dilakukan dalam 5 Tahun terakhir
terdapat satu judulJudul/Tema/Jenis rekayasa/
Sosial Lainnya yang Telah diterapkan oleh
guru SD yang bersertifikasi.
Dalam hal Penghargaan yang pernah diraih
dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah,
asosiasi, institusi lainnya) terdapat enam
Judul/Tema/Jenis rekayasa/Sosial Lainnya
yang Telah diterapkan yang dihasilkan oleh
guru SD bersertifikasi (0%).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian untuk kajian dampak
sertifikasi guru terhadap mutu pendidikan
dasar 9 tahun di kota Malang dapat disimpulkan
sebagai berikut. (1) Memiliki komitmen
yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
pembelajaran sangat rendah, (2) Memiliki
komitmen untuk menghilangkan rintangan baik
yang bersifat organisasional maupun cultural
sangat rendah, (3) Membangun tim yang
efektif sangat rendah, (4) Mengembangkan
mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan
mengevaluasi kesuksesan sangat rendah, (5)
Memiliki fasilitas untuk peningkatan mutu
pembelajaran (laptop dan modem) sangat
tinggi, (6) Melakukan pembelajaran remidi
pada anak yang memiliki prestasi rendah,
mencari solusi masalah pembelajaran dengan
aktif berkomunikasi dengan orang tua siswa
dan para ahli pendidikan merupakan bukti
kinerja guru yang baik, dan sangat jarang
guru yang menjalankan, (7) Kinerja ini
dapat diwujudkan oleh guru dengan aktif
mengikuti perkumpulan guru yang tergabung
dalam MGMP/KKG, (8) MGMP/KKG
merupakan sarana yang sangat efektif untuk
bertukar pikiran dan saling mencari solusi
masalah pembelajaran. Peningkatan KKM
dan percepatan prestasi bagi anak yang
berprestasi rendah juga dapat diselesaikan
bersama melalui MGMP/KKG. Termasuk
pertukaran media dapat terjadi dalam kegiatan
ini, (9) Mekanisme yang harus dikembangkan
oleh guru diantaranya adalah mekanisme
untuk mengawal kompetensi yang harus
dikuasai oleh siswa melalui model dan media
pembelajaran yang tepat. Dan hal tersebut
dapat dicapai melalui diantaranya lesson
study, serta mencoba mencari solusi bagi anak
yang berprestasi rendah melalui komunikasi
dengan orang tua. Prestasi rendah tidak selalu
kemampuan rendah.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian diajukan
beberapa saran berikut. Pihak guru yang
bersertifikasi di kota Malang diharapkan
lebih memiliki komitmen yang jelas terhadap
proses peningkatan mutu dan mampu
mengembangkan mekanisme yang tepat untuk
mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan
peserta didik. Hingga nantinya didapatkan
peserta didik yang mampu mengembangkan
sikap
kemampuan
dan
pengetahuan
keterampilan, dan mempersiapkan memasuki
jenjang pendidikan menengah yang lebih baik.
Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.
(1) Menciptakan sistem dan mekanisme
monitoring proses pendidikan melalui sarana
yang memadai termasuk menciptakan jaringan
online untuk memantai kinerja guru, (2)
Merumuskan prasyarat yang mengikat bagi
guru yang hendak mendapatkan tunjangan
profesi, sehingga tidak hitam putih mengajar
24 jam telah cukup untuk mendapatkan
tunjangan profesi yang rutin, (3) Memberi
tugas dan kuajiban kepada seluruh guru
melalui diklat fungsional dan pengembangan
media pembelajaran untuk setiap kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa baik melalui
diklat fungsional secara m,andiri maupun
ANALISIS DAMPAK SERTIFIKASI GURU TERHADAP MUTU SEKOLAH DASAR DI KOTA MALANG...
kerjasama antar guru, (4) Perlu diciptakan
mekanisme hukuman bagi guru yang tidak
menunjukkan kinerja baik (bahkan bisa
melalui perda), (5) Aturan guru mengajar 24
jam tidak lagi sekedar menjadi beban bagi
guru, namun menjadi hak bagi guru yang
berprestasi, sedangkan guru yang kinerja
kurang baik tidak memiliki hak mengajar 24
jam. Sehingga hak ikutan untuk mendapatkan
tunjangan profesi akan melekat pada guru
yang memiliki hak mengajar 24 jam, dan hal
ini hanya bisa terjadi jika dituangkan dalam
aturan daerah (perda), (6) Perlu adanya
pembinaan dan pengembangan kompetensi
pedagogic dan kompetensi professional guru
secara terus menerus baik dalam bentuk
43
pendidikan dan pelatihan maupun dalam
bentuk penyediaan fasilitas pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Faisal, S. dan H.S.Mundzir.2006.Sosiologi
Pendidikan.Malang: Penerbit Fakultas
Ilmu Pendidikan Univeritas Negeri
Malang.
Gardner.H.2006b.Five Mind for The Future.
Boston.MA:Harvard Business School
Press.
Sallis, E. 2011. Manajemen Mutu Terpadu
Pendidikan.
Yogyakarta:
Penerbit
IRCiSoD.
Download