BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Manusia yang mengalami konflik dan pernah berkonflik pasti menyisahkan luka yang mendalam karena mereka harus menerima kenyataan bahwa apa yang ada tak selamanya mereka miliki. Seperti keluarga, rumah, harta benda hilang dari genggaman dan penglihatan mereka. Secara psikologis hal ini akan mengganggu psikis selama mereka hidup karena belum siap menerima kenyataan pahit yang mereka rasakan akibat konflik yang mereka alami. Oleh sebab itu mereka tentunya ingin ada pada sebuah perubahan yang mereka alami pasca konflik. Fenomena gerakan sosial yang terjadi tentunya 4.1 Analisa Alasan Elsina Syauta-Latuheru dalam menggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk Perdamaian Pasca Konflik Elsina E. Syauta – Latuheru dalam menggerakan perempuan – perempuan Maluku untuk perdamaian pasca konflik dimaksudkan untuk dapat melahirkan perempuan – perempuan Maluku yang siap untuk menjadi pemimpin dan mampun untuk memperjuangkan derajat kaum perempuan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakanoleh Clifford bahwa perempuan memiliki peran yang cocok untuk menjadi seorang pemimpin karena perempuan memiliki tanggung jawab untuk melahirkan dan membesarkan laki – laki yang akan dapat memimpin masyarakat. Selain itu tujuan dari gerakan yang dilakukan oleh Elsina E. Syauta – Latuheru dapat dipahami bahwa dapat menciptakan perubahan – perubahan 76 pemahaman masyarakat Maluku mengenai perempuan yang mampu untuk berkontribusi dalam pembangunan karakter masyarakat pasca konflik, sehingga hal ini sejalan dengan paham feminisme yang menginginkan adanya sebuah perubahan wawasan sosial yang berakar dari pengalaman kaum perempuan Maluku menyangkut diskriminasi karena perbedaan gender atau jenis kelamin Hal ini disadari bahwa lahir karena adanya kesadaran dan keinginan untuk tidak dikendalikan oleh budaya bahwa laki – laki yang memiliki peran utama dalam tatanan masyarakat. Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan pada bab II bahwa gerakan sosial lahir dari situasi dalam masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang – wenang terhadap masyarakat. Bisa dikatakan, bahwa geraka sosial yang dilakukan oleh seorang aktifis perempuan Maluku Elsina Syauta – Latuheru disebabkan karena ia melihat bahwa masyarakat Maluku dalam hal ini khususnya para perempuan – perempuan Maluku mereka mengalami sikap ketidakadilan yang selalu memposisikan mereka pada posisi yang hanya diam dan tidak diizinkan untuk melakukan apa – apa karena Masyarakat Maluku masih mganut paham patriakal. Oleh sebab itu, Elsina Syauta – Latuheru hadir untuk meniadakan ketidakadilan dan sikap – sewenang – wenang yang dialami oleh perempuan – perempuan Maluku. Strategi atau gerak langkah yang dilakukan Elsina Syauta – Latuheru meruapakan suatu gerakan sosial dalam organisasi atau lembaga, yang menjalankan visi untuk mencapai sasaran khusus, misalnya peran Elsina Syauta – Latuheru dalam menggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk perdamaian pasca konflik dalam bidang pendidikan, pemberdayaan atau 77 peningkatan ekonomi masyarakat dengan melakukan kegiatan di berbagai tempat konflik demi melancarkan visi perdamaian di Maluku. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis menganalisa bahwa alasan Elsina E.Syauta - Latuheru dalam menggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk perdamaian pasca konflik karena Elsina melihat bahwa perempuan di Maluku termarginalisasi oleh kaum laki – laki. Mereka menganggap bahwa perempuan tidak bisa bergerakan untuk membuat sebuah perubahan atau sebagai aktor penggerak untuk perdamaian. Oleh sebab itu Elsina E. Syauta - Latuheru hadir untuk merubah semua paradigma tersebut tentang perempuan – perempuan di Maluku. Pada dasarnya penulis melihat bahwa pemahaman yang dibangun oleh orang Maluku dikategorikan sebagai kategori gerakan sosial klasik, dimana mereka masih ada dalam kelompok pembagian kelas. Mulai dari kelas atas, kelas menengah dan kelas bawah. Maka pemahaman mereka pada saat itu tentang perempuan, perempuan ada dalam golongan kelas menengah. Analisa penulis mau mengatakan bahwa kemungkinan keadaan di Maluku bisa digolongkan dengan teori gerakan sosial klasik. oleh sebab itu, Elsina Syauta – Latuheru muncul untuk mengkritik gerakan sosial klasik dan muncul dengan gerakan sosial baru bahwa pembagian kelas itu tidak perlu, karena bahwasannya baik laki – laki maupun perempuan semua sama. Bukan saja laki – laki yang dapat membuat perubahan namun perempuan juga bisa untuk bergerak sebagai aktor perubahan. Dalam pengertiannya bahwa perempuan ditempatkan pada posisi kelas menengah atau kelas bawah oleh sebab itu Elsye muncul sebagai gerakan sosial baru dia ingin mematahkan paradigma orang - orang bahwa 78 perempuan mampu untuk membuat sebuh perubahan. Gerakan sosial klasik beroritntasi pada masalah kelas sosial perhatiannya tertuju pada kaum baruh karaena dianggap kelas bahwa. Namun alasan Elsina Syauta - Latuheru di sini tergolong dalam gerakan sosial baru, karena dia bersifat plural dia berbicara tentang feminisme, anti rasis, kebebasan sipil,dan lain - lain. Gerakan sosial yang dilakukan Elsina Syauta - Latuheru termasuk dalam gerak sosial baru, karena dia tidak melihat dalam pembagian kelas namun dia melihat pada kondisi yang dialami oleh perempuan – perempuan di Maluku. Selain itu motifasi Elsina Syauta – Latuheru dalam menggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk perdamaian menurut hemat penulis termasuk dalam kategori ciri – ciri gerakan sosial yang ketiga yaitu gerakan sosial tidak identik dengan gerakan politik yang terlibat dalam perebutan kekuasaan secara langsung. Maksudnya ialah gerakan sosial yang dibentuk dan dilakukan oleh Elsina Syauta – Latuheru bukan merupakan sebuah gerakan politik atau mengandung unsur politik. Namun, gerekan sosial yang dilakukan olehnya semata-mata didasarkan pada motivasi luhur Elsye untuk memberikan kontribusi besar bagi negeri tercinta Maluku yang mengalami konflik beberapa tahun silam. Menyadari bahwa dirinya terlahir sebagai perempuan Maluku, Elsye ingin membentuk pola perilaku perempuan – perempuan di Maluku dalam lingkup sosial, strategi atau gerak langkah yang dilakukan untuk mentransfer nilai – nilai lewat kegiatan “Living Values Education” .Pendidikan dan ekonomi dipilih sebagai bidang utama dalam menggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk mecapai perdamaian pasca konflik. Baginya, menggerakan perempuan – 79 perempuan di Maluku untuk perdamaian pasca konflik salah satu kunci utamanya adalah dengan mengedepankan pendidikan. Sebab pendidikan dapat merubah nasib seseorang atau suatu bangsa. Strategi yang harus dikerjakan adalah melakukan program – program pembinaan terhadap para pendidik. Tujuan dari pembangunan pendidikan adalah suatu upaya untuk memperkuat kesempatan memperoleh pendidkan yang layak dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia. Strategi yang dilakukan Elsina Syauta – Latuheru dalam bidang pendidikan melakukan kegiatan LVE 1. Living Values Education merupakan salah satu kegiatan berbasis nilai yang menawarkan berbagai pengalaman aktivitas dan metodologi praktis untuk mengeksplorasi dan mengembangkan nilai – nilai hidup dalam membangun karakter. Kegiatan ini dilakukan bagi guru – guru perempuan di berbagai sekolah adalah salah satu bentuk strategi atau gerak langkah yang dilakukan oleh Elsina – Syauta – Latuheru untuk menggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk perdamaian pasca konflik. Sekolah – sekolah yang menjadi tempat kegiatan Elsina E. Syauta – Latuheru untuk melakukan program LVE adalah SMA Negeri 3 Ambon, SMA Negeri Saparua dan SMA Negeri Lima Ambon. Bagi Elsina E. Syauta – Latuheru guru – guru perempuan merupakan tokoh pendidik yang berinteraksi dengan anak – anak yang adalah sumber daya manusia yang harus dibangun pola berpikirnya pasca konflik. Sesuai apa yang diungkapkan oleh Bourdieu bahwa Strategi pendidikan diarahkan dengan tujuan agar pelaku sosial mempunyai kecakapan yang sesuai dan yang dibutuhkan dalam struktur sosial agar mampu menerima warisan kelompok atau bahkan mampu 1 LVE: Living Values Education 80 memperbaiki posisi sosial. Oleh sebab itu maka dengan adanya kegiatan LVE tersebut guru – guru dapat menciptakan perdamaian antar anak didik yang mungkin karena konflik mereka menyimpan dendam antara komunitas yang satu dengan komunitas lainnya. Selain kegiatan pendidikan Elsina E. Syauta – Latuheru juga menggerakan perempuan – perempuan Maluku dalam bidang ekonomi. Kegiatan ekonomi yang dilakukan seperti pelatihan peningkatan mutu ekonomi dan kapasitas bagi kaum perempuan, adalah salah satu core utama dalam pelayanannya karena pada saat kerusahaan yang dilakukan adalah mendorong dan memotivasi masyarakat terutama Maluku untuk berdaya dalam memenuhi kebutuhan utama mereka. Hal ini dikarenakan bantuan yang diberikan tidak merata keseluruh Maluku dan hanya berpusat di kota Ambon. Karena kaum perempuan adalah fungsi ganda terutama dalam memenuhi kebutuhan makan tiap hari dan juga membesarkan anak. Pendekatan melalui media pemberdayaan ekonomi kepada perempuan selain memberikan sumbangsih atau peluang peningkatan kebutuhan pokok juga dapat melakukan pendampingan trauma agar mereka kuat dalam mendampingi suami dan terutama dalam membesarkan anak – anak. Menurut hemat penulis, berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Sidney Tarrow bahwa gerakan sosial sebagai sebuah tantangan kolektif yang dilakukan sekelompok orang yang memiliki tujuan dan solidaritas bersama, dalam konteks interaksi yang berkelanjutan dengan 81 kelompok elite, lawan, dan penguasa. 2Berdasarkan apa yang diungkapkan Tarrow penulis menganalisis bahwa Elsina Syauta – Latuheru dalam menggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk perdamaian tentunya ia memiliki suatu tujuan yang ingin ia capai dalam gerakan tersebut yaitu ingin mencapai sebuah perubahan pasca konflik yang terjadi di Maluku. Perubahan yang dimaksudkan ialah perubahan sikap serta pemahaman dari perempuan – perempuan Maluku yang mengalami konflik. Tentunya ia juga menyadari bahwa langkah gerak yang ia lakukan merupakan sebuah tantangan, namun ia tetap berusaha untuk dapat mencapai tujuan bersama. Selain itu juga gerakan sosial yang dilakukan Elsina Syauta – Latuheru tentunya memiliki program – program terencana yang ia lakukan bersama dengan yayasan parakletos yang ia dirikan dan semua program yang mereka lakukan tentunya ditujukan pada suatu pencapaian perubahan atau sebagai sebuah gerakan perlawanan untuk melestarikan pola – pola dan lembaga masyarakat yang ada 3 pasca konflik. Menurut pendapat yang diungkapkan oleh Singh bahwa pada umumya gerakan sosial memobilisasi para partisipannya untuk memperoleh perbaikan atas dan terhadap ketidakpuasan tertentu, atau berjuang untuk tujuan dan sasaran yang spesifik. Maka penulis menganalisi bahwa keinginan Elsina Syauta – Latuheru ketika ia ingin melakukan gerakannya ia juga ingin agar orang – orang yang ia kunjungi dalam hal ini perempuan – perempuan di Maluku mendapatkan sebuah perbaikan diri pasca konflik. Dan selain itu juga apa yang dilakukan Elsina Syauta – Latuheru terhadap perempuan – perempuan di Maluku 2 Sidney Tarrow, Power in Movement: social movements in contentious politics. (Cambridge: Cambridge University Press,1998), 4-5 3 Juwano Sudarsono, Pembangunan Politik Dan Perubahan Politik, (Jakarta:Gramedia, 1976) ,24-25 82 agar mereka dapat membawa pesan damai yang pada akhirnya dengan apa yang mereka lakukan akan membuat gerakan yang Elsina Syauta – Latuheru ciptakan ini menjadi berpotensi dalam hal ini mendapat respon yang baik dari masyarakat. 4.2 Analisa tindakan – tindakan yang dilakukan Elsina SyautaLatuheru dalam menggerakan perempuan – perempuan di Maluku untuk perdamain pasca Konflik. David Aberle mengelompokan beberapa tipe gerakan sosial untuk mencapai perubahan yang dikehendaki baik perubahan terhadap perorangan maupun perubahan masyarakat secara utuh dan besar pengaruhnya yang diinginkan terhadap perubahan tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka kegiatan yang dilakukan Elsina E. Syauta – Latuheru tergolong dalam tipe gerakan sosial yang dikatakan oleh David Aberle adalah tipe gerakan sosial Rodemptive movement dan tipe gerakan reformative movement.Hal ini ditunjukan oleh kegiatan menyeluruh yang dilakukan Elsina E. Syauta – Latuheru kepada kaum perempuan yang diharapkan dapat merubah perilaku kaum perempuan Maluku pasca konflik yang terjadi.Berdasarkan hal tersebut, menurut hemat penulis gerakan sosial yang dilakukan Elsina E Syauta – Latuheru termasuk pada tipe gerakan reformative Movement. Maka penulis mengatakan demikan karena gerakan ini yang hendak diubah bukan perorangan melainkan masyarakat seutuhnya, misalnya gerakan kaum perempuan yang dilakukan Elsina Syauta – Latuheru dalam menggerakan perenpuan – perempuan di Maluku untuk mencapai perdamaian pasca konflik. Dengan adanya gerakan sosial yang dilakukan Elsina E. Syauta – Latuheru menandakan bahwa perempuan tidak hanya berperan di 83 dunia domestik saja tetapi juga mempunyai andil besar di dunia publik. Gerakan tersebut yang dilakukan adalah untuk membuat perubahan pada para perempuan – perempuan Maluku bukan hanya perempuan secara perorangan. Bagi Elsina E. Syauta – Latuheru dengan menggerakan perempuan – perempuan maka mereka dapat memposisikan diri untuk masuk kedalam semua elemen masyarakat dalam mencapai suatu perubahan pasca konflik. Dengan adanya gerakan sosial yang dilakukan Elsina E. Syauta – Latuheru maka fungsi gerakan sosial hadir melalui kegiatan yang dilakukan seperti pembentukan cara berpikir perempuan – perempuan Maluku pasca konflik dalam bidang pendidikan maupun ekonomi. Karena dua bidang tersebut merupakan hal vital dalam struktur masyarakat Maluku. Selain itu gerakan sosial memberikan fungsi pelatihan bagi perempuan – perempuan Maluku untuk bagaimana caranya dapat tampil untuk menjadi pemimpin. Sehingga hal tersebut dapat mengubah dan memodifikasi tatanan sosial dalam masyarakat Maluku. Selain itu tindakan – tindakan yang dilakukan Elsina Syauta – Latuheru juga menurut penulis termasuk dalam jenis gerakan sosial yaitu gerakan radikal Tarrow. Elsye ingin melakukan transformasi terhadap sistem nilai yang telah dibentuk secara universal oleh masyarakat Maluku. Sistem nilai yang dimaksudkan oleh penulis ialah adanya pemahaman bahwasanya perempuan hanya ditempatkan berdasarkan perannya di dunia domestik saja. Jenis gerakan sosial Elsina E. Syauta – Latuheru juga tergolong dalam jenis gerakan perempuan. Maksudnya bahwa gerakan yang dilakukan menolak adanya diskriminasi yang dibangun oleh masyarakat Maluku dalam memandang kaum perempuan. Hal ini 84 merupakan salah satu bentuk kesadaran untuk mengejar ketertinggalan dan melawan ketidakadilan yang diterima oleh perempuan Maluku dengan konstruksi sosial terhadap jenis kelamin sebagai perempuan. Selain itu tindakan – tindakan yang dilakukan Elsina E. Syauta – Latuheru untuk menggerakan perempuan – perempuan di Maluku terdapat faktor feminisme. Penulis mengatakan demikian karena dorongan yang diberikan Elsina E. Syauta – Latuheru terhadap perempuan – perempuan Maluku selain tergolong dalam gerakan radikal Tarrow juga termasuk dalam gerakan feminisme Rilley yaitu feminisme radikal, feminisme sosialis dan feminisme liberalhal tersebut dikatakan bahwa bentuk – bentuk feminisme ingin agar adanya kesederajatan yang penuh antara kaum perempuan dan kaum laki – laki dalam setiap ranah kehidupan. Artinya bahwa adanya keseteraan sosial, serta bentuk – bentuk feminisme ini juga ingin mengkampanyekan hak – hak kaum perempuan untuk dapat mengambil kepetusan sendiri dan berupaya untuk membasmi setiap bentuk dominasi kaum laki – laki. 4 Hal tersebut terlihat dalam tindakan – tindakan yang dilakukan Elsina E. Dyauta – Latuheru dalam menggerakan perempuan – perempuan Maluku di Maluku pasca konflik. Ia ingin lewat tindakan – tindakan – tindakan yang ia lakukan perempuan – perempuan tidak lagi dipandang sebelah mata oleh kaum laki – laki yang memandang bahwa perempuan hanya manusia kelas bawah yang tidak dapat berbuat apa – apa dan peran perempuan hanya sebatas dalam dunia domestik saja. Elsina E. Syauta – Latuheru melihat bahwa dunia ini terlalu didominasi atau dipimpin oleh kaum laki – laki, sehingga tidak 4 Anne M. Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis, (Semarang: Laderp, 2002),38-40 85 ada ruang gerak untuk kaum perempuan dapat bergerak dan bertindak. Oleh sebab itu lewat tindakannya ia ingin membuktikan bahwa kaum perempuan dapat berdiri dan mampu untuk memimpin. Penulis dapat katakan bahwa tindakan – tindakan yang dilakukan Elsina E. Syauta – Latuheru membawa dampak yang positif terhadap perempuan – perempuan Maluku dengan memberikan cara berpikir dan cara pandang baru mengenai perempuan bukan hanya dibatasi sebagai ibu rumah tangga. Sehingga terjadi pergerakan sosial bagi perempuan – perempuan Maluku. 86