eklampsia postpartum: sebuah tinjauan kasus

advertisement
EKLAMPSIA POSTPARTUM: SEBUAH TINJAUAN KASUS
Mohd Andalas1, Andry Khairani Ramadana2, dan Rudiyanto2
1
Bagian Obstetrik dan Genikologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
2
Mahasiswa Kepanitraan Klinik Senior Departemen Obstetrikdan Genikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Bada Aceh
Email: [email protected]
Abstrak. Eklampsia adalah kejang pada kehamilan dengan gejala preeklampsia.
Preeklampsia merupakan suatu kumpulan gejala pada ibu hamil ditandai dengan
peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140/90 mmHg dan proteinuria pada usia kehamilan ≥
20 minggu. Eklampsia dibedakan menjadi eklampsia gravidarum, eklampsia intrapartum,
dan eklampsia pospartum. Kejadian eklampsia sekitar 2-8% diseluruh dunia dan merupakan
penyebab kematian 500.000 ibu melahirkan setiap tahunnya. Angka kejadian eklampsia di
Indonesia mencapai128.273 kasus setiap tahun. Di RSUZA pada tahun 2012 terdapat 142
kasus, dari profil kesehatan kota Banda Aceh tahun 2012 eklampsia dan preeklampsia
merupakan penyebab 20% kematian ibu hamil setiap tahunnya. Berikut dibahas kasus
seorang wanita Indonesia 37 tahun dengan usia kehamilan 39-40 minggu, pasien dengan
pre eklampsia berat, inpartu, pembukaan lengkap 10cm, dan ditatalaksana dengan protap
preeclampsia berat menggunakan MgSO4 4 gram bolus lambat dilanjutkan 6 gram MgSO4
40% dalam 500 ml cairan RL, dilakukan pimpinan persalinan dan bayi lahir normal.
Pascapersalinan kala tiga pasien mengalami kejang selama 15 detik. Kasus membahas
mengapa eklampsia dapat terjadi setelah tatalaksana MgSO4, hal ini dihubungkan dengan
rendahnya kadar ion Mg2+ yang terionisasi di dalam darah tidak mampu memberikan efek
ini bisa pada potensial post junctional dan menyebabkan peningkatan eksitabilitas dari
serabut otot dan berefek terhadap kejang. (JKS 2017; 1: 33-37)
Kata kunci: preeklampsia, eklampsia, postpartum
Abstract. Eclampsia is a condition of the seizure caused by preeclampsia. Preeclampsia
itself is a condition when the blood pressure of pregnancy increase up to ≥140/90 mmHg
with proteinuria and the gestational age ≥ 20 weeks.Eclampsia divided into eclampsia
gravidarum, eclampsia intrapartum and eclampsia postpartum.Incidents of eclampsia is
about 2-8% in the world, and its couse 500.000mortality every year. Amount of Eclampsia
in Indonesia reached 128.273cases every years. At RSUZA in 2012 there was 142 cases,
based on Banda Aceh Health Ministry Profile 2012 known that they are 20% etiology
which can make pregnant woman dead every year.This Article discuss about an Indonesian
pregnant woman, 37 years old with 39-40 weeks of gestational age,she has severe
preeclampsia wihinpartu condition, complete opening 10cm, and treated by severe
preeclampsia treatment guide. Its treated using MgSO4 4 gram bolus gradually and after
that giving 6 gram MgSO4 40% in 500 ml RL. Then,delivering babies with normal
condition. After third stage of laborn, she was seized for about 15 seconds. This case
discuss about why eclampsia happen after given MgS04, this associated with lowof
Mg2+level in the body which ionized in theblood that can’t giving inhibition effect in the
postjunctional potential and cause increase of eksitability from miofibronal and seizure.
(JKS 2017; 1: 33-37)
Keyword: preeclampsia, eclampsia, postpartum
33
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 17 Nomor 1 April 2017
Pendahuluan
Eklampsia adalah kejang yang terjadi pada
ibu hamil dengan tanda-tanda preeklampsia.
Preeklampsia sendiri merupakan kumpulan
gejala yang terdiri dari hipertensi (Tekanan
darah ≥140/90 mmHg) bersamaan dengan
proteinuriamasif yang terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu. Eklampsia
dibagi menjadi tiga yaitu, eklampsia
antepartum, eklampsia intrapartum, dan
eklampsia postpartum. Eklampsia banyak
terjadi pada trimester terakhir dan semakin
meningkat saat mendekati persalinan.(1).
Sekitar 60-75% eklampsia dapat terjadi
sebelum persalinan, dansekitar 40-50%
terjadi saat persalinan dan 48 jam pertama
setelah melahirkan. Ancaman kejang dapat
tetap terjadi hingga 6 minggu pasca
persalinan yang sering disebut dengan
eclampsia late onset..(1,2,4)
loading dose 4 gram diencerkan dalam 10 ml
cairan aquades diberikan selama 15 hingga
20 menit bolus lambat. Selanjutnya dapat
memulai dosis rumatan MgSO4 6 gram
dalam 500 mL cairan Ringer laktat dengan
kecepatan dosis 1gram/jam atau sekitar 28
tetes makro permenit.(6,7,9) Penatalaksanaan
hipertensi dan pencegahan kejang dapat
menurunkan risiko komplikasi. Pemberian
obat anti hipertensi yang direkomendasikan
ialah nifedipin sebanyak 10 mg diberikan
setiap 20 menit sampaitekanan darah turun
mencapai 25% dari mean arterial
pressure(MAP).(9,11)
Mekanisme terjadinya preeklampsia dan
eklampsia masih belum dimengerti, halini
digambarkan
sebagai
“disease
of
(5,6,7)
theory”.
Teori-teori tersebut di antaranya
adalah;
a. Teori iskemia plasenta, radikal
bebas, dan disfungsi endotel,
b. Teori intoleransi imunologik antara
ibu dan janin,
c. Teori kelainan pada vaskularisasi
plasenta,
d. Teori adaptasi kardiovaskular,
e. Teori inflamasi,
f. Teori defisiensi gizi, dan
g. Teori genetik.
dengan keluhan perut mulas, HPHT
4/5/2015,usia kehamilan diketahui 39-40
minggu, TTP 8/2/2016. Ibu merasakan
mules sejak 10 jam sebelum masuk rumah
sakit, disertai keluar lendir bercampur darah
dari jalan lahir. Pada pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 200/110 mmHg,
denyut nadi 110 dpm, laju nafas 22x/i, serta
proteinuria +3. Pemeriksaan status obstetrik
didapatkan tingi fundus uteri (TFU) 31 cm
dengan taksiran berat janin 3100 gram, pada
fundus kesan bokong, punggung pada sisi
kanan dengan denyut jantung janin 140
denyut per-menit, kepalamengisi bagian
terbawah rahim, sudah masuk pintu atas
panggul.
Hasil
pemeriksaan
dalam
didapatkan pembukaan lengkap 10 cm,
teraba kepala, selaput ketuban (-), selanjutya
dilakukan penatalaksaan MgSO4 loading
dose 4 grambolus lambat dilanjutkan dengan
drip 6 mg dengan kecepatan 1 gram per jam
dan nifedipin 10 mg oral, dan dilakukan
pimpinan persalinan.
Salah satuteori etiologi preeklampsia yang
saat ini cukup banyak dianut yaitu teori
iskemiaplasenta, radikal bebas, dan disfungsi
endotel.(7) Penatalaksanaan preeklampsia
lebih ditekankan pada pencegahan kejang
dan pengontrolan hipertensi. Pemberian anti
kejang
Magnesium
sulfat
(MgSO4)
merupakan
pilihan
pertama
dalam
tatalaksana preeklamsia berat, pemberian
jalur intravena dapat diberikan dengan
Laporan Kasus
Seorang wanita hamil G3P2A0 usia37 tahun
datang ke Instalasi Gawat Darurat
RumahSakit Umum dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
Lahir bayi laki-laki dengan berat badan lahir
2700 gram, panjang badan48 cm, dengan
34
Mohd Andalas1, Andry Khairani Ramadana2, dan Rudiyanto3
Eklampsia Postpartum: Sebuah Tinjauan Kasus
skor apgar 5/6. Selanjutnya dilakukan
manajemen aktif kala tiga plasenta lahir
lengkap. Evaluasi persalinan kala empat,
dengan menilai jumlah pendarahan serta
mengevaluasi kontraksi dari uterus.Sepuluh
menit kemudian pasien kejang selama satu
menit, Tekanan darah 190/110mmHg,
denyut nadi 115 dpm, laju napas 30 x/menit.
Pasien didiagnosis dengan eklampsia post
partum pada P3A0. Selanjutnya pasien
ditatalaksana dengan MgSO4 40% 2 gram
secarabolus lambat, beberapa saat kemudian
kejang teratasi dan pasien di evaluasi lebih
lanjut.
Pembahasan
Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Kota Banda Aceh padatahun 2012
terdapat 142 kasus eklampsia dan
preeklampsia.(1,2)
Berdasarkan
profil
kesehatan kota Banda Aceh diketahui
keduanya merupakan penyebab 20%
kematian maternal setiap tahunnya dan
kelompok risiko tinggi usia ibu hamil yaitu
kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun
sebanyak 80 kasus dan kelompok usia tidak
beresiko sebesar 62 kasus, berdasarkan
profil kesehatan kota Banda Aceh tahun
2014 diketahui preeklamsia dan eklampsia
merupakan penyebab 20% kematian
maternal setiap tahunnya.(1,2,4,5)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
pada
penolongan
persalinan
pada
pasiendengan preeklampsia berat (PEB),
Pasien dengan PEB sebaiknya tidak
diperkenankan untuk mengejan terlalu hebat,
hal ini dikarenakan proses mengejan dapat
memicu terjadinya peningkatan tekanan
darah.(8,10) Seperti yang kita ketahui,
peningkatan tekanan darahpada wanita
dengan PEB berbanding lurus dengan
terjadinya eklampsia(10,13). Hal
yang
perludilakukan pada pasien dengan PEB
adalah mempercepat proses persalinan kala
duadenganSectiocaesareaataudapatjugamela
kukan tindakan ekstraksi forsepdanekstraksi
vacuumbertujuanuntukmengurangiefekkomp
likasi yang mungkinterjadi.(9,10)
Kejangmasihmungkinakanterjadiwalautatala
ksana MgSO4 telahdiberikan, angka kejadian
ini terjadi sekitar 10%dariseluruhkasus.
Keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian
2gram bolus MgSO4 atau dapat diberikan
sodium amoborbital 250 mg intra
venasecarapelanselama 3 sampai 5 menit.(21)
Kejang pada eklampsia terdiridari beberapa
fase. Fase pertama terjadi adanya twiching
pada wajah pada 20 detik pertama diikuti
pada fase kedua timbulnya sentakan tonikklonik pada pada badan dan ekstremitas
pasien diikuti dengan fase penurunan
kesadaran saat setelah kejang pasien
dapatmenjadi
agitasi
serta
terjadi
hiperventilasi, keadaan ini merupakan
kompensasi dari keadaan asidosis laktat
yang terjadi selama kejang.(20)
Dari berbagai studi menyebutkan kejang
yang terjadi setelah tatalaksana preeklampsia
masih belum dimengerti sepenuhnya.
Kemungkinan hal ini terjadi akibat
peningkatan jumlah MgSO4 tidak diikuti
dengan peningkatan kadar Mg2+ total dan
yang terionisasisehingga efek inhibisi
terhadap ion Ca2+ tidak terjadi. Walaupun
peningkatan jumlah MgSO4 meningkat
secara signifikan, tetapi kadar Ca2+ yang
terionisasi tidak mengalami peningkatan
yang signifikan. Hal ini menunjukan bahwa
efek MgSO4 tidak melalui modulasi kadar
kalsium Ca2+terionisasi, sehingga hal ini
mampu memicu terjadinya kejang walaupun
tatalaksana MgSO4 sudah diberikan.(18,19)
Pada wanita hamil terdapat penurunan kadar
magnesium
darah,
walaupun
tidak
ditemukan perbedaan yang bermakna antara
kehamilan normal dan preeklampsia
ataueklampsia. Penurunan kadar magnesium
dalam darah pada penderita preeklampsia
daneklampsia mungkin dapat diterangkan
35
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 17 Nomor 1 April 2017
atas dasar hipervolemia yang fisiologis pada
kehamilan.(13,15) Pengaruh yang paling
berbahaya dari ion Mg2+ adalah hambatan
pelepasan Asetilkolin.(18)Ion Magnesium
berperan dalam proses pelepasan ion Ca2+,
Na+ dan K+ trans membran pada fase
depolarisasi dan repolarisasi, melalui
aktivitas enzim Ca-ATPase dan Na6ATPase. Defisiensi Mg2+ akan menurunkan
konsentrasi Kalium dalam sel dan
meningkatkan konsetrasi Na+ dan Ca2+
dalam sel yang pada akhirnya mengurangi
ATP intraseluler, sehingga Mg2+ dianggap
sebagai stabilisator dari berbagai kanal ion
tidak berfungsi, dalam keadaan ini
penurunan jumlah ion Mg2+ akan
meningkatkan ambang batas eksitasi
sehingga dapat menyebabkan kejang.(18,20)
Magnesium memilikiefek minor pada post
junctional sedangkan pada motor end plate
ion Mg2+ memiliki efek kompetisi
terhadapion Ca2+ didaerah pre-junctional.
Pada beberapa keadaan tertentu kompetisi
tersebut tidak dapat terjadi walaupun kadar
Mg2+ yang sudah ada sudah mencapai
ambang batas, halini yang di curigai
menyebabkan
efek
inhibisitidakdapatditekanwalaupun
serum
ion Mg2+ sudahberada di ambangbatas
normal.(16,18)
Ion Mg2+ dan ion Ca2+ bersifat antagonis
satu sama lain,konsentrasi ion Mg2+ yang
sudah tinggi akan menghambat pelepasan
Asetilkolin,
sedangkankonsentrasi
ion
Calsium yang tinggi akan meningkatkan
pelepasan asetilkolin dari nervusterminal
presinaptik.(18,21) Ion Mg2+ memiliki efek
inhibisi pada potensial post junctional
danmenyebabkan penurunan eksitabilitas
dari serabut-serabut otot, sehingga dengan 4
gram MgSO4 pada keadaan preeklampsia
mampu meningkatkan ambang kejang,
dengan penjelasan tersebutlah MgSO4
memberi
efek
anti
kejang
pada
tatalaksanapreeklampsia.(16,19,20,21)
Kesimpulan
Pemberian MgSO4 merupakan terapi pilihan
pada tatalaksana preeclampsia berat dalam
mencegah eklampsia. Kemungkinan kejang
pasca tatalaksana MgSO4 masihdapatterjadi,
oleh karena itu pemantauan pasca pemberia
obat sangat penting untuk dilakukan.
Daftar Pustaka
1. Prawirohardjo,
Sarwono.
Ilmu
Kebidanan Jakarta: PT Bina Pustaka.
2010.p 15-45
2. Lindheimer MD, Taler SJ, Cunningham
FG. Hipertension in pregnancy. In:
Journal of the American Society of
Hypertension; 2008. 9 (3) :119-123
3. Djannah, SN. Arianti, IS. Gambaran
epidemiologi kejadian preeklampsia/
eklampsia
Di
RSU
PKU
muhammadiyyah
yogyakarta tahun
2007-2009. 2010.
4. Rizky Amalia.Hubungan usia ibu hamil
dengan angka kejadian preeklampsia di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
2013: p28-30
5. Amiruddin R, dkk. Issu Mutakhir
tentang
Komplikasi
Kehamilan
(Preeklampsia dan Eklampsia). Bagian
Epidemiologi
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat. UNHAS: 2007
6. Cunningham, F.G.et al. Hipertensive
Disorder in Pregnancy In: Williams
Obstetrics- 22nd Edition USA: Mc Graw
Hill: 2008
7. Angsardkk.
Pedoman
Pengelolaan
Hipertensi Dalam Kehamilan Di
Indonesia edisi kedua. Himpunan
Kedokteran Fetomaternal POGI: 2005
8. Prasetiyo I. Eklampsia. [online]. [cited:
November
2012].
Available
from:http://rsud.patikab.go.id/?page=do
wnload&file=EKLAMPSIA.doc&id=13
9. Tierney, M.L. McPhee, S.J. Papadakis,
M.A. Current Medical Diagnosis
&Treatment-45th Edition USA: Mc
Graw Hill: 2006
36
Mohd Andalas1, Andry Khairani Ramadana2, dan Rudiyanto3
Eklampsia Postpartum: Sebuah Tinjauan Kasus
10. Rambulangi J, Ong T. Preeklampsia dan
Eklampsia In: Rangkuman Protap Obgyn
Unhas: 2010
11. Galan, H. et al. Obstetrics Normal and
Problem Pregnancies USA: Elsevier:
2007
12. JNPK-KR. Buku Acuan Pelatihan Klinik
Pelayanan
Obstetri
Emergensi
DasarJakarta: 2008
13. Pokharel SM, Chattopadhyay SK.
HELLP Syndrome – a pregnancy
disorder with poor diagnosis USA:
Elsevier: 2008
14. Witlin AG, Sibai BM. Diagnosis and
Management of Women with HELLP
syndrome. USA. Elsevier:2000
15. Greer IA, Walters B, Nelson C. Maternal
Medicine. London: Elsevier: 2007
16. Dinas
kesehatan
Kota
Banda
Aceh,Profilkesehatantahun 2012. Banda
Aceh: 2014
17. Idama To, Lindow SW. Magnesium
sulfate: A Review O Clinical
Pharmacology Applied Toobstetrics. Br J
Obstet Gynecol. 1998. 105: p260-83
18. Pritchard JA. The Use Of Magnesium
Ion
In
The
Management
Of
Eclamtogenic Toxemia.Gynecol Obstet.
2005. 100: p131-40
19. Sibai BM, Villar MA, Bray E.
Magnesium Suplementation During
Pregnancy : A Doubleblind Randomizid
Controlled Clinical Trial. Am J Obstet
Gynecol. 2009. 161: p115-9
20. ACOG. ACOG Practice Bulletin:
Diagnosis
and
Management
of
Preeclampsia and Eclampsia: The
American College of Obstetricians and
Gynecologists Number 33.2002:1
21. Sibai BM. Diagnosis, prevention, and
management
of
eclampsia.Obstet
Gynecol. 2005 Feb. 105(2): p402-10
37
Download