PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH PELAPORAN TANGGUNG

advertisement
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH PELAPORAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN
LINGKUNGAN TERHADAP CITRA PERUSAHAAN
Dosen Pengampu : Ratnawati Yuni Suryandari, Dra., MM., PhD
Disusun Oleh :
1. Try Arbie Hutomo
(14312263)
2. Budiyanto
(14312586)
3. Aulia Rimadani
(14312589)
4. Rainytika Amanda
(14312590)
5. Hafiz Ilmi P
(14312608)
6. Yusron Khoirul Muslim
(14312647)
7. Mahendra Wahyu Pratama
(15312522)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016/2017
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................... 3
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 6
1.3 TUJUAN PENELITIAN ....................................................................................... 6
1.4 MANFAAT PENELITIAN ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI ............................................................................................ 7
2.2 HIPOTESIS PENELITIAN................................................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN ................................................................... 13
3.2 POPULASI ............................................................................................................ 13
3.3 VARIABLE PENELITIAN .................................................................................. 13
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA ................................................................... 14
3.5 METODE ANALISIS DATA ............................................................................... 14
3.6 DIAGRAM ALUR PENELITIAN ....................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan
dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Perusahaan dan
masyarakat sama halnya seperti dua sisi mata uang yang saling melengkapi
dan membutuhkan. Dua aspek penting harus diperhatikan agar terciptakan
disinergis antara keduanya sehingga keberadaan perusahaan membawa
perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat.
Dari aspek ekonomi, perusahaan harus
berorientasi mendapatkan
keuntungan dan dari aspek sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi
secara langsung kepada masyarakat. Sebagaimana yang diharapkan
pemerintah dalamUndang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (“UUPT”) serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas (“PP 47/2012”).
Mengenai tanggung jawab social dan lingkungan perseroan terbatas, diatur
dalam Pasal
74
UUPT.
Pengaturan
ini
berlaku
untuk
perseroan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT, Perseroan (Perseroan Terbatas) adalah
badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan
dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya.Pasal 74 UUPT pada dasarnya
mengatur mengenai hal-hal berikut ini:
a. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ini wajib untuk perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan
sumber daya alam.Yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam” adalah perseroan yang
3
kegiatan
usahanya
mengelola
dan
memanfaatkan
sumber
daya
alam.Sedangkan yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan
kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah
perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber daya
alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan
sumber daya alam.
b. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ini merupakan kewajiban
perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan
yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan
kewajaran.
c. Mengenai sanksi, dikatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan
kewajiban Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan akan dikenai sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait.
Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab dalam
perolehan keuntungan semata, tetapi juga harus memberikan perhatian dan
tanggung jawab yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya di sekitar
lokasi perusahaan. Sebab kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan
oleh tingkat keuntungan, tapi juga tanggung jawab sosial perusahaan. Apa
yang terjadi ketika banyak perusahaan didemo, dihujat, bahkan dirusak oleh
masyarakat sekitar lokasi pabrik?
Bila ditelusuri, boleh jadi salah satu penyebabnya adalah kurangnya
perhatian dan tanggung jawab manajemen dan pemilik perusahaan terhadap
masyarakat maupun lingkungan di sekitar lokasi perusahaan. Investor hanya
mengeduk dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di daerah
tersebut, tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Kasus terbaru terjadi di
Papua yang melibatkan PT Freeport, hingga menimbuklan efek domino dan
menyebabkan chaos di daerah yang terkenal dengan potensi sumber daya
alamnya tersebut. Di sekitar areal pertambangan yang mengalirkan jutaan
Dollar perhari, kehidupan masyarakat masih hidup miskin dan nyaris tak
tersentuh perhatian perusahaan. Bahkan berbagai tindakan anarkis ditimpakan
kepada mereka saat mengais sisa produksi di areal pembuangan limbah.
4
Kekacauan
tersebut
seharusnya
tidak
terjadi
bila
perusahaan
memberikan tanggungjawab sosialnya kepada masyarakat. Sebab seperti
dikatakan mantan PM Thailand Anand Panyarachun pada Asian Forum on
Coorporate Social Responsibility, 18 September 2003 di Bangkok,
“melaksanakan praktik-praktik yang bertanggungjawab terhadap lingkungan
dan sosial akan meningkatkan nilai pemegang saham, dan berdampak pada
peningkatan prestasi keuangan serta menjamin sukses yang berkelanjutan
bagi perusahaan.”
Penerapan pelaporan sosial dan lingkungan diperusahaan akan
menciptakan iklim saling percaya di dalamnya, yang akan menaikkan
motivasi dan komitmen karyawan. Pihak konsumen, investor, pemasok, dan
stakeholders yang lain juga telah terbukti lebih mendukung perusahaan yang
dinilai bertanggungjawab sosial, sehingga meningkatkan peluang pasar dan
keunggulan kompetitifnya. Dengan segala kelebihan itu, perusahaan yang
menerapkan pelaporan sosial dan lingkungan akan menunjukkan kinerja yang
lebih baik serta keuntungan dan pertumbuhan yang meningkat.
Memang saat ini belum tersedia formula yang dapat memperlihatkan
hubungan praktik pelaporan sosial dan lingkungan terhadap keuntungan
perusahaan sehingga banyak kalangan dunia usaha yang bersikap skeptis dan
menganggap pelaporan sosial dan lingkungan tidak memberi dampak atas
prestasi usaha, karena mereka memandang bahwa pelaporan sosial dan
lingkungan
hanya merupakan komponen biaya
yang mengurangi
keuntungan. Praktek pelaporan sosial dan lingkungan akan berdampak positif
jika dipandang sebagai investasi “jangka panjang”. Karena dengan melakukan
praktek pelaporan sosial dan lingkungan yang berkelanjutan, perusahaan akan
mendapat “tempat di hati dan ijin operasional” dari masyarakat, bahkan
mampu memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.
Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan pengaruh pelaporan sosial
dan lingkungan terhadap perusahaan melalui penelitian yang akan dilakukan.
Lebih spesifiknya penulis ingin memberitahu kepada perusahaan-perushaan
5
yang ada bahwa pelaporan sosial dan lingkungan memiliki pengaruh terhadap
citra dari perusahaan tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Adakah keuntungan pelaporan sosial dan lingkungan?
2. Adakah dampak pelaporan sosial dan lingkungan terhadap citra
perusahaan?
3. Bagaimana dampak tersebut dapat berpengaruh terhadap citra perusahaan?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui keuntungan dari pelaporan sosial dan lingkungan
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan antara pelaporan sosial dan
lingkungan terhadap Citra perusahaan
3. Mengetahui pengaruh dampak pelaporan sosial dan lingkungan terhadap
citra perusahaan
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah pustaka dan
memperkaya penelitian sebelumnya, khususnya penelitian yang berhubungan
dengan PengaruhLaporan Sosial dan Lingkungan Terhadap Citra Perusahaan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
1. Pelaporan Sosial dan Lingkungan
Setiap perusahaan pasti memiliki tanggung jawab sosial atau yang
biasa disebut pelaporan sosial dan lingkungan. Menurut (Nugroho, 2007)
pelaporan sosial dan lingkungan merupakan klaim stakeholders agar
perusahaan tidak hanya beroprasi untuk para pemegang saham
(shareholders) , tetapi juga untuk pemerintah, konsumen, dan lingkungan.
Maka dari itu perusahaan tidak hanya mementingkan para pemegang
saham saja tetapi juga mementingkan pihak stakeholder. Terdapat
Undang-Undang yang mendukung pelaporan sosial dan lingkungan di
Indonesia yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 yaitu mewajibkan perseroan
yang bidang usahanya dibidang atau terkait dengan bidang sumber daya
alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam
pasal 74 ayat 1 diatur mengenai kewajiban Tanggungjawab sosial dan
lingkungan bagi perseroan yang menangani bidang atau berkaitan dengan
SDA, ayat 2 mengenai perhitungan biaya dan asas kepatutan serta
kewajaran, ayat 3 mengenai sanksi, dan ayat 4 mengenai aturan lanjutan.
Ketiga, Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Pasal 15 (b) menyebutkan bahwa “Setiap penanam modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan penerimaan manajemen terhadap kewajiban untuk
mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan, dan kesejahteraan sosial
sebagai nilai yang sepadan dalam mengevaluasi kinerja (Boone dan Kurtz,
2002).
Dalam international finance corporation, corporate social
responsibility diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk berperan agar
bisa menopang permbangunan
ekonomi
melalui
bekerja dengan
,komunitas lokal ,karyawan dan masyarakat luas untuk meningkatkan
kehidupannya
melaluicara-cara
tersebut
baik
untuk
bisnis
dan
7
pengembangan. Dan menurut european commission, corporate social
responsibility adalah suatu konsep dimanaperusahaan mengintegrasikan
perhatiannya pada masalah sosial dan ingkungandalam operasi bisnis
mereka dan dalam interaksi mereka dengan stakeholders-nya atas dasar
sukarela. Hanya ada satu tanggung jawab sosial bisnis untukmenggunakan
sumber dayanya dan mulai bekerja pada aktivitas yang dirancanguntuk
meningkatkan laba asalkan tetap pada tujuan di dalam ketentuanketentuanpermainan, yang mana untuk mulai bekerja membuka dan
persaingan bebas tanpapenipuan (Friedman, 1970).
Jadi pelaporan sosial dan lingkungan adalah tanggung jawab sosial
perusahaan yang tidak hanya mementingkan para pemegang saham saja
tetapi juga mementingkan pihak stakeholder. Pelaporan mengenai program
yang dilakukan perusahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan di
lingkungan sekitar perusahaan yaitu pelaporan sosial dan lingkungan yang
telah didukung oleh Undang-Undang di Indonesia maka dari itu pelaporan
sosial dan lingkungan dianggap sangat penting bagi perusahaan salah
satunya untuk membuat nama baik perusahaan menjadi di kenal tidak
hanya pemerintah melainkan konsumen, dan lingkungan.
2. Citra Perusahaan
Citra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah: (1) kata
benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak
mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; (3) kesan mental
atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau
kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau
puisi; (4) data atau informasi dari potret udara untuk bahan evaluasi.Lalu
menurut Soemirat dan Ardianto (2004) adalah cara bagaimana pihak lain
memandang sebuah perusahaan, seseorang , suatu komite, atau suatu
aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan
mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai
citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial,
bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang,
8
dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan
terhadap perusahaan.
Menurut Jefkins, ada beberapa jenis citra yaitu:
1. Citra bayangan: citra yang melekat pada orang atau anggota-anggota
organisasi. Biasanya adalah pimpinannya mengenai anggapan pihak
luar tentang organisasinya. Citra ini sering kali tidaklah tepat, bahkan
hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi,
pengetahuan ataupun pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam
organisasi itu mengenai pendapat atau pandangan pihak- pihak luar.
2. Citra yang berlaku: kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku
(current image) ini adalah suatu citra atau pandangan yang melekat
pada pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya
dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan
jarang sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari
pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan
yang biasanya tidak memadai.
3. Citra yang diharapkan: citra harapan (wish image) adalah suatu citra
yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama
dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan lebih
baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada.
4. Citra perusahaan: atau ada juga yang menyebutnya citra lembaga adalah
citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan hanya citra
produk dan pelayanannya.
5. Citra majemuk: setiap perusahaan atau organisasi memiliki banyak unit
dan pegawai (anggota). Masing-masing individu tersebut memiliki
perangai dan perilaku tersendiri sehingga secara sengaja atau tidak, dan
sadar atau tidak, mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum
tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.
Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi
yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan
perilaku
tertentu,
mengorganisasikan
tetapi
citra
cenderung
kita
tentang
mempengaruhi
lingkungan.
cara
Publik
kita
Relasi
9
digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah
pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan
output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Berikut ini adalah bagan
dari orientasi PR, yakni image building (membangun citra) sebagai model
komunikasi menurut Soemirat dan Ardianto (2004).
3. Dampak Pelaporan Sosial dan Lingkungan Terhadap Citra Perusahaan
Penerapan program pelaporan sosial dan lingkungan merupakan
salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola perusahaan yang
baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis
mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh
kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders) yang dapat dipenuhi
secara proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan signifikan dalam
strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat
diperbaiki dengan segera.
Konsep ini mencakup berbagai kegiatan dan tujuannya adalah
untuk
mengembangkan
masyarakat
yang
sifatnya
produktif
dan
melibatkan masyarakat didalam dan diluar perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung, meski perusahaan hanya memberikan
kontribusi sosial yang kecil kepada masyarakat tetapi diharapkan mampu
mengembangkan dan membangun masyarakat dari berbagai bidang.
Menurut Ulrich dan Eppinger (Hutapea:2012), beberapa faktor
yang mempengaruhi citra suatu organisasi adalah:
(a) Kepemimpinan (leadership).
(b) Kebijaksanaa dan strategi (policy and strategi).
(c) Kebijaksanaa sumber daya manusia (personnel policy).
(d) Pengelolaan kekayaan (asset management).
(e) Pengelolaan proses (process management).
(f) Kepuasan konsumen (costumer satisfaction).
(g) Kepuasan karyawan (employee satisfaction).
(h) Tanggung jawab sosial (societal responsibility).
(i) Hasil usaha (business result/profit).
10
4. Pengaruh Dari Dampak Pelaporan Sosial dan Lingkungan Bagi Citra
Perusahaan
Dengan melakukan kegiatan pelaporan sosial dan lingkungan itu
sendiri dapat membuat konsumen lebih mengenal perusahaan sebagai
perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat
sekitarnya. pelaporan sosial dan lingkungan juga dapat memperkuat brand
dari perusahaan tersebut melalui kegiatan membagi produk secara gratis
yang menyebabkan kesadaran konsumen akan keberadaan produk
perusahaan itu. Memilih kegiatan pelaporan sosial dan lingkungan yang
sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas.
Merencanakan pelaporan sosial dan lingkungan secara konsisten dan
berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat
meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global. Mengelola
resiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal
yang esensial untuk suksesnya usaha. Disharmoni dengan stakeholders
akan menganggu kelancaran bisnis perusahaan. Bila sudah terjadi
permasalahan, maka biaya untuk recovery akan jauh lebih berlipat bila
dibandingkan dengan anggaran untuk melakukan program pelaporan sosial
dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan pelaporan sosial dan
lingkungan sebagai langkah preventif untuk mencegah memburuknya
hubungan dengan stakeholders perlu mendapat perhatian. Banyaknya
penghargaan atau reward yang diberikan kepada pelaku pelaporan sosial
dan lingkungan sekarang, akan menambah kas bagi perusahaan untuk
mendapatkan award.
Pelaksanaan pelaporan sosial dan lingkungan perlu dilakukan
secara terencana dan berkesinambungan,karena dapat menciptakan asset
yang langsung ataupun tidak langsung , yang dapat meningkatkan nilai
tambah yang kompetitif bagi perusahaan, supaya berpengaruh terhadap
persepsi konsumen kepada perusahaan atau produk perusahaan tersebut
dengan baik dan dapat mencapai produktivitas perusahaan secara optinal.
11
2.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka
disusun hipotesis sebagai berikut:
H1: Pelaporan sosial dan lingkungan secara simultan berpengaruh terhadap
citra perusahaan
H2: Pelaporan sosial dan lingkungan secara parsial berpengaruh positif
terhadap citra perusahaan
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau
lebih yang disebut dengan penelitian kausal komparatif. Penelitian ini
menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian
dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Tujuan
dari penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel-variabel yang diteliti
yaitu pelaporan sosial dan lingkungan sebagai variable independen terhadap
citra perusahaan selaku variabel dependen.
3.2 Populasi dan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan
penerapan program pelaporan sosial dan lingkungan pada perusahaan Telkom
di Yogyakarta pada 5 tahun terakhir dan masyarakat yang tinggal di kawasan
perusahaan Telkom di Yogyakarta dan masyarakat ditempat program
pelaporan sosial dan lingkungan direalisasikan.
Untuk melakukan penelitian ini, kami berencana akan menggunakan
sampel sebanyak 100 – 200 orang yang menerima dampak dari program
pelaporan sosial dan lingkungan.
3.3 Variabel Penelitian
a. Variabel dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah citra perusahaan.Citra adalah cara bagaimana pihak lain
memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu
aktivitas (sumirat dan ardianto, 2004).
b. Variable Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah pelaporan sosial dan lingkungan. Pada umumnya program
13
pelaporan sosial dan lingkungan ini ditujukan untuk mengembangkan
lingkungan social disekitar perusahaan.
Pelaporan sosial dan lingkungan adalah klaim stakeholders agar
perusahaan tidak hanya beroprasi untuk para pemegang saham
(shareholders) , tetapi juga untuk pemerintah, konsumen, dan lingkungan.
Maka dari itu perusahaan tidak hanya mementingkan para pemegang
saham saja tetapi juga mementingkan pihak stakeholder.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data
primer. Data sekunder merupakan data yang didapat dari laporan pelaporan
sosial dan lingkungan PT Telkom Indonesia di Yogyakarta. Dan data primer
merupakan data yang dikumpulkan melalui kuisioner yang disebarkan pada
masyarakat yang tinggal dan terkena dampak perusahaan.
3.5 Metode Analisis Data
a. Analisis Statistik deskriptif
Alat analisis yang digunakan adalah mean (rata-rata). Untuk
mengetahui ratarata waktu pelaksanaan program
pelaporan sosial dan
lingkungan di masyarakat dan rata rata respon serta pandangan masyarakat
terhadap pelaporan sosial dan lingkungan yang di program oleh
perusahaan pada perusahaan Telkom di yogyakarata selama lima tahun
terakhir,
yaitu
dengan menggunakan
mean. Penelitian ini
juga
menggunakan distribusi frekuensi dan kategori untuk memaparkan lebih
rinci mengenai variabel penelitian.
b. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial dalam penelitian ini dilakukan dalam
bentuk pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis yang dilakukan melalui
beberapa tahapan yaitu uji prasyarat, uji asumsi klasik, analisis regresi
linear berganda, uji signifikansi parameter individual, uji signifikansi
simultan, dan koefisien determinasi.
 Uji Prasyarat
14
Uji prasyarat terdiri dari uji uji normalitas dan uji linearitas.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat gangguangangguan sebelum regresi dilakukan.
 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2011:160). Ghozali juga mengemukakan bahwa terdapat
beberapa metode uji normalitas salah satunya dengan analisis grafik
Pplot dan uji One-Sample Kolmogoro-Smirnov.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji OneSample Kolmogorov-Smirnov dengan melihat
nilai
signifikansi
residualnya. Alpha (α) yang digunakan sebesar 5%, jika nilai
Asymptotic Significance (2-tailed) berada di bawah alpha (α) 5% maka
dapat disimpulkan terjadi non-normalitas. Namun bila nilai Asymptotic
Significance (2-tailed) berada di atas (α) 5% maka disimpulkan model
regresi memenuhi asumsi kenormalan dalam distribusi variabel
pengganggu atau residual. Dan dengan melakukan analisis persebaran
titik-titik
pada
grafik
P-Plot,
variabel
pengganggu
dikatakan
terdistribusi normal apabila titik-titik pada grafik P-Plot tersebar
disekitar garis diagonal dan arahnya mengikuti garis diagonal tersebut.
 Uji Linearitas
Uji linieritas digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan
yang linier antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen
(X). Ghozali (2011 : 166) mengemukakan bahwa uji ini digunakan
untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar
atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris
sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik.
Penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson untuk melakukan
uji linearitas. Metode yang digunakan adalah dengan membandingkan
nilai D-W pada model regresi linear utama dengan model regresi
kuadrat. Jika nilai D-W yang didaptakan pada model regresi linear
15
utama berada diatas nilai dl (yang dilihat pada D-W tabel) maka model
regresi linear utama diterima.
 Uji Asumsi Klasik
Suatu model regresi dapat digunakan jika model tersebut telah
memenuhi uji asumsi klasik. Uji ini terdiri dari beberapa hal yaitu:
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2011:105). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk menguji
multikolinieritas dapat dilihat pada tolerance value atau variance
inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance > 10 persen, dan nilai VIF
< 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas
antar variabel independen dalam model regresi. Namun jika nilai
tolerance < 10 persen, dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan
bahwa ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model
regresi.
2. Uji Heteroskedesitas
Uji heteroskedesitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011:139). Dengan
kata lain uji heteroskedesitas digunakan untuk melihat penyebaran
data penelitian. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedasitas dan jika berbeda
disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang
homokedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya masalah heteroskedasitas pada model regresi
dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser dan melihat
scatterplot (nilai prediksi variabel dependen ZPRED dengan
residualnya SRESID). Pengujian heteroskedasitas menggunakan uji
Glejser adalah dengan melihat hasil signifikansi variabel dependen
(nilai absolute residual) dan variabel independen. Jika nilai
16
signifikansi variabel independen di atas alpha (α) 5% maka tidak
terjadi heteroskedasitas. Namun jika nilai signifikansi variabel
independe di bawah 5% maka terjadi heteroskedasitas. Pengujian
heteroskedasitas menggunakan scatterplot adalah dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu
X adalah residual ( Y prediksi – Y sesungguhnya). Jika pada
scatterplot titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola maka
tidak terjadi adanya heteroskedasitas.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara residual dari
pengamatan satu dengan pengamatan lain. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi, maka nilai DW akan dibandingkan dengan
DW tabel. Kriterianya adalah:
1) Jika DW , dL atau DW > 4-dL berarti terdapat autokorelasi
2) Jika DW terletak antara dU dan 4-dU berarti tidak ada
autokorelasi
3) Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara 4-dU dan 4-dL,
maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
c. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengukur
besarnya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Dalam penelitian ini analisis linier berganda digunakan untuk menguji
pengaruh variabel pelaporan sosial dan lingkungan (X), terhadap citra
perusahaan (Y). Model regresi linier berganda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
CP = a + bPSL - e
Keterangan
CP
= citra perusahaan
17
a
= konstanta
b
= koofisien regresi
PSL
= pelaporan sosial dan lingkungan
e
= error term
d. Uji Signifikansi Simultan (Uji Signifikansi-F)
Uji signifikansi simultan (uji statistik F) bertujuan untuk mengukur
apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh secara
bersamasama terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan antara tingkat signifikansi F dari hasil pengujian dengan
nilai alpha (α) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 5%
(0,05). Jika tingkat signifikansi F dari hasil pengujian < 0,05, maka secara
simultan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
Namun jika tingkat signifikansi F dari hasil pengujian > 0,05, maka secara
simultan variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
independen.
e. Uji Signifikansi Parameter Indvidual (Uji Signifikansi-t)
Uji parsial atau uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual atau parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan antara tingkat signifikansi t dari hasil pengujian dengan
nilai alpha (α) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 5%
(0,05). Apabila dari setiapvariabel diketahui bahwa signifikansi t dari hasil
pengujian < 0,05 maka secara parsial variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen. Namun jika dari setiap variabel diketahui
bahwa signifikansi t dari hasil pengujian > 0,05 maka secara parsial
variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
18
3.6 Diagram Alur Penelitian
Identifikasi Masalah
Menentukan Tujuan
Penelitian
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
Data Primer :
 Hasil kuisioner yang disebar
Data Sekunder :
 Laporan pelaporan sosial dan
lingkungan PT Telkom Yogyakarta
Pengolahan Data
Analisis dampak pelaporan sosial dan lingkungan
terhadap citra perusahaan
Hasil dan Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
E, Pradiastuty. "Pengaruh CSR." 2012.
Hery. Akuntansi Dasar 1 & 2 . Jakarta: Kompas Gramedia, 2014.
Pengaruh
citra
menurut
beberapa
ahli.
januari
31,
2013.
http://penginderaanjarakjauh2.blogspot.co.id/ (accessed januari 09, 2017).
penginderaan jarak jauh 2. [email protected] (accessed
Desember 2016).
rahmatullah, kurniati. Panduan Praktis Pengelolaan CSR (Corporate Social
Responsibility). Yogyakarta: Samudra Biru, 2011.
20
Download