Insektisida nabati atau insektisida botani adalah bahan alami yang berasal dari tumbuhan yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, fenolik dan zat kimia sekunder lainnya. Insektisida nabati merupakan bahan alami, bersifat mudah terurai di alam (biodegradable)sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia karena residunya mudah hilang. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri dan steroid (Kardinan, 2000). KEUNGGULAN PENGGUNAAN INSEKTISIDA NABATI Insektisida nabati tidak atau hanya sedikit meninggalkan residu pada komponen lingkungan dan bahan makanan sehingga dianggap lebih aman daripada insektisida sintesis/kimia. Zat pestisidik dalam insektisida nabati lebih cepat terurai di alam sehingga tidak menimbulkan resistensi pada sasaran. Dapat dibuat sendiri dengan cara yang sederhana. Teknik untuk menghasilkan bahan insektisida nabati dapat dilakukan dengan penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta. Kemudian dilakukan perendaman untuk produk ekstrak, selanjutnya ekstraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus. Secara ekonomi tentunya akan mengurangi biaya pembelian insektisida KELEMAHAN Frekuensi penggunaan insektisida nabati lebih tinggi dibandingkan dengan insektisida sintetis. Tingginya frekuensi penggunan insektisida botani adalah karena sifatnya yang mudah terurai di lingkungan sehingga harus lebih sering diaplikasikan. Insektisida nabati memiliki bahan aktif yang kompleks (multiple active ingredient) dan kadang kala tidak semua bahan aktif dapat dideteksi Tanaman insektisida nabati yang sama, tetapi tumbuh di tempat yang berbeda, umur tanaman berbeda, iklim berbeda, jenis tanah berbeda, umur tanaman berbeda, dan waktu panen yang berbeda mengakibatkan bahan aktifnya menjadi sangat bervariasi. KELOMPOK TUMBUHAN INSEKTISIDA NABATI (DISKUSI KELOMPOK) 1. 2. 3. 4. 5. 6. PIRETRUM dan AGLAIA (PACAR CINA) BABADOTAN dan BENGKOANG BITUNG dan JERINGAU SAGA dan SERAI SIRSAK dan SRIKAYA KAMALAKIAN dan SUREN 1. PIRETRUM (CHRYSANTHEMIUM) Bagian yg digunakan : bunga dibuat tepung sebagai insektisida (dengan ditumbuk) Kandungan aktif: piretrin (racun syaraf) Makin tinggi tanaman ditanam makin tinggi piretrin Dosis : konsentrasi 0,5% dp membunuh > 90% dalam 24 jam 2. AGLAIA (PACAR CINA) Daun sebagai insektisida dihaluskan dan dicampur dengan pelarut Rasanya pahit obat penghilang bau badan, diare, luka, perdarahan saat datang bulan Buah sebagai obat gatal Kandungan aktif minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin 3. BABADOTAN Daun dihaluskan Khasiat lainnya obat luka baru, wasir, sakit dada, mata, dan perut Akar dapat untuk obat demam Kandungan daun & bunga (saponin, flavonoid, polifenol), daun (minyak atsiri) Daun yg diekstrak dg etanol efektif thd serangga Tepung daun+tepung terigu menghambat perkembangan larva mjd pupa 4. BENGKOANG Biji ditumbuk Mengandung bahan tosik thd serangga Pachyrrhizid golongan rotenoid (menghambat metabolisme & mempengaruhi sistem saraf) Serangga yg teracuni bisa mati karena kelaparan ( kelumpuhan di bagian mulut) 5. BITUNG (BARRINGTONIA ACUTANGULA) Biji dikeringkan dibuat tepung dicampur dengan pelarut Kandungan saponin dan triterpenoids Manfaat: 1. Racun ikan 2. Racun perut u/ serangga 3. Menghambat pertumbuhan larva – pupa 4. Menurunkan produksi telur serangga 6. JERINGAU (ACORUS CALAMUS L) Rimpang jeringau dapat digunakan sebagai bahan insektisida yang bekerja sebagai repellent (penolak serangga), antifeedant (penurun nafsu makan), dan antifertilitas (pemandul). Tepung rimpang jerungau dengan konsentrasi 3-5% berpengaruh terhadap mortalitas serangga Sitophilus sp. Rimpang jeringau bisa juga dimanfaatkan untuk membasmi bberapa jenis kutu, rayap dan walang sangit. 7. SAGA Biji insektisida, dengan dihaluskan Sebagai obat tradisional batuk, sariawan, sakit tenggorokan Kandungan aktif tanin & toksalbumin yg daya kerjanya menyerupai racun ular Sebagai racun perut 8. SERAI Bagian tumbuhan yg berguna: 1. Daun & batang dihaluskan dicampur pelarut 2. Digunakan dalam bentuk abu (harus dibakar) Kandungan aktif: Minyak atsiri Manfaat: 1. Dapat membunuh serangga, menghambat peletakkan telur 2. Abu daun serai mengandung silika, serangga kehilangan cairan sehingga kering 9. SIRSAK (ANONA MURICATA LINN) Untuk ramuan insektisida nabati, daun dan biji sirsak perlu dihaluskan terlebih dahulu lalu dicampur dengan pelarut. Buah yang mentah, biji, daun dan akarnya mengandung senyawa kimia annonain. Selain itu mengandung minyak atsiri antara 42-45%. Daun dan biji dapat berfungsi sebagai insektsida, larvasida, repellent dan antifeedant. Ekstrak daun sirsak dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya. 10. SRIKAYA Bagian yang berguna 1. biji (dihaluskan dan dicampur dgn pelarut atau tepung) 2. Buah mentah, daun dan akar Kandungan aktif: 1. Annonian & resin sbg racun perut/kontak Manfaat: 1. Racun perut/kontak terhadap serangga (insektisida) 2. Repelent mengusur nyamuk dewasa 3. Antifeedant 4. Mempengaruhi produksi telur 11. KAMALAKIAN (CROTON TIGLIUM) Bagian tumbuhan yang berguna biji dan batang kayu Manfaat: 1. Biji : sebagai insektisida 2. Batang kayu dibakar : sbg repellent tetapi asap kayu dapat menimbulkan peradangan pd mata 3. Biji : obat pencahar pd manusia Kandungan aktif: 1. Biji : mengandung 50% minyak 2. Biji & kayu : mengandung ricinin 12. SUREN (TOONA SURENI) Kandungan aktif: 1. Daun suren : surenon, surenin, surenolakton Efektivitasnya: 1. Insektisida membasmi serangga 2. Penghambat pertumbuhan insect grow regulator 3. Antifeedant Penerapan di lapangan: Pohon suren ditanam tumpang sari dgn tanaman lain (sengon) agar tanaman sengon terhindar dari serangan hama ZAT PENGATUR TUMBUH SERANGGA Zat pengatur tumbuh serangga (ZPT) atau Insect growth regulator (IGR) adalah kelompok senyawasenyawa yang dapat mengganggu proses perkembangan dan pertumbuhan serangga secara normal ZPT terbagi dalam dua kelas yaitu juvenoid dan penghambat sintesa kitin Juvenoid juga dikenal dengan juvenile hormon analog (JVA) Pemberian JVA dapat mengakibatkan jentik serangga tersebut memperpanjang stadium larva sehingga gagal menjadi pupa. Ataupun bila telah menjadi serangga dewasa namun pada akhirnya menjadi mandul. Jentik yang terpapar ZPT seringkali mati karena gagal membentuk kutikula baru untuk menggantikan yang lama yang sudah terlanjur lepas. Karena serangga yang dewasa tidak terpengaruh, maka seringkali dikombinasikan dengan insektisida konvensional. Di Indonesia penggunaan penghambat sintesa kitin untuk pengendalian jentik nyamuk masih belum populer, jika dibandingkan dengan negaranegara maju. Beberapa contoh produknya adalah : Methoprene Hydramethylnon Pyriproxyfen Flufenoxuron TERIMA KASIH PINJAL (FLEAS) & CARA PEMBERANTASANNYA BIOLOGI DAN PERILAKU PINJAL Tubuh pinjal dewasa adalah pipih bilateral, Berukuran 1,5-4 mm, berwarna kuning terang hingga coklat tua, tidak bersayap, memiliki 3 pasang tungkai panjang yang digunakan untuk lari dan melompat, tungkai dan tubuhnya ditutupi rambut kasar atau rambut-rambut halus, BIOLOGI DAN PERILAKU PINJAL Kepalanya kecil berbentuk segitiga dengan sepasang mata dan 3 ruas antena yang berada pada lekuk antena di belakang antena ada yang dilengkapi dengan sisir gena dan ada juga yang tidak, Bagian tubuh terdiri dari protoraks, mesotorak dan metatoraks dan pinjal Balam siklus hidupnya mengalami metamorfosa sempurna. PERANAN PINJAL DALAM BIDANG KESEHATAN Pinjal dapat mengganggu manusia maupun hewan baik secara langsung (reaksi kegatalan pada kulit dan bentuk-bentuk kelainan kulit lainnya) dan secara tidak langsung (menimbulkan beberapa penyakit) PERANAN PINJAL DALAM BIDANG KESEHATAN Contohnya penyakit yang dapat ditularkan melalui pinjal adalah : bubonic plaque atau pes yang disebabkan oleh Pasteurella pestis atau Xenopsylla cheopis, kecacingan pada anjing dan kucing dan kecacingan pada anak-anakyang bermain dengan anjing dan kucing. Penyebarannya di dunia sangat luas Berperan sebagai vektor penyakit yaitu: − Xenopsylla cheopis vektor penyakit pes, endemic typhus Hewan kecil pengganggu (dermatitis) pada manusia: − Stadium dewasa menghisap darah untuk hidupnya − Dapat hidup lama (berbulan2) tanpa menghisap darah Suka menghisap darah hewan, selalu pindah he hospes yg baru jika hospes yang lama mati Jenis pinjal yang: − Xenopsylla cheopis − Pulex iritan − Ctenocephalides canis − Ctenocephalides felis 1. XENOPSYLLA CHEOPIS Ekstoparasit pd rodent sarang tikus Penyebar penyakit pes pada manusia Terjadi penularan penyakit pes dari tikus liar ke tikus rumah kemudian baru ke manusia Spesies pinjal yg berperan sbg vektor penyait pes: − Xenopsylla cheopis − Xenopsylla brasiliensis (Afrika) − Xenopsylla astia (India) Xenopsylla cheopis CARA PEMBERANTASANNYA Insektisida yang masih sensitif: DDT : efektif 2-4 bulan Carbaryl, malathion, diazinon : 3 bulan Bentuk: Dust/serbuk atau sparying Dicampur dengan umpan dibawa ke sarang Area treated: Sarang tikus Jalan lalu lintas tikus (dasar dinding) Tempat banyak pakan tikus 2. PULEX IRRITANS Ekstoparasit pd manusia, swine Pada rumah yang kurang higienis Habitat: celah sempit pd rumah, karpet, tempat tidur Jarang sekali ditemukan pd rumah yg bersih Insektisida yg efektif: Spaying: DDT, methocychlor, pyretrium, malathion Fumigant: napthalene (kabur barus), paradishlorobenzena PULEX IRRITANS (HUMAN FLEA) CARA PEMBERANTASAN Kebersihan alat rumah tangga 1. Karpet 2. Kamar tidur 3. Celah-celah rumah 4. Furniture Kebersihan pakaian Dilakukan penyemprotan/spraying dg insektisida pd rumah tinggal Dilakukan fumigasi Naphtalene, dichorobenzena, dosis 2,25 kg/10m3 3. CTENOCEPHALIDES ( C. CANIS & C. FELIS) Ektoparasit pd hewan : anjing, kucing (hewan kesayangan/piaraan) Kepentingan medik dermatitis Insektisida yg efektif: chlordan, carbaryl, malathion, pyretrum 1. Dust/powder yg paling banyak dipakai 2. Spraying/cair Dosis : tidak membahayakan hewan Pencegahan: sebaiknya diberikan 2x setahun C. FELIS HAS A RELATIVELY LONGER HEAD THAN C. CANIS. KEPADATAN PINJAL DALAM RUANGAN Mengetahui kepadatan pinjal: a. Berjalan didalam rumah dg memakai kaos kaki putih b. Pinjal yang menempel pada kaos kaki dihitung c. Dapat menangkap 77% pinjal yang ada didalam ruangan Cara lain a. Menggunakan vacum cleaner b. Memasukkan sapu tangan kedlm kantong penampungnya dpt menangkap 96% pinjal dlm ruangan Repelen DEET & benzilbenzoat : melindungi dari gigitan pinjal PENGENDALIAN PINJAL Pengendalian secara mekanik- fisik adalah : Membersihkan karpet Membersihkan alas kandang hewan peliharaan Membersihkan lantai rumah dengan vaccum cleaner Menjaga kebersihan kandang dan lingkungan hewan peliharaan PENGENDALIAN PINJAL Memberi nutrisi yang tinggi gizi untuk meningkatkan daya tahan hewan juga perlindungan dari kontak hewan piaraan dengan hewan liar atau tidak terawat lain disekitarnya. Untuk binatang pengerat seperti tikus adalah dengan : membuang sampah pada tempat-tempat yang tertutup, membuat konstruksi rumah yang rapat tikus (ratprofing) PENGENDALIAN PINJAL Pengendalian secara kimia Pada hewan peliharaan : penggunaan rotenone atau pyretherum yang dapat berupa dust, dan penggunaan malathion dan carboryl dalam bentuk 2-5% debu atau 0,5% semprot. Saat ini di pasaran banyak dijual bahanbahan pengendalian pinjal untuk hewan peliharaan seperti : sampo, spray, bahan dipping, sabun foam untuk mandi, serbuk bedak dan spoton, kerah atau kalung anti pinjal dan tablet yang dapat ditelan oleh hewan peliharan PENGENDALIAN PINJAL Pada binatang pengerat seperti tikus : Dusting (penaburan bubuk insektisida) pada ling terowongan dan tempat persembunyian binatang mengerat Penggunaan bumbung bamboo insektisida Fumigasi dengan propoxur, permethrin, eyfluthrin, deltametrin Repelen : dielthyl-toluamide (deet) PENGENDALIAN PINJAL IGR (INSECT GROWTH REGULATOR) Aplikasi IGR (menghambat pertumbuhan pinjal) adalah pengendalian stadium pradewasa pinjal dengan cara: 1. penghambatan pembentukan kitin dengan alsistin, siromazine, diflubenzuron, lufenuron, piriprosifen, fenoksikarb dan metoprene. 2. Menghambat hormon juvenil perkembangan pradewasa, insektisidanya : piriproksifen, fenoksikarb, metoprene. Di pasar produk IGR dalam bentuk sampo, spray, maupun collar bahkan oral yang berupa tablet sudah dapat ditemukan. JUVENOID (HORMONE JUVENILE) Mengatur perkembangan stadium pra dewasa Pemberian juvenoid dapat berakibat: a. Perpanjangan stad. Larva/nimfa b. Gagal menjadi pupa c. Dewasa mandul d. Dewasa tidak normal secara morfologis (cacat) Contoh Fenosikarb, hidropen, metopren, piriproksifen FENOKSIKARB Efektif untuk: Perkembangan ordo orthoptera stad. Pra dewasa Perkembangan ordo siphonaltera stad. Pra dewasa Akibat pemberian fenoksikarb: Mengurangi telur yg menetas pd betina yg terpapar Produksi telur berkurang Membunuh nimfa stadium awal Mencegah nimfa menjadi dewasa Menyebabkan bentuk dewasa cacat (sayap membelit/ mengkerut, kaki pengkor) Sifat fotostabil (tdk terpengaruh sinar matahari_ HIDROPEN Juvenoid khusus untuk mengendalikan lipas/orthoptera Sifat nya: a. Nimfa yang terpapar mjd dewasa dg sayap abnormal/mengkerut b. Lebih baik digunakan dlm ruangan c. Efektif pd dosis rendah d. Mempunyai efek residu e. Dapat efektif sampai 3-5 bulan METROPEN Sifat: a. b. c. d. e. f. g. Juvenoid yg digunakan dlm program pengendalian nyamuk, pinjal, semut, & serangga hama gudang Lebih tepat diaplikasikan pd saat populasi masih sedikit untuk mencegah semakin banyak Pd semut api larva tdk dpt berkembang normal, ratunya mjd mandul Untuk pengendalian hama gudang dicampur dg biji2an/gandum Untuk nyamuk : diaplikasikan pd perairan atau penampungan air sekitar rumah Terdegradasi oleh sinar matahari Baik untuk dalam ruangan PIRIPROKSIN (SUMILAR 0,05 G) Sifat a. Untuk pengendalian nyamuk, lalat dan rayap tanah b. Sudah efektif pd dosis rendah c. Efek residu panjang d. Toksisitas thd mamalia rendah e. Relatif aman terhadap lingkungan Cara kerja a. Menghambat fisiologis morfogenesis, reproduksi & embriogenesis b. Pengaruh morfogenesis: larva-pupa-dewasa c. Pengendalian nyamuk diaplikasikan pd perairan d. Pengendalian lalat diaplikasikan pd kotoran ternak PENGHAMBAT SINTESA KITIN (PSK) Mengganggu proses ganti kulit serangga dg cara deposisi kitin/eksoskeleton Mencegah eksoskeleton baru atau menghambat pelepasan eksoskeleton lama Contoh: a. Triflumuron b. Diflubenzuron c. Heksaflumuron d. Flufenoksuron e. noviflumuron PSK Sifat: a. Mengganggu pembentukan kutikula dg menghambat sintesa kitin b. Serangga pra dewasa yg terpapar mati atau gagal membentuk kutikula baru untuk menggantikan yg lama yg telah lepas c. Digunakan dlm program pengendalian nyamuk, lipas, lalat, pinjal dan rayap Flufenoksuron Lipas (motto 30/30 SC & motto 50 EC Heksaflumuron Rayap (Recruit II 0,5 KT) dalam bentuk umpan TUGAS MINGGU DEPAN Carilah jurnal mengenai resistensi baik insektisida maupun larvasida (silahkan pilih) Usahakan jangan sama antar 1 orang dengan orang lain Bacalah jurnal tersebut, kemudian telaah dan dibuat summary executive : 1. Resistensi apa terhadap apa 2. Cara yang digunakan untuk uji resistensi tersebut Dikumpulkan minggu depan (24 Oktober 2015) EVALUASI INSEKTISIDA EFEK PENGGUNAAN INSEKTISIDA Penggunaan yang terus menerus telah menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Insektisida yang digunakan sering melebihi dosis yg seharusnya beranggapan semakin banyak insektisida yg diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya. Dapat menyebabkan timbulnya resistensi (kekebalan), sehingga untuk mengatasi organisme pengganggu yang resisten perlu dosis yang lebih tinggi, hal ini menjadi lebih berbahaya. Sering dilakukan pencampuran insektisida dgn perekat sehingga beranggapan tidak akan mudah larut terbawa air hujan (pd tanaman) tingginya jumlah residu berbahaya ketika dikonsumsi oleh manusia. Penggunaan insektisida sintetik pencemaran lingkungan UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGATASI Membuat peraturan terkait pemakaian insektisida Penggunaan insektisida diharapkan menjadi alternatif terakhir Penggunaan insektisida sesuai dgn yang dianjurkan dgn pemakaian dosis disesuaikan Adanya peraturan terkait peredaran insektisida perizinan beredar disesuaikan RESISTENSI SERANGGA RESISTENSI SERANGGA Kemampuan individu serangga untuk bertahan hidup thd suatu dosis insektisida yg dlm keadaan normal dpt membunuh serangga. Sifat resistensi dapat diturunkan Menyebabkan kegagalan dalam pemberantasan serangga secara kimiawi Proses terjadinya resistensi dipengaruhi oleh: 1. Faktor genetik dlm tubuh nyamuk jg terdapat gen 2. Faktor biologis perubahan tingkah laku 3. Faktor operasional aplikasi insektisida kimiawi TIPE RESISTENSI PADA SERANGGA Resistensi vigour a. Tipe resistensi yg mudah berubah menjadi rentan b. Bersifat musiman & non spesifik (tdk ada gen yang mengatur) c. Disebabkan keanekaragaman morfofisiollogis (kutikula tebal) Resistensi fisiologi: a. Bersifat genetik & permanen (ada gen yg mengatur) Resistensi perilaku: a. Perubahan perilaku nyamuk dlm usaha menghindar & pengaruh insektisida UJI RESISTENSI SERANGGA 1. UJI SUSEPTIBILITI Mendeteksi & memantau status kerentanan serangga Sampel : stadium dewasa serangga uji Syarat : jumah banyak & kondisi fisiologis baik (umur, jenis kelamin, kenyang darah/gula) Konsentrasi insektisida: sesuai ketetapan WHO Kematian serangga dicatat setelah pemaparan 24 jam Hambatan fasilitas insektarium & kit diagnostik 2. UJI BIOKIMIA Keunggulan: 1. Dapat mendeteksi gen resisten ganda dalam bahan yg sama dari satu ekor serangga 2. Dapat mengetahui tipe mekanisme resistensi & resistensi silang 3. Tidak memerlukan alat yg rumit oleh karena sifatnya kolorimetrik yg dapat dinilai secara visual/dg mata telanjang 4. Dapat mengetahui lebih banyak informasi dari sejumlah kecil sampel serangga uji yg hanya diperoleh dari suatu lokasi survei Keterbatasan: 1. Tidak dapat mengetahui semua mekanisme resistensi yang mungkin terjadi dari banyak jenis & macam insektisida pd individu serangga uji. 2. Salah satu bahan kimia (acetylcoline iodide) yg digunakan dalam uji ini harus disimpan dlm refrigerator (-200C) 3. Tidak dapat dikerjakan di lapangan, harus dikerjakan di laborartorium MEKANISME DASAR TERJADINYA RESISTENSI Uji biokimia : 3 mekanisme dasar terjadinya resistensi: 1. Peningkatan metabolisme insektisida dlm tubuh serangga 2. Insensitivitas syaraf & insensitivitas enzim asetilkholinesterase thd insektisida 3. Penurunan penetrasi insektisida ketempat syaraf maupun enzim RODENTISIDA Bentuk morfologi tikus Kepala Badan berambut Telinga hidung Mata Ekor bersisik Kaki depan 4 jari Kaki belakang 5 jari Perut/abdomen TIKUS Lingkungan manusia disukai tikus karena : tersedia makanan dan tempat Tikus merupakan binatang penular secara biologis maupun mekanis Secara biologis : Tikus merupakan tuan rumah pinjal yg menularkan penyakit pes Gigitan tikus menyebabkan demam (rat Bite Fever) Salmonellosis, leptospirosis ditularkan melalui tinja dan urine tikus Secara mekanis Tikus dari tempat kotor mencemari makanan yg dimakan/diinjak KEBIASAAN TIKUS Kegiatan umum Tikus memp kemampuan adaptasi thd lingkungan yg baru Saat anak2 dibimbing induknya utk mengenal lingkungan dan setelah 34 bulan menjadi sangat aktif, memuncak pada 8 bulan Umur tikus dp mencapai 1 thn Reaksi thd rangsangan Sangat sensitif thd rangsangan, perubahan kondisi lingkungan akan menyebabkan tikus berpindah tempat Kebiasaan memanjat Kemampuan memanjat pohon, bangunan dan tempat tinggal, pipa sangat baik Kemampuan meloncat dan merambat Mampu merambat di permukaan licin, halus, vertikal sejauh 40 cm Mampu melompat vertikal setinggi 60 cm, melompat ke bawah dari ketinggian 5 m Kepandaian berenang Tikus dapat berenang Tikus got dpt menyelam 30 detik Tempat perindukan dan sarang tikus Sarang tikus di tempat aman dari gangguan musuh, dekat dg sumber makanan Berbentuk mangkuk dg diameter 20 cm, terbuat dari sobekan kertas, jerami Lubang tikus Di dalam tanah tikus membuat lubang dan lorong utk sembunyi dan berkembang biak (terutama tikus got) Gigitan Tikus memp kebiasaan menggigit –gigit kayu, papan, bahan makanan, pembngkus barang, dll dg tujuan agar giginya tidak terlalu panjang TANDA-TANDA KEBERADAAN TIKUS Dropping (tinja tikus) Run ways (jalan tikus) Grawing (bekas gigitan) Borrow (lubang tikus) Bau (bau tubuh/ urine) Tikus hidup (Suara) Bangkai tikus RODENTISIDA CONTN’D…. Rodentisida merupakan substansi yg dapat untuk membunuh rodentia Rodentia dapat menimbulkan beberapa masalah: 1. Merusak tanaman bidang pertanian Jenis : rattus argentiventer, R. norvegitus, R. exulans, R. rattus diardi 2. Merusak alat2 RT Merusak alat kantor, kabel, bahan makanan, pakaian 3. Sbg sumber/menyebarkan penyakit Hospes reservoir: Trichinella spirales, Toxoplasma gondii, H. nana Penyebar penyakit: demam gigitan tikus, pes CARA PENGENDALIAN RODENTIA & MACAM RODENTIA CARA 1. Perangkap 2. Fumigan 3. Racun umpan MACAM-MACAMNYA 1. Senyawa anorganik Seng fosfida, arsen trioksida, talium sulfat, fosforus dan barium karbohidrat 2. Kumarin − Kumachlor, walfarin − Indandion, khlorfasinon RODENTISIDA SENYAWA ANORGANIK Seng fosfida (Zn3P2) − Digunakan untuk membasmi mamalia perusak & burung − Nama dagang: Mesophide Arsen trioksid (AS2O3) − Menyebabkan kematian perlahan: jam-hari − Menyebabkan perdarahan pd usus − Berbahaya bagi manusia/hewan peliharaan − Sejak 1973 tidak digunakan sbg pembasmi rodentia Talium sulfat (TI2SO4) − Sangat beracun untuk tikus&mamalia lain − Efeknya lambat: 36 jam-6 hari RODENTISIDA (GOL. KUMARIN) Contoh: − Kumafuril Difenakum − Kumarin Warfarin − Brodifakoum Kumachlor − Kumatetralil Dikumaron Cara kerja: − Menghambat pembentuk prothrombin dlm proses pembekuan darah sehingga darah tidak membeku − Merusak serabut kapiler, terjadi perdarahan − Efeknya tidak segera dapat dilihat, shg tidak berbahaya dipakai disekitar rumah (perlu berulang kali) RODENTISIDA (WARFARIN & KUMACHLOR) Warfarin − Pertama kali diperkenalkan 1950 oleh Wisconsin Research Foundation (WARF) − Warfarin 0,05% dlm bentuk umpan dpt membunuh R. tiomanicus (kelapa sawit) dosis: 1mg/kg BB sehari selama 5 hari − Di Indonesia dikenal sejak 1987: Ratblitz (nama dagang) Kumachlor − Dikenal sejak 1953 di Amerika, di Indonesia: Ratilan (nama dagang) − Cara kerja – warfarin − Kurang efektif untuk R. norvegicus − Berbahaya jika dipakai diseitar rumah, meracuni hewan peliharaan RODENTISIDA (BRODIFAKOUM & KOUMATETRALIL) Brodifakoum − Cara kerja : spt warfarin & kumachlor (antikoagulan) − Umpan satu kali, tikus akan mati dlm 4-7 hari − Tidak boleh digunakan disekitar rumah menimbulkan bau − LD50= 0,26 mg/kg BB melalui mulut − Di Indonesia = Klerat Koumatetralil − Ditemukan di jerman 1957 − Mematikan tikus, dosis: 0,05% untuk R. argiventer − LD50= 4,37mg/kg BB (Jantan) & 2,11mg/kg BB (betina) melalui mulut − Di Indonesia = Racumin Jenis lain golongan kumarin di Ind kumafuril (Fumarin), kumarin (Gisorin) & difenakum (Ratak) RODENTISIDA (GOL. INDANDION) Contoh: − Pindon − Khlorofasinon − Difasinon Cara kerja: − Sebagai antikoagulan, tikus akan mati setelah makan racun 2-3 kali berurutan RODENTISIDA NABATI Racun tikus dengan tujuan mengendalikan populasi dengan cara memandulkannya CARA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN TIKUS Pencegahan Pemeliharaan rutin bangunan oleh ahli konstruksi Pintu tempat penyimpanan makanan hrs tertutup rapat dan dpt menutup sendiri Sisa makanan dan sampah hrs dikelola dg baik, dibuang ke tempat sampah yg tertutup Tidak memberi kemungkinan tikus dpt bersarang dan bersembunyi Penangkapan Menangkap dg perangkap, perekat, penjepit Racun/pestisida (perlu perhatian agar tidak mencemari makanan) Interaksi tikus, artropoda dan manusia Leptospirosis Kupu, Lepidoptera Caplak, Haemophysalis, Hyaloma, Dermacentor, Ornithodoros, Rhipicephalus Kutu, Anoplura Kalajenking (Acarina) Pinjal Tikus di dalam sarang Pes Tungau (Acarina) Kelabang, Myriapoda (Acarina) Demam semak Murine typhus Kaki seribu, Diplopoda Kumbang predator, Hemiptera PENGENDALIAN TIKUS PENGENDALIAN TIKUS A. PENGENDALIAN DGN CARA KULTUR TEKNIS Efektif untuk tikus yang mempunyai habitat: a. Pertanian b. Perkebunan Tidak efektif untuk tikus habitat pemukiman B. PENGENDALIAN DGN CARA SANITASI Menjaga lingkungan agar tidak menjadi sarang tikus Membersihkan sisa makanan sbg pakan tikus Merubah posisi perabotan rumah tangga setiap 2-3 bulan sekali agar tercipta suasana baru shg tikus kesulitan dlm orientasi wawasan Menyingkirkan tumpukan kayu, batu, batu bata & sampah di pekarangan Rerumputan & semak belukar harus dikurangi lebih terbuka C. PENGENDALI AN DENGAN FISIK MEKANIS Fisik usaha manusia dlm mengubah lingk fisik agar dapat menyebabkan kematian pd tikus (suhu, kelembaban, cahaya). Mekanis usaha nabusia untuk mematikan/memindahkan tikus secara langsung (tangan telanjang, atau dg bantuan alat) Prinsip dasar kerja pengendalian fisikmekanik: 1. Membunuh tikus scr langsung tanpa atau dg bantuan alat2 spt senapan angin, pemukul, parang, perangkap dsb 2. Mengusir dg alat yg tdk bersifat kimia 3. Melindungi produk tanaman atau benda2 lain dari serangan tikus proofing Macam-macam Pengendalian Fisik-Mekanik: 1. Suara ultrasonik Suara diatas batas pendengaran manusia (>20 kHz) tikus mjd stres. Masih dipertanyakan karena: a. Laju populasi dari tikus betina akan meningkat stlh si jantan mengeluarkan suara ultrasonik b. Mencit betina akan membangun sarang yg lebih tebal/tertutup jika anaknya mengeluarkan suara ultrasonik (tanda kedinginam) c. Anak2 mencit & tikus akan mengeluarkan suara ultrasonik pada saat tersesat Alasan ultrasonik tdk efektif: Tdk dapat menembus benda2 padat & hanya dpt diserap pd bagian permukaan benda padat 2. Gelombang elektromagnetik - Dapat mempengaruhi perilaku tikus shg dapat dimanfaatkan untuk mengelola populasinya. - Diharapkan dapat mengusir tikus atau menyebabkan tikus berhenti untuk makan & berkembangbiak - Alat ini dinyatakan berbahaya bagi semua hama tingginya kadar Natrium (Na) yg dikandung oleh hewan liar yg menjadikan lebih rentan/sensitif. - Alat ini menggunakan sumber energi listrik tetapi tdk menimbulkan efek samping thdp alat2 listrik. - Menjadi tdk efektif jika tikus mempunyai kemampuan u/ mempelajari setiap tindakan yg dilakukan oleh manusia shg dpt melawan atau menghindarinya. - Perlu konsistensi dalam mengeluarkan gelombang 3. Perangkap Cara paling tua, tidak banyak diteliti karena kurang ilmiah Diaplikasikan saat populasi tikus rendah Macam-macamnya: Perangkap mati (snap trap) Sticky trap Single live trap Kelemahan snap rate: 1. Keberhasilan tergantung ketrampilan 2. Butuh waktu lama & usaha yg gigih 3. Tdk dpt digunakan dekat area anak & hewan peliharaan 4. Tikus yg terperangkap ekor/kakinya dpt menyeret perangkapnya 5. Harus di set ulang pasca penggunaan Live trap relatif jarang digunakan kurang praktis, hrs mematikan tikusnya lagi Multiple live trap kadang2 lebih efektif, yan tertanggap lebih dari 1 Dapat terjadi trap-shyness mengeluarkan urin bercampur dg hormon peringatan bahaya (alarm hormon), diatasi dg mencuci trap pakai air panas. Sticky trap digunakan hanya satu kali saja 4. 5. 6. Sinar Ultraviolet Tikus hewan nokturnal tdk tahan/ menghindari cahaya Sinar UV berpera sbg repelen Penghalang (barier/proofing) Bertujuan u/ mencegah tikus memasuki bangunan Didalam menggunakan barier menggunakan barang2 yg tdk dapat tembus oleh gigi tikus Berburu - Kurang efisien D. PENGENDALIAN SECARA BIOTIK DAN GENETIK 1. Pengendalian secara Biotik - Menggunakan parasit, patogen & predator - Predator kucing, anjing - Patogen Salmonella enteriditis (sdh tdk dpt digunakan krn dpt mengakibatkan gastroenteritis pd manusia - Kelebihannya: a. Bersifat kontinyu b. Aman terhadap lingkungan c. Relatif murah 2. Kelemahan biotik: a. Masih perlu dilakukan penelitian yg lebih seksama dlm memanfaatkan patogen b. Perlu perhitungan jenis mangsa lain dlm memanfaatkan predator c. Memerlukan biaya yg tinggi dan penelitian yg cukup lama Pengendalian Genetik Pengelolaan cara genetik dpt dibagi menjadi 2 kategori: a. Pelepasan individu tikus yg membawa gen perusak, ex: gen yg dpt menurunkan ketahanan hewan thdp suatu penyakit (gen gruneberg lethal syndrome) yaitu 25% mati sebelum dewasa. Kelebihan (tdk berbahaya bagi lingk) tapi kekurangan (masih banyak tikus yg hidup). b. Pelepasan individu steril/mandul pd populasi tikus u/ menurunkan laju reproduksi. Mahal & sulit dlm pelaksanaannya, E. PENGENDALIAN KIMIA Dengan penggunan bahan-bahan kimia yg dapat mematikan & mengganggu aktivitas tikus Pengendalian kimia berupa : umpan beracun (racun tikus), bahan fumigan (racun nafas), repelen, pemandul BACA di slide sebelumnya RODENTISIDA • Resistensi Tikus terhadap Rodentisida: a) Tikus yg sdh resisten thdp rodentisida tjd mutasi pada peotein tikus shg protein tsb tdk dpt bereaksi dgn warfarin & hanya bereaksi dg vitamin K. b) Karena warfarin yg masuk dl tubuh tdk dpt bereaksi dg protein u/ mematikannya. KELOMPOK TUMBUHAN PESTISIDA SERBA GUNA Kelompok tumbuhan yg mempunyai efek ganda: a. b. c. d. e. Insektisida Fungisida Bakterisida Moluskisida Nematisida Contoh: a. b. c. d. e. f. g. h. Jambu mete Lada Mimba Jarak Mindi Tembakau Cengkih kecubung 1. JAMBU METE (ANACARDIUM OCCIDENTELE) Deskripsi tumbuhan: a. Bentuk pohon tinggi 12cm, berkayu bulat, bergetah b. Daun tunggal, bulat telur, tepi rata, pangkal runcing, ujung membulat, warna hijau c. Bunga majemuk, btk malai, di ketiak daun/ujung cabangnya warna hijau d. Buah sejati keras, btk spt ginjal, warna hijau coklat e. Buah semu, ukuran > besar, tangkai buah membesar, berdaging tebal, berair & berserabut rasanya sepet, warna kuning orange merah f. Biji bulat panjang btk spt ginjal, pipih warna putih Bagian tumbuhan yang berguna adalah: Kulit buah jambu mete diekstrak menghasilkan cairan cashew nut cell liquid (CNSL). Kandungan aktif CNSL : Asam anakardat 90& & kardol 10% Efektivitas : a. Insektisida b. Bakterisida c. fungisida 2. LADA (PIPER NIGRUM) Deskripsi tumbuhan: a. Tanaman herba tahunan, memanjat, batang bulat beruas, bercabang, mempunyai akar pelekat, warna hijau kotor b. Daun tunggal, bentuk bulat telur, ujung runcing tepi rata, warna hijau c. Bunga majemuk bentuk bulir, menggantung & panjang d. Buah bulat, muda (warna hijau), tua (warna merah) e. Biji bulat warna putih kehitaman f. Akar tunggang, perbanyakan dengan setek batang Bagian tumbuhan yang berguna: - Biji dgn ditumbuk agar hancur menjadi tepung Kandungan aktif: a. Alkaloid, methylpyrrolie b. Piperovatine, chavinicine c. Piperidine, piperine Efektivitas: a. Insektisida b. Fungisida c. Nematisida 3. MIMBA (AZADIRACHTA INDICA) Deskripsi tumbuhan: a. Bentuk pohon tinggi 10-15 cm, batang tegak berkayu, bentuk bulat, permukaan kasar warna coklat. b. Daun majemuk, letak berhadapan, btk lonjong, tepi bergerigi, ujung lancip pangkal runcing, warna hijau c. Bunga majemuk diujung cabang, tangkai silindris, kelopak hijau, mahkota putih d. Buah bulat telur, warna hijau, biji bulat warna putih, diameter 1 cm e. Akar tunggang, tumbuh di daerah panas 1-700m dpl f. Perbanyakan melalui biji Bagian tanaman yang bermanfaat - Daun & biji dihaluskan kemudian dicampur dengan air/pelarut Kandungan aktif Azadirachtin (mengganggu proses metamorfosa serangga), melantriol (penghalau/repellent), salanin (penurun nafsu makan), nimbin (anti mikroorganisme) Efektivitas: a. Fungisida b. Bakterisida c. Antivirus d. Moluskisida e. Nematisida f. Insektisida daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, penurunan daya tetas telur, hambatan perkawinan & hambatan pembentukan kitin (insektisida food regulator) 4. MINDI (MELIA AZEDARACH) Deskripsi tumbuhan a. Bentuk pohon bercabang : 20m, kulit batang coklat tua b. Daun majemuk, tumbuh berseling, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat, warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau muda c. Bunga majemuk btk malai, keluar dari ketiak daun d. Perbanyakan dgn biji e. Tumbuh pada ketinggian 11100m dpl f. Secara umum hampir sama dengan mimba, perbedaannya pada bentuk daun mimba lebih langsing Bagian tumbuhan yang bermanfaat: a. Daun & biji dihaluskan dicampur dgn air atau pelarut b. Kandungan aktif: c. Seperti pd mimba hanya kadarnya lebih sedikit: azadirachtin, meliantriol, salanin, nimbin d. Efektivitasnya: e. Insektisida : 50gram daun direndam dalam air 5. TEMBAKAU (NICOTIANA TABACUM) Deskripsi tumbuhan: a. Tanaman semak semusim, tinggi 2m, batang berkayu, bulat, berbulu, diameter 2 cm, warna hijau b. Daun tunggal berbulu, bulat telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, tangkai daun warna hijau keputihan c. Bunga majemuk, tumbuh diujung batang, kelopak bunga berbulu, pangkal berlekatan, ujung terbagi lima d. Buah kotak, btk bulat telur, warna hijau waktu muda, setelah tua berubah coklat, biji kecil warna coklat e. Akar tunggang, perbanyakan dg biji, tumbuh pada ketinggian 1-1200m dpl Bagian tumbuhan yang bermanfaat: - Daun & batang dikeringkan dihaluskan menjadi tepung, diaplikasikan dlm bentuk kabut / dusting Kandungan aktif: - Nikotin pada ranting & tulang daun Efektivitas: a. Repelen b. Fungisida c. Akarisida d. Nematisida Sebagai racun kontak, perut atau pernafasan 6. CENGKIH (SYZYGIUM AROMATICUM) Deskripsi tumbuhan: a. Tanaman pohon, tinggi 5-10m, batang tegak bercabang b. Daun tunggal bertangkai, tebal, kaku, btk bulat telur sampai lanset memanjang, ujung runcing, tepi merata, permukaan atas mengkilap, warna hijau kecoklatan, terdapat bintik kelenjar yg tembus cahaya c. Bunga majemuk, btk malai, terdapat pd ujung ranting, warna hijau kuning merah d. Buah buni, btk bulat telur, warna merah gelap ungu tua e. Biji kecil warna coklat muda, btk bermacam-macam : bulat, lonjong dg ujung runcing Bagian tumbuhan yg bermanfaat: Bunga, tangkai bunga & daun, dikeringkan kemudian dihaluskan mjd tepung Kandungan aktif Minyak asiri yg mengandung eugenol Efektivitasnya (menghambat pertumbuhan): a. Fungisida b. Bakterisida c. Nematisida d. Insektisida e. pestisida 7. JARAK (RICINUS KOMUNIS) Deskripsi tumbuhan: a. Tanaman perdu, tinggi 6m, batang bulat, licin, berongga, berbuku, warna hijau kemerahan b. Daun tunggal, tumbuh berseling, tangkai daun panjan, ujung runcing, tepi bergerigi, warna hijau c. Bunga majemuk, warna kuning orange d. Buah bulat, berduri lunak, warna hijau, berumpul dalam tandan, setiap ruangan berisi satu biji e. Perbanyakan dengan biji f. Berasal dr Etiopia Bagian tumbuhan yg bermanfaat: - Biji mengandung minyak castor (castor oil) - Semua bagian tanaman bermanfaat Kandungan aktif daun, batang & biji : ricin Efektivitas: a. Insektisida b. Fungisida c. Nematisida (pd tanaman) d. Biji u/ industri: obat, cat, tekstil, plastik, minyak rem 8. KECUBUNG (DATURA PATULA) Deskripsi tumbuhan a. Tanaman perdu, tinggi 2m, batangnya tebal, berkayu, & bercabang b. Daun berhadapan, bulat telur c. Bunga tunggal, btk terompet d. Buah kotak, btk bulat berduri e. Biji banyak kecil warna coklat tua f. Banyak tersebar di Indonesia, tumbuh pada dataran rendah maupun tinggi Bagian tumbuhan yg bermanfaat Daun & biji Kandungan aktif: a. Scopolamin b. Hyosciamin c. Atropin d. Alkaloid Efektivitas: a. Insektisida b. Rodentisida c. Anti virus Racun mengakibatkan: a. BAB tidak terkendali (diare) b. Menyebabkan rasa haus