ANALISIS KAJIAN LANDASAN PENDIDIKAN - Muhammad Rafli

advertisement
ANALISIS KAJIAN LANDASAN PENDIDIKAN
“2 Siswa Tewas, Disdikekasi Keluarkan Edaran Anti-tawuran”
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikan
Yang diampu oleh Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd.
Disusun Oleh :
Muhammad Rafli
(1600347)
PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER
DEPARTEMEN PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
2 Siswa Tewas, Disdik Bekasi Keluarkan Edaran Anti-tawuran
Abdullah M Surjaya
Selasa, 14 Maret 2017 - 03:32 WIB
Foto/SINDOphoto/Ilustrasi
JAKARTA - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi segera memberikan surat edaran kepada
setiap sekolah terkait maraknya aksi tawuran pelajar. Apalagi, dalam aksi tawuran yang trejadi
beberapa hari terakhir tersebut dua pelajar tewas mengenaskan dan satu mengalami kritis.
"Sangat memprihatinkan aksi tawuran pelajar belakangan ini, kami akan berikan surat edaran
terkait pencegahan aksi tawuran tersebut," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bekasi,
Inayatullah, Senin., 13 Maret 2017 kemarin. Menurut dia, selain kepada sekolah, edaran itu
juga
akan
diberikan
kepada
orang
tua
siswa
melalui
sekolah.
Setelah menyebarkan surat edaran, Disdik secepatnya mengumpulkan seluruh sekolah di Kota
Bekasi untuk mendeklarasikan anti-tawuran kepada seluruh pelajar. Hal itu dilakukan agar aksi
kekerasan yang selama ini terjadi antar-pelajar di Bekasi tak lagi terjadi.
Inayatullah mengimbau seluruh sekolah untuk memberikan pembinaan terkait bahaya aksi
tawuran kepada para anak didiknya. Pihak sekolah juga harus berkordinasi dengan orang tua
murid untuk melakukan pencegahan dini.
Selain itu, pihak kepolisian juga harus menindak tegas semua pelaku aksi tawuran."Pihak
sekolah juga harus menindak tegas bila ada siswanya yang terlibat tawuran," ujarnya.
(whb)
Analisis :
Bagi sebagian orang bukan hal baru bila mendengar tentang tawuran antar sekolah.
Sebenarnya apa sih tawuran itu ? mengapa sih tawuran pelajar kerap sekali terjadi?, tawuran
adalah bentuk dari kekerasan antar geng sekolah dalam masyarakat urban di Indonesia. tawuran
pelajar bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti adanya perasaan tidak senang atau dendam
pada pelajar/sekolah lain, ajang eksistensi perorang/kelompok, dan masih banyak yang lainnya.
Tapi yang pasti , hasil dari tawuran tersebut adalah mengakibatkan perpecahan yang
bekepanjangan, rusaknya sarana dan prasarana umun , dan juga jatuhnya korban jiwa di kedua
belah pihak.Namun dalam masalah tawuran ini ada sisi positif nya yaitu seharusnya para guru
atau para orang tua dapat lebih memperhatikan dan membimbing para murid atau anakanaknya agar mereka tidak berada pada jalan yang salah.
Landasan Teori :
1. Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme
a. Konsep Filsafat Umum Idealisme
Metafisika : Para filosof idealism mengklaim bahwa realitas hakikatnya bersifat
spiritual. Manusia adalah makhluk spiritual. Manusia adalah makhluk berpikir ,
memiliki tujuan hidup dan hidup dalam dunia dengan suatu aturan moral yang jelas
. pikiran manusia diberkahi kemampuan rasional dan karena itu mampu
menentukan pilihan (bebas).
Aksikologi : Manusia di perintah oleh nilai moral imperative yang bersumber dari
realistis yang absolute.Nilai bersifat absolut dan tidak berubah.
b. Implikasi terhadap pendidikan
Tujuan pendidikan : Pembentukan karakter,pengembangan bakat insani , dan
kebajikan social.
Kurikulum : pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan liberal,
penyiapan keterampilan bekerja sesuatu mata pencaharian melalui pendidikan
praktis.
Peranan pendidik dan peserta didik : Pendidik bertanggung jawab untuk
menciptakan lingkungan pendidikan bagi peserta didik. Pendidik haus unggul agar
dapat menjadi teladan baik dalam hal moral maupun intelektual. Sedangkan peserta
didik bebas mengembangkan keperibadian dan bakanya, bekerja sama , dan
mengikuti proses alami perkembangan insani. Orientasi pendidikan Idealisme
adalah esensialisme.
2. Landasan Psikologi pendidikan
Secara umum , perkembangan kehidupan anak dapat di bagi ke dalam
periodisasi sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Anak bayi (0-1 tahun)
Kanak-kanak(1-5 tahun)
Anak sekolah(6-12 tahun)
Remaja atau adolesensi(12 – 18 tahun)
Pada setiap periode perkembangan , mempunyai kekhassannya sendiri , karena ada
dimensi-dimensi tertentu yang menojol, sehingga kita dapat memahami karakteristik
profil perilaku pada periodenya.
Pada masa remaja atau adolesensi(12-18 tahun). Kohnstamm menyebut periode ini
dengan periode social, karena dalam masa ini anak mempunyai minat terhadap hal –hal
kemasyarakatan dan senag hidp dalam ikatan organisasi atau berbagai grup olahraga
atau klub-klub lainnnya. Pada masa ini,remaja sangat menonjol perkembangan nafsu
birahinya karena aktifnya hormon – hormon sex dan mulai tertarik pada lawan jenis.
Pada masa ini juga, remaja mengalami pertumbuhan jasmani baik itu laki – laki maupun
perempuan yang menujukan bahwa mereka telah dewasa.
Kemudian dalam perkembangan moralnya , pada masa ini anak mulai mengenal
nilai – nilai rohani seperni nilai kebenaran ,keadilan, keindahan dan ketuhanan. Anak
mencari identitas dirinya, ingin tahu bagaimana orang lain menilai dirinya ,
memperhatikan soal-soal kemasyarakatan dan politik serta kebudayaan. Apabila
mengalami kegagalan , pada masa ini (baik di sekolah atau dalam berpacaran) jika tanpa
ada kompensasi dalam berbagai bidang(seperti olah raga, kesenian bela diri , atau
oraganisasi) akan timbul berbagai bentuk pelarian atau agresi karena anak belum
mendapatkan nilai – nilai moral dan belum mengetahui jati diri mereka sehingga
mereka melampiaskannya dengan kekerasan(ganja , mencuri , dan tawuran) agar
mereka mengetahui jati diri mereka .
Pada umur 12 – 15 tahun , yaitu dimana anak duduk di sekolah lanjutan pertama.
Sesudah itu tiba waktu adolesensi yang dapat dilanjutkan sampai umur 21 tahun, yaitu
bila anak sudah masuk perguruan tinggi. Pada periode ini anak mulai menunjukan sifat
– sifat kedewasaan , lebih stabil , lebih besar tanggung jawabnya , tertarik pada
pekerjaan dam cita – cita yang mantap. Dan pada umumnya , saat umur 18 tahun anak
mulai mempunyai teman akrab dari lawan jenis dan mulai mantap. Sebaliknya jika anak
gagal dalam masa ini(masih berpikir kenak-kanakann, gampang emosi, belum terdapat
rasa tanggung jawab) maka mereka akan menimbulkan jenis masalah dan tidak sesuai
dalam perilaku seperti tawuran . Maka sebagai pendidik sudah semestinya kita untuk
memahami berbagai pandangan tentang perkembangan psikologis anak dalam sekola
agar merek atidak terlibat dalam masalah- masalah tersebut.
3. Landasan sosiologis dan antropologis
Individu, Masyarakat, dan Kebudayaan
Individu adalah manusia perseorangan yang memiliki karakteristik sebagai
kesatuan yang tak bisa dibagi , memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga
bersifat unik serta bebas mengambil kepuusan atau tindakan atas pilihan dan tanggung
jawabnya sendiri . bahkan untuk tawuran sendiri itu adalah pilihan manusia itu sendiri
apakah dia akan ikut tawuran atau tidak karena manusia bebas memilih pilihan namun
setiap tindakan yang kita ambil pasti ada konsekuensi yang harus kita tanggung jawab
kan.
Masyarakat menurut Ralph Linton sebagai “Setiap kelompok manusia yang telah
hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka
sendiri dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan social dengan batas – batas
yang dirumuskan dengan jelas”. Sejalan dengan definisi dari Ralph Linton, Selo
Sumardjan mendefinisikan masyarakat sebagai “orang-orang yang hidup bersaama ,
yang menghasilkan kebudayaan”. Dari dua definisi tersebut kita dapat mengidentifikasi
ada empat unsur mesti ada dalam masyarakat,yaitu :
1. Manusia yang hidup bersama.
2. Mereka melakukan interaksi social dalam waktu yang lama.
3. Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan.
4. Mereka merupakan system hidup bersama yang mengahasilkan kebbudayaan,
sehingga setiap individu di dalamnya merasa terikat satu dengan yang lainnya.
Dari unsur diatas , jika masih ada siswa maupun kelompok-kelompok individu lainnya
yang melakukan tawuran maka mereka bukan merupakan dari masyrakat karena telah
mencoret beberapa unsur diatas.
Kebudayaan yaitu “Keseluruhan system gagasan ,tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar”. Terdapat tiga wujud dari kebudayaan , yaitu :
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide , gagasan gagasan,nilai-nilai, norma-norma , peraturan – peraturan,dsb.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari
masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benad hasil karya manusia
Struktur Sosial ,Status dan Peranan. Di dalam masyarakat terdapat struktur social ,
Komblum mendefinisikan sebagai “ the recurring patterns of behavior that create
relationships among individuals and group within a society” . yaitu pola perilaku
berulang-ulang yang menciptakan hubung antar individu dan antar kemlompok dalam
masyarakat. Dalam struktur social tersebut setiap individu mempunyai kedudukan
(status) dan peranan(role) tertentu. Status adalah kedudukan seseorang di dalam suat
struktur social . status dibedakan menjadi dua macam,yaitu (1) status yang diperoleh
sejak lahir atau diberikan pada satu individu(ascribed status).(2) status yang diraih ,
yaitu status yang memerlukan kualitas tertentu yang diraih melalui upaya tertentu atau
persainan(achieved status). Contoh ascribed status antara lain : status sebagai anak ,
status sebagai laki-laki,status sebagai perembpuan , dsb. Sedangkan achieved status :
juara kelas, sarjana pendidikan , dsb.
Interaksi social, Tindakan social , Konformias, Penyimpangan Tingkah laku
social , dan Kontrol social. Dalam rangka memenuhi kebuuthan atau untuk mencapai
tujuan- tujuannya,setiap individu maupun kelompok melakukan interkasi social,
adapun dalam interaksi social tersebut mereka melakukan berbagai tindakan
social,yaitu perilaku individu yang dilakukan dengan mempertimbangkan dan
berorientasi kepada perilaku oang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tindakan social
yang dilakukan individu hendaknya sesuai dengan status dan perananya dan sesuai
dengan kebudayaan kita agar terciptanya konformitas (Konformitas yaitu bentuk
interaksi yang didalammnya setiap individu berprilaku terhadap individu lainnya sesuai
dengan yang di harapkan kelompok atau masyarakat) dan homogenitas(Homogenitas
yaitu adanya kesamaan dalam nilai,harapan, norma, dan perilaku individu-individu di
dalam masyarakat). namun jika individu tersebut tidak sesuai dengan system nilai dan
norma atau kebudayaan masyarakatnya,maka individu itu dipandang melakukan
penyimpangan tingkah laku atau penyimpangan social.
References
Tim Dosen MKDP Landasan Pendidikan UPI. (2014). Landasan Paendidikan.
Download