Dampak Tawuran Antar Pelajar Bagi kehidupan sosial Disusun oleh : Jessica – 12018000824 Grace millenia - 12018003024 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Mungkin kata “tawuran” tidak asing lagi bagi kita. Akhir-akhir ini banyak sekali masalah tawuran dikalangan remaja terutama di kalangan SMA atau SMK. Salah satunya tawuran yang terjadi pada Rabu 5 Oktober 2016 di Jalan Tengah Sawah, Kampung Krajan, Kecamatan Purwasari, Kabupaten Karawang yang menewaskan seorang siswa akibat luka disekitar tubuhnya. Tawuran ini terjadi antara SMK PGRI Lemah Abang Wadas dengan SMK Negeri Purwasari. Tawuran ini dipicu karena aksi ejek antar siswa dari kedua sekolah tersebut. Tidak hanya dikalangan SMA atau SMK tetapi juga dikalangan mahasiswa. Salah satunya terjadi di Universitas Riau. Ini terjadi antara mahasiswa FISIP dengan mahasiswa Fakultas Teknik. Kejadian ini bermula ketika selesai wisuda, Mahasiswa Teknik melakukan kegiatan konvoi sementara bagi Mahasiswa FISIP kegiatan konvoi tersebut mengganggu perayaan kelulusan tersebut. Akibatnya terjadi bentrokan yang mengakibatkan Sembilan mahasiswa terluka dan dirawat di Rumah Sakit Universitas Riau. Tawuran memang sudah ada sejak dulu, para remaja melakukan tawuran untuk mendapatkan “title” jagoan atau pahlawan dari musuhmusuh mereka. Apabila mereka menang, mereka akan disebut pahlawan dan akan dihormati dari musuh mereka. Biasanya para remaja membawa senjata tajam, gesper, batu, gear motor, dan lain sebagainya untuk melakukan aksi tawuran. Tawuran terjadi biasanya karena saling ejek antar sekolah lain atau karena memperebutkan seorang wanita.Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat terhitung sejak 23 Agustus 2018 hingga 8 September 2018 sudah ada empat kali tawuran di wilayah yang berbeda. Tawuran biasanya terjadi antar sekolah, antargeng, dan lain sebagainya. Tawuran melibatkan anank-anak remaja seperti anak SMA atau SMK.Salah satu contoh tawuran yang masih ada di benak kita yaitu tawuran antara SMK Adiluhur dengan SMK Bina kandung yang terjadi pada 14 Februari 2017 tepat sehari sebelum pilkada serentak 15 Februari 2017. Tawuran ini tersebar di media social, Youtube. Dalam video tersebut, kita dapat melihat para pelajar yang masih mengenakan seragam putih abu-abu sambil membawa celurit yang diarahkan ke lawan. Di video ini juga terlihat bahwa ada seorang pelajar yang terkena bacokan lalu diinjak beramai-ramai. Sosok itu adalah Ahmad Andika Bagaskara, seorang siswa teknik mesin kelas IX, SMK Bina Kandung. Peristiwa ini terjadi di jalan layang (flyover) Pasar Rebo, Ciracas, Jawa Timur. Kapolres Jakarta Timur Kombes M Agung Budijono mengatakan peristiwa bermula ketika sekitar 18 siswa SMK Adiluhur pergi ke Pasar Rebo untuk nongkrong. Mereka memang sudah membawa senjata tajam dalam perjalanan ke Pasar Rebo. Saat sampai di flyover Pasar Rebo, mereka melihat siswa SMK Budi Murni dengan SMK Bunda Kandung. Akhirnya mereka pun menghampiri gerombolan tersebut dan disambut tidak baik oleh SMK Budi Murni dan SMK Bunda Kandung. Lalu aksi saling ledek dan memaki pun terjadi hingga tawuran pun pecah. Atas kejadian ini, mereka dikenakan Pasal 170 KUHP tentang Pengeroyokan dan Pasal 80 tentang kekerasan serta Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Mendengar hal ini, Dinas Pendidikan pun ikut turun tangan. Sekretaris Pendidikan DKI Jakarta Susi Nurhati mengatakan bahwa mereka akan menjabut KJP pada anak-anak yang terlibat dalam tawuran di Pasar Rebo serta ia akan berkolaborasi dengan Badan Akreditasi Provinsi untuk meninjau ulang mengenai akreditasi sekolah tersebut karena bukan hanya sekali sekolah SMK Adiluhur, SMK Budi Murni, dan SMK Bunda Kandung terlibat dalam tawuran. Mereka semua sudah terlibat tawuran sejak dulu. Salah satu kasusnya yaitu pada tahun 2014 dimana SMK Adiluhur dengan SMK Budi Murni terlibat tawuran di Jalan Pondok Gede Raya, perbatasan Kramat Jadi Makasar yang menyebabkan satu orang tewas yaitu Oka Wira Satya, pelajar kelas X SMK Adiluhur karena terkana sabetan di bagian punggung dan kepalanya. Selain Oka, Muhammad Fadli harus menjalani perawatan di rumah sakit karena menerima serangan senjata tajam ditubuhnya. Tawuran ini memang direncanakan terlebih dahulu via telepon. Tawuran ini terjadi untuk menjadi ajang bagi pelajar bagi kedua sekolah untuk memberi pelajaran kepada anak murid baru. Namun, yang tak disangka-sangka ternyata tidak hanya pelajar Budi Murni saja yang ikut tawuran tetapi banyak alumni yang lulus dating dan ikut terlibat. Di kubu Budi Murni hampir semua memegang senjata tajam sedangkan di kubu Adiluhur hanya sebagian saja yang memegang senjata taja 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apa dampak dari tawuran bagi kehidupan social Faktor- factor penyebab tawuran Apa solusi yang tepat untuk masalah tawuran tersebut 1.3 Tujuan penelitian Untuk mengetahui dampak-dampak yang terjadi didalam lingkungan masyarakat serta mencari solusi dari masalah tersebut. 1.4 Metode Jenis penelitian Penelitian yang akan dilakukan adalah membagikan kuisioner dan wawancara. BAB II : Dasar teori Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukanmenden oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar. Tawuran juga termasuk dalam kejahatan dan criminal karena mengakibatkan kehilangan nyawa seseorang. Dalam kamus bahasa Indonesia “criminal” adalah pelanggaran hokum yang dapat dihukum menurtu undang-undang pidana. Dan pengertian “kejahatan” adalah perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku yang telah disahkan oleh hukum tertulis. Menurut teori Neo Lombroso,penyebab terjadinya tawuran adalah factor kejiwaan yang disebut pychopathological. Diakibatka karena ketidaksetia-kawanan dan rasa kebersamaan antara warga yang tidak sehat. Pelaku tawuran pelajar dapat dituntu dengan pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan karena tawuran pelajar dilakukan secara beramai-ramai. Selain itu juga bisa digunakan pasal-pasal tentang kejahatan terhadap nyawa yaitu pasal 378 KUHP,39 KUHP dan 340 KUHP,atau pasal-pasal tentang penganiayaan seperti pasal 351 KUHP,352 KUHP,dan pasal 354 KUHP,tergantung fakta yang terungkap dipersidangaan. Atau dapat mengacu pada Undang-Undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak jika pelaku merupakan anak, dan Undang-Undang Darurat NO.12 tahun 1991 yang didalamnya mengatur tentang senjata tajam atau senjata api,karena tidak jarang pelaku tawuran juga menggunakan alat-alat berbahaya dalam aksinya. Mendengar hal ini,dinas pendidikan pun ikut campur tangan. Sekretaris pendidikan DKI JAKARTA Susi nurhati mengatakan akan mencabut kjp pada anakanak yang terlibat tawuran dan ia akan berkolobrasi dengan badan akreditasi provinsi untuk meninjau ulang mengenai akreditasi sekolah. BAB III Rencana kegiatan berdasarkan proposal yang telah dibuat, kami akan melakukan survey dengan cara membagikan kuisioner serta melakukan wawancara Kriteria yang akan diwawancarai 1. Pernah terlibat dalam tawuran 2. Pernah melihat secara langsung tawuran Kriteria yang akan diberikan kuisioner 1. Mahasiswa Atma Jaya 2. Mahasiswa dari sekolah-sekolah lain 3. Para pelajar baik SMA atau SMK Daftar pustaka: Made Darma Weda, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta 1996, hal. 11. 55 Abintoro Prakoso, Op. cit., hal, 93. Sudarsono, Op. cit, hal.125. 101 Kartini Kartono, Op. cit, hal.120. Sumarno A.P., 1989, Dimensi-dimensi KomunikasiPolitik, Citra Aditya Bhakti, Bandung, hlm. Hiariej, Eddy O.S., 2014, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. Kartono, Kartika, 1992, Patalogi Sosial 2: Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta, Marlina, 2012, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Ait