MODUL PERKULIAHAN 2 ETIK UMB Mengenal Potensi Diri, Karir dan Passion. Fakultas Program Studi Desain dan Seni Kreatif Desain Produk 1 01 Kode MK Disusun Oleh A31195EL Rizky Dwi Pradana, M.Si Abstract Kompetensi Pembahasan tentang Mengenal Potensi Diri, Karir dan Passion meliputi : Setelah perkuliahan ini mahasiswa diharapan dapat memahami dan menganalisis tentang Potensi Diri, Karir dan Passion. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 2013 Tatap Muka Pendahuluan Potensi Diri Potensi Fisik Potensi Mental dan Psikis SDM Berkualitas SDM Berkualitas dan Unggul Cara Mengenali Potensi Diri Karir dan Passion ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengenal Potensi Diri, Karir dan Passion A. PENDAHULUAN Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan terbesar dalam hidup adalah bagaimana kita dapat menaklukan diri kita sendiri. Sebab dengan mengenali potensi diri akan mampu memenangkan kita dalam kehidupan. Untuk itu, sering dikatakan mengenal potensi yang ada dalam diri adalah hal mendasar seorang manusia dalam membentuk dan membangun masa depannya. Dapat dibayangkan ketika kita memahami apa yang ada dalam hati dan pikiran, maka kita akan mampu memaksimalkan segala kapasitas intelektual untuk berbuat maksimal dalam setiap bidang atau dimensi kehidupan yang kita pilih. Bagaimanapun potensi yang ada dalam diri akan menuntun seseorang berdasarkan naluri terhebat yang ada dalam diri. Pernahkah anda mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-hari "tidak pede" dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan? Setiap manusia pasti pernah mengalami krisis kepercayaan diri dalam kehidupannya sejak masa anak-anak, dewasa hingga usia lanjut. Krisis kepercayaan diri dapat lahir karena kurangnya pemahaman dalam mengenali potensi diri sehingga diperlukan sikap dan motivasi yang kuat, lingkungan kerja yang mampu menghidupkan potensi diri, kebutuhan material (benda, data atau orang) yang membuat anda senang, memahami keterampilan yang dimiliki sehingga mampu berjalan optimal dalam bekerja dan adanya imbalan (reward and punishment) sebagai penyemangat dalam menjalani kehidupan. Kelima langkah itu adalah salah satu sarana mengenali dan mengasah potensi diri. Namun apakah semua cukup? Tentu tidak, sebab potensi diri itu harus dibiasakan dan diasah secara terus menerus. Pepatah mengatakan ‘ala bisa karena biasa’. Meski itu pepatah lama, namun kontennya masih relevan dengan situasi kekinian. Untuk membiasakan sesuatu tentu dimulai dari langkah pertama. Jika itu mampu dilakukan, maka kebiasaan yang ada akan terpola dan mampu dijalankan secara terus menerus. Kebiasaan adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berpikir. Habits adalah suatu aktivitas yang dilakukan terus menerus sehingga menjadi bagian dari seorang manusia. Dia adalah kebiasaan kita. (Felix Siauw: 2013) 2013 2 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Modul ini akan berusaha membantu para Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mahasiswa dalam mengenali, mengembangkan dan melejitkan potensi diri sehingga mampu sukses di masa mendatang. B. POTENSI DIRI Setiap individu memiliki potensi diri yang berbeda. Itu semua merupakan karunia dari Allah SWT yang dapat dikembangkan setiap individu untuk menjalani hidupnya. Untuk mengetahui potensi diri, maka seorang individu harus mampu mendapatkan pengetahuan mendasar tentang apa itu potensi diri. Potensi berasal dari kata “to potent” yang artinya kekuataan atau power. Menurut Dr. Buchari Zainun, MPA, potensi adalah “daya” yang bersifat positif dalam bentuk kekuataan dan negatif dalam bentuk kelemahan. Potensi diri juga dapat diartikan sebagai kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental yang dimiliki seseorang dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik, sedangkan diri adalah seperangkat proses atau ciri-ciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang dimiliki. Seorang ahli psikologi dari Harvard School of Education Amerika, Prof. Howard Gardner mengenalkan ada sembilan potensi kecerdasan manusia yang harus ditumbuh kembangkan yakni kecerdasan logis-matematis (insinyur, detektif, pengacara, akuntan dll), kecerdasan verbal-linguistik (humas, penulis, jurnalis, juru bicara kampanye dll), keceradsan visual-spasial (arsitek, pelukis, pemain catur dll), kecerdasan olah tubuh-kinestetik (penari, aktris, olahragawan dll), kecerdasan musikal (pencita lagu, pemain musik, penyanyi dll), kecerdasan antar pribadi (ulama, guru, politikus, konselor, manajer, humas dll), kecerdasan intra pribadi (pengarang novel, konselor, filsuf dll), kecerdasan naturalis (ahli flora dan fauna, ahli jamu tradisional, ahli botani dll) dan kecerdasan eksistensialis (ahli filsafat, teolog, psikolog dll) Potensi diri dibedakan menjadi dua bentuk yaitu potensi fisik dan potensi mental atau psikis. Potensi fisik yang dimaksud adalah menyangkut dengan keadaan dan kesehatan tubuh, wajah, dan ketahanan tubuh, sedangkan potensi psikis berhubungan dengan IQ (Intelegensi Quotient), EQ (Emotional Quotient), AQ (Adversity Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient ). Ada beberapa aspek diri yang dimiliki seseorang yang patut untuk dikembangkan antara lain: a. Diri fisik :meliputi tubuh dan anggotanya besrta prosesnya. b. Proses diri: merupakanalur atau arus pikiran,emosi dan tingkah alku yang konstan. c. Diri sosial : adalah bentuk fikiran dan perilaku yang diadopsi saat merespon orang lain dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh. 2013 3 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d. Konsep diri: adalah gambaran mental atau keseluruhan pandangan seseorang tentang dirinya (Habsari 2004). C. POTENSI FISIK Potensi diri fisik adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan apabila dilatih dengan baik. Kemampuan yang terlatih ini akan menjadi suatu kecakapan, keahlian, dan ketrampilan dalam bidang tertentu. Potensi diri fisik akan semakin berkembang bila secata intens dilatih dan dipelihara. D. POTENSI MENTAL ATAU PSIKIS Potensi diri psikis adalah bentuk kekuatan diri secara kejiwaan yang dimiliki seseorang dan memungkinkan untuk ditingkatkan dan dikembangkan apabila dipelajari dan dilatih dengan baik. Bentuk potensi diri psikis yang dimiliki setiap orang adalah: A. Intelegent Quotient (IQ) Kecerdasan intelektual adalah bentuk kemampuan individu untuk berfikir,mengolah dan berrusaha untuk menguasai untuk lingkungannya secara maksimal secara terarah.Menurut Laurel Schmidt dalam bukunya Jalan pintas menjadi 7 kali lebih cerdas (Habsari 2004 : 3) membagi kecerdasan dalam tujuh macam, antara laian adalah sebagai berikut: a. Kecerdasan visual / spesial (kecerdasan gambar) : profesi yang cocok untuk tipe keceerdasan ini antra lain arsitak, seniman, designer mobil, insinyaur,designer graffis, komp[uterr, kartunis,perancang intrior dan ahli fotografi. b. Kecerdasan verbal / linguistik (kecerdasan Berbicara): Profesi yang cocok baagi mereka yang memiliki kecerdasan ini antara lain: pengarang atau menulis, guru, penyiar radio, pemandu acara, presenter, pengacara, penterjemah, dan pelawak. c. Kecerdasan musik: Profesi yang cocok bagi yang memiliki ini adalah peenggubah lagu, pemusik, penyaanyi, disc jokey, guru seni suara, kritikus musik, dan ahli terapi musik. 2013 4 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id d. Kecerdasan logis / matematis (kecerdasan angka); Profesi yang cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ahli metematika, ahli astronomi, ahli pikir, ahli forensik, ahli tata kota, penaksir kerugian asuransi,pialang saham, dan analis sistem komputer. e. Kecerdasan interpersonal (cerdas diri ). Profesi yang cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ulama, pendeta, guru, pedagang, resepsionis, pekerja sosial, pekerja panti asuhan, perantara dagang, pengacara, manajer konvensi, ahli melobi, dan manajer sumber daya manusia. f. Kecerdasan intrapersonal (cerdas bergaul): profesi yang cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah peneliti, ahli kearsipan, ahli agama, ahli budaya, dan ahli purbakala. B. Emosional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosi. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengendalikan, dan menata perasaan sendiri dan orang lain secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan oleh oaraang lain. Daniel Goleman didalam buku kecerdasan emosi memberi tujuh kerangka keja kecakapan ini,yaitu: a. Kecakapan pribadi yaitu kecakapan dalam mengelola diri sendiri. b. Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan utuk mengetahui kondisi diri sendiri dan rasa percaya diri yang tinggi. c. Pengaturan diri : yaitu bentuk kecakapan dalam mengendalikaan diri dan mengembangkan sifat dapat dipercaya, kewaspadaan, adaptabilitas, dan inovasi. d. Motivasi : yaitu bentuk kecakapan untuk meraih prestasi, berkomitmen, berinisiatif, dan optimis. e. Kecakapan sosial yaitu bentuk kecakapan dalam menentukan seseorang harus menangani suatu hubungan. f. Empati : yaitu bentuk kecakapan untuk memahami orang lain, berorientasi pelayanan dengan mengambangakan orang lain. Mengatasi keragmana orang lain dan kesadaran politis. g. Ketrampilan sosial: Yaitu betuk kecakapan dalam menggugah tenggapan yangdikrhendaki pada orang lain. kecakapan ni meliputi pengaruh, 2013 5 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikasi, kepemimpinan, katalisatorperubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaboradi dan kooperasi serta kemampuan tim. C. Adversity quotient (AQ) Atau kecerdasan dalam menghadapi kesulitan. Kecerdasan dalam menghadapi kesulitan adalah bentuk kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan dala menghadapi kesulitan – kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. Paul G Stoltz dalam Adversity Quotient membedakannya tiga tingkatan kecerdasan : a. Tingkat Quitrers (orang yang berhenti). Quiters adalah orang yang paling lemah AQ nya. Ketika ia menghadapi berbagai kesulitan hidup,ia berhenti dan langsung menyerah. b. Tingkat Campers (orang yang berkemah). Campers adalah orang yang memiliki AQ sedang.Ia puas dan cukup atas apa yang telah dicapai dan enggan untuk maju lagi. c. Tingkat Climbers (orang yang mendaki). Climbers adalah orang yang memiliki AQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup. D. Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami dan melambungkan semangat seseorang dengan mengikatkan diri pada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus Nggermanto, Quantum Quotient, 2001). Menurut Damitri Mhayana dalam Habsari, ciriciri seseorang yang memiliki SQ tinggi adalah sebagai berikut: a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat. b. Mampu melihat kesatuan dalam keaneka ragaman. c. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan . d. Mampu mengelola dan bertahan dalam kessulitan dan penderitaan. 2013 6 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id E. SDM BERKUALITAS Membangun SDM yang berkualitas tidak cukup dengan mengandalkan kecerdasan intelektual (IQ) semata, perlu didukung pula kecerdasan emosional (EQ) yang didasari kesadaran akan kebenaran sejati. Kesadaran akan kebenaran sejati adalah penyadaran diri sepenuhnya terhadap nilai-nilai luhur yaitu nilai-nilai Ketuhanan. Ajaran agama dan kepribadian sangatlah penting dalam membentuk SDM berkualitas, sedangkan nilai-nilai budaya dan norma sosial menjadi penyeimbang dalam menemukan kebenaran sejati. EQ selama ini luput dari perhatian sebagian orang, Patricia Paton menyebutkan bahwa kebanyakan kalangan bisnis menganggap EQ merupakan masalah ringan sehingga penanganannya sering hanya diserahkan kepada kalangan keagamaan atau keluarga. Padahal dalam era globalisasi, mengembangkan dan memimpin kegiatan bisnis dengan mengabaikan aspek emosional berarti membiarkan dan membawa perusahaan ke posisi lemah. Ary Ginanjar Agustian menggambarkan hasil dari sebuah test IQ, bahwa kebanyakan orang yang memiliki IQ tinggi menunjukkan kinerja buruk dalam pekerjaan, sementara yang ber-IQ sedang justru sangat berprestasi. Kemampuan akademik, nilai rapor, predikat kelulusan tidak bisa menjadi tolok ukur seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang akan dicapai. Bahkan Ary Ginanjar Agustian menyebutkan bahwa dalam sebuah makalah, “Testing for Competence” bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri, dan inisiatif akan menghasilkan orang-orang sukses dan bintang yang berkinerja tinggi. Ada empat batu pijakan kecerdasan emosional (EQ) yang dapat dijadikan dasar SDM menjadi sukses, yaitu: (1) Karakter, (2) Prinsip-prinsip, (3) Nilai-nilai, dan (4) Paradigma. Pertama, karakter merupakan dasar terbentuknya jati diri seseorang yang terpancar melalui sikap, prilaku, tindakan sehari-hari. Dengan karakter yang ada pada dirinya melahirkan potensi seseorang untuk bertindak dan bereaksi baik yang positif maupun yang negatif. Karakter akan sangat menentukan hubungan yang dijalin seseorang dengan orang lain. Karakter tercermin dalam 8 (delapan) prinsip utama ”penyuluh”, yaitu: welas asih (compassion), suara hati (conscience), keberanian (courage), keunggulan (excellence), kejujuran (honesty), integritas (integrity), keterbukaan (openness), dan penghargaan (respectfulness). Kedua, prinsip-prinsip terbentuk sejak kanak-kanak. Dalam perjalanannya prinsip dalam diri seseorang akan terganggu oleh adanya pengalaman dan kekecewaan-kekecewaan yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan prinsip-prinsip ini, seseorang akan menjalani kehidupannya termasuk berhubungan dengan orang lain sejalan dengan arah dan tujuan hidup 2013 7 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang jelas. Prinsip-prinsip kehidupan yang ada dalam dirinya membantu mengarahkan dan menunjukkan jalan menuju kesuksesan. Ketiga, nilai-nilai merupakan standar pribadi yang menuntut seseorang dibenarkan atau tidak dalam berperilaku. Sehingga seseorang dalam bertindak dan berperilaku yang menjadi ukurannya adalah sesuai tidak dengan nilai-nilai yang ada. Disinilah letaknya orang lain setuju atau tidak setuju apa yang kita lakukan. Keempat, paradigma merupakan cara seseorang melihat dan memandang dunia, bukan pandangan secara visual, tetapi menurut persepsi, pemahaman, dan penafsiran. Dalam kehidupan dan hubungan antar manusia (dalam dunia kerja) kesuksesan seseorang akan sangat bergantung pada bagaimana dirinya memandang, memahami, mempersepsikan dan menafsirkan berbagai kejadian dan tantangan. F. SDM BERKUALITAS DAN UNGGUL Paul Stoltz (2000) menjelaskan ada kecerdasan baru yang dibutuhkan seseorang dalam menjalani kehidupan dan meraih kesuksesan, yaitu kecerdasan ketangguhan (Adversity Quotient/AQ). Dengan kecerdasan ini seseorang akan mampu melewati masalah sesulit apapun dan mampu menemukan jalan keluarnya. Selanjutnya SDM pada era global harus memiliki kompetensi dan excellent (keunggulan). Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan bidang pekerjaannya. Kompetensi pada era global sangat dipentingkan, karena pada era ini akan melahirkan suatu dunia baru yaitu suatu dunia yang terbuka dengan berbagai aspek positif dan negatifnya. Sedangkan yang dimaksud dengan unggul adalah adanya nilai plus dalam diri seseorang. Steven R. Covey, penulis buku Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif memiliki pengalaman ini. Ia mempunyai harapan sosial yang terlalu muluk untuk salah satu anaknya yang ternyata berkemampuan fisik dan mental dibawah rata-rata. Tapi ia gagal. Yang ia lakukan kemudian adalah merubah visinya tentang anaknya tumbuh sesuai dengan alur kemampuannya. Tapi ternyata itulah jalan yang membuat anaknya mencapai prestasi besarDalam persaingan era global, hanya SDM berkualitas dan unggul saja yang mampu menang dan mampu meraih keberhasilan dalam persaingan dengan bangsa lain. 2013 8 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id G. CARA MENGENALI POTENSI DIRI Ada beberapa cara dalam mengetahui potensi diri. Pertama, mengenali bidang apa yang kita senangi sehingga melahirkan semangat atas apa yang kita lakukan. Misalnya seseorang senang buku motivasi, maka dia akan bersemangat membeli buku-buku motivasi meski harus mengeluarkan uang berapapun. Semua dilandasi atas dasar kesenangan atau hobi. Kedua, bertanya kepada orang terdekat apakah itu orang tua, sahabat, keluarga maupun kakak-adik. Bagaimanapun orang terdekat adalah kunci utama yang memahami bagaimana sesungguhnya potensi diri anda. Ketiga, mencoba hal baru dengan membiasakan banyak bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pergaulan yang makin luas, maka wawasan akan luas sehingga kita akan menemukan potensi diri yang tersembunyi. Keempat, banyak membaca, melihat, mendengar dan merasakan sehingga kita akan mendapatkan banyak pengetahuan dan informasi. Bacaan dan tontonan adalah sebuah potensi yang jika dikembangkan akan membantu menapaki kesuksesan di masa depan. H. KARIR DAN PASSION Hampir sebagian besar dari kita menjalani hidup yang hampir sama, menghabiskan 12 tahun untuk bersekolah hingga SMU ditambah 4-5 tahun belajar di Perguruan Tinggi, berjuang untuk memperoleh pekerjaan dengan gaji tinggi, naik pangkat, punya rumah dan mobil, menikah, menyekolahkan anak-anak di sekolah terbaik untuk mengulang kembali siklus hidup seperti yang kita jalani. Pertanyaan berikutnya adalah benarkah siklus hidup seperti itu yang benar-benar ingin kita jalani ? apakah pekerjaan yang kita jalani sepanjang hidup itu adalah karir kita ? apakah kita bahagia dan puas dengan hidup kita ? Sebagian besar mahasiswa memberikan jawaban yang sama bila mendapat pertanyaan tentang apa yang akan dilakukan dalam hidupnya setelah menyelesaikan kuliahnya. Memang demikianlah paradigm yang berlaku di masyarakat kita, kurang memberi ruang dan penghargaan terhadap keunikan diri. Namun tidak berarti kita tidak bisa melawan arus. 2013 9 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut Rene Suhardono dalam bukunya Your Job is not Your Career: Your job should never define you, Pekerjaanmu tidak pernah menggambarkan siapa dirimu. Pekerjaanmu belum tentu sama dengan Karirmu. H.1 Karir Apa perbedaan “Pekerjaan dan Karir” ? Rene Suhardono, juga menjelaskan perbedaannya sebagai berikut : Pekerjaan adalah : Alat/instrument bagi perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi; Sarana bagi individu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan berkarya; Jalan untuk berkembang secara pribadi dan professional, dan Kendaraan untuk memperoleh pencapaian pribadi (personal achievement) dan berkontribusi bagi lingkungan (to give back to the community). Karir adalah sepenuhnya mengenai diri sendiri, menyangkut jawaban atas pertanyaanpertanyaan di atas : Bagaimana mengenal keunikan diri dan mengetahui hal-hal yang amat sangat diminati (your passions); Bagaimana menjalankan kehidupan bermakna (your purpose of life); Bagaimana kita ingin diingat saat tiada nanti (your Value); Bagaimana untuk senatiasa punya pandangan positif sepanjang hidup (your Motivation); Semangat untuk terus melakukan perbedaan dalam hidup SEKARANG (your Action); Bagaimana mencapai kebahagiaan dan kepuasan/ketercapaian dalam hidup. Karir adalah totalitas kehidupan professional sejak bangun di pagi hari hingga kembali terlelap tidur. Tidak semata-mata terkait dengan cara-cara memperoleh penghidupan. Tujuan karir tidak lain adalah kebahagiaan dan ketercapaian. Karir kita dikendalikan oleh passion kita. Karir kita adalah milik kita, karir kita adalah kita. Kita adalah bos dari karir kita, tidak seorangpun dapat memecat kita dari karir kita. H.2 2013 Passion (Hasrat) 10 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Passion adalah segala hal yang kita sukai atau minati sedemikian rupa sehingga tidak terpikir untuk tidak melakukannya. Passion adalah segala macam wujud keunikan, keistimewaan yang kita miliki dan rasakan. (Suhardono, 2012). Lebih lanjut Rene Suhardono menjelaskan bahwa Passion tidak ada kaitannya dengan kebiasaan ataupun keahlian kita, namun justru berhubungan dengan segala hal yang menggugah minat pribadi. Apa pun itu. Passion bukan sesuatu yang merupaka keahlian kita, tetapi sesuatu yang paling kita nikmati dan minati. Passion adalah sesuatu yang sangat sangat kita ingin lakukan dengan sepenuh hati. Passion adalah kekuatan kita. Erwin Gutawa telah dikenal sebagai musisi besar yang dimiliki negeri ini. Erwin menemukan passionnya di bidang musik sejak masih duduk di bangku SD. Meskipun menyelesaikan sekolahnya hingga jenjang S1 dibidang Arsitektur, tetapi sepanjang hidupnya Erwin tidak pernah melepaskan kecintaannya terhadap musik. Semasa kuliah setiap minggu Erwin mengisi acara Orkestra Telerama di TVRI pada tahun 1980an secara rutin, bahkan dipercaya membuat aransemen Orkestra oleh almarhum Isbandi sebagai pimpinan Orkestra pada waktu itu,di sela-sela kesibukkannya menjalan Tugas Akhir, Erwin masih sempat mencuri waktu untuk rekaman musik. Setelah lulus kuliah, Erwin memantapkan diri untuk menjalani hidup mengikuti passionnya, berkarir di bidang musik. Saat ini Erwin menjadi pemimpin Orkestra miliknya sendiri, menghasilkan karya-karya besar di bidang musik, termasuk menggelar konser Chrisye bertajuk Kindung Abadi, menghadirkan sosok Chrisye yang menyanyikan lagu baru meskipun Chrisye telah tiada. Sebuah pencapaian luar biasa. 2013 11 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Primi Artiningrum, Agustina Kurniasih, Arissetyanto Nugroho. 2013. Etika dan Perilaku Profesional Sarjana, Jakarta: Graha Ilmu dan Universitas Mercu Buana. 2. Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Arga. 3. James, J. 1996. Thinking in the Future Tense. Simon & Schuster. Inc. 4. Patricia Patton. 1997. EQ (Kecerdasan Emosional) di Tempat Kerja. Jakarta: Pustaka Delapratasa. 5. Paul Stoltz. 2000. Adversity Quotient Mengubah Hambatan Jadi Peluang. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. 6. Felix Siauw. 2013. How To Master Your Habits. Jakarta: Al Fatih Press. 7. Howard Gardner.2007. Five Minds for the Future. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2013 12 ETIK UMB Rizky Dwi Pradana, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id