Mengenal Potensi Diri, Karir dan Passion

advertisement
MODUL PERKULIAHAN 2
ETIK UMB
Mengenal Potensi Diri, Karir dan
Passion.
Fakultas
Program Studi
Desain dan Seni
Kreatif
Desain Produk
1
01
Kode MK
Disusun Oleh
A31195EL
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Abstract
Kompetensi
Pembahasan
tentang
Mengenal
Potensi Diri, Karir dan Passion meliputi
:
Setelah perkuliahan ini mahasiswa
diharapan dapat memahami dan
menganalisis tentang Potensi Diri, Karir
dan Passion.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2013
Tatap Muka
Pendahuluan
Potensi Diri
Potensi Fisik
Potensi Mental dan Psikis
SDM Berkualitas
SDM Berkualitas dan Unggul
Cara Mengenali Potensi Diri
Karir dan Passion
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mengenal Potensi Diri, Karir dan
Passion
A.
PENDAHULUAN
Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan terbesar dalam
hidup adalah bagaimana kita dapat menaklukan diri kita sendiri. Sebab dengan mengenali
potensi diri akan mampu memenangkan kita dalam kehidupan. Untuk itu, sering dikatakan
mengenal potensi yang ada dalam diri adalah hal mendasar seorang manusia dalam
membentuk dan membangun masa depannya. Dapat dibayangkan ketika kita memahami apa
yang ada dalam hati dan pikiran, maka kita akan mampu memaksimalkan segala kapasitas
intelektual untuk berbuat maksimal dalam setiap bidang atau dimensi kehidupan yang kita pilih.
Bagaimanapun potensi yang ada dalam diri akan menuntun seseorang berdasarkan naluri
terhebat yang ada dalam diri.
Pernahkah anda mengalami krisis kepercayaan diri atau dalam bahasa sehari-hari
"tidak pede" dalam menghadapi suatu situasi atau persoalan? Setiap manusia pasti pernah
mengalami krisis kepercayaan diri dalam kehidupannya sejak masa anak-anak, dewasa hingga
usia lanjut. Krisis kepercayaan diri dapat lahir karena kurangnya pemahaman dalam mengenali
potensi diri sehingga diperlukan sikap dan motivasi yang kuat, lingkungan kerja yang mampu
menghidupkan potensi diri, kebutuhan material (benda, data atau orang) yang membuat anda
senang, memahami keterampilan yang dimiliki sehingga mampu berjalan optimal dalam bekerja
dan adanya imbalan (reward and punishment) sebagai penyemangat dalam menjalani
kehidupan.
Kelima langkah itu adalah salah satu sarana mengenali dan mengasah potensi diri.
Namun apakah semua cukup? Tentu tidak, sebab potensi diri itu harus dibiasakan dan diasah
secara terus menerus. Pepatah mengatakan ‘ala bisa karena biasa’. Meski itu pepatah lama,
namun kontennya masih relevan dengan situasi kekinian. Untuk membiasakan sesuatu tentu
dimulai dari langkah pertama. Jika itu mampu dilakukan, maka kebiasaan yang ada akan
terpola dan mampu dijalankan secara terus menerus. Kebiasaan adalah segala sesuatu yang
kita lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berpikir. Habits adalah suatu
aktivitas yang dilakukan terus menerus sehingga menjadi bagian dari seorang manusia. Dia
adalah kebiasaan kita. (Felix Siauw: 2013)
2013
2
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Modul ini akan berusaha membantu para
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mahasiswa dalam mengenali, mengembangkan dan melejitkan potensi diri sehingga mampu
sukses di masa mendatang.
B.
POTENSI DIRI
Setiap individu memiliki potensi diri yang berbeda. Itu semua merupakan karunia dari
Allah SWT yang dapat dikembangkan setiap individu untuk menjalani hidupnya. Untuk
mengetahui potensi diri, maka seorang individu harus mampu mendapatkan pengetahuan
mendasar tentang apa itu potensi diri. Potensi berasal dari kata “to potent” yang artinya
kekuataan atau power. Menurut Dr. Buchari Zainun, MPA, potensi adalah “daya” yang bersifat
positif dalam bentuk kekuataan dan negatif dalam bentuk kelemahan.
Potensi diri juga dapat diartikan sebagai kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh
seseorang baik fisik maupun mental yang dimiliki seseorang dan mempunyai kemungkinan
untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik, sedangkan diri adalah
seperangkat proses atau ciri-ciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang dimiliki. Seorang ahli
psikologi dari Harvard School of Education Amerika, Prof. Howard Gardner mengenalkan ada
sembilan potensi kecerdasan manusia yang harus ditumbuh kembangkan yakni kecerdasan
logis-matematis (insinyur, detektif, pengacara, akuntan dll), kecerdasan verbal-linguistik
(humas, penulis, jurnalis, juru bicara kampanye dll), keceradsan visual-spasial (arsitek, pelukis,
pemain catur dll), kecerdasan olah tubuh-kinestetik (penari, aktris, olahragawan dll), kecerdasan
musikal (pencita lagu, pemain musik, penyanyi dll), kecerdasan antar pribadi (ulama, guru,
politikus, konselor, manajer, humas dll), kecerdasan intra pribadi (pengarang novel, konselor,
filsuf dll), kecerdasan naturalis (ahli flora dan fauna, ahli jamu tradisional, ahli botani dll) dan
kecerdasan eksistensialis (ahli filsafat, teolog, psikolog dll)
Potensi diri dibedakan menjadi dua bentuk yaitu potensi fisik dan potensi mental atau
psikis. Potensi fisik yang dimaksud adalah menyangkut dengan keadaan dan kesehatan tubuh,
wajah, dan ketahanan tubuh, sedangkan potensi psikis berhubungan dengan IQ (Intelegensi
Quotient), EQ (Emotional Quotient), AQ (Adversity Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient ). Ada
beberapa aspek diri yang dimiliki seseorang yang patut untuk dikembangkan antara lain:
a. Diri fisik :meliputi tubuh dan anggotanya besrta prosesnya.
b. Proses diri: merupakanalur atau arus pikiran,emosi dan tingkah alku yang konstan.
c. Diri sosial : adalah bentuk fikiran dan perilaku yang diadopsi saat merespon orang lain
dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh.
2013
3
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Konsep diri: adalah gambaran mental atau keseluruhan pandangan seseorang tentang
dirinya (Habsari 2004).
C.
POTENSI FISIK
Potensi diri fisik adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat dikembangkan
dan ditingkatkan apabila dilatih dengan baik. Kemampuan yang terlatih ini akan menjadi suatu
kecakapan, keahlian, dan ketrampilan dalam bidang tertentu. Potensi diri fisik akan semakin
berkembang bila secata intens dilatih dan dipelihara.
D.
POTENSI MENTAL ATAU PSIKIS
Potensi diri psikis adalah bentuk kekuatan diri secara kejiwaan yang dimiliki seseorang
dan memungkinkan untuk ditingkatkan dan dikembangkan apabila dipelajari dan dilatih dengan
baik. Bentuk potensi diri psikis yang dimiliki setiap orang adalah:
A. Intelegent Quotient (IQ)
Kecerdasan intelektual adalah bentuk kemampuan individu untuk berfikir,mengolah dan
berrusaha
untuk
menguasai
untuk
lingkungannya
secara
maksimal
secara
terarah.Menurut Laurel Schmidt dalam bukunya Jalan pintas menjadi 7 kali lebih cerdas
(Habsari 2004 : 3) membagi kecerdasan dalam tujuh macam, antara laian adalah
sebagai berikut:
a. Kecerdasan visual / spesial (kecerdasan gambar) : profesi yang cocok untuk tipe
keceerdasan ini antra lain arsitak, seniman, designer mobil, insinyaur,designer
graffis, komp[uterr, kartunis,perancang intrior dan ahli fotografi.
b. Kecerdasan verbal / linguistik (kecerdasan Berbicara): Profesi yang cocok baagi
mereka yang memiliki kecerdasan ini antara lain: pengarang atau menulis, guru,
penyiar radio, pemandu acara, presenter, pengacara, penterjemah, dan pelawak.
c. Kecerdasan musik: Profesi yang cocok bagi yang memiliki ini adalah
peenggubah lagu, pemusik, penyaanyi, disc jokey, guru seni suara, kritikus
musik, dan ahli terapi musik.
2013
4
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Kecerdasan logis / matematis (kecerdasan angka); Profesi yang cocok bagi
mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ahli metematika, ahli astronomi, ahli
pikir, ahli forensik, ahli tata kota, penaksir kerugian asuransi,pialang saham, dan
analis sistem komputer.
e. Kecerdasan interpersonal (cerdas diri ). Profesi yang cocok bagi mereka yang
memiliki kecerdasan ini adalah ulama, pendeta, guru, pedagang, resepsionis,
pekerja sosial, pekerja panti asuhan, perantara dagang, pengacara, manajer
konvensi, ahli melobi, dan manajer sumber daya manusia.
f.
Kecerdasan intrapersonal (cerdas bergaul): profesi yang cocok bagi mereka
yang memiliki kecerdasan ini adalah peneliti, ahli kearsipan, ahli agama, ahli
budaya, dan ahli purbakala.
B. Emosional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosi.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengendalikan, dan menata
perasaan
sendiri
dan
orang
lain
secara
mendalam
sehingga
kehadirannya
menyenangkan dan didambakan oleh oaraang lain. Daniel Goleman didalam buku
kecerdasan emosi memberi tujuh kerangka keja kecakapan ini,yaitu:
a. Kecakapan pribadi yaitu kecakapan dalam mengelola diri sendiri.
b. Kesadaran diri yaitu bentuk kecakapan utuk mengetahui kondisi diri sendiri
dan rasa percaya diri yang tinggi.
c. Pengaturan diri : yaitu bentuk kecakapan dalam mengendalikaan diri dan
mengembangkan sifat dapat dipercaya, kewaspadaan, adaptabilitas, dan
inovasi.
d. Motivasi : yaitu bentuk kecakapan untuk meraih prestasi, berkomitmen,
berinisiatif, dan optimis.
e. Kecakapan sosial yaitu bentuk kecakapan dalam menentukan seseorang
harus menangani suatu hubungan.
f.
Empati : yaitu bentuk kecakapan untuk memahami orang lain, berorientasi
pelayanan dengan mengambangakan orang lain. Mengatasi keragmana
orang lain dan kesadaran politis.
g. Ketrampilan sosial: Yaitu betuk kecakapan dalam menggugah tenggapan
yangdikrhendaki pada orang lain. kecakapan ni meliputi pengaruh,
2013
5
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komunikasi,
kepemimpinan,
katalisatorperubahan,
manajemen
konflik,
pengikat jaringan, kolaboradi dan kooperasi serta kemampuan tim.
C. Adversity quotient (AQ) Atau kecerdasan dalam menghadapi kesulitan.
Kecerdasan dalam menghadapi kesulitan adalah bentuk kecerdasan seseorang untuk
dapat bertahan dala menghadapi kesulitan – kesulitan dan mampu mengatasi tantangan
hidup. Paul G Stoltz dalam Adversity Quotient membedakannya tiga tingkatan
kecerdasan :
a. Tingkat Quitrers (orang yang berhenti). Quiters adalah orang yang paling lemah
AQ nya. Ketika ia menghadapi berbagai kesulitan hidup,ia berhenti dan langsung
menyerah.
b. Tingkat Campers (orang yang berkemah). Campers adalah orang yang memiliki
AQ sedang.Ia puas dan cukup atas apa yang telah dicapai dan enggan untuk
maju lagi.
c. Tingkat Climbers (orang yang mendaki). Climbers adalah orang yang memiliki
AQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat bertahan
menghadapi kesulitan-kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.
D. Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual.
Kecerdasan spiritual adalah sumber yang mengilhami dan melambungkan semangat
seseorang dengan mengikatkan diri pada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu (Agus
Nggermanto, Quantum Quotient, 2001). Menurut Damitri Mhayana dalam Habsari, ciriciri seseorang yang memiliki SQ tinggi adalah sebagai berikut:
a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat.
b. Mampu melihat kesatuan dalam keaneka ragaman.
c. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan .
d. Mampu mengelola dan bertahan dalam kessulitan dan penderitaan.
2013
6
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
E.
SDM BERKUALITAS
Membangun SDM yang berkualitas tidak cukup dengan mengandalkan kecerdasan
intelektual (IQ) semata, perlu didukung pula kecerdasan emosional (EQ) yang didasari
kesadaran akan kebenaran sejati. Kesadaran akan kebenaran sejati adalah penyadaran diri
sepenuhnya terhadap nilai-nilai luhur yaitu nilai-nilai Ketuhanan. Ajaran agama dan kepribadian
sangatlah penting dalam membentuk SDM berkualitas, sedangkan nilai-nilai budaya dan norma
sosial menjadi penyeimbang dalam menemukan kebenaran sejati.
EQ selama ini luput dari perhatian sebagian orang, Patricia Paton menyebutkan bahwa
kebanyakan kalangan bisnis menganggap EQ merupakan masalah ringan sehingga
penanganannya sering hanya diserahkan kepada kalangan keagamaan atau keluarga. Padahal
dalam era globalisasi, mengembangkan dan memimpin kegiatan bisnis dengan mengabaikan
aspek emosional berarti membiarkan dan membawa perusahaan ke posisi lemah. Ary Ginanjar
Agustian menggambarkan hasil dari sebuah test IQ, bahwa kebanyakan orang yang memiliki IQ
tinggi menunjukkan kinerja buruk dalam pekerjaan, sementara yang ber-IQ sedang justru
sangat berprestasi. Kemampuan akademik, nilai rapor, predikat kelulusan tidak bisa menjadi
tolok ukur seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang
akan dicapai. Bahkan Ary Ginanjar Agustian menyebutkan bahwa dalam sebuah makalah,
“Testing for Competence” bahwa seperangkat kecakapan khusus seperti empati, disiplin diri,
dan inisiatif akan menghasilkan orang-orang sukses dan bintang yang berkinerja tinggi. Ada
empat batu pijakan kecerdasan emosional (EQ) yang dapat dijadikan dasar SDM menjadi
sukses, yaitu: (1) Karakter, (2) Prinsip-prinsip, (3) Nilai-nilai, dan (4) Paradigma.
Pertama, karakter merupakan dasar terbentuknya jati diri seseorang yang terpancar
melalui sikap, prilaku, tindakan sehari-hari. Dengan karakter yang ada pada dirinya melahirkan
potensi seseorang untuk bertindak dan bereaksi baik yang positif maupun yang negatif.
Karakter akan sangat menentukan hubungan yang dijalin seseorang dengan orang lain.
Karakter tercermin dalam 8 (delapan) prinsip utama ”penyuluh”, yaitu: welas asih (compassion),
suara hati (conscience), keberanian (courage), keunggulan (excellence), kejujuran (honesty),
integritas (integrity), keterbukaan (openness), dan penghargaan (respectfulness).
Kedua, prinsip-prinsip terbentuk sejak kanak-kanak. Dalam perjalanannya prinsip dalam
diri seseorang akan terganggu oleh adanya pengalaman dan kekecewaan-kekecewaan yang
dihadapi dalam kehidupannya. Dengan prinsip-prinsip ini, seseorang akan menjalani
kehidupannya termasuk berhubungan dengan orang lain sejalan dengan arah dan tujuan hidup
2013
7
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang jelas. Prinsip-prinsip kehidupan yang ada dalam dirinya membantu mengarahkan dan
menunjukkan jalan menuju kesuksesan.
Ketiga, nilai-nilai merupakan standar pribadi yang menuntut seseorang dibenarkan atau
tidak dalam berperilaku. Sehingga seseorang dalam bertindak dan berperilaku yang menjadi
ukurannya adalah sesuai tidak dengan nilai-nilai yang ada. Disinilah letaknya orang lain setuju
atau tidak setuju apa yang kita lakukan.
Keempat, paradigma merupakan cara seseorang melihat dan memandang dunia, bukan
pandangan secara visual, tetapi menurut persepsi, pemahaman, dan penafsiran. Dalam
kehidupan dan hubungan antar manusia (dalam dunia kerja) kesuksesan seseorang akan
sangat bergantung pada bagaimana dirinya memandang, memahami, mempersepsikan dan
menafsirkan berbagai kejadian dan tantangan.
F.
SDM BERKUALITAS DAN UNGGUL
Paul Stoltz (2000) menjelaskan ada kecerdasan baru yang dibutuhkan seseorang dalam
menjalani kehidupan dan meraih kesuksesan, yaitu kecerdasan ketangguhan (Adversity
Quotient/AQ). Dengan kecerdasan ini seseorang akan mampu melewati masalah sesulit
apapun dan mampu menemukan jalan keluarnya. Selanjutnya SDM pada era global harus
memiliki kompetensi dan excellent (keunggulan). Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Kompetensi pada era global sangat dipentingkan, karena pada era ini akan melahirkan suatu
dunia baru yaitu suatu dunia yang terbuka dengan berbagai aspek positif dan negatifnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan unggul adalah adanya nilai plus dalam diri
seseorang. Steven R. Covey, penulis buku Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Sangat Efektif
memiliki pengalaman ini. Ia mempunyai harapan sosial yang terlalu muluk untuk salah satu
anaknya yang ternyata berkemampuan fisik dan mental dibawah rata-rata. Tapi ia gagal. Yang
ia lakukan kemudian adalah merubah visinya tentang anaknya tumbuh sesuai dengan alur
kemampuannya. Tapi ternyata itulah jalan yang membuat anaknya mencapai prestasi
besarDalam persaingan era global, hanya SDM berkualitas dan unggul saja yang mampu
menang dan mampu meraih keberhasilan dalam persaingan dengan bangsa lain.
2013
8
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
G.
CARA MENGENALI POTENSI DIRI
Ada beberapa cara dalam mengetahui potensi diri.
Pertama, mengenali bidang apa yang kita senangi sehingga melahirkan semangat atas
apa yang kita lakukan. Misalnya seseorang senang buku motivasi, maka dia akan bersemangat
membeli buku-buku motivasi meski harus mengeluarkan uang berapapun. Semua dilandasi
atas dasar kesenangan atau hobi.
Kedua, bertanya kepada orang terdekat apakah itu orang tua, sahabat, keluarga
maupun kakak-adik. Bagaimanapun orang terdekat adalah kunci utama yang memahami
bagaimana sesungguhnya potensi diri anda.
Ketiga, mencoba hal baru dengan membiasakan banyak bergaul dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan pergaulan yang makin luas, maka wawasan akan luas sehingga kita akan
menemukan potensi diri yang tersembunyi.
Keempat, banyak membaca, melihat, mendengar dan merasakan sehingga kita akan
mendapatkan banyak pengetahuan dan informasi. Bacaan dan tontonan adalah sebuah potensi
yang jika dikembangkan akan membantu menapaki kesuksesan di masa depan.
H.
KARIR DAN PASSION
Hampir sebagian besar dari kita menjalani hidup yang hampir sama, menghabiskan 12
tahun untuk bersekolah hingga SMU ditambah 4-5 tahun belajar di Perguruan Tinggi, berjuang
untuk memperoleh pekerjaan dengan gaji tinggi, naik pangkat, punya rumah dan mobil,
menikah, menyekolahkan anak-anak di sekolah terbaik untuk mengulang kembali siklus hidup
seperti yang kita jalani.
Pertanyaan berikutnya adalah benarkah siklus hidup seperti itu yang benar-benar ingin
kita jalani ? apakah pekerjaan yang kita jalani sepanjang hidup itu adalah karir kita ? apakah
kita bahagia dan puas dengan hidup kita ?
Sebagian besar mahasiswa memberikan jawaban yang sama bila mendapat pertanyaan
tentang apa yang akan dilakukan dalam hidupnya setelah menyelesaikan kuliahnya. Memang
demikianlah paradigm yang berlaku di masyarakat kita, kurang memberi ruang dan
penghargaan terhadap keunikan diri. Namun tidak berarti kita tidak bisa melawan arus.
2013
9
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Rene Suhardono dalam bukunya Your Job is not Your Career: Your job should
never define you, Pekerjaanmu tidak pernah menggambarkan siapa dirimu. Pekerjaanmu belum
tentu sama dengan Karirmu.
H.1
Karir
Apa perbedaan “Pekerjaan dan Karir” ?
Rene Suhardono, juga menjelaskan perbedaannya sebagai berikut :
Pekerjaan adalah :

Alat/instrument bagi perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi;

Sarana bagi individu untuk memenuhi kebutuhan hidup dan berkarya;

Jalan untuk berkembang secara pribadi dan professional, dan

Kendaraan untuk memperoleh pencapaian pribadi (personal achievement) dan
berkontribusi bagi lingkungan (to give back to the community).
Karir adalah sepenuhnya mengenai diri sendiri, menyangkut jawaban atas pertanyaanpertanyaan di atas :

Bagaimana mengenal keunikan diri dan mengetahui hal-hal yang amat sangat diminati
(your passions);

Bagaimana menjalankan kehidupan bermakna (your purpose of life);

Bagaimana kita ingin diingat saat tiada nanti (your Value);

Bagaimana untuk senatiasa punya pandangan positif sepanjang hidup (your Motivation);

Semangat untuk terus melakukan perbedaan dalam hidup SEKARANG (your Action);

Bagaimana mencapai kebahagiaan dan kepuasan/ketercapaian dalam hidup.
Karir adalah totalitas kehidupan professional sejak bangun di pagi hari hingga kembali
terlelap tidur. Tidak semata-mata terkait dengan cara-cara memperoleh penghidupan. Tujuan
karir tidak lain adalah kebahagiaan dan ketercapaian. Karir kita dikendalikan oleh passion kita.
Karir kita adalah milik kita, karir kita adalah kita. Kita adalah bos dari karir kita, tidak seorangpun
dapat memecat kita dari karir kita.
H.2
2013
Passion (Hasrat)
10
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Passion adalah segala hal yang kita sukai atau minati sedemikian rupa sehingga tidak
terpikir untuk tidak melakukannya. Passion adalah segala macam wujud keunikan,
keistimewaan yang kita miliki dan rasakan. (Suhardono, 2012).
Lebih lanjut Rene Suhardono menjelaskan bahwa Passion tidak ada kaitannya dengan
kebiasaan ataupun keahlian kita, namun justru berhubungan dengan segala hal yang
menggugah minat pribadi. Apa pun itu. Passion bukan sesuatu yang merupaka keahlian kita,
tetapi sesuatu yang paling kita nikmati dan minati. Passion adalah sesuatu yang sangat sangat
kita ingin lakukan dengan sepenuh hati. Passion adalah kekuatan kita.
Erwin Gutawa telah dikenal sebagai musisi besar yang dimiliki negeri ini. Erwin
menemukan passionnya di bidang musik sejak masih duduk di bangku SD. Meskipun
menyelesaikan sekolahnya hingga jenjang S1 dibidang Arsitektur, tetapi sepanjang hidupnya
Erwin tidak pernah melepaskan kecintaannya terhadap musik. Semasa kuliah setiap minggu
Erwin mengisi acara Orkestra Telerama di TVRI pada tahun 1980an secara rutin, bahkan
dipercaya membuat aransemen Orkestra oleh almarhum Isbandi sebagai pimpinan Orkestra
pada waktu itu,di sela-sela kesibukkannya menjalan Tugas Akhir, Erwin masih sempat mencuri
waktu untuk rekaman musik. Setelah lulus kuliah, Erwin memantapkan diri untuk menjalani
hidup mengikuti passionnya, berkarir di bidang musik. Saat ini Erwin menjadi pemimpin
Orkestra miliknya sendiri, menghasilkan karya-karya besar di bidang musik, termasuk
menggelar konser Chrisye bertajuk Kindung Abadi, menghadirkan sosok Chrisye yang
menyanyikan lagu baru meskipun Chrisye telah tiada. Sebuah pencapaian luar biasa.
2013
11
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Primi Artiningrum, Agustina Kurniasih, Arissetyanto Nugroho. 2013. Etika dan Perilaku
Profesional Sarjana, Jakarta: Graha Ilmu dan Universitas Mercu Buana.
2. Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual. Jakarta: Arga.
3. James, J. 1996. Thinking in the Future Tense. Simon & Schuster. Inc.
4. Patricia Patton. 1997. EQ (Kecerdasan Emosional) di Tempat Kerja. Jakarta: Pustaka
Delapratasa.
5. Paul Stoltz. 2000. Adversity Quotient Mengubah Hambatan Jadi Peluang. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
6. Felix Siauw. 2013. How To Master Your Habits. Jakarta: Al Fatih Press.
7. Howard Gardner.2007. Five Minds for the Future. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2013
12
ETIK UMB
Rizky Dwi Pradana, M.Si
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download