IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PADA SD BERBASIS ISLAM DI KOTA MAGELANG (STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF DAN SDIT IHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG) Oleh oleh MUFLIHATUTH THOHIROH NIM. M1.11.014 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013 PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM LEMBAR PERSETUJUAN TESIS Nama : MUFLIHATUTH THOHIROH NIM : M1.11.014 Program Studi : Program Pascasarjana Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam Tanggal Ujian : 30 September 2013 Judul : IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PADA SD BERBASIS ISLAM DI KOTA MAGELANG (STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF IHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG) Panitia Munaqosah Tesis ii DAN SDIT ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pola pendidikan yang terjadi saat ini masih banyak yang mengedepankan keseragaman dan pengukuran siswa yang cerdas hanya terbatas pada IQ saja. Penggalian kecerdasan peserta didik masih sangat jarang dilakukan sebagai sandaran utama untuk mengawali setiap rancangan pembelajaran. Kecenderungan minat, bakat, talenta dan ketrampilan dasar belum menjadi bagian yang integral. Dalam teori Gardner (multiple intelligences) yang mengembangkan 9 kecerdasan, pendidik dapat menumbuh kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Konsep multiple intelligences yang menitik beratkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel bertujuan (purposive sample). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan langkah: reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan dengan metode induktif. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan cara mengadakan triangulasi metode yang dikumpulkan datadata dari hasil wawancara yang dibuktikan dengan observasi dan juga dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Pemahaman kepala sekolah dan guru tentang multiple intelligences sudah tidak asing lagi dalam aktivitas pembelajaran kesehariannya dengan menerapkan strategi multiple intelligences; 2) Kerangka konseptual implementasi multiple intelligences meliputi 3 tahap yaitu: tahap input yang merupakan identifikasi kecerdasan, tahap proses dengan pembelajaran yang menggunakan strategi multiple intelligences mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup seluruh kecerdasan, tahap output dengan menyelenggarakan penilaian yang meliputi tiga ranah: kognitif, afektif dan psikomotorik; 3) Implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif meliputi pendekatanpendekatan kecerdasan yang dimiliki siswa, selain itu juga pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan masing-masing kecerdasan; 4) Respon siswa dan orang tua siswa terhadap implementasi multiple intelligences sangat positif dan mendukung pelaksanaannya baik dalam pembelajaran intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler; 5) Dampak implementasi multiple intelligences dapat meningkatkan prestasi siswa, sering menjuarai perlombaan dalam berbagai bidang baik tingkat kecamatan, kota, propinsi, nasional sampai internasional, dan juga berdampak pada kepribadian dengan meningkatnya akhlak, ibadah, kerjasama, kemandirian, kejujuran, kedisiplinan, dan ketaatan. iv ABSTRACT This research is motivated by the educational pattern occurs is still a lot to promote uniformity and excellent student measurement is limited to just IQ. Excavation intelligence learners are still very rarely done as mainstays to start each lesson plan. Interest inventories, aptitude, talent and skills base has not become an integral part. In theory Gardner (multiple intelligences) that develops 9 intelligence, educators can cultivate student achievement overall. The concept of multiple intelligences which focuses on the areas of uniqueness always find an excess of each child. This study is a qualitative research, by taking the location of SD Muhammadiyah 1 Alternative and SDIT Ihsanul Fikri Magelang. The data was collected by conducting in-depth interviews, observation, and documentation. The sampling technique used is intended sample (purposive sample). Data analysis was performed using qualitative descriptive analysis steps: data reduction, data and conclusions diplay the inductive method. Examination of the validity of the data is done by holding the triangulation method of data collected from interviews as evidenced by observation and documentation. The results showed: 1) Understanding of principals and teachers on multiple intelligences are familiar in their daily learning activities to implement the strategy of multiple intelligences; 2) implementation of multiple intelligences conceptual framework includes three stages: the input stage is the identification of intelligence, learning stage of the process by using a strategy of multiple intelligences organize extracurricular activities covering all intelligence, to conduct assessment output stage which includes three domains: cognitive, affective and psychomotor; 3) Implementation of multiple intelligences in learning by using varied teaching methods include approaches intelligence of the students, while also implementing extracurricular activities that can develop each intelligence; 4) The response of students and parents on the implementation of multiple intelligences is very positive and supportive learning implementation in both intra and extracurricular activities; 5) Impact of multiple intelligences can improve student achievement, the race is often won in the various fields of the subdistrict, city, provincial, national and international, and also have an impact on the growing character's personality, worship, cooperation, selfreliance, honesty, discipline, and obedience. v PRAKATA Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menuntaskan penulisan tesis yang berjudul: "IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN PADA SD BERBASIS ISLAM DI KOTA MAGELANG (STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF DAN SDIT IHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG)." Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Terealisasinya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Iman Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. H. Sa’adi, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana STAIN Salatiga. 3. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasinya. 4. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasinya. 5. Para Dosen STAIN Salatiga dan segenap Civitas Akademik STAIN Salatiga. vi 6. Bapak Salamun, S.Ag, M.Pd.I, selaku Kepala sekolah SD Muhammadiyah 1 Alternatif kota Magelang yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Bapak Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I, selaku Kepala sekolah SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang yang telah memberikan ijin penelitian. 8. Ayah Ibu tercinta yang telah memberikan doa dan restu. 9. Suamiku tercinta yang telah memberikan motivasi baik materiil maupun spirituil. 10. Rekan-rekan semua yang telah membantu dalam penulisan tesis ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan tambahan informasi serta masukan yang berharga baik bagi penulis maupun bagi semua pihak yang berkepentingan. Salatiga, 14 September 2013 Penulis vii DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL ……………………………………………… ……….. i HALAMAN PENGESAHAN……….…………………………….. ……….. ii PERNYATAAN KEASLIAN..…………………………………….……….. iii ABSTRAK ………………………………………………………………….. iv PRAKATA …………………………………………………………………. vi DAFTAR ISI ………..………………………………………………………. viii DAFTAR TABEL ………………………………………………….………. x DAFTAR KODE…….……………………………………………..………. xii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………..………. xvi BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN ……………………………………….. 1 A. Latar Belakang ……………………………………….. B. Rumusan Masalah ………………………..…….………… C. Signifikansi Penelitian ………………………….………... 1. Tujuan Penelitian ……….. …………………………… 2. Manfaat Penelitian …………… ……………….. ……. D. Sistematika Penulisan ….……………………………….. 1 7 7 7 8 9 LANDASAN TEORI ……………………..………………… 10 A. Kajian Terdahulu …………… .………….………….…... B. Konsep Multiple Intelligences .………….………….…... 1. Teori Multiple Intelligences …………………..……… 2. Jenis-jenis Multiple Intelligences ……………….. …… C. Perkembangan Perilaku Anak Usia SD …………………. 1. Perkembangan Fisik Usia SD…….…………………… 2. Perkembangan Motorik Usia SD……………………… 3. Perkembangan Kognitif Usia SD………………..……. 4. Sikap dan Perilaku Moral Usia SD..………. …………. 5. Perkembangan Kreativitas Usia SD………. …………. D. Multiple Intelligences pada sekolah berbasis Islam.…….. 1. Reorientasi Kerangka Dasar Filosofis dan Teoritis ….. 2. Misi dan Visi Pendidikan Islam .……. ………………. 3. Tujuan Pendidikan Islam …………………. …………. 4. Strategi Pendidikan Islam …………………. …………. 5. Reorientasi Kurikulum Pendidikan Islam ………….…. 6. Reorientasi Metodologi Pendidikan Islam ……………. E. Implementasi Multiple Intelligences…………………..… 1. Strategi Pembelajaran ……………………………..….. 2. Pembelajaran berbasis Multiple intelligences…………. 10 13 13 20 28 28 29 30 32 32 33 34 35 37 37 39 39 40 42 47 METODOLOGI PENELITIAN …………………….......….. 72 A. Metode Penelitian………………………………………… 1. Jenis Penelitian…………………………………… ….. 2. Lokasi Penelitian……………… .……. ………………. 3. Waktu Penelitian……… …………………. …………. 72 72 73 74 viii BAB IV BAB V 4. Sumber Data Penelitian.. …………………. …………. 5. Instrument Pengumpulan Data……. …………………. 6. Teknik Pengumpulan Data…………….. ………….…. a. Wawancara Mendalam.………………. ……………. b. Observasi….………………………… ……………. c. Dokumentasi.………………………… ……………. 7. Sampling………..………………………. ……………. 8. Keabsahan Data…………………………. ……………. 9. Analisa Data……………………………. ……………. B. Tahap Tahap Penelitian ..………………. ………………. 1. Tahap Pra lapangan.……………………………… ….. 2. Tahap Kegiatan Lapangan……………… .……. .……. 3. Tahap Analisis Data……… ………………. …………. 4. Tahap Penulisan……….. …………………. …………. C. Desain Penelitian ………..……..………. ………………. 74 72 76 76 79 83 84 85 87 89 89 90 90 90 90 HASIL PENELITIAN………… …………………….......….. 95 A. Deskripsi Subyek Penelitian…………………………… 1. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… ….. 2. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ………………. B. Penyajian dan Analisis Data……………………………… 1. Pemahaman Mengenai Multiple Intelligences oleh kepala sekolah dan guru……… ………………….………. ……. a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… ….. b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ………………. 2. Kerangka Konseptual Implementasi Multiple Intelligences a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… ….. b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ………………. 3. Implementasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… ….. b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ………………. 4. Respon Siswa dan Orang tua Siswa terhadap Implementasi Multiple Intelligences di Sekolah…………………….. a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… ….. b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ………………. 5. Dampak Implementasi Multiple Intelligences pada Pembelajaran terhadap Prestasi dan Kepribadian Siswa… a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… ….. b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ………………. 95 95 108 116 180 180 188 SIMPULAN DAN SARAN…… …………………….......….. 196 A. Simpulan………………………………………………… B. Saran……………………………………………………… 196 198 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS ix 116 117 122 127 128 133 136 136 149 170 170 175 DAFTAR TABEL TABEL 3.1 Desain Penelitian ..................................................................... 88 TABEL 3.2 Panduan Wawancara ................................................................ 90 TABEL 3.3 Panduan Observasi ................................................................... 91 TABEL 3.4 Panduan Dokumen .................................................................. 91 TABEL 4.1 Data Kepegawaian SD Muhammadiyah 1 Alternatif .............. 98 TABEL 4.2 Daftar Guru SD Muhammadiyah 1 Alternatif ......................... 99 TABEL 4.3 Keadaan Siswa SD Muhammadiyah 1 Alternatif .................... 101 TABEL 4.4 Nilai Ujian Akhir Sekolah SD Muhammadiyah 1 Alternatif... 101 TABEL 4.5 Sarana Prasarana SD Muhammadiyah 1 Alternatif ................. 103 TABEL 4.6 104 TABEL 4.7 Inventaris Buku Perpustakaan SD Muhammadiyah 1 Alternatif .................................................................................. Data Kepegawaian SDIT Ihsanul Fikri...…………………….. 108 TABEL 4.8 Daftar Guru SDIT Ihsanul Fikri................................……….... 109 TABEL 4.9 Keadaan Siswa SDIT Ihsanul Fikri…..………….................... 112 TABEL 4.10 Sarana Prasarana SDIT Ihsanul Fikri………………………… 112 TABEL 4.11 Prestasi Lomba SD Muhammadiyah 1 Alternatif……………. 181 TABEL 4.12 Prestasi Lomba SDIT Ihsanul Fikri………………………...... 186 TABEL 4.13 Pemahaman Mengenai Multiple Intelligences……………… 188 TABEL 4.14 Kerangka Konseptual ……………………………………..…. 189 x TABEL 4.15 Implementasi Multiple Intelligences………………….……… 190 TABEL 4.16 Respon Siswa dan Orangtua Siswa………………………… 191 TABEL 4.17 Dampak Implementasi Multiple Intelligences ………………. 192 xi DAFTAR PENGKODEAN Wawancara (W): SD Muhammadiyah 1 Alternatif (M) 1. Pihak Sekolah : a. Salamun, S.Ag, M.Pd.I : W.M.1.a b. Mustaqim, M. Pd. : W.M.1.b c. Wati Prihayanti, M.Pd. : W.M.1.c d. Luqman Novianto, S.Pd.I : W.M.1.d 2. Pihak Orang Tua a. Didik Kurniawan : W.M.2.a b. Arba’in : W.M.2.b c. Sri Hastuti Ekowati : W.M.2.c 3. Siswa a. Alfiana Nur Fadhilah : W.M.3.a b. Fahriza Rifandi Medistra : W.M.3.b c. Raihan Musthafa Armayadi : W.M.3.c SDIT Ihsanul Fikri (T) 1. Pihak Sekolah : a. Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I : W.T.1.a b. Emma Rifa Rahayu, SE : W.T.1.b c. Rida Rahmawati Rahayu, S.Psi : W.T.1.c d. Budi Utami, S.TP : W.T.1.d 2. Pihak Orang Tua a. Bu Dewi : W.T.2.a b. Umar Singgih : W.T.2.b c. Maryati : W.T.2.c xii 3. Siswa a. Maulana Aditya Wijaya : W.T.3.a b. Kirana Dewi : W.T.3.b c. Anissa Aristawati : W.T.3.c d. Arda Setyo Wibowo : W.T.3.d Observasi (O): SD Muhammadiyah 1 Alternatif (M) 1. Pembelajaran Intrakurikuler : a. Kegiatan harian : O.M.1.a b. Kelas 2 Nabi Ibrahim : O.M.1.b c. Kelas 2 Nabi Ismail : O.M.1.c d. Kelas 5 Nabi Daud : O.M.1.d 2. Pembelajaran Ekstrakurikuler a. Marching Band : O.M.2.a b. Sepak Bola : O.M.2.b SDIT Ihsanul Fikri (T) 1. Pembelajaran Intrakurikuler : a. Kegiatan harian : O.T.1.a b. Kelas 5 D : O.T.1.b c. Kelas 1 A : O.T.1.c d. Kelas 3 A : O.T.1.d 2. Pembelajaran Ekstrakurikuler a. Tartil : O.T.2.a b. Story Telling : O.T.2.b xiii Dokumentasi (D): SD Muhammadiyah 1 Alternatif (M) 1. Profil sekolah : D.M.1 2. Sejarah Singkat dan Perkembangan SD Mutual : D.M.2 3. Visi, Misi dan Motto SD Mutual : D.M.3 4. Struktur Organisasi SD Mutual : D.M.4 5. Profil Guru Dan Karyawan SD Mutual : D.M.5 6. Keadaan siswa dan nilai ujian nasional SD Mutual : D.M.6 7. Keadaan Sarana Prasarana SD Mutual : D.M.7 8. Jadwal Harian : D.M.8 9. Jadwal Ekstrakurikuler : D.M.9 10. RPP : D.M.10 a. RPP 1 : D.M.10.a b. RPP 2 : D.M.10.b c. RPP 3 : D.M.10.c 11. Daftar Siswa : D.M.11 a. Kelas 2 Nabi Ibrahim : D.M.11.a b. Kelas 2 Nabi Ismail : D.M.11.b c. Kelas 5 Nabi Daud : D.M.11.c 12. Ekstrakurikuler : D.M.12 a. Marching Band : D.M.12.a b. Sepak Bola : D.M.12.b 13. Nilai Raport : D.M.13 a. Alfiana Nur Fadhilah : D.M.13.a b. Fahriza Rifandi Medistra : D.M.13.b c. Raihan Musthafa Armayadi : D.M.13.c 14. Daftar Kejuaraan : D.M.14 15. Buku Komunikasi : D.M.15 xiv SDIT Ihsanul Fikri (T) 1. Profil sekolah SDIT Ihsanul Fikri : D.T.1 2. Visi, Misi dan Motto SDIT Ihsanul Fikri : D.T.2 3. Struktur Organisasi SDIT Ihsanul Fikri : D.T.3 4. Guru Dan Karyawan SDIT Ihsanul Fikri : D.T.4 5. Keadaan Siswa SDIT Ihsanul Fikri : D.T.5 6. Keadaan Sarana dan Prasarana SDIT Ihsanul Fikri : D.T.6 7. Jadwal Harian : D.T.7 8. Jadwal Ekstrakurikuler : D.T.8 9. RPP : D.T.9 a. RPP 1 : D.T.9.a b. RPP 2 : D.T.9.b c. RPP 3 : D.T.9.c 10. Daftar Siswa : D.T.10 a. Kelas 5 D : D. T.10.a b. Kelas 3 A : D. T.10.b c. Kelas 1 A : D. T.10.c 11. Ekstrakurikuler : D.T.11 a. Tartil : D.T.11.a b. Story Telling : D.T.11.b 12. Nilai Raport : D.T.12 a. Maulana Aditya Wijaya : D.T.12.a b. Kirana Dewi : D.T.12.b c. Anissa Aristawati : D.T.12.c d. Arda Setyo Wibowo : D.T.12.c 13. Daftar Kejuaraan : D.T.13 14. Buku Komunikasi : D.T.14 xv DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Catatan Wawancara W.M.1.a LAMPIRAN 2 Catatan Wawancara W.M.1.b LAMPIRAN 3 Catatan Wawancara W.M.1.c LAMPIRAN 4 Catatan Wawancara W.M.1.d LAMPIRAN 5 Catatan Wawancara W.T.1.a LAMPIRAN 6 Catatan Wawancara W.T.1.b LAMPIRAN 7 Catatan Wawancara W.T.1.c LAMPIRAN 8 Catatan Wawancara W.T.1.c LAMPIRAN 9 Catatan Wawancara W.M.3.a LAMPIRAN 10 Catatan Wawancara W.M.3.b LAMPIRAN 11 Catatan Wawancara W.M.3.c LAMPIRAN 12 Catatan Wawancara W.T.3.a LAMPIRAN 13 Catatan Wawancara W.T.3.b LAMPIRAN 14 Catatan Wawancara W.T.3.c LAMPIRAN 15 Catatan Wawancara W.T.3.d LAMPIRAN 16 Catatan Wawancara W.M.2.a LAMPIRAN 17 Catatan Wawancara W.M.2.b LAMPIRAN 18 Catatan Wawancara W.M.2.c LAMPIRAN 19 Catatan Wawancara W.T.2.a xvi LAMPIRAN 20 Catatan Wawancara W.T.2.b LAMPIRAN 21 Catatan Wawancara W.T.2.c LAMPIRAN 22 Catatan Observasi O.M.1.a LAMPIRAN 23 Catatan Observasi O.M.1.b LAMPIRAN 24 Catatan Observasi O.M.1.c LAMPIRAN 25 Catatan Observasi O.M.1.d LAMPIRAN 26 Catatan Observasi O.T.1.a LAMPIRAN 27 Catatan Observasi O.T.1.b LAMPIRAN 28 Catatan Observasi O.T.1.c LAMPIRAN 29 Catatan Observasi O.T.1.d LAMPIRAN 30 Catatan Observasi O.M.2.a LAMPIRAN 31 Catatan Observasi O.M.2.b LAMPIRAN 32 Catatan Observasi O.T.2.a LAMPIRAN 33 Catatan Observasi O.T.2.b LAMPIRAN 34 Profil sekolah SD Muhammadiyah 1 Alternatif LAMPIRAN 35 Sejarah Singkat dan Perkembangan SD Muhammadiyah 1 Alternatif LAMPIRAN 36 Visi, Misi dan Motto SD Muhammadiyah 1 Alternatif LAMPIRAN 37 Struktur Organisasi SD Muhammdiyah 1 Alternatif LAMPIRAN 38 Profil Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 1 Alternatif LAMPIRAN 39 Keadaan siswa dan nilai ujian nasional SD Muhammadiyah 1 xvii Alternatif LAMPIRAN 40 Keadaan Sarana Prasarana SD Muhammadiyah 1 Alternatif LAMPIRAN 41 Jadwal Harian SD Muhammadiyah 1 Alternatif LAMPIRAN 42 Jadwal Ekstrakurikuler SD Muhammadiyah 1 Alternatif LAMPIRAN 43 RPP IPS SD Muhammadiyah 1 Alternatif (D.M.10.a) LAMPIRAN 44 RPP Sains SD Muhammadiyah 1 Alternatif (D.M.10.b) LAMPIRAN 45 RPP PAI SD Muhammadiyah 1 Alternatif (D.M.10.c) LAMPIRAN 46 LAMPIRAN 54 Daftar Siswa Kelas 2 Nabi Ibrahim SD Muhammadiyah 1 Alternatif Daftar Siswa Kelas 2 Nabi Ismail SD Muhammadiyah 1 Alternatif Daftar Siswa Kelas 5 Nabi Daud SD Muhammadiyah 1 Alternatif Daftar Siswa Ekstrakurikuler Marching Band SD Muhammadiyah 1 Alternatif Daftar Siswa Ekstrakurikuler Sepak Bola SD Muhammadiyah 1 Alternatif Nilai Raport Alfiana Nur Fadhilah SD Muhammadiyah 1 Alternatif Nilai Raport Fahriza Rifandi Medistra SD Muhammadiyah 1 Alternatif Nilai Raport Raihan Musthafa Armayadi SD Muhammadiyah 1 Alternatif Daftar Kejuaraan SD Muhammadiyah 1 Alternatif LAMPIRAN 55 Buku Komunikasi SD Muhammadiyah 1 Alternatif LAMPIRAN 56 Profil sekolah SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 57 Visi, Misi dan Motto SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 58 Struktur Organisasi SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 59 Guru dan Karyawan SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 47 LAMPIRAN 48 LAMPIRAN 49 LAMPIRAN 50 LAMPIRAN 51 LAMPIRAN 52 LAMPIRAN 53 xviii LAMPIRAN 60 Keadaan Siswa SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 61 Keadaan Sarana dan Prasarana SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 62 Jadwal Harian SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 63 Daftar Nilai Ekstrakurikuler SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 64 RPP Bahasa Arab SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 65 RPP Sains SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 66 Daftar Siswa Kelas 5 D SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 67 Daftar Siswa Kelas 3 A SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 68 Daftar Siswa Kelas 1 A SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 69 Daftar Presensi Tartil Qur’an SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 70 Daftar Presensi Story Telling SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 71 Nilai Raport Maulana Aditya Wijaya SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 72 Nilai Raport Kirana Dewi SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 73 Nilai Raport Anissa Aristawati SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 74 Nilai Raport Arda Setyo Wibowo SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 75 Daftar Kejuaraan SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 76 Buku Komunikasi SDIT Ihsanul Fikri LAMPIRAN 77 Lembar Persetujuan Pembimbing LAMPIRAN 78 Lembar Bimbingan Tesis LAMPIRAN 79 Lembar Persetujuan Proposal LAMPIRAN 80 Pengantar Bimbingan Tesis xix LAMPIRAN 81 Permohonan Izin Penelitian LAMPIRAN 82 Dokumentasi Penelitian LAMPIRAN 83 Biografi Penulis xx BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa terletak pada bidang pendidikan. Di Indonesia sekarang ini sedang berjuang keras untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan upaya antara lain: penambahan alokasi dana bagi pendidikan, program peningkatan profesionalisme guru melalui sertifikasi, pembangunan sarana dan prasarana sekolah. Pembangunan manusia bersumber pada pendidikan baik dari kehidupan keluarga di rumah, maupun pengalaman belajarnya di sekolah dapat memupuk bakat dan kreatifitas para peserta didik dalam mengembangkan sumber daya manusia1. Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi pendidik karena pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan yang juga berkualitas. Tren dunia pendidikan abad ke-21 kelihatannya lebih berorientasi kepada pengembangan potensi manusia, bukannya memusatkan kepada kemampuan teknikal dalam melakukan eksploitasi alam. Hasil penelitian neuropsikologi menunjukkan bahwa potensi manusia yang sudah teraktualisasikan masih sangat sedikit, baru sekitar 10%. Salah satu intinya adalah bagaimana kita bisa mengoptimalkan potensi mind and brain untuk 1 Conny Semiawan, A.S. Munandar, S.C.U. Munandar, Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta: Gramedia, 1984, viii. 1 2 meraih prestasi peradaban secara cepat dan efisien.2 Dalam dunia pendidikan dengan menggunakan metode yang tepat seseorang bisa memaksimalkan potensi yang ada didalam dirinya sehingga dapat meraih prestasi belajar yang berlipat ganda. Ranah pendidikan yang notabene merupakan tempat untuk mengetahui, membaca, mengenal kepribadian dan kemampuan diri serta sampai di mana kompetensi dirinya dalam hidup ini sebenarnya adalah ranah ideal dan signifikan. Tapi masalahnya ada pada gerak dan proses ranah itu sendiri yang belum efektif dan efisien bagi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pendidikan yang ada hanyalah proses transfer pengetahuan saja dan belum menyentuh akar yang lebih mendasar lagi seperti penggalian kepribadian, potensi dan mental yang sanggup menghadapi derasnya perputaran roda jaman.3 Guru perlu memiliki pengetahuan mengenai siapa siswa tersebut dan bagaimana karakteristiknya ketika memasuki suatu proses belajar dan mengajar di sekolah. Siswa mempunyai latar belakang tertentu, yang menentukan keberhasilannya dalam mengikuti proses belajar. Tugas guru adalah mengakomodasi keragaman antar siswa tersebut sehingga semua siswa dapat mencapai tujuan pengajaran.4 Agar pelayanan pendidikan yang selama ini diberikan peserta didik mencapai sasaran optimal, maka pembelajaran 2 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, xiv. 3 Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta, Ar-ruzz, 2005, 1. 4 Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, Bandung: Remaja RosdaKarya, 2005, 79. 3 harus diselaraskan dengan potensi peserta didik.5 Karena itu guru perlu melakukan pelacakan potensi peserta didik. Pembelajaran akan efektif ketika memperhatikan perbedaan- perbedaan individual. Setiap anak dilahirkan dengan kondisi yang terbaik (cerdas) dan membawa potensi serta keunikan masing-masing yang memungkinkan untuk menjadi yang terbaik (cerdas). Hal ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam surat At-Tiin: 4. ِْ ﻟََﻘ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ (٤) َﺣ َﺴ ِﻦ ﺗَـ ْﻘ ِﻮ ٍﱘ ْ اﻹﻧْ َﺴﺎ َن ِﰲ أ Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”6 Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk sebaik-baiknya. Setiap manusia memiliki keunikan tersendiri. Tidak seorangpun manusia di dunia ini yang diciptakan sama. Hal inilah yang sejak lama dalam ilmu pendidikan dikenal dengan konsep perbedaan individual. Pola pendidikan yang terjadi saat ini masih banyak yang mengedepankan keseragaman dan pengukuran siswa yang cerdas hanya terbatas pada IQ saja. Penggalian kecerdasan peserta didik masih sangat jarang dilakukan sebagai sandaran utama untuk mengawali setiap rancangan pembelajaran, strategi dan pendekatan yang digunakan, serta evaluasi yang ditetapkan. Kecenderungan minat, bakat, talenta dan ketrampilan dasar belum menjadi bagian yang integral. 5 H. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 3. 6 Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma Publishing, 2010, 1191. 4 Dalam teori Gardner (multiple intelligences) mengembangkan 9 kecerdasan antara lain: Verbal linguistik, Kecerdasan logis matematis, Kecerdasan visual spasial, Kecerdasan musika ritmis, Kecerdasan interpersonal, Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan jasmaniah kinestetik, Kecerdasan naturalis, Inteligensi eksistensial spiritual.7 Berdasarkan teori multiple intelligences pendidik dapat menumbuh kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya beberapa kecerdasan saja melainkan seluruh potensi kecerdasan dari masing-masing siswa. Konsep multiple intelligences yang menitik beratkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak, lebih jauh lagi konsep ini percaya bahwa tidak ada yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat terdeteksi sejak awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi kepandaian sang anak yang dapat dijadikan dasar untuk melejitkan kecerdasan yang ada pada anak tersebut. Pengembangan multiple intelligences siswa hendaknya dilakukan sejak dini, minimal sejak usia Sekolah Dasar. Hal ini dapat dipahami bahwa usia Sekolah Dasar (usia 6-12 tahun) merupakan masa yang paling penting bagi anak karena hal-hal yang dipelajari pada usia tersebut akan menjadi pijakan bagi anak untuk perkembangan selanjutnya.8 Oleh karena itu, 7 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 24. 8 Ariyani Syurfah, Multiple Intelligences for Islamic Teaching: Panduan Melejitkan Kecerdasan Majemuk Anak Melalui Pengajaran Islam, Bandung: Syamil Cipta, Media, 2007, V. 5 pengembangan multiple intelligences harus tetap memperhatikan tingkat perkembangan mereka. Dapatkah sekolah dan gurunya memenuhi semua fasilitas untuk kepentingan mengasah multiple intelligences dan sesuai dengan gaya belajar secara proporsional. Sekolah yang besar dapat menyediakan segala macam fasilitas pendidikan yang diperlukan oleh peserta didik. Fasilitas olahraga yang diperlukan oleh sekian cabang olahraga, seperti senam, sudah tentu bulutangkis, atletik, permainan kecil, permainan besar, sampai dengan kolam renang dengan standar internasional. Juga segala macam fasilitas kesenian, baik seni lukis, seni tari, sampai dengan seni kontemporer. Demikian juga dengan fasilitas perpustakaan dengan koleksi yang lengkap untuk semua cabang ilmu pengetahuan dan teknologi. Belum lagi dengan guru-guru yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang kecerdasannya masing-masing. Inilah masalah terbesar untuk menerapkan konsep multiple intelligences dari segi proses belajar mengajar. Pemenuhan fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan potensi kecerdasan itu sudah tentu akan memerlukan anggaran yang sangat besar bagi pemerintah, khususnya juga bagi sekolah. Disamping itu, dari segi pengalaman lapangan belum diperoleh data yang lengkap tentang kemampuan sekolah dan guru untuk dapat memberikan layanan bagi peserta didik sesuai dengan multiple intelligences. Lagipula, jika peserta didik hanya diberikan layanan untuk satu multiple intelligences yang mungkin dimilikinya, maka ada kekhawatiran peserta didik itu justru tidak memperoleh layanan untuk mengembangkan kecerdasan lainnya, karena 6 hanya mementingkan satu atau dua kecerdasan. Padahal, kecerdasan yang tidak diberikan layanan itu ternyata justru merupakan kecerdasan yang sangat diperlukan untuk bekal hidup kelak. Potensi kecerdasan itulah yang harus memperoleh perhatian dari sekolah dan para pendidik, sehingga penyelenggaraan pendidikan benar-benar mampu mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tipe kecerdasan yang dimilikinya. Bukan mengabaikan, atau bahkan mematikannya. SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang memasukkan multiple intelligences sebagai salah satu strategi pembelajaran bagi siswa sekolah yang terintegrasi dengan kurikulum yang sudah ada. SD Islam ini membuktikan bahwa strategi multiple intelligences dapat diberikan dan diterima oleh siswanya. Penyampaian multiple intelligences berbeda dengan strategi-strategi yang lain, apalagi bila diterapkan pada usia Sekolah Dasar, tentunya memerlukan strategi khusus sehingga maksud dan tujuan dari proses pembelajaran ini dapat tercapai. Strategi multiple intelligences dalam pembelajaran harus menyesuaikan dengan keadaan jiwa anak dalam masa bermain, bebas berekspresi, dan mencoba-coba sesuatu yang baru sesuai dengan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Berdasarkan latar belakang diatas serta diiringi dengan keingintahuan yang lebih mendalam tentang penerapan multiple intelligences di sekolah maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul: Implementasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran pada SD berbasis Islam di Kota Magelang 7 (Studi Kasus di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pemahaman mengenai multiple intelligences oleh Kepala Sekolah dan Guru-guru di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang? 2. Bagaimana kerangka konseptual implementasi multiple intelligences di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang? 3. Bagaimana implementasi multiple intelligences di dalam pembelajaran di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang? 4. Bagaimana respon siswa dan orang tua siswa terhadap implementasi multiple intelligences? 5. Bagaimana dampak implementasi multiple intelligences pada pembelajaran terhadap kepribadian dan prestasi siswa? C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pemahaman mengenai multiple intelligences oleh Kepala Sekolah dan Guru-guru di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang. b. Untuk mengetahui kerangka konseptual implementasi multiple intelligences di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang. 8 c. Untuk mengetahui implementasi multiple intelligences di dalam pembelajaran di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang. d. Untuk mengetahui respon siswa dan orang tua siswa terhadap implementasi multiple intelligences. e. Untuk mengetahui dampak implementasi multiple intelligences pada pembelajaran terhadap kepribadian dan prestasi siswa. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi lembaga : secara kelembagaan, peneliti ingin mengungkapkan tentang konsep multiple intelligences yang diterapkan di sekolah sehingga siapapun yang berkepentingan bisa mengambil manfaatnya dengan mengacu pada hasil penelitian ini, dan pada penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi pada penambahan kekayaan literatur tentang konsep multiple intelligences yang saat ini sedang diterapkan di SD Islam Kota Magelang pada khususnya dan sekolah lain yang menerapkan konsep serupa pada umumnya. b. Bagi pengembang keilmuan: Sebagai wahana untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita terutama dalam bidang multiple intelligences. c. Bagi penulis: Sebagai wahana penambah keilmuan tentang kependidikan terutama dalam bidang yang menitikberatkan pada konsep multiple intelligences yang diterapkan di sekolah. 9 D. Sistematika penulisan BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II landasan teori yang meliputi: kajian terdahulu, konsep multiple intelligences yang terdiri dari : teori multiple intelligences, jenisjenis multiple intelligences. Perkembangan perilaku anak usia SD, multiple intelligences pada sekolah berbasis Islam, Implementasi multiple intelligences. BAB III metodologi penelitian yang meliputi: jenis penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian, sumber data penelitian, instrument pengumpulan data, teknik pengumpulan data, sampling, keabsahan data, analisis data. Tahap-tahap penelitian, desain penelitian, pedoman penelitian. BAB IV merupakan pengolahan data hasil penelitian tentang pemahaman mengenai multiple intelligences, kerangka konseptual multiple intelligences di sekolah, implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran, respon siswa dan orang tua siswa terhadap implementasi multiple intelligences, dan dampak implementasi multiple intelligences di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang. BAB V berupa penutup yang merupakan akhir pembahasan dari babbab sebelumnya yang berupa: simpulan hasil penelitian dan saran. BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Terdahulu Pendekatan multiple intelligences menekankan pada proses pembelajaran yang memperhatikan berbagai aspek kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam setiap jenis mata pelajaran termasuk dalam PAI. Hasil yang dicapai dari pelaksanaan multiple intelligences dalam PAI yaitu Multiple intelligences mampu menjembatani proses pengajaran yang membosankan menjadi suatu pengalaman belajar yang menyenangkan dan siswa tidak hanya dijejali oleh teori semata, melainkan pemahaman berdasarkan kecerdasan yang mereka miliki, selain itu semakin bertambahnya pengetahuan agama siswa terutama dalam PAI baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik berdasarkan kecerdasan yang ada pada siswa.1 Selain pencapaian keberhasilan dalam pembelajaran, modul yang menggunakan konsep multiple intelligences dapat menumbuhkan minat siswa mencapai 83,3 % terhadap pembelajaran IPA dan kenaikan rata-rata analisis pre-test 13,67 % menjadi 23,73 % setelah melakukan post-test.2 1 Imamul Muttaqin, Analisis Multiple Intelligences dalam Pendidikan Agama Islam di SD Islam Sabilillah Sidoarjo Jawa Timur, Skripsi Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. 2 Adriana Gandasari, Pengembangan Modul Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar dengan Pendekatan Teori Multiple Intelligences, Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2009. 10 11 Metode multiple intelligences juga lebih efektif dilaksanakan daripada metode tradisional. menunjukkan terdapat Efektifitas penggunaan perbedaan motivasi multiple belajar, intelligences sikap terhadap pembelajaran, dan hasil belajar fisika secara bersama-sama antara siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran menggunakan metode intelegensi ganda dengan metode tradisional. Secara individual, masing-masing variable terikat, juga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran menggunakan metode intelegensi ganda dengan metode tradisional. Metode intelegensi ganda lebih efektif daripada metode tradisional dalam meningkatkan motivasi belajar, sikap siswa terhadap pelajaran, dan hasil belajar fisika.3 Aspek kecerdasan majemuk atau multiple intelligences pada peserta didik akan mengalami peningkatan dalam model pembelajaran tematik.4 Selain itu aspek-aspek multiple intelligences terdapat korelasi dengan gender. Analisis multiple intelligences profiling questinnaire III diperoleh adanya korelasi yang positif antara intelegensi matematik logis dan spasial, adanya korelasi positif antara intelegensi linguistic dan intrapersonal, dan juga ada korelasi positif antara linguistic dan intrapersonal dengan spiritual dan lingkungan. Antara gender, umur dan multiple intelligences menunjukkan bahwa pria memiliki intelegensi matematis logis lebih tinggi dibandingkan 3 Nurdin A. R dan Suyata, Efektifitas Pengguna Metode Intelegensi Ganda dalam Proses Pembelajaran Fisika di SMU, 2004. 4 Lely Halimah, Menumbuhkan Kecerdasan Majemuk Siswa SD melalui penerapan metodologi Quantum Teaching dalam pembelajaran Tematik, 2006. 12 wanita, dan wanita memiliki intelegensi linguistic lebih tinggi dibandingkan pria.5 Dalam pengembangan pembelajaran multiple intelligences dan aplikasinya diperlukan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan multiple intelligences itu sendiri termasuk dalam usia prasekolah. Pihakpihak yang terlibat dalam pengembangan kecerdasan jamak di TK perlu memahami konsep-konsep yang mencakup perkembangan fisik, kognitif, psikososial, bahasa dan komunikasi. Disamping itu, konsep-konsep yang berkaitan dengan kecerdasan jamak dan indikatornya serta pembelajaran terpadu perlu dipahami karena berkaitan dengan penyusunan prosedur dan langkah-langkahnya agar dapat dilaksanakan dalam pembelajaran TK.6 Dari kajian pustaka berupa hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan multiple intelligences dapat menumbuhkembangkan potensi pada siswa yang berdampak pada prestasi siswa semakin meningkat dan menjembatani kebosanan pada saat proses pembelajaran. Pada penelitian terdahulu banyak menitikberatkan pada proses pembelajaran dalam intrakurikuler. Penelitian sebelumnya yang banyak menekankan pada implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran di intrakurikuler. Namun pada penelitian ini menitikberatkan pada implementasi multiple intelligences 5 dalam strategi pembelajaran baik dalam kegiatan Kirsi Tirri dan Petri Nokelainen, Identification of MI with The Multiple Intelligences Profiling Questinnaire III, 2008. 6 Martini Jamaris, Pengembangan MI dan Aplikasinya melalui pembelajaran terpadu di TK (suatu kajian literature dan aplikasinya), 2004. 13 intrakurikuler maupun ekstrakurikuler yang membedakan posisi penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu berupa penelitian dalam bentuk tesis “Implementasi Multiple intelligences dalam Pembelajaran pada SD Berbasis Islam di Kota Magelang”. (Studi Kasus di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang). B. Konsep Multiple Intelligences 1. Teori Multiple Intelligences Multiple intelligences adalah sebuah teori kecerdasan yang dimunculkan oleh Howard Gardner, adalah seorang pakar psikologi perkembangan dan professor pada Universitas Harvard dari project Zero (kelompok riset) pada tahun 1983. Hal yang menarik dari teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan redefinisi kecerdasan. Sebelum muncul teori multiple intelligences, teori kecerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes IQ, kemudian tes itu diubah menjadi angka standar kecerdasan. Gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak 1905 banyak digunakan oleh para pakar psikolog di seluruh dunia.7 Sangat berbeda definisi kecerdasan yang dibuat Gardner dengan definisi kecerdasan yang telah berlaku sebelumnya. Gardner mengatakan 7 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, Bandung: Kaifa, 2013, 132. 14 bahwa “Intelligence is the ability to solve problems, or to create products, that are valued within one or more cultural”.8 Menurut Gardner kecerdasan seseorang tidak diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving) dan kebiasaan seseorang menciptakan produk-produk baru yang punya nilai budaya (creativity). Stenberg mengatakan, sangat terbatas apabila kecerdasan seseorang harus ditentukan dengan angka-angka IQ. Hal ini merupakan reduksi dan penyederhanaan makna yang sangat sempit untuk sebuah esensi luas yang bernama kecerdasan. Bagaimana dengan kemampuan untuk menganalisis, kreativitas, dan kemampuan praktis seseorang? Angka-angka IQ tidak mampu menjawab hal itu. Gardner dengan cerdas memberi label “multiple” (jamak atau majemuk) pada luasnya makna kecerdasan. Gardner menggunakan istilah “multiple” sehingga memungkinkan ranah kecerdasan terus berkembang. Dan ini terbukti: ranah-ranah kecerdasan yang ditemukan terus berkembang, mulai dari 6 kecerdasan (ketika pertama kali konsep itu dimunculkan) hingga 9 kecerdasan. Kecerdasan itu berkembang dan masih banyak lagi kecerdasan yang belum ditemukan Gardner atau ahli lain. Kecerdasan lebih dititikberatkan pada proses untuk mencapai akhir terbaik. Multiple intelligences punya metode discovering ability, artinya proses menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap 8 Howard Gardner, Frames Of Mind (The Theory of Multiple Intelligences), NewYork: Basicbooks, 1983, x. 15 orang pasti memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu. Kecenderungan tersebut harus ditemukan melalui pencarian kecerdasan. Dalam teori multiple intelligences menyarankan kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan dan mengubur kelemahan kita. Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seorang anak. Dalam menemukan kecerdasan, seorang anak harus dibantu oleh lingkungan, orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang diimplementasikan di suatu negara.9 Thomas Armstrong menjelaskan bahwa teori multiple intelligences memperluas lingkup potensi dalam diri manusia di luar batas-batas nilai IQ. Dalam mengembangkan teori multiple intelligences harus berhati-hati untuk tidak menggunakan istilah kecerdasan diukur menggunakan IQ. Dalam menggambarkan perbedaan individual semua orang memiliki kecerdasan. Kemungkinan seseorang yang dianggap memiliki kecerdasan yang lemah dapat berubah menjadi kuat setelah diberi kesempatan untuk berkembang. Titik kunci multiple intelligences adalah kebanyakan orang dapat mengembangkan kecerdasan ke tingkat yang relatif dapat dikuasainya.10 Muhammad Yaumi menjelaskan dalam teori multiple intelligences dibagi dalam roda domain kecerdasan jamak untuk memvisualisasikan hubungan tidak tetap antara berbagai kecerdasan yang dikelompokkan 9 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, Bandung: Kaifa, 2013, 74-78. 10 Thomas Armstrong, Multiple Intelligences In The Classroom, Virginia: ASCD, 2009, 27. 16 dalam tiga wilayah atau domain yakni: interaktif, analitik, dan introspektif. Ketiga domain ini dimaksudkan untuk menyelaraskan kecerdasan dengan siswa yang ada kemudian diamati oleh guru secara rutin di dalam ruang kelas.11 Teori multiple intelligences adalah validasi tertinggi, gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam pendidikan sangat tergantung dalam pengenalan, pengakuan, dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar) belajar, di samping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing pembelajar. Teori multiple intelligences bukan hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis, seperti pengajaran dan penilaian tetapi juga menganggap serta menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan sangat berharga. Teori ini merupakan langkah raksasa menuju suatu titik dimana individu dihargai dan keragaman dibudidayakan.12 Teori multiple intelligences adalah gagasan bahwa perbedaan individu sangat penting. Pemakaian dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa belajar, disamping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing pembelajar. 11 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 12-14. 12 Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 5-7. 17 Dalam Islam sebenarnya sudah dikemukakan berbagai pengembangan tentang kecerdasan manusia, yaitu terdapat di dalam ayatayat Al-Qur’an. Kecerdasan eksistensial spiritual merupakan kemampuan untuk menempatkan diri dalam hubungannya dengan suatu kosmos yang tak terbatas dengan kondisi manusia seperti makna penciptaan dirinya, kehidupan, kematian dan perjalanan akhir dari dunia. Hal ini sesuai dengan ayat : ِ (٦) ﻴﻢ ْاﻫ ِﺪﻧَﺎ اﻟ َ ﺼَﺮا َط اﻟْ ُﻤ ْﺴﺘَﻘ Artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus. (QS. Al Fatihah: 6) {Ihdina (tunjukilah kami), diambil dari kata hidaayah: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik}.13 Dari ayat tersebut dapat diambil hubungan antara kecerdasan eksistensial spiritual dengan hidayah (petunjuk) yang Allah berikan kepada manusia melalui naluri, pancaindera, akal, maupun benih agama dan akidah tauhid pada jiwa manusia. Manusia memahami dengan akalnya bahwa Zat Yang Gaib itulah yang menciptakannya, yang menganugerahkan kepadanya dan kepada jenis manusia seluruhnya, segala sesuatu yang dibutuhkannya yang ada di alam ini, untuk memelihara diri dan mempertahankan hidupnya. Karena merasa berhutang budi pada Zat Yang Gaib, maka dia berfikir bagaimana cara berterima kasih dan membalas budi serta bagaimana cara menyembah Zat Yang Gaib itu. Bila manusia mau memikirkan dari mana datangnya alam 13 Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma Publishing, 2010, 1. 18 ini, akan sampai pada keyakinan tentang adanya Tuhan, bahkan akan sampai kepada keyakinan tentang keesaan Tuhan (tauhid) karena akidah (keyakinan) tentang keesaan Tuhan ini lebih mudah dan lebih cepat dipahami oleh akal manusia. Karena itu dapat kita tegaskan bahwa manusia itu menurut nalurinya adalah beragama tauhid.14 Kecerdasan linguistik yang merupakan kemampuan berbahasa yang terkandung dalam diri Adam, manusia berakal pertama. Menurut Al-Qur’an, Adam dilebihkan atas makhluk Tuhan yang lain, sehingga iblis harus tunduk padanya karena Adam memiliki kemampuan untuk menyebut nama-nama, suatu keahlian menciptakan, dan memahami simbol-simbol. Allah berfirman: ﱐ أ َْﻋﻠَ ُﻢ َِﲰَﺎﺋِ ِﻬ ْﻢ ﻗَ َﺎل أَ َﱂْ أَﻗُ ْﻞ ﻟَ ُﻜ ْﻢ إ ْ ﻤﺎ أَﻧْـﺒَﺄ َُﻫ ْﻢ ﺑِﺄ ََﲰَﺎﺋِ ِﻬ ْﻢ ﻓَـﻠ ْ آد ُم أَﻧْﺒِْﺌـ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺄ َ ﻗَ َﺎل ﻳَﺎ ِ ﺴﻤﺎو َﻏﻴﺐ اﻟ ِ ات َو ْاﻷ َْر (٣٣) ض َوأ َْﻋﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺗُـْﺒ ُﺪو َن َوَﻣﺎ ُﻛْﻨﺘُ ْﻢ ﺗَﻜْﺘُ ُﻤﻮ َن ََ َْ Artinya: Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (QS. Al Baqarah: 33).15 14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2009, 21-24. 15 Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma Publishing, 2010, 9. 19 Selain itu kecerdasan linguistik verbal juga terdapat dalam QS. Ar Rahmaan: 1-4: ِْ ( َﺧﻠَ َﻖ٢) ﻢ اﻟْ ُﻘ ْﺮآ َن( َﻋﻠ١) ﺮ ْﲪَ ُﻦاﻟ (٤) َﻤﻪُ اﻟْﺒَـﻴَﺎ َن( َﻋﻠ٣) اﻹﻧْ َﺴﺎ َن َ Artinya: (Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah mengajarkan Al Qur'an, Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara.16 Ayat di atas merupakan bukti bahwa Allah telah mengajarkan kepada manusia Al Qur’an dan mengajarkannya (Nabi Muhammad SAW) pandai berbicara sehingga dapat menyampaikan ayat-ayat Al Qur’an kepada umatnya. Dari ayat ini dapat dijadikan dasar pengajaran linguistik verbal kepada manusia. Anak yang memiliki kecerdasan logis matematis atau cerdas angka akan berfikir secara numerik atau dalam konteks pola serta urutan logis, atau dalam bentuk-bentuk cara berfikir logis yang lain. Allah berfirman: ِ ﻀ ِﺮﺑـُ َﻬﺎ ﻟِﻠﻨ (٤٣) ﻻ اﻟْ َﻌﺎﻟِ ُﻤﻮ َنِﺎس َوَﻣﺎ ﻳَـ ْﻌ ِﻘﻠُ َﻬﺎ إ ُ َﻚ ْاﻷ َْﻣﺜ ْ َﺎل ﻧ َ َوﺗِْﻠ Artinya: Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS Al-Ankabut: 43)17 Dari ayat di atas kita akan memahami ayat-ayat Allah dengan berfikir logis. Didalam Al Qur’an banyak perumpamaan-perumpamaan 16 Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma Publishing, 2010, 1059. 17 Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma Publishing, 2010, 799. 20 yang hanya orang-orang berilmu saja yang akan memahaminya. Untuk memahami perumpamaan tersebut harus dengan berfikir logis. Selain kecerdasan logis matematis, terdapat juga kecerdasan interpersonal yang tertera dalam ayat berikut: ِ ِ( ﻓَ َﺬﻟ١) ﻳ ِﻦﺬب ﺑِﺎﻟﺪ ِﺬي ﻳ َﻜأَرأَﻳﺖ اﻟ ِ ﺾ َﻋﻠَﻰ ُ( َوَﻻ َﳛ٢) ﻴﻢ َ َ َْ ُ ُ َ اﻟْﻴَﺘﻚ اﻟﺬي ﻳَ ُﺪع ِ ﻃَ َﻌ ِﺎم اﻟْ ِﻤﺴ ِﻜ (٣) ﲔ ْ Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin (QS Al Maa’uun: 1-3)18 Dalam QS. Al Maa’uun: 1-3 dijelaskan bahwa orang yang termasuk mendustakan agama adalah orang-orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Dari ayat ini dapat dipetik pelajaran bahwa kasih sayang dan saling tolong menolong dalam agama Islam sangat dianjurkan sesuai dengan karakteristik kecerdasan interpersonal. 2. Jenis-Jenis Multiple Intelligences a. Kecerdasan Verbal Linguistik Kecerdasan linguistik sering disebut sebagai kecerdasan verbal. Kecerdasan linguistik mewujudkan dirinya dalam kata-kata, baik dalam tulisan maupun lisan. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini juga memiliki keterampilan auditori yang sangat tinggi, dan mereka belajar melalui mendengar. 18 Mereka gemar Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma Publishing, 2010, 1021. 21 membaca, menulis dan berbicara, dan suka bercengkerama dengan kata-kata. Mereka memakai kata-kata bukan hanya untuk makna tersurat dan juga tersiratnya semata, namun juga dengan bentuk dan bunyinya, serta untuk citra yang tercipta ketika kata-kata dirancang reka dalam cara yang lain dan berbeda dari yang biasa.19 Penyair sebagai contoh pemilik jenis kecerdasan ini, walaupun juga pada orang yang berada di masing-masing pihak dalam satu perdebatan politik yang sengit dan pada orang yang gemar menciptakan permainan kata atau senang menceritakan lelucon yang lazimnya merupakan permainan kata. Mereka sangat mahir dan terampil dalam mengolah kata-kata yang berbeda dari yang biasanya. b. Kecerdasan Logis Matematis Kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan tentang angkaangka dan penalaran. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mempergunakan penalaran induktif dan deduktif, memecahkan masalah-masalah abstrak, dan memahami hubungan-hubungan kompleks antara analisis matematis dan proses ilmiah.20 Siswa yang menonjol memiliki kecerdasan ini senang dengan proses pembelajaran yang dirancang dalam bentuk analisis masalah, pertanyaan, eksperimen, dan analisis untuk mencari solusi.21 19 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 14 . 20 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 15 . 21 Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius, 2007, 27. 22 Orang yang kuat dalam hal kecerdasan logis matematis mempunyai keterampilan berfikir kritis menghubungkan, menganalisa suatu data. untuk merangkai, Mereka sering unggul dalam penggunaan matematika, sains, dan komputer. Mereka mempunyai suatu logika untuk berfikir pada level-level yang kompleks, menganalisis data, menafsirkan informasi dan memecahkan jenis-jenis masalah yang beraneka ragam. c. Kecerdasan Visual Spasial Kecerdasan visual spasial adalah kemampuan untuk membentuk dan menggunakan model mental. Orang yang memiliki kecerdasan jenis ini cenderung berfikir dalam atau dengan gambar dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian visual seperti film, gambar, video, dan peragaan yang menggunakan model dan slaid. Mereka gemar menggambar, melukis, atau mengukir gagasangagasan yang ada dikepala dan sering menyajikan suasana serta perasaan hatinya melalui seni. mengungkapkan dengan Mereka sering mengalami dan berangan-angan, berimajinasi dan berperan.22 Meningkatkan kecerdasan ini dengan sering berlatih permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, teka-teki visual lain, dekorasi interior dan taman rumah, dan membuat logo.23 22 Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 17-18. 23 H. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 39. 23 Orang yang memiliki Kecerdasan visual spasial memiliki kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia gambar dan ruang secara akurat (cermat). Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan diantara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang. d. Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik Orang yang memiliki kecerdasan ini memproses informasi melalui informasi melalui sensasi yang dirasakan pada badan mereka. Mereka sangat baik dalam keterampilan jasmaninya baik dengan menggunakan otot kecil maupun otot besar, dan menyukai aktivitas fisik dan berbagai jenis olahraga. Mereka lebih nyaman mengkomunikasikan informasi dengan peragaan (demonstrasi) atau pemodelan. Mereka dapat mengungkapkan emosi dan suasana hatinya melalui tarian.24 Cara meningkatkan kecerdasan ini dengan bergabung dengan klub olah raga, kegiatan dansa, mengumpulkan macam benda dengan bermacam tekstur.25 Orang yang memiliki kecerdasan kinestetik, mereka mahir dalam menggunakan tubuh secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi 24 Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 25. 25 H. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 40. 24 keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Orang yang memiliki kecerdasan kinestetik menyukai olahraga dan hal-hal yang berhubungan dengan olah tubuh. e. Kecerdasan Musikal Orang yang mempunyai kecerdasan ini sangat peka terhadap suara atau bunyi, lingkungan dan juga musik. Mereka sering bernyanyi, bersiul atau bersenandung ketika melakukan aktivitas lain. Mereka gemar mendengarkan musik, serta mampu memainkan musik di atas rata-rata. Mereka bernyanyi dengan menggunakan kunci nada yang tepat dan mampu mengingat serta, secara vokal dapat mereproduksi melodi. Mereka bisa bergerak secara ritmis atau membuat ritme-ritme serta lagu-lagu untuk membantunya mengingat fakta dan informasi lain.26 Orang yang memiliki kecerdasan ini terampil dalam bernyanyi, memainkan instrumen musik, melakukan improvisasi, mengubah lagu, membedakan nada, membuat aransemen, melakukan orkestrasi, dan mengkritik gaya musik. Mereka juga suka menyanyi dan dengan gubahan lagu mereka mampu mengingat informasi lain. f. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal adalah membentuk sebuah model diri seseorang 26 kemampuan untuk yang akurat dan H. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 39. 25 menggunakan model itu untuk dilaksanakan secara efektif dalam kehidupan. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengetahui diri sendiri dan mengambil tanggung jawab atas kehidupan dan proses belajar seseorang.27 Siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat mengenali berbagai kekuatan dan keterbatasan mereka dan menantang diri mereka sendiri supaya bisa menjadi jauh lebih baik. Siswa jenis ini berorientasi pada tujuan, reflektif, dan melihat kesuksesannya sebagai hasil langsung dari perencanaan, usaha, dan ketekunannya sendiri. Mereka cepat bangkit kembali ketika mengalami suatu kegagalan karena motivasi dalam diri mereka sangat kuat. g. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami dan berinteraksi dengan baik dengan orang lain. Kecerdasan ini ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai macam aktivitas sosial serta keengganan dalam kesendirian dan menyendiri. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini menyukai dan menikmati bekerja secara berkelompok, belajar sambil berinteraksi dan bekerjasama juga senang bertindak sebagai mediator perselisihan baik di sekolah maupun di rumah dan lingkungannya.28 27 Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 142. 28 Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 26. 26 Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang kuat lebih suka bekerja dalam berbagai situasi dimana mereka dapat menjadi sosial, merencanakan secara bersama, dan bekerja dengan orang lain demi keuntungan timbal-balik. Mereka lebih suka bekerja sama ketimbang bekerja sendirian dan menunjukkan ciri keterampilan empati dan komunikasi yang baik. h. Kecerdasan Naturalistik Kecerdasan naturalis adalah kemampuan menggunakan input sensorik dari alam untuk menafsirkan lingkungan seseorang. Kecerdasan ini memungkinkan orang-orang berkembang dengan pesat dalam mengkategorisasi, lingkungan-lingkungan mengamati, yang beradaptasi, dan berbeda dan menggunakan fenomena alam.29 Orang yang memiliki kecerdasan naturalis mereka mampu untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta. Mereka menyukai memelihara hewan peliharaan ataupun menanam tanaman dengan penuh kecintaan. 29 Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 180. 27 i. Kecerdasan Eksistensial Spiritual Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam hubungannya dengan suatu kosmos yang tak terbatas dan sangat kecil serta kapasitas untuk menempatkan diri dalam hubungannya dengan kondisi manusia seperti makna kehidupan, kematian, perjalanan akhir dari dunia, psikologi. Sedangkan kecerdasan spiritual adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa spiritual berkorelasi dengan IQ, EQ, dan SQ. Menurut Rossiter dalam buku Yaumi bahwa spiritual intelligence is an organic wisdom, an innate quality of knowing, the “Wise Self” that resides within us all and connects us with the enigma of our existence (kecerdasan spiritual adalah suatu kearifan organik, kualitas pengetahuan bawaan, diri yang bijaksana yang berada dalam diri kita semua dan menghubungkan kita dengan pertanyaan tentang keberadaan kita). Spirit memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Roh bisa diartikan sebagai tenaga yang menjadi energi kehidupan. Hal inilah yang dimaksud Dewantoro dalam buku Yaumi sebagai budi pekerti.30 “Budi pekerti, watak atau karakter, itulah bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan, yang lalu menimbulkan tenaga. Ketahuilah bahwa budi itu pikiran, perasaan, kemauan dan pekerti artinya tenaga. Jadi, budi pekerti itu sifatnya jiwa manusia, mulai angan-angan hingga terjelma sebagai tenaga.” 30 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 232. 28 Dengan demikian, karakteristik orang yang memiliki kecerdasan eksistensial spiritual menjadi analitis sekaligus kreatif, logis dan imaginatif, senang pada hal-hal yang bersifat detail dan pada saat yang sama juga senang pada hal-hal yang bersifat umum. Namun, pada kecerdasan ini menyimpan karakteristik yang masih bersifat abstrak atau belum terurai dalam wujud aktivitas yang dapat diukur dan dibuktikan. Mereka menjadi orang yang arif dan bijaksana karena dalam diri mereka sudah tertanam budi pekerti yang telah menyatu dalam kehidupan mereka. C. Perkembangan Perilaku Anak Usia SD Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Permulaan masa pertengahan dan akhir anakanak ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu SD. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya. Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku. 1. Perkembangan Fisik Usia SD Pada masa ini periode pertumbuhan fisik lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas dan disebut sebagai periode tenang. Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat badan anak bagian atas lebih lambat daripada bagian bawah. Anggota badan relatif pendek, kepala dan perut relatif masih besar. Selama masa 29 akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5-6% dan berat bertambah sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg. kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inci dan berat hingga 42,5 kg.31 Untuk pertumbuhan fisik pada usia SD ini tidak secepat pertumbuhan ketika pada bayi. Dalam pembelajaran di kelas kita juga harus menyesuaikan perkembangan fisik siswa kita, misalnya letak papan tulis jangan terlalu tinggi disesuaikan dengan tinggi rata-rata siswa dalam kelas. Untuk meja dan kursipun diusahakan menyesuaikan juga dengan kondisi fisik jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil. 2. Perkembangan Motorik Usia SD Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan (motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan ia lebih menyukai pensil daripada krayon untuk melukis. Dari usia 8-10 tahun, tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat. Koordinasi motorik halus berkembang, dimana anak sudah dapat menulis dengan baik. Pada usia 10-12 tahun anak-anak mulai memperlihatkan keterampilan-keterampilan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang komplek, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk 31 2005, 155. Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 30 menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrumen musik tertentu.32 Keterampilan motorik halus mulai berkembang pada usia awal SD, sebagai pendidik kita jangan mengabaikan hal ini, karena ketika perkembangan motorik halus sudah tampak terus dilatih dan diberi stimulus supaya berkembang dengan maksimal, misalnya dalam keterampilan menuliskan huruf-huruf dibimbing dengan cara yang benar dan diberikan latihan secara intensif, sedangkan untuk keterampilan motorik pada kelas atas melatihnya misalnya dengan mengaktifkan anak dengan melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang komplek dan terbimbing ketika pembelajaran. 3. Perkembangan Kognitif Usia SD Pada usia 7-12 tahun anak-anak mengalami masa perkembangan concrete operational yang ditandai dengan tiga kemampuan yaitu: mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan. Dalam periode ini anak mulai pula mengkonservasi pengetahuan tertentu. Perilaku kognitif yang tampak pada periode ini ialah kemampuannya dalam proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terkait dengan objek-objek yang bersifat konkret.33 Pada taraf perkembangan kecerdasan dan pikirannya yang tertuju pada kenyataan maka pelajaran harus diberikan dengan alat peraga, 32 Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, 155. 33 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, 103. 31 penjelasan tidak perlu diberikan panjang lebar tetapi yang terpenting adalah memberikan contoh-contoh yang kongkrit.34 Pada masa transisi ke masa operasional konkret terjadilah perubahan yang amat signifikan dalam perkembangan anak yaitu ia peka untuk pembelajaran berdasarkan: a. Pengembangan kemampuan membedakan berbagai aspek lingkungan yang penting, yang dapat dilakukan melalui berbagai permainan mencari persamaan kelompok benda yang disembunyikan untuk dilombakan yang paling cepat memperolehnya. b. Koordinasi bentuk yang terpisah dalam suatu keseluruhan yang lebih besar dan struktur kognitif menyatu serta dalam suatu operasi konkret. c. Kemampuan berpikir berkenaan dengan sebab akibat maupun sebaliknya dilakukan melalui berbagai permainan yang dikombinasikan dengan ilmu lainnya.35 Untuk menyesuaikan perkembangan kognitif pada usia SD pembelajaran dengan menggunakan alat peraga karena pada perkembangan ini siswa baru pada tahap konkrit. Penggunaan alat peraga ataupun cantoh benda nyata akan sangat membantu dalam keberhasilan pembelajaran. Selain menggunakan alat peraga yang tepat juga penggunaan metode yang melibatkan koordinasi kemampuan berfikir konkrit. 34 Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991, 48. 35 Conny Semiawan, Belajar Dan Pembelajaran Prasekolah Dan Sekolah Dasar, Jakarta: PT Indeks, 2008, 121-122. 32 4. Sikap dan Perilaku Moral Usia SD Perkembangan moral anak pada usia sekolah lambat laun memperluas konsep sosial sehingga mencakup situasi apa saja. Pada usia ini anak mulai menemukan bahwa kelompok sosial terlibat dalam berbagai macam perbuatan. Antara usia 5-12 tahun konsep keadilan anak sudah berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus. Relativisme moral menggantikan konsep moral yang kaku.36 Perkembangan moral pada usia SD bisa kita latih dan pantau dalam keseharian. Para pendidik memberi contoh sikap-sikap telada bagaimana kita berempati kepada sesama, bekarjasama dan saling menghargai. Sikap tersebut dapat kita terapkan melalui pembelajaran dengan berkelompok. 5. Perkembangan Kreativitas Usia SD Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Melalui proses kreatif tercipta produk yang beragam, solusi baru atau pernyataan baru. Beberapa falsafah mengajar yang perlu dikembangkan guru dalam mendorong kreativitas peserta didik antara lain: belajar yang menyenangkan, dihargai dan disayangi, didorong menjadi pelajar yang aktif, merasa nyaman tanpa ketegangan ataupun 36 2005, 163. Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 33 ancaman, mempunyai rasa memiliki dan kebangsaan, lebih banyak bekerja sama, lebih dekat dengan pengalaman dunia nyata.37 Anak harus berkembang sebebas mungkin sesuai dengan minat dan bakat alami, biarkan ia mengambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Dengan demikian, kemampuan yang masih terpendam dapat berkembang, aktif, kreatif dan merasa bahagia, sehingga berkembang sehat dan terhindar dari cemas dan rasa benci.38 Untuk meningkatkan kreativitas anak pada usia SD dapat dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan siswa. Kreativitas guru dalam mengelola kelas juga berpengaruh pada perkembangan kreativitas anak. Selain itu menghindari pemberian hukuman yang tidak mendidik karena hal tersebut hanya akan menambah ketakutan anak sehingga tidak akan memunculkan kreativitas dalam diri anak tersebut. D. Multiple Intelligences pada Sekolah Berbasis Islam Konsep dasar pendidikan Islam, sebenarnya dapat dianalisa dari proses Allah mendidik manusia (dalam arti menumbuhkan dan mengembangkannya secara bertahap) sepanjang sejarah kehidupan manusia untuk mengembangkan potensi fitrahnya sekaligus menjalankan tugas 37 Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, 175- 38 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1992, 178. 110. 34 kekhalifahan.39 Pendidikan Islam merupakan salah satu kekuatan pendidikan nasional. Pendidikan Islam sebagai kelanjutan dari sistem pendidikan tradisional diapresiasi gagasan tentang sistem pendidikan nasional terpadu yang bervisi memperdayakan seluruh lapisan masyarakat.40 Strategi dan langkah yang perlu diperhatikan dalam usaha perubahan pendidikan Islam antara lain: 1. Reorientasi Kerangka Dasar Filosofis dan Teoritis Unsur-unsur esensial dalam sistem pendidikan Islam didasarkan atas beberapa konsep pokok tertentu, yaitu konsep agama, konsep manusia, konsep ilmu, konsep kebijakan, konsep keadilan, konsep universitas, dan konsep demokrasi. Kerangka dasar pertama pembaruan pendidikan yang didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tentang manusia dan hubungannya dengan masyarakat, lingkungannya menurut ajaran Islam. Proses pendidikan Islam dan pandangan Islam terhadap manusia sebagai makhluk yang dididik dan mendidik, sebagai berikut: a. sesuai dengan maksud pendidikan Islam adalah kegiatan untuk mengarahkan dengan sengaja perkembangan seseorang sejalan dengan nilai-nilai Islam, b. pembahasan tentang hakekat manusia dalam Al Qur’an kata kuncinya Khalaqa artinya menciptakan atau membentuk.41 39 Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, 39. 40 Muhammad Abdurrahman, Pendidikan di Alaf Baru, Yogyakarta: Prismasophie, 2003, 36-37. 41 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003, 128. 35 Pendidikan Islam didasarkan pada asumsi bahwa manusia itu dijadikan khalifah di bumi, yang dilengkapi dengan fitrah yaitu potensi bawaan berupa: potensi keimanan, memikul amanah dan tanggung jawab, kecerdasan, komunikasi dan bahasa dan potensi fisik. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berwawasan tentang Tuhan, manusia dan alam secara integratif. Pendidikan sebagai proses belajar, harus mampu menghasilkan individu dan masyarakat religius yang secara personal memiliki integritas dan kecerdasan. Implementasi multiple intelligences pada sekolah Islam berorientasi pada ajaran Islam sesuai dengan Al Qur’an dan Hadis. Misalnya dalam pengembangan kecerdasan musikal diusahakan musik-musik yang bernuansa Islami dan menyesuaikan karakter-karakter Islam. 2. Misi dan Visi Pendidikan Islam Lembaga-lembaga pendidikan Islam mau tidak mau dituntut untuk menyusun misi dan visi, baik tingkat makro maupun mikro. Apabila mencoba merumuskan misi pendidikan Islam bagaimana pendidikan Islam dapat:42 a. Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilai Islam. b. Mendorong pembaruan pemikiran Islam menuju masyarakat madani. c. Mengintegrasikan ilmu agama Islam dengan ilmu pengetahuan umum. 42 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003, 141-143. 36 d. Menghasilkan individu dan masyarakat yang religius (iman dan takwa), akhlak mulia, cerdas, berketrampilan, menguasai IPTEK, kreatif, inovatif, memiliki, integritas pribadi, merdeka, demokrasi, bersikap adil, disiplin, memiliki sikap toleran yang tinggi, menghargai hak asasi manusia, taat hukum, dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki orientasi global. Dalam menyusun visi pendidikan Islam mempertimbangkan lima visi dasar yaitu:43 a. Belajar bagaimana berpikir. b. Memuat aspek-aspek keterampilan dalam keseharian hidup termasuk kemampuan pribadi memecahkan setiap masalah. c. Belajar menjadi diri sendiri. d. Belajar untuk hidup. Dalam Implementasi multiple intelligences sesuai dengan visi dan misi Pendidikan Islam dapat dikembangkan pembelajaran yang mengandung nilai-nilai Islami. Dalam pengembangan kurikulumnya dapat mengintegrasikan perpaduan nilai umum dan nilai agama, dan mampu manghasilkan peserta didik yang religius dan toleransi dalam beragama. 43 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003, 144-145. 37 3. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan pendidikan Islam untuk:44 a. Mewujudkan cendekiawan muslim yang bertakwa dan berakhlak mulia, cerdas, cakap, terampil, mandiri dan bertanggung jawab terhadap kemaslahatan umat; b. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional untuk menyelesaikan tugas-tugas dan kewajibannya sehari-hari, yaitu dengan jalan menerapkan dan mengembangkan ilmu dan keterampilan yang ada pada dirinya masing-masing di lingkungannya; c. Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi di lingkungan kerjanya sehari-hari sehingga menemukan teknologi baru yang lebih bermanfaat bagi manusia. Dari tujuan di atas salah satunya adalah memiliki kemampuan akademik dan mengembangka ilmu sesuai bidang masing-masing, hal ini merupakan bentuk implementasi multiple intelligences dalam tujuan pendidikan Islam yang akan menghasilkan cendekiawan-cendekiawan muslim yang berahlakul karimah yang mampu menghasilkan teknologi baru yang lebih bermanfaat. 4. Strategi Pendidikan Islam Untuk menciptakan pendidikan Islam perlu dibuat strategi dan kebijakan pendidikan Islam antara lain:45 44 Press, 2003, 157. Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Safiria Insania 38 a. Menyelenggarakan pendidikan Islam yang relevan, bermutu, dapat dipertanggung jawabkan, demokratis dan profesional. b. Meningkatkan efisiensi internal dan eksternal. c. Memberi peluang yang luas dan meningkatkan kemampuan masyarakat. d. Merampingkan birokrasi pendidikan sehingga lebih lentur. Adapun strategi pelaksanaan ciri khas agama Islam di sekolah antara lain:46 a. Peningkatan Pendidikan Agama Islam melalui mata pelajaran selain pendidikan agama Islam. b. Peningkatan Pendidikan Agama Islam melalui kegiatan ekstra kurikuler. c. Peningkatan Pendidikan Agama Islam melalui suasana keagamaan yang kondusif. d. Peningkatan Pendidikan Agama Islam melalui pembiasaan dan pengamalan agama, misalnya sholat berjama’ah di sekolah. Dalam pengembangan strategi pendidikan Islam dapat diselnggarakan dalam bentuk kegiatan intra maupun ekstrakurikuler sebagai wadah untuk penggalian dan pengembangan kecerdasan pada masing-masing siswa. Selain juga melalui suasana keagamaan yang kondusif serta pembiasaan-pembiasaan pengalaman beragama. 45 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003, 157. 46 Shaleh Abdul Rachman, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, 259. 39 5. Reorientasi Kurikulum Pendidikan Islam Materi pendidikan Islam tergambar dalam kurikulum yang disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Untuk itu, dalam kurikulum terdapat kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada pembentukan sikap dan nilai pribadi muslim yang terintegral sebagai masyarakat dan warga negara. Prinsip yang dikembangkan dalam menyusun kurikulum terpadu antara lain: 47 a. Prinsip integrasi ilmu dunia dan akhirat. b. Prinsip keseimbangan. c. Prinsip persamaan dan pembebasan. d. Prinsip kontinu-berkelanjutan seiring perkembangan zaman. e. Prinsip kemaslahatan dan keutamaan. Kurikulum pada sekolah berbasis Islam haruslah mengembangkan keterpaduan antara ilmu dunia dan akhirat yang dilaksanakan secara seimbang dan mengikuti perkambangan zaman yang akan mencetak ilmuan muslim yang mampu memberikan kemanfaatan kepada semua. 6. Reorientasi Metodologi Pendidikan Islam Konsep pemikiran metodologi pendidikan Islam sebagai berikut: 48 a. Tidak ada pemisahan istilah pendidikan dan pengajaran, pengajaran selalu dilandasi nilai-nilai kependidikan dan pendidikan selalu diwujudkan melalui kegiatan pengajaran. 47 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, Yogyakarta: PT. LkiS, 2009, 84-87. 48 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003, 195-196. 40 b. Menggunakan paradigma holistik artinya materi pengajaran pendidikan Islam harus selalu terintegrasi dengan ilmu umum. c. Perlu dipergunakan model penjelasan yang rasional dalam melaksanakan norma peribadatan. d. Perlu dipergunakan teknik pembelajaran partisipatori artinya peserta didik aktif, eksploratif dan bertanggung jawab serta mengamalkan. e. Perlu dipergunakan pendekatan empirik untuk menghadirkan dan mengaktualkan iman dalam kehidupan. f. Berorientasi pembelajaran berpusat pada siswa. Penyelenggaraan pembelajaran pada sekolah Islam mengintegrasikan pendidikan Islam dalam pendidikan umum dengan menggunakan model-model pembelajaran yang kreatif, dan mampu mengaktifkan siswa. Waktunya untuk merubah pola pembelajaran yang semula berpusat pada guru, sekarang menjadi berpusat pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator saja. E. Implementasi Multiple Intelligences Yang dimaksudkan Implementasi multiple intelligences disini adalah menguraikan penerapan bagian-bagian dari multiple intelligences, menelaahnya, dan menghubungkan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan menurut metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya serta untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya di lapangan. 41 Dalam buku “Mengajar dengan Empati, Panduan Belajar-Mengajar yang Tepat & Menyeluruh untuk Ruang Kelas dengan Kecerdasan Beragam” dipaparkan secara jelas strategi-strategi untuk memperbaiki proses belajar berdasarkan teori multiple intelligences. Dalam buku ini, dibagi menjadi delapan bagian, setiap bagian membahas salah satu delapan kecerdasan yang diidentifikasi oleh Gardner. Tiap bagian dalam sumber komprehensif ini dimulai dengan pembahasan tentang ragam kecerdasan yang dibicarakan kemudian diikuti dengan serangkaian contoh aktifitas yang dirancang secara fleksibel untuk meningkatkan kemampuan belajar pada ragam kecerdasan tersebut. Penting untuk ditekankan bahwa banyak dari aktifitas-aktifitas itu bermanfaat untuk guru ketika menerapkan multiple intelligences dalam proses belajar mengajar.49 Dalam buku “Gurunya Manusia (Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara)” karya Munif Chatib, implementasi atau penerapan multiple intelligences di kelas disajikan strategi-strategi belajar mengajar dengan multiple intelligences. Dalam buku ini ditekankan bahwa strategi mengajar itu dekat dengan kreatifitas guru sehingga jumlah dan nama strategi itu harus luas dan tak terbatas. Jadi apapun namanya, strategi multiple intelligences akan menjadi wadah yang sangat luas dan dapat menampung semua istilah metodologi pembelajaran. Apabila ketika lebih mendalami strategi, ternyata setiap strategi tersebut punya multiple intelligences 49 Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 20-21. 42 approach yang sangat bermanfaat untuk pemilihan strategi mengajar oleh guru.50 1. Strategi Pembelajaran a. Pengertian Strategi pembelajaran Strategi berasal dari kata yunani strategia yang berarti ilmu perang. Dalam konteks pembelajaran strategi adalah kemampuan seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berfikir secara unik untuk dapat menganalisa, memecahkan masalah didalam mengambil keputusan.51 Kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada peserta didik akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya melalui pengalaman dan latihan. Perubahan ini terjadi secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor.52 Strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ke tahap evaluasi, serta tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam usaha memenuhi strategi pembelajaran guru harus 50 Munif Chatib, Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2012, 138-139. 51 Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, 2. 52 Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, 5-9. 43 mulai mendiagnosa tingkat konseptual rata-rata peserta didik, memadukan model pembelajaran yang cocok bagi kebutuhan peserta didik, dan secara berangsur-angsur mendorong transisi peserta didik pada tahap perkembangan yang lebih tinggi.53 Guru dalam melakukan pembelajaran di kelas mengetahui terelebih dahulu gaya belajar dari masing-masing anak sebagai pijakan untuk menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran dan untuk melakukan pendekatan jenis kecerdasan yang dimiliki anak, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. b. Pengelompokan Strategi Pembelajaran Exposition learning adalah strategi pembelajaran yang cenderung menggunakan cara menjelaskan secara terinci materi yang akan dipelajari. Sedangkan Discovery learning adalah strategi pembelajaran yang cenderung meminta siswa untuk melakukan observasi, eksperimen, atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah tersebut. Group learning adalah strategi pembelajaran melibatkan lebih dari satu siswa yang dibagi dalam kelompok. Biasanya dengan strategi ini siswa dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Individual learning adalah strategi pembelajaran individual. Setiap 53 John P. Miller, Sekolah Kepribadian, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002, 43. 44 siswa diminta untuk belajar sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri, tanpa kerjasama dengan yang lain.54 Dalam menerapkan strategi pembelajaran guru hendaknya melihat gaya belajar masing-masing siswa. Strategi pembelajaran dapat digunakan satu macam strategi maupun gabungan dari berbagai macam strategi disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Guru dapat menjelaskan secara rinci materi, mengajak siswa menemukan sendiri kesimpulan dengan melakukan observasi/eksperimen maupun dengan menggunakan strategi berkelompok. c. Unsur Strategi Pembelajaran Terdapat empat unsur strategi pembelajaran antara lain:55 1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran, yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. Hal ini terkait dengan perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam silabus. 2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. Strategi akan bermanfaat ganda apabila menggunakan pendekatan student centered approach dan mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Dengan belajar aktif peserta didik dapat menggunakan otak mereka untuk mempelajari gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan 54 Munif Chatib, Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2012, 130. 55 Munif Chatib, Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2012,131 45 menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan secara pribadi menarik hati.56 3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode, teknik pembelajaran, termasuk juga desain kelas. Pemilihan metode disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda antara lain: visual, auditorial, dan kinestetik. Semua cara sama baiknya. Setiap cara mempunyai kekuatan sendiri-sendiri. Dalam kenyataan setiap orang memilki ketiga gaya ini, hanya saja biasanya satu gaya mendominasi.57 Selain itu desain kelas juga sangat penting untuk diperhatikan karena kelas merupakan tempat paling lama dikunjungi oleh anak, jika tidak didesain dengan rapi akan menimbulkan efek kebosanan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh guru agar ruang kelas menyenangkan dan tidak menjadi penjara bagi peserta didik yaitu: menyusun barangbarang pelengkap yang ada di kelas layaknya seorang desainer interior saat mempercantik sebuah ruangan, membuat display kelas.58 56 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, XXI. 57 Bobbi DePorter, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2005, 165. 58 Munif Chatib, Kelasnya Manusia, Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar dengan Manajemen Display Kelas, Bandung: Kaifa, 2013, 33. 46 4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Strategi yang baik dilengkapi dengan rubrik penilaian autentik. Belajar bukanlah merupakan salah satu peristiwa pendek. Belajar terjadi secara bergelombang. Ketika belajar secara pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan dan tanpa daya tarik pada hasil. Ketika belajar secara aktif, belajar memerlukan mencari informasi sesuatu, untuk ingin menjawab menyelesaikan pertanyaan, masalah atau menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan.59 Untuk menciptakan kondisi belajar siswa aktif, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Di Indonesia dikenal banyak strategi pembelajaran aktif antar lain: strategi membangun team, cara belajar siswa aktif (CBSA), pembelajaran aktif kreatif dan menyenangkan (PAKEM) yang dapat disebut dengan edutainment. Pemilihan strategi yang tepat merupakan dasar pijak yang menuntut pendidik untuk memberikan peran maksimal kepada peserta didik agar terwujud perkembangan kreativitas. Upaya itu membutuhkan suasana pendidikan dan pembelajaran yang menyenangkan dengan dasar bahwa pendidikan dan pembelajaran yang menyenangkan akan berakibat pada peningkatan motivasi peserta didik untuk mengulang dan selalu mengulang. 59 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, 6. 47 Ketika ditarik ke dalam dunia edukasi, multiple intelligences menjadi sebuah strategi pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang studi. Inti strategi pembelajaran ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya. Pendalaman tentang strategi pembelajaran ini akan menghasilkan kemampuan guru membuat siswa tertarik dan berhasil dalam belajar dengan waktu yang relatif cepat.60 Dengan begitu ketika strategi pembelajaran multiple intelligences diterapkan dalam pembelajaran di sekolah akan berdampak lebih mudah diterima oleh siswa dan akan memotivasi siswa dalam belajar karena siswa belajar dengan senang. 2. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardner seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model kecerdasan "multiple intelligences". Multiple intelligences artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mengatakan bahwa setiap orang memiliki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Yang dimaksud kecerdasan menurut Gardner adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuh kembangkan. Teori multiple intelligences dapat diterapkan untuk situasi pendidikan jika kerangka ini diadopsi setidaknya dapat mencegah intervensi mereka yang tampaknya untuk ditakdirkan 60 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia, Bandung: Kaifa, 2013, 108. 48 untuk gagal dan mendorong orang-orang memiliki kesempatan untuk sukses. 61 Menurut Howard Gardner dalam setiap diri manusia ada 9 macam kecerdasan, yaitu:62 a. Kecerdasan Linguistik Verbal Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan yang berkenaan dengan kata-kata, dan secara luas untuk komunikasi. Kecerdasan ini menggambarkan kemampuan memakai bahasa secara jelas melalui membaca, menulis, mendengar dan berbicara. Aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan ini antara lain:63 bercerita, menulis jurnal, sumbang saran, menulis kreatif, membuat laporan, membuat buku harian, bermain pantun. 1) Karakteristik Kecerdasan Linguistik Verbal Karakteristik kecerdasan linguistik verbal menurut Thomas R. Hoerr sebagai berikut: Good at reading and writing, spells easily, enjoys word games, understands puns, jokes, riddles, tongue-twisters, has well-developed auditory skills, readily incorporates descriptive language, easily remembers written and spoken information, good story teller, uses complex sentence structure, appreciates the subtleties of grammar and meaning, often enjoys the sounds and rhythms of language, loves to debate issues or give persuasive speeches, able to explain things well64 61 Howard Gardner, Frames Of Mind (The Theory of Multiple Intelligences), NewYork: Basicbooks, 1983, 10-11. 62 Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 17-18. 63 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 43. 64 Thomas R. Hoerr et. all, Celebrating Every Learner, San Fransisco: Jossey-Bass, 2010, 106. 49 Diantara karakteristik kecerdasan linguistik-verbal dapat dilihat dalam kehiupan sehari-hari antara lain: Pandai membaca dan menulis, mudah dalam pengejaan, menikmati permainan kata-kata, memahami, lelucon, teka-teki, memutarbalikkan kata, memiliki keterampilan pendengaran berkembang dengan baik, mudah menggabungkan bahasa deskriptif, mudah ingat tulisan dan informasi lisan, pandai dalam mendongeng, menggunakan struktur kalimat yang kompleks, menghargai kehalusan tata bahasa dan maknanya, sering menikmati suara dan irama bahasa, suka memperdebatkan isu-isu atau memberikan persuasif pidato, mampu menjelaskan suatu hal dengan baik. 2) Aktivitas Pembelajaran Linguistik Verbal a) Bercerita (Story telling) Bercerita atau mendongeng adalah menyampaikan peristiwa melalui kata-kata, gambar, atau suara, yang dilakukan dengan improvisasi atau menambah-nambah dengan maksud memperindah jalannya cerita. Tujuan pembelajaran bercerita agar peserta didik dapat: Menggunakan pemikiran kritis dan kreatif guna mengembangkan berbagai keterampilan berbicara dan meningkatkan kemampuan mendengar.65 65 Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 34. 50 Langkah-langkah pembelajaran bercerita (story telling) dapat dilakukan dengan:66 Guru membagi kelompok yang terdiri dari pembawa cerita dan penyimak ide cerita. Guru menentukan topik cerita atau meminta jenis cerita yang diminati oleh peserta didik. Guru menunjuk beberapa peserta didik yang dapat memerankan tokoh dalam cerita. Guru membagi naskah cerita atau peserta didik mencari sendiri yang ditugaskan pada hari sebelumnya. Peserta didik meringkas dan mengambil intisari cerita yang akan dipaparkan. Guru menyediakan daftar pertanyaan yang dapat dijawab oleh peserta didik setelah cerita tersebut disajikan. Guru memeriksa dan menjelaskan jawaban yang benar. b) Menulis Jurnal Menulis jurnal adalah suatu bentuk aktivitas penulis secara teratur tentang pengalaman dan pikiran dalam proses pembelajaran. Jurnal mencakup gambaran konkret tentang pengalaman belajar, refleksi perasaan dan emosi, keadaan pemahaman, dan bentuk keterampilan yang mungkin diperoleh dari hasil aktivitas pembelajaran. Langkah-langkah aktivitas pembelajaran menulis jurnal dapat dilakukan dengan cara:67 Guru menentukan topik pembahasan untuk ditulis dalam bentuk jurnal. Guru menentukan durasi waktu dalam 66 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 49 67 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 57. 51 penulisan. Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar tentang suatu materi pembelajaran yang telah diperoleh termasuk pengetahuan, perasaan, dan kemampuan, kemudian menuliskannya. Peserta didik mengaitkan apa yang dipelajari dengan pengetahuan atau pengalaman sebelumnya. Peserta didik mengonstruksi pengetahuan baru dari hasil perpaduan antara pengetahuan yang diperoleh dengan pengalaman sebelumnya, kemudian menuliskannya. b. Kecerdasan Logis Matematis Kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan berkenaan dengan angka-angka dan penalaran. yang Ciri ragam kecerdasan ini adalah pada kemampuan memakai penalaran induktif dan deduktif, memecahkan berbagai masalah abstrak, dan memahami hubungan sebab-akibat. Aktivitas pembelajaran antara lain:68 berpikir ilmiah, melakukan eksperiman, berfikir kritis, membuat urutan, membandingkan, membuat pola, menyelesaikan masalah. Kecerdasan logis matematis atau dikenal dengan cerdas angka termasuk kemampuan ilmiah yang sering disebut dengan berpikir kritis. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung melakukan sesuatu dengan data untuk melihat pola dan hubungan. Selain itu, mereka juga sangat menyukai angka-angka dan dapat menginterpretasi data serta menganalisis pola abstrak dengan mudah. 68 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 64. 52 Orang yang kuat dalam kecerdasan ini sangat senang berhitung, bertanya, dan melakukan eksperimen. 1) Karakteristik Kecerdasan Logis Matematis Adapun karakteristik kecerdasan logis matematis antara lain sebagai berikut: “Notices and uses numbers, shapes and patterns, is precise, is able to move from the concrete to the abstract easily, uses information to solve a problem, loves collections, enjoys computer games and puzzles, takes notes in an orderly fashion, thinks conceptually, can estimate, explores patterns and relationships, constantly questions, likes to experiment in a logical way, organizes thoughts, employs a systematic approach during problem-solving.”69 Karakteristik logis matematis berhubungan dengan penggunaan angka, bentuk dan pola yang tepat, yang mampu berfikir dari konkret ke abstrak dengan mudah, menggunakan informasi untuk memecahkan masalah, senang mengoleksi, menikmati permainan komputer dan teka-teki, mencatat secara teratur, berpikir konseptual, dapat memperkirakan, mengeksplorasi pola dan hubungan, terus-menerus bertanya, suka bereksperimen dalam cara logis, mengorganisasikan pikiran, bekerja sistematis dengan pendekatan pemecahan masalah. Dari karakteristik di atas dapat diketahui bahwa orang yang menonjol kecerdasan logis matematis akan menyukai pelajaran matematika di sekolah karena berhubungan dengan angka-angka dan dapat menghitung dengan cepat walupun hanya dikepala. 69 2010, 138. Thomas R. Hoerr et. all, Celebrating Every Learner, San Fransisco: Jossey-Bass, 53 2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Logis Matematis Aktivitas pembelajaran dalam kecerdasan logis matematis ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode berpikir kritis (critical thingking). Berpikir kritis merupakan kemampuan kognitif untuk mengatakan sesuatu dengan penuh keyakinan karena bersandar pada alasan yang logis dan bukti yang kuat. Dalam lingkungan sekolah berpikir kritis adalah proses terorganisir yang memungkinkan peserta didik mengevaluasi fakta, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Langkah-langkah pembelajaran ini antara lain:70 memberi tugas atau bahan ajar yang akan dikaji. Guru Guru menyampaikan aturan main dalam mengkaji bahan ajar tersebut (boleh dilakukan mandiri atau kelompok). mengidentifikasi hakekat dari objek yang dikaji. Peserta didik Peserta didik menggunakan sudut pandang atau menentukan pendekatan yang digunakan dalam menganalisis bahan ajar tersebut. Peserta didik mencari dan membuat alasan yang mendasari temuannya. Peserta didik membuat asumsi yang mungkin terjadi. Peserta didik merumuskan pandangan dengan bahan yang sesuai. Peserta didik menyediakan bukti-bukti empiris berdasarkan data. Peserta didik membuat keputusan berdasarkan bukti empiris. Guru dan peserta 70 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 71-72. 54 didik bersama-sama melakukan evaluasi terhadap implikasi yang ditimbulkan dari hasil keputusan tersebut. c. Kecerdasan Visual Spasial Visual spasial adalah kecerdasan yang berkenaan dengan gambar-gambar. Kecerdasan ini berupa kemampuan merasakan dunia visual secara akurat dan kemudian menciptakan pengetahuan visual seseorang. Aktivitas pembelajaran antara lain:71 menggambar, mewarnai, membuat sketsa, membuat poster, pemetaan ide, membuat peta, symbol, membuat karya seni. Kecerdasan visual spasial adalah kemampuan untuk memahami gambar-gambar dan bentuk termasuk kemampuan untuk mengintepretasi dimensi ruang yang tidak dapat dilihat. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berfikir dengan gambar dan sangat baik ketika belajar melalui presentasi visual seperti film, gambar, video dan demonstrasi yang menggunakan alat peraga. Mereka juga sangat menyukai aktivitas seni (mengecat, mengukir, mewarnai dan lain-lain). Pada kecerdasan ini juga cenderung untuk menggambar bentuk dan ruang dari suatu obyek. 1) Karakteristik Kecerdasan Visual Spasial Adapun karakteristik kecerdasan visual spasial sebagai berikut: 71 Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 105. 55 “Enjoys maps and charts, likes to draw, build, design, and create things, thinks in three-dimensional terms, enjoys putting puzzles together, loves videos and photos, enjoys color and design, enjoys pattern and geometry in math, likes to draw.”72 Karakteristik kecerdasan visual spasial antara lain: menyukai peta dan grafik, suka menggambar, membuat desain, dan menciptakan sesuatu, berpikir dalam tiga-dimensi, menikmati tekateki bersama-sama, mencintai video dan foto, menikmati warna dan desain, menikmati pola dan geometri dalam matematika, suka menggambar. 2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Visual Spasial Aktivitas pembelajaran ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode imagine (khayalan visual). Melalui khayalan visual, peserta didik dapat menciptakan ide-idenya sendiri. Khayalan itu efektif sebagai suplemen kreatif pada belajar kolaboratif. Ia dapat juga berfungsi sebagai batu loncatan menuju penelitian independen yang mungkin pada awalnya nampak berlebihan bagi peserta didik. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode imagine antara lain: memperkenalkan topik yang akan dicakup dan menjelaskan bahwa pelajaran ini menuntut kreativitas penggunaan khayalan visual, menggunakan intruksikan latar musik, untuk mintalah menutup peserta mata didik dengan untuk memvisualisasikan tempat atau peristiwa yang berkesan, ketika 72 2010, 198. Thomas R. Hoerr et. all, Celebrating Every Learner, San Fransisco: Jossey-Bass, 56 khayalan dilukiskan siapkan jarak sehingga peserta didik dapat membangun khayalan visual mereka sendiri dengan melukiskan tempat atau peristiwa secara detail, mintalah peserta didik untuk membuat kelompok kecil dan saling membagi pengalaman mereka dan minta mereka untuk menulis tentang pengalaman itu.73 Pembelajaran dengan menggunakan metode imagine dapat membantu anak mengembangkan kemampuan visual mereka dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa dalam mendeskripsikan cerita secara runtut dan sesuai dengan pengalaman yang mereka alami. d. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik Kecerdasan jasmaniah kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah atau membuat sesuatu.74 Orang yang memiliki kecerdasan ini biasa memproses informasi melalui perasaan yang dirasakan melalui aspek badaniah atau jasmaniah. 1) Karakteristik Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik Karakteristik kecerdasan jasmaniah kinestetik sebagai berikut:75 Senang membuat sesuatu dengan menggunakan tangan secara langsung. Merasa bosan dan tidak tahan untuk duduk pada suatu tempat dalam waktu yang agak lama. Melibatkan diri pada 73 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, 183-184. 74 Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 25. 75 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 107-108. 57 berbagai aktivitas di luar rumah termasuk dalam melakukan berbagai jenis olahraga. seperti Sangat menyukai jenis komunikasi komunikasi dengan bahasa-bahasa nonverbal, isyarat. Sangat sependapat dengan pernyataan “di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat” dan merasa bahwa membuat tubuh tetap berada dalam kondisi yang fit merupakan hal yang penting untuk membangun pikiran yang jernih. Selalu mengisi waktu luang dengan melakukan aktivitas seni berekspresi dan karya seni rupa lainnya. Senang memperlihatkan ekspresi melalui berdansa atau gerakan-gerakan tubuh. Ketika bekerja, sangat senang melakukannya dengan menggunakan alat-alat yang dibutuhkan. Memperlihatkan dan mengikuti gaya hidup yang sangat aktif atau dengan kesibukan-kesibukan. Ketika mempelajari, selalu menyertakan aktivitas yang bersifat demonstratif atau senang belajar dengan strategi learning by doing. 2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik Aktivitas pembelajaran kecerdasan jasmaniah kinestetik dapat dilakukan menggunakan metode bermain peran (role play). Bermain peran digunakan untuk memahami literatur, sejarah dan bahkan hubungannya dengan sains. Bermain peran juga dipahami sebagai bentuk permainan yang memerankan karakter seseorang dalam hubungannya dengan ide cerita. 58 Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode bermain peran antara lain: Guru mendemonstrasikan teknik dasar bermain peran, membuat skenario dan mendeskripsikan hal itu kepada kelas, meminta empat peserta didik dari kelas untuk mengasumsikan peran karakter dalam permainan peran. Menugaskan seseorang untuk tetap seperti karakter standar dan menginstruksikan tiga individu yang ada bahwa mereka akan memainkan peran yang ada secara bergiliran, meminta tiga relawan yang bergilir untuk meninggalkan ruangan dan memutuskan susunan yang mana mereka akan berpartisipasi di dalamnya dan ketika relawan pertama memasuki kembali ruangan dan mulai bermain peran dengan relawan standar, setelah tiga menit guru mengumumkan waktunya dan meminta relawan kedua untuk masuk ruangan dan mengulangi situasi yang sama, kemudain relawan yang pertama bisa tinggal di ruangan, setelah tiga menit relawan ketiga mengulangi skenario, pada kesimpulannya guru meminta peserta didik untuk membandingkan dan mengontraskan gaya tiga relawan dengan mengidentifikasi teknik mana yang efektif dan yang tidak.76 e. Kecerdasan Musikal Berirama Kecerdasan musikal berirama adalah kecerdasan yang berkaitan dengan nada, irama, pola titi nada, dan warna nada. Kecerdasan ini berupa tingkatan sensitivitas pada pola-pola suara 76 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, 119-120. 59 dan kemampuan untuk merespon musik secara emosional. Aktivitas pembelajaran antara lain:77 diskografi, musik balada, membuat konsep lagu, menyanyi, memilih daftar musik, membuat iringan musik, mengkondisikan siswa berbicara seperti alunan musik, mendengar musik, ilustrasi suara. Kecerdasan musikal berirama adalah kapasitas untuk berpikir tentang musik, seperti mampu mendengar, mengenal, mengingat, dan bahkan memanipulasi pola-pola musik. Orang yang memiliki kecerdasan musik dianggap memiliki apresiasi yang kuat terhadap musik, dengan mudah mengingat lagu-lagu dan melodi, mempunyai pemahaman tentang warna nada dan komposisi, dapat membedakan perbedaan antara pola nada dan pada umumnya senang terbenam dalam musik. 1) Karakteristik Kecerdasan Musikal Berirama Karakteristik kecerdasan musikal berirama antara lain sebagai berikut: “Enjoys singing and playing musical instruments, remembers songs and melodies, enjoys listening to music, keeps beats, makes up her own songs, mimics beat and rhythm, notices background and environmental sounds, differentiates patterns in sounds, is sensitive to melody and tone, body moves when music is playing, has a rich understanding of musical structure, rhythm, and notes.”78 Karakteristik orang yang memiliki kecerdasan musikal antara lain: menikmati bernyanyi dan memainkan alat musik, ingat lagu dan 77 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 132. 78 Thomas R. Hoerr, et al, Celebrating Every Learner, San Francisco: Josse Bass, 2010, 172. 60 melodi, menikmati mendengarkan musik, membuat ketukan, membuat lagu sendiri, meniru ritme, membuat suara musik latar, membedakan pola suara, sensitif terhadap melodi dan nada, tubuh bergerak saat musik dimainkan, memiliki pemahaman yang kaya akan struktur musik dan ritme. Anak yang memiliki kecerdasan musikal akan menyukai halhal yang berhubungan dengan musik. Hal ini dapat mendorong percepatan belajarnya jika dikaitkan dengan musik daripada hanya disuruh menghafal materi saja. Efektif sekali digunakan pembelajaran dengan lagu bagi siswa-siswa yang memiliki kecerdasan ini. 2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Musikal Berirama Aktivitas pembelajaran kecerdasan musikal berirama dengan menggunakan metode instrumen orkestra. Tujuan penerapan musik instrumen orkestra adalah mengidentifikasi bentuk dan bunyi yamg dihasilkan oleh instrumen orkestra. Aktivitas pembelajaran dengan menggunakan kecerdasan ini antara lain:79 peserta didik diperdengarkan suatu rekaman aneka simfoni atau aransemen orkestra, mintalah para siswa menyebutkan beberapa instrumen yang sebelumnya pernah mereka lihat atau dengar suaranya, persiapkan siswa untuk menyebutkan, membandingkan dan kemudian mendengarkan beberapa instrumen 79 Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 65-66. 61 orkestra tersebut, siswa mendiskusikan jenis-jenis alat musik yang mengiringi orekestra, bantulah para siswa mengidentifikasi semua instrumen dengan menggunakan kata kunci, mintalah para siswa menyebutkan beberapa dari instrumen yang mereka dengar, jika instrumen itu ada dan bisa digunakan mintalah siswa untuk memainkan, jika instrumen tidak ada para siswa mendengarkan rekaman dari masing-masing instrumen tersebut. f. Kecerdasan Interpersonal Interpersonal adalah kecerdasan yang terkait dengan pemahaman sosial. Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dengan membaca berbagai suasana hati, temperamen, motivasi, dan tujuan orang lain. Aktivitas pembelajaran antara lain:80 menerapkan model jigsaw, melakukan board games, mengajar teman sebaya, membuat teamwork, ketrampilan kolaboratif, simulasi, wawancara. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca tanda dan isyarat sosial, komunikasi verbal dan nonverbal, dan mampu menyesuaikan gaya komunikasi dengan tepat. Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi melakukan negosiasi hubungan dengan keterampilan dan kemahiran karena orang tersebut mengerti kebutuhan tentang empati, kasih sayang, pemahaman, ketegasan dan ekspresi dari kebutuhan dan keinginan. 80 Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 26. 62 1) Karakteristik Kecerdasan Interpersonal Adapun karakteristik kecerdasan Interpersonal seperti di kemukakan oleh Gardner “Enjoys cooperative games, demonstrates empathy toward others, has lots of friends,is admired by peers, displays leadership skills, prefers group problem solving, can mediate confl icts, understand and recognizes stereotypes and prejudices”81 Karakteristik Kecerdasan Interpersonal sebagai berikut: a) Menikmati permainan kooperatif. b) Empati terhadap orang lain. c) Memiliki banyak teman. d) Dikagumi oleh rekan-rekan. e) Memiliki ketrampilan kepemimpinan. f) Mampu menyelesaikan masalah dalam kelompok. g) Memahami karakteristik orang lain. 2) Aktivitas Pembelajaran Interpersonal Aktivitas pembelajaran interpersonal dapat dilakukan dengan menggunakan metode jigsaw. Aktivitas Jigsaw adalah salah satu tipe belajar kooperatif yang menekankan kerjasama dan membagi tanggung jawab dalam kelompok. Proses pelaksanaan Jigsaw mendorong terbangunnya keterlibatan dan perasaan empati dari 81 2010, 8. Thomas R. Hoerr, et al, Celebrating Every Learner, San Francisco: Josse Bass, 63 semua peserta didik dengan memberikan bagian-bagian tugas yang esensial untuk dilakukan oleh masing-masing anggota dalam kelompok dan harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tersebut.82 Langkah-langkah pembelajaran jigsaw antara lain dengan cara:83 a) Guru membagi kelompok jigsaw ke dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 anggota (pembagian kelompok boleh didasarkan atas kemampuan atau cara lain yang sesuai). b) Guru menunjuk salah seorang pada masing-masing kelompok untuk menjadi ketua kelompok (sebaiknya seorang ketua lebih matang, mampu, dan dapat disetujui bersama). c) Guru membagi materi pelajaran untuk masing-masing kelompok dan setiap kelompok membagi submateri kepada setiap anggota. d) Guru memfasilitasi setiap individu mempelajari masing-masing satu segmen dalam kelompok untuk atau subpokok bahasan termasuk meyakinkan setiap individu mempunyai akses langsung hanya pada bidang yang dikaji. e) Memberikan waktu yang cukup bagi setiap anggota untuk membaca dan mengkaji lebih dalam tentang masing-masing tugas yang 82 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, 168. 83 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 152-153. 64 diberikan. Masing-masing anggota tidak perlu menghafal yang dibacanya, cukup hanya memahami saja. f) Guru membentuk kelompok ahli temporer yang anggotanya masingmasing dari setiap kelompok jigsaw. Guru memberi waktu yang cukup kepada kelompok ahli untuk mendiskusikan elemen penting dari masing-masing segmen dan melatih beberapa saat tentang elemen penting tersebut untuk dipresentasikan kepada kelompok jigsaw. g) Guru meminta anggota kelompok ahli kembali kepada kelompok jigsaw dan mempresentasikan segmen yang telah dibicarakan, kemudian meminta anggota dalam kelompok mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi. h) Guru berkunjung dari kelompok yang satu ke kelompok lain untuk mengamati proses. kesulitan Jika terdapat kelompok yang mengalami (misalnya, ada anggota yang mendominasi atau mengganggu), perlu diberi penanganan yang tepat. Akhirnya yang melibatkan pemimpin kelompok untuk menangani tugas tersebut. Pemimpin dapat dilatih dengan membisikkan instruksi tentang bagaimana melakukan penanganan sampai pemimpin dapat menguasai anggota-anggota dalam kelompok. i) Pada akhir sesi diskusi, guru memberikan kuis-kuis yang berkenaan dengan materi yang didiskusikan sehingga peserta didik menyadari 65 bahwa seluruh rangkaian aktivitas yang dilakukan melalui jigsaw bukan hanya sebatas permainan belaka, melainkan juga ada penilaian. g. Kecerdasan Intrapersonal Intrapersonal adalah kecerdasan yang tercermin dalam kesadaran mendalam akan perasaan batin. Inilah kecerdasan yang memungkinkan seseorang memahami diri sendiri, kemampuan dan pilihannya diri sendiri. Orang yang memiliki kecerdasan ini mandiri, tidak tergantung dengan orang lain dan yakin dengan pendapat diri yang kuat.84 Kecerdasan intrapersonal merujuk kepada kesukaan menyendiri, mengatur aktivitas, mampu bekerja sendiri, memiliki kesadaran diri yang kuat dan mampu memproses tujuan yang jelas tentang segala sesuatu yang dilakukan sekarang dan mendatang. 1) Karakteristik Kecerdasan Intrapersonal Karakteristik kecerdasan intrapersonal antara lain sebagai berikut:85 a) Menyadari dengan baik tentang hal-hal yang terkait dengan keyakinan atau moralitas. b) Belajar dengan sangat baik ketika guru memasukkan materi yang berhubungan dengan sesuatu yang bersifat emosional. 84 Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa Cendekia, 2012, 27. 85 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 175. 66 c) Sangat mencintai keadilan baik dalam persoalan sepele maupun persoalan besar lainnya. d) Sikap dan perilaku, mempengaruhi gaya dan metode belajar. e) Sangat peka terhadap isu-isu yang berhubungan dengan keadilan sosial (sosial justice). f) Bekerja sendirian jauh lebih produktif daripada bekerja dalam suatu kelompok atau tim. g) Selalu ingin tahu tujuan yang hendak dicapai sebelum memutuskan untuk melakukan suatu pekerjaan. h) Ketika meyakini sesuatu yang dapat membawa kebaikan bagi kehidupan, seluruh daya dan upaya tercurah untuk mengejar sesuatu itu. i) Senang berpikir dan berbicara tentang penyebab seseorang dapat menolong orang lain. j) Senang untuk bersikap protek terhadap diri dan keluarga, bahkan orang lain. k) Membuka diri atau bersedia melakukan protes atau menandatangani petisi untuk memperbaiki segala kekeliruan. 2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Intrapersonal Aktivitas pembelajaran menggunakan kecerdasan intrapersonal dapat menggunakan metode phisical self-assesement, dengan menggunakan aktivitas ini pada akhir pembelajaran, dipersilakan peserta didik untuk menilai beberapa banyak yang telah 67 mereka pelajari atau untuk memodifikasi keyakinan yang dipegangi sebelumnya. Langkah-langkah pembelajaran ini antara lain:86 singkirkan bangku ke satu sisi dan perintahkan peserta didik untuk duduk di depan, membuat skala rating 1-5 di papan tulis, peserta didik berdiri di depan rating angka yang paling cocok dengan penilaian dirinya, ketika setiap pernyataan dibaca, peserta didik pindah tempat yang paling cocok dengan penilaian dirinya, doronglah peserta didik untuk menilai dirinya secara realistis, setelah terbentuk garis di depan beragam posisi, ajaklah peserta didik untuk berbagi mengapa memilih rating tersebut, garis bawahi kejujurannya, buatlah kesimpulan bersama-sama. h. Kecerdasan Naturalis Naturalis adalah kecerdasan yang berkaitan dengan dunia alam. Kecerdasan ini berasal dari kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengklasifikasi tumbuh-tumbuhan, aneka ragam binatang, dan elemen-elemen lain di lingkungan seseorang. Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi pola-pola alam atau mengklasifikasi berbagai spesies termasuk flora dan fauna dalam suatu lingkungan. 1) Karakteristik Kecerdasan Naturalistik Karakteristik kecerdasan naturalistik antara lain sebagai berikut: 86 Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009, 266-267. 68 “Learns through observation and discovery of natural phenomenon; is good at comparing, categorizing, and sorting; enjoys being outdoors; excels in finding fine distinctions between similar items; feels alive when in contact with nature; appreciates scenic places; enjoys having pets; likes to camp, hike or climb; is conscious of changes in the environment.”87 Karakteristik kecerdasan naturalistik antara lain: belajar melalui observasi dan penemuan fenomena alam, membandingkan, mengkategorikan, dan pemilahan, menikmati berada di alam terbuka, unggul dalam pengamatan perbedaan antara hal-hal yang serupa, terasa hidup ketika kontak dengan alam, menghargai tempat-tempat indah, menikmati memiliki hewan peliharaan, suka berkemah, mendaki atau pendakian, sadar akan perubahan lingkungan. 2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Naturalistik Aktivitas pembelajaran kecerdasan naturalistik bisa menggunakan strategi service learning yaitu pembelajaran dengan mengunjungi suatu tempat atau lingkungan tertentu dengan melakukan pelayanan informasi pada tempat tersebut. Siswa melakukan pelayanan kepada lingkungan berdasarkan materi yang sudah dikuasai di kelas. Konsep service learning adalah give something artinya siswa akan memberikan pengetahuan dan informasi kepada lingkungan yang dikunjungi. Strategi ini mempunyai point prosedur sebagai berikut: konsep adalah materi yang akan diajarkan kepada siswa yang biasanya terdapat dalam 87 2010, 226. Thomas R. Hoerr et. all, Celebrating Every Learner, San Fransisco: Jossey-Bass, 69 indikator hasil belajar, lingkungan yang akan dikunjungi diharapkan berkaitan dengan penguasaan konsep, siswa memberikan pelayanan kepada lingkungan yang sudah dipilih sesuai dengan konsep pembelajaran, siswa menulis catatan tentang kunjungan ke lingkungan pembelajaran berupa laporan hasil wawancara, identifikasi proses kunjungan, juga tentang dampak dan kualitas pelayanan yang diberikan.88 i. Kecerdasan Eksistensial Spiritual Kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia. Kecerdasan eksistensial spiritual dapat diidentifikasi melalui ciri-ciri sebagai berikut:89 1. Menganggap sangat penting untuk mengambil peran dalam menentukan hal-hal yang besar dari sesuatu. 2. Senang berdiskusi tentang kehidupan. 3. Berkeyakinan bahwa beragama dan menjalankan ajaran-Nya sangat penting bagi kehidupan. 4. Senang memandang hasil karya seni dan memikirkan cara membuatnya. 5. Berdzikir, bermeditasi, dan berkonsentrasi merupakan bagian dari aktivitas yang ditekuni. 88 Munif Chatib, Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2012, 189. 89 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 209. 70 6. Senang mengunjungi tempat-tempat yang mendebarkan hati. 7. Senang membaca biografi filosuf klasik dan moderen. 8. Belajar sesuatu yang baru menjadi mudah ketika memahami nilai yang terkandung di dalamnya. 9. Selalu ingin tahu jika terdapat bentuk kehidupan lain di alam. 10. Sering mendapatkan perspektif baru dari hasil belajar sejarah dan peradaban kuno. Aktivitas pembelajaran kecerdasan eksistensial spiritual dapat digunakan dengan metode memberi respons pada suatu peristiwa. Tujuan penerapan aktivitas pembelajaran memberi respons pada suatu peristiwa penting yang terjadi dalam masyarakat agar peserta didik dapat:90 1. Meningkatkan minat baca bukan hanya buku pelajaran melainkan juga segala macam bahan bacaan seperti surat kabar, majalah, informasi dan dari situs jejaring sosial. 2. Berperan aktif dalam mengkaji hakekat masalah yang terjadi dalam masyarakat dan mencari makna yang paling dalam dari berbagai peristiwa yang terjadi. 3. Mengetahui perkembangan yang terjadi secara lokal, regional, nasional, dan internasional dan dapat mendiskusikan isu-isu sosial dalam kehidupan sehari-hari. 90 Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian Rakyat, 2012, 238. 71 4. Memberi respons dengan mengajukan solusi cerdik untuk menyelesaikan perbagai persoalan atau isu-isu yang sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. 5. Mengambil manfaat dari berbagai kejadian dan dapat merumuskan peristiwa tersebut dalam bentuk ringkasan yang merupakan hasil refleksi dan sintesis. 6. Mengungkap nilai-nilai yang terkandung dibalik peristiwa tersebut dan menjadikan nilai tersebut untuk dianut dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang didasari oleh konsep konstruktivisme yang memiliki pandangan bahwa realita bersifat jamak, menyeluruh dalam satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Selain itu penelitian ini lebih dicurahkan untuk memahami fenomenafenomena sosial dari perspektif partisipan yang diperoleh melalui pengamatan partisipatif. Dalam penelitian kualitatif peneliti lebur dalam situasi yang diteliti. Peneliti adalah pengumpul data, orang yang memiliki kesiapan penuh untuk memahami situasi.1 Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis. Dalam penelitian ini mereka melakukan eksplorasi, menggambarkan dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.2 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 12-13. 2 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 14. 72 73 Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskriptif dari gejala-gejala yang diamati.3 Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif karena melalui pengamatan partisipatif dengan tujuan untuk menggambarkan apa adanya dan mengungkap bagaimana implementasi multiple intelligences pada pembelajaran di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang. 2. Lokasi Penelitian Tempat penelitian ini adalah: a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang. Adapun profil sekolah sebagai berikut: Nama Sekolah : SD Muhammadiyah I Alternatif Kota Magelang Status Sekolah : Disamakan terakreditasi A Alamat Sekolah : Jl. Tidar No. 21 Kota Magelang 56125 Kelurahan : Magersari Kecamatan : Magelang Selatan Kota : Magelang Provinsi : Jawa Tengah b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang. Adapun profil sekolah sebagai berikut: Nama Sekolah 3 2001, 15. : SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang M Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 74 Status Sekolah : Disamakan terakreditasi A Alamat Sekolah : Jl. Jeruk Timur V Kramat Kota Magelang 56115 Kelurahan : Kramat Selatan Kecamatan : Magelang Utara Kota : Magelang Provinsi : Jawa Tengah 3. Waktu Penelitian Waktu penelitian mulai 15 Mei 2013 sampai 31 Agustus 2013. 4. Sumber Data Penelitian Sumber data primer (utama) dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data sekunder (tambahan) seperti dokumen-dokumen dan foto.4 Adapun sumber data dalam penelitian ini antara lain: a. Data Primer. Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau yang diwawancarai merupakan sumber primer, dan dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video, pengambilan foto ataupun film. Hasil dari pengamatan dan wawancara mendalam membatasi kata-kata dan tindakan yang relevan saja kemudian dianalisis menjadi sumber data primer. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber utama yaitu: kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua baik di SD Muhammadiyah 1 Alternatif maupun SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang. 4 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 157. 75 b. Data Sekunder Sumber tertulis merupakan sumber kedua dan merupakan bahan tambahan yang dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan resmi.5 Sumber tertulis dari penelitian ini antara lain: dokumen-dokumen resmi sekolah yang berupa dokumen profil SD Muhammadiyah 1 Alternatif maupun SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang, dan juga dokumen pribadi guru yang relevan. c. Foto Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya dianalisis secara induktif. Hasil dari pengamatan ataupun wawancara didokumentasikan melalui foto ataupun direkam melalui video. 5. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang utama ialah peneliti sendiri. Pada awal penelitian penelitilah alat satu-satunya. Ada kemungkinan hanya dialah merupakan alat sampai akhir penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung diperoleh fokus yang lebih jelas melalui wawancara.6 Ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas 5 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 159. 6 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito, 2003, 34. 76 pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak lazim.7 Adapun instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: tape recorder, kamera, alat perekam video, catatan lapangan dan peneliti adalah instrumen itu sendiri. 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dikenal oleh penelitian kualitatif pada umumnya pertama adalah wawancara mendalam. observasi dan ketiga teknik dokumentasi.8 Kedua teknik Ketiga teknik tersebut digunakan dengan harapan dapat saling melengkapi antar ketiganya. Lebih jelasnya ketiga teknik tersebut adalah: a. Wawancara Mendalam Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan memperoleh informasi.9 Wawancara secara garis besar dibagi dua, yakni wawancara tak tersetruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam, terbuka, etnografis. 7 wawancara intensif, wawancara kualitatif, Sedangkan wawancara terstruktur disebut Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 160. 8 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004, 72. 9 S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, 113. 77 wawancara baku yang susunan pertanyaannya sudah dibakukan sebelumnya dengan pilihan jawaban yang tersedia.10 Sedangkan menurut Patton11 macam wawancara dibedakan menjadi 3 antara lain: 1) Wawancara pembicaraan informal. Jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara itu sendiri. Jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara dengan terwawancara dalam suasana biasa, wajar, seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari. 2) Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. 3) Wawancara baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan kata-katanya dan cara penyajiannyapun sama untuk setiap responden. Keluwesan mengadakan pertanyaan pendalaman terbatas, dan hal itu bergantung pada situasi wawancara dan kecakapan pewawancara. 10 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, 180. 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 187. 78 Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur dan menggunakan pendekatan menggunakan petunjuk umum dimana peneliti hanya menggunakan pedoman wawancara yang memuat kerangka garis besar berisi tentang pokok-pokok yang dirumuskan yang akan ditanyakan kepada subyek dengan tujuan untuk memperoleh informasi bukan baku / informasi tunggal dengan irama yang bebas. Persiapan wawancara tak terstruktur dapat diselenggarakan menurut tahap-tahap antara lain:12 1) menemukan siapa yang akan diwawancarai, 2) mencari tahu bagaimana yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden, 3) mengadakan persiapan yang matang untuk pelaksanaan wawancara. Sebelum pelaksanaan wawancara peneliti membuat pedoman wawancara terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang akan diwawancarai, materi atau pedoman garis-garis besar topik yang akan dilakukan dalam proses wawancara. Setelah pedoman wawancara dibuat, peneliti mengadakan kontak awal dengan responden baik langsung maupun tidak langsung untuk menentukan waktu yang tepat untuk dilaksanakan wawancara. Sebelum melaksanakan wawancara peneliti melakukan persiapan-persiapan berupa catatan harian, kamera, maupun alat perekam. Dalam proses wawancara peneliti meminta persetujuan 12 terlebih dahulu untuk direkam dengan Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 199. 79 responden. Dan setelah selesai wawancara untuk keabsahan data peneliti melakukan member check dengan menyimpulkan poin-poin penting dan meminta persetujuan kembali dengan responden. Dalam wawancara peneliti merekam dan membuat catatan hasil dari wawancara tersebut. Pertimbangan digunakan teknik ini adalah untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung dengan berbagai pihak yang terlibat langsung dalam pembelajaran di SD Muhammadiyah 1 Alternatif antara lain dengan bapak Salamun, bapak Mustaqim, ibu Wati, bapak Luqman. Sedangkan dari pihak wali murid: bapak Didik, bapak Arba’in, ibu Sri Hastuti dan dari pihak siswa: Alfiana, Fahriza dan Raihan. Sedangkan di SDIT Ihsanul Fikri pihak sekolah dengan bapak Abdul Rozak, ibu Rida, ibu Emma dan ibu Budi. Dari pihak orang tua: bu Dewi, bapak Umar, ibu Maryati, dari pihak siswa: Maulana, Kirana, Annisa dan Arda. b. Observasi Observasi atau pengamatan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian. Untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan atau studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala psikis dengan jalan 80 mengamati.13 Dalam observasi ini diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi mengatur atau memanipulasikannya.14 Dalam penelitian kualitatif, metode pengamatan berperan sangat penting. Karena memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi secara lengkap. Bentuk kegiatan peneliti dengan mengamati secara terjun langsung ke lapangan atau ke sekolah sehingga peneliti ikut aktif di dalamnya, langsung dapat melihat situasi yang diamati dan dipaparkan melalui pengamatan dan pencatatan. Pengamatan berlatar alamiah atau tak terstruktur karena terjadi secara naturalistik dan apa adanya yang terjadi di sekolah.15 Dalam melakukan pengamatan peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian yaitu di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihasanul Fikri Kota Magelang. Peneliti mengamati implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran. Peniliti melihat langsung kondisi dan situasi yang diamati selanjutnya dipaparkan melalui pencatatan. Dalam melakukan pencatatan peneliti menuliskan kondisi yang sebenarnya dan tidak dibuat-buat. 13 Mandalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan proposal, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, 63. 14 S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, 106. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 176. 15 81 Dalam melakukan pengamatan tidak bisa berdiri sendiri, artinya tidak dapat dilakukan tanpa pencatatan datanya. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan catatan lapangan sebagai berikut:16 1) Membuat catatan lapangan. Catatan lapangan sangat penting karena merupakan anak rantai antara pengumpulan data berdasarkan observasi dan wawancara dengan analisis serta pengolahan data. Catatan lapangan menjadi dasar utama dalam penulisan laporan, maka sejak mulanya perlu kita melaksanakan menurut sistematika tertentu.17 Ketika melakukan pengamatan peneliti menuliskan hal-hal pokok saja dalam pengamatan dan direkam dalam video, ketika sampai di rumah baru dibuat catatan lapangan berdasarkan data dan video rekaman. Catatan lapangan ini diguanakan sebagai pedoman untuk membuat paparan data hasil observasi implementasi multiple intelligences di SD Muhammadiyah 1 Alternatif maupun SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang. 2) Buku harian pengalaman lapangan dibuat dalam bentuk yang telah terorganisasi dan harus diisi setiap hari. Pembuatan buku harian itu dimanfaatkan untuk analisis data dan pengkategorian. 16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 180-182. 17 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito, 2003, 98-99. 82 3) Catatan kronologis dilakukan secara rinci dan secara kronologi dan secara kronologi dari waktu ke waktu. Catatan itu diberi nomor urut kemudian pencatatan disertai waktu. 4) Jadwal pengamatan berisi waktu secara rinci tentang apa yang akan dilakukan dimana bilamana apa yang diamati dan semacamnya. 5) Balikan melalui pengamat lainnya. Pengalaman pengamat itu dapat saling dipertukarkan dengan pengamat sendiri dan hal itu dapat lebih memperbaiki teknik pengamatannya. 6) Alat elektronika seperti video, alat perekam maupun kamera. 7) Daftar cek, dibuat untuk mengingatkan pengamat apakah seluruh aspek informasi sudah diperoleh atau belum. Sesuai dengan setting yang dikehendaki. Teknik ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi multiple intelligences dan berbagai hal yang terkait dengan multiple intelligences dalam pembelajaran baik di SD Muhammdiyah 1 Alternatif ataupun di SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang. Observasi yang kami lakukan di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dalam intrakurikuler meliputi: gambaran pembelajaran harian, observasi kelas 2 Nabi Ibrahim, kelas 2 Nabi Ismail dan kelas 5 Nabi Daud. Sedangkan pembelajaran ekstrakurikulernya: marching band dan sepak bola. Di SDIT Ihsanul Fikri yang kami observasi: 83 kegiatan pembelajaran harian, kelas 5 D, kelas 1 A dan kelas 3 A. Sedangkan pembelajaran ekstrakurikulernya: tartil dan story telling. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. baik Dokumen-dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis, dibandingkan dan dipadukan membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh.18 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumen antara lain: 19 1) Dokumen Pribadi. Dokumen pribadi merupakan catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya. Maksud mengumpulkan dokumen pribadi ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subyek penelitan. Contoh dokumentasi pribadi adalah buku harian, surat pribadi dan otobiografi. 18 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 221-222. 19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, 217-219. 84 2) Dokumen Resmi. Dokumentasi resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial misalnya majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan kepada media massa. Teknik ini secara khusus digunakan untuk memperoleh dokumen resmi tentang profil sekolah secara umum, visi misi, struktur organisasi, profil guru dan karyawan, keadaan siswa, sarana dan prasarana. Sedangkan dokumen pribadi guru meliputi: rpp, daftar siswa, hasil raport, penilaian ekstrakurikuler dan buku komunikasi. 7. Sampling Teknik sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif maksud sampling di sini untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya. Dalam penelitian ini tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampel). Sampel bertujuan ini ciricirinya sebagai berikut:20 a. Rancangan sampel yang muncul: Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. 20 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, 2009, 224-225 Bandung: PT Remaja 85 b. Pemilihan sample secara berurutan: Tujuan untuk memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Teknik sampling bola salju bermanfaat dalam hal ini, yaitu mulai dari satu menjadi makin lama makin banyak. c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: Pada mulanya setiap sampel dapat sama kegunaannya, namun semakin banyak informasi sampel dipilih atas dasar fokus penelitian. d. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan: Jika informasi yang diperlukan sudah dapat dijaring, maka penarikan sampel pun sudah dapat diakhiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel bertujuan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang fokus penelitian. Ketika informasi tersebut sudah mencukupi maka penarikan sampel dihentikan. Sampel yang diambil dari penelitian ini antara lain beberapa guru, orang tua murid, dan siswa. Selain itu juga sampel pengamatan pembelajaran di kelas dan juga pembelajaran ekstrakurikuler. 8. Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan pada derajat kepercayaan (kredibilitas). Derajat kepercayaan ini berfungsi untuk: melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan 86 penemuannya dapat dicapai dan untuk mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.21 Berbagai cara dapat dilakukan untuk memenuhi kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) antara lain:22 a. Memperpanjang masa observasi: harus cukup waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang di sana, mengenal kebudayaan lingkungan dan mengecek kebenaran informasi. b. Pengamatan yang terus-menerus: dengan pengamatan yang terusmenerus dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat. c. Triangulasi: data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian kualitatif perlu diuji keabsahannya melalui teknik triangulasi metode: jika informasi atau data yang berasal dari hasil wawancara misalnya, perlu diuji dengan hasil observasi dan seterusnya. Selain itu juga triangulasi sumber: jika informasi tertentu misalnya ditanyakan kepada responden yang berbeda atau antara responden dan dokumentasi.23 Untuk menguji keakuratan data digunakan trianggulasi metode pengumpulan data yaitu dengan cara 21 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, 324. 22 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003, 114-117. 23 Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004, 83. 87 menggunakan beberapa cara pengumpulan data seperti observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.24 d. Membicarakan dengan orang lain: diskusi dilakukan dengan orang yang sebaya dengan peneliti, menghindari yang senior agar tidak terpengaruh otoritasnya, dan menghindari yunior karena orang seperti ini enggan memberikan kritik. Orang itu hendaknya tidak terlibat dalam penelitian agar pandangannya lebih netral. e. Menganalisis kasus negatif: kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga saat tertentu. Selama masih ada kasus-kasus demikian penelitian harus dilanjutkan sampai kasus ini tuntas tercakup dalam kesimpulan yang diambil. f. Menggunakan bahan referensi: sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, dapat digunakan hasil rekaman atau video atau dokumentasi. g. Mengadakan member check: salah satu cara yang sangat penting melakukan member check dengan cara pada akhir wawancara kita ulangi dalam garis besarnya, berdasarkan catatan kita dengan maksud memperbaiki kekeliruan atau menambah apa yang masih kurang. 9. Analisis data Analisis data penelitian kualitatif dimulai dengan menyusun faktafakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti membuat diagram- diagram, tabel, gambar-gambar, dan bentuk-bentuk pemaduan fakta 24 Persada, 2003, 105. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: RajaGrafindo 88 lainnya. Hasil analisis data, diagram, bagan, tabel, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsipprinsip.25 Untuk menganalisa data penulis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dengan langkah: reduksi data, display data, mengambil kesimpulan. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam analisis data antara lain: 26 a. Mengumpulkan dan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber wawancara, observasi, maupun dokumentasi dan juga fotofoto kegiatan. b. Mengadakan reduksi data: data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk karangan atau laporan terinci, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting dan dibuat susunan yang lebih sistematis. c. Display data: untuk dapat melihat gambaran gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian diusahakan peneliti membuat tabel atau diagram yang berupa pedoman penelitian baik dokumentasi, wawancara maupun observasi. 25 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 115. 26 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito, 2003, 129. 89 d. Pengkodean: agar catatan tidak bercampur aduk sehingga susah dikendalikan, catatan diberi kode. Untuk wawancara diberi kode “w” dan observasi diberi kode “o”. e. Membuat kesimpulan dengan menggunakan metode induktif yaitu dengan jalan mengumpulkan fakta-fakta khusus untuk diambil kesimpulan yang bersifat umum. B. Tahap-Tahap Penelitian Dalam melakukan penelitian kualitatif menurut Lexy J. moleong, ada empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu tahap pra-lapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.27 1. Tahap Pra-Lapangan Pada tahap ini peneliti mengunjungi lokasi, dalam hal ini adalah SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang. Untuk mendapatkan gambaran yang tepat tentang latar penelitian. Kemudian peneliti menggali informasi yang diperlukan dari orang-orang yang dianggap memahami subyek penelitian. Selain itu peneliti juga melakukan beberapa langkah penelitian, yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, dan menyiapkan perlengkapan penelitian. 27 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, 2009, 85. Bandung: PT Remaja 90 2. Tahap Kegiatan Lapangan Pada tahap kegiatan lapangan, ada tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan metode-metode yang telah ditentukan sebelumnya. Disamping itu, peneliti melakukan pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data untuk membuktikan bahwa kredibilitas data dapat dipertanggung jawabkan. 3. Tahap Analisis Data Pada tahap ini, peneliti melakukan penghalusan data yang diperoleh dari subyek, informan maupun dokumen dengan memperbaiki bahasa dan sistematikanya agar dalam pelaporan ini hasil penelitian tidak terjadi kesalahpahaman maupun salah penafsiran. Setelah data-data itu dianalisis dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya. 4. Tahap Penulisan Pada tahap ini, peneliti menyusun laporan hasil penelitian dengan format yang sesuai dalam bentuk tulisan dan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. C. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Dalam penelitian non eksperimen baik pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, desain penelitian lebih mengarah kepada langkah-langkah pengumpulan data. Dalam desain tersebut diuraikan secara agak rinci: data 91 apa yang dikumpulkan, dari mana dan dari siapa data tersebut dikumpulkan, dikumpulkan dengan menggunakan teknik dan instrumen apa, bagaimana langkah-langkah pengumpulan datanya.28 Desain penelitian ini yang akan dilakukan sebagai berikut: Tabel 3.1 Desain Penelitian Data yang dikumpulkan Sumber data Profil sekolah SD Mutual 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang - Dokumendokumen profil sekolah (letak dan keadaan geografis, sejarah berdirinya, visi misi, tujuan sekolah, struktur organisasi, keadaan tenaga kependidikan, keadaan peserta didik, sarana dan prasarana. - Foto sekolah Pemahaman - Kata-kata atau mengenai multiple tindakan intelligences oleh Kepala Sekolah dan guru-guru Kerangka konseptual implementasi multiple intelligences di sekolah SD Mutual 1 Alternatif dan SDIT 28 - Dokumendokumen sekolah - Dokumen pribadi guru (silabus, RPP) Teknik pengumpulan data - Wawancara mendalam dengan Kepala sekolah dan Waka kurikulum - Dokumentasi Instrumen pengumpulan data - Peneliti sendiri - Pedoman wawancara tentang profil sekolah - Alat perekam - Kamera - Wawancara mendalam kepada Kepala Sekolah dan 3 orang guru tentang pemahaman multiple intelligences - Peneliti sendiri - Pedoman wawancara tentang pengetahuan multiple intelligences - Alat perekam - Kamera - Peneliti sendiri - Alat perekam - Kamera - Pedoman wawancara tentang kerangka kon- - Dokumentasi - Wawancara dengan Waka Kurikulum dan Waka Kesiswaan Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, 287-288. 92 Ihsanul Fikri Kota Magelang Implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran yang memuat konsep multiple intelligences di sekolah - Dokumendokumen kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligences - Foto / video rekaman Respon siswa dan orang tua siswa terhadap implementasi multiple intelligences - Kata-kata dan tindakan Dampak implementasi multiple intelligences terhadap prestasi siswa - Dokumen prestasi siswa - Kata-kata / tindakan - foto - Beberapa guru - Observasi, wawancara, dokumentasi septual implementasi multiple intelligences - Peneliti sendiri - Pedoman observasi kegiatan pembelajaran berbasis multiple intelligences - Peneliti sendiri - Alat perekam suara dan video - Kamera - Catatan lapangan - Wawancara - Peneliti mendalam - Pedoman dengan beberapa wawancara wali murid dan - Respon orang siswa tentang tua maupun respon mereka siswa terhadap terhadap implementasi implementasi multiple intellimultiple gences di intelligences di sekolah sekolah - Alat perekam - Kamera - Dokumentasi - Peneliti tentang prestasi- - Pedoman waprestasi yang wancara pernah diraih - Dampak impleoleh siswa mentasi multiple - Wawancara intelligences mendalam dalam pembedengan Waka lajaran terhadap Kesiswaan prestasi siswa - Alat perekam - Kamera 93 Tabel 3.2 Panduan Wawancara PANDUAN WAWANCARA No SUBYEK TOPIK 1 2 Kepala sekolah SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri Guru 3 Orang tua murid 4 Siswa Gambaran Umum SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri Pengelolaan Sekolah PANDUAN WAWANCARA Gambaran umum sekolah, ciri khas sekolah, pemahaman tentang multiple Intelligences. - Pemahaman guru tentang multiple intelligences - Implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler di sekolah - Bentuk evaluasi - Dampak implementasi Multiple Intelligences terhadap siswa Respon terhadap - Latar belakang pemilihan sekolah sekolah - Respon tentang pembelajaran di sekolah - Pandangan tentang kegiatan ekstrakurikuler. - Dampak implementasi terhadap prestasi dan kepribadian siswa. Motivasi dan - Motivasi belajar di sekolah Aktivitas - Respon siswa terhadap sekolah - Pandangan tentang KBM di sekolah - Kegiatan ekstra di sekolah - Dampak terhadap prestasi dan kepribadian 94 Tabel 3.3 Panduan Observasi PANDUAN OBSERVASI No FOKUS EVENT/MOMENT PANDUAN OBSERVASI 1 Gambaran Umum Situasi sekolah Aktivitas Harian 2 Situasi Pembelajaran di Sekolah Aktivitas Pembelajaran Ekstra Pembelajaran KBM didalam Jam pelajaran Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler 3 Ekstra wajib Ekstra pilihan Tabel 3.4 Panduan Dokumen PANDUAN DOKUMEN No FOKUS 1 Gambaran Umum Sekolah 2 Pembelajaran Proses 3 Situasi Pembelajaran di Sekolah Hasil DOKUMEN YG DIKUMPULKAN Profil sekolah Data dan struktur Jadwal Kegiatan Harian Hasil raport siswa Jadwal dan bentuk Kegiatan Ekstra BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Subyek Penelitian 1. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang a. Identitas SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang 1) Nama Sekolah : SD Muhammadiyah 1 Alternatif (SD MUTUAL) 2) Alamat : a) Jalan : Tidar no. 21 b) Kelurahan : Magersari c) Kecamatan : Magelang Selatan d) Kota : Magelang e) Provinsi : Jawa Tengah f) Telp. /HP. : (0293) 314181, 5505007, 08156815724 g) Fax : 0293- 364889 h) Website : www.sdmutual.sch.id i) E-mail : [email protected] 3) Mulai Operasional : 16 juli 1961 4) Luas Tanah / lahan : + 3.000 M2 5) Luas bangunan : + 2.500 M2 6) Status Tanah : Milik sendiri / wakaf 7) Status Bangunan : Milik sendiri 8) Terakreditasi : A (nilai 96) Tahun 2009 9) Jumlah siswa : 682 95 96 Ditinjau dari letaknya, SD MUTUAL sangat strategis karena terletak di tengah-tengah kota Magelang sehingga mudah untuk dijangkau oleh berbagai pihak yang berkepentingan. SD MUTUAL juga terletak di kompleks yayasan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Magelang yang sangat kondusif untuk pembelajaran karena akses mudah untuk berkoordinasi dengan yayasan secara langsung. b. Sejarah Singkat dan Perkembangannya SD Muhammadiyah 1 didirikan oleh Almarhum Bp. Fajar (Ayah Prof. Drs. H. Malik Fajar, MSc) tahun 1961. Mula-mula sekolah membuka kelas IV, kemudian berlanjut sampai dengan kelas VI yang masuk sore. Sekolah ini di atas tanah wakaf dari Almarhum dokter kulit di Kota Magelang (dr. Antariksa) yang juga didanai untuk bangunan masjid Jami’. SD Muhammadiyah 1 oleh tokoh Muhammadiyah Kota Magelang dan tokoh masyarakat setempat antara lain: Bp. Sukro, Bp. Mul Sirod serta tokoh lain yang belum diketahui namanya (semuanya sudah almarhum). SD Muhammadiyah 1 dipimpin oleh Bp. Djafariyanto, BA (Alm) yang dibantu oleh guru-guru yang merangkap di SD Negeri. Dengan perkembangannya juga menerima siswa baru mulai kelas 1 dan masuk pagi, untuk mengantisipasi dari mana murid 97 didapat dan kemana sesudahnya. Beliau-beliau mendirikan TK ABA 2 dan SMP Muhammadiyah. SD Muhammadiyah 1 mengalami pergantian pimpinan mulai dari Bp. Djafariyanto, BA, Bp. Darminto, Bp. Munadir, Ibu Djarwanti, Bp. Sukotjo, Bp. Suharto, Bp. Haryono, Ibu Semi dan Bp. Drs. Muchrodji, Ymt. Bp. Nur Khamid, S.Ag dan terakhir Bp. Salamun, S.Ag, M.Pd.I sampai sekarang. Tahun 1998 SD Muhammadiyah 1 adalah kondisi terlemah (hampir kolep), ialah siswa kelas 1 s/d 6 terdiri dari 50 siswa dan perolehan NEM (kelas 6) menduduki peringkat 42 se Kecamatan Magelang selatan dari 45 sekolah. Mulai Juli 1998 PDM Majelis Dikdasmen mengangkat Bp. Drs. Muchrodji seorang guru PAI dari Sekolah Negeri Kecamatan Magelang Utara (SD Negeri Gelangan 3), untuk memimpinnya, dan memperbaiki kondisinya. Perolehan NEM mulai merangkak dari 42 menjadi peringkat 36, 34, 30, 24 dan terakhir peringkat 12, siswa juga berkembang sangat baik. Untuk mencapai kondisi sekarang, tidak lepas dari belajar di beberapa sekolah yang sudah maju misalnya SD Muhammadiyah Gunung Pring, SD Pasuruhan 2, SD Banjar Sari 1-6 dan SDIT Salman Farizi (keduanya di Bandung), SD Muhammadiyah Sapen (Yogya), SD Muhammadiyah Denpasar 1 (Bali), Muhammadiyah Condong Catur Yogyakarta. MIN Malang, SD 98 Tahun 2001, Drs. Muchrodji didampingi seorang Guru Agama (Muslih, A.Ma) dan sekretaris Komite Sekolah yang juga anggota Majelis Dikdasmen (Hadi Prayitno) melamar SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta untuk menjadi pembinanya. Mulai tahun pelajaran 2001/2002 SD Muhammadiyah 1 Kota Magelang dibina langsung dari SD Muhammadiyah Sapen (Yogya) dan dinyatakan Cabang Sapen oleh Bp. H. Sutrisno lewat TVRI. Mulai tahun tersebut sampai sekarang berkembang lebih cepat dengan program alternative. Alternative ini dimaksudkan karena masih memberi kesempatan siswa untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Tetapi siswa terbimbing ketaqwaannya lewat bimbingan guru di Sekolah. Sehingga siswa sampai di rumah sudah sholat Dhuha, Dhuhur, baca Al Qur’an dan sebagainya. Guru-guru dahulu bantuan dari Pemerintah 100%, sekarang 2%, kelebihannya merekrut dari para Sarjana alumni berbagai Universitas antara lain: UNS, UNES, IAIN Suka, IAIN Wali Songo, UNIBRAW, UNSOED, UMM Magelang, UNY, UNTID, STAIN dan UNSURI. Siswa-siswa yang dahulu hanya limpahan sekolah negeri, sekarang telah menjadi idola. Dahulu belum ada sarana transportasi, sekarang sudah ada 8 armada. Siswa dari jarak 0 Km s/d 15 Km di daerah Kabupaten Magelang. Dan tahun 2004/2005 mempersiapkan pembangunan gedung dengan biaya 2,2 milyar. Tepatnya di Jl. Tidar No. 21 Komplek PTM Kota Magelang. Dan di bawah kepemimpinan 99 Bp. Salamun, S.Ag.M.Pd.I seorang aktivis Pemuda Muhammadiyah Kota Magelang dan Dosen di FAI UMM, sekolah mengalami kemajuan yang luar biasa sehingga bisa bertengger diperingat 1 SD/MI se-Kota Magelang. c. Visi, Misi dan Motto SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang 1) Visi Menjadi sekolah yang unggul dan model bagi SD Islam pada umumnya dan SD di lingkungan muhammadiyah pada khususnya. 2) Misi a) Mewujudkan sekolah Islam yang melaksanakan proses belajar mengajar dengan mengaitkan secara mendalam ketiga aspek perkembangan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. b) Menyiapkan siswa sebagai aset sumber daya insani yang muttaqin dan berkualitas unggul dalam berbagai aspek. c) Mewujudkan 5 kualitas output secara maksimal: keislaman, keilmuan, keindonesiaan, kebahasaan, dan ketrampilan (khususnya komputer) 3) Motto ”Islamic, Creative, Innovative, and Competitive School” 100 Dilihat dari visinya SD MUTUAL bercita-cita menjadi sekolah yang unggul baik dari segi ilmu pengetahuan maupun ilmu Agama. Dari misinya SD MUTUAL ingin menciptakan kondisi pembelajaran yang mengaitkan secara mendalam pengetahuan, keterampilan dan akhlakul karimah. Takwa dan unggul dalam berbagai aspek. Dari misi ini terlihat keseimbangan antara ilmu agama dan juga ilmu pengetahuan umum sehingga menghasilkan manusia yang berkualitas baik agamanya, ilmu pengetahuan ataupun keterampilan sesuai dengan misi pendidikan Islam yaitu perpaduan antara dzikir dan pikir yang menjadikan sebagai ilmu yang terpadu dan utuh. Sedangkan dari mottonya terlihat bahwa SD MUTUAL berusaha mengkondisikan dalam keseharian semua warga sekolah dan lingkungannya yang takwa, berkepribadian muslim, kreatif baik dalam berfikir maupun bertindak dalam kehidupan sehari-hari, menghasilkan sesuatu yang baru sebagai hasil dari kreativitas dan mampu bersaing baik dari segi ilmu ataupun keterampilan dalam menghadapi perkembangan zaman. d. Struktur Organisasi Kepala Sekolah : Salamun, S.Ag, M.Pd.I Waka Urusan Kurikulum : Mustaqim, S.Pd.I Waka Urusan AIM : S. Endro Susilo, S.Ag Waka Urusan Kesiswaan : Wati Prihayanti, S.Ag 101 Keuangan : Lis Apriyanti DA, Ani Lestari, SE Administrasi : Miftakhul Azis, SE Kebersihan : Lilik Sumedi, Kusnadi, Rochmad H. Koordinator BP : S. Endro Susilo, S.Ag Koor. Perpustakaan : Dwi Susilowati, S.Pd.I, Joko Adi Y. Koor. Lab. IPA : Ambarsari Puspita R, SP Koor. Lab. Komputer : Singgih Hardjanto Koor. Lab. Matematika : Yudha Hardiyanto, SE Koor. Lab. UKS : Ari Nur Cahyani, S.Pd.Si Koor. Lab. UKS : Ari Nur Cahyani, S.Pd.Si e. Profil Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang 1) Data Kepegawaian SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang Tahun Ajaran 2012/2013: Tabel 4.1 Data Kepegawaian SD Muhammadiyah 1 Alternatif NO STATUS KEPEGAWAIAN L P JUMLAH 1. Guru Tetap Diknas - - - 2. Guru Tetap Depag 1 - 1 3. Guru Bantu - - - 4. Guru Tetap Yayasan 5 4 9 5. Guru Kontrak & Tidak Tetap Yayasan 12 17 27 6. Karyawan tetap Yayasan - 2 2 102 7. Karyawan Tidak Tetap Yayasan 6 1 7 JUMLAH 24 24 48 2) Profil Guru Tabel 4.2 Daftar Guru SD Muhammadiyah 1 Alternatif No Nama Jabatan 1. Salamun, S.Ag, M.Pd.I Kepala Sekolah 2. Mustaqim, S.Pd.I Guru 3. Luqman Novianto, S.Pd.I Guru 4. Jody Nur Ismawan, S.Pd. Guru 5. Wati Prihayanti, S.Ag Guru 6. Yudha Hardiyanto, SE Guru 7. Kussariyani, SP Guru 8. S. Endro Susilo, S.Ag Guru 9. Dika Prima PN, S.Pd. Guru 10. Anwar Rosyid, S.Sos Guru 11. Sulaiman, S.Sos Guru 12. Ida Mubasyiroh, S.Ag Guru 13. Sri Undaryani, S.Pd Guru 14. Hani Hendraswati, S.Si Guru 15. Yeti Indarsih, S.Pd Guru 16. Eka Sulistyaningsih, S.Pd Guru 103 17. Maziah Husnawati, S.Pd Guru 18. Erni Setyowati, SS Guru 19. Arini Tilawatil M, S.TP Guru 20. Siti Badilah Guru 21. Singgih Hardjanto Guru 22. Nur Salim, S.Ag Guru 23. Ambarsari Puspita R, SP Guru 24. Anam Muawan S, S.Pd.I Guru 25. Dwi Susilowati, S.Pd.I Guru 26. Wildan Ari Furqon, SS Guru 27. Danu Rohmah Indriningtyas, S.Pd.Si Guru 28. Ari Nur Cahyani, S.Pd.Si Guru 29. Rury Hendrayani, SE Ka. Tata Usaha Lilik Sumedi Penjaga/Cleaning Servis 31. Lis Apriyanti DA Bendahara 32. Joko Adi Yunarto Perpustakaan 33. Miftakhul Azis, SE Karyawan 34. Ani Lestari, SE Karyawan Kusnadi Penjaga/Cleaning Servis Rochmad Hidayat Cleaning servis 30. 35. 36. 104 f. Keadaan Siswa 1) Jumlah Kelas 1 – 6 = 14 Kelas & Jumlah Siswa: Tabel 4.3 Keadaan Siswa SD Muhammadiyah 1 Alternatif Tahun I II III IV V 94 85 70 50 7 389 10 2006/2007 105 77 78 78 67 47 452 14 2007/2008 81 106 79 70 80 62 478 14 2008/2009 87 81 103 69 73 73 486 14 100 66 68 525 16 84 91 63 568 18 2011/2012 141 116 116 90 77 84 624 19 2012/2013 144 140 114 115 93 73 679 20 2005/2006 83 2009/2010 120 87 85 2010/2011 119 120 91 VI Jumlah Jumlah kelas 2) Nilai Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional / Ujian Nasional Sejak adanya Ujian Akhir Sekolah berstandar nasional (UASBN) atau Ujian Nasional (UN), tahun 2007/2008 sampai dengan tahun 2011/2012 selalu menempati peringkat satu tingkat SD/MI sekota Magelang. Tabel 4.4 Nilai Ujian Akhir Sekolah SD Muhammadiyah 1 Alternatif Tahun Mata Pelajaran Untuk UASBN Nilai 2007/2008 Klasifikasi B.IND A Keterangan MAT. IPA JMLH A A A Nilai rata-rata 105 Rata-rata 9,06 8,67 8,32 26,05 Terendah 8,00 6,00 7,25 21,50 Tertinggi 9,80 10.00 9,25 28,60 Std.Deviasi 0,48 1,05 0,59 1,8 Klasifikasi A A A A Rata-rata 8.73 8.75 8.77 26.25 2008/2009 Terendah 6.60 5.75 7.25 21.35 Tertinggi 9.60 10.00 9.50 28.85 Std.Deviasi 0.50 1.14 0.54 1.79 Klasifikasi A A A A Rata-rata 8.60 9.80 8.90 27.30 2009/2010 Terendah 7.40 8.25 7.75 24.90 Tertinggi 9.80 10.00 9.75 28.90 Std.Deviasi 0.53 0.32 0.43 0.82 Klasifikasi A A A A Rata-rata 8.72 8.83 8.77 26.32 2010/2011 Terendah 7.60 5.75 6.00 21.85 Tertinggi 9.60 9.75 9.75 28.50 Std.Deviasi 0.40 0.69 0.69 1.29 Klasifikasi A A A A Rata-rata 8.53 9.35 8.70 26.58 2011/2012 Terendah 7.40 7.90 6.90 23.40 Tertinggi 9.40 10.00 9.60 28.90 Std.Deviasi 0.42 0.45 0.48 1.13 tertinggi SeKota Magelang Nilai rata-rata tertinggi SeKota Magelang Nilai rata-rata tertinggi SeKota Magelang Nilai rata-rata tertinggi SeKota Magelang Nilai rata-rata tertinggi SeKota Magelang 106 g. Keadaan Sarana Prasarana SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut: 1) SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang Jl. Tidar No. 21 Magelang merupakan pengembangan dari SD Muhammadiyah 1 di Jl. Singosari No. 30 Magelang. Berdiri di atas tanah seluas + 3.080 m2 memiliki 2 unit gedung yang berlantai dua digunakan untuk: Tabel 4.5 Sarana Prasarana SD Muhammadiyah 1 Alternatif No Nama Ruang Jumlah 1 R. KBM 20 2 R. Laboratorium Bahasa 1 3 R. Laboratorium Komputer 1 4 R. Dapur 1 5 R. Pusat Perpustakaan berbasis IT 1 6 R. UKS dan BP 1 7 R. Guru 1 8 R. Kepala Sekolah 1 9 R. Tata Usaha & Bendahara 1 10 Kamar mandi dan WC 12 11 Ruang Alat Peraga 1 12 Ruang Gudang 1 13 Masjid 1 dan 107 2) Memiliki Masjid sebagai tempat kegiatan keagamaan: Sholat Dhuha, Sholat Dzuhur, dan lain-lain. 3) SD Muhammadiyah 1 Kota Magelang memiliki perpustakaan dengan dilengkapi dengan 10 rak buku, almari katalog, meja dan kursi untuk membaca dan ruangan AC. Buku perpustakaan memiliki koleksi sejumlah 11.275 exp. Terdiri dari Non fiksi dan fiksi sebagai berikut: Tabel 4.6 Inventaris Buku Perpustakaan SD Muhammadiyah 1 Alternatif No Jenis Buku Jumlah 1 Karya Umum 225 exp 2 Agama 424 exp 3 Ilmu-ilmu Sosial 502 exp 4 Bahasa 151 exp 5 Ilmu Alam & Matematika 1197 exp 6 Tehnologi &Terapan 2638 exp 7 Kesenian, Hiburan, dan Olahraga 470 8 Kasusastran (Fiksi) 3398 exp 9 Geografi dan sejarah 293 exp 10 Referensi 800 exp 11 Pegangan Guru 1177 exp Jumlah 11275 exp exp 108 2. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang a. Identitas SDIT Ihsanul Fikri Kota Kota Magelang 1) Nama Sekolah : SDIT Ihsanul Fikri 2) Alamat : a) Jalan : Jl. Jeruk Timur V Sanden b) Kelurahan : Kramat Selatan c) Kecamatan : Magelang Utara d) Kota : Magelang e) Provinsi : Jawa Tengah f) Kode Pos : 56115 g) Telp. /HP. : (0293) 314537 h) Website : www.sditihsanulfikri.sekolahjuara.com i) E-mail : [email protected] 3) Status Tanah : Milik sendiri 4) Status Bangunan : Milik sendiri 5) Terakreditasi :A 6) Jumlah siswa : 706 Ditinjau dari letaknya, SDIT Ihsanul Fikri sangat strategis karena terletak di tengah-tengah kota Magelang sehingga mudah untuk dijangkau oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Ditinjau dari sudut pendidikan SDIT Ihsanul Fikri terletak di dalam kota namun jauh dari keramaian sehingga sangat kondusif untuk proses pembelajaran juga terletak dekat daerah persawahan memungkinkan proses pembelajaran dipadukan dengan alam sekitar. 109 b. Visi, Misi dan Motto SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang 1) Visi Menjadi sekolah Islam unggulan yang mampu menumbuhkan jiwa pemimpin berkepribadian islami, terampil, mandiri, menguasai IPTEK dan berpengetahuan luas serta sehat dan kuat jasmaninya. 2) Misi a) Menyelenggarakan pendidikan Islam unggulan yang mampu mengintegrasikan nilai – nilai Islam sebagai pondasi dasar bagi pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. b) Menyelenggarakan pendidikan untuk melahirkan generasi yang beraqidah lurus, beribadah secara benar, berakhlak mulia, berfikir ilmiah, mandiri, kreatif, disiplin serta berbadan sehat dan bermanfaat bagi umat. c) Sebagai pioneer dan pusat pengembangan pendidikan Islam unggulan yang berbasis pada sumber Islam dengan metode pembelajaran efektif, kreatif, menyenangkan dan bermanfaat bagi diri sendiri dengan kemaslahatan umat sesuai apa yang telah ditentukan dalam Al Qur’an dan hadist. d) Menciptakan suasana kerjasama yang baik antara sekolah, wali murid, masyarakat dan pemerintah. 110 3) Motto Gali Potensi Raih Prestasi Menuju Ridho Ilahi Dari visi dan misi tersebut menunjukkan bahwa SDIT Ihsanul Fikri berusaha menjadi sekolah Islam unggulan, mengintegrasikan nilai-nilai Islam sebagai pondasi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menghasilkan generasi yang beraqidah lurus, beribadah secara benar, berakhlak mulia, berfikir ilmiah, mandiri, kreatif, disiplin serta berbadan sehat dan bermanfaat bagi umat. c. Struktur Organisasi Kepala Sekolah : Abdul Rozak Sidik, S.Pd.I Waka Bidang Kurikulum : Siwi Widiyastuti, S.Pd. SI Litbang Kurikulum : Rida Rahmawati Rahayu, S.Psi Admin. Kurikulum : Ari Sulistyana, S.Pd. Perpustakaan : Idah Rohyati, Budhi Listyawati Wardhani, S.Pd Ke-IT-an : Imam Sadzali Cahyo Ari Wibowo, S.Pd.I, Faisal Trie Atmadja, A.Md Ko. Wali kelas pararel 1 : Maliehah, S.H.I. Ko. Wali kelas pararel 2 : Nurfiyati Ko. Wali kelas pararel 3 : Sri Rahayu, S.Ag Ko. Wali kelas pararel 4 : Sriningdayanti, S.Pd Ko. Wali kelas pararel 5 : Ariana Puspasari, SP 111 Ko. Wali kelas pararel 6 Waka Bidang Tata Usaha Keuangan : Rosyidah Rizki Yanendri, SH : Eny Musana, A.Md : Erry Endah Rahardiyanti, SE, Evik Priharlina Adm. Kepegawaian : Bintari Suharyati, SE Logistik : Slamet Zaenab Waka Bidang Kesiswaan : Rosiyanti Diah Winarni, SP. Adm. Kesiswaan : Alfia Rahyuni Ko. Konseling : Maulina Indrasari, S.Pd Ko. UKS : Sekar Indraswari, S.Si Ko. Ekstra kurikuler : Achmad Widodo Ko. Intra Kurikuler : Abdur Rochim Siddiq, S.Ag. Waka Bidang Sarpras Staf Sarana Prasarana : Jusixca Tri Marlino, SE : Abdur Rochim Siddiq, S.Ag d. Profil Guru dan Karyawan SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang 1) Data Kepegawaian SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang: Tabel 4.7 Data Kepegawaian SDIT Ihsanul Fikri NO STATUS KEPEGAWAIAN L P JUMLAH 1. Guru Tetap Diknas - - - 2. Guru Tetap Depag - 1 1 3. Guru Bantu - - - 4. Guru Tetap Yayasan 12 33 45 112 5. Guru Kontrak & Tidak Tetap Yayasan 3 12 15 6. Karyawan tetap Yayasan - - - 7. Karyawan Tidak Tetap Yayasan - - - 15 46 61 JUMLAH 2) Profil Guru Tabel 4.8 Daftar Guru SDIT Ihsanul Fikri No Nama Jabatan 1. Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I Kepala Sekolah 2. Retno Murdjajanti, S.Pd Guru 3. Budi Listyawati W, S.Pd Guru 4. Achmad Widodo Guru 5. Eny Musana, A.Md Guru 6. Sumiyati, SE. Akt Guru 7. Siti Nurharyati, S.Ag Guru 8. Nur Solikhah, S.Pd.I Guru 9. Rumi Kardiyani Guru 10. Nur Fiati Guru 11. Nurani Setyaningsih, A.Md Guru 12. Bangun Wasito Aji, S.H.I Guru 13. Hening Prasetyaningtyas,S.Pd.I Guru 14. Maulina Indrasari, S.Pd Guru 113 15. Rosyidah Rizki Yanendri, SH Guru 16. Titi Wahyu Nugraheni, SH. Guru 17. Heriawan Prasetyo, S.T Guru 18. Akhmad Faozi, S.S Guru 19. Imam Sadzali Cahyo Ariwibowo, S.Pd.I Guru 20. Siwi Widyastuti, S.Pd.Si Guru 21. Budi Utami, S.TP Guru 22. Abdur Rochim Siddiq, S.Ag Guru 23. Sriningdayanti, S.Pd Guru 24 Rosiyanti Diah Winarni, SP Guru 25 Faisal Trie Atmadja, A.Md Guru 26 M. Tahzinus Showwam, S.Sos.I Guru 27 Ari Sulistyana, S.Pd Guru 28 Dessy Nurmalasari, S.Sos Guru 29 Sekar Indraswari, S.Si Guru 30 Ariana Pusposari, SP Guru 31 Cicik Kusdayanti, S.Ag Guru 32 Sri Rahayu, S.Ag Guru 33 Maliehah, S.H.I Guru 34 Ina Rofi'ah Guru 35 Erry Endah Rahardiyanti Guru 36 Dwi Haryati, S.Pd.Si Guru 37 Muhammad Andy Kurniawan, SE Guru 114 38 Jusixca Trimarlino, SE Guru 39 Kriswati, S.Pd Guru 40 Feri Trihadi Prasetyaningsih, S.IP Guru 41 Fitri Linawati, S.Fil.I Guru 42 Erwanto, ST Guru 43 Afni Aishah, SE Guru 44 Puji Ismantari, A.Md Guru 45 Rida Rahmawati Rahayu, S.Psi Guru 46 Eny Sustiyati Guru 47 Irawati, S.Pd Guru 48 Yakup Guru 49 Mohamad Taufik, S.TH.I Guru 50 Anita Sri kurniawati, S.Pd Guru 51 Annisa Uswatun Khasanah Guru 52 Ari Mudrikah, S.Pd Guru 53 Fatimah, S.Pd.I Guru 54 Resti Budi Hestiningdyah, S.Pd.I Guru 55 Anne Zuria El Hanifatullah, S.Pd Guru 56 Nur Ani Susanti, S.Pd Guru 57 Retno Budiarti, S.Pd Guru 58 Titi Kurniasri, S.Pd Guru 59 Sedah Sekar Lati, S.Psi Guru 60 Emma Rifa Rahayu, SE Guru 61 Rudy Haryanto Guru 115 e. Keadaan Siswa 1) Jumlah Kelas 1 – 6 dan Jumlah Siswa: Tabel 4.9 Keadaan Siswa SDIT Ihsanul Fikri Tahun I II III IV V VI Jumlah Jumlah kelas 2008/2009 111 102 113 99 66 51 542 21 2009/2010 112 106 100 112 100 66 596 23 2010/2011 116 110 104 99 639 24 706 25 111 99 2012/2013 158 125 119 109 99 96 f. Keadaan Sarana dan Prasarana SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang Jl. Jeruk Timur V Sanden Kramat Selatan, Magelang Utara, Kota Magelang memiliki gedung yang berlantai dua dan digunakan untuk: Tabel 4.10 Sarana Prasarana SDIT Ihsanul Fikri No Nama Ruang Jumlah 1 R. KBM 24 2 R. Kepala Sekolah 1 3 R. Guru 1 4 R. Laboratorium Komputer 1 5 R. Perpustakaan 1 6 R. UKS 2 7 R. Tata Usaha 1 116 8 Ruang Sirkulasi / Selasar 4 9 Tempat Bermain / Tempat Olahraga 2 10 Kamar mandi dan WC Guru 4 11 Kamar mandi dan WC Siswa 10 12 Ruang Gudang 5 13 Tempat ibadah 1 B. Penyajian dan Analisis Data Setelah data terkumpul dengan metode observasi, interview dan dokumentasi, peneliti dapat menganalisis hasil penelitian dengan teknik deskriptif kualitatif. Artinya peneliti akan menggambarkan, menguraikan dan menginterpretasikan data-data yang telah terkumpul sehingga akan memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang tentang implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman Mengenai Multiple Intelligences oleh Kepala Sekolah dan Guru-Guru. Teori multiple intelligences merupakan teori kecerdasan ganda yang menghargai setiap individu memiliki kecerdasan yang unik. Pada dasarnya setiap anak memiliki kecerdasan majemuk hanya saja tidak semuanya terasah dengan baik oleh orang tua, pendidik di sekolah atau 117 kurikulum nasional sehingga kecerdasan tersebut kurang berkembang. Teori ini menekankan bahwa kecerdasan itu dikembangkan oleh pengaruh kebiasaan atau budaya di lingkungan sekolah maupun rumah. Untuk mengetahui bagaimana implementasi multiple intelligences di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang, peneliti terlebih dahulu akan menggali pemahaman kepala sekolah dan guru-guru tentang multiple intelligences itu sendiri, dengan paparan sebagai berikut: a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang Teori multiple intelligences yang diprakarsai Howard Gardner merupakan sebuah teori yang menghargai bermacam-macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak. Teori ini terus berkembang dan sampai saat ini ditemukan 9 macam kecerdasan antara lain: verbal jasmaniah-kinestetik, linguistik, musikal, logis-matematis, intrapersonal, visual-spasial, interpersonal, naturalistik dan eksistensial-spiritual. Menurut Bapak Salamun, S.Ag, M.Pd.I selaku kepala sekolah SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang: “Multiple intelligences meliputi beragam kecerdasan yang pada prinsipnya menghargai kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki setiap anak. Setiap manusia dilahirkan dengan membawa kecerdasan itu baik berupa kecerdasan logis-matematis, naturalistik, bahasa, kinestetik, interpersonal maupun intrapersonal. Sebenarnya kecerdasan itu akan muncul dan berkembang ketika anak diberi stimulus baik dari rumah, sekolah maupun lingkungan sekitar. Ketika seorang anak sejak dini terasah kemampuan atau kecerdasannya akan semakin bagus untuk masa depannya kelak. Di SD Muhammadiyah 1 118 Alternatif ini, secara garis besar sudah menggunakan strategi multiple intelligences yang terintegrasi dalam kurikulum berupa pendekatanpendekatan ataupun strategi yang digunakan oleh guru-guru dalam pembelajaran di kelas. Namun pelaksanaannya belum maksimal. Di SD Muhammadiyah 1 Alternatif ini, sudah memfasilitasi penggalian bakat ataupun kecerdasan melalui kegiatan ekstrakurikuler.”1 Disamping itu pemahaman multiple intelligences itu sendiri menurut Bapak Mustaqim, M.Pd. sebagai berikut: “Multiple intelligences merupakan ide yang bagus karena menggali kecerdasan-kecerdasan anak yang tidak hanya diukur melalui IQ saja tapi meliputi berbagai aspek kecerdasan baik logis-matematis, linguistik, intrapersonal, interpersonal, bahasa, musik, naturalis dan kecerdasan agama. Namun dalam penerapannya multiple intelligences itu merupakan proyek yang besar yang melibatkan berbagai sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk memfasilitasi setiap kecerdasan. Pelaksanaan di SD Mutual sendiri diterapkan secara tidak langsung terimplementasi dalam kurikulum misalnya: anak yang pandai dalam musik, guru akan menggunakan strategi pembelajaran dengan lagu ataupun bantuan alat musik. Siswa yang menonjol kinestetiknya, guru akan menggunakan strategi yang melibatkan psikomotoriknya. Selain itu dalam penggalian kecerdasan anak juga disalurkan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat atau kecerdasan yang dimilikinya.”2 Menurut Bu Wati Prihayanti, M.Pd.: “Multiple Intelligences merupakan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa yang harus kita sikapi dengan bijak. Multiple intelligences adalah sebuah gagasan besar di mana anak tidak diukur hanya menggunakan kemampuan IQ saja tetapi memiliki beragam kecerdasan baik dari segi bahasa, matematis, seni, musik, kecerdasan sosial, ataupun intrapersonal. Multiple intelligences sangat penting diterapkan di sekolah. Anak tidak hanya belajar akademis saja, namun perlu digali kecerdasan yang ada pada siswa. Di SD Mutual ini sudah menerapkan Multiple intelligences ditandai dengan ketika pembelajaran di dalam kelas, para guru sudah menerapkan berbagai 1 2 W.M.1.a W.M.1.b 119 metode pembelajaran yang mencakup berbagai aspek kecerdasan. Penggunaan berbagai metode yang beragam tersebut untuk mengantisipasi berbagai kecerdasan yang dimiliki siswa di dalam satu kelas. Di SD ini belum menerapkan kelas-kelas dalam satu macam kecerdasan, namun ada keuntungan juga ketika salah satu siswa memiliki berbagai kecerdasan dan tidak terfokus pada satu kecerdasan saja. Selain pembelajaran di dalam kelas, di SD Mutual ini juga memfasilitasi berbagai kecerdasan misalnya: cerdas di logismatematis bisa masuk ke KPI Matematika, robotik. Cerdas secara naturalis bisa masuk ke KPI IPA. Cerdas bahasa bisa masuk ke KPI Bahasa Inggris ataupun conversation. Cerdas kinestetis bisa dikembangkan melalui kegiatan sepakbola, bulu tangkis, renang, tapak suci. Cerdas musik bisa dimasukkan ke marching band, kelompok band, paduan suara. Sosial bisa dikembangkan melalui kegiatan Hizbul Wathan.”3 Sedangkan hasil wawancara dengan Bapak Luqman Novianto, S.Pd.I pengampu pelajaran PAI: “Multiple intelligences merupakan kecerdasan majemuk yang sangat variatif. Terdapat 8 kecerdasan dalam multiple intelligences itu sendiri antara lain: musik, matematis, emosional, sosial, psikomotorik, bahasa, seni, kecerdasan agama. Selama ini saya mengajar menggunakan berbagai metode yang menyesuaikan dengan kecerdasan-kecerdasan yang ada pada siswa, karena ketika kita menggunakan berbagai variasi metode akan tampak anak tersebut unggul atau berpotensi dalam kegiatan menulis, dengan lagu, metodemetode permainan yang menggunakan gerak psikomotorik. Penerapan multiple intelligences di SD Mutual ini sudah melalui berbagai metode yang bervariatif, maupun melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang menampung berbakai bakat siswa. Misalnya sepakbola, siswa yang cerdas secara kinetetis akan kelihatan berbakat sekali ketika bermain sepak bola di lapangan, atau siswa yang cerdas di musik akan kelihatan sekali ketika siswa bermain band. Potensi kecerdasan itu akan kelihatan menonjol ketika kita sering melakukan komunikasi dan pengamatan baik ketika kegiatan di intra maupun 3 W.M.1.c 120 ekstra kurikuler. Hal tersebut merupakan langkah awal untuk menggali kecerdasan yang ada dalam diri siswa.”4 Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan tiga orang guru di SD Muhammadiyah 1 Alternatif kota Magelang tentang pemahaman multiple intelligences, pengertian yang disampaikan oleh bapak Salamun bahwa multiple intelligences pada prinsipnya menghargai kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak. Beliau sendiri menyebutkan terdapat beberapa kecerdasan dalam teori ini antara lain: logika, bahasa, kinestetik, interpersonal dan intrapersonal. Belum seluruh 9 kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner disebutkan oleh beliau. Sesuai dengan teori ini bahwa kecerdasan itu akan muncul dan berkembang dengan diberi respon yang positif. Bapak Salamun menjelaskan kecerdasan-kecerdasan itu akan muncul ketika diberi stimulus baik di rumah, sekolah maupun lingkungan sekitar. Senada dengan bapak Mustaqim yang memaknai bahwa multiple intelligences merupakan redefinisi dari kecerdasan. Kecerdasan dulu hanya dinilai dan diukur dari hasil tes IQ saja, namun dengan adanya teori multiple intelligences ini kecerdasan itu meliputi berbagai aspek kecerdasan baik logis, linguistik, intrapersonal, interpersonal, bahasa, musik, audio visual dan naturalis. Begitu juga yang dikemukakan oleh bu Wati Prihayanti, multiple intelligences merupakan gagasan besar dimana anak tidak hanya diukur dari segi 4 W.M.1.d 121 kemampuan IQ saja, namun mereka memiliki beragam kecerdasan yang harus disikapi oleh pendidik dengan bijak dalam arti guru guru menyesuaikan gaya belajar yang dimiliki siswa. Bu Wati juga menyebutkan beberapa macam kecerdasan majemuk sesuai dengan teori multiple intelligences antara lain: kecerdasan bahasa, matematis, seni musik, visual, kinestetis maupun sosial. Bu Wati Prihayanti menyebutkan kecerdasan ini dengan kata yang mudah untuk diingat. Di SD ini siswa belajar tidak hanya segi akademis saja, namun juga memfasilitasi dan menyeimbangkan berbagai macam kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh anak. Hal serupa juga disampaikan oleh bapak Luqman Novianto yang menjelaskan bahwa multiple intelligences merupakan kecerdasan majemuk yang sangat variatif. Teori multiple intelligences sendiri macamnya ada 8 kecerdasan dan disebutkan semua kecuali kecerdasan eksistensial spiritual. Pada prinsipnya di SD Muhammadiyah 1 Alternatif kota Magelang ini baik bapak kepala sekolah maupun para guru sudah memahami multiple intelligences. Hal ini dibuktikan dengan pemahaman mereka dalam mendefinisikan teori tersebut. Selain itu di SD ini juga sudah menerapkan teori ini yang terimplementasi dalam kurikulum pembelajaran walaupun belum maksimal dalam arti penerapan belum optimal karena belum mengelompokkan satu macam kecerdasan ke dalam kelompok 1 kelas. Teori multiple intelligences 122 sendiri sudah terimplementasi dalam pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan berbagai macam metode untuk menggali dan mengembangkan kecerdasan-kecerdasan dalam diri siswa. Selain itu sekolah ini juga memfasilitasi keberagaman kecerdasan itu dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini membuktikan bahwa kepala sekolah dan para guru telah memahami teori multiple intelligences. b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I mengenai pemahaman multiple intelligences sebagai berikut: “Multiple intelligences merupakan suatu kecerdasan majemuk / ganda yang dimiliki oleh setiap orang, dalam hal ini siswa. Setiap siswa mempunyai minimal satu macam kecerdasan dan ada juga yang memiliki beberapa kecerdasan. Teori ini sangat menghargai keadaan siswa karena siswa tidak hanya dinilai dari segi IQ saja. Misalnya siswa yang berbakat di bidang sepakbola itu memiliki kecerdasan kinestetik namun nilai rapornya kurang. Dalam kasus seperti ini teori multiple intelligences menghargai betul siswa tersebut tidak hanya dinilai dalam hasil rapor saja tetapi ia memiliki kecerdasan di kinestetiknya. Untuk macamnya sendiri banyak antara lain kecerdasan logis matematis, kinestetik, musik, sosial, keagamaan, seni, bahasa. SDIT Ihsanul Fikri sendiri belum sepenuhnya menggunakan kelas yang mengelompokkan siswa yang memiliki satu macam kecerdasan saja. Namun dalam pembelajaran guru-guru menggunakan metodemetode yang bervariasi yang mengakomodir kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Sesuai dengan motto sekolah “Gali Potensi Raih Prestasi menuju Ridho Ilahi.” Dalam motto tersebut kita berusaha menggali sedalam-dalamnya potensi yang dimiliki siswa 123 untuk meraih prestasi setinggi-tingginya dengan mengharap ridho Ilahi.”5 Pemahaman multiple intelligences menurut bu Emma Rifa Rahayu, SE: “Pada intinya saya sangat setuju sekali dengan teori multiple intelligences yang diprakarsai oleh Munif Chatib. Multiple intelligences merupakan bentuk penghargaan yang sangat tinggi menghargai siswa. Kecerdasan majemuk merupakan kecerdasan yang bervariasi dan banyak mewakili kecerdasan tiap-tiap siswa. Ada terdapat 8 (delapan) kecerdasan antara lain kecerdasan matematis, kecerdasan sosial, kecerdasan naturalis, kecerdasan seni musik, kinestetik. Kita sebagai pendidik harus jeli melihat kecerdasankecerdasan yang terdapat dalam diri anak. Peristiwa kecil misalnya anak menangis, temannya datang. “Tak antar ke Bu guru yuk!” Dari sini kelihatan si anak yang mengantar itu adalah anak cerdas, punya empati yang tinggi. Multiple intelligences adalah proyek besar yang melibatkan seluruh komponen untuk ikut andil dalam proyek tersebut. Dan di SDIT ini belum menerapkan secara maksimal namun secara ekplisit terdapat dalam metode-metode pembelajaran yang digunakan para guru. Selain itu juga terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler.”6 Pemahaman multiple intelligences menurut Ibu Budi Utami selaku pengampu mata pelajaran bahasa Inggris: “Multiple intelligences merupakan kecerdasan majemuk yang terdiri atas kecerdasan-kecerdasan bahasa, matematis, musik, psikomotorik, sosial. Di SDIT ini belum menerapkan teori tersebut secara optimal karena dalam satu kelas masih terdapat berbagai macam kecerdasan dan belum dikelompokkan ke dalam kelompok 1 macam kecerdasan. Namun, teori ini terimplementasi dalam pembelajaran. Ketika menyikapi satu kelas dengan keragaman kecerdasan saya menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif. Dengan begitu akan terseleksi secara alam kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Misalnya ketika saya menggunakan metode menyanyi siswa yang memiliki kecerdasan ini akan sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dan hasil evaluasi sangat memuaskan atau siswa 5 6 W.T.1.a W.T.1.b 124 menonjol di bahasa ketika menggunakan metode percakapan langsung dengan teman akan tampak sekali kemahiran dalam percakapan menggunakan bahasa Inggris.”7 Pemahaman multiple intelligences menurut Bu Rida Rahmawati Rahayu selaku waka kurikulum SDIT Ihsanul Fikri: “Multiple intelligences merupakan teori yang mendasari kita untuk berbuat adil dan bijaksana kepada anak-anak karena dalam teori ini kecerdasan seorang anak tidak hanya diukur melalui tingkat IQ saja namun meliputi bermacam-macam kecerdasan antara lain kecerdasan bahasa, logis, kinestetik, naturalis, ataupun sosial. Ketika kita menerapkan teori ini dalam pendekatan kepada siswa akan sangat bijaksana karena kita mengetahui kecerdasan setiap anak yang berbeda-beda dan kita berusaha untuk menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan gaya belajar pada kecerdasan yang menonjol pada siswa tersebut. Misalnya siswa yang menonjol dalam bidang kinestetik, kita menggunakan metode permainan yang berhubungan dengan gerak tubuh ataupun menonjol di kecerdasan musik kita menggunakan metode lagu ataupun alat musik. Multiple intelligences belum secara total digunakan di SDIT ini namun dalam pembelajaran sehari-hari para guru sudah menggunakan berbagai macam metode untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki siswa tersebut. Selain itu kita juga memfasilitasi pengembangan beragam kecerdasan tersebut dalam kegiatan ekstrakurikuler yang memfasilitasi berbagai macam kecerdasan.”8 Multiple intelligences atau biasa disebut dengan kecerdasan jamak adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran yang mencakup 9 kecerdasan antara lain: verbal linguistik, logis matematis, visual spasial, jasmaniah kinestetik, musikal, interpersonal, naturalistik dan eksistensial spiritual. 7 8 W.T.1.d W.T.1.c intrapersonal, 125 Di SDIT Ihsanul Fikri, peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru tentang pemahaman multiple intelligences. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pemahaman multiple intelligences oleh Bapak Rozak adalah multiple intelligences merupakan kecerdasan majemuk atau ganda yang dimiliki oleh setiap orang dalam hal ini adalah siswa. Beliau menyebutkan bahwa setiap siswa mempunyai minimal satu kecerdasan yang menonjol dan ada juga yang memiliki beberapa macam kecerdasan yang menonjol. Beliau juga menjelaskan teori ini sangat menghargai keadaan siswa yang tidak hanya dinilai dari segi IQ saja. Misalnya siswa yang memiliki IQ rendah akan dikatakan bodoh walaupun dia memiliki prestasi di bidang olah raga. Namun menurut Bapak Rozak sendiri, siswa tersebut justru cerdas dalam bidang kinestetik. Selain kinestetik juga disebutkan kecerdasan majemuk itu adalah kecerdasan logis, musik, sosial, keagamaan, seni, dan juga bahasa. Beliau tidak menyebutkan tokoh-tokoh multiple intelligences dan menyebutkan macam kecerdasan itu kurang lengkap. Motto dari SDIT sendiri adalah gali potensi, raih prestasi, menuju ridlo Ilahi. Dari moto tersebut tersirat bahwa SDIT ini menggali potensi atau kecerdasan yang dimiliki oleh siswa untuk meraih prestasi agar mendapatkan ridlo Ilahi. Hal senada juga disampaikan oleh Bu Emma yang sangat setuju sekali dengan teori multiple intelligences yang diprakarsai oleh Munif Chatib. Multiple 126 intelligences merupakan bentuk penghargaan yang sangat tinggi dan bervariasi yang terdiri dari 8 kecerdasan antara lain: logis, sosial, musik, kinestetik, visual, seni. Bu Emma sendiri sudah menyebutkan salah satu tokoh multiple intelligences Indonesia yaitu Munif Chatib. Sebagai pendidik, menurut Bu Emma harus jeli melihat kecerdasankecerdasan yang terdapat dalam diri anak sebagai pijakan untuk menggali dan mengembangkan kecerdasan mereka melalui pembelajaran yang menggunakan metode bervariatif. Sama halnya dengan Bu Budi Utami yang menyatakan bahwa multiple intelligences merupakan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa. Terdapat banyak kecerdasan antara lain: kecerdasan bahasa, matematis, psikomotorik. Menurut Bu Budi Utami, multiple intelligences ketika diterapkan dengan metode yang bervariasi akan menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa. Kecerdasan siswa akan berkembang ketika sesuai dengan metode yang kita terapkan. Bu Budi Utami menemukan berbagai macam kecerdasan di dalam kelas dan hal itu dijadikan sebagai pijakan untuk pendekatan pembelajaran secara individual ataupun proses evaluasi terhadap siswa sesuai dengan kecerdasan masing-masing. Sedangkan merupakan menurut kecerdasan Bu majemuk Rida, multiple intelligences yang dimiliki oleh siswa. Kecerdasan itu antara lain: musik, logis, seni, kinestetik, visual. Siswa sebenarnya tidak ada yang bodoh, semua siswa dilahirkan dalam 127 keadaah fitrah dan cerdas. Hal ini yang menjadikan teori multiple intelligences sangat adil dan bijak ketika diterapkan di dalam dunia pendidikan. Kita dapat melihat kecerdasan siswa dari kacamata yang berbeda-beda dan dari kecerdasan itulah kita gunakan untuk pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan siswa. Dari pendapat di atas bahwa pemahaman multiple intelligences oleh kepala sekolah dan guru sangat bagus sehingga dibuktikan mereka menerapkan di kelas dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang bervariasi. Selain itu juga memfasilitasi perkembangan kecerdasan siswa dengan beragamnya kegiatan ekstrakurikuler. 2. Kerangka Konseptual Implementasi Multiple Intelligences. Dalam proses pembelajaran, pendidik berusaha memahami kemampuan dan kepribadian siswa agar tujuan dapat tercapai yaitu mengubah tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, atau bahkan meliputi segenap aspek kepribadian. Untuk menyesuaikan dan mengembangkan berbagai kecerdasan anak maka pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan produktif apabila dalam proses pembelajaran dikemas dalam suasana yang menyenangkan. Implementasi multiple intelligences di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri secara umum adalah strategi pengkondisian suatu proses pembelajaran yang menerapkan PAKEM 128 (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Guru dituntut benar-benar kreatif dalam mengemas metode-metode yang efektif dan efisien serta menyenangkan. Kerangka konseptual implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran sebagai berikut: a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang Implementasi multiple intelligences secara garis besar meliputi tahapan-tahapan input, proses dan output. Tahap input yang dilakukan adalah mengidentifikasi intelligences primer setiap anak didik yang dilakukan dengan cara mengobservasi perilaku siswa baik di kelas atau di luar kelas. Untuk tahap input, anak masuk dari TK ke SD ada semacam tes psikologi untuk mengetahui kesiapan belajar anak dan tes ini dilaksanakan bekerjasama dengan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Magelang. Untuk kelas 2 - 6 awal penjajagan dikelompokkan berdasarkan kecerdasan logis matematis yaitu dengan melihat nilai mata pelajaran matematika dan sains untuk mempermudah pengelolaan dalam pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Salamun, S.Ag, M.Pd.I selaku kepala sekolah SD Mutual Kota Magelang: “Untuk tahap awal perekrutan, kami mengadakan tes psikologi bagi anak untuk mengetahui kesiapan belajar anak yang dilaksanakan dengan menjalin kerjasama Fakultas psikologi UMM. Untuk kenaikan kelas 2 – 6 pengelompokan berdasarkan kecerdasan logis matematis untuk memudahkan dalam pengelolaan kelas. 129 Pengelompokan belum mencakup seluruh kecerdasan karena kendala SDM yang belum siap.”9 Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Mustaqim, S.Pd.I selaku waka kurikulum: “Untuk tahap awal kita menggunakan tes psikologi dan untuk kenaikan kelas sudah berdasarkan logis matematis. Pengelompokan baru berdasarkan logis matematis saja karena kendala SDM yang belum mencukupi, sarana prasarana masih kurang.”10 Jadi tahap awal perekrutan di SD Mutual ini menggunakan tes psikologi, kenaikan kelas baru berdasarkan kecerdasan logis matematis. Belum menekankan pada kelas-kelas berdasarkan kecerdasan masing-masing siswa karena kendala SDM yang belum siap. Tahap kedua adalah tahap proses. Setelah anak terdeteksi dalam tahap primer, hal ini dikomunikasikan antar guru. Untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai pedoman menyusun rencana pembelajaran intelligensi. pembelajaran yang dapat mengembangkan beberapa Selain menyusun RPP, guru juga memilih strategi yang dapat mengembangkan seluruh potensi intelligensi. Strategi pembelajaran dikombinasikan dengan metodemetode yang bervariatif yang mengoptimalkan kecerdasan-kecerdasan yang beragam untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu kurikulum. 9 W.M.1.a W.M.1.b 10 130 Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Luqman Novianto, S.Pd.I selaku guru mata pelajaran PAI: “Ketika mengajar di kelas menggunakan berbagai metode variatif untuk menghindari kebosanan anak. Selain itu juga untuk mengoptimalkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki anak. Misalnya anak yang aktif (cerdas kinestetik) itu saya buat metode bermain peran menjadi tokoh misalnya tokoh dermawan yang menyantuni orang-orang miskin. Atau untuk pembelajaran di kelas 6, anak yang memiliki kecerdasan audio visual membuat powerpoint sendiri untuk menyajikan hasil diskusi kelompok. Ketika menggunakan media audio visual berupa laptop dan LCD, siswa dapat mempelajari Al Qur’an dan artinya mencakup bahasa, musik, kinestetik, interpersonal dan intrapersonal. Dengan demikian tingkat belajar siswa akan lebih tinggi dibanding jika siswa hanya membaca buku atau mendengar penjelasan dari guru saja”11 Setelah guru di dalam kelas menggunakan berbagai metode variatif, dilakukan observasi/penilaian baik dilakukan wali kelas maupun oleh guru-guru lain tentang kecerdasan-kecerdasan yang menonjol dalam diri siswa. Hal tersebut dilakukan pendekatan individual dan dikomunikasikan kepada orang tua siswa. dalam pembelajaran ekstrakurikuler yang intrakurikuler juga mencakup/memfasilitasi diadakan berbagai Selain kegiatan macam kecerdasan siswa. Seperti pernyataan Bu Wati Prihayanti, S.Ag selaku waka kesiswaan di SD Mutual: “Implementasi multiple intelligences ketika di dalam kelas guru menerapkan berbagai metode. Selain itu di sekolah ini juga memfasilitasi untuk menggali potensi yang dimiliki anak melalui program ekstrakurikuler yang terdiri dari ekstra wajib dan ekstra 11 W.M.1.d 131 pilihan yang dilaksanakan mulai kelas satu sampai kelas lima. Dalam kegiatan ekstra ini langkah awal memberi surat edaran kepada wali murid untuk siswa mengikuti kegiatan ekstra wajib satu dan ekstra pilihan dua. Biasanya orang tua mengkomunikasikan hal ini kepada wali kelas bidang ekstra apa yang pas dengan kemampuan anaknya.”12 Selain dalam pembelajaran yang menggunakan berbagai metode, SD Mutual juga memfasilitasi berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh siswa antara lain: ekstrakurikuler Tapak Suci, KPI IPA, KPI Komputer, KPI B.Inggris, KPI MTK, Conversation Club, Seni Lukis, Tari, Paduan Suara, Macapat, Rebana, Tahfidz dan tartil, Hisbul Wathan, Sastra Puisi dan Menulis, teater, Marching Band, PBB, Mading, Sepak Bola (swadana), Renang (swadana), Robotik (Swadana), Bulutangkis (swadana). Tahap output dalam implementasi multiple intelligences di SD Mutual adalah dengan menerapkan evaluasi. Evaluasi menerapkan 3 ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Selain itu juga melaksanakan penilaian yang bervariasi dan dapat memberikan banyak motivasi dan merupakan penilaian yang menarik. Penilaian kognitif biasanya untuk mengukur pengetahuan dari materi pembelajaran berupa tes harian, tes tengah semester maupun akhir semester. Penilaian afektif dilakukan melalui pengamatan sikap dan perilaku keseharian siswa serta penilaian psikomotorik yang dilakukan biasanya dengan penilaian unjuk kerja. Hasil penilaian ini dilaporkan 12 W.M.1.c 132 dalam penilaian raport yang dilaporkan kepada orang tua, padat, dan penilaian pertengahan semester maupun penilaian akhir semester. Seperti pernyataan Bapak Mustaqim, S.Pd.I selaku waka kurikulum SD Mutual: “Penilaian melalui 3 tahap kognitif baik secara lisan maupun secara tertulis melalui tes harian, mid semester maupun semesteran. Untuk penilaian afektif menggunakan penilaian skala sikap dengan menggunakan interval. Dan untuk penilaian psikomotor dilakukan secara langsung pengamatan oleh guru.”13 Senada dengan pernyataan Bapak Luqman Novianto, S.Pd.I: “Evaluasi dilakukan melalui tiga tahap kognitif dengan tertulis, pengamatan untuk sikap (afektif) bagi anak yang aktif dan tidak aktif, ataupun penilaian psikomotorik dilakukan ketika praktek sholat, wudhu ataupun penilaian berupa laporan akhir setelah diskusi, kadang evaluasi dengan membuat powerpoint. Untuk pelaksanaan evaluasi dilakukan pada setiap mata pelajaran baik meliputi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Selain evaluasi dalam intrakurikuler saya, dilakukan evaluasi pada kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki metode-metode evaluasi sendiri pada bidang masing-masing untuk mengukur hasil belajar yang tercakup dalam berbagai intelligensi pada setiap individu siswa.”14 Dalam tahap akhir implementasi multiple intelligences di SD Mutual dilakukan assesmen/penilaian yang tidak hanya mencakup ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Penilaian-penilaian menarik lainnya menggunakan pola-pola penilaian alternatif sehingga semua unsur mendapat perhatian yang optimal baik tentang hasil belajar siswa maupun tentang pengembangan intelligensi siswa. Disini menarik sekali karena evaluasi dilakukan dengan menggali 13 14 W.M.1.b W.M.1.d 133 potensi kecerdasan dalam diri siswa pada bidangnya masing-masing sesuai dengan kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya. b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang Dalam pembelajaran di SDIT Ihsanul Fikri, implementasi multiple intelligences juga terimplementasi dalam kurikulum yang Islami. Kerangka konseptual melalui 3 tahap yaitu tahap input, proses, output melalui tes psikologi dengan tujuan untuk mengetahui kesiapan belajar siswa dan tes baca Al Qur’an. Namun untuk tes baca Al Qur’an tidak berpengaruh pada penerimaan siswa. Tes tersebut hanya untuk mengetahui kemampuan membaca Al Qur’an saja. Sedangkan tes psikologi pelaksanaannya kerjasama dengan Rumah Sakit Jiwa kota Magelang. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I: “Untuk pendaftaran, jika pendaftar melebihi target dari kuota dilakukan seleksi tes psikologi yang dilaksanakan bekerjasama dengan RSJ Magelang untuk mengetahui kesiapan anak dalam belajar. Dari tes awal itu akan terdeteksi kemampuan bahasa, kemampuan sosial maupun intelektual.”15 Adapun pernyataan dari Bu Emma Rifa Rahayu: “Untuk perekrutan pertama dilakukan tes psikologi dengan melakukan kerjasama dengan RSJ Kota Magelang, dari hasil tes tersebut digunakan untuk pedoman guru dalam menggunakan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa.”16 Setelah dilakukan tahap awal dengan tes psikologi, tahap selanjutnya adalah tahap proses dalam pembelajaran. 15 16 W.T.1.a W.T.1.b Untuk 134 pembagian ke kelas 2 – 6 menggunakan kelas campur dimana satu kelas terdiri dari berbagai macam kecerdasan siswa. Namun untuk pembagian kelas campur ada keuntungannya yaitu ketika siswa memiliki lebih dari satu kecerdasan bisa digunakan metode yang bervariatif. Senada dengan hasil wawancara dengan Bu Budi Utami: “Ketika mengajar di kelas yang terdapat berbagai macam kecerdasan siswa, maka ada kesulitan. Namun dapat diantisipasi dengan menggunakan berbagai macam metode yang bervariasi. Guru harus dituntut lebih kreatif lagi menggunakan metode-metode baru. Untuk menggali kecerdasan dan mengembangkannya saya sering menggunakan metode yang bervariatif. Salah satunya dengan metode lagu untuk menghafal kosa kata. Dengan menggunakan lagu-lagu yang menarik selain siswa cepat hafal juga mengurangi kebosanan di dalam kelas. Saya juga kadang menggunakan metode “mind map”. Dari metode ini akan terasah kecerdasan seni para siswa untuk berkreasi dalam menuangkan materi dalam bentuk gambar. Terkadang juga menggunakan metode conversation antar teman. Dari sini akan kelihatan sekali anak yang cerdas linguistik.”17 Di SDIT terdapat buku kasus yang dimiliki oleh wali kelas untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang terjadi pada setiap siswa. Dalam pengamatan sehari-hari baik oleh guru maupun wali kelas ada evaluasi yang disampaikan kepada wali murid dan dari hasil pengamatan itu pula dijadikan pijakan guru dalam menentukan strategi yang tepat untuk melaksanakan pendekatan-pendekatan pembelajaran sesuai dengan kecerdasan-kecerdasan yang ditemukan di dalam kelas. Selain dalam pembelajaran intrakurikuler yang menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif di SDIT memfasilitasi kegiatan 17 W.T.1.d 135 ekstrakurikuler yang beragam untuk menggali dan mengembangkan potensi kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu siswa. Kegiatan ekstra terdiri 2 macam yaitu ekstra wajib dan ekstra pilihan. Adapun ekstra wajib terdiri dari ekstrakurikuler komputer, pramuka, renang dan lifeskill. Sedangkan untuk ekstra pilihan terdiri dari ekstra- kurikuler sepakbola, bulutangkis, tenis meja, tartil, rebana, tilawah, kaligrafi, gambar, jurnalistik dan story telling. Tahap terakhir dalam proses implementasi multiple intelligences di SDIT Ihsanul Fikri adalah tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode evaluasi yang menarik bagi siswa. Seperti dinyatakan oleh Bp. Rozak: “Penilaian dilakukan selain kognitif melalui tes-tes harian juga penilaian afektif dilakukan pengamatan secara langsung sikap keseharian anak ataupun penilaian psikomotor yang dapat dinilai secara langsung.”18 Selain evaluasi meliputi 3 ranah tersebut juga dilakukan evaluasi linguistik seperti pernyataan Bu Budi Utami pengampu bahasa Inggris: “Evaluasi dilakukan dengan secara berpasangan melakukan praktek langsung percakapan bahasa Inggris dari materi yang telah disampaikan.”19 Evaluasi yang dilaksanakan di SDIT juga meliputi penilaian kognitif yang dilakukan dalam tes tertulis maupun tes lisan selain penilaian kognitif juga dilakukan penilaian afektif dengan pantauan 18 19 W.T.1.a W.T.1.d 136 keseharian siswa di sekolah maupun melalui buku-buku komunikasi untuk memantau sikap siswa di rumah yang bekerjasama dengan orangtua di rumah. Penilaian psikomotor juga dilakukan ketika siswa unjuk kerja maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan olah siswa di sekolah. Selain ketiga penilaian tadi juga dilakukan penilaian dengan pendekatan bahasa yaitu dengan menggunakan bahasa Inggris. percakapan dengan teman Ataupun penilaian sesuai dengan bidang ekstrakurikuler masing-masing. 3. Implementasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran a. Kegiatan dalam Intrakurikuler 1) SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang Gambaran umum pembelajaran harian di SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang. SD Mutual mulai masuk pukul 06:30 dan termasuk SD yang masuknya awal di Kota Magelang ini. Ratarata SD disini masuk pukul 07:00. Seperti dinyatakan oleh Bapak Salamun, S.Ag, M.Pd.I selaku kepala sekolah: “SD Mutual masuk pukul 06:30, kedatangan siswa disambut oleh para guru di depan pintu gerban. Setelah itu siswa masuk ke kelas masing-masing dan dilanjutkan pembelajaran BTA oleh guru pengampu BTA dengan berkelompok. Setelah itu baru pembelajaran biasa. Pukul 09:00 anak-anak istirahat dan melaksanakan sholat dhuha di Masjid. Setelah sholat baru makan snack dilanjutkan pembelajaran dan pukul 12:00 anak-anak kelas 1-2 pulang, kelas 3-6 mendapat makan siang dilaksanakan dikelas masing-masing dan dilanjutkan sholat Dhuhur berjamaah di Masjid dan didampingi oleh Bapak/Ibu guru. Pukul 13:00 masuk pembelajaran di kelas dan pukul 137 14:00 anak-anak pulang. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan setelah jam pulang sesuai jadwal ekstra.”20 Setelah melakukan wawancara tentang gambaran umum pembelajaran harian di SD Mutual, peneliti melakukan pengamatan di lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran harian.21 Peneliti datang di SD Mutual pukul 06:15. Terlalu pagi bagi kami, namun di SD Mutual sudah banyak Bapak/Ibu guru yang sudah datang. Para siswa sudah banyak yang berdatangan dan disambut oleh 4 guru. (Pak Wahyu, Pak Singgih, Bu Wulan, dan Bu Ida) di depan gerbang masuk. Anak-anak berdatangan dengan tertib satu persatu menyalami guru dan guru menyambut dengan penuh kasih sayang. Bapak Salamun selaku kepala sekolah juga menyambut anak-anak di tengah lapangan SD Mutual dan anak-anak bersalaman dengan tertib. Bel masuk berbunyi, anak-anak memasuki kelas masing-masing. Pukul 06:30 pelajaran BTA dimulai peneliti melakukan pengamatan di kelas Nabi Hud. Pembelajaran BTA dibagi menjadi 4 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 8-10 siswa dan diampu oleh 1 orang gutu BTA. Setelah dibuka bersama-sama dengan doa, anak-anak mengaji satu persatu dibimbing guru BTA dan yang lainnya. huruf-huruf Belajar menulis hijaiyah yang sudah terbimbing dalam buku prestasi Iqro’. Jadi kelas tetap tertib dan wali kelas mendampingi anak-anak yang kesulitan belajar. 20 21 W.M.1.a O.M.1.a 138 Kami lanjutkan pengamatan ke kelas 2-6 dan rata-rata mereka pembelajaran klasikal dengan bimbingan wali kelas masing-masing. Kami melanjutkan ke Masjid ada sekitar 6 guru pengampu BTA bagi anak-anak bukan kelas I, namun belum bisa membaca Al Qur’an. Pukul 07:50 bel berbunyi akan mulai pembelajaran. Pukul 09:0009:35 ada siswa melaksanakan sholat dhuha secara bergantian dan yang belum sholat dhuha makan snack terlebih dahulu. Pukul 09:35 masuk pembelajaran sampai pukul 10:30-10:45 istirahat II dilanjutkan 2 pelajaran dan pukul 12:05-12:50 ishoma (istirahat, sholat dhuhur, dan makan) untuk kelas 3-6. Sedangkan kelas 1 dan 2 pulang. Pembelajaran kembali sesuai jadwal dan kelas 3-6 pulang. Ketika sebelum pulang ada evaluasi sebentar tentang pr hari ini yang ditulis di buku petunjuk pekerjaan rumah. Tepat pukul 14:00 bel pulang berbunyi anak keluar kelas dengan tertib dan yang bertugas piket mengerjakan piket kelas. Wali murid sudah menunggu disekitar lapangan dan masjid. Dalam kegiatan keseharian dari hasil pengamatan peneliti, siswa datang pertama kali menyalami guru. Hal ini dapat melatih kecerdasan interpersonal karena mereka belajar menghormati guru. Selain itu juga dilakukan pembiasaan sholat Dhuha dan sholat Dhuhur berjamaah serta hafalan surat-surat pendek dapat meningkatkan kecerdasan eksistensial spiritual. 139 Selain melakukan observasi kegiatan harian, peneliti juga melakukan observasi implementasi multiple intelligences di dalam pembelajaran di kelas. a) Pembelajaran dengan Pendekatan Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik, Linguistik Verbal, Visual Spasial dan Intrapersonal Kelas 2 Nabi Ibrahim.22 Pembukaan dengan salam oleh Bapak Guru. Untuk memberi semangat kepada anak-anak, anak-anak menyanyikan lagu “kalau kau suka hati dengan peragaan tepuk tangan, tepuk meja, injak bumi. Pak Luqman memberikan ceramah interaktif dengan memancing pertanyaan ke siswa tentang surat Al Maun. Pak guru menuliskan poin intinya di papan tulis QS. Al Maun diturunkan di kota Makkah, terdiri dari 7 ayat, diambil dari surat ke 7 yang artinya barang-barang berguna. Setelah anak-anak faham dan dengan tanya jawab yang mengaktifkan siswa, dilakukan permainan dengan cara dosgrip dipegang bergiliran sambil menyanyi potong bebek angsa. Ketika lagu terhenti dan posisi anak yang membawa dosgrip maka anak tersebut maju ke depan untuk memerankan menjadi guru untuk menjelaskan kepada teman-teman materi yang sudah dituliskan di papan tulis. Yang pertama maju, Farhan: mengucapkan salam dan dengan suara yang lantang ia menjelaskan kepada teman-teman 22 O.M.1.b 140 tentang al Maun, anak-anak memberi applaus. Yang kedua Saskia, anaknya agak pemalu maka Pak Guru membimbing dan memotivasi Saskia untuk tampil percaya diri dan akhirnya Saskia bisa. Yang ketiga Raihan. Raihan mengucapkan salam seperti Pak Guru dan membawa penggaris kayu untuk menjelaskan materi tersebut. Yang keempat Zaki, Zaki mengucapkan salam dan menjelaskan surat Al Maun dengan lancar. Anak-anak bersemangat sekali ketika menyanyikan dan mendengarkan teman-teman yang maju. Anak-anak mencatat dalam buku pelajaran dan waktunya ditentukan. Setelah selesai mencatat, Pak Guru menghidupkan “LCD” dalam layar terdapat ayat pertama surat al Maun. Kemudian ayat itu dipotong perkata dan diartikan. Setelah itu anak disuruh membaca lantang dan menghafalkan artinya. Guru menghapus artinya di layar dan anak-anak diberi pertanyaan kata yang ditunjuk dan mengartikannya. Siswa menjawab dengan antusias dan semangat, kemudian Pak Guru menunjuk siapa yang bisa mengartikan dan Zeta menunjuk jari dan menjawab pertanyaan dengan benar. Zeta menunjuk Nasya dan Nasya menjawab dengan benar pula. Seperti proses mengartikan ayat 1, ayat keduapun demikian. Setelah itu diadakan kuis antar kelompok berdasarkan deret meja, kelompok yang menjawab benar dan jawaban paling banyak itulah pemenangnya. Namun semua kelompok menjadi pemenang 141 karena menjawab dengan benar. Sebagai evaluasi akhir, siswa menuliskan potongan-potongan ayat dan mengartikannya. Guru melakukan penilaian dan pelajaran ditutup dengan doa penutup majlis. Dari kegiatan pembelajaran di atas guru tampak sekali bersemangat dalam menyampaikan pembelajaran sehingga kelas anakanak juga terlihat semangat dan antusias. Guru dalm kegiatan pembelajaran ini dengan menggunakan pendekatan kecerdasan jasmaniah kinestetik terlihat dari karakteristik pembelajaran ini melibatkan aktivitas fisik dengan melakukan gerakan-gerakan tubuh dengan bermain peran menjadi seorang guru. Dalam pembelajaran ini tampak proses transfer ilmu dilakukan dengan penghafalan dan penguatan materi yang dulang ulang melalui kegiatan siswa menjelaskan kembali pokok materi yang sudah dituliskan dalam bentuk diagram yang menarik sehingga tampak pokok materi disampaikan oleh anak yang berperan menjadi seorang guru mudah untuk dilakukan tanya jawab langsung kepada teman-temannya yang berperan sebagai murid. Dalam kegiatan ini akan tampak sekali anak yang memiliki kecerdasan jasmaniah kinestetik ketika ia memerankan diri secara aktif menjadi seorang guru yang persis dengan contoh gerakan dari pak guru tadi sewaktu menjelaskan pertama kali. Namun ada anak yang tampak malu dan dengan gerakan yang kaku memerankan menjadi guru, dan perlu dimotivasi oleh guru secara langsung. 142 Aktivitas ini juga menggunakan pendekatan kecerdasan linguistik verbal karena anak ketika menjelaskan materi yang disampaikan menggunakan kata-kata sendiri. Dari aktivitas ini nampak sekali kemampuan linguistik yang dimiliki oleh setiap anak. Anak yang menonjol dalam kecerdasan linguistiknya akan nampak sekali lancar dan runtut dalam menyampaikan materi dan dengan bahasa luwes. Namun ditemui juga anak yang kaku bahasanya dan perlu dibimbing dan diberi contoh langsung dari guru dengan mengikuti kata-kata dari guru tersebut. Kegiatan pembelajaran ini diakhiri dengan penyajian pembelajaran menggunakan LCD untuk memudahkan anak dalam mengartikan penggalan kata-kata setiap ayat dalam surat Al Maun. Kegiatan ini merangsang dan mengembangkan kecerdasan anak visual spasial. Anak yang menonjol dalam kecerdasan visual spasial akan cepat hafal daripada siswa yang lain, dan selalu aktif menjawab arti ayat yang dihilangkan oleh guru. Ketika guru menyimpulkan pelajaran melibatkan pendekatan kecerdasan intrapersonal guru menciptakan suasana yang melibatkan emosional anak-anak dari kandungan surat Al Maun (ayat 1-2) yaitu termasuk orang yang mendustakan agama karena menghardik anak yatim. Guru mengajak anak-anak untuk selalu menyayangi anak-anak yatim. Dari observasi di kelas 2 Nabi Ibrahim memperlihatkan bahwa ketika guru menggunakan metode yang menarik, kreatif dan 143 melibatkan keaktifan siswa melalui beberapa pendekatan kecerdasan akan efektif sekali untuk mengembangkan masing-masing kecerdasan yang muncul sehingga anak tidak terbebani dengan hafalan tetapi tanpa menyadarinya mereka hafal dengan sendirinya. b) Pembelajaran dengan Pendekatan Kecerdasan Linguistik Verbal, Intrapersonal dan Logis Matematis Kelas 2 Nabi Ismail.23 Guru membuka dengan salam, siswa diajak tepuk semangat dan tepuk anak sholeh. Guru melakukan apersepsi dengan mengulang pelajaran kembali tentang benda-benda berharga seperti piala, foto album, medali. Dan tugas kemarin anak membawa foto bersama keluarga dan masing-masing siswa mengeluarkan foto masing-masing. Guru menyuruh siswa menceritakan foto itu, kapan, dimana dan dalam peristiwa apa. Secara bergantian namun tidak semuanya anak dapat menceritakan dengan cerita tersebut. Kemudian guru dengan tanya jawab interaktif tentang dokumen-dokumen berharga. Guru menunjukkan kartu keluarga dan menjelaskan sisi yang terkandung dalam kartu keluarga tersebut dan kegunaannya. Setelah dijelaskan tentang kartu keluarga, siswa diberi pertanyaan sebagai umpan balik seputar kartu keluarga. Dokumen yang kedua adalah akte kelahiran. Guru membawa contoh langsung dan tanya jawab interaktif dan siswa aktif menjawab karena rata-rata mereka memilikinya. 23 O.M.1.c Dokumen 144 ketiga adalah buku pernikahan. Ketika dokumen itu ditunjukkan, banyak siswa yang belum tahu kemudian guru menjelaskan itu adalah buku pernikahan yang dimiliki oleh orang yang sudah menikah. Seperti ayah dan ibu kalian. Dokumen keempat yang ditunjukkan adalah KTP. Siswa disuruh mengidentifikasi KTP, apa saja yang tercantum dalam KTP, dan siswa menjawab dengan aktif. Guru memberi selingan tepuk semangat. Dokumen kelima adalah SIM, salah satu siswa menceritakan tentang SIM. Guru menjelaskan tentang SIM kemudian guru dan siswa menyimpulkan bersama-sama dokumen-dokumen yang telah dijelaskan tadi. Setelah itu evaluasi terakhir adalah guru menuliskan di papan tulis 5 soal tentang dokumen tadi. Siswa mengerjakan dan buku dikumpulkan kemudian guru menutup pelajaran dengan salam. Dari kegiatan pembelajaran di atas guru menggunakan pendekatan kecerdasan linguistik verbal dengan aktivitas anak menceritakan foto dari tugas yang dibawa oleh anak. Guru memperlihatkan foto yang dibawa kepada anak-anak dan anak yang membawa tersebut disuruh menceritakan peristiwa yang terjadi dalam foto tersebut. Anak yang menonjol kecerdasan linguistiknya akan mampu menceritakan foto tersebut dari waktu, peristiwa ketika foto, tempat, siapa saja yang ada dalam foto tersebut secara runtut dan tidak dibantu oleh guru, namun ditemukan juga anak yang belum bisa menceritakan foto tersebut dan perlu digali melalui beberapa 145 pertanyaan. Anak yang memiliki kecerdasan linguistik ini juga aktif memberikan tanggapan pada foto yang sedang diceritakan oleh siswa tersebut. Dari kegiatan menceritakan peristiwa dalam foto siswa sebenarnya juga mengembangkan kecerdasan intrapersonal dengan mengungkapkan perasaan yang dialaminya ataupun memberikan tanggapan terhadap perasaan yang dialami oleh temannya. Selain pendekatan linguistik guru juga melakukan pendekatan logis matematis dengan aktivitas anak memberikan tanggapan terhadap dokumen-dokumen yang dibawa oleh guru. Misalnya KTP, anak disuruh mengidentifikasi pengamatan pada KTP tersebut secara rinci, dari kegunaan, apa saja identitas seseorang yang tercantum dalam KTP begitu juga dengan KK, akte kelahiran dan juga SIM. Dari kegiatan ini anak akan terlihat berpikir kritis dalam membuat penjabaran-penjabaran dari dokumen yang ditunjukkan oleh guru dengan bahasa yang sederhana sesuai dengan kematangan berfikir pada anak kelas 2. Untuk membantu mengaktifkan berpikir kritis guru menggali dengan pertanyaan-pertanyaan yang beragam, dari kegiatan ini anak yang memiliki kecerdasan menojol dalam logis matematis akan aktif menjawab pertanyaan dari guru dan akan bertanya juga mengenai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki berhubungan dengan dokumen tersebut, misalnya “kenapa KTP dimiliki setelah umur kita 17 tahun?” pertanyaan tersebut sederhana namun, kritis. 146 Tetapi banyak juga ditemukan siswa yang hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja. c) Pembelajaran dengan Pendekatan Kecerdasan Logis Matematis, Visual Spasial, jasmaniah kinestetik Kelas 5 Nabi Daud.24 Setelah membuka dengan salam, guru melakukan apersepsi tentang pelajaran kemarin tentang kerja paru-paru. Guru melakukan pertanyaan interaktif kerja paru-paru dibantu oleh otot tulang rusuk dan diafragma. Guru memberi pertanyaan ‘pernafasan dada dibantu oleh apa’ dan dijawab oleh Galih ‘otot tulang rusuk’. Dan pertanyaanpertanyaan interaktif terus dilakukan dan anak-anak aktif menjawab. Kelas aktif interaktif dan anak-anak terkonsentrasi ke guru. Karena guru juga jeli memperhatikan siswa yang tidak konsentrasi akan diberi pertanyaan. Proses pernafasan dada langsung dipraktekkan, siswa seluruhnya langsung mempraktekkan pernafasan dada dan menghirup oksigen dan mengeluarkannya berulang-ulang. “Apa yang siswa rasakan?” ketika oksigen masuk. Siswa menjawab ‘tulang rusuk naik’ dan selanjutnya “Apa yang kalian rasakan, bagaimana rongga dada?” Siswa menjawab “rongga dada mengembang.” Guru membuat skema di papan tulis ketika oksigen masuk ditanyakan kepada anak-anak kondisi tulang rusuknya, anak-anak menjawab “tulang rusuk naik sehingga dada mengembang.” 24 O.M.1.d Dan 147 “Bagaimana karbondioksida keluar?” Maka anak menjawab “tulang rusuk kembali semula, rongga dada mengempis.” Setelah pernafasan dada, guru menyuruh anak untuk melakukan pernafasan perut namun sebelum mempraktekkan guru tanya jawab dulu tentang diafragma. Dan Fida menjawab “sekat atau batas rongga dada dengan perut.” Guru menyimpulkan definisi dari diafragma dan menggambarkannya di papan tulis. Guru mengajak siswa-siswa berdiri semua untuk mempratikkan pernafasan rongga perut. Ketika oksigen masuk, diafragma naik, rongga perut mengembang dan sebaliknya. Setelah anak mempratikkan dan faham perbedaan pernafasan rongga dada dan rongga perut, sebagai bentuk evaluasi guru menyuruh siswa mencatat sendiri bagaimana proses terjadinya pernafasan rongga dada dan rongga perut. Ketika mencatat itu, siswa menulis semuanya dan guru melakukan pembimbingan berkeliling kelas untuk membantu siswa yang belum bisa membuat kesimpulan sendiri. Setelah mencatat selesai, Qoni membacakan hasil kesimpulannya menggunakan kata-kata sendiri. Sama dengan Qoni, Rafi membacakan hasil kesimpulan. Guru bersama-sama dengan murid menyimpulkan pelajaran hari ini tentang proses pernafasan dada dan perut. Setelah menyimpulkan, terjadi tanya jawab penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Sebagai penutup, guru menutup dengan salam. 148 Dalam pembelajaran yang peneliti amati ini, guru melakukan strategi pembelajaran multiple intelligences dengan pendekatan kecerdasan logis matematis, hal ini terlihat ketika guru dan siswa mempraktekkan proses pernafasan dada, anak disuruh menghubungkan proses tersebut dengan keadaan tulang rusuk anakanak dan keadaan rongga dada. Ketika udara masuk paru-paru akan naik dan rongga dada akan mengembang karena terisi penuh dengan udara. Begitu juga ketika udara keluar tulang rusuk akan turun dan rongga dada mengempis. Dari kegiatan ini guru mengarahkan anak untuk berfikir logis dan analisis dalam mencari hubungan udara masuk dengan keadaan tulang rusukdan rongga dada. Anak berfikir logis dan analisis merupakan karakteristik kecerdasan logis matematis. Selain pendekatan logis matematis guru juga menggunakan pendekatan kecerdasan visual spasial dengan menggambarkan keadaan diafragma di papan tulis. Anak sulit membayangkan keadaan diafragma yang masih asing bagi anak, dengan menggambarkan keadaan diafragma di papan tulis anak jadi faham bagaimana keadaan diafragma ketika udara masuk pada pernafasan perut dan dihubungkan keadaan perut. Udara masuk diafragma akan naik karena rongga perut membesar pada pernafasan perut, dan rongga udara keluar diafragma akan kembali semula. Dengan menggunakan gambar anak jadi semakin faham tentang kondisi diafragma. Karakteristik anak yang 149 cerdas dalam visual spasial salah satunya dengan mudah faham ketika pelajaran disajikan dengan gambar. Pembelajaran ini juga melakukan pendekatan jasmaniah kinestetik dengan melakukan berbagai kegiatan gerak tubuh ketika melakukan praktek pernafasan dada maupun saat melakukan pernafasan perut. 2) SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang Proses pembelajaran di SDIT Ihsanul Fikri dimulai pada pukul 07:30. Sebelum pembelajaran dimulai pada tiap kelas melakukan bina suasana terlebih dahulu yang dilakukan oleh wali kelas masingmasing. Seperti pernyataan Bapak Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I: “Sebelum dilakukan pembelajaran di SDIT ini dilakukan bina suasana yang diisi oleh wali kelas. Bina suasana ini bertujuan untuk memotivasi awal siswa. Kegiatannya berupa hafalan-hafalan ayat, pembacaan Ma’tsurat, mengaji bersama, tausiah-tausiah dari wali kelas. Kadang ada cerita-cerita inspiratif yang dapat membangkitkan cita-cita siswa seperti cerita tokoh-tokoh penemu dunia. Setelah dilakukan bina suasana masuk jam pelajaran sesuai dengan jadwal masing-masing kelas. Pada pukul 09:00 istirahat dan kegiatan siswa adalah sholat dhuha, setelah itu baru makan snack. Setelah itu dilanjutkan proses pembelajaran kembali. Pembelajaran Ummi dilakukan sesuai jadwal pada kelas masing-masing. Pembelajaran Ummi merupakan pembelajaran Al Qur’an dengan metode Ummi yang dibuat perkelompok dan tempat tidak harus di dalam kelas. Bisa di aula, lorong-lorong kelas untuk menghindari kebosanan siswa duduk di dalam kelas. Pukul 12:00 sholat dhuhur dan makan siang. Pukul 12:55 masuk kembali ke kelas dan pada pukul 14:40 ada tausiah sore dilakukan oleh wali kelas masing-masing untuk mengevaluasi 150 kegiatan siswa selama satu hari penuh dan kegiatan diakhiri dengan berdoa dan pulang.”25 Dari gambaran umum di atas dapat terlihat padat sekali jadwal di SDIT Ihsanul Fikri yang dimulai dari pukul 07:30 sampai dengan pukul 14:40. Peneliti mengadakan pengamatan tentang gambaran umum kegiatan harian siswa. 26 Pagi itu peneliti datang pukul 07:15 terlihat siswa banyak berdatangan dan disambut langsung oleh guru-guru di pintu masuk SDIT. Siswa berjabat tangan dengan para guru yang menyambutnya. Peneliti melihat beberapa anak laki-laki tidak berjabat tangan dengan guru yang kebetulan perempuan. Setelah kami tanyakan ternyata mulai kelas 4 – 6 mulai dikenalkan konsep ikhwan dan akhwat. Jadi ikhwan tidak bersalaman dengan bu guru atau sebaliknya akhwat tidak bersalaman dengan pak guru. Siswa masuk dengan tertib dan membawa sepatu karena memang untuk menjaga kebersihan. Di sini para siswa dan guru masuk tanpa sepatu. Setelah itu siswa meletakkan sepatu ditempatnya masing-masing yang diletakkan disamping pintu masuk setiap kelas. Bunyi bel berdering menandakan sudah masuk. bersama. Kebetulan hari itu hari senin jadi diadakan apel Para guru sibuk menyiapkan peralatan apel dan mempersiapkan siswa untuk berbaris rapi perkelas dari kelas 1 – 6 dengan pola barisan membentuk huruf U. Para bapak guru di sebelah 25 26 W.T.1.a O.T.1.a 151 kanan tempat inspektur upacara dan para ibu guru di sebelah kiri. Ada juga guru-guru yang menjaga di belakang barisan siswa untuk mengawasi jalannya apel pagi supaya tertib setelah barisan siap. Komandan upacara memasuki lapangan dan menyiapkan keseluruhan peserta upacara. disiapkan dan Inspektur upacara memasuki lapangan, pasukan pemberian hormat kepada inspektur upacara. Pembacaan ayat suci Al Qur’an dilanjutkan tausiyah dari Bu Siwi selaku inspektur upacara menyampaikan pembinaan tentang ketertiban siswa ketika sholat dhuhur di Masjid ternyata dinilai oleh masyarakat sekitar, untuk itu siswa dihimbau untuk lebih tertib lagi. Bu Siwi menyebutkan termasuk orang-orang yang beruntung adalah mereka yang sholatnya khusu’. Jadi ketika sholat tidak boleh sambil bermain. Selain itu juga menjaga dari perkataan yang sia sia yang kadang dapat memicu perkelahian antar siswa itu sendiri. Dan orang yang paling kuat adalah orang yang mampu mengendalikan amarah dan hawa nafsunya. Setelah itu pasukan disiapkan kembali dan pembacaan doa oleh Bpk. Rochim. Penghormatan pada inspektur upacara dan segera meninggalkan lapangan upacara. Komandan upacara meninggalkan barisan dan pembubaran barisan dengan tertib dari kelas satu bersalaman dengan bapak kepala sekolah satu persatu. Untuk kelas 46 masuk lewat pintu kanan. Dari gambaran di atas peneliti lihat bahwa pembinaan karakter di SDIT sangat bagus. Dari pertama siswa datang dan disambut oleh 152 guru sudah terlihat contoh teladan dari para guru dalam sopan santun, senyum, rapi dalam berpakaian, tertib dan juga disiplin. Dari penyambutan yang siswa menyalami guru yang ada di depan gerbang sudah tampak ditanamkan sejak dini perbedaan lawan jenis ikhwan dan akhwat untuk sebutan di SDIT. Mulai kelas 4 anak-anak tidak bersalaman dengan bapak/ibu guru yang beda lawan jenisnya. Kedisiplinan tampak sekali ketika anak datang sebelum bel berbunyi. Di SDIT ini kebersihan juga ditanamkan dengan cara siswa melepas sepatu ketika mau memasuki gedung. Dan dengan tertib sekali baik guru maupun siswa meletakkan sepatu pada tempatnya sehingga tampak rapi di depan pintu masuk gedung. Setelah bel berbunyi siswa dan guru langsung menuju ke lapangan untuk mengikuti upacara. Kesadaran siswa tinggi dalam mengikuti apel terbukti dengan tidak adanya siswa di dalam kelas. Ketika apel tetap ada pembacaan ayat suci Al Qur’an, ini membedakan dengan SD umum lainnya. Inspektur upacara ketika memberi pembinaan juga mengacu pada ayat-ayat Al Qur’an. Walaupun pagi itu panas namun tetap terlihat tertib. Saat pembubaranpun sangat tertib karena satu-persatu menyalami bapak kepala sekolah. Selain apel pagi kami juga mengamati pembelajaran Ummi yang merupakan program ungulan SDIT sebagai pembelajaran Al Qur’an. Pembelajaran Ummi dilakukan secara berkelompok 153 berdasarkan jilid Ummi. Tempat juga kebanyakan di luar kelas untuk menghindari kebosanan ketika berada di dalam kelas terus. Kegiatan dilanjutkan dengan pembelajaran di kelas masingmasing. Pada pukul 09.15-09.50 anak-anak istirahat dan dilanjutkan dengan sholat dhuha. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan lagi sesuai dengan jadwal masing-masing kelas. Pada pukul 12.10 anak-anak istirahat dimanfaatkan untuk sholat dhuhur berjamaah di masjid untuk kelas 3-6 dan di kelas masing-masing untuk kelas 1-2. Pukul 12.30 anak-anak pulang awal karena hari pertama masuk sekolah setelah libur hari raya. Dalam melakukan kegiatan harian anak-anak tampak tertib dan tetap ceria walaupun pulang sampai sore. Hal ini karena di sekolah dikondisikan hubungan yang akrab antara guru dan siswa, perhatian, komunikatif, pembelajaran yang menyenangkan dari para guru menjadikan siswa nyaman di sekolah. Selain aktifitas harian peneliti juga melakukan pengamatan pembelajaran di kelas. a) Pembelajaran dengan Pendekatan kecerdasan Interpersonal dan Jasmaniah Kinestetik Kelas V D.27 Guru masuk ke kelas pukul 11.05, guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan hafalan surat Al Fajr dipandu oleh guru dengan bacaan murottal. Suasana terlihat tenang dan damai dengan alunan 27 O.T.1.b 154 hafalan surat Al Fajr dari anak-anak dengan fasih dan murottal yang bagus sekitar 5-10 menit hafalan itu selesai. Setelah itu dilanjutkan dengan review materi yang sudah berlangsung selama 1 semester tentang surat Al Maun, Al Fiil, Nabi dan Rasul, Khalifah Abu Bakar dan Umar, meneladani kisah Abu Bakar dan Umar, serta puasa. Tanya jawab interaktif oleh guru dan siswa menjawab dengan aktif. Setelah review dan mengingat kembali materi yang sudah dipelajari. Guru membentuk kelompok untuk diskusi dalam satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok dan guru menuliskan materi diskusi. Dalam kelompok membuat pertanyaan-pertanyaan tentang materi kel I (Al Maun), kelompok II (Al Fiil), kelompok III (Nabi dan Rasul), kelompok IV (Khalifah Abu Bakar dan Umar), kelompok V (Meneladani kisah Abu Bakar dan Umar), kelompok VI (puasa). Dalam diskusi tersebut diberi waktu 15 menit dan tiap kelompok bebas memilih tempat yang mereka sukai. Ada yang di halaman, teras kelas, di dalam kelas bahkan di belakang kelas. Dalam diskusi kelompok mereka mendiskusikan pertanyaanpertanyaan dan dituliskan pada 12 kertas yang disediakan oleh guru. Setiap satu kertas terdiri dari satu pertanyaan. Setelah diskusi selesai kertas-kertas tersebut digulung dan dimasukkan ke dalam kaleng yang disediakan guru. Kertas-kertas tersebut disebar dan dilempar ke atas, setiap anak harus mengambil 2 kertas gulungan. Guru menyuruh anak-anak berkumpul di lapangan dan membuat lingkaran besar dan 155 guru berdiri di tengah. Selanjutnya sebagai bentuk evaluasi siswa maju bergantian untuk membaca soal dan menjawabnya, bagi yang tidak bisa menjawab mendapat hukuman. Guru dan siswa yang lain menyimak jawaban siswa yang maju dan mengoreksi jawaban secara lisan dari hasil jawaban siswa tersebut. Ketika waktu hampir habis dan tidak semua siswa bisa membaca satu persatu, akhirnya dibuat berpasangan. Dengan berpasangan satu siswa menjawab gulungan kertas dan pasangannya menyimak jawabannya jika belum tahu ditanyakan kepada guru langsung. Guru memberikan penilaian terhadap siswa dan setelah itu menutup dengan salam. Dari pembelajaran ini guru melakukan strategi pembelajaran multiple intelligences dengan pendekatan interpersonal hal ini terlihat ketika dalam diskusi kelompok. Siswa yang memiliki kecerdasan ini akan tampak bahagia ketika berada dalam situasi yang membangun interaksi antara satu dengan yang lainnya. Mereka juga terlihat sangat produktif dalam menguasai diskusi dalam kelompok dan berkembang dengan pesat ketika belajar secara kooperatif dan kolaboratif. Namun, ditemukan juga beberapa anak yang tampak tidak aktif dan biasa saja menanggapi belajar dalam kelompok. Selain pendekatan kecerdasan interpersonal, guru juga melakukan pendekatan kecerdasan jasmaniah kinestetik dengan melakukan kegiatan di lapangan, dengan guru melempar soal-soal yang sudah ditulis dikertas dan digulung serta dilempar keatas, anak 156 dengan semangat berlarian mengambil kertas-kertas tersebut. Siswa tampak senang aktifitas tersebut. b) Pembelajaran dengan Pendekatan Kecerdasan Naturalistik, Logis Matematis dan Linguistik Verbal Kelas 1 A.28 Bu Emma mengucapkan salam kepada anak-anak, setelah anak-anak menjawab salam melakukan tepuk semangat. bu Emma menyuruh anak-anak Setelah itu dilakukan apersepsi, guru menanyakan materi kemarin dan memperagakan suara-suara hewan, anak-anak disuruh menyebutkan jenis hewan yang mempunyai suara tersebut. Inti pembelajaran, dimulai dengan pertanyaan: “Siapa yang menciptakan tumbuh-tumbuhan?”, anak menjawab “Allah”. Di depan kelas tersedia banyak sayuran. Guru mengambil wortel, anak-anak disuruh mengidentifikasi wortel dari rasa, kegunaan, warna dan lainlain. Mengambil salak, anak-anak disuruh mengidentifikasi manfaat, rasa, warna. Kacang panjang dan anak-anak mengidentifikasi termasuk jenis, manfaat, bentuk, warna. Guru menyuruh Maulana maju untuk mengambil satu buah/sayur dan disuruh bercerita. Maulana mengambil pepaya dan disuruh menceritakan nama, jenis, manfaat. Guru mengambil daun pohon jati dan menyebutnya sebagai jenis pohon pelindung. Setelah itu Oca maju ke depan dan mengambil wortel. 28 O.T.1.c Teman-teman 157 mengidentifikasi kegunaan, jenis dan warna. Guru menawarkan siapa yang mau maju ke depan? Mas Yuli maju ke depan dan mengambil sayuran. Dan teman-teman mengidentifikasi nama dan jenis. Anakanak berebut untuk maju ke depan. Mas Ata mengambil tempe dan teman-teman mengidentifikasi kegunaan nama, jenis dan manfaat. Setelah itu Mbak Dila mengambil timun, anak-anak mengidentifikasi nama, jenis dan manfaat. Disela-sela pembelajaran, guru menyelipkan pembimbingan karakter tentang kancil mencuri timun. Setelah itu mas Firman maju dan mengambil kobis dan menceritakan tentang kobis itu, jenis dan manfaatnya. Setelah itu mas Rafi mengambil kangkung dan temanteman mengidentifikasi nama, jenis dan manfaat. Setelah semua menyebutkan jenis-jenis tumbuhan yang dibawa oleh bu Emma, akhirnya guru dan siswa membuat kesimpulan tentang jenis-jenis tumbuhan. Ucapan bersyukur dengan Hamdalah bersama-sama dan menutupnya dengan salam. Dilanjutkan makan pepaya bersama. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan dalam pembelajaran ini guru menggunakan strategi multiple intelligences dengan melakukan pendekatan naturalistik, dimana guru menyediakan macam-macam sayuran dan buah-buahan yang dapat diamati dan dipegang langsung oleh anak. Karakteristik yang menonjol pada kecerdasan ini terliahat anak sangat antusias melihat guru yang datang membawa bermacam-macan jenis buah dan sayur, mereka senang 158 melakukan proyek pelajaran yang berbasis alam dengan mengamati sayuran dan buah-buahan tersebut. Selain itu guru juga melakukan pembelajaran dengan pendekatan kecerdasan linguistik verbal dengan anak di suruh menceritakan pengalaman tentang sayuran tersebut. Dengan bercerita anak akan kelihatan cerdas linguistik verbal dengan menceritakan pengalamannya secara runtut dan lancar, namun ada anak yang kesulitan dalam menceritakan pengalamannya itu. Pendekatan dengan kecerdasan logis matematis juga dilakukan ketika anak di suruh mengidentifikasi dari tumbuhan yang dipegang sendiri ataupun dipegang oleh temannya. Dengan bahasa sederhana dan bimbingan dari guru anak mampu mengidentifikasi jenis tumbuhan dengan ciri dan manfaatnya. c) Pembelajaran dengan Pendekatan Kecerdasan Musikal Berirama, Visual Spasial, Liguistik Verbal dan Interpersonal Kelas 3 A.29 Pelajaran dibuka dengan salam, sebelum inti pelajaran dilakukan apersepsi dengan lagu-lagu untuk mengingat materi kemarin. Anak-anak tampak riang sekali karena kosa kata kosa kata dalam bahasa Arab dibuat menjadi lagu. Setelah masuk ke inti pembelajaran, guru membuat kelompok dengan cara anak-anak memutar penghapus dari satu anak ke anak yang lain dengan 29 O.T.1.d 159 berhitung satu sampai empat. Bagi yang berhitung satu maka berkumpul pada kelompok satu dan selanjutnya. Setelah terbuat kelompok, permainan perebutan singgasana. Guru menjelaskan cara permainannya yaitu disediakan enam kursi di depan kelas dan kelompok yang maju bernyanyi tentang materi pelajaran dengan bahasa Arab, ketika anak sudah selesai maka duduk dengan memperebutkan kursi yang ada. Salah satu anak ada yang tidak mendapatkan kursi maka ada hukuman untuk anak tersebut. Permainanpun dimulai dengan kelompok satu yang maju pertama dengan menyanyikan lagu tema alat-alat tulis dan siswa lain boleh menirukan. Setelah selesai bernyanyi, ada satu anak yang tidak mendapatkan kursi dan dihukum dengan menyanyikan kembali tentang alat-alat tulis tersebut sendirian. Giliran kelompok tiga menyanyikan kosa kata benda di sekitar sekolah dengan bahasa Arab dengan lagu “Ayo kawan kita berkebun”. Anak yang tidak mendapatkan kursi dihukum menyanyikan kembali lagu tersebut sendirian. Suasana ramai sekali dan anak-anak terlihat riang, dilanjutkan kelompok dua menyanyikan tema lagu profesi dalam bahasa Arab dengan lagu pelangi-pelangi. Satu anak yang tidak mendapatkan kursi mendapat hukuman dengan menyanyikan lagu hitungan satu sampai sepuluh dalam bahasa Arab. Giliran kelompok empat menyanyikan lagu tema peralatan dapur dalam bahasa Arab dengan lagu “Prook Prook ada sepatu.” 160 Setelah permainan selesai, dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan sangat menarik sekali. Guru menempel gambar-gambar peralatan dapur, foto profesi, alat-alat tulis dan juga benda di sekitar sekolah, menempelnya diluar kelas, dilorong-lorong koridor. Setelah itu anak disuruh mencari tiga gambar dan masing-masing gambar dibuat dua kalimat dalam bahasa Arab. Suasana tampak riuh karena aktivitas anak mencari gambar dan menuliskannya di dalam buku tulis. Waktu untuk evaluasi habis dan guru melakukan penilaian. Setelah guru melakukan penilaian pembelajaran ditutup dengan salam. Dalam pembelajaran ini guru menggunakan pendekatan musikal berirama dengan cara kosa kata kosa kata dalam setiap bab dibuat menjadi sebuah lagu yang populer bagi anak-anak. Pendekatan dengan kecerdasan ini sangat menarik siswa karena siswa mudah hafal dan merasa mudah belajar dengan pola-pola lagu. Siswa menjadi terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan bab-bab yang telah diajarkan. Kreatifitas guru dalam membuat lagu dapat mengembangkan dan menggali potensi kecerdasan musikal karena siswa dapat dengan mudah menerima pelajaran ini. Selain pendekatan musikal, guru juga melakukan pendekatan linguistik verbal karena berhubungan dengan anak mengucapkan secara jelas kosa kata kosa kata di dalam bahasa Inggris. Siswa menjadi suka dengan pelajaran bahasa Inggris merupakan salah satu karakteristik kecerdasan ini. Siswa yang menonjol dalam kecerdasan 161 ini akan tampak antusias dan fasih dalam mengucapkan kosa kata kosa kata bahasa Inggris. Namun sebaliknya bagi yang kurang menonjol akan kesulitan dalam pelafalannya. Guru juga melakukan pendekatan kecerdasan visual spasial dengan menempel gambar-gambar langsung benda-benda yang dipelajarinya dan membuat kalimat dari gambar tersebut. Siswa yang menonjol pada kecerdasan ini tampak sekali dengan mudah membuat kalimat dengan melihat gambar yang ditempel pada tembok. Namun ada juga siswa yang menonjol dalam musikal tidak begitu aktif dan kesulitan ketika membuat kalimat dari gambar tersebut. Hal ini memang membuktikan bahwa setiap siswa memiliki kecerdasan sendiri-sendiri. b. Kegiatan dalam Ekstrakurikuler 1) SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di SD Mutual ini yang dilakukan pertama kali adalah dari penyebaran surat edaran tentang pemberitahuan ekstrakurikuler yang akan dipilih oleh siswa dan diketahui oleh orang tua. Dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ini, anak boleh mengikuti satu ekstra wajib dan dua ekstra pilihan. Adapun ekstrakurikuler wajib yang diadakan di SD Mutual ini meliputi: Hizbul Wathan (kelas 3 – 5), Marching band (kelas 4), Tilawah (kelas 4 – 5), Tapak suci (kelas 2). Selain ekstra wajib ada 162 juga ekstra pilihan yang diikuti oleh siswa yang telah lolos seleksi terlebih dahulu antara lain: Kelompok Pencinta Ilmu (KPI) Matematika, KPI IPA, KPI Bahasa Inggris, KPI Komputer, Library Kids. Kegiatan ekstrakurikuler pilihan tanpa seleksi dan merupakan pilihan anak antara lain: seni lukis, band, conversatioan club, seni tari, macapat, paduan suara, rebana, sastra puisi, mading. Kegiatan ekstrakurikuler dengan biaya anak sendiri antara lain: renang, sepak bola, bulu tangkis, robotik. Dari sekian banyak kegiatan ekstrakurikuler di SD Mutual merupakan fasilitas bagi anak anak dalam menggali dan mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh anak. Dari kegiatan ekstrakurikuler tersebut, peneliti mengkategorikan ke dalam masing-masing kecerdasan. Kecerdasan linguistik verbal: conversation, KPI bahasa Inggris, tilawah, tartil, tahfidz, sastra puisi, menulis mading, librarian kids. Kecerdasan logis matematis: KPI Matematika, robotik. Kecerdasan visual spasial: KPI komputer, seni lukis. Kecerdasan jasmaniah kinestetik: tari, tapak suci, volly, sepak bola, bulu tangkis, renang. Kecerdasan musikal berirama: band, macapat, paduan suara, rebana, marching band. interpersonal: hisbul wathan. Kecerdasan Kecerdasan naturalistik: KPI IPA. Kecerdasan eksistensial spiritual: pembiasaan BTA, sholat Dhuha dan sholat Dhuhur berjamaah. Peneliti mengadakan ekstrakurikuler marching band dan sepak bola. observasi 163 a) Ekstrakurikuler Marching Band Kegiatan dimulai pukul 10:30 di lapangan SD Mutual dengan pelatih Bapak Joko, Bapak Doni dan Bapak Anto. Anak-anak berkumpul di lapangan. Ada pembukaan dan pengarahan tentang alatalat marching band. Anak mempersiapkan peralatan dengan mengambil dari tempat penyimpanan alat menuju lapangan. Suasana gaduh karena sebelum dimulai anak-anak memainkan tanpa arahan. Setelah semuah berkumpul dengan posisi dan alat masing-masing, Pak Joko memberi pengarahan dengan posisi penempatan masing-masing bagian.30 Untuk bendera di bagian belakang karena membutuhkan tempat yang luas. Posisinya sebagai berikut: a) Senar : 9 anak b) Bass : 5 anak c) Kuarto : 2 anak d) Simbal : 3 anak e) Balera : 8 anak f) Mayoret : 2 anak g) Gitapati : 1 anak h) Pianika : 10 anak i) Bendera : 14 anak 30 O.M.2.a 164 Setelah terbentuk barisan sesuai dengan kelompoknya dan alat sudah ditangan masing-masing, mayoret memberi aba-aba untuk mulai lagu yang dimainkan adalah mars SD mutual. Semua terlihat senang dan menikmati musik yang sedang mereka mainkan. Anakanak sudah terlihat terlatih dan lincah dalam memainkan alat-alat musik. Tampak Pak Joko berkeliling dan memberi pengarahan bagi siswa yang masih keliru, begitu Pak Doni dan Pak Antok. Kelompok bendera di belakang juga terlihat kompak, lagu mars SD Mutual diulang sampai dua kali. Diselingi istirahat selama 10 menit, setelah itu mayoret memberi aba-aba kembali untuk memainkan lagu ke dua yaitu lagu Sholawat yang dipopulerkan oleh Wali band. Setelah itu pukul 11:30 latihan selesai dan evaluasi dari Bapak Joko kemudian ditutup dengan doa dan salam. Anak-anak membubarkan diri dengan membawa alat-alat tersebut dan kemudian mengembalikan ke gudang tempat penyimpanan alat marching band dengan tertib dan dibantu oleh guru. Pelaksanaan ekstrakurikuler marching band ini dapat menggali potensi musik anak-anak dan mengembangkannya. Marching band merupakan fasilitas sekolah dalam mengembangkan kecerdasan musikal berirama karena anak-anak memainkan alat musik dengan memadukan banyak alat. Hasil keterpaduan beberapa macam alat menghasilkan sebuah lagu yang harmoni maka disebut dengan marching band bukan drumband. 165 b) Ekstrakurikuler Sepak Bola Kegiatan ekstrakurikuler sepak bola dimulai dari pukul 14:30 sampai 16:30.31 Peneliti mengamati kelompok sepak bola untuk kelas satu dan dua. Setelah ada peluit panjang, anak-anak berkumpul ke lapangan. Di lapangan terdapat Pak Oki dan Pak Rosyid sebagai pelatih sepak bola di SD Mutual. Anak-anak tampak rapi dengan seragam sepakbola SD Mutual yang bewarna merah dan lengkap dengan sepatu khas sepak bola. Untuk membedakan, baju kelas satu dimasukkan dan kelas dua baju dikeluarkan. Kegiatan pertama berdoa setelah itu berhitung selanjutnya pemanasan dengan lari mengikuti lapangan tiga kali putaran. Setelah pemanasan dilakukan latihan kerjasama dengan melempar dan menangkap bola. Anak kelas satu melempar ke kelas satu dan anak kelas dua melempar ke kelas dua. Setelah itu istirahat minum sekitar 15 menit, selanjutnya anak berkumpul kembali ke lapangan dan dibentuk dua kelompok. Kelompok berbakat dengan Pak Oki dan kelompok yang hanya permainan kelompok dengan Pak Rosyid. Latihan kedua adalah latihan mengoper bola satu teman ke teman lain. Anak-anak berpasangan dan berhadapan dengan jarak kurang lebih empat meter untuk mengoper bola dengan pasangannya. Setelah latihan anak-anak mempraktekkan latihan tadi ke dalam 31 O.M.2.b 166 permainan sepakbola yang dibagi menjadi dua kelompok dan diacak. Pertandingan kelompok satu dan kelompok dua berlangsung selama kurang lebih 90 menit dengan istirahat 10 menit. Setelah pertandingan dan kelompok satu memenangkan dengan skor 2-1. Anak-anak melakukan pendinginan dengan duduk kaki diluruskan digoyang kanan dan kiri. Kaki kanan diangkat bergantian dengan kaki kiri. Evaluasi dari Pak Oki tentang teknik yang belum betul dan diakhiri dengan berdoa bersama. Dari pelaksanaan ekstrakurikuler sepakbola itu dapat mengembangkan kecerdasan kinestetik anak karena dari karakteristik kecerdasan kinestetik anak suka melibatkan diri pada berbagai aktifitas luar rumah termasuk dalam melakukan berbagai jenis olah raga. Selain kecerdasan kinestetik dari latihan sepak bola juga dapat melatih kecerdasan interpersonal karena dalam sepak bola merupakan satu tim yang harus kompak dalam kerjasama agar tercipta gol pada lawannya. Kemampuan kerjasama ini dimiliki pada anak-anak yang menonjol kecerdasannya dalam kinestetik. 2) SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang Kegiatan ekstrakurikuler di SDIT sebelumnya diberikan surat edaran pemberitahuan ekstrakurikuler kepada seluruh siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya tentu saja dengan persetujuan orang tua. Adapun kegiatan ekstrakurikuler di SDIT ini 167 terdiri dari ekstra wajib: renang, pramuka, komputer dan lifeskill. Sedangkan ekstra pilihan antara lain: sepak bola, bulu tangkis, tenis meja, tartil, rebana, tilawah, kaligrafi, gambar, jurnalistik dan story telling, matematika dan IPA. Peneliti mengkategorikan kegiatan ekstrakurikuler di SDIT Ihsanul Fikri ke dalam beberapa kecerdasan. Kecerdasan linguistik verbal: story telling, jurnalistik, tartil, tilawah. matematis: Olimpiade matematika. Kecerdasan logis Kecerdasan visual spasial: komputer, menggambar dan kaligrafi. Kecerdasan jasmaniah kinestetik: renang, sepak bola, tenis dan bulu tangkis. Kecerdasan musikal berirama: rebana. Kecerdasan interpersonal: pramuka. Kecerdasan naturalistik: Olimpiade IPA. Kecerdasan eksistensial spiritual: bina suasana, mentoring, sholat Dhuha dan sholat Dhuhur berjamaah. Peneliti mengadakan observasi pada ekstrakurikuler tartil dan story telling. a) Ekstrakurikuler Tartil Dalam pelaksanaan ekstrakurikuler di SDIT diampu oleh Bapak Faisal. Kegiatan ini diikuti oleh 22 siswa kelas tiga sampai kelas lima, pada hari Sabtu pukul 10.30, tempat di kelas V A.32 Gambaran kegiatannya yang pertama dibuka dengan salam oleh Bapak Faisal. Setelah itu dilanjutkan hafalan bersama-sama surat Al Lail yang dilagukan dengan murottal dan tajwid yang fasih. 32 O.T.2.a 168 Setelah hafalan, Bapak Faisal menjelaskan tentang hukum bacaan yang harus jelas pada idhar dan dicontohkan secara langsung bacaan Idhghom dan juga Ikhfak serta penekanan-penekanan pada panjang pendeknya. Selanjutnya guru membaca surat Al Baqarah dengan tajwidnya benar dan ditirukan oleh siswa. Selain tajwid dalam hal ini juga murottalnya diperhatikan sekali. Setelah pembelajaran dengan terbimbing dilaksanakan secara klasikal. Anak-anak disuruh membaca sendiri secara bersama-sama dengan murottal yang sudah diajarkan tadi. Kegiatan dilanjutkan dengan satu persatu anak-anak membaca surat Al Baqarah dengan ditentukan oleh guru. Guru membimbing satu persatu dan langsung dievaluasi setelah siswa selesai membaca. Guru mengadakan evaluasi secara klasikal untuk kegiatan ekstrakurikuler hari itu. Kegiatan ditutup dengan doa penutup Majlis dan salam. Dalam pelaksanaan ekstrakurikuler tartil, guru menggunakan pendekatan kecerdasan linguistik verbal karena karakteristiknya pada kecerdasan ini menggali potensi dan mengembangkan ucapan anakanak yang berhubungan dengan kefasihan dalam membaca Al Qur’an. Dalam pembelajaran ini guru mengembangkan kemampuan bahasa Anak yang dihubungkan dengan kecerdasan musikal berirama dilihat dari lagu-lagu atau murottal yang digunakan ketika anak membaca ayat demi ayat dalam Al Qur’an. Irama murottal dibuat harmonis 169 sesuai dengan panjang pendeknya ayat yang dibaca tersebut. Dari sini kemampuan musikal berirama anak terasah yang dipadukan dengan kemampuan linguistik verbalnya. b) Ektrakurikuler Story Telling Kegiatan ekstrakurikuler story telling adalah kegiatan ekstrakurikuler untuk menggali dan mengembangkan kemampuan bercerita anak dalam bahasa Inggris.33 Kegiatan ini merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan pada hari Sabtu pukul 09:45 di kelas VI D. Kegiatan ini diikuti oleh enam siswa kelas empat dan lima. Kegiatan dimulai dengan guru membuka salam dan berdoa bersama. Setelah itu siswa diberikan bacaan dengan bahasa Inggris dan siswa membaca bersama dengan panduan guru untuk pelafalan kata yang tepat. Anak disuruh membaca satu persatu dengan bacaan yang benar dan disimak oleh guru dan siswa lainnya. Setelah membaca satu persatu, anak diberi waktu untuk menghafal cerita tersebut kurang lebih lima belas menit. Kegiatan dilanjutkan dengan anak menceritakan teks tersebut ke depan secara bergantian. Dari sini terlihat sekali kemampuan linguistik verbal anak ketika menceritakan kembali teks tersebut dengan pelafalan yang fasih. Guru melakukan evaluasi setelah anak tampil ke depan. Setelah semua maju ke depan untuk bercerita dalam 33 O.T.2.b 170 bahasa Inggris guru memberikan evaluasi klasikal untuk pelajaran hari ini. Guru menutup dengan doa dan salam. Dari kegiatan ekstrakurikuler story telling ini bertujuan untuk menggali potensi dan mengembangkan kecerdasan linguistik verbal anak. Dari kegiatan ini pula anak semakin terasah dan berkembang kemampuan bahasanya sehingga ketika tampil ke depan tidak kaku lagi dan sudah lancar. 4. Respon Siswa dan Orangtua Siswa terhadap Implementasi Multiple Intelligences a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang SD Muhammadiyah 1 Alternatif kota Magelang sangat diminati oleh orangtua yang ingin menyekolahkan putra-putrinya pada tingkat SD, hal ini terbukti dengan banyaknya siswa di SD ini meningkat dari tahun ke tahun 1) Respon Siswa Hasil wawancara dengan siswa Alfiana Nur Fadhilah: “Motivasi dari orang tua soalnya sekolahnya bagus dan prestasinya juara robotik tingkat internasional. Pembelajaran di sekolah ini menyenangkan, banyak teman, gurunya enak dalam mengajar, sering menggunakan permainan, ada yang praktek langsung, gurunya juga menyenangkan tidak galak tapi tegas dan lucu-lucu. Ekstrakurikuler yang diikuti KPI IPA karena saya suka pada pelajaran IPA yang mempelajari tubuh kita, tumbuhan, hewan. Saya juga senang 171 menanam pohon , dirumbah menanam rambutan, memelihara hewan ikan dan juga kura-kura.”34 Wawancara dengan siswa Fahriza Rifandi Medistra: “Motivasinya untuk transportasinya satu jalur dengan pekerjaan ayah. Sekolah ini juga bagus, terus materi ada tambahan pengayaan. Selain itu pembelajaran agama juga dibiasakan dengan mengaji dan sholat berjamaah. Pak guru / ibu guru disini tegas, sering menggunakan metode permainan selain itu bahasa Inggris juga sering pakai lagulagu, praktek membuat periskop, pernah buat cakram warna, jadi mudah menerima pelajaran. Senang pelajaran matematika itu sering berhitung kalau IPS mempelajari sejarah. Saya mengikuti ekstra KPI IPA karena banyak percobaan-percobaan.”35 Wawancara dengan siswa Raihan Musthafa Armayadi: “Motivasinya di SD ini karena pengetahuan ilmunya bagus, prestasinya bagus, memenangi lomba puisi, agamanya bagus. Saya senang pelajaran ini karena gurunya memberikan dengan cara lain misalnya permainan praktek membuat periskop, bahasa Inggris dengan gambar, menyanyi. Sholat berjamaah, ada miscall sholat Tahajud. Kalau saya ikut KPI Matematika karena suka pelajaran matematika, sepakbola juga senang.”36 Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa di SD Mutual ini dapat dijelaskan bahwa motivasi mereka sekolah di SD Mutual ini karena prestasinya bagus secara umum, pernah menjuarai lomba robotik tingkat internasional di Malaysia atau memenangi lomba cipta puisi tingkat kota. Selain dari sisi pengetahuan umum juga mereka mempelajari agama lebih dalam, misalnya mengaji dipagi hari, pembiasaan sholat Dhuha dan Dhuhur secara berjamaah. Mereka senang di sekolah ini karena sekolah ini banyak temannya, Bapak/Ibu 34 W.M.3.a W.M.3.b 36 W.M.3.c 35 172 guru ketika mengajar menyenangkan sekali, lucu dan juga menggunakan variasi metode yang berbeda-beda sehingga anak bisa menangkap pelajaran dengan mudah dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan implementasi multiple intelligences ketika melakukan pembelajaran di kelas menggunakan berbagai macam metode untuk melakukan pendekatan-pendekatan yang disesuaikan dengan gaya belajar anak. Dalam pembelajaran guru selalu memotivasi siswa untuk terus menerus mengembangkan bakat dan kecerdasan siswa dengan belajar sungguh-sungguh dan hati yang senang. Selain itu guru-guru juga komunikatif dan jeli melihat bakat misalnya Fahriza diamati memiliki kecerdasan naturalistik, maka guru menyarankan dan mengkomunikasikan untuk mengikuti KPI IPA, ataupun Raihan memiliki kecerdasan logis matematis disarankan untuk mengikuti KPI Matematika. 2) Respon Orang Tua Respon orang tua terhadap SD Muhammadiyah 1 Alternatif kota Magelang sangat positif dan selalu mendukung kegiatan yang ada di SD ini terlihat dari orang tua yang rajin mengantar dan menjemput kegiatan ekstra di siang hari. Hasil wawancara dengan Bapak Didik Kurniawan: “Latar belakang menyekolahkan di sini karena prestasi sekolah ini sangat bagus, sering menjuarai perlombaan-perlombaan dan nilai UN yang berturut-turut peringkat satu sekota Magelang. Respon saya di sekolah ini bagus. Di sekolah ini harus benar-benar siap belajar karena persaingan anaknya sangat ketat kadang hari libur sekolahpun 173 diberi tugas mandiri yang sangat banyak. Kami melihat dalam KBM, guru mengajar dengan sabar dan telaten. Ketika ada hambatan sedikit dalam proses KBM segera dikonsultasikan kepada orang tua. Untuk bakat dan kecerdasan yang dimiliki Raihan sebenarnya sudah terlihat sejak kecil. Dia senang di matematika, gurunya mengarahkan ikut ke KPI Matematika. Selain itu dia juga berbakat di bidang sepakbola. Untuk pengembangannya dia ikut kegiatan ekstrakurikuler sepakbola di sekolah.”37 Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Arba’in: “Latar belakang menyekolahkan karena mengikuti dulu dari TK yang satu yayasan dengan Muhammadiyah di sini. Selain itu basic agamanya di sekolah ini cukup kuat dan dalam, Kami kerja di kota, maka sekalian dibawa berangkat. Respon saya terhadap sekolah ini adalah bagus, prestasi bagus, dikelola dengan baik. Walaupun mahal tetapi hasilnya memuaskan. Untuk kegiatan belajar mengajar gurunya profesional betul, manajemennya sekolah ini juga cukup bagus. Untuk cucu saya memang sejak kecil senang pada tanaman dan memelihara binatang. Kami memfasilitasinya di rumah dengan mengajak ia bercocok tanam ringan, atau membelikan hewan peliharaan yang ia inginkan. Kami tidak memaksakan anak dalam belajar. Kesadaran dirinyalah yang membawa ia berprestasi. Untuk kegiatan ekstrakurikuler, ia disarankan mengikuti KPI IPA.”38 Wawancara ketiga kami lakukan dengan Ibu Sri Hastuti Ekowati: “Saya menyekolahkan anak saya di sini karena sekolah ini mutunya sangat bagus, disiplin, agamanya juga bagus. Respon saya terhadap sekolah ini bagus sekali. Karena sekolah ini selain pendidikan umumnya maju, agamanya juga bagus, diajari mengaji, pembiasaan sholat dhuha maupun sholat Dhuhur berjamaah. Untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah, saya melihat gurunya sangat telaten, penuh semangat, tanggung jawab dan juga menyampaikan pelajaran itu mudah dimengerti oleh anak juga komunikatif. Perkembangan anak di sekolah sering dikomunikasikan baik lewat buku penghubung maupun buku kegiatan siswa di rumah yang berisi kegiatan sholat lima waktu, mengaji dan belajar. Untuk kecerdasan ataupun bakat anak saya sudah sejak kecil dia suka mengamati kejadian-kejadian 37 38 W.M.2.a W.M.2.b 174 aneh, misalnya proses bunga ketika mekar, rumput yang bisa hidup di batu. Dia sering menemukan hal-hal yang kadang di luar dugaan. Kami mengembangkannya di rumah dengan membelikan bibit-bibit tanaman apa saja yang ia akan telaten merawatnya. Di sekolah kami juga disarankan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KPI IPA.”39 Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan beberapa wali murid bahwa latar belakang mereka menyekolahkan putra putrinya di SD Mutual ini adalah karena selain kualitas / mutu, SD Mutual ini bagus juga nilai-nilai agama Islam sangat ditanamkan di SD ini, misalnya dari mengaji, hafalan surat-surat pendek dan juga pembiasaan sholat Dhuha dan Dhuhur secara berjamaah. Selain itu orang tua juga menanggapi positif dalam kegiatan belajar mengajar di SD ini. Komunikasi antara orang tua dan pihak guru juga terjalin erat. Perkembangan belajar anak setiap harinya terpantau melalui buku kegiatan harian anak tentang sholat lima waktu, mengaji dan belajar di rumah. Selain itu orang tua juga sering diberi informasi tentang perkembangan pembelajaran di sekolah. Ketika ada permasalahan yang terjadi dalam diri anak segera dikomunikasikan dengan orang tua. Dalam pembelajaran di sekolah guru sangat disiplin dan bertanggung jawab terhadap perkembangan dalam diri anak. Para guru profesional dalam mengajar. Ketika ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM, akan dilakukan perbaikan-perbaikan. Selain itu pengamatan terhadap kecerdasan atau bakat yang dimiliki anak dikomunikasikan dengan orang tua. Setelah dikomunikasikan, guru 39 W.M.2.c 175 memberikan masukan untuk kegiatan ekstrakurikuler yang tepat yang diikuti oleh anak sehingga akan muncul dan berkembang kecerdasan yang dimiliki anak tersebut. Dari sini terlihat implementasi multiple intelligences dengan melihat kemampuan/kecerdasannya yang dimiliki anak digali dan dioptimalkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang lebih spesifik lagi dalam pengembangan pada masing-masing bentuk kecerdasan sehingga anak akan berkembang sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya. Misalnya Raihan yang terlihat bakatnya dari kecil menyenangi perhitungan matematika disarankan untuk mengikuti KPI Matematika sedangkan Fahriza ataupun Alfiana yang terlihat bakatnya menyenangi kegiatan yang berhubungan dengan tumbuhan dan alam maka disarankan oleh bu Ambar sebagai guru IPA untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KPI IPA. Di sini tampak pengarahan guru yang menemukan bakat alam pada tiap-tiap anak dan dikonsultasikan pada orang tua untuk dikembangkan pada bidang ekstrakurikuler yang mengakomodir keberagaman kecerdasan yang dimiliki setiap siswa. b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang 1) Respon Siswa Hasil wawancara dengan Maulana Aditya Wijaya Kusuma pada hari Sabtu tanggal 24 Agustus 2013 pukul 09.28: “Motivasi sekolah di SDIT karena di sini sekolah itu biar menjadi anak sholeh. Bacaan biar fasih karena menggunakan Ummi yang berbeda dengan ketika belajar di TPA dengan Iqro’, tajwidnya diperhatikan dan pakai murottal. Respon juga baik, kemampuan 176 mengajarnya baik, senang sekolah di sini karena banyak teman, guru guru baik, sering memotivasi anak-anak. Untuk kelas 4-5 sering pakai permainan sedang di kelas 6 biasanya pakai diskusi kelompok kadang pakai LCD. Guru juga sering melakukan pengajaran di luar kelas. Ekstrakurikuler saya mengikuti kelompok olimpiade matematika karena disarankan oleh wali kelas. Dampaknya, nilai raport peringkat tiga, menjadi sholeh, menjaga hubungan ikhwan dan akhwat, berani tampil untuk adzan di Masjid.”40 Hasil wawancara dengan Kirana Dewi: “Motivasi sekolah di SDIT, akhlaknya menjadi baik karena di sini sekolah Islam. Respon bagus dilihat dari prestasi SDIT yang sering tampil. Senang di SDIT ini, teman-teman baik, Bapak Ibu guru sering menggunakan permainan, praktek di lapangan, ikut story telling. Dampaknya, raport bagus peringkat satu, lebih baik, keluar pakai kerudung lebih sopan santun.”41 Hasil wawancara dengan Anissa Aristawati: “Motivasi sekolah Islam supaya lebih baik khususnya diagamanya. Responnya senang, gurunya menyenangkan, teman banyak, guru juga mengajar menyenangkan dengan berbagai cara, kadang menyanyi, pakai LCD, diskusi kelompok, praktek langsung , misalnya IPA menggunakan alat-alat latihan IPA. Saya senang karena di sekolah ini ada ekstrakurikuler bulutangkis. Ikut bulutangkis karena saya suka bulutangkis sejak kecil dan sering diajari oleh ayah di rumah. Dampaknya nilainya meningkat, menutup aurat, sholat lima waktu rajin, menjaga hubungan dengan ikhwan.”42 Hasil wawancara dengan Arda Setyo Wibowo: “Motivasi sekolah di sini inginnya dan menjadi anak yang sholeh karena diajari mengaji yang benar dan sholat Dhuha dan juga sholat Dhuhur. Senang di sekolah di sini karena belajar di sini tidak di kelas terus kadang-kadang di luar ruangan. Selain itu gurunya menggunakan pembelajaran menarik. Misalnya dengan diskusi kelompok, permainan ataupun pak guru pakai LCD yang menarik. Di sini Bapak / Ibu gurunya ramah dan tidak suka marah. Kami sering diadakan kesepakatan terlebih dahulu dan yang tidak memenuhi kesepakatan tersebut akan mendapat hukuman. Dalam kegiatan ekstrakurikuler saya ikut sepak bola karena saya senang sepak bola.”43 40 W.T.3.a W.T.3.b 42 W.T.3.c 43 W.T.3.d 41 177 Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada empat siswa tersebut, peneliti mengetahui motivasi sekolah di SDIT Ihsanul Fikri. Untuk belajar agama yang lebih baik karena di sini diajari mengaji dengan sistem Ummi yang telah memperhatikan bacaan tajwidnya dan juga murottal. Selain itu juga pembiasaan-pembiasaan sholat Dhuha dan sholat Dhuhur berjamaah. Selain itu juga prestasi SDIT dalam perlombaan-perlombaan. Respon mereka terhadap SDIT ini bagus dan juga senang sekolah di sini karena guru-gurunya sabar dan komunikatif dengan siswa maupun wali murid. Sedangkan dalam pembelajaran guru sering menggunakan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan dan disesuaikan dengan kecerdasan masingmasing anak. Misalnya metode permainan untuk melakukan pendekatan mereka yang tidak suka diam di kelas ataupun dengan lagu atau diskusi kelompok. Dalam pembelajaran guru suka mengamati kemampuankemampuan anak misalnya Maulana memang suka matematika sejak kelas satu dan prestasinya bagus. Oleh wali kelas Maulana disarankan untuk mengikuti Matematika. ekstrakurikuler pada kelompok olimpiade Dan hal ini dapat dicermati bahwa guru-guru selain mengajar juga mengamati kecerdasan-kecerdasan pada diri siswa dan memberikan saran untuk lebih berkembang dalam kecerdasan tersebut mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. 178 Para siswa merespon bagus dan sangat mendukung baik kegiatan intrakurikuler yang menggunakan metode bervariasi dalam pembelajaran maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler yang merupakan fasilitas dan sekolah untuk mengembangkan kecerdasan masing-masing anak. 2) Respon Orang Tua Respon dari orang tua terhadap implementasi multiple intelligences di sekolah sangat setuju sekali karena dapat mengembangkan bakat-bakat kecerdasan siswa. Seperti disampaikan oleh Bu Dewi: “Saya senang menyekolahkan anak saya di sini karena selain agamanya bagus, komunikasi selalu dilakukan oleh wali kelas. Gurunya sabar-sabar dan mengajar menyenangkan dari cerita anak saya. Saya mendukung sekali diadakannya kegiatan ekstrakurikuler terutama ekstra gambar. Saya tahu anak saya suka gambar maka saya konsultasikan dengan wali kelas untuk mengikuti kegiatan ekstra gambar. Selain itu anak saya di kelas 5 mulai senang menulis dan saya suruh ikut pada kegiatan jurnalistik. Banyak kegiatan ekstrakurikuler di SDIT untuk memfasilitasi bakat-bakat yang dimiliki anak-anak di sekolah ini.”44 Hal senada juga disampaikan oleh bapak Umar Singgih: “Latar belakang kami menyekolahkan di SDIT, karena di SDIT pendidikan agamanya bagus, lingkungannya agamis dan pendidikan umumnya juga bagus. Minat anak ke sekolah tersebut sangat tinggi sejak dari TK. Respon saya terhadap SDIT secara umum bagus, pendampingan dan komunikasi terus dipantau setiap harinya oleh wali kelas. Kami mengira yang dulu SDIT sangat ekstrim namun ternyata pendidikan di sana sangat toleran terhadap perbedaan-perbedaan di masyarakat. Guru dalam mengajar tidak kaku dan anak merasa nyaman karena jumlah siswa di kelas efektif untuk pembelajaran. Saya merespon positif untuk kegiatan ekstrakurikuler yang pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan minat anak. Kebetulan anak kami dari kecil senang bahasa Inggris dan kegiatan ekstranya 44 W.T.2.a 179 ikut story telling. Dampak kepribadian tutur kata anak saya santun dengan kata-kata Islami (Subhanallah, Alhamdulillah). Selain itu hafalan surat pendek juga bagus dan selalu mengingatkan kami untuk puasa senin kamis. Dampak ke prestasi akademik, Alhamdulillah nilai raport anak saya bagus khususnya pelajaran bahasa Inggris.”45 Pernyataan bapak Umar Singgih tersebut sangat merespon positif dengan adanya ekstrakurikuler story telling. Sama halnya dengan ibu Maryati: “Latar belakang saya menyekolahkan anak saya di sini agar faham agama karena saya melihat sekolah ini berbasis Islam yang menekankan sekali Akhlakul karimah. Saya merespon positif tentang kegiatan di sekolah ini karena guru-gurunya sangat sabar dalam menyampaikan pembelajaran. Saya juga mendukung sekolah ini mengadakan kegiatan ekstrakurikuler sepak bola. Anak saya itu tidak bisa diam dari kecil senang bola. Ketika di SDIT ada kegiatan ekstrakurikuler sepak bola, saya mendukung sekali. Anak saya semangat sekali ketika mengikuti ekstra sepakbola.”46 Dari hasil wawancara dengan beberapa wali murid, dapat dijelaskan bahwa mereka menyekolahkan di SDIT ini agar tahu banyak tentang agama karena di SDIT ini berbasis agama Islam yang kuat. Penekanan pada akhlakul karimah juga sangat kental di SDIT ini. Orang tua sangat setuju dengan pembelajaran intra yang tidak membosankan dan dengan berbagai cara. Selain itu orang tua banyak yang merespon positif dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam dan untuk mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki oleh anak-anak. Contohnya saja dari hasil wawancara dengan bu Dewi yang merupakan wali murid dari Devia Rahmadani yang mengetahui anaknya senang menulis ia merespon positif dengan diadakannya 45 46 W.T.2.b W.T.2.c 180 kegiatan ekstra jurnalistik. Dari kegiatan jurnalistik ini Devia mampu mengembangkan kemampuan menulisnya, mengolah kata menjadi sebuah laporan. Dalam hal ini tampak kecerdasan verbal linguistik yang salah satu karakteristiknya adalah pendapatnya di hadapan orang lain. memaparkan ide / Senada dengan bapak Umar Singgih merespon positif khususnya pada ekstra story telling karena anaknya Kirana Dewi senang bahasa Inggris. Dan disini tampak kecerdasan verbal linguistik juga yang memiliki karakteristik suka pada pelajaran bahasa termasuk bahasa daerah / bahasa asing. 5. Dampak Implementasi Multiple Intelligences pada Pembelajaran terhadap Kepribadian dan Prestasi Siswa Suatu pelajaran jika bahan pelajarannya diajarkan dengan kecenderungan intelligences yang dimiliki akan lebih mudah dipahami. Dengan berbagai perbedaan intelligences siswa, sangat penting bagi guru untuk memberikan kebebasan bagi siswanya untuk belajar dengan menggunakan beberapa pendekatan yang bervariasi. Dengan menggunakan berbagai variasi strategi pembelajaran akan berdampak pada hasil prestasi siswa maupun terhadap kepribadian siswa. a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang Dampak implementasi multiple intelligences yang pelaksanaannya terimplementasi dalam kurikulum dalam kegiatan intrakurikuler maupun 181 ekstrakurikuler akan memiliki dampak terhadap prestasi siswa. Seperti yang diuraikan Bapak Mustaqim S.Pd.: “Dampak implementasi multiple intelligences di sekolah ini meningkatkan nilai akademiknya karena guru akan melakukan pendekatan-pendekatan pada siswa sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimilikinya. Di dalam penulisan raport tidak dicantumkan peringkat, hal ini justru untuk menghargai berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Misalnya yang pandai di kinestetik nilai penjas bagus tapi belum tentu untuk nilai matematikanya.”47 Di SD ini berarti patokan nilai raport dilakukan sesuai dengan kurikulum namun tidak dicantumkan rangking karena kecerdasan seseorang tidak dapat diukur hanya dengan nilai-nilai raport. Pencantuman rangking kelas hanya akan menghargai siswa yang pandai dalam artian rata-rata kelasnya bagus. Namun bagi siswa yang nilai rataratanya rendah akan berakibat minder karena dicap sebagai siswa bodoh. Untuk menghilangkan kesan minder maka kebijaksanaan sekolah memang tidak ada pencantuman rangkingnya. Dampak dari implementasi multiple intelligences di sekolah terhadap prestasi siswa, karena guru melakukan metode-metode yang bervariasi atau kadang dengan audio visual, ini sangat menyenangkan bagi anak. Siswa tidak terbebani dalam belajar sehingga mudah dalam menerima pelajaran. Jika pelajaran sudah menyenangkan maka siswa menerima pelajarannyapun mudah seperti yang dikatakan oleh Raihan: “Saya senang belajar di sini karena gurunya ketika mengajar menyenangkan dan mudah diterima sehingga saya menjadi jelas dan nilai saya akan bagus. Selain itu saya di sini mengikuti KPI Matematika yang 47 W.M.1.b 182 berdampak pada nilai matematika saya bagus. Dampak pada sikap saya menjadi lebih berani dan mandiri dalam belajar di sekolah.”48 Hal senada juga disampaikan oleh Fahriza: “Sekolah di SD Mutual ini, saya sangat senang. Pembelajaran menyenangkan, gurunya mengajar dengan cara yang berbeda-beda misalnya matematika menggunakan alat bantu bangun-bangun ruang atau pelajaran bahasa Inggris dengan menyanyi, kosa kata dibuat dengan lagulagu jadi lebih mudah mengingatnya. Pelajaran IPA juga sering melakukan melakukan praktikum, misalnya membuat periskop. Jadi kita paham dengan cara kerja periskop tanpa menghafal dari buku. Dengan pembelajaran yang menyenangkan nilai saya jadi meningkat. Saya juga ikut KPI IPA, nilai IPA saya di raport menjadi meningkat. Selain nilai raport meningkat dampak ke sikap saya menjadi lebih mandiri, tanggung jawab ketika ada tugas dan disiplin dalam sholat karena dipantau Bapak/Ibu guru melalui buku kegiatan siswa.”49 Dari pernyataan siswa di atas pembelajaran dengan menggunakan strategi multiple intelligences dapat meningkatkan prestasi siswa. Seperti Raihan dari kelas VI Ilyasa yang memang memiliki kecerdasan logis matematis dengan menggunakan strategi multiple intelligences yang digunakan oleh para Bapak/Ibu guru serta ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler KPI Matematika dapat meningkatkan nilai matematikanya. Dari hasil raport di kelas V nilai matematika Raihan 95. Dampak pada sikap dan kepribadian menjadi anak yang mandiri dalam belajar di rumah. Tanggung jawab ketika ada tugas-tugas yang diberikan serta disiplin dalam sholat karena ada pantauan yang dilakukan oleh wali kelas setiap harinya melalui buku kegiatan siswa. Selain berdampak pada nilai akademik pada Alfiana Nur Fadhilah yang memiliki kecerdasan naturalistik, memiliki nilai IPA 90 juga pada kepribadiannya lebih 48 49 W.M.3.c W.M.3.b 183 mencintai tumbuh-tumbuhan dengan menanam dan merawatnya serta memelihara beberapa binatang di rumah. Selain dampak pada nilai raport, implementasi multiple intelligences di SD Mutual, anak akan berprestasi sesuai dengan bakat / kecerdasan masing-masing seperti dinyatakan oleh Bu Wati: “Dalam kegiatan ekstrakurikuler ini berdampak pada nilai akademiknya bagus. Selain itu mutual sering memenangi perlombaan-perlombaan yang sering dadakan oleh pemerintah maupun swasta.”50 Karena pemupukan bakat dan kecerdasan dilakukan di sekolah dalam bentuk kegiatan-kegiatan baik intra maupun ekstrakurikuler. Para peserta didik di SD MUTUAL walaupun dengan jadwal pelajaran yang padat dan jam pelajaran yang lebih lama dibanding sekolah pada umumnya, mereka tidak merasa terbebani karena berkat kerjasama antara berbagai pihak terutama para guru dengan membuat strategi pembelajaran yang bervariasi dan orang tua siswa yang selalu memotivasi dan mengawasi perkembangan belajar anak di rumah. Hal ini terbukti dengan berbagai prestasi yang mereka ukir, dengan berbagai kejuaraan dari tingkat lokal sampai tingkat nasional bahkan tingkat internasional. Prestasi yang telah dicapai oleh SD Muhammadiyah 1 Alternatif kota Magelang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 baik tingkat kota Magelang sampai tingkat internasional sebagai berikut: 50 W.M.1.c 184 Tabel 4.11 Prestasi Lomba SD Muhammadiyah 1 Alternatif NO 1 JENIS LOMBA Global Art Internasional Drawing & Coloring Competition 2009 TINGKAT Internasional KETERANGAN Harapan 1 Emas Sains & The Bestr Theory Emas Sains 2 Olimpiade JSM Ono Jowo 2010 Nasional Juara 1 Komputer & The Best Of Skill Juara Harapan 1 Komputer Juara Harapan 2 Cabang ISMUBA 3 OSN 2011 Propinsi Juara Harapan 3 (seleksi tahap 3) 4 Lomba Cipta Puisi 2011 Propinsi Finalis 10 besar 5 Latih tanding Bulu Tangkis Antar Club Se-Jateng (2010) Propinsi Juara 1 anak-anak putra 6 Olimpiade MIPA SD Propinsi Seleksi Tahap II Olimpiade MIPA cabang IPA 7 Kompetisi Matematika Terbuka ke-6 Tingkat SD/MI Se-Jawa Tengah 2009 Propinsi Peringkat 9 8 OSN 2008 Propinsi Peringkat 4 seleksi Tahap 1 IPA 185 9 Kejuaraan Wushu Taolu Junior JATENG Th. 2008 Propinsi Juara 2 (Juan Shu Putri Pemula B) 10 Rantja Competition V (MIPA) Tingkat SD Th. 2011 Karesidenan Kedu Juara 2 11 Lomba Mewarnai Gambar Karesidenan Kedu Juara 1 12 Lomba Mewarnai Gambar Karesidenan Kedu Juara 1 13 Lomba Mewarnai Gambar Karersidenan Kedu Juara 2 14 Lomba MIPA Smart Prestasi Primagama 2011 Karesidenan Kedu Juara 1 (Kelas 3 SD) 15 Lomba MIPA Smart Prestasi Primagama 2011 Karesidenan Kedu Juara 2 (Kelas 5 SD) 16 Kontes Robot Pejuang 2011 Kategori SD Kota/Kab. Magelang Juara 3 17 Lomba MTQ (Tilawah Putri) Kota Magelang Juara 1 18 Lomba MTQ (Tartil Putri) Kota Magelang Juara 1 19 Siswa Berprestasi 2011 Kota Magelang Juara 1 (PI) 20 Siswa Berprestasi 2011 Kota Magelang Juara 1 (PA) 21 Lomba Cipta Puisi 2011 Kota Magelang Juara 1 22 OSN IPA 2011 Kota Magelang Juara 1, 2 dan 3 (Mewakili Kota Magelang Maju di Tk. Propinsi) 186 23 Lomba MIPA Jalur B SD Tahun 2010 Kota Magelang Juara 1 24 Lomba Pidato 2011 Kota Magelang Juara 3 25 Lomba Lukis 2011 Kota Magelang Juara 3 26 LCC Dokter Kecil Siswa SD Tahun 2010 Kota Magelang Juara 3 27 Lomba MAPSI SD Tahun 2011 Kota Magelang Juara 1 28 Kejuaraan Taekwondo Pra Junior-Junior 2011 Kota Magelang Juara 1 29 Lomba Mapel IPA Try Out SD/MI Kota Magelang 2012 Kota Magelang Juara 1 30 Lomba Mapel Matematika Tryout SD/MI Kota Magelang 2012 Kota Magelang Juara 1 31 Lomba Robotik Sekolah Muhammadiyah 2012 Nasional Juara 1 32 International Matematik Sains Olimpade 2012 Nasional 33 Olimpiade Primagama Smart 2012 Kota / Kabupaten Magelang Juara 1Kelas 4 34 Lomba Robotik Hari Jadi kota Magelang Karesidenan Kedu Juara 3 35 Lomba Litle Reporter SPEC Kota / Kabupaten Magelang Juara 1 36 Lomba Written Test SPEC Kota / Juara 2 187 Kabupaten Magelang 37 Lomba Written Test SPEC Kota / Kabupaten Magelang Juara 3 38 Lomba Spelling SPEC Kota / Kabupaten Magelang Juara 3 39 Olimpiade Primagama Smart 2012 Kota / Kabupaten Magelang Juara 2 40 Olimpiade Primagama Smart 2012 Kota / Kabupaten Magelang Juara 2 Kelas 5 41 International Mathematics and Science Olympiad Internasional Juara 2 Science 42 Olimpiade Robot Internasional Juara 2 Robot Sumo 43 Olimpiade Robot Internasional Best Design Indoor 44 Esmic Olimpiad Nasional Juara 2 Komputer 45 Esmic Olimpiad Nasional Juara 3 Bahasa Inggris 46 Lomba Cerdas Cermat Kota / Kabupaten Magelang Juara 2 47 Kompetisi Matematika Nalaria Realistik Nasional Medali Perunggu 188 Dari kejuaraan-kejuaraan yang diperoleh SD Mutual membuktikan bahwa implementasi multiple intelligences berdampak. SD ini sering menjuarai perlombaan-perlombaan baik tingkat kecamatan, kota, propinsi, nasional bahkan sampai tingkat internasional. Perlombaan tersebut membuktikan bahwa pemupukan dan pengembangan pada masing-masing kecerdasan menghasilkan output yang profesional dibidang kecedasan masing-masing. Kecerdasan logis matematis memenangi juara robotik, olimpiade matematika, kecerdasan verbal linguistik menjuarai tilawah, tartil, litle reporter, writen tes spelling, kecerdasan naturalis menjuarai olimpiade IPA. b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang Implementasi multiple intelligences yang terintegrasi dalam kurikulum di SDIT ini tentu akan memiliki dampak dalam diri siswa seperti yang dinyatakan oleh Ibu Ema: “Implementasi multiple intelligences berdampak pada peningkatan prestasi akademik. Selain itu juga di SDIT sering menjuarai perlombaanperlombaan baik tingkat kecamatan, tingkat kota maupun tingkat propinsi. Implementasi multiple intelligences juga berdampak pada kepribadian siswa, siswa jadi lebih tanggung jawab dalam belajar, ahlak menjadi bagus karena ada pantauan di rumah dan di sekolah. Anak juga semakin terampil menyesuaikan metode pembelajaran Bapak / Ibu guru.”51 Dampak implementasi multiple intelligences terhadap prestasi siswa dipengaruhi oleh proses pembelajaran Bapak / Ibu guru yang menggunakan strategi yang bervariasi. Dari strategi-strategi pendekatan multiple intelligences menumbuhkan minat siswa untuk belajar terus 51 W.T.1.b 189 menerus karena merasa senang dan tidak tertekan. berdampak pada nilai siswa meningkat. Hal tersebut Selain itu juga pelaksanaan ekstrakurikuler yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki anak akan mengembangkan potensi kecerdasan dalam diri siswa. Seperti yang dikatakan oleh Kirana Dewi: “Dampak dari penerapan strategi-strategi yang bervariasi yang dilakukan oleh guru akan meningkatkan prestasi kita. Apalagi saya mengikuti ekstra story telling dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris yang tentunya nilai bahasa Inggris saya meningkat. Di raport kemarin nilainya 99 hampir 100. Selain dampak pada prestasi saya jadi lebih berani tampil di depan umum karena sering ditampilkan pada acara besar di SDIT.”52 Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Maulana Aditya: “Dari dulu saya senang matematika dan di SDIT ini disarankan oleh guru untuk bergabung dalam kelompok olimpiade Matematika. Dari hal tersebut nilai matematika saya menigkat, di raport kemarin matematikanya nilai 96. Selain itu juga berdampak pada keberanian saya. Sekarang sudah berani untuk adzan di Masjid.”53 Dari hasil wawancara dengan siswa implementasi multiple intelligences baik dari kegiatan intra maupun ekstrakurikuler dapat meningkatkan nilai akademis raport pada akhir semester. Selain berdampak pada raport juga berdampak pada prestasi hasil perlombaan baik tingkat kecamatan, kota, dan propinsi. Prestasi perlombaan yang diraih oleh SDIT antara lain: Tabel 4.12 Prestasi Lomba SDIT Ihsanul Fikri JENIS LOMBA NO 1 Lomba mapel PAI putri 52 53 W.T.3.b W.T.3.a TINGKAT Kecamatan KETERANGAN Juara 1 190 2 Lomba mapel PAI putra Kecamatan Juara 3 3 Lomba Adzan Kecamatan Juara 2 4 Lomba Kaligrafi Kecamatan Juara 2 5 Lomba Komputer putra Kecamatan Juara 3 6 Olimpiade Sains Unes 2012 Jateng DIY Juara 2 7 Lomba Macapat Kota Magelang Juara 2 8 Lomba Mapel IPA Kecamatan Juara 1 9 Olimpiade Sains SD Jateng DIY Juara 2 10 Lomba Tahfidz Jateng DIY Juara 1 11 Lomba catur O2SN Kota Magelang Juara 3 12 MTQ Putra Kecamatan Juara 1 13 MTQ Putri Kecamatan Juara 2 14 MTQ Putra Kota Magelang Juara 1 15 MTQ Putri Kota Magelang Juara 1 16 Tartil Qur’an Putra Kota Magelang Juara 1 17 Tartil Qur’an Putri Kota Magelang Juara 2 18 Tahfidz Putra Kota Magelang Juara 3 19 Tahfidz Putri Kota Juara 1 191 Selain dampak pada prestasi siswa, prestasi kejuaraan juga berdampak pada kepribadian siswa yang dipantau melalui buku penghubung siswa dan kerjasama dengan orang tua untuk memantau di rumah. Hasil dari pemantauan harian di catumkan dalam raport antar lain pengembangan kepribadian, akhlak, ibadah, kedisiplinan, kerapian, kerjasama, kesopanan, kemandirian kerajinan, kejujuran, kepemimpinan dan juga ketaatan. C. PEMBAHASAN 1. Pemahaman Mengenai multiple intelligences oleh Kepala Sekolah dan GuruGuru. Tabel 4.13 Pemahaman Mengenai Multiple Intelligences SD Mutual Dari hasil wawancara kepala sekolah dan para guru, multiple intelligences pada prinsipnya menghargai kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak. Kecerdasan yang dulu diukur dengan IQ saja, dengan adanya multiple intelligences ini kecerdasan meliputi berbagai aspek. Di SD Mutual ini belum sepenuhnya menerapkan multiple intelligences secara keseluruhan, namun terimplementasi di dalam kurikulum baik intrakurikuler yang menggunakan berbagai macam metode pendekatan multiple intelligences maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler. SDIT Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan para guru, multiple Intelligences merupakan kecerdasan majemuk, ganda yang dimiliki oleh setiap anak. Teori ini menghargai kecerdasan siswa yang tidak hanya dinilai dari segi IQ saja. Multiple intelligences merupakan bentuk penghargaan yang sangat tinggi kepada siswa sekolah. Di SDIT ini belum berbasis multiple intelligences dalam arti setiap kelas berdasarkan pengelompokkan masing-masing kecerdasan, namun sekolah ini mengimplementasikan dalam kurikulum pembelajaran. 192 2. Kerangka Konseptual Implementasi Multiple Intelligences. Tabel 4.14 Kerangka Konseptual SD Mutual Kerangka konseptual implementasi multiple intelligences meliputi 3 tahap yaitu: 1. Tahap input Tahap input yang dilakukan adalah pada awal masuk kelas I diadakan tes psikologi untuk mengetahui kesiapan belajar anak dan dilaksanakan bekerja sama dengan fakultas psikologi UMM, untuk kelas 2-6 awal penjajagan dikelompokkan berdasarkan kecerdasan logis matematis untuk mempermudah pengelolaan dalam pembelajaran. 2. Tahap proses Tahap kedua adalah tahap proses. Setelah anak terdeteksi dalam tahap awal, hal ini dikomunikasikan antar guru. Sebagai pedoman menyusun RPP yang dapat menggambarkan intelligensi yang beragam di dalam kelas. Strategi pembelajaran dikombinasikan dengan metode yang bervariatif yang mengoptimalkan kecerdasan yang beragam. Di SD Mutual memberikan fasilitas untuk pengembangan beragam kecerdasan dalam berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler yang diampu oleh guru sendiri maupun mendatangkan guru lain dari luar SD. Adapun kegiatan ekstrakurikuler meliputi: Tapak Suci, KPI IPA, KPI Komputer, KPI B.Inggris, KPI MTK, Conversation Club, Seni Lukis, Tari, Paduan Suara, Macapat, Rebana, Tahfidz dan tartil, Hisbul Wathan, Sastra Puisi dan Menulis, teater, SDIT Kerangka konseptual implementasi multiple intelligences meliputi tiga tahap: 1. Tahap input Tahap input yang dilakukan di SDIT ini melalui tes awal masuk berupa tes psikolog untuk mengetahui kesiapan belajar siswa yang pelaksanaannya bekerja sama dengan Rumah Sakit Jiwa Pusat Magelang. Selain tes awal masuk, juga dilakukan observasi langsung dalam keseharian. 2. Tahap proses Tahap kedua merupakan tahap proses setelah anak terdeteksi kecerdasannya secara alami melalui proses pengamatan, hal ini dikomunikasikan antar guru dan juga wali kelas dalam memilih strategi pembelajaran dengan pendekatan metode pembelajaran variatif dari berbagai macam kecerdasan. Kegiatan ekstrakurikuler diampu oleh guru-guru di SDIT itu sendiri. Adapun kegiatan ekstrakurikuler meliputi: komputer, pramuka, renang dan lifeskill, sepakbola, bulutangkis, tenis meja, tartil, rebana, tilawah, kaligrafi, gambar, jurnalistik dan story telling, olimpiade Matematika dan olimpiade IPA. 193 Marching Band, PBB, Madding, Sepak Bola (swadana), Renang (swadana), Robotik (Swadana), Bulutangkis (swadana). 3. Tahap Output 3. Tahap output Dalam implementasi multiple Tahap terakhir dalam implementasi intelligences di SD Mutual ini multiple intelligences di SDIT dengan melakukan evaluasi yang adalah tahap output yang menerapkan 3 ranah kognitif, dilakukan dengan cara penilaian. afektif dan psikomotorik. Penilaian Penilaian dilakukan meliputi penilaian kognitif melalui tes, kognitif dengan tes, Penilaian afektif dilakukan melalui penilaian afektif melalui pengamatan sikap keseharian, pengamatan sikap dan perilaku keseharian siswa serta penilaian penilaian psikomotorik berupa unjuk kerja. antara lain praktek psikomotorik yang dilakukan percakapan bahasa Inggris, biasanya dengan penilaian unjuk aktivitas sholat dan hafalan. kerja. 3. Implementasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran Tabel 4.15 Implementasi Multiple Intelligences SD Mutual SDIT a. Intrakurikuler a. Intrakurikuler Dalam kegiatan pembelaDalam kegiatan keseharian jaran keseharian di SDIT diawali pembelajaran di SD Mutual dengan bersalaman antara siswa diawali dengan bersalaman dengan dan guru. Hal ini juga dapat bapak ibu guru. Hal ini dapat mengembangkan kecerdasan intermengembangkan kecerdasan interpersonalnya. Bina suasana, personal. Pembelajaran BTA, pembiasaan sholat Dhuha dan pembiasaan sholat Dhuha dan Dhuhur berjamaah dapat meDhuhur juga dapat mengemngembangkan kecerdasan eksisbangkan kecerdasan interpersonal tensial spiritual. maupun kecerdasan eksistensial Dalam kegiatan intrakurikuler spiritual. pembelajaran dari hasil observasi Dalam kegiatan intrakuripeneliti menemukan penggunaan kuler pembelajaran menggunakan metode yang bervariatif melalui metode yang bervariatif dengan pendekatan kecerdasan jasmaniah pendekatan kecerdasan jasmaniah kinestetik, intrapersonal, natukinestetis, linguistik verbal, visual ralistik, logis matematis, linguistik spasial, intrapersonal, logis verbal, musikal, visual spasial. matematis dan juga naturalistik. b. Ekstrakurikuler b. Ekstrakurikuler Dari hasil observasi dalam Dalam kegiatan ekstrakurikuler 194 kegiatan ekstrakurikuler, peneliti mengobservasi kegiatan marching band yang dapat mengembangkan kecerdasan musikal dan juga kecerdasan interpersonal. Selain itu juga observasi sepak bola yang dapat mengembangkan kecerdasan kines-tetik serta interpersonal. peneliti telah melakukan observasi kegiatan tartil yang dapat mengembangkan kecerdasan linguistik verbal maupun kegiatan story telling yang mengembangkan kecerdasan linguistik verbal pula 4. Respon Siswa dan Orangtua Siswa Terhadap Implementasi Multiple Intelligences Tabel 4.16 Respon Siswa dan Orangtua Siswa SD Mutual Respon siswa terhadap implementasi multiple intelligences di SD Mutual ini sangat bagus. Mereka merespon positif dengan adanya pembiasaan-pembiasaan keagamaan. Mereka juga senang dengan bapak/ibu guru yang mengajar dengan berbagai metode yang menyenangkan dan mudah diterima. Para siswa juga antusias mengikuti kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kecerdasan dan bakat mereka. Sedangkan respon orang tua siswa sangat positif dan mendukung implementasi multiple intelligences di SD Mutual ini dengan kegiatan keagamaan, mereka juga menanggapi positif dalam hal kegiatan pembelajaran dan terjalinnya komunikasi yang efektif antara guru dan orang tua dalam mengembangkan kecerdasan yang dimiliki putraputrinya. Selain itu juga mereka mendukung kegiatan ekstrakurikuler yang beragam dan dapat mengembangkan bakat dan kecerdasan yang dimiliki putra-putrinya. SDIT Respon siswa terhadap implementasi multiple intelligences di SDIT ini sangat bagus dan positif karena dengan pembiasaan keagamaan. Respon mereka juga senang ketika pelajaran karena bapak/ibu guru menggunakan metodemetode bergan-ti-ganti yang menyenangkan dan tempatnya tidak di kelas terus. Mereka juga merespon senang dengan adanya kegiatan ekstra yang mengembangkan kecerdasan dan bakat mereka. Sedangkan respon orang tua siswa di SDIT, mereka merespon positif dan mendukung sekolah ini karena banyak kegiatan keagamaan serta pantauan dan komunikasi dari wali kelas maupun guru yang sangat intensif dan perhatian terhadap perkembangan putra atau putrinya. Mereka juga merespon positif dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam dan dapat mengembangkan bakat yang dimiliki oleh putraputrinya. 195 5. Dampak Implementasi Multiple Intelligences pada Pembelajaran terhadap Kepribadian dan Prestasi Siswa. Tabel 4.17 Dampak Implementasi Multiple Intelligences SD Mutual Dampak Implementasi multiple intelligences di SD Mutual adalah dapat meningkatkan prestasi siswa. Dengan penggunaan metode yang bervariasi didukung oleh pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang beragam dapat meningkatkan prestasi siswa. Selain itu berdapat juga terhadap prestasi kejuaraan. SD Mutual ini sering menjuarai perlombaan-perlombaan baik tingkat kecamatan, kota, propinsi, nasional bahkan sampai tingkat internasional. Sedangkan dampak ke kepribadian dapat meningkatkan kedisiplinan, mandiri dalam belajar, tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, berani dalam berpendapat, dan juga kreatif serta bertambah ketaqwaannya. SDIT Dampak implementasi multiple intelligences di SDIT dapat meningkatkan prestasi siswa. Dengan penggunaan metode yang bervariatif dan didukung pelaksanaan ekstrakurikuler yang beragam dapat meningkatkan prestasi siswa. Selain itu juga SDIT sering menjuarai kejuaraan diberbagai perlombaan yang diadakan baik tingkat kecamatan, kota maupun tingkat propinsi Jawa tengah dan DIY. Sedangkan dampak kepribadian siswa dapat meningkatkan ahlakul karimah melalui pembiasaan seharihari baik di rumah maupun di sekolah yang dituangkan dalam penilaian raport kepribadian meliputi akhlak, ibadah, kedisiplinan, kebersihan dan kerapian, kerjasama, kesopanan, kemandirian, kerajinan, kejujuran, kepemimpinan dan ketaatan. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Dari hasil penelitian tentang implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran pada SD berbasis Islam kota Magelang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian tentang implementasi multiple intelligences pada SD berbasis Islam kota Magelang, bahwa pemahaman kepala sekolah dan guru tentang multiple intelligences sudah tidak asing lagi. Hal ini dibuktikan dengan memasukkan pendekatan-pendekatan multiple intelligences sebagai sebuah strategi dalam aktivitas pembelajaran kesehariannya, yang terimplementasi dengan kurikulum berbasis Islam. Selain itu mereka juga memperlakukan siswa dengan bijaksana untuk mengarahkan kecerdasankecerdasan yang menonjol dalam diri siswa untuk dikembangkan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup 9 kecerdasan yang dikemukakan Howard Gardner yaitu kecerdasan linguistik verbal, logis matematis, visual spasial, jasmaniah kinestetik, musikal berirama, interpersonal, intrapersonal, naturalistik, eksistensial spiritual. 196 197 2. Kerangka konseptual implementasi multiple intelligences di SD berbasis Islam kota Magelang meliputi 3 tahap yaitu : tahap input yang merupakan identifikasi kecerdasan primer baik melalui tes psikotes awal maupun pengamatan keseharian siswa. Tahap 2 yaitu tahap proses dengan pembelajaran yang menggunakan strategi multiple intelligences dalam pendekatan-pendekatan yang bervariatif disesuaikan dengan kecerdasan siswa. Selain itu juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup seluruh kecerdasan yang dimiliki setiap siswa. Tahap terakhir adalah output yang menyelenggarakan bentuk penilaian meliputi 3 ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 3. Implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran di SD berbasis Islam kota Magelang dilakukan oleh guru dalam kegiatan intrakurikuler dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif meliputi pendekatanpendekatan kecerdasan yang dimiliki siswa. Selain itu juga implementasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan masing-masing kecerdasan. 4. Respon siswa dan orang tua siswa terhadap implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran di SD berbasis Islam kota Magelang sangat positif dan mendukung adanya pembiasaan-pembiasaan keagamaan. Mereka juga merespon senang terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan variasi metode disesuaikan dengan kecerdasan anak. Dan juga mendukung sekali 198 diadakannya kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kecerdasankecerdasan mereka. 5. Dampak implementasi multiple intelligences dapat meningkatkan prestasi siswa. Selain itu berdampak juga pada SD berbasis Islam kota Magelang yang sering menjuarai perlombaan dalam berbagai bidang baik tingkat kecamatan, kota, propinsi, nasional sampai internasional. Selain itu juga berdampak pada meningkatnya akhlak, ibadah, kedisiplinan, kebersihan, kerjasama, kesopanan, kemandirian, kerajinan, kejujuran, kepemimpinan, dan ketaatan. B. SARAN 1. Bagi Lembaga Pendidikan Khususnya kepada SD berbasis Islam kota Magelang sebagai lembaga pendidikan hendaknya: a. Lebih meningkatkan pendekatan individu terhadap guru dan siswa, sehingga mudah memperoleh informasi tentang perkembangan dan gaya belajarnya sehingga mudah diketahui permasalahan-permasalahan yang timbul dan menghambat pelaksanaan pendidikan terutama berkaitan dengan implementasi pembelajaran berbasis multiple intelligences. b. Mengadakan pendeteksian awal dengan tes khusus untuk mengetahui masing-masing kecerdasan siswa dan mengelompokkan ke dalam kelas- 199 kelas berdasarkan satu macam kecerdasan untuk lebih mengoptimalkan pembelajaran berbasis multiple intelligences. c. Lebih meningkatkan hubungan dengan orang tua murid dan masyarakat sehingga akan membantu memperlancar penerapan konsep pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan metode yang bervariasi yang dapat diterapkan juga di rumah oleh orang tua. 2. Bagi guru Khususnya ditujukan kepada seluruh guru di SD berbasis Islam kota Magelang hendaknya: a. Dapat mengimplementasikan pembelajaran berbasis multiple intelligences sebaik mungkin dan menciptakan metode yang lebih bervariatif lagi sesuai dengan gaya belajar siswa. b. Menambah wawasan baru tentang pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Muhammad. Pendidikan di Alaf Baru. Yogyakarta: Prismasophie, 2003. Armstrong, Thomas. Multiple intelligences In The Classroom. Virginia: ASCD, 2009. Tim Syaamil. Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference. Bandung: Sygma Publishing, 2010. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003. Chatib, Munif. Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara. Bandung: Kaifa, 2012. Chatib, Munif. Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa, 2013. Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen Agama RI, 2009. DePorter, Bobbi. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa, 2005. Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. English, Evelyn Wiliams. Mengajar dengan Empati. Bandung: Nuansa Cendekia, 2012. Gardner, Howard. Frames Of Mind (The Theory of Multiple intelligences). NewYork: Basicbooks, 1983. Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar Dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru, 1992. Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004. Harsanto, Radno. Pengelolaan Kelas Yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius, 2007 Iskandarwassid, Sunendar, Dadang. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. Jasmine, Julia. Metode Mengajar Multiple intelligences. Bandung: Nuansa Cendekia, 2012. Makmun, Abin Syamsuddin. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Mandalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan proposal. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Miller, John P. Sekolah Kepribadian. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. M Subana, Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia, 2001. Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Mustaqim, Wahid, Abdul. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991.. Nasir, Ridlwan. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Rachman, Shaleh Abdul. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004. R. Hoerr, Thomas et. All. Celebrating Every Learner. San Fransisco: Jossey-Bass, 2010. Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: PT. LKIS, 2009. Sanaky, Hujair AH. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003. Semiawan, Conny, A.S. Munandar, S.C.U. Munandar. Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia, 1984. Silberman, Mel. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009. S.Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Transito, 2003. S.Nasution. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Supriadi, Dedi. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Remaja RosdaKarya, 2005. Sutrisno. Revolusi Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta, Ar-ruzz, 2005. Syurfah, Ariyani. Multiple intelligences for Islamic Teaching: Panduan Melejitkan Kecerdasan Majemuk Anak Melalui Pengajaran Islam. Bandung: Syamil Cipta Media, 2007. Uno, Hamzah B., Masri Kuadrat. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Yaumi, Muhammad. Pembelajaran Berbasis Multiple intelligences. Jakarta: PT. Dian Rakyat, 2012.