Implementasi Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran Pada SD

advertisement
IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES
DALAM PEMBELAJARAN PADA SD BERBASIS
ISLAM DI KOTA MAGELANG
(STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF
DAN SDIT IHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG)
Oleh
oleh
MUFLIHATUTH THOHIROH
NIM. M1.11.014
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2013
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama
: MUFLIHATUTH THOHIROH
NIM
: M1.11.014
Program Studi
: Program Pascasarjana
Konsentrasi
: Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian
: 30 September 2013
Judul
: IMPLEMENTASI
MULTIPLE
INTELLIGENCES
DALAM PEMBELAJARAN PADA SD BERBASIS
ISLAM DI KOTA MAGELANG (STUDI KASUS DI SD
MUHAMMADIYAH
1
ALTERNATIF
IHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG)
Panitia Munaqosah Tesis
ii
DAN
SDIT
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pola pendidikan yang terjadi saat ini
masih banyak yang mengedepankan keseragaman dan pengukuran siswa yang
cerdas hanya terbatas pada IQ saja. Penggalian kecerdasan peserta didik masih
sangat jarang dilakukan sebagai sandaran utama untuk mengawali setiap
rancangan pembelajaran. Kecenderungan minat, bakat, talenta dan ketrampilan
dasar belum menjadi bagian yang integral. Dalam teori Gardner (multiple
intelligences) yang mengembangkan 9 kecerdasan, pendidik dapat menumbuh
kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Konsep multiple intelligences
yang menitik beratkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap
anak.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi
SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel
bertujuan (purposive sample). Analisis data dilakukan dengan menggunakan
analisis deskriptif kualitatif dengan langkah: reduksi data, display data dan
pengambilan kesimpulan dengan metode induktif. Pemeriksaan keabsahan data
dilakukan dengan cara mengadakan triangulasi metode yang dikumpulkan datadata dari hasil wawancara yang dibuktikan dengan observasi dan juga
dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan: 1) Pemahaman kepala sekolah dan
guru tentang multiple intelligences sudah tidak asing lagi dalam aktivitas
pembelajaran kesehariannya dengan menerapkan strategi multiple intelligences;
2) Kerangka konseptual implementasi multiple intelligences meliputi 3 tahap
yaitu: tahap input yang merupakan identifikasi kecerdasan, tahap proses dengan
pembelajaran yang menggunakan strategi multiple intelligences mengadakan
kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup seluruh kecerdasan, tahap output dengan
menyelenggarakan penilaian yang meliputi tiga ranah: kognitif, afektif dan
psikomotorik; 3) Implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif meliputi pendekatanpendekatan kecerdasan yang dimiliki siswa, selain itu juga pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan masing-masing kecerdasan; 4)
Respon siswa dan orang tua siswa terhadap implementasi multiple intelligences
sangat positif dan mendukung pelaksanaannya baik dalam pembelajaran
intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler; 5) Dampak implementasi
multiple intelligences dapat meningkatkan prestasi siswa, sering menjuarai
perlombaan dalam berbagai bidang baik tingkat kecamatan, kota, propinsi,
nasional sampai internasional, dan juga berdampak pada kepribadian dengan
meningkatnya akhlak, ibadah, kerjasama, kemandirian, kejujuran, kedisiplinan,
dan ketaatan.
iv
ABSTRACT
This research is motivated by the educational pattern occurs is still a lot
to promote uniformity and excellent student measurement is limited to just IQ.
Excavation intelligence learners are still very rarely done as mainstays to start
each lesson plan. Interest inventories, aptitude, talent and skills base has not
become an integral part. In theory Gardner (multiple intelligences) that develops
9 intelligence, educators can cultivate student achievement overall. The concept
of multiple intelligences which focuses on the areas of uniqueness always find an
excess of each child.
This study is a qualitative research, by taking the location of SD
Muhammadiyah 1 Alternative and SDIT Ihsanul Fikri Magelang. The data was
collected by conducting in-depth interviews, observation, and documentation.
The sampling technique used is intended sample (purposive sample). Data
analysis was performed using qualitative descriptive analysis steps: data
reduction, data and conclusions diplay the inductive method. Examination of the
validity of the data is done by holding the triangulation method of data collected
from interviews as evidenced by observation and documentation.
The results showed: 1) Understanding of principals and teachers on
multiple intelligences are familiar in their daily learning activities to implement
the strategy of multiple intelligences; 2) implementation of multiple intelligences
conceptual framework includes three stages: the input stage is the identification
of intelligence, learning stage of the process by using a strategy of multiple
intelligences organize extracurricular activities covering all intelligence, to
conduct assessment output stage which includes three domains: cognitive,
affective and psychomotor; 3) Implementation of multiple intelligences in
learning by using varied teaching methods include approaches intelligence of the
students, while also implementing extracurricular activities that can develop
each intelligence; 4) The response of students and parents on the implementation
of multiple intelligences is very positive and supportive learning implementation
in both intra and extracurricular activities; 5) Impact of multiple intelligences
can improve student achievement, the race is often won in the various fields of
the subdistrict, city, provincial, national and international, and also have an
impact on the growing character's personality, worship, cooperation,
selfreliance, honesty, discipline, and obedience.
v
PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menuntaskan penulisan tesis yang
berjudul:
"IMPLEMENTASI
MULTIPLE
INTELLIGENCES
DALAM
PEMBELAJARAN PADA SD BERBASIS ISLAM DI KOTA MAGELANG
(STUDI KASUS DI SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF DAN SDIT
IHSANUL FIKRI KOTA MAGELANG)."
Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan untuk gelar
Magister Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga.
Terealisasinya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan serta dorongan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Iman Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Sa’adi, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana STAIN
Salatiga.
3. Bapak Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan motivasinya.
4. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasinya.
5. Para Dosen STAIN Salatiga dan segenap Civitas Akademik STAIN Salatiga.
vi
6. Bapak Salamun, S.Ag, M.Pd.I, selaku Kepala sekolah SD Muhammadiyah 1
Alternatif kota Magelang yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Bapak Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I, selaku Kepala sekolah SDIT Ihsanul Fikri kota
Magelang yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Ayah Ibu tercinta yang telah memberikan doa dan restu.
9. Suamiku tercinta yang telah memberikan motivasi baik materiil maupun spirituil.
10. Rekan-rekan semua yang telah membantu dalam penulisan tesis ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan tambahan informasi serta
masukan yang berharga baik bagi penulis maupun bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Salatiga, 14 September 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ……………………………………………… ………..
i
HALAMAN PENGESAHAN……….…………………………….. ………..
ii
PERNYATAAN KEASLIAN..…………………………………….………..
iii
ABSTRAK …………………………………………………………………..
iv
PRAKATA ………………………………………………………………….
vi
DAFTAR ISI ………..……………………………………………………….
viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………….……….
x
DAFTAR KODE…….……………………………………………..……….
xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………..……….
xvi
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN
………………………………………..
1
A. Latar Belakang
………………………………………..
B. Rumusan Masalah ………………………..…….…………
C. Signifikansi Penelitian ………………………….………...
1. Tujuan Penelitian ……….. ……………………………
2. Manfaat Penelitian …………… ……………….. …….
D. Sistematika Penulisan ….………………………………..
1
7
7
7
8
9
LANDASAN TEORI ……………………..…………………
10
A. Kajian Terdahulu …………… .………….………….…...
B. Konsep Multiple Intelligences .………….………….…...
1. Teori Multiple Intelligences …………………..………
2. Jenis-jenis Multiple Intelligences ……………….. ……
C. Perkembangan Perilaku Anak Usia SD ………………….
1. Perkembangan Fisik Usia SD…….……………………
2. Perkembangan Motorik Usia SD………………………
3. Perkembangan Kognitif Usia SD………………..…….
4. Sikap dan Perilaku Moral Usia SD..………. ………….
5. Perkembangan Kreativitas Usia SD………. ………….
D. Multiple Intelligences pada sekolah berbasis Islam.……..
1. Reorientasi Kerangka Dasar Filosofis dan Teoritis …..
2. Misi dan Visi Pendidikan Islam .……. ……………….
3. Tujuan Pendidikan Islam …………………. ………….
4. Strategi Pendidikan Islam …………………. ………….
5. Reorientasi Kurikulum Pendidikan Islam ………….….
6. Reorientasi Metodologi Pendidikan Islam …………….
E. Implementasi Multiple Intelligences…………………..…
1. Strategi Pembelajaran ……………………………..…..
2. Pembelajaran berbasis Multiple intelligences………….
10
13
13
20
28
28
29
30
32
32
33
34
35
37
37
39
39
40
42
47
METODOLOGI PENELITIAN …………………….......…..
72
A. Metode Penelitian…………………………………………
1. Jenis Penelitian…………………………………… …..
2. Lokasi Penelitian……………… .……. ……………….
3. Waktu Penelitian……… …………………. ………….
72
72
73
74
viii
BAB IV
BAB V
4. Sumber Data Penelitian.. …………………. ………….
5. Instrument Pengumpulan Data……. ………………….
6. Teknik Pengumpulan Data…………….. ………….….
a. Wawancara Mendalam.………………. …………….
b. Observasi….………………………… …………….
c. Dokumentasi.………………………… …………….
7. Sampling………..………………………. …………….
8. Keabsahan Data…………………………. …………….
9. Analisa Data……………………………. …………….
B. Tahap Tahap Penelitian ..………………. ……………….
1. Tahap Pra lapangan.……………………………… …..
2. Tahap Kegiatan Lapangan……………… .……. .…….
3. Tahap Analisis Data……… ………………. ………….
4. Tahap Penulisan……….. …………………. ………….
C. Desain Penelitian ………..……..………. ……………….
74
72
76
76
79
83
84
85
87
89
89
90
90
90
90
HASIL PENELITIAN………… …………………….......…..
95
A. Deskripsi Subyek Penelitian……………………………
1. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… …..
2. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ……………….
B. Penyajian dan Analisis Data………………………………
1. Pemahaman Mengenai Multiple Intelligences oleh kepala
sekolah dan guru……… ………………….………. …….
a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… …..
b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ……………….
2. Kerangka Konseptual Implementasi Multiple Intelligences
a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… …..
b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ……………….
3. Implementasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran
a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… …..
b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ……………….
4. Respon Siswa dan Orang tua Siswa terhadap Implementasi
Multiple Intelligences di Sekolah……………………..
a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… …..
b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ……………….
5. Dampak Implementasi Multiple Intelligences pada
Pembelajaran terhadap Prestasi dan Kepribadian Siswa…
a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang… …..
b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.…. ……………….
95
95
108
116
180
180
188
SIMPULAN DAN SARAN…… …………………….......…..
196
A. Simpulan…………………………………………………
B. Saran………………………………………………………
196
198
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
ix
116
117
122
127
128
133
136
136
149
170
170
175
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1
Desain Penelitian .....................................................................
88
TABEL 3.2
Panduan Wawancara ................................................................
90
TABEL 3.3
Panduan Observasi ...................................................................
91
TABEL 3.4
Panduan Dokumen ..................................................................
91
TABEL 4.1
Data Kepegawaian SD Muhammadiyah 1 Alternatif ..............
98
TABEL 4.2
Daftar Guru SD Muhammadiyah 1 Alternatif .........................
99
TABEL 4.3
Keadaan Siswa SD Muhammadiyah 1 Alternatif ....................
101
TABEL 4.4
Nilai Ujian Akhir Sekolah SD Muhammadiyah 1 Alternatif...
101
TABEL 4.5
Sarana Prasarana SD Muhammadiyah 1 Alternatif .................
103
TABEL 4.6
104
TABEL 4.7
Inventaris Buku Perpustakaan SD Muhammadiyah 1
Alternatif ..................................................................................
Data Kepegawaian SDIT Ihsanul Fikri...……………………..
108
TABEL 4.8
Daftar Guru SDIT Ihsanul Fikri................................………....
109
TABEL 4.9
Keadaan Siswa SDIT Ihsanul Fikri…..…………....................
112
TABEL 4.10
Sarana Prasarana SDIT Ihsanul Fikri…………………………
112
TABEL 4.11
Prestasi Lomba SD Muhammadiyah 1 Alternatif…………….
181
TABEL 4.12
Prestasi Lomba SDIT Ihsanul Fikri………………………......
186
TABEL 4.13
Pemahaman Mengenai Multiple Intelligences………………
188
TABEL 4.14
Kerangka Konseptual ……………………………………..….
189
x
TABEL 4.15
Implementasi Multiple Intelligences………………….………
190
TABEL 4.16
Respon Siswa dan Orangtua Siswa…………………………
191
TABEL 4.17
Dampak Implementasi Multiple Intelligences ……………….
192
xi
DAFTAR PENGKODEAN
Wawancara
(W):
SD Muhammadiyah 1 Alternatif (M)
1. Pihak Sekolah :
a. Salamun, S.Ag, M.Pd.I
: W.M.1.a
b. Mustaqim, M. Pd.
: W.M.1.b
c. Wati Prihayanti, M.Pd.
: W.M.1.c
d. Luqman Novianto, S.Pd.I
: W.M.1.d
2. Pihak Orang Tua
a. Didik Kurniawan
: W.M.2.a
b. Arba’in
: W.M.2.b
c. Sri Hastuti Ekowati
: W.M.2.c
3. Siswa
a. Alfiana Nur Fadhilah
: W.M.3.a
b. Fahriza Rifandi Medistra
: W.M.3.b
c. Raihan Musthafa Armayadi
: W.M.3.c
SDIT Ihsanul Fikri (T)
1. Pihak Sekolah :
a. Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I
: W.T.1.a
b. Emma Rifa Rahayu, SE
: W.T.1.b
c. Rida Rahmawati Rahayu, S.Psi : W.T.1.c
d. Budi Utami, S.TP
: W.T.1.d
2. Pihak Orang Tua
a. Bu Dewi
: W.T.2.a
b. Umar Singgih
: W.T.2.b
c. Maryati
: W.T.2.c
xii
3. Siswa
a. Maulana Aditya Wijaya
: W.T.3.a
b. Kirana Dewi
: W.T.3.b
c. Anissa Aristawati
: W.T.3.c
d. Arda Setyo Wibowo
: W.T.3.d
Observasi
(O):
SD Muhammadiyah 1 Alternatif (M)
1. Pembelajaran Intrakurikuler :
a. Kegiatan harian
: O.M.1.a
b. Kelas 2 Nabi Ibrahim
: O.M.1.b
c. Kelas 2 Nabi Ismail
: O.M.1.c
d. Kelas 5 Nabi Daud
: O.M.1.d
2. Pembelajaran Ekstrakurikuler
a. Marching Band
: O.M.2.a
b. Sepak Bola
: O.M.2.b
SDIT Ihsanul Fikri (T)
1. Pembelajaran Intrakurikuler :
a. Kegiatan harian
: O.T.1.a
b. Kelas 5 D
: O.T.1.b
c. Kelas 1 A
: O.T.1.c
d. Kelas 3 A
: O.T.1.d
2. Pembelajaran Ekstrakurikuler
a. Tartil
: O.T.2.a
b. Story Telling
: O.T.2.b
xiii
Dokumentasi (D):
SD Muhammadiyah 1 Alternatif (M)
1. Profil sekolah
: D.M.1
2. Sejarah Singkat dan Perkembangan SD Mutual
: D.M.2
3. Visi, Misi dan Motto SD Mutual
: D.M.3
4. Struktur Organisasi SD Mutual
: D.M.4
5. Profil Guru Dan Karyawan SD Mutual
: D.M.5
6. Keadaan siswa dan nilai ujian nasional SD Mutual
: D.M.6
7. Keadaan Sarana Prasarana SD Mutual
: D.M.7
8. Jadwal Harian
: D.M.8
9. Jadwal Ekstrakurikuler
: D.M.9
10. RPP
: D.M.10
a. RPP 1
: D.M.10.a
b. RPP 2
: D.M.10.b
c. RPP 3
: D.M.10.c
11. Daftar Siswa
: D.M.11
a. Kelas 2 Nabi Ibrahim
: D.M.11.a
b. Kelas 2 Nabi Ismail
: D.M.11.b
c. Kelas 5 Nabi Daud
: D.M.11.c
12. Ekstrakurikuler
: D.M.12
a. Marching Band
: D.M.12.a
b. Sepak Bola
: D.M.12.b
13. Nilai Raport
: D.M.13
a. Alfiana Nur Fadhilah
: D.M.13.a
b. Fahriza Rifandi Medistra
: D.M.13.b
c. Raihan Musthafa Armayadi
: D.M.13.c
14. Daftar Kejuaraan
: D.M.14
15. Buku Komunikasi
: D.M.15
xiv
SDIT Ihsanul Fikri (T)
1. Profil sekolah SDIT Ihsanul Fikri
: D.T.1
2. Visi, Misi dan Motto SDIT Ihsanul Fikri
: D.T.2
3. Struktur Organisasi SDIT Ihsanul Fikri
: D.T.3
4. Guru Dan Karyawan SDIT Ihsanul Fikri
: D.T.4
5. Keadaan Siswa SDIT Ihsanul Fikri
: D.T.5
6. Keadaan Sarana dan Prasarana SDIT Ihsanul Fikri
: D.T.6
7. Jadwal Harian
: D.T.7
8. Jadwal Ekstrakurikuler
: D.T.8
9. RPP
: D.T.9
a. RPP 1
: D.T.9.a
b. RPP 2
: D.T.9.b
c. RPP 3
: D.T.9.c
10. Daftar Siswa
: D.T.10
a. Kelas 5 D
: D. T.10.a
b. Kelas 3 A
: D. T.10.b
c. Kelas 1 A
: D. T.10.c
11. Ekstrakurikuler
: D.T.11
a. Tartil
: D.T.11.a
b. Story Telling
: D.T.11.b
12. Nilai Raport
: D.T.12
a. Maulana Aditya Wijaya
: D.T.12.a
b. Kirana Dewi
: D.T.12.b
c. Anissa Aristawati
: D.T.12.c
d. Arda Setyo Wibowo
: D.T.12.c
13. Daftar Kejuaraan
: D.T.13
14. Buku Komunikasi
: D.T.14
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Catatan Wawancara W.M.1.a
LAMPIRAN 2
Catatan Wawancara W.M.1.b
LAMPIRAN 3
Catatan Wawancara W.M.1.c
LAMPIRAN 4
Catatan Wawancara W.M.1.d
LAMPIRAN 5
Catatan Wawancara W.T.1.a
LAMPIRAN 6
Catatan Wawancara W.T.1.b
LAMPIRAN 7
Catatan Wawancara W.T.1.c
LAMPIRAN 8
Catatan Wawancara W.T.1.c
LAMPIRAN 9
Catatan Wawancara W.M.3.a
LAMPIRAN 10
Catatan Wawancara W.M.3.b
LAMPIRAN 11
Catatan Wawancara W.M.3.c
LAMPIRAN 12
Catatan Wawancara W.T.3.a
LAMPIRAN 13
Catatan Wawancara W.T.3.b
LAMPIRAN 14
Catatan Wawancara W.T.3.c
LAMPIRAN 15
Catatan Wawancara W.T.3.d
LAMPIRAN 16
Catatan Wawancara W.M.2.a
LAMPIRAN 17
Catatan Wawancara W.M.2.b
LAMPIRAN 18
Catatan Wawancara W.M.2.c
LAMPIRAN 19
Catatan Wawancara W.T.2.a
xvi
LAMPIRAN 20
Catatan Wawancara W.T.2.b
LAMPIRAN 21
Catatan Wawancara W.T.2.c
LAMPIRAN 22
Catatan Observasi O.M.1.a
LAMPIRAN 23
Catatan Observasi O.M.1.b
LAMPIRAN 24
Catatan Observasi O.M.1.c
LAMPIRAN 25
Catatan Observasi O.M.1.d
LAMPIRAN 26
Catatan Observasi O.T.1.a
LAMPIRAN 27
Catatan Observasi O.T.1.b
LAMPIRAN 28
Catatan Observasi O.T.1.c
LAMPIRAN 29
Catatan Observasi O.T.1.d
LAMPIRAN 30
Catatan Observasi O.M.2.a
LAMPIRAN 31
Catatan Observasi O.M.2.b
LAMPIRAN 32
Catatan Observasi O.T.2.a
LAMPIRAN 33
Catatan Observasi O.T.2.b
LAMPIRAN 34
Profil sekolah SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 35
Sejarah Singkat dan Perkembangan SD Muhammadiyah 1
Alternatif
LAMPIRAN 36
Visi, Misi dan Motto SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 37
Struktur Organisasi SD Muhammdiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 38
Profil Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 39
Keadaan siswa dan nilai ujian nasional SD Muhammadiyah 1
xvii
Alternatif
LAMPIRAN 40
Keadaan Sarana Prasarana SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 41
Jadwal Harian SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 42
Jadwal Ekstrakurikuler SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 43
RPP IPS SD Muhammadiyah 1 Alternatif (D.M.10.a)
LAMPIRAN 44
RPP Sains SD Muhammadiyah 1 Alternatif (D.M.10.b)
LAMPIRAN 45
RPP PAI SD Muhammadiyah 1 Alternatif (D.M.10.c)
LAMPIRAN 46
LAMPIRAN 54
Daftar Siswa Kelas 2 Nabi Ibrahim SD Muhammadiyah 1
Alternatif
Daftar Siswa Kelas 2 Nabi Ismail SD Muhammadiyah 1
Alternatif
Daftar Siswa Kelas 5 Nabi Daud SD Muhammadiyah 1
Alternatif
Daftar Siswa Ekstrakurikuler Marching Band SD
Muhammadiyah 1 Alternatif
Daftar
Siswa
Ekstrakurikuler
Sepak
Bola
SD
Muhammadiyah 1 Alternatif
Nilai Raport Alfiana Nur Fadhilah SD Muhammadiyah 1
Alternatif
Nilai Raport Fahriza Rifandi Medistra SD Muhammadiyah 1
Alternatif
Nilai Raport Raihan Musthafa Armayadi SD Muhammadiyah
1 Alternatif
Daftar Kejuaraan SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 55
Buku Komunikasi SD Muhammadiyah 1 Alternatif
LAMPIRAN 56
Profil sekolah SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 57
Visi, Misi dan Motto SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 58
Struktur Organisasi SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 59
Guru dan Karyawan SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 47
LAMPIRAN 48
LAMPIRAN 49
LAMPIRAN 50
LAMPIRAN 51
LAMPIRAN 52
LAMPIRAN 53
xviii
LAMPIRAN 60
Keadaan Siswa SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 61
Keadaan Sarana dan Prasarana SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 62
Jadwal Harian SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 63
Daftar Nilai Ekstrakurikuler SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 64
RPP Bahasa Arab SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 65
RPP Sains SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 66
Daftar Siswa Kelas 5 D SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 67
Daftar Siswa Kelas 3 A SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 68
Daftar Siswa Kelas 1 A SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 69
Daftar Presensi Tartil Qur’an SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 70
Daftar Presensi Story Telling SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 71
Nilai Raport Maulana Aditya Wijaya SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 72
Nilai Raport Kirana Dewi SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 73
Nilai Raport Anissa Aristawati SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 74
Nilai Raport Arda Setyo Wibowo SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 75
Daftar Kejuaraan SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 76
Buku Komunikasi SDIT Ihsanul Fikri
LAMPIRAN 77
Lembar Persetujuan Pembimbing
LAMPIRAN 78
Lembar Bimbingan Tesis
LAMPIRAN 79
Lembar Persetujuan Proposal
LAMPIRAN 80
Pengantar Bimbingan Tesis
xix
LAMPIRAN 81
Permohonan Izin Penelitian
LAMPIRAN 82
Dokumentasi Penelitian
LAMPIRAN 83
Biografi Penulis
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa terletak pada bidang pendidikan.
Di
Indonesia sekarang ini sedang berjuang keras untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dengan upaya antara lain: penambahan alokasi dana bagi
pendidikan, program peningkatan profesionalisme guru melalui sertifikasi,
pembangunan sarana dan prasarana sekolah.
Pembangunan manusia bersumber pada pendidikan baik dari
kehidupan keluarga di rumah, maupun pengalaman belajarnya di sekolah
dapat
memupuk
bakat
dan
kreatifitas
para
peserta
didik
dalam
mengembangkan sumber daya manusia1. Hal ini merupakan tantangan yang
berat bagi pendidik karena pendidikan yang berkualitas akan mencetak
generasi masa depan yang juga berkualitas.
Tren dunia pendidikan abad ke-21 kelihatannya lebih berorientasi
kepada pengembangan potensi manusia, bukannya memusatkan kepada
kemampuan teknikal dalam melakukan eksploitasi alam. Hasil penelitian
neuropsikologi
menunjukkan
bahwa
potensi
manusia
yang
sudah
teraktualisasikan masih sangat sedikit, baru sekitar 10%. Salah satu intinya
adalah bagaimana kita bisa mengoptimalkan potensi mind and brain untuk
1
Conny Semiawan, A.S. Munandar, S.C.U. Munandar, Memupuk Bakat Dan
Kreativitas Siswa Sekolah Menengah, Jakarta: Gramedia, 1984, viii.
1
2
meraih prestasi peradaban secara cepat dan efisien.2 Dalam dunia pendidikan
dengan menggunakan metode yang tepat seseorang bisa memaksimalkan
potensi yang ada didalam dirinya sehingga dapat meraih prestasi belajar yang
berlipat ganda.
Ranah
pendidikan
yang
notabene
merupakan
tempat
untuk
mengetahui, membaca, mengenal kepribadian dan kemampuan diri serta
sampai di mana kompetensi dirinya dalam hidup ini sebenarnya adalah ranah
ideal dan signifikan. Tapi masalahnya ada pada gerak dan proses ranah itu
sendiri yang belum efektif dan efisien bagi kebutuhan dan keinginan
masyarakat. Pendidikan yang ada hanyalah proses transfer pengetahuan saja
dan belum menyentuh akar yang lebih mendasar lagi seperti penggalian
kepribadian, potensi dan mental yang sanggup menghadapi derasnya
perputaran roda jaman.3
Guru perlu memiliki pengetahuan mengenai siapa siswa tersebut dan
bagaimana karakteristiknya ketika memasuki suatu proses belajar dan
mengajar di sekolah.
Siswa mempunyai latar belakang tertentu, yang
menentukan keberhasilannya dalam mengikuti proses belajar. Tugas guru
adalah mengakomodasi keragaman antar siswa tersebut sehingga semua siswa
dapat mencapai tujuan pengajaran.4 Agar pelayanan pendidikan yang selama
ini diberikan peserta didik mencapai sasaran optimal, maka pembelajaran
2
Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009, xiv.
3
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta, Ar-ruzz, 2005, 1.
4
Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2005, 79.
3
harus diselaraskan dengan potensi peserta didik.5
Karena itu guru perlu
melakukan pelacakan potensi peserta didik.
Pembelajaran
akan
efektif
ketika
memperhatikan
perbedaan-
perbedaan individual. Setiap anak dilahirkan dengan kondisi yang terbaik
(cerdas) dan membawa potensi serta keunikan masing-masing yang
memungkinkan untuk menjadi yang terbaik (cerdas).
Hal ini telah
difirmankan oleh Allah SWT dalam surat At-Tiin: 4.
ِْ ‫ﻟََﻘ ْﺪ َﺧﻠَ ْﻘﻨَﺎ‬
(٤) ‫َﺣ َﺴ ِﻦ ﺗَـ ْﻘ ِﻮ ٍﱘ‬
ْ ‫اﻹﻧْ َﺴﺎ َن ِﰲ أ‬
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya”6
Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk sebaik-baiknya. Setiap
manusia memiliki keunikan tersendiri. Tidak seorangpun manusia di dunia ini
yang diciptakan sama. Hal inilah yang sejak lama dalam ilmu pendidikan
dikenal dengan konsep perbedaan individual.
Pola pendidikan yang terjadi saat ini masih banyak yang
mengedepankan keseragaman dan pengukuran siswa yang cerdas hanya
terbatas pada IQ saja. Penggalian kecerdasan peserta didik masih sangat
jarang dilakukan sebagai sandaran utama untuk mengawali setiap rancangan
pembelajaran, strategi dan pendekatan yang digunakan, serta evaluasi yang
ditetapkan. Kecenderungan minat, bakat, talenta dan ketrampilan dasar belum
menjadi bagian yang integral.
5
H. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam
Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 3.
6
Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma
Publishing, 2010, 1191.
4
Dalam teori Gardner (multiple intelligences) mengembangkan 9
kecerdasan antara lain: Verbal linguistik, Kecerdasan logis matematis,
Kecerdasan
visual
spasial,
Kecerdasan
musika
ritmis,
Kecerdasan
interpersonal, Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan jasmaniah kinestetik,
Kecerdasan naturalis, Inteligensi eksistensial spiritual.7
Berdasarkan teori multiple intelligences pendidik dapat menumbuh
kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Berarti bukan hanya beberapa
kecerdasan saja melainkan seluruh potensi kecerdasan dari masing-masing
siswa.
Konsep multiple intelligences yang menitik beratkan pada ranah
keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak, lebih jauh lagi konsep ini
percaya bahwa tidak ada yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki
minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat terdeteksi sejak
awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi kepandaian sang anak yang dapat
dijadikan dasar untuk melejitkan kecerdasan yang ada pada anak tersebut.
Pengembangan multiple intelligences siswa hendaknya dilakukan
sejak dini, minimal sejak usia Sekolah Dasar. Hal ini dapat dipahami bahwa
usia Sekolah Dasar (usia 6-12 tahun) merupakan masa yang paling penting
bagi anak karena hal-hal yang dipelajari pada usia tersebut akan menjadi
pijakan bagi anak untuk perkembangan selanjutnya.8 Oleh karena itu,
7
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian
Rakyat, 2012, 24.
8
Ariyani Syurfah, Multiple Intelligences for Islamic Teaching: Panduan Melejitkan
Kecerdasan Majemuk Anak Melalui Pengajaran Islam, Bandung: Syamil Cipta, Media, 2007, V.
5
pengembangan multiple intelligences harus tetap memperhatikan tingkat
perkembangan mereka.
Dapatkah sekolah dan gurunya memenuhi semua fasilitas untuk
kepentingan mengasah multiple intelligences dan sesuai dengan gaya belajar
secara proporsional. Sekolah yang besar dapat menyediakan segala macam
fasilitas pendidikan yang diperlukan oleh peserta didik. Fasilitas olahraga
yang diperlukan oleh sekian cabang olahraga, seperti senam, sudah tentu
bulutangkis, atletik, permainan kecil, permainan besar, sampai dengan kolam
renang dengan standar internasional. Juga segala macam fasilitas kesenian,
baik seni lukis, seni tari, sampai dengan seni kontemporer. Demikian juga
dengan fasilitas perpustakaan dengan koleksi yang lengkap untuk semua
cabang ilmu pengetahuan dan teknologi. Belum lagi dengan guru-guru yang
memiliki kompetensi sesuai dengan bidang kecerdasannya masing-masing.
Inilah masalah terbesar untuk menerapkan konsep multiple intelligences dari
segi proses belajar mengajar. Pemenuhan fasilitas yang diperlukan untuk
mengembangkan potensi kecerdasan itu sudah tentu akan memerlukan
anggaran yang sangat besar bagi pemerintah, khususnya juga bagi sekolah.
Disamping itu, dari segi pengalaman lapangan belum diperoleh data
yang lengkap tentang kemampuan sekolah dan guru untuk dapat memberikan
layanan bagi peserta didik sesuai dengan multiple intelligences. Lagipula,
jika peserta didik hanya diberikan layanan untuk satu multiple intelligences
yang mungkin dimilikinya, maka ada kekhawatiran peserta didik itu justru
tidak memperoleh layanan untuk mengembangkan kecerdasan lainnya, karena
6
hanya mementingkan satu atau dua kecerdasan. Padahal, kecerdasan yang
tidak diberikan layanan itu ternyata justru merupakan kecerdasan yang sangat
diperlukan untuk bekal hidup kelak. Potensi kecerdasan itulah yang harus
memperoleh
perhatian
dari
sekolah
dan
para
pendidik,
sehingga
penyelenggaraan pendidikan benar-benar mampu mengembangkan potensi
peserta didik sesuai dengan tipe kecerdasan yang dimilikinya.
Bukan
mengabaikan, atau bahkan mematikannya.
SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota
Magelang memasukkan multiple intelligences sebagai salah satu strategi
pembelajaran bagi siswa sekolah yang terintegrasi dengan kurikulum yang
sudah ada. SD Islam ini membuktikan bahwa strategi multiple intelligences
dapat diberikan dan diterima oleh siswanya.
Penyampaian multiple
intelligences berbeda dengan strategi-strategi yang lain, apalagi bila
diterapkan pada usia Sekolah Dasar, tentunya memerlukan strategi khusus
sehingga maksud dan tujuan dari proses pembelajaran ini dapat tercapai.
Strategi multiple intelligences dalam pembelajaran harus menyesuaikan
dengan keadaan jiwa anak dalam masa bermain, bebas berekspresi, dan
mencoba-coba sesuatu yang baru sesuai dengan tingkat kecerdasan yang
dimilikinya.
Berdasarkan latar belakang diatas serta diiringi dengan keingintahuan
yang lebih mendalam tentang penerapan multiple intelligences di sekolah
maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul: Implementasi Multiple
Intelligences dalam Pembelajaran pada SD berbasis Islam di Kota Magelang
7
(Studi Kasus di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota
Magelang).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman mengenai multiple intelligences oleh Kepala
Sekolah dan Guru-guru di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT
Ihsanul Fikri kota Magelang?
2. Bagaimana kerangka konseptual implementasi multiple intelligences di
SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang?
3. Bagaimana implementasi multiple intelligences di dalam pembelajaran di
SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang?
4. Bagaimana respon siswa dan orang tua siswa terhadap implementasi
multiple intelligences?
5. Bagaimana
dampak
implementasi
multiple
intelligences
pada
pembelajaran terhadap kepribadian dan prestasi siswa?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pemahaman mengenai multiple intelligences oleh
Kepala Sekolah dan Guru-guru di SD Muhammadiyah 1 Alternatif
dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang.
b. Untuk mengetahui kerangka konseptual implementasi multiple
intelligences di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul
Fikri kota Magelang.
8
c. Untuk mengetahui implementasi multiple intelligences di dalam
pembelajaran di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul
Fikri kota Magelang.
d. Untuk mengetahui respon siswa dan orang tua siswa terhadap
implementasi multiple intelligences.
e. Untuk mengetahui dampak implementasi multiple intelligences pada
pembelajaran terhadap kepribadian dan prestasi siswa.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi lembaga : secara kelembagaan, peneliti ingin mengungkapkan
tentang konsep multiple intelligences yang diterapkan di sekolah
sehingga siapapun yang berkepentingan bisa mengambil manfaatnya
dengan mengacu pada hasil penelitian ini, dan pada penelitian ini
diharapkan bisa memberi kontribusi pada penambahan kekayaan
literatur tentang konsep multiple intelligences yang saat ini sedang
diterapkan di SD Islam Kota Magelang pada khususnya dan sekolah
lain yang menerapkan konsep serupa pada umumnya.
b. Bagi pengembang keilmuan: Sebagai wahana untuk memperkaya
khazanah
pengetahuan
kita
terutama
dalam
bidang
multiple
intelligences.
c. Bagi penulis:
Sebagai wahana penambah keilmuan tentang
kependidikan terutama dalam bidang yang menitikberatkan pada
konsep multiple intelligences yang diterapkan di sekolah.
9
D. Sistematika penulisan
BAB I merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang: latar
belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II landasan teori yang meliputi: kajian terdahulu, konsep
multiple intelligences yang terdiri dari : teori multiple intelligences, jenisjenis multiple intelligences. Perkembangan perilaku anak usia SD, multiple
intelligences
pada
sekolah
berbasis
Islam,
Implementasi
multiple
intelligences.
BAB III metodologi penelitian yang meliputi: jenis penelitian, lokasi
penelitian, waktu penelitian, sumber data penelitian, instrument pengumpulan
data, teknik pengumpulan data, sampling, keabsahan data, analisis data.
Tahap-tahap penelitian, desain penelitian, pedoman penelitian.
BAB IV merupakan pengolahan data hasil penelitian tentang
pemahaman mengenai multiple intelligences, kerangka konseptual multiple
intelligences di sekolah, implementasi multiple intelligences dalam
pembelajaran, respon siswa dan orang tua siswa terhadap implementasi
multiple intelligences, dan dampak implementasi multiple intelligences di SD
Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang.
BAB V berupa penutup yang merupakan akhir pembahasan dari babbab sebelumnya yang berupa: simpulan hasil penelitian dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Terdahulu
Pendekatan
multiple
intelligences
menekankan
pada
proses
pembelajaran yang memperhatikan berbagai aspek kecerdasan yang dimiliki
oleh peserta didik. Pendekatan ini dapat diterapkan dalam setiap jenis mata
pelajaran termasuk dalam PAI. Hasil yang dicapai dari pelaksanaan multiple
intelligences dalam PAI yaitu Multiple intelligences mampu menjembatani
proses pengajaran yang membosankan menjadi suatu pengalaman belajar
yang menyenangkan dan siswa tidak hanya dijejali oleh teori semata,
melainkan pemahaman berdasarkan kecerdasan yang mereka miliki, selain itu
semakin bertambahnya pengetahuan agama siswa terutama dalam PAI baik
ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik berdasarkan kecerdasan yang
ada pada siswa.1
Selain pencapaian keberhasilan dalam pembelajaran, modul yang
menggunakan konsep multiple intelligences dapat menumbuhkan minat siswa
mencapai 83,3 % terhadap pembelajaran IPA dan kenaikan rata-rata analisis
pre-test 13,67 % menjadi 23,73 % setelah melakukan post-test.2
1
Imamul Muttaqin, Analisis Multiple Intelligences dalam Pendidikan Agama
Islam di SD Islam Sabilillah Sidoarjo Jawa Timur, Skripsi Fakultas Tarbiyah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
2
Adriana Gandasari, Pengembangan Modul Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam Sekolah Dasar dengan Pendekatan Teori Multiple Intelligences, Tesis Program Pasca
Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2009.
10
11
Metode multiple intelligences juga lebih efektif dilaksanakan daripada
metode
tradisional.
menunjukkan
terdapat
Efektifitas
penggunaan
perbedaan
motivasi
multiple
belajar,
intelligences
sikap
terhadap
pembelajaran, dan hasil belajar fisika secara bersama-sama antara siswa yang
terlibat dalam proses pembelajaran menggunakan metode intelegensi ganda
dengan metode
tradisional.
Secara individual, masing-masing variable
terikat, juga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara siswa yang
terlibat dalam proses pembelajaran menggunakan metode intelegensi ganda
dengan metode tradisional. Metode intelegensi ganda lebih efektif daripada
metode tradisional dalam meningkatkan motivasi belajar, sikap siswa
terhadap pelajaran, dan hasil belajar fisika.3
Aspek kecerdasan majemuk atau multiple intelligences pada peserta
didik akan mengalami peningkatan dalam model pembelajaran tematik.4
Selain itu aspek-aspek multiple intelligences terdapat korelasi dengan gender.
Analisis multiple intelligences profiling questinnaire III diperoleh adanya
korelasi yang positif antara intelegensi matematik logis dan spasial, adanya
korelasi positif antara intelegensi linguistic dan intrapersonal, dan juga ada
korelasi positif antara linguistic dan intrapersonal dengan spiritual dan
lingkungan. Antara gender, umur dan multiple intelligences menunjukkan
bahwa pria memiliki intelegensi matematis logis lebih tinggi dibandingkan
3
Nurdin A. R dan Suyata, Efektifitas Pengguna Metode Intelegensi Ganda dalam
Proses Pembelajaran Fisika di SMU, 2004.
4
Lely Halimah, Menumbuhkan Kecerdasan Majemuk Siswa SD melalui
penerapan metodologi Quantum Teaching dalam pembelajaran Tematik, 2006.
12
wanita, dan wanita memiliki intelegensi linguistic lebih tinggi dibandingkan
pria.5
Dalam pengembangan pembelajaran multiple intelligences dan
aplikasinya diperlukan pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan
multiple intelligences itu sendiri termasuk dalam usia prasekolah. Pihakpihak yang terlibat dalam pengembangan kecerdasan jamak di TK perlu
memahami konsep-konsep yang mencakup perkembangan fisik, kognitif,
psikososial, bahasa dan komunikasi. Disamping itu, konsep-konsep yang
berkaitan dengan kecerdasan jamak dan indikatornya serta pembelajaran
terpadu perlu dipahami karena berkaitan dengan penyusunan prosedur dan
langkah-langkahnya agar dapat dilaksanakan dalam pembelajaran TK.6
Dari kajian pustaka berupa hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat
disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan multiple
intelligences dapat menumbuhkembangkan potensi pada siswa yang
berdampak pada prestasi siswa semakin meningkat dan menjembatani
kebosanan pada saat proses pembelajaran. Pada penelitian terdahulu banyak
menitikberatkan pada proses pembelajaran dalam intrakurikuler.
Penelitian
sebelumnya
yang
banyak
menekankan
pada
implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran di intrakurikuler.
Namun pada penelitian ini menitikberatkan pada implementasi multiple
intelligences
5
dalam
strategi
pembelajaran
baik
dalam
kegiatan
Kirsi Tirri dan Petri Nokelainen, Identification of MI with The Multiple
Intelligences Profiling Questinnaire III, 2008.
6
Martini Jamaris, Pengembangan MI dan Aplikasinya melalui pembelajaran
terpadu di TK (suatu kajian literature dan aplikasinya), 2004.
13
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler yang membedakan posisi penelitian
ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu berupa penelitian
dalam
bentuk
tesis
“Implementasi
Multiple
intelligences
dalam
Pembelajaran pada SD Berbasis Islam di Kota Magelang”. (Studi Kasus
di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri kota
Magelang).
B. Konsep Multiple Intelligences
1. Teori Multiple Intelligences
Multiple intelligences adalah sebuah teori kecerdasan yang
dimunculkan oleh Howard Gardner, adalah seorang pakar psikologi
perkembangan dan professor pada Universitas Harvard dari project Zero
(kelompok riset) pada tahun 1983.
Hal yang menarik dari teori
kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan redefinisi
kecerdasan.
Sebelum muncul teori multiple intelligences, teori
kecerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit. Kecerdasan
seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan
serangkaian tes IQ, kemudian tes itu diubah menjadi angka standar
kecerdasan. Gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang
sejak 1905 banyak digunakan oleh para pakar psikolog di seluruh dunia.7
Sangat berbeda definisi kecerdasan yang dibuat Gardner dengan
definisi kecerdasan yang telah berlaku sebelumnya. Gardner mengatakan
7
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia, Bandung: Kaifa, 2013, 132.
14
bahwa
“Intelligence is the ability to solve problems, or to create
products, that are valued within one or more cultural”.8
Menurut
Gardner kecerdasan seseorang tidak diukur dari hasil tes psikologi
standar, namun dapat dilihat dari kebiasaan seseorang menyelesaikan
masalahnya
sendiri
(problem
solving)
dan
kebiasaan
seseorang
menciptakan produk-produk baru yang punya nilai budaya (creativity).
Stenberg mengatakan, sangat terbatas apabila kecerdasan
seseorang harus ditentukan dengan angka-angka IQ. Hal ini merupakan
reduksi dan penyederhanaan makna yang sangat sempit untuk sebuah
esensi luas yang bernama kecerdasan. Bagaimana dengan kemampuan
untuk menganalisis, kreativitas, dan kemampuan praktis seseorang?
Angka-angka IQ tidak mampu menjawab hal itu. Gardner dengan cerdas
memberi label “multiple” (jamak atau majemuk) pada luasnya makna
kecerdasan.
Gardner
menggunakan
istilah
“multiple” sehingga
memungkinkan ranah kecerdasan terus berkembang. Dan ini terbukti:
ranah-ranah kecerdasan yang ditemukan terus berkembang, mulai dari 6
kecerdasan (ketika pertama kali konsep itu dimunculkan) hingga 9
kecerdasan.
Kecerdasan itu berkembang dan masih banyak lagi
kecerdasan yang belum ditemukan Gardner atau ahli lain. Kecerdasan
lebih dititikberatkan pada proses untuk mencapai akhir terbaik. Multiple
intelligences
punya
metode
discovering
ability,
artinya
proses
menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap
8
Howard Gardner, Frames Of Mind (The Theory of Multiple Intelligences),
NewYork: Basicbooks, 1983, x.
15
orang
pasti
memiliki
kecenderungan
jenis
kecerdasan
tertentu.
Kecenderungan tersebut harus ditemukan melalui pencarian kecerdasan.
Dalam teori multiple intelligences menyarankan kepada kita untuk
mempromosikan kemampuan atau kelebihan dan mengubur kelemahan
kita. Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seorang
anak. Dalam menemukan kecerdasan, seorang anak harus dibantu oleh
lingkungan, orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang
diimplementasikan di suatu negara.9
Thomas
Armstrong
menjelaskan
bahwa
teori
multiple
intelligences memperluas lingkup potensi dalam diri manusia di luar
batas-batas nilai IQ. Dalam mengembangkan teori multiple intelligences
harus berhati-hati untuk tidak menggunakan istilah kecerdasan diukur
menggunakan IQ. Dalam menggambarkan perbedaan individual semua
orang memiliki kecerdasan.
Kemungkinan seseorang yang dianggap
memiliki kecerdasan yang lemah dapat berubah menjadi kuat setelah
diberi kesempatan untuk berkembang. Titik kunci multiple intelligences
adalah kebanyakan orang dapat mengembangkan kecerdasan ke tingkat
yang relatif dapat dikuasainya.10
Muhammad Yaumi menjelaskan dalam teori multiple intelligences
dibagi dalam roda domain kecerdasan jamak untuk memvisualisasikan
hubungan tidak tetap antara berbagai kecerdasan yang dikelompokkan
9
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia, Bandung: Kaifa, 2013, 74-78.
10
Thomas Armstrong, Multiple Intelligences In The Classroom, Virginia: ASCD,
2009, 27.
16
dalam tiga wilayah atau domain yakni: interaktif, analitik, dan
introspektif.
Ketiga domain ini dimaksudkan untuk menyelaraskan
kecerdasan dengan siswa yang ada kemudian diamati oleh guru secara
rutin di dalam ruang kelas.11
Teori multiple intelligences adalah validasi tertinggi, gagasan
bahwa perbedaan individu adalah penting.
Pemakaiannya dalam
pendidikan sangat tergantung dalam pengenalan, pengakuan, dan
penghargaan terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar) belajar, di
samping pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat
dan bakat masing-masing pembelajar. Teori multiple intelligences bukan
hanya mengakui perbedaan individual ini untuk tujuan-tujuan praktis,
seperti pengajaran dan penilaian tetapi juga menganggap serta
menerimanya sebagai sesuatu yang normal, wajar, bahkan menarik dan
sangat berharga. Teori ini merupakan langkah raksasa menuju suatu titik
dimana individu dihargai dan keragaman dibudidayakan.12
Teori multiple intelligences adalah gagasan bahwa perbedaan
individu sangat penting. Pemakaian dalam pendidikan sangat tergantung
pada pengenalan, pengakuan dan penghargaan terhadap setiap atau
berbagai cara siswa belajar, disamping pengenalan, pengakuan dan
penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing pembelajar.
11
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 12-14.
12
Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 5-7.
17
Dalam
Islam
sebenarnya
sudah
dikemukakan
berbagai
pengembangan tentang kecerdasan manusia, yaitu terdapat di dalam ayatayat
Al-Qur’an.
Kecerdasan
eksistensial
spiritual
merupakan
kemampuan untuk menempatkan diri dalam hubungannya dengan suatu
kosmos yang tak terbatas dengan kondisi manusia seperti makna
penciptaan dirinya, kehidupan, kematian dan perjalanan akhir dari dunia.
Hal ini sesuai dengan ayat :
ِ
(٦) ‫ﻴﻢ‬
 ‫ْاﻫ ِﺪﻧَﺎ اﻟ‬
َ ‫ﺼَﺮا َط اﻟْ ُﻤ ْﺴﺘَﻘ‬
Artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus. (QS. Al Fatihah: 6)
{Ihdina (tunjukilah kami), diambil dari kata hidaayah: memberi petunjuk
ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar
memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik}.13
Dari ayat tersebut dapat diambil hubungan antara kecerdasan
eksistensial spiritual dengan hidayah (petunjuk) yang Allah berikan
kepada manusia melalui naluri, pancaindera, akal, maupun benih agama
dan akidah tauhid pada jiwa manusia.
Manusia memahami dengan
akalnya bahwa Zat Yang Gaib itulah yang menciptakannya, yang
menganugerahkan kepadanya dan kepada jenis manusia seluruhnya,
segala sesuatu yang dibutuhkannya yang ada di alam ini, untuk
memelihara diri dan mempertahankan hidupnya.
Karena merasa
berhutang budi pada Zat Yang Gaib, maka dia berfikir bagaimana cara
berterima kasih dan membalas budi serta bagaimana cara menyembah Zat
Yang Gaib itu. Bila manusia mau memikirkan dari mana datangnya alam
13
Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma
Publishing, 2010, 1.
18
ini, akan sampai pada keyakinan tentang adanya Tuhan, bahkan akan
sampai kepada keyakinan tentang keesaan Tuhan (tauhid) karena akidah
(keyakinan) tentang keesaan Tuhan ini lebih mudah dan lebih cepat
dipahami oleh akal manusia.
Karena itu dapat kita tegaskan bahwa
manusia itu menurut nalurinya adalah beragama tauhid.14
Kecerdasan linguistik yang merupakan kemampuan berbahasa
yang terkandung dalam diri Adam, manusia berakal pertama. Menurut
Al-Qur’an, Adam dilebihkan atas makhluk Tuhan yang lain, sehingga
iblis harus tunduk padanya karena Adam memiliki kemampuan untuk
menyebut nama-nama, suatu keahlian menciptakan, dan memahami
simbol-simbol.
Allah berfirman:
‫ﱐ أ َْﻋﻠَ ُﻢ‬ ِ‫َﲰَﺎﺋِ ِﻬ ْﻢ ﻗَ َﺎل أَ َﱂْ أَﻗُ ْﻞ ﻟَ ُﻜ ْﻢ إ‬
ْ ‫ﻤﺎ أَﻧْـﺒَﺄ َُﻫ ْﻢ ﺑِﺄ‬ َ‫َﲰَﺎﺋِ ِﻬ ْﻢ ﻓَـﻠ‬
ْ ‫آد ُم أَﻧْﺒِْﺌـ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺄ‬
َ ‫ﻗَ َﺎل ﻳَﺎ‬
ِ ‫ﺴﻤﺎو‬ ‫َﻏﻴﺐ اﻟ‬
ِ ‫ات َو ْاﻷ َْر‬
(٣٣) ‫ض َوأ َْﻋﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺗُـْﺒ ُﺪو َن َوَﻣﺎ ُﻛْﻨﺘُ ْﻢ ﺗَﻜْﺘُ ُﻤﻮ َن‬
ََ َْ
Artinya: Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka
nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan
kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan
bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?" (QS. Al Baqarah: 33).15
14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama
RI, 2009, 21-24.
15
Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma
Publishing, 2010, 9.
19
Selain itu kecerdasan linguistik verbal juga terdapat dalam QS. Ar
Rahmaan: 1-4:
ِْ ‫( َﺧﻠَ َﻖ‬٢) ‫ﻢ اﻟْ ُﻘ ْﺮآ َن‬‫( َﻋﻠ‬١) ‫ﺮ ْﲪَ ُﻦ‬‫اﻟ‬
(٤) ‫ َﻤﻪُ اﻟْﺒَـﻴَﺎ َن‬‫( َﻋﻠ‬٣) ‫اﻹﻧْ َﺴﺎ َن‬
َ
Artinya: (Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah mengajarkan Al
Qur'an, Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara.16
Ayat di atas merupakan bukti bahwa Allah telah mengajarkan
kepada manusia Al Qur’an dan mengajarkannya (Nabi Muhammad SAW)
pandai berbicara sehingga dapat menyampaikan ayat-ayat Al Qur’an
kepada umatnya. Dari ayat ini dapat dijadikan dasar pengajaran linguistik
verbal kepada manusia.
Anak yang memiliki kecerdasan logis matematis atau cerdas
angka akan berfikir secara numerik atau dalam konteks pola serta urutan
logis, atau dalam bentuk-bentuk cara berfikir logis yang lain.
Allah berfirman:
ِ ‫ﻀ ِﺮﺑـُ َﻬﺎ ﻟِﻠﻨ‬
(٤٣) ‫ﻻ اﻟْ َﻌﺎﻟِ ُﻤﻮ َن‬ِ‫ﺎس َوَﻣﺎ ﻳَـ ْﻌ ِﻘﻠُ َﻬﺎ إ‬
ُ َ‫ﻚ ْاﻷ َْﻣﺜ‬
ْ َ‫ﺎل ﻧ‬
َ ‫َوﺗِْﻠ‬
Artinya: Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk
manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu. (QS Al-Ankabut: 43)17
Dari ayat di atas kita akan memahami ayat-ayat Allah dengan
berfikir logis. Didalam Al Qur’an banyak perumpamaan-perumpamaan
16
Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma
Publishing, 2010, 1059.
17
Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma
Publishing, 2010, 799.
20
yang hanya orang-orang berilmu saja yang akan memahaminya. Untuk
memahami perumpamaan tersebut harus dengan berfikir logis.
Selain kecerdasan logis matematis, terdapat juga kecerdasan
interpersonal yang tertera dalam ayat berikut:
ِ  ِ‫( ﻓَ َﺬﻟ‬١) ‫ﻳ ِﻦ‬‫ﺬب ﺑِﺎﻟﺪ‬ ‫ ِﺬي ﻳ َﻜ‬‫أَرأَﻳﺖ اﻟ‬
ِ
‫ﺾ َﻋﻠَﻰ‬
 ُ‫( َوَﻻ َﳛ‬٢) ‫ﻴﻢ‬
َ
َ َْ
ُ ُ
َ ‫ اﻟْﻴَﺘ‬‫ﻚ اﻟﺬي ﻳَ ُﺪع‬
ِ ‫ﻃَ َﻌ ِﺎم اﻟْ ِﻤﺴ ِﻜ‬
(٣) ‫ﲔ‬
ْ
Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah
orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi
makan orang miskin (QS Al Maa’uun: 1-3)18
Dalam QS. Al Maa’uun: 1-3 dijelaskan bahwa orang yang
termasuk mendustakan agama adalah orang-orang yang menghardik anak
yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Dari ayat
ini dapat dipetik pelajaran bahwa kasih sayang dan saling tolong
menolong dalam agama Islam sangat dianjurkan sesuai dengan
karakteristik kecerdasan interpersonal.
2. Jenis-Jenis Multiple Intelligences
a. Kecerdasan Verbal Linguistik
Kecerdasan linguistik sering disebut sebagai kecerdasan
verbal. Kecerdasan linguistik mewujudkan dirinya dalam kata-kata,
baik dalam tulisan maupun lisan.
Orang yang memiliki jenis
kecerdasan ini juga memiliki keterampilan auditori yang sangat
tinggi, dan mereka belajar melalui mendengar.
18
Mereka gemar
Tim Syamil, Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference, Bandung: Sygma
Publishing, 2010, 1021.
21
membaca, menulis dan berbicara, dan suka bercengkerama dengan
kata-kata.
Mereka memakai kata-kata bukan hanya untuk makna
tersurat dan juga tersiratnya semata, namun juga dengan bentuk dan
bunyinya, serta untuk citra yang tercipta ketika kata-kata dirancang
reka dalam cara yang lain dan berbeda dari yang biasa.19
Penyair sebagai contoh pemilik jenis kecerdasan ini,
walaupun juga pada orang yang berada di masing-masing pihak
dalam satu perdebatan politik yang sengit dan pada orang yang gemar
menciptakan permainan kata atau senang menceritakan lelucon yang
lazimnya merupakan permainan kata. Mereka sangat mahir dan
terampil dalam mengolah kata-kata yang berbeda dari yang biasanya.
b. Kecerdasan Logis Matematis
Kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan tentang angkaangka dan penalaran. Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk
mempergunakan penalaran induktif dan deduktif, memecahkan
masalah-masalah
abstrak,
dan
memahami
hubungan-hubungan
kompleks antara analisis matematis dan proses ilmiah.20
Siswa yang menonjol memiliki kecerdasan ini senang dengan
proses pembelajaran yang dirancang dalam bentuk analisis masalah,
pertanyaan, eksperimen, dan analisis untuk mencari solusi.21
19
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta: Dian
Rakyat, 2012, 14 .
20
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 15 .
21
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas Yang Dinamis, Yogyakarta: Kanisius,
2007, 27.
22
Orang yang kuat dalam hal kecerdasan logis matematis
mempunyai
keterampilan
berfikir
kritis
menghubungkan, menganalisa suatu data.
untuk
merangkai,
Mereka sering unggul
dalam penggunaan matematika, sains, dan komputer.
Mereka
mempunyai suatu logika untuk berfikir pada level-level yang
kompleks,
menganalisis
data,
menafsirkan
informasi
dan
memecahkan jenis-jenis masalah yang beraneka ragam.
c. Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan
visual
spasial
adalah
kemampuan
untuk
membentuk dan menggunakan model mental. Orang yang memiliki
kecerdasan jenis ini cenderung berfikir dalam atau dengan gambar
dan cenderung mudah belajar melalui sajian-sajian visual seperti film,
gambar, video, dan peragaan yang menggunakan model dan slaid.
Mereka gemar menggambar, melukis, atau mengukir gagasangagasan yang ada dikepala dan sering menyajikan suasana serta
perasaan hatinya melalui seni.
mengungkapkan
dengan
Mereka sering mengalami dan
berangan-angan,
berimajinasi
dan
berperan.22
Meningkatkan
kecerdasan
ini
dengan
sering
berlatih
permainan gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, teka-teki visual lain,
dekorasi interior dan taman rumah, dan membuat logo.23
22
Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 17-18.
23
H. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam
Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 39.
23
Orang yang memiliki Kecerdasan visual spasial memiliki
kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia gambar dan ruang
secara akurat (cermat). Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan
warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan diantara
elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan
untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
d. Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik
Orang yang memiliki kecerdasan ini memproses informasi
melalui informasi melalui sensasi yang dirasakan pada badan mereka.
Mereka sangat baik dalam keterampilan jasmaninya baik dengan
menggunakan otot kecil maupun otot besar, dan menyukai aktivitas
fisik
dan
berbagai
jenis
olahraga.
Mereka
lebih
nyaman
mengkomunikasikan informasi dengan peragaan (demonstrasi) atau
pemodelan.
Mereka dapat mengungkapkan emosi dan suasana
hatinya melalui tarian.24
Cara meningkatkan kecerdasan ini dengan bergabung dengan
klub olah raga, kegiatan dansa, mengumpulkan macam benda dengan
bermacam tekstur.25
Orang yang memiliki kecerdasan kinestetik, mereka mahir
dalam menggunakan tubuh secara terampil untuk mengungkapkan
ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi
24
Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 25.
25
H. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam
Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 40.
24
keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya
tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Orang yang memiliki
kecerdasan
kinestetik
menyukai
olahraga
dan
hal-hal
yang
berhubungan dengan olah tubuh.
e. Kecerdasan Musikal
Orang yang mempunyai kecerdasan ini sangat peka terhadap
suara atau bunyi, lingkungan dan juga musik.
Mereka sering
bernyanyi, bersiul atau bersenandung ketika melakukan aktivitas lain.
Mereka gemar mendengarkan musik, serta mampu memainkan musik
di atas rata-rata. Mereka bernyanyi dengan menggunakan kunci nada
yang tepat dan mampu mengingat serta, secara vokal dapat
mereproduksi melodi.
Mereka bisa bergerak secara ritmis atau
membuat ritme-ritme serta lagu-lagu untuk membantunya mengingat
fakta dan informasi lain.26
Orang yang memiliki kecerdasan ini terampil dalam
bernyanyi, memainkan instrumen musik, melakukan improvisasi,
mengubah lagu, membedakan nada, membuat aransemen, melakukan
orkestrasi, dan mengkritik gaya musik. Mereka juga suka menyanyi
dan dengan gubahan lagu mereka mampu mengingat informasi lain.
f. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan
intrapersonal
adalah
membentuk sebuah model diri seseorang
26
kemampuan
untuk
yang akurat dan
H. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan Dalam
Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 39.
25
menggunakan model itu untuk dilaksanakan secara efektif dalam
kehidupan.
Kecerdasan
intrapersonal
adalah
kemampuan
mengetahui diri sendiri dan mengambil tanggung jawab atas
kehidupan dan proses belajar seseorang.27
Siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat
mengenali
berbagai
kekuatan
dan
keterbatasan
mereka
dan
menantang diri mereka sendiri supaya bisa menjadi jauh lebih baik.
Siswa jenis ini berorientasi pada tujuan, reflektif, dan melihat
kesuksesannya sebagai hasil langsung dari perencanaan, usaha, dan
ketekunannya sendiri. Mereka cepat bangkit kembali ketika
mengalami suatu kegagalan karena motivasi dalam diri mereka sangat
kuat.
g. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan memahami dan
berinteraksi dengan baik dengan orang lain.
Kecerdasan ini
ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam
berbagai macam aktivitas sosial serta keengganan dalam kesendirian
dan menyendiri. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini menyukai
dan
menikmati
bekerja
secara
berkelompok,
belajar
sambil
berinteraksi dan bekerjasama juga senang bertindak sebagai mediator
perselisihan baik di sekolah maupun di rumah dan lingkungannya.28
27
Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 142.
28
Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 26.
26
Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal yang kuat
lebih suka bekerja dalam berbagai situasi dimana mereka dapat
menjadi sosial, merencanakan secara bersama, dan bekerja dengan
orang lain demi keuntungan timbal-balik. Mereka lebih suka bekerja
sama ketimbang bekerja sendirian dan menunjukkan ciri keterampilan
empati dan komunikasi yang baik.
h. Kecerdasan Naturalistik
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan menggunakan input
sensorik dari alam untuk menafsirkan lingkungan seseorang.
Kecerdasan ini memungkinkan orang-orang berkembang dengan
pesat
dalam
mengkategorisasi,
lingkungan-lingkungan
mengamati,
yang
beradaptasi,
dan
berbeda
dan
menggunakan
fenomena alam.29
Orang yang memiliki kecerdasan naturalis mereka mampu
untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat
kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan.
Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan
dan bagian lain dari alam semesta. Mereka menyukai memelihara
hewan peliharaan ataupun menanam tanaman dengan penuh
kecintaan.
29
Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 180.
27
i. Kecerdasan Eksistensial Spiritual
Kecerdasan
eksistensial
adalah
kemampuan
untuk
menempatkan diri dalam hubungannya dengan suatu kosmos yang tak
terbatas dan sangat kecil serta kapasitas untuk menempatkan diri
dalam hubungannya dengan kondisi manusia seperti makna
kehidupan, kematian, perjalanan akhir dari dunia, psikologi.
Sedangkan kecerdasan spiritual adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan bahwa spiritual berkorelasi dengan IQ, EQ, dan SQ.
Menurut Rossiter dalam buku Yaumi bahwa spiritual intelligence is
an organic wisdom, an innate quality of knowing, the “Wise Self”
that resides within us all and connects us with the enigma of our
existence (kecerdasan spiritual adalah suatu kearifan organik, kualitas
pengetahuan bawaan, diri yang bijaksana yang berada dalam diri kita
semua dan menghubungkan kita dengan pertanyaan tentang
keberadaan kita). Spirit memiliki akar kata spirit yang berarti roh.
Roh bisa diartikan sebagai tenaga yang menjadi energi kehidupan.
Hal inilah yang dimaksud Dewantoro dalam buku Yaumi sebagai
budi pekerti.30
“Budi pekerti, watak atau karakter, itulah bersatunya gerak pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan, yang lalu menimbulkan
tenaga. Ketahuilah bahwa budi itu pikiran, perasaan, kemauan dan
pekerti artinya tenaga. Jadi, budi pekerti itu sifatnya jiwa manusia,
mulai angan-angan hingga terjelma sebagai tenaga.”
30
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 232.
28
Dengan
demikian,
karakteristik
orang
yang
memiliki
kecerdasan eksistensial spiritual menjadi analitis sekaligus kreatif,
logis dan imaginatif, senang pada hal-hal yang bersifat detail dan
pada saat yang sama juga senang pada hal-hal yang bersifat umum.
Namun, pada kecerdasan ini menyimpan karakteristik yang masih
bersifat abstrak atau belum terurai dalam wujud aktivitas yang dapat
diukur dan dibuktikan.
Mereka menjadi orang yang arif dan
bijaksana karena dalam diri mereka sudah tertanam budi pekerti yang
telah menyatu dalam kehidupan mereka.
C. Perkembangan Perilaku Anak Usia SD
Periode ini berlangsung dari usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu
menjadi matang secara seksual. Permulaan masa pertengahan dan akhir anakanak ini ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu SD. Bagi sebagian
besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya.
Sebab, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting bagi anak yang dapat
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan perilaku.
1. Perkembangan Fisik Usia SD
Pada masa ini periode pertumbuhan fisik lambat dan relatif
seragam sampai mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas dan disebut
sebagai periode tenang.
Sampai dengan usia sekitar 6 tahun terlihat
badan anak bagian atas lebih lambat daripada bagian bawah. Anggota
badan relatif pendek, kepala dan perut relatif masih besar. Selama masa
29
akhir anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5-6% dan berat bertambah
sekitar 10% setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata anak adalah
46 inci dengan berat 22,5 kg. kemudian pada usia 12 tahun tinggi anak
mencapai 60 inci dan berat hingga 42,5 kg.31
Untuk pertumbuhan fisik pada usia SD ini tidak secepat
pertumbuhan ketika pada bayi. Dalam pembelajaran di kelas kita juga
harus menyesuaikan perkembangan fisik siswa kita, misalnya letak papan
tulis jangan terlalu tinggi disesuaikan dengan tinggi rata-rata siswa dalam
kelas. Untuk meja dan kursipun diusahakan menyesuaikan juga dengan
kondisi fisik jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil.
2. Perkembangan Motorik Usia SD
Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan (motorik)
yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap
juga berkembang. Pada usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan ia
lebih menyukai pensil daripada krayon untuk melukis. Dari usia 8-10
tahun, tangan dapat digunakan secara bebas, mudah dan tepat.
Koordinasi motorik halus berkembang, dimana anak sudah dapat menulis
dengan baik. Pada usia 10-12 tahun anak-anak mulai memperlihatkan
keterampilan-keterampilan orang dewasa. Mereka mulai memperlihatkan
gerakan-gerakan yang komplek, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk
31
2005, 155.
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
30
menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan
instrumen musik tertentu.32
Keterampilan motorik halus mulai berkembang pada usia awal
SD, sebagai pendidik kita jangan mengabaikan hal ini, karena ketika
perkembangan motorik halus sudah tampak terus dilatih dan diberi
stimulus supaya berkembang dengan maksimal, misalnya dalam
keterampilan menuliskan huruf-huruf dibimbing dengan cara yang benar
dan diberikan latihan secara intensif, sedangkan untuk keterampilan
motorik pada kelas atas melatihnya misalnya dengan mengaktifkan anak
dengan melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang komplek dan terbimbing
ketika pembelajaran.
3. Perkembangan Kognitif Usia SD
Pada usia 7-12 tahun anak-anak mengalami masa perkembangan
concrete operational yang ditandai dengan tiga kemampuan yaitu:
mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan. Dalam periode ini anak
mulai pula mengkonservasi pengetahuan tertentu. Perilaku kognitif yang
tampak pada periode ini ialah kemampuannya dalam proses berfikir untuk
mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terkait dengan
objek-objek yang bersifat konkret.33
Pada taraf perkembangan kecerdasan dan pikirannya yang tertuju
pada kenyataan maka pelajaran harus diberikan dengan alat peraga,
32
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005, 155.
33
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003, 103.
31
penjelasan tidak perlu diberikan panjang lebar tetapi yang terpenting
adalah memberikan contoh-contoh yang kongkrit.34
Pada masa transisi ke masa operasional konkret terjadilah
perubahan yang amat signifikan dalam perkembangan anak yaitu ia peka
untuk
pembelajaran
berdasarkan:
a.
Pengembangan
kemampuan
membedakan berbagai aspek lingkungan yang penting, yang dapat
dilakukan melalui berbagai permainan mencari persamaan kelompok
benda yang disembunyikan untuk dilombakan yang paling cepat
memperolehnya. b. Koordinasi bentuk yang terpisah dalam suatu
keseluruhan yang lebih besar dan struktur kognitif menyatu serta dalam
suatu operasi konkret. c. Kemampuan berpikir berkenaan dengan sebab
akibat maupun sebaliknya dilakukan melalui berbagai permainan yang
dikombinasikan dengan ilmu lainnya.35
Untuk menyesuaikan perkembangan kognitif pada usia SD
pembelajaran
dengan
menggunakan
alat
peraga
karena
pada
perkembangan ini siswa baru pada tahap konkrit. Penggunaan alat peraga
ataupun cantoh benda nyata akan sangat membantu dalam keberhasilan
pembelajaran. Selain menggunakan alat peraga yang tepat juga
penggunaan metode yang melibatkan koordinasi kemampuan berfikir
konkrit.
34
Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1991, 48.
35
Conny Semiawan, Belajar Dan Pembelajaran Prasekolah Dan Sekolah
Dasar, Jakarta: PT Indeks, 2008, 121-122.
32
4. Sikap dan Perilaku Moral Usia SD
Perkembangan moral anak pada usia sekolah lambat laun
memperluas konsep sosial sehingga mencakup situasi apa saja. Pada usia
ini anak mulai menemukan bahwa kelompok sosial terlibat dalam
berbagai macam perbuatan. Antara usia 5-12 tahun konsep keadilan anak
sudah berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan
khusus. Relativisme moral menggantikan konsep moral yang kaku.36
Perkembangan moral pada usia SD bisa kita latih dan pantau
dalam keseharian. Para pendidik memberi contoh sikap-sikap telada
bagaimana kita berempati kepada sesama, bekarjasama dan saling
menghargai. Sikap tersebut dapat kita terapkan melalui pembelajaran
dengan berkelompok.
5. Perkembangan Kreativitas Usia SD
Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Melalui proses kreatif tercipta produk yang beragam, solusi baru
atau pernyataan baru.
Beberapa falsafah mengajar yang perlu
dikembangkan guru dalam mendorong kreativitas peserta didik antara
lain: belajar yang menyenangkan, dihargai dan disayangi, didorong
menjadi pelajar yang aktif, merasa nyaman tanpa ketegangan ataupun
36
2005, 163.
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
33
ancaman, mempunyai rasa memiliki dan kebangsaan, lebih banyak
bekerja sama, lebih dekat dengan pengalaman dunia nyata.37
Anak harus berkembang sebebas mungkin sesuai dengan minat
dan bakat alami, biarkan ia mengambil keputusan sendiri dan
bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Dengan demikian,
kemampuan yang masih terpendam dapat berkembang, aktif, kreatif dan
merasa bahagia, sehingga berkembang sehat dan terhindar dari cemas dan
rasa benci.38
Untuk meningkatkan kreativitas anak pada usia SD dapat
dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
dan mengaktifkan siswa. Kreativitas guru dalam mengelola kelas juga
berpengaruh pada perkembangan kreativitas anak. Selain itu menghindari
pemberian hukuman yang tidak mendidik karena hal tersebut hanya akan
menambah ketakutan anak sehingga tidak akan memunculkan kreativitas
dalam diri anak tersebut.
D. Multiple Intelligences pada Sekolah Berbasis Islam
Konsep dasar pendidikan Islam, sebenarnya dapat dianalisa dari
proses
Allah
mendidik
manusia
(dalam
arti
menumbuhkan
dan
mengembangkannya secara bertahap) sepanjang sejarah kehidupan manusia
untuk mengembangkan potensi fitrahnya sekaligus menjalankan tugas
37
Desmita, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, 175-
38
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1992,
178.
110.
34
kekhalifahan.39 Pendidikan Islam merupakan salah satu kekuatan pendidikan
nasional.
Pendidikan Islam sebagai kelanjutan dari sistem pendidikan
tradisional diapresiasi gagasan tentang sistem pendidikan nasional terpadu
yang bervisi memperdayakan seluruh lapisan masyarakat.40
Strategi dan langkah yang perlu diperhatikan dalam usaha perubahan
pendidikan Islam antara lain:
1. Reorientasi Kerangka Dasar Filosofis dan Teoritis
Unsur-unsur esensial dalam sistem pendidikan Islam didasarkan
atas beberapa konsep pokok tertentu, yaitu konsep agama, konsep
manusia, konsep ilmu, konsep kebijakan, konsep keadilan, konsep
universitas, dan konsep demokrasi. Kerangka dasar pertama pembaruan
pendidikan yang didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tentang manusia
dan hubungannya dengan masyarakat, lingkungannya menurut ajaran
Islam. Proses pendidikan Islam dan pandangan Islam terhadap manusia
sebagai makhluk yang dididik dan mendidik, sebagai berikut: a. sesuai
dengan maksud pendidikan Islam adalah kegiatan untuk mengarahkan
dengan sengaja perkembangan seseorang sejalan dengan nilai-nilai Islam,
b. pembahasan tentang hakekat manusia dalam Al Qur’an kata kuncinya
Khalaqa artinya menciptakan atau membentuk.41
39
Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren
di Tengah Arus Perubahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, 39.
40
Muhammad Abdurrahman, Pendidikan di Alaf Baru, Yogyakarta: Prismasophie,
2003, 36-37.
41
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat
Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003, 128.
35
Pendidikan Islam didasarkan pada asumsi bahwa manusia itu
dijadikan khalifah di bumi, yang dilengkapi dengan fitrah yaitu potensi
bawaan berupa: potensi keimanan, memikul amanah dan tanggung jawab,
kecerdasan, komunikasi dan bahasa dan potensi fisik. Pendidikan Islam
merupakan pendidikan yang berwawasan tentang Tuhan, manusia dan
alam secara integratif. Pendidikan sebagai proses belajar, harus mampu
menghasilkan individu dan masyarakat religius yang secara personal
memiliki integritas dan kecerdasan. Implementasi multiple intelligences
pada sekolah Islam berorientasi pada ajaran Islam sesuai dengan Al
Qur’an dan Hadis. Misalnya dalam pengembangan kecerdasan musikal
diusahakan musik-musik yang bernuansa Islami dan menyesuaikan
karakter-karakter Islam.
2. Misi dan Visi Pendidikan Islam
Lembaga-lembaga pendidikan Islam mau tidak mau dituntut untuk
menyusun misi dan visi, baik tingkat makro maupun mikro. Apabila
mencoba merumuskan misi pendidikan Islam bagaimana pendidikan
Islam dapat:42
a. Mengembangkan potensi peserta didik secara optimal melalui
pendidikan dan pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilai Islam.
b. Mendorong pembaruan pemikiran Islam menuju masyarakat madani.
c. Mengintegrasikan ilmu agama Islam dengan ilmu pengetahuan umum.
42
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat
Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003, 141-143.
36
d. Menghasilkan individu dan masyarakat yang religius (iman dan
takwa), akhlak mulia, cerdas, berketrampilan, menguasai IPTEK,
kreatif, inovatif, memiliki, integritas pribadi, merdeka, demokrasi,
bersikap adil, disiplin, memiliki sikap toleran yang tinggi, menghargai
hak asasi manusia, taat hukum, dalam rangka mengembangkan
kualitas manusia Indonesia yang memiliki orientasi global.
Dalam menyusun visi pendidikan Islam mempertimbangkan lima
visi dasar yaitu:43
a. Belajar bagaimana berpikir.
b. Memuat aspek-aspek keterampilan dalam keseharian hidup termasuk
kemampuan pribadi memecahkan setiap masalah.
c. Belajar menjadi diri sendiri.
d. Belajar untuk hidup.
Dalam Implementasi multiple intelligences sesuai dengan visi dan
misi Pendidikan
Islam dapat dikembangkan pembelajaran
yang
mengandung nilai-nilai Islami. Dalam pengembangan kurikulumnya
dapat mengintegrasikan perpaduan nilai umum dan nilai agama, dan
mampu manghasilkan peserta didik yang religius dan toleransi dalam
beragama.
43
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat
Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003, 144-145.
37
3. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam untuk:44
a. Mewujudkan cendekiawan muslim yang bertakwa dan berakhlak
mulia, cerdas, cakap, terampil, mandiri dan bertanggung jawab
terhadap kemaslahatan umat;
b. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik atau profesional untuk menyelesaikan
tugas-tugas dan kewajibannya sehari-hari, yaitu dengan jalan
menerapkan dan mengembangkan ilmu dan keterampilan yang ada
pada dirinya masing-masing di lingkungannya;
c.
Mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi
di lingkungan kerjanya sehari-hari sehingga menemukan teknologi
baru yang lebih bermanfaat bagi manusia.
Dari tujuan di atas salah satunya adalah memiliki kemampuan
akademik dan mengembangka ilmu sesuai bidang masing-masing, hal ini
merupakan bentuk implementasi multiple intelligences dalam tujuan
pendidikan Islam yang akan menghasilkan cendekiawan-cendekiawan
muslim yang berahlakul karimah yang mampu menghasilkan teknologi
baru yang lebih bermanfaat.
4. Strategi Pendidikan Islam
Untuk menciptakan pendidikan Islam perlu dibuat strategi dan
kebijakan pendidikan Islam antara lain:45
44
Press, 2003, 157.
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Safiria Insania
38
a. Menyelenggarakan pendidikan Islam yang relevan, bermutu, dapat
dipertanggung jawabkan, demokratis dan profesional.
b. Meningkatkan efisiensi internal dan eksternal.
c. Memberi peluang
yang luas dan meningkatkan kemampuan
masyarakat.
d. Merampingkan birokrasi pendidikan sehingga lebih lentur.
Adapun strategi pelaksanaan ciri khas agama Islam di sekolah
antara lain:46
a. Peningkatan Pendidikan Agama Islam melalui mata pelajaran selain
pendidikan agama Islam.
b. Peningkatan Pendidikan Agama Islam melalui kegiatan ekstra
kurikuler.
c. Peningkatan Pendidikan Agama Islam melalui suasana keagamaan
yang kondusif.
d. Peningkatan Pendidikan Agama Islam melalui pembiasaan dan
pengamalan agama, misalnya sholat berjama’ah di sekolah.
Dalam
pengembangan
strategi
pendidikan
Islam
dapat
diselnggarakan dalam bentuk kegiatan intra maupun ekstrakurikuler
sebagai wadah untuk penggalian dan pengembangan kecerdasan pada
masing-masing siswa. Selain juga melalui suasana keagamaan yang
kondusif serta pembiasaan-pembiasaan pengalaman beragama.
45
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Safiria Insania
Press, 2003, 157.
46
Shaleh Abdul Rachman, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004, 259.
39
5. Reorientasi Kurikulum Pendidikan Islam
Materi pendidikan Islam tergambar dalam kurikulum yang
disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Untuk itu, dalam
kurikulum terdapat kelompok mata pelajaran yang berorientasi pada
pembentukan sikap dan nilai pribadi muslim yang terintegral sebagai
masyarakat dan warga negara.
Prinsip yang dikembangkan dalam
menyusun kurikulum terpadu antara lain: 47
a. Prinsip integrasi ilmu dunia dan akhirat.
b. Prinsip keseimbangan.
c. Prinsip persamaan dan pembebasan.
d. Prinsip kontinu-berkelanjutan seiring perkembangan zaman.
e. Prinsip kemaslahatan dan keutamaan.
Kurikulum pada sekolah berbasis Islam haruslah mengembangkan
keterpaduan antara ilmu dunia dan akhirat yang dilaksanakan secara
seimbang dan mengikuti perkambangan zaman yang akan mencetak
ilmuan muslim yang mampu memberikan kemanfaatan kepada semua.
6. Reorientasi Metodologi Pendidikan Islam
Konsep pemikiran metodologi pendidikan Islam sebagai berikut: 48
a. Tidak ada pemisahan istilah pendidikan dan pengajaran, pengajaran
selalu dilandasi nilai-nilai kependidikan dan pendidikan selalu
diwujudkan melalui kegiatan pengajaran.
47
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, Yogyakarta: PT. LkiS, 2009, 84-87.
48
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat
Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003, 195-196.
40
b. Menggunakan
paradigma
holistik
artinya
materi
pengajaran
pendidikan Islam harus selalu terintegrasi dengan ilmu umum.
c. Perlu
dipergunakan
model
penjelasan
yang
rasional
dalam
melaksanakan norma peribadatan.
d. Perlu dipergunakan teknik pembelajaran partisipatori artinya peserta
didik aktif, eksploratif dan bertanggung jawab serta mengamalkan.
e. Perlu dipergunakan pendekatan empirik untuk menghadirkan dan
mengaktualkan iman dalam kehidupan.
f. Berorientasi pembelajaran berpusat pada siswa.
Penyelenggaraan
pembelajaran
pada
sekolah
Islam
mengintegrasikan pendidikan Islam dalam pendidikan umum dengan
menggunakan model-model pembelajaran yang kreatif, dan mampu
mengaktifkan siswa. Waktunya untuk merubah pola pembelajaran yang
semula berpusat pada guru, sekarang menjadi berpusat pada siswa, guru
hanya sebagai fasilitator saja.
E. Implementasi Multiple Intelligences
Yang dimaksudkan Implementasi multiple intelligences disini adalah
menguraikan
penerapan
bagian-bagian
dari
multiple
intelligences,
menelaahnya, dan menghubungkan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan menurut metode yang
konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya serta
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya di lapangan.
41
Dalam buku “Mengajar dengan Empati, Panduan Belajar-Mengajar
yang Tepat & Menyeluruh untuk Ruang Kelas dengan Kecerdasan Beragam”
dipaparkan secara jelas strategi-strategi untuk memperbaiki proses belajar
berdasarkan teori multiple intelligences.
Dalam buku ini, dibagi menjadi
delapan bagian, setiap bagian membahas salah satu delapan kecerdasan yang
diidentifikasi oleh Gardner.
Tiap bagian dalam sumber komprehensif ini
dimulai dengan pembahasan tentang ragam kecerdasan yang dibicarakan
kemudian diikuti dengan serangkaian contoh aktifitas yang dirancang secara
fleksibel untuk meningkatkan kemampuan belajar pada ragam kecerdasan
tersebut. Penting untuk ditekankan bahwa banyak dari aktifitas-aktifitas itu
bermanfaat untuk guru ketika menerapkan multiple intelligences dalam proses
belajar mengajar.49
Dalam buku “Gurunya Manusia (Menjadikan Semua Anak Istimewa
dan Semua Anak Juara)” karya Munif Chatib, implementasi atau penerapan
multiple intelligences di kelas disajikan strategi-strategi belajar mengajar
dengan multiple intelligences. Dalam buku ini ditekankan bahwa strategi
mengajar itu dekat dengan kreatifitas guru sehingga jumlah dan nama strategi
itu harus luas dan tak terbatas.
Jadi apapun namanya, strategi multiple
intelligences akan menjadi wadah yang sangat luas dan dapat menampung
semua istilah metodologi pembelajaran.
Apabila ketika lebih mendalami
strategi, ternyata setiap strategi tersebut punya multiple intelligences
49
Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 20-21.
42
approach yang sangat bermanfaat untuk pemilihan strategi mengajar oleh
guru.50
1. Strategi Pembelajaran
a. Pengertian Strategi pembelajaran
Strategi berasal dari kata yunani strategia yang berarti ilmu
perang. Dalam konteks pembelajaran strategi adalah kemampuan
seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil
keputusan. Artinya bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan
peserta didik berfikir secara unik untuk dapat menganalisa,
memecahkan masalah didalam mengambil keputusan.51
Kata belajar berarti proses perubahan tingkah laku pada
peserta
didik
akibat
adanya
interaksi
antara
individu
dan
lingkungannya melalui pengalaman dan latihan. Perubahan ini terjadi
secara menyeluruh, menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.52
Strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian
teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai ke tahap evaluasi, serta tindak lanjut
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam usaha memenuhi strategi pembelajaran guru harus
50
Munif Chatib, Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua
Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2012, 138-139.
51
Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008, 2.
52
Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2008, 5-9.
43
mulai mendiagnosa tingkat konseptual rata-rata peserta didik,
memadukan model pembelajaran yang cocok bagi kebutuhan peserta
didik, dan secara berangsur-angsur mendorong transisi peserta didik
pada tahap perkembangan yang lebih tinggi.53
Guru dalam melakukan pembelajaran di kelas mengetahui
terelebih dahulu gaya belajar dari masing-masing anak sebagai
pijakan untuk menentukan strategi yang akan digunakan dalam
pembelajaran dan untuk melakukan pendekatan jenis kecerdasan yang
dimiliki anak, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan
optimal.
b. Pengelompokan Strategi Pembelajaran
Exposition learning adalah strategi pembelajaran yang
cenderung menggunakan cara menjelaskan secara terinci materi yang
akan dipelajari.
Sedangkan Discovery learning adalah strategi
pembelajaran yang cenderung meminta siswa untuk melakukan
observasi, eksperimen, atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan
kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah tersebut.
Group learning
adalah strategi pembelajaran melibatkan lebih dari satu siswa yang
dibagi dalam kelompok. Biasanya dengan strategi ini siswa dapat
berinteraksi dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
Individual learning adalah strategi pembelajaran individual. Setiap
53
John P. Miller, Sekolah Kepribadian, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002, 43.
44
siswa diminta untuk belajar sendiri dan menyelesaikan masalahnya
sendiri, tanpa kerjasama dengan yang lain.54
Dalam menerapkan
strategi pembelajaran guru hendaknya
melihat gaya belajar masing-masing siswa. Strategi pembelajaran
dapat digunakan satu macam strategi maupun gabungan dari berbagai
macam strategi disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Guru
dapat menjelaskan secara rinci materi, mengajak siswa menemukan
sendiri kesimpulan dengan melakukan observasi/eksperimen maupun
dengan menggunakan strategi berkelompok.
c. Unsur Strategi Pembelajaran
Terdapat empat unsur strategi pembelajaran antara lain:55
1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran, yakni
perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
Hal ini
terkait dengan perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam
silabus.
2) Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran
yang dipandang paling efektif. Strategi akan bermanfaat ganda
apabila menggunakan pendekatan student centered approach dan
mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Dengan belajar
aktif peserta didik dapat menggunakan otak mereka untuk
mempelajari gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan
54
Munif Chatib, Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua
Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2012, 130.
55
Munif Chatib, Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua
Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2012,131
45
menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan
langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan secara pribadi
menarik hati.56
3) Mempertimbangkan
dan
menetapkan
langkah-langkah
atau
prosedur, metode, teknik pembelajaran, termasuk juga desain
kelas. Pemilihan metode disesuaikan dengan gaya belajar siswa.
Peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda antara
lain: visual, auditorial, dan kinestetik. Semua cara sama baiknya.
Setiap
cara
mempunyai
kekuatan
sendiri-sendiri.
Dalam
kenyataan setiap orang memilki ketiga gaya ini, hanya saja
biasanya satu gaya mendominasi.57 Selain itu desain kelas juga
sangat penting untuk diperhatikan karena kelas merupakan tempat
paling lama dikunjungi oleh anak, jika tidak didesain dengan rapi
akan menimbulkan efek kebosanan.
Ada dua hal yang perlu
diperhatikan oleh guru agar ruang kelas menyenangkan dan tidak
menjadi penjara bagi peserta didik yaitu: menyusun barangbarang pelengkap yang ada di kelas layaknya seorang desainer
interior saat mempercantik sebuah ruangan, membuat display
kelas.58
56
Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009, XXI.
57
Bobbi DePorter, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2005, 165.
58
Munif Chatib, Kelasnya Manusia, Memaksimalkan Fungsi Otak Belajar dengan
Manajemen Display Kelas, Bandung: Kaifa, 2013, 33.
46
4) Menetapkan
norma-norma
dan
batas
minimum
ukuran
keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. Strategi
yang baik dilengkapi dengan rubrik penilaian autentik.
Belajar bukanlah merupakan salah satu peristiwa pendek.
Belajar terjadi secara bergelombang.
Ketika belajar secara pasif,
peserta didik mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa
pertanyaan dan tanpa daya tarik pada hasil. Ketika belajar secara
aktif,
belajar
memerlukan
mencari
informasi
sesuatu,
untuk
ingin
menjawab
menyelesaikan
pertanyaan,
masalah
atau
menyelidiki cara untuk melakukan pekerjaan.59 Untuk menciptakan
kondisi belajar siswa aktif, diperlukan strategi pembelajaran yang
tepat. Di Indonesia dikenal banyak strategi pembelajaran aktif antar
lain: strategi membangun team, cara belajar siswa aktif (CBSA),
pembelajaran aktif kreatif dan menyenangkan (PAKEM) yang dapat
disebut dengan edutainment.
Pemilihan strategi yang tepat
merupakan dasar pijak yang menuntut pendidik untuk memberikan
peran maksimal kepada peserta didik agar terwujud perkembangan
kreativitas.
Upaya itu membutuhkan suasana pendidikan dan
pembelajaran yang menyenangkan dengan dasar bahwa pendidikan
dan pembelajaran yang menyenangkan akan berakibat pada
peningkatan motivasi peserta didik untuk mengulang dan selalu
mengulang.
59
Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009, 6.
47
Ketika ditarik ke dalam dunia edukasi, multiple intelligences
menjadi sebuah strategi pembelajaran untuk materi apapun dalam
semua bidang studi. Inti strategi pembelajaran ini adalah bagaimana
guru mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan
dimengerti oleh siswanya. Pendalaman tentang strategi pembelajaran
ini akan menghasilkan kemampuan guru membuat siswa tertarik dan
berhasil dalam belajar dengan waktu yang relatif cepat.60
Dengan
begitu
ketika
strategi
pembelajaran
multiple
intelligences diterapkan dalam pembelajaran di sekolah akan
berdampak lebih mudah diterima oleh siswa dan akan memotivasi
siswa dalam belajar karena siswa belajar dengan senang.
2. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard
Gardner seorang ahli riset dari Amerika mengembangkan model
kecerdasan "multiple intelligences". Multiple intelligences artinya
bermacam-macam kecerdasan. Ia mengatakan bahwa setiap orang
memiliki
bermacam-macam
kecerdasan,
tetapi
dengan
kadar
pengembangan yang berbeda. Yang dimaksud kecerdasan menurut
Gardner adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang
dapat ditumbuh kembangkan.
Teori multiple intelligences dapat
diterapkan untuk situasi pendidikan jika kerangka ini diadopsi setidaknya
dapat mencegah intervensi mereka yang tampaknya untuk ditakdirkan
60
Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia, Bandung: Kaifa, 2013, 108.
48
untuk gagal dan mendorong orang-orang memiliki kesempatan untuk
sukses. 61
Menurut Howard Gardner dalam setiap diri manusia ada 9 macam
kecerdasan, yaitu:62
a. Kecerdasan Linguistik Verbal
Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan yang berkenaan
dengan kata-kata, dan secara luas untuk komunikasi. Kecerdasan ini
menggambarkan kemampuan memakai bahasa secara jelas melalui
membaca,
menulis,
mendengar
dan
berbicara.
Aktivitas
pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan ini antara lain:63
bercerita, menulis jurnal, sumbang saran, menulis kreatif, membuat
laporan, membuat buku harian, bermain pantun.
1) Karakteristik Kecerdasan Linguistik Verbal
Karakteristik kecerdasan linguistik verbal menurut Thomas R.
Hoerr sebagai berikut:
Good at reading and writing, spells easily, enjoys word games,
understands puns, jokes, riddles, tongue-twisters, has well-developed
auditory skills, readily incorporates descriptive language, easily
remembers written and spoken information, good story teller, uses
complex sentence structure, appreciates the subtleties of grammar
and meaning, often enjoys the sounds and rhythms of language, loves
to debate issues or give persuasive speeches, able to explain things
well64
61
Howard Gardner, Frames Of Mind (The Theory of Multiple Intelligences),
NewYork: Basicbooks, 1983, 10-11.
62
Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 17-18.
63
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 43.
64
Thomas R. Hoerr et. all, Celebrating Every Learner, San Fransisco: Jossey-Bass,
2010, 106.
49
Diantara karakteristik kecerdasan linguistik-verbal dapat
dilihat dalam kehiupan sehari-hari antara lain: Pandai membaca dan
menulis, mudah dalam pengejaan, menikmati permainan kata-kata,
memahami, lelucon, teka-teki, memutarbalikkan kata, memiliki
keterampilan
pendengaran
berkembang
dengan
baik,
mudah
menggabungkan bahasa deskriptif, mudah ingat tulisan dan informasi
lisan, pandai dalam mendongeng, menggunakan struktur kalimat yang
kompleks, menghargai kehalusan tata bahasa dan maknanya, sering
menikmati suara dan irama bahasa, suka memperdebatkan isu-isu
atau memberikan persuasif pidato, mampu menjelaskan suatu hal
dengan baik.
2) Aktivitas Pembelajaran Linguistik Verbal
a) Bercerita (Story telling)
Bercerita atau mendongeng adalah menyampaikan peristiwa
melalui kata-kata, gambar, atau suara, yang dilakukan dengan
improvisasi atau menambah-nambah dengan maksud memperindah
jalannya cerita.
Tujuan pembelajaran bercerita agar peserta didik dapat:
Menggunakan pemikiran kritis dan kreatif guna mengembangkan
berbagai keterampilan berbicara dan meningkatkan kemampuan
mendengar.65
65
Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 34.
50
Langkah-langkah pembelajaran bercerita (story telling) dapat
dilakukan dengan:66 Guru membagi kelompok yang terdiri dari
pembawa cerita dan penyimak ide cerita. Guru menentukan topik
cerita atau meminta jenis cerita yang diminati oleh peserta didik.
Guru menunjuk beberapa peserta didik yang dapat memerankan
tokoh dalam cerita. Guru membagi naskah cerita atau peserta didik
mencari sendiri yang ditugaskan pada hari sebelumnya.
Peserta
didik meringkas dan mengambil intisari cerita yang akan dipaparkan.
Guru menyediakan daftar pertanyaan yang dapat dijawab oleh
peserta didik setelah cerita tersebut disajikan. Guru memeriksa dan
menjelaskan jawaban yang benar.
b) Menulis Jurnal
Menulis jurnal adalah suatu bentuk aktivitas penulis secara
teratur tentang pengalaman dan pikiran dalam proses pembelajaran.
Jurnal mencakup gambaran konkret tentang pengalaman belajar,
refleksi perasaan dan emosi, keadaan pemahaman, dan bentuk
keterampilan
yang
mungkin
diperoleh
dari
hasil
aktivitas
pembelajaran.
Langkah-langkah aktivitas pembelajaran menulis jurnal dapat
dilakukan dengan cara:67 Guru menentukan topik pembahasan untuk
ditulis dalam bentuk jurnal. Guru menentukan durasi waktu dalam
66
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 49
67
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 57.
51
penulisan.
Peserta didik diminta melakukan refleksi terhadap
pengalaman belajar tentang suatu materi pembelajaran yang telah
diperoleh termasuk pengetahuan, perasaan, dan kemampuan,
kemudian menuliskannya.
Peserta didik mengaitkan apa yang
dipelajari dengan pengetahuan atau pengalaman sebelumnya. Peserta
didik mengonstruksi pengetahuan baru dari hasil perpaduan antara
pengetahuan yang diperoleh dengan pengalaman sebelumnya,
kemudian menuliskannya.
b. Kecerdasan Logis Matematis
Kecerdasan
logis
matematis
adalah
kecerdasan
berkenaan dengan angka-angka dan penalaran.
yang
Ciri ragam
kecerdasan ini adalah pada kemampuan memakai penalaran induktif
dan deduktif, memecahkan berbagai masalah abstrak, dan memahami
hubungan sebab-akibat.
Aktivitas pembelajaran antara lain:68
berpikir ilmiah, melakukan eksperiman, berfikir kritis, membuat
urutan, membandingkan, membuat pola, menyelesaikan masalah.
Kecerdasan logis matematis atau dikenal dengan cerdas
angka termasuk kemampuan ilmiah yang sering disebut dengan
berpikir kritis. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung
melakukan sesuatu dengan data untuk melihat pola dan hubungan.
Selain itu, mereka juga sangat menyukai angka-angka dan dapat
menginterpretasi data serta menganalisis pola abstrak dengan mudah.
68
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 64.
52
Orang yang kuat dalam kecerdasan ini sangat senang berhitung,
bertanya, dan melakukan eksperimen.
1) Karakteristik Kecerdasan Logis Matematis
Adapun karakteristik kecerdasan logis matematis antara lain
sebagai berikut:
“Notices and uses numbers, shapes and patterns, is precise, is able
to move from the concrete to the abstract easily, uses information to
solve a problem, loves collections, enjoys computer games and
puzzles, takes notes in an orderly fashion, thinks conceptually, can
estimate, explores patterns and relationships, constantly questions,
likes to experiment in a logical way, organizes thoughts, employs a
systematic approach during problem-solving.”69
Karakteristik
logis
matematis
berhubungan
dengan
penggunaan angka, bentuk dan pola yang tepat, yang mampu berfikir
dari konkret ke abstrak dengan mudah, menggunakan informasi
untuk memecahkan masalah, senang mengoleksi, menikmati
permainan komputer dan teka-teki, mencatat secara teratur, berpikir
konseptual,
dapat
memperkirakan,
mengeksplorasi
pola
dan
hubungan, terus-menerus bertanya, suka bereksperimen dalam cara
logis,
mengorganisasikan
pikiran,
bekerja
sistematis
dengan
pendekatan pemecahan masalah.
Dari karakteristik di atas dapat diketahui bahwa orang yang
menonjol kecerdasan logis matematis akan menyukai pelajaran
matematika di sekolah karena berhubungan dengan angka-angka dan
dapat menghitung dengan cepat walupun hanya dikepala.
69
2010, 138.
Thomas R. Hoerr et. all, Celebrating Every Learner, San Fransisco: Jossey-Bass,
53
2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Logis Matematis
Aktivitas pembelajaran dalam kecerdasan logis matematis ini
dapat dilakukan dengan menggunakan metode berpikir kritis (critical
thingking).
Berpikir kritis merupakan kemampuan kognitif untuk
mengatakan sesuatu dengan penuh keyakinan karena bersandar pada
alasan yang logis dan bukti yang kuat. Dalam lingkungan sekolah
berpikir kritis adalah proses terorganisir yang memungkinkan peserta
didik mengevaluasi fakta, asumsi, logika dan bahasa yang mendasari
pernyataan orang lain.
Langkah-langkah pembelajaran ini antara lain:70
memberi tugas atau bahan ajar yang akan dikaji.
Guru
Guru
menyampaikan aturan main dalam mengkaji bahan ajar tersebut
(boleh
dilakukan
mandiri
atau
kelompok).
mengidentifikasi hakekat dari objek yang dikaji.
Peserta
didik
Peserta didik
menggunakan sudut pandang atau menentukan pendekatan yang
digunakan dalam menganalisis bahan ajar tersebut. Peserta didik
mencari dan membuat alasan yang mendasari temuannya. Peserta
didik membuat asumsi yang mungkin terjadi.
Peserta didik
merumuskan pandangan dengan bahan yang sesuai. Peserta didik
menyediakan bukti-bukti empiris berdasarkan data. Peserta didik
membuat keputusan berdasarkan bukti empiris. Guru dan peserta
70
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 71-72.
54
didik bersama-sama melakukan evaluasi terhadap implikasi yang
ditimbulkan dari hasil keputusan tersebut.
c. Kecerdasan Visual Spasial
Visual spasial adalah kecerdasan yang berkenaan dengan
gambar-gambar.
Kecerdasan ini berupa kemampuan merasakan
dunia visual secara akurat dan kemudian menciptakan pengetahuan
visual seseorang. Aktivitas pembelajaran antara lain:71 menggambar,
mewarnai, membuat sketsa, membuat poster, pemetaan ide, membuat
peta, symbol, membuat karya seni.
Kecerdasan
visual
spasial
adalah
kemampuan
untuk
memahami gambar-gambar dan bentuk termasuk kemampuan untuk
mengintepretasi dimensi ruang yang tidak dapat dilihat. Orang yang
memiliki kecerdasan ini cenderung berfikir dengan gambar dan
sangat baik ketika belajar melalui presentasi visual seperti film,
gambar, video dan demonstrasi yang menggunakan alat peraga.
Mereka juga sangat menyukai aktivitas seni (mengecat, mengukir,
mewarnai dan lain-lain). Pada kecerdasan ini juga cenderung untuk
menggambar bentuk dan ruang dari suatu obyek.
1) Karakteristik Kecerdasan Visual Spasial
Adapun karakteristik kecerdasan visual spasial sebagai
berikut:
71
Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 105.
55
“Enjoys maps and charts, likes to draw, build, design, and create
things, thinks in three-dimensional terms, enjoys putting puzzles
together, loves videos and photos, enjoys color and design, enjoys
pattern and geometry in math, likes to draw.”72
Karakteristik kecerdasan visual spasial antara lain: menyukai
peta dan grafik, suka menggambar, membuat desain, dan
menciptakan sesuatu, berpikir dalam tiga-dimensi, menikmati tekateki bersama-sama, mencintai video dan foto, menikmati warna dan
desain, menikmati pola dan geometri dalam matematika, suka
menggambar.
2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Visual Spasial
Aktivitas
pembelajaran
ini
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan metode imagine (khayalan visual). Melalui khayalan
visual, peserta didik dapat menciptakan ide-idenya sendiri. Khayalan
itu efektif sebagai suplemen kreatif pada belajar kolaboratif. Ia dapat
juga berfungsi sebagai batu loncatan menuju penelitian independen
yang mungkin pada awalnya nampak berlebihan bagi peserta didik.
Langkah-langkah
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
imagine antara lain: memperkenalkan topik yang akan dicakup dan
menjelaskan bahwa pelajaran ini menuntut kreativitas penggunaan
khayalan
visual,
menggunakan
intruksikan
latar
musik,
untuk
mintalah
menutup
peserta
mata
didik
dengan
untuk
memvisualisasikan tempat atau peristiwa yang berkesan, ketika
72
2010, 198.
Thomas R. Hoerr et. all, Celebrating Every Learner, San Fransisco: Jossey-Bass,
56
khayalan dilukiskan siapkan jarak sehingga peserta didik dapat
membangun khayalan visual mereka sendiri dengan melukiskan
tempat atau peristiwa secara detail, mintalah peserta didik untuk
membuat kelompok kecil dan saling membagi pengalaman mereka
dan minta mereka untuk menulis tentang pengalaman itu.73
Pembelajaran dengan menggunakan metode imagine dapat
membantu anak mengembangkan kemampuan visual mereka dapat
diterapkan dalam pembelajaran bahasa dalam mendeskripsikan cerita
secara runtut dan sesuai dengan pengalaman yang mereka alami.
d. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik
Kecerdasan jasmaniah kinestetik adalah kemampuan untuk
menggunakan seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah
atau membuat sesuatu.74 Orang yang memiliki kecerdasan ini biasa
memproses informasi melalui perasaan yang dirasakan melalui aspek
badaniah atau jasmaniah.
1) Karakteristik Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik
Karakteristik
kecerdasan
jasmaniah
kinestetik
sebagai
berikut:75 Senang membuat sesuatu dengan menggunakan tangan
secara langsung. Merasa bosan dan tidak tahan untuk duduk pada
suatu tempat dalam waktu yang agak lama. Melibatkan diri pada
73
Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009, 183-184.
74
Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 25.
75
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 107-108.
57
berbagai aktivitas di luar rumah termasuk dalam melakukan berbagai
jenis olahraga.
seperti
Sangat menyukai jenis komunikasi
komunikasi
dengan
bahasa-bahasa
nonverbal,
isyarat.
Sangat
sependapat dengan pernyataan “di dalam tubuh yang sehat terdapat
jiwa yang sehat” dan merasa bahwa membuat tubuh tetap berada
dalam kondisi yang fit merupakan hal yang penting untuk
membangun pikiran yang jernih.
Selalu mengisi waktu luang
dengan melakukan aktivitas seni berekspresi dan karya seni rupa
lainnya.
Senang memperlihatkan ekspresi melalui berdansa atau
gerakan-gerakan
tubuh.
Ketika
bekerja,
sangat
senang
melakukannya dengan menggunakan alat-alat yang dibutuhkan.
Memperlihatkan dan mengikuti gaya hidup yang sangat aktif atau
dengan
kesibukan-kesibukan.
Ketika
mempelajari,
selalu
menyertakan aktivitas yang bersifat demonstratif atau senang belajar
dengan strategi learning by doing.
2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik
Aktivitas pembelajaran kecerdasan jasmaniah kinestetik
dapat dilakukan menggunakan metode bermain peran (role play).
Bermain peran digunakan untuk memahami literatur, sejarah dan
bahkan hubungannya dengan sains. Bermain peran juga dipahami
sebagai bentuk permainan yang memerankan karakter seseorang
dalam hubungannya dengan ide cerita.
58
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan
metode bermain peran antara lain: Guru mendemonstrasikan teknik
dasar bermain peran, membuat skenario dan mendeskripsikan hal itu
kepada kelas, meminta empat peserta didik dari kelas untuk
mengasumsikan
peran
karakter
dalam
permainan
peran.
Menugaskan seseorang untuk tetap seperti karakter standar dan
menginstruksikan tiga individu
yang ada bahwa mereka akan
memainkan peran yang ada secara bergiliran, meminta tiga relawan
yang bergilir untuk meninggalkan ruangan dan memutuskan susunan
yang mana mereka akan berpartisipasi di dalamnya dan ketika
relawan pertama memasuki kembali ruangan dan mulai bermain
peran
dengan
relawan
standar,
setelah
tiga
menit
guru
mengumumkan waktunya dan meminta relawan kedua untuk masuk
ruangan dan mengulangi situasi yang sama, kemudain relawan yang
pertama bisa tinggal di ruangan, setelah tiga menit relawan ketiga
mengulangi skenario, pada kesimpulannya guru meminta peserta
didik untuk membandingkan dan mengontraskan gaya tiga relawan
dengan mengidentifikasi teknik mana yang efektif dan yang tidak.76
e. Kecerdasan Musikal Berirama
Kecerdasan musikal berirama adalah kecerdasan yang
berkaitan dengan nada, irama, pola titi nada, dan warna nada.
Kecerdasan ini berupa tingkatan sensitivitas pada pola-pola suara
76
Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009, 119-120.
59
dan kemampuan untuk merespon musik secara emosional. Aktivitas
pembelajaran antara lain:77 diskografi, musik balada, membuat
konsep lagu, menyanyi, memilih daftar musik, membuat iringan
musik, mengkondisikan siswa berbicara seperti alunan musik,
mendengar musik, ilustrasi suara.
Kecerdasan musikal berirama adalah kapasitas untuk berpikir
tentang musik, seperti mampu mendengar, mengenal, mengingat,
dan bahkan memanipulasi pola-pola musik. Orang yang memiliki
kecerdasan musik dianggap memiliki apresiasi yang kuat terhadap
musik, dengan mudah mengingat lagu-lagu dan melodi, mempunyai
pemahaman tentang warna nada dan komposisi, dapat membedakan
perbedaan antara pola nada dan pada umumnya senang terbenam
dalam musik.
1) Karakteristik Kecerdasan Musikal Berirama
Karakteristik kecerdasan musikal berirama antara lain
sebagai berikut:
“Enjoys singing and playing musical instruments, remembers songs
and melodies, enjoys listening to music, keeps beats, makes up her
own songs, mimics beat and rhythm, notices background and
environmental sounds, differentiates patterns in sounds, is sensitive
to melody and tone, body moves when music is playing, has a rich
understanding of musical structure, rhythm, and notes.”78
Karakteristik orang yang memiliki kecerdasan musikal antara
lain: menikmati bernyanyi dan memainkan alat musik, ingat lagu dan
77
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 132.
78
Thomas R. Hoerr, et al, Celebrating Every Learner, San Francisco: Josse Bass,
2010, 172.
60
melodi, menikmati mendengarkan musik, membuat ketukan,
membuat lagu sendiri, meniru ritme, membuat suara musik latar,
membedakan pola suara, sensitif terhadap melodi dan nada, tubuh
bergerak saat musik dimainkan, memiliki pemahaman yang kaya
akan struktur musik dan ritme.
Anak yang memiliki kecerdasan musikal akan menyukai halhal yang berhubungan dengan musik. Hal ini dapat mendorong
percepatan belajarnya jika dikaitkan dengan musik daripada hanya
disuruh
menghafal
materi
saja.
Efektif
sekali
digunakan
pembelajaran dengan lagu bagi siswa-siswa yang memiliki
kecerdasan ini.
2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Musikal Berirama
Aktivitas pembelajaran kecerdasan musikal berirama dengan
menggunakan metode instrumen orkestra. Tujuan penerapan musik
instrumen orkestra adalah mengidentifikasi bentuk dan bunyi yamg
dihasilkan oleh instrumen orkestra.
Aktivitas pembelajaran dengan menggunakan kecerdasan ini
antara lain:79 peserta didik diperdengarkan suatu rekaman aneka
simfoni atau aransemen orkestra, mintalah para siswa menyebutkan
beberapa instrumen yang sebelumnya pernah mereka lihat atau
dengar
suaranya,
persiapkan
siswa
untuk
menyebutkan,
membandingkan dan kemudian mendengarkan beberapa instrumen
79
Evelyn Wiliams English, Mengajar dengan Empati, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 65-66.
61
orkestra tersebut, siswa mendiskusikan jenis-jenis alat musik yang
mengiringi orekestra, bantulah para siswa mengidentifikasi semua
instrumen dengan menggunakan kata kunci, mintalah para siswa
menyebutkan beberapa dari instrumen yang mereka dengar, jika
instrumen itu ada dan bisa digunakan mintalah siswa untuk
memainkan, jika instrumen tidak ada para siswa mendengarkan
rekaman dari masing-masing instrumen tersebut.
f. Kecerdasan Interpersonal
Interpersonal adalah kecerdasan yang terkait dengan
pemahaman sosial.
Kecerdasan ini berupa kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain dengan membaca berbagai suasana
hati, temperamen, motivasi, dan tujuan orang lain.
Aktivitas
pembelajaran antara lain:80 menerapkan model jigsaw, melakukan
board games, mengajar teman sebaya, membuat teamwork,
ketrampilan kolaboratif, simulasi, wawancara.
Kecerdasan
interpersonal
adalah
kemampuan
untuk
membaca tanda dan isyarat sosial, komunikasi verbal dan nonverbal,
dan mampu menyesuaikan gaya komunikasi dengan tepat. Orang
yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi melakukan
negosiasi hubungan dengan keterampilan dan kemahiran karena
orang tersebut mengerti kebutuhan tentang empati, kasih sayang,
pemahaman, ketegasan dan ekspresi dari kebutuhan dan keinginan.
80
Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 26.
62
1) Karakteristik Kecerdasan Interpersonal
Adapun karakteristik kecerdasan Interpersonal seperti di
kemukakan oleh Gardner “Enjoys cooperative games, demonstrates
empathy toward others, has lots of friends,is admired by peers,
displays leadership skills, prefers group problem solving, can
mediate confl icts, understand and recognizes stereotypes and
prejudices”81
Karakteristik Kecerdasan Interpersonal sebagai berikut:
a) Menikmati permainan kooperatif.
b) Empati terhadap orang lain.
c) Memiliki banyak teman.
d) Dikagumi oleh rekan-rekan.
e) Memiliki ketrampilan kepemimpinan.
f) Mampu menyelesaikan masalah dalam kelompok.
g) Memahami karakteristik orang lain.
2) Aktivitas Pembelajaran Interpersonal
Aktivitas pembelajaran interpersonal dapat dilakukan dengan
menggunakan metode jigsaw. Aktivitas Jigsaw adalah salah satu
tipe belajar kooperatif yang menekankan kerjasama dan membagi
tanggung jawab dalam kelompok. Proses pelaksanaan Jigsaw
mendorong terbangunnya keterlibatan dan perasaan empati dari
81
2010, 8.
Thomas R. Hoerr, et al, Celebrating Every Learner, San Francisco: Josse Bass,
63
semua peserta didik dengan memberikan bagian-bagian tugas yang
esensial untuk dilakukan oleh masing-masing anggota dalam
kelompok dan harus bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
tersebut.82
Langkah-langkah pembelajaran jigsaw antara lain dengan
cara:83
a) Guru membagi kelompok jigsaw ke dalam beberapa kelompok yang
terdiri atas 5 sampai 6 anggota (pembagian kelompok boleh
didasarkan atas kemampuan atau cara lain yang sesuai).
b) Guru menunjuk salah seorang pada masing-masing kelompok untuk
menjadi ketua kelompok (sebaiknya seorang ketua lebih matang,
mampu, dan dapat disetujui bersama).
c) Guru membagi materi pelajaran untuk masing-masing kelompok dan
setiap kelompok membagi submateri kepada setiap anggota.
d) Guru
memfasilitasi
setiap
individu
mempelajari masing-masing satu segmen
dalam
kelompok
untuk
atau subpokok bahasan
termasuk meyakinkan setiap individu mempunyai akses langsung
hanya pada bidang yang dikaji.
e) Memberikan waktu yang cukup bagi setiap anggota untuk membaca
dan mengkaji lebih dalam tentang masing-masing tugas yang
82
Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009, 168.
83
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 152-153.
64
diberikan.
Masing-masing anggota tidak perlu menghafal yang
dibacanya, cukup hanya memahami saja.
f) Guru membentuk kelompok ahli temporer yang anggotanya masingmasing dari setiap kelompok jigsaw. Guru memberi waktu yang
cukup kepada kelompok ahli untuk mendiskusikan elemen penting
dari masing-masing segmen dan melatih beberapa saat tentang
elemen penting tersebut untuk dipresentasikan kepada kelompok
jigsaw.
g) Guru meminta anggota kelompok ahli kembali kepada kelompok
jigsaw dan mempresentasikan segmen yang telah dibicarakan,
kemudian meminta anggota dalam kelompok mengajukan pertanyaan
untuk klarifikasi.
h) Guru berkunjung dari kelompok yang satu ke kelompok lain untuk
mengamati proses.
kesulitan
Jika terdapat kelompok yang mengalami
(misalnya,
ada
anggota
yang
mendominasi
atau
mengganggu), perlu diberi penanganan yang tepat. Akhirnya yang
melibatkan pemimpin kelompok untuk menangani tugas tersebut.
Pemimpin dapat dilatih dengan membisikkan instruksi tentang
bagaimana
melakukan
penanganan
sampai
pemimpin
dapat
menguasai anggota-anggota dalam kelompok.
i) Pada akhir sesi diskusi, guru memberikan kuis-kuis yang berkenaan
dengan materi yang didiskusikan sehingga peserta didik menyadari
65
bahwa seluruh rangkaian aktivitas yang dilakukan melalui jigsaw
bukan hanya sebatas permainan belaka, melainkan juga ada penilaian.
g. Kecerdasan Intrapersonal
Intrapersonal adalah kecerdasan yang tercermin dalam
kesadaran mendalam akan perasaan batin. Inilah kecerdasan yang
memungkinkan seseorang memahami diri sendiri, kemampuan dan
pilihannya diri sendiri. Orang yang memiliki kecerdasan ini mandiri,
tidak tergantung dengan orang lain dan yakin dengan pendapat diri
yang kuat.84
Kecerdasan
intrapersonal
merujuk
kepada
kesukaan
menyendiri, mengatur aktivitas, mampu bekerja sendiri, memiliki
kesadaran diri yang kuat dan mampu memproses tujuan yang jelas
tentang segala sesuatu yang dilakukan sekarang dan mendatang.
1) Karakteristik Kecerdasan Intrapersonal
Karakteristik kecerdasan intrapersonal antara lain sebagai
berikut:85
a) Menyadari dengan baik tentang hal-hal yang terkait dengan
keyakinan atau moralitas.
b) Belajar dengan sangat baik ketika guru memasukkan materi yang
berhubungan dengan sesuatu yang bersifat emosional.
84
Julia Jasmine, Metode Mengajar Multiple Intelligences, Bandung: Nuansa
Cendekia, 2012, 27.
85
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 175.
66
c) Sangat mencintai keadilan baik dalam persoalan sepele maupun
persoalan besar lainnya.
d) Sikap dan perilaku, mempengaruhi gaya dan metode belajar.
e) Sangat peka terhadap isu-isu yang berhubungan dengan keadilan
sosial (sosial justice).
f) Bekerja sendirian jauh lebih produktif daripada bekerja dalam suatu
kelompok atau tim.
g) Selalu ingin tahu tujuan yang hendak dicapai sebelum memutuskan
untuk melakukan suatu pekerjaan.
h) Ketika meyakini sesuatu yang dapat membawa kebaikan bagi
kehidupan, seluruh daya dan upaya tercurah untuk mengejar sesuatu
itu.
i) Senang berpikir dan berbicara tentang penyebab seseorang dapat
menolong orang lain.
j) Senang untuk bersikap protek terhadap diri dan keluarga, bahkan
orang lain.
k) Membuka diri atau bersedia melakukan protes atau menandatangani
petisi untuk memperbaiki segala kekeliruan.
2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Intrapersonal
Aktivitas
pembelajaran
menggunakan
kecerdasan
intrapersonal dapat menggunakan metode phisical self-assesement,
dengan menggunakan aktivitas ini pada akhir pembelajaran,
dipersilakan peserta didik untuk menilai beberapa banyak yang telah
67
mereka pelajari atau untuk memodifikasi keyakinan yang dipegangi
sebelumnya. Langkah-langkah pembelajaran ini antara lain:86
singkirkan bangku ke satu sisi dan perintahkan peserta didik untuk
duduk di depan, membuat skala rating 1-5 di papan tulis, peserta
didik berdiri di depan rating angka yang paling cocok dengan
penilaian dirinya, ketika setiap pernyataan dibaca, peserta didik
pindah tempat yang paling cocok dengan penilaian dirinya,
doronglah peserta didik untuk menilai dirinya secara realistis, setelah
terbentuk garis di depan beragam posisi, ajaklah peserta didik untuk
berbagi mengapa memilih rating tersebut, garis bawahi kejujurannya,
buatlah kesimpulan bersama-sama.
h. Kecerdasan Naturalis
Naturalis adalah kecerdasan yang berkaitan dengan dunia
alam. Kecerdasan ini berasal dari kemampuan untuk mengenali,
memahami, dan mengklasifikasi tumbuh-tumbuhan, aneka ragam
binatang, dan elemen-elemen lain di lingkungan seseorang.
Kecerdasan naturalistik adalah kemampuan seseorang untuk
mengidentifikasi
dan
mengklasifikasi
pola-pola
alam
atau
mengklasifikasi berbagai spesies termasuk flora dan fauna dalam
suatu lingkungan.
1) Karakteristik Kecerdasan Naturalistik
Karakteristik kecerdasan naturalistik antara lain sebagai berikut:
86
Mel Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009, 266-267.
68
“Learns through observation and discovery of natural phenomenon;
is good at comparing, categorizing, and sorting; enjoys being
outdoors; excels in finding fine distinctions between similar items;
feels alive when in contact with nature; appreciates scenic places;
enjoys having pets; likes to camp, hike or climb; is conscious of
changes in the environment.”87
Karakteristik kecerdasan naturalistik antara lain: belajar
melalui observasi dan penemuan fenomena alam, membandingkan,
mengkategorikan, dan pemilahan, menikmati berada di alam terbuka,
unggul dalam pengamatan perbedaan antara hal-hal yang serupa,
terasa hidup ketika kontak dengan alam, menghargai tempat-tempat
indah, menikmati memiliki hewan peliharaan, suka berkemah,
mendaki atau pendakian, sadar akan perubahan lingkungan.
2) Aktivitas Pembelajaran Kecerdasan Naturalistik
Aktivitas
pembelajaran
kecerdasan
naturalistik
bisa
menggunakan strategi service learning yaitu pembelajaran dengan
mengunjungi suatu tempat atau lingkungan tertentu dengan
melakukan pelayanan informasi pada tempat tersebut.
Siswa
melakukan pelayanan kepada lingkungan berdasarkan materi yang
sudah dikuasai di kelas.
Konsep service learning adalah give
something artinya siswa akan memberikan pengetahuan dan
informasi kepada lingkungan yang dikunjungi.
Strategi ini
mempunyai point prosedur sebagai berikut: konsep adalah materi
yang akan diajarkan kepada siswa yang biasanya terdapat dalam
87
2010, 226.
Thomas R. Hoerr et. all, Celebrating Every Learner, San Fransisco: Jossey-Bass,
69
indikator hasil belajar, lingkungan yang akan dikunjungi diharapkan
berkaitan dengan penguasaan konsep, siswa memberikan pelayanan
kepada lingkungan yang sudah dipilih sesuai dengan konsep
pembelajaran, siswa menulis catatan tentang kunjungan ke
lingkungan
pembelajaran
berupa
laporan
hasil
wawancara,
identifikasi proses kunjungan, juga tentang dampak dan kualitas
pelayanan yang diberikan.88
i. Kecerdasan Eksistensial Spiritual
Kemampuan
menyangkut
kepekaan
dan
kemampuan
seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan
atau eksistensi manusia.
Kecerdasan eksistensial spiritual dapat
diidentifikasi melalui ciri-ciri sebagai berikut:89
1. Menganggap sangat penting untuk mengambil peran dalam
menentukan hal-hal yang besar dari sesuatu.
2. Senang berdiskusi tentang kehidupan.
3. Berkeyakinan bahwa beragama dan menjalankan ajaran-Nya sangat
penting bagi kehidupan.
4. Senang memandang hasil karya seni dan memikirkan cara
membuatnya.
5. Berdzikir, bermeditasi, dan berkonsentrasi merupakan bagian dari
aktivitas yang ditekuni.
88
Munif Chatib, Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua
Anak Juara, Bandung: Kaifa, 2012, 189.
89
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 209.
70
6. Senang mengunjungi tempat-tempat yang mendebarkan hati.
7. Senang membaca biografi filosuf klasik dan moderen.
8. Belajar sesuatu yang baru menjadi mudah ketika memahami nilai
yang terkandung di dalamnya.
9. Selalu ingin tahu jika terdapat bentuk kehidupan lain di alam.
10.
Sering mendapatkan perspektif baru dari hasil belajar sejarah dan
peradaban kuno.
Aktivitas pembelajaran kecerdasan eksistensial spiritual
dapat digunakan dengan metode memberi respons pada suatu
peristiwa.
Tujuan penerapan aktivitas pembelajaran memberi
respons pada suatu peristiwa penting yang terjadi dalam masyarakat
agar peserta didik dapat:90
1. Meningkatkan minat baca bukan hanya buku pelajaran melainkan
juga segala macam bahan bacaan seperti surat kabar, majalah,
informasi dan dari situs jejaring sosial.
2. Berperan aktif dalam mengkaji hakekat masalah yang terjadi dalam
masyarakat dan mencari makna yang paling dalam dari berbagai
peristiwa yang terjadi.
3. Mengetahui perkembangan yang terjadi secara lokal, regional,
nasional, dan internasional dan dapat mendiskusikan isu-isu sosial
dalam kehidupan sehari-hari.
90
Muhammad Yaumi, Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, Jakarta:
Dian Rakyat, 2012, 238.
71
4. Memberi
respons
dengan
mengajukan
solusi
cerdik
untuk
menyelesaikan perbagai persoalan atau isu-isu yang sedang hangat
dibicarakan dalam masyarakat.
5. Mengambil manfaat dari berbagai kejadian dan dapat merumuskan
peristiwa tersebut dalam bentuk ringkasan yang merupakan hasil
refleksi dan sintesis.
6. Mengungkap nilai-nilai yang terkandung dibalik peristiwa tersebut
dan menjadikan nilai tersebut untuk dianut dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang didasari oleh
konsep konstruktivisme yang memiliki pandangan bahwa realita bersifat
jamak, menyeluruh dalam satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
Selain itu penelitian ini lebih dicurahkan untuk memahami fenomenafenomena sosial dari perspektif partisipan yang diperoleh melalui
pengamatan partisipatif. Dalam penelitian kualitatif peneliti lebur dalam
situasi yang diteliti. Peneliti adalah pengumpul data, orang yang memiliki
kesiapan penuh untuk memahami situasi.1
Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan pada objek tertentu
secara jelas dan sistematis.
Dalam penelitian ini mereka melakukan
eksplorasi, menggambarkan dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan
memprediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang
diperoleh di lapangan.2
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008, 12-13.
2
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, 14.
72
73
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif karena data yang dianalisis
tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil
analisis itu berupa deskriptif dari gejala-gejala yang diamati.3
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif karena
melalui pengamatan partisipatif dengan tujuan untuk menggambarkan apa
adanya dan mengungkap bagaimana implementasi multiple intelligences
pada pembelajaran di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul
Fikri Kota Magelang.
2. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian ini adalah:
a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang. Adapun profil
sekolah sebagai berikut:
Nama Sekolah
: SD Muhammadiyah I Alternatif Kota Magelang
Status Sekolah
: Disamakan terakreditasi A
Alamat Sekolah
: Jl. Tidar No. 21 Kota Magelang 56125
Kelurahan
: Magersari
Kecamatan
: Magelang Selatan
Kota
: Magelang
Provinsi
: Jawa Tengah
b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang. Adapun profil sekolah sebagai
berikut:
Nama Sekolah
3
2001, 15.
: SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang
M Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia,
74
Status Sekolah
: Disamakan terakreditasi A
Alamat Sekolah
: Jl. Jeruk Timur V Kramat Kota Magelang 56115
Kelurahan
: Kramat Selatan
Kecamatan
: Magelang Utara
Kota
: Magelang
Provinsi
: Jawa Tengah
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian mulai 15 Mei 2013 sampai 31 Agustus 2013.
4. Sumber Data Penelitian
Sumber data primer (utama) dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data sekunder (tambahan)
seperti dokumen-dokumen dan foto.4
Adapun sumber data dalam
penelitian ini antara lain:
a. Data Primer.
Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau yang diwawancarai
merupakan sumber primer, dan dicatat melalui catatan tertulis atau
melalui perekaman video, pengambilan foto ataupun film. Hasil dari
pengamatan dan wawancara mendalam membatasi kata-kata dan
tindakan yang relevan saja kemudian dianalisis menjadi sumber data
primer.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber utama yaitu:
kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua baik di SD Muhammadiyah
1 Alternatif maupun SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.
4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009, 157.
75
b. Data Sekunder
Sumber tertulis merupakan sumber kedua dan merupakan bahan
tambahan yang dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip,
dokumen pribadi dan resmi.5 Sumber tertulis dari penelitian ini antara
lain: dokumen-dokumen resmi sekolah yang berupa dokumen profil
SD Muhammadiyah 1 Alternatif maupun SDIT Ihsanul Fikri Kota
Magelang, dan juga dokumen pribadi guru yang relevan.
c. Foto
Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering
digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya dianalisis
secara induktif.
Hasil dari pengamatan ataupun wawancara
didokumentasikan melalui foto ataupun direkam melalui video.
5. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang utama ialah peneliti sendiri. Pada awal penelitian
penelitilah alat satu-satunya. Ada kemungkinan hanya dialah merupakan
alat sampai akhir penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung
diperoleh fokus yang lebih jelas melalui wawancara.6
Ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi responsif,
dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas
5
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009, 159.
6
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito, 2003,
34.
76
pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan
kesempatan mencari respons yang tidak lazim.7
Adapun instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain: tape recorder, kamera, alat perekam video, catatan lapangan dan
peneliti adalah instrumen itu sendiri.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dikenal oleh penelitian kualitatif
pada umumnya pertama adalah wawancara mendalam.
observasi dan ketiga
teknik dokumentasi.8
Kedua teknik
Ketiga teknik tersebut
digunakan dengan harapan dapat saling melengkapi antar ketiganya.
Lebih jelasnya ketiga teknik tersebut adalah:
a. Wawancara Mendalam
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi
verbal yang bertujuan memperoleh informasi.9
Wawancara secara
garis besar dibagi dua, yakni wawancara tak tersetruktur dan
wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut
wawancara mendalam,
terbuka, etnografis.
7
wawancara intensif, wawancara kualitatif,
Sedangkan wawancara terstruktur disebut
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009, 160.
8
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2004, 72.
9
S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, 113.
77
wawancara baku yang susunan pertanyaannya sudah dibakukan
sebelumnya dengan pilihan jawaban yang tersedia.10
Sedangkan menurut Patton11 macam wawancara dibedakan
menjadi 3 antara lain:
1)
Wawancara pembicaraan informal.
Jenis wawancara ini
pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara itu
sendiri. Jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan
pertanyaan kepada terwawancara.
Hubungan pewawancara
dengan terwawancara dalam suasana biasa, wajar, seperti
pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari.
2) Pendekatan
menggunakan
petunjuk
umum
wawancara.
Pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok
yang dirumuskan. Petunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk
secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga
agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup.
3) Wawancara baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara
yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku.
Urutan
pertanyaan kata-katanya dan cara penyajiannyapun sama untuk
setiap
responden.
Keluwesan
mengadakan
pertanyaan
pendalaman terbatas, dan hal itu bergantung pada situasi
wawancara dan kecakapan pewawancara.
10
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004, 180.
11
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009, 187.
78
Peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur dan
menggunakan pendekatan menggunakan petunjuk umum dimana
peneliti hanya menggunakan pedoman wawancara yang memuat
kerangka garis besar berisi tentang pokok-pokok yang dirumuskan
yang akan ditanyakan kepada subyek dengan tujuan untuk
memperoleh informasi bukan baku / informasi tunggal dengan irama
yang bebas.
Persiapan wawancara tak terstruktur dapat diselenggarakan
menurut tahap-tahap antara lain:12 1) menemukan siapa yang akan
diwawancarai, 2) mencari tahu bagaimana yang sebaiknya untuk
mengadakan kontak dengan responden, 3) mengadakan persiapan
yang matang untuk pelaksanaan wawancara.
Sebelum pelaksanaan wawancara peneliti membuat pedoman
wawancara terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang akan
diwawancarai, materi atau pedoman garis-garis besar topik yang akan
dilakukan dalam proses wawancara.
Setelah pedoman wawancara
dibuat, peneliti mengadakan kontak awal dengan responden baik
langsung maupun tidak langsung untuk menentukan waktu yang tepat
untuk dilaksanakan wawancara. Sebelum melaksanakan wawancara
peneliti melakukan persiapan-persiapan berupa catatan harian,
kamera, maupun alat perekam. Dalam proses wawancara peneliti
meminta persetujuan
12
terlebih
dahulu
untuk
direkam
dengan
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009, 199.
79
responden. Dan setelah selesai wawancara untuk keabsahan data
peneliti melakukan member check dengan menyimpulkan poin-poin
penting dan meminta persetujuan kembali dengan responden. Dalam
wawancara peneliti merekam dan membuat catatan hasil dari
wawancara tersebut.
Pertimbangan digunakan teknik ini adalah untuk memperoleh
data dari sumbernya secara langsung dengan berbagai pihak yang
terlibat langsung dalam pembelajaran di SD Muhammadiyah 1
Alternatif antara lain dengan bapak Salamun, bapak Mustaqim, ibu
Wati, bapak Luqman. Sedangkan dari pihak wali murid: bapak Didik,
bapak Arba’in, ibu Sri Hastuti dan dari pihak siswa: Alfiana, Fahriza
dan Raihan. Sedangkan di SDIT Ihsanul Fikri pihak sekolah dengan
bapak Abdul Rozak, ibu Rida, ibu Emma dan ibu Budi. Dari pihak
orang tua: bu Dewi, bapak Umar, ibu Maryati, dari pihak siswa:
Maulana, Kirana, Annisa dan Arda.
b. Observasi
Observasi atau pengamatan dalam rangka mengumpulkan data
dalam suatu penelitian merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif
dan penuh perhatian.
Untuk menyadari adanya suatu rangsangan
tertentu yang diinginkan atau studi yang disengaja dan sistematis
tentang keadaan atau fenomena sosial dan gejala psikis dengan jalan
80
mengamati.13 Dalam observasi ini diusahakan mengamati keadaan
yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk
mempengaruhi mengatur atau memanipulasikannya.14
Dalam
penelitian kualitatif, metode pengamatan berperan sangat penting.
Karena memungkinkan peneliti untuk mendapatkan informasi secara
lengkap. Bentuk kegiatan peneliti dengan mengamati secara terjun
langsung ke lapangan atau ke sekolah sehingga peneliti ikut aktif di
dalamnya, langsung dapat melihat situasi yang diamati dan dipaparkan
melalui pengamatan dan pencatatan. Pengamatan berlatar alamiah
atau tak terstruktur karena terjadi secara naturalistik dan apa adanya
yang terjadi di sekolah.15
Dalam melakukan pengamatan peneliti terjun langsung ke
lokasi penelitian yaitu di SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT
Ihasanul Fikri Kota Magelang. Peneliti mengamati implementasi
multiple intelligences dalam pembelajaran. Peniliti melihat langsung
kondisi dan situasi yang diamati selanjutnya dipaparkan melalui
pencatatan. Dalam melakukan pencatatan peneliti menuliskan kondisi
yang sebenarnya dan tidak dibuat-buat.
13
Mandalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan proposal, Jakarta: Bumi
Aksara, 2003, 63.
14
S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, 106.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009, 176.
15
81
Dalam melakukan pengamatan tidak bisa berdiri sendiri,
artinya tidak dapat dilakukan tanpa pencatatan datanya. Adapun
langkah-langkah dalam pembuatan catatan lapangan sebagai berikut:16
1) Membuat catatan lapangan.
Catatan lapangan sangat penting karena merupakan anak rantai
antara pengumpulan data berdasarkan observasi dan wawancara
dengan analisis serta pengolahan data. Catatan lapangan menjadi
dasar utama dalam penulisan laporan, maka sejak mulanya perlu
kita melaksanakan menurut sistematika tertentu.17
Ketika melakukan pengamatan peneliti menuliskan hal-hal pokok
saja dalam pengamatan dan direkam dalam video, ketika sampai di
rumah baru dibuat catatan lapangan berdasarkan data dan video
rekaman. Catatan lapangan ini diguanakan sebagai pedoman untuk
membuat paparan data hasil observasi implementasi multiple
intelligences di SD Muhammadiyah 1 Alternatif maupun SDIT
Ihsanul Fikri Kota Magelang.
2) Buku harian pengalaman lapangan dibuat dalam bentuk yang telah
terorganisasi dan harus diisi setiap hari. Pembuatan buku harian
itu dimanfaatkan untuk analisis data dan pengkategorian.
16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009, 180-182.
17
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito,
2003, 98-99.
82
3) Catatan kronologis dilakukan secara rinci dan secara kronologi dan
secara kronologi dari waktu ke waktu. Catatan itu diberi nomor
urut kemudian pencatatan disertai waktu.
4) Jadwal pengamatan berisi waktu secara rinci tentang apa yang
akan dilakukan dimana bilamana apa yang diamati dan
semacamnya.
5) Balikan melalui pengamat lainnya.
Pengalaman pengamat itu
dapat saling dipertukarkan dengan pengamat sendiri dan hal itu
dapat lebih memperbaiki teknik pengamatannya.
6) Alat elektronika seperti video, alat perekam maupun kamera.
7) Daftar cek, dibuat untuk mengingatkan pengamat apakah seluruh
aspek informasi sudah diperoleh atau belum.
Sesuai dengan setting yang dikehendaki.
Teknik ini
digunakan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi
multiple intelligences dan berbagai hal yang terkait dengan multiple
intelligences dalam pembelajaran baik di SD Muhammdiyah 1
Alternatif ataupun di SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.
Observasi yang kami lakukan di SD Muhammadiyah 1
Alternatif dalam intrakurikuler meliputi: gambaran pembelajaran
harian, observasi kelas 2 Nabi Ibrahim, kelas 2 Nabi Ismail dan kelas
5 Nabi Daud. Sedangkan pembelajaran ekstrakurikulernya: marching
band dan sepak bola. Di SDIT Ihsanul Fikri yang kami observasi:
83
kegiatan pembelajaran harian, kelas 5 D, kelas 1 A dan kelas 3 A.
Sedangkan pembelajaran ekstrakurikulernya: tartil dan story telling.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
baik
Dokumen-dokumen
tersebut diurutkan sesuai dengan kekuatan dan kesesuaian isinya
dengan tujuan pengkajian.
Isinya dianalisis, dibandingkan dan
dipadukan membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan
utuh.18
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumen antara
lain: 19
1) Dokumen Pribadi.
Dokumen pribadi merupakan catatan atau karangan seseorang
secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya.
Maksud mengumpulkan dokumen pribadi ialah untuk memperoleh
kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di
sekitar subyek penelitan. Contoh dokumentasi pribadi adalah buku
harian, surat pribadi dan otobiografi.
18
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008, 221-222.
19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009, 217-219.
84
2) Dokumen Resmi.
Dokumentasi resmi terbagi atas dokumen internal dan dokumen
eksternal.
Dokumen internal berupa memo, pengumuman,
instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan
dalam kalangan sendiri. Dokumen eksternal berisi bahan-bahan
informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial misalnya
majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan kepada
media massa.
Teknik ini secara khusus digunakan untuk memperoleh
dokumen resmi tentang profil sekolah secara umum, visi misi, struktur
organisasi, profil guru dan karyawan, keadaan siswa, sarana dan
prasarana.
Sedangkan dokumen pribadi guru meliputi: rpp, daftar
siswa, hasil raport, penilaian ekstrakurikuler dan buku komunikasi.
7. Sampling
Teknik sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan
penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif maksud sampling di sini
untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam
sumber dan bangunannya. Dalam penelitian ini tidak ada sampel acak,
tetapi sampel bertujuan (purposive sampel). Sampel bertujuan ini ciricirinya sebagai berikut:20
a. Rancangan sampel yang muncul: Sampel tidak dapat ditentukan atau
ditarik terlebih dahulu.
20
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,
Rosdakarya, 2009, 224-225
Bandung: PT Remaja
85
b. Pemilihan sample secara berurutan: Tujuan untuk memperoleh variasi
sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan
sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan
dianalisis. Teknik sampling bola salju bermanfaat dalam hal ini, yaitu
mulai dari satu menjadi makin lama makin banyak.
c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel: Pada mulanya setiap sampel
dapat sama kegunaannya, namun semakin banyak informasi sampel
dipilih atas dasar fokus penelitian.
d. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan: Jika informasi
yang diperlukan sudah dapat dijaring, maka penarikan sampel pun
sudah dapat diakhiri.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel bertujuan. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang
fokus penelitian.
Ketika informasi tersebut sudah mencukupi maka
penarikan sampel dihentikan. Sampel yang diambil dari penelitian ini
antara lain beberapa guru, orang tua murid, dan siswa. Selain itu juga
sampel pengamatan pembelajaran di kelas dan juga pembelajaran
ekstrakurikuler.
8. Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan
data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan data didasarkan pada derajat
kepercayaan (kredibilitas). Derajat kepercayaan ini berfungsi untuk:
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
86
penemuannya dapat dicapai dan untuk mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.21
Berbagai cara dapat dilakukan untuk memenuhi kriteria derajat
kepercayaan (kredibilitas) antara lain:22
a. Memperpanjang masa observasi: harus cukup waktu untuk betul-betul
mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan
orang-orang di sana, mengenal kebudayaan lingkungan dan mengecek
kebenaran informasi.
b. Pengamatan yang terus-menerus: dengan pengamatan yang terusmenerus dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat.
c. Triangulasi: data atau informasi yang telah dikumpulkan dalam suatu
penelitian kualitatif perlu diuji keabsahannya
melalui teknik
triangulasi metode: jika informasi atau data yang berasal dari hasil
wawancara misalnya, perlu diuji dengan hasil observasi dan
seterusnya. Selain itu juga triangulasi sumber: jika informasi tertentu
misalnya ditanyakan kepada responden yang berbeda atau antara
responden dan dokumentasi.23 Untuk menguji keakuratan data
digunakan trianggulasi metode pengumpulan data yaitu dengan cara
21
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009, 324.
22
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 2003,
114-117.
23
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2004, 83.
87
menggunakan beberapa cara pengumpulan data seperti observasi,
wawancara mendalam dan dokumentasi.24
d. Membicarakan dengan orang lain: diskusi dilakukan dengan orang
yang sebaya dengan peneliti, menghindari yang senior agar tidak
terpengaruh otoritasnya, dan menghindari yunior karena orang seperti
ini enggan memberikan kritik. Orang itu hendaknya tidak terlibat
dalam penelitian agar pandangannya lebih netral.
e. Menganalisis kasus negatif: kasus negatif adalah kasus yang tidak
sesuai dengan hasil penelitian hingga saat tertentu. Selama masih ada
kasus-kasus demikian penelitian harus dilanjutkan sampai kasus ini
tuntas tercakup dalam kesimpulan yang diambil.
f. Menggunakan bahan referensi: sebagai bahan referensi untuk
meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, dapat digunakan
hasil rekaman atau video atau dokumentasi.
g. Mengadakan member check: salah satu cara yang sangat penting
melakukan member check dengan cara pada akhir wawancara kita
ulangi dalam garis besarnya, berdasarkan catatan kita dengan maksud
memperbaiki kekeliruan atau menambah apa yang masih kurang.
9. Analisis data
Analisis data penelitian kualitatif dimulai dengan menyusun faktafakta hasil temuan lapangan.
Kemudian peneliti membuat diagram-
diagram, tabel, gambar-gambar, dan bentuk-bentuk pemaduan fakta
24
Persada, 2003, 105.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: RajaGrafindo
88
lainnya. Hasil analisis data, diagram, bagan, tabel, dan gambar-gambar
tersebut diinterpretasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsipprinsip.25
Untuk menganalisa data penulis menggunakan analisis data
deskriptif kualitatif
dengan langkah: reduksi data, display data,
mengambil kesimpulan.
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam analisis data
antara lain: 26
a. Mengumpulkan dan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber wawancara, observasi, maupun dokumentasi dan juga fotofoto kegiatan.
b. Mengadakan reduksi data: data yang diperoleh di lapangan ditulis
dalam bentuk karangan atau laporan terinci, disusun lebih sistematis,
ditonjolkan pokok-pokok yang penting dan dibuat susunan yang lebih
sistematis.
c. Display data: untuk dapat melihat gambaran gambaran keseluruhan
atau bagian tertentu dari penelitian diusahakan peneliti membuat tabel
atau diagram yang berupa pedoman penelitian baik dokumentasi,
wawancara maupun observasi.
25
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008, 115.
26
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Transito,
2003, 129.
89
d. Pengkodean: agar catatan tidak bercampur aduk sehingga susah
dikendalikan, catatan diberi kode. Untuk wawancara diberi kode “w”
dan observasi diberi kode “o”.
e. Membuat kesimpulan dengan menggunakan metode induktif yaitu
dengan jalan mengumpulkan fakta-fakta khusus untuk diambil
kesimpulan yang bersifat umum.
B. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam melakukan penelitian kualitatif menurut Lexy J. moleong, ada
empat tahapan yang harus dilakukan, yaitu tahap pra-lapangan, tahap kegiatan
lapangan, tahap analisis data dan tahap penulisan laporan.27
1. Tahap Pra-Lapangan
Pada tahap ini peneliti mengunjungi lokasi, dalam hal ini adalah
SD Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang.
Untuk mendapatkan gambaran yang tepat tentang latar penelitian.
Kemudian peneliti menggali informasi yang diperlukan dari orang-orang
yang dianggap memahami subyek penelitian.
Selain itu peneliti juga melakukan beberapa langkah penelitian,
yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian,
mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih
dan memanfaatkan informasi, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
27
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif,
Rosdakarya, 2009, 85.
Bandung: PT Remaja
90
2. Tahap Kegiatan Lapangan
Pada tahap kegiatan lapangan, ada tiga langkah yang harus
dilakukan, yaitu memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki
lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data. Pada tahap ini
peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan metode-metode
yang telah ditentukan sebelumnya. Disamping itu, peneliti melakukan
pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data untuk membuktikan bahwa
kredibilitas data dapat dipertanggung jawabkan.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini, peneliti melakukan penghalusan data yang
diperoleh dari subyek, informan maupun dokumen dengan memperbaiki
bahasa dan sistematikanya agar dalam pelaporan ini hasil penelitian tidak
terjadi kesalahpahaman maupun salah penafsiran. Setelah data-data itu
dianalisis dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya.
4. Tahap Penulisan
Pada tahap ini, peneliti menyusun laporan hasil penelitian dengan
format yang sesuai dalam bentuk tulisan dan bahasa yang mudah
dipahami oleh pembaca.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian tersebut
dilaksanakan. Dalam penelitian non eksperimen baik pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif, desain penelitian lebih mengarah kepada langkah-langkah
pengumpulan data. Dalam desain tersebut diuraikan secara agak rinci: data
91
apa yang dikumpulkan, dari mana dan dari siapa data tersebut dikumpulkan,
dikumpulkan dengan menggunakan teknik dan instrumen apa, bagaimana
langkah-langkah pengumpulan datanya.28
Desain penelitian ini yang akan dilakukan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Desain Penelitian
Data yang
dikumpulkan
Sumber data
Profil sekolah SD
Mutual 1 Alternatif dan SDIT
Ihsanul Fikri Kota
Magelang
- Dokumendokumen profil
sekolah (letak
dan keadaan
geografis, sejarah berdirinya,
visi misi, tujuan
sekolah, struktur
organisasi, keadaan tenaga
kependidikan,
keadaan peserta
didik, sarana
dan prasarana.
- Foto sekolah
Pemahaman
- Kata-kata atau
mengenai multiple
tindakan
intelligences oleh
Kepala Sekolah
dan guru-guru
Kerangka konseptual implementasi
multiple intelligences di sekolah
SD Mutual 1 Alternatif dan SDIT
28
- Dokumendokumen
sekolah
- Dokumen pribadi guru
(silabus, RPP)
Teknik
pengumpulan
data
- Wawancara
mendalam dengan Kepala
sekolah dan
Waka kurikulum
- Dokumentasi
Instrumen
pengumpulan
data
- Peneliti sendiri
- Pedoman wawancara tentang
profil sekolah
- Alat perekam
- Kamera
- Wawancara
mendalam kepada Kepala Sekolah dan 3 orang
guru tentang pemahaman multiple intelligences
- Peneliti sendiri
- Pedoman wawancara tentang
pengetahuan
multiple intelligences
- Alat perekam
- Kamera
- Peneliti sendiri
- Alat perekam
- Kamera
- Pedoman wawancara tentang
kerangka kon-
- Dokumentasi
- Wawancara
dengan Waka
Kurikulum dan
Waka
Kesiswaan
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008, 287-288.
92
Ihsanul Fikri Kota
Magelang
Implementasi
multiple
intelligences
dalam
pembelajaran
yang memuat
konsep multiple
intelligences di
sekolah
- Dokumendokumen
kegiatan
pembelajaran
berbasis
multiple
intelligences
- Foto / video
rekaman
Respon siswa dan
orang tua siswa
terhadap
implementasi
multiple
intelligences
- Kata-kata dan
tindakan
Dampak implementasi multiple
intelligences
terhadap prestasi
siswa
- Dokumen
prestasi siswa
- Kata-kata /
tindakan
- foto
- Beberapa guru
- Observasi,
wawancara,
dokumentasi
septual implementasi multiple
intelligences
- Peneliti sendiri
- Pedoman observasi kegiatan
pembelajaran
berbasis multiple
intelligences
- Peneliti sendiri
- Alat perekam
suara dan video
- Kamera
- Catatan lapangan
- Wawancara
- Peneliti
mendalam
- Pedoman
dengan beberapa
wawancara
wali murid dan
- Respon orang
siswa tentang
tua maupun
respon mereka
siswa terhadap
terhadap
implementasi
implementasi
multiple intellimultiple
gences di
intelligences di
sekolah
sekolah
- Alat perekam
- Kamera
- Dokumentasi
- Peneliti
tentang prestasi- - Pedoman waprestasi yang
wancara
pernah diraih
- Dampak impleoleh siswa
mentasi multiple
- Wawancara
intelligences
mendalam
dalam pembedengan Waka
lajaran terhadap
Kesiswaan
prestasi siswa
- Alat perekam
- Kamera
93
Tabel 3.2
Panduan Wawancara
PANDUAN WAWANCARA
No
SUBYEK
TOPIK
1
2
Kepala sekolah
SD Muhammadiyah 1 Alternatif
dan SDIT Ihsanul Fikri
Guru
3
Orang tua murid
4
Siswa
Gambaran Umum
SD Muhammadiyah 1 Alternatif
dan SDIT Ihsanul
Fikri
Pengelolaan
Sekolah
PANDUAN WAWANCARA
Gambaran umum sekolah,
ciri khas sekolah, pemahaman
tentang
multiple
Intelligences.
- Pemahaman guru tentang
multiple intelligences
- Implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran intrakurikuler dan
ekstrakurikuler di sekolah
- Bentuk evaluasi
- Dampak implementasi Multiple Intelligences terhadap
siswa
Respon terhadap - Latar belakang pemilihan
sekolah
sekolah
- Respon tentang pembelajaran di sekolah
- Pandangan tentang kegiatan
ekstrakurikuler.
- Dampak implementasi terhadap prestasi dan kepribadian siswa.
Motivasi
dan - Motivasi belajar di sekolah
Aktivitas
- Respon siswa terhadap
sekolah
- Pandangan tentang KBM di
sekolah
- Kegiatan ekstra di sekolah
- Dampak terhadap prestasi
dan kepribadian
94
Tabel 3.3
Panduan Observasi
PANDUAN OBSERVASI
No
FOKUS
EVENT/MOMENT
PANDUAN OBSERVASI
1
Gambaran Umum
Situasi sekolah
Aktivitas Harian
2
Situasi Pembelajaran di Sekolah
Aktivitas Pembelajaran Ekstra
Pembelajaran
KBM didalam Jam pelajaran
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
3
Ekstra wajib
Ekstra pilihan
Tabel 3.4
Panduan Dokumen
PANDUAN DOKUMEN
No
FOKUS
1
Gambaran Umum
Sekolah
2
Pembelajaran
Proses
3
Situasi Pembelajaran
di Sekolah
Hasil
DOKUMEN YG
DIKUMPULKAN
Profil sekolah
Data dan struktur
Jadwal Kegiatan Harian
Hasil raport siswa
Jadwal dan bentuk Kegiatan
Ekstra
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Subyek Penelitian
1. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang
a. Identitas SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang
1)
Nama Sekolah
: SD Muhammadiyah 1 Alternatif (SD
MUTUAL)
2)
Alamat
:
a) Jalan
: Tidar no. 21
b) Kelurahan
: Magersari
c) Kecamatan
: Magelang Selatan
d) Kota
: Magelang
e) Provinsi
: Jawa Tengah
f) Telp. /HP.
: (0293) 314181, 5505007, 08156815724
g) Fax
: 0293- 364889
h) Website
: www.sdmutual.sch.id
i) E-mail
: [email protected]
3)
Mulai Operasional
: 16 juli 1961
4)
Luas Tanah / lahan
: + 3.000 M2
5)
Luas bangunan
: + 2.500 M2
6)
Status Tanah
: Milik sendiri / wakaf
7)
Status Bangunan
: Milik sendiri
8)
Terakreditasi
: A (nilai 96) Tahun 2009
9)
Jumlah siswa
: 682
95
96
Ditinjau dari letaknya, SD MUTUAL sangat strategis karena
terletak di tengah-tengah kota Magelang sehingga mudah untuk
dijangkau oleh berbagai pihak yang berkepentingan. SD MUTUAL
juga terletak di kompleks yayasan Pimpinan Daerah Muhammadiyah
(PDM) kota Magelang yang sangat kondusif untuk pembelajaran
karena akses mudah untuk berkoordinasi dengan yayasan secara
langsung.
b. Sejarah Singkat dan Perkembangannya
SD Muhammadiyah 1 didirikan oleh Almarhum Bp. Fajar
(Ayah Prof. Drs. H. Malik Fajar, MSc) tahun 1961.
Mula-mula
sekolah membuka kelas IV, kemudian berlanjut sampai dengan kelas
VI yang masuk sore.
Sekolah ini di atas tanah wakaf dari Almarhum dokter kulit di
Kota Magelang (dr. Antariksa) yang juga didanai untuk bangunan
masjid Jami’.
SD Muhammadiyah 1 oleh tokoh Muhammadiyah Kota
Magelang dan tokoh masyarakat setempat antara lain: Bp. Sukro, Bp.
Mul Sirod serta tokoh lain yang belum diketahui namanya (semuanya
sudah almarhum). SD Muhammadiyah 1 dipimpin oleh Bp.
Djafariyanto, BA (Alm) yang dibantu oleh guru-guru yang merangkap
di SD Negeri.
Dengan perkembangannya juga menerima siswa baru mulai
kelas 1 dan masuk pagi, untuk mengantisipasi dari mana murid
97
didapat dan kemana sesudahnya. Beliau-beliau mendirikan TK ABA
2 dan SMP Muhammadiyah.
SD Muhammadiyah 1 mengalami pergantian pimpinan mulai
dari Bp. Djafariyanto, BA, Bp. Darminto, Bp. Munadir, Ibu
Djarwanti, Bp. Sukotjo, Bp. Suharto, Bp. Haryono, Ibu Semi dan Bp.
Drs. Muchrodji, Ymt. Bp. Nur Khamid, S.Ag dan terakhir Bp.
Salamun, S.Ag, M.Pd.I sampai sekarang.
Tahun 1998 SD Muhammadiyah 1 adalah kondisi terlemah
(hampir kolep), ialah siswa kelas 1 s/d 6 terdiri dari 50 siswa dan
perolehan NEM (kelas 6) menduduki peringkat 42 se Kecamatan
Magelang selatan dari 45 sekolah.
Mulai Juli 1998 PDM Majelis Dikdasmen mengangkat Bp.
Drs. Muchrodji seorang guru PAI dari Sekolah Negeri Kecamatan
Magelang Utara (SD Negeri Gelangan 3), untuk memimpinnya, dan
memperbaiki kondisinya. Perolehan NEM mulai merangkak dari 42
menjadi peringkat 36, 34, 30, 24 dan terakhir peringkat 12, siswa juga
berkembang sangat baik.
Untuk mencapai kondisi sekarang, tidak lepas dari belajar di
beberapa sekolah yang sudah maju misalnya SD Muhammadiyah
Gunung Pring, SD Pasuruhan 2, SD Banjar Sari 1-6 dan SDIT Salman
Farizi (keduanya di Bandung), SD Muhammadiyah Sapen (Yogya),
SD
Muhammadiyah
Denpasar
1
(Bali),
Muhammadiyah Condong Catur Yogyakarta.
MIN
Malang,
SD
98
Tahun 2001, Drs. Muchrodji didampingi seorang Guru Agama
(Muslih, A.Ma) dan sekretaris Komite Sekolah yang juga anggota
Majelis Dikdasmen (Hadi Prayitno) melamar SD Muhammadiyah
Sapen Yogyakarta untuk menjadi pembinanya.
Mulai tahun pelajaran 2001/2002 SD Muhammadiyah 1 Kota
Magelang dibina langsung dari SD Muhammadiyah Sapen (Yogya)
dan dinyatakan Cabang Sapen oleh Bp. H. Sutrisno lewat TVRI.
Mulai tahun tersebut sampai sekarang berkembang lebih cepat
dengan program alternative.
Alternative ini dimaksudkan karena
masih memberi kesempatan siswa untuk bersosialisasi dengan
lingkungannya.
Tetapi
siswa
terbimbing
ketaqwaannya
lewat
bimbingan guru di Sekolah. Sehingga siswa sampai di rumah sudah
sholat Dhuha, Dhuhur, baca Al Qur’an dan sebagainya.
Guru-guru dahulu bantuan dari Pemerintah 100%, sekarang
2%, kelebihannya merekrut dari para Sarjana alumni berbagai
Universitas antara lain: UNS, UNES, IAIN Suka, IAIN Wali Songo,
UNIBRAW, UNSOED, UMM Magelang, UNY, UNTID, STAIN dan
UNSURI. Siswa-siswa yang dahulu hanya limpahan sekolah negeri,
sekarang telah menjadi idola. Dahulu belum ada sarana transportasi,
sekarang sudah ada 8 armada. Siswa dari jarak 0 Km s/d 15 Km di
daerah Kabupaten Magelang. Dan tahun 2004/2005 mempersiapkan
pembangunan gedung dengan biaya 2,2 milyar. Tepatnya di Jl. Tidar
No. 21 Komplek PTM Kota Magelang. Dan di bawah kepemimpinan
99
Bp. Salamun, S.Ag.M.Pd.I seorang aktivis Pemuda Muhammadiyah
Kota Magelang dan Dosen di FAI UMM, sekolah mengalami
kemajuan yang luar biasa sehingga bisa bertengger diperingat 1
SD/MI se-Kota Magelang.
c. Visi,
Misi dan Motto SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota
Magelang
1) Visi
Menjadi sekolah yang unggul dan model bagi SD Islam
pada umumnya dan SD di lingkungan muhammadiyah pada
khususnya.
2) Misi
a) Mewujudkan sekolah Islam yang melaksanakan proses belajar
mengajar dengan mengaitkan secara mendalam ketiga aspek
perkembangan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b) Menyiapkan siswa sebagai aset sumber daya insani yang
muttaqin dan berkualitas unggul dalam berbagai aspek.
c) Mewujudkan 5 kualitas output secara maksimal: keislaman,
keilmuan,
keindonesiaan,
kebahasaan,
dan
ketrampilan
(khususnya komputer)
3) Motto
”Islamic, Creative, Innovative, and Competitive School”
100
Dilihat dari visinya SD MUTUAL bercita-cita menjadi
sekolah yang unggul baik dari segi ilmu pengetahuan maupun ilmu
Agama. Dari misinya SD MUTUAL ingin menciptakan kondisi
pembelajaran yang mengaitkan secara mendalam pengetahuan,
keterampilan dan akhlakul karimah. Takwa dan unggul dalam
berbagai aspek. Dari misi ini terlihat keseimbangan antara ilmu
agama dan juga ilmu pengetahuan umum sehingga menghasilkan
manusia yang berkualitas baik agamanya, ilmu pengetahuan
ataupun keterampilan sesuai dengan misi pendidikan Islam yaitu
perpaduan antara dzikir dan pikir yang menjadikan sebagai ilmu
yang terpadu dan utuh.
Sedangkan dari mottonya terlihat bahwa SD MUTUAL
berusaha mengkondisikan dalam keseharian semua warga sekolah
dan lingkungannya yang takwa, berkepribadian muslim, kreatif
baik dalam berfikir maupun bertindak dalam kehidupan sehari-hari,
menghasilkan sesuatu yang baru sebagai hasil dari kreativitas dan
mampu bersaing baik dari segi ilmu ataupun keterampilan dalam
menghadapi perkembangan zaman.
d. Struktur Organisasi
Kepala Sekolah
: Salamun, S.Ag, M.Pd.I
Waka Urusan Kurikulum
: Mustaqim, S.Pd.I
Waka Urusan AIM
: S. Endro Susilo, S.Ag
Waka Urusan Kesiswaan
: Wati Prihayanti, S.Ag
101
Keuangan
: Lis Apriyanti DA, Ani Lestari, SE
Administrasi
: Miftakhul Azis, SE
Kebersihan
: Lilik Sumedi, Kusnadi, Rochmad H.
Koordinator BP
: S. Endro Susilo, S.Ag
Koor. Perpustakaan
: Dwi Susilowati, S.Pd.I, Joko Adi Y.
Koor. Lab. IPA
: Ambarsari Puspita R, SP
Koor. Lab. Komputer
: Singgih Hardjanto
Koor. Lab. Matematika
: Yudha Hardiyanto, SE
Koor. Lab. UKS
: Ari Nur Cahyani, S.Pd.Si
Koor. Lab. UKS
: Ari Nur Cahyani, S.Pd.Si
e. Profil Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota
Magelang
1) Data Kepegawaian SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota
Magelang Tahun Ajaran 2012/2013:
Tabel 4.1
Data Kepegawaian SD Muhammadiyah 1 Alternatif
NO
STATUS KEPEGAWAIAN
L
P
JUMLAH
1.
Guru Tetap Diknas
-
-
-
2.
Guru Tetap Depag
1
-
1
3.
Guru Bantu
-
-
-
4.
Guru Tetap Yayasan
5
4
9
5.
Guru Kontrak & Tidak Tetap
Yayasan
12
17
27
6.
Karyawan tetap Yayasan
-
2
2
102
7.
Karyawan Tidak Tetap
Yayasan
6
1
7
JUMLAH
24
24
48
2) Profil Guru
Tabel 4.2
Daftar Guru SD Muhammadiyah 1 Alternatif
No
Nama
Jabatan
1.
Salamun, S.Ag, M.Pd.I
Kepala Sekolah
2.
Mustaqim, S.Pd.I
Guru
3.
Luqman Novianto, S.Pd.I
Guru
4.
Jody Nur Ismawan, S.Pd.
Guru
5.
Wati Prihayanti, S.Ag
Guru
6.
Yudha Hardiyanto, SE
Guru
7.
Kussariyani, SP
Guru
8.
S. Endro Susilo, S.Ag
Guru
9.
Dika Prima PN, S.Pd.
Guru
10.
Anwar Rosyid, S.Sos
Guru
11.
Sulaiman, S.Sos
Guru
12.
Ida Mubasyiroh, S.Ag
Guru
13.
Sri Undaryani, S.Pd
Guru
14.
Hani Hendraswati, S.Si
Guru
15.
Yeti Indarsih, S.Pd
Guru
16.
Eka Sulistyaningsih, S.Pd
Guru
103
17.
Maziah Husnawati, S.Pd
Guru
18.
Erni Setyowati, SS
Guru
19.
Arini Tilawatil M, S.TP
Guru
20.
Siti Badilah
Guru
21.
Singgih Hardjanto
Guru
22.
Nur Salim, S.Ag
Guru
23.
Ambarsari Puspita R, SP
Guru
24.
Anam Muawan S, S.Pd.I
Guru
25.
Dwi Susilowati, S.Pd.I
Guru
26.
Wildan Ari Furqon, SS
Guru
27.
Danu Rohmah Indriningtyas, S.Pd.Si
Guru
28.
Ari Nur Cahyani, S.Pd.Si
Guru
29.
Rury Hendrayani, SE
Ka. Tata Usaha
Lilik Sumedi
Penjaga/Cleaning
Servis
31.
Lis Apriyanti DA
Bendahara
32.
Joko Adi Yunarto
Perpustakaan
33.
Miftakhul Azis, SE
Karyawan
34.
Ani Lestari, SE
Karyawan
Kusnadi
Penjaga/Cleaning
Servis
Rochmad Hidayat
Cleaning servis
30.
35.
36.
104
f. Keadaan Siswa
1) Jumlah Kelas 1 – 6 = 14 Kelas & Jumlah Siswa:
Tabel 4.3
Keadaan Siswa SD Muhammadiyah 1 Alternatif
Tahun
I
II
III
IV
V
94
85
70
50 7
389
10
2006/2007 105 77
78
78
67 47
452
14
2007/2008 81
106 79
70
80 62
478
14
2008/2009 87
81
103 69
73 73
486
14
100 66 68
525
16
84
91 63
568
18
2011/2012 141 116 116 90
77 84
624
19
2012/2013 144 140 114 115 93 73
679
20
2005/2006 83
2009/2010 120 87
85
2010/2011 119 120 91
VI Jumlah Jumlah kelas
2) Nilai Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional / Ujian Nasional
Sejak adanya Ujian Akhir Sekolah berstandar nasional
(UASBN) atau Ujian Nasional (UN), tahun 2007/2008 sampai
dengan tahun 2011/2012 selalu menempati peringkat satu tingkat
SD/MI sekota Magelang.
Tabel 4.4
Nilai Ujian Akhir Sekolah SD Muhammadiyah 1 Alternatif
Tahun
Mata Pelajaran Untuk UASBN
Nilai
2007/2008 Klasifikasi
B.IND
A
Keterangan
MAT.
IPA
JMLH
A
A
A
Nilai rata-rata
105
Rata-rata
9,06
8,67
8,32
26,05
Terendah
8,00
6,00
7,25
21,50
Tertinggi
9,80
10.00
9,25
28,60
Std.Deviasi
0,48
1,05
0,59
1,8
Klasifikasi
A
A
A
A
Rata-rata
8.73
8.75
8.77
26.25
2008/2009 Terendah
6.60
5.75
7.25
21.35
Tertinggi
9.60
10.00
9.50
28.85
Std.Deviasi
0.50
1.14
0.54
1.79
Klasifikasi
A
A
A
A
Rata-rata
8.60
9.80
8.90
27.30
2009/2010 Terendah
7.40
8.25
7.75
24.90
Tertinggi
9.80
10.00
9.75
28.90
Std.Deviasi
0.53
0.32
0.43
0.82
Klasifikasi
A
A
A
A
Rata-rata
8.72
8.83
8.77
26.32
2010/2011 Terendah
7.60
5.75
6.00
21.85
Tertinggi
9.60
9.75
9.75
28.50
Std.Deviasi
0.40
0.69
0.69
1.29
Klasifikasi
A
A
A
A
Rata-rata
8.53
9.35
8.70
26.58
2011/2012 Terendah
7.40
7.90
6.90
23.40
Tertinggi
9.40
10.00
9.60
28.90
Std.Deviasi
0.42
0.45
0.48
1.13
tertinggi SeKota
Magelang
Nilai rata-rata
tertinggi SeKota
Magelang
Nilai rata-rata
tertinggi SeKota
Magelang
Nilai rata-rata
tertinggi SeKota
Magelang
Nilai rata-rata
tertinggi SeKota
Magelang
106
g. Keadaan Sarana Prasarana
SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang memiliki
sarana dan prasarana sebagai berikut:
1) SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang Jl. Tidar No. 21
Magelang merupakan pengembangan dari SD Muhammadiyah 1
di Jl. Singosari No. 30 Magelang. Berdiri di atas tanah seluas +
3.080 m2 memiliki 2 unit gedung yang berlantai dua
digunakan untuk:
Tabel 4.5
Sarana Prasarana SD Muhammadiyah 1 Alternatif
No
Nama Ruang
Jumlah
1
R. KBM
20
2
R. Laboratorium Bahasa
1
3
R. Laboratorium Komputer
1
4
R. Dapur
1
5
R. Pusat Perpustakaan berbasis IT
1
6
R. UKS dan BP
1
7
R. Guru
1
8
R. Kepala Sekolah
1
9
R. Tata Usaha & Bendahara
1
10 Kamar mandi dan WC
12
11 Ruang Alat Peraga
1
12 Ruang Gudang
1
13 Masjid
1
dan
107
2) Memiliki Masjid sebagai tempat kegiatan keagamaan: Sholat
Dhuha, Sholat Dzuhur, dan lain-lain.
3) SD Muhammadiyah 1 Kota Magelang memiliki perpustakaan
dengan dilengkapi dengan 10 rak buku, almari katalog, meja dan
kursi untuk membaca dan ruangan AC.
Buku perpustakaan
memiliki koleksi sejumlah 11.275 exp. Terdiri dari Non fiksi dan
fiksi sebagai berikut:
Tabel 4.6
Inventaris Buku Perpustakaan SD Muhammadiyah 1 Alternatif
No
Jenis Buku
Jumlah
1
Karya Umum
225
exp
2
Agama
424
exp
3
Ilmu-ilmu Sosial
502
exp
4
Bahasa
151
exp
5
Ilmu Alam & Matematika
1197 exp
6
Tehnologi &Terapan
2638 exp
7
Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
470
8
Kasusastran (Fiksi)
3398 exp
9
Geografi dan sejarah
293
exp
10
Referensi
800
exp
11
Pegangan Guru
1177 exp
Jumlah
11275 exp
exp
108
2. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang
a. Identitas SDIT Ihsanul Fikri Kota Kota Magelang
1) Nama Sekolah
: SDIT Ihsanul Fikri
2) Alamat
:
a) Jalan
: Jl. Jeruk Timur V Sanden
b) Kelurahan
: Kramat Selatan
c) Kecamatan
: Magelang Utara
d) Kota
: Magelang
e) Provinsi
: Jawa Tengah
f) Kode Pos
: 56115
g) Telp. /HP.
: (0293) 314537
h) Website
: www.sditihsanulfikri.sekolahjuara.com
i) E-mail
: [email protected]
3) Status Tanah
: Milik sendiri
4) Status Bangunan : Milik sendiri
5) Terakreditasi
:A
6) Jumlah siswa
: 706
Ditinjau dari letaknya, SDIT Ihsanul Fikri sangat strategis
karena terletak di tengah-tengah kota Magelang sehingga mudah
untuk dijangkau oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Ditinjau
dari sudut pendidikan SDIT Ihsanul Fikri terletak di dalam kota
namun jauh dari keramaian sehingga sangat kondusif untuk proses
pembelajaran juga terletak dekat daerah persawahan memungkinkan
proses pembelajaran dipadukan dengan alam sekitar.
109
b. Visi, Misi dan Motto SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang
1) Visi
Menjadi
sekolah
Islam
unggulan
yang
mampu
menumbuhkan jiwa pemimpin berkepribadian islami, terampil,
mandiri, menguasai IPTEK dan berpengetahuan luas serta sehat
dan kuat jasmaninya.
2) Misi
a) Menyelenggarakan pendidikan Islam unggulan yang mampu
mengintegrasikan nilai – nilai Islam sebagai pondasi dasar
bagi pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
b) Menyelenggarakan pendidikan untuk melahirkan generasi
yang beraqidah lurus, beribadah secara benar, berakhlak
mulia, berfikir ilmiah, mandiri, kreatif, disiplin serta berbadan
sehat dan bermanfaat bagi umat.
c) Sebagai pioneer dan pusat pengembangan pendidikan Islam
unggulan yang berbasis pada sumber Islam dengan metode
pembelajaran efektif, kreatif, menyenangkan dan bermanfaat
bagi diri sendiri dengan kemaslahatan umat sesuai apa yang
telah ditentukan dalam Al Qur’an dan hadist.
d) Menciptakan suasana kerjasama yang baik antara sekolah,
wali murid, masyarakat dan pemerintah.
110
3) Motto
Gali Potensi Raih Prestasi Menuju Ridho Ilahi
Dari visi dan misi tersebut menunjukkan bahwa SDIT
Ihsanul
Fikri
berusaha
menjadi
sekolah
Islam
unggulan,
mengintegrasikan nilai-nilai Islam sebagai pondasi dasar bagi
pengembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
sehingga
menghasilkan generasi yang beraqidah lurus, beribadah secara
benar, berakhlak mulia, berfikir ilmiah, mandiri, kreatif, disiplin
serta berbadan sehat dan bermanfaat bagi umat.
c. Struktur Organisasi
Kepala Sekolah
: Abdul Rozak Sidik, S.Pd.I
Waka Bidang Kurikulum
: Siwi Widiyastuti, S.Pd. SI
Litbang Kurikulum
: Rida Rahmawati Rahayu, S.Psi
Admin. Kurikulum
: Ari Sulistyana, S.Pd.
Perpustakaan
: Idah
Rohyati,
Budhi Listyawati
Wardhani, S.Pd
Ke-IT-an
: Imam Sadzali Cahyo Ari Wibowo,
S.Pd.I, Faisal Trie Atmadja, A.Md
Ko. Wali kelas pararel 1
: Maliehah, S.H.I.
Ko. Wali kelas pararel 2
: Nurfiyati
Ko. Wali kelas pararel 3
: Sri Rahayu, S.Ag
Ko. Wali kelas pararel 4
: Sriningdayanti, S.Pd
Ko. Wali kelas pararel 5
: Ariana Puspasari, SP
111
Ko. Wali kelas pararel 6
Waka Bidang Tata Usaha
Keuangan
: Rosyidah Rizki Yanendri, SH
: Eny Musana, A.Md
: Erry Endah Rahardiyanti, SE, Evik
Priharlina
Adm. Kepegawaian
: Bintari Suharyati, SE
Logistik
: Slamet Zaenab
Waka Bidang Kesiswaan
: Rosiyanti Diah Winarni, SP.
Adm. Kesiswaan
: Alfia Rahyuni
Ko. Konseling
: Maulina Indrasari, S.Pd
Ko. UKS
: Sekar Indraswari, S.Si
Ko. Ekstra kurikuler
: Achmad Widodo
Ko. Intra Kurikuler
: Abdur Rochim Siddiq, S.Ag.
Waka Bidang Sarpras
Staf Sarana Prasarana
: Jusixca Tri Marlino, SE
: Abdur Rochim Siddiq, S.Ag
d. Profil Guru dan Karyawan SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang
1) Data Kepegawaian SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang:
Tabel 4.7
Data Kepegawaian SDIT Ihsanul Fikri
NO
STATUS KEPEGAWAIAN
L
P
JUMLAH
1.
Guru Tetap Diknas
-
-
-
2.
Guru Tetap Depag
-
1
1
3.
Guru Bantu
-
-
-
4.
Guru Tetap Yayasan
12
33
45
112
5.
Guru Kontrak & Tidak Tetap
Yayasan
3
12
15
6.
Karyawan tetap Yayasan
-
-
-
7.
Karyawan Tidak Tetap
Yayasan
-
-
-
15
46
61
JUMLAH
2) Profil Guru
Tabel 4.8
Daftar Guru SDIT Ihsanul Fikri
No
Nama
Jabatan
1.
Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I
Kepala Sekolah
2.
Retno Murdjajanti, S.Pd
Guru
3.
Budi Listyawati W, S.Pd
Guru
4.
Achmad Widodo
Guru
5.
Eny Musana, A.Md
Guru
6.
Sumiyati, SE. Akt
Guru
7.
Siti Nurharyati, S.Ag
Guru
8.
Nur Solikhah, S.Pd.I
Guru
9.
Rumi Kardiyani
Guru
10.
Nur Fiati
Guru
11.
Nurani Setyaningsih, A.Md
Guru
12.
Bangun Wasito Aji, S.H.I
Guru
13.
Hening Prasetyaningtyas,S.Pd.I
Guru
14.
Maulina Indrasari, S.Pd
Guru
113
15.
Rosyidah Rizki Yanendri, SH
Guru
16.
Titi Wahyu Nugraheni, SH.
Guru
17.
Heriawan Prasetyo, S.T
Guru
18.
Akhmad Faozi, S.S
Guru
19.
Imam Sadzali Cahyo Ariwibowo,
S.Pd.I
Guru
20.
Siwi Widyastuti, S.Pd.Si
Guru
21.
Budi Utami, S.TP
Guru
22.
Abdur Rochim Siddiq, S.Ag
Guru
23.
Sriningdayanti, S.Pd
Guru
24
Rosiyanti Diah Winarni, SP
Guru
25
Faisal Trie Atmadja, A.Md
Guru
26
M. Tahzinus Showwam, S.Sos.I
Guru
27
Ari Sulistyana, S.Pd
Guru
28
Dessy Nurmalasari, S.Sos
Guru
29
Sekar Indraswari, S.Si
Guru
30
Ariana Pusposari, SP
Guru
31
Cicik Kusdayanti, S.Ag
Guru
32
Sri Rahayu, S.Ag
Guru
33
Maliehah, S.H.I
Guru
34
Ina Rofi'ah
Guru
35
Erry Endah Rahardiyanti
Guru
36
Dwi Haryati, S.Pd.Si
Guru
37
Muhammad Andy Kurniawan, SE
Guru
114
38
Jusixca Trimarlino, SE
Guru
39
Kriswati, S.Pd
Guru
40
Feri Trihadi Prasetyaningsih, S.IP
Guru
41
Fitri Linawati, S.Fil.I
Guru
42
Erwanto, ST
Guru
43
Afni Aishah, SE
Guru
44
Puji Ismantari, A.Md
Guru
45
Rida Rahmawati Rahayu, S.Psi
Guru
46
Eny Sustiyati
Guru
47
Irawati, S.Pd
Guru
48
Yakup
Guru
49
Mohamad Taufik, S.TH.I
Guru
50
Anita Sri kurniawati, S.Pd
Guru
51
Annisa Uswatun Khasanah
Guru
52
Ari Mudrikah, S.Pd
Guru
53
Fatimah, S.Pd.I
Guru
54
Resti Budi Hestiningdyah, S.Pd.I
Guru
55
Anne Zuria El Hanifatullah, S.Pd
Guru
56
Nur Ani Susanti, S.Pd
Guru
57
Retno Budiarti, S.Pd
Guru
58
Titi Kurniasri, S.Pd
Guru
59
Sedah Sekar Lati, S.Psi
Guru
60
Emma Rifa Rahayu, SE
Guru
61
Rudy Haryanto
Guru
115
e. Keadaan Siswa
1) Jumlah Kelas 1 – 6 dan Jumlah Siswa:
Tabel 4.9
Keadaan Siswa SDIT Ihsanul Fikri
Tahun
I
II
III
IV
V
VI Jumlah Jumlah
kelas
2008/2009 111 102 113 99
66
51
542
21
2009/2010 112 106 100 112 100 66
596
23
2010/2011 116 110 104 99
639
24
706
25
111 99
2012/2013 158 125 119 109 99
96
f. Keadaan Sarana dan Prasarana
SDIT Ihsanul Fikri kota Magelang Jl. Jeruk Timur V Sanden
Kramat Selatan, Magelang Utara, Kota Magelang memiliki gedung
yang berlantai dua dan digunakan untuk:
Tabel 4.10
Sarana Prasarana SDIT Ihsanul Fikri
No
Nama Ruang
Jumlah
1
R. KBM
24
2
R. Kepala Sekolah
1
3
R. Guru
1
4
R. Laboratorium Komputer
1
5
R. Perpustakaan
1
6
R. UKS
2
7
R. Tata Usaha
1
116
8
Ruang Sirkulasi / Selasar
4
9
Tempat Bermain / Tempat Olahraga
2
10 Kamar mandi dan WC Guru
4
11 Kamar mandi dan WC Siswa
10
12 Ruang Gudang
5
13 Tempat ibadah
1
B. Penyajian dan Analisis Data
Setelah data terkumpul dengan metode observasi, interview dan
dokumentasi, peneliti dapat menganalisis hasil penelitian dengan teknik
deskriptif kualitatif. Artinya peneliti akan menggambarkan, menguraikan dan
menginterpretasikan
data-data
yang
telah
terkumpul
sehingga
akan
memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh.
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
peneliti
lakukan
di
SD
Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang tentang
implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut:
1. Pemahaman Mengenai Multiple Intelligences oleh Kepala Sekolah dan
Guru-Guru.
Teori multiple intelligences merupakan teori kecerdasan ganda
yang menghargai setiap individu memiliki kecerdasan yang unik. Pada
dasarnya setiap anak memiliki kecerdasan majemuk hanya saja tidak
semuanya terasah dengan baik oleh orang tua, pendidik di sekolah atau
117
kurikulum nasional sehingga kecerdasan tersebut kurang berkembang.
Teori ini menekankan bahwa kecerdasan itu dikembangkan oleh pengaruh
kebiasaan atau budaya di lingkungan sekolah maupun rumah.
Untuk
mengetahui bagaimana implementasi multiple intelligences di SD
Muhammadiyah 1 Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang,
peneliti terlebih dahulu akan menggali pemahaman kepala sekolah dan
guru-guru tentang multiple intelligences itu sendiri, dengan paparan
sebagai berikut:
a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang
Teori multiple intelligences yang diprakarsai Howard Gardner
merupakan
sebuah
teori
yang
menghargai
bermacam-macam
kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak.
Teori ini terus
berkembang dan sampai saat ini ditemukan 9 macam kecerdasan
antara
lain:
verbal
jasmaniah-kinestetik,
linguistik,
musikal,
logis-matematis,
intrapersonal,
visual-spasial,
interpersonal,
naturalistik dan eksistensial-spiritual.
Menurut Bapak Salamun, S.Ag, M.Pd.I selaku kepala sekolah
SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang:
“Multiple intelligences meliputi beragam kecerdasan yang pada
prinsipnya menghargai kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki setiap
anak. Setiap manusia dilahirkan dengan membawa kecerdasan itu
baik berupa kecerdasan logis-matematis, naturalistik, bahasa,
kinestetik, interpersonal maupun intrapersonal.
Sebenarnya
kecerdasan itu akan muncul dan berkembang ketika anak diberi
stimulus baik dari rumah, sekolah maupun lingkungan sekitar. Ketika
seorang anak sejak dini terasah kemampuan atau kecerdasannya akan
semakin bagus untuk masa depannya kelak. Di SD Muhammadiyah 1
118
Alternatif ini, secara garis besar sudah menggunakan strategi multiple
intelligences yang terintegrasi dalam kurikulum berupa pendekatanpendekatan ataupun strategi yang digunakan oleh guru-guru dalam
pembelajaran di kelas. Namun pelaksanaannya belum maksimal. Di
SD Muhammadiyah 1 Alternatif ini, sudah memfasilitasi penggalian
bakat ataupun kecerdasan melalui kegiatan ekstrakurikuler.”1
Disamping itu pemahaman multiple intelligences itu sendiri
menurut Bapak Mustaqim, M.Pd. sebagai berikut:
“Multiple intelligences merupakan ide yang bagus karena menggali
kecerdasan-kecerdasan anak yang tidak hanya diukur melalui IQ saja
tapi meliputi berbagai aspek kecerdasan baik logis-matematis,
linguistik, intrapersonal, interpersonal, bahasa, musik, naturalis dan
kecerdasan agama. Namun dalam penerapannya multiple intelligences
itu merupakan proyek yang besar yang melibatkan berbagai sarana
dan prasarana yang cukup memadai untuk memfasilitasi setiap
kecerdasan. Pelaksanaan di SD Mutual sendiri diterapkan secara tidak
langsung terimplementasi dalam kurikulum misalnya: anak yang
pandai dalam musik, guru akan menggunakan strategi pembelajaran
dengan lagu ataupun bantuan alat musik. Siswa yang menonjol
kinestetiknya, guru akan menggunakan strategi yang melibatkan
psikomotoriknya. Selain itu dalam penggalian kecerdasan anak juga
disalurkan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat
atau kecerdasan yang dimilikinya.”2
Menurut Bu Wati Prihayanti, M.Pd.:
“Multiple Intelligences merupakan kecerdasan majemuk yang dimiliki
siswa yang harus kita sikapi dengan bijak. Multiple intelligences
adalah sebuah gagasan besar di mana anak tidak diukur hanya
menggunakan kemampuan IQ saja tetapi memiliki beragam
kecerdasan baik dari segi bahasa, matematis, seni, musik, kecerdasan
sosial, ataupun intrapersonal. Multiple intelligences sangat penting
diterapkan di sekolah. Anak tidak hanya belajar akademis saja,
namun perlu digali kecerdasan yang ada pada siswa. Di SD Mutual
ini sudah menerapkan Multiple intelligences ditandai dengan ketika
pembelajaran di dalam kelas, para guru sudah menerapkan berbagai
1
2
W.M.1.a
W.M.1.b
119
metode pembelajaran yang mencakup berbagai aspek kecerdasan.
Penggunaan berbagai metode yang beragam tersebut untuk
mengantisipasi berbagai kecerdasan yang dimiliki siswa di dalam satu
kelas. Di SD ini belum menerapkan kelas-kelas dalam satu macam
kecerdasan, namun ada keuntungan juga ketika salah satu siswa
memiliki berbagai kecerdasan dan tidak terfokus pada satu kecerdasan
saja. Selain pembelajaran di dalam kelas, di SD Mutual ini juga
memfasilitasi berbagai kecerdasan misalnya: cerdas di logismatematis bisa masuk ke KPI Matematika, robotik. Cerdas secara
naturalis bisa masuk ke KPI IPA. Cerdas bahasa bisa masuk ke KPI
Bahasa Inggris ataupun conversation.
Cerdas kinestetis bisa
dikembangkan melalui kegiatan sepakbola, bulu tangkis, renang, tapak
suci. Cerdas musik bisa dimasukkan ke marching band, kelompok
band, paduan suara. Sosial bisa dikembangkan melalui kegiatan
Hizbul Wathan.”3
Sedangkan hasil wawancara dengan Bapak Luqman Novianto,
S.Pd.I pengampu pelajaran PAI:
“Multiple intelligences merupakan kecerdasan majemuk yang sangat
variatif. Terdapat 8 kecerdasan dalam multiple intelligences itu
sendiri antara lain: musik, matematis, emosional, sosial, psikomotorik,
bahasa, seni, kecerdasan agama.
Selama ini saya mengajar
menggunakan berbagai metode yang menyesuaikan dengan
kecerdasan-kecerdasan yang ada pada siswa, karena ketika kita
menggunakan berbagai variasi metode akan tampak anak tersebut
unggul atau berpotensi dalam kegiatan menulis, dengan lagu, metodemetode permainan yang menggunakan gerak psikomotorik.
Penerapan multiple intelligences di SD Mutual ini sudah melalui
berbagai metode yang bervariatif, maupun melalui kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler yang menampung berbakai bakat siswa. Misalnya
sepakbola, siswa yang cerdas secara kinetetis akan kelihatan berbakat
sekali ketika bermain sepak bola di lapangan, atau siswa yang cerdas
di musik akan kelihatan sekali ketika siswa bermain band. Potensi
kecerdasan itu akan kelihatan menonjol ketika kita sering melakukan
komunikasi dan pengamatan baik ketika kegiatan di intra maupun
3
W.M.1.c
120
ekstra kurikuler. Hal tersebut merupakan langkah awal untuk
menggali kecerdasan yang ada dalam diri siswa.”4
Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah dan tiga orang
guru di SD Muhammadiyah 1 Alternatif kota Magelang tentang
pemahaman multiple intelligences, pengertian yang disampaikan oleh
bapak Salamun bahwa multiple intelligences pada prinsipnya
menghargai kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak.
Beliau sendiri menyebutkan terdapat beberapa kecerdasan dalam teori
ini antara lain: logika, bahasa, kinestetik, interpersonal dan
intrapersonal. Belum seluruh 9 kecerdasan yang dikemukakan oleh
Gardner disebutkan oleh beliau. Sesuai dengan teori ini bahwa
kecerdasan itu akan muncul dan berkembang dengan diberi respon
yang positif. Bapak Salamun menjelaskan kecerdasan-kecerdasan itu
akan muncul ketika diberi stimulus baik di rumah, sekolah maupun
lingkungan sekitar.
Senada dengan bapak Mustaqim yang memaknai bahwa
multiple
intelligences
merupakan
redefinisi
dari
kecerdasan.
Kecerdasan dulu hanya dinilai dan diukur dari hasil tes IQ saja, namun
dengan adanya teori multiple intelligences ini kecerdasan itu meliputi
berbagai aspek kecerdasan baik logis, linguistik, intrapersonal,
interpersonal, bahasa, musik, audio visual dan naturalis. Begitu juga
yang dikemukakan oleh bu Wati Prihayanti, multiple intelligences
merupakan gagasan besar dimana anak tidak hanya diukur dari segi
4
W.M.1.d
121
kemampuan IQ saja, namun mereka memiliki beragam kecerdasan
yang harus disikapi oleh pendidik dengan bijak dalam arti guru guru
menyesuaikan gaya belajar yang dimiliki siswa. Bu Wati juga
menyebutkan beberapa macam kecerdasan majemuk sesuai dengan
teori multiple intelligences antara lain: kecerdasan bahasa, matematis,
seni musik, visual, kinestetis maupun sosial. Bu Wati Prihayanti
menyebutkan kecerdasan ini dengan kata yang mudah untuk diingat.
Di SD ini siswa belajar tidak hanya segi akademis saja, namun juga
memfasilitasi dan menyeimbangkan berbagai macam kecerdasan dan
bakat yang dimiliki oleh anak.
Hal serupa juga disampaikan oleh bapak Luqman Novianto
yang menjelaskan bahwa multiple intelligences merupakan kecerdasan
majemuk yang sangat variatif. Teori multiple intelligences sendiri
macamnya ada 8 kecerdasan dan disebutkan semua kecuali kecerdasan
eksistensial spiritual.
Pada prinsipnya di SD Muhammadiyah 1 Alternatif kota
Magelang ini baik bapak kepala sekolah maupun para guru sudah
memahami multiple intelligences. Hal ini dibuktikan dengan
pemahaman mereka dalam mendefinisikan teori tersebut. Selain itu di
SD ini juga sudah menerapkan teori ini yang terimplementasi dalam
kurikulum pembelajaran walaupun belum maksimal dalam arti
penerapan belum optimal karena belum mengelompokkan satu macam
kecerdasan ke dalam kelompok 1 kelas. Teori multiple intelligences
122
sendiri sudah terimplementasi dalam pembelajaran dalam kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan berbagai macam metode untuk
menggali dan mengembangkan kecerdasan-kecerdasan dalam diri
siswa. Selain itu sekolah ini juga memfasilitasi keberagaman
kecerdasan itu dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini
membuktikan bahwa kepala sekolah dan para guru telah memahami
teori multiple intelligences.
b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang
Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I
mengenai pemahaman multiple intelligences sebagai berikut:
“Multiple intelligences merupakan suatu kecerdasan majemuk / ganda
yang dimiliki oleh setiap orang, dalam hal ini siswa. Setiap siswa
mempunyai minimal satu macam kecerdasan dan ada juga yang
memiliki beberapa kecerdasan. Teori ini sangat menghargai keadaan
siswa karena siswa tidak hanya dinilai dari segi IQ saja. Misalnya
siswa yang berbakat di bidang sepakbola itu memiliki kecerdasan
kinestetik namun nilai rapornya kurang. Dalam kasus seperti ini teori
multiple intelligences menghargai betul siswa tersebut tidak hanya
dinilai dalam hasil rapor saja tetapi ia memiliki kecerdasan di
kinestetiknya. Untuk macamnya sendiri banyak antara lain kecerdasan
logis matematis, kinestetik, musik, sosial, keagamaan, seni, bahasa.
SDIT Ihsanul Fikri sendiri belum sepenuhnya menggunakan kelas
yang mengelompokkan siswa yang memiliki satu macam kecerdasan
saja. Namun dalam pembelajaran guru-guru menggunakan metodemetode yang bervariasi yang mengakomodir kecerdasan-kecerdasan
yang dimiliki oleh siswa. Sesuai dengan motto sekolah “Gali Potensi
Raih Prestasi menuju Ridho Ilahi.” Dalam motto tersebut kita
berusaha menggali sedalam-dalamnya potensi yang dimiliki siswa
123
untuk meraih prestasi setinggi-tingginya dengan mengharap ridho
Ilahi.”5
Pemahaman multiple intelligences menurut bu Emma Rifa
Rahayu, SE:
“Pada intinya saya sangat setuju sekali dengan teori multiple
intelligences yang diprakarsai oleh Munif Chatib.
Multiple
intelligences merupakan bentuk penghargaan yang sangat tinggi
menghargai siswa. Kecerdasan majemuk merupakan kecerdasan yang
bervariasi dan banyak mewakili kecerdasan tiap-tiap siswa. Ada
terdapat 8 (delapan) kecerdasan antara lain kecerdasan matematis,
kecerdasan sosial, kecerdasan naturalis, kecerdasan seni musik,
kinestetik. Kita sebagai pendidik harus jeli melihat kecerdasankecerdasan yang terdapat dalam diri anak. Peristiwa kecil misalnya
anak menangis, temannya datang. “Tak antar ke Bu guru yuk!” Dari
sini kelihatan si anak yang mengantar itu adalah anak cerdas, punya
empati yang tinggi. Multiple intelligences adalah proyek besar yang
melibatkan seluruh komponen untuk ikut andil dalam proyek tersebut.
Dan di SDIT ini belum menerapkan secara maksimal namun secara
ekplisit terdapat dalam metode-metode pembelajaran yang digunakan
para guru. Selain itu juga terdapat pada kegiatan ekstrakurikuler.”6
Pemahaman multiple intelligences menurut Ibu Budi Utami
selaku pengampu mata pelajaran bahasa Inggris:
“Multiple intelligences merupakan kecerdasan majemuk yang terdiri
atas kecerdasan-kecerdasan bahasa, matematis, musik, psikomotorik,
sosial. Di SDIT ini belum menerapkan teori tersebut secara optimal
karena dalam satu kelas masih terdapat berbagai macam kecerdasan
dan belum dikelompokkan ke dalam kelompok 1 macam kecerdasan.
Namun, teori ini terimplementasi dalam pembelajaran. Ketika
menyikapi satu kelas dengan keragaman kecerdasan saya
menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif. Dengan begitu
akan terseleksi secara alam kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh
siswa. Misalnya ketika saya menggunakan metode menyanyi siswa
yang memiliki kecerdasan ini akan sangat antusias dalam mengikuti
pembelajaran dan hasil evaluasi sangat memuaskan atau siswa
5
6
W.T.1.a
W.T.1.b
124
menonjol di bahasa ketika menggunakan metode percakapan langsung
dengan teman akan tampak sekali kemahiran dalam percakapan
menggunakan bahasa Inggris.”7
Pemahaman
multiple
intelligences
menurut
Bu
Rida
Rahmawati Rahayu selaku waka kurikulum SDIT Ihsanul Fikri:
“Multiple intelligences merupakan teori yang mendasari kita untuk
berbuat adil dan bijaksana kepada anak-anak karena dalam teori ini
kecerdasan seorang anak tidak hanya diukur melalui tingkat IQ saja
namun meliputi bermacam-macam kecerdasan antara lain kecerdasan
bahasa, logis, kinestetik, naturalis, ataupun sosial. Ketika kita
menerapkan teori ini dalam pendekatan kepada siswa akan sangat
bijaksana karena kita mengetahui kecerdasan setiap anak yang
berbeda-beda dan kita berusaha untuk menggunakan metode
pembelajaran sesuai dengan gaya belajar pada kecerdasan yang
menonjol pada siswa tersebut. Misalnya siswa yang menonjol dalam
bidang kinestetik, kita menggunakan metode permainan yang
berhubungan dengan gerak tubuh ataupun menonjol di kecerdasan
musik kita menggunakan metode lagu ataupun alat musik. Multiple
intelligences belum secara total digunakan di SDIT ini namun dalam
pembelajaran sehari-hari para guru sudah menggunakan berbagai
macam metode untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang
dimiliki siswa tersebut.
Selain itu kita juga memfasilitasi
pengembangan beragam kecerdasan tersebut dalam kegiatan
ekstrakurikuler yang memfasilitasi berbagai macam kecerdasan.”8
Multiple intelligences atau biasa disebut dengan kecerdasan
jamak adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa
untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran yang
mencakup 9 kecerdasan antara lain: verbal linguistik, logis matematis,
visual
spasial,
jasmaniah
kinestetik,
musikal,
interpersonal, naturalistik dan eksistensial spiritual.
7
8
W.T.1.d
W.T.1.c
intrapersonal,
125
Di SDIT Ihsanul Fikri, peneliti melakukan wawancara dengan
kepala sekolah dan guru tentang pemahaman multiple intelligences.
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pemahaman multiple
intelligences oleh Bapak Rozak adalah multiple intelligences
merupakan kecerdasan majemuk atau ganda yang dimiliki oleh setiap
orang dalam hal ini adalah siswa. Beliau menyebutkan bahwa setiap
siswa mempunyai minimal satu kecerdasan yang menonjol dan ada
juga yang memiliki beberapa macam kecerdasan yang menonjol.
Beliau juga menjelaskan teori ini sangat menghargai keadaan siswa
yang tidak hanya dinilai dari segi IQ saja.
Misalnya siswa yang
memiliki IQ rendah akan dikatakan bodoh walaupun dia memiliki
prestasi di bidang olah raga. Namun menurut Bapak Rozak sendiri,
siswa tersebut justru cerdas dalam bidang kinestetik. Selain kinestetik
juga disebutkan kecerdasan majemuk itu adalah kecerdasan logis,
musik, sosial, keagamaan, seni, dan juga bahasa.
Beliau tidak
menyebutkan tokoh-tokoh multiple intelligences dan menyebutkan
macam kecerdasan itu kurang lengkap.
Motto dari SDIT sendiri adalah gali potensi, raih prestasi,
menuju ridlo Ilahi.
Dari moto tersebut tersirat bahwa SDIT ini
menggali potensi atau kecerdasan yang dimiliki oleh siswa untuk
meraih prestasi agar mendapatkan ridlo Ilahi.
Hal senada juga
disampaikan oleh Bu Emma yang sangat setuju sekali dengan teori
multiple intelligences yang diprakarsai oleh Munif Chatib. Multiple
126
intelligences merupakan bentuk penghargaan yang sangat tinggi dan
bervariasi yang terdiri dari 8 kecerdasan antara lain: logis, sosial,
musik, kinestetik, visual, seni. Bu Emma sendiri sudah menyebutkan
salah satu tokoh multiple intelligences Indonesia yaitu Munif Chatib.
Sebagai pendidik, menurut Bu Emma harus jeli melihat kecerdasankecerdasan yang terdapat dalam diri anak sebagai pijakan untuk
menggali
dan
mengembangkan
kecerdasan
mereka
melalui
pembelajaran yang menggunakan metode bervariatif. Sama halnya
dengan Bu Budi Utami yang menyatakan bahwa multiple intelligences
merupakan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa. Terdapat
banyak kecerdasan antara lain: kecerdasan bahasa, matematis,
psikomotorik. Menurut Bu Budi Utami, multiple intelligences ketika
diterapkan dengan metode yang bervariasi akan menghasilkan
pembelajaran
yang
menyenangkan
dan
mengaktifkan
siswa.
Kecerdasan siswa akan berkembang ketika sesuai dengan metode
yang kita terapkan. Bu Budi Utami menemukan berbagai macam
kecerdasan di dalam kelas dan hal itu dijadikan sebagai pijakan untuk
pendekatan pembelajaran secara individual ataupun proses evaluasi
terhadap siswa sesuai dengan kecerdasan masing-masing.
Sedangkan
merupakan
menurut
kecerdasan
Bu
majemuk
Rida,
multiple
intelligences
yang
dimiliki
oleh
siswa.
Kecerdasan itu antara lain: musik, logis, seni, kinestetik, visual. Siswa
sebenarnya tidak ada yang bodoh, semua siswa dilahirkan dalam
127
keadaah fitrah dan cerdas. Hal ini yang menjadikan teori multiple
intelligences sangat adil dan bijak ketika diterapkan di dalam dunia
pendidikan. Kita dapat melihat kecerdasan siswa dari kacamata yang
berbeda-beda dan dari kecerdasan itulah kita gunakan untuk
pendekatan-pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan
siswa.
Dari pendapat di atas bahwa pemahaman multiple intelligences
oleh kepala sekolah dan guru sangat bagus sehingga dibuktikan
mereka menerapkan di kelas dengan menggunakan metode-metode
pembelajaran yang bervariasi.
Selain itu juga memfasilitasi
perkembangan kecerdasan siswa dengan beragamnya kegiatan
ekstrakurikuler.
2. Kerangka Konseptual Implementasi Multiple Intelligences.
Dalam proses pembelajaran, pendidik berusaha memahami
kemampuan dan kepribadian siswa agar tujuan dapat tercapai yaitu
mengubah tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, atau bahkan meliputi segenap aspek kepribadian. Untuk
menyesuaikan dan mengembangkan berbagai kecerdasan anak maka
pembelajaran akan lebih efektif, efisien dan produktif apabila dalam
proses pembelajaran dikemas dalam suasana yang menyenangkan.
Implementasi multiple intelligences di SD Muhammadiyah 1
Alternatif dan SDIT Ihsanul Fikri secara umum adalah strategi
pengkondisian suatu proses pembelajaran yang menerapkan PAKEM
128
(Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Guru
dituntut benar-benar kreatif dalam mengemas metode-metode yang efektif
dan efisien serta menyenangkan.
Kerangka konseptual implementasi
multiple intelligences dalam pembelajaran sebagai berikut:
a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang
Implementasi multiple intelligences secara garis besar meliputi
tahapan-tahapan input, proses dan output.
Tahap input yang
dilakukan adalah mengidentifikasi intelligences primer setiap anak
didik yang dilakukan dengan cara mengobservasi perilaku siswa baik
di kelas atau di luar kelas. Untuk tahap input, anak masuk dari TK ke
SD ada semacam tes psikologi untuk mengetahui kesiapan belajar
anak dan tes ini dilaksanakan bekerjasama dengan fakultas psikologi
Universitas Muhammadiyah Magelang.
Untuk kelas 2 - 6 awal
penjajagan dikelompokkan berdasarkan kecerdasan logis matematis
yaitu dengan melihat nilai mata pelajaran matematika dan sains untuk
mempermudah pengelolaan dalam pembelajaran di kelas.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Salamun, S.Ag,
M.Pd.I selaku kepala sekolah SD Mutual Kota Magelang:
“Untuk tahap awal perekrutan, kami mengadakan tes psikologi bagi
anak untuk mengetahui kesiapan belajar anak yang dilaksanakan
dengan menjalin kerjasama Fakultas psikologi UMM.
Untuk
kenaikan kelas 2 – 6 pengelompokan berdasarkan kecerdasan logis
matematis untuk memudahkan dalam pengelolaan kelas.
129
Pengelompokan belum mencakup seluruh kecerdasan karena kendala
SDM yang belum siap.”9
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Mustaqim, S.Pd.I
selaku waka kurikulum:
“Untuk tahap awal kita menggunakan tes psikologi dan untuk
kenaikan kelas sudah berdasarkan logis matematis. Pengelompokan
baru berdasarkan logis matematis saja karena kendala SDM yang
belum mencukupi, sarana prasarana masih kurang.”10
Jadi tahap awal perekrutan di SD Mutual ini menggunakan tes
psikologi, kenaikan kelas baru berdasarkan kecerdasan logis
matematis.
Belum menekankan pada kelas-kelas berdasarkan
kecerdasan masing-masing siswa karena kendala SDM yang belum
siap.
Tahap kedua adalah tahap proses.
Setelah anak terdeteksi
dalam tahap primer, hal ini dikomunikasikan antar guru.
Untuk
pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai pedoman menyusun
rencana
pembelajaran
intelligensi.
pembelajaran
yang
dapat
mengembangkan
beberapa
Selain menyusun RPP, guru juga memilih strategi
yang
dapat
mengembangkan
seluruh
potensi
intelligensi. Strategi pembelajaran dikombinasikan dengan metodemetode yang bervariatif yang mengoptimalkan kecerdasan-kecerdasan
yang beragam untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut oleh
suatu kurikulum.
9
W.M.1.a
W.M.1.b
10
130
Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Luqman Novianto,
S.Pd.I selaku guru mata pelajaran PAI:
“Ketika mengajar di kelas menggunakan berbagai metode variatif
untuk menghindari kebosanan anak.
Selain itu juga untuk
mengoptimalkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki anak.
Misalnya anak yang aktif (cerdas kinestetik) itu saya buat metode
bermain peran menjadi tokoh misalnya tokoh dermawan yang
menyantuni orang-orang miskin. Atau untuk pembelajaran di kelas 6,
anak yang memiliki kecerdasan audio visual membuat powerpoint
sendiri untuk menyajikan hasil diskusi kelompok.
Ketika
menggunakan media audio visual berupa laptop dan LCD, siswa dapat
mempelajari Al Qur’an dan artinya mencakup bahasa, musik,
kinestetik, interpersonal dan intrapersonal. Dengan demikian tingkat
belajar siswa akan lebih tinggi dibanding jika siswa hanya membaca
buku atau mendengar penjelasan dari guru saja”11
Setelah guru di dalam kelas menggunakan berbagai metode
variatif, dilakukan observasi/penilaian baik dilakukan wali kelas
maupun oleh guru-guru lain tentang kecerdasan-kecerdasan yang
menonjol dalam diri siswa.
Hal tersebut dilakukan pendekatan
individual dan dikomunikasikan kepada orang tua siswa.
dalam
pembelajaran
ekstrakurikuler
yang
intrakurikuler
juga
mencakup/memfasilitasi
diadakan
berbagai
Selain
kegiatan
macam
kecerdasan siswa.
Seperti pernyataan Bu Wati Prihayanti, S.Ag selaku waka
kesiswaan di SD Mutual:
“Implementasi multiple intelligences ketika di dalam kelas guru
menerapkan berbagai metode. Selain itu di sekolah ini juga
memfasilitasi untuk menggali potensi yang dimiliki anak melalui
program ekstrakurikuler yang terdiri dari ekstra wajib dan ekstra
11
W.M.1.d
131
pilihan yang dilaksanakan mulai kelas satu sampai kelas lima. Dalam
kegiatan ekstra ini langkah awal memberi surat edaran kepada wali
murid untuk siswa mengikuti kegiatan ekstra wajib satu dan ekstra
pilihan dua. Biasanya orang tua mengkomunikasikan hal ini kepada
wali kelas bidang ekstra apa yang pas dengan kemampuan anaknya.”12
Selain dalam pembelajaran yang menggunakan berbagai
metode, SD Mutual juga memfasilitasi berbagai kecerdasan yang
dimiliki oleh siswa antara lain: ekstrakurikuler Tapak Suci, KPI IPA,
KPI Komputer, KPI B.Inggris, KPI MTK, Conversation Club, Seni
Lukis, Tari, Paduan Suara, Macapat, Rebana, Tahfidz dan tartil,
Hisbul Wathan, Sastra Puisi dan Menulis, teater, Marching Band,
PBB, Mading, Sepak Bola (swadana), Renang (swadana), Robotik
(Swadana), Bulutangkis (swadana).
Tahap output dalam implementasi multiple intelligences di SD
Mutual adalah dengan menerapkan evaluasi. Evaluasi menerapkan 3
ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Selain itu juga
melaksanakan penilaian yang bervariasi dan dapat memberikan
banyak motivasi dan merupakan penilaian yang menarik. Penilaian
kognitif
biasanya
untuk
mengukur
pengetahuan
dari
materi
pembelajaran berupa tes harian, tes tengah semester maupun akhir
semester. Penilaian afektif dilakukan melalui pengamatan sikap dan
perilaku keseharian siswa serta penilaian psikomotorik yang dilakukan
biasanya dengan penilaian unjuk kerja. Hasil penilaian ini dilaporkan
12
W.M.1.c
132
dalam penilaian raport yang dilaporkan kepada orang tua, padat, dan
penilaian pertengahan semester maupun penilaian akhir semester.
Seperti pernyataan Bapak Mustaqim, S.Pd.I selaku waka
kurikulum SD Mutual:
“Penilaian melalui 3 tahap kognitif baik secara lisan maupun secara
tertulis melalui tes harian, mid semester maupun semesteran. Untuk
penilaian afektif menggunakan penilaian skala sikap dengan
menggunakan interval. Dan untuk penilaian psikomotor dilakukan
secara langsung pengamatan oleh guru.”13
Senada dengan pernyataan Bapak Luqman Novianto, S.Pd.I:
“Evaluasi dilakukan melalui tiga tahap kognitif dengan tertulis,
pengamatan untuk sikap (afektif) bagi anak yang aktif dan tidak aktif,
ataupun penilaian psikomotorik dilakukan ketika praktek sholat,
wudhu ataupun penilaian berupa laporan akhir setelah diskusi, kadang
evaluasi dengan membuat powerpoint. Untuk pelaksanaan evaluasi
dilakukan pada setiap mata pelajaran baik meliputi kognitif, afektif
maupun psikomotorik. Selain evaluasi dalam intrakurikuler saya,
dilakukan evaluasi pada kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki
metode-metode evaluasi sendiri pada bidang masing-masing untuk
mengukur hasil belajar yang tercakup dalam berbagai intelligensi pada
setiap individu siswa.”14
Dalam tahap akhir implementasi multiple intelligences di SD
Mutual dilakukan assesmen/penilaian yang tidak hanya mencakup
ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Penilaian-penilaian
menarik lainnya menggunakan pola-pola penilaian alternatif sehingga
semua unsur mendapat perhatian yang optimal baik tentang hasil
belajar siswa maupun tentang pengembangan intelligensi siswa.
Disini menarik sekali karena evaluasi dilakukan dengan menggali
13
14
W.M.1.b
W.M.1.d
133
potensi kecerdasan dalam diri siswa pada bidangnya masing-masing
sesuai dengan kegiatan ekstrakurikuler yang diikutinya.
b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang
Dalam
pembelajaran di SDIT Ihsanul Fikri, implementasi
multiple intelligences juga terimplementasi dalam kurikulum yang
Islami.
Kerangka konseptual melalui 3 tahap yaitu tahap input,
proses, output melalui tes psikologi dengan tujuan untuk mengetahui
kesiapan belajar siswa dan tes baca Al Qur’an. Namun untuk tes baca
Al Qur’an tidak berpengaruh pada penerimaan siswa. Tes tersebut
hanya untuk mengetahui kemampuan membaca Al Qur’an saja.
Sedangkan tes psikologi pelaksanaannya kerjasama dengan Rumah
Sakit Jiwa kota Magelang. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Abdul
Rozak Sidik, S. Pd.I:
“Untuk pendaftaran, jika pendaftar melebihi target dari kuota
dilakukan seleksi tes psikologi yang dilaksanakan bekerjasama dengan
RSJ Magelang untuk mengetahui kesiapan anak dalam belajar. Dari
tes awal itu akan terdeteksi kemampuan bahasa, kemampuan sosial
maupun intelektual.”15
Adapun pernyataan dari Bu Emma Rifa Rahayu:
“Untuk perekrutan pertama dilakukan tes psikologi dengan melakukan
kerjasama dengan RSJ Kota Magelang, dari hasil tes tersebut
digunakan untuk pedoman guru dalam menggunakan metode-metode
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa.”16
Setelah dilakukan tahap awal dengan tes psikologi, tahap
selanjutnya adalah tahap proses dalam pembelajaran.
15
16
W.T.1.a
W.T.1.b
Untuk
134
pembagian ke kelas 2 – 6 menggunakan kelas campur dimana satu
kelas terdiri dari berbagai macam kecerdasan siswa. Namun untuk
pembagian kelas campur ada keuntungannya yaitu ketika siswa
memiliki lebih dari satu kecerdasan bisa digunakan metode yang
bervariatif. Senada dengan hasil wawancara dengan Bu Budi Utami:
“Ketika mengajar di kelas yang terdapat berbagai macam kecerdasan
siswa, maka ada kesulitan. Namun dapat diantisipasi dengan
menggunakan berbagai macam metode yang bervariasi. Guru harus
dituntut lebih kreatif lagi menggunakan metode-metode baru. Untuk
menggali kecerdasan dan mengembangkannya saya sering
menggunakan metode yang bervariatif. Salah satunya dengan metode
lagu untuk menghafal kosa kata. Dengan menggunakan lagu-lagu
yang menarik selain siswa cepat hafal juga mengurangi kebosanan di
dalam kelas. Saya juga kadang menggunakan metode “mind map”.
Dari metode ini akan terasah kecerdasan seni para siswa untuk
berkreasi dalam menuangkan materi dalam bentuk gambar. Terkadang
juga menggunakan metode conversation antar teman. Dari sini akan
kelihatan sekali anak yang cerdas linguistik.”17
Di SDIT terdapat buku kasus yang dimiliki oleh wali kelas
untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang terjadi pada setiap
siswa. Dalam pengamatan sehari-hari baik oleh guru maupun wali
kelas ada evaluasi yang disampaikan kepada wali murid dan dari hasil
pengamatan itu pula dijadikan pijakan guru dalam menentukan
strategi yang tepat untuk melaksanakan pendekatan-pendekatan
pembelajaran sesuai dengan kecerdasan-kecerdasan yang ditemukan
di dalam kelas.
Selain dalam pembelajaran intrakurikuler yang menggunakan
metode pembelajaran yang bervariatif di SDIT memfasilitasi kegiatan
17
W.T.1.d
135
ekstrakurikuler yang beragam untuk menggali dan mengembangkan
potensi kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu siswa. Kegiatan
ekstra terdiri 2 macam yaitu ekstra wajib dan ekstra pilihan. Adapun
ekstra wajib terdiri dari ekstrakurikuler komputer, pramuka, renang
dan lifeskill.
Sedangkan untuk ekstra pilihan terdiri dari ekstra-
kurikuler sepakbola, bulutangkis, tenis meja, tartil, rebana, tilawah,
kaligrafi, gambar, jurnalistik dan story telling.
Tahap
terakhir
dalam
proses
implementasi
multiple
intelligences di SDIT Ihsanul Fikri adalah tahap evaluasi. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode evaluasi yang
menarik bagi siswa. Seperti dinyatakan oleh Bp. Rozak:
“Penilaian dilakukan selain kognitif melalui tes-tes harian juga
penilaian afektif dilakukan pengamatan secara langsung sikap
keseharian anak ataupun penilaian psikomotor yang dapat dinilai
secara langsung.”18
Selain evaluasi meliputi 3 ranah tersebut juga dilakukan
evaluasi linguistik seperti pernyataan Bu Budi Utami pengampu
bahasa Inggris:
“Evaluasi dilakukan dengan secara berpasangan melakukan praktek
langsung percakapan bahasa Inggris dari materi yang telah
disampaikan.”19
Evaluasi yang dilaksanakan di SDIT juga meliputi penilaian
kognitif yang dilakukan dalam tes tertulis maupun tes lisan selain
penilaian kognitif juga dilakukan penilaian afektif dengan pantauan
18
19
W.T.1.a
W.T.1.d
136
keseharian siswa di sekolah maupun melalui buku-buku komunikasi
untuk memantau sikap siswa di rumah yang bekerjasama dengan
orangtua di rumah. Penilaian psikomotor juga dilakukan ketika siswa
unjuk kerja maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan olah siswa di
sekolah. Selain ketiga penilaian tadi juga dilakukan penilaian dengan
pendekatan
bahasa
yaitu
dengan
menggunakan bahasa Inggris.
percakapan
dengan
teman
Ataupun penilaian sesuai dengan
bidang ekstrakurikuler masing-masing.
3. Implementasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran
a. Kegiatan dalam Intrakurikuler
1) SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang
Gambaran umum pembelajaran harian di SD Muhammadiyah
1 Alternatif Kota Magelang. SD Mutual mulai masuk pukul 06:30
dan termasuk SD yang masuknya awal di Kota Magelang ini. Ratarata SD disini masuk pukul 07:00. Seperti dinyatakan oleh Bapak
Salamun, S.Ag, M.Pd.I selaku kepala sekolah:
“SD Mutual masuk pukul 06:30, kedatangan siswa disambut
oleh para guru di depan pintu gerban. Setelah itu siswa masuk ke
kelas masing-masing dan dilanjutkan pembelajaran BTA oleh guru
pengampu BTA dengan berkelompok. Setelah itu baru pembelajaran
biasa. Pukul 09:00 anak-anak istirahat dan melaksanakan sholat
dhuha di Masjid. Setelah sholat baru makan snack dilanjutkan
pembelajaran dan pukul 12:00 anak-anak kelas 1-2 pulang, kelas 3-6
mendapat makan siang dilaksanakan dikelas masing-masing dan
dilanjutkan sholat Dhuhur berjamaah di Masjid dan didampingi oleh
Bapak/Ibu guru. Pukul 13:00 masuk pembelajaran di kelas dan pukul
137
14:00 anak-anak pulang. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan
setelah jam pulang sesuai jadwal ekstra.”20
Setelah melakukan wawancara tentang gambaran umum
pembelajaran harian di SD Mutual, peneliti melakukan pengamatan di
lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran harian.21
Peneliti datang di SD Mutual pukul 06:15. Terlalu pagi bagi
kami, namun di SD Mutual sudah banyak Bapak/Ibu guru yang sudah
datang. Para siswa sudah banyak yang berdatangan dan disambut oleh
4 guru. (Pak Wahyu, Pak Singgih, Bu Wulan, dan Bu Ida) di depan
gerbang masuk. Anak-anak berdatangan dengan tertib satu persatu
menyalami guru dan guru menyambut dengan penuh kasih sayang.
Bapak Salamun selaku kepala sekolah juga menyambut anak-anak di
tengah lapangan SD Mutual dan anak-anak bersalaman dengan tertib.
Bel masuk berbunyi, anak-anak memasuki kelas masing-masing.
Pukul 06:30 pelajaran BTA dimulai peneliti melakukan pengamatan di
kelas Nabi Hud. Pembelajaran BTA dibagi menjadi 4 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 8-10 siswa dan diampu oleh 1 orang gutu BTA.
Setelah dibuka bersama-sama dengan doa, anak-anak mengaji satu
persatu dibimbing guru BTA dan yang lainnya.
huruf-huruf
Belajar menulis
hijaiyah yang sudah terbimbing dalam buku prestasi
Iqro’. Jadi kelas tetap tertib dan wali kelas mendampingi anak-anak
yang kesulitan belajar.
20
21
W.M.1.a
O.M.1.a
138
Kami lanjutkan pengamatan ke kelas 2-6 dan rata-rata mereka
pembelajaran klasikal dengan bimbingan wali kelas masing-masing.
Kami melanjutkan ke Masjid ada sekitar 6 guru pengampu BTA bagi
anak-anak bukan kelas I, namun belum bisa membaca Al Qur’an.
Pukul 07:50 bel berbunyi akan mulai pembelajaran. Pukul 09:0009:35 ada siswa melaksanakan sholat dhuha secara bergantian dan
yang belum sholat dhuha makan snack terlebih dahulu. Pukul 09:35
masuk pembelajaran sampai pukul 10:30-10:45 istirahat II dilanjutkan
2 pelajaran dan pukul 12:05-12:50 ishoma (istirahat, sholat dhuhur,
dan makan)
untuk kelas 3-6.
Sedangkan kelas 1 dan 2 pulang.
Pembelajaran kembali sesuai jadwal dan kelas 3-6 pulang. Ketika
sebelum pulang ada evaluasi sebentar tentang pr hari ini yang ditulis
di buku petunjuk pekerjaan rumah. Tepat pukul 14:00 bel pulang
berbunyi anak keluar kelas dengan tertib dan yang bertugas piket
mengerjakan piket kelas.
Wali murid sudah menunggu disekitar
lapangan dan masjid.
Dalam kegiatan keseharian dari hasil pengamatan peneliti,
siswa datang pertama kali menyalami guru. Hal ini dapat melatih
kecerdasan interpersonal karena mereka belajar menghormati guru.
Selain itu juga dilakukan pembiasaan sholat Dhuha dan sholat Dhuhur
berjamaah serta hafalan surat-surat pendek dapat meningkatkan
kecerdasan eksistensial spiritual.
139
Selain melakukan observasi kegiatan harian, peneliti juga
melakukan observasi implementasi multiple intelligences di dalam
pembelajaran di kelas.
a) Pembelajaran dengan Pendekatan Kecerdasan Jasmaniah Kinestetik,
Linguistik Verbal, Visual Spasial dan Intrapersonal Kelas 2 Nabi
Ibrahim.22
Pembukaan dengan salam oleh Bapak Guru. Untuk memberi
semangat kepada anak-anak, anak-anak menyanyikan lagu “kalau kau
suka hati dengan peragaan tepuk tangan, tepuk meja, injak bumi. Pak
Luqman
memberikan
ceramah
interaktif
dengan
memancing
pertanyaan ke siswa tentang surat Al Maun. Pak guru menuliskan
poin intinya di papan tulis QS. Al Maun diturunkan di kota Makkah,
terdiri dari 7 ayat, diambil dari surat ke 7 yang artinya barang-barang
berguna.
Setelah anak-anak faham dan dengan tanya jawab yang
mengaktifkan siswa, dilakukan permainan dengan cara dosgrip
dipegang bergiliran sambil menyanyi potong bebek angsa. Ketika
lagu terhenti dan posisi anak yang membawa dosgrip maka anak
tersebut maju ke depan untuk memerankan menjadi guru untuk
menjelaskan kepada teman-teman materi yang sudah dituliskan di
papan tulis. Yang pertama maju, Farhan: mengucapkan salam dan
dengan suara yang lantang ia menjelaskan kepada teman-teman
22
O.M.1.b
140
tentang al Maun, anak-anak memberi applaus. Yang kedua Saskia,
anaknya agak pemalu maka Pak Guru membimbing dan memotivasi
Saskia untuk tampil percaya diri dan akhirnya Saskia bisa. Yang
ketiga Raihan. Raihan mengucapkan salam seperti Pak Guru dan
membawa penggaris kayu untuk menjelaskan materi tersebut. Yang
keempat Zaki, Zaki mengucapkan salam dan menjelaskan surat Al
Maun dengan lancar.
Anak-anak bersemangat sekali ketika menyanyikan dan
mendengarkan teman-teman yang maju. Anak-anak mencatat dalam
buku pelajaran dan waktunya ditentukan. Setelah selesai mencatat,
Pak Guru menghidupkan “LCD” dalam layar terdapat ayat pertama
surat al Maun. Kemudian ayat itu dipotong perkata dan diartikan.
Setelah itu anak disuruh membaca lantang dan menghafalkan
artinya.
Guru menghapus artinya di layar dan anak-anak diberi
pertanyaan kata yang ditunjuk dan mengartikannya. Siswa menjawab
dengan antusias dan semangat, kemudian Pak Guru menunjuk siapa
yang bisa mengartikan dan Zeta menunjuk jari dan menjawab
pertanyaan dengan benar. Zeta menunjuk Nasya dan Nasya menjawab
dengan benar pula. Seperti proses mengartikan ayat 1, ayat keduapun
demikian.
Setelah itu diadakan kuis antar kelompok berdasarkan deret
meja, kelompok yang menjawab benar dan jawaban paling banyak
itulah pemenangnya. Namun semua kelompok menjadi pemenang
141
karena menjawab dengan benar.
Sebagai evaluasi akhir, siswa
menuliskan potongan-potongan ayat dan mengartikannya.
Guru
melakukan penilaian dan pelajaran ditutup dengan doa penutup majlis.
Dari kegiatan pembelajaran di atas guru tampak sekali
bersemangat dalam menyampaikan pembelajaran sehingga kelas anakanak juga terlihat semangat dan antusias. Guru dalm kegiatan
pembelajaran ini dengan menggunakan pendekatan kecerdasan
jasmaniah kinestetik terlihat dari karakteristik pembelajaran ini
melibatkan aktivitas fisik dengan melakukan gerakan-gerakan tubuh
dengan bermain peran menjadi seorang guru. Dalam pembelajaran ini
tampak proses transfer ilmu dilakukan dengan penghafalan dan
penguatan materi yang dulang ulang melalui kegiatan siswa
menjelaskan kembali pokok materi yang sudah
dituliskan dalam
bentuk diagram yang menarik sehingga tampak pokok materi
disampaikan oleh anak yang berperan menjadi seorang guru mudah
untuk dilakukan tanya jawab langsung kepada teman-temannya yang
berperan sebagai murid.
Dalam kegiatan ini akan tampak sekali anak yang memiliki
kecerdasan jasmaniah kinestetik ketika ia memerankan diri secara
aktif menjadi seorang guru yang persis dengan contoh gerakan dari
pak guru tadi sewaktu menjelaskan pertama kali. Namun ada anak
yang tampak malu dan dengan gerakan yang kaku memerankan
menjadi guru, dan perlu dimotivasi oleh guru secara langsung.
142
Aktivitas ini juga menggunakan pendekatan kecerdasan linguistik
verbal karena anak ketika menjelaskan materi yang disampaikan
menggunakan kata-kata sendiri.
Dari aktivitas ini nampak sekali
kemampuan linguistik yang dimiliki oleh setiap anak. Anak yang
menonjol dalam kecerdasan linguistiknya akan nampak sekali lancar
dan runtut dalam menyampaikan materi dan dengan bahasa luwes.
Namun ditemui juga anak yang kaku bahasanya dan perlu dibimbing
dan diberi contoh langsung dari guru dengan mengikuti kata-kata dari
guru tersebut.
Kegiatan
pembelajaran
ini
diakhiri
dengan
penyajian
pembelajaran menggunakan LCD untuk memudahkan anak dalam
mengartikan penggalan kata-kata setiap ayat dalam surat Al Maun.
Kegiatan ini merangsang dan mengembangkan kecerdasan anak visual
spasial. Anak yang menonjol dalam kecerdasan visual spasial akan
cepat hafal daripada siswa yang lain, dan selalu aktif menjawab arti
ayat yang dihilangkan oleh guru.
Ketika guru menyimpulkan
pelajaran melibatkan pendekatan kecerdasan intrapersonal guru
menciptakan suasana yang melibatkan emosional anak-anak dari
kandungan surat Al Maun (ayat 1-2) yaitu termasuk orang yang
mendustakan agama karena menghardik anak yatim. Guru mengajak
anak-anak untuk selalu menyayangi anak-anak yatim.
Dari observasi
di kelas 2 Nabi Ibrahim memperlihatkan
bahwa ketika guru menggunakan metode yang menarik, kreatif dan
143
melibatkan keaktifan siswa melalui beberapa pendekatan kecerdasan
akan efektif sekali untuk mengembangkan masing-masing kecerdasan
yang muncul sehingga anak tidak terbebani dengan hafalan tetapi
tanpa menyadarinya mereka hafal dengan sendirinya.
b) Pembelajaran
dengan Pendekatan
Kecerdasan Linguistik Verbal,
Intrapersonal dan Logis Matematis Kelas 2 Nabi Ismail.23
Guru membuka dengan salam, siswa diajak tepuk semangat
dan tepuk anak sholeh. Guru melakukan apersepsi dengan mengulang
pelajaran kembali tentang benda-benda berharga seperti piala, foto
album, medali.
Dan tugas kemarin anak membawa foto bersama keluarga dan
masing-masing siswa mengeluarkan foto masing-masing.
Guru
menyuruh siswa menceritakan foto itu, kapan, dimana dan dalam
peristiwa apa. Secara bergantian namun tidak semuanya anak dapat
menceritakan dengan cerita tersebut. Kemudian guru dengan tanya
jawab interaktif tentang dokumen-dokumen berharga.
Guru
menunjukkan kartu keluarga dan menjelaskan sisi yang terkandung
dalam kartu keluarga tersebut dan kegunaannya. Setelah dijelaskan
tentang kartu keluarga, siswa diberi pertanyaan sebagai umpan balik
seputar kartu keluarga. Dokumen yang kedua adalah akte kelahiran.
Guru membawa contoh langsung dan tanya jawab interaktif dan siswa
aktif menjawab karena rata-rata mereka memilikinya.
23
O.M.1.c
Dokumen
144
ketiga adalah buku pernikahan.
Ketika dokumen itu ditunjukkan,
banyak siswa yang belum tahu kemudian guru menjelaskan itu adalah
buku pernikahan yang dimiliki oleh orang yang sudah menikah.
Seperti ayah dan ibu kalian. Dokumen keempat yang ditunjukkan
adalah KTP.
Siswa disuruh mengidentifikasi KTP, apa saja yang
tercantum dalam KTP, dan siswa menjawab dengan aktif.
Guru
memberi selingan tepuk semangat. Dokumen kelima adalah SIM,
salah satu siswa menceritakan tentang SIM.
Guru menjelaskan
tentang SIM kemudian guru dan siswa menyimpulkan bersama-sama
dokumen-dokumen yang telah dijelaskan tadi. Setelah itu evaluasi
terakhir adalah guru menuliskan di papan tulis 5 soal tentang dokumen
tadi.
Siswa mengerjakan dan buku dikumpulkan kemudian guru
menutup pelajaran dengan salam.
Dari kegiatan pembelajaran di atas guru menggunakan
pendekatan kecerdasan linguistik verbal dengan aktivitas anak
menceritakan foto dari tugas yang dibawa oleh anak. Guru
memperlihatkan foto yang dibawa kepada anak-anak dan anak yang
membawa tersebut disuruh menceritakan peristiwa yang terjadi dalam
foto tersebut. Anak yang menonjol kecerdasan linguistiknya akan
mampu menceritakan foto tersebut dari waktu, peristiwa ketika foto,
tempat, siapa saja yang ada dalam foto tersebut secara runtut dan tidak
dibantu oleh guru, namun ditemukan juga anak yang belum bisa
menceritakan foto tersebut dan perlu digali melalui beberapa
145
pertanyaan. Anak yang memiliki kecerdasan linguistik ini juga aktif
memberikan tanggapan pada foto yang sedang diceritakan oleh siswa
tersebut. Dari kegiatan menceritakan peristiwa dalam foto siswa
sebenarnya juga mengembangkan kecerdasan intrapersonal dengan
mengungkapkan perasaan yang dialaminya ataupun memberikan
tanggapan terhadap perasaan yang dialami oleh temannya.
Selain pendekatan linguistik guru juga melakukan pendekatan
logis matematis dengan aktivitas anak memberikan tanggapan
terhadap dokumen-dokumen yang dibawa oleh guru. Misalnya KTP,
anak disuruh mengidentifikasi pengamatan pada KTP tersebut secara
rinci, dari kegunaan, apa saja identitas seseorang yang tercantum
dalam KTP begitu juga dengan KK, akte kelahiran dan juga SIM. Dari
kegiatan ini anak akan terlihat berpikir kritis dalam membuat
penjabaran-penjabaran dari dokumen yang ditunjukkan oleh guru
dengan bahasa yang sederhana sesuai dengan kematangan berfikir
pada anak kelas 2.
Untuk membantu mengaktifkan berpikir kritis guru menggali
dengan pertanyaan-pertanyaan yang beragam, dari kegiatan ini anak
yang memiliki kecerdasan menojol dalam logis matematis akan aktif
menjawab pertanyaan dari guru dan akan bertanya juga mengenai
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki berhubungan
dengan dokumen tersebut, misalnya “kenapa KTP dimiliki setelah
umur kita 17 tahun?” pertanyaan tersebut sederhana namun, kritis.
146
Tetapi banyak juga ditemukan siswa yang hanya mendengarkan
penjelasan dari guru saja.
c) Pembelajaran
dengan Pendekatan
Kecerdasan Logis Matematis,
Visual Spasial, jasmaniah kinestetik Kelas 5 Nabi Daud.24
Setelah membuka dengan salam, guru melakukan apersepsi
tentang pelajaran kemarin tentang kerja paru-paru. Guru melakukan
pertanyaan interaktif kerja paru-paru dibantu oleh otot tulang rusuk
dan diafragma. Guru memberi pertanyaan ‘pernafasan dada dibantu
oleh apa’ dan dijawab oleh Galih ‘otot tulang rusuk’. Dan pertanyaanpertanyaan interaktif terus dilakukan dan anak-anak aktif menjawab.
Kelas aktif interaktif dan anak-anak terkonsentrasi ke guru. Karena
guru juga jeli memperhatikan siswa yang tidak konsentrasi akan diberi
pertanyaan.
Proses
pernafasan
dada
langsung
dipraktekkan,
siswa
seluruhnya langsung mempraktekkan pernafasan dada dan menghirup
oksigen dan mengeluarkannya berulang-ulang.
“Apa yang siswa
rasakan?” ketika oksigen masuk. Siswa menjawab ‘tulang rusuk naik’
dan selanjutnya “Apa yang kalian rasakan, bagaimana rongga dada?”
Siswa menjawab “rongga dada mengembang.”
Guru membuat skema di papan tulis ketika oksigen masuk
ditanyakan kepada anak-anak kondisi tulang rusuknya, anak-anak
menjawab “tulang rusuk naik sehingga dada mengembang.”
24
O.M.1.d
Dan
147
“Bagaimana karbondioksida keluar?” Maka anak menjawab “tulang
rusuk kembali semula, rongga dada mengempis.”
Setelah pernafasan dada, guru menyuruh anak untuk
melakukan pernafasan perut namun sebelum mempraktekkan guru
tanya jawab dulu tentang diafragma. Dan Fida menjawab “sekat atau
batas rongga dada dengan perut.” Guru menyimpulkan definisi dari
diafragma dan menggambarkannya di papan tulis. Guru mengajak
siswa-siswa berdiri semua untuk mempratikkan pernafasan rongga
perut.
Ketika oksigen masuk, diafragma naik, rongga perut
mengembang dan sebaliknya. Setelah anak mempratikkan dan faham
perbedaan pernafasan rongga dada dan rongga perut, sebagai bentuk
evaluasi guru menyuruh siswa mencatat sendiri bagaimana proses
terjadinya pernafasan rongga dada dan rongga perut. Ketika mencatat
itu, siswa menulis semuanya dan guru melakukan pembimbingan
berkeliling kelas untuk membantu siswa yang belum bisa membuat
kesimpulan sendiri. Setelah mencatat selesai, Qoni membacakan hasil
kesimpulannya menggunakan kata-kata sendiri. Sama dengan Qoni,
Rafi membacakan hasil kesimpulan.
Guru bersama-sama dengan murid menyimpulkan pelajaran
hari ini tentang proses pernafasan dada dan perut.
Setelah
menyimpulkan, terjadi tanya jawab penyakit yang berhubungan
dengan pernafasan. Sebagai penutup, guru menutup dengan salam.
148
Dalam pembelajaran yang peneliti amati ini, guru melakukan
strategi pembelajaran multiple intelligences dengan pendekatan
kecerdasan logis matematis, hal ini terlihat ketika guru dan siswa
mempraktekkan
proses
pernafasan
dada,
anak
disuruh
menghubungkan proses tersebut dengan keadaan tulang rusuk anakanak dan keadaan rongga dada. Ketika udara masuk paru-paru akan
naik dan rongga dada akan mengembang karena terisi penuh dengan
udara. Begitu juga ketika udara keluar tulang rusuk akan turun dan
rongga dada mengempis. Dari kegiatan ini guru mengarahkan anak
untuk berfikir logis dan analisis dalam mencari hubungan udara
masuk dengan keadaan tulang rusukdan rongga dada. Anak berfikir
logis dan analisis merupakan karakteristik kecerdasan logis matematis.
Selain pendekatan logis matematis guru juga menggunakan
pendekatan kecerdasan visual spasial dengan menggambarkan
keadaan diafragma di papan tulis. Anak sulit membayangkan keadaan
diafragma yang masih asing bagi anak, dengan menggambarkan
keadaan diafragma di papan tulis anak jadi faham bagaimana keadaan
diafragma ketika udara masuk pada pernafasan perut dan dihubungkan
keadaan perut. Udara masuk diafragma akan naik karena rongga perut
membesar pada pernafasan perut, dan rongga udara keluar diafragma
akan kembali semula. Dengan menggunakan gambar anak jadi
semakin faham tentang kondisi diafragma. Karakteristik anak yang
149
cerdas dalam visual spasial salah satunya dengan mudah faham ketika
pelajaran disajikan dengan gambar.
Pembelajaran ini juga melakukan pendekatan jasmaniah
kinestetik dengan melakukan berbagai kegiatan gerak tubuh ketika
melakukan praktek pernafasan dada maupun saat melakukan
pernafasan perut.
2) SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang
Proses pembelajaran di SDIT Ihsanul Fikri dimulai pada pukul
07:30. Sebelum pembelajaran dimulai pada tiap kelas melakukan bina
suasana terlebih dahulu yang dilakukan oleh wali kelas masingmasing. Seperti pernyataan Bapak Abdul Rozak Sidik, S. Pd.I:
“Sebelum dilakukan pembelajaran di SDIT ini dilakukan bina suasana
yang diisi oleh wali kelas. Bina suasana ini bertujuan untuk
memotivasi awal siswa. Kegiatannya berupa hafalan-hafalan ayat,
pembacaan Ma’tsurat, mengaji bersama, tausiah-tausiah dari wali
kelas. Kadang ada cerita-cerita inspiratif yang dapat membangkitkan
cita-cita siswa seperti cerita tokoh-tokoh penemu dunia. Setelah
dilakukan bina suasana masuk jam pelajaran sesuai dengan jadwal
masing-masing kelas. Pada pukul 09:00 istirahat dan kegiatan siswa
adalah sholat dhuha, setelah itu baru makan snack. Setelah itu
dilanjutkan proses pembelajaran kembali. Pembelajaran Ummi
dilakukan sesuai jadwal pada kelas masing-masing. Pembelajaran
Ummi merupakan pembelajaran Al Qur’an dengan metode Ummi
yang dibuat perkelompok dan tempat tidak harus di dalam kelas.
Bisa di aula, lorong-lorong kelas untuk menghindari kebosanan siswa
duduk di dalam kelas. Pukul 12:00 sholat dhuhur dan makan siang.
Pukul 12:55 masuk kembali ke kelas dan pada pukul 14:40 ada tausiah
sore dilakukan oleh wali kelas masing-masing untuk mengevaluasi
150
kegiatan siswa selama satu hari penuh dan kegiatan diakhiri dengan
berdoa dan pulang.”25
Dari gambaran umum di atas dapat terlihat padat sekali jadwal
di SDIT Ihsanul Fikri yang dimulai dari pukul 07:30 sampai dengan
pukul 14:40.
Peneliti mengadakan pengamatan tentang gambaran
umum kegiatan harian siswa.
26
Pagi itu peneliti datang pukul 07:15 terlihat siswa banyak
berdatangan dan disambut langsung oleh guru-guru di pintu masuk
SDIT. Siswa berjabat tangan dengan para guru yang menyambutnya.
Peneliti melihat beberapa anak laki-laki tidak berjabat tangan dengan
guru yang kebetulan perempuan.
Setelah kami tanyakan ternyata
mulai kelas 4 – 6 mulai dikenalkan konsep ikhwan dan akhwat. Jadi
ikhwan tidak bersalaman dengan bu guru atau sebaliknya akhwat tidak
bersalaman dengan pak guru.
Siswa masuk dengan tertib dan
membawa sepatu karena memang untuk menjaga kebersihan. Di sini
para siswa dan guru masuk tanpa sepatu.
Setelah itu siswa
meletakkan sepatu ditempatnya masing-masing yang diletakkan
disamping pintu masuk setiap kelas. Bunyi bel berdering menandakan
sudah masuk.
bersama.
Kebetulan hari itu hari senin jadi diadakan apel
Para guru sibuk menyiapkan peralatan apel dan
mempersiapkan siswa untuk berbaris rapi perkelas dari kelas 1 – 6
dengan pola barisan membentuk huruf U. Para bapak guru di sebelah
25
26
W.T.1.a
O.T.1.a
151
kanan tempat inspektur upacara dan para ibu guru di sebelah kiri.
Ada juga guru-guru yang menjaga di belakang barisan siswa untuk
mengawasi jalannya apel pagi supaya tertib setelah barisan siap.
Komandan upacara memasuki lapangan dan menyiapkan keseluruhan
peserta upacara.
disiapkan
dan
Inspektur upacara memasuki lapangan, pasukan
pemberian
hormat
kepada
inspektur
upacara.
Pembacaan ayat suci Al Qur’an dilanjutkan tausiyah dari Bu Siwi
selaku inspektur upacara menyampaikan pembinaan tentang ketertiban
siswa ketika sholat dhuhur di Masjid ternyata dinilai oleh masyarakat
sekitar, untuk itu siswa dihimbau untuk lebih tertib lagi. Bu Siwi
menyebutkan termasuk orang-orang yang beruntung adalah mereka
yang sholatnya khusu’. Jadi ketika sholat tidak boleh sambil bermain.
Selain itu juga menjaga dari perkataan yang sia sia yang kadang dapat
memicu perkelahian antar siswa itu sendiri.
Dan orang yang paling
kuat adalah orang yang mampu mengendalikan amarah dan hawa
nafsunya. Setelah itu pasukan disiapkan kembali dan pembacaan doa
oleh Bpk. Rochim. Penghormatan pada inspektur upacara dan segera
meninggalkan lapangan upacara. Komandan upacara meninggalkan
barisan dan pembubaran barisan dengan tertib dari kelas satu
bersalaman dengan bapak kepala sekolah satu persatu. Untuk kelas 46 masuk lewat pintu kanan.
Dari gambaran di atas peneliti lihat bahwa pembinaan karakter
di SDIT sangat bagus. Dari pertama siswa datang dan disambut oleh
152
guru sudah terlihat contoh teladan dari para guru dalam sopan santun,
senyum, rapi dalam berpakaian, tertib dan juga disiplin. Dari
penyambutan yang siswa menyalami guru yang ada di depan gerbang
sudah tampak ditanamkan sejak dini perbedaan lawan jenis ikhwan
dan akhwat untuk sebutan di SDIT. Mulai kelas 4 anak-anak tidak
bersalaman dengan bapak/ibu guru yang beda lawan jenisnya.
Kedisiplinan tampak sekali ketika anak datang sebelum bel berbunyi.
Di SDIT ini kebersihan juga ditanamkan dengan cara siswa melepas
sepatu ketika mau memasuki gedung. Dan dengan tertib sekali baik
guru maupun siswa meletakkan sepatu pada tempatnya sehingga
tampak rapi di depan pintu masuk gedung. Setelah bel berbunyi siswa
dan guru langsung menuju ke lapangan untuk mengikuti upacara.
Kesadaran siswa tinggi dalam mengikuti apel terbukti dengan tidak
adanya siswa di dalam kelas. Ketika apel tetap ada pembacaan ayat
suci Al Qur’an, ini membedakan dengan SD umum lainnya. Inspektur
upacara ketika memberi pembinaan juga mengacu pada ayat-ayat Al
Qur’an. Walaupun pagi itu panas namun tetap terlihat tertib. Saat
pembubaranpun sangat tertib karena satu-persatu menyalami bapak
kepala sekolah.
Selain apel pagi kami juga mengamati pembelajaran Ummi
yang merupakan program ungulan SDIT sebagai pembelajaran Al
Qur’an.
Pembelajaran
Ummi
dilakukan
secara
berkelompok
153
berdasarkan jilid Ummi. Tempat juga kebanyakan di luar kelas untuk
menghindari kebosanan ketika berada di dalam kelas terus.
Kegiatan dilanjutkan dengan pembelajaran di kelas masingmasing. Pada pukul 09.15-09.50 anak-anak istirahat dan dilanjutkan
dengan sholat dhuha. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan lagi sesuai
dengan jadwal masing-masing kelas. Pada pukul 12.10 anak-anak
istirahat dimanfaatkan untuk sholat dhuhur berjamaah di masjid untuk
kelas 3-6 dan di kelas masing-masing untuk kelas 1-2. Pukul 12.30
anak-anak pulang awal karena hari pertama masuk sekolah setelah
libur hari raya.
Dalam melakukan kegiatan harian anak-anak tampak tertib
dan tetap ceria walaupun pulang sampai sore. Hal ini karena di
sekolah dikondisikan hubungan yang akrab antara guru dan siswa,
perhatian, komunikatif, pembelajaran yang menyenangkan dari para
guru menjadikan siswa nyaman di sekolah. Selain aktifitas harian
peneliti juga melakukan pengamatan pembelajaran di kelas.
a) Pembelajaran dengan Pendekatan kecerdasan Interpersonal dan
Jasmaniah Kinestetik Kelas V D.27
Guru masuk ke kelas pukul 11.05, guru mengucapkan salam
dilanjutkan dengan hafalan surat Al Fajr dipandu oleh guru dengan
bacaan murottal. Suasana terlihat tenang dan damai dengan alunan
27
O.T.1.b
154
hafalan surat Al Fajr dari anak-anak dengan fasih dan murottal yang
bagus sekitar 5-10 menit hafalan itu selesai. Setelah itu dilanjutkan
dengan review materi yang sudah berlangsung selama 1 semester
tentang surat Al Maun, Al Fiil, Nabi dan Rasul, Khalifah Abu Bakar
dan Umar, meneladani kisah Abu Bakar dan Umar, serta puasa.
Tanya jawab interaktif oleh guru dan siswa menjawab dengan aktif.
Setelah review dan mengingat kembali materi yang sudah dipelajari.
Guru membentuk kelompok untuk diskusi dalam satu kelas dibagi
menjadi 6 kelompok dan guru menuliskan materi diskusi. Dalam
kelompok membuat pertanyaan-pertanyaan tentang materi kel I (Al
Maun), kelompok II (Al Fiil), kelompok III (Nabi dan Rasul),
kelompok IV (Khalifah Abu Bakar dan Umar), kelompok V
(Meneladani kisah Abu Bakar dan Umar), kelompok VI (puasa).
Dalam diskusi tersebut diberi waktu 15 menit dan tiap kelompok
bebas memilih tempat yang mereka sukai. Ada yang di halaman, teras
kelas, di dalam kelas bahkan di belakang kelas.
Dalam diskusi kelompok mereka mendiskusikan pertanyaanpertanyaan dan dituliskan pada 12 kertas yang disediakan oleh guru.
Setiap satu kertas terdiri dari satu pertanyaan. Setelah diskusi selesai
kertas-kertas tersebut digulung dan dimasukkan ke dalam kaleng yang
disediakan guru. Kertas-kertas tersebut disebar dan dilempar ke atas,
setiap anak harus mengambil 2 kertas gulungan.
Guru menyuruh
anak-anak berkumpul di lapangan dan membuat lingkaran besar dan
155
guru berdiri di tengah. Selanjutnya sebagai bentuk evaluasi siswa
maju bergantian untuk membaca soal dan menjawabnya, bagi yang
tidak bisa menjawab mendapat hukuman. Guru dan siswa yang lain
menyimak jawaban siswa yang maju dan mengoreksi jawaban secara
lisan dari hasil jawaban siswa tersebut. Ketika waktu hampir habis
dan tidak semua siswa bisa membaca satu persatu, akhirnya dibuat
berpasangan. Dengan berpasangan satu siswa menjawab gulungan
kertas dan pasangannya menyimak jawabannya jika belum tahu
ditanyakan kepada guru langsung.
Guru memberikan penilaian
terhadap siswa dan setelah itu menutup dengan salam.
Dari pembelajaran ini guru melakukan strategi pembelajaran
multiple intelligences dengan pendekatan interpersonal hal ini terlihat
ketika dalam diskusi kelompok. Siswa yang memiliki kecerdasan ini
akan tampak bahagia ketika berada dalam situasi yang membangun
interaksi antara satu dengan yang lainnya. Mereka juga terlihat sangat
produktif dalam menguasai diskusi dalam kelompok dan berkembang
dengan pesat ketika belajar secara kooperatif dan kolaboratif. Namun,
ditemukan juga beberapa anak yang tampak tidak aktif dan biasa saja
menanggapi belajar dalam kelompok.
Selain pendekatan kecerdasan interpersonal, guru juga
melakukan pendekatan kecerdasan jasmaniah kinestetik dengan
melakukan kegiatan di lapangan, dengan guru melempar soal-soal
yang sudah ditulis dikertas dan digulung serta dilempar keatas, anak
156
dengan semangat berlarian mengambil kertas-kertas tersebut. Siswa
tampak senang aktifitas tersebut.
b) Pembelajaran
dengan Pendekatan
Kecerdasan Naturalistik, Logis
Matematis dan Linguistik Verbal Kelas 1 A.28
Bu Emma mengucapkan salam kepada anak-anak, setelah
anak-anak
menjawab
salam
melakukan tepuk semangat.
bu
Emma menyuruh
anak-anak
Setelah itu dilakukan apersepsi, guru
menanyakan materi kemarin dan memperagakan suara-suara hewan,
anak-anak disuruh menyebutkan jenis hewan yang mempunyai suara
tersebut.
Inti pembelajaran, dimulai dengan pertanyaan: “Siapa yang
menciptakan tumbuh-tumbuhan?”, anak menjawab “Allah”. Di depan
kelas tersedia banyak sayuran. Guru mengambil wortel, anak-anak
disuruh mengidentifikasi wortel dari rasa, kegunaan, warna dan lainlain. Mengambil salak, anak-anak disuruh mengidentifikasi manfaat,
rasa, warna.
Kacang panjang dan anak-anak mengidentifikasi
termasuk jenis, manfaat, bentuk, warna.
Guru menyuruh Maulana maju untuk mengambil satu
buah/sayur dan disuruh bercerita. Maulana mengambil pepaya dan
disuruh menceritakan nama, jenis, manfaat. Guru mengambil daun
pohon jati dan menyebutnya sebagai jenis pohon pelindung. Setelah
itu Oca maju ke depan dan mengambil wortel.
28
O.T.1.c
Teman-teman
157
mengidentifikasi kegunaan, jenis dan warna. Guru menawarkan siapa
yang mau maju ke depan? Mas Yuli maju ke depan dan mengambil
sayuran. Dan teman-teman mengidentifikasi nama dan jenis. Anakanak berebut untuk maju ke depan. Mas Ata mengambil tempe dan
teman-teman mengidentifikasi kegunaan nama, jenis dan manfaat.
Setelah itu Mbak Dila mengambil timun, anak-anak mengidentifikasi
nama, jenis dan manfaat.
Disela-sela pembelajaran, guru menyelipkan pembimbingan
karakter tentang kancil mencuri timun. Setelah itu mas Firman maju
dan mengambil kobis dan menceritakan tentang kobis itu, jenis dan
manfaatnya. Setelah itu mas Rafi mengambil kangkung dan temanteman mengidentifikasi nama, jenis dan manfaat.
Setelah semua
menyebutkan jenis-jenis tumbuhan yang dibawa oleh bu Emma,
akhirnya guru dan siswa membuat kesimpulan tentang jenis-jenis
tumbuhan. Ucapan bersyukur dengan Hamdalah bersama-sama dan
menutupnya dengan salam. Dilanjutkan makan pepaya bersama.
Dari
hasil
pengamatan
yang
peneliti
lakukan
dalam
pembelajaran ini guru menggunakan strategi multiple intelligences
dengan melakukan pendekatan naturalistik, dimana guru menyediakan
macam-macam sayuran dan buah-buahan yang dapat diamati dan
dipegang langsung oleh anak. Karakteristik yang menonjol pada
kecerdasan ini terliahat anak sangat antusias melihat guru yang datang
membawa bermacam-macan jenis buah dan sayur, mereka senang
158
melakukan proyek pelajaran yang berbasis alam dengan mengamati
sayuran dan buah-buahan tersebut.
Selain itu guru juga melakukan pembelajaran dengan
pendekatan kecerdasan linguistik verbal dengan anak di suruh
menceritakan pengalaman tentang sayuran tersebut. Dengan bercerita
anak akan kelihatan cerdas linguistik verbal dengan menceritakan
pengalamannya secara runtut dan lancar, namun ada anak yang
kesulitan dalam menceritakan pengalamannya itu.
Pendekatan dengan kecerdasan logis matematis juga dilakukan
ketika anak di suruh mengidentifikasi dari tumbuhan yang dipegang
sendiri ataupun dipegang oleh temannya. Dengan bahasa sederhana
dan bimbingan dari guru anak mampu mengidentifikasi jenis
tumbuhan dengan ciri dan manfaatnya.
c) Pembelajaran
dengan Pendekatan
Kecerdasan Musikal Berirama,
Visual Spasial, Liguistik Verbal dan Interpersonal Kelas 3 A.29
Pelajaran dibuka dengan salam, sebelum inti pelajaran
dilakukan apersepsi dengan lagu-lagu untuk mengingat materi
kemarin. Anak-anak tampak riang sekali karena kosa kata kosa kata
dalam bahasa Arab dibuat menjadi lagu.
Setelah masuk ke inti
pembelajaran, guru membuat kelompok dengan cara anak-anak
memutar penghapus dari satu anak ke anak yang lain dengan
29
O.T.1.d
159
berhitung satu sampai empat.
Bagi yang berhitung satu maka
berkumpul pada kelompok satu dan selanjutnya.
Setelah terbuat
kelompok, permainan perebutan singgasana. Guru menjelaskan cara
permainannya yaitu disediakan enam kursi di depan kelas dan
kelompok yang maju bernyanyi tentang materi pelajaran dengan
bahasa Arab, ketika anak sudah selesai maka duduk dengan
memperebutkan kursi yang ada.
Salah satu anak ada yang tidak
mendapatkan kursi maka ada hukuman untuk anak tersebut.
Permainanpun dimulai dengan kelompok satu yang maju pertama
dengan menyanyikan lagu tema alat-alat tulis dan siswa lain boleh
menirukan.
Setelah selesai bernyanyi, ada satu anak yang tidak
mendapatkan kursi dan dihukum dengan menyanyikan kembali
tentang alat-alat tulis tersebut sendirian.
Giliran kelompok tiga menyanyikan kosa kata benda di sekitar
sekolah dengan bahasa Arab dengan lagu “Ayo kawan kita berkebun”.
Anak yang tidak mendapatkan kursi dihukum menyanyikan kembali
lagu tersebut sendirian. Suasana ramai sekali dan anak-anak terlihat
riang, dilanjutkan kelompok dua menyanyikan tema lagu profesi
dalam bahasa Arab dengan lagu pelangi-pelangi.
Satu anak yang
tidak mendapatkan kursi mendapat hukuman dengan menyanyikan
lagu hitungan satu sampai sepuluh dalam bahasa Arab.
Giliran
kelompok empat menyanyikan lagu tema peralatan dapur dalam
bahasa Arab dengan lagu “Prook Prook ada sepatu.”
160
Setelah permainan selesai, dilakukan evaluasi. Evaluasi yang
dilakukan sangat menarik sekali. Guru menempel gambar-gambar
peralatan dapur, foto profesi, alat-alat tulis dan juga benda di sekitar
sekolah, menempelnya diluar kelas, dilorong-lorong koridor. Setelah
itu anak disuruh mencari tiga gambar dan masing-masing gambar
dibuat dua kalimat dalam bahasa Arab. Suasana tampak riuh karena
aktivitas anak mencari gambar dan menuliskannya di dalam buku
tulis. Waktu untuk evaluasi habis dan guru melakukan penilaian.
Setelah guru melakukan penilaian pembelajaran ditutup dengan salam.
Dalam pembelajaran ini guru menggunakan pendekatan
musikal berirama dengan cara kosa kata kosa kata dalam setiap bab
dibuat menjadi sebuah lagu yang populer bagi anak-anak. Pendekatan
dengan kecerdasan ini sangat menarik siswa karena siswa mudah hafal
dan merasa mudah belajar dengan pola-pola lagu. Siswa menjadi
terfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan bab-bab yang telah
diajarkan.
Kreatifitas
guru
dalam
membuat
lagu
dapat
mengembangkan dan menggali potensi kecerdasan musikal karena
siswa dapat dengan mudah menerima pelajaran ini.
Selain pendekatan musikal, guru juga melakukan pendekatan
linguistik verbal
karena berhubungan dengan anak mengucapkan
secara jelas kosa kata kosa kata di dalam bahasa Inggris.
Siswa
menjadi suka dengan pelajaran bahasa Inggris merupakan salah satu
karakteristik kecerdasan ini. Siswa yang menonjol dalam kecerdasan
161
ini akan tampak antusias dan fasih dalam mengucapkan kosa kata kosa
kata bahasa Inggris. Namun sebaliknya bagi yang kurang menonjol
akan kesulitan dalam pelafalannya.
Guru juga melakukan pendekatan kecerdasan visual spasial
dengan menempel gambar-gambar langsung benda-benda yang
dipelajarinya dan membuat kalimat dari gambar tersebut. Siswa yang
menonjol pada kecerdasan ini tampak sekali dengan mudah membuat
kalimat dengan melihat gambar yang ditempel pada tembok. Namun
ada juga siswa yang menonjol dalam musikal tidak begitu aktif dan
kesulitan ketika membuat kalimat dari gambar tersebut.
Hal ini
memang membuktikan bahwa setiap siswa memiliki kecerdasan
sendiri-sendiri.
b. Kegiatan dalam Ekstrakurikuler
1) SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang
Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di SD Mutual ini yang
dilakukan pertama kali adalah dari penyebaran surat edaran tentang
pemberitahuan ekstrakurikuler yang akan dipilih oleh siswa dan
diketahui oleh orang tua. Dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
ini, anak boleh mengikuti satu ekstra wajib dan dua ekstra pilihan.
Adapun ekstrakurikuler wajib yang diadakan di SD Mutual ini
meliputi: Hizbul Wathan (kelas 3 – 5), Marching band (kelas 4),
Tilawah (kelas 4 – 5), Tapak suci (kelas 2). Selain ekstra wajib ada
162
juga ekstra pilihan yang diikuti oleh siswa yang telah lolos seleksi
terlebih dahulu antara lain: Kelompok Pencinta Ilmu (KPI)
Matematika, KPI IPA, KPI Bahasa Inggris, KPI Komputer, Library
Kids. Kegiatan ekstrakurikuler pilihan tanpa seleksi dan merupakan
pilihan anak antara lain: seni lukis, band, conversatioan club, seni tari,
macapat, paduan suara, rebana, sastra puisi, mading.
Kegiatan
ekstrakurikuler dengan biaya anak sendiri antara lain: renang, sepak
bola, bulu tangkis, robotik.
Dari sekian banyak kegiatan ekstrakurikuler di SD Mutual
merupakan
fasilitas
bagi
anak
anak
dalam
menggali
dan
mengembangkan kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh anak.
Dari kegiatan ekstrakurikuler tersebut, peneliti mengkategorikan ke
dalam masing-masing kecerdasan.
Kecerdasan linguistik verbal:
conversation, KPI bahasa Inggris, tilawah, tartil, tahfidz, sastra puisi,
menulis mading, librarian kids. Kecerdasan logis matematis: KPI
Matematika, robotik. Kecerdasan visual spasial: KPI komputer, seni
lukis. Kecerdasan jasmaniah kinestetik: tari, tapak suci, volly, sepak
bola, bulu tangkis, renang.
Kecerdasan musikal berirama: band,
macapat, paduan suara, rebana, marching band.
interpersonal: hisbul wathan.
Kecerdasan
Kecerdasan naturalistik: KPI IPA.
Kecerdasan eksistensial spiritual: pembiasaan BTA, sholat Dhuha dan
sholat
Dhuhur
berjamaah.
Peneliti
mengadakan
ekstrakurikuler marching band dan sepak bola.
observasi
163
a) Ekstrakurikuler Marching Band
Kegiatan dimulai pukul 10:30 di lapangan SD Mutual dengan
pelatih Bapak Joko, Bapak Doni dan Bapak Anto.
Anak-anak
berkumpul di lapangan. Ada pembukaan dan pengarahan tentang alatalat marching band.
Anak mempersiapkan peralatan dengan
mengambil dari tempat penyimpanan alat menuju lapangan. Suasana
gaduh karena sebelum dimulai anak-anak memainkan tanpa arahan.
Setelah semuah berkumpul dengan posisi dan alat masing-masing, Pak
Joko memberi pengarahan dengan posisi penempatan masing-masing
bagian.30
Untuk bendera di bagian belakang karena membutuhkan
tempat yang luas. Posisinya sebagai berikut:
a) Senar
: 9 anak
b) Bass
: 5 anak
c) Kuarto
: 2 anak
d) Simbal
: 3 anak
e) Balera
: 8 anak
f) Mayoret
: 2 anak
g) Gitapati
: 1 anak
h) Pianika
: 10 anak
i) Bendera
: 14 anak
30
O.M.2.a
164
Setelah terbentuk barisan sesuai dengan kelompoknya dan alat
sudah ditangan masing-masing, mayoret memberi aba-aba untuk
mulai lagu yang dimainkan adalah mars SD mutual. Semua terlihat
senang dan menikmati musik yang sedang mereka mainkan. Anakanak sudah terlihat terlatih dan lincah dalam memainkan alat-alat
musik. Tampak Pak Joko berkeliling dan memberi pengarahan bagi
siswa yang masih keliru, begitu Pak Doni dan Pak Antok. Kelompok
bendera di belakang juga terlihat kompak, lagu mars SD Mutual
diulang sampai dua kali. Diselingi istirahat selama 10 menit, setelah
itu mayoret memberi aba-aba kembali untuk memainkan lagu ke dua
yaitu lagu Sholawat yang dipopulerkan oleh Wali band. Setelah itu
pukul 11:30 latihan selesai dan evaluasi dari Bapak Joko kemudian
ditutup dengan doa dan salam. Anak-anak membubarkan diri dengan
membawa alat-alat tersebut dan kemudian mengembalikan ke gudang
tempat penyimpanan alat marching band dengan tertib dan dibantu
oleh guru.
Pelaksanaan ekstrakurikuler marching band ini dapat menggali
potensi musik anak-anak dan mengembangkannya. Marching band
merupakan fasilitas sekolah dalam mengembangkan kecerdasan
musikal berirama karena anak-anak memainkan alat musik dengan
memadukan banyak alat. Hasil keterpaduan beberapa macam alat
menghasilkan sebuah lagu yang harmoni maka disebut dengan
marching band bukan drumband.
165
b) Ekstrakurikuler Sepak Bola
Kegiatan ekstrakurikuler sepak bola dimulai dari pukul 14:30
sampai 16:30.31 Peneliti mengamati kelompok sepak bola untuk kelas
satu dan dua. Setelah ada peluit panjang, anak-anak berkumpul ke
lapangan. Di lapangan terdapat Pak Oki dan Pak Rosyid sebagai
pelatih sepak bola di SD Mutual. Anak-anak tampak rapi dengan
seragam sepakbola SD Mutual yang bewarna merah dan lengkap
dengan sepatu khas sepak bola. Untuk membedakan, baju kelas satu
dimasukkan dan kelas dua baju dikeluarkan. Kegiatan pertama berdoa
setelah itu berhitung selanjutnya pemanasan dengan lari mengikuti
lapangan tiga kali putaran.
Setelah pemanasan dilakukan latihan kerjasama dengan
melempar dan menangkap bola. Anak kelas satu melempar ke kelas
satu dan anak kelas dua melempar ke kelas dua. Setelah itu istirahat
minum sekitar 15 menit, selanjutnya anak berkumpul kembali ke
lapangan dan dibentuk dua kelompok. Kelompok berbakat dengan
Pak Oki dan kelompok yang hanya permainan kelompok dengan Pak
Rosyid.
Latihan kedua adalah latihan mengoper bola satu teman ke
teman lain. Anak-anak berpasangan dan berhadapan dengan jarak
kurang lebih empat meter untuk mengoper bola dengan pasangannya.
Setelah latihan anak-anak mempraktekkan latihan tadi ke dalam
31
O.M.2.b
166
permainan sepakbola yang dibagi menjadi dua kelompok dan diacak.
Pertandingan kelompok satu dan kelompok dua berlangsung selama
kurang lebih 90 menit dengan istirahat 10 menit.
Setelah pertandingan dan kelompok satu memenangkan
dengan skor 2-1. Anak-anak melakukan pendinginan dengan duduk
kaki diluruskan digoyang kanan dan kiri.
Kaki kanan diangkat
bergantian dengan kaki kiri. Evaluasi dari Pak Oki tentang teknik
yang belum betul dan diakhiri dengan berdoa bersama.
Dari
pelaksanaan
ekstrakurikuler
sepakbola
itu
dapat
mengembangkan kecerdasan kinestetik anak karena dari karakteristik
kecerdasan kinestetik anak suka melibatkan diri pada berbagai aktifitas
luar rumah termasuk dalam melakukan berbagai jenis olah raga.
Selain kecerdasan kinestetik dari latihan sepak bola juga dapat
melatih kecerdasan interpersonal karena dalam sepak bola merupakan
satu tim yang harus kompak dalam kerjasama agar tercipta gol pada
lawannya. Kemampuan kerjasama ini dimiliki pada anak-anak yang
menonjol kecerdasannya dalam kinestetik.
2) SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang
Kegiatan ekstrakurikuler di SDIT sebelumnya diberikan surat
edaran pemberitahuan ekstrakurikuler kepada seluruh siswa untuk
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya tentu saja dengan
persetujuan orang tua. Adapun kegiatan ekstrakurikuler di SDIT ini
167
terdiri dari ekstra wajib: renang, pramuka, komputer dan lifeskill.
Sedangkan ekstra pilihan antara lain: sepak bola, bulu tangkis, tenis
meja, tartil, rebana, tilawah, kaligrafi, gambar, jurnalistik dan story
telling, matematika dan IPA.
Peneliti mengkategorikan kegiatan ekstrakurikuler di SDIT
Ihsanul Fikri ke dalam beberapa kecerdasan. Kecerdasan linguistik
verbal: story telling, jurnalistik, tartil, tilawah.
matematis: Olimpiade matematika.
Kecerdasan logis
Kecerdasan visual spasial:
komputer, menggambar dan kaligrafi.
Kecerdasan jasmaniah
kinestetik: renang, sepak bola, tenis dan bulu tangkis. Kecerdasan
musikal berirama: rebana.
Kecerdasan interpersonal: pramuka.
Kecerdasan naturalistik: Olimpiade IPA.
Kecerdasan eksistensial
spiritual: bina suasana, mentoring, sholat Dhuha dan sholat Dhuhur
berjamaah. Peneliti mengadakan observasi pada ekstrakurikuler tartil
dan story telling.
a) Ekstrakurikuler Tartil
Dalam pelaksanaan ekstrakurikuler di SDIT diampu oleh
Bapak Faisal. Kegiatan ini diikuti oleh 22 siswa kelas tiga sampai
kelas lima, pada hari Sabtu pukul 10.30, tempat di kelas V A.32
Gambaran kegiatannya yang pertama dibuka dengan salam
oleh Bapak Faisal. Setelah itu dilanjutkan hafalan bersama-sama surat
Al Lail yang dilagukan dengan murottal dan tajwid yang fasih.
32
O.T.2.a
168
Setelah hafalan, Bapak Faisal menjelaskan tentang hukum bacaan
yang harus jelas pada idhar dan dicontohkan secara langsung bacaan
Idhghom dan juga Ikhfak serta penekanan-penekanan pada panjang
pendeknya.
Selanjutnya guru membaca surat Al Baqarah dengan
tajwidnya benar dan ditirukan oleh siswa. Selain tajwid dalam hal ini
juga murottalnya diperhatikan sekali. Setelah pembelajaran dengan
terbimbing dilaksanakan secara klasikal.
Anak-anak disuruh
membaca sendiri secara bersama-sama dengan murottal yang sudah
diajarkan tadi.
Kegiatan dilanjutkan dengan satu persatu anak-anak membaca
surat Al Baqarah dengan ditentukan oleh guru. Guru membimbing
satu persatu dan langsung dievaluasi setelah siswa selesai membaca.
Guru
mengadakan
evaluasi
secara
klasikal
untuk
kegiatan
ekstrakurikuler hari itu. Kegiatan ditutup dengan doa penutup Majlis
dan salam.
Dalam pelaksanaan ekstrakurikuler tartil, guru menggunakan
pendekatan kecerdasan linguistik verbal karena karakteristiknya pada
kecerdasan ini menggali potensi dan mengembangkan ucapan anakanak yang berhubungan dengan kefasihan dalam membaca Al Qur’an.
Dalam pembelajaran ini guru mengembangkan kemampuan bahasa
Anak yang dihubungkan dengan kecerdasan musikal berirama dilihat
dari lagu-lagu atau murottal yang digunakan ketika anak membaca
ayat demi ayat dalam Al Qur’an. Irama murottal dibuat harmonis
169
sesuai dengan panjang pendeknya ayat yang dibaca tersebut. Dari sini
kemampuan musikal berirama anak terasah yang dipadukan dengan
kemampuan linguistik verbalnya.
b) Ektrakurikuler Story Telling
Kegiatan
ekstrakurikuler
story
telling
adalah
kegiatan
ekstrakurikuler untuk menggali dan mengembangkan kemampuan
bercerita anak dalam bahasa Inggris.33
Kegiatan ini merupakan
kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan pada hari Sabtu pukul
09:45 di kelas VI D. Kegiatan ini diikuti oleh enam siswa kelas empat
dan lima. Kegiatan dimulai dengan guru membuka salam dan berdoa
bersama. Setelah itu siswa diberikan bacaan dengan bahasa Inggris
dan siswa membaca bersama dengan panduan guru untuk pelafalan
kata yang tepat. Anak disuruh membaca satu persatu dengan bacaan
yang benar dan disimak oleh guru dan siswa lainnya.
Setelah
membaca satu persatu, anak diberi waktu untuk menghafal cerita
tersebut kurang lebih lima belas menit.
Kegiatan dilanjutkan dengan anak menceritakan teks tersebut
ke depan secara bergantian.
Dari sini terlihat sekali kemampuan
linguistik verbal anak ketika menceritakan kembali teks tersebut
dengan pelafalan yang fasih. Guru melakukan evaluasi setelah anak
tampil ke depan. Setelah semua maju ke depan untuk bercerita dalam
33
O.T.2.b
170
bahasa Inggris guru memberikan evaluasi klasikal untuk pelajaran hari
ini. Guru menutup dengan doa dan salam.
Dari kegiatan ekstrakurikuler story telling ini bertujuan untuk
menggali potensi dan mengembangkan kecerdasan linguistik verbal
anak. Dari kegiatan ini pula anak semakin terasah dan berkembang
kemampuan bahasanya sehingga ketika tampil ke depan tidak kaku
lagi dan sudah lancar.
4. Respon Siswa dan Orangtua Siswa terhadap Implementasi Multiple
Intelligences
a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang
SD Muhammadiyah 1 Alternatif kota Magelang sangat
diminati oleh orangtua yang ingin menyekolahkan putra-putrinya pada
tingkat SD, hal ini terbukti dengan banyaknya siswa di SD ini
meningkat dari tahun ke tahun
1) Respon Siswa
Hasil wawancara dengan siswa Alfiana Nur Fadhilah:
“Motivasi dari orang tua soalnya sekolahnya bagus dan prestasinya
juara robotik tingkat internasional. Pembelajaran di sekolah ini
menyenangkan, banyak teman, gurunya enak dalam mengajar, sering
menggunakan permainan, ada yang praktek langsung, gurunya juga
menyenangkan tidak galak tapi tegas dan lucu-lucu. Ekstrakurikuler
yang diikuti KPI IPA karena saya suka pada pelajaran IPA yang
mempelajari tubuh kita, tumbuhan, hewan. Saya juga senang
171
menanam pohon , dirumbah menanam rambutan, memelihara hewan
ikan dan juga kura-kura.”34
Wawancara dengan siswa Fahriza Rifandi Medistra:
“Motivasinya untuk transportasinya satu jalur dengan pekerjaan ayah.
Sekolah ini juga bagus, terus materi ada tambahan pengayaan. Selain
itu pembelajaran agama juga dibiasakan dengan mengaji dan sholat
berjamaah. Pak guru / ibu guru disini tegas, sering menggunakan
metode permainan selain itu bahasa Inggris juga sering pakai lagulagu, praktek membuat periskop, pernah buat cakram warna, jadi
mudah menerima pelajaran. Senang pelajaran matematika itu sering
berhitung kalau IPS mempelajari sejarah. Saya mengikuti ekstra KPI
IPA karena banyak percobaan-percobaan.”35
Wawancara dengan siswa Raihan Musthafa Armayadi:
“Motivasinya di SD ini karena pengetahuan ilmunya bagus,
prestasinya bagus, memenangi lomba puisi, agamanya bagus. Saya
senang pelajaran ini karena gurunya memberikan dengan cara lain
misalnya permainan praktek membuat periskop, bahasa Inggris
dengan gambar, menyanyi. Sholat berjamaah, ada miscall sholat
Tahajud. Kalau saya ikut KPI Matematika karena suka pelajaran
matematika, sepakbola juga senang.”36
Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa di SD Mutual ini
dapat dijelaskan bahwa motivasi mereka sekolah di SD Mutual ini
karena prestasinya bagus secara umum, pernah menjuarai lomba
robotik tingkat internasional di Malaysia atau memenangi lomba cipta
puisi tingkat kota. Selain dari sisi pengetahuan umum juga mereka
mempelajari agama lebih dalam, misalnya mengaji dipagi hari,
pembiasaan sholat Dhuha dan Dhuhur secara berjamaah.
Mereka
senang di sekolah ini karena sekolah ini banyak temannya, Bapak/Ibu
34
W.M.3.a
W.M.3.b
36
W.M.3.c
35
172
guru ketika mengajar menyenangkan sekali, lucu dan juga
menggunakan variasi metode yang berbeda-beda sehingga anak bisa
menangkap pelajaran dengan mudah dan menyenangkan.
Hal ini
sesuai dengan implementasi multiple intelligences ketika melakukan
pembelajaran di kelas menggunakan berbagai macam metode untuk
melakukan pendekatan-pendekatan yang disesuaikan dengan gaya
belajar anak.
Dalam pembelajaran guru selalu memotivasi siswa
untuk terus menerus mengembangkan bakat dan kecerdasan siswa
dengan belajar sungguh-sungguh dan hati yang senang. Selain itu
guru-guru juga komunikatif dan jeli melihat bakat misalnya Fahriza
diamati memiliki kecerdasan naturalistik, maka guru menyarankan
dan mengkomunikasikan untuk mengikuti KPI IPA, ataupun Raihan
memiliki kecerdasan logis matematis disarankan untuk mengikuti KPI
Matematika.
2) Respon Orang Tua
Respon orang tua terhadap SD Muhammadiyah 1 Alternatif
kota Magelang sangat positif dan selalu mendukung kegiatan yang ada
di SD ini terlihat dari orang tua yang rajin mengantar dan menjemput
kegiatan ekstra di siang hari.
Hasil wawancara dengan Bapak Didik Kurniawan:
“Latar belakang menyekolahkan di sini karena prestasi sekolah ini
sangat bagus, sering menjuarai perlombaan-perlombaan dan nilai UN
yang berturut-turut peringkat satu sekota Magelang. Respon saya di
sekolah ini bagus. Di sekolah ini harus benar-benar siap belajar
karena persaingan anaknya sangat ketat kadang hari libur sekolahpun
173
diberi tugas mandiri yang sangat banyak. Kami melihat dalam KBM,
guru mengajar dengan sabar dan telaten. Ketika ada hambatan sedikit
dalam proses KBM segera dikonsultasikan kepada orang tua. Untuk
bakat dan kecerdasan yang dimiliki Raihan sebenarnya sudah terlihat
sejak kecil. Dia senang di matematika, gurunya mengarahkan ikut ke
KPI Matematika. Selain itu dia juga berbakat di bidang sepakbola.
Untuk pengembangannya dia ikut kegiatan ekstrakurikuler sepakbola
di sekolah.”37
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Arba’in:
“Latar belakang menyekolahkan karena mengikuti dulu dari TK yang
satu yayasan dengan Muhammadiyah di sini. Selain itu basic
agamanya di sekolah ini cukup kuat dan dalam, Kami kerja di kota,
maka sekalian dibawa berangkat. Respon saya terhadap sekolah ini
adalah bagus, prestasi bagus, dikelola dengan baik. Walaupun mahal
tetapi hasilnya memuaskan. Untuk kegiatan belajar mengajar gurunya
profesional betul, manajemennya sekolah ini juga cukup bagus.
Untuk cucu saya memang sejak kecil senang pada tanaman dan
memelihara binatang. Kami memfasilitasinya di rumah dengan
mengajak ia bercocok tanam ringan, atau membelikan hewan
peliharaan yang ia inginkan. Kami tidak memaksakan anak dalam
belajar. Kesadaran dirinyalah yang membawa ia berprestasi. Untuk
kegiatan ekstrakurikuler, ia disarankan mengikuti KPI IPA.”38
Wawancara ketiga kami lakukan dengan Ibu Sri Hastuti
Ekowati:
“Saya menyekolahkan anak saya di sini karena sekolah ini mutunya
sangat bagus, disiplin, agamanya juga bagus. Respon saya terhadap
sekolah ini bagus sekali. Karena sekolah ini selain pendidikan
umumnya maju, agamanya juga bagus, diajari mengaji, pembiasaan
sholat dhuha maupun sholat Dhuhur berjamaah. Untuk kegiatan
belajar mengajar di sekolah, saya melihat gurunya sangat telaten,
penuh semangat, tanggung jawab dan juga menyampaikan pelajaran
itu mudah dimengerti oleh anak juga komunikatif. Perkembangan
anak di sekolah sering dikomunikasikan baik lewat buku penghubung
maupun buku kegiatan siswa di rumah yang berisi kegiatan sholat
lima waktu, mengaji dan belajar. Untuk kecerdasan ataupun bakat
anak saya sudah sejak kecil dia suka mengamati kejadian-kejadian
37
38
W.M.2.a
W.M.2.b
174
aneh, misalnya proses bunga ketika mekar, rumput yang bisa hidup di
batu. Dia sering menemukan hal-hal yang kadang di luar dugaan.
Kami mengembangkannya di rumah dengan membelikan bibit-bibit
tanaman apa saja yang ia akan telaten merawatnya. Di sekolah kami
juga disarankan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KPI IPA.”39
Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan beberapa
wali murid bahwa latar belakang mereka menyekolahkan putra
putrinya di SD Mutual ini adalah karena selain kualitas / mutu, SD
Mutual ini bagus juga nilai-nilai agama Islam sangat ditanamkan di
SD ini, misalnya dari mengaji, hafalan surat-surat pendek dan juga
pembiasaan sholat Dhuha dan Dhuhur secara berjamaah. Selain itu
orang tua juga menanggapi positif dalam kegiatan belajar mengajar di
SD ini. Komunikasi antara orang tua dan pihak guru juga terjalin erat.
Perkembangan belajar anak setiap harinya terpantau melalui buku
kegiatan harian anak tentang sholat lima waktu, mengaji dan belajar di
rumah.
Selain itu orang tua juga sering diberi informasi tentang
perkembangan pembelajaran di sekolah. Ketika ada permasalahan
yang terjadi dalam diri anak segera dikomunikasikan dengan orang
tua.
Dalam pembelajaran di sekolah guru sangat disiplin dan
bertanggung jawab terhadap perkembangan dalam diri anak. Para
guru profesional dalam mengajar. Ketika ada siswa yang mendapat
nilai dibawah KKM, akan dilakukan perbaikan-perbaikan. Selain itu
pengamatan terhadap kecerdasan atau bakat yang dimiliki anak
dikomunikasikan dengan orang tua. Setelah dikomunikasikan, guru
39
W.M.2.c
175
memberikan masukan untuk kegiatan ekstrakurikuler yang tepat yang
diikuti oleh anak sehingga akan muncul dan berkembang kecerdasan
yang dimiliki anak tersebut. Dari sini terlihat implementasi multiple
intelligences
dengan
melihat
kemampuan/kecerdasannya
yang
dimiliki anak digali dan dioptimalkan melalui kegiatan ekstrakurikuler
yang lebih spesifik lagi dalam pengembangan pada masing-masing
bentuk kecerdasan sehingga anak akan berkembang sesuai dengan
kecerdasan yang dimilikinya. Misalnya Raihan yang terlihat bakatnya
dari kecil menyenangi perhitungan matematika disarankan untuk
mengikuti KPI Matematika sedangkan Fahriza ataupun Alfiana yang
terlihat bakatnya menyenangi kegiatan yang berhubungan dengan
tumbuhan dan alam maka disarankan oleh bu Ambar sebagai guru IPA
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler KPI IPA. Di sini tampak
pengarahan guru yang menemukan bakat alam pada tiap-tiap anak dan
dikonsultasikan pada orang tua untuk dikembangkan pada bidang
ekstrakurikuler yang mengakomodir keberagaman kecerdasan yang
dimiliki setiap siswa.
b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang
1) Respon Siswa
Hasil wawancara dengan Maulana Aditya Wijaya Kusuma
pada hari Sabtu tanggal 24 Agustus 2013 pukul 09.28:
“Motivasi sekolah di SDIT karena di sini sekolah itu biar menjadi
anak sholeh. Bacaan biar fasih karena menggunakan Ummi yang
berbeda dengan ketika belajar di TPA dengan Iqro’, tajwidnya
diperhatikan dan pakai murottal. Respon juga baik, kemampuan
176
mengajarnya baik, senang sekolah di sini karena banyak teman, guru
guru baik, sering memotivasi anak-anak. Untuk kelas 4-5 sering pakai
permainan sedang di kelas 6 biasanya pakai diskusi kelompok kadang
pakai LCD. Guru juga sering melakukan pengajaran di luar kelas.
Ekstrakurikuler saya mengikuti kelompok olimpiade matematika
karena disarankan oleh wali kelas. Dampaknya, nilai raport peringkat
tiga, menjadi sholeh, menjaga hubungan ikhwan dan akhwat, berani
tampil untuk adzan di Masjid.”40
Hasil wawancara dengan Kirana Dewi:
“Motivasi sekolah di SDIT, akhlaknya menjadi baik karena di sini
sekolah Islam. Respon bagus dilihat dari prestasi SDIT yang sering
tampil. Senang di SDIT ini, teman-teman baik, Bapak Ibu guru sering
menggunakan permainan, praktek di lapangan, ikut story telling.
Dampaknya, raport bagus peringkat satu, lebih baik, keluar pakai
kerudung lebih sopan santun.”41
Hasil wawancara dengan Anissa Aristawati:
“Motivasi sekolah Islam supaya lebih baik khususnya diagamanya.
Responnya senang, gurunya menyenangkan, teman banyak, guru juga
mengajar menyenangkan dengan berbagai cara, kadang menyanyi,
pakai LCD, diskusi kelompok, praktek langsung , misalnya IPA
menggunakan alat-alat latihan IPA. Saya senang karena di sekolah ini
ada ekstrakurikuler bulutangkis. Ikut bulutangkis karena saya suka
bulutangkis sejak kecil dan sering diajari oleh ayah di rumah.
Dampaknya nilainya meningkat, menutup aurat, sholat lima waktu
rajin, menjaga hubungan dengan ikhwan.”42
Hasil wawancara dengan Arda Setyo Wibowo:
“Motivasi sekolah di sini inginnya dan menjadi anak yang sholeh
karena diajari mengaji yang benar dan sholat Dhuha dan juga sholat
Dhuhur. Senang di sekolah di sini karena belajar di sini tidak di kelas
terus kadang-kadang di luar ruangan.
Selain itu gurunya
menggunakan pembelajaran menarik. Misalnya dengan diskusi
kelompok, permainan ataupun pak guru pakai LCD yang menarik. Di
sini Bapak / Ibu gurunya ramah dan tidak suka marah. Kami sering
diadakan kesepakatan terlebih dahulu dan yang tidak memenuhi
kesepakatan tersebut akan mendapat hukuman. Dalam kegiatan
ekstrakurikuler saya ikut sepak bola karena saya senang sepak bola.”43
40
W.T.3.a
W.T.3.b
42
W.T.3.c
43
W.T.3.d
41
177
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada empat siswa
tersebut, peneliti mengetahui motivasi sekolah di SDIT Ihsanul Fikri.
Untuk belajar agama yang lebih baik karena di sini diajari mengaji
dengan sistem Ummi yang telah memperhatikan bacaan tajwidnya dan
juga murottal. Selain itu juga pembiasaan-pembiasaan sholat Dhuha
dan sholat Dhuhur berjamaah. Selain itu juga prestasi SDIT dalam
perlombaan-perlombaan. Respon mereka terhadap SDIT ini bagus
dan juga senang sekolah di sini karena guru-gurunya sabar dan
komunikatif dengan siswa maupun wali murid. Sedangkan dalam
pembelajaran guru sering menggunakan metode-metode pembelajaran
yang menyenangkan dan disesuaikan dengan kecerdasan masingmasing anak.
Misalnya metode permainan untuk melakukan
pendekatan mereka yang tidak suka diam di kelas ataupun dengan
lagu atau diskusi kelompok.
Dalam pembelajaran guru suka mengamati kemampuankemampuan anak misalnya Maulana memang suka matematika sejak
kelas satu dan prestasinya bagus. Oleh wali kelas Maulana disarankan
untuk
mengikuti
Matematika.
ekstrakurikuler
pada
kelompok
olimpiade
Dan hal ini dapat dicermati bahwa guru-guru selain
mengajar juga mengamati kecerdasan-kecerdasan pada diri siswa dan
memberikan saran untuk lebih berkembang dalam kecerdasan tersebut
mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.
178
Para siswa merespon bagus dan sangat mendukung baik
kegiatan intrakurikuler yang menggunakan metode bervariasi dalam
pembelajaran
maupun
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler
yang
merupakan fasilitas dan sekolah untuk mengembangkan kecerdasan
masing-masing anak.
2) Respon Orang Tua
Respon dari orang tua terhadap implementasi multiple
intelligences
di
sekolah
sangat
setuju
sekali
karena
dapat
mengembangkan bakat-bakat kecerdasan siswa. Seperti disampaikan
oleh Bu Dewi:
“Saya senang menyekolahkan anak saya di sini karena selain
agamanya bagus, komunikasi selalu dilakukan oleh wali kelas.
Gurunya sabar-sabar dan mengajar menyenangkan dari cerita anak
saya. Saya mendukung sekali diadakannya kegiatan ekstrakurikuler
terutama ekstra gambar. Saya tahu anak saya suka gambar maka saya
konsultasikan dengan wali kelas untuk mengikuti kegiatan ekstra
gambar. Selain itu anak saya di kelas 5 mulai senang menulis dan
saya suruh ikut pada kegiatan jurnalistik.
Banyak kegiatan
ekstrakurikuler di SDIT untuk memfasilitasi bakat-bakat yang dimiliki
anak-anak di sekolah ini.”44
Hal senada juga disampaikan oleh bapak Umar Singgih:
“Latar belakang kami menyekolahkan di SDIT, karena di SDIT
pendidikan agamanya bagus, lingkungannya agamis dan pendidikan
umumnya juga bagus. Minat anak ke sekolah tersebut sangat tinggi
sejak dari TK. Respon saya terhadap SDIT secara umum bagus,
pendampingan dan komunikasi terus dipantau setiap harinya oleh wali
kelas. Kami mengira yang dulu SDIT sangat ekstrim namun ternyata
pendidikan di sana sangat toleran terhadap perbedaan-perbedaan di
masyarakat. Guru dalam mengajar tidak kaku dan anak merasa
nyaman karena jumlah siswa di kelas efektif untuk pembelajaran.
Saya merespon positif untuk kegiatan ekstrakurikuler yang
pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan minat anak. Kebetulan
anak kami dari kecil senang bahasa Inggris dan kegiatan ekstranya
44
W.T.2.a
179
ikut story telling. Dampak kepribadian tutur kata anak saya santun
dengan kata-kata Islami (Subhanallah, Alhamdulillah). Selain itu
hafalan surat pendek juga bagus dan selalu mengingatkan kami untuk
puasa senin kamis. Dampak ke prestasi akademik, Alhamdulillah
nilai raport anak saya bagus khususnya pelajaran bahasa Inggris.”45
Pernyataan bapak Umar Singgih tersebut sangat merespon
positif dengan adanya ekstrakurikuler story telling.
Sama halnya
dengan ibu Maryati:
“Latar belakang saya menyekolahkan anak saya di sini agar faham
agama karena saya melihat sekolah ini berbasis Islam yang
menekankan sekali Akhlakul karimah. Saya merespon positif tentang
kegiatan di sekolah ini karena guru-gurunya sangat sabar dalam
menyampaikan pembelajaran. Saya juga mendukung sekolah ini
mengadakan kegiatan ekstrakurikuler sepak bola. Anak saya itu tidak
bisa diam dari kecil senang bola. Ketika di SDIT ada kegiatan
ekstrakurikuler sepak bola, saya mendukung sekali. Anak saya
semangat sekali ketika mengikuti ekstra sepakbola.”46
Dari hasil wawancara dengan beberapa wali murid, dapat
dijelaskan bahwa mereka menyekolahkan di SDIT ini agar tahu
banyak tentang agama karena di SDIT ini berbasis agama Islam yang
kuat. Penekanan pada akhlakul karimah juga sangat kental di SDIT
ini. Orang tua sangat setuju dengan pembelajaran intra yang tidak
membosankan dan dengan berbagai cara. Selain itu orang tua banyak
yang merespon positif dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang
beragam dan untuk mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki oleh
anak-anak. Contohnya saja dari hasil wawancara dengan bu Dewi
yang merupakan wali murid dari Devia Rahmadani yang mengetahui
anaknya senang menulis ia merespon positif dengan diadakannya
45
46
W.T.2.b
W.T.2.c
180
kegiatan ekstra jurnalistik. Dari kegiatan jurnalistik ini Devia mampu
mengembangkan kemampuan menulisnya, mengolah kata menjadi
sebuah laporan. Dalam hal ini tampak kecerdasan verbal linguistik
yang
salah
satu
karakteristiknya
adalah
pendapatnya di hadapan orang lain.
memaparkan
ide /
Senada dengan bapak Umar
Singgih merespon positif khususnya pada ekstra story telling karena
anaknya Kirana Dewi senang bahasa Inggris.
Dan disini tampak
kecerdasan verbal linguistik juga yang memiliki karakteristik suka
pada pelajaran bahasa termasuk bahasa daerah / bahasa asing.
5. Dampak Implementasi Multiple Intelligences pada Pembelajaran
terhadap Kepribadian dan Prestasi Siswa
Suatu pelajaran jika bahan pelajarannya diajarkan dengan
kecenderungan intelligences yang dimiliki akan lebih mudah dipahami.
Dengan berbagai perbedaan intelligences siswa, sangat penting bagi guru
untuk memberikan kebebasan bagi siswanya untuk belajar dengan
menggunakan
beberapa
pendekatan
yang
bervariasi.
Dengan
menggunakan berbagai variasi strategi pembelajaran akan berdampak
pada hasil prestasi siswa maupun terhadap kepribadian siswa.
a. SD Muhammadiyah 1 Alternatif Kota Magelang
Dampak implementasi multiple intelligences yang pelaksanaannya
terimplementasi dalam kurikulum dalam kegiatan intrakurikuler maupun
181
ekstrakurikuler akan memiliki dampak terhadap prestasi siswa. Seperti
yang diuraikan Bapak Mustaqim S.Pd.:
“Dampak implementasi multiple intelligences di sekolah ini meningkatkan
nilai akademiknya karena guru akan melakukan pendekatan-pendekatan
pada siswa sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimilikinya. Di dalam
penulisan raport tidak dicantumkan peringkat, hal ini justru untuk
menghargai berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Misalnya yang
pandai di kinestetik nilai penjas bagus tapi belum tentu untuk nilai
matematikanya.”47
Di SD ini berarti patokan nilai raport dilakukan sesuai dengan
kurikulum namun tidak dicantumkan rangking karena kecerdasan
seseorang
tidak
dapat
diukur
hanya
dengan
nilai-nilai
raport.
Pencantuman rangking kelas hanya akan menghargai siswa yang pandai
dalam artian rata-rata kelasnya bagus. Namun bagi siswa yang nilai rataratanya rendah akan berakibat minder karena dicap sebagai siswa bodoh.
Untuk menghilangkan kesan minder maka kebijaksanaan sekolah memang
tidak ada pencantuman rangkingnya.
Dampak dari implementasi multiple intelligences di sekolah
terhadap prestasi siswa,
karena guru melakukan metode-metode yang
bervariasi atau kadang dengan audio visual, ini sangat menyenangkan bagi
anak.
Siswa tidak terbebani dalam belajar sehingga mudah dalam
menerima pelajaran.
Jika pelajaran sudah menyenangkan maka siswa
menerima pelajarannyapun mudah seperti yang dikatakan oleh Raihan:
“Saya senang belajar di sini karena gurunya ketika mengajar
menyenangkan dan mudah diterima sehingga saya menjadi jelas dan nilai
saya akan bagus. Selain itu saya di sini mengikuti KPI Matematika yang
47
W.M.1.b
182
berdampak pada nilai matematika saya bagus. Dampak pada sikap saya
menjadi lebih berani dan mandiri dalam belajar di sekolah.”48
Hal senada juga disampaikan oleh Fahriza:
“Sekolah di SD Mutual ini, saya sangat senang.
Pembelajaran
menyenangkan, gurunya mengajar dengan cara yang berbeda-beda
misalnya matematika menggunakan alat bantu bangun-bangun ruang atau
pelajaran bahasa Inggris dengan menyanyi, kosa kata dibuat dengan lagulagu jadi lebih mudah mengingatnya. Pelajaran IPA juga sering
melakukan melakukan praktikum, misalnya membuat periskop. Jadi kita
paham dengan cara kerja periskop tanpa menghafal dari buku. Dengan
pembelajaran yang menyenangkan nilai saya jadi meningkat. Saya juga
ikut KPI IPA, nilai IPA saya di raport menjadi meningkat. Selain nilai
raport meningkat dampak ke sikap saya menjadi lebih mandiri, tanggung
jawab ketika ada tugas dan disiplin dalam sholat karena dipantau
Bapak/Ibu guru melalui buku kegiatan siswa.”49
Dari pernyataan siswa di atas pembelajaran dengan menggunakan
strategi multiple intelligences dapat meningkatkan prestasi siswa. Seperti
Raihan dari kelas VI Ilyasa yang memang memiliki kecerdasan logis
matematis dengan menggunakan strategi multiple intelligences yang
digunakan oleh para Bapak/Ibu guru serta ikut dalam kegiatan
ekstrakurikuler KPI Matematika dapat meningkatkan nilai matematikanya.
Dari hasil raport di kelas V nilai matematika Raihan 95. Dampak pada
sikap dan kepribadian menjadi anak yang mandiri dalam belajar di rumah.
Tanggung jawab ketika ada tugas-tugas yang diberikan serta disiplin
dalam sholat karena ada pantauan yang dilakukan oleh wali kelas setiap
harinya melalui buku kegiatan siswa.
Selain
berdampak pada nilai
akademik pada Alfiana Nur Fadhilah yang memiliki kecerdasan
naturalistik, memiliki nilai IPA 90 juga pada kepribadiannya lebih
48
49
W.M.3.c
W.M.3.b
183
mencintai tumbuh-tumbuhan dengan menanam dan merawatnya serta
memelihara beberapa binatang di rumah.
Selain
dampak
pada
nilai
raport,
implementasi
multiple
intelligences di SD Mutual, anak akan berprestasi sesuai dengan bakat /
kecerdasan masing-masing seperti dinyatakan oleh Bu Wati:
“Dalam kegiatan ekstrakurikuler ini berdampak pada nilai akademiknya
bagus. Selain itu mutual sering memenangi perlombaan-perlombaan yang
sering dadakan oleh pemerintah maupun swasta.”50
Karena pemupukan bakat dan kecerdasan dilakukan di sekolah
dalam bentuk kegiatan-kegiatan baik intra maupun ekstrakurikuler. Para
peserta didik di SD MUTUAL walaupun dengan jadwal pelajaran yang
padat dan jam pelajaran yang lebih lama dibanding sekolah pada
umumnya, mereka tidak merasa terbebani karena berkat kerjasama antara
berbagai pihak terutama para guru dengan membuat strategi pembelajaran
yang bervariasi dan orang tua siswa yang selalu memotivasi dan
mengawasi perkembangan belajar anak di rumah. Hal ini terbukti dengan
berbagai prestasi yang mereka ukir, dengan berbagai kejuaraan dari
tingkat lokal sampai tingkat nasional bahkan tingkat internasional.
Prestasi yang telah dicapai oleh SD Muhammadiyah 1 Alternatif
kota Magelang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 baik tingkat
kota Magelang sampai tingkat internasional sebagai berikut:
50
W.M.1.c
184
Tabel 4.11
Prestasi Lomba SD Muhammadiyah 1 Alternatif
NO
1
JENIS LOMBA
Global Art Internasional
Drawing & Coloring
Competition 2009
TINGKAT
Internasional
KETERANGAN
Harapan 1
Emas Sains & The
Bestr Theory
Emas Sains
2
Olimpiade JSM Ono Jowo
2010
Nasional
Juara 1 Komputer
& The Best Of
Skill
Juara Harapan 1
Komputer
Juara Harapan 2
Cabang ISMUBA
3
OSN 2011
Propinsi
Juara Harapan 3
(seleksi tahap 3)
4
Lomba Cipta Puisi 2011
Propinsi
Finalis 10 besar
5
Latih tanding Bulu Tangkis
Antar Club Se-Jateng
(2010)
Propinsi
Juara 1 anak-anak
putra
6
Olimpiade MIPA SD
Propinsi
Seleksi Tahap II
Olimpiade MIPA
cabang IPA
7
Kompetisi Matematika
Terbuka ke-6 Tingkat
SD/MI Se-Jawa Tengah
2009
Propinsi
Peringkat 9
8
OSN 2008
Propinsi
Peringkat 4 seleksi
Tahap 1 IPA
185
9
Kejuaraan Wushu Taolu
Junior JATENG Th. 2008
Propinsi
Juara 2 (Juan Shu
Putri Pemula B)
10
Rantja Competition V
(MIPA) Tingkat SD Th.
2011
Karesidenan
Kedu
Juara 2
11
Lomba Mewarnai Gambar
Karesidenan
Kedu
Juara 1
12
Lomba Mewarnai Gambar
Karesidenan
Kedu
Juara 1
13
Lomba Mewarnai Gambar
Karersidenan
Kedu
Juara 2
14
Lomba MIPA Smart
Prestasi Primagama 2011
Karesidenan
Kedu
Juara 1 (Kelas 3
SD)
15
Lomba MIPA Smart
Prestasi Primagama 2011
Karesidenan
Kedu
Juara 2 (Kelas 5
SD)
16
Kontes Robot Pejuang 2011
Kategori SD
Kota/Kab.
Magelang
Juara 3
17
Lomba MTQ (Tilawah
Putri)
Kota
Magelang
Juara 1
18
Lomba MTQ (Tartil Putri)
Kota
Magelang
Juara 1
19
Siswa Berprestasi 2011
Kota
Magelang
Juara 1 (PI)
20
Siswa Berprestasi 2011
Kota
Magelang
Juara 1 (PA)
21
Lomba Cipta Puisi 2011
Kota
Magelang
Juara 1
22
OSN IPA 2011
Kota
Magelang
Juara 1, 2 dan 3
(Mewakili Kota
Magelang Maju di
Tk. Propinsi)
186
23
Lomba MIPA Jalur B SD
Tahun 2010
Kota
Magelang
Juara 1
24
Lomba Pidato 2011
Kota
Magelang
Juara 3
25
Lomba Lukis 2011
Kota
Magelang
Juara 3
26
LCC Dokter Kecil Siswa
SD Tahun 2010
Kota
Magelang
Juara 3
27
Lomba MAPSI SD Tahun
2011
Kota
Magelang
Juara 1
28
Kejuaraan Taekwondo Pra
Junior-Junior 2011
Kota
Magelang
Juara 1
29
Lomba Mapel IPA Try Out
SD/MI Kota Magelang
2012
Kota
Magelang
Juara 1
30
Lomba Mapel Matematika
Tryout SD/MI Kota
Magelang 2012
Kota
Magelang
Juara 1
31
Lomba Robotik Sekolah
Muhammadiyah 2012
Nasional
Juara 1
32
International Matematik
Sains Olimpade 2012
Nasional
33
Olimpiade Primagama
Smart 2012
Kota /
Kabupaten
Magelang
Juara 1Kelas 4
34
Lomba Robotik Hari Jadi
kota Magelang
Karesidenan
Kedu
Juara 3
35
Lomba Litle Reporter SPEC
Kota /
Kabupaten
Magelang
Juara 1
36
Lomba Written Test SPEC
Kota /
Juara 2
187
Kabupaten
Magelang
37
Lomba Written Test SPEC
Kota /
Kabupaten
Magelang
Juara 3
38
Lomba Spelling SPEC
Kota /
Kabupaten
Magelang
Juara 3
39
Olimpiade Primagama
Smart 2012
Kota /
Kabupaten
Magelang
Juara 2
40
Olimpiade Primagama
Smart 2012
Kota /
Kabupaten
Magelang
Juara 2 Kelas 5
41
International Mathematics
and Science Olympiad
Internasional
Juara 2 Science
42
Olimpiade Robot
Internasional
Juara 2 Robot
Sumo
43
Olimpiade Robot
Internasional
Best Design Indoor
44
Esmic Olimpiad
Nasional
Juara 2 Komputer
45
Esmic Olimpiad
Nasional
Juara 3 Bahasa
Inggris
46
Lomba Cerdas Cermat
Kota /
Kabupaten
Magelang
Juara 2
47
Kompetisi Matematika
Nalaria Realistik
Nasional
Medali Perunggu
188
Dari kejuaraan-kejuaraan yang diperoleh SD Mutual membuktikan
bahwa implementasi multiple intelligences berdampak.
SD ini sering
menjuarai perlombaan-perlombaan baik tingkat kecamatan, kota, propinsi,
nasional bahkan sampai tingkat internasional.
Perlombaan tersebut
membuktikan bahwa pemupukan dan pengembangan pada masing-masing
kecerdasan menghasilkan output yang profesional dibidang kecedasan
masing-masing. Kecerdasan logis matematis memenangi juara robotik,
olimpiade matematika, kecerdasan verbal linguistik menjuarai tilawah,
tartil, litle reporter, writen tes spelling, kecerdasan naturalis menjuarai
olimpiade IPA.
b. SDIT Ihsanul Fikri Kota Magelang
Implementasi multiple intelligences yang terintegrasi dalam
kurikulum di SDIT ini tentu akan memiliki dampak dalam diri siswa
seperti yang dinyatakan oleh Ibu Ema:
“Implementasi multiple intelligences berdampak pada peningkatan prestasi
akademik. Selain itu juga di SDIT sering menjuarai perlombaanperlombaan baik tingkat kecamatan, tingkat kota maupun tingkat propinsi.
Implementasi multiple intelligences juga berdampak pada kepribadian
siswa, siswa jadi lebih tanggung jawab dalam belajar, ahlak menjadi bagus
karena ada pantauan di rumah dan di sekolah. Anak juga semakin
terampil menyesuaikan metode pembelajaran Bapak / Ibu guru.”51
Dampak implementasi multiple intelligences terhadap prestasi
siswa dipengaruhi oleh proses pembelajaran Bapak / Ibu guru yang
menggunakan strategi yang bervariasi. Dari strategi-strategi pendekatan
multiple intelligences menumbuhkan minat siswa untuk belajar terus
51
W.T.1.b
189
menerus karena merasa senang dan tidak tertekan.
berdampak pada nilai siswa meningkat.
Hal tersebut
Selain itu juga pelaksanaan
ekstrakurikuler yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki anak akan
mengembangkan potensi kecerdasan dalam diri siswa.
Seperti yang
dikatakan oleh Kirana Dewi:
“Dampak dari penerapan strategi-strategi yang bervariasi yang dilakukan
oleh guru akan meningkatkan prestasi kita. Apalagi saya mengikuti ekstra
story telling dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris yang
tentunya nilai bahasa Inggris saya meningkat. Di raport kemarin nilainya
99 hampir 100. Selain dampak pada prestasi saya jadi lebih berani tampil
di depan umum karena sering ditampilkan pada acara besar di SDIT.”52
Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Maulana Aditya:
“Dari dulu saya senang matematika dan di SDIT ini disarankan oleh guru
untuk bergabung dalam kelompok olimpiade Matematika. Dari hal
tersebut nilai matematika saya menigkat, di raport kemarin matematikanya
nilai 96. Selain itu juga berdampak pada keberanian saya. Sekarang
sudah berani untuk adzan di Masjid.”53
Dari hasil wawancara dengan siswa implementasi multiple
intelligences baik dari kegiatan intra maupun ekstrakurikuler dapat
meningkatkan nilai akademis raport pada akhir semester.
Selain
berdampak pada raport juga berdampak pada prestasi hasil perlombaan
baik tingkat kecamatan, kota, dan propinsi. Prestasi perlombaan yang
diraih oleh SDIT antara lain:
Tabel 4.12
Prestasi Lomba SDIT Ihsanul Fikri
JENIS LOMBA
NO
1
Lomba mapel PAI putri
52
53
W.T.3.b
W.T.3.a
TINGKAT
Kecamatan
KETERANGAN
Juara 1
190
2
Lomba mapel PAI putra
Kecamatan
Juara 3
3
Lomba Adzan
Kecamatan
Juara 2
4
Lomba Kaligrafi
Kecamatan
Juara 2
5
Lomba Komputer putra
Kecamatan
Juara 3
6
Olimpiade Sains Unes 2012
Jateng DIY
Juara 2
7
Lomba Macapat
Kota
Magelang
Juara 2
8
Lomba Mapel IPA
Kecamatan
Juara 1
9
Olimpiade Sains SD
Jateng DIY
Juara 2
10
Lomba Tahfidz
Jateng DIY
Juara 1
11
Lomba catur O2SN
Kota
Magelang
Juara 3
12
MTQ Putra
Kecamatan
Juara 1
13
MTQ Putri
Kecamatan
Juara 2
14
MTQ Putra
Kota
Magelang
Juara 1
15
MTQ Putri
Kota
Magelang
Juara 1
16
Tartil Qur’an Putra
Kota
Magelang
Juara 1
17
Tartil Qur’an Putri
Kota
Magelang
Juara 2
18
Tahfidz Putra
Kota
Magelang
Juara 3
19
Tahfidz Putri
Kota
Juara 1
191
Selain dampak pada prestasi siswa, prestasi kejuaraan juga
berdampak pada kepribadian siswa yang dipantau melalui buku
penghubung siswa dan kerjasama dengan orang tua untuk memantau di
rumah. Hasil dari pemantauan harian di catumkan dalam raport antar lain
pengembangan kepribadian, akhlak, ibadah, kedisiplinan, kerapian,
kerjasama, kesopanan, kemandirian kerajinan, kejujuran, kepemimpinan
dan juga ketaatan.
C. PEMBAHASAN
1. Pemahaman Mengenai multiple intelligences oleh Kepala Sekolah dan GuruGuru.
Tabel 4.13
Pemahaman Mengenai Multiple Intelligences
SD Mutual
Dari hasil wawancara kepala sekolah
dan para guru, multiple intelligences
pada
prinsipnya
menghargai
kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki
oleh setiap anak. Kecerdasan yang
dulu diukur dengan IQ saja, dengan
adanya multiple intelligences ini
kecerdasan meliputi berbagai aspek.
Di SD Mutual ini belum sepenuhnya
menerapkan multiple intelligences
secara
keseluruhan,
namun
terimplementasi di dalam kurikulum
baik intrakurikuler yang menggunakan
berbagai macam metode pendekatan
multiple intelligences maupun dalam
kegiatan ekstrakurikuler.
SDIT
Dari hasil wawancara dengan kepala
sekolah dan para guru, multiple
Intelligences merupakan kecerdasan
majemuk, ganda yang dimiliki oleh
setiap anak. Teori ini menghargai
kecerdasan siswa yang tidak hanya
dinilai dari segi IQ saja. Multiple
intelligences
merupakan
bentuk
penghargaan yang sangat tinggi
kepada siswa sekolah. Di SDIT ini
belum berbasis multiple intelligences
dalam arti setiap kelas berdasarkan
pengelompokkan
masing-masing
kecerdasan, namun sekolah ini
mengimplementasikan
dalam
kurikulum pembelajaran.
192
2. Kerangka Konseptual Implementasi Multiple Intelligences.
Tabel 4.14
Kerangka Konseptual
SD Mutual
Kerangka konseptual implementasi
multiple intelligences meliputi 3 tahap
yaitu:
1. Tahap input
Tahap input yang dilakukan adalah
pada awal masuk kelas I diadakan
tes psikologi untuk mengetahui
kesiapan
belajar
anak
dan
dilaksanakan bekerja sama dengan
fakultas psikologi UMM, untuk
kelas
2-6
awal
penjajagan
dikelompokkan berdasarkan kecerdasan logis matematis untuk
mempermudah pengelolaan dalam
pembelajaran.
2. Tahap proses
Tahap kedua adalah tahap proses.
Setelah anak terdeteksi dalam tahap
awal, hal ini dikomunikasikan antar
guru. Sebagai pedoman menyusun
RPP yang dapat menggambarkan
intelligensi yang beragam di dalam
kelas. Strategi pembelajaran dikombinasikan dengan metode yang
bervariatif yang mengoptimalkan
kecerdasan yang beragam. Di SD
Mutual memberikan fasilitas untuk
pengembangan beragam kecerdasan dalam berbagai macam
kegiatan ekstrakurikuler yang
diampu oleh guru sendiri maupun
mendatangkan guru lain dari luar
SD.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler meliputi: Tapak Suci,
KPI IPA, KPI Komputer, KPI
B.Inggris,
KPI MTK, Conversation Club, Seni Lukis, Tari,
Paduan Suara, Macapat, Rebana,
Tahfidz dan tartil, Hisbul Wathan,
Sastra Puisi dan Menulis, teater,
SDIT
Kerangka konseptual implementasi
multiple intelligences meliputi tiga
tahap:
1. Tahap input
Tahap input yang dilakukan di
SDIT ini melalui tes awal masuk
berupa
tes
psikolog
untuk
mengetahui kesiapan belajar siswa
yang pelaksanaannya bekerja sama
dengan Rumah Sakit Jiwa Pusat
Magelang. Selain tes awal masuk,
juga dilakukan observasi langsung
dalam keseharian.
2. Tahap proses
Tahap kedua merupakan tahap
proses setelah anak terdeteksi
kecerdasannya
secara
alami
melalui proses pengamatan, hal ini
dikomunikasikan antar guru dan
juga wali kelas dalam memilih
strategi
pembelajaran
dengan
pendekatan metode pembelajaran
variatif dari berbagai macam
kecerdasan. Kegiatan ekstrakurikuler diampu oleh guru-guru di
SDIT itu sendiri. Adapun kegiatan
ekstrakurikuler meliputi: komputer, pramuka, renang dan lifeskill,
sepakbola, bulutangkis, tenis meja,
tartil, rebana, tilawah, kaligrafi,
gambar, jurnalistik dan story
telling, olimpiade Matematika dan
olimpiade IPA.
193
Marching Band, PBB, Madding,
Sepak Bola (swadana), Renang
(swadana), Robotik (Swadana),
Bulutangkis (swadana).
3. Tahap Output
3. Tahap output
Dalam
implementasi
multiple
Tahap terakhir dalam implementasi
intelligences di SD Mutual ini
multiple intelligences di SDIT
dengan melakukan evaluasi yang
adalah
tahap
output
yang
menerapkan 3 ranah kognitif,
dilakukan dengan cara penilaian.
afektif dan psikomotorik. Penilaian
Penilaian
dilakukan
meliputi
penilaian kognitif melalui tes,
kognitif dengan tes, Penilaian
afektif
dilakukan
melalui
penilaian
afektif
melalui
pengamatan sikap keseharian,
pengamatan sikap dan perilaku
keseharian siswa serta penilaian
penilaian psikomotorik berupa
unjuk kerja. antara lain praktek
psikomotorik
yang
dilakukan
percakapan
bahasa
Inggris,
biasanya dengan penilaian unjuk
aktivitas sholat dan hafalan.
kerja.
3. Implementasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran
Tabel 4.15
Implementasi Multiple Intelligences
SD Mutual
SDIT
a. Intrakurikuler
a. Intrakurikuler
Dalam kegiatan pembelaDalam kegiatan keseharian
jaran keseharian di SDIT diawali
pembelajaran
di SD Mutual
dengan bersalaman antara siswa
diawali dengan bersalaman dengan
dan guru. Hal ini juga dapat
bapak ibu guru. Hal ini dapat
mengembangkan kecerdasan intermengembangkan kecerdasan interpersonalnya.
Bina suasana,
personal.
Pembelajaran
BTA,
pembiasaan sholat Dhuha dan
pembiasaan sholat Dhuha dan
Dhuhur berjamaah dapat meDhuhur juga dapat mengemngembangkan kecerdasan eksisbangkan kecerdasan interpersonal
tensial spiritual.
maupun kecerdasan eksistensial
Dalam kegiatan intrakurikuler
spiritual.
pembelajaran dari hasil observasi
Dalam kegiatan intrakuripeneliti menemukan penggunaan
kuler pembelajaran menggunakan
metode yang bervariatif melalui
metode yang bervariatif dengan
pendekatan kecerdasan jasmaniah
pendekatan kecerdasan jasmaniah
kinestetik, intrapersonal, natukinestetis, linguistik verbal, visual
ralistik, logis matematis, linguistik
spasial,
intrapersonal,
logis
verbal, musikal, visual spasial.
matematis dan juga naturalistik.
b. Ekstrakurikuler
b. Ekstrakurikuler
Dari hasil observasi dalam
Dalam kegiatan ekstrakurikuler
194
kegiatan ekstrakurikuler, peneliti
mengobservasi kegiatan marching
band yang dapat mengembangkan
kecerdasan musikal dan juga
kecerdasan interpersonal. Selain
itu juga observasi sepak bola yang
dapat mengembangkan kecerdasan
kines-tetik serta interpersonal.
peneliti telah melakukan observasi
kegiatan
tartil
yang
dapat
mengembangkan
kecerdasan
linguistik verbal maupun kegiatan
story telling yang mengembangkan
kecerdasan linguistik verbal pula
4. Respon Siswa dan Orangtua Siswa Terhadap Implementasi Multiple
Intelligences
Tabel 4.16
Respon Siswa dan Orangtua Siswa
SD Mutual
Respon
siswa
terhadap
implementasi multiple intelligences di
SD Mutual ini sangat bagus. Mereka
merespon positif dengan adanya
pembiasaan-pembiasaan keagamaan.
Mereka juga senang dengan bapak/ibu
guru yang mengajar dengan berbagai
metode yang menyenangkan dan
mudah diterima. Para siswa juga
antusias mengikuti kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kecerdasan dan bakat mereka.
Sedangkan respon orang tua
siswa sangat positif dan mendukung
implementasi multiple intelligences di
SD Mutual ini dengan kegiatan
keagamaan, mereka juga menanggapi
positif
dalam
hal
kegiatan
pembelajaran dan terjalinnya komunikasi yang efektif antara guru dan
orang tua dalam mengembangkan
kecerdasan yang dimiliki putraputrinya.
Selain itu juga mereka
mendukung kegiatan ekstrakurikuler
yang beragam dan dapat mengembangkan bakat dan kecerdasan yang
dimiliki putra-putrinya.
SDIT
Respon
siswa
terhadap
implementasi multiple intelligences di
SDIT ini sangat bagus dan positif
karena
dengan
pembiasaan
keagamaan. Respon mereka juga
senang ketika pelajaran karena
bapak/ibu guru menggunakan metodemetode
bergan-ti-ganti
yang
menyenangkan dan tempatnya tidak di
kelas terus. Mereka juga merespon
senang dengan adanya kegiatan ekstra
yang mengembangkan kecerdasan dan
bakat mereka.
Sedangkan respon orang tua
siswa di SDIT, mereka merespon
positif dan mendukung sekolah ini
karena banyak kegiatan keagamaan
serta pantauan dan komunikasi dari
wali kelas maupun guru yang sangat
intensif dan perhatian terhadap
perkembangan putra atau putrinya.
Mereka juga merespon positif dengan
adanya kegiatan ekstrakurikuler yang
beragam dan dapat mengembangkan
bakat yang dimiliki oleh putraputrinya.
195
5. Dampak Implementasi Multiple Intelligences pada Pembelajaran terhadap
Kepribadian dan Prestasi Siswa.
Tabel 4.17
Dampak Implementasi Multiple Intelligences
SD Mutual
Dampak Implementasi multiple
intelligences di SD Mutual adalah
dapat meningkatkan prestasi siswa.
Dengan penggunaan metode yang
bervariasi didukung oleh pelaksanaan
kegiatan
ekstrakurikuler
yang
beragam dapat meningkatkan prestasi
siswa.
Selain itu berdapat juga
terhadap prestasi kejuaraan.
SD
Mutual
ini
sering
menjuarai
perlombaan-perlombaan baik tingkat
kecamatan, kota, propinsi, nasional
bahkan sampai tingkat internasional.
Sedangkan dampak ke kepribadian dapat meningkatkan kedisiplinan, mandiri dalam belajar,
tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan, berani dalam berpendapat,
dan juga kreatif serta bertambah
ketaqwaannya.
SDIT
Dampak implementasi multiple
intelligences di SDIT dapat meningkatkan prestasi siswa.
Dengan
penggunaan metode yang bervariatif
dan didukung pelaksanaan ekstrakurikuler yang beragam dapat
meningkatkan prestasi siswa. Selain
itu juga SDIT sering menjuarai
kejuaraan diberbagai perlombaan
yang
diadakan
baik
tingkat
kecamatan, kota maupun tingkat
propinsi Jawa tengah dan DIY.
Sedangkan dampak kepribadian
siswa dapat meningkatkan ahlakul
karimah melalui pembiasaan seharihari baik di rumah maupun di sekolah
yang dituangkan dalam penilaian
raport kepribadian meliputi akhlak,
ibadah, kedisiplinan, kebersihan dan
kerapian, kerjasama,
kesopanan,
kemandirian, kerajinan, kejujuran,
kepemimpinan dan ketaatan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian tentang implementasi multiple intelligences dalam
pembelajaran pada SD berbasis Islam kota Magelang dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Dari hasil penelitian tentang implementasi multiple intelligences pada SD
berbasis Islam kota Magelang, bahwa pemahaman kepala sekolah dan guru
tentang multiple intelligences sudah tidak asing lagi. Hal ini dibuktikan
dengan memasukkan pendekatan-pendekatan multiple intelligences sebagai
sebuah strategi
dalam aktivitas pembelajaran kesehariannya, yang
terimplementasi dengan kurikulum berbasis Islam. Selain itu mereka juga
memperlakukan siswa dengan bijaksana untuk mengarahkan kecerdasankecerdasan yang menonjol dalam diri siswa untuk dikembangkan dalam
kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup 9 kecerdasan yang dikemukakan
Howard Gardner yaitu kecerdasan linguistik verbal, logis matematis, visual
spasial, jasmaniah kinestetik, musikal berirama, interpersonal, intrapersonal,
naturalistik, eksistensial spiritual.
196
197
2. Kerangka konseptual implementasi multiple intelligences di SD berbasis Islam
kota Magelang meliputi 3 tahap yaitu : tahap input yang merupakan
identifikasi kecerdasan primer baik melalui tes psikotes awal maupun
pengamatan keseharian siswa.
Tahap 2 yaitu tahap proses dengan
pembelajaran yang menggunakan strategi multiple intelligences dalam
pendekatan-pendekatan yang bervariatif disesuaikan dengan kecerdasan siswa.
Selain itu juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup seluruh
kecerdasan yang dimiliki setiap siswa. Tahap terakhir adalah output yang
menyelenggarakan bentuk penilaian meliputi 3 ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
3. Implementasi multiple intelligences dalam pembelajaran di SD berbasis Islam
kota Magelang dilakukan oleh guru dalam kegiatan intrakurikuler dengan
menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif meliputi pendekatanpendekatan kecerdasan yang dimiliki siswa. Selain itu juga implementasi
dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangkan masing-masing
kecerdasan.
4. Respon siswa dan orang tua siswa terhadap implementasi multiple
intelligences dalam pembelajaran di SD berbasis Islam kota Magelang sangat
positif dan mendukung adanya pembiasaan-pembiasaan keagamaan. Mereka
juga merespon senang terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan variasi
metode disesuaikan dengan kecerdasan anak. Dan juga mendukung sekali
198
diadakannya kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kecerdasankecerdasan mereka.
5. Dampak implementasi multiple intelligences dapat meningkatkan prestasi
siswa. Selain itu berdampak juga pada SD berbasis Islam kota Magelang yang
sering menjuarai perlombaan dalam berbagai bidang baik tingkat kecamatan,
kota, propinsi, nasional sampai internasional. Selain itu juga berdampak pada
meningkatnya akhlak, ibadah, kedisiplinan, kebersihan, kerjasama, kesopanan,
kemandirian, kerajinan, kejujuran, kepemimpinan, dan ketaatan.
B. SARAN
1. Bagi Lembaga Pendidikan
Khususnya kepada SD berbasis Islam kota Magelang sebagai lembaga
pendidikan hendaknya:
a. Lebih meningkatkan pendekatan individu terhadap guru dan siswa,
sehingga mudah memperoleh informasi tentang perkembangan dan gaya
belajarnya sehingga mudah diketahui permasalahan-permasalahan yang
timbul dan menghambat pelaksanaan pendidikan terutama berkaitan
dengan implementasi pembelajaran berbasis multiple intelligences.
b. Mengadakan pendeteksian awal dengan tes khusus untuk mengetahui
masing-masing kecerdasan siswa dan mengelompokkan ke dalam kelas-
199
kelas berdasarkan satu macam kecerdasan untuk lebih mengoptimalkan
pembelajaran berbasis multiple intelligences.
c. Lebih meningkatkan hubungan dengan orang tua murid dan masyarakat
sehingga akan membantu memperlancar penerapan konsep pembelajaran
berbasis multiple intelligences dengan metode yang bervariasi yang dapat
diterapkan juga di rumah oleh orang tua.
2. Bagi guru
Khususnya ditujukan kepada seluruh guru di SD berbasis Islam kota
Magelang hendaknya:
a. Dapat mengimplementasikan pembelajaran berbasis multiple intelligences
sebaik mungkin dan menciptakan metode yang lebih bervariatif lagi sesuai
dengan gaya belajar siswa.
b. Menambah wawasan baru tentang pembelajaran yang aktif, kreatif,
inovatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Muhammad. Pendidikan di Alaf Baru. Yogyakarta: Prismasophie,
2003.
Armstrong, Thomas. Multiple intelligences In The Classroom. Virginia: ASCD, 2009.
Tim Syaamil. Al-Qur’anulkarim, Miracle The Reference. Bandung: Sygma
Publishing, 2010.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2003.
Chatib, Munif. Gurunya Manusia, Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua
Anak Juara. Bandung: Kaifa, 2012.
Chatib, Munif. Sekolahnya Manusia, Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia. Bandung: Kaifa, 2013.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen Agama RI,
2009.
DePorter, Bobbi. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa, 2005.
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
English, Evelyn Wiliams. Mengajar dengan Empati. Bandung: Nuansa Cendekia,
2012.
Gardner, Howard. Frames Of Mind (The Theory of Multiple intelligences). NewYork:
Basicbooks, 1983.
Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar Dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru, 1992.
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,
2004.
Harsanto, Radno. Pengelolaan Kelas Yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius, 2007
Iskandarwassid, Sunendar, Dadang. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008.
Jasmine, Julia. Metode Mengajar Multiple intelligences. Bandung: Nuansa Cendekia,
2012.
Makmun, Abin Syamsuddin. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009.
Mandalis. Metode Penelitian Suatu Pendekatan proposal. Jakarta: Bumi Aksara,
2003.
Miller, John P. Sekolah Kepribadian. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
M Subana, Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
Mustaqim, Wahid, Abdul. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991..
Nasir, Ridlwan. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pondok Pesantren di
Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Rachman, Shaleh Abdul. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2004.
R. Hoerr, Thomas et. All. Celebrating Every Learner. San Fransisco: Jossey-Bass,
2010.
Roqib, Moh. Ilmu Pendidikan Islam, Pengembangan Pendidikan Integratif di
Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Yogyakarta: PT. LKIS, 2009.
Sanaky, Hujair AH. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Safiria Insania Press,
2003.
Semiawan, Conny, A.S. Munandar, S.C.U. Munandar. Memupuk Bakat Dan
Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia, 1984.
Silberman, Mel. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009.
S.Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Transito, 2003.
S.Nasution. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008.
Supriadi, Dedi. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Remaja
RosdaKarya, 2005.
Sutrisno. Revolusi Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta, Ar-ruzz, 2005.
Syurfah, Ariyani. Multiple intelligences for Islamic Teaching: Panduan Melejitkan
Kecerdasan Majemuk Anak Melalui Pengajaran Islam. Bandung: Syamil
Cipta Media, 2007.
Uno, Hamzah B., Masri Kuadrat. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Yaumi, Muhammad. Pembelajaran Berbasis Multiple intelligences. Jakarta: PT. Dian
Rakyat, 2012.
Download