Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014 PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA TERHADAP STRATEGI PEMBELAJARAN MULTIPLE INTELLIGENCES DAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING Rahmatul Bayyinah, Syubhan An’nur, dan Suriasa Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin [email protected] ABSTRACT: Creative thinking skills of the students of class VII MTsN Mulawarman Banjarmasin on physics lesson is low . This is due to the evaluation of learning rarely apply creative thinking skills , as well as the implementation of learning activities predominantly on one type of intelligence , logical mathematical . Therefore , we need a strategy that can develop creative thinking skills and refers to the different spheres of intelligence , multiple intelligences learning strategies that contextual teaching and learning (CTL) . The general objective of this study is to describe the differences between the multiple intelligences and learning strategies (CTL) to the creative thinking skills of students . Research conducted a quasi- experimental study design randomized pretest and posttest control group . The study population was all students of class VII MTsN Mulawarman Banjarmasin and the sample were students of class VII D as an experimental class and E class VII as a control class . Data collection was conducted using test instruments , and multiple intelligences scale questionnaire . The analysis technique used is descriptive statistics and parametric assumptions to test the hypothesis . The results showed that in general there is a difference between the students' creative thinking skills and classroom control classroom experiment . This is supported by the results of the analysis , which was performed on the data posttest and gain scores two classes , namely thit , 3.177 > 1.665 ttab , and thit , 2.104 > ttab , 1,665 . Keywords : multiple intelligences learning strategies , creative thinking skills pendidikan PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu yang beriringan dengan kebutuhan zaman cerminan kemajuan suatu negara.Hal ini berkembang. Sebagaimana kemudian kepedulian nomor 12 tahun 2012, yang menyatakan terhadap pembangunan sumber daya bahwa untuk meningkatkan daya saing manusia aspek bangsa dalam menghadapi globalisasi di pendidikan.Bagi pemerintah Indonesia segala bidang, diperlukan pendidikan sebagai negara, tinggi yang mampu mengembangkan kepedulian tersebut diwujudkan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebuah janji pada pembukaan UUD menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/ 1945 yakni, mencerdaskan kehidupan atau profesional yang berbudaya dan bangsa.Dalam kreatif, toleran, demokratis, berkarakter janji menumbuhkan sebagai salah satu penyelenggara mengimplementasikan tersebut, mengupayakan pemerintah peningkatan yang terus UU RI tangguh serta berani membela kebenaran kualitas untuk kepentingan bangsa. 234 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014 Penelitian The World Bank (2005) keterampilan berpikir kreatif siswa menemukan perbandingan akses dan berkategori rendah.Hal tersebut didasari kualitas tentang prestasi pendidikan di pada analisis mengenai dokumentasi beberapa negara, seperti Jepang, Korea, soal Hongkong, dan didominasi pada ranah kognitif tingkat Indonesia. Data tersebut menunjukkan rendah.Pernyataan tersebut juga tidak bahwa pendidikan di Indonesia hanya dipungkiri oleh guru fiska bahwa aspek mencapai tingkat-tingkat berpikir (ranah penilaian prestasi belajar siswa masih kognitif) rendah, yaitu pengetahuan, terpusat pemahaman dan aplikasi, sedangkan pemahaman dan penerapan. Sedang untuk untuk Australia, tingkat-tingkat Thailand berpikir yang yang diujikan, pada ternyata ranah keterampilan lebih pengetahuan, berpikir, baik tinggi seperti analisis, evaluasi dan berpikir kreatif maupun kristis, sangat kreatif masih sangat rendah. Sependapat jarang diterapkan dalam pembelajaran. dengan Hasil pengumpulan data deskripsi awal hasil tersebut, mengungkapkan Indonesia Mulyadi bahwa anak-anak mengalami tersebut proses mengindikasikan bahwa keberagaman bentuk ranah tes uji yang pemandegan kreativitas dimulai setelah diberikan mengikuti pendidikan di sekolah dasar. keterampilan berpikir kreatif sehingga Ketika keterampilan berpikir siswa menjadi berada di bangku sekolah belum tidak hanya satu jawaban yang benar atas melalui obeservasi tentang aktivitas suatu siswa, diketahui bahwa partisipasi siswa potensi menjadikan tersebut, cenderung rendah, dilahat dari aktivitas berkembang optimal (Diana, 2006: 127). siswa diantaranya, siswa berbincang Di sisi lain globalisasi menyebabkan dengan perkembangan memeperhaitikan penjelasan guru, siswa pengatahuan komplek, memproses kreatif hal tidak semakin berpikir ini Selain ranah seorang anak dilatih untuk memilih persoalan.Hal terasah. mencakup sehingga pengetahuan yang dalam melakukan teman sebangku kegiatan tanpa yang tidak tersebut berkaitan dengan pembelajaran, dan dituntut untuk memiliki keterampilan hanya beberapa siswa saja yang mampu berpikir berpartisipasi dalam pembelajaran. terutama dalam aspek kreativitas. Fisika sebagai salah satu ilmu Penelaahan mengenai hasil belajar dalam bidang sains merupakan salah siswa kelas VII MTsN Mulawarman satu Banjarmasin dipelajari melalui pendekatan secara menunjukkan bahwa 235 matapelajaran yang biasanya Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014 matematis, namun nyatanya fisika bukan Selanjutnya Guilford dalam hanya sekedar tahumatematika, tetapi Munandar (2009) berpendapat bahwa lebih jauh anak didik diharapkan mampu berpikir divergen sebagai operasi mental memahami konsepyang terkandung di yang menuntut penggunaan kemampuan dalamnya, menuliskannya ke dalam berpikir kreatif. Kemudian Torrance parameter-parameteratau simbol-simbol mendefinisikan berpikir kreatif meliputi fisis, memahami permasalahan serta proses kreatif dan ilmiah mulai dari menyelesaikannyasecara matematis menemukan masalah sampai dengan (Sugihartini, 2005). Melihat hal tersebut, menyampaikan hasil. Pendapat Torrance diperlukan modal keterampilan berpikir mengenai kreatif dalam pembelajaran fisika dan memiliki kesamaan definisi dengan strategi definisi pembelajaran yang mampu berpikir kreatif berpikir ternyata divergen yang mengeksplorasi ranah kecerdasan lain didiskripsikan oleh Gailford.Kesamaan yang ide dimiliki siswa. Menjawab telah dipaparkan, menyebutkan sedikitnya permasalah Gardner yang tersebut menyatakan bahwa berpikir kreatif pengembangan memerlukan pengakuan terhadap terdapat delapan jenis kercerdasan yang kemampuan-kemampuan produksi dapat sebuah divergen. Gilford Torrance strategi pembelajaran, yakni strategi (Filsaime, 2008, pembelajaran multiple intelligences. Ramdhani, 2012) menentukan empat Selain strategi pembelajaran karakteristik dikembangkan itu, dalam dan Munandar, berpikir 2009, kreatif yakni: contextual teaching learning (CTL) juga orisinalitas, elaborasi, kelancaran dan merupakan salah satu alternatif dalam fleksibelitas. menyelesaikan permasalah yang telah Strategi pembelajaran dipaparkan.Strategi pembelajaran CTL intelligeces merupakan aktivitas belajar yang merujuk pada membantu pembelajaran siswa memahami yang kosep indikator merupakan multiple hasil belajar rangkaian yang telah dengan mengaitkannya dalam kehidupan ditentukan dalam silabus.Selain itu, nyata dijelaskan tidak pemahaman hanya berpusat konsep pada secara bahwa “inti strategi pembelajaran ini adalah bagaimana guru konvensional. Hal tersebut tentunya mengemas akan mendukung pembelajaran yang mudah ditangkap dan dimengerti oleh lebih siswanya” aktif dan kreatif dalam pembelajaran fisika. gaya mengajarnya (Chatib, agar 2012:108). Armstrong (2012: 61) mengungkapkan 236 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014 “teori bahwa multiple intelligences pengetahuan, (3) berpikir tingkat tinggi, membantu guru memperluas khasanah (4) pengajaran berdasarkan mereka saat ini untuk kurikulum yang standar, dikembangkan (5) responsif memasukkan jangkauan metode-metode, terhadap budaya, dan (6) penilaian materi-materi dan teknik-teknik yang autentik. Pembelajaran CTL ini, mampu lebih luas, bahan, dan teknik-teknik mengaitkan materi dengan aktivitas untuk menjangkau rentangan yang lebih nyata yang dilakukan dalam kehidupan luas dari sebelumnya dan lebih beragam sehari-hari bagi peserta didik”. kontruktivisme (Trianto, 2008). Pembelajaran CTL merupakan serta berlandaskan Berdasarkan pemaparan pada uraian konsep belajar yang membantu guru diatas, maka tujuan secara umum ialah mengaitkan mendeskripsikan antaran materi yang perbedaan yang diajarkan dengan situasi dunia nyata signifikan antara keterampilan berpikir siswa dan mendorong siswa membuat kreatif hubungan Mulawarman antara pengetahuan yang siswa kelas VII Banjarmasin terhadap dimilikinya dengan penerapannya dalam strategi kehidupan mereka sehari-hari, dengan intelligences dan Contextual Teaching melibatkan Learning (CTL). tujuh pembelajaran penilaian utama kontekstual, yakni: bertanya, inkuiri, kontruktivisme, masyarakat komponen belajar, autentik pemodelan (Trianto, pembelajaran MTsN multiple METODE PENELITIAN dan Jenis penelitian yang digunakan 2008). adalah penelitian kuasi Disamping itu, telah diidentifikasi enam eksperimen.Desain penelitian ini dapat unsur terlihat pada tabel berikut. kunci CTL, yakni: (1) pembelajaran bermakna, (2) penerapan Tabel 1. Desain Penelitian kuasi eksperimen random pretest posttest control group Kelas Kelas Ekperimen Kelas Kontrol TeknikSampling Pretest R O1 R O3 Perlakukan X Y Posttest O2 O4 (Adaptasi Sugiyono, 2011) Uji hipotesis yang digunakan eksperimen dan kontrol. adalah uji t sampel independen. Data yang digunakan dalam pengujian HASIL DAN PEMBAHASAN hipotesis penelitian ini adalah data Berdasarkan hasil posttest dapat posttest dan skor gain dari kelas dilihat kemampuan akhir siswa pada 237 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014 masing-masing kelas setelah penelitian dilaksanakan. Hasil ditabulasikan sebagai berikut: tersebut Tabel 2 Deskripsi hasil keterampilan berpikir kreatif posttest Rentang 80.00 ≤ 60.00 ≤ 40.00 ≤ 20.00 ≤ X X X X ≤ 100 < 80.00 < 60.00 < 40.00 Eksperimen Frek. Pers. (%) 6 15,38 23 58,57 10 25,64 - 0.00 ≤ X < 20.00 Jumlah Kontrol Frek. Pers. (%) 1 2,50 19 47,50 17 42,50 3 7,50 - - - - 39 100 40 100 Kriteria Sangat baik Baik Cukup baik Rendah Sangat rendah Tabel 3 Deskripsi keterampilan berpikir kreatif posttest Kelas Eskperimen Kontrol N siswa 39 40 Nilai maks 85 81,5 Nilai Min 40,5 36,5 Mean 67,23 58,8 Keterampilan berpikir kreatif siswa Perhitungan yang mendeskripsikan setelah yang hasi analisis uji t pada data posttest kelas pemberian perlakuan ditunjukkan pada kedua tabel diatas eksperimen menjelaskan ditunjukkan pada Tabel 4 berikut: bahwa sebaran hasil dan kelas kontrol posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat perbedaan. Tabel 4 Hasil analisis uji t sampel independen data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol Test Posttest Kelas Eksprimen Kontrol thitung ttabel Sign. 2-tailed (α = 0.05) Kesimpulan 3,177 1,665 0.002 Terdapat perbedaan Tabel 4 menunjukkan bahwa thitung > tailed, 0,002 < 0,05 juga mengindikasi- ttabel, 3,173 > 1,665 yang memiliki arti kan pernyataan yang sama, bahwa hasil posttest kelas eksperimen dan kelas terdapat perbedaan yang signifikan. kontrol terdapat perbedaan.Sign. 2- Analisis ditunjukkan 238 terhadap pada tabel hasil 5 uji t berikut: Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014 Tabel 5 Hasil analisis uji t sampel independen data skor gainkelas eksperimen dan kelas kontrol Test thitung ttabel Sign. 2-tailed (α = 0.05) Kesimpulan Skor gain eksperimen Skor gain kontrol 2,104 1,665 0,040 Terdapat perbedaan Analisis yang ditunjukkan Tabel 5 diuji normalitas, terdapat dua kelas yang menyatakan bahwa terdapat prebedaan dinyatakan yang signifikan antara skor gain kelas dinyatakan terdistribusi normal. eksperiemen dan kelas tidak normal, sisinya kontrol. Kelas yang terdistribusi normal, Kesimpulan tersebut diperoleh dengan dibagi dalam kelas faktor dan kelas uji membandingkan yang nilai thitung dengan saling dibandingkan untuk ttabel.Apabila thitung > ttabel, pada data mengetahui varians dari kedua kelas dieperoleh, maka tersebut.Terdapat 28 pasangan kelas memiliki yang diuji homogenitasnya, dan dari melalui hasil perhitungan tersaring menjadi 23 2,104 perbedaan > 1,665 tersebut arti/signifikan.Selain perbandingan koefisien t, kesimpulan pasangan juga dapat ditarik dari hasil perbanding homogen. signifikan, dimana sign. 2-tailed, 0,040 tersebut didasarkan pada asumsi x2hitung < < 0,05, maka data tersebut dinyatakn x2tabel pada taraf signifikan 0,05, maka memiliki perbedaa yang signifikan. pasangan Uji prasyarat merupakan melaksanakan langkah yang awal dilakukan kelas yang dinyatakan Penarikan kelas kesimpulan tersebut dinyatakan homogen, yang berarti Ho ditolak. dalam Sedangkan pasangan kelas yang teknik dinyatakan tidak homogen yang berarti Ho diterima, jika x2hitung > x2tabel. sampling.Pengujian dilakukan pada data hasil ulangan harian siswa. Uji prasyarat Tahap uji prasyarat selanjutnya ini, terdiri dari uji normalitas, uji adalah menguji beda dua rata-rata dari homogenitas dan uji beda dua rata-rata. pasangan Pada uji normalitas, nilai Lhitng data terdistribusi dibandingkan dengan nilai Lhitung pada Pasangan kelas dinyatakan memiliki taraf signifikan 0,05. Jika Lhitung < Ltabel perbedaan jika thitung> ttabel pada taraf maka Ho diterima yang bermakna bahwa signifikan 0,05. Dari hasil analisis uji data tersebut memiliki distribusi yang beda dua rata-rata, populasi tersaring nomal/merata.Dari delapan kelas yang menjadi 6 pasang kelas yang memiliki 239 kelas yang normal dan dinyatakan homogen. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014 sifat representatif sebagai sampel. besar mengenai keterampilan berpikir Pasangan kelas yang memenuhi kriteria kreatif prasyarat perlakuan/treatment. memilki kemungkinan siswa setelah Keterampilan menjadi sampel, karena teknik sampling berpikir yang digunakan adalah cluster random eksperimen berada pada kategori baik sampling. Melalui pemilihan secara dengan persentase 58,57%. Sedangkan acak, diperoleh kelas pasangan kelas VII kelas kontrol juga berada pada katergori D dan VII E sebagaimana sampel dalam baik, namun persentasenya lebih kecil penelitian ini. dibanding Penelitian dengan dapat diperolehnya dilaksanakan sampel kreatif mendapat sebesar yang pretest siswa kelas 47,50%. dan pada kelas eksperimen, yakni Selanjutnya hasil posttest yang didapat, representatif dan instrumen yang telah kemudian dilakukan uji statistik untuk diuji.Dalam penelitian ini, instrumen mendiskripsikan yang untuk hubungan mnegukur keterampilan berpikir kreatif digunakan siswa.Pengumpulan data dimulai dengan ini.Pengujian terhadap hipotesis dalam pemberian pretest dan diakhiri dengan penelitian menggunakan uji t sampel posttest. Data pretest yang diperoleh independen. Uji hipotesis ini dilakukan kemudian statistik pada dua jenis data, yakni data posttest sehingga dapat memberikan deskripsi dan skor gain dari kedua kelas. Uji t statistik mengenai kemampuan awal sampel yang dimiliki siswa. Hasil analisis mengetahui perbedaanperlakuan yakni, deskripsi menunjukkan bahwa kelas antar strategi pembelajaran multiple eksperimen dan kelas kontrol memiliki intelligences dan contextuacl teaching kemampuan berpikir kreatif awal yang learning (CTL) terhadap keterampilan tidak berbeda.Kemudian dari asumsi berpikir kreatif siswa.Penentuan ada tersebut, penelitian mulai dilaksanakan atau dengan memberikan perlakuan. Untuk ditentukan dengan membandingkan nilai mengetahui perbedaan dari perlakuan thitung dengan ttabel. Apabila thitung lebih yang diberikan, pada akhir penelitian besar dari ttabel maka terdapat perbedaan diberikan posttest yang serupa denga yang signifikan antara kelas eksperimen pretest sebelumnya dan kontrol , dan sebaliknya apabila digunakan Analisis diolah bertujuan secara deskriptif dari secara antara variabel dalam independen tidaknya spesifik yang penelitian ini hubungan bertujuan tersebut hasil thitung lebih kecil dari ttabel, dinyatakan posttest menggambarkan secara garis bahwa tidak terdapat perbedaan yang 240 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014 berarti. intelligences Berdasarkan hasil perhitungan, memberikan alternatif dalam banyak pelaksanaan signifikan perbedaan pada data posttest pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol dari ragam kecerdasan siswa.Pembelajaran perbandingan yang dilaksanakan dapat membantu thing dengan ttabel, berdasarkan dimanabila thitung> ttabel, 3,177 > 1,665 siswa dengan demikian Ho ditolak dan Ha kecerdasan yang ada dalam dirinya. Hal diterima. Sedangkan Sign. 2-tailed, tersebut juga didukung oleh pernyataan mengindikasikan bahwa 0,002 < 0,05 Mushollin (2009: 234) bahwa kehadiran Hal bahwa multiple intelligences, guru tidak hanya terdapat perbedaan secara signifikan terpaku pada satu metode atau strategi keterampilan berpikir kretif siswa dari saja. Dengan guru mengetahui dominan hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kecerdasan yang dimiliki siswa dan kontrol. Uji t selanjutnya digunakan keberagaman untuk yang pembelajaran menjadi lebih mudah dan kelas menyenangkan. Strategi pembelajaran kontrol. ini tidak hanya memicu perkembangan tersebut memiliki menyatakan signifikan antara eksperiemen dan arti prebedaan skor gain kelas untuk lebih delapan mengekplorasi dalam Kesimpulan tersebut diperoleh dengan kecerdasan membandingkan nilai thitung dengan ttabel tersebut juga akan berdampak pada dengan kriteria keputusan masih sama keterampilan dengan uji t sebelumnya dimana bila dimiliki siswa. Hal ini searah dengan thitung > ttabel, maka Ho ditolak. pada data pernyataan Sugihartini (2009: 40) bahwa dieperoleh t tabel (2,104 > 1,665) maka aktivitas pembelajaran yang disesuaikan perbedaan dengan tersebut arti/signifikan. Selain memiliki siswa mengajar, saja, berpikir ragam namun kreatif kecerdasan hal yang siswa melalui sedikitnya telah mampu memunculkan perbandingan koefisien t, kesimpulan semangat belajar dan rasa percaya diri juga dapat ditarik dari hasil perbanding siswa.Selain itu juga mengungkapkan signifikan, diman sign. 2-tailed, 0,040 < bahwa 0,05, maka data tersebut dinyatakn keefektivitasan memiliki perbedaan yang signifikan. aktivitas dan kreativitas siswa. Hasil perhitungan dan analisis yang telah dipaparkan tersebut, strategi dalam ini memiliki meningkatkan Penelitian yang dilakukan tidak sejalan sepenuhnya berjalan lancar tanpa dengan teori yang telah dikemukakan, kendapa, peneliti menemukan beberapa yakni, strategi pembelajaran multiple kendala yakni: (1) sedikitnya waktu 241 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014 pembelajaran yang tersedia namun harus tidak dibelajarkan menggunakan strategi dapat pembelajaran multiple intelligences juga mengemas pembelajaran materi yang menjadi menarik sesuai berkategori baik. (2) Perbandingan dengan ragam kecerdasan siswa, (2) antara strategi pembelajaran multiple strategi pembelajaran ini memusatkan intelligences dan contextual teaching pada aktivitas pembelajaran pada siswa, learning namun hal tersebut berdampak dengan posttest aktivitas kevariasian data yang homogen dan siswa yang tidak dapat (CTL) dan berdasarkan skor memiliki dikontrol sepenuhnya oleh peneliti, (3) perbedaan keterbatasan keduanya, dimana thitung lebih besar dari ruangan, menyebabkan beberapa aktivitas yang diharapkan tidak yang gain data signifikan antara ttabel. dapat terlaksana dengan baik, serta (4) kegiatan siswa diluar pembelajaran, seperti perlombaan organisasi, dan kegiatan menyebabkan beberapa DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2012). Pengangguran Intelektual dan Kualitas Pendidikan Nasional.Diakses melalui http://mahasiswasolo.com pada 24 September 2013. siswa tidak melaksankan pembelajaran secara penuh. Armstrong, Thomas. (2011). The Best School: Mendidik Siswa Menjadi Insan Cendekia Seutuhnya. Jakarta: Kaifa. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang secara garis besar dapat diambil terdapat kesimpulan perbedaan bahwa Armstrong, Thomas. (2012). Kecerdasan Multiple di Dalam Kelas Edisi Ketiga. Jakarta: Indeks. keterampilan berpikir kreatif siswa yang signifikan antara strategi pembelajaran multiple Chatib, Munif. (2012). Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Instimewa dan Semua Anak Juara. Jakarta: Kaifa. intelligences dan contextual teaching learning (CTL). Adapun analisis lebih spesifik yang mendukung kesimpulan tersebut yakni: (1) Diana, Rachmy R. (2006). Setiap Anal Cerdas! Setiap Anak Kreatif! Menghidupkan Keberbakatan dan Kreativitas Anak. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. JPUD 5(2) 2006 123-131. Keterampilan berpikir kreatif siswa yang dibelajarkan menggunakan strategi intelligences memiliki multiple nilai keterampilan berpikir kreatif rata-rata berkategori baik. Sedangkan siswa yang 242 Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014 Filsaime, Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustakarya. Model Pembelajaran Langsung Terhadap Sikap dan Hasil Belajar Kimia Peserta Didik di SMA Negeri I Tellu Limpoe. .Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. ISSN: JPII 2 (2) (2013) 156-160. Munanadar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Setyowati, Meinani D., dan Hinduan, Achmad A. (2009). Penerapan Kecerdasan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik di SMAN 2 Magelang Jawa Tengah. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. ISSN: 271-899-1-SM 27-31. Murtiwi, Trisnaning A. (2013). Efektivitas Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligense dengan Konten Integrasi-Interkoneksi Untuk Meingkatkan Minat dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP. Skripsi Sarjana. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Dipublikasikan. Sugihartini, Piping. (2005). Penerapan Teori Multiple Intelligences Dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Penabu. JPP 5 (4) 2005 29-42. Mushollin. (2009). Penerapan Teori Multiple Intelligences Howard Gardner Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Tadris. ISSN: 41-205-1-PB 37-48. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dab R&D. Bandung: Alfabeta. Rumapea, Rinaldi. (2012). Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Getar dan Gelombang di Kelas VIII Semester II SMP Negeri 1 Lumbanjulu T.P 2011/2012. Skripsi Sarjana. Universitas Negeri Medan, Medan. Dipublikasikan. Tarnoto, Nissa., dan Purnama, Alfi. (2009). Kreativitas Siswa SMPN Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Ibu. Jurnal Humanitas. JH 6 (2) (2009) 190-204. Trianto. (2008). Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Pustaka Publisher. Saefudin, Abdul Aziz. (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Jurnal Al Bidayah. JA 4 (1) (2012) 37-48. Xie, J.C, and Lin, R.L. (2009). Research on Multiple Intelligences Teaching and Assesment. Asia Journal of Management and Humanity Sciences. AJMHS 4 (2-3) 2005 106-124 Safitri, I., Bancong, H., dan Husain, H. (2013). Pengaruh Pendekatan Multiple Intelligences Melalui 243