perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa

advertisement
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014
PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA
TERHADAP STRATEGI PEMBELAJARAN MULTIPLE
INTELLIGENCES DAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING
Rahmatul Bayyinah, Syubhan An’nur, dan Suriasa
Prodi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin
[email protected]
ABSTRACT: Creative thinking skills of the students of class VII MTsN Mulawarman
Banjarmasin on physics lesson is low . This is due to the evaluation of learning rarely
apply creative thinking skills , as well as the implementation of learning activities
predominantly on one type of intelligence , logical mathematical . Therefore , we need a
strategy that can develop creative thinking skills and refers to the different spheres of
intelligence , multiple intelligences learning strategies that contextual teaching and
learning (CTL) . The general objective of this study is to describe the differences between
the multiple intelligences and learning strategies (CTL) to the creative thinking skills of
students . Research conducted a quasi- experimental study design randomized pretest and
posttest control group . The study population was all students of class VII MTsN
Mulawarman Banjarmasin and the sample were students of class VII D as an
experimental class and E class VII as a control class . Data collection was conducted
using test instruments , and multiple intelligences scale questionnaire . The analysis
technique used is descriptive statistics and parametric assumptions to test the hypothesis .
The results showed that in general there is a difference between the students' creative
thinking skills and classroom control classroom experiment . This is supported by the
results of the analysis , which was performed on the data posttest and gain scores two
classes , namely thit , 3.177 > 1.665 ttab , and thit , 2.104 > ttab , 1,665 .
Keywords : multiple intelligences learning strategies , creative thinking skills
pendidikan
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu
yang
beriringan
dengan
kebutuhan
zaman
cerminan kemajuan suatu negara.Hal ini
berkembang.
Sebagaimana
kemudian
kepedulian
nomor 12 tahun 2012, yang menyatakan
terhadap pembangunan sumber daya
bahwa untuk meningkatkan daya saing
manusia
aspek
bangsa dalam menghadapi globalisasi di
pendidikan.Bagi pemerintah Indonesia
segala bidang, diperlukan pendidikan
sebagai
negara,
tinggi yang mampu mengembangkan
kepedulian tersebut diwujudkan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi serta
sebuah janji pada pembukaan UUD
menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/
1945 yakni, mencerdaskan kehidupan
atau profesional yang berbudaya dan
bangsa.Dalam
kreatif, toleran, demokratis, berkarakter
janji
menumbuhkan
sebagai
salah
satu
penyelenggara
mengimplementasikan
tersebut,
mengupayakan
pemerintah
peningkatan
yang
terus
UU
RI
tangguh serta berani membela kebenaran
kualitas
untuk kepentingan bangsa.
234
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014
Penelitian The World Bank (2005)
keterampilan
berpikir
kreatif
siswa
menemukan perbandingan akses dan
berkategori rendah.Hal tersebut didasari
kualitas tentang prestasi pendidikan di
pada analisis mengenai dokumentasi
beberapa negara, seperti Jepang, Korea,
soal
Hongkong,
dan
didominasi pada ranah kognitif tingkat
Indonesia. Data tersebut menunjukkan
rendah.Pernyataan tersebut juga tidak
bahwa pendidikan di Indonesia hanya
dipungkiri oleh guru fiska bahwa aspek
mencapai tingkat-tingkat berpikir (ranah
penilaian prestasi belajar siswa masih
kognitif) rendah, yaitu pengetahuan,
terpusat
pemahaman dan aplikasi, sedangkan
pemahaman dan penerapan. Sedang
untuk
untuk
Australia,
tingkat-tingkat
Thailand
berpikir
yang
yang
diujikan,
pada
ternyata
ranah
keterampilan
lebih
pengetahuan,
berpikir,
baik
tinggi seperti analisis, evaluasi dan
berpikir kreatif maupun kristis, sangat
kreatif masih sangat rendah. Sependapat
jarang diterapkan dalam pembelajaran.
dengan
Hasil pengumpulan data deskripsi awal
hasil
tersebut,
mengungkapkan
Indonesia
Mulyadi
bahwa
anak-anak
mengalami
tersebut
proses
mengindikasikan
bahwa
keberagaman bentuk ranah tes uji yang
pemandegan kreativitas dimulai setelah
diberikan
mengikuti pendidikan di sekolah dasar.
keterampilan berpikir kreatif sehingga
Ketika
keterampilan berpikir siswa menjadi
berada
di
bangku
sekolah
belum
tidak
hanya satu jawaban yang benar atas
melalui obeservasi tentang aktivitas
suatu
siswa, diketahui bahwa partisipasi siswa
potensi
menjadikan
tersebut,
cenderung rendah, dilahat dari aktivitas
berkembang optimal (Diana, 2006: 127).
siswa diantaranya, siswa berbincang
Di sisi lain globalisasi menyebabkan
dengan
perkembangan
memeperhaitikan penjelasan guru, siswa
pengatahuan
komplek,
memproses
kreatif
hal
tidak
semakin
berpikir
ini
Selain
ranah
seorang anak dilatih untuk memilih
persoalan.Hal
terasah.
mencakup
sehingga
pengetahuan
yang
dalam
melakukan
teman
sebangku
kegiatan
tanpa
yang
tidak
tersebut
berkaitan dengan pembelajaran, dan
dituntut untuk memiliki keterampilan
hanya beberapa siswa saja yang mampu
berpikir
berpartisipasi dalam pembelajaran.
terutama
dalam
aspek
kreativitas.
Fisika sebagai salah satu ilmu
Penelaahan mengenai hasil belajar
dalam bidang sains merupakan salah
siswa kelas VII MTsN Mulawarman
satu
Banjarmasin
dipelajari melalui pendekatan secara
menunjukkan
bahwa
235
matapelajaran
yang
biasanya
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014
matematis, namun nyatanya fisika bukan
Selanjutnya
Guilford
dalam
hanya sekedar tahumatematika, tetapi
Munandar (2009) berpendapat bahwa
lebih jauh anak didik diharapkan mampu
berpikir divergen sebagai operasi mental
memahami konsepyang terkandung di
yang menuntut penggunaan kemampuan
dalamnya, menuliskannya ke dalam
berpikir kreatif. Kemudian Torrance
parameter-parameteratau simbol-simbol
mendefinisikan berpikir kreatif meliputi
fisis, memahami permasalahan serta
proses kreatif dan ilmiah mulai dari
menyelesaikannyasecara
matematis
menemukan masalah sampai dengan
(Sugihartini, 2005). Melihat hal tersebut,
menyampaikan hasil. Pendapat Torrance
diperlukan modal keterampilan berpikir
mengenai
kreatif dalam pembelajaran fisika dan
memiliki kesamaan definisi dengan
strategi
definisi
pembelajaran
yang
mampu
berpikir
kreatif
berpikir
ternyata
divergen
yang
mengeksplorasi ranah kecerdasan lain
didiskripsikan oleh Gailford.Kesamaan
yang
ide
dimiliki
siswa.
Menjawab
telah
dipaparkan,
menyebutkan
sedikitnya
permasalah
Gardner
yang
tersebut
menyatakan
bahwa
berpikir
kreatif
pengembangan
memerlukan
pengakuan
terhadap
terdapat delapan jenis kercerdasan yang
kemampuan-kemampuan
produksi
dapat
sebuah
divergen.
Gilford
Torrance
strategi pembelajaran, yakni strategi
(Filsaime,
2008,
pembelajaran
multiple
intelligences.
Ramdhani, 2012) menentukan empat
Selain
strategi
pembelajaran
karakteristik
dikembangkan
itu,
dalam
dan
Munandar,
berpikir
2009,
kreatif
yakni:
contextual teaching learning (CTL) juga
orisinalitas, elaborasi, kelancaran dan
merupakan salah satu alternatif dalam
fleksibelitas.
menyelesaikan permasalah yang telah
Strategi
pembelajaran
dipaparkan.Strategi pembelajaran CTL
intelligeces
merupakan
aktivitas belajar yang merujuk pada
membantu
pembelajaran
siswa
memahami
yang
kosep
indikator
merupakan
multiple
hasil
belajar
rangkaian
yang
telah
dengan mengaitkannya dalam kehidupan
ditentukan dalam silabus.Selain itu,
nyata
dijelaskan
tidak
pemahaman
hanya
berpusat
konsep
pada
secara
bahwa
“inti
strategi
pembelajaran ini adalah bagaimana guru
konvensional. Hal tersebut tentunya
mengemas
akan mendukung pembelajaran yang
mudah ditangkap dan dimengerti oleh
lebih
siswanya”
aktif
dan
kreatif
dalam
pembelajaran fisika.
gaya
mengajarnya
(Chatib,
agar
2012:108).
Armstrong (2012: 61) mengungkapkan
236
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014
“teori
bahwa
multiple
intelligences
pengetahuan, (3) berpikir tingkat tinggi,
membantu guru memperluas khasanah
(4)
pengajaran
berdasarkan
mereka
saat
ini
untuk
kurikulum
yang
standar,
dikembangkan
(5)
responsif
memasukkan jangkauan metode-metode,
terhadap budaya, dan (6) penilaian
materi-materi dan teknik-teknik yang
autentik. Pembelajaran CTL ini, mampu
lebih luas, bahan, dan teknik-teknik
mengaitkan materi dengan aktivitas
untuk menjangkau rentangan yang lebih
nyata yang dilakukan dalam kehidupan
luas dari sebelumnya dan lebih beragam
sehari-hari
bagi peserta didik”.
kontruktivisme (Trianto, 2008).
Pembelajaran
CTL
merupakan
serta
berlandaskan
Berdasarkan
pemaparan
pada
uraian
konsep belajar yang membantu guru
diatas, maka tujuan secara umum ialah
mengaitkan
mendeskripsikan
antaran
materi
yang
perbedaan
yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata
signifikan antara keterampilan berpikir
siswa dan mendorong siswa membuat
kreatif
hubungan
Mulawarman
antara
pengetahuan
yang
siswa
kelas
VII
Banjarmasin
terhadap
dimilikinya dengan penerapannya dalam
strategi
kehidupan mereka sehari-hari, dengan
intelligences dan Contextual Teaching
melibatkan
Learning (CTL).
tujuh
pembelajaran
penilaian
utama
kontekstual,
yakni:
bertanya,
inkuiri,
kontruktivisme,
masyarakat
komponen
belajar,
autentik
pemodelan
(Trianto,
pembelajaran
MTsN
multiple
METODE PENELITIAN
dan
Jenis penelitian yang digunakan
2008).
adalah
penelitian
kuasi
Disamping itu, telah diidentifikasi enam
eksperimen.Desain penelitian ini dapat
unsur
terlihat pada tabel berikut.
kunci
CTL,
yakni:
(1)
pembelajaran bermakna, (2) penerapan
Tabel 1. Desain Penelitian kuasi eksperimen random pretest posttest control group
Kelas
Kelas Ekperimen
Kelas Kontrol
TeknikSampling Pretest
R
O1
R
O3
Perlakukan
X
Y
Posttest
O2
O4
(Adaptasi Sugiyono, 2011)
Uji
hipotesis
yang
digunakan
eksperimen dan kontrol.
adalah uji t sampel independen. Data
yang
digunakan
dalam
pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN
hipotesis penelitian ini adalah data
Berdasarkan hasil posttest dapat
posttest dan skor gain dari kelas
dilihat kemampuan akhir siswa pada
237
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014
masing-masing kelas setelah penelitian
dilaksanakan.
Hasil
ditabulasikan sebagai berikut:
tersebut
Tabel 2 Deskripsi hasil keterampilan berpikir kreatif posttest
Rentang
80.00 ≤
60.00 ≤
40.00 ≤
20.00 ≤
X
X
X
X
≤ 100
< 80.00
< 60.00
< 40.00
Eksperimen
Frek. Pers. (%)
6
15,38
23
58,57
10
25,64
-
0.00 ≤ X < 20.00
Jumlah
Kontrol
Frek. Pers. (%)
1
2,50
19
47,50
17
42,50
3
7,50
-
-
-
-
39
100
40
100
Kriteria
Sangat baik
Baik
Cukup baik
Rendah
Sangat
rendah
Tabel 3 Deskripsi keterampilan berpikir kreatif posttest
Kelas
Eskperimen
Kontrol
N siswa
39
40
Nilai maks
85
81,5
Nilai Min
40,5
36,5
Mean
67,23
58,8
Keterampilan berpikir kreatif
siswa
Perhitungan yang mendeskripsikan
setelah
yang
hasi analisis uji t pada data posttest kelas
pemberian
perlakuan
ditunjukkan pada kedua tabel diatas
eksperimen
menjelaskan
ditunjukkan pada Tabel 4 berikut:
bahwa
sebaran
hasil
dan
kelas
kontrol
posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol terdapat perbedaan.
Tabel 4 Hasil analisis uji t sampel independen data posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol
Test
Posttest
Kelas
Eksprimen
Kontrol
thitung
ttabel
Sign. 2-tailed
(α = 0.05)
Kesimpulan
3,177
1,665
0.002
Terdapat
perbedaan
Tabel 4 menunjukkan bahwa thitung >
tailed, 0,002 < 0,05 juga mengindikasi-
ttabel, 3,173 > 1,665 yang memiliki arti
kan pernyataan yang sama, bahwa
hasil posttest kelas eksperimen dan kelas
terdapat perbedaan yang signifikan.
kontrol terdapat perbedaan.Sign. 2-
Analisis
ditunjukkan
238
terhadap
pada
tabel
hasil
5
uji
t
berikut:
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014
Tabel 5 Hasil analisis uji t sampel independen data skor gainkelas eksperimen dan
kelas kontrol
Test
thitung
ttabel
Sign. 2-tailed
(α = 0.05)
Kesimpulan
Skor gain eksperimen
Skor gain kontrol
2,104
1,665
0,040
Terdapat perbedaan
Analisis yang ditunjukkan Tabel 5
diuji normalitas, terdapat dua kelas yang
menyatakan bahwa terdapat prebedaan
dinyatakan
yang signifikan antara skor gain kelas
dinyatakan terdistribusi normal.
eksperiemen
dan
kelas
tidak
normal,
sisinya
kontrol.
Kelas yang terdistribusi normal,
Kesimpulan tersebut diperoleh dengan
dibagi dalam kelas faktor dan kelas uji
membandingkan
yang
nilai
thitung
dengan
saling
dibandingkan
untuk
ttabel.Apabila thitung > ttabel, pada data
mengetahui varians dari kedua kelas
dieperoleh,
maka
tersebut.Terdapat 28 pasangan kelas
memiliki
yang diuji homogenitasnya, dan dari
melalui
hasil perhitungan tersaring menjadi 23
2,104
perbedaan
>
1,665
tersebut
arti/signifikan.Selain
perbandingan koefisien t, kesimpulan
pasangan
juga dapat ditarik dari hasil perbanding
homogen.
signifikan, dimana sign. 2-tailed, 0,040
tersebut didasarkan pada asumsi x2hitung <
< 0,05, maka data tersebut dinyatakn
x2tabel pada taraf signifikan 0,05, maka
memiliki perbedaa yang signifikan.
pasangan
Uji
prasyarat
merupakan
melaksanakan
langkah
yang
awal
dilakukan
kelas
yang
dinyatakan
Penarikan
kelas
kesimpulan
tersebut
dinyatakan
homogen, yang berarti Ho ditolak.
dalam
Sedangkan
pasangan
kelas
yang
teknik
dinyatakan tidak homogen yang berarti
Ho diterima, jika x2hitung > x2tabel.
sampling.Pengujian dilakukan pada data
hasil ulangan harian siswa. Uji prasyarat
Tahap uji prasyarat selanjutnya
ini, terdiri dari uji normalitas, uji
adalah menguji beda dua rata-rata dari
homogenitas dan uji beda dua rata-rata.
pasangan
Pada uji normalitas, nilai Lhitng data
terdistribusi
dibandingkan dengan nilai Lhitung pada
Pasangan kelas dinyatakan memiliki
taraf signifikan 0,05. Jika Lhitung < Ltabel
perbedaan jika thitung> ttabel pada taraf
maka Ho diterima yang bermakna bahwa
signifikan 0,05. Dari hasil analisis uji
data tersebut memiliki distribusi yang
beda dua rata-rata, populasi tersaring
nomal/merata.Dari delapan kelas yang
menjadi 6 pasang kelas yang memiliki
239
kelas
yang
normal
dan
dinyatakan
homogen.
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014
sifat
representatif
sebagai
sampel.
besar mengenai keterampilan berpikir
Pasangan kelas yang memenuhi kriteria
kreatif
prasyarat
perlakuan/treatment.
memilki
kemungkinan
siswa
setelah
Keterampilan
menjadi sampel, karena teknik sampling
berpikir
yang digunakan adalah cluster random
eksperimen berada pada kategori baik
sampling. Melalui pemilihan secara
dengan persentase 58,57%. Sedangkan
acak, diperoleh kelas pasangan kelas VII
kelas kontrol juga berada pada katergori
D dan VII E sebagaimana sampel dalam
baik, namun persentasenya lebih kecil
penelitian ini.
dibanding
Penelitian
dengan
dapat
diperolehnya
dilaksanakan
sampel
kreatif
mendapat
sebesar
yang
pretest
siswa
kelas
47,50%.
dan
pada
kelas
eksperimen,
yakni
Selanjutnya
hasil
posttest
yang
didapat,
representatif dan instrumen yang telah
kemudian dilakukan uji statistik untuk
diuji.Dalam penelitian ini, instrumen
mendiskripsikan
yang
untuk
hubungan
mnegukur keterampilan berpikir kreatif
digunakan
siswa.Pengumpulan data dimulai dengan
ini.Pengujian terhadap hipotesis dalam
pemberian pretest dan diakhiri dengan
penelitian menggunakan uji t sampel
posttest. Data pretest yang diperoleh
independen. Uji hipotesis ini dilakukan
kemudian
statistik
pada dua jenis data, yakni data posttest
sehingga dapat memberikan deskripsi
dan skor gain dari kedua kelas. Uji t
statistik mengenai kemampuan awal
sampel
yang dimiliki siswa. Hasil analisis
mengetahui perbedaanperlakuan yakni,
deskripsi menunjukkan bahwa kelas
antar strategi pembelajaran multiple
eksperimen dan kelas kontrol memiliki
intelligences dan contextuacl teaching
kemampuan berpikir kreatif awal yang
learning (CTL) terhadap keterampilan
tidak berbeda.Kemudian dari asumsi
berpikir kreatif siswa.Penentuan ada
tersebut, penelitian mulai dilaksanakan
atau
dengan memberikan perlakuan. Untuk
ditentukan dengan membandingkan nilai
mengetahui perbedaan dari perlakuan
thitung dengan ttabel. Apabila thitung lebih
yang diberikan, pada akhir penelitian
besar dari ttabel maka terdapat perbedaan
diberikan posttest yang serupa denga
yang signifikan antara kelas eksperimen
pretest sebelumnya
dan kontrol , dan sebaliknya apabila
digunakan
Analisis
diolah
bertujuan
secara
deskriptif
dari
secara
antara
variabel
dalam
independen
tidaknya
spesifik
yang
penelitian
ini
hubungan
bertujuan
tersebut
hasil
thitung lebih kecil dari ttabel, dinyatakan
posttest menggambarkan secara garis
bahwa tidak terdapat perbedaan yang
240
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014
berarti.
intelligences
Berdasarkan
hasil
perhitungan,
memberikan
alternatif
dalam
banyak
pelaksanaan
signifikan perbedaan pada data posttest
pembelajaran
kelas eksperimen dan kelas kontrol dari
ragam kecerdasan siswa.Pembelajaran
perbandingan
yang dilaksanakan dapat membantu
thing
dengan
ttabel,
berdasarkan
dimanabila thitung> ttabel, 3,177 > 1,665
siswa
dengan demikian Ho ditolak dan Ha
kecerdasan yang ada dalam dirinya. Hal
diterima.
Sedangkan Sign. 2-tailed,
tersebut juga didukung oleh pernyataan
mengindikasikan bahwa 0,002 < 0,05
Mushollin (2009: 234) bahwa kehadiran
Hal
bahwa
multiple intelligences, guru tidak hanya
terdapat perbedaan secara signifikan
terpaku pada satu metode atau strategi
keterampilan berpikir kretif siswa dari
saja. Dengan guru mengetahui dominan
hasil posttest kelas eksperimen dan kelas
kecerdasan yang dimiliki siswa dan
kontrol. Uji t selanjutnya digunakan
keberagaman
untuk
yang
pembelajaran menjadi lebih mudah dan
kelas
menyenangkan. Strategi pembelajaran
kontrol.
ini tidak hanya memicu perkembangan
tersebut
memiliki
menyatakan
signifikan
antara
eksperiemen
dan
arti
prebedaan
skor
gain
kelas
untuk
lebih
delapan
mengekplorasi
dalam
Kesimpulan tersebut diperoleh dengan
kecerdasan
membandingkan nilai thitung dengan ttabel
tersebut juga akan berdampak pada
dengan kriteria keputusan masih sama
keterampilan
dengan uji t sebelumnya dimana bila
dimiliki siswa. Hal ini searah dengan
thitung > ttabel, maka Ho ditolak. pada data
pernyataan Sugihartini (2009: 40) bahwa
dieperoleh t tabel (2,104 > 1,665) maka
aktivitas pembelajaran yang disesuaikan
perbedaan
dengan
tersebut
arti/signifikan.
Selain
memiliki
siswa
mengajar,
saja,
berpikir
ragam
namun
kreatif
kecerdasan
hal
yang
siswa
melalui
sedikitnya telah mampu memunculkan
perbandingan koefisien t, kesimpulan
semangat belajar dan rasa percaya diri
juga dapat ditarik dari hasil perbanding
siswa.Selain itu juga mengungkapkan
signifikan, diman sign. 2-tailed, 0,040 <
bahwa
0,05, maka data tersebut dinyatakn
keefektivitasan
memiliki perbedaan yang signifikan.
aktivitas dan kreativitas siswa.
Hasil perhitungan dan analisis yang
telah
dipaparkan
tersebut,
strategi
dalam
ini
memiliki
meningkatkan
Penelitian yang dilakukan tidak
sejalan
sepenuhnya
berjalan
lancar
tanpa
dengan teori yang telah dikemukakan,
kendapa, peneliti menemukan beberapa
yakni, strategi pembelajaran multiple
kendala yakni: (1) sedikitnya waktu
241
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014
pembelajaran yang tersedia namun harus
tidak dibelajarkan menggunakan strategi
dapat
pembelajaran multiple intelligences juga
mengemas
pembelajaran
materi
yang
menjadi
menarik
sesuai
berkategori
baik.
(2)
Perbandingan
dengan ragam kecerdasan siswa, (2)
antara strategi pembelajaran multiple
strategi pembelajaran ini memusatkan
intelligences dan contextual teaching
pada aktivitas pembelajaran pada siswa,
learning
namun hal tersebut berdampak dengan
posttest
aktivitas
kevariasian data yang homogen dan
siswa
yang
tidak
dapat
(CTL)
dan
berdasarkan
skor
memiliki
dikontrol sepenuhnya oleh peneliti, (3)
perbedaan
keterbatasan
keduanya, dimana thitung lebih besar dari
ruangan,
menyebabkan
beberapa aktivitas yang diharapkan tidak
yang
gain
data
signifikan
antara
ttabel.
dapat terlaksana dengan baik, serta (4)
kegiatan siswa diluar pembelajaran,
seperti
perlombaan
organisasi,
dan
kegiatan
menyebabkan
beberapa
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2012).
Pengangguran
Intelektual
dan
Kualitas
Pendidikan
Nasional.Diakses
melalui http://mahasiswasolo.com
pada 24 September 2013.
siswa tidak melaksankan pembelajaran
secara penuh.
Armstrong, Thomas. (2011). The Best
School: Mendidik Siswa Menjadi
Insan Cendekia Seutuhnya. Jakarta:
Kaifa.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan yang secara garis besar
dapat
diambil
terdapat
kesimpulan
perbedaan
bahwa
Armstrong,
Thomas.
(2012).
Kecerdasan Multiple di Dalam
Kelas Edisi Ketiga. Jakarta: Indeks.
keterampilan
berpikir kreatif siswa yang signifikan
antara strategi pembelajaran multiple
Chatib, Munif. (2012). Gurunya
Manusia: Menjadikan Semua Anak
Instimewa dan Semua Anak Juara.
Jakarta: Kaifa.
intelligences dan contextual teaching
learning (CTL). Adapun analisis lebih
spesifik yang mendukung kesimpulan
tersebut
yakni:
(1)
Diana, Rachmy R. (2006). Setiap Anal
Cerdas! Setiap Anak Kreatif!
Menghidupkan Keberbakatan dan
Kreativitas Anak. Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro. JPUD
5(2) 2006 123-131.
Keterampilan
berpikir kreatif siswa yang dibelajarkan
menggunakan
strategi
intelligences
memiliki
multiple
nilai
keterampilan berpikir kreatif rata-rata
berkategori baik. Sedangkan siswa yang
242
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 2 no 3, Oktoberr 2014
Filsaime, Dennis K. (2008). Menguak
Rahasia Berpikir Kritis dan
Kreatif.
Jakarta:
Prestasi
Pustakarya.
Model Pembelajaran Langsung
Terhadap Sikap dan Hasil Belajar
Kimia Peserta Didik di SMA
Negeri I Tellu Limpoe. .Jurnal
Pendidikan IPA Indonesia. ISSN:
JPII 2 (2) (2013) 156-160.
Munanadar,
Utami.
(2009).
Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Setyowati, Meinani D., dan Hinduan,
Achmad A. (2009). Penerapan
Kecerdasan Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Fisika Peserta Didik
di SMAN 2 Magelang Jawa
Tengah. Jurnal Berkala Fisika
Indonesia. ISSN: 271-899-1-SM
27-31.
Murtiwi,
Trisnaning
A.
(2013).
Efektivitas Pembelajaran Berbasis
Multiple
Intelligense
dengan
Konten
Integrasi-Interkoneksi
Untuk Meingkatkan Minat dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
SMP. Skripsi Sarjana. Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta. Dipublikasikan.
Sugihartini, Piping. (2005). Penerapan
Teori Multiple Intelligences Dalam
Pembelajaran
Fisika.
Jurnal
Pendidikan Penabu. JPP 5 (4) 2005
29-42.
Mushollin. (2009). Penerapan Teori
Multiple Intelligences Howard
Gardner
Dalam
Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jurnal
Tadris. ISSN: 41-205-1-PB 37-48.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dab R&D.
Bandung: Alfabeta.
Rumapea, Rinaldi. (2012). Pengaruh
Strategi Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligences Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Pokok Getar dan Gelombang di
Kelas VIII Semester II SMP Negeri
1 Lumbanjulu T.P 2011/2012.
Skripsi Sarjana. Universitas Negeri
Medan, Medan. Dipublikasikan.
Tarnoto, Nissa., dan Purnama, Alfi.
(2009). Kreativitas Siswa SMPN
Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan
Ibu. Jurnal Humanitas. JH 6 (2)
(2009) 190-204.
Trianto.
(2008).
Mendesain
Pembelajaran
Kontekstual
(Contextual
Teaching
and
Learning) di Kelas. Jakarta:
Pustaka Publisher.
Saefudin,
Abdul
Aziz.
(2012).
Pengembangan
Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Dalam
Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI). Jurnal
Al Bidayah. JA 4 (1) (2012) 37-48.
Xie, J.C, and Lin, R.L. (2009). Research
on Multiple Intelligences Teaching
and Assesment. Asia Journal of
Management
and
Humanity
Sciences. AJMHS 4 (2-3) 2005
106-124
Safitri, I., Bancong, H., dan Husain, H.
(2013).
Pengaruh
Pendekatan
Multiple Intelligences Melalui
243
Download