Makalah hubungan pembelajaran matematika dengan

advertisement
HUBUNGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
KECERDASAN SPIRITUAL
Oleh:
Hidayat Bachtiar
(A410080059)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2009/2010
ABSTRAK
Dalam buku konsep dan makna pembelajaran (Sagala, 2005 : 84)
memaparkan 8 kecerdasan yaitu kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan
logika/matematika, kecerdasan spasial/visual, kecerdasan tubuh/kinestetik,
kecerdasan musical/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan spiritual.
Berbagi ilmu dari Profesor Gardner yang telah menemukan teori
kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences, bahwa ada banyak kecerdasan
yang dimiliki setiap orang. Teori ini juga menekankan pentingnya “model” atau
teladan yang sudah berhasil mengembangkan salah satu kecerdasan hingga
puncak.
Kecerdasan spiritual tak ubahnya dengan kecerdasan lainnya seperti
kecerdasan bahasa, matematika, atau alami. Semakin sering diasah, maka
hasilnya akan semakin baik. Seperti kecerdasan yang lain, kecerdasan spiritual
juga bisa diasah sejak dini dan justru inilah waktu terbaik.
Kecerdasan spiritual diyakini sebagai kecerdasan yang paling utama
dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan yang lain. Kata spiritual
memiliki akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa Latin,
spiritus, yang berarti napas.
Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi matematika merupakan
kunci utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah.
Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan
kepribadian (sikap) siswa aga rdapat menerapkan atau menggunakan matematika
dalam kehidupannya
Kecerdasan spiritual sangat berguna bagi setiap manusia. Menurut penulis
buku laris dan ahli spiritualitas Erbe Sentanu, Kecerdasan spiritual sangat
berguna untuk mendukung kesuksesan seseorang. Jadi bukan sekadar berguna
untuk menjalin hubungan dengan sesama atau dengan Tuhan.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………..………………………..……………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah……………………………………………… 1
C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 2
D. Metode Penelitian………………………………………………... 2
E. Manfaat Penelitian………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian spiritual ……………………………….……………... 3
B. Hubungan Tingkat Kecerdasan spiritual, Motivasi Berprestasi &
Kebiasaan Belajar Matematika siswa ………………….…….…. 4
C. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences).…………….….… 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………..….. 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..…… 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses
gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf
kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi.
Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara
otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Kecerdasan spiritual sangat berguna bagi setiap manusia. Menurut penulis
buku laris dan ahli spiritualitas Erbe Sentanu, Kecerdasan spiritual sangat berguna
untuk mendukung kesuksesan seseorang. Jadi bukan sekadar berguna untuk
menjalin hubungan dengan sesama atau dengan Tuhan.
Sebagai contoh kecil adalah ketabahan dan kesabaran seseorang yang
mampu menerima cobaan atau bencana. Misalnya saja ketika terjadi bencana
gempa. Banyak orang yang stres, karena rumahnya yang mewah hancur
berantakan. Meski orang tersebut sering beribadah, orang tersebut belum memiliki
kecerdasan spiritual kelas wahid.
Matematika disebut sebagai ratunya ilmu. Jadi matematika merupakan kunci
utama dari pengetahuan-pengetahuan lain yang dipelajari di sekolah. Tujuan dari
pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah
menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa agar
dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi,
2000: 42). Dengan demikian matematika menjadi mata pelajaran yang sangat
penting dalam pendidikan dan wajib dipelajari pada setiap jenjang pendidikan.
Setiap individu mempunyai pandangan yang berbeda tentang pelajaran
matematika.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang dijabarkan di atas dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
“Mengetahui dan memahami matematika dengan kecerdasan spiritual”.
1
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk mengetahui dan memahami
kecerdasan spiritual dalam pembelajaran matematika.
D. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian tentang kalimat efektif penulis menggunakan
metode elekronik yaitu dengan cara mencari materi pembahasan di situs-situs
pendidikan.
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian tentang Mengetahui dan memahami matematika
dengan kecerdasan spiritual, di harapkan para mahasiswa FKIP mengetahui
bagaimana cara menyampaikan matematika yang berhubungan dengan spiritual
anak atau siswa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses
gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf
kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi
tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis
akan sukses belajar di sekolah.
Kecerdasan spiritual diyakini sebagai kecerdasan yang paling utama
dibandingkan dengan berbagai jenis kecerdasan yang lain. Kata spiritual memiliki
akar kata spirit yang berarti roh. Kata ini berasal dari bahasa Latin, spiritus, yang
berarti napas.
Menurut penulis buku laris dan ahli spiritualitas Erbe Sentanu, Kecerdasan
spiritual sangat berguna untuk mendukung kesuksesan seseorang. Jadi bukan
sekadar berguna untuk menjalin hubungan dengan sesama atau dengan Tuhan.
Tapi hendaknya jangan salah memahami pengertian kecerdasan spiritual.
Sering orang menganggap bahwa kecerdasan spiritual itu diukur dari ketaatan
seseorang beribadah. Kecerdasan spiritual lebih dalam dari itu. Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan manusia untuk memahami dirinya dan menerima setiap kondisi
yang dialaminya.
Sebagai contoh kecil adalah ketabahan dan kesabaran seseorang yang mampu
menerima cobaan atau bencana. Misalnya saja ketika terjadi bencana gempa.
Banyak orang yang stres, karena rumahnya yang mewah hancur berantakan. Meski
orang tersebut sering beribadah, orang tersebut belum memiliki kecerdasan spiritual
kelas wahid.
Agar seseorang punya basis kecerdasan spiritual yang jempolan, maka harus
diasah dengan baik. Kecerdasan spiritual tak ubahnya dengan kecerdasan lainnya
seperti kecerdasan bahasa, matematika, atau alami. Semakin sering diasah, maka
hasilnya akan semakin baik. Seperti kecerdasan yang lain, kecerdasan spiritual juga
bisa diasah sejak dini dan justru inilah waktu terbaik.
3
Menurut Dr Marsha lewat bukunya, Spiritual Intelligence: What We Can
Learn from the Early Awakening Child, bahwa masa anak-anak adalah masa terbaik
untuk mengasah kecerdasan spiritual. Hal ini berdasar anggapan bahwa hati anakanak masih bersih seperti layaknya sebuah kertas kosong atau kaset pita yang belum
diisi
Pada masa Anak inilah Anda harus mulai mengajarkan kecerdasan spiritual
yang terdiri dari beberapa elemen seperti kesabaran, kedermawanan, empati,
optimisme, hingga memaafkan. Anak pasti berhubungan langsung dengan aktivitasaktivitas yang berhubungan dengan perilaku-perilaku tersebut setiap harinya.
Misalnya ketika mainan Anak hilang atau terselip, hampir bisa dipastikan
Anak marah-marah dan ngambek. Pada saat ini Anda bisa mengajarkan kesabaran
dan ketabahan kepada Anak. Katakan padanya bahwa ia harus sabar dan tidak boleh
putus asa. Bantulah mencari mainan tersebut tanpa marah-marah. Cara ini sekaligus
sudah mengajarkan empati kepada Anak. Setelah menemukan, katakan kepada
Anak bahwa pencarian yang teliti akan membuahkan hasil yang baik. Tentu Anak
lama-kelamaan akan memahami apa arti optimisme.
Dari satu kasus saja Anda bisa mengajarkan beberapa elemen kecerdasan
spiritual sekaligus. Bila dilakukan secara berulang-ulang, pasti akan membawa efek
yang sangat baik bagi perkembangan kecerdasan spiritualnya. Bila Anak sudah
terasah kecerdasan spiritualnya, Anda sebagai orangtua setidaknya sudah bisa
memberikan bekal bagi masa depan Anak. Sebab, dalam kondisi bagaimana pun si
Anak akan bisa membawa diri dan tetap bisa ‘mengatur’ dirinya agar berada pada
‘gelombang’ kebahagiaan. Dan kebahagiaan yang dirasakan Anak adalah
kebahagiaan sejati yang berasal dari hati.
B. Hubungan Tingkat Kecerdasan spiritual, Motivasi Berprestasi &
Kebiasaan Belajar Matematika Siswa.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajardan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.pendidikan yang dilakukan secara menyeluruh
mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya.
4
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi,
kebiasaan, kecemasan, minat, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial
ekonomi, dan sebagainya (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 138).
Faktor-faktor internal tersebut diantaranya adalah faktor intelektif yaitu
kecerdasan siswa dan faktor nonintelektif yaitu motivasi berprestasi dan kebiasaan
belajar siswa.
Faktor intelektif (kecerdasan) mempunyai pengaruh yang cukup jelas dalam
hal pencapaian hasil belajar. Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang
relatif tinggi cenderung lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan
seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan yang relatif rendah. Namun demikian,
faktor kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi yang
akan dicapai siswa.
Faktor non intelektif diantaranya adalah motivasi dan kebiasaan. Motivasi
merupakan faktor yang sangat penting dalam proses belajar guna mencapai prestasi
yang diharapkan. Ini dikarenakan motivasi merupakan pendorong dan penggerak
individu yang dapat menimbulkan dan memberikan arah bagi individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuannya. Standar nilai baik
nilai ketuntasan belajar maupun kelulusan yang ditetapkan secara nasional yang
harus dicapai oleh siswa dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan
berprestasi. Serta membuat siswa tertuntut untuk mengubah kebiasaan belajarnya
ke arah yang lebih baik. Kebiasaan belajar merupakan pola belajar yang ada pada
diri siswa yang bersifat teratur dan otomatis.
Kebiasaan bukanlah bawaan sejakl ahir, melainkankebiasaan itu dapat
dibentuk
oleh
siswa
sendiri
serta
lingkungan
pendukungnya.
Suatu tuntutan atau tekad serta cita-cita yang ingin dicapai dapat mendorong
seseorang untuk membiasakan dirinya melakukan sesuatu agar apa yang
diinginkannya tercapai dengan baik.
Kebiasaan
belajar
yang
baik
akan
dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, sebaliknya kebiasaan belajar yang tidak baik
cenderung
menyebabkan
prestasi
belajar
siswa
menjadi
rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi
matematika.
5
Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir
secara
rasional,
dan
menghadapi
lingkungannya
secara
efektif.
Motivasi berprestasi adalah rangkaian dorongan yang menggerakkan seseorang
untuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi
yang baik.
C. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)
Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses
gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf
kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi
tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis
akan sukses belajar di sekolah.
Berbagi ilmu dari Profesor Gardner yang telah menemukan teori kecerdasan
majemuk atau Multiple Intelligences, bahwa ada banyak kecerdasan yang dimiliki
setiap orang. Teori ini juga menekankan pentingnya “model” atau teladan yang
sudah berhasil mengembangkan salah satu kecerdasan hingga puncak.
Dalam buku konsep dan makna pembelajaran (Sagala, 2005 : 84)
memaparkan
8
logika/matematika,
kecerdasan
kecerdasan
yaitu
kecerdasan
spasial/visual,
verbal/bahasa,
kecerdasan
kecerdasan
tubuh/kinestetik,
kecerdasan musical/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
kecerdasan spiritual. Mari kita bahas satu per satu kecerdasan di atas.
Selain penjelasan bentuk kecerdasan, juga dikaitkan dengan pelajaran yang
diajarkan di sekolah serta tokoh atau profesi yang memiliki kecerdasan tersebut.
1. Kecerdasan Verbal (Bahasa) Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh
kepekaan akan makna dan urutan kata serta kemampuan membuat beragam
penggunaan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.
Berkaitan dengan pelajaran bahasa. William Shakespeare, Martin Luther King
Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Hilman “Lupus” Hariwijaya
merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan kecerdasan ini hingga puncak,
demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa, sastrawan, orator pasti memiliki
kecerdasan ini.
2. Kecerdasan Logika/Matematika Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling
mudah distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan
6
sainstifik, dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer,
akuntan, banker dan tentu saja ahli matematika. Berkaitan dengan pelajaran
matematika. Tokoh2 yang terkenal antara lain Madame Currie, Blaise Pascal,
B.J. Habibie.
3. Kecerdasan Spasial/Visual Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil
menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis, mereka
sanggup berpikir tiga dimensi, mampu mencipta ulang dunia visual. Kecerdasan
ini dapat ditemukan pada pelukis, pematung, programmer komputer, desainer,
arsitek. Berhubungan dengan pelajaran menggambar. Tokoh yang dapat
diceritakan berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya Picasso, Walt Disney,
Garin Nugroho.
4. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya
hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam
aktivitas2 seperti menari, melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan
memainkan drama. Sebut saja Michael Jordan, Martha Graham (penari balet),
Susi Susanti. Kecerdasan ini berkaitan dengan pejaran olahraga atau kegiatan
ekstrakurikuler seperti menari, bermain teater, pantomim.
5. Kecerdasan Musical/Ritmik Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola musik
dan ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya. Bentuk
kecerdasan ini sangat menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas unutk
mengubah kesadaran kita, menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak.
Berkaitan
dengan
kegiatan
ekstrakurikuler.
Tokoh2
yang
sudah
mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie Wonder, Melly Goeslow, Titik
Puspa.
6. Kecerdasan Interpersonal Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas2 ditempat
kerja seperti negosiasi dan menyediakan umpan balik atau evaluasi. Berkaitan
dengan pelajaran PPKn, sosiologi. Manajer, konselor, terapis, politikus,
mediator menunjukkan bentuk kecerdasan ini. Mereka biasanya pintar membaca
suasana hati, temperamen, motivasi dan maksud orang lain. Abraham Lincoln
dan Mahatma Gadhi memanfaatkan kecerdasan ini untuk mengubah dunia.
7. Kecerdasan Intrapersonal Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk
memahami dan mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan
kepribadian. Kita sering menamai kecerdasan ini dengan kebijaksanaan.
Berkaitan dengan jurusan psikologi atau filsafat. Tokoh2 sukses yang dapat
7
dikenalkan untuk memperkaya kecerdasan ini adalah para pemimpin keagamaan
dan para psikolog.
8. Kecerdasan Spiritual Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai sebuah
kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan intrapersonal dengan
sebuah komponen “nilai” yang ditambahkan padanya. Kecerdasan spiritual
merupakan kecerdasan rohaniah, yang menuntun diri kita menjadi manusia yang
utuh, berada pada bagian yang paling dalam diri kita. Dengan beragamnya
kecerdasan manusia, menjadikan peran guru amat penting untuk memberikan
arahan pada apa yang cocok dan sesuai bagi para siswanya.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses
gagalnya peserta didik belajar di sekolah
 Kecerdasan spiritual sangat berguna untuk mendukung kesuksesan seseorang.
Jadi bukan sekadar berguna untuk menjalin hubungan dengan sesama atau
dengan Tuhan.
 Tujuan dari pendidikan matematika pada jenjang pendidikan adalah
menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) siswa
agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya.
 Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya
 Faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat,
dan sebagainya.
 Faktor-faktor internal tersebut diantaranya adalah faktor intelektif yaitu
kecerdasan siswa dan faktor nonintelektif yaitu motivasi berprestasi dan
kebiasaan belajar siswa.
 Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
 Motivasi berprestasi adalah rangkaian dorongan yang menggerakkan seseoran
guntuk melakukan keinginan yang dilandasi adanya tujuan mencapai prestasi
yang baik.
 Kebiasaan belajar matematika adalah cara belajar matematika yang telah
dilakukan secara rutin dan berulang-ulang yang bersifat teratur dan seragam
serta tetap dengan sendirinya.
 Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah
mengalami proses belajar mengajar matematika yang dinyatakan dalam hasil
tes.
9
 8 kecerdasan dalam pembelajaran:
1. Kecerdasan Verbal (Bahasa) Bentuk kecerdasan ini dinampakkan oleh
kepekaan
2. Kecerdasan Logika/Matematika Bentuk kecerdasan ini termasuk yang
paling mudah distandarisasikan dan diukur.
3. Kecerdasan Spasial/Visual Bentuk kecerdasan ini umumnya terampil
menghasilkan imaji mental dan menciptakan representasi grafis
4. Kecerdasan Tubuh/Kinestetik Bentuk kecerdasan ini memungkinkan
terjadinya hubungan antara pikiran.
5. Kecerdasan Musical/Ritmik Bentuk kecerdasan ini mendengarkan pola
musik dan ritmik secara natural dan kemudian dapat memproduksinya.
6. Kecerdasan Interpersonal Bentuk kecerdasan ini wajib bagi tugas2
ditempat kerja seperti negosiasi dan menyediakan umpan balik atau
evaluasi.
7. Kecerdasan
Intrapersonal
Bentuk
kecerdasan
ini
merupakan
kemampuan untuk memahami dan mengartikulasikan cara kerja.
8. Kecerdasan Spiritual Bentuk kecerdasan ini dapat dipandang sebagai
sebuah kombinasi dan kesadaran interpersonal dan kecerdasan
intrapersonal
10
DAFTAR PUSTAKA

http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/PE
NTINGNYA%20ESQ%20DALAM%20MANAGEMENT%20KONF
LIK%20MAHASISWA%20FIK%20UNPAD.pdf

http://www.morinagaplatinum.com/learn/article-andtips/kids/parenting/developing-multiple-inteligence/cerdas-secaraspiritual.aspx#title

http://www.psb-psma.org/content/blog/kecerdasan-majemuk-multipleintelligences

http://www.ilmupsikologi.com/?p=261
11
Download