BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa ingrris, management, yang dikembangkan dari
kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Kata manage sendiri berasal dari
bahasa Italia, maneggio, yang di pindahkan menjadi bahasa latin managiare, yang berasal
dari kata manus, yang artinya tangan. Maka manajemen pada dasarnya adalah upaya
mengatur segala sesuatu(sumber daya) untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen
merupakan salah satu bagian dari perusahaan yang sangat utama, manajemen dapat
diartikan sebagai salah satu ilmu yang mengarahkan dan mengelola sumber daya manusia
di dalam suatu organisasi agar mampu berfikir dan bertindak sesuai dengan harapan serta
tujuan dari organisasi tersebut. Perkembangan selanjutnya manajemen didefinisikan
secara beragam oleh para pakar-pakar,untuk lebih jelasnya berikut ini dipaparkan definisi
manajemen menurut para ahli manajemen yang tertera pada penjelasan berikut ini .
2.1.1
Pengertian Manajemen
Manajemen menurut Sadili Samsudin (2010:15) adalah “ Bekerja dengan
orang-orang untuk mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia
atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan
pengawasan (controlling) ”.
Manajemen
Perencanaan
Organisasi
Penyusunan
Pengarahan
Pengendalian
Organisasi
Sumber : Manajemen Sumber Daya Manusia,.Sadili Samsudin
Gambar 2.1.
Proses Manajemen
Tujuan
Organisasi
Manajemen menurut S.P Hasibuan yang dikutip oleh Sadili Samsudin dalam
bukunya manajemen sumber daya manusia (2010:17) bahwa “ Manajemen
adalah ilmu dan seni mengatur pemanfaatan ssumber daya manusia dan sumbersumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Selanjutnya menurut Frank Sadikin yang dikutip oleh Sadili Samsudin dalam
bukunya manajemen sumber daya manusia (2010:18) menyebutkan, bahwa “
manajemen adalah proses untuk menciptakan, memelihara, dan mengoperasikan
organisasi perusahaan dengan tujuan tertentu melalui upaya manusia yang
sistematis,terkoordinasi, dan kooperatif. Menurut Sadili Samsudin (2010:20)
memaparkan beberapa alasan diperlukannya manajemen adalah sebagai berikut :
1) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan pribadi, kelompok, organisasi,
atau perusahaan
2) Manajemen dibutuhkan untuk menciptakan keseimbangan di antara tujuan–
tujuan, sasaran–sasaran, dan kegiatan–kegiatan dari pihak–pihak yang
berkepentingan dalam organisasi atau perusahaan, seperti pengusaha dan
karyawan, kreditur dan nasabah, atau masyarakat dan pemerintah.
3) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan produktivitas kerja
organisasi atau perusahaan.
2.2
Manajemen Sumber Daya manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu asset terpenting dalam suatu
perusahaan atau organisasi, didalam hidupnya manusia selalu memikirkan cara
untuk bisa mempertahankan hidupnya dan dapat memenuhi segala kebutuhannya,
maka dari itu manusia memanfaatkan dan berusaha mengolah sumber daya alam
yang tersedia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam memenuhi
kebutuhannya mereka harus bekerja dan memanfaatkan kemampuan yang
dimilikinya, sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dikategorikan atas 6 tipe
sumber daya , yaitu manusia, financial, fisik, teknologi, metode, dan pasar.
Aset penting dalam sebuah organisasi atau perusahaan yang harus dimiliki
dalam suatu manajemen adalah tenaga kerja atau manusia(sumber daya manusia),
mereka adalah salah satu yang terpenting dan salah satu sumber yang paling
mempengaruhi sebuah organisasi atau perusahaan, merekalah yang bekerja
membuat suatu tujuan, mengadakan inovasi, dan mencapai tujuan organisasi.
2.2.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengertian sumber daya manusia menurut Sedarmayanti (2008:13)
sebagai berikut : “ Manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan praktik
menentukan aspek manusia atau sumber daya manusia dalam posisi manajemen,
termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian”.
Selanjutnya Hadari Nawawi (2007:42) mengemukakan bahwa “Manajemen
sumber daya manusia adalah proses mendayagunakan manusia sebagai tenaga
kerja secara manusiawi agar potensi fisik dan psikis yang dimiliki berfungsi
maksimal bagi tercapainya tujuan perusahaan. Menurut Bambang Wahyudi
(2007:10) “ Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu, seni dan proses
memperolehkan, manajemen atau mengembangkan dan memelihara tenaga kerja
yang kompeten sedemikian rupa sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan
efisien dan ada kepuasan pada diri pribadi”. Sedangkan menurut Sadili Samsudin
(2010:22) “ Manajemen sumber daya manusia adalah suatu kegiatan pengelolaan
yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa
bagi manusia sebagai individu anggota organisasi atau perusahaan bisnis”.
Kemudian menurut S.P. Hasibuan (2007:10) “ Manajemen sumber daya manusia
adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif
dan efisien membantu terwujudnya
tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat”.
Dari pengertian yang telah dikemukakan oleh beberapa para ahli, maka
dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni
yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia yang meliputi proses,
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian, pengarahan dan
pengendalian yang didukung oleh sumber daya yang dimiliki perusahaan selain
manusia yaitu sumber daya financial, fisik, teknologi, metode, dan pasar dalam
rangka untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan.
2.2.2
Komponen Manajemen Sumber Daya Manusia
Komponen manajemen sumber daya manusia menurut SP. Hasibuan
(2007:12-13). Tenaga kerja manusia pada dasarnya di bedakan atas pengusaha,
karyawan, dan pemimpin.
1. Pengusaha
Pengusaha adalah setiap orang yang menginvestasikan modalnya untuk
memperoleh pendapatan dan besarnya pendapatan itu tidak menentu tergantung
pada laba yang dicapai perusahaan tersebut.
2. Karyawan
Karyawan merupakan kekayaan utama suatu perusahaan, karena tanpa
keikutsertaan, aktivitas perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif
dalam menetapkan rencana, sistem, proses, dan tujuan yang ingin dicapai.
Karyawan adalah penjual jasa (pikiran dan tenaganya) dan mendapatkan
kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu. Mereka wajib dan
terikat untuk mengerjakan pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh
kompensasi sesuai dengan perjanjian. Posisi karyawan dalam suatu perusahaan
dibedakan atau karyawan operasional dan karyawan manejerial (pimpinan).
3. Pemimpin atau Manajer
Pemimpin
adalah
seseorang
yang
mempergunakan
wewenang
dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas
pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan adalah
gaya seorang pemimpin memengaruhi bawahannya, agar mau bekerja sama dan
bekerja efektif sesuai dengan perintahnya. Asas – asas kepemimpinan adalah
bersikap tegas dan rasional, bertindak konsisten dan berlaku adil dan jujur.
2.2.3
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut SP. Hasibuan (2007:21-22). Fungsi manajemen sumber daya
manusia meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,
pengadaan,
pengembangan,
kompensasi,
pengintegrasian,
pemeliharaan,
kedisiplinan, dan pemberhentian.
1) Perencanaan
Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga
kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan
menetapkan program kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan,
kedisiplinan,
dan
pemberhentian
karyawan.
Program
kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat.
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang
integrasi, dan koordinasi dalam organisasi (organization chart). Organisasi
hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik
akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
3) Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan,
agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan
dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua
tugasnya dengan baik.
4) Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan, agar menaati peraturan – peraturan perusahaan dan bekerja sesuai
dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan
meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan,
dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
5) Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan,
orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya
tujuan
6) Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini
maupun masa depan.
7) Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)
dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai
imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah
adil dan layak. Diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan
dapat memenuhi kebutuhan serta berpedoman pada batas upah minimum
pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsistensi.
8) Pengintegrasian
Pengintegarasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama
yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba,
karyawan
dapat
memenuhi
kebutuhan
dari
hasil
pekerjaannya.
Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam manajemen
sumber daya manusia, karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak
belakang.
9) Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap
mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan
program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan
serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi.
10) Kedisplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang
terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit
terwujud tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran
untuk menaati peraturan – peraturan perusahaan dan norma – norma sosial.
11) Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang
dari suatu perusahaaan. Pemberhentian ini disebabkan keinginan karyawan
keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab – sebab
lainnya.
Kemudian Menurut A Sihotang (2007: 6-17) fungsi – fungsi manajemen
sumber daya manusia adalah :
1. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia
2. Perencanaan Sumber Daya Manusia
3. Analisis Jabatan
4. Rekrutmen
5. Seleksi Penyaringan
6. Penempatan
7. Pelatihan dan Pengembangan
8. Perencanaan Karir
9. Sistem Pengupahan dan Kompensasi
10. Pengintegrasian
11. Pemeliharaan Hubungan industrial
12. Disiplin Kerja
13. Pemberhentian dan Pemensiunan
14. Progam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.3
Tujuan dan Aktifitas Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan
dukungan sumber daya manusia guna meningkatkan efektivitas organisasi dalam
rangka mencapai tujuan. Kegiatan atau aktivitas manajemen sumber daya manusia
secara umum adalah tindakan-tindakan yang diambil untuk membentuk satuan
kerja yang efektif dalam suatu organisasi.
2.3.1
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Tujuan manajemen sumber daya manusia Menurut Sadili Samsudin
(2010:30) adalah memperbaiki kontribusi produktif tenaga kerja terhadap
organisasi atau perusahaan dengan cara yang bertanggung jawab secara strategis,
etis dan sosial, Empat tujuan MSDM adalah:
1. Tujuan Sosial
Agar organisasi atau perusahaan bertanggung jawab secara sosial dan etis
terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak
negatifnya.
2. Tujuan Organisasional
Sasaran formal yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai
tujuannya.
3. Tujuan Fungsional
Mempertahankan kontribusi departemen MSDM pada tingkat yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
4. Tujuan Individual
Tujuan pribadi dari setiap anggota dicapai melalui aktivitasnya dalam
organisasi.
2.3.2
Aktivitas Manajemen Sumber daya Manusia
Dalam mencapai tujuannya, departemen sumber daya manusia membantu
para manajer dalam merekrut, melatih, mengembangkan, mengevaluasi,
memelihara, dan mempertahankan para karyawan yang berkualitas. Aktivitas
manajemen sumber daya manusia adalah kegiatan untuk menyediakan dan
mempertahankan tenaga kerja yang efektif dan berkualitas bagi organisasi atau
perusahaan. Menurut Sadili Samsudin (2010 : 33-35) Aktivitas manajemen
sumber daya manusia meliputi 8 aktivitas yaitu :
a.
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan sumber daya manusia harus berfokus pada cara organisasi
atau perusahaan bergerak dan kondisi sumber daya manusia yang ada saat ini
menuju kondisi sumber daya manusia yang dikehendaki. Perencanaan sumber
daya manusia harus mampu menciptakan hubungan antara seluruh strategi
organisasi atau perusahaan dengan kebijakan sumber daya manusianya.
Perencanaan sumber daya manusia yang baik dapat memastikan aktivitas sumber
daya manusia senantiasa konsisten dengan arah strategi dan tujuan organisasi atau
perusahaan.
b.
Rekrutmen
Perusahaan akan mencari tenaga baru apabila terjadi kekurangan karyawan
atau tenaga kerja yang diperlukan perusahaan. Efektivitas sebuah perushaan
bergantung pada efektivitas dan produktivitas para karyawannya. Tanpa didukung
oleh tenaga kerja yang berkualitas maka prestasi organisasi atau perusahaan tidak
akan menonjol.
c.
Seleksi
Dalam menyeleksi karyawan baru, departemen sumber daya manusia
biasanya menyaring pelamar melalui wawancara, tes, dan menyelidiki latar
belakang pelamar. Selanjutnya merekomendasikan pelamar yang memenuhi
persyaratan pada manajer untuk diambil keputusan pengangkatan terakhir.
d.
Pelatihan dan Pengembangan
Perkembangan organisasi atau perusahaan terkait erat dengan kualitas
sumber daya manusianya. Apabila sumber daya manusia kualitasnya rendah,
stagnasi organisasi atau perusahaan kemungkinan besar akan terjadi.
e.
Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja merupakan salah satu faktor kunci dalam
mengembangkan suatu organisasi atau perusahaan secara efektif-efisien.
f.
Kompensasi
Dalam suatu organisasi perusahaan, terutama perusahaan yang profit-
making, maka pengaturan kompensasi merupakan faktor penting untuk dapat
memelihara dan mempertahankan prestasi kerja para karyawan.
g.
Pemeliharaan Keselamatan Tenaga Kerja
Setiap organisasi suatu perusahaan bisnis diharapkan memiliki progam
keselamatan kerja, guna mengurangi kecelakaan kerja dan kondisi kerja yang
tidak sehat.
h.
Hubungan Karyawan
Organisasi atau perusahaan bisnis tentu saja tidak semata-mata ingin
memenuhi atau mencapai tujuan dengan mengorbankan kepentingan karyawan ,
sebab manusia sebenarnya merupakan penentu akhir dari keberhasilan suatu
organisasi.
2.4
Ruang Lingkup Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
Ruang lingkup proses manajemen sumber daya manusia menurut Sadili
Samsudin (2010:49-53) adalah proses yang dinamis mengikuti perubahan yang
terjadi dalam suatu pemerintahan. Keadaan yang dinamis tersebut akan banyak
berpengaruh pada teknologi sistem informasi yang akan digunakan. Oleh sebab
itu, proses yang dapat dilakukan oleh sebuah sistem sumber daya manusia akan
sangat banyak bergantung pada model data yang dibentuk untuk kebutuhan
tersebut. Berdasarkan hal tersebut, umumnya pada sebuah sistem kepegawaian
terdapat suatu bentuk model data, yang pada dasarnya mencakup proses – proses
yang berhubungan dengan istilah sebagai berikut :
1.
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Masalah yang dihadapi manajemen sumber daya manusia saat ini adalah
cepatnya perubahan yang terjadi pada bidang pemerintahan yang berdampak pula
pada perencanaan tenaga manusia yang dimiliki. Adapun yang dimaksud dengan
proses perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses analisis dan
simulasi kebutuhan SDM sesuai dengan data rekapitulasi kekuatan SDM yang
dimiliki organisasi, dikaitkan dengan rencana pengembangan aktivitas departemen
masa mendatang. Pada dasarnya proses perencanaan tenaga manusia terdiri dari 3
subproses, yaitu :
1. Proses pembentukan data rekapitulasi untuk analisis dan simulasi; pada
prinsipnya akan diolah dari data administrasi yang dimiliki untuk
mendapatkan gambaran kekuatan SDM saat ini, dan juga dari segi
availabilitas SDM tersebut.
2. Proses pengadaan sumber daya manusia (recruitment) pada prinsipnya
hampir sama seperti pada pengumpulan biodata, tetapi dalam ruang
lingkup informasi yang lebih kecil dan diikuti cara penilaian/kriteria
penerimaan
3. Proses alokasi/ realokasi sumber daya manusia atau redeployment, yang
mana dengan menggunakan data administrasi yang ada, dapat dianalisis
informasi kebutuhan penempatan atau realokasi seorang personel ke
tempat yang lebih tepat.
2.
Administrasi Personalia
Pada dasarnya proses ini adalah proses yang paling dasar dalam
pengumpulan informasi yang berhubungan dengan sistem kepegawaian. Dalam
proses ini dilakukan pengumpulan informasi yang berhubungan dengan
kelengkapan atau pelengkap dari proses administrasi umum yang berhubungan
dengan seorang personel.
3.
Kompensasi dan Benefit
Salah satu masalah yang dihadapi dalam manajemen sumber daya manusia
adalah antara menentukan kriteria jenis pekerjaan dan pembayaran yang diterima
personel dan fasilitas lain non operasional seperti medikal dan pensiun. Pada
umumnya hal tersebut sangat variatif bergantung dari banyak hal, seperti besarnya
organisasi,
pendidikan,
pengalaman,
tanggung
jawab,
lokasi
geografis
penempatan, masa kerja dan tanggungan keluarga. Ruang lingkup proses yang
termasuk dalam kompensasi dan benefit adalah sebagai berikut:
1. Proses penentuan gaji dan transaksinya, yang termasuk dalam hal ini
adalah proses penggunaan „merit payment„ dalam hal penentuan gaji dan
juga pendapatan gaji dan juga pendapatan lain yang berhubungan dengan
penghasilan tambahan seperti lembur, uang perumahan, insentif daerah
terpencil, uang makan, supervisor dan sejenisnya.
2. Proses pemberian fasilitas yang berhubungan dengan kebutuhan di luar
ruang lingkup kerja dan bertujuan untuk memberikan jaminan rasa aman
selama bekerja di perusahaan, seperti fasilitas medikal dan tabungan
pensiun.
4.
Evaluasi Kinerja Personel
Sistem penilaian yang baik dalam menilai kinerja personel adalah
pengkajian dan umpan balik. Dalam melakukan pengkajian, digunakan kriteria–
kriteria dasar yang telah ditentukan sebelumnya oleh manajemen dan juga
berdasarkan hasil kajian yang umumnya dilakukan oleh suatu tim. Hal ini dapat di
informasikan dan didiskusikan bersama dengan personel tersebut untuk
mengetahui apresiasi lebih lanjut mengenai cara pengkajian dan harapannya
dalam melaksanakan pekerjaan.
5.
Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan adalah salah satu rangka keberhasilan personel dalam
menunjang strategi departemen di unit organisasinya. Adapun yang termasuk
dalam sistem kepegawaian ini adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan jadwal pendidikan, yang berhubungan dengan jadwal
pendidikan yang akan diselenggarakan oleh organisasi.
2. Perencanaan kebutuhan pendidikan, yang berhubungan dengan rencana
pendidikan yang akan diikuti oleh personel yang berhubungan dengan
tugas dan tanggung jawabnya.
3. Realisasi pendidikan, yang bertujuan mencatat informasi yang
berhubungan dengan kesetaraan personel pada pendidikan yang diikutinya.
6.
Pemutusan Hubungan Kerja/Pensiun
Diperlukan pula sebuah proses yang bertujuan untuk menangani hal – hal
yang berhubungan dengan selesainya masa kerja personel, baik secara normal,
ataupun karena hal lainnya. Sistem menangani penyimpanan informasi dari
seluruh personel yang pernah bekerja pada perusahaan, sehubungan dengan
kewajiban dan juga hak – hak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan, seperti
uang pensiun, pesangon, dan sebagainya.
2.5
Kinerja
Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak
dapat dipisahkan dalam suatu lembaga organisasi, baik itu lembaga pemerintahan
maupun lembaga swasta. Kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual
Performance yang merupakan prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang
dicapai seseorang. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
2.5.1
Pengertian kinerja
Pengertian kinerja menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2011:67)
adalah : “Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya”. Pengertian tersebutdapat disimpulkan bahwa kinerja
sumber daya manusia adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas
maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuan periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya., kemudian Rachmawati (2008:85) mengemukakan bahwa “ Kinerja
lebih merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang untuk mengetahui
sejauh mana seseorang mencapai prestasi kerja yang diukur atau dinilai “. Dari
pengertian ini dapat dikatakan kinerja merupakan suatu ukuran untuk menilai
berhasil atau tidaknya seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
kinerja yaitu suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab
masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi, tidak melanggar
hukum, dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja merupakan suatu gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi serta organisasi. Pada dasarnya
pengertian kinerja berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi
dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
2.5.2
Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan evaluasi formal terhadap prestasi karyawan,
evaluasi tersebut dapat dilakukan secara informal, misalnya manajer menegur
kesalahan karyawan, atau memuji karyawannya apabila berhasil dalam
menyelesaikan suatu pekerjaannya
dengan baik. Menurut
Rachmawati
(2008:123) dan Sadili Samsudin (2010:159) penilaian kinerja adalah “ Proses
dimana organisasi menilai atau mengevaluasi prestasi kerja karyawan “. kemudian
penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Leon C. Mengginson yang dikutip oleh
A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2011:69) adalah “ Suatu proses yang
digunakan oleh pimpinan untuk menentukan apakah seseorang karyawan
melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya”. Kemudian
menurut Hadari Nawawi (2007: 236) “ Penilaian kinerja adalah penilaian secara
sistematis (teratur) tentang relavansi antara tugas-tugas yang diberikan dengan
pelaksanaannya oleh seorang pekerja”. Penilaian kinerja menentukan kebutuhan
pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada
karyawan sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa yang
akan mendatang. Sementara menurut Bambang Wahyudi (2007:68) penilaian
kinerja adalah “Sebagai suatu evaluasi yang dilakukan secara periodik dan
sistematis tentang bagaimana tingkat kinerja karyawan termasuk potensi
pengembangannya”. Menurut Malayu SP Hasibuan (2007:87) “Penilaian kinerja
adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan
serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya. Menurut T. Hani Handoko
(2010:135) definisi dari penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut : “ Proses
melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja
karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan
memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja
mereka”. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian
kinerja adalah “ Suatu proses dimana seorang pemimpin mempunyai wewenang
dalam menentukan para karyawan apakah karyawan tersebut melakukan tugas dan
pekerjaannya sesuai dengan tanggung jawabnya”.
2.6
Manfaat dan Tujuan Penilaian Kinerja
Manfaat dan tujuan penilaian kinerja pada umumnya untuk dapat
memberikan umpan balik kepada karyawan dan dapat bertujuan untuk
mengembangkan suatu perencanaan di masa yang akan datang, serta untuk
memenuhi harapan dan mencapai tujuan suatu perusahaan atau organisasi.
2.6.1
Manfaat penilaian kinerja
Beberapa manfaat penilaian kinerja menurut T. Hani Handoko
(2010:135-137) , manfaat dari penilaian kinerja sebagai berikut :
1. Perbaikan Prestasi Kerja.
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan
departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka demi
perbaikan prestasi kerja.
2. Penyesuaian-penyesuaian Kompensasi.
Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan menentukan
kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lain.
3. Keputusan-keputusan Penempatan.
Promosi, transfer dan demosi (penurunan jabatan) biasanya didasarkan
pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk
penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu.
4. Kebutuhan-kebutuhan Latihan dan Pengembangan.
Prestasi kerja yang jelek menunjukan kebutuhan latihan, sedangkan
prestasi yang baik mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.
5. Perencanaan dan Pengembangan Karier.
Umpan balik prestasi kerja seseorang karyawan dapat mengarahkan
keputusan- keputusan karier, yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.
6. Penyimpangan-penyimpangan Proses Staffing.
Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau
kelemahan prosedur departemen personalia.
7. Ketidakakuratan Informasional.
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukan kesalahan-kesalahan dalam
informasi analisa jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia, atau komponen
komponen sistem informasi manajemen personalia lainnya. Informasi yang tidak
akurat (teliti) dapat mengakibatkan keputusan-keputusan personalia yang diambil
menjadi tidak tepat.
8. Kesalahan-kesalahan Desain Pekerjaan.
Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam
desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan
tersebut.
9. Kesempatan Kerja yang adil.
Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan
internal diambil tanpa diskriminasi.
10.Tantangan-tantangan Eksternal.
Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh factor-faktor di luar
lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi financial atau masalahmasalah pribadi lainnya.
2.6.2
Tujuan penilaian kinerja
Tujuan-tujuan penilaian kinerja harus jelas dan tegas, sehingga manfaat
penilaian menjadi lebih dapat dirasakan oleh para pegawai yang bersangkutan.
Penilaian perlu menjaga objektivitas realistis, positif, konstruktif, dan merupakan
kesatuan yang bulat. Sadili Samsudin (2010:165) mengemukakan tujuan
penilaian kinerja, yaitu sebagai berikut :
a. Administratif , yaitu memberikan arah untuk penetapan promosi, transfer, dan
kenaikan gajih
b. Informatif, yaitu memberikan data kepada manajemen tentang prestasi kerja
bawahan dan memberikan data kepada individu tentang kelebihan dan
kekurangannya
c. Motivasi, yaitu menciptakan pengalaman belajar yang memotivasi staf untuk
mengembangkan diri dan meningkatkan prestasi kerja mereka.
Pada tingkat unit organisasi, penilaian kinerja bertujuan untuk :
a. Menentukan kontribusi suatu unit atau divisi dalam perusahaan terhadap
organisasi perusahaan secara keseluruhan
b. Memberikan dasar bagi penilaian nutu prestasi manajer unit/divisi dalam
perusahaan
c. Memberikan motivasi bagi manajer unit/devisi dalam mengelola divisi
seirama dengan tujuan umum perusahaan.
Secara lebih spesifik, tujuan dari penilaian kinerja yang dikemukakan
Agus Sunyoto yang dikutip oleh A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2010:16)
adalah:
a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang pesyaratan kinerja.
b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seseorang karyawan, sehingga mereka
termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi
sama dengan prestasi yang terdahulu.
c. Memberikan peluang kepasa karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan
aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir dan pekerjaan yang
diembannya sekarang.
d. Mendefenisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga
karyawan termotivasi untuk berprstasi sesuai dengan potensinya.
e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat dan kemudian menyetujui rencana itu
jika tidak ada hal-hal yang tidak diubah.
2.7
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Hennry Simamora memgemukakan faktor-faktor pengaruh
kinerja yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2007:14) yaitu:
Faktor individual :
1. Kemampuan dan keahlian
2. Latar belakng
3. Demografi
Faktor psikologis :
1. Persepsi
2. Attitude
3. Personality
4. Pembelajaran
5. Motivasi
Faktor organisasi :
1. Sumber daya
2. Kepemimpinan
3. Penghargaan
4. Struktur
5. Job Design
Berdasarkan tiga faktor di atas memang sangat mempengaruhi kinerja
pegawai, karena apabila salah satu faktor tidak sejalan maka faktor yang lain pun
bisa terpengaruh tidak baik. Kinerja individu merupakan hasil kerja dari pegawai
dari segi kualitas maupun kuantitas yang berdasarkan standar kerja yang telah
ditentukan. Kinerja individu akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu
(kemampuan, keahlian, latar belakang dan demografi) dan upaya kerja. Menurut
AA Anwar Prabu Mangkunegara faktor yang mempengaruhi pencapaian
kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal
ini sesuai dengan pendapat Keith Davis yang dikutip oleh AA Anwar Prabu
(2007:13) yang merumuskan :
Human Performance = Ability x Motivation.
Ability = Knowledge x Skill
Motivation = Attitude x Situation
1. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri atas kemampuan potensi
pendidikan (knowledge) dan keterampilan (skill), dengan kata lain pendidikan
yang memadai dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka akan
lebih mudah mencapai kinerja maksimal.
2. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap
situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Motivasi merupakan kondisi
atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk
mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan
positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk
mencapai kinerja maksimal.
Menurut WIliam Stern dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara(2010:16)
faktor-faktor penentu prestasi kerja individu atau pegawai adalah faktor individu
dan faktor lingkungan kerja organisasinya. Dimana faktor yang di maksud
dijabarkan sebagai berikut:
a. Faktor Individu
Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki
integritas yang tinggi antara fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmaniah).
Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka individu
tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini
merupakan modal utama individu manusia untuk mampu mengelola dan
mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan
atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata
lain, tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja, maka
pimpinan mengharapkan mereka dapat bekerja produktif dalam mencapai tujuan
organisasi. konsentrasi individu dalam bekerja sangat dipengaruhi kemampuan
potensi, yaitu kecerdasan pikiran/intelegensi Quotiont (IQ) dan kecerdasan
Emotional Quotiont (EQ). Pada umumnya, individu yang mampu bekerja dengan
penuh konsentrasi apabila ia memiliki tingkat intelegensi minimal normal dengan
tingkat kecerdasan emosi baik.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam
mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain
uraian jabatan yang jelas, autoritas yang memadai, target kerja yang menantang,
pola komunikasi kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan
dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai. Sekalipun jika
faktor lingkungan organisasi kurang menunjang, maka bagi individu yang
memiliki tingkat kecerdasan emosi baik, sebenarnya tetap dapat berprestasi dalam
bekerja. Hal ini bagi individu tersebut, lingkungan organisasi itu dapat diubah dan
bahkan dapat diciptakan oleh dirinya serta merupakan pemacu (pemotivator),
tantangan bagi dirinya dalam berprestasi di organisasinya. Prestasi kerja itu tidak
hanya berkaitan dengan kuantitas tetapi juga dengan kualitas pekerjaan yang dapat
diselesaikan oleh individu dalam kurun waktu terentu. Oleh karena itu, suatu
hasil kerja yang dicapai pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan
hatinya. Bagaimana organisasi menghargai dan memperlakukan sumber daya
manusianya akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menjalankan
kinerja. Kinerja pegawai juga ditunjukkan oleh bagaimana proses berlangsungnya
kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut.
2.7.1
Subjek, Objek, dan Pelaku Penilaian
Sadili Samsudin (2010:166-167) mengemukakan tentang subjek, objek
dan pelaku penilaian sebagai berikut :
1.
Subjek Penilaian
Subjek penilaian adalah karyawan, dan penilaian bersifat individual. Perlu
kita ingat bahwa setiap divisi mempunyai karakteristik sendiri, sehingga setiap
karyawan dinilai disediakan parameter yang sesuai dengan kondisi lingkungan
kerjanya. Dalam hal ini perlu dijelaskan ada tingkat penilaian bahwa karyawan
tidak dibebani oleh tanggung jawab atas keputusan yang bukan menjadi
wewenangnya.
2
Objek Penilaian
Objek penilaian adalah dimensi perusahaan yang dapat dikendalikan oleh
karyawan yang bersangkutan. Penentuan objek penilaian tentu saja tidak
mencakup semua objek yang ada. Hanya faktor utama saja yang perlu, berulang,
penting, dan bersifat strategis yang pantas dijadikan objek penilaian.
3
Pelaku Penilaian
Masalah yang berkaitan dengan penilaian kinerja adalah siapa yang
menilai kinerjam apa jenis pengukurannya yang digunakan, serta kapan
pengukuran dan evaluasi kerja itu dilaksanakan.
2.8
Sistem Dan Metode Penilaian Kinerja
Sistem dan metode penilaian merupakan salah satu kegiatan pelaksanaan
untuk menguraian suatu pekerjaan itu baik atau buruk, selesai atau tidak dan apa
dikerjakan secara efektif atau tidak. Tolak ukur yang akan dipergunakan untuk
mengukur kinerja karyawan adalah standar. Secara umum standar berarti apa yang
akan dicapai sebagai ukuran untuk penilaian. Secara garis besar standar penilaian
dibedakan atas dua yaitu :
1. Tangible standard adalah sasaran yang dapat ditetapkan alat ukurnya atau
standarnya. Standar ini dibagi atas :
Standar dalam bentuk fisik yang terbagi atas : standar kuantitas, standar
kualitas dan standar waktu. Misalnya : kilogram, meter, baik-buruk, jam,
hari dan bulan.
Standar dalam bentuk uang yang terbagi atas standar biaya, standar
penghasilan dan standar investasi.
2. Intangible standard adalah sasaran yang tidak dapat ditetapkan alat ukur atau
standarnya. Misalnya : standar perilaku, kesetiaan, partisipasi, loyalitas, serta
dedikasi karyawan terhadap perusahaan.
2.8.1
Sistem Penilaian Kinerja
Menurut Sondang P Siagian (2008:225) sistem penilaian kinerja ialah “
Suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai dimana
terdapat beberapa faktor “. Faktor –faktor tersebut yaitu :
1. Yang dinilai adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu
juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan.
2. Penilaian yang dilakukan pada serangkaian pokok tolak ukur tertentu yang
realistic, berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta criteria yang diterapkan
secara obyektif.
3. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan tiga
maksud, yaitu :
a. Dalam hal penilaian tersebut positif, menjadi dorongan kuat bagi
pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi di masa yang akan
datang sehingga kesempatan meniti karir lebih terbuka baginya.
b. Dalam hal penilaian tersebut bersifat negative, pegawai yang
bersangkutan
mengetahui
kelemahannya
dengan
demikian
dapat
mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan
tersebut.
c. Jika seseorang merasa mendapata penilaian yang ridak objektif ,
kepadanya diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatannya
sehingga pada akhirnya ia dapat memahami dan menerima hasil penilaian
yang diperolehnya.
4. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu didokumentasikan dengan
rapi dalam arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak ada informasi yang
hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai.
5. Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut
dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi pegawai,
baik dalam arti promosi, ahli tugas, alih wilayah, demosi maupun dalam
pemberitahuan tidak atas permintaan sendiri.
Kemudian menurut Andrew E.Sikula yang dikutip oleh AA Anwar
Prabu Mangkunegara (2011:73-74) mengemukakan bahwa ruang lingkup
pengukuran/penilaian kinerja berumuskan sebagai berikut :
1. Who (siapa?)
Pertanyaan ini mencakup
a. Siapa yang harus dinilai? Yaitu seluruh tenaga kerja yang ada didalam
organisasi dari jabatan yang tertinggi sampai dengan jabatan yang
terendah.
b. Siapa yang harus menilai? Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh atasan
langsung dan atasan tidak langsung, atau penilai kinerja dapat ditunjuk
orang tertentu yang menurut pemimpin perusahaan memiliki dalam
bidangnya.
2. What (apa?)
Apa yang harus dinilai, yaitu
a. Objek/materi yang dinilai antara lain hasil kerja, kemampuan sikap,
kepemimpinan kerja, dan motivasi kerja.
b. Dimensi waktu, yaitu kinerja yang dicapai pada saat ini (current
performance) dan potensi yang dapat dikembangkan pada waktu yang
akan datang (future potensial)
3. Why (mengapa?)
Mengapa penilaian itu harus dilakukan ? hal ini untuk :
A. Memelihara Potensi Kerja
B. Menentukan Kebutuhan Pelatihan Kerja
C. Dasar Pengembangan Karir
D. Dasar Promosi Jabatan.
4. When (bilamana?)
Waktu pelaksanaan penilaian kinerja dapat dilakukan secara formal dan
informal.
a. Penilaian kinerja secara formal dilakukan secara periodik, seperti setiap
bulan, kwartal, triwulan, semester atau setiap tahun.
b. Penilaian kinerja secara informal dapat dilakuakn secara terus menerus
dan setiap saat atau setiap hari kerja.
5. Where(dimana?)
Penilaian kinerja pegawai dapat dilakukan pada dua alternative tempat.
a. ditempat kerja (on the job appraisal). Pelaksanaan kinerja ditempat
kerja pegawai bersangkutan, atau di tempat lain yang masih dalam
lingkungan organisasinya sendiri.
b. Diluar tempat kerja (off yhe job appraisal). Pelaksanaan penilaian
kinerja dapat dilakukan diluar organisasi dengan cara meminta bantuan
konsultan
6. How (bagaimana?)
Bagaimana penilaian kinerja dilakukan, yaitu dengan menggunakan
metode tradisional atau metode modern, metode tradisional, antara lain rating
scale, employee comparison. Sedangkan metode modern antara lain, management
by objective, assessment centre.
Menurut T. Hani Handoko (2010:138) menjelaskan penilaian hendaknya
memberikan suatu gambaran akurat mengenai prestasi kinerja karyawan. Untuk
mencapai tujuan ini, sistem-sistem penilaian harus mempunyai hubungan dengan
pekerjaan, paktis dan mempunyai standar-standar dan menggunakan berbagai
pengukuran yang dapat diandalkan. berikut ini adalah elemen-elemen pokok
dalam sistem penilaian kinerja karayawan.
Prestasi Kerja
karyawan
Umpan Balik Bagi
Penilaian Prestasi
Karyawan
Kerja
Ukuran-Ukuran Prestasi
Kerja
Kriteria Yang Ada Hubungannya
Dengan Pelaksanaan Kerja
Catatan Tentang
Keputusan Personalia
Karyawan
Sumber : Buku Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia T. Hani Handoko, edisi2
Gambar 2.2
2.8.1.2
Karakteristik Sistem Penilaian Kinerja Yang Efektif
Menurut Mondy dan Noe yang dikutip oleh Marwansyah (2010:241-
243) menyebutkan sejumlah karakteristik yang harus dipenuhi untuk memastikan
efektivitas sebuah system penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
1. Kriteria Yang Terkait Dengan Pekerjaan
Kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan harus berkaitan
dengan pekerjaan(valid). Lebih spesifik lagi, informasi pekerjaan harus ditentukan
melalui analisis jabatan. Faktor-faktor subyektif, seperti inisiatif,antusiasme,
loyalitas, dan kerja sama, tentu saja penting untuk dinilai. Akan tetapi, faktorfaktor ini sulit didefinisikan dan diukur.
2. Ekspektasi Kinerja
Para manajer harus menjelaskan secara gambling tentang kinerja yang
diharapkan kepada pekerja.
3. Standarisasi
Para pekerja dalam kategori pekerjaan yang sama dan berada dibawah
penyelia yang sama, harus dinilai dengan menggunakan instrument penilaian yang
sama.
4. Penilaian Yang Cakap
Tanggung jawab untuk menilai kinerja karyawan hendaknya dibebankan
kepada seseorang, atau sejumlah orang yang secara langsung mengamati paling
tidak satu sampel representative dari kinerja itu.
5. Komunikasi Terbuka
Pada umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan untuk mngetahui
tentang seberapa baik prestasi kerja mereka. Sistem penilaian yang baik
memberikan umpan balik yang sangat dibutuhkan itu secara terus menerus, tidak
hanya pada saat proses penilaian dilakukan.
6. Akses Karyawan Terhadap Hasil Penilaian
Setiap pekerja harus memperoleh akses terhadap hasil penilaian. Salah
satu alasan terpenting untuk memberikan akses ini adalah , bahwa pekerja tidak
akan mempercayai sebuah system yang tidak ia pahami. Kerahasiaan akan
menumbuhkan kecurigaan dan dengan demikian dapat mengahalangi upaya untuk
menggalang peran serta karyawan.
7. Proses Pengajuan Keberatan
Dalam hubungannya dengan pengajuan keberatan secara formal,
penetapan due proses merupakan langkah vital. Bagi para karyawan harus tersedia
sebuah prosedur yang jelas untuk menyalurkan keberatan atau keluhan mereka.
Kemudian terdapat tujuh indikator/kriteria penilaian kinerja menurut
Wibowo (2010:101), yaitu :
1. Tujuan
Tujuan merupakan keadaan yang berbeda yang secara aktif dicari oleh seorang
individu atau organisasi untuk dicapai..
2. Standar
Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Kinerja pegawai dapat dikatakan berhasil apabila mampu mencapai standar yang
ditentukan atau disepakati bersama antara atasan dan bawahan.
3. Umpan balik
Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur kemajuan
kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan. Dengan umpan balik dapat
dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan hasilnya dapat digunakan untuk perbaikan
kinerja.
4. Alat atau sarana
Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk
membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses.
5. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
menjalankan pekerjaan yang diberikan kepada pegawai bersangkutan dengan baik.
Kompetensi memungkinkan pegawai melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan.
6. Motif
Motif adalah alasan atau pendorong bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
Atasan dapat menfasilitasi motivasi kepada bawahan dengan insentif, pengakuan,
menetapkan standar terj angkau, meminta umpan balik, menyediakan sumber daya
yang diperlukan dan menghapuskan tindakan yang mengakibatkan disintensif.
7. Peluang
Pegawai
perlu
mendapatkan
kesempatan
untuk
menunjukkan
prestasi
kerjanya.Terdapat dua faktor yang menyebabkan berjurangnya kesempatan untuk
berkomunikasi yakni ketersediaan waktu dan kemampuan untuk memenuhi syarat
2.8.1.3
Unsur-Unsur Yang Di Nilai Dalam Kinerja
Dalam penilaian kinerja terdapat beberapa unsur-unsur yang dapat diukur
atau dinilai oleh perusahaan, karena dengan membagi unsure-unsur ini maka
proses penilaian akan lebih dimudahkan dalam melakukan penilaian kinerja,
menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2007:17) unsur yang dinilai dalam
penilaian kinerja yaitu kesetiaan, hasil kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas,
kerja sama, kepemimpinan, prakarsa, kecakapan dan tanggung jawab. Sedangkan
menurut Hasan Umar yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara
(2007:18) mengemukakan beberapa unsur yang dinilai, yaitu sebagai berikut :
1. Mutu Pekerjaan
2. Kejujuran Karyawan
3. Inisiatif
4. Kehadiran
5. Sikap
6. Kerja Sama
7. Keandalan
8. Pengetahuan Tentang Pekerjaan
9. Tanggung Jawab
10. Pemanfaatan Waktu Kerja
2.8.2
Metode Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja karyawan adalah suatu proses mengevaluasi atau menilai
prestasi kerja karyawan maka dalam proses penilaian terdapat berbagai metode
yang digunakan untuk mengukur penilaian kinerja tersebut, hal ini untuk
memudahkan para penilai dalam melakukan pelaksanaan penilaian kinerja
terhadap karyawannya.
Menurut T. Hani Handoko (2010:142) ada berbagai metode untuk
menilai prestasi kerja karyawan di waktu yang lalu. Hampir semua teknik-teknik
tersebut merupakan suatu upaya langsung untuk meminimumkan berbagai
masalah tertentu yang dijumpai dalam pendekatan-pendekatan lain. Tidak ada
satupun teknik yang sempurna, masing-masing mempunyai kebaikan dan
kelemahan. Metode penilaian kinerja tersebut ialah
1. Metode Penilaian Berorientasi Masa Lalu.
Metode-metode yang berorientasi masa lalu mempunyai kelebihan dalam
hal perlakuan terhadap prestasi kerja yang telah terjadi dan sampai derajat tertentu
dapat diukur. Kelemahannya adalah bahwa prestasi kerja di masa lalu tidak dapat
diubah. Tetapi dengan mengevaluasi prestasi kerja di masa lalu, para karyawan
memperoleh umpan balik mengenai upaya-upaya mereka. Umpan balik ini
selanjutnya bisa mengarah kepada perbaikan-perbaikan prestasi. Teknik-Teknik
penilaian tersebut mencakup antara lain :
a. Skala Peringkat (Rating Scale)
Bentuk penilaian prestasi kerja yang tertua dan paling banyak digunakan
oleh perusahaan.
PERUSAHAAN PULKERJA
RATING SCALE
Instruksi : Untuk faktor- faktor prestasi berikut, cantumkan pada skala penilaian hasil evaluasi saudara
terhadap karyawan yang bernama seperti tertera dibawah ini
Nama Karyawan __________________________ Departemen _______________
Nama Penilai _____________________________ Tanggal __________________
Faktor – Faktor
Sangat
Penilaian
Baik
1. Keandalan
5
2. Inisiatip
3. Kehadiran
4. Sikap
5. Kerjasama
6.Kualitas
HasilKerja Total
Baik
Sedang
Jelek
Sangat
Jelek
4
3
2
1
Sumber : Buku Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia T.Hani Handoko
Gambar 2.3
b . Daftar Pertanyaan (Cheklist)
Metode penilaian yang dimaksudkan untuk mengurangi beban penilai.
Penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata-katayang menggambarkan
prestasi kerja dan karakteristik - karakteristik karyawan. Seperti metode rating
scale, penilai biasanya adalah atasan langsung.
PERUSAHAAN PARAMITA
PERFORMANCE CHECKLIST
Instruksi : periksa setiap item berikut san terapkan pada karyawan yang bernama seperti tertea dibawah ini
Nama Karyawan __________________________ Departemen _______________
Nama Penilai _____________________________ Tanggal _________________
Bobot
Cek disini
(6.5) 1. Karyawan bersedia kerja lembur bila diminta
-
(4,0) 2. Karyawan Menjaga tempat kerja atau meja tetrap rapi
-
(3,9) 3. Karyawan bersedia membantu karyawan lain dengan sikap kerjasama
-
(4,3) 4. Karyawan merencanakan kegiatan – kegiatan sebelum mulai bekerja
-
(2,7) 5. Karyawan merawat peralatan dengan baik.
-
:
(0,2) n. Karyawan mendengar saran orang lain tetapi jarang mengikutinya
-
100,0 Total seluruh bobot
Sumber : Buku Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia T. Hani Handoko
Gambar 2.4
c . Metode Peristiwa Kritis (Critical Insident Methode)
Merupakan metode penilaian yang berdasarkan pada catatan-catatan
penilai yang menggambarkan perilaku karyawan sangat baik atau sangat jelek
dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja. Bila jumlah pekerjaan terbatas,
penilaian prestasi kerja bisa didasarkan pada tes keterampilan, tes tertulis atau
peragaan keterampilan. berikut ini contoh dari formulir penilaian dengan peristiwa
kritis
PERUSAHAAN “XYZ”
CRITICAL INCIDENTS WORKSHEET
Instruksi : Pada setiap kategori dibawah, catat peristiwa – peristiwa khusus perilaku karyawan
yang sangat baik atau jelek
Nama Karyawan __________________________ Departemen _______________
(Pengendalian Bahaya Keamanan)
Nama Penilai _____________________________ Tanggal _________________
Tanggal Penilaian Karyawan
Tanggal Penilaian Karyawan
Positip
Negatip
Pengawasan Sisa Bahan
Tanggal Penilaian Karyawan
Tanggal Penilaian Karyawan
Positip
Negatip
Sumber : Buku Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia T. Hani Handoko
Gambar 2.5
d . Metode Peninjauan Lapangan (Field Review Methode)
Agar tercapai penilaian yang lebih terstandardisasi, banyak perusahaan
menggunakan metode peninjauan lapangan. Dengan metode ini, wakil ahli
departemen personalia turun ke “lapangan” dan membantu para penyelia dalam
penilaian mereka.
e . Tes dan Observasi Prestasi Kerja (Performance Test and Observation)
Bila jumlah pekerjaan terbatas, penilaian prestasi kerja bisa didasarkan
pada tes pengetahuan dan ketrampilan. Tes mungkin tertulis atau peragaan
keterampilan
f . Metode Evaluasi Kelompok
Ada beberapa teknik untuk mengevaluasi kelompok-kelompok karyawan.
Penilaian-penilaian seperti ini biasanya digunakan oleh penyelia atau atasan
langsung. Metode-metode penilaian kelompok berguna untuk mengambil
keputusan kenaikan upah, promosi, dan berbagai
bentuk penghargaan
organisasional karena dapat menghasilkan rangking karyawan dari yang terbaik
sampai yang terjelek. Berbagai evaluasi kelompok diantaranya adalah :
Metode ranking
Metode ranking berarti penilai membandingkan karyawan yang
satu dengan karyawan-karyawan lain untuk menentukan siapa yang
lebih baik, dan kemudian menempatkan setiap karyawan dalam
urutan dari yang terbaik sampai terjelek.
Grading atau forced distributions
Pada metode ini penilaian memisah-misahkan atau “menyortir”
para karyawan ke dalam berbagai klasifikasi yang berbeda.
Biasanya suatu proporsi tertentu harus diletakkan pada setiap
kategori.
Point allocation method
Metode ini merupakan bentuk lain metode grading. Penilai
diberikan sejumlah nilai total untuk dialokasikan di antara para
karyawan dalam kelompok.
2. Metode Penilaian Berorientasi Masa Depan
Metode penilaian berorientasi masa depan menggunakan asumsi bahwa
pegawai tidak lagi sebagai objek penilaian yang tunduk dan tergantung pada
penyelia, tetapi karyawan dilibatkan dalam proses penilaian yaitu :
1. Penilaian Diri (Self-Appraisals)
Teknik evaluasi ini berguna bila tujuan evaluasi adalah untuk melanjutkan
pengembangan diri. Bila karyawan menilai dirinya, perilaku defensip cenderung
tidak terjadi, sehingga upaya perbaikan diri juga cenderung dilaksanakan.
2. Penilaian Psikologis (Psychological Appraisals)
Penilaian ini pada umumnya terdiri dari wawancara mendalam, tes-tes
psikologi, diskusi dengan atasan langsung,dan review evaluasi-evaluasi lainnya.
Penilaian psikologis, biasanya dilakukan oleh para psikolog, terutama digunakan
untuk menilai potensi karyawan di waktu yang akan datang. Evaluasi terhadap
intelektual, emosi, motivasi karyawan dan karakteristik-karakteristik hubungan
pekerjaan lainnya sebagai hasil penilaian diharapkan bisa membantu untuk
memperkirakan prestasi kerja diwaktu yang akan datang.
3. Pendekatan Management By Objective (MBO)
Inti pendekatan MBO adalah bahwa setiap karyawan dan penyelia secara
bersama menetapkan tujuan-tujuan atau sasaran-sasaran pelaksanaan kerja di
waktu yang akan datang.
4. Teknik Pusat Penilaian
Untuk membantu identifikasi “talenta” manajemen di waktu yang akan
datang, banyak perusahaan besar mempunyai pusat-pusat penilaian. Assessment
centers adalah suatu bentuk penilaian karyawan yang terstandardisasikan di mana
tergantung kepada berbagai tipe penilaian dari penilai. Penilaian bisa meliputi
wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi kelompok, simulasi, dan
sebagainya untuk mengevaluasi potensi karyawan di waktu yang akan datang.
Kemudian menurut Malayu S.P. Hasibuan (2007: 97) metode penilaian
prestasi kerja adalah sebagai berikut :
1. Metode Tradisional
Rating scale
Metode ini merupakan metode penilaian yang paling tua danbanyak
digunakan, dimana penilaian dilakukan oleh atasan langsung atau
supervisor untuk mengukur karakteristik,misalnya mengenai inisiatif,
ketergantungan, kematangan, dan kontribusinya terhadap tujuan kerjanya.
Employee comparation
Metode ini merupakan metode penilaian yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara seorang pekerja dengan pekerja lainnya.
Checklist
Dengan metode ini penilai sebenarnya tidak menilai tetapi hanya
memberikan masukan/informasi bagi penilaian yang dilakukan oleh bagian
personalia.
Freeform essay
Dengan metode ini seorang penilai diharuskan membuat karangan yang
berkenaan dengan orang/karyawan yang sedang dinilainya.
Critical incident
Dengan metode ini penilai harus mencatat semua kejadian mengenai
tingkah laku bawahannya sehari-hari yang kemudian dimasukkan ke
dalam buku catatan khusus terdiri dari berbagai macam kategori tingkah
laku bawahannya.
2. Metode Modern
Assessment centre
Metode ini biasanya dilakukan dengan pembentukan tim penilai khusus.
Tim penilai khusus ini bisa dari luar, dari dalam, maupun kombinasi dari
luar dan dalam. Metode ini diharapkan akan memberikan kepuasan yang
lebih baik bagi karyawan dan penetapan kebijaksanaan yang paling tepat
dari perusahaan itu.
Management by objective
Dalam metode ini karyawan langsung diikutsertakan dalam perumusan
dan pemutusan persoalan dengan memperhatikan kemampuan bawahan
dalam menentukan sasarannya masing-masing yang ditekankan pada
pencapaian sasaran perusahaan.
Human asset accounting
Dalam metode ini, faktor pekerja dinilai sebagai individu modal jangka
panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan cara membandingkan
terhadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan
perusahaan.
2.9
Permasalahan dalam Penilaian Kinerja
Dalam melaksanakan penilaian prestasi kerja disetiap perusahaan tentu
mengalami berbagai hambatan, karena ini bukan suatu hal yang mudah untuk
diterapkan. Menurut T. Hani Handoko (2010 : 140) mengemukakan bahwa
berbagai bias penilai yang paling umum terjadi adalah :
a. Halo Effect
Halo effect terjadi bila pendapat pribadi penilai tentang karyawan
mempengaruhi pengukuran prestasi kerja. Sebagai contoh, bila seorang atasan
senang kepada seorang karyawan, maka pandangan ini bisa mengubah estimasi
atasan terhadap prestasi kerja karyawan. Masalah ini paling mudah terjadi bila
para penilai harus mengevaluasi teman-teman mereka.
b. Kesalahan kecenderungan terpusat
Banyak penilai yang tidak suka menilai para karyawan sebagai yang
efektif atau tidak efektif, dan sangat baik atau sangat jelek, sehingga penilaian
prestasi kerja cenderung dibuat rata-rata. Pada formulir penilaian, distorsi ini
menyebabkan
penilai
menghindari
penilaian
“ekstrim”
tersebut,
dan
menempatkan penilaian pada atau dekat dengan nilai-nilai tengah.
c. Bias terlalu lunak dan terlalu keras
Kesalahan terlalu lunak (leniency bias) disebabkan oleh kecenderungan
penilai untuk terlalu mudah memberikan nilai baik dalam evaluasi prestasi kerja
karyawan. Kesalahan terlalu keras (strickness bias) adalah sebaliknya, yang
terjadi karena penilai cenderung terlalu ketat dalam evaluasi mereka. Kedua
kesalahan ini pada umumnya terjadi bila standar-standar prestasi tidak jelas.
d. Prasangka pribadi
Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seseorang atau
sekelompok bisa mengubah penilaian. Sebagai contoh, seorang atasan pria
mungkin cenderung memberikan penilaian rendah kepada karyawan wanita
karena suatu hal. Sebab-sebab prasangka pribadi lain yang mempengaruhi
penilaian mencakup faktor senioritas, kesukuan, agama, kesamaan kelompok dan
status sosial.
e. Pengaruh kesan terakhir
Bila menggunakan ukuran-ukuran prestasi kerja subyektif, penilaian
sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan karyawan yang paling akhir (recency
effect). Kegiatan-kegiatan terakhir baik atau buruk cenderung lebih diingat oleh
penilai
Kemudian beberapa permasalahan dalam pelaksanaan penilaian kinerja
menurut Surya Dharma (2011:138) antara lain :
1. Mengindetifikasi kriteria untuk mengevaluasi kinerja.
2. Mengumpulkan informasi yang akurat dan lengkap mengenai kinerja pegawai
yang akan dievaluasi.
3. Menyelesaikan perselisihan antara evaluator dan yang dievaluasi.
4. Perilaku defensif individu yang dinilai dalam menanggapi kritik.
5. Manusia pada umumnya tidak suka menilai dan dinilai orang lain.
2.9.1 Cara Mengatasi Permasalahan dalam Penilaian Kinerja
T. Hani Handoko (2010:152) berpendapat bahwa ada cara untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut sehingga proses penilaian prestasi kerja
dapat berjalan dengan baik. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tell-and-sell Approach
Mereview prestasi kerja karyawan dan mencoba untuk meyakinkan
karyawan untuk berprestasi lebih baik. Cara ini paling baik digunakan untuk para
karyawan baru.
b. Tell-and-listen Approach
Memungkinkan karyawan untuk menjelaskan berbagai alasan, latar
belakang dan perasaan defensif mengenai prestasi kerja. Ini bermaksud untuk
mengatasi reaksi-reaksi tersebut dengan konseling tentang bagaimana cara
berprestasi lebih baik.
c. Problem Solving Approach
Mengidentifikasikan masalah-masalah yang mengganggu prestasi kerja
karyawan. Kemudian melalui latihan, coaching atau konseling, upaya-upaya
dilakukan untuk memecahkan penyimpangan-penyimpangan (sering diikuti
dengan penetapan sasaran-sasaran prestasi kerja di waktu yang akan datang).
2.10
Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja
Dalam rangka peningkatan kinerja, menurut A.A. Anwar Prabu
Mangkunegara (2010:28) paling tidak terdapat tujuh langkah yang dapat
dilakukan sebagai berikut :
a. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja, dapat dilakukan melalui tiga
cara yaitu :
Mengidentifikasikan
masalah
melalui
data
dan
informasi
yang
dikumpulkan terus-menerus mengenai fungsi-fungsi bisnis.
Mengidentifikasikan masalah melalui karyawan.
Memperhatikan masalah yang ada.
b. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan.
Untuk memperbaiki keadaan tersebut, diperlukan beberapa informasi antara
lain :
Mengidentifikasikan masalah setepat mungkin.
Menentukan tingkat keseriusan masalah dengan mempertimbangkan:
Harga yang harus dibayar bila tidak ada kegiatan;
Harga yang harus dibayar bila ada campur tangan dan penghematan yang
diperoleh apabila ada penutupan kekurangan kinerja.
c. Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kekurangan, baik
yang berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan pegawai itu
sendiri.
d. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab kekurangan
tersebut.
e. Melakuakn rencana tindakan tersebut.
f. Melakuan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum.
g. Mulai dari awal, apabila perlu.
Download