BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Henri Jozef Machiel Nouwen (1932-1996) adalah penulis buku rohani kristiani yang memiliki popularitas internasional. Popularitas internasional H.J.M. Nouwen bisa diringkas sebagaimana komentar seorang koleganya yang bernama Philip Roderick berikut ini: U KD W “The internationally renowned priest an author, respected professor and beloved pastor Henri Nouwen wrote over 40 books on the spiritual life. He corresponded regularly in English, Dutch, German, French an Spanish with hundreds of friends and reached out to thousands through his Eucharistic celebrations, lectures and retreats. Since his dead in 1996, ever increasing numbers of readers, writers, teachers and seekers have been guided by his literary legacy. Nouwen’s books have sold over two million copies, published in over 22 languages.”1 Dia telah meninggalkan warisan rohani yang begitu kaya, juga untuk para pembacanya di Indonesia. Lebih dari 30 judul buku yang dia tulis telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Upaya menerjemahkan buku-buku itu telah dilakukan sejak © awal tahun 1980 atas inisiatif Ignatius Suharyo. Berikut ini adalah komentar I. Suharyo tentang tulisan-tulisan H.J.M. Nouwen: “Yang membuat tulisan-tulisan Henri Nouwen disukai ialah kesediaan, kerelaan, dan keberaniannya membeberkan bagian-bagian yang paling pribadi dalam hidupnya. Ia berani dikatakan bodoh, dengan menceritakan kesalahan-kesalahan dan kecemasan hatinya, bersama dengan kegembiraan dan keyakinan dirinya. Nouwen tidak pernah 1 Lihat Philip Roderick, Beloved: Henri Nouwen in Conversation (Norwich: Conterbury Press, 2007), hal. [vii]. Popularitas H.J.M. Nouwen di Amerika Serikat disebut dalam buku biografi tulisan Michael O’Laughlin sebagai sebuah fenomena. Namanya menjadi bahan percakapan dalam tayangan Oprah Winfrey saat wawancara dengan Hillary Clinton. Salah satu buku tulisan H.J.M. Nouwen berjudul The Return of the Prodigal Son) begitu menyentuh Hillary Clinton. Hillary menyarankan agar mereka yang sedang mengalami masa-masa sulit di dalam hidup mereka membaca buku itu. Ia sendiri membacanya pada masa-masa yang paling gelap ketika tinggal di Gedung Putih. Lihat Michael O’Laughlin, God’s Beloved: A Spiritual Biography of Henri Nouwen (New Yorks: Orbis Books, 2005), hal. 1. Bandingkan Henri Nouwen, Jesus A Gospel (Yogyakarta: Kanisius, 2012), hal. 12. 1 mengadili, tidak memaksakan pandangan, tidak tampil seolah-olah ia tahu segalagalanya atau mempunyai jawaban terhadap berbagai macam pertanyaan dan masalah yang ada dalam hati manusia dan dunia ini. Ia hanya berharap dapat menjadi katalisator, atau yang memudahkan, karena tidaklah mungkin “seseorang dapat menuntun orang lain keluar dari padang gurun, kalau ia sendiri belum pernah berada di sana.”2 Komentar tentang apa yang menarik dari buku-buku H.J.M. Nouwen juga disampaikan oleh John Dear.3 Sebagai Yesuit yang telah berkarya untuk perdamaian dan keadilan selama lebih dari dua puluh lima tahun, John Dear merasakan bahwa bukubuku H.J.M. Nouwen mengenai sasaran karena bersentuhan dengan persoalan konkret W kemanusiaan seperti krisis perang dunia, penggunaan senjata nuklir, kemiskinan, kelaparan, AIDS, dan ancaman terhadap kehancuran lingkungan hidup. Dia dianggap U KD mampu secara kritis mengajak pembacanya untuk menyadari hubungan hidup rohani (spiritualitas) dengan “dunia nyata” seperti bisnis, kehidupan politik, serangan bom dan ancaman keamanan nasional.4 Bahkan John Dear juga menyebut H.J.M. Nouwen sebagai politisi. Dia berpendapat, “Dalam arti kata yang benar, Nouwen adalah seorang politisi.” Kutipan © pendapat itu selengkapnya adalah demikian: “Henri tertarik dengan kehidupan dan spiritualitas semua orang di dalam dimensi spiritual yang mendasari setiap aspek kehidupan itu sendiri, termasuk perang dan 2 Beberapa buku tulisan H.J.M. Nouwen yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia setelah tahun 2000 dilengkapi dengan “Pengantar Membaca Buku-buku H.J.M. Nouwen” oleh I. Suharyo. Lihat misalnya Gracias! Catatan Harian di Amerika Latin (Yogyakarta: Kanisius, 2007) dan Diambil Diberkati Dipecah Dibagikan, Spiritualitas Ekaristi dalam Dunia Sekuler (Yogyakarta: Kanisius, 2008). Nampaknya dalam menyusun pengantar itu, I. Suharyo mengacu pendapat Mary Craig pada pengantar buku Robert Durback (ed.), Henri Nouwen: Seeds of Hope (London: Darton, Longman and Todd, 1989). 3 Informasi tentang Jonh Dear bisa didapat dari buku Walter Wink (ed.), Damai adalah Satu-satunya Jalan (Jakarta: Gunung Mulia, 2009) hal. 180. John Dear adalah seorang pastor Katolik Roma termasuk Ordo Jesuit. Ia telah hidup dan bekerja di El Salvador, Guatemala, dan Irlandia Utara, juga telah mengunjungi Timur Tengah, Amerika Tengah dan Filipina. Ia sering ditahan, dan pernah dipenjara selama sembilan bulan karena pembangkangan sosial yang dilakukannya di pangkalan angkatan udara AS di Carolina Utara. Dari kalangan pastor Katolik Roma, dialah yang pertama memimpin Fellowship of Reconcilliation (FOR). Fellowship of Reconcilliation adalah organisasi antar-agama untuk perdamaian yang terbesar dan tertua di Amerika, terbentuk pada tahun 1915. Pada tahun 1997 dia meraih Pax Christi Book of the Year Award. Saat dipenjara John Dear mendapat inspirasi dari membaca buku Nouwen yang berada di dalam kantong jasnya. Kata-kata Nouwen itu dirasakan sebagai hiburan sekaligus tantangan dan menghantarnya masuk dalam meditasi. 4 Henri Nouwen, Peacework: Mengakarkan Budaya Perdamaian (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 7. 2 ketidakadilan. Dalam arti kata yang benar, Henri adalah seorang politisi. Ia sangat bersemangat untuk mengenal Yesus, mengikuti-Nya, dan memancarkan pesan Injil-Nya. Ia ingin supaya umat manusia percaya pada Allah sumber damai. Ia tahu bahwa ia harus mengutuk persenjataan nuklir dan pergi ke Amerika Serikat mengajak umat manusia melawan Amerika Serikat si pencipta perang di Timur Tengah dan yang terus mempertahankan kekuatan senjata untuk menghancurkan manusia. Ia tahu bahwa umat Kristen tidak hanya berbicara tentang kasih saja, mereka perlu berjalan di antara orang miskin, yang terasing, yang cacat tubuh, yang dipenjara, dan yang sekarat, dan memancarkan kasih Allah. Perdamaian dan keadilan sangat penting pada spiritualitasnya sehinga pada akhirnya membuat dia keluar dari Yale dan Harvard kemudian pergi ke Amerika Latin dan akhirnya ke L’Arche. Di sana, spiritualitasnya berkembang. Akhirnya, ia mengalami perdamaian pribadi yang secara politis berhasil ia temukan.”5 Penyebutan H.J.M. Nouwen sebagai politisi bisa menimbulkan penasaran bagi W kalangan pembaca buku-bukunya di Indonesia. Nampaknya dia lebih dikenal sebagai teolog, rohaniwan dan penulis buku spiritualitas kristiani. Bagi penulis, gambaran baru berkembang kemudian.6 Hal itu U KD H.J.M. Nouwen sebagai politisi juga membangkitkan minat penulis untuk mengkaji pemikiran H.J.M. Nouwen tentang kaitan spiritualitas dengan politik. Sudah ada beberapa buku tentang H.J.M. Nouwen yang membicarakan tentang pemikirannya mengenai kaitan spiritualitas dan politik. Dalam buku Peacework, John © Dear menyinggung apa yang menurutnya merupakan pemahaman H.J.M. Nouwen tentang politik. Pemahaman H.J.M. Nouwen tentang politik tidak berdasarkan definisi tentang politik. Dia memahami politik berdasarkan refleksi atas berbagai persoalan yang sering dianggap sebagai “masalah-masalah politik” seperti perang, kemiskinan, 5 John Dear (ed.), Henri Nouwen: The Road to Peace, Karya untuk Perdamaian dan Keadilan (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hal. 38. 6 Penulis mulai mengenal buku tulisan H.J.M. Nouwen saat menjadi mahasiswa teologi UKDW pada awal tahun 1990. Saat itu buku Pelayanan yang Kreatif menjadi bahan untuk diskusi pada salah satu mata kuliah. Saat penulis mulai melayani di GKJ Purwodadi pada tahun 1995, buku itu juga menjadi bahan percakapan dalam beberapa agenda pertemuan pendeta Klasis GKJ Purwodadi. Buku Menggapai Kematangan Hidup Rohani dan Dalam Nama Yesus pernah menjadi bahan diskusi dalam beberapa kali pertemuan sarasehan majelis GKJ Purwodadi. Sedangkan salah satu bab pada buku Henri Nouwen: The Road to Peace pernah menjadi bahan perenungan dalam beberapa kali pertemuan kegiatan doa pagi harian di GKJ Purwodadi. Diskusi tentang peran politik H.J.M. Nouwen dalam mata kuliah Teologi dan Etika Politik pada program S-2 UKDW yang penulis ikuti juga menjadi pendorong untuk mengkaji lebih lanjut kaitan spiritualitas dengan politik. 3 kelaparan, AIDS, kerusakan lingkungan sebagai masalah hidup dan mati. Dengan demikian, permasalahan politik itu merupakan persoalan rohani.7 Dalam buku The Road to Peace, John Dear berpendapat bahwa apa yang sering tidak dimengerti oleh pembaca buku-buku H.J.M. Nouwen adalah bahwa dia memasukkan perjuangan perdamaian dan keadilan sebagai faktor integral dalam kehidupan spiritual. John Dear mengajak para pejuang perdamaian dan keadilan untuk memperhatikan tantangan H.J.M. Nouwen menancapkan sedalam-dalamnya akar-akar kehidupan kontemplatif dalam perjuangan mereka. 8 W Teolog yang juga mencermati pemikiran H.J.M. Nouwen tentang kaitan spiritualitas dan politik adalah Jurjen Beumer.9 Dia berpendapat buku-buku tulisan U KD H.J.M. Nouwen menunjukkan keterlibatan yang kuat dengan dunia. Tulisan-tulisannya memperlihatkan konteks politik dan sosial yang menonjol pada tahun-tahun tertentu. Dia melihat apa yang sedang terjadi di dunia tidak analitis dengan membariskan semua fakta kemudian mengemukakan posisi etisnya, namun dengan cara meditatif atau kontemplatif. Pendapat H.J.M. Nouwen tentang hal-hal yang sering dianggap sebagai © persoalan politik beranjak dari sudut pandang personal dan spiritual. Dia ingin menunjukkan tentang keberadaan manusia ketika mereka belajar untuk melihat dunia dan diri mereka sendiri sebagaimana Tuhan melihatnya.10 Jurjen Beumer berpendapat bahwa konsep kunci H.J.M. Nouwen tentang spiritualitas, teologi dan etika kesemuanya berpusat pada Satu Nama yakni Yesus. Spiritualitas atau hidup rohani adalah hidup dengan Yesus sebagai pusatnya. Teologi 7 Henri Nouwen, Peacework, hal. 7. Lihat John Dear (ed.), Henri Nouwen: The Road to Peace, hal. 34, 39. 9 Jurjen Beumer adalah seorang kolega H.J.M. Nouwen. Dia adalah pendeta Protestan di Belanda sekaligus orang yang pertama kali menulis biografi H.J.M. Nouwen. Lihat M. O’Laughlin, God’s Beloved, hal. 10. 10 Lihat Jurjen Beumer, Henri Nouwen: A Restless Seeking for God (New York: A Crossroad Book, 1999), hal. 122. 8 4 adalah berpikir dengan pikiran Yesus. Sedangkan etika adalah panggilan untuk mengikuti “gerakan ke bawah” yang dipilih Yesus. Gerakan ke bawah adalah gerakan dalam Kerajaan Allah, di mana Allah turun menjumpai manusia sebagaimana nampak dalam karya Yesus yang bersedia memilih jalan pengosongan diri (Filipi 2:7). Sedangkan kecenderungan manusia adalah “bergerak ke atas” seperti nampak dalam hal mementingkan diri sendiri, ingin menjadi terkenal dan menjadi lebih berkuasa. Pilihan bergerak ke atas itu justru menjadikan manusia terasing dari diri mereka sendiri. Hanya dengan melihat orang-orang dan aktifitas mereka, juga dengan melihat diri sendiri, W nampak bagaimana masyarakat yang disatukan oleh budaya ingin bergerak ke atas. 11 Bertitik tolak dari kesadaran adanya “gerakan ke bawah” dan “gerakan ke atas”, U KD Jurjen Beumer melihat sumbangan besar pemikiran H.J.M. Nouwen bagi debat etika yang sering terjadi di gereja maupun tempat lain. Dia menawarkan pendekatan etisspiritual yang menantang penghentikan kebiasaan bertindak dengan kerangka berpikir mencari hasil, sebab berpikir mencari hasil termasuk dorongan untuk bergerak ke atas. Bukan berarti tidak penting untuk mencapai hasil seperti tidak adanya perang, kelaparan © atau berbagai penderitaan lainnya. Tetapi jika ingin sampai pada titik itu, maka diperlukan pengorbanan dan kerendahan hati dalam pelayanan. Pelayanan adalah suatu ekspresi mencari Tuhan, dan tidak hanya keinginan untuk membawa perubahan individu atau sosial. Pelayanan dalam arti demikian hanya dapat diwujudkan dalam komunitas, di mana spiritualitas solidaritas benar-benar mulai terbentuk. Dalam komunitas, kontak dengan Yang Abadi dipelajari dan dipraktikkan dalam doa dan perjuangan. 12 Menurut Jurjen Beumer, kerinduan akan komunitas adalah benang merah yang teranyam dalam kehidupan H.J.M. Nouwen. Bagi H.J.M. Nouwen, komunitas adalah 11 12 Jurjen Beumer, Henri Nouwen: A Restless Seeking for God, hal. 124, 125, 149. Ibid., hal. 126, 127. 5 tempat di mana kehidupan rohani dapat dipertahankan, diukur, dikritik, dan terlindungi. Akhirnya dia menemukan komunitas L’Arche.13 Pada akhir Agustus 1986, dalam usia 54 tahun, dia menerima panggilan menjadi anggota komunitas L’Arche Daybreak di Kanada. Tahun pertama tinggal di Daybreak dia ditugasi untuk menjaga Adam, seorang pemuda dengan cacat mental yang berat, yang tidak dapat bercakap-cakap, berjalan ataupun bergerak. 14 H.J.M. Nouwen menjadi anggota komunitas Daybreak hingga akhir hayatnya pada tahun 1996. Dalam korespondensi dengan John Dear, H.J.M. Nouwen menyebut W dirinya memilih untuk berjuang demi terwujudnya perdamaian dunia dengan cara menjadi bagian dari komunitas Daybreak. Menurut John Dear, perjuangan H.J.M. U KD Nouwen itu masih sering disalahartikan atau bahkan secara terang-terangan diabaikan begitu saja.15 Bersama komunitas Daybreak, perjuangan H.J.M. Nouwen semakin berakar dalam disiplin doa, komunitas dan pelayanan.16 Bagi orang tertentu, pilihan H.J.M. Nouwen tinggal bersama komunitas orang cacat bisa disalahartikan sebagai membuang-buang waktu. Seorang sahabat H.J.M. © Nouwen yang mengunjunginya di Daybreak, tidak bisa menyembunyikan rasa gelisah dan marah atas pilihannya meninggalkan universitas untuk hidup bersama dengan orang cacat. Berikut ini kutipan tulisan H.J.M. Nouwen tentang reaksi sahabatnya itu: “Sahabat saya masih mengajukan pertanyaan lebih banyak lagi tentang Adam dan orang-orang yang hidup bersama saya di rumah saya: “Mengapa menghabiskan 13 L’Arche merupakan sebuah federasi komunitas internasional; dasarnya adalah Sabda Bahagia dan pendirinya ialah Jean Vanier, orang Kanada. L’Arche didirikan pada tahun 1964. Setiap komunitas terdiri dari rumah-rumah yang membentuk rukun tetangga seperti biasa. Di situ orang-orang cacat dan para pembantu mereka tinggal bersama, saling berbagi kehidupan dengan semangat bantu-membantu. L’Arche percaya bahwa “orang-orang cacat mental kerap kali memiliki sifat-sifat suka menyambut, mengagumi, spontan dan langsung” dan “mereka menjadi peringatan hidup bagi dunia yang lebih luas tentang nilainilai hati”. Lihat Henri J.M. Nouwen, Adam yang Dikasihi Allah (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal. 30. 14 John Dear (ed.), Henri Nouwen: The Road to Peace, hal. 28. 15 Henri Nouwen, Peacework, hal. 10. 16 John Dear (ed.), Henri Nouwen: The Road to Peace, hal. 354. 6 sedemikian banyak waktu dan uang untuk orang-orang cacat berat, sementara sangatlah banyak orang-orang tak cacat yang hampir tidak dapat bertahan hidup?” Dan, “Mengapa orang-orang seperti itu harus diberi waktu dan tenaga yang sebenarnya harus diberikan untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang sedang dihadapi bangsa manusia?”17 Atas komentar itu, H.J.M. Nouwen mengakui bahwa dia tidak memiliki argumen gemilang untuk dikatakan yang akan mengubah pikiran sahabatnya itu. Dia sadar bahwa sahabatnya itu tidak melihat Adam yang sama dengan yang dia lihat. Adam telah menjadi sahabat, guru, pembimbing rohani, penasehat, pastor bagi H.J.M. Nouwen.18 Pilihan H.J.M. Nouwen tinggal di komunitas L’Arche Daybreak bisa disebut W sebagai praksis etika politik. Tentu saja pilihan H.J.M. Nouwen itu tidak populer. Hal ini justru mengingatkan pada definisi etika dan politik sebagaimana disampaikan oleh U KD Paulus S. Widjaja. Dengan mengacu pendapat John H. Yoder, dia menyebut etika sebagai ilmu tentang bagaimana [kita] bertingkah-laku ketika orang-orang lain tidak melakukannya.19 Sedangkan politik adalah kegiatan yang bisa terjadi dalam komunitas manapun juga, termasuk dalam komunitas orang Kristen atau di gereja, karena secara sederhana politik adalah sebuah upaya pengaturan kehidupan bersama. 20 Apapun yang © seseorang percayai atau dianggap bernilai akan memiliki konsekuensi politis. Maka seseorang bisa sungguh-sungguh menjadi Kristen dan sekaligus aktiv berpolitik tanpa harus mempertentangkan keduanya.21 Bagaimana hal itu dilakukan oleh orang Kristen adalah menyangkut etika politik. Mengacu pendapat Emanuel Gerrit Singgih, etika 17 Henri J.M. Nouwen, Adam yang Dikasihi Allah, hal. 61. Ibid., hal. 61. 19 Paulus Sugeng Widjaja, “Membangun Teologi Politis di Indonesia, Dari Teologi Sukses ke Politik Pelayanan dan Doksologi” dalam Jurnal Teologi GEMA Duta Wacana edisi 59 hal. 54. 20 Ibid., hal. 53. 21 J. Philip Wogaman, Christian Perspectives on Politics (Kentucky: Westminster John Knox Pres, 2000) hal. 11. 18 7 politik adalah kaidah-kaidah moral yang dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut masa depan banyak orang.22 Praksis beretika politik H.J.M. Nouwen yang tidak populer itu menarik untuk dikaji. Tesis ini berfokus pada kajian sumbangan pemikiran H.J.M. Nouwen untuk membangun etika politik di Indonesia. Kajian ini menurut penulis adalah signifikan sehubungan dengan adanya beberapa asumsi: Pertama, mengacu pendapat Eka Darmaputera tentang spiritualitas. Pada awal tahun 1990, E. Darmaputera berpendapat bahwa bagi gereja-gereja reformasi di W Indonesia berbicara tentang spiritualitas bagaikan berbicara tentang sesuatu yang asing. Spiritualitas adalah kekayaan yang hampir 5 abad hilang akibat gerakan reformasi. Dari U KD sisi sejarah dapat ditelusuri bahwa spiritualitas yang hilang itu disebabkan oleh penekanan yang berlebihan pada “pure doctrine”, semangat ikonoklasme yang menggebu-gebu tanpa pandang bulu, penghapusan biara oleh karena “dunia ini adalah biara kita”, sentralitas mutlak yang diberikan pada “mimbar” dan bukan “altar”. 23 E. Darmaputera mengajak untuk “menemukan kembali” spiritualitas yang hilang itu, © dalam arti menemukan pengalaman spiritualitas yang mampu untuk memberikan jawaban terhadap tantangan-tantangan kehidupan saat ini.24 Untuk memahami arti spiritulitas bisa mengacu pendapat A. Heuken. “Spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang beriman yang berusaha merancang dan menjalankan hidup ini semata-mata seperti Tuhan menghendakinya.” Mengamalkan kehidupan dengan cara demikian itu dimungkinkan berdasarkan keyakinan bahwa manusia adalah mahluk rohani. Kata 22 E. Gerrit Singgih, Iman dan Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta: BPK, 2004) hal. 27. Eka Darmaputera, “Spiritualitas, Pluralitas dan Medernitas” dalam majalah Peninjau Tahun: XIV/2 + XV/1 1990, hal. 121. 24 Ibid., hal. 124. 23 8 ‘rohani’ berasal dari kata Ibrani ruah, yang berarti ‘nafas’. Adanya hidup dalam tubuh manusia sering dipertalikan dengan adanya nafas. Nafas itu bersumber dari Yang-Ilahi sebagai Pemberi hidup. Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah Roh (=Spiritus; Latin), yaitu Roh Kristus seperti tampak dalam Injil. Spiritualitas mencakup dua segi, yakni askese dan mistik. Askese adalah usaha melatih diri secara teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Sedangkan mistik adalah aneka bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah.25 Kedua, setelah lebih dari satu dasa warsa bergulirnya era reformasi justru makna W politik di Indonesia saat ini mengalami reduksifikasi atau pendangkalan. Menurut E. Armada Riyanto, para politisi yang terkait dengan jalannya penyelenggaraan U KD pemerintahan, umumnya memiliki dedikasi tinggi dalam mengelola partainya, memperjuangkan ideologinya, merebut kekuasaan dan membelanya secara terus-terusan. Sedikit politisi yang menjangkau kiprahnya hingga wilayah makna. Politisi dipanggil untuk menerjemahkan kiprahnya dalam pencarian kedalaman arti tata hidup bersama, bukan mengejar kekuasaan bagi dirinya atau kelompoknya. Karena reduksifasi, politik © yang bermakna mendalam sebagai “tata kelola hidup bersama” terasa babak belur oleh dominasi perkara-perkara rekaan dan atau rekayasa yang tidak bermutu. 26 Politik perlu dikembalikan kepada maknanya yang mendalam sebagai “tata kelola hidup bersama”, antara lain dengan menghargai aneka pengalaman keseharian manusia di wilayah beratnya kehidupan. Aneka pengalaman keseharian manusia itu memiliki makna kontributif dengan karakter kedalaman yang unik dan khas, tidak kalah dengan lobi-lobi para politisi di gedung DPR.27 25 A. Heuken, Spiritualitas Kristiani: Pemekaran Hidup Rohani Selama Dua Puluh Abad (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002) hal. 11-12. 26 E. Armada Riyanto, Berfilsafat Politik (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hal. 13-15. 27 E.A. Riyanto, Berfilsafat Politik, hal. 23. 9 Ketiga, adanya diskursus tentang strategi dalam etika politik orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia. Menurut E.G. Singgih ada tiga strategi yang oleh orang Kristen dan Gereja-gereja di Indonesia cenderung lakukan pada masa pra-reformasi. Tiga strategi itu adalah penempatkan orang Kristen di dalam struktur kekuasaan yang dominan, mengambil sikap dan posisi sebagai anak manis terhadap penguasa karena diliputi “minority-complex” hingga menyandarkan diri pada perlindungan penguasa, dan memperjuangkan kepentingan Kristen termasuk kepentingan gereja-gereja dan persekutuan-persekutuan saja.28 Ketiga strategi itu dipandang tidak etis secara politis W oleh E.G. Singgih, sebab merupakan sikap yang tidak didasarkan atas iman yang hanya berlindung kepada Tuhan saja. Salah satu segi negatif dari strategi masuk dalam struktur U KD adalah ketidaksadaran bahwa struktur bisa sangat kuat dan dominan, apalagi struktur yang menyangkut kuasa. Dalam kenyataannya mereka dikuasai struktur, yang disuarakan bukan lagi suara kenabian, tetapi suara yang menyenangkan pihak yang berkuasa. E.G. Singgih berpendapat satu-satunya cara untuk melawan pesona kuasa struktur yang dominan itu adalah dengan sungguh-sungguh menyatakan solidaritas pada © mereka yang lemah, yang ditempatkan di luar struktur. Daripada bergabung dengan stuktur yang dominan, dari segi kejernihan iman, lebih baik bergabung dengan struktur yang tidak dominan.29 28 E.G. Singgih, Iman dan Politik dalam Era Reformasi, hal. 28-33. Strategi penempatan orang Kristen dalam struktur nampaknya masih akan berlanjut. Dengan pertimbangan, keterlibatan pendeta atau warga gereja dalam partai politik atau legislatif berupakan bagian dari upaya gereja membarui teologi dan meningkatkan kualitas pelayanan sesuai nilai-nilai Kerajaan Allah. Pendeta atau warga gereja bisa masuk legislatif asal bisa memilah antara urusan partai politik dengan urusan gereja. Khusus untuk pendeta sebaiknya “menanggalkan” jabatannya. Lihat Gunche Lugo, Manifesto Politik Yesus (Yogyakarta: Andi Offset, 2009), hal. 54. 29 Lihat E.G. Singgih, Iman dan Politik dalam Era Reformasi, hal. 36. Pendapat yang nampak berbeda misalnya disampaikan oleh J. Muller. Dia berpendapat adalah berbahaya jika semua orang saleh bersikap cuci tangan terhadap persoalan kekuasaan, sebab mau tidak mau kekuasaan akan jatuh pada orang jahat. Lihat J.Muller, “Kaum Religius Sebaiknya Cuci Tangan Terhadap Politik,” dalam Eduard Dopo (ed.), Keprihatinan Sosial Gereja (Yogyakarta: Kanisius 1992), hal. 137. 10 Keempat, dalam sepanjang sejarah kekristenan selalu ada anggota komunitas yang memiliki kualitas karakter yang menonjol, hingga diakui sebagai orang suci atau orang Kristen yang istimewa. Di berbagai tempat bermunculan komunitas yang memelihara dan mengembangan warisan rohani H.J.M. Nouwen.30 Mengacu pendapat James Wm. McClendon, Jr., perjalanan hidup atau biografi sosok yang demikian beserta apa yang menjadi keyakinan dasarnya perlu dipelajari dalam rangka pengembangan etika karakter Kristen kontemporer.31 Apa yang disebut oleh H.J.M. Nouwen bahwa masyarakat kita cenderung disatukan oleh budaya ingin bergerak ke atas, juga menjadi W keprihatinan para pakar etika karakter sebagaimana disinggung dalam buku pengantar etika tulisan Glen H. Stassen dan David P. Gushee. Etika karakter bertujuan mengoreksi U KD individualisme yang tidak berkoneksi, memberi tekanan pada kebajikan yang berkontribusi untuk kebaikan bersama komunitas. Para pakar etika karakter prihatin dengan kecenderungan masyarakat modern yang mengajarkan “kebajikan” yang merusak karakter moral seperti kemandirian total, melepaskan diri dari komunitas, efisiensi, semangat bersaing dan menuntut kemajuan diri. 32 © Sepanjang uraian pada bagian ini bisa diringkas bahwa H.J.M. Nouwen menawarkan sebuah pendekatan etis-spiritual yang berpusat pada panggilan untuk mengikuti “gerakan ke bawah” yang dipilih Yesus. Panggilan itu telah menuntunnya 30 Jurjen Beumer menyebutkan banyak orang dengan ragam latar belakang hadir dalam pemakaman H.J.M. Nouwen di Toronto. Dari para profesor hingga penyandang cacat, dari kalangan muda hingga orang tua, dari kalangan Katolik, Protestan, Yahudi hingga yang tidak beragama. Lihat Jurjen Beumer, Henri Nouwen, A Restless Seeking for God, hal. 176. Berbagai komunitas yang memelihara dan mengembangkan warisan rohani H.J.M. Nouwen juga bemunculan, seperti Henri Nouwen Society, Henri Nouwen Stichting, Henri Nouwen Trust, Henri J.M. Nouwen Archives and Research Collection. Lihat Philip Roderick, Beloved, Henri Nouwen in Conversation, hal. [viii]. Pada tahun 2003 di Yogyakarta diresmikan berdirinya Henri Nouwen Society oleh Mgr. Ignatius Suharyo. Sumber http://muktiyarso.wordpress.com/2011/06/24/henry-jm-nouwen diunduh pada tanggal 29 Pebruari 2012. 31 Lihat James Wm. McClendon, Jr., Biography as Theology, How Life Stories Can Remake Today’s Theology (New York: Abingdon Press, 1974), hal. 34. 32 Glen H. Stassen & David P. Gushee, Etika Kerajaan: Mengikut Yesus dalam Konteks Masa Kini (Surabaya: Momentum, 2008), hal. 51. 11 pada keputusan etis hidup bersama komunitas penyandang cacat mental L’Arche Daybreak. Bagi dia pilihan itu merupakan perjuangan turut wewujudkan perdamaian dunia. Bersama komunitasnya itu dia mempraktikkan kebajikan doa, komunitas dan pelayanan. Nampaknya H.J.M. Nouwen berada dalam satu jalur penalaran dengan para pakar etika karakter dalam mencapai yang baik atau thelos, bahwa tujuan yang lebih besar dari kehidupan manusia adalah setia kepada komunitas manusia.33 Pendekatan etis-spiritual H.J.M. Nouwen merupakan warisan rohani yang berharga juga bagi para pembacanya di Indonesia. Warisan rohani itu perlu dikembangkan, antara lain dengan W menemukan sumbangan pemikiran H.J.M. Nouwen bagi pengembangan spiritualitas dan peran politik yang sesuai dengan pergumulan iman orang Kristen dan gereja-gereja di U KD Indonesia saat ini? 1.2. Rumusan masalah Pertanyaan pada bagian akhir latar belakang masalah itu masih bisa diperpanjang dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang menyekitarinya. Pertanyaan-pertanyaan itu © antara lain adalah bagaimana warisan rohani H.J.M. Nouwen bisa memberikan kontribusi khususnya bagi kalangan gereja-gereja reformasi dalam upaya menemukan kembali pengalaman spiritualitas yang mampu memberikan jawaban terhadap tantangan-tantangan kehidupan saat ini? Apakah relevansi pendekatan etis-spiritual H.J.M. Nouwen bagi upaya mengembalikan makna politik sebagai “tata kelola hidup bersama”? Bagaimana praksis beretika politik H.J.M. Nouwen bersama komunitas L’Arche Daybreak bisa menjadi inspirasi di tengah diskursus etika politik orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia? Apakah yang menjadi keyakinan dasar H.J.M. Nouwen 33 G.H. Stassen & D.P. Gushee, Etika Kerajaan, hal. 50. 12 beserta implikasinya dalam memandang persoalan politik? Apakah yang bisa dipelajari dari perjalanan hidup dalam rangka pengembangan etika karakter? Apakah sumbangan pemikiran Henri J.M. Nouwen dalam upaya membangun etika politik Kristen di Indonesia? Mencermati berbagai pertanyaan itu penulis merumuskan permasalah dalam tesis ini sebagai berikut: a. Apakah keyakinan dasar H.J.M. Nouwen yang sangat berpengaruh pada perkembangan pemikiran dan perjalanan karya pelayanannya? komunitas L’Arche Daybreak? W b. Bagaimana memahami penalaran beretika H.J.M. Nouwen bersama U KD c. Apakah sumbangan pemikiran H.J.M. Nouwen tentang doa, komunitas dan pelayanan bagi upaya membangun etika politik di Indonesia? 1.3. Tujuan penelitian a. Tesis ini bertujuan untuk membangun etika politik yang lebih memberi tempat © pada pengembangan pengalaman spiritualitas yang mampu meningkatkan peran politik orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia dengan memanfaatkan pandangan Henri J.M. Nouwen tentang doa, komunitas dan pelayanan. b. Tesis ini juga bertujuan untuk memperkaya diskursus wacana pengembangan etika politik dengan tetap sadar perlunya menjaga kejernihan hati sesuai dengan iman Kristen bagi orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia. 13 1.4. Metodologi penelitian Metodologi penelitian dalam tesis ini adalah penelitian kualitatif. Metodologi berarti suatu proses atau prosedur dalam melakukan penelitian, yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, bisa juga berarti teori hingga hasil analisis ketika hendak melakukan sebuah penelitian. Penelitian kualitatif lebih mementingkan mutu atau kualitas daripada jumlah atau banyaknya kajian dan lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Metodologi W penelitian ini digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk U KD memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.34 Ada lima jenis penelitian yang termasuk dalam penelitian kualitiaf, yaitu penelitian biografi, fenomenologi, grounded theory, etnografi dan studi kasus. Dalam tesis ini penulis akan menggunakan penelitian biografi. Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan © dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subyek seperti subyek tersebut memposisikan dirinya sendiri.35 Sebagai sebuah upaya membangun etika politik Kristen di Indonesia, maka penelitian biografi dalam tesis ini bersifat teologis. Teologi dalam hal ini dipahami sebagai studi kritis tentang apa yang menjadi keyakinan seseorang bersama komunitasnya. Seseorang itu dianggap mampu mewujudkan apa yang menjadi 34 Iyan Afriani, “Metode Penelitian Kualitatif” dalam http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikelnalar/penelitian/116-metode-penelitian-kualitatif.html diunduh pada tanggal 29 Pebruari 2012. 35 Ibid. 14 keyakinan komunitasnya dengan cara baru, juga mampu membagikan visi komunitasnya dan menampakkan jalan hidup yang diyakini komunitasnya meski secara berbeda tetapi bermakna. Keyakinan seseorang bersama komunitasnya itu perlu diinterpretasi dan secara kreatif ditransformasi menurut signifikansi penelitian ini.36 Untuk menghimpun data yang diperlukan, penulis akan melakukan penelitian pustaka terkait dengan perjalanan karya dan pemikiran H.J.M. Nouwen tentang doa, komunitas dan pelayanan. Penelitian pustaka ditujukan untuk melakukan studi terhadap literatur-literatur yang ditulis oleh H.J.M. Nouwen, komentar tentang spiritualitas dia U KD etika politik dari topik penelitian ini. W dari para koleganya dan literatur-literatur yang menyajikan berbagai diskursus wacana 1.5. Langkah-langkah penelitian a. Mengumpulkan informasi tentang Henri J.M. Nouwen untuk mendapatkan keterangan tentang latar belakang kehidupannya, berbagai pengalaman menarik dalam hidupnya yang mewarnai perjalanan memperdalam spiritualitas dan © pandangan dia tentang kaitan spiritualitas dengan isu-isu sosial maupun politik pada zamannya. Informasi itu bersumber dari berbagai literatur tentang perjalanan hidup dan pemikiran H.J.M. Nouwen baik yang dia ditulis maupun oleh orang lain. b. Menghimpun berbagai referensi dan kepustakaan khususnya yang berkaitan dengan diskursus tentang kaitan spiritualitas dengan politik beserta implikasinya pada pengembangan etika politik oleh orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia. 36 Lihat J.Wm. McClendon, Jr., Biography as Theology, hal. 37. 15 c. Mencatat pengalaman berharga saat penulis terlibat dalam kegiatan bersama komunitas doa pagi di GKJ Purwodadi dalam mengaplikasikan pandangan H.J.M. Nouwen tentang kaitan doa, komunitas dan pelayanan. d. Menyusun pendahuluan tesis yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, langkah-langkah penelitian, landasan teori yang digunakan, judul tesis yang dipilih dan menyajikan uraian sistematika penulisan tesis. e. Menyajikan gambaran umum tentang latar belakang kehidupan H.J.M. Nouwen, W perjalanan karya pelayanan dan pemikirannya yang kemudian dia refleksikan menjadi tulisan atau buku, hingga bisa terlihat benang merah tentang apa yang U KD menjadi keyakinan dasarnya. f. Menyajikan gambaran berbagai pertimbangan H.J.M. Nouwen dalam penalaran pendekatan etis-spiritual, beserta sumbangannya untuk pengembangan kebaikan komunitas manusia. g. Menyajikan analisis terhadap pandangan H.J.M. Nouwen tentang doa, © komunitas dan pelayanan beserta implikasinya dalam pengembangan etika politik oleh orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia. f. Menyajikan kesimpulan hasil penelitian berupa jawaban terhadap rumusan masalah dan menyajikan rekomendasi berupa bangunan etika politik pelayanan bagi orang Kristen atau gereja-gereja di Indonesia. 1.6. Landasan teori yang digunakan Sebagaimana sudah disinggung sebelumnya bahwa penulis akan melakukan penelitian biografi H.J.M. Nouwen sebagai suatu upaya membangun etika politik Kristen di Indonesia. Pemilihan landasan teori dalam hal ini perlu mengingat bahwa H.J.M. 16 Nouwen tidak menggunakan rumusan berbagai aturan dan prinsip etika dalam menanggapi berbagai hal yang sering dipandang sebagai masalah politik. Tetapi pendekatan yang dia tawarkan adalah etis-spiritual. Landasan teori yang dipilih dimasudkan untuk membantu memahami penalaran beretika H.J.M. Nouwen dengan pendekatan etis-spiritual itu. Penulis akan menggunakan teori-teori etika karakter yang diajukan oleh tokoh-tokoh yang sudah disebut yakni James Wm. McClendon, Jr., maupun Glen H. Stassen dan David P. Gushee. Dalam penelitian ini pemakaian teoriteori tersebut secara kritis diharapkan bisa saling melengkapi. W Menurut J.Wm. McClendon, Jr., untuk mengembangkan etika karakter Kristen kontemporer perlu mengkaitkan etika Kristen, teologi Kristen dan studi biografi. Kunci U KD untuk memahami biografi adalah gambaran-gambaran dominan yang dapat ditemukan dalam kehidupan tokoh yang diperbincangkan. Gambaran dominan itu mengungkapkan apa yang menjadi keyakinan dasarnya. Teologi dipahami bukan sebagai konsep abstrak tetapi sebagai keyakinan dasar yang dipelajari dan dikembangkan bersama komunitas untuk memaknai secara baru ajaran kekristenan khususnya tentang pertobatan. Istilah © etika karakter Kristen kontemporer menunjuk pada perlunya menyegarkan etika Kristen melalui keberadaan orang Kristen yang memiliki karakter kuat, loyal dan berkontribusi pada pengembangan komunitas umat manusia.37 J.Wm. McClendon, Jr., memberikan contoh Dag Hammarskjold dan Martin Luther King, Jr., sebagai orang Kristen yang memiliki karakter kuat. Kedua tokoh tersebut memiliki atau dipengaruhi gambaran-gambaran yang khas. Dag Hammarskjold menggambarkan dirinya sebagai saudara Kristus, sebagai saudara bagi Sang Saudara. Dia memandang inti hidupnya sebagai korban untuk dipersembahkan. Hidupnya dijalani 37 Lihat J.Wm. McClendon, Jr., Biography as Theology, hal. 34. Bab empat dari buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan menjadi bagian antologi teologi pastoral dalam Tjaard G.Homes, E. Gerrit Singgih (eds.), Teologi dan Praksis Pastoral (Yogyakarta: Kanisius, 1992). 17 dalam kepercayaan bahwa yang tak dikenal terletak pada batas-batas realitas. Martin Luther King, Jr., memahami karyanya dengan gambaran Musa dalam kitab Keluaran. Dia memimpin umatnya melakukan penyeberangan baru menuju kesamaan ras dan kelas. Dia adalah Musa yang naik ke puncak gunung, tetapi tidak berhak memasuki tanah perjanjian bersama umatnya. Keduanya mengajarkan kepada kita apa yang harus dimasukkan dalam teologi kita, yakni peristiwa-peristiwa penting seperti penyaliban dan pengajaran seperti Khotbah di Bukit sebagai bagian yang tidak dapat dihilangkan dari kekristenan. Kematian dipandang sebagai hal yang terkait dengan pengorbanan W yang merupakan makna hidup itu sendiri. Dag Hammarskjold dan Martin Luther King, Jr., telah memberikan sumbangan bagi pengembangan komunitas manusia terkait U KD dengan pemaknaan secara baru ajaran tentang pertobatan. Pertobatan harus memberikan jangkauan manusiawi yang lebih luas untuk pengembangan rekonsiliasi keberadaan manusia. Mereka merupakan orang-orang yang bercita-cita kesatuan. Dag Hammarskjold bejuang demi kesatuan bangsa-bangsa. Martin Luther King, Jr., berjuang demi kesamaan ras dan kelas.38 © Penggunaan teori J.Wm. McClendon, Jr., dalam penelitian ini akan dilengkapi dengan pandangan G. H. Stassen dan D.P. Gushee tentang dimensi etika karakter holistik. J.Wm. McClendon, Jr., sangat membantu untuk mengenali keyakinan dasar H.J.M. Nouwen dan sumbangannya bagi pengembangan komunitas manusia. Sedangkan menurut G. H. Stassen dan D.P. Gushee, keyakinan dasar ”hanyalah” salah satu dimensi dari etika karakter. Masih ada dimensi lainnya yang perlu diperhatikan dalam etika karakter, yakni dimensi loyalitas/gairah, penalaran dan persepsi. Gaung dari dimensi keyakinan dasar yang ditemukan dalam studi biografi berguna sebagai petunjuk arah 38 Tj. G. Homes, E.G. Singgih (eds.), Teologi dan Praksis Pastoral, hal. 469,460, 475. 18 untuk mengenali tahapan perkembangan pemikiran H.J.M. Nouwen pada dimensi etika karakter tertentu. Memperhatikan secara utuh atau holistik keempat dimensi etika karakter itu memungkinkan untuk mengkritisi lebih detail pemikiran H.J.M. Nouwen. Apakah kelemahan atau kesalahan yang ada pada dimensi karakter tertentu? Kapan dan pada dimensi karakter yang mana dia berubah atau bertobat?39 Apakah implikasi pertobatan pada masing-masing dimensi etika karakter untuk menyegarkan pemaknaan tentang doa, komunitas, pelayanan? Dan, apa sumbangan makna pertobatan sebagaimana W dihayati oleh H.J.M. Nouwen itu bagi upaya pembangunan etika politik yang lebih mengedepankan pencapaian thelos, yakni setia kepada komunitas manusia? U KD Dalam salah satu bukunya H.J.M. Nouwen menyebutkan bahwa kita perlu memberikan penafsiran atas berbagai peristiwa politik, sosial, ekonomi sebagaimana yang dilakukan oleh Yesus. Yesus tidak menafsirkannya secara politis, melainkan secara rohani. Ia berkata, “Yang terjadi itu sebenarnya adalah undangan bagi kaliyan untuk bertobat.” Undangan yang terus-menerus memanggil kita untuk mengarahkan hati © kepada Allah dan menemukan makna hidup kita yang utuh.40 Untuk itu terlebih dulu kita juga perlu mengenali dengan baik pertobatan H.J.M. Nouwen. 1.7. Judul tesis Penulis merumuskan judul tesis ini dengan mempertimbangkan beberapa hal, yakni: (a). Perlunya orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia terus meningkatkan peran politiknya. (b). Untuk itu dibutuhkan pengalaman spiritualitas yang mampu menjawab tantangan di tengah masyarakat sekaligus untuk pengembangan etika politik. (c). 39 40 Lihat G.H. Stassen & D.P. Gushee, Etika Kerajaan, hal. 54. Henri J.M. Nouwen, Mencari Makna Kehidupan (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 22 19 Pandangan H.J.M. Nouwen tentang doa, komunitas dan pelayanan bisa berimplikasi pada pengembangan spiritualitas maupun peningkatan peran politik. (d). Perlunya menyadari dimensi-dimensi etika dalam pembentukan karakter dan kebajikan-kebajikan yang mempengaruhi seseorang menanggapi isu-isu etis. Mempertimbangan itu semua penulis merencanakan menulis tesis ini dengan judul: Doa, Komunitas dan Pelayanan: Suatu Upaya Membangun Etika Politik Di Indonesia Bab I : U KD 1.8. Sistematika penulisan W Melalui Studi Biografi Henri J.M. Nouwen Pendahuluan Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, langkah-langkah penelitian, teori, judul tesis dan © sistematika penulisan. Bab II: Pada bagian ini penulis akan menyajikan biografi H.J.M. Nouwen, latar belakang keluarga, perjalanan studi dan karya pelayanan, apa yang menjadi keyakinan dasar dan panggilan hidupnya beserta sumbangannya bagi pengembangan komunitas manusia. Bab III: Pada bagian ini penulis akan menyajikan empat dimensi etika karakter H.J.M. Nouwen pada tahap dia sudah menemukan panggilan puncak hidupnya, beserta pertobatan yang bisa dikenali dari setiap dimensi yang memberi kontribusi bagi pengembangan komunitas manusia. 20 Bab IV: Pada bagian ini penulis akan menyajikan analisis terhadap pandangan H.J.M. Nouwen tentang doa, komunitas dan pelayanan beserta implikasinya dalam pengembangan etika politik oleh orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia. Bab V: Bagian ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan seluruh hasil penelitian yang sudah dilakukan, termasuk jawaban dari rumusan masalah beserta saran bagi orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia dalam © U KD W meningkatkan peran politiknya. 21