tata pangibadah pangucap sokur lan bujana suci

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Henri Jozef Machiel Nouwen (1932-1996) adalah penulis buku rohani kristiani yang
memiliki popularitas internasional.
Popularitas
internasional H.J.M. Nouwen bisa
diringkas sebagaimana komentar seorang koleganya yang bernama Philip Roderick
berikut ini:
U
KD
W
“The internationally renowned priest an author, respected professor and beloved pastor
Henri Nouwen wrote over 40 books on the spiritual life. He corresponded regularly in
English, Dutch, German, French an Spanish with hundreds of friends and reached out to
thousands through his Eucharistic celebrations, lectures and retreats. Since his dead in
1996, ever increasing numbers of readers, writers, teachers and seekers have been
guided by his literary legacy. Nouwen’s books have sold over two million copies,
published in over 22 languages.”1
Dia telah meninggalkan warisan rohani yang begitu kaya, juga untuk para
pembacanya di Indonesia. Lebih dari 30 judul buku yang dia tulis telah diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia. Upaya menerjemahkan buku-buku itu telah dilakukan sejak
©
awal tahun 1980 atas inisiatif Ignatius Suharyo. Berikut ini adalah komentar I. Suharyo
tentang tulisan-tulisan H.J.M. Nouwen:
“Yang membuat tulisan-tulisan Henri Nouwen disukai ialah kesediaan, kerelaan, dan
keberaniannya membeberkan bagian-bagian yang paling pribadi dalam hidupnya. Ia
berani dikatakan bodoh, dengan menceritakan kesalahan-kesalahan dan kecemasan
hatinya, bersama dengan kegembiraan dan keyakinan dirinya. Nouwen tidak pernah
1
Lihat Philip Roderick, Beloved: Henri Nouwen in Conversation (Norwich: Conterbury Press, 2007), hal.
[vii]. Popularitas H.J.M. Nouwen di Amerika Serikat disebut dalam buku biografi tulisan Michael
O’Laughlin sebagai sebuah fenomena. Namanya menjadi bahan percakapan dalam tayangan Oprah
Winfrey saat wawancara dengan Hillary Clinton. Salah satu buku tulisan H.J.M. Nouwen berjudul The
Return of the Prodigal Son) begitu menyentuh Hillary Clinton. Hillary menyarankan agar mereka yang
sedang mengalami masa-masa sulit di dalam hidup mereka membaca buku itu. Ia sendiri membacanya
pada masa-masa yang paling gelap ketika tinggal di Gedung Putih. Lihat Michael O’Laughlin, God’s
Beloved: A Spiritual Biography of Henri Nouwen (New Yorks: Orbis Books, 2005), hal. 1. Bandingkan
Henri Nouwen, Jesus A Gospel (Yogyakarta: Kanisius, 2012), hal. 12.
1
mengadili, tidak memaksakan pandangan, tidak tampil seolah-olah ia tahu segalagalanya atau mempunyai jawaban terhadap berbagai macam pertanyaan dan masalah
yang ada dalam hati manusia dan dunia ini. Ia hanya berharap dapat menjadi katalisator,
atau yang memudahkan, karena tidaklah mungkin “seseorang dapat menuntun orang lain
keluar dari padang gurun, kalau ia sendiri belum pernah berada di sana.”2
Komentar tentang apa yang menarik dari buku-buku H.J.M. Nouwen juga
disampaikan oleh John Dear.3 Sebagai Yesuit yang telah berkarya untuk perdamaian
dan keadilan selama lebih dari dua puluh lima tahun, John Dear merasakan bahwa bukubuku H.J.M. Nouwen mengenai sasaran karena bersentuhan dengan persoalan konkret
W
kemanusiaan seperti krisis perang dunia, penggunaan senjata nuklir, kemiskinan,
kelaparan, AIDS, dan ancaman terhadap kehancuran lingkungan hidup. Dia dianggap
U
KD
mampu secara kritis mengajak pembacanya untuk menyadari hubungan hidup rohani
(spiritualitas) dengan “dunia nyata” seperti bisnis, kehidupan politik, serangan bom dan
ancaman keamanan nasional.4
Bahkan John Dear juga menyebut H.J.M. Nouwen
sebagai politisi. Dia
berpendapat, “Dalam arti kata yang benar, Nouwen adalah seorang politisi.” Kutipan
©
pendapat itu selengkapnya adalah demikian:
“Henri tertarik dengan kehidupan dan spiritualitas semua orang di dalam dimensi
spiritual yang mendasari setiap aspek kehidupan itu sendiri, termasuk perang dan
2
Beberapa buku tulisan H.J.M. Nouwen yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia setelah tahun
2000 dilengkapi dengan “Pengantar Membaca Buku-buku H.J.M. Nouwen” oleh I. Suharyo. Lihat
misalnya Gracias! Catatan Harian di Amerika Latin (Yogyakarta: Kanisius, 2007) dan Diambil Diberkati
Dipecah Dibagikan, Spiritualitas Ekaristi dalam Dunia Sekuler (Yogyakarta: Kanisius, 2008).
Nampaknya dalam menyusun pengantar itu, I. Suharyo mengacu pendapat Mary Craig pada pengantar
buku Robert Durback (ed.), Henri Nouwen: Seeds of Hope (London: Darton, Longman and Todd, 1989).
3
Informasi tentang Jonh Dear bisa didapat dari buku Walter Wink (ed.), Damai adalah Satu-satunya
Jalan (Jakarta: Gunung Mulia, 2009) hal. 180. John Dear adalah seorang pastor Katolik Roma termasuk
Ordo Jesuit. Ia telah hidup dan bekerja di El Salvador, Guatemala, dan Irlandia Utara, juga telah
mengunjungi Timur Tengah, Amerika Tengah dan Filipina. Ia sering ditahan, dan pernah dipenjara selama
sembilan bulan karena pembangkangan sosial yang dilakukannya di pangkalan angkatan udara AS di
Carolina Utara. Dari kalangan pastor Katolik Roma, dialah yang pertama memimpin Fellowship of
Reconcilliation (FOR). Fellowship of Reconcilliation adalah organisasi antar-agama untuk perdamaian
yang terbesar dan tertua di Amerika, terbentuk pada tahun 1915. Pada tahun 1997 dia meraih Pax Christi
Book of the Year Award. Saat dipenjara John Dear mendapat inspirasi dari membaca buku Nouwen yang
berada di dalam kantong jasnya. Kata-kata Nouwen itu dirasakan sebagai hiburan sekaligus tantangan dan
menghantarnya masuk dalam meditasi.
4
Henri Nouwen, Peacework: Mengakarkan Budaya Perdamaian (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 7.
2
ketidakadilan. Dalam arti kata yang benar, Henri adalah seorang politisi. Ia sangat
bersemangat untuk mengenal Yesus, mengikuti-Nya, dan memancarkan pesan Injil-Nya.
Ia ingin supaya umat manusia percaya pada Allah sumber damai. Ia tahu bahwa ia harus
mengutuk persenjataan nuklir dan pergi ke Amerika Serikat mengajak umat manusia
melawan Amerika Serikat si pencipta perang di Timur Tengah dan yang terus
mempertahankan kekuatan senjata untuk menghancurkan manusia. Ia tahu bahwa umat
Kristen tidak hanya berbicara tentang kasih saja, mereka perlu berjalan di antara orang
miskin, yang terasing, yang cacat tubuh, yang dipenjara, dan yang sekarat, dan
memancarkan kasih Allah. Perdamaian dan keadilan sangat penting pada spiritualitasnya
sehinga pada akhirnya membuat dia keluar dari Yale dan Harvard kemudian pergi ke
Amerika Latin dan akhirnya ke L’Arche. Di sana, spiritualitasnya berkembang.
Akhirnya, ia mengalami perdamaian pribadi yang secara politis berhasil ia temukan.”5
Penyebutan H.J.M. Nouwen sebagai politisi bisa menimbulkan penasaran bagi
W
kalangan pembaca buku-bukunya di Indonesia. Nampaknya dia lebih dikenal sebagai
teolog, rohaniwan dan penulis buku spiritualitas kristiani. Bagi penulis, gambaran
baru berkembang kemudian.6 Hal itu
U
KD
H.J.M. Nouwen sebagai politisi juga
membangkitkan minat penulis untuk mengkaji pemikiran H.J.M. Nouwen
tentang
kaitan spiritualitas dengan politik.
Sudah ada beberapa buku tentang H.J.M. Nouwen yang membicarakan tentang
pemikirannya mengenai kaitan spiritualitas dan politik. Dalam buku Peacework, John
©
Dear menyinggung apa yang menurutnya merupakan pemahaman H.J.M. Nouwen
tentang politik. Pemahaman H.J.M. Nouwen tentang politik tidak berdasarkan definisi
tentang politik. Dia memahami politik berdasarkan refleksi atas berbagai persoalan
yang sering dianggap sebagai “masalah-masalah politik” seperti perang, kemiskinan,
5
John Dear (ed.), Henri Nouwen: The Road to Peace, Karya untuk Perdamaian dan Keadilan
(Yogyakarta: Kanisius, 2004), hal. 38.
6
Penulis mulai mengenal buku tulisan H.J.M. Nouwen saat menjadi mahasiswa teologi UKDW pada awal
tahun 1990. Saat itu buku Pelayanan yang Kreatif menjadi bahan untuk diskusi pada salah satu mata
kuliah. Saat penulis mulai melayani di GKJ Purwodadi pada tahun 1995, buku itu juga menjadi bahan
percakapan dalam beberapa agenda pertemuan pendeta Klasis GKJ Purwodadi. Buku Menggapai
Kematangan Hidup Rohani dan Dalam Nama Yesus pernah menjadi bahan diskusi dalam beberapa kali
pertemuan sarasehan majelis GKJ Purwodadi. Sedangkan salah satu bab pada buku Henri Nouwen: The
Road to Peace pernah menjadi bahan perenungan dalam beberapa kali pertemuan kegiatan doa pagi harian
di GKJ Purwodadi. Diskusi tentang peran politik H.J.M. Nouwen dalam mata kuliah Teologi dan Etika
Politik pada program S-2 UKDW yang penulis ikuti juga menjadi pendorong untuk mengkaji lebih lanjut
kaitan spiritualitas dengan politik.
3
kelaparan, AIDS, kerusakan lingkungan
sebagai masalah hidup dan mati. Dengan
demikian, permasalahan politik itu merupakan persoalan rohani.7 Dalam buku The Road
to Peace, John Dear berpendapat bahwa apa yang sering tidak dimengerti oleh pembaca
buku-buku H.J.M. Nouwen adalah bahwa dia memasukkan perjuangan perdamaian dan
keadilan sebagai faktor integral dalam kehidupan spiritual. John Dear mengajak para
pejuang perdamaian dan keadilan untuk memperhatikan tantangan H.J.M. Nouwen
menancapkan sedalam-dalamnya akar-akar kehidupan kontemplatif dalam perjuangan
mereka. 8
W
Teolog yang juga mencermati pemikiran H.J.M. Nouwen tentang kaitan
spiritualitas dan politik adalah Jurjen Beumer.9 Dia berpendapat buku-buku tulisan
U
KD
H.J.M. Nouwen menunjukkan keterlibatan yang kuat dengan dunia. Tulisan-tulisannya
memperlihatkan konteks politik dan sosial yang menonjol pada tahun-tahun tertentu. Dia
melihat apa yang sedang terjadi di dunia tidak analitis dengan membariskan semua fakta
kemudian mengemukakan posisi etisnya, namun dengan cara meditatif atau
kontemplatif. Pendapat H.J.M. Nouwen tentang hal-hal yang sering dianggap sebagai
©
persoalan politik beranjak dari sudut pandang personal dan spiritual. Dia ingin
menunjukkan tentang keberadaan manusia ketika mereka belajar untuk melihat dunia
dan diri mereka sendiri sebagaimana Tuhan melihatnya.10
Jurjen Beumer berpendapat bahwa konsep kunci H.J.M. Nouwen tentang
spiritualitas, teologi dan etika kesemuanya berpusat pada Satu Nama yakni Yesus.
Spiritualitas atau hidup rohani adalah hidup dengan Yesus sebagai pusatnya. Teologi
7
Henri Nouwen, Peacework, hal. 7.
Lihat John Dear (ed.), Henri Nouwen: The Road to Peace, hal. 34, 39.
9
Jurjen Beumer adalah seorang kolega H.J.M. Nouwen. Dia adalah pendeta Protestan di Belanda sekaligus
orang yang pertama kali menulis biografi H.J.M. Nouwen. Lihat M. O’Laughlin, God’s Beloved, hal. 10.
10
Lihat Jurjen Beumer, Henri Nouwen: A Restless Seeking for God (New York: A Crossroad Book, 1999),
hal. 122.
8
4
adalah berpikir dengan pikiran Yesus. Sedangkan etika adalah panggilan untuk
mengikuti “gerakan ke bawah” yang dipilih Yesus. Gerakan ke bawah adalah gerakan
dalam Kerajaan Allah, di mana Allah turun menjumpai manusia sebagaimana nampak
dalam karya Yesus yang bersedia memilih jalan pengosongan diri (Filipi 2:7).
Sedangkan kecenderungan manusia adalah “bergerak ke atas” seperti nampak dalam hal
mementingkan diri sendiri, ingin menjadi terkenal dan menjadi lebih berkuasa. Pilihan
bergerak ke atas itu justru menjadikan manusia terasing dari diri mereka sendiri. Hanya
dengan melihat orang-orang dan aktifitas mereka, juga dengan melihat diri sendiri,
W
nampak bagaimana masyarakat yang disatukan oleh budaya ingin bergerak ke atas. 11
Bertitik tolak dari kesadaran adanya “gerakan ke bawah” dan “gerakan ke atas”,
U
KD
Jurjen Beumer melihat sumbangan besar pemikiran H.J.M. Nouwen bagi debat etika
yang sering terjadi di gereja maupun tempat lain. Dia menawarkan pendekatan etisspiritual yang menantang penghentikan kebiasaan bertindak dengan kerangka berpikir
mencari hasil, sebab berpikir mencari hasil termasuk dorongan untuk bergerak ke atas.
Bukan berarti tidak penting untuk mencapai hasil seperti tidak adanya perang, kelaparan
©
atau berbagai penderitaan lainnya. Tetapi jika ingin sampai pada titik itu, maka
diperlukan pengorbanan dan kerendahan hati dalam pelayanan. Pelayanan adalah suatu
ekspresi mencari Tuhan, dan tidak hanya keinginan untuk membawa perubahan individu
atau sosial. Pelayanan dalam arti demikian hanya dapat diwujudkan dalam komunitas, di
mana spiritualitas solidaritas benar-benar mulai terbentuk. Dalam komunitas, kontak
dengan Yang Abadi dipelajari dan dipraktikkan dalam doa dan perjuangan. 12
Menurut Jurjen Beumer, kerinduan akan komunitas adalah benang merah yang
teranyam dalam kehidupan H.J.M. Nouwen. Bagi H.J.M. Nouwen, komunitas adalah
11
12
Jurjen Beumer, Henri Nouwen: A Restless Seeking for God, hal. 124, 125, 149.
Ibid., hal. 126, 127.
5
tempat di mana kehidupan rohani dapat dipertahankan, diukur, dikritik, dan terlindungi.
Akhirnya dia menemukan komunitas L’Arche.13 Pada akhir Agustus 1986, dalam usia
54 tahun, dia menerima panggilan menjadi anggota komunitas L’Arche Daybreak di
Kanada. Tahun pertama tinggal di Daybreak dia ditugasi untuk menjaga Adam, seorang
pemuda dengan cacat mental yang berat, yang tidak dapat bercakap-cakap, berjalan
ataupun bergerak. 14
H.J.M. Nouwen menjadi anggota komunitas Daybreak hingga akhir hayatnya
pada tahun 1996. Dalam korespondensi dengan John Dear, H.J.M. Nouwen menyebut
W
dirinya memilih untuk berjuang demi terwujudnya perdamaian dunia dengan cara
menjadi bagian dari komunitas Daybreak. Menurut John Dear, perjuangan H.J.M.
U
KD
Nouwen itu masih sering disalahartikan atau bahkan secara terang-terangan diabaikan
begitu saja.15 Bersama komunitas Daybreak, perjuangan H.J.M. Nouwen semakin
berakar dalam disiplin doa, komunitas dan pelayanan.16
Bagi orang tertentu, pilihan H.J.M. Nouwen tinggal bersama komunitas orang
cacat bisa disalahartikan sebagai membuang-buang waktu. Seorang sahabat H.J.M.
©
Nouwen yang mengunjunginya di Daybreak, tidak bisa menyembunyikan rasa gelisah
dan marah atas pilihannya meninggalkan universitas untuk hidup bersama dengan orang
cacat. Berikut ini kutipan tulisan H.J.M. Nouwen tentang reaksi sahabatnya itu:
“Sahabat saya masih mengajukan pertanyaan lebih banyak lagi tentang Adam dan
orang-orang yang hidup bersama saya di rumah saya: “Mengapa menghabiskan
13
L’Arche merupakan sebuah federasi komunitas internasional; dasarnya adalah Sabda Bahagia dan
pendirinya ialah Jean Vanier, orang Kanada. L’Arche didirikan pada tahun 1964. Setiap komunitas terdiri
dari rumah-rumah yang membentuk rukun tetangga seperti biasa. Di situ orang-orang cacat dan para
pembantu mereka tinggal bersama, saling berbagi kehidupan dengan semangat bantu-membantu. L’Arche
percaya bahwa “orang-orang cacat mental kerap kali memiliki sifat-sifat suka menyambut, mengagumi,
spontan dan langsung” dan “mereka menjadi peringatan hidup bagi dunia yang lebih luas tentang nilainilai hati”. Lihat Henri J.M. Nouwen, Adam yang Dikasihi Allah (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal. 30.
14
John Dear (ed.), Henri Nouwen: The Road to Peace, hal. 28.
15
Henri Nouwen, Peacework, hal. 10.
16
John Dear (ed.), Henri Nouwen: The Road to Peace, hal. 354.
6
sedemikian banyak waktu dan uang untuk orang-orang cacat berat, sementara sangatlah
banyak orang-orang tak cacat yang hampir tidak dapat bertahan hidup?” Dan, “Mengapa
orang-orang seperti itu harus diberi waktu dan tenaga yang sebenarnya harus diberikan
untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang sedang dihadapi bangsa manusia?”17
Atas komentar itu, H.J.M. Nouwen mengakui bahwa dia tidak memiliki argumen
gemilang untuk dikatakan yang akan mengubah pikiran sahabatnya itu. Dia sadar bahwa
sahabatnya itu tidak melihat Adam yang sama dengan yang dia lihat. Adam telah
menjadi sahabat, guru, pembimbing rohani, penasehat, pastor bagi H.J.M. Nouwen.18
Pilihan H.J.M. Nouwen tinggal di komunitas L’Arche Daybreak bisa disebut
W
sebagai praksis etika politik. Tentu saja pilihan H.J.M. Nouwen itu tidak populer. Hal ini
justru mengingatkan pada definisi etika dan politik sebagaimana disampaikan oleh
U
KD
Paulus S. Widjaja. Dengan mengacu pendapat John H. Yoder, dia menyebut etika
sebagai ilmu tentang bagaimana [kita] bertingkah-laku ketika orang-orang lain tidak
melakukannya.19 Sedangkan politik adalah kegiatan yang bisa terjadi dalam komunitas
manapun juga, termasuk dalam komunitas orang Kristen atau di gereja, karena secara
sederhana politik adalah sebuah upaya pengaturan kehidupan bersama. 20 Apapun yang
©
seseorang percayai atau dianggap bernilai akan memiliki konsekuensi politis. Maka
seseorang bisa sungguh-sungguh menjadi Kristen dan sekaligus aktiv berpolitik tanpa
harus mempertentangkan keduanya.21 Bagaimana hal itu dilakukan oleh orang Kristen
adalah menyangkut etika politik. Mengacu pendapat Emanuel Gerrit Singgih, etika
17
Henri J.M. Nouwen, Adam yang Dikasihi Allah, hal. 61.
Ibid., hal. 61.
19
Paulus Sugeng Widjaja, “Membangun Teologi Politis di Indonesia, Dari Teologi Sukses ke Politik
Pelayanan dan Doksologi” dalam Jurnal Teologi GEMA Duta Wacana edisi 59 hal. 54.
20
Ibid., hal. 53.
21
J. Philip Wogaman, Christian Perspectives on Politics (Kentucky: Westminster John Knox Pres, 2000)
hal. 11.
18
7
politik adalah kaidah-kaidah moral yang dipertimbangkan dalam proses pengambilan
keputusan yang menyangkut masa depan banyak orang.22
Praksis beretika politik H.J.M. Nouwen yang tidak populer itu menarik untuk
dikaji. Tesis ini berfokus pada kajian sumbangan pemikiran H.J.M. Nouwen untuk
membangun etika politik di Indonesia. Kajian ini menurut penulis adalah signifikan
sehubungan dengan adanya beberapa asumsi:
Pertama, mengacu pendapat Eka Darmaputera tentang spiritualitas. Pada awal
tahun 1990, E. Darmaputera berpendapat bahwa bagi gereja-gereja reformasi di
W
Indonesia berbicara tentang spiritualitas bagaikan berbicara tentang sesuatu yang asing.
Spiritualitas adalah kekayaan yang hampir 5 abad hilang akibat gerakan reformasi. Dari
U
KD
sisi sejarah dapat ditelusuri bahwa spiritualitas yang hilang itu disebabkan oleh
penekanan yang berlebihan pada “pure doctrine”, semangat ikonoklasme yang
menggebu-gebu tanpa pandang bulu, penghapusan biara oleh karena “dunia ini adalah
biara kita”,
sentralitas mutlak yang diberikan pada “mimbar” dan bukan “altar”. 23
E. Darmaputera mengajak untuk “menemukan kembali” spiritualitas yang hilang itu,
©
dalam arti menemukan pengalaman spiritualitas yang mampu untuk memberikan
jawaban terhadap tantangan-tantangan kehidupan saat ini.24
Untuk memahami arti spiritulitas bisa mengacu pendapat A. Heuken.
“Spiritualitas dapat disebut cara mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang
beriman yang berusaha merancang dan menjalankan hidup ini semata-mata seperti
Tuhan menghendakinya.”
Mengamalkan kehidupan dengan cara demikian itu
dimungkinkan berdasarkan keyakinan bahwa manusia adalah mahluk rohani. Kata
22
E. Gerrit Singgih, Iman dan Politik dalam Era Reformasi di Indonesia (Jakarta: BPK, 2004) hal. 27.
Eka Darmaputera, “Spiritualitas, Pluralitas dan Medernitas” dalam majalah Peninjau Tahun: XIV/2 +
XV/1 1990, hal. 121.
24
Ibid., hal. 124.
23
8
‘rohani’ berasal dari kata Ibrani ruah, yang berarti ‘nafas’. Adanya hidup dalam tubuh
manusia sering dipertalikan dengan adanya nafas. Nafas itu bersumber dari Yang-Ilahi
sebagai Pemberi hidup. Dasar hidup rohani dan semua bentuk spiritualitas sejati adalah
Roh (=Spiritus; Latin), yaitu Roh Kristus seperti tampak dalam Injil. Spiritualitas
mencakup dua segi, yakni askese dan mistik. Askese adalah usaha melatih diri secara
teratur supaya terbuka dan peka terhadap sapaan Allah. Sedangkan mistik adalah aneka
bentuk dan tahap pertemuan pribadi dengan Allah.25
Kedua, setelah lebih dari satu dasa warsa bergulirnya era reformasi justru makna
W
politik di Indonesia saat ini mengalami reduksifikasi atau pendangkalan. Menurut
E. Armada Riyanto, para politisi yang terkait dengan jalannya penyelenggaraan
U
KD
pemerintahan, umumnya memiliki dedikasi tinggi dalam mengelola partainya,
memperjuangkan ideologinya, merebut kekuasaan dan membelanya secara terus-terusan.
Sedikit politisi yang menjangkau kiprahnya hingga wilayah makna. Politisi dipanggil
untuk menerjemahkan kiprahnya dalam pencarian kedalaman arti tata hidup bersama,
bukan mengejar kekuasaan bagi dirinya atau kelompoknya. Karena reduksifasi, politik
©
yang bermakna mendalam sebagai “tata kelola hidup bersama” terasa babak belur oleh
dominasi perkara-perkara rekaan dan atau rekayasa yang tidak bermutu. 26 Politik perlu
dikembalikan kepada maknanya yang mendalam sebagai “tata kelola hidup bersama”,
antara lain dengan
menghargai aneka pengalaman keseharian manusia di wilayah
beratnya kehidupan. Aneka pengalaman keseharian manusia itu memiliki makna
kontributif dengan karakter kedalaman yang unik dan khas, tidak kalah dengan lobi-lobi
para politisi di gedung DPR.27
25
A. Heuken, Spiritualitas Kristiani: Pemekaran Hidup Rohani Selama Dua Puluh Abad (Jakarta:
Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002) hal. 11-12.
26
E. Armada Riyanto, Berfilsafat Politik (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hal. 13-15.
27
E.A. Riyanto, Berfilsafat Politik, hal. 23.
9
Ketiga, adanya diskursus tentang strategi dalam etika politik orang Kristen dan
gereja-gereja di Indonesia. Menurut E.G. Singgih ada tiga strategi yang oleh orang
Kristen dan Gereja-gereja di Indonesia cenderung lakukan pada masa pra-reformasi.
Tiga strategi itu adalah penempatkan orang Kristen di dalam struktur kekuasaan yang
dominan, mengambil sikap dan posisi sebagai anak manis terhadap penguasa karena
diliputi “minority-complex” hingga menyandarkan diri pada perlindungan penguasa, dan
memperjuangkan kepentingan Kristen termasuk kepentingan gereja-gereja dan
persekutuan-persekutuan saja.28 Ketiga strategi itu dipandang tidak etis secara politis
W
oleh E.G. Singgih, sebab merupakan sikap yang tidak didasarkan atas iman yang hanya
berlindung kepada Tuhan saja. Salah satu segi negatif dari strategi masuk dalam struktur
U
KD
adalah ketidaksadaran bahwa struktur bisa sangat kuat dan dominan, apalagi struktur
yang menyangkut kuasa. Dalam kenyataannya mereka dikuasai struktur, yang
disuarakan bukan lagi suara kenabian, tetapi suara yang menyenangkan pihak yang
berkuasa. E.G. Singgih berpendapat satu-satunya cara untuk melawan pesona kuasa
struktur yang dominan itu adalah dengan sungguh-sungguh menyatakan solidaritas pada
©
mereka yang lemah, yang ditempatkan di luar struktur. Daripada bergabung dengan
stuktur yang dominan, dari segi kejernihan iman, lebih baik bergabung dengan struktur
yang tidak dominan.29
28
E.G. Singgih, Iman dan Politik dalam Era Reformasi, hal. 28-33. Strategi penempatan orang Kristen
dalam struktur nampaknya masih akan berlanjut. Dengan pertimbangan, keterlibatan pendeta atau warga
gereja dalam partai politik atau legislatif berupakan bagian dari upaya gereja membarui teologi dan
meningkatkan kualitas pelayanan sesuai nilai-nilai Kerajaan Allah. Pendeta atau warga gereja bisa masuk
legislatif asal bisa memilah antara urusan partai politik dengan urusan gereja. Khusus untuk pendeta
sebaiknya “menanggalkan” jabatannya. Lihat Gunche Lugo, Manifesto Politik Yesus (Yogyakarta: Andi
Offset, 2009), hal. 54.
29
Lihat E.G. Singgih, Iman dan Politik dalam Era Reformasi, hal. 36. Pendapat yang nampak berbeda
misalnya disampaikan oleh J. Muller. Dia berpendapat adalah berbahaya jika semua orang saleh bersikap
cuci tangan terhadap persoalan kekuasaan, sebab mau tidak mau kekuasaan akan jatuh pada orang jahat.
Lihat J.Muller, “Kaum Religius Sebaiknya Cuci Tangan Terhadap Politik,” dalam Eduard Dopo (ed.),
Keprihatinan Sosial Gereja (Yogyakarta: Kanisius 1992), hal. 137.
10
Keempat, dalam sepanjang sejarah kekristenan selalu ada anggota komunitas
yang memiliki kualitas karakter yang menonjol, hingga diakui sebagai orang suci atau
orang Kristen yang istimewa. Di berbagai tempat bermunculan komunitas yang
memelihara dan mengembangan warisan rohani H.J.M. Nouwen.30 Mengacu pendapat
James Wm. McClendon, Jr., perjalanan hidup atau biografi sosok yang demikian beserta
apa yang menjadi keyakinan dasarnya perlu dipelajari dalam rangka pengembangan
etika karakter Kristen kontemporer.31 Apa yang disebut oleh H.J.M. Nouwen bahwa
masyarakat kita cenderung disatukan oleh budaya ingin bergerak ke atas, juga menjadi
W
keprihatinan para pakar etika karakter sebagaimana disinggung dalam buku pengantar
etika tulisan Glen H. Stassen dan David P. Gushee. Etika karakter bertujuan mengoreksi
U
KD
individualisme yang tidak berkoneksi, memberi tekanan pada kebajikan yang
berkontribusi untuk kebaikan bersama komunitas. Para pakar etika karakter prihatin
dengan kecenderungan masyarakat modern yang mengajarkan “kebajikan” yang
merusak karakter moral seperti kemandirian total, melepaskan diri dari komunitas,
efisiensi, semangat bersaing dan menuntut kemajuan diri. 32
©
Sepanjang uraian pada bagian ini bisa diringkas bahwa H.J.M. Nouwen
menawarkan sebuah pendekatan etis-spiritual yang berpusat pada panggilan untuk
mengikuti “gerakan ke bawah” yang dipilih Yesus. Panggilan itu telah menuntunnya
30
Jurjen Beumer menyebutkan banyak orang dengan ragam latar belakang hadir dalam pemakaman
H.J.M. Nouwen di Toronto. Dari para profesor hingga penyandang cacat, dari kalangan muda hingga
orang tua, dari kalangan Katolik, Protestan, Yahudi hingga yang tidak beragama. Lihat Jurjen Beumer,
Henri Nouwen, A Restless Seeking for God, hal. 176. Berbagai komunitas yang memelihara dan
mengembangkan warisan rohani H.J.M. Nouwen juga bemunculan, seperti Henri Nouwen Society, Henri
Nouwen Stichting, Henri Nouwen Trust, Henri J.M. Nouwen Archives and Research Collection. Lihat
Philip Roderick, Beloved, Henri Nouwen in Conversation, hal. [viii]. Pada tahun 2003 di Yogyakarta
diresmikan berdirinya Henri Nouwen Society oleh Mgr. Ignatius Suharyo. Sumber
http://muktiyarso.wordpress.com/2011/06/24/henry-jm-nouwen diunduh pada tanggal 29 Pebruari 2012.
31
Lihat James Wm. McClendon, Jr., Biography as Theology, How Life Stories Can Remake Today’s
Theology (New York: Abingdon Press, 1974), hal. 34.
32
Glen H. Stassen & David P. Gushee, Etika Kerajaan: Mengikut Yesus dalam Konteks Masa Kini
(Surabaya: Momentum, 2008), hal. 51.
11
pada keputusan etis hidup bersama komunitas penyandang cacat mental L’Arche
Daybreak. Bagi dia pilihan itu merupakan perjuangan turut wewujudkan perdamaian
dunia. Bersama komunitasnya itu dia mempraktikkan kebajikan doa, komunitas dan
pelayanan. Nampaknya H.J.M. Nouwen berada dalam satu jalur penalaran dengan para
pakar etika karakter dalam mencapai yang baik atau thelos, bahwa tujuan yang lebih
besar dari kehidupan manusia adalah setia kepada komunitas manusia.33 Pendekatan
etis-spiritual H.J.M. Nouwen merupakan warisan rohani yang berharga juga bagi para
pembacanya di Indonesia. Warisan rohani itu perlu dikembangkan, antara lain dengan
W
menemukan sumbangan pemikiran H.J.M. Nouwen bagi pengembangan spiritualitas dan
peran politik yang sesuai dengan pergumulan iman orang Kristen dan gereja-gereja di
U
KD
Indonesia saat ini?
1.2. Rumusan masalah
Pertanyaan pada bagian akhir latar belakang masalah itu masih bisa diperpanjang
dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang menyekitarinya. Pertanyaan-pertanyaan itu
©
antara lain adalah bagaimana warisan rohani H.J.M. Nouwen bisa memberikan
kontribusi khususnya bagi kalangan gereja-gereja reformasi dalam upaya menemukan
kembali
pengalaman spiritualitas yang mampu memberikan jawaban terhadap
tantangan-tantangan kehidupan saat ini? Apakah relevansi pendekatan etis-spiritual
H.J.M. Nouwen bagi upaya mengembalikan makna politik sebagai “tata kelola hidup
bersama”?
Bagaimana praksis beretika politik H.J.M. Nouwen bersama komunitas
L’Arche Daybreak bisa menjadi inspirasi di tengah diskursus etika politik orang Kristen
dan gereja-gereja di Indonesia? Apakah yang menjadi keyakinan dasar H.J.M. Nouwen
33
G.H. Stassen & D.P. Gushee, Etika Kerajaan, hal. 50.
12
beserta implikasinya dalam memandang persoalan politik? Apakah yang bisa dipelajari
dari perjalanan hidup dalam rangka pengembangan etika karakter? Apakah sumbangan
pemikiran Henri J.M. Nouwen dalam upaya membangun etika politik Kristen di
Indonesia?
Mencermati berbagai pertanyaan itu penulis merumuskan permasalah dalam tesis
ini sebagai berikut:
a. Apakah keyakinan dasar H.J.M. Nouwen yang sangat berpengaruh pada
perkembangan pemikiran dan perjalanan karya pelayanannya?
komunitas L’Arche Daybreak?
W
b. Bagaimana memahami penalaran beretika H.J.M. Nouwen bersama
U
KD
c. Apakah sumbangan pemikiran H.J.M. Nouwen tentang doa, komunitas dan
pelayanan bagi upaya membangun etika politik di Indonesia?
1.3. Tujuan penelitian
a. Tesis ini bertujuan untuk membangun etika politik yang lebih memberi tempat
©
pada pengembangan pengalaman spiritualitas yang mampu meningkatkan peran
politik orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia dengan memanfaatkan
pandangan Henri J.M. Nouwen tentang doa, komunitas dan pelayanan.
b. Tesis ini juga bertujuan untuk memperkaya diskursus wacana pengembangan
etika politik dengan tetap sadar perlunya menjaga kejernihan hati sesuai dengan
iman Kristen bagi orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia.
13
1.4. Metodologi penelitian
Metodologi penelitian dalam tesis ini adalah penelitian kualitatif. Metodologi berarti
suatu proses atau prosedur dalam melakukan penelitian, yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati, bisa juga berarti teori hingga hasil analisis ketika hendak melakukan sebuah
penelitian. Penelitian kualitatif lebih mementingkan mutu atau kualitas daripada jumlah
atau banyaknya kajian dan lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Metodologi
W
penelitian ini digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk
U
KD
memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.34
Ada lima jenis penelitian yang termasuk dalam penelitian kualitiaf, yaitu
penelitian biografi, fenomenologi, grounded theory, etnografi dan studi kasus. Dalam
tesis ini penulis akan menggunakan penelitian biografi. Penelitian biografi adalah studi
tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan
©
dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point
moment yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup
seseorang. Peneliti menginterpretasi subyek seperti subyek tersebut memposisikan
dirinya sendiri.35
Sebagai sebuah upaya membangun etika politik Kristen di Indonesia, maka
penelitian biografi dalam tesis ini bersifat teologis. Teologi dalam hal ini dipahami
sebagai studi kritis tentang apa yang menjadi keyakinan seseorang bersama
komunitasnya. Seseorang itu dianggap mampu mewujudkan apa yang menjadi
34
Iyan Afriani, “Metode Penelitian Kualitatif” dalam http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikelnalar/penelitian/116-metode-penelitian-kualitatif.html diunduh pada tanggal 29 Pebruari 2012.
35
Ibid.
14
keyakinan komunitasnya dengan cara baru, juga mampu membagikan visi komunitasnya
dan menampakkan jalan hidup yang diyakini komunitasnya meski secara berbeda tetapi
bermakna. Keyakinan seseorang bersama komunitasnya itu perlu diinterpretasi dan
secara kreatif ditransformasi menurut signifikansi penelitian ini.36
Untuk menghimpun data yang diperlukan, penulis akan melakukan penelitian
pustaka terkait dengan perjalanan karya dan pemikiran H.J.M. Nouwen tentang doa,
komunitas dan pelayanan. Penelitian pustaka ditujukan untuk melakukan studi terhadap
literatur-literatur yang ditulis oleh H.J.M. Nouwen, komentar tentang spiritualitas dia
U
KD
etika politik dari topik penelitian ini.
W
dari para koleganya dan literatur-literatur yang menyajikan berbagai diskursus wacana
1.5. Langkah-langkah penelitian
a. Mengumpulkan informasi tentang Henri J.M. Nouwen untuk mendapatkan
keterangan tentang latar belakang kehidupannya, berbagai pengalaman menarik
dalam hidupnya yang mewarnai perjalanan
memperdalam spiritualitas dan
©
pandangan dia tentang kaitan spiritualitas dengan isu-isu sosial maupun politik
pada zamannya. Informasi itu bersumber dari berbagai literatur tentang
perjalanan hidup dan pemikiran H.J.M. Nouwen baik yang dia ditulis maupun
oleh orang lain.
b. Menghimpun berbagai referensi dan kepustakaan khususnya yang berkaitan
dengan diskursus tentang kaitan spiritualitas dengan politik beserta implikasinya
pada pengembangan etika politik oleh orang Kristen dan gereja-gereja di
Indonesia.
36
Lihat J.Wm. McClendon, Jr., Biography as Theology, hal. 37.
15
c. Mencatat pengalaman berharga saat penulis terlibat dalam kegiatan bersama
komunitas doa pagi di GKJ Purwodadi dalam mengaplikasikan pandangan
H.J.M. Nouwen tentang kaitan doa, komunitas dan pelayanan.
d. Menyusun pendahuluan tesis yang mencakup latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, langkah-langkah penelitian,
landasan teori yang digunakan, judul tesis yang dipilih dan menyajikan uraian
sistematika penulisan tesis.
e. Menyajikan gambaran umum tentang latar belakang kehidupan H.J.M. Nouwen,
W
perjalanan karya pelayanan dan pemikirannya yang kemudian dia refleksikan
menjadi tulisan atau buku, hingga bisa terlihat benang merah tentang apa yang
U
KD
menjadi keyakinan dasarnya.
f. Menyajikan gambaran berbagai pertimbangan H.J.M. Nouwen dalam penalaran
pendekatan etis-spiritual, beserta sumbangannya untuk pengembangan kebaikan
komunitas manusia.
g. Menyajikan analisis terhadap pandangan H.J.M. Nouwen tentang doa,
©
komunitas dan pelayanan beserta implikasinya dalam pengembangan etika
politik oleh orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia.
f. Menyajikan kesimpulan hasil penelitian berupa jawaban terhadap rumusan
masalah dan menyajikan rekomendasi berupa bangunan etika politik pelayanan
bagi orang Kristen atau gereja-gereja di Indonesia.
1.6. Landasan teori yang digunakan
Sebagaimana sudah disinggung sebelumnya bahwa penulis akan melakukan penelitian
biografi H.J.M. Nouwen sebagai suatu upaya membangun etika politik Kristen di
Indonesia. Pemilihan landasan teori dalam hal ini perlu mengingat bahwa H.J.M.
16
Nouwen tidak menggunakan rumusan berbagai aturan dan prinsip etika dalam
menanggapi berbagai hal yang sering dipandang sebagai masalah politik. Tetapi
pendekatan yang dia tawarkan adalah etis-spiritual. Landasan teori yang dipilih
dimasudkan untuk membantu memahami penalaran beretika H.J.M. Nouwen dengan
pendekatan etis-spiritual itu. Penulis akan menggunakan teori-teori etika karakter yang
diajukan oleh tokoh-tokoh yang sudah disebut yakni James Wm. McClendon, Jr.,
maupun Glen H. Stassen dan David P. Gushee. Dalam penelitian ini pemakaian teoriteori tersebut secara kritis diharapkan bisa saling melengkapi.
W
Menurut J.Wm. McClendon, Jr., untuk mengembangkan etika karakter Kristen
kontemporer perlu mengkaitkan etika Kristen, teologi Kristen dan studi biografi. Kunci
U
KD
untuk memahami biografi adalah gambaran-gambaran dominan yang dapat ditemukan
dalam kehidupan tokoh yang diperbincangkan. Gambaran dominan itu mengungkapkan
apa yang menjadi keyakinan dasarnya. Teologi dipahami bukan sebagai konsep abstrak
tetapi sebagai keyakinan dasar yang dipelajari dan dikembangkan bersama komunitas
untuk memaknai secara baru ajaran kekristenan khususnya tentang pertobatan. Istilah
©
etika karakter Kristen kontemporer menunjuk pada perlunya menyegarkan etika Kristen
melalui keberadaan orang Kristen yang memiliki karakter kuat, loyal dan berkontribusi
pada pengembangan komunitas umat manusia.37
J.Wm. McClendon, Jr., memberikan contoh Dag Hammarskjold dan Martin
Luther King, Jr., sebagai orang Kristen yang memiliki karakter kuat. Kedua tokoh
tersebut memiliki atau dipengaruhi gambaran-gambaran yang khas. Dag Hammarskjold
menggambarkan dirinya sebagai saudara Kristus, sebagai saudara bagi Sang Saudara.
Dia memandang inti hidupnya sebagai korban untuk dipersembahkan. Hidupnya dijalani
37
Lihat J.Wm. McClendon, Jr., Biography as Theology, hal. 34. Bab empat dari buku ini telah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan menjadi bagian antologi teologi pastoral dalam Tjaard
G.Homes, E. Gerrit Singgih (eds.), Teologi dan Praksis Pastoral (Yogyakarta: Kanisius, 1992).
17
dalam kepercayaan bahwa yang tak dikenal terletak pada batas-batas realitas. Martin
Luther King, Jr., memahami karyanya dengan gambaran Musa dalam kitab Keluaran.
Dia memimpin umatnya melakukan penyeberangan baru menuju kesamaan ras dan
kelas. Dia adalah Musa yang naik ke puncak gunung, tetapi tidak berhak memasuki
tanah perjanjian bersama umatnya. Keduanya mengajarkan kepada kita apa yang harus
dimasukkan dalam teologi kita, yakni peristiwa-peristiwa penting seperti penyaliban
dan pengajaran seperti Khotbah di Bukit sebagai bagian yang tidak dapat dihilangkan
dari kekristenan. Kematian dipandang sebagai hal yang terkait dengan pengorbanan
W
yang merupakan makna hidup itu sendiri. Dag Hammarskjold dan Martin Luther King,
Jr., telah memberikan sumbangan bagi pengembangan komunitas manusia terkait
U
KD
dengan pemaknaan secara baru ajaran tentang pertobatan. Pertobatan harus memberikan
jangkauan manusiawi yang lebih luas untuk pengembangan rekonsiliasi keberadaan
manusia.
Mereka
merupakan
orang-orang
yang
bercita-cita
kesatuan.
Dag
Hammarskjold bejuang demi kesatuan bangsa-bangsa. Martin Luther King, Jr., berjuang
demi kesamaan ras dan kelas.38
©
Penggunaan teori J.Wm. McClendon, Jr., dalam penelitian ini akan dilengkapi
dengan pandangan G. H. Stassen dan D.P. Gushee tentang dimensi etika karakter
holistik. J.Wm. McClendon, Jr., sangat membantu untuk mengenali keyakinan dasar
H.J.M. Nouwen dan sumbangannya bagi pengembangan komunitas manusia. Sedangkan
menurut G. H. Stassen dan D.P. Gushee, keyakinan dasar ”hanyalah” salah satu dimensi
dari etika karakter. Masih ada dimensi lainnya yang perlu diperhatikan dalam etika
karakter, yakni dimensi loyalitas/gairah, penalaran dan persepsi. Gaung dari dimensi
keyakinan dasar yang ditemukan dalam studi biografi berguna sebagai petunjuk arah
38
Tj. G. Homes, E.G. Singgih (eds.), Teologi dan Praksis Pastoral, hal. 469,460, 475.
18
untuk mengenali tahapan perkembangan pemikiran H.J.M. Nouwen pada dimensi etika
karakter tertentu.
Memperhatikan secara utuh atau holistik keempat dimensi etika karakter itu
memungkinkan untuk mengkritisi lebih detail pemikiran H.J.M. Nouwen. Apakah
kelemahan atau kesalahan yang ada pada dimensi karakter tertentu? Kapan dan pada
dimensi karakter yang mana dia berubah atau bertobat?39 Apakah implikasi pertobatan
pada masing-masing dimensi etika karakter untuk menyegarkan pemaknaan tentang
doa, komunitas, pelayanan? Dan, apa sumbangan makna pertobatan sebagaimana
W
dihayati oleh H.J.M. Nouwen itu bagi upaya pembangunan etika politik yang lebih
mengedepankan pencapaian thelos, yakni setia kepada komunitas manusia?
U
KD
Dalam salah satu bukunya H.J.M. Nouwen menyebutkan bahwa kita perlu
memberikan penafsiran atas berbagai peristiwa politik, sosial, ekonomi sebagaimana
yang dilakukan oleh Yesus.
Yesus tidak menafsirkannya secara politis, melainkan
secara rohani. Ia berkata, “Yang terjadi itu sebenarnya adalah undangan bagi kaliyan
untuk bertobat.” Undangan yang terus-menerus memanggil kita untuk mengarahkan hati
©
kepada Allah dan menemukan makna hidup kita yang utuh.40 Untuk itu terlebih dulu kita
juga perlu mengenali dengan baik pertobatan H.J.M. Nouwen.
1.7. Judul tesis
Penulis merumuskan judul tesis ini dengan mempertimbangkan beberapa hal, yakni: (a).
Perlunya orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia terus meningkatkan peran
politiknya. (b). Untuk itu dibutuhkan pengalaman spiritualitas yang mampu menjawab
tantangan di tengah masyarakat sekaligus untuk pengembangan etika politik. (c).
39
40
Lihat G.H. Stassen & D.P. Gushee, Etika Kerajaan, hal. 54.
Henri J.M. Nouwen, Mencari Makna Kehidupan (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 22
19
Pandangan H.J.M. Nouwen tentang doa, komunitas dan pelayanan bisa berimplikasi
pada pengembangan spiritualitas
maupun peningkatan peran politik. (d). Perlunya
menyadari dimensi-dimensi etika dalam pembentukan karakter dan kebajikan-kebajikan
yang mempengaruhi seseorang menanggapi isu-isu etis.
Mempertimbangan itu semua penulis merencanakan menulis tesis ini dengan
judul:
Doa, Komunitas dan Pelayanan:
Suatu Upaya Membangun Etika Politik Di Indonesia
Bab I :
U
KD
1.8. Sistematika penulisan
W
Melalui Studi Biografi Henri J.M. Nouwen
Pendahuluan
Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
metode penelitian, langkah-langkah penelitian, teori, judul tesis dan
©
sistematika penulisan.
Bab II:
Pada bagian ini penulis akan menyajikan biografi H.J.M. Nouwen, latar
belakang keluarga, perjalanan studi dan karya pelayanan, apa yang
menjadi keyakinan dasar dan panggilan hidupnya beserta sumbangannya
bagi pengembangan komunitas manusia.
Bab III:
Pada bagian ini penulis akan menyajikan empat dimensi etika karakter
H.J.M. Nouwen pada tahap dia sudah menemukan panggilan puncak
hidupnya, beserta pertobatan yang bisa dikenali dari setiap dimensi yang
memberi kontribusi bagi pengembangan komunitas manusia.
20
Bab IV:
Pada bagian ini penulis akan menyajikan analisis terhadap pandangan
H.J.M. Nouwen tentang doa, komunitas dan pelayanan beserta
implikasinya dalam pengembangan etika politik oleh orang Kristen dan
gereja-gereja di Indonesia.
Bab V:
Bagian ini merupakan
penutup yang berisi kesimpulan seluruh hasil
penelitian yang sudah dilakukan, termasuk jawaban dari rumusan masalah
beserta saran bagi orang Kristen dan gereja-gereja di Indonesia dalam
©
U
KD
W
meningkatkan peran politiknya.
21
Download