analisis kalimat efektif naskah berita

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi antara manusia dengan sesama anggota
masyarakat. Bahasa sebagai alat komunukasi tidak diragukan lagi keampuhannya dibandingkan
dengan media komunukasi lainnya. Betapa pun canggihnya, tetap bahasa itu memiliki peran
yang sangat penting dalam komunikasi baik lisan maupun tulisan.
Bahasa berisi pikiran, keinginan atau perasaan yang ada pada
pembicara atau pun
penulis. Bahasa yang digunakan hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang
dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan dapat diterima pendengar atau pembaca.
Bahasa Indonesia mempunyai bermacam ragam. Bahasa ragam radio dalam fungsinya
sebagai bahasa yang komunikatif adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang masuk ke
dalam ragam bahasa media elektronik, walaupun secara perspektif naskah berita radio masuk ke
dalam bahasa ragam jurnalistik.
Bahasa ragam radio meliputi bahasa lisan mau pun bahasa tulis. Mengikuti siaran radio
berarti mendengarkan bahasa yang dituturkan secara langsung oleh pembicara atau
mendengarkan bahasa tulis yang dibacakan pembicara atau penyiar. Pada umumnya bahan yang
disiarkan di radio itu dipersiapkan lebih dahulu, ditulis lalu dibacakan.
Mulyadi, dkk. (2004: 27) menyatakan:
”Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap disebut ragam bahasa lisan,
sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dinamakan ragam bahasa tulis.
Namun, ada bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat-alat ucap, tetapi sebelumnya telah
1
Universitas Sumatera Utara
dituliskan seperti teks pidato yang dibacakan atau siaran berita radio atau televisi. Sebaliknya,
ada bahasa lisan yang dituliskan seperti pidato yang ditranskripsikan”.
Kebanyakan Bahasa siaran radio sifatnya resmi (Badudu,1993:147). oleh karena itu,
bahasa yang digunakan pun haruslah bahasa baku yaitu dengan menggunakan bahasa yang baik,
bahasa yang benar serta bahasa yang efektif.
Badudu (1995:188) menyatakan bahwa kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena
apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat
diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa
yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau penulis.
Penutur bahasa Indonesia banyak yang belum mengetahui penggunaan kalimat efektif,
apalagi di instansi pemerintahan seperti Radio Republik Indonesia (RRI) Sibolga. Sebagai media
pemerintahan, sudah pada tempatnya apabila RRI baik di pusat maupun di daerah
memperhatikan benar penggunaan kalimat efektif.
Salah satu siaran yang disiarkan RRI Sibolga adalah berita. Berita sebagai karya tulis
hendaknya ditulis dengan tata cara atau sistem penulisan yang benar. Begitu juga berita yang
disiarkan melalui radio. Seorang penyiar berita menyampaikan berita kepada pendengar
umumnya melalui membaca naskah. Kalimat yang digunakan dalam naskah berita itu haruslah
kalimat efektif agar diperoleh suatu pemahaman yang tepat antara penulis naskah berita,
pembaca, dan pendengar sehingga terjalin komunikasi yang baik. Oleh karena itu, penyusunan
kalimat efektif sangat diperlukan.
Sebelumnya penelitian tentang kalimat efektif pernah diteliti yaitu penelitian tentang
”Kalimat Efektif: Struktur, Tenaga, dan Variasi”, yang ditulis oleh Epraim (1992) menyimpulkan
bahwa struktur kalimat yang benar merupakan dasar kalimat efektif, tenaga kalimat ialah
kemampuan kalimat untuk menimbulkan pengertian-pengertian yang terkandung dalam kalimat
2
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan yang diinginkan penulis. Setelah memiliki struktur dan tenaga masih dibutuhkan
adanya variasi. Selain itu, Retty Hutabarat (1992) juga meneliti tentang kalimat efektif yaitu
”Korelasi Kata dalam Kalimat Efektif” menyimpulkan bahwa keefektifan suatu kalimat tidak
hanya menuntut penerapan kaidah bahasa, tetapi ketepatan pilihan kata, serta situasi dan kondisi
turut juga jadi faktor efektif tidaknya suatu kalimat. Reni Lamria Galingging (1999) juga
meneliti tentang ”Ketidakefektifan Kalimat-Kalimat Liputan 6 SCTV” menyimpulkan bahwa
kesalahan pemakaian kalimat tersebut tidak efektif karena kesalahan penggunaan kalimat.
Liputan 6 SCTV sering menggunakan kalimat tidak hemat, pemakaian kata tugas sering tidak
tepat dalam penyusunan kalimatnya, serta penyusunan urutan wacananya tidak teratur.
Pemahaman mengenai kalimat efektif sangat penting terutama dalam penulisan berita di
radio, baik itu radio milik pemerintahan mau pun radio milik swasta. Oleh karena itu, peneliti
tertarik meneliti naskah berita RRI Sibolga dari segi penggunaan kalimat efektif.
1.1.2 Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang diuraikan di atas, masalah yang dikaji dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan kalimat efektif dalam naskah berita RRI
Sibolga?
1.2 Batasan Masalah
Penelitian mengenai kalimat efektif dibatasi pada ciri-ciri kalimat efektif yaitu
kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk (paralelisme), penekanan dalam kalimat,
kehematan dan kevariasian. Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa media bahasa
yang dihasilkan dengan menggunakan alat-alat ucap tetapi sebenarnya telah dituliskan. Sebagai
3
Universitas Sumatera Utara
sumber data, penelitian ini menggunakan naskah berita yang disiarkan melalui RRI Sibolga yaitu
naskah berita daerah yang ditayangkan pada pukul 06.30 WIB sampai 07.00 WIB di Pro 1
frekuensi FM 97,1 MHz selama tanggal 6 Januari 2008 – 20 Januari 2008.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mendeskripsikan penggunaan
kalimat efektif yang baik dan benar dalam naskah berita RRI Sibolga.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Suatu penelitian yang diadakan tentu saja mempunyai manfaat. Adapun manfaat
penelitian ini adalah Sebagai salah satu aset studi bahasa terutama mengenai kalimat efektif dan
masukan bagi pengguna bahasa dalam hal penggunaan kalimat efektif.
1.4 Metode Penelitian
1.4.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data tulisan. Adapun yang menjadi
sumber data penelitian ini yaitu naskah berita daerah RRI Sibolga. Dalam tahap pengumpulan
data metode yang digunakan yaitu metode simak (Sudaryanto, 1993 :133). Metode simak yaitu
suatu metode dengan cara menyimak suatu bahasa.
Selanjutnya, untuk melengkapi penggunaan metode tersebut, digunakan teknik catat dan
teknik pilah (Sudaryanto, 1993:135). Dalam hal ini, peneliti membaca, mempelajari dan
memeriksa data-data yang diperlukan, serta memilah kalimat efektif berdasarkan jenis kesalahan
4
Universitas Sumatera Utara
yang terdapat pada naskah berita RRI Sibolga dan memasukkan kesalahan kalimat efektif ke
dalam indikator yang telah ditentukan.
Penetapan populasi dan sampel didasari oleh pendapat Arikunto (1998 : 107) mengatakan
” Untuk sekedar ancar-ancar, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar
dapat diambil 10% - 15% atau 20%- 25%.
Populasi penelitian ini adalah naskah berita daerah pukul 06.30 WIB sampai 07.00 WIB
selama 30 hari. Satu hari terdapat lima naskah berita. Oleh sebab itu, jumlah populasi peneliti
adalah 150 naskah. Sesuai dengan pendapat di atas maka penulis mengambil sampel sebagai
berikut : 10% x 150 naskah = 15 naskah.
1.4.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Hermawan (2004: 14) mengatakan, bahwa
’’Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih banyak menggunakan kualitas subjektif
mencakup penelaahan dan pengungkapan berdasarkan persepsi untuk memperoleh pemahaman
terhadap fenomena sosial dan kemanusiaan.’’
Adapun langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan kalimat-kalimat yang salah dari naskah berita RRI Sibolga. Kalimat yang
salah
tersebut
diidentifikasi
untuk
mengetahui
jenis
kesalahannya
yaitu:
ketidaksepadanan dan ketidaksatuan kalimat, ketidaksejajaran bentuk, kesalahan
penekanan dalam kalimat, ketidakhematan dalam kalimat dan ketidakvariasian kalimat.
Selanjutnya, jenis kesalahan tersebut dikategorikan berdasarkan linguistik.
5
Universitas Sumatera Utara
2. Memasukkkan kesalahan kalimat efektif dalam indikator yang telah ditentukan
bersadarkan ciri-ciri kalimat efektif yang terdapat dalam landasan teori yaitu:
kesepadanan dan kesatuan, kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat, kehematan dan
kevariasian.
3. Menganalisis kesalahan kalimat efektif berdasarkan ciri-ciri. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh berikut ini.
Jabatan kabag Bina mitra dan tiga jabatan kapolsek jajaran polres tapanuli tengah
S
kemarin diserahterimakan ( kalimat 1 naskah 6 Januari 2008 )
K
P
Kalimat di atas tidak efektif, dilihat dari kesalahannya adalah ketidaksepadanan kalimat
karena unsur-unsur kalimatnya tidak memiliki susunan yang berurutan. Posisi keterangan
dan predikatnya tidak serasi seharusnya kata kemarin diletakkan di belakang
diserahterimakan. Kalimat di atas seharusnya :
Jabatan kabag Bina Mitra dan tiga jabatan kapolsek jajaran Polres Tapanuli Tengah
S
diserahterimakan kemarin
P
K
4. Mengelompokkan kesalahan kalimat efektif.
5. Menyimpulkan hasil kesalahan kalimat efektif.
6
Universitas Sumatera Utara
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Kalimat efektif
Pengertian tentang kalimat efektif diungkapkan oleh Parera (1984 : 39) yaitu, kalimat
efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk
mencapai daya informasi yang tepat dan baik.
Putrayasa (2007 : 2) juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif yaitu suatu
kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan, informasi, dan perasaan dengan tepat ditinjau dari
segi diksi, struktur, dan logikanya. Ciri-ciri kalimat efektif ialah kesatuan, kehematan,
penekanan, dan kevariasian.
Akhadiah, dkk. (2003 : 116) juga mengungkapkan pernyataan tentang kalimat efektif
secara jelas dan terperinci yaitu:
”Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya
harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik pertama sekali
haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Hasil ini berarti kalimat itu harus
disusun berdasarkan kaidah –kaidah yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut
meliputi : (1) unsur- unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat, (2) aturanaturan tentang Ejaan yang Disempurnakan, (3) cara memilih kata dalam kalimat”.
Akhadiah, dkk. (2003: 116-117) menyatakan:
” Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara
tepat seperti yang diharapkan oleh penulis naskah perlu diperhatikan beberapa hal
yang merupakan ciri-ciri kalimat efektif yaitu kesepadanan dan kesatuan,
kesejajaran bentuk, penekanan dalam kalimat, kehematan dalam mempergunakan
kata, kevariasian dalam struktur kalimat”.
1.5.2 Kesepadanan dan Kesatuan
Zubeirsyah dan Lubis (2007:86-87) mengatakan:
Kesepadanan dalam sebuah kalimat efektif adalah hubungan timbal balik antara
subjek dan predikat, predikat dengan objek serta keterangan, yang semuanya
berfungsi menjelaskan unsur/bagian kalimat tersebut. Selain struktur/ bentuk
7
Universitas Sumatera Utara
kesepadanan, kalimat efektif harus pula mengandung kesatuan ide pokok/
kesatuan pikiran.
Ritonga, dkk. (2005:96) juga menyatakan bahwa kesepadanan dan kesatuan dalam
kalimat efektif merupakan kemampuan struktur/bentuk suatu bahasa mendukung gagasan pikiran
yang terdapat dalam kalimat itu.
Syarat pertama bagi kalimat efektif mempunyai struktur yang baik. Artinya kalimat itu
harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat atau bisa ditambah dengan objek, pelengkap dan
keterangan melahirkan keterpaduan yang merupakan ciri kalimat efektif (Akhadiah, dkk.
2003:117)
Misalnya:
Anisa menata ruang tamu tadi pagi.
Kalimat ini jelas maknanya. Hubungan antara unsur yaitu subjek (Anisa) dengan predikat
(menata) dan antara predikat dengan objek (ruang tamu) beserta keterangan (tadi pagi)
merupakan kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna.
Kata-kata itu akan menjadi lain bila diubah susunannya menjadi:
1. Menata kemarin Anisa ruang tamu
2. Ruang tamu Anisa kemarin menata.
3. Menata Anisa kemarin tamu.
4. Ruang tamu Anisa menata kemarin
Kalimat-kalimat di atas maknanya menjadi kabur karena fungsi kata-katanya tidak jelas.
Unsur subjek, predikat beserta pelengkapnya tidak jelas sehingga kesatuan bentuk dan keutuhan
makna tidak tercapai.
8
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa harus ada keseimbangan antara pikiran atau
gagasan dengan struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat diperhatikan oleh
kemampuan struktur bahasa dalam mendukung atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran.
a) Subjek dan Predikat
Kalimat terdiri atas kata-kata. Kata-kata ini merupakan unsur kalimat yang secara
bersama-sama dan menurut sistem tertentu membentuk struktur. Jadi sebagai unsur kalimat katakata itu masing-masing menduduki fungsi tertentu. Unsur-unsur yang dimaksud adalah subjek
dan predikat. Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat.
Subjek
Unsur kalimat yang disebut subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa
atau apa. Di dalam kalimat Gadis itu cantik, misalnya jawaban atas pertanyaan siapa yang cantik
adalah gadis itu. Dengan demikian, unsur gadis itu merupakan unsur inti atau pokok
pembicaraan dalam kalimat tersebut.
Predikat
Unsur predikat dalam kalimat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana
atau mengapa. Dalam kalimat yang disebutkan di atas, misalnya jawaban atas pertanyaan
bagaimana gadis itu adalah cantik. Dengan demikian, cantik merupakan unsur yang disebut
predikat.
9
Universitas Sumatera Utara
b) Kata Penghubung Intrakalimat dan Antarkalimat
Konjungsi merupakan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, antarkalimat, atau
antarparagraf. Secara umum konjungsi terdiri atas konjungsi intrakalimat dan konjungsi
antarkalimat.
Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang menghubungkan unsur-unsur kalimat
sedangkan konjungsi antarkalimat berfungsi menghubungkan sebuah kalimat dengan kalimat
berikutnya ( Mulyadi dan widayati, 2004:108-114)
Alwi, dkk. (2003:296) menyatakan bahwa konjungtor juga dinamakan kata sambung,
adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat : kata dengan kata,
frasa dengan frasa atau klausa dengan klausa.
Untuk lebih rinci, kita akan melihat konjungtor satu per satu:
1. Konjungtor koordinatif : dan (penambahan), serta (pendampingan), atau (pemilihan), tetapi
(perlawanan), melainkan (perlawanan), padahal (pertentangan),
sedangkan (pertentangan).
2. Konjungtor korelatif
Baik...,maupun....
sedemikian rupa...,sehingga...
Tidak hanya....,tetapi juga
apa(kah)....,atau....
Bukan hanya..,melainkan juga..
entah....,entah...
Demikian.., sehingga
jangan...pun...
3. Konjungtor subordinatif
Konjungtor subordinatif waktu:
1. sejak, semenjak ,sedari
10
Universitas Sumatera Utara
2. sewaktu,
ketika,
tatkala,
semetara,
begitu,
seraya,
selagi,
selama,
serta, sambil, demi.
3. setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai.
4. hingga, sampai.
Konjungtor subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
Konjungtor subordinatif pengadaian: andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya.
Konjungtor subordinatif tujuan: agar, supaya, biar.
Konjungtor subordinatif konsesif: biarpun, meskipun, walaupun ,sekalipun, sungguhpun,
kendatipun.
Konjungtor subordinatif pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti,
sebagai, laksana, ibarat, daripada, alih-alaih.
Konjungtor subordinatif sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab.
Konjungtor subordinatif hasil: sehingga, sampai.
Konjungtor subordinatif alat: dengan, tanpa.
Konjungtor subordinatif cara : dengan, tanpa
Konjungtor subordinatif komplementasi: bahwa
Konjungtor subordinatif atributif: yang
Konjungtor subordinatif perbandingan: sama... dengan, lebih...dari(pada)
Konjungtor antarkalimat menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.
Oleh karena itu, konjungtor semacam itu selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja
kalimat pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Berikut adalah contoh konjungtor antarkalimat.
Biarpun demikian/ begitu
Sekalipun demikian/begitu
11
Universitas Sumatera Utara
Walaupun demikian/begitu
Meskipun demikian/begitu
Sungguhpun demikian/begitu
Kemudian sesudah itu, setelah itu, selanjutnya
Tambahan pula, lagi pula, selain itu
Sebaliknya
Sungguhpun, bahwasanya
Malah(an), bahkan
(akan)tetapi, namun
Kecuali itu
Dengan demikian
Oleh karena itu, oleh sebab itu
c) Gagasan pokok
Dalam menyusun kalimat kita harus mengemukakan gagasan (ide) pokok kalimat.
Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika seorang penulis hendak
menggabungkan dua kalimat, maka penulis harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung
gagsan pokok harus menjadi induk kalimat (Akhadiah, dkk. 2003:120)
Perhatikan contoh berikut ini!
1. Ia dipukul mati ketika masih dalam tugas latihan.
2. Ia masih dalam tugas latihan ketika dipukul mati.
Gagasan pokok dalam kalimat (1) ialah ’’ia dipukul mati’’. Gagasan pokok dalam
kalimat (2) ialah ” ia masih dalam tugas latihan’’oleh sebab itu ’’ia dipukul mati’’ menjadi
12
Universitas Sumatera Utara
induk kalimat di kalimat (1) sedangkan ’’ia masih dalam tugas latihan’’ menjadi induk kalimat
dalam kalimat (2).
d) Penggabungan dengan ” yang”, ”dan”
Dalam menulis naskah berita, sering digabungkan dua kalimat atau klausa menjadi satu
kalimat. Menurut Akhadiah, dkk. (2003:120), jika dua kalimat digabungkan dengan partikel dan
maka hasilnya adalah kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel
yang akan menghasilkan kalimat mejemuk bertingkat. Artinya kalimat itu terdiri dari induk
kalimat dan anak kalimat.
Contoh:
(1) Rakyat merasakan bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih rendah.
(2) Perbaikan mutu pendidikan adalah tanggung jawab pemerintah.
Kalimat di atas mengandung gagasan pokok yang sangat penting. Penggabungan yang
efektif untuk kedua kalimat di atas ialah dengan menggunakan partikel dan, sehingga kalimat
gabung itu menjadi:
Rakyat merasakan bahwa mutu pendidikan Indonesia masih rendah dan perbaikannya
adalah tanggung jawab pemerintah.
Perhatikan kalimat berikut ini:
(1) Seminar bahasa anak diadakan di biro rektor.
(2) Seminar itu membicarakan beberapa masalah anak
Kalimat di atas akan efektif bila menggunakan partikel yang, gabungan kedua kalimat itu
menjadi:
Seminar bahasa anak yang diadakan di biro rektor membicarakan beberapa masalah anak.
13
Universitas Sumatera Utara
e) Penggabungan Menyatakan ”sebab” dan ”waktu”
Dalam komposisi untuk mencapai keefektifitas komunikasi perlu diperhatikan perbedaan
antara hubungan sebab dan hubungan waktu. Parera (1984:43) menyatakan bahwa hubungan
sebab dinyatakan dengan mempergunakan kata karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan
dengan kata ketika. Kedua kata ini sering dipergunakan pada kalimat yang sama.
Perhatikan contoh berikut ini!
(1) Ketika gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat
yang lebih tinggi
(2) Karena gelombang tsunami melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempattempat yang lebih tinngi.
Kalimat di atas kedua-duanya tepat. Penggunaannya bergantung pada jalan pikiran
penulis apakah ia mementingkan hubungan waktu atau sebab. Yang perlu diperhatikan adalah
pilihan penggabungan itu harus sesuai dengan konteks kalimat.
f) Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hubungan Tujuan
Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel sehingga untuk
menyatakan hubungan akibat, dan partikel agar atau supaya untuk menyatakan hubungan tujuan
(Akhadiah, dkk. 2003:121)
Contoh:
(1) Semua perintah telah dijalankan.
(2) Para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
Kalimat di atas digabungkan menjadi:
(1) Semua perintah telah dijalankan sehingga para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
(2) Semua perintah telah dijalankan agar para prajurit tidak bertindak sendiri-sendiri.
14
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan kata sehingga dan agar dalam kalimat di atas menghasilkan kalimat yang
efektif. Perbedaan kalimat (1) yang diinginkan adalah hubungan akibat, sedangkan pada kalimat
(2), hubungan tujuan.
1.5.3 Kesejajaran Bentuk (Paralelisme)
Kesejajaran satuan dalam kalimat, menempatkan ide/ gagasan yang sama penting dan
sama fungsinya ke dalam struktur/ bentuk gramatis ( Zubeirsyah dan Lubis, 2007:88). Jika
sebuah gagasan (ide) dalam suatu kalimat dinyatakan dengan frase (kelompok kata), maka
gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dengan frase. Jika sebuah gagasan dalam suatu
kalimat dinyatakan dengan kata benda (misalnya pe-an, ke-an), maka gagasan yang lain harus
sederajat dengan kata benda juga. Demikian halnya bila sebuah gagasan dalam suatu kalimat
dinyatakan dengan kata kerja (misalnya bentuk me-kan, di-kan) maka gagasan lainnya yang
sederajat harus dinyatakan dengan jenis kata yang sama. Kesejajaran (paralelisme) membantu
memberi kejelasan kalimat secara keseluruhan.
Perhatikan contoh berikut ini!
Penyakit aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab
pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu.
Dalam kalimat di atas penggunaan yang sederajat ialah kata mengerikan dengan
berbahaya dan kata pencegahan dengan pengobatannya. Oleh sebab itu, bentuk yang dipakai
untuk kata-kata yang sederajat dalam kalimat di atas harus sama (paralel) sehingga kalimat itu
kita tata kembali menjadi kalimat di bawah ini.
Penyakit Aids adalah salah satu penyakit yang paling mengerikan dan membahayakan, sebab
pencegahan dan pengobatannya tak ada yang tahu.
Perhatiakan kembali contoh berikut!
15
Universitas Sumatera Utara
Sebuah perusahaan jasa pernah mengeluh, bahwa sekali ia tampak bangkrut maka langganan
terbaiknya pun mulai menunda-nunda pembayatran hutang mengklaim kerusakan-kerusakan
pada barang yang dikirim, mengeluh kelambatan pengiriman barang dan seribu satu keluhan
lainnya.
Pada kalimat di atas, susunan serial untuk gagasan yang sederajat dinyatakan dalam bentuk
frase yang memakai kata kerja me- yaitu: menunda-nunda pembayaran hutang, mengklaim
kerusakan-kerusakan, mengeluh kelambatan pengiriman barang.
1.5.4 Penekanan dalam Kalimat
Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok. Inti pikiran ini biasanya ingin
ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Menurut Zubeirsyah dan
Lubis.(2007:89), penekanan terhadap inti yang ingin diutarakan dalam kalimat biasanya ditandai
dengan nada suara, seperti memperlambat ucapan, meninggikan suara, pada bagian kalimat yang
dipentingkan.
Ada tiga cara yang lazim digunakan untuk memberi penekenan terhadap inti pikiran
tersebut.
Posisi dalam kalimat
Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu sebuah kalimat, penulis dapat
mengemukakan bagian itu pada bagian depan kalimat. Cara ini juga pengutamaan bagian
kalimat.
Perhatikan contoh berikut ini!
1) Saya berharap pada pertemuan yang akan datang kita dapat menyelesaikan masalah itu.
2) Pada pertemuan yang akan datang harapan saya masalah itu dapat diselesaikan.
3) Masalah itu saya harap dapat diselesaikan pada pertemuan yang akan datang.
16
Universitas Sumatera Utara
Kalimat di atas menunjukkan bahwa gagasan yang dipentingkan diletakkan di bagian
depan kalimat. Dengan demikian walaupun ketiga kalimat mempunyai pengertian yang sama
tetapi gagasan pokok menjadi berbeda.
a) Urutan yang Logis
Sebuah kalimat biasanya memberitakan ejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa
yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Pada umumnya
tulisan yang menggunakan susunan logis adalah tulisan yang berupa esai, laporan, dan tulisan
ilmiah susunan logis bersumber dan bertolak dari dalam pikiran penulis. Artinya, ide atau
gagasan disusun menurut susunan yang dianggap logis oleh penulis. Disamping itu, gagasan itu
sendiri adalah gagaan yang dianggap logis untuk disampaikan. Pengertian logis disini
menyangkut isi dan sistem penyampaiannya. Penulis mendahulukan apa yang dianggap patut
disampaikan terlebih dahulu membelakangkan apa yang dianggap perlu disampaikan kemudian.
Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang lama
makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses.
Contoh:
1) Telekomunikasi cepat-vital dimaksudkan untuk keamanan, mobilitas, pembangunan dan
persatuan.
2) Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.
b) Pengulangan Kata
Pengulangan kata dalam sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan dengan maksud
memberi penegasan pada bagian yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian
dianggap dapat membuat maksud kalimat menjadi lebih jelas.
17
Universitas Sumatera Utara
Contoh
1. Kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang, kemajuan kesadaran berpolitik,
kesadaran bermasyarakt, kesadaran berekonomi, kesadaran berkebudayaan dan kesadaran
bernegara.
2. pembangunan yang dilaksanakan sekarang harus memperlihatkan kesinambungan antara
pusat dan daerah, kesinambungan antara pemerintah dan swasta.
1.5.5 Kehematan
Kehematan merupakan salah satu ciri kalimat yang efektif. Dalam penyusunan kalimat,
kehematan ini dapat diperoleh dengan menghilangkan bagian-bagian tertentu yang tidak
diperlukan atau mubajir.
Menurut Akhadiah, dkk. ( 1996: 125) kehematan dalam kalimat efektif ialah kehematan
dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu
menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Kehematan tidak berarti bahwa kata yang
diperlukan atau yang mananbah kejelasan makna kalimat boleh dihilangkan.
Unsur-unsur penghematan apa saja yang harus diperhatikan, akan diuraikan di bawah ini!
a) Pengulangan Subjek Kalimat
Penulisan kadang-kadang tanpa sadar sering mengulang subjek dalam satu kalimat.
Pengulangan ini tidak membuat kalimat itu menjadi lebih jelas. Oleh karena itu, pengulangan
bagian kalimat yang demikian tidak diperlukan.
Perhatikan contoh berikut ini!
1) Mereka banting stir ketika mereka bermain di panggung lain.
2) Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena mereka tahu
masa ujian telah dekat.
18
Universitas Sumatera Utara
Direvisi menjadi:
1) Mereka banting stir ketika bermain di panggung lain.
2) Mahasiswa mengambil keputusan tidak jadi melakukan studi tur karena masa ujian
telah dekat.
b) Hiponimi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2005: 404) hiponim adalah hubungan
antara makna spesipik dan makna generik atau antaranggota taksonomi. Nama taksonomi
misalnya kucing, anjing, disebut hiponim dari hewan.
Contoh:
1) Ketua jurusan FBS menghadiri sidang hari Senin lalu.
2) Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya lampu neon.
Direvisi menjadi:
1) Ketua jurusan FBS menghadiri sidang Senin lalu.
2) Rumah penduduk di Medan terang benderang oleh cahaya neon.
c) Pemakaian Kata Depan ”dari” dan ”daripada”
Dalam bahasa Indonesia kita mengenal kata depan dari dan daripada, selain ke dan di.
Penggunaan dari dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat); asal(asalusul) (Putrayasa, 2007:56)
Perhatikan contoh berikut!
1) Bu Ros berangkat dari Bandung pukul 06.30WIB.
2) Celana yang dipakainya terbuat dari wall.
Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan.
19
Universitas Sumatera Utara
Dalam bahasa Indonesia kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu
benda atau hal dengan benda atau lainnya (Putrayasa, 2007:56)
Perhatikan contoh berikut!
1) Sifat Muhammad Yamin lebih sukar dipahami daripada sifat Miswanto.
2) Penjelasan dalam buku cetakan ke-2 mengenai cara menanam cengkeh lebih mudah
dipahami daripada yang terdapat dalam buku cetakan yang ke-1.
Di bawah ini terdapat contoh pada kalimat yang menunjukkan pamakaian kata daripada
yang tidak benar, oleh karena itu harus dihilangkan!
1) Presiden SBY menekankan bahwa di dalam pembangunan ini kepentingan daripada
rakyat harus diutamakan.
2) Perjuangan daripada pahlawan bangsa ikut memberi dasar arah dari kecintaan kita
terhadap bumi Indonesia.
1.5.6 Kevariasian
Panjang pendeknya variasi dalam kalimat mencerminkan jalan pikiran seseorang.
Mempergunakan kalimat yang panjang, akan menyebabkan orang tidak dapat mengambil
kesimpulan buah pikiran yang tertera di dalamnya. Demikian pula bila seseorang sering
menggunakan kalimat atau kelompok kata atau kata yang sama, akan membosankan pula. Begitu
juga terlalu pendek-pendek kalimat yang disusun akan menjemukan juga.
Variasi dalam penulisan pilihan kata (diksi) atau variasi dalam tutur kalimat yang tepat
dan benar akan memberikan penekanan pada bagian-bagian kalimat yang diinginkan. Agar tidak
membosankan dan menjemukan dalam penulisan kalimat diperlukan pola dan bentuk/struktur
yang bervariasi.
20
Universitas Sumatera Utara
a) Variasi Bentuk Pasif Persona
Bentuk pasif persona juga dapat dimanfaatkan sebagai variasi lain dalam pengungkapan
informasi. Kalimat di
bawah ini misalnya dapat dibentuk menjadi kalimat sesuai dengan
informasi yang dipentingkan.
Contoh:
Saya akan melaporkan hal ini kepada dekan.
Menjadi
Akan saya laporkan masalah ini kepada dekan.
Masalah ini akan saya laporkan kepada dekan.
Dalam bentuk pasif persona semacam itu, kata ganti orang atau kata ganti persona
langsung didekatkan pada kata kerjanya, tidak disisipi dengan unsur lain. Oleh karena itu,
susunan bentuk pasif persona seperti berikut tidak benar.
1) Masalah ini saya akan laporkan kepada dekan.
2) Saya akan laporkan masalah ini kepada dekan.
b) Variasi Bentuk Aktif – Pasif
Variasi bentuk aktif-pasif merupakan variasi penggunaan kalimat dengan memanfaatkan
kalimat aktif lebih dulu, kemudian diikuti oleh kalimat pasif, atau sebaliknya.
Contoh:
1) Minggu depan kami akan mengadakan rapat pimpinan. Dalam rapat itu kami bahas
berbagai kasus yang muncul akhir-akhir ini.
2) Minggu depan akan diadakan rapat pimpinan. Dalam rapat itu kami akan membahas
berbagai kasus yang muncul.
21
Universitas Sumatera Utara
Download