ISSN 0215 - 8250 249 OPTIMALISASI PENDEKATAN STM DENGAN STRATEGI BELAJAR BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SEBAGAI UPAYA MENGUBAH MISKONSEPSI, MENINGKATKAN LITERASI SAINS DAN TEKNOLOGI SISWA oleh Rai Sujanem Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Tujuan penelitian tindakan ini adalah mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah, meningkatkan kualitas aktivitas siswa, hasil belajar, literasi sains dan teknologi siswa, dan mendeskripsikan respon siswa kelas II3 SMUN 1 Singaraja terhadap pembelajaran fisika berpendekatan sains teknologi masyarakat (STM) dengan strategi belajar berbasis masalah. Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas II 3 SMUN 1 Singaraja. Objek penelitian tindakan ini adalah pembelajaran fisika berpendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah, miskonsepsi, aktivitas, hasil belajar, literasi sains dan teknologi, serta respon siswa. Data miskonsepsi, hasil belajar, literasi sains dan teknologi siswa, dikumpulkan dengan metode tes. Data tentang aktivitas siswa dijaring dengan metode observasi, sedangkan data respon siswa dikumpulkan dengan kuesioner. Dengan menggunakan analisis deskriptif diperoleh temuan berikut ini. Optimalisasi pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah dapat (1) mengubah miskonsepsi menjadi konsep ilmiah sebesar 32,9% pada siklus I, 36,7% pada siklus II, dan 27,4% pada siklus III, (2) meningkatkan kualifikasi aktivitas siswa yaitu dari kategori cukup aktif pada siklus I, menjadi kategori aktif pada siklus II dan III, (3) meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dari rata-rata 6,40 berkategori cukup pada siklus I, menjadi 7,27 ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 250 berkategori baik pada siklus II, dan menjadi 7,47 berkategori baik pada siklus III, dan (4) meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa yaitu dari rata-rata 7,27 berkategori baik pada siklus I menjadi 7,63 berkategori baik pada siklus II, dan menjadi 7,73 berkategori baik pada siklus III. Respon siswa terhadap pembelajaran fisika berpendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah termasuk katagori baik. Kata kunci : pendekatan STM, strategi belajar berbasis masalah, literasi sains dan teknologi ABSTRACT The aim of this action research was : to change student misconceptions into scientific conceptions, to improve quality in student activity, to improve result of learning, to improve student scientific and technology literacy, and to describe responses of class II3 of SMUN I Singaraja to the effort to optimize science technology society (STS) Physics learning with problem-based learning strategy. The subjects of this action research were the students of class II3 of SMUN 1 Singaraja whereas the objects were STS approach Physics learning with problem-based learning strategy, result of learning, student scientific literacy and technology, and student response. The data about misconception, result of learning, student scientific and technology literacy were collected by using a test method. The data about students activity were collected by using an observation method whereas the data about student response were collected by using a questionnaire. By using descriptive analyses the following findings were found that the optimization of STS approach by using problem-based learning strategy : (1) could change 32,9% of the misconception into scientific conceptions at cycle I, 36.7% at cycle II, and 27,4% at cycle III, (2) could improve the qualification of student activity, i.e., from category fairly active at cycle I to category active at cycles II and III, (3) could improve result of learning of the students from the average of 6.40 or fair at cycle I to 7.27 or good at cycle II, and 7.47 or good at cycle III, and (4) could improve students science literacy and technology, i.e., from the ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 251 average of 7.27 or good at cycle I to 7.63 or good at cycle II, and 7.73 or good at cycle III. The students’ response to STS Physics learning with problem-based learning strategy fell into good category. Key word : STS approach, problem based-learning, scientific literacy and technology. 1 Pendahuluan Sampai saat ini, masalah yang melanda dunia pendidikan fisika sebagian besar berkutat di sekitar upaya peningkatan kualitas hasil belajar fisika. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah seperti penataran guru-guru, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, serta penyempurnaan kurikulum. Namun demikian, kualitas pendidikan masih relatif rendah, hal ini diindikasikan masih rendahnya hasil belajar siswa (Sadia, dkk., 2001). Rendahnya hasil belajar siswa ini juga terjadi di SMA Negeri 1 Singaraja. Rata-rata hasil belajar fisika yang dicapai siswa kelas I 1 dan II3 pada tahun ajaran 2001/2002 berturut-turut adalah 6,07 dan 6,42. Padahal tuntutan kurikulum minimal rata-rata hasil belajar fisika adalah 6,5 atau daya serapnya 65%. (SMA Negeri 1 Singaraja, 2001). Rendahnya hasil belajar fisika siswa ini memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak untuk mencari faktor-faktor penyebabnya. Berdasarkan observasi dan wawancara yang intensif dengan guru fisika di SMUN 1 Singaraja terungkap bahwa ada beberapa permasalahan yang dihadapi guru, antara lain: (1) hasil belajar dan literasi sains yang dicapai siswa belum optimal padahal sudah diimplementasikan pendekatan sains teknologi masyarakat (STM) dalam pembelajaran fisika; (2) kemampuan siswa untuk mengungkapkan isu-isu sosial dan teknologi yang ada di ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 252 sekitar siswa belum optimal; (3) kemampuan siswa mengaitkan materi pelajaran dengan teknologi dan masyarakat masih relatif kurang. Misalnya siswa, kurang mampu menjelaskan mengapa jaringan listrik di rumahrumah di pasang paralel, padahal siswa telah mendapat konsep tentang hukum Ohm, rangkaian seri dan paralel. Demikian pula siswa tak dapat menjelaskan masalah tegangan listrik di rumah-rumah yang jauh letaknya dari gardu trafo mengalami penurunan. Padahal siswa telah mendapatkan konsep tahan listrik, hukum Ohm. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata perencanaan perangkat pembelajaran yang dibuat belum sepenuhnya mencerminkan perencanaan pembelajaran berpendekatan STM. Di samping itu, berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas II3 SMUN 1 Singaraja, diperoleh temuan berikut ini. (1) Dalam implementasi pendekatan STM, siswa belum diberi kesempatan yang optimal dalam kegiatan praktikum. (2) Metode pembelajaran masih didominasi oleh metode ceramah, dan hanya sekalisekali diterapkan metoda diskusi/eksperimen. (3) Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika masih kurang yang ditandai dengan masih kurang aktifnya siswa dalam menjawab pertanyaan yang dikemukakan oleh guru, siswa kurang aktif mengajukan pertanyaan, isu-isu sosial dan teknologi, atau pendapat kepada guru, dalam hal ini peran guru masih dominan. (4) Sumber-sumber belajar fisika, kualitas literasi sains dan teknologi siswa belum optimal. (5) Dalam implementasi pembelajaran yang berpendekatan STM selama ini, strategi yang dilakukan yaitu siswa terlebih dahulu disajikan sejumlah konsep atau prinsip, setelah itu baru siswa diberikan beberapa pertanyaan atau masalah atau isu-isu sosial dan teknologi. Jadi, belum pernah pembelajaran fisika dirancang dan diimplementasikan berdasarkan strategi berbasis masalah. Padahal, strategi ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 253 pembelajaran yang dirancang berbasis masalah akan dapat merangsang atau memotivasi siswa untuk belajar (Gijselaers, 1996). Di samping itu, strategi pembelajaran berbasis masalah juga akan dapat mengembangkan keterampilan untuk memecahkan masalah (Barrows, 1996). Menurut Schmidt (dalam Gijselaers, 1996), strategi berbasis masalah merupakan suatu strategi yang dapat menciptakan suasana belajar yang membuat pebelajar secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi permasalahan yang disampaikan di atas, perlu dioptimalisasi penedekatan STM dalam pembelajaran fisika yang diiringi dengan strategi belajar berbasis masalah melalui sebuah penelitian tindakan kelas. Rumusan permasalahan penelitian tindakan ini adalah berikut ini. Apakah optimalisasi pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah dalam pembelajaran fisika dapat (1) mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah, (2) meningkatkan aktivitas siswa, (3) meningkatkan hasil belajar siswa, dan (4) meningkatkan literasi sains dan teknologi siswa ? Di samping itu, bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran fisika melalui optimalisasi pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah? Tujuan penelitian tindakan ini adalah (1) mendeskripsikan dan menganalisis perubahan miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah, (2) meningkatkan aktivitas siswa, (3) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, (4) meningkatkan kualitas literasi sains dan teknologi siswa, (5) mendeskripsikan dan menganalisis respon siswa. Dengan selesainya penelitian ini diharapkan ada kontribusi berikut ini. (1) Ada informasi tentang miskonsepsi siswa sangat bermanfaat bagi guru fisika guna menyiapkan strategi pengubahan konsepsi siswa yang ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 254 miskonsepsi sehingga menjadi konsepsi yang ilmiah. (2) Para siswa dapat disiapkan menjadi warga yang memiliki literasi sains, dan pengetahuan yang memadai sehingga mereka dapat secara aktif memecahkan masalahmasalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan mampu mengantisipasi dampak negatif sains dan teknologi. Pendekatan STM dalam pembelajaran sains menurut Roy (1985) merupakan perekat yang mempersatukan sains (IPA), teknologi dan masyarakat. Ciri-ciri pendekatan STM, antara lain (1) difokuskan pada isuisu sosial dan teknologi di masyarakat yang terkait dengan konsep atau prinsip sains yang akan diajarkan; (2) diarahkan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam membuat keputusan berdasarkan informasi ilmiah; (3) menjadikan seseorang tanggap terhadap karir pada masa depan; (4) menekankan evaluasi belajar pada kemampuan siswa dalam memperoleh dan menggunakan informasi ilmiah dalam memecahkan masalah (Hidayat,1991, dan Yager,1992). 2. Metode Penelitian Tindakan Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas II3 SMUN 1 Singaraja Semester 1 tahun pelajaran 2002/2003. Objek penelitian ini adalah pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah, miskonsepsi, aktivitas siswa, literasi sains dan teknologi, hasil belajar, dan respon siswa. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam tiga siklus berdasarkan karakteristik materi pelajaran yang dikaji. Prosedur penelitian tindakan kelas ini untuk masing-masing siklus mencakup beberapa tahapan, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap evaluasi tindakan dan tahap refleksi tindakan. ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 255 Siklus ke-1 Pada siklus ke-1 ini dikaji konsep gaya Coulomb, Medan Listrik, dan Potensial Listrik, yang memerlukan waktu pertemuan sebanyak 6 kali. Rincian kegiatan pada masing-masing tahapan penelitian adalah berikut ini. ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 256 1) Tahap Perencanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan meliputi: (1) Peneliti bersama guru secara kolaborasi menyusun rancangan pembelajaran fisika berpendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah, lembar kerja siswa (LKS), instrumen penelitian (pedoman observasi, tes miskonsepsi, tes literasi sains, tes hasil belajar, serta angket respon siswa). (2) Peneliti dan guru secara kolaborasi menyiapkan kunci jawaban semua tes yang akan digunakan dalam penelitian. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksana tindakan di kelas adalah guru fisika Kelas II 3. Kegiatan yang dilaksanakan adalah (1) memberikan orientasi materi pelajaran, sumber wajib, sumber pendamping, model pembelajaran yang akan diterapkan, (2) memberikan pre tes untuk menjaring pengetahuan awal siswak, (3) membagi anggota kelompok dengan anggota 4-5 orang siswa, (4) melaksanakan program pembelajaran yang berpendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah, dan (5) Membahas hasil kerja kelompok melalui presentasi kelompok secara acak bergilir. 3) Observasi/Evaluasi Langkah-langkah observasi/evaluasi adalah berikut ini. Pada setiap pembelajaran, peneliti (1) mengobservasi proses pelaksanaan tindakan dengan berpedoman pada lembaran observasi dan (2) mengevaluasi hasilhasil (miskonsepsi, aktivitas siswa, hasil belajar, literasi sains dan teknologi, serta respon siswa) pada akhir masing-masing siklus. ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 257 4) Refleksi Refleksi dilakukan pada setiap akhir pembelajaran dan pada akhir siklus. Dasar refleksi pada setiap akhir pembelajaran adalah kendalakendala yang dialami siswa dalam pembelajaran fisika berpendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah, baik yang menyangkut pemecahan masalah yang ada pada LKS, alokasi waktu yang tersedia, tingkat kesukaran masalah, metode pemecahan masalah, maupun yang menyangkut kemampuan siswa berinteraksi dengan siswa lain dan guru. Dasar refleksi pada akhir siklus adalah aktivitas siswa secara akumulatif, perubahan persentase miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah, aktivitas siswa, hasil belajar, literasi sains dan teknologi, serta respon siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung. Hasil-hasil refleksi tersebut selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menyempurnakan tahapantahapan penelitian pada siklus ke-2. Pada siklus ke-2, dikaji konsep yang berkaitan dengan kapasitor, dan pada siklus ke-3 ini dikaji konsep arus searah, hukum Ohm, dan hukum Kirchoff. Rincian kegiatan pada masing-masing tahapan penelitian secara garis besarnya sama dengan kegiatan pada siklus sebelumnya. Namun, dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan hasil refleksi sebelumnya. Data tentang miskonsepsi, hasil belajar, literasi sains dan teknologi siswa dikumpulkan dengan metode tes. Data tentang aktivitas siswa dikumpulkan dengan metode observasi, sedangkan data tentang respon siswa dikumpulkan dengan metode kuesioner. Data tentang perubahan miskonsepsi siswa, aktvitas, hasil belajar, literasi sains dan teknologi, dan respon siswa dianalisis secara deskriptif. Kriteria keberhasilan tindakan yaitu bila tercapai perubahan semua miskonsepsi menjadi konsepsi ilmiah, ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 258 kualitas aktivitas siswa dalam katagori aktif, kualitas hasil belajar, literasi sains dan teknologi dan respon siswa dalam kategori baik. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian ini mencakup miskonsepsi, aktivitas siswa, hasil belajar, literasi sains dan teknologi, serta respon siswa. Pada siklus I, ratarata miskonsepsi siswa tentang konsep gaya Coulomb, Medan Listrik, dan Potensial Listrik, proporsinya 75,0%. Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan awal siswa sebagian besar diwarnai miskonsepsi. Setelah diberikan tindakan, proporsi siswa yang miskonsepsi menjadi 42,1%. Dengan demikian, pembelajaran fisika dengan pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis massalah dapat menurunkan proporsi miskonsepsi siswa sebesar 32,9%, namun belum semua miskonsepsi siswa dapat diubah menjadi konsep ilmiah. Hal ini terjadi karena miskonsepsi siswa itu sifatnya resistan. Di samping itu, upaya untuk mengubah miskonsepsi melalui eksperimen belum memberikan hasil optimal. Dari analisis aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus I, diperoleh rata-rata aktivitas siswa yaitu 6,88 dengan kategori cukup aktif, dan rata-rata hasil belajar 6,40 dengan kategori cukup. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Belum tercapainya aktivitas siswa dalam kategori aktif karena siswa belum terbiasa dalam mengemukakan pendapat/ide/pertanyaan, merangkai alat percobaan, melakukan pengamatan/pengukuran, mengumpulkan data, mendiskusikan hasil percobaan (berinteraksi dengan siswa lain, dengan guru). Karena siswa belum aktif secara optimal dalam pembelajaran, peranan guru menjadi dominan dalam hal penggalian isu-isu sosial dan teknologi, merangkai alat, ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 259 penggunaan alat percobaan, dan mencari kaitan antara konsep dan prinsip sains dengan teknologi, dan kaitan sains dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga akan bermuara pada belum optimalnya hasil belajar siswa. Temuan tentang literasi sains dan teknologi siswa pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata literasi sains adalah 7,17 dengan kategori baik. Indikator literasi sains ini mencakup (1) memiliki pengetahuan tentang sains, (2) menggunakan konsep-konsep sains, ketrampilan proses sains, dan nilai-nilai sains, (3) memahami hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat, (4) dapat mengantisipasi dampak-dampak negatif sains dan teknologi. Walaupun kriteria keberhasilan literasi sains dan teknologi telah tercapai, hasil yang dicapai siswa belum optimal dalam menggunakan konsep-konsep sains, keterampilan proses sains, dan nilai-nilai sains, memahami hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat, dan kemampuan siswa dalam mengantisipasi dampak-dampak negatif sains dan teknologi Berdasarkan hasil refleksi terhadap temuan pada siklus I yang mencakup miskonsepsi, aktivitas, dan hasil belajar, belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, dan kualitas literasi sains dan teknologi yang belum optimal, pada siklus II dilakukan perbaikan berupa LKS yang lebih komprehensif yang mencakup strategi pengubahan miskonsepsi, beberapa contoh isu-isu sosial dan teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi, yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengemukakan isu-isu sosial dan teknologi, mengemukakan masalah, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi yang lebih banyak lagi. Di samping itu, petunjuk percobaan disusun agar dapat memfasilitasi siswa untuk bekerja dalam kelompok, sehingga peranan guru yang dominan dapat bergeser menjadi fasilitator. Untuk mengatasi keterbatasan siswa ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 260 dalam keterampilan menggunakan alat percobaan, siswa diberi kesempatan untuk menggunakan alat percobaan di luar jam pelajaran fisika. Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, hasil yang dicapai pada siklus II mengalami peningkatan. Sebelum tindakan rata-rata proporsi miskonsepsi siswa yang berkaitan dengan konsep kapasitor adalah 84,2%. Setelah tindakan rata-rata proporsi siswa yang miskonsepsi adalah 47,5%. Hal ini berarti miskonsepsi yang dapat diperbaiki sebesar 36,7%. Rata-rata nilai aktivitas siswa mengalami peningkatan dari 6,88 menjadi 7,25, dan telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Namun, masih perlu dioptimalkan lagi ketrampilan siswa dalam menggunakan alat percobaan dan ketrampilan siswa mengemukakan pendapat. Temuan tentang hasil belajar mengalami peningkatan dari nilai rata-rata 6,40 menjadi 7,27, literasi sains dan teknologi siswa mengalami peningkatan dari rata-rata 7,17 menjadi 7,62 dan termasuk kategori baik, serta telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Namun, kemampuan siswa masih belum optimal dalam mengidentifikasi isu-isu sosial dan teknologi, masalah-masalah yang terkait dengan materi pembelajaran yang ada di daerahnya serta dampaknya, menggunakan sumber lokal untuk memperoleh informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah, keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Berdasarkan hasil refleksi terhadap temuan pada siklus II yang mencakup beberapa aspek aktivitas yang masih belum optimal, dan beberapa aspek literasi sains dan teknologi yang belum optimal, untuk pelaksanaan siklus II dilakukan perbaikan kembali LKS yang lebih komprehensif yang mencakup beberapa contoh isu-isu sosial dan teknologi, ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 261 serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi, yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengemukakan isu-isu sosial dan teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi yang lebih banyak lagi. Di samping itu, siswa diberi kesempatan untuk menggali isuisu sosial dan teknologi, serta kaitan antara sains dengan masyarakat dan teknologi di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan berikutnya. Dalam mengatasi keterbatasan siswa dalam keterampilan menggunakan alat percobaan, maka siswa diberi kesempatan untuk menggunakan alat percobaan di luar jam pelajaran fisika dan diberi bimbingan yang optimal. Setelah dilakukan perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus II, hasil yang dicapai pada siklus III mengalami peningkatan. Sebelum tindakan, rata-rata proporsi miskonsepsi siswa yang berkaitan dengan arus listrik, hukum Ohm, dan hukum Kirchoff adalah 67,4%. Setelah tindakan rata-rata proporsi miskonsepsi siswa adalah 40,4%. Hal ini berarti rata-rata proporsi miskonsepsi siswa dapat diperbaiki sebesar 27,4%. Ditinjau dari segi aktivitas, rata-rata aktivitas siswa mengalami peningkatan dari 7,25 menjadi 7,88 dan termasuk kategori aktif serta telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Temuan tentang hasil belajar mengalami peningkatan dari 7,27 menjadi 7,43, literasi sains dan teknologi siswa mengalami peningkatan dari 7,64 menjadi 7,73 dan termasuk kategori baik, serta telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Adanya perubahan proporsi miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah menunjukkan implementasi pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah dapat mengubah miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah. Demikian pula dengan terjadinya peningkatan rata-rata aktivitas, hasil belajar, literasi sains dan teknologi siswa dari siklus I sampai dengan siklus III. Ini berarti, implementasi pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 262 dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar, literasi sains dan teknologi siswa. Peningkatan aktivitas, literasi sains dan teknologi terjadi karena pembelajaran fisika dengan pendekatan STM berstrategi belajar berbasis masalah dapat menciptakan iklim yang kondusif dalam pembelajaran fisika, memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif untuk mengidentifikasi masalah, isu-isu sosial dan teknologi yang ada di daerahnya serta dampaknya, menggunakan sumber lokal (manusia dan material) untuk memperoleh informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah, keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan nyata, keterlibatan siswa secara aktif dalam mengemukakan pendapat, melakukan percobaan, serta penekanan pada ketrampilan proses yang dapat digunakan siswa dalam memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan temuan Sadia dkk., (2001), dan Sujanem dkk., (2000) yang mengungkapkan bahwa implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran fisika di SMU dapat menurunkan proporsi miskonsepsi siswa, meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran fisika dengan pendekatan STM termasuk kategori baik. Dari sebaran respon siswa terungkap bahwa siswa memiliki sikap dan persepsi positif terhadap pembelajaran fisika dengan pendekatan STM berstrategi belajar berbasis masalah. Secara terbuka siswa menyatakan responnya terhadap pembelajaan adalah : sangat setuju dengan pendekatan STM berstrategi belajar berbasis masalah, lebih menarik karena materi pelajaran dikaitkan dengan masalah, isu-isu sosial dan teknologi yang ada di masyarakat, sehingga pelajaran menjadi bermakna, lebih mudah dipahami, lebih termotivasi, kesempatan mengemukakan pendapat sangat banyak. Melalui kegiatan laboratorium ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 263 siswa dapat terlibat secara aktif mengamati, mengumpulkan data, menginterpretasi serta membuat kesimpulan, sehingga wawasan siswa menjadi lebih bertambah. Pengetahuan yang didapatkan siswa lebih lama diingat karena siswa sendiri yang menemukan konsep-konsep melalui percobaan. 4. Penutup Berdasarkan hasil analisis data dan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan berikut ini. (1) Implementasi pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah dapat mengubah sebagian besar miskonsepsi siswa menjadi konsep ilmiah, dan sebagian lagi bersifat resisten (bertahan). (2) Implementasi pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah dapat meningkatkan kualitas aktivitas siswa yaitu dari kategori cukup aktif pada siklus I menjadi kategori aktif pada siklus II dan III. (3) Implementasi pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dari kategori cukup pada siklus I menjadi kategori baik pada siklus II dan III. (4) Implementasi pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah dapat meningkatkan kualitas literasi sains dan teknologi siswa yaitu dari kategori cukup pada siklus I menjadi kategori baik pada siklus II dan III. (5) Respon siswa terhadap pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah dalam pemvbelajaran fisika termasuk kategori baik. Berdasarkan temuan-temuan yang telah dikemukakan di atas disarankan agar para guru fisika SMU Negeri 1 Singaraja mencoba menerapkan pendekatan STM dengan strategi belajar berbasis masalah dalam pembelajaran fisika sebagai alternatif untuk mengubah miskonsepsi, meningkatkan aktivitas siswa, hasil belajar, literasi sains dan teknologi, serta untuk meningkatkan respon siswa dalam pembelajaran fisika. ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 264 DAFTAR PUSTAKA Barrows, H.S. 1996. Problem-Based Learning in Medicine an Beyond: a Brief Overvie. The Direction for Teaching and Learning No. 68. p. 3-12. Jossey Bass Publisher. Hidayat, Eddy.M. 1996. Sains-Teknologi-Masyarakat. Makalah disampaikan dalam Seminar Literasi Sains dan Teknologi Siswa Pendidikan Dasar, tanggal 13 Agustus 1996 di Jakarta. Gijselaers, W.H.1996. Connecting Problem-Based Practices with Educational Theory. Ne Diection ffor Teaching and Learning No. 68. p. 13-21.Jossey Bass Publisher. Roy, R. 1985. The Science/Technology/Society Conection. Curriculum Review. 24(3) Sadia, W., Wirtha, M. & Sujanem, R. 2001. Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berpendekatan Sains Teknologi Masyarakat Untuk Meningkatkan Literasi Sains dan teknologi Siswa SMUN Singaraja. Laporan Penelitian Program Due-Like 2001. IKIP Negeri Singaraja. Sujanem, R., Pujani, N.M., Rapi, I.K., & Ngurah, A.A.G. 2000. Penerapan Bahan Ajar yang berwawasan Pendekatan STM sebagai Upaya untuk Meningkatakan Kualitas Pembelajaran Praktikum Fisika Dasar, Sikap Ilmiah, Litrasi Sains dan Teknologi Mahasiswa Jurusan Pend. MIPA STKIP Singaraja. Laporan Penelitian STKIP Singaraja. P3M STKIP Singaraja. Van den Berg, Euwe. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remidiasi. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana. ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006 ISSN 0215 - 8250 265 Yager, R.E. 1992. The STS Aproach Parallels Constructivist Practice. Science Education International, Vol.3, No. 2. hal 1-13. ______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXIX April 2006