pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah

advertisement
PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PENGAJIAN
YASINAN TERHADAP IBADAH DAN PERILAKU SOSIAL
BAGI MASYARAKAT DI SUB INTI KELURAHAN
TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO
KOTA SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh :
MUSTAQIMAH
NIM. 11108119
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2012
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
‫أﻄﻟﺑوا اﻟﻌﻟم وﻟو ﺑﺎﻟﺼﯾن ﻓﺎن ﻄﻟب اﻟﻌﻟم ﻓرﯿﺿﺔ ﻋﻟﻰ ﻛﻞ ﻣﺳﻟم وﻣﺳﻟﻣﺔ‬
“Carilah Ilmu walau sampai ke negeri Cina. Sesungguhnya mencari ilmu itu
kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan”.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahakan kepada:
1. Bapak ibu tercinta yang selalu mendidik dan
mengasuh anak-anaknya
2. Kakak,
adikku
tersayang
yang
selalu
menemaniku dan memberi motivasi agar
menjadi orang sukses
3. Sahabat-sahabat
dan
khususnya kelas PAI D
v
teman-temanku
KATA PENGANTAR
   
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin dan penyelamat dalam
mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat nanti.
Tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Ketua STAIN Salatiga
2. Dr. M. Zulfa M. Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulisan
skripsi ini
3. Bapak dan ibu dosen yang telah banyak memberikan jasanya dalam
mendidik penulis dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga
4. Bapak Lurah Sub Inti beserta stafnya dan ketua pengajian yasinan beserta
jamaahnya yang telah memberikan ijin dan bantuan pada pelaksanaan
penelitian kepada penulis
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga
selesainya penyusunan skripsi ini
Semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan
mendapat balasan dari Allah SWT.
vi
vii
ABSTRAK
Mustaqimah. 2012. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan terhadap Ibadah
dan Perilaku Sosial bagi Masyarakat Sub Inti, Keluraha Tegalrejo, Kecamatan
Argomulyo. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Zulfa M.
Ag.
Kata kunci: pengajian yasinan, ibadah dan perilaku sosial masyarakat
Permasalahan yang diajuan dalam penelitian ini adalah bagaimana intensitas
mengikuti pengajian yasinan, bagaimana ibadah masyaraat, bagaimana perilau sosial
masyarakat, adakah pengaruh intensitas pengajian yasinan terhadap ibadah, dan adakah
pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial masyarakat
Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo.
Dalam penelitin ini terdapat beberapa tujuan penelitian diantaranya untuk
mengetahui intensitas mengikuti pengajian yasinan, untuk mengetahui ibadah, untuk
mengetahui perilaku sosial, untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengajian
yasinan terhadap ibadah dan untuk mengetahui pengaruh intensitas mengiuti pengajian
yasinan terhadap perilaku sosial masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamata
Argomulyo.
Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis menggunakan analisa data kuantitatif.
Sedangkan metode yang digunaan penulis adalah metode kuesioner/anget dan
dokumentasi.
Sebagai analisis data penelitian ini, penulis menggunakan analisis data
kuantitatif dengan menggunakan 3 tahap yaitu analisa petama menghasilkan bahwa
intensitas mengikuti pengajian yasinan termasuk kategori sedang (B) pada prosentase
37%, sedang hasil ibadah masyarakat termasuk pada kategori sedang (B) dengan
prosentase 43%, dan pada perilaku sosial masyarakat termasuk kategori tinggi (A) pada
prosentase 50%. Analisis kedua menggunakan tekhnik korelasik Product Moment,
tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah diperoleh rxy1
sebesar 0,483, sedangkan tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan
terhadap perilaku sosial diperoleh rxy2 sebesar 0,499. Pembahasan dengan konsultasi
kepada rtabel Product Moment dengan N = 30 pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai
0,361 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,463, dengan demikian dapat diketahui
bahwa pada taraf signifikan 5% dan 1% terdapat hubungan positif yang signifikan antara
intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengajian yasinan dijadikan
tempat untuk menuntut ilmu bagi masyarakat Sub Inti yang bermanfaat bagi perubahan
ibadah dan perilaku sosial. Sehingga semakin aktif dalam pengajian semakin tinggi
ibadahnya dan semakin baik perilaku sosialnya.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................
i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................
ii
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................
v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................
vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................
vii
HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................
ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ........................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................
4
C. Tujuan Penelitian..................................................
5
D. Hipotesis Penelitian ..............................................
6
E. Manfaat Penelitian ................................................
6
F. Definisi Operasional .............................................
7
G. Metodologi Penelitian...........................................
10
H. Sistematika Penulisan ...........................................
14
ix
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan ...............
16
1. Pengertian Pengajian Yasinan .........................
16
2. Tujuan Pengajian Yasinan ..............................
18
3. Fungsi dan Peran Pengajian Yasinan ...............
19
4. Hukum
Mendatangi
dan
Mendengarkan
Pengajian Yasinan ..........................................
20
B. Ibadah ..................................................................
21
1. Pengertian Ibadah ...........................................
21
2. Bentuk Ibadah.................................................
22
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibadah ......
50
C. Perilaku Sosial ......................................................
51
1. Pengertian Perilaku Sosial ..............................
51
2. Bentuk Perilaku Sosial ....................................
52
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Sosial ..............................................................
54
D. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan
terhadapIbadah .....................................................
55
E. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan
terhadap Perilaku Sosial .......................................
x
56
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. . Gambaran Umum Daerah Sub Inti Kelurahan
Tegalrejo Kecamata Argomulyo Kota Salatiga .....
58
1. Letak Geografis ..............................................
58
2. Monografi Penduduk ......................................
58
B. Gambaran Umum Pengajian Yasinan di Sub Inti
Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota
BAB IV
BAB V
Salatiga ................................................................
62
C. Penyajian Data .....................................................
63
1. Daftar Nama Jamaah Pengajian ......................
63
2. Hasil Jawaban Angket ....................................
66
ANALISA DATA
A. Analisa Pertama....................................................
74
B. Analisa Kedua ......................................................
88
C. Pembahasan..........................................................
92
PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................
94
B. Saran-saran ...........................................................
95
C. Penutup ................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Daftara Penduduk Menurut Mata Pencaharian .............................
59
2. Daftar Penduduk Menurut Agama ...............................................
60
3. Struktur Organisasi Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo
Kota Salatiga ...............................................................................
61
4. Daftar Pengisi Tausiah Pengajian Yasinan ...................................
63
5. Daftar Nama Responden Jamaah Pengajian Yasinan ....................
64
6. Struktur Organisasi Pengajian Yasinan ........................................
65
7. Jawaban Angket Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan ............
66
8. Jawaban Angket tentang Ibadah ..................................................
69
9. Jawaban Angket tentang Perilaku Sosial ......................................
72
10. Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan.......................................
75
11. Frekuensi dan Prosentase Intensitas mengikuti Pengajian Yasinan
79
12. Ibadah .........................................................................................
79
13. Frekuensi dan Prosentase Ibadah .................................................
84
14. Perilaku Sosial .............................................................................
84
15. Frekuensi dan Prosentase Perilaku Sosial .....................................
87
16. Pembantu Analisis Product Moment Ibadah .................................
88
17. Pembantu Analisis Product Moment Perilaku Sosial ....................
90
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama
Islam
merupakan
ajaran
yang
diturunkan
Nabi
Muhammad SAW kepada umat manusia sabagai petunjuk dari Allah yang
dapat membimbing dan mengarahkan manusia menjadi seorang muslim yang
mulia. Maka agama Islam itu ikut berperan dalam pembentukan moral, akhlak,
dan etika bagi semua manusia, sampai terbentuknya masyarakat yang
berakhlak mulia dan berpedoman pada Al Qur‟an dan Hadis. Dalam
mewujudkannya
dilakukan
melalui
sistem
pendidikan
yang
akan
menumbuhkan suatu peradaban. Masyarakat yang beradab adalah masyarakat
yang berpendidikan, untuk memperolehnya melalui pendidikan formal, informal dan non-formal.
Kemajuan
teknologi
yang
begitu
cepat
mempermudah
masyarakat dalam mendapatkan lembaga pendidikan dari pemerintah maupun
swasta. Tetapi dengan semakin banyaknya sekolah yang berbasis teknologi
tidak seimbang dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan.
Sehingga
masyarakat cenderung hanya memikirkan hal-hal yang bersifat
keduniawian
saja
yang
menyebabkan
nilai-nilai
agama
lama-lama
menghilang. Kondisi masyarakat yang demikian cenderung mengabaikan
nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, dimana dijelaskan dalam
Al Quran yang berbunyi:
1
  




    



   
. . .  
Artinya: “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan
manusia…” (Q.S Ali Imron :112)
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena dapat
mengubah perilaku manusia. Dalam ajaran agama Islam terdapat perintah
untuk menuntut ilmu bagi setiap manusia dari buaian sampai keliang lahat.
Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama, maka lembaga
pendidikan yang bermunculan di masyarakat merupakah hal yang mutlak
keberadaannya. Lembaga itu seperti Majelis Ta‟lim yang merupakan lembaga
Islam yang mengajarkan pendidikan melalui pengajian yang dapat menambah
ilmu, meningkatkan iman, ketaqwaan kepada Allah SWT dan saling mengenal
serta sebagai alat pemersatu antara warga. Selain itu juga sebagai lembaga
yang dapat mengantisipasi berbagai hal yang negatif akibat pengaruh ilmu dan
teknologi yang semakin maju.
Kegiatan dalam keberagamaan merupakan rancangan yang dapat
mempengaruhi perubahan perilaku seseorang dan mempersiapkan masyarakat
di masa depan. Bagi keluarga yang sadar akan pentingnya agama, maka
mereka akan selalu terdorong untuk mengikuti kegiatan tersebut. Akan tetapi
2
bagi keluarga yang acuh terhadap agama, maka mereka cenderung akan
meninggalkan kegiatan agama tersebut. Sehingga pengajian berperan penting
bagi masyarakat.
Masyarakat Islam pada umumnya mempunyai tanggung jawab
pribadi masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi mereka juga
tidak melupakan tanggung jawab sosial terhadap solidaritas dan bekerja sama
dalam menjaga kebaikan. Karena masyarakat berperan sangat penting dalam
perubahan
masing-masing
orang
baik
dari
perilakunya
dan
jalan
pemikirannya, karena manusia diciptakan Allah sebagi makhluk yang paling
sempurna dari makhluk lain. Selain sebagai makhluk individu manusia juga
sebagai makhluk sosial yang hidupnya selalu berdampingan dan selalu rukun
serta harmonis. Maka diharapkan masyarakat supaya sadar akan pentingnya
menuntut ilmu yang bisa membawa perubahan di segala perilaku baik dalam
ibadah maupun perilaku sosial, sehingga tercapai masyarakat yang harmonis.
Kegiatan pengajian,
hendaknya
terus dikembangkan dan
dijadikan sebagai rutinitas. Dimana tidak hanya membaca surat yasin dan
tahlil serta kajian ilmu agama saja tetapi dapat diberikan tambahan untuk
bertanya jawab. Pada umumnya jamaah pengajian itu adalah ibu rumah tangga
akan tetapi sebaiknya juga dapat diberikan kepada bapak-bapak dan remaja.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul penelitiannya adalah:
“PENGARUH
INTENSITAS
MENGIKUTI
PENGAJIAN
YASINAN
TERHADAP IBADAH DAN PERILAKU SOSIAL BAGI MASYARAKAT
3
SUB INTI KELURAHAN TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO
KOTA SALATIGA TAHUN 2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu “Adakah Pengaruh Intensitas
Mengikuti Pengajian Yasinan terhadap Ibadah dan Perilaku Sosial bagi
Masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga tahun 2012?”.
Rumusan masalah penelitian tersebut dapat dirinci ke dalam
beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah intensitas mengikuti pengajian yasinan bagi masyarakat
Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun
2012?
2. Bagaimanakah
ibadah
masyarakat
Sub
Inti
Kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012?
3. Bagaimanakah perilaku sosial masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012?
4. Adakah pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah
bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo
Kota Salatiga tahun 2012?
5. Adakah pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku
sosial bagi masyarakatat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012?
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan
informasi tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap
ibadah dan perilaku sosial bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012. Adapun tujuan khusus
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui
intensitas
mengikuti
pengajian
yasinan
bagi
masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga tahun 2012.
2. Untuk mengetahui ibadah masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012.
3. Untuk mengetahui perilaku sosial masyarakat Sub Inti Kelurahan
Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012.
4. Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan
terhadap ibadah bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012.
5. Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan
terhadap perilaku sosial bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012.
5
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang
kebenarannya masih perlu dibuktikan melalui kegiatan penelitian dilapangan
(Hadi, 1983:63). Hipotesis ini bisa diterima jika faktanya menunjukkan
kebenaran dan bisa salah jika faktanya tidak menunjukkan kebenaran. Selama
penelitian dilakukan, maka peneliti membuat hipotesis ialah adanya pengaruh
yang positif pada intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan
perilaku sosial bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga, artinya semakin tinggi intensitas masyarakat
mengikuti pengajian yasinan semakin baik ibadah dan perilaku sosial
masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian dapat dijadikan studi lanjut dan bahan kajian
menuju pengembangan kegiatan yasinan yang mendekati pertimbanganpertimbangan kontekstual dan konseptual serta kultur yang semakin
kompleks sekarang ini. Pembahasan tentang pengaruh intensitas mengikuti
pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial tidak terpisahkan
dari syariat agama yang akan menjadi pendorong dalam pembahasan.
6
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian secara praktis diharapkan dapat
memiliki kemanfaatan sebagai berikut :
a. Sebagai masukan bagi warga Sub Inti mengenai intensitas mengikuti
pengajian yasinan dalam upaya untuk meningkatkan ibadah dan
periaku sosial pada masyarakat serta memperkuat ukuwah islamiyah.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi semua warga dalam meningkatkan
ibadah dan
perilaku
sosial
melalui
pengajian
yasinan
yang
diselenggarakan setiap minggu.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal
untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang intensitas mengikuti
pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial bagi masyarakat
luas.
F. Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk menjelaskan makna variabel
yang sedang di teliti. Adapun definisi operasional variabel penelitian diuraikan
sebagai berikut:
1. Intensitas mengikuti pengajian yasinan
a. Intensitas adalah
keadaan (tingkatan, ukuran) intensnya (kuatnya,
hebatnya, bergeloranya, dsb) (Depdiknas,1998:335).
7
b. Mengikuti adalah menurutkan, turut belajar atau mendengarkan, dan
memperhatikan baik-baik
(Depdiknas,2007:422). Jadi
mengikuti
mepengajian adalah terjun langsung dalam kegiatan pengajian dari awal
sampai penutupan acara yang diselenggarakan.
c. Pengajian menurut bahasa Arab disebut ta‟liman yang artinya hal
mengajar atau melatih (Yunus,1989:278). Jadi pengajian adalah tempat
yang didalamnya terdapat proses melatih, mengajar atau pengajaran
bagi para jamaah untuk mempelajari dan mendalami agama islam.
d. Yasin merupakan salah satu Firman Allah yang terdiri dari 83 ayat dan
termasuk golongan surat Makiyyah (Katsir,2006:411).
e. Pengajian yasinan adalah tempat mempelajari dan mendalami agama
Islam dengan cara membaca surat Yasin bersama-sama serta untuk
mendoakan orang yang telah meninggal dunia.
Adapun indikator intensitas mengikuti kegiatan pengajian yasinan
antara lain :
1). Waktu kegiatannya.
2). Seringnya mengikuti pengajian.
3). Kesungguhan dalam mengikuti pengajian.
4). Kesenangan dalam mengikuti pengajian.
2. Ibadah
Kata ibadah menurut bahasa adalah taat, tunduk, merendahkan
diri dan menghambakan diri. Ibnu Taimiyah memberi pengertian ibadah
menurut istilah syara‟ dengan tunduk dan cinta, yaitu tunduk mutlak
8
kepada Allah disertai cinta sepenuhnya kepada-Nya (Basyir,200:11). Arti
dari ibadah adalah penyembahan seorang hamba kepada Tuhannya yang
dilakukan dengan merendahkan diri serendah-rendahnya dengan hati yang
ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan oleh agama (Slamet Abidan dan
Moh. Suyono MS,1998:11). Disini dititk beratkan pada hubungan manusia
dengan Allah yang meliputi shalat, zakat, puasa, haji dan membaca Al
Qur‟an.
Adapun indikator ibadah antara lain :
a. Ketepatan waktu melaksanakan ibadah
b. Keaktifan melaksanakan ibadah.
c. Kebenaran dalam melaksanakan ibadah.
d. Keikhlasan dalam menjalankan ibadah.
3. Perilaku sosial bagi masyarakat
a. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan
atau lingkungan (Depdiknas, 2007: 859).
b. Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat (Depdiknas, 2007: 1085).
c. Perilaku sosial adalah cara berbuat atau menjalankan sesuatu sesuai
dengan sifat yang layak bagi manusia (Poerwodarminto, 1976: 553).
Adapun indikator perilaku sosial antara lain :
1). Menjalin hubungan baik dengan sesama.
2). Kesopanan dalam pergaulan dengan orang lain
3). Kepedulian terhadap orang lain
9
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode survey dengan
pendekatan penelitian kuantitatif. Karena pendekatan kuantitatif adalah
suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma
postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran
tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, dan pengujian
teori), menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survey
yang memerlukan data statistik.
Rancangan penelitian ini menerapkan bahwa pengaruh intensitas
mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial.
Dipilihnya rancangan antalitas bermaksud nilai-nilai ajaran agama dapat
diterima dan diterapakan oleh anggota jamaah pengajian dalam
kehidupannya sehari-hari.
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Objek penelitiannya adalah jamaah
pengajian.
Waktu penelitian sejak penyusunan proposal sampai selesai
membuat skripsi.
10
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010:61). Populasi adalah keseluruhan
objek peneliti (Arikunto, 1991: 102). Adapun populasi adalah totalitas
semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran,
kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatsifatnya. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh jamaah
pengajian Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga sebanyak kurang lebih 30 orang.
b. Sampel
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2010:62). Arikunto (1991:104)
mengatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang diteliti.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang
diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.
Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto (1991:107)
mengemukakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek
11
kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya jika
subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau
lebih.
Memperhatikan pernyataan diatas, karena jumlah yang
mengikuti kegiatan hanya 30 orang sehingga kurang dari 100, maka
penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan penelitian
populasi sehingga semua diambil untuk diteliti.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Kuesioner / Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,1991:124). Metode
angket dilakukan pengumpulan data dengan jalan mengedarkan daftar
pertanyaan berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada
sejumlah warga yang mengikuti pengajian yasinan di Sub Inti untuk
mendapatkan
jawaban
tertentu.
Metode
ini
digunakan
untuk
mengumpulkan data tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian
yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial masyarakat.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara memperoleh data mengenai
variabel yang berupa buku, catatan, transkip, surat kabar, majalah dan
agenda. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi
12
dan keadaan masyarakat Sub Inti, agamanya, dan sarana prasarana
yang dimiliki dalam kegiatan keagamaan.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data penelitian adalah alat bantu yang di
pilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah (Arikunto,1990:206).
Dalam instrumen ini menggunakan metode pengumpulan data
berupa lembar angket untuk memperoleh jawaban. Angket terdiri dari tiga
variabel yaitu angket yang pertama angket tentang intensitas mengikuti
pengajian yasinan, angket yang kedua tentang ibadah dan angket yang
ketiga tentang perilaku sosial.
6. Analisis Data
Untuk
menganalisis
data
penulis
menggunakan
analisis
deskriptif, yaitu S, mula-mula data yang terkumpul disusun, dijelaskan dan
kemudian dianalisis dengan teknik prosentase untuk mengetahui gejala
yang muncul.
a. Analisis pertama
Pada tahap ini digunakan penghitungan awal untuk tujuan
penelitian yang pertama dan kedua maka penulis menggunakan
prosentase. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan :
P = Prosentase
13
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
b. Analisis kedua
Dalam meneliti subjek penelitian, penulis membagi kedalam
tiga variabel yaitu intensitas mengikuti pengajian yasinan, ibadah, dan
perilaku sosial maka penulis menggunakan rumus korelasi product
moment. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
XY = Produk dari X kali Y
X = Variabel skor 1
Y = Variabel skor 2
N = Jumlah responden
H. Sestematika Penulisan
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematikanya
dapat dijabarkan sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian,
definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II, Kajian Pustaka yang meliputi :
14
A. Intensitas mengikuti pengajian yasinan terdiri dari pengertian pengajian
yasinan, tujuan pengajian yasinan, fungsi dan peranan pengajian yasinan,
dan hukum mendatangi dan mendengarkan pengajian yasinan.
B. Ibadah terdiri dari pengertian ibadah, bentuk ibadah dan faktor yang
mempengaruhi ibadah.
C. Perilaku sosial terdiri dari pengertian perilaku sosial, bentuk perilaku
sosial dan faktor yang mempengaruhi perilaku sosial.
D. Pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah bagi
masyarakat.
E. Pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial
bagi masyarakat.
Bab III, Hasil Penelitian yang meliputi gambaran umum kondisi
Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, gambaran
umum pengajian Yasinan Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga dan penyajiyan data.
Bab IV, Analisis Data yang meliputi analisis pertama, analisis
kedua dan pembahasan.
Bab V, Penutup yang meliputi kesimpulan, saran dan penutup.
Bagian terakhir dari skripsi berisi tentang daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan
1. Pengertian Pengajian Yasinan
Pengajian menurut bahasa Arab disebut ta‟liman yang artinya hal
mengajar atau melatih (Yunus, 1989:278). Menurut Poerwadarminta
(2006:508), pengajian berasal dari kata kaji yang artinya pelajaran
(terutama dalam hal agama), penyelidikan (dengan pikiran). Jadi pengajian
adalah tempat yang didalamnya terdapat proses melatih, mengajar atau
pengajaran bagi para jamaah untuk mempelajari dan mendalami agama
islam, seperti yang diperintahkan oleh Allah dalam firmannya yang
berbunyi:
   


  
   
   
    
 
 
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
16
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk”. (QS An Nahl, 16:125).
Didalam Al Qur‟an terdapat surat-surat dan ayat-ayat yang
dianjurkan untuk membacanya karena keutamaannya salah satunya yaitu
surat Yasin. Menurut Katsier (2006:411), surat Yasin merupakan salah
satu Firman Allah yang terdiri dari 83 ayat dan termasuk golongan surat
Makiyyah.
Bacaan surat Yasin yang dibaca dalam acara pengajian, dapat
diambil pelajaran-pelajaran yang terkandung di dalamnya, dan menjadi
acuan untuk memotivasi beramal yang sholeh, sebagaiman dijelaskan
dalam hadis yang berbunyi:
﴾‫ ﻘﺍﻝ ﺍﻟﻨ ﺒﻰ ﺼﻟﻰ ﺍﻟﻟﻪ ﻋﻟﻴﻪ ﻭﺴﻟﻢ " ﺍﻘﺮﺆﺍ ﴿ ﻴﺲ‬: ‫ﻋﻦ ﻤﻌﻘﻝ ﺑﻦ ﻴﺴﺍﺮ ﻘﺍﻝ‬
)‫ﻋﻟﻰ ﻤﻭﺗﺍﻛﻡ " (ﺮﻭﺍﻩ ﺍﺒﻭﺪﺍﻭ‬
Artinya: “Dari Ma‟qil berkata: Bani Yusra berkata kepada Nabi SAW:
Bacalah kamu yasiin (surat yasin) atas kematianmu / menjelang mati".
(HR. Abu Daud)
Pengajian yasinan sudah menjadi sebuah tradisi dalam kalangan
masyarakat, yang mana biasanya terdiri dari ibu-ibu rumah tangga. Dalam
acara pengajian tidak hanya membaca surat Yasin yang kemudian
dilanjutkan membaca tahlil untuk mendoakan orang yang telah meninggal
dunia.
Adapun bacaan tahlil yang diucapkan para jama‟ah dalam acara
pengajian rutin, bertujuan untuk melatih para jama‟ah agar terbiasa dan
17
lancar dalam mengucapkan lafal “laailahaillallah”, dengan harapan agar
diakhir hayatnya dapat mengucapkan lafal tersebut dan berharap
meninggalnya kelak dalam keadaan khusnul khotimah dan dapat
dimasukkan disurga, berdasarkan hadis yang berbunyi:
‫ ﻘﺍﻞ ﺮﺴﻭﻞ ﺍﻠﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺴﻠﻢ " ﻤﻦ ﻜﺍﻦ ﺍﺨﺮ‬: ‫ ﻘﺍﻞ‬, ‫ﻋﻦ ﻤﻌﺍﺬ ﺒﻦ ﺠﺒﻞ‬
)‫ﻜﻼﻤﻪ ﻻ ﺇﻠﻪ ﺇﻻ ﺍﻠﻠﻪ ﺪﺨﻞ ﺍﻠﺠﻨﺔ " (ﺮﻭﺍﻩ ﺍﺒﻭﺪﺍﻭﺪ‬
Artinya: “Dari Mua‟azd bin Jabal, berkata: bersabda Rasulullah SAW
barang siapa pada akhir hayatnya menghembuskan nafas terakhir dapat
mengucap lafal laailahaillallah dia masuk surga”. (HR. Abu Daud)
Jadi
pengajian
yasinan adalah tempat
mempelajari
dan
mendalami agama Islam dengan cara membaca surat Yasin dilanjutkan
tahlil secara bersama-sama dalam rangka untuk mendoakan orang yang
telah meninggal dunia yang dipimpin oleh seseorang yang dianggap telah
faham tentang isi bacaan tersebut.
2. Tujuan Pengajian Yasinan
Pengajian merupakan salah satu bentuk dakwah dan termasuk
organisasi pendidikan non-formal yang bercirikan agama Islam. Proses
penyelenggaraannya dalam rangka mencapai suatu nilai tertentu yang
disebut tujuan. Karena tanpa tujuan suatu kegiatan takkan berarti apa-apa
dan sia-sia. Sehingga kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang dijadikan
sebagai pedoman atau arahan bagi gerak dan langkahnya.
18
Berkaitan dengan hal tersebut, Kustini (2007:35) menyatakan sebagai
berikut:
Dakwah Islam yang berdasarkan Al Quran dan Hadits
pada hakekatnya memiliki tujuan untuk mengubah orang atau
situasi kearah yang lebih baik dengan cara menanamkan ajaran
agama islam untuk dijadikan pedoman hidup, baik bagi individu
maupun masyarakat dan untuk menciptakan kehidupan yang
islami baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun
budaya.
Sedangkan pendapat lain, Amin (1997:16) menyatakan sebagai berikut:
Tujuan untuk masyarakat yaitu terbentuknya
masyarakat sejahtera yang penuh dengan suasana keislaman.
Suatu masyarakat dimana anggota-anggota mematuhi peraturanperaturan yang telah disyariatkan oleh Allah swt, baik yang
berkaitan antara hubungan manusia dengan tuhannya, manusia
dengan sesamanya, maupun manusia dengan alam sekitarnya,
saling Bantu-membantu, penuh rasa persaudaraan, persamaan
dan senasib sepenanggungan.
Jadi tujuan dilaksanakannya kegiatan tersebut dalam rangka
pembinaan jamaah yasinan, maka masyarakat diharapkan dalam menjalani
kehidupan ini dapat mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
3. Fungsi dan Peranan Pengajian Yasinan
Mengenai fungsi dan peranannya tidak lepas dari pada
kedudukannya sebagai alat dan sekaligus media pembinaan kesadaran
beragama (Depag RI, 1986:107). Dimana masyarakat saat ini sedang
menghadapi berbagai tantangan baru yang bersumber pada ide-ide yang
disebut modernisasi. Sikap masyarakat dalam memahami dan menghayati
ide tersebut harus dapat diseleksi secara agamis, sehingga tidak berdampak
merusak terhadap nilai-nilai agamis yang telah berlangsung saat ini.
Karena ide modernisasi akan berpengaruh pada perubahan susunan
19
kemasyarakatan dari masyarakat pramodern ke masyarakat modern, yang
mana perubahannya sangat cepat sehingga berdampak juga pada proses
dakwah Islam di kalangan masyarakat yaitu cara pandang, cara berfikir
cara bertindak.
Sehubungan dengan hal tersebut, Arifin (1991:120) menyatakan perannya
sebagai berikut:
…Mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia
pada khususnya di bidang mental-spiritual keagamaan Islam
dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya bersama
(simultang), sesuai tuntunan ajaran agama Islam yaitu iman dan
taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang
kegiatannya.
Sedangkan fungsinya sebagai berikut:
a. Sebagai salah satu tempat dakwah dalam penyebaran agama Islam.
b. Sebagai alat untuk pemersatu antara sesama muslim.
c. Sebagai tempat menambah ilmu agama secara non formal.
d. Sebagai alat untuk mempererat tali silaturrahmi antara sesama muslim
4. Hukum Mendatangi dan Mendengarkan Pengajian Yasinan
Ajaran agama Islam menganjurkan bagi setiap muslim untuk
berusaha memperdalam pengetahuanya tentang agama, sesuai dengan
kemampuannya,
dan
dilakukan
sepanjang
hidupnya.
Untuk
mewujudkannya dapat melalui kegiatan keberagamaan seperti pengajian
yasinan, sehingga hukum mendatangi dan mendengarkan pengajian
yasinan itu diperbolehkan.
Menurut Siswanto (2005:16), orang yang beriman dan memiliki
pengetahuan adalah manusia yang memiliki nilai lebih, karena itu mereka
20
layak memperoleh derajat disisi Tuhan-nya. Dalam firman Allah yang
berbunyi:


   
  






















 
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
„Berlapang-lapanglah dalam majlis‟, Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: „Berdirilah
kamu‟, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS. Mujadilah:11)
Untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama tidak hanya di
lembaga pendidikan formal saja, akan tetapi bisa juga di lembaga
pendidikan non formal seperti mengikuti pengajian. Apabila sering
21
mengikuti kegiatan keberagamaan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan
ketakwaan kita kepada Allah SWT.
B. Ibadah
1. Pengertian Ibadah
Kata ibadah menurut bahasa adalah taat, tunduk, merendahkan
diri dan menghambakan diri. Ibnu Taimiyah memberi pengertian ibadah
menurut istilah syara‟ dengan tunduk dan cinta, yaitu tunduk mutlak
kepada Allah disertai cinta sepenuhnya kepada-Nya (Basyir, 2001:11).
Arti dari ibadah adalah penyembahan seorang hamba kepada
Tuhannya yang dilakukan dengan merendahkan diri serendah-rendahnya
dengan hati yang ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan oleh agama
(Slamet Abidan dan Moh. Suyono, 1998:11).
2. Bentuk Ibadah
Dalam Islam macam ibadah dibagi dua antara lain:
a. Ibadah umum
Ibadah ditegaskan dalam firman Allah yang berbunyi:



   
Artinya: “Tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz Dzaariyaat 51:56)
Penegasan dalam ayat tersebut bahwa ibadah bukan hanya
berupa shalat, zakat, dan haji seperti yang diketahui banyak orang.
Akan tetapi ibadah mempunyai arti yang cukup luas, yaitu menjalani
kehidupan untuk memperolah keridhaan Allah dengam mentaati
22
syariat-Nya. Dengan demikian semua perbuatan yang diizinkan Allah
bila dikerjakan dengan tujuan memperoleh keridhaan Allah merupakan
ibadah. Tetapi Islam juga tidak membenarkan jika seseorang
menghabiskan waktu hanya untuk melakukan ibadah khusus
mengabaikan ibadah yang umum. Adapun diantaranya ibadah umum
itu seperti menunaikan hak diri pribadi seperti makan, minum dan
menuntuk ilmu, menunaikan kewajiban kemasyarakatan, memberi
makan bintang, mencari nafkah, mengolah alam guna dimanfaatkan
hasilnya dan lain-lain.
Menurut Basyir (2001:15) pengertian ibadah umum sebagai berikut:
Ibadah umum adalah ibadah yang mencakup
segala aspek kehidupan dalam rangka mencari ridho Allah.
Unsur terpenting agar dalam melaksanakan hidup di dunia
benar-benar bernilai ibadah yaitu niat yang ikhlas untuk
memenuhi tuntutan agama dan dilaksanakan tidak
menyimpang dari garis tuntuanan yang diberikan.
b. Ibadah khusus
Ibadah khusus adalah ibadah yang macam dan cara
melaksanakan ditentukan dalam syara‟, bersifat tetap dan mutlak
dimana manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan peraturan dan
tuntunan yang ada tidak boleh mengubah, menambah atau mengurangi
(Basyir, 2001:15-16).
Ibadah khusus tersebut seperti shalat, puasa, zakat, haji dan
membaca Al Qur‟an dan penjelasannya sebagai berikut:
1). Shalat
23
Kata shalat mempunyai bermacam arti yaitu doa, rahmat,
dan istighfar atau meminta ampun (Basyir,2001:46). Menurut
bahasa shalat berarti doa, sedangkan menurut syara‟ artinya bentuk
ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Slamet Abidin dan Moh.
Suyono,1998:61). Adapun shalat menurut istilah hukum adalah
hubungan antara hamba dengan Tuhan yang tata caranya diatur dan
dituntun sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW (Aunur
Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim, 1998: 21).
Ibadah yang paling utama adalah shalat yang diwajibkan
bagi setiap orang yang beriman kepada Allah SWT dan merupakan
ibadah pertama yang akan ditanyakan di hari kiamat. Adapun
firman Allah yang memerintahan untuk menegakkan shalat
berbunyi:










   
    
  
Artinya:
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah
beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara
24
sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat)
yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan”.(Q.S
Ibrahim 14:31)
Sedangkan kedudukan shalat dalam Islam adalah sebagai
salah satu sendi ibadah yang penting. Adapun sendi Islam itu ada
lima yaitu syahadat, menegakkan shalat, puasa Ramadhan,
membayar zakat dan haji.
Menurut Al-Jazairi (2006: 82-83) dalam pembagian
shalat sebagai berikut:
a). Shalat wajib
Shalat yang diwajiban adalah shalat Dhuhur, Ashar,
Maghrib, Isya‟ dan Subuh. Kelima shalat fardhu tersebut tidak
boleh ditinggalkan sama sekali pada masa kapanpun, selagi
orang itu berakal sehat meskipun kondisinya sudah tua dan
kondisi lemah serta sakit parah.
b). Shalat sunnah
Shalat yang disunahkan adalah shalat Witir, shalat
Raghibah Fajar (shalat sunnah sebelum mengerjakan shalat
subuh) , shalat Idul Fitri dan Idul Adha, shalat Kusuf (gerhana)
dan shalat istisqa‟. Inilah shalat-shalat yang hukumnya sunnah
muakkadah (sangat dianjurkan pelaksanaannya).
Adapun shalat Tahiyyatul Masjid, shalat Rawatib yang
mengiringi shalat wajib, shalat dua rekaat sesudah wudhu,
25
shalat Dhuha, sahalat Tarawih, dan shalat malam termasuk
golongan
shalat
sunnah
ghairu
muakkad
(dianjurkan
pelaksanaannya).
Menurut Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim
(1998:42-45) dalam mengerjakan shalat secara benar dan sah,
harus mengetahui syarat-syarat dan rukunnya shalat. Adapun
syarat-syarat shalat sebagai berikut:
a). Beragama Islam
b). Sudah baligh dan berakal
c). Suci dari hadas
d). Suci seluruh anggota badab, pakaian dan tempat
e). Menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat dan lutut,
sedangkan wanita seluruh anggota badannya kecuali muka dan
dua belah telapak tangan
f). Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing
shalat
g). Menghadap kiblat
h). Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunat
Sedangkan rukunnya shalat antara lain:
a). Niat
b). Takbiratul ikhram
c). Berdiri tegak bagi yang kuasa ketika shalat, boleh sambil
duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit
26
d). Membaca surat Al Fatihah pada tiap-tiap rekaat
e). Rukuk dengan tumukninah
f). I‟tidal dengan tumukninah
g). Sujud dua kali dengan tumukninah
h). Duduk antara dua sujud dengan tumukninah
i). Duduk tasyahud akhir dengan tumukninah
j). Membaca tasyahud akhir
k). Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
l). Membaca salam yang pertama
m). Tertib: berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut
Shalat itu dikatakan batal apabila salah satu syarat dan
rukunnya tidak dilaksanakan dengan sengaja. Adapun hal-hal yang
dapat membatalkan shalat antara lain:
a). Berhadas
b). Terena najis yang tidak dimaafkan
c). Berkata-kata
dengan
sengaja
kecuali
“subhanaallah” ketika imam lupa dalam shalat
d). Terbuka auratnya
e). Bergerak berturut-turut tiga kali
f). Makan dan minum meskipun sedikit
g). Tertawa
27
mengucapan
Pelaksanakan shalat harus sesuai dengan waktu-waktu
yang telah ditertentu, dimana waktu-waktu itu telah disyariatkan
oleh Al Qur‟an dengan firman-Nya yang berbunyi:




   


  


 
Artinya: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi
dan petang) dan pada sebagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat!”. (QS. Hud 11:114)
Diantara syarat memelihara shalat dan mendirikannya
ialah menyegerakan pelaksanaannya pada awal waktunya. Ketika
waktunya telah tiba harus segera dikerjakan secara terus menerus
yang dipenuhi syarat dan rukunnya dan dilakukan dengan hati yang
khusyu‟, pikiran yang terpusatkan, bacaan yang berjiwa dan
gerakan anggota badan yang mencerminkan ketenangan. Oleh
karena itu dalam melaksanakan shalat tidak boleh menambah,
mengurangi atau mengganti tuntunan Nabi yaitu dari niat sampai
28
dengan salam. Apabila shalat dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, maka shalat akan dapat dirasakan dari segala aspek.
Menurut Basyir (2003:50-55) fungsi shalat ditinjau dari
dua aspek:
a). Aspek rohani
Dari aspek rohani shalat berfungsi untuk mengingatkan
manusia kepada Tuhannya yang Maha Tinggi, yang telah
menciptakan manusia dan alam semesta.
b). Aspek jasmani
Dari aspek jasmani shalat berfungsi untuk menimbulkan
sifat suka kepada kebersihan, kerapian dan kerajinan.
Shalat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima
dan merupakan bagian dari ibadah khusus dalam rangka
menyembah Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Apabila
dalam mengerjakan shalat hati dapat khusu‟ dalam menghayati apa
yang dilakukan dalam shalat, merasakan isi bacaan, hati benarbenar hadir dan merasa sedang menghadap Allah.
Berkaitan dengan hal itu, Al Jazairi (2006:79) menyatakan hikmah
shalat sebagai berikut:
Hikmah disyariatkannya shalat diantaranya
adalah membersihkan jiwa dan mensucikannya,
menjadikan seseorang terbiasa untuk melakukan munajat
kepada Allah SWT di dunia dan meminta perlindungan
kepada-Nya nanti di kampung akhirat serta mencegah
orang yang mengerjakan dari perbuatan keji dan
mungkar.
29
Seperti dalam firman Allah yang berbunyi:
    …
...  
Artinya: “…Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar…”.(QS Al Ankabut 29:45).
2). Puasa
Puasa menurut bahasa berarti menahan diri. Adapun
menurut syariat puasa berarti menahan diri dengan niat ibadah dari
makan, minum, menyetubuhi istri, dan dari segala perbuatan yang
membatalkannya dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari
(Al-Jazairi, 2006:287).
Dalam mengartikan puasa, Qardhawi (1998:20) menyatakan
sebagai berikut:
Puasa adalah menahan dan mencegah diri dari
hal-hal yang mubah, yaitu berupa makan dan
berhubungan suami-istri, dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah. Pengertian secara syar‟I adalah menahan
dan mencegah kemauan dari makan , minum, bersetubuh
dengan istri, dan yang semisalnya sehari penuh dari
terbitnya fajar siddiq hingga terbenamnya matahari
dengan niat tunduk dan mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Pada hakikatnya puasa merupakan pendidikan dan latihan
kejiwaan agar manusia mampu mengendalikan diri dari keinginan
yang datang dari bisikan atau bujukan yang negatif. Dilihat dari
segi hukumnya, puasa itu bermacam-macam, ada puasa wajib ,
puasa sunnah, puasa haram, dan puasa makruh.
30
Menurut Slamet Abidin dan Moh. Suyono (1998:241) pembagian
puasa sebagai berikutt:
Menurut syara‟ puasa itu ada dua macam,
puasa wajib dan puasa sunah. Puasa wajib dibagi menjadi
tiga, yaitu yang wajib karena waktu itu sendiri yankni
puasa Ramadhan, wajib karena sesuatu sebab yaitu puasa
kifarat dan wajib karena seseorang mewajibkan puasa
atas dirinya yaitu puasa nadzar.
Dari ketiga macam puasa wajib salah satunya puasa
Ramadhan. Puasa Ramadhan adalah puasa yang telah ditentuan
jumlah bilangan hari dan waktu pelaksanaannya, yakni satu bulan
penuh (Slamet Abidin dan Moh. Suyono, 1998:244). Sedangan
menurut Qardhawi (1998:30) puasa Ramadhan adalah kewajiban
yang sacral dan ibadah Islam yang bersifat syi‟ar besar, juga salah
satu rukun Islam praktis lima, yang menjadi pilar agama ini.
Puasa Ramadhan merupakan sendi ajaran agam Islam
atau rukun Islam yang menjadi ibadah wajib dan paling mendalam
pengamalannya pada jiwa muslim. Pengamalannya selama satu
bulan dengan berbagai amaliah yang menyertainya seperti berbuka,
shalat Tarawih, tadarrus, makan sahur dan sebagainya. Kewajiban
berpuasa telah dijelaskan dalam firman Allah yang berbunyi:









  
  
31
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa”.(QS. Al Baqarah 2:183)
Dalam pelaksanaan puasa ramadhan waktunya telah
ditentukan sesuai dengan peraturan syara‟. Menurut Slamet Abidin
dan Moh. Suyono (1998:244) dalam menentukan awal bulan dan
akhir bulan Ramadhan ditempuh dengan tiga cara yaitu:
a). Dengan cara ru‟yatul hilal yaitu dengan melihat bulan sabit
tanggal satu bulan Qamariyah dengan mata telanjang.
b). Dengan cara istikmal yaitu dengan menyempurnakan bilangan
hari dari Sya‟ban dan Ramadhan.
c). Dengan cara hisab yaitu dengan cara prhitungan peredaran
bulan dan matahari.
Puasa Ramadhan disyariatkan pada tahun kedua Hijriah
sebagai rukun islam yang ketiga dan hukumnya wajib bagi setiap
mukallaf, lamanya satu bulan penuh, ada yang berjumlah 30 hari
dan kadang-kadang berjumlah 29 hari. Aunur Rahim Faqih dan
Amir Mu‟allim (1998:73) berpendapat bahwa dalam melaksanakan
ibadah puasa, disyariatkan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a). Niat
b). Makan sahur
c). Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa
32
Adapun pelaksanaan puasa secara benar dan sah, terdapat
beberapa syarat dan rukun yang ditetapkan oleh syara‟ yaitu:
a). Syarat wajib puasa
(1). Berakal sehat, orang gila dan hilang ingatan tidak
diwajibkan berpuasa.
(2). Baligh, orang yang telah dewasa.
(3). Mampu berpuasa, orang yang sudah tua atau sakit tidak
kuat berpuasa lagi, maka tidak diwajibkan berpuasa tetapi
membayar fidyah.
b). Syarat sah puasa
(1). Islam
(2). Mumayyiz yaitu anak yang sudah bisa membedaan antara
yang baik dan buruk.
(3). Suci dari haid dan nifas.
(4). Pada waktu dibolehkan berpuasa
c). Rukun atau fardu puasa
(1). Niat untuk mengerjakan puasa
(2). Menahan diri dari makan, minum, dan segala sesuatu
yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga
terbenam matahari.
Orang yang berpuasa tetapi tidak menahan diri dari dosa
dan larangan Allah SWT, maka puasanya tidak menghasilkan
faedah apapun tetapi hanya mendapatkan susah payah belaka.
33
Karena itu jika berpuasa hendaklah memperbaiki puasanya dan
semua amalannya dengan penuh tulus ikhlas, sehingga Allah SWT
memberikan balasan yang besar dan manfaat bagi kita.
Menurut Al-Jazairi (2006:289), dalam ibadah puasa
terdapat hikmah dan maslahatannya, diantanya ialah:
a). Membiasakan pengamalnya untuk bersabar dan menguatkan
diri untuk itu.
b). Mengajari pengamalnya keteguhan jiwa dan membantu dia
untuk mencapai.
c). Mewujudkan kekuasaan taqwa didalam diri pengamalnya lalu
menumbuhkembangkannya.
3). Zakat
Zakat dalam ajaran agama islam yaitu harta tertentu yang
wajib dikeluarkan seseorang untuk fakir miskin dan sesuai dengan
perintah syara‟ (Slamet Abadin dan Moh. Suyono,1998:191).
Sedangkan ditinjau dari segi etimologi, zakat memiliki pengertian
pengembangan dan penyucian (Aunur Rahim Faqih dan Amir
Mu‟allim, 1998:55).
Kedudukannya zakat adalah sebagai tiang tengahnya
agama islam. Dalam Al Qur‟an perintah mendirikan shalat dan
menunaikan zakat merupakan ibadah pokok yang tidak boleh
ditinggalkan, seperti di jelaskan dalam firman Allah yang
berbunyi:
34
  ...
 
  
… 
Artinya: “…dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik…”(QS Al
Muzammil,73:20).
Menurut Slamet Abadin dan Moh. Suyono (1998:231)
zakat pada garis besarnya itu dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a). Zakat Fitrah
Zakat
fitrah
yaitu
zakat
pribadi
yang
wajib
dikeluarkan oleh orang-orang muslim pada tiap hari raya Idul
Fitri (1 Syawal) dan untuk mensucikan diri dari dosa-dosa yang
menodai selama bulan Ramadhan sehingga menjadi bersih
kembali. Berdasarkan hadis Rasulullah yang berbunyi:
‫ﻔﺭﺽ ﺭﺳﻭﻝ ﺍﻠﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ ﺯﻜﺎﺓ ﺍﻠﻓﻁﺭﻁﻬﺭﺓ ﻠﻠﺻﺎ ﺌﻡ‬
)‫ﻣﻥ ﺍﻟﻟﻐﻭﻭﺍﻟﺭﻓﺙ ﻭﻁﻌﻣﺔ ﻟﻟﻣﺳﺎ ﻛﻳﻥ (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻭﺪﺍ ﻭﺪ‬
Artinya: “Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah untuk
membersihkan diri orang-orang yang berpuasa dari perbuatan
yang tak berguna dan perkataan yang kotor, serta untuk
memberikan makan kepada orang miskin”. (HR. Abu Daud)
35
Zakat fitrah ini wajib dieluarkan untuk dirinya sendiri
dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Adapun syarat
yang wajib zakat fitrah adalah:
(1). Orang Islam
(2). Orang itu ada ketika matahari terbenam pada hari terakhir
bulan Ramadhan
(3). Ada kelebihan makanan untuk dirinya dan keluarganya
Waktu pelaksanaannya tiap setahun sekali setelah
melaksanaka puasa Ramadhan, berupa makanan pokok atau
uang senilai harga makanan pokok yang disyariatkan, yaitu
dikeluarkan boleh mulai awal bulan Ramadhan dan disunahkan
diakhir bulan Ramadhan. Sedangkan waktu yang afdal adalah
ketika selesai shalat subuh dan sebelum shalat Idul Fitri.
Apabila terbenam matahari pada akhir Ramadhan, sedang
berkelapangan rizki, maka keluarkanlah zakat fitrah sebanyak
satu sha‟ dari bahan makananmu sebelum shalat „Id, untuk
membersihkan puasamu dan makanan untuk orang-orang
miskin. Maka hendaklah setiap muslim memperhatikannya
jangan sampai meninggalkan pengeluaran zakat fitrah, sedang
ia mampu mengeluarkannya.
b). Zakat Mal
Zakat mal artinya kadar harta kekayaan yang wajib
dikeluarkan oleh seseorang dari hartanya untuk diserahkan
36
kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syaratsyarat tertentu. Hukumnya fardu a‟in yaitu wajib bagi setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.dalam
firman Allah yang berbunyi:





… 
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkandan mensucikan mereka…”. (QS.
At Taubah 9:103)
Menurut Slamet Abadin dan Moh. Suyono (1998:238)
ada beberapa syarat bagi orang yang berzakat mal yaitu:
(1). Beragama Islam
(2). Dalam keadaan merdeka
(3). Milik yang sempurna
(4). Cukup satu nisab
(5). Mencapai setahun memiliki harta yang akan dikeluarkan
zakatnya.
Untuk melaksanakan zakat mal perlu memperhatikan
persyaratan tentang nisab dan haul serta ketentuan mengenai
kadar zakat yang harus dikeluarkan.
Menurut Slamet Abadin dan Moh. Suyono (1998:199)
harta yang wajib dikeluarkan zakatnya dengan ketentuannya adalah
sebagai berikut:
37
a). Binatang ternak seperti sapi/kerbau dan kambing
Apabila kamu mempunyai hewan ternak yakni unta,
sapi atau kambing yang jumlahnya sampai pada nisab, maka
keluarkan zakat sesuai dengan ketentuan berikut:
(1). Unta nisabnya 5 ekor , haul satu tahun, maka kadar
zakatnya:
(a). 5 – 24 ekor = tiap 5 ekor dikenakan zakatnya 1 ekor
kambing
(b). 25 – 35 ekor = 1 anak unta betina umur 2 tahun
(c). 36 – 45 ekor = 1 anak unta betina umur 3 tahun
(d). Setiap tambah 10 ekor, bertambah satu tahun
umurnya
(e). Lebih dari 120 ekor unta, maka tiap-tiap 40 ekor
dikenakan zakatnya seekor anak unta betina umur 3
tahun dan tiap-tiap 50 ekor zakatnya seekor anak
unta betina umur 4 tahun
(2). Sapi, kerbau nisabnya 30 ekor, haul satu tahun, maka
kadar zakatnya:
(a). 30 – 39 ekor = 1 ekor umur satu tahun
(b). 40 – 49 ekor = 2 ekor umur dua tahun
(c). Setiap tambah 10 ekor, tambah satu ekor umur dua
tahun
38
(3). Kambing, biri-biri nisabnya 40 ekor, haul satu tahun,
maka kadar zakatnya:
(a). 40 – 120 ekor = 1 ekor
(b). 121 – 200 ekor = 2 ekor
(c). Setiap tambahan 100 ekor, bertambah satu ekor
kadar zakatnya
(4). Bintang ternak lainnya nisab senilai 94 gram emas, haul
satu tahun dan kadar zakatnya 2,5%.
b). Barang tambang berupa emas dan perak
Apabila barang perakmu sampai kepada nisabnya,
ialah seberat 200 dirham (5 awaq = 672 gram) demikian pula
barang emasmu seharga nisab perak dan telah menjadi milikmu
genap menjadi 1 tahun, maka keluarkanlah zakatnya yaitu
seperempat
puluhnya
(2,5%)
demikian
pula
barang
perhiasanmu daripada emas dan perak.
c). Biji-bijian dan buah-buahan
Apabila hasil tanamanmu telah sampai nisab yaitu 5
wasaq, maka keluarkanlah zakatnya yaitu sepersepuluhnya
(10%), kecuali tanaman yang diairi dengan sarana pengairan,
maa zakatnya dikenakan seperduapuluhnya (5%).
d). Harta perniagaan barang temuan
Segala
macam
jenis
harta
atau
barang
yang
diperdagangkan telah mencapai nisabnya yaitu senilai 94 gram
39
emas dan haulnya pada waktu ditemukan, maka kadar zakatnya
dikenakan 20%.
Zakat merupakan salah satu rukun islam yang ke empat
dan hukum mengeluarkannya adalah wajib bagi setiap orang yang
beragama islam karena harta yang dimilikinya telah mencapai
nishab sesuai dengan syarat-syaratnya. Adapun syarat-syarat harta
yang wajib dizakati menurut Heri Junaidi Suyitno dan Adib
Abdushomad (2005:25) adalah sebagi berikut:
a). Milik orang Islam, merdeka
b). Berkembang
c). Milik penuh
d). Lebih dari kebutuhan biasa
e). Bebas dari hutang sampai atau cukup sehisab
f). Sampai atau cukup waktu
g). Sejumlah kadar tertentu
Dalam ilmu fiqh orang yang berhak menerima zakat
terdiri dari 8 golongan. Menurut Junaidi Suyitno dan Adib
Abdushomad (2005:35-38) pembagiannya adalah sebagai berikut:
a). Fakir yaitu orang yang dalam usia produktif (diatas 17 tahun)
yang telah bekerja keras, namun hasil yang didapat tidak
mecukupi kebutuhan sehari-hari.
40
b). Miskin yaitu orang dalam usia produktif yang mmemiliki alat
produksi tapi masih kekuranagan modal, dengan pendapatan
masih tergolong miskin.
c). Amil yaitu pegawai dan karyawan yang mengumpulan dan
membagikan hasil zakat, dengan gaji yang pantas dan memadai
sehingga dicapai manajemen yang sehat dan tangguh.
d). Muallaf yaitu orang yang masih lemah imannya, baik mereka
yang baru masuk Islam ataupun yangsudah masuk Islam tetapi
yidak membayar zakat.
e). Riqab atau hamba (budak belian) yaitu orang yang sedang
terbelenggu namun tetap bertahan terhadap harga dirinya.
f). Ghorimin yaitu orang yang berhutang atau jatuh pailit pada
usaha yang halal dan diridhoi Allah karena syari‟at.
g). Sabilillah ialah orang yang menjalankan dakwah dan
pendidikan Islam bidang ilmu dan teknologi tanpa ada
dukungan dana dari pemerintah.
h). Ibnu sabil yaitu orang dalam proses belajar bidang agama dan
umum
yang
tidak
mendapatkan
dukungan
dana
dari
pemerintah, atau mendapatkan namun tidak mencukupi hajat
masa pembelajaran tersebut.
Dalam kehidupan bermasyarakat, terdiri dari kelompok
yang berbeda-beda, ada yang kaya dan ada pula yang miskin, maka
agar tidak ada perbedaan itu hendaknya bagi yang mampu tidak
41
hanya memberikan kasih saying saja tetapi juga dapat memberikan
sedikit hartanya kepada yang membutuhkan melalui zakat.
Kebijaksanaan tersebut didasarkan pada firman Allah yang
berbunyi:
  
 

Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang
miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat
bagian”.(QS Adz-Dzariyat,51:19)
Manusia diciptakan Allah tidak sempurna, masih banyak
kekurangan yang ada seperti sifat kikir, tetapi Islam mengajarkan
umatnya untuk bersifat pemurah terhadap sesama dengan cara
membayar zakat, karena dapat mendidik dan membiasakan orang
menjadi dermawan. Apabila zakat benar-benar dilakukan maka
akan banyak sekali manfaatnya dan hikmahnya tidak hanya bagi
yang menerima tetapi juga bagi yang mengeluarkan.
Menurut Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim
(1998:65-66), hikmah bagi yang mengeluarkan dan menerima
zakat antara lain:
a) Dapat
mengikis
sifat-sifat
kikir
seseorang
yang
mengamalkannya, serta melatih berdermawan dan pandai
bersyukur atas nikmat Allah.
42
b) Dapat menciptakan ketenangan dan ketentraman hidup, baik
bagi penerima maupun pemberinya.
c) Dapat mengembangkan harta.
d) Dapat membantu mewujudkan keadilan social di tengah-tengah
masyarakat.
4). Haji
Ibadah haji merupakan rukun iman yang kelima, dan
diwajibkan oleh Allah bagi setiap orang Islam yang mampu
mengerjakan sekali dalam seumur hidup. Seperti firman Allah
berbunyi:
   … 









   
 
Artinya: “…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan
ke Baitullah”. (QS Ali Imron 3:97).
Dalam pengertian haji, Slamet Abidin dan Moh. Suyono
(1998:261) mengartiannya sebagai berikut:
Ibadah haji berasal dari kata hajj ditinjau dari
makna aslinya adalah mengunjungi baitullah untuk
menjalankan ibadah, sedangkan haji menurut bahasa ialah
menyengaja serta menurut istilah ialah sengaja
mengunjungi Mekkah (Ka‟bah) untuk mengerjakan
ibadah yang terdiri dari tawaf, sa‟i, wukuf dan ibadah43
ibadah lain, guna memenuhi perintah Allah dan
mengharapkan keridaan-Nya.
Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim
(1998:77-78) haji adalah:
Menurut pengertian bahasa, haji berarti
menuju ke suatu tempat berulang kali atau menuju kepada
sesuatu yang dibesarkan atau dimuliakan. Dalam istilah
syara‟ atau agama, haji adalah pergi menuju baitullah
untuk melaksanakan ibadah yang telah ditetapkan Allah
SWT.
Sedangkan mengerjakan haji, diwajibkan hanya sekali
dalam seumur hidup bagi setiap orang, tetapi tidak ada larangan
untuk mengerjakannya lebih dari satu kali. Seperti sabda
Rasulullah SAW:
‫ ﻳﺎﺍﻳﻬﺎ ﺍﻟﻧﺎ‬:‫ﺧﻂﺐ ﻋﻟﻳﻧﺎ ﺮﺴﻭﻝ ﺍﻟﻟﻪ ﺻﻟﻰ ﺍﻟﻟﻪ ﻋﻟﻳﻪ ﻭﺴﻟﻡ ﻓﻗﻝ‬
‫ﺭﺠﺎ ﺃﻛﻝ ﻋﺎ ﻡ ﻳﺎ ﺭﺳﻭﻝ‬: ‫ﺱﺍﻥ ﺍﻟﻟﻪ ﻛﺗﺏ ﻋﻟﻳﻛﻡ ﺍﻟﺤﺞ ﻓﺣﺠﻭﺍ ﻓﻗﻝ‬
‫ ﻟﻭ‬: ‫ ﺻﻟﻰ ﺍﻟﻟﻪ ﻋﻟﻳﻪ ﻭﺳﻟﻡ‬٬ ‫ﺍﻟﻟﻪ ﻓﺳﻛﺕ ﺣﺗﻰ ﻗﺎ ﻟﻬﺎ ﺛﻼ ﺛﺎ ﺛﻡ ﻗﺎﻝ‬
)‫ﻗﻟﺕ ﻧﻌﻡ ﻟﻭ ﺟﺑﺕ ﻭﻟﻣﺎ ﺍﺳﺗﻁﻌﺗﻡ (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺑﺧﺎ ﺭﻯ ﻭﻣﺳﻟﻡ‬
Artinya: “Rasulullah SAW telah berhotbah pada kami dan beliau
bersabda, „Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan
haji atas kamu, maka hendaklah kamu pergi haji‟, seorang lakilaki bertanya: „Apakah tiap tahun ya Rasulullah?‟ Maka beliau
diam, sehingga laki-laki itu mengulangi pertanyaannya yang
ketiga kali. Emudian Rasulullah SAW bersabda: “Sekiranya aku
44
menjawab ‟ya‟, tentu menjadi wajib dan pasti kamu tidak
sanggup”. (HR. Bukhori Muslim)
Tentang waktu diperintahkannya haji atau kewajiban
ibadah haji, jumhur ulama sepakat bahwa mula-mula disyariatkan
pada tahun keenam Hijriah dan ada sebagian yang mengatakan
tahun kesembilan Hijriah. Adapun orang yang wajib melakukan
ibadah haji adalah:
a). Islam
b). Baligh
c). Berakal sehat
d). Merdeka
e). Mampu dalam segala hal
Salah satu dari sahnya haji adalah waktu, yaitu dari awal
bulan Syawal sampai terbit fajar hari raya haji (tanggal 10 bulan
haji). Penetapan bulan haji yang pelaksanaannya adalah 9, 10, 11,
12, dan 13 bulan haji dijelaskan dalam hadis yang berbunyi:
‫ ﺍﺷﻬﺭﺍﻠﺤﺞ ﺷﻭﺍﻝﻭﺫ ﻭﺍﻠﻗﻌﺪ ﺓ ﻭﻋﺷﺭﻣﻥ ﺫ ﺍﻠﺤﺟﺔ‬:‫ﻋﻦ ﺍﺑﻦﻋﻤﺭﻗﺎﻝ‬
)‫(ﺭﻭﺍ ﻩ ﺍﻠﺑﺨﺎ ﺭﻯ‬
Artinya: “Dari Ibnu Umar berkata, Bulan haji itu adalah bulan
Syawal, Zulkaidah, dan sepuluh haji.” (HR. Bukhari)
Ada beberapa syarat haji dan juga menjadi syarat umroh
sebagai beriut:
a). Beragama Islam
45
b). Baligh
c). Berakal sehat
d). Merdeka
e). Mampu melaksanakan haji/umroh ditinjau dari segi jasmani,
rohani, ekonomi dan keamanan
Sedangkan yang menjadi rukun haji sebagai berikut:
a). Ihram yaitu keadaan bersuci diri dengan mengenakan pakaian
dua helai kain putih tidak berjahit kemudian mengucapkan niat
haji/umrah.
b). Wukuf diarafah yaitu hadir di padang arafah pada waktumulai
tergelicir matahari tanggal 9 Dzulhijah sampai terbit fajar
tanggal 10 Dzulhijah.
c). Tawaf yaitu mengelilingi ka‟bah sebanyak tujuh kali.
d). Sa‟I yaitu berlari-;lari kecil antara bukit safa dan marwa
sebanyak tujuh kali.
e). Tahalul yaitu mencukur atau menggunting rambut sebanyak
tiga helai rambut.
f). Tertib yaitu mendahulukan yang pertama dan secara berurutan
sampai pada yang terakhir.
Melaksanaan ibadah haji memiliki tujuan utama menurut
konsep Islam adalah memperoleh predikat haji yang mabrur
menurut penilaian Allah SWT, yang artinya ibadah haji yang
diterima oleh Allah karena dilaksanakan secara benar menurut
46
aturan syara‟. Apabila dilaksanakan secara benar dan penuh
penghayatan akan berpengaruh positif bagi kehidupan manusia
khususnya dan alam sekitarnya pada umumnya.
Menurut Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim
(1998:81-82) pengaruhnya antara lain:
a) Dapat mendidik jiwa manusia untuk bersedia berkorban
b) Dapat menimbulkan disiplin pribadi muslim yang kuat
c) Dapat mengembangkan rasa social yang tinggi yang yang
menimbulkan proses edukasi dalam kehidupan persaudaraan
dan persatuan umat islam.
5). Membaca Al Qur’an
Al Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diwahyukan
oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk
bagi umat di dunia dan akhirat.
Membaca Al Qur‟an merupakan ibadah yang paling
utama untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan
ketaatan yang amat mulia disisih-Nya, karena padanya terdapat
pahala dan balasan yang besar (Haddad, 1993:200). Allah juga
berjanji akan menjamin siapa yang membaca Al Qur‟an maka
hatinya akan menjadi tenang dan tentram, karena orang yang selalu
membaca Al Qur‟an oleh Allah akan selalu dilindungi dari hal-hal
yang buruk dan juga memberi petunjuk bagi orang-orang iman
yang membaca Al Qur‟an. Allah berfirman:
47



  
 
  


   



   
  
Artinya: “Sesungguhnya
orang-orang yang selalu membaca kitab
Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari
rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka
pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”.
(QS. Fathir 35:29-30)
Ketika membaca Al Qur‟an perlu mengetahui adabadabnya yang lahir dan batin, diantaranya adalah bagi pembaca
harus mengihlaskan diri kepada Allah SWT dan mengharapkan
ridha-Nya, mendekatkan diri kepada-NYa dan mengharakan pahala
dari bacaannya itu.
Berkaitan dengan hal itu, Haddad (1993:202) menyatakan sebagai
berikut:
48
Hendaklah seluruh batin dan hatinya dipenuhi
perasaan akan kebesaran Dzatnya Yang Berbicara, yakni
„Azza wa jalla, merendahkan diri karena kemahaagunganNya, seluruh hati dan anggotanya penuh kekhusyu‟an,
seolah-olah ia sedang berdiri di hadapan Allah swt seraya
membaca Kitab Suci-Nya yang menerangkan tentang
perintah dan larangannya.
Adap penting lainnya pembaca seraya merenungi
bacaannya, memahami maksudnya dengan penuh kesadaran dan
tidak lalai. Allah SWT berfirman:







  
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran”.(QS. Shad 38:29)
Dan kondisi ketika membacanya dalam keadaan suci dari
hadas dan najis, menghadap kiblat, dan memusatkan perhatiannya
pada bacaannya, dan juga wajib menghormati dan memuliakan,
memperhatikan dan mengamalkan akhlak yang mulia dan amalan
yang soleh.
Membiasakan membaca Al Qur‟an pilihlah dan tentukan
waktu-waktunya, tertutama pada waktu-waktu yang diberkahi
Allah. Menurut Haddad (1993:218) bagian (hizib) yang diberkahi
49
ialah, waktu yang kebanyakan orang di kebanyakan negeri biasa
membacanya di masjid, yakni waktu antara maghrib dan isya‟, dan
sesudah shalat subuh.
Dalam membaca Al Qur‟an hendaklah diperhatikan
maksudnya, karena merupakan tujuan dari diturunkannya Al
Qur‟an kepada manusia, dan hanya dengan memperhatikannya saja
seseorang bisa memahami dan menangkap maksud dan tujuannya,
serta mengetahui kandungan ayatnya agar bisa diamalkannya.
Ketikla membaca merenunglah dan memahami makna-makna ayat
Al Qur‟an, karena sedikit membaca dengan merenung dan
memahami maksudnya itu lebih baik dari pada banyak membaca
tanpa merenung dan memahaminya.
Untuk memudahkan penelitian dan pemahaman makna
dan maksud Al Qur‟an hendaklah membacanya dengan tartil yaitu
mempercantik bacaannya, tidak terlampau cepat dan tergesa-gesa,
sehingga kurang jelas dan teratur. Seperti dalam firman Allah yang
berbunyi:







Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu dan bacalah Al Quran itu
dengan perlahan-lahan”. (Al-Muzzamil 73:4)
Selain itu juga dapat dengan berlagu, karena bisa
membantu menimbulkan kesadaran di dalam hati, khusu‟ dan haru,
50
dan menarik minat untuk mendengarkannya, tetapi hendaklah
bacaan Al Qur‟an itu diperindah dengan cara yang sesuai dengan
kebesaran Al Qur‟an dan kemiliaannya, dan tidak melagukan
seperti melagukan nyanyian biasa atau menyanyikan syair-syair
dengan lagu dan irama tertentu.
Adapun anjuran dalam
mendengarkan
Al Qur‟an
dikhususkan semata-mata kepada orang yang tidak pandai
membacanya akan tetapi bersifat umum kepada orang yang pandai
dan tidak pandai.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibadah
Ibadah merupakan implementasi dari ajaran agama sebagai
pedoman dalam menjalani hidup dimasyarakat yang beragama. Menurut
Thouless (1995:29-31) pelaksanaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a. Faktor sosial
Faktor sosial itu mencakup semua pengaruh sosial dalam
dalam perkembangan perilaku ibadah yaitu pendidikan dari orang tua,
tradisi-tradisi sosial dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang
disepakati oleh lingkungan itu.
b. Faktor pengalaman
Adapun yang termasuk dalam faktor pengalaman yang dapat
memberikan sumbangan terhadap perilaku ibadah antara lain adalah
pengalaman melalui dunia nyata, mengenai konflik moral dan
51
mengenai keadaan emosional tertentu yang memiliki kaitannya dengan
agama.
c. Faktor kebutuhan
Adanya faktor kebutuhan yang tidak terpenuhi secara
sempurna, sehingga mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan
kepuasan agama. Dimana kebutuhan itu dapat dikelompokkan menjadi
beberapa bagian yaitu kebutuhan keselamatan, kebutuhan akan cinta,
kebutuhan untuk memperoleh harga diri dan kebutuhan yang timbul
karena adanya kematian.
C. Perilaku Sosial
1. Pengertian Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah cara berbuat atau menjalankan sesuatu
sesuai dengan sifat yang layak bagi manusia (Poerwodarminto,1976:553).
Menurut Ahmadi (1991:163), sikap sosial adalah kesadaran individu yang
menentukan perbuatan nyata, yang berulang-ulang terhadap obyek sosial.
Sebagai makhluk sosial manusia hidup diantara masyarakat yang
mempunyai norma atau serangkaian aturan kehidupan. Norma yang ada
dalam masyarakat baik yang bersumber dari agama ataupun dari adat
istiadat setempat merupakan tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk
mengukur perilaku seseorang, yakni perilaku baik ataupun perilaku buruk.
Seseorang akan dianggap berperilaku baik ketika perbuatan dan tingkah
lakunya sesuai dengan norma dan nilai yang ada. Sebaiknya seseorang
52
akan dianggap berperilaku buruk atau menyimpang ketika perbuatan dan
tingkah lakunya tidak sesuai dan melanggar norma yang ada.
Sekarang ini zaman sudah berubah seseorang akan mudah
melakukan pelanggaran terhadap norma yang ada yang merupakan wujud
dari kemerosotan moral dan akhlaq.
2. Bentuk Perilaku Sosial
Ada beberapa bentuk perilaku sosial yang sering kita lihat antara
lain:
a. Meniru atau imitasi adalah melaksanakan sesuatu menurut apa yang
diperbuat orang lain (Poerwadarminta,2006:1283). Perilaku meniru ini
seseorang mencontoh orang lain yang menjadi idolanya ataupun
panutanya, mulai dari sikap, tingkah laku, cara berbicara, cara
berpakaian sampai pada cara pandangnya.
b. Persaingan adalah perihal bersaing, konkurensi,usaha memperlihatkan
keunggulan masing-masing yang dilakukan oleh perseorangan,
produksi, dan lain-lain (Depdiknas,2007:978). Sedangkan menurut
Yusuf (2000:125), persaingan yaitu keinginan untuk melebihi orang
laindan selalu didorong oleh orang lain. Perilaku sosial ini terdapat
keinginan untuk saling mengalahkan dan mengungguli antara satu
dengan yang lain.
c. Kerjasama adalah perbuatan bantu membantu atau yang dilakukan
bersama-sama
(Poerwadarminta,2006:578).
Sedangkan
menurut
Ahmadi (1991:237), kerjasama mengandung pengertian juga kesediaan
53
membantu. Dan menurut Yusuf (2000:125), kerja sama yaitu sikap
mau bekerja sama dengan kelompok. Merupakan bentuk perilaku
sosial seseorang yang didalamnya terdapat keinginan untuk saling
membantu satu dengan yang lain untuk melakukan suatu pekerjaan
guna mencapai tujuan bersama.
d. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain (Ahmadi,1990:63). Menurut Somantri (2006:45), simpati
diartikan sebagai kemungkinan untuk terpengaruh oleh keadaan
emosional orang lain dan hal ini dimungkinkan dengan adanya
kemampuan seseorang untuk membayangkan dirinya pada posisi
oranglain. Sedangkan menurut Yusuf (2000:1250), simpati yaitu sikap
emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian
terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya.
Cara menujukkannya rasa simpati itu dengan tolong menolong,
melindungi dan lain-lain.
e. Empati adalah suatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang
dilakukan orang lain andaikata dia dalam situasi orang lain tersebut
(Ahmadi,1983:70). Bentuk perilaku sosial ini berkenaan dengan
perasaan seseorang dimana orang tersebut merasa turut merasakan
terhadap penderitaan orang lain dan bersikap seolah-olah berada di
posisi orang lain.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial
Perilaku sosial manusia di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
54
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam pribadi
manusia itu sendiri (Ahmadi,1990:171). Faktor-faktor tersebut berupa
insting, motif dari dalam dirinya, sikap serta nafsu. Ketika faktor
dalam diri baik maka akan menimbulkan perilaku yang baik pula,
sebaliknya ketika faktor dalam diri buruk maka akan menimbulkan
perilaku yang buruk pula. Faktor internal yang bermacam-macam
berada dalam diri seseorang akan menimbulkan bentuk perilaku sosial
yang bermacam-macam.
b. Faktor ekstern
Faktor ektern adalah faktor yang berasal dari luar diri
seseorang atau individu (Ahmadi,1990:171). Faktor ini berupa
pengaruh lingkungan sekitar dimana individu tersebut hidup berupa
kondisi masyarakat, perubahan iklim dan cuaca, serta faktor ekonomi
individu.
Kondisi masyarakat yang baik dan stabil berdampak baik
pada perilaku seseorang, begitu juga jika kondisi masyarakat yang
tidak kondusif akan menimbulkan perilaku yang buruk sebagai
perwujudan dari perasaan dan emosional. Adapun perubahan iklim dan
cuaca
juga
mempengaruhi
perilaku
seseorang
sebagi
wujud
penyesuaian diri terhadap cuaca yang sedang berlangsung. Sedangkan
keadaan ekonomi yang kurang dan sulit akan menjadi seseorang
55
berbuat nekat tanpa memperdulikan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya meski melanggar norma dan aturan yang berlaku.
D. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan terhadap Ibadah
Masyarakat yang selalu beribadah dapat menyeimbangkan antara
dunia dan akhirat. Setelah memenuhi kebutuhan dunia maka kewajiban yang
harus dilakukan adalah ibadah. Karena manusia diciptakan sebagai kholifah di
bumi mempunyai kewajiban untuk menyembah Allah SWT. Segala peraturan
hukum yang ditetapkan Allah dan Rosulnya pasti mempunyai hikmah dan
manfaat yang tidak gampang diketahui kecuali dengan melaksanakan ibadah.
Hikmah dan manfaat sangat banyak yang mana semuanya untuk kemaslahatan
hamba-hamba Allah sehingga dalam menjalani kehidupan bermasyarakat
sesuai dengan Al Qur‟an dan Hadist.
Perkembangan zaman semakin maju dan permasalahan yang
timbul semakin komplek di lingkungan masyarakat yang berpengaruh pada
iman dan ketaqwaan manusia kepada Allah. Sehingga banyak manusia
mengabaikan tentang kewajibannya sebagai hamba Allah di muka bumi.
Akibatnya kondisi masyarakat sekarang ini cenderung acuh dengan ibadah,
karena mereka sangat menyukai hal-hal yang sifatnya hanya kenikmatan
sesaat saja tanpa memikirkan akibatnya. Hal-hal yang bersifat keduniawian
membuat perasaan menjadi senang meskipun itu bertentangan dengan nilainilai agama sehingga membuat mereka menjauhi syariat agama.
56
Untuk menciptakan masyarakat yang selalu melaksanakan ibadah
kepada Allah salah satunya mengikuti pengajian yaasinan. Karena pengajian
ini merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan nilainilai ajaran agama dan ketaatan ibadah kepada Allah serta merupakan lembaga
pendidikan non formal yang bergerak dalalm bidang dakwah. Adapun
manfaatnya bagi masyarakat sangat banyak antara lain mengajarkan tentang
ilmu agama yang menjadi bekal dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Apabila ibadah dilaksanakan sesuai syariat agama maka akan berpengaruh
pada kehidupan masyarakat, sehingga terwujudlah masyarakat yang bahagia
didunia maupun diakherat.
E. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan terhadap Perilaku
Sosial bagi Masyarakat
Masyarakat yang berperilaku sosial terdiri dari individu-individu
yang mempunyai perilaku mulia dan harapan kehidupan didunia adalah
keseimbangan antara fungsi fisiologi, psikologi, dan spiritual. Perilaku sosial
mempunyai tujuan yang baik ketika berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Sesudah memenuhi kebutuhan jasmani, maka kebutuhan rohaninya
yaitu ibadah juga harus dipenuhi, salah satu ibadah tersebut yaitu pengajian
yasinan sebagai fungsi spiritual dan menjadi pelengkap untuk masyarakat
berperilaku sosial.
Pengaruh kehidupan global menjadi tantangan bagi individu untuk
mempertahankan fitrahnya. Berbagai pengaruh membentuk wataknya sendiri57
sendiri. Maka dalam menciptakan masyarakat yang baik dengan wujud
perilaku sosial perlu ditingkatkan penghayatan fungsi ibadah yang termasuk
pengajian yasinan. Adapun hikmah dan fungsinya adalah dapat mempererat
ukhuwah islamiyah diantara sesama manusia. Karena setiap yang mengikuti
pengajian yasinan merasa mempunyai kepedulian sosial yaitu kewajiban
saling tolong menolong dalam kebaikan dan bisa tercapai dengan baik jika
mereka saling bertemu di suatu kegiatan yaitu pengajian.
Pengajian yasinan merupakan jalan terbaik untuk bersatu dan
saling mengenal serta sebagai tempat menuntut ilmu dan mempererat tali
persaudaraan. Banyaknya jamaah yang mengikuti pengajian menunjukkan
kalau masyarakat rukun dan harmonis. Apabila dilaksanakan dengan sungguhsungguh dapat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan seseorang yang
akhirnya memelihara perilaku sosial dalam masyarakat. Kehidupan terdiri dari
berbagai aspek antara lain aspek sosial yang merupakan ajaran agama Islam
dimana penekanannya adalah pentingnya berbudi pekerti supaya kehidupan
sejahtera. Maka dalam mengikuit pengajian yasinan yang dilaksanakan secara
bersama-sama menjadi sumber terpeliharanya perilaku dari dalam diri yang
kuat akan membentuk masyrakat yang berperilaku sosial yang akhirnya tujuan
penciptaan manusia dimuka bumi akan tercapai.
58
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga
1. Letak Geogtafis
Sub Inti Kelurahan Tegalrejo merupakan salah satu daerah di
wilayah Kecamatan Argomulyo teletak di Kotamadya Salatiga, yang jarak
dengan Kelurahannya + 1 KM, jarak dengan Kecamatannya + 4 KM, dan
jarak dengan Kota Salatiga + 6 KM (Sumber: Dokumen Tata Usaha
Pemerintahan Kelurahan Tegalrejo).
Luas wilayahnya adalah + 0,25 Ha dengan batas wilayahnya
sebagai berikut:
a. Batas sebelah Utara
: Perumahan Pondok Aren
b. Batas sebelah Selatan
: Kelurahan Kumpul Rejo
c. Batas sebelah Barat
: Kelurahan Kenteng
d. Batas sebelah Timur
: Kelurahan Tegalrejo
2. Monografi Penduduk
Jumlah penduduk wilayah Sub Inti Kelurahan Tegalrejo + 394
jiwa, terbagi dalam + 114 Kepala Keluarga dan yang terbagi dalam 2 RT
dan 1 RW (Sumber: Dokumen Tata Usaha Pemerintahan Kelurahan
Tegalrejo).
59
a. Mata Pencaharian
Penduduk
wilayah
Sub
Inti
Kelurahan
Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo dalam kehidupan sehari-harinya mempunyai
kegiatan yang berbeda-beda. Setiap hari mereka beraktivitas sesuai
dengan profesinya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Adapun rinciannya sebagai berikut:
Tabel 3.1 Daftar Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No
Pekerjaan
Jumlah
1.
Pensiunan
4
2.
Pegawai Negeri Sipil
1
3.
Perdagangan
3
4.
Karyawan
63
5.
Buruh
77
6.
Guru
4
7.
Pedagang
4
8.
Wiraswasta
26
9.
Lain-lain
176
Jumlah
358
b. Kondisi Agama
Kondisi keagamaan penduduk Sub Inti Kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo tergolong mempunyai agama yang berbedabeda sebab penduduknya kebanyakan pendatang dari berbagai
60
daerah dan membawa agama masing-masing. Berdasarkan data dari
Tata Pemerintahan Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo
pemeluk agama Kristen itu cukup banyak akan tetapi yang memeluk
agama Islam lebih banyak, seperti dapat dilihat pada rinciannya
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Daftar Penduduk Menurut Agama
No
Agama
Jumlah
1.
Islam
232
2.
Kristen
155
3.
Katholik
6
4.
Budha
1
5.
Hindu
Jumlah
394
c. Keadaan Sosial
1). Adat istiadat
Penduduk Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Salatiga masih menjunjung tinggi adat istiadat,
misalnya gotong rotong yang masih berjalan dengan baik,
selamatan dalam hari-hari besar Islam atau Nasional serta saling
menghormati antar warga masyarakat. Hal itu dapat terlihat
dalam acara kelahiran, kematian, walimahan dan kerja bakti.
Adapun dalam peringatan hari-hari besar Islam seperti Maulid
61
Nabi Muhammad SAW, Isro‟ Mi‟roj, Nuzulul Qur‟an serta
pengumpulan dan pembagian zakat juga masih berjalan. Selain
itu ada juga kegiatan yang lain dan masih berjalan dengan baik di
Sub Inti Kelurahan Tegalrejo seperti yang dilaksanakan setiap
hari Selasa dan Kamis adalah pengajian yasinan khusus ibu
rumah tangga yang anggotanya terdiri dari warga sekitarnya.
2). Struktur organisasi
Wilayah Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kotamadya Salatiga dipimpin oleh seorang Kepala
Kelurahan yang dibantu oleh aparatnya dengan struktur
organisasinya sebagai berikut:
LURAH
Edhi Suyatno,
SH
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Seksi
Pemerintahan
Seksi Trantib
SEKRETARIS
Sutrisno, SH
Seksi
Pembangunan
Suparno, SE
Seksi Kesra
Sumantri
Yuyun Kusih,SP
S. Winarno
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo Kota Salatiga
62
B. Gambaran Umum Pengajian Yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo
Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga
Pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo diadakan
pertama kali atau didirikan sekitar tahun 1987 yang berdirinya atas pemikiran
para tokoh masyarakat sendiri karena melihat kondisi keagamaan dan sosial
masyarakat khususnya para ibu rumah tangga pada saat itu memang
memerlukan penguatan, penyegaran dan bimbingan rohani. Karena belum
mempunyai masjid maka tempat pelaksanaan kegiatan anjangsana dari rumah
kerumah dengan sarana dan prasarana yang cukup sedarhana.mereka cukup
membawa buku yasin dan tahlil.
Pengajian yasinan ini merupakan satu-satunya tempat menimba
ilmu pengetahuan agama bagi ibu-ibu rumah tangga dari warga Sub Inti
Kelurahan Tegalrejo.
Pada awal berdirinya jumlah jamaahnya hanya diikuit oleh
beberapa orang saja, akan tetapi dengan berjalannya waktu jumlah jamaah
semakin bertambah banyak hingga sampai saat ini jumlah jamaah pengajian
yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo ada sekitar 30 orang. Kegiatan
pengajian diadakan atau dilaksanakan setiap hari Selasa dan Kamis yang
dimulai sekitar pukul 16.00 WIB dan diakhiri sekitar pukul 17.30 WIB.
Adapun susunan acara pengajian yasinannya adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan
a. Mambaca syahadad
b. Membaca surat Al Fatihah
63
c. Membaca doa belajar
2. Pembacaan tahlil dan Yasin
3. Membaca sholawat
4. Tausyiah dan Doa
5. Pengumuman
6. Penutup
Pengajian yaasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo mempunyai
beberapa pengisi tausiah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Daftar Pengisi Tausiah Pengajian Yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo
No
Nama Tutor
Pekerjaan
1.
Bapak Sukaemi, BA
Pensiunan Pegawai Negeri Sipil
2.
Bapak Hadi
Swasta
3.
Bapak Asmawadi
Swasta
4.
Bapak Habib Iqbal
Swasta
5.
Ibu Patmi
Guru
6.
Ibu Nunuk
Swasta
7.
Ibu Syafi‟i
Pesiunan
C. Penyajian Data
1. Daftar nama jamaah pengajian
Dari data yang diterima dapat dilihat daftar dari jamaah yang
mengikuti pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo sebagai berikut:
64
Tabel 3.4 Daftar Nama Responden Jamaah Pengajian Yasinan
No
Nama Responden
Umur
Pekerjaan
1.
Ibu Tumiyem
57
Pedagang
2.
Ibu Miyati
46
Ibu rumah tangga
3.
Ibu Rumini
55
Buruh
4.
Ibu Esti Faizah
28
Ibu rumah tangga
5.
Ibu Umi Kalsum
41
Ibu rumah tangga
6.
Ibu Siti Rok Atus
44
Wiraswasta
7.
Ibu Tutik
53
Ibu rumah tangga
8.
Ibu Sujio
52
Ibu rumah tangga
9.
Ibu Sri Kartini
40
Ibu rumah tangga
10.
Ibu Rusminah
57
Pedagang
11.
Ibu Ginah
52
Pedagang
12.
Ibu Patmi
46
Guru
13.
Ibu Ana
29
Ibu rumah tangga
14.
Ibu Gito
51
Ibu rumah tangga
15.
Ibu Umi Lestari
34
Ibu rumah tangga
16.
Ibu Lina
30
Swasta
17.
Ibu Matik
46
Ibu rumah tangga
18.
Ibu Sugeng
40
Ibu rumah tangga
19.
Ibu Darmanto
35
Pedagang
20.
Ibu Bambang
55
Swasta
21.
Ibu Sri Maryatun
33
Buruh
22.
Ibu Tasriah
44
Ibu rumah tangga
65
Lanjutan Tabel…
No
Nama Responden
Umur
Pekerjaan
23.
Ibu Kalam
52
Ibu rumah tangga
24.
Ibu Slamet
29
Buruh
25.
Ibu Suwarni
49
Ibu rumah tangga
26.
Ibu Kasto
51
Ibu rumah tangga
27.
Ibu Sholeh
33
Ibu rumah tangga
28.
Ibu Sudarmi
62
Buruh
29.
Ibu Tatik
56
Pedagang
30.
Ibu Sujud
37
Buruh
Dalam kegiatan pengajian yasinan ini dipimpin oleh seorang
ketua yang dibantu oleh stafnya, dengan struktur organisasinya sebagai
berikut:
KETUA
Ibu Gito
SEKRETARIS
Ibu Tatik
BENDAHARA
Ibu Ratno
ANGGOTA
ANGGOTA
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pengajian Yasinan Sub Inti Tahun 2009-2012
66
2. Hasil Jawaban Angket
Pada penelitian ini penulis mengambil tiga variable yang
diuraikan dalam item pertanyaan dalam angket yang terlampir.
a. Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan
Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket
yang terdiri dari 12 item pertanyaan yang mana masing-masing
pertanyaan disediakan alternatif jawaban sebagai berikut:
1). Pada item no 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, dan 11 alternatif jawaban A dan
B diberi skor 3, karena penulis menganggap jawaban A dan B
mempunyai makna yang sama, sedangkan jawaban C diberi skor 2
dan jawaban D diberi skor 1.
2). Pada item no 1, 6, dan 12 alternatif jawaban A diberi skor 3,
sedangkan jawaban B diberi skor 2 serta jawaban C dan D diberi
skor 1, karena penulis menganggap jawaban C dan D mempunyai
arti yang sama.
Tabel 3.5 Jawaban Angket Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan
Jawaban Soal
No
Responden
A
B
C
D
1.
4
6
2
2.
6
2
3.
9
4.
Nilai
Nominasi
-
31
B
4
-
31
B
1
-
2
32
B
6
2
4
-
31
B
5.
4
6
2
-
31
B
6.
9
3
-
-
35
A
67
Lanjutan Tabel…
Jawaban Soal
No
Responden
A
B
C
D
7.
5
6
1
8.
5
4
9.
9
10.
Nilai
Nominasi
-
33
A
2
1
31
B
3
-
-
34
A
9
3
-
-
29
C
11.
8
3
1
-
34
A
12.
6
6
-
-
32
B
13.
1
6
4
1
27
C
14.
8
3
1
-
34
A
15.
4
1
7
-
27
C
16.
7
3
2
-
32
B
17.
2
9
1
-
29
C
18.
8
2
2
-
30
C
19.
4
3
5
-
29
C
20.
9
3
-
-
35
A
21.
8
3
1
-
33
A
22.
5
6
1
-
32
B
23.
1
9
2
-
29
C
24.
1
10
1
-
30
B
25.
2
7
3
-
30
B
26.
1
6
5
-
27
C
27.
1
9
2
-
29
C
28.
7
4
1
-
28
C
68
Lanjutan Tabel…
Jawaban Soal
No
Responden
A
B
C
D
29.
8
4
-
30.
10
1
-
Nilai
Nominasi
-
33
A
1
33
A
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa nilai
tertinggi adalah 35 dan nilai terendah adalah 27. Untuk mencari
interval ditempuh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dari hasil diatas diperoleh nilai intervalnya 3, maka untuk
mengkategorikannya sebagai berikut:
a). Kategori tinggi
: 33
35
b). Kategori sedang
: 30
32
c). Kategori rendah
: 27
29
b. Ibadah
Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket
yang terdiri dari 12 item pertanyaan yang mana masing-masing
pertanyaan disediakan alternatif jawaban sebagai berikut:
69
1). Pada item no 1, 2, 3, 6, 10, dan 11 alternatiif jawaban A dan B
diberi skor 3, karena penulis menganggap jawaban A dan B
mempunyai arti yang sama, sedangkan jawaban C diberi skor 2 dan
jawaban D diberi skor 1.
2). Pada item no 4, 5, 7, 8, 9 dan 12 alternatif jawaban A diberi skor 3,
jawaban B diberi skor 2 sedangkan jawaban C dan D diberi skor 1,
karena penulis menganggap jawaban C dan D mempunyai makna
yang sama.
Tabel 3.6 Jawaban Angket Tentang Ibadah Masyarakat
Jawaban Soal
No
Responden
A
B
C
D
1.
9
3
-
2.
6
1
3.
9
4.
Nilai
Nominasi
-
35
A
4
1
31
B
1
2
-
32
B
6
1
4
1
28
C
5.
9
3
-
-
30
B
6.
10
2
-
-
31
B
7.
8
3
1
-
33
A
8.
9
3
-
-
30
B
9.
9
3
-
-
35
A
10.
9
3
-
-
32
B
11.
8
2
2
-
34
A
12.
11
1
-
-
31
B
13.
7
3
2
-
30
B
70
Lanjutan Tabel…
Jawaban Soal
No
Responden
A
B
C
D
14.
11
-
1
15.
5
2
16.
11
17.
Nilai
Nominasi
-
34
A
5
-
28
C
1
-
-
35
A
5
2
5
-
27
C
18.
6
3
3
-
30
B
19.
8
1
3
-
31
B
20.
7
2
3
-
32
B
21.
9
3
-
-
34
A
22.
11
1
-
-
35
A
23.
9
3
-
-
27
C
24.
8
3
1
-
34
A
25.
9
2
1
-
35
A
26.
8
3
1
-
33
A
27.
5
4
3
-
32
B
28.
2
3
7
-
29
C
29.
10
-
1
1
32
B
30.
7
2
3
-
35
A
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa nilai
tertinggi adalah 35 dan nilai terendah adalah 27. Untuk mencari
interval ditempuh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
71
Dari hasil diatas diperoleh nilai intervalnya 3, maka untuk
mengkategorikannya sebagai berikut:
a). Kategori tinggi
: 33
35
b). Kategori sedang
: 30
32
c). Kategori rendah
: 27
29
c. Perilaku sosial
Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket
yang terdiri dari 9 item pertanyaan yang masing-masing pertanyaan
disediakan alternatif jawaban sebagai berikut:
1). Pada item no 1, 2, dan 4 alternatif jawaban A diberi skor 3,
jawaban B dan C diberi skor 2, karena penulis menganggap
jawaban B dan C mempunyai arti yang sama, sedangkan jawaban
D diberi skor 1.
2). Pada item no 3, 5, 6, 7, 8 dan 9 alternatif jawaban A dan B diberi
skor 3, karena penulis menganggap jawaban A dan B mempunyai
arti yang sama, sedang jawaban C diberi skor 2 dan jawaban D
diberi skor 1.
72
Tabel 3.7 Jawaban Angket Tentang Perilaku Sosial Masyarakat
Jawaban Soal
No Responden
Nilai
Nominasi
1
23
B
1
-
25
A
-
1
-
26
A
6
2
1
-
25
A
5.
8
-
1
-
22
B
6.
4
5
-
-
25
A
7.
2
5
2
-
22
B
8.
2
5
1
1
23
B
9.
6
2
1
-
25
A
10.
6
3
-
-
23
B
11.
4
4
1
-
26
A
12.
1
8
-
-
26
A
13.
1
5
3
-
21
B
14.
6
3
-
-
19
C
15.
2
4
3
-
23
B
16.
5
3
1
-
25
A
17.
1
6
2
-
23
B
18.
3
5
1
-
20
C
19.
-
3
6
-
19
C
20.
3
5
1
-
26
A
21.
5
3
1
-
25
A
22.
7
1
1
-
26
A
23.
3
6
-
-
19
C
A
B
C
D
1.
2
5
1
2.
6
2
3.
8
4.
73
Lanjutan Tabel…
Jawaban Soal
No Responden
Nilai
Nominasi
A
B
C
D
24.
7
1
1
-
26
A
25.
2
6
1
-
19
C
26.
5
2
2
-
22
B
27.
-
8
1
-
24
A
28.
4
5
-
-
21
B
29.
5
4
-
-
26
A
30.
6
2
1
-
26
A
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa nilai
tertinggi adalah 26 dan nilai terendah adalah 19. Untuk mencari
interval ditempuh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dari hasil diatas diperoleh nilai intervalnya 3, maka untuk
mengkategorikannya sebagai berikut:
a). Kategori tinggi
: 24
26
b). Kategori sedang
: 21
23
c). Kategori rendah
: 18
20
74
BAB IV
ANALISA DATA
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari
pokok permasalahan sebagaimana yang termuat pada bab sebelumnya. Untuk
memudahkan menganalisis, maka ada tahap-tahap dalam menganalisis data
tersebut agar berjalan dengan benar sesuai dengan data yang akan di teliti. Adapun
tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
A. Analisis Pertama
Pada analisis pertama penulis akan menganalisis data dengan
menggunakan tehnik analisis prosentase frekuensi untuk melakukan analisis
data tiap variable. Adapun analisisnya dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
Kemudian langkah yang ditempuh adalah mentabulasikan data dari
angket tiap variabel dan sekaligus menentukan prosentasenya.
75
1. Intensitas mengikuti pengajian yasinan
Tabel 4.8 Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan di Sub Inti
Jawaban
No
1.
Kejenuhan waktu dalam
kelangsungan pengajian.
2.
Ketepatan
waktu
awal
sampai akhir pengajian.
3.
Penyediaan waktu selama
kelangsungan pengajian.
4.
Prosentase
Item
Keaktif
pengajian
A
B
C
D
A
B
C
D
14
16
-
-
47
53
-
-
8
9
13
-
27
30
43
-
4
21
5
-
13
70
17
-
11
9
10
-
37
30
33
-
13
12
5
-
43
40
17
-
14
16
-
-
47
53
-
-
4
15
8
3
13
50
27
10
15
10
50
33
17
-
mengikuti
dalam
satu
bulan
5.
Keikutisertaan
semua
kegiatan dalam pengajian.
6.
Tentang
meninggalkan
pengajian
ketika
berlangsung
7.
Bertanya tentang materi
pengajian
yang
belum
paham.
8.
Tentang keseriusan
mendengarkan ceramah
pengajian.
76
5
-
Lanjutan Tabel…
Jawaban
No
9.
Item
Menjawab pertanyaan
terkait dengan materi.
10. Tentang kesenangan
mengikuti pengajian
11. Tentang
kesemangatan
menghadiri pengajian
12. Tentang
kehadiran
mengikuti pengajian
Prosentase
A
B
C
D
A
B
C
D
11
6
9
4
37
20
30
13
13
12
5
-
43
40
17
-
11
15
4
-
37
50
13
-
29
1
-
-
97
3
-
-
Berdasarkan tabel tersebut dapat diinterpretasikan dari masingmasing item sebagai berikut:
1. Selama pengajian berlangsung dirasakan 14 orang dari 30 orang jarang
sekali jenuh (cukup 47%), sedangkan yang kadang-kadang merasa
jenuh ada 16 orang (tinggi 53%). Artinya mayoritas jamaah pada
waktu pengajian merasa jenuh.
2. Dalam hal ketepatan waktu awal sampai akhir pengajian, yang merasa
selalu dan sering tepat waktu ada 17 orang (tinggi 57%), sementara
yang merasa kadang-kadang tepat waktu ada 13 orang (cukup 43%).
Ini berarti mayoritas datang dan pulang tepat waktu.
77
3. Mengenai waktu kelangsungan pengajian yasinan dirasakan sudah
lebih dari cukup, hal ini diakui oleh 25 orang (83%). Ini berarti pada
umumnya jamaah merasa pengajian waktunya sudah mencukupi.
4. Selama satu bulan mengikuti pengajian yasinan, ada 20 orang (67 %)
yang selalu dan sering aktif, sedangkan yang kadang-kadang mengikuti
pengajian hanya 10 orang. Artinya secara umum jamaah aktif dalam
mengikuti pengajian yasinan.
5. Ada 25 orang (83%) yang selalu dan sering mengikuti kegiatan yang
ada dalam pengajian yasinan, dan 5 orang (17%) yang akadang-kadang
mengikuti kegiatan yang ada dalam pengajian. Hal ini menunjukkan
bahwa secara umum jamaah selalu dan sering mengikuti kegiatan yang
ada dalam pengajian.
6. Selama kegiatan pengajian berlangsung, jamaah pengajian di Sub Inti
mayoritas tidak mengikuti sampai selesai. Terbukti dari hasil angket
ada 14 orang (cukup 47%) yang mengikuti sampai selesai dan 16
orang (tinggi 53%) yang meninggalkan pengajian karena suatu alasan.
7. Mengenai keaktifan bertanya tentang materi yang belum paham,
ternyata yang selalu dan sering bertanya ada 19 orang (tinggi 63%). Ini
artinya ada 63% yang sering bertanya jika mereka belum paham akan
materi yang disampaikan, dan ada 8 orang (27%) yang kadang-kadang
bertanya.
8. Dalam hal keseriusan mendengarkan ceramah pengajian, secara umum
jamaah pengajian mendengarkan dengan serius. Terbukti ada 25 orang
78
(83%) yang serius mendengarkan dan hanya ada 5 orang yang kurang
serius.
9. Dalam memberikan respon jawaban atas pertanyaan yang diajukan,
mayoritas jamaah menjawab dengan baik. Ini menunjukkan bahwa
jamaah pengajian belum 100% memberikan respon. Sebagai buktinya
yang selalu dan sering menjawab ada 17 orang (57%), 9 orang (30%)
mengaku kadang-kadang menjawab, dan yang jarang sekali menjawab
pertanyaan dari penceramah ada 4 orang (13%).
10. Untuk item no. 10, 11, dan 12 membahas tentang faktor interen
mengikuti pengajian, yaitu faktor kesenangan, kesemangatan dan
keinginan sendiri. Ketiga faktor tersebut memperoleh prosentase yang
paling tinggi yaitu 83% kesenangan, 87% kesemangatan, dan 97%
keinginan sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas mengikuti
pengajiannya sangat tinggi.
Untuk mengetahui nilai kategori intensitas mengikuti pengajian
yasinan dengan jalan mencari interval nilai dengan rumus sebagai berikut:
Dari hasil diatas diperoleh nilai 3 intervalnya maka untuk
mengkategorikannya sebagai berikut:
79
Tabel 4.9 Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan
No
Interval
Frekuensi
Prosentase
Kategori
Kode
1.
33
35
9
30%
Tinggi
A
2.
32
30
11
37%
Sedang
B
3.
29
27
10
33%
Rendah
C
30
100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa intensitas mengikuti
pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo termasuk dalam
kategori “B” (sedang) dengan prosentase 37%.
2. Ibadah masyarakat di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo
Tabel 4.10 Ibadah Masyarakat di Sub Inti
Jawaban
No
1.
Mengerjakan shalat fardhu
pada waktunya.
2.
Ketepatan membayar
zakat fitrah.
3.
Pelaksanakan puasa ketika
bulan Ramadhan
4.
Prosentase
Item
Tentang meninggalkan
shalat lima waktu
A
B
C
D
A
B
C
D
9
14
6
1
30
47
20
3
27
2
1
-
90
7
3
-
27
2
1
-
90
7
3
-
12
14
4
-
40
47
13
-
80
Lanjutan Tabel…
Jawaban
No
5.
Tentang meninggalkan
puasa ramadhan
6.
Tentang meluangkan
waktu membaca Al Qur‟an
7.
Pelaksanakan sholat sesuai
tuntunan agama
8.
Pembayaran zakat sesuai
ketentuan agama Islam
9.
Tentang membaca Al
Qur‟an dengan tajwidnya
10.
Prosentase
Item
A
B
C
D
A
B
C
D
11
16
1
2
37
53
3
7
12
5
12
1
40
17
40
3
27
-
3
-
90
-
10
-
29
-
1
-
97
-
3
-
14
3
13
-
47
10
43
-
29
1
-
-
97
3
-
-
29
1
-
-
97
3
-
-
29
1
-
-
97
3
-
-
Dalam menjalankan shalat
wajib terpengaruh orang
lain
11.
Dalam menjalankan
ibadah puasa mengikuti
orang lain
12.
Kerpaksaan dalam
membaca Al Qur‟an
81
Berdasarkan tabel tersebut dapat diinterpretasikan dari masingmasing item sebagai berikut:
1. Item no. 1 tentang intensitas ketepatan waktu mengerjakan shalat
fardhu. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ada 77% atau 14
orang yang sering mengerjakan sholat fardhu tepat waktu. Ini berarti
pada umumnya jamaah pengajian di Sub Inti mengerjakan sholat wajib
tepat pada waktunya.
2. Pada item no. 2 membahas tentang waktu pembayar zakat fitrah.
Dalam hal ini ada 29 orang atau 97% selalu dan sering membayar
zakat sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri. Ini berarti secara umum
jamaah pengajian telah melaksanakan rukun Islam yang ke 3 dengan
baik.
3.
Berdasarkan tabel di atas, item no. 3 diperoleh data 97% atau 29 orang
melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dengan penuh kesungguhan.
Artinya, jamaah pengajian di Sub Inti telah memahami syariat Islam
tentang kewajiban melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dengan
baik.
4. Mengenai item no. 4 tentang intensitas melaksanakan shalat lima
waktu yaitu subuh, dhuhur, asar, maghrib, dan isya‟. Data yang
diperoleh menunjukkan 40% tidak pernah meninggalkan shalat, 47%
kadang – kadang meninggalkan sholat, dan 13% yang merasa tidak
tertib dalam melaksanakan sholat. Artinya mayoritas jamaah belum
tertib dalam shalatnya.
82
5.
Item no. 5 menunjukkan bahwa intensitas melaksanakan puasa di
bulan Ramadhan masih belum tertib, terbukti ada 37% atau 11 orang
tidak pernah meninggalkan puasa Ramadhan, 53% atau 16 orang
kadang-kadang meninggalkan puasa Ramadhan karena sesuatu hal,
dan 10% atau 3 orang tidak tertib dalam berpuasa.
6. Pada item no. 6 membahas tenteng intensitas membaca Al Qur‟an.
Data pada table menunjukkan 17 orang (57%) yang selalu dan sering
meluangkan waktu membaca, kadang-kadang meluangkan waktu ada
12 orang (40%) dan 1 orang yang jarang sekali meluangkan waktu
membaca Al Qur‟an. Maksudnya jamaah pengajian ada kemauan
untuk membaca Al Qur‟an.
7. Berdasarkan tabel di atas, item no. 7 diperoleh data 90% atau 27 orang
telah melaksanakan shalat wajib sesuai dengan syarat rukunnya.
Artinya, jamaah pengajian di Sub Inti telah menunaikan ibadah shalat
dengan baik dan tertib sesuai syariat Islam.
8. Item no. 8 mengenai pembayaran zakat yang sesuai ketentuan agama
Islam, hal ini dilaksanakan oleh 29 orang (97%), sementara ada 1
orang yang masih kurang sesuai. Ini berarti pada umumnya jamaah
membayar zakat sesuai perintah agama.
9. Item no. 9 tentang membaca Al Qur‟an dengan baik dan benar sesuai
ilmu tajwid. Pada jamaah pengajian di Sub Inti diperoleh data 47%
yang sudah sesuai dengan tajwidnya, 43% yang masih belum sesuai
dengan tajwidnya, dan 10% yang masih ragu-ragu. Dengan demikian
83
dapat diartikan bahwa mayoritas jamaah pengajian dalam membaca Al
Qur,an telah sesuai dengan tajwid dan sebagian lagi perlu bimbingan.
10. Pada item no. 10 membahas tentang keasadaran dalam menunaikan
shalat lima waktu. Terbukti bahwa 97% jamaah pengajian dalam
menunaikan shalat lima waktu atas kesadaran sendiri bukan karena hal
lain.
11. Pada item no. 11 membahas tentang kesadaran dalam melaksanakan
ibadah puasa di bulan Ramadhan. Data pada tabel di atas menunjukkan
97% menjalankan puasa atas keinginan sendiri. Artinya jamaah
pengajian memiliki kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan ibadah
puasa.
12. Untuk item no. 12 tentang kesadaran membaca Al Qur‟an. Ada 29
orang yang membaca Al Qur‟an atas kemauan sendiri dan 1 orang
karena terpaksa. Hal ini mengandung arti bahwa kesadaran dalam
membaca Al Qur‟an sangat tinggi dengan prosentase 97%.
Untuk mengetahui nilai kategori ibadah dengan jalan mencari
interval nilai dengan rumus sebagai berikut:
84
Dari hasil diatas dapat diperoleh nilai intervalnya 3 maka untuk
mengkategorikannya sebagai berikut:
Tabel 4.11 Ibadah Masyarakat di Sub Inti
No
Interval
Frekuensi
Prosentase
Kategori
Kode
1.
33
35
12
37%
Tinggi
A
2.
32
30
13
43%
Sedang
B
3.
29
27
6
20%
Rendah
C
30
100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ibadah masyarakat di Sub
Inti Kelurahan Tegalrejo berada pada taraf sedang yaitu 43% atau dengan
kata lain termasuk dalam kategori “B‟ ( sedang ).
3. Perilaku sosial
Tabel 4.12 Perilaku Sosial Masyarakat di Sub Inti
Jawaban
No
1.
2.
Prosentase
Item
Tentang hubungan dengan
lingkungan sekitarnya
Tentang sikap pada jamaah
yang baru bergabung
A
B
C
D
A
B
C
D
10
16
2
2
33
53
7
7
10
17
1
2
33
57
3
7
6
15
8
1
20
50
27
3
Tentang sikap menghadiri
3.
undangan
pengajian
dari
desa lain
85
Lanjutan Tabel…
Jawaban
No
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Prosentase
Item
Tentang
sikap
berbicara
dengan orang lebih tua
Sikap apabila tetangga
sedang mempunyai hajat
Tentang sikap jika bertemu
tetangga di jalan
Sikap apabila ada tetangga
yang meninggal
Sikap apabila ada tetangga
yang sakit
Sikap apabila ada tetangga
minta bantuan pada kita
A
B
C
D
A
B
C
D
3
20
7
-
10
67
23
-
14
13
3
-
47
43
10
-
20
9
1
-
67
30
3
-
18
11
1
-
60
37
3
-
16
12
2
-
53
40
7
-
12
11
6
1
40
37
20
3
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan masing-masing
item sebagai berikut:
1. Dalam
hal
hubungan
dengan
lingkungan
sekitarnya,
seperti
bertetangga dengan lain agama, terjadi perbedaan pendapat, ternyata
sangat baik, hal ini dibuktikan dengan perolehan prosentase untuk
jawaban sangan baik mencapai 60%.
2. Sikap yang ditunjukkan jamaah terhadap jamaah lain yang baru
bergabung dalam pengajian adalah menyambut dengan sangat baik.
86
Mencapai 60%, ada 10 orang dari 30 orang, sedangkan yang merasa
cukup baik 33%, dan menyambut dengan biasa – biasa saja 7%.
Artinya jamaah pengajian di Sub Inti memiliki perilaku sosial yang
sangat baik.
3. Intensitas menghadiri undangan pengajian dari desa lain juga sangat
tinggi yaitu mencapai 70%. Dengan demikian jamaah pengajian telah
memahami bahwa hukum mengahadiri undangan itu wajib.
4.
Dalam hal sikap berbicara dengan orang lebih tua, jamaah yang
menjawab sangat sopan ada 23 orang (77%) dan cukup sopan ada 7
orang (23%). Artinya tingkat kesopanan dalam berbicara sangat tinggi.
5. Point 5 mengenai sikap yang dilakukan ketika ada tetangga yang
sedang mempunyai hajat. Dalam tabel di atas menunjukkan bahwa
jamaah pengajian selalu membantu dengan prosentase 90%. Ini berarti
rasa peduli terhadap sesama sangat tinggi.
6. Dari tabel diatas diperoleh data 97% atau 29 orang yang bertemu
tetangga selalu tersenyum. Ini berarti secara umum jamaah telah
melaksanakan sunah nabi yang berbunyi senyum itu ibadah.
7. Pada saat ada tetangga yang meninggal duinia, pada umumnya jamaah
pengajian selalu dan sering takziah. Hal ini ditunjukkan pada tabel
diatas ada 97% atau 29 orang.
8. Ketika ada tetangga yang sedang sakit, yang selalu dan sering
menjenguk ada 28 orang (93%), sementara 2 orang (7%) yang kadang-
87
kadang menjenguk. Dengan demikian secara umum jamaah pengajian
memiliki rasa solidaritas tinggi.
9. Pada waktu tetangga meminta bantuan pada kita diantara 30 orang
yang merasa selalu dan sering membantu ada 23 orang, sedangkan
yang kadang-kadang membantu bila mampu ada 6 orang, serta ada 1
orang yang jarang sekali membantu (tinggi 77%, cukup 20% dan
rendah 3%).
Untuk mengetahui nilai kategori perilaku sosial dengan jalan
mencari interval nilai dengan rumus sebagai berikut:
Dari hasil diatas dapat diperoleh nilai intervalnya 3 maka untuk
mengkategorikannya sebagai berikut:
Tabel 4.13 Perilaku Sosial Masyarakat
No
Interval
Frekuensi
Prosentase
Kategori
Kode
1.
24
26
15
50%
Tinggi
A
2.
21
23
10
33%
Sedang
B
3.
18
20
5
17%
Rendah
C
30
100%
88
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perilaku sosail masyarakat
untuk jamaah pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo termasuk
dalam kategori “A” ( tinggi ) dengan prosentase 50%.
B. Analisis Kedua
1. Mencari korelasi antara pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan
terhadap ibadah masyarakat.
Analisis kedua ini berfungsi untuk menjawab permasalahan
tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah
bagi masyarakat dengan menggunakan rumus statistic korelasi product
moment.
Adapun yang menjadi variable X adalah intensitas mengikuti
pengajian yasinan dan untuk variabel Y1 adalah ibadah.
Tabel 4.14 Pembantu Analisis Product Moment
No
X
Y1
X2
Y 12
X.Y1
1.
31
35
961
1225
1085
2.
31
31
961
961
961
3.
32
32
1024
1024
1024
4.
31
28
961
784
868
5.
31
30
961
900
930
6.
35
31
1225
961
1085
7.
33
33
1089
1089
1089
8.
31
30
961
900
930
9.
34
35
1156
1225
1190
89
Lanjutan Tabel…
No
X
Y1
X2
Y 12
X.Y1
10.
29
32
841
1024
928
11.
34
34
1156
1156
1156
12.
32
31
1024
961
992
13.
27
30
729
900
810
14.
34
34
1156
1156
1156
15.
27
28
729
784
756
16.
32
35
1024
1225
1120
17.
29
27
841
729
783
18.
30
30
900
900
900
19.
29
31
841
961
899
20.
35
32
1225
1024
1120
21.
33
34
1089
1156
1122
22.
32
35
1024
1225
1120
23.
29
27
841
729
783
24.
30
34
900
1156
1020
25.
30
35
900
1225
1050
26.
27
33
729
1089
891
27.
29
32
841
1024
928
28.
28
29
784
841
812
29.
33
32
1089
1024
1056
30.
33
35
1089
1225
1155
∑
931
955
29051
30583
29719
90
2. Mencari korelasi antara pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan
terhadap perilaku sosial.
Analisis kedua ini juga berfungsi untuk menjawab permasalahan
tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku
social bagi masyarakat dengan menggunakan rumus statistic korelasi
product moment.
Adapun yang menjadi variable X adalah intensitas mengikuti
pengajian yasinan dan untuk variabel Y2 adalah perilaku sosial.
Tabel 4.15 Pembantu Analisis Product Moment
No
X
Y2
X2
Y 22
X.Y2
1.
31
23
961
529
713
2.
31
25
961
625
775
3.
32
26
1024
676
832
4.
31
25
961
625
775
5.
31
22
961
484
682
6.
35
25
1225
625
875
91
Lanjutan Tabel…
No
X
Y1
X2
Y 12
X.Y1
7.
33
22
1089
484
726
8.
31
23
961
529
713
9.
34
25
1156
625
850
10.
29
23
841
529
667
11.
34
26
1156
676
884
12.
32
26
1024
676
832
13.
27
21
729
441
567
14.
34
19
1156
361
646
15.
27
23
729
529
621
16.
32
25
1024
625
800
17.
29
23
841
529
667
18.
30
20
900
400
600
19.
29
19
841
361
551
20.
35
26
1225
676
910
21.
33
25
1089
625
825
22.
32
26
1024
676
832
23.
29
19
841
361
551
24.
30
26
900
676
780
25.
30
19
900
361
570
26.
27
22
729
484
594
27.
29
24
841
576
696
28.
28
21
784
441
588
29.
33
26
1089
676
858
92
Lanjutan Tabel…
No
X
Y1
X2
Y 12
X.Y1
30.
33
26
1089
676
858
∑
931
701
29051
16557
21838
C. Pembahasan
Setelah data pertama dianalisis dengan tehnik korelasi Product
Moment diperoleh rxy1 sebesar 0,483 kemudian nilai rxy yang telah diketahui
tersebut diadakan tes signifikan, yaitu dikonsultasikan kepada rtabel Product
Moment dengan N = 30 pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai 0,361 dan
pada taraf signifikan 1% adalah 0,463. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa pada taraf signifikan 5% dan 1% terdapat hubungan positif yang
signifikan antara intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah bagi
masyarakat di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo. Dengan
93
demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima. Artinya semakin tinggi
intensitas mengikuti pengajian yasinan semakin tinggi ibadahnya.
Kemudian data kedua dianalisis juga dengan tehnik korelasi
Product Moment diperoleh rxy2 sebesar 0,499 dan kemudian nilai rxy yang
telah diketahui tersebut diadakan tes signifikan, yaitu dikonsultasikan kepada
rtabel Product Moment dengan N = 30 pada taraf signifikan 5% diperolah nilai
0,361 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,463. Dengan ini dapat diketahui
bahwa pada taraf signifikan 5% dan 1% terdapat hubungan positif yang
signifikan antara intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku
sosial bagi masyarakat di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima. Artinya
semakin tinggi intensitas mengikuti pengajian yasinan semakin baik perilaku
sosialnya.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah dijabarkan pada
bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil tabel 4.9, dapat diketahui bahwa intensitas jamaah
mengikuti pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo termasuk
kategori sedang (B) pada prosentase 37%.
2. Berdasarkan pada tabel 4.11, dapat diketahui bahwa ibadah jamaah
pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo termasuk kategori
sedang (B) dengan prosentase 43%.
3. Berdasarkan pada tabel 4.13, dapat diketahui bahwa perilaku sosial jamaah
pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo termasuk kategori
tinggi (A) dengan prosentase 50%.
Dari penilaian yang pertama yang dianalisis secara statistik di
peroleh hasil yang menjadi kesimpulan bahwa ada pengaruh intensitas
mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah masyarakat. Hal ini terbukti
dengan koefisien korelasi dari hasil rxy1 hitung sebesar 0,483 sedangkan rxy tabel
0,361 pada taraf signifikasi 5 % N = 30 dan pada taraf signifikan 1% adalah
0,463. Dengan ini dapat diketahui bahwa pada taraf signifikan 5% dan 1%
terdapat hubungan positif yang signifikan. Maka hipotesis yang diajukan
penulis di terima, berarti intensitas mengikuti pengajian yaasinan ada
95
pengaruhnya terhadap ibadah bagi masyarakat karena taraf signifikan yang
disebabkan dari hasil perhitungan data yang diperoleh di lapangan
menunjukkan rxy hitung > rxy
tabel.
Dari penilaian yang ke dua dianalisis secara statistik di peroleh
hasil yang menjadi kesimpulan bahwa ada pengaruh intensitas mengikuti
pengajian yasinan terhadap perilaku sosial masyarakat. Hal ini terbukti dengan
koefisien korelasi dari hasil rxy2 hitung sebesar 0,499, sedangkan rxy tabel 0,361
pada taraf signifikasi 5 % N = 30 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,463.
Dengan ini dapat diketahui bahwa pada taraf signifikan 5% dan 1% terdapat
hubungan positif yang signifikan. Maka hipotesis yang diajukan penulis di
terima, berarti intensitas mengikuti pengajian yaasinan ada pengaruhnya
terhadap perilaku sosial bagi masyarakat karena taraf signifikan yang
disebabkan dari hasil perhitungan data yang diperoleh di lapangan
menunjukkan rxy hitung > rxv tabel.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian
maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:
1. Kepada seluruh masyarakat di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan
Argomulyo hendaknya benar-benar memanfaatkan, secara maksimal
dalam mengikuti pengajian yasinan sehingga terwujud masyarakat yang
berperilaku sesuai dengan syariat yang telah dianjurkan oleh Allah SWT
96
dan
tetap
menjaga
keharmonisan
dalam
berinteraksi
dengan
lingkungannya..
2. Kepada masyarakat khususnya anggota jamaah pengajian yasinan di Sub
Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo agar tidak bosan dan
malu-malu dalam mencari ilmu agama sebagai bekal hidup dan selalu aktif
mengikuti pengajian yasinan maupun acara-acara keagamaan lainnya serta
aktif dalam kegiatan bermasyarakat dalam menjaga persatuan dan
kesatuan masyarakat.
C. Penutup
Mengakhiri penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan syukur
yang tiada terkira kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak
nikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tanpa
halangan yang berarti dan dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditetapkan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kritik yang membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat dijadikan bahan kajian
yang lebih lanjut dan dapat membawa manfaat khususnya bagi penulis dan
bagi pembaca pada umumnya serta bagi nusa dan bangsa, khususnya
masyarakat Islam dan dunia pendidikan.
97
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jazairi, Jabir, Bakar, Abu, Syaikh. 2006. Fiqih Ibadah dari Kitab
Minhajul Muslim. Solo: Media Insani Plubishing.
Arikunto, Suharsini. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmadi, Abu. 1991. Psikoligi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Amin, Masyhur. 1997. Dakwah Islam dan Pesan Moral. Yogyakarta: Al
Amin Press.
Arifin. 1991. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi
Aksara.
Al Azidi, Sabhasatani, Al Asy‟ats, Sulaiman, Ibnu, Daud, Abu, Al
Muttaqin, Al Munshnif. 275. Kitab Sunan Abu Daud. Jakarta.
Darul Hikmah.
Basyir, Azhar. 2001. Filsafat Ibadah dalam Islam. Yogyakarta: UII Press.
Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi
Tajwid. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media.
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Departeman Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi ke Tiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Faqih, Rahim Aunur & Amir Mu‟allim (Eds.) 1998. Ibadah dan Akhlak
dalam Islam. Yogyakarta:UII Press Indonesia.
Huda, Ni‟amul. 1995. Tata Cara Bertahlil yang Benar. Demak: CV.
Media Ilmu.
Hadi, Sutrisno. 1983. Metodoldgi Researc 1. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
H. Thouless, Robert. 1995. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
98
Haddad, Abdullah, Habib, Imam. 1993. Nasehat Agama dan Wasiat Iman.
Semarang: CV Toha Putra.
Kustini (Ed.). 2007. Hasil Seminar Peningkatan Peran Serta Masyarakat
dalam Pendalaman Ajaran Agama melalui Majelis Taklim.
Jakarta: Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat
Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Poerwodarminto. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Qardhawi, Yusuf. 1998. Puasa Fiqih. Solo: RA Intermedia.
Slamet Abidin & Moh Suyono.1998. Fiqih Ibadah Untuk IAIN, STAIN
dan PTAIS. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Sudjiono, Anas. 1994. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Siswanto. 2005. Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid. Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kautsar
Salim Bahreisy & Said Bahreisy. 2006. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu
Katsier Jilid 6. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Yunus, Mahmud. 1989. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya
Agung.
Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
99
Download