PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PENGAJIAN YASINAN TERHADAP IBADAH DAN PERILAKU SOSIAL BAGI MASYARAKAT DI SUB INTI KELURAHAN TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : MUSTAQIMAH NIM. 11108119 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012 i ii iii iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO أﻄﻟﺑوا اﻟﻌﻟم وﻟو ﺑﺎﻟﺼﯾن ﻓﺎن ﻄﻟب اﻟﻌﻟم ﻓرﯿﺿﺔ ﻋﻟﻰ ﻛﻞ ﻣﺳﻟم وﻣﺳﻟﻣﺔ “Carilah Ilmu walau sampai ke negeri Cina. Sesungguhnya mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan”. PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahakan kepada: 1. Bapak ibu tercinta yang selalu mendidik dan mengasuh anak-anaknya 2. Kakak, adikku tersayang yang selalu menemaniku dan memberi motivasi agar menjadi orang sukses 3. Sahabat-sahabat dan khususnya kelas PAI D v teman-temanku KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin dan penyelamat dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat nanti. Tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada: 1. Ketua STAIN Salatiga 2. Dr. M. Zulfa M. Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulisan skripsi ini 3. Bapak dan ibu dosen yang telah banyak memberikan jasanya dalam mendidik penulis dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga 4. Bapak Lurah Sub Inti beserta stafnya dan ketua pengajian yasinan beserta jamaahnya yang telah memberikan ijin dan bantuan pada pelaksanaan penelitian kepada penulis 5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan hingga selesainya penyusunan skripsi ini Semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal sholeh dan mendapat balasan dari Allah SWT. vi vii ABSTRAK Mustaqimah. 2012. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan terhadap Ibadah dan Perilaku Sosial bagi Masyarakat Sub Inti, Keluraha Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Zulfa M. Ag. Kata kunci: pengajian yasinan, ibadah dan perilaku sosial masyarakat Permasalahan yang diajuan dalam penelitian ini adalah bagaimana intensitas mengikuti pengajian yasinan, bagaimana ibadah masyaraat, bagaimana perilau sosial masyarakat, adakah pengaruh intensitas pengajian yasinan terhadap ibadah, dan adakah pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo. Dalam penelitin ini terdapat beberapa tujuan penelitian diantaranya untuk mengetahui intensitas mengikuti pengajian yasinan, untuk mengetahui ibadah, untuk mengetahui perilaku sosial, untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan untuk mengetahui pengaruh intensitas mengiuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamata Argomulyo. Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis menggunakan analisa data kuantitatif. Sedangkan metode yang digunaan penulis adalah metode kuesioner/anget dan dokumentasi. Sebagai analisis data penelitian ini, penulis menggunakan analisis data kuantitatif dengan menggunakan 3 tahap yaitu analisa petama menghasilkan bahwa intensitas mengikuti pengajian yasinan termasuk kategori sedang (B) pada prosentase 37%, sedang hasil ibadah masyarakat termasuk pada kategori sedang (B) dengan prosentase 43%, dan pada perilaku sosial masyarakat termasuk kategori tinggi (A) pada prosentase 50%. Analisis kedua menggunakan tekhnik korelasik Product Moment, tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah diperoleh rxy1 sebesar 0,483, sedangkan tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial diperoleh rxy2 sebesar 0,499. Pembahasan dengan konsultasi kepada rtabel Product Moment dengan N = 30 pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai 0,361 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,463, dengan demikian dapat diketahui bahwa pada taraf signifikan 5% dan 1% terdapat hubungan positif yang signifikan antara intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengajian yasinan dijadikan tempat untuk menuntut ilmu bagi masyarakat Sub Inti yang bermanfaat bagi perubahan ibadah dan perilaku sosial. Sehingga semakin aktif dalam pengajian semakin tinggi ibadahnya dan semakin baik perilaku sosialnya. viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................... i HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN ABSTRAK ................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................... v HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................. vi HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................. vii HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................ ix HALAMAN DAFTAR TABEL ........................................................ xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................ 4 C. Tujuan Penelitian.................................................. 5 D. Hipotesis Penelitian .............................................. 6 E. Manfaat Penelitian ................................................ 6 F. Definisi Operasional ............................................. 7 G. Metodologi Penelitian........................................... 10 H. Sistematika Penulisan ........................................... 14 ix BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan ............... 16 1. Pengertian Pengajian Yasinan ......................... 16 2. Tujuan Pengajian Yasinan .............................. 18 3. Fungsi dan Peran Pengajian Yasinan ............... 19 4. Hukum Mendatangi dan Mendengarkan Pengajian Yasinan .......................................... 20 B. Ibadah .................................................................. 21 1. Pengertian Ibadah ........................................... 21 2. Bentuk Ibadah................................................. 22 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibadah ...... 50 C. Perilaku Sosial ...................................................... 51 1. Pengertian Perilaku Sosial .............................. 51 2. Bentuk Perilaku Sosial .................................... 52 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial .............................................................. 54 D. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan terhadapIbadah ..................................................... 55 E. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan terhadap Perilaku Sosial ....................................... x 56 BAB III HASIL PENELITIAN A. . Gambaran Umum Daerah Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamata Argomulyo Kota Salatiga ..... 58 1. Letak Geografis .............................................. 58 2. Monografi Penduduk ...................................... 58 B. Gambaran Umum Pengajian Yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota BAB IV BAB V Salatiga ................................................................ 62 C. Penyajian Data ..................................................... 63 1. Daftar Nama Jamaah Pengajian ...................... 63 2. Hasil Jawaban Angket .................................... 66 ANALISA DATA A. Analisa Pertama.................................................... 74 B. Analisa Kedua ...................................................... 88 C. Pembahasan.......................................................... 92 PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................... 94 B. Saran-saran ........................................................... 95 C. Penutup ................................................................ 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP xi DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Daftara Penduduk Menurut Mata Pencaharian ............................. 59 2. Daftar Penduduk Menurut Agama ............................................... 60 3. Struktur Organisasi Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga ............................................................................... 61 4. Daftar Pengisi Tausiah Pengajian Yasinan ................................... 63 5. Daftar Nama Responden Jamaah Pengajian Yasinan .................... 64 6. Struktur Organisasi Pengajian Yasinan ........................................ 65 7. Jawaban Angket Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan ............ 66 8. Jawaban Angket tentang Ibadah .................................................. 69 9. Jawaban Angket tentang Perilaku Sosial ...................................... 72 10. Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan....................................... 75 11. Frekuensi dan Prosentase Intensitas mengikuti Pengajian Yasinan 79 12. Ibadah ......................................................................................... 79 13. Frekuensi dan Prosentase Ibadah ................................................. 84 14. Perilaku Sosial ............................................................................. 84 15. Frekuensi dan Prosentase Perilaku Sosial ..................................... 87 16. Pembantu Analisis Product Moment Ibadah ................................. 88 17. Pembantu Analisis Product Moment Perilaku Sosial .................... 90 xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam merupakan ajaran yang diturunkan Nabi Muhammad SAW kepada umat manusia sabagai petunjuk dari Allah yang dapat membimbing dan mengarahkan manusia menjadi seorang muslim yang mulia. Maka agama Islam itu ikut berperan dalam pembentukan moral, akhlak, dan etika bagi semua manusia, sampai terbentuknya masyarakat yang berakhlak mulia dan berpedoman pada Al Qur‟an dan Hadis. Dalam mewujudkannya dilakukan melalui sistem pendidikan yang akan menumbuhkan suatu peradaban. Masyarakat yang beradab adalah masyarakat yang berpendidikan, untuk memperolehnya melalui pendidikan formal, informal dan non-formal. Kemajuan teknologi yang begitu cepat mempermudah masyarakat dalam mendapatkan lembaga pendidikan dari pemerintah maupun swasta. Tetapi dengan semakin banyaknya sekolah yang berbasis teknologi tidak seimbang dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Sehingga masyarakat cenderung hanya memikirkan hal-hal yang bersifat keduniawian saja yang menyebabkan nilai-nilai agama lama-lama menghilang. Kondisi masyarakat yang demikian cenderung mengabaikan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat, dimana dijelaskan dalam Al Quran yang berbunyi: 1 . . . Artinya: “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia…” (Q.S Ali Imron :112) Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena dapat mengubah perilaku manusia. Dalam ajaran agama Islam terdapat perintah untuk menuntut ilmu bagi setiap manusia dari buaian sampai keliang lahat. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama, maka lembaga pendidikan yang bermunculan di masyarakat merupakah hal yang mutlak keberadaannya. Lembaga itu seperti Majelis Ta‟lim yang merupakan lembaga Islam yang mengajarkan pendidikan melalui pengajian yang dapat menambah ilmu, meningkatkan iman, ketaqwaan kepada Allah SWT dan saling mengenal serta sebagai alat pemersatu antara warga. Selain itu juga sebagai lembaga yang dapat mengantisipasi berbagai hal yang negatif akibat pengaruh ilmu dan teknologi yang semakin maju. Kegiatan dalam keberagamaan merupakan rancangan yang dapat mempengaruhi perubahan perilaku seseorang dan mempersiapkan masyarakat di masa depan. Bagi keluarga yang sadar akan pentingnya agama, maka mereka akan selalu terdorong untuk mengikuti kegiatan tersebut. Akan tetapi 2 bagi keluarga yang acuh terhadap agama, maka mereka cenderung akan meninggalkan kegiatan agama tersebut. Sehingga pengajian berperan penting bagi masyarakat. Masyarakat Islam pada umumnya mempunyai tanggung jawab pribadi masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi mereka juga tidak melupakan tanggung jawab sosial terhadap solidaritas dan bekerja sama dalam menjaga kebaikan. Karena masyarakat berperan sangat penting dalam perubahan masing-masing orang baik dari perilakunya dan jalan pemikirannya, karena manusia diciptakan Allah sebagi makhluk yang paling sempurna dari makhluk lain. Selain sebagai makhluk individu manusia juga sebagai makhluk sosial yang hidupnya selalu berdampingan dan selalu rukun serta harmonis. Maka diharapkan masyarakat supaya sadar akan pentingnya menuntut ilmu yang bisa membawa perubahan di segala perilaku baik dalam ibadah maupun perilaku sosial, sehingga tercapai masyarakat yang harmonis. Kegiatan pengajian, hendaknya terus dikembangkan dan dijadikan sebagai rutinitas. Dimana tidak hanya membaca surat yasin dan tahlil serta kajian ilmu agama saja tetapi dapat diberikan tambahan untuk bertanya jawab. Pada umumnya jamaah pengajian itu adalah ibu rumah tangga akan tetapi sebaiknya juga dapat diberikan kepada bapak-bapak dan remaja. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul penelitiannya adalah: “PENGARUH INTENSITAS MENGIKUTI PENGAJIAN YASINAN TERHADAP IBADAH DAN PERILAKU SOSIAL BAGI MASYARAKAT 3 SUB INTI KELURAHAN TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2012”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu “Adakah Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan terhadap Ibadah dan Perilaku Sosial bagi Masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012?”. Rumusan masalah penelitian tersebut dapat dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah intensitas mengikuti pengajian yasinan bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012? 2. Bagaimanakah ibadah masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012? 3. Bagaimanakah perilaku sosial masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012? 4. Adakah pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012? 5. Adakah pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial bagi masyarakatat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012? 4 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui intensitas mengikuti pengajian yasinan bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012. 2. Untuk mengetahui ibadah masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012. 3. Untuk mengetahui perilaku sosial masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012. 4. Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012. 5. Untuk mengetahui pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga tahun 2012. 5 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang kebenarannya masih perlu dibuktikan melalui kegiatan penelitian dilapangan (Hadi, 1983:63). Hipotesis ini bisa diterima jika faktanya menunjukkan kebenaran dan bisa salah jika faktanya tidak menunjukkan kebenaran. Selama penelitian dilakukan, maka peneliti membuat hipotesis ialah adanya pengaruh yang positif pada intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial bagi masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, artinya semakin tinggi intensitas masyarakat mengikuti pengajian yasinan semakin baik ibadah dan perilaku sosial masyarakat Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Hasil penelitian dapat dijadikan studi lanjut dan bahan kajian menuju pengembangan kegiatan yasinan yang mendekati pertimbanganpertimbangan kontekstual dan konseptual serta kultur yang semakin kompleks sekarang ini. Pembahasan tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial tidak terpisahkan dari syariat agama yang akan menjadi pendorong dalam pembahasan. 6 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kemanfaatan sebagai berikut : a. Sebagai masukan bagi warga Sub Inti mengenai intensitas mengikuti pengajian yasinan dalam upaya untuk meningkatkan ibadah dan periaku sosial pada masyarakat serta memperkuat ukuwah islamiyah. b. Sebagai bahan pertimbangan bagi semua warga dalam meningkatkan ibadah dan perilaku sosial melalui pengajian yasinan yang diselenggarakan setiap minggu. c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial bagi masyarakat luas. F. Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang di teliti. Adapun definisi operasional variabel penelitian diuraikan sebagai berikut: 1. Intensitas mengikuti pengajian yasinan a. Intensitas adalah keadaan (tingkatan, ukuran) intensnya (kuatnya, hebatnya, bergeloranya, dsb) (Depdiknas,1998:335). 7 b. Mengikuti adalah menurutkan, turut belajar atau mendengarkan, dan memperhatikan baik-baik (Depdiknas,2007:422). Jadi mengikuti mepengajian adalah terjun langsung dalam kegiatan pengajian dari awal sampai penutupan acara yang diselenggarakan. c. Pengajian menurut bahasa Arab disebut ta‟liman yang artinya hal mengajar atau melatih (Yunus,1989:278). Jadi pengajian adalah tempat yang didalamnya terdapat proses melatih, mengajar atau pengajaran bagi para jamaah untuk mempelajari dan mendalami agama islam. d. Yasin merupakan salah satu Firman Allah yang terdiri dari 83 ayat dan termasuk golongan surat Makiyyah (Katsir,2006:411). e. Pengajian yasinan adalah tempat mempelajari dan mendalami agama Islam dengan cara membaca surat Yasin bersama-sama serta untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia. Adapun indikator intensitas mengikuti kegiatan pengajian yasinan antara lain : 1). Waktu kegiatannya. 2). Seringnya mengikuti pengajian. 3). Kesungguhan dalam mengikuti pengajian. 4). Kesenangan dalam mengikuti pengajian. 2. Ibadah Kata ibadah menurut bahasa adalah taat, tunduk, merendahkan diri dan menghambakan diri. Ibnu Taimiyah memberi pengertian ibadah menurut istilah syara‟ dengan tunduk dan cinta, yaitu tunduk mutlak 8 kepada Allah disertai cinta sepenuhnya kepada-Nya (Basyir,200:11). Arti dari ibadah adalah penyembahan seorang hamba kepada Tuhannya yang dilakukan dengan merendahkan diri serendah-rendahnya dengan hati yang ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan oleh agama (Slamet Abidan dan Moh. Suyono MS,1998:11). Disini dititk beratkan pada hubungan manusia dengan Allah yang meliputi shalat, zakat, puasa, haji dan membaca Al Qur‟an. Adapun indikator ibadah antara lain : a. Ketepatan waktu melaksanakan ibadah b. Keaktifan melaksanakan ibadah. c. Kebenaran dalam melaksanakan ibadah. d. Keikhlasan dalam menjalankan ibadah. 3. Perilaku sosial bagi masyarakat a. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2007: 859). b. Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat (Depdiknas, 2007: 1085). c. Perilaku sosial adalah cara berbuat atau menjalankan sesuatu sesuai dengan sifat yang layak bagi manusia (Poerwodarminto, 1976: 553). Adapun indikator perilaku sosial antara lain : 1). Menjalin hubungan baik dengan sesama. 2). Kesopanan dalam pergaulan dengan orang lain 3). Kepedulian terhadap orang lain 9 G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Karena pendekatan kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, dan pengujian teori), menggunakan strategi penelitian seperti eksperimen dan survey yang memerlukan data statistik. Rancangan penelitian ini menerapkan bahwa pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial. Dipilihnya rancangan antalitas bermaksud nilai-nilai ajaran agama dapat diterima dan diterapakan oleh anggota jamaah pengajian dalam kehidupannya sehari-hari. 2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Objek penelitiannya adalah jamaah pengajian. Waktu penelitian sejak penyusunan proposal sampai selesai membuat skripsi. 10 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:61). Populasi adalah keseluruhan objek peneliti (Arikunto, 1991: 102). Adapun populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatsifatnya. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh jamaah pengajian Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga sebanyak kurang lebih 30 orang. b. Sampel Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2010:62). Arikunto (1991:104) mengatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto (1991:107) mengemukakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek 11 kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Memperhatikan pernyataan diatas, karena jumlah yang mengikuti kegiatan hanya 30 orang sehingga kurang dari 100, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan penelitian populasi sehingga semua diambil untuk diteliti. 4. Metode Pengumpulan Data a. Kuesioner / Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,1991:124). Metode angket dilakukan pengumpulan data dengan jalan mengedarkan daftar pertanyaan berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah warga yang mengikuti pengajian yasinan di Sub Inti untuk mendapatkan jawaban tertentu. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah dan perilaku sosial masyarakat. b. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara memperoleh data mengenai variabel yang berupa buku, catatan, transkip, surat kabar, majalah dan agenda. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang kondisi 12 dan keadaan masyarakat Sub Inti, agamanya, dan sarana prasarana yang dimiliki dalam kegiatan keagamaan. 5. Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data penelitian adalah alat bantu yang di pilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah (Arikunto,1990:206). Dalam instrumen ini menggunakan metode pengumpulan data berupa lembar angket untuk memperoleh jawaban. Angket terdiri dari tiga variabel yaitu angket yang pertama angket tentang intensitas mengikuti pengajian yasinan, angket yang kedua tentang ibadah dan angket yang ketiga tentang perilaku sosial. 6. Analisis Data Untuk menganalisis data penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu S, mula-mula data yang terkumpul disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis dengan teknik prosentase untuk mengetahui gejala yang muncul. a. Analisis pertama Pada tahap ini digunakan penghitungan awal untuk tujuan penelitian yang pertama dan kedua maka penulis menggunakan prosentase. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: Keterangan : P = Prosentase 13 F = Frekuensi N = Jumlah responden b. Analisis kedua Dalam meneliti subjek penelitian, penulis membagi kedalam tiga variabel yaitu intensitas mengikuti pengajian yasinan, ibadah, dan perilaku sosial maka penulis menggunakan rumus korelasi product moment. Adapun rumusnya sebagai berikut: Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara X dan Y XY = Produk dari X kali Y X = Variabel skor 1 Y = Variabel skor 2 N = Jumlah responden H. Sestematika Penulisan Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematikanya dapat dijabarkan sebagai berikut: Bab I, Pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II, Kajian Pustaka yang meliputi : 14 A. Intensitas mengikuti pengajian yasinan terdiri dari pengertian pengajian yasinan, tujuan pengajian yasinan, fungsi dan peranan pengajian yasinan, dan hukum mendatangi dan mendengarkan pengajian yasinan. B. Ibadah terdiri dari pengertian ibadah, bentuk ibadah dan faktor yang mempengaruhi ibadah. C. Perilaku sosial terdiri dari pengertian perilaku sosial, bentuk perilaku sosial dan faktor yang mempengaruhi perilaku sosial. D. Pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah bagi masyarakat. E. Pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial bagi masyarakat. Bab III, Hasil Penelitian yang meliputi gambaran umum kondisi Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga, gambaran umum pengajian Yasinan Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga dan penyajiyan data. Bab IV, Analisis Data yang meliputi analisis pertama, analisis kedua dan pembahasan. Bab V, Penutup yang meliputi kesimpulan, saran dan penutup. Bagian terakhir dari skripsi berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-lampiran. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan 1. Pengertian Pengajian Yasinan Pengajian menurut bahasa Arab disebut ta‟liman yang artinya hal mengajar atau melatih (Yunus, 1989:278). Menurut Poerwadarminta (2006:508), pengajian berasal dari kata kaji yang artinya pelajaran (terutama dalam hal agama), penyelidikan (dengan pikiran). Jadi pengajian adalah tempat yang didalamnya terdapat proses melatih, mengajar atau pengajaran bagi para jamaah untuk mempelajari dan mendalami agama islam, seperti yang diperintahkan oleh Allah dalam firmannya yang berbunyi: Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang 16 tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS An Nahl, 16:125). Didalam Al Qur‟an terdapat surat-surat dan ayat-ayat yang dianjurkan untuk membacanya karena keutamaannya salah satunya yaitu surat Yasin. Menurut Katsier (2006:411), surat Yasin merupakan salah satu Firman Allah yang terdiri dari 83 ayat dan termasuk golongan surat Makiyyah. Bacaan surat Yasin yang dibaca dalam acara pengajian, dapat diambil pelajaran-pelajaran yang terkandung di dalamnya, dan menjadi acuan untuk memotivasi beramal yang sholeh, sebagaiman dijelaskan dalam hadis yang berbunyi: ﴾ ﻘﺍﻝ ﺍﻟﻨ ﺒﻰ ﺼﻟﻰ ﺍﻟﻟﻪ ﻋﻟﻴﻪ ﻭﺴﻟﻢ " ﺍﻘﺮﺆﺍ ﴿ ﻴﺲ: ﻋﻦ ﻤﻌﻘﻝ ﺑﻦ ﻴﺴﺍﺮ ﻘﺍﻝ )ﻋﻟﻰ ﻤﻭﺗﺍﻛﻡ " (ﺮﻭﺍﻩ ﺍﺒﻭﺪﺍﻭ Artinya: “Dari Ma‟qil berkata: Bani Yusra berkata kepada Nabi SAW: Bacalah kamu yasiin (surat yasin) atas kematianmu / menjelang mati". (HR. Abu Daud) Pengajian yasinan sudah menjadi sebuah tradisi dalam kalangan masyarakat, yang mana biasanya terdiri dari ibu-ibu rumah tangga. Dalam acara pengajian tidak hanya membaca surat Yasin yang kemudian dilanjutkan membaca tahlil untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia. Adapun bacaan tahlil yang diucapkan para jama‟ah dalam acara pengajian rutin, bertujuan untuk melatih para jama‟ah agar terbiasa dan 17 lancar dalam mengucapkan lafal “laailahaillallah”, dengan harapan agar diakhir hayatnya dapat mengucapkan lafal tersebut dan berharap meninggalnya kelak dalam keadaan khusnul khotimah dan dapat dimasukkan disurga, berdasarkan hadis yang berbunyi: ﻘﺍﻞ ﺮﺴﻭﻞ ﺍﻠﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺴﻠﻢ " ﻤﻦ ﻜﺍﻦ ﺍﺨﺮ: ﻘﺍﻞ, ﻋﻦ ﻤﻌﺍﺬ ﺒﻦ ﺠﺒﻞ )ﻜﻼﻤﻪ ﻻ ﺇﻠﻪ ﺇﻻ ﺍﻠﻠﻪ ﺪﺨﻞ ﺍﻠﺠﻨﺔ " (ﺮﻭﺍﻩ ﺍﺒﻭﺪﺍﻭﺪ Artinya: “Dari Mua‟azd bin Jabal, berkata: bersabda Rasulullah SAW barang siapa pada akhir hayatnya menghembuskan nafas terakhir dapat mengucap lafal laailahaillallah dia masuk surga”. (HR. Abu Daud) Jadi pengajian yasinan adalah tempat mempelajari dan mendalami agama Islam dengan cara membaca surat Yasin dilanjutkan tahlil secara bersama-sama dalam rangka untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia yang dipimpin oleh seseorang yang dianggap telah faham tentang isi bacaan tersebut. 2. Tujuan Pengajian Yasinan Pengajian merupakan salah satu bentuk dakwah dan termasuk organisasi pendidikan non-formal yang bercirikan agama Islam. Proses penyelenggaraannya dalam rangka mencapai suatu nilai tertentu yang disebut tujuan. Karena tanpa tujuan suatu kegiatan takkan berarti apa-apa dan sia-sia. Sehingga kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang dijadikan sebagai pedoman atau arahan bagi gerak dan langkahnya. 18 Berkaitan dengan hal tersebut, Kustini (2007:35) menyatakan sebagai berikut: Dakwah Islam yang berdasarkan Al Quran dan Hadits pada hakekatnya memiliki tujuan untuk mengubah orang atau situasi kearah yang lebih baik dengan cara menanamkan ajaran agama islam untuk dijadikan pedoman hidup, baik bagi individu maupun masyarakat dan untuk menciptakan kehidupan yang islami baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Sedangkan pendapat lain, Amin (1997:16) menyatakan sebagai berikut: Tujuan untuk masyarakat yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera yang penuh dengan suasana keislaman. Suatu masyarakat dimana anggota-anggota mematuhi peraturanperaturan yang telah disyariatkan oleh Allah swt, baik yang berkaitan antara hubungan manusia dengan tuhannya, manusia dengan sesamanya, maupun manusia dengan alam sekitarnya, saling Bantu-membantu, penuh rasa persaudaraan, persamaan dan senasib sepenanggungan. Jadi tujuan dilaksanakannya kegiatan tersebut dalam rangka pembinaan jamaah yasinan, maka masyarakat diharapkan dalam menjalani kehidupan ini dapat mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. 3. Fungsi dan Peranan Pengajian Yasinan Mengenai fungsi dan peranannya tidak lepas dari pada kedudukannya sebagai alat dan sekaligus media pembinaan kesadaran beragama (Depag RI, 1986:107). Dimana masyarakat saat ini sedang menghadapi berbagai tantangan baru yang bersumber pada ide-ide yang disebut modernisasi. Sikap masyarakat dalam memahami dan menghayati ide tersebut harus dapat diseleksi secara agamis, sehingga tidak berdampak merusak terhadap nilai-nilai agamis yang telah berlangsung saat ini. Karena ide modernisasi akan berpengaruh pada perubahan susunan 19 kemasyarakatan dari masyarakat pramodern ke masyarakat modern, yang mana perubahannya sangat cepat sehingga berdampak juga pada proses dakwah Islam di kalangan masyarakat yaitu cara pandang, cara berfikir cara bertindak. Sehubungan dengan hal tersebut, Arifin (1991:120) menyatakan perannya sebagai berikut: …Mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental-spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya bersama (simultang), sesuai tuntunan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Sedangkan fungsinya sebagai berikut: a. Sebagai salah satu tempat dakwah dalam penyebaran agama Islam. b. Sebagai alat untuk pemersatu antara sesama muslim. c. Sebagai tempat menambah ilmu agama secara non formal. d. Sebagai alat untuk mempererat tali silaturrahmi antara sesama muslim 4. Hukum Mendatangi dan Mendengarkan Pengajian Yasinan Ajaran agama Islam menganjurkan bagi setiap muslim untuk berusaha memperdalam pengetahuanya tentang agama, sesuai dengan kemampuannya, dan dilakukan sepanjang hidupnya. Untuk mewujudkannya dapat melalui kegiatan keberagamaan seperti pengajian yasinan, sehingga hukum mendatangi dan mendengarkan pengajian yasinan itu diperbolehkan. Menurut Siswanto (2005:16), orang yang beriman dan memiliki pengetahuan adalah manusia yang memiliki nilai lebih, karena itu mereka 20 layak memperoleh derajat disisi Tuhan-nya. Dalam firman Allah yang berbunyi: Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: „Berlapang-lapanglah dalam majlis‟, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: „Berdirilah kamu‟, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Mujadilah:11) Untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama tidak hanya di lembaga pendidikan formal saja, akan tetapi bisa juga di lembaga pendidikan non formal seperti mengikuti pengajian. Apabila sering 21 mengikuti kegiatan keberagamaan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan ketakwaan kita kepada Allah SWT. B. Ibadah 1. Pengertian Ibadah Kata ibadah menurut bahasa adalah taat, tunduk, merendahkan diri dan menghambakan diri. Ibnu Taimiyah memberi pengertian ibadah menurut istilah syara‟ dengan tunduk dan cinta, yaitu tunduk mutlak kepada Allah disertai cinta sepenuhnya kepada-Nya (Basyir, 2001:11). Arti dari ibadah adalah penyembahan seorang hamba kepada Tuhannya yang dilakukan dengan merendahkan diri serendah-rendahnya dengan hati yang ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan oleh agama (Slamet Abidan dan Moh. Suyono, 1998:11). 2. Bentuk Ibadah Dalam Islam macam ibadah dibagi dua antara lain: a. Ibadah umum Ibadah ditegaskan dalam firman Allah yang berbunyi: Artinya: “Tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS. Adz Dzaariyaat 51:56) Penegasan dalam ayat tersebut bahwa ibadah bukan hanya berupa shalat, zakat, dan haji seperti yang diketahui banyak orang. Akan tetapi ibadah mempunyai arti yang cukup luas, yaitu menjalani kehidupan untuk memperolah keridhaan Allah dengam mentaati 22 syariat-Nya. Dengan demikian semua perbuatan yang diizinkan Allah bila dikerjakan dengan tujuan memperoleh keridhaan Allah merupakan ibadah. Tetapi Islam juga tidak membenarkan jika seseorang menghabiskan waktu hanya untuk melakukan ibadah khusus mengabaikan ibadah yang umum. Adapun diantaranya ibadah umum itu seperti menunaikan hak diri pribadi seperti makan, minum dan menuntuk ilmu, menunaikan kewajiban kemasyarakatan, memberi makan bintang, mencari nafkah, mengolah alam guna dimanfaatkan hasilnya dan lain-lain. Menurut Basyir (2001:15) pengertian ibadah umum sebagai berikut: Ibadah umum adalah ibadah yang mencakup segala aspek kehidupan dalam rangka mencari ridho Allah. Unsur terpenting agar dalam melaksanakan hidup di dunia benar-benar bernilai ibadah yaitu niat yang ikhlas untuk memenuhi tuntutan agama dan dilaksanakan tidak menyimpang dari garis tuntuanan yang diberikan. b. Ibadah khusus Ibadah khusus adalah ibadah yang macam dan cara melaksanakan ditentukan dalam syara‟, bersifat tetap dan mutlak dimana manusia tinggal melaksanakan sesuai dengan peraturan dan tuntunan yang ada tidak boleh mengubah, menambah atau mengurangi (Basyir, 2001:15-16). Ibadah khusus tersebut seperti shalat, puasa, zakat, haji dan membaca Al Qur‟an dan penjelasannya sebagai berikut: 1). Shalat 23 Kata shalat mempunyai bermacam arti yaitu doa, rahmat, dan istighfar atau meminta ampun (Basyir,2001:46). Menurut bahasa shalat berarti doa, sedangkan menurut syara‟ artinya bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Slamet Abidin dan Moh. Suyono,1998:61). Adapun shalat menurut istilah hukum adalah hubungan antara hamba dengan Tuhan yang tata caranya diatur dan dituntun sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW (Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim, 1998: 21). Ibadah yang paling utama adalah shalat yang diwajibkan bagi setiap orang yang beriman kepada Allah SWT dan merupakan ibadah pertama yang akan ditanyakan di hari kiamat. Adapun firman Allah yang memerintahan untuk menegakkan shalat berbunyi: Artinya: Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara 24 sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan”.(Q.S Ibrahim 14:31) Sedangkan kedudukan shalat dalam Islam adalah sebagai salah satu sendi ibadah yang penting. Adapun sendi Islam itu ada lima yaitu syahadat, menegakkan shalat, puasa Ramadhan, membayar zakat dan haji. Menurut Al-Jazairi (2006: 82-83) dalam pembagian shalat sebagai berikut: a). Shalat wajib Shalat yang diwajiban adalah shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya‟ dan Subuh. Kelima shalat fardhu tersebut tidak boleh ditinggalkan sama sekali pada masa kapanpun, selagi orang itu berakal sehat meskipun kondisinya sudah tua dan kondisi lemah serta sakit parah. b). Shalat sunnah Shalat yang disunahkan adalah shalat Witir, shalat Raghibah Fajar (shalat sunnah sebelum mengerjakan shalat subuh) , shalat Idul Fitri dan Idul Adha, shalat Kusuf (gerhana) dan shalat istisqa‟. Inilah shalat-shalat yang hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan pelaksanaannya). Adapun shalat Tahiyyatul Masjid, shalat Rawatib yang mengiringi shalat wajib, shalat dua rekaat sesudah wudhu, 25 shalat Dhuha, sahalat Tarawih, dan shalat malam termasuk golongan shalat sunnah ghairu muakkad (dianjurkan pelaksanaannya). Menurut Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim (1998:42-45) dalam mengerjakan shalat secara benar dan sah, harus mengetahui syarat-syarat dan rukunnya shalat. Adapun syarat-syarat shalat sebagai berikut: a). Beragama Islam b). Sudah baligh dan berakal c). Suci dari hadas d). Suci seluruh anggota badab, pakaian dan tempat e). Menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat dan lutut, sedangkan wanita seluruh anggota badannya kecuali muka dan dua belah telapak tangan f). Masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat g). Menghadap kiblat h). Mengetahui mana yang rukun dan mana yang sunat Sedangkan rukunnya shalat antara lain: a). Niat b). Takbiratul ikhram c). Berdiri tegak bagi yang kuasa ketika shalat, boleh sambil duduk atau berbaring bagi yang sedang sakit 26 d). Membaca surat Al Fatihah pada tiap-tiap rekaat e). Rukuk dengan tumukninah f). I‟tidal dengan tumukninah g). Sujud dua kali dengan tumukninah h). Duduk antara dua sujud dengan tumukninah i). Duduk tasyahud akhir dengan tumukninah j). Membaca tasyahud akhir k). Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir l). Membaca salam yang pertama m). Tertib: berurutan mengerjakan rukun-rukun tersebut Shalat itu dikatakan batal apabila salah satu syarat dan rukunnya tidak dilaksanakan dengan sengaja. Adapun hal-hal yang dapat membatalkan shalat antara lain: a). Berhadas b). Terena najis yang tidak dimaafkan c). Berkata-kata dengan sengaja kecuali “subhanaallah” ketika imam lupa dalam shalat d). Terbuka auratnya e). Bergerak berturut-turut tiga kali f). Makan dan minum meskipun sedikit g). Tertawa 27 mengucapan Pelaksanakan shalat harus sesuai dengan waktu-waktu yang telah ditertentu, dimana waktu-waktu itu telah disyariatkan oleh Al Qur‟an dengan firman-Nya yang berbunyi: Artinya: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada sebagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat!”. (QS. Hud 11:114) Diantara syarat memelihara shalat dan mendirikannya ialah menyegerakan pelaksanaannya pada awal waktunya. Ketika waktunya telah tiba harus segera dikerjakan secara terus menerus yang dipenuhi syarat dan rukunnya dan dilakukan dengan hati yang khusyu‟, pikiran yang terpusatkan, bacaan yang berjiwa dan gerakan anggota badan yang mencerminkan ketenangan. Oleh karena itu dalam melaksanakan shalat tidak boleh menambah, mengurangi atau mengganti tuntunan Nabi yaitu dari niat sampai 28 dengan salam. Apabila shalat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, maka shalat akan dapat dirasakan dari segala aspek. Menurut Basyir (2003:50-55) fungsi shalat ditinjau dari dua aspek: a). Aspek rohani Dari aspek rohani shalat berfungsi untuk mengingatkan manusia kepada Tuhannya yang Maha Tinggi, yang telah menciptakan manusia dan alam semesta. b). Aspek jasmani Dari aspek jasmani shalat berfungsi untuk menimbulkan sifat suka kepada kebersihan, kerapian dan kerajinan. Shalat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima dan merupakan bagian dari ibadah khusus dalam rangka menyembah Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Apabila dalam mengerjakan shalat hati dapat khusu‟ dalam menghayati apa yang dilakukan dalam shalat, merasakan isi bacaan, hati benarbenar hadir dan merasa sedang menghadap Allah. Berkaitan dengan hal itu, Al Jazairi (2006:79) menyatakan hikmah shalat sebagai berikut: Hikmah disyariatkannya shalat diantaranya adalah membersihkan jiwa dan mensucikannya, menjadikan seseorang terbiasa untuk melakukan munajat kepada Allah SWT di dunia dan meminta perlindungan kepada-Nya nanti di kampung akhirat serta mencegah orang yang mengerjakan dari perbuatan keji dan mungkar. 29 Seperti dalam firman Allah yang berbunyi: … ... Artinya: “…Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan mungkar…”.(QS Al Ankabut 29:45). 2). Puasa Puasa menurut bahasa berarti menahan diri. Adapun menurut syariat puasa berarti menahan diri dengan niat ibadah dari makan, minum, menyetubuhi istri, dan dari segala perbuatan yang membatalkannya dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari (Al-Jazairi, 2006:287). Dalam mengartikan puasa, Qardhawi (1998:20) menyatakan sebagai berikut: Puasa adalah menahan dan mencegah diri dari hal-hal yang mubah, yaitu berupa makan dan berhubungan suami-istri, dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Pengertian secara syar‟I adalah menahan dan mencegah kemauan dari makan , minum, bersetubuh dengan istri, dan yang semisalnya sehari penuh dari terbitnya fajar siddiq hingga terbenamnya matahari dengan niat tunduk dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pada hakikatnya puasa merupakan pendidikan dan latihan kejiwaan agar manusia mampu mengendalikan diri dari keinginan yang datang dari bisikan atau bujukan yang negatif. Dilihat dari segi hukumnya, puasa itu bermacam-macam, ada puasa wajib , puasa sunnah, puasa haram, dan puasa makruh. 30 Menurut Slamet Abidin dan Moh. Suyono (1998:241) pembagian puasa sebagai berikutt: Menurut syara‟ puasa itu ada dua macam, puasa wajib dan puasa sunah. Puasa wajib dibagi menjadi tiga, yaitu yang wajib karena waktu itu sendiri yankni puasa Ramadhan, wajib karena sesuatu sebab yaitu puasa kifarat dan wajib karena seseorang mewajibkan puasa atas dirinya yaitu puasa nadzar. Dari ketiga macam puasa wajib salah satunya puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan adalah puasa yang telah ditentuan jumlah bilangan hari dan waktu pelaksanaannya, yakni satu bulan penuh (Slamet Abidin dan Moh. Suyono, 1998:244). Sedangan menurut Qardhawi (1998:30) puasa Ramadhan adalah kewajiban yang sacral dan ibadah Islam yang bersifat syi‟ar besar, juga salah satu rukun Islam praktis lima, yang menjadi pilar agama ini. Puasa Ramadhan merupakan sendi ajaran agam Islam atau rukun Islam yang menjadi ibadah wajib dan paling mendalam pengamalannya pada jiwa muslim. Pengamalannya selama satu bulan dengan berbagai amaliah yang menyertainya seperti berbuka, shalat Tarawih, tadarrus, makan sahur dan sebagainya. Kewajiban berpuasa telah dijelaskan dalam firman Allah yang berbunyi: 31 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.(QS. Al Baqarah 2:183) Dalam pelaksanaan puasa ramadhan waktunya telah ditentukan sesuai dengan peraturan syara‟. Menurut Slamet Abidin dan Moh. Suyono (1998:244) dalam menentukan awal bulan dan akhir bulan Ramadhan ditempuh dengan tiga cara yaitu: a). Dengan cara ru‟yatul hilal yaitu dengan melihat bulan sabit tanggal satu bulan Qamariyah dengan mata telanjang. b). Dengan cara istikmal yaitu dengan menyempurnakan bilangan hari dari Sya‟ban dan Ramadhan. c). Dengan cara hisab yaitu dengan cara prhitungan peredaran bulan dan matahari. Puasa Ramadhan disyariatkan pada tahun kedua Hijriah sebagai rukun islam yang ketiga dan hukumnya wajib bagi setiap mukallaf, lamanya satu bulan penuh, ada yang berjumlah 30 hari dan kadang-kadang berjumlah 29 hari. Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim (1998:73) berpendapat bahwa dalam melaksanakan ibadah puasa, disyariatkan melakukan hal-hal sebagai berikut: a). Niat b). Makan sahur c). Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa 32 Adapun pelaksanaan puasa secara benar dan sah, terdapat beberapa syarat dan rukun yang ditetapkan oleh syara‟ yaitu: a). Syarat wajib puasa (1). Berakal sehat, orang gila dan hilang ingatan tidak diwajibkan berpuasa. (2). Baligh, orang yang telah dewasa. (3). Mampu berpuasa, orang yang sudah tua atau sakit tidak kuat berpuasa lagi, maka tidak diwajibkan berpuasa tetapi membayar fidyah. b). Syarat sah puasa (1). Islam (2). Mumayyiz yaitu anak yang sudah bisa membedaan antara yang baik dan buruk. (3). Suci dari haid dan nifas. (4). Pada waktu dibolehkan berpuasa c). Rukun atau fardu puasa (1). Niat untuk mengerjakan puasa (2). Menahan diri dari makan, minum, dan segala sesuatu yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Orang yang berpuasa tetapi tidak menahan diri dari dosa dan larangan Allah SWT, maka puasanya tidak menghasilkan faedah apapun tetapi hanya mendapatkan susah payah belaka. 33 Karena itu jika berpuasa hendaklah memperbaiki puasanya dan semua amalannya dengan penuh tulus ikhlas, sehingga Allah SWT memberikan balasan yang besar dan manfaat bagi kita. Menurut Al-Jazairi (2006:289), dalam ibadah puasa terdapat hikmah dan maslahatannya, diantanya ialah: a). Membiasakan pengamalnya untuk bersabar dan menguatkan diri untuk itu. b). Mengajari pengamalnya keteguhan jiwa dan membantu dia untuk mencapai. c). Mewujudkan kekuasaan taqwa didalam diri pengamalnya lalu menumbuhkembangkannya. 3). Zakat Zakat dalam ajaran agama islam yaitu harta tertentu yang wajib dikeluarkan seseorang untuk fakir miskin dan sesuai dengan perintah syara‟ (Slamet Abadin dan Moh. Suyono,1998:191). Sedangkan ditinjau dari segi etimologi, zakat memiliki pengertian pengembangan dan penyucian (Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim, 1998:55). Kedudukannya zakat adalah sebagai tiang tengahnya agama islam. Dalam Al Qur‟an perintah mendirikan shalat dan menunaikan zakat merupakan ibadah pokok yang tidak boleh ditinggalkan, seperti di jelaskan dalam firman Allah yang berbunyi: 34 ... … Artinya: “…dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik…”(QS Al Muzammil,73:20). Menurut Slamet Abadin dan Moh. Suyono (1998:231) zakat pada garis besarnya itu dibagi menjadi dua bagian yaitu: a). Zakat Fitrah Zakat fitrah yaitu zakat pribadi yang wajib dikeluarkan oleh orang-orang muslim pada tiap hari raya Idul Fitri (1 Syawal) dan untuk mensucikan diri dari dosa-dosa yang menodai selama bulan Ramadhan sehingga menjadi bersih kembali. Berdasarkan hadis Rasulullah yang berbunyi: ﻔﺭﺽ ﺭﺳﻭﻝ ﺍﻠﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻠﻠﻪ ﻋﻠﻳﻪ ﻭﺳﻠﻡ ﺯﻜﺎﺓ ﺍﻠﻓﻁﺭﻁﻬﺭﺓ ﻠﻠﺻﺎ ﺌﻡ )ﻣﻥ ﺍﻟﻟﻐﻭﻭﺍﻟﺭﻓﺙ ﻭﻁﻌﻣﺔ ﻟﻟﻣﺳﺎ ﻛﻳﻥ (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻭﺪﺍ ﻭﺪ Artinya: “Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan diri orang-orang yang berpuasa dari perbuatan yang tak berguna dan perkataan yang kotor, serta untuk memberikan makan kepada orang miskin”. (HR. Abu Daud) 35 Zakat fitrah ini wajib dieluarkan untuk dirinya sendiri dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Adapun syarat yang wajib zakat fitrah adalah: (1). Orang Islam (2). Orang itu ada ketika matahari terbenam pada hari terakhir bulan Ramadhan (3). Ada kelebihan makanan untuk dirinya dan keluarganya Waktu pelaksanaannya tiap setahun sekali setelah melaksanaka puasa Ramadhan, berupa makanan pokok atau uang senilai harga makanan pokok yang disyariatkan, yaitu dikeluarkan boleh mulai awal bulan Ramadhan dan disunahkan diakhir bulan Ramadhan. Sedangkan waktu yang afdal adalah ketika selesai shalat subuh dan sebelum shalat Idul Fitri. Apabila terbenam matahari pada akhir Ramadhan, sedang berkelapangan rizki, maka keluarkanlah zakat fitrah sebanyak satu sha‟ dari bahan makananmu sebelum shalat „Id, untuk membersihkan puasamu dan makanan untuk orang-orang miskin. Maka hendaklah setiap muslim memperhatikannya jangan sampai meninggalkan pengeluaran zakat fitrah, sedang ia mampu mengeluarkannya. b). Zakat Mal Zakat mal artinya kadar harta kekayaan yang wajib dikeluarkan oleh seseorang dari hartanya untuk diserahkan 36 kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan syaratsyarat tertentu. Hukumnya fardu a‟in yaitu wajib bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.dalam firman Allah yang berbunyi: … Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkandan mensucikan mereka…”. (QS. At Taubah 9:103) Menurut Slamet Abadin dan Moh. Suyono (1998:238) ada beberapa syarat bagi orang yang berzakat mal yaitu: (1). Beragama Islam (2). Dalam keadaan merdeka (3). Milik yang sempurna (4). Cukup satu nisab (5). Mencapai setahun memiliki harta yang akan dikeluarkan zakatnya. Untuk melaksanakan zakat mal perlu memperhatikan persyaratan tentang nisab dan haul serta ketentuan mengenai kadar zakat yang harus dikeluarkan. Menurut Slamet Abadin dan Moh. Suyono (1998:199) harta yang wajib dikeluarkan zakatnya dengan ketentuannya adalah sebagai berikut: 37 a). Binatang ternak seperti sapi/kerbau dan kambing Apabila kamu mempunyai hewan ternak yakni unta, sapi atau kambing yang jumlahnya sampai pada nisab, maka keluarkan zakat sesuai dengan ketentuan berikut: (1). Unta nisabnya 5 ekor , haul satu tahun, maka kadar zakatnya: (a). 5 – 24 ekor = tiap 5 ekor dikenakan zakatnya 1 ekor kambing (b). 25 – 35 ekor = 1 anak unta betina umur 2 tahun (c). 36 – 45 ekor = 1 anak unta betina umur 3 tahun (d). Setiap tambah 10 ekor, bertambah satu tahun umurnya (e). Lebih dari 120 ekor unta, maka tiap-tiap 40 ekor dikenakan zakatnya seekor anak unta betina umur 3 tahun dan tiap-tiap 50 ekor zakatnya seekor anak unta betina umur 4 tahun (2). Sapi, kerbau nisabnya 30 ekor, haul satu tahun, maka kadar zakatnya: (a). 30 – 39 ekor = 1 ekor umur satu tahun (b). 40 – 49 ekor = 2 ekor umur dua tahun (c). Setiap tambah 10 ekor, tambah satu ekor umur dua tahun 38 (3). Kambing, biri-biri nisabnya 40 ekor, haul satu tahun, maka kadar zakatnya: (a). 40 – 120 ekor = 1 ekor (b). 121 – 200 ekor = 2 ekor (c). Setiap tambahan 100 ekor, bertambah satu ekor kadar zakatnya (4). Bintang ternak lainnya nisab senilai 94 gram emas, haul satu tahun dan kadar zakatnya 2,5%. b). Barang tambang berupa emas dan perak Apabila barang perakmu sampai kepada nisabnya, ialah seberat 200 dirham (5 awaq = 672 gram) demikian pula barang emasmu seharga nisab perak dan telah menjadi milikmu genap menjadi 1 tahun, maka keluarkanlah zakatnya yaitu seperempat puluhnya (2,5%) demikian pula barang perhiasanmu daripada emas dan perak. c). Biji-bijian dan buah-buahan Apabila hasil tanamanmu telah sampai nisab yaitu 5 wasaq, maka keluarkanlah zakatnya yaitu sepersepuluhnya (10%), kecuali tanaman yang diairi dengan sarana pengairan, maa zakatnya dikenakan seperduapuluhnya (5%). d). Harta perniagaan barang temuan Segala macam jenis harta atau barang yang diperdagangkan telah mencapai nisabnya yaitu senilai 94 gram 39 emas dan haulnya pada waktu ditemukan, maka kadar zakatnya dikenakan 20%. Zakat merupakan salah satu rukun islam yang ke empat dan hukum mengeluarkannya adalah wajib bagi setiap orang yang beragama islam karena harta yang dimilikinya telah mencapai nishab sesuai dengan syarat-syaratnya. Adapun syarat-syarat harta yang wajib dizakati menurut Heri Junaidi Suyitno dan Adib Abdushomad (2005:25) adalah sebagi berikut: a). Milik orang Islam, merdeka b). Berkembang c). Milik penuh d). Lebih dari kebutuhan biasa e). Bebas dari hutang sampai atau cukup sehisab f). Sampai atau cukup waktu g). Sejumlah kadar tertentu Dalam ilmu fiqh orang yang berhak menerima zakat terdiri dari 8 golongan. Menurut Junaidi Suyitno dan Adib Abdushomad (2005:35-38) pembagiannya adalah sebagai berikut: a). Fakir yaitu orang yang dalam usia produktif (diatas 17 tahun) yang telah bekerja keras, namun hasil yang didapat tidak mecukupi kebutuhan sehari-hari. 40 b). Miskin yaitu orang dalam usia produktif yang mmemiliki alat produksi tapi masih kekuranagan modal, dengan pendapatan masih tergolong miskin. c). Amil yaitu pegawai dan karyawan yang mengumpulan dan membagikan hasil zakat, dengan gaji yang pantas dan memadai sehingga dicapai manajemen yang sehat dan tangguh. d). Muallaf yaitu orang yang masih lemah imannya, baik mereka yang baru masuk Islam ataupun yangsudah masuk Islam tetapi yidak membayar zakat. e). Riqab atau hamba (budak belian) yaitu orang yang sedang terbelenggu namun tetap bertahan terhadap harga dirinya. f). Ghorimin yaitu orang yang berhutang atau jatuh pailit pada usaha yang halal dan diridhoi Allah karena syari‟at. g). Sabilillah ialah orang yang menjalankan dakwah dan pendidikan Islam bidang ilmu dan teknologi tanpa ada dukungan dana dari pemerintah. h). Ibnu sabil yaitu orang dalam proses belajar bidang agama dan umum yang tidak mendapatkan dukungan dana dari pemerintah, atau mendapatkan namun tidak mencukupi hajat masa pembelajaran tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat, terdiri dari kelompok yang berbeda-beda, ada yang kaya dan ada pula yang miskin, maka agar tidak ada perbedaan itu hendaknya bagi yang mampu tidak 41 hanya memberikan kasih saying saja tetapi juga dapat memberikan sedikit hartanya kepada yang membutuhkan melalui zakat. Kebijaksanaan tersebut didasarkan pada firman Allah yang berbunyi: Artinya: “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”.(QS Adz-Dzariyat,51:19) Manusia diciptakan Allah tidak sempurna, masih banyak kekurangan yang ada seperti sifat kikir, tetapi Islam mengajarkan umatnya untuk bersifat pemurah terhadap sesama dengan cara membayar zakat, karena dapat mendidik dan membiasakan orang menjadi dermawan. Apabila zakat benar-benar dilakukan maka akan banyak sekali manfaatnya dan hikmahnya tidak hanya bagi yang menerima tetapi juga bagi yang mengeluarkan. Menurut Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim (1998:65-66), hikmah bagi yang mengeluarkan dan menerima zakat antara lain: a) Dapat mengikis sifat-sifat kikir seseorang yang mengamalkannya, serta melatih berdermawan dan pandai bersyukur atas nikmat Allah. 42 b) Dapat menciptakan ketenangan dan ketentraman hidup, baik bagi penerima maupun pemberinya. c) Dapat mengembangkan harta. d) Dapat membantu mewujudkan keadilan social di tengah-tengah masyarakat. 4). Haji Ibadah haji merupakan rukun iman yang kelima, dan diwajibkan oleh Allah bagi setiap orang Islam yang mampu mengerjakan sekali dalam seumur hidup. Seperti firman Allah berbunyi: … Artinya: “…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah”. (QS Ali Imron 3:97). Dalam pengertian haji, Slamet Abidin dan Moh. Suyono (1998:261) mengartiannya sebagai berikut: Ibadah haji berasal dari kata hajj ditinjau dari makna aslinya adalah mengunjungi baitullah untuk menjalankan ibadah, sedangkan haji menurut bahasa ialah menyengaja serta menurut istilah ialah sengaja mengunjungi Mekkah (Ka‟bah) untuk mengerjakan ibadah yang terdiri dari tawaf, sa‟i, wukuf dan ibadah43 ibadah lain, guna memenuhi perintah Allah dan mengharapkan keridaan-Nya. Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim (1998:77-78) haji adalah: Menurut pengertian bahasa, haji berarti menuju ke suatu tempat berulang kali atau menuju kepada sesuatu yang dibesarkan atau dimuliakan. Dalam istilah syara‟ atau agama, haji adalah pergi menuju baitullah untuk melaksanakan ibadah yang telah ditetapkan Allah SWT. Sedangkan mengerjakan haji, diwajibkan hanya sekali dalam seumur hidup bagi setiap orang, tetapi tidak ada larangan untuk mengerjakannya lebih dari satu kali. Seperti sabda Rasulullah SAW: ﻳﺎﺍﻳﻬﺎ ﺍﻟﻧﺎ:ﺧﻂﺐ ﻋﻟﻳﻧﺎ ﺮﺴﻭﻝ ﺍﻟﻟﻪ ﺻﻟﻰ ﺍﻟﻟﻪ ﻋﻟﻳﻪ ﻭﺴﻟﻡ ﻓﻗﻝ ﺭﺠﺎ ﺃﻛﻝ ﻋﺎ ﻡ ﻳﺎ ﺭﺳﻭﻝ: ﺱﺍﻥ ﺍﻟﻟﻪ ﻛﺗﺏ ﻋﻟﻳﻛﻡ ﺍﻟﺤﺞ ﻓﺣﺠﻭﺍ ﻓﻗﻝ ﻟﻭ: ﺻﻟﻰ ﺍﻟﻟﻪ ﻋﻟﻳﻪ ﻭﺳﻟﻡ٬ ﺍﻟﻟﻪ ﻓﺳﻛﺕ ﺣﺗﻰ ﻗﺎ ﻟﻬﺎ ﺛﻼ ﺛﺎ ﺛﻡ ﻗﺎﻝ )ﻗﻟﺕ ﻧﻌﻡ ﻟﻭ ﺟﺑﺕ ﻭﻟﻣﺎ ﺍﺳﺗﻁﻌﺗﻡ (ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺑﺧﺎ ﺭﻯ ﻭﻣﺳﻟﻡ Artinya: “Rasulullah SAW telah berhotbah pada kami dan beliau bersabda, „Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji atas kamu, maka hendaklah kamu pergi haji‟, seorang lakilaki bertanya: „Apakah tiap tahun ya Rasulullah?‟ Maka beliau diam, sehingga laki-laki itu mengulangi pertanyaannya yang ketiga kali. Emudian Rasulullah SAW bersabda: “Sekiranya aku 44 menjawab ‟ya‟, tentu menjadi wajib dan pasti kamu tidak sanggup”. (HR. Bukhori Muslim) Tentang waktu diperintahkannya haji atau kewajiban ibadah haji, jumhur ulama sepakat bahwa mula-mula disyariatkan pada tahun keenam Hijriah dan ada sebagian yang mengatakan tahun kesembilan Hijriah. Adapun orang yang wajib melakukan ibadah haji adalah: a). Islam b). Baligh c). Berakal sehat d). Merdeka e). Mampu dalam segala hal Salah satu dari sahnya haji adalah waktu, yaitu dari awal bulan Syawal sampai terbit fajar hari raya haji (tanggal 10 bulan haji). Penetapan bulan haji yang pelaksanaannya adalah 9, 10, 11, 12, dan 13 bulan haji dijelaskan dalam hadis yang berbunyi: ﺍﺷﻬﺭﺍﻠﺤﺞ ﺷﻭﺍﻝﻭﺫ ﻭﺍﻠﻗﻌﺪ ﺓ ﻭﻋﺷﺭﻣﻥ ﺫ ﺍﻠﺤﺟﺔ:ﻋﻦ ﺍﺑﻦﻋﻤﺭﻗﺎﻝ )(ﺭﻭﺍ ﻩ ﺍﻠﺑﺨﺎ ﺭﻯ Artinya: “Dari Ibnu Umar berkata, Bulan haji itu adalah bulan Syawal, Zulkaidah, dan sepuluh haji.” (HR. Bukhari) Ada beberapa syarat haji dan juga menjadi syarat umroh sebagai beriut: a). Beragama Islam 45 b). Baligh c). Berakal sehat d). Merdeka e). Mampu melaksanakan haji/umroh ditinjau dari segi jasmani, rohani, ekonomi dan keamanan Sedangkan yang menjadi rukun haji sebagai berikut: a). Ihram yaitu keadaan bersuci diri dengan mengenakan pakaian dua helai kain putih tidak berjahit kemudian mengucapkan niat haji/umrah. b). Wukuf diarafah yaitu hadir di padang arafah pada waktumulai tergelicir matahari tanggal 9 Dzulhijah sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijah. c). Tawaf yaitu mengelilingi ka‟bah sebanyak tujuh kali. d). Sa‟I yaitu berlari-;lari kecil antara bukit safa dan marwa sebanyak tujuh kali. e). Tahalul yaitu mencukur atau menggunting rambut sebanyak tiga helai rambut. f). Tertib yaitu mendahulukan yang pertama dan secara berurutan sampai pada yang terakhir. Melaksanaan ibadah haji memiliki tujuan utama menurut konsep Islam adalah memperoleh predikat haji yang mabrur menurut penilaian Allah SWT, yang artinya ibadah haji yang diterima oleh Allah karena dilaksanakan secara benar menurut 46 aturan syara‟. Apabila dilaksanakan secara benar dan penuh penghayatan akan berpengaruh positif bagi kehidupan manusia khususnya dan alam sekitarnya pada umumnya. Menurut Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu‟allim (1998:81-82) pengaruhnya antara lain: a) Dapat mendidik jiwa manusia untuk bersedia berkorban b) Dapat menimbulkan disiplin pribadi muslim yang kuat c) Dapat mengembangkan rasa social yang tinggi yang yang menimbulkan proses edukasi dalam kehidupan persaudaraan dan persatuan umat islam. 5). Membaca Al Qur’an Al Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk bagi umat di dunia dan akhirat. Membaca Al Qur‟an merupakan ibadah yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan ketaatan yang amat mulia disisih-Nya, karena padanya terdapat pahala dan balasan yang besar (Haddad, 1993:200). Allah juga berjanji akan menjamin siapa yang membaca Al Qur‟an maka hatinya akan menjadi tenang dan tentram, karena orang yang selalu membaca Al Qur‟an oleh Allah akan selalu dilindungi dari hal-hal yang buruk dan juga memberi petunjuk bagi orang-orang iman yang membaca Al Qur‟an. Allah berfirman: 47 Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (QS. Fathir 35:29-30) Ketika membaca Al Qur‟an perlu mengetahui adabadabnya yang lahir dan batin, diantaranya adalah bagi pembaca harus mengihlaskan diri kepada Allah SWT dan mengharapkan ridha-Nya, mendekatkan diri kepada-NYa dan mengharakan pahala dari bacaannya itu. Berkaitan dengan hal itu, Haddad (1993:202) menyatakan sebagai berikut: 48 Hendaklah seluruh batin dan hatinya dipenuhi perasaan akan kebesaran Dzatnya Yang Berbicara, yakni „Azza wa jalla, merendahkan diri karena kemahaagunganNya, seluruh hati dan anggotanya penuh kekhusyu‟an, seolah-olah ia sedang berdiri di hadapan Allah swt seraya membaca Kitab Suci-Nya yang menerangkan tentang perintah dan larangannya. Adap penting lainnya pembaca seraya merenungi bacaannya, memahami maksudnya dengan penuh kesadaran dan tidak lalai. Allah SWT berfirman: Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.(QS. Shad 38:29) Dan kondisi ketika membacanya dalam keadaan suci dari hadas dan najis, menghadap kiblat, dan memusatkan perhatiannya pada bacaannya, dan juga wajib menghormati dan memuliakan, memperhatikan dan mengamalkan akhlak yang mulia dan amalan yang soleh. Membiasakan membaca Al Qur‟an pilihlah dan tentukan waktu-waktunya, tertutama pada waktu-waktu yang diberkahi Allah. Menurut Haddad (1993:218) bagian (hizib) yang diberkahi 49 ialah, waktu yang kebanyakan orang di kebanyakan negeri biasa membacanya di masjid, yakni waktu antara maghrib dan isya‟, dan sesudah shalat subuh. Dalam membaca Al Qur‟an hendaklah diperhatikan maksudnya, karena merupakan tujuan dari diturunkannya Al Qur‟an kepada manusia, dan hanya dengan memperhatikannya saja seseorang bisa memahami dan menangkap maksud dan tujuannya, serta mengetahui kandungan ayatnya agar bisa diamalkannya. Ketikla membaca merenunglah dan memahami makna-makna ayat Al Qur‟an, karena sedikit membaca dengan merenung dan memahami maksudnya itu lebih baik dari pada banyak membaca tanpa merenung dan memahaminya. Untuk memudahkan penelitian dan pemahaman makna dan maksud Al Qur‟an hendaklah membacanya dengan tartil yaitu mempercantik bacaannya, tidak terlampau cepat dan tergesa-gesa, sehingga kurang jelas dan teratur. Seperti dalam firman Allah yang berbunyi: Artinya: “Atau lebih dari seperdua itu dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”. (Al-Muzzamil 73:4) Selain itu juga dapat dengan berlagu, karena bisa membantu menimbulkan kesadaran di dalam hati, khusu‟ dan haru, 50 dan menarik minat untuk mendengarkannya, tetapi hendaklah bacaan Al Qur‟an itu diperindah dengan cara yang sesuai dengan kebesaran Al Qur‟an dan kemiliaannya, dan tidak melagukan seperti melagukan nyanyian biasa atau menyanyikan syair-syair dengan lagu dan irama tertentu. Adapun anjuran dalam mendengarkan Al Qur‟an dikhususkan semata-mata kepada orang yang tidak pandai membacanya akan tetapi bersifat umum kepada orang yang pandai dan tidak pandai. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibadah Ibadah merupakan implementasi dari ajaran agama sebagai pedoman dalam menjalani hidup dimasyarakat yang beragama. Menurut Thouless (1995:29-31) pelaksanaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor: a. Faktor sosial Faktor sosial itu mencakup semua pengaruh sosial dalam dalam perkembangan perilaku ibadah yaitu pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi sosial dan tekanan-tekanan lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh lingkungan itu. b. Faktor pengalaman Adapun yang termasuk dalam faktor pengalaman yang dapat memberikan sumbangan terhadap perilaku ibadah antara lain adalah pengalaman melalui dunia nyata, mengenai konflik moral dan 51 mengenai keadaan emosional tertentu yang memiliki kaitannya dengan agama. c. Faktor kebutuhan Adanya faktor kebutuhan yang tidak terpenuhi secara sempurna, sehingga mengakibatkan terasa adanya kebutuhan akan kepuasan agama. Dimana kebutuhan itu dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu kebutuhan keselamatan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan untuk memperoleh harga diri dan kebutuhan yang timbul karena adanya kematian. C. Perilaku Sosial 1. Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah cara berbuat atau menjalankan sesuatu sesuai dengan sifat yang layak bagi manusia (Poerwodarminto,1976:553). Menurut Ahmadi (1991:163), sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata, yang berulang-ulang terhadap obyek sosial. Sebagai makhluk sosial manusia hidup diantara masyarakat yang mempunyai norma atau serangkaian aturan kehidupan. Norma yang ada dalam masyarakat baik yang bersumber dari agama ataupun dari adat istiadat setempat merupakan tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur perilaku seseorang, yakni perilaku baik ataupun perilaku buruk. Seseorang akan dianggap berperilaku baik ketika perbuatan dan tingkah lakunya sesuai dengan norma dan nilai yang ada. Sebaiknya seseorang 52 akan dianggap berperilaku buruk atau menyimpang ketika perbuatan dan tingkah lakunya tidak sesuai dan melanggar norma yang ada. Sekarang ini zaman sudah berubah seseorang akan mudah melakukan pelanggaran terhadap norma yang ada yang merupakan wujud dari kemerosotan moral dan akhlaq. 2. Bentuk Perilaku Sosial Ada beberapa bentuk perilaku sosial yang sering kita lihat antara lain: a. Meniru atau imitasi adalah melaksanakan sesuatu menurut apa yang diperbuat orang lain (Poerwadarminta,2006:1283). Perilaku meniru ini seseorang mencontoh orang lain yang menjadi idolanya ataupun panutanya, mulai dari sikap, tingkah laku, cara berbicara, cara berpakaian sampai pada cara pandangnya. b. Persaingan adalah perihal bersaing, konkurensi,usaha memperlihatkan keunggulan masing-masing yang dilakukan oleh perseorangan, produksi, dan lain-lain (Depdiknas,2007:978). Sedangkan menurut Yusuf (2000:125), persaingan yaitu keinginan untuk melebihi orang laindan selalu didorong oleh orang lain. Perilaku sosial ini terdapat keinginan untuk saling mengalahkan dan mengungguli antara satu dengan yang lain. c. Kerjasama adalah perbuatan bantu membantu atau yang dilakukan bersama-sama (Poerwadarminta,2006:578). Sedangkan menurut Ahmadi (1991:237), kerjasama mengandung pengertian juga kesediaan 53 membantu. Dan menurut Yusuf (2000:125), kerja sama yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok. Merupakan bentuk perilaku sosial seseorang yang didalamnya terdapat keinginan untuk saling membantu satu dengan yang lain untuk melakukan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan bersama. d. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain (Ahmadi,1990:63). Menurut Somantri (2006:45), simpati diartikan sebagai kemungkinan untuk terpengaruh oleh keadaan emosional orang lain dan hal ini dimungkinkan dengan adanya kemampuan seseorang untuk membayangkan dirinya pada posisi oranglain. Sedangkan menurut Yusuf (2000:1250), simpati yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati atau bekerja sama dengannya. Cara menujukkannya rasa simpati itu dengan tolong menolong, melindungi dan lain-lain. e. Empati adalah suatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andaikata dia dalam situasi orang lain tersebut (Ahmadi,1983:70). Bentuk perilaku sosial ini berkenaan dengan perasaan seseorang dimana orang tersebut merasa turut merasakan terhadap penderitaan orang lain dan bersikap seolah-olah berada di posisi orang lain. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sosial Perilaku sosial manusia di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 54 a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri (Ahmadi,1990:171). Faktor-faktor tersebut berupa insting, motif dari dalam dirinya, sikap serta nafsu. Ketika faktor dalam diri baik maka akan menimbulkan perilaku yang baik pula, sebaliknya ketika faktor dalam diri buruk maka akan menimbulkan perilaku yang buruk pula. Faktor internal yang bermacam-macam berada dalam diri seseorang akan menimbulkan bentuk perilaku sosial yang bermacam-macam. b. Faktor ekstern Faktor ektern adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang atau individu (Ahmadi,1990:171). Faktor ini berupa pengaruh lingkungan sekitar dimana individu tersebut hidup berupa kondisi masyarakat, perubahan iklim dan cuaca, serta faktor ekonomi individu. Kondisi masyarakat yang baik dan stabil berdampak baik pada perilaku seseorang, begitu juga jika kondisi masyarakat yang tidak kondusif akan menimbulkan perilaku yang buruk sebagai perwujudan dari perasaan dan emosional. Adapun perubahan iklim dan cuaca juga mempengaruhi perilaku seseorang sebagi wujud penyesuaian diri terhadap cuaca yang sedang berlangsung. Sedangkan keadaan ekonomi yang kurang dan sulit akan menjadi seseorang 55 berbuat nekat tanpa memperdulikan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya meski melanggar norma dan aturan yang berlaku. D. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan terhadap Ibadah Masyarakat yang selalu beribadah dapat menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Setelah memenuhi kebutuhan dunia maka kewajiban yang harus dilakukan adalah ibadah. Karena manusia diciptakan sebagai kholifah di bumi mempunyai kewajiban untuk menyembah Allah SWT. Segala peraturan hukum yang ditetapkan Allah dan Rosulnya pasti mempunyai hikmah dan manfaat yang tidak gampang diketahui kecuali dengan melaksanakan ibadah. Hikmah dan manfaat sangat banyak yang mana semuanya untuk kemaslahatan hamba-hamba Allah sehingga dalam menjalani kehidupan bermasyarakat sesuai dengan Al Qur‟an dan Hadist. Perkembangan zaman semakin maju dan permasalahan yang timbul semakin komplek di lingkungan masyarakat yang berpengaruh pada iman dan ketaqwaan manusia kepada Allah. Sehingga banyak manusia mengabaikan tentang kewajibannya sebagai hamba Allah di muka bumi. Akibatnya kondisi masyarakat sekarang ini cenderung acuh dengan ibadah, karena mereka sangat menyukai hal-hal yang sifatnya hanya kenikmatan sesaat saja tanpa memikirkan akibatnya. Hal-hal yang bersifat keduniawian membuat perasaan menjadi senang meskipun itu bertentangan dengan nilainilai agama sehingga membuat mereka menjauhi syariat agama. 56 Untuk menciptakan masyarakat yang selalu melaksanakan ibadah kepada Allah salah satunya mengikuti pengajian yaasinan. Karena pengajian ini merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan nilainilai ajaran agama dan ketaatan ibadah kepada Allah serta merupakan lembaga pendidikan non formal yang bergerak dalalm bidang dakwah. Adapun manfaatnya bagi masyarakat sangat banyak antara lain mengajarkan tentang ilmu agama yang menjadi bekal dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Apabila ibadah dilaksanakan sesuai syariat agama maka akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat, sehingga terwujudlah masyarakat yang bahagia didunia maupun diakherat. E. Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan terhadap Perilaku Sosial bagi Masyarakat Masyarakat yang berperilaku sosial terdiri dari individu-individu yang mempunyai perilaku mulia dan harapan kehidupan didunia adalah keseimbangan antara fungsi fisiologi, psikologi, dan spiritual. Perilaku sosial mempunyai tujuan yang baik ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Sesudah memenuhi kebutuhan jasmani, maka kebutuhan rohaninya yaitu ibadah juga harus dipenuhi, salah satu ibadah tersebut yaitu pengajian yasinan sebagai fungsi spiritual dan menjadi pelengkap untuk masyarakat berperilaku sosial. Pengaruh kehidupan global menjadi tantangan bagi individu untuk mempertahankan fitrahnya. Berbagai pengaruh membentuk wataknya sendiri57 sendiri. Maka dalam menciptakan masyarakat yang baik dengan wujud perilaku sosial perlu ditingkatkan penghayatan fungsi ibadah yang termasuk pengajian yasinan. Adapun hikmah dan fungsinya adalah dapat mempererat ukhuwah islamiyah diantara sesama manusia. Karena setiap yang mengikuti pengajian yasinan merasa mempunyai kepedulian sosial yaitu kewajiban saling tolong menolong dalam kebaikan dan bisa tercapai dengan baik jika mereka saling bertemu di suatu kegiatan yaitu pengajian. Pengajian yasinan merupakan jalan terbaik untuk bersatu dan saling mengenal serta sebagai tempat menuntut ilmu dan mempererat tali persaudaraan. Banyaknya jamaah yang mengikuti pengajian menunjukkan kalau masyarakat rukun dan harmonis. Apabila dilaksanakan dengan sungguhsungguh dapat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan seseorang yang akhirnya memelihara perilaku sosial dalam masyarakat. Kehidupan terdiri dari berbagai aspek antara lain aspek sosial yang merupakan ajaran agama Islam dimana penekanannya adalah pentingnya berbudi pekerti supaya kehidupan sejahtera. Maka dalam mengikuit pengajian yasinan yang dilaksanakan secara bersama-sama menjadi sumber terpeliharanya perilaku dari dalam diri yang kuat akan membentuk masyrakat yang berperilaku sosial yang akhirnya tujuan penciptaan manusia dimuka bumi akan tercapai. 58 BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga 1. Letak Geogtafis Sub Inti Kelurahan Tegalrejo merupakan salah satu daerah di wilayah Kecamatan Argomulyo teletak di Kotamadya Salatiga, yang jarak dengan Kelurahannya + 1 KM, jarak dengan Kecamatannya + 4 KM, dan jarak dengan Kota Salatiga + 6 KM (Sumber: Dokumen Tata Usaha Pemerintahan Kelurahan Tegalrejo). Luas wilayahnya adalah + 0,25 Ha dengan batas wilayahnya sebagai berikut: a. Batas sebelah Utara : Perumahan Pondok Aren b. Batas sebelah Selatan : Kelurahan Kumpul Rejo c. Batas sebelah Barat : Kelurahan Kenteng d. Batas sebelah Timur : Kelurahan Tegalrejo 2. Monografi Penduduk Jumlah penduduk wilayah Sub Inti Kelurahan Tegalrejo + 394 jiwa, terbagi dalam + 114 Kepala Keluarga dan yang terbagi dalam 2 RT dan 1 RW (Sumber: Dokumen Tata Usaha Pemerintahan Kelurahan Tegalrejo). 59 a. Mata Pencaharian Penduduk wilayah Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo dalam kehidupan sehari-harinya mempunyai kegiatan yang berbeda-beda. Setiap hari mereka beraktivitas sesuai dengan profesinya masing-masing untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Adapun rinciannya sebagai berikut: Tabel 3.1 Daftar Penduduk Menurut Mata Pencaharian No Pekerjaan Jumlah 1. Pensiunan 4 2. Pegawai Negeri Sipil 1 3. Perdagangan 3 4. Karyawan 63 5. Buruh 77 6. Guru 4 7. Pedagang 4 8. Wiraswasta 26 9. Lain-lain 176 Jumlah 358 b. Kondisi Agama Kondisi keagamaan penduduk Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo tergolong mempunyai agama yang berbedabeda sebab penduduknya kebanyakan pendatang dari berbagai 60 daerah dan membawa agama masing-masing. Berdasarkan data dari Tata Pemerintahan Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo pemeluk agama Kristen itu cukup banyak akan tetapi yang memeluk agama Islam lebih banyak, seperti dapat dilihat pada rinciannya sebagai berikut: Tabel 3.2 Daftar Penduduk Menurut Agama No Agama Jumlah 1. Islam 232 2. Kristen 155 3. Katholik 6 4. Budha 1 5. Hindu Jumlah 394 c. Keadaan Sosial 1). Adat istiadat Penduduk Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Salatiga masih menjunjung tinggi adat istiadat, misalnya gotong rotong yang masih berjalan dengan baik, selamatan dalam hari-hari besar Islam atau Nasional serta saling menghormati antar warga masyarakat. Hal itu dapat terlihat dalam acara kelahiran, kematian, walimahan dan kerja bakti. Adapun dalam peringatan hari-hari besar Islam seperti Maulid 61 Nabi Muhammad SAW, Isro‟ Mi‟roj, Nuzulul Qur‟an serta pengumpulan dan pembagian zakat juga masih berjalan. Selain itu ada juga kegiatan yang lain dan masih berjalan dengan baik di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo seperti yang dilaksanakan setiap hari Selasa dan Kamis adalah pengajian yasinan khusus ibu rumah tangga yang anggotanya terdiri dari warga sekitarnya. 2). Struktur organisasi Wilayah Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kotamadya Salatiga dipimpin oleh seorang Kepala Kelurahan yang dibantu oleh aparatnya dengan struktur organisasinya sebagai berikut: LURAH Edhi Suyatno, SH Kelompok Jabatan Fungsional Seksi Pemerintahan Seksi Trantib SEKRETARIS Sutrisno, SH Seksi Pembangunan Suparno, SE Seksi Kesra Sumantri Yuyun Kusih,SP S. Winarno Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga 62 B. Gambaran Umum Pengajian Yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo diadakan pertama kali atau didirikan sekitar tahun 1987 yang berdirinya atas pemikiran para tokoh masyarakat sendiri karena melihat kondisi keagamaan dan sosial masyarakat khususnya para ibu rumah tangga pada saat itu memang memerlukan penguatan, penyegaran dan bimbingan rohani. Karena belum mempunyai masjid maka tempat pelaksanaan kegiatan anjangsana dari rumah kerumah dengan sarana dan prasarana yang cukup sedarhana.mereka cukup membawa buku yasin dan tahlil. Pengajian yasinan ini merupakan satu-satunya tempat menimba ilmu pengetahuan agama bagi ibu-ibu rumah tangga dari warga Sub Inti Kelurahan Tegalrejo. Pada awal berdirinya jumlah jamaahnya hanya diikuit oleh beberapa orang saja, akan tetapi dengan berjalannya waktu jumlah jamaah semakin bertambah banyak hingga sampai saat ini jumlah jamaah pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo ada sekitar 30 orang. Kegiatan pengajian diadakan atau dilaksanakan setiap hari Selasa dan Kamis yang dimulai sekitar pukul 16.00 WIB dan diakhiri sekitar pukul 17.30 WIB. Adapun susunan acara pengajian yasinannya adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan a. Mambaca syahadad b. Membaca surat Al Fatihah 63 c. Membaca doa belajar 2. Pembacaan tahlil dan Yasin 3. Membaca sholawat 4. Tausyiah dan Doa 5. Pengumuman 6. Penutup Pengajian yaasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo mempunyai beberapa pengisi tausiah sebagai berikut: Tabel 3.3 Daftar Pengisi Tausiah Pengajian Yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo No Nama Tutor Pekerjaan 1. Bapak Sukaemi, BA Pensiunan Pegawai Negeri Sipil 2. Bapak Hadi Swasta 3. Bapak Asmawadi Swasta 4. Bapak Habib Iqbal Swasta 5. Ibu Patmi Guru 6. Ibu Nunuk Swasta 7. Ibu Syafi‟i Pesiunan C. Penyajian Data 1. Daftar nama jamaah pengajian Dari data yang diterima dapat dilihat daftar dari jamaah yang mengikuti pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo sebagai berikut: 64 Tabel 3.4 Daftar Nama Responden Jamaah Pengajian Yasinan No Nama Responden Umur Pekerjaan 1. Ibu Tumiyem 57 Pedagang 2. Ibu Miyati 46 Ibu rumah tangga 3. Ibu Rumini 55 Buruh 4. Ibu Esti Faizah 28 Ibu rumah tangga 5. Ibu Umi Kalsum 41 Ibu rumah tangga 6. Ibu Siti Rok Atus 44 Wiraswasta 7. Ibu Tutik 53 Ibu rumah tangga 8. Ibu Sujio 52 Ibu rumah tangga 9. Ibu Sri Kartini 40 Ibu rumah tangga 10. Ibu Rusminah 57 Pedagang 11. Ibu Ginah 52 Pedagang 12. Ibu Patmi 46 Guru 13. Ibu Ana 29 Ibu rumah tangga 14. Ibu Gito 51 Ibu rumah tangga 15. Ibu Umi Lestari 34 Ibu rumah tangga 16. Ibu Lina 30 Swasta 17. Ibu Matik 46 Ibu rumah tangga 18. Ibu Sugeng 40 Ibu rumah tangga 19. Ibu Darmanto 35 Pedagang 20. Ibu Bambang 55 Swasta 21. Ibu Sri Maryatun 33 Buruh 22. Ibu Tasriah 44 Ibu rumah tangga 65 Lanjutan Tabel… No Nama Responden Umur Pekerjaan 23. Ibu Kalam 52 Ibu rumah tangga 24. Ibu Slamet 29 Buruh 25. Ibu Suwarni 49 Ibu rumah tangga 26. Ibu Kasto 51 Ibu rumah tangga 27. Ibu Sholeh 33 Ibu rumah tangga 28. Ibu Sudarmi 62 Buruh 29. Ibu Tatik 56 Pedagang 30. Ibu Sujud 37 Buruh Dalam kegiatan pengajian yasinan ini dipimpin oleh seorang ketua yang dibantu oleh stafnya, dengan struktur organisasinya sebagai berikut: KETUA Ibu Gito SEKRETARIS Ibu Tatik BENDAHARA Ibu Ratno ANGGOTA ANGGOTA Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pengajian Yasinan Sub Inti Tahun 2009-2012 66 2. Hasil Jawaban Angket Pada penelitian ini penulis mengambil tiga variable yang diuraikan dalam item pertanyaan dalam angket yang terlampir. a. Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket yang terdiri dari 12 item pertanyaan yang mana masing-masing pertanyaan disediakan alternatif jawaban sebagai berikut: 1). Pada item no 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, dan 11 alternatif jawaban A dan B diberi skor 3, karena penulis menganggap jawaban A dan B mempunyai makna yang sama, sedangkan jawaban C diberi skor 2 dan jawaban D diberi skor 1. 2). Pada item no 1, 6, dan 12 alternatif jawaban A diberi skor 3, sedangkan jawaban B diberi skor 2 serta jawaban C dan D diberi skor 1, karena penulis menganggap jawaban C dan D mempunyai arti yang sama. Tabel 3.5 Jawaban Angket Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan Jawaban Soal No Responden A B C D 1. 4 6 2 2. 6 2 3. 9 4. Nilai Nominasi - 31 B 4 - 31 B 1 - 2 32 B 6 2 4 - 31 B 5. 4 6 2 - 31 B 6. 9 3 - - 35 A 67 Lanjutan Tabel… Jawaban Soal No Responden A B C D 7. 5 6 1 8. 5 4 9. 9 10. Nilai Nominasi - 33 A 2 1 31 B 3 - - 34 A 9 3 - - 29 C 11. 8 3 1 - 34 A 12. 6 6 - - 32 B 13. 1 6 4 1 27 C 14. 8 3 1 - 34 A 15. 4 1 7 - 27 C 16. 7 3 2 - 32 B 17. 2 9 1 - 29 C 18. 8 2 2 - 30 C 19. 4 3 5 - 29 C 20. 9 3 - - 35 A 21. 8 3 1 - 33 A 22. 5 6 1 - 32 B 23. 1 9 2 - 29 C 24. 1 10 1 - 30 B 25. 2 7 3 - 30 B 26. 1 6 5 - 27 C 27. 1 9 2 - 29 C 28. 7 4 1 - 28 C 68 Lanjutan Tabel… Jawaban Soal No Responden A B C D 29. 8 4 - 30. 10 1 - Nilai Nominasi - 33 A 1 33 A Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 35 dan nilai terendah adalah 27. Untuk mencari interval ditempuh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dari hasil diatas diperoleh nilai intervalnya 3, maka untuk mengkategorikannya sebagai berikut: a). Kategori tinggi : 33 35 b). Kategori sedang : 30 32 c). Kategori rendah : 27 29 b. Ibadah Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket yang terdiri dari 12 item pertanyaan yang mana masing-masing pertanyaan disediakan alternatif jawaban sebagai berikut: 69 1). Pada item no 1, 2, 3, 6, 10, dan 11 alternatiif jawaban A dan B diberi skor 3, karena penulis menganggap jawaban A dan B mempunyai arti yang sama, sedangkan jawaban C diberi skor 2 dan jawaban D diberi skor 1. 2). Pada item no 4, 5, 7, 8, 9 dan 12 alternatif jawaban A diberi skor 3, jawaban B diberi skor 2 sedangkan jawaban C dan D diberi skor 1, karena penulis menganggap jawaban C dan D mempunyai makna yang sama. Tabel 3.6 Jawaban Angket Tentang Ibadah Masyarakat Jawaban Soal No Responden A B C D 1. 9 3 - 2. 6 1 3. 9 4. Nilai Nominasi - 35 A 4 1 31 B 1 2 - 32 B 6 1 4 1 28 C 5. 9 3 - - 30 B 6. 10 2 - - 31 B 7. 8 3 1 - 33 A 8. 9 3 - - 30 B 9. 9 3 - - 35 A 10. 9 3 - - 32 B 11. 8 2 2 - 34 A 12. 11 1 - - 31 B 13. 7 3 2 - 30 B 70 Lanjutan Tabel… Jawaban Soal No Responden A B C D 14. 11 - 1 15. 5 2 16. 11 17. Nilai Nominasi - 34 A 5 - 28 C 1 - - 35 A 5 2 5 - 27 C 18. 6 3 3 - 30 B 19. 8 1 3 - 31 B 20. 7 2 3 - 32 B 21. 9 3 - - 34 A 22. 11 1 - - 35 A 23. 9 3 - - 27 C 24. 8 3 1 - 34 A 25. 9 2 1 - 35 A 26. 8 3 1 - 33 A 27. 5 4 3 - 32 B 28. 2 3 7 - 29 C 29. 10 - 1 1 32 B 30. 7 2 3 - 35 A Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 35 dan nilai terendah adalah 27. Untuk mencari interval ditempuh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 71 Dari hasil diatas diperoleh nilai intervalnya 3, maka untuk mengkategorikannya sebagai berikut: a). Kategori tinggi : 33 35 b). Kategori sedang : 30 32 c). Kategori rendah : 27 29 c. Perilaku sosial Untuk mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan angket yang terdiri dari 9 item pertanyaan yang masing-masing pertanyaan disediakan alternatif jawaban sebagai berikut: 1). Pada item no 1, 2, dan 4 alternatif jawaban A diberi skor 3, jawaban B dan C diberi skor 2, karena penulis menganggap jawaban B dan C mempunyai arti yang sama, sedangkan jawaban D diberi skor 1. 2). Pada item no 3, 5, 6, 7, 8 dan 9 alternatif jawaban A dan B diberi skor 3, karena penulis menganggap jawaban A dan B mempunyai arti yang sama, sedang jawaban C diberi skor 2 dan jawaban D diberi skor 1. 72 Tabel 3.7 Jawaban Angket Tentang Perilaku Sosial Masyarakat Jawaban Soal No Responden Nilai Nominasi 1 23 B 1 - 25 A - 1 - 26 A 6 2 1 - 25 A 5. 8 - 1 - 22 B 6. 4 5 - - 25 A 7. 2 5 2 - 22 B 8. 2 5 1 1 23 B 9. 6 2 1 - 25 A 10. 6 3 - - 23 B 11. 4 4 1 - 26 A 12. 1 8 - - 26 A 13. 1 5 3 - 21 B 14. 6 3 - - 19 C 15. 2 4 3 - 23 B 16. 5 3 1 - 25 A 17. 1 6 2 - 23 B 18. 3 5 1 - 20 C 19. - 3 6 - 19 C 20. 3 5 1 - 26 A 21. 5 3 1 - 25 A 22. 7 1 1 - 26 A 23. 3 6 - - 19 C A B C D 1. 2 5 1 2. 6 2 3. 8 4. 73 Lanjutan Tabel… Jawaban Soal No Responden Nilai Nominasi A B C D 24. 7 1 1 - 26 A 25. 2 6 1 - 19 C 26. 5 2 2 - 22 B 27. - 8 1 - 24 A 28. 4 5 - - 21 B 29. 5 4 - - 26 A 30. 6 2 1 - 26 A Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 26 dan nilai terendah adalah 19. Untuk mencari interval ditempuh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dari hasil diatas diperoleh nilai intervalnya 3, maka untuk mengkategorikannya sebagai berikut: a). Kategori tinggi : 24 26 b). Kategori sedang : 21 23 c). Kategori rendah : 18 20 74 BAB IV ANALISA DATA Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban-jawaban dari pokok permasalahan sebagaimana yang termuat pada bab sebelumnya. Untuk memudahkan menganalisis, maka ada tahap-tahap dalam menganalisis data tersebut agar berjalan dengan benar sesuai dengan data yang akan di teliti. Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut: A. Analisis Pertama Pada analisis pertama penulis akan menganalisis data dengan menggunakan tehnik analisis prosentase frekuensi untuk melakukan analisis data tiap variable. Adapun analisisnya dengan rumus sebagai berikut: Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah responden Kemudian langkah yang ditempuh adalah mentabulasikan data dari angket tiap variabel dan sekaligus menentukan prosentasenya. 75 1. Intensitas mengikuti pengajian yasinan Tabel 4.8 Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan di Sub Inti Jawaban No 1. Kejenuhan waktu dalam kelangsungan pengajian. 2. Ketepatan waktu awal sampai akhir pengajian. 3. Penyediaan waktu selama kelangsungan pengajian. 4. Prosentase Item Keaktif pengajian A B C D A B C D 14 16 - - 47 53 - - 8 9 13 - 27 30 43 - 4 21 5 - 13 70 17 - 11 9 10 - 37 30 33 - 13 12 5 - 43 40 17 - 14 16 - - 47 53 - - 4 15 8 3 13 50 27 10 15 10 50 33 17 - mengikuti dalam satu bulan 5. Keikutisertaan semua kegiatan dalam pengajian. 6. Tentang meninggalkan pengajian ketika berlangsung 7. Bertanya tentang materi pengajian yang belum paham. 8. Tentang keseriusan mendengarkan ceramah pengajian. 76 5 - Lanjutan Tabel… Jawaban No 9. Item Menjawab pertanyaan terkait dengan materi. 10. Tentang kesenangan mengikuti pengajian 11. Tentang kesemangatan menghadiri pengajian 12. Tentang kehadiran mengikuti pengajian Prosentase A B C D A B C D 11 6 9 4 37 20 30 13 13 12 5 - 43 40 17 - 11 15 4 - 37 50 13 - 29 1 - - 97 3 - - Berdasarkan tabel tersebut dapat diinterpretasikan dari masingmasing item sebagai berikut: 1. Selama pengajian berlangsung dirasakan 14 orang dari 30 orang jarang sekali jenuh (cukup 47%), sedangkan yang kadang-kadang merasa jenuh ada 16 orang (tinggi 53%). Artinya mayoritas jamaah pada waktu pengajian merasa jenuh. 2. Dalam hal ketepatan waktu awal sampai akhir pengajian, yang merasa selalu dan sering tepat waktu ada 17 orang (tinggi 57%), sementara yang merasa kadang-kadang tepat waktu ada 13 orang (cukup 43%). Ini berarti mayoritas datang dan pulang tepat waktu. 77 3. Mengenai waktu kelangsungan pengajian yasinan dirasakan sudah lebih dari cukup, hal ini diakui oleh 25 orang (83%). Ini berarti pada umumnya jamaah merasa pengajian waktunya sudah mencukupi. 4. Selama satu bulan mengikuti pengajian yasinan, ada 20 orang (67 %) yang selalu dan sering aktif, sedangkan yang kadang-kadang mengikuti pengajian hanya 10 orang. Artinya secara umum jamaah aktif dalam mengikuti pengajian yasinan. 5. Ada 25 orang (83%) yang selalu dan sering mengikuti kegiatan yang ada dalam pengajian yasinan, dan 5 orang (17%) yang akadang-kadang mengikuti kegiatan yang ada dalam pengajian. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum jamaah selalu dan sering mengikuti kegiatan yang ada dalam pengajian. 6. Selama kegiatan pengajian berlangsung, jamaah pengajian di Sub Inti mayoritas tidak mengikuti sampai selesai. Terbukti dari hasil angket ada 14 orang (cukup 47%) yang mengikuti sampai selesai dan 16 orang (tinggi 53%) yang meninggalkan pengajian karena suatu alasan. 7. Mengenai keaktifan bertanya tentang materi yang belum paham, ternyata yang selalu dan sering bertanya ada 19 orang (tinggi 63%). Ini artinya ada 63% yang sering bertanya jika mereka belum paham akan materi yang disampaikan, dan ada 8 orang (27%) yang kadang-kadang bertanya. 8. Dalam hal keseriusan mendengarkan ceramah pengajian, secara umum jamaah pengajian mendengarkan dengan serius. Terbukti ada 25 orang 78 (83%) yang serius mendengarkan dan hanya ada 5 orang yang kurang serius. 9. Dalam memberikan respon jawaban atas pertanyaan yang diajukan, mayoritas jamaah menjawab dengan baik. Ini menunjukkan bahwa jamaah pengajian belum 100% memberikan respon. Sebagai buktinya yang selalu dan sering menjawab ada 17 orang (57%), 9 orang (30%) mengaku kadang-kadang menjawab, dan yang jarang sekali menjawab pertanyaan dari penceramah ada 4 orang (13%). 10. Untuk item no. 10, 11, dan 12 membahas tentang faktor interen mengikuti pengajian, yaitu faktor kesenangan, kesemangatan dan keinginan sendiri. Ketiga faktor tersebut memperoleh prosentase yang paling tinggi yaitu 83% kesenangan, 87% kesemangatan, dan 97% keinginan sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas mengikuti pengajiannya sangat tinggi. Untuk mengetahui nilai kategori intensitas mengikuti pengajian yasinan dengan jalan mencari interval nilai dengan rumus sebagai berikut: Dari hasil diatas diperoleh nilai 3 intervalnya maka untuk mengkategorikannya sebagai berikut: 79 Tabel 4.9 Pengaruh Intensitas Mengikuti Pengajian Yasinan No Interval Frekuensi Prosentase Kategori Kode 1. 33 35 9 30% Tinggi A 2. 32 30 11 37% Sedang B 3. 29 27 10 33% Rendah C 30 100% Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa intensitas mengikuti pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo termasuk dalam kategori “B” (sedang) dengan prosentase 37%. 2. Ibadah masyarakat di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Tabel 4.10 Ibadah Masyarakat di Sub Inti Jawaban No 1. Mengerjakan shalat fardhu pada waktunya. 2. Ketepatan membayar zakat fitrah. 3. Pelaksanakan puasa ketika bulan Ramadhan 4. Prosentase Item Tentang meninggalkan shalat lima waktu A B C D A B C D 9 14 6 1 30 47 20 3 27 2 1 - 90 7 3 - 27 2 1 - 90 7 3 - 12 14 4 - 40 47 13 - 80 Lanjutan Tabel… Jawaban No 5. Tentang meninggalkan puasa ramadhan 6. Tentang meluangkan waktu membaca Al Qur‟an 7. Pelaksanakan sholat sesuai tuntunan agama 8. Pembayaran zakat sesuai ketentuan agama Islam 9. Tentang membaca Al Qur‟an dengan tajwidnya 10. Prosentase Item A B C D A B C D 11 16 1 2 37 53 3 7 12 5 12 1 40 17 40 3 27 - 3 - 90 - 10 - 29 - 1 - 97 - 3 - 14 3 13 - 47 10 43 - 29 1 - - 97 3 - - 29 1 - - 97 3 - - 29 1 - - 97 3 - - Dalam menjalankan shalat wajib terpengaruh orang lain 11. Dalam menjalankan ibadah puasa mengikuti orang lain 12. Kerpaksaan dalam membaca Al Qur‟an 81 Berdasarkan tabel tersebut dapat diinterpretasikan dari masingmasing item sebagai berikut: 1. Item no. 1 tentang intensitas ketepatan waktu mengerjakan shalat fardhu. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ada 77% atau 14 orang yang sering mengerjakan sholat fardhu tepat waktu. Ini berarti pada umumnya jamaah pengajian di Sub Inti mengerjakan sholat wajib tepat pada waktunya. 2. Pada item no. 2 membahas tentang waktu pembayar zakat fitrah. Dalam hal ini ada 29 orang atau 97% selalu dan sering membayar zakat sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri. Ini berarti secara umum jamaah pengajian telah melaksanakan rukun Islam yang ke 3 dengan baik. 3. Berdasarkan tabel di atas, item no. 3 diperoleh data 97% atau 29 orang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dengan penuh kesungguhan. Artinya, jamaah pengajian di Sub Inti telah memahami syariat Islam tentang kewajiban melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dengan baik. 4. Mengenai item no. 4 tentang intensitas melaksanakan shalat lima waktu yaitu subuh, dhuhur, asar, maghrib, dan isya‟. Data yang diperoleh menunjukkan 40% tidak pernah meninggalkan shalat, 47% kadang – kadang meninggalkan sholat, dan 13% yang merasa tidak tertib dalam melaksanakan sholat. Artinya mayoritas jamaah belum tertib dalam shalatnya. 82 5. Item no. 5 menunjukkan bahwa intensitas melaksanakan puasa di bulan Ramadhan masih belum tertib, terbukti ada 37% atau 11 orang tidak pernah meninggalkan puasa Ramadhan, 53% atau 16 orang kadang-kadang meninggalkan puasa Ramadhan karena sesuatu hal, dan 10% atau 3 orang tidak tertib dalam berpuasa. 6. Pada item no. 6 membahas tenteng intensitas membaca Al Qur‟an. Data pada table menunjukkan 17 orang (57%) yang selalu dan sering meluangkan waktu membaca, kadang-kadang meluangkan waktu ada 12 orang (40%) dan 1 orang yang jarang sekali meluangkan waktu membaca Al Qur‟an. Maksudnya jamaah pengajian ada kemauan untuk membaca Al Qur‟an. 7. Berdasarkan tabel di atas, item no. 7 diperoleh data 90% atau 27 orang telah melaksanakan shalat wajib sesuai dengan syarat rukunnya. Artinya, jamaah pengajian di Sub Inti telah menunaikan ibadah shalat dengan baik dan tertib sesuai syariat Islam. 8. Item no. 8 mengenai pembayaran zakat yang sesuai ketentuan agama Islam, hal ini dilaksanakan oleh 29 orang (97%), sementara ada 1 orang yang masih kurang sesuai. Ini berarti pada umumnya jamaah membayar zakat sesuai perintah agama. 9. Item no. 9 tentang membaca Al Qur‟an dengan baik dan benar sesuai ilmu tajwid. Pada jamaah pengajian di Sub Inti diperoleh data 47% yang sudah sesuai dengan tajwidnya, 43% yang masih belum sesuai dengan tajwidnya, dan 10% yang masih ragu-ragu. Dengan demikian 83 dapat diartikan bahwa mayoritas jamaah pengajian dalam membaca Al Qur,an telah sesuai dengan tajwid dan sebagian lagi perlu bimbingan. 10. Pada item no. 10 membahas tentang keasadaran dalam menunaikan shalat lima waktu. Terbukti bahwa 97% jamaah pengajian dalam menunaikan shalat lima waktu atas kesadaran sendiri bukan karena hal lain. 11. Pada item no. 11 membahas tentang kesadaran dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Data pada tabel di atas menunjukkan 97% menjalankan puasa atas keinginan sendiri. Artinya jamaah pengajian memiliki kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan ibadah puasa. 12. Untuk item no. 12 tentang kesadaran membaca Al Qur‟an. Ada 29 orang yang membaca Al Qur‟an atas kemauan sendiri dan 1 orang karena terpaksa. Hal ini mengandung arti bahwa kesadaran dalam membaca Al Qur‟an sangat tinggi dengan prosentase 97%. Untuk mengetahui nilai kategori ibadah dengan jalan mencari interval nilai dengan rumus sebagai berikut: 84 Dari hasil diatas dapat diperoleh nilai intervalnya 3 maka untuk mengkategorikannya sebagai berikut: Tabel 4.11 Ibadah Masyarakat di Sub Inti No Interval Frekuensi Prosentase Kategori Kode 1. 33 35 12 37% Tinggi A 2. 32 30 13 43% Sedang B 3. 29 27 6 20% Rendah C 30 100% Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ibadah masyarakat di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo berada pada taraf sedang yaitu 43% atau dengan kata lain termasuk dalam kategori “B‟ ( sedang ). 3. Perilaku sosial Tabel 4.12 Perilaku Sosial Masyarakat di Sub Inti Jawaban No 1. 2. Prosentase Item Tentang hubungan dengan lingkungan sekitarnya Tentang sikap pada jamaah yang baru bergabung A B C D A B C D 10 16 2 2 33 53 7 7 10 17 1 2 33 57 3 7 6 15 8 1 20 50 27 3 Tentang sikap menghadiri 3. undangan pengajian dari desa lain 85 Lanjutan Tabel… Jawaban No 4. 5. 6. 7. 8. 9. Prosentase Item Tentang sikap berbicara dengan orang lebih tua Sikap apabila tetangga sedang mempunyai hajat Tentang sikap jika bertemu tetangga di jalan Sikap apabila ada tetangga yang meninggal Sikap apabila ada tetangga yang sakit Sikap apabila ada tetangga minta bantuan pada kita A B C D A B C D 3 20 7 - 10 67 23 - 14 13 3 - 47 43 10 - 20 9 1 - 67 30 3 - 18 11 1 - 60 37 3 - 16 12 2 - 53 40 7 - 12 11 6 1 40 37 20 3 Berdasarkan tabel di atas, dapat diinterpretasikan masing-masing item sebagai berikut: 1. Dalam hal hubungan dengan lingkungan sekitarnya, seperti bertetangga dengan lain agama, terjadi perbedaan pendapat, ternyata sangat baik, hal ini dibuktikan dengan perolehan prosentase untuk jawaban sangan baik mencapai 60%. 2. Sikap yang ditunjukkan jamaah terhadap jamaah lain yang baru bergabung dalam pengajian adalah menyambut dengan sangat baik. 86 Mencapai 60%, ada 10 orang dari 30 orang, sedangkan yang merasa cukup baik 33%, dan menyambut dengan biasa – biasa saja 7%. Artinya jamaah pengajian di Sub Inti memiliki perilaku sosial yang sangat baik. 3. Intensitas menghadiri undangan pengajian dari desa lain juga sangat tinggi yaitu mencapai 70%. Dengan demikian jamaah pengajian telah memahami bahwa hukum mengahadiri undangan itu wajib. 4. Dalam hal sikap berbicara dengan orang lebih tua, jamaah yang menjawab sangat sopan ada 23 orang (77%) dan cukup sopan ada 7 orang (23%). Artinya tingkat kesopanan dalam berbicara sangat tinggi. 5. Point 5 mengenai sikap yang dilakukan ketika ada tetangga yang sedang mempunyai hajat. Dalam tabel di atas menunjukkan bahwa jamaah pengajian selalu membantu dengan prosentase 90%. Ini berarti rasa peduli terhadap sesama sangat tinggi. 6. Dari tabel diatas diperoleh data 97% atau 29 orang yang bertemu tetangga selalu tersenyum. Ini berarti secara umum jamaah telah melaksanakan sunah nabi yang berbunyi senyum itu ibadah. 7. Pada saat ada tetangga yang meninggal duinia, pada umumnya jamaah pengajian selalu dan sering takziah. Hal ini ditunjukkan pada tabel diatas ada 97% atau 29 orang. 8. Ketika ada tetangga yang sedang sakit, yang selalu dan sering menjenguk ada 28 orang (93%), sementara 2 orang (7%) yang kadang- 87 kadang menjenguk. Dengan demikian secara umum jamaah pengajian memiliki rasa solidaritas tinggi. 9. Pada waktu tetangga meminta bantuan pada kita diantara 30 orang yang merasa selalu dan sering membantu ada 23 orang, sedangkan yang kadang-kadang membantu bila mampu ada 6 orang, serta ada 1 orang yang jarang sekali membantu (tinggi 77%, cukup 20% dan rendah 3%). Untuk mengetahui nilai kategori perilaku sosial dengan jalan mencari interval nilai dengan rumus sebagai berikut: Dari hasil diatas dapat diperoleh nilai intervalnya 3 maka untuk mengkategorikannya sebagai berikut: Tabel 4.13 Perilaku Sosial Masyarakat No Interval Frekuensi Prosentase Kategori Kode 1. 24 26 15 50% Tinggi A 2. 21 23 10 33% Sedang B 3. 18 20 5 17% Rendah C 30 100% 88 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perilaku sosail masyarakat untuk jamaah pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo termasuk dalam kategori “A” ( tinggi ) dengan prosentase 50%. B. Analisis Kedua 1. Mencari korelasi antara pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah masyarakat. Analisis kedua ini berfungsi untuk menjawab permasalahan tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah bagi masyarakat dengan menggunakan rumus statistic korelasi product moment. Adapun yang menjadi variable X adalah intensitas mengikuti pengajian yasinan dan untuk variabel Y1 adalah ibadah. Tabel 4.14 Pembantu Analisis Product Moment No X Y1 X2 Y 12 X.Y1 1. 31 35 961 1225 1085 2. 31 31 961 961 961 3. 32 32 1024 1024 1024 4. 31 28 961 784 868 5. 31 30 961 900 930 6. 35 31 1225 961 1085 7. 33 33 1089 1089 1089 8. 31 30 961 900 930 9. 34 35 1156 1225 1190 89 Lanjutan Tabel… No X Y1 X2 Y 12 X.Y1 10. 29 32 841 1024 928 11. 34 34 1156 1156 1156 12. 32 31 1024 961 992 13. 27 30 729 900 810 14. 34 34 1156 1156 1156 15. 27 28 729 784 756 16. 32 35 1024 1225 1120 17. 29 27 841 729 783 18. 30 30 900 900 900 19. 29 31 841 961 899 20. 35 32 1225 1024 1120 21. 33 34 1089 1156 1122 22. 32 35 1024 1225 1120 23. 29 27 841 729 783 24. 30 34 900 1156 1020 25. 30 35 900 1225 1050 26. 27 33 729 1089 891 27. 29 32 841 1024 928 28. 28 29 784 841 812 29. 33 32 1089 1024 1056 30. 33 35 1089 1225 1155 ∑ 931 955 29051 30583 29719 90 2. Mencari korelasi antara pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial. Analisis kedua ini juga berfungsi untuk menjawab permasalahan tentang pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku social bagi masyarakat dengan menggunakan rumus statistic korelasi product moment. Adapun yang menjadi variable X adalah intensitas mengikuti pengajian yasinan dan untuk variabel Y2 adalah perilaku sosial. Tabel 4.15 Pembantu Analisis Product Moment No X Y2 X2 Y 22 X.Y2 1. 31 23 961 529 713 2. 31 25 961 625 775 3. 32 26 1024 676 832 4. 31 25 961 625 775 5. 31 22 961 484 682 6. 35 25 1225 625 875 91 Lanjutan Tabel… No X Y1 X2 Y 12 X.Y1 7. 33 22 1089 484 726 8. 31 23 961 529 713 9. 34 25 1156 625 850 10. 29 23 841 529 667 11. 34 26 1156 676 884 12. 32 26 1024 676 832 13. 27 21 729 441 567 14. 34 19 1156 361 646 15. 27 23 729 529 621 16. 32 25 1024 625 800 17. 29 23 841 529 667 18. 30 20 900 400 600 19. 29 19 841 361 551 20. 35 26 1225 676 910 21. 33 25 1089 625 825 22. 32 26 1024 676 832 23. 29 19 841 361 551 24. 30 26 900 676 780 25. 30 19 900 361 570 26. 27 22 729 484 594 27. 29 24 841 576 696 28. 28 21 784 441 588 29. 33 26 1089 676 858 92 Lanjutan Tabel… No X Y1 X2 Y 12 X.Y1 30. 33 26 1089 676 858 ∑ 931 701 29051 16557 21838 C. Pembahasan Setelah data pertama dianalisis dengan tehnik korelasi Product Moment diperoleh rxy1 sebesar 0,483 kemudian nilai rxy yang telah diketahui tersebut diadakan tes signifikan, yaitu dikonsultasikan kepada rtabel Product Moment dengan N = 30 pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai 0,361 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,463. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada taraf signifikan 5% dan 1% terdapat hubungan positif yang signifikan antara intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah bagi masyarakat di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo. Dengan 93 demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima. Artinya semakin tinggi intensitas mengikuti pengajian yasinan semakin tinggi ibadahnya. Kemudian data kedua dianalisis juga dengan tehnik korelasi Product Moment diperoleh rxy2 sebesar 0,499 dan kemudian nilai rxy yang telah diketahui tersebut diadakan tes signifikan, yaitu dikonsultasikan kepada rtabel Product Moment dengan N = 30 pada taraf signifikan 5% diperolah nilai 0,361 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,463. Dengan ini dapat diketahui bahwa pada taraf signifikan 5% dan 1% terdapat hubungan positif yang signifikan antara intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial bagi masyarakat di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan diterima. Artinya semakin tinggi intensitas mengikuti pengajian yasinan semakin baik perilaku sosialnya. 94 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil tabel 4.9, dapat diketahui bahwa intensitas jamaah mengikuti pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo termasuk kategori sedang (B) pada prosentase 37%. 2. Berdasarkan pada tabel 4.11, dapat diketahui bahwa ibadah jamaah pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo termasuk kategori sedang (B) dengan prosentase 43%. 3. Berdasarkan pada tabel 4.13, dapat diketahui bahwa perilaku sosial jamaah pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo termasuk kategori tinggi (A) dengan prosentase 50%. Dari penilaian yang pertama yang dianalisis secara statistik di peroleh hasil yang menjadi kesimpulan bahwa ada pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap ibadah masyarakat. Hal ini terbukti dengan koefisien korelasi dari hasil rxy1 hitung sebesar 0,483 sedangkan rxy tabel 0,361 pada taraf signifikasi 5 % N = 30 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,463. Dengan ini dapat diketahui bahwa pada taraf signifikan 5% dan 1% terdapat hubungan positif yang signifikan. Maka hipotesis yang diajukan penulis di terima, berarti intensitas mengikuti pengajian yaasinan ada 95 pengaruhnya terhadap ibadah bagi masyarakat karena taraf signifikan yang disebabkan dari hasil perhitungan data yang diperoleh di lapangan menunjukkan rxy hitung > rxy tabel. Dari penilaian yang ke dua dianalisis secara statistik di peroleh hasil yang menjadi kesimpulan bahwa ada pengaruh intensitas mengikuti pengajian yasinan terhadap perilaku sosial masyarakat. Hal ini terbukti dengan koefisien korelasi dari hasil rxy2 hitung sebesar 0,499, sedangkan rxy tabel 0,361 pada taraf signifikasi 5 % N = 30 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,463. Dengan ini dapat diketahui bahwa pada taraf signifikan 5% dan 1% terdapat hubungan positif yang signifikan. Maka hipotesis yang diajukan penulis di terima, berarti intensitas mengikuti pengajian yaasinan ada pengaruhnya terhadap perilaku sosial bagi masyarakat karena taraf signifikan yang disebabkan dari hasil perhitungan data yang diperoleh di lapangan menunjukkan rxy hitung > rxv tabel. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Kepada seluruh masyarakat di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo hendaknya benar-benar memanfaatkan, secara maksimal dalam mengikuti pengajian yasinan sehingga terwujud masyarakat yang berperilaku sesuai dengan syariat yang telah dianjurkan oleh Allah SWT 96 dan tetap menjaga keharmonisan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.. 2. Kepada masyarakat khususnya anggota jamaah pengajian yasinan di Sub Inti Kelurahan Tegalrejo Kecamatan Argomulyo agar tidak bosan dan malu-malu dalam mencari ilmu agama sebagai bekal hidup dan selalu aktif mengikuti pengajian yasinan maupun acara-acara keagamaan lainnya serta aktif dalam kegiatan bermasyarakat dalam menjaga persatuan dan kesatuan masyarakat. C. Penutup Mengakhiri penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan syukur yang tiada terkira kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tanpa halangan yang berarti dan dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat dijadikan bahan kajian yang lebih lanjut dan dapat membawa manfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya serta bagi nusa dan bangsa, khususnya masyarakat Islam dan dunia pendidikan. 97 DAFTAR PUSTAKA Al-Jazairi, Jabir, Bakar, Abu, Syaikh. 2006. Fiqih Ibadah dari Kitab Minhajul Muslim. Solo: Media Insani Plubishing. Arikunto, Suharsini. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ahmadi, Abu. 1991. Psikoligi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Amin, Masyhur. 1997. Dakwah Islam dan Pesan Moral. Yogyakarta: Al Amin Press. Arifin. 1991. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara. Al Azidi, Sabhasatani, Al Asy‟ats, Sulaiman, Ibnu, Daud, Abu, Al Muttaqin, Al Munshnif. 275. Kitab Sunan Abu Daud. Jakarta. Darul Hikmah. Basyir, Azhar. 2001. Filsafat Ibadah dalam Islam. Yogyakarta: UII Press. Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur‟an dan Terjemahannya Edisi Tajwid. Bandung: PT. Syaamil Cipta Media. Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Departeman Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga. Jakarta: Balai Pustaka. Faqih, Rahim Aunur & Amir Mu‟allim (Eds.) 1998. Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta:UII Press Indonesia. Huda, Ni‟amul. 1995. Tata Cara Bertahlil yang Benar. Demak: CV. Media Ilmu. Hadi, Sutrisno. 1983. Metodoldgi Researc 1. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. H. Thouless, Robert. 1995. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 98 Haddad, Abdullah, Habib, Imam. 1993. Nasehat Agama dan Wasiat Iman. Semarang: CV Toha Putra. Kustini (Ed.). 2007. Hasil Seminar Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pendalaman Ajaran Agama melalui Majelis Taklim. Jakarta: Departemen Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan. Poerwodarminto. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Qardhawi, Yusuf. 1998. Puasa Fiqih. Solo: RA Intermedia. Slamet Abidin & Moh Suyono.1998. Fiqih Ibadah Untuk IAIN, STAIN dan PTAIS. Bandung: CV. Pustaka Setia. Sudjiono, Anas. 1994. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Siswanto. 2005. Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar Salim Bahreisy & Said Bahreisy. 2006. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 6. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Yunus, Mahmud. 1989. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 99