1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang ditata dan diatur sedemikian rupa dengan didasarkan pada berbagi aspek, baik menyangkut aspek konsep hakikat pembelajaran, maupun ketentuan-ketentuan formal yang mengatur pelaksanaan pendidikan pada umumnya dan pembelajaran secara lebih khusus (Sukirman, 2008). Pada Pembelajaran IPA dalam SD yang harus diperhatikan yaitu faktor lingkungan sekitar yang sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Karena mata pelajaran ini mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan memepelajari dalam kehidupan sehari-harinya. Maka dengan demikian pembelajaran IPA sangat penting dan wajib dipelajari di sekolah dasar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pelajaran yang penting karena ilmunya dapat diterapkan secara langsung dalam lingkungan sekitar dan kehidupan sehari-hari. Menurut Srini M. Iskandar (1997:16) beberapa alasan penting mata pelajaran IPA yaitu, IPA berguna bagi kehidupan atau pekerjaan dikemudian hari, bagi kebudayaan bangsa, melatih anak berfikir kritis, dan mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk pribadi anak serta berpadu pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini. Pembelajaran IPA sangat penting dilaksanakan dengan baik bagi sekolah dasar seperti yang diungkapakan di atas. Maka pembelajaran IPA dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai, dalam keaktifan dan hasil belajar. Namun dalam kenyataanya masih ada sekolah yang kurang keaktifan dan hasil belajar IPA yang rendah, karena belum mencapai standar ketuntasan yang telah ditentukan. Kenyataan tersebut didasarkan pada hasil wawancara yang dilaksanakan di SD Negeri Tegalrejo 04 Salatiga pada guru kelas V. Hasil belajar IPA yang diperoleh masih rendah, karena belum mencapai standar ketuntasan minimal (KKM). Batas nilai KKM IPA yang telah ditentukan adalah 70. Namun siswa 1 2 yang belum tuntas hasil belajarnya adalah sebanyak 18 siswa dari 31 siswa diperkirakan 31,68%. Ke-18 siswa tersebut masih memiliki nilai hasil belajar IPA dibawah 70. Hasil wawancara tersebut diketahui bahwa rendahnya hasil belajar IPA disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajar IPA yang berlangsung. Adapun faktor yang mempengaruhi proses pembelajar diantaranya yaitu metode yang digunakan guru kurang bervariasi, antusias siswa dalam belajar IPA rendah, kurangnya menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran menggunakan metode ceramah dan penugasan. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran IPA berlangsung secara monoton atau kurang bervariasi sehingga siswa hanya memperhatikan. Waktu pelajaran guru hanya mempraktekkan di depan kelas sedangkan siswa hanya memperhatikan. Padahal anak akan lebih paham ketika anak diminta untuk mempraktekkan langsung untuk mempermudah anak dalam belajar. Sehingga proses pembelajaran yang berlangsung membuat siswa merasa bosan dan kurang memperhatikan apa yang guru sampaikan. Dari uraian masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA kurang berjalan dengan baik. Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran di atas adalah suatu kendala yang menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik. Masalah-masalah tersebut yang menyebabkan hasil belajar IPA rendah atau masih dibawah KKM. Permasalahan tersebut perlu segera diatasi. Salah satu caranya dapat menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Division (STAD). Model pembelajaran ini dengan cara berkelompok dalam kelompok terdiri 4-5 siswa dan tanpa membedakan gender. Tetapi dalam kelompok harus dibagi antara orang yang berkemampuan pandai, sedang, dan rendah. Maka dengan demikian model pembelajaran kooperatif STAD adalah solusi untuk menciptakan pembelajaran yang dapat mengajak anak untuk aktif. 3 Pembelajaran STAD merupakan pembelajaran yang cocok untuk menggunakan pembelajaran IPA dalam materi sifat-sifat cahaya, dengan cara pembentukan kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa. Sehingga anak dapat memperaktekkan langsung bagaimana cara menggunakan alat-alat peraga yang sudah disediakan. Jadi tidak melihat guru memperaktekkan tetapi siswa langsung ikut serta dalam pembelajaran tersebut Dengan adanya pengkolompokan yang merata antara pandai, sedang, dan rendah, ini dapat menambah pembelajaran menjadi seimbang, sehingga siswa dapat mempelajari IPA dengan mudah dan memiliki hasil belajar IPA yang baik, yaitu yang mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas penulis perlu untuk melakukan penelitian dengan judul: “penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada matapelajaran IPA kelas V semester II SD Negeri Tegalrejo 04 Tahun pelajaran 2013/2014”. Adapun alasan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena model ini menekankan pada keaktifan siswa dalam kelompok dan dapat menciptakan anak untuk berfikir positif sehingga susana kelas dapat menyenangkan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, ada permaslahan yang perlu dikaji untuk dicarikan solusi permasalahannya. Permasalahnya dapat diidentifikasiakan sebagi berikut : 1) Kurangnya Keaktifan dalam pembelajaran IPA pada SD Negeri 04 Tegalrejo pada kelas V. 2) Hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 04 Tegalrejo masih rendah atau nilai rata-rata kelas masih dibawah KKM. 3) Kurangnya alat peraga yang digunakan selam pembelajaran. 4 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar peneliti lebih efektif, efesien dan terarah. Adapun hal-hal yang membatasi dalam dalam penelitian ini antara lain: 1) Subjek yang diteliti hanya siswa kelas V semester II SD Negeri Tegalrejo 04 tahun ajaran 2013/2014. 2) Penelitian ini difokuskan pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar mata pelajaran IPA pada materi cara membuat model/karya dari alat sederhana menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 1.4 Rumusan Masalah dan Rumusan Usulan Pemecahan Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan suatu masalah penelitian dan usulan pemecahannya sebagai berikut:“ Apakah rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 04 pada mata pelajaran IPA disebabkan karena ketidaktepatan model pembelajaran yang digunakan guru?” Untuk memecahkan masalah tersebut peneliti mengusulkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun rumusan pemecahan masalah sebagai berikut: 1. Apakah dengan menggunakan model pemebalajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan pada siswa kelas V semester II di SD Negeri Tegalrejo 04 Salatiga? 2. Apakah dengan menggunakan model pemebalajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan Hasil Belajar pada siswa kelas V semester II di SD Negeri Tegalrejo 04 Salatiga? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut: 5 1. Untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga semester II pada mata pelajaran IPA tahun ajaran 2013/2014. 2. Untuk meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 04 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga semester II pada mata pelajaran IPA tahun ajaran 2013/2014. 1.6 1. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan bahwa sebuah metode pembelajaran dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar dalam pelajaran IPA. 2. Manfaat Praktis Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut: a) Bagi siswa: 1) Siswa dalam belajar lebih bermotivasi sehingga hasil belajar siswa akan lebih baik dan bermutu. 2) Agar siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan menggunakan pendekatan STAD. 3) Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan. b) Bagi guru: 1) Guru dalam menyampaikan materi atau melaksanakan proses pembelajaran akan semakin lebih baik. 2) Guru dapat menggunakan peneliti ini sebagai acuan bahwa pembelajaran dapat berlangsung secara aktif, efektif, dan menyenangkan. 3) Dengan adanya penelitian guru mendapat wawasan mengenai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran. c) Bagi sekolah: 6 1) Sekolah akan semakin maju karena memperbaiki kekurangan atau kelemahan yang telah diketemukan dalam peneliti. 2) Sebagi masukan bagi guru SD untuk melakukan pembelajaran dalam kelas. 3) Sebagi acuan yang dapat digunakan untuk kegiatan selanjutnya. d) Bagi Peneliti: 1) Dengan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini peneliti dapat mengerti pentingnya Penelitian Tinadakan Kelas. 2) Peneliti mampu mengetahui suatu masalah dan dapat menemukan alternatif penyelesaina masalahnya. 3) Hasil penelitian dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.