Dinamika Vol. 5, No. 3, Januari 2015 ISSN 0854-2172 PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PERUBAHAN WUJUD BENDA Edy Cahyono SD Negeri Rajegwesi 01 Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah penguasaan materi sifat dan perubahan wujud benda masih rendah karena kurangnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran kurang sesuai, siswa pasif.permasahan lain yaitu belum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dan kurangnya sarana-prasarana Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas belajar siswa kelas IV dalam menerima materi pelajaran IPA mengenai perubahan sifat dan wujud benda melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Negeri Rajegwesi 01. Data awal yang diperoleh dari dokumen daftar nilai, pengamatan, lembar angket dan hasil tes setelah akhir pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 dilakukan tindakan pembagian kelompok berdasarkan absen dan dan pemberian kuis berupa tes singkat, sedangkan siklus 2 pembagian kelompok berdasarkan tingkat kepandaian peserta didik. Hasil penelitian dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan peserta didik dalam mempelajari materi perubahan sifat dan wujud benda dengan nilai rata-rata 66,00 menjadi 70,00. Prosentase ketuntasan belajar meningkat 39 % menjadi 65%.. Minat peserta didik meningkat memperoleh nilai 6 – 10 hanya 65 % menjadi 80 % siswa yang hasil belajarnya memenuhi KKM. 69 % kemudian kinerja guru dalam pembelajaran meningkat. © 2015 Dinamika Kata Kunci: Kualitas pembelajaran, sifat dan perubahan wujud benda, Pembelajaran kooperatif tipe STAD. PENDAHULUAN Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah rendahnya kulaitas pemdidikan pada setiap jenjang pendidikan, baik pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran (Depdiknas, 2006: 2). Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyaji materi ajar saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat peserta didik merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari materi pelajaran tersebut Guru SD merupakan figur dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, dapat bersaing di zaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan namun masih terdengar keluhan guru di kelas tentang meteri pelajaran yang terlalu banyak dan kekurangan waktu untuk mendidik siswa di sekolah. Perilaku dan kompetensi yang memadai untuk mengembangkan peserta didik secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal terutama kompetensi pedagogik, kepribadian, social, dan profesional guru, dan sangat sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP). Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan hasil belajar peserta didik khusus pada mata pelajaran IPA. Bertolak dari fakta tersebut, peneliti menyadari bahwa proses pembelajaran sifat dan perubahan wujud benda yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran jauh dari harapan peserta didik. Berdasar data dan hasil observasi yang telah dilakukan dengan teman sejawat, ditemukan beberapa faktor penghambat dalam proses kegiatan pembejaran dalam menguasai kompetensi dasar mndeskripsikan sifat dan perubahan wujud benda adalah kurangnya keaktifan dan pemahaman peserta didik dalam materi tersebut. Falsafah yang mendasar model pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius, bahwa manusia adalah makhluk sosial (Lie, 2004). Pembelajaran kooperatif diterapkan dalam kelas dengan keterampilan akademik yang heterogen. Siswa yang mempunyai keterampilan akademik kurang akan dibantu oleh siswa yang keterampilan akademiknya lebih baik dalam suatu kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang bermanfaat dengan jalan mengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam kelompok-kelompok kecil.Pembelajaran kooperatif yang selanjutnya pasa kurikulum satuan pendidikan dijadikan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan, dikenal dengan sebutan CL (cooperative learning). Pembelajaran kooperatif dikembangkan menjadi beberapa tipe, satu di antaranya adalah Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD, menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota kelompok 4-5 orang siswa secara hiterogen. Slavin (1995) menyatakan bahwa pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pembelajaran dan siswa bekerja dalam tim (Sopan, 2013:23). Inti kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut : (1) Mengajar, guru mempresentasikan materi pelajaran, (2) belajar dalam tim, siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam tim/kelompok mereka dipandu LKS, untuk menuntaskan materi pelajaran (3) pemberian kuis, siswa mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak boleh bekerja sama, (4) penghargaan, pemberian pengahargaan kepada siswa yang berprestasi dan tim/kelompok yang nenperoleh skor tertinggi dalam kuis yang perlu disiapkan guru sebelum melalui model pembelajaran ini adalah sebagai berikut : 1. Nilai rata-rata harian dalam peserta didik. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk kelompok peserta didik yang heterogen dan skor rata-rata suatu kelompok. 2. Guru membentuk kelompok peserta didk yang heterogen tanpa membedakan kecerdasan, suku bangsa, maupun agama. Setiap kelompok terdiri atas 4 sampai 5 siswa. 3. Guru mempersiapkan LKS 4. Kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan siswa (dicek oleh sisiwa sendiri) 5. Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh peserta didik PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PERUBAHAN WUJUD BENDA Edy Cahyono 13 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Rajegwesi 01 Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2013 s/d Desember 2013. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah peserta didik sebanyak 33 siswa yang terdiri dari 22 laki-laki dan 11 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu : Perncanaan, Pelaksanaan, Tindakan, pengamatan dan Refleksi. Siklus 1 Tahapan pada siklus 1 adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Pada tahap ini kegiatan ini membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, Pembentukan kelompok, Pemberian Kuis, Penghargaan yang akan diberikann, tes formatif, Lembar Pengamatan dan Angket Minat Belajar peserta didik. b. Pelaksanaan Kegiatan ini pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran sesuai dengan jadwal, pembentukan kelompok @ 4 anak benrdasar absen. Pemberian kuis berupa tes singkat dan pemberian penghargaan kepada siswa dan kelompok yang memperoleh skor tinggi. c. Pengamatan Pengamatan terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan oleh guru mitra dan peneliti untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran, pada akhir siklus 1 diakhiri dengan tes formatif. d. Refleksi Setelah hasil pengamatan dan hasil tes dianalisis secara kolaboratif oleh guru mitra dan peneliti, selanjutnya melakukan refleksi apakah pembelajaran berhasi atau belum. Siklus 2 Siklus kedua dilakukan untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik pada siklus 1. a. Penyempurnaan RPP, LKS, pembentukan kelompok, pemberian kuis, penghargaan yang akan diberikan penyempurnaan alat evaluasi yang berupa tes, pedoman pengamatan, dan lembar angket. b. Pelaksanaan Dalam tahap ini apa yang telah direncanakan dan diperbaiki akan dilaksanakan secara cermat sesuai jadwal. Pembentukan kelompok berdasarkan tingkat kepandaian peserta didik, pemberian kuis dan pemberian penghargaan pada kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi. c. Pengamatan Pengamatan terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat pelaksanaan d. Refleksi Setelah hasil pengamatan dan hasil tes dianalisis secara kolaboratif dengan guru mitra dan peneliti, selanjutnya melakukan refleksi apakah penbelajaran berhasil atau belum. Data hasil belajar yang diperoleh pada lembar observasi melalui tes formatif untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar baik secara individu maupun secara kelompok. Secara individuan hasil belajar siswa sudah mencapai nilai KKM yaitu > 60, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas apabila jumlah peserta didik yang tuntas mencapai 80 %. Data yang diperoleh berdasarkan lembar observasi untuk guru dianalisis untuk mengetahui apakah kinerja guru dalam pembelajaran sudah baik, data yang diperoleh dari lembar observasi 14 Dinamika Vol. 5. No. 3. (2015) peserta didik dianalisis untuk mengatahui apakah peserta didik sudah menunjukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah dirancang. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil observasi pada kondisi awal untuk mengungkap data tentang disiplin belajar dapat dilihat lebih jelas pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Hasil Observasi Disiplin Belajar Siswa pada Kondisi Awal No Aspek Disiplin Belajar Skor (%) 1. Tidak terlambat masuk sekolah 90% 2. Hadir di sekolah 89% 3. Menyelesaikan tugas pada 88% waktunya 4. Membawa perlengkapan belajar 90% 5. Aktif mengikuti pelajaran 90% Rata-rata Skor (%) 90% Siswa 92 91 90 92 92 92 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa disiplin belajar pada kondisi awal melalui pengamatan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok belum menggunakan teknik latihan saya bertanggungjawab. Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Pada siklus I, perencanaan tindakan dilakukan selama 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama ini menyusun jadwal pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik latihan saya bertanggungjawab untuk meningkatkan disiplin belajar siswa . 2. Pelaksanaan Tindakan Pada siklus I, pelaksanaan tindakan berupa: (a) peneliti menjelaskan tujuan dan tata cara pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yaitu untuk meningkatkan disiplin belajar siswa dengan berbagi informasi atau pengalaman tentang disiplin belajar, (b) peneliti mengelompokkan siswa yang mempunyai masalah disiplin belajar yaitu 10 siswa menjadi 1 kelompok, (c) anggota kelompok melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik latihan saya bertanggungjawab, (d) meminta peserta mengungkapkan kesan dan pesan, (e) menutup kegiatan. 3. Observerasi Observer melakukan pengamatan terhadap 10 siswa yang mengalami masalah disiplin belajar rendah. Tabel 4.2 Hasil Disiplin Belajar Siswa (Kondisi Awal dan Siklus I) Kategori Kondisi Awal Frekuensi % Rendah 10 100 Sedang 0 0 Tinggi 0 0 Jumlah 10 100 Siklus I Frekuensi 6 4 0 10 % 60 40 0 100 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa kondisi awal sebelum menggunakan teknik latihan saya bertanggungjawab, terdapat 10 siswa (100%) dengan kategori rendah, 0 siswa (0%) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PERUBAHAN WUJUD BENDA Edy Cahyono 15 kategori sedang dan tidak ada siswa yang memiliki disiplin belajar tinggi. Setelah diberi tindakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik latihan saya bertanggungjawab pada siklus I menjadi 0 siswa (0%) tinggi, 4 siswa (40%) sedang dan 6 siswa (60%) rendah. Dikarenakan belum mencapai rata-rata 4.0 sesuai indicator kinerja maka perlu dilakukan tindakan siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pula dalam grafik sebagai berikut: 60 60 50 40 40 Tinggi 30 Sedang 20 10 Rendah 10 0 0 0 0100% 0 4 6 0 0 Frekuensi Kondisi Awal % Frekuensi % Siklus I Grafik 4.1 Hasil Disiplin Belajar (Kondisi Awal dan Siklus I) Siklus II 1. Perencanaan Tindakan Pada siklus II, perencanaan tindakan yaitu merencanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk membuat jadwal pelaksanaan layanan bimbingan kelompok. 2. Pelaksanaan Tindakan Pada siklus II, pelaksanaan tindakan merupakan pertemuan II yaitu menjelaskan tujuan dan tata cara pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik latihan saya bertanggungjawab, dengan cara anggota kelompok yang mendapat giliran untuk mengatakan saya bertanggungjawab akan hal itu maka harus dilakukan dengan cara berdiri dan mengepalkan tangan dengan tujuan siswa merasa lebih semangat dalam meningkatkan disiplin belajar, anggota mulai melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik latihan saya bertanggungjawab yang sudah dimodifikasi, meminta kesan dan pesan,dan peneliti menutup kegiatan. 3. Observasi Observer melakukan pengamatan terhadap 10 siswa yang mengalami disiplin belajar rendah setelah dimodifikasi pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik latihan saya bertanggungjawab. Tabel 4.3 Hasil Disiplin Belajar Siswa (Siklus I dan Siklus II) Kategori Siklus I Frekuensi % Rendah 6 60 Sedang 4 40 Tinggi 0 0 Jumlah 10 100 16 Dinamika Vol. 5. No. 3. (2015) Siklus II Frekuensi 0 7 3 10 % 0 70 30 100 Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 6 siswa (50%) dengan kategori rendah, 4 siswa (40%) kategori sedang dan 0 siswa (0%) kategori tinggi. Setelah pelaksanaan siklus II menjadi 3 siswa (30%) tinggi, 7 siswa (70%) sedang dan 0 siswa (0%) rendah. Skor rata-rata hasil pelaksanaan siklus II meningkat dari 3,4 menjadi 4,6. Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada grafik berikut: 70 70 60 50 50 40 40 Tinggi 30 30 Sedang 20 Rendah 10 0 4 6 3 0 7 0 0 0 Frekuensi Siklus I % Frekuensi % Siklus II Grafik 4.2 Hasil Disiplin Belajar Siswa (Siklus I dan Siklus II) PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat eningkatkan hasil belajar siswa dilihat dari nilai tertinggi, rata-rata kelas, dan ketuntasan belajarnya, tetapi belum mencapai SKBM yang diharapkan. 2. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas siswa dalam kegiatan pengamatan. 3. Berdasarkan hasil angket menunjukkan bahwa merasa senang belajar IPA dengan model pembelajaran tipe STAD secara langsung sebagai sumber belajar. Berdasarkan hasil peneltian dan simpulan, maka penelitia dapat menyampaikan beberapa saran yiatu sebagai berikut : 1. Kepala sekolah hendaknya memberi dukungan penuh bagi guru yang akan melakukan penelitian tindakan kelas serupa dan memberi kesempatan seluas-luasnya dalam mengarahkan guru-guru kelas untuk mengimplementasikan model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan kemandirian siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas untuk kemajuan pendidikan pada umumnya dan peningkatan hasil belajar IPA pada khususnya 2. Bagi rekan-rekan guru kelas sekolah dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kelas IV khususnya mata pelajaran IPA pada materi perubahan wujud benda hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, karena model pembelajaran tersebut dapat mendukung hasil belajar siswa. 3. Bagi pengawas Bagi pengawas diharapkan untuk lebih detail dalam pengarahan dan pembinaan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran khususnya di sekolah dasar. 1. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PEMBELAJARAN PERUBAHAN WUJUD BENDA Edy Cahyono 17 4. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dalam penerapakooperatif model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilaksanakan untuk lingkup yang lebih luas guna untuk mendukung pelaksanaan DAFTAR PUSTAKA Amri, Sopan , 2013 Pengembangan dan Model Pemebelajaran dalam kurikulum 2013 Jakarta : Prestasi Pustaka Karya Haryanto,2004. Sains Jilid 4 Untuk Sekolah dasar Kelas IV, Jakarta: Penerbit Erlangga Irianto, Edy Sri. 2007. “Meningkatkan Belajar IPA Fisika Melalui Pembelajaran Kooperatif pada Siswa Berkemampuan Rendah”. Jurnal Pendidikan, Volume 4 No.4, Desember 2007 Lie, A. 2004. Cooperative Learning : Mempraktekkan Cooperatif Learning di ruang – ruang Kelas. Jakarta: Grasindo Purwanto, Ngalim.1987. Pengantar Psikologi. Bandung : Remaja Karya 18 Dinamika Vol. 5. No. 3. (2015)