BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Belajar 2.1.1. Definisi Belajar Menurut Slameto dalam syaiful (2011: 13) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut Biggs dalam Syah (2005: 67) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Akan tetapi menurut Suryabrata (2004: 232) dalam mendefinisikan belajar, terdapat beberapa hal pokok, yaitu belajar membawa perubahan (behavioral changes), dalam perubahan tersebut pada dasarnya mendapatkan kecakapan baru, dan perubahan tersebut terjadi karena usaha. 2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar Untuk dapat merealisasikan tujuan proses belajar-mengajar, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan. Beberapa pakar pendidikan mengkategorikan faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua kategori yaitu dari dalam maupun dari luar diri peserta didik. Menurut Slameto (2003: 54—72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah: 1 2 Faktor intern a) Faktor jasmani (faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh) b) Faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan). c) Faktor kelelahan. Faktor ekstern a) Faktor keluarga (tingkat pendidikan orang tua, relasi antar anggota keluarga, penyediaan fasilitas belajar dirumah, dan keadaan ekonomi orang tua) b) Faktor sekolah. c) Faktor masyarakat. d) Penilaian prestasi belajar Untuk lebih jelasnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar diantaranya adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang terdapat di dalam diri manusia atau seseorang. Faktor intern dibedakan menjadi dua yaitu faktor fisiologis (semua yang berhubungan dengan keadaan fisik anak) dan faktor psikologis (semua keadaan dan fungsi psikologis anak yang dapat mempengaruhi belajar). Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan siswa meliputi : lingkungan alami dan Lingkungan sosial. Lingkungan alami adalah semua faktor yang berasal dari lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi aktivitas siswa dalam belajar. Sedangkan lingkungan sosial yaitu hubungan antara siswa dengan orang lain baik secara langsung maupun tidak, pada saat seseorang belajar yang dapat menganggu konsentrasi belajar orang tersebut. Faktor instrumental merupakan faktor yang sengaja diadakan dan digunakan serta dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental terdiri dari : kurikulum, program, sarana dan fasilitas, dan guru atau tenaga pengajar yang kesemuannya itu berasal dari kebijakan sekolah tersebut. 2.2.Kemandirian Belajar 2.2.1. Pengertian Kemandirian Belajar Menurut Haris Mudjiman (2011:9) belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang di dorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Beberapa penjelasan yang terkait dengan batasan belajar mandiri antara lain : a) Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan. b) Motif atau niat untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persisten, terarah dan kreatif. c) Kompetensi adalah pengetahuan atau keterampilan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. d) Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pembelajar mengolah informasi yang diperoleh dan sumber belajar, sehingga menjadi pengetahuan ataupun keterampilan baru yang dibutuhkannya. e) Dalam status pelatihan dalam sistem pendidikan formal tradisional tujuan belajar, khususnya tujuan-tujuan antara hingga evaluasi hasil belajar, ditetapkan sendiri oleh pembelajar. Tujuan akhir dari setiap unit penugasan dapat ditetapkan oleh guru. Dari batasan tersebut, dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sedang menjalankan kegiatan belajar mandiri lebih ditandai oleh motif yang mendorongnya untuk belajar, bukan dari kenampakan fisik kegiatan belajarnya. Kegiatan belajar mandiri diawali dengan adanya kesadaran adanya masalah, kemudian diikuti dengan timbulnya niat untuk melakukan kegiatan belajar secara sengaja untuk menguasai suatu kompetensi guna memecahkan suatu permasalahan yang ada. Jadi, dengan kata lain kegiatan belajar mandiri ini tidak akan tercipta bila terdapat unsur pemaksaan dari pihak lain, melainkan timbulnya kesadaran dan niat yang timbul dengan sendirinya dalam pribadi individu itu sendiri. Belajar mandiri bermanfaat di masa depan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang semakin lama semakin keras, serta masalah yang dihadapi juga semakin banyak. Kemandirian belajar (dalam scribd.com) adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri dengan tidak tergantung pada orang lain serta mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan tugasnya. Jadi, aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis Menurut Paul B. Diedrich (dalam id.shvoong.com) ada 177 macam aktivitas siswa antara lain: 1) Visual Activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi percobaan pekerjaan orang lain. 2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3) Listening activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4) Writing activities seperti menulis: cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasimodel, bermain, berkebun, berternak. 7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui aktivitas siswa terdiri dari : 1) Bertanggung Jawab Terhadap Tugas 2) Menemukan Penyelesaian Masalah 3) Pemahaman Isi Materi 4) Kemampuan Menjawab Pertanyaan 5) Menghindarkan Perilaku Yang Tidak Sesuai Dengan Proses Belajar 6) Melakukan Kegatan Yang Berhubungan Dengan Proses Belajar 7) Sistem Pengerjaan Tugas 8) Keberanian Bertanya 9) Keberanian Mengajukan Pendapat 10) Kegiatan Berdiskusi 2.2.2. Ciri – ciri Kemandirian Menurut Chabib Thoha (1996:123-124) dalam (subliyanto.blogspot.com) mengemukakan ciri-ciri kemandirian antara lain : a) b) c) d) e) Mampu berpikir secara kritis Tidak mudah terpegauh oleh pendapat orang lain Tidak lari dan menghindari masalah Memecahkan maslaah dengan berfikir yang mendalam Apabila menjumpai maslaah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain f) Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain g) Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan h) Bertanggung jawab atas tindakanya sendiri 2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian Menurut Masrun (1986:4) (dalam tugasavan.blogspot.com) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian dibedakan menjadi dua antara lain : a) Faktor Dari Dalam Faktor dari dalam yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara lain: 1) Usia Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahanlahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih berorientasi internal, karena percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak akan lebih tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat laun akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia seseorang. Anak-anak usia muda merasa belum mampu untuk melakukan sesuatu secara sendiri karena kemampuan yang dimiliki masih terbatas. Sebaliknya, anak dengan usia yang semakin dewasa merasa sudah mempunyai kemampuan yang cukup, maka secara pelan-pelan akan dapat melakukan semuanya secara sendiri. Anak semakin tua usia cenderung semakin mandiri. 2) Jenis Kelamin Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifat-sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Perbedaan jasmani yang menyolok antara pria dan wanita secara psikis menyebabkan orang beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita. Seorang anak perempuan memiliki dorongan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua, tetapi dengan statusnya sebagai seorang perempuan, maka dituntut untuk bersikap pasif, berbeda dengan anak lelaki yang agresif dan ekspansif, akibatnya anak perempuan berada lebih lama dalam ketergantungan daripada anak laki-laki. 3) Konsep diri Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Cara individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau menentukan kepibadian individualnya. Individu yang memandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya individu yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung tidak mampu, maka akan menggantungkan dirinya pada orang lain. Kemampuan bertindak dan mengambil keputusan tanpa bantuan orang lain hanya dapat dimiliki oleh orang yang mampu berpikir dengan seksama tentang tindakannya. b) Faktor Dari Luar Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang antara lain : 1) Pendidikan Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang dapat mewujudkan dirinya sendiri, sehingga orang memiliki keinginan sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain. Menurut Thoha (1996) sistem pendidikan yang diterapkan disekolah yang dalam prosesnya tidak dapat mengembangkan demokrasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi juga akan menghambat perkembangan kemandirian remaja sebagai siswa. 2) Keluarga Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menciptakan dasar-dasar kepribadian seorang anak. Demikian juga dalam pembentukan kemandirian anak berupa aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan dalam mendidika anak, cara memberikan penilaian terhadap anak bahkan sampai pada cara hidup orang tua. Keluarga berperan dalam penanaman nilai-nilai pada diri seorang anak, termasuk niali kemandirian. Penanaman nilai kemandirian tidak lepas dari peran orang tua dan cara asuh orang tua ke anak. Apabila sejak kecil seorang anak sudah dilatih mandiri, maka ketika harus keluar dari asuhan orang tua untuk dapat mandiri, tidak akan mengalami kesulitan dalam hidup. Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak terkait dengan peranan orang tua. Dalam hal ini, ayah dan ibu mempunyai peran nyata bahwa dari rasa kasih sayang dan rasa kuatirnya seorang ibu tidak berani melepaskan anaknya untuk berdiri sendiri sehingga menjadikan anak tersebut untuk selalu ditolong, selalau tergantung kepada ibu karena selalu dimanjakan mengakibatkan tidak dapat menyesuaikan diri dan perkembangan watak mengarah pada keragu-raguan. Sikap ayah yang keras menjadikan anak kehilangan rasa percaya diri sementara kemanjaan yang diberikan ayah menjadikan anak kurang berani menghadapai masyarakat luas. Pemanjaan yang berlebihan dan pengabaian sikap orang tua terhadap anak mengakibatkan terhambatnya perkembanagan anak. 3) Interaksi sosial Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik, tidak mudah menyerah, maka akan mendukung untuk dapat berperilaku mandiri. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja atau siswa. 2.2.4. Aspek-Aspek Kemandirian Menurut Steinbergh (1999:289) dalam (adwintaactivity.blogspot.com) mengemukakan tiga aspek kemandirian antara lain : a) Kemandirian emosional (emotional autonomy) Kemandirian emosional adalah seberapa besar individu tidak tergantung kepada dukungan emosional orang lain, terutama orang tua dalam mengelola dirinya sendiri. Memudarnya hubungan emosional anak dengan orang tua pada masa remaja terjadi sangat cepat. Kecepatan memudarnya hubungan itu terjadi seiring dengan semakin mandirinya remaja dalam mengurus diri sendiri. Proses ini secara tidak langsung memberikan peluang bagi remaja untuk mengembangkan kemandirian emosional. Proses psikososial yang menuntut remaja untuk mengembangkan kemandirian emosional antara lain: 1 Perubahan pengungkapan kasih sayang 2 Meningkatkan pendistribusian kewenangan dan tanggung jawab 3 Menurunnya interaksi verbal dan kesempatan bertemu dengan orang tua 4 Semakin larutnya remaja dalam pola-pola hubungan antar teman sebaya untuk menyelami hubungan kehidupan yang baru di luar keluarga. Individu yang mampu memutuskan ikatan emosionalmya, maka ia akan melakukan pemisahan diri dari keluarga (sparasi). Keberhasilan dalam melakukan sparasi ini merupakan dasar bagi pencapaian kemandirian terutama kemandirian yang bersifat independency, sehingga ini menjadi awal untuk terbentuknya kemandirian. b) Kemandirian Perilaku (behavioural autonomy) Kemandirian perilaku adalah kemampuan individu dalam menentukan dan mengambil keputusan untuk pengelolaan dirinya. Ciri-ciri individu yang mempunyai kemandirian dalam perilaku antara lain: 1. Memiliki kemampuanmengambil keputusan, yang ditandai oleh: a. Menyadaru adanya resiko dari tingkah laku b. Memilih alternatif pemecahan masalah yang didasarkan atas pertimbangn diri sendiri dan orang lain c. Bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambil. 2. Memiliki kekuatan terhadap penaruh pihak lain, yang ditandai oleh: a. Tidak mudah terpengauh dalam situasi yang menuntut konformitas b. Tidak mudah terpengaruh oleh tekanana teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan c. Memasuiki kelompok sosial tanpa tekanan. 3. Memiliki rasa percaya diri (self reliance), yang ditandai oleh: a. Dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari b. Dapat memenuhi tanggung jawab c. Dapat mengatasi sendiri masalahnya d. Berani mengemukakan ide atau gagasan c) Kemandirian nilai (values autonomy) Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak tekanan atau tuntutan dari orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam bidang nilai. Seorang individu memiliki seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting dalam memandang sesuatu yang dilihat dari sisi nilai. Terdapat tiga perubahan kemandirian nilai yang terjadi pada masa remaja antara lain : 1. Keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstrak belief) Perilaku yang dapat terlihat dari semakin abstraknya keyakinan akan nilai-nilai adalah mampu menimbang berbagai kemungkinan dalam bidang nilai. 2. Keyakinan akan nilai-nilai yang semakin bersifat prinsip (principle belief). Perilaku yang muncul antara lain: a. Berpikir sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai b. Bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggung jawabkan dalam bidang nilai 3. Keyakinan akan nilai-nilai yang terbentuk dalam diri remaja bukan hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya tetapi lebih pada keyakinan yang dimilikinya sendiri (independent belief). Perilaku yang muncul antara lain : a. Individu memulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterimanya dari orang lain b. Berfikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri c. Bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri 2.2.5. Komponen Kemandirian Belajar Siswa yang mandiri dapat menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi, menunjukkan rasa percaya diri yang besar, dan jarang mencari perlindungan dari orang lain serta mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Menurut Haris Mudjiman (2011:15) dalam Eviana (2009), terdapat empat komponen dalam belajar mandiri antara lain : a. Konstruktivisme yaitu paradigma yang meyakini bahwa pembelajaran adalah penambahan pengetahuan baru hasil olahan pembelajar sendiri, atas dasar rangsangan yang berupa informasi dari sumber belajar. b. Motivasi belajar adalah kekuatan pendorong kegiatan belajar secara intensif, persistensi, terarah dan kreatif c. Kegiatan aktif adalah kegiatan belajar yang ditandai dengan melakukan tindakan, dan memiliki ciri-ciri efektif, persisiten, terarah dan kreatif. d. Kompetensi / tujuan belajar mandiri yang mengarah ke penguasaan kompetensi adalah kemampuan untuk melakukan tindakan secara profesional 2.3. Interaksi Sosial 2.3.1. Definisi interaksi sosial antar individu manusia Menurut Gerungan (2000: 57), interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Sedangkan menurut Dirdjosisworo dalam Syani (2002: 152) interaksi sosial diartikan sebagai hubungan sosial timbal balik yang dinamis secara perseorangan, antara kelompok, maupun antara orang dengan kelompok manusia. Jadi, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara daua atau lebih individu manusia dimana akan mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain. 2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial Sehubungan dengan definisi interaksi sosial di atas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terciptanya suatu interaksi sosial. Menurut Gerungan (2004: 62-74), faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial meliputi faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. 1 2 3 4 Faktor imitasi Imitasi adalah dorongan untuk meniru orang lain. Baik dari segi sikap, penampilan, maupun gaya hidup. Imitasi dapat mengarah kepada hal-hal yang positif atau negatif. Imitasi yang baik akan mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku, sedangkan imitasi yang negatif mengakibatkan terjadinya penyimpanganpenyimpangan dan melemahkan pengembangan daya kreasi seseorang. Proses imitasi seperti ini haruslah ditolak baik dari segi moral maupun yuridis. Faktor sugesti Sugesti adalah anjuran tertentu yang menimbulkan suatu reaksi langsung dan tanpa pikir panjang pada diri individu yang menerima sugesti itu. Faktor identifikasi Identifikasi adalah dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Dikemukakan oleh Gerungan (2000: 68), identifikasi merupakan usaha seseorang untuk menerapkan normanorma, sikap-sikap, cita-cita atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacam-macam situasi dari orang lain ke dalam kehidupannya. Masa perkembangan Dimana individu paling banyak melakukan identifikasi kepada orang lain ialah masa remaja. Pada masa tersebut, seseorang mencari tempat identifikasi pada orang-orang dalam masyarakat yang dianggapnya ideal bagi dirinya. Faktor simpati Simpati ialah perasaan tertarik terhadap orang lain, atas dasar perasaan atau emosi. Disamping kecenderungan merasa tertarik terhadap orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain, yang sering disebut antipati. Jadi faktor simpati tersebut bersifat positif, sedangkan antipati bersifat negatif. 2.3.3. Syarat-syarat interaksi sosial Selain faktor-faktor yang mempengaruhi, ada pula syarat yang harus terpenuhi untuk menciptakan suatu interaksi sosial. Syarat-syarat interaksi sosial tersebut menurut Syani (2002:154-155), adalah sebagai berikut: 1 Kontak sosial Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masingmasing. Kontak sosial dibedakan menjadi dua, yaitu kontak secara langsung dan tidak langsung. Hubungan yang terjadi dapat berupa hubungan positif maupun negatif. Hubungan positifterjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak terdapat saling pengertian dan saling 2 menguntungkan, sehingga hubungan dapat berlangsung lebih lama. Sedangkan kontak negatif terjadi oleh karena hubungan antara kedua belah pihak tidak melahirkan saling pengertian, mungkin juga merugikan. Komunikasi sosial Komunikasi sosial adalah persamaan pandangan antara orang-orang yang berinteraksi terhadap sesuatu. Menurut Soekamto (2005) komunikasi diartikan sebagai tafsiran yangdiberikan seseorang terhadap perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerik atau sikap), serta perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. 2.3.4. Bentuk-bentuk interaksi sosial Apabila syarat-syarat telah terpenuhi, interaksi sosial akan berjalan dengan mudah. Interaksi sosial tersebut memiliki beberapa bentuk. Menurut Syani (2002: 156-159) dalam Diki (2009) ,bentuk-bentuk interaksi sosial, yaitu: 1 2 3 4 Kerjasama Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Dikemukakan oleh Soekamto (2005: 72) bentuk kerjasama dapat berkembang apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai tujuan bersama, adanya kesadaran bersama dan iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja. Persaingan Persaingan merupakan suatu usaha seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lainnya. Menurut Dirsjosis dalam Syani (2002: 157) dinyatakan bahwa persaingan merupakan kegiatan yang berupa perjuangan sosial untuk mencapai tujuan, dengan saling bersaing terhadap yang lain, namun secara damai, atau setidak-tidaknya tidak saling menjatuhkan. Pertikaian atau konflik Pertikaian merupakan bentuk persaingan yang berkembang secara negatif. Pertikaian adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana pihak yang satu berusaha menjatuhkan pihak yang lain. Akomodasi Menurut Soedjono dalam Syani (2002: 159) akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik, mendapat penyelesaian, sehingga terjalin kerjasama yang baik kembali. Sedangkan menurut Soekamto (2005: 75-79) akomodasi adalah suatu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Namun tidak selamanya suatu akomodasi dapat berhasil sepenuhnya. Disamping terciptanya stabilitas di beberapa bidang, mungkin di bidang lain masih ada benih pertentangan yang belum diperhitungkan selama proses akomodasi atau selama orang perorangan atau kelompok kelompok manusia masih mempunyai kepentingankepentingan yang tidak bisa diselaraskan satu dengan yang lainnya, maka akomodasi belum terjadi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi, sehingga interaksi sosial dapat membentuk motivasi seseorang untuk tampil seragam dengan orang lain yang menjadikan seseorang berperilaku tertentu. 2.4. Motivasi 2.4.1. Pengertian Motivasi Motivasi sangat penting dalam mendorong mahasiswa untuk belajar dalam kaitanya menjadi calon guru professional. Adanya motivasi yang tinggi dari dalam diri siswa akan membantu siswa dalam kegiatan belajarnya sehingga mampu memperoleh hasil maksimal. Menurut Vroom dalam Martini Jamaris (2015: 176), motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihanpilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Mc.Donald dalam Syaiful (2011: 148) mendefinisikan bahwa “motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan”. Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan semangat untuk terus bertindak dan melakukan kegiatan kegiatan, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dengan maksimal. 2.4.2. Fungsi Motivasi Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Fungsi motivasi menurut syaiful (2011: 157) yaitu: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Sedangkan Hamzah B. Uno (2008: 17) menjelaskan fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut: a. Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan b. Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai c. Menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Berdasarkan pendapat di atas, fungsi motivasi dalam belajar antara lain adalah untuk mendorong, menggerakan dan mengarahkan kegiatan mahasiswa dalam belajar sehingga dapat mencapai sesuatu yang dikerjakanya dengan maksimal. 2.4.3. Indikator Motivasi Untuk peningkatan motivasi belajar menurut Abin Syamsudin M (1996) yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatoryna dalam tahap-tahap tertentu. Indikator motivasi antara lain: 1) Durasi kegiatan, 2) Frekuensi kegiatan, 3) Presistensinya pada tujuan kegiatan, 4) Ketabahan, keuletan dan kemampuannya dalam menghadapi kegiatan dan kesulitan untuk mencapai tujuan, 5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan, 6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan, 7) Tingkat kualifikasi prestasi, 8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan. 2.5. Penelitian Relevan Penelitian ini dilakasanakan berdasarkan penelitianya yang relevan. Adapun penelitian yang digunakan : a. Diki Retno Yuliani, R 1108009. 2009. Hubungan antara Interaksi Sosial dengan Prestasi belajar Mahasiswa Tingkat I Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes Duta Gama. Karya Tulis Ilmiah: Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas reliabilitas dan dokumentasi. Pada uji validitas instrumen, dari 49 soal yang diajukan 40 soal valid sedangkan 9 soal yang lain tidak valid (nilai hitung tabel r á r 0,320) selanjutnya tidak digunakan. Kemudian untuk uji reliabilitas, instrumen penelitian yang berupa kuesioner dinyatakan reliabel dengan nilai hitung tabel r > r yaitu 0,943 > 0,320. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson product moment. Dari uji statistik dengan rumus korelasi product moment diperoleh nilai hitung r = 0,204 > tabel r ,= 0,199 yang menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kedua variabel penelitian. Namun hubungan antara variabel X dan Y hanya bersifat rendah. Kemudian diperoleh nilai KP = 4,2 % yang menunjukkan besarnya sumbangan variabel interaksi sosial terhadap prestasi belajar. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara interaksi sosial dengan prestasi belajar pada mahasiswa tingkat I Program Studi Diploma III Kebidanan Stikes Duta Gama. b. Wicaksari, Eviana. 2012. Hubungan Antara Penggunaan Media Pembelajaran Dengan Kemandirian Belajar Mahasisiwa FIKP-PE UKSW Salatiga Angkatan Tahun 2008-2009 Semester II Tahun Ajaran 20112012. Penelitian ini tentang penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun 2008-2009 semester II tahun ajaran 2011-2012. Jenis Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan 2008-2009 Semester II tahun ajaran 2011-2012. Penggunaan media pembelajaran sebagai variabel bebas dan kemandirian belajar sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan 2008-2009 yang berjumlah 124 orang. Tekhnik pengambilan sampel penelitian menggunakan tekhnik random proposional berlapis atau stratified propotionate random sampling, sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 31 orang. Pengumpulan data dilakukan satu kali dengan menggunakan angket untuk mengukur tingkat penggunaan media pembelajaran dan studi dokumentasi untuk memperoleh jumlah Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan 2008-2009. Hasil uji Korelasi Spearman dengan bantuan atau terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan media pembelajaran dengan kemandirian belajar Mahasiswa FKIP-PE UKSW Salatiga angkatan tahun 2008-2009 Semester II tahun ajaran 2011-2012. Arah hubungan positif, semakin tinggi penggunaan media pembelajaran, semakin tinggi kemandirian, dan semakin rendah penggunaan media pembelajaran, semakin rendah kemandirian belajar. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. 2.6. Kerangka Berpikir INTERAKSI SOSIAL Inklusi Kontrol Afeksi KEMANDIRIAN BELAJAR Motivasi Bebas dan bertnggung jawab MOTIVASI Instrinsik Keterangan: Ekstrinsik = Menyatakan pengaruh 1. Hubungan antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan konomi FKIP UKSW Salatiga. 2. Hubungan antara Motivasi dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga. 3. Hubungan antara Interaksi Sosial dan Motivasi secara simulatan dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga. 2.7. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, kajian, teorotis, kerangka berpikir dan penelitian-penelitian yang relevan di atas, dapat dikemukakan hipotesis penelitian sebagai jawaban permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian pendahuluan, sebagai berikut: 1 Hipotesis Kerja 1: Ada hubungan posistif signifikan antara Interaksi Sosial dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga. Artinya semakin baik Interaksi Sosial akan semakin tinggi Kemandirian Belajar Mahasiswa. 2 Hipotesis Kerja 2: Ada hubungan posistif signifikan antara Motivasi dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga. Artinya semakin baik Motivasi akan semakin tinggi Kemandirian Belajar Mahasiswa. 3 Hipotesis Kerja 3 Ada hubungan posistif dan signifikan antara Interaksi Sosial dan Motivasi dengan Kemandirian Belajar Mahasiswa pendidikan ekonomi FKIP UKSW Salatiga. Artinya semakin baik Interaksi Sosial dan Motivasi akan semakin tinggi Kemamdirian Belajar Mahasiswa