4.4. G. TAMBORA, Nusatenggara Barat Gunungapi Tambora (sumber PVMBG) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Tamboro Nama Kawah : Doro Api Toi (dalam kaldera) dan nama Kaldera : Tambora Nama : Doro Kadindingnae, Doro Peti, Doro Mboha, Doro Canga, Doro Kerucut Mbete, Doro Tabeh/Kembar, Donggo Tabbetoi, Donggo Tabbenai, Parasit Nangamira, Gubu Panda dan Satonda. Lokasi a. Geografis b. Administratif Ketinggian Kota Terdekat : 08°15,00’ Lintang Selatan dan 118°00,00 Bujur Timur : Kab. Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat : 2851 m dpl : Dompu dan Bima Tipe Gunungapi Pos Pengamatan : A (Strato) dengan kaldera : Kp. Doropeti, Desa Pekat, Kec. Kempo, Kab. Dompu NTB Posisi Geografis : 08° 20’ 46” LS dan 117° 49’ 27” BT (57 m dpl) PENDAHULUAN Pencapaian Puncak Puncak G. Tambora dapat di tempuh melalui 3 jalur pendakian, mulai dari Desa Doropeti ( yg memakan waktu ± 1 jam), dari Kp. Doro Canga (selatan-tenggara G. Tambora). Melalui perkebunan jambu mente, mengikuti jalan rintisan/perkebunan dengan kendaraan sampai pada ketinggian 1150 m dml, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki selama kurang lebih 4 jam perjalanan hingga di lereng atas bagian selatan Kaldera Tambora pada ketinggian 1950 m dml (posisi ini sangat baik untuk base camp). Dari posisi ini untuk mencapai dinding kaldera bagian selatan diperlukan waktu sekitar 1 jam perjalanan. Jalur lainnya adalah dari Kp. Pancasila (barat-baratlaut G. Tambora) dengan berjalan kaki hingga di tebing Kaldera Tambora bagian barat-baratlaut diperlukan waktu sekitar 2 hari perjalanan. Demografi Konsentrasi pemukiman penduduk berada di sektor timur (Desa Sanggar), baratdaya (Kp. Doro Peti dan Pasanggrahan), barat (Desa Calabai). Sedangkan pemukiman penduduk di sektor baratlaut, utara, timurlaut, selatan dan tenggara relatif jarang. Mata pencaharian penduduk umumnya adalah petani, pekebun, dan petani peladang yang memanfaatkan lahan kering di lereng-lereng gunung atau bukit. Inventarisasi Sumberdaya Mineral a. Batuan Beku Cadangan batuan beku cukup berlimpah, berupa lava berkomposisi andesit- basaltik dan basalt. Umumnya dimanfaatkan untuk keperluan bahan bangunan serta pengerasan jalan antar desa dan pembuatan jembatan di sekitar G. Tambora. b. Pumis Hitam (black pumice) Cadangan pumis hitam (black pumice) di sekitar G. Tambora sangat berlimpah, terutama tersebar di bagian timurlaut, timur dan tenggara. Merupakan komponen yuvenil yang terdapat pada endapan aliran piroklastik produk letusan tahun 1815. Biasanya dipergunakan untuk bahan bangunan penduduk sekitar dan sebagian dipergunakan untuk bahan pengerasan jalan lintas antar desa di sekitar G. Tambora. Wisata Gunungapi Tujuan wisata gunungapi terdapat di sekitar puncak G. Tambora, yakni di Kaldera Tambora yang mempunyai diameter 6x7 km. Untuk objek camping yang cukup representatif, dapat dilakukan di lereng atas bagian selatan atau di dalam kaldera Tambora. Sayangnya untuk mencapai lokasi dasar kaldera sangat sulit, diperlukan waktu sekitar 8 jam perjalanan turun melalui alur jalan yang tidak begitu ramah, dalam artian harus dilakukan dengan cara merintis jalan terlebih dahulu. Sehingga diperlukan peralatan dan perlengkapan pendakian yang cukup lengkap dan memadai. Panorama alam yang cukup memukau, terdapat di sektor tenggara Doro Tabeh, yaitu di sekitar pantai Hoddo dan di sektor baratdaya, selatan-baratdaya, baratlaut serta timurlaut G. Tambora. Daerah-daerah ini terutama mampu menyajikan keindahan pantainya. Selain dari sajian keindahan pantainya, khusus di daerah pesisir pantai Doro MBoha dan Doro Peti sanggup menyajikan informasi geologi yang cukup menarik dan unik, yakni dengan sajian endapan preatik dengan akresional lapilinya dan aliran piroklastik yang mempunyai struktur dalam yang sangat indah, mulai dari struktur silang (cross-structure), pembebanan (load cast structure) hingga paralel (paralel lamination) yang silih berganti. Sajian akresional lapili dan ragam struktur dalam tersebut terdapat pada endapan aliran piroklastik produk letusan Tambora 1815 dan produk letusan insitu Doro Peti. Tidak kalah menariknya, yakni mengenai tujuan wisata yang terdapat di P. Satonda yang berposisi di bagian baratlaut G. Tambora. Daerah ini merupakan produk erupsi preatik di luar tubuh G. Tambora yang dipisahkan oleh selat. Untuk mencapainya dapat dilakukan dengan menggunakan perahu motor (umumnya dilakukan dengan cara mencarter) dari Labuan Kananga. SEJARAH ERUPSI Kegiatan gunungapi Tambora yang tercatat dalam sejarah, yakni sejak tahun 1812 hingga tahun 1913, perinciannya adalah sebagai berikut: Letusan G. Tambora 1815 Letusan paroksimal Tambora tahun 1815, diawali dengan peristiwa gemuruh yang menggelegar, diikuti dengan lontaran hujan abu pada tanggal 5 April 1815. Letusan paroksimal terjadi pada tanggal 10 April 1815 dan berakhir pada tanggal 12 April 1815. Letusan ini diiringi halilintar sambung menyambung bagaikan ledakan bom atom, terdengar hingga ratusan kilometer jauhnya bahkan terdengar sampai di P. Bangka dan Bengkulu. Gempa bumi yang diakibatkan oleh letusan ini dapat dirasakan oleh peduduk yang berada di Surabaya. Di Besuki gelombang pasang sampe mencapai 6 Kaki, asap sangat tebal hingga seluruh P. Madura gelap selama 3 hari. Volume material letusan yang dilontarkan ke udara mencapai 100-150 km3 dengan tinggi payung letusannya diperkirakan mencapai 30-40 km di atas gunungapinya, sedangkan energi letusan mencapai 1,44 x 10 27 Erg atau setara dengan 171.428,60 kekuatan bom atom. GEOLOGI Morfologi Didasarkan atas perbedaan morfografi, morfogenesis dan morfokronologi, dipisahkan menjadi: Morfologi Vulkanik Tua, terdapat di sekitar G. Labumbum, dicirikan dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan pembentuk berupa lava dan endapan aliran piroklastik yang sudah mengalami pelapukan tingkat lanjut; Morfologi Perbukitan Sedimen, terdapat di sebelah utara G. Tambora, dicirikan dengan pola aliran sungai relatif paralel dengan tingkat erosi sedang-kuat, batuan penutup berupa batugamping; Morfologi Tambora, menempati bagian tengah daerah penelitin, memperlihatkan bentuk kerucut terpancung. Pada bagian puncaknya terdapat kaldera berdiameter 6x7 km dengan tinggi kaldera sekitar 900-960 m. Dasar kaldera merupakan daerah datar yang terkadang digenangi air dan di bagian selatan tenggaranya terdapat kerucut kecil Doro Api Toi. Morfologi Kerucut Luar (Kerucut Sinder dan Kerucut Lava), tersebar hampir di sekeliling tubuh G. Tambora, umumnya berdimensi kecil berstruktur kawah di bagian puncaknya dengan tingkat erosi rendah-sedang, batuan pembentuk berupa lava, endapan jatuhan piroklastik (preatik dan preatomagmatik). Stratigrafi Dipisahkan menjadi 4 kelompok produk vulkanik utama, 1 kelompok batuan sedimen dan 1 kelompok endapan sekunder. Masing-masing kelompok terdiri dari satu atau lebih satuan peta. Secara umum keenam kelompok produk tersebut dapat dipisahkan menjadi: Batuan Sedimen Tersier, Produk Vulkanik Tua Labumbum, Produk Kaldera Kawindana Toi, Produk Tambora Tua, Produksi Tambora Muda dan endapan sekunder. Batuan Sedimen Tersier berupa batugamping terumbu, dianggap sebagai batuan yang mendasari (basement rock) tubuh G. Tambora dan sekitar, tersingkap di sekitar pesisir pantai barat dan baratlaut G. Tambora. Rincian lebih detil mengenai informasi dari keenam kelompok produk G. Tambora dapat dilihat pada Peta Geologi Tambora dan Sekitar, Kabupaten Dompu dan Bima, Skala 1:100.000. Struktur Geologi Yang berkembang di G. Tambora dan sekitar, yakni berupa struktur sesar, kelurusan vulkanik, struktur kaldera dan struktur kawah. Struktur sesar berjenis sesar normal (sesar normal Tambora), ditemukan di sekitar puncak G. Tambora, berarah utara timurlaut-selatan baratdaya, mempengaruhi kemasifan morfologi punggungan di bagian selatan-baratdaya G.Tambora; Sesar Bili, berarah barat-timur, mempengaruhi kemasifan morfologi punggungan tenggara kaldera Kawindana Toi; Kelurusan Vuklanik Kadinding Nae-Nangamire-Sotonda, termanifestasikan oleh adanya pemunculan tiga buah kerucut (Kadinding Nae, Nangamire dan Satonda) yang berada pada satu garis lurus berarah hampir utara-selatan; Kelurusan Gubu Panda, berarah baratlaut-tenggara, diprediksi erat kaitannya dengan pemunculan kerucut Gubu Panda dan bentuk morfologi lereng Tambora bagian utara, terutama pada daerah batas dengan morfologi tua Kawindana Toi; Struktur kaldera (Kaldera Tambora berdiemeter 6x7 km dan Kaldera Kawindana Toi berarah bukaan ke timurlaut, berbentuk tapal kuda); Struktur kawah, umumnya terdapat pada kerurut luar berdimensi kecil yang tersebar hampir di seluruh lereng bawah dan kaki G.Tambora, di antaranya adalah: Kawah Kadinding Nae, Nangamire, Satonda, Gubu Panda, Doro Peti, Doro MBoha, Doro Ncanga, Doro MBente dan Doro Tabeh/Doro Kembar. Evolusi Gunungapi G. Tambora dan sekitar Dimulai dengan pembentukkan Vulkanik Tua Labumbum di bagian tenggara, lalu diikuti dengan pembentukkan G. Kawindana Toi di bagian timurlaut (menghasilkan Kaldera Kawinda Toi yang terbuka ke arah timurlaut). Setelah aktivitas di bagian timurlaut berakhir, baru terbentuk G. Tambora di bagian tengah (menghasilkan Kaldera Tambora berdiameter 6x7 km). Pembentukkan kaldera Tambora terjadi 2 kali merupakan produk letusan katastropik sebelum tahun 1815 dan produk letusan katastropik tahun 1815. Pembentukkan endapan sekunder yang dimanifestasikan dengan endapan lahar dan kolovial, merupakan endapan yang masih terus berlangsung hingga kini. Pembentukkan kolovium, terutama terjadi di bagian dasar dinding Kaldera Tambora. Aktivitas terakhir yang masih terus berlangsung hingga kini, yakni berupa hembusan solfatara dan fumarola berintensitas sedang di bagian dasar dinding kaldera dan di sekitar Doro Api Toi yang berada di bagian tengah dasar Kaldera Tambora. GEOFISIKA Seismik Hasilnya didominasi oleh gempa-gempa tektonik yang bersumber dari daerah pantai utara dan selatan P. Sumbawa. Selama ini kegiatan di dalam Kaldera Tambora tidak menunjukkan kegiatan yang mencolok dan hampir tidak ada catatan tentang kenaikan kegiatan. Kegiatannya hanya terbatas di dasar dinding kaldera berupa tembusan solfatara dan fumarola dengan intensitas sedang. Untuk sementara ini kegiatan G. Tambora dinyatakan sebagai gunungapi aktif normal tanpa mengganggu aktivitas penduduk di sekitar dan penerbangan yang melintasinya. DEFORMASI Metode deformasi di gunakan dalam pemantauan gunungapi, untuk mengetahui perubahan tinggi pada suatu bidang permukaan gunungapi dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas gunungapi tersebut, pengukuran GPS (Global Positioning System) merupakan salah satu metode deformasi yang digunakan dalam rangka Pemantauan aktivitas G. tambora. Pelaksanaan pengukuran GPS dilakukan secara kontinyu pada sejumlah titik tetap, yang dikonsentrasikan di kaki bagian selatan dan Baratdaya serta puncak G. Tambora. Hasil Pemantauan dengan GPS yang dilakukan pada periode 2004 - 2006, sebagai data pendukung data kegempaan tidak menunjukan perubahan yang mengarah kepada peningkatan aktifitas G. Tambora. GEOKIMIA Petrografi Aliran lava produk G. Tambora, dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni: aliran lava berkomposisi basaltik (merupakan produk pembentukan perisai G. Tambora) dan andesit-basaltik (pembentukan kerucut G. Tambora). Aliran lava basaltik, umumnya berwarna abu-abu tua kehitaman, bertekstur porfiroapanitik dengan fenokris dominan labradorit (An 70An30), klinopiroksen dan sedikit kandungan olivin, mineral opak dan klorit, tertanam pada masadasar berbutir halus. Aliran lava andesit-basaltik, umumnya berwarna abu-abu tua, bertekstur porfiritik dengan fenokris dominan plagioklas (diameter maks. 1 mm) dan piroksen (diameter maks. 3mm) , tertanam pada masadasar berbutir sedang. Geokimia Lava-lava G. Tambora dan kerucut-kerucut luar di sekitarnya mempunyai kisaran silika antara (47,88-56,38)%; kisaran K2O antara (1,83-5,81)%. Tidak ditemukan lava-lava yang kaya akan MgO (kisaran umumnya antara 1,65-4,82%) dan hanya beberapa contoh saja yang kandungan MgO lebih besar dari 5%, hal ini disebabkan karena proses pembentukkan mineral olivin relatif kurang. Kandungan TiO 2 umumnya kurang dari 1%, merupakan khas untuk lava yang berada di busur kepulauan (island arc), tergabung dalam over saturated rocks. Hal ini ditandai dengan munculnya normatif kuarsa seperti hipersten, diopsid dan kuarsa. Besarnya normatif kuarsa mempunyai kecenderungan yang sebanding dengan kandungan SiO2. Analisis Air Hasil analisis kimia air dasar Kaldera Tambora, menunjukkan bahwa kadar SO4 (432,1-762,9 ppm) dan pH nya menunjukkan harga yang tinggi (8,6-9,1). Derajat keasaman air (pH) dasar kaldera ini tampaknya sudah melebihi nilai ambang batas (NAB) yang diperkenankan untuk dikonsumsi serta dipakai untuk keperluan perikanan dan pertanian dengan kisaran antara 6,50 dan 8,20. Hasil Analisis Air Dasar Kaldera Tambora MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Sistem Pemantauan Pemantauan kegiatan G. Tambora, dilakukan dengan sistem pengamatan visual dan seismik dari Pos Pengamatan Gunungapi Tambora yang terletak di kampung Doro Peti, Desa Doro Peti, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu. Visual Pengamatan visual berupa pengamatan permukaan kawah, berupa tinggi, warna, tekana serta hembusan asap. Pengamatan langsung di dalam kaldera (solfatara dan fumarola berikut suhunya) dilakukan secara berkala. Kegempaan Pengamatan seismik dilakukan untuk memantau kegiatan gempa vulkanik dan tektonik dengan menggunakan alat seismograf seismik model PS-2 Kinemetrics dengan sistem telemetri. Lokasi Seismometer berada pada jarak ± 6,5 km, di sebelah barat puncak G. Tambora pada posisi geografis : 08o 16’ 23” LS dan 117o 53’ 18” BT dengan ketinggian 1015 m dpl, data yang diperoleh selanjutnya dipancarkan ke Pos Pengamatan Gunungapi Tambora (Telemetry System) yang terletak di kampung Doropeti, Desa Pekat, Perwakilan Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu. Lokasi stasiun seismik dan pos pengamatan (sumber PVMBG) Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasikan berpotensi terancam bahaya erupsi gunungapi baik secara langsung maupun tidak langsung. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan yang berpotensi menimbulkan bencana di suatu kawasan apabila terjadi erupsi gunungapi. Peta ini menjelaskan tentang jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi pengungsian dan Pos Penanggulangan Bencana. Peta ini disusun berdasarkan geomorfologi, geologi, sejarah kegiatan, dan penyelidikan lapangan. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Tambora dibagi dalam tiga tingkat kerawanan dari tinggi ke rendah yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Tambora DAFTAR PUSTAKA Adnawidjaja, M.I., dan Chatib, M., 1951, Laporan Kawah G. Tambora (Jazirah Utara P. Sumbawa) April-Mei-Juni; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Alzwar, M., Barberi, F., Bizouard, H., Boriani, A., Cavalin, A., Eva, C., Gelmini, R., Georgei, F., Laccarino, S., Innocenti, F., Marinelli, G. and Sudradjat, A., 1981, A Structural Discontinuity with Associated Potassic Volcanism uin the Indonesia Island Arc: First Results of the CNRS-VSI Mission to the Island of Indonesia; Rend. Soc. Geol. t.4 (1981): 275-288. Chaniago, R., Effendi, W., Suhadi, D., Yuhan, Budianto, A. dan Kusdaryanto, 1995, Laporan Interpretasi Fotret Udara G. Tambora dan Sekitarnya, Kabupaten Dompu dan Bima, Nusa Tenggara Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi. Dahlan, S., 2007 Laporan pemantauan kegiatan Gunungapi Tambora, NTB. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Erfan, R.D., 1990, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus: G. Tambora; Bandung: Direkt. Vulkanologi. Erfan, R.D., 1986, Endapan Hasil Letusan Dahsyat G. Tambora 1815; Bandung: Direkt. Vulkanologi. Hamidi, S., 1969, Laporan Lapangan Sementara Penelitian dan Pemetaan Daerah Bahaya G.Tambora; Bandung: Direkt. Vulkanologi. Hamidi, S., 1969, G. Tambora dan Daerah Bahayanya; Bandung: Direkt. Vulkanologi. Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesia Region; Washington: USA Govern. Print. Off. Haraldur, S., Steven, C., and Erfan, R.D., 1986, The Deposits from the 1815 Tambora Eruption: A Preliminary; USA-VSI: Univ. Rhode Island Kingstone. Haraldur, S. and Steven, C., 1988, The Second Tambora Expedition; Kingston. Kingston, USA: Volcanol Report. Grad. School of Oceano Univ. of Rhode Island. Kartadinata, M.N., 1997, Endapan Aliran Piroklastik Hasil Letusan Gunungapi Tambora Tahun 1815: Penyebaran dan Karakteristik Endapannya; Bandung: Direkt. Vulkanologi, tidak dipublikasikan. 11 Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia; Bandung: Direkt. Vulkanologi. Matsumoto, A., and Takada, A., 2000, K-Ar Age Determination of Lava Around Tambora Volcano. Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno. Mulyadi, D., 2006, Laporan Peringatan Dini Bahaya Gunungapi Tambora, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Neeb, C.A., 1941, De Verspreiding van den Tambora asch op den zee bodem; Koninkl. Nederl. Aardrijksk, Genoot, Tijdsch. (vol. 58): 1053-1054. Neumann van Padang, M., Fryer, R.J., and Titulaer, C., 1972, Mount Tambora. Pannekock van Rheden, J.J., 1918, Geologische noticen uber die halbinsel Sanggar insel Sumbawa; Vulkanol. Zeitchr (vol. 4): 85-192. Petroesschevsky, W.A., 1949, A Contribution to the knowledge of the Gunung Tambora (Sumbawa); Koninkl, Nederl., Aardrijksk, Genoot. Tijschr. (vol. 66): 688-703. Rohi, W.E., 1983, Laporan Pemeriksaan Puncak G. Tambora Mei 1983; Bandung: Direkt. Vulkanologi. Self. S., Hadisantono. R.D., dan Santoso. M.S., 1979, A Volcanological Investigation of Three Important Recent Eruption in Indonesia, Krakatau 1883, Tambora 1815, And Agung 1963. Self, S. and Decker, R.W., 1980, A Volcanological Investigation of Three Important Recent Eruptions in Indonesia: Tambora 1815, Krakatau 1883, And Agung 1963. Sigurdsson, H., Carey, S., and Erfan, R.D., 1986, The Deposits from the 1815 Tambora Eruption: Preliminary. Sudradjat, A., 1975, Peta Geologi Tinjau Nusa Tenggara Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi. Takada, A., Yamamoto, T., Kartadinata, M.N., Budianto, A., Munandar, A., Matsumoto, A., Suto, S., and Venuti, M.C., 2000, Eruptive History and Magma Plumbing System of Tambora Volcano, Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno. 12 Takada, A., Sinulingga, I.K., Surmayadi, M., and Urai, M., 2000, Comparison Volcano Complexes with a Caldera and without a Caldera, Est Java (Preliminary Report); Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno. Tulus, Muarif, Sugiarto, Dan Sumintapur, A., 1999, Laporan Pengamatan G. Tambora Agustus-September 1999; Bandung: Direkt. Vulkanologi. Urai, M., 2000, Geologic Interpretation of JERS-1 SAR Imagery at Tambora Volcano, Sumbawa Island, Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno. Yamamoto, T., Takada, A., Munandar, A., Kartadinata, M.N., and Budianto, A., 2000, Stratigraphy of the 1815 Deposits of Tambora Volcano, Indonesia; Kasumigasi, Chiyodaku, Tokyo: Internat. Res. and Develop. Coorp. Div., Agency of Indust. Sci. and Techno. Zollinger, H., 1815, Besteigung des Vulkans Tambora auf des Inset Sumbawa und Schilderung des Eruption desselben in Jahre 1815; Winterthur. Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia (Vol. IA): 201. 502-504. 13