KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL Gedung Manggala Wanabakti, Blok 1 Lantai 1 Jalan Gatot Subroto, Jakarta 10270 Telepon : 021-5705099, 5730118-9 Faximile 5710484 SIARAN PERS Nomor : S. 840/PHM-1/2015 Kelestarian Geopark Kaldera Gunung Batur Terancam Penambangan Pasir Denpasar, 30 Desember 2015, Indonesia diketahui memiliki gunung api terbanyak di dunia, gunung berapi di Indonesia merupakan bagian dari Cincin Api Pasifik. Saat ini Indonesia memiliki 127 gunung api aktif. Sejarah letusan beberapa gunung api di Indonesia memberikan dampak perubahan geologi, muka bumi, sosial budaya dan peradaban yang luar bisasa. Salah satunya adalah letusan gunung api Batur di Bali yang membentuk Kaldera yang sangat luas. Kawasan Kaldera Gunung Batur terbentuk sekitar 20-an ribu tahun yang lampau. Kaldera ini terbentuk karena runtuhnya atau merosotnya permukaan tanah dan bebatuan ke perut Bumi karena kosongnya kantung magma di bawah gunung berapi. Guna menjaga kelestarian Kaldera tersebut, pemerintah Indonesia mengusulkan kepada UNESCO untuk menjadikan kawasan ini sebagai geopark. Berkat perjuangan panjang, Geopark Kaldera Gunung Batur resmi masuk dalam jaringan geopark dunia (Global Geopark Network) UNESCO pada 20 September 2012 yang lalu, pada Konferensi Geopark ke-11 di Portugal. Ini untuk pertama kalinya, Indonesia memiliki geopark. Yaitu, geopark Kaldera Gunung Batur yang terletak di daerah Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Geopark atau disebut taman bumi itu merupakan suatu kawasan yang istimewa di atas bumi. Kaldera Gunung Batur ini sangat unik karena memiliki beberapa kaldera di dalamnya. Di dalam kaldera pertama, terbentuk kaldera kedua yang berbentuk melingkar. Di tengah kaldera muncul gunung berapi Gunung Batur dengan ketinggian 1.717 meter. Di dalam kaldera tersebut juga terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang panjangnya sekitar 7,5 km dan lebar 2,5 km. Itulah Danau Batur. Tempat ini dilindungi dan dijaga kelestariannya karena memiliki nilai ekologi dan warisan budaya yang berfungsi sebagai daerah konservasi dan riset ilmu pengetahuan, edukasi, pelestarian budaya, peningkatan peranan wanita, serta bermanfaat bagi penduduk di sekitarnya. Dengan masuknya Kaldera Gunung Batur dalam jaringan geopark dunia, tempat tersebut dipastikan akan kedatangan banyak tamu. Para peneliti dan ribuan turis manca negara pasti akan penasaran dan ingin mengunjunginya. Bahkan, turis lokal seperti kita pun pasti tertarik dan ingin tahu apa keistimewaan tempat itu. Namun, saat ini kelestarian Geopark Kaldera Gunung Batur mulai terancam dengan maraknya aktifitas penambangan pasir ilegal di sekitar Kaldera. Penambangan pasir tersebut telah menimbulkan kerusakan lingkungan di sekitar areal Geopark. Hampir sekitar 500 truk pasir beroperasi setiap harinya mengangkut pasir dari Kaldera tersebut untuk kepentingan ekonomi. Dalam kunjungan ke Bali pada Rabu, 30 Desember 2015, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Karliansyah, menyampaikan bahwa untuk menyelamatkan kawasan kaldera di Geopark tersebut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi Bali dan kabupaten Bangli untuk mengkaji dan mencarikan solusi yang tepat. “Jika penambangan ini tidak dihentikan, kerusakan kawasan Geopark akan semakin parah, ada kemungkingan status sebagai Geopark akan dicabut lagi oleh UNESCO. Hal ini tentunya akan merugikan bangsa Indonesia yang hanya memiliki satu-satunya Geopark dan merugikan Bali sendiri. Sebagai daerah wisata, jika Geopark dicabut, potensi wisata di Bali akan berkurang”, ungkap Karliansyah. Untuk itu, Karliansyah akan menghimbau pihak terkait untuk duduk bersama mencarikan solusi atas kerusakan lingkungan yang terjadi akibat penambangan pasir di kawasan Geopark Kaldera Gunung Batur. Penanggung jawab berita : 1. Karliansyah, Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, 08129327408 2. Eka W. Soegiri, Kepala Biro Hubungan Masyarakat, KLHK, 0816810859