BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi saat ini, yang disertai dengan semakin luasnya aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan, maka pimpinan harus berupaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya, agar pelaksanaan aktivitas dapat berjalan efisien dan efektif. Hampir semua jenis kegiatan di dalam perusahaan membutuhkan sumber daya manusia dan memegang peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan yang dilakukan tergantung pada kemampuan karyawan perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu untuk mencapai karyawan yang benar-benar dapat menjalankan tugasnya dengan baik maka perusahaan harus berupaya meningkatkan kemampuan kerja karyawan sesuai dengan bidang kerja yang dibebankan. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pada perusahaan adalah melalui usaha-usaha pelatihan karyawan. Pelatihan digunakan untuk memperbaiki pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan terhadap tugastugas yang dibebankan kepadanya. Pelatihan karyawan akan menciptakan dinamisasi dalam organisasi karena setiap karyawan yang telah memperoleh program pelatihan 1 akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan pekerjaannya serta perkembangan teknologi di hari yang akan datang. Peningkatan kemampuan karyawan melalui program pelatihan bukan hanya memberi pengaruh positif terhadap karyawan itu sendiri, tetapi juga memberi pengaruh positif terhadap tercapainya tujuan perusahaan. Semakin tinggi kemampuan karyawan maka prestasi kerjanya juga semakin tinggi. Jika prestasi kerja setiap karyawan meningkat maka prestasi kerja perusahaan juga semakin tinggi, karena prestasi kerja perusahaan merupakan sigma dari prestasi kerja semua karyawan yang dimiliki perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara III Medan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agraris yang mangelola kelapa sawit, dan karet. Dari data pendahuluan diketahui bahwa prestasi kerja karyawan perusahaan pada tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan prestasi kerja pada tahun 2007 dan 2008. Jika hal tersebut terus berlanjut dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar pada perusahaan, sehingga penulis tertarik melakukan pembahasan lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh pelatihan karyawan dalam meningkatkan prestasi kerja pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan”. 2 B. Perumusan Masalah Perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu menghadapai berbagai masalah, akan tetapai masing-masing perusahaan menghadapi masalah yang berbedabeda sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut. Berdasarkan pengamatan terdahulu pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan terdapat masalah sebagai berikut: “Prestasi kerja yang dicapai dari hasil pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 mengalami penurunan”. C. Hipotesis Berdasarkan masalah yang dihadapi perusahaan tersebut, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut: 1. Jenis pelatihan yang diterapkan perusahaan terhadap karyawan kurang sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing. 2. Pelatihan yang diberikan terbatas kepada karyawan tertentu saja. 3 D. Luas Pembahasan Dan Tujuan Penelitian Penelitian dan pembahasan dibatasi hanya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan palatihan serta pengaruhnya terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui jenis pelatihan yang diberikan kepada karyawan. 2. Menambah wawasan penulis dalam memahami program pelatihan karyawan pada suatu perusahaan, baik teoritis maupun praktek. 3. Memberikan masukan bagi perusahaan yang diharapkan akan dapat menjadi manfaat bagi pelatihan karyawan pada periode berikutnya 4. Sebagai salah satu syarat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dalam bidang Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen. E. Metode Penelitian Dan Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini, diperlukan data primer maupun data sekunder, dan untuk memperoleh data tersebut perlu dilakukan penelitian yaitu kegiatan mencari dan mengumpulkan data yang masih tersimpan serta pengetahuan baru yang lebih mendekati kebenaran. 4 “Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.” 1 Menurut Hillway (1956) “penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.” 2 Untuk mendapatkan data dan keterangan yang diperlukan, penulis menggunakan metode penelitian yakni: 1. Library Research (Penelitian Kepustakaan) Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan bahan, keterangan melalui kepustakaan dengan cara membaca literatur dan mempelajari bukubuku yang ada hubungannya dengan objek penelitian maupun catatan-catatan yang diperoleh dari perkuliahan. 2. Field Research (Penelitian Lapangan) Kegiatan penelitian ini dilakukan langsung pada perusahaan melalui komunikasi dan observasi, dalam hal ini penulis berusaha mendapatkan data 1 2 Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cetakan Keenam, Ghalia Indanesia, Jakarta, 2005, Hal. 84 Ibid, Hal. 12 5 dan keterangan secara luas sehingga data yang diroleh merupakan data primer adalah sebagai berikut: Metode pengumpulan data primer adalah sebagai berikut: a. Dokumentasi Dokumentasi adalah suatu tehnik pengumpulan data dari laporan-laporan yang sudah diolah sebelumnya sehingga tidak langsung diperoleh dari sumbernya. b. Interview (wawancara) Wawancara adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung atau tatap muka antara pencari informasi dengan sumber informasi. Adapun data yang dibutuhkan antara lain: a. Sejarah singkat perusahaan. b. Struktur organisasi perusahaan. c. Program latihan karyawan. d. Prestasi kerja karyawan. 6 F. Metode Analisis Sesuai dengan masalah dan rangkaian hipotesis di atas maka metode analisis yang dipergunakan untuk membuktikan kebenaran hipotesis dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Metode Analisis deskriptif adalah “suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”3 2. Metode analisis deduktif adalah suatu metode yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari kebenaran yang diterima secara umum. Dari hasil analisis masalah tersebut ditarik kesimpulan serta mengemukakan saran yang dianggap perlu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. 3 Ibid, Hal. 54 7 BAB II URAIAN TEORITIS A. Pengertian dan Tujuan Pelatihan 1. Pegertian pelatihan Pelatihan atau training adalah suatu proses di mana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu pelatihan merupakan kunci utama dalam mencapai kerja yang maksimal sesuai keinginan perusahaan. Menurut Mangkuprawira Sjafri bahwa: “Pelatihan adalah sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggungjawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar”.4 Menurut Fanstion Cardoso Gomes bahwa: “Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki ferformansi pekerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggungjawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya”.5 4 Mangkuprawira Sjafri, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Strategik, Cetakan Kelima, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, Hal. 135 5 Fanstion Cardoso Gomen, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003, Hal. 197 8 Kemudian Gary Dessler menyatakan bahwa: “Pelatihan adalah proses mengajar ketrampilan yang dibutuhkan karyawan baru untuk melakukan pekerjaannya”.6 Pelatihan didefenisikan oleh Ivancevich (dalam Rucky, 2003), “Sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”.7 Oleh karena itu pelatihan bagi karyawan merupakan proses yang harus terus menerus berlangsung dalam rangka meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang relevan dengan usaha-usaha memperbaiki produktifitas kerja karyawan serta produktifitas kerja organisasi secara keseluruhan. 2. Tujuan Pelatihan Dalam banyak organisasi pengeluaran biaya pelatihan sangat besar, karena awalnya membentuk suatu kesuksesan sesuai keinginan pasti dibarengi dengan kemampuan mengorbankan biaya sehingga produktifitas karyawan akan semakin efektif dan maksimal. Banyaknya biaya yang diperlukan untuk pelatihan tentu menerima banyak manfaat dari pelatihan karyawan, oleh karena itu pelatihan dirancang sebaik-baiknya sehingga dapat mengikuti lingkungan dan teknologi yang semakin canggih dan menghasilkan latihan kerja keamanan yang lebih baik. 6 Gery Dessler, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh, PT. Indeks, Jakarta, 2003, Hal. 280 7 H. Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Kencana, Jakarta, 2010, Hal. 67 9 Secara umum tujuan orientasi pelatihan bagi karyawan adalah: Membantu karyawan belajar mengenai organisasi secepat mungkin, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi. Maka secara keseluruhan tujuan pelatihan adalah: 1. Meningkatkan produktifitas kerja Kalau Pelatihan dapat meningkat performance kerja pada posisi jabatan yang sekarang. level of performance-nya meningkat, maka berakibat peningkatan, dari produktifitas dan peningkatan keuntungan bagi perusahaan. 2. Meningkankan mutu Pelatihan dapat meningkatkan kualitas maupun kuantitas. Tenaga kerja yang berpengetahuan jelas lebih baik dan akan lebih sedikit berbuat kesalahan dalam organisasi. 3. Meningkatkan semangat kerja Secara keseluruhan pelatihan yang sudah diterima oleh karyawan maka akan berdampak positif dengan semangat kerja dalam melaksanakan berbagai kegiatan sehingga hasil yang ditunjukkan memberi keuntungan pada kedua belah pihak yaitu perusahaan dan tenaga kerja tersebut. 4. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja (Bantu hindari kecelakaan) Setiap karyawan yang menerima pelatihan akan mengetahui bagaimana caracara dan prosedur-prosedur yang baik dan bukan, sehingga lebih terarah semua kegiatan yang akan dilakukan sesuai bidang masing-masing. Suatu 10 pelatihan yang baik adalah dapat menghindari kecelakaan-kecelakaan akibat kerja. 5. Menghindari keusangan Pelatihan yang sudah diterima tentu diarahkan mengikuti perkembangan jaman, maka setiap membuat pelatihan perlu ada pendauran ulang masa pelatihan masa lalu ke masa mendatang. 6. Menunjang pertumbuhan pribadi Berbagai jenis pelatihan yang telah disampaikan dapat mempengaruhi tatacara dan sikap maupun pemikiran yang intelektual, optimis dan mampu mengembangkan ketrampilannya sehingga dapat memberi dampak yang lebih baik bagi perusahaan dan si karyawan. 7. Menarik dan menahan tenaga kerja yang baik Dilihat dari 2 hal berikut: a. Karyawan melihat training sebagai kompensasi atau imbalan jasa b. Untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan Jadi pelatihan hanya bermanfaat disituasi di mana para pegawai kekurangan kecakapan dan pengetahuan. Pelatihan tidak dimaksudkan untuk menggantikan kriteria seleksi yang tidak memadai, ketidaktepatan rancangan pekerjaan, atau imbalan organisasi yang tidak memadai, pelatihan lebih sebagai sarana yang ditujukan pada upaya untuk lebih mengaktifkan kerja para anggota organisasi yang kurang aktif sebelumnya, mengurangi dampak-dampak negatif yang dikarenakan 11 kurangnya pendidikan, pengalaman yang terbatas, atau kurangnya kepercayaan diri dari anggota kelompok tertentu. B. Jenis-jenis Pelatihan Program-program pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja, mengurangi absen dan perputaran serta memperbaiki kepuasan kerja. Pada umumnya bentuk dan jenis pelatihan yang ingin dilaksanakan ditentukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan kemampuan karyawan, sehingga diharapkan memberikan hasil yang maksimal bagi perusahaan dan karyawan. Menurut Robert L. Mathis dan Jhon H. Jackson jenis-jenis pelatihan adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pelatihan di tempat kerja Simulasi Pelatihan kerja sama Pelatihan dengan pengalaman perilaku Pelatihan bentuk konferensi dan dalam kelas Media pelatihan8 Ad.1. Pelatihan di tempat kerja Pelatihan di tempat kerja dikenal dengan istilah on the job training jenis pelatihan ini merupakan metode yang paling banyak digunakan. Berbagai macam teknik yang bisa digunakan dalam praktek adalah: 8 Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2002, Hal. 25-29 12 a. Rotasi jabatan, yaitu memberikan kepada karyawan pengetahuan tentang berbagai organisasi yang berbeda dan praktek berbagai macam ketrampilan manajerial. b. Latihan Intruksi pekerjaan, yaitu petunjuk ini diberikan secara langsung kepada pekerja dan digunakan terutama untuk melatih para karyawan tentang cara pelaksanaan pekerjaan mereka sekarang. c. Magang, yaitu merupakan proses belajar dari seseorang atau beberapa orang yang lebih berpengalaman. Pendekatan ini dapat dikombinasikan dengan latihan “off-the-job”. d. Coaching, yaitu memberikan bimbingan dan pengarahan kapada karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin mereka. Hubungan penyedia dengan karyawan sebagai bawahan. e. Penugasan sementara, yaitu penempatan karyawan pada posisi manajerial atau sebagai anggota panitia tertentu untuk jangka waktu yang telah ditetapkan. Ad.2. Simulasi Simulasi ini sendiri merupakan pelengkap dan dibuat seolah-olah benar dengan kondisi aslinya pada pekerjaan yang sebenarnya. Dengan pendekatan ini karyawan peserta latihan menerima representase tiruan suatu aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya. 13 Diantara metode-metode simulasi yang paling umum digunakan adalah: metode studi kasus, role playing, business games, vestibule training, latihan laboratorium, program-program pengembangan eksekutif. Dalam simulasi juga digunakan teknik-teknik presentase informasi yang biasa digunakan adalah metode kuliah, persentase video, metode komperensi, programmed instruction, studi sendiri. Ad.3. Pelatihan Kerjasama Pelatihan kerja sama biasanya digunakan oleh calon siswa atau pekerjaan pada sebuah perusahaan tertentu. Bentuk pelatihan kerjasama ini memiliki dua bentuk yaitu: a. Magang adalah bentuk dari pelatihan di tempat kerja yang biasanya mengkombinasikan latihan kerja dengan pengajaran di ruang kelas sekolah kejurusan, sekolah lanjutan, akademi atau universitas. Magang menguntungkan bagi pengusaha maupun pemagang. Pemagang mendapatkan sentuhan dunia nyata, tambahan keterangan didalam resume, dan kesempatan untuk mempelajari pengusaha dan usahanya secara lebih dekat. Pengusaha yang merekrut dari kampus mendapatkan alat dan kesempatan seleksi yang menghemat biaya yang di dalamnya termasuk kesempatan untuk bertemu dengan para pemegang sebelum keputusan akhir dibuat untuk merekrut. b. Kerja praktek adalah bentuk lain dari pelatihan kerjasama yang digunakan oleh pengusaha, asosiasi perdagangan atau kamar dagang dan industri 14 Indanesia, dan agen pemerintah adalah pelatihan kerja praktek. Program kerja praktek memberikan pengalaman kepada karyawan di lingkungan kerja dibawah bimbingan dari pekerja yang terampil maupun bersertifikat. Beberapa persyaratan untuk pelatihan, peralatan, lamanya waktu praktek, dan tingkat kemahiran diawasi oleh unit departemen tenaga kerja atau dinas tenaga kerja di daerah atau perkotaan. Ad.4. Pelatihan dengan Pengalaman Perilaku Beberapa usaha pelatihan memfokuskan pada pelatihan emosi dan perilaku. Pelatihan dengan pengalaman perilaku memfokuskan lebih sedikit ketrampilan fisik dibanding dengan sikap, persepsi, dan masalah-masalah hubungan interpersonal atau hubungan antara pribadi. Studi kasus pada beberapa kasus disebut dengan istilah kejadian, dan penugasan yang bersifat pendek disebut dalam keranjang (in basket) adalah beberapa contoh pelatihan dengan pengalaman perilaku lainnya. Ad.5. Pelatihan Dalam Bentuk Konferensi dan Dalam Kelas Seminar pelatihan, kursus-kursus, dan persentase dapat digunakan baik untuk pelatihan yang berkaitan dengan ketrampilan maupun pelatihan pengembangan manajerial yang ditawarkan oleh asosiasi perdagangan atau bisnis dan institusi pendidikan merupakan sebagai contoh dari pelatihan konferensi. 15 Ad.6. Media Pelatihan Beberapa pemikiran tersedia bagi para pelatih untuk mempresentasekan informasi. Yang paling umum adalah bantuan audiovisual dan intruksi dengan bantuan komputer. Lainnya adalah belajar jarak jauh dan belajar dengan menggunakan televise interaktif secara dua atau teknologi komputer. C. Pengertian Prestasi Kerja Prestasi kerja seseorang karyawan merupakan hal yang sangat penting bagi suksesnya suatu perusahaan, karena manusia sebagai salah satu faktor pruduksi yang merupakan basis atau penggerak atas faktor-faktor yang lain dapat dirangkum menjadi satu kesatuan didalam melaksanakan proses produksi pada perusahaan dengan cara yang paling efektif dan paling efesien, sehingga dapat menghasilkan laba. Kemampuan meningkatkan prestasi kerja atau produktivitas tergantung pada keahlian manager perusahaan dan memamfaatkan sumber daya termasuk didalamnya manusia. berikut ini dikemukakan pendapat beberapa ahli mengenai prestasi kerja : Menurut Malayu S.P Haribuan : “prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”.9 9 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Cetakan Keduabelas, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, Hal. 94 16 Menurut H. Edy Sutrisno: “Prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja yang telah dicapai seseorang dari tingkah laku kerjanya dalam melakukan aktifitas kerja”.10 Berdasarkan defenisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi kerja itu merupakan hasil dari suatu pelaksanaan pekerjaan yang telah dibebankan kepada karyawan. Dalam menjamin keberhasilan usaha serta peningkatan prestasi kerja para pimpinan perusahaan perlu memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja. Menurut Simanjuntak tahun (1993), ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan yaitu : 1. Pelatihan 2. Mental dan kemampuan fisik karyawan 3. Hubungan antara atasan dan bawahan11 Ad.1. Pelatihan Pelatihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi karyawan dengan ketrampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja. Untuk itu, pelatihan kerja diperlukan bukan saja sebagai pelengkap akan tetapi memberikan dasar-dasar pengetahuan. Karena dengan latihan berarti para karyawan belajar untuk mengerjakan 10 11 Ibid, Hal. 151 Ibid, Hal. 103 17 sesuatu dengan benar-benar dan tepat, serta dapat memperkecil atau meninggalkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Ad.2. Mental dan Kemampuan Fisik Karyawan Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian bagi organisasi, sebab keadaan fisik dan mental karyawan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produktivitas kerja karyawan. Oleh karena itu perlu mempertahankan mental dan kemampuan fisik dari para karyawan agar produktivitasnya semakin meningkat bagi perusahaan secara berkelanjutan. Ad.3. Hubungan antara Atasan dan Bawahan Hubunga antara bawahan dan atasan akan mempengaruhi kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Bagaimana pandangan atasan terhadap bawahan, sejauh mana bawahan diikut sertakan dalam penentuan tujuan. Sikap yang saling jalin menjalin telah mampu meningkatkan produktivitas karyawan dalam bekerja. Dengan demikian, jika karyawan diperlakukan secara baik maka karyawan tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses produksi, sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja. Para bawahan mendapat perhatian dari atasan akan lebih mendorong gairah bekerja, dan hal tersebut dapat dijadikan sebagai penilaian yang objektif dalam memungkinkan karyawan untuk berprestasi. 18 D. Penilaian Prestasi Kerja Penilaian prestasi kerja merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang telah melaksanakan pekerjaan masingmasing secara keseluruhan bukan hanya dinilai dari hasil fisiknya tetapi meliputi berbagai hal seperti kemampuan kerja, disiplin, hubungan keja, prakarsa, dan kepemimpinan. Penilaian prestasi kerja selain digunakan untuk menilai prestasi kerja karyawan adalah juga mengukur kemajuan dalam bekerja dan kemungkinan karyawan akan di promosikan. Ada beberapa alasan mengapa perlu menilai prestasi kerja karyawan sebagai berikut: 1. Penilaian prestasi menyediakan informasi sebagai dasar pengambilan keputsan tentang promosi dan gaji. 2. Penilaian prestasi menyediakan kesempatan untuk bersama-sama meninjau perilaku yang berkesan dengan pekerjaan baik antara atasan dan bawahan atau antara bawahan dan atasan. 3. Penilaian prestasi memungkinkan antara atasan dan bawahan menyusun suatu rencana untuk memperbaiki setiap defenisi yang dapat diketahui. 19 Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson “Penilaian prestasi kerja adalah proses evaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan mereka ketika dibandingkan dengan satu set standar, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para karyawan”.12 Juga dikemukakan oleh dua orang penulis yaitu Andrew F. Sikula bahwa “Penilaian prestasi kerja adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan untuk pengembangan”. Dan menurut Dale Yoder “Penilaian prestasi kerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengeavaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai”.13 Mutiara S. Panggabean mengatakan “Penilaian prestasi kerja merupakan sebuah proses formal untuk melakukan peninjauan ulang dan evaluasi prestasi kerja seseorang sacara periodik”.14 Sadili Samsudin menyatakan bahwa “penilaian prestasi kerja adalah proses oleh organisasi kerja untuk mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan”. Penilaian prestasi kerja yang dilaksanakan dengan baik dan tertib 12 Robert L. Mathis dan John H.Jackson, Op.Cit, Hal. 81 H. Malayu S.Hasibuan, Op.Cit, Hal. 87-88 14 Mutiara S. Panggabean, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor Selatan, 2004, Hal. 66 13 20 maka akan dapat membantu meningkatkan motivasi kerja dan loyalitas organisasional dari karyawan.15 Sedangkan menurut Sondang P. Siagian mengatakan “penilaian prestasi kerja ialah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai di mana terdapat berbagai faktor, yaitu:”16 1. Yang dinilai adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan 2. Penilaian dilakukan pada serangkaian tolak ukur tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan diterapkan secara objektif. 3. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai yang dinilai dengan tiga maksud, yaitu: a. Dalam hal penilaian tersebut positif, menjadi dorongan kuat bagi pegawai yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi dimasa yang akan datang sehingga kesempatan meniti kerier lebih terbuka baginya. b. Dalam hal penilaian tersebut bersifat negatif, pegawai yang bersangkutan mengetahui kelemahannya dan dengan demikian dapat mengambil berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut. 15 Sadili Samsudin, Op.Cit, Hal. 159 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kelimabelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, Hal 225 16 21 c. Jika seseorang merasa mendapat penilaian yang tidak objektif, kepadanya diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatannya sehingga pada akhirnya ia dapat memahami hasil penilaian yang diperolehnya. 4. Hasil penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasikan dengan rapi dan arsip kepegawaian setiap orang sehingga tidak ada informasi yang hilang, baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan pegawai. 5. Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi pegawai, baik dalam arti promosi, alih tugas, alih wilayah, demosi maupun dalam pemberhentian tidak atas permintaan sendiri. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa penilaian prestasi kerja merupakan suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, mengevaluasi perilaku hasil kerja dan kedisiplinan yang digunakan sebagai dasar pemberian penghargaan terhadap karyawan yang berprestasi. Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa seseorang karyawan dan apakah dia bisa bekerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang. Melaksanakan penilaian prestasi kerja ditentukan standar kerja sebagai pedoman dalam menentukan karyawan berprestasi. 22 E. Pengaruh Pelatihan Terdapat Prestasi Kerja Di dalam suatu organisasi, untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, maka organisasi harus mampu mengatasi segala tantangan dari dalam atau luar lingkungan yang selalu berubah. Demikian juga halnya dengan tenaga kerja, agar dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan atau teknologi, maka organisasi perlu mengadakan pelatihan secara terus menerus. Dalam meningkatkan kemampuan kerja para pegawai, perusahaan atau organisasi harus menjalankan usaha-usaha pelatihan karyawannya. Tujuan pelatihan karyawan adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja pegawai dalam mencapai hasilhasil kerja yang telah ditetapkan. Perbaikan efektivitas kerja dapat dilakukan dengan cara, memperbaiki pengetahuan, keterampilan maupun sikap karyawan itu sendiri terhadap tugas-tugasnya. Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesanggupan serta waktu. Hubungan pelatihan terhadap prestasi kerja adalah bahwa pelatihan yang tepat menyebabkan motivasi kerja karyawan meningkat sehingga dapat memperbaiki efektivitas kerjanya, yang berarti presrasi karyawan tersebut dengan sendirinya akan meningkat. 23