8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kesejahteraan

advertisement
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Kesejahteraan Karyawan
Kesejahteraan merupakan suatu bentuk usaha yang digunakan oleh
perusahaan dalam rangka meningkatkan semangat kerja karyawan.
Pelayanan kesejahteraan merupakan rangkaian pemberian tunjangan dan
fasilitas-fasilitas dalam bentuk tertentu kepada karyawan diluar gaji,
biasanya berupa transportasi, uang lembur, cuti, kantin, asuransi, jamsostek
dan sebagainya.
Pelayanan kesejahteraan karyawan tersebut dimaksudkan untuk
memberikan keseimbangan dalam memperoleh keamanan dari segi fisik dan
psikis bagi karyawan beserta keluarganya serta menciptakan ketenangan,
semangat kerja, dedikasi, disiplin, dan sikap loyal karyawan teerhadap
perusahaan, sehingga labour turnover relatif rendah. Pakar ilmu manajemen
sumber daya manusia telah mendefinisikan pengertian kesejahteraan
karyawan didalam berbagai literatur dan buku-buku manajemen sumber
daya manusia, sebagai berikut :
Mengenai kesejahteraan karyawan, MALAYU S.P HASIBUAN
(2007:202) memberi batasan bahwa :
Kesejahteraan karyawan adalah balas jasa pelengkap (material dan
nonmaterial) yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan, bertujuan
mempertahankan kondisi fisik dan mental karyawan, agar
produktivitas kerja karyawan meningkat.
8
9
Adapun IG. WURSANTO (2005:169) mengemukakan mengenai
pengertian kesejahteraan sosial sebagai berikut :
Kesejahteraan sosial atau jaminan sosial adalah suatu bentuk
pemberian penghasilan, baik dalam bentuk materi ataupun non
materi, yang diberikan oleh perusahaan pada karyawan untuk selama
masa pengabdiannya ataupun setelah berhenti karena pensiun atau
karena lanjut usia dalam usaha pemenuhan kebutuhan, baik
kebutuhan materi atau non materi, kepada para karyawan dengan
tujuan untuk memberikan semangat atau dorongan kepada para
karyawan.
Karyawan dapat dipandang sebagai uang bantuan lebih lanjut kepada
karyawan. Terutama pembayaran kepada mereka yang sakit, uang bantuan
untuk tabungan karyawan pembagian berupa saham, asuransi, perawatan di
rumah sakit dan pensiun.
Secara sederhana Moekijat (2005:222) mendefinisikan kesejahteraan
karyawan sebagai setiap pelayanan atau kenikmatan yang diberikan oleh
seorang majikan sebagai tambahan gaji dan upah biasa.
Sedangkan Heijdrachman dalam buku manajemen personalia
(2002:253) mengatakan bahwa program pelayanan kesejahteraan adalah
merupakan salah satu fungsi pemeliharaan karyawan dalam rangka menjaga
kondisi phisik dan mental dari para karyawan.
Dari keempat pendapat para ahli diatas, maka dapat diperoleh
pengertian yang lebih jelas, bahwa kesejahteraan merupakan usaha dari
pemimpin perusahaan untuk merangsang dan meningkatkan semangat kerja
atau gairah kerja karyawannya, sehingga tujuan dari suatu perusahaan dapat
tercapai.
10
2.2 Jenis-Jenis Program Kesejahteraan Karyawan
Program kesejahteraan karyawan dirancang dan diselenggarakan
untuk memelihara karyawan, meningkatkan loyalitas kerja, serta melindungi
keamanan setiap keryawan. Perusahaan menyadari tidak ada yang abadi
didunia ini oleh sebab itu sebaiknya perusahaan mempunyai pedoman dalam
menghadapi situasi dan kondisi yang tidak pasti. Salah satu cara yang
dilakukan oleh perusahaan yaitu membentuk suatu program pelayanan
kesejahteraan karyawan yang meliputi asuransi, pemberian fasilitas,
pensiun, program rekreasi / hiburan, dan sebagainya (2007:205).
2.2.1 Asuransi
Program asuransi bertujuan untuk melindungi setiap karyawan dari
hal-hal tidak diinginkan yang dapat terjadi setiap saat. Asuransi biasanya
dapat berbentuk asuransi jiwa, kesehatan, dan kecelakaan. Dalam hal ini
perusahaan dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan asuransi untuk
menanggung asuransi setiap karyawan.
Berdasarkan undang-undang kecelakaan tahun 1974, perusahaan
tetap berkewajiban memberikan ganti rugi kepada karyawan yang
mengalami kecelakaan. Karena penyakit dan kecelakaan yang tidak
disebabkan oleh sangkut paut dari pekerjaan karyawan adalah sumber dari
kekhawatiran dan ketegangan para karyawan. Oleh karena itu berbagai
bentuk asuransi kesehatan dan kecelakaan disediakan agar karyawan dapat
bekerja dengan nyaman. Jenis asuransi yang disediakan dapat berupa
11
perawatan dirumah sakit, biaya pembedahan tunjangan bersalin,
perawatan mata, perawatan gigi, dan sebagainya.
Asuransi jiwa merupakan bentuk tunjangan karyawan yang
disponsori perusahaan. Premi asuransi jiwa jauh lebih murah daripada
premi asuransi perorangan. Dari pelayanan ekonomis yang khusus ini
perusahaan mendapat imbalan berupa ketentraman jiwa karyawan dalam
hal keterjaminan hidup para anggota keluarganya. Ketentraman jiwa akan
memungkinkan para karyawan mencurahkan perhatiannya yang lebih
besar pada pekerjaan dan perusahaan.
Pemerintah telah memperkenalkan bentuk asuransi yang disebut
dengan ASTEK ( Asuransi Tenaga Kerja ). Program ini diwajibkan bagi
perusahaan yang mempunyai karyawan lebih dari 100 orang dan setiap
bulan membayar upah sebesar Rp. 5.000.000,- atau lebih. Pada bentuk
asuransi ini karyawan dan perusahaan setiap bulannya membayar provisi
sebesar 2,5 % dari upah atau gaji yang dibayarkan. Tetapi ada juga
perusahaan yang menggunakan perbandingan sebesar 1,5 % ditanggung
perusahaan dan 1 % ditanggung karyawan dengan cara dipotong gajinya.
Para karyawan yang telah mencapai usia 55 tahun dan kemudian berhenti
bekerja pada suatu perusahaan akan menerima uang santunan atau ganti
rugi. Apabila belum berusia 55 tahun yang bersangkutan telah meninggal
dunia atau mengalami musibah sehingga tidak dapat bekerja lagi, maka
keluarga atau ahli waris akan menerima uang santunan. Kecuali jika
karyawan tersebut mengajukan permohonan mengundurkan diri atas
12
kemauan sendiri, maka dia tidak akan menerima uang santunan, hanya
perusahaan akan tetap memberikan uang pesangon.
2.2.2 Pemberian Fasilitas
Hubungan pelayanan yang bersifat memberikan fasilitas adalah
kegiatan-kegiatan yang secara normal perlu diperhatikan oleh setiap
karyawan dalam menjalani pekerjaannya. Program pemberian fasilitas
yang dilakukan oleh perusahaan dapat berbentuk :
a. Penyediaan Kantin
Penyediaan kantin dimaksudkan untuk mempermudah karyawan yang
ingin makan dan minum. Kantin yang disediakan sebaiknya
menyajikan makanan dan minuman bergizi sehingga dapat menunjang
kesehatan karyawan dengan harga yang terjangkau.
b. Fasilitas Perumahan
Masalah perumahan menjadi masalah yang sangat pelik bagi
masyarakat. Sulitnya memperoleh tempat tinggal yang layak di kotakota besar menyebabkan banyak karyawan menghadapi masalah untuk
memiilih tempat tinggal. Dalam rangka mengatasi masalah ini
biasanya perusahaan menyediakan fasilitas perumahan, walaupun
tidak untuk semua karyawan. Perumahan karyawan dapat berupa
perumahan dinas ataupun asrama yang dikhususkan kepada karyawan
yang bertempat tinggal jauh dari lokasi pekerjaan.
13
c. Kesehatan
Fasilitas kesehatan erat hubungannya dengan pelaksanaan program
pemeliharaan karyawan, dan juga karena adanya peraturan pemerintah
yang mengatur masalah kesehatan karyawan didalam menjalankan
pekerjaannya. Fasilitas dapat berupa kartu ASKES (asuransi
kesehatan), poliklinik yang lengkap dengan tenaga medisnya seperti
dokter dan perawatnya, atau sekedar memberikan tunjangan kesehatan
yang dapat dipergunakan berobat pada dokter atau rumah sakit yang
ditunjuk / direkomendasikan oleh perusahaan. Untuk penggunaan
fasilitas ini, ada kebijaksanaan manajemen bersama pihak organisasi
buruh ( seperti SPSI / serikat pekerja seluruh Indonesia ). Fasilitas ini
dapat dinikmati oleh karyawan yang bersangkutan, atau besrta anggota
keluarga karyawan yang tercantum pada daftar gaji, atau dibatasi pada
seorang isteri dan tiga anak saja. Dana yang dibutuhkan untuk
mendanai fasilitas ini memang tidak sedikit sehingga bila perusahaan
merasa keberatan untuk mendanai fasilitas ini perusahaan dapat
bergabung dengan beberapa perusahaan lain untuk mendirikan sebuah
poliklinik milik bersama.
d. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan biasanya dilakukan dengan cara menyediakan
perpustakaan yang dapat digunakan oleh para karyawan yang ingin
menambah pengetahuan mereka, mengadakan pelatihan kerja pada
perusahaan-perusahaan yang lebih besar,dan memberikan pendidikan
14
kepada karyawan yang berprestasi dengan tujuan meningkatkan
keterampilan dan kemampuan karyawan.
e. Fasilitas Ibadah
Fasilitas ibadah diwujudkan dengan menyediakan masjid atau mushola
yang dapat digunakan oleh karyawan yang beragama islam untuk
beribadah, mengadakan pengajian- pengajian sebagai siraman rohani,
dan menyediakan tunjangan naik haji bagi karyawan berprestasi yang
beragama islam. Dengan diberikan fasilitas ibadah diharapkan dapat
meningkatkan moral karyawan didalam bekerja.
f. Fasilitas Pembelian
Perusahaan dapat menyediakan “toko perusahaan” dimana para
karyawan dapat membeli berbagai barang, terutama barang-barang
yang dihasilkan perusahaan dengan yang lebih terjangkau. Tetapi
persoalan yang timbul disini adalah karyawan selalu menuntut
perusahaan kalau ada produk yang tidak berfungsi dengan baik dan
kadang
kala
mereka
menuntut
fasilitas
perbelanjaan
untuk
memperoleh barang tertentu.
g. Penasehat Keuangan
Fasilitas ini dimaksudkan agar para karyawan tidak menghadapi
kesulitan didalam mengatur keuangannya.
h. Pemberian Kredit
Pemberian kredit kepada karyawan yang membutuhkan bisa
diorganisir oleh manajemen atau oleh karyawan itu sendiri, misalnya
15
dengan mendirikan perkumpulan atau koperasi simpan pinjam, pihak
manajemen hanya menjadi pengawas saja untuk menjamin agar
koperasi dapat berjalan dengan baik. Sebab meskipun koperasi itu
milik para karyawan, tetapi ada ikatan antara manajemen dengan para
karyawan yaitu ikatan kerja.
2.2.3 Pensiun
Pemberian pensiun berarti perusahaan memberikan sejumlah uang
tertentu sebagai balas jasa atas usaha yang telah diberikan karyawan
terhadap perusahaan selama bekerja. Besarnya uang pensiun yang diterima
oleh karyawan biasanya dibedakan atas tingkat jabatan seorang karyawan
dan lamanya bekerja. Pensiun dapat terjadi karena usia yang telah
melewati masa produktif, diberhentikan atau karena meninggal dunia. Di
Indonesia pada umumnya yang menerima uang pensiun adalah pegawai
negeri atau pegawai perusahaan-perusahaan negara yang diatur melalui
undang-undang. Sedangkan perusahaan swasta jarang memberikan
pensiun kepada para karyawannya. Terdapat tiga jenis program pensiun
pokok. Dalam program pensiun kelompok, perusahaan (dan mungkin juga
pegawai) memberikan seperangkat kontribusi dana pensiun. Jenis program
pensiun kedua pada kenyataannya merupakan program bagi laba yang
ditunda. Dalam program ini setiap pegawai memperoleh sejumlah laba
tertentu yang dimasukkan kedalam rekening mereka. Selanjutnya
tunjangan ini diberikan kepada pegawai (ahli waisnya) pada saat pensiun
16
atau meninggal dunia. Jenis program pensiun yang ketiga yaitu program
tabungan para pegawai. Dengan cara menyisihkan suatu presentase
tertentu dari upah bulanan mereka untuk keperluan masa tua, dan PT BNI
(PERSERO) TBK CABANG Ps. MAYESTIK menggunakan program
pensiun ini, yaitu dengan cara mempercayakan kepada DPLK (Dana
Pensiun Lembaga Keuangan) dengan memberikan kontribusinya sebesar
50 % sampai 100 % dari kesepakatan denagn karyawan itu sendiri sesuai
dengan penghasilan yang didapat. Seluruh bidang perencanaan pensiun
merupakan suatu hal yang sangat rumit, sebagian karena banyaknya
peraturan federal yang mengatur tentang pensiun. Sebagai contoh,
perusahaan-perusahaan
yang
ingin
memastikan
bahwa
kontribusi
pensiunnya tidak dikenakan pajak karenanya perlu mematuhi peraturan
perundang-undangan tertentu pajak penghasilan yang sesuai.
Meskipun perusahaan biasanya harus menyusun suatu program
pensiun untuk memenuhi kebutuhannya secara khusus, terdapat beberapa
isu pokok dalam kebijaksanaan yang perlu dipertimbangkan ( Dessler
yang dikutip oleh Agus Dharma 1993 : 454 ).
a. Syarat keanggotaan
Sebagai contoh, berapa usia atau masa kerja minimum agar
karyawan berhak untuk pensiun.
b. Formula tunjangan
Hal ini biasanya mengaitkan pensiun dengan besar penghasilan
terakhir pegawai, atau jumlah penghasilannya rata-rata pada tiga atau
empat tahun terakhir.
17
c. Syarat pensiun
Meskipun usia 65 tahun dianggap sebagai usia pensiun standar, tetapi
menurut peraturan perundang-undangan federal melarang perusahaan
untuk memaksa pegawai yang mampu untuk pensiun dibawah usia 70
tahun. Meskipun demikian, hampir semua karyawan berkeinginan
untuk memasuki masa pensiun lebih awal.
d. Pendanaan
Salah satu aspek pendanaan adalah apakah program tersebut
kontributor atau non kontributori. Apabila program itu kontributor,
kontribusi dana pensiun ditunjang bersama oleh karyawan dan
perusahaan. Sedangkan dalam program non kontributori hanya
perusahaan yang memberikan kontribusi dana.
2.2.4 Program Rekreasi / Hiburan
Setiap orang memerlukan rekreasi atau hiburan didalam menjalani
kehidupannya, karena suatu saat akan mancapai titik jenuh dimana ia
merasa bosan atau jenuh dalam mengerjakam segala sesuatu yang bersifat
rutinitas. Maka pada saat itulah mereka memerlukan hiburan / rekreasi
untuk penyegaran atau refreshing.
Adapun program-program rekreasi ini dapat di kelompokkan
menjadi beberapa bagian :
18
a. Kegiatan Olahraga
Kegiatan ini dimaksudkan untuk sekedar memelihara kesehatan
(bersifat internal) yang melibatkan keikutsertaan sejumlah besar
karyawan atau bisa juga untuk mengejar prestasi (bersifat varsity)
dimana suatu tim dipilih untuk mewakili perusahaan. Dengan
memelihara kesehatan para karyawan, berarti perusahaan juga akan
mendapatkan semangat kerja yang maksimal dari para karyawannya.
Di lain pihak bila perusahaan mempunyai klub olahraga yang
berprestasi, maka dapat digunakan sebagai publikasi bagi perusahaan.
b. Kegiatan sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, selalu berhubungan dengan orang
lain dan memiliki ketergantungan antara yang satu dengan yang
lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia biasanya berkelompok dan
senang melakukan sesuatu bersama-sama atau dalam satu kelompok.
Hal ini dapat menimbulkan suasana akrab diantara karyawan, sehingga
dapat menunjang semangat dan moral kerja karyawan.
2.3 Prinsip-Prinsip Program Pelayanan Kesejahteraan Karyawan
Menurut Drs. Suad Husnan MBA dalam bukunya “Manajemen
Personalia” (2005:270) mengemukakan prinsip-prinsip dari program
pelayanan kesejahteraan karyawan adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan hendaknya diarahkan untuk memuaskan kebutuhan yang
sebenarnya.
19
b. Pelayanan hendaknya dibatasi pada kegiatan yang lebih efektif dan
dijalankan secara kompak.
c. Pelayanan haruslah mengunakan dasar yang seluas mungkin.
d. Biaya program pelayanan ini hendaknya bisa dihitung, dan provisinya
ditentukan secara jelas untuk dasar pembelajaran.
Sedangkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Drs. Malayu S.P
Hasibuan dalam “Manajemen Sumber Daya Manusia” (2005:138) sebagai
berikut :
1. Adil
Besarnya kompensasi yang dibayarkan kepada setiap karyawan harus
disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, tanggung jawab,
jabatan pekerjaan, dan memenuhi persyaratan internal konsisten.
2. Layak dan Wajar
Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya
pada tingkat normal dan ideal.
2.4 Manfaat Program Kesejahteraan Karyawan
Pelayanan kesejahteraan yang diberikan hendaknya bermanfaat dan
mendorong tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat luas
serta tidak melanggar peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh
pemerintah.
Menurut Edwin B Flippo (2006:294) manfaat program pelayanan
kesejahteraan karyawan adalah sebagai berikut :
20
a. Perekrutan yang lebih efektif.
b. Perbaikan moral dan kesetiaan.
c. Perputaran tenaga kerja dan absensi yang rendah.
d. Hubungan masyarakat yang baik.
e. Pengurangan pengaruh serikat buruh, baik yang ada sekarang maupun
yang potensial.
f. Pengurangan ancaman campur tangan pemerintah lebih lanjut.
Sedangkan tujuan pemberian pelayanan kesejahteraan karyawan
menurut Malayu S.P Hasibuan dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya
Manusia” (2005:204) sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan karyawan kepada
perusahaan.
2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan
beserta keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktivitas kerja karyawan.
4. Menurunkan tingkat absensi dan turnover karyawan.
5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman.
6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
7. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.
8. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
Indikator-indikator dari tingkat kesejahteraan berdasarkan teori dari
A.H Maslow menurut M. Manullang dalam bukunya “Dasar-Dasar
Manajemen” adalah :
21
a) Physiological needs ( kebutuhan fisiologikal ),
b) Safety needs ( kebutuhan keamanan ),
c) Social needs ( kebutuhan sosial ),
d) Esteem needs ( kebutuhan prestise ),
e) Self actualization needs ( kebutuhan aktualisasi diri ).
2.5 Pengertian semangat kerja
Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan
produktifitas kerja karyawannya. Oleh karena itu perlu dilakukan
penyelidikan waktu dan aktifitas dari para karyawan tersebut agar dapat
merubah gerak yang tidak perlu dan melelahkan sehingga akan
mempercepat pekerjaan. Untuk itu sudah selayaknya apabila setiap
perusahaan akan selalu berusaha agar moral dan semangat kerja para
karyawannya tetap tinggi, sebab dengan moral dan semangat kerja yang
tinggi diharapkan produktifitas dan semangat kerja akan dapat meningkat.
Untuk lebih jelasnya peneliti akan memberikan beberapa pengertian tentang
semangat kerja.
Menurut Alex S. Nitisemito dalam bukunya “ Manajemen Personalia
” (2002:105) mendefinisikan semangat kerja sebagai melakukan pekerjaan
secara lebih giatsehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan
lebih cepat lebih baik.
Malayu S.P. Hasibuan mengartikan semangat kerja dalam bukunya “
Manajemen Sumber Daya Manusia ” (2005:105) sebagai keinginan dan
22
keunggulan seseorang dalam mengerjakan pekerjaannya dengan baik, serta
berdisiplin untuk prestasi kerja yang maksimal.
Sedangkan dalam buku “ Personel Management ” karangan Edwin
B. Flippo (2002:371) mendefinisikan semangat kerja sebagai berikut :
Semangat kerja yang baik didefinisikan oleh manajemen sebagai
antusias dari karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai
dangan peraturan dan perintah serta kemauan bekerjasama dengan
karyawan yang lain dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Dari definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
semangat kerja merupakan iklim atau suasana kerja yang terdapat didalam
suatu organisasi. Suasana tersebut adalah sikap mental kerja yang tinggi dan
derajat moral yang dimiliki dalam suatu organisasi yang menunjukkan rasa
kegairahan dalam melaksanakan pekerjaan, mendorong mereka untuk
bekerja secara lebih efektif, efisien, dan lebih produktif.
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja Karyawan
Tinggi rendahnya semangat kerja karyawan akan mempengaruhi
perkembangan perusahaan. Oleh karena itu setiap perusahaan hendaknya
mencari dan mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya semangat kerja karyawan. Dengan diketahuinya faktor-faktor
tersebut akan mempermudah perusahaan dalam mengambil tindakan yang
akan digunakan sebagai dasar pemecahan masalah sedini mungkin.
Menurut Zainun Ph. D dalam bukunya “ Manajemen dan Motivasi ”
menerangkan ada enam faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
semangat kerja yaitu :
23
a. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan.
b. Terdapat suatu iklim kerja yang bersahabat.
c. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi.
d. Adanya tingkatan kepuasan ekonomi dan kepuasan material
lainnya yang memadai.
e. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan
dalam pekerjaannya.
Pada Sedangkan menurut Alex S. Nitisemito dalam bukunya
“Manajemen
Personalia” (2006:97) menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi semangat kerja karyawan adalah sebagai berikut :
1. Turun dan rendahnya tingkat produktifitas kerja
Salah satu indikasi turunnya semangat dan gairah kerja karyawan dapat
dilihat dari semakin menurunnya tingkat produktifitas kerja. Turunnya
tingkat produktifitas kerja ini dapat diukur dengan membandingkan
produktifitas kerja sekarang dengan tingkat produktifitas kerja
sebelumnya.
2. Tingkat absensi yang tinggi
Absensi adalah tidak bekerjanya seorang karyawan pada saat hari kerja,
karena cuti, sakit, ijin, atau alpa. Tingkat absensi yang tinggi merupakan
salah satu indikasi turunnya semangat kerja dan gairah kerja.
3. Labor turnover yang tinggi
Turnover dapat diartikan sebagai aliran para karyawan yang masuk dan
keluar dalam perusahaan. Bila dalam perusahaan terjadi peningkatan
24
labor turnover, maka hal ini merupakan indikasi turunnya semangat dan
gairah kerja.
4. Tingkat kerusakan yang tinggi
Meningkatnya kerusakan baik kerusakan bahan baku, barang jadi,
maupun peralatan yang digunakan merupakan salah satu indikasi
turunnya semangat dan gairah kerja.
5. Kegelisahan
Kegelisahan akan terjadi apabila semangat dan kegairahan kerja
menurun. Kegelisahan yang timbul dapat terwujud dalam bentuk
ketidaksenangan kerja, banyak keluhan, serta hal-hal yang lain-lain.
6. Tuntutan yang sering terjadi
Tuntutan merupakan suatu perwujudan dari ketidakpuasan, dimana pada
tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan
tuntutan. Misal masalah gaji kerja karyawan yang tidak sesuai dengan
peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu dibawah batas
UMR, maka hal tersebut dapat menimbulkan semangat dan gairah kerja
karyawan menurun.
Indikator-indikator dari semangat kerja menurut “Buletin Studi
Ekonomi” volume 13 nomor 2 tahun 2008 adalah :
a) Disiplin dalam bekerja.
b) Kerjasama / Team work.
c) Kepuasan kerja.
25
2.7 Hubungan Antara Kesejahteraan Karyawan Dengan Semangat Kerja
Untuk meningkatkan produktifitas kerja yang lebih tinggi,
perusahaan perlu menimbulkan semangat dan kegairahan kerja dari para
karyawan. Guna mendukung peningkatan tersebut maka perusahaan perlu
melaksanakan program kesejahteraan karyawan.
Menurut Edwin B. Flippo dalam bukunya “ Manajemen Personalia ”
yang diterjemahkan oleh Moh. Masud, SH (2002:52) berisi sebagai berikut :
Program kompensasi variabel (dalam hal ini yang dimaksudkan
adalah program pelayanan kesejahteraan karyawan) dirancang untuk
memancing daripada individu dan kelompok, jenis-jenis perilaku
tertentu yang dianggap dapat memperbaiki efektifitas organisasi.
Dari pendapat tersebut jelas dilihat bahwa perusahaan berusaha
memperbaiki keefektifan perusahaan melalui pemberian kompensasi
variabel, salah satunya adalah pelayanan kesejahteraan karyawan. Karena
dengan meningkatnya kesejahteraan karyawan akan menimbulkan semangat
dan gairah kerja karyawan yang otomatis secara tidak langsung akan
meningkatkan produktifitas karyawan itu sendiri.
Hakekatnya program pelayanan kesejahteraan karyawan tersebut
merupakan salah satu program tunjangan karyawan yang bersifat
merangsang karyawan untuk memaksimalkan kualitas maupun kuantitas
kerjanya sehingga dengan demikian terdapat dua hubungan yang saling
menguntungkan, disatu sisi karyawan merasa dibutuhkan dengan adanya
program kesejahteraan yang dilakukan oleh perusahaan, disisi lain
perusahaan
dapat
meningkatkan
performa
organisasi
perusahaan,
memperbaiki produktifitas kerja karyawan serta keuntungan-keuntungan
26
lainnya. Jadi jelas hubungan antara kesejahteraan karyawan dengan
semangat kerja sangat erat sekali dan keduanya saling berinteraksi satu sama
lain untuk bekerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Download