BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Kegiatan utama di pasar adalah
transaksi jual beli. Transaksi ini tidak hanya terbatas pada benda saja tetapi juga jasa, seperti jasa
penyewaan kendaraan, jasa tour guide, dan jasa buruh gendhong. Pasar telah ada sejak zaman
dulu. Dalam melakukan transaksi, orang zaman dulu menggunakan sistem barter, yaitu suatu
sistem yang disepakati oleh dua individu dengan cara menukar barang satu dengan barang yang
lain. Tetapi sistem ini sering kali menimbulkan masalah yang berkaitan dengan jarak tempuh dan
waktu. Semakin dekat jarak pertukaran semakin memudahkan memindahkan barang. Tetapi
semakin jauh jarak pertukaran semakin sulit pula untk memindahkan barang. Misal, seorang
petani di desa A mempunyai hasil panen yang berupa ketela pohon dan ia ingin menukarnya
dengan daging dan sayuran. Jika ada tetangganya ada yang memilki komoditas tersebu, si petani
tidak perlu berjalan jauh dan susah membawa ketela pohon untuk ditukar dengan daging dan
sayur. Tetapi jika daging dan sayuran itu hanya bisa diperolehnya di desa tetangga, tentu saja
petani harus berjalan jauh dan kerepotan membawa ketela pohon.
Pasar muncul sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pertukaran. Pertukaran yang terjadi
tidak lagi berwujud barter, tetapi menggunakan alat tukar yang disebut uang. Dengan sistem
uang inilah proses memperoleh barang lain disebut sebagai jual beli. Munculnya pasar
dikarenakan adanya kebutuhan lokal yang menuntut adanya suatu tempat yang dipergunakan
sebagai tempat jual beli. Jauh dekatnya lokasi pasar dengan tempat tinggal masyarakat
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya aktivitas perdagangan. Selain itu, pemilihan tempat yang
strategis juga menjadi faktor utama dalam menentukan loksi pasar (Komaruddin, 1991: 392).
2
Berdasarkan cara transaksinya pasar dibedakan menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan
pasar modern. Pada umunya pasar tradisional merupakan tempat penjualan bahan-bahan
kebutuhan pokok (sembako). Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung,
barang-barang yang diperjualbelikan tergantung kepada permintaan pembeli (konsumen). Dalam
proses jual beli tersebut terjadi poses tawar-menawar. Proses tawar menawar ini akan
menentukan harga barang yang diperjualbelikan. Biasanya pasar tradisional berkatifitas dalam
batas-batas waktu tertentu, seperti pasar pagi, pasar sore, pasar pekan, dan lain sebagainya
(Syadiash, 2010).
Pasar tradisional seperti di atas masih banyak ditemukan di Yogyakarta, dan umumnya
terletak dekat kawasan perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk
mencapai pasar. Sisi negatif dari pasar tradisional adalah keadaannya yang cenderung kotor,
kumuh, dan bau. Kekurangan inilah yang menyebabkan masyarakat enggan pergi ke pasar
tradisional.
Banyak orang berpaling meninggalkan pasar tradisional dan lebih memilih berbelanja di
pasar modern, seperti minimarket, supermarket, swalayan, dan hypermarket. Di dalam pasar ini
penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara untuk menentukan harga. Pembeli hanya tinggal
melihat label harga yang tercantum pada barang (barcode). Tidak ada lagi tawar-menawar. Pasar
modern juga menyediakan tempat yang nyaman. Dalam berbelanja orang dapat melayani dirinya
sendiri ataupun dibantu oleh pramuniaga. Barang yang diperjualbelikan tidak hanya bahan
makanan dan keperluan sehari-hari saja, tetapi juga barang-barang yang dapat bertahan lama,
seperti piring, gelas, pisau, dan lain sebagainya. Inilah kelebihan pasar modern yang tidak
dimilki oleh pasar tradisional.
3
Pasar-pasar modern ini tumbuh dan berkembang dengan cepat seperti jamur. Di setiap
sudut kota Yogyakarta selalu ada minimarket, seperti Indomart dan Alfamart. Tidak hanya di
dalam kota saja, tetapi juga di desa-desa dimana masyarakatnya banyak mengantungkan nasib
pada keberadaan pasar tradisional. Masyarakat Yogyakarta merupakan masyarakat yang masih
menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan tradisi. Pasar tradisional, seperti Pasar Sentul menjadi
salah satu pasar di kota Yogyakarta yang selalu dipadati penjual dan pembeli setiap harinya.
Pasar ini terletak di Jalan Sultan Agung, Pakualaman, Yogyakarta. Luas pasar ini 2.723 meter
persegi, dengan jumlah pedagang kurang lebih sebanyak 671 pedagang.
Gambar 1. Bagian depan Pasar Sentul
Dahulu kala pasar ini merupakan tempat istirahat atau ngaso bagi para pedagang yang
berdagang di tempat yang jauh. Warga sekitar banyak merasa diuntungkan dengan adanya
pedagang yang beristirahat di tempat tersebut. Mereka tidak perlu membeli kebutuhan sehari-hari
di tempat yang jauh. Pangkalan tersebut lama kelamaan menjadi semakin ramai. Dan akhirnya
tempat tersebut menjadi sebuah pasar. Karena pasar ini berada di daerah Sentul, sehingga pasar
ini disebut sebagai Pasar Sentul.
Pasar ini sudah mulai ramai dipadati penjual dan pembeli sejak pukul 04.00 dini hari.
Karena banyaknya pedagang yang ada, mereka bahkan menggelar dagangannya di trotoar
4
pinggir jalan sampai pertigaan Tamansiswa. Tetapi hal ini tidak berlangsung lama hanya sampai
pukul 06.00 saja karena harus bergantian dengan para pejalan kaki. Tapi sering pula para
pedagang masih menggelar dagangannya hingga pukul 08.00 pagi.
Halaman pasar yang seharusnya digunakan sebagai lahan justru digunakan para pedagang
untuk menggelar dagangannya dengan berjajar tidak rapi. Biasanya para pedagang hanya
menggelar dagangannya dengan beralasakan plastik besar tanpa menggunakan meja. Pedagang
hanya menyisakan sekedar lorong yang sempit untuk lalu-lalang para pembeli yang menyusuri
pasar untuk berbelanja. Pembeli yang menyusuri halaman pasar harus berdesak-desakan dan
berhati-hati ketika berjalan agar tidak menginjak dagangan yang digelar maupun kaki pembeli
yang lain.
Kebisingan pasar Sentul seperti pasar tradisional lainnya mewarnai suasana pasar. Riuh
rendah pedagang dan pembeli yang sedang tawar-menawar menjadi pemandangan yang biasa di
dalam pasar tradisional. Suara pisau yang beradu dengan kayu menjadi ciri khas pedagang
daging yang sedang memotong daging. Buruh gendong yang selalu berteriak agar para pembeli
menepi juga semakin meramaikan suasana pasar.
Gambar 2. Suasana halaman depan Pasar Sentul di pagi hari
5
Seperti pasar tradisional pada umumnya, pedagang di pasar ini didominasi oleh kaum ibu
dan nenek-nenek, pembelinya pun didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga. Hal ini mungkin
disebabkan karena perempuan cenderung memiliki sifat yang lebih ulet, telaten, dan sabar dalam
hal memilih barang. Tetapi banyak juga laki-laki yang berbelanja dan menjadi pedagang di
pasar. Para lelaki yang berbelanja di pasar ini umumnya adalah pemilik warung Masakan
Padang. Sangat jarang dijumpai pembeli laki-laki yang menggantikan istrinya berbelanja
kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pedangang laki-laki yang berjualan di pasar umumnya
menjadikan kegiatan berdagang sebagai pendapatan utama di keluarganya.
Pasar ini menyediakan kebutuhan sehari-hari, seperti sayuran, buah-buahan, daging, serta
kebutuhan lain seperti minyak goreng, peralatan masak, peralatan mandi, dan masih banyak lagi.
Makanan tradisional seperti jadah, gatot, tiwul, ketan, urap, dan pecel juga tersedia di pasar ini.
Selain itu, masakan siap saji seperti bubur gudheg, nasi rames, dan soto juga tersedia. Banyaknya
penjual makanan tersebut tentu sangat membantu masyarakat sekitar pasar Sentul. Masyarakat
sekitar tinggal datang ke pasar untuk membeli sarapan untuknya dan keluarganya.
Pasar sentul ini tidak hanya melayani dan memenuhi kebutuhan rumah tangga saja.
Lengkapnya barang yang dijual di pasar Sentul menjadikan pasar ini sebagai pusat kulakan bagi
para pengecer kecil di wilayah kota Yogyakarta sebelah timur, yaitu sekitaran kecamatan
Pakualaman, kecamatan Mergangsan, kecamatan Umbulharjo, dan kecamatan Gedongkuning.
Warung-warung kelontong yang ada di sekitar daerah tersebut, biasanya memenuhi kebutuhan
barang yang dijual di warungnya dengan berbelanja di pasar tersebut. Tidak hanya warung
kelontong saja, pasar Sentul ini juga menyediakan berbagai macam bahan makanan untuk
memenuhi kebutuhan warung-warung makan, seperti warteg, warung makan Padang, warung
bakso, warung pempek di jalan Taman Siswa,bahkan penjual makanan keliling membeli bahan
6
makanan di pasar tersebut. Pasar ini juga menjadi pusat kulakan para pedagang di pasar Pace,
sebuah pasar kecil di jalan Kusumanegara.
Jika di pasar tradisional lain hanya berjualan sampai tengah hari, pasar sentul ini justru
memulai aktivitas baru ketika tengah hari. Halaman pasar mulai berganti dengan truk yang
membawa jagung segar. Pasar Sentul yang pada pagi hari berfungsi sebagi tempat kulakan dan
menjual berbagai macam barang kebutuhan sehari-hari, telah beralih fungsi menjadi pusat
kulakan jagung. Berton-ton jagung segar selalu tersedia ketika siang hari dan selalu habis terjual
menjelang sore hari. Pada malam harinya, halaman pasar kembali berubah fungsi. Tidak lagi
jagung segar yang ditawarkan, tetapi berdiri tenda-tenda kaki lima yang menyediakan nasi
penyetan. Pasar ini tidak pernah tidur, selalu ada aktifitas perdagangan, yang membedakan
adalah jenis dagangan yang diperjualbelikan. Fungsi pasar yang berbeda-beda ini, tentu saja
tidak bisa disamakan dengan pasar modern yang sudah paten fungsi dan polanya.
Bahan makanan seperti sayuran dan buah-buahan yang tersedia di pasar ini umumnya
berasal dari pedagang besar yang ada di pasar Giwangan. Sedangkan barang-barang yang
sifatnya tidak cepat busuk, biasanya didatangkan langsung dari pabriknya. Karena itulah, harga
barang di pasar ini lebih murah dan barangnya juga berkualitas.
Sampai saat ini Pasar Sentul masih menunjukkan eksistensinya sebagi pasar tradisional
ditengah menjamurnya pasar-pasar modern di Yogyakarta. Masyarakat sekitar tetap setia
berbelanja di sana walaupun keadaan pasar kotor, kumuh, dan bau. Keberadaan Pasar Sentul
sangat berarti bagi para tengkulak kecil. Harga yang miring dan keanekaragaman barang yang
dijual menjadi alasan utama masayarakat sekitar lebih memilih berbelanja di Pasar Sentul
daripada di pasar modern yang ada di sekitar sana.
7
B. Rumusan Masalah
Keberadaan pasar modern yang semakin menjamur, lambat laun mulai menggeser
keberadaan dan eksistensi pasar tradisional seperti Pasar Sentul. Namun di kota Yogyakarta, di
satu sisi Pemerintah membuat suatu kebijaksanaan untuk perbaikan pasar tradisional dan di sisi
lain Pemerintah dengan mudahnya memberikan izin untuk mendirikan pasar-pasar modern.
Permasalahan dirumuskan sebagai berikut:
1. Siapa saja aktor yang berperan dalam mendukung eksistensi pasar Sentul?
2. Bagaimana keterlekatan aktor-aktor untuk mendukung eksistensi pasar Sentul?
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan perkembangan ilmu dan
pengetahuan sosiologi
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi yaitu:
a. Untuk mengetahui aktor-aktor yang berperan dalam mendukung eksistensi pasar
Sentul sebagai pasar tradisional.
b. Untuk mengetahui besar eksistensi pasar tradisional dalam masyarakat di tengah
berkembangnya pasar modern.
c. Sebagai masukan bagi masyarakat dan pemerintah Kotamadya Yogyakarta pada
khususnya.
D. Kerangka Teori
8
Ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Oikonomike. Oikonomike berarti suatu usaha
dalam perbuatan keputusan dan pelaksanaanya yang berhubungan dengan pengalokasian sumber
daya rumah tangga yang terbatas diantara berbagai anggotanya dengan mempertimbangkan
kemampuan, usaha, dan keinginan masing-masing anggotanya (Damsar, 2011:10). Dengan kata
lain, ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip penggunaan
sumber daya secara umum. Kegiatan ekonomi terdiri dari produksi, distribusi dan konsumsi.
Produksi merupakan kegiatan dimana individu melakukan usaha untuk mengahasilkan sesuatu.
Konsumsi merupakan suatu kegiatan untuk menguragi atau menghabiskan sumber daya.
Sedangkan distribusi merupakan kegiatan yang menyalurkan sumber daya dari penghasil sumber
daya (produsen) kepada penghabis sumber daya (konsumen).
Kegiatan ekonomi telah ada sejak zaman dulu. Masyarakat telah mengenal kegiatan
ekonomi ini sejak zaman berburu dan meramu. Masyarakat tradisional memproduksi bahan
makanan dengan cara berburu dan meramu. Seiring perkembangannya, pola ini berubah menjadi
bercocok tanam. Pada masyarakat tradisional, barang-barang yang diproduksi digunakan untuk
konsumsi sendiri (Damsar, 2011:47).
Keluarga menjadi sebuah sistem dimana barang-barang diproduksi dan disimpan
dikalangan anggota kelompok untuk pemakaian mereka sendiri. Dalam masyarakat petani
tradisional misalnya, hampir seluruh kebutuhan kehidupan diproduksi dan dikonsumsi sendiri.
Jika sebagian produksi dijual bukanlah dimaksud sebagai modal atau tambahan bagi
pengembangan ekonomi keluarga, tetapi digunakan untuk membeli kebutuhan kehidupan yang
lain, seperti pakaian (Damsar, 2011:100). Kegiatan tukar menukar barang ini disebut sebagai
barter.
9
Barter menjadi awal mula terjadinya pasar. Barter dilakukan guna memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Timbulnya pasar diawali oleh kelebihan atau kekurangan barang, seperti
petani yang pergi ke pasar karena memiliki surplus panen (Komaruddin, 1991 : 392). Surplus
panen itu nantinya akan ditukar dengan barang lain yang bisa untuk memenuhi kebutuhan seharihari, misalnya pakaian. Dalam hal tersebut, secara sosiologi dapat kita pahami sebagai sebuah
tindakan ekonomi. Menurut Weber ( dalam Damzar,
2011:136) tindakan ekonomi dapat
dipandang sebagai suatu tindakan sosial, sejauh tindakan tersebut memperhatikan orang lain.
Pasar adalah sebuah pranata ekonomi dan sekaligus cara hidup, suatu gaya umum dari
kegiatan ekonomi yang mencakup segala aspek. Selain itu, pasar merupakan suau tempat yang
identik dengan terjalinnya hubungan antara penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi
terkait tukar menukar barang (Sudarso, 1992: 5). Pasar merupakan media pertemuan sosial untuk
saling tukar informasi karena pengunjung pasar cukup bervariasi dan berasal dari berbagai
lapisan masyarakat. Hal ini juga berlaku untuk pasar Sentul, di mana pasar ini merupakan
tempat bertemunya para pedagang dan pembeli dari berbagai lapisan masyarakat. Di tempat
tersebut kegiatan yang dilakukan tidak hanya sekedar jual beli barang saja, tetapi juga saling
bertukar informasi tentang hal- hal yang terjadi di masyarakat. Isu-isu politik tetang kebijakan
pemerintah yang akan berdampak pada naik turunnya harga barang dan jasa menjadi topik yang
paling sering dibicarakan, misalnya kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM.
Pasar juga merupakan suatu institusi sosial, yaitu strukttur sosial yang memberikan
tatanan siap pakai bagi pemecahan persoalan kebutuhan dasar kemanusiaan, khususnya
kebutuhan dasar ekonomi dalam distribusi barang dan jasa. Oleh sebab itu, pasar bisa dipandang
sebagai serangkaian hubungan sosial yang terorganisasi di seputar proses jual beli dan menjadi
sesuatu yang sangat berharga.
10
Fungsi pasar sebagai tempat bertemunya produsen dan konsumen memiliki komunitas
sosial yang besar dan di dalamnya masih ada komunitas-komunitas kecil yang beranggotakan
individu- individu, yaiu pedagang, pembeli, pemilik barang yang ingin menjual barangnya,
petugas retribusi, dan tukang parkir. Ciri pasar yang demikian ini merupakan ciri pasar
tradisional. Di dalam pasar tradisional seperti pasar Sentul ini, lebih memberikan kebebasan
terhadap tiap individu yang terlibat di dalamnya dalam melakukan suatu transaksi, yaitu dalam
memperoleh kecocokan dan kesepakatan harga.
Pasar tradisional juga selalu identik dengan pasar yang kotor, kumuh, dan bau. Hampir
semua pedagangnya adalah ibu tua yang berpenampilan apa adanya. Tentu saja para pembelinya
juga bukan wanita-wanita cantik yang berpakaian modis. Tetapi mereka adalah para ibu rumah
tangga biasa. Bahkan banyak diantara mereka (pedagang dan pembeli) yang belum mandi ketika
berkegiatan di pasar. Di pasar Sentul pun juga terjadi demikian. Karena aktivitas pasar sudah
dimulai sejak pukul 03.00 WIB, maka tidak heran jika banyak pedagang dan pembeli yang
belum mandi. Banyak pula pedagang yang melayani pembelinya sambil makan karena belum
sempat sarapan. Dari uraian tersebut dapat kita ketahui bahwa pasar tradisional merupakan pasar
bagi kelas menengah ke bawah. Hal ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Thorstein Veblen
(dalam Damsar, 2011) bahwa perilaku konsumsi menunjukkan identitas seseorang. Orang
dengan penampilan yang kotor dan bau biasanya identik dengan golongan kelas menengah ke
bawah. Pembeli yang selalu mencari barang murah juga identik dengan golongan kelas
menengah ke bawah.
Dalam ilmu ekonomi mengenal dua kegiatan ekonomi yaitu ekonomi subsisten dan
ekonomi pasar. Ekonomi pasar terjadi akibat terciptanya hubungan antara dua pihak karena
adanya penawaran dan permintaan (Chourmain, 1994:31). Ekonomi pasar mengandung
11
pengertian suatu perekonomian dimana barang yang diperdagangkan terpecah-pecah menjadi
transaksi dari orang ke orang, yang masing-masing tidak ada hubungan sebelumnya dengan
jumlah yang sangat besar. Ekonomi pasar memiliki ciri khas antara lain (Tim Pengelola Pasar
Kota Yogyakarta, 2010: 3):
1. Harga barang tidak pasti, orang dapat tawar menawar
2. Barang beralih dari pedagang yang satu kepedagang yang lain berkali-kali sebelum akhirnya
jatuh ketangan konsumen.
3. Adanya hubungan utang piutang yang komplaks antara pedagang tersebut.
4. Barang dagangan sedikit.
Di dalam aktivitas perdagangan terdapat dua aktor utama, yaitu penjual dan pembeli.
Sosiologi ekonomi membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan
yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungan ekonomi keluarga, sebagai berikut (Damsar,
2011:106):
a. Pedagang aktif yaitu pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan di pasar merupakan
sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga.
b. Pedagang semi aktif adalah pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk memperoleh uang
tetapi pendapatan dari hasil perdagangan di pasar merupakan sumber tambahan bagi ekonomi
keluarga.
Sedangkan pembeli dalam sosiologi ekonomi dapat diklasifikasikan atas beberapa tipe (Damsar,
2011: 103):
a. Pengunjung yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar tanpa mempunyai tujuan untuk
melakukan pembelian terhadap sesuatu barang atau jasa. Mereka adalah orang-orang yang
menghabiskan waktunya di pasar.
12
b. Pembeli yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli suatu
barang atau jasa, tetapi tidak mempunyai tujuan ke (di) mana akan membeli.
c. Pelanggan yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud membeli sesuatu barang
atau jasa dan punya arah tujuan yang pasti ke (di) mana akan membeli. Seseorang yang
menjadi pembeli tetap dari seorang penjual tidak terjadi secara kebetulan, tetapi melalui
proses interaksi sosial.
Eksistensi pasar tradisional seperti Pasar Sentul ini tidak bisa lepas dari masyarakat di
sekitarnya. Dengan masih banyaknya orang yang menggatungkan hidupnya di pasar ini, maka
pasar ini akan tetap bertahan. Tetapi jika masyarakat lebih memilih untuk berbelanja di pasar
modern, keberadaan pasar ini juga akan hilang seiring dengan habisnya pengunjung pasar. Ada
sebuah ikatan keterlekatan antara keberadaan pasar dengan perilaku masyarakat. Menurut
Granovetter (dalam Damsar, 2011) terdapat kelekatan antara perilaku ekonomi dengan hubungan
sosial.Granovetter menjelaskan bahwa tindakan ekonomi disituasikan secara sosial dan melekat
dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Tindakan tersebut
tidak terbatas terhadap tindakan aktor individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi
yang lebih luas, dan kesemuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial.Konsep
“disituasikan secara sosial” bermakna tindakan ekonomi terjadi dalam suatu aktivitas yang
berhubungan dengan orang lain atau dikaitkan dengan individu lain (Damsar, 2011:146). Hal ini
tampak sangat dalam hubungan antara penjual dan pembeli.Seorang pembeli di pasar biasanya
sudah mempunyai langganan sendiri. Di sebelah mana harus membeli sayur, dengan ibu siapa
membeli daging, dan sebagainya. Hubungan langganan bermula dari pencarian informasi
terhadap suatu barang atau jasa (Damsar, 2011: 147).Dalam pasar tidak sempurna, informasi
yang pasti dan akurat ternyata tidak mudah untuk memperolehnya. Oleh sebab itu, pembeli
13
berusaha mencari penjual yang mau berbagi informasi dengannya karena dengan komunikasi
tersebut maka kedua belah pihak dapat memperoleh kepastian dan kepercayaan yang kiranya
dapat menguntungkan kedua belah pihak (Damsar, 2011: 147). Ketika hubungan pembeli dan
penjual telah sampai pada tahap berbagi informasi yang pasti dan akurat serta melibatkan
kepercayaan maka hubungan tersebut mengental pada tahap hubungan hubungan pelanggan
(Damsar, 2011: 148).
Keterlekatan antar aktor yang berperan dalam sebuah pasar dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu keterlekatan kuat dan keterlekatan lemah. Keterlekatan kuat dapat kita lihat dari hubungan
antara penjual dan pembeli (Damsar, 2011: 144s). Ketika membeli sesuatu, pedagang dan
pembeli (yang sudah jadi langganan) tidak hanya mengobrol tentang apa yang ingin dibeli tapi
sering kali saling membicarakan hal-hal lain seperti bergosip. Bahkan jika ada pedagang yang
telah menjadi langganan tidak lagi berjualan, pembeli tersebut merasa ada yang kurang dan
merasa kurang mantep untuk berbelanja pada pedagang yang lain. Hubungan antara pedagang
juga termasuk keterlekatan yang kuat. Sesama pedangan juga sering kali berbincang-bincang
tentang banyak hal, dari hal kehidupan rumah tangga mereka hingga isu-isu politik yang mereka
lihat di TV. Adanya perkumpulan pedagang pasar juga semakin memperkuat hubungan mereka.
Kuatnya keterlekatan ini tentu saja sangat berdampak pada eksistensi pasar Sentul sebagi pasar
tradisional.Sedangkan keterlekatan lemah dapat kita lihat dari hubungan antara pedagang dengan
pihak pemerintah. Kurang perhatiannya pemerintah dalam pengelolaan pasar menjadikan
hubungan keduanya menjadi lemah. Kelemahan ini menjadi semakin tampak jika melihat
hubungan antara pembeli dengan pihak pemerintah. Pemerintah dan pembeli tidak pernah
bertemu untuk berdiskusi tetang pasar, baik masalah pengelolaan pasar maupun tinggi rendahnya
harga barang yang jual. Pemerintah selalu mengambil inisiatif sendiri dalam membuat kebijakan
14
yang berkaitan dengan pasar, sehingga sangat merugikan pedagang, pembeli dan orang-orang
yang bekerja di pasar. Misalnya, adanya pasar-pasar modern di sekitar pasar Sentul (Alfamart,
Indomart, dan Superindo). Pasar-pasar modern menawarkan barang-barang yang lengkap dengan
penataan yang rapi, serta keadaan tempat yang bersih, segar, tidak bau amis, dan ruangan yang
ber-AC. Keadaan yang demikian tentu saja sangat menarik pembeli untuk tidak lagi berbelanja di
pasar Sentul yang kumuh, bau, dan becek. Padahal pasar Sentul juga menyediakan barang yang
begitu lengkap untuk memenuhi kebutuhan para pembelinya dan tentu saja dengan harga yang
lebih murah.
Di dalam hubungan antara pedagang dan pembeli, terdapat sebuah sistem jaringan.
Jaringan diartikan sebagai sekelompok agen-agen individual yang berbagi norma-norma atau
nilai-nilai informal melampaui nilai-nilai atau norma-norma yang penting untuk transaksitransaksi pasar biasa (Fukuyama, 2002: 324). Studi jaringan sosial melihat hubungan antara
individu yang memiliki makna subyektif yang berhubungan atau dikaitkan dengan sesuatu
sebagai simpul dan ikatan. Simpul dilihat melalui aktor individu di dalam jaringan, sedangkan
ikatan merupakan hubungan antar aktor tersebut (Damsar, 2011: 158). Keberadaan pasar Sentul
terdapat hubungan antar aktor didalamnya. Dengan bertahannya pasar Sentul sampai sekarang
membuktikan bahwa memang terdapat ikatan yang syarat dengan makna. Ikatan inilah yang
dinamakan jaringan sosial dalam pasar Sentul.Jaringan sosial ini terbentuk dari beberapa aktor,
di antaranya adalah jaringan sosial dengan para pedagang, pembeli, dan Pemerintah Kota
Yogyakarta.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
15
Berdasarkan pada masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang menekankan pada
proses interaks antar individu, maka jenis penelitian dan strategi yang paling sesuai adalah
penelitian deskriptif kualitatif, karena data yang dikumpulkan berbentuk kata atau gambar
dari catatan lapangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bogdan dan Tailor yang
menyatakan bahwa metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelkunya yang
dapat diamati (Moleong, 1993). Penelian diskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan
realitas sosial yang diperoleh dari penelitian tersebut dengan menetapkan konsep-konsep
yang telah dikembangkan oleh ilmuwan sosial (Singarimbun dan Effendi, 1991). Dengan
metode ini diharapkan mendapatkan gambaran proses interaksi sosial di pasar tradisional,
sehingga tujuan penelitian tercapai.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Sesuai dengan fokus yang sudah ditetapkan, maka penelitian ini dilaksanakan di Pasar
Sentul, Yogyakarta. Pasar ini tepatnya berada di Jalan Sultan Agung, Pakualaman,
Yogyakarta. Proses penelitiannya dilakukan selama tiga bulan, dari bulan Desember 2013Februari2014.
3. Data dan Sumber Data
Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat
penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan
menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang dipandang memiliki data yang
penting dan berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
16
Sumber data dalm penelitian kualitatif dapat berupa manusia dengan tingkah lakunya,
peristiwa-peristiwa, dokumen-dokumen, dan benda-benda lain. Sumber data yang dapat
dimanfaatkan adalah:
a. Informan (Narasumber)
Dalam penelitian kualitatif, posisi sumber data manusia (nara sumber) sangat
penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasi (Sutopo, 2002). Manusia
sebagai sumber data perlu dipahami bahwa mereka terdiri dari beragam individu yang
juga memiliki beragam posisi. Adanya posisi yang beragam tersebut mengakibatkan
adanya perbedaan macam akses dan kelengkapan mengenai berbagai informasi yang bisa
diperoleh dan dimilikinya (Sutopo, 2002). Oleh karena itu peneliti dalam memilih siapa
yang akan menjadi informan, peneliti wajib memahami posisi dengan beragam peran dan
keterlibatannya dengan kemungkinan akses informasi yang dimiliki sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
Maka sesuai dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitan ini, nara sumber
yang diambil sebagai berikut: kepala pasar Sentul, lima pedagang pasar Sentul, pembeli
pasar, distributor atau pemasok barang, dan Dinas Pasar Sentul. Pedagang pasar Sentul
yang dijadikan informan yaitu pedagang yang berjualan di halaman pasar, pedagang
yang memiliki kios di pasar Sentul, dan pedagang yang memiliki los.
b. Dokumen, berupa jurnal penelitian, data dari internet, dan dokumen pemerintah
c. Tempat dan peristiwa, yang terdiri dari tempat pelaksanaan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
17
Sesuai dengan bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan nara sumber yang akan
digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Proses penelitian
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk wawancara tidak
terstruktur atau wawancara mendalam.Hal ini dilakukan untuk menangkap deskripsi
yang kaya nuansa yang kemudian hasilnya dianalisis dan difokuskan pada masalah.
Teknik wawancara semacam ini dapat untuk menggali informasi pengalaman individu.
Dengan teknik ini pula, suasana yang santai dan akrab dengan informan dapat terjalin,
sehingga memungkinkan informan memberikan jawaban yang jujur dan terbuka
(Moleong, 1993). Teknik ini dilakukan pada semua informan yang akan diwawancarai
dalam penelitian ini.
b. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan, penjajagan, dan pengidentifikasian
gejala atau fenomena yang tampak pada objek penelitian. Dalam penelitian ini, obervasi
berguna untuk menangkap setting sosial yang terjadi didalam pasar Sentul. Selain itu,
untuk merekam dan menuliskan bagaimana ragam aktivitas para aktor di pasar Sentul.
5. Teknik Analisa Data
Setelah peneliti memperoleh data yang diperlukan, selanjutnya adalah menganalisis,
mengolah data tersebut sehingga dapat memberikan pemecahan masalah. Secara garis besar
peneliti melakukan analisa data dengan tiga langkah, yaitu reduksi data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan.
18
Reduksi data merupakan komponen yang pertama dalam analisis yang merupakan
proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data dari fieldnote. Reduksi data
adalah bagian dari proses analisis yeng mempertegas, memperpendek, membuat fokus,
membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga
simpulan penelitian dapat dilakukan. Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan
dari catatan data yang juga diperoleh di lapangan.
Sajian data merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis
sehingga akan mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti
berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut.
Menurut Sutopo (2002), sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah
dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi
mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab permaslahan yang ada.
Penarikan simpulan merupakan komponen terakhir dalam melakukan analisa data. Hal
ini berarti telah ditemukannya pendapat terakhir yang didasarkan pada uraian-uraian dan
penemuan-penemuan sebelumnya. Kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan
benar-benar bisa dipertanggung jawabkan.
Download